View
581
Download
4
Category
Preview:
Citation preview
1
PENGARUH PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN AKTIVA DANSTRUKTUR AKTIVA TERHADAP KEPUTUSAN PENDANAAN
PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMANDI PT. BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2006-2008
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini dunia usaha baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil
melakukan pengembangan usahanya untuk mengantisipasi persaingan yang semakin
tajam dalam pasar yang semakin global. Seiring perkembangannya dunia usaha
mengalami berbagai hambatan. Salah satunya adalah masalah pendanaan, sehingga
manager diberi kepercayaan oleh para pemegang saham untuk mengelola dan
menjalankan operasional usahanya. Ketika menjalankan perusahaannya, manajer
dalam mengambil keputusan pendanaan harus teliti secara sifat dan biaya dari sumber
yang dipilih. Manajer perusahaan harus menentukan seberapa banyak modal yang
diperlukan untuk membiayai bisnisnya baik dana dari dalam perusahaan atau dari luar
perusahaan. Dana dari dalam perusahaan, yaitu melalui laba ditahan dan depresiasi serta
dana dari luar perusahaan yaitu dana yang berasal dari para kreditur dan dana dari peserta
yang mengambil bagian dari perusahaan yang akan menjadi modal sendiri. Keputusan
penting yang dihadapi manajer keuangan dalam kaitannya dengan keberlangsungan
operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan atas struktur modal yang
2
merupakan pilihan pendanaan antara hutang dan ekuitas. Manajer harus mampu
menghimpun dana baik yang bersumber dari dalam perusahaan maupun luar perusahaan
secara efisien, yang berarti keputusan pendanaan tersebut merupakan keputusan yang
mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan. Biaya modal
yang timbul dari keputusan pendanaan tersebut merupakan konsekuensi yang secara
langsung timbul dari keputusan yang dilakukan manajer. Ketika manajer menggunakan
utang, maka biaya modal yang timbul sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh
kreditur. Akan tetapi ketika manajer menggunakan dana internal, maka akan timbul biaya
akibat menggunakan laba usaha (opportunity cost) dari dana internal yang dipergunakan.
Perusahaan perlu memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan mengenai berapa jumlah hutang dan modal sendiri yang akan digunakan
dalam keputusan pendanaan. Keputusan pendanaan merupakan cermin dari struktur
modal, sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dapat dipakai acuan
dalam menentukan keputusan pendanaan dalam suatu perusahaan. Menurut Wiksuana,
dkk (2001:201), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu tingkat
penjualan, struktur aset, tingkat pertumbuhan perusahaan, profitabilitas dan pajak,
kebijakan dividen, kondisi intern perusahaan, pengendalian, attitude management.
Sedangkan menurut Agus Sartono (2001:248), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur
modal adalah tingkat penjualan, struktur aktiva, tingkat pertumbuhan perusahaan,
profitabilitas, variabel laba dan perlindungan pajak, skala perusahaan, serta kondisi intern
perusahaan dan ekonomi makro. Sementara Bambang Ryanto (2001:279) menyebutkan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu tingkat bunga, stabilitas
3
earning, susunan dari aktiva, kadar risiko dari aktiva, besarnya jumlah modal yang
dibutuhkan, keadaan pasar modal, sifat manajemen dan besarnya suatu perusahaan.
Dari semua variabel yang digunakan untuk mengukur faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan pendanaan, penulis menggunakan tiga variabel bebas yaitu
profitabilitas, pertumbuhan aktiva dan struktur aktiva. Alasan menggunakan variabel
bebas tersebut berdasarkan beberapa teori mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan pendanaan dan dari penelitian sebelumnya dominan menggunakan variabel
profitabilitas, pertumbuhan aktiva dan struktur aktiva sebagai pengukur faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan pendanaan. Penulis menggunakan sampel yang berbeda
dari penelitian sebelumnya.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri dimana
profitabilitas diukur dengan Return On Asset (ROA) yaitu jumlah laba bersih dibagi
jumlah aktiva. Berdasarkan teori, profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap
keputusan pendanaan sesuai dengan temuan Titman dan Wesel (1998) yang dikutip
Hartono (2004:173), semakin tinggi profitabilitas maka semakin tinggi laba yang
diperoleh perusahaan, sehingga banyak kas internal yang dimiliki perusahaan. Hal ini
menyebabkan penggunaan hutang akan semakin sedikit. Menurut Niken Juniati (2010)
dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas secara individu berpengaruh
tidak signifikan terhadap keputusan pendanaan perusahaan sementara penelitian yang
dilakukan oleh Nita Ristianti dan Hartono (2007) menunjukkan bahwa profitabilitas
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan.
4
Pertumbuhan aktiva adalah perubahan (peningkatan atau penurunan) total aktiva
yang dimiliki oleh perusahaan. Pertumbuhan aktiva dalam pecking order theory
memiliki hubungan yang positif terhadap keputusan pendanaan. Brigham dan
Houston (2001:13) berpendapat bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan
aktiva yang cepat harus lebih banyak mengandalkan pada dana eksternal. Semakin
tinggi pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk
pembiayaan ekspansi. Menurut Agus Sartono (2001:248) semakin besar kebutuhan
dana, maka semakin besar keinginan perusahaan menahan laba. Jadi, perusahaan
yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai dividen, melainkan
digunakan untuk pembiayaan investasi. Apabila laba ditahan tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan dana perusahaan, maka perusahaan yang bersangkutan dapat
menggunakan dana tambahan yang berasal dari luar perusahaan dalam bentuk hutang
jangka panjang. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Purnama Dewi (2010) menunjukkan
hasil bahwa pertumbuhan aktiva berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan.
Struktur aktiva adalah proporsi investasi perusahaan dalam bentuk aktiva tetap.
Struktur aktiva dalam pecking order theory memiliki hubungan yang positif dengan
keputusan pendanaan. Frank dan Goyal (2005:7), menyatakan bahwa ”relation
between debt and tangibility of asset is reliably positive”, yang artinya bahwa
semakin besar aktiva tetap yang dimiliki perusahaan, maka peluang perusahaan untuk
menggunakan utang semakin besar, karena aktiva tetap tersebut dapat digunakan
sebagai jaminan bagi perusahaan yang hendak berhutang. Selain itu investor akan
lebih mempercayai perusahaan yang memiliki jaminan atas hutang dalam jumlah
5
besar, karena apabila perusahaan mengalami kebangkrutan, maka aktiva tetap
tersebut dapat digunakan untuk melunasi hutang yang dimiliki perusahaan. Penelitian
dari Rao dan Jijo (2001) menemukan hasil bahwa struktur aktiva berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pendanaan.
Penelitian mengenai pengaruh profitabilitas, pertumbuhan aktiva dan struktur
aktiva terhadap keputusan pendanaan ini dilakukan pada sektor industri makanan dan
minuman yang terdaftar di PT. BEI. Alasan pemilihan sektor industri makanan dan
minuman adalah karena saham tersebut merupakan saham-saham yang mampu
bertahan dalam keadaan krisis ekonomi dibanding sektor lain karena dalam kondisi
krisis atau tidak sebagian besar produk makanan dan minuman tetap dibutuhkan. Dari
14 perusahaan yang terdaftar di PT. BEI periode 2006-2008, hanya 12 perusahaan
yang masuk sebagai obyek penelitian berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Pada beberapa tabel berikut dapat dilihat tingkat Profitabilitas, Pertumbuhan
Aktiva, Struktur Aktiva dan Keputusan Pendanaan, yang dimiliki oleh Perusahaan
makanan dan minuman yang terdaftar pada PT. BEI periode 2006-2008. Pada Tabel
1.1 halaman 6 menunjukkan bahwa nilai profitabilitas (ROA) masing-masing
perusahaan makanan dan minuman tiap tahunnya pada periode 2006-2008 memiliki
nilai yang berfluktuasi bahkan ada yang memiliki nilai negatif dikarenakan tingkat
penjualan yang mengalami penurunan yang akan mempengaruhi tingkat laba
perusahaan, sehingga kondisi ini menjadi begitu diperlukan suatu keputusan
pendanaan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan agar profitabilitas
tetap mengalami peningkatan tiap tahunnya, karena semakin tinggi profitabilitas
6
suatu perusahaan maka menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan
menggunakan sumber dananya yang berasal dari internal perusahaan yang berupa
keuntungan dari operasi perusahaan.
Tabel 1.1 Profitabilitas (ROA) Perusahaan Makanan dan Minuman di PT. BEIPeriode Tahun 2006-2008
No Nama Perusahaan Return On Asset (%)2006 2007 2008
1 Aqua Golden Mississippi Tbk 6.14 7.39 8.212 Cahaya Kalbar Tbk 5.45 4.02 4.613 Davomas Abadi Tbk 7.25 5.39 -13.914 Delta Djakarta Tbk 7.58 7.99 11.995 Indofood Sukses Makmur Tbk 4.06 3.30 2.616 Mayora Indah Tbk 6.02 7.48 6.717 Multi Bintang Indonesia Tbk 12.05 13.57 23.618 Prasidha Aneka NiagaTbk 4.11 -2.96 3.299 Sekar Laut Tbk 2.86 3.14 2.12
10 Siantar Top Tbk 3.09 3.01 0.7711 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 0.04 1.99 2.8212 Ultra Jaya Milk Tbk 1.18 2.22 17.45
Tabel 1.2 pada halaman 7 menunjukkan bahwa pertumbuhan aktiva masing-
masing perusahaan setiap tahunnya mengalami perubahaan, baik itu mengalami
peningkatan maupun penurunan. Hal ini dikarenakan jumlah aktiva yang dimiliki
perusahaan tiap tahun mengalami perubahan, sehingga diperlukan keputusan
pendanaan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan, karena semakin
tinggi pertumbuhan aktiva menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan
untuk menggunakan sumber dananya yang berasal dari eksternal perusahaan. Apabila
pertumbuhan aktiva tidak tinggi maka akan semakin kecil peluang perusahaan untuk
melakukan pinjaman melalui aktiva yang dimiliki.
Sumber: Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009
7
Tabel 1.2 Pertumbuhan Aktiva Perusahaan Makanan dan minuman di PT. BEIPeriode Tahun 2006-2008
No Nama PerusahaanPertumbuhan Aktiva (%)
(Asset t – Assett-1)/
(Asset t - Assett-1)/
(Asset t - Assett-1)/
Asset t-1 Asset t-1 Asset t-11 Aqua Golden Mississippi Tbk 8.59 12.11 12.562 Cahaya Kalbar Tbk -14.45 118.54 -1.473 Davomas Abadi Tbk 55.01 42.87 -5.104 Delta Djakarta Tbk 6.22 3.70 17.885 Indofood Sukses Makmur Tbk 10.02 82.62 33.286 Mayora Indah Tbk 6.40 21.87 54.407 Multi Bintang Indonesia Tbk 6.09 1.87 51.398 Prasidha Aneka NiagaTbk 1.32 1.26 -1.639 Sekar Laut Tbk 71.42 12.86 10.02
10 Siantar Top Tbk -2.08 10.69 21.1211 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 1.72 117.81 28.2912 Ultra Jaya Milk Tbk -0.43 9.11 27.72
Sumber: Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009
Tabel 1.3 Struktur Aktiva Perusahaan Makanan dan minuman di PT BEIPeriode Tahun 2006-2008
No Nama Perusahaan Struktur Aktiva (%)2006 2007 2008
1 Aqua Golden Mississippi Tbk 33.71 36.65 34.182 Cahaya Kalbar Tbk 30.92 25.64 32.633 Davomas Abadi Tbk 61.88 65.38 65.704 Delta Djakarta Tbk 27.70 26.98 22.065 Indofood Sukses Makmur Tbk 54.05 60.25 63.136 Mayora Indah Tbk 48.74 44.86 42.367 Multi Bintang Indonesia Tbk 67.46 63.22 44.258 Prasidha Aneka NiagaTbk 49.70 44.18 45.40
8
9 Sekar Laut Tbk 60.28 55.13 49.9210 Siantar Top Tbk 52.57 60.48 56.6611 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 53.11 65.66 68.2612 Ultra Jaya Milk Tbk 66.25 59.50 52.51
Dari tabel 1.3 halaman 7 dapat dilihat bahwa nilai struktur aktiva perusahaan
mengalami perubahan setiap tahunnya yang terjadi karena proporsi antara aktiva tetap
dengan total aktiva berubah ubah, sehingga diperlukan keputusan pendanaan yang
tepat untuk memenuhi kebutuhan dana pada perusahaan. Semakin tinggi struktur
aktiva suatu perusahaan menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan
menggunakan sumber dananya yang berasal dari luar perusahaan.
Tabel 1.4 halaman 9 menunjukkan bahwa nilai keputusan pendanaan masing-
masing perusahaan makanan dan minuman rata-rata mengalami peningkatan, kecuali
Aqua Golden Mississippi Tbk yang mengalami penurunan sangat tajam. Penurunan
ini disebabkan karena laba yang diperoleh semakin meningkat, sehingga perusahaan
lebih menggunakan dana internal daripada dana eksternal berupa utang, untuk
melakukan pembiayaan terhadap operasional perusahaan. Sementara itu perusahaan
Delta Djakarta Tbk, Multi Bintang Indonesia Tbk, Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk dan
Ultra Jaya Milk Tbk, memiliki DER yang sebagian berfluktuasi. Hal ini disebabkan
karena laba yang diperoleh perusahaan mengalami perubahan. Nilai DER tertinggi
sebesar 445 persen tahun 2008 yang dimiliki oleh Devomas Abadi Tbk, dan pada
tahun 2008 nilai DER terendah dimiliki oleh Aqua Golden Mississippi Tbk sebesar 4
persen. Perusahaan yang memiliki nilai DER lebih besar dari 100 persen, artinya
Sumber: Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009
9
perusahaan menggunakan hutang lebih besar dari modal sendiri. Demikian sebaliknya
apabila perusahaan memiliki nilai DER lebih rendah dari 100 persen artinya
perusahaan menggunakan hutang lebih kecil dari modal sendirinya. Adanya
perbedaan debt to equity ratio (DER) yang ditunjukkan oleh masing-masing
perusahaan menunjukkan bahwa setiap perusahaan mempunyai pertimbangan yang
berbeda-beda dalam pengambilan suatu keputusan pendanaan yang tepat.
Tabel 1.4 Keputusan Pendanaan Debt to Equity Ratio (DER) PerusahaanMakanan dan Minuman di PT. BEI Periode Tahun 2006-2008
No Nama PerusahaanDebt to Equity Ratio (DER) (%)
Tahun2006 2007 2008
1 Aqua Golden Mississippi Tbk 77.00 76.00 74.002 Cahaya Kalbar Tbk 44.00 180.00 145.003 Davomas Abadi Tbk 177.00 227.00 445.004 Delta Djakarta Tbk 32.00 29.00 34.005 Indofood Sukses Makmur Tbk 210.00 261.00 311.006 Mayora Indah Tbk 58.00 73.00 132.007 Multi Bintang Indonesia Tbk 208.00 214.00 173.008 Prasidha Aneka NiagaTbk 187.00 214.00 163.009 Sekar Laut Tbk 79.00 90.00 100.00
10 Siantar Top Tbk 36.00 44.00 72.0011 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 282.00 126.00 160.0012 Ultra Jaya Milk Tbk 53.00 64.00 53.00
Sumber: Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
10
1) Apakah profitabilitas, pertumbuhan aktiva, dan struktur aktiva secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan pada perusahaan
makanan dan minuman di PT. Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008?
2) Bagaimanakah pengaruh profitabilitas, pertumbuhan aktiva, dan struktur
aktiva secara parsial terhadap keputusan pendanaan pada perusahaan makanan
dan minuman di PT. Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008?
3) Manakah yang mempunyai pengaruh dominan diantara profitabilitas,
pertumbuhan aktiva, dan struktur aktiva terhadap keputusan pendanaan pada
perusahaan makanan dan minuman di PT. Bursa Efek Indonesia periode
2006-2008?
1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.2.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka penelitian ini memiliki
beberapa tujuan sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, pertumbuhan aktiva, dan struktur
aktiva secara simultan terhadap keputusan pendanaan pada perusahaan
makanan dan minuman di PT BEI periode 2006-2008.
2) Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, pertumbuhan aktiva, dan struktur
aktiva secara parsial terhadap keputusan pendanaan pada perusahaan makanan
dan minuman di PT BEI periode 2006-2008.
3) Untuk mengetahui diantara profitabilitas, pertumbuhan aktiva, dan struktur
aktiva yang mempunyai pengaruh dominan terhadap keputusan pendanaan
11
pada perusahaan makanan dan minuman di PT. Bursa Efek Indonesia periode
2006-2008.
1.2.2 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini memiliki kegunaan
sebagai berikut:
1) Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam melengkapi pengetahuan
teoritis mahasiswa terutama dibidang keuangan, khususnya mengenai
pengaruh profitabilitas, pertumbuhan aktiva dan struktur aktiva terhadap
keputusan pendanaan pada perusahaan makanan dan minuman di PT. Bursa
Efek Indonesia.
2) Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar pertimbangan bagi
perusahaan dalam pengambilan keputusan pendanaan dan menjadi refrensi
bagi perusahaan dalam mengidentifikasi variabel yang dapat mempengaruhi
keputusan pendanaan.
1.3 Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran mengenai isi dari makalah ini terdiri lima bab
pada bagian ini diuraikan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.
12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini terdiri dari landasan teori pembahasan hasil penelitian
sebelumnya dan rumusan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang meliputi obyek
penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, metode
penentuan sampel, serta teknik analisis data.
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi tentang deskripsi pembahasan hasil penelitian, analisis
asumsi klasik, analisis regresi linier berganda dan pengujian hipotesis.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang
berhubungan dengan penelitian yang serupa dimasa yang akan datang.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Sumber-sumber Pendanaan
Menurut Bambang Riyanto (2002 : 209) ditinjau dari asalnya sumber modal
(pendanaan) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Sumber Intern
Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang
dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan seperti akumulasi
penyusutan (depresiasi) perusahaan yang berasal dari laba ditahan (retained
net profit). Besarnya akumulasi penyusutan setiap tahunnya tergantung pada
metode depresiasi yang digunakan oleh perusahaan yang bersangkutan.
Sedangkan besarnya laba ditahan atau cadangan dipengaruhi oleh
besarnya laba yang diperoleh selama periode tertentu. Meskipun jumlah laba
yang diperoleh selama periode tertentu besar, tetapi oleh karena perusahaan
mengambil kebijakan bahwa sebagian besar dari laba tersebut dibagikan
sebagai dividen, maka bagian laba yang ditahan jumlahnya kecil, yang dalam
14
hal ini berarti bahwa sumber intern yang berasal dari cadangan adalah kecil
jumlahnya.
2) Sumber Ektern
Pembelanjaan dari luar perusahaan merupakan pembelanjaan dimana
usaha pemenuhan kebutuhan modalnya berasal dari sumber-sumber modal
yang berada di luar perusahaan. Dana-dana yang sumbernya dari luar
perusahaan adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta
atau pengambil bagian dari perusahaan.
Modal yang berasal dari para kreditur merupakan utang bagi
perusahaan yang bersangkutan dan dana ini disebut “modal asing” atau
pembelanjaan asing atau pembelanjaan dengan utang (debt financing),
sedangkan dana yang berasal dari pemilik, peserta atau pengambil bagian dari
perusahaan adalah dana yang akan tetap ditanamkan dalam perusahaan yang
bersangkutan dan dana ini dalam perusahaan tersebut disebut modal sendiri
dimana metode pembelanjaan menggunakan dana dari pemilik perusahaan
yang disebut pembelanjaan sendiri (equity financing).
2.1.2 Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan menurut Bambang Ryanto (2001:10) adalah keputusan
yang berkaitan dengan penentuan sumber dana yang akan digunakan, penentuan
perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau penentuan sumber modal optimal.
15
Fungsi pemenuhan dana atau fungsi pendanaan harus dilakukan secara efisien.
Manager keuangan harus mengusahakan agar perusahaan dapat memperoleh dana
yang diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling
menguntungkan. Selain itu manajer keuangan juga harus mempertimbangkan dengan
cermat sifat dan biaya dari masing-masing sumber dana yang akan dipilih karena
masing-masing sumber dana memiliki konsekuensi finansial yang berbeda.
Menurut Agus Sartono (2001:6), keputusan pendanaan yang disebut dengan
keputusan pembelanjaan menjawab berbagai pertanyaan penting seperti: bagaimana
pembelanjaan kegiatan perusahaan yang optimal, bagaimana memperoleh dana untuk
investasi yang efisien, bagaimana komposisi sumber dana optimal yang harus
dipertahankan, apakah perusahaan sebaiknya menggunakan modal asing atau modal
sendiri, adakah pengaruh keputusan pembelanjaan terhadap nilai perusahaan, serta
bagaimana bentuk insentif terbaik untuk meningkatkan prestasi manajemen.
Keputusan pendanaan akan mempelajari sumber-sumber dana yang berada disisi
pasiva dalam neraca perusahaan.
Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal antara lain (Martono & Agus
Harjito, 2004:5) :
1) Keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk
membiayai investasi.
2) Penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering
disebut struktur modal optimum.
16
Menurut Suad Husnan (2000:333), salah satu rasio yang dapat digunakan
untuk mengukur proporsi hutang di dalam suatu perusahaan adalah debt to
equity ratio (DER). Rasio ini menunjukkan beberapa bagian hutang yang
dijamin oleh setiap rupiah modal sendiri. DER dapat dirumuskan sebagai
berikut:
DER = Total Hutang x100%...............................................................(1)
Total Modal Sendiri
DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh
kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang
digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar penggunaan hutang maka
semakin besar pula kewajiban yang harus dipenuhi perusahaan. Peningkatan
hutang akan mempengaruhi besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pendanaan
Struktur modal merupakan bagian dari keputusan pendanaan sehingga faktor-
faktor yang mempengaruhi struktur modal dapat dipakai sebagai acuan dalam
menentukan keputusan pendanaan.
Menurut Wiksuana, dkk (2001:201), faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan struktur modal yaitu:
1) Tingkat penjualan, perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat
menggunakan hutang lebih besar dari pada perusahaan dengan penjualan
yang tidak stabil.
17
2) Struktur aset, perusahaan dengan struktur aset yang fleksibel cendrung
menggunakan leverage lebih besar dari pada perusahaan yang struktur
asetnya tidak fleksibel.
3) Tingkat pertumbuhan perusahaan, apabila faktor lain sama maka perusahaan
yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi cendrung akan menggunakan
sumber dari luar.
4) Profitabilitas dan pajak, perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan
mengunakan hutang yang lebih kecil karena perusahaan mampu menyediakan
dana yang cukup melalui laba ditahan.
5) Kebijakan dividen, apabila perusahaan cenderung membagikan dividen yang
besarnya tetap maka pembayaran dividen tersebut akan merupakan beban
tetap bagi perusahaan.
6) Kondisi intern perusahaan, perusahaan suatu saat perlu menanti saat yang
tepat untuk mengeluarkan saham atau obligasi tergantung atas kondisi intern.
7) Pengendalian, pemilik perusahaan mungkin memilih menggunakan hutang
hanya karena tidak ingin kehilangan kendali atas perusahaan tersebut.
Menurut Agus Sartono (2001:248), faktor-faktor yang mempengaruhi
struktur modal adalah:
1) Tingkat penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil berarti memiliki aliran kas
yang relatif stabil pula, sehingga perusahaan dapat menggunakan hutang
dalam jumlah yang lebih besar dari pada perusahaan yang tidak stabil.
18
2) Struktur aset
Perusahaan yang memiliki struktur aset tetap dalam jumlah besar dapat
menggunakan hutang dalam jumlah besar, hal ini disebabkan karena skalanya
perusahaan besar mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan
dengan perusahaan kecil.
3) Tingkat pertumbuhan perusahaan
Semakin besar pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana
untuk pembiayaan ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan
mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba.
Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak dibagikan laba sebagai
dividen tetapi lebih baik digunakan untuk pembiyaan investasi.
4) Profitabilitas
Profitabilitas periode sebelumnya merupakan faktor penting dalam
menentukan struktur modal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan
lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan hutang. Hal
ini sesuai dengan pecking order theory yang menyarankan manager
menggunakan pembiayaan yang pertama dari laba ditahan, kemudian hutang
dan terakhir penjualan saham baru. Pertimbangan lain adalah direct cost untuk
pembiayaan eksternal lebih tinggi dibanding dengan pembiayaan internal.
Penjualan saham baru justru merupakan sinyal negatif karena pasar
menginterpretasikan perusahaan dalam keadaan kesulitan likuiditas. Hal ini
19
tidak terlepas dari adanya informasi yang tidak simetris antara manajmen
dengan pasar. Manajemen memiliki informasi yang lebih tentang prospek
perusahaan dibandingkan dengan pasar.
5) Variabel laba dan perlindungan pajak
Variabel ini sangat erat kaitannya dengan stabilitas penjualan jika variabilitas
atau volatibilitas laba perusahaan kecil maka prusahaan mempunyai
kemampuan yang lebih besar untuk menanggung beban tetap dari hutang.
Adanya kecendrungan bahwa penggunaan hutang akan memberikan manfaat
berupa perlindungan pajak.
6) Skala perusahaan
Perusahaan yang besar yang sudah well-estabilished akan lebih mudah
memperoleh modal di pasar modal dibandingkan dengan perusahaan kecil,
karena kemudian akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas
yang besar pula.
7) Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro
Perusahaan perlu menanti saat yang tepat untuk menjual saham dan obligasi.
Secara umum kondisi yang paling tepat untuk menjual obligasi atau saham
adalah pada saat tingkat bunga pasar sedang rendah atau pasar sedang bullish.
Tidak jarang perusahaan harus memberikan sinyal-sinyal dalam rangka
memperkecil informasi yang tidak simetris agar pasar dapat menghargai
perusahaan secara wajar.
20
Menurut Bambang Ryanto (2001:297), adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal adalah:
1) Tingkat bunga
Tingkat bunga mempengaruhi perusahaan dalam pemilihan jenis modal yang
akan ditarik, apakah saham mengeluarkan saham atau obligasi.
2) Stabilitas dari earning-earning
Perusahaan yang mempunyai earning yang stabil akan selalu dapat memenuhi
kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing.
Sebaliknya perusahaan yang mempunyai earning tidak stabil dan
unpredictabel akan menanggung risiko tidak dapat membayar angsuran-
angsuran hutangnya pada tahun-tahun atau keadaan buruk.
3) Susunan aktiva
Perusahaan yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan
mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen,
yaitu modal sendiri. Sedangkan modal asing sebagai pelengkap. Untuk
perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya terdiri dari aktiva lancar maka
akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang jangka
pendek.
4) Kadar risiko dari aktiva
Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva di dalam perusahaan
maka makin besar risikonya. Artinya makin lama modal harus diikatkan,
21
makin tinggi derajat risikonya, makin mendesak keperluan akan pembelanjaan
seluruhnya atau sebagian besar dengan modal sendiri.
5) Besarnya jumlah modal yang diperlukan
Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sangat besar maka dirasakan perlu
bagi perusahaan tersebut untuk mengeluarkan beberapa golongan sekuritas
secara sama-sama. Sedangkan bagi perusahaan yang membutuhkan modal
yang tidak begitu besar cukup hanya mengeluarkan satu golongan sekuritas
saja.
6) Keadaan pasar modal
Keadaan pasar modal seiring mengalami perubahan disebabkan karena adanya
gelombang konjungtur. Maka perusahaan dalam menjual atau mengeluarkan
sekuritas haruslah menyesuaikan dengan keadaan pasar modal tersebut.
7) Sifat manajemen
Sifat manajemen mempunyai pengaruh yang langsung dalam pengambilan
keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana. Manajer yang bersifat
optimis mempunyai keberanian untuk menanggung risiko yang besar (risk
seeker), akan lebih berani untuk membiayai pertumbuhan penjualannya
dengan dana yang berasal dari hutang meskipun metode pembelanjaan dengan
hutang memberikan beban financial yang tetap. Sebalikknya manajer yang
pesimis lebih suka membelanjai pertumbuhan penjualannya dengan dana yang
berasal dari sumber intern (modal saham) yang tidak mempunyai beban
finansiil yang tetap.
22
8) Besarnya suatu perusahaan
Perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas, setiap
perluasan modal saham akan hanya mempunyai pengaruh yang kecil terhadap
kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan terhadap perusahaan.
2.1.4 Pecking Order Theory
Disebut pecking order theory karena menjelaskan mengapa perusahaan akan
menentukan hierarki sumber dana yang paling disukai. Teori ini dikemukakan oleh
Myers dan Majluf (1984) dalam Suad Husnan (2000:234). Teori ini mecoba
menjelaskan keputusan pendanaan yang diambil oleh perusahaan yang berbeda
dengan pemikiran balancing theory.
Balancing theory yaitu menekankan pada keseimbangan manfaat dan
pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat lebih
besar, hutang akan ditambah. Tetapi apabila pengorbanan karena meggunakan hutang
lebih besar, maka hutang tidak boleh lagi ditambah.
Dalam pecking order theory dijelaskan hal-hal sebagai berikut:
1) Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi
perusahaan).
2) Perusahaan berusahan menyesuaikan rasio pembagian dividen yang
ditargetkan dengan berusaha menghindari perubahan pembayaran dividen
secara drastis.
23
3) Kebijakan dividen yang cenderung kaku disertai dengan fluktuasi
profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga mengakibatkan
bahwa hasil operasi kadang-kadang melebihi kebutuhan dana untuk investasi
meskipun pada kesempatan lain kurang. Apabila dana hasil operasi kurang
dari kebutuhan investasi maka perusahaan akan mengurangi saldo kas atau
menjual sekuritas yang dimiliki.
4) Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan, maka perusahaan
akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu. Artinya
dimulai dengan penerbitkan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang
berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi) dan akhirnya apabila masih
belum mencukupi saham baru diterbitkan.
Menurut pecking order theory ini tidak ada struktur modal optimal yang diperoleh
dari perimbangan hutang dan modal sendiri. Manajer cenderung menentukan
keputusan pendanaan perusahaan berdasarkan hierarki sumber dana yang paling
disukai yaitu mulai dari penggunaan sumber dana internal dan diikuti sumber dana
eksternal yaitu hutang dan terakhir adalah menerbitkan saham.
Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang
profitabel umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit. Hal ini disebabkan
karena perusahaan-perusahaan tersebut mampu menghasilkan kas internal yang
memadai untuk keperluan investasinya, sehingga tidak ada penggunaan hutang lagi.
Demikian juga sebaliknya perusahaan yang tidak profitabel akan cenderung
menggunakan hutang yang lebih besar. Alasannya karena dana internal tidak
24
mencukupi dan pembiayaan dengan hutang lebih disukai dibandingkan pembiayaan
eksternal.
Dana internal lebih disukai dibandingkan dana eksternal karena kemungkinan
perusahaan tidak perlu membuka diri dari sorotan pemodal luar. Sebaliknya,
penggunaan hutang lebih disukai dibandingkan dengan saham karena pertimbangan
biaya emisi dan manajer khawatir kalau penerbitan saham baru akan ditafsirkan
sebagai kabar buruk bagi pemodal dan membuat harga saham turun yang disebabkan
oleh adanya Asimetri Informasi (Wiksuana, dkk,2001:198).
2.1.5 Profitabilitas
Menurut Munawir (2001:33) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba pada periode tertentu. Semakin tinggi profitabilitas suatu
perusahaan menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan menggunakan
sumber dananya yang berasal dari internal perusahaan berupa keuntungan dari
operasi perusahaan.
Profitabilitas menurut Sartono (2001:122) adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal
sendiri. Ada beberapa cara mengukur profitabilitas antara lain dengan Gross Profit
Margin, Net Profit Margin, Return On Assets, Return On Equity, Profit Margin,
Rentabilitas Ekonomis dan Earning Power. Dalam penelitian ini profitabilitas diukur
dengan Return On Assets. Rasio ini dihitung dengan membagi laba setelah pajak
dengan total aktiva.
25
Dalam pecking order theory, penggunaan return on assets disebabkan karena
ROA mencerminkan tingkat pengembalian (return) dari modal yang diinvestasikan
perusahaan dalam keseluruhan aktiva. Semakin tinggi ROA maka kebutuhan dana
dari extern semakin rendah karena laba yang dihasilkan semakin tinggi. Begitupun
sebaliknya, semakin rendah ROA maka kebutuhan dana dari sumber extern akan
semakin tinggi karena laba yang dihasilkan perusahaan rendah. Tinggi rendahnya
tingkat pengembalian atau laba yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap keputusan
pendanaan perusahaan pada masa yang akan datang.
Hipotesis pecking order menyatakan bahwa perusahaan cenderung
menggunakan internal equity terlebih dahulu. Apabila memerlukan external
financing, maka perusahaan akan menggunakan debt sebelum external equity.
Apabila perusahaan memiliki profitabilitas yang tinggi, maka perusahaan akan lebih
banyak menggunakan pendanaan dari dalam perusahaan. Karena jika profitabilitas
semakin tinggi, maka perusahaan dapat menyediakan laba ditahan dalam jumlah yang
lebih besar sehingga penggunaan hutang dapat ditekan.
2.1.6 Pertumbuhan Aktiva
Pertumbuhan aktiva adalah perubahan (peningkatan atau penurunan) total aktiva
yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam penelitian ini pertumbuhan aktiva dihitung
sebagai persentase perubahan aset pada bulan tertentu terhadap bulan sebelumnya.
Semakin tinggi pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana
untuk pembiayaan ekspansi. Menurut Agus Sartono (2001:248) semakin besar
kebutuhan dana, maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba.
26
Jadi, perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai
dividen, melainkan digunakan untuk pembiayaan investasi. Namun apabila laba
ditahan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan, maka perusahaan
bersangkutan dapat menggunakan dana tambahan yang berasal dari luar perusahaan
dalam bentuk hutang.
Brigham dan Houston (2001:13) juga berpendapat bahwa perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan aktiva yang cepat harus lebih banyak dana eksternal. Sesuai
dengan pecking order theory, apabila pendanaan eksternal dibutuhkan perusahaan
cenderung menggunakan pendanaan eksternal berupa hutang dari pada modal sendiri.
Karena emisi biaya saham baru lebih mahal dari pada biaya untuk penerbitan surat
utang. Prabansari dan Kusuma (2005) menemukan pertumbuhan aktiva berhubungan
positif dengan struktur modal. Dengan demikian, perusahaan yang memiliki
pertumbuhan aktiva tinggi cenderung lebih banyak menggunakan hutang sehingga
ada hubungan positif antara pertumbuhan aktiva dengan keputusan pendanaan.
2.1.7 Struktur Aktiva
Struktur aktiva adalah proporsi investasi perusahaan dalam bentuk aktiva tetap.
Menurut Munawir (2002:14) aktiva tetap adalah aktiva yang mempunyai umur
kegunaan relatif permanen atau jangka panjang. Struktur aktiva dalam pecking order
theory memiliki hubungan yang positif dengan keputusan pendanaan. Frank dan
Goyal (2005:7) menyatakan bahwa relation between debt and tangibility of asset is
reliably positive, yang artinya bahwa semakin besar aktiva tetap yang dimiliki
perusahaan, maka peluang perusahaan untuk mendapatkan utang semakin besar,
27
karena aktiva tetap dapat digunakan sebagai jaminan bagi perusahaan yang hendak
berhutang. Struktur aktiva pada umumnya diukur oleh rasio perbandingan antara
aktiva tetap dengan total aktiva.
Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar, dapat menggunakan
hutang dalam jumlah besar. Hal ini disebabkan karena besarnya aktiva tetap yang
dapat digunakan sebagai jaminan atau kolateral hutang perusahaan (Sartono,
2001:248). Selain itu investor akan lebih menpercayai perusahaan yang memiliki
jaminan atas hutang dalam jumlah besar karena apabila perusahaan mengalami
kebangkrutan, maka aktiva tetap tersebut tersedia dapat digunakan untuk melunasi
hutang yang dimiliki perusahaan.
2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yaitu:
1) Niken Juniati (2010) dengan judul jurnal ” Pengaruh Firm Size, Growth
Opportunity, Liquidity, dan Profitability Terhadap Struktur Modal
Perusahaan-Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di PT.BEI Tahun 2003-
2007 ”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji firm size, growth opportunity,
liquidity, dan profitability secara bersamaan memiliki pengaruh struktur
modal perusahaan manufaktur di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa (1) Firm size secara individu tidak berpengaruh signifikan terhadap
struktur modal perusahaan, (2) Growth opportunity secara individu
berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan, (3) Liquidity
secara individu berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan,
28
(4) Profitability secara individu tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur
modal perusahaan, (5) firm size, growth opportunity, liquidity, dan
profitability secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap struktur
modal perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, perusahaan dalam
menetapkan struktur modal diharapkan ikut mempertimbangkan faktor-faktor
yang mempengaruhinya sehingga dapat menciptakan struktur modal yang
efektif dan dapat meningkatkan kemakmuran pemegang saham.
2) Rina Walmiaty Mardi (2008) dengan judul penelitian ” Pengaruh Struktur
Aktiva, Probabilitas, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Struktur Pendanaan
Pada Perusahaan Perbankan. Dimana tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh struktur aktiva, probabilitas, dan kebijakan dividen
terhadap struktur pendanaan pada perusahaan perbankan. Hasil dari penelitian
ini adalah bahwa struktur aktiva mempunyai pengaruh yang lebih signifikan
terhadap struktur pendanaan industri perbankan daripada probabilitas maupun
kebijakan dividen. Hal ini berarti struktur aktiva menjadi tolak ukur yang
lebih baik dalam manilai keputusan pendanaan perusahaan dalam penelitian
ini. Hasil pengujian juga menjukkan bahwa struktur aktiva, probabilitas dan
kebijakan dividen berpengaruh secara simultan terhadap struktur pendanaan
pada industri perbankan.
3) Januarino Aditya (2006) dengan judul penelitian ” Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek
Indonesia Periode Tahun 2000-2003 ”. Penelitian ini bertujuan untuk
29
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan.
Perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan foods and beverages
yang ada di Bursa Efek Jakarta. Dan periode penelitian yang digunakan yaitu
pada tahun 2000-2003. Variabel terikat yang digunakan adalah struktur aktiva,
ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, operating leverage dan
pertumbuhan penjualan. Alat uji yang digunakan yaitu alat uji regresi
berganda. Hasil yang diperoleh yaitu hanya ada empat variabel bebas yang
berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikat struktur modal yaitu
variabel struktur aktiva, ukuran perusahaan, profitabilitas dan likuiditas.
Sedangkan untuk kedua variabel lainnya yaitu operating leverage dan
pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
struktur modal.
4) Alif Widodo (2010) dengan penelitian yang berjudul ” Pengaruh Struktur
Aktiva, Ukuran Perusahaan, Probabilitas, Pertumbuhan Penjualan, Beban
Pajak Dan Operating Leverage Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan
Manufaktur Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2007 ” Penelitian ini bertujuan
menganalisis pengaruh struktur aktiva, ukuran perusahaan, profitabilitas,
pertumbuhan penjualan, beban ajak dan operating leverage terhadap struktur
modal. Obyek dalam penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dari mulai tahun 2005-2007. Data penelitian diperoleh dari
data sekunder berupa data keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia yang datanya diperoleh dari Indonesian Capital Market
30
Directory (ICMD) dari mulai tahun 2005-2007. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan model regresi linier berganda. Hasil pengujian regresi secara
parsial menunjukkan: struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal,
ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal, profitabilitas
berpengaruh negatif terhadap struktur modal, pertumbuhan penjualan
berpengaruh positif terhadap struktur modal, beban pajak berpengaruh positif
terhadap struktur modal dan operating leverage berpengaruh negatif terhadap
struktur modal. Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa struktur aktiva,
ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, beban pajak dan
operating leverage secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
struktur modal. Variabel struktur aktiva paling berpengaruh terhadap struktur
modal dibandingkan ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan penjualan,
beban pajak dan operating leverage.
5) Arief Susetyo A (2006) dengan penelitian yang berjudul ” Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public
Di BEJ Periode 2000-2003 ” Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui secara empiris pengaruh dari risiko bisnis (bussines risk), struktur
aktiva (tangibility of assets), profitabilitas (profitability) dan ukuran
perusahaan (firm size) terhadap struktur modal. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur go public di BEJ
pada periode 2000-2003. Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh
dari publikasi laporan keuangan dalam Indonesian Capital Market Directory,
31
yang tersedia di Pojok BEJ MM UII. Metode analisis data yang digunakan
untuk melakukan pengujian hipotesis analisis regresi linear berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Risiko bisnis (bussines risk), struktur
aktiva (tangibility of assets), profitabilitas (profitability) dan ukuran
perusahaan (firm size) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
struktur modal (F=212.368; p=0.000; R²adj
=0.869). Koefisien determinasi
sebesar 0.869 tersebut menunjukkan bahwa, 86.9 persen dari variasi yang
terjadi dalam struktur modal perusahaan ditentukan atau disebabkan oleh
variasi yang terjadi pada Risiko bisnis (bussines risk), struktur aktiva
(tangibility of assets), profitabilitas (profitability) dan ukuran perusahaan
(firm size). (2) Risiko bisnis berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
struktur modal perusahaan (b1=-0.158; p=0.029); (3) Struktur aktiva
berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal perusahaan
(b2=0.062; p=0.000), (4) Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap struktur modal perusahaan (b3=-1.441 p=0.000), (5) Ukuran
perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal
perusahaan (b4=0.165 p=0.000).
6) Yuhasril (2006) dengan judul penelitian ” Analisis Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Farmasi Yang Telah Go Public Di
Bursa Efek Jakarta ”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi dan dihubungkan dengan opsi struktur
32
modal pada Perusahaan Industri farmasi, dan untuk mengidentifikasi
pengaruh faktor-faktor pada struktur modal, individu dan secara bersamaan.
Berdasarkan analisis faktor hanya Return On Investment (ROI), rasio aktiva
tetap,dan Dividen Pay Out Ratio (dividen POR) variabel merupakan faktor
signifikan. Beberapa analisis regresi linier menunjukkan bahwa hanya
sebagian ROI dan aktiva tetap variabel rasio mempengaruhi struktur modal.
Hasil ini konsisten dengan tujuan hipotesis. Penentu koefisien 68,7 persen. Ini
berarti bahwa ROI, tetap POR aset dan dividen dapat menjelaskan 68,7 persen
dari perbedaan struktur modal.
7) Bayu Septadona Putera (2006) dengan penelitian yang berjudul ” Analisis
Pengaruh Kepemilikan, Rasio Pertumbuhan, Dan Return On Assets Terhadap
Kebijakan Pendanaan Pada Perusahaan PMA Dan PMDN Yang Listed DI
BEJ Periode 2002-2004 ” Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh
variabel Kepemilikan Saham manajemen, Kepemilikan saham institusi,
Pertumbuhan asset, Pertumbuhan Penjualan, dan Return on Asset (ROA)
terhadap Debt to Equity Ratio (DER). Teknik sampling yang digunakan adalah
purposive sampling dengan kriteria (1) Perusahaan yang selalu terdaftar di BEJ
selama periode pengamatan (2002-2004); (2) Perusahaan yang sahamnya dimiliki
oleh manajemen selama periode pengamatan (2002-2004). Diperoleh jumlah
sampel sebanyak 40 perusahaan dari 330 perusahaan. Teknik analisis yang
digunakan adalah regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil dan uji
hipotesis menggunakan tstatistik untuk menguji koefisien regresi parsial serta f-
33
statistik untuk menguji keberartian pengaruh secara bersama-sama dengan level
of significance 5 persen. Sedangkan untuk menguji perbedaan pengaruh
Kepemilikan Saham manajemen, Kepemilikan saham institusi, Pertumbuhan
asset, Pertumbuhan Penjualan, dan Return on Asset (ROA) terhadap Debt to
Equity Ratio (DER) pada perusahaan PMA dan PMDN di BEJ digunakan uji
analisis regressi Chow Test Dari hasil analisis menunjukkan bahwa data
kepemilikan saham manajemen, kepemilikan saham institusi, dan ROA secara
parsial signifikan berpengaruh positif terhadap DER perusahaan yang listed di
BEJ periode 2002- 2004 pada level of significance kurang dari 5 persen yaitu
sebesar 2,2 persen, 4,9 persen dan 1,1 persen, namun Pertumbuhan Asset dan
Pertumbuhan Penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap DER dengan
signifikansi lebih besar dari 5 persen yaitu masing - masing sebesar 17,2 persen,
dan 65,6 persen. Sementara secara bersama-sama (Kepemilikan Saham
manajemen, Kepemilikan saham institusi, Pertumbuhan asset, Pertumbuhan
Penjualan, dan Return on Asset (ROA)) terbukti signifikan berpengaruh terhadap
DER perusahaan yang listed di BEJ pada level kurang dari 5 persen yaitu sebesar
4,1 persen. Kemampuan prediksi dari kelima variabel tersebut terhadap DER
sebesar 21,1 persen sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya R square sebesar
32,3 persen sedangkan sisanya 67,7 persen dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak dimasukkan ke dalam model penelitian. Sedangkan hasil uji Chow Test
menunjukkan tidak terdapat perbedaan pengaruh Kepemilikan Saham
manajemen, Kepemilikan saham institusi, Pertumbuhan asset, Pertumbuhan
34
Penjualan, dan Return on Asset (ROA dalam mempengaruhi DER antara
perusahaan PMA dan PMDN.
8) Nina Diah Pithaloka (2009) dengan judul penelitian ” Pengaruh Faktor-faktor
Intern Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur
Di BEI Dengan Pecking Order Theory ” Penelitian ini bertujuan untuk
menguji secara empiris adanya pengaruh faktor intern ( Kepemilikan
Manajerial, Ukuran perusahaan, dan Pertumbuhan Penjualan) terhadap
kebijakan hutang dengan pendekatan Pecking Order Theory pada perusahaan
manufaktur di BEI. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan
menggunakan metode purposive judgment sampling. Berdasarkan kriteria
yang ada maka didapat 20 perusahaan yang menjadi sampel penelitian dengan
periode 2003-2007. Kemudian, pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi linear berganda, sebelum dilakukan analisis
regresi linear berganda terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel Kepemilikan
Manajerial, Ukuran perusahaan dan Pertumbuhan Penjualan memiliki
pengaruh terhadap kebijakan hutang dengan pendekatan Pecking Order
Theory pada perusahaan manufaktur di BEI. Secara parsial (individu) variabel
Kepemilikan Manajerial dan Pertumbuhan Penjualan tidak berpengaruh
terhadap variabel dependennya. Sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap variabel dependennya yaitu hutang.
35
9) Bram Hadianto (2007) dengan penelitian yang berjudul ” Pengaruh Struktur
Aktiva, Ukuran Perusahaan, Dan Probabilitas Terhadap Struktur Modal
Emiten Sektor Telekomunikasi Periode 2000-2006 ” Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menguji hipotesis pecking order dengan beberapa variabel yang
berdampak pada struktur modal seperti aktiva berwujud, ukuran perusahaan,
dan profitabilitas. Sampel yang digunakan diambil dari sektor telekomunikasi
yang dikumpulkan dengan metode purposive sampling. Penelitian ini
menggunakan analisis panel data sebagai metode analisis. Hasilnya
menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan adalah satu-satunya variabel yang
mendukung hipotesis pecking order.
10) I Dewa Ayu Sri Lestari Dewi (2007) dengan judul penelitian ”Pengaruh
Profitabilitas Dan Struktur Aset Terhadap Keputusan Pendanaan Berdasarkan
Pecking Order Theory Pada Perusahaan Otomotif Di PT. BEJ Periode 2001-
2005” Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis linier berganda
dan pengolahan datanya menggunakan SPSS Versi 17.0. Pengujian
signifikansi menggunakan uji F untuk menguji signifikansi secara simultan
dan uji t untuk menguji signifikansi secara parsial. Hasil Analisis
menunjukkan bahwa profitabilitas dan struktur aset secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan.
11) I Gusti Ayu Agung Sri Purnama Dewi (2010), dengan judul penelitian ”
Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Aktiva Dan Struktur Aktiva Terhadap
Keputusan Pendanaan Pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara
36
Ngurah Rai – Bali Periode 2006-2008”. Hasil analisis menunjukkan bahwa
profitabilitas, pertumbuhan aktiva, dan struktur aktiva secara simultan
berpengaruh sebesar 52,4 persen. Profitabilitas secara parsial berpengaruh
negatif terhadap keputusan pendanaan yang memiliki arti bahwa semakin
tinggi laba yang dihasilkan perusahaan maka keputusan pendanaan
perusahaan akan semakin rendah karena semakin banyak kas internal yang
dimiliki perusahaan menyebabkan penggunaan hutang akan semakin sedikit.
Pertumbuhan aktiva secara persial berpengaruh positif terhadap keputusan
pendanaan memiliki arti semakin tinggi pertumbuhan aktiva yang dimiliki
perusahaan maka semakin besar keputusan pendanaannnya karena
bertambahnya penggunaan hutang untuk pembiayaan ekspansi. Struktur
aktiva secara parsial berpengaruh positif terhadap keputusan pendanaan yang
memiliki arti bahwa semakin besar proporsi aktiva tetap yang dimiliki
perusahaan maka semakin besar keputusan pendanaannya karena aktiva tetap
yang dimiliki perusahaan dapat dijadikan jaminan untuk memperoleh hutang.
12) Nita Ristianti dan Hartono (2007) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh
Dividend Payout Ratio, Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Keputusan Pendanaan Pada Perusahaan Manufaktur Di
PT. Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2006”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hasil menunjukkan bahwa rasio pembayaran dividen dan variabel
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang
perusahaan. Sementara profitabilitas dan variabel ukuran secara signifikan
37
mempengaruhi kebijakan utang perusahaan dan dukungan hipotesis.
berdasarkan bahwa hasil, disarankan bagi perusahaan yang akan mengambil
keputusan kebijakan utang perusahaan harus mempertimbangkan untuk
meningkatkan faktor kebijakan hutang untuk menciptakan kebijakan utang
perusahaan yang efektif dan untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang
saham.
13) Indra Widjaja dan Faris Kasenda (2008) dengan judul penelitian ”Pengaruh
Kepemilikan Institusional Aktiva Berwujud Ukuran Perusahaan Dan
Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Dalam Industri
Barang Konsumsi Di BEI. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis
pengaruh karakteristik perusahaan tertentu yang menentukan struktur modal
perusahaan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data perusahaan
dalam industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian menggunakan regresi pooled kuadrat terkecil untuk menganalisis
hubungan antara kepemilikan institusional, tangibility, ukuran terhadap
profitabilitas terhadap struktur modal proxy dengan rasio total hutang dengan
aset. Hasil F-test menunjukkan hubungan yang signifikan antara
kelembagaan, tangibility ukuran kepemilikan, dan profitabilitas terhadap
struktur modal proxy dengan total rasio utang asset. Hasil uji juga
menunjukkan hubungan yang signifikan antara kelembagaan, tangibility
ukuran kepemilikan, dan profitabilitas terhadap struktur modal secara
induvidual.
38
14) Hartono (2003) dengan judul penelitian ”Kebijakan Struktur Modal :
Pengujian Tradeoff Theory Dan PeckingOrder Theory, Studi Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Tercatat Di BEJ”. Penelitian yang ditunjukkan apakah
kebujakan struktur modal perusahaan yang terdaftar di BEJ mengikuti teory
pecking order atau penyesuaian sasaran teori tradeoff. Selain itu juga
ditujukan untuk mengetahui apakah ukuran perusahaan mempengaruhi
struktur modal perusahaan. Sampel sebanyak 55 diambil dari perusahaa yang
terdaftar di BEJ dan data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan
regresi dengan baik dalam teory pecking order dan teory penyesuaian terget
tradeoff. Akhirnya study ini menemukan bahwa yang pertama, teory
keduanya dapat menjelaskan kebijakan struktur modal, meskipun teory
pecking order tampaknya lebih baik. Kedua, ketika ukuran perusahaan telah
dimasukkan ke dalam regresi, model kedua (penyesuaian target tradoff)
menunjukkan pengaruh yang kuat pada kebijakan struktur modal dari model
yang pertama. Studi ini dianjurkan untuk mengajukan permohonan kembali
dari model yang diadopsi pada periode waktu yang lebih lama dan menambah
lebih banyak variabel untuk menilai konsistensi.
15) Hartono (2004) dengan judul penelitian ”Pengaruh Profitabilitas, Kesempatan
Investasi, dan Defisit Arus Kas Terhadap Kebijakan Pendanaan Perusahaan
(studi kasus pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEJ)”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara kebijakan leverage
terhadap profitabilitas, kesempatan investasi, dan arus kas defisit. Dengan
39
menggunakan analisis regresi untuk menguji 51 perusahaan yang terdaftar di
BEJ penelitian ini menunjukkan profitabilitas berpengaruh negatif terhadap
leverage. Perusahaan lebih suka arus kas internal untuk memenuhi kebutuhan
dana dan oportunity dari investasi memiliki efek negatif terhadap leverage
tapi tidak konfirmasi. Sementara itu defisit arus kas memiliki dampak positif
terhadap leverage dan secara statistik signifikan, artinya perusahaan
kemungkinan akan menggunakan leverage jika terjadi defisit kas.
16) Keshar J. Baral (2004) dengan judul ”Determinan Of Capital Structure : A
Case Study Of Listed Compenies Of Nepal”. Menemukan bahwa earning rate,
size, dan growth memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal.
Sedangkan risk, dividend payout, debt service, dan degree of operating
leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Berdasarkan
perbandingan dengan penelitian sebelumnya, maka penelitian ini memiliki
persamaan profitabilitas dan pertumbuhan sebagai variabel bebas.
17) S. Narayan Rao dan Jijo Lukose P.J. (2001) dengan judul “An Empirical
Study On The Determinants Of The Capital Structure Of Listed Indian
Firm”. Hasil penelitian ini menemukan bahwa profitabilitas, struktur aktiva,
pajak dan pertumbuhan berpengaruh signifikan terhadap keputusan struktur
modal, perbandingan pra dan pasca liberalisasi mengungkapkan bahwa ukuran
dan risiko adalah factor tambahan yang mempengaruhi keputusan struktur
modal pasca liberalisasi. Berdasarkan perbandingan dengan penelitian
40
sebelumnya maka penelitian ini memiliki persamaan profitabilitas,
pertumbuhan, dan struktur aktiva sebagai variable bebas.
18) Fransisco Sogorb (2003) dengan judul “How SME Uniqueness Affects Capital
Structure”. Hasil penelitian menemukan bahwa pajak dan profitabilitas
berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Sedangkan ukuran perusahaan,
pertumbuhan, dan struktur aktiva memiliki pengaruh positif terhadap struktur
modal UKM di Spanyol. Berdasarkan perbandingan dengan penelitian yang
sebelumnya, maka penelitian ini memiliki persamaan pofitabilitas,
pertumbuhan, dan struktur aktiva sebagai variabel bebas.
19) Shumi Akhtar (2005) dengan judul penelitian “The Determinants Of Capital
Structure For Australian Multinational and Domestic Corporations”. Studi
ini mempertimbangkan pentingnya faktor penentu struktur modal pada sampel
korporasi multinasional dan domestik Australia dari 1992-2001. Hasil
menunjukkan bahwa tingkat leverage tidak berbeda secara signifikan antara
perusahaan multinasional dan domestic. Mengunakan analisis regresi cross-
sectional Tobit, menunjukkan hasil bahwa, untuk kedua jenis perusahaan,
pertumbuhan, profitabilitas, dan ukuran perusahaan adalah penentu signifikan
dari leverage.
20) M Pandey (2004) dengan judul penelitian “Struktur Modal and Firm
Characterstics”. Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa faktor yang
mempengaruhi struktur modal perusahaan Malaysia menggunakan data 1984-
1999. Dimana dengan mengklasifikasikan data ke dalam empat sub-periode
41
yang sesuai dengan tahapan yang berbeda dari pasar modal Malaysia. Utang
diuraikan menjadi tiga kategori: utang jangka pendek, jangka panjang dan
total. Baik nilai buku dan rasio nilai pasar hutang dihitung. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa profitabilitas, ukuran, pertumbuhan, risiko dan variabel
tangibility mempunyai pengaruh yang signifikan pada struktur modal.
21) Samuel Gui Hai Huang dan Frank M. Song (2002) dengan judul penelitian ”
The Determinants of Capital Structure”. Tulisan ini menggunakan database
baru, yang berisi pasar dan data akuntansi dari lebih dari 1000 perusahaan
yang tercatat China sampai dengan tahun 2000, untuk mendokumentasikan
karakteristik perusahaan-perusahaan dalam hal struktur modal. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, pajak dan aktiva tetap
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan.
22) Stein Frydenberg (2004) dengan judul “Determinants of Corporate Capital
Structure of Norwegian Manufacturing Firms”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa aktiva tetap, ukuran, pertumbuhan, pajak, pengembalian aset dan
kategori industri berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada
perusahaan manufaktur di Norwegia.
23) Alan A. Bevan and Jo Danbolt (2001) judul penelitian “On the Determinants
and Dynamics of UK Capital Structure”. Penelitian ini menggunkan
perusahaan Inggris yang terdaftar 1991-1997. Hasil penelitian menunjukan
bahwa tingkat peluang pertumbuhan, ukuran perusahaan, profitabilitas dan
aktiva berwujud berpegaruh signifikan terhadap struktur modal.
42
24) Joy Pathak (2010) dengan judul “What Determines Capital Structure of Listed
Firms in India?”. Dengan menggunakan sample 135 perusahaan dalam
periode 1990-2009 tercatat di Bursa Efek Bombay (alias sebagai Mumbai
Stock Exchange). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti
berwujud aktiva, pertumbuhan, ukuran perusahaan, risiko bisnis, likuiditas,
dan profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur modal yang
dipilih oleh perusahaan-perusahaan dalam konteks India.
25) Maria Psillaki and Nikolas Daskalakis (2009) judul penelitian “Are
Determinants Of Capital Structure Country or Firm Specific”. Hasil
menunjukkan bahwa ukuran mempunyai pengaruh positif terhadap struktur
modal sedangkan struktur aset, profitabilitas dan resiko memiliki pengaruh
negatif terhadap struktur modal pada UKM di Prancis, Italia dan Portugis.
Tabel ringkasan dari hasil penelitian sebelumnya dapat dilihat pada lampiran 5.
2.3 Rumusan Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan kajian teori yang relevan,
maka hipotesis penelitian ini adalah:
1) Profitabilitas, pertumbuhan aktiva dan struktur aktiva secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan pada perusahaan
makanan dan minuman di PT. Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008.
2) Profitabilitas secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
keputusan pendanaan, pertumbuhan aktiva dan struktur aktiva secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pendanaan pada
43
perusahaan makanan dan minuman di PT. Bursa Efek Indonesia periode
2006-2008.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah di PT. Bursa Efek Indonesia.
3.2 Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah keputusan pendanaan pada perusahaan
makanan dan minuman di PT. Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008.
3.3 Identifikasi Variabel
Berdasarkan pokok permasalahan dan rumusan hipotesis yang diajukan, maka
variabel-variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah:
1) Variabel dependen atau variabel terikat (Y) merupakan variabel yang
dipengaruhi oleh variabel lainnya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
terikat adalah keputusan pendanaan pada perusahaan makanan dan minuman
di PT. Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008.
44
2) Variabel independen atau variabel bebas (X) merupakan variabel yang tidak
dapat dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel bebas dalam penelitian ini
antara lain:
X1 = Profitabilitas
X2 = Pertumbuhan Aktiva
X3 = Struktur Aktiva
3.4 Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang dianalisis didefinisikan sebagai
berikut:
1) Keputusan Pendanaan (Y)
Keputusan pendanaan adalah tentang bentuk komposisi pendanaan yang akan
dipergunakan oleh perusahaan. Pada penelitian ini, keputusan pendanaan
diukur dengan menggunakan debt to equity ratio yang merupakan
perbandingan total hutang dengan total modal sendiri pada perusahaan
makanan dan minuman di PT. Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008.
Satuan ukurannya adalah dengan persentase.
DER = Total Hutang x100%......................................................(1)
Total Modal Sendiri
2) Profitabilitas (X1)
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada
periode tertentu. Profitabilitas dihitung dengan menggunakan Return On
45
Assets (ROA), yaitu membandingkan antara laba setelah pajak dengan total
aktiva pada perusahaan makanan dan minuman di PT. Bursa Efek Indonesia
periode 2006-2008. Satuan ukurannya adalah persentase.
ROA = Laba Setelah Pajak x100%.......................................................(2)
Total Aktiva
3) Pertumbuhan Aktiva (X2)
Pertumbuhan aktiva adalah perubahan (peningkatan atau penurunan) total
aktiva yang dimiliki oleh perusahaan makanan dan minuman di PT. Bursa
Efek Indonesia periode 2006-2008. Pertumbuhan aktiva dalam penelitian ini
dihitung sebagai persentase perubahan total aktiva pada bulan tertentu
terhadap bulan sebelumnya. Satuan ukurannya adalah persentase.
Pertumbuhan aktiva = Total aktiva t – Total aktiva t-1 x100%........................(3)
Total Aktiva t-1
4) Struktur aktiva (X3)
Struktur aktiva tetap, yang diukur dengan perbandingan aktiva tetap dan total
aktiva pada perusahaan makanan dan minuman di PT. Bursa efek Indonesia.
Satuan ukurannya adalah persentase.
Struktur aktiva = Aktiva Tetap x100%..........................................(4)
Total Aktiva
3.5 Jenis dan Sumber Data
46
1) Jenis Data
Jenis data berdasarkan sifatnya yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
(1) Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data dalam bentuk angka-angka yang dapat dihitung
dengan satuan hitung (Sugiyono, 2007:13). Data kuantitatif yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi komponen laporan keuangan pada perusahaan
makanan dan minuman di PT. Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008.
(2) Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar
(Sugiyono, 2007:13). Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini
berupa data mengenai gambaran umum perusahaan dan hal lain yang
berkaitan dengan perusahaan makanan dan minuman di PT. Bursa Efek
Indonesia periode 2006-2008.
2) Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
yang tidak secara langsung diperoleh melalui pihak yang diteliti, tetapi menggunakan
data yang dikumpulkan, diolah dan dipublikasikan oleh pihak lain. Dalam hal ini data
yang diperoleh bersumber dari PT. Bursa Efek Indonesia berupa laporan keuangan
dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2006-2008.
3.6 Kerangka Pemikiran
Profitabilitas (X1)
47
Keterangan:
: Variabel
: Mempengaruhi
3.7 Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan
makanan dan minuman yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia periode tahun
2006-2008 yaitu sebanyak 14 perusahaan.
Tabel 3.1 Perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di PT. BEIperiode 2006-2008No Nama Perusahaan Masuk Tidak
1 Akasha Wira International Tbk v2 Aqua Golden Mississippi Tbk v3 Cahaya Kalbar Tbk v4 Davomas Abadi Tbk v5 Delta Djakarta Tbk v6 Indofood Sukses Makmur Tbk v7 Mayora Indah Tbk v8 Multi Bintang Indonesia Tbk v9 Prasidha Aneka NiagaTbk v
10 Sekar Bumi Tbk v11 Sekar Laut Tbk v12 Siantar Top Tbk v13 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk v
PertumbuhanAktiva (X2)
Struktur Aktiva(X3)
KeputusanPendanaan (Y)
48
14 Ultra Jaya Milk Tbk v
Penentuan sampel ini dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu teknik
penentuan sampel secara tidak acak melalui pertimbangan tertentu. Sehingga dari 14
perusahaan yang ada hanya 12 perusahaan yang digunakan sebagai sampel. Kriteria-
kriteria yang digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan sampel adalah :
1) Perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di PT. Bursa Efek
Indonesia periode tahun 2006-2008.
2) Perusahaan makanan dan minuman yang dalam laporan keuangannya tersedia
data yang berhubungan dengan variabel yang diteliti.
3.8 Metode Pegumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi non perilaku yaitu bentuk observasi yang melakukan analisis catatan
(record analysis) terhadap data yang diperlukan. Jadi data yang dikumpulkan dengan
cara mengutip dari buku-buku, karya ilmiah berupa skripsi dan ICMD (Indonesian
Capital Market Directory).
3.9 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan program SPSS (Statistical
Program And Service Solution) Versi 17.0. Adapun penjelasan teknik yang dimaksud
adalah:
3.9.1 Uji Asumsi Klasik
49
Pengujian asumsi klasik ini dimaksudkan untuk memastika bahwa model
yang diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dan analisis regresi, yang
meliputi asumsi tidak terjadi autokolerasi, tidak terjadi multikolinieritas, tidak
terjadi heteroskadastisitas, dan metode regresi memiliki distribusi normal.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. (Ghozali,
2001:110). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal
atau mendekati normal. Pengujian normalitas ini dilakukan dengan
menggunakan uji statistik non- parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S)
(Ghozali, 2001:114). Uji ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi pada hasil
perhitungan uji Kolmogorov-Smirnov, jika nilai signifikansi bernilai lebih
besar dari α = 5 persen, maka data ini dikatakan berdistribusi normal.
2) Uji Autokolerasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara variabel
gangguan satu dengan variabel gangguan lainnya. Akibat adanya autokorelasi
adalah parameter yang diestimasi menjadi bias dan variannya tidak minimum,
sehingga tidak efisien. Biasanya terjadi pada serangkaian pengamatan
berdasarkan rangkaian waktu atau time series. Rumus untuk mendeteksi ada
tidaknya autokorelasi, dapat digunakan uji Durbin Watson.
Gambar 3.1 Uji Durbin Watson
50
Terjadi Daerah Daerah bebas Daerah Terjadiautokorelasi keragu- keragu- autokorelasi
positif raguan raguan negatifdl du 0 4-du 4-dl
Sumber : Gujarati (2008 : 216)
Kriteria penentuan :d > dl : terjadi autokorelasi positif dalam modeldl ≤ d ≤ du : jatuh pada daerah keragu-raguandu < d < 4-du : tidak terjadi autokorelasi baik positif maupun negatif4-du ≤ d ≤ 4-dl : jatuh pada daerah keragu-raguan4-dl < d : terjadi autokorelasi negatif dalam model
3) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas merupakan fenomena adanya kolerasi yang sempurna
antara satu variabel bebas dengan variabel bebas yang lain. Uji multikolinieritas
diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki
kemiripan dengan variabel dependen lainnya dalam satu model (B.A. Nugroho,
2005:58). Pengujian untuk menditeksi ada tidaknya multikolinieritas dilakukan
dengan melihat tolerance value dan variance inflation faktor (VIF).
Multikolinieritas antar variabel bebas diasumsikan tidak terjadi apabila nilai
tolerance value lebih tinggi daripada 0,10 atau VIF lebih kecil daripada 10.
4) Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui bahwa pada model
regresi terjadi ketidaksamaan varian. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heterokedastisitas digunakan model glejser. Model ini dilakukan dengan
meregresikan nilai absolute ei dengan varian bebas. Jika tidak ada satupun
51
variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (nilai
absolute ei), maka tidak akan ada heterokedastisitas (Ghozali, 2006:108).
3.9.2 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat. Dalam hal ini yang menjadi variabel bebas adalah profitabilitas,
pertumbuhan aktiva, dan struktur aktiva sedangkan variabel terikatnya adalah
keputusan pendanaan.
Persamaan regresi linier berganda dirumuskan sebagai berikut:
Ŷ = a + β1X1 + β 2X2 + β3X 3 + ei...........................................................(5)
Keterangan:
Ŷ = Keputusan Pendanaan
a = Konstanta
X1 = Profitabilitas
X2 = Pertumbuhan Aktiva
X3 = Struktur Aktiva
β1- β3 : Koefisien Regresi
ei : Variabel pengganggu (risidual eror).
3.9.3 Pengujian Pengaruh secara Simultan
Pengujian ini bertujuan untuk menguji signifkansi pengaruh variabel bebas yaitu
profitabilitas (X1), pertumbuhan aktiva (X2), dan struktur aktiva (X3) secara bersama-
52
sama (simultan) terhadap variabel terikat yakni keputusan pendanaan (Y). Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Merumuskan hipotesis statistik
H0 : β1 = β2 = β3 = 0, artinya berpengaruh tidak signifikan antara profitabilitas,
pertumbuhan aktiva dan struktur aktiva secara simultan terhadap variabel
terikat (Y).
Hi : Paling sedikit salah satu βi ≠ 0 (βi = β1, β2, β3) artinya berpengaruh
signifikan antara profitabilitas, pertumbuhan aktiva dan struktur aktiva secara
simultan terhadap variabel terikat (Y).
2) Menentukan taraf nyata (α) = 5 persen dan df = (k-1);(n-k) untuk menentukan
nilai Ftabel
3) Menentukan besarnya Fhitung. Besarnya Fhitung dicari dengan bantuan program
SPSS Versi 17.0.
4) Menetapkan kriteria pengujian
H0 = diterima bila : Fhitung ≤ Ftabel atau nilai signifikan ≥ α (0,05)
H0 = ditolak bila : Fhitung > Ftabel atau nilai signifikansi < α (0,05)
Jika H0 ditolak berarti variabel bebas yang terdiri dari profitabilitas, pertumbuhan
aktiva, dan struktur aktiva secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pendanaan.
Gambar 3.2 Daerah Pengujian Penerimaan/penolakan H0 dengan Uji F
f (F)
53
Daerah penolakan
Menurut Ghozali (2001:83), kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi
adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model.
Setiap tambahan satu variabel independen, maka R² pasti meningkat tidak peduli
apakah variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Oleh
karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R² pada
saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R², nilai adjusted R²
dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model.
3.9.4 Pengujian pengaruh secara parsial
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan
secara individu antara variabel bebas yaitu profitabilitas (X1), pertumbuhan aktiva
(X2), struktur aktiva (X3) terhadap variabel terikat yakni keputusan pendanaan (Y).
Adapun langkah-langkah sebagai berikut:
1) Untuk menguji profitabilitas dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Merumuskan hipotesis statistik
H0 : β1 = 0, artinya berpengaruh negatif tidak signifikan antara profitabilitas
terhadap keputusan pendanaan.
Hi : β1 > 0, artinya berpengaruh negatif signifikan antara profitabilitas
terhadap keputusan pendanaan.
Fα(k-1)(n-k)F
Daerahpenerimaan Ho
0Sumber : Nata Wirawan (2002 )
54
(2) Menentukan ttabel
Menentukan taraf nyata (α) = 5 persen. Derajat bebas (df) = n-k, dimana n = j
umlah pengamatan dan k = jumlah variabel untuk menentukan nilai t tabel.
(3) Menentukan besarnya thitung. Besarnya dicari dengan bantuan progran SPSS
Versi 17.0.
(4) Kriteria pengujian
H0 diterima bila : thitung ≥ ttabel atau nilai signifikansi ≥ α (0,05)
H0 ditolak bila : thitung < ttabel atau nilai signifikansi < α (0,05)
2) Untuk menguji hipotesis pertumbuhan aktiva dan struktur aktiva dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Merumuskan hipotesis statistik
H0 : β2 = 0, artinya berpengaruh positif tidak signifikan antara pertumbuhan
aktiva terhadap keputusan pendanaan.
Hi : β2 > 0, artinya berpengaruh positif signifikan antara pertumbuhan aktiva
terhadap keputusan pendanaan.
H0 : β3 = 0, artinya berpengaruh positif tidak signifikan antara struktur aktiva
terhadap keputusan pendanaan.
Hi : β3 > 0, artinya berpengaruh positif signifikan antara struktur aktiva
terhadap keputusan pendanaan.
(2) Menentukan ttabel
Menentukan taraf nyata (α) = 5 persen. Derajat bebas (df) = n-k, dimana n =
jumlah pengamatan dan k = jumlah variabel untuk menentukan nilai t tabel.
55
(3) Menentukan besarnya thitung . Besarnya dicari dengan bantuan program SPSS
Versi17.0
(4) Kriteria pengujian
H0 diterima bila : thitung ≤ ttabel atau nilai signifikansi ≥ α (0,05)
H0 ditolak bila : thitung > ttabel atau nilai signifikansi < α (0,05)
Gambar 3.3 Kurva Normal Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 dengant-test
1) Uji Sisi kiri
Daerah tolak Daerah terima H0
-(α/2 ; n-k ) 0Sumber : Nata Wirawan (2002 : 179)
2) Uji Sisi kanan
Daerah terima H0 Daerah tolak
56
0 (α/2 ; n-k )Sumber : Nata Wirawan (2002 : 179)
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
1) PT Aqua Golden Mississippi Tbk
Perusahaan memulai produksi pada tahun 1974 dan saat ini memiliki pabrik
pembotolan di Bekasi, Citeureup, Bogor dan Mekarsari, Sukabumi. Perusahaan
memiliki kapasitas produksi sebesar 640 juta liter per tahun. Pabrik Bekasi
menghasilkan untuk minuman non-karbonasi dengan kapasitas 40 juta liter per tahun.
Perusahaan ini juga memberikan lisensi di Babakan Pari (Sukabumi), Kuningan,
Wonosobo, Pandaan, Bali, Lampung, Brastagi, Manado dengan total kapasitas 575
juta liter per tahun. Ia juga memiliki 80 persen saham di IBIC Sdn Bhd di Brunei
Darusalam, yang juga memproduksi air minum kemasan dengan merek SEHAT.
57
Perusahaan ini telah mengekspor produknya ke negara ASEAN, Vietnam, Kamboja,
Hongkong, Selandia Baru, Australia, Taiwan dan Kanada.
Pada bulan Maret 2001, keluarga Utomo, pemilik PT Aqua Golden Mississippi Tbk,
disetujui. peningkatan saham Grup Danone di perusahaan air kemasan dari 40 persen
menjadi 70 persen. Berikut ini, nama Aqua diubah menjadi Aqua Danone. Langkah
ini diambil dalam rangka memperkuat kemampuan Grup Aqua untuk bersaing di
pasar global melalui aliansi strategis dengan mitra yang didukung oleh jaringan
internasional.
2) PT Cahaya Kalbar Tbk
PT. CAHAYA KALBAR didirikan pada tahun 1968. Pada tahun 1996,
perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan kode perdagangan
"CEKA". Kami adalah produsen terkenal berbagai bahan untuk rentang seluruh
produk makanan:
• untuk industri coklat dan kakao kembang gula, es coating, penganan mengisi.
• Aloe Vera konsentrat dan bubuk untuk makanan fungsional, kosmetik dan industri
farmasi.
juga memproduksi dan memasok bahan untuk restoran / industri hotel, kue dan
industri roti dan kemudian kita masuk thcretail / pasar grosir dengan produk minuman
minuman fungsional. Di bawah merek dagang: ALOEFIT.
3) PT Davomas Abadi Tbk
58
Pada tahun 1994, kapasitas produksi mencapai 20.160 ton, yang terdiri 10.080
ton mentega kakao dan 10.080 ton bubuk kakao. Pada tahun 1995 kapasitas produksi
perusahaan mencapai 40.320 ton, yang terdiri 20.160 ton mentega kakao dan 20.160
ton bubuk kakao. Pabrik perusahaan memiliki 0,8 hektar ruang gedung, berdiri di atas
3,7 hektar lahan di Tangerang, Jawa Barat. Pada akhir 1997, perusahaan
menandatangani kontrak lama 10 tahun penjualan jangka panjang untuk memasok
rata-rata 40.000 ton kakao tepung dan mentega kakao setiap tahun untuk mitra
dagang di luar negeri. Untuk meningkatkan kapasitas produksi sejalan dengan
meningkatnya permintaan, pada tahun 1997 Davomas membeli biji kakao prosesor
tambahan.
4) PT Delta Djakarta Tbk
Produk perusahaan utama adalah bir pilsner dan dipasarkan dengan merek
dagang Anker Bir dan pengendalian 40 persen dari pasar bir pilsner nasional di
Indonesia. Produksi lainnya busur Anker Bir hitam dan Shanta Super Shandy.
Memiliki perjanjian kerjasama dengan bersekutu Breweries Nederland BV,
mencakup pengembangan logis techno, pemasaran dan manajemen umum. Delta
Jakarta juga memproduksi produk lisensi dari Carlsberg International A / S, Denmark
di bawah merek dagang dari Carlsberg Beer. Pada Agustus 1995, perusahaan ini
pindah tempat pembuatan bir dari Jakarta Utara ke Tambun, Bekasi, Jawa Barat.
Pembuatan bir ini dibangun disitus ha 15. Relokasi ini diharapkan dapat
meningkatkan kapasitas produksi sebesar 50 persen menjadi 900.000 hi. Perusahaan
59
juga memproduksi bir San Miguel, setelah masuknya San Miguel Corporation dari
Filipina ke perusahaan sebagai pemegang saham.
5) PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Perusahaan ini didirikan sebagai PT Panganjaya Intikusuma dalam 1 990. Pada
tahun 1994, Nama Perusahaan diubah menjadi PT Indofood Sukses Makmur, tahun
yang sama daftar Perseroan di Bursa Efek Indonesia (763 juta saham, nilai nominal
Rp 1.000 per saham). Pada tahun 1995, Perusahaan mengakuisisi Hour miller
Bogasari, awal penciptaan sebuah perusahaan makanan yang terintegrasi secara
vertikal. Pada tahun 2004, Perusahaan mengakuisisi suatu memegang 80 persen
dalam sebuah perusahaan karton bergelombang, meningkatkan kepemilikan
sahamnya di anak bumbu makanan dari 70 persen menjadi 92,2 persen, dan pada
perusahaan agribisnis dan anak perusahaan distribusi dari 80 persen menjadi 100
persen. Pada tahun 2005, Perusahaan patungan dibuat dengan Nestle (Nestle
Indofood Citarasa Indonesia). Obligasi Scries I adalah sepenuhnya ditebus dan
perusahaan perkebunan di Kalimantan Barat dengan luas total 35 ribu hektar yang
diperoleh. Grup Agribisnis memperoleh Obligasi Konversi yang diterbitkan oleh
perusahaan pelayaran, setara dengan ekuitas 90,9 persen. Pada tahun 2006,
Eurobonds Posisi senilai US $ 143.700.000 yang ditebus awal dan 55,0 persen saham
perusahaan perkapalan Pacsari Pte. Ltd diperoleh. Perusahaan juga mengakuisisi
perusahaan perkebunan lebih di Kalimantan Barat dengan luas total 31 ribu hektar.
Semua perusahaan di bawah Grup Agribisnis digabung, meninggalkan PT Salim
Ivomas Pratama (SIMP) sebagai perusahaan yang bertahan. Pada tahun 2007, Grup
60
Agribisnis terdaftar di Bursa Efek Singapura dengan cara transaksi pengambilalihan
terbalik, dengan penempatan saham konsolidasian baru. Obligasi Rp2 triliun yang
dikeluarkan Seri IV, jatuh tempo pada tahun 2012, dengan peringkat AA + dari
PTPcfindo. Bagian PTC Pacsari. Ltd meningkat sebesar 35 persen menjadi 90 persen.
Perseroan terus meningkatkan kepemilikan perkebunan, dengan langkah-langkah
yang diambil selama tahun termasuk akuisisi 60 persen saham perusahaan
perkebunan dari Rascal Holding Limited, dengan lahan lebih dari 85 ribu hektar. Ini
diikuti dengan partisipasi penerbitan PT Mitra Inti Sejati Perkebunan dan dimiliki 70
persen kepemilikan, meningkatkan bank tanah kelompok sekitar 13 ribu hektar.
Akhirnya, saham ekuitas 64,41 persen diperoleh di Lonsum, sebuah perusahaan
perkebunan yang terdaftar dengan lahan perkebunan sekitar 169.000 hektar.
6) PT Mayora Indah Tbk
Didirikan pada tahun 1977, mengambil alih PT Unita Branindo pada tahun
1990, sebuah wafer dan produsen cokelat juga dimiliki oleh pendiri perusahaan. Sejak
mengambil alih, perusahaan telah memiliki dua pabrik di Tangerang, Jawa Barat di
situs sebesar 11,7 Ha tanah. Perusahaan mempunyai perjanjian dengan Oka AG Ltd
Untuk produksi coklat dan dengan Cookie Denmark. PT Mayora Indah merupakan
anak perusahaan dari Grup Inbisco, yang telah aktif dalam industri makanan sejak
tahun 1948.
7) PT Multi Bintang Indonesia Tbk
Perusahaan ini mulai beroperasi pada tahun 1931 dengan nama NV
Nederlandsch Indische Bierbrouwerijen. Sejak 1936, perusahaan telah berada di
61
bawah sebuah perusahaan Belanda, Heineken International Beheer BV. Produk utama
perusahaan adalah bir dan bir hitam, dipasarkan dengan merek Bir Bintang dan
Guinness. Bir Bintang kontrol lebih dari 60 persen pangsa pasar bir. Perusahaan ini
memiliki kerjasama bantuan teknis dengan Heineken Technische Beheer dan
Guinness Overseas Ltd Setelah menjual pabrik minuman ringan di Medan pada bulan
April 1994, perusahaan kini dikelola pabrik di Mojosari, Jawa Timur dan Tangerang,
Jawa Barat. Pada akhir tahun 1994 kantor pusat perusahaan dipindahkan ke tempat
pembuatan bir Tanggerang. Perusahaan ini relokasi tempat pembuatan bir di Ngagel,
Surabaya Sampangagung, Mojokerto untuk meningkatkan kapasitas produksi
300,000-800,000 hecto liter. Jumlah ini 60 juta liter. Ini total 60 juta liter per tahun
akan biaya sekitar Rp 150 miliar. Pada tanggal 13 Oktober 1997, perusahaan mulai
untuk mengekspor bir ke Jepang dan Australia Utara.
8) PT Prasidha Aneka NiagaTbk
Komoditas yang dihasilkan oleh Prasidha adalah kopi, remah-remah karet,
tapioka (chip dan pelet), coklat, lada hitam dan vanili. Pada Desember 1993
perusahaan yang diakuisisi 7 bisnis, pembelian mereka langsung. Perusahaan-
perusahaan ini adalah: PT Aneka Sumber Kencana, menghasilkan kopi, lada hitam
dan vanili dengan pabrik yang berlokasi di Bandar lampung.PT Aneka Bumi Kencana
memproduksi kopi sebuah pabrik chocolatewith di Surabaya dan Ujung Pandang, PT
Surabaya Peletting Perusahaan, memproduksi chip tapioka dan pellet dengan sebuah
pabrik di Surabaya, PT Tirtha Harapan Bali, memproduksi kopi dan vanili dengan
pabrik di Singaraja, PT Aneka Bumi Pratama menghasilkan karet remah, dengan
62
pabrik di palembang, dan PT Hotel Rama Palace Cottage yang memiliki dan
mengelola Rama Palace Cottage, tiga 148 kamar hotel bintang di pantai kuta, bali.
Sekitar 75 persen dari produksi diekspor ke Jepang, Amerika Serikat, Eropa dan
Afrika. Perusahaan juga mengadakan saham 65 persen PT Aneka Coffee Industry,
roaster terintegrasi dan pembuatan kopi instan di Jawa Timur. Pada bulan Pebruari
1995, perusahaan dengan saham 65 persen mulai vebture bersama dengan Ueshima
Co Coffe saham Limited 5 persen untuk PT Citra Buana Tunggal Perkasa Agis Mitra
Mandiri oleh PT Aneka Coffe Industry. Pada Juli 1996 perusahaan itu bergabung
dengan Australia Burns Philip untuk estabilish perusahaan patungan untuk produksi
media kertas tabel. Usaha ini akan memerlukan sebuah Investasi yang ditanamkan
sekitar Rp 12 miliar. Kerjasama yang mengambil bentuk kepemilikan yang sama saya
akan dilanjutkan pada tingkat pemasaran. Perusahaan berencana untuk menjual aset
yang terdiri dari hotel Ramaplace Caottage dalam waktu dekat. Penjualan ini akan
berlangsung untuk mendukung negosiasi restrukturisasi hutang perusahaan dengan
Bank Mandiri. Pada tanggal 8 Januari 2001, perusahaan dan anak perusahaan tertentu
menerima surat dari Bank Mandiri tanggal 4 Januari 2001 menginformasikan bahwa
Bank Mandiri telah mengalihkan pinjaman ke Indonesia Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN) pada 21 Desember 2000 keluar dari fasilitas kredit yang
diberikan kepada perusahaan dan anak perusahaan tertentu.
9) PT Sekar Laut Tbk
Bahan baku utama untuk produksi perusahaan adalah udang dan tapioka yang
dipasok oleh sejumlah daerah budidaya udang di Indonesia, termasuk Timur, Tengah
63
dan Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan, sedangkan tepung tapioka yang
dibeli dari petani di sekitar pabrik. Perusahaan ini memiliki kapasitas terpasang
sebesar 7,5 ton per tahun dan memasarkan berbagai produk krupuk dengan merek
Finna: emping kerupuk udang dibumbui terbuat dari kacang melinjo, keripik
singkong dan keripik jagung. Pemasaran domestik dilakukan oleh distributor
whollyowned, PT Pangan Lestari. Pada September 1996 perusahaan telah menerima
US $ 30 juta pinjaman sindikasi dari sejumlah bank asing dan patungan. Pinjaman ini
akan TKE 2 bentuk. Suatu pinjaman sebesar US $ 27,5 juta untuk meningkatkan
modal kerja akan membawa suku bunga sebesar 1,75 persen diatas SIBOR dengan
jangka waktu 4,5 tahun dan opsi selama 3 tahun. Sisa dari pinjaman adalah untuk
pembangunan pabrik dan akan membawa suku bunga sebesar 2 persen diatas SIBOR
dengan jangka waktu 5 tahun dan masa tenggang 1 tahun. Arranger memimpin dalam
sindikasi ini adalah Dai-Ichi Kangyo Bank dan Fuji Bank International.
10) PT Siantar Top Tbk
Produk perusahaan dijual di bawah Fuji Mie, Mie Goreng, Boyki, dan Mie
Goreng Ayam Panggang nama merek, sedangkan kerupuk dapat ditemukan di pasar
di bawah nama Tube Kentang BBQ, Snack UFO, PTB Yakitori, Twistko, Ikan, Wilco
dan Sayur. Permen dijual di bawah nama Es Teller, Balico, Kelapa, Asam Manis, Es
Kopyor, dan Kopi. Bahan baku, terdiri terutama tepung, gula, dan minyak goreng,
yang bersumber dalam negeri, dengan beberapa bumbu dan bumbu yang disediakan
oleh PT Saribumi Alam Indonesia, perusahaan afiliasi. Pada 1 Juni 996, kapasitas
terpasang adalah 3.750 ton mie, 1.550 ton kerupuk, dan 1.350 ton permen per tahun.
64
Sebagian besar produksi dijual di pasar domestik, meskipun beberapa juga telah
diekspor sejak tahun 1991. Pemasaran Domestik terjadi melalui PT Semestanustra
Distrindo (afiliasi), PT Panamas, PT Wicaksana Overseas, PT Alfa Retailindo, PT
Enseval Perdagangan, dan kantor perwakilan perusahaan di Bandung, Semarang, dan
Surabaya. Pasar luar negeri juga dilakukan oleh rumah-rumah perdagangan di Hong
Kong, Singapura, dan Arab Saudi. Pada pertengahan tahun 1996, ekspor hanya
mewakili 2,7 persen dari total penjualan.
11) PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
Perusahaan ini memproduksi tiga jenis mie, manely: mie instan Mikita, Ha Ha
dan merek Bossmie, mie kering Ayam 2 Telor, Tanah Air, Manggis dan Hula Hula
tanda, dan mie snack Anak Kita Merek. Perusahaan ini didirikan oleh Kang keluarga
pada tahun 1953. Perusahaan berubah nama menjadi PT Tiga Pilar Sejahtera Food
Tbk.
12) PT Ultra Jaya Milk Tbk
Perusahaan mulai produksi pada tahun 1975 dengan pembuatan Usin susu steril
proses yang dikenal sebagai Ultra High Temperature (UHT). Pada tahun 1981,
perusahaan melakukan diversifikasi ke dalam rentang baru produk seperti jus buah
dan teh dalam karton. Bawah lisensi dari Kraft Inc USA, perusahaan mulai produksi
merek keju Kraft pada tahun 1985. Kemudian di bawah lisensi dari Corman dari
Belgia, perusahaan mulai memproduksi mentega pada tahun 1987. Selain itu
perjanjian lisensi, perusahaan juga menjalin hubungan dengan Nestle Mead, Johnson
65
Bristol Myers dari Amerika Serikat dan dengan Pripps Inc dari Swedia untuk
pembuatan dan pemasaran minuman energi olahraga di bawah merek dagang Pripps.
4.3 Pengujian Hipotesis
4.3.1 Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov.
Kriteria kesimpulan untuk uji ini yaitu jika nilai signifikansi pada hasil perhitungan
uji Kolmogorov-Smirnov bernilai lebih dari α = 5 persen, maka dapat disimpulkan
bahwa data berdistribusi normal.
Pada tabel 4.1 dibawah dapat dilihat hasil perhitungan uji Kolmogorov-Smirnov
sebesar 1,807 yang lebih besar dari α = 5 persen atau 0,05 maka data berdistribusi
normal.
Tabel 4.1 Hasil pengujian normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov TestStandardized
Residual
N 144
Normal Parametersa,,b Mean .0000000Std. Deviation .98945489
Most Extreme Differences Absolute .126Positive .126Negative -.064Kolmogorov-Smirnov Z 1.807Asymp. Sig. (2-tailed) .052
a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.Sumber: lampiran 6
2) Uji Autokolerasi
66
Uji autokolerasi dilakukan terhadap nilai Durbin-Watson dengan tingkat
keyakinan α = 5 persen. Bila dw terletak pada du dan (4-du) atau du<dw<(4-du) maka
tidak terjadi autokolerasi.
Berdasarkan tabel 4.2 halaman 66 ditunjukkan bahwa nilai dari dw sebesar 2,156
sedangkan tabel untuk observasi sebanyak 144 (n = 144) dengan jumlah variabel
independen sebanyak 3 (k = 3), diperoleh nilai dl =1,61 dan du = 1,74. Karena nilai
Durbin Watson 2,156 terletak diantara 1,74<2,156<2,26 dapat disimpulkan model
regresi tidak terjadi autokolerasi.
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Autokolerasi
Autokorelasi (Durbin Watson)Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .371a .138 .319 80.88576 2.156a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1b. Dependent Variable: Y
Sumber: Lampiran 7
3) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel
independen memiliki kemiripan dengan variabel independen lainnya dalam satu
model. Model regresi yang baik adalah model yang tidak mengalami
multikolinieritas. Pengujian untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dengan
melihat tolerance value dan variance inflation faktor (VIF), yaitu nilai tolerance
67
value lebih tinggi daripada 0,10 atau VIF lebih kecil dari 10 maka tidak ada
multikolinieritas variabel bebas dalam model regresi ini.
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Correlations Collinearity Statistics
Zero-order Partial Part Tolerance VIF
1 X1 -.136 -.172 -.162 .993 1.007
X2 .150 .166 .156 .995 1.005
X3 .300 .313 .306 .997 1.003a. Dependent Variable: Y
Sumber: Lampiran 8
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nilai tolerance variabel bebas
lebih tinggi dari 0.10 dan semua variabel bebas mempunyai nilai VIF lebih kecil dari
10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antara variabel
bebas dalam model regresi ini.
4) Uji Heteroskedastisitas
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah daalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini
digunakan dengan model glejser. Model ini dilakukan dengan meregresikan nilai
absolute residual dengan variabel bebas. Jika tidak ada satupun variabel bebas
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (nilai absolute residual), maka tidak
ada heterosedastisitas (Ghozali,2006:108).
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
Coefficientsa
68
Model
Unstandardized CoefficientsStandardizedCoefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .145 .157 .922 .358
X1 -.007 .007 -.081 -1.040 .300
X2 -.004 .003 -.100 -1.289 .199
X3 .005 .003 .291 1.052 .287a. Dependent Variable: Absolut Residual
Sumber : Lampiran 9
Pada tabel 4.4 terlihat dari nilai signifikansi semua variabel diatas nilai level of
significant 5 persen (0,05), maka hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas dalam model regresi ini.
4.3.2 Persamaan Regresi
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis linier
berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui arah dan besarnya pengaruh
antara variabel bebas yaitu Profitabilitas (X1), Pertumbuhan Aktiva (X2), dan Struktur
Aktiva (X3) terhadap variabel terikat yaitu keputusan pendanaan yang diproksikan
dengan debt to equity ratio (DER) pada perusahaan makanan dan minuman di PT
Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008.
Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized CoefficientsStandardizedCoefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 36.090 26.031 1.386 .168
69
X1 -2.460 1.190 -.163 -2.067 .041
X2 1.107 .556 .157 1.992 .048
X3 1.952 .501 .306 3.898 .000a. Dependent Variable: Y
Sumber: Lampiran 10
Berdasarkan Tabel 4.5, maka dapat diperoleh persamaan garis linier brganda
sebagai berikut:
Ŷ = 36,090-2,460X1+1,107X2+1,952X3.....................................................................(5)
Hasil persamaan regresi linier berganda tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a = 36,090 memiliki arti jika profitabilitas (X1), pertumbuhan aktiva (X2), struktur
aktiva (X3) sama dengan nol, maka nilai keputusan pendanaan akan naik
sebesar 36,090 satuan.
β1 = -2,460 memiliki arti bahwa setiap peningkatan profitabilitas (X1) sebesar 1
satuan, maka nilai keputusan pendanaan akan turun sebesar 2,460 satuan
dengan asumsi variabel lainnya konstan.
β2 = 1,107 memiliki arti bahwa setiap peningkatan pertumbuhan aktiva (X2) sebesar
1 satuan, maka keputusan pendanaan akan naik sebesar 1,107 satuan
dengan asumsi variabel lainnya konstan.
β3 = 1,952 memiliki arti bahwa setiap peningkatan struktur aktiva sebesar 1 satuan,
maka keputusan pendanaan akan naik sebesar 1,952 satuan dengan
asumsi variabel lainya konstan.
Hasil persamaan regresi linier berganda tersebut menunjukkan arah pengaruh
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dengan ditunjukkan oleh
70
masing-masing koefisien variabel bebasnya. Koefisien regresi variabel bebas yang
bertanda positif berarti mempunyai pengaruh yang searah terhadap keputusan
pendanaan, sedangkan koefisien yang bertanda negatif mempunyai pengaruh yang
berlawanan terhadap keputusan pendanaan.
4.4 Pengujian Hipotasis
4.4.1 Pengujian hipotesis dengan uji simultan (uji F)
Tabel 4.6 Hasil Uji Regresi Simultan (F-test)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 146345.473 3 48781.824 7.456 .000a
Residual 915950.965 140 6542.507
Total 1062296.438 143
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1b. Dependent Variable: Y
Sumber: Lampiran 10
Berdasarkan tabel 4.2 halaman 66 diketahui bahwa profitabilitas, pertumbuhan
aktiva, struktur aktiva secara simultan berpengaruh terhadap keputusan pendanaan
sebesar 0,319 yang ditunjukkan oleh nilai adjusted R² untuk mengetahui signifikansi
71
pengaruh profitabilitas, pertumbuhan aktiva dan struktur aktiva secara simultan
terhadap keputusan pendanaan pada perusahaan makanan dan minuman di PT Bursa
Efek Indonesia periode 2006-2008. Dilakukan dengan uji F, adapun langkah-langkah
adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan hipotesis statistik
H0 : β1 = β2 = β3 = 0, artinya berpengaruh tidak signifikan antara profitabilitas,
pertumbuhan aktiva dan struktur aktiva secara simultan terhadap keputusan
pendanaan.
Hi : Paling sedikit salah satu βi ≠ 0 (βi = β1, β2, β3) artinya berpengaruh
signifikan antara profitabilitas, pertumbuhan aktiva dan struktur aktiva secara
simultan terhadap keputusan pendanaan.
2) Menentukan taraf nyata (α) = 5 persen dan V1 = (k-1) = 4-1 = 3 dan V2 = (n-k)
= 144-4 = 140, sehingga besarnya df = (V1;V2) = (3;140) maka nilai Ftabel yaitu
F(α;df) = F(0,05;3,140) = 2,60 (lampiram 10)
3) Menentukan besarnya Fhitung. Besarnya Fhitung dicari dengan bantuan program
SPSS, maka diperoleh nilai Fhitung sebesar 7,456 (tabel 4.6 halaman 70)
4) Menetapkan kriteria pengujian
H0 = diterima bila : Fhitung ≤ Ftabel atau nilai signifikan ≥ α (0,05)
H0 = ditolak bila : Fhitung > Ftabel atau nilai signifikansi < α (0,05)
Karena nilai signifikansi Fhitung > Ftabel (7,456 > 2,60) dan nilai signifikansi
0,000 < α (0,05) maka H0 ditolak dan Hi diterima. Ini berarti bahwa hipotesis
72
pertama diterima, yaitu profitabilitas, pertumbuhan aktiva dan struktur aktiva
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan.
Gambar 4.1 Daerah Pengujian Penerimaan/penolakan H0 dengan Uji F
f(F)
Daerah penolakan
Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda ini layak digunakan
untuk penelitian, karena sebagian besar variabel dependent dijelaskan oleh variabel-
variabel independent yang digunakan dalam model.
4.4.2 Pengujian hipotesis dengan uji parsial (uji t)
1). Untuk menguji profitabilitas dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Merumuskan hipotesis statistik
H0 : β1 = 0, artinya berpengaruh negatif tidak signifikan antara profitabilitas
terhadap keputusan pendanaan.
Hi : β1 > 0, artinya ada berpengaruh negatif signifikan antara profitabilitas
terhadap keputusan pendanaan.
(2) Menentukan ttabel
2,60 7,456 F
Daerahpenerimaan H0
0
73
Menentukan taraf nyata (α) = 5 persen. Derajat bebas (df) = n-k = 144-4 =
140, maka nilai ttabel yaitu -t(α;df) = -t(0,05;140) = -1,645.
(3) Menentukan besarnya thitung. Besarnya dicari dengan bantuan progran SPSS
maka diperoleh hasil sebesar -2,460 (tabel 4.5 halaman 68).
(4) Kriteria pengujian
H0 diterima bila : thitung ≥ ttabel atau nilai signifikansi ≥ α (0,05)
H0 ditolak bila : thitung < ttabel atau nilai signifikansi < α (0,05)
Karena nilai thitung < ttabel (-2,067<-1,645) dan nilai signifikansi 0,041 < α
(0,05), maka H0 ditolak. Berdasarkan uji signifikansi diperoleh bahwa
pengaruh profitabilitas terhadap keputusan pendanaan tersebut signifikan.
Gambar 4.2 Kurva Normal Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 dengant-test Profitabilitas terhadap Keputusan Pendanaan
Daerah tolak Ho
Daerah terima H0
-2,067 -1,645 0
2). Untuk menguji hipotesis pertumbuhan aktiva dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
(1) Merumuskan hipotesis statistik
74
H0 : β2 = 0, artinya berpengaruh positif tidak signifikan antara pertumbuhan
aktiva terhadap keputusan pendanaan.
Hi : β2 > 0, artinya berpengaruh positif signifikan antara pertumbuhan aktiva
terhadap keputusan pendanaan.
(2) Menentukan ttabel
Menentukan taraf nyata (α) = 5 persen. Derajat bebas (df) = n-k = 144-4 =
140, maka nilai ttabel yaitu t(α;df) = t(0,05;140) = 1,645.
(3) Menentukan besarnya thitung .
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dengan program SPSS maka
diperoleh nilai thitung sebesar 1,992 (tabel 4.5 halaman 68)
(4) Kriteria pengujian
H0 diterima bila : thitung ≤ ttabel atau nilai signifikansi ≥ α (0,05)
H0 ditolak bila : thitung > ttabel atau nilai signifikansi < α (0,05)
Karena nilai thitung > ttabel (1,992>1,645) dan nilai signifikansi 0,048 < α (0,05),
maka H0 ditolak. Berdasarkan uji signifikansi diperoleh bahwa pengaruh
pertumbuhan aktiva terhadap keputusan pendanaan tersebut signifikan.
Gambar 4.3 Kurva Normal Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 dengant-test Pertumbuhan Aktiva terhadap Keputusan Pendanaan
Daerah terima H0 Daerah tolak Ho
75
0 1,645 1,992
3). Untuk menguji hipotesis struktur aktiva dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
(1) Merumuskan hipotesis statistik
H0 : β3 = 0, artinya berpengaruh positif tidak signifikan antara pertumbuhan
aktiva terhadap keputusan pendanaan.
Hi : β3 > 0, artinya berpengaruh positif signifikan antara pertumbuhan aktiva
terhadap keputusan pendanaan.
(2) Menentukan ttabel
Menentukan taraf nyata (α) = 5 persen. Derajat bebas (df) = n-k = 144-4 =
140, maka nilai ttabel yaitu t(α;df) = t(0,05;1,40) = 1,645.
(3) Menentukan besarnya thitung .
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dengan program SPSS maka
diperoleh nilai thitung sebesar 3,898 (tabel 4.5 halaman 68)
(4) Kriteria pengujian
H0 diterima bila : thitung ≤ ttabel atau nilai signifikansi ≥ α (0,05)
H0 ditolak bila : thitung > ttabel atau nilai signifikansi < α (0,05)
Karena nilai thitung > ttabel (3,898 > 1,645) dan nilai signifikansi 0,000 < α
(0,05), maka H0 ditolak. Berdasarkan uji signifikansi diperoleh bahwa struktur
aktiva berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan.
76
Gambar 4.4 Kurva Normal Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 dengant-test Struktur Aktiva terhadap Keputusan Pendanaan
Daerah terima H0 Daerah tolak Ho
0 1,645 3,898
Uji regresi secara parsial (t-test) ini juga digunakan untuk menguji hipotesis
ketiga dalam penelitian ini, yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh
dominan terhadap keputusan pendanaan pada perusahaan makanan dan minuman di
PT. Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008. Dengan melihat standardized
coefficient beta variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat,
akan dapat diketahui variabel bebas mana yang akan berpengaruh dominan terhadap
variabel terikat.
Berdasarkan tabel 4.5 halaman 68 terlihat bahwa standardized coefficient beta
yang terbesar adalah pada variabel bebas struktur aktiva yaitu sebesar 0,306 ini
berarti struktur aktiva berpengaruh dominan terhadap keputusan pendanaan, yaitu
sebesar 30,6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ketiga dalam penelitian
ini, yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh dominan terhadap keputusan
pendanaan pada perusahaan makanan dan minuman di PT. Bursa Efek Indonesia
periode 2006-2008 ”ditolak”
77
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Persamaan regresi linier berganda yang telah dikemukakan sebelumnya
menunjukkan arah dan besarnya pengaruh dari masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat. Pengaruh ketiga variabel bebas tersebut terhadap keputusan
pendanaan baik secara simultan maupun parsial dikemukakan sebagai berikut.
Nilai adjusted R square dalam penelitian ini sebesar 0,319 (tabel 4.2 halaman
66), artinya secara bersama-sama variabel profitabilitas, pertumbuhan aktiva dan
struktur aktiva berpengaruh terhadap keputusan pendanaan sebesar 31,9 persen dan
sisanya 68,1 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
model. Hasil uji F (tabel 4.6 halaman 70) menunjukkan bahwa profitabilitas,
pertumbuhan aktiva dan struktur aktiva secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pendanaan pada perusahaan makanan dan minuman di PT Bursa
Efek Indonesia periode 2006-2008. Hal ini memiliki arti bahwa perusahaan
memperhatikan ketiga variabel bebas tersebut dalam menentukan keputusan
pendanaan, terutama menyangkut penggunaan hutang sebagai sumber dananya.
Semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka perusahaan bisa menggunakan dana
sendiri untuk meningkatkan jumlah modal. Pertumbuhan aktiva dan struktur aktiva
yang tinggi akan memudahkan perusahaan memperoleh utang untuk modal usahanya.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Purnama
Dewi (2010) bahwa profitabilitas, pertumbuhan aktiva dan struktur aktiva
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan.
78
Profitabilitas secara parsial memiliki pengaruh negatif dan secara statistik
pengaruh tersebut signifikan terhadap keputusan pendanaan pada perusahaan
makanan dan minuman di PT. Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008, yaitu dengan
nilai kofisien sebesar -2,067 dan nilai signifikansi 0,041 (tabel 4.5 halaman 68).
Pengaruh negatif dari profitabilitas terhadap keputusan pendanaan memiliki arti
bahwa semakin tinggi profitabilitas yang dihasilkan perusahaan maka keputusan
pendanaan perusahaan akan semakin rendah, karena dengan tingkat profitabilitas
yang tinggi perusahaan mampu menyediakan dana internal dalam jumlah besar.
Sesuai dengan pecking order theory, apabila dana internal telah mampu memenuhi
sebagian besar kebutuhan dana maka perusahaan dapat menekan hutang. Ini berarti
dana internal merupakan pilihan utama dalam memenuhi sumber pembiayaan.
Semakin tinggi laba yang diperoleh semakin kecil keinginan perusahaan untuk
menggunakan hutang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nita Ristianti dan Hartono (2007) bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pendanaan. Penelitian dari Indra Widjaja dan Faris Kasenda
(2008) menunjukkan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pendanaan, namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Niken
Juniati (2010) dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh
tidak signifikan terhadap keputusan pendanaan karena faktor pertumbuhan
perusahaan dan liquidity lebih mempengaruhi keputusan pendanaan dibandingkan
dengan profitabilitas.
79
Pertumbuhan aktiva secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap
keputusan pendanaan pada perusahaan makanan dan minuman di PT. Bursa Efek
Indonesia periode 2006-2008, yaitu dengan nilai koefisien sebesar 1,992 dan nilai
signifikansi 0,048 (tabel 4.5 halaman 68). Pengaruh positif dari pertumbuhan aktiva
terhadap keputusan pendanaan memiliki arti bahwa semakin besar pertumbuhan
aktiva yang dimiliki perusahaan maka semakin besar keputusan pendanaannya karena
bertambahnya penggunaan hutang. Hasil penelitian ini sesuai dengan pecking order
theory, dimana semakin tinggi pertumbuhan aktiva suatu perusahaan maka semakin
besar peluang perusahaan menggunakan hutang. Hal ini disebabkan karena semakin
tinggi pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk
pembiayaan ekspansi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sri Purnama Dewi (2010) bahwa pertumbuhan aktiva berpengaruh positif
signifikan terhadap keputusan pendanaan.
Struktur aktiva secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan
pendanaan pada perusahaan makanan dan minuman di PT. Bursa Efek Indonesia
periode 2006-2008 yaitu dengan nilai koefisien sebesar 3,898 dan nilai signifikansi
0,000 (tabel 4.5 halaman 68). Pengaruh positif dari struktur aktiva terhadap keputusan
pendanaan memiliki arti bahwa semakin besar proporsi aktiva tetap yang dimiliki
perusahaan maka semakin besar keputusan pendanaannya karena bertambahnya
penggunaan hutang sebagai akibat kemudahaan memperoleh hutang. Hasil penelitian
ini sesuai dengan pecking order theory, dimana semakin besar struktur aktiva yang
dimiliki perusahaan, maka semakin besar juga peluang perusahaan menggunakan
80
hutang. Hal ini disebabkan karena aktiva tetap yang dimiliki perusahaan dapat
dijadikan jaminan untuk memperoleh hutang. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian dari Rao dan Jijo (2001) bahwa struktur aktiva berpengaruh positif
signifikan terhadap keputusan pendanaan. Begitu juga dengan penelitian yang
dilakukan oleh Arief Susetyo A (2006) bahwa struktur aktiva berpengaruh positif
signifikan terhadap keputusan pendanaan. Penelitian yang dilakukan oleh Alif
Widodo (2010) juga menunjukkan hasil bahwa struktur aktiva berpengaruh positif
signifikan terhadap keputusan pendanaan.
Struktur aktiva berpengaruh dominan terhadap keputusan pendanaan. Hal ini
terlihat dari standardized coefficient Beta sebesar 0,306 ini berarti pertumbuhan
aktiva berpengaruh dominan terhadap keputusan pendanaan sebesar 30,6 persen.
Pengaruh dominan dikarenakan sektor makanan dan minuman merupakan produk
yang memiliki batas kadaluarsa yang menentukan makanan dan minuman sudah tidak
bisa dikonsumsi lagi, untuk itu perusahaan harus memproduksi untuk melakukan
penjualan. Dalam melakukan produksi tentunya diperlukan sumber dana yang
mencukupi, dengan struktur aktiva yang dimiliki perusahaan mampu memperoleh
hutang untuk memperoleh sumber dana. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Rina Walmiaty Mardi (2008) bahwa struktur aktiva berpengaruh
dominan terhadap keputusan pendanaan.
81
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka
diperoleh simpulan sebagai berikut:
1) Bedasarkan pengujian secara simultan diketahui bahwa variabel profitabilitas,
pertumbuhan aktiva dan struktur aktiva berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pendanaan pada perusahaan makanan dan minuman di PT. Bursa Efek
82
Indonesia periode 2006-2008. Variasi ketiga variabel tersebut mempengaruhi
keputusan pendanaan sebesar 31,9 persen sedangkan sisanya 68,1 persen
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.
2) Secara Parsial
a) Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap keputusan pendanaan
pada perusahaan makanan dan minuman di PT. Bursa Efek Indonesia periode
2006-2008. Memiliki arti bahwa semakin tinggi profitabilitas yang dihasilkan
perusahaan maka keputusan pendanaan perusahaan akan semakin rendah,
karena semakin tinggi laba yang diperoleh semakin kecil keinginan
perusahaan untuk menggunakan hutang.
b) Pertumbuhan aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan
pendanaan pada perusahaan makanan dan minuman di PT. Bursa Efek
Indonesia periode 2006-2008. Memiliki arti semakin tinggi pertumbuhan
aktiva yang dimiliki perusahaan, maka semakin besar keputusan
pendanaannya karena bertambahnya penggunaan hutang untuk pembiayaan
ekspansi.
c) Struktur aktiva secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap
keputusan pendanaan pada perusahaan makanan dan minuman di PT. Bursa
Efek Indonesia periode 2006-2008. Memiliki arti bahwa semakin besar
proporsi aktiva tetap yang dimiliki perusahaan maka semakin besar keputusan
pendanaannya karena aktiva tetap yang dimiliki perusahaan dapat dijadikan
jaminan untuk memperoleh hutang.
83
3) Struktur aktiva berpengaruh dominan terhadap keputusan pendanaan pada
perusahaan makanan dan minuman di PT. Bursa Efek Indonesia periode 2006-
2008.
5.2 Saran
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dan simpulan yang telah diperoleh,
maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:
1) Bagi Manajer Keuangan disarankan untuk memperhatikan profitabilitas,
pertumbuhan aktiva dan struktur aktiva dalam menentukan keputusan
pendanaan pada perusahaan Makanan dan Minuman di PT. Bursa Efek
Indonesia periode 2006-2008.
2) Bagi perusahaan sebaiknya memperhatikan variabel profitabilitas,
pertumbuhan aktiva dan struktur aktiva untuk meningkatkan kinerja keuangan
agar memiliki reputasi yang baik di mata kreditur. Perusahaan harus mampu
melakukan efisiensi biaya, sehingga laba yang tersedia cukup untuk
membayar bunga sebagai balas jasa atas dana yang dipinjamnya.
3) Peneliti hanya menggunakan sampel perusahaan makanan dan minuman di
PT. Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008 dan hanya menggunakan 3
variabel bebas, yaitu profitabilitas, pertumbuhan aktiva dan struktur aktiva.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jenis perusahaan yang
dijadikan sampel dan memperpanjang periode waktu yang diteliti serta
menambah jenis variabel bebasnya seperti tingkat penjualan, pertumbuhan
perusahaan, skala perusahaan, dan kebijakan dividen, sehingga akan
84
memeperjelas variabel-variabel yang akan mempengaruhi keputusan
pendanaan perusahaan.
4) Bagi para investor disarankan sebelum menanamkam modal di perusahaan,
perlu memperhatikan variabel profitabilitas, pertumbuhan aktiva, dan struktur
aktiva untuk mengukur kinerja perusahaan. Agar investasi yang dilakukan
memberikan tingkat keuntungan yang maksimal sesuai dengan yang
diharapkan.
Lampiran 1
1 Aqua Golden Mississippi Tbk 70.00 73.00 75.00 77.00 76.00 76.00 73.00 76.00 70.00 78.00 78.00 74.002 Cahaya Kalbar Tbk 40.00 42.00 45.00 44.00 44.00 40.00 41.00 180.00 163.00 118.00 106.00 145.003 Davomas Abadi Tbk 167.00 173.00 176.00 177.00 129.00 150.00 222.00 227.00 211.00 202.00 195.00 445.004 Delta Djakarta Tbk 25.00 28.00 31.00 32.00 25.00 32.00 24.00 29.00 28.00 33.00 28.00 34.005 Indofood Sukses Makmur Tbk 178.00 185.00 199.00 210.00 165.00 180.00 189.00 261.00 272.00 283.00 272.00 311.006 Mayora Indah Tbk 51.00 55.00 57.00 58.00 62.0 66.00 68.00 73.00 74.00 109.00 104.00 132.007 Multi Bintang Indonesia Tbk 195.00 197.00 201.00 208.00 183.00 242.00 222.00 214.00 181.00 205.00 168.00 173.008 Prasidha Aneka NiagaTbk 188.00 179.00 183.00 187.00 212.00 219.00 205.00 214.00 217.00 210.00 193.00 163.009 Sekar Laut Tbk 72.00 74.00 77.00 79.00 80.00 89.00 84.00 90.00 90.00 93.00 95.00 97.010 Siantar Top Tbk 32.00 32.00 33.00 36.00 42.00 28.00 37.00 44.00 57.00 100.00 67.00 72.0011 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 280.00 278.00 281.00 282.00 295.00 300.00 310.00 126.00 356.00 132.00 146.00 160.0012 Ultra Jaya Milk Tbk 49.00 50.00 52.00 53.00 66.00 63.00 57.00 64.00 48.00 47.00 46.00 53.00
Di BEI Periode 2006-2008Tabel 1.1 Perkembangan Debt to Equity Ratio (DER) Perusahaan Makanan dan Minuman
DER (%)
Nama PerusahaanNo2006 2007 2008
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IVTw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
Lampiran 2
1 Aqua Golden Mississippi Tbk 3.45 5.72 2.36 6.14 2.10 4.09 6.11 7.39 1.49 3.19 5.03 8.212 Cahaya Kalbar Tbk 1.92 6.89 3.53 5.45 0.22 4.96 4.96 4.02 5.07 5.47 6.91 4.613 Davomas Abadi Tbk 5.66 3.78 7.89 7.25 1.17 3.82 4.72 5.39 2.77 5.44 5.91 (3.91)4 Delta Djakarta Tbk 4.44 3.92 1.46 7.58 1.48 3.30 5.47 7.99 2.99 5.45 8.37 11.995 Indofood Sukses Makmur Tbk 6.37 4.78 2.98 4.06 0.96 1.93 3.35 3.30 1.20 2.50 3.17 2.616 Mayora Indah Tbk 2.98 3.29 4.67 6.0 2.37 4.13 6.41 7.48 2.10 3.66 5.67 6.717 Multi Bintang Indonesia Tbk 3.23 2.34 2.77 12.05 3.02 5.04 7.74 13.57 6.64 14.06 41.57 23.618 Prasidha Aneka NiagaTbk 1.12 2.47 (1.02) 9.11 (1.91) (2.85) (1.39) (2.96) 0.13 2.66 4.32 3.299 Sekar Laut Tbk 1.78 2.78 2.44 3.29 0.15 0.78 1.42 3.14 1.97 1.21 2.24 2.110 Siantar Top Tbk 2.67 1.93 1.99 6.09 1.25 1.78 2.10 3.01 1.31 0.33 1.79 0.7711 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 1.88 3.57 3.98 5.10 4.62 1.93 2.97 1.99 0.93 3.05 3.15 2.8212 Ultra Jaya Milk Tbk 2.62 3.29 4.61 3.29 5.20 10.39 29.17 22.25 18.69 19.09 19.48 17.45
Tabel 1.2 Profitabilitas Perusahaan Makanan dan Minuman Di BEI Periode 2006-2008
Profitabilitas (%)
Nama PerusahaanNo2006 2007 2008
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw III Tw IVTw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Lampiran 3
1 Aqua Golden Mississippi Tbk 2.21 2.34 1.52 2.40 3.67 1.94 1.78 4.23 0.49 5.27 3.50 2.802 Cahaya Kalbar Tbk 7.94 9.45 3.89 5.68 1.49 4.47 36.81 50.65 15.67 (14.02) 0.27 0.683 Davomas Abadi Tbk 2.39 0.34 1.11 1.23 0.15 0.10 36.51 4.40 4.15 1.64 3.26 (13.18)4 Delta Djakarta Tbk 1.84 1.62 2.88 2.59 2.78 3.03 0.03 2.35 3.37 3.02 (0.55) 11.315 Indofood Sukses Makmur Tbk 3.29 8.45 9.69 10.02 13.15 2.64 7.28 45.71 7.12 4.08 8.32 10.366 Mayora Indah Tbk 2.78 3.63 5.44 4.37 4.00 5.63 2.89 5.06 5.22 25.07 (1.32) 18.897 Multi Bintang Indonesia Tbk 2.38 4.51 2.33 0.41 1.28 (3.64) 3.69 1.40 9.79 (4.63) 15.90 24.748 Prasidha Aneka NiagaTbk 1.83 2.77 2.61 1.18 1.25 (0.95) 1.69 (1.94) 2.77 6.51 1.55 (11.51)9 Sekar Laut Tbk 1.23 2.57 1.09 1.16 1.28 6.19 (1.62) 6.66 4.06 0.12 3.3 2.2010 Siantar Top Tbk 1.39 1.78 1.28 2.79 2.84 (9.30) 7.77 6.65 8.73 3.08 9.70 (1.49)11 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 2.43 5.67 6.49 11.29 9.74 65.70 7.62 18.08 (33.32) 68.70 8.43 5.1912 Ultra Jaya Milk Tbk 3.71 2.25 3.47 1.03 1.22 (0.51) 1.46 2.10 27.02 (1.26) 1.63 0.20
Tabel 1.3 Pertumbuhan Aktiva Perusahaan Makanan dan Minuman Di BEI Periode 2006-2008
Pertumbuhan Aktiva (%)
No Nama Perusahaan2006 2007 2008
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IVTw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
Lampiran 4
1 Aqua Golden Mississippi Tbk 31.33 32.74 33.44 33.71 33.61 35.11 35.18 36.65 36.08 34.53 34.02 34.182 Cahaya Kalbar Tbk 27.69 28.38 29.22 30.92 32.91 39.32 30.70 25.64 22.59 28.48 29.83 32.633 Davomas Abadi Tbk 58.65 59.33 59.59 61.88 60.18 57.34 57.50 65.38 61.26 58.83 57.18 65.704 Delta Djakarta Tbk 21.47 23.49 25.52 27.70 25.86 27.28 96.80 26.98 25.86 24.86 24.99 22.065 Indofood Sukses Makmur Tbk 48.90 50.03 53.84 54.22 46.66 46.90 44.74 60.25 56.63 55.23 54.60 63.136 Mayora Indah Tbk 43.36 44.72 45.66 48.74 47.20 47.02 45.38 44.86 44.62 40.72 44.17 42.367 Multi Bintang Indonesia Tbk 56.71 58.89 60.44 67.46 65.41 67.87 65.60 63.22 56.05 56.48 50.83 44.258 Prasidha Aneka NiagaTbk 45.68 47.85 48.78 49.70 47.87 48.04 45.19 44.18 42.79 43.01 43.76 45.409 Sekar Laut Tbk 44.75 51.68 56.88 60.28 59.54 56.40 55.10 55.13 55.59 55.01 53.17 49.9510 Siantar Top Tbk 50.67 51.30 51.50 52.57 50.63 58.07 62.21 60.48 58.23 57.97 53.37 56.6611 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 45.64 49.66 50.35 53.11 49.75 57.57 62.52 65.66 54.54 67.22 63.81 68.2612 Ultra Jaya Milk Tbk 59.20 64.41 65.77 66.25 60.20 60.26 61.53 59.50 48.34 49.16 49.48 52.51
Tabel 1.4 Struktur Aktiva Perusahaan Makanan dan Minuman Di BEI Periode 2006-2008
Struktur Aktiva (%)
Nama PerusahaanNo2006 2007 2008
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IVTw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
Lampiran 6
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov TestStandardized
Residual
N 144
Normal Parametersa,,b Mean .0000000Std. Deviation .98945489
Most Extreme Differences Absolute .126Positive .126Negative -.064Kolmogorov-Smirnov Z 1.807Asymp. Sig. (2-tailed) .052
a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.
Lampiran 7
Uji Autokolerasi
Variables Entered/Removed
ModelVariablesEntered
VariablesRemoved Method
1 X3, X2, X1a . Entera. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .371a .138 .319 80.88576 2.156a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1b. Dependent Variable: Y
Lampiran 8
Uji Multikolinieritas
Variables Entered/Removed
ModelVariablesEntered
VariablesRemoved Method
1 X3, X2, X1a . Entera. All requested variables entered.
Coefficientsa
Model
Correlations Collinearity Statistics
Zero-order Partial Part Tolerance VIF
1 X1 -.136 -.172 -.162 .993 1.007
X2 .150 .166 .156 .995 1.005
X3 .300 .313 .306 .997 1.003a. Dependent Variable: Y
Lampiran 9
Uji Heteroskedastisitas
Variables Entered/Removed
ModelVariablesEntered
VariablesRemoved Method
1 X3, X2, X1a . Entera. All requested variables entered.
Coefficientsa
Model
Unstandardized CoefficientsStandardizedCoefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .145 .157 .922 .358
X1 -.007 .007 -.081 -1.040 .300
X2 -.004 .003 -.100 -1.289 .199
X3 .005 .003 .291 1.052 .287a. Dependent Variable: Absolut Residual
Lampiran 10
Regresi Linier Berganda
Variables Entered/Removed
ModelVariablesEntered
VariablesRemoved Method
1 X3, X2, X1a . Entera. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .371a .138 .119 80.88576 2.156a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1b. Dependent Variable: Y
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 146345.473 3 48781.824 7.456 .000a
Residual 915950.965 140 6542.507
Total 1062296.438 143
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1b. Dependent Variable: Y
Coefficientsa
Model
Unstandardized CoefficientsStandardizedCoefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 36.090 26.031 1.386 .168
X1 -2.460 1.190 -.163 -2.067 .041
X2 1.107 .556 .157 1.992 .048
X3 1.952 .501 .306 3.898 .000a. Dependent Variable: Y
No Nama Tahun Judul Penelitian Hasil penelitian
1 Niken Juniati 2010 Pengaruh Firm Size, Growth Opportunity, Liquidity,
dan Profitability Terhadap Struktur Modal
Perusahaan-Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Di PT.BEI Tahun 2003-2007
Firm size secara individu tidak berpengaruh
signifikan terhadap struktur modal perusahaan,
Growth opportunity secara individu berpengaruh
signifikan terhadap struktur modal perusahaan,
Liquidity secara individu berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal perusahaan, Profitability
secara individu tidak berpengaruh signifikan terhadap
struktur modal perusahaan, firm size, growth
opportunity, liquidity, dan profitability secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
struktur modal perusahaan.
2 Rina Walmiaty
Mardi
2008 Pengaruh Struktur Aktiva, Probabilitas, Dan
Kebijakan Deviden Terhadap Struktur Pendanaan
Pada Perusahaan Perbankan
Hasil pengujian menjukkan bahwa struktur aktiva,
probabilitas dan kebijakan deviden berpengaruh
secara simultan terhadap struktur pendanaan pada
industri perbankan.
3 Januarino
Aditya
2006 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal
Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek
Indonesia Periode Tahun 2000-2003
Empat variabel bebas yang berpengaruh secara parsial
terhadap variabel terikat struktur modal yaitu variabel
struktur aktiva, ukuran perusahaan, profitabilitas dan
likuiditas. Sedangkan untuk kedua variabel lainnya
yaitu operating leverage dan pertumbuhan penjualan
Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Lampiran 5
tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
struktur modal.
4 Alif Widodo 2010 Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan,
Probabilitas, Pertumbuhan Penjualan, Beban Pajak
Dan Operating Leverage Terhadap Struktur Modal
Pada Perusahaan Manufaktur Bursa Efek Indonesia
Periode 2005-2007
Hasil pengujian regresi secara parsial menunjukkan:
struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur
modal, ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap struktur modal, profitabilitas berpengaruh
negatif terhadap struktur modal, pertumbuhan
penjualan berpengaruh positif terhadap struktur
modal, beban pajak berpengaruh positif terhadap
struktur modal dan operating leverage berpengaruh
negatif terhadap struktur modal. Pengujian secara
simultan menunjukkan bahwa struktur aktiva, ukuran
perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan penjualan,
beban pajak dan operating leverage secara bersama-
sama berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
5 Arief Susetyo
A
2006 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di
BEJ Periode 2000-2003
Risiko bisnis (bussines risk), struktur aktiva
(tangibility of assets), profitabilitas (profitability) dan
ukuran perusahaan (firm size) secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
6 Yuhasril 2006 Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Struktur Modal Perusahaan Farmasi Yang Telah Go
ROI dan aktiva tetap berpengaruh signifikan terhadap
struktur modal.
Public Di Bursa Efek Jakarta
7 Bayu
Septadona
Putera
2006 Analisis Pengaruh Kepemilikan, Rasio
Pertumbuhan, Dan Return On Assets Terhadap
Kebijakan Pendanaan Pada Perusahaan PMA Dan
PMDN Yang Listed DI BEJ Periode 2002-2004
Hasil analisis menunjukkan bahwa data kepemilikan
saham manajemen, kepemilikan saham institusi, dan
ROA secara parsial signifikan berpengaruh positif
terhadap DER perusahaan yang listed di BEJ periode
2002- 2004, namun Pertumbuhan Asset dan
Pertumbuhan Penjualan tidak berpengaruh signifikan
terhadap DER Sementara secara bersama-sama
(Kepemilikan Saham manajemen, Kepemilikan
saham institusi, Pertumbuhan asset, Pertumbuhan
Penjualan, dan Return on Asset (ROA)) terbukti
signifikan berpengaruh terhadap DER perusahaan
yang listed di BEJ.
8 Nina Dia
Pithaloka
2009 Pengaruh Faktor-faktor Intern Perusahaan Terhadap
Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Di
BEI Dengan Pecking Order Theory
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-
sama variabel Kepemilikan Manajerial, Ukuran
perusahaan dan Pertumbuhan Penjualan memiliki
pengaruh terhadap kebijakan hutang dengan
pendekatan Pecking Order Theory pada perusahaan
manufaktur di BEI. Secara parsial (individu) variabel
Kepemilikan Manajerial dan Pertumbuhan Penjualan
tidak berpengaruh terhadap variabel dependennya.
Sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
variable dependennya yaitu hutang.
9 Bram Hadianto 2007 Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Dan
Probabilitas Terhadap Struktur Modal Emiten
Sektor Telekomunikasi Periode 2000-2006
Hasilnya menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan
adalah satu-satunya variabel yang mendukung
hipotesis pecking order.
10 I Dewa Ayu Sri
Lestari Dewi
2007 Pengaruh Profitabilitas Dan Struktur Aset Terhadap
Keputusan Pendanaan Berdasarkan Pecking Order
Theory Pada Perusahaan Otomotif Di PT. BEJ
Periode 2001-2005
Hasil Analisis menunjukkan bahwa profitabilitas dan
struktur aset secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pendanaan.
11 I Gusti Ayu
Agung Sri
Purnama Dewi
2010 Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Aktiva Dan
Struktur Aktiva Terhadap Keputusan Pendanaan
Pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara
Ngurah Rai – Bali Periode 2006-2008
Hasil analisis menunjukkan bahwa profitabilitas,
pertumbuhan aktiva, dan struktur aktiva secara
simultan berpengaruh sebesar 52,4 persen
12 Nita Ristianti
dan Hartono
2007 Analisis Pengaruh Dividend Payout Ratio,
Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Keputusan Pendanaan Pada
Perusahaan Manufaktur Di PT. Bursa Efek
Indonesia Periode 2002-2006
pembayaran deviden dan variabel kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan
hutang perusahaan. Sementara profitabilitas dan
variabel ukuran secara signifikan mempengaruhi
kebijakan utang perusahaan dan dukungan hipotesis
13 Indra Widjaja
dan Faris
Kasenda
2008 Pengaruh Kepemilikan Institusional Aktiva
Berwujud Ukuran Perusahaan Dan Profitabilitas
Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Dalam
Hasil menunjukkan hubungan yang signifikan antara
kelembagaan, tangibility ukuran kepemilikan, dan
profitabilitas terhadap struktur modal.
Industri Barang Konsumsi Di BEI
14 Hartono 2003 Kebijakan Struktur Modal : Pengujian Tradeoff
Theory Dan PeckingOrder Theory, Studi Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Di BEJ
Teory keduanya dapat menjelaskan kebijakan struktur
modal, meskipun teory pecking order tampaknya
lebih baik.
15 Hartono 2004 Pengaruh Profitabilitas, Kesempatan Investasi, dan
Defisit Arus Kas Terhadap Kebijakan Pendanaan
Perusahaan (studi kasus pada perusahaan
manufaktur yang tercatat di BEJ)
Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap leverage.
16 Keshar J. Baral 2004 Determinan Of Capital Structure : A Case Study Of
Listed Compenies Of Nepal
Menemukan bahwa earning rate, size, dan growth
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur
modal. Sedangkan risk, devidend payout, debt
service, dan degree of operating leverage tidak
berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
17 S. Narayan Rao
dan Jijo Lukose
P.J.
2001 An Empirical Study On The Determinants Of The
Capital Structure Of Listed Indian Firm
Hasil penelitian ini menemukan bahwa profitabilitas,
struktur aktiva, pajak dan pertumbuhan berpengaruh
signifikan terhadap keputusan struktur modal,
perbandingan pra dan pasca liberalisasi
mengungkapkan bahwa ukuran dan risiko adalah
factor tambahan yang mempengaruhi keputusan
struktur modal pasca liberalisasi.
18 Fransisco
Sogorb
2003 How SME Uniqueness Affects Capital Structure Hasil penelitian menemukan bahwa pajak dan
profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur
modal. Sedangkan ukuran perusahaan, pertumbuhan,
dan struktur aktiva memiliki pengaruh positif
terhadap struktur modal UKM di Spanyol.
19 Shumi Akhtar 2005 The Determinants Of Capital Structure For
Australian Multinational and Domestic
Corporations
Hasil menunjukkan bahwa tingkat leverage tidak
berbeda secara signifikan antara perusahaan
multinasional dan domestic
20 M Pandey 2004 Struktur Modal and Firm Characterstics Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
profitabilitas, ukuran, pertumbuhan, risiko dan
variabel tangibility mempunyai pengaruh yang
signifikan pada struktur modal.
21 Samuel Gui
Hai Huang dan
Frank M. Song
2002 The Determinants of Capital Structure Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan, pajak dan aktiva tetap berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pendanaan.
22 Stein
Frydenberg
2004 Determinants of Corporate Capital Structure of
Norwegian Manufacturing Firms
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktiva tetap,
ukuran, pertumbuhan, pajak, pengembalian aset dan
kategori industri berpengaruh secara signifikan
terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur
di Norwegia.
23 Alan A. Bevan
and Jo Danbolt
2001 On the Determinants and Dynamics of UK Capital
Structure
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat peluang
pertumbuhan, ukuran perusahaan, profitabilitas dan
aktiva berwujud berpegaruh signifikan terhadap
struktur modal.
24 Joy Pathak 2010 What Determines Capital Structure of Listed Firms
in India
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor
seperti berwujud aktiva, pertumbuhan, ukuran
perusahaan, risiko bisnis, likuiditas, dan profitabilitas
memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur modal
yang dipilih oleh perusahaan-perusahaan dalam
konteks India.
25 Maria Psillaki
and Nikolas
Daskalakis
2009 Are Determinants Of Capital Structure Country or
Firm Specific
Hasil menunjukkan bahwa ukuran mempunyai
pengaruh positif terhadap struktur modal sedangkan
struktur aset, profitabilitas dan resiko memiliki
pengaruh negatif terhadap struktur modal pada UKM
di Prancis, Italia dan Portugis.
Lampiran 17
dl du dl du dl du dl du dl du dl du dl du
10 0,88 1,32 0,70 1,64 0,53 2,02 0,38 2,41 0,24 2,82 - - - -11 0,93 1,32 0,66 1,60 0,60 1,93 0,44 2,28 0,32 2,65 0,20 3,01 - -12 0,97 1,33 0,81 1,58 0,66 1,86 0,51 2,18 0,38 2,51 0,27 2,83 0,17 3,1513 1,01 1,34 0,86 1,56 0,72 1,82 0,57 2,09 0,45 2,39 0,33 2,69 0,23 2,9914 1,05 1,35 0,91 1,55 0,77 1,78 0,63 2,03 0,51 2,30 0,39 2,57 0,29 2,8515 1,08 1,36 0,95 1,54 0,82 1,75 0,69 1,97 0,56 2,22 0,45 2,47 0,34 2,7316 1,10 1,37 0,95 1,54 0,86 1,73 0,74 1,93 0,62 2,15 0,50 2,39 0,40 2,6217 1,13 1,38 1,02 1,54 0,90 1,71 0,78 1,80 0,67 2,02 0,55 2,32 0,45 2,5418 1,16 1,39 1,05 1,53 0,93 1,69 0,87 1,87 0,71 1,99 0,60 2,26 0,50 2,4619 1,18 1,40 1,08 1,53 0,97 1,68 0,86 1,85 0,75 1,96 0,65 2,21 0,55 2,4020 1,20 1,41 1,10 1,54 1,00 1,65 0,98 1,83 0,79 1,94 0,69 2,16 0,60 2,3421 1,22 1,42 1,13 1,54 1,03 1,67 0,93 1,81 0,83 1,92 0,73 2,12 0,64 2,2922 1,24 1,43 1,15 1,54 1,05 1,66 0,96 1,80 0,86 1,90 0,77 2,09 0,68 2,2523 1,26 1,44 1,17 1,54 1,08 1,66 0,99 1,79 0,80 1,89 0,80 2,06 0,72 2,2124 1,27 1,45 1,19 1,55 1,10 1,66 1,01 1,78 0,93 1,88 0,84 2,04 0,75 2,1725 1,29 1,45 1,21 1,55 1,12 1,66 1,04 1,77 0,95 1,86 0,87 2,01 0,78 2,1426 1,30 1,46 1,22 1,55 1,14 1,65 1,06 1,76 0,98 1,85 0,90 1,99 0,82 2,1227 1,32 1,47 1,24 1,56 1,16 1,65 1,08 1,76 1,01 1,84 0,93 1,97 0,85 2,0928 1,33 1,48 1,26 1,56 1,18 1,65 1,10 1,75 1,03 1,83 0,95 1,96 0,87 2,0729 1,34 1,48 1,27 1,56 1,20 1,65 1,12 1,74 1,05 1,83 0,98 1,94 0,90 2,0530 1,35 1,49 1,28 1,57 1,21 1,65 1,14 1,74 1,07 1,82 1,00 1,93 0,93 2,0331 1,36 1,50 1,30 1,57 1,23 1,65 1,16 1,74 1,09 1,81 1,02 1,92 0,95 2,0232 1,37 1,50 1,31 1,57 1,24 1,65 1,18 1,73 1,11 1,81 1,04 1,91 0,97 2,0033 1,38 1,51 1,32 1,58 1,26 1,65 1,19 1,73 1,13 1,80 1,06 1,90 0,99 1,9934 1,39 1,51 1,33 1,58 1,27 1,65 1,21 1,73 1,15 1,80 1,08 1,89 1,02 1,9835 1,40 1,52 1,34 1,58 1,28 1,65 1,22 1,73 1,16 1,80 1,10 1,88 1,03 1,9736 1,41 1,52 1,35 1,59 1,29 1,65 1,24 1,73 1,18 1,79 1,11 1,88 1,05 1,9637 1,42 1,51 1,36 1,59 1,31 1,66 1,25 1,72 1,19 1,79 1,13 1,87 1,07 1,9538 1,43 1,54 1,37 1,59 1,32 1,66 1,26 1,72 1,21 1,79 1,15 1,86 1,09 1,9439 1,43 1,54 1,38 1,60 1,33 1,66 1,27 1,72 1,22 1,77 1,16 1,86 1,10 1,9340 1,44 1,54 1,39 1,60 1,34 1,66 1,29 1,72 1,23 1,77 1,18 1,85 1,12 1,9245 1,48 1,57 1,43 1,62 1,38 1,67 1,34 1,72 1,29 1,77 1,24 1,84 1,19 1,9050 1,50 1,59 1,46 1,63 1,42 1,67 1,38 1,72 1,34 1,77 1,29 1,82 1,25 1,8855 1,53 1,60 1,49 1,64 1,45 1,68 1,41 1,72 1,38 1,77 1,33 1,81 1,29 1,8660 1,55 1,62 1,51 1,65 1,48 1,69 1,44 1,73 1,41 1,77 1,37 1,81 1,34 1,8565 1,57 1,63 1,54 1,66 1,50 1,70 1,47 1,73 1,44 1,77 1,40 1,81 1,37 1,8470 1,58 1,64 1,55 1,67 1,52 1,70 1,49 1,74 1,46 1,77 1,43 1,80 1,40 1,8475 1,60 1,65 1,57 1,68 1,54 1,71 1,51 1,74 1,49 1,77 1,46 1,80 1,43 1,8380 1,61 1,66 1,59 1,69 1,56 1,72 1,54 1,74 1,51 1,77 1,48 1,80 1,45 1,8385 1,62 1,67 1,60 1,70 1,57 1,72 1,55 1,75 1,52 1,77 1,50 1,80 1,47 1,8390 1,63 1,68 1,61 1,70 1,59 1,73 1,57 1,75 1,54 1,78 1,52 1,80 1,49 1,8395 1,64 1,69 1,62 1,71 1,60 1,73 1,58 1,75 1,56 1,78 1,54 1,80 1,51 1,83
100 1,65 1,69 1,63 1,72 1,61 1,74 1,59 1,76 1,57 1,78 1,55 1,80 1,53 1,83150 1,72 1,75 1,71 1,76 1,68 1,77 1,68 1,79 1,67 1,80 1,65 1,82 1,64 1,83200 1,76 1,78 1,75 1,79 1,74 1,80 1,73 1,81 1,72 1,82 1,71 1,83 1,70 1,84
Sumber : Ghozali, 2006
k = 7
TABEL UJI DURBIN WATSONdl dan du dengan level of significant 5%
k = 6k = 4 k = 5n
k = 1 k = 2 k = 3
Lampiran 11
Lampiran 12
Tabel Distribusi F ; = 0,05
V2
V11 2 3 4 5 6 7 8 9
1 161 200 216 225 230 234 237 237 2412 18.50 19.00 19.20 19.20 19.30 19.30 19.40 19.40 19.403 10.10 9.55 9.28 9.12 9.01 8.94 8.89 8.85 8.814 7.71 6.94 6.59 6.39 6.26 6.16 6.09 6.04 6.005 6.61 5.79 5.41 5.19 5.05 4.95 4.88 4.82 4.776 5.99 5.14 4.76 4.53 4.39 4.28 4.21 4.15 4.107 5.59 4.74 4.35 4.12 3.97 3.87 3.79 3.73 3.688 5.32 4.46 4.07 3.84 3.69 3.58 3.50 3.44 3.399 5.12 4.26 3.86 3.63 3.48 3.37 3.29 3.23 3.18
10 4.96 4.10 3.71 3.48 3.33 3.22 3.14 3.07 3.0211 4.84 3.98 3.59 3.36 3.20 3.09 3.01 2.95 2.9012 4.75 3.89 3.49 3.26 3.11 3.00 2.91 2.85 2.8013 4.67 3.81 3.41 3.18 3.03 2.92 2.83 2.77 2.7114 4.60 3.74 3.34 3.11 2.96 2.85 2.76 2.70 2.6515 4.54 3.68 3.29 3.06 2.90 2.79 2.71 2.64 2.5916 4.49 3.63 3.24 3.01 2.85 2.74 2.66 2.59 2.5417 4.45 3.59 3.20 2.96 2.81 2.70 2.61 2.55 2.4918 4.41 3.55 3.16 2.93 2.77 2.66 2.58 2.51 2.4619 4.38 3.52 3.13 2.90 2.74 2.63 2.54 2.48 2.4220 4.35 3.49 3.10 2.87 2.71 2.60 2.51 2.45 2.3921 4.32 3.47 3.07 2.84 2.68 2.57 2.49 2.42 2.3722 4.30 3.44 3.05 2.82 2.66 2.55 2.46 2.40 2.3423 4.28 3.42 3.03 2.80 2.64 2.53 2.44 2.37 2.3224 4.26 3.40 3.01 2.78 2.62 2.51 2.42 2.36 2.3025 4.24 3.39 2.99 2.76 2.60 2.49 2.40 2.34 2.2830 4.17 3.32 2.92 2.69 2.53 2.42 2.33 2.27 2.2140 4.06 3.23 2.84 2.61 2.45 2.34 2.25 2.18 2.1260 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.25 2.17 2.10 2.0465 3.99 3.14 2.75 2.51 2.36 2.24 2.15 2.08 2.0270 3.98 3.13 2.74 2.50 2.35 2.23 2.14 2.07 2.0180 3.96 3.11 2.72 2.48 2.33 2.21 2.12 2.05 1.99
100 3.94 3.09 2.70 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03 1.97120 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02 1.96 3.84 3.00 2.60 2.37 2.21 2.10 2.01 1.94 1.88
Sumber : Nata Wirawan (2002)
Lampiran 13
Tabel Distribusi t
df=v 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0.025 0.01 0.005
1 1 1.376 1.963 3.078 6.314 12.706 31.812 63.6572 0.816 1.061 1.386 1.886 2.92 4.303 6.965 9.9253 0.765 0.978 1.25 1.638 2.353 3.812 4.542 5.8414 0.741 0.941 1.19 1.533 2.132 2.776 3.747 4.6045 0.727 0.92 1.156 1.476 2.015 2.571 3.365 4.0326 0.718 0.906 1.134 1.44 1.943 2.447 3.143 3.7077 0.711 0.896 1.119 1.415 1.895 2.365 2.998 3.4998 0.706 0.889 1.108 1.397 1.86 2.306 2.896 3.3559 0.705 0.883 1.1 1.383 1.833 2.262 2.821 3.25
10 0.7 0.879 1.093 1.372 1.812 2.228 2.764 3.16911 0.697 0.876 1.088 1.363 1.796 2.201 2.718 3.10612 0.695 0.875 1.083 1.356 1.782 2.179 2.681 3.05513 0.694 0.87 1.079 1.35 1.771 2.16 2.65 3.01214 0.692 0.868 1.076 1.345 1.761 2.145 2.624 2.97715 0.691 0.866 1.074 1.341 1.753 2.131 2.602 2.94716 0.69 0.865 1.071 1.337 1.746 2.12 2.583 2.92117 0.689 0.863 1.069 1.333 1.74 2.11 2.567 2.89818 0.688 0.862 1.067 1.33 1.734 2.101 2.552 2.87819 0.688 0.861 1.066 1.328 1.729 2.093 2.539 2.86120 0.687 0.86 1.064 1.325 1.725 2.086 2.528 2.84521 0.686 0.859 1.063 1.323 1.721 2.08 2.518 2.83122 0.686 0.858 1.061 1.321 1.717 2.074 2.508 2.81923 0.685 0.858 1.06 1.319 1.714 2.069 2.5 2.80724 0.685 0.857 1.059 1.318 1.711 2.064 2.492 2.79725 0.684 0.856 1.058 1.316 1.708 2.06 2.485 2.78726 0.684 0.856 1.058 1.315 1.706 2.056 2.479 2.77927 0.684 0.855 1.057 1.414 1.703 2.052 2.473 2.77128 0.683 0.855 1.056 1.313 1.701 2.081 2.467 2.76329 0.683 0.854 1.055 1.311 1.699 2.045 2.462 2.75630 0.683 0.854 1.055 1.31 1.697 2.042 2.457 2.7540 0.681 0.851 1.05 1.303 1.684 2.021 2.423 2.70460 0.679 0.848 1.046 1.296 1.671 2.000 2.39 2.66
120 0.677 0.845 1.041 1.289 1.658 1.98 2.358 2.617 0.674 0.842 1.036 1.282 1.645 1.96 2.326 2.576
Sumber : Nata Wirawan (2002)
Recommended