View
10
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
i
PENGARUH INTERVENSI MIKRO DALAM ISLAM
TERHADAP SPIRITUALITAS KLIEN
PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA
REHABILITASI MADANI “MENTAL HEALTH
CARE” CIPINANG JAKARTA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Disusun oleh:
Inge Cyntiasari
NIM 11140541000028
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU
KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H / 2019 M
ii
ii
iii
iii
iv
iv
v
v
ABSTRAK
Inge Cyntiasari (11140541000028),
Pengaruh Intervensi Mikro dalam Islam terhadap Spiritualitas
Klien Penyalahgunaan Narkoba di Lembaga Rehabilitasi Narkoba
Madani “Mental Health Care” Cipinang Jakarta Timur, di bawah
bimbingan Ir. Noor Bekti Negoro, S.E., M.Si.
Intervensi yang diberikan kepada klien khususnya bagi klien
penyalahgunaan narkoba dirasa akan lebih memberikan pengaruh bagi
pemulihannya jika dalam pemberian layanan mengkolaborasikan aspek
biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Karena dalam proses
pemulihan, kebutuhan spiritual dari diri seseorang nyatanya menjadi
bagian penting dari kehidupan dan sebagai penuntun jalan bagi mereka
untuk perlahan dapat sembuh serta kembali menemukan semangat
dalam menjalani hidup.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen
penelitiannya. Metode yang digunakan dalam penelitian kuantitatif ini
adalah metode survei dengan analisis deskriptif dan uji ANOVA. Dari
hasil uji ANOVA didapati bahwa p = 0,001 (p < 0,05) artinya terdapat
perbedaan nilai Respon Spiritualitas berdasarkan tingkat pendidikan
dan signifikan. F hitung dalam penelitian ini adalah 9,782. F tabel
dengan taraf signifikansi 0,05 dan jumlah n=30, k=2, maka f tabelnya
adalah 3,32. Jika f hitung > f tabel maka H1 diterima dan H0 ditolak.
Nilai rata-rata di jenjang S1 lebih tinggi dibandingkan nilai respon
kuesioner spiritualitas di jenjang SMA dan SMP. Untuk jenjang SMP
nilai rata-ratanya sebesar 41.14, jenjang SMA mendapt nilai rata-rata
sebesar 47.54, dan jenjang S1 mendaptkan nilai rata-rata 49.91. Berarti
dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan respon spiritualitas pada
klien berdasarkan tingkat pendidikannya, juga semakin tinggi tingkat
pendidikan klien, maka semakin tinggi pula respon spiritualitasnya,
dalam hal ini tingkat pendidikan akhir S1 paling tinggi responnya.
Kata kunci: Intervensi mikro dalam Islam, spiritualitas,
penyalahgunaan narkoba
vi
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dalam memberikan banyak
kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan
kepada Nabi Muhammad Sallallahualaihiwassalam beserta keluarga
dan sahabatnya yang senantiasa berjalan di jalan Allah hingga akhir
zaman dan membawa rahmat bagi semesta alam.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa
selesainya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan serta bimbingan dari
berbagai pihak, baik bersifat moril maupun materil. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Suparto, M.Ed., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ibu Dr. Siti
Napsiyah Ariefuzzaman, MSW sebagai Wakil Dekan Bidang
Akademik. Bapak Dr. Sihabuddin Noor, M.A sebagai Wakil
Dekan Bidang Administrasi Umum. Bapak Drs. Cecep
Sastrawijaya, MA sebagai Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
2. Bapak Ahmad Zaky, M.Si, sebagai Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu
Hj. Nunung Khoiriyah, MA sebagai Sekretaris Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terimakasih atas kesediaan waktunya dalam membantu dan
menerima penulis untuk mengurus segala persyaratan dalam
vii
vii
proses penyusunan skripsi dari awal hingga akhir. Semoga
bapak dan ibu dapat terus memberikan pengaruh positif
terhadap perkembangan program studi.
3. Bapak Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si, sebagai dosen
pembimbing skripsi yang telah membimbing dan memberikan
arahan selama proses penyusunan skripsi ini. Terimakasih
karena bapak sudah sangat sabar dalam membimbing dan
membantu.
4. Bapak Budi Rahman Hakim, M.SW, P.hD, sebagai dosen
pembimbing akademik yang telah memberikan saran dan
masukan di awal proses penyusunan skripsi.
5. Para Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah
memberikan ilmu, bimbingan serta arahannya selama proses
perkuliahan saya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta
dalam proses penyusunan skripsi ini. Semoga bapak dan ibu
selalu diberikan rahmat oleh Allah.
6. Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
terimakasih telah membantu penulis dalam memberikan
referensi buku, jurnal, maupun skripsi.
7. Orang tua penulis dan seluruh keluarga yang selalu memberikan
dukungan kepada penulis selama proses berjalannya pengerjaan
skripsi. Penulis ucapkan terimakasih yang tak terhingga karena
berkat dukungan yang diberikan, penulis tetap semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.
8. Rekan-rekan Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2014, tidak ada yang penulis khususkan
viii
viii
namanya untuk ditulis di kata pengantar ini, karena
sesungguhnya kalian semua istimewa dan memiliki tempat
masing-masing dihati penulis. Terimakasih karena telah
mewarnai kehidupan perkuliahan selama ini, semoga kita semua
selalu diberikan kesehatan, kesuksesan dan keberkahan dalam
menjalani kehidupan.
9. Adik-adik Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2015 dan 2016, yang telah memberikan
motivasi dan semangat baik secara langsung maupun tidak
langsung. Terimakasih karena kalian membuat penulis menjadi
semangat untuk menyelesaikan skripsi ini hingga akhir.
10. Ketua Pelayanan, Pengurus dan Jajaran Staff Lembaga
Rehabilitasi Madani Mental Health Care, yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
11. Para santri di Madani Mental Health Care, yang telah bersedia
meluangkan waktunya.
12. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan baik
moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
ix
ix
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan
baik dari bentuk, isi maupun teknik penyajiannya, oleh karena itu
kritikan yang bersifat membangun dari berbagai pihak penulis
terima dengan tangan terbuka. Semoga kehadiran skripsi ini dapat
memberikan banyak manfaat bagi kita semua.
Jakarta, 13 November 2019
Inge Cyntiasari
DAFTAR ISI
x
x
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah..................................................................... 9
D. Rumusan Masalah ...................................................................... 10
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 10
F. Tinjauan Kajian Terdahulu ......................................................... 11
G. Sistematika Penulisan ................................................................. 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ........................................................................... 14
1. Kesejahteraan Sosial ............................................................. 14
2. Paradigma Al-Qur‟an tentang Kesejahteraan Sosial ............ 15
3. Ruang Lingkup Intervensi Mikro dalam Islam..................... 18
3.1 Metode Intervensi Mikro dalam Islam .......................... 20
3.1.1 Teknik Perubahan dengan Lisan dan Hati .......... 20
a. Konseling Islam ............................................ 20
b. Psikoterapi Islam .......................................... 23
3.1.2 Teknik Perubahan dengan Tangan ..................... 25
xi
xi
4. Spiritualitas ........................................................................... 26
4.1 Pengertian Spiritualitas ................................................. 26
4.2 Faktor yang Berhubungan dengan Spiritual ................. 36
5. Pengertian Narkoba .............................................................. 37
5.1 Kategori Narkoba .......................................................... 38
5.2 Penyalahgunaan Narkoba .............................................. 39
5.3 Dampak Penyalahgunaan Narkoba ............................... 40
6. Teori Pekerjaan Sosial yang Relevan ................................... 43
7. Pengaruh Intervensi Sosial dalam Islam terhadap
Spiritualitas ........................................................................... 45
B. Kerangka Pemikiran ................................................................... 50
C. Hipotesis Penelitian .................................................................... 52
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 53
1. Tempat Penelitian ................................................................. 53
2. Waktu Penelitian .................................................................. 56
B. Metode Penelitian ....................................................................... 58
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ................................ 59
1. Populasi ................................................................................ 59
2. Sampel .................................................................................. 60
3. Teknik Sampling .................................................................. 60
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 61
E. Data Primer ................................................................................. 62
F. Data Sekunder ............................................................................ 63
G. Variabel Penelitian ..................................................................... 63
1. Intervensi Sosial Mikro Berbasis Islamic Social Work ........ 64
xii
xii
2. Spiritualitas ........................................................................... 67
H. Teknik Analisis Data .................................................................. 72
1. Uji Normalitas Data .............................................................. 72
2. Uji Homogenitas Data .......................................................... 72
3. Uji Validitas .......................................................................... 73
4. Uji Reliabilitas ...................................................................... 74
5. Uji ANOVA .......................................................................... 76
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Temuan Penelitian ............................................................. 77
B. Hasil Analisis Data dan Pembahasan ......................................... 79
1. Rekapitulasi Validitas dan Reliabilitas ................................. 79
a. Validitas Variabel Y ....................................................... 79
b. Uji Reliabilitas ................................................................ 83
2. Analisis Data Penelitian ....................................................... 85
a. Uji Normalitas Data ........................................................ 85
b. Uji Homogenitas Data .................................................... 86
c. Statistik Deskriptif .......................................................... 87
d. Uji Hipotesis (ANOVA) ................................................. 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 94
B. Saran .......................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA
xiii
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 (Kerangka Pemikiran) .................................................................. 50
Table 3.1 (Jadwal Kegiatan Penelitian) ........................................................ 57
Tabel 3.2 (Operasionalisasi Variabel X) ...................................................... 65
Tabel 3.3 (Operasionalisasi Variabel Y) ...................................................... 68
Tabel 3.4 (Blue Print Variabel Y Sebelum Uji Validitas) ............................ 69
Tabel 3.5 (Blue Print Variabel Y Setelah Uji Validitas) .............................. 70
Tabel 3.6 (Interpretasi Data Reliabilitas) ..................................................... 75
Tabel 4.1 (Uji Validitas Variabel Y) ............................................................ 79
Tabel 4.2 (Koefisien Reliabilitas) ................................................................. 83
Tabel 4.3 (Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y) ............................................... 83
Tabel 4.4 (Interpretasi Data Reliabilitas) ..................................................... 84
Tabel 4.5 (Hasil Uji Normalitas) .................................................................. 85
Tabel 4.6 (Hasil Uji Homogenitas)............................................................... 86
Tabel 4.7 (Hasil Analisis Deskriptif) ............................................................ 87
Tabel 4.8 (Hasil Uji ANOVA) ..................................................................... 91
Tabel 4.9 (Hasil Analisis Multiple Comparisons) ........................................ 92
xiv
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pengajuan Sidang Proposal Skripsi
Lampiran 2. Cover Judul Proposal Skripsi di Acc
Lampiran 3. Surat Tugas Bimbingan Skripsi oleh Dosen Pembimbing
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian Skripsi
Lampiran 5. Kuesioner Penelitia
Lampiran 6. Rekap Kuesioner Variabel Y ( Spiritualitas Klien)
Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas
Lampiran 8. Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Lampiran 9. Hasil Uji ANOVA dan Multiple Comparisons
Lampiran 10. Dokumentasi Seputar Lembaga
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keterkaitan antara agama dan spiritual dengan profesi
pekerjaan sosial yaitu, baik agama maupun spiritual merupakan
kebutuhan manusia. Untuk membuktikan keterkaitan agama
dengan spiritual dalam kehidupan, beberapa sumber
menyatakan dan meyakini bahwa pekerjaan sosial mulai
mengintegrasikan aspek spiritualitas dan pekerjaan sosial
karena kebutuhan klien untuk kebutuhan spiritual itu sendiri.
Intervensi yang diberikan kepada klien akan memiliki hasil
yang lebih baik jika antara pendekatan Biologis atau Medis,
Psikologis, Sosial dan Spiritual dapat dikolaborasikan menjadi
kesatuan yang integratif dalam pelaksanaan intervensi yang
akan diberikan. Berbagai upaya yang dilakukan oleh pekerja
sosial dalam memberikan pelayanan yang mengkolaborasikan
pendekatan spiritual di dalamnya, selain untuk pemenuhan
kebutuhan spiritual klien hal tesebut juga untuk memenuhi
kebutuhan spiritualitas diri pekerja sosial itu sendiri, karena
telah berupaya memberikan manfaat untuk orang lain.
2
2
Allah Azza wa Jalla berfirman:
وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين
“Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam”.
(QS. Al-Anbiya 21:107).
Pelayanan dengan pendekatan spiritualitas merupakan
konteks penting dalam proses penyelesaian masalah. Pernyataan
yang terkait dengan nilai yang diambil dari sistem kepercayaan
spiritual klien memiliki potensi untuk meningkatkan efektivitas
bagi berbagai populasi praktik kerja sosial. Dengan demikian,
konsep keagamaan atau lebih umumnya adalah konsep
spiritualitas mungkin secara eksplisit digabungkan dalam proses
pelaksanaan intervensi yang diberikan. Perekrutan pekerja
sosial Muslim yang lebih besar merupakan pencapaian yang
diinginkan, ada kebutuhan pekerja sosial yang lebih luas untuk
lebih memahami dimensi spiritual dalam kehidupan pengguna
layanan. (Hodge, 2008).
Implikasi spiritualitas untuk intervensi kerja sosial
khususnya dalam penelitian adalah intervensi mikro dalam
Islam, mencakup kebutuhan praktisi kerja sosial untuk
menerapkan nilai dan sistem kepercayaan spiritual khususnya
Islam. Begitupun dengan perlunya aspek spiritualitas hadir di
dalam sebuah dasar berjalannya suatu Human Service
Organization (HSO) atau lebih dikenal jika di Indonesia adalah
lembaga yang memberikan pelayanan untuk manusia
3
3
(kesejahteraannya) atau organisasi pelayanan untuk manusia
(kesejahteraannya).
Ada minat yang tumbuh untuk pendekatan spiritualitas
dalam literatur kerja sosial. Ketika nilai spiritualitas lebih
khususnya nilai agama menjadi bagian di dalam HSO atau
organisasi tersebut, maka organisasi menjadi lebih kuat dengan
tatanan nilai dan aturan-aturan yang selalu merujuk pada nilai
spiritualitas khususnya nilai agama sebagai dasar keyakinannya.
Keyakinan pada nilai tersebut menjadi spirit organisasi untuk
merancang dan merealisasikan tujuannya. Dengan hadirnya
nilai-nilai tersebut yang diyakini dalam organisasi, maka
jangkauan organisasi semakin luas, memasuki sel-sel organisasi
secara lebih dalam dan manusiawi.
Hadirnya HSO di Indonesia dengan dasar filantropi atau
berbasis keagamaan khususnya ialah Islam, memiliki peran
yang luar biasa dalam perkembangan kehidupan masyarakat di
Indonesia. Beberapa HSO tersebut diantaranya ada Aksi Cepat
Tanggap atau dikenal dengan singkatan ACT, Sinergi
Foundation, Dompet Dhuafa, LAZIS (Lembaga Amil Zakat
Infaq dan Shadaqoh) dan lain sebagainya. Untuk ACT, berdiri
tanggal 21 April 2005, secara hukum memperkenalkan diri
sebagai yayasan yang bergerak di bidang sosial dan
kemanusiaan. ACT mengembangkan aktivitasnya mulai dari
kegiatan tanggap darurat, kemudian mengembangkan
kegiatannya ke program pemulihan pascabencana,
pemberdayaan dan pengembangan masyarakat, serta program
4
4
berbasis spiritual seperti Qurban, Zakat dan Wakaf. Di ACT
juga tedapat Vice President of Philanthropy Network
Department sendiri dimana dapat terlihat bahwasannya dasar
filantropi menjadi bagian yang sangat penting bagi lahirnya
ACT. Begitupun dengan Sinergi Foundation, merupakan
lembaga independen milik publik yang fokus mendorong
pengembangan kreativitas dan inovasi Sosial Pemberdayaan
berbasis wakaf produktif dan ZIS (Zakat, Infaq dan Sedekah).
Adanya program wakaf produktif dan ZIS sangat jelas
mencerminkan pengimplementasian ajaran Islam, dimana hal
tersebut bertujuan untuk mensejahterakan umat.
Dari banyakanya referensi mengenai HSO berbasis
keagamaan Islam di Indonesia, lebih banyak bergerak pada
bidang peningkatan pemenuhan kebutuhan sosial dan ekonomi,
seperti yang terlihat pada program-program kedua HSO yang
secara singkat telah dipaparkan di atas. Namun, peneliti
menemukan sebuah lembaga (HSO) yang juga berbasis
keagamaan dalam pelaksanaan kegiatan atau progam-
programnya, namun lembaga ini memiliki bidang kajian yang
berbeda dari lembaga-lembaga yang telah disebutkan di atas.
Yakni berperan pada ranah rehabilitasi gangguan mental dan
perilaku akibat penggunaan narkoba. Sehingga peneliti pun
tertarik untuk mengetahui secara lebih dalam bagaimana
pelaksanaan pelayanan yang diberikan khususnya dalam
penelitian ini adalah konseling Islam oleh lembaga tersebut,
serta hasil yang dirasakan oleh penerima manfaat disana.
5
5
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya
dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, serta tentang kekuatan hidup
yang berguna bagi masyarakat dan lingkungan yang majemuk
tanpa kehilangan identitas diri. Spiritulitas sebagai suatu yang
multidimensi yaitu terdiri dari dimensi eksistensial dan dimensi
agama. Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti
kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada
hubungan seseorang dengan Tuhan.
Spiritualitas seseorang berhubungan dengan
terpenuhinya aspek kebutuhan spiritual mereka. Kebutuhan
spiritual merupakan kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama,
serta kebutuhan untuk mnedapatkan maaf atau pengampunan,
mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan
Tuhan. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk
mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk memberi,
mendapatkan maaf, serta dapat memberikan manfaat untuk
orang lain.
Penelitian menunjukan bahwa agama dan spiritual
memiliki pengaruh pada klien penyalahgunaan narkoba.
Penelitian yang dilakukan oleh ilmuan Cancerellaro, Larson dan
Wilson (1982) terhadap pasien-pasien miras dan narkoba,
menyatakan bahwa komitmen agama kurang bahkan tidak ada
dalam diri mereka. Dalam penelitian tersebut dikemukakan
bahwa 89% dari korban Miras dan Narkoba telah kehilangan
minat agama pada usia remaja. Diperoleh juga, bahwa terapi
6
6
medis-psikiatrik yang diberikan tidak akan memperoleh hasil
yang optimal apabila tidak disertai dengan terapi keagamaan
(terapi psikoreligius), yaitu dengan doa dan zikir beberapa
diantaranya. Dengan diikutsertakan mereka dalam kegiatan
keagamaan tersebut dan disertai dengan pengobatan medis-
psikiatrik, maka akan memperoleh hasil yang jauh lebih baik.
Temuan ini menunjukan bahwa agama dapat berperan sebagai
pelindung daripada sebagai penyebab masalah.
Hawari (2000) dalam penelitiannya memperoleh data
bahwa para mantan penyalahguna atau ketergantungan narkoba
apabila taat dan rajin menjalankan ibadah, resiko kekambuhan
hanya 6,83%, bila kadang-kadang beribadah resiko
kekambuhan 21,50%, dan apabila tidak sama sekali
menjalankan ibadah agama, resiko kekambuhan mencapai
71,67%.
Realita yang terjadi saat ini, bangsa Indonesia
mengalami ancaman kerusakan generasi muda secara perlahan
tapi pasti, karena dampak dari penyalahgunaan narkoba. Data
Badan Narkotika Nasional (BNN) untuk tahun-tahun terdahulu
menunjukan, dari tahun 2004 sampai dengan 2008 jumlah
penyalahgunaan narkoba di Indonesia naik sekitar 20% yaitu
2,80 juta orang menjadi 3,3 juta orang pada tahun 2008.
Sepanjang tahun 2018, kasus narkoba yang diungkap BNN dan
Polri mencapai 40.553 kasus. Dari 40.553 kasus tersebut
sebanyak 2 juta adalah mahasiswa dan 1,5 juta adalah pekerja
terlibat narkoba. Dengan semakin maraknya peredaran narkoba,
7
7
diperkiraan jumlah penyalagunaan narkoba akan terus
meningkat apabila upaya pencegahan, pemberantasan
penyalahgunaan dan pemberantasan peredaran gelap narkoba
tidak berjalan efektif.
Penulis tertarik untuk meneliti bagaimana keterkaitan
atau pengaruh intervensi mikro yang didasari oleh pendekatan
Islam yang dijalankan oleh suatu lembaga terhadap spiritualitas
klien penyalahgunaan narkoba di lembaga tersebut.
Lembaga yang peneliti pilih adalah Madani “Mental
Health Care” yang terletak di Jalan Pancawarga, Cipinang Besar
Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur. Sebuah lembaga rehabilitasi
untuk korban penyalahgunaan narkoba yang menggunakan
pembinaan berbasis masyarakat (Community Base) dengan
pendekatan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (BPSS) dalam
pelaksanaan intervensinya. Pembina lembaga tersebut
menemukan metode BPSS dalam menangani korban miras,
narkoba dan penderita skizofrenia. Metode tersebut telah
mendapatkan pengakuan dari PBB (United Nations Office on
Drugs and Crime, New York, 2003). Metode yang digunakan
memakai rumusan dari World Health Organization (WHO
1984), American Psychiatric Association (APA 1992) dan
World Psychiatric Association (WPA, 1993), yaitu pendektan
dari sudut biologis, psikologis, sosial dan spiritual (Agama).
8
8
Selain itu, dalam proses tahapan program yang
dilaksanakan selalu mengikutsertakan pihak keluarga klien
dalam proses penyembuhan anggota keluarga mereka yang
menjadi klien di Madani “Mental Health Care”, juga
pengawasan selalu diberikan baik dari pihak lembaga tersebut
maupun dari pihak keluarga. Sehingga proses penyembuhan
klien dirasa lebih efektif dengan sistem kolaboratif antara pihak
lembaga dan keluarga klien dalam proses pemulihan yang
dilaksanakan.
Semoga penelitian ini dapat menjadi bahan kajian untuk
dasar pelaksanaan intervensi khususnya intervensi mikro
dengan pendekatan ajaran Islam bagi lembaga-lembaga yang
akan memberikan pelayanan kepada kliennya, agar hasil yang
didapatkan dan dirasakan klien mengenai seluruh aspek diri.
Bagi penulis sendiri, dengan mengambil topik penelitian
tersebut semoga menjadi inspirasi untuk penulis dalam
menerapkan praktik pekerjaan sosial berbasis Islami
kedepannya.
B. Identifikasi Masalah
Dalam meniliti dan mengkaji pengaruh intervensi mikro
dalam Islam terhadap spiritualitas klien penyalahgunaan
narkoba di lembaga rehabilitasi Madani “Mental Health Care”
Cipinang Jakarta Timur, akan muncul beberapa persoalan,
diantaranya:
1. Apakah terdapat pengaruh intervensi mikro dalam Islam
terhadap spiritualitas klien penyalahgunaan narkoba di
9
9
lembaga rehabilitasi Madani “Mental Health Care”
Cipinang Jakarta Timur ?
2. Sejauh mana pengaruh pelaksanaan intervensi mikro dalam
Islam yang dilaksanakan oleh lembaga rehabilitasi Madani
“Mental Health Care” Cipinang Jakarta Timur terhadap
spiritualitas klien penyalahgunaan narkoba di lembaga
tersebut?
3. Bagaimana spiritualitas klien di lembaga rehabilitasi
Madani “Mental Health Care” Cipinang Jakarta Timur
setelah mendapatkan intervensi mikro dengan pendekatan
Islam dari lembaga tersebut?
4. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara lembaga yang
melaksanakan intervensi mikro dalam Islam dengan yang
tidak berbasis Islam terkait hubungannya dengan
spiritualitas klien di lembaga tersebut?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi di atas, maka penulis
membatasi masalah pada judul “Pengaruh Intervensi Mikro
dalam Islam terhadap Spiritualitas Klien Penyalahgunaan
Narkoba di Lembaga Rehabilitasi Madani „Mental Health Care‟
Cipinang Jakarta Timur”
10
10
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis
merumuskan masalah pada penelitian ini yaitu:
1. Bagaimanakah pengaruh intervensi mikro dalam Islam
terhadap spiritualitas klien penyalahgunaan narkoba di
lembaga rehabilitasi Madani “Mental Health Care”
Cipinang Jakarta Timur?
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan dan
bermanfaat untuk
1. Mengetahui pengaruh intervensi mikro dalam Islam
terhadap spiritualitas klien penyalahgunaan narkoba di
lembaga rehabilitasi Madani “Mental Health Care”
Cipinang Jakarta Timur.
2. Mengungkap ada atau tidaknya pengaruh intervensi mikro
dalam Islam terhadap spiritualitas klien penyalahgunaan
narkoba di lembaga rehabilitasi Madani “Mental Health
Care” Cipinang Jakarta Timur.
3. Dapat dijadikan sebagai tolak ukur bagi lembaga Madani
“Mental Health Care” dalam mengambil langkah-langkah
inovasi pelaksanaan intervensi mikro dengan pendekatan
ajaran Islam di lembaga tersebut.
11
11
F. Tinjauan Kajian Terdahulu
1. Skripsi dengan judul “ Pengaruh Pembimbingan Agama
dalam Pembinaan Mental Bagi Residen Korban
Penyalahgunaan Napza di Panti Sosial Pamardi Putra
(PSPP) Galih Pakuan Bogor”. Karya Annisa Trisnawati
Tahun 2017 Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam.
Persamaannya dengan judul yang dibuat penulis adalah
tentang aspek spiritual yang ingin dilihat pengaruhnya pada
hasil intervensi yang diberikan pada klien. Objek
penelitianya juga sama yaitu korban penyalahgunaan
Narkoba dan jenis penelitiannya pun sama yaitu kuantitatif.
Perbedaannya adalah dalam hal variabel yang diteliti, pada
penelitian Annisa Trisnawati membahas tentang bagaimana
pengaruh dari adanya pembimbingan agama yang dilakukan
dalam membina mental klien akibat dari penyalahgunaan
narkoba. Hasil penelitian didapati bahwa Pengaruh
pembimbingan agama dalam pembinaan mental bagi residen
korban penyalahgunaan Narkoba berada di kategori tinggi
minat, karena residen berada dalam usia produktif dan
berdampak positif bagi perkembangan residen karena dapat
membangun kepercayaan diri dan skill untuk bekal
hidupnya di dalam masyarakat.
2. Penelitian relevan selanjutnya yaitu skripsi berjudul
“Dampak Penyuluhan Agama Islam dengan Pendekatan
Berbasis Kelompok terhadap Residen dalam Pemulihan
Ketergantungan Narkoba di Balai Besar Rehabilitasi BNN
LIDO Bogor Jawa Barat”. Karya Melva Silviana Tahun
12
12
2014 Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam. Persamaannya
dengan judul yang dibuat penulis adalah tentang penerapan
pendekataan keagamaan dalam pelaksananan pelayanan
untuk klien di lembaga tersebut, objek penelitianya juga
sama yaitu korban penyalahgunaan Narkoba. Perbedaannya
adalah jenis penelitan yang digunakan, Melva Silviana
menggunakan jenis penelitian kualitatif sedangkan penulis
menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Hasil penelitian
didapati bahwa dampak bimbingan penyuluhan Islam
dengan pendekatan berbasis kelompok ini hampir 80%
residen sudah merasa sehat secara jasmani, rohani maupun
aspek sosialnya.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri atas V bab. Bab I, bab II, bab III, bab
IV, dan bab V.
BAB I PENDAHULUAN
Bab pertama adalah Pendahuluan yang berisi tentang
Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, serta
Sistematika Penulisan Skripsi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab kedua berisi Landasan Teori, Kerangka Pemikiran,
dan Hipotesis Penelitian.
13
13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ketiga adalah Metodologi Penelitian. Bab ini
menguraikan tentang Populasi dan Sampel, Tempat dan Waktu
Penelitian, Sumber Data, Instrumen Penelitian, Teknik
Pengumpulan Data, dan Teknik Pengolahan Data.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab keempat adalah Temuan Penelitian dan
Pembahasan. Merupakan analisis dan laporan penelitian
termasuk pengujian hipotesis.
BAB V PENUTUP
Bab kelima adalah Kesimpulan dan Saran. Pada bagian
ini menyimpulkan atau menerangkan hasil penelitian. Saran-
saran disesuaikan dan mengacu pada kesimpulan yang telah
ditarik, serta merupakan jawaban alternatif pemecahan masalah
yang diteliti.
14
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kesejahteraan Sosial
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013)
disebutkan bahwa “Sejahtera” berarti “aman, sentosa dan
makmur, selamat (terlepas) dari segala macam gangguan,
kesukaran dan sebagainya. Begitupun dalam materi perkuliahan
Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial UIN Jakarta (2015),
kesejahteraan berasal dari kata dasar sejahtera, aman sentosa,
makmur, dan selamat. Dapat pula dikatakan terlepas dari segala
macam gangguan dan kesusahan.
Secara etimologis, kata kesejahteraan terbentuk dari kata
“sejahtera” yang mendapat awalan “ke” dan akhiran “an”.
Adapun secara terminologis, ada beberapa pengertian
kesejahteraan sosial yang dikemukakan para ahli. Menurut
Midgley, kesejahteraan sosial adalah kondisi dimana harus
terpenuhinya tiga syarat utama yaitu: 1) Dapat mengelola
permasalahan sosial dengan baik, 2) Terpenuhinya kebutuhan,
3) Terbukanya peluang-peluang secara maksimal.
Sementara menurut Edi Suharto, pengertian
kesejahteraan sosial mengandung empat makna: 1) kondisi
sejahtera, 2) pelayanan sosial, 3) tunjangan sosial, dan 4) proses
atau usaha terencana. (Ghafur, 2012:6-7)
15
15
Menurut Ghafur (2012:7), kesejahteraan sosial adalah
usaha sosial yang dilakukan secara terorganisir, di dalamnya
terdapat unsur kebijakan dan pelayanan sosial dalam cakupan
luas bidang kehidupan masyarakat seperti jaminan sosial,
tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, budaya, pendapatan dan
lain sebagainya. Tujuan dari usaha sosial yang dilakukan dan
pelayanan sosial yang diberikan tentunya untuk meningkatkan
taraf hidup masyarakat. Kesejahteraan Sosial adalah kondisi
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga
Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan
diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Terpenuhinya kebutuhan ini merupakan unsur pertama dan
utama kesejahteraan sosial.
Jadi dapat dikatakan bahwa kesejahteraan adalah kondisi
yang menghendaki terpenuhinya kebutuhan dasar bagi individu
atau kelompok baik berupa kebutuhan pangan, pendidikan,
kesehatan, dan lain sebagainya. Keadaan masyarakat yang
sejehtera, yakni masyarakat yang aman secara sosial, terpenuhi
segala kebutuhannya dan jauh dari berbagai problem sosial.
2. Paradigma Alquran tentang Kesejahteraan Sosial
Menurut Asep Usman Ismail (2012: 1-2) di dalam
Alquran terdapat beberapa istilah yang berarti kesejahteraan
sosial, salah satu contohnya yaitu istilah “al falah”.
Menurut arti kebahasaan al-falah ialah keberuntungan,
kesuksesan, kenikmatan dan kebaikan. Konsep al-falah
16
16
yang ditawarkan oleh Alquran kepada manusia memliki dua
dimensi yang saling berpasangan, serasi dan harmonis. Dua
dimensi tersebut yakni dimensi lahir dan batin serta dimensi
dunia dan akhirat. Lima pilar utama berdirinya
kesejahteraan yang dibangun Alquran yaitu terpenuhinya
kebutuhan fisik-biologis, kebutuhan intektual, kebutuhan
emosi, kebutuhan spiritual, dan kebutuhan sosial. Kelima
pilar tersebut jika diimplementasikan di dalam kehidupan
serta dipadukan dengan landasan keimanan dan ibadah,
akan menjadi modal untuk bekal di dunia dan akhirat.
Sejalan dengan penjelasan diatas, menurut Alquran,
kesejahteraan sosial adalah kondisi aman (jauh dari
gangguan, baik alam-fisik maupun sosial) dan hubungan
yang harmonis antar manusia, sehingga setiap manusia
dapat menjalankan fungsi sosial dan kekhilafahannya. Maka
orang atau masyarakat yang sejahtera tidak hanya
ditunjukkan dengan sehat badan, tapi juga sehat hati dan
pikirannya serta memiliki hubungan sosial yang baik sesama
manusia (Materi Perkuliahan Sistem Usaha dan
Kesejahteraan Sosial Islam UIN Jakarta. 2016).
Dengan penjelasan ini maka jelas bahwa
kesejahteraan sosial adalah kebutuhan dasar dan pokok bagi
manusia. Di dalam Alquran juga menerangkan tentang
pentingnya usaha untuk mencapai kesejahteraan sosial.
Walaupun kesejahteraan sosial itu adalah kebutuhan seluruh
17
17
umat manusia, namun tidak akan dengan mudah dicapai,
diperlukan kerja keras dan usaha dalam menggapainya.
Menurut Ghafur (2012: 17), kesejahteraan memiliki
beberapa dimensi yaitu berkaitan dengan fisik, sosial dan
spiritual. Dimensi-dimensi tersebut sejalan dengan
kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Jika
kebutuhan dasar tersebut tidak dapat terpenuhi, maka
seseorang tersebut belum dikatakan sejahtera.
Selanjutnya, aspek lain di dalam kesejahteraan sosial itu
sendiri yaitu terdapat bahasan mengenai perlindungan
sosial. Di dalam Alquran pun menjelaskan bagaimana
pentingnya perlindungan sosial yang dipandang sebagai
nilai dasar Islam. Perlindungan sosial diperlukan untuk
mencapai kesejahteraan sosial, yang mana dalam Alquran
sejalan dengan makna pengabdian kepada Allah.
Pengabdian untuk membantu sesama sebagaimana hal
tersebut juga merupakan perintah Allah. Kesejahteraan
sosial dalam ajaran Alquran mengacu pada makna hal yang
mendasar bagi sebuah tatanan masyarakat dan manusia, juga
mengacu pada pendekatan yang revolusioner dalam
merespon permasalahan manusia. Alquran jelas memiliki
perhatian terhadap manusia yang universal, relevan dan
berlaku di semua situasi. Hal ini seperti ditunjukakan
banyaknya manusia diungkapkan dalam Alquran. (Materi
Perkuliahan Sistem Usaha dan Kesejahteraan Sosial Islam
UIN Jakarta. 2016).
18
18
Perhatian Alquran yang lebih terutama kepada mereka
yang mengalami problem sosial seperti anak-anak yatim,
janda-janda miskin, orang-orang tertindas, dan lainnya,
cukup sebagai petunjuk bahwa Alquran sangat
memperhatikan aspek kemanusiaan. Dalam Alquran, ibadah
sosial dan ritual bagaikan dua sisi mata uang, keduanya
dapat dibedakan, namun tidak dapat dipisahkan.
3. Ruang Lingkup Intervensi Mikro dalam Islam
Abidah Muflihati (2012: 109-110) menyatakan bahwa,
intervensi mikro dalam keilmuan kesejahteraan sosial
merupakan usaha atau cara pemberian pertolongan dalam
lingkup individu dan keluarga, bahkan beberapa ahli
memasukkan kelompok kecil dalam lingkup penanganan
intervensi mikro, yang memiliki permasalahan pada
keberfungsian sosialnya. Intervensi mikro juga dikenal
dengan istilah lain yaitu social casework, casework, clinical
sosial work. Teknik yang digunakan dalam intervensi mikro
yaitu dengan menggunakan teknik komunikasi, konsultasi
advokasi berpusat pada klien, dan manajemen untuk
memperbaiki hubungan individu dengan lingkungan
sosialnya.
Intervensi dalam pekerjaan sosial merupakan tindakan
yang dilakukan oleh professional berdasarkan pada
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang dipegang.
Tujuan dilakukannya tindakan tersebut agar klien dapat
kembali keberfungsian sosialnya, dimana keberfungsian
19
19
sosial tersebut merupakan kemampuan seseorang untuk dapat
memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan tersebut merupakan
kebutuhan dasar seperti kesehatan, ekonomi, pendidikan,
jasmani dan rohani serta kemampuan dalam menghadapi
permasalahannya serta dapat menjalankan peran sosialnya
dengan baik di keluarganya maupun di masyarakat.
Maka dari itu, pekerjaan sosial sebagai praktik
profesional seharusnya menggunakan pendekatan secara
menyeluruh dan utuh. Agar tujuan dalam mengembalikan
keberfungsian individu tersebut tercapai, praktik yang
dijalankan harus direncakan secara matang dan tidak
sembarang. Karena hakikat dari intervensi itu sendiri adalah
proses perubahan yang terencana. (Abidah Muflihati, 2012:
110)
Selanjutnya menurut Andayani (2012: 38), menyatakan
bahwa dalam pelaksanaan intrevensi diperlukan pula
pendekatan yang berbasis pada kekuatan klien (strength
based perspective). Penting untuk mencari tahu apa saja
potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh klien sebagai
nantinya hal tersebut dapat digunakan sebagai modal untuk
mengatasi permasalahan yang klien hadapi. Jika dikaitkan
dengan relevansi spiritualitas, maka dikatakan bahwa
spiritualitas adalah kekuatan, yang menawarkan nilai dan
sumberdaya yang dapat mendukung ketahanan klien.
20
20
3.1 Metode Intervensi Mikro dalam Islam
Teknik intervensi mikro seperti konseling, advokasi dan
psikoterapi, merupakan teknik-teknik yang sejalan dengan
praktik kehidupan yang ada di dalam Islam. Secara umum,
dalam ajaran Islam, untuk melakukan perubahan terhadap
segala hal yang buruk dilakukan dengan menggunakan
tangan, lisan, dan hati. Jadi bukan hal yang asing jika di
dalam Islam pun teknik-teknik yang di jalankan sesuai
dengan cara umum yang dijalankan oleh praktik pekerjaan
sosial. (Abidah Muflihati, 2012: 116-118).
3.1.1 Teknik perubahan dengan lisan dan hati
Menurut Abidah Muflihati (2012: 118-120), Teknik
intervensi terhadap individu yang menggunakan alat
lisan dan hati adalah konseling dan psikoterapi. Kedua
teknik tersebut dilakukan dengan tujuan untuk
mempengaruhi niat dan sikap individu agar menyadari
kemampuan dirinya dan bersedia memperbaiki diri.
a. Konseling Islam
Kegiatan-kegiatan bimbingan dan menasehati
manusia sejak dahulu sudah dilakukan. Terutama pada
sejarah umat Islam, bimbingan ini dilakukan oleh Nabi
kepada umatnya dan diantara orang-orang mukmin.
Menurut Hamdani dalam Abidah Muflihati (2012:119),
ciri khas konseling Islam antara lain adalah:
21
21
1. Mengacu dan berpandangan kepada wahyu Allah dan
ketauladanan para Nabi, Rasul dan ahli warisnya.
2. Memberikan konseling kepada klien dapat dikatakan
wajib karena hal tersebut merupakan ibadah bentuk
ketaatan kepada Allah.
3. Konselor harus fokus dalam melaksanakan konseling
yang merujuk kepada wahyu Allah, karena jika tidak,
akan berakibat tidak baik untuk dirinya dan klien.
Konselor akan dikatakan sebagai yang zalim.
4. Konseling Islam dimulai dari membacakan ayat-ayat
Allah sebagai bentuk menyadarkan nurani klien,
kemudian dilanjutkan dengan proses membersihkan hal-
hal buruk penyebab terjadinya penyimpangan yang
terjadi kepada klien. Setelah itu jika sudah terlihat
ketenangan dan kebaikan dari hati, dilanjutkan dengan
memberikan ajaran pesan-pesan yang terkandung dalam
Alquran, yang juga beriringan dengan memberikan
pengertian-pengertian dengan al-hikmah, yaitu rahasia-
rahasia dibalik segala peristiwa yang terjadi didalam
kehidupan.
5. Proses konseling yang dilakukan oleh konselor berada
dibawah bimbingan Allah dan Alquran. Dalam proses
konseling, konselor hendaknya menerapkan teori-teori
konseling Islam yang disuratkan di dalam Alquran surat
An-Nahl ayat 125, yaitu teori al-hikmah, al-mau’idzah
al-hasanah, dan mujadilah.
22
22
Berikut ini uraiannya:
- Teori al-hikmah.
Menurut Hamdani dalam Abidah Muflihati
(2012:120), al-Hikmah bermakna antara lain sikap
kebijaksanaan yang mengandung asas musyawarah dan
mufakat, asas keseimbangan, asas manfaat dan
menjauhkan mudharat serta asas kasih sayang. Terdapat
energi yang mengandung potensi perbaikan, perubahan,
pengembangan, dan penyembuhan. Esensi ketaatan dan
ibadah yang menerangi jiwa, kalbu, akal pikiran, dan
indera. Ciri khas teori al-hikmah antara lain adalah: a)
adanya pertolongan Allah b) adanya keteladanan dan
kesalihan konselor, c) alat terapi berupa nasihat dengan
menggunakan teknik ilahiyah seperti doa, ayat Alquran,
dan menerangkan esensi dari problem klien.
- Teori al-Mauidzah al-Hasanah.
Yaitu teori konseling dengan cara mengambil
pelajaran-pelajaran dari perjalanan hidup para Nabi,
Rasul dan para Auliya Allah. Untuk itu konselor harus
benar-benar menguasai riwayat hidup dan perjuangan
orang-orang agung dan kekasih-kekasih Allah, terutama
Rasululah. Materi yang dapat digunakan diambil dari
sumber-sumber pokok ajaran Islam maupun dari para
pakar muslim maupun non muslim, seperti Freud, Carl
Roger, Gestatlt, Maslow, dsb, selama tidak bertentangan
dengan norma-norma Islam.
23
23
- Teori Mujadilah.
Yaitu memberikan bimbingan dengan
menggunakan bantahan dan sanggahan yang mendidik
dan menentramkan. Bisanya teori ini di terapkan kepada
klien yang mengalami kebimbangan dalam mengambil
suatu keputusan, dan keputusan klien berbeda dengan
pandangan konselor. Karena keputusan klien dapat
membahayakan perkembangan jiwanya, akal fikirannya,
emosionalnya dan lingkungannya. Teori ini mempunyai
prinsip-prinsip khas sebagai berikut: a) perlu kesabaran
konselor yang tinggi, b) konselor harus menguasai akar
permasalahan dan terapinya dengan baik, c) saling
menghormati dan menghargai, d) tidak bertujuan
menjatuhkan klien tetapi membimbing mencari
kebenaran, e) rasa persaudaraan dan penuh kasih sayang,
f) tutur kata dan bahasa yang mudah difahami dan halus,
g) tidak menyinggung perasaan klien, h) mengemukakan
dalil Alquran dan Sunnah dengan tepat dan jelas.
(Abidah Muflihati, 2012:120-121).
b. Psikoterapi Islam
Menurut Abidah Muflihati (2012: 121-122),
psikoterapi Islam hadir atas dasar ajaran Alquran yang
menyatakan bahwa Alquran dapat menjadi obat bagi
manusia. Psikoterapi Islam merupakan proses pengobatan
dan penyembuhan bagi mereka yang mengalami penyakit
mental, spiritual, moral, maupun fisik dengan melalui
24
24
bimbingan Alquran dan sunnah Nabi. Sebagai obat atau
penyembuh, Alquran memiliki dua sifat bagian, yakni
umum dan khusus. Bersifat umum maksudnya bahwa
secara maknawi, keseluruhan ayat dalam Alquran dapat
dijadikan sebagai penyembuh. Sedangkan bersifat khusus
maksudnya adalah bahwa ada ayat-ayat khusus tersendiri
yang dapat dijadikan sebagai penyembuh penyakit secara
spesifik bagi orang beriman dengan meyakini kekuasaan
Allah. Bagian yang khusus tersebut antaralain kalimat
basmalah, surat Al-Fatihah, serta ayat-ayat lainya.
Seperti yang dilalukan oleh salah seorang terapis
yaitu Hamdani, dalam melakukan psikoterapi kepada
kliennya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
pertama, melakukan shalat hajat 2 atau 4 rakaat. Kedua,
memohon ampun kepada Allah untuk terapi dan klien.
Ketiga, membaca shalawat Nabi. Keempat, membaca Al-
Fatihah, ayat kursi, Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas,
dilanjutkan dengan berdoa untuk kesembuhan klien.
Kelima, meniupkan energi dari doa-doa yang dilafalkan
terapi kedalam air sebagai sarana bagi klien dan agar
dapat diminum sambil beritikad bahwa Allah-lah Yang
Maha Penyembuh. Bagi klien yang aktif dapat melakukan
cara ini berulang kali.
Selanjutnya, menurut Hamdani dalam Abidah
Muflihati (2012: 122) ada pula metode lain yang
digunakan, lebih dikenal dengan sebutan penerapan
25
25
metode sufistik yang merupakan metode rujukan milik
Imam Al-Ghazali. Dalam keilmuan, metode ini dikenal
sebagai psikoterapi sufistik. Metode ini terbagi dalam tiga
tahap, yaitu pertama takhalli, pengosongan diri dari bekas-
bekas kedurhakaan dan dosa kepada Allah dengan
melaksanakan praktik ibadah, shalat sunah dan zikir.
Kedua tahalli, yaitu pengisian diri dengan ibadah dan
ketaatan seperti bershalawat dan mempelajari surat-surat
dalam Alquran. Ketiga, tajalli, yaitu terbukanya hijab lahir
dan batin, seperti keterbukaan dan intropeksi diri.
3.1.2 Teknik perubahan dengan tangan
Menurut Abidah Muflihati (2012: 122-123),
terdapat kemungkaran sosial yang terjadi akibat
perbuatan-perbuatan yang tidak baik dalam
memperlakukan manusia. Dalam hal ini berarti musibah
yang dialami oleh pihak tersebut akibat dari tindakan
zalim dari orang lain. Di antara yang termasuk
kemungkaran sosial menurutnya adalah kemiskinan,
degradasi lingkungan, dan budaya kekerasan. Perlu
tindakan perubahan yang bersifat partisipasi aktif
memberdayakan individu dalam mengatasi masalahnya.
Melalui partisipasi aktif inilah kekuatan atau kakuasaan
di kembalikan pada individu. Dari pihak pekerja sosial,
usaha merubah kemungkaran untuk membela hak-hak
individu yang menjadi korban dapat dilakukan dengan
26
26
teknik negosiasi, menjalin jaringan, mediasi, dan lain
sebagainya.
4. Spiritualitas
4.1 Pengertian Spiritualitas
Menurut Bambang (2010), arti spiritual pada diri
individu berbeda, hal tersebut dipengaruhi dari budaya,
perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-
idenya tentang kehidupan itu sendiri. Dalam spiritualitas
terdapat suatu perasaan yang berhubungan dengan
hubungan dengan diri sendiri, hubungan antara orang lain
dan lingkungan, serta hubungan dengan Tuhan. Kebutuhan
spiritual mengandung arti tentang kepercayaan kepada
Tuhan, kepercayan untuk dicintai dan diampuni oleh
Tuhan, kepercayaan terhadap perintah agama, harapan dan
keyakinan.
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya
dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Lebih lanjut lagi,
terdapat pula kebutuhan spiritual yang merupakan
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, mengenai kebutuhan
mencari arti dan tujuan seseorang dalam menjalani
kehidupan, kebutuhan mencintai dan dicintai serta rasa
keterikatan dan kebutuhan memberikan maaf dan ampunan
dari Tuhan. ( Wulan, 2011)
Menurut kamus Webster (1963) kata spirit berasal dari
kata benda bahasa latin “Spiritus” yang berarti nafas dan
kata kerja “Spirare” yang berarti bernafas. Spiritual lebih
27
27
mengarah kepada sesuatu yang bersifat kerohanian atau
kejiwaan. Sedangkan menurut Hasan ( 2006: 228), makna
spiritualitas itu lebih mendalam, sesorang tidak hanya
berpikir apakah hidupnya berharga namun juga lebih
berpikir kepada mengapa hidup itu berharga. Fokus
spiritualitas adalah lebih kepada hal-hal yang sifatnya
kerohanian atau kejiwaan, dibandingkan kepada aspek fisik
atau material.
Seseorang akan menemukan arti dari hidupnya yang
lebih cerah serta menemukan tujuan makna hidup yang ia
jalani. Oleh karena itu, spiritualitas merupakan bagian yang
penting dari keseluruhan kesehatan dan kesejahteraan
seseorang. (Tamami, 2011 : 19). Motivasi yang seseorang
miliki begitupun dengan tujuan yang ia jalankan sebagai
makhluk, dapat terbuka dengan adanya spiritualitas di
dalam dirinya. Karena dalam spiritualitas seperti ada
dorongan untuk manusia dalam menentukan perilaku mana
yang lebih baik yang akan ia lakukan. ( Piedmont, 2001 : 7-
9)
Menurut Aman (2013: 22) spiritualitas juga
merupakan terjemahan dari kata ruhaniyah. Ruhaniyah itu
sendiri secara kebahasaan berasal dari kata ruh. Alquran
menginformasikan bahwa ruh manusia ditiupkan langsung
oleh Allah setelah fisik terbentuk dalam rahim. Lebih lanjut
Aman (2013: 20) mengatakan bahwa spiritual mengarah
kepada bagaimana hubungan manusia dalam
28
28
mengekspresikan hidupnya dengan presepsi yang lebih
tinggi dan kompleks, kemudian hal tersebut terlihat dari
cara pandangnya terhadap kehidupan.
Dalam pengertian lebih luasnya, spiritualitas
merupakan hal yang berhubungan dengan spirit, sesuatu
yang memiliki kebenaran yang kekal dan berhubungan
dengan tujuan hidup manusia. Salah satu aspek dari
menjadi spiritual adalah memiliki arah tujuan hidup yang
secara terus menerus akan meningkatkan kebijaksanaan diri
manusia tersebut.
Menurut Nico Syukur ( dalam Tamami, 2013:20-
21), antara spiritualitas dan agama memiliki perbedaan.
Jika spiritulitas mengarah kepada pemahaman kepada asal
kehidupan arti dari tujuan hidup, maka agama adalah
sebagai praktik perilaku yang dilakukan oleh anggota-
anggota yang menganut agama tersebut, dihubungkan
dengan kepercayaan yang mereka yakini. Seseorang bisa
menganut dan mengikuti agama-agama tertentu, ataupun
menganut agama yang sama, namun belum tentu mereka
meiliki tingkat spiritualitas yang sama.
Sedangkan menurut Rosito (2010: 37), spiritualitas
akan melahirkan suatu pemahaman akan makna yang
mendalam dalam kehidupan. Akan muncul energi positif
yang membawa pada upaya kuat dalam proses pencaraian
tersebut. Seseorang akan berusaha untuk mecapai
tujuannya walaupun dipenuhi dengan cobaan dan
rintangan. Dalam prosesnya tersebut terdapat karakter
29
29
kekuatan dari keberanian, kegigihan dan semangat.
Karakter tersebut akan semakin kuat ada di diri seseorang
tersebut apabila sesuatu yang bermakna itu telah
ditemukan.
Menurut Hawari (2002), spiritualitas sebagai suatu yang
multidimensi, yaitu dimensi eksistensi dan agama. Dimensi
eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan,
sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan
seseorang dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Spiritual
sebagai konsep dua dimensi, dimensi vertikal adalah
hubungan dengan Tuhan, sedangkan dimensi horizontal
adalah hubungan seseorang dengan dengan diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan.
Piedmont (2001:7) mengembangkan sebuah konsep
spiritualitas yang disebutnya Spiritual Transdence. Pada
konsep ini terdapat makna dari perspektif transedensi,
dimana dalam perspektif tersebut seseorang akan melihat
satu kesatuan secara luas dan objektif serta mendasari
pemikirannya mengenai beragam keseimpulan akan alam
semesta. Sipiritual transedense juga merupakan
kemampuan individu untuk dapat berada di luar
pemahaman dirinya akan waktu dan tempat. Konsep ini
terdiri dari tiga aspek:
a. Prayer Fulfillment (pengamalan ibadah), dari
pengalaman ibadah ini akan munucl rasa bahagia dari
keetrlebitan diri dengan realitas transedense tersebut.
30
30
b. Universality (universalitas), merupakan sebuah
keyakinan terhadap kesatuan dirinya dengan kehidupan
alam semesta.
c. Connectedness (keterkaitan), yaitu sebuah
keyakinan yang melihat bahwa seseorang merupakan
bagian dari realitas manusia yang lebih besar yang
melampaui generasi dan kelompok tertentu.
Dari konsep di atas, dalam literatur sebelumnya,
Piedmont (1999: 989) memaparkan secara gamblang terkait
ketiga komponen tersebut, terdiri atas:
a. Sense of connectedness, dalam hal ini menggambarkan
suatu keyakinan akan adanya bagian terbesar yang
berkontribusi dalam menciptakan keharmonisan dan
keberlangsungan hidup makhluk.
b. Universality, menggambarkan suatu keyakinan atas
kesatuan alam dalam kehidupan
c. Prayer fulfillment, menggambarkan perasaan bahagia
atas hasil pertemuan manusia dengan realitas transeden.
Menurut Wulan (2011), spiritualitas mempunyai suatu
karakter khusus yaitu:
a. Hubungan dengan Tuhan.
Hubungan dengan Tuhan Yang Maha Kuasa dan
Maha Pencipta dapat ditinjau dari hal agamis seperti
halnya dengan melaksanakan ibadah, berdoa, meditasi,
melaksanakan kewajiban keagamaan dan bersatu dengan
alam.
31
31
b. Hubungan dengan diri sendiri
Hubungan dengan diri sendiri dapat ditinjau dari
pengetahuan tentang diri ( siapa dirinya, apa yang dapat
dilakukannya), sikap, percaya pada diri sendiri, percaya
pada kehidupan atau masa depan, harmoni atau
keselarasan diri.
c. Hubungan dengan orang lain
Hubungan yang tercipta dari kemampuan
membina hubungan yang harmonis dengan orang lain,
berbagi waktu, pengetahuan dan sumber.
d. Hubungan dengan alam
Hubungan dengan alam yaitu dengan
melindungi, menikmati dan mengabadikan alam serta
makhluk hidup sekitar. Kebutuhan spiritual seseorang
terlihat terpenuhi jika sesorang tersebut dapat
merumuskan secara positif arti tujuan hidup,
keberadaannya di dunia, dan yakin adanya hikmah
dalam setiap kejadian. Selain itu ia akan membangun
hubungan yang baik dengan Tuhan maupun manusia
dengan penuh rasa kasih sayang dan cinta, serta
merasakan adanya harapan dan kehidupan yang terarah
di dalam hidupnya.
Sedangkan menurut menurut Underwood (2011), aspek-
aspek spiritual mencakup dua dimensi, yaitu hubungan antara
individu dengan Tuhan dan hubungan individu dengan
lingkungan sekitarnya. Aspek-aspek spiritualitas nya adalah:
32
32
a. Hubungan dengan Tuhan
Hal mendasar bagi individu yang memiliki
spiritualitas ialah jika individu merasakan hubungan
dengan sosok transeden atau Tuhan. Keyakinannya
tersebut akan dirasakan di berbagai segi kehidupannya
namun tidak nampak secara nyata. Hubungan dengan
Tuhan dianggap sebagai penyebab terjadinya takdir dan
pengambilan keputusan dibawah sadar individu.
Individu akan merasa bahwa hidupnya tidak sendiri dan
merasa bahwa selalu ada Tuhan dalam segi
kehidupannya serta merasa didampingi dalam setiap
dimensi kehidupan.
b. Aktivitas spiritual
Individu akan melakukan aktivitas-aktivitas
spiritual untuk memenuhi berbagai harapan yang
diinginkan. Individu yang merasakan hubungan dengan
Tuhan akan membawa pada keyakinan transeden yang
dapat membawa pada kebahagiaan. Pengalaman
spiritual atau peribadatan seperti berdoa, menyanyi,
gerakan tubuh dalam rangka beribadah seperti gerakan
shalat dalam Islam, membungkuk atau bertekuk lutut
dalam Budha dan menari dalam Hindu dapat
memberikan pengalaman yang kuat serta
menghubungkan keyakinan perasaan spiritual.
33
33
c. Rasa nyaman dan kekuatan
Individu yang merasakan kenyamanan akan merasa
aman dalam menjalani kehidupannya. Karena rasa
nyaman menjadi penyebab individu bertahan dalam
kondisi sulit, seperti ketika mengalami musibah.
Kekuatan dapat membuat individu lebih berani untu
menghadapi situasi yang sulit dan akan merasa
tertantang untuk mencoba aktivitas baru yang tidak biasa
dilakukan di kehidupan sehari-hari.
d. Kedamaian
Individu mengaharapkan adanya rasa damai dan
tenang ketika dalam kondisi cemas, stress dan khawatir.
Merasakan ketenangan menjadi salah satu penolong bagi
individu jika berasa dalam kondisi yang tidak
diinginkan. Oleh karena itu rasa tenang dan damai akan
muncul salah satunya dari hasil peribadatan yang
dilakukan.
e. Merasakan pertolongan dan bimbingan Tuhan
Bagi individu yang memiliki spiritualitas, akan
selalu memohon pertolongan dari Tuhan. Memohon
pertolongan pada Tuhan membentuk persepsi bahwa
individu bekerja bersama Tuhan, sehingga aspek ini
merupakan salah satu pembentuk kesejahteraan
psikologis. Individu juga akan menyakini bahwa Tuhan
akan memberikan bimbingan dan petunjuk-Nya untuk
34
34
berbagai permasalahan hidup yang dialami dalam
kehidupannya. Individu menyakini bahwa bimbingan
dari Tuhan akan muncul setelah berdoa atau memohon
bantuan Tuhan. Oleh karena itu individu akan
mengekspetasikan campur tangan Tuhan dalam
kehidupan sehari-hari.
f. Merasakan kasih sayang Tuhan
Persepsi terhadap kasih sayang Tuhan dirasakan
melalui dua cara, yaitu dirasakan secara langsung dan
dirasakan melalui orang lain. Berkah dari Tuhan akan
dirasakan oleh individu jika berhadapan dengan situasi
yang berkesan dan menyenangkan. Persepsi adanya
kasih sayang melalui orang lain karena individu
menyakini bahwa Tuhan bertindak atas diri manusia
melalui orang lain, sehingga berkah, rejeki, dan
kebahagiaan dapat diperoleh melalui interaksi dengan
orang lain.
g. Kekaguman
Individu yang memiliki spiritualitas yang tinggi
akan merasakan kekaguman pada kebesaran Tuhan atas
penciptaan bumi dan segala isinya, kondisi alam,
pemandangan serta kejadian-kejadian ataupun peristiwa
besar. Individu akan menyadari bahwa campur tangan
Tuhan tidak hanya pada manusia namun juga berlaku
35
35
secara universal, sehingga akan memunculkan rasa
kagum dan syukur pada diri individu.
h. Apresiasi dan rasa berterimakasih
Rasa berterimakasih merupakan hal yang selalu
dilakukan individu yang memiliki spirituailtas yang
tinggi. Rasa berterimakasih atau bersyukur muncul
dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai peristiwa
yang baik ataupun yang buruk.
i. Kepedulian terhadap sesama
Aspek ini menjelaskan tentang sikap dan
motivasi individu dalam kehidupan sosialnya. Dalam
kehidupan spiritual, sikap simpatik merupakan
kompenen sentral. Individu yang memiliki
tanggungjawab sosial akan merasa perlu menolong dan
memberikan dukungan kepada orang lain. Individu
mengembangkan sikap simpati, empati dan saling
menghargai sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan.
j. Merasa bersatu dan dekat dengan Tuhan
Individu ingin selalu merasa dekat dengan
Tuhannya, oleh karena itu individu akan berusaha
melakukan aktivitas spiritual dengan ketulusan sebagai
upaya mendekatkan diri dengan Tuhan.
36
36
4.2 Faktor yang Berhubungan dengan Spiritual
Dyson dalam Young (2007) menjelaskan tiga
faktor yang berhubungan dengan spiritual, yaitu :
a. Diri sendiri, hal yang mendasar dalam pencarian
spiritualitas seseorang adalah jiwa dan daya jiwa
seseorang tersebut.
b. Kebutuhan dengan sesama manusia, atau saling
membutuhkan sama pentingnya dengan kebutuhan
dengan diri sendiri. Karena hal tersebut merupakan
bagian dari pengalaman hidup manusia.
c. Seseorang akan memahami bahwa Tuhan merupakan
bagian dari prinsip dan hakikat dalam hidupnya.
Spiritualitas dapat diukur dengan mengukur seberapa
sukses individu dalam pencarian terhadap sesuatu yang
bermaka dengan menggunakan kriteria yang berorientasi
pada spiritualitas. Seperti kebahagiaan spiritual,
kesehatan mental, fisik dan kehidupan sosial yang dapat
diamati ( Rosito, 2010: 34).
5. Pengertian Narkoba
Menurut Siswanto (2012: 1) narkoba atau obat-
obatan terlarang adalah suatu zat atau bahan yang jika
digunakan akan mempengaruhi kondisi psikologis seseorang
seperti pikian, perasaan dan perilakunya. Narkoba juga
dapat menimbulkan ketergantungan baik itu fisik maupun
psikologis.
37
37
Menurut Asmani (2009: 39) Narkoba merupakan zat
aatau bahan yang jika dimasukkan ke dalam tubuh manusia
dapat menyebabkan ketergantungan baik itu secara fisik
maupun psikologis. Dimasukkannya narkoba ke dalam
tubuh dapat dnegan cara dihirup, disuntikan, dan secara oral.
Ketika sudah masuk ke dalam tubuh dapat mengakibatkan
perubahan perasaan, pikiran, perilaku, dan suasan hati.
Sedangkan menurut Badan Narkotika RI dalam
Undang-undang RI No.22/1997 (2007) Narkoba yaitu zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintesis maupun semisintesis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
Jadi dapat dikatakan bahwa narkoba adalah bahan atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintesis maupun semisintesis yang dapat mempengaruhi
kondisi kejiwaan atau psikologi seseorang, yang jika
dimasukkan kedalam tubuh manusia baik secara oral,
dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran,
suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang tersebut.
38
38
5.1 Kategori Narkoba
Narkoba terdiri dari tiga golongan yaitu:
1) Golongan I : Narkoba pada golongan ini digunakan
untuk pengembangan ilmu pengeahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat
tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Heroin, Kokain, dan Ganja
2) Golongan II : Narkoba pada golongan ini banyak
digunakan untuk penegembangan ilmu pengetahuan dan
terapi. Narkoba pada jenis ini menjadi pilihan terakhir
dalam pengobatan dan berpotensi tinggi dalam
mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Morfin, Petidin
3) Golongan III : Narkoba pada golongan ini banyak
digunakan untuk terapi dan penegembangan ilmu
pengetahuan. Obat-obatan pada jenis ini juga bermanfaat
untuk pengobatan dan berpotensi ringan dalam
mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Codein
5.2 Penyalahgunaan Narkoba
Menurut Dariyo (2004: 32) orang yang
menyalahgunakan obat-obatan adalah mereka yang
bermasalah dengan obat-obatan terlarang baik secara fisik,
mental, emosional, dan spiritual. Menurut Hadiman (2005:
39
39
70), Menyalahgunakan narkoba adalah menggunakan zat
tersebut tanpa sepengetahuan dan pengawasan dokter.
Sedangkan menurut Mangku, Made, dkk (2011:13)
penyalahgunaan narkoba adalah jika menggunakan obat-
obatan tersebut tanpa petunjuk atau resep dokter,
pemakaiannya di luar indikasi medik, dan dilakukan secara
berkala sekurang-kurangnya selama sebulan.
Menurut Hadiman (2005: 6), adapun jenis-jenis dan
efek narkoba adalah sebagai berikut:
a. Heroin
Adalah jenis yang sangat keras dengan zat adiktif
yang tinggi dan berbentuk butiran tepung. Efek yang
ditimbulkan oleh penggunaan heroin adalah timbulnya
rasa sakit disertai kejang-kejang, kram diperut disertai
rasa ingin pingsan, menggigil disertai muntah-muntah,
keluar cairan dari dalam hidung, mata berair, nafsu
makan hilang juga cairan tubuh hilang.
b. Shabu-shabu
Berwujud kristal dan tidak berbau serta tidak
berwarna. Efek yang ditimbulkan dari pemakainnya
adalah penurunan berat badan, gelisah, tekanan darah
tinggi, denyut jantung tidak beraturan, paranoid yang
dalam, pecahnya pembuluh darah otak, pingsan akibat
kelelahan.
40
40
c. Ganja
Berbentuk tanaman, memiliki zat kimia yang
mempengaruhi perasaan dan penglihatan serta
pendengaran. Efek yang ditimbulkan dari penggunaanya
adalah hilangnya konsentrasi, peningkatan denyut
jantung, hilangnya keseimbangan, gelisah, depresi, dan
halusinasi.
5.3 Dampak Penyalahgunaan Narkoba
Dampak narkoba menurut Hari Sasangka (2013: 24-25)
adalah:
a. Terhadap Individu
Narkoba yang disalahgunakan dapat membawa efek-
efek terhadap tubuh si pemakai seperti Euphoria,
Delirium, Halusinasi, Weakness, Collapes, dan
kematian.
b. Terhadap masyarakat
Meningkatnya kriminalitas atau terganggunya
keamanan ketertiban masyarakat, menyebabkan
timbulnya kekerasan baik terhadap perorangan atau
antar kelompok, serta timbulnya usaha-usaha yang
bersifat illegal dalam masyarakat seperti adanya pasar
gelap narkoba dan lain sebagainya.
Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat
tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian
pemakai, dan situasi pemakai. Secara umum dampak
41
41
kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis, maupun
sosial seseorang.
Menurut Asmawi (2009: 41-42) dampak fisik dan psikis
dari pemakai narkoba adalah sebagai berikut:
a. Dampak Fisik
1. Gangguan pada sistem syaraf seperti kejang-kejang,
halusinasi, gangguan kesadaran, dan kerusakan
syaraf tepi.
2. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah seperti
infeksi akut otot jantung, dan gangguan peredaran
darah.
3. Gangguan pada kulit seperti penanahan (abses),
alergi dan eksim.
4. Gangguan pada paru-paru seperti penekanan fungsi
pernapasan, kesukaran bernafas dan pengerasan
jaringan paru-paru.
5. Sering sakit kepala, mual dan muntah, suhu tubuh
meningkat, penegcilan hati dan sulit tidur.
6. Gangguan pada endokrin seperti penurunan fungsi
hormon reproduksi dan gangguan fungsi seksual.
7. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik
khususnya jika pemakaiannya secara bergantian,
risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis
B,C dan HIV.
8. Penggunaan narkoba secara berlebihan dapat
mengakibatkan over dosis, hingga kematian.
42
42
b. Dampak Psikis
1. Lambat dalam bekerja, ceroboh, sering tegang dan
gelisah.
2. Kepercayaan diri menjadi hilang, apatis, pengkhayal
dan sering curiga.
3. Tingkah laku menjadi brutal dan ganas.
4. Sulit berkonsentrasi, sering merasa kesal dan
tertekan.
5. Cenderung senang menyakiti diri, perasaan tidak
aman, bahkan melakukan bunuh diri.
c. Dampak Sosial
1. Gangguan mental, anti sosial dan asusila, serta
dikucilkan oleh lingkungan sekitar.
2. Menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.
3. Pendidikan menjadi terganggu.
Dampak fisik, psikis dan sosial saling berhubungan
erat. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit
yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat dan dorongan
psikologis berupa keinginan untuk mengonsumsi menjadi
sangat kuat. Gejala fisik dan psikologis juga berkaitan
dengan gejala sosial seperti dorongan untuk mencuri,
membohongi orangtua, pemarah, manipulatif, dan lain
sebagainya.
43
43
6. Teori Pekerjaan Sosial yang Relevan
Berdasarkan penjelasan landasan teori pada penelitian
ini, terdapat teori pendukung yang berasal dari lingkup
pekerjaan sosial yaitu teori spiritualitas. Spiritualitas
berkenaan dengan pencarian makna kehidupan yang lebih
dalam atau dapat dikatan lebih transedental. Lahirnya
pekerjaan sosial pun tidak luput dari dorongan spiritual
dalam praktik keagamaan yang dilakukan oleh para tokoh
terdahulu. Mereka menganggap terjadinya permasalahan
sosial karena peradaban yang dibangun oleh kaum
moderenisme dirasa memiliki dampak yang kurang baik.
(Siti Napsiyah dan Lisma, 2011: 79-81)
Menurut Payne (2016: 229-230) di dalam spiritual
terdapat tujuan dan nilai kemanusiaan yang digunakan
dalam praktik pekerjaan sosial. Begitupun juga lahir suatu
makna pemikiran mengenai keutuhan dan keterhubungan
yang akan membuat interaksi antara tubuh, jiwa dan pikiran
menjadi satu kesatuan. Begitupun seperti yang dipaparkan
oleh (Siti Napsiyah dan Lisma, 2011: 83-84), pekerjaan
sosial tentu memiliki nilai-nilai dalam praktik
profesionalitasnya. Dalam hal ini, nilai spiritualitas bisa
menjadi cara untuk menuntun klien menemukan kembali
arti hidupnya, mampu memaafkan kesalahannya dan sebagai
penguat bagi jalan yang akan diambil oleh klien
kedepannya.
Pendekatan dengan spiritual akan mencari tahu
bagaimana kemampuan sesorang dalam menghadapi dan
44
44
melampaui penderitaan yang dialaminya serta
membangkitkan kembali kepercayaan diri dan harapan
dalam hidupnya. Kesehatan dan kualitas hidup yang baik
dapat ditingkatkan oleh harapan yang baik, kebahagiaan dan
pemikiran positif. Hal-hal tersebut dapat dicapai dengan
melibatkan sisi spiritualitas sebagai bagian dari proses
perubahan tersebut. (Payne, 2016: 246)
Dari spiritualitas akan muncul sisi kenyamanan dan
ketenangan dari seseorang yang telah mengimplementasikan
aspek spiritualitas itu sendiri. Seseorang akan dengan sadar
bersikap dengan baik dan terarah jika memiliki kualitas
spiritualitas yang baik pula. Karena spiritualitas dapat
membimbing manusia dalam kebenaran dan kesadaran
dalam bertingkah laku. Lahirnya sikap yang baik dari
seseorang tentunya akan berdampak pula pada lingkungan
sekitarnya. (Siti Napsiyah dan Lisma, 2011: 88).
7. Pengaruh Intervensi Mikro dalam Islam terhadap
Spiritualitas
Gall dan Guirguis (2013) menyatakan bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi tingkat stress adalah taraf
spiritualitas. Spiritualitas sebagai sesuatu yang terasa di
dalam tubuh seseorang. Perasaan seperti itu kemudian
memicu pemahaman akan makna baru dalam kehidupan,
yang dapat meningkatkan pertumbuhan dalam segala
aspek kehidupannya. Spiritualitas juga merupakan
45
45
kepercayaan pada Tuhan yang dimunculkan dalam perilaku
agamis (Pargamen dalam Zalfa, 2009). Kepercayaan dan
keyakinan pada Tuhan inilah yang dapat menimbulkan rasa
optimisme, kontrol dan mempengaruhi stress serta
kesehatan mental individu. Hasil penelitian Gall dan
Guirguis didukung oleh penelitian Peterson dan Seligman
(2004), yang menemukan spiritualitas sebagai prediktor
utama dalam program intervensi dan prevensi pelayanan.
Peterson dan Seligman (2004) mengemukakan bahwa salah
satu bentuk konkrit penerapan spiritualitas adalah adanya
program intervensi pada institusi keagamaan yang
memberikan pelayanan berbagai kebutuhan individual,
seperti penyalahgunaan narkotika, kenakalan remaja,
pengasuhan anak, masalah keluarga dan edukasi kesehatan.
Selanjutnya, dalam penelitian ini, tingkat
pendidikan dari klien menjadi dasar pengukuran sampai
dimana keberhasilan intervensi dalam Islam yang
dijalankan lembaga tersebut mempengaruhi spiritualitas
klien dilihat dari perbedaan respon klien. Jenjang
pendidikan yang peneliti pilih yaitu mulai dari tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Strata Satu (S1).
Pembagian tersebut berdasarkan realita pendidikan terakhir
klien di lembaga tersebut. Pendidikan dapat
mengembangkan kepribadian bakat serta kemampuan
intelektual. Karena pendidikan merupakan hasil usaha yang
disengaja, maka hal tersebut tampak pada tingkah laku
46
46
dewasa bertanggung jawab dalam segala hal, mampu
menentukan pilihan yang kesemuanya mencerminkan
sebagian dari ciriciri kedewasaan seseorang.
Pendidikan menurut Soegarda Poebakawatja
(1982:15) mencakup segala hal atau usaha dan perbuatan
dari generasi tua untuk mengalihkan pengalaman,
pengetahuan, kecakapan, serta keterampilan kepada
generasi muda, untuk memungkinkan generasi muda
melakukan fungsi hidup dalam pergaulan bersama dengan
sebaik-baiknya. Selanjutnya Mashuri (1979:15),
mengemukakan pendidikan adalah suatu usaha yang
dilakukan dengan sadar demi pernbinaan kepribadian dan
pengembangan kemampuan manusia baik jasmani maupun
rohani di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat, dalam
rangka meningkatkan pembangunan dan persatuan bangsa
Indonesia untuk mencapai masyarakat adil makmur dan
sejahtera berdasarkan pancasila. Adapun yang dimaksud
dengan dewasa secara sosial adalah seseorang itu telah
bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Menurut
(Setiawan, 1991 : 19).
Tujuan pendidikan adalah untuk mengubah tingkah
laku seseorang atau individu serta anak didik sehingga
memiliki keterampilan dan pengetahuan, dengan adanya
pengetahuan dan keterampilan maka ia dapat menentukan
sikap hidupnya atau menunjukkan kepribadiannya.
Menurut (Ihsan, 2011), tingkat pendidikan sekolah terdiri
47
47
dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi.
1. Pendidikan Dasar yaitu pendidikan yang memberikan
pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar
yang diperlukan dalam masyarakat, serta mempersiapkan
peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Pendidikan dasar pada prinsipnya merupakan pendidikan
yang memberikan bekal dasar kehidupan, baik untuk
pribadi maupun untuk masyarakat. Pendidikan dasar
merupakan pendidikan yang lamanya sembilan tahun yang
diselenggarakan selama enam tahun di Sekolah Dasar (SD)
dan tiga tahun di jenjang Sekolah Menengah Pertama
(SMP) atau satuan pendidikan yang sederajat.
2.Pendidikan Menengah adalah pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal-
balik dengan lingkungan sosial-budaya dan alam sekitar,
serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut
dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. Pendidikan
menengah merupakan pendidikan yang lamanya tiga tahun
sesudah pendidikan dasar dan diselenggarakan di Sekolah
Menengah Atas (SMA) atau satuan pendidikan yang
sederajat.
48
48
3. Pendidikan Tinggi merupakan kelanjutan dari pendidikan
menengah yang diselenggarakan untuk mempersiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan profesional serta dapat
menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Oleh karena itu bagi
anak-anak yang telah menyelesaikan pendidikan dari
Sekolah Menengah Atas (SMA) terbuka kesempatan untuk
melakukan pembentukan diri secara berkelanjutan melalui
lembaga pendidikan yang disebut Perguruan Tinggi. Di
lingkungan lembaga tersebut generasi muda mengalami
proses belajar untuk membentuk kemampuan melakukan
penalaran secara ilmiah dengan mengembangkan cara
berfikir kritis dan obyektif Berdasarkan pengertian di atas
maka dapat dikatakan bahwa pendidikan format ini
mempunyai tingkatan-tingkatan yang biasanya sering kita
sebut dengan tingkat pendidikan. Jadi tingkat pendidikan
ini merupakan jenjang pendidikan terakhir yang dicapai
seseorang melalui bangku sekolah.
Keberadaan pendidikan merupakan suatu proses yang
dusahakan dengan sengaja di dalam masyarakat untuk
mendidik, membina dan membangun individu baik dalam
lingkungan rumah atau dalam lingkungan sosialnya dan
bertanggungjawab menjadi pendorong kearah untuk
kemajuan. Setiap manusia baik secara individu maupun
kelompok telah memiliki perilaku yang berbeda. Ada yang
49
49
sebagian orang berperilaku selalu mempertimbangkan
segala aspek di sekitarnya dan sebagian lagi bertindak
sesukanya. Di sinilah peran pendidikan sangat dibutuhkan.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan, yang di dalamnya
seseorang bisa mempelajari bagaimana tata kelakuan yang
baik dan sehat, mempelajari norma-norma atau aturan yang
dipatuhi. Sehingga diharapkan dengan adanya pendidikan
dapat mengubah tingkah laku atau perilaku hidup
seseorang akan menjadi lebih baik, karena salah satu fungsi
dari pendidikan adalah mengembangkan dari pola-pola
tingkah laku (sosial) sesuai dengan norma dan aturan yang
ada. Oleh sebab itu pendidikan seseorang akan mengubah
seseorang menjadi mengerti tentang segala hal.
50
50
B. Kerangka Pemikiran
Tabel 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir di atas menjelaskan bagaimana pengaruh
intervensi mikro dalam Islam yang diterapkan pada suatu
lembaga untuk kliennya terhadap spiritualitas klien yang mana
dalam hal ini aspek spiritualitas pada diri klien akan kuat serta
pengaruhnya akan signifikan. Bermakna pula bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan sesorang dalam hal ini adalah tingkat
pendidikan klien, maka intervensi mikro dalam Islam yang
diberikan oleh lembaga kepada klien akan membuat semakin
tinggi pula tingkat spiritualitas klien tersebut. Perspektif Islam
tentang praktik kerja sosial merujuk pada integrasi metodis dari
teori praktik kerja sosial yang ada. Ajaran agama sebagai
sebuah sistem yang membimbing seseorang dalam semua aspek
kehidupan memiliki peran yang paling penting sebagai
pelindung dari masalah biologis, psikologis, sosial dan resiko
yang ditimbulkan.
Intervensi Mikro
dalam Islam
( X)
Spiritualitas Klien
Penyalahgunan
Narkoba
(Y)
51
51
Pentingnya aspek spiritualitas dalam pendekatan
intervensi dirasa perlu diterapkan dalam membantu
penyembuhan aspek biologis, psikologis, sosial dan kebatinan
klien. Keselarasan nilai-nilai praktik pekerjaan sosial dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam spiritualitas juga agama
khususnya Islam dapat dipadukan. Dengan belajar dan
memahami keyakinan dasar yang ada dalam spiritulitas dan
agama, pekerja sosial akan dapat mengembangkan kepekaan
yang lebih besar dan menunjukkan praktik kerja sosial yang
lebih menyeluruh dalam berbagai aspek.
Perlu adanya suatu pemberian input positif khususnya
pada aspek spiritualis dan keagamaan yang diberikan dalam
praktik intervensi pekerjaan sosial agar dapat membentuk
pandangan positif klien yang nantinya akan menjadi sumber
kekuatan klien untuk menghadapi permasalahannya. Seperti
yang dikatakan Hinterkopf (1994), spiritualitas sebagai sesuatu
yang terasa di dalam tubuh seseorang. Perasaan seperti itu
kemudian memicu pemahaman akan makna baru dalam
kehidupan, yang dapat meningkatkan pertumbuhan dalam
segala aspek kehidupannya. Pekerja sosial jika memahami dan
menggabungkan konsep spiritualitas dan agama khususnya
Islam sebagai bagian dari pendekatan, intervensi dapat
menjadi lebih holistik dan efektif dilakukan.
52
52
Jadi yang dimaksud pengaruh intervensi mikro dalam
Islam terhadap spiritualitas klien penyalahgunaan narkoba ini,
bahwa intervensi mikro dalam Islam berpengaruh kuat dan
signifikan terhadap spiritualitas klien penyalahgunaan narkoba.
Bermakna bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan sesorang
dalam hal ini adalah tingkat pendidikan klien, maka intervensi
mikro dalam Islam yang diberikan oleh lembaga kepada klien
akan membuat semakin tinggi pula tingkat spiritualitas klien,
apabila pelaksanaan intervensi mikro yang diberikan kepada
klien mengintegrasikan secara kolaboratif berbagai aspek,
khususnya aspek spiritualitas dan ajaran keagamaan (Islam)
didalamnya.
C. Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2015: 64) hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan berbagai teori-teori
yang telah dikemukakan di atas maka hipotesis pada penelitian
ini adalah : Terdapat perbedaan pengaruh intervensi mikro
dalam Islam terhadap spiritualitas klien penyalahgunaan
narkoba atau H1 diterima.
53
53
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2018 hingga
2019 di Lembaga Madani “Mental Health Care” yang
beralamat di Jalan Pancawarga III RT.003 RW.004 Nomor
34, Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur.
Madani “Mental Health Care” merupakan lembaga
rehabilitasi narkoba yang menggunakan pembinaan sistem
terpadu biologis, psikologis, sosial, dan spiritual (BPSS)
dalam pelaksanaan rehabilitasinya. Pembina lembaga
tersebut menemukan metode BPSS dalam menangani korban
miras, narkoba dan penderita skizofrenia. Metode tersebut
telah mendapatkan pengakuan dari PBB (United Nations
Office on Drugs and Crime, New York, 2003). Metode yang
digunakan memakai rumusan dari World Health
Organization (WHO 1984), American Psychiatric
Association (APA 1992) dan World Psychiatric Association
(WPA, 1993), yaitu pendektan dari sudut biologis,
psikologis, sosial dan spiritual (Agama).
Pada metode biologis, merupakan tahap detoktifikasi
atau stabilisasi. Hal yang dilakukan untuk klien yaitu
memberikan obat-obatan yang tidak menimbulkan
ketergantungan atau dapat dikatakan obat-obatan non-
narkotik, non-adiktif maupun obat-obatan sintesa adiktif.
54
54
Pada tahapan ini juga diadakan konsultasi dan cek kesehatan
rutin oleh dokter. Selanjutnya pada tahapan metode
psikologis, hal yang dilakukan oleh lembaga untuk klien
yaitu menyediakan sesi konseling yang dilaksanakan dengan
bersifat edukatif dan suportif serta diadakan pula berbagai tes
psikologis untuk mengetahui lebih dalam sisi psikologis
klien.
Kemudian pada tahapan metode sosial, berkaitan dengan
program yang ada di lembaga tersebut. Program yang dibuat
oleh lembaga untuk mengembalikan sisi manusia sebagai
makhluk sosial agar dapat beradaptasi secara normal baik itu
di rumah, sekolah, tempat kerja, masyarakat, lingkungan
sekitar serta dapat meningkatkan kualitas hidup menjadi
lebih baik. Salah satu bentuk program-program tersebut yaitu
program-program pembinaan yang bersifat terapi aktifitas
seperti renang, outbond, futsal, melukis, bermain musik,
membuat kerajinan tangan, dan sebagainya. Terakhir yaitu
tahapan metode spiritual, program yang diberikan misalnya
kegiatan yang diberikan kepada klien untuk kembali kepada
ajaran-ajaran keyakinannya. Mereka diajarkan kembali untuk
mengetahui, menghayati dan mengamalkanajaran agamanya
seperti beribadah, dzikir, doá, kajian Alquran dan Sunnah
serta pengetahuan tentang hukum penyalahgunaan narkoba
itu sendiri. Kegiatan-kegiatan tersebut juga dikatakan
sebagai psikoterapi agama.
55
55
Mengenai skema pembinaan di Madani “Mental Health
Care”, dimulai dari tahapan klien datang dan menceritakan
keluhannya. Lalu pihak lembaga akan memberikan saran
penyembuhan dan lingkungan rehabilitasi yang baik untuk
klien tersebut. Setelah klien datang dan berkeluh kesah, klien
akan masuk pada tahapan konsultasi ke klinik Prof. Dadang
Hawari sebagai psikiater di tempat tersebut. Klien akan
berkonsultasi kemudian diberikan saran atau rekomendasi,
resep obat serta surat rujukan untuk melaksanakan
rehabilitasi di Graha Madani “Mental Health Care”.
Selanjutnya klien akan melalui tahapan stabilisasi atau
detoksifikasi di Graha Madani “Mental Health Care” selama
tujuh sampai sepuluh hari . setelah melalui tahap stabilisasi
atau detoksifikasi, klien akan berada di Graha Madani
“Mental Health Care” dalam rangka proses pelaksanakan
program rehabilitasi.
Rehabilitasi yang dilaksanakan berbasis lingkungan
kemasyarakatan dan dilakukan selama tiga bulan. Selama
tiga bulan proses rehabilitasi, mencakup pelaksanaan terapi
medik, psikologis, sosial, dan spiritual.
56
56
Kemudian tahapan berikutnya yaitu program lanjutan
day care, yaitu program yang dilaksanakan dimana santri
datang ke Graha Madani secara berkala untuk mengikuti
program kemandirian. Terakhir yaitu tahapan program
lanjutan home care, yaitu program yang dilaksanakan dengan
melakukan kunjungan ke rumah klien oleh konselor dan
program tersebut dilaksanakan di rumah klien tersebut.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dalam lima tahapan mulai dari: 1)
penentuan masalah atau judul dan pengajuan proposal
penelitian, 2) survei terkait dengan profil lembaga dan
jumlah populasi yang akan dijadikan objek penelitian, 3)
penyusunan dan analisis instrument dilanjutkan dengan
penelitian untuk pengambilan data, 4) pemeriksaan,
pengolahan, analisis data, pengujian hipotesis, penyusunan
kesimpulan, dan 5) pembuatan laporan penelitian. Secara
rinci kegiatan penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
57
57
Table 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan
Alokasi Waktu (2018-2019)
Maret April-
Agustus
September
-
Desember
Januari-
Maret
April-
September
1
Penentuan
judul
penelitian
dan
pengajuan
proposal
2
Survey
terkait
dengan
profil
lembaga
dan objek
penelitian
3
Penyusunan
dan analisis
instrument
58
58
Tabel 3.1: Lanjutan
No Kegiatan
Alokasi Waktu (2018 – 2019)
Maret April-
Agustus
September-
Desember
Januari-
Maret
April-
September
4
Pemeriksaan,
pengolahan,
analisis data,
dan
pengajuan
hipotesis
5
Melakukan
penyusunan
laporan
penelitian
59
59
B. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif yang bersifat asosiatif kausal, yaitu
menekankan pada segi pengukuran variabel dengan
menggunakan teknik dan alat ukur yang objektif, bertujuan untuk
mengetahui hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat.
Menurut Sugiyono (2015: 8) penelitian kuantitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument
penelitian yaitu kuesioner atau angket, analisis data bersifat
kuantitatif atau statistik, dengan menguji hipotesis yang
ditetapkan.
Metode yang digunakan dalam penelitian kuantitatif ini
adalah metode survey dengan analisis atau kajian regresional.
Akhirnya dari hasil analisis data tersebut kemudian dilakukan
identifikasi dan interpretasi (pembahasan) untuk mengetahui
pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Survei
adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi
dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskripsi, dimana metode ini merupakan metode dalam meneliti
suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang.
60
60
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Sugiyono (2010: 61) berpendapat, populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga
objek dan benda-benda alam lain termasuk di dalamnya
karakteristik atau sifat dari objek yang diteliti itu. Sedangkan
menurut Martono (2011: 74) populasi berasal dari Bahasa
Inggris yaitu population, yang berarti jumlah penduduk. Oleh
karena itu banyak yang beranggapan bahwa populasi
berhubungan dengan masalah kependudukan. Namun seiring
perkembangannya populasi dapat diartikan keseluruhan
objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan
memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah
penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang
lingkup yang akan diteliti. Populasi yang menjadi objek
dalam penelitian ini adalah seluruh binaan Madani “Mental
Health Care”.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2015: 81) adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.
61
61
Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan
dapat diberlakukan untuk populasi.
Dasar pengambilan sampel menurut Arikunto (2006:
134) apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil
semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat
diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.
3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik Non
Probability Sampling dengan pengambilan sampel teknik
Sampel Jenuh. Non Probability Sampling yaitu teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau
kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Menurut Sugiyono (2015: 122-
124) dengan teknik Sampel Jenuh yaitu teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel.
Dalam setahun lembaga ini dapat melaksanakan
program pembinaan di lembaga selama empat kali dengan
rentang waktu tiga bulan tiap gelombangnya. Setiap
gelombang terdapat 30 binaan di dalamnya dan peneliti akan
mengambil seluruh jumlah binaan yang akan dijadikan
sampel. Dari 30 binaan terbagi dalam tiga kategori tingkat
pendidikan yaitu jenjang Sekolah menengah Pertama (SMP),
62
62
Sekolah Menengah Atas (SMA) dan jenjang Starta 1 (S1).
Hal tersebut menjadi dasar dalam penentuan pembeda hasil
pengaruh intervensi mikro dalam Islam yang dijalankan
lembaga terhadap spiritualitas klien di lembaga tersebut.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipilih oleh peneliti pada
penelitian kuantitatif ini menggunakan penyebaran kuesioner.
Menurut Siregar (2012: 21) kuesioner adalah suatu teknik
pengumpulan informasi yang memungkinkan analisis
mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik
beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa
terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang
sudah ada.
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat
penting, karena data yang dikumpulkan akan digunakan untuk
pemecahan masalah yang sedang diteliti atau untuk menguji
hipotesis yang telah dirumuskan.
Secara umum teknik dalam pemberian skor yang
digunakan dalam kuesioner penelitian ini adalah teknik skala
likert. Penggunaan skala likert menurut Sugiyono (2014:132)
adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Menurut Siregar (2012:139), skala likert adalah skala
yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu.
63
63
Pada pernyataan positif, jika responden menjawab „Sering dalam
Sehari‟ maka skor jawabannya adalah 4 (Sering dalam Sehari =
4), kemudian jika „Setiap Hari‟ = 3, „Jarang‟ = 2, dan „Tidak
Pernah‟ = 1. Sebaliknya, pada pernyataan negatif, jika responden
menjawab „Sering dalam Sehari‟ maka skor jawabannya adalah 1
(Sering dalam Sehari = 1), kemudian jika „Setiap Hari‟ = 2,
„Jarang‟ = 3, dan „Tidak Pernah‟ = 4. Namun di dalam penelitian
ini, semua butir pernyataannya adalah positif.
E. Data Primer
Menurut Siregar (2013: 16) data primer adalah data
yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber
pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. Dalam
penelitian ini, kuesioner menjadi data primer yang digunakan
untuk mengukur hasil jawaban responden.
F. Data Sekunder
Menurut Siregar (2013: 16) data sekunder adalah data
yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan
pengolahannya. Data sekunder adalah sumber data yang
diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami
melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku,
serta dokumen perusahaan.
G. Variabel Penelitian
Menurut Nazir (2009: 123), variabel adalah konsep yang
mempunyai bermacam-macam nilai. Badan misalnya, adalah
konsep dan bukan variabel, karena badan tidak mempunyai
keragaman nilai. Sebaliknya besar badan adalah variabel. Berat
64
64
badan adalah variabel karena ada keragaman nilai, bisa 45 kg,
47 kg, ataupun 47,5 kg. Variabel dapat dibagi menjadi variabel
dependen (variabel terikat) dan variabel independen (variabel
bebas). Variabel terikat adalah variabel yang tergantung pada
variabel lain.
Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah
spiritualitas klien yang dilambangkan dengan huruf (Y),
sedangkan variabel bebasnya adalah intervensi mikro dalam
Islam yang dilambangkan dengan huruf (X).
Sesuai dengan variabel yang telah dijelaskan di atas, ada
dua jenis data yang dikumpulkan yaitu tentang : 1) intervensi
mikro dalam Islam dan 2) spiritualitas klien.
1. Intervensi Mikro dalam Islam
a. Definisi Konseptual
Secara konseptual, intervensi dalam pekerjaan sosial
dipahami sebagai tindakan-tindakan tertentu yang diambil
oleh seorang profesional dalam situasi tertentu pula yang
dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang
di pegang, atau kegiatan yang dilakukan oleh pekerja sosial
untuk tujuan mencapai hasil yang diinginkan, yaitu
kembalinya keberfungsian klien atau individu.
Keberfungsian individu ini meliputi kemampuan individu
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya seperti pendidikan,
kesehatan, ekonomi, jasmani dan rohani, menghadapi atau
mengatasi tekanan psikologis dalam hidup, serta menjalakan
peran sosialnya dalam keluarga dan masyarakat.
65
65
Intervensi sosial mikro dalam Islam adalah
melaksanakan kegiatan intervensi secara umum yang
berlandaskan atau merujuk pada ajaran keagamaan atau
memasukkan nilai-nilai agama khususnya Islam dalam
pelaksanaan intevensi. Secara umum dalam ajaran Islam
perubahan terhadap segala hal buruk (kemungkaran) dapat
dilakukan dengan menggunakan lisan dan hati.
b. Definisi Operasional
Menurut Azwar (2003), definisi operasional adalah
suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan
berdasarkan variabel-variabel tersebut yang dapat diamati.
Indikator-indikator dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
66
66
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel X
Variabel Dimensi Indikator
Intervensi
Mikro
dalam
Islam (X)
(Abidah
Muflihati.
2012)
1.Konseling
Islam
1. Al Hikmah, alat
terapi berupa nasihat dengan
menggunakan teknik ilahiyah seperti
doa, ayat Alquran, tafsir Alquran dan
menerangkan esensi dari problem klien
atau santri.
2. Al-Mauidzah al-
Hasanah.Yaitu teori konseling dengan
cara mengambil pelajaran-pelajaran
(I’tibar) dari perjalanan hidup para Nabi,
Rasul dan para Auliya Allah. (Ceramah
yang diberikan Ustadz berupa kisah
Nabi, dan kisah hikmah).
3. Mujadilah. Yaitu memberikan
bimbingan dengan menggunakan
bantahan dan sanggahan yang memdidik
dan menentramkan (Nasihat baik dan
dukungan Ustadz dengan terlibat dalam
program kegiatan untuk santri.)
67
67
Tabel 3.2: Lanjutan
Variabel Dimensi Indikator
Intervensi
Mikro dalam
Islam (X)
(Abidah
Muflihati.
2012)
2.Psikoterapi
Islam
1. Takhalli, pengosongan
diri dari bekas-bekas
kedurhakaan dan dosa
kepada Allah denga cara
melaksanakan praktik
ibadah, shalat sunah,
zikir.
2. Tahalli, pengisian diri
dengan shalawat dan
mempelajari surat-surat
pendek Alquran.
3. Tajalli, yaitu
terbukanya hijab lahir
dan batin, (sikap
keterbukaan dan
introspeksi diri).
68
68
2. Spiritualitas
a. Definisi Konseptual
Secara konseptual, spiritualitas meliputi upaya
pencarian, menemukan dan memelihara sesuatu yang
bermakna dalam kehidupannya. Merupakan hal yang
berhubungan dengan spirit, sesuatu yang memiliki
kebenaran yang abadi dan berhubungan dengan tujuan
hidup manusia. Spiritualitas juga merupakan keyakinan
dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Kuasa dan
Maha Pencipta. Spiritualitas sebagai suatu yang
multidimensi, yaitu dimensi eksistensi dan agama.
Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti
kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada
hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Spiritual sebagai konsep dua dimensi, dimensi vertikal
adalah hubungan dengan Tuhan, sedangkan dimensi
horizontal adalah hubungan seseorang dengan dengan diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan.
b. Definisi Operasional
Secara operasional, spiritualitas klien dalam
penelitian ini adalah hasil jawaban kuesioner yang
diberikan kepada responden.
69
69
Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Y
Di bawah ini merupan blue print dari skala intervensi
mikro dalam Islam dan spiritualitas klien sebelum dilakukan uji
validitas instrumen:
Variabel Dimensi Indikator Skala
Tingkat
spiritualitas
( Y )
(Underwood
2011)
Aspek-
Aspek
Spiritualitas
1. Hubungan dengan
Tuhan
Likert
2. Aktivitas spitritual Likert
3. Rasa nyaman dan
kekuatan Likert
4. Kedamaian Likert
5. Merasakan
bimbingan Tuhan Likert
6. Mempersepsikan
kasih sayang Tuhan Likert
7. Kekaguman Likert
8. Apresiasi dan rasa
berterimakasih Likert
9. Kepedulian terhadap
sesama Likert
10. Merasa dekat
dengan Tuhan Likert
70
70
Tabel 3.4 Blue Print Skala Spiritualitas Klien
(Sebelum Uji Validitas Instrumen)
No
Dimensi
Tingkat
Spiritualitas
(Y)
Item
Jumlah Butir
Positif
Butir
Negatif
1 Hubungan
dengan Tuhan 1 - 1
2 Aktivitas
Spiritual 3 dan 7 - 2
3 Rasa nyaman
dan kekuatan 4 dan 5 - 2
4 Kedamaian 6 - 1
5 Merasakan
bimbingan
Tuhan
8 - 1
6 Mempersepsik
an kasih
sayang Tuhan
9 dan 11 - 2
7 Kekaguman 10 - 1
8 Apresiasi dan
rasa
berterimakasih
12 - 1
71
71
Tabel 3.4: Lanjutan
9 Kepedulian
terhadap sesama
2,3 dan
14
- 3
10 Merasa dekat
dengan Tuhan
15 dan
16
- 2
TOTAL 16
Setelah dilakukan uji validitas instrumen, blue print
untuk skala spiritualitas klien adalah sebagai berikut.
Tabel 3.5 Blue Print Skala Spiritualitas Klien
(Setelah Uji Validitas Instrumen)
No
Dimensi
Tingkat
Spiritualitas
(Y)
Item
Jumlah Butir
Positif
Butir
Negatif
1 Hubungan
dengan Tuhan 1 - 1
2 Aktivitas
Spiritual 3 dan 7 - 2
3 Rasa Nyaman
dan Kekuatan 4 dan 5 - 2
4 Kedamaian 6 - 1
72
72
Tabel 3.5: Lanjutan
5 Merasakan
bimbingan
Tuhan
8 - 1
6 Mempersepsikan
kasih sayang
Tuhan
9 dan 11 - 2
7 Kekaguman 10 - 1
8 Apresiasi dan
rasa
berterimakasih
12 - 1
9 Kepedulian
terhadap sesama
2,3 dan
14
- 3
10 Merasa dekat
dengan Tuhan
15 dan 16 - 2
TOTAL 16
73
73
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menentukan data
yang diperoleh pada penelitian normal atau tidak. Pengujian
normalitas data maisng-masing sampel diuji melalui hipotesis
berikut:
H0: data pada sampel tersebut berdistribusi normal
H1: data pada sampel tersebut tidak berdistribusi normal
Perhitungan dilakukan dengan bantuan program aplikasi
SPSS 22. Menurut ketentuan yang ada pada program tersebut
maka kriteria dari normalitas data adalah “jika p-value (sig) >
0,05 maka H0 diterima”, yang berarti data pada sampel
tersebut berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dalam penelitian ini digunakan
dengan hipotesis sebagai berikut:
H0: varians data homogen
H1: varians data tidak homogen
Perhitungan dilakukan dengan bantuan program aplikasi
SPSS 22. Menurut ketentuan yang ada pada program tersebut
maka kriteria dari homogenitas data adalah “jika p-value (sig)
> 0,05 maka H0 diterima”, yang berarti data pada sampel
tersebut berasal dari populasi yang homogen.
74
74
3. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat
kesahihan suatu instrumen. Menurut Hadjar dalam Sujarweni
(2014: 79) Instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.
Validitas suatu instrumen menunjukan seberapa jauh ia dapat
mengukur apa yang hendak diukur.
Sugiyono (2012) menyatakan bahwa instrumen yang
valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal, namun
untuk instrumen pengukur sikap cukup memenuhi validitas
kontruksi (construct). Validitas konstruk disusun berdasarkan
teori yang relevan serta diuji validitasnya melalui profesional
judgement (konsultasi ahli). Konsultasi ahli dapat memberikan
penilaian apakah isi skala memang layak digunakan untuk
mengungkap atribut yang akan diukur. Instrumen yang
mengukur sikap hanya perlu melalui validitas konstruksi dan
tidak menggunakan validitas isi dan eksternal.
Dalam penelitian ini instrumen dianggap valid jika
rhitung > rtabel. Dengan n=30 dan taraf signifikan 5%, maka
rtabel yaitu 0,361. Uji validitas dalam penelitian itu
menggunakan bantuan perhitungan Microsoft Excel.
75
75
4. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa
suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai
alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Instrumen yang dapat dipercaya atau reliabel akan
menghasilkan data yang dipercaya juga.
Menurut Sujarweni (2014: 85) uji reliabilitas merupakan
ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam
menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk
pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun
dalam suatu bentuk kuesioner.Dalam penelitian ini, uji
reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik formula
Alpha Cronbach. Menurut Siregar (2013: 57) teknik atau rumus
ini digunakan untuk menentukan apakah suatu instrumen
penelitian reliabel atau tidak, bila jawaban yang diberikan
responden berbentuk skala seperti 1-3 dan 1-5, serta 1-7 atau
jawaban responden yang menginterpretasikan penilaian sikap.
Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika
memiliki nilai Cornbach‟s alpha > 0,60. Menurut Kriyantono
(2012: 143-144) dalam penelitian ini uji realibilitas dilakukan
dengan uji Alpha Cornbach. Rumus Alpha Cornbach sebagai
berikut:
76
76
r11 = k ∑ b2
(k – 1) 1 - t2
Keterangan :
r11/ri : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir pertanyaan atau
soal
∑ 2 : jumlah varians butir
2 : varians total
Tabel 3.6 Interpretasi Data Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Kriteria
>0,90 Sangat Reliabel
0,70-0,90 Reliabel
0,40-0,70 Cukup Reliabel
0,20-0,40 Kurang Reliabel
<0,20 Tidak Reliabel
Sumber: Sugiyono 2016
77
77
5. Uji ANOVA
Uji ANOVA dalam penelitian ini bertujuan untuk
meneliti apakah ada perbedaan yang signifikan secara
statistic antara dua atau lebih kelompok variabel independen
pada variabel dependen. Uji hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan uji ANOVA, karena dalam penelitian ini
datanya adalah data numerik dan berdistribusi normal. Uji
ini digunakan untuk meneliti uji beda pada kelompok
sampel. Kriteria pengambilan keputusannya jika nilai f
hitung lebih dari f tabel maka H1 diterima dan menolak H0,
atau jika nilai „p‟ lebih kecil dari 0,05 maka terdapat
perbedaan nilai dan signifikan.
Hitung jumlah kuadrat total dengan rumus:
Hitung jumlah kuadrat perlakuan dengan rumus:
78
78
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Temuan Penelitian
Di dalam penelitian ini terdapat responden yang
berjumlah 30 orang, dimana jumlah tersebut adalah jumlah
seluruh binaan yang ada di lembaga Madani “Mental Health
Care”. Komposisi responden 100% berjenis kelamin laki-laki
dan beragama Islam. Sebanyak 30 binaan sudah dalam masa
akhir pembinaan yang kemudian akan masuk kedalam proses
program daycare. Program daycare sendiri merupakan
program lanjutan yang binaan lewati setelah melalui proses
pembinaan di lembaga. Binaan dapat kembali ke tempat
tinggalnya dan nanti dijadwalkan akan ada kunjungan rutin
ke lembaga atau pihak lembaga akan ada yang datang ke
tempat tinggal binaan dalam rangka evaluasi.
Dari 30 binaan terbagi dalam tiga kategori tingkat
pendidikan yaitu jenjang Sekolah menengah Pertama (SMP),
Sekolah Menengah Atas(SMA) dan jenjang Starta 1 (S1).
Hal tersebut menjadi dasar dalam penentuan pembeda hasil
pengaruh intervensi mikro dalam Islam yang dijalankan
lembaga terhadap spiritualitas klien di lembaga tersebut.
79
79
Persebaran tempat tinggal binaan Madani “Mental
Health Care” berada di Jakarta dan sekitarnya maupun di
luar kota. Informasi yang binaan dapatkan tentang lembaga
tersebut biasanya dari internet maupun dari informasi
perorangan. Terkait biaya yang harus dikeluarkan oleh
binaan jika ingin mengikuti rehabilitasi atau mereka sebut
pembinaan dapat dibayarkan melalui biaya sendiri maupun
dengan subsidi silang yang diadakan oleh lembaga tersebut.
Total biaya mencakup biaya pengobatan di awal untuk proses
detoksifikasi dan biaya selama melaksanakan rehabilitasi
atau pembinaan di Madani “Mental Health Care”.
Memasuki tahap proses penyebaran kuesioner yang
peneliti laksanakan di Madani “Mental Helath Care”, peneliti
datang menemui kepala bagian pelayanan dan program
kemudian meminta izin untuk melakukan penyebaran
kuesioner. Peneliti akan membantu tiap responden untuk
mengisi pernyataan yang ada di kuesioner tersebut dan satu
persatu pernyataan dalam kuesioner peneliti ajukan kepada
responden. Secara perlahan masing-masing responden akan
menjawab pernyataan tersebut sesuai dengan pilihannya di
kolom jawaban yang telah disediakan.
80
80
B. Hasil Analisis Data dan Pembahasan
1.Rekapitulasi Validitas dan Reliabilitas Instrumen
a. Validitas Variabel
Tabel 4.1 Uji Validitas Variabel Y
NO Pernyataan r
Hitung
r
Tabel
Hasil
Instrumen
1 Saya
merasakan
kehadiran
Tuhan.
0,581 0,361 Valid
2 Saya
merasakan
hubungan
yang baik
dengan
sesama
makhluk
hidup.
0,446 0,361 Valid
3 Selama
melaksanakan
ibadah, saya
merasakan
ketenangan.
0,496 0,361 Valid
81
81
Tabel 4.1 : Lanjutan
NO Pernyataan r
Hitung
r
Tabel
Hasil
Instrumen
4 Saya menemukan
kekuatan dari agama
yang saya percaya.
0,611 0,361 Valid
5 Saya merasakan
kenyamanan dalam
agama yang saya
yakini.
0,480 0,361 Valid
6 Saya merasakan
kedamaian dalam
kehidupan.
0,411 0,361 Valid
7 Saya selalu berdoa
kepada Tuhan setiap
melakukan kegiatan
sehari-hari.
0,676 0,361 Valid
8 Saya merasakan
bimbingan Tuhan
dalam kegiatan
sehari-hari.
0,608 0,361 Valid
82
82
Tabel 4.1 : Lanjutan
NO Pernyataan r
Hitung
r
Tabel
Hasil
Instrumen
9 Saya merasakan
berkah dan kasih
sayang Tuhan
kepada saya.
0,529 0,361 Valid
10 Saya merasakan
kebesaran Tuhan
melalui keindahan
Ciptaan-Nya.
0,455 0,361 Valid
11 Saya merasakan
kasih sayang Tuhan
melalui kehadiran
orang lain.
0,590 0,361 Valid
12 Saya bersyukur
dengan nikmat yang
Tuhan berikan.
0,391 0,361 Valid
13 Saya peduli dengan
orang lain tanpa
mengharapkan
imbalan.
0,460 0,361 Valid
83
83
Tabel 4.1 : Lanjutan
NO Pernyataan r
Hitung
r
Tabel
Hasil
Instrumen
14 Saya merima apa
adanya orang lain
walaupun orang
tersebut telah
melakukan suatu
kesalahan.
0,370 0,361 Valid
15 Saya ingin selalu
dekat dengan
Tuhan dalam
kondisi apapun.
0,361 0,361 Valid
Berdasarkan tabel di atas, menunjukan bahwa
dari 15 pernyataan yang ada, nilai koefisien korelasi
untuk uji validitas instrumen variabel spiritual klien (Y),
nilai yang didapatkan rata-rata lebih besar dari „r‟ tabel
dan seluruh pernyataan instrumen bernilai valid.
84
84
b. Uji Reliabilitas
Dalam peneltian ini, uji reliabilitas menggunakan
teknik formula Alpha Cronbach yang dihitung
menggunakan bantuan software IBM SPSS Statistics
Base 22.0. Nilai koefisien reliabilitas Variabel penelitian
ini sebagai berikut :
Tabel 4.2 Koefisien Reliabilitas
NO Variabel Koefisien
Reliabilitas
(Alpha
Cronbach)
1 Spiritualitas Klien (Y) 0,785
Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Y:
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,785 15
Sumber: Data olahan SPSS 22
85
85
Tabel 4.4 Interpretasi Data Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Kriteria
>0,90 Sangat Reliabel
0,70-0,90 Reliabel
0,40-0,70 Cukup Reliabel
0,20-0,40 Kurang Reliabel
<0,20 Tidak Reliabel
Sumber: Sugiyono 2016
Berdasarkan tabel intepretasi data reliabilitas di
atas, nilai koefisien reliabilitas variabel spiritualitas
klien (Y) dengan jumlah 0,785 berada pada kategori
„reliabel‟. Dikarenakan jumlah nilai koefisien reliabilitas
dari kedua variabel lebih besar dari <0,5 sebagai taraf
signifikansi atau standar errornya, maka dapat dikatakan
bahwa data tersebut reliabel. Sehingga dapat dikatakan
data tersebut baik dan dapat dipercaya jika digunakan
sebagai alat pengumpul data.
86
86
2. Analisis Data Penelitian
a. Uji Normalitas Data
Setelah dilakukan perhitungan data
menggunakan software Statistik SPSS 22, maka
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas
Tests of Normality
Pendidikan
Kolmogorov-
Smirnova Shapiro-Wilk
Statis
tic Df Sig.
Statist
ic df Sig.
Respon
Spiritual
SMP ,178 7 ,200* ,940 7 ,636
SMA ,223 11 ,131 ,901 11 ,188
S1 ,140 12 ,200* ,948 12 ,613
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
87
87
Berdasarkan tabel uji normalitas di atas, p
bernilai > 0,05 untuk semua grup yang berarti
menunjukan bahwa data berdistribusi normal. Karena
dalam uji Shapiro wilk, data dikatakan berdistribusi
normal jika p>0,05.
b. Uji Homogenitas
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas
Berdasarkan tabel uji homogenitas di atas, perhatikan
hasil Levene, didapat nilai p = 0,408 (p > 0,05) artinya
varian data normal. Maka syarat uji anova telah terpenuhi.
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Respon
Spiritua
l
Based on Mean ,928 2 27 ,408
88
88
c. Statistik Deskriptif
Tabel 4.7 Hasil Analisis Deskriptif
Descriptives
ResponSpiritual
N Mean
Std.
Deviat
ion
Std.
Error
95% Confidence
Interval for
Mean
Minim
um
Maxi
mum
Lower
Bound
Upper
Bound
SMP 7 41,142
9
4,670
07
1,765
12
36,823
8
45,461
9
36,00 49,00
SMA 11 47,545
5
4,698
16
1,416
55
44,389
2
50,701
7
40,00 53,00
S1 12 49,916
7
3,369
88
,9728
0
47,775
5
52,057
8
45,00 55,00
Total 30 47,000
0
5,323
99
,9720
2
45,012
0
48,988
0
36,00 55,00
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai maksimal
jawaban responden untuk pernyataan di variabel Y untuk
jenjang SMP adalah 49,00 dan untuk nilai terendahnya sebesar
89
89
36,00. Berdasarkan klasifikasi penilaian jawaban responden,
nilai tertinggi adalah 60,00 untuk seluruh jawaban pernyataan
kuesioner yang berjumlah 15 di kelompok „sering dalam sehari‟
dengan scoring angka „4‟. Untuk kelompok jawaban pernyataan
„setiap hari‟ nilai tertinggi adalah 45,00 untuk seluruh jawaban
pernyataan kuesioner, dengan scoring angka „3‟. Selanjutnya
unutk kelompok jawaban responden „jarang‟ nilai tertinggi
adalah 30,00 untuk seluruh jawaban pernyataan kuesioner,
dengan scoring angka „2‟. Sedangkan untuk nilai terendah
adalah 15,00 untuk seluruh jawaban pernyataan kuesioner di
kelompok „tidak pernah‟ dengan scoring angka „1‟. Jika rata-
rata nilai di jenjang SMP sebesar 41,14 berarti dengan hasil
nilai tersebut, berada diantara kelompok scoring „setiap hari‟
yang mendapatkan nilai tertinggi di angka 45,00. Dapat
dikatakan bahwa aspek spiritualitas klien dirasakan setiap
harinya.
Selanjutnya untuk jenjang SMA, dari tabel di atas dapat
dilihat bahwa nilai maksimal jawaban responden untuk
pernyataan di variabel Y adalah 53,00 dan untuk nilai
terendahnya sebesar 40,00. Berdasarkan klasifikasi penilaian
jawaban responden, nilai tertinggi adalah 60,00 untuk seluruh
jawaban pernyataan kuesioner yang berjumlah 15 di kelompok
„sering dalam sehari‟ dengan scoring angka „4‟. Untuk
kelompok jawaban pernyataan „setiap hari‟ nilai tertinggi adalah
45,00 untuk seluruh jawaban pernyataan kuesioner, dengan
scoring angka „3‟. Selanjutnya untuk kelompok jawaban
90
90
responden „jarang‟ nilai tertinggi adalah 30,00 untuk seluruh
jawaban pernyataan kuesioner, dengan scoring angka „2‟.
Sedangkan untuk nilai terendah adalah 15,00 untuk seluruh
jawaban pernyataan kuesioner di kelompok „tidak pernah‟
dengan scoring angka „1‟. Jika rata-rata nilai di jenjang SMA
sebesar 47,54 berarti dengan hasil nilai tersebut, berada
diantara kelompok scoring „sering dalam sehari‟ yang
mendapatkan nilai tertinggi di angka 60,00. Dapat dikatakan
bahwa aspek spiritualitas klien dirasakan sering setiap harinya.
Kemudian untuk jenjang S1, dari tabel di atas dapat
dilihat bahwa nilai maksimal jawaban responden untuk
pernyataan di variabel Y adalah 55,00 dan untuk nilai
terendahnya sebesar 45,00. Berdasarkan klasifikasi penilaian
jawaban responden, nilai tertinggi adalah 60,00 untuk seluruh
jawaban pernyataan kuesioner yang berjumlah 15 di kelompok
„sering dalam sehari‟ dengan scoring angka „4‟. Untuk
kelompok jawaban pernyataan „setiap hari‟ nilai tertinggi adalah
45,00 untuk seluruh jawaban pernyataan kuesioner, dengan
scoring angka „3‟. Selanjutnya unutk kelompok jawaban
responden „jarang‟ nilai tertinggi adalah 30,00 untuk seluruh
jawaban pernyataan kuesioner, dengan scoring angka „2‟.
Sedangkan untuk nilai terendah adalah 15,00 untuk seluruh
jawaban pernyataan kuesioner di kelompok „tidak pernah‟
dengan scoring angka „1‟. Jika rata-rata nilai di jenjang SMA
sebesar 49,91 berarti dengan hasil nilai tersebut, berada
diantara kelompok scoring „sering dalam sehari‟ yang
91
91
mendapatkan nilai tertinggi di angka 60,00. Dapat dikatakan
bahwa aspek spiritualitas klien dirasakan sering setiap harinya.
Nilai rata-rata di jenjang S1 lebih tinggi dibandingkan
nilai respon kuesioner spiritualitas di jenjang SMA dan SMP,
berarti dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan respon
spiritualitas pada klien berdasarkan tingkat pendidikannya,
dalam hal ini tingkat pendidikan akhir S1 paling tinggi
responnya.
d. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji
ANOVA, karena dalam penelitian ini datanya adalah data
numeric dan berdistribusi normal. Uji ini digunakan untuk
meneliti uji beda pada kelompok sampel. Kriteria
pengambilan keputusannya jika nilai f hitung lebih dari f
tabel maka H1 diterima dan menolak H0, atau jika nilai „p‟
lebih kecil dari 0,05 maka terdapat perbedaan nilai dan
signifikan. Uji ANOVA dalam penelitian ini bertujuan
untuk meneliti perbedaan pengaruh intervensi mikro dalam
Islam terhadap spiritualitas klien penyalahgunaan narkoba
di Madani “Mental Health Care” berdasarkan tingkat
pendidikan klien. Berikut hasil pengujiannya:
92
92
Tabel 4.8 Hasil Uji ANOVA
ANOVA
ResponSpiritual
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
Between
Groups
345,499 2 172,749 9,789 ,001
Within
Groups
476,501 27 17,648
Total 822,000 29
Dari tabel diatas didapati bahwa p = 0,001 (p <
0,05) artinya terdapat perbedaan nilai Respon
Spiritualitas berdasarkan tingkat pendidikan. Kemudian
nilai f hitung didapat sebesar 9,782. F tabel dengan taraf
signifikansi 0,05 dan jumlah n=30, k=2, maka f tabelnya
adalah 3,32. Jika f hitung > f tabel maka H1 diterima
dan H0 ditolak.
93
93
Tabel 4.9 Hasil Analisis Multiple Comparisons
Multiple Comparisons
Dependent Variable: ResponSpiritual
LSD
(I)
pendidik
an
(J)
pendidik
an
Mean
Differen
ce (I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
SMP SMA -
6,40260*
2,031
15
,004 -
10,5702
-2,2350
S1 -
8,77381*
1,997
96
,000 -
12,8733
-4,6743
SMA SMP 6,40260* 2,031
15
,004 2,2350 10,5702
S1 -2,37121 1,753
59
,188 -5,9693 1,2268
S1 SMP 8,77381* 1,997
96
,000 4,6743 12,8733
SMA 2,37121 1,753
59
,188 -1,2268 5,9693
94
94
Berdasarkan tabel diatas, perhatikan nilai Sig.,
dikatakan terdapat perbedaan antar tingkat pendidikan
jika didapatkan nilai Signifikan < 0,05.
95
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan sesuai dengan tujuan
dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pengaruh
intervensi mikro dalam Islam terhadap spiritualitas klien
penyalahgunaan narkoba di Madani “Mental Health Care”,
didapatkan hasil nilai koefisien reliabilitas variabel spiritualitas
klien (Y) dengan jumlah 0,785 berada pada kategori „reliabel‟.
Dikarenakan jumlah nilai koefisien reliabilitas dari kedua
variabel lebih besar dari <0,5 sebagai taraf signifikansi atau
standar errornya, maka dapat dikatakan bahwa data tersebut
reliabel. Kemudian untuk melihat perbedaan respon spiritualitas
klien, dari hasil uji ANOVA didapati bahwa p = 0,001 (p <
0,05) artinya terdapat perbedaan nilai Respon Spiritualitas
berdasarkan tingkat pendidikan dan signifikan. F hitung dalam
penelitian ini adalah 9,782. F tabel dengan taraf signifikansi
0,05 dan jumlah n=30, k=2, maka f tabelnya adalah 3,32. Jika f
hitung > f tabel maka H1 diterima dan H0 ditolak.
Selanjutnya, nilai rata-rata di jenjang S1 lebih tinggi
dibandingkan nilai respon kuesioner spiritualitas di jenjang
SMA dan SMP. Untuk jenjang SMP nilai rata-ratanya sebesar
41.14, jenjang SMA mendapt nilai rata-rata sebesar 47.54, dan
jenjang S1 mendaptkan nilai rata-rata 49,91. Berarti dapat
dikatakan bahwa terdapat perbedaan respon spiritualitas pada
klien berdasarkan tingkat pendidikannya, juga semakin tinggi
96
96
tingkat pendidikan klien, maka semakin tinggi pula respon
spiritualitasnya, dalam hal ini tingkat pendidikan akhir S1
paling tinggi responnya.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian ini mulai dari awal hingga
ke proses akhir, penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk ini beberapa saran yang ingin penulis
sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Aspek spiritualitas perlu diikutsertakan dalam setiap
pendakatan yang diberikan untuk klien. Agar tercipta hasil
yang harmonis dari kolabrasi berbagai aspek.
2. Untuk penelitian selanjutnya, bisa mencoba untuk
menggunakan jumlah responden yang lebih banyak lagi.
Jumlah responden dalam penelitian ini hanya 30 karena
keterbatasan daya tampung di lembaga tersebut. Jika
menggunakan jumlah responden yang lebih banyak mungkin
akan mendapatkan hasil yang lebih beragam.
3. Untuk Madani “Mental Health Care” semoga dapat
memperluas jumlah jangkauan layanan untuk binaan agar
bisa lebih banyak lagi mereka yang diberikan rehabilitasi
atau binaan. Karena lembaga ini temasuk yang menjadi
favorit untuk banyak calon binaan degan programnya yang
dirasa efektif dan kualitas pelayanannya yang baik.
97
97
DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Buku
Adz-dzaky, Hamdani Bakran. 2013. Konseling dan
Psikoterapi Islam. Yogyakarta: Al-Manar.
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and
statistical manual of mental disorders (5th ed.).
Arlington, VA: American Psychiatric Publishing.
Ariefuzzaman, Siti Napsiyah dan Lisma Diawati Fuaida.
2011. Belajar Teori Pekerjaan Sosial. Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah.
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Budihardo, Teguh. Panduan Lengkap Penulisan Karya
Ilmiah. Skripsi, Tesis dan Disertasi. Yogyajarta:
Venus.
Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi perkembangan Remaja.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Ghafur, Waryono Abdul, dkk. 2012. Interkoneksi Islam dan
Kesejahteraan Sosial: Teori, Pendekatan dan Studi
Kasus. Yogyakarta: Samudra Biru dan Program Studi
kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Hadiman, H. 2005. Pengawasan Serta Peran Aktif
Orangtua dan Aparat dalam Penanggulangan dan
Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: Badan Kerjasama
Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama.
Hamid, A.Y. 1999. Aspek Spiritual dalam Keperawatan.
Jakarta: Widya Medika.
98
98
Hamid, A.Y. 2009. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Hawari, D. 2015. Ilmu Kedokteran Jiwa dan Ilmu
Kesehatan Jiwa Perspektif Al-Qur’an dan Sunnah.
Jakarta: FKUI.
Ismalil, Asep Usman. 2012. Al-Qurán dan Kesejahteraan
Sosial. Tangerang: Lentera Hati.
Kriyantoro, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset
Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Mangku, Made Pastika, dkk. 2011. Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja.
Jakarta:Badan Narkotika Nasional Republik
Indonesia.
Materi Perkuliahan Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial UIN
Jakarta. 2015
Materi Perkuliahan Sistem Usaha dan Kesejahteraan Sosial
Islam UIN Jakarta. 2016.
MZ. Mandary, MZ. 2007. Mukjizat Taubat. Yogyakarta:
DIVA Press
Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Payne, Malcolm. 2016. Teori Pekerjaan Sosial Modern
Edisi 4. Yogyakarta: Samudra Biru.
Raharjo, Santoso. 2014. Assessment dan Wawancara dalam
Praktik Pekerjaan Sosial dan Kesejahteraan Sosial.
Bandung: UNPAD Press.
Sasangka, Hari. 2013. Narkotika Psikotropika dalam Hukum
Pidana. Bandung: Mandar Maju.
99
99
Sayyid, Sabiq. 2010. Fiqih Sunnah Jilid 1. Jakarta: Pena
Pundi Aksara.
Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sunarno. 2007. Narkoba, Bahaya dan Upaya
Pencegahannya. Semarang: Bengawan Ilmu.
Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian
(Lengkap, Praktis, dan Mudah Dipahami).
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualtitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Sunyoto, Danang. 2014. Konsep Dasar Riset Pemasaran
dan Perilaku Konsumen. Jakarta: Buku Seru.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia Jilid
III. Jakarta: Balai Pustaka.
Tim Penyusun. 2015. Panduan Rehabilitasi Gangguan
Mental dan Perilaku Akibat MIRAS dan Narkoba, &
Penderita Skizofrenia. Jakarta: Mental Helath Center
Hawari dan Associates.
Waryono. 2015. Dahsyatnya Narkoba Merusak Generasi
Muda. Risalah. Edisi 51.
Wulan, Kencana. 2011. Pengantar Etika Keperawatan.
Jakarta: Prestasi Pustakarya.
100
100
B. Sumber Skripsi
Anika N. 2016. Pekerjaan Sosial dalam Perspektif Al-
Qur’an (Kajian Tafsir Tematik). Skripsi. Tidak
Diterbitkan. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Annisa T. 2017. Pengaruh Pembimbingan Agama dalam
Pembinaan Mental Bagi Residen Korban
Penyalahgunaan NAPZA di Panti Sosial Pamardi
Putra (PSPP) Galih Pakuan Bogor. Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta.
Melva S. 2014. Dampak Penyuluhan Agama Islam dengan
Pendekatan Berbasis Kelompok terhadap Residen
dalam Pemulihan Ketergantungan Narkoba di Balai
Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor, Jawa Barat.
Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta.
C. Sumber Jurnal
Al-Krenawi, Alean., and John R. Graham. (2008).
Culturally Sensitive Social Work Practice with Arab
Clients in Mental Health Settings. Journal of Social
Work, 1-18.
Al-Krenawi, Alean. Islamic theology and prayer Relevance
for social work practice. Journal of Social Work,
43(3): 289–304.
Crabtree, Sara Ashencaen. (2009). The Islamic perspective
in social work education and practice: A personal and
professional journey. Journal of Practice Teaching &
Learning, 8(3), 65-78.
101
101
E, Ronald. (2011). Islamic spirituality vis-à-vis Asia Pacific
Muslim populations: A resource for Western social
work practice. Journal of Social Work, 55 (1), 109-
124.
Helwan, Ibrahim A Ragab. (2016). The Islamic perspective
on social work: A conceptual framework. Journal of
Social Work, Vol. 59(3) 325 –342.
Lendriyono, Fauzik. (2017). Strategi Penguatan Organisasi
Pelayanan Sosial Berbasis Keagamaan. Jurnal Sosial
dan Politik, Vol 3, No.2, 66-80.
Lessy, Zulkipli. (2015). ISLAM DAN PEKERJAAN
SOSIAL. Sosiologi Reflektif, Volume 9, N0. 2, 229-
246.
Pathan, Sadique. (2016). Islamic spirituality and social work
interventions: The person-inrelation approach.
Journal of Social Work, Vol. 59(3) 406 –418.
Rosalind, Warden., and Jonathan Scourfield. (2016).Islamic
Social Work in the UK: The Service User Experience.
Journal of Social Work, Volume 47, Issue 3, 737–
754.
Underwood, L. G., & Teresi, J. A. (2002). The daily
spiritual experience scale: development, theoretical
description, reliability, exploratory factor analysis,
and preliminary construct validity using health-
related data. Annals of behavioral medicine : A
publication of the Society of Behavioral Medicine,
24(1), 22–33.
Underwood, L. G. (2011). The daily spiritual experience
scale: Overview and results. Religions, 2(1), 29–50.
102
102
LAMPIRAN – LAMPIRAN
103
103
Lampiran 1. Surat Pengajuan Sidang Proposal Skripsi
104
104
Lampiran 2. Cover Judul Proposal Skripsi di Acc
105
105
Lampiran 3. Surat Tugas Bimbingan Skripsi oleh Dosen
Pembimbing
106
106
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian Skripsi
107
107
Lampiran 5. Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
Puji syukur ke hadirat Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
limpahan karunia, kesejahteraan dan pengetahuan sehingga peneliti
dapat melaksanakan tugas-tugas dengan baik. Semoga keselamatan,
rahmat dan berkah dari Allah selalu dicurahkan kepada kita semua.
Dalam rangka pelaksanaan tugas akhir, peneliti berkeinginan
untuk melakukan penelitian di Madani “Mental Health Care”. Untuk
medukung data penelitian dalam tugas akhir tersebut, peneliti
mengharapkan kesediaanya dalam mengisi kuesioner ini.
Terima kasih atas partisipasinya.
Data Pribadi :
1. Nama : ……………………………………………….
2. Usia : ……………………………………………….
Isilah pernyataan di bawah ini dengan memberikan ceklis (√) atau
silang (X) pada kolom yang tertera di samping kanan dengan sejujur-
jujurnya
108
108
Variabel Y. Spiritualitas
NO Pernyataan Tidak
Pernah
Jarang Setiap
hari
Sering
dalam
sehari
1 Saya merasakan
adanya Tuhan
2 Saya merasakan
hubungan yang baik
dengan sesama
makhluk hidup
3 Selama melaksanakan
ibadah, saya
merasakan
ketenangan
4 Saya menemukan
kekuatan untuk diri
saya dari agama yang
saya yakini
5 Saya merasakan
kenyamanan dalam
agama yang saya
yakini
109
109
NO Pernyataan Tidak
Pernah
Jarang Setiap
hari
Sering
dalam
sehari
6 Saya merasakan
kedamaian dalam
kehidupan
7 saya selalu berdoa
kepada Tuhan setiap
melakukan kegiatan
sehari-hari
8 Saya merasakan
bimbingan Tuhan
dalam kegiatan sehari
hari
9 Saya merasakan
berkah dan kasih
sayang Tuhan kepada
saya
10 Saya merasakan
kebesaran Tuhan
melalui keindahan
ciptaan-Nya
110
110
NO Pernyataan Tidak
Pernah
Jarang Setiap
hari
Sering
dalam
sehari
11 Saya merasakan
kasih sayang
Tuhan melalui
kehadiran orang
lain
12 Saya bersyukur
dengan nikmat
yang Tuhan
berikan
13 Saya peduli
dengan orang lain
tanpa
mengharapkan
imbalan
14 Saya menerima
apa adanya orang
lain walaupun
orang tersebut
telah melakukan
suatu kesalahan
111
111
15 Saya ingin selalu
dekat dengan
Tuhan dalam
kondisi apapun
16 Saya selalu
merasakan
kedekatan dengan
Tuhan
BUTIR PERTANYAAN
112
112
N B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 Total B16
SMP
1 3 3 3 4 4 3 3 3 4 2 2 4 2 2 3 45 3
2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 4 3 2 2 3 3 38 3
3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 36 2
4 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 37 2
5 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42 3
6 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 3 41 3
7 3 4 3 3 2 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 49 3
SMA
8 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 2 48 4
9 4 2 2 3 4 3 2 2 3 3 3 3 2 4 3 43 3
10 3 4 4 3 3 2 2 3 4 2 4 4 3 2 2 45 4
11 2 3 3 2 2 4 2 3 3 3 2 3 3 3 3 41 3
12 2 3 3 2 3 2 3 4 2 3 3 3 2 3 2 40 3
13 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 52 4
14 4 2 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 53 4
15 2 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 52 3
16 4 4 4 3 4 2 3 3 4 4 3 4 3 3 3 51 3
17 3 4 4 2 3 2 2 3 4 4 4 4 2 3 3 47 3
18 4 3 3 4 4 4 3 4 2 3 3 3 3 4 4 51 4
S1
19 4 3 4 2 2 4 3 3 2 3 2 4 3 2 4 45 3
20 3 3 2 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 2 47 4
21 2 3 2 3 3 4 2 2 3 3 4 3 4 3 4 45 3
22 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 4 3 4 3 4 49 4
23 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 2 3 2 3 47 4
24 4 3 3 2 3 3 3 4 4 4 4 3 2 4 4 50 4
25 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 2 51 4
26 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 55 4
27 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 2 4 3 51 4
28 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 52 3
29 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 54 4
30 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 53 4
113
113
Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas
Tests of Normality
Pendidikan
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
ResponSpiritual SMP ,178 7 ,200* ,940 7 ,636
SMA ,223 11 ,131 ,901 11 ,188
S1 ,140 12 ,200* ,948 12 ,613
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
ResponSpiritual Based on Mean ,928 2 27 ,408
114
114
Lampiran 8. Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Descriptives
ResponSpiritual
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
SMP 7 41,1429 4,67007 1,76512 36,8238 45,4619 36,00 49,00
SMA 11 47,5455 4,69816 1,41655 44,3892 50,7017 40,00 53,00
S1 12 49,9167 3,36988 ,97280 47,7755 52,0578 45,00 55,00
Total 30 47,0000 5,32399 ,97202 45,0120 48,9880 36,00 55,00
115
115
Lampiran 9. Hasil Uji ANOVA dan Multiple Comparisons
ANOVA
ResponSpiritual
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 345,499 2 172,749 9,789 ,001
Within Groups 476,501 27 17,648
Total 822,000 29
116
116
Multiple Comparisons
Dependent Variable: ResponSpiritual
LSD
(I)
pendidikan
(J)
pendidikan
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
SMP SMA -6,40260* 2,03115 ,004 -10,5702 -2,2350
S1 -8,77381* 1,99796 ,000 -12,8733 -4,6743
SMA SMP 6,40260* 2,03115 ,004 2,2350 10,5702
S1 -2,37121 1,75359 ,188 -5,9693 1,2268
S1 SMP 8,77381* 1,99796 ,000 4,6743 12,8733
SMA 2,37121 1,75359 ,188 -1,2268 5,9693
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Lampiran 10. Dokumentasi Seputar Lembaga
117
117
Potret Kegiatan-Kegiatan Para Santri Selama di Madani “Mental Health Care”
Penjelasan Metode BPSS
118
118
Bagian Depan Pelayanan Ruang Stabilisasi
Ruang Stabilisasi Para Santri
119
119
Kamar Stabilisasi Santri
Kamar Tidur Santri (Ruang Rehabilitasi)
120
120
Graha Madani (tempat tinggal para santri)
Rumah Kesadaran di Madani “Mental Health Care”
121
121
Materi Baca Tulis Alquran
Hasil Karya Para Santri
122
122
Buku Panduan Rehabilitasi Madani “Mental Health Care”
123
123
Sertifikat dari Kementrian Sosial RI untuk Madani “Mental Health Care”
124
124
Recommended