View
6
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, LEVERAGE,
DAN INTENSITAS MODAL TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK
DENGAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL SEBAGAI VARIABEL
MODERASI
(Studi Empiris perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2016-2019)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Guna Memenuhi Syarat-
Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Akuntansi
Oleh:
Safitriyani
NIM: 11160820000026
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERISITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2020
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Safitriyani
2. Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 05 Maret 1998
3. Alamat : Jln. Majlis Ta’lim RT 03 RW 02, Jurang Mangu
Barat, Pondok Aren, Tangerang Selatan,
Banten-15423
4. Telepon : 089631673423
5. Email : safityani33@gmail.com
II. PENDIDIKAN
1. S1 (2016-2020) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. SMA (2013-2016) : SMA Negeri 86 Jakarta Selatan
3. SMP (2010-2013) : SMP Negeri 177 Jakarta Selatan
4. SD (2004-2010) : SD Islam An-najah Jakarta
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Mukhsin
2. Ibu : Nurhayati
3. Anak Ke-dari : 1 dari 3 bersaudara
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Divisi Bidang Penelitian dan Pengembangan HMJ Akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Periode 2017-2018.
2. Intership Kantor Akuntan Publik (Jan 2020-Feb 2020)
vii
ABSTRACT
THE EFFECTS OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, LEVERAGE,
AND CAPITAL INTENSITY OF TAX AGGRRESSIVENESS WITH
INSTITUTIONAL OWNERSHIP AS MODERATION VARIABLES
(Empirical Study on Manufacturing Companies Listed on Indonesian Stock
Exchange in Period 2016-2019)
By
Safitriyani
The study aims to examine the effect of Corporate Social Responsibility,
Leverage, and Capital Intensity of Tax Aggressiveness with Institusional
Ownership as Moderation Variable. This study uses a secondary data as sample
from all the manufacturing industries listed on Indonesian Stock Exchange during
the period 2016-2019. Sampling was done using the purposive sampling method.
This research was using samples as many 104 annual report. The data analysis
method used by the reseacher are Multiple Linier Regression and Moderate
Regression with the help of a data analysis tool called SPSS 25.0.
The result of the research showed that capital intensity has a negative
influence on tax aggressiveness. Corporate Social Responsibility and leverage
unable to contribute to tax aggressiveness. The moderating variable, Institutional
ownership does not have a weaken influence Corporate Social Responsibility and
Capital Intensity on tax aggressiveness. While the variable moderation,
Institutional ownership weakens Leverage on tax aggressiveness.
Keywords: Corporate Social Responsibility, Leverage, Capital Intensity, Tax
Aggressiveness, and Institutional Ownership.
viii
ABSTRAK
PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, LEVERAGE, DAN
INTENSITAS MODAL TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK DENGAN
KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL SEBAGAI VARIABEL MODERASI
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2019)
Oleh
Safitriyani
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Corporate Social
Responsibility, Leverage, dan Intensitas Modal terhadap Agresivitas Pajak dengan
Kepemilikan Institusional sebagai Variabel Moderasi. Penelitian ini menggunakan
data sekunder dengan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2016-2019. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan sampel
sebanyak 104 laporan tahunan perusahaan. Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dan regresi moderat dengan
menggunakan alat analisis data SPSS 25.0.
Hasil penelitian ini menunujukkan bahwa Intensitas modal berpengaruh
negatif terhadap agresivitas pajak. Corporate Social Responsibility dan leverage
belum dapat berkontribusi terhadap Agresivitas Pajak. Kepemilikan Institusional
tidak dapat memperlemah pengaruh Corporate Social Responsibility dan
Intensitas Modal terhadap Agresivitas Pajak. Sedangkan Kepemilikan
Institusional dapat memperlemah pengaruh leverage terhadap agresivitas pajak.
Kata Kunci: Corporate Social Responsibility, Leverage, Intensitas Modal,
Agresivitas Pajak, dan Kepemilikan Institusional.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Segala puji bagi Allah Swt, yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
sebaik-baiknya. Shalawat serta salam tak lupa tercurah kepada Nabi Muhammad
Saw yang telah membimbing umatnya dari zaman kegelapan hingga jalan
kebenaran seperti sekarang ini. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi
syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan,
bimbingan, dukungan, semangat serta doa, baik langsung maupun tidak langsung
dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada:
1. Kedua orang tua yang paling saya cintai yaitu Ayahanda Mukhsin dan Ibunda
Nurhayati yang selalu memberikan dukungan, semangat, bimbingan, nasihat,
serta perhatian dengan penuh kasih sayang kepada penulis.
2. Adik saya Syaifulmalik dan Muammar Al Hafis yang senantiasa selalu
memberikan semnagat dan memotivasi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E.,Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP. Selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Ismawati Haribowo, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya dan memberikan pengarahan kepada penulis sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas semua saran yang
telah ibu berikan selama terlaksananya pengerjaan skripsi ini.
5. Ibu Yessi Fitri, SE, M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Fitri Damayanti, S.E., M.Si selaku Sekertaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
7. Ibu Yusro Rahma, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
selalu mendukung dan mengarahkan penulis dalam melewati masa-masa
perkuliahan termasuk dalam proses penyusunan skripsi.
8. Seluruh Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan ilmu-ilmu kepada penulis.
9. Septian Rahmadi yang senantiasa memberikan semangat serta doa selama
penulis menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan Diva, Nurul, Endah, Memet, Risda, Delly, Grup
BHD, Grup STT Mantap yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi
serta doa selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman Akuntansi A 2016 yang telah memberikan dukungan dan
membantu penyelesaian skripsi ini.
12. Senior akuntansi bang Diko dan kak Dilah yang telah membantu dalam
mengarahkan proses penelitian.
13. Pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini yang tidak
dapat saya sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, baik
dari segi bahasa, pengolahan, maupun dalam penyusunan. Untuk itu penulis
saangat mengaharapkan tanggapan, kritik dan saran yang sifatnya
membangun. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembacanya.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Jakarta, 25 Juni 2020
Safitriyani
xi
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI.................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... iv
KEASLIAN KARYA ILMIAH ....................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................... v
ABSTRACT ............................................................................................................. vii
ABSTRAK ............................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xv
BAB I ........................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 10
C. Rumusan Masalah ....................................................................................... 10
D. Tujuan Penelitian......................................................................................... 11
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 12
BAB II .................................................................................................................... 14
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 14
A Tinjauan Literatur ....................................................................................... 14
1. Teori Keagenan (Agency Theory) .............................................................. 14
2. Teori Planned Behavior ............................................................................ 15
3. Teori Legitimasi ....................................................................................... 16
4. Agresivitas Pajak ..................................................................................... 18
5. Corporate Social Responsibility (CSR) ....................................................... 20
6. Leverage ................................................................................................... 22
xii
7. Intensitas Modal ....................................................................................... 23
8. Kepemilikan Institusional ........................................................................ 24
B. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 25
C. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 32
D. Keterkaitan antar Variabel dan Hipotesis.................................................... 33
1. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Agresivitas Pajak...... 33
2. Pengaruh Leverage terhadap Agresivitas Pajak ....................................... 34
3. Pengaruh Intensitas Modal terhadap Agresivitas pajak ........................... 35
4. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Agresivitas Pajak
dengan Kepemilikan Institusional sebagai variabel moderasi .......................... 36
5. Pengaruh Leverage terhadap Agresivitas Pajak dengan Kepemilikan
Institusional sebagai variabel moderasi ........................................................... 37
6. Pengaruh Intensitas Modal terhadap Agresivitas pajak dengan
Kepemilikan Institusional sebagai variabel moderasi ...................................... 38
BAB III ................................................................................................................... 40
METODOLOGI PENELITIAN .............................................................................. 40
A Populasi dan Sampel .................................................................................... 40
D. Metode Analisis Data ................................................................................... 42
1. Analisis Statistik Deskriptif ...................................................................... 42
2. Uji Asumsi Klasik..................................................................................... 42
3. Uji Hipotesis ............................................................................................. 46
b. Operasional Variabel Penelitian .................................................................. 50
1. Variabel Dependen (Y) ............................................................................. 50
2. Variabel Independen ................................................................................ 51
3. Variabel Moderasi .................................................................................... 53
BAB IV ................................................................................................................... 55
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 55
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................. 55
B. Temuan Hasil Penelitian .............................................................................. 56
1. Uji Statistik Deskriptif ............................................................................. 57
2. Uji Asumsi Klasik..................................................................................... 60
3. Pengujian Hipotesis .................................................................................. 67
xiii
BAB V ..................................................................................................................... 83
PENUTUP .............................................................................................................. 83
A. Kesimpulan .................................................................................................. 83
B. Saran ........................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 87
LAMPIRAN ............................................................................................................ 96
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Penerimaan Perpajakan Tahun 2016-2019 3
1.2 Kasus-Kasus Penghindaran Pajak 4
2.1 Penelitian Terdahulu 25
3.1 Pengukuran Operasional Variabel Penelitian 53
4.1 Ringkasan pemilihan sampel 55
4.2 Uji Statistik Deskriptif 56
4.3 Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov
Smirnov 62
4.4 Hasil Uji Multikolonieritas 63
4.5 Hasil Uji Autokorelasi 64
4.6 Hasil Uji Heterokedatisitas dengan Uji Glejser 65
4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi 66
4.8 Hasil Uji F 67
4.9 Hasil Uji Signifikan Parsial 68
4.10 Hasil Uji Signifikansi Parsial (moderasi) 70
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 31
4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Histogram 61
4.2 Hasil Uji Normaalitas dengan Grafik Normal
Plot
62
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah dan letak
geografis yang cukup strategis, dimana Indonesia menjadi kawasan lalu lintas
perdagangan dunia. Keadaan ini menjadi daya tarik bagi pengusaha yang ingin
mendirikan usahanya di Indonesia. Banyaknya pengusaha yang mendirikan
perusahaan di Indonesia yang memberikan dampak positif bagi negara, salah
satunya dapat meningkatkan pendapatan negara yang diperoleh dari sektor
pajak. Dengan adanya pajak, Pemerintah dapat melaksanakan pembangunan
nasional yang berlangsung secara terus-menerus dengan tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk merealisasikan tujuan
tersebut, perlu adanya kontribusi yang diberikan oleh masyarakat baik
individu maupun kelompok, berupa pembayaran pajak.
Menurut Direktorat Jendral Pajak, Pajak merupakan kontribusi wajib
yang diberikan oleh wajib pajak pribadi atau badan kepada negara yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara dalam
kemakmuran rakyat. Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang
memiliki peranan penting untuk pembangunan infrastruktur dan kesejahteraan
masyarakat. Pentingnya peranan pajak ini menyebabkan pemerintah
melakukan berbagai program dan kebijakan untuk meningkatkan pendapatan
2
dari sektor pajak. Dalam PPh Pasal 25 dijelaskan bahwa pembayaran pajak
dapat diangsur atau dicicil setiap bulannya. Hal tersebut bertujuan untuk
meringankan beban pajak yang terutang pada akhir tahun (di akses dalam
pajak.go.id). Dengan keringanan yang diberikan Pemerintah melalui pph
pasal 25, penerimaan negara dari sektor pajak pun masih belum sesuai dengan
target yang diperkirakan. Dapat dilihat dari realisasi dan target penerimaan
pajak dari tahun 2016-2019.
Tabel 1.1 Penerimaan Perpajakan Tahun 2016-2019
Tahun Realisasi Target
2016 1.105,73 T 1.355,20 T
2017 1.151,03 T 1.283,57T
2018 1.315,51 T 1.424 T
2019 1.332,06 T 1.577,56 T
Sumber: Laporan Kinerja Direktorat Jendral Pajak 2018 dan 2019
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Pajak
bahwa penerimaan pajak tahun 2016- 2019 mengalami peningkatan. Namun,
realisasi penerimaan masih belum sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Beberapa wajib pajak mungkin saja telah taat atas beban pajaknya dan
sebagian wajib pajak akan memanfaatkan celah-celah yang ada untuk
meminimalkan pajaknya. Hal ini memberikan gambaran bahwa berbagai
upaya yang dilakukan pemerintah gagal untuk mencapai target pajak pada
tahun 2016-2019.
Indonesia masih sangat lemah dalam permasalahan kepatuhan
perpajakannya. kewajiban wajib pajak dalam permasalahan kepatuhan
perpajakan pun masih rendah, yang dapat dilihat dari tax ratio yang rendah
3
hanya sebesar 10,7% menurun dari tahun 2018 yaitu sebesar 11,5%. Menurut
Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Humas DJP Hestu Yoga Saksama,
penyebab dari turunnya tax ratio Indonesia karena kondisi ekonomi nasional
yang tidak bagus (di akses dalam detik.com).
Selain itu, tujuan pemerintah memaksimalkan penerimaan dari sektor
pajak bertentangan dengan tujuan dari perusahaan sebagai wajib pajak,
dimana perusahaan berusaha meminimalkan biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh laba yang maksimal sehingga dapat memberikan
pertanggungjawaban kepada pemilik atau pemegang saham dan dalam
melanjutkan kelangsungan hidup perusahaan (Yoehana dalam Surya &
Noerlaela, 2018). Bagi perusahaan, pajak dianggap dapat mengurangi
keuntungan bagi perusahaan. Hal tersebut menyebabkan perusahaan berusaha
mencari cara untuk mengurangi beban pajaknya dan tidak menutup
kemungkinan, perusahaan akan bersikap agresif dalam perpajakan (Nugraheni
& Murtin, 2019). Salah satu upaya yang dilakukan perusahaan untuk
mengurangi beban pajaknya yaitu melakukan agresivitas pajak.
Agresivitas pajak merupakan suatu tindakan merekayasa pendapatan
kena pajak yang dilakukan oleh perusahaan melalui tindakan perencanaan
pajak, baik menggunakan cara yang tergolong secara legal (tax avoidance)
atau ilegal (tax evasion) (Frank et al dalam Lestari et al., 2019). Agresivitas
Pajak Perusahaan juga dinilai dari seberapa besar perusahaan tersebut
mengambil langkah penghindaran pajak dengan memanfaatkan celah-celah
4
yang ada dalam peraturan perpajakan (Mustika et al., 2017). Dengan
demikian, perusahaan akan dianggap semakin agresif terhadap perpajakan.
Beberapa kasus agresivitas pajak yang terjadi di Indonesia baik
secara legal dan ilegal diantaranya dijelaskan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1.2
Kasus agresivitas pajak di Indonesia
No. Tahun Nama Perusahaan Keterangan
1. 2019 PT Adaro Energy Adaro dikabarkan telah mengalihkan
keuntungan dari batubara yang ditambang
di Indonesia. Hal tersebut dilakukan untuk
menghindari pajak di Indonesia, karena
pajak untuk suatu badan di Indonesia lebih
besar dari pada Singapura dengan
perbedaan mencapai 9%. Dalam laporan
tersebut, disebutkan bahwa dari tahun
2009-2017, Coaltrade Service
International membayar pajak sebesar
USD 125 juta atau lebih sedikit dari yang
seharusnya dilakukan di Indonesia.
2. 2019 PT Bantoel
Internasional
Investama
British American Tobacco telah
mengalihkan sebagian pendapatannya
keluar dari Indonesia dengan cara
pinjaman intra perusahaan, bantoel
mengambil pinjaman pada tahun 2013
hingga 2015 dari perusahaan di belanda
yaitu Rothmans Far East BV. Dampaknya
bagi Indonesia yaitu menderita kerugian
sebesar US$ 11 juta per tahun.
3. 2016 PT Garuda
Metalindo
PT Garuda Metalindo melakukan
penghindaran pajak dengan memanfaatkan modal yang diperoleh dari pinjaman untuk
menghindari pembayaran pajak yang
tinggi. Neraca perusahaan mengalami
peningkatan dengan jumlah utang bank
jangka pendek mencapai Rp 200 miliar
rupiah hingga Juni 2016, meningkat dari
akhir Desember 2015 senilai Rp 48 miliar.
Bersambung pada halaman selanjutnya
5
No. Tahun Nama Perusahaan Keterangan
4. 2014 PT Coca Cola
Indonesia
PT Coca cola Indonesia melakukan
pembengkakan biaya yang besar pada
tahun 2002, 2003, 2004, dan 2006. Beban
yang itu antara lain untuk iklan rentang
waktu 2002-2006 dengan total sebesar Rp.
566,84 miliar. DJP menghitung bahwa ada
kekurangan pajak sebesar Rp 49, 24 miliar
yang dilakukan PT Coca Cola Indonesia.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
Berdasarkan tabel di atas, kasus-kasus tersebut merupakan pelanggaran
yang dilakukan perusahaan yang berada di Indonesia. Kasus-kasus tersebut
dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan cara yang berbeda-beda
setiap perusahaan. Selain kasus di atas, masih banyak kasus-kasus agresivitas
pajak lainnya yang dilakukan oleh wajib pajak baik secara legal ataupun
illegal.
Ada beberapa faktor yang dapat mempegaruhi tindakan agresivitas
pajak yang dilakukan oleh perusahaan. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi agresivitas pajak adalah Corporate Social Responsibility
(CSR). CSR merupakan komitmen perusahaan untuk meningkatkan kualitas
hidup masyarakat melalui tingkat-tingkat bisnisnya (Nurcahyono & Kristiana,
2019). Penerapan konsep Corporate Social Responsibility merupakan suatu
kewajiban bagi perusahaan untuk mengungkapkannya dalam laporan
tahunannya (Fionasari et al., 2017). CSR melibatkan hukum, etika dan bisnis
yang terkait dalam proses pengambilan keputusan oleh semua pihak yang
berkepentingan (Fuzi, 2017). Kesadaran perusahaan dalam melakukan CSR
dalam kegaiatan operasional perusahaan berbeda antara satu dengan
perusahaan lainnya. Kegiatan CSR dapat dilakukan melalui pemberian
6
beasiswa kepada masyarakat, mengadakan penyuluhan-penyuluhan kesehatan
atau cara lain yang berhubungan dengan masyarakat terutama masyarakat
sekitar tempat perusahaan beroperasi. Jika perusahaan menyadari pentingnya
melakukan CSR, maka perusahaan tersebut semakin menyadari pentingnya
kontribusi perusahaan terhadap negara dengan membayar pajak (Mustika et
al., 2017). Karena secara tidak langsung yang akan menikmati pajak yaitu
masyarakat luas.
Perusahaan yang melaksanakan CSR berpotensi lebih kecil bahkan
tidak sama sekali untuk melakukan tindakan agresivitas pajak. Namun,
Direktorat Jendral pajak akan mencurigai suatu perusahaan yang melakukan
kegiatan CSR secara berlebihan karena dianggap melakukan penghindaran
pajak melalui kegiatan CSR. Dalam penelitian (Aalin, 2018) yang menyatakan
bahwa kegiatan CSR berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak
perusahaan. Berbeda dengan penelitian Makhfudloh, Herawati, dan Wulandari
(2018) yang menyatakan bahwa CSR berpengaruh negatif terhadap agresivitas
pajak.
Selain CSR, terdapat faktor lain yang mempengaruhi agresivitas pajak
yaitu leverage. Leverage merupakan jumlah utang yang dimiliki perusahaan
untuk pembiayaan dan dapat mengukur besarnya suatu aktiva yang dibiayai
oleh utang (Nugraha & Meiranto, 2015). Penambahan jumlah hutang akan
menyebabkan adanya beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan.
Beban bunga yang timbul atas hutang tersebut akan menjadi pengurang laba
bersih perusahaan yang nantinya akan mengurangi pembayaran pajak.
7
Semakin tinggi tingkat hutang maka di indikasikan semakin rendah
perusahaan melakukan agresivitas pajak.
Tujuan dilakukannya agresivitas pajak adalah dana yang seharusnya
digunakan untuk membayar pajak perusahaan dialihkan untuk membayar
hutang itu sendiri dan untuk membiayai aktivitas atau kegiatan perusahaan
lainnya. Hal tersebut dapat dibuktikan oleh penelitian Octaviani dan Sofie
(2018) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap
agresivitas pajak. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi
dapat meminimalisir terjadinya tindakan agresivitas pajak, karena pihak
kreditur akan lebih mengawasi perusahaan terkait dengan ketepatan
pembayaran hutang tersebut. Namun berbeda dengan penelitian Denny Wijaya
(2019) yang menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap tindakan
agresivitas pajak perusahaan.
Intensitas modal merupakan faktor lainnya yang memiliki pengaruh
dengan agresivitas pajak. Menurut Hanum dalam Mustika (2017), biaya
penyusutan dapat dikurangkan dari penghasilan dalam menghitung pajak,
maka semakin besar aset tetap yang dimiliki perusahaan mengakibatkan
depresiasi yang besar juga sehingga memengaruhi jumlah penghasilan kena
pajak serta dapat mengurangi beban pajak yang dibayarkan.
Hampir semua aset tetap akan mengalami penyusutan dan biaya
penyusutan tersebut akan dapat memengaruhi jumlah pajak yang dibayar oleh
perusahaan (Ayem & Setyadi, 2019). Dalam penelitian Ayem (2019)
menyatakan bahwa intensitas modal berpengaruh positif terhadap agresivitas
8
pajak. Sedangkan Nugraha dan Meiranto (2015) menyatakan bahwa intensitas
modal tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak perusahaan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan variabel moderasi yaitu
kepemilikan institusional. Kepemilikan institusional merupakan sebagian atau
beberapa persen saham dimiliki oleh Pemerintah, institusi keuangan, institusi
berbadan hukum, institusi luar negeri dan institusi lainnya (Zahirah, 2017).
Dengan adanya kepemilikan institusional dalam perusahaan seharusnya dapat
memainkan peran penting dalam memantau, mendisiplinkan dan
mempengaruhi manajer. Ketika suatu perusahaan memiliki kepemilikan
institusional yang lebih besar akan menyebabkan semakin besar tekanan yang
diperoleh pihak manajemen perusahaan untuk melakukan agresivitas pajak.
Besar kecilnya konsentrasi kepemilikan institusional maka akan
mempengaruhi kebijakan tindakan meminimalkan beban pajak oleh
perusahaan ( Khurana dalam Aprianto & Dwimulyani, 2019).
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian dilakukan
Wijaya dan Saebani (2019). Adapun perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah dengan adanya pergantian salah satu variabel
independen dan penambahan variabel moderasi. Pada penelitian kali ini,
penulis menggunakan variabel independen Corporate Social Responsibility,
leverage dan intensitas modal dengan kepemilikan institusional sebagai
variabel moderasi. Sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan variabel
Corporate Social Responsibility, leverage dan kepemilikan manajerial tanpa
variabel moderasi. Pada penelitian ini variabel kepemilikan managerial diganti
9
menjadi intensitas modal, alasan menggunakan variabel tersebut karena
intensitas modal merupakan tingkat investasi pada aset tetap yang
berpengaruh terhadap agresivitas pajak dan dari beberapa hasil penelitian
sebelumnya yang memiliki hasil yang tidak konsisten satu sama lainnya .
Perbedaan selanjutnya terdapat pada objek, di penelitian ini menggunakan
perusahaan manufaktur semua sektor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2016-2019, sedangkan pada penelitian Wijaya dan Saebani
(2019) menggunakan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di BEI periode 2015-2017. Alasan peneliti memilih seluruh
perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian karena memiliki jumlah
perusahaan terbanyak dibanding perusahaan lain, permasalahan perusahaan
yang lebih kompleks, sehingga diharapkan akan lebih mampu
menggambarkan keadaan perusahaan di Indonesia. Berdasarkan uraian diatas,
peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut karena maraknya
kasus-kasus penghindaran pajak yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu.
Selain itu, peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat bermanfaat
bagi wajib pajak, fiskus dan pihak yang terkait untuk menurunkan kasus
tersebut.. Untuk itu, peneliti memilih judul “ Pengaruh Corporate Social
Responsibility, leverage dan intensitas modal terhadap agresivitas pajak
dengan kepemilikan institusional sebagai variabel moderasi”
10
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka diidentifikasi masalah yang akan
diteliti dalam penelitian ini adalah terkait permasalahan-permasalahan yang
dihadapi oleh Direktorat Jendral Pajak, misalnya:
1. Perbedaan kepentingan antara pemerintah dengan perusahaan.
Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk memaksimalkan
pendapatan dari sektor pajak. Sedangkan perusahaan menganggap
pajak sebagai beban yang dapat menurunkan laba bagi perusahaan.
Perusahaan laba yang besar tetapi tidak ingin menanggung pajak yang
besar, sehingga perusahaan cenderung untuk melakukan tindakan
agresivitas pajak.
2. Praktik agresivitas pajak ini menyebabkan kerugian bagi negara,
semakin banyak perusahaan yang melakukan tindakan tersebut,
semakin kecil pendapatan negara dari sektor pajak.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan
yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut:
1. Apakah Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap
agresivitas pajak perusahaan?
2. Apakah leverage berpengaruh terhadap agresivitas pajak perusahaan?
3. Apakah intensitas modal berpegaruh terhadap agresivitas pajak
perusahaan?
11
4. Apakah kepemilikan institusional memoderasi pengaruh Corporate
Social Responsibility terhadap Agresivitas pajak?
5. Apakah kepemilikan institusional memoderasi pengaruh Leverage
terhadap Agresivitas pajak?
6. Apakah kepemilikan institusional memoderasi pengaruh Intensitas
modal terhadap Agresivitas pajak?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk membuktikan pengaruh Corporate Social Responsibility
terhadap agresivitas pajak pada perusahaan sektor manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk membuktikan pengaruh leverage terhadap agresivitas pajak
pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
3. Untuk membuktikan pengaruh intensitas modal terhadap agresivitas
pajak pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
4. Untuk membuktikan pengaruh kepemilikan institusional memoderasi
Corporate Social Responsibility terhadap agresivitas pajak pada
perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
12
5. Untuk membuktikan pengaruh kepemilikan institusional memoderasi
Leverage terhadap agresivitas pajak pada perusahaan sektor
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
6. Untuk membuktikan pengaruh kepemilikan institusional memoderasi
Intensitas modal terhadap agresivitas pajak pada perusahaan sektor
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
E. Manfaat Penelitian
Hasil yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan, antara lain :
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
dampak yang dilakukan dari tindakan agresivitas pajak, serta
memberikan solusi agar dapat mengontrol perilaku pihak yang terlibat
dalam praktek agresivitas pajak.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis
mengenai Corporate Social Responsibility, leverage,intensitas modal
dan Agresivitas pajak dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk
melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul yang
ada.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tantang
tindakan agresivitas pajak yang terjadi di masyarakat, serta dapat
13
memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai tindakan
agresivitas pajak suatu perusahaan.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan merupakan hubungan yang terjadi diantara dua
pihak yaitu pihak principal (pemegang saham) dengan pihak agen
(manajer) yang bekerja sama dengan visi dan tujuan yang berbeda
(Kurniawansyah, 2018). Konflik yang terjadi antara pihak principal dan
agen akan memicu terjadinya biaya-biaya yang seharusnya tidak perlu
terjadi dalam operasi perusahaan bila dikelola oleh pemiliknya sendiri
yaitu biaya keagenan. Biaya keagenan ini meliputi biaya pemantauan oleh
principal, biaya pengikatan oleh agen dan kerugian residual yang mungkin
ada sebagai pengurangan kekayaan principal (Herliana et al., 2016).
Dengan kata lain, apabila suatu perusahaan memiliki konflik keagenan
yang besar, biaya keagenan yang dikeluarkan juga besar.
Principal mengeluarkan biaya keagenan dalam upaya untuk
meningkatkan pengawasan atas tindakan yang dilakukan oleh manajemen.
Biaya keagenan ini dapat dikurangi dengan meningkatkan pengawasan
oleh pemegang saham institusional dan meningkatkan kepemilikan saham
oleh manajemen yang akan membuat biaya agensi turun karena
tumbuhnya rasa memiliki perusahaan sehingga kepentingan antara
manajemen dengan pemegang saham lainnya sama (A.P. Pratiwi, 2018).
15
Implikasi dari teori keagenan dalam penelitian ini untuk
menjelaskan adanya perbedaan kepentingan antara principal (pemegang
saham) dengan agen (manajemen). Manajemen melakukan agresivitas
pajak untuk membangun citra baik perusahaan serta mencapai laba yang
maksimal dengan pajak yang rendah. Sedangkan pemegang saham tidak
menghendaki adanya agresivitas pajak dalam perusahaan karena dianggap
memanipulasi data laporan keuangan serta memiliki resiko yang tinggi di
masa yang akan datang.
2. Teori Planned Behavior
Teori ini merupakan peningkatan dari theory of reasoned, dimana
memprediksi niat untuk berperilaku dengan dua hal yaitu sikap terhadap
perilaku dan norma subjektif. Dalam teori perilaku berencana menjelaskan
bahwa perilaku akan muncul akibat adanya niat dari individu untuk
berperilaku. Bila ada sikap yang positif, seperti dukungan dari orang
sekitar serta adanya persepsi kemudahan karena tidak ada hambatan untuk
berperilaku maka niat seseorang untuk berperilaku akan semakin tinggi.
Niat seseorang dalam berperilaku dapat diprediksi dengan 3 hal yaitu sikap
terhadap perilaku, norma subjektif, dan Persepsi pengendalian diri (Ajzen
dalam Seni & Ratnadi, 2017).
Sikap merupakan suatu kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek yang ada.
Ketika seorang individu menghargai positif suatu perbuatan, maka ia
memiliki kehendak untuk melakukan perbuatan tertentu. Tidak hanya
16
sikap positif yang diperlukan untuk menimbulkan suatu niat dari
seseorang, namun norma subjektif dan persepsi pengendali diri juga dapat
menimbulkan niat untuk berperilaku dari seseorang (Cruz et al., 2015).
Ketika seseorang memiliki sikap positif, dukungan dari orang sekitar dan
sedikitnya hambatan untuk melakukan suatu perilaku, maka orang tersebut
akan memiliki niatan yang kuat (Seni & Ratnadi, 2017).
Implikasi dari teori perilaku berencana dalam penelitian ini untuk
menjelaskan salah satu variabel yang digunakan yaitu agresivitas pajak.
Ketika wajib pajak memiliki sikap yang positif serta memiliki hasil untuk
melakukan sesuatu, kemudian wajib pajak tersebut akan memutuskan
untuk melakukan kewajibannya atau tidak. Ketika wajib pajak
memutuskan untuk melakukan kewajibannya, wajib pajak pun akan
memiliki kesadaran untuk melakukan tindakan agresif terhadap pajak,
sehingga wajib pajak dapat melakukan tindakan agresif terhadap pajaknya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa perilaku seseorang harus dilandasi
dengan niat dari individu itu sendiri.
3. Teori Legitimasi
Teori legitimasi sebagai persepsi atau asumsi umum bahwa suatu
tindakan yang diinginkan perusahaan harus sesuai dalam beberapa sistem
yang dibangun secara sosial dengan memperhatikan norma, kepercayaan
dan ketentuan (Hummel & Schlick, 2016). Artinya bahwa kegiatan usaha
yang dilakukan perusahaan harus disesuaikan dengan peraturan-peraturan
yang ada di masyarakat sehingga keadaan perusahaan dapat diketahui dan
17
diterima di masyarakat. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan oleh
perusahaan untuk menjaga citra perusahaan adalah dengan melakukan
pembayaran pajak yang sudah menjadi tanggungannya tanpa adanya
praktik perencanaan agresivitas pajak sehingga akan terjalin suatu
hubungan dengan pemerintah dengan baik yang nantinya juga berpengaruh
terhadap pandangan masyarakat terhadap perusahaan tersebut dengan
image yang baik pula (Makhfudloh et al., 2018)
Teori legitimasi didasarkan oleh persepsi, tetapi persepsi saja tidak
cukup. Perusahaan juga harus mengimplementasikannya dengan tanggung
jawab sosial yang didukung dengan pengungkapan, mempublikasikan dan
melaporkan dalam laporan tahunan perusahaan (Magness dalam Fashikhah
et al., 2018).
Implikasi teori legitimasi dalam penelitian ini untuk menjelaskan
salah satu variabel yaitu corporate social responsibility. Perusahaan harus
mengikuti dan mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku dimasyarakat
sekitar perusahaan beroperasi yang berkaitan dengan kegiatan operasional
perusahaan. Dengan demikian, perusahaan juga harus memberikan
kontribusi untuk masyarakat sekitar perusahaan. Hal tersebut dapat
menimbulkan adanya program CSR, agar masyarakat sekitar dapat
menerima perusahaan dengan baik tanpa mempersalahkan keberadaan
perusahaan.
18
4. Agresivitas Pajak
Agresivitas pajak perusahaan merupakan suatu tindakan
merekayasa pendapatan kena pajak yang dirancang melalui tindakan
perencanaan pajak (tax planning) baik menggunakan cara yang tergolong
secara legal (tax avoidance) atau ilegal (tax evasion) untuk memperoleh
keuntungan (Menurut Frank, Lynch dan Rego dalam Surya &
Noerlaela, 2018). Agresivitas pajak merupakan isu yang kini cukup
fenomenal dikalangan masyarakat dan terjadi hampir disemua perusahaan-
perusahaan besar maupun kecil di seluruh dunia (Indradi, 2018) .
Agresivitas pajak memberikan dampak positif serta dampak negatif
bagi perusahaan. Dampak positif yang diberikan seperti perusahaan akan
mendapat keuntungan yang banyak dengan biaya yang dikeluarkan untuk
pajak sedikit. Sedangkan perusahaan juga akan mendapatkan dampak
negatif karena mengharuskan perusahaan untuk melaporkan laba
perusahaan yang lebih rendah. Hal tersebut dapat mengurangi serta
menghilangkan kepercayaan stakeholder kepada perusahaan. Stakeholder
yang dimaksud seperti investor dan kreditur. Untuk mempertahankan
kepercayaan stakeholder, perusahaan cenderung akan memperlihatkan laba
yang tinggi.
Menurut Midiastuty (2016), terdapat beberapa proksi dalam
pengukuran agresivitas pajak yaitu sebagai berikut:
1. Effective tax rate (ETR)
19
Effective Tax Rate (ETR) menjelaskan perbedaan tetap
antara perhitungan laba buku dengan laba fiskal. Pengukuran ETR
adalah sebagai berikut:
ETR = Total tax expense
Pre Tax Income
2. Cash Effective Tax Rate (CETR)
Cash Effective Tax Rate merupakan proksi yang
mengidentifikasi perencanaan pajak yang agresif dengan
menggunakan perbedaan tetap maupun temporer. Pengukuran
CETR adalah sebagai berikut:
CETR = Cash Tax Paid
Pre Tax Income
3. Book Tax Difference (BTD)
Book Tax Difference merupakan proksi dengan perhitungan
selisih antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Pengukuran BTD
adalah sebagai berikut:
Y = Current Tax Rate (1)
Tax Rate
BTD_MP = ys-y
t (2)
Total Assetit-1
Keterangan:
BTD_MP : Perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal
Ys
: Laba akuntansi
20
Yt
: Laba fiskal
Total Assetit-1 : Total aset perusahaan i tahun sebelumnya
Dalam penelitian ini, agresivitas pajak diproksikan menggunakan
rumus CETR. Apabila CETR memiliki hasil yang tinggi maka semakin
rendah agresivitas pajak yang dilakukan suatu perusahaan. Hal tersebut
mengidentifikasi tindakan agresivitas pajak yang rendah dan sebaliknya.
5. Corporate Social Responsibility (CSR)
Menurut Kottler dalam Hidayat dkk (2016), menjelaskan bahwa
CSR merupakan komitmen perusahaan untuk meningkatkan kualitas
hidup masyarakat melalui tingkat-tingkat bisnisnya. CSR merupakan
bentuk perhatian bisnis untuk menjamin agar praktek usahanya memenuhi
kriteria tanggung jawab pada semua pemangku kepentingan. Sehingga
perusahaan tidak hanya berorientasi laba semata, tetapi juga berorientasi
pada lingkungan dan sosial di sekitar perusahaan.
ISO 26000 merupakan standar komprehensif yang dikembangkan
di bawah dukungan Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO)
merupakan salah satu yang kontribusi terbaru untuk pengembangan CSR
dalam praktik dan konsep (Moratis, 2016). Standar ini memberikan
bantuan tentang prinsip-prinsip yang mendasari tanggung jawab sosial,
mengakui tanggung jawab sosial dan melibatkan pemangku kepentingan,
subjek inti dan masalah yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial dan
cara-cara untuk mengintegrasikan perilaku yang bertanggung jawab secara
sosial ke dalam organisasi (GRI G4 Guidelines and ISO 26000: 2010).
21
Pedoman ISO menekankan prinsip transparan dan nilai pelaporan publik
tentang kinerja tanggung jawab sosial kepada pemangku kepentingan
internal dan eksternal, seperti karyawan, masyarakat lokal, investor, dan
regulator. Penekanan ini merupakan tingkat perhatian internasional yang
penting terhadap masalah pelaporan, dan selaras dengan misi GRI untuk
membuat praktik standar pelaporan keberlanjutan.
Organisasi internasional seperti Global Reporting Initiative (GRI)
berupaya mempengaruhi kegiatan CSR dengan menerbitkan pedoman
pelaporan keberlanjutan. Pedoman GRI merekomendasikan agar
perusahaan memberikan informasi terperinci tentang pembayaran pajak
(Davis et al., 2019). Laporan keberlanjutan adalah laporan yang
diterbitkan oleh perusahaan atau organisasi tentang dampak ekonomi,
lingkungan, dan sosial yang disebabkan oleh kegiatan sehari-hari. Laporan
keberlanjutan juga menyajikan nilai-nilai organisasi dan model tata kelola,
dan menunjukkan hubungan antara strategi dan komitmennya terhadap
ekonomi global yang berkelanjutan. Dengan adanya siklus pelaporan
keberlanjutan yang efektif, yang mencakup program pengumpulan data,
komunikasi, dan tanggapan secara berkala, akan menguntungkan semua
organisasi pelaporan, baik secara internal maupun eksternal. Standar
terbaru yang dikeluarkan oleh GRI adalah GRI G-4 (2014). GRI G4 ini
menyediakan kerangka kerja relevan secara global yang mendorong
tingkat transparansi dan konsistensi yang dibutuhkan agar informasi yang
disampaikan dapat dipercaya oleh pasar dan masyarakat. GRI telah
22
berpartisipasi aktif dalam proses pengembangan multi-stakeholder
internasional ISO 26000 sejak awal, dan mendukung pengakuan yang
diberikan panduan ini untuk kontribusi positif yang dapat dilakukan oleh
bisnis dan organisasi lain melalui praktik-praktik yang ditingkatkan, untuk
memastikan masa depan yang berkelanjutan bagi semua.
Terdapat indikator kinerja yang dibagi menjadi 3 komponen utama
yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial mencakup praktik ketenagakerjaan
dan kenyamanan bekerja, hak asasi manusia, masyarakat, tanggung jawab
atas produk dengan total kinerja indikator mencapai 91 indikator.
6. Leverage
leverage merupakan rasio yang menunjukkan besarnya utang yang
dimiliki perusahaan untuk pembiayaan dan dapat mengukur besarnya
suatu aktiva yang dibiayai oleh utang. Leverage juga dapat menunjukkan
risiko yang dihadapi oleh perusahaan (Putri & Putra, 2017). Semakin
tingginya rasio leverage pada suatu perusahaan maka menunjukkan
semakin besarnya tanggung jawab perusahaan tersebut kepada pihak
luar yang telah melakukan bantuan pembiayaan bagi perusahaan
tersebut. Selain itu dengan semakin besarnya penggunaan dana pinjaman
akan menimbulkan beban bunga yang besar bagi perusahaan, dengan
besarnya beban bunga tersebut, maka semakin besar pula beban tetap
yang akan dapat mengurangi beban pajak yang harus ditanggung oleh
perusahaan tersebut.
23
Penggunaan utang diharapkan perusahaan akan mendapat respon
positif oleh pihak luar. Jadi utang merupakan tanda atau sinyal positif
untuk meningkatkan nilai perusahaan dimata investor (Hanafi dalam
(Suwardika & Mustanda, 2017). Pengelolaan leverage pun sangat penting,
karena setiap keputusan penggunaan utang yang tinggi untuk membiayai
perusahaan memberikan resiko yang tinggi terhadap perusahaan, namun
juga mengurangi beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan (Olivia &
Amah, 2019).
7. Intensitas Modal
Intensitas modal merupakan tingkat investasi yang dikeluarkan
perusahaan pada aset tetap dan persediaan (Muzakki dalam Dwiyanti &
Jati, 2019). Sedangkan, menurut Iman dan Susi (2019), intensitas modal
merupakan suatu keputusan yang dikeluarkan oleh manajer dalam rangka
peningkatan laba perusahaan melalui investasi dalam bentuk aset tetap
perusahaan. Pengukuran yang digunakan untuk mengukur intensitas
modal yaitu rasio intensitas aset tetap. Rasio ini untuk mengukur proporsi
aset tetap dalam aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Intensitas
aset tetap juga mampu menggambarkan banyaknya investasi perusahaan
terhadap aset tetap.
Puspita & Febrianti (2018) mengungkapkan bahwa pemanfaatan
pengurangan perpajakan dapat dilakukan perusahaan yang memilih
investasi dalam bentuk aset maupun modal dalam hal depresiasi.
Perusahaan dapat menggunakan aset tetap untuk melakukan penghindaran
24
pajak agar pajak yang dibayarkan perusahaan menjadi rendah. Dengan
adanya aset tetap akan menimbulkan penyusutan aset tetap itu sendiri.
Penyusutan aset tetap ini dimanfaatkan perusahaan sebagai pengurang laba
perusahaan dalam perhitungan perpajakan. Sehingga, semakin tinggi biaya
penyusutan aset tetap, semakin rendah pajak yang harus dibayarkan oleh
perusahaan.
8. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh
pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar
negeri, dan dana perwalian serta institusi lainnya yang memiliki wewenang
untuk melakukan pengawasan atas kinerja manajemen (Ngadiman dan
Puspitasari dalam Amelia et al., 2017). Pada umumnya, para investor
institusional menginvestasikan dananya lebih besar dari pada investor
lainnya, sehingga mereka dapat memiliki sikap untuk monitoring lebih
intensif kepada perusahaan (Dhypalonika, 2018).
Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan
usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional
sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer. Tekanan dari
pemegang saham institusi terhadap tindakan agresivitas pajak perusahaan
terjadi karena dalam jangka panjang tindakan agresivitas pajak ini akan
merugikan perusahaan itu sendiri yang akan berdampak terhadap
penurunan nilai perusahaan. Selain itu, pemegang saham institusi memiliki
ketaatan yang lebih tinggi terhadap aturan yang berlaku, sehingga
25
pemegang saham institusi ini dapat mendorong perusahaan untuk menaati
peraturan perpajakan yang berlaku terkhusus dalam melakukan tindakan
agresivitas pajak (D. A. Pratiwi & Ardiyanto, 2019).
Kepemilikan institusional memiliki peran penting dalam
memantau, mendisiplinkan dan mempengaruhi keputusan manajemen
sehingga dapat dibuktikan bahwa semakin besar kepemilikan saham oleh
investor maka semakin kuat untuk mendesak manajer dalam bertindak
sesuai dengan kepentingan investor (Chasbiandani & Ambarwati, 2019).
B. Penelitian Terdahulu
Sebelum penelitian ini, berikut penelitian-penelitian terdahulu terkait
“Pengaruh Corporate Social Responsibility, Leverage, dan Intensitas Modal
Terhadap Agresivitas Pajak dengan Kepemilikan Institusional Sebagai
Variabel Moderasi” yang dapat dijadikan acuan peneliti:
26
Tabel 2.1
No. Peneliti/ Judul/
Sumber
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Variabel Persamaan Perbedaan
1. Sri Ayem dan Afik
Setyadi/ Pengaruh
Profitabilitas, ukuran
perusahaan, komite
audit dan capital
intensity terhadap
agresivitas pajak /
Jurnal akuntansi pajak
dewantara vol.1 No.2
tahun 2019
Variabel Independen:
Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan, Komite
Audit, dan Capital
Intensity
Variabel Dependen:
Agresivitas pajak
Variabel Independen:
Capital Intensity
Variabel Dependen:
gresivitas pajak
Variabel Independen:
Profitabilitas, Ukuran
Perusahan, dan Komite
Audit.
Variabel moderasi yaitu
kepemilikan institusional
Penelitian ini menemukan
bahwa Profitabilitas, Ukuran
Perusahan, Komite Audit,
Capital Intensity memiliki
pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap
agresivitas pajak.
2. Denny Wijaya dan
Ahmad Saebani/
Pengaruh
pengungkapan
Corporate Social
Responsibility, leverage
dan kepemilikaan
managerial terhadap
agresivitas pajak/ Jurnal
Widyakala vol.6 no. 1
tahun 2019
Variabel Independen:
Corporate Social
Responsibility,
Leverage, Intensitas
modal, dan
Kepemilikan
manajerial.
Variabel Dependen:
Agresivitas pajak
Variabel Independen:
Corporate Social
Responsibility dan
Leverage
Variabel Dependen:
Agresivitas pajak
Variabel moderasi yaitu
kepemilikan institusional
Penelitian ini menemukan
bahwa CSR berpengaruh
signifikan, leverage tidak
berpengaruh signifikan dan
kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif terhadap
agresivitas pajak.
Bersambung pada halaman selanjutnya
27
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti/ Judul/ Sumber
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Variabel Persamaan Perbedaan
3. Muhammad Apriyanto
dan Susi Dwimulyani/
Pengaruh Sales Growth
dan Leverage terhadap
Tax Avoidance dengan
Kepemilikan Institusional
sebagai Variabel
Moderasi/ Prosiding
Seminar Nasional Pakar 2
tahun 2019
Variabel
Independen:
Leverage, dan Sales
growth
Variabel Dependen:
Tax Avoidance
Variabel moderasi:
Kepemilikan
Institusional
Variabel leverage
dan kepemilikan
institusional
Variabel sales growth dan
Tax Avoidance
Sales growth tidak
berpengaruh terhadap tax
avoidance. Leverage secara
signifikan berpengaruh
negatif terhadap tax
avoidance. Kepemilikan
institusional tidak mampu
memoderasi hubungan antara
sales growth dan tax
avoidance. Kepemilikan
institusional mampu
memperlemah hubungan
antara leverage dan tax
avoidance.
4. Elmi Rakhma Aalin/
Pengaruh pengungkapan
tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap
agresivitas pajak/ Jurnal
Akuntansi dan sistem
informasi (2018)
Variabel
independen :
Pengungkapan
Tanggung Jawab
Sosial
Variabel Corporate
Social Responsibility
dan Agresivitas
pajak
Variabel kepemilikan
institusional, sampel
penelitian dan tahun
penelitian
Pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan
berpengaruh positif secara
statistik signifikan terhadap
agresivitas pajak.
Bersambung pada halaman selanjutnya
28
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti/ Judul/ Sumber
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Variabel Persamaan Perbedaan
Variabel dependen:
Agresivitas pajak
Variabel kontrol :
profitabilitas, leverage,
intensitas modal, dan
ukuran perusahaan.
5. RR. Maria Yulia Dwi
Rengganis dan I.G.A.M
Asri Dwija Putri/
Pengaruh Corporate
Governance dan
Pengungkapan Corporate
Social Responsibility
terhadap agresivitas
pajak/ E-Jurnal akuntansi
vol 24 No. 2 tahun 2018.
Variabel Independen:
Corporate Governance,
Corporate Social
Responsibility
Variabel Dependen:
Agresivitas pajak
Variabel
Independen:
Corporate Social
Responsibility
Variabel Dependen:
Agresivitas pajak
Sampel perusahaan
manufaktur
Variabel Independen:
Corporate Governance,
Leverage, dan Intensitas
modal
Variabel moderasi:
Kepemilikan
Institusional
Tahun penelitian
Hasil pengujian memberikan
bukti adanya pengaruh
pengungkapan CSR pada ETR
sebagai proksi dari agresivitas
pajak. Perusahaan dengan
tingkat pengungkapan CSR
yang semakin tinggi ,nilai
ETRnya juga meningkat, yang
menggambarkan semakin
rendah nya tingkat agresivitas
pajak yang dilakukan
perusahaan.
Bersambung pada halaman selanjutnya
29
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti/ Judul/ Sumber
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Variabel Persamaan Perbedaan
6. Vidiyanna Rizal Putri dan
Bella Irwansyah Putra/
Pengaruh Leverage,
Profitability, Ukuran
Perusahaan dan proporsi
Kepemilikan Institusional
Terhadap Tax Avoidance/
Jurnal Ekonomi Manajemen
Sumber Daya tahun 2017.
Variabel
Independen:
Leverage,
Profitability,
Ukuran Perusahaan
dan proporsi
Kepemilikan
Institusional
Variabel Dependen:
Tax Avoidance
Variabel Leverage,
Profitability, Ukuran
Perusahaan dan
proporsi Kepemilikan
Institusional.
Sampel Perusahaan
Manufaktur
Variabel Intensitas
modal, tahun
penelitian.
leverage dan profitability memiliki
pengaruh negatif dan signifikan
terhadap tax avoidance karena
perusahaan-perusahaan manufaktur
sub sektor konsumsi merupakan
perusahaan yang operasionalnya
banyak dibiayai oleh hutang. Ukuran
perusahaan dan proporsi kepemilikan
berpengaruh positif dan signifikan.
Semakin besar ukuran perusahaan
maka cash effective tax rate
perusahaan akan semakin besar yang
mengindikasikan tingkat penghindaran
pajak yang semakin rendah.
7. Sarjito Surya dan Siti
Noerlaela/ Pengaruh
Profitabilitas dan Leverage
terhadap Agresivitas Pajak/
Jurnal Sains Manajemen
dan Akuntansi tahun 2016.
Variabel
Independen:
Profitabilitas dan
leverage
Variabel dependen :
agresivitas pajak.
Variabel independen
yaitu variabel leverage
dan profitabilitas
Variabel dependen
yaitu agresivitas pajak.
Variabel CSR,
variabel
kepemilikan
institusional,
variabel intensitas
modal, sampel
penelitian dan
tahun penelitian.
Secara simultan maupun parsial
partisipasi anggaran dan komitmen
organisasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap senjangan
anggaran.
Bersambung pada halaman selanjutnya
30
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti/ Judul/ Sumber
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Variabel Persamaan Perbedaan
8. Faridatul Makhfudloh,
Nuruk Herawati dan Anis
Wulandari(2016)/
Pengaruh Corporate
Social Responsibility
terhadap Perencanaan
Agresivitas pajak/ Jurnal
Akuntansi dan Bisnis
Vol.18 No. 1
Variabel Independen:
Corporate Social
Responsibility
Variabel Dependen:
Perencanaan
Agresivitas pajak
Variabel Corporate
Social Responsibility
terhadap
Perencanaan
Agresivitas pajak
Tidak ada variabel
leverage, intensitas
modal dan kepemilikan
instirusional.
Penelitian ini menemukan
bahwa CSR tidak berpengaruh
terhadap perencanaan
agresivitas pajak.
9. Angela K. Davis, David
A. Guenther, Linda K.
Krull, dan Brian M.
Williams (2016)/ Do
Socially Respnsible Firm
Pay More Taxes?/ The
Accounting Review
Variabel independen :
Corporate Social
Responsibility
Variabel dependen:
Tax payment
Variabel Corporate
Social Responsibility
Variabel leverage,
variabel intensitas modal,
variabel proporsi dewan
komisaris independen,
sampel penelitian dan
tahun penelitian
Tanggung jawab sosial
perusahaan berhubungan
negatif dengan tarif pajak
efektif tunai lima tahun dan
positif terkait dengan
pengeluaran lobi pajak.
Bersambung pada halaman selanjutnya
31
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti/ Judul/ Sumber
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Variabel Persamaan Perbedaan
10. Issam Laguira, Raffaele
Staglian, Jamal Elbaz/
Does corporate social
responsibility affect
corporate tax
aggressiveness?/Journal
of Cleaner Production
vol. 107 tahun 2015
Variabel independen :
Corporate Social
Responsibility
Variabel dependen:
tax aggressiveness
Variabel Corporate
Social Responsibility
dan Agresivitas pajak
Variabel leverage,
variabel intensitas modal,
variabel proporsi dewan
komisaris independen,
sampel penelitian dan
tahun penelitian
Agresivitas pajak perusahaan
tergantung pada sifat kegiatan
tanggung jawab sosial
perusahaannya. Penelitian ini
menunjukkan bahwa semakin
besar aktivitas dalam dimensi
sosial tanggung jawab sosial
perusahaan, semakin rendah
tingkat agresivitas pajak
perusahaan.
32
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Basis Teori :
Teori Keagenan, Teori Perilaku
Terencana dan Teori Legitimasi
Corporate Social
Responsibility (CSR)
Intensitas Modal
Leverage
Kepemilikan
Institusional
Agresivitas Pajak
Hasil dan Pembahasan
Simpulan, Implikasi,
Keterbatasan, dan saran
Pengaruh Corporate Social Responsibility, leverage dan Intensitas Modal
terhadap agresivitas pajak dengan kepemilikan institusional sebagai variabel
moderasi
H1
H2
H3
H4
H5
H6
Metode Analisis Regresi Berganda dan Moderate Regression Anaysis
(MRA)
33
D. Keterkaitan antar Variabel dan Hipotesis
1. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Agresivitas Pajak
Perusahaan yang beroperasi di Indonesia harus membayar pajak
sesuai dengan pengenaan pajak yang telah ditentukan. Pajak suatu
perusahaan dapat dikaitkan dengan CSR jika pembayarannya memiliki
dampak bagi masyarakat luas. CSR dapat mempengaruhi pajak yang
akan dibayarkan oleh perusahaan atau dapat dikatakan bahwa CSR
dapat mempengaruhi perusahaan untuk melakukan tindakan Agresivitas
pajak. Tindakan agresivitas pajak dapat mengakibatkan sanksi negatif
yang signifikan dalam keputusan pengadilan karena kepentingan
perusahaan bertentangan dengan kepentingan masyarakat (Laguir et al.,
2015).
Berdasarkan teori legitimasi, perusahaan harus mematuhi peraturan
atau nilai-nilai sosial yang ada di masyarakat sekitar tempat perusahaan
beoperasi. Selain itu, perusahaan juga harus menerapkan tanggung
jawab sosial dengan baik kepada masyarakat sekitar. Teori legitimasi
digunakan perusahaan untuk menjaga citra perusahaan di mata
masyarakat sekitar perusahaan beroperasi (Makhfudloh et al., 2018).
Ketika perusahaan mengungkapkan tanggung jawab sosialnya lebih
luas, seharusnya perusahaan tidak melakukan tindakan agresivitas pajak
baik legal maupun ilegal. Karena tindakan tersebut akan memberikan
citra buruk dimata masyarakat ataupun pihak yang berkepentingan
(Nurcahyono & Kristiana, 2019).
34
Aalin (2018), Sandra dan Anwar (2018), Andhari dan Sukartha
(2017), Mustika (2017) dan Oktaviana et al (2017) membuktikan bahwa
CSR memberikan pengaruh terhadap agresivitas pajak. Sedangkan
penelitian yang dilakukan Makhfudloh, Herawati, dan Wulandari
(2018), Fionasari (2017), dan Utami et al (2018) , CSR tidak
berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Berdasarkan uraian tersebut,
maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
H1 : Corporate Social Responsibility berpengaruh negatif terhadap
agresivitas pajak.
2.Pengaruh Leverage terhadap Agresivitas Pajak
Leverage menggambarkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh
utang. Berdasarkan teori keagenan, manajer cenderung akan
menggunakan utang untuk menekan biaya pajak perusahaan dengan
memanfaatkan biaya bunga dari utang tersebut. Hasil perhitungan rasio
leverage menandakan seberapa besar aset yang dimiliki perusahaan
berasal dari modal pinjaman perusahaan tersebut. Apabila perusahaan
memiliki sumber dana pinjaman tinggi, maka perusahaan akan
membayar beban bunga tinggi kepada kreditur. Beban bunga akan
mengurangi laba, sehingga dengan berkurangnya laba maka
mengurangi beban pajak perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan
tingkat leverage untuk mengurangi laba dan akan berpengaruh
terhadap berkurangnya beban pajak. Ketika tingkat leverage suatu
perusahaan tinggi, perusahaan cenderung tidak akan agresif terhadap
35
pajaknya karena diharapkan mampu menjaga stabilitas laba periode
berjalan (Adisamartha & Noviari, 2015).
Adismartha dan Noviari (2015), Denny Wijaya (2019), dan
Nugraheni et al (2019) yang mendapatkan bukti bahwa leverage tidak
berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Mustofa (2019), Octaviani dan Sofia (2018), dan Putri
dan Putra (2017), leverage berpengaruh negatif terhadap agresivitas
pajak.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut :
H2 : Leverage berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak.
3. Pengaruh Intensitas Modal terhadap Agresivitas pajak
Aset tetap perusahaan memungkinkan perusahaan untuk
mengurangi beban pajaknya akibat dari penyusutan yang muncul dari
aset tetap tersebut setiap tahunnya (Rodriguez dan Arias dalam
Dwiyanti & Jati, 2019). Hampir seluruh aset tetap akan mengalami
penyusutan yang akan menjadi biaya penyusutan dalam laporan
keuangan perusahaan. Sementara biaya penyusutan merupakan biaya
yang dapat dikurangkan dari penghasilan dalam perhitungan pajak
perusahaan. Artinya semakin besar biaya penyusutan akan semakin
kecil tingkat pajak yang harus dibayarkan perusahaan. Hal tersebut
berdampak pada perusahaan dengan tingkat rasio intensitas modal
yang besar menunjukkan tingkat pajak efektif yang rendah. Perusahaan
36
yang memiliki aset tetap yang besar cenderung akan melakukan
perencanaan pajak sehingga menghasilkan ETR yang lebih kecil
(Nugraha & Meiranto, 2015).
Nugraha dan Meiranto (2015), Mustika (2017) mendapatkan bukti
bahwa intensitas modal tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
Semakin tingginya intensitas aset tetap yang dimiliki perusahaan,
semakin rendah tingkat agresivitas wajib pajak badan (Adisamartha
dan Noviari,2018). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Maulidah dan Pratiwi (2019), Dharma (2019), dan Lestari et al (2019)
mendapatkan bukti bahwa Intensitas modal berpengaruh terhadap
agresivitas pajak.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut :
H3 : Intensitas modal berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak
4. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Agresivitas Pajak
dengan Kepemilikan Institusional sebagai variabel moderasi
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham institusi
pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar
negeri, dan dana perwalian serta institusi lainnya yang memiliki
wewenang untuk melakukan pengawasan atas kinerja manajemen
(Ngadiman dan Puspitasari dalam Amelia et al., 2017). Besar kecilnya
konsentrasi kepemilikan institusional akan mempengaruhi kebijakan
pajak agresif perusahaan (Khurana dalam Aprianto & Dwimulyani,
37
2019). Semakin besar kepemilikan institusional maka akan
meningkatkan kebijakan pajak agresif, sebaliknya semakin kecil
kepemilikan institusional maka akan menurunkan kebijakan pajak
agresif (Pramana & Wirakusuma, 2019). Namun, peneliti meyakini
bahwa kepemilikan institusional dapat mengurangi agresivitas pajak
yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan institusi yang ikut
serta sebagai pemilik perusahaan diyakini akan menjaga nama baik
yang dimiliki sehingga cenderung menghindari agresivitas pajak.
H4 : Kepemilikan institusional memperlemah pengaruh CSR terhadap
agresivitas pajak.
5. Pengaruh Leverage terhadap Agresivitas Pajak dengan Kepemilikan
Institusional sebagai variabel moderasi
Leverage merupakan salah satu kebijakan pendanaan yang
mencerminkan perbandingan besarnya utang yang digunakan untuk
pembiayaan oleh perusahaan dalam menjalankan operasinya. Semakin
banyak pinjaman yang dimiliki perusahaan maka akan meningkatkan
pendanaan yang berasal dari pihak ketiga sehingga meningkatkan biaya
bunga yang akan ditanggung oleh perusahaan dan menurunkan laba
perusahaan. Kepemilikan oleh investor institusi menunjukkan seberapa
jauh pihak manajemen taat kepada peraturan-peraturan dalam
menghasilkan laba. Salah satu peraturan yang harus ditaati yaitu
mematuhi peraturan pajak yang berlaku (Atari, 2016).
38
Kepemilikan institusional memiliki peranan penting dalam
meminimalisir konflik yang terjadi antara pemegang saham dengan
manajer. Investor institusional dapat menyelaraskan kepentingan antara
manajer dengan pemegang saham (Bachtiar, 2015). Dengan adanya
kepemilikan institusional, diharapkan dapat meminimalisir tindakan
agresivitas pajak. Hal tersebut terjadi karena investor institusional akan
lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan
perpajakan dan akan mempertimbangkan resiko yang akan di dapat
dikemudian hari (Aprianto & Dwimulyani, 2019).
H5 : Kepemilikan institusional memperlemah pengaruh leverage
terhadap agresivitas pajak.
6. Pengaruh Intensitas Modal terhadap Agresivitas pajak dengan
Kepemilikan Institusional sebagai variabel moderasi
Pemegang saham institusi dianggap lebih mampu mendeteksi
kesalahan yang terjadi di suatu perusahaan. Hal tersebut terjadi karena
pemegang saham institusi lebih berpengalaman dalam menghadapi
permasalahan dibandingkan dengan investor individu (Zahirah, 2017).
Kepemilikan institusional berperan penting dalam mempengaruhi dan
mengawasi manajemen sehingga dapat memaksa pihak manajemen
untuk menghindari perilaku pajak agresif ataupun perilaku yang
mengutamakan kepentingan pribadi (Pramana & Wirakusuma, 2019).
Hal tersebut sesuai dengan teori keagenan yang menjelaskan adanya
perbedaan kepentingan antara pemegang saham institusi dengan
39
manajemen. Ketika manajemen melakukan peningkatan aset tetap untuk
mengurangi pembayaran pajak, akan tetapi pemegang saham institusi
menginginkan adanya tingkat pengembalian yang sebesar-besarnya atas
investasi yang diberikan. Dengan demikian, pengawasan yang
dilakukan pemegang saham institusi akan meningkat, sehingga upaya
agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan dengan memanfaatkan
penggunaan aset tetap dapat diminimalisir.
H6 : Kepemilikan Institusional memperlemah pengaruh intensitas modal
terhadap agresivitas pajak.
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Populasi dan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan elemen yang memenuhi kriteria
tertentu yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti dan dijadikan
sebagai objek dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2016-2019. Sampel merupakan bagian dari populasi atau sebagian
dari keseluruhan elemen populasi. Sampel pada penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) pada
tahun 2016-2019.
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sampel yang dipilih harus memenuhi persyaratan
tertentu. Pemilihan sampel penelitian didasarkan dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tahun 2016-2019.
2. Ada pengungkapan CSR dalam laporan tahunan selama tahun
2016-2019.
3. Perusahaan yang listing di BEI selama tahun 2016-2019.
4. Perusahaan yang menggunakan mata uang rupiah selama tahun
2016-2019.
41
5. Perusahaan memiliki data-data yang lengkap terkait dengan
variabel yang akan diteliti.
B Data dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh dari Corporate Social Responsibility, leverage,
dan Intensitas modal terhadap agresivitas pajak dengan Kepemilikan
institusional sebagai variabel moderasi. Agar lebih fokus terhadap penelitian
yang dilakukan, maka ruang lingkup penelitian ini hanya difokuskan pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2016-2019.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti
menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti menggunakan data yang berkaitan dengan masalah yang
sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan
perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data pada penelitian ini diperoleh melalui data sekunder. Data
sekunder merupakan data dari pihak kedua (BEI). Dengan subjek
penelitian adalah perusahaan industri konsumsi barang yang terdaftar
di BEI selama periode 2016-2019.
42
D. Metode Analisis Data
Metode analisis penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif
dengan cara mengkuantitatifkan data-data penelitian hingga menghasilkan
informasi yang dibutuhkan dalam analisis penelitian. Analisis yang
digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih
dan menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen (Ghozali, 2018).
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan salah satu metode analisis
data yang menggambarkan secara deskriptif mengenai suatu data yang
dilihat dari nilai rata – rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)
(Ghozali, 2018). Penelitian menggunakan statistik deskriptif ini
dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai profil dari data
sampel sebelum melakukan pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan statistik deskriptif dengan menggambarkan nilai
minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi.
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini,
maka peneliti melakukan uji multikoloniearitas, uji autokorelasi,
uji heteroskedastisitas dan uji normalitas. Keempat asumsi klasik
yang dianalisa dilakukan dengan menggunakan program SPSS
(Statistical Package for Social Sciences) versi 25.0.
43
a. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas yaitu untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel independen atau keduanya memiliki
distribusi normal atau tidak. Seperti yang telah diketahui bahwa uji
T dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal yaitu analisis
grafik dan analisis statistik (Ghozali, 2018). Pada uji ini, metode
One Sample Kolmogorov Smirnov Test digunakan untuk menguji
normalitas data, dengan hipotesis sebagai berikut:
H0: Data terdistribusi normal
Ha: Data terdistribusi tidak normal
Jika sigma > 0,05 maka Ha ditolak dan H0 diterima
Jika sigma < 0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak
Peneliti juga melakukan uji analisis grafik untuk melihat
grafik histogram dan grafik Normal Probability Plot dari distribusi
nilai residualnya. Berikut kriteria uji analisis grafik:
a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogramnya, menunjukkan
pola distribusi normal.
44
b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya,
menunjukkan pola distribusi tidak normal.
b. Uji Multikoloniearitas
Uji multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen, jika variabel independen
saling berkorelasi maka variabel ini tidak orthogonal. Variabel
orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar
sesama variabel independen adalah nol. Pengujian multikolinieritas
dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan linear antara
variabel bebas (indeks), dilakukan dengan menggunakan Variance
Inflation Factor (VIF) dan tolerance value.
Metode ini melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF)
dan Tolerance dengan kriteria sebagai berikut (Ghozali, 2018):
a) Batas dari tolerance value adalah > 0,10 maka tidak terjadi
multikolonieritas, dan sebaliknya.
b) Jika nilai VIF < 10. maka tidak terjadi multikolinearitas dan
sebaliknya.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji model regresi
linier apakah memiliki korelasi antara kesalahan pengganggu pada
45
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (tahun sebelumnya)
atau tidak (Ghozali,2018). Autokorelasi muncul sebab adanya
keterkaitan antara observasi yang dilakukan dalam rentetan waktu.
Hal ini sering ditemukan pada data runtutan waktu, karena adanya
gangguan pada individu atau kelompok cenderung memengaruhi
individu atau kelompok pada periode berikutnya. Untuk menguji
autokorelasi pada data, peneliti menggunakan metode run test. Jika
nilai run test memiliki tingkat signifikan di atas “>” 0,05. Hal
tersebut menunjukkan bahwa penelitian ini tidak kena uji
autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual
atas satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari
residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang tidak terdapat
heterokedastisitas. Untuk menguji ada atau tidaknya
heteroskesdatisitas, peneliti menggunakan metode uji geljser. Uji
glejser merupakan uji statistik dengan meregresi absolut residual
dengan variabel independennya. Hasil uji ini dapat dikatakan tidak
terdapat heterokedatisitas jika nilai signifikansinya diatas 0,05 atau
5%.
46
3. Uji Hipotesis
Penelitian ini memiliki 2 tahapan dalam menguji hipotesis,
tahap pertama pengujian dengan analisis regresi berganda, dan tahapan
ke dua yaitu pengujian dengan analisis regresi moderat (MRA), berikut
penjelasannya:
a. Analisis Regresi Berganda
Pada dasarnya analisis regresi berganda sama konsepnya
dengan analisis regresi sederhana, tetapi yang membedakan adalah
jumlah variabel bebas (independen). Pada analisis regresi
sederhana terdiri dari dua variabel (satu variabel dependen, dan
satu variabel independen. Sedangkan, pada analisis regresi
berganda terdapat satu variabel dependen dan dua atau lebih
variabel independen. Analisis regresi berganda diperlukan untuk
mengetahui arah hubungan (positif/negatif) antara variabel
dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2018).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Corporate
Social Responsibility (CSR), leverage, dan intensitas modal. Lalu
variabel dependennya adalah agresivitas pajak. Untuk menguji
hipotesis dari variabel – variabel tersebut, maka rumus persamaan
regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:
AP = α + β1CSR + β2LEV + β3IM + e
Keterangan:
AP=Penghindaran Pajak
47
α=Intercept atau konstanta
β=Koefisien regresi,
CSR= Corporate Social Responsibility
LEV= Leverage
IM = Intensitas modal
e =Error
b. Pengujian dengan Analisis Regresi Moderate (Moderated
Regression Analysis - MRA)
Uji interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regression
Analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus regresi linear berganda
dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi.
Pengujian hipotesis ini digunakan untuk menentukan pengaruh
variabel moderasi dari jabatan pada pengaruh variabel utama. Variabel
moderasi adalah variabel independen yang akan memperkuat atau
memperlemah variabel independen lainnya terhadap variabel dependen
(Ghozali, 2018). Uji MRA dapat dihitung dengan persamaan berikut:
AP = α + β1CSR + β2LEV + β3IM + β4KI + β5(MCSR) + β6
(MLEV) + β7(MIM) + e
Keterangan:
AP = Agresivitas pajak
α = Konstanta
β = Koefisien regresi
CSR = Corporate Social Responsibility
48
LEV = leverage
IM = Intensitas modal
KI = Kepemilikan institusional
MCSR = Variabel perkalian antara Corporate Social Responsibility
dengan kepemilikan institusional yang menggambarkan
pengaruh variabel moderating, kepemilikan institusional
terhadap Corporate Social Responsibility dengan
agresivitas pajak.
MLEV = Variabel perkalian antara leverage dengan kepemilikan
institusional yang menggambarkan perngaruh variabel
moderating, kepemilikan institusional terhadap hubungan
leverage dengan agresivitas pajak.
MIM = Variabel perkalian antara intensitas modal dengan
kepemilikan institusional yang menggambarkan pengaruh
variabel moderating, kepemilikan institusional terhadap
hubungan intensitas modal dengan niat melakukan
agresivitas pajak
e = Error term (tingkat kesalahan pendugaan dalam
penelitian)
c. Koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang
49
kecil menunjukkan kemampuan variabel – variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Dan jika nilai
R2 mendekati satu berarti variabel – variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel
dependen (Ghozali, 2018).
d. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel –
variabel independen yang dimasukkan model mempunyai pengaruh
secara bersama – sama atau simultan terhadap variabel dependen. Uji
F juga berguna untuk mengetahui model yang digunakan layak (fit)
untuk memprediksi variable dependen (Y). Dasar pengambilan
keputusan dalam pengujian ini adalah dengan melihat nilai signifikansi
F pada output hasil regresi, dimana jika nilai signifikansi yang didapat
<0,05 (α = 5%) maka model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi variabel dependen yang menandakan bahwa semua
variabel independen secara bersama – sama berpengaruh terhadap
variabel dependen atau dengan kata lain hipotesis diterima (Ghozali,
2018).
e. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Pengujian ini digunakan untuk membuktikan signifikansinya
terhadap pengaruh variabel independen secara individu dalam
menjelaskan variabel dependen. Dengan tingkat signifikansi sebesar
50
5% (0,05), maka kriteria pengujian adalah sebagai berikut (Ghozali,
2018):
a) Apabila nilai signifikansi t < 0.05, maka Ho akan ditolak,
artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara semua
variabel independen terhadap variabel dependen.
b) Apabila nilai signifikansi t > 0.05, maka Ho akan diterima,
artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara semua
variabel independen terhadap variabel dependen.
b. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen (Y)
Dalam penelitian ini, variabel dependenya adalah agresivitas
pajak. Agresivitas pajak merupakan upaya wajib pajak untuk
menghindari atau mengurangi beban pajak baik legal maupun ilegal.
Rasio cash effective tax rate (CETR) digunakan sebagai alat ukur
agresivitas pajak. CETR digunakan sebagai metode untuk menghitung
agresivitas pajak karena dapat menggambarkan tarif bagi wajib pajak
dan dilihat berdasarkan jumlah pajak yang dibayarkan. Semakin besar
nilai CETR, semakin rendah tindakan agresif suatu perusahaan
(Suardija dkk dalam Prameswari, 2017). Rasio cash effective tax rate
merupakan perhitungan antara jumlah pajak yang dibayarkan dibagi
dengan laba sebelum pajak. Rasio CETR ini yang menggunakan
pembayaran pajak dari arus kas perusahaan (Payanti & Jati, 2020).
Adapun rumus untuk menghitung CETR sebagai berikut:
51
CETR= Pembayaran pajak
Laba Sebelum Pajak
2. Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang dapat
mempengaruhi variabel lainnya. Dalam penelitian ini, terdapat 3
variabel independen,diantaranya:
a. Corporate Social Responsibility (CSR). CSR adalah usaha
untuk menciptakan hubungan yang baik dengan masyarakat,
melalui acara yang cocok dengan norma dan nilai serta
keperluan masyarakat. Corporate Social Responsibility diukur
dengan menggunakan standar GRI-G4 yang memiliki 91
item pengungkapan yang mewakili tanggung jawab sosial,
ekonomi dan lingkungan. Dalam menentukan indeks ini
dilakukan dengan cara pemberian skor pengungkapan,
dimana sebuah item pengungkapan akan diberi skor 1
apabila item tersebut diungkapkan dan akan diberi nilai 0
jika item tersebut tidak diungkapkan (Wijaya, 2019).
Adapun rumus untuk menghitung indeks CSR ialah :
𝐶𝑆𝑅I = V
𝑀
Dimana :
CSRI : Indeks Pengungkapan CSR
V: Jumlah item yang diungkapkan perusahaan
52
M: jumlah item yang seharusnya diungkapkan perusahaan.
b. Leverage (X2)
Leverage merupakan tingkat utang yang digunakan untuk
pembiayaan perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio leverage
maka semakin tinggi jumlah pendanaan dari utang pihak ketiga
yang digunakan perusahaan dan menyebabkan tingginya biaya
bunga harus dibayarkan akibat dari utang tersebut (Dharma &
Ardiana, 2016).
Rasio hutang terhadap modal merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur besarnya proporsi hutang terhadap
modal. Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya
perbandingan antara jumlah dana yang disediakan oleh kreditor
dengan jumlah dana yang berasal dari pemilik perusahaan.
Rasio ini memberikan petunjuk umum tentang kelayakan kredit
dan resiko keuangan debitor. Rasio ini diukur dengan Debt to
Equity Rasio (DER). Semakin tinggi DER mencerminkan
resiko perusahaan relatif tinggi karena perusahaan dalam
operasinya menggunakan utang dan perusahaan memiliki
kewajiban untuk membayar bunga atas utang, akibatnya para
investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki
nilai Debt to Equity Ratio yang tinggi. Pengukuran ini mengacu
pada penelitian (Olivia & Amah, 2019) dengan rumus sebagai
berikut:
53
DER= Total Hutang
Total Ekuitas
c. Intensitas Modal
Intensitas kepemilikan aset tetap dapat mempengaruhi
beban pajak perusahaan karena adanya beban depresiasi yang
melekat pada aset tetap. Beban depresiasi yang timbul atas
kepemilikan aset tetap akan mempengaruhi pajak perusahaan,
hal tersebut terjadi karena beban depresiasi merupakan salah
satu beban yang mengurangi pajak (Blocher dalam
Adisamartha & Noviari, 2015). Perusahaan yang memiliki aset
tetap yang besar cenderung akan melakukan perencanaan pajak
sehingga menghasilkan ETR yang lebih kecil (Nugraha &
Meiranto, 2015). Pengukuran variabel ini menggunakan rumus
yang digunakan oleh (Ayem & Setyadi, 2019). Intensitas modal
dapat dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:
CAP = Total Aset Tetap
Total Aset
3. Variabel Moderasi
Variabel moderasi penelitian ini adalah Kepemilikan Institusional.
Kepemilikan institusi merupakan proporsi kepemilikan saham yang
dimiliki oleh pemerintah, institusi keuangan,institusi berbadan hukum,
institusi luar negeri, dan dana perwalian serta institusi lainnya yang
54
diukur dengan presentasi jumlah saham yang dimiliki oleh investor
institusi intern (Zahirah, 2017). Kepemilikan institusional memiliki
peran penting dalam mempengaruhi dan mengawasi manajemen
sehingga dapat memaksa pihak manajemen untuk menghindari
perilaku pajak agresif ataupun perilaku yang mengutamakan
kepentingan pribadi (Pramana & Wirakusuma, 2019). Pengukuran
penelitian ini mengacu pada penelitian (Aprianto & Dwimulyani,
2019), dengan rumus sebagai berikut:
INS = Jumlah Saham Institusi
Total Saham yang Beredar
Tabel 3.1
Pengukuran Operasional Variabel Penelitian
No. Variabel Pengukuran Skala
1. Agresivitas
Pajak
(Payanti dan Jati,
2020)
CETR = Pembayaran Pajak
Laba Sebelum Pajak
Rasio
2. Corporate Social
Responsibility
(Wijaya dan
Saebani, 2019)
𝐶𝑆𝑅I = V (jumlah item yang diungkap perusahaan)
𝑀(Jumlah item yang seharusnya diungkap perusahaan)
Rasio
3. Leverage
(Olivia dan
Amah, 2019)
DER = Jumlah Utang
Ekuitas
Rasio
4. Intensitas Modal
(Ayem dan
Setyadi, 2019)
CAP = Total Aset Tetap
Total aset
Rasio
5. Kepemilikan
Institusional
(Aprianto dan
Dwimulyani,
2019)
INS = Jumlah saham institusi
Total saham yang beredar
Rasio
55
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Gambaran umum objek penelitian menyajikan prosedur pemilihan
sampel dan populasi penelitian. Dalam penelitian ini, data yang digunakan
adalah data sekunder yang bersumber dari laporan tahunan perusahaan yang
listing di bursa efek Indonesia periode tahun 2016 hingga tahun 2019 yang
diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia pada alamat
www.idx.co.id mengambil dari artikel, jurnal, penelitian terdahulu, serta
sumber-sumber lain yang relevan. Data yang digunakan yaitu terkait dengan
Corporate social responsibility, leverage, intensitas modal, agresivitas pajak,
dan kepemilikan institusional. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
metode purposive sampling untuk menentukan sampel. Penelitian dengan
metode purposive sampling mengindikasikan bahwa sampel yang digunakan
dalam penelitian merupakan representasi dari populasi yang ada serta sesuai
dengan tujuan penelitian. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis kuantitatif dengan menggunakan bantuan perangkat
lunak Microsoft excel 2010 dan SPSS (Statistical Package for Social Sciences)
versi 25.0 sebagai alat untuk menguji data.
Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendapatkan informasi relevan
yang terkandung dalam data tersebut dan menggunakan hasilnya untuk
memecahkan suatu masalah. Berikut Tabel 4.1 yang menyajikan perolehan
56
sampel berdasarkan kriteria yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan
penelitian.
Tabel 4.1
Ringkasan Pemilihan Sampel
No. Kriteria Pengurangan Jumlah
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama tahun 2016-
2019
187
2. Perusahaan yang listing di BEI selama
tahun 2016-2019
(6) 181
3. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI dan menerbitkan laporan tahunan
selama tahun 2016-2019
(86) 95
4. Perusahaan yang menggunakan mata uang
rupiah
(20) 75
5. Perusahaan yang memiliki data lengkap
yang dibutuhkan dalam penelitian.
(40) 35
Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria 35
Perusahaan yang memiliki data outlier (9) 26
Total sampel penelitian (26 perusahaan x 4 tahun) 104
Sumber: Data yang telah diolah.
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa sampel yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 104 sampel. Sampel tersebut dipilih
karena telah memenuhi kriteria yang ditentukan dan sesuai dengan kebutuhan
analisis penelitian.
B. Temuan Hasil Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi
linier berganda. Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh gambaran
mengenai pengaruh variabel independen yaitu corporate social responsibility,
leverage, dan intensitas modal.
57
1. Uji Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif merupakan metode dimana semua data yang
berhubungan dengan penelitian dikumpulkan dan dikelompokkan untuk
kemudian di analisis dan diinterpretasikan secara objektif dengan
membandingkan nilai minimum, nilai maksimum, dan rata-rata dari
sampel. Tabel hasil uji analisis deskriptif menjelaskan distribusi variabel-
variabel yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi variabel dependen
(Y) yaitu agresivitas pajak (AP), variabel independen (X) yaitu corporate
social responsibility (CSR), leverage (LEV), Intensitas modal (IM) dan
variabel moderasi (Z) yaitu kepemilikan institusional (KI) Berikut Tabel
4.2 merupakan analisis deskriptif untuk variabel yang digunakan dalam
penelitian ini.
Tabel 4.2
Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
CSR 104 .02 .45 .1354 .10811
LEV 104 .15 4.19 .8328 .75412
IM 104 .14 4.49 .3803 .42721
AP 104 .04 .52 .2721 .09766
KI 104 .06 7.60 .7547 .70124
Valid N
(listwise)
104
Sumber: Output SPSS yang diolah
58
a. Variabel Dependen
Hasil uji analisis statistik 4.2 menunjukkan bahwa variabel
dependen (y) yaitu Agresivitas Pajak dengan jumlah sampel (N) 104
memiliki nilai minimum sebesar 0.04 yang diperoleh dari PT Wilmar
Cahaya Indonesia Tbk tahun 2018 dan nilai maksimum sebesar 0.52
yang diperoleh dari PT Garuda Metalindo Tbk tahun 2018 . Nilai rata-
rata (mean) agresivitas pajak sebesar 0.2721 yang menggambarkan
bahwa rata-rata agresivitas pajak dalam industri manufaktur dan
standar deviasi sebesar 0,09766 menunjukkan simpangan data yang
relatif lebih besar karena nilainya lebih kecil dari pada nilai rata-rata.
b. Variabel Independen
1) Corporate Social Responsibility
Hasil uji analisis statistik pada tabel 4.2 menunjukkan
bahwa corporate social responsibility dengan jumlah sampel (N)
104 memiliki nilai minimum sebesar 0,02 yang diperoleh dari PT
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk tahun 2016, sedangkan nilai
maksimum sebesar 0,45 yang diperoleh dari PT Waskita Beton
Tbk tahun 2016. Nilai rata-rata (mean) corporate social
responsibility sebesar 0,1354 yang menggambarkan rata-rata
Corporate Social Responsibility perusahaan manufaktur dan
standar deviasi sebesar 0,10811 yang menunjukkan simpangan data
yang relatif lebih kecil karena nilainya lebih kecil daripada nilai
rata-rata.
59
2) Leverage
Hasil uji analisis statistik pada tabel 4.2 menunjukkan
bahwa leverage dengan sampel (N) 104 memiliki nilai minimum
sebesar 0,15 yang diperoleh dari PT Champion Pacifik Indonesia
Tbk tahun 2019, sedangkan maksimum sebesar 4,19 yang
diperoleh dari PT Indal Alumunium Industry Tbk tahun 2016. Nilai
rata-rata (mean) leverage sebesar 0,8328 yang menggambarkan
rata-rata leverage dalam industri manufaktur dan standar deviasi
sebesar 0,75412 menunjukkan simpangan data yang relatif lebih
kecil daripada nilai rata-rata. .
3) Intensitas Modal
Hasil uji analisis statistik pada tabel 4.2 menunjukkan
bahwa intensitas modal dengan sampel (N) 104 memiliki nilai
minimum sebesar 0,14 yang diperoleh dari PT Waskita Beton Tbk
tahun 2016, sedangkan nilai maksimum 4,49 yang diperoleh dari
PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk tahun 2017. Nilai rata-rata
(mean) intensitas modal sebesar 0,3803 yang menggambarkan rata-
rata intensitas modal perusahaan dalam industri manufaktur dan
standar deviasi sebesar 0,42721 yang menunjukkan simpangan data
yang relatif lebih besar karena nilainya lebih besar daripada nilai
rata-rata.
60
c. Variabel Moderasi
Hasil uji analisis statistik pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa
variabel moderasi yaitu kepemilikan institusional dengan sampel (N)
104 memiliki nilai minimum sebesar 0,06 yang diperoleh dari PT KMI
Wire and Cable Tbk tahun 2016 dan nilai maksimum sebesar 7,60
yang diperoleh dari PT Mandom Indonesia Tbk tahun 2019. Nilai rata-
rata (mean) kepemilikan institusional sebesar 0,7547 yang
menggambarkan kepemilikan institusional perusahaan dalam industri
manufaktur dan standar deviasi sebesar 0,70124 yang menunjukkan
simpangan data yang relatif lebih rendah karena nilainya lebih rendah
daripada nilai rata-rata
2. Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
terdistribusi normal atau tidak. Hal ini dikarenakan model regresi yang
baik harus memiliki data yang berdistribusi normal. Dalam penelitian
ini, untuk menguji normalitas data menggunakan analisis grafik
histogram dan grafik normal plot serta menggunakan uji statistic
dengan uji One Sampel Kolmogorov Smirnov. Berikut ini grafik
histogram dari hasil pengujian menggunakan SPSS.
61
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas dengan Histogram
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan gambar 4.1 di atas, terlihat bahwa grafik histogram
berbentuk simetris, yang artinya grafik tersebut tidak melenceng ke
kanan dan ke kiri. Hal tersebut menunjukkan bahwa data yang terdapat
dalam penelitian ini terdistribusi normal.
62
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas dengan Gafik Normal Plot
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan gambar 4.2 diatas, terlihat bahwa penyebaran data
(titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal atau
model regresi memenuhi syarat normalitas.
63
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov Smirnov
Sumber: Output SPSS yang diolah.
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, menunjukkan nilai signifikan dari
uji normalitas sebesar 0,200 yang menunjukkan bahwa nilai tersebut
lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal atau Ha ditolak atau Ha tidak ditolak.
b. Hasil Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent).
Multikolonieritas terjadi apabila nilai tolerance > 0,1 dan VIF > 10.
Sedangkan apabila nila tolerance > 0,1 dan VIF < 10, maka dapat
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 104
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std.
Deviation
.15803778
Most Extreme
Differences
Absolute .042
Positive .031
Negative -.042
Test Statistic .042
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
64
dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas. Berikut ini tabel hasil
uji multikolinearitas dalam penelitian ini:
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
CSR .971 1.030
LEV .982 1.018
IM .987 1.013
KI .999 1.001
a. Dependent Variable: LG10_AP
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, hasil uji multikolinearitas
menunjukkan bahwa nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10. Maka dapat
disimpulkan bahwa variabel bebas dalam penelitian ini tidak saling
berkorelasi atau dapat dikatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas
antar variabel.
c. Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (tahun sebelumnya). Autokorelasi muncul
karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
lain. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi. Pada penelitian ini, gejala autokorelasi dideteksi dengan
65
menggunakan uji run test lewat SPSS. Berikut tabel 4.5 merupakan
hasil uji autokorelasi pada penelitian ini:
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea .00411
Cases < Test Value 52
Cases >= Test Value 52
Total Cases 104
Number of Runs 56
Z .591
Asymp. Sig. (2-
tailed)
.554
a. Median
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, terlihat bahwa nilai Asymp Sig. (2-
failed) sebesar 0,554 lebih besar dari signifikansi yang ditetapkan yaitu
sebesar 0,05. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi autokorelasi atas nilai residual.
d. Hasil Uji Heterokedatisitas
Uji heterokedatisitas digunakan untuk menguji apakah pada model
regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residuaal satu pengamatan
lainnya. Jika variabel dari residual satu pengamatan lain tetap, maka
disebut homokedatisitas dan jika berbeda disebut heterokedatisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homokedatisitas atau tidak terjadi
66
heterokedatisias. Untuk menguji ada tidaknya heterokedatisitas pada
penelitian ini digunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel
dependen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID) melalui program
SPSS. Deteksi ada atau tidaknya heterokedatisitas dapat dilihat dengan
uji glejser melalui regresi nilai absolute residual dengan variabel
independennya. Berikut ini merupakan hasil uji heterokedatisitas.
Tabel 4.6
Hasil Uji Heterokedatisitas dengan Uji Glejser
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan gambar 4.3 di atas, hasil uji heterokedatisitas melalui
uji glejser dapat dilihat bahwa sig pada masing-masing variabel
bernilai lebih dari 0,05 atau 5%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada
model regresi ini tidak terdapat gejala Heterokedatisitas.
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) .156 .023 6.881 .000
CSR -.095 .089 -.108 -1.074 .286
LEV -.010 .013 -.078 -.775 .440
IM -.016 .022 -.072 -.719 .474
KI -.004 .014 -.030 -.305 .761
a. Dependent Variable: ABS_RES
67
3. Pengujian Hipotesis
a. Pengujian Analisis Regresi Berganda
Penelitian ini menggunakan pengujian analisis regresi berganda
untuk menguji pengaruh antara variabel dependen ke semua variabel
independen. Tujuan analisis regresi berganda ialah menggunakan nilai-
nilai variabel independen yang diketahui untuk meramalkan nilai
variabel independen. Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis
dilakukan dengan melakukan uji koefisien determinasi (R2), uji
signifikasi simultan (uji F), dan uji signifikansi parsial (uji t).
1) Hasil Uji Koefisien Determinasi
Pada penelitian ini, pengujian koefisien determinasi (R2)
dilakukan untuk mengukur variabel independen yaitu Corporate
Social Responsibility, Leverage, dan Intensitas modal dalam
menerangkan variabel dependen agresivitas pajak yang diukur
dengan Cash Effective Tax Rate (CETR). Berikut hasil uji
koefisien determinasi dapat dilihat dalam tabel 4.6.
Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .468a .219 .187 .16120
a. Predictors: (Constant), KI, CSR, IM, LEV
b. Dependent Variable: LG10_AP
Sumber: Output SPSS yang diolah.
68
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat diketahui bahwa nilai
Adjusted R Square yang diperoleh sebesar 0,187 atau 18,7%.
Jumlah ini berarti bahwa variabel CSR, leverage, dan intensitas
modal dapat menjelaskan 18,7% variabel agresivitas pajak.
Sedangkan sisanya 81,3% dipengaruhi oleh variabel lain seperti
profitabilitas (Devi dan Dewi, 2019), kepemilikan keluarga
(Wirawan dan Sukaartha, 2018), komisaris independen (Rosidy
dan Nugroho, 2019), dan ukuran perusahaan (Laksono et al, 2019).
2) Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Uji signifikan simultan (F-test) digunakan untuk menguji
apakah semua variabel independen dalam model persamaan regresi
mempunyai pengaruh secara bersama sama atas variabel dependen.
Berikut tabel 4.7 yang merupakan hasil uji simultan dalam
penelitian ini.
Tabel 4.8
Hasil Uji F-Test
Sumber: Output SPSS yang diolah
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression .721 4 .180 6.938 .000b
Residual 2.573 99 .026
Total 3.294 103
a. Dependent Variable: LG10_AP
b. Predictors: (Constant), KI, CSR, IM, LEV
69
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, dapat dilihat bahwa nilai F hitung
sebesar 6,938 dengan nilai sig sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai signifikansi < alpha (a = 0,05). Maka dapat
disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan
antara CSR, leverage, dan intensitas modal terhadap agresivitas
pajak.
3) Hasil Uji Signifikan Parsial (t-test)
Pengujian parsial atau uji t digunakan untuk menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen yang diuji pada
tingkat signifikansi 0,05. Apabila agresivitas pajak t lebih besar
dari 0,05 maka H0 ditolak dan Ha tidak ditolak. Berikut merupakan
hasil uji signifikan parsial (uji t). Hasil uji t ditunjukkan dalam
tabel 4.8 berikut.
Tabel 4.9
Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.520 .038 -13.694 .000
CSR .021 .149 .013 .141 .888
LEV .005 .021 .023 .257 .798
IM -.194 .037 -.463 -5.185 .000
KI -.015 .023 -.058 -.653 .515
a. Dependent Variable: LG10_AP
Sumber: Output SPSS yang diolah
70
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, dapat dilihat bahwa koefisien
model regresi memiliki nilai konstanta sebesar -0,520 dengan nilai
thitung negatif sebesar -13,694 dan tingkat signifikansi sebesar
0,000. Konstanta sebesar -0,520 menandakan bahwa jika variabel
independen konstan maka rata-rata agresivitas pajak yang diukur
melalui CETR adalah sebesar -0,520.
Variabel Corporate Social Responsibility memiliki thitung
positif sebesar 0,141 dengan tingkat signifikansi 0,888. Hal
tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya yang diatas
0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel Corporate Social
Responsibility tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak yang
diukur melalui CETR.
Variabel Leverage memiliki thitung positif sebesar 0,257
dengan tingkat signifikansi 0,798. Hal tersebut menunjukkan
bahwa tingkat signifikansinya diatas 0,05. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa variabel leverage tidak berpengaruh
berpengaruh terhadap agresivitas pajak diukur melalui CETR.
Variabel Intensitas modal memiliki thitung positif sebesar -
5,185 dengan tingkat signifikansi 0,000. Hal tersebut menunjukkan
bahwa tingkat signifikannya dibawah 0,05. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa variabel intensitas modal berpengaruh terhadap
agresivitas pajak yang diukur melalaui CETR.
71
b. Pengujian Analisis Regresi Moderate (Moderate Regression
Analysis-MRA)
1) Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Pengujian parsial atau uji t digunakan untuk menunjukka
seberapa jauh variabel moderasi memiliki pengaruh terhadap satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05.
Apabila agresivitas pajak t lebih besar dari 0,05 maka H0 tidak
ditolak dan Ha ditolak. Sebaliknya jika agresivitas pajak t lebih
kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan Ha tidak ditolak. Berikut ini
merupakan hasil uji signifikansi parsial (uji t). Hasil uji t
ditunjukkan dalam tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.570 .142 -4.027 .000
MCSR 1.161 .839 .914 1.384 .170
MLEV -.460 .217 -1.638 -2.120 .037
MIM -.348 .517 -.684 -.672 .503
a. Dependent Variable: LG10_AP
Sumber: Output SPSS yang diolah.
72
Berdasarkan tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa koefisien
model regresi memiliki nilai konstanta sebesar -0,570 dengan nilai
thitung negatif sebesar -4,027 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000.
Konstanta sebesar -0,570 menandakan bahwa jika variabel
kepemilikan institusional dalam memoderasi variabel independen
maka rata-rata agresivitas pajak yang diukur melalui CETR adalah
sebesar -0,570.
Variabel kepemilikan institusional dalam memoderasi
Corporate Social Responsibility memiliki thitung positif sebesar
1,384 dengan tingkat signifikansi 0,170. Hal tersebut menunjukkan
bahwa tingkat signifikansinya diatas 0,05. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa variabel kepemilikan institusional tidak
berpengaruh dalam memoderasi Corporate Social Responsibility
terhadap agresivitas pajak yang diukur melalui CETR.
Variabel kepemilikan institusional dalam memoderasi leverage
memiliki thitung negatif sebesar -2,120 dengan tingkat signifikansi
0,037. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikasinya di
bawah 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan
institusional berpengaruh dalam memoderasi leverage terhadap
agresivitas pajak yang diukur melalui CETR.
Variabel kepemilikan institusional dalam memoderasi
intensitas modal memiliki thitung negatif sebesar -0,672 dengan
tingkat signifikan sebesar 0,503. Hal tersebut menunjukkan bahwa
73
tingkat signifikansinya di atas 0,05. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh dalam
memoderasi intensitas modal terhadap agresivitas pajak yang
diukur melalui CETR.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Agresivitas Pajak
Berdasarkan tabel 4.8, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Corporate Social Responsibility mempunyai nilai thitung positif sebesar
0,141 dengan tingkat signifikan 0,888. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tingkat signifikan > 0,05. Hasil penelitian menunjukkan arah positif dengan
nilai unstandardized coefficient beta sebesar 0,021. Dengan demikian
hipotesis 1 ditolak, yang berarti variabel “corporate social responsibility
tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak”.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Makhfudloh et al (2018), Fionasari (2017), dan Utami et al
(2018) yang menyatakan bahwa corporate social responsibility tidak
berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Hal tersebut dapat terjadi
dikarenakan informasi CSR yang diungkapkan dalam bentuk laporan,
belum tentu sesuai dengan keadaan yang terjadi di lapangan. Sehingga,
tingkat pengungkapan kegiatan CSR tidak bisa dijadikan sebagai jaminan
rendahnya suatu perusahaan melakukan tindakan pajak agresif (Rohmati
dalam Makhfudloh et al., 2018). Berdasarkan Undang-Undang No. 93
tahun 2010 pasal 3 menyatakan bahwa besarnya nilai sumbangan atau biaya
74
pembangunan infrastruktur sosial yang dapat mengurangi penghasilan bruto
untuk 1 tahun dibatasi tidak melebihi 5% (lima persen) dari penghasilan
neto fiskal tahun pajak sebelumnya. Sehingga biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk kegiatan CSR tidak akan mempengaruhi tindakan
agresivitas pajak.
Selain itu, perusahaan tidak bersedia untuk mengurangi
keuntungannya hanya untuk menunjukkan tanggung jawab sosialnya
kepada masyarakat (Fionasari et al., 2017). Kegiatan CSR yang dilakukan
perusahaan merupakan suatu tanggung jawab sosial perusahaan kepada
para pemangku kepentingan atas kegiatan operasional yang dijalankan oleh
perusahaan. Kegiatan tersebut dilakukan agar keadaan perusahaan dapat
diterima oleh para pemangku kepentingan serta memberikan citra yang baik
bagi perusahaan. Dengan demikian, perusahaan dapat menjalankan
kegiatan operasional dengan lancar dan perusahaan dapat memaksimalkan
laba yang diperoleh.
Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sandra dan Anwar (2018), Andhari dan Sukartha (2017), dan Dharma
dan Noviari (2017) yang menyatakan bahwa corporate social responsibility
berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak. Kegiatan CSR yang lebih
tinggi serta pengungkapan CSR yang lebih luas, maka semakin tinggi
tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat dan pemerintah atas
kewajiban pajaknya. Perusahaan tersebut diharapkan semakin sedikit atau
tidak melakukan tindakan agresivitas pajak. Karena apabila perusahaan
75
melakukan tindakan agresivitas pajak, perusahaan tersebut akan kehilangan
nama baik di mata para pemangku kepentingan serta menurunkan dampak
positif atas tindakan yang telah dilakukan.
2. Pengaruh Leverage terhadap Agresivitas Pajak
Berdasarkan tabel 4.8, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
leverage mempunyai nilai thitung positif sebesar 0,257 dengan tingkat
signifikan 0,798. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikan >
0,05. Hasil penelitian menunjukkan arah positif dengan nilai
unstandardized coefficient beta sebesar 0,005. Dengan demikian hipotesis
2 ditolak, yang berarti bahwa variabel “leverage tidak berpengaruh
terhadap agresivitas pajak”.
Hasil Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Denny Wijaya (2019), Adhisamartha et al (2015), dan Nugraheni et al
(2019) yang menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap
agresivitas pajak. Penggunaan utang yang besar akan menimbulkan resiko
besar yang akan dihadapi perusahaan. Hal tersebut membuat pihak
manajemen semakin berhati-hati dalam mengambil keputusan yang
berkaitan dengan utang. Tujuan penggunaan utang tidak ada kaitannya
dengan tindakan agresivitas pajak perusahaan. Pihak manajemen
menggunakan utang tersebut untuk memperkuat modal perusahaan dan
untuk meningkatkan jumlah aset perusahaan dalam berbagai bentuk.
Dengan adanya utang, perusahaan akan tetap melanjutkan kegiatan
operasionalnya serta dapat meningkatkan laba yang akan diperoleh.
76
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Novriyanti dan Dalam (2020) dan Savitri
dan Rahmawati (2017) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh
negatif terhadap agresivitas pajak. Semakin tinggi tingkat leverage suatu
perusahaan, pihak kreditur akan lebih mengawasi perusahaan terkait
ketepatan pembayaran kewajibannya. Pihak manajemen pun harus
berusaha untuk menstabilisasi laba yang diperoleh perusahaan. Dengan
demikian, perusahaan cenderung tidak melakukan tindakan agresivitas
pajak.
Selain itu, Semakin besar utang perusahaan untuk membiayai
operasional perusahaan, semakin tinggi beban bunga yang akan didapat.
Beban bunga tersebut akan mengurangi pendapatan kena pajak
perusahaan. Sehingga, pajak yang dibayarkan oleh perusahaan semakin
rendah. Ketika suatu perusahaan memiliki pajak yang rendah, perusahaan
tersebut cenderung tidak melakukan tindakan agresivitas pajak.
3. Pengaruh Intensitas Modal terhadap Agresivitas Pajak
Berdasarkan tabel 4.8, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
intensitas modal mempunyai nilai thitung negatif sebesar -5,185 dengan
tingkat signifikan sebesar 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
signifikan < 0,05. Hasil penelitian menunjukkan arah negatif dengan nilai
unstandardized coefficient beta sebesar -0,194. Dengan demikian
hipotesis 3 tidak ditolak, yang berarti bahwa variabel “intensitas modal
berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak”.
77
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Maulidah dan Pratiwi (2019) dan Lestari et al (2019) yang menyatakan
bahwa intensitas modal berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak
perusahaan. Aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan mengalami
penyusutan setiap tahunnya, biaya penyusutan aset tetap ini dikategorikan
sebagai deductible expense. Semakin tinggi aset tetap perusahaan
menyebabkan semakin tingginya penyusutan atas aset tetap yang dimiliki.
Sehingga semakin kecil tingkat pajak yang harus dibayarkan oleh
perusahaan tersebut. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi
intensitas modal pada suatu perusahaan, perusahaan tersebut cenderung
tidak melakukan tindakan agresivitas pajak.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Nugraha dan Meiranto (2015),
Adhisamartha et al (2015), dan Ratnawati (2017) yang menyatakan bahwa
intensitas modal tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak suatu
perusahaan. Menurut Adisamartha dan Noviari (2015), tidak
berpengaruhnya intensitas modal terhadap agresivitas pajak dikarenakan
perusahaan yang memiliki tingkat intensitas aset tetap yang tinggi
memang perusahaan tersebut menggunakannya untuk kepentingan
perusahaan. Tinggi rendahnya kepemilikan aset tetap tidak dapat
mempengaruhi kecenderungan perusahaan untuk melakukan tindakan
agresivitas pajak. Perusahaan menggunakan aset tetap tersebut untuk
tujuan operasional perusahaan dalam meningkatkan produksi serta laba
78
yang akan diperoleh, bukan sengaja dilakukan agar pajak perusahaan
tersebut semakin rendah.
4. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Agresivitas Pajak
dengan Kepemilikan Institusional sebagai Variabel Moderasi
Berdasarkan tabel 4.9, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
interaksi antara corporate social responsibility dengan kepemilikan
institusional mempunyai nilai thitung negatif sebesar -0,419 dengan tingkat
signifikan 0,677. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikan
>0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 4 ditolak yang berarti
variabel “Kepemilikan Institusional tidak memperlemah pengaruh antara
corporate social responsibility terhadap agresivitas pajak”.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Pramana dan Wirakusuma (2019), dan Windarni et al (2018) yang
menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak mampu memperlemah
pengaruh corporate social responsibility terhadap agresivitas pajak.
Keberadaan dari pemegang saham institusional ini tidak dapat mengurangi
tindakan agresivitas pajak perusahaan. Meskipun, kepemilikan
institusional memiliki peran penting dalam mempengaruhi dan mengawasi
manajemen untuk menghindari perilaku yang agresif dan yang
mengutamakan kepentingan sendiri. Namun, pemegang saham
institusional belum tentu mampu mengontrol dengan baik setiap kebijakan
manajemen atas perilaku oportunistik dalam melakukan tindakan
agresivitas pajak (Windarni, 2018). Semakin tingginya kepemilikan
79
institusional yang ada disuatu perusahaan, meningkatkan tindakan
agresivitas pajak perusahaan. Hal tersebut terjadi karena Pemegang saham
institusi memiliki insentif untuk memastikan bahwa manajemen membuat
keputusan yang dapat memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham
institusional. Sehingga keberadaan pemegang saham institusi memberikan
tekanan terhadap manajemen untuk melakukan pajak agresif dalam
memperoleh laba yang maksimal.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Putri et al (2017) dan Dewi (2019) yang menjelaskan
bahwa kepemilikan institusional dapat memperlemah pengungkapan
Corporate social responsibility terhadap agresivitas pajak. Pengungkapan
Corporate social responsibility menjadi salah satu topik penting yang
menarik perhatian. Pengungkapan CSR dianggap hanya sebagai cara
perusahaan untuk menarik perhatian masyarakat akan citra perusahaan
sekaligus dapat memberikan manfaat untuk mengurangi beban pajak
perusahaan. Hal tersebut terjadi karena biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk melakukan kegiatan corporate social responsibility dialokasikan
sebagai pengurang pembayaran pajak penghasilan perusahaan.
Kepemilikan institusional berperan dalam mengawasi kinerja manajemen
agar melaksanakan tugasnya dengan sebaik mungkin (Pratiwi, 2018)
Semakin tinggi kepemilikan institusional, semakin besar juga jumlah
beban pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Sehingga perusahaan
80
cenderung mengurangi tindakan agresivitas pajak perusahaan aatau tidak
sama sekali melakukan tindakan tersebut.
5. Pengaruh Leverage terhadap Agresivitas Pajak dengan Kepemilikan
Institusional sebagai Variabel Moderasi
Berdasarkan tabel 4.9, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
interaksi antara leverage dengan kepemilikan institusional memiliki nilai
thitung negatif sebesar -2,120 dengan tingkat signifikan 0,037. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tingkat signifikan < 0,05 . Hal ini menunjukkan
bahwa hipotesis 5 tidak ditolak yang berarti variabel “Kepemilikan
Institusional dapat memperlemah pengaruh leverage terhadap agresivitas
pajak”.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Apriyanto dan Dwimulyani (2019) dan Fitria (2018) yang menyatakan
bahwa kepemilikan institusional dapat memperlemah pengaruh leverage
terhadap tax avoidance. Hal tersebut dapat terjadi karena pemegang saham
institusional akan menginginkan keuntungan setinggi-tingginya atas dana
yang diinvestasikannya. Akibatnya, akan terjadi pertentangan atas
kebijakan manajemen di dalam memperoleh pinjaman dari pihak ketiga
dengan kepentingan pemegang saham institusi. Dengan kepemilikan
institusional yang tinggi, mengindikasikan bahwa tingkat agresivitas pajak
rendah. Karena pemegang institusi tidak ingin mengambil resiko atas
tindakan agresivitas pajak serta pemegang institusi mengharapkan laba
yang maksimal atas investasinya.
81
Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan
oleh Atari (2018) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Semakin tinggi kepemilikan
institusional, semakin tinggi agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan
tersebut. Karena pemegang saham institusional mengharapkan tingkat
pengembalian investasi yang tinggi tanpa memikirkan resiko dan rusaknya
citra perusahaan.
6. Pengaruh Intensitas Modal terhadap Agresivitas Pajak dengan
Kepemilikan Institusional sebagai Variabel Moderasi
Berdasarkan tabel 4.9, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
interaksi antara intensitas modal dengan kepemilikan institusional
memiliki nilai thitung negatif sebesar -0,672 dengan tingkat signifikan
sebesar 0,503. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikan > 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 6 ditolak, yang berarti variabel
“Kepemilikan Institusional tidak memperlemah antara intensitas modal
terhadap agresivitas pajak”.
Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Novitasari (2017) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak
mampu memperlemah pengaruh intensitas modal terhadap agresivitas
pajak. Intensitas modal dapat mencerminkan seberapa modal yang
dibutuhkan oleh suatu perusahaan untuk menghasilkan pendapatan, jadi
intensitas modal dapat menjadi indikator dalam perusahaan dalam
memperebutkan pasar. Perusahaan dengan kepemilikan aset tetap tetap
82
yang tinggi akan tetap menghasilkan beban penyusutan yang lebih tinggi,
sehingga laba semakin turun yang akan mengakibatkan beban pajak yang
ditanggung menjadi lebih rendah (Ida dan I Ketut, 2019). Dengan adanya
kepemilikan institusional mendukung manajemen untuk melakukan
tindakan agresivitas pajak, karena investor institusional telah menyerahkan
kepercayaannya kepada dewan komisaris untuk mengawasi semua
tindakan yang dilakukan dan direncanakan oleh manajemen. Pemegang
saham institusional pun memberikan tekanan kepada manajemen untuk
membuat keputusan yang dapat memaksimalkan laba perusahaan,
sehingga dapat mensejahterakan para pemegang saham institusi atas
investasinya.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini membahas mengenai pengaruh Corporate Social
Responsibility, Leverage, dan Intensitas Modal terhadap Agresivitas Pajak
dengan Kepemilikan Institusional sebagai variabel moderasi pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode
2016-2019. Berdasarkan hasil pengujian, penelitian ini menghasilkan temuan
yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa corporate social responsibility tidak
berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Makhfudloh et al (2018), Fionasari (2017),
dan Utami et al (2018). Namun tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sandra dan Anwar (2018), Andhari dan Sukartha (2017),
dan Dharma dan Noviari (2017).
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap
agresivitas pajak. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Denny Wijaya (2019), Nugraheni et al (2019), dan
Adhisumarta dan Noviari (2015). Namun, tidak konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Novriyanti dan Dalam (2020) dan Savitri
dan Rahmawati (2017)
84
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas modal berpengaruh negatif
terhadap agresivitas pajak. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Maulidah dan Pratiwi (2019) dan Lestari et al (2019).
Namun, penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nugraha dan Meiranto (2015), Adhisamartha dan Noviari (2015), dan
Mustika (2017).
4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak
memperlemah pengaruh corporate social responsibility terhadap
agresivitas pajak. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pramana dan Wirakusuma (2019) dan Windarni et al
(2019). Namun, penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Putri et al (2017) dan Dewi (2019).
5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dapat
memperlemah pengaruh leverage terhadap agresivitas pajak. Penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Apriyanto dan
Dwimulyani (2019) dan Fitria (2018). Namun, penelitian ini tidak
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Atari (2018).
6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak
memperlemah pengaruh intensitas modal terhadap agresivitas pajak.
Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Novitasari
(2017) .
Namun Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat menambah
pengetahuan dalam akuntansi khususnya dalam agresivitas pajak dengan
85
memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan institusional
dalam memoderasi pengaruh corporate social responsibility, leverage, dan
intensitas modal terhadap agresivitas pajak pada perusahaan manufaktur
periode 2016-2019.
Dalam menjalankan kegiatan operasional, perusahaan diharapkan dapat
mempertimbangkan pengambilan keputusan keuangan perusahaan karena
keputusan keuangan perusahaan dapat memengaruhi kelangsungan hidup
perusahaan dan investor dalam menentukan pilihan untuk investasi atau tidak
di masa yang akan datang. Perusahaan harus memiliki strategi yang tepat
dalam menghadapi berbagai faktor eksternal yang dapat menghambat
kelangsungan hidup perusahaan. Penelitian ini juga memberikan pengetahuan
dan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengatur kebijakan
mengenai agresivitas pajak dan faktor-faktor yang mempengaruhi.
Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat memperkuat temuan-
temuan dari penelitian sebelumnya mengenai objek yang diteliti serta
penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian yang akan datang
terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas pajak.
B. Saran
Saran untuk pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah dapat menetapkan peraturan atau regulasi yang berkaitan
dengan aagresivitas pajak.
86
2. Bagi Direktorat Jendral Pajak untuk melakukanan pengecekan agresivitas
pajak secara rutin.
3. Bagi perusahaan diharapkan lebih terbuka dalam memberikan informasi
yang berkaitan dengan CSR pada annual report.
4. Bagi Investor agar bisa melihat keadaan dan manfaat yang didapat
perusahaan serta memberikan pandangan dan pertimbangan bagi investor
terkait aspek pengawasan dari kepemilikan institusional.
87
DAFTAR PUSTAKA
Aalin, Elmi Rakhma. 2018. Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak. Jurnal Akuntansi dan Sistem
Informasi, vol.3 no. 2.
Adisamartha, I. B. P. F., & Noviari, N. (2015). Pengaruh Likuiditas, Leverage,
Intensitas Persediaan Dan Intensitas Aset Tetap Pada Tingkat Agresivitas
Wajib Pajak Badan. E-Jurnal Akuntansi, 13(3), 973–1000.
Amelia, Mella Virgi, Dudi Pratomo dan Kurnia. 2017. “Pengaruh kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial dengan variabel kontrol ukuran
perusahaan dan leverage terhadap penghindaran pajak”. E-Proceeding of
Management, Vol.4, No.2.
Apriyanto, Muhammad dan Susi Dwimulyani. 2019. Pengaruh sales growth dan
leverage terhadap Tax Avoidance dengan Kepemilikan Institusional sebagai
Variabel Moderasi. Prosiding Seminar nasional Pakar ke 2.
Ariawan, I. M. A. R., & Setiawan, P. E. (2017). Pengaruh Dewan Komisaris
Independen, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, dan Leverage
Terhadap Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 18(3).
Atari, J. (2016). PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL,
KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN KEBIJAKAN HUTANG
TERHADAP TAX AGGRESSIVE. 294–308.
Ayem, Sri dan Afik Setyadi. 2019. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan,
Komite Audit dan Capital Intensity terhadap Agresivitas Pajak. Jurnal
Akuntansi Pajak Dewantara, Vol. 1.
Budhi, N., & Dharma, S. (2017). Pengaruh Corporate Social Responsibility Dan
Capital Intensity Terhadap Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi, 18, 529–
556.
88
Chasbiandani, T., & Ambarwati, S. (2019). Pengaruh Corporation Risk Dan
Good Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance Dengan Kepemilikan
Institusional. Jurnal Ilmiah Akuntansi, XVII(2), 115–129.
Cruz, Leonel da, Ni Wayan Sri Suprapti, dan Ni Nyoman Kerti Yasa. 2015.
berwirausaha bagi mahasiswa fakultas ekonomi Unpaz, Dili, Timor Leste”.
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Vol.4.
Davis, A., Guenther, D., Krull, L. and Williams, B. (2016), “Do socially
responsible firms pay more tax? ”,The Accounting Review, Vol. 91 No. 1,
pp. 1-2.
Dewi, N. M. (2019). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris
Independen dan Komite Audit Terhadap Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance) Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2012-2016. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 9(2), 171–
189.
Dvi, Dewa Ayu Nyoman Shinstya dan Luh Gede Krisna Dewi. 2019. Pengaruh
profitabilitas pada agresivitas pajak dengan CSR sebagai variabel
moderasi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 27.
Dharma, I Made Surya dan Putu Agus Ardiana. 2016. Pengaruh Leverage,
Intensitas Aset Tetap, Ukuran Perusahaan, dan Koneksi Politik
Terhadap Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.15.1.
Dhypalonika, Magda Rista. 2018. “ Pengaruh kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, profitabilitas, leverage dan komisaris independen
terhadap tax avoidance pada industri perbankan”. E-Jurnal STIE Perbanas.
Dwiyanti, Ida Ayu Intan dan I Ketut Jati. 2019. Pengaruh Profitabilitas, Capital
Intensity, dan Inventory Intensity pada Penghindaran Pajak. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, vol. 27.
89
Faashikhah, Insani. Evi Rahmawati dan Hafies Sofyani. 2018. Determinan
Enviromental Disclosures Perusahaan Manufaktur di Indonesia dan
Malaysia. Jurnal Akuntansi Indonesia, 7 (1).
Fionasari, D., Savitri, E., & Andreas, A. (2017). Pengaruh Pengungkapan
Corporate Social Responsibility terhadap Agresivitas Pajak (Studi pada
Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia). Sorot, 12(2), 95.
https://doi.org/10.31258/sorot.12.2.4557
Fitri, W. A., Hapsarai, D. P., & Haryadi, E. (2017). Pengaruh Leverage,
Komisaris Independen Dan Corporate Social Responsibility Terhadap
Penghindaran Pajak. J u m a U N S E R A, 20–30.
Fitria, G. (2018). PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL,
KOMISARIS INDEPENDEN, KARAKTER EKSEKUTIF DAN SIZE
TERHADAP TAX AVOIDANCE (Study Empiris Pada Emiten Sektor
Perdagangan yang Terdaftar di BEI Tahun 2014-2017). Jurnal Profita,
11(3), 438–451. https://doi.org/10.22441/profita.2018.v11.03.006
Herliana, A. D., Budiardjo, D., & Komalasari, P. T. (2016). Pengaruh Free Cash
Flow terhadap Kinerja Perusahaan Melalui Agency Cost Sebagai Variabel
Antara pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Airlangga, 26(3), 1–16.
Hummel,K., dan Schlick,C. 2016.” The relationship between sustainability
performeance and sustainability disclosure- Reconciling voluntary
disclosure theory and legitimacy theory”. Journal of Accounting and
Public Policy, 35(5).
Indradi, Donny. 2018. “ Pengaruh likuiditas, capital intensity terhadap agresivitas
pajak”. Jurnal Akuntansi Berkelanjutan Indonesia, Vol. 1, No. 1.
Jananti, N. W. R., & Setiawan, E. (2018). Pengaruh Agresivitas Pajak Pada
Corporate Social Responsibility dengan Profitabilitas sebagai Variabel
90
Moderasi. E-Jurnal Akuntansi, 24, 170.
https://doi.org/10.24843/eja.2018.v24.i01.p07
Kurniawansyah, D. (2018). Teori Agency Dalam Pemikiran Organisasi ;
Pendekatan Positivist Dan Principle-Agen. Jurnal Riset Akuntansi Dan
Bisnis Airlangga, 3(2), 435–446. https://doi.org/10.31093/jraba.v3i2.122
Laguir, I., Staglianò, R., & Elbaz, J. (2015). Does corporate social responsibility
affect corporate tax aggressiveness? Journal of Cleaner Production, 107,
662–675. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2015.05.059
Leksono, A. W., Albertus, S. S., & Vhalery, R. (2019). Pengaruh Ukuran
Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Agresivitas Pajak pada Perusahaan
Manufaktur yang Listing di BEI Periode Tahun 2013–2017. JABE (Journal
of Applied Business and Economic), 5(4), 301.
https://doi.org/10.30998/jabe.v5i4.4174
Lestari, P. A. S., Pratomo, D., & Asalam, A. G. (2019). Pengaruh Koneksi Politik
dan Capital Intensity Terhadap Agresivitas Pajak. Jurnal ASET (Akuntansi
Riset), 11(1), 40–52.
Ludfi, R., & Firdaus, I. (2018). Pengaruh Corporate Social Responsibility
Terhadap Kinerja Keuangan. Wiga : Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi, 7(1),
39–47. https://doi.org/10.30741/wiga.v7i1.332
Mackey, A., T. Mackey, and J. Barney. 2007. Corporate social responsibility and
firm performance: Investor preferences and corporate strategies. The
Academy of Management Review, 32 (3).
Makhfudloh, Faridatul. Nurul Herawati dan Anis Wulandari. 2018. Pengaruh
Corporate Social Responsibility terhadap perencanaan Agresivitas Pajak.
Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 18 (1).
91
Maulana, I. A. (2020). Faktor-Faktor Yang Mepengaruhi Agresivitas Pajak Pada
Perusahaan Properti Dan Real Estate. KRISNA: Kumpulan Riset
Akuntansi, 12(1), 13–20. https://doi.org/10.22225/kr.12.1.1873.13-20
Musthofa, F., Sofianty, D., & Nurcholisah, K. (2019). Pengaruh Likuiditas dan
Leverage Terhadap Agresivitas Pajak. Prosiding Akuntansi, 5(2), 498–509.
Mustika, Ratnawati, V., & Silfi, A. (2017). Pengaruh Corporate Social
Responsibility, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Capital
Intensity dan Kepemilikan Keluarga terhadap Agresivitas Pajak (Studi
Empiris Pada Perusahaan Pertambangan dan Pertanian yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia P. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ekonomi
Universitas Riau, 4(1), 1886–1900.
Novriyanti, I., & Dalam, W. W. W. (2020). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penghindaran Pajak. Jurnal Penelitan Ekonomi Dan Bisnis, 5(1), 103–121.
https://doi.org/10.33633/jpeb.v5i1.2645.
Nugraha, Novia Bani dan Wahyu Meiranto. 2015 Pengaruh Corporate Social
Responsibility, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan capital
intensity terhadap agresivitas pajak. Diponegoro journal of accounting,
4(4).
Nugraheni, G. A., & Murtin, A. (2019). Pengaruh Kepemilikan Saham dan
Leverage Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan. Reviu Akuntansi Dan
Bisnis Indonesia, 3(1), 1–13. https://doi.org/10.18196/rab.030132
Nugroho, R., & Rosidy, D. (2019). Pengaruh Komisaris Independen Dan
Kompensasi Eksekutif Terhadap Agresivitas Pajak. Info Artha, 3(1), 55–65.
https://doi.org/10.31092/jia.v3i1.563
Nurcahyono, & Kristiana, I. (2019). Pengaruh Corporate Social Responsibility
Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan
Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2013-2017). Diponegoro Journal of
Accounting, 8(4), 117–125.
92
Nurjanah, I., Hanum, A. N., & Alwiyah. (2018). Pengaruh Corporate Social
Responsibility dan Komisaris Independen terhadap Agresivitas Pajak.
Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, 6(2), 2012–2016.
Oktaviana, L. L. (2017). Pengaruh kepemilikan saham dan corporate social
responsibility terhadap agresivitas pajak. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi,
6(11), 1–20.
Olivia, D., & Amah, N. (2019). Pengaruh Leverage Dan Profitabilitas Terhadap
Tax Avoidance Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Subsektor Pertambangan
Betubara Yang Listing Di Bei Tahun 2013-2017. Simba, I, 407–419.
Payanti, N. M. D., & Jati, I. K. (2020). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibility, Good Corporate Governance dan Sales Growth pada Tax
Avoidance. 1066–1083.
Pramana, Ida Bagus Ngurah Indra dan Made Gede Wirakusuma. 2019. “ Pengaruh
pengungkapan CSR dan tingkat likuditas pada agresivitas pajak dengan
kepemilikan institusional sebagai variabel moderasi”. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, Vol. 27, No. 2..p10
Pratiwi, A. P. (2018). Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Kinerja Keuangan
Terhadap Penghindaran Pajak dengan CSR Sebagai Pemediasi. Jurnal Ilmu
Manajemen Dan Bisnis, 9(2), 56–66.
https://doi.org/10.17509/jimb.v9i2.13991
Pratiwi, Dian Anggraeni dan M. Didik Ardiyanto. 2018. “Pengaruh struktur
kepemilikan terhadap agresivitas pajak”. Diponegoro Journal of
Accounting, Vol. 7 No. 4.
Pratiwi, R., & Yulianto, A. (2016). Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Komisaris
Independen terhadap Biaya Keagenan Perusahaan yang Masuk dalam
Indonesia Most Trusted Companies. Management Analysis Journal, 5(3),
215–228. https://doi.org/10.15294/maj.v5i3.11119
93
Puspita, Deanna dan Meiriska Febrianti.2017.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penghindaran Pajak pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi vol 19 No.1.
Putri, putu yudha asteris, Dewi, gusti ayu ratih permata, & Diah, P. diah putri
idawati. (2019). Penguruh Kualitas Audit dan Leverage pada Agresivitas
Pajak pada Perusahaan Manufaktur yang Terdafardi Bursa Eefek Indonesia
Tahun 2013 - 2017 Pengaruh Kualitas Audit Dan Leverage Pada
Agresivitas Pajak Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa.
Jurnal KRISNA : Kumpulan Riset Akuntansi, 10(2), 148–160.
Putri, Vidyana Rizal dan Bella Irwansyah Putra. 2017. Pengaruh Leverage,
Profitability, Ukuran Perusahaan dan Proporsi Kepemilikan
Institusional Terhadap Tax Avoidance. Daya Saing Jurnal Ekonomi
Manajemen dan Sumber Daya Vol. 19 No. 1.
Sandra, M. Y. D., & Anwar, A. S. H. (2018). PENGARUH CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY DAN CAPITAL INTENSITY TERHADAP
PENGHINDARAN PAJAK. JURNAL AKADEMI AKUNTANSI, 1(1),
430–439.
Seni, N. N. A., & Ratnadi, N. M. D. (2017). Theory of Planned Behavior Untuk
Memprediksi Niat Berinvestasi. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Udayana, 12, 4043. https://doi.org/10.24843/eeb.2017.v06.i12.p01
Shintya Devi, D. A. N., & Krisna Dewi, L. G. (2019). Pengaruh Profitabilitas
pada Agresivitas Pajak dengan Pengungkapan CSR Sebagai Variabel
Moderasi. E-Jurnal Akuntansi, 27, 792.
https://doi.org/10.24843/eja.2019.v27.i01.p29
Sidanti, H., & Cornaylis, V. (2018). Pengaruh Agresivitas Pajak Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi (Studi
Empiris Perusahaan Manufaktur Sektor Pertanian Subsektor Perkebunan Di
94
Bei). Inventory: Jurnal Akuntansi, 1(2), 201.
https://doi.org/10.25273/inventory.v1i2.2440
Sukmawati, F., & Rebecca, C. (2016). Pengaruh Likuiditas dan Leverage terhadap
Agresivitas Pajak Perusahaan. Conference on Management and Behavioral
Studies, 498–509.
Surya, Sarjito dan Siti Noerlaela. 2016.Pengaruh Profitabilitas dan leverage
terhadap Agresivitas Pajak. Jurnal Sains Manajemen dan Akuntansi, Vol 8
No. 1.
Suwardika, I Nyoman Agus dan I Ketut Mustanda. 2017. Pengaruh Leverage,
ukuran perusahaan, pertumbuhan perushaan dan profitabilitas terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan properti. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol 6
No.3.
Utami, C. T., & Tahar, A. (2018). Pengaruh Corporate Social Responsibility,
Kepemilikan Manajerial, Capital Intensity Dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Tax Aggressiveness : Studi Pada Perusahaan Jasa Sektor Property
dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2017.
Reviu Akuntansi Dan Bisnis Indonesia, 2(1), 39–50.
https://doi.org/10.18196/rab.020119
Wijaya, D. (2019). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility,
Leverage, Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Agresivitas Pajak.
Widyakala Journal, 6(1), 55. https://doi.org/10.36262/widyakala.v6i1.147
Windarni, E. a. (2018). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Proporsi Dewan
Komisaris Independen, Komite Audit, Pertumbuhan Penjualan Dan
Leverage Terhadap Tax Avoidance. Seminar Nasional Dan Call for Paper:
Manajemen, Akuntansi Dan Perbankkan 2018, 46, 794–807.
Zahirah, A. (2017). Pengaruh Leverage, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan
Manajerial dan Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak. Jurnal
Online Mahasiswa Fakultas Ekonomi, 4(1), 3543–3556.
95
LAMPIRAN
96
LAMPIRAN
Daftar indikator pengungkapan CSR berdasarkan GRI-G4
KATEGORI EKONOMI
Aspek: Kinerja Ekonomi
EC1 Nilai ekonomi langsung yang dihasilkan dan didistribusikan.
EC2 Implikasi finansial dan risiko serta peluang lainnya kepada
kegiatan organisasi karena perubahan iklim.
EC3 Cakupan kewajiban organisasi atas program imbalan pasti.
EC4 Cakupan kewajiban organisasi atas program imbalan pasti.
EC5 Rasio upah standar pegawai pemula (entry level) menurut gender
dibandingkan dengan upah minimum regional di lokasi-lokasi
operasional yang signifikan.
EC6 Kebijakan, praktik, dan proporsi pengeluaran pada pemasok
berbasis lokal di signifikan lokasi operasi
Aspek: Dampak Ekonomi Tidak Langsung
EC7 Prosedur untuk perekrutan lokal dan proporsi manajemen senior
yang disewa dari masyarakat setempat di lokasi operasi yang
signifikan
EC8 Pengembangan dan dampak investasi infrastruktur dan layanan
yang disediakan terutama untuk kepentingan publik melalui
komersial, inkind, atau keterlibatan pro bono.
EC9 Memahami dan menggambarkan dampak ekonomi tidak langsung
yang signifikan, termasuk luasnya dampak.
KATEGORI LINGKUNGAN
Aspek: Bahan
EN1 Bahan yang digunakan berdasarkan berat atau volume.
EN2 Persentase bahan yang digunakan yang merupakan bahan input
daur ulang.
Bersambung ke halaman selanjutnya
97
Indikator
Aspek: Energi
EN3 Konsumsi energi langsung oleh sumber energi primer
EN4 Konsumsi energi tidak langsung oleh sumber primer.
EN5 Intensitas energi
EN6 Pengurangan konsumsi energi
EN7 Pengurangan kebutuhan energi produk dan layanan
Aspek: Inti Air
EN8 Jumlah penarikan air dengan sumber.
EN9 Sumber air dipengaruhi secara signifikan oleh penarikan air.
EN10 Persentase dan total volume air daur ulang dan digunakan
kembali.
Aspek: Keanekaragaman hayati
EN11 Lokasi dan ukuran tanah yang dimiliki, disewakan, dikelola, atau
berdekatan dengan, kawasan lindung dan kawasan dengan nilai
keanekaragaman hayati tinggi di luar kawasan lindung.
EN12 Deskripsi dampak signifikan dari kegiatan, produk, dan jasa pada
keanekaragaman hayati di kawasan lindung dan kawasan kawasan
lindung nilai luar keanekaragaman hayati yang tinggi.
EN13 Habitat dilindungi atau dipulihkan
EN14 Jumlah spesies yang terdaftar di IUCN RED dan spesies daftar
konservasi nasional dengan habitat di daerah yang terkena
dampak operasi, berdasarkan tingkat risiko kepunahan.
Bersambung pada halaman selanjutnya
98
Indikaor
Aspek: Emisi
EN15 Total emisi gas rumah kaca langsung.
EN16 Total emisi gas rumah kaca tidak langsung.
EN17 Emisi gas rumah kaca tidak langsung lainnya yang relevan
berdasarkan berat.
EN18 Inisiatif untuk mengurangi emisi dan pengurangan gas rumah
kaca tercapai.
EN19 Penggurangan dari emisi gas rumah kaca
EN20
Emisi zat perusak ozon berdasarkan berat.
EN21 NO, SO, dan emisi udara signifikan lainnya berdasarkan jenis dan
berat.
Aspek : Limbah
EN22 Total debit air berdasarkan kualitas dan tujuan.
EN23 Berat total sampah berdasarkan jenis dan metode pembuangan.
EN24 Jumlah dan volume total tumpahan yang signifikan.
EN25 Berat limbah yang diangkut, diimpor, diekspor, atau diolah
dianggap berbahaya berdasarkan ketentuan Konvensi Basel
Annex I, II, III, dan VIII, dan persentase limbah yang diangkut
yang dikirim secara internasional.
EN26 Identitas, ukuran, status dilindungi, dan nilai keanekaragaman
hayati dari badan air dan habitat terkait yang secara signifikan
dipengaruhi oleh pembuangan air dan limpasan organisasi
pelapor.
Aspek: Produk dan Layanan
EN27 Inisiatif untuk memitigasi dampak lingkungan dari produk dan
layanan, dan tingkat mitigasi dampak.
Bersambung pada halaman selanjutnya
99
Indikator
Aspek: Produk dan Layanan
EN28 Persentase produk yang dijual dan bahan pengemasannya yang
direklamasi berdasarkan kategori.
Aspek: Pemenuhan
EN29 Nilai moneter dari denda yang signifikan dan jumlah total
sanksi nonmoneter untuk ketidakpatuhan terhadap undang-
undang dan peraturan lingkungan.
Aspek: Transportasi
EN30 Dampak lingkungan yang signifikan dari pengangkutan produk
dan barang serta bahan lain yang digunakan untuk operasi
organisasi, dan pengangkutan anggota tenaga kerja.
Aspek: Secara Keseluruhan
EN31 Total pengeluaran dan investasi perlindungan lingkungan
berdasarkan jenis.
Aspek : Penilaian Lingkungan Pemasok
EN32 Persentase pemasok baru yang disaring menggunakan kriteria
lingkungan.
EN33 Dampak lingkungan negatif aktual dan potensial yang
signifikan dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil
Aspek: Mekanisme Keluhan Lingkungan
EN34 Jumlah pengaduan tentang dampak lingkungan yang diajukan,
ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme pengaduan
resmi.
Aspek: Pekerjaan
LA1 Jumlah total dan tingkat perekrutan karyawan baru dan turnover
karyawan menurut kelompok umur, gender, dan wilayah.
Bersambung pada halaman selanjutnya
100
Indicators
Aspek: Pekerjaan
LA2 Tunjangan yang diberikan bagi karyawan purnawaktu yang
tidak diberikan bagi karyawan sementara atau paruh waktu,
berdasarkan lokasi operasi yang signifikan
LA3 Tingkat kembali bekerja dan tingkat retensi setelah cuti
melahirkan, menurut gender
Aspek: Pekerjaan dan Hubungan Manajemen
LA4 Jangka waktu minimum pemberitahuan mengenai perubahan
operasional, termasuk apakah hal tersebut tercantum dalam
perjanjian bersama.
Aspek: Kesehatan dan Keselamatan Kerja
LA5 Persentase total tenaga kerja yang diwakili dalam komite
bersama formal manajemen-pekerja yang membantu
mengawasi dan memberikan saran program kesehatan dan
keselamatan kerja
LA6 Jenis dan tingkat cedera, penyakit akibat kerja, hari hilang, dan
kemangkiran, serta jumlah total kematian akibat kerja, menurut
daerah dan gender
LA7 Pekerja yang sering terkena atau berisiko tinggi terkena
penyakit yang terkait dengan pekerjaan mereka
LA8 Topik kesehatan dan keselamatan yang tercakup dalam
perjanjian formal dengan serikat pekerja
Aspek: Pelatihan dan Pendidikan
LA9 Jam pelatihan rata-rata per tahun per karyawan menurut gender,
dan menurut kategori karyawan
LA10 Program untuk manajemen keterampilan dan penghasilan
seumur hidup yang mendukung kelayakan kerja karyawan yang
berkelanjutan dan membantu mereka dalam mengelola akhir
karier.
Bersambung pada halaman selanjutnya
101
Indikator
Aspek: Pelatihan dan Pendidikan
LA11 Persentase karyawan yang menerima review kinerja dan
pengembangan karier secara reguler, menurut gender dan
kategori karyawan
Aspek: Keanekaragaman dan Kesempatan yang Setara
LA12 Komposisi badan tata kelola dan pengelompokan karyawan per
kategori karyawan menurut jenis kelamin, kelompok umur,
keanggotaan kelompok minoritas, dan indikator
keanekaragaman lainnya.
Aspek: Remunerasi sama untuk pria dan wanita
LA13 Rasio gaji pokok dan remunerasi perempuan terhadap laki-laki
menurut kategori karyawan, menurut lokasi operasi yang
signifikan.
Aspek: Penilaian Pemasok untuk pelatihan pekerja
LA14 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria
praktik ketenagakerjaan
LA15 Dampak negatif yang aktual dan potensial yang signifikan
untuk praktik ketenagakerjaan dalam rantai pasokan dan yang
diambil.
Aspek: Mekanisme pengaduan praktik perburuan
LA16 Jumlah pengaduaan tentang praktik perburuhan yang diajukan,
ditangani dan diselesaikan melalui mekanisme pengaduan
resmi.
Hak asasi Manusia
HR1 Persentase dan jumlah total perjanjian dan kontrak investasi
signifikan yang mencakup klausul yang memasukkan masalah
hak asasi manusia, atau yang telah menjalani penyaringan hak
asasi manusia.
Bersambung pada halaman selanjutnya
102
Indikator
Hak asasi Manusia
HR2 Total jam pelatihan karyawan tentang kebijakan dan prosedur
mengenai aspek hak asasi manusia yang relevan dengan operasi,
termasuk persentase karyawan yang dilatih.
Aspek: Non-diskriminasi
HR3 Jumlah total insiden diskriminasi dan tindakan korektif yang
diambil.
Aspek: Kebebasan Berserikat dan Inti Tawar Menawar Kolektif
HR4 Operasi dan pemasok signifikan yang diidentifikasi di mana hak
untuk menggunakan kebebasan berserikat dan perundingan
bersama dapat dilanggar atau dengan risiko yang signifikan, dan
tindakan diambil untuk mendukung hak-hak ini.
Aspek: Pekerja Anak
HR5 Operasi dan pemasok signifikan yang diidentifikasi memiliki
risiko signifikan terhadap insiden pekerja anak, dan langkah-
langkah yang diambil untuk berkontribusi pada penghapusan
pekerja anak secara efektif.
Aspek: Inti Tenaga Kerja Paksa dan Wajib
HR6 Operasi dan pemasok signifikan yang diidentifikasi memiliki
risiko signifikan terhadap insiden kerja paksa atau wajib, dan
langkah-langkah untuk berkontribusi pada penghapusan semua
bentuk kerja paksa atau kerja wajib.
Aspek: Praktik Keamanan
HR7 Persentase personel keamanan yang terlatih dalam kebijakan atau
prosedur organisasi mengenai aspek HAM yang relevan dengan
operasi.
Bersambung pada halaman selanjutnya
103
Indicators
Aspek: Indigenous Rights
HR8 Jumlah total insiden pelanggaran yang melibatkan hak-hak
masyarakat adat dan tindakan yang diambil.
Aspek: Penilaian
HR9 Persentase dan jumlah operasi yang telah mengalami tinjauan hak
asasi manusia dan / atau penilaian dampak.
Aspek: Penilaian Hak Asasi Manusia Pemasok
HR10 Persentase pemasok baru yang disaring menggunakan kriteria hak
asasi manusia.
HR11 Dampak negatif yang signifikan aktual dan potensial hak asasi
manusia dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil
Aspek: Mekanisme Pengaduan Hak Asasi Manusia
HR12 Jumlah pengaduan dampak hak asasi manusia yang diajukan,
ditangani dan diselesaikan melalui mekanisme pengaduan resmi.
Aspek: Komunitas Lokal
SO1 Persentase operasi dengan keterlibatan masyarakat setempat yang
dilaksanakan, penilaian dampak, dan program pembangunan.
SO2 Operasi dengan potensi signifikan atau dampak negatif aktual
pada masyarakat lokal.
Aspek: Anti-Korupsi
SO3 Jumlah dan persentase operasi yang dinilai untuk risiko terkait
korupsi dan risiko signifikan yang diidentifikasi.
SO4 Komunikasi dan pelatihan tentang kebijakan dan prosedur anti
korupsi.
Aspek: Anti-Korupsi
SO5 Insiden korupsi yang dikonfirmasi dan tindakan yang diambil.
Bersambung pada halaman selanjutnya
104
Indicators
Aspek: Kebijakan Publik
SO6 Nilai total kontribusi finansial dan natura kepada partai
politik, politisi, dan institusi terkait berdasarkan negara.
Aspek: Tambahkan Perilaku Anti-Kompetitif
SO7 Jumlah total tindakan hukum untuk perilaku antikompetitif,
anti-trust, dan praktik monopoli serta hasilnya
Aspek: Kepatuhan
SO8 Nilai moneter dari denda yang signifikan dan jumlah total
sanksi nonmoneter untuk ketidakpatuhan terhadap hukum
dan peraturan.
Aspek: Penilaian pemasok untuk dampak pada masyarakat
SO9 Persentase pemasok baru yang dipindai menggunakan
kriteria untuk dampak pada masyarakat.
SO10 Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan
terhadap masyarakat dalam rantai pasokan dan tindakan
yang diambil.
SO11 Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap masyarakat
yang diajukan,ditangani, dan diselesaikan melalui
mekanisme pengaduan resmi.
Aspek: Kesehatan dan Keselamatan Pelanggan
PR1 Tahap siklus hidup di mana dampak kesehatan dan
keselamatan produk dan jasa dinilai untuk peningkatan, dan
persentase kategori produk dan layanan yang signifikan
tunduk pada prosedur tersebut.
PR2 Jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan
kode sukarela mengenai dampak kesehatan dan keselamatan
produk dan layanan selama siklus hidup mereka,
berdasarkan jenis hasil.
Bersambung pada halaman selanjutnya
105
Indicators
Aspek: Pelabelan Produk dan Layanan
PR3 Jenis informasi produk dan layanan yang diperlukan oleh
prosedur, dan persentase produk dan layanan yang signifikan
tunduk pada persyaratan informasi tersebut.
PR4 Jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan kode
sukarela mengenai informasi dan pelabelan produk dan layanan,
berdasarkan jenis hasil.
PR5 Praktik yang terkait dengan kepuasan pelanggan, termasuk hasil
survei yang mengukur kepuasan pelanggan.
Aspek: Komunikasi Pemasaran
PR6 Program untuk kepatuhan pada hukum, standar, dan kode
sukarela terkait dengan komunikasi pemasaran, termasuk promosi
iklan, dan sponsor.
PR7 Jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan kode
sukarela mengenai komunikasi pemasaran, termasuk iklan,
promosi, dan sponsor berdasarkan jenis hasil.
Aspek: Privasi Pelanggan
PR8 Jumlah total keluhan yang dibuktikan tentang pelanggaran privasi
pelanggan dan hilangnya data pelanggan.
Aspek: Kepatuhan
PR9 Nilai moneter dari denda yang signifikan untuk ketidakpatuhan
terhadap undang-undang dan peraturan tentang ketentuan dan
penggunaan produk dan layanan.
Sumber: GRI4 26000 (2014)
106
Tabel Sampel Data Penelitian
No Perusahaan Kode
1 PT Astra Internasional Tbk ASII
2 PT Astra Otoparts Tbk AOP
3 PT Kino Indonesia Tbk KINO
4 PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk JPFA
5 PT Kalbefarma Tbk KLBF
6 PT Mandom Indonesia Tbk TCID
7 PT Arwana Citramulia Tbk ARNA
8 PT Garuda Metalindo Tbk BOLT
9 PT Kedawung Setia Industrial Tbk KDSI
10 PT HM Sampoerna Tbk HMSP
11 PT Selamat Sempurna Tbk SMSM
12 PT KMI Wire and Cable Tbk KBLT
13 PT Waskita Beton Precast Tbk WSBP
14 PT Surya Toto Indonesia Tbk TOTO
15 PT Champion Pacific Indonesia Tbk IGAR
16 PT Indal Alumunium Industry Tbk INAI
17 PT Charoen Pacific Indonesia Tbk CPIN
18 PT Akasha Internasional Tbk ADES
19 PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk CEKA
20 PT Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
21 PT Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI
22 PT Mayora Indah Tbk MYOR
23 PT Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI
24 PT Ultrajaya Milk Industry& Trading
Company Tbk ULTJ
25 PT Gudang Garam Tbk GGRM
26 PT Uniliver Indonesia Tbk UNVR
107
Tabulasi data sampel penelitian
No Perusahaan Tahun CSR LEV IM AP KI MCSR MLEV MIM
1 ASII 2016 0.41 0.87 0.17 0.24 0.50 0.20 0.44 0.08
2 AOP 2016 0.13 0.39 0.25 0.28 0.80 0.11 0.31 0.20
3 KINO 2016 0.14 0.68 0.37 0.41 0.80 0.11 0.55 0.30
4 JPFA 2016 0.44 1.05 0.39 0.15 0.63 0.28 0.66 0.25
5 KLBF 2016 0.10 0.22 0.30 0.24 0.57 0.06 0.13 0.17
6 TCID 2016 0.16 0.23 0.43 0.16 0.74 0.12 0.17 0.32
7 ARNA 2016 0.11 0.63 0.56 0.25 0.51 0.06 0.32 0.29
8 BOLT 2016 0.04 0.25 0.48 0.30 0.58 0.03 0.15 0.27
9 KDSI 2016 0.25 1.72 0.34 0.12 0.81 0.20 1.40 0.28
10 HMSP 2016 0.20 0.24 0.16 0.22 0.92 0.18 0.23 0.15
11 SMSM 2016 0.03 0.43 0.29 0.36 0.58 0.02 0.25 0.17
12 KBLT 2016 0.05 0.42 0.30 0.16 0.06 0.00 0.02 0.02
13 WSBP 2016 0.45 0.85 0.14 0.25 0.60 0.27 0.51 0.08
14 TOTO 2016 0.03 0.69 0.34 0.38 0.92 0.03 0.64 0.32
15 IGAR 2016 0.07 0.18 0.16 0.21 0.85 0.06 0.15 0.14
16 INAI 2016 0.03 4.19 0.18 0.25 0.78 0.03 3.27 0.14
17 CPIN 2016 0.03 0.71 0.46 0.14 0.56 0.02 0.39 0.26
18 ADES 2016 0.07 1.00 0.49 0.11 0.92 0.06 0.91 0.45
19 CEKA 2016 0.02 0.61 0.15 0.25 0.92 0.02 0.56 0.14
20 INDF 2016 0.16 0.87 0.31 0.36 0.50 0.08 0.44 0.16
21 MLBI 2016 0.08 1.77 0.56 0.19 0.82 0.06 1.45 0.46
22 MYOR 2016 0.14 1.06 0.30 0.39 0.59 0.08 0.63 0.18
23 ROTI 2016 0.08 1.02 0.63 0.27 0.69 0.05 0.71 0.44
24 ULTJ 2016 0.05 0.21 0.25 0.27 0.37 0.02 0.08 0.09
25 GGRM 2016 0.04 0.59 0.33 0.27 0.76 0.03 0.45 0.25
26 UNVR 2016 0.18 2.56 0.57 0.24 0.85 0.15 2.18 0.48
108
27 ASII 2017 0.38 0.89 0.16 0.22 0.50 0.19 0.45 0.08
28 AOP 2017 0.20 0.37 0.24 0.41 0.80 0.16 0.30 0.19
29 KINO 2017 0.16 0.58 0.39 0.39 0.80 0.13 0.46 0.31
30 JPFA 2017 0.30 1.15 0.40 0.39 0.63 0.19 0.73 0.25
31 KLBF 2017 0.12 0.20 0.32 0.24 0.57 0.07 0.11 0.18
32 TCID 2017 0.16 0.27 0.41 0.20 0.74 0.12 0.20 0.30
33 ARNA 2017 0.11 0.53 0.52 0.21 0.51 0.06 0.27 0.27
34 BOLT 2017 0.05 0.65 0.52 0.37 0.58 0.03 0.37 0.30
35 KDSI 2017 0.25 1.74 0.33 0.29 0.84 0.21 1.46 0.28
36 HMSP 2017 0.20 0.26 0.16 0.28 0.92 0.18 0.24 0.15
37 SMSM 2017 0.03 0.34 0.28 0.42 0.58 0.02 0.20 0.16
38 KBLT 2017 0.05 0.69 0.35 0.32 0.55 0.03 0.38 0.19
39 WSBP 2017 0.45 1.04 0.21 0.27 0.65 0.29 0.67 0.14
40 TOTO 2017 0.04 0.67 0.29 0.20 0.92 0.04 0.62 0.26
41 IGAR 2017 0.07 0.16 0.17 0.35 0.85 0.06 0.14 0.14
42 INAI 2017 0.03 3.38 0.19 0.25 0.78 0.03 2.63 0.15
43 CPIN 2017 0.05 0.56 4.49 0.04 0.56 0.03 0.31 2.49
44 ADES 2017 0.05 0.99 0.57 0.12 0.92 0.05 0.90 0.52
45 CEKA 2017 0.02 0.54 0.15 0.34 0.92 0.02 0.50 0.14
46 INDF 2017 0.16 0.88 0.34 0.45 0.50 0.08 0.44 0.17
47 MLBI 2017 0.08 1.36 0.54 0.26 0.82 0.06 1.11 0.44
48 MYOR 2017 0.14 1.03 0.27 0.36 0.59 0.08 0.61 0.16
49 ROTI 2017 0.09 0.62 0.44 0.26 0.70 0.06 0.43 0.31
50 ULTJ 2017 0.05 0.23 0.26 0.34 0.37 0.02 0.09 0.09
51 GGRM 2017 0.04 0.58 0.32 0.25 0.76 0.03 0.44 0.24
52 UNVR 2017 0.20 2.65 0.55 0.26 0.85 0.17 2.26 0.47
53 ASII 2018 0.38 0.98 0.17 0.23 0.50 0.19 0.49 0.08
54 AOP 2018 0.12 0.41 0.22 0.32 0.80 0.10 0.33 0.18
55 KINO 2018 0.21 0.64 0.39 0.17 0.80 0.17 0.52 0.32
56 JPFA 2018 0.34 1.26 0.34 0.25 0.64 0.22 0.80 0.22
109
57 KLBF 2018 0.19 0.19 0.34 0.25 0.57 0.11 0.11 0.20
58 TCID 2018 0.16 0.24 0.41 0.22 0.74 0.12 0.18 0.30
59 ARNA 2018 0.11 0.51 0.48 0.26 0.23 0.03 0.12 0.11
60 BOLT 2018 0.05 0.78 0.47 0.48 0.58 0.03 0.45 0.27
61 KDSI 2018 0.23 1.51 0.38 0.32 0.84 0.19 1.26 0.32
62 HMSP 2018 0.20 0.32 0.16 0.27 0.92 0.18 0.29 0.14
63 SMSM 2018 0.03 0.30 0.27 0.43 0.58 0.02 0.18 0.16
64 KBLT 2018 0.08 0.60 0.29 0.16 0.63 0.05 0.38 0.18
65 WSBP 2018 0.36 0.93 0.31 0.35 0.60 0.22 0.56 0.19
66 TOTO 2018 0.04 0.50 0.25 0.22 0.92 0.04 0.46 0.23
67 IGAR 2018 0.07 0.18 0.23 0.43 0.85 0.06 0.15 0.19
68 INAI 2018 0.03 3.61 0.16 0.23 0.78 0.03 2.81 0.13
69 CPIN 2018 0.05 0.43 0.42 0.16 0.56 0.03 0.24 0.23
70 ADES 2018 0.07 0.83 0.51 0.09 0.92 0.06 0.76 0.46
71 CEKA 2018 0.04 0.20 0.17 0.11 0.92 0.04 0.18 0.16
72 INDF 2018 0.16 0.93 0.44 0.46 0.50 0.08 0.47 0.22
73 MLBI 2018 0.11 1.47 0.53 0.30 0.82 0.09 1.21 0.43
74 MYOR 2018 0.14 1.06 0.24 0.30 0.59 0.08 0.63 0.14
75 ROTI 2018 0.09 0.51 0.51 0.11 0.74 0.07 0.38 0.37
76 ULTJ 2018 0.05 0.16 0.26 0.31 0.36 0.02 0.06 0.09
77 GGRM 2018 0.04 0.53 0.33 0.28 0.76 0.03 0.40 0.25
78 UNVR 2018 0.23 1.75 0.52 0.19 0.85 0.20 1.49 0.44
79 ASII 2019 0.38 0.88 0.18 0.32 0.50 0.19 0.44 0.09
80 AOP 2019 0.14 0.37 0.22 0.20 0.80 0.11 0.30 0.18
81 KINO 2019 0.21 0.74 0.46 0.17 0.80 0.17 0.59 0.37
82 JPFA 2019 0.31 1.20 0.40 0.47 0.52 0.16 0.63 0.21
83 KLBF 2019 0.12 0.21 0.38 0.25 0.61 0.07 0.13 0.23
84 TCID 2019 0.18 0.26 0.37 0.24 7.60 1.34 2.00 2.80
85 ARNA 2019 0.11 0.53 0.44 0.23 0.23 0.03 0.12 0.10
86 BOLT 2019 0.05 0.66 0.47 0.52 0.58 0.03 0.38 0.27
110
87 KDSI 2019 0.08 1.06 0.47 0.32 0.84 0.06 0.89 0.39
88 HMSP 2019 0.20 0.43 0.14 0.25 0.92 0.18 0.39 0.13
89 SMSM 2019 0.05 0.27 0.24 0.43 0.58 0.03 0.16 0.14
90 KBLT 2019 0.09 0.49 0.25 0.20 0.50 0.04 0.25 0.12
91 WSBP 2019 0.36 0.99 0.36 0.43 0.60 0.22 0.59 0.21
92 TOTO 2019 0.07 0.52 0.23 0.43 0.92 0.06 0.48 0.22
93 IGAR 2019 0.07 0.15 0.23 0.26 0.85 0.06 0.13 0.20
94 INAI 2019 0.09 2.80 0.18 0.33 0.78 0.07 2.18 0.14
95 CPIN 2019 0.05 0.39 0.46 0.42 0.56 0.03 0.22 0.26
96 ADES 2019 0.10 0.45 0.49 0.14 0.92 0.09 0.41 0.45
97 CEKA 2019 0.04 0.23 0.14 0.18 0.92 0.04 0.21 0.13
98 INDF 2019 0.16 0.77 0.45 0.27 0.50 0.08 0.39 0.22
99 MLBI 2019 0.11 1.53 0.54 0.28 0.82 0.09 1.25 0.44
100 MYOR 2019 0.14 0.92 0.25 0.20 0.59 0.08 0.55 0.15
101 ROTI 2019 0.08 0.51 0.54 0.16 0.74 0.06 0.38 0.40
102 ULTJ 2019 0.05 0.17 0.24 0.20 0.36 0.02 0.06 0.09
103 GGRM 2019 0.07 0.54 0.32 0.22 0.76 0.05 0.41 0.24
104 UNVR 2019 0.22 2.91 0.52 0.32 0.85 0.19 2.47 0.44
111
Data Outlier
No Perusahaan Tahun CSR LEV IM AP KI MCSR MLEV MIM
1 SRSN 2016 0.09 0.78 0.31 2.90 0.33 0.03 0.26 0.10
2 SRSN 2017 0.09 0.57 0.32 0.05 0.33 0.03 0.19 0.11
3 SRSN 2018 0.09 0.44 0.33 0.16 0.33 0.03 0.14 0.11
4 SRSN 2019 0.09 0.51 0.29 0.33 0.33 0.03 0.17 0.10
5 UNIT 2016 0.05 0.77 0.71 0.48 0.55 0.03 0.42 0.39
6 UNIT 2017 0.08 0.74 0.67 0.39 0.29 0.02 0.22 0.20
7 UNIT 2018 0.08 0.71 0.64 2.84 0.29 0.02 0.21 0.19
8 UNIT 2019 0.12 0.69 0.59 0.30 0.29 0.04 0.20 0.17
9 BIMA 2016 0.08 1.95 0.12 0.03 0.21 0.02 0.41 0.03
10 BIMA 2017 0.09 2.06 0.12 0.80 0.21 0.02 0.43 0.03
11 BIMA 2018 0.10 2.21 0.12 1.51 0.87 0.09 1.92 0.10
12 BIMA 2019 0.12 2.82 0.63 0.32 0.87 0.10 2.44 0.55
13 TRIS 2016 0.04 0.85 0.21 0.42 0.67 0.03 0.57 0.14
14 TRIS 2017 0.04 0.53 0.23 1.42 0.67 0.03 0.35 0.16
15 TRIS 2018 0.11 0.83 0.26 0.33 0.75 0.08 0.63 0.19
16 TRIS 2019 0.15 0.74 0.27 0.35 0.89 0.14 0.66 0.24
17 ISSP 2016 0.05 1.28 0.33 0.37 0.58 0.03 0.74 0.19
18 ISSP 2017 0.08 1.21 0.35 1.04 0.58 0.04 0.69 0.20
19 ISSP 2018 0.09 1.23 0.34 0.17 0.58 0.05 0.71 0.19
20 ISSP 2019 0.09 1.07 0.33 0.33 0.58 0.05 0.62 0.19
21 LION 2016 0.02 0.46 0.18 0.33 0.58 0.01 0.26 0.10
22 LION 2017 0.02 0.51 0.14 0.62 0.58 0.01 0.29 0.08
23 LION 2018 0.02 0.47 0.13 0.33 0.58 0.01 0.27 0.07
24 LION 2019 0.02 0.47 0.11 1.24 0.58 0.01 0.27 0.07
25 JECC 2016 0.12 2.37 0.00 0.22 0.90 0.11 2.14 0.00
26 JECC 2017 0.13 2.52 0.29 0.54 0.90 0.12 2.27 0.27
27 JECC 2018 0.13 1.97 0.28 0.04 0.90 0.12 1.77 0.25
112
28 JECC 2019 0.13 1.50 0.30 0.04 0.90 0.12 1.35 0.27
29 IMPC 2016 0.09 0.86 0.31 0.24 0.80 0.07 0.68 0.24
30 IMPC 2017 0.11 0.78 0.32 0.32 0.89 0.10 0.70 0.29
31 IMPC 2018 0.12 0.73 0.32 0.04 0.90 0.11 0.65 0.29
32 IMPC 2019 0.13 0.78 0.34 0.09 0.90 0.12 0.70 0.31
33 INTP 2016 0.13 0.15 0.49 0.18 0.51 0.07 0.08 0.25
34 INTP 2017 0.15 0.18 0.52 0.12 0.51 0.08 0.09 0.26
35 INTP 2018 0.15 0.20 0.53 0.12 0.51 0.08 0.10 0.27
36 INTP 2019 0.16 0.20 0.51 0.03 0.51 0.08 0.10 0.26
113
Hasil Output SPSS 25
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
CSR 104 .02 .45 .1354 .10811
LEV 104 .15 4.19 .8328 .75412
IM 104 .14 4.49 .3803 .42721
AP 104 .04 .52 .2721 .09766
KI 104 .06 7.60 .7547 .70124
Valid N
(listwise)
104
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
A. Hasil Uji Normalitas
114
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 104
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std.
Deviation
.15803778
Most Extreme
Differences
Absolute .042
Positive .031
Negative -.042
Test Statistic .042
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
115
B. Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
CSR .971 1.030
LEV .982 1.018
IM .987 1.013
KI .999 1.001
a. Dependent Variable: LG10_AP
C. Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardiz
ed Residual
Test Valuea .00411
Cases < Test Value 52
Cases >= Test
Value
52
Total Cases 104
Number of Runs 56
Z .591
Asymp. Sig. (2-
tailed)
.554
a. Median
116
D. Hasil Uji Heteroskedatisitas
3. Hasil Uji Hipotesis
A. Uji Analisis Regresi Berganda
1) Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji F)
2) Hasil Uji Koefisien Determinan
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .468a .219 .187 .16120
a. Predictors: (Constant), KI, CSR, IM, LEV
b. Dependent Variable: LG10_AP
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) .156 .023 6.881 .000
CSR -.095 .089 -.108 -1.074 .286
LEV -.010 .013 -.078 -.775 .440
IM -.016 .022 -.072 -.719 .474
KI -.004 .014 -.030 -.305 .761
a. Dependent Variable: ABS_RES
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression .721 4 .180 6.938 .000b
Residual 2.573 99 .026
Total 3.294 103
a. Dependent Variable: LG10_AP
b. Predictors: (Constant), KI, CSR, IM, LEV
117
3) Hasil Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.520 .038 -13.694 .000
CSR .021 .149 .013 .141 .888
LEV .005 .021 .023 .257 .798
IM -.194 .037 -.463 -5.185 .000
KI -.015 .023 -.058 -.653 .515
a. Dependent Variable: LG10_AP
B. Pengujian Regresi Moderat (Moderate Regression Analysis-MRA)
1) Hasil Uji Signifikan Parsial
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.570 .142 -4.027 .000
MCSR 1.161 .839 .914 1.384 .170
MLEV -.460 .217 -1.638 -2.120 .037
MIM -.348 .517 -.684 -.672 .503
a. Dependent Variable: LG10_AP
Recommended