View
49
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
PENERAPAN METODE PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF
DALAM BUKU BIOGRAFI
MU‟ASSIS I‟LM AL-SAYDALAH, IBN AL-BAITAR
KARYA ATEF MUHAMMAD
Skripsi
Dianjukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)
Disusun oleh:
Dani Fadhlurrohman
(11150240000016)
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M / 1440
ABSTRAK
Dani Fadhlurrohman, 11150240000016. Penerapan Metode
Penerjemahan Komunikatif dalam Buku Biografi Mu’assis I’lm al-
Saydalah, Ibn al-Baitar karya Atef Muhammad. Skripsi, Prodi
Tarjamah, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2020.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil penerapan
metode penerjemahan komunikatif dalam buku Mu‟assis I‟lm al-
Saydalah, Ibn al-Baitar yang peneliti terjemahkan sendiri. Metodologi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif-
deskriptif. Kemudian menjelaskan pertanggungjawaban terjemahan dari
bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan strategi
penerjemahan yang dikemukakan oleh M. Zaka Al Farisi dan Moch.
Syarif Hidayatullah. Strategi yang digunakan terdapat kedelapan
metode penerjemahan, di antaranya; Taqdim wa Ta‟khir, Ziyadah,
Hazf, Tabdil, literal, transposisi, deskripsi, dan transkripsi. Langkah
awal adalah menerjemahkan objek data, setelah itu dilakukan analisis
dengan menerangkan penerapan strategi penerjemahan yang digunakan
saat menerjemahkan. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa
strategi penerjemahan Arab-Indonesia pada buku Mu‟assis I‟lm al-
Saydallah, Ibn al-Baitar sangatlah efektif untuk digunakan dalam kasus
menerjemahkan teks biografi, yang memudahkan penerjemah
menghasilkan terjemahan yang mudah dipahami dan berterima dalam
bahasa sasaran (bahasa Indonesia). Dalam proses menerjemahkan,
strategi yang paling banyak digunakan yaitu strategi penerjemahan
ziyadah dan hazf, karena adanya perbedaan pada struktur gramatikal
bahasa Arab dan bahasa Indonesia.
Kata kunci: Penerjemahan, buku biografi, Ibn al-Baitar, strategi
penerjemahan komunikatif.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilllȃhi rabbilȃ‟lamîn. Segala puji bagi Allah,
Tuhan semesta alam yang telah memancarkan sumber-sumber
hikmah dari hati yang jujur hingga hikmah itu mengalir,
membuka pendengaran para pecinta-Nya dan orang yang
berhasrat menerimanya hingga pendengaran mereka sangat tajam,
menyinari penglihatan orang yang senantiasa menghadapkan
wajahnya dan serius menuntunnya hingga penglihatan mereka
menjadi sangat jeli. Hal ini rasa syukurpun terefleksikan dengan
menyelesaikan skripsi yang peneliti tulis untuk memperoleh gelar
Sarjana Humaniora pada jurusan Tarjamah, Fakultas Adab dan
Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat dan salam peneliti sampaikan kepada nabi
Muhammad SAW, dialah sebaik-baiknya manusia yang datang
dalam hidup ini, lalu mengangkat derajat kehidupan semesta
menjadi mulia. Dialah yang membangkitkan kesucian jiwa,
memberikan cahaya dalam pandangan mata dan pandangan
kalbu, serta membimbing manusia menjadi pribadi dan umat
terbaik di dunia maupun di akhirat.
Skripsi yang peneliti buat, dalam proses penyusunannya
tentu mengalami berbagai kendala dan hambatan. Namun, dengan
adanya dukungan baik moral maupun materil dari berbagai pihak,
peneliti akhirnya dapat juga menyelesaikan skripsi ini. Oleh
karena itu, ucapan terima kasih yang tak terhingga peneliti
haturkan kepada;
viii
1. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Drs. Saiful Umam, M.A, Ph.D.;
2. Ketua dan Sekertaris Prodi Tarjamah, Dr. Darsita
Suparno, M.Hum, dan Dr. Ulil Abshar, S.S., M.Hum.
yang telah banyak memberikan arahan, dukungan, dan
motivasi kepada peneliti;
3. Dosen pembimbing skripsi peneliti, Dr. Ahmad
Syatibi, M.Ag. yang telah sabar meluangkan waktunya
memberikan banyak dukungan, masukan, dan motivasi
kepada peneliti;
4. Dosen penguji 1, Dr. Rizqi Handayani, M.A. dan dosen
penguji 2, Dr. TB. Ade Asnawi, M.A. yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan masukan
dan saran demi kesempurnaan skripsi ini;
5. Dosen pembimbing akademik, Bapak Abdul Wadud
Kasyful Anwar, Lc, M.Ag yang telah membimbing
peneliti dengan baik selama masa studi di Jurusan
Tarjamah;
6. Seluruh dosen Fakultas Adab dan Humaniora,
khususnya para dosen di Prodi Tarjamah yang telah
memberikan banyak ilmu dan motivasi kepada peneliti.
Barakallah fii hayatikum;
7. Untuk kedua orangtua tercinta khususnya yang selalu
mendukung dan menasehati dengan mengajari nilai-
nilai agama dalam kehidupan ini, dan untuk ade
tercinta Rahmawati yang selalu semangat dalam proses
ix
belajar di perkuliahannya, karya ini adalah sebuah
persembahan yang indah dari kakak.
8. Untuk teman-teman jurusan Tarjamah seperjuangan
terima kasih banyak yang telah membantu peneliti
selama perkuliahan hingga mencapai titik ini.
Semua pihak yang ikut andil dalam membantu
terlaksananya penelitian skripsi ini, semoga selalu diberikan
keberkahan dan dilimpahkan rahmat-Nya dalam hidup. Pada
akhirnya, peneliti berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi
khalayak ramai, khususnya bagi para akademisi yang menggeluti
bidang penerjemahan Arab-Indonesia, sejarah kebudayaan Islam
dan biografi.
Jakarta, 10 Januari 2020
Peneliti
x
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR...............................................................vii
DAFTAR ISI ...............................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................xii
PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ................... 6
C. Tujuan Penelitian ......................................... 6
D. Manfaat Penelitian ....................................... 7
E. Penelitian terdahulu ..................................... 7
F. Metodologi Penelitian ................................. 11
G. Sistematika Penulisan ................................. 15
BAB II KERANGKA TEORI
A. 1. Definisi Buku Biografi ............................ 17
A. 2. Penerjemahan Buku Biografi .................. 18
B. Penerjemahan
1. Definisi Penerjemahan ............................. 18
xi
2. Strategi Penerjemahan ............................. 20
C. Metode Penerjemahan Komunikatif ........... 25
BAB III SEKILAS TENTANG BUKU “MU’ASSIS
I’LM AL-SAYDALAH, IBN AL-BAITAR” DAN
BIOGRAFI PENULIS
A. Deskripsi Buku ......................................... 27
B. Biografi Penulis ........................................ 28
C. Karya-karya Penulis .................................. 30
BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN AKADEMIK
HASIL PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF
A. Pengantar Edisi Terjemah .......................... 35
B. Analisis Data .............................................. 36
C. Pertanggungjawaban Akademik ................ 40
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................. 65
B. Saran ........................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 68
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................... 75
TERJEMAHAN BUKU “MU’ASSIS I’LM AL-SAYDALAH,
IBN AL-BAITAR” .................................................................. 102
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Wawancara Peneliti dengan Penulis Buku
“Mu‟assis I‟lm al-Saydalah, Ibn al-Baitar yaitu Atef Muhammad
melalui Email
Lampiran 2 : Teks Bahasa Sumber dan Terjemahan Buku
Mu‟assis I‟lm al-Saydalah, Ibn al-Baitar
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah mengalihaksarakan suatu tulisan ke
dalam aksara lain. Misalnya, dari aksara Arab ke aksara Latin.
Berikut ini adalah Surat Keputusan Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Nomor: 507 Tahun 2017 Tentang “Pedoman
Penelitian Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta”. Berikut daftar aksara Arab dan
padanannya dalam aksara Latin:
A. Konsonan
Huruf
Arab
Huruf
Latin
Keterangan
- - ا
ba‟ be ب
ta‟ te ث
Ts te dan es د
Jim je ج
H h dengan garis bawah ح
kha ka dan ha ر
dal de د
Dz de dan zet ر
R er س
xiv
z zet ص
S es س
Sy es dan ye ش
s es dengan garis di bawah ص
d de dengan garis di bawah ض
t te dengan garis di bawah ط
z zet dengan garis bawah ظ
koma terbalik di atas hadap kanan „ ع
gh ge dan ha غ
f ef ف
q ki ق
k ka ك
l el ل
m em م
n en ى
w we و
h ha ه
apostrof ` ء
y ye ي
xv
B. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa
Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan
vokal rangkaP atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan
alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
a Fathah
i Kasrah
u Dammah
Adapun vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya
adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
ي ai a dan i
و au a dan u
xvi
C. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang
dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf,
yaitu:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
ا â a dengan topi di atas
ي Î i dengan topi di atas
و Û u dengan topi di atas
D. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab
dilambangkan dengan huruf, yaitu ال, dialihaksarakan
menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun
huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân
bukan ad-dîwân.
E. Syaddah (Tasydȋd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan
Arab dilambangkan dengan tanda ( ), dalam alih aksara ini
dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan
huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak
berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak
setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf
syamsiyyah. Misalnya kata "الضشوسة" tidak ditulis ad-darûrah
melaikan al-darûrah. Demikian seterusnya.
xvii
F. Ta Marbȗtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta
marbȗtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf
tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di
bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbȗtah
tersebut diikuti oleh kata sifat (na‟t) (lihat contoh 2). Namun,
jika huruf ta marbȗtah tersebut diikuti kata benda (ism),
maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat
contoh 3).
Contoh:
No. Kata Arab Alih Aksara
Tarîqah طشيقت 1
al-jâmi‟ah al-islâmiyyah الجاهعت الالجاهعت الإسلاهيت 2
Wahdat al-wujûd ودذة الىجىد 3
G. Huruf Kapital
Meskipun dalam tulisan Arab huruf kapital tidak
dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga
digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara
lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal, nama
tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting
diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang,
maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal
nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.
xviii
(Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Al- Ghazâlî, al-Kindi
bukan Al-Kindi)
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya
juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya
ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak
tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan
cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya.
Demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penelitian nama, untuk nama-
nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri,
disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya
berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-
Palimbani, tidak „Abd al-Samad al-Palimbâni; Nuruddin al-
Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
H. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi‟il), kata benda (ism),
maupun huruf (harf) ditulis secara terpisah. Berikutnya
adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat
dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-
ketentuan di atas:
Kata Arab Alih Aksara
dzahaba al-ustâdzu رهة الأسخار
tsabata al-ajru ثبج الأجش
xix
al-harakah al-„asriyyah الذشمت العصشيت
asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh اشهذ اى لا إله إلا الله
Maulânâ Malik al-Sâlih هىلانا هلل الصالخ
yu‟atstsirukum Allâh يعث شمن الله
al-mazâhir al-„aqliyyah الوظاهش العقلي ت
xx
DAFTAR SINGKATAN
Berikut daftar singkatan yang terdapat dalam skripsi:
1. BSu : Bahasa Sumber
2. BSa : Bahasa Sasaran
3. TSu : Teks Sumber
4. TSa : Teks Sasaran
5. KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada zaman modern ini, orang beranggapan bahwa
kemajuan ilmu pengetahuan berasal dari peradaban Barat.
Padahal kemajuan yang dicapai peradaban Barat tersebut tidak
lepas dari zaman sebelumnya, yakni masa kejayaan Islam.
Banyak sekali yang ilmuan muslim berikan saat itu untuk
berkontribusi memajukan ilmu pengetahuan di berbagai bidang,
salah satunya ialah ilmu farmasi. Para ilmuwan farmasi muslim
saat itu selain menguasai riset-riset ilmiah di bidang farmasi,
mereka juga berhasil membuat komposisi, dosis, tata cara
penggunaan, dan efek dari obat-obatan (baik obat sederhana
maupun obat campuran). Masa kejayaan Islam merupakan masa
di mana ilmu farmasi mencapai puncaknya.
Tokoh-tokoh ilmu farmasi seperti Jabir bin Ibn Hayyan
(720-813 M), Ibnu Masawayh (777-857 M), Al-Kindi (801-866
M), Sabur Ibnu Sahl (940-1000 M), At-Tabari (839-923 M), Ar-
Razi (864-925 M), Al-Zahrawi (937-1013 M), Ibnu Sina (980-
1037 M), Al-Biruni (973-1048 M), Al-Ghafiqi (Wafat 732 M),
Ibnu Zuhr (1072-1162 M), Ibnu Thufail (1110-1185 M), Ibnu
Rusyd (1126-1198 M), dan Ibnu Al-Baitar (1193-1248 M)
menjadi orang-orang di barisan terdepan bahkan beberapa karya
mereka masih dijadikan rujukan dalam ilmu farmasi dan
2
kedokteran hingga abad modern baik di negara Timur maupun di
negara Barat.1
Namun nama terakhir ini yaitu Ibnu al-Baitar masih
belum populer di kalangan masyarakat Islam di Indonesia. Ibnu
al-Baitar ialah ilmuwan muslim yang dilahirkan di kota Malaga
Spanyol menjelang akhir abad ke 12. Dia belajar ilmu botani dari
Abu Al Abbas Al Nabati salah seorang ahli botani yang belajar
dan mengumpulkan berbagai macam tanaman di sekitar wilayah
Andalus (Spanyol)”.2 Adapun karya-karyanya antara lain
3 :
1) Kitab Al-Mughni fi al-Adwiya‟ al-Mufradāt. Buku ini
membahas tentang ramuan-ramuan sederhana, yang terdiri
atas 20 bagian. Telah diterjemahkan dalam bahasa Latin
dengan judul “The Ultimate in Materia Medica”. Selain
dalam bahasa Latin, buku ini telah di terjemahkan ke
dalam bahasa Jerman dan Prancis pada abad ke-19.
2) Kitab Al-Jāmi‟ li Mufradāt al-Adwiya wa al-Aghdiya.
Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
dengan judul “The complete Book in Simple Medicaments
and Nutritious Items”, di Eropa buku ini mulai
dipublikasikan pada tahun 1758. (Buku Lengkap tentang
Obat-Obatan Sederhana).
1 Sri Sudewi, “Sejarah Farmasi Islam dan Hasil Karya Tokoh-
Tokohnya”, Journal of Islam and Plurality, Volume 2, Nomor 1, Juni 2017.
hal. 57.
2 “Biografi Ibn Al Baitar (Abu Muhammad Abdullah Ibn Ahmad Al
Baitar Dhiya Al Din Al Malaqi)”, Qatar Medical Journal, Vol. 12 / No.1 / Juni
2003.
3 Sri Sudewi, “Sejarah Farmasi Islam dan Hasil Karya Tokoh-
Tokohnya”, Journal of Islam and Plurality, Volume 2, Nomor 1, Juni 2017.
hal. 70.
3
3) Kitab Al-Jamî fi Al-Tîb ( di terjemahkan dalam bahasa
Latin dengan judul The Physician‟s Balance). Buku ini
mengupas beragam tumbuhan berkhasiat obat atau
tumbuhan herbal yang berhasil di kumpulkannya di
sepanjang pantai mediterania. Seribu lebih tanaman obat
yang ia temukan pada abad ke-13 Masehi.
4) Kitab Al-Adwiyat al-Basyitah “Ramuan-ramuan
Sederhana”, yang di cetak dalam bahasa Latin dengan
judul “Simplicia” dan diterbitkan di Cremona pada tahun
1758 M.
Hal ini membuat peneliti tertarik dalam mengkaji atau
menerjemahkan biografi tokoh tersebut untuk memperkenalkan
kisah maupun karya-karyanya dan memperluas khazanah ilmu
pengetahuan di Indonesia bahwa Ibnu Al-Baitar sangat
berpengaruh dalam kemajuan ilmu farmasi modern. Peneliti akan
menerjemahkan sebuah buku biografi Ibnu al-Baitar yang judul
“Mu‟assis I‟lm al-Saydalah, Ibn al-Baitar” Karya Atef
Muhammad.
Buku biografi ini mengisahkan riwayat hidup seorang
ilmuan muslim pada masa Bani Umayyah ahli dalam bidang ilmu
farmasi bernama Abu Muhammad Abdullah Ibn Ahmad Al Baitar
Dhiya Al Din Al Malaqi atau dikenal dengan Ibn al-Baitar. Ia
merupakan salah satu ilmuan muslim Andalus terbesar yang ahli
dalam bidang botani dan bidang farmasi pada abad pertengahan.
Di kalangan masyarakat kita saat ini, masih sedikitnya
buku biografi yang diterjemahan dari bahasa Arab ke dalam
bahasa Indonesia. Hal tersebut terjadi karena buku-buku biografi
4
terjemahan Arab-Indonesia masih sangat minim penerjemahnya
dibandingkan dengan penerjemah buku biografi berbahasa asing
lainnya. Buku biografi terjemahan Arab-Indonesia yang kualitas
terjemahannya masih susah untuk dipahami karena terlihat sekali
seperti buku terjemahan.
Tentu ini bertentangan dengan prinsip penerjemahan yang
dikatakan oleh Nida bahwa suatu karya terjemahan yang baik
akan terasa seperti bukan terjemahan.4 Perbedaan bahasa asing
lainnya dengan bahasa Arab pada era industri seperti sekarang
ditinjau dari aspek pemakaian dan penyebarluasan pemakaian
ditandai dengan digitalisasi dan automasi, bahasa ini sejak dahulu
hingga sekarang mempunyai peran penting dalam perkembangan
literasi masyarakat Indonesia.5
Proses menerjemahkan yang dilakukan penerjemah
bukanlah ilmu murni dan bukan pula murni seni. Menerjemahkan
adalah seni praktis. Dengan kata lain, menerjemahkan adalah
keterampilan berkesenian dengan bantuan ilmu-ilmu teoritis. Kita
sering menemukan kesulitan menyatakan hasil penerjemahan itu
dikatakan baik, yang satunya lagi dikatakan sedang dan yang
satunya lagi dikatakan jelek.6 Penerjemahan ini juga merupakan
upaya untuk mengalihkan pesan atau amanat dari bahasa sumber
4 Eugene A. Nida dan Charles A. Taber, The Teory and Practice of
Translation, (Leiden: Published for The United Bible Societies, 1982), hal. 12.
5 Darsita Suparno dan Ali Qosebaty, “Kekerabatan Bentuk kosakata
Perabot Dapur dalam Bahasa Arab Sudan dan Suriah”, Buletin Al-Turas, Vol.
26 No.1, Januari 2020, hal. 3.
6 Nur Mufid dan Kaserun AS. Rahman, Buku Pintar Menerjemahkan
Arab-Indonesia Cara Paling Tepat, Mudah dan Kreatif, (Surabaya: Pustaka
Progressif, 2007), hal. 6.
5
ke dalam bahasa target dengan cara menemukan ekuivalensi yang
memiliki struktur semantik yang sepadan.
Dalam penerjemahan berlangsung rentetan kegiatan mulai
dari memahami makna teks sumber sampai mengungkapkan
kembali makna tersebut dalam bahasa target. Penggunaan istilah
bahasa target dimaksudkan untuk menegaskan betapa pentingnya
aspek keakuratan dalam penerjemahan. Penerjemahan yang
melenceng dari target yang sebenarnya berarti penyimpangan.7
Berdasarkan latar belakang ini, peneliti dalam melakukan
penerjemahan biografi berjudul “Mu‟assis I‟lm al-Saydalah, Ibn
al-Baitar” karya Atef Muhammad ini menggunakan metode
penerjemahan komunikatif. Saat menerjemahkan dengan metode
ini, seorang penerjemah mereproduksi makna kontekstual yang
sedemikian rupa. Aspek kebahasaan dan aspek isi langsung dapat
dimengerti oleh pembaca. Metode ini mengharuskan penerjemah
memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi (pembaca dan tujuan
penerjemahan).Metode ini pun dapat memberikan variasi
penerjemahan yang sesuai dengan prinsip-prinsip komunikasi.8
Penggunaan metode penerjemahan komunikatif bertujuan
untuk mengetahui proses penerjemahan bahasa Arab ke bahasa
Indonesia yang mudah dipahami oleh penutur bahasa sasaran
sehingga hasil terjemahan tersebut terlihat seperti bukan
terjemahan. Di lain sisi peneliti ingin mengetahui pesan moral
dan teladan sang tokoh, baik dalam menekuni atau
7 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 23-24.
8 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab-
Indonesia Kontemporer, (Pamulang: Penerbit Alkitabah, 2014), hal. 63.
6
mengembangkan ilmu pengetahuan maupun untuk menambah
khazanah pengetahuan pada buku biografi Ibnu Al-Baitar di
Indonesia.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Sebagaimana dengan pemaparan yang telah dijelaskan
sebelumnya agar pembahasan dalam skripsi ini terarah dan tidak
terlalu meluas, batasan yang peneliti terapkan dalam metode
penerjemahan komunikatif pada buku biografi berbahasa Arab
berjudul “Mu‟assisu I‟lm al-Saydalah, Ibn al-Baitar” karya Atef
Muhammad dengan memilih 12 sampel. 12 sampel yang peneliti
pilih sekiranya sudah mewakili keseluruhan isi buku keselurahan
yang telah diterjemahkan berjumlah 22 halaman dalam
menerapkan teori penerjemahan komunikatif. Maka dalam hal ini
peneliti merumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagaiman penerapan teori penerjemahan komunikatif
dalam buku biografi “Mu‟assis Ilm al-Saydalah, Ibn al-
Baitar” karya Atef Muhammad?
2. Bagaimana strategi penerapan teori penerjemahan
komunikatif dalam buku biografi “Mu‟assis Ilm al-
Saydalah, Ibn al-Baitar” karya Atef Muhammad?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah:
1. Mengetahui hasil penerapan metode penerjemahan
komunikatif buku biografi “Mu‟assis Ilm al-Saydalah,
Ibn al-Baitar” karya Atef Muhammad.
7
2. Mengetahui hasil terjemahan buku biografi “Mu‟assis Ilm
al-Saydalah, Ibn al-Baitar” karya Atef Muhammad
dengan menerapkan metode penerjemahan komunikatif.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan untuk menambah khazanah
keilmuan dan wawasan bagi penulis baik dalam dunia
penerjemahan maupun dalam kualitas terjemahan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini bertujuan untuk dijadikan sebagai bahan
evaluasi dan pembelajaran dalam menggunakan metode
penerjemahan komunikatif.
E. Penelitian Terdahulu
Peneliti telah menemukan penelitian terdahulu terkait
penerjemahan biografi dan penerjemahan komunikatif.
Diantaranya seperti skripsi yang dilakukan oleh: Pertama
berjudul, “Pertanggungjawaban Penerjemahan Bagian dari Buku
Qissatu Erdogan Karya DR. Raghib al-Sirjani”. Penelitian ini
dilakukan oleh mahasiswa Tarjamah, Hanif Azhar pada tahun
2019. Skripsi ini mendeskripsikan pertanggungjawaban
penerapan metode penerjemahan komunikatif dan strategi
penerjemahan dalam terjemahan buku Qissatu Erdogan yang
mengedepankan aspek komunikatif dan tingkat kerbacaan pada
pembaca Tsa. Strategi yang digunakan pada penelitian ini ialah
8
Taqdim wa Ta‟khir, Ziyadah, Hadzf dan Tabdil.9 Hal ini mirip
dengan penelitian yang akan peneliti lakukan dalam aspek
metode maupun strategi penerjemahan, yang membedakan dalam
penelitian ini adalah korpus yang menjadi objek penelitiannya.
Penelitian kedua yaitu berupa jurnal yang berjudul,
“Ideologi dan Teknik Penerjemahan Frasa pada Buku Biografi
Suharto (A Political Biography) dari bahasa Inggris ke dalam
bahasa Indonesia Karya R.E. Elson”. Penelitian ini dilakukan
oleh Pebri Pradika Putra, M.Hum. pada tahun 2019. Fokus
penelitian yang dilakukan ini melihat bagaimana penggunaan
ideologi serta teknik, penyimpangan dan faktor penyebab
penyimpangan dalam menerjemahkan buku biografi Suharto: A
Political Biopgraphy karya R.E Elson. Data yang ditemukan
disajikan berdasarkan keterkaitannya dengan Ideologi
Penerjemahan. Total data yang ditemukan berjumlah 62 data
yang ditemukan oleh peneliti kemudian dianalisis berdasarkan
teknik penerjemahan yang digunakan, diantaranya: Teknik
penerjemahan Couplet, Addition/Penambahan, Harfiah,
Reduction/Pengurangan, Transposisi, Modulasi, Natural
Borrowing, Pure Borrowing, Adaptasi, Substitusi, dan Shift10
.
Beda halnya dengan yang peneliti lakukan dalam menerjemahkan
biografi Ibn al-Baitar hanya menggunakan delapan teknik atau
9 Hanif Azhar, Skripsi. “Pertanggungjawaban Penerjemahan Bagian
Dari Buku Qissatu Erdogan Karya DR. Raghib al-Sirjani”. (Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta).
10
Pebri Pradika Putra, “Ideologi dan Teknik Penerjemahan Frasa
pada Buku Biografi Suharto (A Political Biography) dari bahasa Inggris ke
dalam bahasa Indonesia Karya R.E. Elson” Jurnal Tsaqofah & Tarikh IAIN
Bengkulu, Vol. 4 Nomor. 1, 1 Januari-Juni 2019.
9
strategi penerjemahan yaitu: Taqdim wa Ta‟khir
(Mengedepankan dan Mengakhirkan), Ziyadah (Penambahan),
Hazf (Membuang), Tabdil (Mengganti), literal, transposisi,
deskripsi, dan transkripsi.
Penelitian ketiga berjudul, Penerjemahan Komunikatif
Muhammad Farid Wajdi dalam terjemahan Kitab Al-Hikam karya
Ibnu Athaillah As-Sakandari.” Penelitian ini dilakukan oleh
mahasiswa Tarjamah, Al Muhtarom pada tahun 2017. Penelitian
ini menyajikan hasil terjemahan yang peneliti analisis dari segi
terjemahan komunikatif dan juga menjawab perumusan
pembatasan masalah. Adapun dari hasil yang peneliti lakukan
adalah dari segi terjemahan kitab ini, peneliti mendapati bahwa
terjemahan ini sudah baik untuk orang-orang yang paham ilmu
tasawuf, namun kemungkinan besar orang-orang awam yang
tidak mengerti tasawuf akan merasa sulit memahami terjemahan
tersebut. Maka dari itu peneliti memberikan terjemahan
alternative yang bias dipahami oleh orang-orang awam. Hal itu
terlihat dari penggunaan diksi, leksikal yang menggunakan kata-
kata yang kurang baik, memberikan terjemahan alternatif agar
bias dipahami oleh orang-orang awam.11
Adapun perbedaan
dengan yg peneliti lakukan adalah proses penerjemahan
komunikatif pada teks biografi, sedangkan yang Al Muhtarom
lakukan adalah menganalisis terjemahan komunikatif dalam
terjemahan Kitab Al-Hikam.
11 Al Muhtarom, Skripsi. “Penerjemahan Komunikatif Muhammad
Farid Wajdi Dalam Terjemahan Kitab Al-Hikam Karya Ibnu Athaillah As-
Sakandari”. (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
10
Penelitian keempat berjudul, “Penerjemahan Buku al-
Qira‟ah al-Rasyidah Karya Abdul Hasan Ali Nadwi: Sebuah
Pertanggungjawaban Akademik”. Penelitian ini dilakukan oleh
Qistina Amajidah pada tahun 2017. Penelitian ini memfokuskan
pada metode penerjemahan Komunikatif dalam menerjemahkan
buku tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukan terjemahan
Buku al-Qira‟ah al-Rasyidah Karya Abdul Hasan Ali Nadwi
cocok menggunakan metode penerjemahan Komunikatif.12
Bedanya dengan yang peneliti lakukan adalah menerjemahkan
buku biografi berjudul Mu‟assis I‟lm al-Saydalah, Ibn al-Baitar
Karya Atef Muhammad.
Penelitian kelima berjudul, “Penerjemahan Buku
Mawsu‟ah al-Lughah al-Injiliziyyah Ma Qalla Wa Dalla Karya
Dr. Ezzat”. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Tarjamah
Siti Farhana Fajriyah pada tahun 2017. Dalam menerjemahkan
buku tersebut, peneliti menerapkan strategi penerjemahan
Komunikatif dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia yang
hasilnya sangat efektif, dari kualitas terjemahan yang berterima
dalam bahasa sasaran dengan bahasa yang singkat dan mudah
dimengerti.13
Pedoman yang peneliti gunakan dalam
penerjemahan ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh
Moch Syarif Hidayatullah dan M. Zaka, hal tersebut mirip
dengan peneliti lakukan. Bedanya dengan yang peneliti lakukan
12 Qistina Amajidah, Skripsi. “Penerjemahan Buku al-Qira‟ah al-
Rasyidah Karya Abdul Hasan Ali Nadwi: Sebuah Pertanggungjawaban
Akademik”. (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
13
Siti Farhana Fajriyah, Skripsi. “Penerjemahan Buku Mawsu‟ah al-
Lughah al-Injiliziyyah Ma Qalla Dalla Karya Dr. M. Ezzat”. (Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta).
11
adalah objek penelitiannya yang menerjemahkan buku biografi
berjudul Mu‟assis I‟lm al-Saydalah, Ibn al-Baitar Karya Atef
Muhammad.
Setelah mengamati dari kelima penelitian terdahulu ini,
Peneliti melihat belum ada yang menjadikan buku biografi
Mu‟assis I‟lm al-Saydalah, Ibn al-Baitar Karya Atef Muhammad
ini sebagai bahan penerjemahan dari bahasa Arab ke bahasa
Indonesai dan pertanggungjawabannya untuk objek penelitian.
Penelitian yang menggunakan metode penerjemahan komunikatif
pada buku tersebut pun belum peneliti temukan. Dengan
demikian, peneliti melakukan penelitian ini dengan
menerjemahkannya dan menganalisis dengan metode
penerjemahan komunikatif yang digunakan saat menerjemahkan.
F. Metodologi Penelitian
Metode penelitian merupakan alat, prosedur dan teknik yang
dipilih dalam melaksanakan (dalam mengumpulkan data).
Metode penelitian bahasa berhubungan erat dengan tujuan
penelitian bahasa. Penelitian bahasa bertujuan untuk
mengumpulkan dan mengkaji data, serta mempelajari
kebahasaan. Dalam penelitian bahasa (linguistik) dapat dilakukan
di perpustakaan yang akan melibatkan hubungan peneliti dengan
buku-buku (kepustakaan) sebagai sumber data.14
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
kualitatif-deskriptif yaitu penelitian yang menghasilkan data
14 T. Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik (Ancangan Metode
Penelitian dan Kajian, (Bandung: Pt. Refika Aditama, 2006), hal.14.
12
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan.15
Penelitian
kualitatif disebut juga dengan penelitian naturalistik atau
alamiah.16
Sedangkan deskriptif merupakan data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.
Selain itu semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci
terhadap apa yang sudah diteliti.17
1. Fokus Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan dalam
menerjemahkan buku biografi berjudul “Mu‟assis Ilm al-
Saydalah, Ibn al-Baitar” karya Atef Muhammad dengan
metode penerjemahan komunikatif.
Menerjemahkan berdasarkan metode penerjemahan ini
meliputi kualitas terjemahan, keakuratan, dan keterbacaan.18
Kemudian peneliti juga mendalami terkait penerjemahan teks
biografi supaya mengetahui tahapan-tahapan dalam
penulisan biografi selain menerjemahkannya.
2. Sumber Data
Sumber data yang akan digunakan terdiri dari dua macam,
yaitu: pertama, data primer yaitu berupa teks arab yang ada
pada buku biografi “Mu‟assis Ilm al-Saydalah, Ibn al-
Baitar” karya Atef Muhammad. Dari kajian ini akan
15 Muhammad, Metodologi Penelitian Bahasa, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2016), hal.30.
16 T. Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik (Ancangan Metode
Penelitian dan Kajian, (Bandung: Pt. Refika Aditama, 2006), hal.10.
17
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), hal. 11.
18
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa, (Jakarta: PT Raja Grafindo
persada, 2012), hal. 16.
13
dijadikan teks sumber sebagai objek yang akan peneliti
terjemahkan.
Di samping itu, yang tertera dalam penulisan skripsi ini
penulis juga merujuk pada sumber-sumber sekunder berupa
buku-buku tentang teori penerjemahan, kamus bahasa Arab
dan Indonesia, jurnal, internet, dan lain-lainnya.
3. Metode Penyediaan Data
Dalam pengumpulan data ada tiga tahap yang harus
dilakukan peneliti, yaitu mengumpulkan, memilih-memilah,
dan menata makna kata dari TSu. Sekalipun telah
dikumpulkan, data akan menjadi sulit dianalisis karena
belum tertata dan dipilih. Untuk itu, datanya harus dipilih-
pilih. Satu alternatif untuk memilah dan menata data atau
sebagai bahan analisis dengan mengelompokannya
berdasarkan konteks data. Data ini merujuk pada fenomena
yang mengandung dan berkaitan langsung dengan masalah
penelitian.19
Dalam penyediaan data, peneliti harus menggunakan cara
yang dalam metodologi penelitian disebut dengan metode
atau teknik. Metode adalah cara yang harus dilaksanakan,
sedangkan teknik adalah cara melaksanakan metode.20
Untuk
memperoleh data, dalam penelitian ini menggunakan metode
simak (pengamatan/observasi) dan teknik catat.
a. Metode Simak
19
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011), hal. 31.
20
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011), hal. 203.
14
Metode ini bertujuan untuk memperoleh data dengan
melakukan penyimakan atau pengamatan terhadap objek
penelitian. Objek sasarannya yang dilakukan adalah
pengamatan pada Tsu atau teks aslinya secara kata
perkata, perkalimat, perparagraf dan perhalaman.
Pengamatan ini dilakukan untuk mencari kata,
kalimat atau paragraf tertentu yang sekiranya mesti
diterjemahkan dengan cara penerjemahan komunikatif.
b. Teknik Catat
Teknik cata merupakan teknik lanjutan yang dilakukan
ketika menerapkan metode simak, yaitu mencatat data
yang telah diperoleh lalu mengelompokannya dan
memilah agar kemudian dapat dianalisis. Selain untuk
mengelompokan kata dan kalimat yang akan di analisis,
teknik catat ini dilakukan juga sebagai kegiatan memilih
diksi atau padanan kata yang terdapat dalam TSu
kemudian diterjemahkan ke BSa (B.Indonesia).
4. Analisis Data
Rancangan analisis data disusun agar penelitian dapat
berjalan secara sistematis dan ilmiah. Adapun tahapannya
ialah sebagai berikut:
a. Menerjemahkan buku biografi berjudul Mu‟assis Ilm al-
Saydalah, Ibn al-Baitar karya Atef Muhammad dari
bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, dengan
menggunakan berbagai macam kamus yang dijadikan
rujukan dan menerapkan metode penerjemahan.
15
b. Mencari dan memilah diksi atau padanan kata dari BSu ke
BSa yang tepat agar menghasilkan terjemahan yang
komunikatif.
c. Mendeskripsikan metode penerjemahan buku berjudul
Mu‟assis Ilm al-Saydalah, Ibn al-Baitar yang telah dipilih
untuk dianalisis.
5. Teknik Penulisan
Secara teknik, skripsi ini berpedoman pada buku
“Pedoman Penelitian Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan
Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” berdasarkan
Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor:
507 Tahun 2017.
G. Sistematika Penulisan
Demi mendapatkanpemahaman yang komprehensif, maka
peneliti merasa perlu untuk merumuskan sistematika penulisan
sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, meliputi latar belakang, batasan dan
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
penelitian terdahulu, metodologi penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II : Kerangka teori, meliputi gambaran umum tentang
pengertian penerjemahan, proses dan strategi penerjemahan,
metode penerjemahan komunikatif, dan pengertian teks biografi.
16
BAB III : Pada bab ini, peneliti mendeskripsikan isi buku yang
telah diterjemahkan ke dari bahasa Arab (Bsu) ke bahasa
Indonesia (Bsa) “Mu‟assis Ilm al-Saydalah, Ibn al-Baitar”,
mengulas gambaran umum tentang biografi penulis buku yaitu
Atef Muhammad dan karya-karyanya.
Bab IV : Merupakan pokok penelitian yang akan
mengklasifikasikan kata, frasa dan kalimat pada hasil terjemahan
buku biografi “Mu‟assis Ilm al-Saydalah, Ibn al-Baitar karya
Atef Muhammad dengan menggunakan metode komunikatif.
Bab V : Penutup. Pada bagian ini ada dua hal yang perlu
dikemukakan, yaitu: kesimpulan dan rekomendasi.
17
BAB II
KERANGKA TEORI
A. 1. Definisi Buku Biografi
Mengenai studi tokoh atau penelitian biografis sendiri
menurut Syahrin Harahap, yaitu penelitian terhadap kehidupan
seorang tokoh dalam hubungannya dengan masyarakat seperti;
sifat-sifat, watak, pengaruh pemikiran dan idenya, dan
pembentukan watak tokoh tersebut selama hidupnya yang
dituangkan dalam karya tulis ilmiah.21
Adapun menurut Safari
Daud, bahwa biografi merupakan riwayat hidup tokoh yang
ditulis oleh orang lain, baik tokoh tersebut masih hidup ataupun
sudah meninggal.22
Hal ini hampir sama yang disampaikan oleh Vera Sardila
mengenai pengertian buku biografi yang ia tulis dalam jurnalnya
adalah tulisan tentang kisah lika-liku perjalanan hidup seseorang
tokoh, namun ditulis oleh orang lain yang mengetahui kisah
hidup tokoh tersebut atau karena tokoh tersebut menceritakan
kisah hidupnya langsung kepada penulis. Biografi menganalisa
dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang.
Lewat biografi, kita akan menemukan hubungan, keterangan arti
21 Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh & Penulisan Biografi,
(Jakarta: Penerbit PRENADA, 2011), hal. 7.
22
Safari Daud, “Antara Biografi dan Historiografi (Studi 36 Buku
Biografi di Indonesia)”, Jurnal Analisis PPs UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Vol. XIII, No.1, Juni 2013, hal. 245.
18
dari tindakan tertentu, misteri yang melingkupi hidup seseorang,
serta penjelasan mengenai tindakan dan perilaku hidupnya.23
A. 2. Penerjemahan Buku Biografi
Saat ini masih sedikitnya buku biografi yang diterjemahkan
dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia yang tersedia di kalangan
masyarakat kita. Hal tersebut terjadi karena buku-buku biografi
terjemahan Arab-Indonesia masih sangat minim penerjemahnya
dibandingkan dengan penerjemah buku biografi berbahasa asing
lainnya. Buku biografi terjemahan Arab-Indonesia yang kualitas
terjemahannya masih susah untuk dipahami karena terlihat sekali
seperti buku terjemahan.
B. Penerjemahan
1. Definisi Penerjemahan
Menurut Nida dan Tiber dalam buku Translation karya
Zuchrisin dan Sugeng, bahwa penerjemahan adalah usaha
menciptakan kembali pesan dalam bahasa sumber (Bsu) ke
dalam bahasa sasaran (Bsa) dengan alami yang sedekat
mungkin, pertama-tama dalam hal makna dan gaya
bahasanya. Dapat disimpulkan bahwa kata penerjemahan
23 Vera Sardila, “Strategi Pengembangan Linguistik Terapan Melalui
Kemampuan Menulis Biografi dan Autobiografi: Sebuah Upaya Membangun
Keterampilan Menulis Kreatif Mahasiswa”, An-Nida: Jurnal Pemikiran Islam,
Vol.40, no.2, Agustus 2015, hal. 115.
19
adalah suatu kegiatan untuk mengungkapkan kembali makna
dari teks Bsu dengan padanan yang tepat di dalam teks Bsa.24
Adapun menurut Newmark, penerjemahan adalah
keterampilan berupa usaha untuk mengalihkan pesan atau
pernyataan tertulis dalam satu bahasa dengan pesan atau
pernyataan yang sama ke dalam bahasa lain.25
Lawrence
sendiri memandang penerjemahan sebagai sebuah penelitian
ulang dari sebuah teks sumber. Salah satunya dalam
menerjemahkan sebuah teks sastra.26
Sebuah tulisan
Nurbayan dalam jurnalnya, bahwa hakikat daripada
penerjemahan adalah kegiatan menerjemahkan di mana
terjemahan yang dihasilkan tidak akan dirasakan sebagai
karya terjemahan.27
Hal ini selaras dengan pendapat Venuti yang dikutip oleh
Hoed bahwa terjemahan yang baik adalah terjemahan yang
tidak dirasakan sebagai terjemahan.28
Jadi kegiatan
penerjemahan adalah kegiatan pengalihan pesan dari suatu
bahasa ke bahasa lain di mana terjemahan yang dihasilkan
tidak terasa sebagai karya terjemahan. Sebelum
24 Zuchridin Suryawinata & Sugeng Hariyanto, Translation Bahasan
Teori &Penuntun Praktis Menerjemahkan, (Yogyakarta: Kanisius, 2003),
hal.23.
25
Peter Newmark, Approaches to Translation (London: Pergamon
Press,2001),hal. 7
26
Lawrence Venuti, Translation Studies Reader (New York:
Routledge, 2000), hal. 27.
27
Yayan Nurbayan, “Pengaruh Struktur Bahasa Arab Terhadap
Bahasa Indonesia dalam Penerjemahan Alquran”, Jurnal Arabiyat Vol.1, Juni
2014, hal. 23.
28
Benny H. Hoed, “Tarsparansi dalam Penerjemahan”, Pertemuan
Linguistik Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Atma Jaya: Kedelapan Belas
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), Cet. 1, Edisi 1, hal. 25.
20
menerjemahkan suatu teks, seorang penerjemah perlu
menentukan siapa yang akan menjadi sasaran pembaca teks
terjemahannya atau keperluan apa terjemahan itu. Oleh
karena itu, dalam praktiknya seorang penerjemah memilih
salah satu metode yang sesuai dengan siapa dan untuk
keperluan apa penerjemahan itu dilakukan.29
Teori terjemahan adalah suatu gagasan yang dapat dipakai
sebagai acuan untuk menerjemahkan satu bahasa ke dalam
bahasa lain. Telah banyak pakar bahasa yang menulis
berbagai teori tersebut, Nida dan Taber dalam bukunya The
Theory and Practice of Translation, antara lain
mengemukakan bahwa dalam terjemahan, penerima dari
terjemahan tersebutlah yang diutamakan. 30
Banyak definisi
yang diberikan oleh para ahli terkait penerjemahan.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa penerjemahan
adalah “proses memindahkan pesan yang telah diungkapkan
dalam bahasa yang satu (BSu) ke bahasa yang lain (BSa)
secara sepadan dan wajar dalam mengungkapkannya
sehingga tidak menimbulkan kesalahan persepsi dan kesan
asing dalam menangkap pesan tersebut.31
2. Strategi Penerjemahan
Menurut Hidayatullah, ada beberapa strategi yang sangat
diperlukan seorang penerjemah saat menghadapi perbedaan
29 Benny H. Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan,(Jakarta: Dunia
Pustaka Jaya, 2006), hal. 55.
30
Sofia Rangkuti Hasibuan, Teori Terjemahan dan Kaitannya dengan
Tata Bahasa Inggris (Jakarta: PT. Dian Rakyat, 1991), hal.1.
31
Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab
Indonesia Kontemporer, hal. 17
21
konstruksi dan pemaknaan antara bahasa sumber dan bahasa
sasaran.32
Dalam buku Seluk-Beluk Penerjemahan Arab
Indonesia Kontemporer, ada empat strategi yang dapat
digunakan saat menerjemahkan:33
a. Taqdim wa Ta‟khir
Dalam strategi ini, penerjemah diharuskan untuk
mengawali kata dalam Bsu yang diakhirkan dalam Bsa
dan mengakhirkan kata Bsu yang diawalkan dalam Bsa.
Seperti kata dalam Tsu yang semula berurutan, akan tetapi
saat diterjemahkan menghasilkan urutan yang berubah,
ada kata yang didahulukan dalam Tsu dan diakhirkan pada
Tsa.
b. Ziyadah
Penerjemahan diharuskan menambahkan kata
dalam Bsu yang disebut dalam Bsa dalam strategi ini,
karena keterkaitan dengan konsekuensi perbedaan struktur
dalam Bsu yang disebut dalam Bsa serta struktur
gramatikal. Seperti di dalam Tsu yang tidak diharuskan
adanya pemarkah predikat untuk predikat berupa nomina,
karena sudah diwakili oleh struktur gramatikalnya sendiri,
sedangkan dalam Tsa, penerjemah diharuskan untuk
menambah pemarkah predikat untuk predikat berupa
nomina.
32 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab
Indonesia Kontemporer, hal. 54.
33
Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab
Indonesia Kontemporer, hal. 54-56.
22
c. Hazf
Ada beberapa kata yang tidak perlu diterjemahkan
untuk pengalihan pesan Tsu ke Tsa. Bahkan, jika kata-
kata itu tidak dibuang, maka pesannya jadi menyimpang.
Menurut Hidayatullah, strategi hazf mengharuskan
seorang penerjemah untuk membuang kata dalam Tsu
yang semula berjumlah sembilan kata, menyusut menjadi
lima kata.
d. Tabdil
Dalam strategi ini, Hidayatullah menjelaskan
bahwa seorang penerjemah diharuskan untuk mengganti
struktur kata dalam Bsu dengan memperhatikan makna
dalam Bsa. Hal ini terkait dengan kelaziman konsep yang
digunakan dari struktur Tsu dalam Tsa. Seperti jumlah
kata yang ada dalam Tsu yang semula berjumlah lima
kata, cukup diterjemahkan dengan dua kata saja. Selain
yang telah di paparkan oleh Hidayatullah mengenai
strategi penerjemahan, penulis pun menambahkan
beberapa strategi yang memungkinkan untuk membantu
dan memudahkan dalam proses menerjemahkan teks Bsu,
diantaranya:
e. Literal
Stretegi penerjemahan literal ini adalah proses
pengalihan makna langsung pada Tsu ke dalam Tsa yang
sepadan secara gramatikal. Penerjemahannya dilakukan
dengan cara menerjemahkan frasa ataupun klausa secara
kata perkata sesuai makna yang terdapat dalam kamus.
23
Strategi penerjemahan ini bisa juga disebut penerjemahan
harfiah.34
f. Transposisi
Penggunaan strategi penerjemahan transposisi ini
dipandang dalam dua pemakaian sebagai suatu keharusan
dan sebagai pilihan. Dapat dikatakan suatu keharusan
apabila tanpa menggunakan strategi ini makna Bsu tidak
tersampaikan. Sedangkan sebagai suatu pilihan karena
alasan gaya bahasa, maksudnya tanpa transposisi makna
Bsu sudah bisa diterima oleh pembaca Bsa.
Penerjemah harus mengubah bentuk gramatikal
Bsu ke dalam teks Bsa demi mencapai kesepadanan.
Strategi ini ditempuh tatkala dalam menerjemahkan tidak
menemukan struktur Bsa yang sama denganstruktur Bsu.
Biasanya berupa perubahan bentuk jamak ke bentuk
tunggal, bentuk tunggal menjadi jamak, verba jadi
nomina, posisi kata sifat, sehingga perubahan struktur
kalimat keseluruhan.35
g. Deskripsi
Strategi ini dilakukan dengan cara memberikan
uraian atau penjelasan berisi makna kata Bsu dalam teks
Bsa. Sehingga sebuah kata Bsu dapat diterjemahkan
menjadi frasa, atau frasa sederhana menjadi frasa yang
kompleks. Ini dilakukan karena kata Bsu tersebut terkait
34 M. Zaka Al-Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 78.
35
M. Zaka Al-Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesi, hal.72.
24
dengan budaya khasnya, sedangkan padanan budaya
dirasa tidak memberikan derajat ketepatan yang
dikehendaki.36
h. Transkripsi
Strategi ini merupakan proses pengalihan kata atau
frasa dari Bsu ke dalam Bsa dengan menyalin bentuk
hurufnya. Proses ini biasanya diikuti dengan proses
transliterasi dan naturalisasi dalam Bsa. Maksud dari
transliterasi ialah mempertahankan kata-kata Bsu tersebut
secara utuh, baik bunyi atau tulisannya. Sedangkan
naturalisasi maksudnya adalah proses penyesuaian dalam
hal pengucapan dan penulisan sesuai aturan Bsa.
Hal ini menyebabkan terjadinya penyesuaian kata
yang ditransfer dengan sistem fonetik dan fonologi Bsa.
Dengan kata lain, seorang penerjemah harus mengambil
dan membawa unsur leksikal dari Bsu ke dalam Bsa tanpa
memodifikasi formal. Umumnya strategi ini terkait
dengan nama orang, nama geografi, nama koran atau
majalah, nama jalan, judul penerbitan, nama insitusi,
objek kebudayaan, istilah-istilah pengetahuan yang belum
ada di Bsu.37
36 M. Zaka Al-Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesi, hal. 66.
37
M. Zaka Al-Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesi, hal. 63.
25
C. Metode Penerjemahan Komunikatif
Teori penerjemahan komunikatif sendiri menurut Frans
Sayogie dalam bukunya mengutip pendapat Newmark adalah
metode penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sasaran.
Sesuai dengan namanya, teori penerjemahan ini memperhatikan
prinsip-prinsip komunikatif.38
Hal ini mengupayakan penerjemahn mereproduksi makna
kontekstual teks bahasa sumber sedemikian rupa ke dalam teks
bahasa sasaran, baik dari aspek kebahasaan maupun aspek isinya
dengan langsung dimengerti oleh pembaca dan versi bahasa
sasarannya pun langsung berterima. Hal ini sangat sesuai
penggunaannya dalam melakukan penerjemahan buku biografi
“Mu‟assis Ilm al-Saydalah, Ibn al-Baitar” yang nantinya peneliti
terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.39
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata komunikatif
mengandung makna „dalam keadaan saling dapat berhubungan
(mudah dihubungi), mudah dipahami (dimengerti).40
Artinya
metode penerjemahan komunikatif ini digunakan untuk
memahami suatu teks agar mudah dipahami oleh sasaran
pembacanya.
Terjemahan komunikatif berusaha menciptakan efek yang
dialami oleh pembaca bahasa sasaran (Bsa) sama dengan efek
yang dialami oleh pembaca bahasa sumber (Bsu). Oleh karena
38 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2008), hal. 88-89.
39
Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab-
Indonesia Kontemporer, hal. 63.
40
http.www.kbbi.edisi.kelima. Tgl. 14 Oktober 2019. Pukul: 10:55.
26
itu, sama sekali tidak boleh ada bagian terjemahan yang sulit
dimengerti atau terasa kaku. Elemen budaya bahasa sumber (Bsu)
pun harus dipindahkan ke dalam elemen budaya bas Bsa.41
Dalam
penerjemahan ini juga, penerjemah bisa membetulkan atau
memperbaiki logika kalimat-kalimat bahasa sasaran (Bsu),
mengganti kata-kata yang kaku atau sulit dimengerti dengan yang
lebih luwes dan anggun, menghilangkan pengulangan, serta
memodifikasi penggunaan jargon.42
Penerjemahan komunikatif sangat memperhatikan para
pembaca atau pendengar bahasa sasaran yang tidak
mengharapkan adanya kesulitan-kesulitan dan ketidakjelasan
dalam teks terjemahan.43
Dengan metode komunikatif, seorang
memproduksi makna kontekstual yang sedemikian rupa. Aspek
kebahasaan dan aspek isi langsung dapat dimengerti oleh
pembaca. Metode ini mengharuskan penerjemah memperhatikan
prinsip-prinsip komunikasi (pembaca dan tujuan penerjemahan).
Metode ini dapat memberikan variasi penerjemahan yang
disesuaikan dengan prinsip-prinsip komunikasi.44
41 Zuchridin Suryawinata & Sugeng Hariyanto, Translation Bahasan
Teori &Penuntun Praktis Menerjemahkan, hal.49.
42
Peter Newmark, Approaches to Traslation, hal. 42.
43
Rudolf Nababan, Teori Menerjemahan Bahasa Inggris, hal. 41.
44
Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab
Indonesia Kontemporer, hal.63-64.
27
BAB III
SEKILAS TENTANG BUKU “MU’ASSIS I’LM Al-
SAYDALAH, IBN AL-BAITAR” DAN BIOGRAFI PENULIS
ATEF MUHAMMAD
A. Deskripsi Buku
Buku Mu‟assis Ilm al-Saydalah, Ibnu al-Baitar ini
berisikan 24 halaman dalam bahasa Arab yang merupakan salah
satu buku karya Atef Muhammad yang diterbitkan oleh Darul
lataaif, Kairo Mesir pada tahun 2003. Pada buku ini membahas
mengenai seorang Ilmuan Muslim asal Andalusia yaitu Ibn al-
Baitar dikenal sebagai ahli Botani sekaligus ahli Farmasi
(Meracik Obat-obatan)45
, yang mana saat itu negeri Spanyol di
bawah kekuasaan khilafah islamiyyah yang terjadi pada masa
Khalifah Daulah Umayyah al-Walid pada tahun 86-96 Hijriyah/
705-715 Masehi.46
Selain itu, buku ini merupakan salah satu buku dari "Buku
serial ilmuwan paling terkenal dalam sejarah" di mana penulis
mengenalkan sosok kehidupan "Ibnu al-Baitar" dan prestasi yang
paling penting serta kontribusinya dalam Ilmu Farmasi. Ibnu al-
Baitar adalah pendiri farmakologi. Ia memiliki pengetahuan yang
luas dan ingatan yang kuat, hal tersebut membantunya untuk
mengklasifikasikan obat-obatan yang ia pelajari. Beliau dianggap
sebagai pelopor terapi dengan menggunakan cahaya secara
45 Muhammad Gharib Jaudah, 147 Ilmuan Terkemuka Dalam Sejarah
Islam, Penerbit: Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur, 2007, hlm. 373.
46
Iqbal, “Daulah Umayyah di Andalusia dan Pengaruhnya terhadap
Kebangkitan Bangsa Eropa”, Jurnal Rihlah Vol. II No.1, Mei 2015, hlm.144.
28
kimiawi, penemu benih tanaman cuka yang ia gunakan dalam
pengobatan albinisme (albino) serta mengekstrak berbagai jenis
tanaman untuk dibuat obat.47
Hal tersebut membuat buku Mu‟assis I‟lm al-Saydalah,
Ibnu al-Baitar yang disusun oleh Atef Muhammad ini terlihat
sangat menarik, singkat, padat dan luas akan ilmu pengetahuan
mengenai ilmu Botani dan ilmu Farmasi saat itu. Buku ini terdiri
dari 5 bagian:
1. Sekilas Riwayat Hidup Ibnu Al-Baitar
2. Akhir Petualangannya di Negeri Barat
3. Melanjutkan Petualangannya di Negeri Mesir
4. Pertempuran di Tanah Mesir
5. Jalan Menuju Penemuan
B. Biografi Penulis
Nama lengkapnya adalah Amal Atef Mohammed Al-
Khodry lahir pada tanggal 24 Juni 1965 di Gaza, Palestina. Di
masa kanak-kanaknya, beliau berkembang dan hidup seperti
halnya anak-anak yang seusia dengannya.
Di jenjang pendidikannya pada tahun 2001 beliau tempuh
bangku kuliahnya di Universitas Islam Gaza, Palestina dengan
mengambil jurusan Dasar-dasar Agama dan pada tahun 2007
beliau mengambil jurusan Hukum & Syariah Islam untuk tingkat
Strata 1 (S1). Adapun di tingkat Magister (S2) beliau mengambil
47
-di akses dari https://download-stories-pdf مكتبة الكتب
ebooks.com/51252-free-book, pada tanggal 29 Oktober 2019 pukul 12.34.
29
spesifikasi jurusan Dasar-dasar Agama & Doktrin yang saat itu
menulis tesis berjudul: Kristenisasi di Palestina pada Era Modern.
Di jenjang karir beliau, saat masih kuliah di Universitas
Islam Gaza, Palestina ia telah menyiapkan program terpadu untuk
mengajar pelajaran bahasa Arab, Al-Qur‟an dan ilmu-ilmu Islam
kepada Mu‟allaf yang tidak bisa berbahasa Arab yang tinggal di
Pusat Studi Al-Qur‟an Universitas Islam Gaza, Palestina pada
tahun akademik 2004-2005 hingga 2007-2008.
Semua program-program yang ia buat disalurkan ke
Asosiasi Kesejahteraan dan Pembangunan Palestina. Di setiap
ba‟da Subuh beliau mengajar bahasa Arab untuk perempuan
asing, membaca dan menafsirkan Al-Quran, serta mengajar
konsep-konsep agama Islam, pendidikan ini oleh beliau
diberikan secara gratis selain menyediakan transportasi yang
diperlukan untuk mereka. Hingga saat ini, beliau mengajar
sebagai Guru Besar Agama Islam di Fakultas Agama Universitas
Islam Gaza, Palestina sejak tahun akademik 2006-2007 hingga
sekarang, dan mengajar di Fakultas Hukum & Syariah Islam pada
tahun 2007-2008 hingga sekarang di Universitas yang sama.
Selain berprofesi sebagai dosen di universitas Islam Gaza,
beliau pun memiliki beberapa komunitas yang beliau bentuk,
diantaranya:
1. Pendiri dan Ketua Dewan Asosiasi Peduli dan
Pembangunan Palestina, yang bertujuan untuk melindungi
hak-hak perempuan Palestina pada khususnya dan
perempuan asing pada umumnya, serta melindungi anak-
30
anak Palestina. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang
aktivitas dan tujuan di asosiasi ini bisa kunjungi laman
website berikut : http://www.palfajr.com
2. Pendiri dan Ketua Pusat Pendidikan Fajar.
3. Pendiri dan Ketua Dewan Taman Kanak-kanak Sanabil
Eliktruniyyah.
4. Salah satu anggota Asosiasi Al-Quds Quds untuk
Penelitian dan Studi Islam, serta sebagai Wakil Ketua
Komite Aksi Perempuan selama satu tahun.
5. Anggota Asosiasi Pemuda Muslim Palestina.48
C. Karya-karya Penulis
Atef Mohammad menyajikan serangkaian buku serial
tentang sepuluh ilmuwan paling terkenal dalam sejarah, termasuk
ilmuwan Arab, Muslim, Barat, dan ilmuwan lainnya. Dalam hal
ini, buku-buku beliau yang ditulisnya berkaitan dengan
kepribadian setiap ilmuwan dan pencapaian, gagasan serta
tahapan terpenting dalam hidupnya. Seperti yang pernah
dikatakan Atef Mohammed, bahwa kontribusi para ilmuwan ini
sangat penting dan berpengaruh terhadap komunitas global.
Diantara karya-karyanya yaitu:49
48 Amal Atef Mohammed Al-Khodry, السيشة الزاحيت أهل عاطف هذوذ di akses dari http://site.iugaza.edu.ps/akhoudary/, pada tanggal 29 ,الخضشي
Oktober 2019 pukul 18.38.
-di akses dari https://download-stories-pdf مكتبة الكتب 49
ebooks.com/51252-free-book, pada tanggal 29 Oktober 2019 pukul 22.22.
31
1. Asyhar al-Ưlamȃ‟ Fi at-Tȃrîkh, Âbqara Qura al-Àsyriyin
“al-Frid Nȗbal” Buku biografi tentang Alfred Nobel, yaitu seorang
kimiawan, insinyur, dan pebisnis asal Swedia yang
menemukan dinamit. Dalam surat wasiatnya, dia berjanji
akan memberikan harta miliknya untuk orang-orang yang
berjasa besar bagi kemanusiaan pada bidang fisika, kimia,
kedokteran, sastra, dan perdamaian. Hal tersebut menjadi
cikal bakal Penghargaan Nobel.50
2. Asyhar al-Ưlamȃ‟ Fi at-Tȃrîkh, A‟zam Ưlamȃ al-Kîmiyȃ
“Jȃbir Ibn Hayyȃn” Buku biografi Jabir bin Hayyan adalah seorang
Ilmuan dan filsuf Arab. Dia dianggap sebagai perintis
pertama dalam ilmu kimia.51
3. Asyhar al-Ưlamȃ‟ Fi at-Tȃrîkh, Sȃhib an-Nazîriyyah
Nisbiyyah “Însytin” Buku biografi seorang fisikawan kelahiran Jerman
yaitu Albert Einstein. Ia dilahirkan di Ulm, Jerman pada
14 Maret 1879. Albert Einstein dikenal sebagai
pengembang teori relativitas, satu dari dua pilar utama
fisika modern (bersama mekanika kuantum).52
50 Marshall A. Lichtman, “Alfred Nobel and His Prizes: From
Dynamite to DNA”, Rambam Maimonides Medical Journal, Volume 8,
Nomor 3, Juli 2017. hal. 3.
51
Muhammad Gharib Jaudah, 147 Ilmuan Terkemuka Dalam Sejarah
Islam,hal. 88.
52
Ernest Hemingway, Teori Relativitas Einstein, Penerbit: Narasi,
Yogyakarta, 2017, hal. 7.
32
4. Asyhar al-Ưlamȃ‟ Fi at-Tȃrîkh, Âbqara I‟lm ar-
Riyȃdiyyȃh “al-Khawȃrizmî” Sebuah buku biografi mengenai Abu Ja‟far
Muhammad bin Musa al-Khawarizmi. Ia adalah pahlawan
besar dalam bidang Matematika. Salah satu kontribusi
terbesarnya yaitu membuat tuntunan yang sangat lengkap
mengenai sistem angka yang berasal dari India sekitar
tahun 500 Masehi. Sistem ini yang kelak disebut sistem
angka Arab karena datang ke Eropa melalui al-
Khawarizmi, menjadi dasar sistem angka modern kita
sekarang.53
5. Asyhar al-Ưlamȃ‟ Fi at-Tȃrîkh, A‟zam al-Mukhtaraî‟n
“Idîsȗn”
Buku biografi Thomas Alva Edison yang dikenal
sebagai penemu lampu. Pada tahun 1928 ia menerima
penghargaan berupa sebuah mendali khusus dari kongres
Amerika Serikat berkat penemuannya.54
6. Asyhar al-Ưlamȃ‟ Fi at-Tȃrîkh, Rȃi‟d I‟lm al-Falak “al-Bîrȗnî” Buku biografi Abu Ar-Raihan Al-Biruni,
merupakan salah satu dari dua ilmuan besar muslim dalam
bidang pengetahuan alam. Seorang ilmuan muslim yang
paling banyak menulis ensiklopedia sehingga dia sangat
menonjol dalam semua bidang pengetahuan dan
53 Ehsan Masood, Ilmuan-Ilmuan Muslim Pelopor Hebat di Bidang
Sains Modern, Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009, hal. 112.
54
Arthur E. Kennelly, “Biographical Memoir of Thomas Alva
Edison” National Academy Bioghraphical, Vol. XV, 1932. hal. 287.
33
penelitian, tanpa menguruangi akurasi dan kebenaran hasil
penelitiannya pada saat yang bersamaan dalam ilmu yang
ditekuninya. Adapun penelitian yang terpenting terfokus
pada beberapa ilmu seperti: Ilmu matematika, astronomi,
mekanik, optik, geografi, sejarah, filsafat, agama dan ilmu
sosial.55
7. Asyhar al-Ưlamȃ‟ Fi at-Tȃrîkh, Mukhtasyaf Qȃnȗn al-
Jȃdzibiyyah “Nîwtun”
Buku biografi tentang Isaac Newton, merupakan
seorang fisikawan, matimatikawan, ahli astronomi, filsuf
alam, kimiawan serta teolog asal Inggris. Ia dikenal
sebagai ilmuan yang sangat berpengaruh sepanjang
sejarah dan disebut sebagai bapak ilmu fisika klasik.56
8. Asyhar al-Ưlamȃ‟ Fi at-Tȃrîkh, I‟lm A‟lȃm at-Tabîb “Ibnu Sînȃ” Buku biografi Ibnu Sina. Ia adalah ilmuan terbesar
kedua di bidang kedokteran, setelah Ar-Razi. Dia dikenal
sebagai filsuf terbesar muslim yang pemikirannya paling
banyak berpengaruh di Barat.57
9. Asyhar al-Ưlamȃ‟ Fi at-Tȃrîkh, Mukhtasyaf Mîkrȗba
“Bȃstȗr” Buku serial ke sembilan ini menjelaskan biografi
Louis Pasteur, ia dikenal karena penemuannya tentang
55 Muhammad Gharib Jaudah, 147 Ilmuan Terkemuka Dalam Sejarah
Islam, hal.248-251.
56
Henry Martyn Taylor, “Sir Isaac Newton” Encyclopedia Britania,
Vol. 19, 1911. hal. 583.
57 Muhammad Gharib Jaudah, 147 Ilmuan Terkemuka Dalam Sejarah
Islam, hal. 276.
34
prinsip vaksinasi, fermentasi mikroba dan pasteurisasi
(cara menjegah pembusukan makanan hingga beberapa
waktu lamanya dengan proses pemanasan).58
10. Asyhar al-Ưlamȃ‟ Fi at-Tȃrîkh, “Mu‟assisu I‟lm As-
Saydalah, Ibn Al-Baitar”
Buku yang ke sepuluh Atef Muhammad ini
menjelaskan biografi Ibnu Al-Baitar, seorang ahli botani
dan peletak ilmu farmasi asal Andalusia yang nantinya
penulis terjemahkan dan analisis sebagai tugas akhir
kuliah ini.
58 Tan and Rogers, “Louis Pasteur (1822-1895): The Germ Theorist”
Singapore Medical Journal, Vol. 48. hal. 4.
35
BAB IV
PERTANGGUNGJAWABAN AKADEMIK HASIL
PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF
A. Pengantar Edisi Terjemah
Pada bagian ini, peneliti dalam memberikan sebuah
pertanggjawaban berupa analisis hasil terjemahan dari buku
Mu‟assis I‟lm al-Saydalah, Ibn al-Baitar karya Atef Muhammad.
Peneliti membatasi analisis terjemahan buku tersebut dengan
memilih 12 sampel yang terdiri dari kata, kalimat maupun
paragraf secara acak. 12 sampel yang peneliti analisis telah
mewakili dari penerapan metode penerjemahan yang sudah
dilakukan dalam menerjemahkan. Analisis yang peneliti lakukan
ini merupakan penerapan metode penerjemahan komunikatif dari
proses menerjemahkan dari keseluruhan isi buku yang telah
diterjemahkan berjumlah 22 halaman.
Hal tersebut tentunya dengan menggunakan metode
penerjemahan yang telah peneliti tuliskan pada bab kerangka
teori, yaitu Taqdim wa Ta‟khir (Mengawalkan dan
Mengakhirkan), Ziyadah (Penambahan), Hazf (Membuang),
Tabdil (Mengganti), literal, transposisi, deskripsi, dan transkripsi.
Berikut di bawah ini merupakan sampel data analisis dan analisis
strategi penerjemahan dari karya terjemahan buku Mu‟asis I‟lm
al-Saydalah, Ibnu al-Baitar.
36
Letak 12 sampel ini di antaranya yang pertama, pada
judul buku Ibnu al-Baitar; sampel kedua, terletak di halaman 1
alinea 1-2; sampel ketiga, di halaman 4 paragraf ke 2 alinea 1;
sampel keempat, di halaman 4 paragraf ke 3 alinea 1&2; sampel
kelima, di halaman 5 alinea 9 akhir hingga alinea 11; sampel
keenam, di halaman 6 paragraf ke 2 alinea 3 akhir & alinea 4;
sampel ketujuh, di halaman 11 paragraf ke 2 alinea 1 & 2; sampel
kedelapan, di halaman 11 paragraf ke 2 alinea 2 & 3; sampel
kesembilan, di halaman 12 paragraf ke 2 alinea 1 & 2; sampel
kesepuluh, di halaman 15 (Judul pembahasan baru) sebelum
masuk paragraf ke 2; sampel kesebelas, di halaman 23 paragraf
ke 3 aline 1 & 2; dan sampel keduabelas, di halaman 23 aline 1,2
& 3.
B. Analisis Data
No. Bahasa Arab
(BSu)
Bahasa Indonesia
(BSa)
Strategi
Penerjemahan
أشهر العلماء فى 1التاريخ، مؤسس
علم الصيدلة ابن البيطار
Ilmuan terpopuler
dalam Sejarah,
Ibnu al-Baitar
Pelopor Ilmu
Farmasi
Transposisi
)عبدالله أحمد ولد 2 البيطار( عالم النبات العربي
Abdullah bin
Ahmad al-Baitar
ialah Ilmuan Botani
Arab terkenal yang
lahir di Malaga
Taqdim wa takhir,
Ziyadah dan
Transposisi
37
الشهير في )ملقا(ومع ذلك لم يكن 3
)عبدالله( يحب ىذا
العمل
Namun Ibnu al-
Baitar tidak
berminat untuk
mendalami bidang
ini
Transposisi, Hazf,
Tabdil, dan Ziyadah.
)عبدالله( وكان 4
يستهويو أن يقضى
أغلب الوقت فى
تأمل الطبيعة عموما
Pada umumnya,
Ibnu al-Baitar
menghabiskan
sebagian besar
waktunya dengan
mengobservasi
alam.
Taqdim wa takhir,
Ziyadah, dan Hazf.
لا تقلق... إن 5
لق ولدنا لم يخ
ليمارس البيطرة ،
يميل أكثر إلى أظنو
أن يكون عشابا ،
أو صيدليا
Jangan khawatir,
sungguh anak kita
tidak dilahirkan
menjadi seorang
dokter hewan,
mungkin aku pikir
ia lebih cenderung
menjadi ahli
Botani, atau ahli
Farmasi.
Ziyadah/Literal,
Hazf, dan Taqdim
ta‟khir.
38
النبهارخ ح تى فغلب و 6
ه سأل والد
Hal demikian Ibnu
al-Baitar diselimuti
rasa kagum hingga
bertanya kepada
ayahnya
Ziyadah dan Tabdil
عندئذ قال )ابن 7
الرومية(: سأعلمك
كل ما أعرفخو عن
عالم النبات
Ketika itu
berkatalah Ibnu ar-
Rumiyyah: “Saya
akan mengajarimu
semua yang aku
ketahui tentang
ilmu Botani.
Literal, Hazf, dan
ziyadah
ولن أطالبك بالبقاء 8
كثيرا في أشبيلية
Tetapi saya tidak
akan menuntutmu
untuk tinggal lama
di Sevilla
Ziyadah dan Hazf
وبالفعل وصل )ابن 9
البيطار( إلى بيت
الجديد )أبو أستاذه
الحجاج(
Dan benar saja
Ibnu al-Baitar
datang ke rumah
guru barunya yaitu
Abu al-Hajjaj.
Ziyadah, Tabdil, dan
Transposisi.
Akhir Petualangnya نهايةخ الغربية 10
di Negeri Barat
Ziyadah/Deskripsi
39
وبدأ )ابن البيطار( 11
بالفعل فى إملاء
ذه المؤلفات أول ى
وىو كتابو )الجامع
لمفردات الأدوية
والأغذية(،
Tidak hanya itu,
Ibnu al-Baitar
memulai
mendiktekan karya
pertamanya, yaitu
dengan judul
Buku“al-Jami‟ Li
Mufrodat al
Adwiyyah wa
al-Aghdziyyah”,
Literal, Transposisi,
Hazf, Tabdil, dan
Transkripsi.
وىو الكتاب الذى 12
وضع فيو خلاصة
ما عرفو القدماءخ
والمعاصرون لو وفى
طليعتهم )الزىراوى،
والغافقى،
وديسقوريدس،
yang mana buku
tersebut berisi
ringkasan tentang
apa yang
didefinisikan oleh
orang-orang
terdahulu dan
orang-orang
sezamannya
mengenai ilmu
botani dan berbagai
jenis obat, diantara
tokohnya ialah
"Abu Qasim al-
Zahraw,
Transposisi, Hazf,
Ziyadah, dan
Transkripsi.
40
وجالينوس و
أبقراط،
والإدريسى.
Abdurrahman al-
Ghafiqi, Pedanius
Dioskorides,
Galenus,
Hippokrates, dan
Muhammad al-
Idrisi".
C. Pertangggungjawaban Akademik
1. Teks I
BSu BSa
أشهر العلماء فى التاريخ، مؤسس5 4 3 2 1
علم الصيدلة7 6
ابن البيطار 8
Ilmuan terpopuler dalam
2 1 3
Sejarah Ibnu al-Baitar
4 8
Pelopor Ilmu Farmasi
5 6 7
Analisis
Pada kalimat ini dalam proses menerjemahkannya memakai
strategi penerjemahan transposisi, yaitu prosedur penerjemahan yang
dilakukan dengan mengubah aspek gramatikal teks BSu ke dalam teks
BSa demi mendapat kesepadanan.59
Apabila diterjemahkan secara
harfiyah terkesan kurang berterima dalam BSa (Bahasa Indonesia).
59 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, hal.
69.
41
Terjemahkan secara harfiyahnya adalah “Terpopuler ilmuan dalam
sejarah pelopor ilmu Farmasi Ibnu al-Baitar”, terjemahan kalimat
tersebut tidak komunikatif dan belum bisa tersampaikan pesan dari
BSu secara utuh. Oleh karena itu, pengubahan bentuk gramatikal
sangat diperlukan dari gramatikal bahasa Arab ke gramatikal bahasa
Indonesia demi mencapai kesepadanan. Maka terjemahan yang peneliti
sajikan ialah “Ilmuan terpopuler dalam Sejarah Peradaban Islam Ibnu
al-Baitar Pelopor ilmu Farmasi”. Bentuk Gramatikal bahasa Arab
awalnya bernomor urut 1,2,3,4,5,6,7, dan 8; setelah di terjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia bentuk gramatikalnya berubah menjadi
2,1,3,4,8,5,6, dan 7
2. Teks II
Bsu BSa
ولد )عبدالله أحمد البيطار(
2 1 عالم النبات العربي
5 4 3 الشهير في )ملقا(
7 6
Abdullah bin Ahmad al-Baitar
2
ialah Ilmuan
T 3
Botani Arab terkenal yang lahir
4 5 6 T 1
di Malaga
7
Analisis
Pada analisis di atas diterapkannya strategi taqdim wa ta‟khir. Hal
tersebut tertuju pada kata ولد yang sebelumnya berada di awal kalimat
42
pada TSu diakhirkan makna katanya dalam Tsa.60
Susunan pada BSu
yang awalnya 1 2 3 4 5 6 7, setelah di alih bahasakan ke dalam bahasa
Indonesia susunannya menjadi 2 T 3 4 5 6 T 1 7 jadi kata nomor 1
terletak di sebelum akhir kalimat. Jika diterjemahkan semestinya
secara harfiah, makna katanya masih bisa dipahami tetapi tidak
komunikatif.
Bentuk analisis kedua peneliti menggunakan strategi penerjemahan
ziyadah, adalah strategi ini mengharuskan penerjemahnya untuk
menambah kata dalam BSu yang disebut dalam BSa.61
Dalam hal ini,
terjemahan yang dimunculkan pada “ialah” terletak setelah nama
“Abdullah bin Ahmad al-Baitar” dan pada kata “yang” terletak
sebelum frasa “lahir di Malaga”. Hal ini sebagai penjelas dan
mendeskripsikan kalimat tersebut. Menurut M. Zaka Al Farisi, strategi
penerjemahkan ziyadah ini ia namakan dengan penerjemahan
deskripsi. Penerjemahan deskripsi dilakukan dengan cara menjelaskan
makna kata bahasa sumber ke bahasa target (BSa).62
Terakhir peneliti memakai strategi penerjemahan transposisi,
yaitu prosedur penerjemahan yang dilakukan dengan mengubah aspek
gramatikal teks BSu ke dalam teks BSa demi mendapat
kesepadanan.63
Apabila diterjemahkan secara harfiyah terkesan
kurang berterima dalam BSa (Bahasa Indonesia), apabila
60 Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia
Kontemporer, hal. 54.
61
Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Kontemporer, hal.
55.
62
M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, hal.
66.
63
M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, hal.
69.
43
diterjemahkan secara harfiyah terkesan kurang berterima dalam BSa
(Bahasa Indonesia). Terjemahkan secara harfiyahnya adalah “Lahir
Abdullah bin Ahmad al-Baitar ilmuan Botani Arab terkenal di
Malaga”, sekilas terjemahan tersebut masih bisa dipahami tetapi
dalam gramatikal bahasa Indonesia belum komunikatif. Peneliti pun
menerjemahnya dengan “Abdullah bin Ahmad al-Baitar ialah ilmuan
Botani Arab terkenal yang lahir di Malaga”. Awal bentuk Gramatikal
dari bahasa Arab adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7; setelah peneliti
terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia bentuk gramatikalnya
berubah menjadi 2, T, 3, 4, 5, 6, T, 1, dan 7.
3. Teks III
Bsu BSa
ومع ذلك لم يكن )عبدالله( يحب 7 6 5 4 3 2 1
ىذا العمل 9 8
Namun Ibnu al-Baitar tidak
1 2 3 6 4
menyukai untuk mendalami bidang
7 T T 9
ini
8
Analisis
Pada kalimat di atas menggunakan strategi transposisi, yaitu
prosedur penerjemahan yang dilakukan dengan mengubah aspek
gramatikal teks BSu ke dalam teks BSa demi mendapat
kesepadanan.64
64 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, hal.
69.
44
Jika kalimat tersebut diterjemahkan dengan apa adanya yang
terdapat dari kamus akan seperti ini, “Dan65
dengan66
itu67
Ibnu al-
Baitar tidak68
menjadi69
menyukai70
pekerjaan71
ini”. Ungkapan
tersebut seyogyanya sudah bisa dipahami dengan baik, tetapi maksud
dan tujuan pesan dari TSu belum tersampaikan. Terjemahan seperti
itu tidak berterima dalam gaya bahasa dan tataran BSa (Bahasa
Indonesia). Setelah mengalami transposisi maka kalimat tersebut
diterjemahankan menjadi “Namun, Ibnu al-Baitar tidak menyukai
untuk mendalami bidang ini”.
Yang kedua kalimat tersebut juga menggunakan strategi
penerjemahan hazf, yaitu menerjemahkan dengan membuang kata
dalam BSa yang disebut dalam BSu.72
Susanan kata dalam TSu
mulanya bernomor urut 1 2 3 4 5 6 7 8 dan 9, namun setelah di
terjemahkan ke dalam Tsa menjadi 123 6 4 7 T T 9 8. Kata يكن dalam TSu bernomor 5, dalam hal ini terjemahan tidak perlu
ditampilkan karena sudah tersampaikan pesan TSa tanpa
65 http.www.kamus.arab.indonesia.almaany. Tgl 4 Desember. Pukul:
20.49.
66
http.www.kamus.arab.indonesia.almaany. Tgl 4 Desember. Pukul:
20.49.
67
http.www.kamus.arab.indonesia.almaany. Tgl 4 Desember. Pukul:
20.50.
68
http.www.kamus.arab.indonesia.almaany. Tgl 4 Desember. Pukul:
20.50.
69
http.www.kamus.arab.indonesia.almaany. Tgl 4 Desember. Pukul:
20.51.
70
Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir: Kamus Arab-Indonesia,
hal. 229.
71
Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir: Kamus Arab-Indonesia,
hal. 973.
72
Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Kontemporer, hal.
56.
45
diterjemahkan kata tersebut.
Kemudain kalimat ini menggunakan strategi penerjemahan
tabdil, yang mana seorang penerjemah mengganti struktur kata dalam
BSu dengan memperhatikan makna dalam BSa.73
Kata ومع ذلك
dalam TSu bernomor 1 2 3 menyusut cukup di terjemahkan dengan
satu kata “Namun”. Awalnya dalam TSu susunan katanta berbentuk
klausa, setelah diterjemahkan cukup dengan satu kata. Hal ini terkait
dengan kelaziman penggunaan konsep dari struktur TSu ke Tsa.
Terakhir kalimat ini menggunakan strategi penerjemahan
ziyadah, adalah strategi ini mengharuskan penerjemahnya untuk
menambah kata dalam BSu yang disebut dalam BSa.74
Dalam hal ini,
terjemahan yang di munculkan pada frase “untuk mendalami”
sebelum frase “bidang ini”. Hal tersebut sebagai penjelas dan
mendeskripsikan kalimat tersebut. Menurut M. Zaka Al Farisi,
strategi penerjemahkan ziyadah ini ia namakan dengan penerjemahan
deskripsi. Penerjemahan deskripsi dilakukan dengan cara menjelaskan
makna kata bahasa sumber ke bahasa target (BSa).75
Dengan strategi
ini, awalnya dalam BSu hanya berbentuk frase sederhana ىذا العمل menjadi yang kompleks pada BSa yaitu “untuk mendalami bidang
73 Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Kontemporer, hal.
56.
74
Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Kontemporer, hal.
55.
75
M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, hal.
66.
46
ini”.
4. Teks IV
BSu BSa
كان )عبدالله( يستهويو أن يقضى 4 3 2 1
أغلب الوقت فى تأمل الطبيعة عموما 10 987 6 5
Umumnya, Ibnu al-Baitar
10 2
menghabiskan sebagian
4 T
besar waktunya
5 6
Dengan mengobservasi
alam.
789
Analisis
Pada Tsu kali ini, terdapat isim كان di awal kalimat yang
semestinya tidak perlu di tampilkan terjemahannya. Kata كان sendiri
memiliki makna “ada, maka, menjadi, terjadi, boleh76
”. Penerjemah
berpendapat bahwa jika diterjemahkan kata dari كان maka maknanya
akan sulit dipahami, tidak komunikatif dan menyimpang. Adapun
kata يستهويو maknanya juga dibuang atau dihilangkan dengan alasan
76 http.www.kamus.arab.indonesia.almaany. Tgl 21 November. Pukul:
10:03.
47
yang sama. Kata يستهويو memiliki makna “menarik, memikat,
menghayal, dan menyukai.77
Dhommir ىه ini tertuju pada عبدالله
(Abdullah bin al-Baitar atau Ibnu al-Baitar). Jadi dalam kasus ini,
penulis menerapkan strategi penerjemahan hadzf yaitu membuang
atau tidak menampilkan terjemahan saat mengalihkan pesan dari Tsu
ke Tsa.78
Kemudian, diterapkannya strategi taqdim wa ta‟khir. Hal tersebut
tertuju pada kata عموما yang sebelumnya berada di akhir kalimat
pada TSu dikedepankan makna katanya dalam Tsa.79
Susunan pada
BSu yang awalnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10, setelah di alih bahasakan ke
dalam bahasa Indonesia susunannya menjadi 10 2 4 T 5 6 789 jadi
kata nomor 10 dikedepankan, untuk nomor 1 dan 3 pada Bsa
dihilangkan karena sebelumnya sudah menerapkan strategi
penerjemahan hazf dan penambahan kata di tengah-tengah kalimat
yang diberi simbol “T” nantinya akan dijelaskan setelah ini.
Selain itu, penulis menerapkan strategi penerjemahan ziyadah
yaitu mengharuskan seorang penerjemah untuk menambahkan kata
dalam BSu yang disebut dalam Bsa.80
Dalam hal ini, penerjemah
77 http.www.kamus.arab.indonesia.almaany. Tgl 21 November. Pukul:
11:04.
78
Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia
Kontemporer,hal. 56.
79
Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia
Kontemporer, hal. 54.
80
Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia
Kontemporer, hal. 55.
48
menambahkan kata “sebagian” terjadi karena tersirat pada struktur
gramatikal TSu nomor urut 5 6 أغلب الوقت maknanya menjadi
“sebagian besar waktunya”.
5. Teks V
BSu BSa
لق لا تقلق... إن ولدنا لم يخ 7 6 543 2 1
ليمارس البيطرة ، أظنو يميل أكثر 13 12 11 10 9 8
إلى أن يكون عشابا ، أو صيدليا 17 16 15 14
Jangan khawatir,
1 2
Sungguh anak kita
345
tidak dilahirkan
6 7
menjadi seorang dokter hewan,
8 T 10
mungkin aku pikir ia lebih
T 11 13
cenderung menjadi ahli Botani,
12 14 15
atau ahli Farmasi.
16 17
Analisis
Paragraf di atas awal-awal di terjemahkan secara harfiyah, tetapi
dalam beberapa hal, ada beberapa kata yang dihilangkan atau tidak
ditampilkan terjemahannya dalam Bsa. Penulis dalam hal ini
menggunakan strategi hazf, yaitu menerjemahkan dengan membuang
49
kata dalam Bsa yang disebut dalam Bsu.81
Kata yang dihilangkan
yaitu يمخ ارس, asal katanya dalam fi‟il madhi adalah م ار س yang
memiliki arti mempraktekkan, melatih, mengikuti, menggunakan,
menngadakan, dan menyelenggarakan.82
Jika disandingkan dengan
kata sebelum dan sesudahnya, maka terjemahannya akan rancu. Hal
tersebut terjadi karena dianggap tidak diperlukan untuk memunculkan
makna kata tersebut dalam Bsu.
Strategi kedua yang digunakan yaitu ziyadah, artinya
menambahkan kata pada BSa yang tersirat pada BSu.83
Kata
“seorang” dimunculkan pada posisi sebelum kata “dokter hewan”
untuk mempertegas profesi seseorang dalam bidang tersebut.
Kemudian kata “mungkin”, dalam KBBI memiliki makna, belum
tentu; barangkali; boleh jadi; dapat terjadi; tidak mustahil84
, kata
“mungkin” ditampilkan terletak di posisi sebelum frase “aku pikir”
yang menunjukan orang tua dari Ibnu al-Baithar memprediksi
anaknya nanti suatu saat akan menjadi ahli Botani atau ahli Farmasi.
Kedua kata tersebut sengaja dimunculkan bertujuan agar para
pembaca Tsa mudah memahami inti dari pesan yang disampaikan.
Strategi ketiga diterapkan strategi taqdim wa ta‟khir yaitu
pengedepanan kata dalam Bsu yang diakhirkan dalam Bsa dan
81 Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab Indonesia
Kontemporer, hal. 56.
82
http.www.kamus.arab.indonesia.almaany. Tgl 2 Desember. Pukul:
07:11.
83
Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab Indonesia
Kontemporer, hal. 55.
84
http.www.kbbi.edisi.kelima. Tgl. 2 Desember 2019. Pukul: 07.39.
50
mengakhirkan kata dalam Bsu yang dikedepankan dalam Bsa.85
Strategi ini tampak terlihat digunakan pada kalimat إلى أن يكون
أظنو يميل أكثر عشابا dalam Bsu memiliki urutan kata 11, 12, 13, 14,
15. Setelah diterjemahkan urutannya menjadi 11, 13, 12, 14, 15.
Dalam hal ini disebabkan struktur gramatikal Tsa berbeda dengan
Tsu. Adapun kata إلى pada kalimat tersebut tidak diterjemahkan
karena masih satu kesatuan frase dari kata يميل berasal dari fi‟il madhi
nya yaitu م ال (cenderung, kecendrungan).86
6. Teks VI
BSu BSa
ه فغلب و النبهارخ ح تى سأل والد 7 6 5 4 3 2 1
Hal demikian Ibnu al-Baitar
1 3
diselimuti rasa kagum hingga
2 4 5
Bertanya kepada ayahnya
6 T 7
85 Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia
Kontemporer, hal. 54.
86
http.www.kamus.arab.indonesia.almaany. Tgl 3 Desember. Pukul:
08:38.
51
Analisis
Mula-mula penerjemah mengalihkan pesan BSu ke Bsa secara
harfiyah (kata perkata), namun hal itu tidak cukup membuatnya
mudah dipahami pada Bsa. Penulispun menerapkan strategi
penerjemahan ziyadah (menambahkan kata dalam BSu yang disebut
dalam BSa).87
Dalam hal ini, penerjemah menambahkan kata
“kepada” sebelum kata “Ayahnya” pada BS. Sebelumnya susunan
pada BSu berjum lah 7, setelah dialih bahasakan susunannya menjadi
1 3 2 4 5 6 T 7, menjadi 8 kata. Kata tersebut sengaja dimunculkan
atau ditambah karena demi mewujudkan terjemahan (BSa) yang
mudah dipahami dan komunikatif.
Lain halnya dengan klausa فغلب و yang terdiri dari tiga kata, yang
pertama ف dalam kamus Al-Munawwir Arab Indonesia mempunyai
makna “kemudian, maka, demikian, apabila, mengenai.”88
Tetapi
penulis menambahkan kata ”hal” di awal kalimat jadi maknanya “Hal
demikian”. Sebelumnya dalam BSu ف berupa huruf, jika dialih
bahasakan strukturnya bahasanya berubah menjadi frasa. Hal tersebut
penulis menerapkan strategi penerjemahan ziyadah (Penambahan).
87 Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia
Kontemporer, hal. 55.
88
Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir: Kamus Arab-Indonesia,
hal. 1029.
52
Kemudian kata غلب memiliki makna “mengalahkan, menguasai,
memenangkan, menjadi semakin baik, dan mengatasi”. Jika
penerjemah menerjemahkan seperti diksi yang serupa pasti tidak akan
sampai pesan dari BSu. Dalam hal ini penerapan strategi
penerjemahan tabdil dilakukan, artinya strategi ini mengharuskan
seorang penerjemah untuk mengganti struktur kata dalam BSu
dengan memperhatikan makna Bsa.89
Maka kata غلب ini
diterjemahkan dengan “membuat”, hal ini terkait dengan kelaziman
penggunaan diksi yang sepenuhnya dikaitkan dengan konteks yang
sedang dihadapi. Sedangkan dhommir ىه pada klausa فغلب و tertuju
pada “Ibnu al-Baitar dilihat dari konteks sebelumnya.
7. Teks VII
BSu BSa
عندئذ قال )ابن الرومية(: 3 2 1
سأعلمك 7654
Ketika itu berkatalah
1 2
Ibnu ar-Rumiyyah:
3
“Aku akan mengajarimu
5 4 6 7
89 Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia
Kontemporer, hal. 56.
53
كل ما أعرفخو عن عالم النبات 13 12 11 10,9,8
semua yang aku ketahui tentang
8 T 10 11
ilmu Botani.
12 13
Analisis
Kalimat tersebut awalnya diterjemahkan secara kata demi kata
atau literal, yang mana penerjemah meletakkan kata-kata Tsa
langsung di bawah versi Tsu. Kata-kata tersebut dalam Tsu
diterjemahkan di luar konteks, hal tersebut jika kata-kata bermuatan
budaya di terjemahkan dengan apa adanya.90
Tetapi terlihat kalimat
dalam Tsu yang mulanya berurutan 1 2 3 4567 8910 11 12 13, setelah
diterjemahnya urutannya menjadi 1 2 3 4567 8T10 11 12 13. Hal ini
terlihat adanya kata yang di buang dalam Tsa yaitu ما yang di
lambangkan nomor 9 dalam Tsu. Huruf ما memiliki makna “apa-
apa”, “apakah?”, “yang mana”, “betapa”, “segala apa”, “selama” dan
“tidak”.91
Jika kata tersebut diterjemahkan dengan pilihan yang
tersedia maka akan rancu terjemahan keseluruhannya. Hal tersebut
maknanya sengaja tidak dimunculkan. Karena struktur gramatikal
dalam Bsu di atas, tidak dimungkinkan dalam gramatikal BSa. Dalam
hal ini penulis menggunakan metode penerjemahan hazf (membuang).
90 Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia
Kontemporer, hal. 57.
91
http.www.kamus.arab.indonesia.almaany. Tgl 30 November. Pukul:
22.06.
54
Kemudian menerapkan penerjemahan ziyadah (menambahkan).
Artinya menambahkan kata pada Bsa yang tersirat pada Bsu.92
Kata
“yang” dimunculkan pada posisi sebelum frasa “aku ketahui”. Hal
tersebut berlaku sebagai penegas pada frase tersebut bahwa yang
mengetahui iyalah aku (kata Ibnu ar-Rumiyyah) tentang ilmu botani.
8. Teks VIII
BSu BSa
ولن أطالبك بالبقاء كثيرا في 9 8 7 6 5 4 3 21
أشبيلية 10
Saya tidak akan menuntutmu
3 2 4 5
untuk tinggal lama di Sevilla
6 7 8 9 10
Analisis
Adapun analisis pada kalimat di atas pada huruf و yang terletak
di awal kalimat ini dalam BSu disebut dengan wawu ibtida‟, harf ini
tidak berfungsi dalam menentukan i‟rab kata sesudahnya dan tidak
pula memiliki arti tertentu melainkan hanya bertugas untuk
menyatakan permulaan kalam dan alinea. Karena itu strategi
penerjemahan hazf diterapkan, yang mana mengharuskan penerjemah
92 Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia
Kontemporer, hal. 55.
55
untuk membuang kata dalam Bsa yang disebutkan dalam BSu.93
9. Teks IX
BSu BSa
وبالفعل وصل )ابن البيطار( إلى 6 5 4 3 2 1
بيت أستاذه الجديد )أبو الحجاج( 10 9 8 7
Dan benar saja
123
Ibnu al-Baitar datang
5 4
ke rumah guru barunya yaitu
6 7 8 9 T
Abu al-Hajjaj.
10
Analisis
Dalam menerjemahkan kalimat ini diharuskan memakai strategi
penerjemahan transposisi, yaitu prosedur penerjemahan yang
dilakukan dengan mengubah aspek gramatikal teks BSu ke dalam teks
BSa demi mendapat kesepadanan.94
Apabila diterjemahkan secara
harfiyah terkesan kurang berterima dalam BSa (Bahasa Indonesia),
terjemahan harfiyahnya berbunyi “Dan95
dengan96
melakukan97
93 Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia
Kontemporer, hal. 56.
94
M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, hal.
69.
95
http.www.kamus.arab.indonesia.almaany. Tgl 10 Desember. Pukul:
21.17.
96
http.www.kamus.arab.indonesia.almaany. Tgl 10 Desember. Pukul:
21.17.
97
http.www.kamus.arab.indonesia.almaany. Tgl 10 Desember. Pukul:
21.17.
56
datang98
Ibnu al-Baitar ke rumah99
guru100
nya yang baru101
Abu al-
Hajjaj”. Kalimat seperti itu tidak komunikatif dan belum bisa
tersampaikan pesan dari BSu secara utuh. Oleh karena itu,
pengubahan bentuk gramatikal sangat diperlukan demi mencapai
kesepadanan. Maka terjemahan finalnya adalah “Bersegeralah Ibnu
al-Baitar datang ke rumah guru barunya yaitu Abu al-Hajjaj”.
Terjemahan ini juga menerapkan strategi penerjemahan tabdil,
yang mana strategi ini mengharuskan seorang penerjemah untuk
mengganti struktur kata dalam BSu dengan memperhatikan makna
dalam BSa.102
Hal ini terlihat pada klausa وبالفعل, kata dalam TSu
berjumlah 3 kata kalau diterjemahkan secara harfiyah menjadi “Dan
dengan melakukan”. Tetapi dalam strategi ini diterjemahkan menjadi
“Dan benar saja”, hal ini terjadi dengan kelaziman penggunaan
konsep dari struktur ini dalam Tsa yang mana dikaitkan dengan
konteks yang melingkupinya.103
Terakhir strategi yang digunakan pada kalimat di atas adalah
penerjemahan ziyadah, strategi yang mengharuskan penerjemah
98 http.www.kamus.arab.indonesia.almaany. Tgl 10 Desember. Pukul:
21.18.
99
http.www.kamus.arab.indonesia.almaany. Tgl 10 Desember. Pukul:
21.18.
100
http.www.kamus.arab.indonesia.almaany. Tgl 10 Desember.
Pukul: 21.19.
101
http.www.kamus.arab.indonesia.almaany. Tgl 10 Desember.
Pukul: 21.19.
102
Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia
Kontemporer, hal. 56.
103
Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia
Kontemporer, hal. 56.
57
untuk menambah kata BSu yang di sebutkan dalam BSa.104
Kata yang
di tambah dalam BSa adalah kata “yaitu” yang letaknya di antara
frase “guru barunya” dan kata “Abu al-Hajjaj”. Kata “yaitu” termasuk
ke dalam kata konjungsi dalam tata bahasa Indonesia, yang fungsinya
menerangkan atau menjelaskan sesuatu. Penambahan kata “yaitu”
sudah tepat karena dalam Tsa tersebut menjelaskan bahwa, “guru baru
dari Ibnu al-Baitar yaitu Abu al-Hajjaj”.
10. Teks XI
Bsu BSa
نهايةخ الغربية2 1
Akhir Petualangnya di Negeri Barat.
1 2 T 3 4
Analisis
Arti literal dari frase tersebut adalah نهايةخ memiliki makna
“ketidakterbatasan, akhir, kesimpulan, final, batas”105
dan الغربية berarti “di sebelah barat atau barat”.
106 Kemudian penerjemah susun
menjadi “Akhir petualangannya di negeri Barat. Jika dilihat bentuk
104 Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia
Kontemporer, hal. 55.
105
http.www.kamus.arab.indonesia.almaany. Tgl 9 Desember. Pukul:
13:14.
106
http.www.kamus.arab.indonesia.almaany. Tgl 9 Desember. Pukul:
13:15.
58
susunan BSu dan BSa setelah di alih bahasakan sudah terjadi
perubahan, yang sebelumnya dalam BSu hanya berbentuk frase,
setelah diterjemahkan menjadi frase bertingkat dua (F = F1+F2).
Hal ini terjadi karena penerjemah menggunakan strategi
penerjemahan ziyadah/deskripsi. Strategi ini mengharuskan seorang
penerjemah untuk menambah kata dalam BSu yang disebut dalam
BSa107
, dengan kata lain menjelaskan makna kata bahasa sumber
dalam bahasa target. Dengan strategi ini, sebuah kata bahasa sumber
diterjemahkan menjadi frase atau sebuah frase yang sederhana
menjadi frase yang kompleks.108
Mula-mula dalam TSU jumlah
berjumlah 2 kata, sementara dalam Tsa bertambah menjadi 5 kata.
Terlihat dalam susunan BSu mempunyai nomor 1 dan 2, dalam BSa
berubah mempunyai nomor 1 2 T 3 4. Tambahan (T) kata itu
merupakan konsekuensi dari perbedaan struktur dalam BSu dan BSa.
Jika diterjemahkan hanya secara harfiah menjadi “akhir disebelah
Barat”, pesan tersebut belum tersampaikan dan masih sulit dipahami.
Tujuan penambahan kata tersebut seperti kata “Petualangannya”, “di”,
“negeri” ini menjelaskan bahwa Ibnu al-Baitar setelah sempat
menuntut ilmu di Andalus (tanah kelahirannya, Spanyol) dan Yunani,
beliau melanjutkan perjalanannya untuk mencari ilmu pergi ke negeri
107 Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia
Kontemporer, hal. 55.
108 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, hal.
66.
59
Mesir dan negeri Syam.109
11. Teks XIX
BSu BSa
وبدأ )ابن البيطار( بالفعل فى إملاء 4 3 2 1
أول ىذه المؤلفات وىو كتابو 8 7 6 5
)الجامع لمفردات الأدوية
والأغذية(، 9
Tidak hanya itu, Ibnu al-Baitar
1 2
memulai mendiktekan karya
3 4 6
pertamanya, yaitu
5 7
dengan judul buku
8
“al-Jami‟ Li Mufrodat
al-Adwiyyah wa Al-Aghdziyyah”,
9
Analisis
Kalimat di atas mula-mula diterjemahkan secara kata demi kata
atau literal, yang mana penerjemah meletakkan kata-kata Tsa
langsung di bawah versi Tsu. Kata-kata tersebut dalam Tsu
diterjemahkan di luar konteks, hal tersebut jika kata-kata bermuatan
budaya di terjemahkan dengan apa adanya.110
Jika dilihat dari struktur
109
Lihat dalam TSa, Atef Muhammad, أشهر العلماء فى التاريخ، مؤسس .Penerbit Daarul lataaif: 2003, Mesir, hal. 15 ,علم الصيدلة إبن البيطار
110 Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia
Kontemporer, hal. 57.
60
gramatikal pada BSa hanya sedikit mengalami perubahan. Pada
susunan BSu mempunya bentuk gramatikal bernomor 1 2 3 4 5 6 7 8
9, setelah diterjemahkan pada BSa urutan nomornya menjadi 1 2 3 4 6
5 7 8 9. Pada frase أول ىذه المؤلفات jika diterjemahkan menjadi
“Karya111
Pertamanya”, hal tersebut mengalami transposisi, yaitu
penerjemahan yang dilakukan dengan mengubah aspek gramatikal
teks BSu ke dalam teks BSa demi mendapat kesepadanan.112
Kerena
struktur gramatikal BSu dan BSa berbeda.
Kata ىذه pada frase tersebut tidak diterjemahkan, dengan alasan
pesan dari BSu sudah dapat dipahami dalam BSa di atas. Jika di
tampilkan kata tersebut dalam BSa bisa jadi terjemahan akan rancu.
Dalam kasus ini, streategi penerjemahan hazf digunakan.
Stretegi selanjutnya adalah penerjemahan tabdil, artinya
mengganti struktur kata dalam Bsu dengan memperhatikan makna
BSa. Lihat pada frase وىو كتابو di dalam TSu, di terjemahkan ke
BSa dengan “yaitu dengan judul”. Kata وىو ini sebagai petunjuk
sesuatu hal seperti barang atau seseorang. Adapun kata كتابو
111لف berasal dari kata الوؤلفاث ؤ ,yang mempunyai makna “Karya ه
Terbitan, dan Publikasi”. Lihat http.www.kamus.arab.indonesia.almaany. Tgl
5 Desember. Pukul: 00:33.
112
M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, hal.
69.
61
diterjemahkan dengan makna “Judul” karena mengacu pada kata
sebelumnya yaitu المؤلفات memiliki makna “karya”, hal ini terjadi
pergantian struktur kata BSu ke dalam makna BSa.
Terakhir pada kalimat لمفردات الأدوية والأغذيةالجامع yaitu nama
buku karya Ibnu al-Baitar. Hal ini cukup diterjemahkan dengan strategi
penerjemahan transkripsi menjadi “al-Jami‟ Li Mufrodat al-Adwiyyah
wa Al-Aghdziyyah”, demikian merupakan proses pengalihan kata atau
frase dari bahasa sumber ke dalam bahasa target dengan cara menyalin
bentuk hurufnya.113
12. Teks XX
BSu BSa
وىو الكتاب الذى وضع فيو 5 4 3 2 1
خلاصة ما عرفو القدماءخ والمعاصرون 11 10 9 8 7 6
لو وفى طليعتهم 13 12
Yang mana buku tersebut berisi
3 2 1 5
ringkasan tentang apa yang
6 T 7 T
didefinisikan oleh
8 T
orang-orang terdahulu dan
9 10
113 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, hal.
63.
62
الزىراوى، والغافقى، وديسقوريدس،
وجالينوس و أبقراط، والإدريسى.14
orang-orang sezamannya
11
mengenai ilmu botani dan ilmu
farmasi,
12
Diantara tokohnya ialah :
13
"Abu Qasim al-Zahraw,
Abdurrahman al-Ghafiqi, Pedanius
Dioskorides, Galenus, Hippokrates,
dan Muhammad
al-Idrisi".
14
Analisis
Dalam menerjemahkan paragraf di atas, pertama penulis
menggunakan strategi penerjemahan transposisi. Artinya
penerjemahan ini menyesuaikan struktur gramatikal yang dilakukan
semata-mata agar hasil terjemahan selaras dengan kaidah bahasa yang
berlaku dalam bahasa target (BSa), karena setiap bahasa mempunyai
sistem tata bahasanya sendiri dan berbeda satu sama lain. Pada
gilirannya kegiatan penyesuaian ini dilakukan supaya para pembaca
terjemahan (TSa) merasa nyaman dan mudah dalam memahaminya.
Jika struktur tidak mengalami penyesuaian, maka terjemahan yang
dihasilkan mestilah menjadi janggal dan sulit dipahami oleh
63
pembacanya.114
Strategi kedua penulis menggunakan penerjemahan hazf, yaitu
membuang kata dalam BSa yang disebutkan pada BSu.115
Dalam hal
ini pembuangan kata tertuju pada makna kata وضع yang memiliki arti
“meletakkan,menempatkan, menaruh, mengambil posisi, menyusun,
membuat, menulis, dan memproduksi”.116
Strategi ketiga dalam terjemahan di atas menggunakan strategi
penerjemahan ziyadah, artinya penambahan. Terjemahan yang
dimunculkan yaitu kata “tentang” yang terletak setelah kata
“ringkasan”, kata “yang” terletak sebelum kata “didefinisikan”, kata
“oleh” sebelum frase “orang-orang terdahulu” dan klausa “termasuk
diantaranya”. Alasan digunakannya strategi penambahan kata pada
BSa tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan dan keberterimaan
dalam struktur gramatikal Bsa supaya mudah dipahami oleh
pembacanya.
Terakhir strategi yang digunakan dalam terjemahan paragraf di
atas adalah penerjemahan transkripsi, yaitu merupakan proses
pengalihan kata atau frase dari bahasa sumber ke dalam bahasa target
dengan cara menyalin bentuk hurufnya. Umumnya penggunaan
strategi transkripsi ini terkait dengan nama orang, nama geografi,
114 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, hal.
69.
115
Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia
Kontemporer, hal. 56.
116
www.kamus.arab.indonesia.almaany. Tgl 5 Desember. Pukul:
22:32.
64
nama koran atau majalah, nama jalan, judul penerbitan, nama
institusi, objek kebudayaan dan lain sebagainya.117
Hal tersebut terjadi pada kalimat :
الزىراوى، والغافقى، وديسقوريدس، وجالينوس و أبقراط، والإدريسى.Kalimat tersebut termasuk dalam kategori nama seseorang, yang lebih
tepatnya adalah nama para tokoh terdahulu yang mendalami ilmu
Botani dan Farmasi, yaitu "Abu Qasim al-Zahraw, Abdurrahman al-
Ghafiqi, Pedanius Dioskorides, Galenus, Hippokrates, dan Muhammad
al-Idrisi". Untuk memastikan kata-kata tersebut dalam BSu adalah
nama seorang tokoh, penulispun mencari informasi tersebut dengan
membaca beberapa buku sejarah dan mencarinya di website (internet).
117 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, hal.
63.
65
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah menerjemahkan buku “Mu‟assis Ilm al-Saydalah,
Ibn al-Baitar” karya Atef Muhammad, penulis menyimpulkan
bahwa metode komunikatif yang berorientasi pada teks sasaran
sangatlah efektif digunakan dalam menerjemahkan buku tersebut.
Metode penerjemahan yang diperhatikan adalah prinsip-
prinsip komunikatif yang berupaya ke dalam BSa (Bahasa
Indonesia), baik aspek kebahasaan maupun aspek isinya yang
mudah dipahami oleh pembaca dan dalam versi bahasa
sasarannya langsung berterima.
Penulis mengambil data yang analisis terjemahan buku
tersebut dengan cara memilih sampel kata, kalimat maupun
paragraf secara acak. Walaupun analisis ini tidak dilakukan pada
seluruh hasil terjemahan, namun analisis yang peneliti pilih telah
mewakili dari beberapa strategi penerjemahan yang sudah
diterapkan dalam menerjemahkan.
Dari 22 halaman teks BSa yang penulis terjemahkan,
diambil 12 sample data yang terdiri dari kategori frase 1 data,
kategori klausa 1 data dan kategori kalimat 10 kata. Selain
menggunakan metode komunikatif yang berusaha untuk
menerjemahkan sebuah makna dengan tepat dari bahasa sumber
baik itu aspek bahasa maupun isinya agar dapat diterima dan
dimengerti oleh pembaca, penerjemah juga menggunakan 8
strategi penerjemahan yang cock digunakan dalam penerjemahan
66
ini, diantaranya: Ziyadah (penambahan), Hadzf (membuang),
Taqdim wa Ta‟khir (mengawalkan dan mengakhirkan), Tabdil
(mengganti), literal, transposisi, deskripsi, dan transkripsi.
B. SARAN
Setelah melakukan penerjemahan dan penelitian, peneliti
akan memberikan saran dan rekomendasi terkait kegiatan dalam
penerjemahan Arab-Indonesia, diantaranya:
1. Seorang penerjemah tidak hanya merujuk pada satu
kamus saja, harus dilengkapi dengan kamus umum, kamus
khusus berupa kamus istilah yang berkaitan dengan
konteksnya.
2. Kalau diperlukan, seorang penerjemah menambahkan
penjelasan pada TSa yang masih terdengar asing atau
yang masih perlu dijabarkan di footnote atau catatan kaki
agar membantu pembaca teks sasaran mudah
memahaminya.
3. Buku “Mu‟assis Ilm al-Saydalah, Ibn al-Baitar” karya
Atef Muhammad adalah salah satu buku biografi ilmuan
muslim yaitu Ibnu al-Baitar seorang ahli Farmasi dan
Botani pada masa kejayaan islam di zaman Bani Umayyah
di Andalusia,Spanyol. Terdapat serangkaian buku serial
tentang sepuluh ilmuwan paling terkenal dalam sejarah,
termasuk ilmuwan Arab, Muslim, Barat, dan ilmuwan
lainnya. Dalam hal ini, buku-buku Atef Mohammed,
yang ditulisnya berkaitan dengan kepribadian setiap
ilmuwan dan pencapaian, gagasan serta tahapan terpenting
67
dalam hidupnya. Masih terdapat 9 buku biografi lagi yang
Atef Muhammad sajikan belum diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia, alangkah baiknya jika teman-teman
ingin menerjemahkan buku biografi atau sejarah ini sangat
direkomendasikan.
68
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Al-Farisi, M. Zaka. 2014. Pedoman Penerjemahan Arab
Indonesia, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Djajasudarma, T. Fatimah. 2006. Metode Linguistik (Ancangan
Metode Penelitian dan Kajian), Bandung: Pt. Refika
Aditama.
Harahap, Syahrin. 2011. Metodologi Studi Tokoh & Penulisan
Biografi, Jakarta: Penerbit PRENADA.
Hemingway, Ernest. 2017. Teori Relativitas Einsten, Yogyakarta:
Penerbit Narasi.
H. Hoed, Benny. 2006. Penerjemahan dan Kebudayaan, Jakarta:
Dunia Pustaka Jaya.
Hidayatullah, Moch. Syarif. 2014. Seluk-Beluk Penerjemahan
Arab-Indonesia kontemporer, Pamulang: Penerbit
Alkitabah.
Jaudah, Muhammad Gharib. 2007. 147 Ilmuan Terkemuka Dalam
Sejarah Islam. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.
Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa, Jakarta: PT Raja
Grafindo persada.
69
Masood, Ehsan. 2009. Ilmuan-Ilmuan Muslim Pelopor Hebat di
Bidang Sains Modern, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Mufid, Nur dan Kaserun AS Rahman. 2017. Buku Pintar
Menerjemahkan Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka
Progresif.
Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa, Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media.
Montaha, Salihen. 2008. Bahasa dan Terjemahan: Language and
Translation The New Millenium Publication, Jakarta:
Kesaint Blanc.
Nababan, Rudolf. 2008. Teori Menerjemahan Bahasa Inggris,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Newmark, Peter. 1998. A Texbook of Translation, New York:
Sanghai Foreign Language Education Press.
Newmark, Peter. 2001. Approaches to Translation, London:
Pergamon Press.
Nida, Eugene dan Charles A. Taber. 1982. The Theory and
Practice of Translation.
Rangkuti Hasibuan, Sofia. 1991. Teori Terjemahan dan
Kaitannya dengan Tata Bahasa Inggris, Jakarta: PT.
Dian Rakyat.
70
Sayogie, Frans. 2008. Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam
Bahasa Indonesia, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta.
Sayogie, Frans. 2014. Teori dan Praktik Penerjemahan Inggris-
Indonesia, Tangerang Selatan: Tanspustaka.
Suparno, Darsita. 2015. Morfologi Bahasa Indonesia, Ciputat:
UIN Press.
Suryawinata, Zuchridin & Sugeng Hariyanto. 2003. Translation
Bahasan Teori &Penuntun Praktis Menerjemahkan,
Yogyakarta: Kanisius.
Venuti, Lawrence. 2000. Translation Studies Reader, New York:
Routledge.
Widyamartaya, A. 1989. Seni Menerjemahkan, Yogyakarta:
Kanisius.
Jurnal
-. 2003. “Biografi IBN Al Baitar (Abu Muhammad Abdullah Ibn
Ahmad Al Baitar Dhiya Al Din Al Malaqi)”. )”, Qatar
Medical Journal, Vol. 12 / No.1.
A. Lichtman, Marshall. 2017. “Alfred Nobel and His Prizes:
From Dynamite to DNA”, Rambam Maimonides
Medical Journal, Vol. 8, No. 1.
71
Darajat, Ageung. 2014. “Analisis Kesalahan Mahasiswa
Menerjemahkan Teks Cerita Biografi dalam bentuk
Bahasa Inggris”, Jurnal Edukasi, Vol. 12, No.2.
Daud, Safari. 2013. “Antara Biografi dan Historiografi (Studi 36
Buku Biografi di Indonesia)”, Jurnal Analisis PPs UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, Vol. XIII, No.1.
E. Kennelly, Arthur. 1932. “Biographical Memoir of Thomas
Alva Edison”, National Academy Biographical, Vol.
XV.
Habibullah, Mosleh. 2015. “Proses dan Hasil Penerjemahan
Mahasiswa (Studi Kasus Pada Mahasiswa Translation
Theory and Practice Di STAIN Pamekasan)”, Jurnal
Nuansa, Vol. 12 No. 1.
H. Hoed, Benny. 2007. “Tarsparansi dalam Penerjemahan”,
Pertemuan Linguistik Pusat Kajian Bahasa dan Budaya
Atma Jaya: Kedelapan Belas, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, Cet. 1, Edisi 1.
Iqbal. 2015. “Daulah Umayyah di Andalusia dan Pengaruhnya
terhadap Kebangkitan Bangsa Eropa”, Jurnal Rihlah
Vol. II No.1.
Martyn Taylor, Henry. 1911. “Sir Isaac Newton”, Encyclopedia
Britani, Vol. 19.
72
Nurbayan, Yayan. 2014. “Pengaruh Struktur Bahasa Arab
Terhadap Bahasa Indonesia dalam Penerjemahan
Alquran”, Jurnal Arabiyat Vol. 1. No.1.
Putra, Pebri Pradika. 2019. “Ideologi dan Teknik Penerjemahan
Frasa pada Buku Biografi Suharto (A Political
Biography) dari bahasa Inggris ke dalam bahasa
Indonesia Karya R.E. Elson” Jurnal Tsaqofah &
Tarikh IAIN Bengkulu, Vol. 4 Nomor. 1.
Rogers and Tan. 2007. “Louis Pasteur (1822:1895) The Germ
Theorist” Singapore Medical Journal, Vol. 48.
Sardila, Vera. 2015. “Strategi Pengembangan Linguistik Terapan
Melalui Kemampuan Menulis Biografi dan
Autobiografi: Sebuah Upaya Membangun
Keterampilan Menulis Kreatif Mahasiswa”, An-Nida:
Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 40, no.2
Setyaningsih, Yuliana. 2008. Peningkatan Kemampuan Menulis
Argumentatif dan Keterampilan Berpikir Kritis Bahasa
Indonesia Mahasiswa melalui Model Pembelajaran
Berdasarkan Logika Toulmin, Jurnal Educationist
vol.II no.2.
Sudewi, Sri. 2017. Sejarah Farmasi Islam dan Hasil Karya
Tokoh-Tokohnya, Journal of Islam and Plurality,
Volume 2, Nomor 1.
73
Suparno, Darsita dan Ali Qosebaty. 2020. Kekerabatan Bentuk
kosakata Perabot Dapur dalam Bahasa Arab Sudan
dan Suriah, Buletin Al-Turas, Vol. 26 No.1.
Skripsi
Amajidah, Qistina. 2017. “Penerjemahan Buku al-Qira‟ah al-
Rasyidah Karya Abdul Hasan Ali Nadwi: Sebuah
Pertanggungjawaban Akademik”. Skripsi. Fakultas
Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah : Jakarta.
Azhar, Hanif. 2019. “Pertanggungjawaban Penerjemahan
Bagian Dari Buku Qissatu Erdogan Karya DR. Raghib
al-Sirjani”. Skripsi. Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah : Jakarta.
Farhana Fajriyah, Siti. 2017. “Penerjemahan Buku Mawsu‟ah al-
Lughah al-Injiliziyyah Ma Qalla Dalla Karya Dr. M.
Ezzat”. Skripsi. Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah : Jakarta.
Muhtarom, Al. 2017. “Penerjemahan Komunikatif Muhammad
Farid Wajdi dalam terjemahan Kitab Al-Hikam karya
Ibnu Athaillah As-Sakandari”. Skripsi. Fakultas Adab
dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah : Jakarta.
74
Situs:
Biografi penulis buku “Mu‟assis I‟lm al-Saydalah, Ibn al-
Baitar”, Atef Muhammad, السيشة الزاحيت أهل عاطف هذوذ
di akses dari,الخضشي
http://site.iugaza.edu.ps/akhoudary/.
Website pengunduhan buku “Mu‟assis I‟lm al-Saydalah, Ibn al-
Baitar” karya Atef Muhammad https://download-
stories-pdf-ebooks.com/51252-free-book.
75
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran I
Wawancara Peneliti dengan Penulis Buku “Mu’assis I’lm al-
Saydalah, Ibn al-Baitar yaitu Atef Muhammad melalui via
Pada penelitian tersebut, peneliti melakukan wawancara
dengan pihak penulis. Data di ambil dari tanggal 14 Maret 2019
hingga 16 Maret 2019 melalui mengirim pesan via Email. Berikut
daftar pertanyaan dan jawabannya :
Gambar 1 Gambar 2
76
Gambar 3
77
Lampiran II
Teks Mu’assis I’lm al-Saydalah, Ibn al-Baitar dan
Terjemahannya
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
Terjemahan buku biografi berjudul
أشهر العلماء فى التاريخ
الصيدلةمؤسس علم
ابن البيطار
Karya Atef Muhammad
Ilmuan terpopuler dalam Sejarah
“Ibnu al-Baitar”
Pelopor Ilmu Farmasi
103
DAFTAR ISI
SEKILAS RIWAYAT HIDUP IBNU AL-BAITAR
AKHIR PETUALANGANNYA DI NEGERI BARAT
MELANJUTKAN PETUALANGANNYA DI NEGERI MESIR
PERTEMPURAN DI TANAH MESIR
JALAN MENUJU PENEMUAN
RUJUKAN
104
Sekilas Riwayat Hidup Ibnu Al-Baitar
Abdullah bin Ahmad al-Baitar ialah ilmuan Botani Arab
terkenal yang lahir di Malaga, Andalusia118
pada tahun 589
Hijriyah atau pada tahun 1193 Masehi119
. Saat itu Malaga adalah
kota yang berada di sisi tenggara Andalusia yang mana sebagai
118 Dalam hal ini penerjemah lebih memilih menggunakan kata
Andalusia ketimbang Spanyol. Dahulu wilayah tersebut adalah pusat
peradaban islam di bawah kekhalifaan Bani Umayyah yang mana komunitas
muslimnya saat itu menyebut tanah Spanyol ini dengan sebutan Andalusia.
Asal muasal kata “Andalusia” sendiri, konon ada beberapa suku kanibal yang
berasal dari wilayah utara Skandinavia, yaitu mencakup kawasan Swedia,
Denmark, Norwegia dan sekitarnya. Mereka menyerang kawasan Andalusia
(Spanyol saat ini) dan hidup di sana dalam kurun waktu yang cukup lama.
Kabilah-kabilah ini yang menyerang wilayah tersebut dikenal dengan suku-
suku “Vandal atau “Wandal” dalam bahasa Arab. Sehingga wilayah itupun
dikenal sebagai “Vandalisia” mengikuti nama suku-suku di sana. Seiring
dengan berjalannya waktu, nama itupun berubah menjadi “Andalusia”. Lihat:
Raghib as-Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia Jejak Kejayaan Islam di
spanyol, penerbit Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur, 2017, hlm. 14.
119
Tanggal lahir Ibnu al-Baitar dalam buku “Mu‟assisu Ilm As-
Shaidalah, Ibn Al-Baithar” karya Atef Muhammad (Tsu) tertulis 646 Hijriyah
atau 1248 Masehi, penanggalan tersebut sama halnya seperti tanggal wafat
yang tertera di akhir buku Tsu. Maka dari itu penerjemah mengkoreksi tahun
penanggalan lahirnya Ibnu al-Baitar yaitu pada tahun 589 Hijriyah atau sekitar
tahun 1193 Masehi, maka lihat Muhammad Gharib Jaudah, dalam 147 Ilmuan
Terkemuka Dalam Sejarah Islam, penerbit Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur,
2007, hlm. 373.
105
salah satu kota yang terindah di dunia dan merupakan kota yang
paling berkembang dalam bidang perdagangan, industri,
pertanian, pariwisata, hingga berbagai macam kerajinan dan seni.
Kota Malaga telah menjadi saksi banyak peristiwa dalam
kehidupan penduduknya yang dilalui seperti peristiwa sejarah,
politik, dan militer. Di kota yang memiliki sejarah besar, serta
memiliki taman-taman yang indah di mana Abdullah bin Ahmad
al-Baitar lahir. Di sana terdapat kerajinan milik ayahnya dan
berbagai macam pengobatan untuk hewan.
Ayahnya berprofesi sebagai tukang pandai besi untuk
membuat tapal kuda. Ayahnya yaitu Ahmad al-Baitar120
ingin
sekali membesarkan anaknya yang masih kecil sesuai dengan
ajaran agama Islam. Ibnu al-Baitar sejak kecil sudah menguasai
rukun dan syariat Islam, mengetahui rahasia seputar ilmu
kedokteran hewan, walaupun tidak ada keunggulan ataupun
120 Pada buku tsu yang akan diterjemahkan ini akan menerangkan
Ahmad Al-Baitar ahli dalam bidang ilmu kedokteran hewan. Di sisi lain
menurut Muhammad Gharib Jaudah di dalam bukunya bahwa Ahmad Al-
Baitar juga seorang yang ahli dalam ilmu Botani, yang mana nantinya akan
diwariskan ilmu yang ia geluti dalam bidang ini kepada anaknya (Ibn al-
Baitar). Lihat kembali Ibid, hlm.373.
106
kekurangan dalam bidang ini. Ibnu al-Baitar belum begitu
menyadari akan hal itu ketika ia masih berusia sepuluh tahun.
Namun Ibnu al-Baitar tidak berminat untuk mendalami
bidang ini, tampaknya ia tidak berpikir akan ditakdirkan sebagai
dokter hewan professional seperti ayahnya. Ia pun tidak tertarik
bekerja di pusat industri / pabrik Hadawi. Kemudian Ibnu al-
Baitar sering meninggalkan rumah, pergi ke hutan untuk
menghabiskan waktunya menjelajahi pepohonan, tumbuh-
tumbuhan, dam bunga-bunga. Tidak jarang ia pergi ke pantai atau
sungai untuk bertafakur alam, atau mempelajari makhluk yang
terdapat di kaki gunung al-Fath.
Pada umumnya, Ibnu al-Baitar menghabiskan sebagian
besar waktunya dengan mengobservasi alam. Sering kali ia
melukis pepohonan, berbagai bunga dan tumbuh-tumbuhan.
Semenjak itu ia sering pergi ke hutan untuk melakukan observasi
alam, ia memiliki minat yang sangat kuat dalam hal tersebut.
Dalam hal ini, ia mengumpulkan informasi, menulis, dan
mempelajari tentang alam.
107
Ayahnya yaitu Ahmad al-Baitar sudah mencoba berulang
kali membujuk putranya untuk menyukai ilmu kedokteran hewan
tetapi selalu gagal. Pada suatu saat matahari pun baru saja terbit,
Ibnu al-Baitar muda sudah meninggalkan rumah untuk pergi ke
hutan dengan membawa beberapa kertas dan alat lukis. Dia
menghabiskan waktunya sepanjang hari di hutan, terkadang ia
pun memancing di sungai, lalu menyalakan api untuk membakar
ikan hasil tangkapannya yang kemudian ia makan. Setelah
makan, Ibnu al-Baitar kembali melukis pepohonan, bunga-bunga,
dan tanam-tanaman. Ahmad al-Baitar sering mengkhawatirkan
anaknya. Karena anaknya tidak memiliki minat pada bidang
kedokteran hewan. Tetapi istrinya berkata kepadanya: “Jangan
khawatir, jika anak kita tidak dilahirkan menjadi seorang dokter
hewan, mungkin aku pikir ia cenderung menjadi ahli Botani,
bahkan ahli Farmasi. Ia suka sekali mengamati tanaman, bunga-
bunga dan pepohonan. Tidakkah anda melihat cara melukisnya
dengan mahir!?”
Ayahnya hanya bisa tersenyum dan berkata, “Saya
berharap anakku lebih baik dariku. Di masa yang akan datang
aku bisa melihat anakku sebagai salah satu ilmuan hebat di
108
bidang Farmasi. Oleh karena itu aku memutuskan untuk
berbicara dengan temanku yaitu Ibnu al-Rumiyyah seorang
ilmuan terkenal pada bidang Botani, seandainya ia jadi
berkunjung ke rumah kita. Tahukah kamu bahwa Ibnu al-
Rumiyyah ini adalah salah satu orang-orang hebat yang saat ini
menekuni bidang Botani.”
Pada suatu saat Ibnu Al-Baitar mendengar hal tentang
Ibnu al-Rumiyyah121
dan tempat risetnya dari ayahnya. Bahwa
beliau adalah pakar Botani dan ahli meracik obat-obatan yang
handal. Hal demikian membuat Ibnu al-Baitar diselimuti rasa
kagum hingga bertanya kepada ayahnya: “Ayah, bukankah Ibnu
al-Rumiyyah akan datang mengunjungi kita?” Ayahnya pun
berkata: “Tentu saja, beliau akan berkunjung. Saat ini Ibnu al-
Rumiyyah tinggal di kota Seville, tetapi beliau berjanji akan
datang mengunjungi kita. Beliau akan datang dengan
membawakan ayah berbagai jenis tanaman untuk membuat obat-
121 Nama lengkapnya adalah Abu Abbas bin Ahmad bin Muhammad
bin Mufrih Al-Asybili. Dikenal dengan nama Ibnu al-Rumiyyah An-Nabaty
yang dilahirkan di Sevilla Spanyol pada tahun 562 H (1167 M) dan wafat pada
tahun 637 H (1239 M). Dia adalah seorang fakih (ahli Fiqih) dan ahli tumbuh-
tumbuhan (Botani). Ibid, hlm.485.
109
obatan, terutaman membuat obat-obatan yang ia gunakan untuk
mengobati binatang.”
Sejak saat itu, Ibnu al-Baitar memiliki keinginan untuk
bertemu Ibnu al-Rumiyyah. Pada suatu hari Ibnu al-Baitar
kembali ke rumah sepulang dari rutinitasnya seperti biasa
menjelajahi hutan, ia pun terkejut dengan ibunya memberitahu
bahwa ayahnya ada di salah satu ruang di rumahnya bersama
Ibnu al-Rumiyyah seorang Ilmuan terkenal tersebut. Ayahnya
sedang berbincang dengan sahabatnya seorang ilmuan mengenai
pendidikannya. Ibnu al-Baitar sangat senang dan ia bergegas
untuk bertemu ilmuan hebat itu.
Suatu ketika Ibnu al-Baitar melihat ke dalam kamar
kemudian menunjukan hasil lukisan yang bergambarkan tumbuh-
tumbuhan kepada Ibnu al-Rumiyyah dan ia pun senang
melihatnya. Terlihat wajah Ahmad al-Baitar tersenyum penuh
dengan makna dan hatinya gembira. Lalu Ibnu al-Rumiyyah
berkata: “Sahabatku, saya beritahu bahwa anakmu ini cerdas,
kau telah cerita kepadaku bahwa kau takut ia tidak mempunyai
minat terhadap ilmu kedokteran hewan. Tetapi sekarang aku
110
beritahu, bahwa anakmu lebih pintar dari apa yang kau katakan,
saya memprediksi anakmu memiliki masa depan yang cerah.”
Tetapi ia tidak sama sepertimu, dan mungkin tidak akan
menjadi seorang dokter hewan suatu saat nanti. Anakmu ini akan
menjadi ahli Botani sepertiku, Ibnu al-Baitar sangat gembira dan
berkata: “Sungguh tuan? Apakah tuan bersedia untuk
mengajariku ilmu Botani ?!” Ibnu al-Rumiyyah tertawa dan
berkata: “Sungguh?! tetapi syaratnya adalah kau harus
buatkanku lukisan tentang tumbuh-tumbuhan untuki ku sekali
lagi.”
Ibnu al-Baitar segera untuk memperlihatkan beberapa
lukisannya yang penuh warna kepada Ibnu al-Rumiyyah,
kemudian Ibnu al-Rumiyyah terkejut saat ia melihat hasil
lukisannya. Lalu berkata: “Dari mana kau dapatkan warna-
warna ini?”
Ibnu al-Baitar: “warna-warna ini saya buat dari air sari
berbagai jenis tanaman, kemudian saya membuat beberapa zat
warna yang saya campur dengan tinta, kemudian saya rekatkan
dengan lem.”
111
Ibnu al-Rumiyyah tersenyum, kemudian berkata: “Ibnu
al-Baitar, engkau telah memiliki bakat dalam Ilmu Botani. Untuk
suatu hal yang belum pernah dicapai dari orang-orang yang
lebih tua darimu… tetapi mereka yang tahu cara
mendapatkannya. Pada beberapa cat yang ditemukan dari jenis
tanaman, mereka tidak tau bagaimana cat tersebut berhasil
setelah di campur dengan tinta, sehingga tetap cerah dalam
waktu selama mungkin. Tidak diragukan lagi bahwa
ketidaktahuan pada hal tersebut karena kurangnya pengetahuan
tentang rahasia dan khasiat pada tanaman.”
“Tetapi oleh mu, hal tersebut sudah kau buktikan dengan
tekadmu yang khas pada pengetahuan yang banyak tentang
tanaman dari sifat dan komposisinya, saya belum bisa menjadi
gurumu. Saat ini kau belum menjadi ahli dalam bidang ini, tetapi
kau sudah menunjukan cinta yang besar pada Ilmu Botani. Hal
ini terlihat dari sifat baikmu, kekuatan, pikiranmu,
kecerdasanmu, serta bakatmu.”
Lalu Ibnu Al-Baitar berkata dengan gembira: "Jadi, Tuan
telah menerimaku sebagai murid untuk mengajari ilmu Botani?
Dan apakah tuan ingin mengajak ku ke Seville?”Mendengar hal
112
tersebut Ibnu al-Rumiyyah seketika tersentuh. Kemudian berkata:
“Sama sekali tidak”.
Mendengar hal tersebut, Ibnu Al-Baitar terdiam hingga
terlihat lesu, serta memalingkan wajahnya. Ibnu al-Rumiyyah
berkata: “Maksudku, engkau harus mempergunakan waktumu di
sini, memelihara alam ini. Supaya engkau mengetahui sendiri
apa yang telah kau lakukan pada jenis tanaman baru dengan
kesungguhan itu akan membuatmu mendapatkan banyak
pengetahuan dan dengan cara engkau sendiri.”
“Engkau memiliki lebih banyak waktu untuk
mengembangkan cara belajar yang khusus untuk diri sendiri.
Karena jika engkau mengisi pikiranmu dengan semua yang
engkau ketahui tentang Ilmu Botani tanpa memiliki tekad, maka
posisimu akan terhenti, dan pikiranmu akan merasa puas dengan
apa yang telah engkau ketahui. Anakku, engkau memiliki
kejeniusan yang luar biasa, engkau harus berlibur! Kemudian
datanglah berkunjung ke tempatku dan tinggallah bersamaku.”
Sejak saat itu, Ibnu al-Rumiyyah sering kali pergi ke
laboratorium untuk penelitian bersama Ibnu Al-Baitar.
113
Ibnu al-Rumiyyah terkejut setiap kali melihat Ibnu al-
Baitar membersihkan debu di atas kertas dan sibuk melukis
semua isi laboratorium. Ibn al-Baitar tidak hanya melukis
tanaman langka yang ia lihat di tempat budi daya tanaman milik
gurunya, namun ia juga melukis alat-alat dan perlengkapan
laboratorium. Ketika Ibnu al-Rumiyyah bertanya kepada
muridnya Ibnu al-Bitar untuk alasan apa ia melukis semua
peralatan yang ada di laboratorium, Ibnu al-Bitar berkata:
“Sungguh, saya senang melukis segala sesuatu yang saya lihat di
sini, sehingga saya bisa menghapal semuanya, akan sulit
seseorang untuk melupakan sesuatu yang ia pernah lukisnya
sendiri, saya ingin mengingat segala sesuatu tentang tanaman
dan peralatan laboratorium, sehingga nantinya saya bisa
membuat laboratorium sendiri”. Lalu Ibnu al-Rumiyyah berkata:
“Lalu apakah engkau tidak ingin tinggal bersama kami di
Sevilla?”Berkata Ibnu al-Baitar: “Tatkala aku pergi untuk
menuntut ilmu, engkau tahu bahwa saya ingin memperoleh lebih
banyak ilmu dan pengetahuan”.
"Saya tidak ingin berhenti dengan sebatas pengetahuan
yang telah saya peroleh di masa lalu, atau hanya sebatas belajar
114
dari engkau. Saya ingin melewati tahap itu, selanjutnya yaitu
untuk mencari tahu siapa yang bisa mengetahui bakat yang ku
miliki, supaya bisa menerima ilmu darinya, sungguh saya telah
berjanji dalam hidup saya untuk menuntut ilmu, dan saya akan
mencari ilmu ke berbagai negara".
Ketika itu berkatalah Ibnu al-Rumiyyah : "Aku akan
mengajarimu semua yang aku ketahui tentang ilmu Botani.
Tetapi saya tidak akan menuntutmu untuk tinggal lama di Sevilla,
maka dari itu selama engkau masih berpegang teguh pada
bakatmu dan membekalinya dengan menambah ilmu
pengetahuan".
Di kemudian hari, ayahnya ingin menikahi Ibn al-Bitar
kemudian ia menolak keinginan ayahnya tersebut dengan anak
perempuan bibinya. Dengan bermaksud yang Ibnu al-Baitar
pikirkan saat itu hanyalah untuk membujuk ayahnya agar setuju
berimigrasi ke Maroko, ayahnya adalah seorang pengrajin tangan
yang dapat tinggal di mana saja. Ibnu al-Baitar ingin sekali pergi
ke Maroko terutama setelah mendengarkan nasihat dari gurunya,
Ibnu al-Rumiyyah yang mengatakan kepadanya bahwa apa yang
tidak ia ketahui tentang ilmu Botani akan didapatkannya oleh ahli
115
Botani Maroko, Abu al-Hajaj122
. Barulah Ibnu al-Baitar menikah
dengan anak perempuan bibinya yaitu bernama Khadira yang
nantinya akan menjadi istrinya.
Ibnu al-Baitar membawa keluarganya ke Sevilla untuk
berpamitan dengan gurunya, Ibnu al-Rumiyyah. Tidak berlama-
lama menetap di Seville ia meninggalkan keluarga dan istrinya
yang berada di sisi Ibnu al-Rumiyyah lalu mengambil surat
rekomendasi gurunya kepada ahli Botani Maroko Abu Hajjaj.
Untuk mempersiapkan segala urusannya ia kembali ke pelabuhan
Malaga supaya bisa menaiki salah satu kapal laut menuju kota
Ceuta yang merupakan tujuan Ibnu al-Baitar pergi ke Maroko.
Apabila ia berhasil mendapatkan sebuah toko untuk ayahnya
supaya bisa menjalankan profesinya, Ibnu al-Baitar berpesan
seperti itu kepada keluarga dan istrinya.
122 Ibnu Hajjaj al-Ishbili seorang Agronomi (ahli dalam Ilmu
Pertanian) dan ahli Botani muslim Andalusia penulis kitab al-Mughni fi al-
filaha. Dalam bukunya ia menjelaskan bahwa seorang petani mesti tahu jika
lahan pertanian tidak dipupuk, kemampuannya akan melemah. Ia pun
menjelaskan agar penggunaan pupuk tidak belebihan. Bila hal itu dilakukan,
tanah pertanian akan terbakar dan mengering oleh pupuk. Lihat: Ferry
Kisihandi, “Menyusuri Kemajuan Pertanian”, Jurnal Republika
Khazanah, 2010, hlm.20.
116
Dan benar saja Ibnu al-Baitar datang ke rumah guru
barunya yaitu Abu Hajjaj. Ia pun disambut oleh banyak ilmuan,
setelah ia duduk lalu gurunya Abu Hajajj berkata kepadanya
bahwa ia sudah mengetahui tentang ilmu Botani:
" Ibnu al-Baitar… Sesuatu yang telah engkau kuasai
tentang ilmu Botani saat ini tidak jauh berbeda dari apa yang
saya miliki. Jika engkau masih ingin tau banyak tentang ilmu
Botani, engkau harus pergi ke negeri Yunani dan Romawi. Untuk
melihat langsung tanaman-tanaman di sana lalu engkau
mencatat, mendeskripsikan dan melukisnya sendiri. Kemudian
bertemulah dengan para ilmuwan Yunani dan ilmuan-ilmuan
Romawi yang belajar tentang ilmu tersebut dari orang-orang
terdahulu mereka yang hebat seperti Pedanius Dioskorides,
Galenus, dan yang lainnya."
"Masalahnya sekarang adalah engkau harus belajar
bahasa Latin orang-orang Yunani dan Romawi, dan saya akan
mengajarimu bahasa ini dalam jangka waktu beberapa tahun."
Untuk beberapa waktu Ibnu al-Baitar memutuskan tinggal
di Maroko. Tak lama kemudian ia menyewa rumah yang selalu
117
menjadi impiannya, ia juga menyewa sebuah toko untuk ayahnya
di pasar Ceuta, lalu ia mengirim surat melalui pos untuk
membawa keluarga dan istrinya ke Maroko. Lalu Ibnu al-Baitar
tinggal dengan keluarganya di kota Ceuta yang terlihat di
sebrangnya terdapat semenanjung Malaga, yang saat itu adalah
semenanjung terbesar. Ceuta adalah kota pesisir pantai dengan
banyak perdagangan dan industri, sehingga engkau bisa
menemukan hasil kerajinan milik ayahnya (Ibnu al-Baitar) yang
banyak disukai orang yang akan meningkatkan pendapatan
keluarga. Hal tersebut yang membuat Ibnu al-Baitar mampu
mengabdikan kepada gurunya Abu Hajjaj untuk menuntut ilmu
darinya.
Saat itu Ibnu al-Baitar sudah mulai belajar bahasa Latin,
membaca buku-buku Yunani dan Romawi, belajar ilmu Botani
dari Abu-Hajjaj. Setelah beberapa tahun kemudian ia
memutuskan untuk pergi ke negara Yunani.
Kemudian Abu Hajjaj berpesan kepadanya untuk pergi ke
negeri Yunani ia harus mengganti namanya dengan nama baru,
bukan hanya itu, ia pun tidak boleh menunjukkan identitas
agamanya dan berasal dari mana ia tinggal hingga ia selamat dari
118
orang-orang jahat di negara tersebut yang notabenenya adalah
musuh islam. Setelah mendengar perkataan gurunya, Ibnu al-
Baitar mengubah warna rambutnya menjadi warna pirang supaya
perawakannya menyerupai orang-orang Yunani. Oleh sebab itu,
gurunya berkata:
“Perawakanmu seperti ini akan membantu dan
membuatmu menjadi lebih mudah untuk hidup di tengah orang-
orang Yunani. Seakan-akan engkau adalah salah satu dari
mereka. Lalu engkau harus dinamai seperti nama orang-orang di
negara ini, kemudian menyembunyikan agama asli mu (Islam)
dari masyarakat umum, supaya para Ilmuan Yunani di sana tidak
merasa khawatir dengan keberadaanmu.”
Seperti inilah Ibnu al-Baitar meninggalkan keluarganya,
istrinya dan gurunya di Ceuta, Maroko. Kemudian Ibnu al-Baitar
pergi menaiki sebuah kapal yang melewati laut dengan ombak-
ombak besar, yang mengantarkannya ke Laut Mediterania (masih
dalam wilayah perairan Romawi kala itu) untuk berlabuh di
pelabuhan Salerno di Sisilia. Kemudian melanjutkan rute
berlayarnya ke Vesia (Vinesia), yang mana Ibnu al-Baitar akan
119
tinggal lama di sana seperti orang asing yang sedang mencari
ilmu.
Nyatanya, bahwa Ibnu al-Bitar tidak merasa takut pada
keterasingan, atau hidup di antara orang-orang yang mencela
umat muslim, karena keinginannya terhadap sains dan ilmu
pengetahuan lebih besar dari pada ketakutan yang ia miliki, jadi
Ibnu al-Baitar hanya memikirkan buah-buah ilmu yang akan ia
peroleh dari para sarjana Yunani dan Romawi.
Akhir Petualangnnya di Negeri Barat
Setelah menghabiskan tujuh tahun waktunya di negara
Yunani, Ibn al-Baitar memutuskan untuk pergi menemani
sahabatnya. Seperti yang Abu Hajjaj katakan bahwa dalam
perjalanannya ke negeri Byzantium123
(wilayah Turki sekarang),
Ibn al-Baitar dan sahabatnya berkenalan dengan seorang Ilmuan
yang menjamunya pada saat tinggal di negeri Yunani yang
123 Byzantium adalah kekaisaran Romawi timur. Pada tahun 395 M
kota Konstantinopel (Istambul, Turky sekarang) menjadi pusat kekaisarannya.
Lihat Ahmad Fuad Basya, Sumbangan Keilmuan Islam Pada Dunia (Jakarta
Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2008), hlm.27.
120
memiliki banyak tanaman. Mereka menghabiskan satu tahun
penuh untuk mempelajari tentang jenis-jenis tanaman, kemudian
mereka berpisah di perbatasan negeri Syam.
Dari negeri Syam Ibnu al-Baitar menulis surat kepada
gurunya Abu Hajjaj yang mana ia tuliskan: “Guruku, dalam
beberapa tahun terakhir saya tidak memberi kabar kepadamu,
karena saya khawatir kepada keselamatan diriku dan hidupku.
Sebab saya tinggal di negeri barat yang notabennya
adalah negeri musuh. Dan sekarang saya tuliskan surat ini
untukmu dari Damaskus agar engkau menjamin keselamatanku.
Saya memberitahumu, guru..... bahwa saya akan pergi ke Mesir.
Saya telah menetapkan pilihan untuk apa yang tersisa dari
usiaku, tetapi sesekali saya juga ragu terhadap negeri Syam.
Saya akan menyelesaikan studi saya tentang ilmu Botani, disini
saya bisa menemukan jenis tanaman yang harus saya ketahui
lebih banyak. Ketika saya sudah tiba di Mesir, saya akan segera
memberi kabar dengan mengirim surat kepadamu.”
Ini adalah satu-satunya pesan yang memungkinkan Ibnu
al-Baitar untuk ia kirim ke keluarga dan gurunya sejak ia
121
meninggalkan Maroko pada beberapa tahun yang lalu. Keluarga
Ibnu al-Baitar telah atau nyaris kehilangan harapan terhadap
datangnya kabar tentang Ibnu al-Bitar.
Melanjutkan petualangannya di Mesir
Ibnu al-Baitar tiba di negeri Mesir ketika itu pada usia tiga
puluh tahun. Pada awalnya, Ibnu al-Baitar tiba di kota Alexandria
dengan menaiki kapal Yunani. Ia tidak lama menetap di kota
Alexandria, tetapi ia melanjutkan perjalannya dan ia akhirnya
sampai di kota Kairo. Setelah ia tiba di Kairo, segera ia menyewa
sebuah rumah di Pulau Rawdah.124
Pada hari berikutnya Ibnu al-Baitar seketika terkejut
dengan kedatangan sekumpulan pasukan berkuda milik sang
sultan yang berdiri di dekat pintu rumah yang ia sewa dan
menyuruhnya untuk datang ke Kairo, kemudian memberi tahu
124 Pulau Roda atau Pulau Rawdah adalah sebuah pulau yang terletak
di sungai Nil di tengah daerah Kairo, Mesir. Distrik El-Manial dan tamannya,
serta Musium Istana Al-Manyal terletak di pulau tersebut. Lihat Wikipedia
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pulau_Roda diakses pada hari minggu,
Tanggal 3 November 2019 pukul 22.55.
122
Ibnu al-Baitar bahwa sang Sultan125
meminta untuk bertemu
dengannya. Tak lama berselang, Ibnu al-Baitar berdiri di hadapan
Sultan al-Ayyubi, Sultan al-Ayyubi dengan sontak mengatakan :
“Kemasyhuranmu telah mendahului kami, banyak hal
yang saya ketahui tentangmu, bahwa engkau tiba di kota
Alexandria sebulan yang lalu, dengan kapal Yunani. Sungguh,
saya mengetahui engkau pun tiba di kota Kairo malam kemarin,
bahwa engkau berada disini untuk mencari ketentraman......
Bukankah begitu?!
Kemudian Ibnu al-Baitar segera mengatakan: Iya,
Tuan..... Saya pergi dari negaraku tujuannya untuk mencari ilmu.
Lalu saya pergi ke Maroko, negara Yunani, negeri Syam dan
akhirnya saya datang ke Mesir.
Selama tinggal di Barat (Seperti di Andausia dan Negara
Yunani) saya telah mencapai banyak keberhasilan pada bidang
farmasi, kedokteran hewan, dan menjual berbagai jenis tanaman
untuk dijadikan obat dan digunakan untuk membuat parfum.
125 Sultan al-Ayyubi Malik al-Kamil.
123
Sultan al-Ayyubi pun berkata dengan jelas: Siapakah guru
pertamamu wahai saudaraku? Ibnu al-Baitar pun menjawab
dengan bangga: Abu Abbas Asy-Syibli An-Nabati126
, Tuan.
Sultan al-Ayyubi tercengang, lalu seketika berkata: " Ibnu
Rumiyyah"! Semoga Allah melimpahkan keberkahan terhadap
dirimu dan gurumu! Kemudian sang Sultan menyarankan kepada
Ibnu al-Baitar untuk mengurus pelayanan rumah sakit dan
pengawas obat-obatan yang ada di Mesir ini, hal tersebut yang
membuat Sultan al-Ayyubi mengizinkannya untuk
mempraktikkan profesinya di lingkuangan dimana ia tinggal
sekarang.
Pertempuran di tanah Mesir
Ibnu al-Baitar menetap di Mesir dan menjalani
kehidupannya dengan tenang, Sultan al-Ayyubi juga memberi
perhatian penuh terhadapnya. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa ia direkomendasikan tidak hanya dalam
bidang kedokteran dan farmasi, tetapi ia juga menekuni dalam
126 Muhammad Gharib Jaudah, 147 Ilmuan Terkemuka Dalam
Sejarah Islam, hlm. 485.
124
urusan perang dan bidang politik. Seketika saat itu bala tentara
Perancis datang untuk menyerbu ke negeri Mesir.
Maka Sultan al-Ayyubi segera memerintahkan untuk
membuat sebuah benteng kokoh di bagian selatan kota
Dimyath127
hingga di wilayah kota Mansoura128
, tetapi wilayah
sungai Nil masih bisa dilewati oleh musuh. Hal ini yang membuat
Sultan al-Ayyubi meminta nasihat kepada para ulama termasuk di
dalamnya Ibn al-Baitar, Sultan al-Ayyubi berkata kepada para
ulama dihadapanya:
Saya telah mendengarkan pendapat dari para prajurit –
saya pun masih butuh pendapat dari para alim ulama,
127 Dimyath atau Damietta ialah ibu kota Governorat Dimyath, Mesir.
Kota ini terletak di Laut Tengah, di muara Delta Nil sekitar 191 km di utara
Kairo. Lihat Wikipedia https://id.m.wikipedia.org/wiki/Dimyath# diakses pada
hari minggu, Tanggal 3 November 2019 pukul 23.18.
128
Kota Mansoura merupakan ibukota dari kegurberuran provinsi
Dakahlia, Mesir. Mansoura didirikan pada tahun 1219 Masehi oleh al-Kamil
dari dinasti Ayyubiyyah. Setelah pasukan Mesir mengalahkan tentara Salibis
pada Perang Salib Keenam, hal tersebut kota ini dinamakan Mansoura
(artinya “Kemenangan”).
Lihat https://id.m.wikipedia.org/wiki/Mansoura,_Mesir# diakses pada hari
minggu, Tanggal 3 November 2019 pukul 23.31.
125
bagaimana kita bisa menyelamatkan kota Dimyath dari tangan
para penjajah?!
Para ulama kemudian telah menyatakan semua pendapat-
pendapatnya, tetapi Sultan al-Ayyubi pun belum bisa
menyelesaikan masalah setelah mendengarkan pendapat dari
mereka. Sedangkan Ibnu al-Baitar masih tetap tenggelam dalam
pikirannya sehingga Sultan al-Ayyubi berkata kepada Ibnu al-
Baitar: Wahai Ibnu al-Baitar, mengapa hingga kini engkau belum
memberikan pendapat kepada kami?!
Seketika Ibnu al-Baitar sontak sadar, lalu berkata: Ya
Tuan ..... Saya pikir benteng yang dibangun oleh para tentara
kita ini sudah cukup, tetapi jalan menuju sungai Nil bukanlah
sebagai tipuan untuk menutup aksesnya. Jadi pendapat saya
adalah kita akan menenggelamkan beberapa kapal di wilayah
Dimyath. Hal tersebut akan membuat kapal musuh tidak dapat
menyeberang ke wilayah selatan. Dengan begitu kita dapat
mencegah kapal tentara salib untuk maju, wilayah sungai Nil pun
tetap dalam keadaan aman.
126
Kemudian Sultan al-Ayyubi bersorak dengan sangat
gembira, lalu mengatakan : Ini adalah pendapat yang sangat
tepat... Sungai Nil adalah satu-satunya celah, dan dengan ide
Ibnu al-Baitar tersebut telah berhasil menutup celah tersebut di
hadapan musuh-musuh. Semoga Allah memberkahimu.
Jalan menuju Penemuan
Setelah tiga tahun kemudian, peperang tersebut berakhir
dan para penjajah pun pergi. Mulailah Sultan al-Ayyubi kembali
membangun negeri Mesir dan melatih bala tentaranya untuk
mengantisipasi para Tentara Salib tersebut kembali. Dan benar
saja, para penjajah pun kembali, tetapi kali ini bukan ke negeri
Mesir, namun ke wilayah Syam.
Berita ini terdengar sampai Hunggaria (Bulgaria saat ini)
bahwa tentara salib menyerbu negeri Syam. Sultan al-Ayyubi
beserta bala tentaranya termasuk Ibn al-Bitar pergi menuju kota
Damaskus. Sang Sultan pun memerintahkan kepada panglima
perang untuk bergegas mengambil tindakan terhadap agresi yang
terjadi di kota Damaskus. Adapun Ibnu al-Baitar dengan Sultan
127
al-Ayyubi kembali ke negeri Mesir untuk merawat orang-orang
yang terluka dan mengurus obat-obatan.
Tentara mesir di bawah komando Sultan al-Ayyubi
sepenuhnya mampu menahan serangan dan memenangkan perang
dari tentara salib di hadapannya. Setelah itu para tentara Mesir
pun kembali ke kota Kairo bersama Ibn al-Baitar yang saat itu
berusia empat puluh tahun. Sekembalinya dari berperang Ibn al-
Baitar tiba di Mesir, ia pun memutuskan untuk mulai menulis
buku pertamanya, yaitu Tafsir Kitab Dyasquridis.129
Setelah meyelesaikan buku pertamanya, Ibnu al-Baitar
mendiktekan/mengajarkan bukunya kepada muridnya, yang
bernama Ibrahim bin Musa. Belum saja selesai
mendikte/mengajari bukunya sampai akhir, Sultan al-Ayyubi
memanggil Ibnu al-Baitar dan memberitahukannya bahwa terjadi
invasi baru dari tentara Salibis. Untuk kali ini tentara salib
129 Kitab mengenai catatan terhadap temuan-temuan Dioskorides.
Lihat Jayantika Soviani, “Ibnu Al-Baitar”, diakses dari
https://integrasi.science/ibnu-al-baitar/, pada tanggal 7 Oktober 2019 pukul
18:40.
128
menyerbu Yerusalem (tepatnya Baitul Maqdis) sebagai tujuan
selanjutnya.
Seketika Ibnu al-Baitar merasa kecewa hingga sedih,
tetapi Ibnu al-Baitar mampu menenangkan dirinya sendiri, lalu
berkata: Aku akan setia bersamamu wahai Sultan al-Ayyubi, aku
akan pergi untuk berperang bersamamu seperti saat aku ikut
pergi berperang di negeri Syam.
Tak lama berselang, perang pun kali ini diakhiri dengan
mendesak Sultan al-Ayyubi yang dipaksa untuk membagi
wilayah Yarussalem (Baitul Maqdis) antara wilayah kekuasaan
sultan islamiyah dengan penjajah yaitu tentara Romawi!
Sekembali dari berperang dan pulang ke Mesir, Ibnu al-
Baitar ditimpa duka yang mendalam dengan mendengar kabar
wafat ayahnya. Tidak lama berselang, muncul berita tentang
jatuhnya kota Kordoba bersamaan dengan ditakukannya kota
Mawroqoh (Saat ini kota Palma de Mallorca) di tangan bangsa
Franka130
, menyingkirkan wilayah kekuasaan muwahhidin131
,
130 Bangsa Franka atau Kaum Frank yang dalam bahasa Latin Franci
atau gens Francorum adalah suatu konfederasi dari suku-suku Jermanik
129
merebut wilayah Banu Ahmar132
di kota Malaga dan
menghancurkan negara-negara Islam di antara para pemuka
pertama yang dibuktikan pada abad ketiga sebagai mengisi strip luas tanah di
tepi kanan Sungai Rhine bawah dan tengah. Dari abad kelima beberapa Frank
menyerbu wilayah kekaisaran Romawi sedangkan Frank lain bergabung
dengan pasukan Romawi di Gaul. Hanya kaum Frank Salian membentuk
kerajaan di Roma dipegang tanah yang diakui oleh bangsa Romawi setelah 357
M. Dalam iklim dari runtuhnya kekuasaan kekaisaran di Barat, suku-suku
kaum Frank bersatu di bawah Merovingian dan menaklukkan semua Galia
kecuali Septimania di abad ke-6. Para elit politik Salian adalah salah satu
kekuatan yang paling aktif dalam menyebarkan agama Kristen di Eropa Barat.
Frank telah menciptakan salah satu kerajaan barbar paling kuat dan stabil.
Lihat Fadlyrahman, Frank, Penduduk asli Perancis.
Diakses dari https://lubukgambir.wordpress.com/category/sejarah-eropa-kuno/,
pada tanggal 7 Oktober 2019 pukul 23.43.
131
Al-Muwahhidun, sebelumnya merupakan suatu gerakan yang
didirikan oleh Muhammad Ibn Tumart. Nama al-Muwahhidun yang berarti
“orang-orang yang mengesakan”dinisbatkan kepada kelompok gerakan yang
mendasari lahirnya Dinasti al-Muwahhidun. Yakni, mereka berpendapat
bahwa Allah adalah Esa (Ahad), tidak dapat digambarkan secara fisik
sebagaimana kelompok mujassimin yang meyakini bahwa tuhan itu memiliki
anggota badan seperti manusia. Lihat : Moh. Nurhaki, Sejarah dan Peradaban
Islam (Malang: UMM Press, 2004), hlm. 144.
132
Pendiri Dinasti Nashriyyah (1232-1492 M) ialah Muhammad Ibn
Yusuf Nashr yang lebih dikenal dengan nama Ibn al-Ahmar. Karenanya, nama
tersebut menjadi nama lain bagi keluarga ini, yaitu Banu al-Ahmar. Bani Nashr
ini merupakan keturunan Sa‟id bin Ubaidah, seorang sahabat Rasulullah Saw.
dari suku Khazraj di Madinah. Dinasti Bani Ahmar atau disebut juga Dinasti
Nashriyyah ini berpusat di kota Granada dan di kota inilah peradaban Islam
130
agama dan para pemuka suku. Ibnu Al-Baitar dibuat sedih atas
apa yang telah terjadi pada wilayah Yerusalem dan Andalusia,
sama halnya seperti kesedihannya atas wafat ayahnya.
Ketika itu Ibnu al-Baitar memutuskan untuk pergi ke
Damaskus, kemungkinan ia mencari ketentraman untuk bekerja
di sana, hingga Ibn al-Baitar berusia lima puluh dua tahun. Ketika
ada kabar bahwa Ibnu al-Baitar telah sampai di Damaskus,
seorang utusan Sultan al-Ayyubi membawa berita duka
kepadanya bahwa sang Sultan telah wafat, kemudian
menyarankan Ibnu al-Baitar untuk kembai ke Kairo. Tak
berselang lama ia mendapat kabar bahwa ibunya wafat, hal ini
membuat Ibnu al-Baitar dilanda kesedihan yang mendalam.
Seorang Sultan yang soleh yaitu Shalahuddin al-Ayyubi133
telah berhasil menyatukan wilayah Syam dan Mesir di bawah
berkembang pesat. Lihat : Philip K. Hitti, History of The Arabs, (Jakarta:
Serambi, 2005), hlm. 698.
133
Nama lengkapnya adalah Salahuddin Yusuf bin Ayyub di lahirkan
pada tahun 532 Hijriyah yang bertepatan dengan 1137 Masehi. Tikrit (salah
satu kota di Irak) adalah tempat kelahirnya, yang saat itu ayahnya (Najmuddin
Ayyub) telah menjadi penguasa Seljuk di Tikrit yang sangat dihormati.
Salahuddin al-Ayyubi adalah salah satu pahlawan besar dalam sejarah Islam
dan Perang salib. Karena prestasi gemilangnya dalam setiap pertempuran, ia
131
panji kekuasaannya. Hal tersebut Sultan al-Ayyubi dan bala
tentaranya memungkinkan untuk membalas serangan pada perang
salib terakhir di bagian terakhir Yerussalem. Tidak hanya itu,
akan tetapi Sultan al-Ayyubi juga berhasil membebaskan seluruh
wilayah Yerusalem dan menenangkan hati Ibnu al-Baitar.
Ibnu al-Baitar memutuskan mencurahkan seluruh
waktunya untuk mendalami ilmu Botani dan menulis buku-
bukunya sendiri. Ibnu al-Baitar telah menyelesaikan karyanya
dengan menulis beberapa buku dengan judul "al-Mughni al-Jamii
fi at-Tib134
" dan bukunya "al-Af‟Al-Ajibah Wa al-Khawas al-
Gharibah."
Tidak hanya itu, Ibnu al-Baitar memulai mendiktekan
karya pertamanya, yaitu dengan judul “Kitab al-Jami‟ Li
Mufrodat al-Adwiyyah wa al-Aghdziyyah”, yang mana buku
tersebut berisi ringkasan tentang apa yang didefinisikan oleh
dijuluki Malik an-Naser atau raja yang selalu menang. Lihat lebih lanjut yang
dituliskan oleh Wahyu Murtiningsih dalam bukunya,Tokoh-Tokoh Hebat Yang
Menggetarkan Dunia (Yogyakarta: DIVA Press,2015), hlm. 198-199.
134
Buku yang menerangkan kumpulan makanan dan obat-obatan
yang sederhana. Lihat Sri Sudewi, “Sejarah Farmasi Islam dan Hasil Karya
Tokoh-Tokohnya”, Journal of Islam and Plurality, Volume 2, Nomor 1,Juni
2017. hal. 70.
132
orang-orang terdahulu dan orang-orang sezamannya mengenai
ilmu botani dan berbagai jenis obat, diantara tokohnya ialah
"Abu Qasim al-Zahrawi135
, Abdurrahman al-Ghafiqi136
, Pedanius
Dioskorides137
, Galenus138
, Hippokrates139
, dan Muhammad al-
135 Abu Qasim al-Zahrawi dilahirkan pada tahun 325 H (937 M) di
kota Az-Zahra setelah kota ini dibangun pada masa pemerintahan khalifah
Umawiyyah, Abdurrahman An-Nashir, di dekat Qordova (Spanyol). Ia
merupakan ilmuan Arab dan muslim terbesar di bidang bedah (operasi). Dia
dikenal sebagai pelopor pertama dalam berbagai cabang ilmu bedah dan
seninya, serta banyak menemukan berbagai peralatan bedah. Maka dari itu dia
dijuluki sebagai bapak operasi dalam sejarah kedokteran. Tahun wafatnya
seorang ahli bedah ini, menurut riwayat seorang penjelajah dan sejarahwan,
Al-Hasan Al-Wazzan, adalah pada tahun 404 H (1013 M). Lihat Muhammad
Gharib Jaudah, dalam 147 Ilmuan Terkemuka Dalam Sejarah Islam, hlm. 169-
170.
136
Nama Lengkapnya Abdurrahman bin Abdullah bin Bisyr bin Ash-
Sharim Al-Ghafiqi Al-Akky (Wafat 114 H/ 732 M). Ia berasal dari kabilah
Ghafiq, yang merupakan keturunan dari kabilah Akk di Yaman. Ia digelari
Abu Said. Karena ia merupakan salah satu panglima perang besar yang
pemberani. Ia berperan menyatukan kembali kaum muslimin Arab dan kaum
muslimin Barber yang saat itu Andalusia mengalami krisis dan penuh
perselisihan yang didasarkan karena ras dan kesukuan. Lihat: Raghib as-
Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia Jejak Kejayaan Islam di spanyol,
hlm. 102.
137
Pedanius Dioskorides (20-70 M) adalah seorang dokter
berkebangsaan Yunani, yang hidup pada zaman kaisar Nero (Kaisar Romawi
kelima dari dinasti Julio Claudian). Pada zamannya, Dioskorides juga terkenal
sebagai ahli tumbuhan dan ahli farmasi. Ia menulis buku yang berjudul Materi
Medica, yang berisikan uraian berbagai obat-obatan yang eksis pada jaman
133
Idrisi140
”. Selain pengalaman dan pengetahuannya sendiri, Ibnu
al-Bitar menyebutkan dalam buku ini empat ratus jenis obat. Saat
tersebut. Lihat L F Haas, “Neorogical Stamp”, Journal Neurol Neosurg
Psychiatry: first published, 1996, hal. 427.
138
Galenus adalah seorang dokter dari Yunani kuno (129 M-200 M).
Ia memiliki pengarus besar dalam kedokteran Eropa. Ia dilahirkan di
Pergamum (Sebuah kota Yunani kuno, yang berada di sebelah barat laut
Anatolia). Galen memberikan kontribusi yang substansial pada pemahaman
Hippocrates tentang penyakit. Di bawah teori humoralisme tubuh Hippocrates,
perbedaan suasana hati atau mood manusia datang sebagai akibat dari
ketidakseimbangan pada salah satu dari empat cairan tubuh, yaitu: darah,
empedu kuning, empedu hitam, dan dahak. Galen mempromosikan teori ini
dan tipologi tempramen manusia. Untuk lebih lanjut lihat Mark Grant, dalam
Galen on Food and Diet,(British: Routledge, 2000), hlm 3-5.
139
Hippokrates adalah seorang dokter Yunani kuno yang hidup pada
tahun 460 SM-370 SM, yang gini sebagai figur yang paling terkemuka
sepanjang masa, maka dari itu ia disebut “Bapak Kedokteran”. Tulisan hasil
karyanya yang dikenal dengan Corpus Hippocraticum telah membuang semua
pemikiran takhyul masyarakat Yunani kuno mengenai penyakit dan obat-
obatan. Lihat dalam Sarlito Sarwono, Berkenalan dengan aliran-aliran dan
tokoh-tokoh Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2002), hlm 20.
140
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin
Muhammad bin Abdullah bin Idris al-Idris Al-Hamudi Al-Husna, dilahirkan di
Sabtah, Maroko pada tahun 493 H / 1100 M. Ia adalah seorang ahli geografi
terkemuka dan hebat yang pernah dikenal oleh peradaban Islam, bahkan oleh
peradaban manusia hingga era penemuan geografi Eropa (akhir abad kelima
belas dan awal abad keenam belas masehi). Semasa hidupnya ia banyak
menghabiskan waktu di Maroko, Spanyol, dan Sisilia. Dia wafat pada tahun
561 H / 1166 M di Sabtah. Lihat Muhammad Gharib Jaudah, dalam 147
Ilmuan Terkemuka Dalam Sejarah Islam, hlm. 314-315.
134
berusia enam puluh tahun ia pergi dengan istrinya ke Damaskus.
Ia menetap, bekerja, dan menulis buku disana hingga ia wafat
pada tahun 646 Hijriah atau pada tahun 1248 Masehi.
135
Rujukan
Buku
as-Sirjani, Raghib. 2017. Bangkit dan Runtuhnya Andalusia Jejak
Kejayaan Islam di spanyol. Jakarta Timur: Penerbit
Pustaka Al-Kautsar.
Fuad Basya, Ahmad. 2008. Sumbangan Keilmuan Islam Pada
Dunia Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.
Gharib Jaudah, Muhammad. 2007. 147 Ilmuan Terkemuka Dalam
Sejarah Islam. Jakarta Timur: Penerbit Pustaka Al-
Kautsar.
Grant, Mark. 2000. Galen on Food and Diet. British: Routledge.
K. Hitti, Philip. 2005. History of The Arabs. Jakarta: Pustaka
Serambi.
Murtiningsih, Wahyu. 2015. Tokoh-Tokoh Hebat Yang
Menggetarkan Dunia. Yogyakarta: DIVA Press.
Nurhaki, Moh. 2004. Sejarah dan Peradaban Islam. Malang:
UMM Press.
Sarwono, Sarlito. 2002. Berkenalan dengan aliran-aliran dan
tokoh-tokoh Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.
Jurnal
Haas, L F. 1996. Neorogical Stamp, Journal Neurol Neosurg
Psychiatry: first published.
Sudewi, Sri. 2017. Sejarah Farmasi Islam dan Hasil Karya
Tokoh Tokohnya, Journal of Islam and Plurality,
Volume 2, Nomor 1.
136
Kisihandi, Ferry (2010). Menyusuri Kemajuan Pertanian, Jurnal
Republika Khazanah.
Internet
Fadlyrahman, 2012, Frank, Penduduk Asli Perancis, [online],
(https://lubukgambir.wordpress.com/category/sejarah-
eropa-kuno/, diakses tanggal 7 Oktober 2019).
Soviani, Jayantika, 2019, Ibnu al-Baitar, [online],
(https://integrasi.science/ibnu-al-baitar/, diakses pada
tanggal 7 Oktober 2019).
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Dimyath#
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Mansoura,_Mesir#
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pulau_Roda
Recommended