View
10
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
PELAKSANAAN ANGGARAN FLEKSIBEL SEBAGAI
ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk
ANRIANI
105730377912
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2016
2
PELAKSANAAN ANGGARAN FLEKSIBEL SEBAGAI ALAT
PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PT. WIJAYA
KARYA BETON TBK
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi
Disusun dan Diajukan Oleh
ANRIANI
Nomor Stambuk : 1057 3037 7912
Kepada
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2016
3
4
5
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Anriani
Nomor Stambuk : 10573 03779 12
Program Studi : Akuntansi
Menyatakan bahwa benar skripsi ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan
dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai
aturan yang berlaku, sekalipun ini pencanutan gelar akademik.
Makassar, Agustus 2016
Yang Menyatakan,
Penulis
6
MOTTO
Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai doa,
karena sesungguhnya nasib seorang manusia tidak akan berubah dengan
sendirinya tanpa berusaha.
Selama dunia masih berputar
Gunakan waktu semaksimal mungkin dalam mengerjakan sesuatu
Karena jika tidak
Kita akan terbuai oleh mimpi belaka
Kupersembahakan karya ini sebagai tanda terima kasihku kepada yang
tercinta Ayah dan Ibuku , kakak-kakakku, serta teman-teman yang
senantiasa memanjatkan doa kehadirat Allah SWT dan senantiasa
mengikhlaskan segalanya.
7
ABSTRAK
ANRIANI. 2016.Pelaksanaan Anggaran Fleksibel Sebagai Alat Pengendalian
Biaya Produksi Pada PT. Wijaya Karya Beton Tbk. Skripsi, Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Makassar.Dibimbing
oleh H. Ansyarif Khalid dan Ismail Rasulong.
Penelitian ini bertujan untuk mengetahui analisis pelaksanaan anggaran
fleksibel sebagai alat pengendalian biaya produksi pada PT. Wijaya Karya Beton
Tbk.
Penelitian ini menggunakan metode pengambilan data primer yang
digunakan adalah field research dengan melakukan observasi langsung di
lapangan, wawancara dengan pihak perusahaan, dan mengumpulkan dokumentasi
yang ada di lapangan. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif dengan menggunakan perhitungan varians terhadap tiga biaya
produksi.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan anggaran haruslah lebih
mendalam dalam menganalisis selisih yang terjadi. Hal ini dilakukan agar
kedepannya dapat diambil langkah yang diperlukan untuk meminimalkan selisih
yang tidak menguntungkan. Dengan demikian, fungsi dari anggaran sebagai alat
perencanaan dan pengendalian biaya dapat lebih efektif dan efisien.
Kata kunci: anggaran, pengendalian biaya, selisih (varians), efisiensi
8
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena berkat karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dengan
judul”Pelaksanaan Anggaran Fleksibel Sebagai Alat Pengendalian Biaya
Produksi Pada PT. Wijaya Karya Beton Tbk” merupakan salah satu syarat
untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Selesainya skripsi ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu
dengan segenap kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih yang tak
terhingga, kepada yang terhormat :
1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda dan Ibunda dan seluruh saudara-
saudaraku tersayang yang telah banyak berkorban untuk keberhasilan
pendidikan penulis.
2. Bapak Ismail Badollahi, SE, MSi, Ak, CA selaku ketua Jurusan
Universitas Muhammadiyah Makassar
3. Bapak Dr. H. Ansyarif Khalid, SE, MSi, Ak, CA sebagai pembimbing I
dan Bapak Ismail Rasulong, SE, MM selaku pembimbing II yang telah
membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak dan ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Makassar yang sudah banyak meluangkan waktu untuk mengajar,
9
membimbing dan membuka wawasan penulis selama duduk di bangku
kuliah sampai selesainya penulisan skripsi ini.
5. Manajer PT. Wijaya Karya Beton Tbk, serta seluruh karyawan yang telah
menerima penulis dengan senang hati untuk mengadakan penelitian pada
perusahaan dan memberikan data-data yang dibutuhkan dalam menyusun
skripsi ini.
6. Rekan-rekan mahasiswa yang turut berpartisipasi dalam penulisan skripsi
ini yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu. Semoga
segala amal kebaikannya mendapat imbalan yang berlipat ganda dari
Tuhan Yang Maha Kuasa.
Akhirnya kepada Tuhan Jualah penulis serahkan segalanya, semoga segala
bantuan dari semua pihak mendapatkan imbalan dan pahala yang berlipat
ganda dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Amiiin…..
Makassar, Agustus 2016
Penulis
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI ............................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN SKRIPSI ............................................................ v
MOTTO ............................................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR
............................................................................................................................... vii
i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL
............................................................................................................................... xii
i
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
C. Tujuan & Manfaat Penelitian .................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Anggaran ............................................................................... 7
11
B. Manfaat Anggaran ................................................................................... 10
C. Jenis-Jenis Anggaran .............................................................................. 15
D. Pengertian Anggaran Fleksibel ................................................................ 18
E. Pengertian Biaya Produksi....................................................................... 21
F. Unsur-Unsur Biaya Produksi ................................................................... 24
G. Pengertian Pengendalian.......................................................................... 26
H. Tinjauan Empirik .................................................................................... 28
I. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 32
B. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 32
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 33
D. Populasi dan Sampel ............................................................................... 33
E. Defenisi Operasional ............................................................................... 34
F. Metode Analisis ....................................................................................... 35
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan ................................................................... 40
B. Visi, Misi dan Kebijakan Strategis Perusahaan ..................................... 43
C. Struktur Organisasi................................................................................. 44
D. Tugas Pokok dan Fungsi ........................................................................ 45
E. Proses Produksi ...................................................................................... 48
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
12
A. Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi ................................................... 52
B. Anggaran Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi ............................. 80
C. Anggaran Fleksibel ................................................................................... 80
D. Analisis Varians Biaya Produksi ............................................................... 85
E. Manfaat Analisis dan Pengendalian Biaya ............................................... 92
BAB VI SIMPULAN & SARAN
A. Simpulan ................................................................................................... 94
B. Saran .......................................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
13
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Data Produksi Tiang Listrik Beton Tahun 2013, 2014, dan 2015 ........ 53
Tabel 5.2 Data Produksi Tiang Listrik Beton Bulan Januari s/d Bulan Desember
Tahun 2013............................................................................................ 54
Tabel 5.3 Data Produksi Tiang Listrik Beton Bulan Januari s/d Bulan Desember
Tahun 2014 ........................................................................................... 56
Tabel 5.4 Data Produksi Tiang Listrik Beton Bulan Januari s/d Bulan Desember
Tahun 2015 ........................................................................................... 58
Tabel 5.5 Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Tiang Listrik Beton Tahun
2013, 2014, dan 2015 ........................................................................... 60
Tabel 5.6 Data Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Tiang Listrik Beton Tahun
2013 ...................................................................................................... 61
Tabel 5.7 Data Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Tiang Listrik Beton Tahun
2014 ..................................................................................................... 63
Tabel 5.8 Data Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Tiang Listrik Beton Tahun
2015 ..................................................................................................... 65
Tabel 5.9 Anggaran Biaya Bahan Baku Langsung dalam Produksi Tiang Listrik
Beton Tahun 2015 ................................................................................ 67
14
Tabel 5.10 Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung dari Bulan Januari s/d
Desember Tahun 2015 .......................................................................... 69
Tabel 5.11 Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tahun 2015 .................................. 70
Tabel 5.12 Realisasi Biaya Bahan Baku Langsung Dalam Produksi Tiang Listrik
Beton Tahun 2015 ............................................................................... 72
Tabel 5.13 Realisasi Biaya Tenaga Kerja Langsung dari Bulan Januari s/d
Desember Tahun 2015 .......................................................................... 74
Tabel 5.14 Realisasi Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tahun 2015 ................... 75
Tabel 5.15 Klasifikasi Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Sebelum dilakukan
Pemisahan Biaya Semi Variabel.......................................................... 76
Tabel 5.16 Anggaran Biaya Produksi Setelah Pemisahan Biaya Semi Variabel .. 78
Tabel 5.17 Realisasi Biaya Produksi Setelah Pemisahan Biaya Semi Variabel ... 79
Tabel 5.18 Besarnya Biaya Variabel Perunit dan Biaya Tetap dalam Produksi
Tiang Listrik Beton (Menurut Anggaran) .............................................. 84
Tabel 5.19 Hasil Perhitungan Varians Biaya Produksi ......................................... 92
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pikir................................................................................... 31
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Perusahaan PT. Wijaya Karya Beton Tbk ........ 44
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinamika dunia usaha yang begitu kompleks menuntut setiap perusahaan
untuk tanggap terhadap setiap pergeseran serta perubahan yang terjadi pada
lingkungan dunia usaha yang penuh dengan ketidakpastian. Ketidakpastian dan
ketidakmampuan mengikuti perubahan akan menjadi awal dari kemunduran dan
kelumpuhan sebuah perusahaan. Oleh karena itu dalam rangka mempertahankan
eksistensi dan kontinuitas usahanya, maka perusahaan dituntut kesiapannya dalam
membuat konsep dan menyusun strategi kebijakan yang berorientasi pada
perubahan.
Kontinuitas hidup perusahaan secara teoritis sangat ditentukan oleh
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba yang optimal, atau dengan kata
lain bahwa kontinuitas hidup perusahaan merupakan fungsi dari profitabilitas/
kemampuannya menghasilkan laba. Hal ini tentu saja membutuhkan perencanaan
dan pengendalian operasional yang sistematis.
Salah satu bentuk dari upaya perencanaan yang sekaligus dapat digunakan
sebagai alat pengendalian khususnya terhadap biaya produksi adalah anggaran.
Dalam anggaran ditentukan terlebih dahulu jumlah atau besarnya biaya yang
diperkirakan akan terjadi dari masing-masing kegiatan perusahaan yang akan
dilaksanakan di masa yang akan datang. Kegunaan anggaran sebagai alat
pengendalian terhadap biaya produksi sangat dirasakan manfaatnya, sehingga
anggaran dalam hal ini anggaran biaya produksi semakin banyak digunakan oleh
17
berbagai organisasi, baik profit maupun non profit. Dalam anggaran biaya
produksi terdapat biaya-biaya seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan
biaya overhead pabrik yang berhubungan dengan pengawasan dan pengendalian
biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan.
Berdasarkan fleksibilitasnya, ada dua konsep anggaran yang dapat
digunakan sebagai alat perencanaan dan pengendalian, yaitu konsep anggaran
statik dan anggaran fleksibel. Namun dalam penelitian ini ditekankan pada
anggaran fleksibel, karena anggaran statik dianggap banyak kelemahan karena
hanya untuk satu tingkat aktivitas saja yaitu hanya berfokus pada satu biaya.
Sedangkan anggaran fleksibel dapat digunakan untuk beberapa tingkat aktivitas.
Maksud dari aktivitas anggaran fleksibel adalah penggolongan dari biaya produksi
seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik selain itu
dapat menjadi solusi alternatif sehingga perusahaan dapat mengantisipasi
perubahan-perubahan yang terjadi pada tingkat aktivitas dalam periode anggaran
dan dapat digunakan untuk menganalisis penyimpangan biaya dengan lebih baik.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maria Kristanti (2008)
yang meneliti mengenai anggaran fleksibel sebagai alat perencanaan dan
pengendalian biaya produksi pada PT. Indah Cemerlang Malang. Analisis
pelaksanaan penelitian ini menggunakan analisis least square dan penyusunan
anggaran fleksibel (flexible budget). Dalam penyusunan anggaran fleksibel yang
harus diperhatikan adalah biaya produksinya, karena biaya produksi mengandung
sifat dan jenis serta tingkat variabilitas yang tinggi terutama biaya overhead pabrik
(FOH). Dalam biaya FOH ini terdapat perlakuan biaya semi variabel yang
18
ditekankan pada biaya variabel saja karena variabel ini selalu berubah mengikuti
perubahan volume produksi, sehingga biaya variabel yang terdapat dalam biaya
semi variabel harus dipisahkan biaya tetapnya. Sebelum anggaran fleksibel
disusun, terlebih dahulu harus menentukan tarif biaya produksi per unit pada
kapasitas yang dianggarkan. Jika tarif biaya produksi diketahui dari adanya
pemisahan biaya FOH semi variabel, maka untuk melanjutkan dapat disusun
anggaran fleksibel pada tingkat volume produksi. Hasil analisis dalam penelitian
ini adalah adanya peningkatan produksi pada tiap tahunnya. Hal ini menunjukkan
bahwa perusahaan dapat mengembangkan usahanya dimasa yang akan datang.
Mengingat pentingnya penerapan anggaran fleksibel, maka dalam
penelitian ini ditentukan pada PT. Wijaya Karya Beton Tbk Pabrik Produk Beton
Sulawesi Selatan yakni suatu perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi yang
berlokasi Kawasan Industri Makasar (KIMA) yang terletak di Jl. Kima Raya II
Kav. S/4-5-6 Daya, Biringkanaya. Dimana dalam melakukan kegiatan konstruksi,
maka perusahaan perlu menyusun anggaran, dalam penyusunan anggaran
perusahaan melakukan pengendalian terhadap biaya produksi berdasarkan
anggaran statis. Sesuai dengan permasalahan yang ada, anggaran biaya produksi
yang selama ini belum dapat dijadikan sebagai alat pengendalian yang akurat.
PT. Wijaya Karya Beton, Tbk Pabrik Produk Beton Sulawesi Selatan yang
merupakan anak perusahaan dari PT. Wijaya Karya (persero) yang bergerak di
produksi pracetak beton wilayah Sulawesi Selatan. Perjalanan cikal bakal Wika
Beton yang bidang usahanya sebagai produsen beton ini, cukup panjang. Diilhami
oleh perkembangan kemajuan teknologi khususnya di bidang konstruksi, disusul
19
oleh kemajuan bidang komunikasi dan transportasi. Para pakar teknologi Wika
melihat peluang yang sangat baik untuk mencoba membuat produk beton yang
dapat menggatikan produk lain dengan mutu yang lebih baik, usia yang lebih
panjang dengan bebas korosi, dan harga yang bersaing.
Produk beton PT. Wijaya Karya Beton Tbk PBB Sulawesi Selatan terdiri
dari dua jenis dilihat dari proses produksinya. Yang pertama beton sentrifugal
yang terdiri dari tiang pancang, tiang listrik, dan tiang pancang kotak sentrifugal.
Dua jenis kedua adalah beton pracetak yang menghasilkan jenis berupa beam
jembatan, Concrete Corrugated Sheet Pile (CCSP), a-jack, tetrapod,u-ditch dan
tiang pancang massif. Salah satu bentuk kerjasama Wika yang telah habis masa
kontraknya yaitu pembangunan batas jalan dan jembatan tol Makassar. Kontrak
terbaru Wika Beton yang dalam proses pengerjaan sekarang ini, yaitu bantalan rel
kereta api yang nantinya akan menjadi penghubung antara makassar dan pare-
pare.
Ketika alam menjalankan kegiatan operasionalnya, PT. Wijaya Karya
Beton, Tbk Pabrik Produk Beton mengklasifikasikan biaya-biaya produksi yang
dikeluarkan menjadi dua, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Adanya
perbedaan biaya produksi yang dikeluarkan pabrik wilayah Sulawesi Selatan
dengan pabrik yang ada di wilayah Jawa dimana pabrik wilayah Sulawesi Selatan
lebih tinggi biaya produksi membuat penelitian ini semakin menarik untuk diteliti.
Maka penggunaan anggaran dalam perusahaan sangat penting untuk dianalisis
agar dapat diketahui apakah fungsi anggaran sebagai alat perencanaan dan
pengendalian produksi telah sesuai. Bila terjadi penyimpangan yang cukup besar
20
antara anggaran dengan realisasinya, hal ini akan mengurangi ketepatan dalam
mengadakan penilaian terhadap hasil realisasi dan efisiensi operasi perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik. Oleh sebab itu, penulis
memilih judul proposal ini sebagai berikut : “Pelaksanaan Anggaran Fleksibel
Sebagai alat Pengendalian Biaya Produksi Pada PT. Wijaya Karya Beton Tbk.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah yang akan diteliti
adalah : “Bagaimana penerapan anggaran fleksibel dapat dijadikan sebagai alat
pengendalian biaya produksi pada PT. Wijaya Karya Beton Tbk?”
C. Tujuan & Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan proposal ini adalah untuk
mengetahui analisis penerapan anggaran fleksibel sebagai alat pengendalian
biaya produksi pada PT. Wijaya Karya Beton Tbk.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis,
sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi
dunia pendidikan.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi penulis, menambah wawasan dan pengetahuan tentang peranan
anggaran fleksibel sebagai alat pengendalian biaya produksi.
21
2. Bagi perusahaan, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan
referensi dan informasi dalam menentukan dan menerapkan kebijakan
dan strategi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
anggaran fleksibel.
3. Bagi mahasiswa lain, dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam
penelitian sejenis.
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Anggaran
Pengertian anggaran terus-menerus mengalami perkembangan dan
mempunyai definisi yang beraneka ragam. Untuk memperoleh gambaran yang
lebih jelas mengenai anggaran penulis akan mengajukan beberapa pengertian
anggaran yang dikemukakan oleh beberapa ahli, Anggaran (Budget) merupakan
rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara
kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang dalam jangka waktu
tertentu” (Nafarin, 2004:12).
Anggaran (Budgeting) adalah suatu proses dari tahap persiapan yang
diperlukan sebelum di mulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data
dan informasi yang perlu, pembagian tugas perencanaan, penyusunan rencananya
sendiri, implementasi dan rencana tersebut, sampai pada akhirnya tahap
pengawasan dan evaluasi dari hasil melaksanakan rencana tersebut” (Welsch,
Hilton, Gordon 2000:375)
Anggaran adalah rencana kegiatan yang akan dijalankan oleh manajemen
dalam satu periode yang tertuang secara kuantitatif” (Sasongko dan Safrida
2010:2) . Sedangkan Karyoso (2005:109) mengemukakan bahwa anggaran adalah
a. Suatu alokasi sumber-sumber (resources)
b. Yang dibuat secara terencana (dengan demikian budget dapat dikatakan pula
sebagai suatu rencana
23
c. Mengenai bermacam-macam hal yang akan dilakukan pada masa yang akan
datang
d. Yang didasarkan pada sejumlah variabel penting
e. Yang ditujukan (dimaksud) untuk mencapai sejumlah tujuan tertentu.
f. Dan yang mengaitkan antara penerimaan-penerimaan yang diperkirakan
dengan pengeluaran-pengeluaran direncanakan
g. Serta membentuk/menetapkan suatu dasar (basis) untuk mengukur dan
mengontrol pengeluaran dan pendapatan.
Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang
meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk unit
(kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka / periode tertentu di masa yang akan
dating” (Ambarwati dan Jihad, 2003:2).
Beberapa hal yang tercakup di dalam pengertian anggaran perusahaan
tersebut sebagai berikut :
1. Perencanaan secara resmi
Suatu perencanaan yang dapat diartikan sebagai penentuan (sekarang)
tentang segala sesuatu yang akan dilaksanakan pada waktu atau periode yang
akan datang. Anggaran perusahaan merupakan suatu perencanaan secara
formal. Dengan demikian di dalam penentuan segala sesuatu yang akan
dilaksanakan perusahaan tersebut dilakukan secara formal, yang dihasilkan
dengan penetapan resmi di dalam perusahaan tersebut serta dinyatakan dalam
bentuk tertulis.
2. Seluruh kegiatan
24
Penyusunan anggaran perusahaan haruslah mencakup seluruh kegiatan
perusahaan. Secara kronologis (ditinjau dari aliran bahan sampai penjualan)
dapat disebutkan bahwa terdapat tiga kegiatan utama dalam perusahaan, yaitu
kegiatan sebelum produksi, kegiatan produksi dan kegiatan setelah produksi.
3. Jangka waktu tertentu
Anggaran peusahaan yang akan disusun untuk dipergunakan dalam
jangka waktu tertentu. Berapa lamanya jangka waktu ini akan sangat
tergantung kepada kebutuhan perusahaan dan kesepakatan yang ada di dalam
perusahaan. Namun demikian, pada umumnya periodesasi yang dipergunakan
bagi anggaran jangka pendek adalah satu tahun, meskipun tidak tertutup
kemungkinan panjang periodesasi yang berbeda bagi perusahaan-perusahaan
yang lain.
4. Dalam unit moneter
Kegiatan yang dilakukan dalam perusahaan adalah sangat beraneka
ragam. Oleh karena itu, kegiatan yang beraneka ragam tersebut harus disusun
dalam satu bentuk perencanaan, maka perlulah dipergunakan satuan unit yang
sama agar dapat dicapai kemudahan penyusunannya serta dapat dilakukan
perbandingan. Karena jika dalam penyusunan anggaran dimana menggunakan
satuan/unit yang berbeda akan menyusahkan pengawasannya serta akan
menimbulkan kesulitan di dalam melakukan analisis anggaran tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa pengertian anggaran
perusahaan dapat dimengerti dengan baik. Dari hal tersebut dapat diketahui
pula bahwa anggaran adalah mengandung pengertian pasif. Anggaran tersebut
25
disusun dan kemudian akan dipergunakan oleh manajemen perusahaan sebagai
alat bantu dalam pengambilan keputusan.
Anggaran merupakan alat manajemen dalam mencapai tujuan. Jadi
anggaran bukan tujuan dan tidak dapat menggantikan manajemen. Dalam
penyusunan anggaran perlu dipertimbangkan faktor-faktor berikut ini :
1. Pengetahuan tentang tujuan dan kebijaksanaan umum perusahaan
2. Data-data waktu yang lalu
3. Kemungkinan perkembangan kondisi ekonomi
4. Pengetahuan tentang taktik, strategi pesaing dan gerak-gerik pesaing
5. Kemungkinan adanya perubahan kebijaksanaan pemerintah
6. Penelitian untuk pengembangan perusahaan.
B. Manfaat Anggaran
Dalam prakteknya banyak perusahaan yang beroperasi tanpa membuat
suatu anggaran. Namun tanpa penyusunan suatu anggaran, perusahaan akan
mengalami kesulitan dalam mengevaluasi kinerja, kurang dapat mengoptimalkan
efisiensi dan produktivitas untuk perluasan usaha. Penggunaan anggaran di dalam
perusahaan akan mendapatkan beberapa manfaat yang cukup besar.
Sejalan dengan berkembangnya dunia usaha pada umumnya maka banyak
perusahaan-perusahaan yang berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar.
Sehubungan dengan perkembangan perusahaan tersebut, maka kegiatan-kegiatan
yang ada di dalam suatu perusahaan menjadi bertambah banyak, baik jenis
kegiatan maupun banyaknya kegiatan. Jika di dalam sebuah perusahaan kecil
jumlah dan jenis kegiatan yang dilakukan adalah terbatas sehingga akan mudah
untuk direncanakan serta diawasi, maka tidaklah demikian dengan perusahaan
26
yang besar atau perusahaan raksasa. Oleh karena perusahaan yang berkembang
menjadi besar ini mempunyai kegiatan yang lebih kompleks baik dalam jenis
kegiatan maupun volume produksinya, maka perencanaan dan pengawasan
kegiatan perusahaan tersebut menjadi tidak sesederhana perusahaan yang belum
berkembang ataupun perusahaan yang baru berdiri. Banyak perbedaan di antara
keduanya yang menyebabkan cara-cara perencanaan dan pengawasan kegiatan
yang dapat dilaksanakan sebelum perusahaan tersebut berkembang menjadi usang
apabila dipaksakan untuk diterapkan di dalam perusahaan yang sudah berkembang
tersebut.
Menjawab tantangan dalam perusahaan tersebut, dewasa ini pada
umumnya dipergunakan anggaran sebagai sistem perencanaan (plan system),
koordinasi dan pengawasan dalam perusahaan. Anggaran sebagai suatu sistem,
nampaknya cukup memadai untuk dipergunakan sebagai alat perencanaan,
koordinasi dan pengawasan dari seluruh aktivitas perusahaan. Dengan
mempergunakan anggaran, perusahaan akan dapat menyusun perencanaan dengan
lebih baik dan seksama sehingga koordinasi dan pengawasan yang dilakukan
dapat memadai pula.
Peranan anggaran sebagai alat bantu manajemen perusahaan untuk
penyusunan perencanaan, koordinasi dan pengawasan kegiatan ternyata tidak
perlu untuk diragukan lagi. Berbagai macam kemudahan dalam penyusunan
perencanaan, koordinasi dan pengawasan akan dapat diperoleh manajemen
perusahaan yang telah mempergunakan anggaran di dalam perusahaannya.
Bahkan didalam perkembangannya ternyata anggaran ini tidak saja
menguntungkan dipergunakan dalam perusahaan-perusahaan besar, melainkan
27
juga untuk perusahaan-perusahaan menengah serta tak ketinggalan perusahaan
berskala kecil.
Anggaran yang dipergunakan oleh sebuah perusahaan kecil, tentu akan
berbeda dengan anggaran yang dipergunakan oleh perusahaan besar. Anggaran
yang disusun dan dipergunakan perusahaan kecil tentunya akan lebih sederhana
apabila dibandingkan dengan anggaran yang dipergunakan oleh perusahaan yang
besar. Hal ini disebabkan oleh jumlah dan jenis pekerjaan yang diproduksi oleh
perusahaan besar lebih banyak, maka kegiatan yang dilakukan juga lebih besar.
Semakin banyak volume kegiatan yang ada, akan berarti bahwa anggaran yang
disusun semakin kompleks. Namun demikian fungsi anggaran sebagai alat bantu
manajemen perusahaan akan tetap ada, baik itu dipergunakan perusahaan kecil,
perusahaan menengah ataupun perusahaan besar.
Ambarwati dan Jihad (2003:8) menjelaskan bahwa manfaat penyusunan
anggaran sebagai berikut :
1. Terdapatnya perencanaan terpadu.
2. Pedoman pelaksanaan kegiatan.
3. Alat koordinasi perusahaan.
4. Alat pengawasan yang baik.
5. Alat evaluasi kegiatan.
Selanjutnya akan diuraikan satu persatu mengenai manfaat anggaran
sebagai berikut :
1. Terdapatnya Perencanaan Terpadu
Jika perusahaan mempergunakan anggaran maka akan dapat menyusun
perencanaan seluruh kegiatan secara terpadu. Hal ini dimungkinkan karena
28
dengan mempergunakan anggaran berarti seluruh kegiatan dalam perusahaan
akan diperhatikan oleh anggaran perusahaan. Tidak ada satu pun kegiatan yang
dilakukan perusahaan ini yang terlepas dari anggaran, karena seluruh kegiatan
yang dilaksanakan tersebut akan memerlukan biaya. Dengan demikian, maka
anggaran ini merupakan pencerminan seluruh kegiatan perusahaan, sehingga
penyusunan anggaran akan merupakan penyusunan seluruh rencana kegiatan
dalam perusahaan secara terpadu.
2. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Perusahaan yang telah menerapkan anggaran diharapkan melaksanakan
kegiatan yang ada dalam perusahaan tersebut dengan lebih pasti, karena dapat
mendasarkan diri kepada anggaran yang telah ada / disusun. Hal ini akan dapat
menghilangkan keragu-raguan atau ketidakpastian yang ada didalam
pelaksanaan kegiatan perusahaan, sehingga langkah-langkah yang diambil oleh
para pelaksana akan menjadi lebih pasti dan akurat.
3. Alat Koordinasi Perusahaan
Penyusunan anggaran akan meliputi seluruh kegiatan yang ada, dengan
demikian akan melibatkan seluruh bagian dalam perusahaan. Pelaksanaan
kegiatan dengan mempergunakan anggaran sebagai pedoman akan berarti
melakukan kegiatan dalam perusahaan tersebut dibawah koordinasi yang baik.
Hal ini disebabkan karena di dalam penyusunan anggaran tersebut sudah
dipertimbangkan kaitan satu bagian dengan bagian yang lain, sehingga
pelaksanaan kegiatan yang berpedoman kepada anggaran tersebut sudah
terkandung arti koordinasi yang sebenarnya.
29
4. Alat Pengawasan yang Baik
Anggaran di samping sebagai alat perencanaan sekaligus dapat berfungsi
ganda yaitu sebagai alat pengawasan seluruh pelaksanaan kegiatan perusahaan.
Jika perusahaan sedang menyelesaikan suatu kegiatan, maka manajemen
perusahaan akan dapat membandingkan (compare) pelaksanaan kegiatan
tersebut dengan anggaran yang telah ditetapkan dalam perusahaan tersebut
sebelumnya. Dalam hal ini anggaran akan dapat dipergunakan sebagai alat
pengawasan kegiatan yang sedang dilaksanakan dalam perusahaan.
5. Alat Evaluasi Kegiatan
Suatu perusahaan yang telah mempunyai anggaran untuk pelaksanaan
kegiatan operasionalnya, akan dapat melaksanakan evaluasi rutin pada setiap
kali selesai melaksanakan kegiatan tersebut. Dalam jangka waktu tertentu
(misalnya satu tahun), paling tidak manajemen perusahaan dapat menyusun
evaluasi kegiatan yang telah dilakukan oleh perusahaan tersebut dengan
mempergunakan anggaran sebagai alat evaluasi. Seberapa jauh penyimpangan
pelaksanaan kegiatan dari rencana yang telah disusun serta penyebab apa saja
yang menimbulkan penyimpangan kerja tersebut dapat didiskusikan di dalam
perusahaan serta dicarikan jalan keluarnya.
Berdasarkan manfaat yang telah disebutkan di atas, terdapat pula
keuntungan-keuntungan yang lain dengan diterapkannya anggaran sebagai alat
bantu manajemen. Perlu diakui bahwa bagi manajemen perusahaan yang belum
terbiasa mengadakan penyusunan anggaran dalam perusahaannya, akan
menganggap bahwa penyusunan ini akan merupakan pekerjaan dan beban
tambahan bagi yang bersangkutan bahkan yang paling parah adanya pendapat
30
yang keliru yaitu menganggap anggaran menambah pekerjaan dengan hasil yang
sia-sia. Bahkan sebaliknya apabila manajemen perusahaan merasakan manfaat
dari penggunaan anggaran di dalam perkembangan manajemen perusahaan
tersebut akan bersiteguh bahkan mengharuskan untuk tetap mempergunakan
anggaran sebagai alat bantu dalam penyusunan perencanaan, koordinasi dan
pengawasan di dalam perusahaan yang dipimpinnya.
C. Jenis-Jenis Anggaran
Nafarin (2007:31) mengelompokkan anggaran dari beberapa sudut pandang
sebagai berikut :
1. Menurut dasar penyusunan, anggaran terdiri dari :
a. Anggaran variabel (variable budget) adalah angaran yang disusun
berdasarkan interval (kisaran) kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada
intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada
tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda.
b. Anggaran tetap (fixed budget) adalah anggaran yang disusun
berdasarkan satu tingkat kapasitas tertentu.
2. Menurut cara penyusunan, anggaran terdiri dari :
a. Anggaran periodic (periodic budget) adalah anggaran yang disusun
untuk satu periode tertentu. Pada umumnya periodenya satu tahun yang
disusun setiap akhir periode anggaran.
b. Anggaran kontinu (continuos budget) adalah anggaran yang dibuat
untuk mengadakan perbaikan atas anggaran yang pernah dibuat.
Misalnya tiap bulan diadakan perbaikan sehingga anggaran yang dibuat
dalam setahun mengalami perubahan.
31
3. Menurut jangka waktunya, anggaran terdiri dari :
a. Anggaran jangka pendek (short-range budget) adalah anggaran yang
dibuat dalam jangka waktu paling lama sampai satu tahun. Anggaran
untuk keperluan modal kerja merupakan anggaran jangka pendek.
Anggaran jangka pendek disebut juga dengan anggaran taktis.
b. Anggaran jangka panjang (long-range budget) adalah anggaran yang
dibuat dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Anggaran untuk
keperluan investasi barang modal merupakan anggaran jangka panjang
yang disebut dengan anggaran modal (capital budget).
4. Menurut bidangnya, anggaran terdiri dari :
a. Anggaran operasional (operational budget) adalah anggaran untuk
menyusun laporan laba/rugi. Contoh : anggaran penjualan, anggaran
biaya pabrik, anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja
langsung, anggaran biaya overhead pabrik, dan anggaran beban usaha.
b. Anggaran keuangan (financial budget) adalah anggaran untuk
menyusun anggaran neraca. Contoh : anggaran kas, anggaran piutang,
anggaran persediaan, anggaran utang, dan anggaran neraca.
5. Menurut kemampuan menyusun, anggaran terdiri dari :
a. Anggaran komprehensif (comprehensive budget) adalah rangkaian dari
berbagai jenis anggaran yang disusun secara lengkap.
b. Anggaran parsial (partially budget) adalah anggaran yang disusun
secara tidak lengkap atau anggaran yang menyusun bagian anggaran
tertentu saja. Contoh : karena keterbatasan kemampuan, maka hanya
dapat menyusun anggaran operasional.
32
6. Menurut fungsinya, anggaran terdiri dari :
a. Anggaran tertentu (appropriation budget) adalah anggaran yang
diperuntukkan bagi tujuan tertentu dan tidak boleh digunakan untuk
manfaat lain.
b. Anggaran kinerja (performance budget) adalah anggaran yang disusun
berdasarkan fungsi kegiatan yang dilakukan dalam organisasi
(perusahaan).
7. Menurut metode penentuan harga pokok produk, anggaran terdiri dari :
a. Anggaran tradisional (traditional budget) atau anggaran konvensional
terdiri atas anggaran berdasar fungsional dan anggaran berdasar sifat.
Anggaran berdasar fungsional adalah anggaran yang dibuat dengan
menggunakan penghargapokokan penuh (full costing) dan berfungsi
untuk menyusun anggaran induk atau anggaran tetap. Anggaran
berdasar sifat adalah anggaran yang dibuat dengan menggunakan
metode penghargapokokan variable (variable costing) dan berfungsi
untuk menyusun anggaran variable.
b. Anggaran berdasarkan kegiatan (activity based budget) adalah anggaran
yang dibuat dengan menggunakan metode penghargapokokan berdasar
kegiatan dan berfungsi untuk menyusun anggaran variable dan
anggaran induk.
D. Pengertian Anggaran Fleksibel
Anggaran fleksibel atau juga dikenal dengan anggaran variabel, anggaran
dinamis, atau anggaran luwes, merupakan sebuah pendekatan yang lazim dipakai
dalam perencanaan dan pengendalian biaya, karena dalam anggaran fleksibel
33
ditunjukkan dengan jelas biaya yang seharusnya dikeluarkan pada berbagai
tingkat kegiatan. Anggaran fleksibel, terlebih dahulu akan membahas tentang
anggaran statis. Anggran statis atau static bugget adalah anggaran yang dibuat
berdasarkan satu titik aktivitas (tingkat aktivitas tertentu) yang ditentukan lebih
dulu.
Jika volume produksi secara relative tetap dari waktu ke waktu, maka
anggaran statis akan berfungsi dengan baik. Jika realisasi produksi berbeda
dengan yang telah direncanakan, maka perbandingan antara realisasi dengan
anggaran tetap dapat menyesatkan. Dengan kata lain pendekatan ini sesuai untuk
tujuan perencanaan, namun tidak sesuai untuk mengevaluasi bagaimana biaya-
biaya dikendalikan.
Agar penilaian prestasi dapat dilakukan dengan tepat dan teliti, maka
kesulitan tersebut dapat diatasi dengan menggunakan anggaran fleksibel.
Anggaran fleksibel atau anggaran skala naik turun adalah anggaran yang
penyusunannya didasarkan deret atau seri tingkatan kegiatan yang mungkin
dicapai perusahaan untuk periode tertentu yang akan datang” (Supriyono
2009:340).
Anggaran fleksibel bertujuan untuk memberikan informasi yang
diperlukan kepada manajemen untuk mencapai tujuan utama, yakni pengendalian
melalui anggaran yang sebagaimana dikemukakan oleh Bastian dan Nurlela (2009
: 91) meliputi :
1. Perencanaan anggaran fleksibel
2. Sebagai alat untuk mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas berbagai divisi
perusahaan
34
3. Suatu dasar pengendalian biaya
Rumus
BAF = Besarnya anggaran fleksibel
VS = Biaya variabel satuan
X = Unit (volume)
BT = Biaya tetap
Anggaran fleksibel merupakan suatu bentuk anggaran yang dirancang
untuk mengcover suatu range aktivitas dan yang dapat digunakan untuk membuat
anggaran beberapa level biaya dalam kisaran yang dapat dibandingkan dengan
biaya yang sesungguhnya terjadi” (Samryn 2001:226) .
Berdasarkan definisi diatas kita dapat menyimpulkan anggaran fleksibel
meliputi perubahan-perubahan rekening biaya yang terjadi sebagai konsekuensi
perubahan. Anggaran fleksibel menyediakan perkiraan-perkiraan berapakah biaya
untuk setiap tingkat aktivitas dalam rentang tertentu. Pada saat anggaran fleksibel
digunakan dalam evaluasi kinerja, biaya sesungguhnya dibandingkan dengan
biaya yang seharusnya terjadi pada tingkat aktivitas sesungguhnya selama periode
tertentu daripada biaya yang dianggarkan dari orginal budget.
Anggaran yang disusun dalam suatu range tingkat aktivitas bertujuan
untuk meminimumkan pengaruh ketidakpastian di dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan, memudahkan penyesuaian rencana bila tingkat aktivitas
aktual berbeda dengan tingkat yang diharapkan, dan member penilaian yang layak
terhadap pengukuran varians tingkat efisiensi.
Anggaran fleksibel mempunyai beberapa keunggulan, Ahmad (2007:179)
menjelaskan kegunaan utama anggaran fleksibel yaitu :
BAF = (Vs x X) BT
35
1. Untuk memudahkan persiapan anggaran fleksibel bagi Pusat Pertanggung
Jawaban untuk dicantumkan dalam Rencana Laba Taktis
2. Menyajikan sasaran yang jelas dari pengeluaran bagi para manajer di Pusat
Pertanggungjawaban selama periode yang tercakup dalam kerangka
rencana laba.
3. Menyuguhkan jumlah-jumlah anggaran pengeluaran yang disesuaikan
dengan aktivitas aktual untuk perbandingan-perbandingan (terhadap
pengeluaran aktual) dalam laporaran kinerja bulanan.
Supriyono (2009:340) juga menjelaskan beberapa keunggulan anggaran
fleksibel. Keunggulannya terletak pada dua hal, yaitu :
1. Anggaran fleksibel dapat dipakai sebagai alat perencanaaan laba dengan
lebih baik yaitu melalui analisa hubungan biaya-volume-laba,
2. Anggaran fleksibel dapat digunakan untuk menganalisis penyimpangan
biaya dengan lebih baik.
Anggaran Fleksibel dapat diterapkan dalam semua fungsi perusahaan
(Produksi, Penjualan dan Administratif) dan lebih sering digunakan dalam Pusat
tanggungjawab pada fungsi produksi, karena :
a. Operasional cenderung berulang
b. Terdapat pengeluaran-pengeluaran heterogen yang sangat besar
c. Keluaran atau aktivitas dapat diukur secara realistis
Penyusunan anggaran fleksibel ditandai oleh kesadaraan manajemen akan
kondisi lingkungan usaha yang dinamis. Dalam anggaran fleksibel ini, varians
diantisipasi dengan menjadwalkan biaya-biaya yang menunjukkan bagaimana
setiap elemen biaya tersebut berubah karena perubahan volume atau tingkat
36
aktivitas perusahaan. Dengan sifatnya yang dinamis, anggaran fleksibel sering
dipakai sebagai alat pengendalian biaya karena dapat menunjukkan berapa
seharusnnya biaya dikeluarkan pada berbagai tingkat aktivitas.
E. Pengertian Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang berhubungan langsung
dengan produksi dari suatu produk dan akan dipertemukan dengan penghasilan
(revenue) di periode mana produk itu dijual. Sebelum laku dijual, biaya produksi
diperlakukan sebagai persediaan (inventories). Biaya ini terdiri atas biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Masalah biaya produksi maka terlebih dahulu perlu dikemukakan
pengertian tentang produksi itu sendiri. Secara umum pengertian produksi adalah
kegiatan suatu organisasi atau perusahaan untuk memproses dan merubah bahan
baku (raw material) menjadi barang jadi (Finished goods) melalui penggunaan
tenaga kerja dan fasilitas produksi lainnya.
Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi” (Harnanto dan Zulkifli, 2003:16). Biaya produksi
menentukan harga pokok yang melekat pada produk yang dihasilkan perusahaan.
Selama suatu produk masih belum terjual maka pembebanan biaya tersebut dalam
periode tertentu akan tertunda dan diperlukan sebagai aktiva dalam bentuk
persediaan. Berbeda sifat dengan biaya periode yang akan dibebankan pada
periode terjadinya biaya tersebut tanpa melihat apakah ada penjualan atau tidak
dan ditunda pada periode berikutnya. Biaya periode merupakan biaya non
produksi dan meliputi biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum.
37
Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu
barang” (Ahmad, 2007:34). Biaya produksi merupakan biaya yang berkaitan
dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya produksi dapat
diklasifikasikan lebih lanjut sebagai biaya bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung dan overhead pabrik. Sedangkan biaya non produksi adalah biaya yang
berkaitan selain fungsi produksi yaitu, pengembangan, distribusi, layanan
pelanggan dan administrasi umum.
Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang
terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik” (Bustami dan Nurlela, 2010:12). Biaya poroduksi ini disebut juga dengan
biaya produk yaitu biaya-biaya yang dapat dihubungkan dengan suatu produk,
dimana biaya ini merupakan bagian dari persediaan.
Selanjutnya biaya produksi dibagi ke dalam tiga kategori besar, yaitu:
bahan langsung (direct material), tenaga kerja langsung (direct labor), dan biaya
overhead pabrik (manufacturing overhead)” (Garrison, Noreen, dan Brewer,
2006:51).
Biaya produksi (production cost) adalah biaya-biaya yang berkaitan
dengan pengolahan (manufacture) atau mengubah bahan baku menjadi barang
yang siap jual atau dikonsumsi, maupun biaya pelaksanaan atau pemberian
jasa/pelayanan” (Munawir S, 2002:326).
Biaya produksi merupakan biaya yang berkaitan dengan pembuatan
barang dan penyediaan jasa. Biaya produksi dapat diklasifikasikan lebih lanjut
sebagai biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Sedangkan
38
biaya non produksi adalah biaya yang berkaitan selain fungsi produksi yaitu,
pengembangan, distribusi, layanan pelanggan dan administrasi umum.
Biaya produksi dapat diklasifikasikan lebih lanjut sebagai berikut :
1. Direct material adalah bahan baku yang dapat ditelusuri ke barang atau
jasa yang dihasilkan. Biaya bahan baku tersebut dapat dibebankan secara
langsung ke produk karena pengamatan secara fisik dapat dilakukan untuk
mengukur kuantitas yang dikonsumsi atau yang digunakan oleh masing-
masing barang atau jasa yang dihasilkan.
2. Direct labor adalah biaya tenaga yang dapat ditelusuri ke barang atau jasa
yang dihasilkan. Seperti halnya bahan baku langsung, observasi secara
fisik dapat dilakukan untuk menentukan jumlah tenaga kerja yang
digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa.
3. Overhead adalah semua biaya produksi selain bahan baku langsung dan
tenaga kerja langsung digabungkan menjadi satu kategori yang disebut
overhead. Kategori biaya overhead meliputi berbagai macam biaya,
meliputi semua input yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang, selain
bahan baku dan tenaga kerja langsung.
Untuk menentukan harga pokok produk yang mutlak diperlukan sebagai dasar
penilaian persediaan dan penentuan rugi laba periodik, biaya produksi perlu
diklasifikasikan menurut jenis atau obyek pengeluarannya. Hal ini penting agar
pengumpulan data biaya dan alokasinya yang seringkali menuntut adanya
ketelitian yang tinggi, seperti misalnya, penentuan tingkat penyelesaian produk
dalam proses produksi secara massal dapat dilakukan dengan mudah.
39
F. Unsur-unsur Biaya Produksi
Hariadi (2002:47) mengemukakan bahwa unsur-unsur biaya produksi
dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Biaya bahan baku
2. Biaya tenaga kerja langsung
3. Biaya overhead pabrik
Untuk lebih jelasnya ketiga unsur biaya produksi yang disebutkan di atas
dapat diuraikan satu persatu berikut ini:
1. Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku merupakan bagian penting dalam proses pengolahan
bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi. Tanpa bahan baku, jelas
tidak akan ada barang jadi. Bahan baku bisa sama sekali masih mentah dari
alam atau sudah diproses sebelumnya oleh pabrik lain sebelum diproses lebih
lanjut di dalam perusahaan. Biaya bahan sebenarnya terdiri atas bahan baku itu
sendiri dan ada bahan penolong. Bahan baku merupakan komponen utama
dalam barang jadi dan nilainya sangat material.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja dalam pabrik yang
terlibat langsung dalam proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi.
Keterlibatan tenaga kerja ini secara langsung terlihat atas kemampuannya
mempengaruhi secara langsung, baik kuantitas atau kualitas barang jadi yang
dihasilkan. Di lain pihak terdapat juga tenaga kerja tak langsung dalam pabrik
yang sifatnya sekedar membantu pekerjaan tenaga kerja utama.
40
3. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang terjadi di pabrik dan
berkaitan dengan proses produksi, diluar biaya bahan dan tenaga kerja
langsung, adalah biaya overhead pabrik. Yang termasuk dalam kelompok biaya
ini meliputi antara lain bahan penolong, tenaga kerja tak langsung, biaya listrik,
penyusutan pabrik atau mesin, reparasi mesin dan biaya pemeliharaan gedung
serta bahan bakar mesin. Biaya overhead pabrik dan biaya tenaga kerja
langsung disebut juga sebagai biaya konversi karena kedua jenis biaya ini
berfungsi mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi.
G. Pengertian Pengendalian
Suatu organisasi yang menjalankan sejumlah aktivitas memulai
kegiatannya dengan melakukan proses perencanaan. Perencanaan dilakukan
melalui aktivitas yang melibatkan individu-individu. Aktivitas individu ini
diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Yang sering dilupakan adalah
adanya kesadaran individu sebagai mahluk juga mempunyai keinginan-keinginan
atau tujuan pribadi. Tujuan pribadi seseorang bisa selaras dengan tujuan
organisasi bisa juga tidak selaras. Ketidakselarasan tujuan mengakibatkan tujuan
organisasi atau tujuan individu tidak tercapai. Untuk itulah diperlukan suatu
pengendalian kerja sehingga tujuan individu dapat selaras dengan tujuan
organisasi. Salah satu alat untuk mencapai hal tersebut adalah adanya suatu sistem
pengendalian manajemen yang baik.
41
Pengendalian merupakan usaha manajemen untuk mencapai tujuan yang
telah diterapkan dengan melakukan perbandingan secara terus menerus antara
pelaksanaan dengan rencana” (Ahmad Dunia Firdaus dan Wasilah, 2009:5).
Melalui proses membandingkan hasil yang sesungguhnya dengan program
atau anggaran yang disusun, maka manajemen dapat melakukan penilaian atas
efisiensi usaha dan kemampuan memperoleh laba dari berbagai produk. Di
samping itu, para manajer dapat mengadakan tindakan koreksi jika terdapat
penyimpangan-penyimpangan yang timbul dari hasil perbandingan tersebut.
Setiap aktivitas kehidupan manusia membutuhkan suatu pengendalian
terhadap apa yang sedang dan telah dilakukan. Misalkan suatu waktu
menyeberang jalan. Aktivitas yang sering dilakukan diantaranya adalah mengatur
langkah dan memperhatikan apakah bisa atau tidak menyeberangi jalan sesuai
dengan kepadatan lalu lintas. Dengan dikendalikannya gerak tubuh maka bisa
terhindar dari kecelakaan.
Suatu organisasi juga harus dikendalikan jalannya. Hal ini dimaksudkan
untuk menjamin aktivitas yang sedang dilakukan sesuai dengan apa yang telah
ditetapkan organisasi. Pengendalian dalam suatu organisasi tentu saja tidak
sesederhana menyeberang jalan. Suatu sistem pengendalian mempunyai beberapa
elemen yang memungkinkan pengendalian berjalan dengan baik. Elemen-elemen
tersebut, Halim, dkk (1999:4) adalah :
1. Detektor atau sensor yakni suatu alat untuk mengidentifikasi apa yang
sedang terjadi dalam suatu proses. Dalam contoh menyeberang jalan di
atas maka detektor atau sensor yang bekerja adalah indra penglihatan
42
2. Alat pembanding/assesor yakni suatu alat untuk menentukan ketepatan.
Biasanya ukurannya dengan membandingkan kenyataan dan standar yang
telah ditetapkan. Dalam contoh di atas, assesor adalah otak yang bekerja
membandingkan dengan standar bahwa seseorang bisa menyeberang kalau
jalan tidak ada kendaraan atau pada kondisi kendaraan tidak sibuk
3. Efektor yakni alat yang digunakan untuk mengubah sesuatu yang
diperoleh dari assesor. Dalam contoh diatas, setelah dibandingkan maka
otak langsung mengambil keputusan apakah seseorang tersebut bias
menyeberang atau tidak.
4. Jaringan komunikasi yakni alat yang mengirim informasi antara detektor
dan assesor dan antara assesor dan efektor.
H. Tinjauan Empirik
Penelitian Anisa Rahmawati (2006) yang meneliti mengenai penerapan
anggaran fleksibel sebagai alat perencanaan dan pengendalian biaya produksi
pada PT. Tlogomas Abadi Jaya Engineering Plastik Industri Malang. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian studi kasus yaitu penelitian
yang menggambarkan kejadian–kejadian yang ada pada PT. Tlogomas Abadijaya
Engineering Plastik Malang kemudian memecahkan permasalahan– permasalahan
dengan pendekatan ilmiah yang diterima oleh standart dalam perusahaan. Adapun
tahap-tahap dalam analisis data adalah menentukan range relevan yang dapat
diharapkan, menganalisis biaya pada range rlevan, memisahkan biaya tetap dan
biaya semi variabel dan menggunakan tarif biaya variabel untuk menyusun
anggaran. Dari hasil perhitungan terbukti bahwa apabila perusahaan menggunakan
anggaran statis sebagai dasar pembanding terhadap realisasi maka penyimpangan
43
biaya produksi yang terjadi adalah menguntungkan, sedangkan jika digunakan
anggaran fleksibel sebagai dasar pembanding terhadap realisasi, jadi apabila
perusahaan menerapkan anggaran fleksibel, dimana dilakukan analisis terhadap
tingkah laku biaya dengan mendasarkan pada kapasitas yang mendekati realisasi,
maka akan dihasilkan varians atau penyimpangan yang lebih tepat atau mendekati
keadaan yang sebenarnya.
Penelitian Maria Kristanti (2008) yang meneliti mengenai anggaran
fleksibel sebagai alat perencanaan dan pengendalian biaya produksi pada PT.
Indah Cemerlang Malang. Analisis pelaksanaan penelitian ini menggunakan
analisis least squaredan penyusunan anggaran fleksibel (flexible budget). Dalam
penyusunan anggaran fleksibel yang harus diperhatikan adalah biaya produksinya,
karena biaya produksi mengandung sifat dan jenis serta tingkat variabilitas yang
tinggi terutama biaya overhead pabrik (FOH). Dalam biaya FOH ini terdapat
perlakuan biaya semi variabel yang ditekankan pada biaya variabel saja karena
variabel ini selalu berubah mengikuti perubahan volume produksi, sehingga biaya
variabel yang terdapat dalam biaya semi variabel harus dipisahkan biaya tetapnya.
Sebelum anggaran fleksibel disusun, terlebih dahulu harus menentukan tarif biaya
produksi per unit pada kapasitas yang dianggarkan. Jika tarif biaya produksi
diketahui dari adanya pemisahan biaya FOH semi variabel, maka untuk
melanjutkan dapat disusun anggaran fleksibel pada tingkat volume produksi. Hasil
analisis dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan produksi pada tiap
tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat mengembangkan
usahanya dimasa yang akan datang.
44
I. Kerangka Pikir
Berangkat dari judul penelitian mengenai anggaran, yang merupakan suatu
rencana kerja organisasi yang dinyatakan dalam kuantitatif yang berguna sebagai
alat pengendalian biaya di masa yang akan datang. Penelitian berpusat pada
anggaran dan realisasi biaya yang terjadi untuk melihat bagaimana suatu
perusahaan menjalankan rencana biaya yang telah ditetapkan sebelumnya sampai
dengan evaluasi biaya yang telah dikeluarkan.
Grand theory yang mendasari penelitian ini adalah Teori Stewardship
menggambarkan dimana manajemen tidak termotivasi oleh tujuan-tujuan tetapi
lebih ditujukan pada sasaran hasil untuk kepentingan organisasi. Untuk mencapai
sasaran hasil yang optimal maka diperlukan pengendalian biaya untuk proses
produksi. Proses pengendalian dapat berfokus pada peristiwa-peristiwa sebelum,
selama, atau setelah sebuah proses. Pengendalian tersebut disusun berdasarkan
beberapa tingkat aktivitas sehingga pengendalian menjadi lebih efektif dan
efisien. Pengendalian sebagai perbandingan berlanjut atas pelaksanaan sebenarnya
dengan program atau anggaran yang disiapkan melalui fungsi perencanaan” (Ray
Garisson dan Noreen, 2000:111)
Setiap perusahaan memiliki keunikan masing-masing dalam penggunaan
istilah dalam menunjang kegiatan operasional mereka. Tidak terkecuali PT.
Wijaya Karya Beton, Tbk Pabrik Produk Beton Sulawesi yang menggunakan
istilah harga pokok produksi (HPP) sebagai kata ganti dari anggaran. Penelitian
ini menggunakan anggaran dan realisasi anggaran untuk melihat pengendalian
biaya yang dilakukan dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. Berdasarkan
45
tingkat aktivitas sesungguhnya, anggaran dapat disesuaikan untuk menunjukkan
berapa besar biaya untuk tingkat aktivitas tertentu.
PT. Wijaya Karya Beton Tbk bergerak dalam bidang kostruksi, sehingga
dalam menjalankan aktivitas usahanya sebagai perusahaan produksi maka
perusahaan perlu melakukan pengendalian biaya produksi. Salah satu cara yang
dilakukan oleh perusahaan dalam meningkatkan biaya produksi adalah melalui
penerapan anggaran fleksibel sebagai alat bantu biaya produksi yang terdiri dari
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Adapun kerangka pikir dapat dilihat melalui bagan berikut ini :
46
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Anggaran Fleksibel
- Biaya Bahan Baku
- Biaya Tenaga Kerja
- Biaya Overhead Pabrik
Pengendalian Biaya
Produksi
Hasil
Realisasi Anggaran
Fleksibel
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian dalam penulisan
proposal ini adalah PT. Wijaya Karya Beton Tbk Pabrik Produk Beton Sulawesi
Selatan berlokasi Kawasan Industri Makasar (KIMA) yang terletak di Jl. Kima
Raya II Kav. S/4-5-6 Daya, Biringkanaya. Sedangkan waktu yang digunakan
dalam penelitian kurang lebih dua bulan mulai dari bulan April sampai bulan Mei
2016.
B. Metode Pengumpulan Data
Untuk penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dan informasi penelitian
dengan metode pengumpulan data yang relevan untuk memecahkan dan
menganalisa masalah yang telah dikemukakan sebelumnya. Cara yang dilakukan
sebagai berikut :
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengunjungi secara langsung
obyek penelitian serta mengadakan wawancara secara langsung dengan pimpinan
dan beberapa staf yang ada kaitannya dengan pembahasan proposal ini.
2. Penelitian Pustaka (Library Research)
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan membaca atau mempelajari buku-
buku ilmiah, jurnal ilmiah, dan skripsi yang berhubungan dengan masalah yang
akan dibahas sebagai landasan teori yang menunjang penelitian.
48
C. Jenis dan Sumber Data
Adapun data yang penulis peroleh untuk penulisan proposal ini bersumber
dari :
1. Data Kualitatif yaitu data yang bukan merupakan angka-angka. Dalam
penulisan ini data kualitatif berupa sejarah berdirinya perusahaan, struktur
organisasi dan pembagian tugasnya.
2. Data Kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka yang dapat meliputi
jumlah produksi, anggaran dan realisasi biaya produksi yang digunakan pada
PT. Wijaya Karya Beton Tbk
Sedangkan sumber data yang digunakan adalah :
1. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui hasil penelitian lapangan yang
terdiri dari observasi dan wawancara serta data lainnya yang berhubungan
dengan penelitian ini.
2. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dengan jalan mengumpulkan
dokumen-dokumen serta sumber-sumber lainnya berupa informasi terutama
biaya-biaya produksi seperti biaya bahan baku, biaya tenaga karja dan biaya
overhead pabrik yang diperoleh pada bagian produksi PT. Wijaya Karya
Beton Tbk.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiono, 2007:57)
49
Berdasarkan pengertian populasi diatas maka yang akan dijadikan populasi
dalam penelitian ini adalah keseluruhan data anggaran PT. Wijaya Karya Beton
Tbk.
Sampel merupakan sebagian dari keseluruhan jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi. Maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah data anggaran tahun 2015.
E. Defenisi Operasional
Adapun defenisi operasional yang dikemukakan, sebagai berikut :
1. Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku adalah elemen biaya variabel sehingga dalam konsep
penentuan harga pokok variabel, biaya bahan baku merupakan elemen biaya
produksi variabel. Biaya bahan baku meliputi harga faktur ditambah biaya-biaya
lainnya yang terjadi dalam rangka perolehan bahan baku sampai dengan siap
dipakai, baik yang berhubungan dengan biaya pemesanan (ordering cost) maupun
biaya penyimpanan (carrying cost).
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan
untuk membayar karyawan yang berkaitan secara langsung denganproses
produksi.
3. Biaya Overhead Pabrik Variabel
Biaya overhead pabrik variabel adalah meliputi semua elemen biaya
overhead pabrik yang akan berubah secara proposional dengan perubahan volume
50
atau kegiatan perusahaan, semakin besar kegiatan, semakin besar pula jumlah
total biaya, semakin kecil kegiatan semakin kecil pula total biaya.
4. Penentuan Harga Pokok
Penentuan harga pokok merupakan harga yang ditetapkan oleh perusahaan
pada tingkat laba yang diinginkan.
F. Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Sesuai
dengan namanya deskriptif kuantitatif, akan mendeskripsikan keadaan suatu
gejala yang telah direkam melalui alat ukur kemudian diolah sesuai dengan
fungsinya. Teknik analisis data ini diperoleh dilapangan diolah sedemikian rupa
sehingga memberikan data yang sistematis, faktual dan akurat mengenai
permasalahan yang diteliti. Hasil pengolahan tersebut selanjutnya dipaparkan
dalam bentuk angka-angka sehingga memberikan suatu kesan lebih mudah
ditangkap maknanya oleh siapapun yang membutuhkan informasi tentang
keberadaan gejala tersebut.
Rumus yang dapat digunakan untuk analisis varians bahan baku, varians
tenaga kerja dan varians biaya overhead pabrik yang dikemukakan oleh Sunarto
(2004 : 66) adalah sebagai berikut:
1. Selisih Biaya Bahan Baku adalah perbedaan antara biaya sesungguhnya
dengan biaya bahan baku menurut standar. Menurut Sunarto (2004: 66), ada
dua macam selisih biaya bahan baku, yaitu :
a. Selisih harga bahan baku adalah selisih yang disebabkan oleh perbedaan
harga, adapun rumus perhitungan dikemukakan oleh Sunarto (2004:66) :
51
Dimana :
HS = Harga bahan sesungguhnya dibeli
HSt = Harga bahan menurut standar
KS = Kuantitas sesungguhnya
b. Selisih kuantitas bahan baku adalah perbedaan kuantitas bahan baku yang
dibutuhkan menurut standar dan sesungguhnya, dapat dihitung dengan
rumus yang dikemukakan oleh Sunarto (2004:67) yaitu :
Dimana :
KS = Kuantitas sesungguhnya dipakai
KSt = Kuantitas menurut standar
HSt = Harga standar
2. Selisih biaya tenaga kerja merupakan perbedaan antara biaya tenaga kerja
sesungguhnya dengan biaya tenaga kerja menurut standar. Ada dua macam
selisih biaya tenaga kerja langsung, yaitu
a. Selisih tarif adalah selisih biaya tenaga kerja yang disebabkan perbedaan
tarif upah standar dengan tarif upah rata-rata sesungguhnya. Rumus
perhitungan selisih tarif menurut Sunarto (2004:67)
Selisih Harga = (HS-HSt) x KS
Selisih Kuantitas = (KS-KSt) x HSt
Selisih Tarif = (TS-TSt) JS
52
Dimana :
TS = Tarif sesungguhnya
TSt = Tarif standar
JS = Jam sesungguhnya
b. Selisih efisiensi yaitu selisih yang disebabkan oleh perbedaan jumlah jam
tenaga kerja standar dengan jumlah jam sesungguhnya untuk membuat
sejumlah produksi. Rumus selisih efisiensi tenaga kerja menurut Sunarto
(2004:68) adalah sebagai berikut :
Dimana :
JS = Jam kerja sesungguhnya
JSt = Jam kerja menurut standar
TSt = Tarif standar
3. Selisih biaya overhead pabrik adalah selisih biaya yang disebabkan adanya
perbedaan antara biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dengan
biaya overhead pabrik standar.
Selisih biaya overhead pabrik dalam pembahasan ini menggunakan
metode Empat Selisih. Model analisa empat selisih merupakan perluasan
dari model analisa tiga selisih, dimana selisih efisiensi dipisahkan menjadi
selisih efisiensi variabel dan selisih efisiensi tetap. Sehingga pada analisa
empat selisih, selisih biaya overhead pabrik menjadi :
1) Selisih anggaran
2) Selisih kapasitas
Selisih Efisiensi = (JS –JSt) x TSt
53
3) Selisih efisiensi variabel
4) Selisih efisien tetap
Secara sistematis selisih biaya menurut model empat selisih dapat
dirumuskan sebagai berikut: (Halim, 1999 : 293)
1) Selisih anggaran dengan rumus :
SA = BOPss – (KN x TTst) – (KPss x TVst)
Dimana :
SA = Selisih anggaran
BOPss = Biaya overhead pabrik sesungguhnya
KPss = Kapasitas sesungguhnya
TVst = Tarif variabel
KN = Kapasitas normal
TTst = Tarif tetap standar
2) Selisih kapasitas dengan rumus sebagai berikut :
SK = (KN - KPss) TTst
Dimana :
SK = Selisih kapasitas
KN = Kapasitas normal
KPss = Kapasitas sesungguhnya
TTst = Tarif tetap
3) Selisih efisiensi tetap, dengan rumus sebagai berikut :
SET = (KPss - KPst) x TTst
Di mana :
SET = Selisih efisiensi tetap
54
KPss = Kapasitas sesungguhnya
TTst = Tarif tetap
KPst = Kapasitas standar
4) Selisih efisiensi variabel, dengan rumus sebagai berikut :
SEV = (KPss - KPst) TVst
Dimana :
SEV = Selisih efisiensi variabel
TVst = Tarif variabel
KPst = Kapasitas standar
55
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Wijaya Karya adalah Badan Usaha Milik Negara di bawah naungan
Departemen Pekerjaan Umum untuk bimbingan teknis dan Departemen Keuangan
dari sudut keuangan. Didirikan pada tanggal 11 Maret 1960, yang bermula
bergerak di bidang Instalasi Listrik dan Mekanik.
PT. Wijaya Karya Beton yang biasa disingkat menjadi Wika Beton,
mengukuhkan dirinya sebagai anak perusahaan dari perusahaan Wijaya Karya,
didirikan pada tanggal 11 Maret 1997 di Jakarta melalui akta perseroan terbatas
PT. Wijaya Karya Beton No. 44 tanggal 11 Maret 1997, yang dibuat di hadapan
Achmad Bajumi, SH. selaku pengganti dari Imas Fatimah, SH., notaris di Jakarta.
Perjalanan cikal bakal Wika Beton yang bidang usahanya sebagai
produsen beton ini, cukup panjang. Diilhami oleh perkembangan kemajuan
teknologi khususnya di bidang konstruksi, disusul oleh kemajuan bidang
komunikasi dan transportasi, para pakar teknologi Wika melihat peluang yang
sangat baik untuk mencoba membuat produk beton yang dapat menggantikan
produk lain dengan mutu yang lebih baik, usia yang lebih panjang dengan bebas
korosi, dan harga yang bersaing.
Berawal dari rekayasa panel beton tahun 1978, di bawah pengelolaan
Divisi Perdagangan (DP) mulai mendapat peluang pada proyek rumah 46
sederhana (PERUMNAS). Sejalan dengan perkembangan pembangunan rumah
56
susun di tahun 1979 mendorong diadakan percobaan pembuatan komponen beton
pracetak untuk rumah susun PERUMNAS.
Pada tahun 1979 pula, Divisi Perdagangan melihat adanya peluang di
bidang kelistrikan. Dengan melakukan beberapa terobosan pada bentuk tiang
listrik, diproduksilah tiang listrik dengan sistem sentrifugal menghasilkan bentuk
bulat berongga dan tirus. Suatu inovasi yang mengagumkan dari Divisi
Perdagangan karena dapat mengubah trend PLN dari penggunaan tiang listrik besi
dan kayu menjadi tiang listrik beton. Pesanan perdana pun disetujui dan
ditandatangani sebagai percobaan di Jawa Tengah dengan jumlah pesanan hanya
beberapa puluh batang saja. Untuk menindak lanjuti kesepakatan tersebut, pada
tahun 1980 dibangunlah pabrik pertama di Cileungsi Bogor untuk memenuhi
pesanan tersebut dan sebagai antisipasi adanya pesanan baru. Saat itu juga PLN
mengambil keputusan bahwa tiang listrik beton dipergunakan sebagai pengganti
tiang besi, dan mendapatkan porsi yang lebih banyak sepanjang lokasinya dapat
dijangkau.
Tiga pabrik berikutnya dibangun pada tahun 1981 yang masing-masing
berlokasi di Kejapanan Pasuruan, Mojongsongo Boyolali dan Jatilawang
Purwokerto. Kemudian di tahun 1982 dengan peningkatan kebutuhan tiang listrik
beton, maka dibangun pabrik di Jatiwangi Majalengka. Pada tahun ini pula dirintis
rekayasa tiang pancang prategangan bulat beronggo yang diproduksi sama dengan
tiang listrik beton sistem sentrifugal.
Adanya peluang di sektor perhubungan dengan memasuki pasar bantal rel
PT. Kereta Api Indonesia, maka dibuatlah inovasi di bidang rekayasa bantalan
beton prategangan pada tahun 1982. Seiring berjalannya waktu kebutuhan akan
57
tiang listrik beton ternyata meningkat dan telah menyentuh pasar Bali, Nusa
Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Untuk memenuhi kebutuhan di tiga
daerah tersebut, maka dibangunlah pabrik di Jimbaran Bali tahun 1983. Mendasar
pada motto “prestasi melalui inovasi dan teknologi” selalu ingin terus berkreasi
dan berkembang, tahun 1988 dimulailah rekayasa balok segmental dan pertama
kali dicoba dan diproduksi di pabrik produk beton Mojongsono Boyolali.
Manajemen Divisi Produk Beton (DPB) melihat adanya peluang di
rekayasa sheet pile beton pada tahun 1991 dan keberhasilan pasarnya juga besar.
Jalur tujuh di PPB Bogor dan jalur empat di PPB Pasuruan merupakan lokasi
pemenuhan permintaan tiang pancang semi otomatis. Guna meningkatkan dan
memperkuat jaringan pemasaran, maka pada tahun 1993 manajemen memandang
perlu untuk membangun pabrik beton di Sulawesi Selatan yang berlokasi di
kawasan industri Makassar.
Adanya proyek dari pengadaan air baku PDAM Makassar yang bisa
dipastikan dibangun di awal tahun 1994 membuat peluang lain, yaitu sebagai
produsen pipa beton berdiameter besar dan bertekanan tinggi. Dengan kerja keras
dan berbagai inovasi membuat Wika berhasil menangkap peluang tersebut dan
menjadi produsen pipa beton di Makassar dan mulai memproduksi dan memasok
pipa beton berdiameter satu setengah meter bertekanan tinggi, yang merupakan
produk yang pertama Indonesia yang pertama kali sistem produksinya
menggunakan sistem vibro press centrifugal, kemudian disusul dengan
memproduksi produk berupa tiang beton, tiang pancang dan sheet pile.
PT. Wika Beton Sulawesi Selatan ini beralamat di jalan Kima Raya II
Kav. S 4-5-6 Kawasan Industri Makassar.
58
B. Visi, Misi, dan Kebijakan Strategis Perusahaan
1. Visi Perusahaan
“Menjadi Perusahaan Terbaik dalam Industri Beton Pracetak.”
2. Misi Perusahaan
a. Memimpin pasar beton pracetak di Indonesia.
b. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan dengan
kesesuaian mutu, ketepatan waktu dan harga bersaing.
c. Menerapkan prinsip manajemen dan teknologi yang dapat memicu
peningkatan efisiensi, konsisten mutu, keselamatan dan kesehatan kerja
yang berwawasan lingkungan.
d. Tumbuh dan berkembang bersama mitra kerja secara sehat dan
berkesinambungan.
e. Mengembangkan kompetensi dan kesejahteraan pegawai.
3. Kebijakan Strategis Perusahaan
a. Perusahaan tumbuh dan berkembang sesuai dengan keinginan
pemegang saham berdasarkan asas-asas transparansi, keadilan,
akuntanbilitas, pertanggungjawaban dan kemandirian.
b. Perusahaan mengutamakan pemenuhan persyaratan dan kepuasan
pelanggan dengan selalu meningkatkan mutu atas setiap hasil kerjanya.
c. Kerja sama dengan mitra kerja dilakukan dengan cara yang sehat dan
saling menguntungkan.
d. Profesionalisme menjadi landasan utama dalam pengelolaan sumber
daya manusia.
59
e. Perusahaan mengutamakan keselamatan da kesehatan kerja serta
pertimbangan dampak lingkungan dalam setiap kegiatan operasi.
C. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi PT. Wijaya Karya (Persero) Beton, Tbk Pabrik Produk
Beton Sulawesi Selatan : Gambar 4.1
Sumber data : Data Personalia PT. Wijaya Karya Beton, Tbk PPB SulSel
Manajer
Kasi
Peralatan Kasi
Teknik &
Mutu
Kasi
Produksi
Kasi
Keuangan &
Personalia
Kasi
Perencanaan &
Evaluasi
Produk
Fungsi
Produksi
Fungsi
Keuangan
Fungsi
Perencanaan &
Evaluasi
Produk
Fungsi
Peralatan
Fungsi
Teknik &
Mutu
Bag. Tulangan
Bag. Akuntansi
Bag.
Perencanaan
Bag. keuangan
Bag.
Pengecoran
Bag.
Pembukuan
Bag. Operator
Alat
Bag. Sekretariat
Bag. Umum
Bag. Personalia
Bag. Keamanan
Bag. Gudang
Bag. Distribusi
Bag. Admin
Bag. distribusi
Bag. Storing Bag. Teknik
Bag. Mutu
60
D. Uraian Tugas
Adapun tugas pokok dari masing-masing personil atau bagian menurut
urutan dari struktur organisasi adalah
1. Manajer
Tugas dan tanggung jawab:
a. Mencapai sasaran maksimalkan kapasitas terpasang dan efisiensi
sesuai dengan rencana yang ditetapkan oleh perusahaan dengan
memperhatikan tingkat persediaan dan kapasitas.
b. Mengelola sumber daya secara efektif dan efisien dengan
berpedoman pada biaya, mutu, dan waktu yang telah disepakati.
c. Melaksanakan peningkatan kemampuan sumber daya manusia
dalam bidang manajemen dan teknik yang meliputi keahlian dan
keterampilan sesuai dengan fungsinya.
d. Memperoleh informasi peluang pasar usaha sejak dini dan
informasi kemampuan pesaing serta pengaturannya untuk
menunjag pencapaian sasaran-sasaran perusahaan.
e. Menyelenggarakan pembinaan bawaan perusahaan yang menjadi
tanggungjawabnya sesuai dengan arahan perkembangan
perusahaan.
2. Kasi Produksi
Membawahi : Fungsi produksi.
a. Bagian pengecoran
b. Bagian tulangan
c. Bagian pembukuan
61
d. Bagian operator alat
Tugas dan tanggungjawabnya :
a. Menyelenggarakan proses produksi dengan benar dan tepat waktu
b. Membuat laporan kegiatan produksi
c. Membuat laporan hasil produksi perusahaan
d. Mengawasi kegiatan produksi
e. Menjaga kualitas produksi
f. Memproduksi sesuai dengan perencanaan
3. Kasi Keuangan dan Personalia
Membawahi : fungsi keuangan dan personalia
a. Bagian keuangan
b. Bagian akuntansi
c. Bagian sekretariat
d. Bagian umum
e. Bagian personalia
f. Bagian keamanan
Tugas dan tanggung jawabnya :
a. Menyusun rencana anggaran biaya secara terpadu
b. Mendukung program pencapaian sasaran
c. Menyediakan informasi keuangan, akuntansi, personalia,
sekretariat, yang akurat bagi kepentingan perusahaan
d. Menyusun laporan keuangan dan evaluasi secara berkala
e. Mengupayakan penerapan fungsi keuangan, akuntansi, personalia,
dan sekretariat secara tertib
62
f. Melaksanakan penerapan sistem manajemen yang dikembangkan
oleh perusahaan sesuai dengan lingkup tugasnya.
g. Menyiapkan dan melakukan kegiatan ketatausahaan, personalia,
pengumpulan data, dan laporan serta melaksanakan rencana
kegiatan pengadaan barang
4. Kasi Perencanaan dan Evaluasi Produk
Membawahi: fungsi perencanaan dan evaluasi produk
a. Bagian perencanaan
b. Bagian distribusi
c. Bagian gudang
Tugas dan tanggung jawabnya:
a. Melaksanakan penugasannya sumber daya (barang/material) yang
dilaksanakan dalam pelaksanaan pelaksana
b. Menyusun rencana anggaran biaya pelaksanaan pekerjaan dan
mengevaluasi pelaksanaan setiap tahapan pekerjaan
c. Melaksanakan pengujian beton-beton pada proyek rencana
dikerjakan
d. Menyusun rencana anggaran biaya pelaksanaan semua pesanan
e. Mengetahui jenis dan isi gudang serta pencatatannya
f. Melaksanakan pengujian terhadap bahan/material yang
dipergunakan dalam pembuatan beton
5. Kasi Peralatan
Membawahi : fungsi peralatan
a. Bagian storing
63
b. Bagian operator
c. Bagian administrasi
Tugas dan tanggung jawabnya :
a. Bertanggung jawab terhadap pemakaian peralatan dan
memberikan laporan serta seluruh peralatan
b. Memperbaiki peralatan dan menyelenggarakan kegiatan
perbengkelan
6. Kasi Teknik dan Mutu
Membawahi : fungsi teknik dan mutu
a. Mengawasi jalannya kegiatan yang berhubungan dengan
perencanaan, proyek, gambar, instalasi, dan kegiatan-kegiatan
teknis
b. Memberikan persetujuan kepada pimpinan terhadap kegiatan
pelaksanaan proyek sesuai dengan rencana
c. Membuat laporan kepada pimpinan terhadap kegiatan pelaksanaan
proyek yang dikerjakan.
E. Proses Produksi
Berikut ini adalah gambaran singkat dari proses pembuatan atau proses
produksi dari produk tiang pancang dan tiang listrik yang merupakan salah satu
produk yang dihasilkan oleh PT. Wijaya Karya Beton, Tbk Pabrik Produk Beton
Sulawesi Selatan
1. Persiapan tulangan
Sebelum proses pengecoran langkah yang terlebih dahulu dilakukan
adalah persiapan tulangan. Dimana, rakitan tulangan yang telah dibuat di
64
workshop tulangan dimasukkan dan ditata ke dalam cetakan yang telah
dibersihkan.
2. Pengecoran
a. Letakkan cetakan di atas trolley cor
b. Pasang tebeng cor pada kanan dan kiri cetakan bawah
c. Masukkan adukan ke dalam hopper, kemudian tuangkan ke dalam
cetakan
d. Penuangan dimulai satu meter dari ujung atas, bergerak maju kea rah
ujung lainnya.
e. Distribusikan adukan secara merata di sepanjang cetakan, rojok pada
bagian ujung menggunakan besi beton di bagian plat sambungnya
f. Tempatkan cetakan ke lokasi penutupan cetakan
3. Penutupan Cetakan
Pastikan bibir cetakan sudah bersih dari sisa-sisa campran beton
yang jatuh saat proses pengecoran.
a. Geser trolley cetakan yang telah melakukan proses pengecoran
b. Lumasi bibir cetakan atau pinggir cetakan dengan minyak sawit
c. Setelah itu, pasang penutup cetakan pada cetakan yang telah dicor
d. Eratkan dengan baut L.
e. Lakukan proses stressing (penarikan tulang)
4. Penarikan tulang
Stressing atau penarikan tulangan berfungsi untuk memberikan
gaya press stress pada besi untuk mencapai batas tarik besi yang akan
digunakan untuk menahan beban yang diberikan pada suatu bidang.
65
5. Pemutaran cetakan
Pemutaran cetakan (spinning) bertujuan untuk membentuk lubang
lingkaran pada beton sentrifugal serta mempecepat proses pemadatan.
Pada pemutaran cetakan (spinning) memiliki empat tahap, yaitu
a. Tahap I dan tahap II, merupakan tahap pembentukan. Pada tahap ini,
adukan akan membentuk lubang lingkaran pada tengahnya.
b. Tahap III dan IV, merupakan tahap pemadatan.
Setiap tahap pada proses pemutaran cetakan (spinning) memiliki
pengaturan waktu dan kecepatan putaran yang berbeda-beda
6. Perawatan uap
Perawatan uap merupakan proses yang dilakukan setelah proses
pemutaran cetakan yang berfungsi untuk mempercepat mutu beton untuk
mencapai kekuatan rilis mutu beton tersebut. Biasanya dilakukan kurang
lebih satu jam agar mendapat mutu yang lebih bagus.
7. Pembukaan cetakan
Pembukaan cetakan merupakan langkah yang dilakukan setelah
langkah perawatan uap yang dilakukan selama lebih kurang tujuh jam
selesai. Tujuan langkah ini yaitu untuk melihat hasil cetakan (produk)
yang telah melewati beberapa langkah maka, cetakan tersebut diangkat
untuk dilakukan pengecekanoleh Quality Control (QC) Passing.
Setelah melakukan tahap pembukaan cetakan, produk yang jadi
kemudian diberi penenangan. Langkah ini merupakan salah satu langkah
penting karena pada langkah ini dilakukan pemeriksaan atau mengoreksi
apakah terdapat produk yang cacat atau perlu diperbaiki guna menjaga
66
mutu produk agar dapat menghasilkan produk yang siap bersaing di
pasaran.
8. Pembersihan cetakan
Tahap terakhir, adalah pembersihan cetakan, pada tahap ini cetakan
dibersihkan dari sisa-sisa material yang menempel pada cetakan pada
proses produksi sebelumnya. Cetakan harus dibersihkan secara benar,
apabila tidak benar-benar bersih akan mempengaruhi hasil cetakan pada
produksi selanjutnya. Setelah pembersihan cetakan dilakukan, kemudian
cetakan dilumasi dengan minyak sawit.
67
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi
Anggaran adalah merupakan penjabaran perencanaan manajemen
perusahaan, karena melalui anggaran tersebut manajemen dapat
mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas dari setiap pegawai yang terlibat dalam
pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan.
Salah satu anggaran yang paling besar peranannya dalam suatu perusahaan
adalah anggaran biaya produksi. Anggaran biaya produksi adalah anggaran yang
dikeluarkan oleh perusahaan dalam menjalankan suatu kegiatan produksi, yang
didalamnya terdiri dari biaya bahan baku yang digunakan, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik.
Oleh karena itulah maka fungsi dan peranan biaya dalam proses produksi
sangat menunjang kelangsungan hidup suatu perusahaan, sebab tanpa biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan maka kegiatan produksi tidak akan dapat terlaksana
sesuai dengan yang direncanakan.
Berkaitan dengan pentingnya masalah anggaran biaya produksi, maka
penelitian ini dilakukan pada PT. Wijaya Karya Beton Tbk yang berlokasi di Jl.
Kima Raya II Kavling S 4,5,6. Dalam menjalankan kegiatan produksinya,
perusahaan tersebut dari tahun ke tahun mengalami perkembangan produksi.
Berikut ini tabel data produksi tiang listrik beton dari tahun 2013, 2014,
dan 2015 adalah sebagai berikut
68
Tabel 5.1 Data Produksi Tiang Listrik Beton Tahun 2013, 2014, dan 2015
Tahun Target Produksi
(Unit)
Realisasi Produksi
(Unit)
Selisih/Varians
2013
2014
2015
18.672
21.279
23.430
18.575
21.161
23.150
97
118
280
Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Tbk, setelah diolah 2016
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tahun 2013 target produksi
sebesar 18.672 unit dan realisasi yang tercapai sebesar 18.575 unit dengan selisih
97 unit. Selanjutnya di tahun 2014 target produksi sebesar 21.279 unit dan
realisasi yang tercapai sebesar 21.161 unit dengan selisih 118 unit. Dan di tahun
2015 target produksi sebesar 23.430 dan realisasi yang tercapai sebesar 23.150
dengan selisih sebesar 280 unit. Hal ini berarti target produksi setiap tahunnya
mengalami perkembangan produksi dan realisasi produksi yang tercapai tidak
sesuai dengan targetnya. Hal ini disebabkan karena adanya keterlambatan tekhnis,
kerusakan mesin, pembahasan suplay bahan baku dan kurangnya pesanan dari
konsumen.
Berikut ini rincian data produksi tiang listrik beton untuk tahun 2013,
2014, dan 2015 adalah sebagai berikut:
69
Tabel 5.2 Data Produksi Tiang Listrik Beton Bulan Januari s/d Bulan Desember
Tahun 2013
Bulan Target Produksi
(Unit)
Realisasi Produksi
(Unit)
Selisih / Varians
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
1.510
1.530
1.525
1.500
1.575
1.585
1.594
1.568
1.550
1.580
1.585
1.570
1.500
1.515
1.518
1.520
1.550
1.578
1.600
1.545
1.539
1/570
1.575
1.565
10
15
7
-20
25
7
-6
23
11
10
10
5
Total 1 Tahun 18.672 18.575 97
Sumber: PT. Wijaya Karya Beton Tbk, setelah diolah 2016
Berdasarkan tabel 5.2 di atas, diketahui bahwa target dan realisasi
produksi tiang listik beton yang diproduksi oleh PT. Wijaya Karya Beton Tbk dari
bulan Januari s/d Desember tahun 2013, menunjukkan bahwa total target yang
70
diproduksi adalah sebesar 18.672 unit sedangkan realisasi produksi tiang listrik
beton yang dihasilkan adalah sebesar 18.575 unit.
Selanjutnya dari data diatas dapat pula dilihat target produksi dan realisasi
produksi tiang listrik beton tahun 2013 pada bulan Januari target produksi lebih
besar dari realisasinya dan terjadi varians sebesar 10 unit, Februari terjadi varians
sebesar 15 unit, Maret terjadi varians sebesar 7 unit, Mei terjadi varians sebesar 25
unit, Juni terjadi varians sebesar 7 unit, Agustus terjadi varians sebesar 23 unit,
September terjadi varians sebesar 11 unit, Oktober terjadi varians sebesar 10 unit,
November terjadi varians sebesar 10 unit dan Desember terjadi varians sebesar 5
unit. Dalam artian bahwa pada bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus,
September, Oktober, November dan Desember dianggap tidak efisiensi dalam segi
target produksi karena realisasi lebih kecil dan tidak sesuai dengan targetnya. Hal
ini disebabkan karena adanya pembahasan suplay bahan baku dan kurangnya
pesanan sehingga mempengaruhi total biaya produksi.
Selain itu terjadi peningkatan produksi dari target sebelumnya pada bulan
April sebesar 20 unit, dan bulan Juli sebesar 6 unit. Hal ini disebabkan karena
adanya peningkatan pesanan sehingga menunjukkan realisasi tidak sesuai dengan
target produksi.
71
Tabel 5.3 Data Produksi Tiang Listrik Beton Bulan Januari s/d Bulan Desember
Tahun 2014
Bulan Target Produksi
(Unit)
Realisasi Produksi
(Unit)
Selisih / Varians
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
1.745
1.736
1.778
1.754
1.790
1.800
1.789
1.767
1.772
1.788
1.776
1.784
1.727
1.720
1.740
1.760
1.785
1.794
1.780
1.759
1.760
1.778
1.782
1.776
18
16
38
-6
5
6
9
8
12
10
-6
8
Total 1 Tahun 21.279 21.161 118
Sumber: PT. Wijaya Karya Beton Tbk, setelah diolah 2016
Berdasarkan tabel 5.3 di atas, dapat dilihat bahwa target dan realisasi
produksi tiang listik beton yang diproduksi oleh PT. Wijaya Karya Beton Tbk dari
bulan Januari s/d Desember tahun 2014, menunjukkan bahwa total target yang
diproduksi adalah sebesar 21.279 unit sedangkan realisasi produksi tiang listrik
beton yang dihasilkan adalah sebesar 21.161 unit.
72
Selanjutnya dari data diatas dapat pula dilihat target produksi dan realisasi
produksi tiang listrik beton tahun 2013 pada bulan Januari target produksi lebih
besar dari realisasinya dan terjadi varians sebesar 18 unit, Februari terjadi varians
sebesar 16 unit, Maret terjadi varians sebesar 38 unit, Mei terjadi varians sebesar 5
unit, Juni terjadi varians sebesar 6 unit, Juli terjadi varians sebesar 9 unit, Agustus
terjadi varians sebesar 8 unit, September terjadi varians sebesar 12 unit, Oktober
terjadi varians sebesar 10 unit, dan Desember terjadi varians sebesar 8 unit. Dalam
artian bahwa pada bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Juli, Agustus,
September, Oktober, dan Desember dianggap tidak efisiensi dalam segi target
produksi karena realisasi lebih kecil dan tidak sesuai dengan targetnya. Hal ini
disebabkan karena adanya keterlambatan tekhnis, pembahasan suplay bahan baku
dan kurangnya pesanan sehingga mempengaruhi total biaya produksi.
Selain itu terjadi peningkatan produksi dari target sebelumnya pada bulan
April sebesar 6 unit, dan bulan November sebesar 8 unit. Hal ini disebabkan
karena adanya peningkatan pesanan sehingga menunjukkan realisasi tidak sesuai
dengan target produksi.
73
Tabel 5.4 Data Produksi Tiang Listrik Beton Bulan Januari s/d Bulan Desember
Tahun 2015
Bulan Target Produksi
(Unit)
Realisasi Produksi
(Unit)
Selisih / Varians
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
1.968
1.920
1.920
1.980
2.000
1.908
1.932
1.956
1.900
1.968
1.998
1.980
1.932
1.868
1.896
1.942
1.956
1.932
1.912
1.872
1.920
1.920
2.008
1.992
36
52
24
38
44
-24
20
84
- 20
48
-10
-12
Total 1 Tahun 23.430 23.150 280
Rata-rata 1.952 1.929 23
Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Tbk, setelah diolah 2016
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat rincian dari data produksi mulai
dari tahun 2013, 2014, dan 2015. Dari data tersebut terjadi peningkatan produksi
setiap tahunnya. Perlu diketahui bahwa anggaran fleksibel ini didasarkan atas
perkiraan terperinci untuk tiap bulan selama satu tahun. Jadi sebelum dilakukan
74
penilaian mengenai pelaksanaan anggaran fleksibel sebagai alat pengendalian
biaya produksi maka yang menjadi bahan penilaian untuk anggaran fleksibel ini
adalah untuk tahun 2015.
Berdasarkan data tersebut di atas yakni target dan realisasi produksi tiang
listrik beton yang diproduksi oleh PT. Wijaya Karya Tbk, dari bulan Januari s/d
bulan Desember tahun 2015, menunjukkan bahwa total target produksi sebesar
23.430 unit atau rata-rata perbulan sebesar 1.952 unit, sedangkan realisasi
produksi tiang listrik beton yang dihasilkan oleh PT. Wijaya Karya Beton sebesar
23.150 unit atau rata-rata perbulan sebesar 1.929 unit.
Dari data diatas dapat pula dilihat target produksi dan realisasi produksi
tiang listrik beton tahun 2015 pada bulan Januari target produksi lebih besar
daripada realisasinya dan terjadi varians sebesar 26 unit, Februari terjadi varians
sebesar 52 unit, Maret terjadi varians sebesar 24 unit, April terjadi varians sebesar
38 unit, Mei terjadi varians sebesar 44 unit, Juli terjadi varians sebesar 20 unit,
Agustus terjadi varians sebesar 84 unit dan Oktober terjadi varians sebesar 48
unit. Dalam artian bahwa pada bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juli,
Agustus, dan Oktober dianggap tidak efisiensi dalam segi target produksi karena
realisasi tidak sesuai dengan targetnya, hal ini disebabkan karena adanya
keterlambatan teknis, kerusakan mesin, pembahasan suplay bahan baku dan
kurangnya pesanan sehingga mempengaruhi total biaya produksi.
Selanjutnya terjadi peningkatan produksi dari target sebelumnya pada
bulan Juni sebesar 24 unit, September sebesar 20 unit, November sebesar 10 unit
75
dan Desember sebesar 12 unit. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan
pesanan sehingga menunjukkan realisasi tidak sesuai dengan target.
Dari data anggaran dan realisasi produksi tiang listrik beton, maka terlebih
dahulu akan disajikan anggaran dan realisasi biaya produksi tiang listrik beton
tahun 2013, 2014, dan 2015 sebagai berikut
Tabel 5.5 Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Tiang Listrik Beton Tahun
2013, 2014, dan 2015
Tahun 2013 2014 2015
Anggaran Biaya Produksi 23.647.946.000 30.248.638.000 37.394.641.484
Realisasi Biaya Produksi 20.869.377.500 26.583.337.000 31.949.952.086
Selisih / Varians 2.778.568.500 3.665.301.000 5.444.689.398
Persentase 11,74% 12,11% 14,56%
Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Tbk, setelah diolah 2016
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa selama tiga periode pabrik telah
berhasil dalam mengendalikan biaya produksinya dan selama tiga periode ini,
keberhasilan manajemen pabrik dalam mengendalikan biaya meningkat tiap
periodenya. Hal ini terlihat dari varians (selisih) yang bernilai positif. Di tahun
2013 pabrik berhasil mengefisiensi biayanya sebesar 11,74 persen dengan selisih
sebesar Rp. 2.778.568.500 kemudian di tahun 2014 perusahaan meningkatkan
efisiensi biayanya menjadi 12,11 persen dengan selisih sebesar Rp. 3.665.301.000
dan kembali meningkat di tahun 2015 menjadi 14,56 persen dengan selisih
sebesar Rp. 5.444.689.398,-
76
Berikut ini rincian data biaya produksi untuk tahun 2013, 2014, dan 2015
sebagai berikut :
Tabel 5.6 Data Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Tiang Listrik Beton Tahun
2013
No Uraian Anggaran Realisasi Selisih/Varians
I Biaya Langsung
Biaya Bahan Baku
- Material Produksi
Biaya Tenaga Kerja Langsung
- Tenaga Kerja Langsung
13.280.986.000
609.960.000
10.356.540.000
571.837.500
2.924.446.000
38.122.500
Jumlah Biaya Langsung 13.890.946.000 10.928.377.500 2.962.568.500
II Biaya Tak Langsung
Biaya Overhead Pabrik
- Biaya Bahan Penolong
- Biaya Tenaga Kerja Tidak
Langsung
- Biaya Operasional
- Biaya Angkut
- Biaya Listrik
- Biaya Pemeliharaan
- Biaya Umum
1.350.000.000
920.000.000
1.210.000.000
2.417.000.000
1.120.000.000
1.920.000.000
820.000.000
1.100.000.000
907.000.000
1.100.000.000
2.652.000.000
1.020.000.000
2.362.000.000
800.000.000
250.000.000
13.000.000
110.000.000
-235.000.000
100.000.000
-442.000.000
20.000.000
Jumlah Biaya Tak Langsung 9.757.000.000 9.941.000.000 -184.000.000
Jumlah Biaya Produksi 23.647.946.000 20.869.377.500 2.778.568.500
77
Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Tbk, setelah diolah 2016
Berdasarkan tabel 5.6 diatas yaitu data anggaran dan realisasi biaya
produksi tiang listrik beton tahun 2013 dapat diketahui bahwa biaya produksi
yang ada di PT. Wijaya Karya Beton Tbk ini mengalami keuntungan. Untuk biaya
material bahan baku tidak mengalami kendala dalam proses pengendaliannya.
Begitu pula dengan biaya tenaga kerja langsung yang efisiensi biayanya
mengalami keuntungan (favorable) meskipun keuntungan yang diperoleh kecil.
Sedangkan untuk biaya overhead pabrik ini mengalami kerugian karena terdapat
beberapa biaya yang inefisiensi dengan selisih yang cukup besar yaitu pada biaya
angkut dan biaya pemeliharaan yang realisasinya lebih besar dari biaya yang
dianggarkan. Tetapi meskipun mengalami kerugian pada biaya overhead pabrik
biaya produksi tidak mengalami kerugian karena tertutupi dengan biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung.
78
Tabel 5.7 Data Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Tiang Listrik Beton Tahun
2014
No Uraian Anggaran Realisasi Selisih/Varians
I Biaya Langsung
Biaya Bahan Baku
- Material Produksi
Biaya Tenaga Kerja Langsung
- Tenaga Kerja Langsung
18.549.558.000
734.080.000
15.150.305.000
708.032.000
3.399.253.000
26.048.000
Jumlah Biaya Langsung 19.283.638.000 15.858.337.000 3.425.301.000
II Biaya Tak Langsung
Biaya Overhead Pabrik
- Biaya Bahan Penolong
- Biaya Tenaga Kerja Tidak
Langsung
- Biaya Operasional
- Biaya Angkut
- Biaya Listrik
- Biaya Pemeliharaan
- Biaya Umum
1.500.000.000
980.000.000
1.250.000.000
2.745.000.000
1.240.000.000
2.400.000.000
850.000.000
1.300.000.000
968.000.000
1.300.000.000
2.510.000.000
1.250.000.000
2.524.000.000
873.000.000
200.000.000
12.000.000
-50.000.000
235.000.000
-10.000.000
-124.000.000
-23.000.000
Jumlah Biaya Tak Langsung 10.965.000.000 10.725.000.000 240.000.000
Jumlah Biaya Produksi 30.248.638.000 26.583.337.000 3.665.301.000
Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Tbk, setelah diolah 2016
79
Berdasarkan tabel 5.7 diatas yaitu data anggaran dan realisasi biaya
produksi tiang listrik beton tahun 2014 dapat dilihat bahwa dari tiga jenis biaya
produksi yang ada di PT. Wijaya Karya Beton Tbk ini, ketiga biayanya dapat
diefisiensikan mengalami keuntungan (favorable). Biaya material bahan baku
memiliki nilai selisih yang favorable dan baik pengendaliannya. Biaya tenaga
kerja juga mengalami hal yang serupa, pengendalian biaya yang dilakukan
mengalami keuntungan (favorable). Biaya overhead pabrik juga mengalami
keuntungan dalam proses pengendalian biayanya walaupun biaya operasional,
biaya listrik dan biaya pemeliharaan mengalami inefisiensi. Tetapi dengan
banyaknya biaya overhead pabrik yang favorable (menguntungkan) dapat
menutupi beberapa pos biaya yang unfovarabel.
80
Tabel 5.8 Data Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Tiang Listrik Beton Tahun
2015
No Uraian Anggaran Realisasi Selisih/Varians
I Biaya Langsung
Biaya Bahan Baku
- Material Produksi
Biaya Tenaga Kerja Langsung
- Tenaga Kerja Langsung
24.046.481.484
796.160.000
18.176.512.086
765.440.000
5.869.969.398
33.280.000
Jumlah Biaya Langsung 24.842.641.484 18.941.952.086 5.900.689.398
II Biaya Tak Langsung
Biaya Overhead Pabrik
- Biaya Bahan Penolong
- Biaya Tenaga Kerja Tidak
Langsung
- Biaya Operasional
- Biaya Angkut
- Biaya Listrik
- Biaya Pemeliharaan
- Biaya Umum
1.800.000.000
1.116.000.000
1.320.000.000
3.048.000.000
1.440.000.000
2.916.000.000
912.000.000
1.980.000.000
1.068.000.000
1.500.000.000
3.204.000.000
1.596.000.000
2.676.000.000
984.000.000
-180.000.000
48.000.000
180.000.000
-156.000.000
-156.000.000
240.000.000
-72.000.000
Jumlah Biaya Tak Langsung 12.552.000.000 13.008.000.000 -456.000.000
Jumlah Biaya Produksi 37.394.641.484 31.949.952.086 5.444.689.398
Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Tbk, setelah diolah 2016
81
Berdasarkan data biaya produksi beton khususnya pada PT. Wijaya Karya
Beton Tbk untuk tiga periode tahun 2013, 2014 dan 2015, maka selanjutnya akan
diuraikan kembali data tahun 2015 yang menjadi penilaian pada pelaksanaan
anggaran fleksibel sebagai alat pengendalian biaya produksi yang terdiri dari
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang
dapat diuraikan satu persatu sebagai berikut :
Besarnya anggaran biaya bahan baku untuk memproduksi tiang listrik
beton dalam tahun 2015 sebesar Rp. 24.046.481.484 rinciannya dapat disajikan
pada tabel sebagai berikut :
1. Anggaran Biaya Bahan Baku
Besarnya anggaran biaya bahan baku untuk memproduksi tiang listrik
beton tahun 2015 sebesar Rp. 24.046.481.484 rinciannya dapat disajikan pada
tabel sebagai berikut :
82
Tabel 5.9 Anggaran Biaya Bahan Baku Langsung dalam Produksi Tiang Listrik
Beton Tahun 2015
No. Jenis Bahan Baku Satuan
Harga
Volume
Satuan
Biaya Bahan
Baku (Rp)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Material
PC Wire
Spiral
Kawat Ikat
Beton
Semen
Pasir
Split
Addmixture
Minyak Cetak
Terminal Grounding
Besi Pht Grounding
Material Bantu
Rp/ Ton
Rp/ Ton
Rp/ Ton
Rp/ Kg
Rp/ m3
Rp/ m3
Rp/ Lt
Rp/ Lt
Rp/ Ton
Rp/ bh
Rp/ Ton
12.363.000
9.657.000
14.108.000
954.000
94.384.000
247.928.000
12.147.000
8.843.000
4.017.000
8.000.000
3.182.000
237
61,2
21
6.708
30,218
32,845
45,224
22,87
74,00
215,324
19,807
2.930.031.000
591.008.400
296.268.000
6.399.432.000
2.852.095.712
8.143.195.160
549.335.928
202.239.410
297.258.000
1.722.592.000
63.025.874
Total Biaya Bahan Baku Langsung 24.046.481.484
Sumber : Data diolah oleh PT. Wijaya Karya Beton Tbk.
83
Berdasarkan data tersebut di atas yakni anggaran biaya bahan baku
langsung yang digunakan dalam produksi tiang listrik beton selama tahun 2015
yakni sebesar Rp. 24.046.481.484. Anggaran tesebut hanya digunakan untuk satu
tipe produk pada PT. Wijaya Karya Beton. Dalam proses pembuatan tiang listrik
material bahan baku yang digunakan adalah pc wire, spiral, kawat ikat, semen,
pasir, split, admixture, minyak cetak, terminal grounding, besi pht grounding, dan
beberapa material bantu lainnya.
2. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung
Besarnya anggaran biaya tenaga kerja langsung yang digunakan oleh
perusahaan PT. Wijaya Karya Beton Tbk untuk tahun 2015 yaitu sebesar
Rp.796.160.000. Rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
84
Tabel 5.10 Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung dari Bulan Januari s/d
Desember Tahun 2015
Bulan Jam Kerja Hari Kerja Upah Per Jam
Jumlah
Tenaga Kerja
Biaya Tenaga Kerja
Langsung
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
26
25
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
8.000
8.000
8.000
8.000
8.000
8.000
8.000
8.000
8.000
8.000
8.000
8.000
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
66.560.000
64.000.000
66.560.000
66.560.000
66.560.000
66.560.000
66.560.000
66.560.000
66.560.000
66.560.000
66.560.000
66.560.000
Jumlah 8 26 8.000 40 796.160.000
Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Tbk, setelah diolah 2016
3. Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Setelah mengetahui anggaran biaya bahan baku langsung dan anggaran
biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam kegiatan
produksi tiang listrik beton, maka selanjutnya dapat diketahui besarnya
85
anggaran biaya overhead pabrik untuk tahun 2015 adalah sebesar Rp
12.552.000.000. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 5.10 sebagai berikut :
Tabel 5.11 Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tahun 2015
No Jenis Biaya Overhed Pabrik Biaya Overhead Pabrik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Biaya Bahan Penolong
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya Operasional
Biaya Angkut
Biaya Listrik
Biaya Pemeliharaan
Biaya umum
1.800.000.000
1.116.000.000
1.320.000.000
3.048.000.000
1.440.000.000
2.916.000.000
912.000.000
Total Biaya Overhead Pabrik 12.552.000.000
Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Tbk, setelah diolah 2016
Dari data tersebut di atas yakni besarnya biaya overhead pabrik yang
dikeluarkan oleh perusahaan dalam kegiatan produksi tiang listrik beton selama
tahun 2015 adalah sebesar Rp.12.552.000.000,-. Beberapa jenis biaya yang
dikategorikan sebagai Biaya Overhead Pabrik diantaranya sebagai berikut :
1. Biaya Bahan Penolong adalah biaya bahan yang digunakan untuk
membantu penyelesaian suatu produk. Misalnya biaya tarip cetakan, biaya
R & M alat, biaya peralatan penunjang, biaya peralatan lain-lain.
2. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung adalah upah yang diberikan kepada
karyawan pabrik yang secara ini antara lain upah fisik tidak berhubungan
lain dengan proses pembuatan produk. Termasuk dalam kelompok ini
86
adalah upah mandor, gaji manajer produksi, gaji pegawai administrasi
pabrik.
3. Biaya operasional adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh suatu
perusahaan untuk mendukung operasi atau kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan tersebut. Biaya ini terdiri dari biaya pengelolaan kantor, biaya
penyusutan peralatan kantor.
4. Biaya angkut adalah biaya yang dikeluarkan untuk pengiriman barang.
Misalnya biaya angkut kendaraan
5. Biaya listrik adalah biaya yang digunakan untuk membayar listrik dari
kegiatan operasi perusahaan.
6. Biaya pemeliharaan adalah biaya yang digunakan untuk perbaikan dan
perawatan mesin, gedung pabrik dan peralatan pabrik.
7. Biaya umum adalah biaya-biaya untuk mengkordinasi kegiatan-kegiatan
produksi perusahaan, misalnya biaya pengawasan terhadap kegiatan
perusahaan secara keseluruhan.
Data realisasi biaya produksi untuk tahun 2015 dapat dilihat melalui uraian
berikut ini :
1. Realisasi Biaya Bahan Baku Langsung
Besarnya realisasi biaya bahan baku dapat dilihat pada tabel 5.12
berikut ini :
87
Tabel 5.12 Realisasi Biaya Bahan Baku Langsung Dalam Produksi Tiang Listrik
Beton Tahun 2015
No Jenis Bahan Baku Satuan Harga
Volume
Satuan
Biaya Bahan
Baku (Rp)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Material
PC Wire
Spiral
Kawat Ikat
Beton
Semen
Pasir
Split
Addmixture
Minyak Cetak
Terminal Grounding
Besi Pht Grounding
Material Bantu
Rp/ Ton
Rp/ Ton
Rp/ Ton
Rp/ Kg
Rp/ m3
Rp/ m3
Rp/ Lt
Rp/ Lt
Rp/ Ton
Rp/ bh
Rp/ Ton
11.337.000
8.658.000
12.741.000
850.000
83.161.000
219.291.000
10.835.000
7.902.000
3.447.000
7.597.000
3.182.000
202,56
58,8
13,8372
5.229,12
27,456
28,656
39,684
16,3788
60,000
179,928
15,0036
2.296.422.720
509.090.400
176.299.765
4.444.752.000
2.283.268.416
6.284.002.896
429.976.140
129.425.278
208.620.000
1.366.913.016
47.741.455
Total Biaya Bahan Baku Langsung 18.176.512.086
Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Tbk, setelah diolah 2016
Dari data tersebut di atas yakni realisasi biaya bahan baku langsung
dalam kegiatan produksi tiang listrik beton selama tahun 2015 maka jumlah
biaya bahan baku langsung (menurut actual) sebesar Rp.18.176.512.086.
88
Dalam proses pembuatan tiang listrik beton ini, dapat diefisiensikan
mengalami keuntungan dari segi anggaran tetapi tidak menguntungkan dari
target produksinya. Hal ini terjadi karena realisasi lebih kecil dibanding
dengan anggaran yang telah ditetapkan. Sebab adanya keterlambatan suplay
bahan baku.
2. Realisasi Biaya Tenaga Kerja Langsung
Selanjutnya untuk mengetahui besarnya realisasi biaya tenaga kerja
langsung selama tahun 2015 adalah sebesar Rp 765.440.000. Oleh karena itu
akan disajikan data menurut anggaran dan realisasi biaya tenaga kerja
langsung yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
89
Tabel 5.13 Realisasi Biaya Tenaga Kerja Langsung dari Bulan Januari s/d
Desember Tahun 2015
Bulan Jam Kerja Hari Kerja Upah Per Jam
Jumlah
Tenaga Kerja
Biaya Tenaga Kerja
Langsung
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
25
24
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
8.000
8.000
8.000
8.000
8.000
8.000
8.000
8.000
8.000
8.000
8.000
8.000
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
64.000.000
61.440.000
64.000.000
64.000.000
64.000.000
64.000.000
64.000.000
64.000.000
64.000.000
64.000.000
64.000.000
64.000.000
Jumlah 8 25 8.000 40 765.440.000
Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Tbk, setelah diolah 2016
Jam tenaga kerja langsung setahun (8 jam x 25 hari x 12 bulan) = 2.400 jam
Berdasarkan tabel tersebut di atas nampak bahwa jumlah jam kerja
yang dibutuhkan oleh perusahaan adalah 8 jam, jumlah hari kerja dalam satu
bulan sebanyak 25 hari, serta upah yang diterima per jam sebesar Rp.8.000
dengan jumlah keseluruhan tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan
produksi tiang listrik beton adalah sebanyak 40. Seperti pada anggaran biaya
90
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung juga mengalami keuntungan
(favorable) meskipun hanya memperoleh keuntungan dengan selisih yang
sedikit.
3. Realisasi Biaya Overhead Pabrik
Besarnya biaya overhead pabrik yang terealisasi dalam tahun 2015
adalah sebesar Rp. 13.008.000.000, realisasi biaya overhead pabrik disajikan
pada tabel berikut ini :
Tabel 5.14 Realisasi Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tahun 2015
No Jenis Biaya Overhed Pabrik Biaya Overhead Pabrik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Biaya Bahan Penolong
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya Operasional
Biaya Angkut
Biaya Listrik
Biaya Pemeliharaan
Biaya umum
1.980.000.000
1.068.000.000
1.500.000.000
3.204.000.000
1.596.000.000
2.676.000.000
984.000.000
Jumlah Biaya Overhead Pabrik 13.008.000.000
Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Tbk, setelah diolah 2016
Berdasarkan realisasi anggaran biaya overhead pabrik yang digunakan
oleh perusahaan PT. Wijaya Karya Beton Tbk adalah sebesar Rp.
13.008.000.000. Untuk realisasi pada biaya overhead pabrik ini mengalami
kerugian karena lebih besar dari biaya yang dianggarkan. Dari data di atas
jenis biaya overhead pabrik yang mengalami peningkatan yaitu biaya bahan
91
penolong, biaya operasional, biaya angkut, biaya listrik, dan biaya umum. Hal
ini terjadi karena adanya kerusakan mesin dan keterlambatan tekhnis.
Sedangkan pada biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya pemeliharaan
terjadi efisiensi yang menguntungkan karena anggaran lebih besar dibanding
realisasinya.
Tabel 5.15 Klasifikasi Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Sebelum
dilakukan Pemisahan Biaya Semi Variabel
No Jenis Biaya Produksi Anggaran Realisasi Selisih/Varians
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Biaya Bahan Baku Langsung
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik
Biaya Bahan Penolong
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya Operasional
Biaya Angkut
Biaya Listrik
Biaya Pemeliharaan
Biaya umum
24.046.481.484
796.160.000
1.800.000.000
1.116.000.000
1.320.000.000
3.048.000.000
1.440.000.000
2.916.000.000
912.000.000
18.176.512.086
765.440.000
1.980.000.000
1.068.000.000
1.500.000.000
3.204.000.000
1.596.000.000
2.676.000.000
984.000.000
5.869.969.398
30.720.000
-180.000.000
48.000.000
180.000.000
-156.000.000
-156.000.000
240.000.000
-72.000.000
Jumlah Biaya Overhead Pabrik 12.552.000.000 13.008.000.000 -456.000.000
Total Biaya Produksi 37.394.641.484 31.949.952.086 5.444.689.398
Sumber : Hasil olahan data, 2016
92
Dari data mengenai klasifikasi anggaran biaya produksi sebelum dilakukan
pemisahan biaya semi variabel, maka diperoleh bahwa total anggaran biaya
produksi adalah sebesar Rp. 37.394.641.484 dengan jumlah biaya overhead pabrik
Rp. 12.552.000.000, sedangkan realisasi anggaran biaya produksi sebelum
dilakukan pemisahan biaya semi variabel adalah sebesar Rp. 31.949.952.086
dengan jumlah biaya overhead Pabrik sebesar Rp. 13.008.000.000
Dalam produksi terdapat perlakuan biaya semi variabel yang ditekankan
pada biaya variabel saja karena variabel ini selalu berubah mengikuti perubahan
volume produksi, sehingga biaya variabel yang terdapat dalam biaya semi variabel
harus dipisahkan biaya tetapnya. Selanjutnya akan disajikan data mengenai
anggaran biaya produksi setelah dilakukan pemisahan biaya semi variabel yang
dapat dilihat melalui tabel berikut ini :
93
Tabel 5.16 Anggaran Biaya Produksi Setelah Pemisahan Biaya Semi Variabel
No Jenis Biaya Produksi Biaya Tetap Biaya
Variabel
Total Biaya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Biaya Bahan Baku Langsung
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik
Biaya Bahan Penolong
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya Operasional
Biaya Angkut
Biaya Listrik
Biaya Pemeliharaan
Biaya umum
1.116.000.000
2.916.000.000
912.000.000
24.046.481.484
796.160.000
1.800.000.000
1.320.000.000
3.048.000.000
1.440.000.000
24.046.481.484
770.000.000
1.800.000.000
1.116.000.000
1.320.000.000
3.048.000.000
1.440.000.000
2.916.000.000
912.000.000
Jumlah Biaya Overhead Pabrik 4.944.000.000 7.608.000.000 12.552.000.000
Total Biaya Produksi 4.944.000.000 32.450.641.484 37.394.641.484
Sumber : Hasil Olahan Data, 2016
Tabel 5.15 yakni anggaran biaya produksi setelah dilakukan pemisahan
antara biaya tetap dan biaya variabel ternyata besarnya biaya variabel
Rp32.450.641.484 , sedangkan biaya tetap sebesar Rp. 4.944.000.000. Sehingga
total biaya produksi setelah dilakukan pemisahan biaya semi variabel adalah
sebesar Rp. 37.394.641.484. Kemudian akan disajikan realisasi biaya produksi
menurut biaya tetap dan biaya variabel yang dapat disajikan pada tabel berikut ini:
94
Tabel 5.17 Realisasi Biaya Produksi Setelah Pemisahan Biaya Semi Variabel
No Jenis Biaya Produksi Biaya Tetap Biaya
Variabel
Total Biaya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Biaya Bahan Baku Langsung
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik
Biaya Bahan Penolong
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya Operasional
Biaya Angkut
Biaya Listrik
Biaya Pemeliharaan
Biaya umum
1.068.000.000
2.676.000.000
984.000.000
18.176.512.086
765.440.000
1.980.000.000
1.500.000.000
3.204.000.000
1.596.000.000
18.176.512.086
765.440.000
1.980.000.000
1.068.000.000
1.500.000.000
3.204.000.000
1.596.000.000
2.676.000.000
984.000.000
Jumlah Biaya Overhead Pabrik 4.728.000.000 8.280.000.000 13.008 .000.000
Total Biaya Produksi 4.728.000.000 27.221.952.086 31.949.952.086
Sumber : Hasil olahan data, 2016
Tabel 5.16 yakni realisasi biaya produksi setelah dilakukan pemisahan
antara biaya tetap dan biaya semi variabel ternyata besarnya biaya variabel
Rp.27.221.952.086, sedangkan biaya tetap sebesar Rp. 4.728.000.000. Sehingga
total biaya produksi setelah dilakukan pemisahan biaya semi variabel adalah
sebesar Rp. 31.949.952.086
95
B. Anggaran Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi
Pengendalian merupakan fungsi manajemen yang menempati urutan
terbawah tetapi tidak berarti fungsi ini kalah penting dari fungsi manajemen
lainnya. Fungsi pengendalian ini berhubungan erat dengan fungsi perencanaan
karena pengendalian yang baik tidak dapat dilakukan tanpa adanya rencana dan
petunjuk yang dibuat sebelumnya yaitu anggaran.
Anggaran merupakan salah satu alat pengendalian dalam suatu organisasi,
begitu juga pada PT. Wijaya Karya Beton Tbk yang bergerak dalam bidang
konstruksi. Dengan adanya anggaran yang disusun oleh PT. Wijaya Karya Beton
Tbk maka PT. Wijaya Karya Beton Tbk dapat mengetahui efisien atau tidaknya
dalam mengendalikan biaya produksi.
Pengendalian dilakukan untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi dalam suatu perusahaan. Penyimpangan ini diukur dari realisasi dan
anggaran yang telah ditetapkan.
Aspek penting lain dari pengendalian biaya adalah identifikasi dari biaya
aktivitas yang berbeda dibandingkan biaya dari departemen dan produk yang
berbeda. Untuk membantu dalam mengendalikan biaya, akuntan biaya dapat
menggunakan jumlah biaya yang telah ditetapkan sebelumnya yang disebut biaya
standar.
C. Anggaran Fleksibel
Anggaran fleksibel dibuat berdasarkan beberapa titik aktivitas/
berdasarkan aktivitas tertentu yang ditentukan terlebih dahulu. Sehingga dalam
96
penyusunan anggaran fleksibel maka langkah-langkah yang akan dilakukan
meliputi :
1. Menentukan dasar aktivitas
2. Penentuan relevant range
3. Penentuan perilaku biaya
Berdasarkan langkah-langkah yang telah diuraikan diatas maka akan
disajikan analisis penyusunan anggaran fleksibel pada PT. Wijaya Karya Beton
Tbk yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Menentukan dasar aktivitas
Penentuan dasar dalam menentukan aktivitas khususnya pada PT. Wijaya
Karya Beton Tbk adalah berdasarkan jumlah tiang listrik beton yang akan
diproduksi oleh perusahaan yaitu sebesar 23.430 unit.
2. Penentuan relevant range
Penentuan relevant range dimaksudkan untuk menentukan tingkat aktivitas
yang akan dijadikan sebagai dasar penyusunan anggaran fleksibel.
Menurut data perusahaan PT. Wijaya Karya Beton Tbk bahwa relevant
rangenya untuk produksi berkisar antara 23.120 unit hingga 23.430 unit
atau berkisar antara 95 % sampai 100 %.
3. Penentuan perilaku biaya
Berdasarkan hasil pemisahan biaya semi variabel, dilihat dari perilaku
biaya maka besarnya biaya produksi tetap sebesar Rp 4.944.000.000,-
sedangkan biaya produksi variabel sebesar Rp. 32.450.641.484. Oleh
karena itu sebelum disajikan anggaran fleksibel terlebih dahulu akan
disajikan biaya produksi variabel perunit sebagai berikut :
a. Biaya bahan baku langsung
97
Besarnya biaya bahan baku langsung perunit dapat dihitung sebagai
berikut :
Biaya bahan baku per unit = 24.046.481.484
23.430
= 1.026.312
Dari jumlah anggaran biaya bahan baku tiang listrik beton tahun 2015
yaitu sebesar Rp 24.046.481.484 dan dengan target produksi sebesar
23.430 unit maka dapat diperoleh besarnya biaya bahan baku untuk
perunit produksi adalah sebesar Rp 1.026.312,-
b. Biaya tenaga kerja langsung
Besarnya biaya tenaga kerja langsung perunit dapat dihitung sebagai
berikut :
Biaya tenaga keja langsung = 796.160.000
23.430
= 33.980
Dari jumlah anggaran biaya tenaga kerja langsung tahun 2015 sebesar
Rp 796.160.000 dan dengan target produksi sebesar 23.430 maka dapat
diperoleh besarnya biaya tenaga kerja langsung semi variabel perunit
produksi adalah sebesar Rp 33.980,-
c. Biaya overhead pabrik
Besarnya biaya overhead pabrik perunit dapat dihitung sebagai berikut:
Biaya bahan penolong = 1.800.000.000
23.430
= 76.824
Biaya operasional = 1.320.000.000
98
23.430
= 56.338
Biaya angkut = 3.048.000.000
23.430
= 130.089
Biaya listrik = 1.440.000.000
23.430
= 61.459
Adapun perhitungan perunit pada biaya overhead pabrik semi variabel
ini yang terdiri dari biaya bahan penolong, biaya operasional, biaya
angkut dan biaya listrik yaitu sama halnya dengan perhitungan pada
biaya bahan baku dengan biaya tenaga kerja langsung, dimana anggaran
yang ditetapkan dibagi dengan target produksi.
Dari hasil perhitungan tersebut di atas, maka untuk lebih jelasnya dapat
dilihat melalui tabel berikut ini :
99
Tabel 5.18 Besarnya Biaya Variabel Perunit dan Biaya Tetap dalam Produksi
Tiang Listrik Beton (Menurut Anggaran)
No Jenis Biaya Produksi Biaya
Variabel
Biaya
Tetap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Biaya Bahan Baku Langsung
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik
Biaya Bahan Penolong
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya Operasional
Biaya Angkut
Biaya Listrik
Biaya Pemeliharaan
Biaya umum
1.026.312
33.980
76.824
56.338
130.089
61.459
1.116.000.000
2.916.000.000
912.000.000
Jumlah Biaya Overhead Pabrik 324.710 4.944.000.000
Total Biaya Produksi 1.385.002 4.944.000.000
Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Tbk hasil olahan data, 2016
Berdasarkan data mengenai besarnya biaya variabel perunit dan biaya
tetap dalam produksi tiang listrik beton menurut anggaran sebesar Rp 1.385.002
sedangkan biaya tetap yang dikeluarkan dalam perusahaan produksi tiang listrik
sebesar Rp 4.994.000.000,-
100
D. Analisis Varians Biaya Produksi
Berdasarkan hasil analisis mengenai pelaksanaan penyusunan anggaran
fleksibel dalam produksi tiang listrik beton khususnya pada PT. Wijaya Karya
Beton Tbk maka langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan analisis
varians anggaran biaya produksi. Salah satu tujuan dilakukan analisis varians
anggaran biaya produksi adalah untuk menganalisis selisih anggaran biaya
produksi dengan realisasi biaya produksi.
Adapun analisis varians biaya produksi dapat dilihat melalui perhitungan
berikut ini :
1. Varians Biaya Bahan Baku
Varians biaya bahan baku dapat ditentukan dari masing-masing alat
analisis sebagai berikut :
a. Varians harga PC Wire
SHB = (Hs – Hst) x Ks
SHB = (11.337.000-12.363.000) x 202,56
SHB = 207.826.560 (Favorabel)
b. Varians harga Spiral
SHB = (Hs – Hst) x Ks
SHB = (8.658.000-9.657.000) x 58,8
SHB = 58.741.200 (Favorabel)
c. Varians Harga Kawat Ikat
SHB = (Hs – Hst) x Ks
SHB = (12.741.000-14.108.000) x 13,8372
101
SHB = 18.915.452 (Favorabel)
d. Varians Harga Semen
SHB = (Hs – Hst) x Ks
SHB = (850.000-954.000) x 5.229,12
SHB = 543.828.480 (Favorabel)
e. Varians Harga Pasir
SHB = (Hs – Hst) x Ks
SHB = (83.161.000-94.384.000) x 27,456
SHB = 308.138.688 (Favorabel)
f. Varians Harga Split
SHB = (Hs – Hst) x Ks
SHB = (219.291.000-247.928.000) x 28,656
SHB = 820.621.872 (Favorabel)
g. Varians Harga Addmixture
SHB = (Hs – Hst) x Ks
SHB = (10.835.000-12.147.000) x 39,684
SHB = 52.065.408 (Favorabel)
h. Varians Harga Minyak Cetak
SHB = (Hs – Hst) x Ks
SHB = (7.902.000-8.843.000) x 16,3788
SHB = 15.412.450 (Favorabel)
i. Varians Harga Terminal Grounding
SHB = (Hs – Hst) x Ks
102
SHB = (3.447.000-4.017.000) x 60,00
SHB = 34.200.000 (Favorabel)
j. Varians Harga Besi Pht Grounding
SHB = (Hs – Hst) x Ks
SHB = (7.597.000-8.000.000) x 179,928
SHB = 72.510.984 (Favorabel)
Selisih Kuantitas Bahan Baku
Adapun hasil perhitungan varians kuantitas pemakaian bahan baku
dalam produksi tiang listrik beton dapat dihitung sebagai berikut :
a. PC Wire
Adapun varians kuantitas pemakaian PC Wire dapat dihitung sebagai
berikut:
SKB= (Ks - Kst) x Hst
= (202,56 – 237) x 12.363.000
= 425.781.720 (Favorable)
b. Spiral
Adapun varians kuantitas pemakaian spiral dapat dihitung sebagai
berikut:
SKB= (Ks - Kst) x Hst
= (58,8 – 61,2) x 9.657.000
= 23.176.800 (Favorable)
c. Kawat Ikat
103
Adapun varians kuantitas pemakaian kawat ikat dapat dihitung sebagai
berikut:
SKB= (Ks - Kst) x Hst
= (13,8372 – 21) x 14.108.000
= 101.052.782 (Favorable)
d. Semen
Adapun varians kuantitas pemakaian Semen dapat dihitung sebagai
berikut:
SKB= (Ks - Kst) x Hst
= ( 5.229,12 -6.708) x 954.000
= 1.410.851.520 (Favorable)
e. Pasir
Adapun varians kuantitas pemakaian pasir dapat dihitung sebagai
berikut:
SKB= (Ks - Kst) x Hst
= ( 27,456 – 30, 218) x 94.384.000
= 260.688.608 (Favorable)
f. Split
Adapun varians kuantitas pemakaian Split dapat dihitung sebagai
berikut:
SKB= (Ks - Kst) x Hst
= (28,656 – 32,845) x 247.928.000
= 1.038.570.392 (Favorable)
104
g. Addmixture
Adapun varians kuantitas pemakaian addmixture dapat dihitung
sebagai berikut:
SKB= (Ks - Kst) x Hst
= (39,684 – 45,224) x 12.147.000
=67.294.380 (Favorable)
h. Minyak Cetak
Adapun varians kuantitas pemakaian Minyak Cetak dapat dihitung
sebagai berikut:
SKB= (Ks - Kst) x Hst
= (16,3788 – 22,87) x 8.843.000
= 57.401.681 (Favorable)
i. Terminal Grounding
Adapun varians kuantitas pemakaian terminal grounding dapat
dihitung sebagai berikut:
SKB= (Ks - Kst) x Hst
= (60,00 – 74,00) x 4.017.000
= 56.283.000 (Favorable)
j. Besi Pht Grounding
Adapun varians kuantitas pemakaian Besi Pht Grounding dapat
dihitung sebagai berikut:
SKB= (Ks - Kst) x Hst
= (179,928 – 215,324) x 8.000.000
105
=283.168.000 (Favorable)
2. Varians Biaya Tenaga Kerja Langsung
Adapun varians biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan oleh
perusahaan selama tahun 2015 dapat diperincikan sebagai berikut :
Varians Efisiensi
Besarnya varians efisiensi dalam produksi tiang listrik beton yang
dapat ditentukan sebagai berikut :
SE = ( Js - Jst ) x Tst
SE = (2.400 – 2.496) x 40 orang x 8.000
SE = 30.720.000 (Favorabel)
3. Varians Biaya Overhead Pabrik
Sebelum dilakukan perhitungan varians biaya overhead pabrik, maka
terlebih dahulu akan disajikan perhitungan tarif biaya overhead pabrik
yaitu:
Tarif biaya overhead pabrik variabel = 7.608.000.000 = Rp. 324.711
23.430
Tarif biaya overhead pabrik tetap = 4.944.000.000 = Rp. 211.011
23.430
Total biaya overhead pabrik = Rp. 535.722
Berdasarkan hasil perhitungan varians biaya overhead pabrik,
maka akan disajikan perhitungan selisih biaya overhead pabrik yaitu
sebagai berikut :
a. Selisih Anggaran
106
Menurut data perusahaan bahwa kapasitas produksi normal tiang listrik
sebesar 23.430 unit, sehingga selisih anggaran dapat dihitung sebagai
berikut :
SA = BOPSS – (KN x TTst) + (Kpss x TVst)
SA = 13.008.000.000 – (23.430 x 211.011) + (23.150 x 324.711)
SA = 13.008.000.000 – (4.943.987.730 + 7.517.059.650)
SA = 546.952.620 (Favorable)
b. Selisih Kapasitas
Besarnya selisih kapasitas dalam proses produksi tiang listrik beton
dapat dihitung sebagai berikut :
SK = (KN – KPSS) TTst
SK = (23.430 – 23.150) x 211.011
SK = 59.083.080 (Favorable)
c. Selisih Efisiensi Variabel
Besarnya selisih efisiensi variabel dapat dihitung sebagai berikut :
SEV = (KPSS – KPst) TVst
SEV = (23.150 – 23.430) x 324.711
SEV = 90.919.080 (Unfavorable)
d. Selisih Efisiensi Tetap
Besarnya selisih efisiensi tetap dapat dihitung sebagai berikut :
SET = (KPSS – KPst) TTst
SET = (23.150 – 23.430) x 211.011
SET = 59.083.080 (Unfavorable)
107
Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan varians biaya produksi dapat dilihat
melalui tabel berikut ini :
Tabel 5.19 Hasil Perhitungan Varians Biaya Produksi
Jenis Varians Biaya Varians Biaya Ket
1. Varians Biaya Bahan Baku
2. Varians Biaya Tenaga Kerja Langsung
3. Varians Biaya Overhead Pabrik
5.869.969.398
30.720.000
456.000.000
F
F
UF
Jumlah Varians Biaya Produksi 5.444.689.398 F
Sumber : Hasil olahan data, 2016
Berdasarkan tabel mengenai hasil perhitungan varians biaya produksi,
pada analisis varians terjadi selisih yang favorable dari segi anggaran tetapi tidak
menguntungkan dari target produksinya. Hal ini terjadi karena realisasi lebih kecil
dibanding dengan anggaran yang telah ditetapkan. Seperti pada anggaran biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dapat dilihat mengalami keuntungan
(favorable) meskipun hanya memperoleh keuntungan dengan selisih yang sedikit.
Untuk realisasi pada biaya overhead pabrik ini mengalami kerugian karena lebih
besar dari biaya yang dianggarkan. Hal ini disebabkan karena kurang tepatnya
pengendalian biaya produksi sehingga perlu adanya perbaikan dalam pelaksanaan
anggaran tersebut. Tetapi meskipun mengalami kerugian pada biaya overhead
pabrik biaya produksi tidak mengalami kerugian karena dapat tertutupi dengan
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
E. Manfaat Analisis dan Pengendalian Biaya
1. Manfaat Analisis Biaya
108
Manfaat yang diperoleh dari analisis biaya ini adalah
a. Untuk dapat mengevaluasi penggunaan sumber-sumber ekonomi
agar sumber yang langka tersebut dapat digunakan secara efisien.
b. Untuk dapat mengetahui rincian pengeluaran-pengeluaran
kegiatan produksi sehingga dapat melakukan pengendalian yang
baik
c. Dapat menentukan keputusan strategi harga dan merencanakan
laba
2. Manfaat Pengendalian Biaya
Manfaat yang diperoleh dari pengendalian biaya adalah
a. Untuk dapat menjaga agar biaya produksi yang akan dikeluarkan
tidak melebihi dari anggaran yang telah ditetapkan
b. Untuk dapat mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi dalam suatu perusahaan
c. Untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan
produksi sehingga dapat digunakan secara efektif dan efisien.
109
BAB VI
SIMPULAN & SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan pada PT. Wijaya Karya
Beton Tbk peneliti menarik kesimpulan bahwa :
1. Dalam menyusun anggaran produksi khususnya pada PT. Wijaya Karya
Beton Tbk dengan menggunakan anggaran fleksibel didasari pada tingkat
aktivitas 23.400 unit tetapi yang terjadi (realisasi) sebesar 23.150 unit. Hal ini
dianggap tidak menguntungkan karena realisasi tidak sesuai dengan target,
hal ini disebabkan karena adanya keterlambatan teknis, kerusakan mesin,
pembahasan suplai bahan baku, sehingga mempengaruhi total biaya produksi.
2. Dari hasil analisis varians biaya produksi dalam penyusunan anggaran biaya
bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung mengalami keuntungan
(favorable) meskipun hanya memperoleh keuntungan dengan selisih yang
sedikit. Untuk realisasi pada biaya overhead pabrik ini mengalami kerugian
karena lebih besar dari biaya yang dianggarkan. Hal ini disebabkan karena
kurang tepatnya pengendalian biaya produksi sehingga perlu adanya
perbaikan dalam pelaksanaan anggaran tersebut. Tetapi meskipun mengalami
kerugian pada biaya overhead pabrik biaya produksi tidak mengalami
kerugian karena dapat tertutupi dengan biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung.
110
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan sehubungan dengan hasil
analisis ini adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya perusahaan mengadakan revisi kembali terhadap anggaran yang
telah berjalan pada waktu tertentu yang telah ditentukan untuk menyesuaikan
perubahan-perubahan biaya yang terjadi. Hal ini dilakukan dikarenakan
dalam jangka waktu tertentu perubahan biaya mungkin telah terjadi, sehingga
menyebabkan penetapan anggaran yang telah dilakukan sebelumnya tidak
efektif lagi dan pengendalian biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi menjadi tidak berguna.
2. Sebaiknya perusahaan memisahkan biaya-biaya yang termasuk biaya variabel
dengan biaya tetap. Hal ini dilakukan agar pengendalian biaya dapat
dilakukan lebih efektif dan tepat. Adanya pos-bos biaya yang terdiri dari
biaya variabel dan tetap membuat penilaian atas pengendalian yang telah
dilakukan agak susah untuk dijelaskan atas selisih yang terjadi. Varians yang
terjadi antara anggaran dan realisasinya harus diawasi lebih ketat dan
dianalisis penyebab terjadinya varians ini. Hal ini dilakukan agar kedepannya
meskipun terjadi selisih, masih dalam tingkat wajar. Perusahaan sebaiknya
melakukan terobosan-terobosan terbaru guna meningkatkan efisiensi biaya.
Misalnya, untuk meningkatkan efisiensi biaya terhadap biaya material,
perusahaan bisa melakukan marger atau mengakuisisi perusahaan yang
memproduksi bahan material yang dibutuhkan untuk memproduksi beton. Ini
94
111
merupakan salah satu rekomendasi kebijakan untuk lebih meningkatkan
pengendalian biaya.
112
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Kamaruddin, 2007, Akuntansi Manajemen, Dasar-Dasar Konsep
Biaya Dan Pengambilan Keputusan, edisi revisi, Penerbit : Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Ambarwati Titiek dan M. Jihadi, 2003, Anggaran Perusahaan, edisi pertama,
cetakan pertama, Penerbit : UNM, Press, Malang
Ahmad Dunia Firdaus dan Wasila, 2009, Akuntansi Biaya, edisi kedua, Penerbit:
Salemba Empat, Jakarta
Bustami Bastian, dan Nurlela, 2009, Akuntansi Biaya, Melalui Pendekatan
Manajerial, edisi pertama, Penerbit: Mitra Wacana Media, Jakarta
2010, Akuntansi Biaya, edisi kedua, Penerbit: Mitra Wacana
Media, Jakarta
Garrison, H. Ray; Eric W. Noreen; dan Peter C. Brewer. 2006, Akuntansi
Manajerial, Buku I Edisi kesebelas, Penerbit :Salemba Empat, Jakarta
Hariadi, Bambang, 2002, Akuntansi Manajemen, edisi pertama, cetakan
pertama, Penerbit : BPFE, Yogyakarta
Harnanto dan Zulkifli, 2003. Manajemen Biaya, Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Karyoso, 2005, Manajemen Perencanaan dan Penganggaran, Penerbit : PTIK
PRESS & Restu Agung, Jakarta
Kristanti, Maria, 2008, Anggaran Fleksibel Sebagai Alat Perencanaan dan
Pengendalian Biaya Produksi Pada PT. Indah Cemerlang Malang.
Munawir, S, 2002, Akuntansi Keuangan Dan Manajemen, edisi pertama,
cetakan pertama, Penerbit : BPFE, Yogyakarta
Nafarin, M, 2004, Penganggaran Perusahaan, edisi ketiga, Penerbit :Salemba
Empat, Jakarta.
2007. Penganggaran Perusahaan, Edisi Revisi, Salemba Empat,
Jakarta.
Rahmawati, Anisa, 2006, Penerapan Anggaran Fleksibel Sebagai Alat
Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi Pada PT. Tlogomas
113
Abadi Jaya Engineering Plastik Industri Malang. Tesis Universitas
Muhammadiyah, Malang.
Samryn, L.M. 2001. Akuntansi Manajerial Suatu Pengantar. PT. Raja Grafindo
Persada: Jakarta.
Sugiyono, 2007. Statistika untuk Penelitian, Bandung. Penerbit Alfa Beta
Sunarto, 2004, Akuntansi Biaya, edisi kedua, Penerbit :Amus Yogyakarta
Supriyono, R.A., 2009. Akuntansi Manajemen : Proses Manajemen. Penerbit
:Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, Yogyakarta
Welsch, Glenn A, Ronald W. Hilton, Paul N. Gordon, 2000. Budgeting
:Planning and Profit Control, New Jersey Prentice-Hall Inc.
114
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Anriani, lahir di Bungoro pada tanggal 11 November
1994. Penulis merupakan anak ke enam dari enam
bersaudara, buah kasih sayang dari pasangan Ayahanda
H. Ismail Rasyid dan ibunda Hj. Atting. Penulis
menamatkan pendidikan di SDN 103 Kalosi pada tahun
2006. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan
pendidikan di SMPN 3 Alla dan lulus pada tahun 2009,
dan pada tahun yang sama pula penulis melanjutkan pendidikan di SMK Negeri 1
Enrekang dan lulus pada tahun 2012. Tidak sampai disitu saja, berkat usaha, kerja
keras, obsesi, cita-cita, dan do’a, pada tahun 2012 penulis diterima di Universitas
Muhammadiyah Makassar sebagai Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis program strata satu (S1). Penulis bersyukur atas karunia
Allah SWT, sehingga dapat mengenyam pendidikan yang merupakan bekal untuk
masa depan. Penulis berharap dapat menggunakan ilmu yang diperoleh dengn
sebaik-baiknya dan membahagiakan kedua orang tua serta berusaha menjadi
manusia yang berguna bagi agama, keluarga, masyarakat, dan negara. Amin.
PT WIJAYA KARYA BETON PPB SULAWESI SELATAN
PERHITUNGAN SELISIH EFISIENSI PRODUKSI
PER 31 DESEMBER 2013
NO URAIAN ANGGARAN REALISASI PENYIMPANGAN PRESENTASE
I Biaya Langsung
Material Produksi 13,280,986,000 10,356,540,000 2,924,446,000
Tenaga Kerja Langsung 609,960,000 571,837,500 38,122,500
-
Jumlah Biaya Langsung 13,890,946,000 10,928,377,500 2,962,568,500
-
II Biaya Tak Langsung -
Biaya Overhead Pabrik -
Biaya Bahan Penolong 1,350,000,000 1,100,000,000 250,000,000
Biaya Tenaga Kerja Tidak langsung 920,000,000 907,000,000 13,000,000
Biaya Operasional 1,210,000,000 1,100,000,000 110,000,000
Biaya Angkut 2,417,000,000 2,652,000,000 (235,000,000)
Biaya Listrik 1,120,000,000 1,020,000,000 100,000,000
Biaya Pemeliharaan 1,920,000,000 2,362,000,000 (442,000,000)
Biaya Umum 820,000,000 800,000,000 20,000,000
-
Jumlah Biaya Tak Langsung 9,757,000,000 9,941,000,000 (184,000,000)
Jumlah Biaya Produksi 23,647,946,000 20,869,377,500 2,778,568,500
Makassar 31 Desember 2013
Mengetahui
FREDY DHARMAWAN, ST
WIDE FEBRO AMOR, SE
Manajer
Kasi Keuangan dan Personalia
PT. WIJAYA KARYA BETON
PBB SULAWESI SELATAN
Laporan Evaluasi HPP Produk
Periode Per Desember 2013
No Uraian Satuan Perencanaan Evaluasi
Harsat Volsat Total Harga Harsat Volsat Total Harga
Tiang Listrik Type 11-200
Material
Pc wire Rp/Ton 8,363,000 147 ########## 7,100,000 140 994,000,000
Spiral Rp/Ton 5,657,000 30 169,710,000 4,500,000 27 121,500,000
Kawat ikat Rp/Ton 10,108,000 17 171,836,000 8,760,000 14 122,640,000
Semen Rp/Kg 554,000 3,500 ########## 400,000 3,000 1,200,000,000
Pasir Rp/m3 90,384,000 22 ########## 82,380,000 20 1,647,600,000
Split Rp/m3 240,928,000 27 ########## 209,000,000 26 5,434,000,000
Addmixture Rp/Lt 8,147,000 37 301,439,000 7,200,000 30 216,000,000
Minyak cetak Rp/Lt 5,843,000 16 93,488,000 4,520,000 15 67,800,000
Terminal Rp/Ton 2,017,000 54 108,918,000 1,430,000 50 71,500,000
Besi Rp/Buah 4,000,000 189 756,000,000 2,700,000 175 472,500,000
Material bantu Rp/Ton 1,182,000 15 17,730,000 900,000 10 9,000,000
Total Material ######### ##########
Perhitungan Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung
Bulan Januari s/d Desember 2013
Bulan Jam Kerja Hari Kerja Upah Per Jam Jumlah Tenaga Kerja
Biaya Tenaga Kerja
Langsung
Januari 8 25
7,500
34
51,000,000
Februari 8 24
7,500
34
48,960,000
Maret 8 25
7,500
34
51,000,000
April 8 25
7,500
34
51,000,000
Mei 8 25
7,500
34
51,000,000
Juni 8 25
7,500
34
51,000,000
Juli 8 25
7,500
34
51,000,000
Agustus 8 25
7,500
34
51,000,000
September 8 25
7,500
34
51,000,000
Oktober 8 25
7,500
34
51,000,000
November 8 25
7,500
34
51,000,000
Desember 8 25
7,500
34
51,000,000
Jumlah
609,960,000
Perhitungan Realisasi Biaya Tenaga Kerja Langsung
Bulan Januari s/d Desember 2013
Bulan Jam Kerja Hari Kerja Upah Per Jam Jumlah Tenaga Kerja
Biaya Tenaga Kerja
Langsung
Januari 7.5 25
7,500
34
47,812,500
Februari 7.5 24
7,500
34
45,900,000
Maret 7.5 25
7,500
34
47,812,500
April 7.5 25
7,500
34
47,812,500
Mei 7.5 25
7,500
34
47,812,500
Juni 7.5 25
7,500
34
47,812,500
Juli 7.5 25
7,500
34
47,812,500
Agustus 7.5 25
7,500
34
47,812,500
September 7.5 25
7,500
34
47,812,500
Oktober 7.5 25
7,500
34
47,812,500
November 7.5 25
7,500
34
47,812,500
Desember 7.5 25
7,500
34
47,812,500
Jumlah
571,837,500
PT WIJAYA KARYA BETON
PPB SULAWESI SELATAN
PERHITUNGAN SELISIH EFISIENSI PRODUKSI
PER 31 DESEMBER 2014
NO URAIAN ANGGARAN REALISASI PENYIMPANGAN PRESENTASE
I Biaya Langsung
Material Produksi 18,549,558,000 15,150,305,000 3,399,253,000
Tenaga Kerja Langsung 734,080,000 708,032,000 26,048,000
-
Jumlah Biaya Langsung 19,283,638,000 15,858,337,000 3,425,301,000
-
II Biaya Tak Langsung -
Biaya Overhead Pabrik -
Biaya Bahan Penolong 1,500,000,000 1,300,000,000 200,000,000
Biaya Tenaga Kerja Tidak langsung 980,000,000 968,000,000 12,000,000
Biaya Operasional 1,250,000,000 1,300,000,000 (50,000,000)
Biaya Angkut 2,745,000,000 2,510,000,000 235,000,000
Biaya Listrik 1,240,000,000 1,250,000,000 (10,000,000)
Biaya Pemeliharaan 2,400,000,000 2,524,000,000 (124,000,000)
Biaya Umum 850,000,000 873,000,000 (23,000,000)
-
Jumlah Biaya Tak Langsung 10,965,000,000 10,725,000,000 240,000,000
Jumlah Biaya Produksi 30,248,638,000 26,583,337,000 3,665,301,000
Makassar 31 Desember 2014
Mengetahui
FREDY DHARMAWAN, ST
WIDE FEBRO AMOR, SE
Manajer
Kasi Keuangan dan Personalia
PT. WIJAYA KARYA BETON
PBB SULAWESI SELATAN
Laporan Evaluasi HPP Produk
Periode Per Desember 2014
No Uraian Satuan Perencanaan Evaluasi
Harsat Volsat Total Harga Harsat Volsat Total Harga
Tiang Listrik Type 11-200
Material
Pc wire Rp/Ton 10,245,000 210 ########## 9,530,000 198 1,886,940,000
Spiral Rp/Ton 7,254,000 53 384,462,000 6,178,000 50 308,900,000
Kawat ikat Rp/Ton 12,155,000 19 230,945,000 10,150,000 16 162,400,000
Semen Rp/Kg 743,000 5,200 ########## 620,000 4,950 3,069,000,000
Pasir Rp/m3 92,215,000 28 ########## 90,215,000 25 2,255,375,000
Split Rp/m3 242,000,000 30 ########## 202,000,000 28 5,656,000,000
Addmixture Rp/Lt 10,174,000 41 417,134,000 9,100,000 36 327,600,000
Minyak cetak Rp/Lt 7,650,000 19 145,350,000 6,320,000 17 107,440,000
Terminal Rp/Ton 3,719,000 63 234,297,000 5,125,000 58 297,250,000
Besi Rp/Buah 6,200,000 198 ########## 5,700,000 182 1,037,400,000
Material bantu Rp/Ton 3,100,000 17 52,700,000 2,800,000 15 42,000,000
Total Material ######### ##########
Perhitungan Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung
Bulan Januari s/d Desember 2014
Bulan
Jam Kerja
Hari Kerja
Upah Per Jam Jumlah Tenaga Kerja Biaya Tenaga Kerja
Langsung
Januari 8 26 8,000 37 61,568,000
Februari 8 24 8,000 37 56,832,000
Maret 8 26 8,000 37 61,568,000
April 8 26 8,000 37 61,568,000
Mei 8 26 8,000 37 61,568,000
Juni 8 26 8,000 37 61,568,000
Juli 8 26 8,000 37 61,568,000
Agustus 8 26 8,000 37 61,568,000
September 8 26 8,000 37 61,568,000
Oktober 8 26 8,000 37 61,568,000
November 8 26 8,000 37 61,568,000
Desember 8 26 8,000 37 61,568,000
Jumlah 734,080,000
Perhitungan Realisasi Biaya Tenaga Kerja Langsung
Bulan Januari s/d Desember 2014
Bulan
Jam Kerja
Hari Kerja
Upah Per Jam Jumlah Tenaga Kerja Biaya Tenaga Kerja
Langsung
Januari 8 25 8,000 37 59,200,000
Februari 8 24 8,000 37 56,832,000
Maret 8 25 8,000 37 59,200,000
April 8 25 8,000 37 59,200,000
Mei 8 25 8,000 37 59,200,000
Juni 8 25 8,000 37 59,200,000
Juli 8 25 8,000 37 59,200,000
Agustus 8 25 8,000 37 59,200,000
September 8 25 8,000 37 59,200,000
Oktober 8 25 8,000 37 59,200,000
November 8 25 8,000 37 59,200,000
Desember 8 25 8,000 37 59,200,000
Jumlah 708,032,000
PT WIJAYA KARYA BETON
PPB SULAWESI SELATAN
PERHITUNGAN SELISIH EFISIENSI PRODUKSI
PER 31 DESEMBER 2015
NO URAIAN ANGGARAN REALISASI PENYIMPANGAN PRESENTASE
I Biaya Langsung
Material Produksi 24,046,481,484 18,176,512,086 5,869,969,398
Tenaga Kerja Langsung 796,160,000 765,440,000 30,720,000
-
Jumlah Biaya Langsung 24,842,641,484 18,941,952,086 5,900,689,398
-
II Biaya Tak Langsung -
Biaya Overhead Pabrik -
Biaya Bahan Penolong 1,800,000,000 1,980,000,000 (180,000,000)
Biaya Tenaga Kerja Tidak langsung 1,116,000,000 1,068,000,000 48,000,000
Biaya Operasional 1,320,000,000 1,500,000,000 (180,000,000)
Biaya Angkut 3,048,000,000 3,204,000,000 (156,000,000)
Biaya Listrik 1,440,000,000 1,596,000,000 (156,000,000)
Biaya Pemeliharaan 2,916,000,000 2,676,000,000 240,000,000
Biaya Umum 912,000,000 984,000,000 (72,000,000)
-
Jumlah Biaya Tak Langsung 12,552,000,000 13,008,000,000 (456,000,000)
Jumlah Biaya Produksi 37,394,641,484 31,949,952,086 5,444,689,398
Makassar 31 Desember 2015
Mengetahui
FREDY DHARMAWAN, ST
WIDE FEBRO AMOR, SE
Manajer
Kasi Keuangan dan Personalia
PT. WIJAYA KARYA BETON
PBB SULAWESI SELATAN
Laporan Evaluasi HPP Produk
Periode Per Desember 2015
No Uraian Satuan Perencanaan Evaluasi
Harsat Volsat Total Harga Harsat Volsat Total Harga
Tiang Listrik Type 11-200
Material
Pc wire Rp/Ton 12,363,000 237 ########## 11,337,000 202.56 2,296,422,720
Spiral Rp/Ton 9,657,000 61.2 591,008,400 8,658,000 58.8 509,090,400
Kawat ikat Rp/Ton 14,108,000 21 296,268,000 12,741,000 13.8372 176,299,765
Semen Rp/Kg 954,000 6708 ########## 850,000 5229.12 4,444,752,000
Pasir Rp/m3 94,384,000 30.218 ########## 83,161,000 27.456 2,283,268,416
Split Rp/m3 247,928,000 32.845 ########## 219,291,000 28.656 6,284,002,896
Addmixture Rp/Lt 12,147,000 45.224 549,335,928 10,835,000 39.684 429,976,140
Minyak cetak Rp/Lt 8,843,000 22.87 202,239,410 7,902,000 16.3788 129,425,278
Terminal Rp/Ton 4,017,000 74 297,258,000 3,447,000 60.000 208,620,000
Besi Rp/Buah 8,000,000 215.324 ########## 7,597,000 179.928 1,366,913,016
Material bantu Rp/Ton 3,182,000 19.807 63,025,874 3,182,000 15.0036 47,741,455
Total Material ######### ##########
Perhitungan Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung
Bulan Januari s/d Desember 2015
Bulan
Jam Kerja
Hari Kerja
Upah Per Jam Jumlah Tenaga Kerja Biaya Tenaga Kerja
Langsung
Januari 8 26
8,000
40
66,560,000
Februari 8 25
8,000
40
64,000,000
Maret 8 26
8,000
40
66,560,000
April 8 26
8,000
40
66,560,000
Mei 8 26
8,000
40
66,560,000
Juni 8 26
8,000
40
66,560,000
Juli 8 26
8,000
40
66,560,000
Agustus 8 26
8,000
40
66,560,000
September 8 26
8,000
40
66,560,000
Oktober 8 26
8,000
40
66,560,000
November 8 26
8,000
40
66,560,000
Desember 8 26
8,000
40
66,560,000
Jumlah
796,160,000
Perhitungan Realisasi Biaya Tenaga Kerja Langsung
Bulan Januari s/d Desember 2015
Bulan
Jam Kerja
Hari Kerja
Upah Per Jam Jumlah Tenaga Kerja Biaya Tenaga Kerja
Langsung
Januari 8 25
8,000
40
64,000,000
Februari 8 24
8,000
40
61,440,000
Maret 8 25
8,000
40
64,000,000
April 8 25
8,000
40
64,000,000
Mei 8 25
8,000
40
64,000,000
Juni 8 25
8,000
40
64,000,000
Juli 8 25
8,000
40
64,000,000
Agustus 8 25
8,000
40
64,000,000
September 8 25
8,000
40
64,000,000
Oktober 8 25
8,000
40
64,000,000
November 8 25
8,000
40
64,000,000
Desember 8 25
8,000
40
64,000,000
Jumlah
765,440,000
Recommended