View
38
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Panduan PengembanganKurikulum PTKIMengacu pada KKNIdan SN-Dikti
Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan IslamDirektorat Jenderal Pendidikan IslamKementerian Agama RepublikIndonesia
i
KATA PENGANTARDIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah Swt. Shalawat dan salamsemoga dilimpahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw. Dengan ucapansyukur kepada-Nya, Panduan Pengembangan Kurikulum PTKI DirektoratPendidikan Tinggi Keagamaan Islam rampung tersusun.
Panduan ini berisi tentang berbagai ketentuan penyusunan kurikulumyang dapat dijadikan pedoman dalam rangka menyusun kurikulum programstudi di lingkungan PTKI di bawah naungan Kementerian Agama RI. Tahapanpenyusunan kurikulum yang dimaksud, mulai dari tahapan merancangkurikulum, proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran serta penetapankelulusan dengan memperhatikan Peraturan Presiden Republik IndonesiaNomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia danPeraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik IndonesiaNomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Adapunpenetapan kelulusan mahasiswa memperhatikan Peraturan Menteri Agama RINomor 1 tahun 2016 tentang Ijazah, Transkrip Akademik, dan SuratKeterangan Pendamping Ijazah.
Ucapan terimakasih dan penghargaan disampaikan kepada tim penulisbuku panduan ini dan semua pihak atas dedikasinya dalam penulisan naskahbuku panduan ini. Panduan ini masih jauh dari kesempurnaan. Berbagai pihakdapat berkontribusi untuk memberikan saran, masukan, dan koreksi bagipenyempurnaannya. Semoga buku panduan ini bermanfaat bagi semua pihakterutama pengelola PTKI dalam rangka mewujudkan pembelajaran yangbermutu di PTKI serta memenuhi Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
Jakarta, Mei 2018
Direktur JenderalPendidikan Islam
Ttd
Prof. Dr. Phil. Kamarudin Amin, MANIP. 196901051996031003
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................. iDaftar Isi ......................................................................................................... iiDaftar Tabel Bagan dan Gambar ............................................................... ii
BAB I PENDAHULUANA. Dasar Pemikiran ........................................................................ 1B. Dasar Hukum............................................................................. 4C. Tujuan dan Sasaran ................................................................... 4
BAB II TAHAPAN PENYUSUNAN KURIKULUMA. Tahapan Penyusunan Kurikulum .......................................... 6B. Penetapan Profil Lulusan ......................................................... 7C. Penetapan Capaian Pembelajaran (CP) .................................. 10D. Penetapan Bahan Kajian .......................................................... 17E. Penentuan Mata Kuliah ........................................................... 25F. Penetapan Besaran Sistem Kredit Semester (SKS) Mata
Kuliah ......................................................................................... 26G. Penyusunan Struktur Kurikulum........................................... 29H. Sistematika Penyusunan Kurikulum ..................................... 32
BAB III DESKRIPSI RINCI CAPAIAN PEMBELAJARANA. Capaian Pembelajaran Lulusan Program Sarjana ................ 34B. Capaian Pembelajaran Lulusan Program Profesi ................. 35C. Capaian Pembelajaran Lulusan Program Magister.............. 36D. Capaian Pembelajaran Lulusan Program Doktor................. 38
BAB IV TAHAP PEMBELAJARANA. Penyusunan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) ........... 40B. Proses Pembelajaran.................................................................. 44C. Penilaian...................................................................................... 48
BAB V TAHAP EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN .......... 52BAB VI PELAPORAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA ............ 53BAB VII PENUTUP .................................................................................... 54
DAFTAR RUJUKAN ................................................................................... 55
iii
DAFTAR TABEL, BAGAN, DAN GAMBAR
TABELTabel 1 Contoh Rumusan Profil Lulusan ................................................. 7Tabel 2 Profil dan Deskripsi Profil Lulusan S1 PAI .................................. 8Tabel 3 Rujukan Capaian Pembelajaran .................................................. 10Tabel 4 Contoh Rumusan CP Unsur Pengetahuan Prodi PAI .............. 11Tabel 5 Keterkaitan Capaian Pembelajaran dengan Struktur
Keilmuan Prodi PAI .................................................................... 19Tabel 6 Contoh Bahan Kajian Unsur Sikap.............................................. 23Tabel 7 Penentuan Bahan Kajian dan Bobotnya ..................................... 23Tabel 8 Penamaan Mata Kuliah berdasarkan Pengelompokkan
Bahan Kajian .................................................................................. 25Tabel 9 Jumlah SKS Minimum Setiap Jenjang ........................................ 26Tabel 10 Perhitungan SKS Mata Kuliah ..................................................... 27Tabel 11 Ketentuan SKS................................................................................ 28Tabel 12 Urutan Mata Kuliah ..................................................................... 29Tabel 13 Struktur Mata Kuliah Setiap Semester ...................................... 30Tabel 14 Contoh Penyajian Struktur Mata Kuliah dengan Cara Seri ... 31Tabel 15 Contoh Penyajian Struktur Mata Kuliah dengan Cara Paralel 32Tabel 16 Sistematika Dokumen Kurikulum ............................................. 32Tabel 17 Komponen Rencana Pembelajaran Semester ............................ 40Tabel 18 Penjelasan Setiap Komponen RPS .............................................. 41Tabel 19 Format Rancangan Tugas Mahasiswa ........................................ 43Tabel 20 Penjelasan Format Tugas Mahasiswa ......................................... 43Tabel 21 Ragam Pembelajaran SCL ............................................................ 46Tabel 22 Prinsip-Prinsip Penilaian ............................................................. 48Tabel 23 Kelulusan Mahasiswa Program Sarjana, Profesi, Magister, dan
Doktor ............................................................................................ 50
BAGANBagan 1 Tahapan Penyusunan Kurikulum Program Studi .................... 6Bagan 2 Penetapan Profil Lulusan .............................................................. 9Bagan 3 CP dan Bahan Kajian ..................................................................... 24
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Dasar PemikiranIkhtiar mewujudkan pendidikan tinggi yang mampu melahirkan
lulusan yang memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang sesuaidengan harapan masyarakat dan dunia kerja terus diupayakan. LahirnyaPeraturan Presiden Nomor 08 Tahun 2012 tentang Kerangka KualifikasiNasional Indonesia berupaya mendekatkan dunia pendidikan denganpelatihan kerja dan pengalaman kerja. Dengan kata lain, lulusan pendidikantinggi setidaknya memiliki capaian pembelajaran sebagaimana capaiankompetensi yang dimiliki seseorang yang mengikuti pelatihan kerja ataupengalaman kerja. Karena itu, tujuan dari Peraturan Presiden tersebut adalahmenyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidangpendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangkapemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan diberbagai sektor.
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonseia, selanjutnya disebut KKNI,disusun sebagai respons dari ratifikasi Indonesia tahun 2007 terhadapkonvensi UNESCO tentang pengakuan pendidikan diploma dan pendidikantinggi (the International Convention on the Recognition of Studies, Diplomas andDegrees in Higher Education in Asia and the Pasific) yang disahkan padatanggal 16 Desember 1983 dan diperbaharui tanggal 30 Januari 2008. KKNItersebut berguna untuk melakukan penilaian kesetaraan capaianpembelajaran serta kualifikasi tenaga kerja baik yang akan belajar ataubekerja di Indonesia ataupun ke luar negeri. Dengan kata lain, KKNI menjadiacuan mutu pendidikan Indonesia ketika disandingkan dengan pendidikanbangsa lain. Lulusan pendidikan tinggi Indonesia dapat disejajarkan denganlulusan pendidikan di luar negeri melalui skema KKNI. Di lain pihak, lulusanluar negeri yang akan masuk ke Indonesia dapat pula disejajarkan capaianpembelajarannya dengan KKNI yang dimiliki Indonesia.
Posisi KKNI menjadi penting seiring dengan perkembangan teknologidan pergerakan manusia. Kesepakatan pasar bebas di wilayah Asia Tenggaratelah memungkinkan pergerakan tenaga kerja lintas negara. Karenanya,penyetaraan capaian pembelajaran di antara negara anggota ASEAN menjadisangat penting. Selain itu, revolusi industri 4.0 merupakan tantangan bagiperguruan tinggi. Lulusan perguruan tinggi diharapkan memiliki kesiapanuntuk menghadapi era di mana teknologi dan kecerdasan artifisial dapatmenggantikan peran-peran manusia.
Di sisi lain, perubahan Institut Agama Islam Negeri menjadi UniversitasIslam Negeri di berbagai tempat menyisakan tugas perguruan tinggikeagamaan Islam untuk menyelesaikan konsep dan penerapan integrasi ilmu
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
2
agama dan ilmu pengetahuan. Integrasi tersebut merupakan distingsi utamaantara perguruan tinggi agama dengan perguruan tinggi umum.
Terkait dengan kondisi tersebut, implementasi KKNI dalampengembangan kurikulum PTKI menjadi suatu keniscayaan dengan tetapmemperhatikan aspek kekhususan dari PTKI. Dengan begitu, lulusan PTKIdiharapkan dapat memenuhi tuntutan pasar kerja dan kebutuhanstakeholders lainnya dan dapat berkiprah dalam kehidupan sosialkemasyarakatan dan pergaulan internasional dengan menunjukkan karaktersebagai professional muslim. Lulusan PTKI juga dapat disejajarkan denganlulusan lain baik tingkat nasional ataupun internasional.
Dengan adanya KKNI, rumusan kemampuan dinyatakan dalam istilah“capaian pembelajaran” (learning outcomes). Kemampuan tersebut tercakup didalamnya atau merupakan bagian dari capaian pembelajaran (CP).Penggunaan istilah kompetensi yang digunakan dalam pendidikan tinggiselama ini setara dengan capaian pembelajaran yang digunakan dalam KKNI.Akan tetapi, karena di dunia kerja penggunaan istilah kompetensi diartikansebagai kemampuan yang sifatnya lebih terbatas, terutama yang terkaitdengan uji kompetensi dan sertifikat kompetensi, maka selanjutnya dalamkurikulum pernyataan “kemampuan lulusan” digunakan istilah capaianpembelajaran. Di samping hal tersebut, di dalam kerangka kualifikasi didunia internasional, untuk mendeskripsikan kemampuan setiap jenjangkualifikasi digunakan istilah “learning outcomes”.
Gambar 1Aspek Capaian Pembelajaran Menurut KKNI dan SNPT
Keterangan: Aspek capaian pembelajaran dalam KKNI meliputi sikapdan tata nilai, kemampuan kerja, penguasaan pengetahuan,kewenangan dan tanggung jawab. Adapun capaian pembelajaranmenurut SNPT meliputi sikap, pengetahuan, keterampilan umum, danketerampilan khusus.
1 2 3 4 5 67 8 9
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
3
Dalam kerangka pengembangan kurikulum pada perguruan tinggikhususnya Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), tujuan pengembangankurikulum dengan mengacu pada KKNI dan Standar Nasional PendidikanTinggi (SNPT) adalah:1. Mendorong operasionalisasi visi, misi, dan tujuan ke dalam muatan
dan struktur kurikulum serta pengalaman belajar bagi mahasiswa untukmencapai peningkatan mutu dan aksesibilitas lulusan ke pasarkerja nasional dan internasional;
2. Membangun proses pengakuan yang akuntabel dan transparanterhadap capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikanformal, nonformal, informal, pelatihan atau pengalaman kerja yangdiakui oleh dunia kerja secara nasional dan/atau internasional;
3. Meningkatkan kontribusi capaian pembelajaran yang diperoleh melaluipendidikan formal, nonformal, informal, pelatihan atau pengalaman kerjadalam pertumbuhan ekonomi nasional;
4. Mendorong perpindahan mahasiswa, dan tenaga kerja antara negaraberbasis pada kesetaraan kualifikasi.
5. Menetapkan kualifikasi capaian pembelajaran yang diperoleh melaluipendidikan formal, nonformal, informal, pelatihan atau pengalamankerja;
6. Menetapkan skema pengakuan kualifikasi capaian pembelajaran yangdiperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, informal, pelatihan ataupengalaman kerja;
7. Menyetarakan kualifikasi antara capaian pembelajaran yang diperolehmelalui pendidikan formal, nonformal, informal, pelatihan ataupengalaman kerja;
8. Mengembangkan metode dan sistem pengakuan kualifikasi sumberdayamanusia dari negara lain yang akan bekerja di Indonesia dalam bidangilmu keislmanan;
9. Memperoleh korelasi positif antara mutu luaran, capaian pembelajarandan proses pendidikan;
10. Mendorong penyesuaian capaian pembelajaran dan penyetaraanmutu lulusan pada tingkat kualifikasi yang sama dalam skala nasionaldan internasional;
11. Menjadi pedoman pokok bagi dalam mengembangkan mekanismepengakuan terhadap hasil pembelajaran yang sudah dimiliki (recognitionof prior learning) atau kekayaan pengalaman yang dimiliki seseorang;
12. Menjadi jembatan saling pengertian antara perguruan tinggi danpengguna lulusan sehingga secara berkelanjutan membangun kapasitasdan meningkatkan daya saing bangsa terutama dalam sektorsumberdaya manusia;
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
4
13. Memberi panduan bagi pengguna lulusan untuk melakukanpenyesuaian kemampuan atau kualifikasi dalam mengembangkanprogram-program belajar sepanjang hayat (life long learning programs);
14. Menjamin terjadinya peningkatan aksesibilitas sumberdaya manusiaIndonesia ke pasar kerja nasional dan internasional;
15. Memperoleh pengakuan negara-negara lain baik secara bilateral, regionalmaupun internasional tanpa meninggalkan ciri dan kepribadian bangsaIndonesia;
16. Memfasilitasi pengembangan mekanisme mobilitas akademik untukmeningkatkan saling pengertian dan solidaritas dan kerjasamapendidikan tinggi antar negara di dunia.
Dengan demikian, dalam rangka implementasi KKNI dipandang perluuntuk dibuatkan pedoman penyusunan kurikulum mengacu pada KKNI danSNPT. Pedoman ini diharapkan melahirkan kesamaan pola dan langkahdalam penyusunan kurikulum program studi di lingkungan PTKI.
B. Dasar Hukum1. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional;2. Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi;3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 Tentang
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia;4. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional PendidikanTinggi;
5. Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2016 tentang Ijazah, TranskipAkademik, dan Surat Keterangan Pendamping Ijazah Perguruan TinggiKeagamaan
6. Permenristek Dikti Nomor 55 Tahun 2017 tentang Standar PendidikanGuru.
7. Peraturan Direktur Jenderal Nomor 2500 Tahun 2018 Tentang StandarKompetensi Lulusan dan Capaian Pembelajaran Program Studi JendangSarjana Pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam dan Fakultas AgamaIslam Pada Perguruan Tinggi.
C. Tujuan dan Sasaran1. TujuanTujuan panduan ini adalah:
a. Acuan penyusunan kurikulum di setiap program studi di lingkunganPTKI.
b. Acuan pengendalian, pengawasan, dan penjaminan mutu terhadapimplementasi kurikulum di setiap program studi di lingkungan PTKI.
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
5
2. Sasarana. Rektor/Ketua yang selanjutnya akan menetapkan kebijakan
pengembangan kurikulum pada PTKI.b. Dekan/Direktur Pascasarjana/Ketua Jurusan yang selanjutnya
menetapkan kebijakan pengembangan kurikulum di lingkunganfakultas/jurusan/program pascasarjana.
c. Ketua Program Studi untuk menyusun dan mengembangkankurikulum sesuai dengan program studinya.
d. Dosen untuk mengembangkan perencanaan, proses, dan penilaianpembelajaran yang sejalan dengan CP lulusan yang telah ditetapkan.
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
6
BAB IITAHAPAN PENYUSUNAN KURIKULUM
A. Tahapan Penyusunan KurikulumKurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
capaian pembelajaran lulusan, bahan kajian, proses, dan penilaian yangdigunakan sebagai pedoman penyelenggaraan program studi. Tahapan yangdilakukan oleh pengelola program studi dalam menyusun danmengembangkan kurikulum adalah sebagai berikut:1. Penetapan Profil Lulusan2. Penetapan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL)3. Penetapan Bahan Kajian4. Penentuan Mata Kuliah5. Penetapan Besaran SKS Mata Kuliah6. Penyusunan Struktur Kurikulum7. Proses Pembelajaran8. Penilaian9. Penyusunan Rencana Pembelajaran Semester
Bagan 1Tahapan Penyusunan Kurikulum Program Studi
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
7
PTKI dapat mengembangkan kurikulum dengan memperhatikan corevalues yang menjadi paradigma keilmuan PTKI, visi, misi, dan tujuan. Corevalues tersebut tergambar pada deskripsi profil lulusan.
Pengembangan kurikulum tersebut dapat dimulai dengan analisisSWOT, penetapan visi keilmuan Program Studi yang mendukung visi dan misiperguruan tinggi, melakukan analisis kebutuhan, serta mempertimbangkanmasukan pemangku kepentingan dan asosiasi profesi/keilmuan. Rumusancapaian pembelajaran lulusan yang dihasilkan dari analisis profil lulusanharus memenuhi ketentuan yang tercantum dalam SNPT dan KKNI.
B. Penetapan Profil LulusanPenetapan profil lulusan merupakan rumusan peran yang dapat
dilakukan oleh lulusan program studi berdasarkan bidang keahlian ataukesesuaiannya dengan bidang kerja tertentu setelah menyelesaikan studinya.Profil dapat ditetapkan berdasarkan hasil kajian terhadap kebutuhan pasarkerja yang dibutuhkan pemerintah dan dunia usaha serta industri, jugakebutuhan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Profiltersebut disusun bersama oleh program studi sejenis sehingga disepakatisebagai rumusan profil yang berlaku secara nasional. Dalam rumusan profiltersebut termuat peran-peran yang memerlukan “kemampuan” yang harusdimiliki.
Profil lulusan menjadi pembeda suatu program studi dengan programstudi lainnya. Profil lulusan dinyatakan dengan kata benda yang menunjukanperan dan fungsi lulusan setelah lulus dari suatu program studi, bukanjabatan ataupun jenis pekerjaan. Namun demikian, dengan mengidentifikasijenis pekerjaan dan jabatan, penentuan profil lulusan dapat dilakukandengan mudah. Program studi dapat menambahkan profil lulusan sebagaipenciri PTKI sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkannya, misalnyailmuwan muslim dan problem solver, dan sebagainya. Profil tersebut tidakboleh keluar dari bidang keilmuan/keahlian program studi. Contoh: ProgramStudi Hukum Ekonomi Syariah tidak boleh memiliki profil lulusan sebagaiguru PAI walaupun dalam kenyataan lulusan Program Studi tersebut adayang menjadi guru.
-Tabel 1
Contoh Rumusan Profil Lulusan
Contoh Profil yang Benar Contoh Profil yang Salah
Komunikator Anggota DPR
Pengelola projek Pemasaran
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
8
Manajer Birokrat
Konsultan sekolah Pegawai Negeri
Peneliti Staf HRD
Pendidik Guru PAI
Penyuluh Mandor
Kurator Ketua, bendahara, sekretaris
Analis Ekonomi Syari’ah,Kebijakan Fiskal dan Moneter
Teller Bank
Penyusunan Profil Lulusan dapat mengikuti langkah-langkah berikut:1. Melakukan studi pelacakan (tracer study) kepada pengguna potensial yang
sesuai dengan bidang studi, salah satunya dengan mengajukanpertanyaan berikut: berperan sebagai apa sajakah lulusan program studitertentu? Jawaban dari pertanyaan ini menunjukkan “sinyal kebutuhanpasar” atau market signal.
2. Mengidentifikasi peran lulusan berdasarkan tujuan diselenggarakannyaprogram studi sesuai dengan visi dan misi.
3. Membuat kesepakatan antar program studi yang sama sehingga adapenciri umum program studi.
Berikut adalah contoh rumusan profil lulusan dan deskripsinya: “Profil utamalulusan Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah sebagai pendidikmata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada sekolah/madrasah (SD/MI,SMP/MTs, SMA/MA/SMK/MAK), peneliti, dan pengembang bahan ajar PAI yangberkepribadian baik, berpengetahuan luas dan mutakhir di bidangnya sertamampu melaksanakan tugas dan bertanggung jawab berlandaskan ajaran danetika keislaman, keilmuan dan keahlian”. Penjabaran dari profil tersebut dapatdilihat pada tabel berikut:
Tabel 2Profil dan Deskripsi Profil Lulusan S1 PAI
No Profil Lulusan Deskripsi Profil Lulusan1 Pendidik/Praktisi
PendidikanSarjana pendidikan yang memiliki kemampuankerja, penguasaan pengetahuan, kemampuanmanajerial dan tanggung jawab sebagaipendidik dalam bidang mata pelajaranPendidikan Agama Islam pada sekolah (SD,SMP, SMA/SMK) dan rumpun bidang matapelajaran Pendidikan Agama Islam di
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
9
madrasah (MI, MTs, MA/MAK) yangberkepribadian baik, berpengetahuan luas danmutakhir di bidangnya serta mampumelaksanakan tugas dan bertanggung jawabberlandaskan ajaran dan etika keislaman,keilmuan dan keahlian
2 Asisten PenelitiPendidikan
Sarjana pendidikan yang memiliki kemampuankerja, penguasaan pengetahuan, kemampuanmanajerial dan tanggung jawab sebagai asistenpeneliti dalam bidang Pendidikan Agama Islamyang berkepribadian baik, berpengetahuan luasdan mutakhir di bidangnya serta mampumelaksanakan tugas dan bertanggung jawabberlandaskan ajaran dan etika keislaman,keilmuan dan keahlian.
3 Pengembang BahanAjar
Sarjana pendidikan yang memiliki kemampuankerja, penguasaan pengetahuan, kemampuanmanajerial dan tanggung jawab sebagaipengembang bahan ajar dalam bidangPendidikan Agama Islam padasekolah/madrasah (SD/MI, SMP/MTs,SMA/MA/SMK/MAK) yang berkepribadianbaik, berpengetahuan luas dan mutakhir dibidangnya serta mampu melaksanakan tugasdan bertanggung jawab berlandaskan ajarandan etika keislaman, keilmuan dan keahlian.
Penentuan kemampuan profil lulusan dapat melibatkan pemangkukepentingan untuk memberikan kontribusi sehingga diperoleh konvergensidan konektivitas antara institusi pendidikan dengan pemangku kepentingansebagai pengguna lulusan. Pelibatan tersebut berfungsi juga untuk menjaminmutu lulusan. Penetapan kemampuan lulusan harus mencakup empat unsuryang dijadikan sebagai capaian pembelajaran lulusan (CPL), yakni unsursikap, pengetahuan, keterampilan umum, dan keterampilan khusus.
Kaitan antara profil lulusan dengan capaian pembelajaran dapatdilihat pada diagram di bawah ini:
Bagan 2Penetapan Profil Lulusan
Profil Lulusan
Capaian PembelajaranLulusan
Peran lulusan program studi atau fungsinya dimasyarakat setelah lulus
Kemampuan sesuai dengan profil lulusan, (sesuaiKKNI, SNPT, Visi dan Misi PTKI)
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
10
C. Penetapan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL)Tahapan penetapan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) wajib
merujuk kepada jenjang kualifikasi KKNI, terutama yang berkaitan denganunsur keterampilan khusus (kemampuan kerja) dan penguasaanpengetahuan dan merujuk pada SNPT yang berkaitan dengan rumusan sikapdan keterampilan umum. Rumusan dalam KKNI dan SNPT merupakanstandar minimal. Program studi dapat menambahkan rumusan kemampuanuntuk memberi ciri lulusan perguruan tingginya. Deskripsi CP yangditetapkan oleh gabungan program studi dapat diusulkan kepada DirektoratJenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama dan ditetapkan sebagairujukan Program Studi sejenis. Deskripsi tersebut sebagai kriteria minimalcapaian pembelajaran lulusan pada lingkungan PTKI.
Berikut ini adalah rujukan dalam merumuskan Capaian PembelajaranLulusan Program Studi:
Tabel 3Rujukan Capaian Pembelajaran Lulusan
No Unsur Rujukan Keterangan1 Sikap Sesuai dengan SNPT Lihat Lampiran SNPT
pada PermenristekdiktiNomor 44 Tahun 2015
2 KeterampilanUmum
Sesuai dengan SNPT Lihat Lampiran SNPTpada PermenristekdiktiNomor 44 Tahun 2015
3 KeterampilanKhusus
Sesuai dengan levelKKNI dalammerumuskanketerampilan khusus
Merujuk padaLampiran PerpresNomor 8 Tahun 2012
4 Pengetahuan Sesuai dengan level KKNI Merujuk padaLampiran PerpresNomor 8 Tahun 2012
Keterangan: Penetapan Profil Lulusan dan Capaian Pembelajaran Lulusanmerujuk pada Peraturan Direktur Jenderal Nomor 2500 Tahun 2018 TentangStandar Kompetensi Lulusan dan Capaian Pembelajaran Program StudiJendang Sarjana Pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam dan FakultasAgama Islam Pada Perguruan Tinggi.
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:1. Deskripsi CP unsur Sikap dan Keterampilan Umum diambil dari dari SNPT
bagian lampiran sesuai dengan jenjang program studi. Deskripsi yangtertera pada lampiran tersebut merupakan standar minimal dan dapat
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
11
dikembangkan maupun ditambah dengan deskripsi capaian penciri PTKIdan Program Studi (termasuk unsur hak dan tanggung jawab).
2. Unsur keterampilan khusus dan pengetahuan dapat merujuk padadeskripsi KKNI unsur kemampuan dan pengetahuan sesuai denganjenjangnya dan dapat ditambah penciri PTKI serta Program Studi.Contohnya Jenjang S1 sesuai dengan jenjang 6 KKNI, untuk jenjangS2 sesuai dengan jenjang 8 KKNI dan S3 sesuai dengan jenjang 9 KKNI.
3. Untuk Program Studi pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, dalammerumuskan CPL, selain merujuk pada ketentuan di atas, juga dapatmengacu pada Permenristekdikti Nomor 55 Tahun 2017 tentang StandarPendidikan Guru.
CPL yang dirumuskan harus jelas, dapat diamati, diukur dan dicapaidalam proses pembelajaran, serta dapat didemonstrasikan dan dinilaipencapaiannya. Perumusan CPL yang baik dapat dipandu dengan jawabanatas pertanyaan-pertanyaan diagnostik sebagai berikut:1) Apakah CPLdirumuskan sudah berdasarkan SNPT, khususnya bagian sikap danketerampilan umum?; 2) Apakah CPL dirumuskan sudah berdasarkan levelKKNI khususnya bagian keterampilan khusus dan pengetahuan?; 3) ApakahCPL menggambarkan visi, misi perguruan tinggi, fakultas, atau programstudi?; 4) Apakah CPL dirumuskan berdasarkan profil lulusan?; 5) Apakahprofil lulusan sudah sesuai dengan kebutuhan bidang kerja atau pemangkukepentingan?; 6) Apakah CPL dapat dicapai dan diukur dalam pembelajaranmahasiswa?; 7) bagaimana mencapai dan mengukurnya?; 8) Apakah CPLdapat ditinjau dan dievaluasi setiap berkala?; 9) Bagaimana CPL dapatditerjemahkan ke dalam ‘kemampuan nyata’ lulusan yang mencakuppengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat diukur dan dicapai dalammata kuliah?
Berikut adalah contoh turunan profil lulusan pada CP PengetahuanProgram Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) program sarjana denganmerujuk deskripsi KKNI Level 6.
Tabel 4Contoh Rumusan CP Unsur Pengetahuan Program Studi PAI
Profil Lulusan CP Unsur PengetahuanPendidik/PraktisiPendidikan
1. Menguasai konsep-konsep teoritis dan landasankeilmuan pendidikan secara mendalam sebagaititik tolak dalam pengembangan potensikeagamaan peserta didik untuk mencapaistandar kompetensi yang ditetapkan.
2. Menguasai substansi kajian keilmuan Pendidikan
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
12
Agama Islam (Qur’an-Hadis, Akidah-Akhlak,Fiqih, dan Sejarah dan Kebudayaan Islam) secaraluas, mendalam, dan mutakhir untukmembimbing peserta didik memenuhi standarkompetensi yang ditetapkan.
3. Menguasai teori-teori pembelajaran PendidikanAgama Islam dan mampu memformulasikan danmengimplementasikannya secara proseduraldalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam disekolah/madrasah.
4. Menguasai konsep integrasi keilmuan, agama,sains dan keindonesiaan dalam pembelajaranPendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah.
5. Menguasai konsep kepemimpinan pendidikandalam rangka menggerakkan dan membudayaanpengamalan ajaran agama Islam danpembentukan perilaku akhlak mulia peserta didikdi sekolah/madrasah
Rumusan CP Unsur pengetahuan di atas merupakan penjabaran darirumusan unsur pengetahuan pada KKNI level 6, yaitu: “Menguasai konsepteoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan konsep teoritisbagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara mendalam,serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural”.
Adapun rumusan lengkap mengenai CP yang mencakup unsur sikap,pengetahuan, keterampilan umum, dan keterampilan khusus, dapatdicontohkan sebagai berikut:
UNSUR SIKAPDeskripsi Capaian Pembelajaran Bidang Sikap dan Tata Nilai1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan
sikap religius;2. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas
berdasarkan agama, moral, dan etika;3. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila;4. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air,
memiliki nasionalisme serta rasa tanggung jawab pada negara danbangsa;
5. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
13
kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain;6. Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap
masyarakat dan lingkungan;7. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara;8. Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;9. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang
keahliannya secara mandiri;10. Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan
kewirausahaan;11. Memahami dirinya secara utuh sebagai Sarjana Pendidikan;12. Mampu beradaptasi, bekerja sama, berkreasi, berkontribusi, dan
berinovasi dalam menerapkan ilmu pengetahuan pada kehidupanbermasyarakat serta memiliki wawasan global dalam perannya sebagaiwarga dunia; dan
13. Memiliki integritas akademik, antara lain kemampuan memahami artiplagiarisme, jenis-jenisnya, dan upaya pencegahannya, sertakonsekuensinya apabila melakukan plagiarisme.
14. Menampilkan diri sebagai pribadi yang stabil, dewasa, arif dan berwibawaserta berkemampuan adaptasi (adaptability), fleksibiltas (flexibility),pengendalian diri, (self direction), secara baik dan penuh inisitaif di tempattugas;
15. Bersikap inklusif, bertindak obyektif dan tidak deskriminatif berdasarkanpertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakangkeluarga dan status sosial ekonomi;
16. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab, rasa bangga, percaya diri dancinta menjadi pendidik bidang pendidikan agama Islam pada satuanpendidikan sekolah/madrasah (SD/MI/SMP/MTs/ SMA/MA/SMK/MAK);
17. Menunjukkan sikap kepemimpinan (leadership), bertanggungjawab(accountability) dan responsibilitas (responsibility) atas pekerjaan di bidangpendidikan agama Islam secara mandiri pada satuan pendidikansekolah/madrasah (SD/MI/SMP/MTs/ SMA/MA/SMK/MAK);
18.Menginternalisasi semangat kemandirian/kewirausahaan dan inovasi dalampembelajaran bidang pendidikan agama Islam pada satuan pendidikansekolah/madrasah (SD/MI/SMP/MTs/ SMA/MA/SMK/MAK)
UNSUR PENGETAHUANDeskripsi Capaian Pembelajaran Bidang Pengetahuan1. Menguasai pengetahuan tentang filsafat pancasila, kewarganegaraan,
wawasan kebangsaan (nasionalisme) dan globalisasi;2. Menguasai pengetahuan dan langkah-langkah dalam menyampaikan
gagasan ilmiah secara lisan dan tertulis dengan menggunakan bahasa
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
14
Indonesia yang baik dan benar dalam perkembangan dunia akademik dandunia kerja;
3. Menguasai pengetahuan dan langkah-langkah berkomunikasi baik lisanmaupun tulisan dengan menggunakan bahasa Arab dan Inggris dalamperkembangan dunia akademik dan dunia kerja;
4. Menguasai pengetahuan dan langkah-langkah dalam mengembangkanpemikiran kritis, logis, kreatif, inovatif dan sistematis serta memilikikeingintahuan intelektual untuk memecahkan masalah pada tingkatindividual dan kelompok dalam komunitas akademik dan non akademik;
5. Menguasai pengetahuan dasar-dasar keislaman sebagai agama rahmatan lil‘alamin
6. Menguasai pengetahuan dan langkah-langkah integrasi keilmuan (agamadan sains) sebagai paradigma keilmuan;
7. Menguasai langkah-langkah mengidentifikasi ragam upaya wirausaha yangbercirikan inovasi dan kemandirian yang berlandaskan etika Islam,keilmuan, profesional, lokal, nasional dan global.
8. Menguasai secara mendalam karakteristik peserta didik dari aspek fisik,psikologis, sosial, dan kultural untuk kepentingan pembelajaran;
9. Memberikan layanan pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) yangmendidik kepada peserta didik sesuai dengan karakteristiknya;
10.Memfasilitasi pengembangan potensi relegius peserta didik secaraoptimal;
11.Menguasai landasan filosofis, yuridis, historis, sosiologis, kultural,psikologis, dan empiris dalam penyelenggaraan pendidikan danpembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam);
12.Menguasai konsep, instrumentasi, dan praksis psikologi pendidikan danbimbingan sebagai bagian dari tugas pembelajaran PAI (Pendidikan AgamaIslam);
13.Menguasai teori belajar dan pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam);14.Memilih secara adekuat pendekatan dan model pembelajaran, bahan ajar,
dan penilaian untuk kepentingan pembelajaran PAI;15.Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi dalam perencanaan
pembelajaran, penyelenggaraan pembelajaran, evaluasi pembelajaran danpengelolaan pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam);
16.Memperbaiki dan/atau meningkatkan kualitas pembelajaran berdasarkanpenilaian proses dan penilaian hasil belajar PAI (Pendidikan Agama Islam);
17.Menguasai tujuan, isi, pengalaman belajar, dan penilaian dalamkurikulum satuan pendidikan pada mata pelajaran PAI (Pendidikan AgamaIslam);
18.Melakukan pendalaman bidang kajian PAI (Pendidikan Agama Islam)sesuai dengan lingkungan dan perkembangan jaman;
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
15
19.Menguasai integrasi teknologi, pedagogi, muatan keilmuan dan/ataukeahlian, serta komunikasi dalam pembelajaran PAI (Pendidikan AgamaIslam);
20.Mengembangkan kurikulum untuk mata pelajaran PAI(Pendidikan Agama Islam) sesuai dengan bidang tugas dan mengelolakurikulum tingkat satuan pendidikan;
21.Menguasai konsep, metode keilmuan, substansi materi, struktur, dan polapikir keilmuan Al-qur’an-Hadits sebagai sub keilmuan dari PAI (PendidikanAgama Islam);
22.Menguasai konsep, metode keilmuan, substansi materi, struktur, dan polapikir keilmuan Akidah-Akhlak sebagai sub keilmuan dari PAI (PendidikanAgama Islam);
23.Menguasai konsep, metode keilmuan, substansi materi, struktur, dan polapikir keilmuan Sejarah Kebudayaan Islam sebagai sub keilmuan dari PAI(Pendidikan Agama Islam);
24.Menguasai konsep, metode keilmuan, substansi materi, struktur, dan polapikir keilmuan Ushul Fikih-Fikih sebagai sub keilmuan dari PAI (PendidikanAgama Islam);
25.Menguasai teori kewirausahaan dalam kerangka pengembanganpembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) yang kreatif dan inovatif;
26.Menguasai teori kepemimpinan pendidikan untuk memposisikan danmengembangkan PAI (Pendidikan Agama Islam) sebagai ibu dalampelaksanaan pendidikan karakter di sekolah/madrasah
UNSUR KETERAMPILAN UMUMDeskripsi Capaian Pembelajaran Bidang Keterampilan Umum1. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam
kontek pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologiyang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai denganbidang keahliannya
2. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu dan terukur sebagaipendidik, peneliti dan pengembang bahan ajar PAI
3. Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmupengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilaihumaniora sesuai dengan keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara, danetika ilmiah dalam rangka menghasilkan solusi, gagasan, desain atau kritikseni,
4. Mampu menyusun deskripsi saintifik, hasil kajiannya dalam bentuk skripsiatau laporan tugas akhir, dan mengunggahnya dalam laman perguruantinggi
5. Mampu mengambil keputusan secara tepat, dalam konteks penyelasaianmasalah di bidang keahliannya berdasarkan hasil analisis informasi dan data
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
16
6. Mampu memelihara dan mengembangkan jaringan kerja denganpembimbing, kolega dan sejawat baik di dalam maupun di luar lembaganya
7. Mampu bertanggungjawab atas pencapaian hasil kerja kelompok melakukansupervise dan evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yang ditugaskankepada pekerja yang berada di bawah tanggungjawabnya
8. Mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang beradadi bawah tanggungjawabnya dan mampu mengelola pembelajaran secaramandiri
9. Mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengamanahkan, danmenemukan kembali data untuk menjamin kesahihan mencegah plagiasi
10.Menunjukkan kemampuan literasi informasi, media dan memanfaatkanteknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan keilmuan dankemampuan kerja;
11.Mampu berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dengan menggunakanbahasa Arab dan Inggris dalam perkembangan dunia akademik dan duniakerja;
12.Mampu berkolaborasi dalam team, menunjukkan kemampuan kreatif(creativity skill), inovatif (innovation skill), berpikir kritis (critical thinking) danpemecahan masalah (problem solving skill) dalam pengembangan keilmuandan pelaksanaan tugas di dunia kerja:
13.Mampu membaca al-Qur’an berdasarkan ilmu qira’at dan ilmu tajwid14.Mampu menghafal dan memahami isi kandungan al-Qur’an juz 30 (Juz
Amma)15.Mampu melaksanakan ibadah dan memimpin ritual keagamaan dengan
baikUNSUR KETERAMPILAN KHUSUS
Deskripsi Capaian Pembelajaran Bidang Keterampilan Khusus1. Mampu menerapkan kurikulum mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di
sekolah/madrasah sesuai dengan prosedur dan prinsip-prinsip dalampengembangan kurikulum;
2. Mampu mengembangkan perangkat pembelajaran Pendidikan Agama Islamdisekolah/madrasah secara baik dan tepat;
3. Mampu mengembangkan media , alat dan bahan ajar pembelajaranPendidikan Agama Islam;
4. Mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik, kreatif dan inovatif padaPendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah;
5. Mendiseminasikan karya akademik dalam bentuk publikasi yangdiunggah dalam laman perguruan tinggi dan/atau jurnal bereputasi;
6. Menerapkan pengetahuan dan keterampilan teknologi informasi dalamkonteks pengembangan keilmuan dan implementasi bidang keahliansecara efektif dan berdaya guna untuk pembelajaran Pendidikan Agama
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
17
Islam di sekolah/madrasah;7. Mampu memfasilitasi pengembangan potensi keagamaan peserta didik untuk
mengaktualisasikan kemampuan beragama dalam kehidupan nyata disekolah/madrasah dan di masyarakat;
8. Mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dalampelaksanaan tugas pembelajaran Pendidikan Agama Islam disekolah/madrasah, di komunitas akademik maupun dan di masyarakat;
9. Mampu melaksanakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil pembelajaranPendidikan Agama Islam secara tepat, serta mampu memanfaatkannya untukkeperluan pembelajaran;
10.Mampu melaksanakan tindakan reflektif berdasarkan prosedur danmetodologi penelitian ilmiah untuk peningkatan kualitas pembelajaranPendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah;
11.Mampu menerapkan langkah-langkah pengembangan keilmuan dankeprofesian secara berkelanjutan, mandiri maupun kolektif dalam kerangkamewujudkan diri sebagai pendidik sejati dan pembelajar;
12.Mampu menghafal ayat-ayat al-Qur’an dan hadis -hadis pendidikan
Rumusan CP dengan seluruh unsurnya sebagaimana dicontohkan diatas merupakan standar minimal. PTKI dapat mengembangkannya sesuaidengan visi, misi, dan penciri khusus perguruan tinggi. Tabel 18 tentang RPSadalah contoh pengembangan CP tersebut.
Capaian pembelajaran bidang sikap, pengetahuan, dan keterampilantersebut tidak saja dicapai melalui pembelajaran melalui mata kuliah, tetapijuga melalui kegiatan kemahasiswaan lainnya. CPL tersebut dapatditampilkan di dalam SKPI (Surat Keterangan Pendamping Ijazah). Setiapprogram studi harus melengkapi profil lulusan dan capaian pembelajarannyasesuai dengan core values, visi, misi, dan tujuan PTKI.
D. Penetapan Bahan KajianLangkah selanjutnya setelah penetapan CP adalah penentuan bahan
kajian. Beberapa hal yang diperhatikan dalam perumusan bahan kajian diantaranya adalah sebagai berikut:1. Rumusan bahan kajian dapat dianalisis pada awalnya berdasarkan unsur
pengetahuan dari CPL yang telah dirumuskan. Unsur pengetahuan iniseyogyanya menggambarkan batas dan lingkup bidang keilmuan/keahlianyang merupakan rangkaian bahan kajian minimal yang harus dikuasaioleh setiap lulusan Program Studi.
2. Bahan kajian ini dapat berupa satu atau lebih cabang ilmu beserta rantingilmunya, atau sekelompok pengetahuan yang telah terintegrasi dalam
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
18
suatu pengetahuan baru yang sudah disepakati oleh forum Program Studisejenis sebagai ciri bidang ilmu Program Studi tersebut.
3. Bahan kajian merupakan unsur-unsur keilmuan program studi. Bahankajian dapat ditentukan berdasarkan struktur isi disiplin ilmu (body ofknowledge), teknologi, dan seni program studi.
4. Program studi dengan melibatkan dosen dapat mengurai bahan kajiantersebut menjadi lebih rinci pada tingkat penguasaan, keluasan dankedalamannya. Bahan kajian ini kemudian menjadi standar isipembelajaran yang memiliki tingkat kedalaman dan keluasan yangmengacu pada CPL sesuai dengan kurikulum yang dikembangkansebagaimana tercantum dalam SNPT pasal 9, ayat (2) Standar NasionalPendidikan Tinggi Tahun 2015.
5. Keluasan adalah banyaknya Sub Pokok Bahasan yang tercakup dalambahan kajian. Misalnya dalam bahan kajian tentang “karakteristikpeserta didik” terdapat 10 sub pokok bahasan, maka keluasan bahankajian tersebut dapat ditetapkan sebesar 10.
6. Kedalaman bahan kajian adalah tingkat kedalaman bahan kajian dilihatdari tingkat capaian pembelajaran pada sub pokok bahasan. Hal ini dapatdidasarkan pada gradasi pengetahuan menurut taksonomi Bloom, yaitu:mengetahui = 1, memahami = 2, menerapkan =3, dan menganalisis =4, mengevaluasi = 5, mengkreasi = 6. Misalnya untuk kemampuanmemahami materi “karakteristik peserta didik” kedalamannya adalah 2.
Tingkat kedalaman dan keluasan bahan kajian sesuai CP pengetahuan perjenjang lulusan yang umumnya digunakan di PTKI adalah sebagai berikut:1. Jenjang Sarjana (S1)/Level 6: menguasai konsep teoritis bidang
pengetahuan dan keterampilan tertentu secara umum dan konsepteoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan dan keterampilantersebut secara mendalam.
2. Jenjang Pendidikan Profesi/Level 7: menguasai teori aplikasi bidangpengetahuan dan keterampilan tertentu.
3. Jenjang Magister (S2) / Level 8: menguasai teori dan teori aplikasibidang pengetahuan tertentu berdasarkan pendekatan kajian interdan multi disiplin.
4. Jenjang Doktor (S3)/ Level 9: menguasai filosofi keilmuan bidangpengetahuan dan keterampilan tertentu berdasarkan pendekatankajian inter, multi, dan trans disiplin.
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
19
Untuk merumuskan bahan kajian berdasarkan CP sebagaimana diasumsikanpada point 2 dan 3 dapat menggunakan model berikut:
Tabel 5Keterkaitan Capaian Pembelajaran dengan Struktur Keilmuan Program Studi
PAI
Capaian Pembelajaran Bahan Kajian Berdasarkan Struktur IlmuFi
lsaf
at
Kem
ampu
anB
ahas
aK
uri
kulu
mTe
ori
Pen
didi
kan
Teor
iPe
mbe
laja
ran
Psik
olog
iPe
ndi
dika
nPe
nel
itia
n
Mod
elPe
mbe
laja
ran
Ilmu
Kei
slam
an/K
onte
n P
AI
Eva
luas
iPe
ndi
dika
n
Man
ajem
enPe
mbe
laja
ran
Sos
iolo
giPe
ndi
dika
nM
edia
Pem
bela
jara
n
1. Menguasai berbagaikonsep teoritis danfilosofis pendidikanumum dan Islamsebagai landasandan kerangka acuandalam pelaksanaanPendidikan AgamaIslam disekolah/madrasah
√ √
2. Menguasai teoripenelitian bidangPendidikan AgamaIslam dalamkerangkamelakukan tindakanreflektif untukpeningkatankualitas danlangkah-langkahinovatif dalampembelajaran PAI disekolah/madrasah
√ √ √ √
3. Menguasaikarakteristik pesertadidik dari aspekfisik, spiritual,sosial, kultural,emosional danintelektual untukkeperluanpembelajaranPendidikan AgamaIslam disekolah/madrasah.
√ √
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
20
4. Menguasai teoribelajar dan prinsip-prinsippembelajaran yangmendidik dalampelaksanaanpembelajaranPendidikan AgamaIslam disekolah/madrasah.
√ √ √
5. Menguasaisubstansi materi,struktur, konsepdan pola pikirkeilmuanPendidikan AgamaIslam yangmencakup bidangkeilmuan al-qur’an-hadits, akidah-akhlak, ushul fikih-fikih, dan sejarahkebudayaan Islam.
√ √ √
6. Menguasai teoripengembangankurikulum, mediadan sumber belajar,serta penilaian danevaluasi matapelajaranPendidikan AgamaIslam disekolah/madrasah
√ √ √ √ √
7. Menguasai teorikewirausahaandalam pendidikandalam kerangkapengembanganpembelajaranPendidikan AgamaIslam yang kreatifdan inovatif
8. Menguasai teorikepemimpinanpendidikan untukmemposisikan danmengembangkanPendidikan AgamaIslam disekolah/madrasahsebagai ibu dalam
√
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
21
pelaksanaanpendidikan karakterdisekolah/madrasah
9. Mampu menerapkankurikulum mataPelajaranPendidikan AgamaIslam disekolah/madrasahsesuai denganprosedur danprinsip-prinsipdalampengembangankurikulum
√ √ √ √
10.Mampumelaksanakanpembelajaran yangmendidik padaPendidikan AgamaIslam disekolah/madrasah
√ √ √ √
11.Mampumemanfaatkanteknologi informasidan komunikasisecara efektif danberdaya guna untukpembelajaranPendidikan AgamaIslam disekolah/madrasah
√
12.Mampumemfasilitasipengembanganpotensi keagamaanpeserta didik untukmengaktualisasikankemampuan dankeMampuanberagama dalamkehidupan nyata disekolah/madrasahdan di masyarakat
√ √
13.Mampuberkomunikasisecara efektif,empatik, dan santundalam pelaksanaantugas pembelajaran
√
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
22
Pendidikan AgamaIslam disekolah/madrasahdan di komunitasakademik maupundengan masyarakatumum
14.Mampumelaksanakanpenilaian danevaluasi proses danhasil pembelajaranPendidikan AgamaIslam secara tepat,serta mampumemanfaatkannyauntuk keperluanpembelajaran
√ √
15.Mampumelaksanakantindakan reflektifdan pemanfaatanteknologi informasidan komunikasiuntuk peningkatankualitaspembelajaranPendidikan AgamaIslam disekolah/madrasah
√ √ √
16.Mampu menerapkanlangkah-langkahpengembangankeprofesian dankeilmuan secaraberkelanjutan,mandiri dan kolektifmelaluipengembangan diridan pemanfaatanteknologi informasidan komunikasidalam kerangkamewujudkan kinerjadiri sebagai pendidiksejati
√ √ √ √
Tabel di atas menggambarkan hubungan antara CP dengan strukturkeilmuan Program Studi yang dinyatakan dalam bentuk cabang atau rantingilmu seperti tertera di bawah kolom “bahan kajian”.
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
23
Tabel 6Contoh Bahan Kajian Unsur Sikap
Capaian Pembelajaran Bahan Kajian
Panc
asila
Kew
arga
nega
raan
Bhs.
Indo
nesi
a
Al-Q
uran
Kja
ian
Had
itsA
khla
k
Fiqi
h
Tari
kh
Aki
dah
1. Bertakwa kepada Tuhan Yang MahaEsa dan mampu menunjukkan sikapreligius;
√ √ √ √ √ √ √ √ √
2. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaandalam menjalankan tugasberdasarkan agama, moral, dan etika;
√ √ √
3. Berkontribusi dalam peningkatanmutu kehidupan bermasyarakat,berbangsa, bernegara, dan kemajuanperadaban berdasarkan Pancasila;
√ √ √ √
4. Berperan sebagai warga negara yangbangga dan cinta tanah air, memilikinasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa;
√ √ √ √ √ √
Dst…
Untuk menentukan bobot bahan kajian, dapat menggunakan contoh berikut:
Tabel 7Penentuan Bahan Kajian dan Bobotnya
Capaian PembelajaranNo Bahan Kajian
Keluasan
Kedalaman Bobot
Contoh CP Bidang Pengetahuan:Menguasai teori pengembangankurikulum, media dan sumber
belajar, serta penilaian dan evaluasimata pelajaran Pendidikan Agama
1 TeoriKurikulum
6 2 12
2 SejarahKurikulum
4 2 8
3 ModelKurikulum
8 3 24
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
24
Capaian PembelajaranNo Bahan Kajian
Keluasan
Kedalaman Bobot
Islam di sekolah/madrasah 4 ImplementasiKurikulum
8 3 24
5 Teori media 2 2 46 Klasifikasi
Media6 2 12
7 PengetahuanRancanganMedia
8 3 24
8 Teori Penilaian 2 2 49 Penilaian
Sikap3 3 9
10 PenilaianPengetahuan
3 3 9
11 PenilaianKeterampilan
3 3 9
12 PenyusunanInstrumenPenilaian
12 3 36
Jumlah 65 31 175
Berdasarkan tabel di atas, untuk mencapai 1 (satu) CP pengetahuandiperlukan keluasan 65 dengan tingkat kedalaman 31. Jumlah bobot untukmencapai CP tersebut adalah 175. Tabel di atas merupakan salah satucontoh penurunan bahan kajian pada salah satu CP. Mata kuliah dapatditurunkan pula dari beberapa CP sesuai dengan singgungan bahan kajianyang disusun (Dikti, 2013)
Bagan 3CP dan Bahan Kajian
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
25
E. Penentuan Mata KuliahSetelah bahan kajian ditentukan bobot keluasan dan kedalamannya
pada setiap CP yang ditentukan, langkah selanjutnya adalah penyusunanmata kuliah. Dalam menentukan mata kuliah, terdapat beberapa hal yangdapat diperhatikan antara lain:1. Pola penentuan mata kuliah dapat dilakukan dengan mengelompokkan
bahan kajian yang setara, kemudian memberikan nama padakelompok bahan kajian tersebut;
2. Nama mata kuliah disesuaikan kelazimannya dalam program studisejenis. Hal tersebut didasarkan atas kesamaan rumusan CPL padaprogram studi.
Penentuan nama mata kuliah dapat dicontohkan sebagai berikut:Tabel 8
Penamaan Mata Kuliah berdasarkan Pengelompokkan Bahan Kajian
No Bahan KajianKeluaSan
KedalaMan
BobotNama Mata
KuliahBebanMata
Kuliah1 Teori Kurikulum 6 2 12 Pengembangan
Kurikulum2 Sejarah Kurikulum 4 2 8 683 Model Kurikulum 8 3 244 Implementasi
Kurikulum8 3 24
Jumlah 685 Teori media 2 2 4 Media
Pembelajaran6 Klasifikasi Media 6 2 12 407 Pengetahuan
Rancangan Media8 3 24
Jumlah 408 Teori Penilaian 2 2 4 Evaluasi
Pendidikan9 Penilaian Sikap 3 3 9 6710 Penilaian
Pengetahuan3 3 9
11 Penilain Keterampilan 3 3 912 Penyusunan
Instrumen Penilaian12 3 36
Tabel 8 di atas menggambarkan bahwa untuk mencapai CPL tertentu yaitu“Menguasai teori pengembangan kurikulum, media dan sumber belajar, sertapenilaian dan evaluasi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam disekolah/madrasah” membutuhkan 3 mata kuliah dengan bobotnya masing-masing. Mata kuliah yang muncul untuk CPL ini adalah Pengembangan
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
26
Kurikulum, Media Pembelajaran, dan Evaluasi Pendidikan. Selanjutnya,penamaan mata kuliah yang lain disusun berdasarkan CP yang lain yangmerupakan deskripsi lengkap dari unsur CP pada profil lulusan tertentu.
F. Penetapan Besaran Sistem Kredit Semester (SKS) Mata KuliahPenentuan besaran SKS Mata Kuliah dapat dilakukan dengan cara
membagi beban mata kuliah dengan beban total mata kuliah untuk seluruhCP dikalikan dengan minimum jumlah SKS setiap jenjang (misalnya sarjana,magister, dan doktor). Formulasi perhitungan SKS dapat mengikuti polaseperti ini:
= ℎKeterangan:1. Beban MK (Mata Kuliah) merupakan jumlah total beban bahan kajian yang
dikelompokkan menjadi mata kuliah;2. Beban total MK adalah jumlah total beban mata kuliah pada seluruh CP
yang ditetapkan3. Jumlah SKS total jenjang merupakan jumlah SKS minimum yang
ditetapkan yang harus ditempuh oleh mahasiswa untuk mencapai CPlulusan sesuai jenjang.
Berdasarkan poin 3 di atas, program studi dapat memperhatikan aturan yangditetapkan oleh SNPT (Permenristekdikti Nomor 44 tahun 2015 tentangSNPT), yaitu sebagai berikut:
Tabel 9Jumlah SKS Minimum Setiap Jenjang
No Jenjang Lama Studi Maksimum Jumlah SKSMinimum
1 Sarjana S1 7 Tahun 1442 Magister (S2) 4 Tahun 363 Doktor (S3) 7 Tahun 42
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
27
Perhitungan SKS Mata kuliah dapat dicontohkan sebagai berikut:
Tabel 10Perhitungan SKS Mata Kuliah
CP Bahan KajianKeluaSan
KedalaMan Bobot
Nama MataKuliah
BebanMata
Kuliah
Jumlah SKSMata Kuliah
Menguasai teoripengembangan
kurikulum, mediadan sumberbelajar, sertapenilaian danevaluasi mata
pelajaranPendidikan Agama
Islam disekolah/madrasah
TeoriKurikulum
6 2 12 PengembanganKurikulum
68 Jumlah SKS=(68/320) x144= 30,6 SKSdapatdibulatkanmenjadi 31SKS
SejarahKurikulum
4 2 8
ModelKurikulum
8 3 24
ImplementasiKurikulum
8 3 24
Teori media 2 2 4 MediaPembelajaran
40 Jumlah SKS=(40/320) x144= 18 SKS
KlasifikasiMedia
6 2 12
PengetahuanRancanganMedia
8 3 24
TeoriPenilaian
2 2 4 EvaluasiPendidikan
67
PenilaianSikap
3 3 9
PenilaianPengetahuan
3 3 9
PenilainKeterampilan
3 3 9
PenyusunanInstrumenPenilaian
12 3 36
CP 2…………………
BK 2.1 x X X A Xx
BK 2.2 x X x B XxBK 2.3 x X x C Xx
Dst. Dst. Dst. Dst. Dst. Dst. Dst.JumlahTotal
320
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
28
Berdasarkan tabel di atas, jumlah SKS mata kuliah PengembanganKurikulum adalah:= 144 = 30,6
Dapat dibulatkan menjadi 31 SKSSetiap program studi pada PTKI, untuk mewadahi profil dan
r u m u s a n capaian pembelajaran l u l u s a n sebagai penciri kompetensi,dapat memasukkan mata kuliah penciri CPL tersebut. Adapun mata kuliahwajib yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentangPendidikan Tinggi, yang harus dimasukkan oleh setiap program studi padaPTKI yaitu: 1) Agama, 2) Pancasila; 3) Kewarganegaraan; dan 4) BahasaIndonesia. Kajian agama pada PTKI dikembangkan menjadi beberapa matakuliah sesuai dengan CPL yang ditentukan.
Takaran waktu pembelajaran yang dibebankan pada mahasiswa perminggu per semester dalam proses pembelajaran yang disebut dengan SKSdiatur menurut Permenristekdikti Nomor 44 Tahun 2015 tentang SNPT, yaitusebagai berikut:
Tabel 11Ketentuan SKS
No Jenis Pembelajaran Pengaturan Takaran Waktu1 kuliah, responsi, atau
tutoriala. kegiatan tatap muka 50 (lima puluh) menit per
minggu per semester;b. kegiatan penugasan terstruktur 60 (enam
puluh) menit per minggu per semester; danc. kegiatan mandiri 60 (enam puluh) menit per
minggu per semester2 seminar atau bentuk
lain yang sejenisa. kegiatan tatap muka 100 (seratus) menit per
minggu per semester; danb. kegiatan mandiri 70 (tujuh puluh) menit per
minggu per semester.3 sistem blok, modul,
atau bentuk lainsesuai dengan kebutuhan dalam memenuhicapaian pembelajaran
4 praktikum, praktikstudio, praktikbengkel, praktiklapangan, penelitian,pengabdian kepadamasyarakat,dan/atau prosespembelajaran lainyang sejenis
170 (seratus tujuh puluh) menit per minggu persemester.
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
29
Program studi dapat menentukan masa studi maksimal dan beban belajarmahasiswa, misalnya untuk S1, dengan cara menghitungnya seperti polaberikut:
Berdasarkan hitungan tersebut, maka dalam 1 semester mahasiswa hanyadapat mengambil beban belajar sebesar 16,9-19,06 SKS. Dengan begitu,mahasiswa dalam 1 semester hanya dapat mengambil beban belajar sebesar16,9–19,06 SKS. Meski demikian, ada dispensasi untuk pengambilan bebanbelajar lebih dari jumlah SKS tersebut dengan memperhatikan PermenristekDikti No 44 tahun 2015 tentang SNPT Pasal 18, yaitu:1. Beban belajar mahasiswa program sarjana yang berprestasi akademik
tinggi, setelah 2 (dua) semester pada tahun akademik yang pertama dapatmengambil maksimum 24 (dua puluh empat) SKS per semester padasemester berikut.
2. Untuk “mahasiswa program magister, yang berprestasi akademik tinggidapat melanjutkan ke program doktor, setelah paling sedikit 2 (dua)semester mengikuti program magister, tanpa harus lulus terlebih dahuludari program magister tersebut”.
Terkait dengan penentuan jumlah SKS secara keseluruhan, programstudi dapat mempertimbangkan masa studi tercepat yang akan digunakan,misalnya 8 semester. Maka jumlah maksimum SKS keseluruhan dapatdihitung menjadi: 16,9 SKS/smt x 8 smt = 135,5 SKS ditambah SKS layananbimbingan skripsi 6 SKS dan KKN 3 SKS menjadi 144,5 SKS atau 19,06SKS/smt x 8 smt = 152,5 SKS. Jika program studi menetapkan 144 SKS yangakan ditempuh selama 8 semester, maka perhitungan SKS mata kuliahseperti tertera pada tabel 10 dengan formula: beban MK dibagi total bebanmata kuliah dikalikan total SKS yang harus ditempuh (144).G. Penyusunan Struktur Kurikulum
Mata kuliah disusun dan diberikan kode serta beban SKS. Penyusunanstruktur mata kuliah sesuai dengan urutan keterkaitan bahan kajian padaCP. Adapun penentuan kode mata kuliah dapat dilakukan dengan menyusunberdasarkan kriteria tertentu. Misalnya dengan menuliskan angka awal kodeberdasarkan jenjang kualifikasi dalam KKNI, misalnya S1= 6…, S2= 8…, danS3= 9 … Tabel berikut dapat dijadikan contoh struktur mata kuliah.
Tabel 12Urutan Mata Kuliah
No Nama Mata Kuliah Kode Jumlah SKS1
Beban belajar normal mahasiswa: 8-9 jam/hari 1 SKS perkuliahan/responsi= 170 menit = 2,83 jam 8 jam/hari x 6 hari/mg = 48 jam/mg dibagi 2,83 jam/sks= 16,9
SKS/mg/smt, atau 9 jam/hari x 6 hari/mg = 54 jam/mg dibagi 2,83 jam/sks = 19,06
SKS/mg/smt
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
30
23456789dstJumlah
Sebaran mata kuliah setiap semester disusun berdasarkan maksimal bebanyang dapat diambil oleh mahasiswa. Struktur mata kuliah dapat disajikansebagai berikut:
Tabel 13Struktur Mata Kuliah Setiap Semester
Semester I Semester II
No Matakuliah SKS No Matakuliah SKS
1 1
2 2
Dst Dst
Jumlah SKS Jumlah SKS
Semester III Semester IV
No Mata Kuliah SKS No Mata Kuliah SKS
1
2
Dst
Jumlah SKS Jumlah SKS
Semester V Semester VI
No Mata Kuliah SKS No Mata Kuliah SKS
1
2
Dst
Jumlah SKS Jumlah SKS
Semester VII Semester VIII
No Mata Kuliah SKS No Mata Kuliah SKS
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
31
1 1
2 2
Dst Dst
Jumlah SKS Jumlah SKS
Program studi dapat menetapkan mata kuliah dalam semester dengan duacara, yaitu:1. Cara serial didasarkan pada pertimbangan adanya struktur atau logika
keilmuan/keahlian yang dianut, yaitu pandangan bahwa suatupenguasaan pengetahuan tertentu diperlukan untuk mengawalipengetahuan selanjutnya (prasyarat)
2. Cara paralel didasarkan pada pertimbangan proses pembelajaran.Pendekatan yang digunakannya adalah pembelajaran secara terintegrasibaik keilmuan maupun proses pembelajaran supaya mendapatkan hasilbelajar yang lebih baik.
Berikut adalah contoh penyajian struktur mata kuliah dengan cara seri yangmembutuhkan prasyarat kompetensi mata kuliah.
Tabel 14Contoh Penyajian Struktur Mata Kuliah dengan Cara Seri
Semester I Semester II
No Matakuliah SKS No Matakuliah SKS
1 Teologi 2 1 Bahasa Inggris 4
2 Fiqh I 4 2 Bahasa Arab II 3
3 Bahasa Indonesia 2 3 Tafsir 4
4 Pend. Pancasila &Kewarganegaraan
2 4 Studi Al-Hadits 3
5 Studi Al-Qur’an 4 5 Psikologi Perkembangan 6
6 Bahasa Arab I 3 6
Jumlah SKS 18 Jumlah SKS 20
Semester III Semester IV
No Mata Kuliah SKS No Mata Kuliah SKS
1 Psikologi Pendidikan 4 1 Media Pembelajaran PAI 6
2 Filsafat Ilmu 3 2 Desain & Perenc.Pembelajaran PAI
8
3 Materi PAISMP/MTs/MA/SMA
6 3 Hadits Tarbawi 3
4 Pengembangan 6 4 Tafsir Tarbawi 3
Prasyarat
Prasyarat
Prasyarat
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
32
Kurikulum PAI
Jumlah SKS 19 Jumlah SKS 20
Tabel 15Contoh Penyajian Struktur Mata Kuliah dengan Cara Paralel
Semester 1 Semester 2CP Utama: Penguasan Bahasa CP Utama: Penguasaan Metodologi
No Mata Kuliah SKS No Mata Kuliah SKS1 Bahasa Indonesia 2 1 Ushul Fikih 32 Bahasa Arab 4 2 Kaidah Fikih 33 Bahasa Inggris 4 3 Metodologi Penelitian 24 Komputer 2 4 Metodologi Penelitan
Hukum2
5 Ilmu Tasawuf 2 5 Ulumul Qur’an 36 Filsafat Hukum 3 6 Ulumul Hadis 37 Islam dan Ilmu
Pengetahuan2 7 Tafsir Ahkam 2
19 18
Program studi harus menetapkan CP utama tiap semester. Mata kuliahdisebar untuk mendukung CP tersebut.
H. Sistematika Penyusunan KurikulumDokumen kurikulum program studi yang telah dikembangkan dengan
mengacu pada KKNI dan SNPT diadministrasikan. Bentuk pendokumentasiankurikulum dapat mengambil contoh berikut:
Tabel 16Sistematika Dokumen Kurikulum
BAGIAN AWAL A. Cover Depan dengan memuat pernyataan1. Kurikulum Program Studi…………2. Logo PTKI
B. Kata PengantarC. Lembar Pengesahan yang ditandatangani oleh
Rektor/Dekan/Ketua PTKID. Daftar IsiE. Daftar Tabel, Bagan, dan GambarF. Profil Program Studi
1. Nama Program Studi2. Jenjang3. Sejarah Singkat Program Studi
BAGIAN ISI A. PendahuluanB. Landasan Kurikulum
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
33
C. Struktur Kurikulum1. Visi, Misi, dan Tujuan2. Profil Lulusan3. Capaian Pembelajaran4. Pemetaan Bahan Kajian5. Struktur Mata Kuliah dan SKS6. Sebaran Mata Kuliah7. Rencana Pembelajaran Semester8. Proses pembelajaran9. Penilaian
D. Laporan Akademik (Ijazah, Transkip Akademik,SKPI)
E. PenutupBAGIAN AKHIR Daftar Rujukan
Lampiran-Lampiran
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
34
BAB IIIDESKRIPSI RINCI CAPAIAN PEMBELAJARAN
Capaian pembelajaran lulusan merujuk pada KKNI dan SNPT. BerikutCPL unsur sikap dan keterampilan umum untuk jenjang S1, PendidikanProfesi, S2, dan S3.
A. Capaian Pembelajaran Lulusan Program Sarjana (S1)SIKAP1. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap
religius;2. menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas
berdasarkan agama,moral, dan etika;3. berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila;4. berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki
nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa;5. menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan
kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain;6. bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap
masyarakat dan lingkungan;7. taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara;8. menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;9. menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang
keahliannya secara mandiri; dan10.menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan.KETERAMPILAN UMUM1. mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam
konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan danteknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yangsesuai dengan bidang keahliannya;
2. mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu dan terukur;3. mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu
pengetahuan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilaihumaniora sesuai dengan keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara danetika ilmiah dalam rangka meng-hasilkan solusi, gagasan, desain ataukritik seni, menyusun deskripsi saintifik hasil kajiannya dalam bentukskripsi atau laporan tugas akhir, dan mengunggahnya dalam lamanperguruan tinggi;
4. menyusun deskripsi saintifik hasil kajian tersebut di atas dalambentuk skripsi atau laporan tugas akhir, dan mengunggahnya dalam
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
35
laman perguruan tinggi;5. mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian
masalah di bidang keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dandata;
6. mampu memelihara dan mengembang-kan jaringan kerja denganpembimbing, kolega, sejawat baik di dalam maupun di luar lembaganya;
7. mampu bertanggungjawab atas pencapaian hasil kerja kelompok danmelakukan supervisi dan evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yangditugaskan kepada pekerja yang berada di bawah tanggungjawabnya;
8. mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yangberada dibawah tanggung jawabnya, dan mampu mengelola pembelajaransecara mandiri; dan
9. mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengamankan, danmenemukan kembali data untuk menjamin kesahihan dan mencegahplagiasi.
B. Capaian Pembelajaran Lulusan Program ProfesiSIKAP1. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap
religius;2. menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas
berdasarkan agama,moral, dan etika;3. berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila;4. berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki
nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa;5. menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan
kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain;6. bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap
masyarakat dan lingkungan;7. taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara;8. menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;9. menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang
keahliannya secara mandiri; dan10. menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan
kewirausahaan.KETERAMPILAN UMUM1. mampu bekerja di bidang keahlian pokok untuk jenis pekerjaan yang
spesifik dan memiliki kompetensi kerja yang minimal setara denganstandar kompetensi kerja profesinya;
2. mampu membuat keputusan yang independen dalam menjalankan
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
36
pekerjaan profesinya berdasarkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dankreatif;
3. mampu mengomunikasi-kan pemikiran/argumen atau karya inovasi yangbermanfaat bagi pengembangan profesi dan kewirausahaan, yang dapatdipertang-gungjawabkan secara ilmiah dan etika profesi, kepadamasyarakat terutama masyarakat profesinya;
4. mampu melakukan evaluasi secara kritis terhadap hasil kerja dankeputusan yang dibuat dalam melaksanakan pekerjaannya oleh dirinyasendiri dan oleh sejawat;
5. mampu meningkatkan keahlian keprofesiannya pada bidang yang khususmelalui pelatihan dan pengalaman kerja;
6. mampu meningkatkan mutu sumber daya untuk pengembangan programstrategis organisasi;
7. mampu memimpin suatu tim kerja untuk memecahkan masalah padabidang profesinya
8. mampu bekerja sama dengan profesi lain yang sebidang dalammenyelesaikan masalah pekerjaan bidang profesinya
9. mampu mengembangkan dan memelihara jaringan kerja denganmasyarakat profesi dan kliennya
10.mampu bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang profesinya sesuaidengan kode etik profesinya
11.mampu meningkatkan kapasitas pembelajaran secara mandiri;12.mampu berkontribusi dalam evaluasi atau pengembangan kebijakan
nasional dalam rangka peningkatan mutu pendidikan profesi ataupengembangan kebijakan nasional pada bidang profesinya; dan
13.mampu mendokumen-tasikan, menyimpan, mengaudit, mengaman-kan,dan menemukan kembali data dan informasi untuk keperluanpengembangan hasil kerja profesinya
Deskripsi rinci program profesi di atas dapat digunakan sebagai salahsatu acuan Program Pendidikan Profesi Guru.
C. Capaian Pembelajaran Lulusan Program Magister (S2)
SIKAP1. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap
religius;2. menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas
berdasarkan agama,moral, dan etika;3. berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat,
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
37
berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila;4. berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki
nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa;5. menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan
kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain;6. bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap
masyarakat dan lingkungan;7. taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara;8. menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;9. menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang
keahliannya secara mandiri; dan10. menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaanKETERAMPILAN UMUM1. mampu mengembangkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan kreatif
melalui penelitian ilmiah, penciptaan desain atau karya seni dalam bidangilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkannilai humaniora sesuai dengan bidang keahliannya, menyusun konsepsiilmiah dan hasil kajian berdasarkan kaidah, tata cara, dan etika ilmiahdalam bentuk tesis atau bentuk lain yang setara, dan diunggah dalamlaman perguruan tinggi, serta makalah yang telah diterbitkan di jurnalilmiah terakreditasi atau diterima di jurnal internasional;
2. mampu melakukan validasi akademik atau kajian sesuai bidangkeahliannya dalam menyelesaikan masalah di masyarakat atau industriyang relevan melalui pengembangan pengetahuan dan keahliannya;
3. mampu menyusun ide, hasil pemikiran, dan argumen saintifik secarabertanggung jawab dan berdasarkan etika akademik, sertamengkomunikasikannya melalui media kepada masyarakat akademik danmasyarakat luas
4. mampu mengidentifikasi bidang keilmuan yang menjadi obyekpenelitiannya dan memposisikan ke dalam suatu peta penelitian yangdikembangkan melalui pendekatan interdisiplin atau multidisiplin;
5. mampu mengambil keputusan dalam konteks menyelesaikan masalahpengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan danmenerapkan nilai humaniora berdasarkan kajian analisis ataueksperimental terhadap informasi dan data
6. mampu mengelola, mengembangkan dan memelihara jaringan kerjadengan kolega, sejawat di dalam lembaga dan komunitas penelitian yanglebih luas
7. mampu meningkatkan kapasitas pembelajaran secara mandiri; dan8. mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengamankan, dan
menemukan kembali data hasil penelitian dalam rangka menjamin
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
38
kesahihan dan mencegah plagiasi.
D. Capaian Pembelajaran Lulusan Program Doktor (S3)SIKAP1. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap
religius;2. menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas
berdasarkan agama,moral, dan etika;3. berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila;4. berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki
nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa;5. menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan
kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain;6. bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap
masyarakat dan lingkungan;7. taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara;8. menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;9. menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang
keahliannya secara mandiri; dan10. menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaanKETERAMPILAN UMUM1. mampu menemukan atau mengembangkan teori/konsepsi/ gagasan
ilmiah baru, memberikan kontribusi pada pengembangan sertapengamalan ilmu pengetahuan dan/atau teknologi yang memperhatikandan menerapkan nilai humaniora di bidang keahliannya, denganmenghasilkan penelitian ilmiah berdasarkan metodologi ilmiah, pemikiranlogis, kritis, sistematis, dan kreatif;
2. mampu menyusun penelitian interdisiplin, multidisiplin atau transdisiplin,termasuk kajian teoritis dan/atau eksperimen pada bidang keilmuan,teknologi, seni dan inovasi yang dituangkan dalam bentuk disertasi, danmakalah yang telah diterbitkan di jurnal internasional bereputasi
3. mampu memilih penelitian yang tepat guna, terkini, termaju, danmemberikan kemaslahatan pada umat manusia melalui pendekataninterdisiplin, multidisiplin, atau transdisiplin, dalam rangkamengembangkan dan/atau menghasilkan penyelesaian masalah di bidangkeilmuan, teknologi, seni, atau kemasyarakatan, berdasarkan hasil kajiantentang ketersediaan sumberdaya internal maupun eksternal;
4. mampu mengembangkan peta jalan penelitian dengan pendekataninterdisiplin, multidisiplin, atau transdisiplin, berdasarkan kajian tentangsasaran pokok penelitian dan konstelasinya pada sasaran yang lebih luas
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
39
5. mampu menyusun argumen dan solusi keilmuan, teknologi atau seniberdasarkan pandangan kritis atas fakta, konsep, prinsip, atau teori yangdapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan etika akademik, sertamengkomunikasikannya melalui media massa atau langsung kepadamasyarakat
6. mampu menunjukkan kepemimpinan akademik dalam pengelolaan,pengembangan dan pembinaan sumberdaya serta organisasi yang beradadibawah tanggung jawabnya;
7. mampu mengelola, termasuk menyimpan, mengaudit, mengaman-kan,dan menemukan kembali data dan informasi hasil penelitian yang beradadibawah tanggung jawabnya; dan
8. mampu mengembangkan dan memelihara hubungan kolegial dankesejawatan di dalam lingkungan sendiri atau melalui jaringan kerjasamadengan komunitas peneliti diluar lembaga
Deskripsi rinci Capaian Pembelajaran Lulusan unsur keterampilan khususdan pengetahuan dikembangkan oleh program studi berdasarkan level 6(sarjana), 7 (profesi), 8 (magister), dan 9 (doktor) pada KKNI sesuai denganbidang ilmu. Program studi dapat mengembangkan CPL tersebut sesuaidengan visi, misi, dan tujuan PTKI masing-masing. Program Studi umum,seperti Pendidikan Matematika, Pendidikan IPS, dan sebagainya pada PTKImenyusun CP unsur sikap dan keterampilan umum disesuaikan dengan CPyang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
40
BAB IVTAHAP PEMBELAJARAN
A. Penyusunan Rencana Pembelajaran SemesterRencana kegiatan belajar mahasiswa dituangkan dalam bentuk rencana
pembelajaran semester (RPS) atau nama lainnya yang disusun oleh dosenatau tim dosen. Rencana Pembelajaran Semester (RPS) ini merupakankegiatan atau tindakan mengkoordinasikan komponen-komponenpembelajaran sehingga tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, carapenyampaian kegiatan (metode, model dan teknik) serta cara menilainyamenjadi jelas dan sistematis, sehingga proses belajar mengajar selama satusemester menjadi efektif dan efisien.
Komponen RPS berdasarkan SNPT terdiri dari : a) nama program studi,nama dan kode mata kuliah, semester, SKS, nama dosen pengampu; b)capaian pembelajaran lulusan yang dibebankan pada mata kuliah; c)kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap tahap pembelajaran untukmemenuhi capaian pembelajaran lulusan; d) bahan kajian yang terkaitdengan kemampuan yang akan dicapai; e) metode pembelajaran; f) waktuyang disediakan untuk mencapai kemampuan pada tiap tahap pembelajaran;g) pengalaman belajar mahasiswa yang diwujudkan dalam deskripsi tugasyang harus dikerjakan oleh mahasiswa selama satu semester; h) kriteria,indikator, dan bobot penilaian; dan i) daftar referensi yang digunakan.Tabel berikut dapat menjadi model RPS.
Tabel 17Komponen Rencana Pembelajaran Semester
Mata Kuliah:……………………..Kode :……….……………..
SKS :………..…....
Program Studi :…………………….. Semester : ……………Kode Mata Kuliah : ………………… Dosen :…………………...
Capaian Pembelajaran mata kuliah (CPMK):...................................................................................................
Minggu/Pertemua
n Ke-
Kemampuan Akhir
yangDiharapka
n
BahanKajian(MateriPelajara
n)
MetodePembelajara
n
Waktu
Belajar
(menit)
Pengalaman Belajar
Indikatordan
KreteriaPenilaian
BobotNilai
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
(7)
Daftar Referensi: …………………………………………………….
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
41
Pengisian format di atas dengan memperhatikan contoh berikut.
Tabel 18Penjelasan Setiap Komponen RPS
No Komponen Penjelasan1 Capaian
Pembelajaran matakuliah (CPMK)
CPMK adalah rumusan capaian pembelajaranmata kuliah yang diperoleh dari hasil analisisCPL dan bahan kajian. CPMK memuat unsursikap, ketrampilan umum, ketrampilankhusus, dan pengetahuan.Contoh pada mata kuliah Metodologi StudiIslamSikap:(diambil dari CPL Bidang Sikap dan tata nilai)a. Mahasiswa mampu menunjukan
ketakwaan dan mampu menunjukkansikap religius sebagai muslim, mukmin,dan muhsin;
b. Mahasiswa mampu menunjukkan sikaptoleran, moderat, dan menjunjung tingginilai kemanusiaan dalam menjalankantugas berdasarkan nilai, moral, dan etikaIslami;
Pengetahuan:(diambil dari CPL Bidang Pengetahuan)a. Mahasiswa mampu menjelaskan teori
tentang manusia, alam semesta, danlingkungan menurut Islam
b. Mahasiswa mampu menderivasikan teorikeislaman pada landasan filosofis strukturkeilmuan
Keterampilan:(diambil dari CPL Bidang Keterampilan)a. Mahasiswa mampu merancang desain
kaitan antara teori keislaman denganlandasan keilmuan
b. Mahasiswa mampu menyajikan gagasanpenting kaitan antara teori keislamandengan landasan keilmuan
2 Minggu/PertemuanKe
Menunjukan kapan suatu kegiatandilaksanakan, yakni mulai minggu ke 1 sampaike 16 (satu semester) (bisa 1/2/3/4mingguan).
3 Kemampuan Akhiryang Diharapkan
Rumusan kemampuan di bidang kognitif,psikomotorik, dan afektif diusahakan lengkapdan utuh (hard skills & soft skills). Hal inimerupakan tahapan kemampuan yangdiharapkan sehingga CP dari mata kuliah initercapai di akhir semester.Pada aspek kognitif, seperti: menganalisis
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
42
komponen teori masuknya Islam di Indonesia.Asepek Afektif, seperti menilai positif terhadapkomponen teori masuknya Islam di Indonsia.Aspek Psikomotor, seperti merancanginfografis masuknya Islam di Indonesia.
4 Bahan Kajian(Materi Belajar)
Bisa diisi pokok bahasan/sub pokok bahasan,atau topik bahasan.Bahan kajian dikembangkan berdasarkantipologi pengetahuan yang terdiri dari:a. Pengetahuan Faktual, misalnya sajian fakta
tentang masuknya Islam dalam beberapasumber literatur
b. Pengetahuan Konseptual, misalnya definisi,teori, dan klasifikasi terkait denganmasuknya Islam di Indonesia
c. Pengetahuan Prosedural, misalnya langkah-langkah dan mekanisme masuk danpenyebaran Islam di Indonesia.
d. Pengetahuan Metakognitif, misalnya analisisreflektif mengenai masuk dan penyebaranIslam di Indonesia
5 MetodePembelajaran
Dapat berupa: diskusi kelompok, simulasi,studi kasus, pembelajaran kolaboratif,pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasisproyek, pembelajaran berbasis masalah, ataumetode pembelajaran lain, atau gabunganberbagai bentuk. Pemilihan metodepembelajaran didasarkan pada keniscayaanbahwa dengan metode pembelajaran yangdipilih mahasiswa mencapai kemampuan yangdiharapkan
6 Waktu Belajar Takaran waktu yang menyatakan beban belajardalam satuan SKS (satuan kredit semester).Satu SKS setara dengan 170 (seratus tujuhpuluh) menit kegiatan belajar per minggu persemester.
7 PengalamanBelajar
Kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswayang dirancang oleh dosen agar yangbersangkutan memiliki kemampuan yang telahditetapkan (tugas, survai, menyusun paper,melakukan praktek, studi banding, dsb)
8 Indikator danKriteria Penilaian
Indikator merupakan penciri yang dapatmenunjukkan pencapaian kemampuan yangdicanangkan, meliputi: kognitif, afektif danpsikomotor.Ketiga indikator tersebut dapat berupa kriteriapenilaian kualitatif dan kriteria penilaiankuantitatif.
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
43
Kriteria penilaian merupakan ketentuan yangditetapkan oleh dosen yang berkaitan denganpenciri kemampuanDemikian pula kriteria penilaian dapat berupakriteria penilaian kualitatif dan kriteriapenilaian kuantitatif.Kriteria penilaian kualitatif, seperti: ketepatananalisis, kerapian sajian, Kreatifitas ide,kemampuan komunikasi dan yang sejenis.Kriteria penilaian kuantitatif, seperti:banyaknya kutipan acuan/unsur yang dibahas,kebenaran hitungan, dan yang sejenis.
9 Bobot Nilai Disesuaikan dengan waktu yang digunakanuntuk membahas atau mengerjakan tugas,atau besarnya sumbangan suatu kemampuanterhadap pencapaian CP mata kuliah ini.
Dalam hal pengalaman belajar, dosen dapat memperkuat pengalamanmahasiswa dengan memberikan penugasan. Rancangan penugasan tersebutdapat merujuk pada model berikut.
Tabel 19Format Rancangan Tugas Mahasiswa
Mata Kuliah : …………………………….Semester/Tahun Akademik: ……………………………Sks : ……………………………………………Minggu Ke : …………………………………………….Tugas Ke : ……………………………………………Dosen : ……………………………………………..
1 Tujuan Tugas : ……………………..2 Uraian Tugas : ……………………..
a. Objek Tugas : ……………………..b. Batasan Pengerjaan Tugas : ……………………..c. Metode/cara dan acuan tugas : ……………………..d. Deskripsi luaran tugas : ……………………..
3 Kriteria Penilaiana. ……………………….. : …………… %b. ………………………… : …………… %c. ………………………….. : …………… %
Tabel 20Penjelasan Format Tugas Mahasiswa
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
44
No Unsur Penjelasan1 Tujuan Tugas Rumusan kemampuan yang diharapkan dapat
dicapai oleh mahasiswa bila ia berhasilmengerjakan tugas ini (hard skill dan soft skill).
2 Objek Tugas Berisi deskripsi obyek material yang akandipelajari dalam tugas ini (misal teori manusiamenurut Islam)
3 Batasan PengerjaanTugas
Uraian besaran, tingkat kerumitan, dan keluasanmasalah dari obyek material yang harusdipelajari, tingkat ketajaman dan kedalamanstudi. Misalnya teori manusia menurut filosofMuslim, Bisa juga ditetapkan hasilnya harusdipresentasi di forum diskusi/ seminar
4 Metode/cara danacuan tugas
Berupa petunjuk tentang teori/teknik/alat yangsebaiknya digunakan, alternative langkah-langkah yang bisa ditempuh, data dan bukuacuan yang wajib dan yang disarankan untukdigunakan, ketentuan dikerjakan secarakelompok/individual
5 Deskripsi luaran tugas Adalah uraian tentang bentuk hasil studi/ kinerjayang harus ditunjukkan/disajikan (misal hasilstudi tersaji dalam paper minimum 20 halamantermasuk skema, tabel dan gambar, denganukuran kertas kuarto, diketik dengan type danbesaran huruf yang tertentu, dan mungkindilengkapi sajian dalam bentuk CD dengan formatpowerpoint).
6 Kriteria Penilaian Berisi butir-butir indikator yang dapatmenunjukan tingkat keberhasilan mahasiswadalam usaha mencapai kemampuan yang telahdirumuskan
B. Proses PembelajaranPembelajaran memiliki karakteristik interaktif, holistik, integratif,
saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan berpusat padamahasiswa.1. Interaktif adalah capaian pembelajaran lulusan diraih dengan
mengutamakan proses interaksi dua arah antara mahasiswa dan dosen.
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
45
2. Holistik adalah proses pembelajaran mendorong terbentuknya pola pikiryang komprehensif dan luas dengan menginternalisasi keunggulan dankearifan lokal maupun nasional.
3. Integratif adalah capaian pembelajaran lulusan diraih melaluiproses pembelajaran yang terintegrasi untuk memenuhi capaianpembelajaran lulusan secara keseluruhan dalam satu kesatuan programmelalui pendekatan antardisiplin dan multidisiplin.
4. Saintifik adalah capaian pembelajaran lulusan diraih melalui prosespembelajaran yang mengutamakan pendekatan ilmiah sehingga terciptalingkungan akademik yang berdasarkan sistem nilai, norma, dan kaidahilmu pengetahuan serta menjunjung tinggi nilai-nilai agama dankebangsaan.
5. Kontekstual adalah capaian pembelajaran lulusan diraih melalui prosespembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan kemampuanmenyelesaikan masalah dalam ranah keahliannya.
6. Tematik adalah capaian pembelajaran lulusan diraih melaluiproses pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik keilmuanprogram studi dan dikaitkan dengan permasalahan nyata melaluipendekatan transdisiplin.
7. Efektif adalah capaian pembelajaran lulusan diraih secara berhasilguna dengan mementingkan internalisasi materi secara baik danbenar dalam kurun waktu yang optimum.
8. Kolaboratif adalah capaian pembelajaran lulusan diraih melalui prosespembelajaran bersama yang melibatkan interaksi antar individupembelajar untuk menghasilkan kapitalisasi sikap, pengetahuan, danketerampilan.
9. Berpusat pada mahasiswa adalah capaian pembelajaran lulusan diraihmelalui proses pembelajaran yang mengutamakan pengembangankreativitas, kapasitas, kepribadian, dan kebutuhan mahasiswa, sertamengembangkan kemandirian dalam mencari dan menemukanpengetahuan.
10. Penerapan ICT dalam pembelajaran, salah satunya menggunakanpembelajaran hybrid learning. Pembelajaran ini menggabungkan gayapembelajaran konvensional dengan penguasaan ICT.
Pemilihan strategi pembelajaran harus mempertimbangkankesesuaiannya untuk pencapaian pembelajaran lulusan. Sebagai contoh,kemampuan presentasi tidak mungkin bisa dicapai melalui kuliah/ceramahdan ujian tulis. Dengan demikian capaian pembelajaran harus menjadi dasardalam pemilihan bentuk/strategi pembelajarannya.
Pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa menjadi prinsip yangutama, sedangkan prinsip pembelajaran yang lain akan melengkapi.
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
46
Pembelajaran tersebut dikenal dengan istilah Student Centered Learning(SCL). Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan dengan memberikankesempatan kepada mahasiswa untuk mencapai hasil belajar sesuai denganCPL yang diharapkan. Dalam hal ini dosen menjadi fasilitator pembelajaran.Ciri metode pembelajaran SCL adalah sebagai berikut:1. dosen berperan tidak hanya sebagai narasumber tetapi juga sebagai
fasilitator dan motivator;2. mahasiswa harus menunjukkan kinerja, yang bersifat kreatif yang
mengintergrasikan kemampuan kognitif, psikomotorik dan afeksi secarautuh;
3. proses interaksinya menitikberatkan pada “method of inquiry anddiscovery”;
4. sumber belajarnya bersifat multi demensi, artinya bisa didapat dari manasaja;
5. lingkungan belajarnya harus terancang dan kontekstual.
Model pembelajaran SCL beragam. Berikut beberapa alternatifnya.Tabel 21
Ragam Pembelajaran SCL
No MetodePembelajara
n
Aktivitas Dosen Aktivitas Mahasiswa
1 Small GroupDiscussion
a. membentuk kelompok(5-10)
b. memilih bahandiskusi
c. mepresentasikanpaper danmendiskusikan dikelas
a. Membuat rancangan bahan dikusidan aturan diskusi.
b. Menjadi moderator dan sekaligusmengulas pada setiap akhir sesiondiskusi mahasiswa.
2 Simulasi a. Mempelajari danmenjalankan suatuperan yangditugaskankepadanya.
b. atau mempraktikkan/mencoba berbagaimodel (komputer)yang telah disiapkan
a. Merancang situasi/ kegiatan yangmirip dengan yang sesungguhnya,bisa berupa bermain peran, modelkomputer, atau berbagai latihansimulasi.
b. Membahas kinerja mahasiswa.
3 Discovery mencari, mengumpulkan, a. Menyediakan data, atau petunjuk
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
47
Learning dan menyusun informasiyang ada untukmendeskripsikan suatupengetahuan.
(metode) untuk menelusuri suatupengetahuan yang harusdipelajari oleh mahasiswa.
b. Memeriksa dan memberi ulasanterhadap hasil belajar mandirimahasiswa
4 Self-DirectedLearning
merencanakan kegiatanbelajar, melaksanakan,dan menilai pengalamanbelajarnya sendiri.
sebagai fasilitator, memberi arahan,bimbingan, dan konfirmasi terhadapkemajuan belajar yang telahdilakukan individu mahasiswa
5 CooperativeLearning
Membahas danmenyimpulkan masalah/tugas yang diberikandosen secaraberkelompok
e. Merancang dan dimonitor prosesbelajar dan hasil belajar kelompokmahasiswa.
f. Menyiapkan suatu masalah/kasus atau bentuk tugas untukdiselesaikan oleh mahasiswasecara berkelompok.
6 Collaborative Learning
a. Bekerja sama dengananggota kelompoknyadalam mengerjakantugas
b. Membuat rancanganproses dan bentukpenilaian berdasarkankonsensuskelompoknya sendiri.
a. Merancang tugas yang bersifatopen ended.
b. Sebagai fasilitator dan motivator.
7 ContextualInstruction
a. Membahas konsep(teori) kaitannyadengan situasi nyatau
b. Melakukan studilapang/ terjun didunia nyata untukmempelajarikesesuaian teori.
a. Menjelaskan bahan kajian yangbersifat teori dan mengkaitkannyadengan situasi nyata dalamkehidupan sehari-hari, atau kerjaprofesional, atau manajerial, atauentrepreneurial.
b. Menyusun tugas untuk studimahasiswa terjun ke lapangan
8 ProjectBasedLearning
a. Mengerjakan tugas(berupa proyek) yangtelah dirancang secarasistematis.
b. Menunjukan kinerjadan mempertanggungjawabkan hasil
a. Merancang suatu tugas (proyek)yang sistematik agar mahasiswabelajar pengetahuan danketrampilan melalui prosespencarian/ penggalian (inquiry),yang terstruktur dan kompleks.
b. Merumuskan dan melakukan
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
48
kerjanya di forum. proses pembimbingan danasesmen.
9 ProblemBasedLearning
Belajar dengan menggali/mencari informasi(inquiry) sertamemanfaatkan informasitersebut untukmemecahkan masalahfaktual/ yang dirancangoleh dosen.
a. Merancang tugas untuk mencapaiCP tertentu
b. Membuat petunjuk (metode) untukmahasiswa dalam mencaripemecahan masalah yang dipiliholeh mahasiswa sendiri atau yangditetapkan.
10 Dst Dst dst
C. PenilaianStandar penilaian pembelajaran merupakan kriteria minimal tentang
penilaian proses dan hasil belajar mahasiswa dalam rangka pemenuhancapaian pembelajaran lulusan. Penilaian tersebut mencakup: 1) prinsippenilaian; 2) teknik dan instrumen penilaian; 3) mekanisme dan prosedurpenilaian; 4) pelaksanaan penilaian; 5) pelaporan penilaian; dan 6) kelulusanmahasiswa.1. Prinsip Penilaian
Prinsip penilaian mencakup prinsip edukatif, otentik, objektif,akuntabel, dan transparan. Berikut ini adalah penjelasannya.
Tabel 22Prinsip-Prinsip Penilaian
Prinsip Penjelasan
EdukatifMemotivasi untuk:a. Memperbaiki rencana dan cara belajarnya;b. Meraih capaian pembelajarnya;
Otentika. Berorientasi pada proses belajar yang berkesinambungan;b. Hasil belajar yang mencerminkan kemampuan
mahasiswa;
Objektif
a. Penilaian yang standarnya disepakati antara dosen danmahasiswa;
b. Bebas dari pengaruh subjektivitas penilai dan yangdinilai;
AkuntabelPenilaian yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur dankriteria yang jelas, disepakati pada awal kuliah, dandipahami oleh mahasiswa.
Transparana. Penilaian yang prosedural;b. Hasil penilaiannya dapat diakses oleh semua pemangku
kepentingan;
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
49
2. Teknik dan Instrumen PenilaianTeknik penilaian terdiri atas observasi, partisipasi, unjuk kerja, tes
tertulis, tes lisan, dan angket. Instrumen penilaian terdiri atas penilaianproses dalam bentuk rubrik dan/atau penilaian hasil dalam bentuk portofolioatau karya desain. Adapun hasil akhir penilaian merupakan integrasi antaraberbagai teknik dan instrumen penilaian yang digunakan.
Penilaian ranah sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri,penilaian antar mahasiswa (mahasiswa menilai kinerja rekannya dalam satubidang atau kelompok), dan penilaian aspek pribadi yang menekankan padaaspek beriman, berakhlak mulia, percaya diri, disiplin dan bertanggung jawabdalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar,serta dunia dan peradabannya.
Penilaian penguasaan pengetahuan, keterampilan umum, danketerampilan khusus dilakukan dengan memilih satu atau kombinasi dariberbagi teknik dan instrumen penilaian. Penilaian pengetahuan tersebutdapat berbentuk tes tulis dan tes lisan yang secara teknis dapat dilaksanakansecara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung maksudnya adalahdosen dan mahasiswa bertemu secara tatap muka saat penilaian, misalnyasaat seminar, ujian skripsi, tesis dan disertasi. Sedangkan secara tidaklangsung, misalnya menggunakan lembar-lembar soal ujian tulis. Adapunpenilaian ranah keterampilan melalui penilaian kinerja yang dapatdiselenggarakan melalui praktikum, praktek, simulasi, praktek lapangan, danlainnya yang memungkinkan mahasiswa dapat meningkatkan kemampuanketerampilannya.
3. Mekanisme dan Prosedur PenilaianMekanisme penilaian terdiri atas:
a. Menyusun, menyampaikan, menyepakati tahap, teknik, instrumen,kriteria, indikator, dan bobot penilaian antara penilai dan yang dinilaisesuai dengan rencana pembelajaran.
b. Melaksanakan proses penilaian sesuai dengan tahap, teknik,instrumen, kriteria, indikator, dan bobot penilaian yang memuat prinsippenilaian memberikan umpan balik dan kesempatan untukmempertanyakan hasil penilaian kepada mahasiswa, dan
c. Mendokumentasikan penilaian proses dan hasil belajar mahasiswa secaraakuntabel dan transparan.
Prosedur penilaian mencakup tahap perencanaan, kegiatan pemberiantugas atau soal, observasi kinerja, pengembalian hasil observasi, danpemberian nilai akhir. Prosedur penilaian pada tahap perencanaan dapatdilakukan melalui penilaian bertahap dan/atau penilaian ulang.4. Pelaksanaan Penilaian
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
50
Pelaksanaan penilaian dilakukan sesuai dengan rencana pembelajaran.Pelaksanaan penilaian dapat dilakukan oleh:a. Dosen pengampu atau tim dosen pengampu.b. Dosen pengampu atau tim dosen pengampu dengan mengikutsertakan
mahasiswa, dan/atauc. Dosen pengampu atau tim dosen pengampu dengan mengikutsertakan
pemangku kepentingan yang relevan.Adapun pelaksanaan penilaian untuk program doktor, PTKI wajibmenyertakan tim penilai eksternal dari perguruan tinggi yang berbeda.
5. Pelaporan PenilaianPelaporan penilaian dinyatakan dalam kualifikasi keberhasilan
mahasiswa dalam menempuh suatu mata kuliah yang dinyatakan dalamkisaran:
a. huruf A setara dengan angka 4 (empat) berkategori sangat baik;b. huruf B setara dengan angka 3 (tiga) berkategori baik;c. huruf C setara dengan angka 2 (dua) berkategori cukup;d. huruf D setara dengan angka 1 (satu) berkategori kurang; ataue. huruf E setara dengan angka 0 (nol) berkategori sangat kurang.
PTKI dapat menggunakan huruf antara dan angka antara untuk nilaipada kisaran 0 (nol) sampai 4 (empat). Hasil penilaian diumumkan kepadamahasiswa setelah satu tahap pembelajaran sesuai dengan rencanapembelajaran.
Hasil penilaian capaian pembelajaran lulusan di tiap semesterdinyatakan dengan indeks prestasi semester (IPS). Indeks prestasi semester(IPS) dinyatakan dalam besaran yang dihitung dengan cara menjumlahkanperkalian antara nilai huruf setiap mata kuliah yang ditempuh dan sks matakuliah bersangkutan dibagi dengan jumlah sks mata kuliah yang diambildalam satu semester.
Hasil penilaian capaian pembelajaran lulusan pada akhir programstudi dinyatakan dengan indeks prestasi kumulatif (IPK). Indeks prestasikumulatif (IPK) dinyatakan dalam besaran yang dihitung dengan caramenjumlahkan perkalian antara nilai huruf setiap mata kuliah yang ditempuhdan sks mata kuliah bersangkutan dibagi dengan jumlah sks mata kuliahyang diambil yang telah ditempuh.
6. Kelulusan MahasiswaMahasiswa yang telah lulus berhak mendapatkan Pernyataan
Kelulusan. Pernyataan tersebut mengikuti pola di bawah ini.
Tabel 23Kelulusan Mahasiswa Program Sarjana, Profesi, Magister, dan Doktor
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
51
No Jenjang Pernyataan Kelulusan IPK PredikatKelulusan
1 Sarjana Apabila telah menempuh seluruh beban belajar yangditetapkan dan memiliki capaian pembelajaran lulusanyang ditargetkan oleh program studi dengan indeksprestasi kumulatif (IPK) lebih besar atau sama dengan2,00 (dua koma nol nol).
2,76-3,00 Memuaskan3,01-3,50 Sangat
Memuaskan>3,50 Pujian Pujian
2 Profesi,Magister (S2)Doktor (S3)
Dinyatakan lulus apabila telah menempuh seluruhbeban belajar yang ditetapkan dan memiliki capaianpembelajaran lulusan yang ditargetkan oleh programstudi dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) lebih besaratau sama dengan 3,00 (tiga koma nol).
3,00-3,50 Memuaskan
3,51-3,75 SangatMemuaskan
>3,75 Pujian
Mahasiswa PTKI yang dinyatakan lulus berhak memperoleh:a. Ijazah, bagi lulusan program sarjana, program magister, dan program
doktor;b. Sertifikat profesi, bagi lulusan program profesi;c. Gelar; dand. Surat keterangan pendamping ijazah (SKPI). (contoh SKPI terlampir)
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
52
BAB VTAHAP EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN
Dalam kerangka pengelolaan pembelajaran, sesuai dengan SNPT, PTKIberkewajiban:1. melakukan penyusunan kurikulum dan rencana pembelajaran dalam
setiap mata kuliah;2. menyelenggarakan program pembelajaran sesuai standar isi, standar
proses, standar penilaian yang telah ditetapkan dalam rangka mencapaicapaian pembelajaran lulusan;
3. melakukan kegiatan sistemik yang menciptakan suasana akademik danbudaya mutu yang baik;
4. melakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi secara periodik dalamrangka menjaga dan meningkatkan mutu proses pembelajaran; dan
5. melaporkan hasil program pembelajaran secara periodik sebagai sumberdata dan informasi dalam pengambilan keputusan perbaikan danpengembangan mutu pembelajaran.
Kegiatan evaluasi program pembelajaran digunakan sebagai tolok ukurkeberhasilan dan perbaikan mutu pembelajaran atau pengembangankurikulum program studi. Salah satu bentuk evaluasi program pembelajaranyang dapat dilakukan adalah penyebaran angket kepada mahasiswa sebelumkegiatan pembelajaran selesai di setiap semester. Hasilnya ditabulasi dandianalisis untuk melihat keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukanoleh dosen atau sekelompok dosen di setiap mata kuliah. Hasil analisis inidapat digunakan untuk evaluasi diri dan perbaikan terutama pada prosespembelajaran.
Evaluasi dengan sistem angket dilakukan dengan mengikuti tahapan-tahapan. Dimulai dengan kegiatan merencanakan bentuk angket, penyebaranangket pada mahasiswa, pengolahan hasil angket, analisis dan pembahasanhasil analisis, pembuatan rekomendasi, dan diakhiri pembuatan laporan.
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
53
BAB VIPELAPORAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA
Pelaporan prestasi belajar mahasiswa PTKI dinyatakan dalam bentukijazah, transkrip akademik, dan Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI).Dalam pelaporan tersebut, PTKI dapat merujuk pada Peraturan MenteriAgama Nomor 1 Tahun 2016 tentang Ijazah, Transkrip Akademik, dan SuratKeterangan Pendamping Ijazah Perguruan Tinggi Keagamaan.
Untuk memenuhi standar nasional dan memberikan kepastian hukumbagi pihak-pihak yang terkait, setiap PTKI harus mencantumkan NomorInduk Registrasi Masuk (NIRM) dan Nomor Induk Registrasi Lulus (NIRL)sesuai dengan peraturan teknis Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDPT),juga dapat ditelusuri dalam SIVIL (Sistem Informasi Validasi Lulusan), danPIN (Penomoran Ijazah Nasional).
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
54
BAB VIIPENUTUP
Pengembangan kurikulum pada PTKI merupakan implementasiregulasi, tuntutan, tantangan, dan kebutuhan masing-masing PTKI dalammeningkatkan mutu pendidikan secara kontinyu. Panduan ini diharapkanmenjadi acuan praktis sehingga dapat membantu pengelola program studidan dosen PTKI dalam penyusunan kurikulum sesuai dengan KKNI danSNPT.
Pengelola program studi dan dosen PTKI diharapkan dapat memahamidan mengaplikasikan Panduan ini secara optimal dalam kerangkapenyusunan kurikulum. Sebagai tindak lanjut dari Panduan ini, program studidan PTKI dapat menyusun petunjuk teknis pembelajaran, penyusunan bahanajar, praktikum, dan penilaian.
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
55
DAFTAR RUJUKAN
Bruce Joyce, M. Weil, & E. Calhoun. 2009. Models of Teaching (8 ed.). NewJersey: Pearson Education,Inc
Ditjen Dikti. 2014. Buku Panduan Kurikulum Pendidikan Tinggi DirektoratPembelajaran dan Kemahasiswaan. Jakarta: Kementerian PendidikanDan Kebudayaan
Ditjen Pembelajaran dan Mahasiswa. 2016. Buku Panduan PenyusunanKurikulum Pendidikan Tinggi. Jakarta: Kementerian Riset Teknologi danPendidikan Tinggi.
Ditjen Pendidikan Islam. 2013. Petunjuk Teknis Pengembangan KurikulumBerbasis Kompetensi Yang Merujuk Pada Kerangka Kualifikasi NasionalIndonesia. Jakarta: Kementerian Agama
Peraturan Direktur Jenderal Nomor 2500 Tahun 2018 Tentang StandarKompetensi Lulusan dan Capaian Pembelajaran Program StudiJendang Sarjana Pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam danFakultas Agama Islam Pada Perguruan Tinggi.
Peraturan Menteri Agama RI Nomor 1 tahun 2016 tentang Ijazah, TranskripAkademik, dan Surat Keterangan Pendamping Ijazah
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Republik IndonesiaNomor 44 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi;
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 TentangKerangka Kualifikasi Nasional Indonesia;
Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi;Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
56
Lampiran 1Contoh SKPI
No. SKPI/……./…/2018
UNIVERSITAS ………………………………………………………..
SURAT KETERANGAN PENDAMPING IJAZAH
Diploma Supplement
01. DESKRIPSI SURAT KETERANGAN PENDAMPING IJAZAH (SKPI)
01. Diploma Suplement Description
Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) ini mengacu pada KerangkaKualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan Standar Nasional PendidikanTinggi (SNPT) serta Peraturan Menteri Agama Repulik Indonesia Nomor 1tahun 2016 tentang Ijazah, Transkrip Akademik, dan Surat KeteranganPendamping Ijazah Perguruan Tinggi Keagamaan. Tujuan dari SKPI iniadalah menjadi dokumen yang menyatakan kemampuan kerja,penguasaan pengetahuan, dan sikap/moral pemegangnya.
Terjemah ke dalam bahasa inggris
02. INFORMASI TENTANG IDENTITAS DIRI PEMEGANG SKPI
02. Information identifying the Holder of Diploma Supplement
NAMA LENGKAP
Full Name
TAHUN MASUK DAN LULUS
Year of Completion
………………………. …………………………..
TEMPAT DAN TANGGAL LAHIR NOMOR SERI IJAZAH
Logo PTKI
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
57
Date and Place of Birth Diploma Number
Bandung, …………………………
Gowa, ……………………....................
NOMOR INDUK MAHASISWA
Student Identification Number
GELAR DAN SINGKATAN
Name of Qualification
……………………………………Sarjana ……………………………………
Terjemah ke dalam bahasa inggris
03. INFORMASI TENTANG IDENTITAS PENYELENGGARA PROGRAM
03. Information identifying The Awarding Institution
SK PENDIRIAN PERGURUAN TINGGI
Awarding Institution’s License
PERSYARATAN PENERIMAAN
Entry Requirements
No..........
No..........
Lulus SMA/MA/SMK Sederajat
Terjemah ke dalam bahasa inggris
NAMA PERGURUAN TINGGI
Awarding Institution
Universitas……………………………..
Terjemah ke dalam bahasa inggris
FAKULTAS
Faculty
BAHASA PENGANTAR KULIAH
Language of Instruction
Indonesia
Indonesian
PROGRAM STUDI
Major
Tarbiyah dan Keguruan PAI
Terjemah ke dalam bahasa inggris Terjemah ke dalam bahasa inggris
SISTEM PEMBELAJARAN
Learning System
SISTEM PENILAIAN
Grading System
KELAS: Reguler
Class :Regular
Skala 1-4; A=4, B=3, C=2, D=1
Scale1-4; A=4, B=3, C=2, D=1
PROGRAM PENDIDIKAN
Academic Programe
Akademik dan Sarjana (Strata 1)
Academic & Bachelor Degree
LAMA STUDI REGULER
Regular Length of Study
8 Semester
8 Semesters
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
58
JENJANG KUALIFIKASI SESUAI KKNI Level ofQualification in the National QualificationFramework
Level 6
JENIS DAN JENJANG PENDIDIKAN LANJUTAN
Access to Further Study
Program Magister dan Doktoral
Master & Doctorl Program
STATUS PROFESI (BILA ADA)
Professional Status (If Applicable)
04. INFORMASI TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONALINDONESIA (KKNI)
04. Information of Indonesian Qualification Framework
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia(KKNI) adalah kerangka penjenjangankualifikasi dan kompetensi tenaga kerjaIndonesia yang menyandingkan,menyetarakan, dan mengintegrasikan sektorpendidikann dengan sektor pelatihan danpengalaman kerja dalam suatu skemapengakuan kemampuan kerja yangdisesuaikan dengan struktur di berbagaisektor pekerjaan. KKNI merupakanperwujudan mutu dan jati diri BangsaIndonesia terkait dengan sistempendidikan nasional, sistem pelatihan kerjanasional serta sistem penilaian kesetaraancapaian pembelajaran (learning outcomes)nasional, yang dimiliki Indonesia untukmenghasilkan sumberdaya manusia yangbermutu dan produktif.KKNI merupakansistem yang berdiri sendiri dan merupakanjembatan antara sektor pendidikan danpelatihan untuk membentuk SDM nasionalberkualitas dan bersertifikat melalui skemapendidikan formal, non formal, in formal,pelatihan kerja atau pengalaman kerja.Jenjang kualifikasi adalah tingkat capaianpembelajaran yang disepakati secaranasional, disusun berdasarkan ukuran hasilpendidikan dan/atau pelatihan yangdiperoleh melalui pendidikan formal,nonformal, informal, atau pengalaman kerja.
Terjemahkan ke dalam bahasa Inggris
05. INFORMASI TENTANG CAPAIAN PEMBELAJARAN
05. Information Identifying the Learning Outcomes
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN A. LEARNING OUTCOMES
CAPAIAN PEMBELAJARAN BIDANG SIKAPDAN TATA NILAI
ATTITUDE LEARNING OUTCOMES
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
59
1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa danmampu menunjukkan sikap religius;
2. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalammenjalankan tugas berdasarkan agama, moral,dan etika;
3. Berkontribusi dalam peningkatan mutukehidupan bermasyarakat, berbangsa,bernegara, dan kemajuan peradabanberdasarkan Pancasila;
4. Berperan sebagai warga negara yang bangga dancinta tanah air, memiliki nasionalisme serta rasatanggung jawab pada negara dan bangsa
5. Dst
Terjemah ke dalam bahasa inggris
CAPAIAN PEMBELAJARAN BIDANGPENGETAHUAN
KNOWLEDGE LEARNING OUTCOMES
1. Menguasai secara mendalam karakteristikpeserta didik dari aspek fisik, psikologis, sosial,dan kultural untuk kepentingan pembelajaran;
2. Memberikan layanan pembelajaran PAI(Pendidikan Agama Islam) yang mendidikkepada peserta didik sesuai dengankarakteristiknya;
3. Memfasilitasi pengembangan potensi relegiuspeserta didik secara optimal;
4. Menguasai landasan filosofis, yuridis, historis,sosiologis, kultural, psikologis, dan empirisdalam penyelenggaraan pendidikan danpembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam);
5. Menguasai konsep, instrumentasi, dan praksispsikologi pendidikan dan bimbingan sebagaibagian dari tugas pembelajaran PAI(Pendidikan Agama Islam);
6. Menguasai teori belajar dan pembelajaran PAI(Pendidikan Agama Islam);
7. Memilih secara adekuat pendekatan danmodel pembelajaran, bahan ajar, dan penilaianuntuk kepentingan pembelajaran PAI;
8. Menerapkan teknologi informasi dankomunikasi dalam perencanaan pembelajaran,penyelenggaraan pembelajaran, evaluasipembelajaran dan pengelolaan pembelajaranPAI (Pendidikan Agama Islam);
9. Memperbaiki dan/atau meningkatkankualitas pembelajaran berdasarkanpenilaian proses dan penilaian hasil belajarPAI (Pendidikan Agama Islam);
10. Dst..
Terjemah ke dalam bahasa inggris
CAPAIAN PEMBELAJARAN BIDANGKETERAMPILAN UMUM
GENERAL SKILS LEARNINGOUTCOMES
1. Mampu menunjukkan kinerja mandiri,bermutu dan terukur sebagai pendidik,peneliti dan pengembang bahan ajar PAI
2. Mampu mengkaji implikasi pengembanganatau implementasi ilmu pengetahuan danteknologi yang memperhatikan dan
Terjemah ke dalam bahasa inggris
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
60
menerapkan nilai humaniora sesuai dengankeahliannya berdasarkan kaidah, tata cara,dan etika ilmiah dalam rangka menghasilkansolusi, gagasan, desain atau kritik seni,
3. Mampu menyusun deskripsi saintifik, hasilkajiannya dalam bentuk skripsi atau laporantugas akhir, dan mengunggahnya dalamlaman perguruan tinggi
4. Mampu mengambil keputusan secara tepat,dalam konteks penyelasaian masalah dibidang keahliannya berdasarkan hasil analisisinformasi dan data
CAPAIAN PEMBELAJARAN BIDANGKETERAMPILAN KHUSUS
SPESIFIC SKILS LEARNINGOUTCOMES
13. Mampu menerapkan kurikulum mataPelajaran Pendidikan Agama Islam disekolah/madrasah sesuai dengan prosedurdan prinsip-prinsip dalam pengembangankurikulum;
14. Mampu mengembangkan perangkatpembelajaran Pendidikan Agama Islamdisekolah/madrasah secara baik dan tepat;
15. Mampu mengembangkan media , alat danbahan ajar pembelajaran Pendidikan AgamaIslam;
16. Mampu melaksanakan pembelajaran yangmendidik, kreatif dan inovatif pada PendidikanAgama Islam di sekolah/madrasah;
17. Mendiseminasikan karya akademikdalam bentuk publikasi yang diunggahdalam laman perguruan tinggi dan/ataujurnal bereputasi
18. Dst.
Terjemah ke dalam bahasa inggris
B. AKTIVITAS, PRESTASI, DAN KEGIATANPemegang SKPI ini memiliki perestasi dan telahmengikuti program:1. Pengembangan Perangkat Pembelajaran PAI
Tahun 2062. Juara I Lomba Penyusunan Naskah Buku PAI
tahun 2017.3. Sertifikasi Bahasa Asing Tingkat Advance Tahun
20164. Dst
B. ACTIVITIES, ACHIEVEMENTS,AND AWARDSTerjemahkan ke dalam bahasa Inggris
06. SKEMA TENTANG SISTEM PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA
06. SCHEME OF THE INDONESIAN HIGHER EDUCATION SYSTEM
Panduan Pengembangan Kurikulum PTKIMengacu pada KKNI dan SNPT
61
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia,yang selanjutnya disingkat KKNI adalahkerangka penjenjangan kualifikasi kom-petensi yang dapat menyandingkan,menyetarakan, dan meng-integrasikan antarabidang pen-didikan dan bidang pelatihankerja serta pengalaman kerja dalam rangkapemberian pengakuan kompetensi kerja sesuaidengan struktur pekerjaan di berbagai bidang.
Terjemahkan ke dalam bahasa Inggris
KKNI merupakan perwujudan mutu dan jatidiri bangsa Indonesia terkait dengan sistempendidikan dan pelatihan nasional yangdimiliki Indonesia.
Terjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
Jenjang kualifikasi adalah tingkat capaianpembelajaran yang disepakati secara nasional,disusun berdasarkan ukuran hasil pendidikandan/atau pelatihan yang diperoleh melaluipendidikan formal, nonformal ataupengalaman kerja.
Terjemahkan ke dalam bahasa Inggris
07. PENGESAHAN SKPI
07. SKPI Legalization
Jakarta, ………………………Jakarta, …………………Rektor/Ketua/Dekan …………………..Rector/Chairman/Dean Faculty of…………………….
Nama Rektor/Ketua/DekanNIP: ……………………………
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAMNOMOR 706 TAHUN 2018
TENTANGPANDUAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PROGRAM STUDI
PADA PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM,
Menimbang : a. bahwa kurikulum yang berlaku secara nasional untuk setiapprogram studi merupakan rambu-rambu untuk menjaminstandar kompetensi lulusan sesuai dengan program studi yangditempuh;
b. bahwa dalam penyusunan kurikulum program studi padaPerguruan Tinggi Keagamaan Islam, perlu dibuat suatupanduan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalamhuruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan DirekturJenderal Pendidikan Islam tentang Panduan PengembanganKurikulum Program Studi Pada Perguruan Tinggi KeagamaanIslam;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang PendidikanTinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5336);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang StandarNasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah beberapa kaliterakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentangPenyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan PerguruanTinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5500);
4. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang KerangkaKualifikasi Nasional Indonesia (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2012 Nomor 24);
5. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang OrganisasiKementerian Negara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2015 Nomor 8);
6. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang KementerianAgama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015Nomor 168);
7. Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi;
8. Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM TENTANGPANDUAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PROGRAM STUDI PADAPERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM.
KESATU : Menetapkan Panduan Pengembangan Kurikulum Program StudiPada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam sebagaimana tercantumdalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dariKeputusan ini.
KEDUA : Panduan sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU mengacupada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia dan Standar NasionalPendidikan Tinggi.
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 2 Februari 2018
DIREKTUR JENDERALPENDIDIKAN ISLAM,
KAMARUDDIN AMIN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8 TAHUN 2012
TENTANG
KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (3) Peraturan
Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja
Nasional perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia;
Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem
Pelatihan Kerja Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4637);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL
INDONESIA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, yang selanjutnya di-singkat
KKNI, adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang
dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara
bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja
dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan
struktur pekerjaan di berbagai sektor.
2. Capaian pembelajaran adalah kemampuan yang diperoleh melalui
internalisasi pengetahuan, sikap, ketrampilan, kompetensi, dan
akumulasi pengalaman kerja.
3. Penyetaraan adalah proses penyandingan dan pengintegrasian capaian
pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan kerja, dan
pengalaman kerja.
4. Kualifikasi adalah penguasaan capaian pembelajaran yang
menyatakan kedudukannya dalam KKNI.
5. Pengalaman kerja adalah pengalaman melakukan pekerjaan dalam
bidang tertentu dan jangka waktu tertentu secara intensif yang
menghasilkan kompetensi.
6. Sertifikasi kompetensi kerja adalah proses pemberian sertifikat
kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan objektif melalui uji
kompetensi sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia,
Standar Internasional, dan/atau Standar Khusus.
7. Sertifikat kompetensi kerja adalah bukti tertulis yang diterbitkan oleh
lembaga sertifikasi profesi terakreditasi yang menerangkan bahwa
seseorang telah menguasai kompetensi kerja tertentu sesuai dengan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.
8. Profesi adalah bidang pekerjaan yang memiliki kompetensi tertentu
yang diakui oleh masyarakat.
BAB II
JENJANG DAN PENYETARAAN
Pasal 2
(1) KKNI terdiri atas 9 (sembilan) jenjang kualifikasi, dimulai dari
jenjang 1 (satu) sebagai jenjang terendah sampai dengan jenjang 9
(sembilan) sebagai jenjang tertinggi.
(2) Jenjang kualifikasi KKNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. jenjang 1 sampai dengan jenjang 3 dikelompokkan dalam
jabatan operator;
b. jenjang 4 sampai dengan jenjang 6 dikelompokkan dalam
jabatan teknisi atau analis;
c. jenjang 7 sampai dengan jenjang 9 dikelompokkan dalam
jabatan ahli.
(3) Setiap jenjang kualifikasi pada KKNI mencakup nilai-nilai sesuai
deskripsi umum sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan
Presiden ini.
Pasal 3
Setiap jenjang kualifikasi pada KKNI memiliki kesetaraan dengan capaian
pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan, pelatihan kerja atau
pengalaman kerja.
Pasal 4
(1) Capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan atau
pelatihan kerja dinyatakan dalam bentuk sertifikat.
(2) Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbentuk ijazah dan
sertifikat kompetensi.
(3) Ijazah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bentuk
pengakuan atas capaian pembelajaran yang diperoleh melalui
pendidikan.
(4) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan bentuk pengakuan atas capaian pembelajaran yang
diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan kerja.
(5) Capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pengalaman kerja
dinyatakan dalam bentuk keterangan yang dikeluarkan oleh tempat
yang bersangkutan bekerja.
Pasal 5
Penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pen-didikan
dengan jenjang kualifikasi pada KKNI terdiri atas:
a. lulusan pendidikan dasar setara dengan jenjang 1;
b. lulusan pendidikan menengah paling rendah setara dengan jenjang
2;
c. lulusan Diploma 1 paling rendah setara dengan jenjang 3;
d. lulusan Diploma 2 paling rendah setara dengan jenjang 4;
e. lulusan Diploma 3 paling rendah setara dengan jenjang 5;
f. lulusan Diploma 4 atau Sarjana Terapan dan Sarjana paling rendah
setara dengan jenjang 6;
g. lulusan Magister Terapan dan Magister paling rendah setara dengan
jenjang 8;
h. lulusan Doktor Terapan dan Doktor setara dengan jenjang 9;
i. lulusan pendidikan profesi setara dengan jenjang 7 atau 8;
j. lulusan pendidikan spesialis setara dengan jenjang 8 atau 9.
Pasal 6
(1) Penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pelatihan
kerja dengan jenjang kualifikasi pada KKNI terdiri atas:
a. lulusan pelatihan kerja tingkat operator setara dengan jenjang 1,
2, dan 3;
b. lulusan pelatihan kerja tingkat teknisi/analis setara dengan
jenjang 4, 5, dan 6;
c. lulusan pelatihan kerja tingkat ahli setara dengan jenjang 7, 8,
dan 9.
(2) Penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pelatihan
kerja dengan jenjang kualifikasi pada KKNI dilakukan dengan
sertifikasi kompetensi.
Pasal 7
(1) Penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui
pengalaman kerja dengan jenjang kualifikasi pada KKNI mem-
pertimbangkan bidang dan lama pengalaman kerja, tingkat
pendidikan serta pelatihan kerja yang telah diperoleh.
(2) Lama pengalaman kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan oleh masing-masing sektor atau subsektor.
(3) Penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui
pengalaman kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan sertifikasi kompetensi.
Pasal 8
(1) Pengakuan dan penyetaraan kualifikasi pada KKNI dengan
kerangka kualifikasi negara lain atau sebaliknya, baik secara
bilateral maupun multilateral dilakukan atas dasar perjanjian kerja
sama saling pengakuan yang diatur sesuai dengan keten-tuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Perjanjian kerja sama saling pengakuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur oleh lembaga yang berwenang menge-luarkan
notifikasi dan perjanjian kerja sama saling pengakuan.
BAB III
PENERAPAN KKNI
Pasal 9
(1) Penerapan KKNI pada setiap sektor atau bidang profesi dite-tapkan
oleh kementerian atau lembaga yang membidangi sektor atau
bidang profesi yang bersangkutan sesuai dengan kewe-nangannya.
(2) Penerapan KKNI pada setiap sektor atau bidang profesi seba-
gaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada deskripsi jenjang
kualifikasi KKNI sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan
Presiden ini.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan KKNI diatur oleh
Menteri yang membidangi ketenagakerjaan dan Menteri yang
membidangi pendidikan baik secara bersama-sama atau sendiri-
sendiri sesuai bidang tugasnya masing-masing.
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 10
(1) Dengan ditetapkannya Peraturan Presiden ini, penjenjangan
kualifikasi kompetensi pada sektor atau bidang profesi yang telah
ada dilakukan penyesuaian dengan mengacu pada Peraturan
Presiden ini dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun.
(2) Dalam hal penjenjangan kualifikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) telah terikat oleh perjanjian internasional atau telah diatur
dengan peraturan perundangan-undangan yang lebih tinggi
dilakukan harmonisasi dan/atau konversi.
(3) Penyesuaian penjenjangan kualifikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan harmonisasi dan/atau konversi kualifikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui forum
konvensi yang diinisiasi oleh kementerian yang membidangi
ketenagakerjaan dan kementerian yang membidangi pendidikan
dengan melibatkan pemangku kepentingan.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 11
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 17 Januari 2012
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 17 Januari 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 24
LAMPIRAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8 TAHUN 2012
TANGGAL 17 Januari 2012
DESKRIPSI JENJANG KUALIFIKASI KKNI
JENJANG KUALIFIKASI
URAIAN
Deskripsi umum
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik di dalammenyelesaikan tugasnya.
c. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air sertamendukung perdamaian dunia.
d. Mampu bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial dan kepedulianyang tinggi terhadap masyarakat dan lingkungannya.
e. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan, danagama serta pendapat/temuan original orang lain.
f. Menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki semangat untukmendahulukan kepentingan bangsa serta masyarakat luas.
1
Mampu melaksanakan tugas sederhana, terbatas, bersifat rutin, dengan menggunakan alat, aturan, dan proses yang telah ditetapkan, serta di bawah bimbingan, pengawasan, dan tanggung jawab atasannya.
Memiliki pengetahuan faktual.
Bertanggung jawab atas pekerjaan sendiri dan tidak bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain.
2
Mampu melaksanakan satu tugas spesifik, dengan menggunakan alat, dan informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan, serta menunjukkan kinerja dengan mutu yang terukur, di bawah pengawasan langsung atasannya.
Memiliki pengetahuan operasional dasar dan pengetahuan faktual bidang kerja yang spesifik, sehingga mampu memilih penyelesaian yang tersedia terhadap masalah yang lazim timbul.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab membimbing orang lain.
JENJANG KUALIFIKASI
URAIAN
3
Mampu melaksanakan serangkaian tugas spesifik, dengan menerjemahkan informasi dan menggunakan alat, berdasarkan sejumlah pilihan prosedur kerja, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur, yang sebagian merupakan hasil kerja sendiri dengan pengawasan tidak langsung.
Memiliki pengetahuan operasional yang lengkap, prinsip-prinsip serta konsep umum yang terkait dengan fakta bidang keahlian tertentu, sehingga mampu menyelesaikan berbagai masalah yang lazim dengan metode yang sesuai.
Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi dalam lingkup kerjanya.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas kuantitas dan mutu hasil kerja orang lain.
4
Mampu menyelesaikan tugas berlingkup luas dan kasus spesifik dengan menganalisis informasi secara terbatas, memilih metode yang sesuai dari beberapa pilihan yang baku, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur.
Menguasai beberapa prinsip dasar bidang keahlian tertentu dan mampu menyelaraskan dengan permasalahan faktual di bidang kerjanya.
Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi, menyusun laporan tertulis dalam lingkup terbatas, dan memiliki inisiatif.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas hasil kerja orang lain.
5
Mampu menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas, memilih metode yang sesuai dari beragam pilihan yang sudah maupun belum baku dengan menganalisis data, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur.
Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural.
Mampu mengelola kelompok kerja dan menyusun laporan tertulis secara komprehensif.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok.
6 Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni pada bidangnya dalam penyelesaian masalah serta mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi.
JENJANG KUALIFIKASI
URAIAN
Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan konsep teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara mendalam, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural.
Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis informasi dan data, dan mampu memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif solusi secara mandiri dan kelompok.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi.
7
Mampu merencanakan dan mengelola sumberdaya di bawah tanggung jawabnya, dan mengevaluasi secara komprehensif kerjanya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni untuk menghasilkan langkah-langkah pengembangan strategis organisasi.
Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan monodisipliner.
Mampu melakukan riset dan mengambil keputusan strategis dengan akuntabilitas dan tanggung jawab penuh atas semua aspek yang berada di bawah tanggung jawab bidang keahliannya.
8
Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/atau seni di dalam bidang keilmuannya atau praktek profesionalnya melalui riset, hingga menghasilkan karya inovatif dan teruji.
Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan inter atau multidisipliner.
Mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi masyarakat dan keilmuan, serta mampu mendapat pengakuan nasional dan internasional.
9
Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/atau seni baru di dalam bidang keilmuannya atau praktek profesionalnya melalui riset, hingga menghasilkan karya kreatif, original, dan teruji.
Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/ atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan inter, multi, dan transdisipliner.
JENJANG KUALIFIKASI
URAIAN
Mampu mengelola, memimpin, dan mengembangkan riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia, serta mampu mendapat pengakuan nasional dan internasional.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 17 Januari 2012
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8 TAHUN 2012
TANGGAL 17 Januari 2012
DESKRIPSI JENJANG KUALIFIKASI KKNI
JENJANG KUALIFIKASI
URAIAN
Deskripsi umum
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik di dalam menyelesaikan tugasnya.
c. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air serta mendukung perdamaian dunia.
d. Mampu bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial dan kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan lingkungannya.
e. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan, dan agama serta pendapat/temuan original orang lain.
f. Menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki semangat untuk mendahulukan kepentingan bangsa serta masyarakat luas.
Mampu melaksanakan tugas sederhana, terbatas, bersifat rutin, dengan menggunakan alat, aturan, dan proses yang telah ditetapkan, serta di bawah bimbingan, pengawasan, dan tanggung jawab atasannya.
Memiliki pengetahuan faktual. 1
Bertanggung jawab atas pekerjaan sendiri dan tidak bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain.
Mampu melaksanakan satu tugas spesifik, dengan menggunakan alat, dan informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan, serta menunjukkan kinerja dengan mutu yang terukur, di bawah pengawasan langsung atasannya.
Memiliki pengetahuan operasional dasar dan pengetahuan faktual bidang kerja yang spesifik, sehingga mampu memilih penyelesaian yang tersedia terhadap masalah yang lazim timbul.
2
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab membimbing orang lain.
Mampu …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2 -
JENJANG KUALIFIKASI
URAIAN
Mampu melaksanakan serangkaian tugas spesifik, dengan menerjemahkan informasi dan menggunakan alat, berdasarkan sejumlah pilihan prosedur kerja, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur, yang sebagian merupakan hasil kerja sendiri dengan pengawasan tidak langsung.
Memiliki pengetahuan operasional yang lengkap, prinsip-prinsip serta konsep umum yang terkait dengan fakta bidang keahlian tertentu, sehingga mampu menyelesaikan berbagai masalah yang lazim dengan metode yang sesuai.
Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi dalam lingkup kerjanya.
3
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas kuantitas dan mutu hasil kerja orang lain.
Mampu menyelesaikan tugas berlingkup luas dan kasus spesifik dengan menganalisis informasi secara terbatas, memilih metode yang sesuai dari beberapa pilihan yang baku, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur.
Menguasai beberapa prinsip dasar bidang keahlian tertentu dan mampu menyelaraskan dengan permasalahan faktual di bidang kerjanya.
Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi, menyusun laporan tertulis dalam lingkup terbatas, dan memiliki inisiatif.
4
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas hasil kerja orang lain....
Mampu menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas, memilih metode yang sesuai dari beragam pilihan yang sudah maupun belum baku dengan menganalisis data, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur.
Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural.
Mampu mengelola kelompok kerja dan menyusun laporan tertulis secara komprehensif.
5
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok.
6 Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni pada bidangnya dalam penyelesaian masalah serta mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi.
Menguasai …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3 -
JENJANG
KUALIFIKASI
URAIAN
Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan konsep teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara mendalam, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural.
Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis informasi dan data, dan mampu memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif solusi secara mandiri dan kelompok.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi.
Mampu merencanakan dan mengelola sumberdaya di bawah tanggung jawabnya, dan mengevaluasi secara komprehensif kerjanya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni untuk menghasilkan langkah-langkah pengembangan strategis organisasi.
Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan monodisipliner.
7
Mampu melakukan riset dan mengambil keputusan strategis dengan akuntabilitas dan tanggung jawab penuh atas semua aspek yang berada di bawah tanggung jawab bidang keahliannya.
Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/atau seni di dalam bidang keilmuannya atau praktek profesionalnya melalui riset, hingga menghasilkan karya inovatif dan teruji.
Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan inter atau multidisipliner.
8
Mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi masyarakat dan keilmuan, serta mampu mendapat pengakuan nasional dan internasional....
Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/atau seni baru di dalam bidang keilmuannya atau praktek profesionalnya melalui riset, hingga menghasilkan karya kreatif, original, dan teruji.
9 Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/ atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan inter, multi, dan transdisipliner.
Mampu …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 4 -
JENJANG KUALIFIKASI
URAIAN
Mampu mengelola, memimpin, dan mengembangkan riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia, serta mampu mendapat pengakuan nasional dan internasional.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 17 Januari 2012
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan aslinya
Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat
Sekretariat Kabinet,
Agus Sumartono, S.H., M.H.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 2012
TENTANG
PENDIDIKAN TINGGI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan kepada
Pemerintah untuk mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
yang meningkatkan keimanan, ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, dan akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia;
b. bahwa pendidikan tinggi sebagai bagian dari sistem
pendidikan nasional memiliki peran strategis dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan
ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora
serta pembudayaan dan pemberdayaan bangsa
Indonesia yang berkelanjutan;
c. bahwa untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam
menghadapi globalisasi di segala bidang, diperlukan
pendidikan tinggi yang mampu mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta menghasilkan
intelektual, ilmuwan, dan/atau profesional yang
berbudaya dan kreatif, toleran, demokratis,
berkarakter tangguh, serta berani membela
kebenaran untuk kepentingan bangsa;
d. bahwa . . .
- 2 -
d. bahwa untuk mewujudkan keterjangkauan dan
pemerataan yang berkeadilan dalam memperoleh
pendidikan tinggi yang bermutu dan relevan dengan
kepentingan masyarakat bagi kemajuan,
kemandirian, dan kesejahteraan, diperlukan
penataan pendidikan tinggi secara terencana, terarah,
dan berkelanjutan dengan memperhatikan aspek
demografis dan geografis;
e. bahwa untuk menjamin penyelenggaraan pendidikan
tinggi diperlukan pengaturan sebagai dasar dan
kepastian hukum;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d,
dan huruf e perlu membentuk Undang-Undang
tentang Pendidikan Tinggi;
Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 31 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENDIDIKAN TINGGI.
BAB I . . .
- 3 -
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara.
2. Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program
diploma, program sarjana, program magister,
program doktor, dan program profesi, serta program
spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia.
3. Ilmu Pengetahuan adalah rangkaian pengetahuan
yang digali, disusun, dan dikembangkan secara
sistematis dengan menggunakan pendekatan
tertentu, yang dilandasi oleh metodologi ilmiah
untuk menerangkan gejala alam dan/atau
kemasyarakatan tertentu.
4. Teknologi adalah penerapan dan pemanfaatan
berbagai cabang Ilmu Pengetahuan yang
menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan dan
kelangsungan hidup, serta peningkatan mutu
kehidupan manusia.
5. Humaniora adalah disiplin akademik yang mengkaji
nilai intrinsik kemanusiaan.
6. Perguruan . . .
- 4 -
6. Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan yang
menyelenggarakan Pendidikan Tinggi.
7. Perguruan Tinggi Negeri yang selanjutnya disingkat
PTN adalah Perguruan Tinggi yang didirikan
dan/atau diselenggarakan oleh Pemerintah.
8. Perguruan Tinggi Swasta yang selanjutnya disingkat
PTS adalah Perguruan Tinggi yang didirikan
dan/atau diselenggarakan oleh masyarakat.
9. Tridharma Perguruan Tinggi yang selanjutnya
disebut Tridharma adalah kewajiban Perguruan
Tinggi untuk menyelenggarakan Pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
10. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut
kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk
memperoleh informasi, data, dan keterangan yang
berkaitan dengan pemahaman dan/atau pengujian
suatu cabang ilmu pengetahuan dan teknologi.
11. Pengabdian kepada Masyarakat adalah kegiatan
sivitas akademika yang memanfaatkan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi untuk memajukan
kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan
kehidupan bangsa.
12. Pembelajaran adalah proses interaksi mahasiswa
dengan dosen dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
13. Sivitas Akademika adalah masyarakat akademik
yang terdiri atas dosen dan mahasiswa.
14. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan
dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi melalui Pendidikan,
Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat.
15. Mahasiswa . . .
- 5 -
15. Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang
Pendidikan Tinggi.
16. Masyarakat adalah kelompok warga negara
Indonesia nonpemerintah yang mempunyai
perhatian dan peranan dalam bidang Pendidikan
Tinggi.
17. Program Studi adalah kesatuan kegiatan Pendidikan
dan pembelajaran yang memiliki kurikulum dan
metode pembelajaran tertentu dalam satu jenis
pendidikan akademik, pendidikan profesi, dan/atau
pendidikan vokasi.
18. Standar Nasional Pendidikan Tinggi adalah satuan
standar yang meliputi standar nasional pendidikan,
ditambah dengan standar penelitian, dan standar
pengabdian kepada masyarakat.
19. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah,
adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
20. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau
walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
21. Kementerian adalah perangkat pemerintah yang
membidangi urusan pemerintahan di bidang
pendidikan.
22. Kementerian lain adalah perangkat pemerintah yang
membidangi urusan pemerintahan di luar bidang
pendidikan.
23. Lembaga Pemerintah Nonkementerian yang
selanjutnya disingkat LPNK adalah lembaga
pemerintah pusat yang melaksanakan tugas
pemerintahan tertentu.
24. Menteri . . .
- 6 -
24. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pendidikan.
Pasal 2
Pendidikan Tinggi berdasarkan Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka
Tunggal Ika.
Pasal 3
Pendidikan Tinggi berasaskan:
a. kebenaran ilmiah;
b. penalaran;
c. kejujuran;
d. keadilan;
e. manfaat;
f. kebajikan;
g. tanggung jawab;
h. kebhinnekaan; dan
i. keterjangkauan.
Pasal 4
Pendidikan Tinggi berfungsi:
a. mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa;
b. mengembangkan Sivitas Akademika yang inovatif,
responsif, kreatif, terampil, berdaya saing, dan
kooperatif melalui pelaksanaan Tridharma; dan
c. mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
dengan memperhatikan dan menerapkan nilai
Humaniora.
Pasal 5 . . .
- 7 -
Pasal 5
Pendidikan Tinggi bertujuan:
a. berkembangnya potensi Mahasiswa agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan
berbudaya untuk kepentingan bangsa;
b. dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang Ilmu
Pengetahuan dan/atau Teknologi untuk memenuhi
kepentingan nasional dan peningkatan daya saing
bangsa;
c. dihasilkannya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
melalui Penelitian yang memperhatikan dan
menerapkan nilai Humaniora agar bermanfaat bagi
kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan
kesejahteraan umat manusia; dan
d. terwujudnya Pengabdian kepada Masyarakat berbasis
penalaran dan karya Penelitian yang bermanfaat
dalam memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.
BAB II
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI
Bagian Kesatu
Prinsip dan Tanggung Jawab Penyelenggaraan
Pendidikan Tinggi
Pasal 6
Pendidikan Tinggi diselenggarakan dengan prinsip:
a. pencarian kebenaran ilmiah oleh Sivitas Akademika;
b. demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
agama, nilai budaya, kemajemukan, persatuan, dan
kesatuan bangsa;
c. pengembangan . . .
- 8 -
c. pengembangan budaya akademik dan pembudayaan
kegiatan baca tulis bagi Sivitas Akademika;
d. pembudayaan dan pemberdayaan bangsa yang
berlangsung sepanjang hayat;
e. keteladanan, kemauan, dan pengembangan kreativitas
Mahasiswa dalam pembelajaran;
f. pembelajaran yang berpusat pada Mahasiswa dengan
memperhatikan lingkungan secara selaras dan
seimbang;
g. kebebasan dalam memilih Program Studi berdasarkan
minat, bakat, dan kemampuan Mahasiswa;
h. satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka
dan multimakna;
i. keberpihakan pada kelompok Masyarakat kurang
mampu secara ekonomi; dan
j. pemberdayaan semua komponen Masyarakat melalui
peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu layanan Pendidikan Tinggi.
Pasal 7
(1) Menteri bertanggung jawab atas penyelenggaraan
Pendidikan Tinggi.
(2) Tanggung jawab Menteri atas penyelenggaraan
Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mencakup pengaturan, perencanaan, pengawasan,
pemantauan, dan evaluasi serta pembinaan dan
koordinasi.
(3) Tugas dan wewenang Menteri atas penyelenggaraan
Pendidikan Tinggi meliputi:
a. kebijakan umum dalam pengembangan dan
koordinasi Pendidikan Tinggi sebagai bagian dari
sistem pendidikan nasional untuk mewujudkan
tujuan Pendidikan Tinggi;
b. penetapan . . .
- 9 -
b. penetapan kebijakan umum nasional dan
penyusunan rencana pengembangan jangka
panjang, menengah, dan tahunan Pendidikan
Tinggi yang berkelanjutan;
c. peningkatan penjaminan mutu, relevansi,
keterjangkauan, pemerataan yang berkeadilan, dan
akses Pendidikan Tinggi secara berkelanjutan;
d. pemantapan dan peningkatan kapasitas
pengelolaan akademik dan pengelolaan sumber
daya Perguruan Tinggi;
e. pemberian dan pencabutan izin yang berkaitan
dengan penyelenggaraan Perguruan Tinggi kecuali
pendidikan tinggi keagamaan;
f. kebijakan umum dalam penghimpunan dan
pendayagunaan seluruh potensi masyarakat untuk
mengembangkan Pendidikan Tinggi;
g. pembentukan dewan, majelis, komisi, dan/atau
konsorsium yang melibatkan Masyarakat untuk
merumuskan kebijakan pengembangan Pendidikan
Tinggi; dan
h. pelaksanaan tugas lain untuk menjamin
pengembangan dan pencapaian tujuan Pendidikan
Tinggi.
(4) Dalam hal penyelenggaraan pendidikan tinggi
keagamaan, tanggung jawab, tugas, dan wewenang
dilaksanakan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang agama.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab
Menteri atas penyelenggaraan Pendidikan Tinggi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tugas dan
wewenang Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedua . . .
- 10 -
Bagian Kedua
Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Paragraf 1
Kebebasan Akademik, Kebebasan Mimbar Akademik, dan
Otonomi Keilmuan
Pasal 8
(1) Dalam penyelenggaraan Pendidikan dan
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
berlaku kebebasan akademik, kebebasan mimbar
akademik, dan otonomi keilmuan.
(2) Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Sivitas Akademika melalui pembelajaran dan/atau
penelitian ilmiah dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban dan kesejahteraan umat manusia.
(3) Pelaksanaan kebebasan akademik, kebebasan
mimbar akademik, dan otonomi keilmuan di
Perguruan Tinggi merupakan tanggung jawab pribadi
Sivitas Akademika, yang wajib dilindungi dan
difasilitasi oleh pimpinan Perguruan Tinggi.
Pasal 9
(1) Kebebasan akademik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (1) merupakan kebebasan Sivitas
Akademika dalam Pendidikan Tinggi untuk
mendalami dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi secara bertanggung jawab melalui
pelaksanaan Tridharma.
(2) Kebebasan . . .
- 11 -
(2) Kebebasan mimbar akademik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) merupakan wewenang profesor
dan/atau Dosen yang memiliki otoritas dan wibawa
ilmiah untuk menyatakan secara terbuka dan
bertanggung jawab mengenai sesuatu yang berkenaan
dengan rumpun ilmu dan cabang ilmunya.
(3) Otonomi keilmuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (1) merupakan otonomi Sivitas
Akademika pada suatu cabang Ilmu Pengetahuan
dan/atau Teknologi dalam menemukan,
mengembangkan, mengungkapkan, dan/atau
mempertahankan kebenaran ilmiah menurut kaidah,
metode keilmuan, dan budaya akademik.
Paragraf 2
Rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pasal 10
(1) Rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi merupakan
kumpulan sejumlah pohon, cabang, dan ranting Ilmu
Pengetahuan yang disusun secara sistematis.
(2) Rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. rumpun ilmu agama;
b. rumpun ilmu humaniora;
c. rumpun ilmu sosial;
d. rumpun ilmu alam;
e. rumpun ilmu formal; dan
f. rumpun ilmu terapan.
(3) Rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditransformasikan, dikembangkan, dan/atau
disebarluaskan oleh Sivitas Akademika melalui
Tridharma.
Paragraf 3 . . .
- 12 -
Paragraf 3
Sivitas Akademika
Pasal 11
(1) Sivitas Akademika merupakan komunitas yang
memiliki tradisi ilmiah dengan mengembangkan
budaya akademik.
(2) Budaya akademik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan seluruh sistem nilai, gagasan,
norma, tindakan, dan karya yang bersumber dari
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sesuai dengan asas
Pendidikan Tinggi.
(3) Pengembangan budaya akademik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan interaksi
sosial tanpa membedakan suku, agama, ras,
antargolongan, jenis kelamin, kedudukan sosial,
tingkat kemampuan ekonomi, dan aliran politik.
(4) Interaksi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan dalam pembelajaran, pencarian kebenaran
ilmiah, penguasaan dan/atau pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi serta pengembangan
Perguruan Tinggi sebagai lembaga ilmiah.
(5) Sivitas Akademika berkewajiban memelihara dan
mengembangkan budaya akademik dengan
memperlakukan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
sebagai proses dan produk serta sebagai amal dan
paradigma moral.
Pasal 12
(1) Dosen sebagai anggota Sivitas Akademika memiliki
tugas mentransformasikan Ilmu Pengetahuan
dan/atau Teknologi yang dikuasainya kepada
Mahasiswa dengan mewujudkan suasana belajar dan
pembelajaran sehingga Mahasiswa aktif
mengembangkan potensinya.
(2) Dosen . . .
- 13 -
(2) Dosen sebagai ilmuwan memiliki tugas
mengembangkan suatu cabang Ilmu Pengetahuan
dan/atau Teknologi melalui penalaran dan penelitian
ilmiah serta menyebarluaskannya.
(3) Dosen secara perseorangan atau berkelompok wajib
menulis buku ajar atau buku teks, yang diterbitkan
oleh Perguruan Tinggi dan/atau publikasi ilmiah
sebagai salah satu sumber belajar dan untuk
pengembangan budaya akademik serta pembudayaan
kegiatan baca tulis bagi Sivitas Akademika.
Pasal 13
(1) Mahasiswa sebagai anggota Sivitas Akademika
diposisikan sebagai insan dewasa yang memiliki
kesadaran sendiri dalam mengembangkan potensi diri
di Perguruan Tinggi untuk menjadi intelektual,
ilmuwan, praktisi, dan/atau profesional.
(2) Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
secara aktif mengembangkan potensinya dengan
melakukan pembelajaran, pencarian kebenaran
ilmiah, dan/atau penguasaan, pengembangan, dan
pengamalan suatu cabang Ilmu Pengetahuan
dan/atau Teknologi untuk menjadi ilmuwan,
intelektual, praktisi, dan/atau profesional yang
berbudaya.
(3) Mahasiswa memiliki kebebasan akademik dengan
mengutamakan penalaran dan akhlak mulia serta
bertanggung jawab sesuai dengan budaya akademik.
(4) Mahasiswa berhak mendapatkan layanan Pendidikan
sesuai dengan bakat, minat, potensi, dan
kemampuannya.
(5) Mahasiswa dapat menyelesaikan program Pendidikan
sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan
tidak melebihi ketentuan batas waktu yang
ditetapkan oleh Perguruan Tinggi.
(6) Mahasiswa . . .
- 14 -
(6) Mahasiswa berkewajiban menjaga etika dan menaati
norma Pendidikan Tinggi untuk menjamin
terlaksananya Tridharma dan pengembangan budaya
akademik.
Pasal 14
(1) Mahasiswa mengembangkan bakat, minat, dan
kemampuan dirinya melalui kegiatan kokurikuler dan
ekstrakurikuler sebagai bagian dari proses
Pendidikan.
(2) Kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilaksanakan melalui organisasi kemahasiswaan.
(3) Ketentuan lain mengenai kegiatan kokurikuler dan
ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam statuta Perguruan Tinggi.
Bagian Ketiga
Jenis Pendidikan Tinggi
Paragraf 1
Pendidikan Akademik
Pasal 15
(1) Pendidikan akademik merupakan Pendidikan Tinggi
program sarjana dan/atau program pascasarjana
yang diarahkan pada penguasaan dan pengembangan
cabang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
(2) Pembinaan, koordinasi, dan pengawasan pendidikan
akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berada dalam tanggung jawab Kementerian.
Paragraf 2 . . .
- 15 -
Paragraf 2
Pendidikan Vokasi
Pasal 16
(1) Pendidikan vokasi merupakan Pendidikan Tinggi
program diploma yang menyiapkan Mahasiswa untuk
pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu sampai
program sarjana terapan.
(2) Pendidikan vokasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dikembangkan oleh Pemerintah sampai
program magister terapan atau program doktor
terapan.
(3) Pembinaan, koordinasi, dan pengawasan pendidikan
vokasi berada dalam tanggung jawab Kementerian.
Paragraf 3
Pendidikan Profesi
Pasal 17
(1) Pendidikan profesi merupakan Pendidikan Tinggi
setelah program sarjana yang menyiapkan Mahasiswa
dalam pekerjaan yang memerlukan persyaratan
keahlian khusus.
(2) Pendidikan profesi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi
dan bekerja sama dengan Kementerian, Kementerian
lain, LPNK, dan/atau organisasi profesi yang
bertanggung jawab atas mutu layanan profesi.
Bagian Keempat . . .
- 16 -
Bagian Keempat
Program Pendidikan Tinggi
Paragraf 1
Program Sarjana, Program Magister, dan Program Doktor
Pasal 18
(1) Program sarjana merupakan pendidikan akademik
yang diperuntukkan bagi lulusan pendidikan
menengah atau sederajat sehingga mampu
mengamalkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
melalui penalaran ilmiah.
(2) Program sarjana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyiapkan Mahasiswa menjadi intelektual dan/atau
ilmuwan yang berbudaya, mampu memasuki
dan/atau menciptakan lapangan kerja, serta mampu
mengembangkan diri menjadi profesional.
(3) Program sarjana wajib memiliki Dosen yang
berkualifikasi akademik minimum lulusan program
magister atau sederajat.
(4) Lulusan program sarjana berhak menggunakan gelar
sarjana.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai program sarjana
diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 19
(1) Program magister merupakan pendidikan akademik
yang diperuntukkan bagi lulusan program sarjana
atau sederajat sehingga mampu mengamalkan dan
mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan/atau
Teknologi melalui penalaran dan penelitian ilmiah.
(2) Program . . .
- 17 -
(2) Program magister sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mengembangkan Mahasiswa menjadi
intelektual, ilmuwan yang berbudaya, mampu
memasuki dan/atau menciptakan lapangan kerja
serta mengembangkan diri menjadi profesional.
(3) Program magister wajib memiliki Dosen yang
berkualifikasi akademik lulusan program doktor atau
yang sederajat.
(4) Lulusan program magister berhak menggunakan gelar
magister.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai program magister
diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 20
(1) Program doktor merupakan pendidikan akademik
yang diperuntukkan bagi lulusan program magister
atau sederajat sehingga mampu menemukan,
menciptakan, dan/atau memberikan kontribusi
kepada pengembangan, serta pengamalan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi melalui penalaran dan
penelitian ilmiah.
(2) Program doktor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengembangkan dan memantapkan Mahasiswa
untuk menjadi lebih bijaksana dengan meningkatkan
kemampuan dan kemandirian sebagai filosof
dan/atau intelektual, ilmuwan yang berbudaya dan
menghasilkan dan/atau mengembangkan teori
melalui Penelitian yang komprehensif dan akurat
untuk memajukan peradaban manusia.
(3) Program doktor wajib memiliki Dosen yang
berkualifikasi akademik lulusan program doktor atau
yang sederajat.
(4) Lulusan . . .
- 18 -
(4) Lulusan program doktor berhak menggunakan gelar
doktor.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai program doktor
diatur dalam Peraturan Menteri.
Paragraf 2
Program Diploma, Magister Terapan, dan Doktor Terapan
Pasal 21
(1) Program diploma merupakan pendidikan vokasi yang
diperuntukkan bagi lulusan pendidikan menengah
atau sederajat untuk mengembangkan keterampilan
dan penalaran dalam penerapan Ilmu Pengetahuan
dan/atau Teknologi.
(2) Program diploma sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menyiapkan Mahasiswa menjadi praktisi yang
terampil untuk memasuki dunia kerja sesuai dengan
bidang keahliannya.
(3) Program diploma sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terdiri atas program:
a. diploma satu;
b. diploma dua;
c. diploma tiga; dan
d. diploma empat atau sarjana terapan.
(4) Program diploma sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) wajib memiliki Dosen yang berkualifikasi
akademik minimum lulusan program magister atau
sederajat.
(5) Pada program diploma satu sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf a dan program diploma dua
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dapat
menggunakan instruktur yang berkualifikasi
akademik minimum lulusan diploma tiga atau
sederajat yang memiliki pengalaman.
(6) Lulusan . . .
- 19 -
(6) Lulusan program diploma berhak menggunakan gelar
ahli atau sarjana terapan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai program diploma
diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 22
(1) Program magister terapan merupakan kelanjutan
pendidikan vokasi yang diperuntukkan bagi lulusan
program sarjana terapan atau sederajat untuk
mampu mengembangkan dan mengamalkan
penerapan Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi
melalui penalaran dan penelitian ilmiah.
(2) Program magister terapan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mengembangkan Mahasiswa menjadi
ahli yang memiliki kapasitas tinggi dalam penerapan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada profesinya.
(3) Program magister terapan wajib memiliki Dosen yang
berkualifikasi akademik lulusan program doktor atau
yang sederajat.
(4) Lulusan program magister terapan berhak
menggunakan gelar magister terapan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai program magister
terapan diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 23
(1) Program doktor terapan merupakan kelanjutan bagi
lulusan program magister terapan atau sederajat
untuk mampu menemukan, menciptakan, dan/atau
memberikan kontribusi bagi penerapan,
pengembangan, serta pengamalan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi melalui penalaran dan penelitian
ilmiah.
(2) Program . . .
- 20 -
(2) Program doktor terapan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mengembangkan dan memantapkan
Mahasiswa untuk menjadi lebih bijaksana dengan
meningkatkan kemampuan dan kemandirian sebagai
ahli dan menghasilkan serta mengembangkan
penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui
penelitian yang komprehensif dan akurat dalam
memajukan peradaban dan kesejahteraan manusia.
(3) Program doktor terapan wajib memiliki Dosen yang
berkualifikasi akademik lulusan program doktor atau
yang sederajat.
(4) Lulusan program doktor terapan berhak
menggunakan gelar doktor terapan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai program doktor
terapan diatur dalam Peraturan Menteri.
Paragraf 3
Program Profesi dan Program Spesialis
Pasal 24
(1) Program profesi merupakan pendidikan keahlian
khusus yang diperuntukkan bagi lulusan program
sarjana atau sederajat untuk mengembangkan bakat
dan kemampuan memperoleh kecakapan yang
diperlukan dalam dunia kerja.
(2) Program profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi yang
bekerja sama dengan Kementerian, Kementerian lain,
LPNK, dan/atau organisasi profesi yang bertanggung
jawab atas mutu layanan profesi.
(3) Program profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menyiapkan profesional.
(4) Program . . .
- 21 -
(4) Program profesi wajib memiliki Dosen yang
berkualifikasi akademik minimum lulusan program
profesi dan/atau lulusan program magister atau yang
sederajat dengan pengalaman kerja paling singkat
2 (dua) tahun.
(5) Lulusan program profesi berhak menggunakan gelar
profesi.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai program profesi
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 25
(1) Program spesialis merupakan pendidikan keahlian
lanjutan yang dapat bertingkat dan diperuntukkan
bagi lulusan program profesi yang telah
berpengalaman sebagai profesional untuk
mengembangkan bakat dan kemampuannya menjadi
spesialis.
(2) Program spesialis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi
bekerja sama dengan Kementerian, Kementerian lain,
LPNK dan/atau organisasi profesi yang bertanggung
jawab atas mutu layanan profesi.
(3) Program spesialis sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) meningkatkan kemampuan spesialisasi dalam
cabang ilmu tertentu.
(4) Program spesialis wajib memiliki Dosen yang
berkualifikasi akademik minimum lulusan program
spesialis dan/atau lulusan program doktor atau yang
sederajat dengan pengalaman kerja paling singkat
2 (dua) tahun.
(5) Lulusan program spesialis berhak menggunakan gelar
spesialis.
(6) Ketentuan . . .
- 22 -
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai program spesialis
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Paragraf 4
Gelar Akademik, Gelar Vokasi, dan Gelar Profesi
Pasal 26
(1) Gelar akademik diberikan oleh Perguruan Tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan akademik.
(2) Gelar akademik terdiri atas:
a. sarjana;
b. magister; dan
c. doktor.
(3) Gelar vokasi diberikan oleh Perguruan Tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan vokasi.
(4) Gelar vokasi terdiri atas:
a. ahli pratama;
b. ahli muda;
c. ahli madya;
d. sarjana terapan;
e. magister terapan; dan
f. doktor terapan.
(5) Gelar profesi diberikan oleh Perguruan Tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan profesi.
(6) Gelar profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
ditetapkan oleh Perguruan Tinggi bersama dengan
Kementerian, Kementerian lain, LPNK dan/atau
organisasi profesi yang bertanggung jawab terhadap
mutu layanan profesi.
(7) Gelar profesi terdiri atas:
a. profesi; dan
b. spesialis.
(8) Ketentuan . . .
- 23 -
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai gelar akademik,
gelar vokasi, atau gelar profesi diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Pasal 27
(1) Selain gelar doktor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 ayat (2) huruf c, Perguruan Tinggi yang
memiliki program doktor berhak memberikan gelar
doktor kehormatan kepada perseorangan yang layak
memperoleh penghargaan berkenaan dengan jasa-
jasa yang luar biasa dalam Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi dan/atau berjasa dalam bidang
kemanusiaan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai gelar doktor
kehormatan diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 28
(1) Gelar akademik, gelar vokasi, atau gelar profesi hanya
digunakan oleh lulusan dari Perguruan Tinggi yang
dinyatakan berhak memberikan gelar akademik, gelar
vokasi, atau gelar profesi.
(2) Gelar akademik, gelar vokasi, atau gelar profesi hanya
dibenarkan dalam bentuk dan inisial atau singkatan
yang diterima dari Perguruan Tinggi.
(3) Gelar akademik dan gelar vokasi dinyatakan tidak sah
dan dicabut oleh Menteri apabila dikeluarkan oleh:
a. Perguruan Tinggi dan/atau Program Studi yang
tidak terakreditasi; dan/atau
b. perseorangan, organisasi, atau penyelenggara
Pendidikan Tinggi yang tanpa hak mengeluarkan
gelar akademik dan gelar vokasi.
(4) Gelar profesi dinyatakan tidak sah dan dicabut oleh
Menteri apabila dikeluarkan oleh:
a. Perguruan . . .
- 24 -
a. Perguruan Tinggi dan/atau Program Studi yang
tidak terakreditasi; dan/atau
b. perseorangan, organisasi, atau lembaga lain yang
tanpa hak mengeluarkan gelar profesi.
(5) Gelar akademik, gelar vokasi, atau gelar profesi
dinyatakan tidak sah dan dicabut oleh Perguruan
Tinggi apabila karya ilmiah yang digunakan untuk
memperoleh gelar akademik, gelar vokasi, atau gelar
profesi terbukti merupakan hasil jiplakan atau
plagiat.
(6) Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara
Pendidikan Tinggi yang tanpa hak dilarang
memberikan gelar akademik, gelar vokasi, atau gelar
profesi.
(7) Perseorangan yang tanpa hak dilarang menggunakan
gelar akademik, gelar vokasi, dan/atau gelar profesi.
Bagian Kelima
Kerangka Kualifikasi Nasional
Pasal 29
(1) Kerangka Kualifikasi Nasional merupakan
penjenjangan capaian pembelajaran yang
menyetarakan luaran bidang pendidikan formal,
nonformal, informal, atau pengalaman kerja dalam
rangka pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan
struktur pekerjaan diberbagai sektor.
(2) Kerangka Kualifikasi Nasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menjadi acuan pokok dalam penetapan
kompetensi lulusan pendidikan akademik, pendidikan
vokasi, dan pendidikan profesi.
(3) Penetapan kompetensi lulusan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Menteri.
Bagian Keenam . . .
- 25 -
Bagian Keenam
Pendidikan Tinggi Keagamaan
Pasal 30
(1) Pemerintah atau Masyarakat dapat
menyelenggarakan pendidikan tinggi keagamaan.
(2) Pendidikan tinggi keagamaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berbentuk universitas, institut, sekolah
tinggi, akademi dan dapat berbentuk ma’had aly,
pasraman, seminari, dan bentuk lain yang sejenis.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendidikan tinggi
keagamaan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Ketujuh
Pendidikan Jarak Jauh
Pasal 31
(1) Pendidikan jarak jauh merupakan proses belajar
mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui
penggunaan berbagai media komunikasi.
(2) Pendidikan jarak jauh sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bertujuan:
a. memberikan layanan Pendidikan Tinggi kepada
kelompok Masyarakat yang tidak dapat mengikuti
Pendidikan secara tatap muka atau reguler; dan
b. memperluas akses serta mempermudah layanan
Pendidikan Tinggi dalam Pendidikan dan
pembelajaran.
(3) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam
berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung
oleh sarana dan layanan belajar serta sistem
penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan
Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
(4) Ketentuan . . .
- 26 -
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan
pendidikan jarak jauh sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dalam Peraturan
Menteri.
Bagian Kedelapan
Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus
Pasal 32
(1) Program Studi dapat dilaksanakan melalui
pendidikan khusus bagi Mahasiswa yang memiliki
tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran dan/atau Mahasiswa yang memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
(2) Selain pendidikan khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Program Studi juga dapat dilaksanakan
melalui pendidikan layanan khusus dan/atau
pembelajaran layanan khusus.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Program Studi yang
melaksanakan pendidikan khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan pendidikan layanan
khusus dan/atau pembelajaran layanan khusus
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam
Peraturan Menteri.
Bagian Kesembilan
Proses Pendidikan dan Pembelajaran
Paragraf 1
Program Studi
Pasal 33
(1) Program pendidikan dilaksanakan melalui Program
Studi.
(2) Program . . .
- 27 -
(2) Program Studi memiliki kurikulum dan metode
pembelajaran sesuai dengan program Pendidikan.
(3) Program Studi diselenggarakan atas izin Menteri
setelah memenuhi persyaratan minimum akreditasi.
(4) Program Studi dikelola oleh suatu satuan unit
pengelola yang ditetapkan oleh Perguruan Tinggi.
(5) Program Studi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mendapatkan akreditasi pada saat memperoleh izin
penyelenggaraan.
(6) Program Studi wajib diakreditasi ulang pada saat
jangka waktu akreditasinya berakhir.
(7) Program Studi yang tidak diakreditasi ulang
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat dicabut
izinnya oleh Menteri.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai metode
pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
pemberian izin Program Studi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), dan pencabutan izin Program Studi
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) diatur dalam
Peraturan Menteri.
Pasal 34
(1) Program Studi diselenggarakan di kampus utama
Perguruan Tinggi dan/atau dapat diselenggarakan di
luar kampus utama dalam suatu provinsi atau di
provinsi lain melalui kerja sama dengan Perguruan
Tinggi setempat.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan
Program Studi di kampus utama Perguruan Tinggi
dan/atau di luar kampus utama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Menteri.
Paragraf 2 . . .
- 28 -
Paragraf 2
Kurikulum
Pasal 35
(1) Kurikulum pendidikan tinggi merupakan seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan ajar serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan Pendidikan Tinggi.
(2) Kurikulum Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikembangkan oleh setiap Perguruan
Tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan Tinggi untuk setiap Program Studi yang
mencakup pengembangan kecerdasan intelektual,
akhlak mulia, dan keterampilan.
(3) Kurikulum Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib memuat mata kuliah:
a. agama;
b. Pancasila;
c. kewarganegaraan; dan
d. bahasa Indonesia.
(4) Kurikulum Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan melalui kegiatan
kurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
(5) Mata kuliah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilaksanakan untuk program sarjana dan program
diploma.
Pasal 36
Kurikulum pendidikan profesi dirumuskan bersama
Kementerian, Kementerian lain, LPNK, dan/atau
organisasi profesi yang bertanggung jawab atas mutu
layanan profesi dengan mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan Tinggi.
Paragraf 3 . . .
- 29 -
Paragraf 3
Bahasa Pengantar
Pasal 37
(1) Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara wajib
menjadi bahasa pengantar di Perguruan Tinggi.
(2) Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa
pengantar dalam program studi bahasa dan sastra
daerah.
(3) Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa
pengantar di Perguruan Tinggi.
Paragraf 4
Perpindahan dan Penyetaraan
Pasal 38
(1) Perpindahan Mahasiswa dapat dilakukan antar:
a. Program Studi pada program Pendidikan yang
sama;
b. jenis Pendidikan Tinggi; dan/atau
c. Perguruan Tinggi.
(2) Ketentuan mengenai perpindahan Mahasiswa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Menteri.
Pasal 39
(1) Lulusan pendidikan vokasi atau lulusan pendidikan
profesi dapat melanjutkan pendidikannya pada
pendidikan akademik melalui penyetaraan.
(2) Lulusan pendidikan akademik dapat melanjutkan
pendidikannya pada pendidikan vokasi atau
pendidikan profesi melalui penyetaraan.
(3) Ketentuan . . .
- 30 -
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyetaraan lulusan
pendidikan vokasi atau lulusan pendidikan profesi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
penyetaraan lulusan pendidikan akademik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam
Peraturan Menteri.
Pasal 40
(1) Lulusan Perguruan Tinggi negara lain dapat
mengikuti Pendidikan Tinggi di Indonesia setelah
melalui penyetaraan.
(2) Ketentuan mengenai penyetaraan lulusan Perguruan
Tinggi negara lain sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
Paragraf 5
Sumber Belajar, Sarana, dan Prasarana
Pasal 41
(1) Sumber belajar pada lingkungan pendidikan tinggi
wajib disediakan, difasilitasi, atau dimiliki oleh
Perguruan Tinggi sesuai dengan Program Studi yang
dikembangkan.
(2) Sumber belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat digunakan secara bersama oleh beberapa
Perguruan Tinggi.
(3) Perguruan Tinggi menyediakan sarana dan prasarana
untuk memenuhi keperluan pendidikan sesuai
dengan bakat, minat, potensi, dan kecerdasan
Mahasiswa.
Paragraf 6 . . .
- 31 -
Paragraf 6
Ijazah
Pasal 42
(1) Ijazah diberikan kepada lulusan pendidikan akademik
dan pendidikan vokasi sebagai pengakuan terhadap
prestasi belajar dan/atau penyelesaian suatu program
studi terakreditasi yang diselenggarakan oleh
Perguruan Tinggi.
(2) Ijazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan oleh Perguruan Tinggi yang memuat
Program Studi dan gelar yang berhak dipakai oleh
lulusan Pendidikan Tinggi.
(3) Lulusan Pendidikan Tinggi yang menggunakan karya
ilmiah untuk memperoleh ijazah dan gelar, yang
terbukti merupakan hasil jiplakan atau plagiat,
ijazahnya dinyatakan tidak sah dan gelarnya dicabut
oleh Perguruan Tinggi.
(4) Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara
Pendidikan Tinggi yang tanpa hak dilarang
memberikan ijazah.
Paragraf 7
Sertifikat Profesi dan Sertifikat Kompetensi
Pasal 43
(1) Sertifikat profesi merupakan pengakuan untuk
melakukan praktik profesi yang diperoleh lulusan
pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh
Perguruan Tinggi bekerja sama dengan Kementerian,
Kementerian lain, LPNK, dan/atau organisasi profesi
yang bertanggung jawab atas mutu layanan profesi,
dan/atau badan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Sertifikat . . .
- 32 -
(2) Sertifikat profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan oleh Perguruan Tinggi bersama dengan
Kementerian, Kementerian lain, LPNK, dan/atau
organisasi profesi yang bertanggung jawab terhadap
mutu layanan profesi, dan/atau badan lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara
Pendidikan Tinggi yang tanpa hak dilarang
memberikan sertifikat profesi.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikat profesi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Pasal 44
(1) Sertifikat kompetensi merupakan pengakuan
kompetensi atas prestasi lulusan yang sesuai dengan
keahlian dalam cabang ilmunya dan/atau memiliki
prestasi di luar program studinya.
(2) Serifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diterbitkan oleh Perguruan Tinggi bekerja
sama dengan organisasi profesi, lembaga pelatihan,
atau lembaga sertifikasi yang terakreditasi kepada
lulusan yang lulus uji kompetensi.
(3) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat digunakan sebagai syarat untuk
memperoleh pekerjaan tertentu.
(4) Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara
Pendidikan Tinggi yang tanpa hak dilarang
memberikan sertifikat kompetensi.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikat kompetensi
diatur dalam Peraturan Menteri.
Bagian Kesepuluh. . .
- 33 -
Bagian Kesepuluh
Penelitian
Pasal 45
(1) Penelitian di Perguruan Tinggi diarahkan untuk
mengembangkan Ilmu pengetahuan dan Teknologi,
serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
daya saing bangsa.
(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh Sivitas Akademika sesuai dengan
otonomi keilmuan dan budaya akademik.
(3) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan berdasarkan jalur kompetensi dan
kompetisi.
Pasal 46
(1) Hasil Penelitian bermanfaat untuk:
a. pengayaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta
pembelajaran;
b. peningkatan mutu Perguruan Tinggi dan kemajuan
peradaban bangsa;
c. peningkatan kemandirian, kemajuan, dan daya
saing bangsa;
d. pemenuhan kebutuhan strategis pembangunan
nasional; dan
e. perubahan Masyarakat Indonesia menjadi
Masyarakat berbasis pengetahuan.
(2) Hasil Penelitian wajib disebarluaskan dengan cara
diseminarkan, dipublikasikan, dan/atau dipatenkan
oleh Perguruan Tinggi, kecuali hasil Penelitian yang
bersifat rahasia, mengganggu, dan/atau
membahayakan kepentingan umum.
(3) Hasil . . .
- 34 -
(3) Hasil Penelitian Sivitas Akademika yang diterbitkan
dalam jurnal internasional, memperoleh paten yang
dimanfaatkan oleh industri, teknologi tepat guna,
dan/atau buku yang digunakan sebagai sumber
belajar dapat diberi anugerah yang bermakna oleh
Pemerintah.
Bagian Kesebelas
Pengabdian Kepada Masyarakat
Pasal 47
(1) Pengabdian kepada Masyarakat merupakan kegiatan
Sivitas Akademika dalam mengamalkan dan
membudayakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
untuk memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.
(2) Pengabdian kepada Masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam berbagai
bentuk kegiatan sesuai dengan budaya akademik,
keahlian, dan/atau otonomi keilmuan Sivitas
Akademika serta kondisi sosial budaya masyarakat.
(3) Hasil Pengabdian kepada Masyarakat digunakan
sebagai proses pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, pengayaan sumber belajar, dan/atau
untuk pembelajaran dan pematangan Sivitas
Akademika.
(4) Pemerintah memberikan penghargaan atas hasil
Pengabdian kepada Masyarakat yang diterbitkan
dalam jurnal internasional, memperoleh paten yang
dimanfaatkan oleh dunia usaha dan dunia industri,
dan/atau teknologi tepat guna.
Bagian Keduabelas . . .
- 35 -
Bagian Keduabelas
Kerja sama Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat
Pasal 48
(1) Perguruan Tinggi berperan aktif menggalang kerja
sama antar Perguruan Tinggi dan antara Perguruan
Tinggi dengan dunia usaha, dunia industri, dan
Masyarakat dalam bidang Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat.
(2) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat
mendayagunakan Perguruan Tinggi sebagai pusat
Penelitian atau pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.
(3) Perguruan Tinggi dapat mendayagunakan fasilitas
Penelitian di Kementerian lain dan/atau LPNK.
(4) Pemerintah memfasilitasi kerja sama dan kemitraan
antar Perguruan Tinggi dan antara Perguruan Tinggi
dengan dunia usaha dan dunia industri dalam bidang
Penelitian.
Bagian Ketigabelas
Pelaksanaan Tridharma
Pasal 49
(1) Ruang lingkup, kedalaman, dan kombinasi
pelaksanaan Tridharma dilakukan sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan setiap jenis dan program
Pendidikan Tinggi.
(2) Ketentuan mengenai ruang lingkup, kedalaman, dan
kombinasi pelaksanaan Tridharma sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Menteri.
Bagian Keempatbelas . . .
- 36 -
Bagian Keempatbelas
Kerja Sama Internasional Pendidikan Tinggi
Pasal 50
(1) Kerja sama internasional Pendidikan Tinggi
merupakan proses interaksi dalam pengintegrasian
dimensi internasional ke dalam kegiatan akademik
untuk berperan dalam pergaulan internasional tanpa
kehilangan nilai-nilai keindonesiaan.
(2) Kerja sama internasional harus didasarkan pada
prinsip kesetaraan dan saling menghormati dengan
mempromosikan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan
nilai kemanusiaan yang memberi manfaat bagi
kehidupan manusia.
(3) Kerja sama internasional mencakup bidang
Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada
Masyarakat.
(4) Kerja sama internasional dalam pengembangan
Pendidikan Tinggi dapat dilakukan, antara lain,
melalui:
a. hubungan antara lembaga Pendidikan Tinggi di
Indonesia dan lembaga Pendidikan Tinggi negara
lain dalam kegiatan penyelenggaraan Pendidikan
yang bermutu;
b. pengembangan pusat kajian Indonesia dan budaya
lokal pada Perguruan Tinggi di dalam dan di luar
negeri; dan
c. pembentukan komunitas ilmiah yang mandiri.
(5) Kebijakan nasional mengenai kerja sama
internasional Pendidikan Tinggi ditetapkan dalam
Peraturan Menteri.
BAB III . . .
- 37 -
BAB III
PENJAMINAN MUTU
Bagian Kesatu
Sistem Penjaminan Mutu
Pasal 51
(1) Pendidikan Tinggi yang bermutu merupakan
Pendidikan Tinggi yang menghasilkan lulusan yang
mampu secara aktif mengembangkan potensinya dan
menghasilkan Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi
yang berguna bagi Masyarakat, bangsa, dan negara.
(2) Pemerintah menyelenggarakan sistem penjaminan
mutu Pendidikan Tinggi untuk mendapatkan
Pendidikan bermutu.
Pasal 52
(1) Penjaminan mutu Pendidikan Tinggi merupakan
kegiatan sistemik untuk meningkatkan mutu
Pendidikan Tinggi secara berencana dan
berkelanjutan.
(2) Penjaminan mutu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui penetapan, pelaksanaan,
evaluasi, pengendalian, dan peningkatan standar
Pendidikan Tinggi.
(3) Menteri menetapkan sistem penjaminan mutu
Pendidikan Tinggi dan Standar Nasional Pendidikan
Tinggi.
(4) Sistem penjaminan mutu Pendidikan Tinggi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didasarkan
pada Pangkalan Data Pendidikan Tinggi.
Pasal 53 . . .
- 38 -
Pasal 53
Sistem penjaminan mutu Pendidikan Tinggi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2) terdiri atas:
a. sistem penjaminan mutu internal yang dikembangkan
oleh Perguruan Tinggi; dan
b. sistem penjaminan mutu eksternal yang dilakukan
melalui akreditasi.
Bagian Kedua
Standar Pendidikan Tinggi
Pasal 54
(1) Standar Pendidikan Tinggi terdiri atas:
a. Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang
ditetapkan oleh Menteri atas usul suatu badan
yang bertugas menyusun dan mengembangkan
Standar Nasional Pendidikan Tinggi; dan
b. Standar Pendidikan Tinggi yang ditetapkan oleh
setiap Perguruan Tinggi dengan mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
(2) Standar Nasional Pendidikan Tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan satuan
standar yang meliputi standar nasional pendidikan,
ditambah dengan standar penelitian, dan standar
pengabdian kepada masyarakat.
(3) Standar Nasional Pendidikan Tinggi dikembangkan
dengan memperhatikan kebebasan akademik,
kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan
untuk mencapai tujuan Pendidikan Tinggi.
(4) Standar Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b terdiri atas sejumlah standar
dalam bidang akademik dan nonakademik yang
melampaui Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
(5) Dalam . . .
- 39 -
(5) Dalam mengembangkan Standar Pendidikan Tinggi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
Perguruan Tinggi memiliki keleluasaan mengatur
pemenuhan Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
(6) Menteri melakukan evaluasi pelaksanaan Standar
Pendidikan Tinggi secara berkala.
(7) Menteri mengumumkan hasil evaluasi dan penilaian
Standar Pendidikan Tinggi kepada Masyarakat.
(8) Ketentuan mengenai evaluasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) diatur dalam Peraturan Menteri.
Bagian Ketiga
Akreditasi
Pasal 55
(1) Akreditasi merupakan kegiatan penilaian sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan berdasarkan
Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
(2) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk menentukan kelayakan Program
Studi dan Perguruan Tinggi atas dasar kriteria yang
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
(3) Pemerintah membentuk Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi untuk mengembangkan sistem
akreditasi.
(4) Akreditasi Perguruan Tinggi dilakukan oleh Badan
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.
(5) Akreditasi Program Studi sebagai bentuk
akuntabilitas publik dilakukan oleh lembaga
akreditasi mandiri.
(6) Lembaga akreditasi mandiri sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) merupakan lembaga mandiri bentukan
Pemerintah atau lembaga mandiri bentukan
Masyarakat yang diakui oleh Pemerintah atas
rekomendasi Badan Akreditasi Nasional Perguruan
Tinggi.
(7) Lembaga . . .
- 40 -
(7) Lembaga akreditasi mandiri sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) dibentuk berdasarkan rumpun ilmu
dan/atau cabang ilmu serta dapat berdasarkan
kewilayahan.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai akreditasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan
Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), dan lembaga akreditasi
mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur
dalam Peraturan Menteri.
Bagian Keempat
Pangkalan Data Pendidikan Tinggi
Pasal 56
(1) Pangkalan Data Pendidikan Tinggi merupakan
kumpulan data penyelenggaraan Pendidikan Tinggi
seluruh Perguruan Tinggi yang terintegrasi secara
nasional.
(2) Pangkalan Data Pendidikan Tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai sumber
informasi bagi:
a. lembaga akreditasi, untuk melakukan akreditasi
Program Studi dan Perguruan Tinggi;
b. Pemerintah, untuk melakukan pengaturan,
perencanaan, pengawasan, pemantauan, dan
evaluasi serta pembinaan dan koordinasi Program
Studi dan Perguruan Tinggi; dan
c. Masyarakat, untuk mengetahui kinerja Program
Studi dan Perguruan Tinggi.
(3) Pangkalan Data Pendidikan Tinggi dikembangkan dan
dikelola oleh Kementerian atau dikelola oleh lembaga
yang ditunjuk oleh Kementerian.
(4) Penyelenggara . . .
- 41 -
(4) Penyelenggara Perguruan Tinggi wajib menyampaikan
data dan informasi penyelenggaraan Perguruan Tinggi
serta memastikan kebenaran dan ketepatannya.
Bagian Kelima
Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi
Pasal 57
(1) Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi merupakan
satuan kerja Pemerintah di wilayah yang berfungsi
membantu peningkatan mutu penyelenggaraan
Pendidikan Tinggi.
(2) Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh Menteri.
(3) Menteri menetapkan tugas dan fungsi lembaga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
kebutuhan.
(4) Menteri secara berkala mengevaluasi kinerja lembaga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
BAB IV
PERGURUAN TINGGI
Bagian Kesatu
Fungsi dan Peran Perguruan Tinggi
Pasal 58
(1) Perguruan Tinggi melaksanakan fungsi dan peran
sebagai:
a. wadah pembelajaran Mahasiswa dan Masyarakat;
b. wadah pendidikan calon pemimpin bangsa;
c. pusat . . .
- 42 -
c. pusat pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi;
d. pusat kajian kebajikan dan kekuatan moral untuk
mencari dan menemukan kebenaran; dan
e. pusat pengembangan peradaban bangsa.
(2) Fungsi dan peran Perguruan Tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui
kegiatan Tridharma yang ditetapkan dalam statuta
Perguruan Tinggi.
Bagian Kedua
Bentuk Perguruan Tinggi
Pasal 59
(1) Bentuk Perguruan Tinggi terdiri atas:
a. universitas;
b. institut;
c. sekolah tinggi;
d. politeknik;
e. akademi; dan
f. akademi komunitas.
(2) Universitas merupakan Perguruan Tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan akademik dan dapat
menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam berbagai
rumpun Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi dan
jika memenuhi syarat, universitas dapat
menyelenggarakan pendidikan profesi.
(3) Institut merupakan Perguruan Tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan akademik dan dapat
menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam sejumlah
rumpun Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi
tertentu dan jika memenuhi syarat, institut dapat
menyelenggarakan pendidikan profesi.
(4) Sekolah . . .
- 43 -
(4) Sekolah Tinggi merupakan Perguruan Tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan akademik dan dapat
menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu
rumpun Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi
tertentu dan jika memenuhi syarat, sekolah tinggi
dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.
(5) Politeknik merupakan Perguruan Tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam berbagai
rumpun Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi dan
jika memenuhi syarat, politeknik dapat
menyelenggarakan pendidikan profesi.
(6) Akademi merupakan Perguruan Tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu
atau beberapa cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau
Teknologi tertentu.
(7) Akademi Komunitas merupakan Perguruan Tinggi
yang menyelenggarakan pendidikan vokasi setingkat
diploma satu dan/atau diploma dua dalam satu atau
beberapa cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau
Teknologi tertentu yang berbasis keunggulan lokal
atau untuk memenuhi kebutuhan khusus.
Bagian Ketiga
Pendirian Perguruan Tinggi
Pasal 60
(1) PTN didirikan oleh Pemerintah.
(2) PTS didirikan oleh Masyarakat dengan membentuk
badan penyelenggara berbadan hukum yang
berprinsip nirlaba dan wajib memperoleh izin Menteri.
(3) Badan penyelenggara sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat berbentuk yayasan, perkumpulan, dan
bentuk lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Perguruan . . .
- 44 -
(4) Perguruan Tinggi yang didirikan harus memenuhi
standar minimum akreditasi.
(5) Perguruan Tinggi wajib memiliki Statuta.
(6) Perubahan atau pencabutan izin PTS dilakukan oleh
menteri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendirian PTN dan
PTS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (5) serta perubahan atau pencabutan izin
PTS sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
Bagian Keempat
Organisasi Penyelenggara Perguruan Tinggi
Pasal 61
(1) Organisasi penyelenggara merupakan unit kerja
Perguruan Tinggi yang secara bersama melaksanakan
kegiatan Tridharma dan fungsi manajemen sumber
daya.
(2) Organisasi penyelenggara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas unsur:
a. penyusun kebijakan;
b. pelaksana akademik;
c. pengawas dan penjaminan mutu;
d. penunjang akademik atau sumber belajar; dan
e. pelaksana administrasi atau tata usaha.
(3) Organisasi penyelenggara Perguruan Tinggi diatur
dalam Statuta Perguruan Tinggi.
Bagian Kelima . . .
- 45 -
Bagian Kelima
Pengelolaan Perguruan Tinggi
Pasal 62
(1) Perguruan Tinggi memiliki otonomi untuk mengelola
sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan
Tridharma.
(2) Otonomi pengelolaan Perguruan Tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
dasar dan tujuan serta kemampuan Perguruan
Tinggi.
(3) Dasar dan tujuan serta kemampuan Perguruan Tinggi
untuk melaksanakan otonomi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dievaluasi secara mandiri oleh
Perguruan Tinggi.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi dasar dan
tujuan serta kemampuan Perguruan Tinggi untuk
melaksanakan otonomi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 63
Otonomi pengelolaan Perguruan Tinggi dilaksanakan
berdasarkan prinsip:
a. akuntabilitas;
b. transparansi;
c. nirlaba;
d. penjaminan mutu; dan
e. efektivitas dan efisiensi.
Pasal 64
(1) Otonomi pengelolaan Perguruan Tinggi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 62 meliputi bidang akademik
dan bidang nonakademik.
(2) Otonomi . . .
- 46 -
(2) Otonomi pengelolaan di bidang akademik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
penetapan norma dan kebijakan operasional serta
pelaksanaan Tridharma.
(3) Otonomi pengelolaan di bidang nonakademik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
penetapan norma dan kebijakan operasional serta
pelaksanaan:
a. organisasi;
b. keuangan;
c. kemahasiswaan;
d. ketenagaan; dan
f. sarana prasarana.
Pasal 65
(1) Penyelenggaraan otonomi Perguruan Tinggi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 dapat
diberikan secara selektif berdasarkan evaluasi kinerja
oleh Menteri kepada PTN dengan menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum atau
dengan membentuk PTN badan hukum untuk
menghasilkan Pendidikan Tinggi bermutu.
(2) PTN yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memiliki tata kelola dan kewenangan
pengelolaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) PTN badan hukum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memiliki:
a. kekayaan awal berupa kekayaan negara yang
dipisahkan kecuali tanah;
b. tata kelola dan pengambilan keputusan secara
mandiri;
c. unit . . .
- 47 -
c. unit yang melaksanakan fungsi akuntabilitas dan
transparansi;
d. hak mengelola dana secara mandiri, transparan,
dan akuntabel;
e. wewenang mengangkat dan memberhentikan
sendiri Dosen dan tenaga kependidikan;
f. wewenang mendirikan badan usaha dan
mengembangkan dana abadi; dan
g. wewenang untuk membuka, menyelenggarakan,
dan menutup Program Studi.
(4) Pemerintah memberikan penugasan kepada PTN
badan hukum untuk menyelenggarakan fungsi
Pendidikan Tinggi yang terjangkau oleh Masyarakat.
(5) Ketentuan mengenai penyelenggaraan otonomi PTN
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 66
(1) Statuta PTN ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
(2) Statuta PTN Badan Hukum ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
(3) Statuta PTS ditetapkan dengan surat keputusan
badan penyelenggara.
Pasal 67
Penyelenggaraan otonomi perguruan tinggi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 64 pada PTS diatur oleh badan
penyelenggara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 68
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan Perguruan
Tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 dan Pasal
65 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Bagian Keenam . . .
- 48 -
Bagian Keenam
Ketenagaan
Paragraf 1
Pengangkatan dan Penempatan
Pasal 69
(1) Ketenagaan perguruan tinggi terdiri atas:
a. Dosen; dan
b. tenaga kependidikan.
(2) Dosen dan tenaga kependidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diangkat dan ditempatkan di
Perguruan Tinggi oleh Pemerintah atau badan
penyelenggara.
(3) Setiap orang yang memiliki keahlian dan/atau
prestasi luar biasa dapat diangkat menjadi Dosen
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 70
(1) Pengangkatan dan penempatan Dosen dan tenaga
kependidikan oleh Pemerintah dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pengangkatan dan penempatan Dosen dan tenaga
kependidikan oleh badan penyelenggara dilakukan
berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Badan penyelenggara sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) wajib memberikan gaji pokok serta tunjangan
kepada Dosen dan tenaga kependidikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Menteri . . .
- 49 -
(4) Menteri dapat menugasi Dosen yang diangkat oleh
Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di
PTN untuk peningkatan mutu Pendidikan Tinggi.
(5) Pemerintah memberikan insentif kepada Dosen
sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penugasan Dosen
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan pemberian
insentif kepada Dosen sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 71
(1) Pemimpin PTN dapat mengangkat Dosen tetap sesuai
dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi atas
persetujuan Pemerintah.
(2) PTN memberikan gaji pokok dan tunjangan kepada
Dosen tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Pemerintah memberikan tunjangan jabatan
akademik, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan
kehormatan kepada Dosen tetap sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengangkatan Dosen
tetap pada PTN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Menteri.
Paragraf 2
Jenjang Jabatan Akademik
Pasal 72
(1) Jenjang jabatan akademik Dosen tetap terdiri atas
asisten ahli, lektor, lektor kepala, dan profesor.
(2) Jenjang . . .
- 50 -
(2) Jenjang jabatan akademik Dosen tidak tetap diatur
dan ditetapkan oleh penyelenggara Perguruan
Tinggi.
(3) Dosen yang telah memiliki pengalaman kerja 10
(sepuluh) tahun sebagai Dosen tetap dan memiliki
publikasi ilmiah serta berpendidikan doktor atau
yang sederajat, dan telah memenuhi persyaratan
dapat diusulkan ke jenjang jabatan akademik
profesor.
(4) Batas usia pensiun Dosen yang menduduki jabatan
akademik profesor ditetapkan 70 (tujuh puluh)
tahun dan Pemerintah memberikan tunjangan
profesi serta tunjangan kehormatan.
(5) Menteri dapat mengangkat seseorang dengan
kompetensi luar biasa pada jenjang jabatan
akademik profesor atas usul Perguruan Tinggi.
(6) Ketentuan mengenai jenjang jabatan akademik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemberian
tunjangan profesi serta tunjangan kehormatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dan
pengangkatan seseorang dengan kompetensi luar
biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur
dalam Peraturan Menteri.
Bagian Ketujuh
Kemahasiswaan
Paragraf 1
Penerimaan Mahasiswa Baru
Pasal 73
(1) Penerimaan Mahasiswa baru PTN untuk setiap
Program Studi dapat dilakukan melalui pola
penerimaan Mahasiswa secara nasional dan bentuk
lain.
(2) Pemerintah . . .
- 51 -
(2) Pemerintah menanggung biaya calon Mahasiswa yang
akan mengikuti pola penerimaan Mahasiswa baru
secara nasional.
(3) Calon Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) yang telah memenuhi persyaratan akademik
wajib diterima oleh Perguruan Tinggi.
(4) Perguruan Tinggi menjaga keseimbangan antara
jumlah maksimum Mahasiswa dalam setiap Program
Studi dan kapasitas sarana dan prasarana, Dosen
dan tenaga kependidikan, serta layanan dan sumber
daya pendidikan lainnya.
(5) Penerimaan Mahasiswa baru Perguruan Tinggi
merupakan seleksi akademis dan dilarang dikaitkan
dengan tujuan komersial.
(6) Penerimaan Mahasiswa baru PTS untuk setiap
Program Studi diatur oleh PTS masing-masing atau
dapat mengikuti pola penerimaan Mahasiswa baru
PTN secara nasional.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerimaan
Mahasiswa baru PTN secara nasional diatur dalam
Peraturan Menteri.
Pasal 74
(1) PTN wajib mencari dan menjaring calon Mahasiswa
yang memiliki potensi akademik tinggi, tetapi kurang
mampu secara ekonomi dan calon Mahasiswa dari
daerah terdepan, terluar, dan tertinggal untuk
diterima paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari
seluruh Mahasiswa baru yang diterima dan tersebar
pada semua Program Studi.
(2) Program Studi yang menerima calon Mahasiswa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
memperoleh bantuan biaya Pendidikan dari
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi,
dan/atau Masyarakat.
Pasal 75 . . .
- 52 -
Pasal 75
(1) Warga negara asing dapat diterima menjadi
Mahasiswa pada Perguruan Tinggi.
(2) Penerimaan Mahasiswa warga negara asing
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi persyaratan:
a. kualifikasi akademik;
b. Program Studi;
c. jumlah Mahasiswa; dan
d. lokasi Perguruan Tinggi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan
penerimaan Mahasiswa warga negara asing
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam
Peraturan Menteri.
Paragraf 2
Pemenuhan Hak Mahasiswa
Pasal 76
(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Perguruan
Tinggi berkewajiban memenuhi hak Mahasiswa yang
kurang mampu secara ekonomi untuk dapat
menyelesaikan studinya sesuai dengan peraturan
akademik.
(2) Pemenuhan hak Mahasiswa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan cara memberikan:
a. beasiswa kepada Mahasiswa berprestasi;
b. bantuan atau membebaskan biaya Pendidikan;
dan/atau
c. pinjaman dana tanpa bunga yang wajib dilunasi
setelah lulus dan/atau memperoleh pekerjaan.
(3) Perguruan . . .
- 53 -
(3) Perguruan Tinggi atau penyelenggara Perguruan
Tinggi menerima pembayaran yang ikut ditanggung
oleh Mahasiswa untuk membiayai studinya sesuai
dengan kemampuan Mahasiswa, orang tua
Mahasiswa, atau pihak yang membiayainya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemenuhan hak
Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sampai dengan ayat (3) diatur dalam Peraturan
Menteri.
Paragraf 3
Organisasi Kemahasiswaan
Pasal 77
(1) Mahasiswa dapat membentuk organisasi
kemahasiswaan.
(2) Organisasi kemahasiswaan paling sedikit memiliki
fungsi untuk:
a. mewadahi kegiatan Mahasiswa dalam
mengembangkan bakat, minat, dan potensi
Mahasiswa;
b. mengembangkan kreativitas, kepekaan, daya kritis,
keberanian, dan kepemimpinan, serta rasa
kebangsaan;
c. memenuhi kepentingan dan kesejahteraan
Mahasiswa; dan
d. mengembangkan tanggung jawab sosial melalui
kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat.
(3) Organisasi kemahasiswaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan organisasi intra Perguruan
Tinggi.
(4) Perguruan Tinggi menyediakan sarana dan prasarana
serta dana untuk mendukung kegiatan organisasi
kemahasiswaan.
(5) Ketentuan . . .
- 54 -
(5) Ketentuan lain mengenai organisasi kemahasiswaan
diatur dalam statuta perguruan tinggi.
Bagian Kedelapan
Akuntabilitas Perguruan Tinggi
Pasal 78
(1) Akuntabilitas Perguruan Tinggi merupakan bentuk
pertanggungjawaban Perguruan Tinggi kepada
Masyarakat yang terdiri atas:
a. akuntabilitas akademik; dan
b. akuntabilitas nonakademik.
(2) Akuntabilitas Perguruan Tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib diwujudkan dengan
pemenuhan Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
(3) Akuntabilitas Perguruan Tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui sistem
pelaporan tahunan.
(4) Laporan tahunan akuntabilitas Perguruan Tinggi
dipublikasikan kepada Masyarakat.
(5) Sistem pelaporan tahunan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Bagian Kesembilan
Pengembangan Perguruan Tinggi
Paragraf 1
Umum
Pasal 79
(1) Pemerintah memfasilitasi kerja sama antar Perguruan
Tinggi dan antara Perguruan Tinggi dengan dunia
usaha, industri, alumni, Pemerintah Daerah,
dan/atau pihak lain.
(2) Pemerintah . . .
- 55 -
(2) Pemerintah mengembangkan sistem pengelolaan
informasi Pendidikan Tinggi.
(3) Pemerintah mengembangkan sistem pembinaan
berjenjang melalui kerja sama antar Perguruan
Tinggi.
(4) Pemerintah mengembangkan sumber pembelajaran
terbuka yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh Sivitas
Akademika.
(5) Pemerintah mengembangkan jejaring antar Perguruan
Tinggi dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Paragraf 2
Pola Pengembangan Perguruan Tinggi
Pasal 80
(1) Pemerintah mengembangkan secara bertahap pusat
unggulan pada Perguruan Tinggi.
(2) Pemerintah mengembangkan paling sedikit 1 (satu)
PTN berbentuk universitas, institut, dan/atau
politeknik di setiap provinsi.
(3) PTN sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan berbasis Tridharma sesuai dengan
potensi unggulan daerah untuk mendukung
kebutuhan pembangunan nasional.
Pasal 81
(1) Pemerintah bersama Pemerintah Daerah
mengembangkan secara bertahap paling sedikit 1
(satu) akademi komunitas dalam bidang yang sesuai
dengan potensi unggulan daerah di kabupaten/kota
dan/atau di daerah perbatasan.
(2) Akademi . . .
- 56 -
(2) Akademi komunitas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan berbasis kebutuhan daerah
untuk mempercepat kemajuan dan kesejahteraan
masyarakat.
Pasal 82
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan
Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79
sampai dengan Pasal 81 diatur dalam Peraturan Menteri.
BAB V
PENDANAAN DAN PEMBIAYAAN
Bagian Kesatu
Tanggung Jawab dan Sumber Pendanaan Pendidikan
Tinggi
Pasal 83
(1) Pemerintah menyediakan dana Pendidikan Tinggi
yang dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.
(2) Pemerintah Daerah dapat memberikan dukungan
dana Pendidikan Tinggi yang dialokasikan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Pasal 84
(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam pendanaan
Pendidikan Tinggi.
(2) Pendanaan Pendidikan Tinggi yang diperoleh dari
Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diberikan kepada Perguruan Tinggi dalam
bentuk:
a. hibah . . .
- 57 -
a. hibah;
b. wakaf;
c. zakat;
d. persembahan kasih;
e. kolekte;
f. dana punia;
g. sumbangan individu dan/atau perusahaan;
h. dana abadi Pendidikan Tinggi; dan/atau
i. bentuk lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 85
(1) Perguruan Tinggi dapat berperan serta dalam
pendanaan Pendidikan Tinggi melalui kerja sama
pelaksanaan Tridharma.
(2) Pendanaan Pendidikan Tinggi dapat juga bersumber
dari biaya Pendidikan yang ditanggung oleh
Mahasiswa sesuai dengan kemampuan Mahasiswa,
orang tua Mahasiswa, atau pihak lain yang
membiayainya.
Pasal 86
(1) Pemerintah memfasilitasi dunia usaha dan dunia
industri dengan aktif memberikan bantuan dana
kepada Perguruan Tinggi.
(2) Pemerintah memberikan insentif kepada dunia usaha
dan dunia industri atau anggota Masyarakat yang
memberikan bantuan atau sumbangan
penyelenggaraan Pendidikan Tinggi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 87 . . .
- 58 -
Pasal 87
Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat memberikan
hak pengelolaan kekayaan negara kepada Perguruan
Tinggi untuk kepentingan pengembangan Pendidikan
Tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Bagian Kedua
Pembiayaan dan Pengalokasian
Pasal 88
(1) Pemerintah menetapkan standar satuan biaya
operasional Pendidikan Tinggi secara periodik dengan
mempertimbangkan:
a. capaian Standar Nasional Pendidikan Tinggi;
b. jenis Program Studi; dan
c. indeks kemahalan wilayah.
(2) Standar satuan biaya operasional Pendidikan Tinggi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar
untuk mengalokasikan anggaran dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara untuk PTN.
(3) Standar satuan biaya operasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasar oleh
PTN untuk menetapkan biaya yang ditanggung oleh
Mahasiswa.
(4) Biaya yang ditanggung oleh Mahasiswa sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) harus disesuaikan dengan
kemampuan ekonomi Mahasiswa, orang tua
Mahasiswa, atau pihak lain yang membiayainya.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar satuan
biaya operasional Pendidikan Tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Menteri.
Pasal 89 . . .
- 59 -
Pasal 89
(1) Dana Pendidikan Tinggi yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 dialokasikan
untuk:
a. PTN, sebagai biaya operasional, Dosen dan tenaga
kependidikan, serta investasi dan pengembangan;
b. PTS, sebagai bantuan tunjangan profesi dosen,
tunjangan kehormatan profesor, serta investasi dan
pengembangan; dan
c. Mahasiswa, sebagai dukungan biaya untuk
mengikuti Pendidikan Tinggi.
(2) Dana Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a untuk PTN badan hukum diberikan
dalam bentuk subsidi dan/atau bentuk lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Ketentuan mengenai bentuk dan mekanisme
pendanaan pada PTN badan hukum diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
(4) Dana Pendidikan Tinggi yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
bantuan dana yang disediakan oleh Pemerintah
daerah untuk penyelenggaraan Pendidikan Tinggi di
daerah masing-masing sesuai dengan kemampuan
daerah.
(5) Pemerintah mengalokasikan dana bantuan
operasional PTN dari anggaran fungsi Pendidikan.
(6) Pemerintah mengalokasikan paling sedikit 30% (tiga
puluh persen) dari dana sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) untuk dana Penelitian di PTN dan PTS.
(7) Dana Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dikelola oleh Kementerian.
BAB VI . . .
- 60 -
BAB VI
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI OLEH
LEMBAGA NEGARA LAIN
Pasal 90
(1) Perguruan Tinggi lembaga negara lain dapat
menyelenggarakan Pendidikan Tinggi di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Perguruan Tinggi lembaga negara lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sudah terakreditasi dan/atau
diakui di negaranya.
(3) Pemerintah menetapkan daerah, jenis, dan Program
Studi yang dapat diselenggarakan Perguruan Tinggi
lembaga negara lain sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
(4) Perguruan Tinggi lembaga negara lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib:
a. memperoleh izin Pemerintah;
b. berprinsip nirlaba;
c. bekerja sama dengan Perguruan Tinggi Indonesia
atas izin Pemerintah; dan
d. mengutamakan Dosen dan tenaga kependidikan
warga negara Indonesia.
(5) Perguruan Tinggi lembaga negara lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib mendukung
kepentingan nasional.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perguruan Tinggi
lembaga negara lain sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) sampai dengan ayat (5) diatur dalam
Peraturan Menteri.
BAB VII . . .
- 61 -
BAB VII
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 91
(1) Masyarakat berperan serta dalam pengembangan
Pendidikan Tinggi.
(2) Peran serta Masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan cara:
a. menentukan kompetensi lulusan melalui organisasi
profesi, dunia usaha, dan dunia industri;
b. memberikan beasiswa dan/atau bantuan
Pendidikan kepada Mahasiswa;
c. mengawasi dan menjaga mutu Pendidikan Tinggi
melalui organisasi profesi atau lembaga swadaya
masyarakat;
d. menyelenggarakan PTS bermutu;
e. mengembangkan karakter, minat, dan bakat
Mahasiswa;
f. menyediakan tempat magang dan praktik kepada
Mahasiswa;
g. memberikan berbagai bantuan melalui tanggung
jawab sosial perusahaan;
h. mendukung kegiatan Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat;
i. berbagi sumberdaya untuk pelaksanaan
Tridharma; dan/atau
j. peran serta lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB VIII . . .
- 62 -
BAB VIII
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 92
(1) Perguruan Tinggi yang melanggar ketentuan Pasal 8
ayat (3), Pasal 18 ayat (3), Pasal 19 ayat (3), Pasal 20
ayat (3), Pasal 21 ayat (4), Pasal 22 ayat (3), Pasal 23
ayat (3), Pasal 24 ayat (4), Pasal 25 ayat (4), Pasal 28
ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), atau ayat (7), Pasal
33 ayat (6), Pasal 35 ayat (3), Pasal 37 ayat (1), Pasal
41 ayat (1), Pasal 46 ayat (2), Pasal 60 ayat (5), Pasal
73 ayat (3) atau ayat (5), Pasal 74 ayat (1), Pasal 76
ayat (1), Pasal 78 ayat (2), atau Pasal 90 ayat (5)
dikenai sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara bantuan biaya Pendidikan
dari Pemerintah;
c. penghentian sementara kegiatan penyelenggaraan
Pendidikan;
d. penghentian pembinaan; dan/atau
e. pencabutan izin.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam
Peraturan Menteri.
BAB IX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 93
Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara Pendidikan
Tinggi yang melanggar Pasal 28 ayat (6) atau ayat (7),
Pasal 42 ayat (4), Pasal 43 ayat (3), Pasal 44 ayat (4),
Pasal 60 ayat (2), dan Pasal 90 ayat (4) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
BAB X . . .
- 63 -
BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 94
Penyelenggaraan Perguruan Tinggi oleh Kementerian lain
dan LPNK diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 95
Sebelum terbentuknya lembaga akreditasi mandiri,
akreditasi program studi dilakukan oleh Badan Akreditasi
Nasional Perguruan Tinggi.
Pasal 96
Lembaga layanan Pendidikan Tinggi harus sudah
dibentuk paling lambat 2 (dua) tahun sejak Undang-
Undang ini diundangkan.
Pasal 97
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
a. izin pendirian Perguruan Tinggi dan izin
penyelenggaraan Program Studi yang sudah
diterbitkan dinyatakan tetap berlaku.
b. pengelolaan Perguruan Tinggi harus menyesuaikan
dengan ketentuan Undang-Undang ini paling lambat
2 (dua) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.
c. pengelolaan Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik
Negara dan Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik
Negara yang telah berubah menjadi Perguruan Tinggi
yang diselenggarakan Pemerintah dengan pola
pengelolaan keuangan badan layanan umum
ditetapkan sebagai PTN Badan Hukum dan harus
menyesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang ini
paling lambat 2 (dua) tahun.
d. pengelolaan . . .
- 64 -
d. pengelolaan keuangan Perguruan Tinggi Badan
Hukum Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam
huruf c mengikuti Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum sampai dengan diterbitkannya
peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 98
(1) Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini
harus ditetapkan paling lambat 2 (dua) tahun
terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.
(2) Peraturan Pemerintah tentang bentuk dan mekanisme
pendanaan PTN Badan Hukum ditetapkan paling
lambat 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini
diundangkan.
Pasal 99
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua
peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301) yang berkaitan dengan
Pendidikan Tinggi dinyatakan masih tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam
Undang-Undang ini.
Pasal 100
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar . . .
- 65 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Disahkan di Jakarta
Pada tanggal 10 Agustus 2012
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 10 Agustus 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 158
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI
Asisten Deputi Perundang-undangan
Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat,
ttd.
Wisnu Setiawan
- 66 -
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 2012
TENTANG
PENDIDIKAN TINGGI
I. UMUM
Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki tujuan sebagaimana
diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu “…melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial...”.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan agar
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan bangsa yang diatur dalam undang-undang. Selain itu
pada Pasal 31 ayat (5) mengamanahkan agar Pemerintah memajukan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.
Melalui . . .
- 67 -
Melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, negara telah memberikan kerangka yang jelas
kepada Pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan nasional yang
sesuai dengan amanat Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Meskipun demikian masih
memerlukan pengaturan agar Pendidikan Tinggi dapat lebih berfungsi
dalam mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan
memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora untuk
pemberdayaan dan pembudayaan bangsa.
Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari penyelenggaraan pendidikan nasional, tidak dapat
dilepaskan dari amanat Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Di samping itu, dalam rangka
menghadapi perkembangan dunia yang makin mengutamakan basis
Ilmu Pengetahuan, Pendidikan Tinggi diharapkan mampu
menjalankan peran strategis dalam memajukan peradaban dan
kesejahteraan umat manusia.
Pada tataran praktis bangsa Indonesia juga tidak terlepas dari
persaingan antarbangsa di satu pihak dan kemitraan dengan bangsa
lain di pihak lain. Oleh karena itu, untuk meningkatkan daya saing
bangsa dan daya mitra bangsa Indonesia dalam era globalisasi,
diperlukan Pendidikan Tinggi yang mampu mewujudkan dharma
pendidikan, yaitu menghasilkan intelektual, ilmuwan dan/atau
profesional yang berbudaya, kreatif, toleran, demokratis, dan
berkarakter tangguh, serta berani membela kebenaran demi
kepentingan bangsa dan umat manusia. Dalam rangka mewujudkan
dharma Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, diperlukan
Pendidikan Tinggi yang mampu menghasilkan karya Penelitian dalam
cabang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang dapat diabdikan bagi
kemaslahatan bangsa, negara, dan umat manusia.
Perguruan . . .
- 68 -
Perguruan Tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan Pendidikan
Tinggi Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, harus memiliki
otonomi dalam mengelola sendiri lembaganya. Hal itu diperlukan agar
dalam pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Perguruan
Tinggi berlaku kebebasan akademik dan mimbar akademik, serta
otonomi keilmuan. Dengan demikian Perguruan Tinggi dapat
mengembangkan budaya akademik bagi Sivitas Akademika yang
berfungsi sebagai komunitas ilmiah yang berwibawa dan mampu
melakukan interaksi yang mengangkat martabat bangsa Indonesia
dalam pergaulan internasional.
Perguruan Tinggi sebagai garda terdepan dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa, dengan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi untuk memajukan kesejahteran umum dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Huruf a
Yang dimaksud dengan "asas kebenaran ilmiah" adalah
pencarian, pengamatan, penemuan, penyebarluasan dan
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
kebenarannya diverifikasi secara ilmiah.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “asas penalaran” adalah
pencarian, pengamatan, penemuan, penyebarluasan dan
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
mengutamakan kegiatan berpikir.
Huruf c . . .
- 69 -
Huruf c
Yang dimaksud dengan “asas kejujuran” adalah
pendidikan tinggi yang mengutamakan moral akademik
Dosen dan Mahasiswa untuk senantiasa mengemukakan
data dan informasi dalam Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi sebagaimana adanya.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah
Pendidikan Tinggi menyediakan kesempatan yang sama
kepada semua warga negara Indonesia tanpa memandang
suku, agama, ras dan antargolongan, serta latar belakang
sosial dan ekonomi.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “asas manfaat” adalah Pendidikan
Tinggi selalu berorientasi untuk kemajuan peradaban dan
kesejahteraan umat manusia.
Huruf f
Yang dimaksud dengan "asas kebajikan" adalah
Pendidikan Tinggi harus mendatangkan kebaikan,
keselamatan dan kesejahteraan dalam kehidupan Sivitas
Akademika, Masyarakat, bangsa, dan negara.
Huruf g
Yang dimaksud dengan "asas tanggung jawab" adalah
Sivitas Akademika melaksanakan Tridharma serta
mewujudkan kebebasan akademik, kebebasan mimbar
akademik, dan/atau otonomi keilmuan, dengan
menjunjung tinggi nilia-nilai agama dan persatuan
bangsa serta peraturan perundang-undangan.
Huruf h
Yang dimaksud dengan "asas kebhinnekaan" adalah
Pendidikan Tinggi diselenggarakan dalam berbagai
cabang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan
memperhatikan dan menghormati kemajemukan
Masyarakat Indonesia dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Huruf i . . .
- 70 -
Huruf i
Yang dimaksud dengan “asas keterjangkauan” adalah
bahwa Pendidikan Tinggi diselenggarakan dengan biaya
Pendidikan yang ditanggung oleh Mahasiswa sesuai
dengan kemampuan ekonominya, orang tua atau pihak
yang membiayainya untuk menjamin warga negara yang
memiliki potensi dan kemampuan akademik memperoleh
Pendidikan Tinggi tanpa hambatan ekonomi.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Karya penelitian antara lain berupa invensi dan inovasi
dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang mampu
meningkatkan taraf hidup untuk menjadi bangsa yang
maju.
Pasal 6
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e . . .
- 71 -
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “sistem terbuka” adalah
penyelenggaraan Pendidikan Tinggi memiliki sifat
fleksibilitas dalam hal cara penyampaian, pilihan dan
waktu penyelesaian program, lintas satuan, jalur dan
jenis Pendidikan (multi entry multi exit system).
Yang dimaksud dengan “multimakna” adalah Pendidikan
yang diselenggarakan dengan berorientasi pada
pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan watak dan
kepribadian, serta berbagai kecakapan hidup.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “akademik” dalam “kebebasan
akademik” dan “kebebasan mimbar akademik” adalah
sesuatu yang bersifat ilmiah atau bersifat teori yang
dikembangkan dalam Pendidikan Tinggi dan terbebas dari
pengaruh politik praktis.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 9 . . .
- 72 -
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “Dosen yang memiliki otoritas dan
wibawa ilmiah untuk menyatakan secara terbuka dan
bertanggung jawab mengenai sesuatu yang berkenaan
dengan rumpun ilmu dan cabang ilmunya” adalah Dosen
yang telah memiliki kualifikasi doktor atau setara.
Profesor merupakan jabatan akademik tertinggi pada
Perguruan Tinggi yang mempunyai wewenang
membimbing calon doktor.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Rumpun ilmu agama merupakan rumpun Ilmu
Pengetahuan yang mengkaji keyakinan tentang
ketuhanan atau ketauhidan serta teks-teks suci
agama antara lain ilmu ushuluddin, ilmu syariah,
ilmu adab, ilmu dakwah, ilmu tarbiyah, filsafat
dan pemikiran Islam, ekonomi Islam, ilmu
pendidikan agama Hindu, ilmu penerangan
agama Hindu, filsafat agama Hindu, ilmu
pendidikan agama Budha, ilmu penerangan
agama Budha, filsafat agama Budha, ilmu
pendidikan agama Kristen, ilmu pendidikan
agama Katholik, teologi, misiologi, konseling
pastoral, dan ilmu pendidikan agama Khong Hu
Cu.
Huruf b . . .
- 73 -
Huruf b
Rumpun ilmu Humaniora merupakan rumpun
Ilmu Pengetahuan yang mengkaji dan mendalami
nilai kemanusiaan dan pemikiran manusia,
antara lain filsafat, ilmu sejarah, ilmu bahasa,
ilmu sastra, ilmu seni panggung, dan ilmu seni
rupa.
Huruf c
Rumpun ilmu sosial merupakan rumpun Ilmu
Pengetahuan yang mengkaji dan mendalami
hubungan antar manusia dan berbagai fenomena
Masyarakat, antara lain sosiologi, psikologi,
antropologi, ilmu politik, arkeologi, ilmu wilayah,
ilmu budaya, ilmu ekonomi, dan geografi.
Huruf d
Rumpun ilmu alam merupakan rumpun Ilmu
Pengetahuan yang mengkaji dan mendalami alam
semesta selain manusia, antara lain ilmu
angkasa, ilmu kebumian, biologi, ilmu kimia, dan
ilmu fisika.
Huruf e
Rumpun ilmu formal merupakan rumpun Ilmu
Pengetahuan yang mengkaji dan mendalami
sistem formal teoritis, antara lain ilmu komputer,
logika, matematika, statistika, dan sistema.
Huruf f
Rumpun ilmu terapan merupakan rumpun Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi yang mengkaji dan
mendalami aplikasi ilmu bagi kehidupan manusia
antara lain pertanian, arsitektur dan
perencanaan, bisnis, pendidikan, teknik,
kehutanan dan lingkungan, keluarga dan
konsumen, kesehatan, olahraga, jurnalistik,
media massa dan komunikasi, hukum,
perpustakaan dan permuseuman, militer,
administrasi publik, pekerja sosial, dan
transportasi.
Ayat (3) . . .
- 74 -
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Dalam hal pendidikan akademik rumpun ilmu agama,
tanggung jawab penyelenggaraan dilakukan oleh menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agama berkoordinasi dengan Menteri.
Pasal 16
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “pendidikan vokasi” adalah
pendidikan yang menyiapkan Mahasiswa menjadi
profesional dengan keterampilan/kemampuan kerja
tinggi.
Kurikulum pendidikan vokasi disiapkan bersama dengan
Masyarakat profesi dan organisasi profesi yang
bertanggung jawab atas mutu layanan profesinya agar
memenuhi syarat kompetensi profesinya.
Dengan demikian pendidikan vokasi telah mencakup
pendidikan profesinya.
Ayat (2) . . .
- 75 -
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Kerja sama dengan Kementerian, Kementerian lain, LPNK,
dan/atau organisasi profesi, antara lain penetapan
standar kompetensi, penetapan kualifikasi lulusan,
penyusunan kurikulum, penggunaan sumber belajar, dan
uji kompetensi.
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “berbudaya” adalah sikap dan
perilaku yang senantiasa berdasarkan sistem nilai,
norma, dan kaidah Ilmu Pengetahuan, yang menjunjung
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20 . . .
- 76 -
Pasal 20
Ayat (1)
Mahasiswa program magister yang memiliki kemampuan
luar biasa dapat melanjutkan ke program doktor setelah
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun mengikuti program
magister tanpa harus lulus program magister terlebih
dahulu.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “sederajat” adalah kompetensi
dengan mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7) . . .
- 77 -
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Ayat (1)
Mahasiswa program magister terapan yang memiliki
kemampuan luar biasa dapat melanjutkan ke program
doktor terapan setelah paling sedikit (1) satu tahun
mengikuti program magister tanpa harus lulus program
magister terlebih dahulu.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Program profesi merupakan tanggung jawab dan
kewenangan Kementerian, Kementerian lain, LPNK,
dan/atau organisasi profesi yang bertanggung jawab atas
mutu layanan profesi. Oleh karena itu, Perguruan Tinggi
hanya dapat menyelenggarakannya bekerja sama dengan
Kementerian, Kementerian lain, LPNK, dan/atau
organisasi profesi.
Program . . .
- 78 -
Program profesi dapat menggunakan nama lain yang
sederajat seperti program profesi dokter, insinyur,
apoteker, notaris, psikolog, guru/pendidik, wartawan
sesuai ketentuan Kementerian, Kementerian lain, LPNK,
dan/atau organisasi profesi yang bertanggung jawab atas
mutu layanan profesi.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Program spesialis dapat menggunakan nama lain yang
sederajat dan memiliki tingkatan, antara lain program
dokter spesialis dan subspesialis, program insinyur
profesional pratama, madya, dan utama, sesuai
ketentuan Kementerian, Kementerian lain, LPNK,
dan/atau organisasi profesi yang bertanggung jawab atas
mutu layanan profesi.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6) . . .
- 79 -
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Gelar profesi antara lain digunakan oleh profesi dokter yang
disingkat dr., profesi apoteker disingkat apt., dan profesi
akuntan disingkat Akt.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31 . . .
- 80 -
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Izin Program Studi yang berkaitan dengan ilmu agama
diberikan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang agama.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Pencabutan izin Program Studi yang berkaitan dengan
ilmu agama dilakukan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agama.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35 . . .
- 81 -
Pasal 35
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “mata kuliah agama”
adalah pendidikan untuk membentuk Mahasiswa
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak
mulia.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “mata kuliah Pancasila”
adalah Pendidikan untuk memberikan
pemahaman dan penghayatan kepada Mahasiswa
mengenai ideologi bangsa Indonesia.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “mata kuliah
kewarganegaraan” adalah pendidikan yang
mencakup Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka
Tunggal Ika untuk membentuk Mahasiswa
menjadi warga negara yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “kegiatan kurikuler” adalah
serangkaian kegiatan yang terstruktur untuk mencapai
tujuan Program Studi.
Yang . . .
- 82 -
Yang dimaksud dengan “kegiatan kokurikuler” adalah
kegiatan yang dilakukan oleh Mahasiswa secara
terprogram atas bimbingan dosen, sebagai bagian
kurikulum dan dapat diberi bobot setara satu atau dua
satuan kredit semester.
Yang dimaksud dengan “kegiatan ekstrakurikuler” adalah
kegiatan yang dilakukan oleh Mahasiswa sebagai
penunjang kurikulum dan dapat diberi bobot setara satu
atau dua satuan kredit semester.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Ayat (1)
Sumber belajar dapat berbentuk antara lain, alam
semesta, lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif,
rumah sakit pendidikan, laboratorium, perpustakaan,
museum, studio, bengkel, stadion, dan stasiun penyiaran.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3) . . .
- 83 -
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “sertifikat profesi” antara lain
sertifikat pendidik yang diterbitkan oleh Perguruan Tinggi
yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk
meneyelenggarakan program pengadaan tenaga pendidik
sebagaimana diatur dalam undang-undang yang
mengatur mengenai guru dan dosen.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 44
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “keahlian dalam cabang ilmunya”
adalah kemampuan seseorang yang diakui oleh
Masyarakat karena keahlian praktis, seperti potong
rambut, desain grafis, montir, dan bentuk keahlian
praktis lainnya.
Yang dimaksud dengan “prestasi di luar program
studinya” adalah keahlian lain yang tidak berkaitan
langsung dengan program studinya, seperti Mahasiswa
kedokteran yang meraih juara renang, Mahasiswa teknik
mesin yang terampil dalam jurnalistik atau fotografi, dan
sebagainya.
Ayat (2) . . .
- 84 -
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 45
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “penelitian dilaksanakan
berdasarkan jalur kompetensi” adalah Penelitian yang
diberikan kepada Dosen yang memiliki kualifikasi
akademik lulusan program doktor tanpa melalui
kompetisi.
Yang dimaksud dengan “penelitian berdasarkan jalur
kompetisi” adalah Penelitian yang diberikan kepada
Dosen dengan cara berkompetisi.
Pasal 46
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “wajib disebarluaskan” adalah
Penelitian yang didanai oleh Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah.
Yang . . .
- 85 -
Yang dimaksud dengan “hasil Penelitian yang bersifat
rahasia, menganggu, dan/atau membahayakan
kepentingan umum” adalah Penelitian yang sifat dan
hasilnya berkaitan dengan rahasia atau keselamatan
negara sehingga tidak dapat atau tidak boleh diketahui,
dimiliki, dan dimanfaatkan oleh pihak yang tidak berhak.
Dipublikasikan artinya bahwa hasil Penelitian dimuat
dalam jurnal ilmiah yang terakreditasi dan/atau buku
yang telah diterbitkan oleh Perguruan Tinggi atau
penerbit lainnya dan memiliki International Standard Book
Number (ISBN).
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup Jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54 . . .
- 86 -
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “sesuai dengan kebutuhan”
adalah kebutuhan yang didasarkan pada karakteristik
atau profil Perguruan Tinggi di wilayah tertentu.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pendirian PTS yang menyelenggarakan pendidikan
keagamaan mendapatkan izin menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agama.
Yang . . .
- 87 -
Yang dimaksud dengan “prinsip nirlaba” adalah prinsip
kegiatan yang tujuannya tidak untuk mencari laba,
sehingga seluruh sisa hasil usaha dari kegiatan harus
ditanamkan kembali ke Perguruan Tinggi untuk
meningkatkan kapasitas dan/atau mutu layanan
Pendidikan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Huruf a
Yang dimaksud dengan “prinsip akuntabilitas” adalah
kemampuan dan komitmen untuk
mempertanggungjawabkan semua kegiatan yang
dijalankan Perguruan Tinggi kepada semua pemangku
kepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Akuntabilitas antara lain dapat
diukur dari rasio antara Mahasiswa dan Dosen,
kecukupan sarana dan prasarana, penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu, dan kompetensi lulusan.
Huruf b . . .
- 88 -
Huruf b
Yang dimaksud dengan “prinsip transparansi” adalah
keterbukaan dan kemampuan menyajikan informasi yang
relevan secara tepat dan akurat kepada pemangku
kepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “prinsip nirlaba” adalah prinsip
kegiatan yang tujuannya tidak untuk mencari laba,
sehingga seluruh sisa hasil usaha dari kegiatan harus
ditanamkan kembali ke Perguruan Tinggi untuk
meningkatkan kapasitas dan/atau mutu layanan
pendidikan.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “prinsip penjaminan mutu”
adalah kegiatan sistemik untuk memberikan layanan
Pendidikan Tinggi yang memenuhi atau melampaui
standar nasional pendidikan tinggi serta peningkatan
mutu pelayanan pendidikan secara berkelanjutan.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “efektivitas dan efisiensi” adalah
kegiatan sistemik untuk memanfaatkan sumber daya
dalam penyelenggaraan Pendidikan Tinggi agar tepat
sasaran dan tidak terjadi pemborosan.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3) . . .
- 89 -
Ayat (3)
Huruf a
PTN Badan Hukum dapat memanfaatkan
kekayaan berupa tanah dan hasil
pemanfaatannya menjadi pendapatan PTN Badan
Hukum.
Kekayaan berupa tanah tersebut tidak dapat
dipindahtangankan atau dijaminkan kepada
pihak lain.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Ayat (4)
PTN badan hukum merupakan PTN yang sepenuhnya
milik negara dan tidak dapat dialihkan kepada
perseorangan atau swasta. Untuk melaksanakan fungsi
Pendidikan Tinggi yang berada dalam lingkup tanggung
jawab Kementerian, Pemerintah memberikan kompensasi
atau menanggung sebagian biaya yang telah dikeluarkan
oleh PTN badan hukum.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 66 . . .
- 90 -
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Ayat (1)
Huruf a
Dosen terdiri atas Dosen tetap dan Dosen tidak
tetap.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “tenaga kependidikan”
adalah anggota Masyarakat yang mengabdikan
diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan Pendidikan Tinggi antara lain,
pustakawan, tenaga administrasi, laboran dan
teknisi, serta pranata teknik informasi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “orang yang memiliki keahlian
dan/atau prestasi luar biasa” adalah dimaksudkan untuk
memenuhi Dosen pada semua program Pendidikan Tinggi
terutama pada program diploma satu dan program
diploma dua.
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang
dimaksud adalah undang-undang yang mengatur
mengenai guru dan dosen.
Pasal 70 . . .
- 91 -
Pasal 70
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Perjanjian kerja atau kesepakatan kerja memuat tentang
gaji pokok, penghasilan yang melekat pada gaji,
penghasilan lain dan jaminan kesejahteraan sosial serta
maslahat tambahan sesuai dengan undang-undang yang
mengatur mengenai guru dan dosen.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 71
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “dosen tetap” adalah Dosen yang
tidak diangkat oleh Pemerintah (bukan pegawai negeri
sipil/bukan aparatur sipil negara).
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73 . . .
- 92 -
Pasal 73
Ayat (1)
Pola penerimaan Mahasiswa secara nasional dan bentuk
lain hanya berlaku bagi Mahasiswa program sarjana dan
program diploma.
Yang dimaksud dengan “bentuk lain” adalah pola
penerimaan Mahasiswa baru yang dilakukan secara
mandiri oleh Perguruan Tinggi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2) . . .
- 93 -
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “beasiswa” adalah
dukungan biaya Pendidikan yang diberikan
kepada Mahasiswa untuk mengikuti dan/atau
menyelesaikan Pendidikan Tinggi berdasarkan
pertimbangan utama prestasi dan/atau potensi
akademik.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “bantuan biaya
pendidikan” adalah dukungan biaya Pendidikan
yang diberikan kepada Mahasiswa untuk
mengikuti dan/atau menyelesaikan Pendidikan
Tinggi berdasarkan pertimbangan utama
keterbatasan kemampuan ekonomi.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “pinjaman dana tanpa
bunga” adalah pinjaman yang diterima oleh
Mahasiswa tanpa bunga untuk mengikuti
dan/atau menyelesaikan Pendidikan Tinggi
dengan kewajiban membayar kembali setelah
lulus dan mendapatkan pendapatan yang cukup.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79 . . .
- 94 -
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Hak pengelolaan kekayaan negara dapat berbentuk antara lain,
hak pengelolaan lahan, laut, pertambangan, perkebunan, hutan,
dan museum.
Pasal 88
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “Standar satuan biaya operasional”
adalah biaya penyelenggaraan Pendidikan Tinggi di luar
investasi dan pengembangan. Biaya investasi antara lain
biaya pengadaan sarana dan prasarana serta sumber
belajar.
Ayat (2) . . .
- 95 -
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 89
Ayat (1)
Huruf a
Anggaran untuk PTN dialokasikan oleh
Pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dan/atau oleh Pemerintah daerah
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Huruf b
Anggaran untuk PTS dialokasikan oleh
Pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dan/atau oleh Pemerintah daerah
dalam Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah
dalam bentuk, antara lain hibah, bantuan
program kegiatan Pendidikan, Penelitian, dan
Pengabdian kepada Masyarakat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Selain bantuan pendanaan, PTS dapat
memperoleh bantuan tenaga Dosen yang diangkat
oleh Pemerintah.
Huruf c . . .
- 96 -
Huruf c
Dukungan biaya untuk mengikuti Pendidikan
Tinggi bagi Mahasiswa dapat diberikan dalam
bentuk beasiswa, bantuan atau membebaskan
biaya Pendidikan, dan/atau pinjaman dana tanpa
bunga.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “dana bantuan operasional”
adalah dana Kementerian di luar Penerimaan Negara
Bukan Pajak yang dialokasikan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara untuk membantu biaya
operasional layanan Tridharma.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 90
Cukup jelas.
Pasal 91
Cukup jelas.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94 . . .
- 97 -
Pasal 94
Cukup jelas.
Pasal 95
Cukup jelas.
Pasal 96
Cukup jelas.
Pasal 97
Cukup jelas.
Pasal 98
Cukup jelas.
Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 100
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5336
SALINAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 73 TAHUN 2013
TENTANG
PENERAPAN KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA
BIDANG PENDIDIKAN TINGGI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan
Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Bidang Pendidikan Tinggi;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336);
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;
5. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 24);
2
6. Peraturan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 5/P Tahun 2013;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG PENERAPAN KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA BIDANG PENDIDIKAN TINGGI.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendidikan. 2. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi. 3. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Pasal 2
(1) Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) bidang pendidikan tinggi
merupakan kerangka penjenjangan kualifikasi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan capaian pembelajaran dari jalur pendidikan nonformal, pendidikan informal, dan/atau pengalaman kerja ke dalam jenis dan jenjang pendidikan tinggi.
(2) Penjenjangan kualifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk memfasilitasi pendidikan seseorang yang mempunyai pengalaman kerja atau memiliki capaian pembelajaran dari pendidikan nonformal atau pendidikan informal untuk: a. menempuh pendidikan formal ke jenjang/tingkat yang lebih tinggi
dan/atau; b. mendapatkan pengakuan kualifikasi lulusan jenis pendidikan tertentu
dari perguruan tinggi. (3) Pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
kursus atau pelatihan yang dilakukan secara terstuktur oleh lembaga kursus atau lembaga pelatihan.
(4) Pendidikan informal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pendidikan yang dilakukan secara mandiri, oleh keluarga, atau lingkungan.
Pasal 3
(1) Capaian pembelajaran pendidikan nonformal, pendidikan informal, dan
pengalaman kerja dapat disetarakan dengan jenjang kualifikasi tertentu pada pendidikan tinggi.
(2) Penyetaraan capaian pembelajaran pendidikan nonformal, pendidikan informal, dan pengalaman kerja pada pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberlakukan terhadap capaian pembelajaran peserta didik yang telah memiliki ijazah SMA/SMK/MA/MAK/Paket C/Paket C Kejuruan.
(3) Penyetaraan capaian pembelajaran pendidikan nonformal, pendidikan informal, dan pengalaman kerja pada pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberlakukan mulai dari jenjang kualifikasi 3 (tiga) sebagai jenjang paling rendah sampai dengan jenjang kualifikasi 9 (sembilan) sebagai jenjang paling tinggi.
3
(4) Jenjang kualifikasi 3 (tiga) sampai jenjang kualifikasi 9 (sembilan) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mempunyai kesetaraan dengan jenjang pandidikan formal sebagai berikut: a. jenjang 3 setara dengan lulusan diploma 1; b. jenjang 4 setara dengan lulusan diploma 2; c. jenjang 5 setara dengan lulusan diploma 3; d. jenjang 6 setara dengan lulusan diploma 4 atau sarjana terapan dan
sarjana; e. jenjang 7 setara dengan lulusan pendidikan profesi; f. jenjang 8 setara dengan lulusan magister terapan, magister, atau
spesialis satu; g. jenjang 9 setara dengan lulusan pendidikan doktor terapan, doktor
atau spesialis dua. (5) Capaian pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kemampuan yang diperoleh melalui internalisasi pengetahuan, sikap, keterampilan, kompetensi, dan akumulasi pengalaman kerja.
(6) Capaian pembelajaran yang dihasilkan oleh proses pendidikan tinggi mengacu pada standar kompetensi lulusan pendidikan tinggi.
Pasal 4
(1) Pengakuan atas capaian pembelajaran seseorang yang diperoleh dari
pengalaman kerja, pendidikan nonformal, atau pendidikan informal ke dalam sektor pendidikan formal dilakukan melalui mekanisme rekognisi pembelajaran lampau (RPL).
(2) RPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk: a. mengakui capaian pembelajaran yang diperoleh individu melalui
pendidikan nonformal, informal, dan/atau pengalaman kerja sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan formal dalam rangka pembelajaran sepanjang hayat;
b. mengakui capaian pembelajaran yang dilakukan oleh perguruan tinggi dan/atau lembaga pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh kementerian dan/atau lembaga di luar pembinaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama sebagai dasar pemberian gelar yang setara; dan
c. mengakui tenaga ahli yang kualifikasinya setara dengan kualifikasi magister atau doktor sebagai dosen.
Pasal 5
(1) Kriteria penyelenggara yang berwenang melaksanakan RPL untuk
memfasilitasi pembelajaran sepanjang hayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a: a. program studi telah 2 (dua) kali secara berturutan dan pada saat
pengusulan masih terakreditasi B dari badan akreditasi nasional yang berwenang atau badan akreditasi internasional yang setara;
b. lulusan terserap di dunia kerja atau berwirausaha berdasarkan studi pelacakan selama 3 (tiga) tahun secara berturutan;
c. memperoleh surat dukungan dari asosiasi profesi atau asosiasi industri yang memiliki badan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan telah beroperasi paling sedikit 5 (lima) tahun untuk bidang keahlian yang sesuai dengan program studi; dan
d. lolos uji portofolio perencanaan penyelenggaraan RPL yang dilakukan oleh tim pakar yang ditugaskan oleh Direktur Jenderal.
4
(2) Prosedur pengusulan izin penyelenggara RPL untuk memfasilitasi pembelajaran sepanjang hayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a mencakup: a. Perguruan tinggi mengajukan proposal penyelenggaraan RPL dengan
melampirkan: 1. dokumen evaluasi diri perguruan tinggi dan program studi; 2. surat keputusan ijin program studi; 3. surat keputusan akreditasi program studi; 4. dokumen studi pelacakan lulusan; dan 5. surat dukungan dari asosiasi profesi atau asosiasi industri yang
memiliki badan hukum sesuai dengan peraturan perundangan-undangan dan telah beroperasi paling sedikit 5 (lima) tahun untuk bidang keahlian yang sesuai dengan program studi.
b. Direktur Jenderal menugaskan tim pakar untuk melakukan uji kelayakan proposal.
c. Direktur Jenderal menetapkan perguruan tinggi yang telah lolos assesmen/uji kelayakan sebagai penyelenggara RPL.
(3) Menteri dapat menugaskan perguruan tinggi tertentu yang memenuhi persyaratan untuk menyelenggarakan RPL.
(4) Penyelenggaraan RPL dievaluasi secara berkala setiap 3 (tiga) tahun oleh Direktur Jenderal.
(5) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Menteri dapat mencabut penyelenggaraan RPL.
Pasal 6
(1) Perguruan tinggi dan/atau lembaga pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b wajib memenuhi kriteria: a. peserta didik yang merupakan calon pegawai di kementerian/lembaga
yang membawahi perguruan tinggi dan/atau lembaga pendidikan dan pelatihan tersebut dan memiliki ikatan dinas;
b. program pendidikan telah 2 (dua) kali secara berturutan dan pada saat pengusulan masih terakreditasi atau tersertifikasi dari suatu lembaga akreditasi atau lembaga sertifikasi nasional atau internasional yang setara;
c. penyelenggara dapat membuktikan bahwa capaian pembelajaran lulusannya sesuai kualifikasi pada jenjang KKNI bidang pendidikan tinggi tertentu berdasarkan uji kompetensi kerja dan evaluasi kinerja lulusan;
d. penyelenggara mempunyai sistem informasi akademik yang dapat diakses oleh Direktorat Jenderal untuk keperluan evaluasi akademik;
e. sudah memiliki sumber daya untuk menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan rasio dosen dan mahasiwa sebesar 1:12 (satu banding dua belas) berkualifikasi magister atau setara dari program studi yang relevan;
f. lolos uji portofolio perencanaan penyelenggaraan RPL yang dilakukan oleh tim pakar yang ditugaskan oleh Direktur Jenderal.
5
(2) Prosedur pengusulan izin penyelenggaraan RPL bagi penyelenggara pendidikan tinggi di luar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama sebagai dasar untuk memberikan gelar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup: a. perguruan tinggi dan/atau lembaga pendidikan dan pelatihan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b mengajukan proposal penyelenggaraan RPL untuk uji kelayakan.
b. proposal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a wajib berisi: 1. Evaluasi diri perguruan tinggi dan program studi; 2. Dokumen capaian pembelajaran lulusan sesuai dengan standar
kompetensi lulusan pada standar nasional pendidikan tinggi; 3. Analisis uji kesetaraan terhadap capaian pembelajaran lulusan yang
setara dengan jenjang kualifikasi tertentu pada KKNI bidang pendidikan tinggi.
4. Lampiran yang minimal terdiri atas: a) dokumen data peserta didik adalah calon pegawai/pegawai di
instansi yang membawahi perguruan tinggi tersebut dan memiliki ikatan dinas;
b) dokumen yang menyatakan bahwa program pendidikan telah 2 (dua) kali secara berturutan dan pada saat pengusulan masih terakreditasi atau tersertifikasi dari suatu lembaga akreditasi atau lembaga sertifikasi nasional atau internasional yang setara;
c) akses kepada sistem informasi akademik yang dapat diakses oleh Direktorat Jenderal untuk keperluan evaluasi akademik;
d) dokumen data dosen berkualifikasi magister atau setara dari program studi yang relevan dengan rasio dosen dan mahasiwa sebesar 1:12 (satu banding dua belas).
c. Direktur Jenderal menugaskan tim pakar untuk melakukan uji kelayakan proposal;
d. Direktur Jenderal menetapkan perguruan tinggi dan/atau lembaga pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b yang telah lolos uji kelayakan sebagai penyelenggara perguruan tinggi dan/atau lembaga pendidikan dan pelatihan yang dapat memberikan ijazah dan gelar tertentu.
(3) Perguruan tinggi dan/atau lembaga pendidikan dan pelatihan yang dapat memberikan ijazah dan gelar tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d dievaluasi secara berkala setiap 2 (dua) tahun oleh Direktur Jenderal.
(4) Berdasarkan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri dapat mencabut izin perguruan tinggi dan/atau lembaga pendidikan dan pelatihan untuk memberikan gelar.
Pasal 7
(1) Penyetaraan capaian pembelajaran tenaga ahli sebagai dosen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c hanya dapat diusulkan oleh perguruan tinggi yang: a. memerlukan pendidik dengan keahlian tertentu yang langka; b. memerlukan pendidik yang keahliannya tidak dapat dihasilkan oleh
program studi yang telah ada;
6
c. memerlukan pendidik dengan pengalaman praktis yang sangat dibutuhkan untuk pengembangan kompetensi mahasiswa; dan
d. lolos uji portofolio perencanaan penyelenggaraan RPL yang dilakukan oleh tim pakar yang ditugaskan oleh Direktur Jenderal.
(2) Prosedur pengusulan izin penyelenggaraan RPL untuk mengakui tenaga ahli sebagai dosen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c mencakup: a. perguruan tinggi mengajukan proposal penyelenggaraan RPL sesuai
dengan petunjuk teknis yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal untuk uji kelayakan;
b. proposal sebagaimana dimaksud pada huruf a wajib berisi: 1. Evaluasi diri perguruan tinggi dan program studi; 2. Analisis kebutuhan dosen sesuai dengan rencana strategis
perguruan tinggi dan peraturan perundang-undangan; 3. Rencana pengembangan dosen; 4. Analisis uji kesetaraan terhadap calon dosen yang dilakukan oleh
senat Akademik terkait capaian pembelajaran yang setara dengan jenjang kualifikasi 8 atau 9 pada KKNI bidang pendidikan tinggi dengan melampirkan: a) ijazah calon dosen pada pendidikan sebelumnya; b) bukti kredibilitas institisi pendidikan tinggi yang mengeluarkan
ijazah dalam bentuk pernyataan akreditasi program studi atau perguruan tinggi pendidikan penyelenggara;
c) sertifikat kompetensi kerja dari asosiasi profesi atau asosiasi industri yang memiliki badan hukum sesuai dengan peraturan perundangan dan telah beroperasi minimal selama 5 (lima) tahun, untuk bidang keahlian yang sesuai dengan program studi;
d) surat dukungan dari asosiasi profesi atau asosiasi industri yang memiliki badan hukum sesuai dengan peraturan perundangan dan telah beroperasi minimal selama 5 (lima) tahun, untuk bidang keahlian yang sesuai dengan program studi.
e) surat keterangan berkelakuan baik dari calon dosen; f) bagi calon dosen berkeahlian langka dan belum ada asosiasi
profesinya harus menyertakan pernyataan keahlian dari sejawat pada profesi yang relevan.
c. Direktur Jenderal menugaskan tim pakar untuk melakukan uji kelayakan proposal;
d. Direktur Jenderal menetapkan perguruan tinggi yang telah lolos uji kelayakan sebagai penyelenggara RPL bagi tenaga ahli.
(3) Perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e dievaluasi secara berkala setiap 3 (tiga) tahun oleh Direktur Jenderal.
(4) Direktur Jenderal berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat mencabut izin Perguruan tinggi sebagai penyelenggara RPL bagi tenaga ahli.
Pasal 8
(1) Calon peserta didik dengan pendidikan formal, nonformal atau informal
dari negara asing dan akan melanjutkan studi di pendidikan tinggi di Indonesia dapat menyetarakan capaian pembelajaran yang diperolehnya pada perguruan tinggi yang telah memperoleh ijin menyelenggarakan RPL.
7
(2) Calon dosen dengan pendidikan formal, nonformal atau informal dari negara asing dan akan menjadi dosen di perguruan tinggi di Indonesia dapat menjadi dosen pada perguruan tinggi setelah perguruan tinggi tersebut memperoleh ijin penyelenggaraan RPL penyetaraan tenaga ahli sebagai dosen.
Pasal 9
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Peraturan Menteri ini ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
Pasal 10
(1) Dalam menjamin mutu KKNI bidang pendidikan tinggi, Direktorat Jenderal mempunyai tugas dan fungsi: a. mengevaluasi kesesuaian perangkat KKNI bidang pendidikan tinggi
mencakup peraturan, diskriptor, panduan, mekanisme sosialisasi, dokumen standar implementasi dan aspek pendukung lainya, dan melakukan penyesuaian, pengubahan atau pengembangan;
b. secara berkala meninjau ulang deskriptor untuk ke 9 (sembilan) jenjang kualifikasi yang terdapat dalam KKNI bidang pendidikan tinggi dengan memperhatikan dan mengantisipasi perkembangan yang terjadi pada bidang ketenagakerjaan di dalam maupun di luar negeri;
c. mengkaji kesetaraan sistem kualifikasi internasional dengan KKNI bidang pendidikan tinggi dan menyampaikan hasil kajian kepada Direktur Jenderal untuk disampaikan pada pihak yang berkepentingan;
d. melakukan proses referensi posisi kerangka kualifikasi negara lain atau kerangka kualifikasi regional terhadap KKNI bidang pendidikan tinggi;
e. melakukan proses referensi kualifikasi sumber daya manusia pada berbagai sektor baik nasional maupun internasional terhadap kualifikasi yang terdapat pada KKNI bidang pendidikan tinggi;
f. berkoordinasi dengan kementerian teknis, Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi (BAN-PT) atau lembaga akreditasi lainnya yang diakui oleh pemerintah baik pada tingkat nasional maupun internasional, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), atau lembaga lain yang menyusun standar pendidikan atau standar kompetensi kerja dan diakui oleh pemerintah baik pada tingkat nasional maupun internasional, lembaga sertifikasi kompetensi, lembaga sertifikasi profesi, asosiasi profesi, asosiasi industri, baik pada tingkat nasional maupun internasional serta badan atau lembaga lain di tingkat nasional yang terkait dengan penjaminan mutu sumber daya manusia pada level kualifikasi 3 sampai dengan 9.
(2) Dalam penerapan KKNI bidang pendidikan tinggi oleh pemangku kepentingan, Direktorat Jenderal mempunyai tugas dan fungsi: a. melakukan sosialisasi KKNI bidang pendidikan tinggi dan strategi
implementasinya kepada para pemangku kepentingan dan pengambil keputusan di bidang pengembangan sumberdaya manusia;
b. mewajibkan perguruan tinggi untuk menerbitkan surat keterangan pendamping ijazah yang menjelaskan kualififikasi lulusan sesuai dengan jenjang KKNI bidang pendidikan tinggi;
c. mendorong kementerian teknis dan pemangku kepentingan untuk memberi penghargaan pada lulusan perguruan tinggi berbasis pada kualifikasi;
8
d. menyusun dan mensosialisasikan profil pendidikan tinggi indonesia yang mencakup informasi program studi yang kualifikasi lulusannya sesuai dengan jenjang kualifikasi pada KKNI bidang pendidikan tinggi;
e. berkoordinasi dengan Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara, kementerian teknis dan lembaga negara lainnya.
(3) Dalam menerapkan KKNI di bidang kurikulum pendidikan tinggi, Direktorat Jenderal mempunyai tugas dan fungsi: a. memberikan masukan, konsultasi, pembimbingan/pendampingan,
mendorong dan memfasilitasi terjadinya proses penerapan KKNI bidang pendidikan tinggi di perguruan tinggi pendidikan tinggi;
b. menyusun kebijakan, regulasi, dan panduan tentang penyusunan kurikulum program studi yang mengacu pada KKNI bidang pendidikan tinggi;
c. mengevaluasi pelaksanaan kurikulum oleh program studi terhadap pencapaian jenjang kualifikasi pada KKNI bidang pendidikan tinggi;
d. mengevaluasi deskripsi capaian pembelajaran minimal yang diusulkan oleh program studi sebagai dasar penetapan standar kompetensi lulusan program studi oleh Menteri;
e. mengevaluasi secara berkala deskripsi capaian pembelajaran minimal yang diusulkan oleh program studi sebagai dasar penetapan standar kompetensi lulusan program studi oleh Menteri;
f. mengevaluasi secara berkala deskripsi capaian pembelajaran program studi yang telah ditetapkan sebagai standar kompetensi lulusan pendidikan tinggi pada Pangkalan Data Pendidikan Tinggi untuk digunakan sebagai rujukan nasional bagi program pendidikan terkait;
g. bersama tim pakar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b, Pasal 6 ayat (2) huruf c, dan Pasal 7 ayat (2) huruf c, menjamin akuntabilitas dan kompatibilitas substansi proposal penyelengaraan RPL dan usulan capaian pembelajaran dari program studi; dan
h. berkoordinasi dengan BAN-PT atau lembaga akreditasi lainnya yang diakui oleh pemerintah baik pada tingkat nasional maupun internasional, BSNP, atau lembaga lain yang menyusun standar pendidikan atau standar kompetensi kerja dan diakui oleh pemerintah baik pada tingkat nasional maupun internasional, lembaga sertifikasi kompetensi, lembaga sertifikasi profesi, asosiasi profesi, asosiasi industri, baik pada tingkat nasional maupun internasional serta badan atau lembaga lain di tingkat nasional yang terkait dengan penjaminan mutu sumber daya manusia pada level kualifikasi 3 sampai dengan 9.
(4) Dalam menerapkan KKNI bidang pendidikan tinggi, perguruan tinggi mempunyai tugas dan fungsi: a. setiap program studi wajib menyusun deskripsi capaian pembelajaran
minimal mengacu pada KKNI bidang pendidikan tinggi sesuai dengan jenjang.
b. setiap program studi wajib menyusun kurikulum, melaksanakan, dan mengevaluasi pelaksanaan kurikulum mengacu pada KKNI bidang pendidikan tinggi sesuai dengan kebijakan, regulasi, dan panduan tentang penyusunan kurikulum program studi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b.
c. setiap program studi wajib mengembangkan sistem penjaminan mutu internal untuk memastikan terpenuhinya capaian pembelajaran program studi.
9
Pasal 11
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 10 Juni 2013
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH Diundangkan di Jakarta pada tanggal 13 Juni 2013 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, TTD. AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 831 Salinan sesuai dengan aslinya, Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, TTD. Muslikh, S.H. NIP 195809151985031001
SALINAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 49 TAHUN 2014
TENTANG
STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 52 ayat (3)
dan Pasal 54 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Standar Nasional Pendidikan
Tinggi;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 158 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5336);
3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang
Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 91,Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4864);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 76,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5007);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 Penyelenggaraan
Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 16,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5500);
-2-
7. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara,
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan
Kelima atas Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009
tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;
8. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014 tentang
Perubahan Kelima atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun
2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian
Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara;
9. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia;
10. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P
Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet
Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 41/P
Tahun 2014;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR NASIONAL
PENDIDIKAN TINGGI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Standar Nasional Pendidikan Tinggi, adalah satuan standar yang meliputi
Standar Nasional Pendidikan, ditambah dengan Standar Nasional Penelitian, dan Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat.
2. Standar Nasional Pendidikan, adalah kriteria minimal tentang
pembelajaran pada jenjang pendidikan tinggi di perguruan tinggi di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Standar Nasional Penelitian adalah kriteria minimal tentang sistem penelitian pada perguruan tinggi yang berlaku di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat adalah kriteria minimal tentang sistem pengabdian kepada masyarakat pada perguruan tinggi yang berlaku di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat KKNI, adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat
menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur
pekerjaan di berbagai sektor.
-3-
6. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai capaian pembelajaran lulusan, bahan kajian, proses, dan penilaian yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan program studi. 7. Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, program profesi, program spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa
Indonesia. 8. Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi.
9. Program Studi adalah kesatuan kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang memiliki kurikulum dan metode pembelajaran tertentu dalam satu
jenis pendidikan akademik, pendidikan profesi, dan/atau pendidikan vokasi.
10. Pembelajaran adalah proses interaksi mahasiswa dengan dosen dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. 11. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode
ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan/atau pengujian suatu cabang pengetahuan dan teknologi.
12. Pengabdian kepada Masyarakat adalah kegiatan sivitas akademika yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
13. Satuan Kredit Semester, yang selanjutnya disingkat sks, adalah takaran waktu kegiatan belajar yang di bebankan pada mahasiswa per minggu per
semester dalam proses pembelajaran melalui berbagai bentuk pembelajaran atau besarnya pengakuan atas keberhasilan usaha mahasiswa dalam mengikuti kegiatan kurikuler di suatu program studi.
14. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat. 15. Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri
dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan tinggi antara lain, pustakawan, tenaga administrasi, laboran dan teknisi, serta pranata teknik informasi.
16. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan.
17. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pasal 2
(1) Standar Nasional Pendidikan Tinggi terdiri atas:
a. Standar Nasional Pendidikan;
b. Standar Nasional Penelitian; dan
c. Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat.
(2) Standar Nasional Pendidikan, Standar Nasional Penelitian, dan Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam pelaksanaan tridharma perguruan tinggi.
-4-
Pasal 3
(1) Standar Nasional Pendidikan Tinggi bertujuan untuk:
a. menjamin tercapainya tujuan pendidikan tinggi yang berperan strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan ilmu pengetahuan
dan teknologi dengan menerapkan nilai humaniora serta pembudayaan dan pemberdayaan bangsa Indonesia yang berkelanjutan;
b. menjamin agar pembelajaran pada program studi, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia mencapai mutu sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam Standar
Nasional Pendidikan Tinggi; dan
c. mendorong agar perguruan tinggi di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia mencapai mutu pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat melampaui kriteria yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan Tinggi secara berkelanjutan.
(2) Standar Nasional Pendidikan Tinggi wajib:
a. dipenuhi oleh setiap perguruan tinggi untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional;
b. dijadikan dasar untuk pemberian izin pendirian perguruan tinggi dan izin pembukaan program studi;
c. dijadikan dasar penyelenggaraan pembelajaran berdasarkan kurikulum pada program studi;
d. dijadikan dasar penyelenggaraan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat;
e. dijadikan dasar pengembangan dan penyelenggaraan sistem penjaminan
mutu internal;
f. dijadikan dasar penetapan kriteria sistem penjaminan mutu eksternal melalui akreditasi.
(3) Standar Nasional Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) wajib dievaluasi dan disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan, sesuai dengan tuntutan perubahan lokal, nasional, dan
global oleh badan yang ditugaskan untuk menyusun dan mengembangkan Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
BAB II
STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
Bagian Kesatu
Ruang Lingkup Standar Nasional Pendidikan
Pasal 4
(1) Standar Nasional Pendidikan terdiri atas:
a. standar kompetensi lulusan;
b. standar isi pembelajaran;
c. standar proses pembelajaran;
d. standar penilaian pembelajaran;
e. standar dosen dan tenaga kependidikan;
f. standar sarana dan prasarana pembelajaran;
-5-
g. standar pengelolaan pembelajaran; dan
h. standar pembiayaan pembelajaran.
(2) Standar Nasional Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi acuan dalam menyusun, menyelenggarakan, dan mengevaluasi kurikulum.
Bagian Kedua
Standar Kompetensi Lulusan
Pasal 5
(1) Standar kompetensi lulusan merupakan kriteria minimal tentang
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran
lulusan.
(2) Standar kompetensi lulusan yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
sebagai acuan utama pengembangan standar isi pembelajaran, standar proses pembelajaran, standar penilaian pembelajaran, standar dosen dan
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana pembelajaran, standar pengelolaan pembelajaran, dan standar pembiayaan pembelajaran.
(3) Rumusan capaian pembelajaran lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib:
a. mengacu pada deskripsi capaian pembelajaran lulusan KKNI; dan
b. memiliki kesetaraan dengan jenjang kualifikasi pada KKNI.
Pasal 6
(1) Sikap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) merupakan perilaku benar dan berbudaya sebagai hasil dari internalisasi dan aktualisasi nilai dan norma yang tercermin dalam kehidupan spiritual dan sosial melalui
proses pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa, penelitian dan/atau pengabdian kepada masyarakat yang terkait pembelajaran.
(2) Pengetahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) merupakan
penguasaan konsep, teori, metode, dan/atau falsafah bidang ilmu tertentu secara sistematis yang diperoleh melalui penalaran dalam proses
pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa, penelitian dan/atau pengabdian kepada masyarakat yang terkait pembelajaran.
(3) Keterampilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) merupakan
kemampuan melakukan unjuk kerja dengan menggunakan konsep, teori, metode, bahan, dan/atau instrumen, yang diperoleh melalui pembelajaran,
pengalaman kerja mahasiswa, penelitian dan/atau pengabdian kepada masyarakat yang terkait pembelajaran, mencakup:
a. Keterampilan umum sebagai kemampuan kerja umum yang wajib
dimiliki oleh setiap lulusan dalam rangka menjamin kesetaraan kemampuan lulusan sesuai tingkat program dan jenis pendidikan tinggi; dan
b. Keterampilan khusus sebagai kemampuan kerja khusus yang wajib dimiliki oleh setiap lulusan sesuai dengan bidang keilmuan program
studi.
(4) Pengalaman kerja mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dan ayat (3) berupa pengalaman dalam kegiatan di bidang tertentu pada jangka
waktu tertentu, berbentuk pelatihan kerja, kerja praktik, praktik kerja lapangan atau bentuk kegiatan lain yang sejenis.
-6-
Pasal 7
(1) Rumusan sikap dan keterampilan umum sebagai bagian dari capaian
pembelajaran lulusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (3) huruf a, untuk setiap tingkat program dan jenis pendidikan tinggi,
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Rumusan sikap dan keterampilan umum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat ditambah oleh perguruan tinggi.
(3) Rumusan pengetahuan dan keterampilan khusus sebagai bagian dari capaian pembelajaran lulusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(1) dan ayat (3) huruf b, wajib disusun oleh:
a. forum program studi sejenis atau nama lain yang setara; atau
b. pengelola program studi dalam hal tidak memiliki forum program studi sejenis.
(4) Rumusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) yang
merupakan satu kesatuan rumusan capaian pembelajaran lulusan diusulkan kepada Direktur Jenderal untuk ditetapkan menjadi capaian
pembelajaran lulusan. (5) Rumusan capaian pembelajaran lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dikaji dan ditetapkan oleh Direktur Jenderal sebagai rujukan program
studi sejenis.
(6) Ketentuan mengenai penyusunan, pengusulan, pengkajian, penetapan rumusan capaian pembelajaran lulusan sebagaimana dimaksud ayat (5)
diatur dalam pedoman rinci yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal.
Bagian Ketiga Standar Isi Pembelajaran
Pasal 8
(1) Standar isi pembelajaran merupakan kriteria minimal tingkat kedalaman dan keluasan materi pembelajaran.
(2) Kedalaman dan keluasan materi pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada capaian pembelajaran lulusan.
(3) Kedalaman dan keluasan materi pembelajaran pada program profesi, spesialis, magister, magister terapan, doktor, dan doktor terapan, wajib memanfaatkan hasil penelitian dan hasil pengabdian kepada masyarakat.
Pasal 9
(1) Tingkat kedalaman dan keluasan materi pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) untuk setiap program pendidikan, dirumuskan dengan mengacu pada deskripsi capaian pembelajaran
lulusan dari KKNI.
(2) Tingkat kedalaman dan keluasan materi pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
a. lulusan program diploma satu paling sedikit menguasai konsep umum, pengetahuan, dan keterampilan operasional lengkap;
b. lulusan program diploma dua paling sedikit menguasai prinsip dasar pengetahuan dan keterampilan pada bidang keahlian tertentu;
-7-
c. lulusan program diploma tiga paling sedikit menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan dan keterampilan tertentu secara umum;
d. lulusan program diploma empat dan sarjana paling sedikit menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan dan keterampilan tertentu secara
umum dan konsep teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan dan keterampilan tersebut secara mendalam;
e. lulusan program profesi paling sedikit menguasai teori aplikasi bidang
pengetahuan dan keterampilan tertentu;
f. lulusan program magister, magister terapan, dan spesialis satu paling sedikit menguasai teori dan teori aplikasi bidang pengetahuan tertentu;
g. lulusan program doktor, doktor terapan, dan spesialis dua paling sedikit menguasai filosofi keilmuan bidang pengetahuan dan keterampilan
tertentu.
(3) Tingkat kedalaman dan keluasan materi pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat kumulatif dan/atau integratif.
(4) Tingkat kedalaman dan keluasan materi pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam bahan kajian yang
distrukturkan dalam bentuk mata kuliah.
Bagian Keempat
Standar Proses Pembelajaran
Pasal 10
(1) Standar proses pembelajaran merupakan kriteria minimal tentang pelaksanaan pembelajaran pada program studi untuk memperoleh capaian
pembelajaran lulusan.
(2) Standar proses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:
a. karakteristik proses pembelajaran;
b. perencanaan proses pembelajaran;
c. pelaksanaan proses pembelajaran; dan
d. beban belajar mahasiswa.
Pasal 11
(1) Karakteristik proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf a terdiri atas sifat interaktif, holistik, integratif, saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan berpusat pada mahasiswa.
(2) Interaktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa capaian pembelajaran lulusan diraih dengan mengutamakan proses interaksi dua
arah antara mahasiswa dan dosen.
(3) Holistik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa proses pembelajaran mendorong terbentuknya pola pikir yang komprehensif dan
luas dengan menginternalisasi keunggulan dan kearifan lokal maupun nasional.
(4) Integratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa capaian
pembelajaran lulusan diraih melalui proses pembelajaran yang terintegrasi untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan secara keseluruhan dalam
satu kesatuan program melalui pendekatan antardisiplin dan multidisiplin.
-8-
(5) Saintifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses pembelajaran yang
mengutamakan pendekatan ilmiah sehingga tercipta lingkungan akademik yang berdasarkan sistem nilai, norma, dan kaidah ilmu pengetahuan serta
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan kebangsaan.
(6) Kontekstual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses pembelajaran yang
disesuaikan dengan tuntutan kemampuan menyelesaikan masalah dalam ranah keahliannya.
(7) Tematik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa capaian
pembelajaran lulusan diraih melalui proses pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik keilmuan program studi dan dikaitkan dengan
permasalahan nyata melalui pendekatan transdisiplin.
(8) Efektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa capaian pembelajaran lulusan diraih secara berhasil guna dengan mementingkan
internalisasi materi secara baik dan benar dalam kurun waktu yang optimum.
(9) Kolaboratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses pembelajaran bersama yang melibatkan interaksi antar individu pembelajar untuk menghasilkan
kapitalisasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
(10) Berpusat pada mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses
pembelajaran yang mengutamakan pengembangan kreativitas, kapasitas, kepribadian, dan kebutuhan mahasiswa, serta mengembangkan
kemandirian dalam mencari dan menemukan pengetahuan.
Pasal 12
(1) Perencanaan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b disusun untuk setiap mata kuliah dan disajikan dalam rencana pembelajaran semester (RPS) atau istilah lain.
(2) Rencana pembelajaran semester (RPS) atau istilah lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dan dikembangkan oleh dosen secara
mandiri atau bersama dalam kelompok keahlian suatu bidang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi dalam program studi.
(3) Rencana pembelajaran semester (RPS) atau istilah lain paling sedikit
memuat;
a. nama program studi, nama dan kode mata kuliah, semester, sks, nama
dosen pengampu;
b. capaian pembelajaran lulusan yang dibebankan pada mata kuliah;.
c. kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap tahap pembelajaran
untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan;
d. bahan kajian yang terkait dengan kemampuan yang akan dicapai;
e. metode pembelajaran;
f. waktu yang disediakan untuk mencapai kemampuan pada tiap tahap pembelajaran;
g. pengalaman belajar mahasiswa yang diwujudkan dalam deskripsi tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa selama satu semester;
-9-
h. kriteria, indikator, dan bobot penilaian; dan
i. daftar referensi yang digunakan.
(4) Rencana pembelajaran semester (RPS) atau istilah lain wajib ditinjau dan disesuaikan secara berkala dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Pasal 13
(1) Pelaksanaan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf c berlangsung dalam bentuk interaksi antara dosen, mahasiswa, dan sumber belajar dalam lingkungan belajar tertentu.
(2) Proses pembelajaran di setiap mata kuliah dilaksanakan sesuai Rencana pembelajaran semester (RPS) atau istilah lain dengan karakteristik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.
(3) Proses pembelajaran yang terkait dengan penelitian mahasiswa wajib mengacu pada Standar Nasional Penelitian.
(4) Proses pembelajaran yang terkait dengan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa wajib mengacu pada Standar Nasional Pengabdian kepada
Masyarakat.
Pasal 14
(1) Proses pembelajaran melalui kegiatan kurikuler wajib dilakukan secara sistematis dan terstruktur melalui berbagai mata kuliah dan dengan beban belajar yang terukur.
(2) Proses pembelajaran melalui kegiatan kurikuler wajib menggunakan metode pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik mata kuliah
untuk mencapai kemampuan tertentu yang ditetapkan dalam matakuliah dalam rangkaian pemenuhan capaian pembelajaran lulusan.
(3) Metode pembelajaran sebagaimana dinyatakan pada ayat (2) yang dapat
dipilih untuk pelaksanaan pembelajaran mata kuliah antara lain: diskusi kelompok, simulasi, studi kasus, pembelajaran kolaboratif, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis masalah,
atau metode pembelajaran lain, yang dapat secara efektif memfasilitasi pemenuhan capaian pembelajaran lulusan.
(4) Setiap mata kuliah dapat menggunakan satu atau gabungan dari beberapa metode pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan diwadahi dalam suatu bentuk pembelajaran.
(5) Bentuk pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat berupa:
a. kuliah;
b. responsi dan tutorial;
c. seminar; dan
d. praktikum, praktik studio, praktik bengkel, atau praktik lapangan;
(6) Bentuk pembelajaran selain yang dimaksud pada ayat (5), bagi program pendidikan diploma empat, program sarjana, program profesi, program magister, program magister terapan, program spesialis, program doktor,
dan program doktor terapan, wajib ditambah bentuk pembelajaran berupa penelitian.
-10-
(7) Bentuk pembelajaran berupa penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (6) merupakan kegiatan mahasiswa di bawah bimbingan dosen dalam
rangka pengembangan pengetahuan dan keterampilannya serta meningkatkan kesejahteran masyarakat dan daya saing bangsa.
(8) Bentuk pembelajaran selain yang dimaksud pada ayat (5), bagi program pendidikan diploma empat, program sarjana, program profesi, dan program spesialis wajib ditambah bentuk pembelajaran berupa pengabdian kepada
masyarakat.
(9) Bentuk pembelajaran berupa pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (8) merupakan kegiatan mahasiswa di bawah
bimbingan dosen dalam rangka memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Pasal 15
(1) Beban belajar mahasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf d, dinyatakan dalam besaran satuan kredit semester (sks).
(2) Satu sks setara dengan 160 (seratus enam puluh) menit kegiatan belajar per minggu per semester.
(3) Setiap mata kuliah paling sedikit memiliki bobot 1 (satu) sks.
(4) Semester merupakan satuan waktu kegiatan pembelajaran efektif selama 16 (enam belas) minggu.
Pasal 16
(1) 1 (satu) sks pada bentuk pembelajaran kuliah, responsi dan tutorial, mencakup:
a. kegiatan belajar dengan tatap muka 50 (lima puluh) menit per minggu
per semester;
b. kegiatan belajar dengan penugasan terstruktur 50 (lima puluh) menit per minggu per semester; dan
c. kegiatan belajar mandiri 60 (enam puluh) menit per minggu per
semester.
(2) 1 (satu) sks pada bentuk pembelajaran seminar atau bentuk pembelajaran lain yang sejenis, mencakup:
a. kegiatan belajar tatap muka 100 (seratus) menit per minggu per semester; dan
b. kegiatan belajar mandiri 60 (enam puluh) menit per minggu per
semester.
(3) 1 (satu) sks pada bentuk pembelajaran praktikum, praktik studio, praktik bengkel, praktik lapangan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat,
dan/atau bentuk pembelajaran lain yang setara, adalah 160 (seratus enam puluh) menit per minggu per semester.
Pasal 17
(1) Beban normal belajar mahasiswa adalah 8 (delapan) jam per hari atau 48 (empat puluh delapan) jam per minggu setara dengan 18 (delapan belas)
sks per semester, sampai dengan 9 (sembilan) jam per hari atau 54 (lima puluh empat) jam per minggu setara dengan 20 (dua puluh) sks per semester.
-11-
(2) Untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan program sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, mahasiswa wajib menempuh beban belajar
paling sedikit:
a. 36 sks untuk program diploma satu;
b. 72 sks untuk program diploma dua;
c. 108 sks untuk program diploma tiga;
d. 144 sks untuk program diploma empat dan program sarjana;
e. 36 sks untuk program profesi;
f. 72 sks untuk program magister, magister terapan, dan spesialis satu; dan
g. 72 sks untuk program doktor, doktor terapan, dan spesialis dua.
(3) Masa studi terpakai bagi mahasiswa dengan beban belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagai berikut:
a. 1 (satu) sampai 2 (dua) tahun untuk program diploma satu;
b. 2 (dua) sampai 3 (tiga) tahun untuk program diploma dua;
c. 3 (tiga) sampai 4 (empat) tahun untuk program diploma tiga;
d. 4 (empat) sampai 5 (lima) tahun untuk program diploma empat dan
program sarjana;
e. 1 (satu) sampai 2 (dua) tahun untuk program profesi setelah menyelesaikan program sarjana atau diploma empat;
f. 1,5 (satu koma lima) sampai 4 (empat) tahun untuk program magister, program magister terapan, dan program spesialis satu setelah
menyelesaikan program sarjana atau diploma empat; dan
g. paling sedikit 3 (tiga) tahun untuk program doktor, program doktor terapan, dan program spesialis dua.
(4) Beban belajar mahasiswa berprestasi akademik tinggi setelah dua
semester tahun pertama dapat ditambah hingga 64 (enam puluh empat) jam per minggu setara dengan 24 (dua puluh empat) sks per semester.
(5) Mahasiswa yang memiliki prestasi akademik tinggi dan berpotensi menghasilkan penelitian yang sangat inovatif sebagaimana ditetapkan
senat perguruan tinggi dapat mengikuti program doktor bersamaan dengan penyelesaian program magister paling sedikit setelah menempuh
program magister 1 (satu) tahun.
Bagian Kelima
Standar Penilaian Pembelajaran
Pasal 18
(1) Standar penilaian pembelajaran merupakan kriteria minimal tentang penilaian proses dan hasil belajar mahasiswa dalam rangka pemenuhan capaian pembelajaran lulusan.
(2) Penilaian proses dan hasil belajar mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:
a. prinsip penilaian;
b. teknik dan instrumen penilaian;
c. mekanisme dan prosedur penilaian;
-12-
d. pelaksanaan penilaian;
e. pelaporan penilaian; dan
f. kelulusan mahasiswa.
Pasal 19
(1) Prinsip penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf a mencakup prinsip edukatif, otentik, objektif, akuntabel, dan transparan
yang dilakukan secara terintegrasi.
(2) Prinsip edukatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penilaian yang memotivasi mahasiswa agar mampu:
a. memperbaiki perencanaan dan cara belajar; dan
b. meraih capaian pembelajaran lulusan.
(3) Prinsip otentik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penilaian yang berorientasi pada proses belajar yang berkesinambungan dan hasil belajar yang mencerminkan kemampuan mahasiswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung.
(4) Prinsip objektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penilaian
yang didasarkan pada stándar yang disepakati antara dosen dan mahasiswa serta bebas dari pengaruh subjektivitas penilai dan yang dinilai.
(5) Prinsip akuntabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penilaian yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan kriteria yang jelas, disepakati pada awal kuliah, dan dipahami oleh mahasiswa.
(6) Prinsip transparan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penilaian yang prosedur dan hasil penilaiannya dapat diakses oleh semua
pemangku kepentingan.
Pasal 20
(1) Teknik penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf b terdiri atas observasi, partisipasi, unjuk kerja, tes tertulis, tes lisan, dan angket.
(2) Instrumen penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf b terdiri atas penilaian proses dalam bentuk rubrik dan/atau penilaian
hasil dalam bentuk portofolio atau karya desain.
(3) Penilaian sikap dapat menggunakan teknik penilaian observasi.
(4) Penilaian penguasaan pengetahuan, keterampilan umum, dan
keterampilan khusus dilakukan dengan memilih satu atau kombinasi dari berbagi teknik dan instrumen penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2).
(5) Hasil akhir penilaian merupakan integrasi antara berbagai teknik dan instrumen penilaian yang digunakan.
Pasal 21
(1) Mekanisme penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf
c, terdiri atas:
a. menyusun, menyampaikan, menyepakati tahap, teknik, instrumen, kriteria, indikator, dan bobot penilaian antara penilai dan yang dinilai
sesuai dengan rencana pembelajaran;
b. melaksanakan proses penilaian sesuai dengan tahap, teknik, instrumen,
kriteria, indikator, dan bobot penilaian yang memuat prinsip penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19;
-13-
c. memberikan umpan balik dan kesempatan untuk mempertanyakan hasil penilaian kepada mahasiswa; dan
d. mendokumentasikan penilaian proses dan hasil belajar mahasiswa secara akuntabel dan transparan.
(2) Prosedur penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf c mencakup tahap perencanaan, kegiatan pemberian tugas atau soal,
observasi kinerja, pengembalian hasil observasi, dan pemberian nilai akhir.
(3) Prosedur penilaian pada tahap perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan melalui penilaian bertahap dan/atau penilaian
ulang.
Pasal 22
(1) Pelaksanaan penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf d dilakukan sesuai dengan rencana pembelajaran.
(2) Pelaksanaan penilaian sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat dilakukan oleh:
a. dosen pengampu atau tim dosen pengampu;
b. dosen pengampu atau tim dosen pengampu dengan mengikutsertakan mahasiswa; dan/atau
c. dosen pengampu atau tim dosen pengampu dengan mengikutsertakan pemangku kepentingan yang relevan.
(3) Pelaksanaan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
program spesialis dua, program doktor, dan program doktor terapan wajib menyertakan tim penilai eksternal dari perguruan tinggi yang berbeda.
Pasal 23
(1) Pelaporan penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf e berupa kualifikasi keberhasilan mahasiswa dalam menempuh suatu
mata kuliah yang dinyatakan dalam kisaran:
a. huruf A setara dengan angka 4 (empat) berkategori sangat baik;
b. huruf B setara dengan angka 3 (tiga) berkategori baik;
c. huruf C setara dengan angka 2 (dua) berkategori cukup;
d. huruf D setara dengan angka 1 (satu) berkategori kurang; atau
e. huruf E setara dengan angka 0 (nol) berkategori sangat kurang.
(2) Perguruan tinggi dapat menggunakan huruf antara dan angka antara untuk nilai pada kisaran 0 (nol) sampai 4 (empat).
(3) Hasil penilaian diumumkan kepada mahasiswa setelah satu tahap
pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran.
(4) Hasil penilaian capaian pembelajaran lulusan di tiap semester dinyatakan dengan indeks prestasi semester (IPS).
(5) Hasil penilaian capaian pembelajaran lulusan pada akhir program studi
dinyatakan dengan indeks prestasi kumulatif (IPK).
(6) Indeks prestasi semester (IPS) sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dinyatakan dalam besaran yang dihitung dengan cara menjumlahkan
perkalian antara nilai huruf setiap mata kuliah yang ditempuh dan sks mata kuliah bersangkutan dibagi dengan jumlah sks mata kuliah yang diambil dalam satu semester.
-14-
(7) Indeks prestasi kumulatif (IPK) sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dinyatakan dalam besaran yang dihitung dengan cara menjumlahkan
perkalian antara nilai huruf setiap mata kuliah yang ditempuh dan sks mata kuliah bersangkutan dibagi dengan jumlah sks mata kuliah yang
diambil yang telah ditempuh.
(8) Mahasiswa berprestasi akademik tinggi sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (5) adalah mahasiswa yang mempunyai indeks prestasi
semester (IPS) lebih besar dari 3,50 (tiga koma lima nol) dan memenuhi etika akademik.
Pasal 24
(1) Mahasiswa program diploma dan program sarjana dinyatakan lulus apabila
telah menempuh seluruh beban belajar yang ditetapkan dan memiliki capaian pembelajaran lulusan yang ditargetkan oleh program studi dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) lebih besar atau sama dengan 2,00 (dua
koma nol).
(2) Kelulusan mahasiswa dari program diploma dan program sarjana
dinyatakan dengan predikat memuaskan, sangat memuaskan, atau pujian dengan kriteria:
a. mahasiswa dinyatakan lulus dengan predikat memuaskan apabila
mencapai indeks prestasi kumulatif (IPK) 2,76 (dua koma tujuh enam) sampai dengan 3,00 (tiga koma nol);
b. mahasiswa dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan
apabila mencapai indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,01 (tiga koma nol satu) sampai dengan 3,50 (tiga koma lima nol); atau
c. mahasiswa dinyatakan lulus dengan predikat pujian apabila mencapai indeks prestasi kumulatif (IPK) lebih dari 3,50 (tiga koma nol).
(3) Mahasiswa program profesi, program spesialis, program magister, program
magister terapan, program doktor, dan program doktor terapan dinyatakan lulus apabila telah menempuh seluruh beban belajar yang ditetapkan dan memiliki capaian pembelajaran lulusan yang ditargetkan oleh program
studi dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) lebih besar atau sama dengan 3,00 (tiga koma nol).
(4) Kelulusan mahasiswa dari program profesi, program spesialis, program magister, program magister terapan, program doktor, program doktor terapan, dinyatakan dengan predikat memuaskan, sangat memuaskan,
dan pujian dengan kriteria:
a. mahasiswa dinyatakan lulus dengan predikat memuaskan apabila
mencapai indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,00 (tiga koma nol) sampai dengan 3,50 (tiga koma lima nol);
b. mahasiswa dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan
apabila mencapai indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,51(tiga koma lima satu) sampai dengan 3,75 (tiga koma tujuh lima); atau
c. mahasiswa dinyatakan lulus dengan predikat pujian apabila mencapai
indeks prestasi kumulatif (IPK) lebih dari 3,75 (tiga koma tujuh lima).
(5) Mahasiswa yang dinyatakan lulus berhak memperoleh ijazah, gelar atau
sebutan, dan surat keterangan pendamping ijazah sesuai dengan peraturan perundangan.
-15-
Bagian Keenam Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan
Pasal 25
Standar dosen dan tenaga kependidikan merupakan kriteria minimal tentang kualifikasi dan kompetensi dosen dan tenaga kependidikan untuk menyelenggarakan pendidikan dalam rangka pemenuhan capaian pembelajaran
lulusan.
Pasal 26
(1) Dosen wajib memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan
pendidikan dalam rangka pemenuhan capaian pembelajaran lulusan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 5.
(2) Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
tingkat pendidikan paling rendah yang harus dipenuhi oleh seorang dosen dan dibuktikan dengan ijazah.
(3) Kompetensi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dengan sertifikat pendidik, dan/atau sertifikat profesi.
(4) Dosen program diploma satu dan program diploma dua harus
berkualifikasi akademik paling rendah lulusan magister atau magister terapan yang relevan dengan program studi, dan dapat menggunakan instruktur yang berkualifikasi akademik paling rendah lulusan diploma
tiga yang memiliki pengalaman relevan dengan program studi dan paling rendah setara dengan jenjang 6 (enam) KKNI).
(5) Dosen program diploma tiga dan program diploma empat harus berkualifikasi akademik paling rendah lulusan magister atau magister terapan yang relevan dengan program studi, dan dapat menggunakan
dosen bersertifikat profesi yang relevan dengan program studi dan berkualifikasi paling rendah setara dengan jenjang 8 (delapan) KKNI).
(6) Dosen program sarjana harus berkualifikasi akademik paling rendah
lulusan magister atau magister terapan yang relevan dengan program studi, dan dapat menggunakan dosen bersertifikat profesi yang relevan
dengan program studi dan berkualifikasi paling rendah setara dengan jenjang 8 (delapan) KKNI)
(7) Dosen program profesi harus berkualifikasi akademik paling rendah
lulusan magister atau magister terapan yang relevan dengan program studi dan berpengalaman kerja paling sedikit 2 (dua) tahun, serta dapat
menggunakan dosen bersertifikat profesi yang relevan dengan program studi, yang berpengalaman kerja paling sedikit 2 (dua) tahun, dan berkualifikasi paling rendah setara dengan jenjang 8 (delapan) KKNI).
(8) Dosen program magister dan program magister terapan harus berkualifikasi akademik lulusan doktor atau doktor terapan yang relevan dengan program studi, dan dapat menggunakan dosen bersertifikat profesi
yang relevan dengan program studi dan berkualifikasi setara dengan jenjang 9 (delapan) KKNI).
(9) Dosen program spesialis satu dan spesialis dua harus berkualifikasi lulusan spesialis dua, lulusan doktor atau lulusan doktor terapan yang relevan dengan program studi dan berpengalaman kerja paling sedikit 2
(dua) tahun.
-16-
(10) Dosen program doktor dan program doktor terapan:
a. harus berkualifikasi akademik lulusan doktor atau doktor terapan yang
relevan dengan program studi, dan dapat menggunakan dosen bersertifikat profesi yang relevan dengan program studi dan
berkualifikasi setara dengan jenjang 9 (sembilan) KKNI;
b. yang menjadi pembimbing utama, harus sudah pernah memublikasikan paling sedikit 2 karya ilmiah pada jurnal internasional terindeks yang
diakui oleh Direktorat Jenderal.
(11) Penyetaraan atas jenjang 6 (enam) KKNI sebagaimana dimaksud pada ayat (4), jenjang 8 (delapan) KKNI sebagaimana dimaksud pada ayat (5), (6), dan
(7), dan jenjang 9 (sembilan) KKNI sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dan ayat (10) dilakukan oleh Direktur Jenderal melalui mekanisme
rekognisi pembelajaran lampau.
Pasal 27
(1) Penghitungan beban kerja dosen didasarkan antara lain pada:
a. kegiatan pokok dosen mencakup:
1. perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian proses pembelajaran;
2. pelaksanaan evaluasi hasil pembelajaran;
3. pembimbingan dan pelatihan;
4. penelitian; dan
5. pengabdian kepada masyarakat;
b. kegiatan dalam bentuk pelaksanaan tugas tambahan; dan
c. kegiatan penunjang.
(2) Beban kerja dosen sebagaimana dinyatakan pada ayat (1) paling sedikit 40
jam per minggu.
(3) Beban kerja pada kegiatan pokok dosen sebagaimana dinyatakan pada ayat (1) huruf a paling sedikit setara dengan mengelola 12 sks beban
belajar mahasiswa, bagi dosen yang tidak mendapatkan tugas tambahan antara lain berupa menjabat struktural.
(4) Beban kerja pada kegiatan pokok dosen sebagaimana dinyatakan pada
ayat (1) huruf a disesuaikan dengan besarnya beban tugas tambahan, bagi dosen yang mendapatkan tugas tambahan antara lain berupa menjabat
struktural.
(5) Beban kerja dosen dalam membimbing penelitian terstuktur dalam rangka penyusunan skripsi/tugas akhir, tesis, disertasi, atau karya
desain/seni/bentuk lain yang setara paling banyak 10 mahasiswa.
(6) Beban kerja dosen mengacu pada nisbah dosen dan mahasiswa yang
diatur dalam pedoman rinci yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal.
Pasal 28
(1) Dosen terdiri atas dosen tetap dan dosen tidak tetap.
(2) Dosen tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dosen berstatus sebagai pendidik tetap pada 1 (satu) perguruan tinggi dan tidak
menjadi pegawai tetap pada satuan kerja dan/atau satuan pendidikan lain.
-17-
(3) Jumlah dosen tetap pada perguruan tinggi paling sedikit 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah seluruh dosen.
(4) Jumlah dosen tetap yang ditugaskan secara penuh waktu untuk menjalankan proses pembelajaran pada setiap program studi paling sedikit
6 (enam) orang.
(5) Dosen tetap untuk program spesialis dua, program doktor atau program doktor terapan paling sedikit memiliki 2 (dua) orang guru besar atau profesor.
(6) Dosen tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (4) wajib memiliki keahlian dibidang ilmu yang sesuai dengan disiplin ilmu pada program studi.
Pasal 29
(1) Tenaga kependidikan memiliki kualifikasi akademik paling rendah lulusan program diploma 3 (tiga) yang dinyatakan dengan ijazah sesuai dengan
kualifikasi tugas pokok dan fungsinya.
(2) Tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi tenaga administrasi.
(3) Tenaga administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memiliki
kualifikasi akademik paling rendah SMA atau sederajat.
(4) Tenaga kependidikan yang memerlukan keahlian khusus wajib memiliki
sertifikat kompetensi sesuai dengan bidang tugas dan keahliannya.
Bagian Ketujuh
Standar Sarana dan Prasarana Pembelajaran
Pasal 30
Standar sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kriteria minimal tentang sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan isi dan proses
pembelajaran dalam rangka pemenuhan capaian pembelajaran lulusan.
Pasal 31
(1) Standar prasarana pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 paling sedikit terdiri atas:
a. lahan;
b. ruang kelas;
c. perpustakaan;
d. laboratorium/studio/bengkel kerja/unit produksi;
e. tempat berolahraga;
f. ruang untuk berkesenian;
g. ruang unit kegiatan mahasiswa;
h. ruang pimpinan perguruan tinggi;
i. ruang dosen;
j. ruang tata usaha; dan
k. fasilitas umum.
(2) Fasilitas umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf k antara lain:
jalan, air, listrik, jaringan komunikasi suara dan data.
-18-
Pasal 32
(1) Lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 huruf a harus berada dalam lingkungan yang secara ekologis nyaman dan sehat untuk menunjang
proses pembelajaran
(2) Lahan pada saat perguruan tinggi didirikan wajib dimiliki oleh penyelenggara perguruan tinggi.
Pasal 33
Kriteria prasarana pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 huruf
a sampai dengan huruf k diatur lebih lanjut dalam pedoman rinci yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal.
Pasal 34
(1) Bangunan perguruan tinggi harus memiliki standar kualitas minimal kelas
A atau setara.
(2) Bangunan perguruan tinggi harus memenuhi persyaratan keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan keamanan, serta dilengkapi dengan instalasi listrik yang berdaya memadai dan instalasi, baik limbah domestik maupun limbah khusus, apabila diperlukan.
(3) Standar kualitas bangunan perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) didasarkan pada peraturan menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum.
Pasal 35
(1) Standar sarana pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 paling sedikit terdiri atas:
a. perabot;
b. peralatan pendidikan;
c. media pendidikan;
d. buku, buku elektronik, dan repositori;
e. sarana teknologi informasi dan komunikasi;
f. instrumentasi eksperimen;
g. sarana olahraga;
h. sarana berkesenian;
i. sarana fasilitas umum;
j. bahan habis pakai; dan
k. sarana pemeliharaan, keselamatan, dan keamanan.
(2) Jumlah, jenis, dan spesifikasi sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan rasio penggunaan sarana sesuai dengan karakteristik metode dan bentuk pembelajaran, serta harus menjamin
terselenggaranya proses pembelajaran dan pelayanan administrasi akademik.
-19-
Pasal 36
(1) Perguruan tinggi harus menyediakan sarana dan prasarana yang dapat
diakses oleh mahasiswa yang berkebutuhan khusus.
(2) Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain
pelabelan dengan tulisan Braille dan informasi dalam bentuk suara, lerengan (ramp) untuk pengguna kursi roda, jalur pemandu (guiding block) di jalan atau koridor di lingkungan kampus, peta/denah kampus atau
gedung dalam bentuk peta/denah timbul, dan toilet atau kamar mandi untuk pengguna kursi roda.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sarana dan prasarana bagi mahasiswa yang berkebutuhan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam pedoman rinci yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal.
Bagian Kedelapan
Standar Pengelolaan Pembelajaran
Pasal 37
(1) Standar pengelolaan pembelajaran merupakan kriteria minimal tentang perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan dan evaluasi, serta pelaporan kegiatan pembelajaran pada tingkat program studi.
(2) Standar pengelolaan pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mengacu pada standar kompetensi lulusan, standar isi
pembelajaran, standar proses pembelajaran, standar dosen dan tenaga kependidikan, serta standar sarana dan prasarana pembelajaran.
Pasal 38
(1) Program studi wajib :
a. melakukan penyusunan kurikulum dan rencana pembelajaran dalam
setiap mata kuliah;
b. menyelenggarakan program pembelajaran sesuai standar isi, standar proses, standar penilaian yang telah ditetapkan dalam rangka mencapai capaian pembelajaran lulusan;
c. melakukan kegiatan sistemik yang menciptakan suasana akademik dan
budaya mutu yang baik;
d. melakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi secara periodik dalam rangka menjaga dan meningkatkan mutu proses pembelajaran; dan
e. melaporkan hasil program pembelajaran secara periodik sebagai sumber
data dan informasi dalam pengambilan keputusan perbaikan dan pengembangan mutu pembelajaran;
(2) Perguruan tinggi wajib:
a. menyusun kebijakan, rencana strategis, dan operasional terkait dengan
pembelajaran yang dapat diakses oleh sivitas akademika dan pemangku kepentingan, serta dapat dijadikan pedoman bagi program studi dalam melaksanakan program pembelajaran;
b. menyelenggarakan pembelajaran sesuai dengan jenis dan program
pendidikan yang selaras dengan capaian pembelajaran lulusan;
c. menjaga dan meningkatkan mutu pengelolaan program studi dalam melaksanakan program pembelajaran secara berkelanjutan dengan
sasaran yang sesuai dengan visi dan misi perguruan tinggi;
-20-
d. melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kegiatan program studi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran;
e. memiliki panduan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pengawasan, penjaminan mutu, dan pengembangan kegiatan pembelajaran dan
dosen;
f. menyampaikan laporan kinerja program studi dalam menyelenggarakan program pembelajaran paling sedikit melalui pangkalan data pendidikan
tinggi.
Bagian Kesembilan
Standar Pembiayaan Pembelajaran
Pasal 39
(1) Standar pembiayaan pembelajaran merupakan kriteria minimal tentang komponen dan besaran biaya investasi dan biaya operasional yang disusun
dalam rangka pemenuhan capaian pembelajaran lulusan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 5.
(2) Biaya investasi pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bagian dari biaya pendidikan tinggi untuk pengadaan sarana dan prasarana, pengembangan dosen, dan tenaga kependidikan pendidikan
tinggi.
(3) Biaya operasional pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bagian dari biaya pendidikan tinggi yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan pendidikan yang mencakup biaya dosen, biaya tenaga kependidikan, biaya bahan operasional pembelajaran, dan biaya
operasional tidak langsung.
(4) Biaya operasional pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan per mahasiswa per tahun yang disebut dengan standar satuan
biaya operasional pendidikan tinggi.
(5) Standar satuan biaya operasional pendidikan tinggi bagi perguruan tinggi negeri ditetapkan secara periodik oleh Menteri dengan mempertimbangkan:
a. jenis program studi;
b. tingkat akreditasi perguruan tinggi dan program studi
c. indeks kemahalan wilayah;
(6) Standar satuan biaya operasional pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) menjadi dasar bagi setiap perguruan tinggi untuk
menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja (RAPB) perguruan tinggi tahunan dan menetapkan biaya yang ditanggung oleh mahasiswa.
Pasal 40
Perguruan tinggi wajib:
(1) mempunyai sistem pencatatan biaya dan melaksanakan pencatatan biaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sampai pada satuan program studi;
(2) melakukan analisis biaya operasional pendidikan tinggi sebagai bagian dari penyusunan rencana kerja dan anggaran tahunan perguruan tinggi yang
bersangkutan; dan (3) melakukan evaluasi tingkat ketercapaian standar satuan biaya pendidikan
tinggi pada setiap akhir tahun anggaran.
-21-
Pasal 41
(1) Badan penyelenggara perguruan tinggi atau perguruan tinggi wajib mengupayakan pendanaan pendidikan tinggi dari berbagai sumber di luar
sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) yang diperoleh dari mahasiswa.
(2) Komponen pembiayaan lain di luar SPP, antara lain:
a. hibah;
b. jasa layanan profesi dan/atau keahlian;
c. dana lestari dari alumni dan filantropis; dan/atau
d. kerja sama kelembagaan pemerintah dan swasta.
(3) Perguruan tinggi wajib menyusun kebijakan, mekanisme, dan prosedur dalam menggalang sumber dana lain secara akuntabel dan transparan
dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan.
BAB III
STANDAR NASIONAL PENELITIAN
Bagian Kesatu
Ruang Lingkup Standar Nasional Penelitian
Pasal 42
Ruang lingkup Standar Nasional Penelitian terdiri atas:
a. standar hasil penelitian;
b. standar isi penelitian;
c. standar proses penelitian;
d. standar penilaian penelitian;
e. standar peneliti;
f. standar sarana dan prasarana penelitian;
g. standar pengelolaan penelitian; dan
h. standar pendanaan dan pembiayaan penelitian.
Bagian Kedua
Standar Hasil Penelitian
Pasal 43
(1) Standar hasil penelitian merupakan kriteria minimal tentang mutu hasil
penelitian.
(2) Hasil penelitian di perguruan tinggi harus diarahkan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa.
(3) Hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah semua luaran
yang dihasilkan melalui kegiatan yang memenuhi kaidah dan metode
ilmiah secara sistematis sesuai otonomi keilmuan dan budaya akademik.
-22-
(4) Hasil penelitian mahasiswa, selain harus mememenuhi ketentuan pada
ayat (2), harus mengarah pada terpenuhinya capaian pembelajaran lulusan
serta memenuhi ketentuan dan peraturan di perguruan tinggi.
(5) Hasil penelitian yang tidak bersifat rahasia, tidak mengganggu dan/atau tidak membahayakan kepentingan umum atau nasional wajib
disebarluaskan dengan cara diseminarkan, dipublikasikan, dipatenkan, dan/atau cara lain yang dapat digunakan untuk menyampaikan hasil penelitian kepada masyarakat.
Bagian Ketiga Standar Isi Penelitian
Pasal 44
(1) Standar isi penelitian merupakan kriteria minimal tentang kedalaman dan
keluasan materi penelitian.
(2) Kedalaman dan keluasan materi penelitian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi materi pada penelitian dasar dan penelitian terapan.
(3) Materi pada penelitian dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus berorientasi pada luaran penelitian yang berupa penjelasan atau penemuan untuk mengantisipasi suatu gejala, fenomena, kaidah, model,
atau postulat baru.
(4) Materi pada penelitian terapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
berorientasi pada luaran penelitian yang berupa inovasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi
masyarakat, dunia usaha, dan/atau industri.
(5) Materi pada penelitian dasar dan penelitian terapan mencakup materi
kajian khusus untuk kepentingan nasional.
(6) Materi pada penelitian dasar dan penelitian terapan harus memuat
prinsip-prinsip kemanfaatan, kemutahiran, dan mengantisipasi kebutuhan masa mendatang.
Bagian Keempat Standar Proses Penelitian
Pasal 45
(1) Standar proses penelitian merupakan kriteria minimal tentang kegiatan penelitian yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.
(2) Kegiatan penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan yang memenuhi kaidah dan metode ilmiah secara sistematis
sesuai dengan otonomi keilmuan dan budaya akademik.
(3) Kegiatan penelitian harus mempertimbangkan standar mutu, keselamatan kerja, kesehatan, kenyamanan, serta keamanan peneliti, masyarakat, dan lingkungan.
(4) Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dalam rangka melaksanakan tugas akhir, skripsi, tesis, atau disertasi, selain harus
mememenuhi ketentuan pada ayat (2) dan ayat (3), juga harus mengarah pada terpenuhinya capaian pembelajaran lulusan serta memenuhi
ketentuan dan peraturan di perguruan tinggi.
(5) Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dinyatakan dalam
besaran satuan kredit semester sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat 3.
-23-
Bagian Kelima
Standar Penilaian Penelitian
Pasal 46
(1) Standar penilaian penelitian merupakan kriteria minimal penilaian
terhadap proses dan hasil penelitian.
(2) Penilaian proses dan hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara terintegrasi dengan prinsip penilaian paling sedikit:
a. edukatif, yang merupakan penilaian untuk memotivasi peneliti agar
terus meningkatkan mutu penelitiannya;
b. objektif, yang merupakan penilaian berdasarkan kriteria yang bebas dari
pengaruh subjektivitas;
c. akuntabel, yang merupakan penilaian penelitian yang dilaksanakan
dengan kriteria dan prosedur yang jelas dan dipahami oleh peneliti; dan
d. transparan, yang merupakan penilaian yang prosedur dan hasil
penilaiannya dapat diakses oleh semua pemangku kepentingan.
(3) Penilaian proses dan hasil penelitian, selain memenuhi prinsip penilaian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), juga harus memperhatikan
kesesuaian dengan standar hasil, standar isi, dan standar proses
penelitian.
(4) Penilaian penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan metode dan
instrumen yang relevan, akuntabel, dan dapat mewakili ukuran
ketercapaian kinerja proses dan pencapaian kinerja hasil penelitian.
(5) Penilaian penelitian yang dilaksanakan oleh mahasiswa dalam rangka
penyusunan laporan tugas akhir, skripsi, tesis, atau disertasi diatur
berdasarkan ketentuan dan peraturan di perguruan tinggi.
Bagian Keenam
Standar Peneliti
Pasal 47
(1) Standar peneliti merupakan kriteria minimal kemampuan peneliti untuk melaksanakan penelitian.
(2) Peneliti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki kemampuan
tingkat penguasaan metodologi penelitian yang sesuai dengan bidang keilmuan, objek penelitian, serta tingkat kerumitan dan tingkat kedalaman
penelitian.
(3) Kemampuan peneliti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan:
a. kualifikasi akademik; dan
b. hasil penelitian.
(4) Kemampuan peneliti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menentukan kewenangan melaksanakan penelitian
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewenangan melaksanakan penelitian
diatur dalam pedoman rinci yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal.
-24-
Bagian Ketujuh
Standar Sarana dan Prasarana Penelitian
Pasal 48
(1) Standar sarana dan prasarana penelitian merupakan kriteria minimal sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang kebutuhan isi
dan proses penelitian dalam rangka memenuhi hasil penelitian. (2) Sarana dan prasarana penelitian sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(1) merupakan fasilitas perguruan tinggi yang digunakan untuk
memfasilitasi penelitian paling sedikit terkait dengan bidang ilmu program studi.
(3) Sarana dan prasarana penelitian sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) merupakan fasilitas perguruan tinggi yang dimanfaatkan juga untuk proses pembelajaran dan kegiatan pengabdian kepada masyarakat
(4) Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi standar mutu, keselamatan kerja, kesehatan, kenyamanan, dan
keamanan peneliti, masyarakat, dan lingkungan.
Bagian Kedelapan
Standar Pengelolaan Penelitian
Pasal 49
(1) Standar pengelolaan penelitian merupakan kriteria minimal tentang perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan dan evaluasi, serta
pelaporan kegiatan penelitian.
(2) Pengelolaan penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh unit kerja dalam bentuk kelembagaan yang bertugas untuk mengelola
penelitian.
(3) Kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah lembaga
penelitian, lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, atau bentuk lainnya yang sejenis sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan perguruan tinggi.
Pasal 50
(1) Kelembagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) wajib:
a. menyusun dan mengembangkan rencana program penelitian sesuai dengan rencana strategis penelitian perguruan tinggi;
b. menyusun dan mengembangkan peraturan, panduan, dan sistem penjaminan mutu internal penelitian;
c. memfasilitasi pelaksanaan penelitian;
d. melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penelitian;
e. melakukan diseminasi hasil penelitian;
f. memfasilitasi peningkatan kemampuan peneliti untuk melaksanakan penelitian, penulisan artikel ilmiah, dan perolehan hak kekayaan
intelektual (HKI); dan
g. memberikan penghargaan kepada peneliti yang berprestasi.
h. melaporkan kegiatan penelitian yang dikelolanya.
-25-
(2) Perguruan tinggi wajib: a. memiliki rencana strategis penelitian yang merupakan bagian dari
rencana strategis perguruan tinggi; b. menyusun kriteria dan prosedur penilaian penelitian paling sedikit
menyangkut aspek peningkatan jumlah publikasi ilmiah, penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, dan jumlah dan mutu bahan ajar;
c. menjaga dan meningkatkan mutu pengelolaan lembaga atau fungsi penelitian dalam menjalankan program penelitian secara berkelanjutan;
d. melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap lembaga atau fungsi
penelitian dalam melaksanakan program penelitian;
e. memiliki panduan tentang kriteria peneliti dengan mengacu pada
standar hasil, standar isi, dan standar proses penelitian;
f. mendayagunakan sarana dan prasarana penelitian pada lembaga lain melalui program kerja sama penelitian;
g. melakukan analisis kebutuhan yang menyangkut jumlah, jenis, dan spesifikasi sarana dan prasarana penelitian; dan
h. menyampaikan laporan kinerja lembaga atau fungsi penelitian dalam menyelenggarakan program penelitian paling sedikit melalui pangkalan data pendidikan tinggi;
Bagian Kesembilan Standar Pendanaan dan Pembiayaan Penelitian
Pasal 51
(1) Standar pendanaan dan pembiayaan penelitian merupakan kriteria
minimal sumber dan mekanisme pendanaan dan pembiayaan penelitian.
(2) Perguruan tinggi wajib menyediakan dana penelitian internal.
(3) Selain dari anggaran penelitian internal perguruan tinggi, pendanaan
penelitian dapat bersumber dari pemerintah, kerja sama dengan lembaga
lain baik di dalam maupun di luar negeri, atau dana dari masyarakat.
(4) Pendanaan penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan
untuk membiayai:
a. perencanaan penelitian;
b. pelaksanaan penelitian;
c. pengendalian penelitian;
d. pemantauan dan evaluasi penelitian;
e. pelaporan hasil penelitian; dan
f. diseminasi hasil penelitian.
(5) Mekanisme pendanaan dan pembiayaan penelitian diatur berdasarkan
ketentuan di perguruan tinggi.
Pasal 52
(1) Perguruan tinggi wajib menyediakan dana pengelolaan penelitian.
(2) Dana pengelolaan penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan untuk membiayai:
a. manajemen penelitian yang terdiri atas seleksi proposal, pemantauan
dan evaluasi, pelaporan penelitian, dan diseminasi hasil penelitian;
b. peningkatan kapasitas peneliti; dan
c. insentif publikasi ilmiah atau insentif hak kekayaan intelektual (HKI).
-26-
BAB IV STANDAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Ruang Lingkup Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat
Pasal 53
Ruang lingkup Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat terdiri atas:
a. standar hasil pengabdian kepada masyarakat;
b. standar isi pengabdian kepada masyarakat;
c. standar proses pengabdian kepada masyarakat;
d. standar penilaian pengabdian kepada masyarakat;
e. standar pelaksana pengabdian kepada masyarakat;
f. standar sarana dan prasarana pengabdian kepada masyarakat;
g. standar pengelolaan pengabdian kepada masyarakat; dan
h. standar pendanaan dan pembiayaan pengabdian kepada masyarakat.
Bagian Kedua
Standar Hasil Pengabdian kepada Masyarakat
Pasal 54
(1) Standar hasil pengabdian kepada masyarakat merupakan kriteria minimal
hasil pengabdian kepada masyarakat dalam menerapkan, mengamalkan,
dan membudayakan ilmu pengetahuan dan teknologi guna memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
(2) Hasil pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah:
a. penyelesaian masalah yang dihadapi masyarakat dengan memanfaatkan
keahlian sivitas akademik yang relevan;
b. pemanfaatan teknologi tepat guna;
c. bahan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; atau
d. bahan ajar atau modul pelatihan untuk pengayaan sumber belajar.
Bagian Ketiga
Standar Isi Pengabdian Kepada Masyarakat
Pasal 55
(1) Standar isi pengabdian kepada masyarakat merupakan kriteria minimal tentang kedalaman dan keluasan materi pengabdian kepada masyarakat.
(2) Kedalaman dan keluasan materi pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada standar hasil pengabdian kepada masyarakat.
(3) Kedalaman dan keluasan materi pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari hasil penelitian atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
-27-
(4) Hasil penelitian atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi:
a. hasil penelitian yang dapat diterapkan langsung dan dibutuhkan oleh masyarakat pengguna;
b. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka memberdayakan masyarakat;
c. teknologi tepat guna yang dapat dimanfaatkan dalam rangka
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat;
d. model pemecahan masalah, rekayasa sosial, dan/atau rekomedasi kebijakan yang dapat diterapkan langsung oleh masyarakat, dunia
usaha, industri, dan/atau Pemerintah; atau
e. hak kekayaan intelektual (HKI) yang dapat diterapkan langsung oleh
masyarakat, dunia usaha, dan/atau industri.
Bagian Keempat
Standar Proses Pengabdian kepada Masyarakat
Pasal 56
(1) Standar proses pengabdian kepada masyarakat merupakan kriteria
minimal tentang kegiatan pengabdian kepada masyarakat, yang terdiri atas
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kegiatan.
(2) Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dapat berupa:
a. pelayanan kepada masyarakat;
b. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan bidang
keahliannya;
c. peningkatan kapasitas masyarakat; atau
d. pemberdayaan masyarakat.
(3) Kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) wajib mempertimbangkan standar mutu, menjamin keselamatan kerja,
kesehatan, kenyamanan, serta keamanan pelaksana, masyarakat, dan
lingkungan.
(4) Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa
sebagai salah satu dari bentuk pembelajaran harus mengarah pada
terpenuhinya capaian pembelajaran lulusan serta memenuhi ketentuan
dan peraturan di perguruan tinggi.
(5) Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa
dinyatakan dalam besaran satuan kredit semester sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (3)
(6) Kegiatan pengabdian kepada masyarakat harus diselenggarakan secara
terarah, terukur, dan terprogram.
Bagian Kelima
Standar Penilaian Pengabdian kepada Masyarakat
Pasal 57
(1) Standar penilaian pengabdian kepada masyarakat merupakan kriteria
minimal tentang penilaian terhadap proses dan hasil pengabdian kepada
masyarakat.
-28-
(2) Penilaian proses dan hasil pengabdian kepada masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terintegrasi dengan prinsip
penilaian paling sedikit:
a. edukatif, yang merupakan penilaian untuk memotivasi pelaksana agar
terus meningkatkan mutu pengabdian kepada masyarakat;
b. objektif, yang merupakan penilaian berdasarkan kriteria penilaian dan
bebas dari pengaruh subjektivitas;
c. akuntabel, yang merupakan penilaian yang dilaksanakan dengan kriteria
dan prosedur yang jelas dan dipahami oleh pelaksana pengabdian
kepada masyarakat; dan
d. transparan, yang merupakan penilaian yang prosedur dan hasil
penilaiannya dapat diakses oleh semua pemangku kepentingan.
(3) Penilaian proses dan hasil pengabdian kepada masyarakat selain
memenuhi prinsip penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus
memperhatikan kesesuaian dengan standar hasil, standar isi, dan standar
proses pengabdian kepada masyarakat.
(4) Kriteria minimal penilaian hasil pengabdian kepada masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. tingkat kepuasan masyarakat;
b. terjadinya perubahan sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada
masyarakat sesuai dengan sasaran program;
c. dapat dimanfaatkannya ilmu pengetahuan dan teknologi di masyarakat
secara berkelanjutan;
d. terciptanya pengayaan sumber belajar dan/atau pembelajaran serta
pematangan sivitas akademika sebagai hasil pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi; atau
e. teratasinya masalah sosial dan rekomendasi kebijakan yang dapat
dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan.
(5) Penilaian pengabdian kepada masyarakat dapat dilakukan dengan
menggunakan metode dan instrumen yang relevan, akuntabel, dan dapat
mewakili ukuran ketercapaian kinerja proses dan pencapaian kinerja hasil
pengabdian kepada masyarakat.
Bagian Keenam
Standar Pelaksana Pengabdian kepada Masyarakat
Pasal 58
(1) Standar pelaksana pengabdian kepada masyarakat merupakan kriteria
minimal kemampuan pelaksana untuk melaksanakan pengabdian kepada masyarakat.
(2) Pelaksana pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib memiliki penguasaan metodologi penerapan keilmuan yang sesuai dengan bidang keahlian, jenis kegiatan, serta tingkat kerumitan dan kedalaman sasaran kegiatan.
(3) Kemampuan pelaksana pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan:
a. Kualifikasi akademik;
b. Hasil pengabdian kepada masyarakat.
-29-
(4) Kemampuan pelaksana pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menentukan kewenangan melaksanakan
pengabdian kepada masyarakat.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewenangan melaksanakan pengabdian
kepada masyarakat diatur dalam pedoman rinci yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal.
Bagian Ketujuh Standar Sarana dan Prasarana Pengabdian kepada Masyarakat
Pasal 59
(1) Standar sarana dan prasarana pengabdian kepada masyarakat merupakan
kriteria minimal tentang sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang proses pengabdian kepada masyarakat dalam rangka
memenuhi hasil pengabdian kepada masyarakat
(2) Sarana dan prasarana pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan fasilitas perguruan tinggi yang
digunakan untuk memfasilitasi pengabdian kepada masyarakat paling sedikit yang terkait dengan penerapan bidang ilmu dari program studi yang dikelola perguruan tinggi dan area sasaran kegiatan.
(3) Sarana dan prasarana pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan fasilitas perguruan tinggi yang
dimanfaatkan juga untuk proses pembelajaran dan kegiatan penelitian.
(4) Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi standar mutu, keselamatan kerja, kesehatan, kenyamanan, dan
keamanan.
Bagian Kedelapan Standar Pengelolaan Pengabdian kepada Masyarakat
Pasal 60
(1) Standar pengelolaan pengabdian kepada masyarakat merupakan kriteria
minimal tentang perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan dan evaluasi, serta pelaporan kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
(2) Pengelolaan pengabdian kepada masyarkat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan oleh unit kerja dalam bentuk kelembagaan yang bertugas untuk mengelola pengabdian kepada masyarakat.
(3) Kelembagaan pengelola pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah lembaga pengabdian kepada masyarakat, lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, atau bentuk
lainnya yang sejenis sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan perguruan tinggi.
Pasal 61
(1) Kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib:
a. menyusun dan mengembangkan rencana program pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan rencana strategis pengabdian kepada masyarakat perguruan tinggi;
b. menyusun dan mengembangkan peraturan, panduan, dan sistem penjaminan mutu internal kegiatan pengabdian kepada masyarakat;
-30-
c. memfasilitasi pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat;
d. melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengabdian
kepada masyarakat;
e. melakukan diseminasi hasil pengabdian kepada masyarakat;
f. memfasilitasi kegiatan peningkatan kemampuan pelaksana pengabdian kepada masyarakat;
g. memberikan penghargaan kepada pelaksana pengabdian kepada
masyarakat yang berprestasi;
h. mendayagunakan sarana dan prasarana pengabdian kepada masyarakat pada lembaga lain melalui kerja sama; dan
i. melakukan analisis kebutuhan yang menyangkut jumlah, jenis, dan spesifikasi sarana dan prasarana pengabdian kepada masyarakat.
j. menyusun laporan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang dikelolanya.
(2) Perguruan tinggi wajib:
a. memiliki rencana strategis pengabdian kepada masyarakat yang merupakan bagian dari rencana strategis perguruan tinggi;
b. menyusun kriteria dan prosedur penilaian pengabdian kepada masyarakat paling sedikit menyangkut aspek hasil pengabdian kepada masyarakat dalam menerapkan, mengamalkan, dan membudayakan
ilmu pengetahuan dan teknologi guna memajukan kesejahteraan umum serta mencerdaskan kehidupan bangsa;
c. menjaga dan meningkatkan mutu pengelolaan lembaga atau fungsi
pengabdian kepada masyarakat dalam menjalankan program pengabdian kepada masyarakat secara berkelanjutan;
d. melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap lembaga atau fungsi pengabdian kepada masyarakat dalam melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat;
e. memiliki panduan tentang kriteria pelaksana pengabdian kepada masyarakat dengan mengacu pada standar hasil, standar isi, dan standar proses pengabdian kepada masyarakat;
f. mendayagunakan sarana dan prasarana pada lembaga lain melalui kerja sama pengabdian kepada masyarakat;
g. melakukan analisis kebutuhan yang menyangkut jumlah, jenis, dan spesifikasi sarana dan prasarana pengabdian kepada masyarakat; dan
h. menyampaikan laporan kinerja lembaga atau fungsi pengabdian kepada
masyarakat dalam menyelenggarakan program pengabdian kepada masyarakat paling sedikit melalui pangkalan data pendidikan tinggi.
Bagian Kesembilan
Standar Pendanaan dan Pembiayaan Pengabdian kepada Masyarakat
Pasal 62
(1) Standar pendanaan dan pembiayaan pengabdian kepada masyarakat
merupakan kriteria minimal sumber dan mekanisme pendanaan dan pembiayaan pengabdian kepada masyarakat.
-31-
(2) Perguruan tinggi wajib menyediakan dana internal untuk pengabdian kepada masyarakat.
(3) Selain dari dana internal perguruan tinggi, pendanaan pengabdian kepada masyarakat dapat bersumber dari pemerintah, kerja sama dengan lembaga
lain, baik di dalam maupun di luar negeri, atau dana dari masyarakat.
(4) Pendanaan pengabdian kepada masyarakat bagi dosen atau instruktur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk membiayai:
a. perencanaan pengabdian kepada masyarakat; b. pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat; c. pengendalian pengabdian kepada masyarakat;
d. pemantauan dan evaluasi pengabdian kepada masyarakat; e. pelaporan pengabdian kepada masyarakat; dan
f. diseminasi hasil pengabdian kepada masyarakat.
(5) Mekanisme pendanaan dan pembiayaan pengabdian kepada masyarakat diatur berdasarkan ketentuan di perguruan tinggi.
Pasal 63
(1) Perguruan tinggi wajib menyediakan dana pengelolaan pengabdian kepada masyarakat.
(2) Dana pengelolaan pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) digunakan untuk membiayai: a. manajemen pengabdian kepada masyarakat yang terdiri atas seleksi
proposal, pemantauan dan evaluasi, pelaporan, dan diseminasi hasil pengabdian kepada masyarakat; serta
b. peningkatan kapasitas pelaksana.
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 64
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini:
a. rumusan pengetahuan dan keterampilan khusus sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (3) yang belum dikaji dan ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, perguruan tinggi dapat menggunakan rumusan
pengetahuan dan keterampilan khusus yang disusun secara mandiri untuk proses penjaminan mutu internal di perguruan tinggi dan proses penjaminan mutu eksternal melalui akreditasi;
b. lahan dan bangunan perguruan tinggi yang digunakan melalui perjanjian sewa menyewa wajib menyesuaikan dengan ketentuan Pasal 32 ayat (2)
paling lama 10 (sepuluh) tahun;
c. pengelolaan dan penyelenggaraan perguruan tinggi wajib menyesuaikan dengan ketentuan peraturan menteri ini paling lambat 2 (dua) tahun;
d. Peraturan Menteri yang terbit sebelum peraturan ini dinyatakan masih berlaku selama tidak bertentangan dan belum diganti sesuai dengan Peraturan Menteri ini.
-32-
BAB VI KETENTUAN PENUTUP
Pasal 65
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 Juni 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA, TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 11 Juni 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 769
Salinan sesuai dengan aslinya,
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
TTD.
Ani Nurdiani Azizah
NIP. 19581201 198603 2 001
LA
MPIR
AN
PE
RA
TU
RA
N M
EN
TE
RI
PE
ND
IDIK
AN
DA
N K
EB
UD
AYA
AN
R
EPU
BLIK
IN
IDO
NE
SIA
NO
MO
R
49 T
AH
UN
2014
TE
NTA
NG
S
TA
ND
AR
NA
SIO
NA
L P
EN
DID
IKA
N T
ING
GI
A.
RU
MU
SA
N S
IKA
P
Seti
ap lu
lusan
pro
gra
m p
en
did
ikan
akadem
ik, vokasi, d
an
pro
fesi h
aru
s m
em
ilik
i sik
ap s
ebagai beri
ku
t:
a.
bert
akw
a k
epada T
uh
an
Yan
g M
ah
a E
sa d
an
mam
pu
men
un
jukkan
sik
ap r
eligiu
s;
b.
men
jun
jun
g t
inggi n
ilai kem
an
usia
an
dala
m m
en
jala
nkan
tu
gas b
erd
asark
an
agam
a,m
ora
l, d
an
eti
ka;
c.
berk
on
trib
usi
dala
m
pen
ingkata
n
mu
tu
keh
idu
pan
berm
asyara
kat,
berb
an
gsa,
bern
egara
, dan
kem
aju
an
pera
daban
berd
asark
an
Pan
casila;
d.
berp
era
n sebagai
warg
a n
egara
yan
g ban
gga dan
cin
ta ta
nah
air
, m
em
ilik
i n
asio
nalism
e sert
a ra
sa ta
nggu
ngja
wab pada
negara
dan
ban
gsa;
e.
men
gh
arg
ai kean
ekara
gam
an
bu
daya, pan
dan
gan
, agam
a, dan
keperc
ayaan
, sert
a p
en
dapat
ata
u t
em
uan
ori
sin
al ora
ng lain
;
f.
bekerj
a s
am
a d
an
mem
ilik
i kepekaan
sosia
l sert
a k
epedu
lian
terh
adap m
asyara
kat
dan
lin
gku
ngan
;
g.
taat
hu
ku
m d
an
dis
iplin
dala
m k
eh
idu
pan
berm
asyara
kat
dan
bern
egara
;
h.
men
gin
tern
alisasi n
ilai, n
orm
a, dan
eti
ka a
kadem
ik;
i.
men
un
jukkan
sik
ap b
ert
an
ggu
ngja
wab a
tas p
ekerj
aan
di bid
an
g k
eah
lian
nya s
ecara
man
dir
i;
j.
men
gin
tern
alisasi sem
an
gat
kem
an
dir
ian
, keju
an
gan
, dan
kew
irau
sah
aan
.
-2-
B.
RU
MU
SA
N K
ETE
RA
MPIL
AN
UM
UM
PR
OG
RA
M D
IPLO
MA
SA
TU
, D
IPLO
MA
DU
A,
DA
N D
IPLO
MA
TIG
A
DIP
LO
MA
SA
TU
D
IPLO
MA
DU
A
DIP
LO
MA
TIG
A
Lu
lusan
Pro
gra
m D
iplo
ma S
atu
wajib
mem
ilik
i kete
ram
pilan
-um
um
sebagai
beri
ku
t:
Lu
lusan
Pro
gra
m D
iplo
ma D
ua w
ajib
mem
ilik
i kete
ram
pilan
-um
um
sebagai
beri
ku
t:
Lu
lusan
Pro
gra
m D
iplo
ma T
iga w
ajib
mem
ilik
i kete
ram
pilan
-um
um
sebagai
beri
ku
t:
a. m
am
pu
mela
ksan
akan
sera
ngkaia
n
tugas s
pesifik
den
gan
men
ggu
nakan
ala
t, in
form
asi, d
an
pilih
an
pro
sedu
r kerj
a y
an
g t
epat
dari
bebera
pa p
ilih
an
yan
g b
aku
;
a. m
am
pu
men
yele
saik
an
pekerj
aan
den
gan
tu
gas y
an
g b
erl
ingku
p lu
as
dala
m b
idan
g y
an
g s
pesifik
, m
en
gan
alisis
in
form
asi secara
terb
ata
s,
dan
mem
ilih
meto
de y
an
g s
esu
ai dari
bebera
pa p
ilih
an
yan
g b
aku
;
a.
mam
pu
men
yele
saik
an
pekerj
aan
berl
ingku
p lu
as d
an
men
gan
alisis
data
den
gan
bera
gam
meto
de y
an
g s
esu
ai,
baik
yan
g b
elu
m m
au
pu
n y
an
g s
udah
baku
;
b. m
am
pu
men
un
jukkan
kin
erj
a
berm
utu
dan
teru
ku
r dari
hasil k
erj
a
yan
g s
ebagia
n m
eru
pakan
hasil k
erj
a
sen
dir
i m
ela
lui pen
gaw
asan
tid
ak
lan
gsu
ng;
b. m
am
pu
men
un
jukkan
kin
erj
a b
erm
utu
dan
teru
ku
r dari
hasil k
erj
a y
an
g
selu
ruh
nya m
eru
pakan
hasil k
erj
a
sen
dir
i, t
an
pa p
en
gaw
asan
;
b.
mam
pu
men
un
jukkan
kin
erj
a b
erm
utu
dan
teru
ku
r;
c.
mam
pu
mem
ecah
kan
masala
h
pekerj
aan
den
gan
sifat
dan
kon
teks
yan
g lazim
, sert
a d
ilaksan
akan
m
ela
lui bim
bin
gan
;
c.
mam
pu
mem
ecah
kan
masala
h p
ekerj
aan
den
gan
sifat
dan
kon
teks y
an
g lazim
,
sert
a d
ilaksan
akan
dan
bert
an
ggu
ng
jaw
ab s
ecara
man
dir
i ata
s h
asiln
ya;
c.
mam
pu
mem
ecah
kan
masala
h
pekerj
aan
den
gan
sifat
dan
kon
teks
yan
g s
esu
ai den
gan
bid
an
g k
eah
lian
te
rapan
nya d
idasark
an
pada p
em
ikir
an
lo
gis
, in
ovati
f, d
an
bert
an
ggu
ng jaw
ab
ata
s h
asiln
ya s
ecara
man
dir
i;
d. m
am
pu
men
yu
su
n lapora
n t
ert
ulis
dala
m lin
gku
p t
erb
ata
s
d.
mam
pu
men
yu
su
n lapora
n h
asil d
an
pro
ses k
erj
a s
ecara
aku
rat
dan
sah
ih
sert
a m
en
gom
un
ikasik
an
nya s
ecara
efe
kti
f kepada p
ihak lain
yan
g
mem
bu
tuh
kan
;
-3-
DIP
LO
MA
SA
TU
D
IPLO
MA
DU
A
DIP
LO
MA
TIG
A
d. m
am
pu
bekerj
a s
am
a d
an
berk
om
un
ikasi den
gan
cara
dan
bah
asa y
an
g s
esu
ai den
gan
eti
ka
dala
m lin
gku
ngan
kerj
an
ya;
e.
mam
pu
bekerj
a s
am
a, berk
om
un
ikasi,
men
gam
bil in
isia
tif yan
g d
iperl
ukan
dala
m k
on
teks p
ela
ksan
aan
pekerj
aan
ya;
e.
mam
pu
bekerj
a s
am
a,
berk
om
un
ikasi,
dan
beri
novati
f dala
m p
ekerj
aan
nya;
e.
mam
pu
bert
an
ggu
ngja
wab p
ada
pekerj
aan
sen
dir
i dan
dapat
dib
eri
ta
nggu
ng jaw
ab a
tas m
utu
dan
ku
an
tita
s h
asil k
erj
a o
ran
g lain
yan
g
seta
ra;
f. m
am
pu
bert
an
ggu
ngja
wab p
ada
pekerj
aan
sen
dir
i dan
dapat
dib
eri
ta
nggu
ng jaw
ab a
tas m
utu
dan
ku
an
tita
s h
asil k
erj
a o
ran
g lain
;
f. m
am
pu
bert
an
ggu
ngja
wab a
tas
pen
capaia
n h
asil k
erj
a k
elo
mpok d
an
m
ela
ku
kan
su
perv
isi dan
evalu
asi
terh
adap p
en
yele
saia
n p
ekerj
aan
yan
g
dit
ugaskan
kepada p
ekerj
a y
an
g b
era
da
di baw
ah
tan
ggu
ngja
wabn
ya;
g. m
am
pu
mela
ku
kan
pro
ses e
valu
asi dir
i te
rhadap k
elo
mpok k
erj
a y
an
g b
era
da
dib
aw
ah
tan
ggu
ng jaw
abn
ya,
dan
m
en
gelo
la p
en
gem
ban
gan
kom
pete
nsi
kerj
a s
ecara
man
dir
i;
f. m
am
pu
men
doku
men
tasik
an
, m
en
yim
pan
, m
en
gam
an
kan
, dan
men
em
ukan
kem
bali d
ata
un
tuk
men
jam
in k
esah
ihan
;
g. m
am
pu
men
doku
men
tasik
an
, m
en
yim
pan
, m
en
gam
an
kan
, dan
men
em
ukan
kem
bali d
ata
un
tuk
men
jam
in k
esah
ihan
;
h. m
am
pu
men
doku
men
tasik
an
, m
en
yim
pan
, m
en
gam
an
kan
, dan
men
em
ukan
kem
bali d
ata
un
tuk
men
jam
in k
esah
ihan
dan
men
cegah
pla
gia
si;
-4-
C.
RU
MU
SA
N K
ETE
RA
MPIL
AN
UM
UM
PR
OG
RA
M D
IPLO
MA
EM
PA
T/S
AR
JA
NA
TE
RA
PA
N D
AN
PR
OG
RA
M S
AR
JA
NA
DIP
LO
MA
EM
PA
T /
SA
RJA
NA
TE
RA
PA
N
SA
RJA
NA
Lu
lusan
Pro
gra
m D
iplo
ma E
mpat/
Sarj
an
a T
era
pan
wajib m
em
ilik
i
kete
ram
pilan
um
um
sebagai beri
ku
t:
Lu
lusan
Pro
gra
m S
arj
an
a w
ajib m
em
ilik
i kete
ram
pilan
um
um
sebagai beri
ku
t:
a. m
am
pu
men
era
pkan
pem
ikia
n logis
, kri
tis,
inovati
f, b
erm
utu
, dan
teru
ku
r dala
m m
ela
ku
kan
pekerj
aan
yan
g s
pesifik
di bid
an
g
keah
lian
nya s
ert
a s
esu
ai den
gan
sta
ndar
kom
pete
nsi kerj
a b
idan
g
yan
g b
ers
an
gku
tan
;
a. m
am
pu
men
era
pkan
pem
ikir
an
lo
gis
, kri
tis,
sis
tem
ati
s,
dan
in
ovati
f dala
m k
on
teks p
en
gem
ban
gan
ata
u
imple
men
tasi ilm
u p
en
geta
hu
an
dan
tekn
olo
gi yan
g
mem
perh
ati
kan
dan
men
era
pkan
nilai h
um
an
iora
yan
g
sesu
ai den
gan
bid
an
g k
eah
lian
nya;
b. m
am
pu
men
un
jukkan
kin
erj
a m
an
dir
i, b
erm
utu
dan
teru
ku
r;
b. m
am
pu
men
un
jukkan
kin
erj
a m
an
dir
i, b
erm
utu
, dan
teru
ku
r;
c.
mam
pu
men
gkaji k
asu
s p
en
era
pan
ilm
u p
en
geta
hu
an
dan
tekn
olo
gi yan
g m
em
perh
ati
kan
dan
men
era
pkan
nilai h
um
an
iora
sesu
ai den
gan
bid
an
g k
eah
lian
nya d
ala
m r
an
gka m
en
gh
asilkan
pro
toty
pe, pro
sedu
r baku
, desain
ata
u k
ary
a s
en
i, m
en
yu
su
n
hasil k
ajian
nya d
ala
m b
en
tuk k
ert
as k
erj
a, spesifik
asi desain
, ata
u e
sai sen
i, d
an
men
gu
nggah
nya d
ala
m lam
an
perg
uru
an
tin
ggi;
c.
mam
pu
men
gkaji im
plikasi pen
gem
ban
gan
ata
u
imple
men
tasi ilm
u p
en
geta
hu
an
tekn
olo
gi yan
g
mem
perh
ati
kan
dan
men
era
pkan
nilai h
um
an
iora
sesu
ai
den
gan
keah
lian
nya b
erd
asark
an
kaid
ah
, ta
ta c
ara
dan
eti
ka ilm
iah
dala
m r
an
gka m
en
gh
asilkan
solu
si,
gagasan
, desain
ata
u k
riti
k s
en
i, m
en
yu
su
n d
eskri
psi
sain
tifik h
asil k
ajian
nya d
ala
m b
en
tuk s
kri
psi ata
u
lapora
n t
ugas a
kh
ir,
dan
men
gu
nggah
nya d
ala
m lam
an
perg
uru
an
tin
ggi;
-5-
DIP
LO
MA
EM
PA
T /
SA
RJA
NA
TE
RA
PA
N
SA
RJA
NA
d. m
am
pu
men
yu
su
n h
asil k
ajian
ters
ebu
t di ata
s d
ala
m b
en
tuk
kert
as k
erj
a, spesifik
asi desain
, ata
u e
sai sen
i, d
an
m
en
gu
nggah
nya d
ala
m lam
an
perg
uru
an
tin
ggi;
d. m
en
yu
su
n d
eskri
psi sain
tifik h
asil k
ajian
ters
ebu
t di
ata
s d
ala
m b
en
tuk s
kri
psi ata
u lapora
n t
ugas a
kh
ir,
dan
m
en
gu
nggah
nya d
ala
m lam
an
perg
uru
an
tin
ggi;
e.
mam
pu
men
gam
bil k
epu
tusan
secara
tepat
berd
asark
an
pro
sedu
r
baku
, spesifik
asi desain
, pers
yara
tan
kesela
mata
n d
an
keam
an
an
kerj
a d
ala
m m
ela
ku
kan
su
perv
isi dan
evalu
asi pada
pekerj
aan
nya;
e.
mam
pu
men
gam
bil k
epu
tusan
secara
tepat
dala
m
kon
teks p
en
yele
saia
n m
asala
h d
i bid
an
g k
eah
lian
nya,
berd
asark
an
hasil a
nalisis
in
form
asi dan
data
;
f. m
am
pu
mem
elih
ara
dan
men
gem
ban
gkan
jari
ngan
kerj
a s
am
a
dan
hasil k
erj
a s
am
a d
idala
m m
au
pu
n d
i lu
ar
lem
bagan
ya;
f. m
am
pu
mem
elih
ara
dan
men
gem
ban
gkan
jari
ngan
kerj
a
den
gan
pem
bim
bin
g,
kole
ga,
seja
wat
baik
di
dala
m
mau
pu
n d
i lu
ar
lem
bagan
ya;
g. m
am
pu
bert
an
ggu
ngja
wab a
tas p
en
capaia
n h
asil k
erj
a k
elo
mpok
dan
mela
ku
kan
su
perv
isi dan
evalu
asi te
rhadap p
en
yele
saia
n
pekerj
aan
yan
g d
itu
gaskan
kepada p
ekerj
a y
an
g b
era
da d
i baw
ah
ta
nggu
ngja
wabn
ya;
g.
mam
pu
bert
an
ggu
ngja
wab a
tas p
en
capaia
n h
asil k
erj
a
kelo
mpok d
an
mela
ku
kan
su
perv
isi dan
evalu
asi
terh
adap p
en
yele
saia
n p
ekerj
aan
yan
g d
itu
gaskan
kepada p
ekerj
a y
an
g b
era
da d
i baw
ah
tan
ggu
ngja
wabn
ya;
h. m
am
pu
mela
ku
kan
pro
ses e
valu
asi dir
i te
rhadap k
elo
mpok k
erj
a
yan
g b
era
da d
ibaw
ah
tan
ggu
ng jaw
abn
ya, dan
mam
pu
men
gelo
la
pem
bela
jara
n s
ecara
man
dir
i;
h. m
am
pu
mela
ku
kan
pro
ses e
valu
asi dir
i te
rhadap
kelo
mpok k
erj
a y
an
g b
era
da d
ibaw
ah
tan
ggu
ng
jaw
abn
ya, dan
mam
pu
men
gelo
la p
em
bela
jara
n s
ecara
m
an
dir
i;
i. m
am
pu
men
doku
men
tasik
an
, m
en
yim
pan
, m
en
gam
an
kan
, dan
m
en
em
ukan
kem
bali d
ata
un
tuk m
en
jam
in k
esah
ihan
dan
men
cegah
pla
gia
si;
i. m
am
pu
men
doku
men
tasik
an
, m
en
yim
pan
, m
en
gam
an
kan
, dan
men
em
ukan
kem
bali d
ata
un
tuk
men
jam
in k
esah
ihan
dan
men
cegah
pla
gia
si;
-6-
D.
RU
MU
SA
N K
ETE
RA
MPIL
AN
UM
UM
PR
OG
RA
M M
AG
ISTE
R D
AN
PR
OG
RA
M M
AG
ISTE
R T
ER
APA
N
MA
GIS
TE
R
MA
GIS
TE
R T
ER
APA
N
Lu
lusan
Pro
gra
m M
agis
ter
wajib m
em
ilik
i kete
ram
pilan
-um
um
sebagai beri
ku
t:
Lu
lusan
Pro
gra
m M
agis
ter
Tera
pan
wajib m
em
ilik
i
kete
ram
pilan
-um
um
sebagai beri
ku
t:
a.
mam
pu
men
gem
ban
gkan
pem
ikir
an
lo
gis
, kri
tis, sis
tem
ati
s, dan
kre
ati
f m
ela
lui pen
eliti
an
ilm
iah
, pen
cip
taan
desain
ata
u k
ary
a
sen
i dala
m b
idan
g ilm
u p
en
geta
hu
an
dan
tekn
olo
gi yan
g
mem
perh
ati
kan
dan
men
era
pkan
nilai h
um
an
iora
sesu
ai den
gan
bid
an
g k
eah
lian
nya, m
en
yu
su
n k
on
sepsi ilm
iah
dan
hasil
kajian
nya b
erd
asark
an
kaid
ah
, ta
ta c
ara
, dan
eti
ka ilm
iah
dala
m
ben
tuk t
esis
, dan
mem
ublikasik
an
tu
lisan
dala
m ju
rnal ilm
iah
tera
kre
dit
asi ti
ngkat
nasio
nal dan
men
dapatk
an
pen
gaku
an
in
tern
asio
nal berb
en
tuk p
resen
tasi ilm
iah
ata
u y
an
g s
eta
ra;
a.
mam
pu
men
gem
ban
gkan
pem
ikir
an
logis
, kri
tis,
sis
tem
ati
s,
dan
kre
ati
f dala
m p
en
era
pan
tekn
olo
gi yan
g
mem
perh
ati
kan
dan
men
era
pkan
nilai h
um
an
iora
sesu
ai bid
an
g k
eah
lian
nya d
ala
m r
an
gka m
en
gh
asilkan
pro
toti
pe,
kary
a d
esain
, pro
du
k s
en
i, a
tau
in
ovasi
tekn
olo
gi bern
ilai ta
mbah
, m
en
yu
su
n k
on
sepsi ilm
iah
kary
an
ya b
erd
asark
an
kaid
ah
, ta
ta c
ara
, dan
eti
ka
ilm
iah
dala
m b
en
tuk t
esis
, d
an
mem
ublikasik
an
tu
lisan
dala
m ju
rnal keilm
uan
tera
kre
dit
asi ti
ngkat
nasio
nal dan
men
dapatk
an
pen
gaku
an
in
tern
asio
nal
berb
en
tuk p
am
era
n a
tau
yan
g s
eta
ra;
b.
mam
pu
mela
ku
kan
validasi akadem
ik a
tau
kajian
sesu
ai bid
an
g
keah
lian
nya d
ala
m m
en
yele
saik
an
masala
h d
i m
asyara
kat
ata
u
indu
str
i yan
g r
ele
van
mela
lui pen
gem
ban
gan
pen
geta
hu
an
dan
keah
lian
nya;
b. m
am
pu
mela
ku
kan
validasi akadem
ik a
tau
kajian
sesu
ai bid
an
g k
eah
lian
nya d
ala
m m
en
yele
saik
an
m
asala
h d
i m
asyara
kat
ata
u in
du
str
i yan
g r
ele
van
mela
lui pen
gem
ban
gan
pen
geta
hu
an
dan
keah
lian
nya;
c.
mam
pu
men
yu
su
n ide, h
asil p
em
ikir
an
, dan
arg
um
en
sain
tifik
secara
bert
an
ggu
ng jaw
ab d
an
berd
asark
an
eti
ka a
kadem
ik, sert
a
men
gkom
un
ikasik
an
nya m
ela
lui m
edia
kepada m
asyara
kat
akadem
ik d
an
masyara
kat
luas;
c.
mam
pu
men
yu
su
n ide, pem
ikir
an
, dan
arg
um
en
tekn
is
secara
bert
an
ggu
ng jaw
ab d
an
berd
asark
an
eti
ka
akadem
ik, sert
a m
en
gkom
un
ikasik
an
nya m
ela
lui m
edia
kepada m
asyara
kat
akadem
ik d
an
masyara
kat
luas;
-7-
MA
GIS
TE
R
MA
GIS
TE
R T
ER
APA
N
d. m
am
pu
men
gid
en
tifikasi bid
an
g k
eilm
uan
yan
g m
en
jadi obyek
pen
eliti
an
nya d
an
mem
posis
ikan
ke d
ala
m s
uatu
peta
pen
eliti
an
yan
g d
ikem
ban
gkan
mela
lui pen
dekata
n in
terd
isip
lin
ata
u
mu
ltid
isip
lin
;
d. m
am
pu
men
gid
en
tifikasi bid
an
g k
eilm
uan
yan
g m
en
jadi
obyek p
en
eliti
an
nya d
an
mem
osis
ikan
ke d
ala
m s
uatu
skem
a p
en
yele
saia
n m
asala
h y
an
g lebih
men
yelu
ruh
dan
bers
ifat
inte
rdis
iplin
ata
u m
ult
i dis
iplin
;
e.
mam
pu
men
gam
bil k
epu
tusan
dala
m k
on
teks m
en
yele
saik
an
masala
h p
en
gem
ban
gan
ilm
u p
en
geta
hu
an
dan
tekn
olo
gi yan
g
mem
perh
ati
kan
dan
men
era
pkan
nilai h
um
an
iora
berd
asark
an
kajian
an
alisis
ata
u e
ksperi
men
tal te
rhadap in
form
asi dan
data
;
e.
mam
pu
men
gam
bil k
epu
tusan
dala
m k
on
teks
men
yele
saik
an
masala
h p
en
era
paan
tekn
olo
gi yan
g
mem
perh
ati
kan
dan
men
era
pkan
nilai h
um
an
iora
berd
asark
an
kajian
ekperi
men
tal te
rhadap in
form
asi
dan
data
;
f.
mam
pu
men
gelo
la, m
en
gem
ban
gkan
dan
mem
elih
ara
jari
ngan
kerj
a d
en
gan
kole
ga, seja
wat
di dala
m lem
baga d
an
kom
un
itas
pen
eliti
an
yan
g lebih
lu
as;
f. m
am
pu
men
gelo
la,
men
gem
ban
gkan
dan
men
ingkatk
an
mu
tu k
erj
a s
am
a b
aik
di le
mbagan
ya m
au
pu
n lem
baga
lain
, d
en
gan
men
gu
tam
akan
ku
alita
s h
asil d
an
kete
pata
n w
aktu
men
yele
saik
an
pekerj
aan
;
g.
mam
pu
men
ingkatk
an
kapasit
as p
em
bela
jara
n s
ecara
man
dir
i;
g.
mam
pu
men
ingkatk
an
kapasit
as p
em
bela
jara
n s
ecara
man
dir
i;
h.
mam
pu
men
doku
men
tasik
an
, m
en
yim
pan
, m
en
gam
an
kan
, dan
m
en
em
ukan
kem
bali d
ata
hasil p
en
eliti
an
dala
m r
an
gka
men
jam
in k
esah
ihan
dan
men
cegah
pla
gia
si;
h. m
am
pu
men
doku
men
tasik
an
, m
en
yim
pan
,
men
gam
an
kan
, dan
men
em
ukan
kem
bali d
ata
pro
toty
pe,
kary
a d
esain
ata
u p
rodu
k s
en
i dala
m r
an
gka
men
jam
in k
esah
ihan
dan
men
cegah
pla
gia
si;
-8-
E.
RU
MU
SA
N K
ETE
RA
MPIL
AN
UM
UM
PR
OG
RA
M D
OK
TO
R D
AN
PR
OG
RA
M D
OK
TO
R T
ER
APA
N
DO
KTO
R
DO
KTO
R T
ER
APA
N
Lu
lusan
Pro
gra
m D
okto
r w
ajib m
em
ilik
i kete
ram
pilan
-um
um
sebagai beri
ku
t:
Lu
lusan
Pro
gra
m D
okto
r Tera
pan
wajib m
em
ilik
i
kete
ram
pilan
-um
um
sebagai beri
ku
t:
a. m
am
pu
men
em
ukan
ata
u m
en
gem
ban
gkan
teori
/kon
sepsi/
gagasan
ilm
iah
baru
mem
beri
kan
kon
trib
usi pada
pen
gem
ban
gan
sert
a p
en
gam
ala
n ilm
u p
en
geta
hu
an
dan
/ata
u
tekn
olo
gi yan
g m
em
perh
ati
kan
dan
men
era
pkan
nilai h
um
an
iora
di bid
an
g k
eah
lian
nya, den
gan
men
gh
asilkan
pen
eliti
an
ilm
iah
berd
asark
an
meto
dolo
gi ilm
iah
, pem
ikir
an
logis
, kri
tis, sis
tem
ati
s,
dan
kre
ati
f;
a. m
am
pu
men
em
ukan
, m
en
cip
takan
, dan
mem
beri
kan
kon
trib
usi baru
pada p
en
gem
ban
gan
, sert
a p
en
gam
ala
n
ilm
u p
en
geta
hu
an
dan
/ata
u t
ekn
olo
gi yan
g
mem
perh
ati
kan
dan
men
era
pkan
nilai h
um
an
iora
di
bid
an
g k
eah
lian
nya,
den
gan
men
gh
asilkan
kary
a d
esain
, pro
toti
pe,
ata
u in
ovasi te
kn
olo
gi bern
ilai ta
mbah
ata
u
dapat
dig
un
akan
un
tuk p
en
yele
saia
n m
asala
h
berd
asark
an
pem
ikir
an
logis
, kri
tis,
kre
ati
f, d
an
ari
f;
b. m
am
pu
men
yu
su
n p
en
eliti
an
in
terd
isip
lin
, m
ult
idis
iplin
ata
u
tran
sdis
iplin
, te
rmasu
k k
ajian
teori
tis d
an
/ata
u e
ksperi
men
pada
bid
an
g k
eilm
uan
, te
kn
olo
gi, s
en
i dan
in
ovasi yan
g d
ihasilkan
nya
dala
m b
en
tuk d
isert
asi, s
ert
a m
em
ublikasik
an
2 t
ulisan
pada
jurn
al ilm
iah
nasio
nal dan
in
tern
asio
nal te
rin
deks;
b. m
am
pu
men
yu
su
n k
on
sepsi ilm
iah
dan
hasil k
ajian
ata
s
hasil k
ary
an
ya b
erd
asark
an
kaid
ah
, ta
ta c
ara
, dan
eti
ka
ilm
iah
dala
m b
en
tuk d
isert
asi, s
ert
a m
em
ublikasik
an
2
tulisan
ten
tan
g k
on
sepsi ilm
iah
dan
hasil k
ajian
ata
s
hasil k
ary
an
ya p
ada ju
rnal ilm
iah
nasio
nal dan
in
tern
asio
nal te
rin
deks d
en
gan
mem
perh
ati
kan
aspek
legal yan
g t
erk
ait
den
gan
hasil p
en
eliti
an
nya;
c.
mam
pu
mem
ilih
pen
eliti
an
yan
g t
epat
gu
na, te
rkin
i, t
erm
aju
, dan
mem
beri
kan
kem
asla
hata
n p
ada u
mat
man
usia
mela
lui
pen
dekata
n in
terd
isip
lin
, m
ult
idis
iplin
, ata
u t
ran
sdis
iplin
, dala
m
ran
gka m
en
gem
ban
gkan
dan
/ata
u m
en
gh
asilkan
pen
yele
saia
n
masala
h d
i bid
an
g k
eilm
uan
, te
kn
olo
gi, s
en
i, a
tau
kem
asyara
kata
n, berd
asark
an
hasil k
ajian
ten
tan
g k
ete
rsedia
an
c.
mam
pu
mem
ilih
pen
eliti
an
yan
g t
epat
gu
na,
terk
ini,
term
aju
, dan
mem
beri
kan
kem
asla
hata
n p
ada u
mat
man
usia
den
gan
men
gik
uts
ert
akan
aspek k
eekon
om
ian
mela
lui pen
dekata
n in
terd
isip
lin
, m
ult
idis
iplin
, ata
u
tran
sdis
iplin
, dala
m r
an
gka m
en
gh
asilkan
pen
yele
saia
n
-9-
DO
KTO
R
DO
KTO
R T
ER
APA
N
su
mberd
aya in
tern
al m
au
pu
n e
kste
rnal;
masala
h t
ekn
olo
gi pada in
du
str
i yan
g r
ele
van
, ata
u s
en
i;
d. m
am
pu
men
gem
ban
gkan
peta
jala
n p
en
eliti
an
den
gan
pen
dekata
n
inte
rdis
iplin
, m
ult
idis
iplin
, ata
u t
ran
sdis
iplin
, berd
asark
an
kajian
te
nta
ng s
asara
n p
okok p
en
eliti
an
dan
kon
ste
lasin
ya p
ada s
asara
n
yan
g lebih
lu
as;
d. m
am
pu
men
gem
ban
gkan
str
ate
gi pen
gem
ban
gan
te
kn
olo
gi ata
u s
en
i den
gan
pen
dekata
n in
terd
isip
lin
, m
ult
idis
iplin
, ata
u t
ran
sdis
iplin
, berd
asark
an
kajian
ten
tan
g s
asara
n p
okok p
en
eliti
an
dan
kon
ste
lasin
ya
pada s
asara
n y
an
g lebih
lu
as;
e.
mam
pu
men
yu
su
n a
rgu
men
dan
solu
si keilm
uan
, te
kn
olo
gi ata
u
sen
i berd
asark
an
pan
dan
gan
kri
tis a
tas fakta
, kon
sep, pri
nsip
, ata
u t
eori
yan
g d
apat
dip
ert
an
ggu
ngja
wabkan
secara
ilm
iah
dan
eti
ka a
kadem
ik, sert
a m
en
gkom
un
ikasik
an
nya m
ela
lui m
edia
m
assa a
tau
lan
gsu
ng k
epada m
asyara
kat;
e.
mam
pu
men
yu
su
n a
rgu
men
dan
solu
si keilm
uan
, te
kn
olo
gi ata
u s
en
i berd
asark
an
pan
dan
gan
kri
tis a
tas
fakta
, kon
sep,
pri
nsip
, ata
u t
eori
yan
g d
apat
dip
ert
an
ggu
ngja
wabkan
secara
ilm
iah
dan
eti
ka
akadem
ik,
sert
a m
en
gkom
un
ikasik
an
nya m
ela
lui m
edia
massa a
tau
lan
gsu
ng k
epada m
asyara
kat;
f. m
am
pu
men
un
jukkan
kepem
impin
an
akadem
ik d
ala
m
pen
gelo
laan
,pen
gem
ban
gan
dan
pem
bin
aan
su
mberd
aya s
ert
a
org
an
isasi yan
g b
era
da d
ibaw
ah
tan
ggu
ng jaw
abn
ya;
f. m
am
pu
men
un
jukkan
kepem
impin
an
akadem
ik d
ala
m
pen
gelo
laan
, pen
gem
ban
gan
dan
pem
bin
aan
su
mberd
aya s
ert
a o
rgan
isasi yan
g b
era
da d
ibaw
ah
ta
nggu
ng jaw
abn
ya;
g. m
am
pu
men
gelo
la, te
rmasu
k m
en
yim
pan
, m
en
gau
dit
, m
en
gam
an
kan
, dan
men
em
ukan
kem
bali d
ata
dan
in
form
asi h
asil
pen
eliti
an
yan
g b
era
da d
ibaw
ah
tan
ggu
ng jaw
abn
ya;
g.
mam
pu
men
gelo
la,
term
asu
k m
en
yim
pan
, m
en
gau
dit
, m
en
gam
an
kan
, dan
men
em
ukan
kem
bali d
ata
dan
info
rmasi h
asil p
en
eliti
an
yan
g b
era
da d
ibaw
ah
ta
nggu
ng jaw
abn
ya;
h. m
am
pu
men
gem
ban
gkan
dan
mem
elih
ara
hu
bu
ngan
kole
gia
l dan
keseja
wata
n d
i dala
m lin
gku
ngan
sen
dir
i ata
u m
ela
lui ja
rin
gan
kerj
a s
am
a d
en
gan
kom
un
itas p
en
eliti
dilu
ar
lem
baga.
h. m
am
pu
men
gem
ban
gkan
dan
mem
elih
ara
hu
bu
ngan
kole
gia
l dan
keseja
wata
n d
idala
m lin
gku
ngan
sen
dir
i ata
u m
ela
lui ja
rin
gan
kerj
a s
am
a d
en
gan
kom
un
itas
pen
eliti
di lu
ar
lem
baga;
-10-
F.
RU
MU
SA
N K
ETE
RA
MPIL
AN
UM
UM
PR
OG
RA
M P
RO
FE
SI,
PR
OG
RA
M S
PE
SIA
LIS
SA
TU
, D
AN
PR
OG
RA
M S
PE
SIA
LIS
DU
A
PR
OFE
SI
SPE
SIA
LIS
SA
TU
S
PE
SIA
LIS
DU
A
Lu
lusan
Pro
gra
m P
rofe
si w
ajib m
em
ilik
i kete
ram
pilan
um
um
sebagai beri
ku
t:
Lu
lusan
Pro
gra
m S
pesia
lis S
atu
wajib
mem
ilik
i kete
ram
pilan
um
um
sebagai
beri
ku
t:
Lu
lusan
Pro
gra
m S
pesia
lis D
ua w
ajib
mem
ilik
i kete
ram
pilan
um
um
sebagai
beri
ku
t:
a.m
am
pu
bekerj
a d
i bid
an
g k
eah
lian
pokok
un
tuk jen
is p
ekerj
aan
yan
g s
pesifik
dan
mem
ilik
i kom
pete
nsi kerj
a y
an
g m
inim
al
seta
ra d
en
gan
sta
ndar
kom
pete
nsi kerj
a
pro
fesin
ya;
a.m
am
pu
bekerj
a d
i bid
an
g k
eah
lian
pokok/pro
fesi u
ntu
k jen
is p
ekerj
aan
yan
g s
pesifik
dan
kom
ple
ks s
ert
am
em
ilik
i kom
pete
nsi kerj
a y
an
g
min
imal seta
ra d
en
gan
sta
ndar
kom
pete
nsi pro
fesi yan
g b
erl
aku
secara
nasio
nal/
inte
rnasio
nal;
a.
mam
pu
bekerj
a d
i bid
an
g k
eah
lian
pokok/pro
fesi u
ntu
k jen
ispekerj
aan
yan
g s
pesifik
dan
kom
ple
ks s
ert
a m
em
ilik
i
kom
pete
nsi kerj
a y
an
g s
eta
raden
gan
sta
ndar
kom
pete
nsi pro
fesi
yan
g b
erl
aku
secara
in
tern
asio
nal;
b.m
am
pu
mem
bu
at
kepu
tusan
yan
g
indepen
den
dala
m m
en
jala
nkan
pekerj
aan
pro
fesin
ya b
erd
asark
an
pem
ikir
an
logis
,kri
tis, sis
tem
ati
s, dan
kre
ati
f;
b.m
am
pu
mem
bu
at
kepu
tusan
yan
g
indepen
den
dala
m m
en
jala
nkan
pekerj
aan
pro
fesin
ya b
erd
asark
an
pem
ikir
an
logis
, kri
tis,
sis
tem
ati
s,
kre
ati
f, d
an
kom
pre
hen
sif;
b.
mam
pu
mem
bu
at
kepu
tusan
yan
g
indepen
den
dala
m m
en
jala
nkan
pekerj
aan
pro
fesin
ya b
erd
asark
an
pem
ikir
an
logis
, kri
tis,
sis
tem
ati
s,
kre
ati
f, k
om
pre
hen
sif,
dan
ari
f;
c.
mam
pu
men
yu
su
n lapora
n a
tau
kert
as
kerj
a a
tau
men
gh
asilkan
kary
a d
esain
di
bid
an
g k
eah
lian
nya b
erd
asark
an
kaid
ah
ran
can
gan
, pro
sedu
r baku
, dan
kode e
tik
c.
mam
pu
men
yu
su
n lapora
n h
asil s
tudi
seta
ra t
esis
yan
g h
asiln
ya d
isu
su
ndala
m b
en
tuk p
ublikasi pada ju
rnal
ilm
iah
pro
fesi yan
g t
era
kre
dit
asi
c.
mam
pu
men
yu
su
n lapora
n h
asil
stu
di seta
ra d
isert
asi yan
g h
asiln
ya
dis
usu
n d
ala
m b
en
tuk p
ublikasi
pada t
erb
itan
ju
rnal ilm
iah
pro
fesi
-11-
PR
OFE
SI
SPE
SIA
LIS
SA
TU
S
PE
SIA
LIS
DU
A
pro
fesi yan
g dapat
dia
kses o
leh
m
asyara
kat
akadem
ik;
nasio
nal dan
in
tern
asio
nal, a
tau
m
en
gh
asilkan
kary
a d
esain
yan
g
spesifik
besert
a d
eskri
psin
ya
berd
asark
an
meto
da a
tau
kaid
ah
desain
dan
kode e
tik p
rofe
si yan
g
dia
ku
i ole
h m
asyara
kat
pro
fesi pada
tin
gkat
nasio
nal dan
in
tern
asio
nal;
yan
g t
era
kre
dit
asi ti
ngkat
nasio
nal
dan
in
tern
asio
nal, a
tau
terb
itan
berk
ala
ilm
iah
yan
g m
em
en
uh
i
syara
t dia
kre
dit
asi ti
ngkat
nasio
nal
dan
in
tern
asio
nal, a
tau
men
gh
asilkan
kary
a d
esain
spesifik
besert
a d
eskri
psin
ya b
erd
asark
an
m
eto
de a
tau
kaid
ah
ran
can
gan
dan
kode e
tik p
rofe
si yan
g d
iaku
i ole
h
masyara
kat
pro
fesi pada t
ingkat
nasio
nal dan
in
tern
asio
nal;
d. m
am
pu
men
gom
un
ikasik
an
pem
ikir
an
/arg
um
en
ata
u k
ary
a in
ovasi
yan
g b
erm
an
faat
bagi pen
gem
ban
gan
pro
fesi dan
kew
irau
sah
aan
, yan
g d
apat
dip
ert
an
ggu
ngja
wabkan
secara
ilm
iah
dan
eti
ka p
rofe
si, k
epada m
asyara
kat
teru
tam
a m
asyara
kat
pro
fesin
ya;
d. m
am
pu
men
gom
un
ikasik
an
hasil
kajian
, kri
tik, apre
sia
si, a
rgu
men
, ata
u
kary
a in
ovasi yan
g b
erm
an
faat
bagi
pen
gem
ban
gan
pro
fesi, k
ew
irau
sah
aan
, dan
kem
asla
hata
n m
an
usia
, yan
g
dapat
dip
ert
an
ggu
ngja
wabkan
secara
ilm
iah
dan
eti
ka p
rofe
si, k
epada
masyara
kat
um
um
mela
lui berb
agai
ben
tuk m
edia
;
d.
mam
pu
men
gom
un
ikasik
an
hasil
kajian
, kri
tik,
apre
sia
si, a
rgu
men
, ata
u k
ary
a in
ovasi yan
g b
erm
an
faat
bagi pen
gem
ban
gan
pro
fesi, d
an
kem
asla
hata
n m
an
usia
, yan
g d
apat
dip
ert
an
ggu
ngja
wabkan
secara
ilm
iah
dan
eti
ka p
rofe
si, k
epada
masyara
kat
um
um
mela
lui berb
agai
ben
tuk m
edia
;
e.
mam
pu
mela
ku
kan
evalu
asi secara
kri
tis
terh
adap h
asil k
erj
a d
an
kepu
tusan
yan
g
dib
uat
dala
m m
ela
ksan
akan
pekerj
aan
nya
ole
h d
irin
ya s
en
dir
i dan
ole
h s
eja
wat;
e.
mam
pu
mela
ku
kan
evalu
asi secara
kri
tis t
erh
adap h
asil k
erj
a d
an
kepu
tusan
yan
g d
ibu
at
dala
m
mela
ksan
akan
pekerj
aan
pro
fesin
ya
baik
ole
h d
irin
ya s
en
dir
i, s
eja
wat,
ata
u
sis
tem
in
sti
tusin
ya;
e.
mam
pu
mela
ku
kan
evalu
asi secara
kri
tis t
erh
adap h
asil k
erj
a d
an
kepu
tusan
yan
g d
ibu
at
dala
m
mela
ksan
akan
pekerj
aan
pro
fesin
ya b
aik
ole
h d
irin
ya
sen
dir
i, s
eja
wat,
ata
u s
iste
m
insti
tusin
ya;
f. m
am
pu
men
ingkatk
an
keah
lian
kepro
fesia
nn
ya p
ada b
idan
g y
an
g k
hu
su
s
f. m
am
pu
men
ingkatk
an
keah
lian
kepro
fesia
nn
ya p
ada b
idan
g y
an
g
f.
mam
pu
men
ingkatk
an
keah
lian
kepro
fesia
nn
ya p
ada b
idan
g y
an
g
-12-
PR
OFE
SI
SPE
SIA
LIS
SA
TU
S
PE
SIA
LIS
DU
A
mela
lui pela
tih
an
dan
pen
gala
man
kerj
a;
kh
usu
s m
ela
lui pela
tih
an
dan
pen
gala
man
kerj
a d
en
gan
m
em
pert
imban
gkan
kem
uta
kh
iran
bid
an
g p
rofe
sin
ya d
i ti
ngkat
nasio
nal,
regio
nal, d
an
in
tern
asio
nal;
kh
usu
s m
ela
lui pela
tih
an
dan
pen
gala
man
kerj
a d
en
gan
m
em
pert
imban
gkan
kem
uta
kh
iran
bid
an
g p
rofe
sin
ya d
i ti
ngkat
nasio
nal, r
egio
nal, d
an
inte
rnasio
nal;
g.m
am
pu
men
ingkatk
an
mu
tu s
um
ber
daya
un
tuk p
en
gem
ban
gan
pro
gra
m s
trate
gis
org
an
isasi;
g. m
am
pu
men
ingkatk
an
mu
tu s
um
ber
daya u
ntu
k p
en
gem
ban
gan
pro
gra
mstr
ate
gis
org
an
isasi;
g.
mam
pu
men
ingkatk
an
mu
tusu
mber
daya u
ntu
k p
en
gem
ban
gan
pro
gra
m s
trate
gis
org
an
isasi;
h.m
am
pu
mem
impin
su
atu
tim
kerj
a u
ntu
km
em
ecah
kan
masala
h p
ada b
idan
g
pro
fesin
ya;
h.
mam
pu
mem
impin
su
atu
tim
kerj
au
ntu
k m
em
ecah
kan
masala
h b
aik
pada b
idan
g p
rofe
sin
ya,
mau
pu
nm
asala
h y
an
g lebih
lu
as d
ari
bid
an
gpro
fesin
ya;
h.
mam
pu
mem
impin
su
atu
tim
kerj
au
ntu
k m
em
ecah
kan
masala
h b
aik
pada b
idan
g p
rofe
sin
ya,
mau
pu
nm
asala
h y
an
g lebih
lu
as d
ari
bid
an
g p
rofe
sin
ya;
i.m
am
pu
bekerj
a s
am
a d
en
gan
pro
fesi la
inyan
g s
ebid
an
g d
ala
m m
en
yele
saik
an
masala
h p
ekerj
aan
bid
an
g p
rofe
sin
ya;
i.m
am
pu
bekerj
a s
am
a d
en
gan
pro
fesi
lain
yan
g s
ebid
an
g m
au
pu
n y
an
g t
idak
sebid
an
g d
ala
m m
en
yele
saik
an
masala
h p
ekerj
aan
yan
g k
om
ple
ks
yan
g t
erk
ait
den
gan
bid
an
g p
rofe
sin
ya;
i.m
am
pu
bekerj
a s
am
a d
en
gan
pro
fesi la
in y
an
g s
ebid
an
g m
au
pu
n
yan
g t
idak s
ebid
an
g d
ala
mm
en
yele
saik
an
masala
h p
ekerj
aan
yan
g k
om
ple
ks y
an
g t
erk
ait
den
gan
bid
an
g p
rofe
sin
ya;
j.m
am
pu
men
gem
ban
gkan
dan
mem
elih
ara
jari
ngan
kerj
a d
en
gan
masyara
kat
pro
fesi
dan
klien
nya;
j.m
am
pu
men
gem
ban
gkan
dan
mem
elih
ara
jari
ngan
kerj
a d
en
gan
masyara
kat
pro
fesi dan
klien
nya;
j.m
am
pu
men
gem
ban
gkan
dan
mem
elih
ara
jari
ngan
kerj
a d
en
gan
masyara
kat
pro
fesi dan
klien
nya;
k.m
am
pu
bert
an
ggu
ngja
wab a
tas p
ekerj
aan
di bid
an
g p
rofe
sin
ya s
esu
ai den
gan
kode
eti
k p
rofe
sin
ya;
k.
mam
pu
bert
an
ggu
ngja
wab a
tas
pekerj
aan
di bid
an
g p
rofe
sin
ya s
esu
ai
den
gan
kode e
tik p
rofe
sin
ya;
k.
mam
pu
bert
an
ggu
ngja
wab a
tas
pekerj
aan
di bid
an
g p
rofe
sin
ya
sesu
ai den
gan
kode e
tik p
rofe
sin
ya;
-13-
PR
OFE
SI
SPE
SIA
LIS
SA
TU
S
PE
SIA
LIS
DU
A
l.m
am
pu
men
ingkatk
an
kapasit
as
pem
bela
jara
n s
ecara
man
dir
i;l.
mam
pu
men
ingkatk
an
kapasit
as
pem
bela
jara
n s
ecara
man
dir
i dan
tim
yan
g b
era
da d
i baw
ah
tan
ggu
ngja
wabn
ya;
l.m
am
pu
men
ingkatk
an
kapasit
as
pem
bela
jara
n d
idi sen
dir
i dan
tim
yan
g b
era
da d
i baw
ah
tan
ggu
ngja
wabn
ya;
m.
mam
pu
berk
on
trib
usi dala
m e
valu
asi
ata
u p
en
gem
ban
gan
kebijakan
nasio
nal
dala
m r
an
gka p
en
ingkata
n m
utu
pen
did
ikan
pro
fesi ata
u p
en
gem
ban
gan
kebijakan
nasio
nal pada b
idan
g
pro
fesin
ya;
m.m
am
pu
berk
on
trib
usi dala
m e
valu
asi
ata
u p
en
gem
ban
gan
kebijakan
nasio
nal dala
m r
an
gka p
en
ingkata
nm
utu
pen
did
ikan
pro
fesi ata
upen
gem
ban
gan
kebijakan
nasio
nal
pada b
idan
g p
rofe
sin
ya;
m.m
am
pu
berk
on
trib
usi dala
mevalu
asi ata
u p
en
gem
ban
gan
kebijakan
nasio
nal dala
m r
an
gka
pen
ingkata
n m
utu
pen
did
ikan
pro
fesi ata
u p
en
gem
ban
gan
kebijakan
nasio
nal pada b
idan
gpro
fesin
ya;
n.m
am
pu
men
doku
men
tasik
an
,m
en
yim
pan
, m
en
gau
dit
, m
en
gam
an
kan
,dan
men
em
ukan
kem
bali d
ata
dan
info
rmasi u
ntu
k k
eperl
uan
pen
gem
ban
gan
hasil k
erj
a p
rofe
sin
ya;
n.
mam
pu
men
doku
men
tasik
an
,m
en
yim
pan
, m
en
gau
dit
,m
en
gam
an
kan
, dan
men
em
ukan
kem
bali d
ata
sert
a in
form
asi u
ntu
kkeperl
uan
pen
gem
ban
gan
hasil k
erj
a
pro
fesin
ya.
n.
mam
pu
men
doku
men
tasik
an
,m
en
yim
pan
, m
en
gau
dit
,m
en
gam
an
kan
, dan
men
em
ukan
kem
bali d
ata
sert
a in
form
asi u
ntu
kkeperl
uan
pen
gem
ban
gan
hasil
kerj
a p
rofe
sin
ya.
ME
NTE
RI
PE
ND
IDIK
AN
DA
N K
EB
UD
AYA
AN
RE
PU
BLIK
IN
DO
NE
SIA
,
TTD
.
MO
HA
MM
AD
NU
H
Salin
an
sesu
ai den
gan
aslin
ya,
Kepala
Bir
o H
uku
m d
an
Org
an
isasi
Kem
en
teri
an
Pen
did
ikan
dan
Kebu
dayaan
,
TTD
.
An
i N
urd
ian
i A
ziz
ah
NIP
. 19581201 1
98603 2
001
Recommended