View
16
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
DETEKSI VIRUS AVIAN INFLUENZA (AI)
PADA BURUNG MERPATI BALAP
DI KOTA TASIKMALAYA, JAWA BARAT
Oleh :
Drh. Zulfi Arsan
CENTER FOR INDONESIAN VETERINARY ANALYTICAL STUDIES
2009
Deteksi Virus Avian Influenza (AI) pada Burung Merpati Balap di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat | ii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Deteksi Virus Avian Influenza (AI) pada Burung
Merpati Balap di kota Tasikmalaya, Jawa Barat
Disetujui Oleh :
Drh. Albertus T. Muljono
Direktur Eksekutif CIVAS
Deteksi Virus Avian Influenza (AI) pada Burung Merpati Balap di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat | iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v
PENDAHULUAN............................................................................................ 1
Latar Belakang ........................................................................................... 1
Tujuan ........................................................................................................ 2
Manfaat ...................................................................................................... 2
METODE ....................................................................................................... 3
Waktu dan Tempat ..................................................................................... 3
Populasi Target .......................................................................................... 4
Unit Sampel: .............................................................................................. 4
Sampel ....................................................................................................... 5
Pengambilan Sampel ................................................................................. 5
Penanganan dan Pengujian Sampel .......................................................... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 6
Pemeriksaan Sampel Usap Kloaka dan Orofarings .................................... 6
Karakteristik Pemeliharaan ........................................................................ 6
Pemeliharaan Merpati Balap ...................................................................... 8
Kebersihan ............................................................................................... 13
Vaksinasi.................................................................................................. 15
Pensucihamaan Pekerja .......................................................................... 15
Tingkat Pengetahuan Pemelihara Merpati Mengenai Flu Burung ............. 16
KESIMPULAN ............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 18
Deteksi Virus Avian Influenza (AI) pada Burung Merpati Balap di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat | iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kecamatan di Tasikmalaya dan jumlah sampel yang diambil ........... 3
Deteksi Virus Avian Influenza (AI) pada Burung Merpati Balap di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat | v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sebaran titik koordinat sampel yang dipetakan pada peta .................. 4
Gambar 2. Gambaran Persentase tingkat pendidikan dari pemelihara
merpati balap di Kota Tasikmalaya ...................................................... 6
Gambar 3. Sebaran umur pemelihara merpati balap di Kota Tasikmalaya .......... 7
Gambar 4. Gambaran persentase lamanya pengalaman memelihara
merpati balap yang dimilki oleh pemelihara. ........................................ 7
Gambar 5. Lahan yang digunakan untuk pemeliharaan Merpati Balap ................ 8
Gambar 6. Sistem perkandangan yang dipakai untuk memelihara merpati
balap ..................................................................................................... 8
Gambar 7. Jumlah responden yang memelihara unggas lain selain merpati
balap ..................................................................................................... 9
Gambar 8. Jumlah merpati balap yang dipelihara ............................................... 10
Gambar 9. Tujuan Pemeliharaan Merpati Balap .................................................. 10
Gambar 10. Asal Bibit Merpati Balap ..................................................................... 11
Gambar 11. Asal Bibit Merpati Balap ..................................................................... 12
Gambar 12.. Pemisahan bururng sepulang dari lomba atau latihan ...................... 13
Gambar 13. Frekuensi pembersihan kandang ....................................................... 13
Gambar 14. Cara membersihkan kandang ............................................................ 14
Gambar 15. Gambaran pemelihara yang melakukan vaksinasi pada merpati
balap ................................................................................................... 15
Gambar 16. Gambaran pemelihara yang melakukan vaksinasi pada merpati
balap ................................................................................................... 15
Gambar 17. Gambaran pemelihara yang melakukan vaksinasi pada merpati
balap ................................................................................................... 16
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Avian Influenza adalah penyakit yang telah menimbulkan kerugian ekonomi
yang besar dan berbahaya bagi kesehatan manusia serta berpotensi menimbulkan
suatu pandemi. Sampai saat ini jutaan unggas telah dimusnahkan dan kerugian
yang terjadi mencapai triliunan rupiah di seluruh dunia. Penyakit ini juga terbukti
dapat menginfeksi manusia dan telah mengakibatkan kematian 261 orang dari 424
orang diseluruh dunia (WHO, Mei 2009). Di Indonesia sendiri, sampai dengan 15
Mei 2009, penyakit ini telah menginfeksi 141 orang dengan 115 diantaranya
meninggal dunia (CFR= 81.5%) (WHO, Mei 2009).
Unggas adalah inang utama dari virus Influenza A/H5N1, agen penyebab
penyakit Avian Influenza, dan dapat menularkannya ke unggas lain maupun ke
manusia. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, burung merpati dapat
tertular oleh virus Avian Influenza dan menimbulkan kematian.
Merpati balap yang sering dilombakan adalah salah satu jenis unggas yang
merupakan kekayaan hayati Indonesia yang sudah lama menjadi bagian dari
budaya sebagian masyarakat di Indonesia. Kota Tasikmalaya merupakan salah satu
daerah dimana masyarakatnya banyak memelihara burung merpati yang dilatih
menjadi merpati balap. Tingginya minat masyarakat ini kadang kurang diimbangi
dengan meningkatnya kesadaran akan bahaya penyakit, terutama Flu Burung yang
beresiko tinggi. Tingkat keganasan virus, manajemen pemeliharaan dan tingkat
biosekuriti, serta kondisi lapangan lainnya juga ikut berperan dalam dinamika
penularan virus ini pada pemeliharaan merpati balap.
Dengan kenyataan pada saat berlangsungnya lomba terdapat mobilisasi
sejumlah merpati balap lintas kecamatan, kabupaten, propinsi, bahkan pulau di
Indonesia dan bercampur dengan populasi merpati balap dari daerah lain, maka
kegiatan ini diduga berpotensi menyebarkan virus Avian Influenza antar wilayah.
Penelitian in bertujuan untuk mendeteksi keberadaan virus Avian Influenza
pada burung merpati balap dan melihat peranan burung ini dalam penyebaran virus
AI terkait dengan berbagai karakteristik manajemen pemeliharaan yang diterapkan
oleh para pemelihara burung merpati balap di Tasikmalaya.
Deteksi Virus Avian Influenza (AI) pada Burung Merpati Balap di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat | 2
Tujuan
1. Mendeteksi keberadaan virus Avian Influenza H5 pada burung merpati balap di
Kota Tasikmalaya.
2. Mengetahui karakteristik manajemen pemeliharaan merpati balap.
3. Mengetahui tingkat biosecurity pada pemeliharaan burung balap.
4. Mengetahui tingkat pengetahuan peternak terhadap Avian Influenza.
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi utuk dijadikan
dasar pengambilan keputusan dan kebijakan dalam penanggulangan penyakit Avian
Influenza pada burung merpati balap pada khususnya di wilayah Tasikmalaya
Deteksi Virus Avian Influenza (AI) pada Burung Merpati Balap di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat | 3
METODE
Waktu dan Tempat
Studi ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2009. Dan
pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan Agustus 2009.
Pengambilan sampel dilakukan di 10 kecamatan yang ada di Tasikmalaya,
dan ditentukan berdasarkan perkiraan jumlah pemelihara yang ada di kecamatan
tersebut.
Nomor Nama Kecamatan Jumlah Sampel
1 Bungursari 11
2 Cibeureum 6
3 Cihideung 4
4 Cipedes 7
5 Indihiang 7
6 Kawalu 3
7 Kotabaru 1
8 Mangkubumi 13
9 Tamansari 3
10 Tawang 4
TOTAL 59
Tabel 1. Kecamatan di Tasikmalaya dan jumlah sampel yang diambil
Deteksi Virus Avian Influenza (AI) pada Burung Merpati Balap di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat | 4
Gambar 1. Sebaran titik koordinat sampel yang dipetakan pada peta
Populasi Target
Populasi target pada studi ini adalah burung merpati balap yang dipelihara
dan para pemelihara burung balap yang berada di wilayah Kota Tasikmalaya
Unit Sampel:
Unit sampel yang akan di hitung adalah:
1. Sampel dari Burung (Usap Kloaka dan Orofaring) akan dihitung sebagai satu unit
sampel
2. Sampel dari peternak (Lembar Kuisioner) akan dihitung sebagai satu unit sampel
Deteksi Virus Avian Influenza (AI) pada Burung Merpati Balap di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat | 5
Sampel
Besar sampel untuk sampel dari burung dihitung dengan menggunakan win
episcope 2.0.
1. Jumlah pemelihara burung balap yang disurvei dihitung dengan rumus estimasi
proporsi:
Dengan populasi pemelihara burung balap sekitar 400, selang kepercayaan
95%, accepted error 5%, perkiraan prevalensi 5% maka jumlah pemelihara
burung balap yang disurvei sebanyak 60 pemelihara.
2. Dan untuk sampel dari burung akan dihitung dengan menggunakan rumus
deteksi penyakit:
Dengan jumlah burung per tempat sekitar 20 ekor, jumlah yang terinfeksi sekitar
12 ekor dan selang kepercayaan 95% diperoleh jumlah sampel per tempat
mencapai 4 ekor.
Jadi jumlah sampel dari burung yang diambil dalam penelitian ini = 60 tempat
x 4 ekor per tempat = 300 sampel. Sedangkan sampel dari peternak/pemelihara
adalah sebanyak 60 sampel.
Pengambilan Sampel
Sampel yang diambil dalam studi ini adalah usap orofaring dan kloaka.
Sampel tersebut disimpan secara individual. Sedangkan untuk pemeliharanya akan
dilakukan survey melalui kuisioner.
Penanganan dan Pengujian Sampel
Sampel usap kloaka dan orofaring akan ditransportasikan dalam keadaan
dingin dengan suhu 4°C ke Laboratorium Virologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor (FKH-IPB), sampel akan digabung dari 240 menjadi 60
sampel (4 sampel/pool), kemudian akan diuji terhadap keberadaan antigen H5N1
dengan tehnik Reverse Transcryptase Polymerase Chain Reaction (rt-PCR).
Hasil yang didapat dari data maupun pemeriksaan laboratorium akan
dianalisa secar deskriptif.
Deteksi Virus Avian Influenza (AI) pada Burung Merpati Balap di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat | 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemeriksaan Sampel Usap Kloaka dan Orofarings
Hasil dari pemeriksaan semua sampel merpati balap dari Kota Tasikmalaya
yang dilakukan untuk menguji keberadaan antigen H5 dari Virus H5N1 pada tidak
ada yang menunjukkan hasil positif, demikian juga dengan terhadap pemeriksaan
Matriks antigen Virus Influenza A, dengan hasil tersebut maka pemeriksaan lanjutan
terhadap antigen N1 tidak dilakukan.
Hal ini dapat diasumsikan bahwa kejadian penyakit pada saat studi dilakukan
terjadi dibawah angka asumsi prevalensi sebesar 5%. Hal ini juga mungkin
dipengaruhi oleh kondisi musim kemarau yang mempengaruhi dinamika kejadian
penyakit Flu Burung di lapangan.
Karakteristik Pemeliharaan
Tingkat Pendidikan Peternak
Tingkat Pendidikan Pemelihara
SD
18
31%
SMP
14
24%
SMA
22
37%
PERG TINGGI
5
8%
SD
SMP
SMA
PERG TINGGI
Gambar 2. Gambaran Persentase tingkat pendidikan dari pemelihara merpati
balap di Kota Tasikmalaya
Dari hasil kuesioner yang dikumpulkan didapatkan gambaran bahwa tingkat
pendidikan dari para pemelihara merpati balap menunjukkan angka persentase:
Lulusan SMA 37%, SD 31%, SMP 24% dan Lulusan Perguruan Tinggi sebanyak
8%.
Deteksi Virus Avian Influenza (AI) pada Burung Merpati Balap di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat | 7
Umur Pemelihara
2
11
26
16
4
0
5
10
15
20
25
30
Dibawah 21 Tahun 21 - 30 Tahun 31 - 40 Tahun 41 - 50 Tahun Diatas 50 Tahun
Gambar 3. Sebaran umur pemelihara merpati balap di Kota Tasikmalaya
Sebaran umur dari para pemelihara merpati balap di Kota Tasikmalaya
menunjukkan bahwa pemelihara merpati balap terbanyak berasal dari kelompok
umur produktif, yaitu antara 21 sampai dengan 50 tahun, sebanyak 90% responden
berada dalam kelompok ini, sedangkan sebanayak 3% responden beumur dibawah
21 tahun dan 7 persen responden berumur diatas 50 tahun. Sedangkan didalam
kelompok usia produktif, responden terbanyak (44%) berumur antara 31 sampai
dengan 40 tahun, kemudian kelompok umur 41-50 tahun sebanyak 27%, dan
kelompok umur 21-30 tahun sebanyak 19 %. Hal ini dapat diasumsikan bahwa
budaya memelihara merpati balap di Kota Tasikmalaya banyak diminati oleh
anggota masyarakat yang berusia produktif.
Pengalaman memelihara merpati balap
Pengalaman
1
2%
6
10%
52
88%
< 1 Tahun
1-3 tahun
> 3 Tahun
Gambar 4. Gambaran persentase lamanya pengalaman memelihara merpati
balap yang dimilki oleh pemelihara.
Deteksi Virus Avian Influenza (AI) pada Burung Merpati Balap di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat | 8
Dari segi pengalaman memelihara merpati, sebanyak 88 % responden
memiliki pengalaman diatas 3 tahun dan 10% memiliki pengalaman antara 1 sampai
3 tahun dan hanya 2% responden yang memiliki pengalaman kurang dari 1 tahun
Pemeliharaan Merpati Balap
Lahan dan Perkandangan
Lahan Pemeliharaan
41
69%
18
31%
Halaman Rumah
Lahan Khusus
Gambar 5. Lahan yang digunakan untuk pemeliharaan Merpati Balap
Untuk memelihara merpati balap, para pemelihara menggunakan halaman
rumah atau lahan kosong yang berdekatan dengan rumah atau menggunakan lahan
khusus yang terpisah dari rumah tinggal yang dipersiapkan untuk memelihara
merpati balap. Sebanyak 69% responden memelihara merpati balapnya di dalam
halaman rumah atau pekarangan rumah, dan 31% responden memliki lahan khusus
yang terpisah dari rumah tinggal untuk memelihara merpati balap.
Kandang
1
2%
49
83%
6
10%
2
3%
1
2%
1. Kandang dan Umbaran Bersama
2. Kandang Pasangan dan Umbarn
Bersama
3. Kandang dan Umbaran Khusus
Pasangan
Kombinasi 1 dan 2
Kombinasi 1, 2 dan 3
Gambar 6. Sistem perkandangan yang dipakai untuk memelihara merpati
balap
Deteksi Virus Avian Influenza (AI) pada Burung Merpati Balap di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat | 9
Sedangkan untuk sistem perkandangannya, sebanyak 83% pemelihara
membuat sistem perkandangan dimana tiap pasang merpati mempunyai kandang
tersendiri, tetapi merpati tersebut mempunyai tempat umbaran yang dipakai
bersama-sama yang memungkinkan adanya interaksi dengan pasangan merpati
lainnya. Sepuluh persen responden membuat sistem kandang dimana tiap pasang
merpati mendapatkan satu kandang sendiri, dan juga mempunyai tempat umbaran
sendiri yang terpisah dari pasangan merpati yang lain. Sedangkan 2% responden
memiliki satu sistem kandang dimana semua merpatinya dikandangkan dalam satu
kandang secara bersama-sama dan tempat umbaran yang sama juga, yang
memungkinkan tinggnya interaksi antar individu merpati.
Selain itu, sebanyak 19% pemelihara memelihara unggas jenis lain yang
dipelihara secara bercampur dengan pemeliharaan merpati balap, hal ini juga
memungkinkan terjadinya interaksi antar spesies yang memungkinkan terjadinya
pertukaran banyak pathogen, dalam hal ini virus avian influenza. Sebanyak 15%
memelihara unggas jenis lain, tetapi tidak mencampurnya dengan pemeliharaan
merpati balap. Dan sisanya, sebanyak 66% responden tidak memelihara unggas
lain.
Unggas Lain
20
34%
39
66%
9
15%
11
19%
Tidak Memelihara
Memelihara
Campur
Pisah
Gambar 7. Jumlah responden yang memelihara unggas lain selain merpati
balap
Deteksi Virus Avian Influenza (AI) pada Burung Merpati Balap di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat | 10
Jumlah Merpati Balap
Jumlah Merpati Balap
12
20%
40
68%
7
12%
Sampai dengan 10 ekor
11 - 50 ekor
Diatas 50 ekor
Gambar 8. Jumlah merpati balap yang dipelihara
Untuk jumlah merpati balap yang dipelihara, 20% responden memelihara
merpati balap dengan skala kecil yaitu sepuluh ekor atau kurang, 68% responden
memelihara merpati balap dengan jumlah 11 sampai dengan 50 ekor (skala sedang),
dan 12% responden memelihara merpati balap diatas 50 ekor (skala besar).
Sedangkan tujuan pemeliharaan adalah untuk dilatih dan dilombakan saja
tanpa adanya pembibitan atau adanya usaha mendapatkan keturunan dari merpati
tersebut (49%), yang kedua adalah untuk dilatih dan dilombakan serta adanya
usaha untuk mendapatkan keturunan dari merpati balap tersebut, responden yang
melakukan kegiatan ini adalah sebanyak 49%, dan yang terakhir adalah pemelihara
yang hanya melakukan pembibitan saja dari merpati balap, tanpa mengikuti latihan
atau lomba (1%).
Tujuan Pemeliharaan
29
49%
29
49%
1
2%
Dilombakan Saja
Dilombakan dan Pembibitan
Pembibitan Saja
Gambar 9. Tujuan Pemeliharaan Merpati Balap
Deteksi Virus Avian Influenza (AI) pada Burung Merpati Balap di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat | 11
Asal Bibit Merpati Balap
Asal Bibit
15 15
35
24
59 59 59 59
Luar Daerah Kecamatan Lain Lingkungan Sekitar Pembibitan Sendiri
Gambar 10. Asal Bibit Merpati Balap
Untuk bibit merpati balap, para pemelihara mempunyai beberapa alternatif
cara untuk mendapatkan bibit merpati balap yang akan dipelihara, yaitu dari luar
daerah Kota Tasikmalaya, dari kecamatan lain di Kota Tasikmalaya, dari
pemelihara di lingkungan sekitar (dalam kecamatan yang sama), atau melakukan
pembibitan sendiri.
Untuk pilihan yang pertama, yaitu mendapatkan bibit dari luar Kota
Tasikmalaya, sebanyak 25% responden melakukan hal tersebut. Jumlah
responden yang sama juga menjawab untuk pilihan alternatif kedua, yaitu
mendapatkan bibit dari kecamatan lain di wilayah Kota Tasikmalaya. Sedangkan
60% responden mendapatkan bibit merpati balapnya dari pemelihara lain di
lingkungan sekitarnya, selain itu juga, 40% responden mendapatkan bibit merpati
balapnya dari pembibitan yang dilakukan sendiri.
Deteksi Virus Avian Influenza (AI) pada Burung Merpati Balap di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat | 12
Latihan/Lomba Merpati Balap
Frekuensi Lomba
6
10%
47
80%
6
10%
Setiap Minggu
Setiap Dua Minggu
Setiap Bulan
Gambar 11. Asal Bibit Merpati Balap
Dalam latihan atau lomba merpati balap, burung biasanya dituntut untuk
terbang lebih cepat daripada burung lain yang juga mengikuti lomba atau latihan
tersebut, dengan berkumpulnya merpati balap dari berbagai tempat dan latar
belakang cara pemeliharaan, diduga kegiatan ini juga memungkinkan terjadinya
penularan penyakit Flu Burung antar Merpati balap. Intensitas burung mengikuti
lomba dapat menjadi faktor tingginya resiko burung tersebut terinfeksi pada saat
mengikuti lomba.
Sebanyak 10% responden mengikuti lomba atau latihan sebanyak sekali
setiap minggu, 80% responden mengikuti lomba setiap dua minggu sekali dan 10%
responden mengikuti lomba sebanyak sekali setiap bulannya.
Sebanyak 68% pemelihara tidak memisahkan burung merpati yang baru
pulang dari lomba atau latihan, sebanyak 22% hanya memisahkan dengan sekat di
dalam kandang yang sama, dan 7% memisahkannya di kandang terpisah, dengan
lokasi yang berdekatan, sedangkan sisanya sebanyak 2% memisahkannya di lokasi
yang berlainan dengan area pemeliharaan.
Hal ini juga menyangkut terhadap biosekuriti yang dilakukan pada
pemeliharaan merpati balap, dimana merpati balap yang baru datang seharusnya
dipisahkan dulu dari merpati yang sudah ada di dalam area pemeliharaan.
Kebanyakan pemelihara tidak melakukan hal tersebut, sehingga dapat
meningkatkan faktor resiko terinfeksi Flu burung dari burung yang sering mengikuti
lomba.
Deteksi Virus Avian Influenza (AI) pada Burung Merpati Balap di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat | 13
Pemisahan Burng Pulang Lomba
40
68%
13
22%
4
7%
2
3%
Tidak
Hanya disekat
Kandang terpisah,
berdekatan
Kandang terpisah dan lokasi
terpisah
Gambar 12.. Pemisahan bururng sepulang dari lomba atau latihan
Kebersihan
Faktor kebersihan kandang dan alat kandang juga memainkan peran dalam
timbulnya suatu penyakit, semakin jarang dibersihkan, semakin tinggi resiko
timbulnya suatu penyakit.
Frekuensi Pembersihan Kandang
2
3%
6
10%
28
48%
23
39%
Tidak
< Sekali Seminggu
Sekali Seminggu
> Sekali Seminggu
Gambar 13. Frekuensi pembersihan kandang
Deteksi Virus Avian Influenza (AI) pada Burung Merpati Balap di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat | 14
Dari pemelihara yang ada di sebanyak 10% membersihkan kandang
merpatinya kurang dari sekali seminggu, 48% membersihkan kandang merpatinya
sekali seminggu, 39% responden membersihkan kandangnya lebih dari sekali
setiap minggunya. Ada juga pemelihara yang tidak pernah membersihkan kandang
merpatinya, hal ini dilakukan oleh 3% responden yang ada.
Dan juga dari responden yang melakukan pembersihan kandangnya secara
rutin, sebanyak 23% melakukannya hanya dengan cara kering saja, yaitu dengan
menyapu kandang atau mengangkat kotoran yang ada. Sebanyak 32%
melakukannya dengan cara kering lalu juga dibersihkan dengan menyemprot air
saja. Jumlah terbanyak adalah pemelihara yang memebersihkan kandangnya
dengan cara kering dan lalu di tambah dengan mebersihkannya dengan
menggunakan air sabun atau desinfektan, kelompok ini diwakili oleh 45%
responden.
Cara Membersihkan Kandang
18
32%
13
23%
26
45%
Kering/Saja
Kering Lalu disiram air
saja
Kering lalu disram
dengan
air+desinfektan/sabun
Gambar 14. Cara membersihkan kandang
Deteksi Virus Avian Influenza (AI) pada Burung Merpati Balap di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat | 15
Vaksinasi
Vaksinasi
52
88%
7
12%
4
7%
3
5%
Tidak Pernah
Pernah
Vaksinasi Sendiri
Petugas Dinas
Gambar 15. Gambaran pemelihara yang melakukan vaksinasi pada merpati
balap
Vaksinasi terhadap penyakit flu burung pada unggas dimaksudkan untuk
memberikan kekebalan pada unggas tersebut terhadap penyakit flu burung, dengan
demikian akan meminimalkan dampak buruk serangan penyakit tersebut. Pada
pemeliharaan merpati balap di Kota Tasikmalaya, sebagian besar (88%) dari
pemelihara tidak pernah melakukan vaksinasi terhadap penyakit flu burung pada
merpati balap peliharaannya.
Sebanyak 5% melakukan vaksinasi sendiri pada merpati balapnya dan
sebanyak 7% vaksinasi dilakukan oleh petugas dinas.
Pensucihamaan Pekerja
Sucihama Pekerja
48
82%
4
7%5
8%2
3%
Tidak
1. Cuci Tangan dengan Air
Saja
2. Cuci Tangan Dengan
Sabun
3. No2 ditambah dnegan alas
kaki khusus kandang
Gambar 16. Gambaran pemelihara yang melakukan vaksinasi pada merpati
balap
Deteksi Virus Avian Influenza (AI) pada Burung Merpati Balap di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat | 16
Proses pensucihamaan orang yang masuk maupun keluar dari area
pemeliharaan merpati balap juga memegang perana penting dalam proses
penularan penyakit antar pemeliharaan merpati balap. Sebanyak 82 responden
tidak melakukan hal tersebut pada area pemeliharaan merpati balapnya, sedangkan
7% hanya melakukannya dengan menggunakan air saja. Sedangkan 5%
melakukan proses ini dengan menggunakn air dan sabun, dan 3% melakukan
proses tersebut, dengan ditambah penggunaan alas kaki khusus (sandal) yang
hanya digunakan di dalam kandang.
Tingkat Pengetahuan Pemelihara Merpati Mengenai Flu Burung
Tingkat Pengetahuan Pemelihara Mengenai Flu Burung
4
7%
33
56%
22
37%
Kurang
Sedang
Baik
Gambar 17. Gambaran pemelihara yang melakukan vaksinasi pada merpati
balap
Dari data yang diambil dari pemelihara merpati balap di Kota Tasikmalaya,
tingkat pengetahuan yang dimiliki mengenai Flu Burung adalah: Sebanyak 7% dari
responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang mengenai Flu burung, 56%
mempunyai tingkat pengetahuan sedang mengenai Penyakit Flu Burung, dan
sebanyak 37% responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai flu
burung.
Deteksi Virus Avian Influenza (AI) pada Burung Merpati Balap di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat | 17
KESIMPULAN
1. Hasil pemeriksaan sampel usap orofarings dan kloaka dari merpati balap
menunjukkkan hasil negatif.
2. Pemeliharaan merpati balap di Kota Tasikmalaya kebanyakan dilakukan oleh
masyarakat Tasikmaya dengan kisaran umur produktif antara 21 sampai 50
tahun, yang terbanyak adalah kisaran umur 31 sampai 40 tahun, dengan latar
belakang tingkat pendidikan merata, yaitu: SD, SMP dan SMA.
3. Sedangkan karakteristik pemeliharaan merpati balap, lahan yang digunakan
kebanyakan masih menggunakan halaman rumah, dengan sistem
perkandangan yang dibuat khusus untuk tiap pasangan merpati dengan
umbaran yang digunakan bersama-sama. Merpati balap dipelihara khusus tidak
bercampur dengan ternak unggas lain, dengan jumlah merpati antara 11 – 50
ekor, didapat dari pemelihara lain di lingkungan sekitar dan ditujukan untuk
dilombakan atau dilatih yang dilakukan setiap dua minggu sekali.
4. Faktor kebersihan kandang sangat diperhatikan, dan dibersihkan lebih dari satu
kali setiap minggu dengan menggunakan desinfektan atau sabun. Vaksinasi
tidak dilakukan, pemisahan burung baru maupun burung yang pulag dari lomba
juga tidak dilakukan. Pensucihamaan terhadap orang yang keluar masuk area
pemeliharaan juga tidak dilakukan. Dengan demikian, maka tingkat biosekuriti
yang dilakukan masih sangat rendah.
5. Tingkat Pengetahuan yang dimiliki oleh pemelihara merpati balap termasuk
dalam kategori cukup.
Deteksi Virus Avian Influenza (AI) pada Burung Merpati Balap di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat | 18
DAFTAR PUSTAKA
Indriani, R., N.L.P.I. Dharmayanti, L. Parede dan R.M.A. Adjid. 2006. Kajian
Vaksinasi Avian Influenza Subtipe H5N1 Pada Burung Puter
(Stretopelia bitorquata) dan Merpati (Columba livia). Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006.
http://peternakan.litbang.deptan.go.id/publikasi/semnas/pro06-
122.pdf [13 May 2009]
Klopfleisch, R. , O. Werner, E. Mundt, T. Harder and J. P. Teifke. 2006.
Neurotropism of Highly Pathogenic Avian Influenza Virus
A/Chicken/Indonesia/2003 (H5N1) in Experimentally Infected Pigeons
(Columbia livia f. domestica). Vet Pathol 43:463-470 (2006).
http://www.vetpathology.org/cgi/content/full/43/4/463 [13 May 2009]
Perkins LE, Swayne DE. 2002. Pathogenicity of a Hong Kong-origin H5N1
highly pathogenic avian influenza virus for emus, geese, ducks, and
pigeons. Avian Dis. 2002 Jan-Mar;46(1):53-63.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11924603
Werner, O., E. Starick, J. Teifke, R. Klopfleisch, T. Y. Prajitno, M. Beer, B. Hoffmann
and T. C. Harder. 2007. Minute excretion of highly pathogenic avian
influenza virus A/chicken/Indonesia/2003 (H5N1) from experimentally
infected domestic pigeons (Columbia livia) and lack of transmission to
sentinel chickens. J Gen Virol 88 (2007), 3089-3093;
DOI 10.1099/vir.0.83105-0.
http://vir.sgmjournals.org/cgi/content/full/88/11/3089 [13 May 2009]
WHO. 2009. http://www.who.int/ situs institusi [12 May 2009]
Recommended