View
329
Download
6
Category
Preview:
DESCRIPTION
pbl
Citation preview
LI 1.1 memahami dan menjelaskan system limfaticusLO 1.1 makroskopis
Sistem limfatikus adalah sistem sirkulasi sekunder pada tubuh yang berfungsi mengalirkan cairan limfa atau disebut juga sebagai getah bening yang ada di dalam tubuh. Cairan limfe berasal dari plasma darah yang keluar dari pembuluh darah kapiler arteriole sistem kardivaskular ke dalam jaringan sekitarnya.Jaringan limfoid terdiri dari 4 buah, yaitu dan ini termasuk dari organ limfois sekundr atau perifer:
1. Limfonodus
Terletak disekitar pembuluh darah yang berfungsi untuk memproduksi limfosit dan anti bodi untuk mencegah penyebaran infeksi lanjutan, menyaring aliran limfatik sekurang-kurangnya oleh satu nodus sebelum dikembalikan kedalam aliran darah melalui duktus torasikus, sehingga dapat mencegah penyebaran infeksi lebih luas. Terdapat permukaan cembung dan bagian hillus (cekung) yang merupakan tempat masuknya pembuluh darah dan saluran limfe eferen yang membawa aliran limfe keluar dari limfonodus. Saluran afferen memasuki limfonodus pada daerah sepanjang permukaan cembung.
a. Bentuk LimfonodusOval seperti kacang tanah atau kacang merah dengan pinggiran cekung (hillus)
b. Ukuran LimfonodusSebesar kepala peniti atau buah kenari, dapat diraba pada daerah leher, axilla, dan inguinal dalam keadaan infeksi.
Daerah tubuh yang terdapat limfonodus1. Dilihat dari letaknya pada tubuh
a. Limfonodus superfisial b. Limfonodus servikal (leher)c. Limfonodus axilla (ketiak)d. Limfonodus inguinal (lipat paha)
2. Limfonodus profundusa. Limfonodus iliaka (berkenaan dengan ilium)b. Limfonodus lumbal (sepanjang vertebra lumbalis)c. Limfonodus torasikus (pada pangkal paru)d. Limfonodus mesenterikus (melekat pada mesenterium usus haluse. Limfonodus portal (pada fissura portal hepar/ celah porta hati)
3. Menurut Snell’s letak limfonodus terbagi atas a. Kepala dan leher bagian lateral dan belakang yaitu di sepanjang
m.sternocleidomastoideus, lingual, pharynx, cavum nasi, palatum, muka, mandibular/dasar mulut.
b. Extremitas superior yaitu manus, antebrachii, brachii, dan region axillaris.c. Kelenjar mammae yaitu dibawah musculo pectoralis meliputi kulit dan otot.d. Thorax yaitu meliputi dinding thorax, jantung, pericardium dan paru, pleura,
esophagus menuju aliran limfe thorax dan kelenjar mamae masuk ke dalam node limfaticus abterior dan posterior.
e. Abdomen dan pelvis yaitu meliputi daerah peritoneum dan disekitar aorta, vena cava inferior serta pembuluh darah intestinum. Aliram limfe superficialis bagian depan dan lateral dan belakang diatas pusat masuk menuju nn II axillaris anterior dan posterior dan dibawah pusat ke nn llmfatisi inguinalis superficialis.
f. Extremitas inferior yaitu disepanjang a,v tibialis, region popliteal, region inguinale. Aliran limfe masuk limfonodus inguinale.
2. Lien
Merupakan organ limfoid yang terbesar, lunak, rapuh, vaskular berwarna kemerahan karena banyak mengandung darah dan berbentuk oval. Pembesaran limpa disebut dengan splenomegali. Pembesaran ini terdapat pada keaadan leukimia, cirrosis hepatis, dan anemia berat.
a. Letak TimusRegio hipochondrium sinistra intra peritoneal. Pada proyeksi costae 9, 10, dan 11. Setinggi vertebrae thoracalis 11-12. Batas anterior yaitu gaster, ren sinistra, dan flexura colli sinistra. Batas posterior yaitu diafragma, dan costae 9-12.
b. Ukuran Timus Sebesar kepalan tangan masing-masing individu.
c. Fiksasi 1. Fiksasi lien ke renal melalui ligamentum renolienalis.2. Fiksasi lien ke gaster melalui ligamentum gastrolienalis.3. Fiksasi lien ke colon melalui ligamentum colic
d. Aliran darah Aliran darah akan masuk kedaerah hillus lienalis yaitu arteri lienalis dan keluar melalui vena lienalis ke vena porta menuju hati.
Lien dibungkus oleh jaringan perlekatan peritoneum pada permukaan yang disebut kapsula lienalis dan lien memiliki serat otot polos yang membantu pengaturan volume darah didalam lien, juga serat kolagen dan elastis.
3. Thymus
Timus tumbuh terus hingga pubertas. Setelah mulai pubertas, timus akan mengalami involusi dan mengecil seiring umur kadang sampai tidak ditemukan. akan tetapi masih berfungsi untuk menghasilkan limfosit T yang baru dan darah. Mempunyai 2 buah lobus, mempunyai bagian cortex dan medulla, berbentuk segitiga, gepeng dan kemerahan. Thymus mempunyai 2 batasan, yaitu :
a. Batasan anterior : manubrium sterni dan rawan costae IVb. Batasan atas : Regio colli inferior (trachea)
a. Letak TimusTerdapat pada mediastinum superior, dorsal terhadap sternum. Dasar timus
bersandar pada perikardium, ventral dari arteri pulmonalis, aorta, dan trakea.
Batas anterior yaitu manubrium sterni, dan rawan costae IV. Batas Atas yaitu regio colli inferior (trachea).
b. Perdarahan TimusBerasal dari arteri thymica cabang dari arteri thyroidea inferior dan
mammaria interna. Kembali melalui vena thyroidea inferior dan vena mammaria interna.
4. Tonsil
Tonsil terletak dalam satu lekukkan yang dikenal sengan Fossa Tonsilaris yamh dibatasi 2 otot yang melengkung berbentuk arcus Palatoglosus dan arcus Palatopharyngeus. Dasar fossa tonsilaris dinamakan dengan istilah Tonsila bed dan tonsil termaksud salah satu dari organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila yaitu Tonsila Palatina, Tonsila Lingualis, Tonsila Pharyngealis. Ketiga tonsil tersebut membentuk cincin pada saluran limf yang dikenal dengan “Ring of Waldeyer” hal ini yang menyebabkan jika salah satu dari ketiga tonsila ini terinfeksi dua tonsila yang lain juga ikut meradang. Organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila, yaitu :
a. Tonsila palatine1. Terletak pada dinding lateralis, orofaring dekstra dan sinistra2. Terletak dalam satu lekukan yang dikenal dengan fossa tonsilaris,
dasar dari lekukan itu adal tonsil bed3. Tonsil membuka ke cavum oris terdiri dari 12-15 crypta tonsilaris4. Ditutupi oleh selapis jaringan ikat fibrosa yang berbentuk capsula5. Persyarafan tonsil oleh N IX (Glossopharyngues) dan N palatinus
(N V2)6. Pendarahan berasal dari arteria tonsilaris cabang a.maxillaris
externa (facialis) dan arteria tonsilaris vabang a.pharyngica ascendens lingualis
b. Tonsila inguialis
1. Terletak dibelakang lidah, 1/3 bagian posterior, tidak mempunya papilla sehingga terlihat permukaan berbenjol-benjol (folikel).
2. Pendarahan tonsil berasal dari arteria dorsalis lingue (cabang arteria lingualis), arteria carotis eksterna
c. Tonsila pharyngealis1. Terdapat di daerah nasofaring dibelakang pintu hidung belakang2. Bila membesar disebut adenoid, dapat menyebabkan sesak nafas
karena dapat menyumbat pintu nares posterior (choanae), terletak di daerah nasopharynx, tepatnya diatas torus tobarius dan OPTA
Perdarahan tonsil yaitu aliran darah berasal dari arteri tonsillaris yang merupakan cabang dari arteri maxillaris externa (fascialis) dan arteri pharyngica ascendens lingualis.
LO 1.2 mikroskopisa. Limfonodus/nodus limfatikus/kelenjar limfe
Organ bersimpai berbentuk bulat / mirip ginjal, terdiri dari jaringan limfoid.
Tersebar diseluruh tubuh disepanjang jalannya pembuluh limfe Nodus ditemukan di ketiak dan di lipat paha, sepanjang pembuluh-
pembuluh besar di leher dan dalam jumlah besar di toraks dan abdomen terutama dalam mesenterium
Limfonodus memiliki sisi konveks (cembung) dan konkaf (cekung) yg disebut hilus tempat arteri dan saraf masuk dan vena keluar dr organ
Korteks luar Dibentuk oleh jar.limfoid yang terdiri dari satu jar. sel retikular
dan serat retikular yang dipenuhi oleh limfosit B Di dalam jar.limfoid korteks terdapat struktur berbentuk sferis
yang disebut nodulus limfatikus Terdapat sinus subkapsularis, yang dibentuk oleh suatu jar.ikat
longgar dari makrofag, sel retikular dan serat retikular Korteks dalam
Merupakan kelanjutan korteks luar, mengandung beberapa nodulus
Mengandung banyak limfosit T Medulla
Terdiri dari korda medularis yg merupakan perluasan korteks dalam
Banyak mengandung Limfosit B dan beberapa sel plasma Korda medularis dipisahkan oleh struktur seperti kapiler yg
berdilatasi sinus limfoid medularis yang mengandung cairan limfe
Limfe mengalir ke nodus limfatikus untuk membersihkannya dari partikel asing sebelum kembali ke sirkulasi darah.
Sewaktu cairan limfe mengalir melalui sinus, 99% atau lebih antigen dan kotoran lainnya dipindahkan oleh aktivitas fagositosis makrofag.
Infeksi dan perangsangan antigenik menyebabkan limfonodus yang terinfeksi membesar dan membentuk pusat-pusat germinativum yang banyak dengan proliferasi sel yang aktif
b. Tonsil1) Tonsila palatine
Terletak pada dinding lateral faring bagian oral Permukaan tonsila palatina dilapisi oleh epitel berlapis gepeng
tanpa lapisan tanduk yang juga melapisi bagian mulut lainnya Setiap tonsila memiliki 10-20 invaginasi epitel (epitel berlapis
gepeng tanpa lapisan tanduk) yang menyusup ke dalam parenkim membentuk kriptus yang mengandung sel-sel epitel yg terlepas, limfosit hidup dan mati, dan bakteri dalam lumennya
Yang memisahkan jar.limfoid dari organ-organ berdekatan adalah satu lapis jaringan ikat padat yamgg disebut simpai tonsila yg biasanya bekerja sebagai sawar terhadap penyebaran infeksi tonsila
Di bawah tonsila palatina terdapat jar.ikat padat yang membentuk kapsul. Dari kapsul terbentuk trabekula dengan pembuluh darah, dibawah kapsul terdapat serat otot rangka
2) Tonsila lingualis Lebih kecil dan lebih banyak Terletak pada pangkal lidah Ditutupi epitel berlapis gepeng Masing-masing mempunyai sebuah kriptus
3) Tonsila faringea Merupakan tonsila tunggal yang terletak dibagian supero-
posterior faring. Ditutupi epitel bertingkat silindris bersilia Terdiri dari lipatan-lipatan mukosa dengan jar. Limfoid difus
dan nodulus limfatikus Tidak memiliki kriptus Simpai lebih tipis dari T. palatina
c. Timus Timus memiliki suatu simpai jaringan ikat yg masuk ke dlm
parenkim dan membagi timus menjadi lobulus. Setiap lobulus memiliki satu zona perifer gelap disebut korteks dan
zona pusat yg terang disebut medula korteks dan medula berisi sel-sel limfosit.
Sel limfosit berasal dr sel mesenkim yg menyusup ke dlm suatu epitel primordium dr kantung faringeal ke 3 dan 4.
Korteks timus limfosit T yg sangat banyak,
Sel retikular epitel yg tersebar Bbrp makrofag
Medulla timus Mengandung sel retikular dan limfosit Sel2 ini menyebabkan medula tampak lebih pucat dibanding
bgn korteks Mengandung badan hassal (corpusculum tymicum) yang
merupakan sel retikular epitel gepeng yg tersusun konsentris , mengalami degenerasi dan mengandung granula keratohialin.
Timus mengalami involusi stlh pubertas Timus ditempati oleh sel-sel yg dihasilkan dr sumsum tulang. Sel-sel ini mulai menjalani diferensiasinya mjd sel T Timus menghasilkan beberapa faktor pertumbuhan protein yg
merangsang proliferasi dan diferensiasi limfosit T
d. Lien (limpa) Merupakan tempat destruksi bagi banyak sel darah merah. Merupakan tempat pembentukan limfosit yang masuk ke dalam
darah. Limpa bereaksi segera terhadap antigen yang terbawa darah dan
merupakan organ pembentuk antibodi penting Dibungkus oleh simpai jaingan ikat padat yang menjulurkan
trabekula yang membagi parenkim atau pulpa limpa menjadi kompartemen tidak sempurna
Pulpa limpa tidak mempunyai pembuluh limfe Limpa dibentuk oleh jalinan kerja jaringan retikular yang
mengandung sel limfoid, makrofag dan sel-sel antigen-presenting Tidak memperlihatkan adanya daerah korteks dan medula yang
jelas Kapsul pada limpa lebih tebal dibanding pada limfonodus Pulpa limpa
Pada permukaan irisan melalui limpa, tampak bintik-bintik putih dalam parenkim nodulus limfatikus (pulpa putih/pulpa alba)
Pulpa alba terdapat dalam jaringan merah tua yang penuh dengan darah pulpa merah/pulpa rubra.
Pulpa rubra terdiri atas bangunan memanjang yaitu korda limpa (korda billroth) yg terdapat diantara sinusoid
Pulpa putih Terdiri dari jar. limfoid yang menyelubungi A. sentralis dan
nodulus limfatikus Sel-sel limfoid yang mengelilingi A. sentralis terutama
Limfosit T dan membentuk selubung periarteri. Nodulus limfatikus terutama limfosit B Diantara pulpa putih dan pulpa merah terdapat zona
marginalis Pulpa merah: jar.retikular dengan ciri khas, yaitu adanya:
korda limpa yang terdiri dari sel dan serat retikular makrofag
limfosit sel plasma dan banyak unsur darah (eritrosit, trombosit,
granulosit) Banyak terdapat sinusoid
Zona marginalis Terdiri dari banyak sinus dan jar.ikat longgar. Terdapat sedikit limfosit dan banyak makrofag yg aktif Banyak mengandung antigen darah peran utama dalam
aktivitas imunologis limpa Fungsi limpa
Pembentukan limfosit dibentuk dalam pulpa putih pulpa rubra sinusoid
bercampur darah Destruksi eritrosit Dilakukan oleh makrofag dalam korda pulpa merah Pertahanan organisme Oleh karena kandungan limfosit B, limfosit T, sel antigen
presenting dan makrofag
LI 2 memahami dan menjelaskan antigenLO 2.1 definisi
Istilah antigen mengandung dua arti, pertama untuk mengambarkan molekul yang
memacu respon imun (juga disebut imunogen) dan kedua untuk menunjukkan
molekul yang dapat bereaksi dengan antibodi atau sel T yang sudah disensitasi
(Baratawidjaja, 2006). Antigen yaitu setiap substansi asing yang dapat menginduksi
timbulnya respon imun (Bloom, 2002).
Bloom, 2002, Buku Ajar Histologi, Edisi 12, diterjemahkan oleh Jan Tambayong,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
LO 3.2 fungsiLO 3.3 sifatAda dua sifat antigen, yaitu :
Imunogenisitas yang dapat merangsang pembentukan antibody khusus; dan kreativitas yang dapat bereaksi dengan antibody khusus. Tidak mudah hancur atau terurai oleh cairan-cairan tubuh (darah, limpah dsb).
Selalu berupa protein yang mempunyai berat molekul lebih dari 10.000 (sepulih ribu).
LO 2.2 klasifikasiCiri-ciri antigen :1. Keasingan
Molekul harus bersifat nonself.
2. Ukuran molecular
Imunogen yang paling poten adalah imunogen yang berukuran besar. Hapten dapat menjadi imunogenik jika berikatan dengan protein pembawa
3. Kompleksitas struktural dan kimiawiDiperlukan tingkat kompleks tertentu. Contoh homopolimer kurang bersifat imunogenik dibandingkan heteropolimer yang menganduk 2-3 AA yang berbeda.
4. Determinan antigen ( Epitop)Merupan unit terkecil dr suatu antigen kompleks yang mampu berikatan dengan antibodi.
5. Konstitusi penjamu.6. Dosis, rute dan waktu pemberian antigen
a. Pembagian antigen menurut epitop Unideterminan, univalent = hanya satu jenis determinan/epitop pada
satu molekul Unideterminan, multivalent = hanya satu jenis determinan tetapi dua
atau lebih determinan tersebut ditemukan pada satu molekul Multideterminan, univalent = banyak epitop yang bermacam-macam
tetapi hanya satu dari setiap macamnya (kebanyakan protein) Multideterminan, multivalent = banyak macam determinan dan
banyak dari setiap macam pada satu molekul (antigen dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks secara kimiawi)
b. Pembagian antigen menurut spesifiksitas Heteroantigen = dimiliki oleh banyak spesies Xenoantigen = dimiliki spesies tertentu Aloantigen (isoantigen) = spesifik untuk individu dalam satu spesies Antigen organ spesifik = dimiliki organ tertentu Autoantigen = dimiliki alat tubuh sendiri
c. Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T T dependent = memerlukan pengenalan oleh sel T terlebih dahulu
untuk dapat menimbulkan respons antibody. Kebanyakan antigen protein termasuk dalam golongan ini
T independent = dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk membentuk antibody. Kebanyakan antigen golongan ini berupa molekul besar poliremik yang dipecah di dalam tubuh secara perlahan-lahan, misalnya lipopolisakarida, ficcol, dekstran, levan dan flagelin polimerik bakteri
d. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi Hidrat arang (polisakarida) = pada umumnya imunogenik,
glikoprotein yang merupakan bagian permukaan sel banyak mikroorganisme dapat menimbulkan respon imun terutama
pembentukan antibody. Contoh lain adalah respon imun yang ditimbulkan golongan darah ABO, sifat antigen dan spesifitas imunnya berasal dari polisakarida pada permukaan sel darah merah
Lipid = biasanya tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat protein pembawa. Lipid dianggap hapten, contohnya adalah sfingolipid
Asam nukleat = tidak imunogenik, tetapi bisa menjadi imunogenik bila diikat protein molekul pembawa. DNA dalam bentuk heliksnya biasanya tidak imunogenik. Respons imun terhadap DNA terjadi pada penderita LES
Protein = biasanya imunogenik dan umumnya multideterminan dan univalent.
LI 3 memahami dan menjelaskan antibodiLO 3.1 definisi
Antibodi adalah protein yang dibentuk sebagai respon terhadap suatu antigen dan secara spesifik mengadakan reaksi dengan antigen tersebut. Antibodi tidak dapat menghancurkan antigen. Antibodi tidak bisa secara langsung menghancurkan antigen. Fungsi utama antibodi adalah menonaktifkan dan menandai antigen untuk pengancuran lebih lanjut. Umumnya, jika antibodi bertemu dengan antigen akan terbentuk kompleks antigen-antibodi.
LO 4.2 fungsi dan struktur molekul Hb
Antibodi disebut juga imunoglobin. Ada lima imunoglobin (Ig) utama, yaitu IgG, IgA, IgM,IgD, dan Ig E.a. Imunogloblin G (igG) Merupakan antibodi yang paling berlimpah dalam sirkulasi. Antibodi ini dengan mudah melewati dinding pembuluh darah dan memasuki cairan jaringan. IgG juga menembus plasenta dan memberikan kekebalan pasif bagi ibu ke janin. Ig G melindungi tubuh dari bakteri, virus, dan toksin yang beredar dalam darah dan limfa, dan memicu kerja sistem komplemen. ). b. Imunogloblin A (IgA) IgA dihasilkan paling banyak dalam bentuk dua monomer Y (suatu dimer) oleh sel-sel yang terdapat berlimpah pada membran mukosa. Fungsi utama IgA adalah untuk mencegah pertautan virus dan bakterike permukaan epitelium. Ig A ditemukan dalam sebagian besar sekresi tubuh, seperti ludah, keringat dan air mata. Campbell, Neil A. et al. (2004). c. Imunogloblin M (Ig M) Immunoglobin M ialah antibodi yang disintesis pertama kali dalam stimulus antigen. Konsentasinya dalam darah menurun secara cepat. Hal ini diagnostik bermanfaat karena kehadiran IgM umumnya mengindikasikan adanya infeksi baru oleh patogen yang menyebabkan pembentukannya. Sintesis imunoglobin M dilakukan oleh fetus waktu intrauterin. Oleh karena tidak dapat melaan plasenta, maka IgM pada bayi yang baru lahir menunjukkan tanda-tanda infeksi intrauterin.
d. Imunogloblin D (IgD) Antibodi IgD tidak mengaktifkan sistem komplemen dan tidak menembus plasenta. IgD terutama ditemukan pada permukaan sel B, yang kemungkinan berfungsi sebagai suatu reseptor antigen yang diperlukan untuk memulai diferensiasi sel-sel B menjadi sel plasma dan sel B memori.e. Imunogloblin E (IgE) Antibodi IgE berukuran sedikit besar dibandingakan dengan molekul IgG dan hanya mewakili sebagian kecil dari total antibodi dalam darah. Ig E disekresikan oleh sel plasma di kulit, mukosa, serta tonsil. Jika bagian ujung IgE terpicu oleh antigen, akan menyebabkan sel melepaskan histamin yang menyebabkan peradangan dan reaksi alergi.Campbell, Neil A. et al. (2004)
LO 4.3 klasifikasi
LO 4.4 mekanisme pembentukan antibodiAntibodi merupakan senjata yang tersusun dari protein dan dibentuk untuk melawan
sel-sel asing yang masuk ke tubuh manusia. Senjata ini diproduksi oleh sel-sel B,
sekelompok prajurit pejuang dalam sistem kekebalan.
Antibodi akan menghancurkan bakteri atau virus tertentu yang menyerang sistem
pertahanan tubuh manusia. Antibodi mempunyai dua fungsi, pertama untuk
mengikatkan diri kepada sel-sel musuh, yaitu antigen. Fungsi kedua adalah
membusukkan struktur biologi antigen tersebut lalu menghancurkannya.Berada dalam
aliran darah dan cairan non-seluler, antibodi mengikatkan diri kepada bakteri dan
virus penyebab penyakit. Mereka menandai molekul-molekul asing tempat mereka
mengikatkan diri. Dengan demikian sel prajurit tubuh dapat membedakan sekaligus
melumpuhkannya.Antibodi bersesuaian dengan antigen secara sempurna, seperti anak
kunci dengan lubangnya yang dipasang dalam struktur tiga dimensi.Tubuh manusia
mampu memproduksi masing-masing antibodi yang cocok untuk hampir setiap musuh
yang dihadapinya. Antibodi bukan berjenis tunggal. Sesuai dengan struktur setiap
musuh, maka tubuh menciptakan antibodi khusus yang cukup kuat untuk menghadapi
musuh. Hal ini karena antibodi yang dihasilkan untuk suatu penyakit belum tentu
berhasil bagi penyakit lainnya.
Membuat antibodi spesifik untuk masing-masing musuh merupakan proses yang luar
biasa dan proses ini dapat terwujud hanya jika sel-sel B mengenal struktur musuhnya
dengan baik. Dan, di alam ini terdapat jutaan musuh (antigen).Satu sel B yang
sedemikian kecil, menyimpan jutaan bit informasi dalam memorinya, dan dengan
sadar menggunakannya dalam kombinasi yang tepat. Tersimpannya jutaan formula
dalam suatu sel yang sangat kecil merupakan keajaiban yang diberikan kepada
manusia. Yang tak kurang menakjubkan adalah bahwa kenyataannya sel-sel
menggunakan informasi ini untuk melindungi kesehatan manusia.Satu sel B
menggandakan antibodi spesifiknya dan mencantolkannya ke permukaan luar
membran selnya. Antibodi memanjang keluar seperti jarum, aerial yang sudah
menyesuaikan diri menunggu berkontak dengan sekeping protein tertentu yang bisa
mereka kenali. Antibodi tersebut terdiri dari dua rantai ringan dan dua rantai berat
asam amino yang bersambungan dalam bentuk Y. Setelah digandakan sampai jutaan,
sebagian besar sel B berhenti membelah dan menjadi sel plasma, jenis sel yang bagian
dalamnya berisi alat untuk membuat satu produk antibodi. Sebagian sel B lain
membelah terus tak berhingga, dan menjadi sel memori. Antibodi bebas yang dibuat
oleh sel plasma berkeliling di darah dan cairan limpa. Ketika antibodi mengikatkan
diri pada antigen sasarannya, bentuknya berubah. Perubahan bentuk inilah yang
membuat antibodi "menempel" di bagian luar makrofag.
http://biologipedia.blogspot.com/2011/03/antigen-dan-antibodi.html
mekanisme kerja
Antibodi diproduksi melalui proses yang disebut seleksi klonal (clonal
selection). Setiap individu mempunyai jumlah besar limfosit B (sekitar 107).
Setiap sel B mempunyai reseptor permukaan (IgM dan IgD) yang dapat
bereaksi terhadap satu antigen (atau kelompok antigen yang serupa).
Suatu antigen akan bereaksi dengan limfosit B yang mempunyai reseptor
permukaan yang paling sesuai. Setelah berikatan dengan antigen, sel B akan
terstimulasi untuk berpoliferasi dan membentuk klon sel. Sel-sel B yang
terpilih ini akan segera berubah menjadi sel plasma dan mensekresi antibodi
yang spesifik terhadap antigen. Sel plasma mensintesis immunoglobin dengan
spesifitas antigenik yang sama dengan yang dibawa oleh sel B yang di seleksi.
Spesifisitas antigenik tidak akan berubah meskipun terjadi perubahan kelas
rantai berat antibodi.
LI 4 memahami dan menjelaskan mekanisme imunitasLO 4.1 definisiLO 4.2 fungsi
1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh.
2. Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak untuk perbaikan jaringan.
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.Sasaran utama: bakteri patogen & virus.
LO 4.3 klasifikasi system imunA. SIstem imun non spesifik
Disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir.
1. Pertahanan Fisik/Mekanik
kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin : garis pertama terdepan terhadap infeksi.
2. Pertahanan Biokimia
a. As.lemak pada kel.sebaseus di kulit : mempunyai efek denaturasi terhadap protein membran
b. Lisozim dalam keringat, ludah, air mata, dan air susu ibu : hancurkan lapisan peptidoglikan dinding bakteri positif gram
c. ASI-->laktooksidase dan as.neuraminik : antibakterial terhadap e.coli dan stapilococus
d. Saliva-->laktooksidase : merusak dinding dan menimbulkan kebocoran sitoplasma , dan berfungsi sebagai opsonin dalam lisis sel mikroba
e. HCL , enzim proteolitik, antibodi, empedu dalam usus halus, menciptakan lingkungan yang dapat mencegah infeksi banyak mikroba
f. Mukus yang kental melindingi sel epitel mukosa dapat menangkap bakteri dan bahan lainnya --> dikeluarkan oleh silia
3. Pertahanan Humoral
Molekul larut yang diproduksi ditempat infeksi atau cedera dan berfungsi lokal
a. Komplemen
Berbagai bahan dalam sirkulasi seperti lektin, interferon, CRP.
Berperan sebagai opsonin yang meningkatkan fagositosis, sebagai faktor kemotaktik dan juga menimbulkan lisis bakteri dan parasit
b. Protein Fase Akut
APP : kadar beberapa protein dan serum
APRP : bila protein naik atau turun selama fase akut
Berperan sebagai antimirobial dalam serum yang meningkat dengan cepat setelah sistem imun nonspesifik diaktifkan.
Contoh ; CRP , Lektin
c. Protein fase akut lain
mengurangi cedera jaringan dan meningkatkan resolusi, dan perbaikan cedera inflamasi. Contoh; haptoglobin, amiloid serum A.
d. Mediator asal fosfolipid
Untuk produksi PG dan LTR --> meningkatkan permeabilitas vaskular dan vasodilatasi.
e. Sitokin IL-1 , IL-6 , IL-a
Sebagai proinflamasi : merangsang hati untuk mengeluarkan protein fase akut.
4. Pertahanan Seluler
a. Fagosit mononuklear
Terdiri atas monosit dalam sirkuasi dan makrofag dalam jaringan. Pada dasarnya, monosit dan makrofag sama-sama mempunyai fungsi yg sama, yaituuntuk fagositosis mikroba patogen, melepas mediator inflamasi dan sitokin, sertamempresentasikan antigen dari patogen yg dicerna kepada sel limfosit T. Penghancurankuman(fagosit) dilakukan dengan membentuk fagolisoson, yaitu fusi antar fagosom ygdidalamnya terdapat patogen dan lisosom, yg akan mendestruksi patogen, baik dengan mengunakan enzim pencernaan dari lisosom maupun menggunakan spesies oksigen reaktif.Hal ini juga mengawali pengelepasan mediator inflamasi maupun sitokin yg akanmenginduksi baik sel-sel imun spesifik maupun nonspesifik lainnya.
b. Fagosit Polimorfonuklear atau Granulocyte
Merupakan 60-70% dari seluruh jumlah darah putih normal dan dapat keluar dari pembuluh darah(kemotaksis/responinflamasi). Granulosit dibagi menurut pewarnaan histologiknya menjadi neutrofil, eosinofildan basofil.Sel-sel ini mempunyai granul-granul yg mengandung enzim pencernaan.
c. Neutrofil
Merupakan sel pertama yg dikerahkan ketempat bakteri masuk. Fungsi utamaneutrofil adalah fagositosis, baik dengan jalur oksigen dependen dan independen. Neutrofil jgdapat mengenal patogen scr langsung.
d. Eosinofil
Merupakan 2-5% dari sel darah putih orangsehat. Eosinofil jg berfungsi sebagai fagosit, dengan cara melepaskan isi granul nya yg bersifat toksik ke sel sasaran. Sel ini berperan penting pada infeksi parasit.
e. Basofil
Berjumlah sangat sedikit,sekitar <0,5% dari seluruh sel darah putih. Basofil dapat berfungsi sebagai fagosit dengan memiliki enzim pencernaan(protease) tapi fungsi utamanyadengan melepas mediator inflamasi, seperti histamin,leukotrien,heparin, dll.
f. Sel mast
Sel mast adalah sel yg dalam struktur, fungsi dan proliferasinya serupa dengansel basofil, bedanya adalah sel mast hanya ditemukan dalam jaringan yg berhubungan dengan pembuluh darah. Sel mast diaktifkan dengan pengaruh PAF, C3a,C5a dan mediator lainnya.Bila sudah teraktivasi, maka sel mast akan degranulasi mengeluarkan berbagai sitokin yg berperan dalam proses inflamasi.
g. Sel Natural Killer (NK)
Termasuk sel limfosit karena berkembang dari sel asal progenitor yg sama dengan sel B dan T. Sel NK dapatmengenali dan membunuh berbagai selyg sudah terinfeksi tanpa bantuan tambahan untuk aktivasinya. Sel NK mengandung perforinyg dapat melubangi membran sel sasaran dan granzim untuk sitotoksik, sama seperti Th. Selini memproduksi IFN-γ dan TNF-α yg merupakan sitokin proinflamasi serta berperan dalam pengaktifan makrofag dan regulator sel Th
h. Sel Dendritik(SD)
Merupakan antigen presenting cell(APC) paling efektif karenaletaknya yg strategis di tempat-tempat mikroba masuk tubuh. SD mengenali antigen,mengawali respon imunitas seluler dan humoral yg mengaktifkan sel T dan sel B. APCmempresentasikan peptida antigen ke sel T CD4 melalui MHC-II atau ke sel T CD* melaluiMHC-I, sehingga dapat mengaktifkan kedua sel tersebut.
B. Sistem imun spesifik
Timbulnya sensitifitas setelah terkena pajanan pertama kali.
1. Sistem imun spesifik humoralSel B melepas antibodi untuk menyingkirkan mikroba ekstraselular
2. Sistem imun spesifik selularSel T mengaktifkan makrofag sebagai efektor untuk menghancurkan mikroba atau mengaktifkan sel CTC/Tc sebagai efektor yang menghancurkan sel terinfeksi.
LI 5 memahami dan menjelaskan vaksin dan imunisasi
LO 5.1 Definisi
Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau “liar”.
Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.). Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif (kanker).
Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Ada beberapa jenis vaksin. Namun, apa pun jenisnya tujuannya sama, yaitu menstimulasi reaksi kekebalan tanpa menimbulkan penyakit.
JENIS-JENIS VAKSIN
1. Live attenuated vaccine
Vaksin hidup yang dibuat dari bakteri atau virus yang sudah dilemahkan daya virulensinya dengan cara kultur dan perlakuan yang berulang-ulang, namun masih mampu menimbulkan reaksi imunologi yang mirip dengan infeksi alamiah. Sifat vaksin live attenuated vaccine, yaitu :
Vaksin dapat tumbuh dan berkembang biak sampai menimbulkan respon imun sehingga diberikan dalam bentuk dosis kecil antigen
Respon imun yang diberikan mirip dengan infeksi alamiah, tidak perlu dosis berganda
Dipengaruhi oleh circulating antibody sehingga ada efek netralisasi jika waktu pemberiannya tidak tepat.
Vaksin virus hidup dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik Dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah Mempunyai kemampuan proteksi jangka panjang dengan keefektifan
mencapai 95% Virus yang telah dilemahkan dapat bereplikasi di dalam tubuh, meningkatkan
dosisi asli dan berperan sebagai imunisasi ulangan
Contoh : vaksin polio (Sabin), vaksin MMR, vaksin TBC, vaksin demam tifoid, vaksin campak, gondongan, dan cacar air (varisela).
2. Inactivated vaccine (Killed vaccine)
Vaksin dibuat dari bakteri atau virus yang dimatikan dengan zat kimia (formaldehid) atau dengan pemanasan, dapat berupa seluruh bagian dari bakteri atau virus, atau bagian dari bakteri atau virus atau toksoidnya saja. Sifat vaksin inactivated vaccine, yaitu :
Vaksin tidak dapat hidup sehingga seluruh dosis antigen dapat dimasukkan dalam bentuk antigen
Respon imun yang timbul sebagian besar adalah humoral dan hanya sedikit atau tidak menimbulkan imunitas seluler
Titer antibodi dapat menurun setelah beberapa waktu sehingga diperlukan dosis ulangan, dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif tetapi hanya memacu dan menyiapkan system imun, respon imunprotektif baru barumuncul setelah dosis kedua dan ketiga
Tidak dipengaruhi oleh circulating antibody Vaksin tidak dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik Tidak dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah
Contoh : vaksin rabies, vaksin influenza, vaksin polio (Salk), vaksin pneumonia pneumokokal, vaksin kolera, vaksin pertusis, dan vaksin demam tifoid.
3. Vaksin Toksoid
Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit dengan memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah. Bahan bersifat imunogenik yang dibuat dari toksin kuman. Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut sebagai natural fluid plain toxoid yang mampu merangsang terbentuknya antibodi antitoksin. Imunisasi bakteri toksoid efektif selama satu tahun. Bahan ajuvan digunakan untuk memperlama rangsangan antigenik dan meningkatkan imunogenesitasnya. Contoh : Vaksin Difteri dan Tetanus4. Vaksin Acellular dan Subunit
Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan melakukan kloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin vektor virus dan vaksin antiidiotipe. Contoh vaksin hepatitis B, Vaksin hemofilus influenza tipe b (Hib) dan vaksin Influenza.5. Vaksin Idiotipe
Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding) dari antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino yang disebut sebagai idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai antigen. Vaksin ini dapat menghambat pertumbuhan virus melalui netralisasai dan pemblokiran terhadap reseptor pre sel B.6. Vaksin Rekombinan
Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah besar. Gen virus yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot. Sistem ekspresi eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus. Dengan teknologi DNA rekombinan selain dihasilkan vaksin protein juga dihasilkan vaksin DNA. Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa gen sebagai antigen pelindung dari virus lainnya, misalnya gen untuk antigen dari berbagai virus disatukan ke dalam
genom dari virus vaksinia dan imunisasi hewan dengan vaksin bervektor ini menghasilkan respon antibodi yang baik. Susunan vaksin ini (misal hepatitis B) memerlukan epitop organisme yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.7. Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)
Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki potensi dalam menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari mikroba diklon ke dalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan ekspresi gen yang diinsersikan ke dalam sel mamalia. Setelah disuntikkan DNA plasmid akan menetap dalam nukleus sebagai episom, tidak berintegrasi kedalam DNA sel (kromosom), selanjutnya mensintesis antigen yang dikodenya.
Selain itu vektor plasmid mengandung sekuens nukleotida yang bersifat imunostimulan yang akan menginduksi imunitas seluler. Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung kode antigenyang patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil akhir penelitian pada binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang respon humoral dan selular yang cukup kuat,sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini sedang dilakukan.
http://infoimunisasi.com/vaksin/definisi-vaksin/.LO 5.2 imunitas
Definisi imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu. Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu
penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini
berfungsi melindungi terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap
sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa
kanak-kanak.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin
jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin
maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang
ditemukan.
1. Imunisasi BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC).
BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan
karena keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan
atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk
anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL. 1. BCG
Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan,
sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG
adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita
yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV).
Reaksi yang mungkin terjadi:
1. Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul
kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah
menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka
(ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan
meninggalkan jaringan parut.
2. Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai
nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah:
• Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan
yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat
penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan
abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.
• Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau
dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.
- Perlindungan Penyakit : TBC / Tuberkolosis
- Penyebab : Bakteri Bacillus Calmette Guerrin
- Kandungan : Bacillus Calmette-Guerrin yang dilemahkan
- Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 2 bulan
Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis
dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan
dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah
inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap
serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa
minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat
bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius,
seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang
bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang
Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur
kurang dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang
disuntikkan pada otot lengan atau paha. Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali,
yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT
III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun
setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi
alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT.
Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin
Td pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya
memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster).
Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung
vaksin difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun. DPT
sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di
tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena
adanya komponen pertusis di dalam vaksin.
Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan komplikasi berikut:
- demam tinggi (lebih dari 40,5? Celsius)
- kejang
- kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami
kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)
- syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).
Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi
DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit
otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai
kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan. 1-2 hari setelah mendapatkan
suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau
pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan
demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri di
tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-
gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.
- Perlindungan Penyakit : Difteri (infeksi tenggorokan), Pertusis (batuk rejan) dan
Tetanus (kaku rahang).
- Penyebab : Bakteri difteri, pertusis dan tetanus
- Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 3 bulan
II. Umur / usia 4 bulan
III. Umur / usia 5 bulan
IV. Umur / usia 1 tahun 6 bulan
V. Umur / usia 5 tahun
VI. Umur / usia 10 tahun
Imunisasi DT
Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh
kuman penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus,
misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis,
tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus.
Cara pemberian imunisasi dasar dan ulangan sama dengan imunisasi DPT. Vaksin
disuntikkan pada otot lengan atau paha sebanyak 0,5 mL. Vaksin ini tidak boleh
diberikan kepada anak yang sedang sakit berat atau menderita demam tinggi. Efek
samping yang mungkin terjadi adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di
tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.
Imunisasi TT
Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan
(imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus. Kepada ibu hamil, imunisasi
TT diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan.
Vaksin ini disuntikkan pada otot paha atau lengan sebanyak 0,5 mL.
Efek samping dari tetanus toksoid adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu
berupa kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri.
Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis.
Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua
lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan
dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.
Terdapat 2 macam vaksin polio:
• IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah
dimatikan dan diberikan melalui suntikan
• OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah
dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen (TOPV)
efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1
jenis polio.
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak
kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi
polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD
(12 tahun).
Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes
(0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air
gula. Kontra indikasi pemberian vaksin polio:
- Diare berat
- Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid)
- Kehamilan.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang.
Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer,
sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan
antibobi sampai pada tingkat yang tertingiu. Setelah mendapatkan serangkaian
imunisasi dasar, kepada orang dewasa tidak perlu dilakukan pemberian booster secara
rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke daerah dimana polio masih banyak
ditemukan. Kepada orang dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio
dan perlu menjalani imunisasi, sebaiknya hanya diberikan IPV.
Kepada orang yang pernah mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah
pemberian IPV, streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV.
Sebaiknya diberikan OPV.
Kepada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi HIV,
leukemia, kanker, limfoma), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan
kepada orang yang sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid
atau obat imunosupresan lainnya.
IPV bisa diberikan kepada anak yang menderita diare. Jika anak sedang menderita
penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda sampai mereka
benar-benar pulih. IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat
penyuntikan, yang biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari.
Polio
- Perlindungan Penyakit : Poliomielitis / Polio (lumpuh layuh) yang menyababkan
nyeri otot, lumpuh dan kematian.
- Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 3 bulan
II. Umur / usia 4 bulan
III. Umur / usia 5 bulan
IV. Umur / usia 1 tahun 6 bulan
V. Umur / usia 5 tahun
Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek).
Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau
lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6
bulan kemudian.
Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL.
Kontra indikasi pemberian vaksin campak:
- infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38?Celsius
- gangguan sistem kekebalan
- pemakaian obat imunosupresan
- alergi terhadap protein telur
- hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin
- wanita hamil.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis
dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).
Campak / Measles
- Perlindungan Penyakit : Campak / Tampek
- Efek samping yang mungkin : Demam, ruam kulit, diare
- Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 9 bulan atau lebih
II. Umur / usia 5-7 tahun
Imunisasi MMR
Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak
Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan demam, ruam kulit,
batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan
pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti
pembengkakan otak dan bahkan kematian. Gondongan menyebabkan demam, sakit
kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang
disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak
dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan
pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan. Campak Jerman
(rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah
bening leher. Rubella juga bisa menyebakban pembengkakan otak atau gangguan
perdarahan.
Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau kelainan
bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli). Terdapat dugaan bahwa vaksin
MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi penelitian membuktikan bahwa tidak ada
hubungan antara autisme dengan pemberian vaksin MMR.
Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak,
gondongan dan campak Jerman. Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya
digunakan pada keadaan tertentu, misalnya jika dianggap perlu memberikan imunisasi
kepada bayi yang berumur 9-12 bulan. Suntikan pertama diberikan pada saat anak
berumur 12-15 bulan. Suntikan pertama mungkin tidak memberikan kekebalan
seumur hidup yang adekuat, karena itu diberikan suntikan kedua pada saat anak
berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada saat anak berumur 11-13 tahun
(sebelum masuk SMP).
Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun atau
lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan status imunisasinya atau
baru menerima 1 kali suntikan MMR sebelum masuk SD. Dewasa yang lahir pada
tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah memiliki kekebalan karena banyak
dari mereka yang telah menderita penyakit tersebut pada masa kanak-kanak. Pada 90-
98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan memberikan perlindungan
seumur hidup terhadap campak, campak Jerman dan gondongan. Suntikan kedua
diberikan untuk memberikan perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh
suntikan pertama.
Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh masing-masing komponen vaksin:
• Komponen campak
1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini
terjadi pada sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan MMR. Demam 39,5?
Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang menerima
suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah
disuntik dan berlangsung hanya selama 1-2 hari. Efek samping tersebut jarang terjadi
pada suntikan MMR kedua.
• Komponen gondongan
Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung
selama beberapa hari dan terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima suntikan
MMR.
• Komponen campak Jerman
Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit yang berlangsung selama 1-
3 hari, timbul dalam waktu 1-2 mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini
terjadi pada 14-15% anak yang mendapat suntikan MMR. Nyeri atau kekakuan sendi
yang ringan selama beberapa hari, timbul dalam waktu 1-3 minggu setelah menerima
suntikan MMR. Hal ini hanya ditemukan pada 1% anak-anak yang menerima suntikan
MMR, tetapi terjadi pada 25% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Kadang
nyeri/kekakuan sendi ini terus berlangsung selama beberapa bulan (hilang-timbul).
Artritis (pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan terjadi
pada kurang dari 1% anak-anak tetapi ditemukan pada 10% orang dewasa yang
menerima suntikan MMR. Jarang terjadi kerusakan sendi akibat artritis ini. Nyeri atau
mati rasa pada tangan atau kaki selama beberapa hari lebih sering ditemukan pada
orang dewasa. Meskipun jarang, setelah menerima suntikan MMR, anak-anak yang
berumur dibawah 6 tahun bisa mengalami aktivitas kejang (misalnya kedutan). Hal ini
biasanya terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah suntikan diberikan dan biasanya
berhubungan dengan demam tinggi. Keuntungan dari vaksin MMR lebih besar jika
dibandingkan dengan efek samping yang ditimbulkannya. Campak, gondongan dan
campak Jerman merupakan penyakit yang bisa menimbulkan komplikasi yang sangat
serius. Jika anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai anak pulih.
Imunisasi MMR sebaiknya tidak diberikan kepada:
- anak yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik neomisin
- anak yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulin
- anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kanker, leukemia, limfoma
maupun akibat obat prednison, steroid, kemoterapi, terapi penyinaran atau obati
imunosupresan.
- wanita hamil atau wanita yang 3 bulan kemudian hamil.
- Perlindungan Penyakit : Campak, gondongan dan campak Jerman
- Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 1 tahun 3 bulan
II. Umur / usia 4-6 tahun
Imunisasi Hib
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b.
Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan
berat yang bisa menyebabkan anak tersedak. Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali
suntikan, biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6 bulan.
Imunisasi Varisella
Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai
dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering
dan membentuk keropeng yang akan mengelupas. Setiap anak yang berumur 12-18
bulan dan belum pernah menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani imunisasi
varisella. Anak-anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun
hanya memerlukan 1 dosis vaksin. Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau
lebih, yang belum pernah mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah
menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu 4-8
minggu.
Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster dan sangat menular. Biasanya infeksi
bersifat ringan dan tidak berakibat fatal; tetapi pada sejumlah kasus terjadi penyakit
yang sangat serius sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit dan beberapa
diantaranya meninggal. Cacar air pada orang dewasa cenderung menimbulkan
komplikasi yang lebih serius. Vaksin ini 90-100% efektif mencegah terjadinya cacar
air. Terdapat sejumlah kecil orang yang menderita cacar air meskipun telah
mendapatkan suntikan varisella; tetapi kasusnya biasanya ringan, hanya menimbulkan
beberapa lepuhan (kasus yang komplit biasanya menimbulkan 250-500 lepuhan yang
terasa gatal) dan masa pemulihannya biasanya lebih cepat. Vaksin varisella
memberikan kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin
juga seumur hidup.
Efek samping dari vaksin varisella biasanya ringan, yaitu berupa:
- demam
- nyeri dan pembengkakan di tempat penyuntikan
- ruam cacar air yang terlokalisir di tempat penyuntikan.
Efek samping yang lebih berat adalah:
- kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah penyuntikan
- pneumonia
- reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan pernafasan,
kaligata, bersin, denyut jantung yang cepat, pusing dan perubahan perilaku. Hal ini
bisa terjadi dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam setelah suntikan
dilakukan dan sangat jarang terjadi.
- ensefalitis
- penurunan koordinasi otot.
Imunisasi varisella sebaiknya tidak diberikan kepada:
- Wanita hamil atau wanita menyusui
- Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan yang lemah atau
yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainan imunosupresif bawaan
- Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik neomisin atau gelatin
karena vaksin mengandung sejumlah kecil kedua bahan tersebut
- Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit serius, kanker atau gangguan
sistem kekebalan tubuh (misalnya AIDS)
- Anak-anak atau orang dewasa yang sedang mengkonsumsi kortikosteroid
- Setiap orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau komponen darah lainnya
- Anak-anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima suntikan
immunoglobulin.
Imunisasi HBV
Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu
infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Dosis pertama
diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa
diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali
dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang
waktu 5 bulan antara suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5
tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan
untuk memeriksa kadar HBsAg. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada
lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan,
dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2
bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan. Kepada bayi yang lahir
dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam
setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status
HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih
dari 1 minggu).
Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak
benar-benar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil. Efek samping dari
vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan,
lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa
hari.
Imunisasi Pneumokokus Konjugata
Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang
sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit
yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah). Kepada bayi dan
balita diberikan 4 dosis vaksin. Vaksin ini juga dapat digunakan pada anak-anak yang
lebih besar yang memiliki resiko terhadap terjadinya infeksi pneumokokus.
http://organisasi.org/jenis-macam-vaksin-imunisasi-untuk-anak-informasi-imunisasi-
lengkap-wajib-penangkal-penyakit
LI 6 memahami dan menjelaskan pandangan islam mengenai vaksin dan imunitas
Imunisasi hukumnya boleh dan tidak terlarang, karena termasuk penjagaan diri dari penyakit sebelum terjadi. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang memakan tujuh butir kurma ajwah, maka dia akan terhindar sehari itu dari racun dan sihir”(HR. Bukhari : 5768, Muslim : 4702).Hadits ini menunjukkan secara jelas tentang disyari’atkannya mengambil sebab untuk membentengi diri dari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga kalau dikhawatirkan terjadi wabah yang menimpa maka hukumnya boleh sebagaimana halnya boleh berobat tatkala terkena penyakit.Boleh dalam kondisi darurat dalil firman Allah : “… Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya….” (QS. Al- An’am [6]:119)1. Penggunaan Vaksin Polio Khusus (IPV)
Setelah sekelumit informasi tantang imunisasi di atas, sekarang kita masuk kepada permasalahan inti yang menjadi polemik hangat akhir-akhir ini, yaitu imunisasi dengan menggunakan vaksin polio khusus (IPV) yang dalam proses pembuatannya menggunakan enzim yang berasal dari babi. Bagaimanakah gambaran permasalahan yang sebenarnya ? Dan bagaimanakah status hukumnya?
2. Dhorurat dalam Obat
Dhorurat (darurat) adalah suatu keadaan terdesak untuk menerjang keharaman, yaitu ketika seorang memilki keyakinan bahwa apabila dirinya tidak menerjang larangan tersebut niscaya akan binasa atau mendapatkan bahaya besar pada badanya, hartanya atau kehormatannya. Dalam suatu kaidah fiqhiyyah dikatakan:“Darurat itu membolehkan suatu yang dilarang”Namun kaidah ini harus memenuhi dua persyaratan: tidak ada pengganti lainya yang boleh (mubah/halal) dan mencukupkan sekadar untuk kebutuhan saja.Oleh karena itu, al-Izzu bin Abdus Salam mengatakan : “Seandainya seorang terdesak untuk makan barang najis maka dia harus memakannya,
sebab kerusakan jiwa dan anggota badan lebih besar daripada kerusakan makan barang najis.”20
3. Kemudahan Saat KesempitanSesungguhnya syari’at islam ini dibangun di atas kemudahan. Banyak sekali dalil-dalil yang mendasari hal ini, bahkan Imam asy-Syathibi mengatakan: “Dalil-dalil tentang kemudahan bagi umat ini telah mencapai derajat yang pasti”.20Semua syari’at itu mudah. Namun, apabila ada kesulitan maka akan ada tambahan kemudahan lagi. Alangkah bagusnya ucapan Imam asy-Syafi’i tatkala berkata :
“Kaidah syari’at itu dibangun (di atas dasar) bahwa segala sesuatu apabila sempit maka menjadi luas.”21tentang hukum imunisasi IPV ini, yaitu kami memandang bolehnya imunisasi jenis ini dengan alasan-alasan sebagai berikut :1.Imunisasi ini sangat dibutuhkan sekali sebagaimana penelitian ilmu kedokteran.2.Bahan haram yang ada telah lebur dengan bahan-bahan lainnya.3.Belum ditemukan pengganti lainnya yang mubah.4.Hal ini termasuk dalam kondisi darurat.5.Sesuai dengan kemudahan syari’at di kala ada kesulitan.
Recommended