View
256
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
TUGAS MATA KULIAH STUDI HADITS
MAKALAH dan PRESENTASI
HADITS MAUDLU’
Dosen Pengampu : Musyarrofah
Disusun Oleh :
Marsudi
Wahyudi
Wahdaniya
Lailatul Masna
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
AL IBROHIMY
TANJUNGBUMI BANGKALAN
2012
~ 1 ~
KATA PENGANTAR
Puji syukur al-hamdulillah, kami ucapkan atas karunia dan nikmat Allah SWT
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah kelompok dengan judul Hadis Maudhu’
ini untuk melengkapi tugas kelompok mata kuliah Studi Hadis.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Desen Pengampu Ibu Musyarofah. yang
telah memberikan bimbingan dan bekal untuk menyelesaikan makalah ini. Ucapan
terimakasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami
menyelesaikan makalah ini.
Kami sangat menyadari bahwa kami adalah manusia biasa yang jauh dari
kesempurnaan. Begitu juga dengan karya kami ini yang juga jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan-
perbaikan dimasa yang akan datang dan semoga kita senantiasa mendapat petunjuk dan
pertolongan Allah SWT. Amin
Tanjunbumi, 8 November 2012
Penulis
~ 2 ~
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hadits merupakan sumber hukum yang kedua setelah Al-Qur’an. Keberadaan
hadits merupakan bentuk nyata dari ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an.
Sedangkan hadits pada hakekatnya adalah penjelasan dan praktek dari ajaran Al-
Qur’an itu sendiri. Walaupn hadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua,
namun hadits tidak seperti Al-Qur’an yang secara resmi telah ditulis pada zaman
Nabi dan dibukukan pada zaman khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq.
Hadits baru ditulis dan dibukukan pada masa khalifah Umar bin Abdul Azis
(abad ke-2) Kesenjangan waktu antara sepeninggalan Rasulullah dengan waktu
pembukuan hadits (hampir 1 abad). Merupakan kesempatan yang baik bagi orang-
orang atau kelompok tertentu untuk memulai aksinya membuat dan mengatakan
sesuatu yang kemudian dinisbahkan kepada Rasulullah dengan alasan yang dibuat-
buat penisbatan sesuatu kepada Rasulullah SAW seperti inilah yang kemudian
dikenal sebagai hadist palsu atau Hadits Maudhu’.
Hadits Maudhu’ sebenarnya tidak banyak disebut sebagai sebuah hadits, karena
ia sudah jelas bukan sebuah hadits yang bisa disandarkan pada Nabi SAW. Lain
halnya degan Hadits dha’if yang diperkirakan masih ada kemungkinan disandarkan
pada Nabi SAW. Hadits Maudhu’ ini berbeda dengan Hadits Dha’if. Hadits
Maudhu’ sudah ada kejelasan akan kepalsuannya sementara hadits dha’if belum jelas
hanya samar-samar. Sehigga karena kesamarannya, hadits tersebut disebut dengan
Dha’if.
Bagi Hadits Maudhu’ dan Dha’if ini, sebagaimana hadits shahih telah banyak
tersebar dan beredar dalam masyarakat. Disinilah kemudian Hadits Maudhu’ perlu
dimasukan kedalam kajian ilmu hadits.
1.2. Rumusan Masalah
Apa pengertian hadits maudlu ?
Bagaimana awal munculnya hadits maudlu?
Faktor apa saja yang melatarbelakangi hadits maudlu ?
Bagaimana kriteria kepalsuan hadits maudlu ?
Jelaskan beberapa Kumpulan contoh Hadits Maudlu' dan sebabnya!
Bagaimana Usaha para ulama memberantas sebuah hadits ?
~ 3 ~
1.3. Tujuan
Memahami Pengertian hadits maudlu.
Mengetahui Awal munculnya hadits maudlu.
Mengetahui Faktor yang melatarbelakangi hadits maudlu.
Mengetahui Kriteria kepalsuan hadits maudlu.
Mengetahui Kumpulan contoh Hadits Maudlu' dan sebabnya.
Mengetahui Usaha para ulama memberantas sebuah hadits.
~ 4 ~
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Hadits Maudlu'
Kata maudlu’ adalah isim maf’ul dari – – ضا يضع عوضع yang menurut bahasa
berarti اإلسقاط (meletakkan atau menyimpan), اإلختالف mengada-ada atau) اإلفتراء
membuat buat) dan المتروك اى .(ditinggalkan) الترك
Sedangkan secara terminologis, Hadits Maudlu' didefinisikan sebagai berikut:
�م� إختالفا و ك��ذبا ل �#ه! و�س �ي ما نسب إلى رسول الله ص�ل�ى الله& ع�لمم4ا لم يقله أو يفعله أو يقره
“Hadits yang disandarkan kepada Rasulullah SAW. secara dibuat-buat dan dusta, padahal beliau tidak mengatakan, melakukan atau menetapkannya.”
Ada juga yang mengatakan bahwa Hadits Maudlu' ialah:
ل�ى الل��ه& � هو المختلع المص��نوع المنص��وب إلى رس��ول الل��ه ص���م� زورا و بهتانا سواء كان ذلك عمدا ام خطاء ل �#ه! و�س �ي ع�ل
“Hadits yang diciptakan serta dibuat oleh seorang (pendusta) yang ciptaan itu dibangsakan kepada Rasulullah SAW. secara palsu dan dusta baik hal itu disengaja maupun tidak.”
Ibnu Al-Shalah, yang kemudian diikuti oleh iman Al-Nawawi mendefisinikan Hadist
Maudhu’ sebegai “hadits yang diciptakan dan dibuat-buat”.
Muhammad Al-Jajja Al-Khatib mendefinisikan Hadist Maudhu’ dengan: “hadits
yang dinisbahkan (disandarkan) kepada Rasulullah SAW, yang sifatnya dibuat-buat
dan diada-adakan, karena Rasulullah SAW sendiri tidak mengatakannya,
memperbuat, maupun menetapkannya. “
Mahmud Al-Tahan, mendefinisikan sebagai: “kebohongan yang diciptakan dan
diperbuat serta disandarkan kepada Rasulullah SAW. Al-Shalih, yang menyatakan
bahwa Hadist Maudhu’’adalah “suatu berita yang diciptakan oleh para pembohong
dan kemudian disandarkan kepada Rasulullah SAW, yang sifatnya mengada-adakan
atas nama Beliau.”
Jadi dengan adanya pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa Hadits Maudlu'
bukan Hadits yang bersumber dari Rasulullah SAW. akan tetapi suatu perkataan atau
~ 5 ~
perbuatan seseorang atau dari pihak tertentu yang alasan kemudian dinisbatkan pada
Rasulullah SAW.
2.2. Awal Munculnya Suatu Hadits Maudlu'
Para ulama berbeda pendapat tentang kapan mulai terjadinya pemalsuan Hadits.
Berikut akan dikemukakan pendapat mereka.
1. Menurut Ahmad Amin bahwa Hadits Maudlu' terjadi sejak masa Rasulullah
SAW. masih hidup. Alasan yang dijadikan argumentasi adalah sabda Rasulullah
SAW.:
فمن كذب علي4 متعمدا فليتبو4أ مقعده فى النار“Barangsiapa yang secara sengaja berdusta kepadaku maka hendaknya dia mengambil tempat di neraka.”
Menurutnya dengan dikeluarkannya sabda tersebut, Rasulullah SAW. mengira
telah ada pihak-pihak yang ingin berbuat bohong pada dirinya. Oleh karena itu,
Hadits tersebut merupakan respon terhadap fenomena yang ada saat itu yang
berarti menggambarkan bahwa kemungkinan besar pada zaman Rasulullah SAW.
telah terjadi pemalsuan Hadits. Sehingga Rasulullah SAW. mengancam kepada
para pihak yang membuat Hadits palsu.
Ahmad Amin juga memaparkan satu Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim,
bahwasannya suatu waktu Basyir al-Adwy menemui Ibn Abbas kemudian
mereka berbincang-bincang dan Basyir berkata: “Telah bersabda Rasulullah
SAW. ....”. Akan tetapi Ibnu Abbas mengacuhkan hadistnya dan tak
memperhatikan apa yang dikatakan.
Dalam hal ini dijelaskan bahwa ketika Basyir ingin menyampaikan sabda
Rasulullah SAW., maka ia akan segera ke sana. Dan jika orang tersebut tidak
bisa menjangkau kebenaran maka ia tidak akan ada periwayatan kecuali memang
benar-benar sudah tahu. Ahmad Amin juga memaparkan bahwa semenjak Islam
mulai meluas ke berbagai daerah dan berbondong-bondong masuk Islam maka
sebenarnya dari situlah potensi melakukan pemalsuan Hadits.
2. Shalhah ad-Din ad-Dabi mengatakan bahwa pemalsuan Hadits berkenaan dengan
masalah keduniawian telah terjadi pada masa Rasulullah SAW.
~ 6 ~
Alasannya adalah Hadits at-Tahawi dan at-Tabrani, dalam kedua Hadits tersebut
dinyatakan bahwa pada masa Nabi ada seseorang telah membuat berita bohong
dengan mengatasnamakan Nabi. Ia mengaku telah diberi wewenang oleh Nabi
untuk menyelesaikan suatu masalah yang terjadi pada suatu kelompok
masyarakat di sekitar Madinah. Kemudian dia melamar seorang gadis di daerah
tersebut. Tetapi lamaran itu ditolak. Utusan dari masyarakat tersebut
memberitahukan berita utusan yang dimaksud kepada Nabi. Ternyata Nabi tidak
pernah menyuruh orang tersebut dan beliau lalu menyuruh sahabatnya untuk
membunuh orang yang bohong seraya berpesan:
“Apabila ternyata orang yang bersangkutan telah meninggal dunia, maka
jasadnya harus dibakar”.
Hadits ini banyak yang diriwayatkan at-Tahawi (at-Tabrani) memiliki sanad yang
lemah (dha'if), karena itu kedua riwayat tersebut tidak dapat dijadikan dalil.
3. Menurut Jumhur al-Muhadditsin.
Pemalsuan terjadi pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Menurut mereka,
hadits-Hadits yang ada sejak zaman Nabi hingga sebelum terjadinya pertentangan
antara Ali bin Abi Thalib dengan Mu'awiyah bin Abi Sufyan masih terhindar dari
pemalsuan. Dengan demikian, jelaslah bahwa pada zaman Nabi, tidak mungkin
ada pemalsuan Hadits. Demikian pula pada masa kekhalifahan Abu Bakar ash-
Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan. Hal ini dapat dibuktikan dari
kegigihan, kehati-hatian, dan kewaspadaan mereka terhadap Hadits.
Pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib mulai terjadi pemalsuan. Pada masa
tersebut telah terjadi perpecahan politik antara golongan Ali dan pendukung
Mu'awiyah. Upaya ishlah dan tahkim tidak mampu meredam pertentangan
mereka. Bahkan semakin menambah ruwetnya masalah dengan keluarganya
sebagai pengikut Ali (Khawarij) dan membentuk kelompok sendiri. Golongan
yang terakhir ini kemudian tidak hanya memusuhi Ali tetapi juga Mu'awiyah.
Masing-masing golongan, selain berusaha mengalahkan lawannya, juga berupaya
mempengaruhi orang-orang yang tidak berada dalam perpecahan. Salah satu cara
yang mereka tempuh ialah dengan membuat Hadits palsu. Dalam sejarah
~ 7 ~
dikatakan bahwa yang pertama-tama membuat Hadits palsu adalah golongan
Syi'ah.
2.3. Faktor-faktor yang melatarbelakangi
Pemalsuan Hadits tidak hanya dilakukan oleh orang-orang Islam, akan tetapi
juga oleh orang-orang non Islam yang berusaha mencemarkan Hadits sebagai sumber
ajaran Islam. Dari kalangan Islam sendiri, menurut para ulama, yang mula-mula
membuat Hadits semacam ini ialah golongan Syi'ah. Kegiatan yang pengaruhnya
sangat jelas pada banyaknya hadits-Hadits ini untuk kepentingan mereka, serta
bermunculannya hadits-Hadits palsu yang lainnya dari pihak lawannya.
Adapun beberapa motif pendorong bagi mereka untuk pembuatan Hadits palsu
antara lain :
a. Pertentangan politik
Perpecahan umat Islam yang diakibatkan politik yang terjadi pada masa
kekhalifahan Ali bin Abi Thalib besar sekali pengaruhnya terhadap perpecahan
umat ke dalam beberapa golongan dan kemunculan Hadits-Hadits palsu. Masing-
masing golongan berusaha mengalahkan lawan dan mempengaruhi orang-orang
dengan membawa-bawa Al-Qur’an dan al-Hadits.
Konflik-konflik politik telah menyeret permasalahan agama masuk kedalamnya
dan membawa pengaruh juga pada madzhab-madzhab keaamaan. Karena
persaingan untuk menonjolkan kelompok mereka masing-masing, maka ketika
mencari dalil dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah tidak ada, mereka membuat
pernyataan-pernyataan yang disandarkan pada Nabi SAW. Dari sinilah Hadits
palsu berkembang. Materi Hadits pertama tentang keunggulan seseorang dan
kelompoknya.
Menurut Ibnu Abi al-Haddad dalam “Syarah Nahi al-Balaghah”, sebagaimana
dikutip Mustafa al-Siba'i yang pertama membuat adalah kelompok Ibn al-
Mubarak mengatakan:
الد4ين ألهل الحديث و الكالم و الخي��ل أله��ل ال��رأيى و الك��ذبللرافضة
~ 8 ~
“Agama untuk ahli Hadits, percakapan dan menghayal untuk ahli ra’yi dan kebohongan itu untuk golongan Rafidah.”
Hammad bin Salamah pernah meriwayatkan bahwa ada seorang Rafidah berkata:
“Sekiranya kita pandang baik maka kita jadikan Hadits.” Imam Syafi'i juga
pernah berkata: “Bahwa ia tidak melihat pemuas hawa nafsu yang melebihi sekte
Rafidah dalam membuat Hadits palsu.”
Contoh Hadits palsu golongan Syi'ah antara lain:
ي��ا على ان الل��ه غف��ور ل��ك و ال��ذريتك و لوال��ديك و ألهل��ك ولشيعتك و لمحبى شيعتك
“Wahai Ali sesungguhnya Allah SWT. mengampunimu, keturunanmu, kedua orang tuamu, keluargamu, golongan Syi'ahmu dan orang-orang yang mencintai golongan Syi'ahmu.”
Golongan Mu'awiyah juga membuat:
األمناء ثالثة أنا و جبري��ل و معاوي��ة انت م��نى4 ي��ا معاوي��ة و ان��امنك
“Tiga golongan yang dapat dipercaya yaitu saya (Rasul), Jibril dan Mu'awiyah. Kamu termasuk golonganku dan aku bagianmu.”
Sedang golongan Khawarij menurut sejarah tidak pernah membuat Hadits
palsu.
b. Usaha kaum Zindik
Kaum Zindik adalah golongan yang membenci Islam baik sebagai agama ataupun
dasar pemerintahan. Mereka tidak dapat melampiaskan kebenciannya melalui
pemalsuan Al-Qur’an akan tetapi melalui pemalsuan Hadits.
Abd al-Karim ibn Aur di hukum mati oleh muahmmad bin Sulaiman bin Ali
karena ia telah membuat Hadits palsu sebanyak 4.000 Hadits. Seorang Zindik
mengaku, ia juga membuat ratusan ribu Hadits palsu. Hadits yang dibuat kaum
Zindik kata Hammad, berjumlah 12.000 Hadits.
Contoh Hadits yang dibuat kaum Zindik:
النظرة الى الوجه الجميل صدقة
~ 9 ~
“Melihat wajah cantik termasuk ibadah.”
c. Fanatik terhadap bangsa, suku, bahasa, negeri dan pimpinan
Mereka membuah Hadits palsu karena didorong oleh skap ego dan fanatik buta
serta ingin menonjolkan seseorang, bangsa, kelompok atau yang lain. Golongan
al-Syuubiyah yang fanatik terhadap bahasa Persi mengatakan:
4ة بالفارسي الوحى أنزل رضى إذا و بالعربية الوحي أنزل غضب إذا الله إن
“Apabila Allah murka, maka Dia menurunkan wahyu dengan bahasa Arab, apabila senang maka akan menurunkannya dengan bahasa Persi,”
Sebaliknya, orang Arab yang fanatik terhadap bahasanya mengatakan:
4ة و إذا رض�ى أن�زل إن الله إذا غض�ب أن�زل ال�وحى بالفارس�يالوحى بالعربية
“Apabila Allah murka, menurunkan wahyu dengan bahasa Persi dan apabila senang menurunkan dengan bahasa Arab.”
Golongan yang fanatik kepada madzhab Abu Hanifah pernah membuat Hadits
palsu.
سيكون رجل في امتي يقال ابو حنيفة النعمان هو نوراامتي“Di kemudian hari akan ada seseorang umatku yang bernama Abu Hanifah bin Nu’man. Ia ibarat obor bagi umatku.”
Demikian pula golongan yang fanatik menentang Imam Syafi'i membuat Hadits
palsu. Seperti “Di kemudian hari akan ada seseorang umatku yang bernama
Muhammad bin Idris. Ia akan lebih menimbulkan madharat kepada umatku
daripada iblis.”
d. Mempengaruhi kaum awam dengan kisah dan nasihat
Mereka melakukan pemalsuan hadits ini guna memperoleh simpatik dari
pendengarnya dan agar mereka kagum melihat kemampuannya. Hadits yang
mereka katakan terlalu berlebih-lebihan dan tidak masuk akal. Sebagai contoh
dapat dilihat pada berikut:
4 الله خلق الله من ك��ل كلم��ة ط��ائرا منق��اره من قال ال اله االمن ذهب وريشه من جان
~ 10 ~
“Barangsiapa yang mengucapkan kalimat Allah akan menciptakan seekor burung (sebagai balasan dari tiap-tiap kalimat) yang paruhnya terdiri dari emas dan bulunya dari marjan.”
Imam al-Suyuti mengatakan: “Salah seorang pawang yang berkediaman di
Baghdad menafsirkan firman Allah SWT.:
(79 / 17عسى أن يبعثك مقاما محمودا ) اإلسراء : Dengan arti: “Nabi duduk bersanding dengan Allah di atas Arasy-Nya.” Riwayat ini sampai kepada Muhammad bin Jarir al-Thabary dan beliau menjadi marah karenanya. Untuk menunjukkan kemarahannya beliau menulis pada pintu rumahnya. “Maha suci Allah tidak memerlukan teman yang baik dan tidak pula seorang pun yang duduk menemaninya di Arsy-Nya.”Ayub al-Ikhtiyar memberikan komentar terhadap akibat dari pengaruh para
tukang cerita dalam merusak Hadits:
ما أفسد على الناس حديثهم“Tiada sejelek-jeleknya pembicaraan kecuali (yang berasal) dari tukang cerita.”
e. Perselisihan madzhab dan ilmu kalam
Munculnya hadits-Hadits palsu dalam masalah fiqih dan ilmu kalam ini berasal
dari para pengikut madzhab. Mereka berani melakukan pemalsuan Hadits
didorong sifat fanatik dan ingin menguatkan madzhabnya masing-masing.
Di antara hadits-hadits palsu tentang masalah ini adalah:
Siapa yang mengangkat kedua tangannya dalam shalat maka shalatnya tidak
sah.
Jibril menjadi imamku dalam shalat di Ka'bah. Ia (Jibril) membaca basmalah
dengan nyaring.
Yang junub wajib berkumur dengan menghisap air tiga kali
Semua yang ada di bumi dan langit serta di antara keduanya adalah makhluk,
kecuali Allah dan Al-Qur’an. Barangsiapa yang mengatakan Al-Qur’an itu
makhluk maka niscaya ia kufur kepada Allah yang Maha Agung dan saat itu pula
jatuhlah talak kepada isterinya.
f. Membangkitkan gairah beribadah, tanpa mengerti apa yang dilakukan
Banyak di antara kaum ulama yang membuat Hadits palsu dari dan bahkan
mengira usahanya itu benar dan merupakan upaya pendekatan diri kepada Allah,
serta menjunjung tinggi agama-Nya.
~ 11 ~
Mereka menyatakan: “Kami berdosa semata-mata untuk menjunjung tinggi
nama Rasulullah dan bukan sebaliknya.” Seperti membaca surat-surat tertentu
dalam Al-Qur’an, tentang keutamaan wirid dengan maksud memperluas kalbu
manusia, dan lain-lain.
g. Mempertahankan madzhab dalam masalah khilafiyah fiqhiyah dan kalamiyah.
Mereka yang menganggap tidak syah shalat dengan mengangkat tangan dikala
shalat, membuat hadits palsu:
من رفع يديه في الصالة فال صالة له “Barangsiapa yang mengangkat kedua tangannya dalam shalat maka tidaklah sah shalatnya”
h. Menjilat penguasa
Ghiyar bin Ibrahim merupakan tokoh yang banyak ditulis dalam kitab Hadits
sebagai pemalsu Hadits tentang “perlombaan”. Matan asli sabda Rasulullah
berbunyi:
4 فى فصل او حف ال سبق أالKemudian Ghiyar menambah kata dalam akhir اوجناح Hadits tersebut dengan
maksud agar diberi hadiah oleh khalifah al-Mahdi. Lalu khalifah memberikan
hadiah 10.000 dirham namun Qiyas hendak pergi, al-Mahdi menegur “Aku yakin
itu semua sebenarnya merupakan dusta atas nama Rasulullah SAW.”
Beberapa motif pembuatan Hadits palsu di atas dapat dikelompokkan menjadi:
Ada yang sengaja
Ada yang tidak sengaja merusak agama
Ada yang karena merasa yakin bahwa membuat Hadits palsu diperbolehkan
Ada yang karena tidak tahu gila dirinya membuat Hadits palsu.
Tujuan mereka membuat hadits palsu ada yang positif dan ada juga yang negatif.
Apapun alasannya ditegaskan bahwa membuat Hadits Maudlu' merupakan tercela
dan menyesatkan, dengan sabda Rasulullah:
i فليتبو4اء مقعده من النار فمن كذب علي4 متعمداDan masih banyak lagi motiv-motiv seseorang membuat hadits palsu, diantaranya
dengan motiv untuk mencari muka dihadapan penguasa, dan karena memang
kejahilan seseorang didalam ilmu agama.
2.4. Kriteria Kepalsuan Suatu Hadits
~ 12 ~
Sebagaimana para ulama menciptakan kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan
untuk mengetahui sahih, hasan atau dha'ifnya suatu Hadits, mereka juga menentukan
ciri-ciri untuk mengetahui kemaudlu’an suatu Hadits. Ditentukan ciri-cirinya terdapat
pada matan dan sanadnya antara lain sebagai berikut:
A. Ciri yang ada pada sanad
1) Pengakuan dari si pembuat sendiri, sebagai pengakuan seorang guru tasawuf
ketika ditanya keutamaan ayat Al-Qur’an menjawab:
لم يح��دثنى اح��د، و لكن رأين��ا الن��اس ق��د رغب��وا عن القرآن فوضعنا لهم هذا الحيث ليصرفوا قل��وبهم إلى
القرآن “Tidak ada seorang pun yang meriwayatkan Hadits padaku, akan tetapi serentak kami melihat manusia-manusia sama membenci Al-Qur’an. Kami ciptakan untuk mereka Hadits ini (tentang keutamaan ayat-ayat Al-Qur’an), agar mereka menaruh perhatian untuk mencintai Al-Qur’an.”
Pengakuan seorang rawi menurut Ibnu Daqiqi belum dapat dipastikan me-
maudlu’-kan suatu Hadits, karena mungkin sekali si rawi itu bohong dalam
pengakuannya.
2) Qarinah-qarinah yang memperkuat adanya pengakuan membuat Hadits
Maudlu'
Seperti yang dilakukan Qiyas bin Ibrahim kepada al-Mahdi:
4 نصل او خف4 او حافر او جناح ال سبق إال“Tidak sah perlombaan selain: mengadu anak panah, mengadu unta dan mengadu kuda atau burung.”
Ia menambah “burung” untuk membenarkan tindakan al-Mahdy yang pada
saat itu mengadu burung.
B. Ciri yang ada pada matan
1) Dari segi makna, antara lain bertentangan dengan Al-Qur’an, Hadits
mutawattir, dan ijma' dan dengan logika yang sehat.
Contoh yang bertentangan dengan Al-Qur’an:
ولد الزنا ال يدخل الجنة الى سبعة ابناء“Anak zina itu tidak dapat masuk surga sampai tujuh keturunan.”
Makna Hadits ini bertentangan dengan Al-Qur’an surat al-An’am: 164:
~ 13 ~
و ال تزر وازرة وزر أخرى“Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.”
Contoh yang bertentangan dengan Hadits Mutawattir:
و إن كل من يسم4ى لهذه األسماء ) محمد و احم��د (ال يدخل النار
“Bahwa setiap orang dinamakan dengan nama-nama (Muhammad, Ahmad atau semisalnya) ini tidak akan masuk neraka.”
Hadits tersebut bertentangan dengan sunnah-Sunnah Rasulullah SAW. yang
menerangkan bahwa neraka itu tidak dapat ditembus dengan nama-nama
tersebut akan tetapi keselamatan dari neraka karena keimanan dan amal saleh.
Contoh yang bertentangan dengan ijma':
“Bahwa Rasulullah tidak menetapkan (menunjuk) seorang penggati sesudah
beliau meninggal dunia.”
2) Dari segi lafadz yang berlebih-lebihan.
Contohnya:
لقمة فى بطن جائع أفضل من بناء الف جائع“Sesuap makanan di perut si lapar adalah lebih baik daripada membangun seribu masjid jami’”.
C. Dari sumber yang diriwayatkannya
Para pembuat Hadits Maudlu' dalam menjalankan tugas-tugasnya, kadang-kadang
mengambil dari pikiran sendiri semata-mata dan kadang-kadang menukil dari
perkataan orang-orang yang dipandang alim pada waktu itu atau perkataan orang
alim mutaqaddimin. Misalnya Hadits Maudlu' yang dinukil dari perkataan orang-
orang mutaqaddimin:
حب4 الدنيا رأس كل خطيئة“Cinta keduniaan ialah modal kesalahan”.
Perkataan ini sesungguhnya adalah perkataan Malik bin Dinar. Tetapi oleh
pembuatan Hadits Maudlu' dibangsakan (didakwakan) kepada sabda Nabi
Muhammad SAW.
2.5. Kumpulan contoh Hadits Maudlu' dan sebabnya
~ 14 ~
إذا صدقت المحبة سقطت شروط األدب“Cinta keduniaan ialah modal kesalahan.”
Keterangan : Perkatan ini, orang kataan sebagai hadits Nabi padahal sebenarnya
ucapan Junaid.
�م� و ل �ه! و�س�� �ي��# ل�ى الل��ه& ع�ل � إن القمر دخ��ل فى جيب ص��فرج من كم4ه
“Sesungguhnya bulan pernah masuk dalam saku baju Nabi SAW. dan keluar dari tangan bajunya.”
Keterangan:
Tidak termasuk sabda Nabi
Sering dipakai tukang cerita untuk menceritakan perjalanan mauled Nabi, dengan
maksud orang tertarik mendengar ceritanya.
Perasaan atau keyakinan kata mesti mendustakan isinya karena dapat masuk
dalam saku baju yang tidak beda dengan saku dan keluar dari lubang tangan yang
besar sudah kita maklumi.
األرض على ص�خرة و الص�خرة على ق�رن ث�ور ف�إذاكت الصخرة ك الثور قرنه تحر4 حر4
“Bumi terletak antara sebuah batu yang besar dan batu besar terletak atas tanduk seekor sapi; maka apabila sapi itu menggerakkan tanduknya, bergoyanglah pula batu besar itu.”
Keterangan:
Bukan hadits Nabi
Menurut pemeriksaan ahli alam, bahwa bumi kita ini, di sebelah luarnya diliputi
oleh semacam udara. Udara itulah yang menahan bumi dari sekalian penjurunya.
Selain dari itu tidak ada yang lain lagi isi hadits tersebut bertentangan dengan
penyaksian ilmu.
Dari kata-kata “apabila batu itu bergerak maka bergeraklah semua”, dengan kata
lain hancur juga, tidak terjadi karena apabila bumi ini gempa pada satu sisinya
maka tidak akan di lain tempat akan ikut gempa.
Hadits yang menyatakan bahwa umur dunia ini 7.000 tahun dan .....
~ 15 ~
ان مرس��ها ق��ل إنم��ا علمه��ا يسئلونك عن الساعة أي��44ى عند رب
Keterangan: Hadits itu memberi arti bahwa Nabi dan juga kita, berarti diketahui
waktu hari kiamat. Hal ini bertentangan dengan Al-Qur’an surat al-A’raf 187:
ا �#م&ه�� ل ا ع! ��م�� !ن ل# إ اه�ا ق��& �س�� �ان� م&ر# �ي اع�ة! أ �ك� ع�ن! الس� &ون �ل أ �س# يrي ) ب �#د� ر ن (١٨٧ع!
“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku."
2.6. Usaha para ulama memberantas sebuah hadits
1) Mengisnadkan hadits
Meminta sanad kepada mereka yang menyampaikan hadits dan akhirnya
menetapkan sanad suatu hadits. Sebab sanad bagi hadits bagaikan nasab bagi
seseorang. Setelah itu diteliti sanadnya kalau terdiri dari ahli Sunnah diambil jika
ahli bid’ah ditolak.
2) Meningkatkan perlawatan mencari hadits
Dengan cara meningkatkan perlawatan mencari hadits dari suatu kota ke kota
untuk menemui sahabat yang meriwayatkan hadits. Jika di dengar ada hadits dari
selain sahabat mereka mencari sahabat Rasulullah SAW. untuk
memperkuatkannya.
3) Mengambil tindakan kepada para pemalsu hadits
Mereka menupas para pemalsu dan melarang mereka meriwayatkan hadits dan
menyerahkan pada penguasa.
4) Menjelaskan tingkah laku perawi
Dengan cara demikian perawi-perawi dijelaskan biografinya, tingkah laku,
kelahiran, kematian, keadilan dan daya ingatnya.
5) Membuat ketentuan-ketentuan umum tentang klasifikasi hadits
Membuat ketentuan dan syarat-syarat bagi hadits shahih, hasan dan dha'if.
6) Membuat ketentuan-ketentuan untuk mengetahui ciri-ciri Hadits Maudlu’
Mereka membuat ketentuan mengenai tanda-tanda Hadits Maudlu’ baik ciri yang
ada pada sanad maupun matan.
2.7. Hukum Meriwayatkan Hadits Maudhu’’
~ 16 ~
1. Secara mutlak, ulama sepakat bahwa meriwayatkan hadits Maudhu’’ itu
hukumnya haram bagi mereka yang sudah jelas mengetahui bahwa hadits itu
palsu. Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW, “Barang siapa yang menceritakan
hadits dariku sedangkan ia mengetahui bahwa itu dusta, maka dia termasuk para
pendusta.”
2. Bagi mereka yang meriwayatkan dengan tujuan memberi tahu kepada orang
bahwa hadits ini adalah palsu (menerangkan kepada mereka sesudah
meriwayatkan atau membacanya) maka tidak ada dosa atasnya.
3. Mereka tidak tahu sama sekali kemudian meriwayatkan atau mereka
mengamalkan makna hadits tersebut karena tidak tahu, maka tidak ada dosa
atasnya.
Kesalahan Sebagian Ahli Tafsir Dalam Menyebutkan Hadits Maudhu’Sebagian
ulama tafsir melakukan kesalahan dengan menyebutkan Hadits Maudhu’’dalam
tafsir mereka tanpa menjelaskan kepalsuannya, khususnya riwayat tentang
fadhilah Al-Qur’an surat per surat diantara mereka adalah As-Isa’Labi, Al-
Wahidi, Az-Zamakhsyari, dan Al-Badhawi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Hadits Maudhu’ sebenarnya tidak layak disebut sebagai hadits, karena ia sudah
jelas bukan sebuah hadits yang bisa disandarkan pada Nabi Muhammad SAW.
Oleh karena itu, para ulama sepakat bahwasanya meriwayatkan Hadits-Hadits
Maudhu’ itu hukumnya haram bagi mereka yang sudah jelas mengetahui bahwa
hadits itu palsu, kecuali disertai dengan penjelasan dan kemaudhu’annya.
2. Hadits Maudhu’ baru muncul dan berkembang ketika Ali menjabat sebagai
khalifah.
3. Pemalsuan hadits ternyata tidak hanya dilakukan oleh orang-orang Islam, tetapi
juga dilakukan oleh orang-orang non Islam.
4. Hadits Maudhu’ dapat diketahui melalui beberapa kriteria, baik dari tanda-tanda
yang diperoleh pada sanad maupun dari tanda-tanda yang diperoleh pada matan.
~ 17 ~
5. Untuk menyelamatkan hadits Nabi Muhammad SAW ditengah-tengah gencarnya
pembuatan Hadits Maudhu’, para ulama hadits telah merumuskan langkah-
langkah yang dapat mengantisipasi masalah Hadits Maudhu’ ini.
~ 18 ~
DAFTAR PUSTAKA
Ramuwijaya, Untung, 1996, Ilmu Hadis, Gaya Media Pratama, Jakarta.
Mudasir, 2008, Ilmu Hadist, Pustaka Setia, Bandung.
Suprapto, Munzier, 2002, Ilmu Hadist, PT. Raja Grafindo, Jakarta.
Rahman, Fatchur, 1974, Ikhtisar Mustholahul Hadis, PT. Alma’rif, Bandung.
Hasan, Qodhi, 1996, Ilmu Mustholah Hadist, CV. Diponegoro, Bandung.
~ 19 ~
Recommended