View
1.330
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
MAKALAH ILMU PENDIDIKAN
“Pentingnya Pendidikan Non Formal”
Disusun oleh :
ZIDNI NUROL FAHMI
11504241010
KELAS A1
PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012/2013
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana kami
selaku penulis telah diberi kesehatan dan nikmat sehingga dapat menyelesaikan
tulisan yang sangat sederhana ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyediaan sumber ilmu dan
pengetahuan. Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan
yang saya buat kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca. Menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna maka di harapkannya kritik dan saran untuk
memperbaiki tulisan-tulisan berikutnya. Berikut ini penulis mempersembahkan
sebuah makalah dengan judul " Pentingnya Pendidikan Non Formal.”
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih
dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan
manfaat.
Amin.
Yogyakarta, 17 Desember 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................ii
BAB I : Pendahuluan .....................................................................1
BAB II : Kajian Pustaka .................................................................4
BAB III: Pembahasan ....................................................................6
BAB IV : Penutup ..........................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Carut-marut dunia pendidikan Indonesia, sungguhnya merupakan sebuah
realitas yang sangat memprihatinkan. Mahalnya biaya pendidikan yang tidak
serta merta dibarengi dengan peningkatan kualitas secara signifikan, tentu
menimbulkan tanda tanya besar mengenai orientasi pendidikan yang
sebenarnya sedang ingin dicapai. Ironisnya, disaat beberapa negara tetangga
terus berupaya keras melakukan peningkatan kualitas pada sektor pendidikan,
banyak pihak di negara ini justru menempatkan pendidikan sebagai suatu
komoditas yang memiliki nilai jual yang tinggi. Tak mengherankan bahwa
ketika banyak pihak mengejar pendidikan dari sisi kuantitas, tentu
menimbulkan berbagai macam konsekuensi logis seperti terabaikannya faktor
kualitas pendidikan.
Parahnya lagi, belakangan kita juga telah disadarkan bahwa banyak
lulusan pendidikan formal tidak memiliki spesifikasi keahlian yang dibutuhkan
oleh dunia kerja. Indonesia mengalami krisis SDM sebenarnya berpangkal
pada buruknya kualitas pendidikan yang dilaksanakan. Untuk menghadapi
krisis, sistem pendidikan memerlukan bantuan dari semua sektor kehidupan
domestik dan pada beberapa kasus, juga memerlukan sumber-sumber di luar
batas nasional. Pendidikan memerlukan dana, namun anggaran pendidikan sulit
bertambah. Pendidikan memerlukan sumber daya, khususnya sumber daya
insani nasional yang terbaik untuk meningkatkan kualitas, efisiensi, dan
produktivitas. Pendidikan memerlukan prasarana dan sarana, materi pengajaran
yang baik dan lebih baik. Di pelbagai tempat, pendidikan memerlukan pula
makanan bagi murid yang lapar agar mereka dalam kondisi siap belajar. Di atas
semua itu pendidikan memerlukan hal-hal yang tidak dapat dibeli dengan uang,
yakni gagasan dan keberanian, keputusan, keinginan baru untuk mengetahui
kemampuan diri yang diperkuat oleh suatu keinginan untuk berubah dan
bereksperimen (Coombs, 1968 : 15).
Berkaitan dengan frasa “sistem pendidikan”, lebih lanjut diungkapkan
bahwa sistem pendidikan tidak hanya mengacu pada tingkat dan tipe
pendidikan formal seperti sekolah kejuruan, umum dan spesialisasi, tetapi juga
seluruh program dan proses sistematik pendidikan di luar pendidikan formal
yaitu yang dikenal dengan pendidikan non formal. Sistem pendidikan yang di
dalamnya terdapat kegiatan pendidikan formal maupun non formal memiliki
sejumlah input, yang diproses untuk memperoleh output untuk memenuhi
tujuan tertentu. Mengacu pada sistem pendidikan selanjutnya diungkapkan
bahwa pendidikan dengan demikian merupakan suatu proses yang berinteraksi
dengan lingkungannya. Output yang ingin dihasilkan dari suatu sistem
pendidikan ditentukan oleh tujuan yang dikehendaki oleh lingkungan atau
masyarakat. Manusia yang terdidik hendaknya diperlengkapi untuk melayani
masyarakat dan mengurus dirinya sendiri sebagai individu dan anggota
masyarakat, pekerja ekonomi, pemimpin dan inovator, warga negara dan warga
dunia dan penyumbang kebudayaan. Untuk itu, pendidikan harus mampu
meningkatkan basic knowledge (pengetahuan dasar) intellectual and manual
skills (keterampilan manual dan intelektual); power of reason critism (daya
nalar/kritik); values, attitudes and motivation (nilai-nilai, sikap dan motivasi);
power of creativity and innovation (daya kreatif dan inovsi); cultural
appreciation (apresiasi kebudayaan); sense of social responsibillity (tanggung
jawab sosial); dan understanding of the modern world (memahami dunia
modern).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan non formal ?
2. Apa peran pendidikan non formal ?
3. Apa saja jenis-jenis pendidikan non formal ?
4. Apa perbedaan pendidikan non formal dengan pendidikan formal ?
5. Apa saja sasaran dan karakteristik pendidikan non formal ?
6. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan non formal di Indonesia ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari pendidikan non formal
2. Mengetahui peran pendidikan non formal
3. Mengetahui jenis-jenis pendidikan non formal
4. Mengetahui perbedaan antara pendidikan non formal dan pendidikan
nonformal
5. Mengetahui sasaran dan karakteristik pendidikan non formal
6. Menjelaskan pelaksanaan pendidikan nonformal di Indonesia
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kesulitan dan tantangan dalam kehidupan manusia baik yang diakibatkan
oleh lingkungan maupun alam yang kurang bersahabat, sering memaksa manusia
untuk mencari cara yang memungkinkan mereka untuk keluar dari kesulitan yang
dialaminya. Masih banyaknya warga yang tidak melanjutkan pendidikan ke taraf
yang memungkinkan mereka menggeluti profesi tertentu, menuntut upaya-upaya
untuk membantu mereka dalam mewujudkan potensi yang dimilikinya agar dapat
bermanfaat bagi pembangunan bangsa.
Sejauh ini, anggaran yang berkaitan dengan pendidikan mereka masih
terbatas, sehingga berbagai upaya untuk dapat terus mendorong keterlibatan
masyarakat dalam membangun pendidikan terus dilakukan oleh pemerintah. Hal
ini dimaksudkan agar makin tumbuh kesadaran akan pentingnya pendidikan dan
mendorong masyarakat untuk terus berpartisipasi aktif di dalamnya.
Bertitik tolak dari permasalahan yang dihadapi, pendidikan luar sekolah berusaha
mencari jawaban dengan menelusuri pola-pola pendidikan yang ada, seperti
pesantren, dan pendidikan keagamaan lainnya yang keberadaannya sudah jauh
sebelum Indonesia merdeka, bertahan hidup sampai sekarang dan dicintai,
dihargai dan diminati serta berakar dalam masyarakat. Kelanggengan lembaga-
lembaga tersebut karena tumbuh dan berkembang, dibiayai dan dikelola oleh dan
untuk kepentingan masyarakat. Di sisi lain, masyarakat merasakan adanya
kebermaknaan dari program-program belajar yang disajikan bagi kehidupannya,
karena pendidikan yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
nyata masyarakat.
Dalam hubungan ini pendidikan termasuk pendidikan nonformal yang
berbasis kepentingan masyarakat lainnya, perlu mencermati hal tersebut, agar
keberadaannya dapat diterima dan dikembangkan sejalan dengan tuntutan
masyarakat berkaitan dengan kepentingan hidup mereka dalam mengisi upaya
pembangunan di masyarakatnya. Ini berarti bahwa pendidikan nonformal perlu
menjadikan masyarakat sebagai sumber atau rujukan dalam penyelenggaaraan
program pendidikannya.
Pendidikan luar sekolah (pendidikan nonformal) ingin melayani, dicintai,
dan dicari masyarakat, maka mereka harus berani meniru apa yang baik dari apa
yang tumbuh di masyarakat dan kemudian diperkaya dengan sentuhan-sentuhan
yang sistematis dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan
lingkungan masyarakatnya. Strategi itulah yang perlu terus dikembangkan dan
dilaksanakan oleh pendidikan luar sekolah dalam membantu menyediakan
pendidikan bagi masyarakat yang karena berbagai hal tidak terlayani oleh jalur
formal/sekolah.
Bagi masyarakat yang tidak mampu, apa yang mereka pikirkan adalah
bagaimana hidup hari ini, karena itu mereka belajar untuk kehidupan; mereka
tidak mau belajar hanya untuk belajar, untuk itu masyarakat perlu didorong untuk
mengembangkannya melalui Pendidikan nonformal berbasis masyarakat, yakni
pendidikan nonformal dari, oleh dan untuk kepentingan masyarakat
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,ini
berarti bahwa setiap manusia Indonesia berhak mendapatkannya dan diharapkan
untuk selalu berkembang didalamnya, Pendidikan tidak akan ada habisnya,.
Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam
mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan
kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting. Kita
dididik menjadi orang yang berguna baik bagi Negara,Nusa dan Bangsa.
Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga (Pendidikan
Informal), lingkungan sekolah (Pendidikan Formal), dan lingkungan masyarakat
(Pendidikan Nonformal).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian pendidikan non formal
Pendidikan non-formal adalah pendidikan diluar jalur pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Dan hasil
pendidikan nonformal dihargai setara dengan hasil pendidikan formal.
Pendidikan non-formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan
anak usia dini, pendidikan kesetaraan, dll
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik
dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional
serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
B. Peran Pendidikan Non Formal
Lingkungan yang berfungsi melahirkan individu-individu terdidik
(educational individuals) bukan hanya lingkungan keluarga yang disebut juga
lingkungan pertama, lingkungan sekolah yang disebut juga lingkungan kedua,
tetapi juga lingkungan masyarakat yang disebut juga lingkungan ketiga.
(Purwanto, 1986 : 148). Peranan penting pendididkan pada lingkungan ketiga
yang dikenal dengan lingkungan masyarakat atau pendidikan non formal
dikarenakan manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia
menjadi bagian dari pelbagai golongan dalam masyarakat, baik dengan
sendirinya maupun dengan sengaja. Manusia dengan sendirinya adalah bagian
dari keluarga, kota, negara dan kelompok agama. Tapi ada juga golongan
yang dengan sengaja dimasuki seperti perkumpulan olah raga, serikat pekerja,
koperasi, organisasi politik, perkumpulan kesenian dan lain-lain. Melalui
kelompok-kelompok inilah pendidikan non formal dilakukan. Pendidikan non
formal dapat menjadi pelengkap dari pendidikan formal, terlebih jika
dikaitkan dengan keterbatasan-keterbatasan yang diakibatkan karena adanya
krisis.
Dalam situasi demikian, makna dibalik fenomena bermunculannya
lembaga pendidikan non formal sebenarnya lebih ingin memberikan ruang
kesadaran baru pada masyarakat, bahwa upaya pendidikan bukan sekedar
kegiatan untuk meraih sertifikasi atau legalitas semata. Lebih daripada itu,
upaya pendidikan sejatinya merupakan kegiatan penyerapan dan internalisasi
ilmu, yang pada akhirnya diharapkan mampu membawa peningkatan taraf
kehidupan bagi individu maupun masyarakat dalam berbagai aspek.
Disaat banyak orang kebingungan mencari pekerjaan, banyak lulusan
lembaga pendidikan non formal yang menciptakan lapangan pekerjaan.
Namun dibalik semua keunggulan dan variasi lembaga pendidikan non formal
yang tersedia, kejelian masyarakat dalam memilih lembaga pendidikan non
formal sebagai wahana untuk mengasah keterampilan dan menyiapkan diri
dalam menghadapi persaingan penting untuk dipertahankan. Indikator yang
paling sederhana adalah seberapa besar kesesuian bidang pelatihan yang
ditawarkan oleh lembaga pendidikan non formal dengan minat maupun
bidang yang saat ini kita geluti.
Tujuannya, tentu tidak lain supaya keahlian yang didapatkan dari pelatihan
lembaga pendidikan non formal dapat berjalan beriringan dan saling
melengkapi minat dan dunia yang kita geluti, serta meningkatkan keunggulan
kompetitif yang kita miliki. Lebih lanjut, kejelian dalam memilih juga
berfungsi pula agar investasi finansial yang telah ditanamkan tidak terbuang
percuma karena program yang sedang dijalani "terhenti di tengah jalan".
Pendidikan non formal diharapkan dapat mengatasi pelbagai problematika
kehidupan. Pendidikan melalui lingkungan masyarakat atau pendidikan non
formal memiliki berbagai nama, seperti adult education (pendidikan orang
dewasa), continuing education (pendidikan lanjutan), on-the-job training
(latihan kerja), accelerated training (latihan dipercepat), farmer or worker
training (latihan pekerja atau petani), dan extension service (pelayanan
pendidikan tambahan) dan dianggap sebagai sistem bayangan (shadow
system).
Konsep awal dari Pendidikan Non Formal ini muncul sekitar akhir tahun
60-an hingga awal tahun 70-an. Philip Coombs dan Manzoor A., P.H. (1985)
dalam bukunya The World Crisis In Education mengungkapkan pendidikan
itu pada dasarnya dibagi menjadi tiga jenis, yakni Pendidikan Formal (PF),
Pendidikan Non Formal (PNF) dan Pendidikan In Formal (PIF). Khusus
untuk PNF, Coombs mengartikannya sebagai sebuah kegiatan yang
diorganisasikan diluar system persekolahan yang mapan, apakah dilakukan
secara terpisah atau bagian terpenting dari kegiatan yang lebih luas dilakukan
secara sengaja untuk melayani anak didik tertentu untuk mencapai tujuan
belajarnya.
C. Jenis-jenis Pendidikan Non Formal
a. Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (BP-
PLSP) : adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Departemen
Pendidikan Nasional di bidang pendidikan luar sekolah. BP-PLSP
mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan pengembangan program
23 serta fasilitasi pengembangan sumberdaya pendidikan luar sekolah
berdasarkan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional.
b. Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB): adalah unit pelaksana
teknis di lingkungan Dinas Pendidikan Propinsi di bidang pendidikan
luar sekolah. BPKB mempunyai tugas untuk mengembangkan model
program pendidikan luar sekolah sesuai dengan kebijakan Dinas
Pendidikan Propinsi dan kharakteristik propinsinya.
c. Sanggar Kegiatan Belajar (SKB): adalah unit pelaksana teknis Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota di bidang pendidikan luar sekolah
(nonformal). SKB secara umum mempunyai tugas membuat percontohan
program pendidikan nonformal, mengembangkan bahan belajar muatan
lokal sesuai dengan kebijakan dinas pendidikan kabupaten/kota dan
potensi lokal setiap daerah.
d. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM): suatu lembaga milik
masyarakat yang pengelolaannya menggunakan azas dari, oleh dan untuk
masyarakat. PKBM ini merupakan wahana pembelajaran dan
pemberdayaan masyarakat sehingga mereka semakin mampu untuk
memenuhi kebutuhan belajarnya sendiri. PKBM merupakan sumber
informasi dan penyelenggaraan berbagai kegiatan belajar pendidikan
kecakapan hidup sebagai perwujudan pendidikan sepanjang hayat.
e. Lembaga Pendidikan Non Formal sejenis: adalah lembaga pendidikan
yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, yang memberikan
pelayanan pendidikan nonformal berorientasi life skills/keterampilan dan
tidak tergolong ke dalam kategori-katagori di atas, seperti; LPTM,
Organisasi Perempuan, LSM dan organisasi kemasyarakatan lainnya.
Dalam hal ini perlu disadari bahwa pengembangan masyarakat itu akan
lancar apabila di masyarakat itu telah berkembang motivasi untuk
membangun serta telah tumbuh kesadaran dan semangat mengembangkan diri
ditambah kemampuan serta ketrampilan tertentu yang dapat menopangnya,
dan melalui kegiatan pendidikan, khususnya pendidikan nonformal
diharapkan dapat tumbuh suatu semangat yang tinggi untuk membangun
masyarakat desanya sendiri sabagai suatu kontribusi bagi pembangunan
bangsa pada umumnya.
D. Sasaran dan Karakteristik Pendidikan Non Formal.
Sasaran Pendidikan Non Formal dapat ditinjau dari beberapa segi, yakni
pelayanan, sasaran khusus, pranata sistem pengajaran dan pelembagaan
program. Ditilik dari segi pelayanan, sasaran Pendidikan Non Formal adalah
melayani anak usia sekolah (0-6 tahun), anak usia sekolah dasar (7-12 tahun),
anak usia pendidikan menengah (13-18 tahun), anak usia perguruan tinggi
(19-24 tahun). Ditinjau dari segi sasaran khusus, Pendidikan Non Formal
mendidik anak terlantar, anak yatim piatu, korban narkoba, perempuan
penghibur, anak cacat mentau maupun cacat tubuh. Dari segi pranata,
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dilakukan dilingkungan keluarga,
pendidikan perluasan wawasan desa dan pendidikan keterampilan. Di segi
layanan masyarakat, sasaran Pendidikan Non Formal antara lain membantu
masyarakat melalui program PKK, KB, perawatan bayi, peningkatan gizi
keluarga, pengetahuan rumah tangga dan penjagaan lingkungan sehat. Dilihat
dari segi pengajaran, sasaran Pendidikan Non Formal sebagai penyelenggara
dan pelaksana program kelompok, organisasi dan lembaga pendidikan,
program kesenian tradisional ataupun kesenian modern lainnya yaitu menjadi
fasilitator bahkan turut serta dalam program keagamaan, seperti mengisi
pengajaran di majelis taklim, di pondok pesantren, dan bahkan di beberapa
tempat kursus. Sedangkan sasaran Pendidikan Non Formal ditinjau dari segi
pelembagaan, yakni kemitraan atau bermitra dengan berbagai pihak
penyelenggara program pemberdayaan masyarakat berkoordinasi dengan desa
atau pelaksana program pembangunan.
Bagaimana dengan karakteristik Pendidikan Non Formal? Secara khusus
Pendidikan Non Formal memiliki spesifikasi yang ‘unik’ dibanding
pendidikan sekolah, terutama dari berbagai aspek yang dicakupinya. Ini
terlihat dari tujuan Pendidikan Non Formal , yakni memenuhi kebutuhan
belajar tertentu yang fungsional bagi kehidupan masa kini dan masa depan,
dimana dalam pelaksanananya tidak terlalu menekankan pada ijazah. Dalam
waktu pelaksanannya, Pendidikan Non Formal terbilang relatif singkat,
menekankan pada kebutuhan di masa sekarang dan masa yang akan datang
serta tidak penuh dalam menggunakan waktu alias tidak terus menerus.
Isi dari program Pendidikan Non Formal ini berpedolam pada kurikulum
pusat pada kepentingan peserta didik (warga belajar), mengutamakan aplikasi
dimana menekanannya terletak pada keterampilan yang bernilai guna bagi
kehidupan peserta didik dan lingkungannya. Soal persyaratan masuk
Pendidikan Non Formal, hal itu ditetapkan berdasarkan hasil kesepakatan
bersama antara sesama peserta didik. Proses belajar mengajar dalam
Pendidikan Non Formal pun relative lebih fleksibel, artinya diselenggarakan
di lingkungan masyarakat dan keluarga.
E. Perbedaan pendidikan non formal dan pendidikan formal
Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur,
bertingkat dimulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi dan yang
setaraf dengannya, termasuk didalamnya adalah kegiatan studi yang
berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan
profesional yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus. Pendidikan
formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Sedangkan pengertian pendidikan nonformal adalah pendidikan diluar jalur
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang. Dan hasil pendidikan nonformal dihargai setara dengan hasil
pendidikan formal. Pendidikan non-formal meliputi pendidikan kecakapan
hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kesetaraan, dll
F. Pelaksanaan pendidikan non formal di Indonesia
Pelaksanaan pendidikan non formal dapat dilihat perbedaannya pada kasus
negara industri dan negara berkembang. Pada negara maju seperti di Eropa dan
Amerika Utara pendidikan non formal dipandang sebagai pendidikan lanjutan
bagi kehidupan seseorang. Pendidikan seumur hidup sangat berarti dalam
memajukan dan mengubah masyarakat karena tiga alasan :
1) Untuk memperoleh pekerjaan ;
2) menjaga ketersediaan tenaga kerja terlatih dengan teknologi dan
pengetahuan baru yang diperlukan untuk melanjutkan
produktivitas;
3) memperbaiki kualitas dan kenyamanan hidup individu melalui
pengayaan kebudayaan dengan memanfaatkan waktu luang. Dalam
perspektif ini, maka pendidikan lanjutan bagi guru memiliki arti
strategis, jika gagal memberikan mereka pengetahuan yang
mutakhir, maka mereka akan “memberikan pendidikan kemarin
bagi generasi esok”.
Pada negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pendidikan
non formal berperan untuk mendidik begitu banyak petani, pekerja, usahawan
kecil dan lainnya yang tidak sempat bersekolah dan mungkin tidak memiliki
keterampilan maupun pengetahuan yang dapat diamalkan bagi dirinya sendiri
maupun bagi pembangunan bangsanya. Peran lainnya adalah untuk
meningkatkan kemampuan dari orang-orang yang memiliki kualifikasi seperti
contohnya guru dan lainnya untuk bekerja di sektor swasta dan pemerintah,
agar mereka bekerja lebih efektif.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari apa yang telah diuraikan terdahulu dapatlah ditarik beberapa
kesimpulan berkaitan dengan Pendidikan Nonformal sebagai berikut :
Pendidikan non formal merupakan upaya untuk lebih melibatkan
lingkungan masyarakat dalam upaya-upaya membangun pendidikan
untuk kepentingan masyarakat dalam menjalankan perannya dalam
kehidupan.
Pendidikan nonformal merupakan suatu upaya untuk menjadikan
pendidikan nonformal lebih berperan dalam upaya membangun
masyarakat dalam berbagai bidangnya, pelibatan masyarakat dalam
pendidikan nonformal dapat makin meningkatkan peran pendidikan
yang dapat secara langsung dirasakan oleh masyarakat.
Untuk mencapai hal tersebut pemberdayaan masyarakat melalui
pengelolaan pendidikan nonformal menjadi suatu keharusan, dalam
hubungan ini diperlukan tentang pemehaman kondisi masyarakat
khususnya di desa berkaitan dengan hal-hal yang dibutuhkan dalam
rangka meningkatkan kualitas hidupnya, serta turut bertanggungjawab
dalam upaya terus mengembangkan pendidikan yang berbasis
masyarakat, khususnya masyarakat desa
B. SARAN
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan makalah ini meskipun
penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan
tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan saya ini, karena kami
manusia yang adalah tempat salah dan dosa: dalam hadits “al insanu minal
khotto’ wannisa’, dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi
motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.
saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah Ilmu Pendidikan Bp. Kir Haryana yang telah memberi kami tugas
makalah demi kebaikan diri kita sendiri dan untuk orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/07/pengertian-pendidikan-formal-dan.html
http://www.unindra.ac.id/?q=node/37
http://www.bunghatta.ac.id/artikel/259/pentingnya-pendidikan-bagi-semua-orang.html
http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/pendidikan-nonformal/
http://www.sarjanaku.com/2011/03/pendidikan-formal.html
http://www.imadiklus.com/2012/10/pendidikan-non-formal-pls-dan-pentingnya-pendidikan-sejak-usia-dini.html
http://houseofwen.blogspot.com/2010/04/pentingnya-pendidikan-di-indonesia.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_nonformal
Recommended