View
81
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB I
LANDASAN TEORI
A. Medis
1. Definisi
Struma adalah istilah untuk pembesaran kelenjar gondok.
(kumpulan kuliah patologi, FKUI . Jakarta)
Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh penambahan
jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah
banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar-debar, keringat,
gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun, mata membesar,
penyakit ini dinamakan hipertiroid (graves’ disease).
(http://mantrinews.blogspot.com/2011/12/laporan-pendahuluan-struma.html)
Gambar Struma
(sumber : http://dhanifreedom.wordpress.com/2012/04/16/struma/)
2. Anatomi Fisiologi
Kelenjar thyroid terletak di depan trakhea dan di bawah laryng yang terdiri atas
dua lobus yang terletak disebelah dan kiri trakhea dan diikat bersama oleh
secarik jaringan disebut istmus yang melintasi pada cincin tulang trakhea dua
dan tiga.
Struktur thyroid terdiri atas sejumlah besar folikel dilapisi oleh cuboid epitelium
membentuk ruang yang disebut koloid yaitu lumen substansi protein. Regulasi
sekresi hormon tyroid dipengaruhi oleh sistim kerja balik antara kelenjar
hipofisis atau pituitari lobus anterior dan kelenjar thyroid. Lobus anterior
hipofisis mensekresi TSH yang berfungsi meningkatkan iodine, meningkatkan
sintesis dan sekresi hormon thyroid, meningkatkan ukuran kelenjar thyroid.
Apabila terjadi penurunan hormon thyroid, hipofisis anterior merangsang
peningkatan sekresi TSH dan mempengaruhi kelenjar thyroid untuk
meningkatkan sekresi hormon thyroid: Thyroxine (T4) berfungsi untuk
mempertahankan metabolisme tubuh dan Tridothyronin (T3), berfungsi untuk
mempercepat metabolisme tubuh.
Gambar kelenjar tiroid
(Sumber : http://yusnia-bio.blogspot.com/2009/04/kelenjar-tiroid-kelenjar-
gondok.html)
a. Fungsi Fisiologis Hormon Tiroid:
1) Meningkatkan transkripsi gen ketika hormon tiroid (kebanyakan T3)
berikatan dengan reseptornya di inti sel.
2) Meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria sehingga pembentukkan
ATP (adenosin trifosfat) meningkat.
3) Meningkatkan transfor aktif ion melalui membran sel.
4) Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak, terutama pada
masa janin.
b. Kelenjar tiroid dialiri oleh beberapa arteri:
1) A. thyroidea superior (arteri utama)
2) A. thyroidea inferior (arteri utama)
3) Terkadang masih pula terdapat A. thyroidea ima, cabang langsung dari
aorta atau A. anonyma.
c. Kelenjar tiroid mempunyai 3 pasang vena utama:
1) V. thyroidea superior (bermuara di V. jugularis interna).
2) V. thyroidea medialis (bermuara di V. jugularis interna).
3) V. thyroidea inferior (bermuara di V. anonyma kiri).
Aliran limfe terdiri dari 2 jalinan: Jalinan kelenjar getah bening
intraglandularis dan Jalinan kelenjar getah bening extra glandularis.
Kedua jalinan ini akan mengeluarkan isinya ke limfonoduli pretracheal lalu
menuju ke kelenjar limfe yang dalam sekitar V. jugularis. Dari sekitar V.
jugularis ini diteruskan ke limfonoduli mediastinum superior.
d. Persarafan kelenjar tiroid:
1) Ganglion simpatis (dari truncus sympaticus) cervicalis media dan
inferior
2) Parasimpatis, yaitu N. laryngea superior dan N. laryngea recurrens
(cabang N.vagus). N. laryngea superior dan inferiorsering cedera waktu
operasi, akibatnya pita suara terganggu (stridor/serak).
Secara histologi, parenkim kelenjar ini terdiri atas:
a. Folikel-folikel dengan epithetlium simplex kuboideum yang mengelilingi
suatu massa koloid. Sel epitel tersebut akan berkembang menjadi bentuk
kolumner katika folikel lebih aktif (seperti perkembangan otot yang terus
dilatih).
b. Cellula perifolliculares (sel C) yang terletak di antara beberapa folikel yang
berjauhan.
(http://mantrinews.blogspot.com/2011/12/laporan-pendahuluan-struma.html)
3. Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan
faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain:
a. Defisiensi iodium. Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat
di daerah yang kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium,
misalnya daerah pegunungan.
b. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
c. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol,
lobak, kacang kedelai).
d. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya: thiocarbamide,
sulfonylurea dan litium).
(http://mantrinews.blogspot.com/2011/12/laporan-pendahuluan-struma.html)
4. Klasifikasi
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik
teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme (Hartini,
1987)
Struma Diffusa toxica adalah salah satu jenis struma yang disebabkan oleh
sekresi hormon-hormon thyroid yang terlalu banyak. Histologik keadaan ini
adalah sebagai suatu hipertrofi dan hyperplasi dari parenkhym kelenjar.
Struma endemik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang disebabkan oleh
asupan mineral yodium yang kurang dalam waktu yang lama.
5. Manifestasi Klinis
Jika struma cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan
gangguan pada respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan
menelan. Peningkatan simaptis seperti; jantung menjadi berdebar-debar, gelisah,
berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, diare, gemetar, dan kelelahan.
(http://mantrinews.blogspot.com/2011/07/struma.html )
6. Patofisiologi dan WOC
Gangguan pada jalur TRH-TSH hormon tiroid ini menyebabkan perubahan
dalam struktur dan fungsi kelenjar tiroid gondok. Rangsangan TSH reseptor
tiroid oleh TSH, TSH-Resepor Antibodi atau TSH reseptor agonis, seperti
chorionic gonadotropin, akan menyebabkan struma diffusa. Jika suatu kelompok
kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel maligna metastase ke kelenjar tiroid, akan
menyebabkan struma nodusa.
(Mulinda, 2005)
Defesiensi dalam sintesis atau uptake hormon tiroid akan menyebabkan
peningkatan produksi TSH. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan jumlah
dan hiperplasi sel kelenjar tyroid untuk menormalisir level hormon tiroid. Jika
proses ini terus menerus, akan terbentuk struma. Penyebab defisiensi hormon
tiroid termasuk inborn error sintesis hormon tiroid, defisiensi iodida dan
goitrogen.
(Mulinda, 2005)
Struma mungkin bisa diakibatkan oleh sejumlah reseptor agonis TSH. Yang
termasuk stimulator reseptor TSH adalah reseptor antibodi TSH, kelenjar
hipofise yang resisten terhadap hormon tiroid, adenoma di hipotalamus atau di
kelenjar hipofise, dan tumor yang memproduksi human chorionic gonadotropin.
(Mulinda, 2005)
7. Pemeriksaan penunjang
a. Dilakukan foto thorak posterior anterior
b. Foto polos leher antero posterior dan lateral dengan metode soft tissu technig
c. Esofagogram bila dicurigai adanya infiltrasi ke osofagus.
d. Laboratorium darah
e. Pemeriksaan sidik tiroid
f. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
g. Biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration/FNA)
h. Termografi
i. Petanda Tumor
8. Penatalaksanaan
a. Obat antitiroid: 1) Inon tiosianat mengurangi penjeratan iodida2) Propiltiourasil (PTU) menurunkan pembentukan hormon tiroid3) Iodida pada konsentrasi tinggi menurunkan aktivitas tiroid dan ukuran
kelenjar tiroid.
b. Tindakan Bedah: 1) Tiroidektomi subtotal yaitu mengangkat sebgaian kelenjar tiroid. Lobus
kiri atau kanan yang mengalami perbesaran diangkat dan diharapkan kelenjar yang masihtersisa masih dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan hormon-hormon tiroid sehingga tidak diperlukan terapi penggantian hormon.
2) Tiroidektomi total yaitu mengangkat seluruh kelenjar tiroid. Klien yang menjalani tindakan ini harus mendapat terapi hormon pengganti yang besar dosisnya beragam pada setiap individu dan dapat dipengaruhi oleh usia, pekerjaan dan aktivitas.
9. Pencegahan
Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri
dari berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya struma adalah :
a. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola perilaku
makan dan memasyarakatkan pemakaian garam yodium.
b. Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti ikan laut.
c. Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam beryodium setelah
dimasak, tidak dianjurkan memberikan garam sebelum memasak untuk
menghindari hilangnya yodium dari makanan.
d. Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini
memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan garam karena
dapat terjangkau daerah luas dan terpencil. Iodisasi dilakukan dengan yodida
diberikan dalam saluran air dalam pipa, yodida yang diberikan dalam air
yang mengalir, dan penambahan yodida dalam sediaan air minum.
e. Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk di daerah
endemik berat dan endemik sedang. Sasaran pemberiannya adalah semua
pria berusia 0-20 tahun dan wanita 0-35 tahun, termasuk wanita hamil dan
menyusui yang tinggal di daerah endemis berat dan endemis sedang. Dosis
pemberiannya bervariasi sesuai umur dan kelamin.
f. Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%) diberikan 3
tahun sekali dengan dosis untuk dewasa dan anak-anak di atas 6 tahun 1 cc
dan untuk anak kurang dari 6 tahun 0,2-0,8 cc.
B. Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktifitas/istirahat
Gejala : insomnia, sensivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi,
kelelahan berat.
Tanda : atropi otot
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : disritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan
tekanan darah dengan takanan dada yang berat, takhikardi saat istirahat,
sirkulasi kolap, syok (krisis tirotoksikosis).
c. Eliminasi
Gejala : urine dalam jumlah yang banyak, perubahan dalam faeces.
d. Integritas ego
Gejala : mengalami stress yang berat baik maupun fisik
Tanda : emosi labil (euphoria sedang sampai delirium), depresi.
e. Makanan/cairan
Gejala : kehilangsn berat badan mendadak, nafsu makan meningkat,
makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
Tanda : pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah
pretibial.
f. Neurosensori
Tanda : bicara cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti
bingung, disorientasi, gelisa, peka rangsang, delirium, psikosis, stupor,
koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak-
sentak, hiperaktif reflek tendon dalam (RTD).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri orbital/fothopobia
h. Pernafasan
Tanda : frekwensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, sumbatan jalan
nafas, terjadi penekanan.
i. Keamanan
Gejala : tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, kebutuhan
meningkat akan iodium (G), alergi etrhadap iodium (Hi).
Tanda : suhu meningkat 37,4 derajat celcius. Diaforesisi, kulit halus, hangat
dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, exoftalmus: retraksi,
iritasi padakonjungtiva dan berair. Puritus, lesi, eritema ( sering terjadi pada
pretibial) yang menjadi sangat parah.
j. Seksualitas
Tanda : penurunan libido, hipomenorhea dan impotensi.
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : adanya riwayat keluarga mengalami masalah itroid, riwayat
hipotiroidisme, terapi hormon tiroid atau pengobatan antitiroid, dihentikan
terhadap pengobatan antitiroid, dilakukan pembedahan tiroidektomi
sebagian, riwayat pemberian insulin yang menyebabkan hipoglikemia,
gangguan jantung atau pembedahan jantung, penyakit yang baru terjadi
(pnemonia), trauma, periksaan rontgen fhoto dengan zat kontras.
2. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan adanya pembesaran
jaringan pada leher, penekanan trakhea.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan penurunan
proses kognitif.
d. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan fisik post op
tiroidektomi
Recommended