View
542
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
1
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH
ACARA I
KOLEKSI PUPUK
Disusun oleh:
Ahmad Khoirudin Asrofi (11913)
Lathifatul Lailia (11938)
Nur Kusumastuti (11975)
Eka Putri D. (12006)
Siska Ernitawati (12066)
Golongan : A3 (Siang)
Asisten : Basyit Wulan I.
LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
2
ACARA 1
KOLEKSI PUPUK
Abstraksi Praktikum Acara 1 dengan judul Koleksi Pupuk ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan
Kesubuaran Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
pada hari Rabu, 03 Oktober 2012. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal dan
membuat koleksi pupuk. Pupuk merupakan salah satu sarana produksi pertanian yang sangat
menentukan kualitas dan kuantitas hasil panen. Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu
atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut berupa mineral atau organik, dihasilkan oleh
kegiatan alam atau diolah oleh manusia di pabrik. Fungsi pupuk adalah sebagai salah satu sumber
zat hara buatan yang diperlukan untuk mengatasi kekurangan nutrisi terutama unsur-unsur
nitrogenm, fosfor, dan kalium. Sedangkan unsur sulfur, kalium, magnesium, besi, tembaga, seng,
dan boron merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit (mikronutrient). Koleksi
pupuk dilakukan dengan membeli pupuk yang belum ada di laboratorium kimia dan kesuburan
tanah.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pupuk adalah material tertentu yang ditambahkan ke media tanam atau
tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan
tanaman sehingga dapat berproduksi dengan baik. Bahan pupuk yang paling awal
adalah kotoran hewan, sisa pelapukan tanaman dan arang kayu. Pupuk yang berasal
dari bahan-bahan alami tersebut termasuk dalam golongan pupuk organik.
Masukkan organik dan bahan alam merupakan pendukung utama keberhasilan
program pertanian organik dan pertanian berkelanjutan. Upaya tersebut harus
ditempuh untuk menghadapi kenyataan bahwa sebagian besar lahan di Indonesia
memiliki kandungan bahan organik yang rendah (< 1%) dan adanya penurunan
produktivitas tanah terutama di lahan pertanian intensif.
Hal yang perlu diperhatikan dalam memanfaatkan suatu bahan untuk
digunakan sebagai bahan pupuk, antara lain ketersediaan bahan dalam jangka
panjang, kandungan hara, tingkat perombakan, bebas dari senyawa meracun atau
mikrobia pathogen dan kemudahan pengolahan.
B. Tujuan
Untuk mengenal dan membuat koleksi pupuk
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi
tanaman. Bahan tersebut berupa mineral atau organik, dihasilkan oleh kegiatan alam
atau diolah oleh manusia di pabrik. Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman adalah: C,
H, O (ketersediaan di alam masih melimpah), N, P, K, Ca, Mg, S (hara makro, kadar
dalam tanaman > 100 ppm), Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, Mo, B (hara mikro, kadar dalam
tanaman < 100 ppm). Pupuk diberikan agar tanaman (tumbuhan yang diusahakan
manusia) dapat tumbuh, berkembang dan menghasilkan sesuai yang diharapkan.
Manusia selalu menuntut lebih terhadap kemampuan tanaman. Rekayasa genetik dan
lingkungan di lakukan agar tanaman memberikan kinerja yang lebih baik. Dengan
bantuan hasil tanaman tersebut, unsur yang semula berada dalam tanah masuk ke dalam
tubuh manusia. Tumbuhan tidak memerlukan pupuk. Karena tumbuhan mampu
mengambil unsur hara yang tersedia di lingkungan hidupnya. Pada lahan yang tidak
terusik manusia, kesuburan tanah selalu meningkat, karena terjadi pelonggokan materi
dan energi di tempat tersebut. Mineral dari jeluk yang lebih dalam diangkut ke daun dan
digugurkan ke permukaan tanah. Gas-gas di udara terutama CO2 dijerat dan digunakan
sebagai penyusun tubuh tumbuhan. Tumbuhan selalu hidup bersama dengan lelembut
(mikrobia). Serasah tumbuhan menjadi makanan dan sumber energi bagi lelembut
tersebut untuk terus bekerja. Hasil perombakan digunakan kembali oleh tumbuhan.
Interaksi mineral dan bahan organik yang terus menerus itu, akan diikuti ketersedian
hara dan lengas yang makin besar, sehingga memberikan lingkungan yang terbaik bagi
tumbuhan. (Anonim, 2011)
Pemupukan bertujuan untuk memenuhi jumlah kebutuhan unsur hara yang tidak
sesuai di dalam tanah, sehingga produksi meningkat. Hal ini berarti penggunaan pupuk
dan input lainnya diusahakan agar mempunyai efisiensi tinggi. Efisiensi pemupukan
haruslah dilakukan, karena kelebihan atau tidak tepatnya pemberian pupuk merupakan
pemborosan yang berarti mempertinggi input (Lestari et al., 2007).
Efisiensi dari pemakaian pupuk khususnya N, P, K juga penting untuk mencukupi
sebagian besar kebutuhan akan N, P, K pada tanaman. Selain itu pemberian unsur ini
dapat meningkatkan nilai ekonomis, energi, dan kemampuan beradaptasi pada
lingkungan yang lebih baik (Elberi et al., 2003).
4
Kalau dibandingkan dengan pupuk alam, pupuk buatan mempunyai beberapa
kelebihan dan keburukan. Kebaikannya antara lain: kita dapat memberikan makanan
tanaman dalam jumlah yang kita anggap perlu, zat-zat makan tanaman dapat diberikan
dalam perbandingan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing jenis tanaman,
makanan tanaman dapat diberikan dalam bentuk yang mudah tersedia. Dapat diberikan
pada saat yang tepat, dan pemakaian serta pengangkutan yang mudah dan lebih murah
karena konsentrasinya tinggi. Sedangkan keburukannya antara lain: umumnya
membahayakan kesehatan manusia dan umumnya tidak/sedikit sekali mengandung
unsur-unsur mikro (Hardjowigeno, 1979).
Pemakaian bahan cair untuk pemupukan dianggap sangat penting di daerah
tertentu. Digunakan tiga metode pokok dalam memberikan pupuk cair yaitu langsung
diberikan pada tanah, pemberian bersama air irigasi, dan penyemprotan tanaman dengan
larutan pupuk yang sesuai (Maas, 1996).
Kecuali pembagian tersebut masih ada cara lain mengelompokkan pupuk ini,
yaitu dengan melihat unsur hara yang dikandungnya. Dengan cara pengelompokan ini
maka dikenallah macam pupuk sebagai berikut Pupuk tunggal, yakni pupuk yang hanya
mengandung satu (tunggal) unsur hara makro saja, misalnya urea : mengandung unsur
hara Nitrogen (N), Pupuk majemuk, yakni pupuk yang mengandung lebih dari satu
unsur hara makra, misalnya DAP : mengandung unsur hara Nitrogen dan Fosfor, Pupuk
lengkap, yaitu pupuk yang mengandung unsur hara lengkap secara keseluruhan (unsur
makro dan unsur mikro) (Anonim, 2007)
5
III. METODOLOGI
Praktikum acara 1 yang berjudul Koleksi Pupuk ini dilaksanakan pada hari Rabu,
3 Oktober 2012 di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah pensil, bolpoin, dan kertas serta kamera digital untuk mencatat
sifat dari koleksi pupuk dan mendokumentasikan koleksi pupuk tersebut. Bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah pupuk ultradap.
Cara kerja dalam praktikum ini adalah setiap kelompok membuat koleksi : 1
(satu) macam pupuk disertai data atau leaflet yang memuat sifat dan cara aplikasinya.
Pupuk yang dikumpulkan apa adanya, diusahakan dari produk yang siap dipasarkan.
Jumlah pupuk yang dikumpulkan 1000gram (padat) atau 1000 ml (cair). Usahakan
mencari pupuk yang belum dikoleksi oleh laboratorium.
6
IV. HASIL PENGAMATAN
Koleksi pupuk dilakukan dengan membeli pupuk yang belum dikoleksi oleh
Laboratorium kesuburan. Pembelian pupuk dilakukan pada hari,tanggal : Sabtu, 29
September 2012 di Daerah Moyudan di Kios Pertanian dan Peternakan Agro HIT,
Jalakan, TambakRejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta. Pupuk yang ingin dikoleksi
tersebut bernama dagang Pupuk Ultradap dengan rincian data sebagai berikut :
a. Nama Dagang : Ultradap
b. Warna : Putih
c. Senyawa kimia : N 12 % dan P2O5 60%
d. Kemasan : Plastik
e. Bentuk : Kristal
f. Produsen : Saprotan Utama, Semarang
g. Aturan pakai :
No. Jenis Dosis Aplikasi Kegunaan Aturan Pakai
1. Kentang 5 gram-
40gram/lt air
3 sdm
ultradap+5sdm
CPN dilarutkan
dalam 10 lt air,
air dituangkan
untuk 50
tanaman
Merangsang
pertumbuhan
akar,
pembentukan
batang dan
bunga
Pakai mulai
umur 7 HST
sampai
menjelang
pembungaan,
3 x aplikasi,
interval 1
minggu.
2. Cabai dan
Tomat
5 gram-
20gram/liter
air
3sdm
ultradap+5 sdm
CPN (KNO3
merah Pak
Tani)dilarutkan
dalam 10 lt air,
dituangkan
untuk 50
tanaman
Merangsang
pertumbuhan
akar,
pembentukan
batang dari
bunga
Pakai saat
mulai umur 7
HST sampai
menjelang
pembungaan
7-9 x
aplikasi,
interval 1
minggu
3 Semangka
dan
Melon
2gram-
4gram/lt air
Larutkan
ultradap dengan
takaran 2-4 sdm
Merangsang
pertumbuhan
akar,
Pakai mulai
umur 7 HST
sampai
7
pertangki
semprot atau
0,5-1 kg dalam
200 lt air
pembentukan
batang dan
bunga.
menjelang
pembungaan
3-5 x
aplikasi,
interval 1
minggu.
8
V, PEMBAHASAN
Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi
tanaman. Bahan tersebut berupa mineral atau organik, dihasilkan oleh kegiatan alam
atau diolah oleh manusia di pabrik. Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman adalah: C,
H, O (ketersediaan di alam masih melimpah), N, P, K, Ca, Mg, S (hara makro, kadar
dalam tanaman > 100 ppm), Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, Mo, B (hara mikro, kadar dalam
tanaman < 100 ppm). Pupuk diberikan agar tanaman (tumbuhan yang diusahakan
manusia) dapat tumbuh, berkembang dan menghasilkan sesuai yang diharapkan.
Manusia selalu menuntut lebih terhadap kemampuan tanaman. Rekayasa genetik dan
lingkungan di lakukan agar tanaman memberikan kinerja yang lebih baik. Dengan
bantuan hasil tanaman tersebut, unsur yang semula berada dalam tanah masuk ke dalam
tubuh manusia. Tumbuhan tidak memerlukan pupuk. Karena tumbuhan mampu
mengambil unsur hara yang tersedia di lingkungan hidupnya.
Fungsi pupuk adalah sebagai salah satu sumber zat hara buatan yang diperlukan
untuk mengatasi kekurangan nutrisi terutama unsur-unsur nitrogenm, fosfor, dankalium.
Sedangkan unsur sulfur, kalium, magnesium, besi, tembaga, seng, dan boron merupakan
unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit (mikronutrient). Pupuk terdiri dari
dua jenis yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuik organik merupakan pupuk
yang terbuat dari sisa bahan tanaman, pupuk hijau, dan kotoran hewan yang mempunyai
kandungan unsur hara rendah. Pupuk organik tersedia setelah zat tersebut mengalami
proses pembusukkan oleh mikroorganisme. Selain pupuk anorganik juga harus
diberikan pada tanaman. Macam-macam pupuk organik adalah pupuk kompos, pupuk
hijau,dan pupuk kandang.
Pupuk anorganik atau pupuk buatan (dari senyawa anorganik) adalah pupuk yang
sengaja dibuat oleh manusia dalam pabrik dan mengandung unsur hara tertentu dalam
jumlah kadar tinggi, pupuk anorganik digunakan untuk mengatasi kekurangan mineral
murnidari alam yang diperlukan tumbuhan untuk hidup secara wajar. Pupuk anorganik
dapat menghasilkan bulir hijau dan yang dibutuhkan dalam proses fotositesis.
Berdasarkan kandungan unsur-unsurnya pupuk dapat dibagi menjadi pupuk tunggal,
seperti pupuk nitrogen, pupuk fosforus, pupuk kalium dan pupuk majemuk yaitu pupuk
NPK.
9
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pupuk ultradap merupakan salah
satu pupuk majemuk yang berbahan dasar senyawa kimia dua jenis yaitu Nitrogen
sebesar 12 % dan P2O5 sebesar 60% dengan ciri fisik pupuk berwarna putih dan
granuler kristal (butiran kecil) dan pada kemasarn plastik. Pupuk tersebut diproduksi
oleh Saprotan Utama Semarang dan dijual di berbagai cabang. Salah satu cabangnya
adalah di daerah Jalakan, Tambakrejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta.
Berbagai macam pupuk adalah ada pupuk Tunggal, pupuk majemuk, danm pupuk
alternatif. Pupuk tunggal misalnya pupuk N (Urea, Za), Pupuk P (SP-36), Pupuk K
(KCl). Sedangkan pupuk majemuk antara lain pupuk NP, NK, PK, NPK, NPK + Hara
mikro. Sedangkan pupuk alternatif dan pembenah tanah antara lain batuan fosfat,
kompos, pupuk kandang, pupuk hayati, zeolit.
Pupuk ultradap termasuk kedalam pupuk majemuk yang terdiri dari P2O5 dengan
kadar 60% dan senyawa N sebesar 12 %. Dapat diketahui bahwa pupuk ini didominasi
olek senyawa P2O5. Pupuk dengan kadar pospat Oksida yang tinggi meiliki sifat dapat
merangsang pertumbuhan akar, pembentukan batang dan bunga lebih cepat.
Pada prinsipnya pupuk P adalah endapan-endapan alam dari batuan yang
mengandung fosfor, senyawa besi dan tulang-tulang binatang. Pupuk fosfat yang dibuat
dari bahan tersebut diatas dapat digolongkan menjadi fosfat alam yang meliputi bahan
batuan fosfat yang masih asli. Senyawa fosfat sebagai hasil pelakuan secara sederhana,
misalnya : abu, tulang, arang tulang, super fosfat Ca-Fosfat dsb, Fosfat hasil sampingan
seperti basic slang, dan yang disebut senyawa fosfat, seperti fosfat-fosfat yang diikat
dalam bentuk: ammonium, nitrat, misalnya : ammonium fosfat, fosfat nitrat, kalium
fosfat, ammo-phos dan lain-lain ikatan fosfat.
10
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
1. Pupuk merupakan masukkan organik dan bahan alam yang merupakan pendukung
utama keberhasilan program pertanian berkelanjutan.
2. Pupuk Ultradap merupakan pupuk kimia dan pupujk majemuk yang terdiri dari
senyawa P2O5 60% dan N 12 %.
3. Pupuk yang mengandung P2O5 60% dapat merangsang pertumbuhan akar, lebih
cepat, pembentukan batang dan bunga lebih cepat.
4. Pupuk ultradap dapat digunakan untuk tanaman sayuran seperti kentang, cabai,
tomat,dan tanaman buah-buahan seperti melon dan semangka dengan takaran dan
dosis yang berbeda.
B. Saran
1. Setiap perusahan pupuk seharusnya memberikan keterangan yang jelas terhadap
pupuk yang diproduksi karena terdapat beberapa jenis pupuk yang memiliki
ketidakjelasan keterangan mengenai pupuk yang diproduksi
11
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Pengenalan Pupuk. <http://pusri.wordpress.com>. Diakses tanggal 11
November 2012.
Anonim. 2011. Kesuburan tanah. <http://repository.usu.ac.id>. Diakses tanggal 11`
November 2012.
Elberi, A., D. H. Putnam and M. Schimitt. 2003. Nitrogen fertilizer and cultivar effect
of yield and nitrogen use efisiensi of grain amaranth. Agronomy Journal. 83:
120-129.
Hardjowigeno, S. 1979. Ilmu Tanah. PT. Melton Putra. Jakarta.
Lestari, A, S. Murdiyati dan Djumali. 2007. Pengaruh dosis pupuk terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman kapas. Agr-UMY 5:9-11
Maas, A. 1996. Ilmu Tanah dan Pupuk. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
12
LAMPIRAN
13
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH
ACARA II
SIFAT PUPUK
Disusun oleh:
Ahmad Khoirudin Asrofi (11913)
Lathifatul Lailia (11938)
Nur Kusumastuti (11975)
Eka Putri D. (12006)
Siska Ernitawati (12066)
Golongan : A3 (Siang)
Asisten : Basyit Wulan I.
LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
14
ACARA II
SIFAT PUPUK
Abstraksi
Praktikum Acara 2 dengan judul Sifat Pupuk ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan
Kesubuaran Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
pada hari Rabu, 03 Oktober 2012. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal berbagai
jenis pupuk dan mencirikan sifat-sifat pupuk berdasarkan koleksi yang sudah ada guna
mengetahui pengaplikasiannya secara tepat agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Berdasarkan sifatnya pupuk dibedakan menjadi pupuk organik dan anorganik, sedangkan
berdasarkan macam haranya pupuk dibedakan menjadi tiga yaitu pupuk tunggal, pupuk
majemuk, dan pupuk alternatif. Pupuk yang diamati antara lain : M.K.P (Mono Kalsium
Phosphate), Pomi, SM Daun, CPN, Bio Nutrimax Plus, Saputra Nutrient, Grow Toop-D,
Growmore, Super Tonik, dan Gandasil D.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pupuk merupakan suatu bahan yang esensial bagi tanaman karena pupuk
berperanan dalam menambah unsur hara bagi tanaman. Pupuk dapat membantu
dalam mempertahankan dan meningkatkan produksi pangan. Kebutuhan pada setiap
tanaman berbeda-beda tergantung dari kebutuhan akan haranya, oleh sebab itu
memahami sifat-sifat dari setiap pupuk sangat diperlukan.
B. Tujuan
Mengenal berbagai jenis pupuk dan mencirikan sifat-sifat pupuk berdasarkan
koleksi yang sudah ada.
15
II. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam arti luas pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman
dalam hal ini termasuk bahan pembenah tanah (soil conditioner). Berdasarkan jumlah
hara yang dikandungnya, pupuk dibedakan menjadi dua, yaitu (Sarief, 1989) :
a. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara.
b. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung dua atau lebih unsur hara.
Disamping dua macam pupuk tersebut, tanah sering pula memerlukan pembenah tanah.
Pembenah tanah ini berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik tanah.
Petani umumnya lebih biasa menggunakan pupuk tunggal, yaitu pupuk yang
hanya mengandung satu jenis hara saja. Misalnya, Urea hanya mengandung hara
nitrogen (N). SP-36 hanya dipentingkan fosfat (P)-nya saja, tapi sebetulnya juga
mengandung sulfur (S). Atau KCl yang diutamakan sebagai sumber kalium (K) (Peni et
al., 2008).
Penggunaan pupuk N, P, dan K secara tunggal memberikan pengaruh nyata
terhadap pertumbuhan dan beberapa komponen hasil padi, namun terhadap bobot 1000
biji tidak menunjukkan perbedaan. Hara nitrogen merupakan salah satu faktor pembatas
utama untuk tanaman padi sawah. Peranan penting dari P di dalam tanaman antara lain
adalah dalam pembentukan buah dan biji serta pembelahan sel dan perkembangan akar,
sehingga kekurangan P akan menyebabkan tanaman tumbuh lambat dan kerdil (Arafah
dan Sirappa, 2003).
Penambahan pupuk NPK dapat meningkatkan kandungan N total tanah dalam
berbagai bentuk anorganik seperti NH4+ atau NH3 atau NO3-, sehingga dengan
meningkatnya kandungan N total tersebut akan menurunkan rasio C/N tanah.
Berdasarkan rumus C/N, jika N meningkat maka rasio tersebut akan menurun (Syukur
dan Harsono, 2008).
Setiap material alami atau buatan yang mengandung setidaknya 5% dari satu
atau lebih dari tiga nutrisi primer - nitrogen (N), fosfor (P), atau kalium (K) - dapat
dianggap sebagai pupuk. Ada beberapa sumber nutrisi tanaman. Dua yang paling
penting adalah pupuk organik dan pupuk mineral. Ketika pupuk kandang dan residu
tanaman yang digunakan, pupuk mineral memasok keseimbangan gizi yang luar biasa
yang dibutuhkan untuk hasil panen yang baik (Anonim, 2011).
16
N, P dan K dalam pupuk NPK dapat hilang oleh pencucian. Nutrisi dalam bahan
organik kurang mudah tersedia karena bahan terdekomposisi dan nutrisi organik
termineralisasi. Nutrisi dilepaskan dari NPK dan sumber bahan organik seperti N, P
dan K yang membentuk blok untuk protein (N), nukleoprotein (P), abu (K) dan ekstrak
eter (P dalam bentuk fosfolipid) (Makinde et al., 2010).
17
III. METODOLOGI
Praktikum sifat pupuk dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan
Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada
hari Rabu, 3 Oktober 2012. Bahan yang digunakan adalah: pupuk M.K.P (Mono
Kalsium Phosphate), Pomi, SM Daun, CPN, Bio Nutrimax Plus, Saputra Nutrient, Grow
Toop-D, Growmore, Super Tonik, dan Gandasil D.
Cara kerja yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: pertama diamati pupuk dan
brosur yang tersedia kemudian dicatat tentang data sifat fisik (bentuk, ukuran butir,
warna, higroskopisitas, kadar lengas dan BV), sifat kimia (senyawa kimia, kadar hara,
sifat fisiologis/ kemasaman), kemasan, produsen, tanggal pembuatan & tanggal
kadaluwarsa, cara aplikasinya (cara dan takaran penggunaan), dan keterangan-
keterangan lain jika dianggap perlu.
18
IV. HASIL PENGAMATAN
1. M.K.P (Mono Kalsium Phosphate)
a. Sifat Fisik
Bentuk : kristal
Ukuran butir : mikro
Higroskopisitas : kurang baik
Warna : putih
b. Sifat Kimia
Senyawa Kimia Komposisi (%)
P2O5 52
K2O 34
c. Kemasan
Produsen : CV. Saprotan Utama - Semarang
Tanggal pembuatan : -
Tanggal kadaluwarsa : -
d. Aplikasi
Dapat diaplikasikan lewat tanah, daun, dan hidroponik dengan dosis pada
beberapa jenis tanaman sebagai berikut:
Jenis tanaman Dosis Waktu aplikasi
Kentang 40 gr/ lt air Mulai saat pembentukan umbi, 3 kali semprot, interval 1
minggu
Tomat 30 gr/ lt air Menjelang berbunga, 2-6 kali semprot, interval 1 minggu
Mangga 20 gr/ lt air Menjelang berbunga, 3 kali semprot,interval 2 minggu
19
2. Pomi ®
a. Sifat Fisik
Bentuk : cair
Ukuran butir : -
Higroskopisitas : baik
Warna : cokelat pekat
b. Sifat Kimia
Senyawa Kimia Komposisi (%)
C-Organik 15
Keasaman (pH) : 4,5
c. Kemasan
Produsen : PT. INDOACIDATAMA Tbk.
Tanggal pembuatan : -
Tanggal kadaluwarsa : 02-05-2012
d. Aplikasi
1. Dosis larutan pomi kuning 5 cc/ lt air
2. Untuk 1 tangki sprayer (isi 14 lt) larutkan 8 tutup jerigen pomi kunig
3. Siram larutan pomi kuning secara merata di lahan sebagai pupuk dasar pada
7 hari sebelum tanam sebanyak ± 5 lt pomi kuning/ha, untuk tanaman yang
ditanam pada lubang tanam, siramkan 50 cc larutan pomi kuning pada
lubang tanam
20
3. SM Daun
a. Sifat Fisik
Bentuk : butiran
Ukuran butir : mikro
Higroskopisitas : kurang baik
Warna : hijau
b. Sifat Kimia
Senyawa Kimia Komposisi (%)
N-Organik 15
Ca & Mg 5
O2 soiltic 5
Mikro fertilizer 75
c. Kemasan
Produsen : CV. Sarana Mulia
Tanggal pembuatan : -
Tanggal kadaluwarsa : -
d. Aplikasi
Dapat digunakan dengan cara dilarutkan, dengan dosis 3-5 gr/ lt air atau
3-5 sendok makan/ ember air (±10 lt). dapat digunakan dengan cara semprot,
dengan dosis 1-2 gr/ lt air atau 1-2 sendok makan/ tangki semprot (±14 atau ±17
lt).
21
4. CPN
a. Sifat Fisik
Bentuk : granuler
Ukuran butir : mikro
Higroskopisitas : kurang baik
Warna : merah muda
b. Sifat Kimia
Senyawa Kimia Komposisi (%)
N 15
K2O 14
Na 18
B 0,05
c. Kemasan
Produsen : CV. Saprotan Utama - Semarang
Tanggal pembuatan : -
Tanggal kadaluwarsa : -
d. Aplikasi
Dapat diaplikasikan dengan dosis pada beberapa jenis tanaman sebagai
berikut:
Jenis tanaman Dosis Waktu aplikasi
Kentang, tomat, kubis, bawang
merah, bawang putih
50-100 kg/ha 7-35 HST
22
5. Bio Nutrimax Plus
a. Sifat Fisik
Bentuk : cair
Ukuran butir : -
Higroskopisitas : baik
Warna : kuning kecoklatan
b. Sifat Kimia
Senyawa Kimia Komposisi
N 4,8 %
P2O5 0,23 %
K2O 0,58 %
Ca 1048,01 ppm
Mg 128,63 ppm
S 10,67 ppm
Fe 301,8 ppm
Mn 178,35 ppm
B 20,27 ppm
Mo 45,01 ppm
Cu 9,65 ppm
Zn 11,54 ppm
Cl 0,87 ppm
Co 0,36 ppm
Na 43,51 ppm
c. Kemasan
Produsen : CV. ZALFAGRO INDOPRIMA
23
Tanggal pembuatan : -
Tanggal kadaluwarsa : -
d. Aplikasi
Dapat diaplikasikan melalui penyemprot atau penyiraman dengan dosis
pada beberapa jenis tanaman sebagai berikut:
Jenis tanaman Dosis Waktu aplikasi
Bawang merah 30-40 cc/ 10 lt air 5 hari sekali
Tembakau 30-40 cc/ 10 lt air 2 dan 3 minggu
3 dan 5 minggu
6. Saputra Nutrient
a. Sifat Fisik
Bentuk : bubuk
Ukuran butir : mikro
Higroskopisitas : baik
Warna : abu-abu
b. Sifat Kimia
Senyawa Kimia Komposisi (%)
Nitrogen -
Fosfor -
Kalium -
Kalsium -
Magnesium -
Trace mineral -
24
c. Kemasan
Produsen : PT. SAPUTRA NUTRIENTS - Indonesia
Tanggal pembuatan : -
Tanggal kadaluwarsa : -
d. Aplikasi
Campuran antara Sputra Nutrient powder dan liquid dan air (1:3:5) yaitu
1 sdm powder, 3 sdm liquid, dan 5 lt air, kemudian disemprotkan ke tanah.
Penyemprotan bulan 1 : 1 minggu sekali
Penyemprotan bulan 2 : 2 minggu sekali
Penyemprotan bulan 3 : 1 bulan sekali
7. Grow Toop-D
a. Sifat Fisik
Bentuk : cair
Ukuran butir : -
Higroskopisitas : baik
Warna : hijau
b. Sifat Kimia
Senyawa Kimia Komposisi (%)
N 40
P 15
K 10
Fe, Ca, Mn, B + vit B -
25
c. Kemasan
Produsen : -
Tanggal pembuatan : -
Tanggal kadaluwarsa : -
d. Aplikasi
Cara: dicampurkan 2 cc Grow Toop-D dengan 1 lt air kemudian
disemprotkan ke seluruh bagian tanaman, daun.
Pemakaian: 1-2 kali sehari
8. Growmore
a. Sifat Fisik
Bentuk : kristal
Ukuran butir : mikro
Higroskopisitas : kurang baik
Warna : biru
b. Sifat Kimia
Senyawa Kimia Komposisi (%)
N 10
P2O5 55
K2O 10
Ca 0,05
Mg 0,1
S 0,2
B 0,02
Cu 0,05
Fe 0,1
26
Mn 0,05
Mo 0,0005
Zn 0,05
c. Kemasan
Produsen : -
Tanggal pembuatan : -
Tanggal kadaluwarsa : -
d. Aplikasi
Cara pengaplikasian yaitu dengan melarutkan 1-2 gr dalam 1 lt air,
kemudian disemprotkan pada bagain tanaman pada pagi dan sore. Lakukan
dengan teratur selang 5-10 hari.
9. Super Tonik
a. Sifat Fisik
Bentuk : cair
Ukuran butir : -
Higroskopisitas : baik
Warna : biru
b. Sifat Kimia
Senyawa Kimia Komposisi (%)
N 15
P2O5 2
K2O 0,3
S 1,25
Mg 0,25
27
CaO 1,6
Mn 1,25
Al 0,02
GA 0,25
c. Kemasan
Produsen : CV. AGRO JAYA OKTAVIANT – Sidoarjo,
Jatim
Tanggal pembuatan : -
Tanggal kadaluwarsa : -
d. Aplikasi
Dapat diaplikasikan lewat tanah, daun, dan hidroponik dengan dosis pada
beberapa jenis tanaman sebagai berikut:
Jenis tanaman Dosis Interval pemakaian
Coklat, kopi, cengkeh,
tebu, apel, jeruk, the
2-4 cc 1-2 minggu setelah tanam
Tiap 7-14 hari
Padi 2-4 cc Tiap 7-14 hari
Umbi-umbian, ubi-ubian 1-2 cc 2-3 minggu setelah tanam
e. Keterangan lain
Super Tonik merupakan pupuk daun cair super lengkap
Untuk merangsang pertumbuhan dan kesuburan daun, bunga, dan buah
10. Gandasil D.
a. Sifat Fisik
Bentuk : kristal
Ukuran butir : mikro
28
Higroskopisitas : kurang baik
Warna : putih
b. Sifat Kimia
Senyawa Kimia Komposisi (%)
N 20
P2O5 15
K2O 15
MgSO4 1
c. Kemasan
Produsen : PT. KALATHAM
Tanggal pembuatan : -
Tanggal kadaluwarsa : -
d. Aplikasi
Untuk memperoleh hasil yang memuaskan, gunakan Gandasil-D pada
tingkat permulaan pertumbuhan tanaman dengan malarutkan 10-30 gr Gandasil-
D dalam 10 lt air dan semprotkan setiap 8-10 hari sekali, tergantung pada
keadaan setempat. Gandasil-D dapat dicampur dengan berbagai jenis pestisida,
kecuali yang bersifat alkalis.
29
V. PEMBAHASAN
Pupuk merupakan suatu bahan yang esensial bagi tanaman karena pupuk
berperanan dalam menambah unsur hara bagi tanaman. Pupuk dapat membantu dalam
mempertahankan dan meningkatkan produksi pangan. Tanaman menyerap hara
terutama dari larutan tanah, sehingga diperlukan menghasilkan pupuk dalam mudah
larut.
Berdasarkan jumlah hara yang dikandung, pupuk dibedakan menjadi pupuk
tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung
satu macam unsur hara tanaman saja, misalnya urea hanya mengandung hara N.
Sedangkan pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung dua atau lebih unsur hara
baik unsur hara makro maupun mikro.
Nilai dari suatu pupuk ditentukan oleh sifat-sifatnya. Sifat-sifat yang penting
untuk penilaian ini adalah kadar unsur, higroskopisitas, kelarutannya, bekerjanya dan
keasamannya.
a. Kadar unsur
Kadar atau kandungan unsur ini adalah ukuran pertama yang digunakan untuk
menilai pupuk, karena kadar ini menentukan kemampuan suatu pupuk untuk
merubah kesuburan kimiawi secara mutlak (absolut). Pada dasarnya makin tinggi
kadar unsurnya makin baik. Kadar unsur dinyatakan sebagai persen (%). Misalnya
ZA 21,2% N ini berati tiap kuintal ZA mengandung 21,2 kg N.
b. Higroskopisitas
Bila kelembapan nisbi udara melebihi batas tertentu, maka pupuk mulai
menarik/menyerap air. Dan sifat ini disebut higroskopisitas. Sesudah menarik air ini
ada pupuk yang hanya menjadi lembab, ada yang menjadi basah dan melunak dan
ada pula yang mencair. Bila kelembaban nisbi turun, maka pupuk mengering kembali
dan dapat menjadi bongkah-bongkah keras. Higroskopisitas ini memang secara
langsung tidak mempengaruhi nilai pupuk sebagai penambah kesuburan tanah, tetapi
mempengaruhi cara penyimpanan dan cara pemakaiannya. Pupuk yang higroskopis
harus disimpan ditempat-tempat yang benar-benar kering, sebab kalau sudah menarik
air akan memerlukan cara-cara istimewa untuk mempergunakannya.
30
c. Kelarutan
Kelarutan pupuk sangat menentukan mudah tidaknya unsur-unsur yang terkandung
diambil oleh tanaman. Dengan pasti dapat dikatakan bahwa pupuk pupuk yang sukar
larut sukar pula diserap unsur-unsurnya oleh tanaman
d. Kemasaman
Karena sifat kimiawinya pupuk dapat merubah kemasaman tanah. Ada pupuk yang
meningkatkan, ada yang mempertahankan dan ada pula yang mengurangi keasaman.
Kemasaman ini dapat mempengaruhi kehidupan tanaman baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sedang pertanaman umumnya menghendaki tanah dengan
kemasaman sedang (netral). Karena itu dianjurkan penggunaan pupuk yang dengan
tingkat kemasaman tinggi untuk tanah dengan tingkat kemasaman rendah atau
sebaliknya.
e. Cara Kerja
Yang dimaksud dengan bekerjanya pupuk adalah waktu yang diperlukan hingga
pupuk tersebut dapat dihisap tanaman dan memperlihatkan pengaruhnya. Ada yang
bekerja cepat, lambat dan sedang. Bekerjanya pupuk ini sangat mempengaruhi waktu
dan cara penggunaan pupuk.
Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah dokumen yang memuat ketentuan,
pedoman dan/atau karakteristik dari suatu kegiatan, barang atau jasa yang dirumuskan
secara konsensus oleh pihak terkait dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional
(BSN). SNI merupakan satu-satunya standar nasional, yang bertujuan untuk
memperlancar transaksi perdagangan dan melindungi kepentingan konsumen.
Untuk memperoleh SNI maka dilakukan beberapa tahapan antara lain definisi
pupuk itu sendiri, syarat mutu pupuk (kandungan dalam pupuk tersebut), pengambilan
sampel, pengujian sampel tersebut (kadar nitrogen, kadar belerang, kadar air, kadar
biuret, kadar phospor, kadar asam bebas, dll), syarat pengemasan (tidak menimbulkan
reaksi dengan isi, tertutup rapat dan kuat, kedap udara), dan syarat penandaan (setiap
kemasan harus dicantumkan nama produk, kadar hara utama, berat bersih,
lambang/merk, nama produsen atau penandaan lainnya). Produk dinyatakan lulus uji
apabila telah memenuhi seluruh persyaratan dalam standar ini. Terkadang, dalam
tahapan pemberian SNI ini dimasukkan beberapa acuan agar memenuhi standar asing
31
(luar negeri) semisal ISO, AOAC, DSM, sehingga dapat meningkatkan daya saing
ekspor pupuk.
32
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan sifatnya pupuk dibedakan menjadi pupuk organik dan anorganik.
2. Berdasarkan macam haranya pupuk dibagi menjadi tiga yaitu pupuk tunggal, pupuk
majemuk, dan pupuk alternatif.
3. Berdasarkan dari pupuk yang dicatat, maka hampir semua pupuk memiliki
kandungan unsur hara makro seperti N, P, dan K.
4. Sedangkan untuk unsur hara mikro, kebanyakan mengandung unsur C, H, O, S, Ca,
Mg, Mn, Zn, Mo, dan B..
B. Saran
1. Hampir semua pupuk kemasan yang telah dicatat tidak mempunyai keterangan
mengenai kemasaman, tanggal pembuatan, dan tanggal kadaluarsa sehingga
perusahaan pupuk perlu menambahkan mengenai keterangan tersebut.
2. SNI pupuk bermanfaat untuk memperlancar transaksi perdagangan dan
melindungi kepentingan konsumen sehingga perusahaan pupuk harus memiliki
cap SNI di setiap pupuk yang diproduksi.
33
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. What are Fertilizer? <
http://www.fertilizer.org/ifa/HomePage/FERTILIZERS-THE-
INDUSTRY/What-are-fertilizers> Diakses tanggal 10 November 2012.
Arafah dan M.P. Sirappa. 2003. Kajian penggunaan jerami dan pupuk N,P dan K pada
lahan sawah irigasi. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 4 : 15 – 24.
Makinde, E.A., L.S. Ayeni, S.O. Ojeniyi, and J.N. Odedina. 2010. Effect of organic,
organomineral and NPK fertilizer on nutritional quality of Amaranthus in
Lagos, Nigeria. Sciencepub 5 : 91 – 96.
Peni, T., Mardi, dan S. Riyanto. 2008. Pupuk Tunggal vs Pupuk Majemuk <
http://www.agrina-online.com/show_article.php?rid=7&aid=1300>. Diakses
tanggal 10 November 2012.
Sarief, S. 1989. Fisika – Kimia Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.
Syukur, A dan E.S. Harsono. 2008. Pengaruh pemberian pupuk kandang dan NPK
terhadap sifat kimia dan fisika tanah pasir Pantai Samas Bantul. Jurnal Ilmu
Tanah dan Lingkungan 8 : 138-145.
34
LAMPIRAN
35
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH
ACARA III
CARA PEMUPUKAN
Disusun oleh:
Ahmad Khoirudin Asrofi (11913)
Lathifatul Lailia (11938)
Nur Kusumastuti (11975)
Eka Putri D. (12006)
Siska Ernitawati (12066)
Golongan : A3 (Siang)
Asisten : Basyit Wulan I.
LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
36
ACARA III
CARA PEMUPUKAN
Abstraksi Praktikum Kesuburan Tanah acara III “Cara Pemupukan” ini dilaksanakan pada Sabtu, 20
Oktober 2012 di Kebun Fakultas Pertanian, Banguntapan, Bantul. Tujuan dari praktikum ini
adalah mengenal berbagai cara pemupukan tanaman dan membuat dokumentasi dalam bentuk
digital. Praktikum ini dilakukan secara berkelompok dengan cara membuat dokumentasi cara
pemupukan yang dilakukan petani dalam bentuk digital. Pemupukan merupakan salah satu usaha
pengelolaan kesuburan tanah. Dengan mengendalikan sediaan hara dan tanah asli saja, tanpa
penambahan hara, produk pertanian akan semakin merosot. Hara dalam tanah secara berangsur-
angsur akan berkurang karena terangkut bersama hasil panen, pelindian, air limpasan
permukaan, erosi atau penguapan. Aplikasi pupuk dilakukan dengan teknik broadcasting, ring
placement, spot placement, foliar application, dan fertigation. Teknik placement dan broadcasting
digunakan untuk pupuk dengan bentuk padat. Sedangkan foliar application dan fertigation untuk
pupuk jenis cair. Pemupukan dengan broadcasting yaitu dengan disebar, sedang pada ring
plecement dan spot placement dengan cara dibenamkan. Pada teknik foliar application dan
fertigation dapat dilakukan dengan cara penyemprotan. Dengan cara pemupukan yang tepat maka
akan memberikan tambahan unsur-unsur hara yang dapat digunakan tanaman untuk
meningkatkan mutu dan hasil produksinya.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemupukan merupakan salah satu usaha pengelolaan kesuburan tanah.
Dengan mengendalikan sediaan hara dan tanah asli saja, tanpa penambahan hara,
produk pertanian akan semakin merosot. Hal ini disebabkan ketimpangan antara
pasokan hara dan kebutuhan tanaman. Hara dalam tanah secara berangsur- angsur
akan berkurang karena terangkut bersama hasil panen, pelindian, air limpasan
permukaan, erosi atau penguapan. pemupukan bertujuan untuk menambah
persediaan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman guna meningkatkan
produksi dan mutu hasil tanaman. Penempatan yang tepat dan saat pemberian
merupakan faktor yang penting dalam pemupukan. Terdapat berbagai cara
pemupukan, yaitu broadcasting, ring placement, spot placement, foliar application,
dan fertigation. Dengan cara pemupukan yang tepat maka akan memberikan
tambahan unsur-unsur hara yang dapat digunakan tanaman untuk meningkatkan
mutu dan hasil produksinya.
B. Tujuan
Mengenal berbagai cara pemupukan tanaman dan membuat dokumentasi dalam
bentuk digital.
II. TINJAUAN PUSTAKA
37
Menurut pengertian umum, pupuk adalah bahan-bahan yang diberikan kepada
komplek tanah tumbuh-tumbuhan supaya langsung atau tidak langsung dapat
menambah zat-zat makanan tanaman yang tersedia dalam tanah. Dalam arti kata yang
sempit, pupuk ialah bahan-bahan yang ditambahkan pada komplek tanah tumbuhan
untuk melengkapi keadaan makanan dalam tanah yang tidak cukup mengandung unsur
makanan tanaman. Pemupukan pada umumnya bertujuan untuk memelihara atau
memperbaiki kesuburan tanah dengan memberikan zat-zat kepada tanah yang langsung
atau tidak langsung dapat menyumbangkan bahan makanan pada tanaman. Kesuburan
tanah itu akan berkurang bila tidak diberi pupuk, sebab bahan-bahan mineral selalu
diambil dari tanah, jadi tanah akan kehabisan bahan-bahan tersebut (Sosrosoedirdjo,
1979).
Pemupukan menurut pengertian khusus ialah pemberian bahan yang dimaksudkan
untuk menyediakan hara bagi tanaman. Umumnya pupuk diberikan dalam bentuk padat
atau cair melalui tanah dan diserap oleh akar tanaman. Namun pupuk dapat juga
diberikan lewat permukaan tanaman, terutama daun.Tujuan utama pemupukan adalah
menjamin ketersediaan hara secara optimum untuk mendukung pertumbuhan tanaman
sehingga diperoleh peningkatan hasil panen. Penggunaan pupuk yang efisien pada
dasarnya adalah memberikan pupuk bentuk dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
tanaman, dengan cara yang tepat dan pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan
tingkat pertumbuhan tanaman tersebut. Tanaman dapat menggunakan pupuk hanya pada
perakaran aktif, tetapi sukar menyerap hara dari lapisan tanah yang kering atau mampat.
Efisiensi pemupukan dapat ditaksir berdasarkan kenaikan bobot kering atau serapan
hara terhadap satuan hara yang ditambahkan dalam pupuk tersebut (Nasih, 2010)
Penggunaan pupuk yang benar sesuai dengan waktu dan dosisnya sangat
berpengaruh baik terhadap kehidupan tanaman karena: dapat memperbaiki struktur
tanah sesuai dengan yang dikehendaki oleh tanaman, dapat menggantikan unsur hara
yang hilang atau habis, sehingga dapat mempertahankan keseimbangan unsur hara
dalam tanah dan kesuburan tanah meningkat, dapat meningkatkan daya ikat terhadap air
sehingga kebutuhan tanaman terhadap air dapat tercukupi, dapat mengikat fraksi tanah,
dapat mengurangi bahaya erosi karena tanaman menjadi subur, dapat meningkatkan
produksi, baik kuantitas maupun kualitas (Lestari et al., 2001).
38
Cara pemberian pupuk ada beberapa macam, yaitu (Rosmarkram dan Yuwono,
2001):
A. Bentuk Padatan
1. Penyebaran (broadcasting)
Dengan cara ini pupuk ditebarkan pada permukaan tanah, dilakukan sebelum
tanam (pada waktu pembajakan/penggaruan/pengolahan tanah terakhir) sebagai
pupuk dasar atau sesudah tanam sebagai pupuk susulan, kemudian diinjak-injak agar
pupuk terbenam ke dalam tanah.
a. Top dressing : pupuk disebarkan merata atau melarut alur sempit.
b. Side dressing : pupuk ditebarkan di samping alur benih atau tanaman.
2. Penempatan (placement)
Dengan cara ini pupuk ditempatkan secara khusus ke dalam lubang atau alur
yang sudah dipersiapkan lebih dahulu.
B. Bentuk Cairan
1. Aerial application : pupuk disemprotkan/dikabutkan dengan menggunakan
pesawat terbang. Cara ini digunakan pada daerah perbukitan, hutan atau lahan
yang luas. Pemberian pupuk dapat dikombinasikan dengan pestisida.
2. Foliar application : pupuk terlarut (cair) disemprotkan pada permukaan daun.
3. Fertigation : penggunaan sistem ini dimaksudkan pemberian air pengairan
sekaligus memupuk. Pupuk yang digunakan cairan atau puput padat yang
dilarutkan, ditampung dalam tangki, kemudian dialirkan dan disemprotkan
dengan pompa. Larutan yang digunakan adalah amonia, asam fosfat dan KCL.
Cara ini diterapkan untuk daerah padang pasir atau perkebunan besar dengan
lahan berbukit.
4. Injection : cairan disuntikkan ke dalam tanah. Pupuk ammonian bertekanan
diinjeksikan pada jeluk 10-20 cm, pupuk tanpa tekanan diinjeksikan dekat
permukaan tanah.
Pupuk cair mulai banyak digunakan karena mudah aplikasinya terutama untuk
sayuran, tanaman hias, buah-buahan tertentu dan diperkirakan yang beredar sudah lebih
dari 100 markah (nama dagang), komposisinya terdiri dari gabungan unsur hara primer
dengan atau tambahan unsur hara sekunder dan mikro nutrisi, namun sebagian besar
belum jelas identitasnya dan merupakan produk impor (Susilowati, 2002).
39
Jumlah pupuk yang diberikan berhubungan dengan kebutuhan tanaman,
kandungan unsur hara dalam tanah dan kadar unsur hara pupuk, sedangkan waktu
pemupukan berkaitan dengan sifat pupuk dalam melepaskan unsur hara. Pupuk yang
bekerjanya cepat sebaiknya diberikan secara bertahap dan sebaliknya pupuk yang
bekerjanya lambat diberikan pada awal pertanaman sekaligus (Wuryaningsih, 2000).
40
III. METODOLOGI
Praktikum Kesuburan Tanah acara III yang berjudul Cara Pemupukan dilakukan
pada hari Sabtu, 20 Oktober 2012 di Kebun Fakultas Pertanian, Banguntapan, Bantul.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu gayung, ember, dan kamera. Bahan-
bahan yang digunakan yaitu pupuk Greenfor, dan air.
Cara kerja praktikum untuk pemupukan secara fertigation adalah pertama
dilarutkan pupuk pada ember sesuai takaran (misal satu sendok pupuk dalam satu liter
air). Setelah homogen larutan pupuk tersebut dilarutkan pada media pertanaman.
Kegiatan pemupukan ini didokumentasikan menggunakan kamera.
41
IV. HASIL PENGAMATAN
Hasil dikumpulkan dalam bentuk video.
42
V. PEMBAHASAN
Pemupukan menurut pengertian khusus ialah pemberian bahan yang dimaksudkan
untuk menyediakan hara bagi tanaman. Umumnya pupuk diberikan dalam bentuk padat
atau cair melalui tanah dan diserap oleh akar tanaman. Namun pupuk dapat juga
diberikan lewat permukaan tanaman, terutama daun.
Pemberian bahan yang dimaksudkan untuk memperbaiki suasana tanah, baik fisik,
kimia atau biologis disebut pembenahan tanah (amandement) yang berarti perbaikan
(reparation) atau penggantian (restitution). Bahan-bahan tersebut termasuk mulsa
(pengawet lengas tanah, penyangga temperatur), pembenah tanah (soil conditioner,
untuk memperbaiki struktur tanah), kapur pertanian (untuk menaikkan pH tanah yang
terlalu rendah, atau untuk mengatasi keracunan Al dan Fe), tepung belerang (untuk
menurunkan pH tanah yang semula tinggi) dan gipsum (untuk menurunkan kegaraman
tanah). Rabuk kandang dan hijauan legum diberikan ke dalam tanah dengan maksud
sebagai pupuk maupun pembenah tanah.
Pemupukan merupakan salah satu usaha pengelolaan kesuburan tanah. Dengan
mengandalkan sediaan hara dari tanah asli saja, tanpa penambahan hara, produk
pertanian akan semakin merosot. Hal ini disebabkan ketimpangan antara pasokan hara
dan kebutuhan tanaman. Hara dalam tanah secara berangsur-angsur akan berkurang
karena terangkut bersama hasil panen, pelindian, air limpasan permukaan, erosi atau
penguapan. Pengelolaan hara terpadu antara pemberian pupuk dan pembenah akan
meningkatkan efektivitas penyediaan hara, serta menjaga mutu tanah agar tetap
berfungsi secara lestari.
Tujuan utama pemupukan adalah menjamin ketersediaan hara secara optimum
untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga diperoleh peningkatan hasil panen.
Penggunaan pupuk yang efisien pada dasarnya adalah memberikan pupuk bentuk dan
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman, dengan cara yang tepat dan pada saat
yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pertumbuhan tanaman tersebut.
Tanaman dapat menggunakan pupuk hanya pada perakaran aktif, tetapi sukar menyerap
hara dari lapisan tanah yang kering atau mampat. Efisiensi pemupukan dapat ditaksir
berdasarkan kenaikan bobot kering atau serapan hara terhadap satuan hara yang
ditambahkan dalam pupuk tersebut.
43
Faktor yang berpengaruh terhadap pemupukan:
1. Tanah: kondisi fisik (kelerengan, jeluk mempan perakaran, retensi lengas dan aerasi),
kondisi kimiawi (retensi hara tersedia, reaksi tanah, bahan organik tanah, sematan hara,
status dan imbangan hara), kondisi biologis (pathogen, gulma).
2. Tanaman: jenis, umur dan hasil panen yang diharapkan.
3. Pupuk: sifat, mutu, ketersediaan dan harga.
4. Iklim: temperatur, curah hujan, panjang penyinaran dan angin.
Cara pemupukan yang dicobakan pada praktikum kali ini ada lima macam yaitu
broadcasting, ring placement, spot placement, foliar application dan fertigation
1. Broadcasting
Pada pemberian pupuk dengan cara broadcasting atau disebar dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu top dressing dan side dressing. Pemupukan dengan cara disebar
ini biasanya dilakukan sebelum tanam dan sesudah ada tanamanya.
Cara ini dilakukan dengan menaburkan pupuk keseluruh areal, dilakukan sebelum
tanam sebagai pupuk dasar atau sesudah tanam sebagai pupuk susulan, kemudian
diinjak-injak agar pupuk terbenam kedalam tanah. Untuk pupuk organik biasanya
dilakukan pada tanaman berumur pendek (semusim). Untuk pupuk anorganik yang
mudah larut air, misalnya urea disebar merata dan dapat dibiarkan begitu saja atau
dibenamkan tidak terlalu dalam karena peresapannya dibantu oleh air. Sedangkan untuk
pupuk yang tidak larut atau sedikit larut air dan bagian utamanya terikat secara kimiawi
seperti jenis fosfat (TSP) harus disebar merata kemudian dibenamkan dalam tanah.
Metode ini cocok dilakukan untuk lahan sawah atau tanaman dengan jarak tanam
yang rapat, perakaran merata pada tanah bagian atas dan pupuk diberikan pada jumlah
yang besar. Cara ini mudah dilakukan, hemat biaya dan tenaga serta pemberian pupuk.
Metode broadcasting sering digunakan karena dianggap lebih sederhana, hemat tenaga
dan praktis.
Kelemahan yang muncul dalam cara pemupukan seperti ini adalah antara lain
sifatnya yang boros, kadar hara banyak mengalami pencucian dan akan hilang sebelum
dimanfaatkan oleh tanaman, penyebaran atau percampuran pupuk tidak merata pada
semua lapis olah, harus dalam jumlah yang besar dan pemberiannya terjamin pada saat
tanam dengan menggunakan alat penabur pupuk dan benih dan arus menggunakan alat
atau tangan. Dilihat dari sisi pertumbuhan gulma pemupukan dengan cara ini akan
44
semakin memacu pertumbuhan gulma dengan cepat dimana pertumbuhan gulma dapat
menekan populasi tanaman budidaya. Disamping itu sistem pemupukan ini dapat
merusak tanaman yang peka, terutama tanaman di persemaian. Pemberian pupuk
sebelum tanam atau pada waktu tanam tidak selamanya disukai petani. Oleh karena itu
petani seringkali memberikan tambahan pupuk setelah ada tanaman yang disebut top
dressing. Pemberian pupuk N sering dilakukan dengan cara top dressing pada tanaman
jagung, tebu, sayur dan padi. Pemberian pupuk P dan K secara top dressing hanya
dilakukan pada perumputan yang timbul setelah beberapa bulan. Pemberian pupuk
susulan harus digunakan agar daun tanaman tidak basah, sebab jika basah dapat
menyebabkan daun terbakar. Bahaya daun terbakar lebih besar pada pemberian pupuk N
dan K daripada pupuk P.
2. Ring placement
Cara ini dilakukan dengan menempatkan pupuk kedalam parit sedalam 10-15 cm
yang menelilingi tanaman selebar tajuk terluar. Parit dibuat sedalam 10-15 cm karena
tanah pada lapisan tersebut merupakan penyimpan unsur hara dan pertumbuhan akar
paling baik adalah pada kedalaman tersebut. Ring placement dilakukan dengan tujuan
menyeimbangkan pertumbuhan akar dengan pertumbuhan tanamannya (batang dan
daun). Cara ini umumnya dilakukan pada tanaman yang ditanam secara teratur dengan
jarak yang lebih leluasa. Keuntungan cara ini adalah perkembangan akar yang lebih
cepat dan kehilangan unsur hara yang mudah menguap lebih dapat diatasi.
Metode ini cocok dilakukan pada tanah yang kurang subur, lahan kering, tanaman
renggang dengan perakaran sedikit dan pada tanaman tahunan. Keuntungan yang
diperoleh dari pemberian pupuk dengan metode ini adalah kontak pupuk dengan
tanamna dapat dikurangi, sehingga penyematan hara dapat ditekan, pengambilan hara
oleh tanaman lebih mudah, terutama bagi tanaman yang perakarannya terbatas.
3. Spot placement
Teknik Pemupukan dengan cara ini yaitu dengan membuat lubang pada baris
tanaman sedalam 10-30 cm (tergantung jenis tanaman) yang letaknya persis dibawah
tajuk disekitar batang, dengan tugal, kemudian masukan pupuk yang sudah disiapkan
tersebut kedalam lubang dan tutup kembali dengan tanah.
Pada cara ini pupuk ditempatkan pada suatu titik di kanan atau kiri tanaman. Cara
ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa pupuk yang diberikan jumlahnya sedikit
45
sehingga dapat menghindari pengikatan pupuk oleh tanah (pada pemupukan fosfat dan
kalium pada tanah kering).
4. Foliar application
Pemupukan dengan cara ini dilakukan untuk pupuk yang berbentuk cair. Pupuk
cair tadi disemprotkan pada permukaan daun, cara ini dilakukan untuk melengkapi
pemberian pupuk melalui tanah untuk segera mengatasi gejala kekahatan yang muncul,
terutama hara mikro dan hara yang immobile dalam tubuh tanaman. Unsur hara yang
berada dalam pupuk masuk kedalam tanaman melalui mulut stomata secara difusi atau
osmosis.
Teknik pemupukan dengan cara ini yaitu dengan menyiapkan satu liter larutan
pupuk sesuai dengan takaran, kemudian masukan kedalam tabung penyemprotan dan
lakukan pemupukan pada daun. Karena medianya daun maka tanaman akan menyerap
unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang lebih cepat
dan lebih sempurna. Pupuk tersebut sebaiknya disemprotkan pada daun bagian bawah,
karena daun bagian bawah ini lebih banyak mengandung stomata sehingga lebih
maksimal dalam menyerap pupuk yang diberikan. Banyak petani yang mengembangkan
dengan cara ini. penyemprotan pupuk yang lengkap dan tepat pada waktunya akan
merangsang tanaman meningkatkan hasil. peningkatan hasil jauh lebi melampaui
imbangan dengan hara yang dibutukan oleh tanaman. Cara ini dipandang cukup efektif
karena tanaman lebih mudah menyerap pupuk dalam bentuk cair daripada bentuk padat.
Beberapa keuntungan pemupukan lewat daun diantaranya ;
- Menyuburkan tanaman dalam keadaan kurang air
- Menaikkan jumlah dan memperbaiki mutu hasil panen.
- Dapat diberikan bersama-sama dengan penyemprotan pestisida yang berarti
menghemat tenaga dan biaya atau secara ekonomi menguntungkan.
Salah satu kelemahan dari pemupukan dengan cara ini adalah bahwa bila
diberikan sendiri tanpa pestisida akan memerlukan jumlah air yang sangat banyak untuk
satu areal pertanamannya. Selain itu kerugian dari penggunaan metode ini adalah pupuk
akan lebih mudah hilang yang dapat diakibatkan oleh intensitas curah hujan yang tinggi.
Pemupukan dengan cara ini banyak diterapkan pada tanaman sayur-sayuran, bunga-
bungaan dan tanaman buah-buahan atau perkebunan.
46
5. Fertigation
Cara pemupukan ini merupakan cara yang cepat karena kita tinggal melarutkan
pupuk dalam air sesuai takaran kemudian menyiramkannya pada media pertanaman.
Biasanya cara pemupukan ini digunakan pada tanaman yang berada di green house.
Cara pemupukan ini biasanya digunakan pada tanaman sayuran. Cara seperti ini sangat
efektif dan mudah, yang menjadi kekurangan adalah jika pelarutan pupuk tidak sesuai
dosis maka akan membahayakan tanaman, selain itu jika diaplikasikan dengan
mengikutkannya pada saluran irigasi maka akan menimbulkan pencemaran air.
47
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada lima cara pemupukan yang dilaksanakan pada praktikum ini yaitu
1. Cara pemupukan broadcasting adalah menyebarkan pupuk ke media tanam secara
merata.
2. Cara pemupukan ring placement adalah membuat parit di sekeliling tanaman dan
menimbun pupuk di dalam parit.
3. Cara pemupukan spot placement adalah membuat lubang dengan tugal di antara
barisan tanaman dan memasukkan pupuk ke dalam lubang tersebut kemudian
ditimbun.
4. Cara pemupukan foliar aplication adalah menyemprotkan larutan pupuk pada
permukaan daun
5. Cara pemupukan fertigation adalah menyiramkankan larutan pupuk ke dalam
media tanam secara merata.
B. Saran
1. Pada saat pemutaran video sebaiknya semua cara pemupukan sehingga praktikan
dapat menilai secara langsung kelebihan dan kekurangan masing-masing cara
pemupukan.
2. Sebaiknya diadakan kegiatan cara pemupukan secara langsung di lahan oleh
praktikan setelah dilakukan pemutaran video tentang cara pemupukan.
48
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, A., S. Murdiyati dan Djumali. 2001. Pengaruh dosis pupuk terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman kapas. Jurnal Fakultas Pertanian UMY 5 : 9-
12.
Nasih. 2010. Pengertian Pemupukan. <nasih.staff.ugm.ac.id>. Diakses pada 27 Oktober
2012.
Rosmarkam, A. dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.
Yogyakarta.
Sosrosoedirdjo, S dan B. Rifai. 1979. Ilmu Memupuk. Yasaguna. Jakarta.
Susilowati. 2002. Komposisi Pupuk Cair dari Berbagai Markah Yang Beredar di
Indonesia. <http://www.dprin.go.id/data/industry/abstech/abs0507.htm>. Diakses
pada 28 Oktober 2012
Wuryaningsih. 2000. Pengaruh jarak tanam dan dosis pemupukan nitrogen terhadap
pertumbuhan dan produksi bunga mawar kultivar Cherry Brandy. Hortikultura 5 :
101.
49
LAMPIRAN
50
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH
ACARA IV
PEMBUATAN KOMPOS
Disusun oleh:
Ahmad Khoirudin Asrofi (11913)
Lathifatul Lailia (11938)
Nur Kusumastuti (11975)
Eka Putri D. (12006)
Siska Ernitawati (12066)
Golongan : A3 (Siang)
Asisten : Basyit Wulan I.
LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
51
ACARA IV
PEMBUATAN KOMPOS
Abstraksi
Praktikum acara 4 dengan judul Pemuatan Kompos dilaksanakan pada hari Rabu, 17 Oktober
2012 di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tujuan dari
praktikum ini adalah unutk mengenal cara pembuatan kompos dan mengamati perombakan
kompos dari berbagai sampah organik. Bahan-bahan yang digunakan adalah dedaunan, jerami,
kotoran sapi, kotoran kambing, tanah, plastik bening, air, activator EM4, dan kertas label serta alat
yang digunakan adalah gunting. Ada 3 perlakuan yaitu: kontrol, ditambahkan tanah, dan
ditambahkan activator EM4. Pengamatan dilakukan sampai minggu ke 2 dengan indikator bau,
warna, kadar air, dan tingkat perombakan. Dari hasil pengamatan selama 2 minggu tersebut,
didapatkan bahwa dengan pada umumnya perlakuan ditambahkan activator EM4 mutunya lebih
baik yaitu dilihat dari baunya yang berbau menyerupai humus, warnanya coklat kehitaman, kadar
airnya rendah, dan tingkat perombakannya cepat.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kompos adalah salah satu pupuk yang berguna bagi tanaman. Kompos
mempunyai kandungan hara yang tinggi yang dibutuhkan tanaman. Kualitas kompos
selain dipengaruhi oleh bahan dasar, iklim dan lingkungan juga dipengaruhi oleh
proses pembuatan. Proses pembuatan kompos mempunyai pengaruh yang besar
terhadap kualitas kompos yang dihasilkan.
Pengomposan merupakan suatu proses biologis oleh mikroorganisme yang
mengubah sampah padat menjadi bahan yang stabil menyerupai humus dengan
macam-macam teknik. Kegunaan utama kompos adalah sebagai penggembur tanah
karena pupuk kompos dapat memperbaiki sifat-sifat tanah dan kemampuannya dalam
menyediakan mikronutrient untuk tanaman, yang tidak dimiliki oleh pupuk mineral.
Pembuatan kompos ini terdiri dari beberapa langkah. Seperti pencatatan suhu
kompos, pengadukan sampai dengan pemanenan. Keberhasilan pembuatan kompos
sangat tergantung pada langkah-langkah yang dijalankan. Kesalahan yang terjadi
pada salah satu langkah dapat mengakibatkan kegagalan pembuatan kompos.
B. Tujuan
Mengenal pembuatan kompos dan mengamati perombakan kompos dari
berbagai sampah organik.
52
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kompos menurut Lingga dan Marsono (2002) merupakan hasil dari pelapukan
bahan-bahan berupa dedaunan, jerami, alang-alang, rumput, kotoran hewan, sampah
kota, dan sebagainya. Sedangkan menurut Sutejo (2002) kompos merupakan zat akhir
suatu proses fermentasi tumbuhan sampah atau seresah tanaman dan ada kalanya pula
termasuk bangkai tanaman Karena bahan-bahan organik yang dipergunakan bagi
pembuatan kompos tidak begitu jauh berbeda dengan bahan-bahan organis pembuat
pupuk hijau. Tentunya banyak orang yang menanyakan apakah keuntungan atau
kelebihannya antara pupuk hijau dengan kompos.
Untuk memberikan kejelasan dapat dikemukakan pertimbangan-pertimbangan
mengapa kompos perlu dibuat (Sutejo, 2002):
a. Susunan bahan organik yang segar yang dibenamkan kenyataannya masih kasar dan
daya ikatnya terhadap air umumnya masih kecil. Jadi terbenamnya bahan-bahan
organik dalam tanah, terutama tanah-tanah yang ringan, tanah berpasir dan lain-lain
dapat menjadikan keadaan tanah itu lebih terurai, sedang melapuknya bahan-bahan
organik itu memerlukan waktu dan air, sehingga apabila hujan turun dengan deras
banyak kemungkinan terangkutnya butiran-butiran tanah yang keadaannya telah
menjadi ringan atau terurai.
b. Dalam tanah yang keadaannya cukup banyak mengandung udara dan air, bahan-
bahan organik yang telah dibenamkan akan cepat melapuk dan terurai. Sehingga
jumlah CO2 dalam tanah akan cepat pula meningkat dan hal ini akan sangat
mengganggu pada pertumbuhan tanaman. Selain itu jumlah NO3 dalam tanah akan
berkurang karena adanya pengikatan-pengikatan oleh jasad renik pengurai bahan-
bahan organik tadi.
c. Pada pembuatan kompos ternyata biji-biji tanaman pengganggu serta telur larva
hama tanaman dan benih penyakit tanaman yang terangkut pada bahan-bahan
organik sebagian besar dapat terbunuh atau dilumpuhkan, dikarenakan panas yang
timbul dalam tumpukan kompos.
d. Seresah atau sisa-sisa bahan organik itu jika dibakar, baik dengan maksud
memperoleh abunya (mempercepat proses mineralisasi) atau maksud lain, lebih baik
dijadikan kompos:
53
1. Pembakaran tidak akan memperoleh penambahan penambahan humus dan N ke
dalam tanah karena habis terbakar ataupun kalau ada jumlahnya relatif sangat
sedikit.
2. Jika dijadikan kompos, baik humus dan N akan bertambah.
Pupuk kandang merupakan pupuk yang telah lama dikenal manusia dan
terbuat dari kotoran padat hewan, urin, dan sisa-sisa tanaman yang dibiarkan
membusuk dengan bantuan mikroorganisme tanah yang mampu membusukkan
sampah organik kompleks menjadi bahan-bahan yang mudah diserap tanaman.
pupuk kandang mempunyai potensi untuk digunakan di lahan pertanian terutama
pada lahan yang bahan organiknya rendah seperti lahan pasiran. Pupuk ini
digunakan untuk memperbaiki struktur dan tekstur tanah, menambah bahan
organik tanah, meningkatkan kapasitas menyimpan air, dan meningkatkan aktivitas
mikroorganisme tanah (Isnawan, 2003).
Manfaat penggunaan kompos terhadap tanah adalah menambah kesuburan tanah,
memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah dan gembur, memperbaiki sifat
kimiawi tanah sehingga unsur hara yang tersedia dalam tanah lebih mudah diserap oleh
tanaman, memperbaiki tata air dan udara di dalam tanah sehingga suhu tanah akan lebih
stabil, mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara sehingga tidak mudah larut oleh
air hujan atau air pengairan dan memperbaiki kehidupan jasat renik yang hidup di dalam
tanah (Kaharudin dan Farida, 2010).
Pengomposan merupakan proses penguraian senyawa-senyawa yang terkandung
dalam sisa-sisa bahan organik dengan suatu perlakuan khusus yang bertujuan agar
tanaman lebih mudah memanfaatkannya. Hasil proses inilah yang lazim disebut pupuk
kompos. Pengomposan juga merupakan salah satu cara pengolahan limbah yang
mengandung bahan organik biodegradable (dapat diuraikan mikroorganisme). Proses
perubahan sampah menjadi kompos dilakuakan secara aerobic (memerlukan oksigen).
Dari berbagai macam sampah, yang dapat dijadikan kompos antara lain sampah dapur
(kupasan sayur), potongan rumput, endapan the atau kopi, sampah kebun, kulit buah-
buahan, daun-daunan, sisa hidangan dan kertas serta pupuk kandang (Suprijadi dan
Tejaswarwana, 1994).
Pengomposan bertujuan untuk merubah bahan yang mempunyai kandungan C/N
ratio tinggi menjadi bahan yang mempunyai kandungan C/N ratio rendah, sehingga
54
mendekati C/N ratio tanah. Rasio C/N adalah perbandingan C (karbon) dan N
(nitrogen), bila bahan organik yang memiliki rasio C/N tinggi tidak dikomposkan
terlebih dahulu (langsung diberikan ke tanah) maka proses penguraiannya akan terjadi
di tanah. Ini tentu kurang baik karena proses penguraian bahan segar dalam tanah
biasanya berjalan cepat karena kandungan air dan udaranya cukup. Akibatnya, CO2
dalam tanah meningkat sehingga dapat berpengaruh buruk bagi pertumbuhan tanaman.
Bahkan, untuk tanah ringan dapat mengakibatkan daya ikatnya terhadap air menjadi
kecil serta struktur tanahnya menjadi kasar dan berserat (Lingga dan Marsono, 2002).
Pada perombakan bahan-bahan organik selama pengomposan terjadi perubahan
secara terus menerus karena aktifitas berbagai kelompok mikrobia. Tahap permulaan
keadaan mesofil yang aktif mikrobia kelompok jamur dan bakteri pembentuk asam.
Setelah suhu meningkat dari 400
C kegiatan mikrobia pemula digamti oleh kelompok
bakteri aktinimycetes dan jamur termofil. Pada tahap selanjutnya setelah suhu mencapai
700
C yang aktif bakteri pembentuk spora. Setelah suhu turun kembali jamur dan bakteri
mesofil aktif kembali (Sudasiman, 1980).
Pengomposan dapat dipercepat dengan inokulasi menggunakan jasad selulolitik
yang sesuai, di samping memperbaiki kandungan nitrogen dan fosfor. Selanjutnya
didapatkan bahwa jamur selulolitik mesofil jika digunakan untuk inokulasi dapat
mempercepat pengomposan dan memperbaiki kualitas kompos. Pada perombakan
selulosa oleh mikrobia berperan ensim kompleks yang disebut selulase. Ensim
kompleks ini terdiri atas 3 ensim ialah (Sutejo, 2002):
1. Endo 1,4--D-glukanase yang memecah ikatan -1,4 pada bagian amorf sellulosa,
dan menghasilkan potongan rantai panjang dengan gugus bekas.
2. Ekso 1,4--D-glukanase yang merombak struktur kristal selulosa, dan
membebaskan disakarida selubiosa dari rantai ujung selulosa.
3. -glukosidase yang menghidrolisis selubiosa menjadi glukosa.
55
III. METODOLOGI
Praktikum Acara IV dengan judul Pembuatan Kompos ini dilaksanakan pada hari
Rabu, 17 Oktober 2012 di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Bahan-bahan yang digunakan adalah dedaunan, jerami, kotoran sapi,
kotoran kambing, tanah, plastik bening, air, activator EM4, dan kertas label. Alat yang
digunakan adalah gunting.
Cara kerja yang dilaksanakan dalam pembuatan kompos adalah sebagai berikut:
pertama-tama kompos dibuat dengan bahan utama seresah (dedaunan, jerami, dan
pupuk kandang). Dipotong menjadi ukuran kecil-kecil sekitar < 2 cm, dibuat perlakuan
kontrol, ditambahkan tanah, dan ditambahkan activator EM4. Kemudian diaduk sampai
merata dan kadar air diatur hingga mencapai sekitar 30%. Lalu dimasukkan kedalam
plastik bening, tutup rapat, dan beri label sesuai perlakuan. Diamati setiap minggu
(selama 2 minggu) terhadap kenampakan yang terjadi, meliputi pengamatan bau, warna,
kadar air, dan tingkat perombakan.
56
IV. HASIL PENGAMATAN
No. Indikator
Kenampakan yang terjadi
Dedaunan Jerami Kotoran Kambing Kotoran Sapi
Kontrol +Tanah +EM4 Kontrol +Tanah +EM4 Kontrol +Tanah +EM4 Kontrol +Tanah +EM4
1 Bau + + + + + + + + ++ + ++ ++
2 Warna + + + + ++ ++ + ++ + ++ ++ +
3 Kadar Air + + + ++ ++ ++ + ++ + + ++ +
4 Tingkat
Perombakan + + + + ++ + + ++ + + + ++
Tabel 4.1. Tingkat kebaikan mutu kompos pada minggu pertama
No. Indikator
Kenampakan yang terjadi
Dedaunan Jerami Kotoran Kambing Kotoran Sapi
Kontrol +Tanah +EM4 Kontrol +Tanah +EM4 Kontrol +Tanah +EM4 Kontrol +Tanah +EM4
1 Bau + + + + ++ + + ++ ++ + ++ ++
2 Warna + ++ ++ ++ ++ ++ ++ +++ + + ++ +
3 Kadar Air + + ++ +++ ++ +++ ++ ++ ++ ++ ++ ++
4 Tingkat
Perombakan + ++ ++ ++ ++ +++ + ++ + + ++ ++
Tabel 4.2. Tingkat kebaikan mutu kompos pada minggu kedua
Keterangan: Tanda (+) menunjukkan tingkat kebaikan indikator mutu kompos.
Semakin banyak tanda (+) menunjukkan indikator tersebut mendekati indikator
mutu kompos yang baik (bau menyerupai humus, warna coklat kehitaman, kadar
air rendah, dan tingkat perombakan cepat).
57
V. PEMBAHASAN
Kompos adalah pupuk organik yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas
bahan organik yang berasal dari limbah/sisa tanaman, kotoran hewan atau manusia
seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan humus yang telah mengalami dekomposisi.
Kompos dari sisa/limbah tanaman maupun limbah ternak mengandung unsur hara baik
mikro maupun makro yang lengkap (N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, Zn, Mn, B dan S).
Pembuatan kompos merupakan proses mikrobiologis yang berlangsung di alam
dengan pertolongan jasad selulotik alam. Jadi, pada dasarnya pembuatan kompos
merupakan suatu proses dekomposisi sisa-sisa tanaman, sisa makanan, kotoran ternak,
urine ternak, sampah dan sebagainya atau suatu usaha untuk merangsang perkembangan
bakteri (jasad-jasad renik) untuk melakukan penghancuran bahan-bahan yang
dikomposkan tadi sehingga terurai menjadi senyawa lain yang dibantu pula oleh suhu
dan air. Hasil terpenting dari penguraian bahan-bahan itu adalah unsur hara yang terikat
dalam senyawa organik yang sukar larut diubah menjadi senyawa organik yang larut
sehingga berguna bagi tanaman.
Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia
yang mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Mikrobia tersebut adalah
bakteri, fungi, dan jasad renik lainnya. Cara pembuatan kompos bermacam-macam,
tergantung pada keadaan tempat pembuatan, budaya orang, mutu yang diinginkan,
jumlah kompos yang dibutuhkan, macam bahan yang tersedia, dan selera pembuat.
Yang perlu diperhatikan dalam proses pengomposan adalah sebagai berikut :
1) Kelembaban timbunan bahan kompos. Kelembapan merupakan unsur penting dalam
metabolisme mikroba. Kelembapan yang baik adalah 50-60%, terlalu basah (>60%)
dapat mengakibatkan muncul bau yang tidak sedap dan aktivitas mikroba menurun,
temperatur juga menurun dan jika terlalu kering (<40%) aktivitas mikroba juga
menurun.
2) Aerasi timbunan. Aerasi berhubungan erat dengan kelengasan. Apabila terlalu
anaerob, mikrobia yang hidup hanya mikrobia anaerob saja, mikrobia aerob mati
atau terhambat pertumbuhannya. Sedangkan bila terlalu aerob udara bebas masuk
kedalam timbunan bahan yang dikomposkan sehingga menyebabkan hilangnya
nitrogen relatif banyak karena menguap berupa NH3. Aerasi udara diperlukan untuk
menghindari terjadinya kondisi anaerob yang menimbulkan bau. Pembalikan secara
58
teratur dapat meningkatkan aerasi. Kekurangan udara akan menimbulkan gas metan,
aktivitas mikroba menurun dan temperatur menurun. Sebaliknya, kelebihan aerasi
menyebabkan bahan kompos menjadi kering dan unsur N hilang (ke udara bebas).
3) Temperatur harus dijaga tidak terlalmpau tinggi (maksimum 60°C). temperature ini
berpengaruh langsung terhadap kelembaban. Jika suhu tinggi-kelembaban rendah,
sebaliknya jika suhu rendah-kelembaban tinggi. Selama pengomposan selalu timbul
panas sehingga bahan organik yang dikomposkan temperaturnya naik, bahkan
sering temperatur mencapai 60°C. Pada temperatur tersebut, mikrobia mati atau
sedikit sekali yang hidup. Untuk menurunkan temperatur tersebut, umumnya
dilakukan pembalikan timbunan bakal kompos.
4) Suasana keasaman. Proses pengomposan kebanyakan menghasilkan asam-asam
organik, sehingga menyebabkan pH turun. Pembalikan timbunan dapat bermanfaat
untuk menetralisasi keasaman.
5) Netralisasi keasaman. Netralisasi keasaman juga sering dilakukan dengan
menambah bahan pengapuran, misalnya: kapur, dolomit, atau abu. Pemberian abu
tidak hanya menetralisasi, tetapi juga menambah hara Ca, K, dan Mg, dalam
kompos yang dibuat.
6) Kualitas kompos. Untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas kompos,
timbunan diberi pupuk yang mengandung hara, terutama P. Perkembangan mikrobia
yang cepat memerlukan hara lain, termasuk P. Sebetulnya, P disediakan untuk
mikrobia sehingga perkembangan dan kegiatannya menjadi lebih cepat. Pemberian
hara ini juga meningkatkan kualitas kompos yang dihasilkan karena kadar P dalam
kompos lebih tinggi dari biasa, karena residu P sukar tercuci dan tidak menguap.
7) C/N ratio. Mikroba membutuhkan karbon (C) 20 sampai 25 kali lebih banyak dari
nitrogen (N) untuk tetap aktif. Sumber karbon pada pembuatan kompos dapat
berasal dari potongan kayu kecil, serbuk gergaji, jerami padi dan bahan lain yang
berserat tinggi. Sumber N berasal dari kotoran ternak. C/ N ratio > 25 akan
menyebabkan dekomposisi berjalan lamban karena kekurangan N sebaliknya C/N
ratio < 20 akan menyebabkan terjadinya pembentukan gas ammonia sehingga
menimbulkan bau.
Prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah proses dekomposisi
atau penguraian yang merubah limbah organik menjadi pupuk organik melalui aktifitas
59
biologis pada kondisi yang terkontrol. Dekomposisi pada prinsipnya adalah
menurunkan karbon dan nitrogen (C/N) ratio dari limbah organik sehingga, pupuk
organik dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Pada proses dekomposisi akan terjadi
peningkatan temperatur yang dapat berfungsi untuk membunuh biji tanaman liar
(gulma), bakteri-bakteri patogen dan membentuk suatu produk perombakan yang
seragam berupa pupuk organik.
Beberapa unsur penting yang diperlukan agar proses penguraian dapat berjalan
dengan baik yaitu; 1.) Karbon (C) sebagai sumber energi bagi mikroba pengurai dan
akan diurai melalui proses oksidasi yang menghasilkan panas, 2.) Nitrogen (N) sebagai
sumber protein bagi bakteri untuk bertumbuh dan memperbanyak diri, dan 3.) Oksigen
(O) sebagai bahan untuk mengoksidasi unsur karbon melalui proses dekomposisi dan air
(H2O) untuk menjamin proses dekomposisi berlangsung baik dan tidak menyebabkan
suasana anaerob. Beberapa syarat yang perlu diperhatikan mengenai tempat pembuatan
kompos yaitu:
1. Lantai lebih tinggi dari sekitarnya untuk menghindari genangan air.
2. Memiliki atap untuk mengindari sinar matahari langsung atau hujan.
Cara pembuatan kompos pada umumnya adalah sebagai berikut. Pertama siapkan
bahan-bahan yang diperlukan : kotoran sapi 80 – 83%, serbuk gergaji 5%, abu sekam
10%, kalsit/Kapur 2%, dekomposer 0,25%. Kemudian proses pembuatan yangumum
adalah sebagai berikut: 1.) Kotoran sapi dikumpulkan dan ditiriskan selama satu minggu
untuk mengurangi kadar air (± 60%), 2.) Kotoran sapi yang sudah ditiriskan kemudian
dicampur dengan bahan-bahan organik seperti ampas gergaji, abu sekam, kapur dan
dekomposer. Seluruh bahan dicampur dan diaduk merata, 3.) Setelah seminggu
tumpukan dibalik/diaduk merata untuk menambah suplai oksigen dan meningkatkan
homogenitas bahan. Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan suhu sampai 600
C,
dibiarkan lagi selama seminggu dan dibalik setiap minggu, 4.) Pada minggu keempat
kompos telah matang dengan warna pupuk coklat kehitaman bertekstur remah tak
berbau, untuk mendapatkan bentuk yang seragam serta memisahkan dari bahan yang
tidak diharapkan (misalnya batu, potongan kayu, rafia) maka pupuk diayak/disaring,
dan 5.) Kompos siap untuk diaplikasikan pada lahan atau tanaman.
Indikator mutu kompos adalah sebagai berikut:
1. Struktur remah dan lunak, tidak menggumpal atau melumpur.
60
2. Warna coklat kehitaman, terlalu hitam disebabkan suasana terlalu basah (anaerob),
terlalu cerah disebabkan suasana terlalu kering (aerob).
3. Kadar air sekitar 30%, jika diperas dengan tangan tak ada air yang menetes.
4. Aroma menyerupai humus tanah, yakni agak harum (tidak berbau busuk).
5. Reaksi pH sekitar 6-7, terlalu rendah berarti kurang aerasi.
6. Kadar bahan organic 30-60%, nisbah C/N sekitar 15.
Manfaat penggunaan kompos terhadap tanah adalah menambah kesuburan tanah,
memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah dan gembur, memperbaiki sifat
kimiawi tanah sehingga unsur hara yang tersedia dalam tanah lebih mudah diserap oleh
tanaman, memperbaiki tata air dan udara di dalam tanah sehingga suhu tanah akan lebih
stabil, mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara sehingga tidak mudah larut oleh
air hujan atau air pengairan dan memperbaiki kehidupan jasat renik yang hidup di dalam
tanah.
Salah satu pengujian yang biasanya dilakukan diakhir pembuatan kompos
(biasanya pada minggu ke 4) adalah pengujian pH dan DHL (Daya Hantar Listrik).
Namun pada pembuatan kompos acara 4 ini, kedua pengujian tidak dilakukan karena
pengamatan hanya sampai minggu ke-2. Alasan pengamatan hanya sampai minggu ke-2
adalah karena tujuan praktikum hanya dikhususkan untuk mengetahui tingkat
perombakan masing-masing bahan organik pada tiap perlakuan yang diberikan (kontrol,
ditambahkan tanah, ditambahkan activator EM4).
Melalui nilai DHL dapat diketahui proses penyerapan unsur hara oleh akar. DHL
yang tinggi akan menambah kadar garam di dalam tanah sehingga akar sulit untuk
menyerap unsur-unsur hari dalam tanah. Nilai DHL ini berkaitan erat dengan adanya
pelepasan ion-ion yang ada dalam bahan kompos. Dengan semakin meningkat ion yang
dihasilkan maka diikuti oleh semakin besarnya nilai DHL. Sehingga memiliki korelasi
yang positif. Namun, nilai DHL ini tidak mempengaruhi kualitas kompos yang
dihasilkan.
Berikut adalah hasil pengamatan pembuatan kompos selama 2 minggu pada
praktikum acara 4 ini:
1. Dedaunan
Pengamatan terakhir pada perlakuan dedaunan kontrol, menunjukkan bahwa
baunya masih menyerupai seresah dedaunan belum ada perubahan yang berarti,
61
warnanya masih coklat muda belum menunjukkan perubahan kearah kompos
matang, kadar airnya masih tinggi, dan tingkat perombakannya masih rendah
dilihat dari ukuran dedaunannya masih sama seperti ukuran awal belum
terdekomposisi menjadi ukuran yang lebih kecil.
Pada perlakuan dedaunan+tanah, baunya belum berbau humus, warnanya
sudah lumayan coklat kehitaman, kadar airnya masih tinggi, dan tingkat
perombakannya sudah lumayan terlihat dari ukuran dedaunannya yang menjadi
lebih kecil dibandingkan ukuran awalnya.
Pada perlakuan dedaunan+EM4, baunya belum berbau humus, warnanya
lumayan coklat kehitaman, kadar airnya sudah lebih rendah, dan tingkat
perombakannya sudah lumayan terlihat dari ukuran dedaunannya yang menjadi
lebih kecil dibandingkan ukuran awalnya.
Jadi, dilihat secara keseluruhan pada dedaunan yang ditambahkan EM4
proses pengomposan lebih cepat daripada perlakuan kontrol maupun yang
ditambahkan tanah. Hal tersebut karena dengan penambahan EM4 artinya
mikroorganisme dekomposer lebih banyak dan lebih aktif sehingga secara otomatis
akan mempercepat pengomposan.
2. Jerami
Pengamatan terakhir pada perlakuan jerami kontrol, menunjukkan bahwa
baunya masih menyerupai jerami mentah belum ada perubahan yang berarti,
warnanya sudah lumayan coklat kehitaman, kadar airnya sudah cukup rendah, dan
tingkat perombakannya sudah lumayan terlihat dari ukuran jeraminya yang menjadi
lebih kecil dibandingkan ukuran awalnya.
Pada perlakuan jerami+tanah, baunya sudah mulai berbau humus, warnanya
sudah lumayan coklat kehitaman, kadar airnya sudah lumayan berkurang, dan
tingkat perombakannya sudah lumayan terlihat dari ukuran jeraminya yang menjadi
lebih kecil dibandingkan ukuran awalnya.
Pada perlakuan jerami+EM4, baunya belum berbau humus, warnanya
lumayan coklat kehitaman, kadar airnya sudah rendah, dan tingkat perombakannya
terhitung cepat terlihat dari ukuran jeraminya yang menjadi lebih kecil
dibandingkan ukuran awalnya.
62
Jadi, dilihat secara keseluruhan pada jerami yang ditambahkan EM4 proses
pengomposan lebih cepat daripada perlakuan kontrol maupun yang ditambahkan
tanah. Hal tersebut karena dengan penambahan EM4 artinya mikroorganisme
dekomposer lebih banyak dan lebih aktif sehingga secara otomatis akan
mempercepat pengomposan.
3. Kotoran kambing
Pengamatan terakhir pada perlakuan kotoran kambing kontrol, menunjukkan
bahwa baunya masih menyerupai kotoran kambing mentah belum ada perubahan
yang berarti, warnanya sudah mulai berubah, kadar airnya mulai berkurang, dan
tingkat perombakannya masih belum terlihat nyata.
Pada perlakuan kotoran kambing+tanah, baunya sudah mulai berbau humus,
warnanya sudah tampak coklat kehitaman, kadar airnya sudah lumayan berkurang,
dan tingkat perombakannya sudah lumayan terlihat dari tekstur kotoran sapi yang
terlihat lebih halus daripada tekstur awalnya.
Pada perlakuan kotoran kambing+EM4, baunya sudah mulai berbau humus,
warnanya belum berubah, kadar airnya sudah lumayan berkurang, dan tingkat
perombakannya masih belum terlihat nyata.
Jadi, dilihat secara keseluruhan proses pengomposan kotoran kambing yang
ditambahkan tanah lebih cepat daripada perlakuan control maupum yang
ditambahkan EM4. Hal tersebut dapat dijelaskan karena pada kotoran kambing
sendiri telah banyak mikroorganisme dekomposer, sehingga tanpa penambahan
EM4 pun proses pengomposannya hampir sama bahkan leih cepat daripada
pengomposan menaggunakan EM4.
4. Kotoran sapi
Pengamatan terakhir pada perlakuan kotoran sapi kontrol, menunjukkan
bahwa baunya masih menyerupai kotoran sapi mentah belum ada perubahan yang
berarti, warnanya belum berubah, kadar airnya mulai berkurang, dan tingkat
perombakannya masih belum terlihat nyata.
Pada perlakuan kotoran sapi+tanah, baunya sudah mulai berbau humus,
warnanya sudah lumayan coklat kehitaman, kadar airnya sudah lumayan
berkurang, dan tingkat perombakannya sudah lumayan terlihat dari tekstur kotoran
sapi yang terlihat lebih halus daripada tekstur awalnya.
63
Pada perlakuan kotoran sapi+EM4, baunya sudah mulai berbau humus,
warnanya belum berubah, kadar airnya sudah lumayan berkurang, dan tingkat
perombakannya sudah lumayan terlihat dari tekstur kotoran sapi yang terlihat lebih
halus daripada tekstur awalnya.
Jadi, dilihat secara keseluruhan proses pengomposan kotoran sapi yang
ditambahkan tanah dan yang ditambahkan EM4 hampir sama cepatnya daripada
perlakuan kontrol. Hal tersebut dapat dijelaskan karena pada kotoran sapi sendiri
telah banyak mikroorganisme dekomposer, sehingga tanpa penambahan EM4 pun
proses pengomposannya hampir sama cepat dengan pengomposan menaggunakan
EM4.
64
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengomposan merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia yang mampu
mempercepat proses dekomposisi bahan organik.
2. Bahan dasar pembuatan kompos dapat berupa kotoran sapi, kotoran kambing,
dedaunan, ataupun jerami.
3. Indikator kompos matang (mutu baik) adalah sebagai berikut: berbau menyerupai
humus (harum, tidak bau busuk), warna cokelat kehitaman, kadar air rendah, dan
tingkat perombakan cepat.
4. Berdasarkan hasil pengamatan selama 2 minggu, secara umum proses pengomposan
dengan penambahan activator EM4 lebih cepat. Kecuali pada bahan kotoran
(kambing maupun sapi), penambahan EM4 tidak begitu berpengaruh karena
mikroorganisme dekomposer dalam kotoran itu sendiri sudah banyak.
B. Saran
1. Ada baiknya pada praktikum ini praktikan juga diajarkan membuat pupuk cair
tidak hanya dalam bentuk padat saja seperti kompos.
65
DAFTAR PUSTAKA
Isnawan , B. H. 2003. Kajian pemupukan N P K tanaman jagung manis dengan
berbagai takaran pupuk kandang di tanah regosol. Jurnal Ilmu- Ilmu
Pertanian Agr UMY 9 : 7–9 .
Kaharudin dan S.M. Farida. 2010. Manajemen Umum Limbah Ternak Untuk Kompos
dan Biogas. <http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/pu/psds/Limbah.pdf>. Diakses
tanggal 11 November 2012.
Lingga, P dan Marsono. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sudasiman, K.V. 1980. Microbiological Succession during Decommposition of Organik
Matter in Heese. P.R. Compost Technology. FAO of UN Proj. Field Doc. 3: 63-
69.
Suprijadi dan R. Tejasarwana. 1994. Prospek pupuk organik dan pengelolaannya pada
padi sawah di lahan tadah hujan. Tropika. 5 : 42-49.
Sutejo, M.M. 2002. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.
66
LAMPIRAN
67
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH
ACARA V
UJI MUTU KOMPOS
Disusun oleh:
Ahmad Khoirudin Asrofi (11913)
Lathifatul Lailia (11938)
Nur Kusumastuti (11975)
Eka Putri D. (12006)
Siska Ernitawati (12066)
Golongan : A3 (Siang)
Asisten : Basyit Wulan I.
LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
68
ACARA V
UJI MUTU KOMPOS
Abstraksi Praktikum acara VI “Uji Mutu Kompos” ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 17 Oktober
2012, di Laboratorium Kimia Dan Kesuburan Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui mutu
kematangan kompos dengan metode perkecambahan dan pertumbuhan vegetatif. Perkecambahan
adalah proses untuk mencapai pertumbuhan tanaman. Cara kerja yang dilakukan antara lain
disiapkan dua wadah diisi dengan tanah pasir dan kompos. Lalu ke dalam masing-masing media
dimasukkan 20 biji bayam cabut pada permukaan, ditambahkan air dengan botol semprot, dan
lengas dijaga selama percobaan agar media tersebut tetap lembab. Setelah tujuh hari dihitung
jumlah biji yang tumbuh. Hasil yang diperoleh yaitu pada kompos sekam memiliki gaya
berkecambah paling tinggi serta indeks vigor paling tinggi pula. Dapat dikatakan kompos sekam
sudah siap untuk digunakan. Kompos dari kotoran sapi, kotoran kambing, sekam+kotoran
kambing, serta kotoran sapi+kotoran kambing tidak menunjukkan gaya berkecambah dan indeks
vigor ini menandakan bahwa kompos tersebut masih mentah sehingga biji tidak dapat
berkecambah.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kompos merupakan campuran kotoran hewan, bahan tanaman, dan bahan
organik lain yang telah mengalami perombakan atau pembusukan oleh mikroba.
Kompos sangat diperlukan oleh petani karena adanya kelangkaan pupuk, meskipun
kompos telah ada sejak dahulu. Hasil akhir pengomposan adalah bahan yang
mempunyai kandungan C/N ratio rendah dan mendekati C/N ratio tanah. Apabila
bahan organik yang memiliki rasio C/N tinggi tidak dikomposkan terlebih dahulu
(langsung diberikan ke tanah) maka proses penguraiannya akan terjadi ditanah.
Akibatnya, CO2 dalam tanah meningkat sehingga dapat berpengaruh buruk bagi
pertumbuhan tanaman.
Proses pembuatan kompos mempunyai pengaruh yang besar terhadap kualitas
kompos dengan bahan dasar pupuk kandang yang dihasilkan. Keberhasilan
pembuatan pupuk kompos sangat tergantung pada proses yang dilakukan untuk
pembuatan pupuk kompos. Tingkat kematangan kompos akan cepat berpengaruh
pada proses perkecambahan biji. Untuk itu ketika membuat pupuk kompos harus
sesuai dengan proses yang ada agar pupuk kompos tersebut dapat diaplikasikan
sebagai media penambahan unsur hara tanah.
69
B. Tujuan
Tujuan Uji Mutu Kompos adalah untuk mengetahui mutu kematangan kompos
dengan metode perkecambahan dan pertumbuhan vegetatif.
70
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kompos adalah hasil pembusukan sisa-sisa tanaman yang disebabkan oleh
aktivitas mikroorganisme pengurai. Kualitas kompos sangat ditentukan oleh besarnya
perbandingan antara jumlah karbon dan nitrogen (C/N rasio). Jika C/N rasio tinggi,
berarti bahan penyusun kompos belum terurai secara sempurna. Bahan kompos dengan
C/N rasio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama dibandingkan dengan ber-C/N
rasio rendah. Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki C/N rasio antara 12-15.
kandungan unsur hara di dalam kompos sangat bervariasi. Tergantung dari jenis bahan
asal yang digunakan dan cara pembuatan kompos. Kandungan unsur hara kompos
adalah sebagai berikut: Nitrogen 0,1-0,6 %, Phospor 0,1-0,4 % , Kalium 0,8-1,5 %,
Kalsium 0,8-1,5 % (Novizan,2001).
Pupuk kompos merupakan salah satu pupuk yang sangat baik untuk meningkatkan
kesuburan tanah. Pupuk kompos sangat menunjang sistem pertanian organik karena
dapat meningkatkan kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah. Penelitian dianggap
cukup penting untuk menemukan formulasi pupuk kompos yang terbaik dan bahan-
bahan limbah yang digunakan. Prinsip dasar dari pengomposan adalah terjadinya
penguraian bahan organik oleh sejumlah bersar organisme perombak (Supadma dan
Dewa, 2008).
Penambahan bahan organik merupakan tindakan perbaikan lingkungan tumbuh
tanaman yang yang antara lain dapat meningkatkan efisiensi pupuk. Penggunaan bahan
organik seperti sisa-sisa tanaman yang melapuk, kompos, pupuk kandang atau pupuk
organik cair menunjukkan pupuk organik dapat meningkatkan produktivitas tanah dan
efisiensi pemupukan serta mengurangi kebutuhan pupuk terutama pupuk K (Arafah dan
Sirappa, 2003).
Pengomposan menjadi salah satu metode pengelolaan sampah organik menjadi
material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim. Pengomposan dengan bahan
baku sampah domestik merupakan teknologi yang ramah lingkungan, sederhana dan
menghasilkan produk akhir yang sangat berguna bagi kesuburan tanah atau tanah
penutup bagi landfill (Anonim, 2002).
Ada beberapa prinsip cara pengomposan antara lain: (1) ditimbun pada
permukaan tanah yang telah dipadatkan (kraal methode), (2) Ditimbun pada galian
tanah (50-75 cm), separo di dalam tanah (50-75 cm) dan separo di atas permukaan
71
(Heat & trench methode), (3) Langsung pada bak penampungan kotoran ternak
(Bengalore methode), (4) menggunakan kotak pengomposan dari pagar beton yang
tertutup (anaerob) selama 18 hari dan seterusnya diberikan aerasi dari lobang-lobang
bagian dasar kotak (Baccari-Italia methode) (Rusmarkam, 2001).
Proses pengomposan biasanya melibatkan mesofilik, termofilik, dan kemudian
mesofilik mikroorganisme dalam suksesi. Tinggi kualitas kompos yang dihasilkan oleh
interaksi banyak mikroorganisme yang memiliki sifat cocok untuk bahan kimia, biologi,
dan kondisi fisik kompos. Selama proses pengomposan, fase termofilik diperkirakan
untuk mempercepat pemecahan senyawa kompleks, dan kenaikan suhu dapat terjadi
dengan adanya termofilik mikroorganisme. Sebaliknya hasil, konvensional metode
pengomposan di dekomposisi lambat organik bahan karena tindakan biologis yang
lambat, lambatnya proses pengomposan juga membutuhkan pupuk besar-depot ruang
(Nepal et al., 2011).
Efektif menggunakan limbah organik merupakan isu penting dalam negara-negara
berkembang. Industri Unggas kini booming di negara-negara, di mana, maka akan
dibuang sejumlah besar kotoran unggas, yang mencemari lingkungan. Pupuk
mengandung nutrisi penting seperti N, P, K, bahan organik, Ca, Mg, dll. Penggunaan
bahan organik seperti di sektor pertanian dapat berkontribusi untuk melestarikan
lingkungan serta meningkatkan kesuburan lahan pertanian (Eusuf Zai et. al., 2008).
Kematangan kompos adalah tahapan tertentu antara keadaan bahan organik yang
mentah dan keadaannya setelah mati. Ciri-ciri kematangan kompos (Anonim, 1992) :
1. Suhu
Apabila tingkat kelembaban dan zat asam yang sesuai dapat dipertahankan
selama proses pengomposan, suhu tumpukan akan tetap tinggi (45-650C) selama
masih terdapat bahan untuk dijadikan kompos. Masa aktif ini dikenal dengan masa
termofilik. Setelah beberapa waktu dalam kondisi ini, suhu akan mulai menurun
mendekati atau sama dengan suhu ruang. Apabila kelembaban sudah sesuai dan
pembalikan tidak menyebabkan meningkatnya suhu, kompos dianggap hampir
matang.
2. Bau
Ambil dua genggam kompos, lembabkan, lalu masukkan ke dalam sebuah
kantung plastik. Tutuplah kantung rapat-rapat, dan biarkan selama kurang lebih 2
72
x 24 jam. Jika kantung plastik menggembung dan panas atau pada waktu dibuka
kompos tersebut berbau busuk, maka berarti jasad renik masih aktif. Kompos
tersebut belum matang.
3. Rasio C/N
Selama proses pengomposan berjalan, jumlah kandungan karbon menurun
karena berubah menjadi karbondioksida. Kurang lebih 1/3 dari kandungan karbon
berubah bentuk dan menyatu dalam kompos sedangkan 2/3 bagian lainnya
menjadi karbondioksida dan tidak bermanfaat lagi bagi lingkungan. Rasio C/N
kurang dari 20 : 1 maka kompos tersebut bermutu dan benar-benar matang.
4. Bentuk fisik
Pada proses pengomposan yang relatif stabil, sampah sudah berdekomposisi
sehingga wujud fisiknya sudah menyerupai tanah.
73
III. METODOLOGI
Praktikum Acara V mengenai Uji Mutu Kompos dilaksanakan pada tanggal 17
Oktober 2012 di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan dalam
percobaan ini yaitu pot, tugal, ember label, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang
digunakan antara lain benih bayam cabut, sekam, pupuk kandang sapi, dan pupuk
kandang kambing.
Cara kerja dari praktikum ini yaitu pertama disiapkan pot sebanyak 8 buah dan
digunakan sebagai 7 macam perlakuan. Pot I diisi dengan sekam + tanah, pot II diisi
dengan pupuk kandang sapi + tanah, Pot III diisi dengan pupuk kandang kambing +
tanah, pot IV diisi dengan sekam + pupuk kandang sapi + tanah, pot V diisi dengan
sekam + pupuk kandang kambing + tanah, gelas plastik VI diisi dengan pupuk kandang
sapi + pupuk kandang kambing + tanah, gelas plastik VII diisi dengan sekam + pupuk
kandang sapi + pupuk kandang kambing + tanah, pot VIII diisi kontrol (tanah). Setelah
pot dengan 7 perlakuan disiapkan, pot ditambah dengan air, kemudian ditanam 10 benih
bayam cabut dan pot ditutup. Setelah 7 hari dilakukan pengamatan pertumbuhan biji
yang telah ditanam pada setiap pot dan pada hari ke 21 diamati pertumbuhan
tanamannya. Selanjutnya, diukur pH dan DHL (daya hantar listrik) kompos pada
nisbah kompos : air = 1:10.
74
IV. HASIL PENGAMATAN
No Perlakuan Jumlah Biji yang tumbuh hari ke-
1 2 3 4 5 6 7
1 Kontrol 0 0 0 2 2 3 4
2 Sekam 0 0 1 4 4 5 6
3 Kotoran Sapi 0 0 0 0 0 0 0
4 Kotoran Kambing 0 0 0 0 0 0 0
5 Sekam+Kotoran
Sapi
0 0 0 2 2 2 3
6 Sekam+Kotoran
Kambing
0 0 0 0 0 0 0
7 Kotoran
Sapi+Kotoran
Kambing
0 0 0 0 0 0 0
8 Sekam+Kotoran
Kambing+Kotoran
Sapi
0 0 0 1 1 1 3
Tabel 4.1. Pertumbuhan Biji pada kompos yang berbeda-beda
No Perlakuan Gaya Berkecambah hari ke-
1 2 3 4 5 6 7
1 Kontrol 0% 0% 0% 10% 10% 15% 20%
2 Sekam 0% 0% 5% 20% 20% 25% 30%
3 Kotoran Sapi 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
4 Kotoran Kambing 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
5 Sekam+Kotoran
Sapi
0% 0% 0% 10% 10% 10% 15%
6 Sekam+Kotoran
Kambing
0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
7 Kotoran
Sapi+Kotoran
Kambing
0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
8 Sekam+Kotoran
Kambing+Kotoran
Sapi
0% 0% 0% 5% 5% 5% 15%
Tabel 4.2. Gaya Berkecambah (GB)
No Perlakuan Indeks Vigor hari ke-
1 2 3 4 5 6 7
1 Kontrol 0 0 0 0,5 0,4 0,5 0,57
2 Sekam 0 0 0,33 1 1 0,83 0,86
3 Kotoran Sapi 0 0 0 0 0 0 0
4 Kotoran Kambing 0 0 0 0 0 0 0
5 Sekam+Kotoran
Sapi
0 0 0 0,5 0,4 0,33 0,43
6 Sekam+Kotoran
Kambing
0 0 0 0 0 0 0
75
7 Kotoran
Sapi+Kotoran
Kambing
0 0 0 0 0 0 0
8 Sekam+Kotoran
Kambing+Kotoran
Sapi
0 0 0 0,25 0,2 0,167 0,43
Tabel 4.3. Indeks Vigor (IV)
No Perlakuan pH DHL
1 Kontrol 5,94 0,5
2 Sekam 6,37 0,6
3 Kotoran Sapi 6,97 0,0
4 Kotoran Kambing 7,47 0,5
5 Sekam+Kotoran
Sapi 6,40 0,2
6 Sekam+Kotoran
Kambing 8,02 0,1
7 Kotoran
Sapi+Kotoran
Kambing
6,78 0,3
8 Sekam+Kotoran
Kambing+Kotoran
Sapi
6,91 0,1
Tabel 4.4. Nilai pH dan Daya Hantar Listrik (DHL)
76
V. PEMBAHASAN
Praktikum mengenai uji mutu kompos ini bertujuan untuk mengetahui apakah
proses pengomposan pada tanah telah selesai atau belum. Pengomposan didefinisikan
sebagai proses biokimiawi yang melibatkan jasad renik sebagai agensia (perantara) yang
merombak bahan organik menjadi bahan yang mirip dengan humus. Hasil perombakan
tersebut disebut kompos. Kompos biasanya dimanfaatkan sebagai pupuk dan pembenah
tanah. Kompos ini juga dapat berfungsi sebagai penggembur tanah karena dapat
memperbaiki sifat-sifat tanah dan kemampuannya dalam menyediakan mikro nutrien
untuk tanaman.
Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa biji yang tumbuh terdapat pada sekam,
sekam+kotoran sapi, dan sekam+kotoran sapi+kotoran kambing. Pada media tanam
sekam terdapat 6 biji bayam cabut yang tumbuh. Pada kotoran sapi tidak terdapat biji
yang tumbuh, begitu pula pada kotoran kambing. Biji yang tumbuh pada
sekam+kotoran sapi sebanyak 3 buah, sekam+kotoran kambing tidak ada, kotoran
sapi+kotoran kambing juga tidak ada, sedangkan pada sekam+pupuk kambing+pupuk
sapi 3 buah. Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa kompos yang sudah matang
adalah sekam, dan kompos yang belum matang adalah kompos dari kotoran sapi dan
kotoran kambing dimana pada media tanam ini tidak ada satu-pun biji yang
berkecambah. Ketidakmatangan kompos dapat terjadi karena berbagai hal seperti tidak
cukupnya bahan nitrogen, tidak cukupnya oksigen, yang masuk ke dalam kompos, tidak
cukupnya kelembaban dalam tumpukkan kompos atau kompos terlalu padat. Dengan
adanya beberapa faktor tersbut maka akan berpengaruh pada aktifitas mikroorganisme
yang dapat mengganggu proses dekomposisi.
Ada beberapa perlakuan dalam praktikum, yakni sekam, pupuk kandang (sapi
dan kambing) dan beberapa kombinasi antara pupuk kandang sapi, kambing dan sekam.
Sekam merupakan bagian dari bulir padi-padian (serealia) berupa lembaran yang kering,
bersisik, dan tidak dapat dimakan, yang melindungi bagian dalam
(endospermium dan embrio). Sekam yang telah diolah memiliki fungsi mengikat logam
berat dan menggemburkan tanah sehingga bisa mempermudah akar tanaman menyerap
unsur hara di dalamnya. Pupuk kandang sapi merupakan pupuk padat yang banyak
mengandung air dan lender dan juga merupakan pupuk dingin karena perubahan dari
bahan yang terkandung dalam pupuk menjadi tersedia dalam tanah berlangsung secara
77
perlahan-lahan dan juga memiliki kandungan nitrogen yang jauh lebih banyak dari
unsur kalium. Pupuk kandang kambing memiliki tekstur yang khas karena berbentuk
butiran yang agak sukar di pecah sehingga sangat berpengaruh terhadap proses
dekomposisi dan proses penyediaan haranya. Pupuk kandang kambing yang baik harus
memiliki rasio C/N <20, sehingga harus dikomposkan terlebih dahulu.
Dari praktikum diperoleh grafik gaya berkecambah sebagai berikut :
Grafik 5.1. Gaya Berkecambah (GB) Tanaman Bayam Cabut Pada berbagai Media
Tanam Pupuk Kompos
Dari Grafik 5.1. dapat dilihat bahwa gaya berkecambah bayam cabut paling tinggi
terjadi pada kompos berbahan pupuk sekam yaitu pada hari ke-7 sebesar 30%, dan gaya
berkecambah paling rendah adalah pada pupuk kotoran sapi, pupuk kotoran kambing,
pupuk sekam+kotoran kambing, dan pupuk kotoran sapi+pupuk kotoran kambing yaitu
sebesar 0%. Dari berbagai presentase gaya berkecambah ada beberapa biji yang tidak
tumbuh. Hal itu bisa disebabkan karena adanya pengaruh ketersediaan nitrogen, tidak
cukupnya oksigen, tidak tersedianya kelembaban yang cukup dalam tumpukan kompos,
atau tumpukan kompos yang terlalu padat. Selain itu, disebabkan pula oleh tingkat
kematangan dari kompos itu sendiri. Kotoran kambing yang digunakan pada saat
praktikum masih basah sehingga kotoran tersebut belum matang dan sulit digunakan
untuk kompos.
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
1 2 3 4 5 6 7
Gaya B
erk
ecam
bah
(%
)
Hari ke-
Gaya Berkecambah Bayam Cabut
Sekam
Kotoran Sapi
Kotoran Kambing
Sekam+Kotoran Sapi
Sekam+Kotoran
Kambing
Kotoran Sapi+Kotoran
Kambing
Sekam+Kotoran
Kambing+Kotoran Sapi
78
Dari praktikum diperoleh grafik indeks vigor sebagai berikut :
Grafik 5.2. Indeks Vigor Tanaman Bayam Cabut Pada Berbagai Media Tanam
Dari Grafik 5.2. dapat dilihat bahwa perkecambahan bayam cabut pada indeks
vigor optimal terjadi pada kompos sekam yaitu pada hari ke-4 dan ke-5 sebesar 1.
Indeks vigor terendah terjadi pada kompos kotoran sapi, kotoran kambing,
sekam+kotoran kambing, serta kotoran sapi+kotoran kambing. Dari grafik indeks vigor
tersebut mengalami berbagai peningkatan pada setiap kompos yang berbeda. Hal itu
terjadi karena ada kompos yang belum matang atau mentah. Kompos yang masih belum
matang berarti mempunyai C/N yang tinggi yang dapat merugikan tanaman. Kompos
yang mentah mengandung fitotoksin yang bersifat racun dalam kompos tersebut.
Dengan adanya fitotoksin maka benih tidak dapat berkecambah dengan baik atau kalau
berkecambah akan segera mati.
Pengujian mutu kompos ini berfungsi untuk mengetahui tingkat kematangan
kompos apakag telah matang atau belum. Apabila kompos belum matang digunakan
dapat menghambat gaya perkecambahan benih dan mampu mematikan tanaman. Selain
itu uji mutu kompos berfungsi untuk mengetahui kelayakan kompos untuk
diaplikasikan. Kenampakan yang mengindikasikan sejauh mana kelayakan kompos
adalah banyaknya benih yang tumbuh dari sejumlah benih yang ditanam dengan
kompos tersebut atau disebut gaya berkecambah. Oleh karena itu, harus dilakukan uji
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1 2 3 4 5 6 7
Ind
eks
Vig
or
Hari ke-
Indeks Vigor Bayam Cabut
Sekam
Kotoran Sapi
Kotoran Kambing
Sekam+Kotoran Sapi
Sekam+Kotoran
Kambing
Kotoran Sapi+Kotoran
Kambing
Sekam+Kotoran
Kambing+Kotoran Sapi
79
mutu kompos sebelum digunakan sebagai media tumbuh atau dicampurkan dengan
tanah.
Untuk menguji kompos maka dalam praktikum ini digunakan bayam yang
ditanam dalam pot yang berisi kompos yang telah dibuat. Alasan penggunaan benih
bayam cabut dikarenakan benihnya memiliki masa tumbuh yang pendek dan mudah
diperoleh. Lima hari setelah benih ditabur, benih sudah dapat tumbuh. Selain itu benih
ini tidak membutuhkan pemeliharaan yang ekstra karena penyiraman dapat sekedar
dengan membasahi tanah. Pertumbuhan benih mengindikasikan mutu kompos. Jika 75
% benih berkecambah dan dapat tumbuh dengan baik maka kompos siap untuk
digunakan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan kompos, diantaranya
adalah :
1. Kelembaban timbunan bahan kompos, berpengaruh terhadap kehidupan mikrobia,
agar tidak terlalu kering atau basah dan tergenang.
2. Aerasi timbunan, berhubungan erat dengan kelengasan.
3. Temperatur harus dijaga tidak terlampau tinggi (maksimum 600C), dan juga
dilakukan pembalikkan untuk menurunkan temperatur.
4. Suasana, dalam pengomposan menghasilkan asam-asam organik sehingga pH
turun, untuk itu diperlukan pembalikkan.
5. Netralisasi keasaman, dapat dilakukan dengan menambah kapur seperti dolomit
atau abu.
6. Kualitas kompos, dapat diberi pupuk seperti P untuk meningkatkan kualitas
kompos.
80
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Uji mutu kompos dilakukan untuk mengetahui tingkat kematangan kompos.
2. Dari hasil praktikum media pupuk kompos yang sudah matang dan siap untuk
diaplikasikan adalah media pupuk kompos sekam, sekam+kotoran sapi, dan
sekam+kotoran sapi+kotoran kambing.
3. kompos yang belum bisa untuk diaplikasikan adalah kotoran sapi dan kambing
karena pupuk kompos tersebut belum matang dengan gaya berkecambah bayam
cabut sebesar 0%.
B. Saran
1. Sebaiknya para pembuat kompos mengetahui cara pengujian mutu kompos yang
seperti ini agar mereka tahu apakah kompos yang mereka buat sudah matang atau
belum.
2. Ada baiknya praktikan dikenalkan cara pengujian mutu kompos yang lainnya.
81
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1992. Panduan Pembuatan Kompos dari Sampah Teori Aplikasi. Center for
Policy and Implementation Studies. Jakarta.
Anonim. 2002. Pembuatan Kompos Dan Permasalahnnya.
<http://www.geocities.com/persampahan/kompas.com>. Diakses tanggal 30
Oktober 2012.
Arafah dan M. P. Sirappa. 2003. Kajian penggunaan jerami dan pupuk N, P, dan K pada
lahan sawah irigasi. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 4: 15-24.
Eusuf Zai, A. K, Takatsugu H and Tsutomu M. 2008. Effects of compost and green
manure of pea and their combinations with chicken manure and rapeseed oil
residue on soil fertility and nutrient uptake in wheat-rice cropping system. African
Journal of Agricultural Research 3: 633-639.
Nepal, A. P, Yasuhiro S, Aya N, Hisato K, Fajri A, Masaaki K, and Chieko M. 2011.
Effects of microbial additive on composting process and on Swiss chard growth
and nutrient uptake. European Journal of Scientific Research 52: 132-141.
Novizan. 2001. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Rusmarkam, A. 2001. Ilmu Kesuburan Tanah. Jurusan Ilmu Tanah. UGM. Yogyakarta.
Supadma, A. N. N. dan Dewa M. A. 2008. Uji formulasi kualitas pupuk kompos yang
bersumber dari sampah organik dangan penambahan limbah ternak ayam, sapi,
babi, dan tanaman Pahitan. Jurnal Bumi Lestari 8 : 113-121.
82
LAMPIRAN
A. Perhitungan
Gaya Berkecambah (GB)
No Perlakuan Gaya Berkecambah hari ke-
1 2 3 4 5 6 7
1 Kontrol 0% 0% 0% 10% 10% 15% 20%
2 Sekam 0% 0% 5% 20% 20% 25% 30%
3 Kotoran Sapi 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
4 Kotoran Kambing 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
5 Sekam+Kotoran
Sapi
0% 0% 0% 10% 10% 10% 15%
6 Sekam+Kotoran
Kambing
0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
7 Kotoran
Sapi+Kotoran
Kambing
0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
8 Sekam+Kotoran
Kambing+Kotoran
Sapi
0% 0% 0% 5% 5% 5% 15%
Rumus :
Perhitungan :
1. Kontrol
Hari ke-1 =
Hari ke-2 =
Hari ke-3 =
Hari ke-4 =
Hari ke-5 =
Hari ke-6 =
Hari ke-7=
2. Sekam
Hari ke-1 =
Hari ke-2 =
Hari ke-3 =
Hari ke-4 =
Hari ke-5 =
Hari ke-6 =
Hari ke-7 =
83
3. Kotoran Sapi
Hari ke-1 =
Hari ke-2 =
Hari ke-3 =
Hari ke-4 =
Hari ke-5 =
Hari ke-6 =
Hari ke-7 =
4. Kotoran Kambing
Hari ke-1 =
Hari ke-2 =
Hari ke-3 =
Hari ke-4 =
Hari ke-5 =
Hari ke-6 =
Hari ke-7 =
5. Sekam+Kotoran Sapi
Hari ke-1 =
Hari ke-2 =
Hari ke-3 =
Hari ke-4 =
Hari ke-5 =
Hari ke-6 =
Hari ke-7 =
6. Sekam+Kotoran Kambing
Hari ke-1 =
Hari ke-2 =
Hari ke-3 =
Hari ke-4 =
Hari ke-5 =
Hari ke-6 =
84
Hari ke-7 =
7. Kotoran Sapi+Kotoran Kambing
Hari ke-1 =
Hari ke-2 =
Hari ke-3 =
Hari ke-4 =
Hari ke-5 =
Hari ke-6 =
Hari ke-7 =
8. Sekam+Kotoran Sapi+Kotoran Kambing
Hari ke-1 =
Hari ke-2 =
Hari ke-3 =
Hari ke-4 =
Hari ke-5 =
Hari ke-6 =
Hari ke-7 =
Indeks Vigor (IV)
No Perlakuan Indeks Vigor hari ke-
1 2 3 4 5 6 7
1 Kontrol 0 0 0 0,5 0,4 0,5 0,57
2 Sekam 0 0 0,33 1 0,8 0,83 0,86
3 Kotoran Sapi 0 0 0 0 0 0 0
4 Kotoran Kambing 0 0 0 0 0 0 0
5 Sekam+Kotoran
Sapi
0 0 0 0,5 0,4 0,33 0,43
6 Sekam+Kotoran
Kambing
0 0 0 0 0 0 0
7 Kotoran
Sapi+Kotoran
Kambing
0 0 0 0 0 0 0
8 Sekam+Kotoran
Kambing+Kotoran
Sapi
0 0 0 0,25 0,2 0,167 0,43
Rumus = Indeks Vigor
Perhitungan :
1. Kontrol
85
Hari ke-1 =
Hari ke-2 =
Hari ke-3 =
Hari ke-4 =
Hari ke-5 =
Hari ke-6 =
Hari ke-7 =
2. Sekam
Hari ke-1 =
Hari ke-2 =
Hari ke-3 =
Hari ke-4 =
Hari ke-5 =
Hari ke-6 =
Hari ke-7 =
3. Kotoran Sapi
Hari ke-1 =
Hari ke-2 =
Hari ke-3 =
Hari ke-4 =
Hari ke-5 =
Hari ke-6 =
Hari ke-7 =
4. Kotoran Kambing
Hari ke-1 =
Hari ke-2 =
Hari ke-3 =
Hari ke-4 =
Hari ke-5 =
Hari ke-6 =
Hari ke-7 =
86
5. Sekam+Kotoran Sapi
Hari ke-1 =
Hari ke-2 =
Hari ke-3 =
Hari ke-4 =
Hari ke-5 =
Hari ke-6 =
Hari ke-7 =
6. Sekam+Kotoran Kambing
Hari ke-1 =
Hari ke-2 =
Hari ke-3 =
Hari ke-4 =
Hari ke-5 =
Hari ke-6 =
Hari ke-7 =
7. Kotoran Sapi+Kotoran Kambing
Hari ke-1 =
Hari ke-2 =
Hari ke-3 =
Hari ke-4 =
Hari ke-5 =
Hari ke-6 =
Hari ke-7 =
8. Sekam+Kotoran Sapi+Kotoran Kambing
Hari ke-1 =
Hari ke-2 =
Hari ke-3 =
Hari ke-4 =
Hari ke-5 =
Hari ke-6 =
Hari ke-7 =
87
B. FOTO
88
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH
ACARA VI
KESUBURAN TANAH AKTUAL
Disusun oleh:
Ahmad Khoirudin Asrofi (11913)
Lathifatul Lailia (11938)
Nur Kusumastuti (11975)
Eka Putri D. (12006)
Siska Ernitawati (12066)
Golongan : A3 (Siang)
Asisten : Basyit Wulan I.
LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
89
ACARA VI
KESUBURAN TANAH AKTUAL
Abstraksi
Kesuburan tanah bukan sifat tanah, tetapi mutu tanah sehingga hanya dapat ditaksir. Penaksiran
dapat didasarkan atas sifat dan kelakuan fisik, kimia dan biologi tanah yang terukur,
terkoreksikan dengan keragaan (performance) tanaman menurut pengalaman atau hasil penelitian
sebelumnya, sehingga dapat dipergunakan untuk mengetahui sebab-sebab yang menentukan
kesuburan tanah. Di samping itu penaksiran dapat dilakukan secara langsung berdasarkan
keragaan tanaman yang teramati (bioassay), cara ini hanya dapat mengungkapkan tanggapan
tanaman terhadap keadaan tanah yang dihadapi. Praktikum Kesuburan Tanah yang berjudul
“Kesuburan Tanah Aktual” dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2012 bertempat di rumah
kaca, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tujuan dari
praktikum ini adalah untuk mengetahui kesuburan aktual tanah dari berbagai jenis tanah, yaitu
vertisol, ultisol, dan inceptisol. Dilakukan pengamatan kenampakan visual (warna) tanaman
jagung yang ditanam pada beberapa jenis tanah, lalu diukur dan dicatat tinggi tanaman-tanaman
tersebut. Berdasarkan pengamatan terlihat kenampakan visual (warna daun) yang cenderung
sama, tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman jagung pada tiap jenis tanah berbeda dengan
hasil pada tanah inseptisol yang paling tinggi, sedangkan pada tanah ultisol yang paling rendah,
dikarenakan tingkat kesuburan tanah aktualnya yang berbeda.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan
oleh sejumlah interaksi sifat fisika, kimia, dan biologi bagian tubuh tanah yang
menjadi habitat akar aktif tanaman. Ada dua pengertian kesuburan tanah yang harus
dibedakan yaitu kesuburan tanah aktual dan kesuburan tanah potensial. Kesuburan
tanah aktual adalah kesuburan tanah alamiah, dan kesuburan tanah potensial adalah
kesuburan tanah maksimum yang dapat dicapai dengan masukan teknologi yang
mengoptimumkan semua factor.
B. Tujuan
Mengetahui kesuburan aktual tanah dari berbagai jenis tanah.
90
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pada prinsipnya tanah subur adalah tanah yang secara konsisten memberikan hasil
yang baik tanpa penambahan pupuk. Apabila diperlukan penambahan pupuk maka
terjadi tanggapan tanaman dalam bentuk peningkatan hasil yang cukup tinggi terhadap
pemupukan kimia ataupun organik serta pemberian air irigasi. Tanah mungkin
mempunyai kesuburan asli yang tinggi, tetapi hasil produksinya rendah karena faktor
produksi lainnya menghambat pertumbuhan tanaman (Sutanto, 2005).
Tanah subur memiliki sifat sebagai berikut (Anonim, 2009):
Kaya nutrisi yang dasar tanaman, termasuk nitrogen, fosfor dan potasium.
Cukup mengandung mineral (trace elements) untuk nutrisi tanaman, termasuk
boron, klorin, kobalt, tembaga, besi, mangan, magnesium, molibdenum, sulfur, dan
seng.
Mengandung bahan organik tanah yang memperbaiki struktur tanah dan retensi
kelembaban tanah.
PH tanah berada dalam kisaran 6,0-6,8.
Struktur tanah yang baik, menciptakan tanah kering yang baik.
Berbagai mikroorganisme yang mendukung pertumbuhan tanaman.
Sering mengandung sejumlah besar lapisan atas tanah.
Uji kesuburan tanah diperlukan sebelum mengusahakan lahan pertanian. Dengan
uji ini nantinya diketahui potensi lahan dan kendala yang harus diatasi. Dalam hal ini
tanaman dapat digunakan sebagai indikator kesuburan yaitu dengan melihat
kenampakan fisik tanaman (Davidescu dan Davidescu, 1982). Terdapat hubungan
positif antara kesuburan tanah dengan produktivitas tanah. Tanah yang mempunyai
kesuburan tinggi akan mempunyai produktivitas yang tinggi, demikian juga sebaliknya
(Wididana, 1995).
Kesuburan tanah diberi batasan sebagai mutu kemampuan suatu tanah untuk
menyediakan unsur hara pada takaran dan keseimbangan tertentu secara sinambung,
untuk menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor
pertumbuhan lainnya dalam keadan menguntungkan. Tanah dikatakan subur bila
mampu memacu pertumbuhan dan perkembangan sampai aras yang memungkinkan
fungsi-fungsi pertumbuhan dan perkembangan optimum tanaman (Poerwowidodo,
1993).
91
Tanah merupakan sumber makanan bagi tanaman. Kandungan hara yang ada
dalam tanah sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan pertahanannya.
Semakin lama, kandungan hara dalam tanah akan semakin menurun karena digunakan
oleh tanaman. Oleh karena itu diperlukan pemeliharaan kesuburan tanah. Pemeliharaan
kesuburan tanah dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti pemupukan,
pemanfaatan irigasi, pengolahan yang baik, penggunaan pupuk dan pestisida kimia
sesuai kebutuhan dan peraturan, serta penggunaan bibit unggul (Yuwono dan
Roesmarkam, 2002).
92
III. METODOLOGI
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 10 Oktober 2012 di rumah
kaca Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat
yang digunakan adalah pot plastik, sedangkan bahan yang diperlukan adalah beberapa
jenis tanah (vertisol, ultisol, dan inceptisol), serta benih jagung.
Pertama-tama pot plastik volume 10 liter yang berlubang bagian bawahnya diisi
dengan tanah lapis olah yang sudah digemburkan. Disertakan label kelompok pada pot
plastik, kemudian secara serempak pot plastik tersebut ditanami dengan jagung dengan
diberi air secukupnya setiap hari. Selanjutnya diamati kenampakan visual (morfologi
dan warna) tanaman pada setiap pot, kemudian diukur dan dicatat tinggi tanamannya
serta dihitung jumlah daunnya.
93
IV. HASIL PENGAMATAN
No. Jenis Tanah Tinggi Tanaman minggu ke- (cm)
1 2 3
1 Ultisol 11,29 29,29 37,23
2 Vertisol 11,87 30,61 40,46
3 Inseptisol 12,88 31,04 45,03
Tabel 4. 1. Rata-rata Tinggi Tanaman
No. Jenis Tanah Jumlah Daun minggu ke- (helai)
1 2 3
1 Ultisol 3 4 4
2 Vertisol 2 4 5
3 Inseptisol 3 4 5
Tabel 4.2. Rata-rata Jumlah Daun
No. Jenis Tanah
Tingkat Kehijauan Daun minggu ke-
(helai)
1 2 3
1 Ultisol + ++ ++
2 Vertisol + ++ ++
3 Inseptisol + ++ ++
Tabel 4.3. Rata-rata Tingkat Kehijauan Daun
94
V. PEMBAHASAN
Kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan oleh
sejumlah interaksi sifat fisika, kimia, dan biologi bagian tubuh tanah yang menjadi
habitat akar aktif tanaman. Ada dua pengertian kesuburan tanah yang harus dibedakan
yaitu kesuburan tanah aktual dan kesuburan tanah potensial. Kesuburan tanah aktual
adalah kesuburan tanah alamiah, dan kesuburan tanah potensial adalah kesuburan tanah
maksimum yang dapat dicapai dengan masukan teknologi yang mengoptimumkan
semua faktor (Notohadiprawiro et al., 2006).
Pada praktikum acara kesuburan tanah aktual ini digunakan tiga jenis tanah yaitu
tanah vertisol, ultisol, dan inceptisol. Penyebab perbedaan kesuburan aktual jenis-jenis
tanah tersebut antara lain bahan induknya, proses terjadinya (pedogenesis), kandungan
haranya, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi terbentuknya tanah-tanah tersebut.
Vertisol adalah tanah mineral berwarna abu-abu kehitaman, tekstur didominasi lempung
jenis montmorillonit yang dapat mengembang (pada kondisi basah) dan mengerut (pada
kondisi kering), serta pada horizon permukaan sampai kedalaman 50 cm memiliki
kandungan lempung sebanyak 30 %. Faktor utama yang mempengaruhi pembentukan
vertisol adalah iklim, terutama iklim kering dan batuan yang kaya kation.
Vertisol jika digunakan sebagai lahan pertanian akan memberikan banyak masalah
terutama masalah kesuburan fisika yang cenderung rendah, namun memiliki kesuburan
kimia yang relatif tinggi serta nilai KPK yang tinggi. Untuk mengatasi hal ini, dapat
dilakukan dengan memperbanyak penggunaan bahan organik seperti kompos dan pupuk
kandang, karena bahan-bahan tersebut bersifat sebagai buffer atau penyangga yang
berfungsi untuk mengurangi daya mengembang atau mengkerut tanah. Pengerutan tanah
terjadi karena penurunan kadar air sebagai akibat evaporasi pada musim kering.
Pengembangan tanah terjadi karena penambahan kadar air pada musim hujan. Peristiwa
tersebut akan berlangsung sepanjang tahun seiring dengan adanya perubahan musim.
Untuk mengatasi pengembangan dan pengerutan tanah ini dapat dilakukan pengubahan
gradasi butir tanah atau dengan menjaga kadar air dalam tanah agar tidak mengalami
perubahan.
95
Ultisol adalah tanah berwarna merah-kuning yang melapuk lanjut oleh iklim,
dicirikan oleh penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi lempung seiring dengan
kedalaman tanah, reaksi tanah masam, dan kejenuhan basa rendah. Pada umumnya tanah ini
memiliki tingkat kesuburan kimia yang rendah karena mempunyai potensi keracunan Al
dan miskin kandungan bahan organik. Tanah ini juga tergolong tua (berkembang lanjut)
sehingga miskin kandungan hara terutama P dan kation-kation dapat ditukar seperti Ca, Mg,
Na, dan K (terkait dengan kejenuhan basa/garam alkali), kadar Al tinggi, nilai KPK rendah,
dan peka terhadap erosi.
Inceptisol merupakan jenis tanah yang didominasi pasir tetapi lebih berkembang
dari entisol, memiliki epipedon umbrik, orchrik, molik atau plagen, juga memiliki
horizon kambik. Tanah ini memiliki solum berwarna tanah terang dan seragam dengan
batas-batas horizon kabur, remah sampai gumpal, gembur, kejenuhan basa kurang dari
50 %, pH berkisar antara 4,5-5,5 dengan kandungan bahan organik kurang dari 1 %.
Secara umum, tanah ini memiliki tingkat kesuburan fisika yang rendah karena tekstur
didominasi fraksi pasir sehingga banyak kandungan hara yang mengalami pencucian.
Tanah berfungsi sebagai media tumbuh bagi tanaman. Dalam tanah terdapat
unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh. Tanaman dapat tumbuh
dengan baik jika tumbuh pada tanah yang cukup kuat menopang tegaknya tanaman,
tidak mempunyai lapisan penghambat perkembangan akar, aerasi baik, kemasaman
disekitar netral, kelarutan garam yang rendah, cukup tersedia unsur hara dan air dalam
kondisi seimbang.
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh unsur hara yang terdapat di dalam tanah,
selain itu juga tergantung pada pemeliharaan tanaman. Unsur hara yang terjerap dan
terikat oleh partikel tanah dapat menjadi tersedia bagi tanaman setelah mengalami
reaksi tertentu yang berlangsung di dalam tanah. Unsur yang berasal dari mineral
ditentukan oleh asal batuan atau bahan induk dari tanah itu sendiri seperti unsur Ca
yang banyak dikandung oleh tanah yang berasal dari bahan induk kapur. Pada umumnya
unsur hara menjadi tersedia bagi tanaman setelah mineral tanah mengalami pelapukan
oleh cuaca. Kesuburan tanah bersifat labil dan dapat berubah sehingga harus dipelihara
atau ditingkatkan supaya dapat memproduksi setinggi-tingginya dalam waktu yang
selama-lamanya agar tanah menjadi lestari.
96
Gambar 5. 1. Grafik Tinggi Tanaman pada 3 Jenis Tanah
Pertambahan tinggi tanaman jagung pada tanah inseptisol adalah yang paling
tinggi, sedangkan pertambahan tinggi tanaman jagung pada tanah ultisol adalah yang
paling rendah. Hal ini terjadi karena tanah ultisol memiliki kesuburan kimia yang
cenderung rendah. Inceptisol seharusnya memiliki kandungan hara yang rendah karena
tekstur dominan pasir sehingga proses pencucian bahan organik lebih besar, namun data
menunjukkan hasil yang berbeda. Hal ini dapat disebabkan karena sebelum tanah
diambil, terlebih dahulu tanah tersebut dipupuk.
0
10
20
30
40
50
1 2 3
Tin
ggi T
an
am
an
(cm
)
Minggu ke-
Grafik Tinggi Tanaman
Ultisol
Vertisol
Inseptisol
97
Gambar 5. 2. Histogram Jumlah Daun pada 3 Jenis Tanah
Histogram jumlah daun di atas menunjukkan pada awal hingga akhir pengamatan
inceptisol memiliki jumlah daun yang paling banyak, kemudian vertisol dan yang paling
sedikit jumlah daunnya adalah ultisol. Hal ini menandakan bahwa kandungan hara yang
terkait dengan pertumbuhan daun pada inceptisol lebih besar dibanding jenis tanah yang
lain. Secara teori, kandungan bahan organik pada inceptisol lebih rendah dibanding
yang lain, namun data menunjukkan hasil yang berbeda. Hal ini mungkin disebabkan
karena sebelum diambil sampel tanah, terlebih dahulu inceptisol dipupuk oleh petani
(lokasi pengambilan tanah).
0
1
2
3
4
5
1 2 3
Ju
mla
h D
au
n (
hel
ai)
Minggu ke-
Histogram Jumlah Daun
Ultisol
Vertisol
Inseptisol
98
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kenampakan visual (warna daun) yang cenderung sama, tinggi tanaman dan
jumlah daun tanaman jagung pada tiap jenis tanah berbeda dengan hasil pada
tanah inseptisol yang paling tinggi, sedangkan pada tanah ultisol yang paling
rendah, dikarenakan tingkat kesuburan tanah aktualnya yang berbeda.
2. Dari ketiga jenis tanah ini, secara umum vertisol merupakan jenis tanah dengan
kesuburan kimia yang paling tinggi karena memiliki nilai KPK yang tinggi serta
memiliki kandungan unsur hara yang beragam.
3. Vertisol dan inceptisol perlu dikelola kesuburan fisikanya agar tidak menjadi
faktor pembatas dalam pertumbuhan tanaman. Vertisol perlu dikelola
pengairannya agar tidak terlalu mengembang dan lengket saat basah serta tidak
terlalu mengkerut dan keras saat kering. Inceptisol juga perlu dikelola pengairan
dan pemupukan agar tidak kekurangan air dan unsur hara akibat pencucian.
4. Ultisol perlu dikelola dengan menambah bahan organik serta pemberian pupuk
yang dapat menambah unsur hara, terutama hara dari garam alkali seperti Ca, Mg,
Na, dan K.
B. Saran
1. Sebaiknya tanah yang digunakan tidak hanya tiga jenis minimal satu kelompok
satu jenis tanah yang berbeda.
99
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Fertility (soil). <http://en.wikipedia.org/wiki/Fertility_(soil)>. Diakses
tanggal 29 Oktober 2012.
Anonim. 2010. Kesuburan Tanah. <http://id.wikipedia.org/wiki/Kesuburan_tanah>.
Diakses pada tanggal 25 Oktober 2012.
Davidescu, D. and V. Davidescu. 1982. Evaluation of Fertility by Plant and Soil
Analysis. Abacus Press, England.
Poerwowidodo. 1993. Telaah Kesuburan Tanah. Penerbit Angkasa, Bandung.
Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah : Konsep dan Kenyataan. Kanisius.
Yogyakarta.
Wididana, G. N.1995. Peranan efektif mikroorganisme 4 dalam meningkatkan
kesuburan dan produktifitas tanah. Azolla 5:1-9.
Yuwono, N dan A. Roesmarkam. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.
100
LAMPIRAN
Pada Tanah Vertisol
Gambar 1. Tanaman Minggu ke 0 Gambar 2. Tanaman Minggu ke 1
Gambar 3. Tanaman Minggu ke 2 Gambar 4. Tanaman Minggu ke 3
101
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH
ACARA VII
PENGARUH PEMUPUKAN
Disusun oleh:
Ahmad Khoirudin Asrofi (11913)
Lathifatul Lailia (11938)
Nur Kusumastuti (11975)
Eka Putri D. (12006)
Siska Ernitawati (12066)
Golongan : A3 (Siang)
Asisten : Basyit Wulan I.
LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
102
ACARA VII
PENGARUH PEMUPUKAN
Abstraksi
Pemupukan sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah yang nantinya akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Praktikum kesuburan tanah acara VII yang berjudul “Pengaruh
Pemupukan” dilakukan pada hari Rabu, tanggal 10 Oktober 2012 di Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah dan rumah kaca, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah
Mada. Praktikum acara VII ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk terhadap kesuburan
tanah. Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain ember dan paku untuk melubangi
ember, sedangkan bahan yang digunakan adalah NPK, pupuk organik, tanah, air dan benih
jagung (Zea mays). Pada praktikum ini diambil tanah lapis olah di lahan pertanian kemudian
diberi perlakuan [a] tanpa pupuk, [b] + NPK 0.5 sendok teh, [c] + pupuk organik 100 g, [d] + NPK
0.5 sendok teh + pupuk organik 100 g dan ditanami benih jagung. Tinggi tanaman dan jumlah
daun menunjukkan perbedaan pada masing-masing perlakuan karena unsur hara yang tersedia
berbeda-beda pula pada setiap perlakuannya. Hal ini dipengaruhi oleh kebutuhan hara yang
tercukupi sehingga pertumbuhan tanamannya paling baik.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemupukan merupakan usaha memasukkan usaha zat hara kedalam tanah
dengan maksud memberikan/menambahkan zat tersebut untuk pertumbuhan
tanaman agar didapatkan hasil (produksi) yang diharapkan. Disamping itu pupuk
dapat diberikan melalui batang atau daun sebagai larutan. Pupuk diperlukan apabila
tanah sudah miskin akan zat hara, karena telah lama diusahakan.
Pemupukan sangat penting untuk dilakukan karen berpengaruh terhadap
kondisi atau keadaan tanah yang nantinya akan mempengaruhi pertumbuhan
tanaman yang hidup ditempat tersebut. Pertumbuhan tanaman yang baik terjadi bila
terdapat komposisi hara yang baik di dalam tanah, ketersediaan dan
kesetimbangan/proporsi hara yang sesuai dan dibutuhkan pada waktu yang tepat
pada masing-masing periode pertumbuhan sangatlah menentukan. Hal ini sangat
penting mengingat akar tanaman tidak dapat mengambil hara dari tanaman secara
selektif, tetapi akar akan mengambil dari apa yang telah tersedia.
B. Tujuan
Mengetahui pengaruh pupuk terhadap kesuburan tanah.
103
II. TINJAUAN PUSTAKA
Banyak dari unsur kimia yang telah diketahui, terdapat di dalam tubuh tanaman,
sehingga dinamakan unsur hara tanaman. Unsur-unsur tersebut hampir seluruhnya
berasal dari tanah diserap oleh akar tanaman. Sebagian dari unsur hara tersebut ada yang
diperlukan agar tanaman dapat tumbuh dengan normal, tetapi sebagian yang lain
kalaupun tidak tersedia, tanaman tidak terganggu pertumbuhannya (Miller and
Donahue, 1990)
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi
dengan baik. Pupuk dapat juga diartikan sebagai zat yang ditambahkan ke dalam media
tanam atau tanaman guna mencukupi kebutuhan hara yang tidak bisa dipenuhi oleh
tanah tempat tumbuhnya. Dilihat dari kandungannya, disebut pupuk tunggal ketika
hanya mengandung satu unsur hara, sementara pupuk yang memiliki lebih dari satu
unsur hara hingga 13 unsur hara esensial disebut pupuk majemuk (Anonim, 2011).
Pemupukan adalah tindakan memberikan tambahan unsur-unsur hara pada
komplek tanah, baik langsung maupun tidak langsung dan dapat menyumbangkan
bahan makanan pada tanaman. Tujuannya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah
agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas pertumbuhan tanaman. Pemupukan yang efektif dan efisien akan tercapai
apabila diketahui terlebih dahulu kondisi kesuburan lahan dan jenis tanaman, kemudian
dibuatkan susunan hara (formula) berdasar kepentingan spesifik lokasi kebun tertentu
(Welch et al., 2000).
Menurut Indranada (1989), pemupukan yang efektif melibatkan persyaratan
kuantitatif dan kualitatif. Persyaratan kuantitatifnya adalah dosis pupuk. Sementara
persyaratan kualitatifnya meliputi paling tidak empat hal, yaitu :
1. Unsur hara yang diberikan dalam pemupukan relevan dengan masalah nutrisi yang
ada
2. Waktu pemupukan dan penempatan pupuk tepat
3. Unsur hara yang berada pada waktu dan tempat yang tepat dapat diserap oleh
tanaman
4. Unsur hara yang diserap digunakan oleh tanaman untuk meningkatkan produksi dan
kualitasnya.
104
Pupuk kandang segar mempunyai nisbah C/N = 25. Bila langsung dipupuk ke
dalam tanah, jasad renik akan menarik N dari dalam tanah. Pupuk kandang di dalam
tanah mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisis tanah. Penguraian-penguraian
yang terjadi mempertinggi kadar bunga tanah (humus). Seperti yang kita ketahui humus
sangat berpengaruh baik terhadap sifat fisis tanah, mempertahankan struktur tanah,
menjadikan tanah mudah diolah (ringan pengolahannya) dan terisi oksigen yang cukup.
Pupuk kandang dianggap sebagai pupuk lengkap karena selain menimbulkan
tersedianya unsur-unsur hara bagi tanaman, juga mengembangkan kehidupan
mikroorganisme (jasad renik) di dalam tanah (Sutedjo, 1995).
Takaran pupuk yang digunakan untuk memupuk satu jenis tanaman akan berbeda
untuk masing-masing jenis tanah, hal ini dapat dipahami karena setiap jenis tanah
memiliki karakteristik dan susunan kimia tanah yang berbeda. Ada beberapa hal penting
yang perlu dicermati untuk mendapatkan efisiensi dalam pemupukan, antara lain : jenis
pupuk yang digunakan, sifat dari pupuk itu sendiri, waktu pemupukan dan syarat
pemberian pupuk serta cara atau metode pemupukan (Tisdale et al., 1986).
Pemberian pupuk secara terpisah pada tanaman yang mempunyai kadar liat dan
kapasitas kation rendah akan memberikan efisiensi pemupukan lebih tinggi daripada
pemberian sekaligus sebagai pupuk dasar. Tetapi pada tanah yang berkadar liat dan
kapasitas tukar kation yang tinggi, pemberian secara terpisah tidak akan lebih baik dari
pada pemberian sekaligus pada waktu sebelum tanam (Prawirasumantri et al., 2002).
Pada umumnya suplai unsur hara memegang peran penting untuk membangun
tubuh tanaman. Nitrogen, Fosfor, dan Kalium adalah unsur makro yang sangat penting
bagi kehidupan tanaman. Unsur N dapat mempercepat pertumbuhan dan memberikan
hasil yang lebih besar, mendorong pertumbuhan vegetatif seperti daun, batang dan akar
yang mempunyai peranan penting dalam beberapa tanaman. Unsur P sangat
berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, yaitu berfungsi dalam
metabolisme sel, menstimulir pertumbuhan, perkembangan perakaran tanaman,
memperbaiki kualitas hasil, dan mempercepat masa pematangan. Unsur K bagi tanaman
berperan dalam metabolisme air tanaman, mempertahankan turgor, dan membentuk
batang yang kuat (Abidin et al., 2002).
105
III. METODOLOGI
Praktikum kesuburan tanah acara VII yang berjudul “Pengaruh Pemupukan”
dilakukan pada hari Rabu, tanggal 10 Oktober 2012 di Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain ember dan paku
untuk melubangi ember. Bahan yang digunakan yaitu NPK, pupuk organik, tanah, air,
dan benih jagung (Zea mays).
Cara kerja pada praktikum ini pertama-tama diambil tanah olah ultisol di lahan
pertanian, digemburkan, dan dimasukkan ke dalam ember plastik yang bagian
bawahnya telah dilubangi dengan paku. Tanah dalam ember diberi perlakuan sebagai
berikut:
a. tanpa pupuk
b. + NPK 0.5 sendok teh
c. + pupuk organik 100 g
d. + NPK 0.5 sendok teh + pupuk organik 100 g
Masing-masing perlakuan kemudian ditanami dengan 3 benih jagung, setelah tumbuh
dipilih 1 tanaman yang terbaik untuk dipelihara dan diamati. Selanjutnya ditambahkan
air secukupnya (dijaga kapasitas lapang sekitar) setiap hari supaya tanaman tumbuh
dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap minggu meliputi : tinggi tanaman,
kenampakan visual (morfologi dan warna) selama 3 minggu. Data yang telah diperoleh
dibuat grafik tinggi tanaman dan histogram jumlah daun.
106
III. HASIL PENGAMATAN
No. Jenis Perlakuan Tinggi Tanaman minggu ke- (cm)
1 2 3
1 Tanpa Perlakuan 5 30,5 35,6
2 NPK 0,5 Sendok Teh 19 49,1 54,6
3 Pupuk Organik 100 gr 17,2 45,1 48,2
4 NPK + Pupuk Organik 8,5 22,6 34,2
Tabel 4.1 Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm)
No. Jenis Perlakuan Jumlah Daun minggu ke- (helai)
1 2 3
1 Tanpa Perlakuan 2 4 4
2 NPK 0,5 Sendok Teh 4 5 5
3 Pupuk Organik 100 gr 3 5 4
4 NPK + Pupuk Organik 4 4 5
Tabel 4.2 Rata-Rata Jumlah Daun (helai)
No. Jenis Perlakuan Warna Daun minggu ke-
1 2 3
1 Tanpa Perlakuan ++ ++ ++
2 NPK 0,5 Sendok Teh ++ ++ ++
3 Pupuk Organik 100 gr ++ ++ ++
4 NPK + Pupuk Organik ++ ++ ++
Tabel 4.3 Warna (Kenampakan Visual Tanaman)
Keterangan :
Semakin banyak (+), maka warna daun semakin hijau.
107
IV. PEMBAHASAN
Pupuk merupakan suatu bahan yang disediakan atau ditambahkan ke dalam tanah
atau media tanam dengan maksud untuk memberikan atau mencukupi kebutuhan hara
yang diperlukan oleh tanaman untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Pemberian
pupuk ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesuburan tanah sehingga dapat
meningkatkan produktivitas tanaman yang ditanam pada tanah tersebut. Pemupukan
adalah tindakan memberikan tambahan unsur-unsur hara pada komplek tanah, baik
langsung maupun tidak langsung dan dapat menyumbangkan bahan makanan pada
tanaman. Tujuannya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah agar tanaman
mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan tanaman.
Pemupukan memiliki manfaat bagi tanah maupun tanaman yang hidup di tempat
tersebut. Manfaat pemupukan untuk tanah yaitu memperbaiki kesuburan tanah karena
unsur hara dalam tanah akan bertambah. Bagi tanaman pemupukan bermanfaat
menambah dan menyediakan unsur hara tanah, sehingga kebutuhan unsur hara untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan tercukupi.
Aplikasi pupuk organik pada tanah sangat baik karena memiliki banyak
keuntungan, diantaranya memperbaiki kemampuan tanah untuk menahan lengas dan
hara, meningkatkan kandungan hara makro dan mikro, memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah, serta meningkatkan produktivitas tanah. Pupuk organik mengandung
berbagai macam unsur hara yang dibutuhkan tanaman, sehingga pemupukan dengan
pupuk organik ini akan lebih efektif. Selain itu pupuk organik tidak dapat membunuh
mikrobia yang bermanfaat namun justru dapat memberikan tambahan mikrobia efektif
ke dalam tanah.
Pupuk organik mempunyai sangat banyak kelebihan namun juga memiliki
kekurangan bila dibandingkan dengan pupuk buatan atau kimia (anorganik).
Kekurangannya diantaranya, kandungan unsur hara jumlahnya kecil sehingga jumlah
pupuk yang diberikan harus relatif banyak bila dibandingkan dengan pupuk anorganik.
Jumlah yang banyak mengakibatkan tambahan biaya operasional untuk pengangkutan
dan implementasinya, dalam jangka pendek apalagi untuk tanah-tanah yang sudah
miskin unsur hara, pemberian pupuk organik yang membutuhkan jumlah besar sehingga
menjadi beban biaya bagi petani, sementara itu reaksi atau respon tanaman terhadap
108
pemberian pupuk organik tidak sespektakuler pemberian pupuk buatan. Keunggulan
pupuk organik yaitu pupuk organik mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur
hara makro maupun unsur hara mikro, kondisi ini tidak dimiliki oleh pupuk buatan
(anorganik), kemudian pupuk organik mengandung asam-asam organik, antara lain
asam humic, asam fulfic, hormon dan enzim yang tidak terdapat dalam pupuk buatan
yang sangat berguna baik bagi tanaman maupun lingkungan dan mikroorganisme, selain
itu pupuk organik mengandung makro dan mikro organisme tanah yang mempunyai
pengaruh yang sangat baik terhadap perbaikan sifat fisik tanah dan terutama sifat
biologis tanah, pupuk organik dapat memperbaiki dan menjaga struktur tanah, menjadi
penyangga pH tanah, menjadi penyangga unsur hara anorganik yang diberikan,
membantu menjaga kelembaban tanah, aman dipakai dalam jumlah besar dan berlebih
sekalipun karena tidak merusak lingkungan.
Selain pupuk organik juga ada pupuk kimia atau anorganik. Seperti pada pupuk
organik, pupuk kimiapun memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Kelebihan
pupuk kimia diantaranya karena unsur yang terkandung cepat terurai, lebih cepat
terserap oleh tumbuhan, pemupukan relatif mudah dilakukan, pemupukan intensif untuk
tumbuhan lebih mudah, karena pupuk kimia telah dikonsentrasikan pada jenis unsur
tertentu. Sedangkan kekurangannya yaitu karena cepat terurai di alam, sehingga untuk
mendapatkan efisiensi pemupukan yang optimal harus dengan dosis yang tepat, waktu
pemupukan harus sering karena pupuk tidak tersimpan lama dalam media tanam,
ketersediaan pupuk tergantung pihak lain, misal pabrik dan distributor, dapat
menyebabkan ketidakseimbangan unsur hara dalam tanah karena pemupukan yang tidak
berimbang, dalam pemakaian jangka panjang dapat menurunkan PH tanah.
Menurut Sutedjo (1995), pupuk NPK disebut sebagai “pupuk majemuk lengkap”
atau complete fertilizer. Pemakaian pupuk ini tentunya harus melalui penyelidikan
terlebih dahulu sehingga dapat dipilih mana yang sesuai persentase kandungan N, P, K
nya untuk kepentingan tanah itu, dengan demikian maka ekonomis, efektifitas dan
efisiensi penggunannya dapat terjamin. Beberapa Unsur hara yang terkandung dalam
pupuk NPK adalah sebagai berikut :
Nitrogen
Nitrogen keberadaannya mutlak ada untuk kelangsungan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman dan dibutuhkan dalam jumlah yang banyak. Tanaman
109
menyerap N sebagian besar dalam bentuk ion NO3- dan NH4
+, sedikit berupa
Urea melalui daun, dan sebagian kecil berupa asam amino larut dalam air.
Tanaman yang mengandung cukup N akan menunjukkan warna daun hijau tua
yang artinya kadar klorofil dalam daun tinggi. Sebaliknya apabila tanaman
kekurangan atau defisiensi N maka daun akan menguning (klorosis) karena
kukarangan klorofil. Pertumbuhan tanaman lambat, lemah dan tanaman menjadi
kerdil, dan tanaman cepat masak juga bisa disebabkan kekurangan N. Defisiensi
N dapat meningkatkan kadar air biji dan menurunkan produksi dan kualitas.
Kelebihan N akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman, tetapi akan
memperpendek masa generatif, yang akhirnya justru menurunkan produksi atau
menurunkan kualitas produksi tanaman. Tanaman yang kelebihan N menunjukkan
warna hijau gelap sukulen, yang menyebabkan tanaman peka terhadap hama,
penyakit dan mudah roboh. Apabila N tersedia didalam tanah hanya atau sebagian
besar dalam bentuk amonium, dapat menyebabkan keracunan pada tanaman dan
akhirnya dapat mengakibatkan jaringan vascular pecah dan berakibat pada
terhambatnya serapan air.
P (Fosfor)
Tidak ada unsur lain yang dapat menggantikan fungsinya dalam tanaman,
sehingga tanaman harus mendapatkan atau mengandung P secara cukup untuk
pertumbuhannya secara normal. Fungsi penting fosfor di dalam tanaman yaitu
dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpanan energi, pembelahan
dan pembesaran sel serta proses-proses di dalam tanaman lainnya. Pada umumnya
kadar P di dalam tanaman di bawah kadar N dan K yaitu sekitar 0,1 hingga 0,2%.
Di Indonesia pupuk P sangat bermasalah, karena selain efisiensi pemupukan P
rendah juga tambang P di Indonesia jarang, beragam dan berkadar rendah. Hal ini
mengakibatkan untuk mencukupi kebutuhan P harus import. Tanaman menyerap
sebagian besar unsur hara P dalam bentuk ion ortofosfat primer (H2PO4-
).
Sejumlah kecil diserap dalam bentuk ion ortofosfat sekunder (HPO4-2
). pH tanah
sangat besar pengaruhnya terhadap perbandingan serapan ion-ion tersebut, yaitu
makin masam H2PO4-
makin besar sehingga makin banyak yang diserap tanaman
dibandingkan dengan HPO4-2
. Fosfor di dalam tanaman mempunyai fungsi sangat
penting yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpanan
110
energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses di dalam tanaman
lainnya. Fosfor meningkatkan kualitas buah, sayuran, biji-bijian dan sangat
penting dalam pembentukan biji. P juga sangat penting dalam transfer sifat-sifat
menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Fosfor membantu
mempercepat perkembangan akar dan perkecambahan, dapat meningkatkan
efisiensi penggunaan air, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit yang
akhirnya meningkatkan kualitas hasil panen. Gejala pertama tanaman yang
kekurangan P adalah tanaman menjadi kerdil. Bentuk daun tidak normal dan
apabila defisiensi akut maka ada bagian-bagian daun, buah dan batang yang mati.
Defisiensi P juga dapat menyebabkan penundaan kemasakan, juga pengisian biji
berkurang.
Kalium
Kalium di dalam jaringan tanaman ada dalam bentuk kation dan bervariasi sekitar
1,7 – 2,7% dari berat kering daun yang tumbuh secara normal. Ion K di dalam
tanaman berfungsi sebagai aktivator dari banyak enzim yang berpartisipasi dalam
beberapa proses metabolisme utama tanaman. Kalium sangat vital dalam proses
fotosintesis. Apabila K defisiensi maka proses fotosintesis akan turun, akan tetapi
respirasi tanaman akan meningkat. Kejadian ini akan menyebabkan banyak
karbohidrat yang ada dalam jaringan tanaman tersebut digunakan untuk
mendapatkan energi untuk aktivitas-aktivitasnya sehingga pembentukan bagian-
bagian tanaman akan berkurang yang akhirnya pembentukan dan produksi
tanaman berkurang. Fungsi penting K dalam pertumbuhan tanaman adalah
pengaruhnya pada efisiensi penggunaan air. Proses membuka dan menutup pori-
pori daun tanaman, stomata, dikendalikan oleh konsentrasi K dalam sel yang
terdapat di sekitar stoma. Kadar K tidak cukup (defisien) dapat menyebabkan
stomata membuka hanya sebagian dan menjadi lebih lambat dalam penutupan.
Gejala kekurangan K ditunjukkan dengan tanda-tanda terbakarnya daun yang
dimulai dari ujung atau pinggir, bercak-bercak nekrotik berwarna coklat pada
daun-daun dan batang yang tua.
111
Gambar 5.1. Grafik tinggi tanaman pada berbagai perlakuan
Dari grafik tersebut terlihat bahwa tinggi tanaman berbeda-beda karena
dipengaruhi oleh unsur hara yang tersedia dari perlakuan yang dilakukan. Tinggi
tanaman menggambarkan pertumbuhan dari tanaman tersebut, dengan demikian dapat
dikatakan semakin tinggi tanamannya maka pertumbuhan tanaman semakin baik. Pada
grafik tanaman paling tinggi didapatkan pada penambahan NPK, sedangkan yang
terendah adalah pada penambahan NPK + Pupuk Organik. Ultisol merupakan tanah
yang memiliki tingkat kesuburan kimia yang rendah karena mempunyai potensi keracunan
Al dan miskin kandungan bahan organik. Tanah ini juga tergolong tua (berkembang lanjut)
sehingga miskin kandungan hara terutama P dan kation-kation dapat ditukar seperti Ca, Mg,
Na, dan K (terkait dengan kejenuhan basa/garam alkali), kadar Al tinggi, nilai KPK rendah,
dan peka terhadap erosi. Tanah ultisol membutuhkan masukan unsur hara yang ,ebih
banyak agar dapat mendukung pertumbuhan. Pada grafik di atas, tidak sesuai dengan
teori. Pertumbuhan tinggi tanaman yang paling baik adalah pada perlakuan penambahan
NPK, sedangkan pertumbuhan tinggi tanaman yang paling buruk adalah pada perlakuan
penambahan NPK + Pupuk Organik. NPK dan pupuk organik yang digunakan memiliki
peranan masing-masing sehingga dapat saling mendukung untuk pertumbuhan tanaman.
Pupuk organik (memiliki kandungan hara beraneka ragam) ditambahkan pada awal
sebelum penanaman dengan tujuan untuk menyuburkan tanah. Sementara NPK
ditambahkan setelah tanaman berumur 1 minggu untuk mendukung pertumbuhan
tanaman. Adanya hasil yang tidak sesuai dengan teori tersebut dapat diakibatkan oleh
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3
Tin
ggi T
an
am
an
(cm
)
Minggu ke-
Grafik Tinggi Tanaman
Kontrol
NPK
Pupuk Organik
NPK + Pupuk
Organik
112
beberapa faktor, salah satunya adalah kandungan air. Selain hara, air juga sangat
dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman. Jadi meskipun kebutuhan hara oleh tanaman
tersebut terpenuhi, namun kadar airnya rendah, maka pertumbuhannya pun kurang
maksimum.
Gambar 5.2. Histogram jumlah daun pada berbagai perlakuan
Pada histogram jumlah daun terlihat bahwa terdapat perbedaan jumlah daun pada
berbagai perlakuan . Dapat dilihat dari histogram bahwa pada pengamatan minggu ke-3,
rata-rata jumlah daun yang paling banyak yaitu pada perlakuan + NPK. Sementara rata-
rata jumlah daun paling sedikit yaitu pada perlakuan kontrol. Pada perlakuan + NPK
tanaman hanya mendapatkan tambahan unsur hara N, P, dan K saja yang unsur tersebut
belum terlalu mencukupi untuk mendukung pembentukan daun. Namun hasil
pengamatan tidak menunjukan hal demikian. Hal ini dapat dikarenakan faktor lain yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman tidak mendukung pertumbuhannya. Selain unsur
hara, tanaman juga memerlukan air dalam pertumbuhannya. Kekurangan air akan
menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, begitu pula dengan pertumbuhan daun.
Jadi ketidaksesuaian hasil praktikum dengan teori yang seharusnya bisa dikarenakan
oleh faktor air yang kurang selama pengamatan dilakukan.
0
1
2
3
4
5
Tanpa
Perlakuan
NPK 0,5
Sendok Teh
Pupuk
Organik
100 gr
NPK +
Pupuk
Organik
Ju
mla
h D
au
n (
hel
ai)
Perlakuan
Histogram Jumlah Daun
113
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakuan kontrol tidak lebih baik dari
perlakuan penambahan pupuk, karena pada perlakuan kontrol tanaman hanya
mendapat unsur hara yang berasal dari tanah saja.
2. Pertumbuhan tinggi tanaman yang paling maksimal yaitu pada perlakuan dengan
pupuk organik.
3. Perpaduan penggunaan pupuk organik dan kimia dengan jumlah sesuai dengan
kebutuhan tanaman dapat mengoptimalkan pertumbuhan tanaman.
B. Saran
1. Perlu ditimbang juga berat basah dan berat kering tanaman yang ditanam pada
berbagai perlakuan.
114
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z., N. Nurtika dan Suwandi. 2002. Pengaruh Pengapuran dan Pemupukan NPK
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bayam Cabut. Buletin Penelitian Hortikultura 18
: 48-54.
Anonim, 2011. Pupuk dan Pemupukan. <http://www.pemupukan.info/>. Diakses
Tanggal 1 November 2012.
Indranada, H. K. 1989. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bina Aksara, Jakarta.
Miller, R. W and R. L. Donahue. 1990. Soils. An Introduction to Soils and Plant
Growth. Prentice-Hall, New Jersey.
Prawirasumantri, J. A. Sofyan dan M. Sujadi. 2002. Penilaian pada tingkat petani
terhadap penggunan beberapa bentuk pupuk urea dan cara pemberiannya untuk
pada sawah di Jawa. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk. Departemen
Pertanian Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian Tanah
Bogor :35-38.
Sutedjo, M., M. 1995. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.
Tisdale, S. L., W. L. Nelson and J. D. Beaton. 1986. Soil Fertility and Fertilizers.
MacMillan Pub, New York.
Welch, L.F., Johnson, O.E. Mc Kibben, L.V. Boone, dan J.W. Pendleton. 2000.
Relative efficiency of broadcast versus banded potassium for corn. Agronomy
Journal 58 : 618 – 621.
115
LAMPIRAN
Perlakuan Ditambah Pupuk Organik 100 gr
Gambar 1 Tanaman Minggu ke 0 Gambar 2 Tanaman Minggu ke 1
Gambar 3. Tanaman Minggu ke 2 Gambar 4. Tanaman Minggu ke 3
116
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH
ACARA VIII
MANAJEMEN KESUBURAN TANAH
Disusun oleh:
Ahmad Khoirudin Asrofi (11913)
Lathifatul Lailia (11938)
Nur Kusumastuti (11975)
Eka Putri D. (12006)
Siska Ernitawati (12066)
Golongan : A3 (Siang)
Asisten : Basyit Wulan I.
LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
117
ACARA VIII
MANAJEMEN KESUBURAN TANAH
Abstraksi Praktikum Manajemen Kesuburan Tanah dilakukan pada hari Sabtu tanggal 06 Oktober 2012 di
Dusun Sumberan, Desa Sumber Agung, Kecamatan Moyudan, Sleman, Yogyakrta. Pengamatan
dilakukan secara langsung ke lahan pertanian di daerah Moyudan dengan cara mewawancarai
petani dan melengkapi data yang telah tersedia di buku panduan Praktikum Kesuburan Tanah.
Berdasarkan hasil pengamatan dari data yang telah diperoleh dari salah satu petani di daerah
Moyudan diketahui tanah yang diamati adalah jenis tanah vertisol yang sifatnya lempung.
Manajemen kesuburan tanah yang diterapkan oleh petani telah sesuai yaitu dengan melakukan
pemupukan yang tepat dan benar untuk menambah dan memperbaiki unsur hara baik mikro
maupun makro dalam tanah, pengolahan tanah yang baik, irigasi yang digunakan dengan semi
teknis, hanya pola penanaman secara monokultur saja yang sedikit bermasalah karena dapat
menyebabkan pelonjakan jumlah hama di lahan pertanian.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah untuk dapat menyediakan
unsur hara dalam jumlah yang cukup dan berimbang untuk pertumbuhan dan hasil
tanaman. Kesuburan tanah ditentukan oleh ketersediaan unsur hara yang cukup dan
berimbang, ketersediaan air, dan kondisi mikrobia tanah yang baik. Apabila ketiga
hal ini terpenuhi kondisi tanah dapat terjaga kesuburannya sehingga lahan dapat
digunakan menjadi lahan produktif.
Peningkatan potensi lahan tergantung pada faktor tanah, topografi atau
kemiringan, cuaca atau iklim, dan lingkungan lainnya seperti sosial budaya. Faktor
topografi dan iklim relatif tidak dapat diubah karena sudah ada sejak jaman dahulu.
Sedangkan sifat-sifat tanah seperti sifat fisik, kimia, dan biologi tanah dapat diubah
pada tingkat tertentu untuk penggunaan dan komoditi tanaman yang akan
diusahakan. Faktor manajemen terkait dengan cara kebiasaan yang akan dilakukan
masyarakat mengelola tanah juga menjadi faktor yang lebih mudah diubah.
Faktor manajemen menjadi sangat penting ketika faktor-faktor lainnya sulit
mendukung pertumbuhan tanaman budidaya. Tanah produktif harus mempunyai
kesuburan yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman karena tanah sebagai
media tumbuh harus dapat menyediakan unsur hara yang diperlukan untuk
mendukung pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu, upaya yang paling mudah untuk
memperbaiki produktivitas tanah dengan melakukan manajemen kesuburan tanah
yang tepat. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan melakukan manajemen yang
118
tepat bagaimana pengolahan lahan, pemberian pupuk, dan penggunaan pestisida
secara tepat.
B. Tujuan
Mengetahui cara memelihara kesuburan tanah yang dilakukan oleh petani
119
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah merupakan sumber makanan bagi tanaman. Kandungan hara yang ada di
dalam tanah sangat dibutuhkan oleh tanaman. Keberadaan kandungan hara bagi
tanaman ini tentunya akan semakin menurun seiring dengan pertumbuhan tanaman.
Oleh karena itu, tanah memerlukan pemeliharaan yang cukup agar kesuburanya dapat
terjaga dengan baik. Pemeliharaan yang dapat dilakukan antara lain dengan pemupukan,
pemanfaatan irigasi, pengolahan yang baik, penggunaan pupuk dan pestisida yang
teratur dan dengan menggunakan bibit yang unggul (Yuwono dan Roesmarkam ,2002).
Dalam mempelajari manajemen kesuburan tanah, kita harus mampu memadukan
pengetahuan tentang ilmu kima tanah, ilmu fisika tanah, ilmu biologi, dan ilmu
budidaya pertanian. Pengkajian tentang manajemen kesuburan tanah dilihat dari seluruh
aspek yang melekat dalam usahatani itu sendiri, baik dilihat dari tempat tumbuhnya
tanaman (tanah, kesuburan tanah, iklim, topografi, curah hujan, irigasi), faktor yang
mendukung atau modal (sarana produksi, biaya operasional, dan teknologi), faktor
tenaga kerja (keahlian, jumlah, dan kontinuitas/ketersediaan), dan faktor manajemen
(planning, organizing, actuating, dan controlling) dari setiap sisi aktivitas usaha petani
(Djamali, 2000). Manajemen kesuburan tanah bertujuan untuk memelihara kesuburan
tanah sehingga kesuburanya dapat terjaga yang akan menghasilkan produk pertanian
yang handal baik dalam kualitas maupun kuantitasnya (Hardjodimono, 1970).
Sifat fisik yang dapat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah adalah warna tanah,
struktur, dan kelengasan. Keadaan lingungan sekitar yang dapat ikut mempengaruhi
tingkat kesuburan antara lain dapat berupa jenis tanaman pada lahan, pola penanaman,
iklim di wilayah tersebut, dan sebagainya. Sedangkan sifat kimia seperti pH, KTK,
koloid tanah dan organik, dan lain-lain tidak dibahas dalam hasil praktikum ini karena
tidak dijadikan point utama (Davidescu dan Davidescu, 1982).
Untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman, maka upaya peningkatan kesuburan
tanah secara alami melalui daur ulang nutrisi tanaman, harus dioptimalkan dengan
mengandalkan perbaikan aktivitas biologis, serta fisik dan kimia tanah dengan prinsip
(Anonim, 2011):
1. Mengembalikan hara atau nutrisi yang terangkut panen dengan menambahkan
pupuk organik dari berbagai sumber (pangkasan tanaman, pupuk kandang), secara
periodik ke dalam tanah baik dalam bentuk segar atau kompos,
120
2. Mengembalikan sisa-sisa panen serta serasah ke lahan untuk mengembalikan hara
terangkut tanaman,
3. Menanam tanaman legum sebagai tanaman pagar (hedgerow) yang bermanfaat
sebagai sumber pupuk organik, pakan ternak, dan di sisi lain berfungsi sebagai
perangkap inang/predator,
4. Mengintegrasikan ternak dalam kebun organik, selain kotoran yang dihasilkan
digunakan sebagai pupuk, daging ternak dapat dikonsumsi sebagai produk daging
organik,
5. Menambahkan bahan amelioran alami seperti kapur dan fosfat alam, bila terjadi
kahat hara Ca dan P pada tanah yang tidak dapat diatasi dengan pupuk organik
(bahan-bahan amelioran yang diizinkan.
Pemberian bahan organik mampu meningkatkan hasil gabah padi kering panen
secara nyata. Dalam meningkatkan produksi padi perlu dilakukan pelesarian lingkungan
produksi, termasuk mempertahankan kandungan bahan organik tanah dengan
memanfaatkan jerami padi. Penambahan bahan organik merupakan suatu tindakan
perbaikan lingkungan tumbuh tanaman yang antara lain dapat meningkatkan efisiensi
pemupukan (Iqbal, 2008).
Kontribusi limbah organik untuk hasil panen dan kesuburan tanah mungkin
dipengaruhi oleh komposisi dan jenis tanah. 6-yr ini studi (2001-2006) mengevaluasi
efek penambahan ulang pupuk mineral (MF), pabrik kertas bercampur lumpur (PMS)
(18, 36, dan 54 Mg ha-1), pupuk kandang sapi perah (DCM) ( 36 Mg ha-1) atau dengan
pengurangan pupuk mineral (60% NPK) (RMF) dan kontrol pada tanah. Aplikasi PMS
dan DCM meningkat terutama N mineralisasi dan hasil panen di tanah liat berpasir
daripada di tanah lempung. Namun, meningkatkan C isi tanah, air dan agregat stabil
MWD berikut aplikasi mereka lebih tinggi di tanah lempung daripada di tanah liat
berpasir. DCM efek pada perubahan sifat tanah itu kurang besar daripada PMS. Kecuali
di tahun pertama, pada tingkat aplikasi PMS dari 36 dan 54 Mg ha-1 tanpa NPK, dan
PMS diterapkan pada tingkat 18 Mg ha-1 dengan 60% NPK, menghasilkan hasil panen
tertinggi di kedua tanah dan sebanding dengan yang diperoleh dengan MF. Peningkatan
hasil DCM berikut tambahan (36 Mg ha-1) adalah lebih rendah daripada yang diperoleh
dengan PMS. (Adrien, 2009).
121
III. METODOLOGI
Praktikum Acara VIII yang berjudul Manajemen Kesuburan Tanah dilaksanakan
pada hari Sabtu, tanggal 06 Oktober 2012 yang dilakukan di Dusun Sumberan, Desa
Sumber Agung, Kecamatan Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Alat dan bahan yang
dipersiapkan untuk melakukan praktikum ke lahan pertanian yang telah ditentukan
adalah alat tulis, kuesioner yang terdapat pada Buku Panduan Praktikum Kesuburan
Tanah dan kamera digital untuk dokumentasi.
Praktikum dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung ke
lahan petani di daerah yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu di Dusun Sumberan,
Desa Sumber Agung, Kecamatan Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Pengamatan
dilakukan dengan cara mewawancarai salah satu petani di daerah tersebut dan mengisi
lembar pengamatan dan melengkapi data kuesioner yang telah disiapkan. Selanjutnya
mewawancarai petani mengenai lahan pertanian di daerah tersebut, varietas yang
ditanam, pupuk yang digunakan dan cara memelihara kesuburan tanahnya.
122
IV. HASIL PENGAMATAN
Hasil yang diperoleh dari wawancara :
Identitas Petani
Nama : Slamet Riyanto
Umur : 42 tahun
Alamat : Sumberan, Sumberagung, Moyudan, Sleman, Yogyakarta
Umum
Hari : Sabtu Tanggal : 06 Oktober 2012 Waktu : 11.00-12.00 WIB
Dusun : Sumberan
Kecamatan : Sumberagung
Sketsa Lokasi :
Altitude (ketinggian tempat) : 7.77306‘ LS dan 110.25373‘ BT
Kelerengan : 8-15
Fisiografi : Dataran
Topografi : Datar
Erosi : Ringan
Landuse : Sawah
Irigasi : ½ teknis
Cuaca : Terang
Jeluk mempan : 0-20
Jenis tanah : Vertisol
Petak yang diamati
123
Panjang : 100 m , Lebar : 20 m
Jarak lahan dari jalan aspal : 1 km
Akses ke jalan besar : Bagus
Pematang
Lebar : 40 cm , Tinggi : 30 cm, Panjang : 100 m x 20 m
Tanaman di pematang :
Pisang , tinggi 150 cm, jarak tanam : 200 cm, fungsi : konsumsi
Keadaan tanah permukaan (top soil)
Tekstur (rabaan) : Halus
Warna tanah : Coklat
Struktur : Gumpal
Kelengasan : Kering
Tidak ada tanaman
Ditanam : bulan Mei Dipanen: bulan Agustus
Tinggi sisa jerami : 25 cm Jarak rumpun : 20 x 20 cm
Terdapat :
Gundukan jerami
Bekas jerami yang dibakar mengumpal
Ditumbuhi gulma jenis rumputan
Jerami dimanfaatkan untuk pupuk dan pakan sapi
Pola tanam :
Monokultur : Padi
Produktivitas
MT I bulan : Desember 2011, hasil : 9 kw/ ha gabah basah
MT II bulan : April 2012, hasil : 9 kw/ ha gabah basah
MT III bulan : Agustus 2012, hasil : 9 kw/ ha gabah basah
124
V. PEMBAHASAN
Tanah mempunyai arti penting bagi tanaman. Dalam mendukung kehidupan
tanaman, tanah memiliki fungsi untuk memberikan unsur hara, menyediakan air,
sebagai tempat menyediakan udara untuk respirasi akar dan sebagai tempat
bertumpunya tanaman. Tanah yang dikehendaki tanaman adalah tanah yang subur.
Tanah yang subur adalah tanah yang mampu menyediakan unsur hara yang sesuai
dengan tanaman, dalam jumlah yang cukup, dalam keseimbangan yang tepat dan
lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan suatu tanaman.
Menurut Hardjowigeno (1992) terdapat 10 ordo tanah dalam sistem Taksonomi
Tanah USDA 1975 dengan disertai singkatan nama ordo tersebut, adalah sebagai
berikut:
Sistem klasifikasi tanah terbaru ini memberikan Penamaan Tanah berdasarkan sifat
utama dari tanah tersebut. Menurut Hardjowigeno (1992) terdapat 10 ordo tanah dalam
sistem Taksonomi Tanah USDA 1975 (Hardjowigeno, 1992):
1. Alfisol
Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat
penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik) dan mempunyai
kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan
tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan
tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem klasifikasi
yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-
kadang juga Podzolik Merah Kuning.
2. Aridisol
Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai
kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-
kadang dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah
termasuk Desert Soil.
3. Entisol
Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat muda
yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison penciri lain
kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau baru.
125
Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau
Regosol.
4. Histosol
Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan
bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30%
(untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi
tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata Histos berarti jaringan tanaman. Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Organik atau Organosol.
5. Inceptisol
Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih
berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang
berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum
berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol,
Gleihumus.
6. Molisol
Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon lebih
dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari 1%,
kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras bila
kering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis yang berarti lunak. Padanan dengan
sistem kalsifikasi lama adalah termasuk tanah Chernozem, Brunize4m, Rendzina.
7. Oxisol
Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah
lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas
tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak
mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di lapang,
tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem
klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah
Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.
8. Spodosol
Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah
terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang, dilapisan
126
atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic). Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol.
9. Ultisol
Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan
liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari
permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah
termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu.
10. Vertisol
Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi
(lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut.
Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah
mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk
tanah Grumusol atau Margalit.
Tanah vertisol atau grumosol merupakan tanah mineral yang memiliki sifat
khusus yaitu mempunyai sifat vertik hal ini disebabkan terdapat mineral liat tipe 2:1
yang relatif banyak, sehingga dapat mengerut (shrinking) jika dalam keadaan kering dan
mengmbang (swelling) jika jenuh air Hal ini menyebabkan tanah sulit diolah. Tanah
vertisol termasuk tanah yang subur karena tanah tersebut relatif kaya akan hara dengan
kapasitas tukar kation tinggi dan pH netral hingga alkali. Tanah vertisol di Indonesia
terbentuk pada tempat-tempat yang berketinggian tidak lebih dari 300 meter diatas
permukaan laut, temperatur tahunan rata-rata 25 C dengan curah hujan kurang dari 1500
mm/tahun dan topografi datar sampai daerah yang berlereng curam.
Sifat Fisik Tanah Vertisol
Tanah vertisol pada umumnya mempunyai tekstur liat, kandungan liat berkisar
antara 35 % sampai 90 % dari total tanah. Komposisi mineral liat tanah vertisol selalu
didominasi oleh mineral tipe 2:1, biasanya montmorilonit. Tanah vertisol dapat
mengembang bila basah dan mengkerut jika kering, karena didominasi mineral liat tipe
2:1 (montmorillonit). Montmorillonit yaitu mineral yang sifatnya hidrofil dan
mempunyai daya pertukaran basa yang tinggi sehingga mineral ini berkemampuan
mengembang dan mengerut yang besar.
Pada umumnya tanah vertisol pada bagian permukaannya berwarna hitam dan
melalui oksidasi yang berkepanjangan, warna hitam akan teredusir namun warna
127
tersebut tidak akan hilang sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa pada tanah tersebut
kandungan bahan organiknya tinggi. Semakin banyak bahan organik yang tersedia di
dalam tanah maka populasi mikroba tanah termasuk Rhizobium akan semakin banyak.
Bahan organik dalam tanah berperan dalam penyedia unsur-unsur hara dan tenaga
maupun pembentuk tubuh mikroba tanah.
Sifat Kimia Tanah Vertisol
Secara kimiawi tanah vertisol tergolong tanah yang kaya akan unsur hara karena
mempunyai kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang tinggi. KTK pada tanah
mineral liat montmorillonit antara 80-150 me/g liat. Tanah dengan KTK tinggi lebih
mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman dibandingkan dengan KTK rendah.
Derajat keasaman atau pH pada tanah vertisol adalah netral berkisar antara 5,5 hingga
7,4. Tanah dengan keadaan pH netral menunjukan bahwa konsentrasi H+ dan OH–
dalam tanah tersebut seimbang. Apabila konsentrasi H + dan OH – dalam tanah
seimbang maka unsur hara mudah larut dalam air sehingga pada pH netral unsur hara
mudah diserap. Selain itu dalam keadaan netral dipastikan tanah tidak terdapat unsur Fe,
Mn, Zn, Cu dan Co seperti pada tanah dengan pH masam karena unsur tersebut
merupakan zat racun bagi tanaman. Pada tanah dengan pH netral maka mikroorganisme
juga mudah berkembang. Seperti bakteri Rhizobium yang hanya dapat berkembang
dengan baik pada pH > 5,5. Kandungan bahan organik pada tanah vertisol beragam
tergantung pada bahan induknya.
Faktor yang mempengaruhi kesuburan tanah antara lain :
Kemampuan tanah menyediakan unsur hara dalam jumlah dan waktu dibutuhkan
Keanekaragaman mikroba tanah
Faktor iklim seperti suhu, curah hujan, dan kelembaban
Faktor nutrisi
Sifat fisik yang mempengaruhi perkembangan sistem perakaran (aerasi, drainase
dan karakteristik pengikatan air)
Tanaman yang dibudidayakan adalah padi dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm.
Varietas yang ditanam adalah padi ciherang. Lahan yang diamati memiliki luas 2000 m²
dan berada tidak jauh dari jalan aspal yaitu kurang lebih 1 km, sehingga akses untuk
mencapai jalan besar termasuk bagus. Lahan yang satu dengan lahan yang lainnya
dipisahkan oleh pematang dengan lebar 40 cm , tinggi 30 cm, dan panjang 100 m x 20
128
m. Dalam pematang tersebut terdapat tanaman pisang dengan tinggi 150 cm dan jarak
tanam 200 cm. Fungsinya hanya sebagai tanaman untuk dikonsumsi. Pematang atau
galengan sawah yang sangat sederhana ini memegang peranan penting di dalam
persawahan. Sebab tanpa galengan pada tanah yang datar padi tak dapat ditanam secara
basah. Oleh sebab itu pematang sawah harus dibuat kokoh dan dirawat baik, sehingga
air selalu dapat tertahan di petakan sawah. Pematang sawah juga dapat dimanfaatkan
sebagai jalan. Pada lahan tersebut ditumbuhi gulma jenis rerumputan yang berfungsi
sebagai penahan erosi dan penutup tanah dan jika ada jerami yang tersisa dimanfaatkan
untuk makan ternak dan pupuk.
Pola tanam yang digunakan monokultur. Pola tanam monokultur merupakan pola
penanaman satu jenis varietas pada satu area lahan. Pola penanaman monokultur
memudahkan dalam perawatan. Dalam setahun satu lahan sawah hanya ditanami padi,
tanpa variasi apapun. Akibatnya populasi hama atau penyakit melonjak dan dapat
menyerang tanaman pada periode penanaman berikutnya. Oleh karena itu, pertanian
pada masa kini biasanya menerapkan monokultur spesial dimana lahan ditanami oleh
tanaman lain untuk musim tanam berikutnya. Hal ini bertujuan untuk memutus siklus
hidup Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) sekaligus menjaga kesehatan tanah.
Usaha menjaga kesuburan tanah yang dilakukan oleh petani diantaranya melalui
pengolahan tanah dengan penggemburan tanah melalui traktor dan pemupukan.
Pemupukan yang dilakukan adalah dengan menggunakan pupuk urea, pupuk TS, pupuk
cair, dan pupuk alami sisa jerami. Dalam hal irigasi, petani menerapkan irigasi ½ teknis.
Sistem pengairan secara ½ teknis adalah air dapat diatur dalam sistem, tetapi yang dapat
diukur hanya sebagian saja. Bangunan irigasi primer sudah permanen dan yang bagian
sekunder belum permanen. Bangunan bendungan irigasi dan saluran primer pada
umumnya sudah permanen dan dibangun oleh pemerintah melalui Dinas Pekerjaan
Umum dari Pusat atau daerah setempat. Sedangkan saluran sekunder umumnya belum
permanen dan yang membangun serta memlihara adalah pemerintah daerah atau
masyarakat atau petani setempat.
129
130
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Cara memelihara kesuburan tanah yang dilakukan oleh petani adalah melalui
pengolahan tanah dengan cara penggemburan tanah melalui traktor dan
pemupukan. Pemupukan yang dilakukan adalah dengan menggunakan pupuk urea,
pupuk TS, pupuk cair, dan pupuk alami sisa jerami.
2. Manajemen kesuburan tanah dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesuburan tanah sehingga dapat digunakan sebagai media tumbuh yang baik bagi
tanaman.
3. Dalam melakukan manajemen kesuburan tanah perlu memperhatikan lingkungan
dan jenis tanah agar kondisi tanah dapat terjaga dengan baik.
B. Saran
Saran yang dapat kelompok kami berikan atas manajemen yang telah dilakukan
oleh Bapak Slamet Riyanto terkait dengan sistem rotasi padi-padi-padi adalah
sebagai berikut: sebaiknya sistem rotasi yang dilakukan jangan hanya padi
sepanjang musim. Hal ini terkait banyak hal yang merugikan di antaranya
melonjaknya populasi hama-penyakit dan menurunnya kesuburan lahannya.
Kesuburan lahan pertanaman tersebut akan cenderung menurun karena unsur-unsur
yang sama (yang dibutuhkan oleh tanaman padi) terserap secara terus-menerus
sepanjang musim dan akan berakibat degradasi unsur hara pada lahan tersebut.
Untuk mengatasi permasalahan ini, selain melakukan pergiliran tanaman lain famili
juga dapat dilakukan dengan penambahan bahan organik mengingat bahwa tanah
vertisol bermasalah juga dalam hal tesktur tanahnya yang liat sehingga unsur hara
akan terserap dengan baik oleh tanaman jika tektur liat tersebut dapat diperbaiki
sehingga aerasi, KPK, maupun faktor lainnya kondusif untuk tanaman. Terkait
dengan irigasi dan pemupukan, usaha yang dilakukan Bapak Slamet Riyanto sudah
cukup bagus.
131
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Pengelolaan Kesuburan Tanah.<http://balittanah.litbang.deptan.go.id/
balittanahupdate/produk/publikasi/pub/leaflet/pukorganik.pdf.>.Diakses tanggal
28 Oktober 2012.
Adrien, N. 2009. Soil properties and crop yields in response to mixed paper mill
sludges, dairy cattle manure, and inorganic fertilizer application. Agronomi
Journal 101: 826 - 835.
Davidescu, D. dan V. Davidescu. 1982. Evaluation of Fertility by Plant and Soil
Analysis. Abacus Press, England.
Djamali, R. A. 2000. Manajemen Usaha Tani. Politeknik Pertanian Negeri Jember,
Jember.
Hardjodimono, S. 1970. Cara Memupuk. Bina Cipta. Bandung.
Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi Ketiga. PT Mediyatama Sarana Perkasa,
Jakarta.
Iqbal, Achmad. 2008. Potensi kompos dan pupuk kandang untuk produksi padi organik
di tanah inceptisol. Akta Agrosia 11: 13 -18.
Yuwono, N dan A. Roesmarkam. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.
132
LAMPIRAN
Lahan sawah Pematang ditanami pohon pisang
Sisa pembakaran jerami
Dokumentasi Kelompok dengan Petani
133
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH
ACARA IX
PENCUPLIKAN TANAH
Disusun oleh:
Ahmad Khoirudin Asrofi (11913)
Lathifatul Lailia (11938)
Nur Kusumastuti (11975)
Eka Putri D. (12006)
Siska Ernitawati (12066)
Golongan : A3 (Siang)
Asisten : Basyit Wulan I.
LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
134
ACARA 1X
PENCUPLIKAN TANAH
Abstraksi Pencuplikan tanah merupakan pengambilan contoh tanah pada suatu areal tertentu.
Pencuplikan tanah dapat digunakan untuk menganalisis tanah tertentu. Metode pengambilan
sampel untuk mengetahui kesuburan tanah yang digunakan dalam praktikum ini dengan sistem
composite tanah yaitu menggabungkan tanah yang telah diambil diberbagai contoh lokasi pada
berbagai lahan yang dikehendaki. Praktikum ini dilakukan pada hari minggu, 29 Oktober 2012
pada pukul 10.00 WIB di Sumberan, Sumberagung, Moyudan, Sleman. Praktikum ini bertujuan
untuk mengetahui cara mengambil cuplikan tanah untuk uji kesuburan tanah. Alat yang
digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis, karung, cangkul, dan kamera. Adapun bahan
yang diperlukan adalah tanah lapis olah. Pada praktikum ini dilakukan pengambilan contoh /
cuplikan tanah pada kedalaman 0-20 cm kemudian secara komposit (gabungan) dari sub cuplikan
sejumlah 16-20 titik yang diambil secara zig-zag memotong lahan. Diketahui bahwa tanah di areal
yang diamati adalah jenis tanah vertisol.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa bahan organik
dari organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya.
Komponen penyusun lainnya adalah udara dan air yang secara bersama-sama akan
membentuk kualitas tanah terkait kemampuannya untuk menyokong pertumbuhan
tanaman. Kesuburan tanah berbeda-beda tergantung faktor pembentuk tanah yang
merajai di lokasi tersebut, yaitu: bahan induk, iklim, relief, organisme, atau waktu.
Tingkat kesuburan tanah suatu lahan dapat diketahui dengan melakukan analisis
kesuburan tanah. Tanah merupakan media pertanaman yang sangat penting bagi
tanaman. Tanah merupakan tubuh alam yang terus mengalami perubahan kehidupan
organisme di dalam serta pengaruh lingkungan yang menghasilkan pengaruh berbeda
untuk masing-masing tempat.
Dalam program uji tanah pengambilan contoh tanah merupakan tahapan yang
cukup penting. Hasil analisis pencuplikan tanah dapat dipergunakan untuk mengukur
kadar hara, menetapkan status hara dan digunakan sebagai petunjuk penggunaan pupuk
dan kapur secara efisien, rasional, dan menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak
berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan
rekomendasinya dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu pengambilan contoh
tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah.
B. Tujuan
Untuk mengetahui cara mengambil cuplikan tanah untuk uji kesuburan tanah
135
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah adalah bangunan alam tersusun atas horison-horison yang terdiri atas bahan
mineral dan organiknya, biasanya tak padu mempunyai tebal yang berbeda-beda dan
berbeda pula dengan bahan induk yang di bawahnya dalam hal morfologi, sifat dan
susunan fisik, kimia dan biologi (Darmawijaya, 1997).
Kemampuan tanah sebagai media tumbuh tanaman yang dicirikan dengan
ketersediaan hara yang cukup seimbang, kemudahan tanaman menyerap hara, tidak
adanya senyawa racun, adanya aktivitas biologis yang mendukung, sehingga disebut
dengan kesuburan tanah (Suryanto, 1995).
Dalam analisis tanah pengambilan contoh tanah merupakan hal penting. Contoh
tanah yang diambil harus mewakili suatu areal tertentu. Contoh tanah yang dianalisis
untuk suatu jenis hara hanya memerlukan beberapa gram saja. Oleh karena itu
kesalahan dalam pengambilan contoh tanah tanah menyebabkan kesalahan dalam
evaluasi dan interpretasi. Pengambilan contoh tanah untuk mengetahui status hara
(kesuburan tanah) digunakan sistem composite sample yaitu percampuran contoh
(susunan contoh) yang diambil dari areal yang dikehendaki. Contoh itu mewakili areal
yang relatif agak seragam dalam hal jenis tanah, tofografi, kemiringan dan bahan induk.
Seperti halnya dalam analisis tanah, pengambilan contoh dalam analisis jaringan
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap hasilnya. Penyebaran hara dalam
tanaman tidak merata artinya suatu unsur kadar pada daun tidak sama dengan kadar
unsur tersebut dalam tangkai daun atau pada kayu. Seperti pengambilan contoh tanah
pengambilan contoh tanaman untuk dianalisis perlu mendapat perhatian. Dari berbagai
pustaka disebutkan setiap hara tanaman memerlukan suatu organ tanaman tertentu yang
cocok untuk contoh. (Nasih, 2010)
Uji kesuburan tanah diperlukan sebelum mengusahakan lahan pertanian sehingga
dapat diketahui potensi lahan dan kendala yang harus diatasi. Dalam hal ini tanaman
dapat digunakan sebagai indikator kesuburan yaitu dengan melihat kenampakan fisik
tanaman (Davidescu , 1982).
Sebelum dilakukan pengambilan contoh tanah, perlu diperhatikan keseragaman
areal/hamparan dan intensitas pengelolaannya, misalnya diamati terlebih dahulu
keadaan kemiringan lahan, tekstur, drainase, warna tanah, dan kondisi tanaman.
136
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan informasi yang diperoleh, ditentukan satu
hamparan lahan yang kurang lebih seragam (homogen). Contoh tanah komposit
(campuran 5-8 anak contoh tunggal) diambil dari tanah yang hampir seragam pada suatu
hamparan lahan sawah. Untuk hamparan lahan sawah yang kurang lebih seragam, satu
contoh tanah komposit dapat mewakili 3-5 ha lahan sawah (Anonim, 2006).
Setelah dilakukan deskripsi tentang tanah maka diambil sampel untuk dianalisis di
laboratorium. Dalam pengambilan sampel tanah sebaiknya dari lapisan yang terbawah
kemudian disusul lapisan di atasnya. Sampel yang diambil sebaiknya di plastik tertutup
dan diberi notasi sesuai kode profil dan lapisannya. Mengenai macam unsur dianalisis
tergantung untuk tujuan studi (Purwanto, 2005).
Metode pengambilan contoh tanah yaitu cara diagonal, zig-zag, sistematik dan
cara acak. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan informasi yang diperoleh,
ditentukan satu hamparan tanah yang kurang lebih seragam (homogen). Contoh tanah
komposit (campuran 5-8 anak contoh tunggal) diambil dari tanah yang hamper seragam
pada suatu hamparan lahan sawah. Untuk hamparan lahan sawah yang kurang lebih
seragam, satu contoh tanah komposit dapat mewakili 3-5 ha lahan sawah (Suryana,
2005).
137
III. METODOLOGI
Praktikum Kesuburan Tanah acara IX dengan judul Pencuplikan Tanah
dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 Oktober 2012 di Dusun Sumberan, Desa
Sumberagung, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Alat yang
digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis, karung, cangkul, dan kamera. Adapun
bahan yang diperlukan adalah tanah lapis olah.
Pada praktikum ini telah ditentukan bahwa lahan yang akan diamati kesuburannya
adalah areal lahan di Sumberan, Sumberagung, Moyudan. Cuplikan tanah diambil pada
tanah lapis olah (0-20 cm) secara komposit (gabungan) dari sub cuplikan sejumlah 16-
20 titik yang diambil secara zig-zag memotong lahan. Selanjutnya, tanah disatukan dan
diambil sekitar 20 kg dimasukkan ke dalam wadah. Cuplikan tanah yang telah
dikomposit ini dibawa di laboratorium untuk keperluan analisis. Selama proses
pencuplikan, dibuat dokumentasi digital.
138
IV. HASIL PENGAMATAN
Umum
Hari : Minggu
Tanggal : 29 Oktober 2012
Waktu : 11 – 13.00 WIB
Dusun : Sumberan
Desa : Sumberagung
Kecamatan : Moyudan
Kabupaten : Sleman
Altitude : ± 250 m dpl
Kelerengan : 0-2 %
Fisiografi : dataran
Topografi : datar
Erosi : ringan
Landuse : lapangan
Irigasi : setengah teknis
Cuaca : Cerah
Jeluk mempan : 20-50 cm
Jenis tanah : Vertisol
139
V. PEMBAHASAN
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji
tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar
hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan
pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun, hasil uji tanah
tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan
rekomendasinya dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu pengambilan contoh
tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah.
Contoh tanah dapat diambil setiap saat, tidak perlu menunggu saat sebelum tanam
namun tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah pemupukan. Keadaan tanah saat
pengambilan contoh tanah pada lahan kering sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang
(kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup untuk pengolahan
tanah). Sedang pengambilan pada lahan sawah sebaiknya diambil pada kondisi basah.
Secara umum, contoh diambil sekali dalam 4 tahun untuk sistem pertanaman dilpangan.
Untuk tanah yang digunakan secara intensif, contoh tanah diambil paling sedikit sekali
dalam 1 tahun. Pada tanah-tanah dengan nilai uji tanah tinggi, contoh tanah disarankan
diambil setiap 5 tahun sekali.
Contoh tanah untuk uji tanah sebaiknya merupakan contoh tanah komposit yaitu
contoh tanah campuran dari contoh- contoh tanah individu. Contoh tanah komposit
harus mewakili bentuk lahan yang akan dikembangkan atau digunakan untuk tujuan
pertanian. Contoh tanah individu diambil dari lapisan olah atau lapisan perakaran. Satu
contoh komposit mewakili hamparan yang homogen 10-15 ha. Untuk lahan miring dan
bergelombang 1 contoh tanah komposit terdiri dari campuran 10-15 contoh tanah
individu. Sebelum pengambilan contoh tanah, perlu diperhatikan keseragaman areal/
hamparan. Areal yang akan diambil contohnya diamati dahulu keadaan topografi,
tekstur, warna tanah, pertumbuhan tanaman, input (pupuk, kapur, bahan organic, dan
sebagainya), dan rencana dapat ditentukan 1 hamparan yang sama (homogen/ mendekati
sama). Hamparan tanah yang homogen tidak mencirikan perbedaan- perbedaan yang
nyata, antara lain warna tanah dan pertumbuhan tanaman kelihatan sama. Contoh tanah
komposit diambil diambil pada tanah yang homogen dan dominant pada suatu
hamparan.
140
Dalam pengambilan cuplikan tanah terdapat empat metode, yaitu: Metode Linier,
Metode Zig-zag, Metode Diagonal, dan Metode Random.
1. Metode Linier: dilakukan dengan cara mengambil cuplikan tanah tiap baris secara
sejajar. Kelebihan metode ini yaitu dapat dilakukan pada semua bentuk lahan.
Kekurangannya yaitu lebih sulit karena kita harus menentukan jarak antar baris untuk
mewakili suatu areal tertentu.
2. Metode Zig-zag: dilakukan dengan cara mengambil cuplikan tanah secara zig-zag
membentuk huruf Z. Cara pengambilan contoh tanah ini dilakukan dengan
menentukan titik-titik yang akan digunakan sebagai tempat pengambilan contoh
tanah. Persyaratan dan cara pengambilan contoh tanah ini sama seperti pada sistem
diagonal, hanya saja berbeda dalam penentuan tempat pengambilan contoh tanah.
Kelebihan metode ini yaitu kita mendapat sampel yang akurat seperti metode
diagonal. Kelemahan metode ini yaitu hanya dapat dilakukan pada lahan yang
berbentuk persegi karena agar dapat menentukan titik pusat pada bagian sudut petak
lahan.
3. Metode Diagonal: dilakukan dengan cara mengambil cuplikan tanah secara diagonal
menyilang. Cara pengambilan contoh tanah dengan metode diagonal yaitu satu titik
ditetapkan sebagai titik pusat yaitu pada bagian sudut. Kemudian ditentukan juga
titik-titik disekelilingnya sampai sudut berikutnya sehingga titik–titik tersebut
membentuk garis diagonal. Contoh tanah yang diambil dari tiap titik disebut contoh
tanah individu. Kelebihan dari metode ini yaitu pengambilan cuplikan tanah menjadi
lebih terorganisir sehingga memudahkan dalam pengambilan contoh tanah. Metode
ini juga memungkinkan untuk mendapat sampel tanah yang lebih akurat karena
cuplikan yang diambil berasal dari bagian pinggir kemudian menjangkau bagian
tengah lahan. Sedangkan kekurangannya yaitu hanya dapat dilakukan pada lahan
yang berbentuk persegi karena agar dapat menentukan titik pusat pada bagian sudut
petak lahan sampai sudut berikutnya.
4. Metode Random: dilakukan dengan cara mengambil cuplikan tanah secara acak.
Pengambilan contoh tanah secara acak dilaksanakan dengan menentukan titik-titik
pengambilan contoh tanah secara acak, tetapi menyebar diseluruh bidang tanah yang
diwakili. Kelebihan metode ini yaitu mudah dilaksanakan karena kita tidak perlu
menentukan titik sample secara terorganisir. Metode ini juga dapat dilakukan pada
141
berbagai bentuk lahan terutama lahan yang berada pada daerah perbukitan karena
bentuk lahan pada daerah tersebut biasanya berbeda-beda. Kelemahannya yaitu
cuplikan tanah yang didapat kurang akurat karena sampel tanah yang diambil kurang
mewakili suatu areal tertentu.
Dalam praktikum pencuplikan tanah ini contoh tanah yang diambil dengan
metode pengambilan zig zag. Pengambilan contoh tersebut mewakili areal yang relatif
agak seragam dalam hal jenis tanah, topografi, kemiringan, dan bahan induk. Penyebab
utama dari contoh yang tidak representatif ialah: (1) kontaminasi, dan (2) jumlah contoh
yang terlalu sedikit untuk daerah yang variabilitas kesuburannya tinggi. Bahaya
kontaminasi biasanya berasal dari tempat atau alat pengambilan contoh dan lain-lain.
Menghadapi contoh yang tidak representatif, yang disebabkan oleh keragaman kesuburan
tanah, maka persoalannya menjadi lebih sulit. Untuk itu haruslah diketahui sifat dan
sumber-sumber keragaman. Hal ini dapat didekati secara statistika tetapi tidak sesederhana
itu, karena sebaran data tidak selalu normal. Dengan cara ini diperlukan contoh yang
banyak sehingga sering dinilai tidak praktis. Oleh sebab itu keragaman lapangan dapat
didekati cukup melalui :
Penilaian lapangan secara khusus
Pengetahuan yang baik tentang tanah
Sistem bercocok tanam yang diterapkan petani
Program-program pemupukan yang berlaku di daerah itu,
Teknologi pengelolaan tanah-tanaman lainnya yang diterapkan petani
Lain- lain
Dengan mengetahui variabilitas ini, dapat ditentukan teknik pengambilan contoh
yang lebih representatif. Makin besar variabilitas tanah (bentuk lahan, jenis tanah, dll.)
makin banyak contoh/lokasi pengamatan yang dibuat
Jenis tanah yang diambil adalah vertisol. Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar
kation dan kejenuhan basa yang tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah hingga
alkalin lemah; nilai pH antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol
dengan ESP yang tinggi. Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan
tekstur liat dan mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar
kation dan kejenuhan basa yang juga relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan
dengan iklim tropis dan subtropics. Dalam perkembangan klasifikasi ordo Vertisol, pH
tanah dan pengaruhnya tidak cukup mendapat perhatian. Walaupun hampir semua tanah
142
dalam ordo ini mempunyai pH yang tinggi, pada daerah-daerah tropis dan subtropis
umumnya dijumpai Vertisol dengan pH yang rendah. Dalam menilai potensi Vertisol
untuk pertanian hendaknya diketahui bahwa hubungan pH dengan Al terakstraksi
berbeda disbanding dengan ordo lainnya. pH dapat tukar nampaknya lebih tepat
digunakan dalam menentukan nilai pH Vertisol masam dibanding dengan kelompok
masam dari ordo-ordo lainnya. Perbedaan tersebut akan mempunyai implikasi dalam
penggunaan tanah ini untuk pertumbuhan tanaman. Batas-batas antara antara kelompok
masam dan tidak masam berkisar pada pH 4,5 dan sekitar 5 dalam air. Pada umumnya
Vertisol juga defisiensi P. Setelah N, unsur P merupakan pembatas hara terbesar pada
Vertisol. Kekurangan unsure P jika kandungan P kurang dari 5 ppm. Ini berpengaruh
pada pemupukan P yang cukup kecil jika produksi tanaman pada musim berikutnya
rendah. P menjadi nyata jika tanaman yang tumbuh pada kondisi irigasi yang baik, jika
produksinya tinggi maka dianjurkan untuk mencoba menambah pemakaian pupuk N.
Pengambilan contoh yang dilakukan pada praktikum ini adalah tanah pada 16-20
titik yang berbeda secar zig zag. Ini dimaksudkan untuk mengupayakan sebisa mungkin
pengambilan contoh yang dilakukan dapat merepresentasikan kondisi tanah secara
keseluruhan pada areal yang diamati. Pada dasarnya pengambilan sampel tanah akan
semakin baik bila jumlah titik pengambilan sampel semakin banyak. Namun, faktor
keterbatasan biasanya menjadi alasan yang mendasari dibatasinya jumlah titik yang
diambil. Tanah diambil pada jeluk sekitar 0-20 cm, yaitu jeluk di mana zona perakaran
tanaman ada di sana. Pada kedalaman di mana terdapat zona perakaran maka dapat
diprediksikan bahwa kemungkinan besar keberadaan unsur hara yang maksimal tersedia
ada di sana pula. Dengan demikian, contoh tanah yang terambil untuk uji kesuburan
tanah nanti diharapkan akan memberikan hasil uji yang menggambarkan keadaan yang
sebenarnya.
143
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji
tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur
kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk
penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan.
2. Metode pengambilan contoh tanah meliputi Metode Linier, Zig-zag, Diagonal,
dan Random. Pemilihan metode pengambilan contoh mempengaruhi tingkat
representasi contoh untuk keseluruhan tanah pada lahan yang diamati.
3. Tanah vertisol merupakan tanah dengan kapasitas tukar kation dan kejenuhan
basa yang tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkalin lemah;
nilai pH antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan
ESP yang tinggi.
B. Saran
1. Setiap kelompok sebaiknya mencuplik jenis tanah yang berbeda minimal satu
kelompok satu jenis tanah.
2. Ada baiknya asisten memberikan keterangan yang jelas mengenai kriteria tanah
yang harus dicuplik.
144
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Petunjuk Penggunaan Perangkat Uji tanah Sawah (Paddy Soil Test Kit).
<www.pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/bpp09036.pdf.> Diakses 14
November 2012 .
Darmawijaya, M. I. 1997. Klasifikasi Tanah : Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan
Pelaksana Pertanian di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Davidescu, D. dan V. Davidescu. 2002. Evaluation of Fertility by Plant and Soil
Analysis. Abacus Press. England.
Nasih. 2010. Pengambilan contoh tanah dan tanaman
<http://nasih.wordpress.com/2010/11/01/pengambilan-contoh-tanah-dan-
tanaman/> diakses tanggal 13 November 2012 pukul 21.00 WIB
Purwanto, B. H. 2005. Hand Out Mata Kuliah Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Suryana, A. 2005. Perangkat Uji Tanah Sawah (Paddy Soil Test Kit). Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Suryanto..1995.Tanah.dan Lingkungan. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
145
LAMPIRAN
146
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH
ACARA X
UJI CEPAT TANAH
Disusun oleh:
Ahmad Khoirudin Asrofi (11913)
Lathifatul Lailia (11938)
Nur Kusumastuti (11975)
Eka Putri D. (12006)
Siska Ernitawati (12066)
Golongan : A3 (Siang)
Asisten : Basyit Wulan I.
LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
147
ACARA X
UJI CEPAT TANAH
Abstraksi Praktikum Kesuburan Tanah mengenai Uji Cepat Tanah ini dilaksanakan pada tanggal 24
Oktober 2012 di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Ilmu tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) adalah
suatu alat untuk analisis kadar hara tanah secara langsung di lapang dengan relatif cepat, mudah,
murah, dan cukup akurat. PUTS dirancang untuk mengukur kadar N, P, K, dan pH tanah.
Percobaan dilakukan untuk jenis tanah basah dan tanah kering. Jenis tanah yang kering yakni
Inceptisol dan Ultisol. Sedangkan untuk tanah yang basah yakni Inseptisol dan Vertisol. Praktikum
ini dilakukan dengan pengujian yang sesuai dengan buku petunjuk dalam PUTS dan PUTK yaitu
dengan membandingkan warna dari hasil uji dengan bagan di dalam PUTS dan PUTK.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) merupakan alat untuk analisis kadar hara
tanah secara langsung di lapangan dengan relatif cepat, mudah, murah, dan cukup
akurat. PUTS ini dirancang untuk mengukur kadar N, P, K, dan pH tanah. Satu unit
PUTS terdiri dari : (1) satu paket bahan kimia dan alat untuk ekstraksi kadar N, P,
dan K; (2) bagan warna untuk penetapan kadar pH, N, P, dan K; (3) Buku petunjuk
Penggunaan serta Rekomendasi Pupuk untuk padi sawah; (4) Bagan Warna Daun
(BWD). Rekomendasi pemupukan pada berbagai kelas status hara tanah yang
diberikan mengacu pada hasil kalibrasi uji tanah.
Prinsip kerja PUTS ini adalah mengukur kadar hara N, P, dan K tanah dalam
bentuk tersedia, yaitu hara yang larut dan atau terikat lemah dalam kompleks jerapan
koloid tanah. Kadar atau status hara N, P, dan K dalam tanah ditentukan dengan cara
mengekstrak dan mengukur hara tersedia di dalam tanah.
B. Tujuan
Mengenal penggunaan perangkat uji tanah sawah secara cepat untuk
menentukan kebutuhan pupuk N, P, dan K
148
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pada kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman,
kadang keadaan tanah menjadi faktor pembatas utama peningkatan produksinya,
misalnya adanya kekahatan atau keracunan hara. Oleh karena itu, perlu dipantau sedini
mungkin, sehingga dapat diatasi agar tidak merugikan usaha pertanian. Dalam hal ini uji
kesuburan tanah diperlukan sebelum memulai suatu usaha, sehingga dapat diketahui
potensi lahan dan kendala yang harus diatasi (Yuwono, 2000).
Rekomendasi pemupukan berimbang harus didasarkan atas penilaian status dan
dinamika hara dalam tanah serta kebutuhan tanaman, agar pemupukan efektif dan
efisien. Pemupukan berimbang tidak harus memberikan semua unsur makro atau mikro
yang dibutuhkan, tetapi memberikan unsur yang jumlahnya tidak cukup tersedia untuk
tanaman. Penambahan hara yang sudah cukup tersedia justru menyebabkan masalah
pencemaran lingkungan (tanah dan perairan), terlebih bila status hara tanah sudah
sangat tinggi. Sebagai contoh pemupukan P terus menerus pada sawah intensivikasi
menyebabkan kejenuhan P dan ketidak seimbangan hara didalam tanah. Pemupukan P
tidak lagi memberikan peningkatan hasil tanaman yang nyata. Efisiensi pemupukan
menjadi rendah, dan kemungkinan unsur hara lain seperti Zn menjadi tidak tersedia
(Leiwakabessy, 2002).
Penerapan pemupukan berimbang berdasar uji tanah memerlukan data analisa
tanah. Di sisi lain daya jangkau (aksesibilitas) pengguna, penyuluh dan petani untuk
menganalisis contoh tanah rendah karena : (1) biaya analisa tanah relatif mahal, (2)
laboratorium uji tanah di sekitar wilayah pertanian masih sangat terbatas, dan (3)
sosialisasi yang belum menyeluruh ke tingkat pengguna. Hal ini menyebabkan
rekomendasi pupuk untuk padi sawah masih bersifat umum dan seragam untuk seluruh
Indonesia (Cate, 2001).
Untuk mengatasi kesenjangan penerapan teknologi pemupukan berimbang ini,
Balai Penelitian Tanah telah membuat satu perangkat alat bantu untuk menentukan
kandungan atau status hara tanah yang dapat dikerjakan di lapangan disertai dengan
rekomendasi pupuknya. Alat bantu ini dinamakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).
Penggunaan PUTS ini diharapkan mampu membantu petani menigkatkan ketepatan
pemberian dosis pupuk N, P dan K untuk padi sawah dengan produktifitas padi setara
IR-64 (Setyorini, 2006).
149
Sasaran uji tanah adalah untuk menyediakan pedoman bagi pengelolaan
kesuburan tanah dengan memanfaatkan hubungan-hubungan yang ditetapkan secara
eksperimental antara ciri-ciri kimia tanah dengan pertumbuhan tanaman. Hubungan-
hubungan seperti ini harus didefinisikan secara cukup luas untuk dapat
diaplikasikan ke banyak kondisi lapangan, namun harus cukup spesifik untuk
diaplikasikan ke individu lapangan. Pekerjaan menyusun rekomendasi pupuk dari uji
tanah memerlukan pengetahuan yang komprehensif tentang disiplin ilmu tanah dan
ilmu tanaman. Keputusan yang terlibat dalam menyusun rekomendasi pupuk atas
dasar uji tanah memerlukan pemahaman tentang kimia tanah, kesuburan tanah,
mineralogi, klasifikasi dan sifat fisika tanah serta respon tanaman terhadap pupuk dan
aspek ekonomi yang terlibat (Anonim, 2009).
Rekomendasi pemupukan berimbang harus didasarkan atas penilaian status dan
dinamika hara dalam tanah serta kebutuhan tanaman, agar pemupukan efektif dan
efisien. Pemupukan berimbang tidak harus memberikan semua unsur makro/mikro yang
dibutuhkan, tetapi memberikan unsur yang jumlahnya tidak cukup tersedia untuk
tanaman. Penambahan hara yang sudah cukup tersedia justru menyebabkan masalah
pencemaran lingkungan (tanah dan perairan), terlebih bila status hara tanah sudah
sangat tinggi. Sebagai contoh pemupukan P terus menerus pada sawah intensifikasi
menyebabkan kejenuhan P dan ketidakseimbangan hara di dalam tanah. Pemupukan P
tidak lagi memberikan peningkatan hasil tanaman yang nyata. Efisiensi pemupukan
menjadi rendah, dan kemungkinan unsur hara lain seperti Zn menjadi tidak tersedia
(Subiksa dan Diah., 2008).
Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) terdiri dari satu set alat dan bahan kimia
untuk analisis kadar hara tanah sawah yang dapat digunakan di lapangan dengan relatif
cepat, mudah, murah dan cukup akurat. PUTS ini dirancang untuk mengukur kadar N,
P, K dan pH tanah. Hasil pengukuran kadar hara N, P dan K tanah dengan PUTS di
kategorikan menjadi tiga kelas status hara mengacu pada hasil penelitian uji tanah, yaitu
: status rendah (R), sedang (S) dan tinggi (T) (Getarawan, 2006).
150
III. METODOLOGI
Praktikum Kesuburan Tanah acara X yang berjudul Uji Cepat Tanah dilakukan
pada hari Rabu, 24 Oktober 2012 di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah,
Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat-alat
yang dibutuhkan adalah seperangkat perangkat uji tanah sawah (PUTS) dan perangkat
uji tanah kering (PUTK). Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel tanah vertisol,
ultisol dan inceptisol
Cara kerja pada praktikum kali ini yaitu
1. PUTS
a. Penetapan status N tanah
Sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah uji diambil dengan spet dimasukkan
dalam tabung reaksi. Lalu ditambah 2 ml pereaksi N-1 kemudian diaduk hingga
homogen dengan pengaduk kaca. Ditambahkan lagi 2 ml pereaksi N-2, dikocok
sampai rata. Ditambahkan lagi 3 tetes pereaksi N-3 dikocok sampai rata.
Kemudian tambahkan 5-10 butir peraksi N-4 dikocok sampai rata. Didiamkan
selama 10 menit kemudian bandingkan warna larutan dengan bagan warna N.
b. Penetapan status P tanah
Sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah uji diambil dengan spet dimasukkan
dalam tabung reaksi. Lalu ditambah 3 ml pereaksi P-1 kemudian diaduk hingga
homogen dengan pengaduk kaca.. Kemudian tambahkan 5-10 butir peraksi P-2
dikocok selama satu menit. Didiamkan selama 10 menit kemudian bandingkan
warna larutan dengan bagan warna P.
c. Penetapan status K tanah
Sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah uji diambil dengan spet dimasukkan
dalam tabung reaksi. Lalu ditambah 2 ml pereaksi K-1 kemudian diaduk hingga
homogen dengan pengaduk kaca. Ditambahkan lagi 1 tetes pereaksi K-2, dikocok
selama 1 menit. Ditambahkan lagi 1 tetes pereaksi K-3 dikocok sampai rata..
Didiamkan sselama 10 menit kemudian bandingkan warna larutan dengan bagan
warna K
d. Penetapan pH tanah
Sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah uji diambil dengan spet dimasukkan
dalam tabung reaksi. Lalu ditambah 2 ml pereaksi pH-1 kemudian diaduk hingga
151
homogen dengan pengaduk kaca. Ditambahkan lagi 2 ml pereaksi pH-1 dikocok
sampai rata. Lalu didiamkan selama 3 menit. Kemudian ditambahkan lagi 1-2
tetes pereaksi pH-2 Didiamkan selama 10 menit kemudian bandingkan warna
larutan dengan bagan warna pH.
2. PUTK
a.. Penetapan status P tanah
Sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah uji diambil dengan spet dimasukkan
dalam tabung reaksi. Lalu ditambah 3 ml pereaksi P-1 kemudian diaduk hingga
homogen dengan pengaduk kaca.. Kemudian tambahkan 5-10 butir peraksi P-2
dikocok selama satu menit. Didiamkan selama 10 menit kemudian bandingkan
warna larutan dengan bagan warna P.
b. Penetapan status K tanah
Sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah uji diambil dengan spet dimasukkan
dalam tabung reaksi. Lalu ditambah 4 ml pereaksi K-1 kemudian diaduk hingga
homogen dengan pengaduk kaca dan didiamkan selama 5 menit. Ditambahkan
lagi 2 tetes pereaksi K-2, dikocok dan didiamkan 5 menit lagi. Ditambahkan lagi
2 ml pereaksi K-3 secara perlahan melalui dinding tabung dan dibiarkan sebentar
lalau amati endapan putih yang terbentuk.
c. Penetapan C-Organik tanah
Sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah uji diambil dengan spet dimasukkan
dalam tabung reaksi. Lalu ditambah 1 ml pereaksi C-1 kemudian diaduk hingga
homogen dengan pengaduk kaca. Ditambahkan lagi 3 tetes pereaksi C-2 setelah
itu jangan diaduk. Setelah 10 menit amati ketinggian busa yang terbentuk di
lapisan atas.
152
1V. HASIL PENGAMATAN\
NO Tanah Uji Hasil Rekomendasi Foto
1 Inceptisol N Sedang 250 kg ura
P Tinggi 50 kg SP-36/ha
K Tinggi 50 kg KCl/ha
pH Agak
masam
Sistem drainase
konvensional, pupuk N
dalam bentuk urea
2 Vertisol N Rendah 250 kg urea//ha
153
P Tinggi 50 SP-36/ha
K Sedang 50 kg KCL/ha
pH Netral (6-7) Sistem drainase
konvensional, pupuk N
dalam bentuk urea
Tabel 4.1. Kandungan N, P, K dan pH pada tanah sawah2. PUTK
NO Tanah Uji Hasil Rekomendasi Foto
1 Inceptisol C organik Rendah Bahan
organik yang
ditambahkan
2 ton/ha
P Tinggi 100 kg SP-
36/ha
(jagung,
kedelai, dan
padi gogo)
pH Netral - -
154
Kapur < 4 1000 kg /ha
kapur
(kedelai), 500
kg/ha kapur
(jagung)
K Tinggi 50kg
KCL/ha
(jagung,
kedelai, dan
padi gogo)
2 Ultisol C organik Rendah Bahan
organik yang
ditambahkan
2 ton/ha
P Rendah 250 kg SP-
36/ha
(jagung,
kedelai), 200
kg SP-
36/ha(padi
gogo)
pH Agak
masam
Kapur < 4 1000 kg /ha
kapur
155
(kedelai), 500
kg/ha kapur
(jagung)
K Tinggi 50kg
KCL/ha
(jagung,
kedelai, dan
padi gogo)
Tabel 4.2. Tabel kandungan C organik, P, K, pH dan Kapur pada tanah kering
156
V. PEMBAHASAN
Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) merupakan alat untuk analisis kadar hara
tanah secara langsung di lapangan dengan relatif cepat, mudah, murah, dan cukup
akurat. PUTS ini dirancang untuk mengukur kadar N, P, K dan pH tanah. Satu Unit
Perangkat Uji Tanah Sawah itu terdiri dari : (1) satu paket bahan kimia dan alat untuk
ekstraksi kadar N, P, K dan pH, (2) bagan warna untuk penetapan kadar pH, N, P, dan
K, (3) Buku Petunjuk Penggunaan serta Rekomendasi Pupuk untuk padi sawah, dan (4)
Bagan Warna Daun (BWD). Rekomendasi pemupukan pada berbagai kelas status hara
tanah yang diberikan mengacu pada hasil kalibrasi uji tanah.
Prinsip kerja dari PUTS yaitu mengukur kadar hara N, P, dan K tanah dalam
bentuk tersedia, yaitu hara yang larut dan atau terikat lemah dalam kompleks jerapan
koloid tanah. Kadar atau status hara N, P, dan K dalam tanah ditentukan dengan cara
mengekstrak dan mengukur hara tersedia di dalam tanah. Oleh karena itu, pereaksi atau
bahan kimia yang digunakan dalam alat uji tanah ini terdiri atas larutan pengektrak dan
pembangkit warna. Menurut Setyorini (2006), bentuk hara yang diekstrak dengan PUTS
untuk nitrogen (N) adalah NO3-
N dan NH4-
N, untuk fosfat (P) adalah orthoposphate
(PO4 3-
, HPO4-
, dan H2PO4-
) dan kalium (K) adalah K+. Pengukuran kadar hara
dilakukan secara semi kuantitatif dengan metode colorimetri (pewarnaan) hasil analisis
N, P, dan K tanah selanjutnya digunakan sebagai kriteria penentuan rekomendasi
pemupukan N, P, dan K spesifik lokasi untuk tanaman padi sawah dengan produktifitas
setara IR-64.
Perangkat Uji Tanah Sawah ini bermanfaat antara lain untuk menguji kadar hara
N, P, K dan pH tanah, kemudian menetapkan kadar hara N, P, dan K tanah
dikelompokkan menjadi 3 kelas status yaitu rendah (R), sedang (S), tinggi (T),
menentukan dosis rekomendasi pemupukan N, P, K untuk padi sawah berdasarkan kelas
status hara tanah, memilih jenis pupuk N yang sesuai dengan kondisi kemasaman tanah,
memberi gambaran penambahan unsur-unsur serta cara pengelolaan lahan yang tepat
sesuai kondisi sawah, serta teknologi untuk mengatasi keracunan besi (Fe) yang
umumnya terjadi di lahan sawah bukaan baru.
Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK) adalah suatu alat untuk analisis kadar hara
tanah lahan kering, yang dapat digunakan di lapangan dengan cepat, mudah, murah dan
cukup akurat. PUTK dirancang untuk mengukur kadar P, K, C-organik, pH dan
157
kebutuhan kapur. Prinsip kerja PUTK adalah mengukur hara P, dan K tanah yang
terdapat dalam bentuk tersedia secara semi kuantitatif. Penetapan P dan pH dengan
metode kolorimetri (pewarnaan). Hasil analisis P dan K tanah selanjutnya digunakan
sebagai dasar penentuan rekomendasi pemupukan P dan K spesifik lokasi untuk
tanaman jagung, kedelai dan padi gogo. Satu Unit Perangkat Uji Tanah Kering terdiri
dari: (1) satu paket bahan kimia dan alat untuk penetapan P, K, bahan organik, pH, dan
kebutuhan kapur, (2) bagan warna P dan pH tanah; bagan K, kebutuhan kapur dan
Corganik tanah, (3) Buku Petunjuk Penggunaan PUTK serta rekomendasi pupuk untuk
jagung, kedelai dan padi gogo.
Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk anion NO3- dan kation NH4+ yang
keduanya terutama berasal dari perombakan bahan organik. Ketidak tersediaan nitrogen
dapat disebabkan oleh kurangnya kandungan bahan organik dalam tanah atau nitrogen
masih dalam bentuk struktur sel bahan organik tersebut (protein) atau asam-
asam/senyawa amino. Ketersediaan nitrogen merupakan perombakan dari bahan
organik melalui proses: (1) aminisasi, yaitu perombakan/mineralisasi bahan organik
melalui hidrolisis secara enzimatik (kegiatan biologi tanah) dengan membentuk
senyawa amino; (2) amonifikasi, yaitu perubahan komponen amino oleh kegiatan
mikrobiologi tanah menjadi amoniak (NH3-) yang secara cepat menjadi ammonium
(NH4+); (3) nitrifikasi, yaitu transformasi ammonium (NH4+) menjadi nitrat (NO3-)
oleh kegiatan mikroorganisme nitrifikasi yang menggunakan sumber karbon lain dan
energi dari oksidasi ammonium menjadi nitrat.
Unsur N merupakan unsur makro essensial terbesar yang dibutuhkan oleh
tanaman. Disebut makro essensial karena unsur ini harus tersedia dan dalam jumlah
yang banyak. Nitrogen atau N dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar, umumnya
menjadi faktor pembatas pada tanah-tanah yang tidak di pupuk. Unsur N sangat mobile
dalam jaringan tanaman, dialih tempatkan dari daun yang tua ke daun yang muda.
Gejala kekahatan klorosis muncul pada daun di bagian bawah yaitu daun yang lebih tua.
Jika kelebihan N akan merangsang pertumbuhan vegetatif, laju fotosintesis tinggi,
penggunaan CH2O juga tinggi, akibatnya menghambat kematangan tanaman, jaringan
menjadi sukulen, tanaman rendah, dan mudah terserang penyakit.
Unsur N dalam kehidupan memegang peran vital karena digunakan sebagai
penyusun asam amino, protein, dan pertumbuhan sel. Nitrogen atau N mempunya
158
berbagai macam fungsi tergantung bentuknya. Berupa asam amino, amida, dan amin
yang berfungsi sebagai kerangka (building bloks) dan senyawa antara (intermediary
compounds). Berupa protein atau enzim yang berfungsi mengatur reaksi biokimia,
klorofil yang berfungsi pada proses fotosintesis, dan asam nukleat sebagai bahan dasar
DNA atau RNA.
Status unsur N dapat pula dipengaruhi oleh besarnya aktifitas mikroorganisme
yang mampu melakukan fiksasi nitrogen. Mikroorganisme penambat N seperti
Rhizobium dapat berasosiasi dengan N-bebas yang berasal dari tumbuhan jenis
Leguminosa termasuk Trifollum spp, Gylicene max (soybean), Viciafaba (brand bean),
Vigna sinensis (cow-pea), Piscera sativam (chick-pea), dan Medicago sativa (lucerna).
Macam-macam pupuk Nitrogen (N) antara lain kalium nitrat (KNO3), amonium
sulfat [(NH4)3PO4], urea (NH2CONH2), kalsium sianida [(NH4)2SO4], amonium sulfat
[(NH4) 2SO4], anhidrous amonia (NH3), amonium klorida (NH4Cl), dan amonium nitrat
(NH4NO3).
Unsur fosfor (P) sifatnya mobile dalam tanaman, mudah dipindahkan dari bagian
daun yang tua ke titik tumbuh. Gejala kekahatanya tanaman kerdil, pertumbuhan akar
buruk, kedewasaan terlambat, warna daun hijau kelam, muncul warna keunguan
misalnya pada jagung. Jika P berlebihan meskipun tidak secara langsung meracuni
tanaman, akan menyebabkan merangsang pertumbuhan organisme perairan,
mempercepat eutrofikasi, P tanah yang berlebih meningkatkan pengangkutan P dalam
sedimen air limpasan.
Fungsi P didalam jaringan tanaman adalah P dibutuhkan tanaman dalam jumlah
yang relatif besar sedikit lebih kecil di bawah N dan K serta setara dengan S, Ca, Mg.
Dalam bentuk fosfat unsur P sangat reaktif di alam ditemukan dalam bentuk gugus
fosfat dalam bentuk ATP digunakan dalam tranfer energi. Bentuk NADP unsur P
digunakan untuk fotosintesis. Bentuk asam nukleat unsur P sebagai bahan DNA dan
RNA, sedangkan dalam bentuk lemak fosfat (phospholipid) digunakan untuk membran
sel dan organ dalam sel.
Macam-macam pupuk fosfat atau P antara lain enkel superfosfat [Ca(H2PO4) 2 +
CaSO4], double superfosfat (DS) yang mengadung gypsum, dan tripel superfosfat atau
TSP [Ca(H2PO4)] yang sekarang berganti nama menjadi SP-36.
159
Unsur K dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang besar, yaitu terbesar kedua
setelah hara N. Pada tanah yang subur kadar K dalam jaringan hampir sama dengan N.
K tidak menjadi komponen struktur dalam senyawa organik, tetapi bentuknya ionik, K+
berada dalam larutan atau terikat oleh muatan negatif dari permukaan jaringan misalnya
R-COO
-K
+.
Fungsi utama K adalah mengaktifkan enzim-enzim dan menjaga air sel. Enzim
yang diaktifkan antara lain sintesis pati, pembuatan ATP, fotosintesis, reduksi nitrat,
translokasi gula ke biji, buah umbi atau akar. Pengaturan air sel yaitu K+ mengatur
potensial air sel dan osmosis, Na+ dapat menggantikan fungsi K
+ pada sebagian spesies.
Macam-macam pupuk Kalium antara lain Muriate (KCl), KNO3, kalium sulfat (K2SO4),
kalium magnesium sulfat (K2SO4.2MgSO4) dan kalium nitrat atau niter.
pH adalah tingkat keasaman atau kebasaan suatu benda yang diukur dengan
menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sebagai contoh, jus jeruk dan air aki
mempunyai pH antara 0 hingga 7, air laut dan cairan pemutih mempunyai sifat basa
dengan nilai pH antara 7 hingga 14, dan air murni yang bersifat netral mempunyai pH 7.
pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti
Nitrogen (N), Kalium (K), dan Fosfor (P) dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah
tertentu untuk tumbuh, berkembang dan bertahan terhadap serangan penyakit. Jika pH
larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5 maka nitrogen (dalam bentuk nitrat) menjadi
tersedia bagi tanaman. Di sisi lain fosfor akan tersedia bagi tanaman pada pH antara 6,0
hingga 7,0.
pH yang optimum untuk ketersediaan hara tanaman adalah pH 6,5. Pada pH tanah
yang rendah atau masam perlu dilakukan tindakan untuk meningkatkan pH tanah yaitu
dengan penambahan bahan amelioran yang bersifat basis atau kapur sehingga akan
terjadi peningkatan pH. Adapun pada pH tanah yang tinggi atau bersifat basis perlu
dilakukan tindakan untuk menurunkan pH tanah yaitu dengan menambahkan bahan-
bahan organik yang bersifat masam.
Pratikum uji cepat tanah ini dilakukan untuk menguji kandungan hara tanah
sawah dan tanah kering. Tanah yang digunakan yaitu tanah inceptisol dan vertisol untuk
PUTS dan tanah inceptisol dan ultisol untuk PUTK. Berdasarkan praktikum uji PUTS
menunjukkan bahwa tanah inceptisol memiliki kandungan N yang sedang, kandungan
unsur P dan K tinggi dan memiliki pH agak masam. Dengan demikian rekomendasi
160
yang dapat diberikan yaitu pemberian pupuk urea sebanyak 250 kg/ha, pemberian
pupuk SP 36 sebanyak 50 kg/ha dan pupuk KCl sebanyak 50 kg/ha. Berbeda dengan
tanah vertisol, berdasarkan praktikum tanah ini memiliki kandungan N yang rendah, P
yang tinggi dan K yang sedang sehingga rekomendasi yang dapat diberikan yaitu
pemberian pupuk urea sebanyak 250 kg/ha, permberian pupuk SP 36 sebanyak 50 kg/ha
dan pupuk KCl sebanyak 50 kg/ha. Berdasarkan uji pada tanah kering didapatkan hasil
bahwa kebutuhan pupuk untuk tanah inceptisol yaitu pemberian pupuk KCl sebanyak
50 kg/ha jika ditanami jagung, kedelai atau padi gogo, pupuk SP 36 sebanyak 100 kg/ha
jika ditanami jagung, kedelai atau padi gogo, tambahan bahan organik sebanyak 2
ton/ha dan tambahan kapur sebanyak 1000 kg/ha jika ditanami kedelai atau 500 kg/ha
jika ditanami jagung. Berbeda dengan tanah ultisol, rekomendasi yang dapat diberikan
adalah pemberian pupuk KCl sebanyak 50 kg/ha jika ditanami jagung, kedelai atau padi
gogo, pupuk SP 36 sebanyak 250 kg/ha jika ditanami jagung atau kedelai tetapi jika
ditanami padi gogo pemberian pupuk SP 36 sebanyak 200 kg/ha, tambahan bahan
organik sebanyak 2 ton/ha dan tambahan kapur sebanyak 1000 kg/ha jika ditanami
kedelai atau 500 kg/ha jika ditanami jagung
161
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hasil analisis uji tanah dapat digunakan sebagai dasar rekomendasi pemupukan
dan bahan amelioran (misalnya kapur) secara efisien, rasional dan
menguntungkan.
2. Rekomendasi untuk tanah sawah inceptisol dan vertisol adalah pemberian pupuk
N 250 kg/ha, pupuk P 50kg/ha dan pupuk K 50kg/ha.
3. Rekomendasi untuk tanah kering inceptisol adalah pemberian pupuk P 50kg/ha
dan pupuk K 50kg/ha.
4. Rekomendasi untuk tanah kering ultisol adalah pemberian pupuk P 1000kg/ha jika
ditanami kedelai atau 200kg/ha jika ditanami jagung dan pupuk K 50kg/ha.
B. Saran
1. Diharapkan sarana PUTS ini dapat digunakan oleh para petani dan diaplikasikan
langsung di lapangan.
2. Untuk perkembangan selanjutnya PUTS dapat digunakan tidak hanya untuk uji
lahan sawah tetapi dapat digunakan pada lahan lainnya seperti lahan rawa, lahan
kering, dan lain-lain.
162
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Cara Cepat Menguji Status Hara dan Kemasaman Tanah.
<http://kafein4u.wordpress.com/2009/05/22/cara-cepat-menguji-status-hara-dan-
kemasaman-tanah/>. Diakses pada 10 November 2012
Cate, R.B., J and L. A. Nelson. 2001. A Rapid Method for Cornelation of Soil Test
Analysis with Plant Response Data. North Carolina State University, Raleigh.
Getarawan, E. 2006. Inovasi efisiensi pemupukan padi. Warta 12 : 1-4.
Leiwakabessy, F., dan O. Koswara. 2002. Penetapan uji P tersedia dalam tanah sawah.
Communicationes Agricultureae 3 : 31-39
.
Setyorini, D. 2006. Buku Petunjuk Penggunaan Perangkat Uji Tanah Sawah V.01. Balai
Penelitian Bogor, Bogor.
Subiksa, L. R. W. and S. Diah. 2008. Paddy Soil Test
Kit.<http://www.dpi.nsw.gov.au/data/assets/pdf file/007/199456/Ses3-Paddy-
soils-test-kits.pdf>. Diakses pada 10 November 2012.
Yuwono, N. W. 2000. Pupuk dan Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
163
LAMPIRAN
Recommended