View
772
Download
193
Category
Preview:
DESCRIPTION
beberapa metode pembibitan tebu
Citation preview
STUDI TEKNIK PEMBIBITAN TANAMAN TEBU(Saccharum officinarum L.) DI PTPN X PG. NGADIREDJO
LAPORAN MAGANG KERJA
Oleh:HAFIZ ALI N.
125040200111223
MINAT BUDIDAYA PERTANIANPROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIANMALANG
2015
LAPORAN MAGANG KERJA
STUDI TEKNIK PEMBIBITAN TANAMAN TEBU(Saccharum officinarum L.)
Oleh:HAFIZ ALI N.
125040200111223
MINAT BUDIDAYA PERTANIANPROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIANMALANG
2015
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN MAGANG KERJA
STUDI TEKNIK PEMBIBITAN TANAMAN TEBU(Saccharum officinarum L.) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X
(PERSERO) PABRIK GULA NGADIREDJO-KEDIRI
Disetujui Oleh:
Pembimbing Lapang Pembimbing Utama
Suprihatin, SP Dr.Ir.TitiekIslami, MSNIP. 195109211981032001
Ketua Jurusan Budidaya PertanianFakultas Pertanian
Dr.Ir. Nurul Aini. MSNIP.196010121986012001
iii
RINGKASAN
Hafiz Ali N 125040200111223. Studi Teknik Pembibitan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Di bawah bimbingan Dr. Ir. Titiek Islami, MS dan Suprihatin SP. sebagai pembimbing lapang.
Tanaman tebu ialah salah satu anggota familia rumput-rumputan (Gramineae) yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi yang digunakan sebagai bahan baku gula. Bibit tebu ialah salah satu komponen paling penting dalam usaha memperoleh tanaman tebu dengan hasil panen yang baik. Bibit yang bermutu merupakan bibit yang berasal dari jenis-jenis murni dan diperoleh dari bahan tanam yang bebas dari hama dan penyakit.
Dalam memenuhi kebutuhan bibit tebu dalam jumlah besar maka dilakukan pembibitan berjenjang secara bertahap diawali dari Kebun Bibit/benih Pokok Utama (KBPU), Kebun Bibit/benih Pokok (KBP), Kebun Bibit/benih Nenek (KBN), Kebun Bibit/benih Induk (KBI), dan Kebun Bibit/benih Datar (KBD). Bentuk bibit tebu berupa bagal, lonjoran, rayungan, dan bibit tebu hasil kultur jaringan.
Kegiatan magang kerja dilaksanakan di Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia, Pasuruan dengan metode praktek kerja langung dan observasi di lapang untuk pengumpulan data primer.
Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia merupakan suatu lembaga riset pergulaan Indonesia. Tujuan utama dari penelitian perkebunan adalah menghasilkan teknologi dan kebijakan yang bertujuan meningkatkan daya saing industri perkebunan. Varietas unggul komersial yang ditanam di Kebun Bibit Pusat Penelitian Gula Indonesia adalah PS 881, PS 882, PS 864, PS 862, PS 851, Kidang Kencana, Bululawang, PSJT 941.
Pengelolaan kebun pembibitan mencakup pembukaan lahan dan pengolahan tanah, tanam , pemeliharaan, pemupukan, pemberian air, penurunan tanah, perlindungan tanaman, dan seleksi varietas untuk mendapatkan bibit yang murni varietasnya. Selanjutnya dilakukan taksasi untuk mengetahui berapa jumlah bibit tebu yang bisa dihasilkan dari suatu luasan kebun. Kemudian dilakukan sertifikasi sehingga diperoleh bibit tebu yang berkualitas dan bebas hama penyakit sehingga bibit tebu bisa untuk didistribusikan ke instansi-instansi perkebunan terkait.
iv
SUMMARY
Hafiz Ali N 125040200111223. Studi Teknik Pembibitan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Di bawah bimbingan Dr. Ir. Titiek Islami, MS dan Suprihatin SP. sebagai pembimbing lapang.
The sugar cane plant is a familia herbaceous (Gramineae) which has a fairly high economic value that is used as raw sugar. Seedling sugarcane is one of the most important components in the business of acquiring plant sugar cane with a good harvest. Quality seeds is a seed derived from pure types of planting materials and retrieved free of pests and diseases.
To complete the needs of large quantities of sugarcane seedling then conducted gradually starting with nurseries of Garden Seeds Main (KBPU), Garden Seeds Principal (KBP), Garden Seeds Grandma (KBN), Garden Seeds Parent (KBI), and Garden Seeds Flat (KBD).
Internship activities carried out in Institute Sugar Research Indonesian, Pasuruan with practice methods and observations in to collect for primary data collection. The main goal of research is producing plantations and technology policies that aim at improving the competitiveness of the plantation industry. Superior commercial varieties grown in nurseries of Institute Sugar Research Indonesian is PS 881, PS 882, PS 864, PS 862, PS 851, Kidang Kencana, Bululawang, PSJT 941.
The management of nursery gardens include the opening of the land and tillage, planting, fertilizing, maintenance, provision of water, soil degradation, crop protection, and selection of varieties to get pure seeds for next variety. After that, we have taksation to get some estimation to find out what amount of sugarcane seedling can be produced from a garden extents. Then we have to seed cane certification, this have a purpose to get a quality and free of pests diseases so that the seeds can be distributed into sugar cane for plantation agencies.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq
dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan magang kerja
yang berjudul “Studi Teknik Pembibitan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum
L) di PT. Perkebunan Nusantara X Pabrik Gula Ngadiredjo-Kediri”. Laporan ini
disusun sebagai syarat untuk melaksanakan ujian magang kerja yang telah
ditentukan oleh Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Dalam menyelesaikan
laporan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT atas semua nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada
penyusun sehingga dapat meyelesaikan proposal magang kerja dengan tepat
waktu.
2. Ibu Dr. Ir. Titiek Islami, MS. selaku dosen pembimbing utama dan
pembimbing magang yang telah membimbing penyusun untuk penyelesaian
laporan magang kerja ini.
3. Kedua orang tua yang selalu memberi semangat dan doa untuk kesuksesan
penyusun.
4. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
laporan magang kerja ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan magang kerja ini masih terdapat
kekurangan dan masih membutuhkan kritik maupun saran yang dapat membangun
sehingga proposal ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.
Kediri,16 Oktober 2015
Penyusun
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................vi
DAFTAR ISI....................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................1
1. PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Tujuan Magang Kerja...............................................................................................5
2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................6
2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Tebu......................................................................6
2.2 Morfologi Tanaman Tebu........................................................................................6
2.2.1 Batang...............................................................................................................6
2.3 Syarat Tumbuh........................................................................................................9
2.4 Fase Pertumbuhan................................................................................................11
2.5 Teknik Budidaya Tanaman Tebu............................................................................12
3. BAHAN DAN METODE...........................................................................................18
3.1 Waktu dan Tempat...............................................................................................18
Kegiatan Kuliah Kerja Prefesi (KKP) dilakukan di PTP NUSANTARA X PG. Ngadiredjo, Kabupaten Kediri. Waktu pelaksanaan KKP dimulai 1 Juli 2015 sampai 26 september 2015 18
3.2 Metode Pelaksanaan............................................................................................18
Kegiatan Kuliah Kerja Prefesi (KKP)dengan mengikuti dan menjalankan setiap rangkaian kegiatan yang dilakukan di kebun milik PTP NUSANTARA X PG. Ngadiredjo, Kediri. Metode yang digunakan untuk memperoleh data ialah:.................................18
Lampiran 1.......................................................................................................................61
vii
viii
DAFTAR GAMBAR
1
DAFTAR TABEL
2
DAFTAR LAMPIRAN
3
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan bahan baku industri gula yang
merupakan komoditas unggulan dan dibudidayakan di Indonesia. Di Indonesia,
komoditas tebu memiliki sejarah panjang dan berubah-ubah. Sentral penanaman
tebu di Indonesia mulanya terpusat di Pulau Jawa, yang dirintis waktu
kolonialisasi Belanda. Pada waktu itu, penanaman tebu diberlakukan secara paksa
dan perdagangan gulanya dimonopoli oleh Belanda. Dalam beberapa tahun
terakhir, pengembangan tanaman tebu makin meluas ke berbagai daerah, termasuk
dikeluarkannya kebijakan pemerintah untuk pengembangan industri gula di
Kawasan Timur Indonesia (KTI) (Ahira, 2009).
Bibit merupakan salah satu sarana produksi yang tidak boleh diabaikan
peranannya, karena bibit adalah modal utama dalam pengolahan tanaman tebu
untuk mendapatkan hasil tebu dan gula yang lebih tinggi. Untuk mencapai target
produksi, salah satu faktor keberhasilan pabrik gula adalah menyelenggarakan
kebun tebu giling dengan menggunakan bibit yang bermutu. Bibit yang bermutu
adalah bibit yang mempunyai daya kecambah yang tinggi, bebas hama penyakit,
kemurnian tinggi dan daya hasil penangkaran tinggi (Kuntohartono, 1981).
Kebutuhan bibit di lahan kering lebih banyak dibandingkan dengan lahan
sawah. Hal ini terjadi karena rendahnya hasil penangkaran yang diantaranya
disebabkan oleh lahan yang kurang subur, keterbatasan air irigasi, lokasi
pembibitan jauh dari lokasi tanam dan rusaknya bibit dalam perjalanan. Untuk itu
perlu diadakan pengelolaan kebun bibit yang baik. Penyediaan bibit bagi
pertanaman tebu harus dilakukan sesuai dengan tata cara penyediaan bibit yang
benar. Selain itu diperlukan varietas-varietas yang unggul di daerah tegalan yang
tahan kekeringan.
Tujuan akhir dari penyelenggaraan kebun pembibitan adalah menyediakan
bibit sebagai bahan tanam bagi pertanaman tebu giling yang sebaik-baiknya,
dalam arti kuantitas(cukup memenuhi kebutuhan) dan kualitas (murni varietasnya,
sehat, dayadan kecepatan berkecambah yang cukup besar). Untuk menjamin
keberhasilan kualitas dan kuantitas bibit tersebut, maka pengelolaan bibit sejak
dari Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk (KBI) sampai Kebun Bibit
4
Dataran (KBD) perlu diletakkan dalam satu tangan, yakni pabrik gula
(Sedyamidjaja dan Azharni, 1992). Penanganan satu tangan memudahkan
perencanaan komposisi varietas yang akan di tanam di Kebun Tebu Giling (KTG)
dan jumlah bibit yang dibutuhkan setiap tahapan kebun bibit.
Dalam menghasilkan bibit yang unggul tentunya memerlukan suatu proses
yang harus dilakukan dengan baik agar mampu berkontribusi tinggi pada
peningkatan hasil produksi tebu giling atau gula. Dengan demilian praktek
pembibtitan yang tidak diperoleh dalam perkuliahan menjadi salah satu alasan
bahwa magang kerja sangat diperlukan guna menunjang proses pembelajaran
karena dalam magang kerja permasalahan pembibitan, budidaya dan peningkaan
produksi tebu dilapang dapat secara nyata dihadapi. Dengan magang di PTP
NUSANTARA X, dapat diketahui cara-cara perusahaan dalam menghadapi dan
menyelesaikan berbagi permasalahan dalam pembibitan sehingga PTP
NUSANTARA X dapat menghasilkan produk tebu yang berkualitas tinggi.
1.2 Tujuan Magang Kerja
1. Mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang sudah didapat selama perkuliahan
dalam kegiatan magang kerja.
2. Meningkatkan wawasan bagi mahasiswa tentang studi teknik pembibitan tebu
(Saccharum officinarum L.) di PTP NUSANTARA X PG. Ngadiredjo, Kediri.
3. Mendapatkan pengalaman kerja bagi mahasiswa di bidang pertanian.
4. Meningkatkan keterampilan kerja, kedisiplinan, serta kemandirian bagi
mahasiswa sebagai bekal untuk kerja di masa depan.
5. Mengidentifikasi masalah atau kendala yang dihadapi di dalam perusahaan
yang bergerak di bidang pertanian.
5
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Tebu
Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah tanaman untuk bahan baku gula.
Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam
sampai bias dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Tanaman tebu tumbuh
didaerah tropika dan sub tropika sampai batas garis isoterm 200C yaitu antara 390
LU – 350 LS (Sutardjo, 1999).
Menurut Sutardjo (1999) klasifikasi tanaman tebu adalah:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Polaes
Famili : Poaceae
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum L.
Gambar 1. Morfologi Tanaman Tebu
2.2 Morfologi Tanaman Tebu
2.2.1 Batang
Batang tebu berdiri lurus, terdiri dari ruas-ruas dan dibatasi dengan buku-
buku yang pada tiap buku terdapat mata tunas. Tanaman yang tumbuh baik,
tingginya dapat mencapai 3-5 m atau lebih. Kulit batang keras berwarna hijau,
6
kuning, ungu, merah tua atau kombinasinya. Pada batang terdapat lapisan lilin
yang berwarna putih keabu-abuan. Batang tebu beruas-ruas dengan panjang ruas
10-30 cm. ruas batang bawah lebih pendek. Ruas batang berbentk tong, silindris,
kelos, konis terbalik dan cembung cekung. Ruas batang dibatasi oleh buku-buku
yang merupakan tempat kedudukan daun. Setiap ketiak daun terdapat mata tunas
berbentuk bulat atau bulat panjang. Mata tunas ini akan tumbuh menjadi bibit
(Indriani, 1992).
Gambar 2. Batang Tebu
2.2.2 Akar
Tebu mempunyai akar serabut yang panjangnya dapat mencapai satu meter.
Sewaktu tanaman masih muda atau berupa bibit, ada 2 macam akar, yaitu akar
setek dan akar tunas. Akar setek/bibit berasal dari setek batangnya, tidak berumur
panjang, dan hanya berfungsi sewaktu tanaman masih muda. Akar tunas berasal
dari tunas, berumur panjang, dan tetap ada selama tanaman masih tumbuh
(Indriani, 1992).
Gambar 3. Akar Tebu
7
2.2.3 Daun
Daun tebu merupakan daun tidak lengkap, karena hanya terdiri dari pelepah
dan helaian daun, tanpa tangkai daun. Daun berpangkal pada buku batang dengan
kedudukan yang berseling. Pelepah memeluk batang, makin ke atas makin
sempit. Pada pelepah terdapat bulu-bulu dan telinga daun. Pertulangan daun
sejajar (Indriani, 1992).
Gambar 4. Daun Tebu
2.2.4 Bunga
Bunga tebu merupakan bunga majemuk yang tersusun atas malai dengan
pertumbuhan terbatas. Panjang bunga majemuk 70-90 cm. Setiap bunga
mempunyai tiga daun kelopak, satu daun mahkota, tiga benang sari, dan dua
kepala putik (Sutardjo, 1999).
Gambar 5. Bunga Tebu
8
2.2.5 Buah
Buah tebu seperti padi, memiliki satu biji dengan besar lembaga 1/3 panjang
biji. Biji tebu dapat ditanam di kebun percobaan untuk mendapatkan jenis baru
hasil persilangan yang lebih unggul (Indriani, 1992).
2.3 Syarat Tumbuh2.3.1 Iklim
Tanaman tebu dapat tumbuh di daerah beriklim panas dan sedang (daerah
tropik dan subtropik) dengan daerah penyebaran yang sangat luas yaitu antara 35o
LS dan 39o LU. Unsur – unsur iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman tebu
adalah curah hujan, sinar matahari, angin, suhu, dan kelembaban udara (Indriani,
1992).
2.3.2 Curah Hujan
Tanaman tebu banyak membutuhkan air selama masa pertumbuhan
vegetatifnya, namun menghendaki keadaan kering menjelang berakhirnya masa
petumbuhan vegetatif agar proses pemasakan (pembentukan gula) dapat
berlangsung dengan baik. Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase
pertumbuhannya, maka secara ideal curah hujan yang diperlukan adalah 200 mm
per bulan selama 5 – 6 bulan berturutan, 2 bulan transisi dengan curah hujan 125
mm per bulan, dan 4 – 5 bulan berturutan dengan curah hujan kurang dari 75 mm
tiap bulannya. Daerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000
mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan
tebu merupakan daerah yang sesuai untuk pengembangan tanaman tebu (Indriani,
1992).
2.3.3 Sinar Matahari
Radiasi sinar matahari sangat diperlukan oleh tanaman tebu untuk
pertumbuhan dan terutama untuk proses fotosintesis yang menghasilkan gula.
Jumlah curah hujan dan penyebarannya di suatu daerah akan menentukan
besarnya intensitas radiasi sinar matahari. Cuaca berawan pada siang maupun
malam hari bisa menghambat pembentukan gula. Pada siang hari, cuaca berawan
menghambat proses fotosintesis, sedangkan pada malam hari menyebabkan
naiknya suhu yang bisa mengurangi akumulasi gula karena meningkatnya proses
pernafasan (Indriani, 1992).
9
2.3.4 Angin
Angin dengan kecepatan kurang dari 10 km/jam adalah baik bagi
pertumbuhan tebu karena dapat menurunkan suhu dan kadar CO2 di sekitar tajuk
tebu sehingga fotosintesis tetap berlangsung dengan baik. Kecepatan angin yang
lebih dari 10 km/jam disertai hujan lebat, bisa menyebabkan robohnya tanaman
tebu yang sudah tinggi. Akibatnya sukrosa yang telah terbantuk akan digunakan
untuk pertumbuhan tanaman. Hal inilah yang menyebabkan turunnya rendemen.
Angin yang kering disertai suhu yang tinggi dapat meningkatkan penguapan air
sehingga merugikan tanaman tebu (Indriani, 1992).
2.3.5 Suhu
Suhu sangat menentukan kecepatan pertumbuhan tanaman tebu, sebab suhu
terutama mempengaruhi pertumbuhan menebal dan memanjang tanaman ini. Suhu
siang hari yang hangat atau panas dan suhu malam hari yang rendah diperlukan
untuk proses penimbunan sukrosa pada batang tebu. Suhu optimal untuk
pertumbuhan tebu berkisar antara 24 – 30oC, beda suhu musiman tidak lebih dari
6o, dan beda suhu siang dan malam hari tidak lebih dari 100 (Indriani, 1992).
2.3.6 Kelembaban Udara
Kelembaban udarayang cocok untuk pertumbuhan tanaman tebu adalah
kelembaban udara sedang (moderat) dengan derajat lengas 85%, akan tetapi
tanaman ini dapat dibudidayakan pada daerah dengan kelembaban relative 35%
berhasil apabila tersedia air irigasi yang mencukupi (Setyamidjaja, 1992).
2.3.7 Kesesuaian Lahan
Tanah merupakan faktor fisik yang terpenting bagi pertumbuhan tebu.
Tanaman tebu dapat tumbuh dalam berbagai jenis tanah, namun tanah yang baik
untuk pertumbuhan tebu adalah tanah yang dapat menjamin kecukupan air yang
optimal. Tanah yang baik untuk tebu adalah tanah dengan solum dalam (>60 cm),
lempung, baik yang berpasir dan lempung liat. Derajat keasaman (pH) tanah yang
paling sesuai untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 5,5 – 7,0. Tanah dengan pH
di bawah 5,5 kurang baik bagi tanaman tebu karena dengan keadaan lingkungan
tersebut sistem perakaran tidak dapat menyerap air maupun unsur hara dengan
baik, sedangkan tanah dengan pH tinggi (di atas 7,0) sering mengalami
kekurangan unsur P karena mengendap sebagai kapur fosfat, dan tanaman tebu
10
akan mengalami “chlorosis” daunnya karena unsur Fe yang diperlukan untuk
pembentukan daun tidak cukup tersedia. Tanaman tebu sangat tidak menghendaki
tanah dengan kandungan Cl tinggi (Indriani, 1992).
2.4 Fase Pertumbuhan2.4.1 Fase Perkecambahan
Fase perkecambahan adalah perubahan mata tunas tebu yang dorman
menjadi aktif menjadi tunas tebu muda atau kecambah. Fase ini dimulai dengan
pembentukan taji pendek dan akar stek pada umur 1 minggu dan diakhiri pada
fase kecambah pada umur 5 minggu. Kebutuhan ekstrinsik yang diperlukan yaitu
O2, air, dan sinar matahari, sedangkan kebutuhan intrinsik seperti hormon sudah
tersedia di dalam stek. Perkecambahan yang baik berarti modal pokok dalam
budidaya tebu dan tunas kecambah akan dianggap memadai bila ada 3-4
kecambah per meter juringan.
2.4.2 Fase Pertunasan
Fase pertunasan dimulai dari umur 5 minggu sampai umur 3,5 bulan.
Proses keluarnya tunas-tunas/anakan dari pangkal tebu muda mulai berlangsung
pada umur 1,5 bulan sampai umur 3-4 bulan tergantung dari varietasnya. Proses
pertunasan membutuhkan air, sinar matahari, oksigen, hara N dan P. Pertunasan
yang baik terjadi jika setiap rumpun terdiri dari 1 batang induk tebu dengan 4-6
tunas anakan.
2.4.3 Fase Perpanjangan Batang
Fase perpanjangan batang atau pertumbuhan besar berlangsung selama 6
bulan. Dimulai pada umur 3,5 bulan sampai 9 bulan. Pada fase ini biomassa tebu
bertambah secara eksponensial dengan daun bertambah banyak, batang membesar
diameternya, dan terutama batang bertambah panjang dengan menumbuhkan ruas-
ruasnya.
2.4.4 Fase Pengisian Gula
Merupakan fase yang terjadi setelah pertumbuhan vegetatif menurun dan
sebelum batang tebu mati. Fase ini dikenal dengan fase kemasakan karena proses
pengisian gula hasil fotosintesis yang terjadi lebih besar daripada perombakan
gula untuk pertumbuhan vegetatif tebu. Pada fase ini air di tanah harus sudah
menipis sampai habis, kadar N di tanah sudah habis dan atau beda suhu udara
malam-siang besar sekali. Kondisi lingkungan ini biasanya terjadi di akhir musim
11
hujan yakni Mei sampai Juli. Sedangkan sumber sinar matahari harus penuh
menyinari tajuk tebu. Jika kondisi yang diharapkan tidak terjadi maka dapat
diberikan zat pemacu kemasakan. Pada fase ini gula didalam batang tebu mulai
terbentuk hingga titik optimal, kurang lebih terjadi pada bulan Agustus,dan
setelah itu remdemennya berangsur-angsur menurun. Tahap pemasakan inilah
yang disebut dengan tahap penimbunan rendemen gula.
2.4.5 Fase Kematian
Fase ini dapat datang lebih awal atau bahkan tidak terjadi sama sekali,
bergantung pada ketersediaan air di tanah. Pada fase ini tebu mulai kekurangan
nira dan air dalam tubuhnya sehingga berat dan rendemennya menurun. Upaya
untuk mencegah berlanjutnya fase ini adalah dengan pengairan yang ditujukan
untuk mempertahankan batang-batang tua yang mengalami dehidrasi.
2.5 Teknik Budidaya Tanaman Tebu
2.5.1 Pembibitan
Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu
giling. Bibit yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik
dan sehat juga. Penurunan produksi tebu antara lain disebabkan pembibitan yang
kurang baik. Bibit tanaman tebu terbagi menjadi berbagai macam antara lain:
1. Bibit pucuk
Bibit diambil dari bagian pucuk tebu yang akan digiling berumur 12 bulan.
Jumlah mata (bakal tunas baru) yang diambil 2-3 sepanjang 20 cm. Daun kering
yang membungkus batang tidak dibuang agar melindungi mata tebu. Biaya bibit
lebih murah karena tidak memerlukan pembibitan, bibit mudah diangkut karena
tidak mudah rusak, pertumbuhan bibit pucuk tidak memerlukan banyak air.
Penggunaan bibit pucuk hanya dapat dilakukan jika kebun telah berporduksi.
2. Bibit batang muda / bibit mentah / bibit krecekan.
Berasal dari tanaman berumur 5-7 bulan. Seluruh batang tebu dapat diambil
dan dijadikan 3 stek. Setiap stek terdiri atas 2-3 mata tunas. Untuk mendapatkan
bibit, tanaman dipotong, daun pembungkus batang tidak dibuang.1 hektar
tanaman kebun bibit bagal dapat menghasilkan bibit untuk keperluan 10 hektar.
12
3. Bibit rayungan
Bibit diambil dari tanaman tebu khusus untuk pembibitan berupa stek yang
tumbuh tunasnya tetapi akar belum keluar. Bibit ini dibuat dengan cara:
a. Melepas daun-daun agar pertumbuhan mata tunas tidak terhambat.
b. Batang tanaman tebu dipangkas 1 bulan sebelum bibit rayungan dipakai.
c. Tanaman tebu dipupuk sebanyak 50 kg/ha Bibit ini memerlukan banyak air
dan pertumbuhannya lebih cepat daripada bibit bagal. 1 hektar tanaman
kebun bibit rayungan dapat menghasilkan bibit untuk 10 hektar areal tebu.
Kelemahan bibit rayungan adalah tunas sering rusak pada waktu
pengangkutan dan tidak dapat disimpan lama seperti halnya bibit bagal.
4. Bibit siwilan
Bibit ini diambil dari tunas-tunas baru dari tanaman yang pucuknya sudah
mati. Perawatan bibit siwilan sama dengan bibit rayungan.
Pengolahan media tanam terdapat dua jenis cara mempersiapkan lahan
perkebunan tebu yaitu cara reynoso dan bajak. Persiapan disebut juga dengan cara
cemplongan dan dilakukan di tanah sawah. Pada cara ini tanah tidak seluruhnya
diolah, yang digali hanya lubang tanamnya (Sutardjo, 1999).
2.5.2 Penanaman
Penentuan Pola Tanam Umumnya tebu ditanam pada pola monokultur pada
bulan Juni-Agustus (di tanah berpengairan) atau pada akhir musim hujan (di tanah
tegalan/sawah tadah hujan). Terdapat dua cara bertanam tebu yaitu dalam aluran
dan pada lubang tanam.
1. Pada aluran cara pertama bibit diletakkan sepanjang aluran, ditutup tanah
setebal 2-3 cm dan disiram.
2. Pada lubang tanam, bibit diletakan melintang sepanjang solokan penanaman
dengan jarak 30-40 cm.
Pada kedua cara di atas bibit tebu diletakkan dengan cara direbahkan. Bibit
yang diperlukan dalam 1 ha adalah 20.000 bibit. Cara penanaman sebelum tanam,
tanah disiram agar bibit bisa melekat ke tanah.
a. Bibit stek (potongan tebu) ditanam berimpitan secara memanjang agar
jumlah anakan yang dihasilkan banyak. Dibutuhkan 70.000 bibit stek/ha.
13
b. Untuk bibit bagal/generasi, tanah digaris dengan kedalaman 5-10 cm, bibit
dimasukkan ke dalamnya dengan mata menghadap ke samping lalu bibit
ditimbun dengan tanah. Untuk bibit rayungan bermata satu, bibit dipendam
dan tunasnya dihadapkan ke samping dengan kemiringan 45 derajat,
sedangkan untuk rayungan bermata dua bibit dipendam dan tunasnya
dihadapkan ke samping dengan kedalaman 1 cm. Satu hari setelah tanam
lakukan penyiraman jika tidak turun hujan. Penyiraman ini tidak boleh
terlambat tetapi juga tidak boleh terlalu banyak. Kebutuhan bibit tebu per ha
antara 60-80 kwintal atau sekitar 10 mata tumbuh per meter kairan.
Sebelum ditanam bibit perlu diberi perlakuan sebagai berikut:
1. Seleksi bibit untuk memisahkan bibit dari jenis-jenis yang tidak dikehendaki
2. Sortasi bibit untuk memilih bibit yang sehat dan benarbenar akan tumbuh
serta memisahkan bibit bagal yang berasal dari bagian atas, tengah dan
bawah.
3. Pemotongan bibit harus menggunakan pisau yang tajam dan setiap 3-4 kali
pemotongan pisau dicelupkan kedalam lisol dengan kepekatan 20%
4. Memberi perlakuan air panas (hot water treatment) pada bibit dengan
merendam bibit dalam air panas (500C) selama 7 jam kemudian merendam
dalam air dingin selama 15 menit. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga bibit
bebas dari hama dan penyakit
Bibit yang telah siap tanam ditanam merata pada kairan. Penanaman bibit
dilakukan dengan menyusun bibit secara over lapping atau double row atau end to
end dengan posisi mata disamping. Hal ini dimaksudkan agar bila salah satu tunas
mati maka tunas disebelahnya dapat menggantikan. Bibit yang telah ditanam
kemudian ditutup dengan tanah setebal bibit itu sendiri. Akan tetapi bila pada saat
tanam curah hujan terlalu tinggi, maka bibit ditanam sebaiknya ditanam dengan
cara baya ngambang atau bibit sedikit terlihat.
Pada tanaman ratoon, penggarapan tebu keprasan berbeda dengan tebu
pertama. Pengeprasan tebu dimaksudkan untuk menumbuhkan kembali bekas tebu
yang telah ditebang. Kebun yang akan dikepras harus dibersihkan dahulu dari
kotoran-kotoran bekas tebangan yang lalu. Setelah kebun selesai dibersihkan
barulah pengeprasan dapat dimulai. Pelaksanaan pengeprasan haruslah dilakukan
14
secara berkelompok dan perpetak. Pengeprasan jangan dilakukan secara
terpencar-pencar karena akan mengakibatkan pertumbuhan tebu tidak merata
sehingga penuaannya menjadi tidak merata dan menyulitkan pemilihan dan
penebangan tanaman yang akan dipanen. Seminggu setelah dikepras, tanaman
diairi dan dilakukan penggarapan (jugaran) sebagai bumbun pertama dan
pembersihan rumput-rumputan. Tujuan penggarapan ini adalah memperbaharui
akar tua dan akar putus diganti akar muda, sehingga mempercepat pertumbuhan
tunas dan anakan. Selain itu tanah menjadi longgar sehingga pupuk akan dengan
mudah masuk kedalam tanah (Sutardjo, 1999).
2.5.3 Penyulaman
Menurut (Sutardjo, 1999) Penyulaman dilakukan dengan bebagai ketentuan antara
lain:
a. Sulaman pertama untuk tanaman yang berasal dari bibit rayungan bermata
satu dilakukan 5-7 hari setelah tanam. Bibit rayungan sulaman disiapkan di
dekat tanaman yang diragukan pertumbuhannya. Setelah itu tanaman
disiram. Penyulaman kedua dilakukan 3-4 minggu setelah penyulaman
pertama.
b. Sulaman untuk tanaman yang berasal dari bibit rayungan bermata dua
dilakukan tiga minggu setelah tanam (tanaman berdaun 3-4 helai). Sulaman
diambil dari persediaan bibit dengan cara membongkar tanaman beserta
akar dan tanah padat di sekitarnya. Bibit yang mati dicabut, lubang diisi
tanah gembur kering yang diambil dari guludan, tanah disirami dan bibit
ditanam dan akhirnya ditimbun tanah. Tanah disiram lagi dan dipadatkan.
c. Sulaman untuk tanaman yang berasal dari bibit pucuk. Penyulaman pertama
dilakukan pada minggu ke 3. Penyulaman kedua dilakukan bersamaan
dengan pemupukan dan penyiraman ke dua yaitu 1,5 bulan setelah
tanam.Kedua penyulaman ini dilakukan dengan cara yang sama dengan
point (b) di atas.
d. Penyulaman ekstra dilakukan jika perlu beberapa hari sebelum
pembumbunan ke 6. Adanya penyulaman ekstra menunjukkan cara
penanaman yang kurang baik.
15
e. Penyulaman bongkaran. Hanya boleh dilakukan jika ada bencana alam atau
serangan penyakit yang menyebabkan 50% tanaman mati. Tanaman sehat
yang sudah besar dibongkar dengan hati-hati dan dipakai menyulan tanaman
mati. Kurangi daun-daun tanaman sulaman agar penguapan tidak terlalu
banyak dan beri pupuk 100-200 Kg/ha.
2.5.4 Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan bersamaan dengan saat pembubunan tanah dan
dilakukan beberapa kali tergantung dari pertumbuhan gulma. Pemberantasan
gulma dengan herbisida di kebun dilaksanakan pada bulan Agustus sampai
November dengan campuran 2-4 Kg Gesapas 80 dan 3-4 Kg Hedanol power
(Sutardjo, 1999).
2.5.5 Pembubunan
Menurut (Sutardjo, 1999) sebelum pembubunan tanah harus disirami sampai
jenuh agar struktur tanah tidak rusak. Dengan cara:
a. Pembumbunan pertama dilakukan pada waktu umur 3-4 minggu. Tebal
bumbunan tidak boleh lebih dari 5-8 cm secara merata. Ruas bibit harus
tertimbun tanah agar tidak cepat mengering.
b. Pembumbunan ke dua dilakukan pada waktu umur 2 bulan.
c. Pembumbunan ke tiga dilakukan pada waktu umur 3 bulan.
d. Perempalan Daun-daun kering harus dilepaskan sehingga ruas-ruas tebu
bersih dari daun tebu kering dan menghindari kebakaran.
Bersamaan dengan pelepasan daun kering, anakan tebu yang tidak tumbuh
baik dibuang. Perempalan pertama dilakukan pada saat 4 bulan setelah tanam dan
yang kedua ketika tebu berumur 6-7 bulan.
2.5.6 Pemupukan
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu saat tanam atau sampai 7 hari setelah
tanam dengan dosis 7 gram urea, 8 gram TSP dan 35 gram KCl per tanaman (120
kg urea, 160 kg TSP dan 300 kg KCl/ha).dan (2) pada 30 hari setelah pemupukan
ke satu dengan 10 gram urea per tanaman atau 200 kg urea per hektar. Pupuk
diletakkan di lubang pupuk (dibuat dengan tugal) sejauh 7-10 cm dari bibit dan
ditimbun tanah. Setelah pemupukan semua petak segera disiram supaya pupuk
tidak keluar dari daerah perakaran tebu. Pemupukan dan penyiraman harus selesai
16
dalam satu hari. Agar rendeman tebu tinggi, digunakan zat pengatur tumbuh
seperti Cytozyme (1 liter/ha) yang diberikan dua kali pada 45 dan 75 Hari
(Sutardjo, 1999).
2.5.7 Pengairan dan Penyiraman
Menurut (Sutardjo, 1999) pengairan dilakukan dengan berbagai cara:
a. Air dari bendungan dialirkan melalui saluran penanaman.
b. Penyiraman lubang tanam ketika tebu masih muda. Waktu tanaman berumur
3 bulan, dilakukan pengairan lagi melalui saluran-saluran kebun.
c. Air siraman diambil dari saluran pengairan dan disiramkan ke tanaman. d)
Membendung got-got sehingga air mengalir ke lubang tanam.
Pengairan dilakukan pada saat:
a. Waktu tanam
b. Tanaman berada pada fase pertumbuhan vegetative
c. Pematangan.
2.5.8 Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)
Cara pemberantasan hama dan penyakit yang biasa dilakukan ialah dengan
pengendalian biologis, kimiawi dengan penyemprotan pestisida misalnya Toedan,
Zhepin atau Furadan 3G (Sutardjo, 1999).
17
3. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan Kuliah Kerja Prefesi (KKP) dilakukan di PTP NUSANTARA X
PG. Ngadiredjo, Kabupaten Kediri. Waktu pelaksanaan KKP dimulai 1 Juli 2015
sampai 26 september 2015
3.2 Metode Pelaksanaan
Kegiatan Kuliah Kerja Prefesi (KKP)dengan mengikuti dan menjalankan
setiap rangkaian kegiatan yang dilakukan di kebun milik PTP NUSANTARA X
PG. Ngadiredjo, Kediri. Metode yang digunakan untuk memperoleh data ialah:
3.2.1 Praktek Kerja Aktif
Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui serangkaian proses teknik
pembibitan tebu di lapangan dengan cara mengikuti dan melaksanakan semua
kegiatan yang berhubungan dengan teknik pembibitan tebu secara langsung.
3.2.2 Diskusi dan Wawancara Dengan Pembimbing Lapang serta Petani
Melalui diskusi dan wawancara ini dapat diperoleh informasi lengkap
mengenai sistem pembibitan dan informasi lainnya tentang pengetahuan yang
ingin diperoleh dari magang kerja.
3.2.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan data selama magang yang akan diolah menjadi laporan
diperoleh dari:
1. Pengumpulan Data Primer
Data primer didapatkan setelah mengamati dan mengikuti praktek kerja
secara langsung sesuai dengan aktivitas yang sedang berlangsung di PTP
NUSANTARA X PG. Ngadiredjo, Kediri. Selain itu, juga melakukan diskusi dan
wawancara dengan pembimbing lapang dan petani secara aktif mengenai proses
teknik pembibitan tebu.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dengan membaca pustaka berupa buku, jurnal,
laporan hasil penelitian, serta literatur-literatur lainnya yang berkaitan dengan
teknik pembibitan tebu.
18
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Sejarah Perusahaan
Pertama kali pabrik gula Ngadiredjo Kediri didirikan pada tahun 1912 oleh
perusahaan swasta belanda yaitu NV HVA (Handle Verniging Amsterdams). PG
Ngadiredjo teletak di desa Jambean, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri. Seiring
dengan berjalannya waktu PG. Ngadiredjo terus mengalami perkembangan.
Tahun 1942 penjajah Jepang masuk Indonesia, operasional pabrik diambil alih
oleh Jepang sampai tahun 1945, kemudian dikembalikan kepemilik semula yaitu
NV HVA pada agresi militer Belanda II (1945-1957). Pada tahun 1957 PG.
Ngadiredjo diambil alih oleh pemerintah Indonesia (Nasionalisasi Perusahaan-
Perusahaan Asing). Kemudian pada tahun 1963, PP NO.1 dan 2 mengadakan
reorganisasi membentuk BPU.PPN-GULA. Tetapi pada tahun 1968 BPU.PPN-
GULA dibubarkan dan dibentuk direksi PN.Perkebunan (PNP). Berdasarkan PP
NO 14. Pada tahun 1973 PP No.23, menggabungkan PNP XXI dengan PNP XXII
menjadi PT. Perkebunan XXI-XXII dimana PG. Ngadiredjo bernaung
didalamnya. Akhirnya pada tahun 1996, restrukturisasi BUMN melalui Kepala
Menteri Kehakiman No.52.8338 HT.01.01 tanggal 11-03-1996 PT perkebunan
XXI-XXII, pabrik karung kecengakan, perkebunan tembakau Klaten menjadi PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA X yang memilikiunit usaha 11 unit pabrik gula,
2 unit perkebunan tembakau cerutu (Eksport) beserta pabrik cerutunya, 3 unit
rumah sakit (untuk karyawan dan umum) dan unit pabrik karung.
Pabrik Gula Ngadiredjo sebagai BUMN dalam melaksanakan kegiatannya,
mengemban misi “TRI DARMA PERKEBUNAN” yaitu menghasilkan devisa
Pabrik Gula Ngadiredjo juga sebagai “Agent Development” atau sebagai
penggerak pembangunan yang membantu tercapainya peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Hal ini direalisir dalam bentuk Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi
(PUKK). Diantara PUKK yang mendapatkan binaan dari PG Ngadiredjo ialah
industri gula kelapa, pengusaha tanaman hias, para petani melalui kredit, industri
rumah tangga sirup jahe serta border.
4.1.2 Kondisi Geografis Pabrik Gula Ngadiredjo
1.Keadaan tanah
19
Keadaan tanah Desa Jambean dan sekitarnya adalah tanah yang subur dan
cocok untuk ditanami padi, umbi-umbian dan tebu. Dengan semakin pesatnya
perkembangan kota Kediri sehingga mengakibatkan bekurangnya lahan tanah
akibat didirikannya pabrik-pabrik dan perumahan. Untuk menambah tebu sendiri
di daerah sekitar pabrik kekurangan bahan baku yang diambilkan dari wilayah se-
Karisidenan Kediri
2.Pengadaan Air
Sekitar PG. Ngadiredjo terdapat sungai yang mempunyai debit air yang
mencukupi kebutuhan pabrik sehingga pengadaan air tidak menjadi masalah bagi
PG. Ngadiredjo. Sungai-sungai yang mengaliri PG. Ngadiredjo yaitu Sungai
Brantas.
Pengairan :
- Teknis : 5%
- Pompa : 45%
- Tadah Hujan : 50%
- Lainya : -
3. Iklim
4. Data Curah Hujan dan Hari Hujan
4.1.3 Kebeadaan Pabrik Gula Ngadiredjo
Pabrik Gula Ngadiredjo sebagai asset Negara yang bernilai milyaran
rupiah. Perusahaan yang begerak disektor riil yang banyak menyerap tenaga kerja
mulai hulu sampai hilir (mulia mengolah tanah, menanam sampai menjadi
produksi gula). Rinciannya sebagai berikut dari berbagai kegiatan:
- Karyawan PG. Ngadiredjo 1500 orang dengan 1 istri 2 anak = 6000
jiwa
- Sopir truk tebu 500 orang dengan 1 istri 2 anak = 2000 jiwa
- Penebang (1 truk dilayani 3 orang) dengan 1 istri 2 anak = 6000 jiwa
- Petani tebu 20000 orang dengan 1 istri 2 anak = 80000 jiwa
- Leveransir barang-barang ke pabrik
- Penjual makanan disekitar pabrik gula dan dilahan sawah
- Pemborong peralatan pabrik
20
- Sopir dan kernet pengambil gula
- Sopir dan kernet pengambil tetes
- Sopir dan kernet pembuang abu blotong
- Pembinaan Bina Lingkungan antara lain : Sepak bola, donor darah,TK
dll
4.1.4 Areal dan Produksi
Penyediaan areal tanaman tebu sejak berdirinya pabrik hingga tahun 1975
dipenuhi lahan HGU (Hak Guna Usaha) dan lahan sewa kepada petani. Terbitnya
INPRES No. 9 Th. 1975 menetapkan bahwa penyediaan areal tanaman tebu
dengan system sewa dihapus dan diganti dengan sistem Tebu Rakyat Intensifikasi
(TRI) dengan sistem Bimas hingga tahun 1996. Pada tahun 1997, INPRES No. 9
Th. 1975 dicabut dan diganti Sistem Tebu Rakyat (TR) yang berazaskan
“kemitraan” antar petani dan PG agar dapat lebih memperdayakan patani atau
petani lebih berperan sebagai subyek/penentu. Luas lahan TR PG. Ngadiredjo
14000 ha yang berada di Kabupaten Kediri dan Kabupaten Blitar.
4.1.5 Gambaran Umum Areal Pabrik Gula Ngadiredjo
1. Gambaran Umum PG. Ngadiredjo
PG. Ngadiredjo secara administrative berada di Desa Jambean, Kelurahan
Jambean, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri, Propinsi Jawa Timur 64102.
Letaknya 170 km dari Ibukota Propinsi dan 20 km dari Ibukota Kabupaten.
Lokasi pabrik ini berada didaerah yang strategis karena dekat dengan produksi
bahan baku, transportasi, sumber air maupun tenaga kerja.
- Batas-batas PG. Ngadiredjo yaitu:
Sebelah Utara : Emplasemen Lori
Sebelah Selatan : Desa Jambean, Kecamatan Kras
Sebalah Timur : Jalan Kediri Tulungagung
Sebelah Barat : Desa Jambean, Kecamatan Kras
2. Lay Out PG. Ngadiredjo
Lay Out pabrik disusun sedemikian rupa sehingga proses produksi
dapat berjalan lancer. Dasar-dasar pemilihan lay out PG. Ngadiredjo adalah:
- Memudahkan operasional proses-proses produksi, baik pada
proses produksi utama maupun proses penunjang
21
- Memudahkan transportasi menuju maupun didalam lingkungan
pabrik
- Memudahkan proses pengonrolan, perawatan dan perbaikan
peralatan-peralatan produksi, baik diluar masa giling (LMG)
maupun didalam masa giling (DMG), dengan memperhatikan
asas-asas egronomi dan K-3
- Menyediakan ruang untuk peluang peningkatan kapasitas
pabrik.
4.1.6 Pembibitan
Produksi tanaman tebu sangat dipengaruhi oleh bibit. Bibit yang
digunakan harus memenuhi standar mutu bibit, adapun kriterianya : (a) bibit
sehat (tidak terserang hama dan penyakit), (b) tanaman bibit yang digunakan
cukup umur sesuai dengan varietas, (c) kemurnian bibit (tidak tercampur varietas
lain), (d) batang normal dan segar, mata tunas tidak coklat.
Bibit tebu yang digunakan di PG. Ngadiredjo ialah bibit bagal dan bibit
budchips. Untuk bibit yang akan ditanam harus sesuai dengan kondisi tipologi
wilayah kemasakan (masak awal : 10-12 bulan, masak tengah : 12-13 bulan dan
masak akhir : 14 bulan). Tebang masak awal pada bulan Mei-Juli, tebang masak
tengah pada bulan Juli-Agustus, tebang masak akhir pada bulan Agustus-Oktober.
Dalam memilih bibit harus memperhatikan asal-usul dan jenis bibit yang akan
ditanam
PG. Ngadiredjo memperoleh bibit dari Puslit (Pusat Penelitian) jengkol
yang merupakan tempat penelitian tanaman tebu di kawasan PTPN X dan
dikembangkan menjadi Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk (KBI).
Dalam tiap wilayah harus mempunyai satu kebun bibit induk (KBI) dan kebun
bibit datar (KBD) yang nantinya digunakan untuk penanaman dalam tebu giling.
4.1.7 Diskripsi Varietas
PG Ngadiredjo mengembangkan sekitar 21 varietas kebun bibitnya.
Varietas yang paling banyak dikembangkan atau paling banyak ditanam ialah
varietas bululawang atau BL, PS 862, dan SS57. Varietas-varietas tersebut banyak
ditanam karena selain dapat tumbuh baik pada wilayah PG Ngadiredjo juga
memiliki produksi dan randemen yang tinggi. Pada wilayah TR, varietas BL
22
ditanam pada lahan seluas 10 Ha. PS 862 107,5 Ha, dan SS7 30,3 Ha. Dari luasan
total bibit TR seluas 198,5 Ha.
A. Varietas PS 862
Sifat-sifat botanis
Batang:
- Ruas-ruas tersusun lurus agak berbiku, berbentuk konis sampai kumparan
dengan penampang melintang bulat.
- Warna ruas hijau kekuningan
- Lapisan lilin sedang mempengaruhi warna ruas
- Noda gabus, retak gabus dan retakan tumbuh tidak ada
- Alur mata sempit, dangkal, tidak mencapai tengah ruas
- Buku ruas berbentuk konis terbalik, mata akar terdiri dari 2 - 3 baris, baris
paling atas tidak melewati puncak mata
- Teras berlobang agak besar
Daun:
- Helai daun berwarna hijau, ukuran lebar daun sedang, ujung melengkung
kurang dari setengah panjang helai daun
- Pada pelepah terdapat telinga dengan pertumbuhan kuat dan kedudukan
tegak
- Rambut pelepah lebat, condong, panjang 2-3 mm, membentuk jalur sempit
tidak mencapai ujung pelepah daun
Mata:
- Terletak pada bekas pangkal pelepah daun
- Berbentuk bulat dengan bagian terlebar pada tengah mata
- Pusat tumbuh terletak di atas tengah mata
- Tepi sayap mata rata, pangkal sayap di atas tengah tepi mata
- Rambut tepi basal dan rambut jambul tidak ada
Sifat-sifat agronomis
Pertumbuhan
- Perkecambahan sedang
- Berbunga sedang
- Diameter batang besar
23
- Kerapatan batang sedang
Potensi produksi di ekolokasi unggulan
Lahan Sawah
- Hasil tebu 993 ± 370 ku/ha
- Rendemen 9,45 ± 1,51%
- Hasil hablur 91,0 ± 29,1 ku/ha
Lahan tegalan
- Hasil tebu 883± 175ku/ha
- Rendemen 10,87 ± 1,21 %
- Hasil hablur 97,4 ± 2,04 ku/ha
Pola Keprasan
- Hasil tebu 928 ± 75 ku/ha
- Rendemen 10,80 ± 0,50 %
- Hasil hablur 103,0 ± 10,2ku/ha
Ketahanan terhadap hama penyakit
- Hama : toleran terhadap serangan alami penggerek pucuk dan penggerek
batang
- Penyakit : tahan terhadap mosaik dan blendok, peka terhadap pokahboeng
B . Varietas Bululawang
Sifat-sifat morfologis
Batang
- Bentuk batang : silindris dengan penampang bulat
- Warna batang : coklat kemerahan
- Lapisan lilin : sedang – kuat
- Retakan batang : tidak ada
- Cincin tumbuh : melingkar datar di atas pucuk mata
- Teras dan lubang : massif
Daun
- Warna daun : hijau kekuningan
- Ukuran daun : panjang melebar
- Lengkung daun : kurang dari ½ daun cenderung tegak
24
- Telinga daun : pertumbuhan lemah sampai sedang,
kedudukan serong
- Bulu punggung : ada, lebat, condong membentuk jalur lebar
Mata
- Letak mata : pada bekas pangkal pelepah daun
- Bentuk mata : segitiga dengan bagian terlebar di bawah
tengah-tengah mata
- Sayap mata : tepi sayap mata rata
- Rambut basal : ada
- Rambut jambul : ada
Sifat-sifat agronomis
Pertumbuhan
- Perkecambahan : lambat
- Diameter batang : sedang sampai besar
- Pembungaan : berbunga sedikit sampai banyak
- Kemasakan : tengah sampai lambat
- Kadar sabut : 13-14 %
- Koefisien daya tahan : tengah – panjang
Potensi hasil
- Hasil tebu (ton/ha) : 94,3
- Rendemen (%) : 7,51
- Hablur gula (ton/ha) : 6,90
Ketahanan Hama dan Penyakit
- Penggerek batang : peka
- Penggerek pucuk : peka
- Blendok : peka
- Pokahbung : moderat
- Luka api : tahan
- Mosaik : tahan
C . Varietas SS 57
Sifat Morfologi
Batang
25
- Bentuk ruas : Silindris, susunan antar ruas lurus sampai berbiku, dengan
penampang melintang bulat
- Warna batang : hijau kekuningan, menjadi coklat keunguan bila terpapar
sinar matahari
- Lapisan lilin : ada di sepanjang ruas, tipis tidak mempengaruhi warna ruas
- Retakan tumbuh : tidak ada
- Cincin tumbuh : melingkar datar di atas puncak mata, dengan warna kuning
kehijauan
- Teras dan lubang : massif
- Bentuk buku ruas : konis, dengan 2-3 baris mata akar, baris paling atas tidak
melewati puncak mata
- Alur mata : tidak ada
Daun
- Warna daun : hijau muda
- Ukuran lebar daun : lebar (lebih dari 6 cm)
- Lengkung daun : melengkung kurang dari ½ panjang daun
- Telinga daun : ada, lemah-sedang, dengan kedudukan serong
- Bulu bidang punggung : tidak ada
- Sifat lepas pelepah : mudah
Mata
- Letak mata : pada bekas pangkal pelepah
- Bentuk mata : bulat telur, dengan bagian terlebar di tengah
- Sayap mata : berukuran sama lebar, dengan tepi sayap bergerigi
- Rambut tepi basal : tidak ada
- Rambut jambul : tidak ada
- Pusat tumbuh : di atas tengah mata
Sifat-sifat agronomis
Pertumbuhan
- Perkecambahan : cepat, seragam
- Awal pertunasan : cepat
- Kerapatan batang : sedang (8-10 batang/meter)
- Diameter batang : sedang – besar
26
- Pembungaan : sporadic
- Kemasakan : tengah – lambat
- Daya kepras : baik
Potensi produksi
Lahan sawah :
- Hasil tebu (ku/ha) : 1.125 ± 325
- Rendemen (%) : 10,99 ± 1,65
- Hasil hablur (ku/ha) : 110,6 ± 22,1
Lahan tegalan :
- Hasil tebu (ku/ha) : 992 ± 238
- Rendemen (%) : 9,51 ± 0,88
- Hasil hablur (ku/ha) : 95,4 ± 25,5
Ketahanan hama dan penyakit
- Penggerek batang : tahan
- Penyakit blendok : tahan
- Pokkahbung : tahan
- Luka api : tahan
Kesesuaian lokasi:
- Cocok untuk lahan tegalan dan sawah jenis tanah mediteran dengan iklim
C3, Kambisol C3, Aluvial C2 dan Grumusol C2.
Kadar sabut : + 13,05
D . Varietas PS 851
Sifat-sifat botanis
Batang:
- Ruas-ruas tersusun agak berbiku, berbentuk konis dengan penampang
melintang agak pipih sampai bulat.
- Warna ruas hijau kekuningan
- Lapisan lilin tebal mempengaruhi warna ruas
- Noda gabus, retak gabus dan retakan tumbuh tidak ada
- Alur mata tidak ada
- Buku ruas berbentuk silindris, mata akar terdiri dari 2 sampai 3 baris, baris
paling atas tidak melewati puncak mata
27
- Teras massif
Daun
- Helai daun berwarna hijau kekuningan, ukuran lebar daun sempit, ujung
melengkung kurang dari setengah panjang helai daun
- Pada pelepah terdapat telinga dengan pertumbuhan sedang dan kedudukan
tegak
- Rambut pelepah lebat, condong, panjang 2-3 mm
- Membentuk jalur lebar tidak mencapai ujung pelepah daun
Mata
- Terletak pada bekas pangkal pelepah daun
- Berbentuk bulat dengan bagian terlebar pada tengah mata
- Pusat tumbuh terletak di atas tengah mata
- Tepi sayap mata rata, pangkal sayap di atas tengah tepi mata
- Rambut tepi basal dan rambut jambul tidak ada
Sifat-sifat agronomis
Pertumbuhan
- Perkecambahan sedang
- Tidak berbunga- berbunga sporadis
- Diameter batang sedang
- Kerapatan batang sedang
Potensi produksi di ekolokasi unggulan
Lahan Sawah
- Hasil tebu 1050 ± 465 ku/ha
- Rendemen 9,03 ± 2,73 %
- Hasil hablur 86,4 ± 27,2 ku/ha
Lahan tegalan
- Hasil tebu 739 ± 280 ku/ha
- Rendemen 10,74 ± 1,35 %
- Hasil hablur 76,8 ± 22,3 ku/ha
Pola Keprasan
- Hasil tebu 760 ± 430 ku/ha
28
- Rendemen 11,10 ± 2,20 %
- Hasil hablur 78,1 ± 29,3 ku/ha
Ketahanan terhadap hama penyakit
- Hama : toleran terhadap serangan alami penggerek pucuk dan penggerek
4.1.8 Alur pembibitan
PG Ngadiredjo melakukan banyak sekali kegiatan sebelum pembibitan.
Tujuannya untuk menjamin varietas uyang ditanam ialah varietas yang unggul dan
dapat tumbuh dengan baik di wilayah kebun tersebut. Berikut adalah diagram
akhir pra pembibitan PG Ngadiredjo.
29
Seluruh PG
(PTPN X)
PG. Ngadirejo
Menteri pertanian
8 varietas yang di minati
Rating varietass
Percobaan
Orvar & Warteeb
KTG
KBI
KBD
KBN
KBP
Varietas non bina P3GI
Varietas binaKBPU
Gambar 6. Diagram alir kegiatan pembibitan
Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) adalah sebuah
lembaga yang berfungsi menciptakan varietas-varietas unggul yang baru yang
dihasilkan dari suatu persilangan. Sebelum dilepas menjadi varietas bina melalui
tim pelepas departemen pertanian, varietas-varietas tersebut masih perlu dilakukan
uji adaptasi. Untuk mengetahui tingkat produktivitas, toleransi hama dan penyakit.
Kemampuan beradaptasi pada kondisi lingkungan, cuaca dan pola budidaya di
suatu wilayah. Biasanya uji adaptasi dilakukan oleh masing-masing PG meliputi
orientasi varietas atau ORVAR dan warung tebu atau WARTEB. Tujuan
pelaksanaan ORVAT dan WARTEB ini adalah untuk mencari varietas unggul
yang baru dari beberapa varietas P3GI Pasuruan., yang ditanam di sawah atau
tegal. Untuk mengantisipasi kemerosotan hasil produksi tebu yang mengalami
degenerasi. Percobaan tersebut dilakukan dengan cara berjenjang, dari kebun
percobaan ORVAR, tebu ditanam sampai umur 12 bulan kemudian ditanam di
skala yang lebih luas lagi yaitu pada kebun percobaan WARTEB untuk
mengetahui kestabilan pertumbuhan dan produktivitas suatu varietas. Dalam
percobaan ORVAR dan WARTEB, biasanya ditanam lebih dari 8 varietas, dengan
dilakukan 3x ulangan pada masing-masing varietas tersebut. Pengamatan yang
dilakukan pada perkebunan ORVAR dan WARTEB sama, yaitu meliputi varietas
tebu yang ditanam rata-rata prosentase perkecambahan, jumlah batang tebu, tinggi
batang, diameter batang, jumlah rumpun, dan anakan, hama, penyakit dan brix
batang. Waktu pengamatan dilakukan saat tumbuhan berumur 1, 3, 6, 9 setelah
tanam dimana pada pengamatan usia satu bulan mengikuti rata-rata dan
prosentase perkecambahan, umur tiga bulan jumlah rumpun dan anakan serta
hama penyakit, sedangkan pada umur enam dan Sembilan jumlah batang, tinggi
batang, diameter batang, dan brix batang.
Seiring dengan pelaksanaan WARTEB, beberapa perwakilan dari PG yang
bernaung dalam PTPN 10, mengadakan rating varietas untuk menetapkan sekitar
8 varietas komersial yang diminati dan yang menunjukkan produktivitas tinggi.
Penilaian oleh masing-masing PG biasanya berbeda-beda karena kondisi
lingkungan pada masing-masing pabrik tersebut berbeda. Dari varietas-varietas
30
yang telah dipilih kemudian diprogramkan untuk dilakukan uji perah dengan
gilingan pabrik, agar dapat lebih meyakinkan bahwa bukan hanya keragaman
tanaman saja yang baik tetapi juga didukung randomen yang tinggi. Setelah
ditetapkan 8 varietas yang diminati kemudian varietas-varietas tersebut diserahkan
kembali kepada P3GI untuk dilepas menjadi varietas bina melalui tim pelepas
departemen pertanian. Kemudian 8 varietas bina tersebut dikembalikan di kebun
bibit pokok utama atau KBPU P3GI selama 7 bulan.
4.1.9 Tehnik pembibitan
a. Jenis bibit
i. Bibit bagal
Bibit bagal ialah bibit yang berasal dari bagian atas, tengah , atau
bawah batang. Satu bibit bagal biasanya terdapat 2-4 mata tunas. Cara
pemotongan bibit bagal dilakukan cara menyerong dengan posisi mata
tunas disamping
Gambar 7. Bibit bagal
Urutan penanaman kebun tebu giling (KTG) bibit bagal dengan
cara manual adalah sebagai berikut:
- Klentek bibit bagal
Klentek bibit merupakan membersihkan atau menghilangkan
daun-daun pelepah dibatang tebu. Dalam penglentekan harus
dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak mata tunas dan mata
unas tetap utuh.
- Pemotongan bibit bagal
31
Untuk bibit bagal pemotongan bibit dilakukan dengan
menggunakan sabit yang tajam. Agar pemotongan tidak terjadi
berulang kali. Apabila pemotongan lebih dari satu kali akan
berpengaruh besar terjadinya kerusakn pada mata tunas bibit.
Pemotongan bibi dilakukan sebanyak dua buah mata tunas untuk
setiap bibit bagal. Pemotongan bibit sekitar 3-5 cm hal ini dikarenakan
agar mata tunas tetap memiliki cadangan makanan pada saat proses
perkecambahan. Sebelum penanaman hasil dari potongan bibit
dicelupkan pada larutan desinfektan agar membunuh bakteri atau
mikroorganisme.
- Sortasi bibit bagal
Sortasi bibit dilakukan untuk mengetahui bibit yang layak
ditanam dan tidak layak ditanam sehingga produksi tebu dapat
optimal. Hal yang perlu diperhhatikan ialah keseragaman varietas,
karena akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tebu
agar seragam dan masa tanamnya pada kebun tersebut sama. Bibit
dipisah antara tua dengan muda, apabila terdapat varietas lain perlu
dipisahkan, apabila ada mata tunas bibit yang rusak perlu dibuang,
untuk bibit bagal perlu dikelompokkan antara pucuk, tengah dan
bagian bawah. Dengan cara memisahkannya pada “kandang rase”.
Bibit yang berasal dari pucuk batang ditanam ditepi jauh jalan. Bibit
yang berasal dari batang bawah ditanam pada tepi dekat kebun. Hal ini
dilakukan untuk lebih memudahkan dalam perawatan, pengawasan
dan saat melakukan penyulaman. Karena pertumbuhan bibit yang
berasal dari pucuk lebih cepat daripada bibit yang berasal dari bawah.
- Penanaman bibit bagal manual
Sebelum dilakukan penanaman, lahan diaplikasikan pupuk
biokompos terlebih dahulu. Penambahan pupuk organic tersebut untuk
mendukung pertumbuhan tanaman tebu dan perbaikan tanah. Untuk
mempermudah dalam kegiatan penanaman kondisi tanah tersebut
harus basah dengan maksud tanah dalam keadaan cukup air. Setelah
itu bibit bagal diecer diatas juringan untuk mempermudah dalam
32
penanamannya dan agar pembagian bibit merata dan jumlah bibit tiap
juringan juga rata. Jumlah bibit bagal setiap lubang ditanam sekitar
24-26 batang perjuring (panjang 16m) dengan dua mata tunas,
kerapatan mata tumbuh, bibit ditanam lurus
Model penanaman bibit bagal ada 2 cara yaiu “gandeng sepur”
dan “sambung pecut” atau overlapping. Gandeng sepur ialah cara
posisi mata tunas disamping. Hal ini bertujuan agar bibit tersebut
dapat berkecambah dengan baik, jika mata tunas menghadap kebawah
maka tidak dapat berkecambah karena mata tunasnya membusuk.
Setelah bibit diletakkan kemudian ditutup dengan tanah tipis
menggunakan “gancu”. Bibit ditanam disetiap sisi juring, yaitu
ditanam dibagian pinggir kana dan kiri juringan. Sedangkan model
penanaman untuk sambung pecut ialah sistem tanam dimana posisi
bibit bagal tisur pada juringan dan dalam peletakannya ini terlihat zig-
zag. Mata tunas menghadap kesamping. Kemuduan ditanam pada
kedua sisi bagian pinggir pada juringan.
ii. Bibit budchip
Bud chips adalah teknologi percepatan pembibitan tebu
dengan satu mata tunas yang diperoleh dengan menggunakan alat
mesin bor.
Gambar 8. Bibit budchip
33
- Pembuatan Bibit Budchip
Bud chips adalah teknologi percepatan pembibitan tebu dengan
satu mata tunas yang diperoleh dengan menggunakan alat mesin bor.
Pusat Penelitian Gula PTPN X telah mengadopsi teknologi pembibitan
tebu ini dari columbia dengan menggunakan bud chips diharapkan
akan tumbuh banyak anakan dengan pertumbuhan yang seragam.
Berikut kami paparkan teknologi percepatan pembibitan tebu
menggunakan bud chips:
1. Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan untuk membuat persemaian
untuk tanah ringan adalah tanah yang diolah dan dicampur Biokompos
dengan Perbandingan 1:1 (1 Tanah : 1 Biokompos), sedangkan untuk
tanah berat ditambahkan pasir dan kompos dengan perbandingan 1:1:1
(1 Tanah : 1 Pasir : 1 Biokompos) kemudian diayak. sebelum media
tanam digunakan media tanam harus disterilisasi terlebih dahulu, ada
2 cara sterilisasi media tanam :
- Menggunakan Formalin
Caranya setiap 1 liter formalin dicampur dengan 5 liter
air dan digunakan untuk media tanam seberat 200 kg. Namun
cara ini dianggap kurang menguntungkan dikarenakan bud
chips yang ditanam dengan media ini sebagian mati.
- Disteam
Caranya media dimasukkan ke dalam karung dan di
ikat kemudian dimasukkan ke dalam drum dan di steam
dengan suhu 100⁰C selama 1 jam. Setelah itu tanah di
dinginkan sampai dingin baru digunakan untuk penyemaian.
Sterilisasi dengan metode ini dianggap efektif.
2. Pembuatan Bedengan untuk Persemaian / Dederan
Bedeng harus segera disiapkan sebelum bud chips dibor.
Kebun persemaian harus dipilih di lokasi strategis berdasarkan kriteria
sebagai berikut : dipinggir jalan yang dapat dijangkau kendaraan,
terjamin sumber pengairan dengan drainase yang baik, dan topografi
34
datar. Dengan ukuran lebar ± 120 cm, panjang sesuai kondisi, tebal
media tanam ± 7 cm, letak bedengan lebih tinggi dari tanah ± 10 cm
dengan tujuan supaya drainase lancar dan bedengan diberi alas plastik
supaya tidak terjadi kontak langsung dengan tanah.
3. Pengeboran bibit tebu menjadi bud chips
Alat yang digunakan untuk mengebor bibit adalah mesin bor
duduk yang merupakan rancangan dari Puslit PTPN X. Alat ini
memang belum standart tapi sudah bisa digunakan untuk mengebor
bibit tebu dengan mata tunas satu atau biasa disebut dengan Bud
chips. Tebu yang digunakan sebagai benih bud chips berasal dari hasil
kultur jaringan, yang berumur 6 – 8 bulan. Bibit yang diambil berupa
satu mata tunas dengan posisi mata terletak ditengah – tengah dari
panjang stek dan cincin ruas tidak semuanya ikut. Sehingga ruang
untuk keluar akar semakin sedikit, tetapi ketika tanaman dipindah di
lapangan akar akan tumbuh dengan subur dan serentak.
Gambar 9. Alat pemotong bibit budchips
4. Treatment Bud chips
Setelah bud chips dibor maka dilakukan perawatan / treatment
dengan hot water treatment (HWT) menggunakan suhu 50°C
seharusnya selama 30-60 menit, namun banyak yang tidak tumbuh
35
sehingga lama perendaman dipersingkat hanya 15-20 menit, khusus
bibit bagian pucuk direndam dengan suhu 40°C selama 15 menit.
Setelah dingin, mata yang telah dilakukan HWT direndam dalam
larutan selama 10 menit dengan komposisi larutan Insektisida Cruiser
350 ps dosis 12,5 ml/40 Liter air, Fungisida DELSEND MX-80WP
Dosis 10gr/40 Liter Air, dan Zat perangsang tumbuh ATONIK dosis
10gr/40 liter air.
Gambar 10. Alat perendaman bibi budchips
5. Penanaman bibit bud chips di lahan semai
Setelah bud chips selesai perlakuan hot water treatment dan
direndam dalam larutan maka bud chips ditiriskan, kemudian
dilakukan sortasi dari kerusakan mata dan didiamkan dalam karung
plastik selama 2 hari. Kemudian disemai di bedengan dengan jarak
tanam 2 x 2 cm, dengan posisi mata tunas di atas. Tanah yang
digunakan untuk menutupi bud chips jangan terlalu tebal kira – kira 1
cm, bud chips disemai di bedengan selama 10 hari. Namun pada lahan
pembibitan di PG Ngadiredjo tidak dilakukan persemaian karena
langsung ditanam pada polibek.
6. Pemindahan bibit chips ke dalam tray
Setelah bibit berumur ± 10 hari di dalam bedengan ditandai
mulai keluar tunas 5-10 cm atau daun tunas mulai membuka 1-2 helai,
bud chips kemudian dipindahkan ke tray diisi dengan media tanah
yang telah disterilisasi, kemudian di sungkup tetapi tidak terlalu rapat.
36
Di bawah tray diberi mulsa supaya kelembapan terjaga dan
mengurangi serangan hama penyakit. Di media tray diberi pupuk NPK
(15:15:15), dengan dosis pupuk I : 1,5 gram dilarutkan kedalam air
250 ml (0,250 liter) untuk 1 meter persegi setelah 3-5 hari tanam
di tray dan pupuk II diberikan 30 hari setelah pupuk I dengan dosis
yang sama dan pengairan diberikan dengan cara gembor. Namun pada
lahan pembibitan di PG Ngadiredjo tidak dilakukan pemindahan
karena langsung ditanam pada polibek.
Gambar 11. Tempat perkembangan bibit budchips
7. Pemindahan bud chips ke lapangan
Setelah bud chips berumur 2-2,5 bulan di tray kemudian
dipindahkan ke lapangan/kebun. Dengan jarak tanam 60-70 cm, dan
untuk 1 ha lahan dibutuhkan sekitar 12.000-16.200 bibit/rumpun,
tergantung pada kebutuhan yang digunakan.
b. Standar kebun bibit
Kebun bibit sangat diperlukan untuk mendukung penyelenggaraan
pembibitan dalam upaya memperoleh bibit yang memiliki kualitas dan
kuantitas tinggi. Standart kebun bibit yang dimiliki oleh PG. Ngadiredjo
antara lain:
a. Pertumbuhan tanaman optimal dan varietasnya murni
b. Bebas dari penyakit sistemik, yaitu
37
- Mozaik, yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh kutu
jagung
- Blendok, yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas albilineans.
- Luka api, yang disebabkan oleh cendawan Ustilago scitaminea
Beberapa penyakit penting yang lain, seperti:
- Pokahboeng, yang disebabkan oleh cendawan Gibberella
moniliformis.
Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah
1. Daun mengalami klorosis yang kadang diikuti dengan
mengisutnya daun.
2. Pertumbuhan terhambat
3. Daun muda mengering dan akhirnya mati
- Karat daun, yang disebabkan oleh cendawan Puccinia kulbhi.
Gejala yang ditimbulkan ialah adanya garis-garis pendek
membujur, berwarna jingga.
- RSD (Ratoon Stunting Desease), yang disebabkan oleh bakteri
Clavibacter xyli. gejalanya adalah tanaman menjadi kerdil pada
tebu keprasan.
c. Persiapan buka kebun
Di PG. Ngadiredjo, sistem rotasi tanaman hanya dilakukan oleh beberapa
petani saja. Kebanyakan dari petani menanam tebu secara terus menerus pada
lahannya. Sebelum buka kebun, lahan harus bersih dari damen, daduk dan
brondolan sebelum ditanami tebu, dengan cara melakukan babad damen/bakar
daduk pada 2-3 hari sebelum lahan dibajak. Setelah itu, kegiatan yang dilakukan
adalah menentukan arah juringan dan amplangan tegak lurus dengan arah juringan
38
Gambar 12. Persiapan buka kebun
d. Pengolahan lahan
Di PG.Ngadiredjo, sistem pengolahan lahan dengan satu bulan sebelum
tanam, setiap kebun dibajak selama 2 kalidengan kedalaman 20cm dan 30 cm
serta kair sebanyak satu kali dengan kedalaman 35 cm. Bajak I dilakukan searah
garis kontur lahan. Satu min ggu setelah bajak I dilakukan bajak II yang tegak
lurus dengan arah bajak I. Hal itu dilakukan untuk menggemburkan tanah secar
merata. Dua minggu setelah bajak II , dilakukan pembuatan kairan (lubang tanam)
dengan menggunakan traktor. Arah kairan tegak lurus dengan dengan arah
kemiringan lahan untuk menghindari terjadinya erosi. Dari kegiatan ini akan
menghasilkan juringan dengan jarak ke pusat 100 cm
Gambar 13. Pengolahan lahan
e. Penanaman
Penanaman di PG. Ngadiredjo dilakukan dengan cara manual dan
mekanisasi. Penanaman manual yaitu pada penanaman bibit budchips pada kebun
bibit dasar (KBD). Penanaman Budchips dilakukan dengan pola tanamdouble
row, jarak tanam 60 cm dengan PKP 180 cm. pola tanam double row bertujuan
agar dalam suatu lahan banyak bibit yang dapat tertanam daripada pola tanam
single row. Penanaman budchips ditanam dengan cara memiringkan dengan
tujuan memacu jumlah anakan agar tumbuh banyak. Pada saat penanaman juga
dilakukan pemangkasan daun dengan tujuan untuk mengurangi transpirasi dan
mengurangi kapasitas akar menyerap air. Penanaman dengan cara mekanisasi
dilakukan pada bibit bagal menggunakan implement cane planter. Penanaman
dengan cane planter lebih cepat dan mudah daripada penanaman manual karena
hanya membutuhkan 3 tenaga kerja. Disamping itu, pembuatan kair dan
39
pemupukan dilakukan secara bersamaan dengan cane planter. Hasil penanaman
cane planter tergantung penuh pada operator yang bertugas memasukan bibit
kepisau pemotong. Apabila operator tersebut telat dalam memasukan bibit maka
terjadi kekosongan bibit pada juring pertanaman pada lahan. Penanaman dengan
cara mekanisasilebih efektif daripada manual.
Gambar 14. Penanaman tebu manual
Gambar 15. Penanaman tebu mekanisasi
f. Pemeliharaan
a. Pemupukam
Pemupukan dilakukan bertujuan untuk member nutrisi pada tanah
yang kemudian diserap tanaman sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
40
tanaman. Sebelum memberikan pupuk ke lahan pertanaman tebu dilakukan
analisis tanah terlebih dahulu agar dapat mengetahui kekurangan unsur hara
tanah sehingga bisa terpenuhi unsur hara yang ada di dalam tanah tersebut
sesuai dengan kebutuhan tanaman tebu.
- Pemupukan manual
PG. Ngadiredjo memanfaatkan limbah blotong sebagai pupuk kompos.
Pemberian pupuk kompos dilakukan sebelum melakukan penanaman
sebagai pupuk dasr 20 ton/ha, pemberian pupuk ini pada lahan dilakukan
dengan cara langsung ditaburkan pada juringan. Kemudian setelah 1 minggu
tanam pupuk 1. Kemudian satu bulan berikutnya dilanjutkan pemupukan II
dengan dosis yang sama dengan pupuk I. Aplikasi pupuk dilakukan pada
waktu pagi hari agar pupuk tidak menguap terkena sinar matahari.
- Pemupukan Fertilizer Applicator
Pemupukan secara mekanisasi dilakukan dengan traktor menggunakan
implement ini dilengkapi dengan 2 buah wadah sebagai tempat pupuk yang
akan diaplikasikan. Masing-masing wadah tersebut dapat memuat 100 kg
pupuk. Implement ini dilengkapi dengan tutup untuk keluarnya pupuk yang
digunakan untuk mengatur jumlah dosis pupukyang diaplikasikan pada
lahan.
Gambar 16. Pemupukan
b. Penyulaman
Kegiatan penyulaman dilakukan tiga minggu setelah tanam.
Penyulaman harus segera dilakukan agar pertumbuhan tanaman seragam.
Kegiatan sulam dilakukan dengan cara mengeluarkan bibit yang mati dari
41
lubang tanam (juringan), kemudian bibit baru ditanama pada lubang tanam
dan ditutup dengan tanah.
Gambar 17. Penyulaman
c. Pengairan
Irigasi bertujuan untuk mencukupi kebutuhan air pada tanaman tebu.
Air sangat dibutuhkan tanaman tebu dalam masa perkecambahan pada fase
vegetative yaitu 2-5 bulan setelah tanam. Semakin tanaman tebu memasuki
fase pemasakan, tanaman tebu membutuhkan sedikit air dan memasuki
berakhirnya fase pertumbuhan, tanaman tebu membutuhkan lingkungan
yang kering agar proses pemasakna berjalan dengan baik. Pemberian air
dilakukan tergantung dengan kondisi lahan. Pengairan biasanya dilakukan
pada saat setalah tanam. Alat yang digunakan untuk pengairan adalah
pompa diesel.
Kegiatan pengairan dilakukan dengan dua cara, (1) menggunakan
sistem leb, jadi permukaan tanah dialiri air pada juringan secara langsung
melalui pompa diesel yang kemudian dibiarkan kering dengan maksud
memberi kelembaban pada daerah perakaran, irigasi leb ini bisa digunakan
apabila dekat dengan sumber air. (2) pengairan dengan menggunakan sistem
kempu, pengairan dengan sistem ini dilakukan apabila kondisi kebun sulit
untuk mendapatkan air contohnya pada lahan kering.
42
Gambar 18. Pengairan
d. Pembubunan
Pembubunan adalah penimbunan tanah, pembubunan sering juga
disebut turun tanah, pembubunan bertujuan untuk meratakan tanah disekitar
tanaman yang masih dalam bentuk agregat besar-besar, dan unruk menutupi
bibit yang masih terlihat agar bibit tidak kering dan mati.
Di PG. Ngadiredjo pembubunan secara manual menggunakan sapi
dengan alat sontop “mardiyo” dilakukan pembubunan sebanyak empat kali,
yaitu
- Bumbun (I)/kecrik dilakukan pada saat umur 1 bulan, tanah yang
sudah kering dan lembut diturunkan setebal 5 cm
- Bumbun (II)/walik gulud dilakukan umur 1,5-2 bulan, tanah yang
kering dan lembut diturunkan setebal 10 cm sambil guludan
dikeruk
- Bumbun (III)/ipuk dilakukan pada umur 2,5-3 bulan, tanah guludan
dibumbun ke batang/menutupi batang setebal 15-20 cm
- Gulud akhir dilakukan pada saat tanaman berumur 4-5 bulan,
pangkal batang diklentek sampai bersih, tanah yang diguludkan
harus rapat, diinjak dan tahapan yang terakhir penggulungan daun
klentekan.
Sedangkan secara mekanis dilakukan dengan implement terratyne
yang digunakan untuk turun tanah sebelum dilakukannya pembubunan
dengan mekanisasi menggunakan implement disc bedder. Hasil
43
implementasi terratyne maka tanah akan rata pada tepi samping kiri dan
kanan tanaman tebu. Dengan demikian akan lebih memudahkan sebagai
jalan untuk traktor yang dipasang implement disc bedder.
Implement disc bedder adalah implement yang digunakan untuk
pembubunan. Pembubunan dengan memakai implement ini hanya dilakukan
sekali tidak seperti pembubunan manual yang dilakukan sebanyak 4 kali.
Pembubunan dengan alat ini lebih cepat daripada pembubunan manual.
Hanya membutuhkan 1 orang sebagai operator yaitu sopir traktor. Hasil
pembubunan ini yaitu batang ertutup tanah sehingga dapat melindungi
batang tebu dari hama, kekeringan pada musim kemarau dan gulma.
e. Penglentekan
Penglentekan dilakukan sesudah gulud atau saat muncul pertama
daun kering. Penglentekan dilakukan untuk mempermudah keluarnya akar,
mengurangi robohnya tebu, menciptakan peredaran udara yang baik
sehingga kebun tidak lembab, memperbanyak sinar matahari yang masuk
dan mencegah serangan hama dan penyakit. Untuk tanaman kebun bibit
tidak dilakukan klentek pada lahan melainkan pada kandang rase saat sortasi
bibit bagal. Tidak dilakukan penglentekan karena agar mata tunas tidak
rusak pada saat dikebun.
f. Pengendalian gulma
Gulma yang terdapat pada areal pertanaman tebu yaitu putri malu
(Mimosa pudica), rumout teki (Cyperus rotundus), lulangan (Cyperus
cylinga), semanggi gunung (Marcelea crenata), grinting (Cynodon
dactylon), dan bayam duri (Amaratus spinocus).
Pengendalian gulma di PG. Ngadiredjo menggunakan dua cara yaitu
pengendalian dengan cara herbisidamanual dan pengendalian secara
mekanis dengan implement boom sprayer
- Herbisida manual
Herbisida yang digunakan PG. Ngadiredjo yaitu Diurex bahan aktif
Diuron dan Sidamin bahan aktif 2,4 DMA. Dosis pemberian Diurex 3
kg/ha dan dosis Sidamin 1,5 kg/ha. Alat yang digunakan pada
herbisida manual adalah handspray, dengan cara aplikasi
44
menyemprotkan herbisida secara merata diseluruh lahan.
Penyemprotan herbisida dilakukan pada pagi hari karena pada saat
pagi haristomata daun masih membuka dan langsung masuk pori-pori
daun pada gulma sehingga gulma cepat mati.
- Boom Sprayer
Boom sprayer adalah implement yang digunakan untuk pengendalian
gulma secara mekanis. Pengendalian gulma dengan boom sprayer
dilakukan secara kimiawi pada saat tanaman tebu belum tumbuh (pre
emergence) dan sesudah tebu tumbuh (post emergence). Herbisida
yang digunakan adalah Diurexdan Sidamin pada penggunaan pre
emergence dan pada saat post emergencemenggunakan jenis dan dosis
yang sama. Aplikasi herbisida dilakukan dengan menyemprotkan
larutan herbisida tersebut pada gulma dengan implement boom sprayer
yang dipasang pada traktor yang dikendalikan oleh seorang operator.
Kapasitas tabung implement tempat herbisida ialah 600 liter untuk
aplikasi 1,5 ha. Komposisi herbisida yaitu Sidamin 2 liter dan Diurex 4
liter. Penyemprotan dilakukan saat pagi hari dengan tujuan agar
aplikasi herbisida lebih efektif terhindar dari hembusan angin yang
menyebabkan herbisida berhamburan mengikuti arah angin.
g. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang banyak menyerang tanaman tebu yaitu penggerek pucuk
(Tryporiza novella F.), penggerek batang (Chilo sacchariphogus), uret
(Lepidiota stigma), dan ulat. Tanda serangan hama penggerek pucuk adalah
pada ibu tulang daun terdapat lorong gerekan, deretan lubang gerekan
melintang pada helai daun, lubang teratur. Cara pengendaliannya adalah
dengan melepaskan musuh alami yaitu Trichogramma japonicum dan
Trichogramma australicum. Pengendalian musuh alami dengan
menggunakan pias. Pias dipasang pada saat tanaman tebu berumur 1,5
bulan, dilakukan 10 kali dengan jarak 10 hari sekali. Cara pemasangan antar
pias 25 meter dengan jumlah 5 pias untuk 1 hektar lahan tanaman tebu
Tanda serangan hama penggerek batang ialah bercak-bercak putih
bekas gerekan pada daun, lorong-lorong gerekan pada bagian dalam pelepah
45
dan ruas-ruas, terkadang titik tumbuh mati, daun muda layu, dan satu batang
bibiasa terdapat lebih dari satu penggerek. Cara pengendaliannya sama
seperti pada hama penggerek pucuk. Hama uret juga dikendalikan dengan
cara pemasangan pias pada tanaman tebu.
PG. Ngadiredjo mengembangkan Trichogramma sp. sebagai
pengendali penggerek batang dan pucuk. Trichogramma sp. dikembangkan
pada inang penggantinya yang berupa telur ngengat beras (Corcyra
cephalonica). Cara pengembiakan Trichogramma sp.:
a. Pembiakan ngengat Coryra cephalonica sebagai inang alternative
Trichogramma sp.
b. Mempersiapkan kotak pemeliharaan larva Coryra cephalonica
yang terbuat kari kayu yang berukuran 70 x 30 x 12 cm
c. Kotak diisi dengan makanan jagung
d. Penaburan telur Coryra cephalonica, kemudian kupu-kupu
dikumoulkan, bertelur dan telur dikumpulkan. Telur yang
digunakan berumur lebih 2 hari.
e. Panen kupu-kupu dilakukan setelah 35 hari dari penaburan telur,
ngengat akan muncul. Ngengat yang menetas akan hinggap pada
kotak, dengan menggunakan tabung berupa pipa yang ditutup
dengan penutup. Kotak pemeliharaan dipindahkan dan dibuka
dalam ruangan yang khusus untuk panen kupu-kupu.
Cara pembuatan pias :
Suatu hari setelah perkawinan, telur telah banyak dijumpai.
Dengan memakai kuas halus, telur disikat perlahan dan
dipisahkan di baki. Telur dibersihkan dengan layak untuk
memisahkan telur dengan sisik, bulu maupun kaki ngengat.
Pengumpulan dan pembersihan telur dilakukan di luar ruangan,
petugas harus memakai masker hidung. Telur dapat dipanen tiap
hari.
Adapun pembuatan pias sebagai berikut :
- Pias terbuat dari kertas karton manila berukuran 9 cm x 2 cm,
kemudian kertas diberi lem sebagai perekat telur.
46
- Ambil telur yang sudah layak dan ditabur-taburkan diatas
kertas pias
- Tiap pias diberi tulisan tanggal dan bulan
- Suhu ruangan pembiakan harus 30 C
- Pias kemudian dikeringkan dan diangin-anginkan agar
lemnya kering
- Pias telur dimasukkan pada tabung reaksi dan juga
dimasukkan starter (pias yang mengandung bibit
trichogramma sp.)
- Setelah empat hari telur pias Coryra cephalonica telah
diparasit oleh trichogramma sp.
- Setelah tujuh hari pias siap diaplikasikan kelahan
Cara pengaplikasian pias di lahan :
Pias Trichogramma sp. dilepas pada tebu yang
berumur 1,5 - 3 bulan, dengan selang 2 minggu. Dalam satuan
hektar ada 5 titik dengan 5 – 10 pias/ha, penempatan pias juga
perlu diperhatikan arah angin. Peletakkan pias dilakukan pada
pagi hari sekitar pukul 07.00. pias diletakkan menghadap atas
apabila cuaca terang, sedangkan menghadap kebawah apabila
cuaca mendung/hujan, dengan jarak pias satu dengan yang
lain 30m.
g. Panen
a. Taksasi produksi
Taksasi produksi ialah menduga/memperkirakan potensi produksi
tebu (bobot tebu) yang akan diperoleh pada saat kebu tersebut ditebang
beberapa bulan kemudian. Taksasi produksi dibedakan menjadi 3 macam
taksasi yaitu :
- Taksasi desember
Taksasi desember adalah taksasi yang dilakukan pada bulan
desember, kegiatan yang dilakukan dengan pengamatan kerapatan
per juring, pertumbuhan tanaman tebu yang normal dan tidak
normal.
47
- Taksasi maret
Taksasi dilakukan pada bulan maret. Taksasi ini bertujuan
untuk mengetahui produksi yang akan didapat dari kebun yang
beberapa bulan kemudian ditebang.
- Taksasi ulang
Taksasi ulang dilakukan pada bulan Agustus dan September
(saat pertengahan giling)
b. Penebangan
Panen adalah kegiatan budidaya tanaman tebu yang terakhir,
biasanya disebut dengan tebang dan angkut. Panen dapat berpengaruh
terhadap produkivitas. Ada 2 cara dalam penebangan yaitu, (1) cara cut
to crash, memotong batang tebu sampai mendekati guludan/permukaan
tanah guludan, (2) dengan tebang dongkel, memotong batang tebu
sampai dua ruas di permukaan tanah dengan jalan alat tebang/sabit
dimasukkan kedalam dua ruas.
c. Pengangkatan tebu
Tebu yang telah ditebang diikat menggunakan tali berasal dari
kulit tebu dengan maksud agar memudahkan penyusunan tebu ke bak
truk. Tali yang biasanya dipakai yaitu momol yang berasal dari pucukan
tebu dan dari batang tebu. Dalam penyusunsn tebu harus diatur dengan
baik dan rapi agar truk dapat mengangkut tebu sesuai dengan kapasitas
pengangkutannya dengan jum;ah 1 rit (truk).
d. Panen Mekanisasi (Harvester)
Harvester adalah mesin panen mekanisasi untuk tanaman tebu.
Harvester yang digunakan besasal dari Thailand. Mesin harvester
dilengkapi dengan mesin pemotong dan blower untuk memisahkan
batang tebu dengan daun. Pada bagian belakang dilengkapi dengan rak
yang berfungsi sebagai tempat hasil potongan tebu yang dipanen. Untuk
menjalankan mesin ini dibutuhkan 2 orang operator, 1 operator sebagai
pengemudi mesin dan 1 operator sebagai pengatur untuk merapikan rak
tebu. Apabila rak tebu sudah penuh maka dipindahkan ke truk dengan
bantuan traktor pemindah rak hidrolik.
48
4.2 Pembahasan
Tanaman tebu ialah tanaman yang dimanfaatkan batangnya untuk
menghasilkan gula. Di daerah sekitar PG. Ngadiredjo banyak yang
membudidayakan tanaman tebu, karena daerahnya telah memenuhi syarat tumbuh
tebu yaitu pada ketinggian 200-300 meter dpl, kemiringan tanah kurang dari 8%,
tekstur tanah pasir berlempung dan jenis tanah regusol abu vulkanik. Keadaan
iklim berdasarkan data stasiun klimatologi PG. Ngadiredjo yaitu distribusi curah
hujan rata-rata setiap hari yaitu suhu minimal 21 dan maksimal 27 berdasarkan
ditjenbun (2011), syarat tumbuh tebu ialah pada ketinggian 0-1400 meter dpl
dengan curah hujan berkisar antara 1000-1300 mm pertahun dan 200mm perbulan
selama 5-6 bulan
Bahan baku tebu PG. Ngadiredjo berasal dari tebu sendiri (TS) dan tebu
rakyat (TR). Tebu sendiri adalah tebu yang dihasilkan dari kebun yang dikelola
dan dihasilkan oleh PG. Ngadiredjo. Sedangkan tebu rakyat dihasilkan dan
dikelola oleh petani tebu rakyat di wilayah PG Ngadiredjo dan hasil produksinya
disetorkan ke pabrik untuk digiling. Dalam melakukan transaksi, petani dengan
pihak PG. Ngadiredjo sudah melakukan perjanjian/kontrak yang telah
sebelumnya. Luas lahan kebun tebu rakyat lebih besar dibandingkan dengan tebu
sendiri karena sebagian besar bahan baku gula berasal dari kebun tebu rakyat.
Produksi tanaman tebu sangat dipengaruhi oleh bibit. Bibit yang
digunakan harus memenuhi standar mutu bibit, adapun kriterianya : (a) bibit
sehat (tidak terserang hama dan penyakit), (b) tanaman bibit yang digunakan
cukup umur sesuai dengan varietas, (c) kemurnian bibit (tidak tercampur varietas
lain), (d) batang normal dan segar, mata tunas tidak coklat. Bibit tebu yang
digunakan di PG. Ngadiredjo ialah bibit bagal dan bibit budchips. Untuk bibit
yang akan ditanam harus sesuai dengan kondisi tipologi wilayah kemasakan
(masak awal : 10-12 bulan, masak tengah : 12-13 bulan dan masak akhir : 14
bulan). Tebang masak awal pada bulan Mei-Juli, tebang masak tengah pada bulan
Juli-Agustus, tebang masak akhir pada bulan Agustus-Oktober. Dalam memilih
bibit harus memperhatikan asal-usul dan jenis bibit yang akan ditanam. PG.
Ngadiredjo memperoleh bibit dari Puslit (Pusat Penelitian) jengkol yang
merupakan tempat penelitian tanaman tebu di kawasan PTPN X dan
49
dikembangkan menjadi Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk (KBI).
Dalam tiap wilayah harus mempunyai satu kebun bibit induk (KBI) dan kebun
bibit datar (KBD) yang nantinya digunakan untuk penanaman dalam tebu giling.
Seperti yang dikatakan Disbun (2004), bahwa kualitas kebun bibit menyangkut
kemurnian varietas, kesehatan tanaman dan situasi lingkungan tersebut sedangkan
kualitas kebun bibit menyangkut jumlah/pemenuhan bibit yang diperoleh.
Untuk mengetahui tingkat produktivitas, toleransi hama dan penyakit.
Kemampuan beradaptasi pada kondisi lingkungan, cuaca dan pola budidaya di
suatu wilayah. Biasanya uji adaptasi dilakukan oleh masing-masing PG meliputi
orientasi varietas atau ORVAR dan warung tebu atau WARTEB. Tujuan
pelaksanaan ORVAT dan WARTEB ini adalah untuk mencari varietas unggul
yang baru dari beberapa varietas P3GI Pasuruan., yang ditanam di sawah atau
tegal. Untuk mengantisipasi kemerosotan hasil produksi tebu yang mengalami
degenerasi. Percobaan tersebut dilakukan dengan cara berjenjang, dari kebun
percobaan ORVAR, tebu ditanam sampai umur 12 bulan kemudian ditanam di
skala yang lebih luas lagi yaitu pada kebun percobaan WARTEB untuk
mengetahui kestabilan pertumbuhan dan produktivitas suatu varietas. Dalam
percobaan ORVAR dan WARTEB, biasanya ditanam lebih dari 8 varietas, dengan
dilakukan 3x ulangan pada masing-masing varietas tersebut. Pengamatan yang
dilakukan pada perkebunan ORVAR dan WARTEB sama, yaitu meliputi varietas
tebu yang ditanam rata-rata prosentase perkecambahan, jumlah batang tebu, tinggi
batang, diameter batang, jumlah rumpun, dan anakan, hama, penyakit dan brix
batang. Waktu pengamatan dilakukan saat tumbuhan berumur 1, 3, 6, 9 setelah
tanam dimana pada pengamatan usia satu bulan mengikuti rata-rata dan
prosentase perkecambahan, umur tiga bulan jumlah rumpun dan anakan serta
hama penyakit, sedangkan pada umur enam dan Sembilan jumlah batang, tinggi
batang, diameter batang, dan brix batang. Menurut Budiono (1991) juga
menyatakan bibit unggul adalah modal besar keberhasilan produksi yang
diharapkan.
Pembibitan di PG.Ngadiredjo menggunakan 2 jenis bibit, yaitu bagal dan
budchips. Pembuatan bibit bagal dengan cara antara lain klentek bibit merupakan
membersihkan atau menghilangkan daun-daun pelepah dibatang tebu. Dalam
50
penglentekan harus dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak mata tunas dan
mata unas tetap utuh. Untuk bibit bagal pemotongan bibit dilakukan dengan
menggunakan sabit yang tajam. Agar pemotongan tidak terjadi berulang kali.
Apabila pemotongan lebih dari satu kali akan berpengaruh besar terjadinya
kerusakn pada mata tunas bibit. Pemotongan bibi dilakukan sebanyak dua buah
mata tunas untuk setiap bibit bagal. Pemotongan bibit sekitar 3-5 cm hal ini
dikarenakan agar mata tunas tetap memiliki cadangan makanan pada saat proses
perkecambahan. Sebelum penanaman hasil dari potongan bibit dicelupkan pada
larutan desinfektan agar membunuh bakteri atau mikroorganisme. Sortasi bibit
dilakukan untuk mengetahui bibit yang layak ditanam dan tidak layak ditanam
sehingga produksi tebu dapat optimal.
Hal yang perlu diperhhatikan ialah keseragaman varietas, karena akan
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tebu agar seragam dan masa
tanamnya pada kebun tersebut sama. Bibit dipisah antara tua dengan muda,
apabila terdapat varietas lain perlu dipisahkan, apabila ada mata tunas bibit yang
rusak perlu dibuang, untuk bibit bagal perlu dikelompokkan antara pucuk, tengah
dan bagian bawah. Dengan cara memisahkannya pada “kandang rase”. Bibit yang
berasal dari pucuk batang ditanam ditepi jauh jalan. Bibit yang berasal dari batang
bawah ditanam pada tepi dekat kebun. Hal ini dilakukan untuk lebih memudahkan
dalam perawatan, pengawasan dan saat melakukan penyulaman. Karena
pertumbuhan bibit yang berasal dari pucuk lebih cepat daripada bibit yang berasal
dari bawah. Sebelum dilakukan penanaman, lahan diaplikasikan pupuk
biokompos terlebih dahulu. Penambahan pupuk organic tersebut untuk
mendukung pertumbuhan tanaman tebu dan perbaikan tanah. Untuk
mempermudah dalam kegiatan penanaman kondisi tanah tersebut harus basah
dengan maksud tanah dalam keadaan cukup air. Setelah itu bibit bagal diecer
diatas juringan untuk mempermudah dalam penanamannya dan agar pembagian
bibit merata dan jumlah bibit tiap juringan juga rata. Jumlah bibit bagal setiap
lubang ditanam sekitar 24-26 batang perjuring (panjang 16m) dengan dua mata
tunas, kerapatan mata tumbuh, bibit ditanam lurus. Model penanaman bibit bagal
ada 2 cara yaiu “gandeng sepur” dan “sambung pecut” atau overlapping. Gandeng
sepur ialah cara posisi mata tunas disamping. Hal ini bertujuan agar bibit tersebut
51
dapat berkecambah dengan baik, jika mata tunas menghadap kebawah maka tidak
dapat berkecambah karena mata tunasnya membusuk. Setelah bibit diletakkan
kemudian ditutup dengan tanah tipis menggunakan “gancu”. Bibit ditanam
disetiap sisi juring, yaitu ditanam dibagian pinggir kana dan kiri juringan.
Sedangkan model penanaman untuk sambung pecut ialah sistem tanam dimana
posisi bibit bagal tisur pada juringan dan dalam peletakannya ini terlihat zig-zag.
Mata tunas menghadap kesamping. Kemuduan ditanam pada kedua sisi bagian
pinggir pada juringan.
Bud chips adalah teknologi percepatan pembibitan tebu dengan satu mata
tunas yang diperoleh dengan menggunakan alat mesin bor. Pusat Penelitian Gula
PTPN X telah mengadopsi teknologi pembibitan tebu ini dari columbia dengan
menggunakan bud chips diharapkan akan tumbuh banyak anakan dengan
pertumbuhan yang seragam. Bedeng harus segera disiapkan sebelum bud chips
dibor. Kebun persemaian harus dipilih di lokasi strategis berdasarkan kriteria
sebagai berikut : dipinggir jalan yang dapat dijangkau kendaraan, terjamin sumber
pengairan dengan drainase yang baik, dan topografi datar. Dengan ukuran lebar ±
120 cm, panjang sesuai kondisi, tebal media tanam ± 7 cm, letak bedengan lebih
tinggi dari tanah ± 10 cm dengan tujuan supaya drainase lancar dan bedengan
diberi alas plastik supaya tidak terjadi kontak langsung dengan tanah. Alat yang
digunakan untuk mengebor bibit adalah mesin bor duduk yang merupakan
rancangan dari Puslit PTPN X. Alat ini memang belum standart tapi sudah bisa
digunakan untuk mengebor bibit tebu dengan mata tunas satu atau biasa disebut
dengan Bud chips. Tebu yang digunakan sebagai benih bud chips berasal dari
hasil kultur jaringan, yang berumur 6 – 8 bulan. Bibit yang diambil berupa satu
mata tunas dengan posisi mata terletak ditengah – tengah dari panjang stek dan
cincin ruas tidak semuanya ikut. Sehingga ruang untuk keluar akar semakin
sedikit, tetapi ketika tanaman dipindah di lapangan akar akan tumbuh dengan
subur dan serentak. Setelah bud chips dibor maka dilakukan perawatan / treatment
dengan hot water treatment (HWT) menggunakan suhu 50°C seharusnya selama
30-60 menit, namun banyak yang tidak tumbuh sehingga lama perendaman
dipersingkat hanya 15-20 menit, khusus bibit bagian pucuk direndam dengan
suhu 40°C selama 15 menit. Setelah dingin, mata yang telah dilakukan HWT
52
direndam dalam larutan selama 10 menit dengan komposisi larutan Insektisida
Cruiser 350 ps dosis 12,5 ml/40 Liter air, Fungisida DELSEND MX-80WP Dosis
10gr/40 Liter Air, dan Zat perangsang tumbuh ATONIK dosis 10gr/40 liter air.
Setelah bud chips selesai perlakuan hot water treatment dan direndam dalam
larutan maka bud chips ditiriskan, kemudian dilakukan sortasi dari kerusakan
mata dan didiamkan dalam karung plastik selama 2 hari. Kemudian disemai di
bedengan dengan jarak tanam 2 x 2 cm, dengan posisi mata tunas di atas. Tanah
yang digunakan untuk menutupi bud chips jangan terlalu tebal kira – kira 1 cm,
bud chips disemai di bedengan selama 10 hari. Setelah bibit berumur ± 10 hari di
dalam bedengan ditandai mulai keluar tunas 5-10 cm atau daun tunas mulai
membuka 1-2 helai, bud chips kemudian dipindahkan ke tray diisi dengan media
tanah yang telah disterilisasi, kemudian di sungkup tetapi tidak terlalu rapat. Di
bawah tray diberi mulsa supaya kelembapan terjaga dan mengurangi serangan
hama penyakit. Di media tray diberi pupuk NPK (15:15:15), dengan dosis pupuk I
: 1,5 gram dilarutkan kedalam air 250 ml (0,250 liter) untuk 1 meter persegi
setelah 3-5 hari tanam di tray dan pupuk II diberikan 30 hari setelah pupuk I
dengan dosis yang sama dan pengairan diberikan dengan cara gembor. Setelah
bud chips berumur 2-2,5 bulan di tray kemudian dipindahkan ke lapangan/kebun.
Dengan jarak tanam 60-70 cm, dan untuk 1 ha lahan dibutuhkan sekitar 12.000-
16.200 bibit/rumpun, tergantung pada kebutuhan yang digunakan
Di PG. Ngadiredjo, sistem rotasi tanaman hanya dilakukan oleh beberapa
petani saja. Kebanyakan dari petani menanam tebu secara terus menerus pada
lahannya. Sebelum buka kebun, lahan harus bersih dari damen, daduk dan
brondolan sebelum ditanami tebu, dengan cara melakukan babad damen/bakar
daduk pada 2-3 hari sebelum lahan dibajak. Setelah itu, kegiatan yang dilakukan
adalah menentukan arah juringan dan amplangan tegak lurus dengan arah juringan
Di PG.Ngadiredjo, sistem pengolahan lahan dengan satu bulan sebelum
tanam, setiap kebun dibajak selama 2 kalidengan kedalaman 20cm dan 30 cm
serta kair sebanyak satu kali dengan kedalaman 35 cm. Bajak I dilakukan searah
garis kontur lahan. Satu min ggu setelah bajak I dilakukan bajak II yang tegak
lurus dengan arah bajak I. Hal itu dilakukan untuk menggemburkan tanah secar
merata. Dua minggu setelah bajak II , dilakukan pembuatan kairan (lubang tanam)
53
dengan menggunakan traktor. Arah kairan tegak lurus dengan dengan arah
kemiringan lahan untuk menghindari terjadinya erosi. Dari kegiatan ini akan
menghasilkan juringan dengan jarak ke pusat 100 cm
Penanaman di PG. Ngadiredjo dilakukan dengan cara manual dan
mekanisasi. Penanaman manual yaitu pada penanaman bibit budchips pada kebun
bibit dasar (KBD). Penanaman Budchips dilakukan dengan pola tanamdouble
row, jarak tanam 60 cm dengan PKP 180 cm. pola tanam double row bertujuan
agar dalam suatu lahan banyak bibit yang dapat tertanam daripada pola tanam
single row. Penanaman budchips ditanam dengan cara memiringkan dengan
tujuan memacu jumlah anakan agar tumbuh banyak. Pada saat penanaman juga
dilakukan pemangkasan daun dengan tujuan untuk mengurangi transpirasi dan
mengurangi kapasitas akar menyerap air. Penanaman dengan cara mekanisasi
dilakukan pada bibit bagal menggunakan implement cane planter. Penanaman
dengan cane planter lebih cepat dan mudah daripada penanaman manual karena
hanya membutuhkan 3 tenaga kerja. Disamping itu, pembuatan kair dan
pemupukan dilakukan secara bersamaan dengan cane planter. Hasil penanaman
cane planter tergantung penuh pada operator yang bertugas memasukan bibit
kepisau pemotong. Apabila operator tersebut telat dalam memasukan bibit maka
terjadi kekosongan bibit pada juring pertanaman pada lahan. Penanaman dengan
cara mekanisasilebih efektif daripada manual.
Pemupukan dilakukan bertujuan untuk member nutrisi pada tanah yang
kemudian diserap tanaman sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Sebelum memberikan pupuk ke lahan pertanaman tebu dilakukan analisis tanah
terlebih dahulu agar dapat mengetahui kekurangan unsur hara tanah sehingga bisa
terpenuhi unsur hara yang ada di dalam tanah tersebut sesuai dengan kebutuhan
tanaman tebu. PG. Ngadiredjo memanfaatkan limbah blotong sebagai pupuk
kompos. Pemberian pupuk kompos dilakukan sebelum melakukan penanaman
sebagai pupuk dasr 20 ton/ha, pemberian pupuk ini pada lahan dilakukan dengan
cara langsung ditaburkan pada juringan. Kemudian setelah 1 minggu tanam pupuk
1. Kemudian satu bulan berikutnya dilanjutkan pemupukan II dengan dosis yang
sama dengan pupuk I. Aplikasi pupuk dilakukan pada waktu pagi hari agar pupuk
tidak menguap terkena sinar matahari. Pemupukan secara mekanisasi dilakukan
54
dengan traktor menggunakan implement ini dilengkapi dengan 2 buah wadah
sebagai tempat pupuk yang akan diaplikasikan. Masing-masing wadah tersebut
dapat memuat 100 kg pupuk. Implement ini dilengkapi dengan tutup untuk
keluarnya pupuk yang digunakan untuk mengatur jumlah dosis pupukyang
diaplikasikan pada lahan. Menurut Sutardjo (2012), bahwa pemupukan harus
mengarah pada pemupukan yang lengkap berimbang dan penambahan bahan
organik. Pupuk organik yang dapat digunakan antara lain blotong, kompos abu
ketel, pupuk hijau dan pupuk kandang.
Kegiatan penyulaman dilakukan tiga minggu setelah tanam. Penyulaman
harus segera dilakukan agar pertumbuhan tanaman seragam. Kegiatan sulam
dilakukan dengan cara mengeluarkan bibit yang mati dari lubang tanam
(juringan), kemudian bibit baru ditanama pada lubang tanam dan ditutup dengan
tanah.
Irigasi bertujuan untuk mencukupi kebutuhan air pada tanaman tebu. Air
sangat dibutuhkan tanaman tebu dalam masa perkecambahan pada fase vegetative
yaitu 2-5 bulan setelah tanam. Semakin tanaman tebu memasuki fase pemasakan,
tanaman tebu membutuhkan sedikit air dan memasuki berakhirnya fase
pertumbuhan, tanaman tebu membutuhkan lingkungan yang kering agar proses
pemasakna berjalan dengan baik. Pemberian air dilakukan tergantung dengan
kondisi lahan. Pengairan biasanya dilakukan pada saat setalah tanam. Alat yang
digunakan untuk pengairan adalah pompa diesel.
Kegiatan pengairan dilakukan dengan dua cara, (1) menggunakan sistem
leb, jadi permukaan tanah dialiri air pada juringan secara langsung melalui pompa
diesel yang kemudian dibiarkan kering dengan maksud memberi kelembaban pada
daerah perakaran, irigasi leb ini bisa digunakan apabila dekat dengan sumber air.
(2) pengairan dengan menggunakan sistem kempu, pengairan dengan sistem ini
dilakukan apabila kondisi kebun sulit untuk mendapatkan air contohnya pada
lahan kering. Menurut Sutardjo (2012), bahwa penyiraman pada waktu tanam
tidak boleh berlebihan sebab dapat merusak struktur tanah. Sebaliknya tidak boleh
sampai tidak disiram karena bibi tidak bisa melekan ditanah.
Pembubunan adalah penimbunan tanah, pembubunan sering juga disebut
turun tanah, pembubunan bertujuan untuk meratakan tanah disekitar tanaman
55
yang masih dalam bentuk agregat besar-besar, dan unruk menutupi bibit yang
masih terlihat agar bibit tidak kering dan mati. Di PG. Ngadiredjo pembubunan
secara manual menggunakan sapi dengan alat sontop “mardiyo” dilakukan
pembubunan sebanyak empat kali, yaitu Bumbun (I)/kecrik dilakukan pada saat
umur 1 bulan, tanah yang sudah kering dan lembut diturunkan setebal 5 cm.
Bumbun (II)/walik gulud dilakukan umur 1,5-2 bulan, tanah yang kering dan
lembut diturunkan setebal 10 cm sambil guludan dikeruk. Bumbun (III)/ipuk
dilakukan pada umur 2,5-3 bulan, tanah guludan dibumbun ke batang/menutupi
batang setebal 15-20 cm. Gulud akhir dilakukan pada saat tanaman berumur 4-5
bulan, pangkal batang diklentek sampai bersih, tanah yang diguludkan harus
rapat, diinjak dan tahapan yang terakhir penggulungan daun klentekan. Sedangkan
secara mekanis dilakukan dengan implement terratyne yang digunakan untuk
turun tanah sebelum dilakukannya pembubunan dengan mekanisasi menggunakan
implement disc bedder (Pawirosemadi, 2011). Hasil implementasi terratyne maka
tanah akan rata pada tepi samping kiri dan kanan tanaman tebu. Dengan demikian
akan lebih memudahkan sebagai jalan untuk traktor yang dipasang implement disc
bedder. Implement disc bedder adalah implement yang digunakan untuk
pembubunan. Pembubunan dengan memakai implement ini hanya dilakukan
sekali tidak seperti pembubunan manual yang dilakukan sebanyak 4 kali.
Pembubunan dengan alat ini lebih cepat daripada pembubunan manual. Hanya
membutuhkan 1 orang sebagai operator yaitu sopir traktor. Hasil pembubunan ini
yaitu batang ertutup tanah sehingga dapat melindungi batang tebu dari hama,
kekeringan pada musim kemarau dan gulma.
Penglentekan dilakukan sesudah gulud atau saat muncul pertama daun
kering. Penglentekan dilakukan untuk mempermudah keluarnya akar, mengurangi
robohnya tebu, menciptakan peredaran udara yang baik sehingga kebun tidak
lembab, memperbanyak sinar matahari yang masuk dan mencegah serangan hama
dan penyakit. Untuk tanaman kebun bibit tidak dilakukan klentek pada lahan
melainkan pada kandang rase saat sortasi bibit bagal. Tidak dilakukan
penglentekan karena agar mata tunas tidak rusak pada saat dikebun. Gulma yang
terdapat pada areal pertanaman tebu yaitu putri malu (Mimosa pudica), rumout
teki (Cyperus rotundus), lulangan (Cyperus cylinga), semanggi gunung (Marcelea
56
crenata), grinting (Cynodon dactylon), dan bayam duri (Amaratus spinocus).
Pengendalian gulma di PG. Ngadiredjo menggunakan dua cara yaitu pengendalian
dengan cara herbisidamanual dan pengendalian secara mekanis dengan implement
boom sprayer. Herbisida yang digunakan PG. Ngadiredjo yaitu Diurex bahan aktif
Diuron dan Sidamin bahan aktif 2,4 DMA. Dosis pemberian Diurex 3 kg/ha dan
dosis Sidamin 1,5 kg/ha. Alat yang digunakan pada herbisida manual adalah
handspray, dengan cara aplikasi menyemprotkan herbisida secara merata
diseluruh lahan. Penyemprotan herbisida dilakukan pada pagi hari karena pada
saat pagi haristomata daun masih membuka dan langsung masuk pori-pori daun
pada gulma sehingga gulma cepat mati. Boom sprayer adalah implement yang
digunakan untuk pengendalian gulma secara mekanis. Pengendalian gulma
dengan boom sprayer dilakukan secara kimiawi pada saat tanaman tebu belum
tumbuh (pre emergence) dan sesudah tebu tumbuh (post emergence). Herbisida
yang digunakan adalah Diurexdan Sidamin pada penggunaan pre emergence dan
pada saat post emergencemenggunakan jenis dan dosis yang sama. Aplikasi
herbisida dilakukan dengan menyemprotkan larutan herbisida tersebut pada gulma
dengan implement boom sprayer yang dipasang pada traktor yang dikendalikan
oleh seorang operator. Kapasitas tabung implement tempat herbisida ialah 600
liter untuk aplikasi 1,5 ha. Komposisi herbisida yaitu Sidamin 2 liter dan Diurex 4
liter. Penyemprotan dilakukan saat pagi hari dengan tujuan agar aplikasi herbisida
lebih efektif terhindar dari hembusan angin yang menyebabkan herbisida
berhamburan mengikuti arah angin. Menurut Sutardjo (2012), bahwa syarat
mengendalikan rumput dengan herbisida dilakukan pada tanah dengan kondisi
lembab (setengah basah), jika perlu diadakan penyiraman terlebih dahulu agar
campuran herbisida dapat bekerja dengan baik.
Hama yang banyak menyerang tanaman tebu yaitu penggerek pucuk
(Tryporiza novella F.), penggerek batang (Chilo sacchariphogus), uret (Lepidiota
stigma), dan ulat. Tanda serangan hama penggerek pucuk adalah pada ibu tulang
daun terdapat lorong gerekan, deretan lubang gerekan melintang pada helai daun,
lubang teratur. Cara pengendaliannya adalah dengan melepaskan musuh alami
yaitu Trichogramma japonicum dan Trichogramma australicum. Pengendalian
musuh alami dengan menggunakan pias. Pias dipasang pada saat tanaman tebu
57
berumur 1,5 bulan, dilakukan 10 kali dengan jarak 10 hari sekali. Cara
pemasangan antar pias 25 meter dengan jumlah 5 pias untuk 1 hektar lahan
tanaman tebu. Tanda serangan hama penggerek batang ialah bercak-bercak putih
bekas gerekan pada daun, lorong-lorong gerekan pada bagian dalam pelepah dan
ruas-ruas, terkadang titik tumbuh mati, daun muda layu, dan satu batang bibiasa
terdapat lebih dari satu penggerek. Cara pengendaliannya sama seperti pada hama
penggerek pucuk. Hama uret juga dikendalikan dengan cara pemasangan pias
pada tanaman tebu. PG. Ngadiredjo mengembangkan Trichogramma sp. sebagai
pengendali penggerek batang dan pucuk. Trichogramma sp. dikembangkan pada
inang penggantinya yang berupa telur ngengat beras (Corcyra cephalonica). Pias
Trichogramma sp. dilepas pada tebu yang berumur 1,5 - 3 bulan, dengan selang 2
minggu. Dalam satuan hektar ada 5 titik dengan 5 – 10 pias/ha, penempatan pias
juga perlu diperhatikan arah angin. Peletakkan pias dilakukan pada pagi hari
sekitar pukul 07.00. pias diletakkan menghadap atas apabila cuaca terang,
sedangkan menghadap kebawah apabila cuaca mendung/hujan, dengan jarak pias
satu dengan yang lain 30m.
Panen adalah kegiatan budidaya tanaman tebu yang terakhir, biasanya
disebut dengan tebang dan angkut. Panen dapat berpengaruh terhadap
produkivitas. Ada 2 cara dalam penebangan yaitu, (1) cara cut to crash, memotong
batang tebu sampai mendekati guludan/permukaan tanah guludan, (2) dengan
tebang dongkel, memotong batang tebu sampai dua ruas di permukaan tanah
dengan jalan alat tebang/sabit dimasukkan kedalam dua ruas. Tebu yang telah
ditebang diikat menggunakan tali berasal dari kulit tebu dengan maksud agar
memudahkan penyusunan tebu ke bak truk. Tali yang biasanya dipakai yaitu
momol yang berasal dari pucukan tebu dan dari batang tebu. Dalam penyusunsn
tebu harus diatur dengan baik dan rapi agar truk dapat mengangkut tebu sesuai
dengan kapasitas pengangkutannya dengan jum;ah 1 rit (truk). Harvester adalah
mesin panen mekanisasi untuk tanaman tebu. Harvester yang digunakan besasal
dari Thailand. Mesin harvester dilengkapi dengan mesin pemotong dan blower
untuk memisahkan batang tebu dengan daun. Pada bagian belakang dilengkapi
dengan rak yang berfungsi sebagai tempat hasil potongan tebu yang dipanen.
Untuk menjalankan mesin ini dibutuhkan 2 orang operator, 1 operator sebagai
58
pengemudi mesin dan 1 operator sebagai pengatur untuk merapikan rak tebu.
Apabila rak tebu sudah penuh maka dipindahkan ke truk dengan bantuan traktor
pemindah rak hidrolik.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
PG. Ngadiredjo mengusahakan bibit unggul untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas produksi tanaman tebu
Varietas yang banyak dikembangkan atau ditanam pada kebun bibit PG.
Ngadiredjo adalah BL, PS862 dan SS 57, karena selain dapat tumbuh
dengan baik juga memiliki produksi dan rendemen yang tinggi
Sebelum mengembangkan varietas-varietas pada kebun bibit, PG.
Ngadiredjo mengadakan percobaan, yaitu ORVAR dan WARTEB untuk
menentukan varietas yang dapat tumbuh dengan baik pada wilayah PG>
Ngadiredjo dan mempunyai produksi dan rendemen yang tinggi
Teknik budidaya tebu bibit yang intensif sanga diperlukan untuk
menghasilkan bibit yang memiliki kualitas dan kuantitas yang tinggi
5.2 saran
Dalam upaya untuk menghasilkan bibit yang memiliki kualitas dan
kuantitas tinggi, sebaiknya teknik budidaya kebun bibit lebih diintensifkan
sesuai dengan Standart Operasional Perusahaan (SOP) PG. Ngadiredjo,
sehingga seluruh wilayah KTG mendapatkan bibit yang unggul untuk
menjamin perumbuhan tanaman tebu selanjutnya yang optimal.
59
DAFTAR PUSTAKA
Ahira, A. 2009. Berkenalan dengan Tanaman Tebu (Online).
http://www.anneahira.com/tanaman-tebu.htm. Diakses tanggal 26 April
2015
Indriani, 1992. Pembudidayaan tebu di lahan sawah dan tegalan. Penebar
Swadaya. Jakarta.p. 41-55
Kuntohartono, T. 1998. Pembibitan Kebun Tegalan di Jawa. Majalah Perusahaan
Gula. 17(2,3,4) : 6-13
Pawirosemadi, M. 2011. Dasar-dasar Teknologi Budidaya Tanaman Tebu
Bercocok Tanam dan Pasca Panen. Jakarta p26-12
Setyamidjaja dan Azharni, 1992. Tebu Bercocok Tanam dan Pascapanen. CV
Yasaguna. Jakarta. p. 26-42
Sutardjo, E. 1999. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara, Jakarta.
Sutardjo, E. 2012. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara, Jakarta.
60
Lampiran 1
Biodata Diri
Nama Lengkap : Hafiz Ali N
Tempat, Tanggal lahir : Kediri, 15 Januari 1994
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Mahasiswa
Semester : 6 (Enam)
Jurusan/Minat Lab. : Budidaya Pertanian/Fisiologi Tumbuhan
Program Studi : Agroekoteknologi
Fakultas/Universitas : Pertanian/Universitas Brawijaya
NIM : 125040200111223
Alamat Kos : Jl. Candi VI-C, No 303, Gasek, Karangbesuki,
Sukun, Malang, Jawa Timur
Alamat Rumah : Desa Ngreco RT: 2 RW: 2 Kecamatan Kandat
Kabupaten Kediri
No. HP : 085790743482
Email : hafish15@gmail.com
61
DENAH LOKASI
62
TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Rabu
1 Juli 201506.30 – 16.00 Pengenalan pembimbing lapang dan lingkungan sekitar PG.
Ngadiredjo2 Kamis
2 Juli 201506.30 – 16.00 Praktek perhitungan brix secara manual di tebang angkut
3 Jumat3 Juli 2015
06.00 – 11.00 Pengamatan analisa laboratorium perhitungan brix secara otomatis di ruang core sampler
4 Sabtu4 Juli 2015
06.00-11.30 Melihat proses pengangkutan tebu ke meja penggilingan.
Total jam 29,5
Minggu kedua
TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Senin
6 Juli 201506.30 – 16.00 Diskusi materi tentang pembibitan dan varietas tebu dengan
pebimbing lapang.2 Selasa
7 Juli 201506.30 – 16.00 Pembekalan materi FIFO (First In First Off) dan jalur lori pada
tebang angkut3 Rabu
8 Juli 201506.30 – 16.00 Diskusi persiapan perpindahan tempat magang, di pindah ke
kantor wilayah kandat4 Kamis
9 Juli 201506.30-16.00 Perkenalan dengan pengurus kantor wilayah kandat dan
mengenal lingkungan kantor.5 Jumat
10 Juli 201506.00 – 11.00 Diskusi tentang ketentuan-ketentuan dari progam mekanisasi
PG Ngadirejo dengan pengurus kantor wilayah.6 Sabtu
11 Juli 201506.00 – 11.30 Diskusi tentang pengolahan lahan pada progam mekanisasi.
Total jam 48,5
Minggu ketiga
TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Senin
13 Juli 201506.30 – 16.00 Proses penglentekan bibit tebu
2 Selasa14 Juli 2015
06.30 – 16.00 Proses pengolahan tanah
3 Rabu15 Juli 2015
06.30 – 16.00 Proses penanaman bibit tebu dengan mekanisasi
4 Kamis16 Juli 2015
06.30-16.00 Libur Hari Raya
5 Jumat17 Juli 2015
06.00 – 11.00 Libur Hari Raya
6 Sabtu18 Juli 2015
06.00 – 11.30 Libur Hari Raya
Total jam 28
63
Minggu keempat
TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Senin
20 Juli 201506.30 – 16.00 Libur Hari Raya
2 Selasa21 Juli 2015
06.30 – 16.00 Libur Hari Raya
3 Rabu22 Juli 2015
06.30 – 16.00 Halal bi halah seluruh pegawai PG ngadiredjo
4 Kamis23 Juli 2015
06.30-16.00 Diskusi tentang Quality Control yang ada di PG ngadiredjo
5 Jumat24 Juli 2015
06.00 – 11.00 Perkenalan di kantor Quality Control di PG ngadiredjo
6 Sabtu25 Juli 2015
06.00 – 11.30 Mengetahui proses dari tebu menjadi gula
Total jam 29,5
Minggu kelima
TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Senin
27 Juli 201506.30 – 16.00 Di divisi Quality Control bagian lab analisis basah
2 Selasa28 Juli 2015
06.30 – 16.00 Di divisi Quality Control bagian lab analisis basah
3 Rabu29 Juli 2015
06.30 – 16.00 Di divisi Quality Control bagian lab analisis basah
4 Kamis30 Juli 2015
06.30-16.00 Di divisi Quality Control bagian lab analisis khusus
5 Jumat31 Juli 2015
06.00 – 11.00 Di divisi Quality Control bagian lab analisis khusus
6 Sabtu1 Agustus 2015
06.00 – 11.30 Di divisi Quality Control bagian lab analisis khusus
Total jam 48,5
Minggu keenam
TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Senin
3 Agustus 2015
06.30 – 16.00 Pengenalan Quality Control on farm
2 Selasa4 Agustus 2015
06.30 – 16.00 Pengenalan Trichogramma sp
3 Rabu 06.30 – 16.00 Penjelasan analisa pendahuluan (penetapan tebu contoh,
64
5 Agustus 2015
pengambilan tebu contoh, pengukuran tebu, penimbangan, penggilingan tebu, analisa brix, pol dan perhitungan rendemen sementara)
4 Kamis6 Agustus 2015
06.30-16.00 - Pemanenan kupu- Pemanenan telur kupu dan perhitungan telur hasil
perkembangbiakan.- Pemberian madu pada kupu- Pengaplikasian kelahan
5 Jumat7 Agustus 2015
06.00 – 11.00 Lahan Wonodadi, Blitar (Timbang tempat)
6 Sabtu8 Agustus 2015
06.00 – 11.30 Lahan Pojok, Wates (Timbang Tempat)
Total jam 48,5
Minggu ketujuh
TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Senin
10 Agustus 2015
06.30 – 16.00 Pengarahan dan penjelasan sekilas tentang GPS
2 Selasa11 Agustus 2015
06.30 – 16.00 Kelahan petani di Desa Pule menggambar petak lahan dan menentukan titik koodinat untuk pengajuan kontrak dan kredit ke koperasi.
3 Rabu12 Agustus 2015
06.30 – 16.00 Mengawal penanaman pada lahan percobaan Orvar (orientasi varietas) dan Warteb (warung tebu).
4 Kamis13 Agustus 2015
06.30-16.00 Panen kupu-kupu dirungan perkembangbiakan 1sampai dengan ruang perkembangbiakan 4.
5 Jumat14 Agustus 2015
06.00 – 11.00 Diskusi mengenai trichogramma
6 Sabtu15 Agustus 2015
06.00 – 11.30 Panen telur kupu-kupu trichogramma serta menghitung jumlah telurnya.inokulasi.
Total jam 48,5
Minggu kedelapan
TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Senin
17 Agustus 2015
06.30 – 16.00 Upacara 17 Agustus
2 Selasa18 Agustus
06.30 – 16.00 Mengahadap Pak Amin selaku Devisi Tanaman untuk membicarakan program kegiatan materi magang minggu ini.
65
20153 Rabu
19 Agustus 2015
06.30 – 16.00 TU HasilPenjelasan mengenai alur S.O.P Pencairan kredit mulai dari pengiriman surat dari PG ke Kantor Direksi, surat KPTR ke Bank penyalur kredit, surat penawaran pemberian kredit dari Bank penyalur, pemindahbukuan kredit, pencairan dana kredit, pemotongan /pelunasan kredit sampai pada alur pembukuan KKP.
4 Kamis20 Agustus 2015
06.30-16.00 TU Hasil (bagian perencanaan dan pengawasan)Penjelasan dan pengenalan mengenai perencanaan dan pengawasan keuangan di pabrik oleh Bapak Wisnu selaku Asmen Keuangan di Devisi TU Hasil.
5 Jumat21 Agustus 2015
06.00 – 11.00 TU Hasilpenjelasan mengenai prosedur penyimpanan dan pengeluaran gula di PG oleh Bapak Koiron selaku Asmen di Devisi TU Hasil.
6 Sabtu22 Agustus 2015
06.00 – 11.30 Kantor Devisi Tanaman.penjelasan mengenai taksasi maret dan macam-macam tebu rakyat oleh Bu Mun Selaku Kepala Administrasi di Devisi Tanaman.
Total jam 48,5
Minggu kesembilan
TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Senin
23 Agustus 2015
06.30 – 16.00 Di KPTR Nugroho- Pengenalan karyawan Koperasi Nugroho- Informasi mengenai kegiatan di Koperasi Nugroho- Informasi mengenai perkreditan (KKP dan PKBL)- Informasi mengenai pencairan perkreditan- Informasi mengenai pencairan DOA (dari hasil 90% hasil
gula) dan DOB (10% dari hasil 10% yang dihasilkan tebu petani)
2 Selasa24 Agustus 2015
06.30 – 16.00 Di KPTR NugrohoPemisahan kwitansi pencairan DOA (pencairan dari hasil pelelangan gula 90%) periode 5 dan 6
3 Rabu25 Agustus 2015
06.30 – 16.00 Di KPTR Nugroho- Pencairan DOA (pencairan dari hasil pelelangan gula 90%)
periode 74 Kamis
26 Agustus 2015
06.30-16.00 Di KPTR Nugroho- Pencairan sharing (sisa pembayaran gula 90%, karena
pencairan DOA merupakan dana talangan, sehingga hasil gula belum dibayar sepenuhnya karena merupakan dana talangan dari investor gula)
5 Jumat27 Agustus
06.00 – 11.00 Di KPTR NugrohoPencairan sharing (sisa pembayaran gula 90%, karena
66
2015 pencairan DOA merupakan dana talangan, sehingga hasil gula belum dibayar sepenuhnya karena merupakan dana talangan dari investor gula)
6 Sabtu28 Agustus 2015
06.00 – 11.30 Di KPTR Nugroho- Pencairan sharing (sisa pembayaran gula 90%, karena
pencairan DOA merupakan dana talangan, sehingga hasil gula belum dibayar sepenuhnya karena merupakan dana talangan dari investor gula)
Total jam 48,5
Minggu kesepuluh
TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Senin
31 Agustus 2015
06.30 – 16.00 Di KPTR Nugroho- Pencairan sharing (sisa pembayaran gula 90%, karena
pencairan DO.A yang merupakan dana talangan, sehingga hasil gula belum dibayar sepenuhnya karena dana yang dibayarkan merupakan dana talangan dari investor gula).
2 Selasa1 September 2015
06.30 – 16.00 Di KPTR Nugroho- Pencairan sharing (sisa pembayaran gula 90%, karena
pencairan DO.A yang merupakan dana talangan, sehingga hasil gula belum dibayar sepenuhnya karena dana yang dibayarkan merupakan dana talangan dari investor gula).
3 Rabu2 September 2015
06.30 – 16.00 Di KPTR Nugroho- Pencairan sharing (sisa pembayaran gula 90%, karena
pencairan DO.A yang merupakan dana talangan, sehingga hasil gula belum dibayar sepenuhnya karena dana yang dibayarkan merupakan dana talangan dari investor gula).
4 Kamis3 September 2015
06.30-16.00 Di KPTR Nugroho- Pencairan sharing (sisa pembayaran gula 90%, karena
pencairan DO.A yang merupakan dana talangan, sehingga hasil gula belum dibayar sepenuhnya karena dana yang dibayarkan merupakan dana talangan dari investor gula).
5 Jumat4 September 2015
06.00 – 11.00 Di KPTR Nugroho- Pencairan sharing (sisa pembayaran gula 90%, karena
pencairan DO.A yang merupakan dana talangan, sehingga hasil gula belum dibayar sepenuhnya karena dana yang dibayarkan merupakan dana talangan dari investor gula).
6 Sabtu5 September 2015
06.00 – 11.30 Di KPTR Nugroho- Pencairan sharing (sisa pembayaran gula 90%, karena
pencairan DO.A yang merupakan dana talangan, sehingga hasil gula belum dibayar sepenuhnya karena dana yang
67
dibayarkan merupakan dana talangan dari investor gula).
Total jam 48,5
Minggu kesebelas
TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Senin
7 September 2015
06.30 – 16.00 Di KPTR Nugroho.- Persiapan berkas-berkas untuk pencairan seperti kuitansi
pembayaran, kuitansi potongan (jika petani yang bersangkutan memiliki pinjaman seperti pinjaman untuk tebang angkut), kuitansi untuk pencairan DO.B (yang nantinya akan ditukar dengan gula), kuitansi hasil pengiriman tebu.
2 Selasa8 September 2015
06.30 – 16.00 Di KPTR Nugroho.- Pencairan DO.A (hasil gula 90%) periode 8, yang merupakan
dana talangan dari investor gula, sehingga sisa pembayaran akan dibarkan nanti setelah gula dilelang.
3 Rabu9 September 2015
06.30 – 16.00 Di KPTR Nugroho.- Pencairan DO.A (hasil gula 90%) periode 8, yang merupakan
dana talangan dari investor gula, sehingga sisa pembayaran akan dibarkan nanti setelah gula dilelang.
4 Kamis10 September 2015
06.30-16.00 Di KPTR Nugroho.- Pencairan DO.A (hasil gula 90%) periode 8, yang merupakan
dana talangan dari investor gula, sehingga sisa pembayaran akan dibarkan nanti setelah gula dilelang.
5 Jumat11 September 2015
06.00 – 11.00 Di KPTR Nugroho.- Pencairan DO.A (hasil gula 90%) periode 8, yang merupakan
dana talangan dari investor gula, sehingga sisa pembayaran akan dibarkan nanti setelah gula dilelang.
6 Sabtu12 September 2015
06.00 – 11.30 Di KPTR Nugroho.- Pencairan DO.A (hasil gula 90%) periode 8, yang merupakan
dana talangan dari investor gula, sehingga sisa pembayaran akan dibarkan nanti setelah gula dilelang.
Total jam 48,5
Minggu keduabelas
TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Senin
14 06.30 – 16.00 Pembuatan bibit bud chip di unit produksi bibit tebu PG
Ngadiredjo
68
September 2015
2 Selasa15 September 2015
06.30 – 16.00 Pembuatan bibit bud chip di unit produksi bibit tebu PG Ngadiredjo
3 Rabu16 September 2015
06.30 – 16.00 Pembuatan bibit bud chip di unit produksi bibit tebu PG Ngadiredjo
4 Kamis17 September 2015
06.30-16.00 Pembuatan bibit bud chip di unit produksi bibit tebu PG Ngadiredjo
5 Jumat18 September 2015
06.30 – 16.00 Pembuatan bibit bud chip di unit produksi bibit tebu PG Ngadiredjo
6 Sabtu19 September 2015
06.00 – 16.00 Pembuatan bibit bud chip di unit produksi bibit tebu PG Ngadiredjo
Total jam 57
Minggu ketiga belas
TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Senin
21 September 2015
06.30 – 16.00 Libur
2 Selasa22 September 2015
06.30 – 16.00 Pembuatan bibit bud chip di unit produksi bibit tebu PG Ngadiredjo
3 Rabu 23 September 2015
06.30 – 16.00 Pembuatan bibit bud chip di unit produksi bibit tebu PG Ngadiredjo
4 Kamis 24 September 2015
06.30-16.00 Libur Idul Adha
5 Jumat25 September 2015
06.30 – 16.00 Pembuatan bibit bud chip di unit produksi bibit tebu PG Ngadiredjo
6 Sabtu26 September
06.30– 16.00 Pembuatan bibit bud chip di unit produksi bibit tebu PG Ngadiredjo
69
2015Total jam 38
Total jam keseluruhan 589,5 jam..
70
Recommended