View
487
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
Laporan Kunjungan ke Balai Pengembangan Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat Jl. Sederhana No.5
Citation preview
LAPORAN KULIAH LAPANGAN MIKROBIOLOGI DASAR
“BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT”
Tugas ini di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum
Mikrobiologi Dasar yang di bina oleh Bapak Opik Taufiqurrahman, S.Si.
Disusun oleh:
Rifki Muhammad Iqbal
1211702067
Biologi III B
Tanggal Praktikum : 18 Desember 2012
Tanggal Pengumpulan : 28 Desember 2012
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada pembelajaran sains termasuk biologi di dalamnya keberadaan laboratorium menjadi sangat penting. Pada konteks proses belajar mengajar sains seringkali istilah laboratorium diartikan dalam pengertian sempit yaitu ruangan yang di dalamnya terdapat sejumlah alat-alat dan bahan praktikum.
Laboratorium adalah tempat belajar mengajar melalui media praktikum yang dapat menghasilkan pengalaman belajar dimana mahasiswa berinteraksi dengan berbagai alat dan bahan untuk mengobservasi gejala-gejala yang dapat diamati secara langsung dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
Laboratorium juga dapat digunakan sebagai tempat pameran atau display dari hasil-hasil percobaan atau penelitian yang telah dilakukan, agar memberi gambaran lebih bagi mahasiswa dan dapat memotivasi untuk penelitian atau percobaan yang lebih baik.
Dengan adanya kegiatan pembalajaran di laboratorium, mahasiswa dapat mengamati gejala-gejala yang terjadi dalam percobaan secara langsung dan tidak hanya belajar menurut teori-teori yang ada.
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui ruangan- ruangan yang terdapat di ruang
mikrobiologi yang ada di laboratorium kesehatan Provinsi Jawa Barat, dan mengetahui alat-
alat yang digunakan dalam proses pengerjaannya serta media yang digunakan.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Laboratorium yang bertindak dalam kegiatan diagnose , contohnya :
1. Penunjang Curatif
Lab. Klinik di rumah Sakit, Balai Pengobatan, Rumah Bersalin dan tempat Praktek
Dokter
2. Penunjang Curatif dan preventif
Balai Laboratorium Kesehatan (BLK), Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda)
dan Laboratorium Kesehatan Swasta (LKS).
3. Penunjang preventif
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL).
Ada juga laboratorium yang bertindak dalam kegiatan pemeriksaan dan pengawasan :
1. BPOM (Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan)
2. PPOM (Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan)
Terakhir, laboratorium yang bertindak dalam kegiatan penelitian
1. Pusat Penelitian Penyakit Menular (P3M)
2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi (P3F)
Untuk laboratorium Kesehatan Swasta terdiri atas ;
Laboratorium Klinik Umum (pratama dan utama)
Laboratorium Klinik Khusus (Mikrobiologi dan Patologi Anatomi)
Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Pratama dan Utama)
2
Berdasarkan PermenKes RI No.514/Menkes/Per/VI/1994, tentang Laboratorium Kesehatan
Swasta, ketenagaan minimal dalam sautu laboratorium diatur sbb :
Laboratorium Klinik Umum :
Pratama :
Penanggung Jawab : Sarjana Kedokteran/Sarjana Kedokteran Gigi/ Sarjana
Farmasi/Sarjana Biologi/ sarjana Biokimia (1 orang)
Tenaga Teknis : Analis Keseahtan (2 orang) dan Perawat Kesehatan (1 orang)
Utama :
Penanggung Jawab : Dokter spesialis Patologi Klinik (1 Orang)
Tenaga Teknis : Sarjana Kedokteran/sarjana Farmasi/Sarjana Biokomia (1 orang),
Analis Kesehatan (3 orang) dan Perawat Kesahatan (1 orang).
Laboratorium Kesehatan Masyarakat :
Pratama :
Penanggung Jawab : Sarjana Kedokteran/Sarjana Farmasi/Sarjana Biologi/sarjana
Kimia/ sarjana Biokimia (1 orang)
Tenaga Teknis : Analis Keseahtan (2 orang) atau salah satu bisa diganti dengan satu
orang asisten apoteker/Analis Kimia.
Utama :
Penanggung Jawab : : Sarjana Kedokteran/Sarjana Farmasi/sarjana Biologi/sarjana
Kimia/ sarjana Biokimia (1 orang)
Tenaga Teknis : Analis Kesehatan (3 orang) dan Perawat Kesahatan (1 orang) atau
salah satu bisa diganti dengan satu orang asisten apoteker/Analis Kimia.
3
Laboratorium Khusus Mikrobiologi :
Penanggung Jawab : Dokter spesialis Mikrobiologi Klinik (1 orang)
Tenaga Teknis : Sarjana Kedokteran/sarjana Biologi (1 orang), Tenaga teknis yang
ahli di bidang Mikrobiologi (1 orang), Analis Keseahtan (1 orang) dan Perawat Kesehatan (1
orang).
Laboratorium Klinik Khusus Patologi Anatomi :
Penanggung Jawab : Dokter spesialis Patologi Anatomi (1 orang)
Tenaga Teknis : Sarjana Kedokteran/sarjana Biologi (1 orang) dapat dirangkap oleh
Dokter Spesialis Patologi Anatomi/Penanggung jawab teknis, dan tenaga teknis yang terlatih
di bidang Laboratorium Patologi Anatomi.
Laboratorium Klinik Umum :
Hematologi
Hemostasis
Urinalisa
Tinja
Kimia Klinik
Immunologi
Mikrobiologi
Laboratorium Kesehatan Masyarakat :
4
Kimia Lingkungan
Pemeriksaan Jasaboga
Laboratorium Khusus Mikrobiologi :
Mikrobiologi Klinik
Laboratorium Klinik Khusus Patologi Anatomi :
Histopatologi
Sitopatologi
Histokimia
Imminopatologi
Patologi Molekuler
Berbicara kesehatan, maka setiap laboratorium harus mempunyai sarana pengolahan limbah
masing-masing dan kebutuhannya disesuaikan dengan laboratoriumnya. Karena pada
umumnya limbah laboratorium kesehatan tidak terlalu banyak karena itu limbah laboratorium
di lakukan secara sederhana saja, misalnya :
Limbah non-klinik : dibakar/ditimbun
Limbah Klinik padat : dibakar/ditimbun
Limbah Klinik cair : di endapkan dengan pembubuhan desinfektan dan kaporit.
Limbah dapat diartikan sebagai materi yang dihasilkan dari proses suatu kegiatan, yang tidak
memberikan aspek ekonomi dan harus dibuang. sehingga untuk penambahan serta penjelasan
penanganan dan pengolahan suatu limbah pada laboratorium kesehatan, di bawah ini tempat
yang harus dibuat oleh setiap laboratorium untuk suatu limbah padat maupun cair dimana
kebutuhan tergantung suatu laboratorium, meliputi :
1. Tempat penampungan/pengolahan (sederhana) limbah cair.
5
Terbuat dari tembok, dibangun terpisah/terisolir.
Ukuran tergantung dari keperluan, disesuaikan dengan volume limbah cair yang
dihasilkan oleh laboratorium tersebut dalam sehari, seminggu atau sebulan.
Bak penampung bisa lebih dari satu buah. Kesemuanya harus tertutup.
Cairan yang telah jernih (dengan system pengendapan dan pembubuhan desinfektan)
dapat dialirkan ke perairan umum.
2. Tempat penampungan/pengolahan (sederhana) limbah padat
Terbuat dari tembok (permanen) atau drum (non-permanen).
Harus memiliki alat penutup, untuk menghindari pemindahan bibit penyakit oleh lalat.
Penyediaan bak atau drum bisa lebih dari satu buah tergantung dari volume limbah
padat yang dihasilkan oleh laboratorium tersebut, dalam sehari, seminggu atau sebulan.
Begitu juga ukuran bak disesuaikan dengan keperluan.
Pembakaran limbah bisa dilakukan. Kalo bisa, diusahakan limbah yang dihasilkan
perhari langsung dibakar hari itu juga jangan dibiarkan sampai terlalu banyak tertimbun.
Pisahkan penampungan limbah medic padat dengan limbah non medic padat.
Penanganan limbah padat ini bisa juga dengan cara di timbun, namun pada umumnya
ini dihindari karena bisa mengundang masalah baru di kemudian hari.
Limbah medic padat jangan dibuang bahkan diharamkan dibuang ke tempat
pembuangan sampah umum, karena hal demikian sama dengan memindahkan bibit penyakit.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
6
Alat Bahan
Note book
Alat tulis
Kamera
Persentasi tentang Balai Laboratorium
Kesehatan Provinsi Jawa Barat
3.2 Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada kuliah lapangan kali ini, yaitu dengan cara mendengarkan arahan/
penjelasan dari pihak pengurus ruang mikrobiologi dari Balai Laboratorium Kesehatan
Provonsi Jawa Barat, untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai hal yang ada di
ruangan mikrobiologi di laboratorium tersebut.
7
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Gambar Keterangan
Ruang Administrasi Mikrobiologi, tempat
dimana semua data dan hasil pengamatan
disimpan.
Ruang Patalogi Anatomi
Ruang Tempat Penyimpanan Media
8
Sampel yang akan diteliti di Laboratorium
Oven untuk sterilisasi dan tempat
penyimpanan media
Westafel yang terdapat di ruang bersih untuk
membersihkan sampel.
9
Autoklaf besar untuk mensterilisasi alat.
Ruang Sterilisasi terdapat autoklaf dan
Biologi Safety Cabinet ( BSC)
Ruang timbangan untuk menimbang sampel,
dipenuhi oleh neraca analitik.
10
Ruang Mikrobiologi
Daftar jenis bakteri yang pernah ditemukan
Sampel yang akan diteliti
Sampel yang akan diteliti
11
Biology Safety Cabinet
Media yang akan diteliti
Kulkas di Laboratorium Makanan dan
Minuman untuk tempat penyimpanan sampel
Ruang Mikrobiologi
12
Bagian dalam ruang TBC
Ruang TBC untuk meneliti virus
Tuberculosis
13
BAB V
PEMBAHASAN
Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat adalah instansi pelayanan
kesehatan milik Pemerintah Jawa Barat yang merupakan laboratorium Tipe A. Sejak
berlakunya otonomi daerah Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat yang
sebelumnya merupakan UPT Departemen Kesehatan diserahkan kepada Pemerintah Jawa
Barat merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan di lingkungan Pemerintah Jawa
Barat.
Balai Laboratorium Kesehatan berada di Jln. Sederhana No.5 Bandung dengan jam kerja dari mulai pukul 08.00-16.00 WIB.
Di laboratorium mikrobiologi Balai Laboratorium Kesehatan terdapat beberapa ruangan yang meliputi:
1. Ruang Administrasi Mikro
Ruangan ini berisi data-data yang berhubungan dengan instruksi kerja, data pegawai dan keperluan administrasi lainnya yang berhubungan dengan laboratorium mikrobiologi. Hasil pengujian, sampel, dokumen dan data lengkap dicatat dan diolah di bagian Administrasi.
Sampel percobaan yang akan diuji, diletakkan di atas meja. Setiap perpindahan sampel akan selalu diamati dan dicatat, kemudian dikodifikasi dan terakhir sampel akan disebarkan ke masing-masing ruangan. 1x sampel dilakukan empat kali pencatatan.
2. Ruang Patologi Anatomi
Terdapat alat-alat yang cukup lengkap. Namun, ruangan ini jarang digunakan untuk meneliti sampel dikarenakan belum ada petugas/ laboran yang bekerja di ruangan ini.
Ruangan ini digunakan untuk Pemantapan Mutu Eksternal ( PME ). PME ini meliputi hal-hal yang berhubungan dengan Petugas, Keakuratan data dan Reagen. Adapun sampel yang dapat diuji dalam ruangan ini adalah:
- Mikroskopis BTA ( Bakteri Tahan Asam)- Mikroskopis Telur Cacing (Pilaria dan Palaria).
3. Ruang Media
Di ruangan ini merupakan tempat pembuatan semua media seperti: media PCA, BGLB ( Brilliant Green Lactose Blood) contohnya Bakteri Colivora, Blood Plate, Agar Cokelat, Natrium Agar dan Potato Dextrose Agar.
14
4. Ruang Timbangan
Di ruangan ini merupakan ruangan khusus untuk menimbang semua media dengan menggunakan timbangan analitik.
5. Ruang Penyimpanan
Merupakan tempat untuk pencampuran dan pemasakan media.
6. Ruang Steril
Ruangan ini berisi autoklaf yang besar. Autoklaf digunakan untuk melakukan sterilisasi basah, sedangkan oven digunakan untuk melakukan sterilisasi kering. Sterilisasi basah dilakukan dengan suhu 121OC selama 15 menit dengan tekanan 5 Psi. Sementara sterilisasi kering dilakukan dengan suhu 170OC selama 30 menit.
7. Ruang Bersih
Di ruangan bersih ini tidak banyak orang yang berlalu lalang untuk menghindarkan dari kontaminasi bakteri. Ruangan ini digunakan untuk penambahan antibiotik darah (membran filter ), tanpa pemanasan, campurkan agar masukkan ke cawan.
Sampel yang diamati pada ruangan ini meliputi:
1. Telur yang dicuci pada westafel dengan sabun dan alkohol 70 % dibilas satu per satu.
2. Kemudian, telur dimasukkan ke media. Bagian kuning telur yang biasanya digunakan, telur bebek lebih bagus untuk diamati.
Selain telur, jamur juga diamatai pada ruangan ini. Jamur mengandung lebih banyak mengandung karbon, sedangkan bakteri lebih banyak mengandung nitrogen. Di dalam media selektif hanya bakteri tertentu yang dapat tumbuh. Sementara pada media diferensial hanya khusus untuk Media Blood Plate.
8. Ruang Parasitologi
Biasanya ruang parasitologi ini digunakan untuk meneliti feses yang memiliki telur cacing.
9. Laboratorium Air dan Makanan ( Mikrobiologi Lingkungan )
Pada laboratorium ini biasanya dilakukan pengujian terhadap sampel berupa pupuk, tahu, minyak, Air mineral, tepung-tepungan dan makanan yang biasa kita konsumsi setiap hari. Bakteri kontaminan yang biasa ditemukan pada sampel meliputi: Coliform, e-Coli, S-Aureus, Pseudomonas.
10. Ruang Mikrobiologi
Sampel yang diujikan pada ruang mikrobiologi meliputi bahan-bahan dari klinis (darah, feses, urine, air liur atau saliva dan dahak). Bakteri yang ditemukan dalam sampel
15
biasanya berupa bakteri patogen yang terdiri dari: e-Coli, Vibrio Colera, Pseudomonas. Jumlah bakteri dari sampel dihitung dengan metode penghitungan bakteri.
11. Ruang TBC ( Tuberculosis)
Ruang TBC meneliti sampel BTA ( Bakteri Tahan Asam). Di ruangan ini dapat diteliti jenis-jenis microbacterium, meliputi Microbacterium Kusta yang bersifat mikroskopis dan Micobacterium TBC ( mikroskopis, kultur, resistensi). Untuk melaksanakan TBC Pemeriksaan dilakukan Safety Level 3 dengan cara ganti baju selama 2x, fogging dan desinfektan. Obat untuk penyakit TBC biasanya disebut Streptomycin.
Proses penelitian virus TBC sebagai berikut:
Mikroskopis = 3 hari. Kultur = 2 bulan. Resistensi = 1 bulan Pengobatan = 6 bulan
Jika tidak sembuh digunakan metode MDR ( Multi Drug Resistance ), merupakan alternatif obat klinik ke 2. Pengobatan lebih dari 6 bulan dengan pengobatan lebih dari 1 tahun. Indonesia merupakan negara ke-5 wabah TBC terbesar di dunia.
Ruangan-ruangan yang terdapat di Balai Laboratorium Kesehatan, meliputi:
Ruang Administrasi Mikro
Ruang Patologi Anatomi
Ruang Media
Ruang Timbangan
Ruang Penyimpanan
Ruang Steril
Ruang Bersih
Ruang Parasitologi
Laboratorium Air dan Makanan
Ruang Mikrobiologi
Ruang TBC ( Tuberculosis)
Klasifikasi-klasifikasi Media dan Fungsi-fungsi
Media dikategorikan berdasarkan fungsi dan kegunaannya. Dalam diagnosa bakteri
terdapat empat kategori umum dari media : pengayaan, pendukung, selektif, dan perbedaan.
Media pengayaan terdiri dari persyaratan nutrisi khusus untuk pertumbuhan dari bakteri
patogen khusus yang mungkin diberikan sendiri atau dengan bakteri spesies lain dalam jenis
yang sama. Jenis media ini digunakan untuk memperkaya pertumbuhan dari sebuah bakteri
16
patogen khusus dari sebuah pencampuran mikroorganisme dengan menggunakan nutrisi
khusus.
Media pendukung terdiri dari makanan bergizi yang mendukung dari kebanyakan
organisme bukan pemilih tanpa memberikan keuntungan pada pertumbuhan organisme.
Media selektif terdiri dari satu atau lebih agen dimana merupakan penghambat semua
organisme-organisme kecuali yang telah ditemukan. Dengan kata lain, media ini memilih
tumbuh dari bakteri lain yang dirugikan. Agen-agen penghambat digunakan untuk tujuan ini
termasuk warna celupan, garam air empedu, alkohol, cuka, dan antibiotik. Sebuah contoh dari
sebuah mesia selektif adalah fenil etil alkohol.
Jenis-jenis Media
1. Berdasarkan konsistensinya, media dapat dibagi menjadi :
a. Media padat, yaitu media yang berbentuk padat. Contoh : media kentang, nasi,
wortel, dan lain-lain.
b. Media cair, yaitu media yang berbentuk cair. Contoh : media susu, nutrient broth
(bouilon daging), glukosa pepton, dan lain-lain.
c. Media semi padat, yaitu media yang dapat berbentuk padat apabila suhunya dingin,
dan dapat berbentuk cair apabila suhunya panas. Media ini merupakan media yang
dibubuhi atau ditambah agar-agar sebagai bahan pemadat.
2. Berdasarkan komposisi/susunannya, media dapat dibagi menjadi :
a. Media sintesis, yaitu media yang dapat diketahui dengan pasti susunan kimianya.
Contoh : Bushnel-Hazs yang terdiri dari : 1000 mL air suling, 0,2 gram MgSO4, 0,002
gram CaCl2, 1 gram KH2PO4, 1 gram NH4NO3, 2 tetes larutan FeCl3.
b. Media non sintesis, yaitu media yang tidak dapat diketahui susunan kimianya ,
merupakan bahan-bahan alami seperti kentang, nutrien kaldu, telur, dan lain
sebagainya. Media sintesis dan non sintesis dapat dirancang untuk penggunaan khusus
seperti :
Isolasi suatu mikroorganisme.
Diferensiasi mikroorganisme.
Penamaan mikroorganisme.
17
Ada juga media makanan yang dibuat dengan menggunakan bahan-bahan alami dan
bahan sintetik, misalnya tauge agar yang terdiri dari : taoge 100 gram, sukrosa 60 gram, air
suling 1000 mL, dan agar-agar 15 gram diekstraksi bersama-sama.
1. Berdasarkan sifatnya, media dapat dibagi menjadi :
a. Media Umum, yaitu media yang dapat digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan bermacam-macam mikroba.
b. Media Khusus, yaitu media yang hanya dapat digunakan untuk menumbuhkan satu
macam mikroba. Contoh : Endoagar, yaitu suatu media khusus yang digunakan untuk
menumbuhkan Eschericia coli. Dalam endoagar sebenarnya dapat tumbuh bakteri lain,
akan tetapi dengan melihat warnanya, dapat diketahui Eschericia coli yang berwarna
kuning merah seperti warna emas.
c. Media Eksklusif, yaitu media yang hanya dapat tumbuh pada satu jenis bakteri,
sedang bakteri lain akan mati.
4. Berdasarkan fungsi dan kegunaannya, media dapat dibagi menjadi :
a. Media selektif
Media ini memberi nutrien yang cukup untuk pertumbuhan satu mikroba dapat menghambat
pertumbuhan mikroba lain yang tidak diharapkan yang juga dapat tumbuh pada media ini.
Contoh : Sabouroud’s glucose agar, mempunyai derajat keasaman (pH) 5,6 digunakan untuk
mengisolasi fungi.
b. Media diferensial
Media ini digunakan untuk menumbuhkan mikroba tertentu dan dapat membedakan berbagai
macam jenis mikroba.
c. Media penguji (Assay media)
Media ini digunakan untuk pengujian viamin-vitamin, asam-asam amino, dan antibiotik.
d. Media untuk perhitungan bakteri
Media ini digunakan untuk menghitung jumlah bakteri yang terdapat dalam suatu bahan.
Masih banyak lagi tipe-tipe media lain, seperti “Maintainance Media”, semi solid
media, dan lain-lain. Berikut ini contoh media selektif dan media differensial yang sering
digunakan di dalam laboratorium mikrobiologi.
18
1) Agar-darah (blood agar)
Agar darah merupakan media differensial yang digunakan untuk membedakan
beberapa bakteri patogen, misalnya Streptococcus. Media ini dibubuhi darah, sehingga
kelihatan berwarna coklat kemerah-merahan dan digunakan sebagai sumber pertumbuhan
bagi bakteri patogen. Bakteri juga dapat dibedakan berdasarkan kemampuannya untuk
melakukan hemolisis pada sel-sel darah.
2) Endoagar
Endoagar adalah media padat (solid planting media) yang digunakan untuk
menumbuhkan bakteri yang hidup di usus. Media ini mengandung natrium sulfit dan “basic
fuchsin” yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif. Asam yang dihasilkan
dari perombakan laktosa dapat dideteksi dengan asetildehida dan natrium sulfit.
3) EMB (Eosin Metylene Blue)
EMB merupakan media differensial berbentuk padat yang dapat digunakan untuk
menggantikan mac conkey agar dan untuk mengadakan isolasi serta mendeteksi
Enterobacteriaceae dan campuran spesies-spesies bakteri yang berbentuk batang koliform.
Eosin dan Metylene Blue berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif. Eosin dan Metylene Blue ini juga dapat berperan sebagai indikator
produksii asam.
4) Mac Conkey Agar
Media ini merupakan media padat yang digunakan untuk seleksi dan penumbuh
Enterobacteriaceae dan bakteri gram negatif yang berbentuk cabang. Garam-garam empedu
dan kristal-kristal violet di dalam media ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram
negatif dan bakteri gram positif.
5) Mannitol Salt Agar
Mannitol salt agar merupakan media yang mengandung 7,5% NaCl yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri selain Steptococcus. Media ini juga mengandung mannitol,
fenol merah sebagai indikator pH, berguna untuk mendeteksi adanya asam yang dihasilkan
oleh Streptococcus yang menfermentasi mannitol.
19
6) Selenite Broth
Media ini digunakan untuk mengadakan isolasi spesies Salmonella dari spesimen-
spesimen seperti urin dan feses. Sodium selenit merupakan inhibator terhadap Eschericia coli
dan beberapa spesies dari Shigella.
7) Gram Negative Broth (GN Broth)
Media ini digunakan untuk menumbuhkan bakteri Salmonella dan Shigella.
8) DCA (Deoxycholate Citrate Agar)
Media ini digunakan untuk mengadakan isolasi spesies-spesies Enterobactericeae dari
kultur campuran. Media ini mengandung konsentrasi garam-garam empedu (sodium
desoxycholats) tiga kali lebih banyak dari garam-garam empedu yang terdapat di dalam mac
conkey agar.
9) TCI (Triple Sugar Iron Agar)
Media ini digunakan untuk membedakan general Enterobactericeae berdasarkan pola
fermentasi dan penghasilan hidrogen sulfida. Untuk pengamatan pola fermentasi
menggunakan karbohidrat.
Perbedaan media menggunakan beberapa faktor (faktor-faktor yang membiarkan
koloni-koloni dari satu jenis bakteri) untuk membandingkan metabolisme bakteri tertentu atau
karakteristik bakteri dalam pemeliharaannya sehingga dapat digunakan untuk membagi
bakteri dari pertumbuhannya. Salah satunya adalah menggunakan medium agar Mac Conkey.
Medium ini dapat membedakan aantara bakteri gram negatif yang dapat dan tidak dapat
memfermentasikan gula laktosa. Selain sebagai media pertumbuhan, agar Mac Conkey dapat
digunakan sebagai media selektif. Media ini tidak akan membantu pertumbuhan bakteri gram
positif. Contoh lainnya adalah agar domba. Agar ini pada umumnya digunakan sebagai media
pendukung untuk diagnosa bakteri karena membiarkan organisme lain tumbuh disitu. Agar ini
berbeda dengan yang lain karena muncul penampakan dari koloni-koloni yang memproduksi
spesies bakteri tertentu sehingga sudah siap untuk dibagi.
20
BAB VI
KESIMPULAN
Dari kuliah lapangan yang telah dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi
Jawa Barat ini dapat disimpulkan bahwa di ruang mikrobiologi terdapat ruang administrasi
mikrobiologi, ruang media, ruang alat, ruang sterilisasi, ruang TB, non TB dan ruang- ruang
lainnya.
Selain ruangan- ruangan tersebut, kita juga dapat menyimpulkan bahwa di ruang
mikrobiologi tersebut melakukan proses pembuatan media, diantaranya media agar darah,
media lactose broth, media malonate broth, media mac conkey, media nutrien agar dan yang
lainnya. Sebelum melakukan proses pembuatan media, harus terlebih dahulu memasuki tahap
sterilisasi, baik itu alatnya, maupun kebersihan dari orang yang membuat medianya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Profil Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Balai
Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat Press; Bandung.
Anonim. 2012. ( www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/mm5114a1.htm ). ( di akses pada
tanggal 24 Desember 2012 )
Anonim. 2012. ( www.efsan.fda.gov/~dms/inf-ltr3.html-12k ). ( di akses pada tanggal 24
Desember 2012 )
Anonim. 2012. ( www.fao.org/docrep/007/y5502e/y5502e07.htm-20k ). ( di akses pada
tanggal 24 Desember 2012 )
Boyle, E.C dan B.B. Finlay. 2003. Bacterial Pathogenitas : Exploithing Celluler Adherence.
Cuur Opin Cell Biol Oct 15(5) : 633-9. New York.
Marler. 2012. Enterobacter Sakazakii Infections Associated With Powdered Infant Formula.
(www.marlerblog.com/case-news/enterobacter-sakazakii-infections-associated with-
powdered-infant-formula/-40k.) ( di akses pada tanggal 25 Desember 2012 )
Sihnyoto,dkk. 2007. Sistem Pengendalian Mutu Laboratorium Mikrobiologi. Balai
Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat Press; Bandung.
Soemarno. 2000. Isolasi dan Identifikasi Bakter Klinik. Akademi Analisis Kesehatan;
Bandung.
21
Recommended