View
13
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
Laporan Kinerja BPPT Tahun 2019
LAPORAN KINERJA BPPTTahun 2019
2
LAP
OR
AN
KIN
ER
JA B
PP
T TA
HU
N 2019
3
LAP
OR
AN
KIN
ER
JA B
PP
T T
AH
UN
201
9
TIM PENYUSUNLAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
TIM PENYUSUN
PengarahDr. Ir. Hammam Riza, M.Sc.
Penanggung JawabIr. Dadan Moh. Nurjaman, M.T.
Ketua PelaksanaIr. Makmuri, M.Eng.
Wakil Ketua PelaksanaIr. Irshan Zainuddin, M.Si.
Sekretaris Merangkap AnggotaRizky Agung Wibowo, SE., ME.
Anggota :Restuadi, SE., M.Si. Perwakilan Sekretariat UtamaDrs. Dedy Roesmajadi, MM. Perwakilan Sekretariat UtamaMunawar Sahabuddin Perwakilan Sekretariat UtamaWiji Lestari, B.Eng. Perwakilan Sekretariat UtamaRiky Prasetyo, ST. Perwakilan Sekretariat UtamaGilang Ramadhan, ST Perwakilan Sekretariat UtamaAbdul Latif, S.Si., M.Eng Perwakilan Sekretariat UtamaSolichah Vichy Budiwati, ST., ME. Perwakilan Kedeputian PKTUnik Setiawati, ST. MT. Perwakilan Kedeputian PKTAldrich Ilyas, ST., MP. Perwakilan Kedeputian PKTDrs. Nizar, MM. Perwakilan Kedeputian TABDr. Muhammad Hanif, ST., MT. Perwakilan Kedeputian TPSACornelius Antoni Nababan, S.Si. Perwakilan Kedeputian TPSADr. Dipl. Ing. Michael Andreas Purwoadi, DEA. Perwakilan Kedeputian TIEMIr. Andi Djalal Latief, MS. Perwakilan Kedeputian TIEMHarnum Annisa Prafitia, S.Si. Perwakilan Kedeputian TIEMDr. Hari Setiapraja, M.Eng. Perwakilan Kedeputian TIRBRSahroni Perwakilan Kedeputian TIRBR
SekretariatKewat Siti Wahyuni, S.Sos
4
LAP
OR
AN
KIN
ER
JA B
PP
T TA
HU
N 2019
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya BPPT dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Tingkat Lembaga periode tahun 2019 ini sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban Kepala BPPT kepada Presiden dan masyarakat/publik dalam rangka mewujudkan akuntabilitas dan transparansi pengelolan kinerja.
Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri PAN dan RB No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, BPPT menyusun Laporan Kinerja Tahun 2019 yang didalamnya menguraikan rencana kinerja yang telah ditetapkan, pencapaian atas rencana kinerja tersebut, dan realisasi anggaran.
Laporan Kinerja BPPT Tahun 2019 ini merupakan laporan kinerja BPPT yang kelima dalam periode 2015-2019, yang berisi mengenai pencapaian empat sasaran strategis di tingkat Lembaga. Keempat sasaran strategis tersebut adalah :
KATA PENGANTAR
Dr. Ir. HAMMAM RIZA, M.Sc.Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
i
i
LAP
OR
AN
KIN
ER
JA B
PP
T T
AH
UN
201
9
1. Termanfaatkannya rekomendasi kebijakan nasional di bidang teknologi, dengan dua indikator kinerja rekomendasi kebijakan nasional di bidang teknologi; yaitu : • Rekomendasi teknologi pengolahan emas bebas merkuri, dengan target
1; • Rekomendasi teknologi pemanfaatan sertifikat dijital untuk pemilu
nasional, dengan target 1.
2. Termanfaatkannya inovasi teknologi untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa, dengan sembilan indikator kinerja inovasi teknologi, dan tiga indikator kinerja terkait jumlah NSTP/TP yang terwujud dan berfungsi.
Sembilan indikator kinerja terkait Inovasi Teknologi meliputi : • Inovasi teknologi produksi pakan ternak berbahan baku kelapa sawit,
dengan target 1; • Inovasi teknologi produksi cangkang kapsul dari rumput laut, dengan target 1; • Inovasi teknologi produksi bibit kentang Ex Vitro, dengan target 1; • Inovasi teknologi Diagnostic Kit Dengue, dengan target 1;• Inovasi teknologi sistem navigasi laut, dengan target 1; • Inovasi teknologi SIMRAL (Sistem Informasi Akrual/ e-Planning) Government
Cloud, dengan target 1; • Inovasi operasional Drone Alap-alap, dengan target 1; • Inovasi Smart Level Crossing di 10 lokasi pulau jawa, dengan target 1; • Inovasi kapal angkut ikan berpendingin, dengan target 1.
Tiga indikator kinerja terkait Jumlah NSTP/TP yang terwujud dan berfungsi meliputi : • Terwujud dan berfungsinya TP Cimahi, dengan target 1; • Terwujud dan berfungsinya NSTP BPPT di Serpong, dengan target 1; dan • Terwujud dan berfungsinya TP Bantaeng di Bantaeng, Sulawesi Selatan,
dengan target 1.
3. Termanfaatkannya audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi dan layanan teknologi untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa, dengan empat indikator kinerja, yaitu : (1) indikator kinerja jumlah audit teknologi, (2) indikator kinerja jumlah alih teknologi, (3) indikator kinerja jumlah layanan teknologi; dan (4) indikator kinerja indeks kepuasan masyarakat.
ii
ii
LAP
OR
AN
KIN
ER
JA B
PP
T TA
HU
N 2019
Indikator kinerja jumlah audit teknologi meliputi dua indikator, yaitu : • Audit teknologi Industri Manufaktur Pembangkit Tenaga Listrik, dengan
target 1; dan • Audit teknologi Light Rappid Transportation Jabodebek, dengan target 1.
Indikator kinerja Jumlah Alih Teknologi meliputi empat indikator, yaitu : • Alih teknologi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas, dengan
target 1; • Alih teknologi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Binary Cycle 500 kW, dengan target 1; • Alih teknologi pembangunan Smart Grid di Serpong-NSTP, dengan target
1; dan • Alih teknologi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah, dengan
target 1.
Indikator kinerja Jumlah Layanan Teknologi meliputi sepuluh indikator, yaitu : • Layanan inkubasi teknologi, dengan target 1; • Layanan teknologi air bersih, dengan target 1; • Layanan teknologi TMC, dengan target 1; • Layanan pengujian teknologi kartu cerdas, dengan target 1; • Layanan pengujian teknologi Photo Voltaic, dengan target 1; • Layanan verifikasi Eco Label, dengan target 1; • Layanan Sertifikat Dijital (CA), dengan target 1; • Layanan pengujian teknologi Pesawat Terbang Nasional, dengan target
1; • Layanan pengujian teknologi Sarana dan Prasarana Kereta Api, dengan
target 1; dan • Layanan teknologi perbanyakan Bibit secara Ex Vitro, dengan target 1.
4. Terwujudnya penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih, Akuntabel dan Berkinerja Tinggi, dengan 3 (tiga) indikator kinerja, yakni :
• Indeks Reformasi Birokrasi, dengan target nilai indeks A; • Opini penilaian laporan keuangan oleh BPK, dengan target Opini WTP;
dan • Nilai hasil evaluasi akuntabilitas kinerja, dengan target nilai BB.
iii
iii
LAP
OR
AN
KIN
ER
JA B
PP
T T
AH
UN
201
9
Secara umum, realisasi/capaian kinerja atas indikator kinerja sasaran strategis BPPT tersebut di atas pada akhir tahun 2019 dapat terpenuhi dengan baik. Dari 34 indikator kinerja sasaran strategis yang telah ditetapkan, 32 indikator kinerja targetnya tercapai 100%, 1 indikator kinerja capaian kinerjanya 200%, dan 1 indikator kinerja targetnya hanya tercapai 83,3% karena adanya beberapa kriteria yang belum terpenuhi.
Berbagai pencapaian kinerja BPPT tahun 2019 ini merupakan hasil dari upaya sungguh-sungguh yang dilakukan oleh seluruh jajaran di lingkungan BPPT yang telah berkontribusi untuk peningkatan kinerja BPPT.
Kami berharap laporan kinerja ini bermanfaat dan dapat dipergunakan oleh para pemangku kepentingan BPPT.
Wabillaahi taufik wal hidayah, wassalaammu‘alaikum warrahmahtullaahi wabarokaatuh.
Jakarta, Pebruari 2020Telah Diperiksa Oleh Kepala BPPT,
Dr. Ir. Hammam Riza, M.Sc.
iv
iv
LAP
OR
AN
KIN
ER
JA B
PP
T TA
HU
N 2019
IKHTISAR EKSEKUTIF
Sejalan dengan RPJMN periode 2015-2015, BPPT telah menetapkan Rencana Strategis BPPT Tahun 2015 - 2019 yang memuat informasi tentang visi, misi, tujuan, sasaran dan program kegiatan BPPT, dimana sejalan dengan waktu, dan adanya tuntutan baik yang berasal dari eksternal maupun internal, BPPT telah melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap visi, misi, sasaran-sasaran strategis dan indikator-indikator kinerja sasaran strategis, yang pada tahun 2018 ditetapkan Rencana Strategis BPPT Tahun 2015 – 2015 Revisi 5.
Sesuai dengan Rencana Strategis BPPT Tahun 2015 – 2015 Revisi 5, pada tahun 2019 BPPT telah menetapkan kinerja yang diperjanjikan dalam dokumen Perjanjian Kinerja BPPT Tahun 2019, yang terdiri dari 34 indikator kinerja yang terdapat dalam 4 sasaran strategis.
Secara keseluruhan capaian kinerja BPPT tahun 2019 dapat tercapai/terpenuhi dengan baik. Sasaran yang terdapat dalam perjanjian kinerja menunjukkan hasil yang baik dengan tercapainya target sasaran sesuai yang ditetapkan sebelumnya.Gambaran capaian kinerja dapat diketahui sebagai berikut :• Secara umum, target-target indikator kinerja sasaran-sasaran strategis
BPPT sebagaimana ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi tahun 2019 berhasil dicapai dengan baik.
• Dalam sasaran strategis 1, Termanfaatkannya Rekomendasi Kebijakan Nasional di bidang Teknologi, dengan Indikator kinerja Jumlah Rekomendasi Kebijakan Nasional di Bidang Teknologi, dengan target 2, yaitu Rekomendasi Teknologi Pengolahan Emas Bebas Merkuri dan Rekomendasi Teknologi Pemanfaatan Sertifikat Dijital untuk Pemilu Nasional, kedua targetnya tercapai 100%.
• Dalam sasaran strategis 2, Termanfaatkannya Inovasi Teknologi Untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa, pada Indikator kinerja Jumlah Inovasi Teknologi, dengan target 9, semua targetnya tercapai 100%. Pencapaian target kinerja Indikator kinerja Jumlah Inovasi Teknologi adalah sebagai berikut :1. Jumlah Inovasi Teknologi Produksi Pakan Ternak Berbahan Baku
Kelapa Sawit, dengan target 1 inovasi, targetnya tercapai 100%.
v
v
LAP
OR
AN
KIN
ER
JA B
PP
T T
AH
UN
201
9
2. Jumlah Inovasi Teknologi Produksi Cangkang Kapsul dari Rumput Laut, dengan target 1 inovasi, targetnya tercapai 100%.
3. Jumlah Inovasi Teknologi Produksi Bibit Kentang Ex Vitro, dengan target 1 inovasi, targetnya tercapai 100%.
4. Jumlah Inovasi Teknologi Diagnostic Kit Dengue, dengan target 1 inovasi, targetnya tercapai 100%.
5. Jumlah Inovasi Teknologi Sistem Navigasi Laut, dengan target 1 inovasi, targetnya tercapai 100%.
6. Jumlah Inovasi Teknologi SIMRAL (Sistem Informasi Akrual/ e-Planning) Government Cloud, dengan target 1 inovasi, targetnya tercapai 100%.
7. Jumlah Inovasi Operasional Drone Alap-alap, dengan target 1 inovasi, targetnya tercapai 100%.
8. Jumlah Inovasi Smart Level Crossing di 10 Lokasi Pulalu Jawa, dengan target 1 inovasi, targetnya tercapai 100%.
9. Jumlah Inovasi Kapal Angkut Ikan Berpendingin, dengan target 1 inovasi, targetnya tercapai 100%.
• Dalam sasaran strategis 2, Termanfaatkannya Inovasi Teknologi Untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa, pada Indikator kinerja Jumlah NSTP/TP yang terwujud dan berfungsi, dengan target 3, dua targetnya tercapai 100%, dan satu targetnya tercapai 83,3%. Pencapaian target kinerja Indikator kinerja Jumlah NSTP/TP yang terwujud dan berfungsi adalah sebagai berikut :1. Terwujud dan Berfungsinya TP Cimahi, dengan target 1 TP; targetnya
tercapai 100%.2. Terwujud dan Berfungsinya NSTP BPPT di Serpong, dengan target 1
NSTP; targetnya tercapai 83,3%. 3. Terwujud dan Berfungsinya TP Bantaeng di Bantaeng, Sulawesi
Selatan, dengan target 1 TP, targetnya tercapai 100%.
• Dalam sasaran strategis 3, Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan Teknologi Untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa., pada Indikator kinerja Jumlah Audit Teknologi, dengan target 2, yaitu Audit Teknologi Industri Manufaktur Pembangkit Tenaga Listrik dan Audit Teknologi Light Rappid Transportation Jabodebek, kedua targetnya tercapai 100%.
vi
vi
LAP
OR
AN
KIN
ER
JA B
PP
T TA
HU
N 2019
• Dalam sasaran strategis 3, Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan Teknologi Untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa., pada Indikator kinerja Jumlah Alih Teknologi, dengan target 4, semua targetnya tercapai 100%.. Pencapaian target kinerja Indikator kinerja Jumlah Alih Teknologi adalah sebagai berikut :1. Jumlah Alih Teknologi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Biogas, dengan target 1; targetnya tercapai 100%.2. Jumlah Alih Teknologi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi Binary Cycle 500 kW, dengan target 1; targetnya tercapai 100%.3. Jumlah Alih Teknologi Pembangunan Smart Grid di Serpong-NSTP,
dengan target 1; targetnya tercapai 100%.4. Jumlah Alih Teknologi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah, dengan target 1; targetnya tercapai 100%.
• Dalam sasaran strategis 3, termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan Teknologi untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa., pada Indikator kinerja jumlah Layanan Teknologi, dengan target 10, sembilan targetnya tercapai 100%, dan satu targetnya tercapai 200%. Pencapaian target kinerja Indikator kinerja Jumlah Alih Teknologi adalah sebagai berikut :1. Jumlah Layanan Inkubasi Teknologi, dengan target 1 layanan;
targetnya tercapai 100%2. Jumlah Layanan Teknologi Air Bersih, dengan target 1 layanan;
targetnya tercapai 100%3. Jumlah Layanan Teknologi TMC, dengan target 1 layanan; targetnya
tercapai 100%4. Jumlah Layanan Pengujian Teknologi Kartu Cerdas, dengan target 1
layanan; targetnya tercapai 100%5. Jumlah Layanan Pengujian Teknologi Photo Voltaic, dengan target 1
layanan; targetnya tercapai 200%6. Jumlah Layanan Verifikasi Eco Label, dengan target 1 layanan;
targetnya tercapai 100%7. Jumlah Layanan Sertifikat Dijital (CA), dengan target 1 layanan;
targetnya tercapai 100%8. Jumlah Layanan Pengujian Teknologi Pesawat Terbang Nasional,
dengan target 1 layanan; targetnya tercapai 100%9. Jumlah Layanan Pengujian Sarana Dan Prasarana Kereta Api, dengan
target 1 layanan; targetnya tercapai 100%
vii
VII
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... I
IKHTISAR EKSEKUTIF.................................................................................................................... V
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ VII
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................................... XI
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... XII
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... I-1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ I-1 1.2 Kedudukan, Tugas, dan Fungsi ............................................................................... I-3 1.3 Struktur Organisasi .................................................................................................. I-4 1.4 Sumber Daya Manusia ............................................................................................ I-7 1.5 Sistematika Penyajian ............................................................................................. I-9
BAB II PERENCANAAN KINERJA .................................................................................. II-1 2.1 Rencana Strategis .................................................................................................. II-1 2.2 Perjanjian Kinerja Tahun 2019 ............................................................................... II-6
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ............................................................................... III-1 3.1. Capaian Kinerja Organisasi ............................................................................... III-1
3.1.1 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 1 : Termanfaatkannya Rekomendasi Kebijakan Nasional di bidang Teknologi ............ III-4
3.1.1.1 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 1 Indikator Kinerja 1 : Rekomendasi Teknologi Pengolahan Emas Bebas Merkuri .............................. III-4 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan .................................................................... III-4 B. Capaian Kinerja ........................................................................................ III-10
3.1.1.2 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 1 Indikator Kinerja 2 : Rekomendasi Teknologi Pemanfaatan Sertifikat Dijital untuk Pemilu Nasional .................................................................................... III-14 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan .................................................................. III-14 B. Capaian Kinerja ........................................................................................ III-17
3.1.2 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 : Termanfaatkannya Inovasi Teknologi Untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa ....................................................... III-27
3.1.2.1 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 Indikator Kinerja 1 : Inovasi Teknologi Produksi Pakan Ternak Berbahan Baku Kelapa Sawit ........ III-28 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan .................................................................. III-28
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
VIII
B. Capaian Kinerja Organisasi ...................................................................... III-34 3.1.2.2 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 Indikator Kinerja 2 :
Inovasi Teknologi Produksi Cangkang Kapsul dari Rumput Laut .................... III-39 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan .................................................................. III-39 B. Capaian Kinerja ........................................................................................ III-51
3.1.2.3 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 Indikator Kinerja 3 : Inovasi Teknologi Produksi Bibit Kentang Ex Vitro .......................................... III-56 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan .................................................................. III-56 B. Capaian Kinerja ........................................................................................ III-59
3.1.2.4 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 Indikator Kinerja 4 : Inovasi Teknologi Diagnostic Kit Dengue ........................................................ III-67 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan .................................................................. III-67 B. Capaian Kinerja ........................................................................................ III-74
3.1.2.5 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 Indikator Kinerja 5 : Inovasi Teknologi Sistem Navigasi Laut .......................................................... III-78 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan .................................................................. III-78 B. Capaian Kinerja Organisasi ...................................................................... III-85
3.1.2.6 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 Indikator Kinerja 6 : Inovasi Teknologi SIMRAL (Sistem nformasi Akrual/ e-Planning) Government Cloud .......................................................................................... III-94 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan ..................................................................... III-94 B. Capaian Kinerja ........................................................................................ III-97
3.1.2.7 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 Indikator Kinerja 7 : Inovasi Operasional Drone Alap-alap ........................................................... III-104 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan ................................................................ III-104 B. Capaian Kinerja ...................................................................................... III-108
3.1.2.8 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 Indikator Kinerja 8 : Inovasi Smart Level Crossing di 10 Lokasi Pulau Jawa ................................. III-114 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan ................................................................ III-114 B. Capaian Kinerja ...................................................................................... III-120
3.1.2.9 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 Indikator Kinerja 9 : Inovasi Kapal Angkut Ikan Berpendingin ....................................................... III-124 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan ................................................................ III-124 B. Capaian Kinerja ...................................................................................... III-129
3.1.2.10 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 Indikator Kinerja 10 : Terwujud dan Berfungsinya TP Cimahi ......................................................... III-133 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan ................................................................ III-133 B. Capaian Kinerja ...................................................................................... III-138
3.1.2.11 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 Indikator Kinerja 11 : Terwujud dan Berfungsinya NSTP BPPT di Serpong .................................... III-145 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan ................................................................ III-145 B. Capaian Kinerja ...................................................................................... III-153
3.1.2.12 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 Indikator Kinerja 12 : Terwujud dan Berfungsinya TP Bantaeng di Bantaeng, Sulawesi Selatan .... III-164 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan ................................................................ III-164 B. Capaian Kinerja ...................................................................................... III-170
IX
3.1.3 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 : Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan Teknologi Untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa ............................................................................... III-175
3.1.3.1 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 1 : Audit Teknologi Industri Manufaktur Pembangkit Tenaga Listrik ................... III-177 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan ................................................................ III-177 B. Capaian Kinerja ...................................................................................... III-182
3.1.3.2 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 2 : Audit Teknologi Light Rappid Transportation Jabodebek .............................. III-185 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan ................................................................ III-185 B. Capaian Kinerja ...................................................................................... III-189
3.1.3.3 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 3 : Alih Teknologi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas ................. III-193 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan ................................................................ III-193 B. Capaian Kinerja ...................................................................................... III-198
3.1.3.4 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 4 : Alih Teknologi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Binary Cycle 500 kW ..................................................................................... III-208 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan ................................................................ III-208 B. Capaian Kinerja ...................................................................................... III-211
3.1.3.5 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 5 : Alih Teknologi Pembangunan Smart Grid di Serpong-NSTP ......................... III-217 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan ................................................................ III-217 B. Capaian Kinerja ...................................................................................... III-222
3.1.3.6 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 6 : Alih Teknologi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah ............... III-225 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan ................................................................ III-225 B. Capaian Kinerja ...................................................................................... III-234
3.1.3.7 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 7 : Layanan Inkubasi Teknologi .......................................................................... III-238 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan ................................................................ III-238 B. Capaian Kinerja ...................................................................................... III-239
3.1.3.8 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 8 : Layanan Teknologi Air Bersih ....................................................................... III-245 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan ................................................................ III-245 B. Capaian Kinerja ...................................................................................... III-251
3.1.3.9 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 9 : Layanan Teknologi TMC ............................................................................... III-254 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan ................................................................ III-254 B. Capaian Kinerja ...................................................................................... III-265
3.1.3.10 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 10 : Layanan Pengujian Teknologi Kartu Cerdas ................................................. III-268 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan ................................................................ III-268 B. Capaian Kinerja ...................................................................................... III-271
3.1.3.11 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 11 : Layanan Pengujian Teknologi Photo Voltaic ................................................. III-276
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
X
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan ................................................................ III-276 B. Capaian Kinerja ...................................................................................... III-281
3.1.3.12 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 12 : Layanan Verifikasi Eco Label ........................................................................ III-285 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan ................................................................ III-285 B. Capaian Kinerja ...................................................................................... III-287
3.1.3.13 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 13 : Layanan Sertifikat Dijital (CA) ....................................................................... III-295 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan ................................................................ III-295 B. Capaian Kinerja ...................................................................................... III-297
3.1.3.14 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 14 : Layanan Pengujian Teknologi Pesawat Terbang Nasional ............................ III-300 A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan ................................................................ III-300 B. Capaian Kinerja ...................................................................................... III-303
3.1.3.15 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 15 : Layanan Pengujian Sarana Dan Prasarana Kereta Api ................................. III-313 A. Uraian Pelaksanaan Program . Kegiatan Tahun 2019.. .......................... III-313 B. Capaian Kinerja ...................................................................................... III-318
3.1.3.16 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 16 : Layanan Teknologi Perbanyakan Bibit Secara Ex Vitro ................................. III-322 A. Uraian Pelaksanaan Program / Kegiatan ................................................ III-322 B. Capaian Kinerja Organisasi .................................................................... III-325
3.1.3.17 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 17 : ................. III-331 A. Capaian Kinerja ...................................................................................... III-331
3.1.4 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 4 : ....................................................... III-341 3.1.4.1 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 4 Indikator Kinerja 1 :
Indeks Reformasi Birokrasi, dengan target nilai indeks A .............................. III-341 3.1.4.2 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 4 Indikator Kinerja 2 :
Opini penilaian laporan keuangan oleh BPK, dengan target opini WTP ........ III-359 3.1.4.3 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 4 Indikator Kinerja 3 :
Nilai evaluasi akuntabilitas kinerja, dengan target nilai BB ............................ III-363 3.1.5 Capaian Kinerja Lainnya ......................................................................................
3.1.5.1 Capaian Kinerja Lainnya 1 : ................................................................... III-374 3.1.5.2 Capaian Kinerja Lainnya 2 : ................................................................... III-375 3.1.5.3 Capaian Kinerja Lainnya 3 : ................................................................... III-376
3.1.6 Tindak Lanjut Atas Rekomendasi Menteri PAN dan RB ............................. III-377
3.2. Realisasi Anggaran ....................................................................................... III-388
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................... IV-1 4.1. Kesimpulan ........................................................................................................ IV-1
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Struktur Organisasi BPPT...................................................................... I-6
Gambar 1.2 Komposisi SDM BPPT berdasarkan Usia .............................................. I-8
Gambar 1.3 Komposisi SDM BPPT berdasarkan Pendidikan .................................... I-8
Gambar 1.4 Komposisi SDM BPPT berdasarkan Jabatan Fungsional ...................... I-8
Gambar 3.1 Alur Proses Penetapan Teknologi Pengolahan Emas Bebas Merkuri dan Pengolahan Limbahnya ................................ III-6
Gambar 3.2 Riwayat Program Kegiatan Pengolahan Emas Bebas Merkuri dan Pengolahan Limbahnya ........................................................................ III-6
Gambar 3.3 Pilot project pengolahan emas bebas merkuri BPPT di Kabupaten Kulon Progo .................................................................... III-7
Gambar 3.4 Kegiatan uji operasi dan uji fungsi peralatan di pilot project pengolahan emas tanpa merkuri di Kabupaten Kulon Progo, DIY ........ III-8
Gambar 3.5 Kegiatan pelatihan dan bimbingan teknis di pilot project pengolahan emas bebas merkuri ......................................................... III-9
Gambar 3.6 Berita di masmedia terkait pengolahan emas bebas merkuri ............... III-9
Gambar 3.7 Perbandingan realisasi kinerja sampai tahun ini dengan beberapa tahun terakhir.......................................................... III-11
Gambar 3.8 Buku Rekomendasi Teknologi Pemanfaatan Sertifikat Dijital untuk Pemilu Nasional ......................................................................... III-24
Gambar 3.9 Penyerahan Buku Rekomendasi Teknologi Pemanfaatan Sertifikat Dijital untuk Pemilu Nasional kepada KPU, Bawaslu, DKPP ................................................................................... III-25
Gambar 3.10 Sosialisasi dan FGD yang dihadiri oleh KPU, Bawaslu, DKPP, Kemendagri ............................................................................. III-25
Gambar 3.11 Penyiapan rekomendasi dari Wantanas terkait e-Pemilu kepada Presiden ................................................................................. III-26
Gambar 3.12 Workshop dengan Balitbang Kemendagri terkait e-Pemilu .................. III-26
Gambar 3.13 Pelepasan truk Pakan (Mitra Pengguna Pilot Project Integrasi Sawit Sapi BPPT: Kelompok Ternak Karya Lestari) ..................................... III-30
Gambar 3.14 Diskusi tanya jawab dalam Focus Group Discussion ........................... III-31
Gambar 3.15 Foto bersama peserta Focus Group Discussion .................................. III-32
Gambar 3.16 Peresmian pilot project sistem integrasi sapi sawit .............................. III-32
xii
Gambar 3.17 Penandatanganan prasasti dan penyerahan dokumen pilot project sistem integrasi sawit sapi ................................................................... III-33
Gambar 3.18 Peningkatan Capaian Kinerja Output Menuju Target Akhir Sesuai Dokumen Renstra ............................................................................... III-38
Gambar 3.19 Kegiatan Uji Produksi Skala Industri di PT. Kapsulindo Nusantara ...... III-40
Gambar 3.20 Sampel Produk Hasil Ujicoba Produksi ................................................ III-40
Gambar 3.21 Dokumen Pendaftaran Paten Cangkang Kapsul Rumput Laut ............ III-41
Gambar 3.22 Merk Kapsul Rumput Laut “Rulindo Caps” ........................................... III-41
Gambar 3.23 Dokumen PKS Produksi dan Komersialisasi Cangkang Kapsul Keras Rumput Laut ............................................................................. III-42
Gambar 3.24 Penandatangan PKS Produksi dan Komersialisasi Cangkang Kapsul ................................................................................ III-42
Gambar 3.25 Penekanan Tombol Launching Produksi dan Komersialisasi Cangkang Kapsul ................................................................................ III-43
Gambar 3.26 Produksi cangkang kapsul rumput laut di PT Kapsulindo Nusantara ................................................................. III-43
Gambar 3.27 Penyerahan Kapsul rumput laut kepada beberapa distributor, salah satunya PT Brataco ................................................................. III-44
Gambar 3.28 Berita tentang Launching Kapsul Rumput Laut ................................... III-45
Gambar 3.29 Hasil Pengukuran Keseragaman Bobot .............................................. III-47
Gambar 3.30 Hasil Uji Disolusi ................................................................................. III-47
Gambar 3.31 Hasil Uji Kadar Air .............................................................................. III-47
Gambar 3.32 Peningkatan Capaian Kinerja Output Menuju Target Akhir Sesuai Dokumen Renstra ............................................................................. III-53
Gambar 3.33 Pernyataan dari PT. Kapsulindo Nusantara ....................................... III-55
Gambar 3.34 Peningkatan Capaian Kinerja Output Menuju Target Akhir Sesuai Dokumen Renstra ............................................................................. III-62
Gambar 3.35 Tanaman Induk Kentang Hasil Perbanyakan secara Bioreaktor ........ III-64
Gambar 3.36 Aklimatisasi Benih Kentang Hasil Perbanyakan secara Bioreaktor ... III-64
Gambar 3.37 Perbanyakan Tanaman Kentang Hasil Bioreaktor secara ex Vitro .... III-64
Gambar 3.38 Diseminasi Teknologi Perbanyakan Benih Kentang dengan Bioreaktor ex Vitro ........................................................................... III-65
Gambar 3.39 Panen Kentang Hasil Bioreaktor secara ex Vitro ............................... III-65
xiii
Gambar 3.40 Pernyataan Penggunaan dan Pemanfaatan Teknologi BPPT oleh Mitra AdhiGuna Laboratorium .................................................... III-66
Gambar 3.41 Design kit diagnostik Dengue NS1 .................................................... III-68
Gambar 3.42 KIFATES ........................................................................................... III-69
Gambar 3.43 Penandatangan Perjanjian Kerjasama antara BPPT dan PT Kimia Farma tentang produksi dan komersialisasi kit rapid test demam berdarah dengue (DBD) tanggal 17 Juni 2019 . III-72
Gambar 3.44 Serah terima teknologi industrI produksi bahan baku kit rapid test Dengue dari BPPT kepada PT Kimia Farma ..................................... III-73
Gambar 3.45 Perbandingan Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis ....................................................... III-77
Gambar 3.46 Gambar Prinsip Kerja AIS .................................................................. III-79
Gambar 3.47 Hasil Pengembangan dari tahun 2017, 2018 hingga mencapai target produksi di tahun 2019 ............................................................ III-81
Gambar 3.48 Peningkatan Capaian Kinerja Outcome Menuju Target Akhir Sesuai Dokumen Renstra ................................................................. III-89
Gambar 3.49 Kegiatan Penunjang Keberhasilan Pencapaian Kinerja ..................... III-92
Gambar 3.50 Capture Halaman Depan Aplikasi SIMR@L Cloud yang sudah diimplementasi di Kabupaten Lebak dan Kota Pekalongan ............... III-102
Gambar 3.51 Capture Konsep dan Tampilan Form aplikasi SIMR@L Cloud .......... III-102
Gambar 3.52 Capture Perjanjian Kerjasama Implementasi SIMR@L Cloud .......... III-102
Gambar 3.53 TOT SIMR@L Cloud untuk Pemerintah Kabupaten Lebak dan Pemerintah Kota Pekalongan ............................................................ III-103
Gambar 3.54 Tim Bank Dunia apresiasi penerapan SIMR@L Provinsi Banten ...... III-104
Gambar 3.55 Flap di drone/ PUNA Alap-Alap ........................................................ III-106
Gambar 3.56 Serah terima amandemen sertifikat PUNA Alap-alap. ...................... III-107
Gambar 3.57 Peningkatan Capaian Kinerja Outcome Menuju Target Akhir Sesuai Dokumen Renstra ................................................................. III-112
Gambar 3.58 Uji lapangan SLC .............................................................................. III-117
Gambar 3.59 Sistem SLC yang Terpasang Di Perlintasan Sebidang ...................... III-117
Gambar 3.60 Dokumen pengajuan sertifikasi kelaikan SLC oleh Mitra ke Kemenhub .................................................................................... III-118
Gambar 3.61 Dokumen pengajuan sertifikasi kelaikan SLC oleh Mitra ke Kemenhub .................................................................................... III-119
xiv
Gambar 3.62 Peningkatan Capaian Kinerja Outcome Menuju Target Akhir Sesuai Dokumen Renstra ................................................................. III-122
Gambar 3.63 Rencana Umum Design Kapal Pengangkut Ikan 60 GT .................... III-125
Gambar 3.64 Profile Desain dan Keyplan Kapal Pengangkut Ikan 60 GT ............... III-126
Gambar 3.65 Pernyataan Pemanfatan Disain dan Rancang Bangun Kapal Perikanan Berukuran 60 GT dan 120 GT. ............................... III-127
Gambar 3.66 Peningkatan Capaian Kinerja Outcome Menuju Target Akhir Sesuai Dokumen Renstra ............................................................................. III-131
Gambar 3.67 Perbandingan Antara Realisasi Kinerja Serta Capaian Kinerja Tahun Ini dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun Terakhir dan Peningkatan Capaian Kinerja Outcome Menuju Target Akhir Sesuai Dokumen Renstra ............................................. III-140
Gambar 3.68 Rekomendasi Pembangunan Kawasan Techno Park Cimahi ........... III-141
Gambar 3.69 Laporan Pendampingan PPBT di Cimahi Techno Park .................... III-142
Gambar 3.70 Peresmian Cimahi Techno Park oleh Menristekdikti ......................... III-143
Gambar 3.71 Penandatanganan Prasasti Peresmian Cimahi Techno Park oleh Menristekdikti .................................................................................... III-143
Gambar 3.72 Kegiatan Inkubasi Tenant Animasi di Cimahi Techno Park ............... III-144
Gambar 3.73 Gedung Cimahi Techno Park............................................................ III-144
Gambar 3.74 Pembaruan Layout NSTP - BPPT Lantai 1 ....................................... III-150
Gambar 3.75 Pembaruan Layout NSTP - BPPT Lantai 2 ....................................... III-151
Gambar 3.76 Realisasi Kinerja Serta Capaian Kinerja Tahun Ini Dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun Terakhir dan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis ....................................................... III-154
Gambar 3.77 Pembangunan Fasilitas Pendampingan Bisnis Inovatif (Gedung NSTP-BPPT) ...................................................................... III-155
Gambar 3.78 Pertemuan dengan Pusat dan Balai BPPT dalam rangka klarifikasi data ................................................................................... III-158
Gambar 3.79 Business Gathering NSTP-BPPT ...................................................... III-160
Gambar 3.80 Workshop Database Kompetensi, Layanan Teknologi Dan Produk Teknologi .............................................................................. III-160
Gambar 3.81 FGD dengan Bukalapak .................................................................... III-160
Gambar 3.82 PKS antara BIT dan Tenant ................................................................ III-161
Gambar 3.83 Kontrak BIT dengan Kemenristek ...................................................... III-161
xv
Gambar 3.84 Rekomendasi Kelembagaan NSTP-BPPT ......................................... III-162
Gambar 3.85 SK Kelembagaan Pengelola NSTP-BPPT ......................................... III-163
Gambar 3.86 Penandatangan PKS Technopark Bantaeng antara direktur PTPP-BPPT dan Ka PLT Bappeda Pemerintah Kabupaten Bantaeng disaksikan oleh Gubernur Provinsi Sulsel, Ka BPPT dan Sekda Kab. Bantaeng ........ III-166
Gambar 3.87 Rapat Koordinasi Nasional Program Pembangunan Science Technopark (kiri) dan Monitoring Evaluasi oleh BPKP (kanan) ........................................................................... III-167
Gambar 3.88 Diseminasi teknologi produksi benih padi (kiri) dan bibit rumput laut (kanan) Technopark Bantaeng ................................ III-168
Gambar 3.89 Produksi pupuk hayati organik (kiri) dan demplot pupuk hayati organik pada jagung (kanan) di Technopark Bantaeng ..................... III-168
Gambar 3.90 Focus Group Discussion tentang penyusunan bisnis plan (kiri) dan presentasi tentang bisnis model canvas oleh salah satu PPBT Technopark Bantaeng (kanan) ............................... III-168
Gambar 3.91 Pelatihan back office EBenih (kiri) dan sertifikasi PPBT yang menjadi tenant Technopark Bantaeng (kanan) .................................. III-169
Gambar 3.92 Temu bisnis di Technopark Bantaeng (kiri) dan pameran produk tenant Technopark Bantaeng (kanan) ................................... III-169
Gambar 3.93 Penandatanganan prasasti Technopark Bantaeng (kiri) dan pengguntingan pita sebagai tanda launching Technopark Bantaeng (kanan) .......................................................... III-169
Gambar 3.94 Peningkatan Capaian Kinerja Output Menuju Target Akhir Sesuai Dokumen Renstra ............................................................................. III-173
Gambar 3.95 Pelaksanaan Audit Teknologi PLTU Teluk Sirih ................................ III-180
Gambar 3.96 Penyerahan rekomendasi hasil audit teknologi PLTU kepada PT. PLN Persero ............................................................................... III-181
Gambar 3.97 Hasil Implementasi Asesmen (Audit) Teknologi PLTU ...................... III-183
Gambar 3.98 Surat Pengantar Rekomendasi Hasil Implementasi Asesmen
(Audit) Teknologi PLTU ..................................................................... III-184
Gambar 3.99 Capaian kinerja indikator kinerja Audit Teknologi LRT ...................... III-191
Gambar 3.100 Proses Pengecekan Unit ................................................................... III-192
Gambar 3.101 Lokasi Pilot Project PLTBg - Terantam ............................................. III-196
Gambar 3.102 Roadmap Capaian Kinerja kegiatan pembangunan pilot project PLTBg dari limbah Sawit (POME) ..................................................... III-198
xvi
Gambar 3.103 Roadmap Kegiatan Pilot Project PLTBg ............................................ III-200
Gambar 3.104 PLT Biogas dilihat dari Degester Reaktor .......................................... III-201
Gambar 3.105 PLT Biogas dilihat dari arah gas Engine ........................................... III-202
Gambar 3.106 Fasilitas Pengadukan yang Optimal pada Reaktor untuk Meningkatkan Produktivitas Digester supaya Lebih Efisien ............... III-202
Gambar 3.107 Pompa Sirkulasi untuk pengadukan dalam reaktor ........................... III-203
Gambar 3.108 Sistem Bio Scruber ........................................................................... III-203
Gambar 3.109 System control bio scruber ................................................................ III-204
Gambar 3.110 Biogas Treatment .............................................................................. III-204
Gambar 3.111 Peningkatan Kapabilitas SDM ........................................................... III-205
Gambar 3.112 Biogas Engine ................................................................................... III-205
Gambar 3.113 Gardu Trafo dan jaringan listrik ......................................................... III-206
Gambar 3.114 Penunjukan beban 890 KW .............................................................. III-206
Gambar 3.115 Human Machine Interface PLTBg Terantam ..................................... III-207
Gambar 3.116 SCADA pada PLTBg Terantam ......................................................... III-207
Gambar 3.117 Serah Terima PLTP Binary Cycle 500 kW ......................................... III-209
Gambar 3.118 Display Kondisi Operasi PLTP Binary Cycle 500 kW untuk uji operasi kontinyu ........................................................................... III-209
Gambar 3.119 Kinerja PLTP Lahendong selama Januari hingga 12 Desember 2019 ........................................................................... III-210
Gambar 3.120 Contoh Monitoring Kinerja PLTP Lahendong spada 6-7 Desember 2019 .......................................................................... III-210
Gambar 3.121 Audit kinerja PLTP dengan Ultrasonic Flow Meter ............................ III-214
Gambar 3.122 Pengukuran kinerja dan emisi H2S pada Cooling Tower ................... III-214
Gambar 3.123 Online monitoring Lahendong dapat diamati dari Control Room Gedung B2TKE Serpong ............................................ III-215
Gambar 3.124 Inspeksi SLO oleh PLN Pusertif pada PLTP 500 kW Lahendong ...... III-215
Gambar 3.125 Pertemuan Bapak Dirjen EBTKE dan para stake holder manufaktur PLTP dan pemilik sumur panas bumi seta PLN pada Agustus 2019 untuk peningkatan pembangunan PLTP skala kecil dengan TKDN tinggi ....................... III-216
Gambar 3.126 Sistem Smart Micro Grid serpong ..................................................... III-219
Gambar 3.127 Instalasi Smart Micro Grid Serpong ................................................... III-219
xvii
Gambar 3.128 Bangunan pilot project PLTSa Bantargebang ................................... III-226
Gambar 3.129 Proses dan tahapan kerja pengolahan sampah proses termal .......... III-228
Gambar 3.130 Pelatihan Operator Control Room ..................................................... III-230
Gambar 3.131 Sesi Materi ........................................................................................ III-230
Gambar 3.132 Sertifikat Training .............................................................................. III-231
Gambar 3.133 Proses Penandatanganan Berita Acara Pengelolaan PLTSa dari BPPT kepada Pemprov DKI Jakarta .......................................... III-232
Gambar 3.134 Kunjungan Wamen KLHK ke Bantargebang ..................................... III-233
Gambar 3.135 Pemberitaan Media Massa Terkait PLTSa Bantargebang ................. III-234
Gambar 3.136 Perbandingan realisasi kinerja sampai tahun ini dengan beberapa tahun terakhir .................................................................... III-235
Gambar 3.137 Proses Inkubasi Dalam Tahapan Inkubasi Teknologi ........................ III-238
Gambar 3.138 Capaian hasil output dan outcome layanan inkubasi teknologi .......... III-241
Gambar 3.139 Surat Rekomendasi Kelulusan Tenant dan Sertifikat Kelulusan Tenant (PPBT) .................................................................................. III-242
Gambar 3.140 Sertifikat yang diberikan kepada tenant sebagai bukti telah menyelesaikan program PPBT .......................................................... III-243
Gambar 3.141 PKS inkubasi BIT dengan Tenant ..................................................... III-244
Gambar 3.142 Survei Kepuasan Konsumen ............................................................. III-244
Gambar 3.143 Indeks Kepuasan Masyarakata terhadap layanan inkubasi teknologi ............................................................................. III-244
Gambar 3.144 Peralatan Biofilter untuk Meningkatkan Kualitas Air Baku PJT I Surabaya ................................................................................. III-249
Gambar 3.145 Diagram Teknologi Biofilter Surabaya ............................................... III-250
Gambar 3.146 Surat Testimoni PJT I Surabaya ....................................................... III-250
Gambar 3.147 Unit AWS .......................................................................................... III-256
Gambar 3.148 Unit SMTS ........................................................................................ III-256
Gambar 3.149 Perangkat Jaringan AWS dan SMTS ................................................ III-257
Gambar 3.150 Lokasi AWS SMTS yang terpasang pada 10 Distrik HTI Sinarmas Region Jambi ............................................................. III-258
Gambar 3.151 Peta Kerja Pelaksanaan TMC di DAS Kedang Kepala ...................... III-260
Gambar 3.152 Pelaksanaan Kegiatan Pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca Untuk Menanggulangi Bencana Asap Kebakaran Lahan Dan Hutan Di Pulau Sumatera Dan Kalimantan Tahun 2019 ............ III-264
xviii
Gambar 3.153 Kesesuaian Target (T) dan Realisasi (R) pencapaian kinerja Program Layanan Jasa Teknologi Modifikasi Cuaca (PNBP) tahun 2019 ........................................................................................ III-266
Gambar 3.154 Peningkatan Capaian Kinerja Outcome Menuju Target Akhir Sesuai Dokumen Renstra ................................................................. III-273
Gambar 3.155 Skema pengujian standar SNI 8648-2:2018 IEC 61215-2:2016 ........ III-277
Gambar 3.156 Pengujian visual dan electruminescene ............................................ III-278
Gambar 3.157 Grafik hasil pengujian daya tahan titik panas .................................... III-279
Gambar 3.158 Pengujian siklus termal Sequence D ................................................. III-279
Gambar 3.159 Grafik hasil pengujian termal sequence C ......................................... III-280
Gambar 3.160 Grafik hasil pengujian panas lembab ................................................ III-280
Gambar 3.161 Logo Ekolabel Swadeklarasi (tipe II) ................................................. III-286
Gambar 3.162 Road Map Layanan Verifikasi Ecolabel BPPT ................................... III-290
Gambar 3.163 Layanan Sertifikasi Eco-Label ........................................................... III-293
Gambar 3.164 Botol dan Kontaminan yang Tidak Boleh Diproses ........................... III-294
Gambar 3.165 Suasana Verifikasi Lapangan di PT. Tirta Investama, Klaten ........... III-294
Gambar 3.166 Molding Botol Merk AQUA KomposisiRPET 100% ........................... III-294
Gambar 3.167 Verifikasi ke PT. Tirta Investama, Pandaan- Jawa Timur ................. III-294
Gambar 3.168 Pengguna iOTENTIK per 15 Januari 2020 ........................................ III-296
Gambar 3.169 Persiapan DARS check Loa .............................................................. III-301
Gambar 3.170 Pengambilan data pengujian R-80 .................................................... III-301
Gambar 3.171 Model Pesawat CN 235 di seksi uji ILST ........................................... III-302
Gambar 3.172 Capaian Iayanan teknologi pengujian pesawat terbang nasional ...... III-306
Gambar 3.173 Analisis Program/Kegiatan Penunjang Keberhasilan Layanan Pengujian Pesawat Terbang Nasional .............................................. III-309
Gambar 3.174 Testimoni Pengujian Terowongan Angin untuk pengembangan R80 ......................................................................... III-312
Gambar 3.175 Skema Head Up Pengujian Bending Sambungan Las Termit ........... III-313
Gambar 3.176 Set Uji Beban Vertikal Negatif dudukan rel ........................................ III-314
Gambar 3.177 Uji Tarik Coupler Kereta .................................................................... III-315
Gambar 3.178 Set up Uji statis dan dinamis Struktur Bogie LRT .............................. III-316
Gambar 3.179 Uji angkat system penambat ............................................................. III-317
xix
Gambar 3.180 Capaian Iayanan teknologi sarana dan prasarana kereta api ............ III-321
Gambar 3.181 Penandatanganan BPPT bersama dengan PT. Bintang Toedjoe ...... III-323
Gambar 3.182 Peningkatan Capaian Kinerja Output Menuju Target Akhir Sesuai Dokumen Renstra ................................................................. III-327
Gambar 3.183 Kontribusi Penggunaan Sumber daya manusia................................. III-328
Gambar 3.184 Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan kinerja ............... III-329
Gambar 3.185 Prototipe Jahe Merah In Vitro ............................................................ III-330
Gambar 3.186 Prototipe Jahe Merah Ex Vitro .......................................................... III-330
Gambar 3.187 Manfaat Pengukuran Kepuasan Pelanggan ...................................... III-332
Gambar 3.188 Alur Proses Prosedur Penanganan Klaim dan Kepuasan Pelanggan ................................................................. III-334
Gambar 3.189 Peringkat Unsur Layanan Terbaik ..................................................... III-337
Gambar 3.190 Hasil Nilai Survei Kepuasan Pelanggan ............................................ III-338
Gambar 3.191 Hasil Evaluasi Reformasi Birokrasi BPPT Tahun 2018 ...................... III-342
Gambar 3.192 Sosialisasi Rencana Kerja RB BPPT ................................................ III-345
Gambar 3.193 Pelaksanaan Awareness dan Deployment Process .......................... III-346
Gambar 3.194 Pemberian penganugerahan terbaik berdasarkan hasil penilaian mandiri dan video kegiatan tim agen perubahan di seluruh unit kerja ........................................................................................... III-346
Gambar 3.195 Penyusunan dan Sosialisasi UU No. 11 tentang Sisnas Iptek ........... III-347
Gambar 3.196 Evaluasi Kelembagaan BPPT oleh KemenPANRB ........................... III-348
Gambar 3.197 Penyusunan Peta Proses Bisnis L0, L1, dan L2 untuk 44 Unit Kerja . III-348
Gambar 3.198 Penyusunan Merit System ................................................................ III-349
Gambar 3.199 Leaderhip Academy sesi 1 ................................................................ III-350
Gambar 3.200 Leaderhip Academy sesi 2 ................................................................ III-350
Gambar 3.201 Leaderhip Academy sesi 3 ................................................................ III-350
Gambar 3.202 Leaderhip Academy sesi 4 ................................................................ III-351
Gambar 3.203 Penyusunan Pohon Kinerja ............................................................... III-351
Gambar 3.204 PMPRB ............................................................................................. III-352
Gambar 3.205 Sosialisasi dan workshop .................................................................. III-353
Gambar 3.206 Grafik Perolehan Nilai RB 2015-2018 ............................................... III-356
Gambar 3.207 Penghargaan 'Keterbukaan Informasi Publik' Tahun 2019 ................ III-357
xx
Gambar 3.208 Penghargaan sebagai Role Model Penyelenggaraan Pelayanan Publik Katagori SANGAT BAIK tahun 2019 oleh Kementerian PAN & RB ............................................................ III-358
Gambar 3.209 Nilai Hasil Pengawasan Kearsipan Tahun 2019. ............................... III-358
Gambar 3.210 Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan BPPT Tahun 2018 ....... III-361
Gambar 3.211 Kepala BPPT secara resmi menerima Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL) Tahun 2018 dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). .............................. III-361
Gambar 3.212 Buku Rencana Strategis Teknokratis BPPT Tahun 2020-2024 ......... III-365
Gambar 3.213 Tampilan pengukuran kinerja melalui aplikasi SISPEKIN .................. III-367
Gambar 3.214 Tampilan Aplikasi e-DAKIN ............................................................... III-368
Gambar 3.215 Tampilan penyusunan laporan kinerja melalui aplikasi SISPEKIN..... III-369
Gambar 3.216 Grafik Perolehan AKIP BPPT 2-15-2019 ........................................... III-372
Gambar 3.217 Hasil Evaluasi atas AKIP BPPT Tahun 2018 ..................................... III-373
Gambar 3.218 Penghargaan GE inspiring Woman in STEM .................................... III-374
Gambar 3.219 Plt Sekretaris Utama BPPT Gatot Dwianto menerima penghargaan Juara 2 Unit Kearsipan Kategori Lembaga Non Kementerian Terbaik Nasional 2019 ...................................................................... III-375
Gambar 3.220 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) raih penghargaan kategori Top IT and Innovation : Digital Innovation For National Assessment and Application of Technology 2019 ............................. III-383
xxi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja .............................. II-7 Tabel 2.2. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2019
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI .......... II-8 Tabel 3.1 REKAPITULASI HASIL PENGUKURAN KINERJA
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI TAHUN 2019 .............................................................................. III-2
Tabel 3.2 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target, dan Capaian Kinerja .......................................................................... III-7
Tabel 3.3 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja TA 2019 ............................................................ III-10
Tabel 3.4 Perbandingan realisasi kinerja TA 2019 dengan target jangka menengah .............................................................. III-12
Tabel 3.5 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target, dan Capaian Kinerja ........................................................................... III-16
Tabel 3.6 Komposisi nutrisi pakan sapi berbasis limbah sawit “Lestari Feed” ............................................................................. III-30
Tabel 3.7 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target, dan Capaian Kinerja .................................................................... III-33
Tabel 3.8 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini .... III-34 Tabel 3.9 Karakteristik Cangkang Kapsul Keras Rumput Laut ukuran 00 ... III-46 Tabel 3.10 Hasil Uji Disintegrasi cangkang kapsul rumput laut
memenuhi standar Farmakope V yaitu maksimal 15 menit ........ III-46 Tabel 3.11 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target,
dan Capaian Kinerja ................................................................... III-50 Tabel 3.12 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini .... III-51 Tabel 3.13 Perbandingan realisasi kinerja tahun 2017 - 2019 ...................... III-52 Tabel 3.14 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target,
dan Capaian Kinerja ................................................................... III-59 Tabel 3.15 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini .... III-60 Tabel 3.16 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target,
dan Capaian Kinerja ................................................................... III-74 Tabel 3.17 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini .... III-75 Tabel 3.18 Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja
tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir .......... III-75 Tabel 3.19 Target akhir program sesuai dokumen rencana Strategis ........... III-76 Tabel 3.20 Teknologi AIS, Pengguna dan dampak teknologinya. ................. III-80 Tabel 3.21 Regulasi/Standard dan Capaian Outcome BPPT Tahun 2019 .... III-82 Tabel 3.22 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target,
dan Capaian Kinerja ................................................................... III-83 Tabel 3.23 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini .... III-85
xxii
Tabel 3.24 Realisasi Kinerja Tahun 2019 ...................................................... III-86 Tabel 3.25 Realisasi Kinerja Tahun 2017 - 2019 .......................................... III-87 Tabel 3.26 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target,
dan Capaian Kinerja ................................................................... III-96 Tabel 3.27 Realisasi dan Capaian Kinerja Tahun 2015 - 2019 ..................... III-97 Tabel 3.28 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target,
dan Capaian Kinerja ................................................................... III-108 Tabel 3.29 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini .... III-109 Tabel 3.30 Realisasi capaian kinerja sertifikasi drone/ PUNA Alap-alap ....... III-109 Tabel 3.31 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target,
dan Capaian Kinerja ................................................................... III-120 Tabel 3.32 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini .... III-121 Tabel 3.33 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target,
dan Capaian Kinerja ................................................................... III-128 Tabel 3.34 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini .... III-129 Tabel 3.35 Perbandingan realisasi kinerja serta capaian kinerja
tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir .......... III-129 Tabel 3.36 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target,
dan Capaian Kinerja ................................................................... III-138 Tabel 3.37 Perbandingan Antara Target Dengan Realisasi Kinerja
Tahun 2019 ................................................................................ III-139 Tabel 3.38 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target,
dan Capaian Kinerja ................................................................... III-152 Tabel 3.39 Perbandingan Antara Target Dengan Realisasi Kinerja
Tahun 2019 ................................................................................ III-153 Tabel 3.40 Overview Hasil Capaian Validasi Database dari 31 Unit/ Balai ... III-158 Tabel 3.41 Rekap Produk dan Layanan Unggulan Pusat dan Balai
di BPPT hasil Pertemuan Database ........................................... III-159 Tabel 3.42 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target,
dan Capaian Kinerja ................................................................... III-170 Tabel 3.43 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini .... III-171 Tabel 3.44 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target,
dan Capaian Kinerja .................................................................... III-181 Tabel 3.45 Perbandingan Antara Target Dengan Realisasi Kinerja
Tahun 2019 ................................................................................. III-182 Tabel 3.46 Ringkasan Capaian Kinerja Audit Teknologi LRT JABODEBEK .. III-188 Tabel 3.47 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target dan
Capaian Kinerja kegiatan Pilot Project PLT Biogas dari Limbah Sawit (POME) .......................................................... III-197
Tabel 3.48 Perbandingan Antara Target Dengan Realisasi Kinerja Tahun 2019 ................................................................................. III-198
Tabel 3.49 Target output Tahunan ................................................................. III-199
xxiii
Tabel 3.50 Perbandingan Realisasi Kinerja TA 2019 dengan Target Jangka Menengah ........................................................... III-200
Tabel 3.51 Capaian Kinerja Teknologi PLTP Binary Cycle 500 kW .............. III-209 Tabel 3.52 Capaian Kinerja Indikator Kinerja ................................................ III-211 Tabel 3.53 Perbandingan capaian kinerja kegiatan PLTP skala kecil
tahun ini dengan tahun sebelumnya ........................................... III-211 Tabel 3.54 Capaian Kinerja Indikator Kinerja ................................................ III-222 Tabel 3.55 Materi pelatihan (transfer of knowledge)
pengoperasian PLTSa ................................................................ III-227 Tabel 3.56 Ringkasan Sasaran Stratgis ........................................................ III-229 Tabel 3.57 Capaian Kegiatan PLTsa............................................................. III-235 Tabel 3.58 Perbandingan realisasi kinerja TA 2019 dengan target jangka
menengah ................................................................................... III-236 Tabel 3.59 Perbandingan realisasi kinerja TA 2019 dengan
Standar Nasional ......................................................................... III-236 Tabel 3.60 Analisis Efisiensi .......................................................................... III-237 Tabel 3.61 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target dan
Capaian Kinerja ........................................................................... III-239 Tabel 3.62 Perbandingan Antara Target Dengan Realisasi Kinerja
Tahun 2019 ................................................................................. III-240 Tabel 3.63 Ringkasan Sasaran Strategis ...................................................... III-249 Tabel 3.64 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja TA 2019 .... III-251 Tabel 3.65 Perbandingan realisasi kinerja TA 2019 dengan target jangka
menengah ................................................................................... III-252 Tabel 3.66 Perbandingan realisasi kinerja TA 2019 dengan
standar nasional .......................................................................... III-252 Tabel 3.67 Analisis Efisiensi .......................................................................... III-253 Tabel 3.68 Penilaian Capaian Kinerja Program Layanan Jasa
Teknologi Modifikasi Cuaca Tahun 2019 .................................... III-265 Tabel 3.69 Ringkasan Layanan Pengujian Teknologi Kartu Cerdas ............. III-270 Tabel 3.70 Realisasi Kinerja tahun ini ........................................................... III-271 Tabel 3.71 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan
tahun sebelumnya ....................................................................... III-274 Tabel 3.72 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan
standar nasional .......................................................................... III-278 Tabel 3.73 Perbandingan target dan realisasi kinerja tahun 2019 ................ III-281 Tabel 3.74 Perbandingan target dan realisasi kinerja tahun 2019 ................ III-289 Tabel 3.79 Sertifikat yang dikeluarkan Layanan Verifikasi Ekolabel
tahun 2019 .................................................................................. III-293 Tabel 3.80 Perbandingan target dan realisasi kinerja tahun 2019 ................ III-297 Tabel 3.81 Capaian kinerja indikator kinerja ................................................. III-303 Tabel 3.82 Perbandingan target dan realisasi kinerja tahun 2019 ................ III-304
xxiv
Tabel 3.83 Ringkasan Capaian Kinerja Layanan Pengujian Pesawat Terbang Nasional ......................................................... III-305
Tabel 3.84 Tabel Capaian kinerja layanan pengujian teknologi sarana dan prasarana kereta api ................................................................... III-318
Tabel 3.85 Tabel Perbandingan Capaian Kinerja Layanan Kekuatan Struktur ....................................................................... III-319
Tabel 3.86 Capaian Kinerja Target 1 Indikator Kinerja Program 1 dari Sasaran Program 2 .............................................................. III-324
Tabel 3.87 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini Indikator Kinerja Sasaran Strategis 2.2 dan Target 4.e (ii) .......... III-325
Tabel 3.88 Perhitungan Bobot Nilai Rata – Rata Tertimbang ....................... III-335 Tabel 3.89 Perhitungan Indeks Kepuasan Masyarakat ................................. III-335 Tabel 3.90 Perhitungan Konversi Indeks Kepuasan Pelanggan ................... III-335 Tabel 3.91 Konversi Indeks Kepuasan Masyarakat ...................................... III-336 Tabel 3.92 Nilai Unsur Pelayanan ................................................................. III-336 Tabel 3.93 Perbandingan antara target dengan realisasi IK 4 ...................... III-338 Tabel 3.94 Nilai Evaluasi Kepuasan Pelanggan BPPT 2016-2019 ............... III-339 Tabel 3.95 Target Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat Dalam
Renstra BPPT 2015-2019 ........................................................... III-339 Tabel 3.96 Unit Kerja Pemenang Penghargaan Agen Perubahan terbaik .... III-347 Tabel 3.97 Hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
BPPT Tahun 2018 dan Pelaksanaan Kegiatan Reformasi Birokrasi BPPT 2019 .................................................. III-354
Tabel 3.98 Target dan Perolehan Nilai RB BPPT Tahun 2015 - 2019 .......... III-355 Tabel 3.99 Perolehan Opini BPK atas Laporan Keuangan BPPT ................. III-362 Tabel 3.100 Target dan Perolehan Nilai AKIP BPPT Tahun 2015 - 2018 ....... III-371 Tabel 3.101 Perolehan Nilai AKIP 2018 .......................................................... III-376 Tabel 3.102 Pagu dan Realisasi Anggaran Tahun 2018 ................................... III-379
viii
BAB I
ix
Laporan Kinerja BPPT Tahun 2019
• LatarBelakang• Kedudukan,TugasdanFungsi• StrukturOrganisasi• SumberDayaManusia
PENDAHULUAN
Bab 1 - 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sesuai Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025 ditegaskan
bahwa arah pembangunan ekonomi Indonesia dilakukan melalui prinsip
antara lain mengelola peningkatan produktivitas nasional melalui inovasi,
penguasaan, penelitian, pengembangan dan penerapan Iptek menuju
ekonomi berbasis pengetahuan serta kemandirian dan ketahanan bangsa
secara berkelanjutan.
Dalam RPJPN 2005 – 2025 disebutkan bahwa persaingan yang makin tinggi
pada masa yang akan datang menuntut peningkatan penguasaan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dalam rangka
menghadapi perkembangan global menuju ekonomi berbasis Iptek. Dalam
rangka meningkatkan kemampuan dan penerapan Iptek nasional, tantangan
yang dihadapi adalah perlu adanya peningkatan kontribusi Iptek untuk
memenuhi hajat hidup bangsa; menciptakan rasa aman; memenuhi
kebutuhan kesehatan dasar, energi, dan pangan; memperkuat sinergi
kebijakan Iptek dengan kebijakan sektor lain; mengembangkan budaya Iptek
di kalangan masyarakat; meningkatkan komitmen bangsa terhadap
pengembangan Iptek; mengatasi degradasi fungsi lingkungan; mengantisipasi
dan menanggulangi bencana alam; serta meningkatkan ketersediaan dan
kualitas sumber daya Iptek, baik sumber daya manusia (SDM), sarana dan
prasarana, maupun pembiayaan Iptek.
Sebagai salah satu Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui menteri yang
membidangi urusan pemerintah di bidang riset dan teknologi, Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memiliki peran yang penting
dalam mendukung pembangunan nasional agar mampu meningkatkan daya
saing industri dan kemandirian bangsa Indonesia.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 1 - 2
Berdasarkan Peraturan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi, BPPT mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan
teknologi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, BPPT dituntut untuk melaksanakannya
sesuai dengan prinsip-prinsip good governance sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Salah satu
azas penyelenggaraan good governance seperti tercantum dalam Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 1999 adalah azas akuntabilitas yang menentukan
bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas tersebut salah satunya
diwujudkan dalam bentuk penyusunan Laporan Kinerja.
Laporan Kinerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Tahun 2019
disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban BPPT atas
pelaksanaan tugas dan fungsi selama Tahun 2019 dalam rangka
melaksanakan misi untuk mencapai visi BPPT.
Selain itu, penyusunan Laporan Kinerja juga merupakan amanat Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan kinerja
Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun
2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata
Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan Kinerja BPPT Tahun 2019 ini berisi ringkasan tentang keluaran dari
kegiatan dan hasil yang dicapai dari program, yang menyajikan informasi
Bab 1 - 3
tentang pencapaian tujuan dan sasaran BPPT, realisasi pencapaian target
kinerja BPPT, penjelasan yang memadai atas pencapaian kinerja, dan
pembandingan capaian kinerja kegiatan dan program sampai dengan tahun
berjalan dengan target kinerja 5 (lima) tahunan yang direncanakan dalam
Rencana Strategis BPPT.
Laporan Kinerja BPPT Tahun 2019 ini menjelaskan tentang capaian kinerja
BPPT pada tahun 2019 berdasarkan pengukuran terhadap rencana kinerja
yang diperjanjikan dalam dokumen Perjanjian Kinerja BPPT Tahun 2019,
disertai dengan pengungkapan informasi yang memadai tentang kegiatan-
kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka pencapaian target yang telah
ditetapkan.
Penyajian Laporan Kinerja BPPT Tahun 2019 ini bertujuan untuk memberikan
informasi kinerja BPPT kepada para pemangku kepentingan sebagai salah
satu bentuk akuntabilitas atas penggunaan anggaran yang telah dialokasikan
kepada BPPT, dan sebagai upaya untuk melakukan perbaikan yang
berkesinambungan dalam rangka meningkatkan kinerja BPPT.
1.2. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor
12 Tahun 2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi, Kedudukan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi, yang selanjutnya disingkat BPPT adalah Lembaga Pemerintah Non
Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Presiden melalui menteri yang membidangi urusan pemerintahan di bidang riset
dan teknologi. BPPT dipimpin oleh Kepala.
BPPT mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
pengkajian dan penerapan teknologi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 1 - 4
Dalam melaksanakan tugasnya, BPPT menyelenggarakan fungsi :
(1) Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengkajian dan
penerapan teknologi;
(2) Koordinasi kegiatan fungsional dalam melaksanakan tugas BPPT;
(3) Pemantauan, pembinaan dan pelayanan terhadap kegiatan instansi
pemerintah dan swasta di bidang pengkajian dan penerapan teknologi
dalam rangka inovasi, difusi dan pengembangan kapasitas teknologi serta
pembinaan alih teknologi; dan
(4) Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di
bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana,
kepegawaian, keuangan, hukum, kerja sama, hubungan masyarakat,
persuratan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.
1.3. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor
12 Tahun 2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi, Susunan Organisasi BPPT terdiri atas :
a. Kepala;
b. Sekretariat Utama;
c. Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi;
d. Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam;
e. Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi;
f. Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material;
g. Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa;
h. Inspektorat;
i. Pusat Pelayanan Teknologi;
j. Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan; dan
k. Pusat Manajemen Informasi
Susunan Organisasi Sekretariat Utama terdiri atas : (1) Biro Perencanaan
dan Keuangan; (2) Biro Sumber Daya Manusia dan Organisasi; (3) Biro
Hukum, Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat; dan (4) Biro Umum.
Bab 1 - 5
Susunan Organisasi Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi terdiri
atas : (1) Pusat Teknologi Kawasan Spesifik dan Sistem Inovasi; (2) Pusat
Pengkajian Industri Proses dan Energi; (3) Pusat Pengkajian Industri Manufaktur,
Telematika, dan Elektronika; dan (4) Pusat Sistem Audit Teknologi.
Susunan Organisasi Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya
Alam terdiri atas : (1) Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Wilayah; (2)
Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Mineral; (3) Pusat Teknologi
Reduksi Risiko Bencana; dan (4) Pusat Teknologi Lingkungan.
Susunan Organisasi Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi
terdiri atas : (1) Pusat Teknologi Produksi Pertanian; (2) Pusat Teknologi
Agroindustri; (3) Pusat Teknologi Bioindustri; dan (4) Pusat Teknologi
Farmasi dan Medika.
Susunan Organisasi Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan
Material terdiri atas : (1) Pusat Teknologi Elektronika; (2) Pusat Teknologi
Sumber Daya Energi dan Industri Kimia; (3) Pusat Teknologi Informasi dan
Komunikasi; dan (4) Pusat Teknologi Material.
Susunan Organisasi Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan
Rekayasa terdiri atas : (1) Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan
Keamanan; (2) Pusat Teknologi Industri Permesinan; (3) Pusat Teknologi
Sistem dan Prasarana Transportasi; dan (4) Pusat Teknologi Rekayasa
Industri Maritim.
Struktur organisasi BPPT berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, dapat dilihat pada
gambar 1.1.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2018
Bab 1 - 6
STRUKTUR ORGANISASI BPPT
Gambar 1.1 Struktur Organisasi BPPT
Bab 1 - 7
Selain organisasi organik, BPPT juga memiliki 16 unit organisasi non organik
yang merupakan unit pelayanan teknis yang berfungsi untuk memberikan
pelayanan teknologi tertentu kepada masyarakat, yaitu :
1. Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca
2. Balai Besar Teknologi Pati
3. Balai Besar Teknologi Konversi Energi
4. Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aerolastika, dan Aeroakustika
5. Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur
6. Balai Inkubator Teknologi
7. Balai Teknologi Industri Kreatif Keramik
8. Balai Teknologi Survei Kelautan
9. Balai Bioteknologi
10. Balai Teknologi Bahan Bakar dan Rekayasa Disain.
11. Balai Jaringan Informasi dan Komunikasi
12. Balai Teknologi Polimer
13. Balai Teknologi Mesin Perkakas, Produksi, dan Otomasi
14. Balai Teknologi Termodinamika Motor dan Propulsi
15. Balai Teknologi Hidrodinamika
16. Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai
1.4. Sumber Daya Manusia
Per Desember 2019, BPPT memiliki aparatur/sumber daya manusia (SDM)
secara keseluruhan berjumlah 2.903 orang, dengan komposisi sebagai berikut :
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2018
Bab 1 - 8
Gambar 1.2 Komposisi SDM BPPT berdasarkan Usia
Gambar 1.3 Komposisi SDM BPPT berdasarkan Pendidikan
Gambar 1.4 Komposisi SDM BPPT berdasarkan Jabatan Fungsional
7% 12%
15%
11% 10%
13%
18%
11%
3%
Komposisi SDM Berdasarkan Usia
< 25 = 189
26 - 30 = 357
31 - 35 = 425
36 - 40 = 323
41 - 45 = 276
46 - 50 = 385
51 - 55 = 526
7%
26%
50%
4% 0%
12%
1%
Komposisi SDM Berdasarkan Pendidikan
S3 = 204
S2 = 763
S1/D4 = 1459
D3 = 118
D2 dan D2 = 9
57%
10%
5% 3%
2% 1%
1%
0%
1%
20%
Komposisi SDM Berdasarkan Jabatan Fungsional
Perekayasa = 1.658
Teknisi Litkayasa = 287
Peneliti = 148
Arsiparis = 83
Bab 1 - 9
1.5. Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian Laporan Kinerja BPPT Tahun 2019 terdiri dari 4 Bab
sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum umum, kedudukan, tugas,
fungsi, struktur organisasi, sumberdaya manusia, serta aspek
strategis dan permasalahan utama (strategic issue).
Bab II. Perencanaan Kinerja
Pada bab ini diuraikan penjelasan rinci mengenai Rencana
Strategis BPPT Tahun 2015-2019 dan Perjanjian Kinerja (PK)
BPPT Tahun 2019.
Bab III. Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi
Pada subbab ini disajikan capaian kinerja BPPT untuk setiap
pernyataan kinerja sasaran strategis BPPT sesuai dengan hasil
pengukuran kinerja.
B. Realisasi Anggaran
Pada subbab ini diuraikan realisasi anggaran BPPT tahun 2018.
Bab IV. Penutup
Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja BPPT
dan langkah-langkah perbaikan yang akan dilakukan untuk
meningkatkan kinerja BPPT.
Lampiran
x
BAB II
xi
Laporan Kinerja BPPT Tahun 2019
2.1 Rencana Strategis• Visi dan Misi• Tujuan dan Indikator• Kinerja Utama dan Indikator• Sasaran Strategis
2.2 Perjanjian Kinerja
PERENCANAAN KINERJA
Bab 2 - 1
PERENCANAAN KINERJA
2.1. Rencana Strategis
Sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku, pada bulan Maret 2015 BPPT
telah menyusun rencana strategis (Renstra) sebagai dokumen perencanaan lima
tahunan untuk periode tahun 2015-2019. Renstra BPPT 2015-2019 menjadi acuan
dalam penyusunan, Rencana Kinerja Tahunan (RKT), Rencana Kerja (Renja) BPPT,
dan Rencana Kerja dan Anggaran BPPT (RKA K/L).
Sejalan dengan perubahan struktur organisasi BPPT pada September 2015, sesuai
Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 009 Tahun
2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi,
maka dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi serta Sasaran Strategis BPPT, dilakukan
perbaikan dan penyempurnaan (revisi) Renstra BPPT 2015-2019, yang kemudian
berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor
012 Tahun 2016 ditetapkan Rencana Strategis BPPT Tahun 2015-2019, Revisi 1.
Sesuai perkembangan yang terjadi dan setelah diadakan penajaman terhadap Renstra
BPPT Revisi 1, dipandang perlu mengadakan penggantian terhadap Renstra BPPT
Tahun 2015-2019 Revisi 1, yang kemudian berdasarkan Peraturan Kepala Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 017 Tahun 2016 ditetapkan Rencana
Strategis BPPT Tahun 2015-2019, Revisi 2.
Selanjutnya, sebagai hasil evaluasi dan monitoring terhadap Rencana Strategis BPPT
seperti yang termuat dalam Rencana Strategis BPPT Tahun 2015-2019 Revisi 2,
dipandang perlu untuk melakukan peningkatan penajaman Rencana Strategis BPPT,
yang kemudian berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi Nomor 004 Tahun 2017 ditetapkan Rencana Strategis BPPT Tahun 2015-
2019, Revisi 3.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 2 - 2
Sejalan dengan waktu dan perkembangan situasi nasional yang disertai penyesuaian
tugas dan fungsi (organisasi) semua unit kerja (Eselon II) di lingkungan Deputi
Pengkajian Kebijakan Teknologi, dan setelah diadakan reviu internal, dirasakan perlu
ada penyesuaian atas sejumlah indikator dan target kinerja pada tingkat Eselon II; yang
kemudian berdasarkan Peraturan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Nomor 13 Tahun 2017 ditetapkan Rencana Strategis BPPT Tahun 2015-2019, Revisi
4.
Pada tahun 2018, untuk menyesuaikan dengan adanya reorganisasi BPPT dan adanya
perubahan visi dan misi BPPT yang baru, kembali dilakukan perubahan Rencana
Strategis BPPT Tahun 2015-2019, yang kemudian berdasarkan Peraturan Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 8 Tahun 2018 ditetapkan Rencana
Strategis BPPT Tahun 2015-2019, Revisi 5.
Dalam Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) BPPT tahun 2019 ini dokumen
rencana strategis yang digunakan adalah dokumen Rencana Strategis BPPT Tahun
2015-1019 Revisi 5, yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Penetapan Rencana Strategis
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Tahun 2015-2019.
2.1.1. Visi dan Misi
Visi BPPT
Berdasarkan tugas dan fungsi, kondisi umum, potensi dan permasalahan yang
akan dihadapi ke depan, sebagaimana dijelaskan dalam Dokumen Rencana
Strategis BPPT 2015-2019 Revisi 5, pada Bab 2, BPPT telah menetapkan visi
dan misi BPPT yang akan dicapai melalui pencapaian tujuan dan pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan RPJMN 2015-2019, visi BPPT adalah :
“Menjadi lembaga unggulan Teknologi dalam pengkajian dan
penerapan teknologi untuk meningkatkan daya saing menuju
kemandirian bangsa”
Bab 2 - 3
Misi BPPT
Upaya untuk mewujudkan visi BPPT tersebut dilaksanakan melalui 3 (tiga) misi
sebagai berikut:
1. Merumuskan dan merekomendasikan kebijakan nasional di bidang teknologi
untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa.
2. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi untuk menghasilkan
inovasi teknologi, audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi, dan layanan
teknologi.
3. Melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik melalui reformasi birokrasi.
2.1.2. Tujuan dan Indikator
Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi BPPT ke dalam
program-program yang mendukung pembangunan nasional dan pembangunan
bidang yang akan dilaksanakan, maka tujuan BPPT tahun 2015-2019 adalah
sebagai berikut:
1. Menghasilkan rekomendasi kebijakan nasional dibidang teknologi untuk
peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa, dengan indikator
jumlah rekomendasi yang dimanfaatkan untuk mendukung kebijakan nasional
2. Menghasilkan inovasi teknologi , audit teknologi, kliring teknologi, alih
teknologi dan layanan teknologi untuk peningkatan daya saing menuju
kemandirian bangsa, dengan indikator:
a.) Jumlah Inovasi teknologi, yaitu jumlah inovasi yang dimanfaatkan
oleh industri untuk kegiatanperekonomian nasional dalam rangka
mendukung peningkatan dayasaing menuju kemandirian bangsa
b.) Jumlah NSTP/TP yang terwujud dan berfungsi, yaitu TP / NSTP yang
terwujud dan dapat berfungsi untuk menciptakan Perusahaan Pemula
Berbasis Teknologi dalam rangka mendukung perekonomian wilayah
setempat
c.) Jumlah Audit Teknologi skala nasional
d.) Jumlah Kliring Teknologi skala nasional
e.) Jumlah Alih teknologiskala nasional
f.) Jumlah Layanan Teknologi skala nasional
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 2 - 4
3. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi
dan layanan teknologi dengan indikator:
a. Indeks Reformasi Birokrasi
b. Opini penilaian laporan keuangan oleh BPK
c. Nilai evaluasi akuntabilitas kinerja
2.1.3. Kinerja Utama dan Indikator
Tujuan BPPT untuk meningkatkan Inovasi dan Layanan teknologi dalam
mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa, dapat dicapai
dengan beberapa sasaran yaitu :
1) Termanfaatkannya Rekomendasi Kebijakan Nasional di bidang Teknologi
2) Termanfaatkannya inovasi teknologi untuk mendukung peningkatan daya
saing menuju kemandirian bangsa
3) Termanfaatkannya audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi dan
layanan teknologi untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa
4) Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, akuntabel dan
berkinerja tinggi
Pencapaian tujuan ini diukur dengan beberapa Indikator yang disebut sebagai
Indikator Kinerja Utama antara lain:
1) Jumlah Rekomendasi Teknologi yang bersifat nasional yaitu rekomendasi
teknologi yang dimanfaatkan untuk mendukung kebijakan yang berskala
nasional.
2) Jumlah Inovasi yang mendukung peningkatan daya saing menuju
kemandirian bangsa, yaitu inovasi yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. digunakan oleh pengguna teknologi/pasar untuk meningkatkan
produktivitas dan potensi di industri, daerah, nasional, agar dapat
menghasikan produk/proses yang unik/khas atau lebih murah dan unggul,
serta dapat menghasilkan nilai tambah serta
b. digunakan oleh pengguna teknologi/pasar sehingga meningkatkan
kandungan lokal (TKDN), ekspor dan atau subtitusi impor dalam rangka
menumbuhkan ketahanan dan keamanan nasional untuk mendukung
pertumbuhan perekonomian daerah/nasional.
Bab 2 - 5
3) Jumlah NSTP/TP yang terwujud dan berfungsi
4) Jumlah Audit Teknologi skala nasional
5) Jumlah Kliring Teknologi skala nasional
6) Jumlah Alih teknologi skala nasional
7) Jumlah Layanan Teknologi skala nasional
8) Indeks Kepuasan Masyarakat
Tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara
kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh
pelayanan teknologi BPPT sebagai penyelenggara pelayan publik dengan
membandingkan antara harapan dan kebutuhan pengguna teknologi.
2.1.4. Sasaran Strategis
Sasaran Strategis BPPT Tahun 2015-2019 merupakan penjabaran lebih detail
dari Tujuan BPPT dengan indikator dan target yang terukur. Formulasi
keterkaitan antara Tujuan dan Sasaran Strategis BPPT 2015-2019 adalah
sebagai berikut:
a. Sasaran Strategis terkait Tujuan 1 adalah sebagai berikut :
Sasaran Strategis 1.1:Termanfaatkannya Rekomendasi kebijakan Nasional
di bidang Teknologi
Indikator Kinerja Sasaran Strategis 1 adalah:
1. jumlah Rekomendasi Teknologi yang dimanfaatkan untuk mendukung
kebijakan yang bersifat nasional.
b. Sasaran Strategis terkait Tujuan 2 adalah:
Sasaran Strategis 2.1 : Termanfaatkannya inovasi teknologi untuk
mendukung peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa
Indikator Kinerja Sasaran Strategis 2 adalah:
1. Jumlah Inovasi teknologi
2. Jumlah NSTP/TP yang terwujud dan berfungsi
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 2 - 6
Sasaran Strategi 2.2: Termanfaatkaannya audit teknologi, kliring teknologi,
alih teknologi dan layanan teknologi untuk peningkatan daya saing menuju
kemandirian bangsa.
Indikator Kinerja Sasaran Strategis 3 adalah:
1. Jumlah Audit Teknologi
2. Jumlah Kliring Teknologi
3. Jumlah Alih teknologi
4. Jumlah Layanan Teknologi
5. Indeks Kepuasan Masyarakat
c. Sasaran Strategis terkait Tujuan 3 adalah:
Sasaran Strategis 3.1: Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang
bersih, akuntabel dan berkinerja tinggi.
Indikator Kinerja Sasaran Strategis 3 adalah
1. Indeks Reformasi Birokrasi
2. Opini penilaian laporan keuangan oleh BPK
3. Nilai evaluasi akuntabilitas kinerja
Secara lebih rinci sasaran dan indikator kinerja dapat dilihat pada Tabel 2.1.
2.2. Perjanjian Kinerja Tahun 2019
Pada awal tahun 2019, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi telah menetapkan
Perjanjian Kinerja tingkat Lembaga tahun 2019 sebagaimana tercantum dalam
Dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2019, seperti terlihat dalam tabel 2.2.
Bab 2 - 7
Tabel 2.1 Tabel Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja
TUJUAN SASARAN STRATEGIS IKSS
T1 Menghasilkan
Rekomendasi Kebijakan
nasional dibidang Teknologi
untuk peningkatan
dayasaing menuju
kemandirian bangsa
SS1.1 Termanfaatkannya
Rekomendasi
kebijakan Nasional di
bidang Teknologi
IKSS1 Jumlah Rekomendasi Teknologi
T2 Menghasilkan inovasi teknologi , audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi dan layanan teknologi untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa,
SS2.1 Termanfaatkannya inovasi teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa
IKSS1 Jumlah Inovasi
IKSS2 Jumlah NSTP/TP yang terwujud dan Berfungsi
SS2.2 Termanfaatkaannya audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi dan layanan teknologi untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa
IKSS 1 Jumlah Audit Teknologi
IKSS 2 Jumlah Kliring Teknologi
IKSS 3 Jumlah Alih Teknologi
IKSS 4 Jumlah Layanan Teknologi
IKSS 5 Indeks Kepuasan Masyarakat
T3 Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan layanan teknologi dengan indikator:
SS3.1 Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, akuntabel dan berkinerja tinggi
IKSS1 Indeks Reformasi Birokrasi
IKSS 2 Opini penilaian laporan keuangan oleh BPK
IKSS 3 Nilai evaluasi akuntabilitas kinerja
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 2 - 8
Tabel 2.2. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2019
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
(1) (2) (3) (4) 1 Termanfaatkannya
Rekomendasi Kebijakan Nasional di bidang Teknologi
Jumlah Rekomendasi Kebijakan Nasional di Bidang Teknologi:
Rekomendasi Teknologi Pengolahan Emas Bebas Merkuri
1
Rekomendasi Teknologi Pemanfaatan Sertifikat Dijital untuk Pemilu Nasional
1
2 Termanfaatkannya Inovasi Teknologi Untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa
Jumlah Inovasi Teknologi: Inovasi Teknologi Produksi Pakan
Ternak Berbahan Baku Kelapa Sawit 1
Inovasi Teknologi Produksi Cangkang Kapsul dari Rumput Laut
1
Inovasi Teknologi Produksi Bibit Kentang Ex Vitro
1
Inovasi Teknologi Diagnostic Kit Dengue
1
Inovasi Teknologi Sistem Navigasi Laut
1
Inovasi Teknologi SIMRAL (Sistem Informasi Akrual/ e-Planning) Government Cloud
1
Inovasi Operasional Drone Alap-alap 1
Inovasi Smart Level Crossing di 10 Lokasi Pulau Jawa
1
Inovasi Kapal Angkut Ikan Berpendingin
1
Jumlah NSTP/TP yang Terwujud dan Berfungsi:
Terwujud dan Berfungsinya TP Cimahi
1
Terwujud dan Berfungsinya NSTP BPPT di Serpong
1
Terwujud dan Berfungsinya TP Bantaeng di Bantaeng, Sulawesi Selatan
1
3 Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan Teknologi
Jumlah Audit Teknologi: Audit Teknologi Industri Manufaktur
Pembangkit Tenaga Listrik 1
Audit Teknologi Light Rappid 1
Bab 2 - 9
Untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa.
Transportation Jabodebek Jumlah Alih teknologi: Alih Teknologi Pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 1
Alih Teknologi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Binary Cycle 500 kW
1
Alih Teknologi Pembangunan Smart Grid di Serpong-NSTP
1
Alih Teknologi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
1
Jumlah Layanan Teknologi: Layanan Inkubasi Teknologi 1
Layanan Teknologi Air Bersih 1
Layanan Teknologi TMC 1
Layanan Pengujian Teknologi Kartu Cerdas
1
Layanan Pengujian Teknologi Photo Voltaic
1
Layanan Verifikasi Eco Label 1
Layanan Sertifikat Dijital (CA) 1
Layanan Pengujian Teknologi Pesawat Terbang Nasional
1
Layanan Pengujian Sarana Dan Prasarana Kereta Api
1
Layanan Teknologi Perbanyakan Bibit Secara Ex Vitro
1
Indeks Kepuasan Masyarakat A 4 Terwujudnya
Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih, Akuntabel dan Berkinerja Tinggi
Indeks Reformasi Birokrasi A Opini penilaian laporan keuangan oleh BPK
WTP
Nilai evaluasi akuntabilitas kinerja BB
1. Program PPT : Rp. 691.195.813.000,- 2. Program Sarpras : Rp. 258.068.500.000,- 3. Program Dukungan Manajemen : Rp. 423.633.551.000,- Jumlah Total Anggaran : Rp. 1.372.897.864.000,-
xii
BAB III
xiii
Laporan Kinerja BPPT Tahun 2019
• CapaianKinerjaOrganisasi• RealisasiAnggaran
AKUNTABILITAS KINERJA
Bab 3 - 1
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Capaian Kinerja Organisasi
Salah satu fondasi utama dalam menerapkan manajemen kinerja adalah
pengukuran kinerja dalam rangka menjamin adanya peningkatan dalam pelayanan
publik dan meningkatkan akuntabilitas dengan melakukan klarifikasi output dan
outcome yang akan dan seharusnya dicapai untuk memudahkan terwujudnya
organisasi akuntabel.
Pengukuran kinerja merupakan proses sistematis dan berkesinambungan untuk
menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
program ditetapkan dalam mewujudkan tujuan dan visi instansi pemerintah.
Sebagai bagian dari sistem akuntbilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP),
pengukuran kinerja mrupakan tahapan penting untuk membandingkan antara
target dalam perjanjian kinerja dengan hasil yang diperoleh melalui pelaksanaan
program dan kegiatan.
Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara kinerja yang
(seharusnya) terjadi dengan kinerja yang diharapkan. Pengukuran kinerja ini
dilakukan secara berkala (triwulan) dan tahunan. Hasil pengukuran kinerja yang
dituangkan ke dalam laporan kinerja disusun untuk mngukur capaian kinerja atas
pelaksanaan program dan kegiatan. Pengukuran dilakukan dengan mengukur
capaian atas sasaran strategis yang telah diperjanjikan dalam dokumen perjanjian
kinerja.
Pengukuran capaian kinerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
tahun 2019 dilakukan dengan cara membandingkan antara target dan realisasi
pada setiap indikator kinerja sasaran strategis BPPT. hasil pengukuran capaian
kinerja dan indikator kinerja sasaran strategis BPPT Tahun 2019 dapat dilihat
pada tabel 3.1.1 berikut di bawah ini.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 2
Tabel 3.1 REKAPITULASI HASIL PENGUKURAN KINERJA
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI TAHUN 2019
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(1) (2) (3) (4)
1 Termanfaatkannya Rekomendasi Kebijakan Nasional di bidang Teknologi
Jumlah Rekomendasi Kebijakan Nasional di Bidang Teknologi:
Rekomendasi Teknologi Pengolahan Emas Bebas Merkuri
1 1 100%
Rekomendasi Teknologi Pemanfaatan Sertifikat Dijital untuk Pemilu Nasional
1 1 100%
2 Termanfaatkannya Inovasi Teknologi Untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa
Jumlah Inovasi Teknologi: Inovasi Teknologi Produksi Pakan
Ternak Berbahan Baku Kelapa Sawit
1 1 100%
Inovasi Teknologi Produksi Cangkang Kapsul dari Rumput Laut
1 1 100%
Inovasi Teknologi Produksi Bibit Kentang Ex Vitro
1 1 100%
Inovasi Teknologi Diagnostic Kit Dengue
1 1 100%
Inovasi Teknologi Sistem Navigasi Laut
1 1 100%
Inovasi Teknologi SIMRAL (Sistem nformasi Akrual/ e-Planning) Government Cloud
1 1 100%
Inovasi Operasional Drone Alap-alap
1 1 100%
Inovasi Smart Level Crossing di 10 Lokasi Pulau Jawa
1 1 100%
Inovasi Kapal Angkut Ikan Berpendingin
1 1 100%
Jumlah NSTP/TP yang Terwujud dan Berfungsi:
Terwujud dan Berfungsinya TP Cimahi
1 1 100%
Terwujud dan Berfungsinya NSTP BPPT di Serpong
1 0,833 83,3%
Terwujud dan Berfungsinya TP Bantaeng di Bantaeng, Sulawesi Selatan
1 1 100%
3 Termanfaatkannya Jumlah Audit Teknologi:
Bab 3 - 3
Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan Teknologi Untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa.
Audit Teknologi Industri Manufaktur Pembangkit Tenaga Listrik
1 1 100%
Audit Teknologi Light Rappid Transportation Jabodebek
1 1 100%
Jumlah Alih teknologi: Alih Teknologi Pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 1 1 100%
Alih Teknologi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Binary Cycle 500 kW
1 1 100%
Alih Teknologi Pembangunan Smart Grid di Serpong-NSTP
1 1 100%
Alih Teknologi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
1 1 100%
Jumlah Layanan Teknologi: Layanan Inkubasi Teknologi 1 1 100%
Layanan Teknologi Air Bersih 1 1 100%
Layanan Teknologi TMC 1 1 100%
Layanan Pengujian Teknologi Kartu Cerdas
1 1 100%
Layanan Pengujian Teknologi Photo Voltaic
1 2 200%
Layanan Verifikasi Eco Label 1 1 100%
Layanan Sertifikat Dijital (CA) 1 1 100%
Layanan Pengujian Teknologi Pesawat Terbang Nasional
1 1 100%
Layanan Pengujian Sarana Dan Prasarana Kereta Api
1 1 100%
Layanan Teknologi Perbanyakan Bibit Secara Ex Vitro
1 1 100%
Indeks Kepuasan Masyarakat A A 100% 4 Terwujudnya
Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih, Akuntabel dan Berkinerja Tinggi
Indeks Reformasi Birokrasi A - N/A Opini penilaian laporan keuangan oleh BPK
WTP - N/A
Nilai evaluasi akuntabilitas kinerja BB - N/A
Berdasarkan tabel 3.1.1 tersebut di atas dapat diketahui bahwa secara umum capaian kinerja BPPT telah memenuhi harapan. Dari 34 indikator kinerja sasaran strategis BPPT pada tahun 2019, 29 indikator kinerja semua targetnya tercapai 100%. 1 indikator kinerja capian targetnya 200%, dan 1 indikator kinerja capaian targetnya 83.3%. Indikator kinerja yang terdapat pada sasaran strategis 4 belum dapat diketahui capaian kinerja nya, karena masih menunggu hasil penilaian dari Kemenpan-RB dan BPK.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 4
3.1.1. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 1 :
Termanfaatkannya Rekomendasi Kebijakan Nasional di
bidang Teknologi
Sesuai dokumen Rencana Strategis BPPT tahun 2015 – 2019, rekomendasi
adalah layanan teknologi berupa masukan dan atau penyampaian pandangan
dalam bentuk saran secara tertulis kepada pihak yang membutuhkan atau yang
menjadi tujuan hasil kerekayasaan BPPT. Kriteria dari rekomendasi yaitu
adanya permasalahan yang perlu dipecahkan; tindakan-tindakan yang perlu
dilakukan; alternatif-alternatif yang harus dipilih; sumber sumber daya yang
harus dimanfaatkan; data dan informasi yang harus diolah untuk dimanfaatkan;
serta memberikan dampak yang lebih baik (efektif dan efisien).
Dalam pencapaian sasaran strategis 1 ini, pada tahun 2019 BPPT
mengidentifikasikan 2 indikator kinerja, yaitu (1) Rekomendasi Teknologi
Pengolahan Emas Bebas Merkuri, dengan target 1 rekomendasi, dan (2)
Rekomendasi Teknologi Pemanfaatan Sertifikat Dijital untuk Pemilu Nasional,
dengan target 1 rekomendasi.
Capaian kinerja masing-masing indikator kinerja dalam sasaran strategis 1
sebagai berikut :
3.1.1.1. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 1 Indikator Kinerja 1 :
Rekomendasi Teknologi Pengolahan Emas Bebas Merkuri
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Pertambangan Emas Skala Kecil/Tambang Emas Rakyat di Indonesia
umumnya melakukan pengambilan emas dari bijihnya dengan metode
amalgamasi menggunakan merkuri (air raksa) yang sangat berbahaya bagi
lingkungan dan kesehatan manusia. Melalui Perpres No. 21/2019, Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) diberi tugas sebagai
penanggung jawab dalam menyusun Feasibility Study (FS) dan Detail
Engineering Design (DED) pengolahan emas tanpa merkuri pada
Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK).
Bab 3 - 5
Pada tahun 2017 BPPT telah menyusun DED pengolahan emas bebas merkuri
di Kabupaten Lebak Provinsi Banten dan selanjutnya di awal tahun 2018 di
Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk
mengimplementasikan DED yang teah disusun, maka pada tahun 2018, BPPT
telah membangun pilot project pengolahan emas tanpa merkuri untuk PESK di
Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pembangunan pilot
project ini diharapkan mampu menjadi jembatan untuk transfer pengetahuan
dan teknologi sehingga dapat menjadi titik tolak penghapusan merkuri dan
perbaikan kondisi PESK di Indonesia, khususnya di Kabupaten Kulon Progo,
DIY. Pilot project pengolahan emas tanpa merkuri di Kabupaten Kulon Progo
tepatnya di Desa Kalirejo Kecamatan Kokap yang telah di bangun BPPT dapat
dilihat di dalam Gambar 3.3.
Pada tahun 2019, BPPT telah melakukan pengoperasian dan uji fungsi
peralatan pengolahan emas bebas merkuri pada pilot project di Kabupaten
Kulon Progo, DIY. Secara umum peralatan yang ada di pilot project telah bisa
beroperasi dengan baik, peralatan yang dimaksud yaitu : primary jaw crusher,
secondary jaw crusher, ball mill, tangki pelindian, tangki pengolahan limbah,
pompa-pompa, agitator, filter press, genset dan blower. Uji fungsi peralatan
dilakukan dengan menggunakan 1500 kg bijih emas. Proses crushing grinding
menggunakan jaw crusher, milling dengan ball mill dan pelindian pada tangki
pelindian. Hasil uji fungsi menunjukkan bahwa seluruh peralatan dapat
beroperasi sesuai fungsi yang diharapkan.
Pada tahun 2019 juga BPPT telah melakukan pelatihan dan bimbingan teknis
kepada kelompok penambang emas rakyat.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 6
Gambar 3.1. Alur Proses Penetapan Teknologi Pengolahan Emas Bebas Merkuri dan Pengolahan Limbahnya
Gambar 3.2. Riwayat Program Kegiatan Pengolahan Emas Bebas Merkuri dan Pengolahan
Limbahnya
Bab 3 - 7
Tabel 3.2 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target, dan Capaian Kinerja
Sasaran Strategis :
SS : Termanfaatkannya Rekomendasi Kebijakan Nasional di bidang Teknologi Indikator Kinerja Sasaran Strategis:
IKSS: Rekomendasi Teknologi Pengolahan Emas Bebas Merkuri Target Indikator Kinerja :
TSS: 1 (satu) Rekomendasi teknologi Pengolahan Emas Bebas Merkuri Penjelasan Target Indikator SS:
PTSS: Pilot Proyek Pengolahan Emas Bebas Merkuri dan Pengolahan Limbahnya untuk Pertambangan Emas Skala Kecil yang dibangun di Kabupaten Kulon Progo akan diserahkan ke Desa Kalirejo melalui Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo dan akan dioperasikan oleh Koperasi/BUMDes para penambang rakyat, sehingga para penambang rakyat akan beralih dari pengolahan emas menggunakan merkuri ke pengolahan emas tanpa merkuri, sehingga kondisi kesehatan lingkungan daerah setempat akan lebih baik. Program/ Kegiatan Capaian Kinerja Bukti Pendukung Teknologi Pengolahan Emas Bebas Merkuri dan Pengolahan Limbahnya pada Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK).
a). Pembuatan DED untuk Pengolahan Emas Bebas Merkuri dan Pengolahan Limbahnya.
b). Alih Teknologi Pengolahan Emas Bebas Merkuri dan Pengolahan Limbahnya pada Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) melalui serangkaian pelatihan dan bimbingan teknis kepada para penambang emas rakyat yang nantinya akan mengoperasikan (operator).
a) Foto-foto Kegiatan b) Daftar Hadir
Gambar 3.3. Pilot project pengolahan emas bebas merkuri BPPT di Kabupaten Kulon Progo.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 8
Gambar 3.4. Kegiatan uji operasi dan uji fungsi peralatan di pilot project pengolahan emas tanpa
merkuri di Kabupaten Kulon Progo, DIY.
Bab 3 - 9
Gambar 3.5. Kegiatan pelatihan dan bimbingan teknis di pilot project pengolahan emas bebas merkuri.
Gambar 3.6. berita di masmedia terkait pengolahan emas bebas merkuri
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 10
B. Capaian Kinerja
1. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja TA 2019
Perbandingan target dan realisasi kinerja merupakan metode penilaian
untuk mengukur persentase tingkat ketercapaian fisik dari suatu
kegiatan. Dalam metode ini dibandingkan antara target capaian
kegiatan, dengan realisasi kegiatan. Adapun capaian kinerja
Rekomendasi Teknologi Pengolahan Emas Bebas Merkuri tahun 2019
dijabarkan pada tabel berikut:
Prosentase Capaian Kinerja
= Realisasi
X 100% Target
=
1 Rekomendasi Teknologi
Pengolahan Emas Bebas Merkuri X 100% = 100% 1 Rekomendasi Teknologi
Pengolahan Emas Bebas Merkuri Tabel 3.3. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja TA 2019
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Target
Realisasi
% Program/Kegiatan Mitra
Termanfaatkannya Rekomendasi Kebijakan Nasional di bidang Teknologi
Rekomendasi Teknologi Pengolahan Emas Bebas Merkuri
1 1 100 Commissioning Alih Teknologi Bimbingan teknis.
Pemkab. Kulon Progo, DIY.
2. Perbandingan antara realisasi kinerja dengan tahun lalu dan beberapa
tahun terakhir
Perbandingan antara realisasi kinerja tahun ini dengan beberapa tahun
terakhir untuk masing-masing kegiatan ditunjukkan oleh gambar berikut;
Bab 3 - 11
Gambar 3.7. Perbandingan realisasi kinerja sampai tahun ini dengan beberapa tahun terakhir
Kegiatan inovasi teknologi pengolahan emas bebas merkuri dan
pengelolaan limbahnya merupakan rangkaian dari rencana 5 tahunan
yang memfokuskan pada pertambangan emas skala kecil (rakyat).
Dimulai dari kegiatan mengkarakterisasi bijih emas dan pegolahan bijih
emas bebas merkuri skala Laboratorium sampai skala pilot plant, yang
pada akhirnya dibuat rancang bangun proses dan peralatannya sampai
diimplementasikan kedalam Pilot Project. Pada akhir rangkaian RPJMN
2015-2019, BPPT telah menghasilkan sebuah inovasi pengolahan emas
bebas merkuri dan pengelolaan limbahnya yang menjadi percontohan
dan rujukan nasional dalam pengembangan teknologi yang efisien dan
ramah lingkungan.
3. Perbandingan realisasi kinerja TA 2019 dengan target jangka menengah
Selain membandingkan realisasi kinerja dengan kegiatan jangka pendek
pada tahun-tahun sebelumnya, evaluasi kinerja tahunan juga
membandingkan dengan target jangka menengah yang relevan baik
ditingkat unit kerja, ataupun lembaga. Uraian perbandingan realisasi
kinerja TA 2019 ditunjukkan pada tabel berikut.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 12
Tabel 3.4.
Perbandingan realisasi kinerja TA 2019 dengan target jangka menengah
Sasaran Strategis
Realiasasi Kinerja TA 2019
Target Jangka Menengah
Termanfaatkannya Rekomendasi Kebijakan Nasional di bidang Teknologi
Rekomendasi teknologi pengolahan emas bebas merkuri
Rekomendasi Teknologi Pengolahan Emas Bebas Merkuri.
4. Analisis penyebab keberhasilan/ atau peningkatan kinerja
Analisis penyebab keberhasilan/ atau peningkatan kinerja dimaksudkan
untuk memberikan gambaran dan penjelasan mengenai dinamika
pelaksanaan kegiatan.
Faktor penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja :
- Dukungan Pimpinan
- Dukungan Mitra
- Dukungan SDM yang kompeten
5. Analisis Efisiensi
Analisis efisiensi dimaksudkan untuk melihat sejauh mana efektivitas
pengelolaan sumberdaya terhadap target yang dilaksanakan. Salah satu
tantangan utama di BPPT adalah alokasi SDM yang ada untuk
mengerjakan beberapa kegiatan yang sama-sama membutuhkan
sumberdaya sejenis. Hal ini diatasi dengan penjadwalan dan sistem
kerja yang efisien antar personel dalam beberapa kegiatan.
6. Analisis kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun pencapaian
pernyataan kinerja:
Keberhasilan dan kegagalan suatu kegiatan juga dipengaruhi oleh
kegiatan atau faktor-faktor eksternal. Untuk kegiatan inovasi teknologi
pengolahan emas bebas merkuri, faktor pendukung keberhasilan SS
Bab 3 - 13
BPPT adalah adanya kebijakan dan penugasan nasional untuk BPPT
terkait pengurangan dan penghapusan merkuri. Keberadaan Perpres
21/2019 tentang Pengurangan dan Penghapusan Merkuri menjadi
landasan kebijakan utama yang mendorong BPPT untuk mewujudkan
Pilot Project Pengolahan Emas Bebas Merkuri.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 14
3.1.1.2. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 1 Indikator Kinerja 2 :
Rekomendasi Teknologi Pemanfaatan Sertifikat Dijital untuk Pemilu
Nasional
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Proses pemilu nasional yang lama dengan tahapan yang banyak
mengakibatkan penggunaan sumber daya yang banyak, baik sumber daya
manusia, maupun anggaran. Sesuai standar tahapan penyelenggaraan
Pemilu yang demokratis, transparan dan akuntabel tertulis dalam SNI
17582 tentang Sistem Manajemen Kepemiluan, ada 11 tahapan yang
harus dilalui dalam penyelenggaraan pemilu nasional. Selain itu, acap kali
terjadinya konflik hasil pemilu yang tentunya menimbulkan kerugian materi
yang tidak sedikit, bahkan korban jiwa dan mencederai proses demokrasi.
Hal-hal inilah yang mendorong BPPT melakukan pengkajian untuk
memanfaatkan teknologi dalam pelaksanaan pemilu nasional.
Dimulai 2010, studi kelayakan dilakukan melalui penerapan e-voting di
Kabupaten Jembrana. Selanjutnya dilakukan uji materi UU No 32 tahun
2004 yang akhirnya menghasilkan keputusan e-voting diperbolehkan
dalam Pilkada. Simulasi, pengujian, pilot tes hingga uji coba pun dilakukan
secara simultan demi kesempurnaan sistem pemilu elektronik yang
dikembangkan BPPT
Penerapan e-voting dan KTP elektronik pada pemilihan Kepala Desa
(Pilkades) telah terbukti lebih cepat, lebih akurat, lebih transparan dan
akuntabel dan dapat mencegah kecurangan penyelenggara dan pemilih
dari sisi penyalahgunaan hak pemilih.
Penggunaan KTP elektronik pada proses verifikasi pemilih dapat
mengatasi masalah kecurangan tentang validitas pemilih yang mungkin
terjadi dimana pemilih yang tidak berhak atau ganda dapat dideteksi.
Bab 3 - 15
Proses pemilu yang dilakukan menggunakan peralatan elektronik dan
pemilih di verifikasi menggunakan KTP elektronik dapat diwujudkan di
pemilihan kepala desa yang merupakan amanat UU Desa.
UU Nomor 1 Tahun 2015 sebagaimana sudah diubah menjadi UU Nomor
8 Tahun 2015 dan diperbaharui menjadi UU 10 tahun 2016 tentang
Pilkada sudah mengakomodir pemilu elektronik dan menjadi acuan bagi
Pembuatan Peraturan Daerah (PERDA) tentang pemilihan kepala desa
dengan cara elektronik.
Proses menuju pemilu elektronik (e-Pemilu) telah disiapkan oleh BPPT
sejak 2010. Dimulai dengan Studi Kelayakan dan pengembangan
Teknologi, pengembangan Standar & Arsitektur teknis Operasional dan
Tata Kelola serta Standar Pengujian & Audit, Implementasi E-Voting di
Pilkades di lebih dari 1099 Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) di 25
Kabupaten pada 11 Provinsi, mulai dari eVerifikasi pemilih, eVoting,
sampai pada Pendukung eRekapitulasi.
Pada tahun 2019, BPPT mengeluarkan rekomendasi teknologi Pengiriman
Form C1-Plano bertanda tangan digital KPPS atau secara umum disebut
Rekomendasi Teknologi Pemanfaatan Sertifikat Dijital untuk Pemilu
Nasional.
Untuk lebih menguatkan para stakeholder dalam mengimplementasikan
pemilu elektronik, BPPT telah beberapa kali melakukan diskusi/workshop
terkait dengan isi rekomendasi yang dimaksud di atas, baik dengan pihak-
pihak: KPU, Bawaslu, DKPP, Kemendagri, Mahkamah Konstitusi, dan
Wantanas. Bahkan BPPT dengan Wantanas telah mempersiapkan
rumusan rekomendasi dan Naskah Akademis Digitalisasi Pemilu dari
Wantanas ke Presiden terkait pemanfaatan pemilu elektronik. Selain itu,
BPPT juga telah mendorong peran industri nasional untuk pendukung
penyelenggaraan pemilu elektronik.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 16
Pembinaan terhadap industri nasional untuk mendukung pemilu elektronik
telah dipersiapkan BPPT seiring dengan digunakannya teknologi pemilu
elektronik dalam pemilihan kepala desa. Dengan demikian produk inovasi
BPPT dalam hal eVoting dan eVerifikasi pemilih, telah mampu
meningkatkan kapasitas produksi industri nasional. Pengalaman industri
dalam mendukung Pilkades elektronik menjadi salah satu proses
penyiapan pemilu elektronik nasional. Peran BPPT saat ini adalah sebagai
intermediasi antara pengguna dan industri nasional terhadap produk hasil
inovasi BPPT yang digunakan dalam ePilkades.
Tabel 3.5. Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target, dan Capaian Kinerja
Sasaran Strategis Termanfaatkannya Rekomendasi Kebijakan Nasional di Bidang Teknologi
Indikator Kinerja Sasaran Strategis: Rekomendasi Teknologi Pemanfaatan Sertifikat Dijital untuk Pemilu Nasional
Target : 1 Rekomendasi Teknologi
Program/Kegiatan Capaian Kinerja Outcome
Bukti Pendukung
Melakukan telaah pemilu 2019 dari sisi politik ekonomi sosial dan budaya dibandingkan dengan pemilu elektronik serta kesiapannya pada pemilu 2024.
Rekomendasi Teknologi
- Buku Rekomendasi Teknologi Pemanfaatan Sertifikat Dijital untuk Pemilu Nasional
- Foto penyerahan buku Rekomendasi kepada KPU, Bawaslu, DKPP.
- Foto Sosialisasi dan FGD yang dihadiri oleh KPU, Bawaslu, DKPP, Kemendagri.
- Foto penyiapan rekomendasi dari Wantanas terkait e-Pemilu kepada Presiden.
- Workshop dengan Balitbang Kemendagri terkait e-Pemilu.
Menjawab pertanyaan dari media dalam rangka Pilpres Pileg 2019, pilkades dan penerbitan artikel di media online.
Advokasi Media TV, Media Cetak, Media Elektronik
Bab 3 - 17
B. Capaian Kinerja
1. Perbandingan antara target dengan dan realisasi kinerja tahun ini
Prosentase
Capaian
Kinerja
=
Realisasi
X 100%
Target
=
1 Rekomendasi Teknologi Pemanfaatan Sertifikat Dijital
untuk Pemilu Nasional X 10 0% = 100% 1 Rekomendasi Teknologi
Pemanfaatan Sertifikat Dijital untuk Pemilu Nasional
Mitra : KPU, Bawaslu, DKPP, dan Kemendagri, serta PT. INTI
2. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir.
- Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2018
a) Rekomendasi : KAJIAN Pengiriman Form C1-Plano Bertanda
Tangan Digital KPPS
b) Uji coba e-Verifikasi Pemilih dengan KTPel dan tanda tangan
dijital dalam Pengiriman Form C1-Plano di Pilkada Sulawesi
Selatan
- Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2017
Rekomendasi : Kajian pelaksanaan miniatur Pilkada pada
Pelaksanaan Pilkades elektronik secara menyeluruh dari eVerifiasi
Pemilih, eVoting, Pengiriman dan Rekapitulasi hasil, dan
pengiriman form plano dari TPS
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 18
- Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2016
1. Rekomendasi : Pedoman Penyelengaraan Pilkades Elektronik
dengan verifikasi pemilih menggunakan KTP elektronik.
2. Perangkat sistem e-Verifikasi pemilih berbasis Sidik Jari dan NIK
pada KTP-elektronik yang diproduksi PT INTI dan digunakan di
Kabupaten Pemalang, Musi Rawas dan Boyolali.
3. Terakomodirnya pemilu elektronik pada Undang-undang Nomor 1
Tahun 2015 sebagaimana diubah menjadi UU Nomor 10 tahun
2016 tentang Pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota, di pasal 85, 98
dan 111.
4. Terlaksanaya 85 pemilihan kepala desa menggunakan e-Voting
dan e-Verifikasi di Kabupaten Pemalang (11 desa), Musi rawas
(58 Desa), Boyolali (16 Desa)
5. Layanan Advokasi dan Konsultansi yang terwujud dalam berbagai
tayangan media TV, Cetak, Online, terkait e-Voting dan e-
Verifikasi berbasis KTP elektronik, yang sudah dikembangkan
BPPT.
- Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2015
1. Rekomendasi : Pedoman Implementasi e-Pilkades Serentak.
2. Prototipe model industri Perangkat e-Voting dan Pembaca KTP
elektronik yang diproduksi PT INTI dan digunakan di Kabupaten
Boalemo.
3. Terlaksanaya 270 pemilihan kepala desa menggunakan e-Voting
di Kabupaten Empat Lawang (101 desa), Bantaeng (9 Desa),
Banyuasin (160 Desa).
4. Terlaksanaya 30 pemilihan kepala desa menggunakan e-Voting
berbasis KTP elektronik di Kabupaten Boalemo.
5. Layanan Advokasi dan Konsultansi yang terwujud dalam berbagai
tayangan media TV, Cetak, Online, terkait e-Kesehatan berbasis
KTP elektronik, e-Voting berbasis KTP elektronik, Simral untuk e-
Pemerintahan, yang sudah dikembangkan BPPT
Bab 3 - 19
- Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2014
Rekomendasi Hasil Uji Petik Pemilihan Legislatif 2014 di Kota
Pekalongan
Pedoman Implementasi e-Voting dalam Pemilihan Kepala Desa.
Prototipe pengembangan aplikasi e-Voting versi 2.
Terakomodirnya e-Voting pada Perppu Nomor 1 tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota.
Terlaksanaya 93 pemilihan kepala desa di Kabupaten Musi Rawas
Layanan Konsultansi yang terwujud dalam berbagai tayangan
media TV, Cetak, Online, terkait e-Voting yang sudah
dikembangkan BPPT.
- Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2013
1. Rekomendasi e-Voting berdasarkan hasil Simulasi e-Voting di
Pemilukada Bantaeng.
2. Rekomendasi Hasil Alih Teknologi Pemilihan Kepala Desa
Menggunakan e-Voting di Kabupaten Boyolali(7 Desa),
Jembrana(2 Desa) dan Musi Rawas (4 Desa)
3. Rekomendasi e-Rekapitulasi Pemilihan Legislatif 2014
4. Prototipe e-Voting Embedded dan e-Counting DMR.
5. Terakomodirnya e-Voting dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Musi Rawas tentang pemilihan Kepala desa.
- Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2012
1. Rekomendasi Sistem Pemilu elektronik berupa prototipe
perangkat e-Voting.
Pedoman Penggunaan Perangkat Pemungutan Suara
Elektronik Berbasis Embedded
Pedoman Penggunaan Aplikasi Pemungutan Suara Elektronik
Berbasis Layar Sentuh
Petunjuk Teknis Aplikasi Pemungutan Suara Elektronik
Berbasis Layar Sentuh
2. Rekomendasi Prosedur dan Tata Kelola sistem pemilu Elektronik.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 20
Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Pemungutan Suara
Elektronik
3. Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target
jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan
strategis
Target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan
strategis BPPT berupa Rekomendasi Teknologi Pemanfaatan Sertifikat
Dijital untuk Pemilu Nasional telah tercapai dengan diserahkannya
rekomendasi tersebut kepada KPU dan lembaga-lembaga terkait
dengan pelaksanaan Pemilu.
4. Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
1. Standar tahapan penyelenggaraan Pemilu yang demokratis,
transparan dan akuntabel tertulis dalam SNI 17582 tentang Sistem
Manajemen Kepemiluan. Dalam SNI tersebut terdapat sebelas
tahapan pemilu,yakni:
1. Pendaftaran partai politik
2. Pendaftaran pemilih
3. Pendaftaran calon
4. Proses Logistik
5. Pemungutan suara
6. Perhitungan suara
7. Pengiriman hasil
8. Tabulasi dan Penayangan Hasil
9. Pelatihan Petugas
10. Pemantauan dana kampanye
11. Penyelesaian sengketa.
2. Kegiatan tahun 2019 tentang pemanfaatan sertifikat dijital
berhubungan dengan tahapan nomor 7 tentang pengiriman hasil
perhitungan suara, tahapan nomor 11 tentang penyelesaian
sengketa.
Bab 3 - 21
3. Dalam UU PILKADA disampaikan bahwa pemberian suara boleh
dilakukan menggunakan peralatan elektronik sehingga dihasilkan
file-file elektronik sebagai pengganti kertas suara. Untuk menjamin
keutuhan file – file elektronik tsb, maka diperlukan sertifikat digital
yang akan memberitahukan jika file tersebut dirubah dari aslinya.
4. Dalam UU Pemilu disampaikan bahwa pengiriman hasi perhitungan
suara dari TPS luar negeri dilakukan secara elektronik. Artinya ada
file elektronik berisi hasil perhitungan suara yang dikirim melalui
jaringan. Untuk memastikan bahwa file tersebut tidak dirubah di
tengah jalan maka digunakan juga sertifikat elektronik
5. Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/
penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan
a. Faktor Penyebab Keberhasilan/Peningkatan Kinerja :
Masyarakat lebih menyukai pemilihan kepala desa dengan e-
Voting dan pemilih diverifikasi menggunakan KTP-el karena
cepat dan akurat serta tidak ada kecuarangan dan konflik Hasil
dan Daftar pemilih tetap.
Pemerintah Daerah puas dengan hasil pemilihan menggunakan
e-Voting dan e-Verifikasi pemilih.
b. Faktor Penyebab kegagalan/Penurunan Kinerja :
Situasi sosial dan politik dalam hal penggunaan teknologi dalam
sistem kepemiluan di tingkat Nasional. Namun pemilhan
ditingkat kepala desa lebih menantang dan lebih dirasakan
manfaatnya bagi pemerintah kabupaten dimana proses
pemilihan kepala desa akurat dan cepat.
Masih menunggu Komisi Pemilihan Umum yang harus membuat
Peraturan KPU agar e-Voting dapat digunakan di Pilkada.
Hasil kajian KPU menyatakan bahwa penggunaan teknologi
pada pemilu yang paling optimal adalah eRekapitulasi.
Undang-Undang Pemilu yang merupakan Lex Spesialist tidak
secara khusus menyebut penggunaan Sertifikat Dijital dalam
pengiriman data elektronik.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 22
c. Alternatif solusi yang telah dilakukan terhadap penyebab
kegagalan/penurunan kinerja :
Lebih meningkatkan advokasi ke Stakeholder melalui FGD,
mendukung kajian Tim Balitbang kemendagri, Mendukung
kajian Wantanas tentang Digitalisasi pemilu yang
substansial.
6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya
- Analisis efisiensi Penggunaan sumber daya manusia:
Melaksanakan koordinasi dengan institusi lain sesuai
kompetensi dan tupoksinya dalam hal ini Balitbang kemendagri
bidang Politik dan Hukum, Wantanas, Kominfo dan Kementerian
dalam negeri Dukcapil.
- Analisis efisiensi penggunaan sumber daya keuangan
Perencanaan kegiatan yang matang
Mendukung pembuatan kajian Balitbang dan Wantanas
untuk teknologi dalam pemilu.
- Analisis efisiensi penggunaan sumber daya laboratorium dan
peralatan :
Prosedur dan Standar Pengujian sangat mendukung proses
sertifikasi perangkat dan tim teknis pelaksana e-Voting dalam
pilkades
Analisis efisiensi penggunaan sumber daya kinerja :
Dukungan Pimpinan sangat besar.
Prosedur kerja kemitraan antar lembaga di BPPT yang
membuat komitmen mitra.
Dukungan industri Nasional dalam implementasi pemilu
elektronik di Pilkades
Bab 3 - 23
7. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun
kegagalan pencapaian pernyataan kinerja
Dalam rangka pencapaian pernyataan kinerja, terdapat beberapa
program/kegiatan yang dilaksanakan, yang meliputi :
1. Intermediasi teknologi pada PT INTI dalam Pengembangan
Model Desain Industri sistem e-Voting dan e-Verifikasi yang
digunakan pada Pilkades
2. Melaksanakan layanan advokasi e-Pemilu dan Pendampingan
teknis Pilkades dengan e-Voting di Kabupaten Pemalang, Musi
Rawas dan Boyolali.
a. Program/kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian
pernyataan kinerja
Adanya kerjasama yang saling mendukung antara BPPT,
Pemerintah Daerah serta Industri Nasional.
Dukungan penuh dari pimpinan mulai dari Ka BPPT,
Deputi dan Direktur.
b. Program/kegiatan yang menyebabkan kegagalan pencapaian
pernyataan kinerja
Kepentingan proses kerja sesuai tata kerja Kerekayassan
antar SDM pelaksana teknis yang targetnya tidak
tersinkronisasi karena perbedaan pengetahuan dan
kemampuan teknis.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 24
Gambar 3.8. Buku Rekomendasi Teknologi Pemanfaatan Sertifikat Dijital untuk Pemilu Nasional
Bab 3 - 25
Gambar 3.9. Penyerahan Buku Rekomendasi Teknologi Pemanfaatan Sertifikat Dijital untuk
Pemilu Nasional kepada KPU, Bawaslu, DKPP
Gambar 3.10. Sosialisasi dan FGD yang dihadiri oleh KPU, Bawaslu, DKPP, Kemendagri
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 26
Gambar 3.11. Penyiapan rekomendasi dari Wantanas terkait e-Pemilu kepada Presiden
Gambar 3.12. Workshop dengan Balitbang Kemendagri terkait e-Pemilu
Bab 3 - 27
3.1.2. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 :
Termanfaatkannya Inovasi Teknologi Untuk Peningkatan
Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa
Sesuai dokumen Rencana Strategis BPPT tahun 2015 – 2019, Inovasi
adalah kegiatan penelitian, pengembangan, penerapan, dan perekayasaan,
yang bertujuan untuk menghasilkan produk atau proses produksi baru yang
komersial atau, dipakai oleh masyarakat luas.
Daya saing adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan kepada pemangku
kepentingan sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan potensi di
industri, daerah, nasional, dapat mendorong peningkatan pangsa pasar dan
pengguna, dapat menghasikan produk/proses yang unik/khas, lebih murah
dan unggul, serta dapat menghasilkan nilai tambah suatu potensi/
produk/proses.
Kemandirian bangsa adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan sehingga
menyebabkan peningkatan kandungan lokal (TKDN), adanya peningkatan
ekspor dan atau subtitusi impor, menghasilkan inovasi, penguasaan,
kemampuan teknologi, serta tumbuhnya ketahanan dan keamanan nasional
serta tumbuhnya perekonomian daerah/nasional.
Dalam pencapaian sasaran strategis 2 ini, pada tahun 2019 BPPT
mengidentifikasikan 12 indikator kinerja, yang terdiri dari 9 indikator kinerja
yang terkait dengan inovasi teknologi, dan 3 indikator kinerja yang terkait
dengan Jumlah NSTP/TP yang Terwujud dan Berfungsi.
Indikator kinerja yang terkait dengan inovasi teknologi meliputi : (1) Inovasi
Teknologi Produksi Pakan Ternak Berbahan Baku Kelapa Sawit, dengan
target 1 inovasi teknologi; (2) Inovasi Teknologi Produksi Cangkang Kapsul
dari Rumput Laut, dengan target 1 inovasi teknologi; (3) Inovasi Teknologi
Produksi Bibit Kentang Ex Vitro, dengan target 1 inovasi teknologi; (4)
Inovasi Teknologi Diagnostic Kit Dengue, dengan target 1 inovasi teknologi;
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 28
(5) Inovasi Teknologi Sistem Navigasi Laut, dengan target 1 inovasi
teknologi; (6) Inovasi Teknologi SIMRAL (Sistem Informasi Akrual/ e-
Planning) Government Cloud, dengan target 1 inovasi teknologi; (7) Inovasi
Operasional Drone Alap-alap, dengan target 1 inovasi; (8) Inovasi Smart
Level Crossing di 10 Lokasi Pulau Jawa, dengan target 1 inovasi; dan (9)
Inovasi Kapal Angkut Ikan Berpendingin, dengan target 1 inovasi.
Indikator kinerja yang terkait dengan Jumlah NSTP/TP yang Terwujud dan
Berfungsi meliputi : (1) Terwujud dan Berfungsinya TP Cimahi, dengan
target 1; (2) Terwujud dan Berfungsinya NSTP BPPT di Serpong, dengan
target 1; dan (3) Terwujud dan Berfungsinya TP Bantaeng di Bantaeng,
Sulawesi Selatan, dengan target 1.
Capaian kinerja masing-masing indikator kinerja dalam sasaran strategis 2
sebagai berikut :
3.1.2.1. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 Indikator Kinerja 1 :
Inovasi Teknologi Produksi Pakan Ternak Berbahan Baku Kelapa Sawit
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Pakan ternak merupakan sendi penting dalam proses usaha peternakan
baik perkembangbiakan maupun produktivitas ternak. Masalah utama dalam
peningkatan produktivitas sapi potong adalah menyediakan pakan secara
berkesinambungan, baik secara kualitas maupun kuantitasnya (Mathius et
al., 1984; Chen, 1990; Jalaludin et al., 1991; Zarate 1996). Pemanfaatan
limbah pertanian secara optimal merupakan cara yang bijak untuk
mengatasi permasalahan pakan ternak. Limbah pertanian yang dapat
digunakan sebagai pakan ternak, pada umumnya berkualitas rendah.
Rendahnya kualitas ini karena adanya kandungan serat kasar yang tinggi,
ikatan lignoselulosa dan lignohemiselulosa, serta silika. Hal ini yang
menyebabkan kecernaan limbah pertanian tersebut rendah.
Produk samping dan hasil ikutan industri perkebunan terus bertambah
jumlahnya seiring dengan makin luasnya areal perkebunan. Salah satu
Bab 3 - 29
perkebunan yang cukup luas arealnya dengan laju pertumbuhan
12,6%/tahun adalah perkebunan kelapa sawit (Liwang, 2003). Pemanfaatan
hasil samping perkebunan terutama perkebunan sawit menjadi salah satu
peluang besar untuk penyediaan pakan ternak alternatif. Banyak penelitian
telah dilakukan untuk memanfaatkan hasil samping industri sawit, bahkan
salah satu by product industri ini yaitu bungkil sawit telah memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi dan ketersediaan yang terbatas. Maka bukan
tidak mungkin suatu saat hasil samping dari industri ini seperti tandan
kosong, serat perasan, lumpur sawit/solid, pelepah dan daun sawit yang
belum dimanfaatkan secara optimal akan menjadi sumber bahan pakan
utama yang memiliki nilai ekonomis yang tingga dan menjadi solusi untuk
meningkatkan produktivitas sapi lokal secara nasional.
Inovasi teknologi produksi pakan ternak berbahan baku kelapa sawit
merupakan pakan ternak dengan bahan baku solid sawit decanter kering
dan bungkil inti sawit dengan tambahan onggok, urea, molases dan kapur.
Pakan tersebut telah teruji secara in vitro dan in vivo. Kandungan kadar air
(12.11%), Abu (13.97%), Lemak (6.04%), Protein (14.61%), Serat Kasar
(15.27%).
Pakan sapi berbasis limbah sawit yang sudah melalui proses analisis
laboratorium untuk kualitas nutrisinya sudah siap dilepas oleh BPPT kepada
mitra pengguna (kelompok karya lestari). Pakan konsentrat Pro fattening
“Lestari Feed” hasil formulasi BPPT yang akan di Launching pada acara
tersebut memiliki komposisi nutrisi sebagai berikut :
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 30
Tabel 3.6 Komposisi nutrisi pakan sapi berbasis limbah sawit “Lestari Feed”
Parameter Satuan Komposisi Nutrisi
Air % 12.32 Abu % 12.81 Protein Kasar % 15.90 Lemak Kasar % 4.33 Serat Kasar % 23.09 Kalsium % 0.63 Phospor % 0.44 Total Digestible Nutrient % 60.10 Neutral Detergent Fiber (aNDF) % 55.70
Pakan Lestari Feed: pakan penguat (konsentrat) yang diformulasikan untuk
meningkatkan performa ternak sesuai dengan potensi genetiknya. Pakan
telah dicobakan pada sapi PO dengan memberikan pertambahan bobot
badan 0.78 kg/ekr/hari. Pakan diformulasikan dengan bahan bersumber dari
mayoritas limbah sawit dengan ditambahkan sedikit tambahan bahan pakan
sumber karbohidrat dan protein. Dalam aplikasinya, Lestari Feed bisa
diberikan dengan perbandingan 60% Lestari Feed dan 40% hijauan seperti
pelepah dan daun sawit.
Gambar 3.13 Pelepasan truk Pakan (Mitra Pengguna Pilot Project Integrasi Sawit Sapi
BPPT: Kelompok Ternak Karya Lestari)
Bab 3 - 31
Pada tahun 2019 dilakukan launching pilot project sistem integrasi sapi
sawit yang terdiri dari pakan berbasis limbah kelapa sawit, pakan suplemen
probiotik berbasis kelapa sawit, manajemen penggembalaan terkontrol,
manajemen reproduksi dan kesehatan ternak, software aplikasi recording
ternak “SiPenter” dan formulasi pakan “SiPandai”, hijauan pakan bernutrisi
tinggi, manajemen dampak integrasi. Serangkaian acara launching pilot
project sistem integrasi sapi sawit pada peternakan rakyat terdiri atas:
1. Focus Group Discussion “Strategi dan Kebijakan untuk Pengembangan
Integrasi Sawit Sapi di Provinsi Riau” dilaksanakan pada Kamis, 10
Oktober 2019 di Kantor Bappeda, Lantai 2 Gedung Pembaharuan
Kabupaten Pelalawan, pukul 08.00 s/d 15.00 WIB
2. "Peluncuran Produk Inovasi Pakan Ternak Sapi Berbasis Limbah Kelapa
Sawit" dilaksanakan pada Jumat, 11 Oktober 2019, di Lokasi
Percontohan Sistem Integrasi Sawit Sapi di Kerumutan, Kabupaten
Pelalawan, Riau.
3. "Peresmian pilot project sistem integrasi sapi sawit Pada Peternakan
Rakyat" dilaksanaka pada Sabtu, 12 Oktober 2019, di Gedung Gedung
Daerah Datuk Laksamana Mangku Diraja, Pelalawan, Riau. Acara
bertepatan dengan acara sidang paripurna DPRD Kabupaten Pelalawan.
Gambar 3.14 Diskusi tanya jawab dalam Focus Group Discussion
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 32
Gambar 3.15 Foto bersama peserta Focus Group Discussion
Pilot project sistem integrasi sawit sapi yang berlokasi di desa Beringin
Makmur, kecamatan Kerumutan, kabupaten Pelalawan resmi diluncurkan
oleh Bupati Pelalawan, Kepala Bapedda Pelalawan, Deputi Kepala BPPT
bidang teknologi agroindustri dan bioteknologi (TAB) dan Direktur Pusat
Teknologi Produksi Pertanian (PTPP). Pilot project sistem integrasi sapi
sawit juga diresmikan pada sidang paripurna DPRD Kabupaten Pelalawan.
Gambar 3.16 Peresmian pilot project sistem integrasi sapi sawit
Bab 3 - 33
Gambar 3.17 Penandatanganan prasasti dan penyerahan dokumen pilot project sistem
integrasi sawit sapi
Tabel 3.7 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target, dan Capaian Kinerja
Sasaran Strategis 2 Termanfaatkannya inovasi teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing menuju
kemandirian bangsa Indikator Kinerja Sasaran Strategis :
Jumlah inovasi teknologi produksi pakan ternak berbahan baku kelapa sawit Target Indikator Kinerja :
1 Inovasi Teknologi Penjelasan Target Indikator Kinerja
Prototipe pakan berbasis limbah sawit adalah produk pakan ternak berbasis limbah sawit yang diformulasikan untuk mempercepat pertambahan bobot badan ternak sapi
sehingga sapi dapat berkembang sesuai dengan potensi genetiknya Target
1 (satu) Inovasi teknologi produksi pakan ternak berbahan baku kelapa sawit
Program/Kegiatan Capaian Kinerja Outcome/Output
Bukti Pendukung
• Inovasi Teknologi Produksi Pakan
• Inovasi Teknologi Produksi Pakan Ternak Berbahan Baku Kelapa Sawit
1. Surat Pernyataan Penggunaan pakan dari mitra dan peternak
2. Foto Produk dan Launching pakan ternak berbahan baku kelapa sawit
3. Video Testimoni penggunaan pakan dari mitra dan peternak
4. Surat pernyataan testimoni penggunaan pakan oleh mitra
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 34
B. Capaian Kinerja
1. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini:
Indikator Kinerja: Jumlah inovasi Teknologi Produksi Pakan Ternak
Berbahan Baku Kelapa Sawit, dengan target 1 (satu) inovasi teknologi.
Target kinerja dapat tercapai dengan 1 (satu) Inovasi Teknologi Produksi
Pakan Ternak Berbahan Baku Kelapa Sawit
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa capaian
kinerja BPPT untuk Indikator Kinerja Sasaran Strategis 2.1 yaitu Jumlah
Inovasi Teknologi yang dihasilkan, dengan target 1 (satu) inovasi
Teknologi Produksi Pakan Ternak Berbahan Baku Kelapa Sawit adalah
sebagai berikut:
Prosentase Capaian Kinerja
= Realisasi
X 100% Target
=
1 Inovasi teknologi produksi pakan
ternak berbahan baku kelapa sawit X 100% = 100%
1 Inovasi teknologi produksi pakan ternak berbahan baku kelapa
sawit
Tabel 3.8 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini
Indikator Kinerja Target Realisasi % Program / Kegiatan
Mitra
Jumlah Teknologi Produksi Pakan Ternak Berbahan Baku Kelapa Sawit
1 1 100 Inovasi Teknologi Produksi Pakan Ternak Berbahan Baku Kelapa Sawit
1.Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Pelalawan 2.CV. Karya Lestari
Bab 3 - 35
2. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir;
- Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2019
Tahun 2019 dihasilkan prototipe pakan berbasis limbah sawit: Lestari
Feed yang telah dijual secara komersial dan launching pilot project
sistem integrasi sapi sawit.
- Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2018
Tahun 2018 dihasilkan prototipe pellet pakan ternak formulasi terbaru
untuk uji multi lokasi dan penyempurnaan pilot project integrase sapi
sawit.
- Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2017
Tahun 2017 dihasilkan Prototipe Alpha Pakan ternak berbasis sawit
untuk Penggemukkan dan analisis sistem pilot project integrase sapi
sawit dengan tambahan prototipe sistem recording ternak berbasis
IT.
- Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2016
Tahun 2016 dihasilkan prototipe 1 pakan ternak sapi berbahan baku
limbah sawit yang sudah diuji multilokasi. Analisis sistem pilot project
integrasi sapi sawit dengan tambahan analisis dampak sistem
integrasi sapi sawit terhadap produktivitas sawit, kepadatan tanah
dan penyebaran hama.
- Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2015
Tahun 2015 telah dilakukan formulasi pakan ternak sapi berbahan
baku limbah sawit yang sudah diuji in vitro dan in vivo pada satu
lokasi. Rancangan pilot project sistem integrasi sapi sawit yang terdiri
dari teknologi pakan berbasis limbah sawit, teknologi reproduksi dan
kesehatan ternak dalam system integrase, teknologi penggembalaan
terkontrol.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 36
3. Perbandingan Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target
jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis;
Dengan telah dihasilkannya 1 Inovasi Teknologi Produksi Pakan Ternak
Berbahan Baku Kelapa Sawit pada tahun 2019 maka target jangka
menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis BPPT
berupa 1 (satu) Inovasi Teknologi Produksi Pakan Ternak Berbahan
Baku Kelapa Sawit yang dihasilkan pada tahun 2019 telah tercapai.
Uraian peningkatan outcome dari tahun ke tahun menuju target akhir,
seperti terlihat pada gambar 3.2.5.
4. Analisis penyebab keberhasilan / kegagalan atau peningkatan /
penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan;
Faktor Penyebab keberhasilan / Peningkatan Kinerja :
• Tersedia SDM dengan pendidikan dan kompetensi sesuai.
• Tersedia fasilitas laboratorium yang memadai untuk pengembangan
pakan ternak berbahan baku kelapa sawit
• Networking dengan antar unit kerja internal TAB dan mitra seperti
Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Pelalawan, CV. Karya
Lestari sudah terbangun.
5. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya;
a) Efisiensi Penggunaan SDM:
Program kegiatan ini dijalankan menggunakan sistem tatakerja
kerekayasaan yang diisi oleh pegawai dengan berbagai disiplin ilmu
dan masing-masing telah menempati posisi sesuai dengan
kompetensinya. Pegawai yang terlibat pada kegiatan ini telah mampu
memberikan kontribusi yang maksimal dan mampu melaksanakan
tugasnya dengan baik serta tepat waktu sehingga tujuan dan sasaran
kegiatan yang telah ditentukan dapat tercapai. Namun demikian tetap
perlu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan
mengikuti diklat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Bab 3 - 37
b) Efisiensi penggunaan keuangan :
Alokasi anggaran pemerintah untuk pelaksanaan program dan
kegiatan sangat terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut telah
melakukan pengelolaan anggaran DIPA program secara baik, efisien
dan akuntabel sehingga pelaksanaan program dan kegiatan dapat
terselenggara dengan baik dan tujuan serta sasarannya tercapai
sebagaimana yang direncanakan.
c) Efisiensi penggunaan sumber daya laboratorium dan peralatan :
Laboratorium dan peralatan yang ada sudah cukup lengkap untuk
melaksanakan program dan kegiatan.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 38
Gambar 3.18 Peningkatan Capaian Kinerja Output Menuju Target Akhir Sesuai Dokumen Renstra
Dihasilkannya 1 (satu) Inovasi Teknologi Produksi Pakan Ternak Berbahan Baku Kelapa Sawit. Mitra: Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Pelalawan dan CV. Karya Lestari
Target: 1 (satu) Inovasi
teknologi produksi pakan ternak
berbahan baku kelapa sawit
2017 2019 2018
Prototipe pakan berbasis limbah sawit: Lestari Feed yang telah dijual secara komersial
Prototipe pellet pakan ternak formulasi terbaru untuk uji multi lokasi
Prototipe Alpha Pakan ternak berbasis sawit untuk Penggemukkan
Prototipe 1 pakan ternak sapi berbahan baku limbah sawit
2015
Formulasi pakan ternak sapi berbahan baku limbah sawit
2016
Bab 3 - 39
3.1.2.2. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 Indikator Kinerja 2 :
Inovasi Teknologi Produksi Cangkang Kapsul dari Rumput Laut
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Inovasi Teknologi Pengolahan Rumput Laut merupakan lanjutan
kegiatan tahun 2017 dengan sasarannya adalah terlaksananya alih
teknologi/uji coba produksi cangkang kapsul melalui teknologi formulasi
dengan bahan menggunakan base product rumput laut, seperti karaginan,
agar dan alginat.
Pada tahun 2017 telah dilakukan kegiatan penyesuaian formula cangkang
kapsul agar dapat diterapkan pada industri, dengan melakukan pengujian-
pengujian secara fisik (ketebalan, kerapuhan, kadar air), pengujian
disintegrasi, dan pengujian disolusi terhadap prototipe cangkang kapsul
yang telah dikembangkan di Laboratorium Teknologi Agroindustri.
Formula yang telah mem enuhi persyaratan secara fisik dilakukan ujicoba
pada skala produksi dilakukan bekerjasama dengan calon mitra industri
PT. Kapsulindo Nusantara.
Selanjutnya pada Tahun 2018 dilakukan pengujian masa simpan kapsul
rumput laut dengan menggunakan metode Labuza, modifikasi formula
dengan bahan desintegran untuk menambah komposisi padatan,
modifikasi alat pemotong pada peralatan produksi dan modifikasi suhu
ruang produksi untuk mempercepat proses pengeringan pada saat uji
coba produksi.
Tahun 2019 dilakukan ujicoba produksi kapsul rumput laut skala industri
di PT. Kapsulindo Nusantara, uji masa simpan kapsul keras, uji
disintegrasi dengan bahan disintegran, PKS produksi dan komersialisasi
cangkang kapsul rumput laut, launching produksi cangkang kapsul rumput
laut, karakterisasi cangkang kapsul rumput laut PT. Kapsulindo
Nusantara, Uji Stabilitas dan Pendugaan umur simpan cangkang kapsul
rumput laut.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 40
Tahapan dalam difusi teknologi produksi cangkang kapsul rumput laut
adalah sebagai berikut :
• Ujicoba produksi kapsul rumput laut skala industri di PT. Kapsulindo
Nusantara
Kegiatan ujicoba produksi kapsul rumput laut skala industri di PT.
Kapsulindo Nusantara. Kegiatan untuk mendukung kegiatan launching
cangkang kapsul rumput laut yang menandai dimulainya produksi dan
komersialisasi kapsul rumput laut oleh PT. Kapsulindo Nusantara.
Gambar 3.19 Kegiatan Uji Produksi Skala Industri di PT. Kapsulindo Nusantara
Gambar 3.20 Sampel Produk Hasil Uji coba Produksi
Bab 3 - 41
• Pendaftaran Paten dan Merk Kapsul Rumput Laut
Untuk mempersiapkan acara launching produksi kapsul rumput laut
telah dilakukan serangkaian kegiatan terkait untuk mendukung acara
tersebut diantaranya adalah uji produksi kapsul skala industri,
pengajuan paten “Formula Dan Proses Produksi Cangkang Kapsul
Keras Dari Ekstrak Rumput Laut”, pendaftaran merk kapsul rumput
laut produksi PT. Kapsulindo dan BPPT yaitu “Rulindo Caps”.
Gambar 3.21 Dokumen Pendaftaran Paten Cangkang Kapsul Rumput Laut
Gambar 3.22 Merk Kapsul Rumput Laut “Rulindo Caps”
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 42
• Perjanjian Kerjasama (PKS) Produksi dan Komersialisasi Cangkang
Kapsul Rumput Laut
Merupakan dokumen kesepakatan antara BPPT dengan PT.
Kapsulindo Nusantara tentang Produski dan Komersialisasi Cangkang
Kapsul Keras dari Rumput Laut. Penantanganan Perjanjian Produksi
dan Komersialisasi Cangkang Kapsul dari Rumput Laut, berlaku mulai
tanggal 10 Juli 2019 sampai dengan 09 Juli 2024.
Gambar 3.23 Dokumen PKS Produksi dan Komersialisasi Cangkang Kapsul Keras Rumput Laut
Gambar 3.24 Penandatangan PKS Produksi dan Komersialisasi Cangkang Kapsul
Bab 3 - 43
• Launching Produksi dan Komersialisasi Cangkang Kapsul Keras
Rumput Laut
Launching Produksi dan Komersialisasi Cangkang Kapsul Keras
Rumput Laut dilaksanakan di PT. Kapsulindo Nusantara – Gunung
Putri, Bogor pada tanggal 10 Juli 2019. Secara simbolis tanda
dimulainya produksi dan komersialisasi cangkang kapsul keras rumput
laut ditandai dengan penekanan tombol secara bersama-sama oleh
Kepala BPPT, Direktur Utama PT. Kapsulindo Nusantara, Perwakilan
Kemenristek Dikti, dan Deputi Kepala BPPT.
Gambar 3.25 Penekanan Tombol Launching Produksi dan Komersialisasi Cangkang Kapsul
Gambar 3.26 Produksi cangkang kapsul rumput laut di PT Kapsulindo Nusantara
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 44
Gambar 3.27 Penyerahan Kapsul rumput laut kepada beberapa distributor, salah satunya PT Brataco
Bab 3 - 45
Gambar 3.28 Berita tentang Launching Kapsul Rumput Laut
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 46
• Karakterisasi Cangkang Kapsul Rumput Laut PT. Kapsulindo
Nusantara
Karakterisasi cangkang kapsul keras (hard capsule) rumput laut hasil
uji produksi skala Industri yang dilakukan di PT Kapsulindo Nusantara,
sebagai mitra kerja sama BPPT dalam kegiatan produksi cangkang
kapsul rumput laut. Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan
karakterisasi terhadap produk kapsul dengan parameter uji meliputi
spesifikasi fisik kapsul, waktu hancur, keseragaman bobot, disolusi,
kuat tarik, kadar air dan swelling, Scanning Electron Microscopy
(SEM) serta Fourir Transform Infra Red (FTIR).
Tabel 3.9 Karakteristik Cangkang Kapsul Keras Rumput Laut ukuran 00
No Spesifikasi Badan Tutup Cangkang
Keseluruhan 1 Panjang (mm) 0,18366 0,11308 0,21299 2 Diameter (mm) 7,382 7,750 - 3 Tebal (mm) 0,1161 0,10634 - 4 Berat (mg) 66,875 37,28 103,575 5 Volume (ml) 0,6475 - -
Tabel 3.10 Hasil Uji Disintegrasi cangkang kapsul rumput laut memenuhi standar Farmakope V
yaitu maksimal 15 menit
Sampel Waktu Hancur (menit) Standar Farmakope
(menit) 1 12,12 15 2 11,45 15 3 11,58 15 4 12,15 15 5 12,55 15 6 13,42 15
Rata2 12,21 15
Bab 3 - 47
Gambar 3.29 Hasil Pengukuran Keseragaman Bobot
Gambar 3.30 Hasil Uji Disolusi
Gambar 3.31 Hasil Uji Kadar Air
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 48
• Pengujian Stabilitas Cangkang Kapsul Rumput Laut PT. Kapsulindo
Nusantara
Untuk uji kestabilan, cangkang kapsul disimpan dalam botol di climatic
chamber pada suhu 40±2 oC, RH 75±5% selama lebih kurang 2 bulan.
Dalam waktu 2 bulan tersebut dilakukan sampling selang sepuluh hari
sekali yaitu cangkang kapsul dikeluarkan dan dilakukan pengujian
terhadap stabilitas cangkang kapsul yang meliputi pengamatan warna,
uji kadar uap air, uji kerapuhan, dan uji waktu hancur. Karena
cangkang kapsul rumput laut banyak digunakan untuk produk herbal
maka dilakukan juga uji stabilitas terhadap kandungan FFA dan
Bilangan Peroksida dari minyak habatussaudah dan minyak hati ikan
hiu dalam kapsul rumput laut.
Pada penyimpanan selama 2 bulan pada suhu 40oC; RH 75%, kapsul
rumput laut masih memiliki stabilitas yang baik. Hal ini ditunjukkan
dengan tidak adanya kapsul yang pecah saat uji kerapuhan walaupun
kadar airnya meningkat, hal ini dapat diasumsikan bahwa kadar uap
air yang dikandung kapsul masih berada di dalam range kadar uap air
yang dikehendaki. Hasil standar farmakope menunjukkan kapsul
rumput laut masuk dalam kategori kapsul yang mempunyai
disintegrasi yang baik. Kuatnya kapsul rumput laut disebabkan adanya
penambahan bahan desintegran yang dapat memperkokoh stabilitas
kapsul. Kadar uap air tidak mempengaruhi warna cangkang kapsul
rumput laut. Cangkang kapsul rumput tidak mengalami perubahan
warna. tetapi waktu hancurnya lebih lambat daripada waktu hancur
kapsul mula-mula tetapi masih dalam batas aman (<15 menit).
Semakin lama waktu penyimpanan maka semakin besar nilai kadar air
yang terkandung pada produk. Hal ini terjadi karena selama
penyimpanan produk mengalami proses penyerapan uap air dari
lingkungan, sehingga kadar air produk meningkat dan tekstur kapsul
menjadi semakin lembek dan tidak elastis.
Kapsul keras rumput laut isi minyak habbatussaudah setelah
penyimpanan selama 60 hari tidak mengalami perubahan, dan isi
Bab 3 - 49
minyak tidak rembes/bocor, sedangkan pada kapsul keras gelatin isi
minyak habbatussaudah, pada penyimpanan 60 hari kapsul terasa
lengket pada permukaan luar, ada beberapa minyak yang merembes
keluar kapsul.
Kadar FFA dan bilangan peroksida minyak habbatussaudah baik pada
kapsul rumput laut maupun kapsul gelatin cenderung naik. Selisih nilai
FFA dan bilangan peroksida minyak habatussadah yang disimpan
dalam kapsul rumput laut dan kapsul gelatin adalah kurang dari 1%.
Tetapi masih dalam batas aman isi kapsul dapat diterima konsumen.
Dengan demikian minyak habatussaudah cukup stabil disimpan dalam
cangkang kapsul rumput laut.
Kadar FFA dan bilangan peroksida minyak hati ikan hiu baik pada
kapsul rumput laut maupun kapsul gelatin cenderung naik. Selisih nilai
FFA dan bilangan peroksida minyak habatussadah yang disimpan
dalam kapsul rumput laut dan kapsul gelatin adalah lebih dari 30%.
Dengan demikian minyak hati ikan hiu tidak stabil disimpan dalam
cangkang kapsul rumput laut.
Kesetimbangan kandungan uap air kapsul rumput laut mengikuti
isoterm tipe II (bentuk sigmoidal atau bentuk S) dimana proses
adsorpsi uap air lebih kuat daripada proses desorpsi uap air.
Kadar air awal berkisar 9,35% dengan skor 4,66 dimana kondisi awal
kapsul elastis dan kokoh. Kadar air kritis kapsul rumput laut berkisar
14,18 % dengan skor 2,8 dimana kondisi kapsul sudah mulai lengket,
lembek dan tidak elastis. Penyimpanan produk kapsul rumput laut
sebaiknya pada RH dibawah 75% dengan suhu maksimal 30oC.
Model persamaan kesetimbangan terpilih untuk pendugaan umur
simpan produk kapsul rumput laut adalah model chen clayton. Umur
simpan produk sangat ditentukan oleh karakteristik kemasannya dan
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 50
kemasan yang baik untuk menyimpan kapsul RL adalah plastik jenis
HDPE dengan umur simpan mencapai 37,914 bulan (3,15 tahun).
Tabel 3.11 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target, dan Capaian Kinerja
Sasaran Strategis 2 Termanfaatkannya Inovasi Teknologi untuk Mendukung Peningkatan Daya Saing
Menuju Kemandirian Bangsa Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Jumlah Inovasi Teknologi Produksi Cangkang Kapsul dari Rumput Laut
Penjelasan IKSS Difusi teknologi produksi cangkang kapsul rumput laut kepada mitra industri PT.
Kapsulindo Nusantara
Target 1 (satu) Inovasi teknologi produksi cangkang kapsul dari rumput laut
Program / Kegiatan Capaian Kinerja Outcome Bukti Pendukung
Inovasi Teknologi Pengolahan Pascapanen (Teknologi Pengolahan Rumput Laut)
Difusi teknologi produksi cangkang kapsul rumput laut yang dimanfaatkan oleh mitra industri PT. Kapsulindo Nusantara
• Foto-foto uji coba produksi cangkang kapsul keras skala industri di PT. Kapsulindo
• Dokumen Paten dan Merk Cangkang Kapsul rumput laut
• Perjanjian Kerja Sama Produksi dan Komersialisasi Cangkang Kapsul Rumput Laut antara Pusyantek BPPT dengan PT. kapsulindo Nusantara
• Foto-foto kegiatan difusi Cangkang Kapsul Rumput Laut
• Surat dari mitra PT Kapsulindo tentang kemanfaatan KS dg BPPT
Bab 3 - 51
B. Capaian Kinerja
1. Perbandingan antara target dengan dan realisasi kinerja tahun ini:
Indikator Kinerja : Jumlah inovasi Teknologi produksi cangkang kapsul
dari rumput laut, dengan target 1 (satu) inovasi teknologi. Target
kinerja dapat tercapai dengan 1 (satu) Inovasi Teknologi produksi
cangkang kapsul dari rumput laut.
Prosentase Capaian Kinerja
= Realisasi
X 100% Target
=
1 Inovasi teknologi Produksi
Cangkang Kapsul dari Rumput Laut X 100% = 100%
1 Inovasi teknologi Produksi Cangkang Kapsul dari Rumput
Laut
Tabel 3.12 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini
Indikator Kinerja Target Reali-
sasi % Program / Kegiatan Mitra
Jumlah Inovasi Teknologi Produksi Cangkang Kapsul dari Rumput Laut
1 1 100 Inovasi Teknologi Pengolahan Pascapanen (Teknologi Pengolahan Rumput Laut)
PT. Kapsulindo Nusantara
2. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2019
ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada
Tabel 3.2.8.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 52
Tabel 3.13 Perbandingan realisasi kinerja tahun 2017 - 2019
Tahun
2017 2018 2019
Realisasi Kinerja
- Teknologi formulasi , Uji coba produksi cangkang kapsul dari rumput laut agar dapat diterapkan pada industri
- Uji coba produksi, modifikasi peralatan produksi,
- Soft-launching produk RulindoCaps
- Uji coba produksi skala industri,
- Launching produksi cangkang kapsul keras rumput laut,
- PKS Produksi dan komersialisasi, Pengujian karakteristik cangkang kapsul rumput laut.
Capaian Kinerja
- Alih teknologi (uji coba produksi) cangkang kapsul rumput laut dapat dimanfaatkan mitra industri kapsul dalam negeri
- Difusi Teknologi Produksi Cangkang Kapsul dari Rumput Laut
- Difusi Teknologi/ komersialisasi Produksi Cangkang Kapsul dari Rumput Laut
3. Perbandingan Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan
target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan
strategis.
Pelaksanaan kegiatan dan peningkatan dari tahun ke tahun menuju
target akhir adalah sebagai berikut :
Sasaran 2015
Prototipe cangkang kapsul rumput laut dengan sedikit gelatin (Skala
Pilot)
Sasaran 2016
Prototipe cangkang kapsul vegetarian dari rumput laut skala industri
Sasaran 2017
Alih teknologi (uji coba produksi) cangkang kapsul rumput laut dapat
dimanfaatkan mitra industri kapsul dalam negeri
Sasaran 2018
Difusi Teknologi Produksi Cangkang Kapsul dari Rumput Laut (Soft
Launching)
Sasaran 2019
Difusi Teknologi Produksi Cangkang Kapsul dari Rumput Laut
(Launching)
Bab 3 - 53
Gambar 3.32 Peningkatan Capaian Kinerja Output Menuju Target Akhir Sesuai Dokumen Renstra
Produksi dan Komersialisasi Cangkang Kapsul Rumput Laut oleh Mitra Industri
(PT. Kapsulindo Nusantara)
2017 2018 2019
Alih teknologi (Uji coba produksi) cangkang kapsul rumput Nusantara Difusi Teknologi Produksi Cangkang kapsul rumput laut di PT Kapsulindo Nusantara l t
Modifikasi Mesin Pemotong kapsul
Ujicoba Produksi Skala Industri Launching Produksi Cangkang Kapsul Rumput Laut
Difusi Teknologi Produksi Cangkang kapsul rumput laut di PT Kapsulindo Nusantara
Uji keseragaman bobot
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 54
4. Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar Nasional
Cangkang kapsul dari rumput laut belum ada yang diproduksi di dalam
negeri. Dengan demikian produksi Cangkang capsul dari rumput laut
diharapkan dapat menjadi alternatif kaspul dengan bahan baku lokal
yang ada di Indonesia dan dapat menigkatkan nilai tambah produk
rumput laut yang selama ini diekspor dalam bentuk bahan mentah.
5. Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja
Faktor penyebab keberhasilan/peningkatan kinerja :
- BPPT memiliki SDM yang kompeten dalam bidang teknologi
pengolahan hasil perikanan dan teknologi pangan
- BPPT memiliki teknologi dan peralatan skala laboratorium yang
mendukung pengembangan cangkang kapsul rumput laut
- Dukungan mitra (PT. Kapsulindo Nusantara) dalam melakukan
pengujian pada skala laboratorium maupun untuk uji skala produksi.
6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya a. Efisiensi Penggunaan SDM
Pendistribusian SDM sesuai dengan WBS sangat membantu
efektivitas pelaksanaan kegiatan.
b. Efisiensi Penggunaan Keuangan
Penggunaan keuangan berdasarkan pada perencanaan anggaran
dalam Program Manual 2019. Efisiensi anggaran yang besar
diantisipasi dengan menggandeng pihak mitra untuk membantu
dalam uji coba produksi kapsul rumput laut.
c. Efisiensi Penggunaan Laboratorium
Sebelum pelaksanaan Program dibuat time schedule tahapan
pelaksanaan proses. Sehingga Mesin dan Peralatan digunakan
berdasarkan jadwal yang telah dibuat. Hal ini dilakukan baik di
laboratorium BPPT atau di laboratorium pengujian mitra Industri.
Bab 3 - 55
Gambar 3.33 Pernyataan dari PT. Kapsulindo Nusantara
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 56
3.1.2.3. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 Indikator Kinerja 3 :
Inovasi Teknologi Produksi Bibit Kentang Ex Vitro
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Kentang merupakan salah satu komoditas pangan nasional yang penting
mendapatkan perhatian serius. Selain kebutuhan kentang konsumsi dan
kentang industri terus meningkat, upaya mewujudkan kemandirian kentang
nasional perlu terus diperkuat. Ada beberapa sentra produksi kentang yang
saat ini menjadi tumpuan penyedia kentang nasional, baik di pulau Jawa
(Pengalengan, Wonosobo, Batu) maupun di luar Jawa.
Salah satu permasalahan utama budidaya kentang adalah ketersediaan
bibit kentang berkualitas yang masih terbatas, selain faktor kondisi lahan,
penyakit, perubahan cuaca dan lainnya. Ketersediaan bibit kentang
berkualitas memberikan kontribusi terbesar pada produktivitas budidaya
kentang. Upaya-upaya untuk peningkatan penyediaan benih kentang
berkualitas penting untuk terus dilakukan.
Pada taraf tertentu sebenarnya produksi bibit kentang bermutu dalam negeri
relatif sedikit karena permintaan petani kentang terhadap bibit bermutu
relatif rendah. Disamping itu, bibit impor rentan terhadap hama dan penyakit
bawaan (seed-borne diseases) dari negara asal. Contoh untuk hama yang
diduga berasal dari bibit impor (dari Eropa) adalah nematoda siste kuning
(golden cyst nematode) pada pertanaman kentang di Malang, Jawa Timur,
yang kemungkinan mulai berkembang sejak akhir tahun 1990-an (Sumarno,
2003). Dalam kaitan ini, ketergantungan terhadap bibit impor akan menekan
berkembangnya produsen bibit dalam negeri. Oleh karena itu, perlu dikaji
secara lebih mendalam tentang keuntungan dan kerugian ketergantungan
terhadap pasar bibit global, bukan hanya dalam hal impor bibit/bibit tetapi
juga peluang ekspor bibit/bibit.
Bab 3 - 57
Salah satu solusi penyediaan bibit kentang dilaksanakan melalui kegiatan
pembibitan kentang bermutu dengan sistem in vitro, yaitu penyediaan bibit
secara aseptik di laboratorium, namun demikian teknik ini memiliki
kelemahan. yaitu biaya investasi penyiapan sarana laboratorium yang cukup
besar, dan tahapan proses (siklus) untuk menghasilkan bibit sebar dalam
bentuk umbi G2 yang relatif lama panjang (sekitar 1.5 – 2 tahun). Hal ini
yang menjadi kendala bagi penangkar bibit kentang di Indonesia.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Balai
Bioteknologi telah berhasil melakukan terobosan inovasi teknologi
perbanyakan bibit kentang berkualitas. Inovasi yang dikembangkan yaitu
teknologi bioreaktor. Sistem kultur bioreaktor merupakan teknik
perbanyakan bibit kultur jaringan (in vitro) dengan memodifikasi sistem
aerasi, sumber karbon dan media tanam untuk perbanyakan tanaman induk.
Bioreaktor yang dikombinasikan dengan teknologi ex vitro ini merupakan
penyempurnaan dari teknologi ex vitro tahun sebelumnya (2018). Teknologi
ini memiliki keunggulan yaitu: 1). Lebih ekonomis dalam penggunaan wadah
kultur dan media. Inovasi ini bisa mengurangi penggunaan wadah hampir
60% serta dalam media kulturnya karena tidak memerlukan agar sebagai
pemadat dan hanya memerlukan 20% gula dari kebutuhan normalnya; 2).
Pertumbuhan tanaman lebih cepat (hanya membutuhkan waktu 3 minggu
dibandingkan tanaman kentang yang ditanam dalam media padat butuh
waktu 4-6 minggu); 3). Morfologi tanaman terlihat lebih vigour (kuat) dengan
persentase tanaman yang hidup mencapai 95-98 % dibandingkan
sebelumnya hanya sekitar 40-45%, sehingga dalam memasuki tahap
aklimatisasi tanaman lebih bisa bertahan dan persentase hidupnya lebih
tinggi; 4). Dapat digunakan untuk produksi bibit kentang dalam skala
besar.Inovasi teknologi perbanyakan bibit kentang bioreaktor ex vitro
diharapkan dapat mengatasi permasalahan ketersediaan bibit untuk
pengembangan kentang di Indonesia.
Untuk lebih memassalkan kegiatan penyediaan bibit kentang di sentra
kentang Indonesia, BPPT bermitra dengan PT. Adhiguna Jaya Laboratory
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 58
yang berlokasi di Kabupaten Wonosobo. Kerjasama yang dilakukan adalah
aplikasi teknologi bioreaktor ex vitro untuk pemenuhan kebutuhan bibit
kentang di Kabupaten Wonosobo. Hasil dari kerjasama ini menunjukkan
bahwa aplikasi teknik perbanyakan bibit kentang bioreaktor ex vitro dapat
meningkatkan percepatan dan pemenuhan penyediaan bibit kentang di
Wonosobo. Adapun manfaat yang dirasakan oleh mitra dan petani adalah
sebagai berikut:
• PT. Adhiguna Jaya Laboratory memiliki angota binaan yang semakin
bertambah, saat ini sebanyak 20 anggota. Semua anggota kelompok
memiliki sarana green house yang dibangun secara swadaya untuk
dapat memproduksi bibit kentang berkualitas untuk memenuhi
kebutuhan pasar bibit Wonosobo. Total luas sarana green house milik
anggota PT. Adhiguna Jaya Laboratory saat ini sekitar 2.000 meter dan
telah memproduksi bibit hasil bioreaktor ex vitro yang dilanjutkan
produksi umbi G0 dan umbi G2.
• Kebutuhan bibit umbi G2 untuk wilayah Wonosobo saat ini sebanyak
3.500 ha dan PT. Adhiguna Jaya Laboratory saat ini telah mampu
memenuhi kebutuhan bibit umbi G2 hasil ex vitro sebanyak ± 50 orang
petani baik di dalam maupun di luar kelompok taninya, hal ini masih
disesuaikan dengan kemampuan sarana yang ada. Pesanan/order bibit
saat ini terus mengalami peningkatan seiring masih dilakukannya
promosi.
• Saat ini di wilayah Wonosobo diketahui ada 3 penangkar bibit. Satu-
satunya penangkar bibit yang memiliki sertifikat bibit hanya PT.
Adhiguna Jaya Laboratory. Untuk kedepannya kelompok PT. Adhiguna
Jaya Laboratory dapat lebih bisa memperbesar penjualan produk bibit
umbi G2 nya dalam skala yang lebih besar dengan jangkauan wilayah
yang lebih luas.
• Dengan adanya dukungan inovasi perbanyakan tanaman kentang bebas
virus dengan bioreaktor ditahap awal dan dilanjutkan perbanyakan
tanaman dengan sistem ex vitro di tahap kedua, maka PT. Adhiguna
Jaya Laboratory akan mampu memproduksi bibit G0 dan G2 berinovasi
dalam jumlah yang lebih besar dan dapat memenuhi kebutuhan bibit di
wilayah Wonosobo dan sekitarnya.
Bab 3 - 59
Tabel 3.14 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target, dan Capaian Kinerja
Sasaran Strategis 2.1: Termanfaatkannya inovasi teknologi untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian
bangsa Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Inovasi Teknologi Produksi Bibit kentang Ex Vitro Target
1 Inovasi teknologi, Program/Kegiatan Capaian Kinerja
Outcome/Output Bukti Pendukung
• Inovasi Teknologi Pembibitan Hortikultura
• Inovasi Teknologi Ex vitro Bibit Kentang
1. Surat Pernyataan Penggunaan Teknologi dari PT. Adhiguna Jaya Laboratory
2. Foto Produk dan pelaksanaan perbanyakan bibit kentang dengan teknik bioreactor ex vitro di PT. Adhiguna Laboratory Kabupaten Wonosobo.
3. Video Testimoni PT. Adhiguna Jaya Laboratory, Aparat pemerintah dan petani pengguna.
4. Sosialisasi Penyediaan Bibit kentang dengan Teknik bioreactor ex vitro
5. FGD “Hilirisasi Teknologi Perbanyakan Bibit Tanaman Hortikultura dan Produk Mikrobiologi Pertanian”
6. Analisis Total Factor Productivity (TFP).
B. Capaian Kinerja
1. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini:
Indikator Kinerja Utama: Jumlah teknologi perbanyakan tanaman
hortikultura (kentang), dengan target 1 (satu) inovasi teknologi. Target
kinerja tercapai dengan 1 (satu) Inovasi Teknologi Perbanyakan Bibit
Kentang dengan Bioreaktor ex vitro. Berdasarkan uraian tersebut di atas
dapat diketahui bahwa capaian kinerja BPPT untuk Sasaran Strategis 2
dengan indikator kinerja jumlah inovasi teknologi perbanyakan bibit
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 60
kentang ex vitro, dengan target 1 (satu) inovasi teknologi adalah sebagai
berikut:
Prosentase
Capaian Kinerja =
Realisasi X 100%
Target
=
1 Inovasi teknologi perbanyakan
bibit kentang ex vitro X 100% = 100% 1 Inovasi teknologi
perbanyakan bibit kentang ex vitro
Tabel 3.15
Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini
Indikator Kinerja Target Realisasi % Program /
Kegiatan Mitra
Jumlah Inovasi Teknologi Perbanyakan Bibit Kentang dengan Bioreaktor ex vitro
1 1 100 Inovasi Teknologi Produksi Pembibitan Hortikultura
PT. Adhiguna Jaya Laboratory
2. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir;
- Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2019
Pada tahun ini telah dilakukan kegiatan inovasi teknologi
perbanyakan bibit tanaman hortikultura. Capaian kinerja tahun ini
adalah terlaksananya aplikasi teknologi perbanyakan bibit kentang
dengan bioreaktor pada demplot penanaman bibit kentang untuk
peningkatan penyediaan bibit kentang. Capaian kinerja tahun 2019
adalah 1 (satu) mitra memanfaatkan teknologi perbanyakan bibit
kentang dengan bioreaktor.
Bab 3 - 61
- Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2018
Pada tahun 2018 telah dilakukan kegiatan layanan teknologi
perbanyakan bibit tanaman hortikultura. Capaian kinerja tahun ini
adalah terlaksananya aplikasi teknologi bibit kentang ex vitro pada
demplot penanam bibit kentang untuk peningkatan penyediaan bibit
kentang. Capaian kinerja tahun 2018 adalah 1 (satu) mitra
memanfaatkan teknologi aplikasi penyediaan bibit kentang ex vitro
- Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2017
Pada tahun 2017 telah dilakukan kegiatan inovasi teknologi
Peningkatan Skala Produksi Bibit Tanaman Kentang menggunakan
Teknologi Kultur Jaringan In vitro dan Ex Vitro dengan pendanaan
dari kegiatan PPTI Kemenristekdikti. Capaian kinerja tahun 2017
adalah 1 (satu) uji lapang bibit tanaman kentang hasil ex vitro.
3. Perbandingan Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target
jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis;
Uraian peningkatan outcome / output dari tahun ke tahun menuju target
akhir, sesuai dokumen rencana strategis, seperti gambar 3.2.22.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 62
Gambar 3.34 Peningkatan Capaian Kinerja Output Menuju Target Akhir Sesuai Dokumen Renstra
Dihasilkannya 1 (satu) inovasi Teknologi perbanyakan bibit tanaman hortikultura (kentang) dengan bioreaktor.
Mitra: PT. Adhiguna Jaya Laboratory
Target :
Termanfaatkannya inovasi teknologi
untuk peningkatan daya saing menuju
kemandirian bangsa.
Inovasi Teknologi Produksi Bibit Kentang dengan Bioreaktor Ex Vitro yang dihasilkan pada tahun 2019
1 (satu) Inovasi Teknologi Ex vitro Bibit Kentang yang dihasilkan pada tahun 2018
1 (satu) uji lapang bibit tanaman kentang hasil ex vitro
2017 2019 2018
Persiapan kultur kentang bebas virus
Produksi bibit kentang dengan bioreaktor-ex vitro
Alih teknologi penyedian bibit dengan bioreaktor
Produksi G0 dan penanaman di lapang
Bab 3 - 63
4. Analisis penyebab keberhasilan / peningkatan kinerja
Faktor Penyebab keberhasilan / Peningkatan Kinerja :
• SDM yang kompeten.
• Networking dengan institusi lain sudah terbangun.
• Jenis teknologi yang dikembangkan BPPT sesuai dengan
kebutuhan masyarakat (penangkar bibit dan petani kentang)
• Dukungan mitra untuk bersama-sama mengembangkan inovasi
teknologi
5. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya;
a) Analisis efisiensi penggunaan sumber daya manusia :
Program kegiatan ini dijalankan menggunakan sistem tatakerja
kerekayasaan yang diisi oleh pegawai dengan berbagai disiplin ilmu
dan masing-masing telah menempati posisi sesuai dengan
kompetensinya. Pegawai yang terlibat pada kegiatan ini telah mampu
memberikan kontribusi yang maksimal dan mampu melaksanakan
tugasnya dengan baik serta tepat waktu sehingga tujuan dan sasaran
kegiatan yang telah ditentukan dapat tercapai. Namun demikian tetap
perlu upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dengan
mengikuti diklat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber daya keuangan :
Alokasi anggaran pemerintah untuk pelaksanaan program dan
kegiatan sangat terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut telah
melakukan pengelolaan anggaran DIPA program secara baik, efisien
dan akuntabel sehingga pelaksanaan program dan kegiatan dapat
terselenggara dengan baik dan tujuan serta sasarannya tercapai
sebagaimana yang direncanakan.
c) Analisis efisiensi penggunaan sumber daya laboratorium dan
peralatan :
Laboratorium dan peralatan yang ada sudah cukup lengkap untuk
melaksanakan program dan kegiatan, namun demikian masih ada
kegiatan yang memerlukan peralatan dan laboratorium yang ada
pada instansi lain sehingga kedepannya perlu peningkatan peralatan
laboratorium baik secara kuantitas maupun kualitas, sehingga
pelaksanaan program dan kegiatan termasuk inovasi jasa dapat
terselenggara dengan baik.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 64
Gambar 3.35 Tanaman Induk Kentang Hasil Perbanyakan secara Bioreaktor
Gambar 3.36 Aklimatisasi Benih Kentang Hasil Perbanyakan secara Bioreaktor
Gambar 3.37 Perbanyakan Tanaman Kentang Hasil Bioreaktor secara Ex Vitro
Bab 3 - 65
Gambar 3.38 Diseminasi Teknologi Perbanyakan Benih Kentang dengan Bioreaktor ex Vitro
Gambar 3.39 Panen Kentang Hasil Bioreaktor secara ex Vitro
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 66
Gambar 3.40 Pernyataan Penggunaan dan Pemanfaatan Teknologi BPPT
oleh Mitra AdhiGuna Laboratory
Bab 3 - 67
3.1.2.4. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 Indikator Kinerja 4 :
Inovasi Teknologi Diagnostic Kit Dengue
A. Uraian Pelaksanan Kegiatan
Salah satu penyakit yang masih tinggi tingkat kejadiannya di Indonesia
adalah Demam Berdarah Dengue (DBD) dimana tingginya tingkat kejadian
diakibatkan karena keterlambatan diagnosis. Saat ini yang menjadi golden
standar diagnosis DBD adalah jumlah trombosit yang memerlukan fasilitas
laboratorium. Biofarmasetika diharapkan dapat dikembangkan untuk
diagnosis DBD dalam bentuk in vitro diagnostic (IVD).
Kebutuhan akan tes deteksi DBD yang spesifik namun murah sangat
diperlukan untuk manajemen klinis, surveillance dan saat wabah sehingga
intervensi dini dapat dilakukan untuk mengobati pasien dan mencegah atau
mengkontrol epidemik. Teknik baru untuk deteksi dini penyakit terutama
yang parah seperti penggunaan biomarker baru memiliki potensi untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian. Jendela optimal untuk
mendiagnosis infeksi Dengue kira-kira dimulai dari awal demam sampai 10
hari pasca-infeksi, namun tidak semua pasien yang didiagnosis dalam
periode ini. Dalam periode tersebut, terjadi 3 fase yakni fase demam, fase
kritis dan fase penyembuhan. Fase demam berlangsung selama 2-5 hari
pascainfeksi biasanya ditandai dengan demam tinggi namun jumlah
trombosit masih relatif tinggi walaupun mulai menurun. Fase ini merupakan
fase viremik namun antibodi belum terdeteksi. Fase selanjutnya adalah fase
kritis yang terjadi 3-7 hari paska infeksi. Pada fase ini demam sudah
berkurang namun jumlah trombosit akan menurun drastis sehingga terjadi
kebocoran plasma yang dapat menyebabkan pendarahan dan shok serta
kerusakan organ. Antibodi anti-Dengue mulai dapat terdeteksi pada fase
kritis ini. Masa kritis biasanya terjadi selama 24-48 jam. Setelah melewati
masa kritis, fase terakhir adalah fase penyembuhan. Pada fase ini, suhu
badan dan trombosit berangsur normal. Tes diagnostic yang ideal harus
sensitive walaupun bukan dalam tahap infeksi.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 68
Kegiatan Inovasi Teknologi Produksi Bahan Baku Obat Biofarmasetika
merupakan respon BPPT terhadap kondisi terkini penyakit menular dan
tidak menular di Indonesia, yang didominasi oleh Dengue, HIV/AIDS,
malaria dan tuberculosis serta penyakit degenerative seperti diabetes,
jantung, stroke dan kanker. Kegiatan ini mendukung Sistem Terpadu
Nasional Penanggulangan Demam Berdarah Dengue melalui
pengembangan kit diagnostica Dengue dan adjuvant vaksin. Diagnostic
Dengue yang dikembangkan dalam kegiatan ini adalah Rapid Diagnostic
Test (RDT) untuk deteksi antigen NS1 dan antibodi IgG/IgM menggunakan
teknik immunochromatography (IMC). Deteksi antigen NS1 dapat
mendeteksi penyakit secara dini sedangkan pemilihan platform RDT dengan
teknik IMC karena merupakan teknik alternatif lebih baik dibanding uji ELISA
sebab lebih mudah digunakan, tidak memerlukan peralatan dan punya
waktu pengujian yang sangat singkat. Namun kelemahan RDT terletak pada
sensitifitas platform tersebut.
1. Design Kit Diagnostic Demam Berdarah Dengue NS1
Kit diagnostic Dengue yang sedang dikembangkan oleh BPPT adalah in
vitro diagnostic yang dapat mendeteksi antigen NS1 spesifik pada virus
Dengue. Pada strip rapid test yang sedang dikembangkan akan
diimobilisasi anti-NS1 antibodi monoklonal (mAb) yang akan mendeteksi
protein NS1 dalam darah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD).
Dengue NS1
Mouse anti-NS1 mAb
Gold colloid
Anti mouse IgG mAb
Dengue virus
Gambar 3.41 Design kit Diagnostic Dengue NS1
Bab 3 - 69
2. Pengembangan dan Produksi anti-NS1 Antibodi Monoklonal
Anti-NS1 antibodi monoklonal (mAb) dapat diproduksi dalam sel khusus
melalui teknologi hybridoma. Hibridoma adalah sel yang telah direkayasa
menghasilkan antibodi yang diinginkan dalam jumlah besar, untuk
diproduksi antibodi monoklonal. Pembuatan hibridoma diawali dengan
menyuntikkan antigen tertentu ke dalam mencit sehingga terdapat sel
plasma yang antigen-spesifik (sel penghasil antibodi) dari limpa tikus.
Dalam pengembangan anti-NS1 antibodi monoclonal, mencit disuntik
dengan Virus DENV3 isolat klinis Indonesia dan ragi Saccharomyces
cerevisiae rekombinan mengandung DENV3 NS1.
Produk setelah Prototype: KIFA TEST
Setelah melalui tahapan penelitian, produksi mAb, formulasi skala
laboratorium dihasilkan produk prototype kit diagnostica NS1 yang
selanjutnya untuk mendapatkan produk akhir di industri dalam hal ini PT
Kimia Farma yang dinamakan KIFATEST dilakukan tahapan formulasi
skala pilot dan industri dan dilakukan uji fungsional (uji sensitifitas,
spesifitas dan stabilitas). Selanjutnya dilakukan pendaftaran NIE (Nomor
Ijin Edar) oleh PT Kimia Farma ke Direktorat Alat Kesehatan Kementrian
Kesehatan.
Gambar 3.42 KIFATES
Penandatangan Perjanjian Kerjasama antara BPPT dan PT Kimia Farma
tentang produksi dan komersialisasi kit rapid test Demam Berdarah Dengue
(DBD) tanggal 17 Juni 2019
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 70
Wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga saat ini masih merupakan
salah satu masalah kesehatan di dunia terutama di daerah subtropis dan
tropis sehingga terus menjadi beban kesehatan maupun perekonomian.
Kejadian penyakit DBD per 1 Februari 2019 tercatat 15.132 kasus dengan
angka kematian mencapai 145 jiwa di seluruh Indonesia dengan kasus DBD
dan kematian akibat DBD paling tinggi saat ini adalah Provinsi Jawa Timur
dengan 3.074 kasus dan 52 kematian. Angka Kematian akibat DBD dapat
dikurangi dengan penerapan deteksi dini dan penanganan yang tepat. Uji
deteksi DBD yang saat ini digunakan sebagai gold standard tidak spesifik
untuk mendeteksi DBD sedangkan kit diagnostic yang ada masih impor.
Oleh karena itu deteksi Dengue yang spesifik namun terjangkau sangat
dibutuhkan.
BPPT bersama mitra PT Hepatika Mataram, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan – Kementerian Kesehatan dan Lembaga
Eikjman berupaya mencari solusi pemasalahan tersebut dengan
mengembangkan Prototype Kit Diagnostic DBD berbasis teknik
imunokromatografi dengan menggunakan anti–NS1 antibodi monoclonal.
Launching prototype kit diagnostic DBD telah dilaksanakan pada tanggal 4
April 2018 dalam pameran Lab Indonesia di Jakarta Convention Center.
Antigen NS1 merupakan glikoprotein yang dihasilkan oleh virus Dengue
pada hari pertama hingga kelima paska terjadinya infeksi. Antigen NS1
diketahui memiliki aplikasi besar dalam serodiagnosis infeksi Dengue
karena disekresikan dalam konsentrasi yang cukup tinggi dalam plasma
atau serum penderita DBD. Kemunculan antigen NS1 lebih awal
dibandingkan antibodi anti-Dengue, maka pendeteksian penyakit
menggunakan antigen tersebut jauh lebih efektif dan spesifik. Adapun
keunggulan Kit Diagnostic Demam Berdarah Dengue (DBD):
• Mampu mendeteksi dini infeksi DBD
• Menggunakan bahan baku antibodi monoklonal berdasarkan strain lokal
Indonesia
• Spesimen dapat berupa darah, plasma, dan serum
• Mudah digunakan
Bab 3 - 71
• Hasil dapat diperoleh dengan relatif cepat
• Tidak memerlukan alat untuk penggunaannya
• Penyimpanan tidak memerlukan pendingin
Spesifikasi Produk
• Spesimen : darah/ serum/ plasma
• Deteksi : antigen Ns1 Dengue
• Teknik : imunokromatografi
• Waktu : 2 - 10 menit
Prototype Kit Diagnostic DBD yang telah dikembangkan oleh BPPT
bersama mitra selanjutnya, dengan tujuan untuk mendapatkan produk akhir
kit diagnostic DBD, dilakukan tahapan produksi dan komersialisasi produk
akhir kit diagnostic DBD oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk yang
diwujudkan dalam penandatangan Perjanjian Kerjasama antara Pusat
Pelayanan Teknologi BPPT dengan PT Kimia Farma (persero) Tbk tentang
produksi dan komersialisasi kit rapid test Demam Berdarah Dengue (DBD)
pada tanggal 17 Juni 2019. Kerjasama ini akan berlangsung selama 4 tahun
dan bertujuan untuk mendapatkan produk Kit Rapid Test Demam Berdarah
Dengue NS1, IgG/IgM dan Combo (NS1 dan IgG/IgM).
Ruang lingkup perjanjian kerjasama ini adalah: (1) Kegiatan Optimasi
produk meliputi optimasi produksi bahan baku produk dan optimasi
formulasi untuk menghasilkan produk yang dilakukan oleh BPPT, (2)
Kegiatan proses produksi Bahan Baku Produk dan Produk, uji fungsi produk
dan pengurusan ijin edar produk yang dilakukan oleh PT Kimia Farma
(Persero) Tbk yang didampingi oleh BPPT serta (3) Alih teknologi produksi
Bahan Baku Produk dan Produk dari BPPT ke PT Kimia Farma (Persero)
Tbk hingga mendapatkan proses produksi yang menghasilkan produk yang
memenuhi standar yang berlaku.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 72
Gambar 3.43 Penandatangan Perjanjian Kerjasama antara BPPT dan PT Kimia Farma tentang
produksi dan komersialisasi kit rapid test Demam Berdarah Dengue (DBD) tanggal 17 Juni 2019
Bab 3 - 73
Serah Terima Teknologi Produksi Bahan Baku Kit Diagnostic
Tujuan kegiatan ini adalah serah terima teknologi industrI produksi bahan
baku kit rapid test Dengue dari BPPT kepada PT Kimia Farma. Kegiatannya
meliputi (1) Serah terima Teknologi Industri Produksi Bahan Baku Kit Rapid
Test Dengue dan (2) Kunjungan ke Plant Rapid Test PT Kimia Farma
(Persero) Tbk di Denpasar Bali.
Gambar 3.44 Serah terima teknologi industrI produksi bahan baku kit rapid test Dengue
dari BPPT kepada PT Kimia Farma
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 74
Ringkasan kegiatan Inovasi Teknologi Produksi Bahan Baku Obat
Biofarmasetika disajikan dalam tabel yang memuat Sasaran Kegiatan,
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), Target Program/ Kegiatan, Capaian
Kinerja Output dan Outcome, dan Bukti pendukung:
Tabel 3.16 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target, dan Capaian Kinerja
Sasaran Strategis Termanfaatkannya Inovasi Teknologi Untuk Peningkatan Daya Saing Menuju
Kemandirian Bangsa Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Inovasi Teknologi Diagnostic Kit Dengue Penjelasan Indikator Kinerja
Inovasi Teknologi kit diagnostic DBD Target 1:
1 (satu) produk kit diagnostic DBD Program/Kegiatan Capaian Kinerja
Outcome/Output Bukti Pendukung
Inovasi Teknologi Produksi Bahan Baku Obat Biofarmasetika
• Termanfaatkannya 1 (satu) Kit Diagnostic Dengue
• Foto Kegiatan
B. Capaian Kinerja
a) Perbandingan antara target dengan dan realisasi kinerja tahun ini;
Prosentase Capaian Kinerja
= Realisasi
x 100% Target
=
1 Inovasi Teknologi Diagnostic
Kit Dengue x 100% = 100% 1 Inovasi Teknologi Diagnostic
Kit Dengue
Bab 3 - 75
Tabel 3.17 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini
Indikator Kinerja Target Realisasi % Program / Kegiatan
Mitra
Inovasi Teknologi Diagnostic Kit Dengue
1 1 100 Pengkajian dan Penerapan Teknologi Farmasi dan Medika
PT Hepatika Mataram PT Kimia Farma
b) Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir;
Tabel 3.18
Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
Komoditas
2015 2016 2017 2018 2019
Diagnostica Dengue
Diperoleh prototipe pro-tein rekombinan NS1 DEN3
Diperoleh prototipe mAb anti-NS1 DEN3
Diperoleh teknologi produksi protein rekombinan NS1 DENV3 dan mAb anti-NS1 DENV3 terkarakterisasi
Dimanfaatkannya rapid test diagnostic Dengue berbasis protein rekombinan NS1 DENV3 dan mAb anti-NS1 DENV3 yang telah diuji klinis terbatas
Diperoleh produk kit DBD berbasis protein rekombinan NS1 DENV3 dan mAb anti-NS1 DENV3 yang telah diuji klinis terbatas
c) Perbandingan Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target
jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis;
Kegiatan ini ditargetkan mengeluarkan outcome berupa 1 (satu) kit
diagnostica Dengue pada tahun 2019.
Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis dapat
dilihat pada tabel 3.19 berikut ini.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 76
Tabel 3.19
Target akhir program sesuai dokumen rencana Strategis a) r
aian peningkaCapCapaian outcome/output dari tahun ke tahun menuju target akhir, sesuai dokumen rencana strategis;
Teknologi Diagnostica Dengue
o 2015 : Diperolehnya antigen protein rekombinan NS1 DEN3 terkarakterisasi o 2016 : Diperolehnya mAB anti-NS1 DEN3terkarakterisasi o 2017 : Diperolehnya teknologi produksi Rapid Test Diagnostic Dengue berbasis
protein rekombinan NS1 DENV3 dan mAb anti-NS1 DENV3 (Prototipe 2). o 2018 : Dimanfaatkannya inovasi teknologi untuk peningkatan daya saing
melalui teknologi produksi Kit Diagnostic berbasis protein rekombinan NS1 DENV3 dan mAb anti-NS1 DENV3.
o 2019 : Dimanfaatkannya kit diagnostic DBD berbasis protein rekombinan NS1 DENV3 dan mAb anti-NS1 DENV3 yang telah teruji untuk peningkatan daya saing.
Komoditas 2015 2016 2017 2018 2019 Diagnostica Dengue
Diperolehnya antigen protein rekombinan NS1 DEN3
Diperolehnya mAb anti-NS1 DEN3
Diperolehnya teknologi pro-duksi protein rekombinan NS1 DENV3 dan mAb anti-NS1 DENV3
Dimanfaatkannya inovasi teknologi untuk peningkatan daya saing melalui teknologi produksi kit diagnostic Demam Berdarah Dengue berbasis protein rekombinan NS1 DENV3 dan mAb anti-NS1 DENV3 yang telah diuji klinis terbatas
Dimanfaatkan kit diagnostic Dengue oleh unit pelayanan kesehatan
Bab 3 - 77
Gambar 3.45 Perbandingan Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
d) Analisis penyebab keberhasilan / peningkatan kinerja yang telah
dilakukan;
Faktor Penyebab Keberhasilan / Peningkatan Kinerja:
• Sumber Daya Manusia
Tersedianya Sumber Daya Manusia dengan pendidikan dan
kompetensi yang sesuai.
• Dukungan Mitra
BPPT bekerja sama dengan Laboratorium Hepatika yang memiliki
teknologi formulasi kit diagnostica. BPPT terlibat dalam kerjasama
produksi massal dan komersialisasi kit DBD dengan PT Kimia Farma.
a. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya;
• Efisiensi Penggunaan SDM
SDM perekayasa digunakan secara matriks dan diorganisasi dalam
sebuah organisasi kerekayasaan, dimana setiap pekerjaan dibagi
habis kepada perekayasa sesuai dengan kompetensi masing-masing
• Efisiensi Penggunaan Keuangan
Efisiensi penggunaan anggaran dilakukan dengan
mempertimbangkan pada prioritas dan rasionalitas kegiatan yang
dapat berjalan di tahun 2019. Efisiensi dilakukan karena anggaran
terbatas dan terjadi perubahan/revisi anggaran hingga beberapa kali.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 78
3.1.2.5. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 Indikator Kinerja 5 :
Inovasi Teknologi Sistem Navigasi Laut
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Inovasi Sistem Elektronika Navigasi Untuk Keselamatan
Transportasi tahun 2019 memiliki ruang lingkup kegiatan yaitu : Inovasi
Teknologi Sistem Navigasi Laut, yaitu berupa prototipe dan produk industri
AIS (Automatic Identification System) Kelas B yang dikembangkan sesuai
standar internasional, tersertifikasi dan sudah mulai termanfaatkan oleh
pengguna.
AIS adalah berupa perangkat Elektronika Navigasi Laut yang terpasang di
kapal laut, yang berfungsi mengirimkan (broadcast) informasi mengenai
Identitas Kapal, posisi, kecepatan, arah haluan dll. Informasi tersebut akan
ditangkap oleh kapal-kapal di sekitarnya atau oleh VTS (Vessel Traffic
Service) digunakan dalam pemantauan dan mengontrol pelayaran untuk
meningkatkan keselamatan transportasi laut.
Automatic Identification System (AIS) adalah sebuah Transceiver yang
bekerja pada frekuensi maritim 161,975 MHz dan 162,025 MHz sesuai
regulasi Internasional Maritime Organization (IMO). Perangkat ini secara
otomatis mem-broadcast AIS Message kesegala arah yang berisi MMSI
atau ID Kapal, Kecepatan Kapal, Posisi Kapal, Arah Kemudi Kapal, dan
seterusnya sehingga kapal lain di sekitar kapal tersebut yang sudah
dilengkapi dengan perangkat AIS dapat mengetahui secara terus menerus
situasi lalulintas disekelilingnya yang ditampilkan pada layar display monitor
(Electronic Chart Display Information System - ECDIS), serta Perangkat
Monitoring Pelayaran di Darat (Vessel Tracking System - VTS) dapat
memonitor situasi lalu lintas yang berada di area pengamatan mereka dan
dapat memberikan arahan atau petunjuk jika terjadi situasi yang berbahaya
setiap saat. Jika kapal sudah keluar dari jangkauan AIS Base Station maka
selanjutnya AIS Message yang dikirimkan oleh AIS Transceiver tersebut
dapat diterima oleh Perangkat AIS Receiver Satellite yang kemudian
Bab 3 - 79
mengirimkan AIS Message tersebut ke VTS sehingga posisi kapal tersebut
dapat selalu dimonitor pada VTS
Informasi yang dikirimkan oleh AIS Transmitter dapat diterima dan di proses
oleh kapal lain yang sudah dilengkapi dengan AIS Transceiver atau diterima
oleh AIS Base Station untuk untuk selanjutnya diproses dan ditampilkan
pada Vessel Tracking System (VTS) guna meningkatkan kewaspadaan dan
pengendalian wilayah pelayaran.
Gambar 3.46 Gambar Prinsip Kerja AIS
Mengacu regulasi Permen Perhubungan RI No.7 tahun 2019, perangkat AIS
merupakan perangkat elektronika navigasi yang wajib dipasang dan
dioperasikan oleh kapal di wilayah laut Indonesia. Sebagian besar kapal-
kapal di Indonesia belum terpasang perangkat AIS. Selain BPPT. Belum
ada perangkat AIS tersebut yang dikembangkan dan diproduksi oleh pihak
dalam negeri Indonesia.
BPPT telah menghasilkan prototipe dan produk industri (bersama Mitra
Industri Nasional) AIS Kelas B BPPT yang memiliki TKDN tinggi dan daya
kompetitif terhadap produk asing. Diharapkan hasil program ini dapat
memberi dampak dan manfaat bagi masyarakat secara umum dalam kaitan
peningkatan keselamatan transportasi laut, serta dapat meningkatkan
kemandirian dan daya saing bangsa dengan menyiapkan hasil inovasi-
layanan teknologi navigasi untuk transportasi laut.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 80
Tabel 3.20 Teknologi AIS, Pengguna dan dampak teknologinya.
Teknologi Penerima Manfaat Dampak Teknologi • International Maritime
Organization (IMO) sebagai Badan Dunia untuk Pelayaran Sipil sudah mengatur regulasi untuk meningkatkan keselamatan pelayaran dengan memperkenalkan teknologi AIS.
• Transceiver AIS adalah perangkat elektronik yang diapasang di kapal,
• Memiliki identitas unik MMSI, memencarkan informasi lokasi dari GPS, kecepatan, arah haluan dan informasi lainnya
• Informasi AIS tersebut di-broadcast dengan menggunakan gelombang radio pada frekuensi 161,975 dan 162,025 MHz..
• Untuk meningkatkan kewaspadaan atau situational awareness maka AIS Message akan ditampilkan pada layer display System Electronic Navigation Chart (SENC) sehingga setiap kapal dapat saling melihat pergerakkan satu sama lain, hal ini juga akan memudahkan pengaturan traffic oleh Vessel Traffic System (VTS) di darat sehingga selain meningkatkan keselamatan juga efisiensi pelayaran dapat ditingkatkan.
• BPPT mengembangkan berhasil menghasilkan Inovasi Teknologi Sistem Navigasi Laut (Transceiver AIS Kelas B) dengan keunggulan: o Sesuai standar IMO o Berkualitas o TKDN tinggi o Memiliki fitur unik/ khas,
sesuai kebutuhan kapal nelayan
o Diproduksi oleh industri nasional
o Memiliki Nilai Kompetitif dibandingkan produk asing.
• Regulator dan Operator Navigasi Laut : Kementerian Perhubungan, Ditjen Pehubungan Laut. Dengan adanya AIS diseetiap kapal, maka akan memudahkan dalam pengawasan & pemanduan untuk meningkatkan efisiensi & keselamatan pelayaran.
• Regulator Kelautan &
Perikanan: Kementerian Kelautan dan Perikanan akan mendapat manfaat: o Memudahkan pengawasan
area zonasi penangkapan ikan dimana kapal-kapal nelayan dengan perijinan tangkap sesuai dengan zonasi areanya dapat dimonitor dengan baik.
o Pengawasan illegal fishing
• Operator Kapal-(Kapal Penumpang, kapal nelayan). Khusus Nelayan yang menggunakan AIS BPPT akan mendapat manfaat tambahan, yaitu informasi lokasi penangkapan ikan.
• Badan SAR Nasional
(BASARNAS). Dengan pemanfaatan AIS makan akan memudahkan proses pencarian dan pertolongan.
• Industri AIS BPPT: memiliki peluang perekonomian karena memproduksi AIS BPPT yang memilik keunggulan dan daya saing lebih.
• AIS Transceiver adalah salah satu dari berbagai teknologi maritime yang ada saat ini, dengan menguasai basik dari teknologi ini maka berbagai implementasi teknologi maritim berbasis AIS dapat dikembangkan di dalam negeri antara lain :
• AIS to Navigation (ATON) adalah teknologi navigasi yang bisa memberikan informasi berbasis AIS Message yang berisi informais mengenai data kedalaman air, kuat arus air, informasi kecepatan angin dan informasi penting lainnya yang relevan dengan lalu lintas transportasi laut.
• Selain itu juga dapat dikembangkan AIS Beacon, yaitu perangkat yang dapat memancarkan data posisi yang bisa dipasang pada jaket penyelamat (life jacket) jika ada penumpang kapal yang jatuh ke air akan memudahkan dalam pencarian dan memberikan pertolongan.
• Tentu saja AIS Transceiver Class SA dapat juga dibuat di dalam negeri.
• Jika lebih banyak lagi teknologi maritim dapat dikembangkan di dalam negeri tentu saja kemandirian bangsa dalam teknologi maritim menjadi lebih baik serta devisa negara dapat dihemat karena tidak perlu lagi kita membelanjakan uang negara untuk membeli teknologi dari luar negeri.
Bab 3 - 81
Pelaksanaan pengembangan/ kerekayasaan dilakukan oleh Tim Pusat
Teknologi Elektronika BPPT yang memiliki keahliah memadai, perangkat
dukung lapboratorium yang cukup, dana DIPA yang cukup dan kemitraan
dengan semua yang terkait (Regulator, Operator, Industri dll); sehingga
dapat mencapai target yang ditetapkan.
Pengembangan dilakukan sejak tahun 2017 dan selesai tahun 2019,
dengan hasil sebagai berikut:
Gambar 3.47 Hasil Pengembangan dari tahun 2017, 2018 hingga mencapai target produksi di tahun 2019
Proses pengujian di lapangan (kondisi sesungguhnya) dimulai tahun 2018
hingga tahun 2019, untuk mendapatkan prototipe yang berkualitas, sesuai
standar dan kompetitif dan direncanakan proses sertifikasi dilakukan seiring
dengan proses pengujian, sehingga dapat digunakan untuk mencapai
outcome di akhir tahun 2019.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 82
Tabel 3.21 Regulasi/Standard dan Capaian Outcome BPPT Tahun 2019
Bidang Regulasi/ Standard Capaian Outcome BPPT TA 2019
Sistem Elektronika Navigasi Laut
Regulasi : • UU No.17 2008 • PM Perhubungan No.7
tahun 2019; perihal: Pemasangan Dan Pengaktifan Sistem Identifikasi Otomatis Bagi Kapal Yang Berlayar Di Wilayah Perairan Indonesia.
• PM Perhubungan No. 58 tahun 2019; perihal; : Perubahan atas peraturan menteri perhubungan nomor PM 7 Tahun 2019 Pemasangan Dan Pengaktifan Sistem Identifikasi Otomatis Bagi Kapal Yang Berlayar Di Wilayah Perairan Indonesia.
Standar Teknologi: • IEC 62287-1 Edd.2.0
2010-2011 • IMO Res.A.817(19) • ITU-R M.1371-4
• Prototipe Industri & Produk Industri Sistem Navigasi laut (Transceiver AIS Kelas B) sesuai dengan regulasi/ standar. Dengan fitur tambahan yaitu dapat memberikan informasi peta prakiraan daerah potensi penangkapan ikan.
• Telah Tersertifikasi oleh Kementerian Perhubungan rI
• Produk Indistri telah di-Launching oleh Bp. Jusuf Kalla Wakil Presiden RI
• Telah teruji fungsi di laboratorium • Telah teruji oleh VTS di Kawasan
Pelabuhan Tanjung Priok • Proses fabrikasi oleh Mitra Industri • Proses pengadaan AIS (Purchashing
Order) oleh User. • Telah teruji dan dimanfaatkan oleh
Pengguna : o di Kapal Penumpang Express Bahari
3B, rute Pelabuhan Muara Angke (Kali Adem) - Pulau Tidung pp.
o KM Samudera Biru milik Prmprov DKI, melayani penumpang dengan rute Pelabuhan Muara Angke ke Pulau Kepulauan Seribu PP
o Kapal Nelayan “Bintang Narmada” di Pengambengan, Jembrana Bali.
o PoC di Kapal Akbar, di sekitar Teluk Jakarta
o Kapal Free Bird 02, kapal penumpang melayani Pantai Amed Karang Asem Bali ke Gili Trawangan Lombok PP.
o PoC di Kapal Motor Ihan Batak, pelayaran penumpang di Danau Toba
Bab 3 - 83
Tabel 3.22 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target, dan Capaian Kinerja
Sasaran Strategis :
Termanfaatkannya Inovasi Teknologi Untuk Mendukung Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa
Indikator Kinerja Sasaran Strategis : Inovasi Teknologi Sistem Navigasi Laut
Target : 1 (satu) Penjelasan Target IKU :
Prototipe Industri Sistem Elektronika Navigasi Laut (AIS Kelas B), dikembangkan sesuai regulasi dan standar yang berlaku, teruji di laboratorium dan lapangan (kapal nelayan & kapal penumpang), tersertifikasi, diproduksi oleh indusri nasional untuk memenuhi kebutuhan pengguna.
Program/Kegiatan Capaian Kinerja Outcome Bukti Pendukung
• Pengkajian Penerapan Teknologi Elektronika/
Inovasi Sistem Elektronika Navigasi Untuk Keselamatan Transportasi
• Hasil pengembangan,
berupa prototipe industri AIS Transceiver kelas B sesuai standar yang berlaku.
• Produk Industri AIS Kelas B (diproduksi oleh mitra Industri nasional).
• Memiliki fitur tambahan yang unik/ khas, yaitu dapat memberikan informasi lokasi potensi penangkapan ikan.
• Telah mendapatkan sebuah sertifikasi HAKI dan sedang dalam proses pengajuan 2 (dua) HAKI lainnya.
• Mendapat sertifikat dari Kementrian Perhubungan RI.
• Produk AIS BPPT telah di-launching oleh Wakil Presiden RI
• Telah teruji dan dimanfaatkan oleh Kapal Nelayan, Kapal
1. Prototipe Industri dan
Produk Indus Transceiver AIS kelas B (foto/ brosur)
2. PKS, Kerjasama dengan Mitra Industri (PT.Navicom Indonesia & ST Microelectronics)
3. Sertifikat dari kementerian Perhubungan
4. Sertifikat HAKI: Pencatatan Ciptaan SILPI
5. Bukti Pendaftaran HAKI: Pendaftaran Hak Cipta AIS Transceiver Class B
6. Bukti Pendaftaran HAKI: Pendaftaran PATEN Message Ikan pada AIS Transceiver
7. Foto Launching produk AIS Kelas B BPPT oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, pada acara RITECH Expo 28 Agustus 2019
8. Foto Penyerahan Sertifikat kepada Kepala BPPT dari Kepala Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran, Ditjen Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 84
Negara dan sejumlah kapal penumpang di beberapa lokasi.
• Mitra Industri sudan mulai memproduksi Produk AIS Kelas B BPPT yang memiliki TKDN tinggi, fitur unik bagi nelayan dan memiliki daya saing terhadap produk asing.
• Telah dimanfaatkan oleh sejumlah pengguna (Kapal Negara, Kapal Nelayan, Kapal Penumpang)
• Industri nasional telah mampu mandiri memproduksi AIS Kelas B dengan standar internasional, memiliki TKDN yang tinggi, memilki daya saing serta dapat sebagai substitusi impor.
RI. 9. Testimoni Koordinator
Kapal Nelayan Bintang Narmada, perihal pemanfaatan AIS BPPT dan Fitur SILPI (Sistem Informasi Lokasi Penangkapan Ikan)
10. Foto-foto pemanfaatan AIS Kelas B BPPT oleh sejumlah kapal
11. Contoh dokumen PO (Purchasing Order) pengadaan AIS BPPT kepada mitra industri (PT.Navicom Indonesia)
Bab 3 - 85
B. Capaian Kinerja
a. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini (2019):
Prosentase Capaian Kinerja
= Realisasi
x 100% Target
=
1 Inovasi Teknologi Sistem
Navigasi Laut x 100% = 100% 1 Inovasi Teknologi Sistem
Navigasi Laut
Tabel 3.23 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini
Indikator Kinerja
Target Realisasi % Program/ Kegiatan
Mitra
Inovasi Teknologi Sistem Navigasi Laut
1 1 100 Pengkajian dan Penerapan teknologi Elektronika/ Inovasi Sistem Elektronika Navigasi (SEN) untuk Keselamatan Transportasi
• Ditjen Perhubingan Laut, Kementerian Perhubungan RI
• KKP (Kementerian Kelautan & Perikanan)
• Industri Nasional: ST Microelectronics, PT. Navicom Indonesia
• Dinas Perhubungan, Pemprov DKI
• Operator Kapal (Kapal Negara, Kapal Nelayan, Kapal Penumpang)
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 86
Tabel 3.24 Realisasi Kinerja Tahun 2019
Perjanjian Kinerja BPPT tahun 2019
Realisasi Kinerja BPPT
Termanfaatkannya Inovasi Teknologi (Inovasi Teknologi Sistem Navigasi Laut) Untuk Mendukung Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa.
Realisasi : • Prototipe Industri AIS Kelas B • Produk Industri AIS Kelas B (bersama mitra Industri Nasional) • Memiliki fitur unik, yaitu melalui AIS BPPT dapat menyampaikan
informasi daerah potensi ikan yang berguna bagi nelayan. Fitur ini sudah sejak 2018 diuji coba dan berhasil dimanfaatkan oleh nelayan di daerah Pengambengan Bali.
• Telah memperoleh 1 (satu) HKI (Hak Cipta); sudah terdaftarkan 1 (satu) Hak Cipta dan 1 (satu) Paten.
• AIS Kelas B BPPT telah ter-sertifikasi oleh Kementrian Perhubingan RI.
• Produk AIS Kelas B BPPT telah di-launching oleh Bp.Jusuf Kalla Wakil Presiden RI
• Produk Industri sudah diuji sejak 2018 dan dimanfaatkan di sejumlah kapal: Kapal Nelayan, Kapal Negara dan Kapal Penumpang di beberapa lokasi.
• Telah teruji dan dimanfaatkan oleh Pengguna : o di Kapal Penumpang Express Bahari 3B, rute Pelabuhan Muara
Angke (Kali Adem) - Pulau Tidung pp. o KM Samudera Biru milik Prmprov DKI, melayani penumpang
dengan rute Pelabuhan Muara Angke ke Pulau Kepulauan Seribu PP
o Kapal Nelayan “Bintang Narmada” di Pengambengan, Jembrana Bali.
o PoC di Kapal Akbar, di sekitar Teluk Jakarta o Kapal FreeBird02, kapal penumpang melayani Pantai Amed
Karang Asem Bali ke Gili Trawangan Lombok PP. o PoC di Kapal Motor Ihan Batak, pelayaran penumpang di
Danau Toba
• Mitra Industri sedang mempersiapkan produksi massal untuk memenuhi permintaan user (kapal).
• Produk AIS Kelas B telah lolos PoC oleh BAKTI Kominfo, dan layak untuk dimanfaatkan di kapal-kapal. Dan dalam proses pengadaan 60 unit AIS BPPT untuk diterapkan di kapal-kapal di Selat Sunda dan Selat Lombok sebagai proyek Perhubungan Laut : Piloting TSS (Traffic Separation Sheme) Selat Sunda dan Selat Lombok.
• Koordinasi dengan mitra industri nasional dan distributor/ agent untuk memenuhi kebutuhan pengguna.
• Sudah lolos pelaksanaan PoC Dit. TSDP (Transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan) Ditjen.Perhubungan Darat di Kapal
Bab 3 - 87
Ihan Batak yang melayani penyeberangan di Danau Toba. Untuk rencana selanjutnya tahun 2020, sedang dipersiapkan pemasangan AIS BPPT di sekitar 250 kapal yang berlayar di Danau Toba.
• Menghasilkan produk unggul: o Berkualitas tinggi o TKDN tinggi o Diproduksi oleh industri nasional o Memiliki daya saing dengan produk asing o Satu-satunya produk dalam negeri o Dapat mendukung program Substitusi impor
b. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini
dengan beberapa tahun terakhir
Tabel 3.25
Realisasi Kinerja Tahun 2017 - 2019
Program/ Kegiatan 2017 2018 2019
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Elektronika/ Inovasi Sistem Elektronika Navigasi (SEN) untuk Keselamatan Transportasi
• Prototipe awal navigasi laut (Transceiver AIS) sesuai dengan regulasi/ standar yang telah teruji fungsi di lab & siap diuji fungsi di lapangan (kondisi sesungguhnya)
• Prototipe navigasi laut (Transceiver AIS Kelas B) sesuai dengan regulasi/ standar yang telah teruji fungsi di lab & sudah diuji fungsi di lapangan serta pemanfaatan awal oleh pengguna (di lapangan/ kondisi sesungguhnya: kapal penumpang & Kapal nelayan).
1 (satu) buah hasil Inovasi Teknologi Sistem Navigasi Laut yang sudah mulai diproduksi oleh mitra industri nasional dan sudah mulai dimanfaatkan oleh pengguna. Yaitu dihasilkannya Produk Transceiver AIS Kelas B berstandar Industri: • Dikembangkan sesuai
standar internasional dan regulasi yang berlaku
• Memiliki Fitur unik, yaitu dapat memberikan/ menyallurkan informasi kepada pengguan kapal nelayan berupa Informasi Lokasi Penangkan Ikan.
• Mendapat sertifikat HKI • Memperoleh sertifikat
dari Kementerian Perhubungan RI
• Teruji di Laboratorium BPPT & dimanfaatkan di sejumlah kapal (Kapal
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 88
Negara, Kapal Penumpang dan Kapal Nelayan)
• Telah lulus PoC oleh BAKTI Kominfo, bahwa AIS Kelas B BPPT layak dimanfaatkan di kapal
• Proses produksi massal oleh Industri Nasional untuk pemenuhan kebutuhan pengguna Mitra Industri.
c. Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target
jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
Tahun 2019 merupakan tahun ke-lima dari periode RPJMN III 2015 s/d
2019, direncanakan outcome dapat dicapai di tahun 2019, yaitu
dimanfaatkannya hasil perekayasaan TIK: Inovasi Sistem Elektronika
Navigasi untuk keselamatan transportasi. Namun kegiatan Inovasi
Teknologi Sistem Navigasi Laut baru dimulai pada tahun 2017.
Hasil kegiatan SEN 2017, yaitu Prototipe awal Sistem Navigasi Laut atau
disebut dengan Transceiver AIS.
Tahun 2018 telah dihasilkan prototipe Sistem Navigasi Laut (Transceiver
AIS kelas B) yang telah teruji di Laboratorium PTE BPPT dan di
lapangan (kondisi sesungguhnya: Kapal Penumpang, Kapal Nelayan).
Kegiatan tahun 2019 dilanjutkan dengan penyempurnaan prototipe,
pengujian kinerja di lapangan dalam kurun waktu yang cukup, proses
industri bersama mitra industri nasional, proses sertifikasi dan
pemanfaatan awal oleh para pengguna.
Bab 3 - 89
Peningkatan Capaian Kinerja Outcome Menuju Target Akhir Sesuai Dokumen Renstra
Gambar 3.48 Peningkatan Capaian Kinerja Outcome Menuju Target Akhir Sesuai Dokumen Renstra
Terwujudnya Inovasi
Teknologi Sistem
Navigasi Laut
2017 2018 2019
Prototipe Industri &
Fitur Informasi Nelayan, Sertifikat, HAKI, Launching Produk AIS
Pengujian & Pemanfaatan oleh User (Kapal Negara, Nelayan, Penumpang)
Kegiatan Sistem Elektronika Navigasi TA 2017
Prototipe Awal Sistem Navigasi
Laut
Transceiver
AIS Kelas B 2017
Prototipe
Transceiver AIS Kelas B
2018
Kegiatan Sistem Elektronika Navigasi TA 2018
Prototipe 2018
Prengujian di Kapal
Kegiatan Sistem Elektronika Navigasi TA 2019
Prototipe 2017
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 90
d. Analisis Penyebab Keberhasilan atau Peningkatan Kinerja
Faktor Penyebab Keberhasilan / Peningkatan Kinerja :
1. SDM : memiliki SDM yang berkompeten di bidangnya
• Jumlah SDM yang terlibat pada program ini : 33 orang
• SDM berpendidikan tinggi di bidangnya (Elektronika, Teknik
Informatika, Sistem Informasi, Instrumentasi dll) dengan strata
S3 (3 orang), S2 (9 orang), S1 (20 orang) dan S0 2 orang
• Memiliki jabatan fungsional di bidangnya, yaitu Jabatan
Fungsional Tertentu Perekayasa. Jumlah Perekayasa Utama: 1
orang, Madya 8 orang, Perekayasa Muda 11 orang, Perekayasa
Pertama 12 orang.
• Memiliki pengalaman/ terlatih di bidang Pengembangan
Elektronika dan Navigasi.
• SDM memiliki komitmen, semangat dan berintegritas.
2. Keuangan :
• Pengelolaan dan pemanfaatan anggaran yang optimal.
• Anggaran DIPA 2019 Rp. 19.750.000.000,-
• Anggaran DIPA yang mencukupi untuk Bidang Layanan Sistem
Elektronika, khususnya hanya untuk pengembangan prototipe
industri, penyiapan produk industri (bersama mitra) dan pengujian
kinerja di Lab & Lapangan (kondisi sesungguhnya : kapal,
pelabuhan)
3. Teknologi /Peralatan :
• Mengembangkan perekayasaan dengan menggunakan teknologi
terkini (up to date)
• Selalu mengikuti perkembangan teknologi dunia
• Fasilitas Laboratorium Navigasi, Laboratorium MDN,
Laboratorium Telemetri, Laboratorium Workshop Elektronika,
laboratorium EMC (terakreditasi) dengan perangkat yang cukup
mendukung kegiatan untuk pencapaian target.
4. Lainnya :
• Memiliki kemitraan yang cukup lengkap & baik untuk bidang
Sistem Transportasi Laut, yaitu : Regulator (Dirjen Perhubungan
Bab 3 - 91
Laut – Kementerian Perhubungan), Operator (Direktorat
Kenavigasian Laut), operator Pelabuhan, KKP (Kementerian
Kelautan & Perikanan), BROL (Balai Riset Observasi Laut –
KKP), Lapan, mitra Industri Nasional yang telah berkontribusi
dalam mewujudkan prototipe berstandar industri dan produk
industri (ST Micro, PT.Navicom Indonesia)
• Komunikasi dan koordinasi dengan mitra yang terbangun sangat
baik.
e. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
1. Efisiensi Penggunaan SDM :
• Dengan menyusun struktur organisasi kerekayasaan yang tepat
untuk mendukung target yang akan dicapai. Organisasi
kerkayasaan tipe B, dengan 3 orang troika, 1 Asistem PM, 3 Group
Leader, dan 8 Leader. Group Leader 3 bertanggung jawab pada
teknologi pengujian navigasi.
• Penempatan personil sesuai dengan kapabilitas (pendidikan,
fungsional dan kepakaran).
• Di setiap Kelompok (WBS) terdiri dari SDM dengan kualifikasi :
Analis, perancang, pemrogram dan teknisi.
• Secara rutin dilakukan monitoring dan evaluasi kemajuan
pekerjaan.
2. Efisiensi Penggunaan Keuangan :
• Anggaran DIPA yang diterima, dilakukan perencanaan anggaran
yang tepat untuk mendukung sasaran/ target yang akan dicapai.
• Dilakukan proses pengontrolan (PCM) secara rutin.
• Program Manager (PM), dibantu 1 (satu) orang Asistem PM untuk
pengelolaan penggunaan anggaran yang efisein dan akuntabel.
3. Efisiensi Penggunaan Mesin dan Peralatan :
• Kegiatan ini didukung oleh Laboratorium Navigasi, Laboratorium
Telemetri, Laboratorium MDN, Workshop Elektronika, EMC dll
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 92
• Berbagai jenis peralatan di Laboratorium Navigasi, Laboratorium
Telemetri dan Workshop Elektronika, antara lain yaitu : antenna,
receiver, server, LNA, alat ukur, peralatan kontrol, alat ukur dll
• Setiap Lab dikelola oleh Koodinator dan staf untuk mengelola
pemanfaatan dan pengelolaan asset.
4. Efisiensi Lainnya :
• Pada pelaksanaan pengembangan sistem di Lab, sering kali
membutuhkan peralatan yang tidak dimiliki oleh Lab yang terkait.
Sebagai solusinya adalah menggunakan perangkat yang dimiliki
oleh Lab lainnya yang masih di lingkungan Pusat Teknologi
Elektronika (penggunaan bersama).
• Kegiatan sering membutuhkan pengujian prototipe di
Laboratorium dan juga pengujian di lapangan. Pengujian di
lapangan terkadang memerlukan waktu yang tidak sebentar,
maka disiapkan sistem pengelolaan aset serta prosedur.
f. Analisis program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian
pernyataan kinerja
Gambar 3.49 Kegiatan Penunjang Keberhasilan Pencapaian Kinerja
Termanfaatkannya Inovasi Teknologi (Inovasi Teknologi Sistem Navigasi Laut) Untuk Mendukung Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa
Teknologi Navigasi
Bandara
Pusat Teknologi Elektronika
Teknologi Pengujian
Navigasi
Pusat Teknologi Elektronika
Kajian Kebijakan Teknologi Industri
Elektronika
Pusat Pengkajian Industri Manufaktur,
Telematika dan Elektronika
Teknologi Navigasi
Laut
Pusat Teknologi Elektronika
Bab 3 - 93
Ketiga Kegiatan/ Output/ Komponen di BPPT tersebut sangat menunjang
keberhasilan pencapaian target, yaitu :
a) Komponen Teknologi Navigasi Bandara
Aktivitas kerjasama dengan Komponen Teknologi Navigasi Bandara
(Kegiatan Inovasi Sistem Elektronika Navigasi Untuk Keselamatan
Transportasi) sangat mendukung pencapaian target, dikarenakan
kedekatan ke-ilmuan, penggunaan perangkat pengembangan yang
sama serta dukungan SDM dalam melakukan analisis + pengujian di Lab
serta lapangan.
b) Komponen Teknologi Navigasi Laut
Komponen Teknologi Navigasi Laut (Kegiatan Inovasi Sistem Elektronika
Navigasi Untuk Keselamatan Transportasi) yang melaksanakan aktivitas
pengkajian, desain, pengembangan, pengujian prototipe AIS Kelas B.
c) Komponen Teknologi Pengujian Navigasi
Tugas dari Komponen Teknologi Pengujian Navigasi (Kegiatan Inovasi
Sistem Elektronika Navigasi Untuk Keselamatan Transportasi) ini fokus
pada pengembangan metode uji sesuai standar serta pelaksanaan
pengujian hasil pengembangan. Dua hal yang dilakukan yaitu Teknologi
pengujian kinerja dan Teknologi pengujian lingkungan.
d) Kegiatan Kajian Kebijakan Teknologi Industri Elektronika
Kegiatan ini mendukng dalam hal kajian kebijakan, regulasi, analisis
pemanfaatn serta kajian TKDN.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 94
3.1.2.6. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 Indikator Kinerja 6 :
Inovasi Teknologi SIMRAL (Sistem Informasi Akrual/ e-Planning)
Government Cloud
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Sesuai dengan amanat oleh Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008
tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, dalam Pasal 30 ayat 1,
tertuang amanat “Dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan data dan
informasi secara optimal, daerah perlu membangun sistem informasi
perencanaan pembangunan daerah”. Hal ini menjadi konsekuensi logis
untuk pengembangan suatu Sistem Informasi dalam ranah Perencanaan
Pembangunan Daerah. Sementara berdasarkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 54 Tahun 2010 yang merupakan turunan dari Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 mengamatkan bahwa perencanaan
pembangunan harus dirumuskan secara transparan, responsif, efisien,
akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan.
Sedangkan menurut UU 23 Tahun 2014 bahwa informasi pembangunan
daerah merupakan salah satu informasi yang harus dihasilkan oleh
pemerintahan daerah. Adapun informasi pemerintahan daerah meliputi
informasi pembangunan daerah dan informasi keuangan daerah. Dalam
hal ini proses pengelolaan informasi pemerintahan daerah meliputi
penyusunan, pengelolaan, dan penyajian infomasi yang terdiri dari : (1)
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD); (2) Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD), (3) Rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD); (4) Rencana Strategis Perangkat Daerah
(Renstra PD); (5) Rencana Kerja Perangkat Daerah (Renja PD); (6) Hasil
Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang); (7) KUA/PPAS; (8)
RKA – RAPBD; (9) DPA dan Anggaran Kas; (10) APBD; (11)
Penatausahaan; (12) Pelaporan dan Pertanggung Jawaban; dan (12)
Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan
Bab 3 - 95
Dengan kompleksitas data dan informasi yang ada serta banyaknya
perangkat daerah dan stakeholder yang terlibat dalam manajemen
perencanaan pembangunan daerah, maka akan sangat memerlukan suatu
alat berupa sistem informasi agar permasalahan-permasalahan tersebut
dapat teratasi dengan baik dan cepat, serta dapat mendukung proses
manajemen pembangunan daerah untuk lebih efisien dan efektif, sesuai
dengan amanat UU Nomor 25 Tahun 2004, Permendagri Nomor 54 Tahun
2010, dan UU Nomor 23 Tahun 2014. Oleh karena itu, untuk membantu
tercapainya efektifitas dan efisiensi sistem perencanaan pembangunan
yang terarah, terpadu, sinergis, tepat waktu dan berkelanjutan maka
dibangun SIMR@L berbasis Web yang merupakan suatu aplikasi teknologi
informasi dan komunikasi yang tepat guna dalam bentuk perangkat lunak
(software) atau sistem informasi yang dimaksudkan untuk membantu
perencanaan, penatausahaan dan pelaporan keuangan Pemerintah
Daerah.
Selanjutnya pada tahun 2018 dikeluarkan Peraturan Presiden Nomor 95
Tahun 2018 tentang Sistem pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)
yang mengamatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mendukung layanan pemerintahan, baik pusat maupun daerah. Salah satu
prinsip dari Sistem Pemerintahan berbasis Elektronik ini adalah adanya
interoperabilitas yang merupakan koordinasi dan kolaborasi antar Proses
Bisnis dan antar sistem elektronik, dalam rangka pertukaran data,
informasi, atau Layanan SPBE. Bahwa aplikasi SIMR@L berbasis Cloud
yang merupakan pengembangan dari SIMR@L berbasis Web
bersebelumnya, dirancang dan dikembangkan dengan mengintegrasikan
beberapa fitur diantaranya yaitu, Perencanaan, Penganggaran,
Pengelolaan Keuangan, dan Perjanjian Kinerja. Sampai dengan tahun
anggaran 2019 Aplikasi SIMR@L Cloud yang dkembangkan meliputi fitur
Perencanaan, dan Penganggaran.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 96
Pada tahun 2019 dilakukan Penambahan fitur untuk modul RKA/RAPBD
serta perbaikan-perbaikan permasalahan-permasalahan yang muncul;
melakukan perjanjian kerjasama dengan 3 (tiga) mitra pemerintah daerah
untuk pelaksanaan implementasi SIMR@L Cloud. 2 (dua) perjanjian
kerjasama sudah dilakukan penandatangan perjanjian, yaitu pemerintah
Kab. Lebak, dan pemerintah kota Pekalongan, sedangkan untuk pemerintah
kota Bogor belum dilakukan penandatanganan perjanjian kerjasama;
Melakukan pelatihan ke personil-personil dari mitra pemerintah daerah
dalam mengoperasionalkan SIMR@L Cloud.
Tabel 3.26. Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target, dan Capaian Kinerja
Sasaran Strategis Termanfaatkannya Inovasi Teknologi Untuk Mendukung Peningkatan Daya Saing
Menuju Kemandirian Bangsa Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Jumlah inovasi teknologi Penjelasan Target IKSS :
Inovasi Teknologi SIMRAL (Sistem Informasi Akrual/ e-Planning) Government Cloud Target :
1 (satu) Inovasi Teknologi SIMRAL (Sistem Informasi Akrual/ e-Planning) Government Cloud
Program/Kegiatan Capaian Kinerja Outcome
Bukti Pendukung
Teknologi e-Services untuk e-Pemerintahan
Inovasi Teknologi SIMRAL (Sistem Informasi Akrual/ e-Planning) Government Cloud
Capture: Halaman Depan Aplikasi SIMR@L Cloud yang sudah diimplementasi di Kabupaten Lebak dan Kota Pekalongan Capture: Konsep dan Tampilan Form aplikasi SIMR@L Cloud Capture: Perjanjian Kerjasama Implementasi SIMR@L Cloud Foto TOT SIMR@L Cloud untuk Pemerintah Kabupaten Lebak dan Pemerintah Kota Pekalongan Capture web: Tim Bank Dunia apresiasi penerapan SIMR@L Provinsi Banten
Bab 3 - 97
B. Capaian Kinerja
1. Perbandingan antara target dengan dan realisasi kinerja tahun ini
Prosentase Capaian Kinerja
= Realisasi
x 100% Target
=
1 Inovasi Teknologi SIMRAL x 100% = 100% 1 Inovasi Teknologi SIMRAL
Mitra : Pemerintah Daerah (Propinsi dan Kota/Kabupaten)
2. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir.
Tabel 3.27
Realisasi dan Capaian Kinerja Tahun 2015 - 2019
2015 2016 2017 2018 2019
Pemanfaatan SIMRAL oleh >10 Pemda.
Desain Cloud SIMRAL e-Planning (1 tenant).
*Pilot project performance based e-Planning
*Prototipe SIMRAL e-Planning berbasis Cloud (2 tenant)
1 (satu) Pilot project Aplikasi SIMRAL e-Planning berbasis Cloud, 1 (satu) Mitra implementor e-Government untuk hilirisasi sistem perencanaan, anggaran dan penatausahaan keuangan daerah 1 (satu) kliring teknologi pemberian rekomendasi pengadaan TIK instansi pemerintah / swasta
Aplikasi SIMR@L Cloud e-Planning dan e-Budgeting; Implementasi SIMR@L Cloud e-Planning di Pemerintah daerah
3. Perbandingan Realisasi Kinerja Sampai Dengan Tahun Ini Dengan
Target Jangka Menengah Yang Terdapat Dalam Dokumen
Perencanaan Strategis
Realisasi Kinerja Sampai Dengan Tahun Ini adalah Implementasi
SIMR@L Cloud e-Planning dan e-Budgeting di 2 (dua) Pemerintah
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 98
Daerah, yakni: Pemerintah Kota Pekalongan dan Pemerintah
Kabupaten Lebak.
Target Jangka Menengah Yang Terdapat Dalam Dokumen
Perencanaan Strategis adalah Inovasi Teknologi SIMR@L (Sistem
Informasi Akrual/ e-Planning) Government Cloud.
Uraian peningkatan impact/outcome) dari tahun ke tahun menuju target
akhir tahun 2019 sesuai dokumen rencana strategissebagai berikut.
• Tahun 2015 Implementasi SIMR@L berbasis web di pemerintah kota
Pekalongan, pemerintah Kota Tangerang Selatan, dan pemerintah
kabupaten Situbondo. Aplikasi SIMR@L berbasis teknologi web yang
diimplementasi pada kedua pemerintah daerah tersebut meliputi
Perencanan, Penganggaran, dan Pengelolaan Keuangan serta
pelaporan. Dengan diimplementasikan SIMR@L berbasis web untuk
pengelolaan keuangan pada kedua daerah tersebut telah
menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah untuk Tahun
Anggaran 2015 memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
dari BPK;
• Pada tahun 2016 pemerintah daerah yang mengimplementasikan
SIMR@L berbasis web bertambah yaitu pemerintah kota Bogor,
pemerintah kabupaten Serang, dan pemerintah kota probolinggo.
Sedangkan untuk LKPD TA 2016 pemerintah kota Pekalongan dan
pemerintah kota Tangerang Selatan mendapatkan opini WTP;
• Pada tahun 2017 pemerintah daerah yang menggunakan SIMR@L
berbasis web terus bertambah, diantaranya provinsi Banten,
Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota Serang, Kota
Cilegon, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Bogor, Kabupaten
Banggai, Kabupaen Pati. Dimana pada tahun 2017 ini LKPD
Pemerintah Kabupaten Situbondo mendapatan WTP;
• Pada tahun 2018 pemerintah daerah yang menggunakan SIMR@L
berbasis bertambah, yaitu pemerintah Kab. Bantul, pemerintah
Kabupaten Sintang, Kota Manado dan Kabupaten Purbalingga.
Pemerintah daerah yang menggunakan SIMR@L berbasi web yang
Bab 3 - 99
mendapatkan opini WTP untuk LKPD TA 2017 bertambah, yaitu
pemerintah kota Probolinggo;
• Pada Tahun 2019 pemerintah daerah yang menggunakan SIMR@L
berbasis web bertambah, yaitu yaitu Kabupaten Kubu Raya,
Kabupaten Kotawaringin Timur. Pemerintah daerah yang
menggunakan SIMR@L berbasi web yang mendapatkan opini WTP
untuk LKPD TA 2018 bertambah, yaitu Provinsi Banten, Kabupaten
Lebak, Kota Bogor, Kabupaten Tangerang, Kota Cilegon, Kota
Serang, Kabupaten Serang. Selain itu mulai diimplementasikan
aplikasi SIMR@L berbasis Cloud di pemerintah Kabupaten Lebak,
dan Kota Pekalongan.
4. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun Ini Dengan Standar Nasional
Berdasarkan Perpres nomor 95 Tahun 2018 Tentang Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) disebutkan bahwa salah
satu prinsip dari SPBE adalah adanya interoperabilitas yang
merupakan koordinasi dan kolaborasi antar Proses Bisnis dan antar
sistem elektronik, dalam rangka pertukaran data, informasi, atau
Layanan SPBE. Bahwa aplikasi SIMR@L berbasis Cloud dirancang
dan dikembangkan dengan mengintegrasikan beberapa fitur
diantaranya yaitu, Perencanaan, Penganggaran, Pengelolaan
Keuangan, dan Perjanjian Kinerja. Sampai dengan tahun anggaran
2019 Aplikasi SIMR@L Cloud yang dkembangkan meliputi fitur
Perencanaan, dan Penganggaran.
5. Analisis Penyebab Keberhasilan atau Peningkatan Kinerja
Faktor Penyebab Keberhasilan/Peningkatan Kinerja :
SDM : memiliki SDM yang berkompeten di bidangnya
• SDM kompeten di bidangnya (Teknik Elektonik, Teknik Informatika,
Sistem Informasi, Teknik Industri dll), dengan 3 orang S2 dan 9 orang
S1.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 100
• Memiliki jabatan fungsional di bidangnya, yaitu Jabatan Fungsional
Tertentu Perekayasa dan Peneliti. Jumlah Perekayasa Madya 4
orang, Perekayasa Muda 3 orang, Perekayasa Pertama 4 orang dan
Fungsional Umum 1 orang.
• Memiliki pengalaman/ terlatih di bidang inovasi teknologi TIK.
• SDM memiliki komitmen, semangat dan berintegritas.
Teknologi /Peralatan :
• Mengembangkan perekayasaan dengan menggunakan teknologi
terkini (up to date)
• Selalu mengikuti perkembangan teknologi dunia
Lainnya :
• Memiliki kemitraan dengan Pemerintah Pusat dan Daerah;
6. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
a. Efisiensi Penggunaan SDM :
• Dengan menyusun struktur organisasi kerekayasaan yang tepat
untuk mendukung target yang akan dicapai. Dengan organisasi
kerekayasaan tipe B, dengan 4 orang troika dan 3 orang Group
Leader. Kegiatan Inovasi Teknologi Penyelenggara Sistem
Elektronik untuk e-Services (e-Government dan e-Business) ,
Teknologi e-Services untuk e-Pemerintahan dipimpin oleh 1 orang
Group Leader, 4 orang WP Leader dan 10 orang Staff Engineers.
• Penempatan personil sesuai dengan kapabilitas (pendidikan,
fungsional dan kepakaran).
• Di setiap Kelompok tim kerja terdiri dari SDM dengan kualifikasi :
Analis, integrator, pemrogram dan teknisi di bidang sistem
informasi dan jaringan.
• Secara rutin dilakukan monitoring dan evaluasi kemajuan
pekerjaan.
Bab 3 - 101
b. Efisiensi Penggunaan Keuangan :
• Anggaran DIPA yang diterima, dilakukan perencanaan anggaran
yang tepat untuk mendukung sasaran/ target yang akan dicapai.
• Pelaksanaan anggaran di tahun 2019, dilaksanakan secara
efisiensi dan penyesuaian strategi.
• Dilakukan proses pengontrolan (PCM) secara rutin.
• Program Manager (PM) melakukan pengelolaan penggunaan
anggaran yang efisien dan akuntabel.
c. Efisiensi Penggunaan Mesin dan Peralatan :
• Kegiatan ini didukung oleh Laboratorium Open Source Software
Engineering. Dan berkoordinasi dengan unit kerja di lingkungan
BPPT, seperti BJIK.
• Laboratorium dikelola oleh Koodinator dan didukung oleh staf
perekayasa untuk pemanfaatan dan pengelolaan asset.
d. Efisiensi Lainnya :
Pada pelaksanaan kegiatan pengembangan kompetensi, melibatkan
tidak hanya personil tim dari PTIK, namun juga personil dari unit kerja
di lingkungan BPPT (BJIK dan PMI), maupun mitra strategis
eksternal (KemenpanRB, KPK). Hal ini sangat bermanfaat, karena
dapat menjadi ajang bertukar informasi dan pengalaman yang dapat
memperluas wawasan personil.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 102
Gambar 3.50 Capture Halaman Depan Aplikasi SIMR@L Cloud yang sudah diimplementasi di
Kabupaten Lebak dan Kota Pekalongan
Gambar 3.51 Capture Konsep dan Tampilan Form aplikasi SIMR@L Cloud
Gambar 3.52 Capture Perjanjian Kerjasama Implementasi SIMR@L Cloud
Bab 3 - 103
Gambar 3.53 TOT SIMR@L Cloud untuk Pemerintah Kabupaten Lebak dan Pemerintah
Kota Pekalongan
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 104
Gambar 3.54 Tim Bank Dunia apresiasi penerapan SIMR@L Provinsi Banten
3.1.2.7. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 Indikator Kinerja 7 :
Inovasi Operasional Drone Alap-alap
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Mengingat performance drone/ PUNA Alap-Alap yang diproduksi oleh PT
AAP Techmil masih belum dapat mencapai standar DR&O yaitu 6 jam
terbang, maka BPPT berupaya terus mengembangkan teknologi drone/
PUNA Alap-Alap agar dapat mencapai performance sesuai DR&O awal.
Kegiatan ini dilakukan dengan cara dilakukan pengaturan kembali
engine/re-engine dan pola terbang serta mendesain tangki baru. Disamping
itu dilakukan penambahan flap agar lebih stabil dan aman saat landing. Flap
adalah sebuah permukaan bergerak yang berengsel pada tepi belakang
sayap pesawat terbang biasa juga disebut sirip pesawat. Jika sirip sayap
diturunkan maka kecepatan akan menurun drastis/ stall speed dan pesawat
akan turun. Sirip sayap juga dapat ditemukan di tepi depan sayap pada
Bab 3 - 105
beberapa pesawat terbang terutama pesawat jet berkecepatan tinggi. Sirip
sayap ini disebut juga sebagai slat. Flap berfungi mengendalikan laju udara
yang mengalir melalui sayap pesawat.
Flap dapat membantu pesawat tipe fix wing lepas landas maupun
melakukan pengereman saat mendarat, Kegunaan flap, fungsi flap ini untuk
menambah daya angkat (lift), tapi disisi lain juga untuk menambah drag.
Setiap posisi flap itu digunakan pada setting tertentu dengan
memperhitungkan kondisi load (beban muatan pesawat terbang), panjang
runway (landasan), power setting dan lain-lain.
Sudut/angle kemiringan flap pada umumnya bervariasi dari 5, 10, 15, 20, 40
derajat, bergantung type pesawat terbangnya. Untuk take off tanpa flap atau
flap rendah akan membutuhkan runway yang lebih panjang, Hasilnya, pada
saat pesawat terbang tsb terbang climb (mendaki) performance-nya akan
lebih bagus. Sebaliknya, jika flap tinggi akan mengurangi jarak take off
tetapi karena drag-nya tinggi, otomatis kemampuan climb-nya jadi rendah.
Artinya, kalau runway-nya panjang.bisa take off tanpa flap. Sebaliknya,
kalau runway-nya pendek, maka flap harus digunakan untuk mempercepat
lift-off atau airborne. Cara ini dinamakan short field take off ada juga cara
soft field take off yg digunakan untuk takeoff di permukaan runway yg
berpasir atau berbatu.
Flap di drone / PUNA Alap-Alap di pasang di bagian wing dan dibagian
rudder. Flap dibagian wing ada ada tiga flap di setiap wing sedangkan di
bagian rudder masing-masing ada 1 flap. Total flap yang ada di drone/
PUNA Alap-Alap ada 8 buah dapat dilihat pada gambar dibawah.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 106
Gambar 3.55 Flap di drone/ PUNA Alap-Alap
Modifikasi nose landing gear agar lebih tahan terhadap dampak hard
landing. Nose landing gear dimodifikasi dengan menambahkan shock
absorber untuk meredam gaya impact ketika pesawat mendarat. Modifikasi
selanjutnya adalah penggunaan alternator sebagai suplai daya on board
system sehingga dapat terbang lebih lama dengan membawa sistem baterai
yang minimal. Alternator adalah peralatan elektromekanis yang
mengkonversikan energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik.
Kemampuan yang telah didapat selama tahun 2019 adalah:
a) Berat MTOW : 30 kg
b) Wing span : 3,2 m
c) Cruise speed : 50 – 60 knots
d) Payload Missions : Mapping
e) Endurance : 6 jam
f) Take off Distance : 100 – 200 m
g) Jarak jangkau : 100 km (LOS)
h) Tipe Engine Genoah : 3 HP + Alternator.
Bab 3 - 107
Pada tahun 2019 telah dilaksanakan kegiatan uji sebanyak 3 (tiga) kali
untuk pemenuhan persyaratan sertifikasi dengan capaian yang diperoleh
PUNA Alap-alap telah mendapatkan amandemen sertifikat yang semula
endurance terbang 5 (lima) jam menjadi 6 (enam) jam.
Gambar 3.56 Serah terima amandemen sertifikat PUNA Alap-alap.
Selain kegiatan uji untuk amandemen sertifikat, telah dilaksanakan juga 3
(tiga) kali uji untuk misi mapping/ pemetaan baik untuk Gunung Anak
Krakatau pada tanggal 1 Mei 2019 dan pemetaan ladang padi di Bongas
Indramayu pada tanggal 12 Juli 2019 dan 28-29 Desember 2019.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 108
Tabel 3.28 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target, dan Capaian Kinerja
Sasaran Strategis: Termanfaatkannya Inovasi Teknologi untuk Mendukung Peningkatan Daya Saing Menuju
Kemandirian Bangsa
Indikator Kinerja : Jumlah Inovasi Operasional Drone Alap-Alap
Penjelasan Indikator Kinerja : Drone/ PUNA Alap-alap dalam pengembangannya untuk mencapai standar DR&O yaitu 6 jam terbang, telah dilakukan beberapa inovasi yang dirangkai dalam beberapa kali test yang akhirnya diperoleh Sertifikat Kelaikudaraan Militer dan Sertifikat Tipe Pesawat Udara Nir Awak (Drone/ PUNA) dari Indonesia Military Airworthiness Authority (IMAA). Selain untuk mendapatkan sertifikat dari IMAA, Drone/ PUNA Alap-alap juga digunakan untuk misi mapping/ pemetaan.
Target: Diperolehnya sertifikat Drone/ PUNA Alap-Alap untuk endurance 6 jam, digunakan untuk
misi survailance dan mapping/ pemetaan
Program/Kegiatan Capaian Kinerja Outcome Bukti Pendukung
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Bidang Hankam
• Diperolehnya sertifikat Drone/ PUNA Alap-Alap BPPT oleh IMAA Type Certificate (TC) dan Certificate of Airworthinness (CoA).
• Digunakan untuk surveilance dan mapping/ pemetaan
• Type Certificate (TC) dan Certificate of Airworthinness (CoA).
• Pernyataan dari pengguna
B. Capaian Organisasi
1) Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini;
Prosentase Capaian
Kinerja
= Realisasi
x 100% Target
=
1 Inovasi Inovasi
Operasional Drone Alap-Alap x 100% = 100%
1 Inovasi Inovasi
Operasional Drone Alap-Alap
Bab 3 - 109
Tabel 3.29
Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini
2) Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
Tabel 3.30
Realisasi capaian kinerja sertifikasi drone/ PUNA Alap-alap
Capaian Kinerja Tahun 2015
Capaian Kinerja Tahun
2016
Capaian Kinerja Tahun 2017
Capaian Kinerja Tahun
2018
Capaian Kinerja Tahun 2019
1 unit pembuatan ptotipe Drone/ PUNA Wulung, Drone/ PUNA Alap-Alap, Drone/ PUNA Sriti
Pembuatan 4 unit prototype Drone/ PUNA Alap-Alap
Peningkatan performance Drone/ PUNA Alap-Alap dengan endurance 7 jam, ketinggian 12000 fit dengan engine 3HP
Sertifikasi Drone/ PUNA Alap-Alap 5 jam dengan engine 5HP
Sertifikasi Drone/ PUNA Alap-Alap 6 jam dengan engine 3HP dan digunakan untuk Misi Pemetaan
3) Perbandingan Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target
jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategi
Pada dokumen Rencanaan Strategis target kegiatan ini adalah Jumlah
inovasi teknologi Sertifikasi drone alap-alap. Diharapkan setelah
memperoleh sertifikat dari Indonesia Military Airworthiness Authority
(IMAA) adanya industri Swasta yang memproduksi drone/ PUNA Alap-
alap. Selain diproduksi drone / PUNA Alap-Alap dapat dimanfaatkan oleh
pengguna untuk misi pemetaan dan misi pengintaian.
Indikator Kinerja
Target Realisasi % Program Mitra
Jumlah Inovasi Teknologi
1 1 100 Pengkajian dan Penerapan Teknologi Bidang Hankam
Kementerian Pertahanan
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 110
Uraian Peningkatan Outcome dari Tahun ke Tahun Menuju Target Akhir,
sesuai Dokumen Rencana Strategis
Sasaran Tahun 2015 :
1 Prototipe Alap-Alap dengan perbaikan performance karena tambahan
flap dan penggantian mesin, sehingga jangkauan data dan video 100
km, ketinggian 10k ft, take off landing distance 50m dan endurance 8
jam
Sasaran Tahun 2016 :
4 prototipe Alap-Alap, 1 unit ground control station dan 1 katapult
beserta jaring untuk mendarat.
Sasaran Tahun 2017 :
Prototipe dengan peningkatan performance drone/PUNA Alap-Alap
dengan endurance 7 jam, ketinggian 12000 fit dengan engine 3HP
Sasaran Tahun 2018 :
Diperolehnya sertifikat untuk prototipe drone/ PUNA Alap-Alap BPPT
oleh IMAA :
• Type Certificate (TC) dan Certificate of Airworthinness (CoA).
• Endurance 5 jam.
Sasaran Tahun2019 :
Diperolehnya sertifikat untuk prototipe drone/PUNA Alap-Alap BPPT oleh IMAA: • Type Certificate (TC) dan Certificate of Airworthinness (CoA).
• Endurance 6 jam.
• Dimanfaatkannya drone/ PUNA Alap-Alap untuk misi surveilance
dan pemetaan
4) Analisis penyebab keberhasilan/ peningkatan kinerja yang telah
dilakukan
Bab 3 - 111
Faktor Penyebab Keberhasilan / Peningkatan Kinerja:
Kegiatan ini dapat berhasil karena beberapa hal antara lain:
Faktor Internal:
o Dukungan komitment BPPT dalam pencanangan program dan
pembiayaan serta SDM PTIPK khususnya dalam melaksanakan
kegiatan serta fokus pada proses pencapaian target akhir.
o Konsistensi pada pelaksanaan kegiatan sesuai road map yang
telah direncanakan.
o Konsistensi pada kedisiplinan kerja, capaian penyelesaian target
antara sesuai jadwal waktu yang direncanakan.
o Penyiapan SDM pelaksana kegiatan sesuai kompetensi teknis,
pengalaman dan keahlian kerja sehingga bisa lebih efektif dalam
pencapaian target.
o Adanya kerjasama dengan institusi dan industri mitra,
berkoordinasi dan saling mengisi sesuai kompetensi.
Faktor Eksternal:
o Adanya kerjasama dengan institusi dan industri mitra,
berkoordinasi dan saling mengisi sesuai kompetensi.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 112
Gambar 3.57 Peningkatan Capaian Kinerja Outcome Menuju Target Akhir Sesuai Dokumen Renstra
Target Akhir:
Diproduksinya DRONE/ PUNA Alap-Alap oleh Industri
Digunakan untuk misi mapping/ pemetaan
Mendukung Kemandirian Bangsa Dalam Bidang Pesawat Udara Nir Awak / UAV.
2015 2016 2019
2017 2018
Bab 3 - 113
5) Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya.
a. Efisiensi Penggunaan SDM:
Dengan jumlah SDM yang terbatas, PTIPK melakukan beberapa
langkah untuk mengefisiensikan penggunaan SDM yaitu dengan
pemanfaatan matriks beban kerja SDM. Selain itu juga meningkatkan
kemampuan kompetensi dengan memberikan Training, Magang
Industri, mengirimkan personil studi ke luar negeri dan
mengikutsertakan personil ke beberapa Seminar sesuai dengan
kompetensinya. Memperluas jaringan informasi dan sumber data
dengan berbagai pihak yang terkait untuk mendukung seluruh
program teknologi hankam. Langkah lain yang ditempuh untuk
mengefisienkan SDM adalah mengundang narasumber ahli untuk
memberikan masukan terkait dengan keberlangsungan program.
b. Efisiensi Penggunaan Keuangan:
Penghematan pengeluaran biaya dengan melakukan efisiensi jumlah
SDM dalam Perjalanan Dinas yang sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi dari masing-masing personil. Selain itu, melakukan
penghematan penyelenggaraan rapat dan FGD.
c. Efisiensi Penggunaan Laboratorium dan Peralatan:
Efisiensi dilakukan pada kegiatan inovasi teknologi drone/ PUNA
melalui pemanfaatan tools dan mesin-mesin perkakas untuk
pembuatan atau pemeliharaan spare part atau komponen drone/
PUNA.
Efisiensi penggunaan mesin untuk simulasi numerik juga dilakukan
untuk aerodinamika wahana.
d. Efisiensi Lainnya:
Melaksanakan kerjasama dengan instansi lain sesuai dengan
kebutuhan dan tupoksi masing-masing, yaitu dengan melakukan
kerja sama terkait dengan desain, manufaktur ataupun pengujian
komponen baik secara parsial maupun keseluruhan.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 114
3.1.2.8. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 Indikator Kinerja 8 :
Inovasi Smart Level Crossing di 10 Lokasi Pulau Jawa
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi barang
dan mobilitas penumpang yang berkembang sangat dinamis, serta berperan
di dalam mendukung, mendorong dan menunjang segala aspek kehidupan
baik dalam pembangunan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan
keamanan. Pertumbuhan sektor transportasi akan mencerminkan
pertumbuhan ekonomi secara langsung sehingga transportasi mempunyai
peranan yang penting dan strategis, baik secara makro maupun mikro. Dari
aspek mikro, keberhasilan sektor transportasi diukur dari kapasitas yang
tersedia, kualitas pelayanan, aksesibilitas, keterjangkauan daya beli
masyarakat dan utilisasi.
Keselamatan transportasi saat ini sudah merupakan masalah global yang
bukan semata-mata masalah transportasi saja, tetapi sudah menjadi
permasalahan social kemasyarakatan. Hal ini terlihat dari kepedulian WHO
terhadap keselamatan dunia tahun 2004 dengan tema Road Safety is No
Accident.
Beberapa hal yang mendasar yang belum tertangani dengan baik adalah
sistem pendataan kecelakaan, road safety audit, sistem pengendalian dan
pengawasan, serta masih adanya persepsi yang keliru dari masyarakat dan
pengambil keputusan yaitu bahwa penanganan peningkatan keselamatan
transportasi jalan merupakan cost (biaya). Persepsi ini perlu diluruskan,
sehingga program-program peningkatan keselamatan transportasi ini sudah
dapat dianggap suatu investasi yang menguntungkan.
Pelayanan transportasi yang handal, diindikasikan oleh penyelenggaraan
transportasi yang aman (security), selamat (safety), nyaman (comfortable),
Bab 3 - 115
tepat waktu (punctuality), terpelihara, mencukupi kebutuhan, menjangkau
seluruh pelosok tanah air serta mampu mendukung pembangunan nasional.
Salah satu inovasi produk BPPT yang berkaitan dengan inovasi teknologi di
bidang sistem transportasi massal kereta api adalah teknologi Smart Level
Crossing (SLC). Smart Level Crossing (SLC) menyediakan dan
mengembangkan model sistem pengamanan perlintasan sebidang, yang
menurut Undang-undang No. 23 tahun 2007 tentang perkeretaapian dan
undang-undang No. 23 tahun 2009 tentang lalu lintas jalan raya yang
menyebutkan bahwa apabila kereta api akan melintas pada perlintasan
sebidang maka semua kendaraan lainnya memberi prioritas pada kereta
api. Sehingga dengan demikian kecelakaan pada perlintasan sebidang
dikategorikan kecelakaan di jalan raya. Keselamatan Perlintasan sebidang
ini juga sudah di akomodir dalam Peraturan Menteri Perhubungan nomor 94
Tahun 2018 tentang peningkatan keselamatan perlintasan sebidang antara
jalur kereta api dengan jalan.
Aplikasi Sistem perlintasan sebidang di Indonesia terintegrasi dengan
sistem persinyalan dan telekomunikasi PT.KAI. Pada saat ini produk yang
terpasang didominasi produk luar sejenis yaitu sistem level crossing safety
produksi honeywell. Produk honeywell mengkhususkan untuk pengamanan
di perlintasan sebidang yang bertujuan untuk meminimalkan terjadinya
sesuatu pada perlintasan sebidang. BPPT telah melakukan inovasi produk
pengaman perlintasan sebidang mulai tahun 2015-2016 dengan nama
produk smart level crossing (SLC). Inovasi SLC merupakan sistem yang
dikembangkan sebagai sistem peringatan dini pada perlintasan sebidang
kereta api, sistem yang dikembangkan dapat mendeteksi kedatangan kereta
api tanpa menggangu sistem persinyalan kereta yang sudah ada. SLC
memiliki beberapa komponen utama yaitu pertama, sensor pendeteksi
gerak kereta api yang menggunakan kamera.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 116
Kedua adalah main controller. Main Controller (MC) adalah peralatan
pengendali utama pada sistem SLC yang berfungsi untuk melakukan
pooling ke masing-masing subsistem, menerima data dari subsistem dan
menyampaikan data ke subsistem. MC juga merupakan komponen yang
memastikan peralatan-peralatan dalam subsistem SLC tetap dapat
berfungsi dalam kondisi normal, redudansi, dan fail safe. Ketiga adalah
sistem tanda peringatan yang berfungsi untuk memberikan peringatan
kepada pengguna jalan dalam bentuk suara, teks (variable message sign)
dan lampu pada saat kereta lewat. Komponen terakhir adalah palang pintu.
Secara umum, sistem kerja sistem SLC tersebut adalah ketika sensor
kamera mendeteksi kedatangan kereta maka sistem control MC akan
secara otomatis menggerakkan palang pintu dan mengaktifkan tanda
peringatan. Pada tahun 2016 Sistem SLC ini sudah diserahkan kepada
PT.INTI untuk proses komersialisasinya.
Sistem baru terkait Keselamatan Perlintasan sebidang teknologi SLC ini
juga sudah di atur persyaratan kelaikannya dalam Peraturan Menteri
Perhubungan nomor 94 Tahun 2018 tentang peningkatan keselamatan
perlintasan sebidang antara jalur kereta api dengan jalan. Pada Tahun 2019
evaluasi dan verifikasi kelaikan teknologi produk SLC untuk menjamin mutu
dari pengembangan sistem sebelum memasuki ke tahap manufaktur
dilakukan melalui kegiatan audit teknologi yaitu pada point kehandalan
produk serta kelayakan teknis sesuai dengan PermenHub No.94/2018 pasal
31 point i yang menyebutkan bahwa “surat keterangan atau sertifikat yang
menyatakan peralatan keselamatan perlintasan sebidang telah lulus audit
teknologi yang dikeluarkan oelh instansi yang memiliki kewenangan
dibidang pengembangan teknologi”. Audit teknologi yang sudah
dilaksanakan terhadap teknologi produk SLC PT.INTI meliputi Level
Crossing Gate, dan Sistem Pengendali. Melalui audit ini diharapkan dapat
memperoleh manfaat seperti dapat memantau dan mengetahui status
teknologi yang dimiliki, mengetahui unjuk kinerja i-SLC, mengindetifikasi
resiko-resiko yang timbul dan menghindari kerugian dari penggunaan
teknologi yang tidak tepat untuk produk SLC.
Bab 3 - 117
Gambar 3.58 Uji lapangan SLC
Gambar 3.59 Sistem SLC yang Terpasang Di Perlintasan Sebidang
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 118
Gambar 3.60 Dokumen pengajuan sertifikasi kelaikan SLC oleh Mitra ke Kemenhub
Bab 3 - 119
Gambar 3.61 Dokumen pengajuan sertifikasi kelaikan SLC oleh Mitra ke Kemenhub
Salah satu infrastruktur pelayanan dasar dalam kerangka pembangunan
infrastruktur dalam RPJMN 2020-2024 adalah keselamatan dan keamanan
transportasi, termasuk transportasi perkeretaapian. Dalam hal ini SLC
merupakan salah satu produk yang dapat menjadi solusi untuk menekan
tingkat kecelakaan perlintasan sebidang yang akan terus diperkenalkan
kepada berbagai stakeholder terkait.
Secara ringkas, capaian indikator kinerja inovasi teknologi kelaikan Smart
Level Crossing dapat dilihat pada tabel 3.31.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 120
Tabel 3.31 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target, dan Capaian Kinerja
Sasaran Strategis : Termanfaatkannya Inovasi Teknologi Untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian
Bangsa
Indikator Kinerja : Jumlah Inovasi Teknologi Smart Level Crossing
Penjelasan Indikator Kinerja : Pelayanan transportasi yang handal, diindikasikan oleh penyelenggaraan transportasi yang aman (security), selamat (safety), nyaman (comfortable), tepat waktu (punctuality), terpelihara, mencukupi kebutuhan, menjangkau seluruh pelosok tanah air serta mampu mendukung pembangunan nasional. Keselamatan Perlintasan sebidang ini juga sudah di akomodir dalam Peraturan Menteri Perhubungan nomor 94 Tahun 2018 tentang peningkatan keselamatan perlintasan sebidang antara jalur kereta api dengan jalan. Kelaikan teknologi SLC melalui kegiatan audit teknologi pada point kelayakan teknologi produk Melalui kajian kelaikan tersebut maka produk SLC dapat dilanjutkan untuk proses sertifikasi dan pengusulan e-katalog oleh PT.INTI
Target : Kelaikan teknologi smart level crossing
Program/Kegiatan Capaian Kinerja Outcome/Output
Bukti Pendukung
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Sistem dan Prasarana Transportasi
1 kelaikan teknologi smart level crossing
Surat dari PT.INTI untuk proses sertifikasi ke Kementerian Perhubungan
B. Capaian Organisasi
1) Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini;
Prosentase Capaian Kinerja
= Capaian Kegiatan
x 100% Target Kegiatan
=
Inovasi Teknologi Smart Level Crossing x 100% = 80%
Inovasi Teknologi Smart Level Crossing SLC
Bab 3 - 121
Tabel 3.32 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini
Indikator Kinerja Target Realisasi % Program/ Kegiatan Mitra
Jumlah Inovasi Smart Level Crossing
1 1 100 Transportasi massal berbasis rel
KemenHub, KemenRistek & PT. INTI
2) Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir;
Kegiatan DRNO dilakukan sejak Tahun 2015 dilanjutkan pada tahun
2017. Dengan rincian kegiatan pada tahun 2015 adalah model
laboratorium (konsep desain) SLC. Kemudian pada Tahun 2017
dilakukan proses ujicoba prototype industri yang dibuat oleh mitra
industri. Selanjutnya pada Tahun 2019, kelaikan produk serta
kehandalannya diverifikasi melalui Audit teknologi, sertifikasi produk
diajukan oleh industri/produsen (PT. INTI) kepada KemenHub. Proses
komersialisasi oleh PT. INTI setelah mendapatkan sertifikasi produk SLC
akan dilakukan berdasarkan berbagai permintaan yang telah diterima
baik dari KemenHub, Pemprov maupun pihak terkait lainnya.
3) Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target
jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan
strategis;
Peningkatan outcome/output dari tahun ke tahun menuju target akhir,
sesuai dokumen rencana strategis.
Sasaran 2015 : Diperolehnya prototipe SLC
Sasaran 2016 : Pengembangan Prototipe SLC dengan industri
Sasaran 2017 : 1. Instalasi SLC
2. Pengujian lapangan SLC skala Industri
Sasaran 2018 : Persiapan Audit Teknologi
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 122
Sasaran 2019 : Audit teknologi untuk kelaikan produk serta
kehandalannya yang dilanjutkan dengan sertifikasi
produk oleh industry (PT.INTI) kepada KemenHub
untuk menuju komersialisasi produk SLC
Gambar 3.62 Peningkatan Capaian Kinerja Outcome Menuju Target Akhir Sesuai Dokumen Renstra
4) Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional;
Standar nasional untuk produk smart level crossing belum ada sampai
dengan tahun 2018. Dengan dilakukannya audit teknologi, sertifikasi dan
pendaftaran produk kedalam LKPP merupakan langkah awal dan dapat
menjadi rujukan dalam menyusun standar nasional untuk produk SLC.
5) Analisis penyebab keberhasilan/ peningkatan/ penurunan kinerja serta
alternatif solusi yang telah dilakukan;
Faktor Penyebab Keberhasilan / Peningkatan Kinerja :
- Kompetensi SDM di bidang Teknologi Transportasi
- BPPT memiliki fasilitas laboratorium pengujian, software dan
peralatan yang mendukung kegiatan.
Inovasi Teknologi Smart Level
Kelaikan Teknologi
Smart Level Crossing
• Pengembangan Prototype SLC dengan Industri
• Perispan Audit Teknologi
• Prototype SLC • Instalasi SLC • Pengujian lapangan SLC
skala Industri
2015 2016 2017 2018 2019
• Audit Teknologi dan Sertifikasi
Bab 3 - 123
- Koordinasi pengembangan desain dan prototype dengan industri
terkait di bidang perkeretaapian (PT. INTI).
- Dukungan Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan dan
PT.JASA RAHARJA yang bersedia untuk membeli hasil produk
inovasi SLC.
6) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya;
- Efisiensi Penggunaan SDM :
Sumber daya manusia dan fasilitas digunakan berdasarkan prioritas
kegiatan atau performance based budgeting, sehingga untuk kegiatan
dengan anggaran kecil bahkan dihentikan prioritas SDM untuk
kegiatan dikurangi. Hal ini dapat mempercepat penyelesaian
pekerjaan karena model refocusing berdasarkan budgeting.
- Efisiensi Penggunaan Keuangan :
Pendanaan tidak hanya bersumber dari dana internal BPPT tetapi
juga melalui pendanaan riset dari Ristek DIKTI dan juga industri.
- Efisiensi Penggunaan Laboratorium dan Peralatan :
Ketidaklengkapan perlatan dapat diatasi dengan menggandeng
industri untuk penyempurnaan dan pembuatan produk SLC.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 124
3.1.2.9. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 Indikator Kinerja 9 :
Inovasi Kapal Angkut Ikan Berpendingin
A. Uraian Pelaksanaan Program / Kegiatan Tahun 2019
Dalam rangka mendukung program pemerintah di Bidang Maritim,
khususnya untuk eksplorasi sumber daya ikan, BPPT telah melakukan
kerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam
pengembangan kapal ikan. Kerjasama ini dimulai sejak tahun 2016 dan
telah menghasilkan desain kapal ikan dengan tonase 120 dan 60 GT.
Desain kapal ikan ini direncanakan sebagai desain kapal ikan standard di
kelasnya. Dalam pelaksanannya, proses pengembangan kapal ikan ini
dimulai dari tahapan desain awal (preliminary design), basic design dan juga
proses pengujian hidrodinamika yang dilakukan di Balai Teknologi
Hidrodinamika BPPT, di Surabaya. Proses pengujian hidrodinamika ini
sangat diperlukan untuk menentukan kapasitas mesin yang dibutuhkan,
sistem propulsinya serta stabilitas kapal untuk memenuhi kebutuhan
operasionalnya. Sertifikasi desain kapal ikan tersebut juga telah dilakukan
dengan bekerjasama dengan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Approved
Design dari kapal ikan 120 GT dan 60 GT telah diserahkan kepada KKP
pada tahun 2018. Spesifikasi Kapal Ikan Berpendingin 60 GT seperti terlihat
pada gambar 3.2.51.
Dikarenakan ada beberapa kendala di internal KKP pada tahun 2019, maka
lelang untuk produksi kapal ikan tersebut mengalami hambatan juga.
Hingga pada November 2019, KKP memberikan surat kepada BPPT
sebagai informasi Pemanfaatan Desain dan Rancang Bangun Kapal Ikan
berpendingin Ukuran 60 GT dan Kapal Penangkap Ikan 120 GT, seperti
terlihat pada gambar 3.2.53.
Bab 3 - 125
Gambar 3.63 Rencana Umum Design Kapal Pengangkut Ikan 60 GT
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 126
Gambar 3.64 Profile Desain dan Keyplan Kapal Pengangkut Ikan 60 GT
Selain itu, pemberitaan di akun resmi KKP tentang kelanjutan
kerjasama dengan BPPT mengenai kapal ikan ada pada link berikut
https://twitter.com/kkpgoid/status/1167242145649983488 atau
shorturl.at/djyDY
Bab 3 - 127
Gambar 3.65 Pernyataan Pemanfatan Disain dan Rancang Bangun Kapal Perikanan
Berukuran 60 GT dan 120 GT.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 128
Secara ringkas, capaian kinerja indikator yaitu jumlah inovasi teknologi yang
dihasilkan, dengan target 1 Inovasi sertifikasi alap-alap dapat dilihat pada
Tabel 3.33.
Tabel 3.33 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target, dan Capaian Kinerja
Sasaran Program : Termanfaatkannya Inovasi Teknologi untuk Mendukung Peningkatan Daya Saing
Menuju Kemandirian Bangsa
Indikator Kinerja: Jumlah Inovasi Teknologi Kapal Angkut Ikan Berpendingin
Penjelasan Indikator Kinerja : Desain Kapal Ikan Berpendingin yang dimanfaatkan KKP sebagai pengguna untuk
melakukan rencana pembangunan kapal ikan dan membuat standarisasi kapal perikanan yang memenuhi pilar kapal perikanan yaitu laik laut, laik tangkap dan laik
simpan.
Target: Diperolehnya Desain Kapal Ikan Berpendingin yang memenuhi pilar kapal perikanan
yaitu laik laut, laik tangkap dan laik simpan dan dimanfaatkan oleh pengguna
Program/Kegiatan Capaian Kinerja Outcome Bukti Pendukung
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Rekayasa Industri Maritim.
• 1 (satu) paket Desain Standar Kapal Ikan 60 GT
• 1 (satu) paket Desain Standar Kapal Ikan 120 GT
• Desain Standar Kapal Ikan 60 GT ddan 120 GT yang sudah mendapatkan approval BKI
• Surat Pemberitahuan Pemanfaatan Desain dan Rancang Bangun Kapal perikanan Berukuran 60 GT dan 120 GT
Bab 3 - 129
B. Capaian Kinerja
1) Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini:
Tabel 3.34 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini
2) Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
Tabel 3.15
Perbandingan realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
Capaian Kinerja Tahun 2016
Capaian Kinerja Tahun 2017
Capaian Kinerja Tahun 2018
Capaian Kinerja Tahun 2019
Basic Design kapal ikan 120 GT
Keyplan kapal ikan 120 GT
Desain standar kapal Ikan 60 GT.
Penyerahan Desain Standar Kapal Penangkap Ikan 120 GT dan 60 GT kepada Direktur Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan, Kementerin Kelautan dan Perikanan pada bulan Agustus 2019
Prosentase
Capaian Kinerja
= Realisasi
x 100% Target
=
1 Inovasi Teknologi Kapal
Angkut Ikan Berpendingin x 100% = 100%
1 Inovasi Teknologi Kapal
Angkut Ikan Berpendingin
Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Mitra
Jumlah Inovasi Teknologi
1 Inovasi 1 Inovasi 100
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Rekayasa Industri Maritim
Kementerian Kelautan dan Perikanan
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 130
3) Perbandingan Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target
jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
Target akhir sesuai Renstra BPPT 2015-2019 revisi 5 adalah
termanfaatkannya 1 (satu) Inovasi Teknologi kapal angkut ikan
berpendingin untuk Mendukung Peningkatan Daya Saing Menuju
Kemandirian Bangsa. Diharapkan KKP sebagai pengguna dapat
memanfaatkan desain tersebut dalam melakukan rencana
pembangunan kapal ikan dan membuat standarisasi kapal perikanan
yang memenuhi pilar kapal perikanan yaitu laik laut, laik tangkap dan laik
simpan. Tahun 2019 merupakan tahun terakhir kegiatan Kapal Ikan
Berpendingin.
Peningkatan Outcome / Output dari Tahun ke Tahun Menuju Target
Akhir, sesuai Dokumen Rencana Strategis
Sasaran Tahun 2016 : dihasilkannya Basic Design kapal ikan 120 GT.
Sasaran Tahun 2017 : diperolehnya Desain Standar Kapal Ikan: “ Basic
Design Kapal Penangkap Ikan 120 GT” (keydrawing kapal telah
diapprove oleh BKI dan telah diserahkan ke Kementerian Kelautan dan
Perikanan) untuk pengadaan Kapalnya.
Sasaran Tahun 2018 : diperolehnya Desain Standar Kapal Ikan “Basic
Design Kapal Pengangkut Ikan 60 GT” (keydrawing kapal telah di-
approve oleh Biro Klasifikasi Indonesia dan selanjutnya akan diserahkan
ke Kementerian Kelautan dan Perikanan)
Sasaran 2019 : Penyerahan Desain Standar Kapal Penangkap Ikan 120
GT dan 60 GT kepada Direktur Kapal Perikanan dan Alat Penangkap
Ikan, Kementerin Kelautan dan Perikanan pada bulan Agustus 2019.
Bab 3 - 131
Gambar 3.66 Peningkatan Capaian Kinerja Outcome Menuju Target Akhir Sesuai Dokumen Renstra
4) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan
kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan
Faktor Penyebab Keberhasilan / Peningkatan Kinerja:
Kegiatan ini dapat berhasil karena beberapa hal antara lain:
Faktor Internal:
• Kompetensi SDM di bidang Teknologi Industri Maritim (Teknik
Perkapalan, Sistem Perkapalan, Teknik Kelautan, Permesinan,
Industri dan Ekonomi Teknik).
• BPPT memiliki fasilitas laboratorium pengujian, software dan
peralatan yang mendukung kegiatan.
• Koordinasi pengembangan desain dan prototype dengan
industri terkait di bidang kemaritiman.
Faktor Eksternal:
• Dukungan Kementerian Kordinator Kemaritiman, Kementerian
Perhubungan, Biro Klasifikasi Indonesia dan Industri Galangan
Kapal serta industri komponen perkapalan.
Desain Standar Kapal Ikan 120 GT
(sudah melalui uji model dan proses approval key-drawing
Desain Standar Kapal Ikan 60 GT (sudah melalui tahap uji model dan proses approval key-drawing oleh
BKI)
Defusi dan implementasi
Desain Standar Kapal Ikan 60 GT di
Indikator Kinerja
Program : Desain
Standar Kapal Angkut
Ikan Berpendingin
2017 2018 2019 2016
Basic Design kapal ikan 120 GT
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 132
5) Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya.
a. Efisiensi Penggunaan SDM: tidak seimbangnya volume
pekerjaan DED (penyiapan gambar CAD) dengan jumlah tenaga
kerja drafter yang ada, namun dapat diselesaikan dengan
outsourcing tenaga drafter.
b. Efisiensi Penggunaan Keuangan: dengan adanya penghematan
anggaran sebesar 35% dilakukan penyesuaian output dengan
tetap mempertahankan kualitas hasil kajian tetap memenuhi
ambang batas desain yang ditetapkan.
Bab 3 - 133
3.1.2.10. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 Indikator Kinerja 10 :
Terwujud dan Berfungsinya TP Cimahi
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Cimahi Techno Park (CTP) merupakan salah satu dari 100 Techno Park
yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo pada awal pemerintahan
periode 2015-2019. Dalam pembangunan dan pengembangan Cimahi
Techno Park (CTP), Pemerintah Kota Cimahi bermitra dengan BPPT
yang dalam hal ini berperan sebagai lembaga pendamping.
Program Pembangunan Techno Park di Kota Cimahi ini merupakan upaya
percepatan pengembangan potensi lokal yang ada, berupa ekonomi
kreatif. Jenis ekonomi kreatif yang dikembangkan difokuskan kepada
pengembangan industri pangan olahan (makanan-minuman) dan industri
telematika & animasi.
Berdasarkan data yang ada, sampai dengan tahun 2019, secara umum
Cimahi Techno Park menurut penilaian Kementerian Ristekdikti, Cimahi
Techno Park, tingkat maturitasnya telah memenuhi kriteria Level Madya.
CTP merupakan satu-satunya KST yang dimiliki pemerintah daerah
dengan level maturitas madya.
Terwujud dan berfungsinya CTP telah disahkan melalui Peresmian CTP
pada Tanggal 24 Septermber 2019 oleh Menteri Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi, Prof. M. Nasir, Ph.D. bersama dengan Kepala BPPT
Dr. Hammam Riza. M.Sc.
Berfungsinya CTP ditunjukkan oleh berbagai kegiatan produktif yang
berkaitan dengan pengembangan ekonomi kreatif yang secara berkala
diselenggarakan oleh CTP, antara lain :
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 134
1. Inkubasi bisnis teknologi; untuk menghasilkan para pengusaha baru
berbasis teknologi, khususnya berbasis Teknologi Digital (Animasi,
telematika)
2. Akselerasi UMKM/IKM Inovatif, terdiri atas UMKM yang berkaitan
dengan animasi, produk pangan olahan, handycraft.
3. Layanan konsultansi bisnis dan teknologi untuk para pengusaha kecil
menengah di Kota Cimahi;
4. Penyediaan Co Working Space, untuk para pelaku bisnis berbasis
teknologi, khususnya para freelancer bidang animasi dan telematika.
Sampai saat ini Output yang secara langsung dihasilkan oleh CTP antara
lain:
1. Menghasilkan 23 PPBT (perusahaan pemula berbasis teknologi) dari
proses inkubasi, yang terdiri atas bidang telematika, animasi,
kerajinan, dan makanan minuman olahan;
2. Dihasilkan 10 animator yang graduate, serta ada 12 animator dalam
proses pendampingan.
Keberadaan Cimahi Techno Park juga memberikan kontribusi yang
signifikan dalam peningkatan perekonomian Kota Cimahi, antara lain
sebagai:
1. Pusat pengembangan wirausaha baru berbasis inovasi;
2. Pusat diseminasi teknologi di bidang pangan olahan dan telematika-
animasi untuk diterapkan dalam skala ekonomi;
3. Pusat pelatihan, pemagangan dan advokasi bisnis untuk masyarakat
luas khususnya terkait industri pangan olahan dan telematika-animasi.
Di samping itu, keberadaan CTP memberikan dampak yang sangat besar
bagi peningkatan kinerja Kota Cimahi secara umum, antara lain berupa
apresiasi-apresiasi yang diberikan oleh berbagai pihak, antara lain:
1. Budhi Praja tahun 2019 dari Kemenristek Dikti
2. Apresiasi Sinovik Top 40 tahun 2018 dari KemenPAN RB
3. Apresiasi Sinovik Top 40 tahun 2019 dari KemenPAN RB
Bab 3 - 135
4. Apresiasi Sinovik Top 33 tahun 2019 tingkat Jawa Barat.
5. Apresiasi Innovative Governance Award (IGA) tahun 2019 dari
Kemendagri.
Pencapaian tersebut didukung oleh kegiatan pendampingan di tahun 2019
yang berfokus pada penyusunan Rekomendasi Pembangunan Kawasan
Techno Park Cimahi, dan penumbuhan Perusahaan Pemula Berbasis
Teknologi (PPBT) khususnya dalam industri telematika dan animasi.
Pencapaian IKU ini diarahkan sebagai berikut: :
• Tersusunnya Rekomendasi Pembangunan Kawasan Techno Park
Cimahi, yang terdiri atas rekomendasi sebagai berikut :
• Rekomendasi berupa Naskah Akademis Peraturan Daerah tentang
Rancangan Peraturan Daerah Kota Cimahi Tentang Pembangunan
dan Pengelolaan Kawasan Cimahi Techno Park.
• Rekomendasi berupa Policy Brief Revisi Perda Tentang Retribusi.
• Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Klaster Industri Animasi Kota
Cimahi.
• Terlayaninya Tenant (UKM) oleh Pusat Inovasi TP Cimahi sehingga
dihasilkan Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) bidang
telematika-animasi.
Rekomendasi Pembangunan Kawasan Techno Park Cimahi diharapkan
dapat menjadi acuan dan diimplementasikan bagi pengelola TP Cimahi
dalam mewujudkan satu Kawasan TP Cimahi yang berdaya saing melalui
fungsi pendampingan inkubasi bisnis dan pengembangan bisnis para
pelaku tenant dan pelaku usaha binaan TP Cimahi sehingga diharapkan
dapat menumbuhkembangkan wirausaha-wirausaha baru yang secara
tidak langsung berdampak pada pertumbuhan ekonomi di kota Cimahi.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 136
Secara ringkas Capaian Terwujud dan Berfungsinya CTP sampai dengan
2019 adalah :
1. Peraturan penetapan Lokasi/Kawasan Techno Park
Surat Walikota Cimahi kepada Ka. BPPT No.050/461/Bappeda Tgl.17
Feb.2015 tentang Surat Persetujuan Lokasi Pembangunan Techno
Park di Kota Cimahi.
2. Peraturan Penetapan Kelembagaan Pengelolaan dan Beroperasi
Kelembagaan Manajemen Cimahi Techno Park (CTP) telah dibentuk
melalui Peraturan Walikota Cimahi Nomor 35 Tahun 2015 tentang
UPT Cimahi Techno Park.
3. Terbangunnya Gedung Manajemen Techno Park di Kawasan Techno
Park
Gedung Manajemen Techno Park terbangun di Kelurahan Utama
Kecamatan Cimahi Selatan dan sudah berfungsi
4. Tersedianya Sarana dan Prasarana di Kawasan Techno Park
• Gedung CTP, Gedung BITC; Auditorium + Videotron, Ruang Kelas;
Pojok Kreatif
• Ruang Kantor Manajemen ; Co Working Space + 7 PC + Wifi;
Studio Multimedia + 24 PC High Spesification + Software Animasi;
Studio Audio; Ruang Kantor (disewakan)
5. Terlaksananya Layanan Teknologi oleh Pengelola Techno Park
• Layanan Inkubasi Teknologi dan Manajemen kepada 10 Tenant
6. Terdapat Diseminasi Teknologi sesuai Bidang Fokus Techno Park
• Diseminasi Teknologi Animasi ke komunitas animasi Cimahi.
• Diseminasi Teknologi Telematika ke SMK Cimahi.
7. Terdapat Perusahaan Berbasis Teknologi Sesuai Bidang Fokus
• 23 PPBT ( Th.2016 = 9; th.2017 = 4; th.2018 = 5; th.2019 = 5).
8. Terdapat Perusahaan / Lembaga yang menerapkan Teknologi sesuai
bidang Fokus
Kumata :
• Memproduksi film animasi dan memerlukan banyak SDM animasi.
• Menyediakan project animasi untuk dikerjakan tenant CTP
Bab 3 - 137
9. Terbentuknya/ Tersedianya Lembaga Penghasilan Teknologi (Source
of Innovation) di Kawasan Techno Park :
• Unpad.
• Unpar.
• Unjani.
• ITB.
• Cimahi Creative Association (CCA).
• Dreamtone.
• Kumata.
10. Terdapat Kontrak Pengembangan Produk/ Teknologi Inovatif Sesuai
Bidang Fokus
• Perjanjian Kerjasama Kumata dengan CTP.
• Kontrak antara Kumata dengan Tenant CTP.
11. Beroperasinya Minimal Satu Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi
Sesuai Bidang Fokus
• PT. Pasagi Kreatifa Ind. (Kerajinan)
• PT. Sawala Karya Apindo (Desain & Percetakan)
• PT. Wafa Aldira Indonesia (Tas Etnik)
• CV. Cipageran Agro Sejahtera (Olahan Susu Sapi).
• PT. Hijrah Bersama Kaaba (Bidang IT dan Multimedia)
• Otak Hati (Bidang Animasi)
12. Telah Memiliki Pendapatan (Revenue) Dari Pelaksanaan Layanan
Teknologi Techno Park
• Sewa Ruang Kantor (11 Perusahaan)
Secara ringkas, capaian kinerja sasaran strategis tahun 2019 disajikan
pada tabel berikut:
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 138
Tabel 3.36. Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target, dan Capaian Kinerja
Sasaran Strategis : Termanfaatkannya Inovasi Teknologi Untuk Peningkatan Daya Saing Menuju
Kemandirian Bangsa Indikator Kinerja Sasaran Strategis :
Terwujud dan Berfungsinya TP Cimahi Target :
1 TP yang Terwujud dan Berfungsi Penjelasan IKSS :
Outcome yang diharapkan tercapai adalah terwujudnya satu Kawasan Techno Park di kota Cimahi yang berdaya saing. Kriteria pencapaian Indikator kinerja yang ditargetkan adalah dihasilkannya PPBT melalui pelayanan pendampingan inkubasi tenant serta tersusunnya rekomendasi pembangunan kawasan Cimahi Technopark. Rekomendasi tersebut diharapkan dapat menjadi acuan dan diimplementasikan bagi pengelola TP Cimahi dalam mewujudkan satu Kawasan Techno Park Cimahi yang berdaya saing melalui fungsi pendampingan inkubasi bisnis dan pengembangan bisnis para pelaku tenant dan pelaku usaha binaan TP Cimahi sehingga diharapkan dapat menumbuhkembangkan wirausaha-wirausaha baru yang secara tidak langsung berdampak pada pertumbuhan ekonomi di kota Cimahi.
Program/Kegiatan Capaian Kinerja Outcome Bukti Pendukung 1. Program
PPT/Kawasan Techno Park Kota Cimahi
Terwujudnya 1 (satu) kawasan Teknopark Cimahi
- Rekomendasi pembangunan kawasan Techno Park Cimahi
- Laporan Pendampingan PPBT
B. Capaian Kinerja
Metode yang digunakan untuk pengukuran capaian kinerja ini adalah
dengan menghitung jumlah capaian hasil kegiatan dibandingkan dengan
target yang sudah ditetapkan sebelumnya. Penghitungan nilai prosentase
pencapaian kinerja dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
a. Perbandingan Antara Target Dengan Realisasi Kinerja Tahun 2019
Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun 2019
disajikan dalam berikut:.
Bab 3 - 139
Prosentase Capaian Kinerja
= Capaian Kegiatan
x 100% Target Kegiatan
=
Terwujud dan berfungsinya
Kawasan Techno Park Cimahi x 100% = 80%
Terwujud dan berfungsinya
Kawasan Techno Park Cimahi
Tabel 3.37 Perbandingan Antara Target Dengan Realisasi Kinerja Tahun 2019
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Reali-sasi
% Program/ Kegiatan
Mitra/ Pengguna
Termanfaatkannya Inovasi Teknologi Untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa
Terwujud dan berfungsinya Kawasan Techno Park Cimahi
1 1 100 Program PPT
Pemerintah Kota Cimahi
b. Perbandingan Antara Realisasi Kinerja Serta Capaian Kinerja Tahun
Ini Dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun Terakhir
c. Perbandingan Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target
jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan
strategis
Perbandingan Antara Realisasi Kinerja Serta Capaian Kinerja Tahun
Ini Dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun Terakhir dan dengan
target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan
strategis dapat dilihat pada gambar 3.2.51.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 140
III. IV. V. VI.
Gambar 3.67 Perbandingan Antara Realisasi Kinerja Serta Capaian Kinerja Tahun Ini dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun Terakhir dan Peningkatan Capaian Kinerja Outcome Menuju Target Akhir Sesuai Dokumen Renstra
Terwujud dan Berfungsinya Techno Park Cimahi
• Draf SOP Inkubasi dan Akselerasi Tenant PIB
• 7 tenant terfasilitasi inkubasi • 4 Pengusaha Pemula Berbasis
Teknologi bidang telematika lulus inkubasi
• 10 tenant baru terseleksi • Model bisnis klaster industri olahan
susu sapi terimplementasi • Baseline model bisnis klaster industri
telematika dan animasi • Baseline rantai nilai klaster industri
telematika dan animasi • DED dan penataan interior Gedung
CTP • Kajian Kolaborator dari Perguruan
Tinggi
• Gedung Cimahi Techno Park terbangun
• Penyempurnaan Masterplan Cimahi Techno Park
• Model Bisnis Kelembagaan Cimahi Techno Park
• Pusat Inovasi Baros terbentuk dan berfungsi
• 6 Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi lulus inkubasi
• 10 tenant baru terseleksi • Peningkatan rantai nilai dan
model bisnis pelaku usaha klaster industri makanan-minuman
• Peta perizinan usaha Kota Cimahi beserta rekomendasi peningkatannya
• Masterplan Cimahi Techno Park • Embrio kantor manajemen Cimahi
Techno Park terbangun • Lembaga Pengelola Cimahi Techno
Park terbentuk(UPTD) • 20 tenant terseleksi • Peta dan analisis klaster industri
makanan-minuman dan animasi
• 5 PPBT • Model Bisnis Klaster Industri
Telematika & Animasi • Peningkatan rantai nilai klaster
industri Telematika • Panduan dan SOP Inkubasi • 12 tenant terfasilitasi inkubasi
• Rekomendasi pembangunan kawasan Techno Park Cimahi yang terdiri dari :
Rekomendasi Naskah Akademis Rancangan Perda Tentang Pembangunan dan Pengelolaan Kawasan Cimahi Techno Park. Rekomendasi berupa Policy Brief untuk Revisi Perda Retribusi Cimahi Techno Park. Rekomendasi untuk Pengembangan Klaster Industri Animasi Kota Cimahi.
• Terbentuknya 5 Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT).
2015 2016 2017 2018 2019
Bab 3 - 141
Gambar 3.68 Rekomendasi Pembangunan Kawasan Techno Park Cimahi
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 142
Gambar 3.69 Laporan Pendampingan PPBT di Cimahi Techno Park
Bab 3 - 143
Gambar 3.70 Peresmian Cimahi Techno Park oleh Menristekdikti
Gambar 3.71 Penandatanganan Prasasti Peresmian Cimahi Techno Park oleh Menristekdikti
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 144
Gambar 3.72 Kegiatan Inkubasi Tenant Animasi di Cimahi Techno Park
Gambar 3.73 Gedung Cimahi Techno Park
Bab 3 - 145
3.1.2.11. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 Indikator Kinerja 11 :
Terwujud dan Berfungsinya NSTP BPPT di Serpong
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Pengembangan NSTP BPPT merupakan IKU Lembaga (L0)
pada tahun 2019 dengan kriteria terwujud dan berfungsinya Techno Park.
Selain itu pada tahun 2019, Perjanjian Kinerja PTKSSI untuk kegiatan
Pengembangan NSTP BPPT yaitu 1 Rekomendasi Pengembangan
Kawasan NSTP BPPT dan 1 fasilitasi pendampingan bisnis Inovatif (pilot
project) dalam bentuk pembangunan Gedung inkubator.
Kriteria terwujud dan berfungsinya Techno Park (sesuai 12 Kriteria TP-
Renstra Revisi 5 BPPT) beserta perkembangan NSTP BPPT sampai
dengan akhir tahun anggaran 2019 adalah sebagai berikut:
1. Penetapan Lokasi Pembangunan National Science and Technology
Park (NSTP) – BPPT mengikuti kebijakan BPPT pindah ke Kawasan
Puspiptek, Tangerang Selatan, Provinsi Banten;
2. Pengelola NSTP BPPT telah ditetapkan dengan Keputusan Deputi
Kepala BPPT Bidang PKT Nomor 9 Tahun 2018. Untuk melaksanakan
tugasnya telah disusun Grand Design pengembangan NSTP BPPT ke
depan dan Model Bisnis pengelolaan NSTP BPPT;
3. Gedung Manajemen NSTP BPPT dibangun mulai tahun 2017 di
Gedung Pusat Inovasi dan Bisnis Teknologi (PIBT), Tangerang
Selatan, Provinsi Banten. Telah diresmikan bersamaan dengan BPPT
Innovation Day pada hari selasa tanggal 10 desember 2019;
4. Sarana dan prasarana yang tersedia sebagai syarat terwujudnya
NSTP BPPT antara lain berupa Ruang Pamer Tenant dan Hasil Riset
BPPT, Ruang Workshop, Ruang Kantor Manajemen, Ruang Co
Working Space, Ruang rapat, Ruang Data center, Ruang Lounge,
Ruang Plaza Inovasi, Ruang Tenant dan Ruang Inkubator;
5. NSTP BPPT telah memberikan layanan teknologi berupa Layanan
Inkubasi Tenant melalui BIT, Layanan Data Kompetensi, Layanan Data
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 146
Laboratorium Pengujian, Layanan Promosi Teknologi berbasis WEB,
Business Gathering dan Business Matching. Melalui Business
Gathering yang dilakukan NSTP BPPT, saat ini sedang berlangsung
business matching bagi satu produk inovasi BPPT yaitu larutan coating
buah dari PTA. Pengelola NSTP BPPT terus mengawal dan
memfasilitasi pertemuan-pertemuan antara calon mitra dengan
Pusyantek dan inventor.;
6. NSTP BPPT telah memberikan diseminasi teknologi sesuai melalui
Pusat-Pusat Teknologi dan Balai-balai Teknologi; Pada tahun 2015
dilakukan diseminasi teknologi pupuk organik di Kabupaten Ngawi dan
diseminasi kultur jaringan anggrek di Tangerang Selatan.
7. NSTP BPPT telah menghasilkan beberapa Perusahaan Pemula
Berbasis Teknologi (PPBT) dan mekanisme inkubasinya dilakukan
melalui Balai Inkubator Teknologi (BIT) BPPT, adapun hasilnya antara
lain 23 PPBT (2015), 5 PPBT (2016) dan 2 PPBT (2019)
8. NSTP BPPT telah memfasilitasi penerapan teknologi pada mitra dan
atau dunia usaha, antara lain penerapan teknologi penyulingan minyak
atsiri.
9. NSTP BPPT telah mengembangan jaringan inovasi (forum jaringan
inovasi) dari unit-unit kerja yang ada di BPPT sebagai lembaga
penghasil teknologi.
10. NSTP BPPT telah melaksanakan kontrak pengembangan
produk/teknologi inovatif melalui mekanisme layanan teknologi yang
dilaksanakan melalui Balai Inkubator Teknologi.
11. Telah beroperasi PPBT melalui mekanisme inkubasi di Balai Inkubator
Teknologi.
12. Pendapatan NSTP BPPT diperoleh melalui mekanisme PNBP yang
dilakukan oleh Balai Inkubator Teknologi.
Program Nasional Science and Techno Park (NSTP) bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas masyarakat dan daya saing industri di pasar
global. NSTP BPPT memiliki berbagai macam fungsi yaitu pengembangan
inovasi dan bisnis teknologi seperti inkubator industri dan bisnis, inventaris
Bab 3 - 147
hak atas kekayaan intelektual dan teknologi hasil riset, komersialisasi
teknologi, pengembangan kewirausahaan teknologi (technopreneur),
penumbuhan dan pengembangan infrastruktur perusahaan pemula
berbasis teknologi (PPBT) atau UKM Inovatif.
Capaian NSTP-BPPT di tahun kegiatan 2019 yang mendukung Terwujud
dan berfungsinya NSTP-BPPT adalah sebagai berikut :
Pembangunan Fasilitas Pendampingan Bisnis Inovatif dalam bentuk
Pembangunan Gedung NSTP BPPT (Ruang Co-Work, Ruang
Manajemen, Ruang Jelajah Virtual, Ruang Workshop dan BPPT
Lounge). Fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan oleh pengelola NSTP-
BPPT dan pusat/balai di BPPT sebagai wahana untuk penelitian dan
pengembangan berkelanjutan. Dan dapat dimanfaatkan oleh Balai
Inkubator Teknologi (BIT) dalam memfasilitasi penumbuhan
Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT).
Pelaksanaan kegiatan layanan intermediasi teknologi berupa
penguatan akses teknologi (penguatan jaringan inovasi) dan kolaborasi
antar unit kerja di BPPT yang dilakukan melalui forum pertemuan
secara intensif untuk mengidentifikasi produk dan layanan teknologi
yang dihasilkan oleh unit kerja di BPPT. Hasil dari pelaksanaan forum
tersebut kemudian didokumentasikan dalam bentuk Database
Teknologi NSTP-BPPT. Database teknologi yang sudah disusun akan
digunakan untuk memberikan informasi mengenai produk teknologi
BPPT yang sedang dipasarkan ataupun layanan teknis yang
disediakan oleh BPPT. Dari hasil pertemuan antara NSTP-BPPT
dengan unit kerja di BPPT selama tahun 2019 diperoleh jumlah 371
produk teknologi, 498 layanan teknologi dan 128 kompetensi.
Pelaksanaan intermediasi teknologi untuk penguatan akses pasar
melalui pelaksanaan Business Gathering NSTP-BPPT yang
mempertemukan antara inventor teknologi dari BPPT maupun PPBT
dengan industri. Tujuannya adalah mempertemukan antara kegiatan
riset ataupun hasil invensi BPPT dan PPBT dengan kebutuhan
industri/pasar. Hasil invensi yang sudah sesuai dengan kebutuhan
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 148
pasar akan menarik mitra bisnis/industri untuk melaksanakan
komersialisasi.
Tindak lanjut layanan intermediasi dalam bentuk Business Gathering
NSTP-BPPT ini diharapkan ke depannya dapat menghasilkan
kerjasama dengan mitra bisnis. Dalam pelaksanaan Business
Gathering tersebut salah satu mitra industri yaitu Bukalapak turut
mendukung mendukung akses pemasaran produk tenant dari Balai
Inkubator Teknologi (BIT) BPPT melalui jaringan e-commerce
Bukalapak.
Pembangunan Fasilitas Pendampingan Bisnis Inovatif dalam bentuk
Pembangunan Gedung NSTP BPPT dilakukan ke beberapa zona
berdasarkan fungsi utama NSTP, yaitu:
1) Zona Pengembangan Teknologi Maju
Merupakan zona untuk menampilkan prototipe/ purwarupa yang sesuai
dengan fokus bidang unit kerja. Selain itu terdapat fasilitas di luar zona
yaitu pusat desain yang tersebar di beberapa Unit Kerja dan Balai,
serta ruang konsultasi hukum dan kekayaan intelektual.
2) Zona Layanan Teknologi Maju
Merupakan zona untuk mendukung layanan yang diberikan NSTP -
BPPT yaitu layanan informasi ditunjukkan dengan adanya area display
produk, jelajah virtual, data center, dan pengelola. Kemudian fasilitas
pendukung berupa co-working space, lounge, plaza, kantin, dan
meeting room dengan berbagai ukuran.
3) Zona Penumbuhan Wirausaha Baru di Bidang Teknologi Maju
Merupakan zona untuk mendukung perusahaan pemula berbasis
teknologi/ start up. Terdapat ruang tenant inwall maupun open space,
ruang pengelola inkubasi, workshop, dan ruang pelatihan
4) Fasilitas Penunjang
Bab 3 - 149
Zona yang diperuntukkan bagi fasilitas yang menunjang kegiatan utama
NSTP - BPPT, seperti lobby, roof garden, ruang server, koperasi,
mushola, toilet, janitor dan pantry.
Secara pentahapan perencanaan bangunan NSTP - BPPT terbagi ke
dalam 2 tahap yaitu: Tahap Revitalisasi dan Tahap Penambahan
Bangunan. Pada tahap revitalisasi dilakukan beberapa perubahan fungsi
ruang dalam Gedung 720 diperuntukkan menjadi Zona Layanan Teknologi
Maju. Sedangkan untuk tahap penambahan bangunan, direncanakan
Zona Penumbuhan Wirausaha Baru di Bidang Teknologi Maju di bagian
belakang Gedung 720.
NSTP – BPPT berada di Kluster Inovasi dan Bisnis Teknologi, Kawasan
PUSPIPTEK, Tangerang Selatan. Memiliki luasan ruang sebesar 4627m2
dengan peruntukan tapak sebagai berikut:
1) Zona Pengembangan Teknologi Maju
Terdapat ruang prototype seluas 90 m2 atau sebesar 1,94% dari
peruntukan luasan NSTP.
2) Zona Layanan Teknologi Maju
Zona layanan teknologi maju memiliki luas 1939 m2 atau sebesar
41,90% dari peruntukan luasan NSTP, yang terdiri dari:
a) R. Jelajah Virtual
b) Co-working space
c) R. Pengelola NSTP
d) R. Meeting (Besar, Sedang, Kecil)
e) R. Data Center
f) R. Tenaga Ahli
g) Plaza/ R. KomunalLounge
h) Aula
i) R. Display Produk Tenant
j) Kantin
3) Zona Penumbuhan Wirausaha Baru di Bidang Teknologi Maju
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 150
Zona layanan teknologi maju memiliki luas 1324,4 m2 atau sebesar
28,62% dari peruntukan luasan NSTP, yang terdiri dari:
a) R. Tenant (Besar, Sedang)
b) R. Pengelola Inkubator
c) Open Space (untuk R. Tenant Kecil)
d) Workshop
e) R. Pelatihan/ Working Space/ R.Pelayanan/ Konsultasi
4) Fasilitas Penunjang
Zona layanan teknologi maju memiliki luas 824 m2 atau sebesar
17,81% dari peruntukan luasan NSTP, yang terdiri dari: Lobby, Roof
Garden, R. Server, Koperasi, Mushola, Toilet, Janitor, dan Pantry.
Secara lebih jelas mengenai luasan dan lokasi masing - masing
peruntukan ruang di NSTP - BPPT, dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3.74 Pembaruan Layout NSTP - BPPT Lantai 1
Bab 3 - 151
Gambar 3.75 Pembaruan Layout NSTP - BPPT Lantai 2
Kelembagaan NSTP-BPPT diarahkan kepada pengoptimalan struktur
kelembagaan BPPT saat ini dalam pengelolaan manajemen NSTP.
Pembentukan lembaga NSTP - BPPT bertujuan untuk (1) mengoptimalkan
dan mengkolaborasikan sejumlah unit kerja dan balai di BPPT dalam
peran difusi dan komersialiasi teknologi (2) Mengarahkan dan mendorong
kegiatan pengkajian dan penerapan teknologi BPPT dalam menghasilkan
produk inovasi teknologi yang sesuai kebutuhan pasar, berkualitas dan
berkelanjutan (3) Menarik industri dan membantu menemukan solusi
dengan mempertemukan pakar yang kompeten(4) Menguatkan jejaring
lembaga dengan industri dan perguruan tinggi (5) Menumbuhkan dan
memfasilitasi terbentuknya Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi di
lingkungan periset BPPT.
Pelaksanaan seluruh aktivitas NSTP-BPPT didukung oleh Kelembagaan
Pengelola NSTP-BPPT yang telah diwujudkan melalui Keputusan Deputi
Kepala Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi Bidang Pengkajian
Kebijakan Teknologi Nomor : 9 Tahun 2018 Tentang Manajemen
Pengelola National Science And Techno Park (NSTP) Badan Pengkajian
Dan Penerapan Teknologi.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 152
Secara ringkas, capaian kinerja sasaran strategis BPPT tahun 2019
disajikan pada Tabel 3.38.
Tabel 3.38 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target, dan Capaian Kinerja
Sasaran Strategis : Termanfaatkannya Inovasi Teknologi Untuk Peningkatan Daya Saing Menuju
Kemandirian Bangsa Indikator Kinerja Sasran Strategis :
Terwujud dan Berfungsinya NSTP BPPT di Serpong
Penjelasan IKU : - 1 (Satu) Kawasan National Science Techno Park NSTP-BPPT memiliki berbagai macam fungsi yaitu pengembangan inovasi dan bisnis teknologi seperti inkubator industri dan bisnis, inventaris hak atas kekayaan intelektual dan teknologi hasil riset, komersialisasi teknologi, pengembangan kewirausahaan teknologi (technopreneur), penumbuhan dan pengembangan infrastruktur perusahaan pemula berbasis teknologi (PPBT) atau UKM Inovatif. Kriteria pencapaian indikator kinerja Program NSTP-BPPT pada Tahun 2019 meliputi terlaksananya layanan intermediasi teknologi berupa penguatan akses teknologi (forum jejaring inovasi) dan akses pasar (Business Gathering), terlaksananya layanan inkubasi PPBT melalui mekanisme inkubasi BIT serta terwujudnya fasilitas bisnis inovatif NSTP BPPT dalam bentuk pembangunan gedung.
Program/Kegiatan Capaian Kinerja Outcome Bukti Pendukung Program PPT/ Kawasan NSTP
Terwujudnya 1 (satu) kawasan NSTP
- SK Kelembagaan Pengelola NSTP
- Laporan Layanan intermediasi teknologi untuk penguatan akses teknologi dan akses pasar
- Dokumen Laporan Fasilitas Sarana Prasarana Pendampingan Bisnis Inovatif
B. Capaian Kinerja
a. Perbandingan Antara Target Dengan Realisasi Kinerja Tahun 2019
Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun 2019
sebagai berikut:.
Bab 3 - 153
Prosentase Capaian Kinerja
= Capaian Kegiatan
x 100% Target Kegiatan
=
Memenuhi 10 kriteria
Terwujud dan berfungsinya NSTP BPPT di Serpong x 100% = 83,3%
Memenuhi 12 Kriteria
Terwujud dan berfungsinya NSTP BPPT di Serpong
Tabel 3.39
Perbandingan Antara Target Dengan Realisasi Kinerja Tahun 2019
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Realisasi
% Program/ Kegiatan
Mitra/ Pengguna
Termanfaatkannya Inovasi Teknologi Untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa
Terwujud dan berfungsinya Kawasan National Science Techno Park
1 0,833 83,3 Program PPT
PPBT, Inventor BPPT, Industri (Buka Lapak)
b. Perbandingan Antara Realisasi Kinerja Serta Capaian Kinerja Tahun Ini Dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun Terakhir
c. Perbandingan Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target
jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan
strategis
Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir dan dengan target
jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan
strategis dapat dilihat pada gambar 3.2.64.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 154
Gambar 3.76 Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir dan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
2017 2018 2015 2016
• Penguatan Kelembaga an Pusat Inovasi • Fasilitasi Pengembangan UKM Inovatif • Sistem Pembiayaan Bisnis Inovatif • 5 Pusat Inovasi yang berfungsi • 20 Unit Usaha UKM Inovatif • 1 Paket Skema Pembiayaan bisnis inovatif yang tersedia
• Penguatan Kelembagaan Pusat Inovasi
• Fasilitasi Pengembangan UKM inovatif
• Jumlah Perguruan Tinggi yang melaksanakan perkuliahan technopreneurship
• Kawasan Percontohan Inovasi Teknologi Perternakan Ruminansia Prumpung, Serpong
• Kawasan Percontohan Inovasi Teknologi Agrowisata Buncitan
• 2 Pusat Inovasi yang berfungsi • 5 Unit Usaha UKM Inovatif • 2 Perguruan Tinggi yang melaksanakan
perkuliahan technopreneurship
Fasilitasi Pendampingan Bisnis Inovatif Pusat Inovasi dan Bisnis Teknologi di NSTP di Puspiptek Serpong
- Pengembangan Promosi dan pemasaran Bisnis Teknologi
- Penguatan jejaring bisnis teknologi - Strategi Manajemen Bisnis Teknologi - Kodifikasi proses bisnis teknologi - Kajian Kelembagaan NSTP - Kajian Masterplan - Kajian dan Rekomendasi Model
Bisnis Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT)
- Sistem monitoring dan evaluasi kegiatan NSTP
- Revitalisasi Gedung Inovasi dan Bisnis Teknologi Kawasan PUspiptek
Terwujud dan Berfungsinya NSTP untuk Meningkatkan inovasi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa melalui NSTP.
• Terbentuknya Kelembagaan Pengelola NSTP
• Fasilitasi layanan intermediasi untuk Penguatan Akses Teknologi dan pasar
• Terwujudnya sarana prasarana NSTP
2019
Bab 3 - 155
1. Sarana dan Prasarana
Gambar 3.77 Pembangunan fasilitas pendampingan bisnis inovatif (Gedung NSTP-BPPT)
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 156
2. Layanan Intermediasi Teknologi
Tabel 3.40 Overview Hasil Capaian Validasi Database dari 31 Unit/ Balai
No Unit/ Balai Waktu/tgl Produk Layanan Kompetensi Status Keterangan
Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR)
1 PTSPT Selasa, 30 Juli 2019 25 8 4 Clear Data sudah rapih
2 PTRIM Kamis, 01 Agustus 2019 9 3 4 Clear Data sudah rapih
3 BTH Selasa, 06 Agustus 2019 11 17 6 Clear Data sudah rapih
4 PTIPK Selasa, 06 Agustus 2019 7 7 4 Clear Data sudah rapih
5 PTIP Kamis, 08 Agustus 2019 11 4 4 Clear Data sudah rapih
6 BT2MP Jumat, 16 Agustus 2019 4 22 4 Clear Data sudah rapih
7 B2TKS Selasa, 20 Agustus 2019 2 5 2 Clear Data sudah rapih
8 B2TA3 Kamis, 22 Agustus 2019 2 12 6 Clear Data sudah rapih
9 MEPPO Jumat, 23 Agustus 2019 5 44 5 Clear Data sudah rapih
10 BTIPDP Rabu, 20 Nov 2019 3 46 8 Clear Data sudah rapih
∑sub-total 79 168 47 100 % clear
Kedeputian Teknologi Industri Energi dan Material (TIEM)
11 PTSEIK Selasa, 27 Agustus 2019 11 - 4 Clear Data sudah rapih
12 PTM Kamis, 29 Agustus 2019 56 62 5 Clear Data sudah rapih
13 PTIK Selasa, 03 Sept 2019 6 2 4 Clear Data sudah rapih
14 PTE Kamis,05 Sept 2019 3 8 3 Clear Data sudah rapih
15 BTP Selasa, 10 Sept 2019 10 24 1 Clear Data sudah rapih
16 BJIK Selasa, 17 Sept 2019 7 8 4 Clear Data sudah rapih
17 B2TKE Kamis, 19 Sept 2019 15 8 4 Clear Data sudah rapih
18
BTB2RD
Selasa, 05 Nov 2019
-
-
-
-
Sudah 2x diundang tidak hadir
∑sub-total 108 112 25 88 % clear
Kedeputian Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA)
19 PTRRB Selasa, 24 Sept 2019 10 5 1 Clear Data sudah rapih
20 PTPSW Kamis, 26 Sept 2019 9 8 4 Clear Data sudah rapih
21 PTPSM Selasa, 01 Oct 2019 4 7 6 Clear Data sudah rapih
22 PTL Kamis, 03 Oct 2019 16 9 9 Clear Data sudah rapih
23 BTSK Selasa, 08 Oct 2019 5 18 4 Clear Data sudah rapih
24 B2TMC Selasa, 15 Oct 2019 6 5 3 Clear Data sudah rapih
∑sub-total
50
52
27
100 % clear
Bab 3 - 157
Kedeputian Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB)
25 B2TP Kamis, 26 Sept 2019 32 32 6 Clear Data sudah rapih
26 PTPP Kamis, 17 Oct 2019 29 75 4 Clear Data sudah rapih
27 PTFM Selasa, 22 Oct 2019 15 5 5 Clear Data sudah rapih
28 PTB Kamis, 24 Oct 2019 6 11 2 Clear Data sudah rapih
29 PTA Selasa, 29 Oct 2019 16 27 3 Clear Data sudah rapih
30 Biotek Kamis, 31 Oct 2019 35 3 2 Clear Data sudah rapih
∑sub-total 134 153 23 100 % clear
Kedeputian Pengkajian Kebijakan Teknologi (PKT)
31 Balai Keramik
Senin, 26 Agus 2019
4 3 Clear Data sudah rapih
32 BIT Tahun 2018 10 3 Clear Data sudah rapih
33 PTKSSI Kegiatan berikutnya - - - - -
34 PPIMTE Kegiatan berikutnya - - - - -
35 PPIPE Kegiatan berikutnya - - - - -
36 PSAT Kegiatan berikutnya - - - - -
∑sub-total - I 371 498 128
∑sub-total - II 997
∑Total 31 / 32 Pertemuan ( 97% ) data telah diperoleh & tervalidasi
Poin-poin / hasil yang dapat diambil secara garis besar dari 31
pertemuan adalah sebagai berikut :
a. Data Produk Teknologi sebanyak 371
b. Data Layanan Teknologi sebanyak 498
c. Data Kompetensi sebanyak 128
d. Total Data yang diperoleh 997
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 158
PTSPT PTRIM BTH PTIPK
PTIP BT2MP B2TKS B2TA3
BTMEPPO PTSEIK PTM PTIK
PTE BTP BJIK B2TKE
PTRRB Balai Keramik PTPSW B2TP
PTPSM PTL BTSK B2TMC
PTPP PTFM PTB PTA
Gambar 3.78
Pertemuan dengan Pusat dan Balai BPPT dalam rangka klarifikasi data
Bab 3 - 159
Tabel 3.41 Rekap Produk dan Layanan Unggulan Pusat dan Balai di BPPT hasil
Pertemuan Database
No Unit/ Balai Unggulan 1
PTSPT
Produk / Inovasi Unggulan : 1. SIQUPON (Sistem Informasi Quick Response) : Sistem terpadu
yang dapat menerima informasi kejadian dari masyarakat untuk kemudian diteruskan ke instansi terkait yang mempunyai tupoksi sesuai masalah yang dilaporkan.
2. Smart Parking (Smart Parking adalah pemantauan area parkir dengan memasang sensor di badan jalan dengan menggunakan teknologi computer vision. Ditujukan sebagai smart/digital parking di badan jalan.
2
PTRIM
Produk / Inovasi Unggulan : 1. Desain Kapal Kontainer 100 TEUS 2. Desain Kapal Ikan Tuna Longliner 120 GT 3. Disain Kapal Feeder LCT 500 dwt
3
BTH
Produk / Inovasi Unggulan : 1. Desain Kapal Kontainer 100 TEUS 2. Desain Kapal Ikan Tuna Longliner 120 GT 3. Disain Kapal Feeder LCT 500 dwt Layanan Unggulan : 1. Layanan jasa pembuatan model kapal, propeller dan bangunan lepas
pantai 2. Layanan jasa pengujian resistance, Manuvering dan seakeeping Fasilitas Unggulan : 1. Wave Generator 2. Ocean Bassin 3. Towing Tank
4
PTIPK
Produk / Inovasi Unggulan : 1. Puna Male : Flagship 2019 (Pesawat Udara Nir Awak yang
digunakan untuk pengawasan teritori wilayah Nusantara dengan multi role payload di wilayah laut, hutan dan perkebunan, serta mendeteksi adanya perubahan cuaca dan bencana alam. Dapat juga digunakan untuk pemetaan, inspeksi kabel transmisi listrik, inspeksi jalur pipa minyak dan gas, dan pengawasan jalur transportasi darat dan laut.
5
PTIP
Produk / Inovasi Unggulan : - Pengembangan motor listrik Submersible
6
BT2MP
Layanan Unggulan : Uji kendaraan meliputi : emisi, konsumsi bahan bakar dan performance (Chassy dynamometer). Fasilitas uji kendaraan dengan GVW dibawah 3.5 Ton yang berstandar nasional & internasional dengan metode Uji UN ECE (euro IV) dan standar uji yang lain (JC-08, R 101 Indonesian Mode dll)
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 160
b. Business Gathering NSTP-BPPT
Gambar 3.80 Workshop Database Kompetensi, Layanan Teknologi Dan Produk Teknologi
Gambar 3.79 Business Gathering NSTP-BPPT
Gambar 3.81 FGD dengan Bukalapak
Bab 3 - 161
Gambar 3.82 PKS antara BIT dan Tenant
Gambar 3.83 Kontrak BIT dengan Kemenristek
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 162
Gambar 3.84 Rekomendasi Kelembagaan NSTP-BPPT
Bab 3 - 163
Gambar 3.85 SK Kelembagaan Pengelola NSTP-BPPT
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 164
3.1.2.12. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 Indikator Kinerja 12 :
Terwujud dan Berfungsinya TP Bantaeng di Bantaeng, Sulawesi
Selatan
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Kawasan Technopark Bantaeng merupakan salah satu dari sembilan
lokasi pembangunan Technopark di Indonesia yang mendapat
pendampingan dari BPPT. Pembangunan kawasan Technopark Bantaeng
memiliki visi sebagai pusat perbenihan di wilayah Indonesia bagian timur
ini sejalan dengan visi Kab. Bantaeng sebagai Kabupaten Benih Berbasis
Teknologi. Adanya Technopark Bantaeng diharapkan dapat meningkatkan
performa inovasi, kesiapan teknologi dan daya saing dalam menghadapi
persaingan global.
Terwujudnya technopark didasari oleh 4 (empat) faktor yaitu (1) Source of
innovation; (2) humanware; (3) software; dan (4) hardware. Source of
innovation merupakan aktivitas penelitian dan pengembangan yang
dilakukan oleh perguruan tinggi atau lembaga litbang berupa kegiatan
diseminasi/pelatihan yang dapat menambah pengetahuan, kemampuan
serta menghasilkan inovasi untuk mempermudah masyarakat dalam
menghasilkan produk pertanian, perikanan ataupun peternakan.
Humanware merupakan aktivitas yang berkaitan dengan pengelolaan
sumber daya manusia yang terlibat dalam bisnis yang dijalankan
technopark. SDM yang menjalankan technopark harus profesional dan
handal untuk dapat membangun jejaring kewirausahaan, aktivitas
intermediasi serta inkubasi teknologi dan bisnis, serta penumbuhan
perusahaan atau IKM berbasis inovasi. Software segala aspek yang terkait
dengan pengaturan dan pengelolaan yang mencakup organisasi,
pengembangan jejaring, sistem kolaborasi, program pelatihan serta sistem
pemanfaatan ruang atau tanah di technopark. Hardware yang berarti
infrastruktur yang harus direncanakan dan disediakan sehingga
mendukung tercapainya tujuan pembangunan technopark.
Bab 3 - 165
Ekosistem inovasi Technopark Bantaeng menggambarkan hubungan
antara Akademisi (A), Bisnis (B), Pemerintah (G) dan Komunitas (C).
BPPT/Perguruan Tinggi (IPB, UNHAS) berperan sebagai agent "Research
& Development", Pemkab Bantaeng dan DPRD sebagai "Regulator",
OPD/UPTD sebagai perangkat daerah memiliki fungsi ganda yaitu
sebagai penghasil PAD dan pendampingan dalam proses diseminasi
kepada calon PPBT (tenant). Dalam hubungan tersebut perlu dukungan
dari semua elemen agar dapat terwujud dan berfungsi Technopark
Bantaeng di Kab. Bantaeng, Sulawesi Selatan.
Sasaran akhir kegiatan Pengembangan Technopark Bantaeng tahun 2019
adalah terwujud dan berfungsinya Technopark Bantaeng yang ditandai
dengan launching Technopark Bantaeng. Kegiatan inovasi yang dilakukan
dalam Technopark Bantaeng bergerak pada 5 (lima) komoditi pangan
yaitu padi, jagung, satoimo, ikan nila salina dan rumput laut. Sejak tahun
2015 BPPT telah bermitra dengan Kabupaten Bantaeng untuk mengawal
Pembangunan Technopark Bantaeng dan pada tahun 2019 hasil inovasi,
inkubasi dan diseminasi teknologi yang dilakukan di Technopark Bantaeng
telah dimanfaatkan oleh masyarakat Bantaeng dan Kabupaten sekitarnya.
Program kerjasama dalam bentuk Memorandum of Understanding (MoU)
antara BPPT dengan Kabupaten Bantaeng dimulai pada tahun 2009
dalam rangka pengembangan Pupuk Slow Realease Fertilizer (SRF). MoU
mengenai pembangunan Technopark Bantaeng dimulai pada tahun 2015
dan dilakukan perpanjangan kembali pada tanggal 6 Februari 2019.
Penandatanganan PKS tentang pengembangan Taman Teknologi/
Technopark Benih Tanaman Pangan dilakukan di Makassar pada tanggal
13 Maret 2019, bersamaan dengan rapat kerja BPPT tahun 2019.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 166
Gambar 3.86 Penandatangan PKS Technopark Bantaeng antara direktur PTPP-BPPT dan Ka
PLT Bappeda Pemerintah Kabupaten Bantaeng disaksikan oleh Gubernur Provinsi Sulsel, Ka BPPT dan Sekda Kab. Bantaeng
PKS Technopark Bantaeng merupakan sebuah komitmen bersama untuk
mewujudkan technopark yang akan dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten
Bantaeng. Sedangkan BPPT (PTPP) dalam hal ini merupakan lembaga
yang diberi amanah Nawacita oleh pemerintah untuk membantu daerah
mewujudkan technopark yang memiliki kerjasama dengan Pemerintah
Pusat/Daerah, Perguruan Tinggi, pengusaha dan investor, dan
masyarakat/PPBT di Kabupaten Bantaeng.
Pengembangan Technopark Bantaeng yang merupakan bagian dari
program nasional secara rutin mendapatkan monitoring dan evaluasi oleh
pihak internal BPPT (Biro Keuangan dan Perencanaan serta Inspektorat)
dan eksternal (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, serta
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan). Managemen pengelola Technopark Bantaeng secara aktif
juga mengikuti berbagai kegiatan pameran/seminar nasional dan rapat
koordinasi nasional Science and Technopark.
Bab 3 - 167
Gambar 3.87 Rapat Koordinasi Nasional Program Pembangunan Science Technopark (kiri) dan Monitoring Evaluasi oleh BPKP (kanan)
Program Pengembangan Technopark Bantaeng dilaksanakan dari tahun
2015 hingga 2019 dengan serangkaian kegiatan yaitu
1. Inovasi dan diseminasi/alih teknologi pada 5 komoditas pangan
unggulan di Kabupaten Bantaeng
2. Produksi pupuk hayati organik dan demplot pupuk hayati organik pada
jagung di Technopark Bantaeng
3. Inkubasi bisnis/teknologi serta pendampingan pengusaha pemula
berbasis teknologi (PPBT) yang menjadi tenant Technopark Bantaeng
4. Penguatan SDM dan pengelola e-commerce Technopark Bantaeng
melalui pelatihan front office dan back office EBenih
5. Temu Bisnis dan pameran produk tenant Technopark Bantaeng
dilaksanakan pada tanggal 6 Desember 2019 menghadirkan
narasumber dari akademisi, perbankan dan praktisi bidang perbenihan
6. Launching Bantaeng Technopark dilaksanakan pada tanggal 7
Desember 2019 bersamaan dengan Hari Jadi Kabupaten Bantaeng ke-
756 ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pengguntingan
pita Gedung Bantaeng Technopark
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 168
Gambar 3.88 Diseminasi teknologi produksi benih padi (kiri) dan bibit rumput laut (kanan)
Technopark Bantaeng
Gambar 3.89 Produksi pupuk hayati organik (kiri) dan demplot pupuk hayati organik pada jagung
(kanan) di Technopark Bantaeng
Gambar 3.90 Focus Group Discussion tentang penyusunan bisnis plan (kiri) dan presentasi tentang
bisnis model canvas oleh salah satu PPBT Technopark Bantaeng (kanan)
Bab 3 - 169
Gambar 3.91 Pelatihan back office EBenih (kiri) dan sertifikasi PPBT yang menjadi tenant
Technopark Bantaeng (kanan)
Gambar 3.92 Temu bisnis di Technopark Bantaeng (kiri) dan pameran produk tenant
Technopark Bantaeng (kanan)
Gambar 3.93 Penandatanganan prasasti Technopark Bantaeng (kiri) dan pengguntingan pita
sebagai tanda launching Technopark Bantaeng (kanan)
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 170
Tabel 3.42 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target, dan Capaian Kinerja
Sasaran Strategis Termanfaatkannya Inovasi Teknologi Untuk Mendukung Peningkatan Daya Saing
Menuju Kemandirian Bangsa
Indikator Kinerja Sasaran Strategis Terwujud dan berfungisnya Technopark Bantaeng di Bantaeng, Sulawesi Selatan
Penjelasan Indikator Kinerja Sasaran Strategis 2 Target 3 Terwujudnya Technopark Bantaeng ditandai dengan terlaksananya kegiatan inovasi teknologi, diseminasi teknologi, inkubasi bisnis/teknologi, pendampingan PPBT dan launching Technopark Bantaeng sehingga mampu meningkatkan daya saing daerah menuju kemandirian bangsa
Target Terwujud dan berfungsinya 1 (satu) Technopark Bantaeng, Sulawesi Selatan
Program/Kegiatan Capaian Kinerja Outcome/Output
Bukti Pendukung
Pengembangan Technopark Bantaeng
Terwujud dan berfungsinya 1 (satu) Technopark Bantaeng, Sulawesi Selatan
1. MoU dan PKS
2. Pernyataan/testimony mitra
3. Dokumentasi pemanfaatan teknologi
4. Publikasi media tentang Technopark Bantaeng
5. Dokumentasi MoU/PKS/launching
6. Dokumentasi alih teknologi
7. Inkubasi bisnis/teknologi bagi tenant
8. Dokumentasi e-commerce Technopark Bantaeng
B. Capaian Kinerja
1. Perbandingan antara target dengan dan realisasi kinerja tahun ini;
Indikator Kinerja Utama: terwujud dan berfungsinya 1 (satu)
Technopark Bantaeng di Bantaeng, Sulawesi Selatan. Target kinerja
yang tercapai adalah terwujud dan berfungsinya 1 (satu) Technopark
Bantaeng.
Bab 3 - 171
Prosentase Capaian Kinerja
= Realisasi
x 100% Target
=
Terwujud dan berfungsinya 1 (satu) Technopark Bantaeng
x 100% = 100% Terwujud dan berfungsinya 1 (satu) Technopark Bantaeng
Tabel 3.43 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini
Indikator Kinerja Target Realisasi % Program / Kegiatan
Mitra
Terwujud dan berfungsinya 1 (satu) Technopark Bantaeng di Bantaeng, Sulawesi Selatan
1 1 100 Pengembangan Kawasan Technopark Bantaeng
Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng
2. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir;
• Realisasi capaian target kinerja tahun 2019 tentang Technopark
yang terwujud (Technopark Budidaya Pertanian di Bantaeng)
adalah sebesar 100% yaitu terdapat 1 (satu) Technopark yang
terwujud (Technopark Budidaya Pertanian di Bantaeng)
• Realisasi capaian target kinerja tahun 2018 tentang unit usaha
berbadan hukum berbasis teknologi yang dihasilkan (PPBT) adalah
sebesar 100% yaitu telah terwujudnya satu unit PPBT yang
bergerak dalam bidang benih satoimo (UD Aqilah Tani) yang
didahului dengan pendampingan, seleksi serta Training of Trainer
oleh inkubasi bisnis BPPT
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 172
• Realisasi capaian target kinerja tahun 2017 tentang produk inovasi
e-commerce pemasaran benih dan penerima manfaat di
Technopark Bantaeng adalah sebesar 100% yaitu terdapat produk
inovasi e-commerce pemasaran benih serta 60 penerima manfaat
Technopark Bantaeng
• Relisasi serta capaian kinerja tahun 2016 terkait kegiatan
Pengembangan Kawasan Technopark Bantaeng adalah 100%,
yaitu 1 Paket inovasi teknologi pada Technopark (pembentukan
kelembagaan dan organisasi, review site plan, logo/identitas,
diseminasi/alih teknologi perbenihan, Technopreneur/PPBT) di
Kabupaten Bantaeng
3) Perbandingan Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target
jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan
strategis;
• Tahun 2015 : Platform dan masterplant Technopark Bantaeng
• Tahun 2016 : Pembentukan kelembagaan dan 1 PPBT
Perbenihan
• Tahun 2017 : Diseminasi dan inkubasi bisnis untuk PPBT di
Bantaeng
• Tahun 2018 : Pengembangan sistem aplikasi e-benih berbasis
andriod/ios
• Tahun 2019 : Terwujud dan berfungisnya Technopark Bantaeng
Bab 3 - 173
Gambar 3.94 Peningkatan Capaian Kinerja Output Menuju Target Akhir Sesuai Dokumen Renstra
Terwujud dan berfungsinya 1 (satu) Technopark Bantaeng di Bantaeng, Sulawesi Selatan Mitra: Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng
Target:
Terwujud dan berfungsinya Technopark
Bantaeng untuk mendukung
Peningkatan Daya Saing Menuju
Kemandirian Bangsa
2017 2019 2018 2016
Terwujud dan berfungsinya Technopark Bantaeng
Terbentuknya 3 PPBT
Terwujudnya aplikasi EBenih
• Terwujud SDM pengelola Technopark Bantaeng
• Diseminasi, pendampingan teknologi pada PPBT
• Terbentuknya 2 PPBT
• Pengembangan sistem aplikasi EBenih
• Diseminasi dan pendampingan teknologi pada PPBT
• Inkubasi bisnis bagi PPBT
• Platform pengembangan Technopark Bantaeng
• Penyusunan masterplan dan DED
• Technopreneur camp dan difusi teknologi
• Penyempurnaan masterplan dan DED
• Diseminasi dan pendampingan teknologi pada PPBT
• Inkubasi bisnis bagi PPBT
• Terbentuknya 1 PPBT
2015
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab 3 - 174
4) Analisis penyebab keberhasilan / kegagalan atau peningkatan /
penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan;
Faktor Penyebab Keberhasilan / Peningkatan Kinerja
• Internal
- BPPT memiliki teknologi dan peralatan yang memadai untuk
melakukan kegiatan pengembangan inovasi teknologi dalam
mendukung Technopark Bantaeng
- BPPT memiliki SDM yang kompeten dalam bidang teknologi
produksi pertanian untuk terwujudnya Technopark Bantaeng
• Eksternal
- Dukungan yang baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah
dan intansi terkait terhadap terwujudnya Technopark Bantaeng
5) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya;
a) Efisiensi Penggunaan SDM :
SDM ditentukan pada awal kegiatan dalam bentuk Work
Breakdown Strucutre untuk dapat menempatkan semua personil
dalam posisi yang sesuai dengan kapasitas individu dan kebutuhan
kegiatan
b) Efisiensi Penggunaan Keuangan :
Penyusunan anggaran dilakukan dengan efisien dan melakukan
penyerapan dana dengan optimal (100%) untuk mencapai target
yang telah ditetapkan
Bab III - 175
3.1.3. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 :
Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih
Teknologi dan Layanan Teknologi Untuk Peningkatan Daya
Saing Menuju Kemandirian Bangsa
Sesuai dokumen Rencana Strategis BPPT tahun 2015 – 2019, audit teknologi
adalah proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara obyektif terhadap aset teknologi dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian antara teknologi dengan kriteria dan/atau standar yang
telah ditetapkan serta penyampaian hasil kepada pengguna yang
bersangkutan.
Kliring Teknologi adalah proses penyaringan kelayakan atas suatu Teknologi
melalui kegiatan Pengkajian untuk menilai atau mengetahui dampak dari
penerapannya pada suatu kondisi tertentu.
Alih teknologi adalah adalah layanan teknologi dalam bentuk pengalihan
kemampuan memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
antar lembaga, badan, atau orang, baik yang berada di lingkungan dalam
negeri maupun yang berasal dari luar negeri ke dalam negeri dan sebaliknya
Layanan teknologi adalah hasil perekayasaan teknologi berupa produk/
barang maupun jasa yang dapat dimanfaatkan.
Indeks Kepuasan Masyarakat adalah data dan informasi tentang tingkat
kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif
dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari
aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara
harapan dengan kebutuhannya
Dalam pencapaian sasaran strategis 3 ini, pada tahun 2019 BPPT
mengidentifikasikan 17 indikator kinerja, yang terdiri dari 2 indikator kinerja
yang terkait dengan audit teknologi, dan 4 indikator kinerja yang terkait
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 176
dengan alih teknologi, 10 indikator kinerja yang terkait dengan layanan
teknologi, dan 1 indikator kinerja tentang indeks kepuasan masyarakat.
Indikator kinerja yang terkait dengan audit teknologi meliputi : (1) Audit
Teknologi Industri Manufaktur Pembangkit Tenaga Listrik, dengan target 1;
dan (2) Audit Teknologi Light Rappid Transportation Jabodebek, dengan
target 1
Indikator kinerja yang terkait dengan alih teknologi meliputi : (1) Alih Teknologi
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas, dengan target 1; (2) Alih
Teknologi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Binary
Cycle 500 kW, dengan target 1; (3) Alih Teknologi Pembangunan Smart Grid
di Serpong-NSTP, dengan target 1; dan (4) Alih Teknologi Pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah, dengan target 1
Indikator kinerja yang terkait dengan layanan teknologi meliputi : (1) Layanan
Inkubasi Teknologi, dengan target 1; (2) Layanan Teknologi Air Bersih,
dengan target 1; (3) Layanan Teknologi TMC, dengan target 1; (4) Layanan
Pengujian Teknologi Kartu Cerdas, dengan target 1; (5) Layanan Pengujian
Teknologi Photo Voltaic, dengan target 1; (6) Layanan Verifikasi Eco Label,
dengan target 1; (7) Layanan Sertifikat Dijital (CA), dengan target 1; (8)
Layanan Pengujian Teknologi Pesawat Terbang Nasional, dengan target 1;
(9) Layanan Pengujian Sarana Dan Prasarana Kereta Api, dengan target 1;
dan (10) Layanan Teknologi Perbanyakan Bibit Secara Ex Vitro, dengan
target 1.
Capaian kinerja masing-masing indikator kinerja dalam sasaran strategis 3
sebagai berikut :
Bab III - 177
3.1.3.1. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 1 :
Audit Teknologi Industri Manufaktur Pembangkit Tenaga Listrik
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan audit teknologi PLTU menjadi sangat penting karena secara
faktual bahwa hampir 48% dari total kapasitas pembangkit di dalam negeri
dipasok oleh PLTU. Sementara itu penerapan ketentuan TKDN di sektor
ketenagalistrikan belum optimal, karena kemampuan industri komponen
kelistrikan dalam negeri untuk memenuhi spesifikasi teknis yang ditetapkan
relatif rendah, padahal pembangkit listrik eksisting dituntut pada kinerja
terbaiknya agar tidak menghambat program penyediaan listrik bagi
masyarakat. Dengan melihat fakta diatas maka dapat diidentifikasikan
beberapa permasalahan terkait dengan industri ketenagalistrikan nasional,
yaitu:
1) Belum optimalnya penerapan ketentuan TKDN di sektor
ketenagalistrikan. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa di setiap lelang
pengadaan barang untuk pembangkit listrik yang dilakukan oleh
perusahaan Engineering Procurement and Construction (EPC), industri
dalam negeri tidak pernah mendapatkan bagian dalam pengadaan
barang proyek.
2) Kemampuan industri komponen kelistrikan dalam negeri untuk
memenuhi spesifikasi teknis yang ditetapkan relatif lemah. Hal ini
ditunjukkan oleh ketidakmampuan industri dalam negeri memenuhi
spesifikasi teknis yang diajukan oleh investor.
3) Pembangkit listrik eksisting dituntut pada kinerja terbaiknya agar tidak
menghambat program penyediaan listrik bagi masyarakat. Banyak
pembangkit listrik yang telah berusia berusia diatas 10 tahun, yang
kebanyakan telah mengalami penurunan kinerjanya.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 178
Adapun kegiatan pelaksanaan audit teknologi PLTU bertujuan untuk:
1. Identifikasi secara mendalam kekuatan dan kelemahan komponen
dalam negeri dan luar negeri yang diterapkan dalam pembangkit listrik;
2. Identifikasi kemampuan EPC (Engineering, Procurement, &
Construction) dalam negeri dalam pembangunan PLTU;
3. Identifikasi potensi penggunaan komponen PLTU produksi dalam
negeri pada PLTU lama dalam mendukung program pemeliharaan
maupun penggantian (replacement) komponen PLTU;
4. Merumuskan rekomendasi yang sifatnya makro, meso, maupun mikro
terkait dengan upaya pemanfaatan peralatan/ komponen PLTU yang
diproduksi oleh industri dalam negeri dalam pembangunan PLTU baru
maupun revitalisasi PLTU lama.
Dari hasil Audit Teknologi ini didapatkan hasil sebagai berikut:
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk asesment (audit) teknologi industri
manufaktur pembangkit tenaga listrik (PLTU) di Teluk Sirih Sumatera Barat.
Kegiatan ini bertujuan untuk melihat seberapa besar potensi kandungan lokal
yang ada dan dimanfaatkan oleh PLTU tersebut. Dari hasil audit teknologi
didapatkan bahwa kandungan lokal yang didapatkan umumnya pada
pekerjaan sipil (civil work) dari PLTU, yang secara kasar rata-rata sekitar
26% untuk kapasitas 25 – 100 MW, dan rata-rata sekitar 13% untuk
kapasitas 100 – 600 MW. Sedangkan untuk mechanical, electrical, dan
lainnya (training and sparepart, etc) secara berurutan rata-rata sebesar
<10%, <5%, dan <1%. Dengan demikian, kandungan lokal yang ada pada
PLTU tersebut dapat dinilai relatif kecil, karena pihak kontraktor China
sangat mendominasi terutama terkait dengan peralatan mechanical,
electrical, dan lainnya (training and sparepart, etc).
Dari hasil audit yang dilakukan maka disampaikan beberapa rekomendasi
sebagai berikut:
1) Implementasi TKDN sektor ketenagalistrikan perlu dijalankan secara
konsisten termasuk untuk subtitusi komponen pembangkit eksisting oleh
manufaktur lokal, agar ekosistem perindustrian nasional dapat
Bab III - 179
berkembang dengan baik.
2) Mendorong Pusat Pemerliharaan Ketenagalistrikan (Pusharlis) PLN
menjadi sebuah BUMN yang memproduksi komponen pembangkit
nasional.
3) Diperlukan Kebijakan Strategis untuk membangun industri manufaktur
pembangkit listrik nasional untuk memenuhi kebutuhan sistem kelistrikan
nasional jangka panjang. Untuk itu perlu dibentuk konsorsium nasional
dengan tugas :
a) Mengalokasikan beberapa pembangkit baru dengan kapasitas sampai
dengan 100 MW melalui RUPTL khusus untuk konsorsium industri
pembangkit nasional
b) Membuat Roadmap pengembangan industri komponen pembangkit
nasional dan dilaksanakan serta diawasi secara konsisten oleh
Steering Committee Consorsium
c) Membina produsen komponen lokal agar meningkatkan kemampuan
manufakturnya sesuai dengan standard yang berlaku sesuai standar
nasional.
d) Menentukan standar nasional untuk komponen PLTU dengan
kapasitas sampai dengan 100 MW
e) Menentukan desain standar untuk PLTU nasional dengan
mempertimbangkan spesifikasi batu bara di Indonesia.
f) Membentuk pusat desain nasional yang dimotori oleh BPPT dengan
melibatkan institusi penelitian lainnya termasuk PLN Enjiniring dan
institusi pendidikan. Pusat ini juga berfungsi memberikan garansi
terhadap performa dari desainnya.
g) Untuk dapat memerikan performa garansi maka pusat desain ini
memerlukan membangin minimal 1 prototype sebagai bagian dari R&D
dan mendapatkan perlindungan khusus dalam proses pengadaannya.
4) Dilakukan peninjauan kembali (review) kebijakan bea masuk suku cadang
dan komponen utuh yang berlaku saat ini, termasuk memberikan beban
bea masuk yang tinggi untuk komponen yang diimpor utuh (safe guard
duty).
5) Pemerintah perlu mendorong tumbuhnya industri hulu (Tier 2) untuk
mendukung industri komponen PLTU yang sudah ada.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 180
6) Untuk mengatasi impor suku cadang karena ketidaktersediaan produk
tersebut di dalam negeri, perlu dibangun industri hulu untuk memenuhi
kebutuhan industri komponen ketenagalistrikan. Prakarsa membangun
industri hulu berasal dari pemerintah untuk memenuhi suku cadang yang
dibutuhkan oleh industri komponen dalam negeri yang selama ini dipenuhi
dari impor. Produk yang dibuat dimulai dari produk-produk berteknologi
tidak terlalu rumit/canggih yang bahan bakunya banyak tersedia di dalam
negeri. Karena kendala skala ekonomis (permintaan atas produk yang
dibuat terbatas/tidak terlalu banyak), maka pembangunan industri hulu
sebaiknya diinisiasi oleh pemerintah dan didukung oleh berbagai insentif
yang diperlukan.
7) Perbaikan peraturan perundangan atau regulasi kepada
kementerian terkait, yaitu Kementerian Koordinator Maritim,
Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian ESDM,
Kementerian BUMN, dan Kementerian Perindustrian.
Gambar 3.95. Pelaksanaan Audit Teknologi PLTU Teluk Sirih
Bab III - 181
Gambar 3.96. Penyerahan rekomendasi hasil audit teknologi PLTU kepada PT. PLN Persero
Tabel 3.44
Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target, dan Capaian Kinerja
Sasaran Strategis Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan
Teknologi Untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa. Indikator Kinerja Sasaran Strategis:
Audit Teknologi Industri Manufaktur Pembangkit Tenaga Listrik Penjelasan IKSS
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk asesmen (audit) teknologi industri manufaktur pembangkit tenaga listrik (PLTU) di Teluk Sirih Sumatera Barat. Kegiatan ini bertujuan
untuk melihat seberapa besar potensi kandungan lokal yang ada dan dimanfaatkan oleh PLTU tersebut.
Target 1 (satu) Audit Teknologi Industri Manufaktur Pembangkit Tenaga Listrik
Program/Kegiatan Capaian Kinerja
Outcome Bukti Pendukung
1. Program PPT/Layanan Audit Teknologi Industri Manufaktur pendukung sektor Ketenagalistrikan
audit teknologi industri manufaktur pembangkit tenaga listrik
- Dokumen implementasi asesmen (audit) teknologi PLTU yang berisi rekomendasi pemanfaatan komponen dalam negeri industri manufaktur pembangkit tenaga listrik
- Surat pengantar penyerahan dokumen implementasi asesmen (audit) teknologi PLTU ke PT. PLN (Persero) Pusat.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 182
B. Capaian Kinerja
1. Perbandingan Antara Target Dengan Realisasi Kinerja Tahun 2019
Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun 2019 sebagai
berikut:
Prosentase Capaian Kinerja
= Realisasi
X 100%
Target
= 1 Audit Teknologi
X 100% = 100% 1 Audit Teknologi
Tabel 3.45 Perbandingan Antara Target Dengan Realisasi Kinerja Tahun 2019
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Realisasi
% Program/ Kegiatan
Mitra/ Pengguna
Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi, dan Layanan Teknologi untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa
Audit Teknologi Industri Manufaktur Pembangkit Tenaga Listrik
1 1 100 Program PPT
PT. PLN Persero
Terkait kegiatan audit teknologi, pada tahun 2018 telah dilakukan pemetaan
kemampuan industri komponen pembangkit listrik (PLTU) . Hasil dari 2018
adalah peta kemampuan industri komponen, hal ini menjadi dasar untuk
melakukan asesmen pada tahun 2019 di industri pembangkit listrik. Pada
tahun 2019 BPPT melakukan audit teknologi pada industri pembangkit
tenaga listrik untuk melihat pemanfaatan komponen lokal pada industri PLTU
yang ada.
Bab III - 183
Gambar 3.97. Hasil Implementasi Asesmen (Audit) Teknologi PLTU
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 184
Gambar 3.98. Surat Pengantar Rekomendasi Hasil Implementasi
Asesmen (Audit) Teknologi PLTU
Bab III - 185
3.1.3.2. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 2 :
Audit Teknologi Light Rappid Transportation Jabodebek
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Populasi kendaraan bermotor yang meningkat secara pesat sebagai akibat
dari pertumbuhan ekonomi Indonesia berdampak pada meningkatnya
populasi kendaraan bermotor sehingga dampak “kemacetan” dirasakan
masyarakat, terutama yang beraktivitas di kota-kota besar di Indonesia.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, pemerintah Indonesia dituntut untuk
dapat menyediakan moda transportasi massal yang berkapasitas besar,
cepat, nyaman, aman, hemat energi dan terjangkau bagi masyarakat. Pilihan
moda transportasi yang paling efisien untuk perkotaan dan kawasan regional
di dunia adalah transportasi berbasis rel, seperti kereta api, MRT, LRT,
komuter - KRL, dan Trem. Untuk kategori kota besar di Indonesia, Jakarta
Bogor Depok dan Bekasi (JABODEBEK) sudah mengalami permasalahan
kemacetan yang serius. Kondisi tersebut menjadikan JABODEBEK kurang
kompetitif dalam melayani pergerakan orang dan barang sehingga perlu
dikembangkan sistem transportasi regional yang baik. Moda Transportasi
berbasis rel menjadi pilihan transportasi perkotaan saat ini yang
dikembangkan sebagai angkutan umum massal.
Pengembangan angkutan massal dewasa ini khususnya di wilayah
JABODEBEK berbasis rel sudah merupakan kebutuhan yang mendesak,
mengingat peran transportasi umum lainnya seperti bis mempunyai waktu
kedatangan yang sulit untuk dipastikan mengingat waktu perjalanan yang
panjang, seperti halnya perjalanan Jakarta-Depok yang mempunyai jarak ±
30 km saat ini apabila menggunakan bis atau kendaraan pribadi memerlukan
waktu ± 2 jam. Hal ini memberikan gambaran bahwa transportasi jalan raya
saat ini sudah demikian padatnya sehingga salah satu solusinya adalah
penggunaan angkutan umum massal berbasis rel. Saat ini angkutan umum
komuter Jabodetabek telah melayani rute-rute Jakarta-Bogor, Jakarta-
Tangerang, dan Jakarta-Cikarang dengan jumlah penumpang per hari
diharapkan dapat menampung lebih dari 1 juta penumpang. Untuk
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 186
meningkatkan pelayanan maka pembangunan angkutan berbasis rel sudah
merupakan suatu kebutuhan mengingat waktu tempuh yang lebih singkat
dibandingkan dengan angkutan darat lainnya serta waktu kedatangan yang
lebih dapat dipastikan. Pembangunan LRT (Light Rail Transit) Jakarta Bogor
Depok dan Bekasi merupakan upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat khususnya untuk mempersingkat waktu perjalanan.
Pembangunan LRT juga banyak melibatkan industri dalam negeri dengan
berbagai perannya, bahkan untuk Trainset LRT JABODEBEK sudah
merupakan produksi industri nasional yaitu PT.INKA yang berlokasi di
Madiun, Jawa Timur.
BPPT telah melakukan audit teknologi kapabilitas teknologi kepada PT. INKA
untuk memastikan bahwa LRT dapat diproduksi secara kontinyu dengan
tingkat keselamatan dan kenyamanan yang sesuai standar. Kapabilitas
teknologi dimaksudkan sebagai kemampuan untuk menghasilkan dan
mengelola proses perubahan teknologi. Kapabilitas teknologi dapat
dinyatakan sebagai kemampuan dalam menginisiasi, merancang,
meningkatkan, memproduksi, menguji, menginstalasi, mengoperasikan dan
memelihara/mempertahankan kemampuan/fungsi, dan mengelola secara
mandiri suatu aktivitas untuk memberi nilai tambah pada:
• produk teknologi yang merupakan produk keluaran dari proses bisnisnya,
dan/atau
• produk teknologi yang merupakan sarana, fasilitas, atau alat dalam
menjalankan proses bisnisnya atau dalam menghasilkan produk keluaran
dari proses bisnisnya
Dengan demikian kapabilitas teknologi mencakup kemampuan SDM,
organisasi dan manajemen, fasilitas, proses, dan produk keluaran serta
mencakup 3 (tiga) aspek: kapabilitas produksi, kapabilitas investasi, dan
kapasitas inovasi.
Hasil audit tersebut dikonsultasikan dengan semua stakeholders
(KemenHub, BPPT, PT.KAI, ITB dan INKA) berkaitan dengan metodologi
pengujian bogie LRT yang akan menjadi standar untuk aplikasi di Indonesia.
Bab III - 187
Pengujian bogie telah dilaksanakan di laboratorium uji Balai Besar Teknologi
Kekuatan Struktur (B2TKS-BPPT) dengan menggunakan standar yang
disepakati tersebut pada Tahun 2019. Selain audit teknologi, BPPT juga telah
melakukan pendampingan teknologi untuk trial running LRT JABODEBEK
untuk jalur Cibubur-Ciracas. Pada trial running tersebut evaluasi terkait
keselamatan maupun kenyamanan LRT seperti temperatur dan noise oleh
Tim BPPT melalui pengukuran langsung pada unit LRT.
Sampai dengan 31 Desember 2019, PT INKA pada kondisi telah melewati
laju produksi rendah (Low Rate Initial Production/LRIP) dan siap untuk
memulai produksi dengan laju penuh (Full Rate Production/FRP). Maksudnya
Gambaran desain sistem sebagaian besar stabil dan terbukti dalam uji dan
evaluasi. Material tersedia memenuhi jadwal produksi pada laju yang
direncanakan. Proses dan prosedur manufaktur dibangun dan dikontrol
dengan three-sigma atau level mutu yang tepat lainnya memenuhi toleransi
karakteristik kunci desain dalam suatu lingkungan produksi laju rendah.
Monitoring resiko produksi sedang berlangsung. Sasaran biaya produksi laju
rendah terpenuhi, kurva pembelajaran divalidasi. Model biaya aktual
dikembangkan untuk lingkungan produksi laju penuh, dengan dampak
perbaikan berkelanjutan.
Kegiatan LRT pada Tahun 2019, telah menarik berbagai liputan beberapa
media sebagai berikut:
https://tekno.tempo.co/read/1165324/lrt-jabodebek-bppt-berharap-kontrak-dengan-
inka-diperpanjang/full&view=ok
https://www.antaranews.com/berita/787849/bppt-sudah-rampungkan-berbagai-
pengujian-untuk-lrt-jabodebek
https://www.antaranews.com/berita/1184911/bppt-pelajari-sistem-propulsi-dan-
pengereman-lrt-jabodebek
https://www.tribunnews.com/nasional/2019/11/28/gerbong-hingga-ac-lrt-jabodebek-
diuji-bppt
https://mediaindonesia.com/read/detail/210822-lrt-jabodebek-dikirim-juni-tahun-ini
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 188
Secara ringkas, capaian kinerja indikator yaitu jumlah Jumlah Audit Teknologi
yang dihasilkan, dengan target 1 Jumlah Audit Teknologi LRT JABODEBEK
dilihat pada tabel 3.46.
Tabel 3.46 Ringkasan Capaian Kinerja Audit Teknologi LRT JABODEBEK
Sasaran Strategis Termanfaatkannya audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi dan
layanan teknologi untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Jumlah Audit Teknologi LRT JABODEBEK Penjelasan IKSS
LRT merupakan alternative untuk transportasi masal yang efisien untuk kawasan JABODEBEK. Audit teknologi LRT JABODEBEK adalah untuk memastikan bahwa LRT dapat diproduksi secara kontinyu dengan tingkat keselamatan dan kenyamanan yang sesuai standar. Kapabilitas teknologi dimaksudkan sebagai kemampuan untuk menghasilkan dan mengelola proses perubahan teknologi.
Target 1 (satu) Audit Teknologi Light Rappid Transportation Jabodebek
Program/Kegiatan Capaian Kinerja Outcome Bukti Pendukung
Audit teknologi LRT untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa.
1 audit teknologi LRT JABODEBEK
Hasil audit teknologi yang digunakan untuk pembangunan train set LRT oleh PT.INKA yang sudah diserahkan kepada PT.KAI
B. Capaian Kinerja
1) Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini:
Prosentase Capaian Kinerja
= Realisasi
X 100%
Target
= 1 Audit Teknologi
X 100% = 100% 1 Audit Teknologi
Bab III - 189
2) Perbandingan antara Capaian Kinerja Tahun Ini Dengan Tahun Lalu Dan
Beberapa Tahun Terakhir
LRT merupakan salah satu alternatif angkutan massal perkotaan yang
efisien dan hemat energi. Program LRT ini berawal dari kajian konektivitas
yaitu jaringan makro transportasi Jawa dan Sumatera yang dilakukan
pada Tahun 2015, yang didetailkan khusus untuk Pulau Jawa pada Tahun
2016. Kemudian pada tahun 2017 dilakukan desain sistem koridor utama
transportasi berbasis rel dimana salah satu kajiannya menunjukkan
bahwa LRT merupakan alternatif untuk moda angkutan massal efisien di
JABODEBEK. Pada Tahun 2018, audit teknologi LRT dilakukan dengan
cakupan perancangan bangun, review, validasi dan verifikasi desain,
analisa reliability, availability, maintainability and Safety (RAMS),
pengawasan terhadap quality process dan controlling project
management untuk melihat kesiapan industri nasional dalam
pengembangan saranan transportasi massal LRT. Selanjutnya
berdasarkan hasil audit tersebut dilakukan pendampingan teknis dan
review perbaikan hasil audit serta trial running unit LRT pada Tahun 2019.
3) Perbandingan antara Realisasi Kinerja Sampai Dengan Tahun Ini
Dengan Target Jangka Menengah Yang Terdapat Dalam Dokumen
Perencanaan Strategis
Pada rencana strategis BPPT 2015-2019 target dari audit teknologi LRT
adalah menjadi impact pada tahun 2019. Targetnya adalah 1 (satu) audit
teknologi Audit teknologi pada LRT yang meliputi beberapa area yaitu
area desain, area produksi, area logistik, area pengujian produk, area
purna jual dan Manufacturing Readiness Level. Pengembangan
transportasi kereta api atau transportasi berbasis rel diharapkan akan
meningkatkan derajat konektivitas untuk dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi regional DKI Jakarta khususnya dan perekonomian nasional
pada umumnya.
Industri kereta api termasuk industri prioritas yang akan dikembangkan di
Indonesia dan masuk dalam kelompok industri alat transportasi dengan
kategori industri andalan. PT. INKA (Persero) saat ini masih menjadi satu-
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 190
satunya integrator industri kereta api di Indonesia yang telah mampu
memproduksi : gerbong barang, kereta penumpang, kereta rel listrik,
lokomotif dan kereta rel diesel atau kereta rel diesel listrik. Strategi
peningkatan Tingkat Kandungan Komponen Dalam Negeri (TKDN)
industri sistem perkeretaapian perlu diformulasikan berdasarkan prioritas
industri turunan untuk diproduksi dan diintegrasi di dalam negeri, yaitu :
produk industri sarana kereta api (rolling stock), produk industri
infrastruktur perkeretaapian (jalan rel, stasiun dan kawasan pendukung
(TOD), dan produk industri fasilitas pengoperasian perkeretaapian
(persinyalan, telekomunikasi dan kelistrikan). Dalam hal ini untuk
menunjang peningkatan TKDN diperlukan juga pengembangan industri
komponen turunan perkeretapiaan utama (tier-2 dan tier-3: PT Pindad,
Barata, LEN, INTI, dll) dengan demikian pengembangan tidak hanya
berfokus pada integrator saja. Komponen pendukung kereta api lain juga
sudah dapat dibuat oleh Industri Kecil Menengah (IKM), seperti brake
rigging, draft gear, pin & bushing, check casting, side bearer locking
bagasi, temporary bogie, dan lain-lain. Sehingga melalui Audit teknologi
ini dapat diketahui rangkaian penyempurnaan pembuatan LRT yang
melibatkan industri utama maupun industri pendukung.
Penerima manfaat dari kegiatan yang dilakukan antara lain Kementerian
Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Pemerintah Daerah baik Provinsi atau Kota/Kabupaten di Wilayah
Jabodebek, dari sisi pemerintah. Sedangkan dari sisi industri/BUMN
antara lain PT. INKA, PT INTI, PT. LEN, PT. Adhi Karya, PT. Waskita
Karya dan industri swasta lainnya.
Peningkatan Outcome / Output dari Tahun ke Tahun Menuju Target
Akhir, sesuai Dokumen Rencana Strategis
Bab III - 191
Gambar 3.99. Capaian kinerja indikator kinerja Audit Teknologi LRT
4) Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja
1. BPPT memiliki SDM yang kompeten dalam bidang teknologi sistem
transportasi
2. BPPT memiliki Teknologi dan Peralatan yang mendukung
pengembangan teknologi system transportasi
3. Dukungan Kementerian Perhubungan dan industri PT INKA.
Audit Teknologi, Pendampingan teknis produksi dan trial running LRT
Indikator Kinerja
Program: Audit
Teknologi LRT
JABODEBEK
2015 2016 2017 2018 2019
Jaringan Makro Transportasi dan Logistik Jawa -Sumatera
Jaringan Transportasi dan Logistik Pulau Jawa
Desain koridor utama angkutan berbasis rel JABODEBEK
Audit Teknologi LRT JABODEBEK
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 192
Gambar 3.100. Proses Pengecekan Unit
Bab III - 193
3.1.3.3. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 3 :
Alih Teknologi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Berdasarkan Perpres nomor 22 tahun 2017 terkait target bauran energi
sebesar 23% pada tahun 2025 dan 31,2% pada tahun 2050, biogas dan
biofuel menempati posisi yang penting. Pasokan energi dari biogas pada
2025 sebesar 489,8 juta m3 serta pasokan biofuel 13.9 juta kL. Pada tahun
2050 ditargetkan pasokan biogas mencapai 1.958,9 juta m3. Salah satu
sumber pasokan biogas dapat disuplai dari pengolahan Limbah Cair Pabrik
Kelapa Sawit atau Palm Oil Miil Effluent (POME) menjadi biogas.
POME adalah salah satu sumber bahan baku produksi biogas yang tersedia
melimpah dalam negeri. POME dapat berdampak negatif terhadap
lingkungan apabila tidak dikelola dengan benar. Total produksi kelapa
sawit Indonesia sepanjang tahun 2017 mencapai 41,98 juta ton
menghasilkan POME sebanyak 27,287 juta ton. Di Provinsi Riau terdapat
sebanyak 220 unit Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan potensi POME sebesar
0,65 x 59.580.000 m3, atau sekitar 38.727.000 m3 per tahun setara dengan
potensi pembangkita listrik dengan daya sebesar 308 MW.
POME akan menjadi masalah bagi lingkungan apabila dibuang tanpa
pengolahan yang memadai. Salah satu teknik yang banyak digunakan adalah
melalui pengolahan denan proses anaerobik karena tidak hanya
mendegradasi kandungan organik tinggi dari limbah cair, tetapi juga memberi
nilai tambah yang signifikan bagi industri berupa sumber energi terbarukan
yang dihasilkan dalam bentuk biogas. Biogas yang mengandung gas metana
(CH4) dapat digunakan untuk pembangkit listrik dan dapat diolah lebih lanjut
untuk co-firing atau bio-CNG melalui proses biogas upgrading.
Dengan demikian menjadi relevan bagi BPPT untuk meluncurkan kegiatan
pilot project PLT Biogas dari limbah sawit (POME) sebagai sarana
peningkatan kapasitas nasional sekaligus pengembangan inovasi teknologi
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 194
di bidang pengolahan limbah. Pilot project ini bekerjasama dengan PTPN 5
sebagai penyedia lahan, penyedia limbah cair sawit dan sekaligus mitra
pengoperasian dan pemeliharaan. Perancangan dan pembangunan pilot
project ini dilandasi semangat mengoptimumkan kemampuan dalam negeri.
Kegiatan alih teknologi PLT Biogas dari Limbah Cair (POME) bertujuan untuk
meningkatkan penguasaan teknologi pengolahan limbah sawit (POME)
dengan menggunakan teknologi yang efektif, cepat dan ramah lingkungan.
Dampak dari kegiatan alih teknologi ini adalah pada peningkatan penguasaan
dan kemampuan dalam tata kelola pengolahan limbah cair sawit, dengan
disertai oleh dukungan SDM lokal yang mempunyai kemampuan dalam
pengoperasian teknologi pengolah limbah cair sawit. Dampak ungkit secara
nasional yang didapatkan adalah, pembangunan pilot project PLT Biogas
secara konkret, dalam tahun 2019 telah berhasil menghasilkan daya listrik
yang dapat dimanfaatkan PKO Tandun milik PTPN 5 yang berjarak 7 km dari
PLTBg Terantam. Dengan adanya PLTBg ini bermanfaat untuk meningkatkan
kapasitas dan kapabilitas SDM dalam pembanggunan, pengoperasian dan
pemeliharaan sistem teknologi tersebut dan kelak diharapkan dapat menjadi
percontohan pengelola limbah cair sawit (POME) pada PTPN-PTPN lain
Target kegiatan pilot project PLT Biogas dari limbah cair sawit (POME) pada
tahun 2019 adalah diselesaikannya pembangunan unit Bio-digester dan unit
purifikasi biogas setara 0,7 MW (th 2017) lengkap dengan pengadaan gas
engine 1.MW (2018) dan pengujian dan pemanfaatannya (2019). Kegiatan
yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
Pengembangan Teknologi
Pengembangan Teknologi Bio-digester pada pilot project PLT Biogas
dilaksanakan dengan mendesain proses pencampuran dalam reactor,
sehingga proses anerobik dapat berlangsung efektif, dirancang dengan
melengkapi fasilitas-fasiltas:
• Pengukuran parameter umpan POME (flowrate, temperatur, pH, COD)
• Sampling liquid dalam digester (temperatur, pH, TSS, COD, VFA, TA)
Bab III - 195
• Treated POME recycle line to mixing pond (dicampur dengan raw
POME)
• Recirculation pump untuk pengadukan dalam digester (suction dari liquid
bagian atas, discharge ke liquid bagian bawah)
• Baffeling dalam digester untuk mengatur arah liquid untuk mendapakan
waktu tinggal yang diinginkan,
• Pump untuk de-sludging
• Gas over pressure release system, termasuk alarm.
Pengkondisian operasi yang didukung oleh kalkulasi dan pemodelan,
seperti:
• Filling dan dosing, treated POME dan lumpur aktif ke dalam digester.
(seeding program) dengan rasio POME 50%, air bersih 30% dan lumpur
aktif 20%.
• Feeding program termasuk pengukuran dan monitoring untuk normal
dan transient (terkait kinematika reaksi)
• Mixing simulation untuk mendapatkan distribusi yang merata (tidak ada
dead zone)
• Mendampingi pihak mitra (PTPN V) dalam membangun jaringan listrik dari
Terantam ke Tandun dan bersama mitra (PTPN V) melakukan
pengoperasian dan perawatan PLTBg. Pihak Mitra telah melakukan
pengiriman listrik yang diproduksi dari PLTBg Terantam ke Tandon dan
pemanfaatan listrik tersebut untuk Pabrik Minyak Inti sawit (Pabrik PKO)
di Tandon
Manfaat Program
Pengembangan dan penerapan teknologi konversi POME menjadi biogas
adalah inovasi dalam bidang energi yang dapat dimanfaatkan untuk listrik,
Co-firing, dan bio-CNG yang memberi manfaat ekonomi bagi pabrik kelapa
sawit maupun masyarakat sekitarnya.
Impact / Manfaat Program ini dapat dirasakan oleh Masyarakat serta Industri
(PKS PTPN 5) , secara singkat manfaat dan nilai tambahnya adalah sebagai
berikut:
1. Peningkatan profitabilitas dari pabrik kelapa sawit PKS Terantam, milik
PTPN 5, dimana selama ini limbah cair kelapa sawit merupakan bahan
limbah yang berpotensi menjadi beban pencemaran bagi lingkungan
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 196
dirubah menjadi biogas yang dapat dimanfaatkan untuk listrik dan bio-
CNG untuk tambahan revenue bagi perusahaan.
2. Pemanfaatan listrik untuk Masyarakat sekitar Terantam dan Pabrik
Minyak Inti sawit (Pabrik PKO) di Tandon
3. Potensi untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan kredit karbon.
Meskipun mekanisme Clean Development Mechanism setelah tahun
2012 (Post-Kyoto) masih dalam pembahasan, namun penjualan tren
kredit karbon terus diminati mengingat banyak mekanisme lain yang lebih
sederhana yang kini dibangun seperti voluntary market, penjualan kredit
karbon secara bilateral dan Nationally Appropriate Mitigation Actions
(NAMAS).
4. Penurunan emisi gas rumah kaca, karena gas metana merupakan salah
satu gas rumah kaca yang dapat menyebabkan efek peningkatan
pemanasan global.
5. Pengurangan tingkat pencemaran emisi udara, air perairan, dan
lingkungan sekitar pabrik sehingga menjadi lebih ramah lingkungan.
Gambar 3.101. Lokasi Pilot Project PLTBg - Terantam
Bab III - 197
Tabel 3.47 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target dan Capaian Kinerja
kegiatan Pilot Project PLT Biogas dari Limbah Sawit (POME)
Sasaran Strategis Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan Teknologi
Untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa. Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Alih Teknologi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Target
1 Alih Teknologi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Program/Kegiatan Capaian Kerja Outcome dan Impact Bukti Pendukung
• Instalasi dan Operasi PLT Biogas
• Pengembangan Inovasi Peningkatan Kinerja PLT Biogas Peningkatan Kinerja PLT Biogas
• Dilaksanakannya pekerjaan Kontruksi Sipil project PLT Biogas setara 0,7 MW,
• Dilaksanakannya pengadaan dan Instalasi Peralatan, Mekanikal, Elektrikal, Instrumentasi dan Kontrol pilot project PLT Biogas setara 0,7 MW,
• Terpasangnya Biogas Engine 1 MW • Dihasilkannya rancangan Inovasi
peningkatan kinerja pilot project PLT Biogas dari Limbah Sawit (POME)
• Dihasilkannya rancangan inovasi peningkatan kuantitas produksi biogas
• Pendampingan pihak mitra (PTPN V) dalam membangun jaringan listrik dari Terantam ke Tandun.
• Bersama mitra (PTPN V) melakukan pengoperasian dan perawatan PLTBg.
• Pemanfaatan listrik yang diproduksi dari PLTBg Terantam untuk Masyarakat sekitar Terantam dan Pabrik Minyak Inti sawit (Pabrik PKO) di Tandon
• Pilot Project PLT Biogas dari Limbah Sawit (POME) setara 0,7 MW 1 Inovasi Teknologi PLT Biogas di Terantam Dan 1 Inovasi Peningkatan Kinerja PLT Biogas Jaringan
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 198
B. Capaian Kinerja
1. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini;
Prosentase Capaian Kinerja
= Realisasi
X 100%
Target
= 1 Alih Teknologi
X 100% = 100% 1 Alih Teknologi
Tabel 3.48 Perbandingan Antara Target Dengan Realisasi Kinerja Tahun 2019
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Target Realisasi % Program/ Kegiatan Mitra
Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan Teknologi Untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa
Alih Teknologi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas
1 1 100 • Commissioning • Alih Teknologi • Pemanfaatan
Daya Listrik
PTPN 5
2. Perbandingan antara Capaian Kinerja Tahun Ini Dengan Tahun Lalu Dan
Beberapa Tahun Terakhir
Secara keseluruhan lingkup kegiatan pembangunan pilot project PLTBg
dari limbah Sawit (POME) mencakup pekerjaan-pekerjaan sebagai
berikut:
Gambar 3.102. Roadmap Capaian Kinerja kegiatan pembangunan pilot project PLTBg dari limbah Sawit (POME)
Bab III - 199
Tahun 2016 dilakukan FS
Tahun 2017 Kontruksi pekerjaan sipil, pembangunan Bio-digester Cover
Lagoo.
Pengadaan dan Instalasi Peralatan Mechanical, Electrical dan
Instrumentasi
Tahun 2018 Pengadaan dan instalasi Biogas Engine dan kelengkapannya
Tahun 2019 Pengoperasian dan Pembebanan.
Mendampingi pihak mitra (PTPN V) dalam membangun
jaringan listrik dari Terantam ke Tandun dan bersama mitra
(PTPN V) melakukan pengoperasian dan perawatan PLTBg.
Pihak Mitra telah dapat memanfaatkan produksi listrik dari
PLTBg Terantam dan pemanfaatan listrik tersebut untuk
Pabrik Minyak Inti sawit (Pabrik PKO) di Tandon.
Tabel 3.49 Target output Tahunan
No Sasaran Indikator Target (Output/Outcome)
2016 2017 2018 2019 1
Inovasi Teknologi PLT Biogas dari Limbah Sawit (POME)
Termanfaatkannya 1 Pilot Plant PLT Biogas kapasitas 700 kW
1 (satu) Studi Kelayakan PLT Biogas dari Limbah Sawit
Kontruksi pekerjaan sipil dan pengadaan peralatan Electrical, Instrumentasi dan Mechanical Pilot Plant PLT Biogas kapasitas 700 kW Tek Covered Lagoon
Melengkapi kegiatan PLTBg dengan menambahkan Gas Engine kapasitas 1 MW untuk 1 Pilot Plant PLT Biogas
Mendampingi pihak mitra (PTPN V) dalam membangun jaringan listrik dari Terantam ke Tandun dan bersama mitra (PTPN V) melakukan pengoperasian dan perawatan PLTBg. Pihak Mitra telah melakukan pengiriman listrik yang diproduksi dari PLTBg Terantam ke Tandon dan pemanfaatan listrik tersebut untuk Pabrik Minyak Inti sawit (Pabrik PKO) di Tandon
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 200
3. Perbandingan antara Realisasi Kinerja Sampai Dengan Tahun Ini
Dengan Target Jangka Menengah Yang Terdapat Dalam Dokumen
Perencanaan Strategis
Selain membandingkan realisasi kinerja dengan kegiatan jangka pendek
pada tahun-tahun sebelumnya, evaluasi kinerja juga membandingkan
dengan target jangka menengah sebagai berikut
Tabel 3.50
Perbandingan Realisasi Kinerja TA 2019 dengan Target Jangka Menengah
Sasaran Strategis Target Jangka
Menengah Realiasasi Kinerja 2019
Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan Teknologi Untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa
Alih Teknologi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas
Alih Teknologi dan Termanfaatkannya Pengolahan limbah cair (POME) untuk Pembangkit Listrik Tenaga Biogas
Gambar 3.103. Roadmap Kegiatan Pilot Project PLTBg
4. Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja
Faktor yang menyebabkan keberhailan atau peningkatan kinerja antara
lain disebabkan oleh :
Bab III - 201
- Dukungan Pimpinan
- Dukungan Mitra
- Dukungan SDM yang kompeten
5. Analisis Efisiensi
Analisis efisiensi dimaksudkan untuk melihat sejauh mana efektivitas
pengelolaan sumberdaya terhadap target yang dilaksanakan. Salah satu
tantangan utama di BPPT adalah alokasi SDM yang ada untuk
mengerjakan beberapa kegiatan yang sama-sama membutuhkan
sumberdaya sejenis. Hal ini diatasi dengan penjadwalan dan sistem kerja
yang efisien antar personel dalam beberapa kegiatan.
Gambar 3.104. PLT Biogas dilihat dari Degester Reaktor
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 202
Gambar 3.105. PLT Biogas dilihat dari arah gas Engine
Gambar 3.106. Fasilitas pengadukan yang optimal pada reaktor untuk meningkatkan produktivitas
digester supaya lebih efisien
Bab III - 203
Gambar 3.107. Pompa Sirkulasi untuk pengadukan dalam reaktor
Gambar 3.108. Sistem Bio Scruber
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 204
Gambar 3.109. System control bio scruber
Gambar 3.110. Biogas Treatment
Bab III - 205
Gambar 3.111. Peningkatan kapabilitas SDM
Gambar 3.112. Biogas Engine
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 206
Gambar 3.113. Gardu Trafo dan jaringan listrik Gambar 3.114. Penunjukan beban 890 KW
Bab III - 207
Gambar 3.115. Human Machine Interface PLTBg Terantam
Gambar 3.116. SCADA pada PLTBg Terantam
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 208
3.1.3.4. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 4 :
Alih Teknologi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Binary Cycle 500 kW
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Benua maritim Nusantara adalah “Ring of Fire” karena kaya akan potensi
sumber energi panas bumi, diakui termasuk yang terbesar didunia, dan kini
menjadi prioritas pemerintah untuk dikembangkan sebagai pengganti
pemanfaatan sumber-sumber energi fosil yang semakin berkurang dan tidak
ramah lingkungan. Faktanya saat ini dari 95% potensi yang telah diketahui
sekitar 28 GW lebih, baru sekitar 5% yang dapat dimanfaatkan untuk listrik,
sehingga menjadi sasaran utama percepatan dengan target yang cukup
tinggi untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP)
baru. Namun disisi teknologi, hingga kini seluruh PLTP yang ada merupakan
teknologi impor, dimana tingkat kandungan lokal yang rendah (dibawah 20%),
dan belum ada industri manufaktur nasional yang memproduksi teknologi
PLTP untuk memenuhi kebutuhan nasional yang semakin meningkat.
Upaya melahirkan kapasitas nasional dibidang teknologi pemanfaatan
sumber energi panas bumi seperti PLTP, tentunya akan memberikan manfaat
dan keuntungan optimal dan signifikan bagi perekonomian negara dalam
masa-masa mendatang ini. Pengembangan PLTP Skala Kecil di BPPT
merupakan program prioritas nasional dengan kegiatan utama, yaitu Alih
Teknologi PLTP teknologi binary cycle kapasitas 500 kW ke Industri Dalam
Negeri.
Pada tahun 2019, target dan capaian kegiatan inovasi teknologi PLTP skala
kecil adalah sebagai berikut:
Bab III - 209
Tabel 3.51 Capaian Kinerja Teknologi PLTP Binary Cycle 500 kW
Alih Teknologi PLTP Binary Cycle 500 kW
Indikator Target Capaian
Alih Teknologi Pembangunan PLTP 500 kW 1 • Alih teknologi PLTP ke PT. Intan Prima Kalorindo
• Operasi kontinyu selama tahun 2019.
Gambar 3.117. Serah Terima PLTP Binary Cycle 500 kW
Gambar 3.118. Display Kondisi Operasi PLTP Binary Cycle 500 kW untuk uji operasi kontinyu
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 210
Gambar 3.119. Kinerja PLTP Lahendong selama Januari hingga 12 Desember 2019
Gambar 3.120. Contoh Monitoring Kinerja PLTP Lahendong spada 6-7 Desember 2019
Bab III - 211
B. Capaian Kinerja
1. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini
Prosentase Capaian Kinerja
= Realisasi
X 100%
Target
= 1 Alih Teknologi
X 100% = 100% 1 Alih Teknologi
Tabel 3.52 Capaian Kinerja Indikator Kinerja
Indikator Target Realisasi % Mitra
Alih Teknologi PLTP 500
kW
1 1 100% PT. Intan Prima
Kalorindo
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa target alih teknologi
PLTP 500 kW ke Industri dalam negeri telah tercapai 100%.
2. Perbandingan antara Capaian Kinerja Tahun ini dengan Tahun Lalu dan
Beberapa Tahun Terakhir
Tabel 3.53 Perbandingan capaian kinerja kegiatan PLTP skala kecil tahun ini
dengan tahun sebelumnya
2015 2016 2017 2018 2019 Land clearing & Instalasi pilot plant PLTP Binary Cycle 500 kW
Pengujian individu komponen PLTP binary cycle 500 kW, Uji Trial I: kurang berhasil dan diputuskan penggantian shaft Turbin dengan desain baru.
- Fabrikasi & Instalasi shaft turbin baru
- Commissioning berhasil dilaksanakan pada akhir September 2017
- Oktober-Nopember 2017:Uji operasi kontinyu selama 2 bulan, pada kapasitas 70% dari kapasitas disain
Operasi kontinyu PLTP 500 kW
Operasi kontinyu PLTP 500 kW
Alih teknologi PLTP 500 kW ke Industri dalam negeri
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 212
3. Perbandingan antara Realisasi Kinerja Sampai Dengan Tahun Ini Dengan
Target Jangka Menengah Yang Terdapat Dalam Dokumen Perencanaan
Strategis
Realisasi Kinerja pada tahun ini sebagai tahap lanjutan dari apa yang
telah dihasilkan pada tahun lalu yaitu alih teknologi PLTP skala kecil ke
industri dalam Negeri. Target tersebut terealisasi dengan suksesnya alih
teknologi PLTP binary cycle ke PT. Intan Prima Kalorindo. Perusahaan
yang bergerak di bidang heat exchanger dan pressure vessel ini berhasil
menguasai teknologi Organic Rankine Cycle (ORC) dan siap
mengaplikasikan ke plant lain. Sehingga realisasi tahun 2019 ini telah
sesuai dengan target jangka menengah Renstra 2015-2019.
4. Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja
Realisasi kinerja pada tahun ini adalah alih teknologi PLTP skala kecil ke
industri dalam negeri dan sesuai dengan standar yang berlaku secara
Nasional untuk alih teknologi. Selain PT. Kalorindo ikut dalam
pengembangan dan pembangunan PLTP Lahendong, PT. Kalorindo juga
dikontrak Operation dan Maintenance selama satu Tahun 2019 sehingga
alih teknologi dapat berjalan lebih baik.
5. Analisis faktor pendukung keberhasilan/peningkatan kinerja
Beberapa faktor pendukung keberhasilan/peningkatan kinerja kegiatan
inovasi teknologi PLTP skala kecil antara lain sebagai berikut:
- BPPT memiliki SDM yang kompeten dalam bidang teknologi
pengembangan PLTP skala kecil.
- BPPT memiliki teknologi dan fasilitas yang mendukung
pengembangan teknologi pengujian PLTP skala kecil.
- Dukungan dari pihak manufaktur komponen yang diterapkan pada
Pilot Plant.
- Pembelajaran (Lesson Learned) yang diperoleh dari pelaksanaan
pengujian yang berulang, sehingga dapat semakin memahami profil
dan karakteristik peralatan/komponen dari sistem PLTP yang
sebelumnya belum diketahui secara pasti.
Bab III - 213
Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya
- Analisis efisiensi penggunaan sumber daya manusia:
Untuk pelaksanaan pengoperasian uji sinkron dilakukan dengan
jumlah yang optimal sesuai kebutuhan pengoperasian yaitu 1 shift
untuk pekerjaan sekitar 16 jam sehari. Jumlah tersebut lebih sedikit
dari jumlah yang dibutuhkan untuk operasi secara kontinyu, dimana
setidaknya diperlukan 3 shift sehari.
- Analisis efisiensi penggunaan sumber daya keuangan.
Realisasi anggaran kegiatan PLTP tahun 2019 mencapai 97% dimana
kegiatan utamanya adalah untuk pengoperasian PLTP, maintenance
PLTP serta assessment PLTP oleh PLN Pusertif. Hal ini menunjukkan
pelaksanaan pekerjaan cukup efisien.
- Analisis efisiensi penggunaan sumber daya laboratorium dan
peralatan.
Untuk sumberdaya laboratorium hanya diperlukan untuk memeriksa
atau mengevaluasi aspek kondisi uap maupun scaling yang timbul.
Untuk hal ini dilakukan di Lab PT PGE yang berada di lokasi. Adapun
kebutuhan lab dan peralatan untuk pengujian getaran telah dapat
dilakukan oelh BPPT.
- Efisiensi Penggunaan Mesin dan Peralatan :
Penggunaan mesin dan peralatan adalah objek dari kegiatan ini,
dimana efisiensi dari operasi mesin dan peralatan Pilot Plant
merupakan target analisis dan evaluasi dalam kegiatan PLTP.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 214
Gambar 3.121. Audit kinerja PLTP dengan Ultrasonic Flow Meter
Gambar 3.122. Pengukuran kinerja dan emisi H2S pada Cooling Tower
Bab III - 215
Gambar 3.123. Online monitoring Lahendong dapat diamati dari Control Room
Gedung B2TKE Serpong
Gambar 3.124. Inspeksi SLO oleh PLN Pusertif pada PLTP 500 kW Lahendong
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 216
Gambar 3.125. Pertemuan Bapak Dirjen EBTKE dan para stakeholder manufaktur PLTP dan pemilik sumur panas bumi seta PLN pada Agustus 2019 untuk peningkatan pembangunan PLTP skala kecil dengan TKDN tinggi
Bab III - 217
3.1.3.5. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 5 :
Alih Teknologi Pembangunan Smart Grid di Serpong-NSTP
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Teknologi jaringan listrik cerdas yang mengintegrasikan dan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communication
Technology, ICT) ke dalam sistem kelistrikan telah mengubah
paradigma/metode manajemen sistem kelistrikan dari sebelumnya bersifat
pasif, lokal dan manual menjadi aktif/dinamis, remote dan otomatis. Aplikasi
teknologi smart grid akan memungkinkan peningkatan level penetrasi Energi
Terbarukan (ET) lebih besar dan bervariatif sebagai pembangkit tersebar
(distribute generation) pada jaringan distribusi. Namun, perlu diperhatikan
secara komprehensif terutama terhadap karakter alamiah sumber ET yakni
intermittent dan fluktuasi yang secara langsung akan menyebabkan
terjadinya perubahan-perubahan secara fluktuatif semisal level tegangan,
level frekuensi dan fault ke dalam jaringan distribusi tersebut. Semakin tinggi
level penetrasi ET pada jaringan distribusi (distribute network), akan semakin
tinggi pula fluktuasi parameter-parameter tersebut di atas, sehingga mustahil
bisa dilakukan peningkatan penetrasi ET apabila manajemen sistem
kelistrikan masih dilakukan dengan paradigma/metode konvensional yakni
secara pasif, lokal dan manual oleh karenanya manajemen sistem kelistrikan
secara dinamis (smart grid) mutlak diperlukan.
Inti aplikasi sistem kelistrikan berbasis teknologi smart grid adalah
pengambilan keputusan secara otomatis (autonomous decision making)
yang dilakukan oleh sistem supervisory control and data acquisition
(SCADA). Sistem SCADA mampu membuat keputusan-keputusan otomatis
secara real-time dengan menjalankan algoritma kontrol berdasarkan data
yang diterima dari instrumen-instrumen pengukur maupun sensor dan
mengatur (controlling) penyesuaian yang diperlukan untuk mengoptimalkan
tegangan dan pemulihan secara mandiri (self healing) apabila terjadi
gangguan (fault).
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 218
Sistem demo plant Energy Management Control System (EMCS)
PUSPIPTEK dikontrol melalui sebuah pengontrol utama (main SCADA) yang
memungkinkan terintegrasi dengan fitur-fitur berbasis sistem kelistrikan
dengan tujuan utama terciptanya kehandalan dan efisiensi sistem kelistrikan
dengan mengintegrasikan energi terbarukan, energy storage dan juga diesel
genset dengan konsep distributed generation. Jaringan internet serat kaca
(optical fiber), jaringan kabel maupun jaringan microwave dimanfaatkan
sebagai media telekomunikasi ataupun sebagai media transmisi data.
Operator listrik yang memiliki akses untuk memonitor semua node smart
meter di kawasan ini dapat mengetahui besar beban dan pemakaian listrik
suatu gedung secara realtime, dan juga dapat mengontrol pemakaian listrik
sehingga nantinya akan diketahui pola pemakaian listrik di kawasan tersebut.
Selain itu, konsumen (dalam hal ini gedung perkantoran pemerintah atau
kluster sebagai sarana & prasarana layanan publik) dapat berperan aktif
dalam peningkatan demand response dengan pengelolan listrik yang baik
dari pengadaan maupun pemakaiannya. Energi adalah infrastruktur yang
paling penting pada sebuah kota. Smart City bergantung kepada Smart Grid
(jaringan cerdas) untuk memastikan kehandalan pengiriman energi listrik
agar lebih efisien, hemat, dan yang terpenting memungkinkan adanya
koordinasi antara pejabat perkotaan, operator infrastruktur, dan mereka yang
bertanggung jawab untuk keselamatan publik dan masyarakat.
Pengkajian dan perekayasaan smart grid for smart city dilaksanakan dengan
melakukan perekayasaan beberapa fitur penerapan smart grid yang
dimodelkan pada gedung energi dan beberapa gedung lainnya di Kawasan
PUSPIPTEK Serpong, Fitur smart grid for smart city yang akan dikaji dan
diterapkan di gedung energi dan beberapa gedung lainnya di Kawasan
PUPIPTEK Serpong adalah antara lain:
a. Variasi harga (dynamic pricing)
b. Penurunan losses
c. Manajemen distribusi atau kehandalan sistem
d. Respon permintaan (demand response)
e. Pembangkit terdistribusi atau distributed generation (storage system)
f. Pembangkit terdistribusi atau distributed generation (PV Micro Grid)
g. PV Grid connected
h. Smart street lighting
Bab III - 219
i. PQ tools (DVR, smart meter)
j. PQ tools (harmonic, keseimbangan beban, faktor daya)
k. Mobil listrik (electric vehicle)
l. SCADA system
Gambar 3.126. Sistem Smart Micro Grid serpong
Gambar 3.127. Instalasi Smart Micro Grid Serpong
Pada Smart Micro Grid ini, konfigurasi sistem PLTS yang digunakan adalah
AC Coupling. Inverter yang digunakan (kapasitas 1x10 kWp, 2x33 kWp,
1x36 kWp) untuk mengubah arus searah dari modul surya menjadi arus bolak
Baterai 2x10 kWh
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 220
balik dan selanjutnya akan didistribusikan ke beban listrik gedung dan ke
jaringan listrik PLN. Sistem ini mempunyai fleksibilitas yang memungkinkan
penambahan jumlah inverter ketika ada kenaikan permintaan daya, serta
harus mempunyai kemampuan untuk bisa beroperasi paralel ketika
kebutuhan daya meningkat di daerah tersebut dan mempunyai kemampuan
untuk bisa diintegrasikan (hybrid) dengan listrik PLN atau pembangkit listrik
dengan sumber energi terbarukan lainnya seperti energi angin atau bahkan
dengan PLTD.
Untuk konfigurasi AC Coupling, inverter yang digunakan 2 (dua) jenis yaitu
inverter on-grid (solar inverter) dan inverter off-grid (battery inverter). Kedua
inverter dapat terkoneksi dan berkomunikasi. Hal ini memungkinkan
komunikasi antar inverter on-grid dan off-grid yang terpisah-pisah dengan
jarak yang jauh. Dengan fitur ini, semua inverter dapat berkomunikasi.
Dengan mengubah frekuensi AC, inverter juga harus mempunyai
kemampuan untuk dapat meregulasi fluktuasi beban atau frequency-shift
power control (FSPC).
Pada siang hari, seluruh energi yang dihasilkan oleh modul surya dialirkan
langsung oleh inverter on-grid langsung ke jaringan listrik PLN dan beban
yang ada di gedung perkantoran. Jika beban yang dilayani lebih kecil dari
energi yang dihasilkan oleh modul surya, maka kelebihan energi tersebut
akan dipakai untuk mengisi (charging) baterai atau disalurkan ke jaringan
PLN. Pada saat baterai dalam kondisi penuh, maka inverter off-grid akan
secara otomatis menghentikan suplai ke baterai. Sebaliknya, jika beban yang
dilayani lebih besar dari energi yang dihasilkan, maka inverter off-grid akan
mengkonversi energi yang tersimpan pada baterai (discharging) untuk
melayani beban. Spesifikasi On-Grid Inverter (Solar Inverter) adalah sebagai
berikut:
a. Daya output total : minimum daya output total disesuaikan dengan
kapasitas output pembangkit (PLTS)
b. Jumlah inverter : menyesuaikan dengan daftar kuantitas dan harga
c. Tegangan output: 3/ N/ PE; 230/ 400 VAC, 50 Hz, fasa tiga
d. Gelombang output: sinus murni
Bab III - 221
e. Efisiensi : ≥ 97% (maksimum)
f. Sistem proteksi : over load, short circuits, over temperature,
over/under voltage, reverse polarity
g. Indikator (LCD display) : Inverter Voltage dan Current, Inverter Frequency,
Load Current dan Load Voltage
h. Inverter harus dapat bekerja secara paralel (parallel operation/ stacking)
i. Dilengkapi dengan management control untuk mengatur energi yang
masuk dan keluar dari inverter.
j. Dilengkapi dengan fitur data logger dan communication/ interface untuk
komunikasi data dengan Remote Monitoring System
k. Indeks proteksi : IP65
l. Garansi produk : minimal 5 (lima) tahun (factory warranty terms
wajib dilampirkan)
Impact dari kegiatan smart micro grid PV 100 kW serpong ini adalah Alih
Teknologi Smartgrid PV ke Industri Dalam Negeri. BPPT telah berhasil
melakukan alih teknologi Smartgrid PV Serpong ke salah satu industri dalam
negeri yaitu PT. Syntek Otomasi Indonesia. Alih teknologi ini dimulai sejak
tahun 2016 yaitu sejak melakukan desain Smartrgrid PV 100 kW, kemudian
dilanjutkan saat pembangunan smartgrid PV 100 kW di tahun 2017-2018.
Dengan adanya alih teknologi tersebut, PT. Syntek Otomasi Indonesia telah
siap mengaplikasikan smartgrid di PLTS yang ada di Indonesia yang dibuktikan
dengan surat pernyataan dari Direktur Utama PT. Syntek (terlampir). Jadi,
realisasi kinerja kegiatan Smartgrid ini telah sesuai dengan target yang
ditetapkan di Penetapan Kinerja BPPT yaitu alih teknologi smartgrid ke industri
dalam negeri.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 222
B. Capaian Kinerja
1. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini
Prosentase Capaian Kinerja
= Realisasi
X 100%
Target
= 1 Alih Teknologi
X 100% = 100% 1 Alih Teknologi
Tabel 3.54
Capaian Kinerja Indikator Kinerja
Indikator Target Realisasi % Mitra Alih Teknologi Smartgrid PV di Serpong
1 1 100% PT. Syntek Otomasi Indonesia
2. Perbandingan Antara Capaian Kinerja Tahun Ini Dengan Tahun Lalu Dan
Beberapa Tahun Terakhir
Pada tahun 2016, BPPT telah berhasil melakukan desain smartgrid PV
100 kW di PUSPIPTEK. Detailed Engineering Design (DED) tersebut pada
tahun berikutnya diaplikasikan secara bertahap yaitu tahun 2017 dibangun
smartgrid PV 10 kW dan pada tahun 2018 dilanjutkan smartgrid PV 90 kW.
Komisioning smartgrid PV 100 kW berhasil dilakukan pada akhir tahun
2018. Pada tahun 2019, BPPT fokus melakukan pengoperasian kontinyu
smartrgrid PV 100 kW dan alih teknologi Smartgrid PV SErpong ke PT.
Syntek Otomasi Indonesia.
3. Perbandingan Realisasi Kinerja Sampai Dengan Tahun Ini Dengan Target
Jangka Menengah Yang Terdapat Dalam Dokumen Perencanaan
Strategis
Pada Renstra BPPT 2015-2019 versi 5 disebutkan bahwa pada tahun
2019 akan dilakukan alih teknologi smartgrid PV ke industri dalam negeri.
Target tersebut telah terealisasi dengan alih teknologi smartgrid PV 100
kW Serpong ke PT. Syntek Otomasi Indonesia. Jadi, realiasi kinerja
tersebut telah sesuai dengan dokumen Renstra yang telah ditetapkan.
Bab III - 223
4. Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
Penerapan Smartgrid rooftop PV 100 kW Serpong telah mengikuti standar
nasional yang ada yaitu sesuai dengan Permen ESDM NO 12 dan 13
Tahun 2019. Seluruh komponen PLTS pun telah lulus uji performa yang
telah ditetapkan.
5. Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja
Ada beberapa faktor pendukung keberhasilan/peningkatan kinerja alih
teknologi smartgrid PV Serpong tersebut antara lain sebagai berikut:
- BPPT memiliki LPKSF yang merupakan satu-satunya laboratorium uji
modul PV di Indonesia yang terakreditasi SNI/ISO 17025
- BPPT memiliki SDM yang kompeten dalam bidang teknologi smartgrid
PV.
- BPPT memiliki teknologi dan fasilitas yang mendukung
pengembangan teknologi smartgrid PV
6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya
- Analisis efisiensi penggunaan sumber daya manusia:
Tim Smartgrid sangat efisien dalam menggunakan SDM yaitu
sejumlah 30 personil yang ahli dibidangnya masing-masing. Masing-
masing personil rata-rata menghabiskan waktu sekitar 6 jam/hari
dalam kegitan tersebut. Ada beberapa kegiatan utama dalam alih
teknologi smartgrid yaitu Desain, instalasi, comissioning, alih teknologi
dan kerjasama. Selain tim pelaksana yang dituangkan dalam Sistem
Tata Kerja Perekayasaan (STKP), dalam kegiatan ini juga melibatkan
para senior scientist dan engineer sebagai penasehat.
- Analisis efisiensi penggunaan laboratorium dan peralatan.
Peralatan yang digunakan untuk alih teknologi smartgrid ini adalah
asset smartgrid PV 100 kW Serpong. Jadi, selain digunakan untuk
bahan kajian, fasilitas tersebut juga digunakan sebagai tempat alih
teknologi smartgrid ke industri dalam negeri. Disamping itu, dengan
adanya fasilitas tersebut, banyak pihak yang ingin menerapkan sistem
smartgrid diantaranya PT. PLN dan PT. Inalum yang dibuktikan
dengan adanya kerjasama pekerjaan melalui PNBP. Jadi penggunaan
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 224
fasilitas smartgrid bias dibilang sangat efektif.
- Efisiensi Penggunaan Mesin dan Peralatan :
Peralatan dan mesin yang tersusun dalam fasilitas smartgrid PV 100
kW Serpong telah digunakan secara efisien. Fasilitas tersebut
digunakan untuk tempat kajian, alih teknologi serta untuk
mendatangkan layanan teknologi (PNBP).
7. Analisis Program/Kegiatan Penunjang Keberhasilan
Dalam rangka pencapaian target kinerja yang ditetapkan, terdapat
beberapa program / kegiatan yang telah dilaksanakan meliputi:
- Studi peningkatan unjuk kerja micro grid PLN di 5 lokasi PLTS, yaitu
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa tenggara, dan Maluku.
- Pre-FS survei kelayakan PLTS yang dilakukan di 31 desa dalam 4
propinsi di Indonesia antara lain Nusa Tenggara Timur, Sulawesi
Barat, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan Tengah.
- Jasa konsultansi studi kelayakan dan detail engineering design (DED)
pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung bendungan sigura-
gura.
- Sharing knowledge sistem PLTS dengan pihak GIZ.
- Pemasangan PV untuk PJU di pesanteren Al-Ikhlas kabupaten Bone,
Sulawesi Selatan.
- Instalasi PLTS on grid di gedung parkir BPPT Thamrin.
Seluruh program/kegiatan tersebut sangat menunjang dan siap untuk
keberhasilan pencapaian sebuah alih teknologi sistem smartgrid.
Bab III - 225
3.1.3.6. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 6 :
Alih Teknologi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan alih teknologi pengolah sampah secara termal/PLTSa bertujuan
untuk meningkatkan penguasaan teknologi pengolahan sampah perkotaan
kepada pemerintah daerah, khususnya Pemprov DKI Jakarta menggunakan
teknologi yang efektif, cepat dan ramah lingkungan. Dampak dari kegiatan
alih teknologi ini adalah pada peningkatan penguasaan dan kemampuan
mitra (DKI Jakarta) dalam tata kelola persampahan dengan teknologi termal
/ PLTSa. DKI Jakarta dapat menjadi showcase dalam proyek PLTSa di 12
Kota sesuai dengan Perpres 35/2018, dengan disertai oleh dukungan SDM
lokal yang mempunyai kemampuan dalam pengoperasian teknologi pengolah
sampah proses termal. Dampak ungkit secara nasional yang didapatkan
adalah, pembangunan pilot project PLTSa akan diikuti dengan pembangunan
PLTSa full scale yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta, yang pada tahun-
tahun berikutnya diikuti oleh kabupaten kota yang tertera pada Perpres
35/2018. Secara konkret, dalam TA 2019 telah berhasil meningkatkan
kapasitas dan kapabilitas dari 27 SDM dalam pengoperasian dan
pemeliharaan sistem teknologi PLTSa dan SDM tersebut kelak diharapkan
dapat menjadi pengelola PLTSa skala komersial.
Latar belakang kegiatan pilot project PLTSa di Bantargebang tidak terlepas
dari terbitnya Perpres No.35/2018 tentang percepatan pembangunan
insfrastruktur pengolahan sampah menjadi energi listrik, yang mana akan
diimplementasikan di 12 kota. Proyek PLTSa ini termasuk dalam Proyek
Strategis Nasional yang dituangkan dalam Perpres No. 35/2018. Hingga saat
ini belum ada proyek sejenis yang dibangun di Indonesia. Di satu sisi
Indonesia juga memiliki Kebijakan Strategis Nasional (Jakstranas) Bidang
Persampahan (Perpres no.97/2017) yang antara lain menugaskan kepada
BPPT untuk membuat norma, standar dan kriteria teknologi pengolahan
sampah yang ramah lingkungan.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 226
Dengan demikian menjadi relevan bagi BPPT untuk meluncurkan kegiatan
pilot project pengolahan sampah proses termal dengan kapasitas 100 ton/hari
sebagai sarana peningkatan kapasitas nasional sekaligus pengembangan
inovasi teknologi di bidang persampahan. Pilot project ini bekerjasama
dengan DKI Jakarta (cq. Dinas Lingkungan Hidup) sebagai penyedia lahan
dan sekaligus mitra pengoperasian dan pemeliharaan. Perancangan dan
pembangunan pilot project PLTSa ini dilandasi semangat mengoptimumkan
kemampuan dalam negeri khususnya pada beberapa bagian unit PLTSa
seperti boiler, Water Treatment, Waste water treatment dan civil work.
Adapun PLTSa ini dirancang untuk mengolah sampah maksimum 100 ton per
hari dipasok oleh pihak UPST Bantargebang yang berasal dari sampah kota
Jakarta yang kesehariannya diangkut dengan truk ke TPST Bantargebang.
Sampah yang dibakar melalui unit PLTSa dirancang mampu menghasilkan
listrik ± 700 kW yang akan digunakan untuk keperluan internal plant.
Diharapkan dengan beroperasinya plant ini akan mendukung pencapaian
misi TPST Bantargebang sebagai pusat studi persampahan nasional serta
teknologi PLTSa ini menjadi salah satu rujukan dalam pengembangan waste
to energy di Indonesia.
Gambar 3.128. Bangunan pilot project PLTSa Bantargebang
Dalam pelaksanaanya PLTSa Bantargebang dioperasikan bersama antara
BPPT dengan DKI Jakarta untuk keperluan riset mendukung peningkatan
Bab III - 227
kapasitas nasional dalam pengolahan sampah proses termal maupun upaya
mewujudkan misi TPST Bantargebang sebagai pusat studi persampahan
nasional. Untuk mewujudkan semua tujuan tersebut maka kegiatan alih
pengetahuan (transfer of knowledge) baik dari pihak penyedia jasa kepada
calon operator maupun dari BPPT kepada para praktisi persampahan dari
pihak DKI Jakarta menjadi priositas utama. Oleh karena kegiatan training baik
dalam kelas maupun praktek di lapangan telah dimulai sejak diresmikannya
dan terus berlangsung hingga bulan November 2019. Total peserta baik dari
BPPT maupun DKI Jakarta sebanyak 27 orang dengan materi pelatihan
dalam Tabel 3.3.12 Keseluruhan rangkaian kegiatan alih teknologi ini ditandai
dengan penandatanganan Berita Acara Pengelolaan Barang Milik Negara
(BMN) Pilot Project PLTSa dari BPPT kepada Pemprov DKI pada Bulan
November 2019.
Tabel 3.55 Materi pelatihan (transfer of knowledge) pengoperasian PLTSa
1. Steam Turbine & Condenser 10. Water Treatment Plant 2. Fuel Handling System 11. Cooling Tower 3. Incinerator Boiler 12. Fire Fighting System 4. Gas treatment System 13. Domestic Service Water System 5. Ash Handling System 14. Dosing System 6. Deaerator 15. Sampling Cooler 7. Compressed Air System 16. Genset 8. Cooling Water System 17. Eletrical Panels 9. Auxiliary Burner 18. Konsep dan Prinsip Kerja Proses Termal
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 228
Gambar 3.129. Proses dan tahapan kerja pengolahan sampah proses termal
Tahapan proses pengolahan sampah diawali dengan adanya unit pre-
treatment guna menyiapkan bahan bakar sampah yang sesuai spesifikasi
plant baik dalam jenis sampah, tingkat kekeringan sampah maupun ukuran.
Beberapa jenis sampah yang tidak diperkenankan antara lain logam, kaca,
alumunium foil, PVC, limbah B3, bongkahan bangunan maupun sampah
dengan ukuran yang relatif besar. Selanjutnya sampah akan diangkut dan
dituangkan ke bunker yang berkapasitas 500 ton ( 5 hari simpanan).
Proses pengeringan sampah juga dilakukan di bunker dengan bantuan crane
yang selanjutnya dengan crane sampah akan dimasukkan ke hopper untuk
dihantarkan ke sistem grate bergerak. Selanjutnya sampah yang berada di
atas grate yang bergerak dilakukan pembakaran dengan suplai udara dari
bawah grate serta adanya bahan bakar tambahan di proses awal
pembakaran, untuk selanjutnya sampah terbakar tanpa tambahan bahan
bakar. Suhu pembakaran sampah dirancang sekitar 8500C dengan waktu
tinggal gas selama 2 detik.
Hasil pembakaran sampah menghasilkan 3 produk yakni panas, gas buang
dan residu (fly ash dan bottom ash). Panas digunakan untuk menghasilkan
steam melalui unit boiler, dimana steam ini selanjutnya dialirkan ke turbine
penggerak generator untuk membangkitkan energi listrik. Adapun gas buang
Pre-treatment sampah
Unloadingdan Pengisian bunker
Pemasukan sampahke sistem feeding
Pembakaran sampah di grate stoker (furnace)
Steam Boiler
PengendalianGas buang
Steam Turbine Generator
Fly & Bottom Ash (FABA)
PengelolaanFABA
Listrik
Cerobong
Bab III - 229
sebagai sisa pembakaran diolah terlebih dahulu dengan peralatan seperti
quencher untuk mereduksi partikulat, gas asam dan menurunkan suhu gas
buang secara tiba-tiba untuk mencegah terbentuknya dioksin. Selain itu gas
buang juga diinjeksi dengan slaked lime dan karbon aktif sebelum dialirkan
ke bag filter. Gas buang yang sudah melalui sistem pengendali pencemaran
ini akan dialirkan melalui cerobong.
Tabel 3.56
Ringkasan Sasaran Strategis
Sasaran Strategis Termanfaatkannya audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi dan layanan teknologi untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa – Melalui
Alih Teknologi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Indikator Kinerja Sasaran Strategis:
Jumlah Alih Teknologi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
Penjelasan Target IKSS PLTSa Bantargebang akan dioperasikan bersama antara BPPT dengan DKI
Jakarta untuk keperluan riset mendukung peningkatan kapasitas nasional dalam pengolahan sampah proses termal maupun upaya mewujudkan misi TPST
Bantargebang sebagai pusat studi persampahan nasional. Target Sasaran Strategis
1 (satu) buah alih teknologi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
Program/ Kegiatan Capaian Kinerja Bukti Pendukung Terwujudnya dan Termanfaatkannya audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi dan layanan teknologi untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa – Melalui Alih Teknologi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
a). Alih Teknologi Pengolah Sampah Secara Termal/PLTSa melalui serangkaian training kepada 27 orang calon operator kepala PLTSa. Dengan adanya alih teknologi, operator dapat mengoperasikan plant secara mandiri.
b). Serah terima pengelolaan PLTSa dari BPPT kepada Pemprov DKI Jakarta.
a) Daftar Silabus Pelatihan
b) Foto-foto Kegiatan c) Daftar Hadir d) Dokumen BAST BMN
PLTSa
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 230
Gambar 3.130. Pelatihan Operator Control Room
Gambar 3.131. Sesi Materi
Bab III - 231
Gambar 3.132. Sertifikat Training
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 232
Gambar 3.133. Proses Penandatanganan Berita Acara Pengelolaan PLTSa dari BPPT kepada
Pemprov DKI Jakarta
Bab III - 233
Gambar 3.134. Kunjungan Wamen KLHK ke Bantargebang
Pada awal Januari 2020, Wakil Menteri LHK melakukan kunjungan kerja ke
PLTSa Bantargebang. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka mengecek
kegiatan PLTSa pasca dilakukannya kegiatan alih teknologi di akhir tahun
2019. Seluruh tanggungjawab teknis operasional dilaksanakan oleh operator
dari hasil training, dan dalam kunjungan ini telah dibuktikan bahwa
operasional PLTSa dapat berjalan lancar dan menghasilkan listrik. Wamen
LHK menyampaikan bahwa pemerintah dalam hal ini KLHK akan mendorong
beberapa provinsi yang mempunyai sampah diatas 1.000 Ton/hari untuk
dapat belajar penanganan sampah pada DKI Jakarta. Sejumlah terobosan
yang dilakukan di TPST Bantar Gebang dengan landfill mining, pemanfaatan
gas metana, dan PLTSa dapat menjadi percontohan di seluruh Indonesia.
Dalam kegiatan ini Wamen LHK disambut oleh tim teknis PLTSa
Bantargebang, Kepala Dinas LH DKI Jakarta, dan Walikota Bekasi.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 234
Gambar 3.135. Pemberitaan Media Massa Terkait PLTSa Bantargebang
B. Capaian Kinerja
1. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja TA 2019
Perbandingan target dan realisasi kinerja merupakan metode penilaian
untuk mengukur persentase tingkat ketercapaian fisik dari suatu kegiatan.
Dalam metode ini dibandingkan antara target capaian kegiatan, dengan
realisasi kegiatan. Adapun capaian kegiatan PTL tahun 2018 dijabarkan
pada tabel berikut;
Prosentase Capaian Kinerja
= Realisasi
X 100%
Target
= 1 Alih Teknologi
X 100% = 100% 1 Alih Teknologi
Bab III - 235
Tabel 3.57 Capaian Kegiatan PLTsa
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program/Kegiatan Mitra Terwujudnya alih teknologi pengolahan sampah dengan proses termal/pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa)
Alih Teknologi Pengolahan Sampah dengan Proses Termal/ Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
1 1 100 • Commissioning • Alih Teknologi • BAST
Pengelolaan BMN PLTSa
• Pemprov DKI Jakarta
2. Perbandingan antara realisasi kinerja dengan tahun lalu dan beberapa
tahun terakhir;
Perbandingan antara realisasi kinerja tahun ini dengan beberapa tahun
terakhir untuk masing-masing kegiatan ditunjukkan oleh gambar berikut;
Gambar 3.136. Perbandingan realisasi kinerja sampai tahun ini dengan beberapa tahun terakhir
Kegiatan alih teknologi PLTSa merupakan rangkaian dari rencana 5
tahunan yang memfokuskan pada inovasi pengolahan sampah dan
limbah padat perkotaan. Dimulai dari pengolah sampah plastik hingga
pilot project PLTSa (sistem thermal). Pada akhir rangkaian RPJMN 2015-
2019, BPPT telah menghasilkan sebuah inovasi pengolahan sampah
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 236
thermal yang menjadi percontohan dan rujukan nasional dalam
pengembangan teknologi pengolahan sampah yang cepat, efisien dan
ramah lingkungan.
3. Perbandingan realisasi kinerja TA 2019 dengan target jangka menengah
Selain membandingkan realisasi kinerja dengan kegiatan jangka pendek
pada tahun-tahun sebelumnya, evaluasi kinerja juga tahunan juga
membandingkan dengan target jangka menengah yang relevan baik
ditingkat unit kerja, ataupun lembaga. Uraian perbandingan realisasi
kinerja TA 2019 ditunjukkan pada atabel berikut;
Tabel 3.58 Perbandingan realisasi kinerja TA 2019 dengan target jangka menengah
Sasaran Strategis Realiasasi Kinerja TA 2019 Target Jangka Menengah
Terwujudnya alih teknologi pengolahan sampah dengan proses termal/pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa)
ALIH TEKNOLOGI Pengolahan Sampah dengan Proses Termal/ Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
PEMBANGUNAN Pilot Project PLT Sampah, OPERASI dan REKOMENDASI Teknis serta TEKNO-EKONOMI PLTSa di TPST Bantar Gebang (Kerjasama BPPT dan Pemprov DKI Jakarta)
4. Perbandingan realisasi kinerja TA 2019 dengan standar nasional
Capaian kegiatan PTL pada tahun 2019 ini juga sangat relevan dengan
target jangka menengah maupun standar-standar nasional lainnya pada
lingkup/ sektor terkait. Adapun keterkaitan tersebut ditunjukkan pada tabel
berikut;
Tabel 3.59 Perbandingan realisasi kinerja TA 2019 dengan Standar Nasional
Sasaran Kegiatan Realiasasi Kinerja TA 2019 Standar Nasional
Terwujudnya alih teknologi pengolahan sampah dengan proses termal/pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa)
ALIH TEKNOLOGI Pengolahan Sampah dengan Proses Termal/ Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
BPPT ditunjuk untuk membuat STANDAR, NORMA DAN KRITERIA pengelolaan sampah nasional dalam JAKTRANAS Pengelolaan Sampah Nasional (Perpres No.97/2017),
5. Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja Faktor yang
menyebabkan keberhasilan atau peningkatan kinerja pada kegiatan alih
teknologi PLTSa antara lain ;
• Dukungan Pimpinan • Dukungan Mitra
Bab III - 237
• Dukungan SDM yang kompeten teknologi dalam pengelolaan sampah
6. Analisis Efisiensi
Analisis efisiensi dimaksudkan untuk melihat sejauh mana efektivitas
pengelolaan sumberdaya terhadap target yang dilaksanakan. Salah satu
tantangan utama di BPPT adalah alokasi SDM yang ada untuk
mengerjakan beberapa kegiatan yang sama-sama membutuhkan
sumberdaya sejenis. Hal ini diatasi dengan penjadwalan dan sistem kerja
yang efisien antar personel dalam beberapa kegiatan. Adapun efisiensi
lainnya menyangkut keungan dan peralatan dijelaskan lebih rinci pada
tabel berikut ;
Tabel 3.60 Analisis Efisiensi
Sasaran Strategis SDM Keuangan Lab & Peralatan
Dihasilkannya Inovasi Teknologi Pengelolaan
Sampah, dan Limbah Padat Perkotaan - PLTSa
Penjadwalan kerja dan sistem matrik personel
kegiatan, untuk mengindari overlapping/ bentrok jadwal
Dibutuhkan fleksibilitas realisasi anggaran untuk
pelaksanaan kegiatan sesuai peraturan yang
berlaku.
Revitalisasi lab dan peralatan
pendukung pelaksanaan
kegiatan
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 238
3.1.3.7. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 7 :
Layanan Inkubasi Teknologi
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan Program Penerapan dan Pelayanan Inkubasi Teknologi
bertujuan untuk menumbuhkembangkan usaha pemula inovatif berbasis
teknologi yang berdaya saing. Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan
dalam pelaksanaan program ini yang disampaikan dalam gambar berikut:
Gambar 3.137. Proses Inkubasi Dalam Tahapan Inkubasi Teknologi
Dalam kegiatan alih teknologi dan bisnis inilah proses inkubasi dijalankan
dengan serangkaian aktivitas inkubasi antara lain: persiapan inkubasi,
training dan mentoring, uji produksi, pendampingan bisnis dan sertifikasi,
akses pembiayaan, dan akses pasar. Selain itu, pada tahap inkubasi ini juga
dilaksanakan aktivitas monitoring terhadap tenant untuk mengetahui
kemajuan bisnisnya dan evaluasi untuk menentukan apakah proses inkubasi
terhadap tenant tersebut dilanjutkan atau di drop out/dihentikan proses
inkubasinya. Target kegiatan yang harus dicapai adalah dihasilkannya
Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) melalui kegiatan layanan
inkubasi bisnis teknologi. Sedangkan outcome yang diharapkan tercapai
Bab III - 239
adalah Terwujudnya Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) yang
berdaya saing.
Secara ringkas, capaian kinerja sasaran program kedeputian bidang PKT
tahun 2019 disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.61 Ringkasan Sasaran, Indikator Kinerja, Target dan Capaian Kinerja
Sasaran Strategis Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi, dan
Layanan Teknologi untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa Indikator Kinerja
Jumlah Layanan Inkubasi Teknologi Penjelasan IKSS
Outcome yang diharapkan tercapai adalah terwujudnya Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) yang berdaya saing. Indikator ini menargetkan diberikan tugas untuk menumbuhkembangkan usaha pemula inovatif berbasis teknologi yang
berdaya saing yang akan terus diperbaharui setiap tahunnya. Target
1 (satu) Layanan Inkubasi Teknologi Program/Kegiatan Capaian Kinerja Outcome Bukti Pendukung 2. Program
Penerapan dan Pelayanan Inkubasi Teknologi
Termanfaatkannya 1 (satu) layanan inkubasi teknologi
- Perjanjian Kerjasama Inkubasi Tenant
- Surat Rekomendasi kelulusan tenant
- Sertifikat Graduate tenant
B. Capaian Kinerja
1. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini
Prosentase Capaian Kinerja
= Realisasi
X 100%
Target
= 1 Layanan Inkubasi Teknologi
X 100% = 100% 1 Layanan Inkubasi Teknologi
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 240
2. Perbandingan Antara Target Dengan Realisasi Kinerja Tahun 2019
Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun 2019 disajikan
dalam berikut:
Tabel 3.62 Perbandingan Antara Target Dengan Realisasi Kinerja Tahun 2019
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Realisasi
% Program/ Kegiatan
Mitra/ Pengguna
Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi, dan Layanan Teknologi untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa
Termanfaatkannya 1 (Satu) Layanan Inkubasi Teknologi
1 1 100 Program PIT
Tenant
Kegiatan inkubasi teknologi BPPT dalam periode tahun 2015-2019, telah
memberikan layanan inkubasi kepada 161 tenant dan jumlah tenant yang
telah diluluskan sejak 2002 sebanyak 67 tenant sehingga memiliki tingkat
kelulusan (graduation rate) sebesar 42 %. Di tahun 2019 BIT melakukan
survei terhadap 41 tenant diperoleh hasil bahwa jumlah omzet yang
dihasilkan oleh tenant pada pembukuan tahun 2019 sebesar Rp
36.452.356.700 dan 32 tenant diantaranya telah berkontribusi terhadap
pada pendapatan pajak negara sebesar Rp 2.326.200.005.
Bab III - 241
Gambar 3.138. Capaian hasil output dan outcome layanan inkubasi teknologi
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 242
Gambar 3.139. Surat Rekomendasi Kelulusan Tenant dan Sertifikat Kelulusan Tenant (PPBT)
Bab III - 243
Gambar 3.140. Sertifikat yang diberikan kepada tenant sebagai bukti telah menyelesaikan program PPBT
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 244
Gambar 3.141. PKS inkubasi BIT dengan Tenant Gambar 3.142. Survei Kepuasan Konsumen
Gambar 3.143. Indeks Kepuasan Masyarakata terhadap layanan inkubasi teknologi
Nama Tenant TELAGA BITLABS
PICO
BIRU
TEKNO
PT.
DMHI
(aquabo
s)
CV. Mas
Food
CV. Global
Usaha
Bersama
CV. Diana
Hermawati
PT.
Algaepark
Indonesia
Mandiri
CV.
Mabol
Store
SITOMO Tryuasda
CV
Mekar
Djaya
Harum
Mhomecar
e
PT. Bali
Lengi
Alus
Swasemb
ada.id
PT Hebat
Inovasi
Indonesia
Magneo
(PT.Global
Indotech
Madani)
Jumlah
Nilai
Perunsur
NRR Per Unsur =
Jml nilai per
unsur : Jml
Kuesioner yg
terisi
NRR tertimbang per
unsur = NRR per
unsur x 0,071 (14
unsur pelayanan dg
bobot sama)
1. Prosedur Pelayanan 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 60 3,7500 0,2679
2. Persyaratan Pelayanan 4 44 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 60 3,7500 0,2679
3. Kejelasan Petugas 4 44 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 61 3,8125 0,2723
4. Kedisiplinan Petugas 4 44 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 61 3,8125 0,2723
5. Tanggung Jawab Petugas 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 62 3,8750 0,2768
6. Kemampuan Petugas 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 64 4,0000 0,2857
7. Kecepatan Pelayanan 4 44 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 61 3,8125 0,2723
8. Keadilan Pelayanan 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 60 3,7500 0,2679
9. Kesopanan & Keramahan Petugas 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 61 3,8125 0,2723
10. Kewajaran Biaya 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 60 3,7500 0,2679
11. Kepastian Biaya 4 44 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 58 3,6250 0,2589
12. Kepastian Jadwal 4 44 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 4 4 62 3,8750 0,2768
13. Kenyamanan Lingkungan 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 62 3,8750 0,2768
14. Keamanan Pelayanan 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 62 3,8750 0,2768
Jumlah Nilai 854 53,3750 3,8125
Konversi IKM Unit Pelayanan = NRR IKM
Tertimbang x 25
Kinerja Unit Pelayanan
Indeks Kepuasan Masyarakat Balai Inkubator Teknologi 2019
Sangat Baik (A)95,3125
Pendapat Responden Tentang Pendampingan BIT
Bab III - 245
3.1.3.8. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 8 :
Layanan Teknologi Air Bersih
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan layanan teknologi ini bertujuan untuk mendukung pembangunan
nasional melalui penerapan layanan teknologi BPPT kepada mitra masyarakat,
lembaga/ institusi, dan swasta yang membutuhkan. Kegiatan layanan teknologi
air bersih menggunakan sistem biofilter ini memiliki urgensi untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui penyediaan air baku yang berkualitas bagi
pelanggan Perum Jasa Tirta I Surabaya. Kegiatan ini telah berdampak nyata
pada penyediaan akses air minum yang sehat dan aman bagi masyarakat kota
Surabaya melalui distribusi PDAM Surabaya. Dalam jangka panjang,
penggunaan teknologi ini secara tidak langsung akan mengurangi resiko
terbentuknya senyawa THMs yang bersifat karsinogenik bagi pelanggan Perum
Jasa Tirta 1, yaitu PDAM Surya Sembada Surabaya yang memiliki 560,000
pelanggan.
Sumber air baku yang tercemar baik secara alami ataupun oleh buangan akibat
aktivitas kegiatan manusia adalah penyebab terbentuknya senyawa
Trihalomethanes (THMs). Senyawa precursors trihalomethane adalah Senyawa-
senyawa yang secara potensial dapat menyebabkan terjadinya THMs. Salah
satu precursor THMs adalah senyawa humus (Humic and Fulvic Substances)
yang secara alami terbentuk akibat proses pelapukan daun-daun yang gugur
atau sisa tumbuh-tumbuhan yang telah mati oleh aktivitas mikroorganisme. Air
limpasan hujan (Run Off) membawa senyawa humus dari daerah hutan atau
pertanian, kemudian air limpasan tersebut masuk ke sungai pada bagian hulu,
kemudian akan terbawa ke bagian hilir. Di samping itu, air limbah yang berasal
dari buangan domestik maupun industri juga masih mengandung zat organik
dengan konsentrasi cukup besar.
Air sungai yang mengandung precursor THMs ini, kemudian diolah untuk
dijadikan air minum masyarakat di daerah hilir. Kemudian Senyawa precursor
THMs tersebut bereaksi dengan senyawa khlor yang digunakan untuk proses
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 246
desinfeksi sehingga terbentuklah senyawa THMs dan senyawa halogen organik
lainnya. Selain itu, semakin besar kandungan amoniak dalam air baku maka
amoniak akan berekasi dengan khlor membentuk senyawa khloramine yang
mempunyai daya desinfeksi yang lebih rendah. Akibatnya konsumsi senyawa
khlor yang digunakan akan bertambah besar, dan dengan semakin besarnya
konsentrasi khlor yang digunakan maka kemungkinan akan terbentuknya THMs
juga semakin besar.
Untuk memperkecil resiko akibat senyawa polutan mikro di dalam air minum
dapat dilakukan dengan memperbaiki kualitas air baku yang digunakan dengan
memilih teknologi pengolahan air. Untuk mencegah terbentuknya senyawa mikro
polutan akibat proses desinfeksi khlorine, prinsipnya yaitu mencegah terjadinya
reaksi antara senyawa precursor dengan senyawa desinfektan khlorine. Untuk
menghindari hal tersebut, cara yang paling penting yakni mencegah
pencemaran atau pengotoran terhadap air sungai atau air bakunya. Selanjutnya
adalah dengan menghilangkan atau memperkecil konsentrasi precursor
THMsnya dalam air, sebelum dilakukan proses desinfeksi (khlorinasi).
Beberapa cara untuk menghindari atau mengurangi terbentuknya THMs dalam
air minum yakni antara lain:
• Menghilangkan precursor THMs dengan menggunakan proses adsorpsi
dengan karbon aktif; oksidasi dengan ozon atau oksidator lainnya sebelum
dilakukan pembubuhan khlor.
• Menghilangkan senyawa THMs yang terbentuk dengan cara aerasi atau
proses adsorpsi dengan karbon aktif.
• Menggunakan disinfektan lainnya misalnya ozon, hidrogen peroksida,
khloramine atau khlordioksida.
• Menghilangkan senyawa-senyawa yang secara langsung atau tidak
langsung dapat menimbulkan terbentuknya THMs, misalnya senyawa
organik (BOD, COD), amoniak dll, dengan cara melakukan pengolahan awal
(pretreatment) secara proses biologi (biological process).
Dari beberapa alternatif tersebut di atas, salah satu cara yang perlu dikaji yakni
pengolahan pendahuluan (pretreatment) dengan proses biologis.
Bab III - 247
Dalam rangka meningkatkan kualitas air baku Sungai Surabaya, Perum Jasa
Tirta I bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
melalui Studi Penghilangan Polutan Organik Sungai Surabaya dengan Teknologi
Biofilter. Dari hasil pemantauan kualitas air Sungai Surabaya yang dilaksanakan
dalam kegiatan penelitian tersebut didapatkan kesimpulan mengenai kondisi
kualitas air di Sungai Surabaya mulai dari Dam Gunungsari sampai Pintu Air
Jagir bahwa konsentrasi polutan organik di Sungai Surabaya Cukup Tinggi. Hal
ini dapat dilihat bahwa konsentrasi BOD tertinggi dapat mencapai 14,84 mg/l dan
konsentrasi COD tertinggi dapat mencapai 53,87 mg/l. Jika dibandingkan
dengan standar mutu air kelas 1 sesuai dengan PP Nomor 82 Tahun 2001, hal
ini menunjukkan bahwa polutan air sungai Sungai Surabaya melebih batas baku
mutu air kelas 1.
Standar mutu air kelas 1 untuk penggunaan air baku air minum konsentrasi
konsentrasi COD maksimum adalah 10 mg/l, sedangkan untuk mutu air kelas 2
untuk penggunaan prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, konsentrasi COD maksimum
25 mg/l. untuk konsentrasi oksigen terlarut relatif rendah yakni rata-rata di bawah
4 mg/l, bahkan pada kondisi tertentu konsentrasi DO di bawah 3 mg/l.
Untuk mengurangi konsentrasi senyawa organik dan polutan pada air baku,
diperlukan suatu proses pengolahan air terlebih dahulu. Dalam mengatasi
masalah tersebut, umumnya dilakukan pencampuran senyawa kimia baik
karbon aktif bubuk maupun khlorine yang membutuhkan biaya relatif mahal.
Disamping membutuhkan biaya besar, hasil dari pengolahan air juga sering
kurang baik.
Salah satu alternatif proses biologis yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
masalah tersebut adalah dengan menggunakan proses biologis dengan sistem
biofilter tercelup menggunakan media plastik sarang tawon. Proses biofilter
adalah proses pengolahan air dengan cara mengalirkan air ke dalam reaktor
biologis yang di dalamnya diisi dengan media penyangga untuk pengembang-
biakan mikroorganisme. Dengan mengalirkan air baku ke dalam reaktor biofilter
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 248
tersebut, maka akan terbentuk lapisan biofilm atau lapisan mikroorganisme yang
melekat pada permukaan media. Mikro organisme ini lah yang akan
menguraikan polutan yang ada di dalam air. Pengolahan dengan proses biofilter
dapat menguraikan polutan pencemar antara lain: menguraikan polutan organik
(BOD/COD); menguraikan senyawa senyawa deterjen, fenol dan lainnya;
mengoksidasi senyawa Fe dan Mn; mengoksidasi amoniak menjadi nitrat; dan
menghilangkan senyawa sulfida menjadi sulfat.
Untuk mendapatkan data yang dapat dipercaya mengenai kinerja teknologi
biofilter dalam menigkatkan kualitas air baku perlu dilakukan uji coba lapangan
dengan cara membangun Model Tes Biofilter, dimana Model Test tersebut dapat
diintegrasikan dengan unit IPA konvensional maupun dengan Unit Filtrasi.
Adapun hasil kegiatan tahun 2019 yaitu;
1. Proses model test biofilter yang terdiri dari bak pengendap dan reaktor
biofilter menggunakan media plastik sarang tawon dapat menurunkan
konsentrasi padatan tersuspensi (TSS), kekeruhan (turbidity), zat organik,
amoniak, nitrit, nitrat, deterjen dan mangan (Mn) di dalam air baku.
2. Proses aerasi di dalam reaktor biofillter dapat menaikan konsentrasi oksigen
terlarut 28,65 % – 68,09 %, serta menaikkan pH 3,54 % – 9,05 %.
3. Secara umum semakin lama waktu tinggal di dalam model test biofilter,
efisiensi penghilangan padatan tersuspensi (TSS), kekeruhan (turbidity), zat
organik, amoniak, nitrit, nitrat, deterjen dan mangan (Mn) di dalam air baku
semakin besar.
Bab III - 249
Tabel 3.63 Ringkasan Sasaran Strategis
Sasaran Strategis Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan
Teknologi Untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Jumlah Layanan Teknologi Air Bersih Penjelasan Target Sasaran Strategis
Sebuah layanan peningkatan kualitas air baku di fasilitas pengolahan air bersih sebuah perusahaan penyedia air minum perkotaan. Layanan yang dilakukan adalah aplikasi
teknologi biofilter untuk mengurangi terbentuknya senyawa THMs akibat penggunaan disinfektan yang berlebihan.
Target Sasaran Strategis 1 (satu) Layanan Teknologi Air Bersih
Program/ Kegiatan Capaian Kinerja Bukti Pendukung Layanan teknologi lingkungan
Tercapainya peningkatan kualitas air baku menggunakan biofilter untuk Perum Jasa Tirta I Surabaya yang selanjutnya digunakan oleh PDAM Surabaya melayani 560,000 sambungan pelanggan.
a) Desain Peralatan b) Foto-foto Kegiatan c) Surat testimoni
Gambar 3.144. Peralatan Biofilter untuk Meningkatkan Kualitas Air Baku PJT I Surabaya
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 250
Gambar 3.145. Diagram Teknologi Biofilter Surabaya
Gambar 3.146. Surat Testimoni PJT I Surabaya
Bab III - 251
B. Capaian Kinerja 1. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja TA 2019
Perbandingan target dan realisasi kinerja merupakan metode penilaian untuk
mengukur prosentase tingkat ketercapaian fisik dari suatu kegiatan. Dalam
metode ini dibandingkan antara target capaian kegiatan, dengan realisasi
kegiatan. Adapun capaian kegiatan BPPT tahun 2019 dijabarkan pada tabel
berikut;
Prosentase Capaian Kinerja
= Realisasi
X 100%
Target
= 1 Layanan Teknologi
X 100% = 100% 1 Layanan Teknologi
Tabel 3.64 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja TA 2019
Sasaran Strategis Indikator
Kinerja
Target Realisasi % Program/Kegiatan Mitra
Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan Teknologi Untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa.
Jumlah Layanan Teknologi Air Bersih
1 1 100 Layanan Umum • Desain
konseptual • Basic design • Konstruksi • Comissioning • Survei • Operasional • Evaluasi dan
Scalling Up
• Perum Jasa Tirta I Surabaya
2. Perbandingan realisasi kinerja TA 2019 dengan target jangka menengah
Selain membandingkan realisasi kinerja dengan kegiatan jangka pendek
pada tahun-tahun sebelumnya, evaluasi kinerja juga tahunan juga
membandingkan dengan target jangka menengah yang relevan baik
ditingkat unit kerja, ataupun lembaga. Uraian perbandingan realisasi kinerja
TA 2019 ditunjukkan pada atabel berikut;
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 252
Tabel 3.65 Perbandingan realisasi kinerja TA 2019 dengan target jangka menengah
Sasaran Strategis Realiasasi Kinerja TA 2019 Target Jangka Menengah
Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan
Teknologi Untuk Peningkatan Daya Saing
Menuju Kemandirian Bangsa.
LAYANAN TEKNOLOGI AIR BERSIH untuk peningkatan kualitas air baku di PJT I Surabaya.
INOVASI TEKNOLOGI LINGKUNGAN tepat guna untuk masyarakat, lembaga, maupun swasta secara nasional
3. Perbandingan realisasi kinerja TA 2019 dengan standar nasional
Capaian kegiatan PTL pada tahun 2019 ini juga sangat relevan dengan target
jangka menengah maupun standar-standar nasional lainnya pada lingkup/
sektor terkait. Adapun keterkaitan tersebut ditunjukkan pada tabel berikut;
Tabel 3.66 Perbandingan realisasi kinerja TA 2019 dengan standar nasional
Sasaran Strategis Realiasasi Kinerja TA 2019 Standar Nasional
Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan
Teknologi Untuk Peningkatan Daya Saing
Menuju Kemandirian Bangsa.
LAYANAN TEKNOLOGI AIR
BERSIH untuk kebutuhan air
bersih
SNI 6774: 2008 – Tata Cara
Perencanaan Unit Paket Instalasi
Pengolahan Air
SNI- Air Mineral, Air Demineral, Air
Mineral Alami dan Air Minum Embun
(Permen Pereindustrian No. 78/M-
IND/PER/11/2016
4. Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja
Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja unit kerja dalam
upaya pencapaian target kegiatan antara lain:
• Dukungan Pimpinan
• Dukungan Mitra BUM
• Dukungan SDM yang pengalaman dalam Layanan Air Bersih
5. Analisis Efisiensi
Analisis efisiensi dimaksudkan untuk melihat sejauh mana efektivitas
pengelolaan sumberdaya terhadap target yang dilaksanakan. Salah satu
tantangan utama di PTL adalah alokasi SDM yang ada untuk mengerjakan
beberapa kegiatan yang sama-sama membutuhkan sumberdaya sejenis. Hal
Bab III - 253
ini diatasi dengan penjadwalan dan sistem kerja yang efisien antar personel
dalam beberapa kegiatan. Adapun efisiensi lainnya menyangkut keungan
dan peralatan dijelaskan lebih rinci pada tabel berikut;
Tabel 3.67 Analisis Efisiensi
Sasaran Strategis SDM Keuangan Lab & Peralatan Terlaksananya layanan
teknologi lingkungan untuk kebutuhan air
bersih
Penjadwalan kerja dan sistem matrik personel
kegiatan, untuk mengindari overlapping/ bentrok jadwal
Membuat kerangka perencanaan dan realisasi anggaran yang efisien dan
efektif untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
Revitalisasi lab dan peralatan
pendukung pelaksanaan
kegiatan
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 254
3.1.3.9. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 9 :
Layanan Teknologi TMC
A. Uraian Pelaksanan Kegiatan
Secara keseluruhan, ada 9 (sembilan) paket kegiatan layanan jasa Teknologi
Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilakukan oleh BB-TMC di tahun 2019, yaitu :
1. Pemasangan Instrumen Pemantau Automatic Weather Station Dan Soil
Moisture and Temperature Sensor di PT. Wirakarya Sakti;
2. Survei Layanan Teknologi Modifikasi Cuaca di DAS Kedang Kepala PT. Bara
Tabang, Kalimantan Timur;
3. Kegiatan Jasa Teknologi Modifikasi Cuaca Di Daerah Tangkapan Air Waduk
Kaskade Citarum, Jawa Barat;
4. Kegiatan Pelaksanaan Jasa Teknologi Modifikasi Cuaca Di Daerah Aliran
Sungai Brantas, Jawa Timur;
5. Survei Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di Daerah Aliran Sungai
(DAS) Bengawan Solo Untuk Menambah ketersediaan Air Waduk Banyu
Urip Guna Mendukung Operasi Produksi Minyak Exxonmobil Cepu Limited;
6. Kegiatan Jasa Teknologi Modifikasi Cuaca di Daerah Aliran Sungai (DAS)
Bengawan Solo Untuk Menambah ketersediaan Air Waduk Banyu Urip Guna
Mendukung Operasi Produksi Minyak Exxonmobil Cepu Limited;
7. Survei Layanan Teknologi Modifikasi Cuaca Untuk Mengurangi Intensitas
Curah Hujan di Area Proyek Pembangunan Bandara Internasional
Yogyakarta Baru, PT. PP KSO di Kulon Progo;
8. Jasa Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca untuk sistem proteksi petir di
site YYA PHE ONWJ;
9. Kegiatan Pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca Untuk Penanganan
Siaga Darurat Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di
Indonesia Tahun 2019, yang dilaksanakan untuk melayani permintaan dari
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Bab III - 255
1. Kegiatan Pemasangan Instrumen Pemantau Automatic Weather Station
Dan Soil Moisture and Temperature Sensor di PT. Wirakarya Sakti
Peat smouldering merupakan fenomena kebakaran deposit gambut bawah
permukaan, yang hampir selalu terjadi di setiap musim kemarau di lahan dan
hutan gambut. Kebakaran hutan dan lahan yang kerap terjadi di kawasan
perkebunan akan menimbulkan kerugian dari faktor lingkungan maupun
ekonomis. Fenomena kebakaran hutan dan lahan yang kerap terjadi di Pulau
Sumatera menjadikan sistem peringatan dini terhadap bencana tersebut
menjadi penting. Sistem peringatan dini akan sangat berguna untuk aksi
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana karhutla. Monitoring parameter
cuaca dan lahan akan sangat bermanfaat sebelum kerugian yang
ditimbulkan menjadi semakin besar jika terlambat ditangani. Kemajuan
teknologi dapat diterapkan untuk mempermudah monitoring dan observasi
parameter cuaca dan lahan di HTI Sinarmas Forestry Region Jambi.
Teknologi sensor dan IT yang teredia saat ini dapat mambantu dalam
penyusunan sistem deteksi dini potensi bencana karhutla yang menghasilkan
informasi terkini yang tepat dan akurat. Pada kegiatan ini telah dilakukan uji
fungsi dan pemasangan Automatic Weather Station (AWS), Soil Moisture
and Temperature Station (SMTS), dan Control Station di kawasan HTI
Sinarmas Forestry Region Jambi. Keseluruhan kegiatan berlangsung pada
Periode 28 Maret – 11 April 2019.
Pada kegiatan ini terdapat 2 (dua) kegiatan utama yaitu Uji Fungsi dan
Pemasangan AWS SMTS di 10 (sepuluh) Distrik Region Jambi. Instrumen
yang dipasang selama kegiatan, secara singkat dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Automatic Weather Station (AWS) nir-cable
Digunakan untuk memantau dinamika cuaca yang menyebabkan
terjadinya kekeringan (drought) di kawasan lahan gambut. Data dari hasil
pemantauan dapat digunakan untuk melakukan analisis Indeks Cuaca
Kebakaran (Fire Weather Index – FWI), yaitu untuk mendeteksi secara
dini tingkat kekritisan kadar air biomasa permukaan yang dimungkinkan
dapat menjadi penyulut kebakaran permukaan.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 256
Gambar 3.147. Unit AWS
2. Soil Moisture and Temperature Station (SMTS) nir Kabel
Digunakan untuk memantau kondisi dinamik suhu dan kelengasan
(moisture content) deposit gambut, baik di permukaan maupun di bawah
permukaan. Data hasil pengukuaran secara terus menerus dapat
digunakan untuk mendeteksi kondisi yang memungkinkan terjadinya self
heating, penyulutan (ignition), dan penjalaran api smouldering gambut.
Data hasil monitoring Sensor soil moisture di beberapa titik secara vertikal
dapat memberikan informasi mengenai tingkat kesulitan fire suppression
jika terjadi smouldering peat fire.
Gambar 3.148. Unit SMTS
Bab III - 257
3. Stasiun Pemantau
Berupa perangkat jaringan dan manajemen basis data dan informasi,
untuk menjamin keberlanjutan akuisisi data, transmisi dan penyimpanan
data, pengolahan data, serta distribusi data dan informasi yang
didedikasikan secara khusus untuk keperluan pemantauan dan deteksi
dini peat fire smouldering.
Gambar 3.149. Perangkat Jaringan AWS dan SMTS
Selama kegiatan uji fungsi juga dilakukan pengaturan kerja Mini PC,
Teamviewer, WeatherLink, dan jaringan untuk memastikan data hasil
observasi pada tiap distrik dapat diunggah ke server Sinarmas Jakarta
secara rutin.
Setelah melalui proses uji fungsi, sebagian alat mulai didistribusikan ke
masing-masing distrik. Kegiatan selanjutnya yaitu pemasangan instrumen
AWS SMTS yang dilakukan oleh 3 (tiga) tim untuk 10 (sepuluh) distrik di
HTI Sinarmas Region Jambi. Sepuluh lokasi distrik tersebut tersebar di
beberapa wilayah di Provinsi Jambi seperti pada Gambar 3.3.56 berikut.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 258
Gambar 3.150. Lokasi AWS SMTS yang terpasang pada 10 Distrik HTI Sinarmas Region Jambi
Selama kegiatan pemasangan AWS SMTS, pekerjaan yang dilakukan
oleh tim pemasangan antara lain adalah sebagai berikut.
a) Melakukan survei lokasi penempatan AWS SMTS di tiap distrik
b) Memasang sensor AWS SMTS
c) Memasang rangkaian Stasiun Pemantau/layar tampilan data
d) Memastikan data terunggah ke server Jakarta
e) Memberikan pelatihan singkat pengoperasian AWS SMTS dan
pemeliharaan harian kepada personel distrik
Selama Periode Kegiatan uji fungsi dan pemasangan AWS SMTS di 10
Distrik yang berada di HTI Sinarmas Forestry Region Jambi pada periode
28 Maret – 11 April 2019, AWS SMTS yang telah terpasang sudah
berfungsi dengan baik dan berhasil mengunggah data observasi ke
server Jakarta.
Bab III - 259
2. Survei Layanan Teknologi Modifikasi Cuaca di DAS Kedang Kepala PT.
Bara Tabang, Kalimantan Timur
Kegiatan Survei Teknologi Modifikasi Cuaca untuk menambah curah hujan
di DAS Kedang Kepala agar kedalaman air Sungai Kedang Kepala
dilaksanakan berdasarkan Surat Nomor: 1089/BT-BBTMC/JKT/X/2019
tanggal 22 Oktober 2019, PT. Bara Tabang meminta kepada Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi untuk melaksanakan survei layanan
jasa TMC di Hulu Sungai Kedang Kepala. Merespon surat tersebut, BPPT
melalui Surat Nomor: S-352/BBTMC-TPSA/SA.04.02/10/2019 tanggal 28
Oktober 2019 menyanggupi pelaksanaan survei untuk rencana pelaksanaan
TMC di Hulu Sungai Kedang Kepala. Kegiatan survei dilakukan pada tanggal
30 Oktober – 2 November 2019.
Adapun survei mutlak perlu dilakukan sehubungan dengan belum pernah
ada pengalaman sebelumnya terkait pelaksanaan TMC di daerah target DAS
Kedang Kepala, Kalimantan Timur. Tujuan dilakukannya survei adalah untuk
memperoleh gambaran mengenai kondisi medan, informasi mengenai
karakteristik cuaca dan iklim di wilayah target dan sekitarnya, serta
berkoordinasi dengan pengelola sarana dan prasarana pendukung
pelaksanaan TMC jika nantinya jadi terlaksana, seperti bandara/lapangan
terbang terdekat dengan daerah target, keberadaan radar cuaca, dan
sebagainya.
Pelaksanaan Survei yang dilakukan di DAS Kedang Kepala PT. Bara
Tabang, Kalimantan Timur, meliputi :
1. Topografi Daerah Target
2. Observasi Cuaca Daerah Target
3. Observasi Hidrologi
4. Sarana – Pra Sarana Pendukung Pelaksanaan TMC
5. Peta Kerja Pelaksanaan TMC
6. Analisis Kondisi Cuaca dan Hidrologi di Daerah Target
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 260
Gambar 3.151. Peta Kerja Pelaksanaan TMC di DAS Kedang Kepala
3. Kegiatan Jasa Teknologi Modifikasi Cuaca Di Daerah Aliran Sungai
Brantas, Jawa Timur.
Kegiatan Jasa Teknologi Modifikasi Cuaca Di Daerah Aliran Sungai Brantas,
Jawa Timur dilaksanakan untuk melayani permintaan dari PT Perum Jasa
Tirta I. Pekerjaan TMC DAS Brantas ini terlaksana atas dasar Dokumen
Kontrak Perjanjian No.: 013/PKS/BBTMC-TPSA/SA.04.02/11/2019 antara
BB-TMC dengan Perum Jasa Tirta I tentang Pekerjaan Jasa Teknologi
Modifikasi Cuaca (TMC) di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas Provinsi
Jawa Timur yang ditandatangani pada tanggal 8 November 2019. Dalam
realisasinya, pekerjaan ini terlaksana dengan durasi 20 (dua puluh) hari
kegiatan selama periode tanggal 22 November – 12 Desember 2019.
Pekerjaan TMC DAS Brantas ini untuk menambah ketersediaan air waduk
sebagai persediaan air untuk pada musim kemarau dan meningkatkan
kondisi keandalan penyediaan air di DAS Brantas, Jawa Timur dalam
mendukung ketahanan energi dan pangan.
Bab III - 261
4. Kegiatan Jasa Teknologi Modifikasi Cuaca Di Daerah Tangkapan Air
Waduk Kaskade Citarum, Jawa Barat.
Kegiatan Jasa Teknologi Modifikasi Cuaca Di Daerah Tangkapan Air Waduk
Kaskade Citarum, Jawa Barat dilaksanakan untuk melayani permintaan dari
PT Perum Jasa Tirta II. Pekerjaan TMC Waduk Kaskade Citarum ini
terlaksana atas dasar Dokumen Kontrak Perjanjian No.: 02/PKS/BBTMC-
TPSA/SA.04.02/02/2019 antara BB-TMC dengan Perum Jasa Tirta II
tentang Pekerjaan Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di
Daerah Tangkapan Air Waduk Kaskade Citarum tahun 2019 di provinsi
Jawa Barat yang ditandatangani pada tanggal 27 Februari 2019. Dalam
realisasinya, pekerjaan ini terlaksana dengan durasi 23 (dua puluh tiga) hari
kegiatan selama periode tanggal 25 Oktober – 20 November 2019.
Pekerjaan TMC di Waduk Kaskade Citarum ini untuk untuk menambah
ketersediaan air waduk sebagai persediaan air untuk menghadapi musim
kemarau dan meningkatkan kondisi keandalan penyediaan air di DTA
Waduk Kaskade Citarum (Saguling, Cirata dan Jatiluhur) Provinsi Jawa
Barat untuk ketahanan pangan dan energi.
5. Survei Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di Daerah Aliran
Sungai (DAS) Bengawan Solo Untuk Menambah ketersediaan Air
Waduk Banyu Urip Guna Mendukung Operasi Produksi Minyak
Exxonmobil Cepu Limited.
Kegiatan Survei Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca Di Daerah Aliran
Sungai (Das) Bengawan Solo Untuk Menambah Ketersediaan Air Waduk
Banyu Urip Guna Mendukung Operasi Produksi Minyak Exxonmobil Cepu
Limited dilaksanakan berdasarkan surat Nomor: 1476/EMCL/SSHE/2019
tanggal 13 November 2019 EMCL tentang pelaksanaan survei dan membuat
studi kelayakan untuk keperluan rencana pelaksanaan TMC di Daerah
Operasi EMCL di Wilayah Kerja Blok Cepu. Kegiatan Survei dilaksanakan
pada tanggal 13 – 16 November 2019.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 262
Selain untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi lapangan serta
karakteristik hidrologi dan cuaca di daerah target, tujuan pelaksanaan survei
adalah juga melakukan koordinasi awal dengan sejumlah instansi terkait
yang memiliki sarana dan prasarana pendukung untuk pelaksanaan TMC.
6. Kegiatan Jasa Teknologi Modifikasi Cuaca di Daerah Aliran Sungai
(DAS) Bengawan Solo Untuk Menambah ketersediaan Air Waduk Banyu
Urip Guna Mendukung Operasi Produksi Minyak Exxonmobil Cepu
Limited.
Kegiatan Jasa Teknologi Modifikasi Cuaca Di Daerah Aliran Sungai (DAS)
Bengawan Solo Untuk Menambah ketersediaan Air Waduk Banyu Urip Guna
Mendukung Operasi Produksi Minyak Exxonmobil Cepu Limited
dilaksanakan untuk melayani permintaan dari ExxonMobil Cepu Limited
(EMCL). Kegiatan TMC ini terlaksana selama periode tanggal 23 Desember
2019 dihentikan pada tanggal 3 Januari 2020. Tujuan pelaksanaan Teknologi
Modifikasi Cuaca (TMC) di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo ini
adalah untuk meningkatkan Tinggi Muka Air (TMA) dan debit aliran Sungai
Bengawan Solo yang akan dimanfaatkan untuk menambah ketersediaan air
Waduk RWB Banyu Urip guna mendukung operasi produksi minyak EMCL
di Blok Cepu.
7. Survei Layanan Teknologi Modifikasi Cuaca Untuk Mengurangi
Intensitas Curah Hujan di Area Proyek Pembangunan Bandara
Internasional Yogyakarta Baru, PT. PP KSO di Kulon Progo
Bandara Internasional Yogyakarta Baru atau disebut juga Bandara Kulon
Progo adalah sebuah bandar udara internasional yang sedang dibangun di
Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bandara ini
direncanakan akan menggantikan Bandara Internasional Adi Sucipto
Yogyakarta yang sudah tidak mampu lagi menampung kapasitas penumpang
dan pesawat. Memasuki musim hujan di awal tahun 2019, mega proyek
pekerjaan pembangunan infrastuktur Bandara Kulon Progo tersebut
terkendala dengan tingginya curah hujan di area proyek sehingga
dikhawatirkan tidak dapat memenuhi target selesai di bulan April 2019.
Bab III - 263
Guna mengatasi kendala tersebut, General Manager PP-KSO melalui surat
Nomor: 1678/PP-KSO/ NYIA-KP/I/2019 tanggal 21 Januari 2019 mengajukan
Permohonan Layanan Jasa Teknologi Modifikasi Cuaca Pada Proyek
Pembangunan Infrastruktur Bandara Baru di Kulon Progo kepada Kepala
Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca – BPPT. Merespon surat tersebut,
pada tanggal 23 – 25 Januari 2019 Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca
(BBTMC) – BPPT mengirimkan tim ke lokasi proyek pembangunan Bandara
Kulon Progo di Yogyakarta untuk melakukan pembahasan awal dengan
manajemen PP-KSO mengenai permintaan layanan jasa Teknologi
Modifikasi Cuaca (TMC) untuk tujuan mengurangi intensitas hujan di area
proyek sekaligus melakukan survei dan observasi lapangan untuk menyusun
studi kelayakan pelaksanaan TMC untuk tujuan dimaksud.
8. Jasa Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca untuk sistem proteksi
petir di site YYA PHE ONWJ
Kegiatan Jasa Teknologi Modifikasi Cuaca untuk sistem proteksi petir di site
YYA PHE ONWJ dilaksanakan untuk melayani permintaan dari PT.
Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PT. PHE ONWJ;
selanjutnya disebut PHE ONWJ). Pekerjaan TMC ini terlaksana atas dasar
Dokumen Kontrak Perjanjian No.: SEME19055A antara BB-TMC dengan
PHE ONWJ tentang Pelaksanaan Jasa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC)
untuk Proteksi Petir YYA yang ditandatangani pada tanggal 7 Oktober 2019.
Dalam realisasinya, pekerjaan ini terlaksana dengan durasi 86 (delapan
puluh enam) hari kegiatan sejak tanggal 10 September hingga 4 Desember
2019.
Pekerjaan TMC ini bertujuan untuk mencegah terjadinya petir di YYA
Platform PHE ONWJ selama berlangsungnya upaya penanganan insiden
kebocoran yang menimbulkan gelembung di sekitar anjungan lepas pantai
YYA-1 area kilang minyak PHE ONWJ. Upaya ini dirasa perlu untuk
dilakukan mengingat adanya potensi bahaya kebakaran akibat loncatan arus
listrik yang berasal dari sambaran petir pada saat discharge arus petir di
lokasi yang terakumulasi gas dan tumpahan minyak.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 264
Khusus untuk pelaksanaan TMC di Provinsi Riau, BB-TMC mendapat
Kunjungan Presiden RI ke Posko TMC Riau didampingi Panglima TNI,
Menkopolhukam, Menteri KLH, Menteri PUPR, Kepala BNPB dan Kepala
BPPT. Dalam kesempatan yang berbeda, Gubernur Sumatera Selatan
berkunjung untuk melihat kesiapan pesawat dan kru C-130 A-1326 serta tim
BPPT di Posko TMC Lanud Sri Mulyono Herlambang,
Gambar 3.152. Pelaksanaan Kegiatan Pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca Untuk Menanggulangi Bencana Asap Kebakaran Lahan Dan Hutan Di Pulau Sumatera Dan Kalimantan Tahun 2019
Bab III - 265
B. Capaian Kinerja
1. Perbandingan Antara Target dengan Realisasi Kinerja Tahun Ini
Penilaian capaian kinerja Program Layanan Jasa Teknologi Modifikasi
Cuaca (PNBP) diperhitungkan berdasarkan perbandingan antara target
dengan realisasi capaian kinerja tahun 2019, sebagai berikut:
Prosentase Capaian Kinerja
= Realisasi
X 100%
Target
= 1 Layanan TMC
X 100% = 100% 1 Layanan TMC
Tabel 3.68 Penilaian Capaian Kinerja Program Layanan Jasa Teknologi
Modifikasi Cuaca Tahun 2019
Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Mitra Pengguna
Jasa
Jumlah layanan jasa teknologi
1 paket layanan jasa TMC
1 (satu) paket kegiatan layanan jasa TMC yang menghasilkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp10,31 Miliar (plus anggaran swakelola yang bersumber dari DSP BNPB sebesar Rp43,47 Miliar)
100 Pengkajian dan Penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca
1) PT. Wirakarya Sakti
2) PT. Bara Tabang 3) PT. Perum Jasa
Tirta I 4) PT. Perum Jasa
Tirta II 5) Exxonmobil
Cepu Limited (EMCL)
6) PT. PP KSO 7) PT. Pertamina
Hulu Energi Off Shore North West Java (PHE ONWJ)
8) BNPB
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 266
2. Perbandingan Antara Realisasi Kinerja serta Capaian Kinerja Tahun
ini dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun Terakhir
Capaian Kinerja Program Layanan Jasa TMC tahun 2019 menuju target
akhir sesuai dokumen RENSTRA 2015-2019 digambarkan dalam dibawah
ini.
Gambar 3.153. Kesesuaian Target (T) dan Realisasi (R) pencapaian kinerja Program Layanan Jasa
Teknologi Modifikasi Cuaca (PNBP) tahun 2019
3. Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan dan Peningkatan/Penurunan
Kinerja
Terdapat cukup banyak faktor jika kita berbicara mengenai keberhasilan capaian
Program Layanan Jasa Teknologi Modifikasi Cuaca, antara lain:
• Profesionalisme Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca dalam menjalankan
operasi TMC, sehingga hasil pelaksanaan TMC kerap kali mampu memberikan
kepuasan bagi para pengguna jasanya.
• Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca merupakan pelaku tunggal operator
TMC di Indonesia, tidak ada pesaing (kompetitor) lain yang melayani jasa
serupa.
• Relationship yang terjalin dengan baik antara Balai Besar Teknologi Modifikasi
Cuaca dengan sejumlah pengguna jasanya.
• Nilai manfaat hasil TMC yang sudah mulai bisa dipahami oleh sejumlah
pengguna jasa.
Bab III - 267
4. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumberdaya
• Efisiensi Penggunaan SDM
Untuk mengefisienkan penggunaan SDM, BB-TMC dalam kegiatannya juga
bekerjasama dengan sejumlah perguruan tinggi di lokasi setempat.
• Efisiensi Penggunaan Keuangan
BB-TMC melakukan kerjasama untuk mencari sumber pendanaan lainnya
guna menunjang kegiatan TMC, sebagai contoh pendanaan eksternal yang
bersumber dari Dana Siap Pakai (DSP) bencana dari BNPB.
• Efisiensi Penggunaan Laboratorium dan Peralatan
Perlu adanya revitalisasi armada pesawat guna mendukung kegiatan TMC,
juga pengadaan berbagai alat penunjang keberhasilan cuaca yang lebih
mutakhir.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 268
3.1.3.10. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 10 :
Layanan Pengujian Teknologi Kartu Cerdas
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Terdapat beberapa jenis layanan pengujian teknologi kartu cerdas pada
Laboratorium Inovasi TIK - PTE BPPT, sebagai berikut:
1. Pengujian Tekuk & Pelintir (Lingkup Akreditasi No. LP-1001-IDN)
Tujuan dari pengujian tekuk & pelintir adalah untuk memastikan kesesuaian
perilaku benda uji terhadap karakteristik-karakteristik yang ditetapkan
dalam Standar Nasional Indonesia (SNI).
2. Pengujian Listrik Statis (Lingkup Akreditasi No. LP-1001-IDN)
Tujuan dari pengujian listrik statis adalah untuk memastikan kesesuaian
perilaku benda uji terhadap parameter-parameter yang ditetapkan dalam
Standar Nasional Indonesia (SNI) saat dikenakan listrik statis secara
terukur.
3. Pengujian Parameter Analog & Digital Kartu Cerdas Nirkontak
(Lingkup Akreditasi No. LP-1001-IDN)
Tujuan dari pengujian parameter analog & digital kartu cerdas nirkontak
adalah untuk memastikan kesesuaian benda uji terhadap parameter-
parameter yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI).
4. Pengujian Parameter Analog & Digital Pembaca Kartu Cerdas Nirkontak
(Lingkup Akreditasi No. LP-1001-IDN)
Tujuan dari pengujian parameter analog & digital pembaca kartu cerdas
nirkontak adalah untuk memastikan kesesuaian benda uji terhadap
parameter-parameter yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia
(SNI).
5. Pengujian Karakteristik Elektris & Operasi Logis Kartu Cerdas Kontak
(Lingkup Akreditasi No. LP-1001-IDN)
Tujuan dari pengujian karakteristik elektris & operasi logis kartu cerdas
kontak adalah untuk memastikan kesesuaian benda uji terhadap
parameter-parameter yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia
(SNI).
Bab III - 269
6. Pengujian Pembaca KTP Elektronik Terintegrasi
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memastikan kesesuaian benda uji
terhadap parameter-parameter kinerja dan fungsional yang ada dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
2014.
7. Pengujian Karakteristik Perilaku Kartu Cerdas KTP-el
(Lingkup Akreditasi No. LP-1001-IDN)
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memastikan kesesuaian benda uji
sebagai tempat untuk aplikasi KTP Elektronik. Benda uji tersebut ditujukan
untuk menjadi blangko KTP Elektronik.
Pada tahun 2019, ruang lingkup kegiatan adalah pada layanan Pengujian
Karakteristik Perilaku Kartu Cerdas KTP-el, yang baru saja mendapatkan
akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN).
Pengujian kesesuaian perilaku kartu cerdas terhadap KTP-el sangat
dibutuhkan oleh Kementerian Dalam Negeri, dalam hal ini adalah Direktorat
Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, untuk memberi kesempatan
kepada berbagai produsen cip kartu cerdas yang ingin mengujikan kesesuaian
produknya terhadap blangko KTP Elektronik yang ada saat ini, dalam rangka
turut serta berpartisipasi pada program nasional KTP Elektronik. Layanan
Pengujian Karakteristik Perilaku Kartu Cerdas KTP-el juga secara tidak
langsung membantu Kementerian Dalam Negeri dalam menghilangkan
ketergantungan pada produk-produk kartu cerdas tertentu saja.
Tujuan kegiatan adalah sebuah layanan Pengujian Karakteristik Perilaku Kartu
Cerdas KTP-el untuk para produsen cip kartu cerdas yang ingin mengujikan
kesesuaian produknya terhadap blangko KTP Elektronik yang ada saat ini.
Sasaran kegiatan adalah terlaksananya layanan Pengujian Karakteristik
Perilaku Kartu Cerdas KTP-el dengan Indikator Kinerja sebagai berikut:
1. Satu layanan pengujian digunakan oleh industri kartu cerdas yang akan
berpartisipasi pada program nasional KTP Elektronik.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 270
2. Pendaftaran Paten dari metode uji yang digunakan.
3. Pendaftaran Hak Cipta dari program aplikasi yang digunakan untuk
pengujian.
Tabel 3.69
Ringkasan Layanan Pengujian Teknologi Kartu Cerdas
Sasaran Strategis
Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan Teknologi Untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa
Indikator Kinerja
Jumlah Layanan Pengujian Teknologi Kartu Cerdas
Penjelasan Target
1. Satu layanan pengujian digunakan oleh industri kartu cerdas yang akan berpartisipasi pada program nasional KTP Elektronik.
2. Pendaftaran Paten dari metode uji yang digunakan. 3. Pendaftaran Hak Cipta dari program aplikasi yang digunakan untuk pengujian.
Target
1 (satu) Layanan Pengujian Teknologi Kartu Cerdas
Program/Kegiatan Capaian Kinerja Bukti Pendukung
Layanan Pengujian Teknologi Kartu Cerdas
1 (satu) layanan Pengujian Karakteristik Perilaku Kartu Cerdas KTP-el digunakan oleh industri kartu cerdas yang akan berpartisipasi pada program nasional KTP Elektronik, dan Paten dari metode uji yang digunakan, serta Hak Cipta dari program aplikasi untuk pengujian telah didaftarkan pada Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia.
1. Surat Permohonan Pengujian NXP P340 Chip Testing & Qualification tanggal 19/11/2019 dari NXP Semiconductors
2. Pemberitahuan Permohonan Paten Telah Diumumkan, Nomor HKI.3-HI.05.01.03.2019/08279, Tanggal 10 Desember 2019 untuk Nomor Permohonan P00201803913, Tanggal Pengajuan 30-05-2018, Judul Invensi Metode Uji dan Alat Uji Kesesuaian Perilaku KTP Elektronik
3. Surat Pencatatan Ciptaan untuk Nomor Permohonan EC00201971934, Tanggal Permohonan 19-09-2019, Judul Ciptaan Program Aplikasi Uji Kesesuaian Perilaku KTP Elektronik, dan Nomor Pencatatan 000155541
Bab III - 271
B. Capaian Kinerja
1. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini
Prosentase Capaian Kinerja
= Realisasi
X 100%
Target
=
1 Layanan Pengujian Teknologi Kartu Cerdas
X 100% = 100% 1 Layanan Pengujian Teknologi
Kartu Cerdas
Tabel 3.70 Realisasi Kinerja tahun ini
Indikator Kinerja Targe
t Reali-sasi
% Program/ Kegiatan/
Output Mitra
Jumlah layanan Pengujian Teknologi Kartu Cerdas (dalam hal ini adalah Pengujian Karakteristik Perilaku Kartu Cerdas KTP-el)
1 1 100 - NXP Semiconductors
2. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini
dengan beberapa tahun terakhir
Tabel 3.71 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan tahun sebelumnya
Indikator Kinerja 2018 2019
Jumlah layanan Pengujian Teknologi Kartu Cerdas
Ruang lingkup Pengujian Karakteristik Perilaku Kartu Cerdas KTP-el diakreditasi oleh KAN.
1 (satu) layanan pengujian terkait digunakan oleh industri kartu cerdas.
3. Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target
jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 272
Status Akreditasi Laboratorium Inovasi TIK disahkan oleh Komite Akreditasi
Nasional (KAN) pada bulan April 2015 dan berlaku 5 (lima) tahun hingga
April 2020. Setiap tahun status akreditasi laboratorium akan dievaluasi oleh
KAN melalui audit dan asesmen terhadap laboratorium. Hasil audit dan
asesmen akan menjadi dasar pembekuan atau tetap berlakunya status
akreditasi dari laboratorium. Oleh karena itu, status akreditasi menjadi
sangat penting bagi kelanjutan dari layanan Pengujian Teknologi Kartu
Cerdas, dalam hal ini adalah Pengujian Karakteristik Perilaku Kartu Cerdas
KTP-el.
Bab III - 273
Gambar 3.154. Peningkatan Capaian Kinerja Outcome Menuju Target Akhir Sesuai Dokumen Renstra
Terlaksananya layanan Pengujian Teknologi Kartu Cerdas (dalam hal ini adalah Pengujian Karakteristik Perilaku Kartu Cerdas KTP-el)
2015 2016 2017 2018 2019
Pengajuan akreditasi untuk lingkup:
▪ Kartu cerdas/ pembaca kartu cerdas
▪ Gangguan radiasi, terminal listrik, jala-jala dan telekomunikasi
Layanan pengujian diakreditasi untuk:
▪ Kartu cerdas/ pembaca kartu cerdas
▪ Gangguan radiasi, terminal listrik, jala-jala dan telekomunikasi
Status diakreditasi dan ditetapkan sebagai Balai Uji Dalam Negeri Kementerian Komunikasi dan Informatika
Status diakreditasi untuk lingkup:
▪ Kartu cerdas/ pembaca kartu cerdas
▪ Gangguan radiasi, terminal listrik, jala-jala dan telekomunikasi
Layanan pengujian diakreditasi untuk:
▪ Kartu cerdas/ pembaca kartu cerdas
▪ Gangguan radiasi, terminal listrik, jala-jala dan telekomunikasi
Penambahan akreditasi untuk lingkup:
▪ Kartu cerdas kontak ▪ Karakteristik perilaku
kartu cerdas KTP-el
Layanan pengujian diakreditasi untuk:
▪ Kartu cerdas/ pembaca kartu cerdas ▪ Gangguan radiasi, terminal listrik, jala-jala dan
telekomunikasi ▪ Kartu cerdas kontak ▪ Karakteristik perilaku kartu cerdas KTP-el
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 274
4. Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
Tabel 3.72 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
Perjanjian Kinerja BPPT Tahun 2019
Realisasi Kinerja BPPT
Terlaksananya layanan Pengujian Teknologi Kartu Cerdas (dalam hal ini adalah Pengujian Karakteristik Perilaku Kartu Cerdas KTP-el)
1. Satu layanan pengujian digunakan oleh industri kartu cerdas (NXP Semiconductors) yang akan berpartisipasi pada program nasional KTP Elektronik.
2. Pendaftaran Paten dari metode uji yang digunakan.
3. Pendaftaran Hak Cipta dari program aplikasi yang digunakan untuk pengujian.
5. Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja
Faktor penyebab keberhasilan/ peningkatan kinerja :
a. Sumber daya manusia :
▪ Memiliki SDM berpendidikan tinggi di bidangnya (Teknik Elektro,
Teknik Informatika, Sistem Informasi, Instrumentasi, dll.).
▪ Memiliki jabatan fungsional di bidangnya, yaitu Jabatan Fungsional
Tertentu Perekayasa Muda dan Perekayasa Madya.
▪ Memiliki pengalaman/ terlatih di bidang teknologi kartu cerdas.
▪ Memiliki komitmen, semangat dan berintegritas.
b. Keuangan :
▪ Melalui Badan Layanan Umum Pusat Layanan Teknologi BPPT.
c. Teknologi/ Peralatan :
▪ Penggunaan standar dan alat uji terbaru.
▪ Selalu mengikuti perkembangan teknologi dunia.
▪ Laboratorium diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).
d. Lainnya :
▪ Memiliki kemitraan yang baik dengan Kementerian Kominfo,
Kementerian Dalam Negeri dan industri kartu cerdas.
▪ Komunikasi dan koordinasi dengan mitra yang terbangun sangat baik.
Bab III - 275
6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya
a. Efisiensi penggunaan SDM :
▪ Bekerja berdasarkan Sistem Tata Kerja Kerekayasaan (STKK) yang
ditetapkan oleh BPPT.
▪ Penempatan personel sesuai dengan kapabilitas (pendidikan,
fungsional dan kepakaran).
▪ Secara rutin dilakukan monitoring dan evaluasi kemajuan pekerjaan.
b. Efisiensi penggunaan keuangan :
▪ Pengelolaan anggaran melalui Badan Layanan Umum Pusat Layanan
Teknologi (Pusyantek).
c. Efisiensi penggunaan mesin dan peralatan :
▪ Kegiatan ini sepenuhnya menggunakan perangkat laboratorium yang
dikalibrasi secara berkala sesuai dengan panduan SNI ISO/IEC 17025.
▪ Setiap lingkup pengujian dikelola oleh Manajer Teknis dan teknisi
untuk penggunaan mesin dan peralatan.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 276
3.1.3.11. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 11 :
Layanan Pengujian Teknologi Photo Voltaic
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Pemerintah Indonesia menargetkan kapasitas PLTS terpasang hingga tahun
2025 adalah sebesar 0.87 GW atau sekitar 50 MWp/tahun. Jumlah ini merupakan
gambaran potensi pasar yang cukup besar dalam pengembangan energi surya
di masa datang. Disamping itu, ratio elektrifikasi di Indonesia baru mencapai 82
% dan masih banyak daerah yang belum dialiri listrik terutama daerah pedesaan
yang jauh dari pusat pembangkit listrik, maka PLTS yang dapat dibangun hampir
di semua lokasi merupakan alternatif sangat tepat untuk dikembangkan.
Saat ini Industri modul Fotovoltaik di Indonesia berjumlah 11 industri manufaktur
dengan kapasitas produksi sekitar 500 MWp/tahun. Dari 11 manufaktur sudah
ada 3 manufaktur yang mempunyai sertifikat produk IEC 61215, yang didapatkan
dari laboratorium di luar negeri. Disamping itu, lebih dari 50 perusahaan
pengembang (EPC) yang mengembangkan aplikasi pembangkit listrik tenaga
surya (PLTS) baik off-grid maupun on-grid di Indonesia, yang memakai modul
fotovoltaik lokal ataupun modul fotovoltaik impor.
Untuk meningkatkan kualitas modul fotovoltaik lokal, diperlukan suatu
laboratorium pengujian yang merujuk pada SNI 8648-2:2018 IEC 61215-2:2016,
yang akan mensertifikasi produk-produk lokal. Pada tahun 2018, BPPT telah
membangun laboratorium pengujian modul fotovoltaik yang merujuk pada SNI
8648-2:2018 IEC 61215-2:2016, yang akan membantu industri modul fotovoltaik
dalam negeri dan sekaligus melindungi pemakai modul fotovoltaik bila memakai
modul impor. SNI 8648-2:2018 IEC 61215-2:2016 merupakan standar kualitas
modul fotovoltaik terrestrial (PV) - kualifikasi desain dan jenis pengesahan, yang
terdiri dari 19 pengujian, yang dimulai dari pengujian visual sampai dengan
pengujian stabilisasi, gambar skema pengujian seperti terlihat pada Gambar
3.3.61.
Bab III - 277
Gambar 3.155. Skema pengujian standar SNI 8648-2:2018 IEC 61215-2:2016
Hingga saat ini laboratorium pengujian modul fotovoltaik ini merupakan
laboratorium pengujian modul fotovoltaik satu-satunya di Indonesia. Oleh karena
itu, Laboratorium pengujian ini mempunyai potensi yang sangat besar untuk
melakukan pengujian dan membantu industri modul fotovoltaik lokal untuk
meningkatkan kualitasnya. Selain itu, dengan akan diwajibkannya SNI 8648-
2:2018-IEC 61215-2:2016 oleh Kementerian ESDM, Laboratorium ini akan
menjadi laboratorium yang sangat penting untuk industri modul fotovoltaik dalam
rangka meningkatkan kualitas produknya.
Saat ini telah dilakukan pengujian modul fotovoltaik buatan PT LEN Industri.
Selain pengujian modul PT. LEN, PT. PLN Persero juga telah mengujikan modul
fotovoltaik yang telah terpasang dilokasi selama 6 tahun. Pengujian yang diminta
adalah pengujian visual elektrominescene (MQT 1) dan pengujian keluaran daya
dengan memakai alat penggambaran kurva I-V Spire.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 278
Layanan pengujian modul fotovoltaik buatan PT LEN Industri yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
a. Pengujian Visual dan electroluminescene
Gambar 3.156. Pengujian visual dan electruminescene
b. Penentuan daya maksimum (MQT 02) pada kondisi STC (MQT 06.1)
c. Pengujian tahanan insulasi (MQT 03) dan arus bocor basah (MQT15)
d. Pengujian nominal module operating temperature NMOT (MQT 05) dan uji
paparan luar ruangan (MQT 08)
e. Pengujian daya tahan titik panas (MQT 09)
Bab III - 279
Gambar 3.157. Grafik hasil pengujian daya tahan titik panas
f. Pengujian prekondisi uv (MQT 10) g. Uji siklus termal 200 siklus (MQT 11)
Gambar 3.158. Pengujian siklus termal Sequence D
Grafik tersebut menunjukkan kondisi aktual selama pengujian. Kondisi
lingkungan yang diinginkan atau sesuai dengan standar SNI 8648-2_2018--IEC
61215-2_ 2016.
h. Uji siklus termal 50 siklus (MQT 11)
Dari grafik dapat disimpulkan bahwa modul PV telah mengikuti kondisi
lingkungan yang diinginkan, sesuai standar SNI 8648-2_2018--IEC 61215-2_
2016 klausal 4.11. Perbedaan jumlah siklus antara modul C1 dan C2
dikarenakan arus yang tidak mengalir sesuai skema
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 280
Gambar 3.159. Grafik hasil pengujian termal sequence C
i. Uji panas lembap (MQT 13)
Gambar 3.160. Grafik hasil pengujian panas lembab
j. Uji kekokohan terminasi MQT 14 k. Pengujian beban mekanis statis (MQT 16)
l. Pengujian kejatuhan salju (MQT 17)
m. Pengujian thermal bypass diode (MQT 18.1)
n. Pengujian kejatuhan salju (MQT 17)
Bab III - 281
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2019 ini telah
tercapai dua layanan pengujian (target sebuah layanan) kualitas modul
fotovoltaik guna mendukung peningkatan kualitas industri modul fotovoltaik
dalam negeri yang berdasarkan SNI 8648-2:2018 IEC 61215-2:2016. Sedangkan
dalam skala nasional, layanan pengujian PV ikut berkontribusi dalam menjaga
kualitas produk modul fotovoltaik yang ada di Indonesia melalui diwajibkannya
SNI 8648-2:2018 IEC 61215-2:2016.
B. Capaian Kinerja
1. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini
Prosentase Capaian Kinerja
= Realisasi
X 100%
Target
=
2 Layanan Pengujian Teknologi
Phovoltaic X 100% = 200% 1 Layanan Pengujian Teknologi
Phovoltaic
Tabel 3.73 Perbandingan target dan realisasi kinerja tahun 2019
INDIKATOR TARGET REALISASI % MITRA
Layanan Pengujian
Teknologi Photovoltaic
1 2 200 PT. LEN, PT. PLN
2. Perbandingan Antara Capaian Kinerja Tahun Ini Dengan Tahun Lalu Dan
Beberapa Tahun Terakhir
Pada tahun 2017, BPPT bersama The Physikalisch-Technische
Bundesanstalt (PTB) Jerman membuat desain sarana pengujian kualitas
teknologi modul surya sesuai IEC 61215. Selain desain, disusun juga
spesifikasi teknis peralatan untuk memenuhi standar pengujian tersebut.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 282
Kemudian pada tahun 2018, BPPT kembali bekerjasama dengan PTB
membangun saran pengujian kualitas teknologi modul surya yang belum ada
di Indonesia tersebut. Dalam proses pengadaannya, BPPT mendapat
pendampingan dari Kejaksaan Agung melalui Tim Pengawal Pengamanan
Pemerintah dan Pembangunan Pusat (TP4P). Komisioning peralatan uji baik
komponen dan system telah dilakukan pada akhir tahun 2018. Kemudian
pada tahun 2019, BPPT telah melakukan pengujian modul surya milik PT.
LEN dan PT. PLN. Selain itu, juga dilakukan persiapan akreditasi ISO 17025.
3. Perbandingan Realisasi Kinerja Sampai Dengan Tahun Ini Dengan
Target Jangka Menengah Yang Terdapat Dalam Dokumen Perencanaan
Strategis
Dalam dokumen Renstra BPPT 2015-2019, layanan pengujian kualitas
teknologi PV menjadi salah satu Indikator Kinerja Utama (IKU) BPPT. Target
tersebut telah terealisasi dengan terlaksananya pengujian modul surya milik
PT. LEN dan PT. PLN. Oleh sebab itu, realisasi kinerja di tahun 2019 ini telah
sesuai target yang telah ditetapkan dalam Renstra BPPT.
4. Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
Laboratorium Pengujian Modul Fotovoltaik ikut berkontribusi dalam
menjaga kualitas produk modul fotovoltaik yang ada di Indonesia melalui
diwajibkannya SNI 8648-2:2018 IEC 61215-2:2016 sehingga mendukung
peningkatan kualitas industri modul fotovoltaik dalam negeri yang
berdasarkan SNI 8648-2:2018 IEC 61215-2:2016.
5. Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja
Ada beberapa faktor pendukung keberhasilan/peningkatan kinerja layanan
pengujian komponen teknologi energi tenaga surya antara lain sebagai
berikut:
1. Laboratorium pengujian kualitas modul fotovoltaik merupakan satu-
satunya laboratorium uji modul PV di Indonesia yang akan terakreditasi
Bab III - 283
SNI/ISO 17025.
2. BPPT memiliki SDM yang kompeten dalam bidang teknologi pengujian
modul fotovoltaik dan sistem PLTS.
3. BPPT memiliki teknologi dan fasilitas yang mendukung pengembangan
teknologi pengujian komponen dan sistem PV.
6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya
- Analisis efisiensi penggunaan sumber daya manusia:
Laboratorium pengujian kualitas modul fotovoltaik sangat efisien dalam
menggunakan SDM yaitu sejumlah 15 personil yang ahli dibidangnya
masing-masing. Jumlah ini sesuai dengan jumlah ruang lingkup layanan
pengujian yang dapat dilakukan di Laboratorium meliputi: uji visual dan
electroluminescene, uji tahanan insulasi dan arus bocor basah, uji
nominal module operating temperature nmot dan uji paparan luar
ruangan, uji daya tahan titik panas, uji prekondisi uv, uji siklus termal 200
siklus, uji siklus termal 50 siklus, uji panas lembap, uji kekokohan
terminasi, uji beban mekanis statis, uji kejatuhan salju, uji thermal bypass
diode.
- Analisis efisiensi penggunaan sumber daya keuangan.
Layanan pengujian modul Fotovoltaik menggunakan biaya yang berasal
dari hasil pengujian yang dikelola melalui Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP). Biaya operasional pengujian untuk satu pekerjaan tidak
lebih dari 50% dari nilai kontrak nya. Sehingga penggunaan sumber daya
keuangan kegiatan layanan pengujian ini bisa dikatakan sangat efisien.
- Analisis efisiensi penggunaan sumber daya laboratorium dan peralatan.
Dalam melakukan kegiatannya, tim memanfaatkan penuh peralatan yang
ada di Laboratorium BPPT. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa
efisiensi penggunaan sumber daya lab dan peralatan tergolong baik.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 284
- Efisiensi Penggunaan Mesin dan Peralatan :
• Kegiatan ini didukung oleh Laboratorium pengujian kualitas modul
fotovoltaik
• Laboratorium diperlengkapi dengan perangkat bantu untuk
menyiapkan dan simulasi komunikasi data.
• Setiap peralatan uji dikelola oleh Koodinator dan staf untuk mengelola
pemanfaatan dan pengelolaan asset.
7. Analisis Program/Kegiatan Penunjang Keberhasilan
Dalam rangka pencapaian target kinerja yang ditetapkan, terdapat beberapa
program / kegiatan yang dilaksanakan meliputi:
1. Layanan jasa teknologi konversi energi.
2. Peningkatan kompetensi SDM melalui program pelatihan yang didanai
melalui PNBP dan program Riset Pro Kementrian RistekDIKTI.
3. Pemeliharaan fasilitas laboratorium.
4. Penerapan Manajemen Mutu.
Seluruh program/kegiatan tersebut sangat menunjang dan siap untuk
keberhasilan pencapaian sebuah layanan pengujian kualitas modul
fotovoltaik modul, yang juga akan menunjang program Nasional yaitu
peningkatan kualitas produk modul surya dalam negeri melalui
diberlakukannya standar SNI 8648-2:2018 IEC 61215-2:2016 pada tahun
2020.
Bab III - 285
3.1.3.12. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 12 :
Layanan Verifikasi Eco Label
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Penggunaan plastik saat ini terus berkembang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang semakin meningkat. Plastik sebagaimana kita ketahui sangat
sulit terurai di dalam tanah, butuh waktu ratusan tahun, sehingga menjadi
permasalahan serius bagi lingkungan hidup karena akan sangat menggangu
lingkungan. Kebanyakan produk plastik yang beredar saat ini masih merupakan
plastik sintesis, yaitu plastik yang diolah oleh industri dengan menggunakan
polimer sintetik, dimana mempunyai banyak keunggulan baik dari sisi energi
pembuatan maupun kinerja fungsionalnya. Di pihak lain, sebagian besar polimer
sintetik saat ini tidak bisa terdegradasi oleh alam, sehingga mengakibatkan
terjadinya penumpukan dan penimbunan sampah plastik di bumi ini.
Dalam rangka untuk meningkatkan kesadaran produsen dan konsumen dalam
memproduksi dan mengkonsumsi produk plastik yang mempertimbangkan
aspek lingkungan khususnya penerapan ekolabel tipe 2 : klaim lingkungan
swadeklarasi, BPPT dalam hal ini Balai teknologi Polimer -BPPT telah
membentuk lembaga verifikasi ekolabel yang disebut dengan Lembaga
Verifikasi Ekolabel STP, yang selanjutnya disebut LVE-STP. LVE-STP telah
mendapatkan surat penunjukkan (register) oleh Kementerian Lingkungan
Hidup & Kehutanan (KLHK) pada tanggal 2 Mei 2017 dengan nomor
registrasi 04/LPJ/LVE/LRK/KLHK dengan lingkup produk plastik. Dalam
operasionalnya, LVE-STP akan melakukan proses verifikasi ekolabel kepada
perusahaan yang memproduksi plastik, importir, distributor, pengecer (retail)
atau pihak lain sesuai dengan klaim lingkungan ekolabel yang diminta, sesuai
dengan lingkup LVE-STP.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 286
Ekolabel tipe II biasa disebut dengan swadeklarasi yang juga dikembangkan
oleh KLHK sebagai bentuk apresiasi kepada produsen yang telah
mempertimbangkan aspek lingkungan. Pada tipe ini KLHK memberikan
persetujuan untuk menggunakan logo Swadeklarsi Indonesia yang sudah
dipatenkan oleh KLHK setelah produk tersebut diverifikasi kesesuaian
klaimnya. Klaim tersebut dapat dilakukan oleh produsen atau pelaku usaha
yang sebelumnya telah disetujui oleh KLHK karena harus memenuhi
persyaratan tertentu. Klaim tersebut dapat dicantumkan pada kemasan sebagai
bentuk label klaim, misalnya degradable, recycleable, compostable dan lain-
lain.
Pada pelaksanaan kegiatan verifikasi klaim lingkungan swadeklarasi, LVE-STP
mengacu pada persyaratan yang dimuat dalam SNI ISO 14021:2017 “Label
Lingkungan dan Deklarasi – Klaim Lingkungan Swadeklarasi (Pelabelan
Lingkungan Tipe II)”, Persyaratan Lembaga Verifikasi Ekolabel – Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH) dan Pedoman Klaim Lingkungan Swadeklarasi –
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).
Gambar 3.161. Logo Ekolabel Swadeklarasi (tipe II)
Lingkup klaim lingkungan swadeklarasi untuk produk plastik dari LVE-BTP
adalah sebagai berikut :
1. Dapat dibuat compos (compostable);
2. Dapat terurai (degredable);
3. Dirancang untuk dapat diurai (design for diassembly);
Bab III - 287
4. Perpanjangan umur produk (extended life product);
5. Energi yang dipulihkan (recovery energy);
6. Dapat didaur ulang (recyclable);
7. Kandungan hasil daur ulang (recycle content);
8. Dapat digunakan kembali dan dapat diisi ulang (reusable & refillable);
9. Pengurangan limbah (waste reduction).
Dengan banyaknya produsen yang menerapkan logo ekolabel swadeklarasi di
bidang plastik akan memberikan kesadaran baik produsen maupun pengguna
produk plastik akan kepedulian lingkungan dan merupakan salah satu solusi
mengatasi penanganan dampak sampah plastik di Indonesia.
Lembaga Verifikasi Ekolabel BPPT dalam melakukan verifikasi lingkungan
ekolabel swadeklarasi dengan memberikan rekomendasi (Sertifikat Klaim
Lingkungan) kepada pihak pemohon (produsen atau yang berkepentingan)
yang lulus verifikasinya kepada Pusat Standardisasi Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan. Verifikasi klaim lingkungan ekolabel swadeklarasi (tipe
II) dalam rangka perwujudan salah satu solusi penanganan dampak sampah
plastik di Indonesia. Dengan adanya labelisasi pada plastik kemasan dengan
logo swadeklarasi bisa dijadikan ukuran bahwa perusahaan telah peduli dengan
penanganan lingkungan di Indonesia untuk mendukung program sustainability
Development Goal (SDG).
B. Capaian Kinerja
1) Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini:
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa capaian kinerja
BPPT untuk Indikator Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 12 :
Layanan Verifikasi Eco Label adalah sebagai berikut:
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 288
Prosentase
Capaian Kinerja =
Realisasi X 100%
Target
= 1 Layanan Verifikasi Eco Label
X 100% = 100% 1 Layanan Verifikasi Eco Label
Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini Indikator
Kinerja Sasaran Strategis 1 dari indikator kinerja 12
Tabel 3.74
Perbandingan target dan realisasi kinerja tahun 2019
Indikator
Kinerja Target Realisasi %
Program /
Kegiatan Mitra
Layanan
Verifikasi Eco
Label
1 1 100 Layanan
Verifikasi Eco
Label
1. PT HIS
2. PT
Unilever
Indonesia.
3. PT Elastis
Reka Aktif
4. Aqua Group
2) Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan
tahun lalu dan beberapa tahun terakhir;
- Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2019
Verifikasi ekolabel swadeklarasi pada prinsipnya merupakan klaim mandiri
oleh produsen bahwa produknya sesuai dengan klaim standar dalam SNI
ISO 14021:2017 dengan melampirkan bukti dokumen pengujian dan
verifikasi lapangan oleh Lembaga Verifikasi Eco Label yang teregister oleh
KLHK. Dalam melaksanakan verifikasi ekolabel, LVE-BTP didukung oleh
tenaga personil yang kompeten baik auditor dan verifikatornya. LVE-BTP
merupakan Lembaga pihak ketiga yang ditunjuk oleh KLHK dalam rangka
untuk melakukan verifikasi ecolabel tipe 2 terhadap industry yang akan
melakukan penerapan ecolabel. Dari rekomendasi yang dikeluarkan oleh
Bab III - 289
LVE-BTP berupa sertifikat kesesuaian klaim ini digunakan oleh industri
untuk mengajuan penggunaan logo ecolabel ke Pusat Standardisasi KLHK.
Sampai dengan akhir tahun 2019
Tahun 2019 dihasilkan 6 Layanan Verifikasi Eco Label.
Tabel 3.75 Sertifikat yang dikeluarkan Layanan Verifikasi Ekolabel tahun 2019
No
Nama Produk
Merek
Nama Perusahaan
No Sertifikat
Klaim Lingkungan
Berlaku
1
Plastik BOPP Laminated Packaging
OXIUM
PT HIS
004/LVE- STP/BTP/VII/2019
Degradable
18-07-2019 – 17-07-2022
2
Pengemas sabun deterjen
RINSO
PT Unilever Indonesia
005/LVE- STP/BTP/IX/2019
Recyclable
03-09-2019 – 02-09-2022
3
Kantong belanja plastik
LOCO
PT Elastis Reka Aktif (ERA)
006/LVE- STP/BTP/X/2019
Recycled content min 80%
15-10-2019 – 14-10-2022
4
Botol AMDK & Botol Minuman
AQUA & MIZONE
Aqua Group
007/LVE- STP/BTP/XI/2019
Recyclable
14-11-2019 – 13-11-2022
5
Botol Minuman
MIZONE
Aqua Group
008/LVE- STP/BTP/XI/2019
Recycled content up to 50%
14-11-2019 – 13-11-2022
6
Botol AMDK
AQUA(AQUA Life)
Aqua Group
009/LVE- STP/BTP/XI/2019
Recycled content 100%
14-11-2019 – 13-11-2022
- Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2018
Tahun 2018 dihasilkan 2 Layanan Verifikasi Eco Label
- Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2017
Tahun 2017 1 Layanan Verifikasi Eco Label
3) Perbandingan Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis;
Dari realisasi kinerja layanan verifikasi ecolabel sampai dengan tahun 2019
terlihat bahwa layanan ini sesuai dengan perencanaan jangka menengah dan
dimungkinkan dengan perkembangan program sustainability secara global
layanan mempunyai peluang yang cukup besar.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 290
Gambar 3.162. Road Map Layanan Verifikasi Ecolabel BPPT
4) Analisis penyebab keberhasilan / peningkatan / penurunan kinerja serta
alternatif solusi yang telah dilakukan;
Faktor Penyebab keberhasilan / Peningkatan Kinerja :
Kendala yang dihadapi dalam layanan sertifikasi sepanjang tahun 2019
dapat diuraikan sebagai berikut :
• Sumber Daya Manusia yang terbatas. SDM yang terlibat dalam layanan
sertifikasi masih terbatas jumlahnya sehingga perlu dipikirkan
penambahan jumlah SDM bila mau menambah ruang lingkup dalam
layanannya.
• Kompetensi Personil. Kompetensi personil yang terlibat perlu ditingkatkan
terutama pada auditor dan verifikatornya. Pada tahun 2019, telah dilakukan
pelatihan calon auditor yang diikuti oleh 2 peserta yaitu Chandra Liza dan
Syuhada. Sedang tahun 2018 telah dilakukan pelatihan petugas pengambil
Jangka Menengah (2020 – 2023) : 1. Ruang Lingkup : plastic,
adhesive, komposit 2. Jumlah layanan : 16
buah 3. Rujukan verifikasi
ecolabel Indonesia. Jumlah verifikator 7orang
4. FS menjadi Lembaga LSE
Jangka Panjang (2024-2028) :
1. Ruang lingkup : plastic, adhesive, komposit, energi
2. Jumlah layanan : 35 buah
3. Jumlah verifikator 15 orang
4. Rujukan nasional LVE di Indonesia
5. Kecepatan layanan 1 bulan
6. Layanan menggunakan
Jangka Pendek (2017-2019) :
1. Teregister KLHK
2. Ruang lingkup plastic
3. Jumlah layanan 2 buah 4. Verifikator 3 orang
Bab III - 291
contoh (PPC) oleh 2 peserta yaitu Dasep Rusmana dan Yurohman. Seiring
dengan peningkatan jumlah layanan seritifkasi kiranya perlu ditambahkan
kompetensi yang terlibat dalam layanan ini. Untuk layanan verifikasi
ecolabel perlu tim verifikator ditambah kompetensinya terutama dalam
manajemen lingkungan yang merupakan persyaratan utama untuk
melakukan audit lapangan.
• Untuk mendukung kerja yang efisien dan efektif perlu kiranya layanan
sertifikasi menggunakan aplikasi teknologi informasi agar tidak mudah
terjadinya mis komunikasi dalam pengecekan order dan penagihan.
• Terbatasnya lingkup layanan sertifikasi di BPPT. Permintaan dari
pelanggan terkait dengan produk yang belum menjadi ruang lingkup
mengakibatkan terkendalanya layanan ini. Untuk itu manajemen BTP perlu
melakukan integrasi dan fokus dalam layanannya.
Permintaan verifikasi ekolabel swadeklarasi selama tahun 2019 dari industri
terus meningkat karena kecenderungan dunia industri yang dianjurkan oleh
pemerintah untuk melakukan program sustainability Development Goal (SDG).
Permintaan terhadap verifikasi ecolabel oleh industry ada yang belum bisa
terpenuhi oleh LVE-BTP (BPPT) karena beberapa sebab antara lain :
• Lingkup klaim yang diminta oleh industry tidak masuk dalam ruang lingkup
LVE-BTP (BPPT)
• Belum adanya standar nasional/internasional yang diacu oleh industri
untuk klaim yang diminta
• Keterbatasan pengujian yang ada di Balai Teknologi Polimer atau lab yang
ada di Indonesia untuk melakukan pengujian yang diminta oleh Industri.
• Sumber Daya Manusia yang kompeten di LVE Balai Teknologi Polimer
yang masih terbatas untuk melakukan verifikasi lapangan
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 292
5) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya;
a) Efisiensi Penggunaan SDM:
Sumber daya manusia di layanan verifikasi ecolabel merupakan salah satu
bagian terpenting dalam pelayanan ini. Untuk itu kompetensi SDM menjadi
hal yang paling urgen dalam Lembaga verifikasi ecolabel terutama
kompetensi teknis yang meliputi pengetahuan teknis klaim lingkungan
(bahan baku, proses, aplikasi dan packaging) dan manajemen lingkungan
(pengolahan limbah, aturan lingkungan dan regulasi produk).
Sampai dengan tahun 2019 auditor (verifikator) yang terlibat dalam
layanan verifikasi ecolabel ada 4 orang dengan kategori 2 lead auditor dan
2 auditor. Jumlah layanan ecolabel sampai dengan tahun 2019 ada 9
sertifikat yang diterbitkan. Dengan SDM ini masih tertangani layanan yang
dilakukan LVE-STP tetapi karena tugas personil di BTP tidak hanya
melayani verifikasi ecolabel maka SDM yang tersedia masih dirasa
kurang. Untuk itu ke depan diperlukan pengelolaan SDM yang fokus pada
layanan ini dengan kompetensi sesuai dengan verifikasi ecolabel.
b) Efisiensi penggunaan keuangan :
Alokasi anggaran pemerintah untuk pelaksanaan program dan kegiatan
sangat terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut telah melakukan
pengelolaan anggaran DIPA program secara baik, efisien dan akuntabel
sehingga pelaksanaan program dan kegiatan dapat terselenggara dengan
baik dan tujuan serta sasarannya tercapai sebagaimana yang
direncanakan.
c) Efisiensi penggunaan sumber daya laboratorium dan peralatan :
Laboratorium dan peralatan yang ada sudah cukup lengkap untuk
melaksanakan program dan kegiatan.
Bab III - 293
Gambar 3.163. Layanan Sertifikasi Eco-Label
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 294
Kegiatan Verifikasi Lapanganoleh Tim Lve Balai Teknologi Lapangan Tahun 2019
Gambar 3.164. Botol dan Kontaminan yang Tidak Boleh Diproses
Gambar 3.166. Molding Botol Merk AQUA KomposisiRPET 100%
Gambar 3.165. Suasana Verifikasi Lapangan di PT. Tirta Investama, Klaten
Gambar 3.167. Verifikasi ke PT. Tirta Investama, Pandaan- Jawa Timur
Bab III - 295
3.1.3.13. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 13 :
Layanan Sertifikat Dijital (CA)
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSrE) milik Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) yaitu iOTENTIK, telah melakukan pelayanan
pengelolaan sertifikat elektronik sejak tahun 2015. Pada tahun 2018,
iOTENTIK BPPT mendapatkan status sebagai PSrE Terdaftar dari
Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui Surat Keputusan Menteri
Komunikasi dan Informatika Nomor 969 Tahun 2018. Status Terdaftar ini
menguatkan posisi iOTENTIK secara hukum dalam melakukan layanan
terhadap instansi pemerintah sebagai PSrE Instansi.
Pada tahun 2019, iOTENTIK mendapatkan Hak Cipta atas Aplikasi Penkin
Go+. Aplikasi Penkin Go+ ini digunakan untuk melakukan
penandatanganan Perjanjian Kinerja Kepala Unit Kerja se-BPPT
menggunakan sertifikat elektronik. Di tahun yang sama, iOTENTIK juga
telah berhasil mendaftarkan Merk iOTENTIK sehingga dapat digunakan
sebagai SMS Masking dalam pengiriman token otentikasi.
Sebagai PSrE Instansi, iOTENTIK hanya dapat menerbitkan sertifikat
elektronik untuk ASN, TNI dan Polri. Sampai dengan Desember 2019,
iOTENTIK memiliki mitra sejumlah 128 instansi yang tersebar di seluruh
Indonesia dengan rincian: 8 instansi pemerintah pusat, 5 instansi
pemerintah daerah non perizinan, dan 115 instansi pemerintah daerah
bidang perizinan. iOTENTIK juga memiliki 3 mitra industri yang akan
berkolaborasi dengan iOTENTIK dalam memberikan layanan
pemerintahan.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 296
Gambar 3.168. Pengguna iOTENTIK per 15 Januari 2020
Layanan yang diberikan iOTENTIK selain pengelolaan sertifikat elektronik
(meliputi: penerbitan, pencabutan dan pembaharuan), juga ada layanan
integrasi sertifikat elektronik dengan aplikasi pemerintahan. Pemberian
layanan ini dilengkapi dengan pemberian pelatihan dan sosialisasi kepada
operator aplikasi dan pengguna sertifikat elektronik.
Untuk mendukung layanan pengelolaan sertifikasi elektronik, iOTENTIK
saat ini sedang mengembangkan aplikasi pendaftaran sertifikat elektronik
menggunakan teknologi e-KYC dengan data kepegawaian instansi sebagai
data pembanding. iOTENTIK juga sedang mengembangkan aplikasi Teken
yang dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan penandatanganan
dokumen secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang
diterbitkan oleh iOTENTIK.
Bab III - 297
B. Capaian Kinerja
1. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini:
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa capaian kinerja
BPPT untuk Indikator Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 12 :
Layanan Verifikasi Eco Label adalah sebagai berikut:
Prosentase
Capaian Kinerja =
Realisasi X 100%
Target
=
1 Layanan Sertifikat Dijital (CA) X 100% = 100%
1 Layanan Sertifikat Dijital (CA)
Tabel 3.80 Perbandingan target dan realisasi kinerja tahun 2019
Indikator Kinerja Target Realisasi % Program /
Kegiatan Mitra
Layanan
Verifikasi Eco
Label
1 1 100 Layanan
Verifikasi Eco
Label
Pemerintah
Pusat dan
Daerah
2. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir;
- Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2019
iOTENTIK merupakan Penyelenggaran Sertifikasi Elektronik yang
mendapatkan status terdaftar dari Kementerian Komunikasi dan
Informatika. iOTENTIK memberikan layanan untuk manajemen
sertifikat elektronik bagi Pemerintah, salah satunya menerbitkan
sertifikat elektronik. Selain menerbitkan sertifikat elektronik untuk
eksternal Pemerintahan, iOTENTIK menerbitkan sertifikat internal
untuk pegawai di lingkungan BPPT mulai dari pejabat eselon 1 sampai
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 298
dengan eselon 4. Beberapa mitra eksternal iOTENTIK yang telah
diterbitkan sertifikat elektroniknya meliputi Instansi Pemerintah Pusat
maupun Instansi Pemeritah Daerah.tahun 2019, jumlah mitra 128
dengan rincian 8 instansi pemerintah pusat, 5 instansi pemerintah
daerah non perizinan, dan 115 mitra pemerintah daerah bidang
perizinan
- Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2018
Pada tahun 2018, iOTENTIK BPPT barun mendapatkan status
sebagai PSrE Terdaftar dari Kementerian Komunikasi dan Informatika
melalui Surat Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
969 Tahun 2018.
3. Perbandingan Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target
jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis;
Dari realisasi kinerja layanan verifikasi ecolabel sampai dengan tahun
2019 terlihat bahwa layanan ini sesuai dengan perencanaan jangka
menengah. Pengembangan layanan ini menguatkan posisi iOTENTIK
secara hukum dalam melakukan layanan terhadap instansi pemerintah
sebagai PSrE Instansi.
4. Analisis penyebab keberhasilan / peningkatan / penurunan kinerja serta
alternatif solusi yang telah dilakukan;
Faktor Penyebab keberhasilan / Peningkatan Kinerja :
Faktor pendukung keberhasilan:
- iOTENTIK merupakan PSrE instansi pertama yang memiliki status
Terdaftar di Kemkominfo, sehingga meningkatkan level trust dari para
calon mitra
- Adanya rekomendasi dari Kemkominfo untuk DPMPTSP yang
menggunakan aplikasi SiCantik agar menggunakan sertifikat elektronik
yang diterbitkan oleh iOTENTIK
Bab III - 299
d) Efisiensi penggunaan keuangan :
Alokasi anggaran pemerintah untuk pelaksanaan program dan
kegiatan sangat terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut telah
melakukan pengelolaan anggaran DIPA program secara baik, efisien
dan akuntabel sehingga pelaksanaan program dan kegiatan dapat
terselenggara dengan baik dan tujuan serta sasarannya tercapai
sebagaimana yang direncanakan.
e) Efisiensi penggunaan sumber daya laboratorium dan peralatan :
Laboratorium dan peralatan yang ada sudah cukup untuk
melaksanakan program dan kegiatan.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 300
3.1.3.14. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 14 :
Layanan Pengujian Teknologi Pesawat Terbang Nasional
A. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Dalam pelaksanaan Layanan Pengujian Teknologi Pesawat Terbang
Nasional BPPT telah melakukan beberapa kali pengujian yaitu:
1. Pengujian Outer Wing Hinge Momen Pesawat R-80
Program pengujian terowongan angin Model R80 Outer Wing Hinge
Moment ini merupakan tindak lanjut dari kesepakatan antara PT RAI
dengan BBTA3 dalam pengembangan pesawat R80, maka dianggap
perlu untuk mengadakan pengujian terowongan angin (Wind Tunnel
Test) terhadap Outer Wing Hinge Moment Model R80 di fasilitas
pengujian terowongan angin ILST – BBTA3.
Pengujian aerodinamika untuk Outer Wing Hinge Moment Model R80
dalam seksi uji Indonesian Low Speed Tunnel (ILST) telah dilakukan
selama 15 hari kerja. Pengujian ini terdaftar dalam data ILST dengan
label Eksperimen-236. Pengujian menghasilkan 79 polar pengukuran
Outer Wing Hinge Moment menggunakan Hinge Moment Balance
(HMB) dan pengukuran gaya aerodinamika menggunakan timbangan
luar (External Balance).
Metode pengujian untuk menyelesaikan Rencana Uji (Test Plan) yang
telah disepakati oleh kedua belah pihak adalah sebagai berikut:
1. Hinge moment di bagian bidang kontrol outer wing (Flap, Spoiler
dan Aileron) dengan menggunakan hinge moment balance yang
tersusun dari sensor strain gauge yang sudah terkalibrasi.
2. Karakteristik aerodinamika berupa koefisien-koefisien CL, CD, CM.25,
CY, Cn, dan Cl diperoleh dari reduksi gaya-gaya dan momen
aerodinamika yang diukur dengan menggunakan external balance.
Bab III - 301
Gambar 3.169. Persiapan DARS check Loa
Gambar 3.170. Pengambilan data pengujian R-80
2. Pengujian Model Pesawat CN235 Drop Test
Model CN235~220M FTB (Flying Test Bed) merupakan modifikasi dari
model pesawat CN-235-220M, yang dilengkapi dengan konfigurasi
tambahan eksternal seperti Winglets, Belly Radar, Flir, Bubble
Windows, Pylon, Torpedo, Launcher dan Armament Gun. Uji
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 302
terowongan angin terhadap kinerja pesawat, tidak selalu berkaitan
dengan gaya dan momen aerodinamika pesawat secara menyeluruh,
namun dapat juga berkaitan dengan komponen tambahan. Evaluasi
yang dilakukan kadang juga dilakukan berdasarkan pengamatan Visual.
Pengujian Drop Test merupakan salah satu pengujian terowongan
angin yang dirancang sedemikian rupa, sehingga analisis dan
evaluasinya dilakukan berdasarkan pengamatan visual.Pengujian
model CN235 Drop Test menggunakan model CN235-220M FTB skala
1:9 yang dilakukan di terowongan angin ILST sesuai dengan perjanjian
kerjasama antara BBTA3 dengan PT Dirgantara Indonesia (selanjutnya
PT DI), di mana pengujian ini berlangsung selama 17 hari kerja, sejak
tanggal 8 sampai dengan 25 Ianuari 2019. Pengujian ini ditetapkan
sebagai Eksperimen 233.
Gambar 3.171. Model Pesawat CN 235 di seksi uji ILST
Bab III - 303
B. Capaian Kinerja
Secara ringkas, capaian kinerja indikator yaitu jumlah layanan teknologi
yang mendukung peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa,
dengan target 1 layanan teknologi untuk mendukung program
pengembangan pesawat terbang nasional dapat dilihat pada tabel
dibawah :
Tabel 3.81 Capaian kinerja indikator kinerja
Sasaran Program : Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi, dan Layanan
Teknologi di Bidang TIRBR untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa
Indikator Kinerja : 1 (satu) layanan teknologi untuk pengujian pesawat terbang nasional
Penjelasan IKU: Terlaksananya layanan teknologi berupa pengujian terowongan angin Model R80 Outer Wing Hinge yang dilaksanakan selama 15 hari kerja. Pengujian ini terdaftar dalam data ILST dengan label Eksperimen-236. Pengujian menghasilkan 79 polar pengukuran Outer Wing Hinge Moment menggunakan hinge moment balance (HMB) dan pengukuran gaya aerodinamika menggunakan timbangan luar (External Balance). Pengujian Model CN235~220M FTB (Flying Test Bed) merupakan modifikasi dari model pesawat CN-235-220M. Pengujian Drop Test merupakan salah satu pengujian terowongan angin yang dirancang sedemikian rupa, sehingga analisis dan evaluasinya dilakukan berdasarkan pengamatan visual. Pengujian model CN235 Drop Test menggunakan model CN235-220M FTB skala 1:9. .
Target: layanan teknologi untuk pengujian pesawat terbang nasional R80 dan CN 235
Program/Kegiatan Capaian Kinerja Outcome Bukti Pendukung
Pengkajian, Penerapan dan
Pelayanan Teknologi
Aerodinamika, Aeroelastika
dan Aeroakustika
• Terlaksananya layanan
teknologi aerodinamika
(pengujian terowongan angin)
untuk mendukung program
pengembangan pesawat
terbang nasional R80 dan CN
235.
• Dokumen kontrak • Testemoni pelanggan
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 304
1) Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini;
Tabel 3.82
Perbandingan target dan realisasi kinerja tahun 2019
2) Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir:
1. Pada tahun 2019 target untuk kinerja tahunan ditetapkan sebagai
jumlah layanan teknologi atau output kegiatan yang dapat
memberikan kontribusi pada outcome kedeputian dan impact
lembaga, yaitu layanan teknologi untuk pengujian pesawat terbang
nasional. Tahun 2019 memberikan layanan teknologi kepada PT RAI
dalam pengujian pesawat regional R-80. Pesawat R-80 termasuk
proyek strategis nasional sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan
Presiden Nomor 56 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional dan PT Dirgantara Indonesia
untuk CN 235.
Prosentase Capaian Kinerja
= Realisasi
x 100%
Target
= 1 Layanan Teknologi
x 100% = 100% 1 Layanan Teknologi
Indikator Kinerja
Target Realisasi % Program Mitra
Layanan teknologi untuk pengujian pesawat terbang nasional
1 1 100 Pengkajian,
Penerapan dan
Pelayanan
Teknologi
Aerodinamika,
Aeroelastika dan
Aeroakustika
PT. Regio Aviasi Industri (RAI)
Bab III - 305
2. Pada tahun 2018 target untuk kinerja tahunan ditetapkan sebagai
jumlah layanan teknologi atau output kegiatan yang dapat
memberikan kontribusi pada outcome kedeputian dan impact
lembaga, yaitu layanan teknologi untuk pengujian pesawat terbang
nasional. Tahun 2018 memberikan layanan teknologi kepada PT.
Dirgantara Indonesia dalam pengujian Pesawat N219. Pesawat N219
merupakan pesawat terbang nasional yang dikembangkan LAPAN
dan PT. Dirgantara Indonesia.
3. Pada tahun 2017 definisi “jumlah layaan teknologi” diubah dari yang
sebelumnya adalah jumlah aktual layanan menjadi jumlah “kelompok
layanan”. Pada tahun 2017 2 layanan teknologi ditetapkan sebagai
target meliputi 1) Kelompok layanan teknologi hankam dan maritim
dan 2) Kelompok layanan teknologi transportasi dan manufaktur.
4. Jumlah layanan teknologi pada tahun 2016 tercapai 16 layanan.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada tahun 2015, jumlah ini
mengalami penurunan sebesar 33,3%. Kerusakan trafo yang
mengakibatkan beberapa jadwal pengujian terowongan angin mundur
merupakan salah satu penyebab penurunan ini.
5. Pada tahun 2014 jumlah layanan teknologi tercapai sebanyak 15
layanan. Kemudian pada tahun 2015 mengalami kenaikan menjadi 24
layanan dari target 10 layanan.
Tabel 3.83
Ringkasan Capaian Kinerja Layanan Pengujian Pesawat Terbang Nasional
Capaian Kinerja Tahun 2015
Capaian Kinerja Tahun 2016
Capaian Kinerja Tahun 2017
Capaian Kinerja Tahun 2018
Capaian Kinerja Tahun 2019
24 Layanan Teknologi
16 Layanan Teknologi
2 Layanan Teknologi
1 Layanan Teknologi
1 Layanan Teknologi
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 306
3) Perbandingan Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target
jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategi
Gambar 3.172. Capaian Iayanan teknologi pengujian pesawat terbang nasional
4) Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar Nasional
Pesawat R-80 merupakan program strategis nasional yang dapat
memberikan kontribusi pada outcome kedeputian dan impact lembaga.
Pengujian outer wing hinge moment R-80 merupakan serangkaian
pengujian yang berkesinambungan untuk pengembangan pesawat R-
80 sebagai pesawat terbang nasional Indonesia.
5) Analisis penyebab keberhasilan / peningkatan / penurunan kinerja
serta alternatif solusi yang telah dilakukan
a. Faktor Penyebab Keberhasilan/Peningkatan Kinerja:
Kegiatan layanan teknologi aerodinamika aeroakustika dan
aeroelastika di BBTA3 pada tahun 2019 ini dapat berhasil karena
beberapa hal antara lain:
16 Layanan Teknologi
2016 2017 2015 Layanan Teknologi
Aerodinamika,
Aeroaelastika,
Aeroakustika
2018 2019
1 Layanan Teknologi
24 Layanan Teknologi
2 Layanan Teknologi
1 Layanan Teknologi
Bab III - 307
➢ Faktor Internal :
• Dukungan komitmen BPPT dalam pencanangan dan
pelaksanaan program serta fokus pada proses pencapaian
target akhir.
• Kekompakkan atau kerjasama yang solid seluruh pegawai
BBTA3.
• Konsistensi pada pelaksanaan kegiatan sesuai rencana
strategis yang telah ditetapkan.
• Konsistensi pada kedisiplinan kerja, capaian penyelesaian
target antara sesuai jadwal waktu yang direncanakan.
• Penyiapan SDM pelaksana kegiatan sesuai kompetensi
teknis, pengalaman dan keahlian kerja sehingga bisa lebih
efektif dlm pencapaian target.
➢ Faktor Eksternal :
• Adanya kerjasama dengan institusi dan industri mitra,
berkoordinasi dan saling mengisi sesuai kompetensi.
6) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya
a. Efisiensi Penggunaan SDM:
Dengan jumlah SDM yang terbatas, BBTA3 melakukan beberapa
langkah untuk mengefisiensikan penggunaan SDM yaitu dengan
pemanfaatan matriks beban kerja SDM. Selain itu juga
meningkatkan kemampuan kompetensi dengan memberikan
diklat, mengikutsertakan dalam seminar sesuai dengan
kompetensinya dan lain-lain. Memperluas jaringan informasi dan
sumber data dengan berbagai pihak yang terkait untuk
mendukung seluruh kegiatan pengkajian, penerapan dan
pelayanan teknologi aerodinamika, aeroelastika dan aeroakustika.
Kerjasama dilakukan juga dengan lembaga pendidikan kerja
praktek mahasiswa cukup memberikan keuntungan ketiga belah
pihak, BBTA3, Universitas dan mahasiswa yang bersangkutan.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 308
Langkah lain yang ditempuh untuk mengefisienkan SDM adalah
mengundang narasumber ahli untuk memberikan masukan terkait
dengan keberlangsungan kegiatan ataupun layanan teknologi.
b. Efisiensi Penggunaan Keuangan:
Penghematan pengeluaran biaya dengan melakukan efisiensi
jumlah SDM dalam Perjalanan Dinas yang sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi dari masing-masing personel. Penggunaan
anggaran diklat atau bimtek ditingkatkan efisiensi dengan cara
menyelenggarakan sendiri dan mengundang narasumber ahli
sebagai instruktur. Selain itu juga dengan memanfaatkan ATK
secara maksimal termasuk dalam proses pengadaan dengan
memilih harga yang paling murah.
c. Efisiensi Penggunaan Mesin dan Peralatan :
Efisiensi dilakukan pada penggunaan mesin dan peralatan
dengan cara memanfaatkan simulasi numerik untuk optimasi.
BBTA3 bekerjasama juga dengan unit lain di BPPT bahkan
institusi lain dalam penggunaan mesin dan alat, sehingga tidak
semua mesin dan peralatan harus diadakan.
d. Efisiensi Lainnya:
Melaksanakan kerjasama dengan instansi lain baik lembaga
akademik seperti Universitas maupun SMK, maupun dengan
lembaga penelitian dan pengembangan lain sesuai dengan
kebutuhan dan tugas pokok masing-masing.
7) Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun
kegagalan pencapaian pernyataan kinerja
Program atau kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian
pernyataan kinerja adalah program-program nasional untuk penguasaan
dan pengembangan teknologi aeronautika sebagaimana tercantum
dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2013
Tentang Keantariksaan dan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 45 Tahun 2017 tentang Rencana Induk Penyelenggaraan
Keantariksaan Tahun 2016-2040 yang mengatur kepemilikan
Bab III - 309
terowongan angin di BPPT sebagai wahana untuk penguasaan
teknologi aeronautika/keantariksaan.
8) Analisis Program/Kegiatan Penunjang Keberhasilan.
Program atau kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian
pernyataan kinerja adalah program-program nasional untuk penguasaan
dan pengembangan teknologi aeronautika sebagaimana tercantum
dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2013
Tentang Keantariksaan dan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 45 Tahun 2017 tentang Rencana Induk Penyelenggaraan
Keantariksaan Tahun 2016-2040 yang mengatur kepemilikan
terowongan angin di BPPT sebagai wahana untuk penguasaan
teknologi aeronautika/keantariksaan.
Gambar 3.173. Analisis Program/Kegiatan Penunjang Keberhasilan Layanan Pengujian Pesawat Terbang Nasional
Perjanjian Kinerja : Jumlah layanan teknologi: Layanan pengujian teknologi pesawat terbang
nasional
Kegiatan : Kontrak PNBP dan pelaksanaan pengujian terowongan angin sebanyak kurang lebih 79 Polar.
Kegiatan : Koordinasi teknis dan administratif dengan PT RAI mengenai pengujian terowongan angin untuk model pesawat R80.
Kegiatan : Pemeliharaan dan Kalibrasi terowongan angin dan berbagai perangkat data akuisisi dan data processingnya..
Kegiatan : Penyusunan laporan hasil pengujian terowongan angin untuk model pesawat R80.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 310
Bab III - 311
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 312
Gambar 3.174. Testimoni Pengujian Terowongan Angin untuk pengembangan R80
Bab III - 313
3.1.3.15. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 15 :
Layanan Pengujian Sarana Dan Prasarana Kereta Api
A. Uraian Pelaksanaan Program / Kegiatan Tahun 2019
Dalam pelaksanaan pengujian sarana dan prasaran kereta api selama
periode Januari sampai dengan Desember 2019 telah dilakukan beberapa
kali pengujian dengan metode, benda uji, lokasi dan tujuan yang berbeda-
beda.
Pengujian bending statis sambungan Las termit rel oleh PT Standar
Beton Indonesia
Tujuan pengujian adalah untuk mengetahui besarnya gaya dan defleksi yang
dapat diterima oleh benda uji bending statis las termit sesuai dengan
standard SNI 11-4013-1996
Gambar 3.175. Skema Head Up Pengujian Bending Sambungan Las Termit
Pengujian U-Shape Grider Loading Test oleh PT Adi Karya
B2TKS terlibat dalam Proyek percepatan penyelenggaraan Kereta Api
Ringan (LRT) terintegrasi diwilayah Jabodebek. B2TKS terlibat dalam uji
beban U-Shaped Girder di jalur track LRT.
Pengujian system penambat rel oleh Vosloh DFF 211 oleh Vosloh
Fastening Systems Gmbh
BPPT melalui B2TKS melakukan pengujian pada performa sistem penambat
rel tipe Vossloh 300UTS dalam menerima beban operasinya sesuai EN
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 314
13481-5 untuk kategori B dengan desain axle load maksimum 180 kN
dengan metode uji sesuai EN 13146
Pengujian Bending Bantalan Beton Kereta Api Tipe 1435 oleh PT
Waskita Beton Precast Tbk Plant Karawang
Tujuan pengujian adalah untuk mengetahui kekuatan bantalan beton tipe
1435 panjang 2440 dalam menerima beban operasinya. Dalam melakukan
pengujian dilakukan dalam beberapa jenis antara lain:
a. uji beban vertical negative dudukan rel A dan B
b. uji beban vertical positive dudukan rel A dan B
c. uji beban vertical negative tengah dudukan rel A dan B
d. uji beban vertical positive tengah dudukan rel A dan B
Gambar 3.176. Set Uji Beban Vertikal Negatif dudukan rel
Pengujian Bantalan Beton monoblock Tipe 1067 oleh PT Calvary Abadi
Tujuan pengujian adalah untuk mengetahui kekuatan bantalan beton
monoblock tipe 1067 dengan sistem penambat elastis pandrol e-series anti
vandal dalam menerima beban operasinya
Bab III - 315
Pengujian Tarik dan Tekan Statis Purwarupa Coupler Kereta oleh
Institut Teknologi Sepuluh November (ITS)
Tujuan pengujian tarik dan tekan statis ini adalah untuk mengetahui kondisi
struktur coupler ketika menerima beban tarik atau tekan sebesar 400 kN atau
sekitar 40 ton. Pengujian tarik statis menggunakan mesin RHZ 4000 kN
sampai dengan gaya tarik maksimumnya tercapai sebesar 400 kN.
Sedangkan uji tekan statis menggunakan actuator hidrolik kapasitas 400 kN
yang dikontrol oleh servo controller. Gaya tekan yang diaplikasikan pada
specimen coupler sebesar 400 kN. Jumlah benda uji (specimen) coupler
sebanyak 2 unit dengan rincian satu unit untuk uji tarik dan satu unit lainnya
untuk uji tekan
Gambar 3.177. Uji Tarik Coupler Kereta
Pengujian Statis dan dinamis (500.000) siklus Struktur Bogie LRT
Jabodebek oleh PT INKA
Pelaksanaan pekerjaan monitoring pengujian statis struktur bogie LRT
Jabodebek dengan standard EN 13749. Pengujian ini dilakukan untuk
memastikan tegangan yang terjadi tidak melebihi tegangan luluh material,
batas lelah material dan tidak ada resiko deformasi tetap pada bogie frame
pada kondisi beban operasional dan beban exceptional. Pengujian statis
struktur bogie yang dilakukan di bangsal uji (Test hall) B2TKS ini meliputi:
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 316
Uji beban Exceptional kondisi switches
Uji beban Exceptional kondisi running through curves
Uji beban Normal service kondisi switches
Uji beban Normal service kondisi running through curves
Gambar 3.178. Set up Uji statis dan dinamis Struktur Bogie LRT
Bab III - 317
Pengujian statis dan dinamis roller untuk wessel rel kereta api PT RUPM
Tujuan pengujian adalah untuk mendapatkan data kekuatan pada wessel rel
kereta api saat dinamis dan statis
Pengujian bantalan beton monoblok 1067 dan sistem penambat rel PT
Bina Sarana Dirgantara
Tujuan pengujian adalah untuk mengetahui kekuatan bantalan beton
monoblock tipe 1067 dan sistem penambat rel dalam menerima beban
operasinya melalui uji angkat sistem penambat dan uji longitudinal sistem
penambat rel sesuai standar Arema Chapter 30 Part 4.
Gambar 3.179. Uji angkat sistem penambat
B. Target Akhir Program / Kegiatan (impact/outcome/output) Sesuai
Dokumen Rencana Strategis
Target akhir kegiatan ini berdasarkan Indikator Kinerja Sasaran Program pada
Renstra Deputi Bidang TIRBR 2015-2019 revisi 4 adalah dilaksanakannya 1
(satu) pengujian teknologi sarana dan prasarana kereta api yang menjadi
impact untuk BPPT.
C. Uraian Peningkatan Outcome / Output dari Tahun ke Tahun Menuju Target Akhir, sesuai Dokumen Rencana Strategis
Layanan pengujian teknologi sarana dan prasarana kereta api berdasarkan
Renstra BPPT 2015-2019 Revisi 5 dan Renstra Deputi Bidang TIRBR 2015-
2019 revisi 4 ditargetkan mulai tahun 2018 dan 2019. Target yang ditetapkan
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 318
setiap tahunnya sama yaitu dilaksanakannya 1 (satu) pengujian teknologi
sarana dan prasarana kereta api.
Secara ringkas, capaian kinerja indikator yaitu jumlah inovasi teknologi yang
dihasilkan, dengan target 1 Layanan Pengujian teknologi sarana dan
prasarana kereta api dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.84 Tabel Capaian kinerja layanan pengujian teknologi sarana dan prasarana
kereta api
Sasaran Strategis: Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi, dan Layanan
Teknologi di Bidang TIRBR untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa
Indikator Kinerja: Jumlah layanan pengujian teknologi sarana dan prasarana kereta api
Penjelasan Indikator Kinerja: Jumlah layanan pengujian teknologi sarana dan prasarana kereta api dan LRT Jabodebek.
Target: 1 (satu) Layanan pengujian teknologi sarana dan prasarana kereta api
Program/Kegiatan Capaian Kinerja Outcome Bukti Pendukung
Layanan Teknologi Kekuatan Struktur
Dilaksanakannya Layanan Jasa Teknologi Pengujian Sarana dan Prasarana Kereta Api dan LRT Jabodebek
Kontrak Pengujian Surat Pernyataan dari Penerima layanan
B. Capaian kinerja
1. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini;
Prosentase
Capaian Kinerja
= Realisasi
x 100%
Target
= 1 Layanan Teknologi
x 100% = 100% 1 Layanan Teknologi
Bab III - 319
Tabel 3.85 Tabel Perbandingan Capaian Kinerja Layanan Kekuatan Struktur
2. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan
tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
Pada tahun 2019 jumlah pengujian sarana dan prasarana kereta sebanyak 9
kegiatan dengan total kontrak senilai 3.774.089.750,- mengalami penurunan
dibandingkan pada tahun lalu. Pada tahun 2018 jumlah pengujian sarana dan
prasarana kereta api sebanyak 31 kali pengujian dengan nilai kontrak Rp.
4.558.371.000,- sedangkan pada tahun 2017 dilakukan sebanyak 14 kali
pengujian dengan nilai kontrak sebesar Rp. 2.117.390.000,-
3. Perbandingan Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategi
Dalam layanan pengujian sarana dan prasarana kereta api target yang
tercantum dalam Renstra BPPT 2015-2019 Revisi 5 dan Renstra Deputi Bidang
TIRBR 2015-2019 revisi 4 selalu terelasisasi dimana setiap tahunnya
membukukan sebuah layanan pengujian yang terdiri dari 9 kontrak dengan
berbagai mitra kerja BPPT.
4. Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja serta alternatif solusi
yang telah dilakukan.
Faktor Penyebab Keberhasilan :
Faktor Internal :
• Sumber Daya manusia.
Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Mitra
Jumlah layanan pengujian teknologi sarana dan prasarana kereta api
1 1 100 Layanan Teknologi Kekuatan Struktur
Perusahaan Swasta BUMN Perusahaan Asing
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 320
Keberhasilan sangat didukung dengan dimilikinya kualifikasi SDM yang
memiliki keterampilan dan keahlian dibidang teknologi kekuatan struktur,
yang sertifikasinya selalu dijaga agar tetap valid setiap saat. Beberapa
Lisensi yang dimiliki pegawai diantaranya Eddy Current Level II & III,
Ultrasonic Level II, Penetrant Test Level II, Magnetic Particel Level II,
Welding Engineer, Petugas Pengambil Contoh (PPC), Internal Auditor SNI,
Pengukuran dan Suhu. Pengukuran dan Masa, Pengukuran dan Dimensi,
Assessor SNI, QA Assessor, Pressure Vessel Inspector, Operator
Radiografi Level I, Crane Inspector,
Selain hal tersebut di atas, dalam mendukung kegiatan pelayanan, Sumber
Daya Manusia (SDM) diberikan pelatihan yang diselenggarakan sesuai
dengan tupoksi yang telah diberikan.
Teknologi/Peralatan.
Dengan terus diperbaiki dan diperbaharuinya berbagai peralatan uji yang
mendukung pengkajian dan pelayanan jasa teknologi kekuatan struktur, hal
tersebut juga membantu keberhasilan.
Faktor External
Faktor lain yang mendukung keberhasilan pencapaian keberasilan
diantaranya adanya mitra kerja BUMN yang sangat mendukung seperti PT
INKA, PT KAI, dan beberapa mitra swasta lainnya yang tetap setia
mempercayakan BPPT untuk melakukan pengujian kekuatan struktur yang
diperlukan oleh kalangan industri tersebut.
Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya
• Penugasan SDM sesuai dengan keterampilan dan keahliannya.
• Penerapan sistem matrik untuk pengujian skala besar.
• Optimalisasi penggunaan peralatan uji yang dimiliki.
• Dilaksanakan pemeliharaan, perbaikan, penggantian dan pengadaan baru
peralatan uji secara kontinyu dan berkelanjutan.
Bab III - 321
Analisis Program/Kegiatan Penunjang Keberhasilan.
Gambar 3.180. Capaian Iayanan teknologi sarana dan prasarana kereta api
Kegiatan : Peningkatan Peralatan dan fasilitas Uji Pemeliharaan Sarana dan Prasana
Kegiatan : Peningkatan kemitraan dan kepuasan pelanggan. Layanan Prima Kegiatan Pelayanan Teknologi.
Perjanjian Kinerja : Layanan pengujian teknologi sarana dan prasarana kereta api
Kegiatan : Peningkatan kualitas SDM Perencanaan Keuangan Pengelolaan BMN Penyusunan Peta Proses Bisnis.
Kegiatan : Peningkatan anggaran Litbangyasa
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 322
3.1.3.16. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 16 :
Layanan Teknologi Perbanyakan Bibit Secara Ex Vitro
A. Uraian Pelaksanaan Program / Kegiatan
Jahe (Zingiber officinale Rosc) merupakan salah satu jenis tanaman rempah-
rempah yang memiliki banyak banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku industri.
Berdasarkan informasi empirik dan data-data hasil penelitian terkini, Jahe merah
memiliki banyak manfaat untuk kesehatan dan kebugaran tubuh, sehingga jahe
merah banyak digunakan sebagai bahan baku produk jamu. Lebih dari 40 produk
jamu atau obat tradisional yang diproduksi oleh industri kecil obat tradisional
(IKOT) maupun industri obat tradisional (IOT), menggunakan jahe merah sebagai
salah satu bahan baku utama. Indonesia merupakan negara eksportir jahe
terbesar ke-2 di ASEAN dan ke-6 di dunia (Kementan 2014). Namun demikian
produktivitas rimpang jahe yang dihasilkan masih tergolong rendah. Dari 25.000
ha luasan lahan, diperoleh rimpang jahe sebanyak 120.000 ton (produktivitas
hanya sebesar 4.8 ton/ha). Hasil ini masih jauh tertinggal di bawah Thailand
dengan luas lahan 9.000 ha dengan hasil mencapai 150.000 ton atau setara 16.67
ton/ha.
Salah satu permasalahan terkait dengan rendahnya produktivitas jahe merah
adalah ketersediaan bibit unggul jahe merah yang masih kurang. Upaya untuk
mengatasi masalah tersebut adalah dengan penyediaan dan penggunaan bibit
unggul jahe merah. Bibit unggul dapat dihasilkan melalui teknik kultur in vitro
maupun ex vitro. Kultur tersebut merupakan metode perbanyakan vegetatif
dengan formula tertentu, sehingga tanaman didorong untuk beregenerasi secara
cepat. Sehingga melalui metode ini, bibit jahe merah dapat tersedia secara
mudah, murah, massal dan sepanjang waktu. Selain itu metode ini mudah
dibangun dan diterapkan oleh masyarakat pengguna sehingga dapat menekan
biaya produksi karena lokasi pembibitan dekat dengan areal budidaya.
Adapun keunggulan yang lain adalah bibit jahe merah yang dihasilkan melalui
kultur in vitro dan ex vitro yaitu bebas virus dan berumur seragam sehingga
Bab III - 323
diharapkan umur panen menjadi serentak dan lebih cepat, kualitas dan
produktivitas rimpang lebih baik. Bila rimpang yang dihasilkan berkualitas baik,
diharapkan kandungan senyawa berkhasiat (diantaranya gingerol) yang dimiliki
akan tinggi.
BPPT bersama dengan PT. Bintang Toedjoe telah melakukan kerja sama uji
lapang bibit jahe merah unggul hasil kultur in vitro dan ex vitro pada lahan
pengujian seluas 800 m2 di kawasan Agrobiotek BPPT, Desa Cilubang
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Uji ini dilakukan menggunakan tujuh (7)
sumber bibit berbeda, yaitu bibit in vitro (264 bibit), bibit (SK0, SK1 dan SK2) ex
vitro (792 bibit), bibit rimpang Sukabumi (264 bibit), bibit rimpang Bengkulu (264
bibit) dan bibit rimpang Palu (264 bibit).
Kerjasama ini dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan produktivitas dan
kualitas hasil panen jahe merah di Indonesia. Kegiatan kerjasama penanaman ini
nantinya sebagai dasar untuk pengembangan bibit jahe merah lebih lanjut di
lahan-lahan milik petani binaan maupun PT. Bintang Toedjoe melalui
pemberdayaan masyarakat lokal.
Gambar 3.181. Penandatanganan BPPT bersama dengan PT. Bintang Toedjoe
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 324
b) Target akhir program / kegiatan (impact/outcome/output) sesuai dokumen rencana
strategis
Target akhir kegiatan ini adalah terlaksananya 1 (satu) Layanan Teknologi
Perbanyakan Bibit Jahe Merah secara Ex vitro pada tahun 2019. Target ini
merupakan bagian dari capaian sasaran strategis BPPT (ST.2.2) yaitu
termanfaatkannya audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi dan layanan
teknologi untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa.
c) Uraian peningkatan outcome / output dari tahun ke tahun menuju target akhir,
sesuai dokumen rencana strategis
Tabel 3.86 Capaian Kinerja Target 1 Indikator Kinerja Program 1 dari Sasaran Program 2
Tujuan Strategis 2 Menghasilkan inovasi teknologi, audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi
dan layanan teknologi untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa,
Sasaran Strategis 2.2: Termanfaatkannya audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi dan layanan
teknologi untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa Penjelasan Indikator Kinerja Sasaran Strategis 2.2 Target 4
1 (satu) Layanan Teknologi Perbanyakan Bibit Jahe Merah secara Ex vitro Target 4.e (ii):
1 (satu) Layanan Teknologi Perbanyakan Bibit Jahe Merah secara Ex vitro yang dihasilkan pada tahun 2019
Program/Kegiatan Capaian Kinerja Outcome/Output
Bukti Pendukung
• Jasa teknologi bioteknologi (PNBP)
• Layanan Teknologi Perbanyakan Bibit Jahe Merah secara Ex vitro
• Perjanjian Kerjasama (PKS) antara Balai Bioteknologi dengan PT Bintang Toedjoe
• Foto Prototipe Jahe Merah dan Pelaksanaan Perbanyakan Bibit Jahe dengan Teknik In Vitro dan Ex Vitro
• Alih Teknologi Perbanyakan Bibit Jahe Merah secara In Vitro dan Ex Vitro
Bab III - 325
B. Capaian Kinerja Organisasi
1. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini:
Indikator Kinerja Utama: Teknologi Perbanyakan Bibit Jahe Merah secara Ex
vitro dengan target 1 (satu) Layanan Teknologi. Berdasarkan uraian tersebut di
atas dapat diketahui bahwa capaian kinerja BPPT untuk Sasaran Strategis 2.2
dari Tujuan Strategis 2 yaitu Jumlah Layanan Teknologi yang dihasilkan,
dengan target 1 (satu) Layanan Teknologi Perbanyakan Bibit Jahe Merah
secara Ex vitro adalah sebagai berikut:
Prosentase
Capaian Kinerja =
Realisasi X 100%
Target
= 1 Inovasi teknologi
X 100% = 100% 1 Inovasi teknologi
Tabel 3.87 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini Indikator Kinerja
Sasaran Strategis 2.2 dan Target 4.e (ii)
Indikator Kinerja Target Realisasi % Program /
Kegiatan Mitra
Jumlah Layanan Teknologi Perbanyakan Bibit Jahe Merah secara Ex Vitro
1 1 100 Jasa teknologi bioteknologi (PNBP)
PT. Bintang Toedjo
2. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan
tahun lalu dan beberapa tahun terakhir;
- Uraian mengenai realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2019
Pada tahun ini telah dilakukan kegiatan Layanan Teknologi Perbanyakan
Bibit Jahe Merah secara Ex vitro Layanan Teknologi Perbanyakan Bibit
secara Ex Vitro (Jahe Merah). Capaian kinerja tahun ini adalah
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 326
terlaksananya penanaman bibit jahe merah ex vitro pada lahan uji untuk
peningkatan produktivitas dan kandungan 6-gingerole pada rimpang jahe.
Capaian kinerja tahun 2019 adalah 1 (satu) mitra memanfaatkan produk
bibit jahe merah ex vitro dan teknologi perbanyakan bibit jahe merah
secara ex vitro.
- Uraian mengenai realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2018
Pada tahun 2018 telah dilakukan kegiatan pendampingan teknologi
perbanyakan bibit jahe merah secara ex vitro kepada calon penangkar
bibit jahe merah di Kabupaten Pemalang. Kegiatan pendampingan
penangkar bibit jahe merah didanai oleh Kemenristekdikti dalam rangka
penumbuhan dan pengembangan Perusahaan Pemula Berbasis
Teknologi (PPBT). PPBT ini merupakan spin off dari hasil kajian berbagai
teknologi yang siap dikomersialisasikan melalui kegiatan inkubasi.
Capaian kinerja tahun 2018 adalah 1 (satu) calon penangkar bibit
memanfaatkan teknologi perbanyakan bibit jahe merah secara ex vitro.
- Uraian mengenai realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2017
Pada tahun 2017 telah dilakukan kegiatan Inovasi Teknologi
Perbanyakan Bibit Jahe Merah Secara In Vitro dan Ex Vitro. Capaian
kinerja tahun 2017 adalah diperoleh 1 (satu) prototype bibit merah in vitro
dan ex vitro.
3. Perbandingan Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis;
- Uraian mengenai target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis
Target (output) tahun 2019: dimanfaatkannya teknologi BPPT untuk
peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa.
▪ 1 (satu) Layanan Teknologi Perbanyakan Bibit Jahe Merah secara
Ex vitro yang dihasilkan pada tahun 2019
Bab III - 327
▪
▪
▪
Gambar 3.182. Peningkatan Capaian Kinerja Output Menuju Target Akhir Sesuai Dokumen Renstra
✓ Dihasilkannya 1 (satu) Layanan Teknologi Perbanyakan Bibit Jahe Merah secara Ex vitro yang dihasilkan pada tahun 2019
✓ Mitra: PT. Bintang Toedjo
Target :
Termanfaatkannya audit teknologi, kliring teknologi,
alih teknologi dan inovasi teknologi
untuk peningkatan daya saing menuju
kemandirian bangsa.
✓ 1 (satu) Layanan Teknologi Perbanyakan Bibit Jahe Merah secara Ex vitro
✓ 1 (satu) pendampingan teknologi perbanyakan Bibit jahe merah secara ex vitro
✓ 1 (satu) Inovasi Teknologi
Perbanyakan Bibit Jahe
Merah Secara In Vitro
dan Ex Vitro
Persiapan bibit jahe merah in vitro Produksi bibit jahe merah ex vitro
Alih teknologi perbanyakan bibit jahe in vitro dan ex vitro
Uji lapang jahe merah dan analisis 6-gingerole
2019 2018 2017
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 328
4. Analisis penyebab keberhasilan / Peningkatan Capaian Kinerja :
• SDM yang kompeten.
• Networking dengan institusi lain sudah terbangun.
• Jenis teknologi yang dikembangkan BPPT sesuai dengan kebutuhan
masyarakat (penangkar bibit, petani jahe merah) dan swasta
• Dukungan mitra untuk bersama-sama mengembangkan inovasi teknologi
5. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya;
a) Analisis efisiensi penggunaan sumber daya manusia :
Program kegiatan ini dijalankan menggunakan sistem tatakerja kerekayasaan
yang diisi oleh pegawai dengan berbagai disiplin ilmu dan masing-masing
telah menempati posisi sesuai dengan kompetensinya. Pegawai yang terlibat
pada kegiatan ini telah mampu memberikan kontribusi yang maksimal dan
mampu melaksanakan tugasnya dengan baik serta tepat waktu sehingga
tujuan dan sasaran kegiatan yang telah ditentukan dapat tercapai. Namun
demikian tetap perlu upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia
dengan mengikuti diklat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Gambar 3.183. Kontribusi Penggunaan Sumber daya manusia
Bab III - 329
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber daya keuangan :
Alokasi anggaran pemerintah untuk pelaksanaan program dan kegiatan
sangat terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut telah melakukan pengelolaan
anggaran DIPA program secara baik, efisien dan akuntabel sehingga
pelaksanaan program dan kegiatan dapat terselenggara dengan baik dan
tujuan serta sasarannya tercapai sebagaimana yang direncanakan.
c) Analisis efisiensi penggunaan sumber daya laboratorium dan peralatan :
Laboratorium dan peralatan yang ada sudah cukup lengkap untuk
melaksanakan program dan kegiatan.
6. Analisis program / kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian pernyataan
kinerja;
Gambar 3.184. Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan kinerja
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 330
PROTOTIPE BIBIT JAHE MERAH IN VITRO DAN EX VITRO (CAPAIAN KINERJA LEMBAGA L0 TAHUN 2019)
Gambar 3.185. Prototipe Jahe Merah In Vitro
Gambar 3.186. Prototipe Jahe Merah Ex Vitro
Bab III - 331
3.1.3.17. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja 17 :
Indeks Kepuasan Masyarakat, dengan target nilai indeks A
A. Capaian Kinerja
Salah satu peran yang dilaksanakan BPPT adalah mendukung peningkatan daya
saing dan kemandirian pelayanan kepada masyarakat. Didalam Undang-undang
Sinas Iptek, tertulis peran pengkajian dan penerapan, pengkajian meliputi
perekayasaan, audit dan kliring teknologi, sedang didalam penerapan meliputi
intermediasi, komersialisasi, alih teknologi. Dalam melakukan peran tersebut.
BPPT menggandeng mitra potensial sebagai bentuk pelayanan dari kalangan
Pemerintah (Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah), Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Perusahaan Swasta, dan
mitra Asing. Strategi yang digunakan BPPT untuk menjalin kerjasama dengan
mitra – mitra tersebut sangat beragam seperti Forum Group Discussion (FGD),
Business Gathering, Forum Pemasaran, Digital Marketing, Pameran, Kunjungan
Industri dan Survei Kepuasan Pelanggan untuk mengetahui tingkat kepuasan
pelanggan atas kegiatan pelayanan teknologi yang dilaksanakan oleh BPPT.
Pengukuran tingkat kepuasan pelanggan menjadi sangat penting untuk
menciptakan pelayanan yang lebih baik, lebih efektif, dan lebih efisien. BPPT
sebagai Instansi Pemerintah yang menjalankan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum wajib memberikan pelayanan terbaik kepada publik.
Tingkat kepuasan pelanggan sangat penting untuk diketahui untuk membangun
sistem yang cepat tanggap atas kebutuhan dan keinginan para mitra pengguna
produk dan jasa teknologi BPPT. Implikasinya dapat berbentuk pengurangan
waktu pelayanan, peningkatan kualitas pelayanan, dan pengurangan biaya
pelayanan karena adanya evaluasi dari suatu prosedur yang tidak efektif dalam
pemberian pelayanan kepada mitra pengguna. Sesuai yang diamanatkan oleh
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional serta dalam rangka untuk mendukung implementasi
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2015, maka pada tahun 2019 BPPT telah
melakukan kegiatan Survei Kepuasan Pelanggan sebagai tolak ukur untuk
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 332
menilai tingkat kualitas pelayanan. Adapun manfaat dari dilakukannya
pengukuran kepuasan pelanggan seperti yang tertera di bawah ini.
Gambar 3.187. Manfaat Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Sesuai dengan komitmen BPPT yang dituangkan dalam Sistem Manajemen
Mutu berupa Prosedur Kepuasan Pelanggan yang dilaksanakan setiap 1 (satu)
tahun sekali, pada tahun 2019 ini pengukuran kepuasan pelanggan yang
dilakukan mengadopsi pedoman yang telah ditetapkan oleh Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KEMENPANRB)
Nomor 25 / KEP / M.PAN / 2 / 2014 tentang Pedoman Penyusunan Indeks
Kepuasan Pelanggan Unit Pelayanan Instansi Pemerintah dan Peraturan
Menteri PAN RB No. 14 Tahun 2017 tentang Survei Kepuasan Masyarakat. Hal
ini dilakukan karena pada tahun – tahun sebelumnya, pengukuran kepuasan
pelanggan yang dilakukan belum mengadopsi pedoman tersebut.
Tujuan dilaksanakannya pengukuran kepuasan pelanggan oleh Pusyantek
BPPT adalah untuk mengetahui besaran Indeks Kepuasan Pelanggan (IKP)
sebagai salah satu prasyarat terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik dan
terpercaya. Sedangkan sasaran dilaksanakannya pengukuran indeks kepuasan
pelanggan adalah:
o Terukurnya pencapaian kinerja unit pelayanan instansi pemerintah dalam
memberikan pelayanan produk dan jasa teknologi kepada mitra pengguna
sehingga menghasilkan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Instansi.
MENDAPATKAN
PENILAIAN
YANG
OBJEKTIF
MENINGKATKAN
KUALITAS
PELAYANAN
MENGETAHUI
KINERJA
PELAYANAN
MELAKUKAN
EVALUASI
PROSEDUR
Bab III - 333
o Terbentuknya acuan penataan dan perbaikan atas sistem, mekanisme, dan
prosedur pelayanan sehingga pelayanan dapat dilaksanakan lebih maksimal
dan optimal.
o Mengetahui kekuatan dan kelemahan Pusyantek BPPT dalam memberikan
pelayanan kepada mitra pengguna layanan produk dan jasa teknologi.
o Mengetahui Indeks Kepuasan Masyarakat secara menyeluruh terhadap hasil
layanan produk dan jasa teknologi sebagai bahan masukan untuk penentuan
program dan kebijakan di masa mendatang.
Kepuasan pelanggan sangat penting dilakukan guna mengetahui kinerja
pelayanan yang telah dilakukan kepada mitra pengguna produk dan jasa
teknologi yang ditawarkan oleh Pusyantek BPPT. Prosedur pengukuran tingkat
kepuasaan pelanggan pada Pusyantek BPPT dilaksanakan sesuai dengan
Sistem Manajemen Mutu 9001: 2015 dalam Bidang Manajemen Pemasaran
Nomor 2002100.SOP.PIP.2.03.01.18 tentang Penanganan Klaim dan Kepuasan
Pelanggan.
Di bawah ini adalah alur proses dari Prosedur Penanganan Klaim dan Kepuasan
Pelanggan:
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 334
Gambar 3.188. Alur Proses Prosedur Penanganan Klaim dan Kepuasan Pelanggan
Pengolahan data dilakukan dengan perhitungan yang berdasarkan kepada
Peraturan Menteri Pendayaguaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 25 / KEP / M.PAN / 2 / 2014 dimana nilai Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM) dihitung dengan menggunakan Nilai Rata – Rata Tertimbang dari setiap
unsur pelayanan. Dalam penghitungan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
terhadap 14 unsur pelayanan yang dikaji, setiap unsur pelayanan memiliki faktor
penimbang yang sama seperti rumus perhitungan di bawah ini.
Bab III - 335
Tabel 3.88 Perhitungan Bobot Nilai Rata – Rata Tertimbang
Bobot
Nilai Rata – Rata Tertimbang =
Jumlah Bobot =
1 = 0,071
Jumlah Unsur 14
Untuk memperoleh nilai indeks dari tiap pelayanan digunakan perhitungan nilai
rata – rata tertimbang dengan rumus sebagai berikut untuk kemudian dihitung
secara total keseluruhan layanan.
Tabel 3.89 Perhitungan Indeks Kepuasan Masyarakat
Indeks Kepuasan Masyarakat = Total Nilai Persepsi Per Unsur
x Nilai Penimbang
Total Unsur
Untuk memudahkan interpretasi terhadap hasil penilaian Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM), total nilai dari Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dari tiap
unsur dikonversikan dengan nilai dasar 25 sehingga skala nilai akan menjadi 25
sampai dengan 100.
Tabel 3.90 Perhitungan Konversi Indeks Kepuasan Pelanggan
Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM)
Konversi
= Indeks Kepuasan Masyarakat
Awal x 25
Konversi nilai Indeks Kepuasan Masyarakat dapat dilihat pada tabel di bawah ini
sehingga akan mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai nilai dan interval
yang digunakan untuk kepentingan pengukuran tingkat kepuasan masyarakat.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 336
Tabel 3.91 Konversi Indeks Kepuasan Masyarakat
NILAI PERSEPSI
NILAI INTERVAL
IKP
NILAI INTERVAL KONVERSI
IKM
MUTU PELAYANAN
KINERJA UNIT
PELAYANAN
1 1,00 - 1,75 25,00 - 43,75 D Sangat Buruk
2 1,76 - 2,50 43,76 - 62,50 C Cukup Baik
3 2,51 - 3,25 62,51 - 81,25 B Baik
4 3,26 - 4,00 81,26 - 100,00 A Sangat Baik
Nilai Persepsi Tiap Unsur Pelayanan
Perhitungan pengukuran tingkat kepuasan pelanggan telah dilakukan dan jumlah
nilai persepsi dari setiap unsur pelayanan diperoleh dari hasil perhitungan nilai
rata – rata setiap unsur pelayanan. Di bawah ini adalah nilai dari setiap unsur
pelayanan.
Tabel 3.92 Nilai Unsur Pelayanan
NO. UNSUR PELAYANAN NILAI UNSUR
1. Prosedur Pelayanan 3,50
2. Kemudahan Informasi 3,43
3. Persyaratan Pelayanan 3,43
4. Kejelasan Pegawai 3,37
5. Kedisiplinan Pegawai 3,33
6. Tanggung Jawab 3,33
7. Kompetensi Pegawai 3,27
8. Kecepatan Pelayanan 3,23
9. Etika Pelayanan 3,20
10. Kewajaran Biaya 3,20
11. Kesesuaian Biaya 3,20
12. Ketepatan Waktu 3,17
13. Sarana dan Prasarana 3,13
14. Keamanan Kerjasama 3,10
Berdasarkan tabel hasil perhitungan setiap unsur pelayanan dalam melakukan
kegiatan pengukuran tingkat kepuasan masyarakat, dapat dilihat bahwa terdapat
Bab III - 337
5 unsur yang pelayanan yang memperoleh nilai lebih tinggi dibandingkan dengan
unsur yang lain. Berikut ini adalah urutan 5 besar peringkat unsur layanan terbaik
di tahun 2019.
Gambar 3.189. Peringkat Unsur Layanan Terbaik
Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat Pusyantek BPPT seperti yang terdapat dari
hasil penghitungan di atas adalah sebesar 3,26. Nilai tersebut termasuk dalam
kategori sangat baik. Dengan demikian, Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat
setelah dikonversi secara keseluruhan dapat dinyatakan sebagai berikut.
NILAI INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) KONVERSI
Total Nilai Indeks Kepuasan Pelanggan Sebelum Konversi x Nilai
Dasar Konversi
3,26 x 25
81,50
MUTU PELAYANAN PRODUK DAN JASA TEKNOLOGI
A
KINERJA UNIT PELAYANAN
SANGAT B A I K
5
KEMUDAHAN INFORMASI
4
TANGGUNGJAWAB
3
SARANA DANA PRASARANA
2
PROSEDUR PELAYANAN
1
KOMPETENSI PERSONIL
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 338
Gambar 3.190. Hasil Nilai Survei Kepuasan Pelanggan
Berdasarkan uraian capaian pelaksanaan pengukuran Kepuasan Masyarakat
tahun 2019 di atas, maka penjelasan capaian kinerja untuk indikator kinerja Nilai
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dengan target A, adalah sebagai berikut:
Capaian kinerja Sekretariat Utama untuk Indikator Kinerja 4: Indeks Kepuasan
Masyarakat, dengan target A, adalah sebagai berikut:
1. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini:
Tabel 3.93 Perbandingan antara target dengan realisasi IK 4
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat A A 100
Bab III - 339
2. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun
lalu dan beberapa tahun terakhir;
Hasil evaluasi kepuasan pelanggan tahun 2019 telah mengalami peningkatan
dibanding nilai pada tahun sebelumnya seperti ditunjukkan pada tabel dibawah
ini.
Tabel 3.94 Nilai Evaluasi Kepuasan Pelanggan BPPT 2016-2019
Tahun Penilaian Nilai Capaian
2016 65 B
2017 76.20 B
2018 81.25 B
2019 81.50 A
3. Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah yang terdapat dalam dokumen Perencanaan Strategis;
Realisasi kinerja pelaksanaan kepuasan pelanggan tahun 2018 sebesar 81,25
dengan nilai B sudah sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam dokumen
rencana strategis BPPT seperti ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.95 Target Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat Dalam Renstra BPPT 2015-2019
Tahun Target
2015 B
2016 B
2017 B
2018 B
2019 A
4. Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan Kementerian/Lembaga lain;
Mengingat hasil evaluasi penilaian indeks kepuasan masyarakat di Kementerian/
Lembaga lainnya belum dipublikasi maka pada LAKIP Sekretaris Utama ini
perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan Kementerian/Lembaga lain tidak
dapat ditampilkan.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 340
5. Analisis penyebab keberhasilan kinerja;
Analisis penyebab keberhasilan perolehan nilai Indeks Kepuasan Masyarakat
sebagaimana tercantum dalam Perjanjian Kinerja Sekretaris Utama adalah:
o Dukungan yang kuat dari Pimpinan BPPT untuk memberikan pelayanan
yang terbaik pada mitra pengguna.
o Komitmen dan dukungan dari seluruh unit teknis terhadap penyelesaian
setiap pekerjaan yang tepat waktu dan sesuai dengan yang ditargetkan.
o BPPT memiliki SDM yang kompeten dan fasilitas yang modern yang sesuai
dengan kebutuhan mitra pengguna.
6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya;
a. Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya manusia
o Alokasi dan penempatan SDM yang menangani layanan sesuai dengan
kompetensi yang dibutuhkan.
o Melaksanakan koordinasi secara intensif dengan seluruh unit kerja yang
terkait dengan layanan yang dibutuhkan oleh mitra pengguna.
b. Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya anggaran
Perencanaan anggaran dilakukan secara matang sesuai dengan kegiatan
yang telah disusun.
7. Analisis program/kegiatan yang menyebabkan keberhasilan pencapaian
perjanjian kinerja.
Beberapa kegiatan yang menjadi penunjang keberhasilan pencapaian target
kinerja layanan antara lain:
o Sosialisasi tentang Peraturan Perundangan terkait dengan BLU, mekanisme
kerjasama swakelola-2, PMK tarif dan SOP layanan kepada seluruh unit
kerja/satuan kerja dan mitra pengguna.
o Pemetaan eksternal dengan berkunjung ke mitra pengguna untuk mengetahui
kebutuhan layanan teknologi.
o Audit internal dan eksternal penerapan ISO 9001:2015
o Business Gathering
o Forum Pemasaran
o Digital Marketing
Bab III - 341
3.1.4. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 4 :
Terwujudnya Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih, Akuntabel dan Berkinerja Tinggi
Dalam pencapaian sasaran strategis 4 ini, pada tahun 2019 BPPT
mengidentifikasikan 3 indikator kinerja, yaitu : (1) Indeks Reformasi Birokrasi,
dengan target nilai indeks A; (2) Opini penilaian laporan keuangan oleh BPK,
dengan target opini WTP; dan (3) Nilai evaluasi akuntabilitas kinerja, dengan
target nilai indeks BB.
Capaian kinerja masing-masing indikator kinerja dalam sasaran strategis 4
sebagai berikut :
3.1.4.1. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 4 Indikator Kinerja 1 :
Indeks Reformasi Birokrasi, dengan target nilai indeks A
Reformasi Birokrasi merupakan suatu perubahan mendasar terhadap sistem
penyelenggaraan pemerintahan, bagi BPPT sebagai instansi pemerintah
pelaksanaan reformasi birokrasi merupakan suatu keharusan untuk
mewujudkan birokrasi yang bersih dan akuntabel, birokrasi yang efektif
dan efisien, dan birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas guna
terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).
Sejalan dengan hakikat reformasi birokrasi, maka upaya penciptaan birokrasi
dilakukan dengan peningkatan, penguatan, atau penataan terhadap 8
(delapan) program reformasi birokrasi, yakni Manajemen Perubahan,
Penguatan Sistem Pengawasan, Penguatan Akuntabilitas Kinerja,
Penguatan Kelembagaan, Penguatan Tatalaksana, Penguatan Sistem
Manajemen Sumber Daya Manusia, Peraturan Perundang-Undangan dan
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik.
Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi BPPT saat ini pada tahap
penguatan reformasi birokrasi menuju Tata Kelola Pemerintahan Berbasis
Kinerja periode tahun 2015-2019 dalam upaya membangun Tata Kelola
Pemerintahan yang Baik 2010-2024. Pada tahun 2018 capaian Program
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 342
Reformasi Birokrasi BPPT mendapat capaian hasil evaluasi pelaksanaan
reformasi birokrasi dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi dengan nilai indeks Reformasi Birokrasi 75,77 (kategori
"BB"), sesuai dengan Surat Dinas Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor B/222/M.RB.06/2018, tanggal 31 Desember
2018.
Gambar 3.191. Hasil Evaluasi Reformasi Birokrasi BPPT Tahun 2018
Berdasarkan hasil evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Tahun 2018
tersebut diketahui bahwa BPPT telah melakukan berbagai upaya perbaikan
pada penerapan reformasi biokrasi untuk mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik, antara lain melalui pembentukan agen perubahan
Bab III - 343
di setiap unit kerja, penerapan seleksi terbuka untuk pengisian Jabatan
Pimpinan Tinggi, penggunaan e-Government yang semakin merata dan
beberapa unit layanan telah memperoleh predikat Wilayah Bebas dari
Korupsi (WBK).
Beberapa catatan yang masih harus diperhatikan terkait dengan upaya
untuk menjalankan program refotmasi birokrai adalah sebagai berikut :
• Pelaksanaan RB belum dilakukan secara terpadu, lebih fokus pada
pelaksanaan kegiatan pada masing-masing Pokja Tim RB yang dibentuk.
• Hasil pelaksanaan kegiatan masing-masing Pokja RB belum terintegrasi
untuk mewujudkan perbaikan signifikan dalam tatakelola pemerintahan
yang baik di BPPT.
• Pelaksanaan RB lebih banyak dilakukan pada tingkat lembaga BPPT,
sedangkan pada Eselon I (Setama/Deputi) belum terlihat perubahan yang
berarti dan merata dalam pelaksanaan RB.
• Sampling pada Deputi TAB & Deputi TIRBR menunjukan kondisi yang
belum sesuai dengan standar yang diharapkan dan perbaikan pada unit
kerja belum secara substantif memperbaiki tata kelola
• Penilaian kinerja individu belum didasarkan pada kinerja organisasi,
mengakibatkan kinerja pegawai pada setiap tingkatan tidak selaras
dengan kinerja organisasi
• Pengendalian internal belum berjalan dengan baik pada berbagai jenjang
organisasi dimana reviu berjenjang pada setiap pelaksanaan kegiatan
lebih banyak bersifat formalitas
Hasil capaian tersebut, oleh Tim Evaluator Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi mendapat beberapa catatan yang
harus diperhatikan dalam rangka upaya perbaikan berkelanjutan Program
Reformasi Birokrasi BPPT di tahun 2019, sebagai berikut:
• Pembangunan tata kelola pemerintahan yang baik belum dilakukan
secara terpadu
• Pelaksanaan pembangunan tata kelola pemerintahan yang baik masih
bersifat formalitas
• Penilaian kinerja belum didasarkan pada kinerja organisasi
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 344
• Pengendalian internal belum berjalan dengan baik pada berbagai
jenjang organisasi
Hal tersebut di atas menyebabkan pelaksanaan tata kelola pemerintahan
yang baik di unit kerja belum sesuai dengan standar yang diharapkan, agar
lebih konstruktif dan terarah dalam pembangunan tata kelola pemerintah
yang baik di tahun 2019 Kepala BPPT menetapkan tematik program
reformasi birokrasi pada tahun 2019 adalah “Birokrasi Berbasis Kinerja”.
Kegiatan yang dilaksanakan program Reformasi Birokrasi, sebagai berikut:
1) Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi BPPT 2019
Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi BPPT 2019 melanjutkan tim yang
sudah dibentuk berdasarkan dengan Peraturan Kepala Nomor 188 Tahun
2018, yang terdiri dari perwakilan unit kerja yang memiliki tugas
menjalankan 8 (delapan) agenda program reformasi birokrasi.
Hasil program reformasi birokrasi diimplementasi ke unit kerja bermitra
dengan Tim Pelaksana dan Agen Perubahan unit kerja yang keanggotaan
tim ditetapkan oleh surat keputusan Setama/Deputi Bidang.
2) Penyusunan Rencana Kerja Reformasi Birokrasi BPPT 2019
Pelaksanakan Rencana Kerja Reformasi Birokrasi disusun secara
cascading mulai dari lembaga sampai dengan Unit Kerja. Rencana Kerja
Reformasi Birokrasi ini diuraikan dalam bentuk sasaran strategis, inisiatif
strategis, target, kegiatan, dan aksi, untuk masing-masing area
perubahan. (Rencana Kerja RB Terlampir)
3) Sosialisasi Rencana Kerja
Dalam rangka membangun pemahaman dan komitmen Kepala Unit Kerja
dan Pegawai terhadap Program Reformasi Birokrasi, Kepala BPPT
beserta Deputi/Sestama selalu memberikan arahan dalam setiap
pertemuan antara lain Raker BPPT, Rapim BOE dan kunjungan ke unit
kerja. Secara cascading hal tersebut juga selalu dilakukan oleh Kepala
Bab III - 345
Unit Kerja kepada semua pegawai secara berkala melalui rapat rutin unit
kerja.
Tim Penggerak RB BPPT juga melakukan sosialisasi kepada unit kerja
melalui rapat kerja kedeputian yang bertujuan membangun komitmen,
partisipasi, dan perubahan perilaku yang diinginkan dan melibatkan
pegawai dengan dialog terbuka dan dengan pemberdayaan.
Gambar 3.192. Sosialisasi Rencana Kerja RB BPPT
KEGIATAN UTAMA DALAM MENDUKUNG AREA PERUBAHAN
a. Manajemen Perubahan
1. Pelaksanaan Awareness dan Deployment Process
Telah dilaksanakan Awareness dan Deployment Process kepada Tim
Pelaksana Reformasi Birokrasi Unit Kerja sebanyak 44 Unit kerja yang
terdiri dari 17 orang setiap Unit Kerja. Acara Awareness
diselenggarakan pada 24 Juli – 15 Agustus 2019 di Hotel Santika,
Serpong. Sedangkan acara Deployment Process diselenggarakan
pada 18 November – 6 Desember 2019 di Aula Gedung Pusat Inovasi
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 346
dan Bisnis Teknologi. Dalam upaya peningkatan potensi individu atas
kesadaran akan perannya di dalam organisasi.
Gambar 3.193. Pelaksanaan Awareness dan Deployment Process
2. Evaluasi dan Penghargaan Agen Perubahan Terbaik
Telah dilaksanakan penganugerahan Unit Kerja dengan Agen
Perubahan Terbaik dalam acara HUT BPPT tanggal 21 Agustus 2019
yang tujuannya untuk memotivasi agen perubahan.
Gambar 3.194. Pemberian penganugerahan terbaik berdasarkan hasil penilaian mandiri dan video kegiatan tim agen perubahan di seluruh unit kerja
Bab III - 347
Tabel 3.96 Unit Kerja Pemenang Penghargaan Agen Perubahan terbaik
b. Peraturan Perundang – Undangan
1. Penyusunan dan sosialisasi UU 11 tentang Sisnas Iptek
Telah dilaksanakan Penyusunan dan Sosialisasi Undang-Undang No
11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi pada tanggal 26 Agustus 2019 di Bali.
Gambar 3.195. Penyusunan dan Sosialisasi UU No. 11 tentang Sisnas Iptek
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 348
c. Penguatan Organisasi
1. Evaluasi Kelembagaan BPPT oleh KemenPANRB
Telah dilaksanakan kegiatan Evaluasi Kelembagaan BPPT oleh
KemenPANRB pada bulan September – Oktober 2019 di Jakarta.
Gambar 3.196. Evaluasi Kelembagaan BPPT oleh KemenPANRB
d. Penguatan Tata Laksana
1. Penyusunan Peta Proses Bisnis L0, L1, dan L2 untuk 44 Unit Kerja
Telah dilaksanakan sosialisasi dan penyusunan Peta Proses Bisnis
L0, L1, dan L2 untuk 44 Unit Kerja di Aula Gedung Pusat Inovasi dan
Bisnis Teknologi, Serpong.
Gambar 3.197. Penyusunan Peta Proses Bisnis L0, L1, dan L2 untuk 44 Unit Kerja
Bab III - 349
e. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur
1. Penyusunan Merit Sistem
Penerapan sistem merit bertujuan untuk memastikan jabatan yang ada
di birokrasi pemerintah diduduki pegawai yang memenuhi persyaratan
kualifikasi dan kompetensi. Dengan demikian maka tujuan
pembangunan bidang SDM Aparatur untuk mewujudkan pegawai ASN
yang profesional, berintegritas, netral dan berkinerja tinggi dapat
diwujudkan.
Gambar 3.198. Penyusunan Merit System
2. Leadership Academy
Telah diselenggarakan kegiatan Leadership Academy BPPT Tahun
2019 dengan tema “Akselerasi Peningkatan Kompetensi Kepala Unit
Kerja Melalui Transformasi Digital Menuju Pencapaian Dynamic
Governance 2020-2024”. Kegiatan ini terdiri dari 4 sesi, sebagai
berikut:
Sesi 1 : Leaderhip Academy sesi 1 diselenggarakan pada tanggal
23 September 2019 di Hotel Gran Melia, Jakarta
Sesi 2 : Leadership Academy sesi 2 diselenggarakan pada tanggal
7 Oktober 2019 di Hotel Harris Vertu, Jakarta.
Sesi 3 : Leadership Academy sesi 3 diselenggarakan pada tanggal
28 November 2019 di Hotel Gran Melia, Jakarta.
Sesi 4 : Leadership Academy sesi 4 (sesi terakhir)
diselenggarakan pada tanggal 15-16 Desember 2019 di
Citarik, Sukabumi.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 350
Gambar 3.199. Leadership Academy sesi 1
Gambar 3.200. Leadership Academy sesi 2
Gambar 3.201. Leadership Academy sesi 3
Bab III - 351
Gambar 3.202. Leadership Academy sesi 4
f. Program Kerja Penataan Akuntabilitas Kinerja
1. Penyusunan Pohon Kinerja
Telah dilaksanakan workshop penyusunan pohon kinerja yang
bertujuan sebagai penguatan cascading indikator kinerja secara
berjenjang sampai dengan level individu dengan menggunakan logic
model (semua wakil kedeputian).
Gambar 3.203. Penyusunan Pohon Kinerja
g. Penguatan Pengawasan
1. PMPRB
Dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala atas pelaksanaan
kegiatan reformasi birokrasi oleh Tim Asesor yang terdiri dari
perwakilan Setama/Deputi Teknis di bawah koordinasi Inspektorat.
Kegiatan ini memberikan penilaian internal, rekomendasi, dan rencana
tindak perbaikan berkelanjutan.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 352
Gambar 3.204. PMPRB
2. Penanganan Gratifikasi
Untuk penanganan gratifikasi dilakukan revisi SK Kepala BPPT
tentang Tim Unit Penanganan Gratifikasi melalui SK Kepala No 151
tentang Tim Unit Penanganan Gratifikasi.
3. WBS (Whistle Blowing System)
Untuk melaksanakan Whistle Blowing System diterbitkan Peraturan
Kepala BPPT tentang Pedoman Pengaduan Masyarakat/WBS
4. Benturan Kepentingan
Untuk penanganan Benturan Kepentingan diterbitkan Peraturan
Kepala BPPT tentang Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan
5. Pembangunan Zona Integritas
Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Unit Kerja/Satuan Kerja
Pembangun Zona Integritas. Perka Nomor 007 Tahun 2015 tentang
Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi dan
Wilayah Bersih Bebas Melayani di Lingkungan BPPT.
Tahun 2019 dilakukan penilaian Zona Integritas berupa WBK dan
WBBM, meliputi Unit Kerja Balai Bioteknologi dan Balai Telnologi
Hidrodinamika untuk kategori WBBM dan Balai Teknologi Polimer
peningkatan dari WBK menjadi WBBM. Berdasarkan hasil penilaian
Bab III - 353
KemenPANRB tahun 2019 ini ketiga Unit Kerja tersebut belum berhasil
memperoleh peringkat WBK/WBBM sesuai dengan yang diharapkan.
6. SPIP
Meningkatnya jumlah unit kerja yang telah menerapkan SPIP dengan
efektif. Untuk menerapkan SPIP digunakan Peraturan Kepala BPPT
nomor 347 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan BPPT
h. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
1. Sosialisasi dan workshop aturan-aturan KemenPANRB tentang
pelayanan publik dan penilaian Unit Kerja dengan pelayanan publik
terbaik.
Gambar 3.205. Sosialisasi dan workshop
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 354
Tabel 3.97 Hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi BPPT Tahun 2018 dan
Pelaksanaan Kegiatan Reformasi Birokrasi BPPT 2019
NO HASIL EVALUASI KEMENPANRB 2018
KEGIATAN RB 2019 HASIL EXIT MEETING EVALUASI RB BPPT 2019 OLEH KEMENPANRB
1. Pelaksanaan RB belum dilakukan secara terpadu hanya fokus pada pelaksanaan kegiatan masing-masing Pokja Tim RB
• Menyusun Rencana Kerja Reformasi Birokrasi hingga level Unit Kerja
• Melakukan Sosialisasi Awareness dan Deployment Process
• Membentuk Tim Pelaksana RB Kedeputian/Setama, dan masing2 UK
• Membentuk Tim Penilai (Asesor) kemajuan program RB di setiap UK
• Reformasi Birokrasi (RB) sudah mulai dilaksanakan sampai pada level unit kerja;
• Definisi kinerja belum sepenuhnya berorientasi pada hasil (outcome)
2. Tim Pokja RB belum terintegrasi untuk mewujudkan perbaikan signifikan dalam tatakelola pemerintahan yang baik di BPPT
• Menyusun Rencana Kerja Reformasi Birokrasi hingga level Unit Kerja dan implementasi pohon kinerja pada setiap Unit Kerja
• Implementasi SAKIP sudah semakin membaik, namun perkembangannya belum signifikan;
3. Pelaksanaan RB lebih banyak dilakukan pada tingkat lembaga sedangkan pada eselon I (Setama/Deputi) belum terlihat perubahan dalam pelaksanaan RB
• Menyusun dan mengimplementasikan Pohon Kinerja Unit Kerja
• Menyusun dan mengimplementasikan Rencana Kerja sampai ke Unit Kerja
• Menyusun dan mengimplementasikan peta Proses Bisnis lembaga dan Unit Kerja secara terintegrasi
• Reformasi Birokrasi (RB) sudah mulai dilaksanakan sampai pada level unit kerja;
• Implementasi pembangunan RB di unit kerja belum dibangun berdasarkan pada isu strategis dan pada pencapaian outcome
4. Sampling pada Dep. TAB dan Dep. TIRBR menunjukkan kondisi yang belum sesuai dengan standar yang diharapkan dan perbaikan pada unit kerja belum secara substantif memperbaiki tatakelola
5. Penilaian kinerja individu belum didasarkan pada kinerja organisasi, mengakibatkan kinerja pegawai pada setiap tingkatan tidak selaras dengan kinerja organisasi
• Telah dilaksanakan kegiatan pengembangan potensi individu (awareness & deployment proses)
• Indikator kinerja individu belum ditetapkan secara merata diberbagai jenjang jabatan
Bab III - 355
NO HASIL EVALUASI KEMENPANRB 2018
KEGIATAN RB 2019 HASIL EXIT MEETING EVALUASI RB BPPT 2019 OLEH KEMENPANRB
6. Pengendalian internal belum berjalan dengan baik pada berbagai jenjang organisasi dimana review berjenjang pada setiap pelaksanaan kegiatan lebih banyak bersifat formalitas
• Telah dilaksanakan Penanganan Gratifikasi, WBS (Whistle Blowing System, Benturan Kepentingan, Pembangunan Zona Integritas, Optimalisasi APIP, SPIP.
• Monev kinerja belum secara signifikan berdampak pada outcome
• Pembangunan Zona Integritas di beberapa unit kerja sudah mulai dilaksanakan, namun belum berjalan dengan optimal.
• Implementasi pembangunan zona integritas belum berdampak signifikan pada kinerja
Hasil evaluasi yang dilakukan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi terhadap pelaksanan reformasi birokrasi
BPPT tahun 2018, menunjukkan bahwa BPPT memperoleh nilai 75,77
(kategori BB). Hasil evaluasi ini sesuai dengan target yang telah ditetapkan
dalam Dokumen Perjanjian Kinerja BPPT 2018, yaitu Nilai Indeks Reformasi
Birokrasi, dengan target BB.
Selain itu, hasil evaluasi pelaksanaan RB BPPT tahun 2018 ini juga sesuai
dengan target Nilai RB BPPT seperti yang telah ditetapkan dalam Dokumen
Rencana Strategis BPPT 2015-2019. Dengan diperolehnya nilai RB kategori
BB pada tahun 2018, maka BPPT telah mendapat nilai RB kategori BB
selama tiga tahun berturut-turut, yaitu dari tahun 2016 – 2018. Hal ini sesuai
dengan target dalam Renstra BPPT Tahun 2015 – 2019, yaitu Nilai RB
kategori BB.
Tabel 3.98 Target dan Perolehan Nilai RB BPPT Tahun 2015 - 2019
Tahun Target Perolehan Nilai
Nilai Kategori 2015 B 67,58 B 2016 BB 74,58 BB 2017 BB 75,74 BB 2018 BB 75,77 BB 2019 A
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 356
Gambar 3.206. Grafik Perolehan Nilai RB 2015-2018
Untuk pelaksanaan RB BPPT tahun 2019 belum dapat dilaporkan perolehan
nilainya karena menunggu hasil evaluasi yang dilakukan oleh Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
CAPAIAN REFORMASI BIROKRASI BPPT
1. Penghargaan 'Keterbukaan Informasi Publik' Tahun 2019 dengan predikat
“Informatif (Peringkat Tertinggi)”
Keterbukaan informasi publik sudah seharusnya menjadi perhatian bagi
pemerintah dalam menjamin transparansi kepada masyarakat. Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sebagai institusi pemerintah pun
terus menerapkan upaya transparansi informasi kepada publik terkait inovasi
dan teknologi.
67,58
74,5875,74 75,77
626466687072747678
2015 2016 2017 2018
Perolehan Nilai RB BPPT Tahun 2015 - 2018
Bab III - 357
Gambar 3.207. Penghargaan 'Keterbukaan Informasi Publik’ Tahun 2019
2. Role Model Penyelenggaraan Pelayanan Publik Kategori SANGAT BAIK Tahun
2019.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Balai Teknologi
Polimer menerima Penghargaan sebagai Role Model Penyelenggaraan
Pelayanan Publik Katagori SANGAT BAIK tahun 2019 oleh Kementerian PAN
& RB.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 358
Gambar 3.208. Penghargaan sebagai Role Model Penyelenggaraan Pelayanan Publik Katagori SANGAT BAIK tahun 2019 oleh Kementerian PAN & RB
3. Kearsipan BPPT mendapat nilai “A (memuaskan)”
Gambar 3.209. Nilai Hasil Pengawasan Kearsipan Tahun 2019.
Bab III - 359
3.1.4.2. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 4 Indikator Kinerja 2 :
Opini penilaian laporan keuangan oleh BPK, dengan target opini WTP
Sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
diamanatkan bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Pengguna
Anggaran/Barang mempunyai tugas antara lain menyusun dan
menyampaikan laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang
dipimpinnya. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi adalah salah satu
entitas pelaporan sehingga berkewajiban menyelenggarakan akuntansi
dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dengan menyusun laporan keuangan
berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas dan Catatan. Dalam hal tersebut
Salah satu laporan keuangan yang harus disusun dan disampaikan BPPT
sebagai entitas pelaporan adalah laporan keuangan Audited. Salah satu
tahapan yang harus dilakukan adalah pelaksanaan rekonsiliasi (internal dan
eksternal) atas perubahan data keuangan yang telah dilakukan dalam rangka
penyajian laporan keuangan audited. Rekonsiliasi internal data keuangan
dilakukan antara data keuangan pada satuan kerja termasuk satker Badan
Layanan Umum (BLU) di lingkungan BPPT dengan data di instansi pusat
terutama yang terkait dengan perubahan data hasil koreksi dan pemeriksaan
BPK. Sedangkan rekonsiliasi eksternal dilakukan antara satker dengan
KPPN Mitra melalui aplikasi E Rekon.
Hasil dari pelaksanaan rekonsiliasi internal data keuangan ini adalah berupa
Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) yang ditandatangani oleh pihak terkait, yaitu
petugas penyusun laporan keuangan satuan kerja, petugas penyusun
laporan keuangan lembaga, dan tim inspektorat. Sedangkan rekonsiliasi
eksternal dilakukan antara BPPT, Kementerian Keuangan dan BPK yang
dituangkan dalam bentuk Nota Kesepakatan dan ditandatangani oleh ketiga
pihak tersebut. Laporan Keuangan Audited disampaikan bersamaan dengan
Nota Kesepakatan sesuai dengan batasan waktu yang telah ditetapkan (PMK
222/PMK.05/2016).
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 360
Salah satu laporan keuangan yang harus disusun dan disampaikan BPPT
sebagai entitas pelaporan adalah laporan keuangan semester I baik tingkat
UAKPA (satker) maupun UAPA (Kementerian Lembaga). Untuk tingkat KL
Laporan Keuangan satker Badan Layanan Umum (BLU) juga termasuk
laporan yang harus dikonsolidasikan.
Untuk tahun 2019 ini, pelaksanaan penyusunan laporan keuangan Semester
I dilakukan melalui beberapa tahapan. Salah satu tahapan yang harus
dilakukan dalam penyusunan laporan keuangan adalah pelaksanaan
rekonsiliasi internal data keuangan. Rekonsiliasi internal data keuangan
dilakukan antara data keuangan pada 18 (delapan belas) satuan kerja dan 1
(satu) Badan Layanan Umum (BLU) di lingkungan BPPT dengan data di
instansi pusat. Sedangkan rekonsiliasi eksternal dilakukan antara satker
dengan KPPN Mitra setiap bulan sepanjang tahun anggaran melalui aplikasi
E Rekon. Rekonsiliasi data tersebut dilakukan secara berjenjang untuk
menyamakan data antara data di tingkat satuan kerja (Unit Akuntansi Kuasa
Pengguna Anggaran - UAKPA), tingkat wilayah (Unit Akuntansi Pembantu
Pengguna Anggaran – UAPPA Wilayah dan UAPPA Eselon 1) dengan tingkat
lembaga (Unit Akuntansi Pengguna Anggaran – UAPA) dan data pada SiAP
(Kementerian Keuangan)
Hasil dari pelaksanaan rekonsiliasi internal data keuangan ini adalah berupa
Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) yang ditandatangani oleh pihak terkait, yaitu
petugas penyusun laporan keuangan satuan kerja, petugas penyusun
laporan keuangan lembaga, dan tim inspektorat, jika dilakukan reviu terhadap
laporan keuangan yang disusun. Sedangkan rekonsiliasi eksternal, BAR
ditandatangani oleh KPPN dan Satker terkait.
Tahapan selanjutnya adalah reviu laporan keuangan yang dilakukan oleh Tim
reviu inspektorat. Reviu dilakukan dalam rangka memberikan keyakinan
terbatas mengenai akurasi, keandalan, dan keabsahan informasi, serta
kesesuaian pengakuan, pengukuran, dan pelaporan transaksi dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Bab III - 361
Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK terhadap laporan keuangan BPPT
tahun 2018, diperoleh opini penilaian WTP.
Gambar 3.210. Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan BPPT Tahun 2018
Gambar 3.211. Kepala BPPT secara resmi menerima Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas
Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL) Tahun 2018 dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 362
Dengan diperolehnya opini WTP terhadap laporan keuangan BPPT tahun
2018, maka BPPT telah mendapat opini WTP selama empat tahun berturut-
turut, yaitu dari tahun 2015 – 2018. Hal ini sesuai dengan target dalam
Renstra BPPT Tahun 2015 – 2019, yaitu WTP.
Tabel 3.99 Perolehan Opini BPK atas Laporan Keuangan BPPT
Tahun Opini BPK
2018 WTP
2017 WTP
2016 WTP
2015 WTP
Untuk tahun 2019 belum dapat dilaporkan perolehan opininya karena
menunggu hasil pemeriksaan BPK terhadap laporan keuangan BPPT tahun
2019.
Bab III - 363
3.1.4.3. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 4 Indikator Kinerja 3 :
Nilai evaluasi akuntabilitas kinerja, dengan target nilai BB
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah rangkaian
sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang
untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data,
pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi
pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan
kinerja instansi pemerintah. Akuntabilitas merupakan kata kunci dari
sistem tersebut yang dapat diartikan sebagai perwujudan dari kewajiban
suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan
sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui media
pertanggungjawaban dan berupa laporan akuntabilitas yang disusun secara
periodik.
Sesuai Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Penyelenggaraan
SAKIP dilaksanakan untuk penyusunan Laporan Kinerja sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyelenggaraan SAKIP
dilaksanakan secara selaras dan sesuai dengan penyelenggaraan Sistem
Akuntansi Pemerintahan dan tata cara pengendalian serta evaluasi
pelaksanaan rencana pembangunan. Penyelenggaraan SAKIP pada
Kementerian Negara/Lembaga dilaksanakan oleh entitas Akuntabilitas
Kinerja secara berjenjang dengan tingkatan: Entitas Akuntabilitas Kinerja
Satuan Kerja; Entitas Akuntabilitas Kinerja Unit Organisasi; dan Entitas
Akuntabilitas Kinerja Kementerian Negara/Lembaga. Penyelenggaraan
SAKIP meliputi : Rencana Strategis; Perjanjian Kinerja; Pengukuran Kinerja;
Pengelolaan Data Kinerja; Pelaporan Kinerja; dan Reviu dan Evaluasi
Kinerja.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 364
Tujuan Sistem AKIP adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah sebagai salah satu prasyarat untuk terciptanya
pemerintah yang baik dan terpercaya. Sedangkan sasaran dari Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah:
1. Menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat
beroperasi secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi
masyarakat dan lingkungannya.
2. Terwujudnya transparansi instansi pemerintah.
3. Terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan
nasional.
4. Terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
Penyelenggaraan SAKIP ini dilaksanakan untuk menghasilkan sebuah
laporan kinerja yang berkualitas serta selaras dan sesuai dengan tahapan-
tahapan meliputi :
1. Rencana Strategis
Rencana strategis merupakan dokumen perencanaan instansi
pemerintah dalam periode 5 (lima) tahunan. Rencana strategis ini menjadi
dokumen perencanaan untuk arah pelaksanaan program dan kegiatan
dan menjadi landasan dalam penyelenggaraan SAKIP.
Pada tahun 2019, dillakukan persiapan-persiapan yang diperlukan untuk
menyusun Rencana Strategis BPPT tahun 2020-2024. Selama tahun
2019, dilakukan sinkronisasi dengan Bappenas dan Kemenristekdikti
dalam penyusunan Prioritas Riset Nasional (PRN) 2020-2024 dan
Penentuan Flagshig Nasional 2020-2024. PRN kemudian ditetapkan
melalui PermenRistekDikti No 38 Tahun 2019 yang didalamnya memuat
rencana kegiatan-kegiatan BPPT yang akan diprioritaskan selama 2020-
2024.
Bab III - 365
Dari 20 flagship BPPT 2020-2024 kemudian dilakukan penajaman dan
koordinasi, akhirnya menjadi koordinator 5 flagship dan pendukung 7
flagship dan 1 super flagship.
Pada bulan Juni Bappenas mengeluarkan Rancangan RPJMN 2020-
2024, BPPT melaksanakan koordinasi dengan unit kerja di lingkungan
BPPT dan dengan Bappenas dan Kemenristek dalam sinkronisasi target
kegiatan BPPT 2020-2024 sehingga tersusunlah Rancangan teknokratik
BPPT 2020-2024 pada Bulan Oktober.
Gambar 3.212. Buku Rencana Strategis Teknokratis BPPT Tahun 2020-2024
Selanjutnya dilakukan koordinasi-koordinasi dalam penentuan target
lembaga, kontribusi BPPT dalam pencapaian Indikator SDM Iptek,
dengan melaksanakan Bilateral Meeting dengan Bappenas.
Pada Bulan Desember dilaksanakan Musrenbangnas, dalam rangka
koordinasi penyusunan Rancangan RPJMN 2020-2024 oleh Bappenas,
kemudian BPPT memberikan usulan-usulan kegiatan yang bisa
mendukung Sasaran Strategis Nasional (major project).
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 366
2. Perjanjian Kinerja
Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari
pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih
rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan
indikator kinerja. Perjanjian kinerja selain berisi mengenai perjanjian
penugasan/pemberian amanah, juga terdapat sasaran strategis, indikator
kinerja dan target yang diperjanjikan untuk dilaksanakan dalam 1 (satu)
tahun serta memuat rencana anggaran untuk program dan kegiatan yang
mendukung pecapaian sasaran strategis.
Pada tahun 2019, BPPT telah menetapkan Perjanjian Kinerja pada semua
level, dari level Lembaga (BPPT), level unit organisasi eselon I, sampai
dengan level unit kerja eselon II dan satuan kerja. Kemudian, untuk
operasional pelaksanan Perjanjian Kinerja, BPPT menetapkan Rencana
Aksi Perjanjian Kinerja pada setiap level.
3. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan langkah untuk membandingkan realisasi
kinerja dengan sasaran (target) kinerja yang dicantumkan dalam
lembar/dokumen perjanjian kinerja dalam rangka pelaksanaan APBN
tahun berjalan. Pengukuran kinerja dilakukan oleh penerima tugas atau
penerima amanah pada seluruh instansi pemerintah.
Pada tahun 2019 BPPT melakukan pengukuran kinerja terhadap rencana
kinerja yang telah ditetapkan, baik rencana kinerja tahunan sesuai dengan
dokumen perjanjian kinerja, maupun pengukuran kinerja triwulanan yang
dinyatakan dalam rencana triwulan dan rencana aksi perjanjian kinerja,
melalui aplikasi Sistem Informasi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja
(SISPEKIN) untuk melakukan pengukuran kinerja secara akurat, tepat
waktu dan hasilnya digunakan oleh Pimpinan untuk pengambilan
keputusan.
Bab III - 367
Gambar 3.213. Tampilan pengukuran kinerja melalui aplikasi SISPEKIN
4. Pengelolaan Kinerja
Pengelolaan kinerja merupakan proses pencatatan/registrasi,
penatausahaan dan penyimpanan data kinerja serta melaporkan data
kinerja. Pengelolaan data kinerja mempertimbangkan kebutuhan instansi
pemerintah sebagai kebutuhan manajerial, data/laporan keuangan yang
dihasilkan dari sistem akuntansi dan statistik pemerintah.
Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan data kinerja,
pada tahun 2019 BPPT melanjutkan pengembangan aplikasi e-DAKIN,
yang akan memuat informasi kinerja seluruh kegiatan di lingkungan
BPPT.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 368
Gambar 3.214. Tampilan Aplikasi e-DAKIN
5. Pelaporan Kinerja
Pelaporan kinerja adalah proses menyusun dan menyajikan laporan
kinerja atas prestasi kerja yang dicapai berdasarkan Penggunaan
Anggaran yang telah dialokasikan. Laporan kinerja tersebut terdiri dari
Laporan Kinerja Interim dan Laporan Kinerja Tahunan. Laporan Kinerja
Tahunan paling tidak memuat perencanaan strategis, pencapaian
sasaran strategis instansi pemerintah, realisasi pencapaian sasaran
strategis dan penjelasan yang memadai atas pencapaian kinerja.
Bab III - 369
Pada tahun 2019 BPPT mengimplementasikan aplikasi Sistem Informasi
Perencanaan dan Evaluasi Kinerja (SISPEKIN) yang dapat digunakan
untuk melakukan pengukuran dan evaluasi kinerja terhadap pelaksanaan
kegiatan dan pelaporan kinerja secara triwulan dan tahunan. Melalui
aplikasi SISPEKIN, seluruh unit kerja akan menyusun laporan kinerja
interim dan laporan kinerja tahunan secara elektronik pada setiap triwulan
dan tahunan secara tepat waktu, dan dapat digunakan oleh Pimpinan
untuk memantau kinerja pelaksanaan kegiatan dan sebagai salah satu
insrumen yang digunakan untuk pengambilan keputusan.
Gambar 3.215. Tampilan penyusunan laporan kinerja melalui aplikasi SISPEKIN
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 370
6. Reviu dan Evaluasi Kinerja
Reviu merupakan langkah dalam rangka untuk meyakinkan keandalan
informasi yang disajikan sebelum disampaikan kepada pimpinan. Reviu
tersebut dilaksanakan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dan
hasil reviu berupa surat pernyataan telah direviu yang ditandatangani oleh
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Sedangkan evalusi kinerja
merupakan evaluasi dalam rangka implementasi SAKIP di instansi
pemerintah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan
Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP), Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi telah melakukan evaluasi akuntabilitas kinerja pada
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Pelaksanaan evaluasi
berpedoman Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas
Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) BPPT tahun 2018, sesuai
surat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dn Reformasi Birokrasi,
Nomor : B/826/M.AA.05/2018, tanggal 31 Desember 2018, hasil evaluasi
menunjukkan bahwa BPPT memperoleh nilai 71,83 atau predikat BB..
Penilaian tersebut menunjukkan tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan
anggaran dibandingkan dengan capaian kinerjanya, kualitas pembangunan
budaya kinerja birokrasi dan penyelenggaraan pemerintahan yang
berorientasi pada hasil di BPPT sudah menunjukkan hasil yang sangat baik.
Hasil evaluasi ini sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam indikator
kinerja yang telah ditetapkan dalam Dokumen Perjanjian Kinerja BPPT 2018,
Bab III - 371
yaitu Nilai Evaluasi Pelaksanaan SAKIP, dengan target BB. Selain itu, hasil
evaluasi pelaksanaan SAKIP BPPT tahun 2018 ini juga sesuai dengan target
Nilai AKIP BPPT seperti yang telah ditetapkan dalam Dokumen Rencana
Strategis BPPT 2015-2019.
Target Nilai Evaluasi AKIP yang telah ditetapkan dalam Dokumen Rencana
Strategis BPPT 2015-2019 adalah sebagai berikut :
- Target Nilai AKIP Kategori B pada Tahun 2015
- Target Nilai AKIP Kategori BB pada Tahun 2016
- Target Nilai AKIP Kategori BB pada Tahun 2017
- Target Nilai AKIP Kategori BB pada Tahun 2018
- Target Nilai AKIP Kategori BB pada Tahun 2019
Dengan diperolehnya nilai AKIP kategori BB pada tahun 2018, maka BPPT
telah mendapat nilai AKIP kategori BB selama tiga tahun berturut-turut, yaitu
dari tahun 2016 – 2018. Hal ini sesuai dengan target dalam Renstra BPPT
Tahun 2015 – 2019, yaitu Nilai AKIP kategori BB.
Tabel 3.100
Target dan Perolehan Nilai AKIP BPPT Tahun 2015 - 2018
Tahun Target Nilai AKIP
2015 B 68,14 B
2016 BB 70,93 BB
2017 BB 71,78 BB
2018 BB 71,83 BB
Gambar 3.216. Grafik Perolehan AKIP BPPT 2-15-2019
68,14
70,9371,78 71,83
66
68
70
72
74
2015 2016 2017 2018
Perolehan Nilai AKIP BPPT Tahun 2015 - 2018
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 372
Untuk pelaksanaan AKIP BPPT tahun 2019 belum dapat dilaporkan
perolehan nilainya karena menunggu hasil evaluasi yang dilakukan oleh
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) BPPT tahun 2019.
Gambar 3.217. Hasil Evaluasi atas AKIP BPPT Tahun 2018
Bab III - 373
3.1.5. Capaian Kinerja Lainnya
1. Deputi TIEM - BPPT Eniya Listiyani Dewi Raih Penghargaan GE I STEM
Deputi Teknologi Informasi, Energi, dan Material (TIEM) BPPT Eniya
Listiyani Dewi, raih Penghargaan GE Inspiring Woman in STEM, sebagai
wanita berprestasi dan menginspirasi di sektor Sains, Teknologi, Teknik
(Engineering) dan Matematika (STEM/IPTEK), di Hotel Sheraton Grand
Gandaria Jakarta, Rabu (27/11). Penghargaan ini diberikan kepada wanita
Indonesia atas kontribusi dan menginspirasi di bidang STEM serta guna
mendorong para wanita Indonesia, termasuk para siswi, untuk mengambil
STEM sebagai bidang studi dan pilihan karir mereka.
https://www.instagram.com/p/B5XiiXXAnL7/
Gambar 3.218. Penghargaan GE Inspiring Woman in STEM
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 374
2. BPPT Raih Juara 2 Unit Kearsipan Kategori Lembaga Non Kementerian Terbaik Nasional 2019 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Raih Juara 2 Unit
Kearsipan Kategori Lembaga Non Kementerian Terbaik Nasional 2019,
pada Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) Award.
Plt Sekretaris Utama BPPT Gatot Dwianto menerima secara langsung
penghargaan yang diberikan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Syafruddin, di Makasar (25/04).
https://www.instagram.com/p/BwrIbwcAXiU/
Gambar 3.219. Plt Sekretaris Utama BPPT Gatot Dwianto menerima penghargaan Juara 2 Unit Kearsipan Kategori Lembaga Non Kementerian Terbaik Nasional 2019
Bab III - 375
3. BPPT Raih Penghargaan Kategori Top IT and Innovation : Digital Innovation For National Assessment and Application of Technology 2019
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) raih penghargaan
kategori Top IT and Innovation : Digital Innovation For National Assessment
and Application of Technology 2019 di ajang penghargaan TOP IT 2019
(27/03). Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi terhadap
BPPT sebagai lembaga pemerintah yang menerapkan keberhasilan
implementasi teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) serta inovasi
teknologi.
https://www.instagram.com/p/Bvh-wuSAPY0/
Gambar 3.220. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) raih penghargaan kategori Top IT and Innovation : Digital Innovation For National Assessment and Application of Technology 2019
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 376
3.1.6. Tindak Lanjut Atas Rekomendasi Menteri PAN dan RB
Sesuai Surat Menteri PAN dan RB Nomor : B/826/M.AA.05/2018 tanggal 31
Desember 2018 perihal Hasil Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (AKIP) BPPT Tahun 2018, BPPT memperoleh nilai sebagai
berikut :
Tabel 3.101 Perolehan Nilai AKIP 2018
Komponen Yang Dinilai Bobot
Nilai
2017 2018
A Perencanaan Kinerja 30 22,83 22,84
B Pengukuran Kinerja 25 15,64 15,60
C Pelaporan Kinerja 15 11,49 11,51
D Evaluasi Internal 10 6,76 6,80
E Capaian Kinerja 20 15,06 15,08
Nilai Hasil Evaluasi 100 71,78 71,83
Tingkat Akuntabilitas Kinerja BB BB
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa BPPT memperoleh nilai 71,83 atau
predikat BB. Penilaian tersebut menunjukkan tingkat efektivitas dan efisiensi
penggunaan anggaran dibandingkan capaian kinerjanya, kualitas
pembangunan budaya kinerja birokrasi dan penyelenggaraan pemerintahan
yang berorientasi pada hasil di BPPT sudah menunjukkan hasil yang sangat
baik.
Beberapa catatan hasil evaluasi adalah sebagai berikut :
1. BPPT telah menerapkan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
sebagai pelaksanaan dari manajemen kinerja sektor publik. Komitmen
yang tinggi sudah ditunjukkan di tingkat pimpinan pusat, namun belum
sepenuhnya diikuti oleh jajaran di bawahnya khususnya di unit kerja
dalam mengimplementasikan manajemen kinerja. Penerapan manajemen
kinerja di unit kerja belum menggambarkan kinerja atau hasil yang
diharapkan dari pendirian unit kerja tersebut;
Bab III - 377
2. BPPT telah membangun definisi kinerja sesuai dengan mandat organisasi
dalam bentuk seperangkat sasaran strategis dan indikator kinerja. Namun
demikian, indikator kinerja yang dibangun tersebut belum selaras dengan
tujuan pendirian BPPT. Indikator kinerja yang dibangun belum mampu
menggambarkan Indonesia yang memiliki nilai tambah dan kemandirian
teknologi;
3. Definisi kinerja pada tingkat kedeputian dan pusat belum menggambarkan
kondisi untuk apa unit tersebut dibentuk serta tidak selaras dengan definisi
kinerja BPPT. Kinerja yang didefinisikan terlalu luas cakupannya serta
lebih banyak bersifat proses yang menggambarkan apa yang dilakukan
unit tersebut;
4. Dengan kondisi di atas, mekanisme cascade kinerja hingga kinerja
individu tidak berjalan dengan baik. Kinerja individu tidak menggambarkan
kontribusi masing-masing pegawai terhadap kinerja organisasi;
5. Kualitas evaluasi akuntabilitas kinerja internal yang dilakukan oleh
Inspektorat belum mampu memicu perbaikan penerapan manajemen
kinerja. Berbagai rekomendasi yang dihasilkan dari pelaksanaan evaluasi
internal ini tidak ditindaklanjuti dengan perbaikan yang menyeluruh oleh
unit kerja terkait.
Berdasarkan uraian di atas serta dalam rangka lebih mengefekifkan
penerapan budaya kinerja, direkomendasikan beberapa hal berikut :
1. Melakukan penyempurnan definisi kinerja pada Rencana Strategis 2020-
2024 dengan memperhatikan kondisi yang diharapkan sesuai dengan
tujuan pendirian organisasi. Penyempurnaan ini juga mencakup
penyelarasan perencanan kinerja antara BPPT, unit kerja eselon I, dan
satuan kerja.
2. Mereviu proses bisnis (logic model) organisasi dengan definisi kinerja
yang disempurnakan tersebut. Hasil reviu ini selanjutnya menjadi acuan
dalam penyusunan cascade kinerja.
3. Menyelaraskan kinerja organisasi hingga kinerja masing-masing individu
dengan memperhatikan proses bisnis, tugas fungsi, serta peran setiap
individu terhadap organisasi. Ukuran kinerja individu ini selanjutnya
digunakan sebagai dasar pembayaran tunjangan kinerja.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 378
4. Meningkatkan pemanfatan aplikasi e-performance dalam pengelolaan
kinerja mulai dari penetapan target kinerja, pemantuan sampai dengan
evaluasi kinerja. Aplikasi ini sebaiknya juga dimanfaatkan oleh setiap
pimpinan pada berbagai tingkatan dalam pelaksanaan supervise,
coaching, dan mentoring kepada setiap bawahan.
5. Meningkatkan kualitas evaluasi akuntabilitas kinerja internal untuk
mempercepat pelaksanaan manajemen kinerja serta mendorong
tumbuhnya budaya kinerja di lingkungan BPPT melalui pemanfaatan
berbagai dokumen yang sudah disusun, seperti penilaian kinerja secara
periodic, mekanisme reward and punishment, dan sebagainya.
Sebagai tindak lanjut atas rekomendasi yang diberikan oleh Menteri PAN dan
RB tersebut, BPPT telah melakukan beberapa hal antara lain :
1. Tindak lanjut atas rekomendasi 1.
Melakukan penyempurnan definisi kinerja pada Rencana Strategis 2020-
2024 dengan memperhatikan kondisi yang diharapkan sesuai dengan
tujuan pendirian organisasi.
BPPT terus melakukan upaya-upaya untuk menyempurnakan definisi
kinerja pada Rencana Strategis 2020 – 2024 dengan memperhatikan
kondisi yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendirian organisasi,
antara lain dengan melakukan sinkronisasi dengan Bappenas dan
Kemenristekdikti dalam penyusunan Prioritas Riset Nasional (PRN) 2020-
2024 dan Penentuan Flagshig Nasional 2020-2024. PRN kemudian
ditetapkan melalui PermenRistekDikti No 38 Tahun 2019 yang
didalamnya antara lain memuat rencana kegiatan-kegiatan BPPT yang
akan diprioritaskan selama 2020-2024.
BPPT juga melaksanakan koordinasi dengan unit-unit kerja di lingkungan
BPPT dan dengan Bappenas dan Kemenristek dalam sinkronisasi target
kegiatan BPPT 2020-2024 sehingga tersusunlah Rancangan Teknokratik
Renstra BPPT 2020-2024, dimana dalam Rancangan Teknokratik
Renstra BPPT 2020 – 2024 program-program yang akan dilaksanakan
sejalan dengan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)
Bab III - 379
dalam wujud program kerekayasaan yang tertuang dalam Peraturan
Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan.
Selain itu, juga dilakukan penyelarasan perencanan kinerja antara BPPT,
unit kerja eselon I, dan satuan kerja, sesuai pendekatan model kerangka
logis dalam penyusunan cascade kinerja.
2. Tindak lanjut atas rekomendasi 2.
Mereviu proses bisnis (logic model) organisasi dengan definisi kinerja
yang disempurnakan tersebut.
Saat ini BPPT sedang melakukan penyempurnaan proses bisnis. BPPT
akan melakukan reviu terhadap proses bisnis organisasi dikaitkan dengan
definisi kinerja yang juga dilakukan penyempurnaan, sehingga nantinya
hasil reviu proses bisnis akan menjadi acuan dalam penyusunan cascade
kinerja.
3. Tindak lanjut atas rekomendasi 3.
Menyelaraskan kinerja organisasi hingga kinerja masing-masing individu
dengan memperhatikan proses bisnis, tugas fungsi, serta peran setiap
individu terhadap organisasi.
BPPT sudah dan akan terus melakukan upaya-upaya untuk
menyelaraskan kinerja organisasi hingga kinerja masing-masing individu
melalui penyusunan pohon kinerja yang meng-cascade kinerja dari
Tujuan, Sasaran Strategis, Sasaran Program, Sasaran Kegiatan, sampai
dengan Sasaran Kinerja Pegawai. Cascade menyelaraskan dari indikator
kinerja sasaran strategis, indikator kinerja sasaran program, indikator
kinerja sasaran kegiatan, indikator kinerja output, sampai ke indikator
kinerja pegawai, sehingga akan tergambarkan kontribusi masing-masing
pegawai terhadap pencapaian kinerja organisasi.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2019
Bab III - 380
4. Tindak lanjut atas rekomendasi 4.
Meningkatkan pemanfatan aplikasi e-performance dalam pengelolaan
kinerja mulai dari penetapan target kinerja, pemantuan sampai dengan
evaluasi kinerja.
Pada tahun 2018 BPPT telah mengembangkan dan melakukan uji coba
aplikasi Sistem Perencanaan dan Evaluasi Kinerja (SISPEKIN), yang
secara efektif sudah diimplementasikan di BPPT sejak tahun 2019.
Melalui aplikasi SISPEKIN seluruh entitas akuntabilitas kinerja di BPPT
melakukan pengisian (input) target dan realisasi kinerja tahunan dan
triwulanan sehingga dapat dilakukan pemantauan dan evaluasi kinerja
secara periodik (tahunan dan triwulanan.
Aplikasi SISPEKIN juga sudah digunakan oleh Pimpinan untuk memantau
capaian dan progres jalannya program kegiatan dilingkungan BPPT dan
menjadi masukan bagi Pimpinan untuk pengambilan keputusan dalam
rangka meningkatkan akuntabilitas kinerja BPPT.
5. Tindak lanjut atas rekomendasi 5.
Meningkatkan kualitas evaluasi akuntabilitas kinerja internal untuk
mempercepat pelaksanaan manajemen kinerja serta mendorong
tumbuhnya budaya kinerja di lingkungan BPPT.
BPPT, dalam hal ini Inspektorat, telah dan akan terus melakukan upaya-
upaya untuk memperbaiki penerapan manajemen kinerja dilingkungan
BPPT, dengan meningkatkan kualitas evaluasi akuntabilitas kinerja
internal untuk meningkatkan pelaksanaan manajemen kinerja di BPPT,
dan memastikan bahwa rekomendasi yang telah dihasilkan dari
pelaksanaan evaluasi internal oleh Inspektorat ditindaklanjuti dengan
perbaikan oleh unit kerja terkait.
Bab III - 381
3.2. Realisasi Anggaran
3.2.1. Realisasi Anggaran BPPT
Pada tahun 2019, total anggaran yang di kelola oleh Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) pagu alokasinya adalah sebesar Rp.
1,373,093,070,000,00 Dengan adanya perubahan kegiatan sesuai dengan
kebutuhan dan situasi serta kondisi pada saat pelaksanaan, pagu alokasi BPPT
mengalami perubahan. Perubahan tersebut melalui kebijakan pemerintah
untuk penambahan dari PNBP dan BLU masing-masing sebesar Rp
121,807,443,00 dan Rp 144,544,972,00 sehingga setelah melalui revisi DIPA
total pagu anggaran yang di kelola BPPT sampai dengan tanggal 31 Desember
2019 menjadi Rp. 1,624,066,777,000,00 (unaudited). Dari pagu akhir
anggaran tersebut terealiasi sebesar Rp. 1,556,171,002,961,00 atau sebesar
95,82 % dari total anggaran (data unaudited).
Rincian pagu dan realiasi anggaran per 31 Desember 2019 tersaji pada tabel
3.102 berikut:
Tabel 3.102 Pagu dan Realisasi Anggaran Tahun 2019
Pagu Awal Pagu Akhir Realisasi AnggaranProsentase
Capaian (%)
1.373.093.070.000 1.624.066.777.000 1.556.171.002.961 95,82
Keterangan Jenis Belanja
Total Pegawai Barang Modal
Pagu 499,424,862,000 542,464,848,000 582,177,067,000 1,624,066,777,000 Realisasi 492,423,106,209 499,198,860,276 564,549,036,476 1,556,171,002,961 Prosentase 98,60 92,02 96,97 95,82 Sisa 7,001,755,791 43,265,987,724 17,628,030,524 67,895,774,039
xiv
BAB IV
xv
Laporan Kinerja BPPT Tahun 2019
• Kesimpulan
PENUTUP
Bab 4 - 1
BAB IV.PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari uraian capaian kinerja yang disajikan dalam Bab II dan Bab III, diketahui
bahwa Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi telah melaksanakan
tugas dan fungsi yang diembannya, sasaran kinerja sebagaimana ditetapkan
dalam dokumen Perjanjian Kinerja Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi tahun 2019.
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku, BPPT telah
menyusun rencana strategis (Renstra) sebagai dokumen perencanaan
untuk periode tahun 2015 - 2019 (5 lima) tahun. Dalam Renstra BPPT
Tahun 2015 – 2019 tersebut telah ditetapkan visi, misi, tujuan, sasaran
strategis, dan arah kebijakan dan strategi BPPT. Renstra BPPT 2015-2019
menjadi acuan dalam penyusunan, Rencana Kinerja Tahunan (RKT),
Rencana Kerja BPPT (Renja), dan Rencana Kerja dan Anggaran BPPT
(RKA K/L).
2. Sejalan dengan penyesuaian tugas dan fungsi, penyesuaian indikator dan
target kinerja, reorganisasi BPPT, dan perubahan visi dan misi BPPT,
Pada tahun 2018 BPPT telah melakukan perbaikan dan penyempurnaan
(revisi) terhadap Renstra sebanyak 2 kali, yaitu Renstra BPPT Tahun
2015-2019 Revisi 4 dan Renstra BPPT Tahun 2015-2019 Revisi 5.
3. Target-target indikator kinerja sasaran-sasaran strategis BPPT, sebanyak
34 target indikator kinerja, sebagaimana ditetapkan dalam dokumen
Perjanjian Kinerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi tahun 2019
secara umum berhasil dicapai dengan baik.
4. Dari 34 indikator kinerja sasaran strategis yang telah ditetapkan, 32
indikator kinerja targetnya tercapai 100%, 1 indikator kinerja targetnya
tercapai 200%, dan 1 indikator kinerja targetnya tercapai 83,3%.
LAPORAN KINERJA BPPT TAHUN 2018
Bab 4 - 2
5. Selain pencapaian kinerja terhadap target-target indikator kinerja sasaran
strategis yang telah ditetapkan, BPPT juga menghasilkan capaian kinerja
lainya.
6. Sebagai tindak lanjut atas rekomendasi yang diberikan oleh Menteri PAN
dan RB, BPPT juga telah melakukan beberapa upaya perbaikan untuk
meningkatkan kinerja organisasi.
7. Ditinjau dari pelaksanaan anggaran, capaian realisasi anggaran BPPT
tahun 2019 sebesar 95,82%, yaitu dari pagu akhir anggaran sebesar Rp.
1.624.066.777.000,- BPPT dapat merealisasikannya sebesar Rp.
1.556.171.002.961,-.
4.2. Langkah-Langkah Perbaikan
Dalam rangka meningkatkan capaian kinerja untuk mewujudkan visi dan misi
BPPT, maka hal-hal yang perlu mendapatkan prioritas ke depan, antara lain:
1. BPPT akan meningkatkan kualitas implementasi semua komponen dalam
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), yang meliputi
Rencana Strategis, Perjanjian Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pengelolaan
Data Kinerja, Pelaporan serta Reviu, secara konsisten sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku dan didukung dengan pemanfaatan
teknologi informasi, untuk mempercepat terwujudnya BPPT sebagai
instansi yang akuntabel.
2. BPPT akan secara konsisten melaksanakan rekomendasi yang diberikan
oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja BPPT.
3. BPPT akan secara berkesinambungan melakukan perbaikan-perbaikan
yang diperlukan untuk mempercepat pelaksanaan manajemen kinerja serta
mendorong tumbuhnya budaya kinerja di lingkungan BPPT.
BPPT akan terus mengembangkan dan memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan kinerja dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi
Recommended