Citation preview
oleh:
Pembimbin! dr" #asmaria $lora% S&"An
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU ANESTESI
PSPD UNIVERSITAS ABDURRAB
mastoid, dengan discharge yang keluar berulang atau
otorrhoea melalui perforasi membrane timpani,yang
disertai dengan kolesteatoma. OSMK ini dikenal dengan
OSMK tipe bahaya atau OSMK tipe tulang.
Kolesteatoma adalah suatu kista epiterial yang berisi
deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus
lalu menumpuk sehingga kolesteatoma bertambah besar.
Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral
atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas
dan
keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi
keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran
nafas atas
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya.
Penyakit atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan
khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana
bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom
Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang
berasal dari kavum timpani.
kolesteatom)
Penegakkan diagnosa
pembedahan, yaitu mastoidektomi.
sementara sebelum dilakukan pembedahan.
Terapi omsk
atau kolesteatoma yang
sudah menyabar luas.
merusak kavum timpani.
Seluruh rongga mastoid
dibersihkan dan dinding
posterior liang telinga
sebelumnya (efeksamping obat anestesi)
Apakah lidah relative besar, leher pendek dan kaku.
Juga
pemeriksaan fisik lengkap.
sesuai dengan dugaan penyakit yang sedang dicurigai,
misalnya pemeriksaan darah (Hb, lekosit, masa
perdarahan dan masa pembekuan) dan urinalisis. Pasien
> 50 th anjuran pemeriksaan EKG dan Foto thoraks
Penilaian Prabedah
ASA I : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik,
biokimia.
ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau
sedang.
ASA III : Pasien dengan penyakit sistemik berat,
sehingga
aktivitas rutin terbatas.
melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan
ancaman kehidupannya setiap saat.
pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.
Pada bedahcitoatau emergencybiasanya dicantumkan huruf
E.
anestesi.
utama pada pasien-pasien yang menjalani
anestesi.
Ja!an naa# $arin% Oro-pharyngeal airway (OP! ,
Naso-pharyngeal
airway ("P!
Sun%&u 'u&a # Pemakaian sungkup muka berguna untuk
menyalurkan
oksigen atau gas anestesi ke pasien.
En()tra*+ea! tu,e -ETT. / $TT dapat digunakan untuk memberikan
gas
anestesi se%ara langsung ke trakea dan memberikan ventilasi dan
oksigenasi
terkontrol.
Sun%&u !arin% -Larin%ea! 'a#& aira LMA. / &M digunakan
untuk
menggantikan sungkup muka atau $TT saat pemberian anestesi,
untuk
S : Scope Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan
jantung.
Laringoskop pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia
pasien.
Lampu harus cukup terang.
T : Tubes Pipa trakea. Pilih sesuai usia. Usia < 5
tahun tanpa balon
(cuffed) dan usia > 5 tahun dengan balon (cuffed).
A : Airway Pipa mulut-faring (Guedel,orotracheal
airway) dan pipa
hidung-faring (naso-tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah
saat
pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah tidak menyumbat
jalan
napas.
T : Tape Plester untuk fiksasi pipa agar tidak terdorong
atau tercabut
I : Introducer Mandrin atau stillet untuk memandu agar
pipa trakea
mudah dimasukkan
S : Suction Penyedot lendir dan ludah
INDUKSI ANESTESI :
sehingga memungkinkan dimulainya anestesia dan pembedahan.
• Pembedahan yang luas
• Pembedahan yang lama
praktis atau tidak memuaskan
• lergi obat anestesi lokal
• Penderita dengan pengobatan antikoagulantia
menggunakan gas atau cairan anestesi yang
mudah menguap (volaitile agent) sebagai zat
anestetik melalui udara pernafasan.
Cara pemberian anestesi inhalasi:
Dilakukan Dengan Cara :
Sungkup wajah ( face mask)
Intubasi endotrakea
Tanpa intubasi endotrakeal
Dengan intubasi endotrakeal
methothexital); benzodiazepine (midazolam,
sufentanil, alfentanil, remifentanil)
Stadium II : Eksitasi, delirium
Mulai tidak sadar sampai mulai napas teratur otomatis. Pada stadium
ini
pasien batuk, mual-muntah, henti napas dan lain-lainnya
Stadium III : Anestesia bedah
Plana 1. Mulai napas otomatis sampai gerak bola mata
berhenti.
Plana 2. Mulai gerak bola mata berhenti sampai napas torakal
lemah.
Plana 3. Mulai napas torakal lemah sampai napas torakal
berhenti.
Plana 4. Mulai napas torakal berhenti sampai napas diafragma
berhenti.
Stadium IV : Intoksikasi
Kegiatan jantung dan pernapasan spontan terhenti.
Terjadi depresi berat pusat pernapasan di medulla oblongata dan
pusat
vasomotor. Tanpa bantuan respirator dan sirkulasi, penderita akan
cepat
meninggal. Maka taraf ini sedapat mungkin dihindarkan.
terhadap hepar.
Paru : obat yang merangsang
kadar gula darah/ hindarkan pemakaian obat
yang merangsang susunan saraf simpatis pada
diabetes penyakitbasedow, karena
No.RM : 101032
LAPORAN KASUS
Keluar cairan lengket
mengeluarkan cairan lengket
berwarna putih kekuningan
tidak disertai darah
cairan yang keluar berbau busuk
semakin memberat sejak 3 hari SMRS
riwayat demam tinggi(-)
obat minum namun pasien tidak tahu nama
obatnya dan tidak ada perubahan.
ANAMNESIS
mengeluarkan cairan yang sama namun tidak
diobati dan dibiarkan saja
air saat mandi lalu telinga dirasa berdenging
dan terasa nyeri
penurunan
keluarga yang
mengalami keluhan
yang sama.
Kesadaran : compos mentis
Hidung : Discharge (-) epistaksis (-), deviasi septum (-)
Mulut : Bibir kering (-), hiperemis (-), pembesaran tonsil
(-),
Gigi : Gigi palsu (-)
Telinga : Status lokalis
Thorax(Paru) :Pengembangan dada simetris kiri dan kanan, retraksi
dinding
dada(-),sonor, suara paru vesikuler (+/+), ronki
(-/-),wh (-/-)
(Jantung):Ictus cordis teraba pada SIK V linea
midclavicularis sinistra,
bunyi jantung I-II normal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : perut datar, nyeri tekan (-), bising usus normal
(21 kali/menit)
Vertebrae : Tidak ada kelainan
Pe'eri&#aan Te!in%a
Auri*u!a Ti(a& a(a
&e!ainan
Me',ran ti'ani Re$!e&
'e',ran ti'ani
er$)ra#i #entra!
S+a,a*+ te#t 6 6
Diagnosis praoperasi
Otitis Media
Supuratif Kronik +
Abses Retroauricularis
intubasi endotracheal tubekarena durasi operasi
yang lama
terjadinya alergi obat
Tilt -Chin Lift-dan Jaw Thrust
anastesi inhalasi menggunakan kombinasi Isoflurance
2L/menit dengan O2 3L/menit.
yang sudah menyabar luas.
timpani dibersihkan dari semua jaringan
patologik.
tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan,
sehingga ketiga daerah tersebut menjadi satu
ruangan.
Penilaian dan persiapan penderita
asthma, ada/tidaknya memakai gigi palsu
dan riwayat operasi sebelumnya.
.riwayat keluarga (penyakit dan
muntah pada saat anestesi)
berupa gas melalui sungkup muka dengan
pola nafas spontanintubasi ETT Sebelum
proses anastesi beri
dexamethason(meminimalisir alergi obat)
ukuran 4 dengan mempertahankan jalan
napas head tilt -chin lift-jaw thrust, anastesi
inhalasi menggunakan kombinasi
Komponen trias anastesi : hipnotik,
Ketamin IV 10 mg
maka kebutuhan cairan pada pasien dengan BB
=40kg:
•Pemeliharaan cairan per jam:
(4X 10) + (2 X 10) + (1 X 20) = 80 mL/jam •Pengganti defisit cairan
puasa:
10 X 80 mL = 800 mL •Kebutuhan kehilangan cairan saat
pembedahan:
8 X 40 = 320 mL •1 jam pertama = (50 % X defisit puasa ) +
pemeliharaan + pendarahan operasi :
400 + 80 + 320 = 800 mL •1 jam kedua = (25 % X defisit puasa ) +
pemeliharaan:
200 + 80 = 280 mL •Jumlah terapi cairan:
80 + 800 + 320 = 1200 mL+ 2,4 Ringer Laktat
(kristaloid)
berbaring dengan posisi terlentang karena efek obat
anestesi masih ada dan tungkai tetap lurus untuk
menghindari edema pemberian analgetik(ketorolak
selama * 'am, dan dilakukan pemantauan vital sign
(tekanan darah, nadi, suhu dan respiratory rate!
setiap + menit.Oksigen tetap diberikan -+
liter/menit.Setelah keadaan umum stabil, maka
pasien diba)a ke ruangan bedah untuk dilakukan
tindakan pera)atan lan'utan.
KESIMPULAN
•Tn.AM 27 tahun,BB 40 kgbb, TB 155 cm dilakukan tindakan
pembedahan
dengan diagnosis pra operasi OMSK dan Abses Retroauricular
Sinistra,
dengan diagnosis post operasinya adalah Post Operasi Mastoidektomi
radikal
pada tanggal 14 Mei 2014. Anastesi dimulai pada pukul 13.00 WIB,
mulai
operasi 13.10 WIB dan selesai operasi 16.00 WIB, dengan lama
durasi
anastesi selama 3 jam.
inhalasi dengan sunkup muka ( face mask) ukuran 4 dengan
mempertahankan jalan napas Head Tilt -Chin Lift-dan Jaw
Thrust, anastesi
inhalasi menggunakan kombinasi Isoflurance 2 vol%/menit dengan
O2
3L/menit
•Observasi post operasi dilakukan selama 1 jam, dan dilakukan
pemantauan
vital sign (tekanan darah, nadi, suhu dan respiratory rate) setiap
30 menit.
Oksigen tetap diberikan 2-3 liter/menit dan diberikan obat
analgetik(ketorolak dan tramadol). Setelah pasien sadar dan kondisi
stabil
maka pasien dibawa ke ruangan bedah untuk dilakukan tindakan
perawatan
lanjutan.