View
1.563
Download
8
Category
Preview:
DESCRIPTION
Materi Biologi Perkembangan
Citation preview
KEAJAIBAN SEBUAH SEL INDUK
Ardyanto (2006:-) juga Odorico, Kaufman, dan Thomson (2001:193) mengemukakan
bahwa sel stem merupakan sel yang sangat istimewa. Ada dua jenis sel stem, yaitu
Embryonic Stem Cells (ESC) dan Adult Stem Cells (ASC). ESC diperoleh dari sel-sel pada
tahap blastosit (sekitar 5-7 hari setelah pembuahan). Sedangkan ASC diambil dari sumsum
tulang, darah tepi dan darah tali pusat.
Pada manusia, ESC diturunkan dari sel-sel totipoten embrio awal dan memiliki
kemampuan berploriferasi secara tak terbatas dan tak terdiferensiasi secara in vitro (Kaufman
et al., 2001:10716 ; Thomson et al., 1998:1145). Sel stem diturunkan dari inner cell mass
blastokista dan dari sel-sel germ primordial (Schuldiner et al., 2000:11307; Shambloot et al.,
2001:113). Menurut Thomson et al. (1998:1145), sel ES mengekspresikan aktivitas
telomerase tingkat tinggi. Setelah mengalami proliferasi tak terdiferensiasi (undifferentiated
proliferation) in vitro selama 4 sampai 5 bulan, sel-sel ini tetap memelihara potensial
perkembangan untuk membentuk trofoblas dan derivat-derivat dari 3 lapisan lembaga
embrionik, termasuk epitelium usus (endoderm); kartilago, tulang, otot polos, dan otot lurik
(mesoderm); dan epitelium neural, ganglia embrionik, serta epitelium semu berlapis
(ektoderm).
1. Klasifikasi Sel Stem
Andra (2006:-) dan Ardyanto (2006:-) mengemukakan bahwa sel stem dapat
diklasifikasikan menjadi sel stem totipoten, pluripoten, multipoten, oligopoten, dan unipoten.
a. Sel stem totipoten dapat berdiferensiasi menjadi berbagai tipe sel yang dibentuk saat sel
telur dan sperma bersatu. Sel stem tipe ini dapat berdiferensiasi menjadi tipe sel
embrionik yang nantinya akan membentuk janin dan sel ekstraembrionik seperti plasenta.
b. Sel stem pluripoten merupakan turunan dari sel totipoten dan berdiferensiasi menjadi sel-
sel yang tergolong dalam 3 lapisan germ embrionik, yaitu endoderm, mesoderm, dan
ektoderm. Endoderm menjadi bakal organ-organ dalam seperti paru-paru, liver, usus dan
pankreas. Mesoderm di lapis kedua bakal menjadi otot, tulang, tubulus ginjal dan darah.
Terluar ada ektoderm yang menjadi bakal kulit, sistem syaraf, enamel gigi, lensa mata
dan neural crest (jalur tempat berjalannya saraf dari otak ke sepanjang tulang belakang).
Dari ektoderm juga terbentuk sel-sel amnion dan chorion.
http://gitabiology.blogspot.com Halaman 1Gita Nurul Puspita, M. Pd.2007
c. Sel stem multipoten, hanya dapat memproduksi sel yang berada dalam satu kelompok sel,
misalnya sel stem hematopoeietik berdiferensiasi menjadi sel darah merah, sel darah
putih, atau platelet. Beberapa sel stem dapat ditemukan pada sel yang sudah
terdiferensiasi di jaringan-jaringan tertentu dan kebanyakan adalah sel multipoten. Sel
stem yang didapat dari sumber ini disebut adult stem cell. Adult stem cell disebut juga sel
stem somatik karena sel stem ini tidak harus diambil dari orang yang sudah dewasa tetapi
juga saat kanak-kanak atau umbilical cord (tali pusar).
Michael Klentze, MD, PhD, Medical Director Klentze Institute Munich Jerman, dalam
acara Anti-Aging di Bali September 2006 menyatakan bahwa hanya ada sedikit sel stem
pada tiap jaringan, dan diduga menetap di area tertentu dalam tiap jaringan dalam
keadaan tidak terdiferensiasi bertahun-tahun hingga teraktifkan oleh penyakit atau luka
jaringan. Sel stem yang diturunkan dari darah plasenta dan tali pusat pasca melahirkan
dikumpulkan dari vena umbilical kemudian segera dianalisis terhadap kemungkinan
infeksi dan ditentukan jenis jaringannya. Darah kemudian diproses sebelum disimpan di
nitrogen cair untuk dipergunakan kemudian hari. Sel stem jenis ini telah digunakan sejak
tahun 1988 untuk terapi penyakit Gunther, sindrom Hurter, acute lymphocytic leukemia
dan beberapa penyakit lain terutama pada anak-anak.
d. Sel stem oligopoten misalnya sel mieloid yang membentuk sel darah merah, trombosit,
netrofil tetapi tidak membentuk limfosit yang termasuk kelompok non-mieloid.
e. Sel stem unipoten yang menghasilkan hanya satu tipe sel, namun memiliki kemampuan
untuk memperbaharui diri sendiri yang membedakannya dari non stem-sel. Contoh sel
unipoten adalah sel spermatogenik.
2. Karakteristik Sel Stem
Sel stem memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi berbagai tipe sel dewasa
seperti sel saraf, jantung, pankreas, dan sebagainya (Andra, 2006:-). Sel ini juga menjadi
cikal bakal sel-sel tubuh manusia, dengan 2 sifat khusus. Pertama mampu mengalami
perbanyakan diri tanpa mengubah ciri-ciri genetiknya, sampai berlipat-lipat kali. Kedua,
mampu mengalami pematangan (differentiation) menjadi berbagai jenis sel khusus Sel induk
memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel matang, misalnya sel
saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, dan sel pankreas, namun tidak dapat tumbuh menjadi
sel telur atau sel spermatozoid (Ardyanto, 2006:-; Kusmaryanto, dalam Rachmawati,
2003:-).
http://gitabiology.blogspot.com Halaman 2Gita Nurul Puspita, M. Pd.2007
Oleh karena sifat yang dimilikinya tersebut, maka sel stem secara revolusioner sangat
berpotensi digunakan untuk memperbaiki kerusakan bagian tubuh dengan cara terapi
transplantasi sel stem. Transplantasi sel stem bertujuan untuk mendorong pertumbuhan sel
baru dan sehat pada pasien dan untuk membuat pengganti sel-sel tertentu yang mengalami
kerusakan untuk kemudian digunakan untuk transplantasi. Salah satu keuntungan
transplantasi sel stem adalah tidak diperlukan donor tertentu yang memiliki kesesuaian untuk
dilakukan transplantasi. Beberapa penyakit yang memiliki potensi untuk dilakukan terapi sel
stem misalnya terkait dengan darah, leukemia dan sickle cell anemia. Lalu yang berhubungan
dengan saraf seperti Parkinson, stroke, dan alzheimer. Penyakit lain adalah infark myokard
akut, diabetes melitus, distrofi muskular, sirosis hati, gangguan saraf tulang belakang, artritis,
osteoporosis hingga luka bakar. Sel stem dapat menggantikan sel Langerhans pankreas untuk
penderita diabetes mellitus, menggantikan sel-sel otot jantung yang rusak pada penderita
serangan jantung, atau mengganti neuron dopamine bagi penderita penyakit Parkinson.
Bahkan, untuk kedokteran gigi, sel-sel stem berpotensi memunculkan gigi baru pengganti
gigi rusak yang telah dicabut (Ardyanto, 2006:-; Andra, 2006:-; Rachmawati, 2003:-).
3. Penelitian tentang Sel Stem Embrionik (ES)
Berbagai pengkajian mengenai kemampuan sel stem untuk berdiferensiasi menjadi
bermacam-macam jaringan telah dilakukan, namun pengkajian ini tidak langsung menjadikan
manusia sebagai objeknya. Untuk penelitian ini umumnya dipergunakan tikus atau monyet.
Thomson et al. (1998: 1145) dalam laporan penelitiannya memaparkan bahwa sel-sel
stem tikus berkontribusi untuk membentuk jaringan dewasa, termasuk sel-sel benih,
memberikan suatu pendekatan yang baik untuk pengenalan perubahan genetik spesifik ke
dalam garis germ tikus. Kemajuan telah dibuat dalam diferensiasi sel stem tikus secara in
vitro menjadi neuron, sel-sel hematopoietic, dan otot jantung.
Selain daripada itu, sel-sel stem monyet Rhesus memberikan suatu model yang akurat
untuk mencegah penolakan imunitas dari sel-sel yang ditransplantasikan dan untuk
menunjukkan keamanan dan keampuhan terapi yang didasarkan pada sel stem. Ada dua
karakteristik esensial sel ES primata, yaitu (Thomson et al., 1998: 1145): (1) turunan dari
embrio pre-implantasi atau embrio peri-implantasi, (2) proliferasi tak terdiferensiasi, (3)
potensial perkembangan stabil untuk membentuk derivat dari ketiga lapisan germ embrionik
bahkan setelah kultur diperpanjang.
Selanjutnya, Murine, sejenis tikus, juga menjadi pendukung dalam diferensiasi sel stem
manusia. Odorico, Kaufman, dan Thomson (2001: 194) mengemukakan, sel ES manusia
http://gitabiology.blogspot.com Halaman 3Gita Nurul Puspita, M. Pd.2007
diturunkan dari Inner Cell Mass (ICM) embrio tahap blastokista. Embrio-embrio manusia
tahap cleavage, dihasilkan oleh fertilisasi in vitro untuk tujuan klinis. Setelah embrio-embrio
ditumbuhkan sampai tahap blastokista, ICM diisolasi dan diselubungi di atas feeder layers
Murine Embrionic Fibroblast yang tidak aktif secara mitosis (MEF) dalam kultur jaringan
(Gambar 2.1).
Gambar 2.1. Derivasi garis sel ES manusia. Blastosis manusia ditumbuhkan dari embrio tahap cleavage dengan fertilisasi in vitro. Sel-sel ICM dipisahkan dari trofektoderm
oleh immunosurgery, diselubungi suatu fibroblast feeder substratum dalam medium yang mengandung fetal calf serum. Koloni-koloni secara berurutan dikembangkan dan diklon
(Odorico, Kaufman, dan Thomson (2001: 194).
http://gitabiology.blogspot.com Halaman 4Gita Nurul Puspita, M. Pd.2007
Penelitian-penelitian mengenai sel stem dilakukan untuk mengembangkan terapi
transplantasi sel stem, salah satunya, yaitu transplantasi sumsum tulang, diterapkan untuk
penderita keganasan hematologis seperti leukemia maupun kelainan genetik seperti
thalassemia.
Gambar 2.2. Strategi Kloning Terapeutik (Ardyanto, 2006:-)
Ardyanto (2006:-), dalam artikel yang ditulisnya menjelaskan, untuk keperluan tersebut,
harus dicari donor sumsum tulang dengan syarat ada kecocokan HLA (human leucocyte
antigent). HLA terdiri dari 6 komponen, dan antara donor dengan resipien harus sama persis.
Untuk itu sering diperoleh dari saudara kandung atau saudara kembar. Begitupun sering sulit
didapatkan, di samping kendala teknis terhadap pengambilan donor melalui operasi. Tipe
transplantasi dari donor tersebut disebut allogenik. Perkembangan selanjutnya mengarah ke
autolog dimana donor diusahakan dari diri pasien itu sendiri. Pada kasus leukemia misalnya,
diusahakan mendapatkan sel-sel sumum tulang yang masih sehat dari penderita. Sel-sel
tersebut dibiakkan di laboratorium sambil pasien menjalani kemoterapi dan radiasi untuk
membersihkan sumsum tulang yang menderita kanker. Selanjutnya, sel hasil biakan
dimasukkan lagi ke pasien dan diharapkan menghasilkan sel-sel darah yang sehat.
Di samping sel stem dari sumsum tulang, diusahakan pula sel stem dari darah tepi dengan
teknik penyaringan tertentu. Namun tidak selalu bisa didapatkan sampel autolog setelah
http://gitabiology.blogspot.com Halaman 5Gita Nurul Puspita, M. Pd.2007
terlanjur menderita sakit. Untuk itulah berkembang ke sumber sel stem yang lebih baik yaitu
dari darah tali pusat. Sel stem dari darah tali pusat cenderung lebih baik, karena masih lebih
“murni” dari perubahan ciri genetik daripada setelah tumbuh dewasa. Perubahan genetik
tersebut bisa terjadi oleh pengaruh infeksi ataupun faktor lingkungan (misalnya radiasi).
Darah tali pusat juga belum mengandung sel-sel imun yang relatif matur, sehingga reaksi
penolakan imunologis lebih rendah. Dengan demikian, darah tali pusat bisa
ditransplantasikan ke pasien lain (tipe allogenik) tanpa harus mendapatkan kecocokan HLA
100%. Dilaporkan cukup 60% sesuai sudah mampu mencegah reaksi penolakan.
Dalam perkembangannya, tentu bukan hanya penyakit darah yang diharapkan bisa diatasi
dengan terapi sel stem. Di dalam sumsum tulang, terdapat juga sel-sel non hematopoietik
(disebut mesenchymal stem cell) yang menjadi bakal dari tulang, tulang rawan, jaringan
lemak dan jaringan ikat.
Begitu juga dalam darah tali pusat, terdapat EPC (endothelial progenitor cell) yang
menjadi bakal dari sel-sel dinding pembuluh darah. Dengan demikian, kelainan-kelainan
vaskuler diharapkan bisa diatasi dengan transplantasi sel-sel EPC tersebut.
Sementara itu, di bidang lain ada perkembangan cell-transplantation. Dari suatu organ
yang rusak, diambil bagian yang masih sehat. Dari sampel tersebut, dipilah-pilah sampai
ditemukan sel-sel spesifik untuk masing-masing komponen (misalnya sel otot, sel
kapsul/dinding organ, sel stroma). Selanjutnya sel bakal spesifik tersebut dibiakkan dalam
suatu “matriks” khusus. Setelah berkembang kemudian di”cangkok”kan ke organ yang
mengalami kerusakan. “matriks” tersebut akan diserap dan digantikan oleh perkembangan
jaringan yang asli.
Pada perkembangannya kemudian diusahakan teknik tissue-engineering. Pada teknik ini,
sel spesifik tersebut benar-benar ditumbuhkan menjadi “bakal organ” di laboratorium. Untuk
itu digunakan “biomatriks” yang diusahakan benar-benar menyerupai organ yang akan
ditransplantasikan. Satu contoh adalah yang dilakukan di South Carolina dengan transplantasi
kandung kemih hasil biakan di “laboratorium”. Masalahnya, mendapatkan sel-sel sehat untuk
dibiakkan dari organ yang mengalami kerusakan, sering tidak memberi hasil yang cukup.
Untuk itu diperlukan dari sumber lain. Bergabunglah teknik tissue engineering dengan
adanya sel stem yang berpotensi menjadi berbagai organ spesifik. Harapannya, untuk suatu
kondisi organ yang sakit, akan bisa dilakukan pembiakan di laboratorium untuk kemudian
ditransplantasikan. Meskipun dengan tingkat penolakan yang ringan, tetap saja sel stem dari
darah tali pusat berpotensi ditolak saat ditransplantasikan. Agar tingkat penolakan benar-
benar minimal, maka dilakukan teknik kloning dikombinasikan dengan teknik tissue
http://gitabiology.blogspot.com Halaman 6Gita Nurul Puspita, M. Pd.2007
engineering.
4. H9
Produk ICM yang dipropagasikan dengan serum, dan koloni dengan morfologi yang tak
terdiferensiasi dengan tepat lalu dipilih dan dikembangkan. Setelah derivasi awal dalam
serum, garis sel ES manusia dapat dipelihara dan dipropagasikan pada feeder layers dalam
medium yang hanya mengandung serum atau medium pengganti serum dan basic fibroblast
factor (bFGF) (Odorico, Kaufman, dan Thomson, 2001: 196). Garis sel ini seharusnya
bermanfaat dalam biologi perkembangan manusia, pengkajian obat-obatan, dan obat
transplantasi dan obat transplantasi (Thomson et al., 1998: 1145).
Awalnya, ES manusia dan garis sel germ embrionik tidak menurunkan klonal dan begitu
pluripoten yang hanya dapat didemonstrasikan bagi populasi sel. Contohnya, kemungkinan
keberadaan bahwa di dalam koloni ada subpopulasi sel yang siap komit bagi lineages yang
berbeda dan tidak ada sel individual mampu berdiferensiasi ke dalam derivat-derivat dari
ketiga lapisan germ embrionik. Lalu, klonal menurunkan garis sel ES manusia, yaitu H9
(Odorico, Kaufman, dan Thomson, 2001: 196).
Gambar 2.3. Sebuah Embryoid Body (EB) H9 tunggal dalam kultur suspensi selama 8 hari memperlihatkan bahwa kompleks Embryoid Bodies (EBs) dapat dibentuk pada saat ini (fase
kontras, 100x) (Odorico, Kaufman, dan Thomson, 2001: 196).
Schulnider et al. (2000:11307) dalam risetnya menemukan bahwa diferensiasi sel ES
manusia menjadi EBs atau teratomas terjadi secara spontan dan tak terkontrol; ekperimenter
tidak dapat menentukan tipe sel mana akan terbentuk secara in vitro atau in vivo.
http://gitabiology.blogspot.com Halaman 7Gita Nurul Puspita, M. Pd.2007
Gambar 2.4. Derivat-derivat jaringan dari tiga lapisan germ embrionik yang terdiferensiasi dari sel-sel ES manusia secara in vivo. Sel ES manusia diinjeksikan ke dalam immunocompromised mice membentuk benign teratomas. Hadir di dalam teratomas derivat ektoderm, seperti A) epitelium neural (100x), dari mesoderm contohnya B) tulang (100x), C) kartilago (40x), D) otot lurik (200x), dan E) glomeruli fetal dan tubulus renal (100x; insert, 200x), dan dari endoderm, seperti F) usus (40x). Untuk beberapa tingkat jaringan mikro-arsitektural yang berhubungan dengan organ kompleks dapat diproduksi dalam teratomas sel ES manusia, garis sel H1, H7C, H9, H13, dan H14, yang dihasilkan di atas teratomas, memperlihatkan suatu range diferensiasi serupa. Seluruh fotomikrograf merupakan sayatan yang diwarnai hematoksilin eosin (Odorico, Kaufman, dan Thomson, 2001: 198).5. Perkembangan Penelitian tentang Sel Stem
Pada tikus, penelitian sel stem bermula pada tahun 1981. Sedangkan penelitian untuk
menurunkan sel stem dari embrio manusia berawal tahun 1998. Pada akhirnya, penelitian sel
stem dari embrio manusia memicu banyak pro kontra terkait masalah etika, bahwa
penggunaan sel stem yang berasal dari embrio harus mengorbankan embrio tersebut. Berikut
merupakan perkembangan mengenai sel stem menurut Farmacia (Andra, 2006:-).
1981: Sel stem yang berasal dari embrio pertama kali diisolasi oleh dua kelompok: Gail
Martin di University of California, San Fransisco, dan Martin Evans, University of
Cambridge.
November 1995 : Peneliti di University of Winconsin mengisolasi sel stem embrio
primata pertama, monyet Macaccus rhesus. Hasil penelitian menunjukkan adalah
mungkin untuk menurunkan sel stem embrio dari primata, termasuk manusia.
Januari 1998 : Ilmuwan dan enterpreneur Richard Seed mengumumkan rencana untuk
membuka klinik kloning manusia. Klinik tersebut akan menawarkan pasangan yang tidak
subur untuk mengkloning diri mereka jika tidak ada terapi medik yang dapat dilakukan
untuk mendapatkan anak. Rencana Seed tidak pernah menjadi kenyataan, namun
pengumuman itu memicu debat mengenai kloning manusia.
http://gitabiology.blogspot.com Halaman 8Gita Nurul Puspita, M. Pd.2007
5 November 1998 : Peneliti di University of Wisconsin dan John Hopkins University
melaporkan sel stem yang diisolasi dari embrio manusia. Sel tersebut memiliki potensi
untuk tumbuh menjadi berbagi tipe sel dalam tubuh dan dapat digunakan untuk
menggantikan sel-sel yang rusak. Namun prosesnya kontroversial : Tim pertama
menurunkan sel stem dari jaringan fetus yang teraborsi, tim yang lain dari embrio yang
dihasilkan di laboratorium yang berasal dari pasangan yang menjalani in vitro
fertilization.
23 Agustus 2000 : The National Institutes of Health mengeluarkan panduan yang
memungkinkan badan federal Amerika membiayai penelitian sel stem embrio. Mantan
Presiden Bill Clinton mendukung panduan ini.
Februari 2001 : Presiden George W. Bush meminta untuk mengkaji ulang panduan NIH
dan menunda dana federal yang digunakan untuk penelitian sel stem.
18 Juli 2001 : Senator Bill Frist dan Senator Orrin Hatch, yang merupakan kelompok anti
aborsi, menyetujui pembatasan dana federal untuk penelitian sel stem.
9 Agustus 2001 : Presiden Bush mengeluarkan keputusan bahwa dana federal hanya dapat
digunakan untuk penelitian sel stem embrio yang telah tersedia, dari sumber yang
tertinggal di klinik fertilisasi.
25 November 2001 : Ilmuwan di Advanced Cell Technology di Massachusetts
mengklaim telah mengkloning embrio manusia. Namun, pembuktiannya kontroversial
dan tidak konklusif
12 Februari 2004 : Ilmuwan Korea Selatan yang diketuai oleh Hwang Woo Suk
mengumumkan kloning embrio pertama di dunia. Tidak seperti klaim kloning
sebelumnya, para ilmuwan ini melaporkan hasil kerja mereka di jurnal yang prestisius,
peer-review, Science. Embrio dikloning bukan untuk tujuan reproduksi tapi sebagai
sumber sel stem. Berita tersebut membuka kembali pertentangan tentang transfer inti sel
somatik. Ilmuwan mengatakan kloning menawarkan cara yang unik untuk meproduksi sel
yang suatu saat bisa digunakan untuk terapi penyakit. Namun pihak yang mengkritik
beragumen bahwa kloning dalam bentuk apapun tidak sesuai dengan nilai moral dan
harus dilarang.
19 Mei 2005 : Ilmuwan yang sama dari Korea Selatan ini, yang melaporkan telah
mengkloning embrio manusia tahun 2004, mengumumkan bahwa mereka telah membuat
proses yang menggunakan sel telur manusia yang jauh lebih sedikit untuk memproduksi
sel stem embrio – sebuah lompatan produksi massal yang dipublikasikan di Science.
http://gitabiology.blogspot.com Halaman 9Gita Nurul Puspita, M. Pd.2007
19 September 2005 : Ilmuwan di California melaporkan bahwa menyuntikkan sel stem
saraf dapat memperbaiki spinal cord tikus. Terapi sedikitnya membantu tikus lumpuh
untuk dapat berjalan kembali.
11 November 2005 : Peneliti University of Pittsburgh Gerald Schatten memperingatkan
editor Science bahwa terdapat kemungkinan kesalahan dalam paper ilmuwan Korea
Selatan bulan Februari 2004. Dalam paper tersebut, ilmuwan Korea mengklaim mereka
telah membuat sel stem line dari kloning embrio manusia. Schatten mengatakan bahwa
beberapa donor sel telur dalam penelitian itu telah dibayar.
15 Desember 2005 : Ilmuwan Korea Selatan, mengakui adanya kesalahan yang serius
dalam papernya di tahun 2005 dan meminta Science untuk menarik kembali jurnal
tersebut.
29 Desember 2005 : Investigasi Seoul National University menyimpulkan data penelitian
tim Hwang yang dipublikasikan Science adalah palsu.
12 Januari 2006 : Jurnal Science secara formal menarik dua artikel Hwang.
7 Juni 2006 : Harvard mengumumkan program multimillion-dollar untuk membuat
kloning embrio manusia sebagai sumber menjanjikan sel stem.
18 Juli 2006 : Presiden Bush melarang aliran dana federal untuk membiayai penelitian sel
stem embrio.
http://gitabiology.blogspot.com Halaman 10Gita Nurul Puspita, M. Pd.2007
DAFTAR PUSTAKA
Andra. (2006). Stem sel, Keajaiban Sebatang Sel Induk. Dalam Gerai [Online], Vol. 6 .(4), -. Tersedia: http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=358 [4 Juli 2007]
Ardyanto, Tonang Dwi. (2006). Sekilas tentang terapi dengan Stem Cell . [Online]. Tersedia: http://tonangardyanto.blogspot.com/2006/04/sekilas-tentang-terapi-dengan-stem.html [4 Juli 2007]
Budiman, Nurudin. (2003). Polimer Biodegradabl. [Online]. Tersedia: polimer biodegradable http://www.chem-is-try.org/?sect=artikel&ext=20 [4 Juli 2007]
Instron. (2007). Tensile Testing. [Online]. Tersedia: http://www.instron.com/wa/applications/test_types/tension/default.aspx
Instron. (2007).Compression Test. [Online]. Tersedia: http://www.instron.com/wa/applications/test_types/compression.aspx
Kaudman, Dan S, et al. (2001). Hematopoietic Colony-forming Cells Derived from Human Embrionic Stem Cells. Dalam PNAS [Online], Vol. 98 (19), 10716-10721. Tersedia: www.pnas.org/cgi/doi/10.1073/pnas.191362598 [29 Mei 2007]
Levenverg, Shulamit, et al. (2002). Endothelial Cells Derived from Human Embryonic Stem Cells. Dalam PNAS [Online], Vol 99 (7), 4391-4396. Tersedia: www.pnas.org/cgi/doi/10.1073/pnas.032074999 [29 Mei 2007]
Odorico, Jon S., Kaufman, Dan S., Thomson, James A. (2001). Multilineage Differentiation from Human Embryonic Stem Cell Lines. Dalam Stem Cells [Online], Vol. 19 (3), 193-202. Tersedia: http://stemcells.alphamedpress.org/cgi/content/abstract/19/3/193?ijkey=e8c1ffe0bc304a15e43add0c8ac362b46fff7cd0&keytype2=tf_ipsecsha [28 Mei 2007]
Rachmawaty, Evi. (2006). Terapi Sel Induk, Dibayangi Masalah. [Online]. Tersedia: www.koranindonesia.com/berita/isi-lengkap/TERAPI_ SEL _INDUK_DIBAYANGI_MASALAH_.php [4 Juli 2007]
Schuldiner, Maya, et al. (2000). Effect of Eight Growth Factors on The Differentiation of Cells Derived from Human Embryonic Stem Cells. Dalam PNAS [Online], Vol. 97 (21), 11307-11312. Tersedia: www.pnas.org/cgi/content/full/97/21/11307 [29 Mei 2007]
Shamblott, Michael J., et al. (2001). Human Embryonic Germ Cell Derivatives Express A Broad Range of Developmentally Distinct Markers and Proliferate Extensively In Vitro. Dalam PNAS [Online], Vol. 98 (1), 113-118. Tersedia: www.pnas.org/cgi/content/abstract/98/1/113?
http://gitabiology.blogspot.com Halaman 11Gita Nurul Puspita, M. Pd.2007
ijkey=d1633b6766100b5009e9c631e0a5da98f20fc460&keytype2=tf_ipsecsha [29 Mei 2007]
Thomson, James A., et al. (1998). Embryonic Stem Cell Lines Derived from Human Blastocysts. Dalam Science [Online], Vol. 282 (5391), 1145-1147. Tersedia: www.sciencemag.org/cgi/content/abstract/282/5391/1145?ijkey=ed84ca705c0ac728803f12f579a2ac8b1874e258&keytype2=tf_ipsecsha [29 Mei 2007]
http://gitabiology.blogspot.com Halaman 12Gita Nurul Puspita, M. Pd.2007
Recommended