17
KEAJAIBAN SEBUAH SEL INDUK Ardyanto (2006:-) juga Odorico, Kaufman, dan Thomson (2001:193) mengemukakan bahwa sel stem merupakan sel yang sangat istimewa. Ada dua jenis sel stem, yaitu Embryonic Stem Cells (ESC) dan Adult Stem Cells (ASC). ESC diperoleh dari sel-sel pada tahap blastosit (sekitar 5-7 hari setelah pembuahan). Sedangkan ASC diambil dari sumsum tulang, darah tepi dan darah tali pusat. Pada manusia, ESC diturunkan dari sel-sel totipoten embrio awal dan memiliki kemampuan berploriferasi secara tak terbatas dan tak terdiferensiasi secara in vitro (Kaufman et al., 2001:10716 ; Thomson et al., 1998:1145). Sel stem diturunkan dari inner cell mass blastokista dan dari sel-sel germ primordial (Schuldiner et al., 2000:11307; Shambloot et al., 2001:113). Menurut Thomson et al. (1998:1145), sel ES mengekspresikan aktivitas telomerase tingkat tinggi. Setelah mengalami proliferasi tak terdiferensiasi (undifferentiated proliferation) in vitro selama 4 sampai 5 bulan, sel-sel ini tetap memelihara potensial perkembangan untuk membentuk trofoblas dan derivat-derivat dari 3 lapisan lembaga embrionik, termasuk epitelium usus (endoderm); kartilago, tulang, otot polos, dan otot lurik (mesoderm); dan epitelium neural, ganglia embrionik, serta epitelium semu berlapis (ektoderm). 1. Klasifikasi Sel Stem http://gitabiology.blogspot.comHalaman 1 Gita Nurul Puspita, M. Pd. 2007

Keajaiban sebuah sel induk (Miracle of Stem Cell)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Materi Biologi Perkembangan

Citation preview

Page 1: Keajaiban sebuah sel induk (Miracle of Stem Cell)

KEAJAIBAN SEBUAH SEL INDUK

Ardyanto (2006:-) juga Odorico, Kaufman, dan Thomson (2001:193) mengemukakan

bahwa sel stem merupakan sel yang sangat istimewa. Ada dua jenis sel stem, yaitu

Embryonic Stem Cells (ESC) dan Adult Stem Cells (ASC). ESC diperoleh dari sel-sel pada

tahap blastosit (sekitar 5-7 hari setelah pembuahan). Sedangkan ASC diambil dari sumsum

tulang, darah tepi dan darah tali pusat.

Pada manusia, ESC diturunkan dari sel-sel totipoten embrio awal dan memiliki

kemampuan berploriferasi secara tak terbatas dan tak terdiferensiasi secara in vitro (Kaufman

et al., 2001:10716 ; Thomson et al., 1998:1145). Sel stem diturunkan dari inner cell mass

blastokista dan dari sel-sel germ primordial (Schuldiner et al., 2000:11307; Shambloot et al.,

2001:113). Menurut Thomson et al. (1998:1145), sel ES mengekspresikan aktivitas

telomerase tingkat tinggi. Setelah mengalami proliferasi tak terdiferensiasi (undifferentiated

proliferation) in vitro selama 4 sampai 5 bulan, sel-sel ini tetap memelihara potensial

perkembangan untuk membentuk trofoblas dan derivat-derivat dari 3 lapisan lembaga

embrionik, termasuk epitelium usus (endoderm); kartilago, tulang, otot polos, dan otot lurik

(mesoderm); dan epitelium neural, ganglia embrionik, serta epitelium semu berlapis

(ektoderm).

1. Klasifikasi Sel Stem

Andra (2006:-) dan Ardyanto (2006:-) mengemukakan bahwa sel stem dapat

diklasifikasikan menjadi sel stem totipoten, pluripoten, multipoten, oligopoten, dan unipoten.

a. Sel stem totipoten dapat berdiferensiasi menjadi berbagai tipe sel yang dibentuk saat sel

telur dan sperma bersatu. Sel stem tipe ini dapat berdiferensiasi menjadi tipe sel

embrionik yang nantinya akan membentuk janin dan sel ekstraembrionik seperti plasenta.

b. Sel stem pluripoten merupakan turunan dari sel totipoten dan berdiferensiasi menjadi sel-

sel yang tergolong dalam 3 lapisan germ embrionik, yaitu endoderm, mesoderm, dan

ektoderm. Endoderm menjadi bakal organ-organ dalam seperti paru-paru, liver, usus dan

pankreas. Mesoderm di lapis kedua bakal menjadi otot, tulang, tubulus ginjal dan darah.

Terluar ada ektoderm yang menjadi bakal kulit, sistem syaraf, enamel gigi, lensa mata

dan neural crest (jalur tempat berjalannya saraf dari otak ke sepanjang tulang belakang).

Dari ektoderm juga terbentuk sel-sel amnion dan chorion.

http://gitabiology.blogspot.com Halaman 1Gita Nurul Puspita, M. Pd.2007

Page 2: Keajaiban sebuah sel induk (Miracle of Stem Cell)

c. Sel stem multipoten, hanya dapat memproduksi sel yang berada dalam satu kelompok sel,

misalnya sel stem hematopoeietik berdiferensiasi menjadi sel darah merah, sel darah

putih, atau platelet. Beberapa sel stem dapat ditemukan pada sel yang sudah

terdiferensiasi di jaringan-jaringan tertentu dan kebanyakan adalah sel multipoten. Sel

stem yang didapat dari sumber ini disebut adult stem cell. Adult stem cell disebut juga sel

stem somatik karena sel stem ini tidak harus diambil dari orang yang sudah dewasa tetapi

juga saat kanak-kanak atau umbilical cord (tali pusar).

Michael Klentze, MD, PhD, Medical Director Klentze Institute Munich Jerman, dalam

acara Anti-Aging di Bali September 2006 menyatakan bahwa hanya ada sedikit sel stem

pada tiap jaringan, dan diduga menetap di area tertentu dalam tiap jaringan dalam

keadaan tidak terdiferensiasi bertahun-tahun hingga teraktifkan oleh penyakit atau luka

jaringan.  Sel stem yang diturunkan dari darah plasenta dan tali pusat pasca melahirkan

dikumpulkan dari vena umbilical kemudian segera dianalisis terhadap kemungkinan

infeksi dan ditentukan jenis jaringannya. Darah kemudian diproses sebelum disimpan di

nitrogen cair untuk dipergunakan kemudian hari. Sel stem jenis ini telah digunakan sejak

tahun 1988  untuk terapi penyakit Gunther, sindrom Hurter, acute lymphocytic leukemia

dan beberapa penyakit lain terutama pada anak-anak.

d. Sel stem oligopoten misalnya sel mieloid yang membentuk sel darah merah, trombosit,

netrofil tetapi tidak membentuk limfosit yang termasuk kelompok non-mieloid.

e. Sel stem unipoten yang menghasilkan hanya satu tipe sel, namun memiliki kemampuan

untuk memperbaharui diri sendiri yang membedakannya dari non stem-sel. Contoh sel

unipoten adalah sel spermatogenik.

2. Karakteristik Sel Stem

Sel stem memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi berbagai tipe sel dewasa

seperti sel saraf, jantung, pankreas, dan sebagainya (Andra, 2006:-). Sel ini juga menjadi

cikal bakal sel-sel tubuh manusia, dengan 2 sifat khusus. Pertama mampu mengalami

perbanyakan diri tanpa mengubah ciri-ciri genetiknya, sampai berlipat-lipat kali. Kedua,

mampu mengalami pematangan (differentiation) menjadi berbagai jenis sel khusus Sel induk

memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel matang, misalnya sel

saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, dan sel pankreas, namun tidak dapat tumbuh menjadi

sel telur atau sel spermatozoid (Ardyanto, 2006:-; Kusmaryanto, dalam Rachmawati,

2003:-).

http://gitabiology.blogspot.com Halaman 2Gita Nurul Puspita, M. Pd.2007

Page 3: Keajaiban sebuah sel induk (Miracle of Stem Cell)

Oleh karena sifat yang dimilikinya tersebut, maka sel stem secara revolusioner sangat

berpotensi digunakan untuk memperbaiki kerusakan bagian tubuh dengan cara terapi

transplantasi sel stem. Transplantasi sel stem bertujuan untuk mendorong pertumbuhan sel

baru dan sehat pada pasien dan untuk membuat pengganti sel-sel tertentu yang mengalami

kerusakan untuk kemudian digunakan untuk transplantasi. Salah satu keuntungan

transplantasi sel stem adalah tidak diperlukan donor tertentu yang memiliki kesesuaian untuk

dilakukan transplantasi. Beberapa penyakit yang memiliki potensi untuk dilakukan terapi sel

stem misalnya terkait dengan darah, leukemia dan sickle cell anemia. Lalu yang berhubungan

dengan saraf seperti Parkinson, stroke, dan alzheimer. Penyakit lain adalah infark myokard

akut, diabetes melitus, distrofi muskular, sirosis hati, gangguan saraf tulang belakang, artritis,

osteoporosis hingga luka bakar.  Sel stem dapat menggantikan sel Langerhans pankreas untuk

penderita diabetes mellitus, menggantikan sel-sel otot jantung yang rusak pada penderita

serangan jantung, atau mengganti neuron dopamine bagi penderita penyakit Parkinson.

Bahkan, untuk kedokteran gigi, sel-sel stem berpotensi memunculkan gigi baru pengganti

gigi rusak yang telah dicabut (Ardyanto, 2006:-; Andra, 2006:-; Rachmawati, 2003:-).

3. Penelitian tentang Sel Stem Embrionik (ES)

Berbagai pengkajian mengenai kemampuan sel stem untuk berdiferensiasi menjadi

bermacam-macam jaringan telah dilakukan, namun pengkajian ini tidak langsung menjadikan

manusia sebagai objeknya. Untuk penelitian ini umumnya dipergunakan tikus atau monyet.

Thomson et al. (1998: 1145) dalam laporan penelitiannya memaparkan bahwa sel-sel

stem tikus berkontribusi untuk membentuk jaringan dewasa, termasuk sel-sel benih,

memberikan suatu pendekatan yang baik untuk pengenalan perubahan genetik spesifik ke

dalam garis germ tikus. Kemajuan telah dibuat dalam diferensiasi sel stem tikus secara in

vitro menjadi neuron, sel-sel hematopoietic, dan otot jantung.

Selain daripada itu, sel-sel stem monyet Rhesus memberikan suatu model yang akurat

untuk mencegah penolakan imunitas dari sel-sel yang ditransplantasikan dan untuk

menunjukkan keamanan dan keampuhan terapi yang didasarkan pada sel stem. Ada dua

karakteristik esensial sel ES primata, yaitu (Thomson et al., 1998: 1145): (1) turunan dari

embrio pre-implantasi atau embrio peri-implantasi, (2) proliferasi tak terdiferensiasi, (3)

potensial perkembangan stabil untuk membentuk derivat dari ketiga lapisan germ embrionik

bahkan setelah kultur diperpanjang.

Selanjutnya, Murine, sejenis tikus, juga menjadi pendukung dalam diferensiasi sel stem

manusia. Odorico, Kaufman, dan Thomson (2001: 194) mengemukakan, sel ES manusia

http://gitabiology.blogspot.com Halaman 3Gita Nurul Puspita, M. Pd.2007

Page 4: Keajaiban sebuah sel induk (Miracle of Stem Cell)

diturunkan dari Inner Cell Mass (ICM) embrio tahap blastokista. Embrio-embrio manusia

tahap cleavage, dihasilkan oleh fertilisasi in vitro untuk tujuan klinis. Setelah embrio-embrio

ditumbuhkan sampai tahap blastokista, ICM diisolasi dan diselubungi di atas feeder layers

Murine Embrionic Fibroblast yang tidak aktif secara mitosis (MEF) dalam kultur jaringan

(Gambar 2.1).

Gambar 2.1. Derivasi garis sel ES manusia. Blastosis manusia ditumbuhkan dari embrio tahap cleavage dengan fertilisasi in vitro. Sel-sel ICM dipisahkan dari trofektoderm

oleh immunosurgery, diselubungi suatu fibroblast feeder substratum dalam medium yang mengandung fetal calf serum. Koloni-koloni secara berurutan dikembangkan dan diklon

(Odorico, Kaufman, dan Thomson (2001: 194).

http://gitabiology.blogspot.com Halaman 4Gita Nurul Puspita, M. Pd.2007

Page 5: Keajaiban sebuah sel induk (Miracle of Stem Cell)

Penelitian-penelitian mengenai sel stem dilakukan untuk mengembangkan terapi

transplantasi sel stem, salah satunya, yaitu transplantasi sumsum tulang, diterapkan untuk

penderita keganasan hematologis seperti leukemia maupun kelainan genetik seperti

thalassemia.

Gambar 2.2. Strategi Kloning Terapeutik (Ardyanto, 2006:-)

Ardyanto (2006:-), dalam artikel yang ditulisnya menjelaskan, untuk keperluan tersebut,

harus dicari donor sumsum tulang dengan syarat ada kecocokan HLA (human leucocyte

antigent). HLA terdiri dari 6 komponen, dan antara donor dengan resipien harus sama persis.

Untuk itu sering diperoleh dari saudara kandung atau saudara kembar. Begitupun sering sulit

didapatkan, di samping kendala teknis terhadap pengambilan donor melalui operasi. Tipe

transplantasi dari donor tersebut disebut allogenik. Perkembangan selanjutnya mengarah ke

autolog dimana donor diusahakan dari diri pasien itu sendiri. Pada kasus leukemia misalnya,

diusahakan mendapatkan sel-sel sumum tulang yang masih sehat dari penderita. Sel-sel

tersebut dibiakkan di laboratorium sambil pasien menjalani kemoterapi dan radiasi untuk

membersihkan sumsum tulang yang menderita kanker. Selanjutnya, sel hasil biakan

dimasukkan lagi ke pasien dan diharapkan menghasilkan sel-sel darah yang sehat.

Di samping sel stem dari sumsum tulang, diusahakan pula sel stem dari darah tepi dengan

teknik penyaringan tertentu. Namun tidak selalu bisa didapatkan sampel autolog setelah

http://gitabiology.blogspot.com Halaman 5Gita Nurul Puspita, M. Pd.2007

Page 6: Keajaiban sebuah sel induk (Miracle of Stem Cell)

terlanjur menderita sakit. Untuk itulah berkembang ke sumber sel stem yang lebih baik yaitu

dari darah tali pusat. Sel stem dari darah tali pusat cenderung lebih baik, karena masih lebih

“murni” dari perubahan ciri genetik daripada setelah tumbuh dewasa. Perubahan genetik

tersebut bisa terjadi oleh pengaruh infeksi ataupun faktor lingkungan (misalnya radiasi).

Darah tali pusat juga belum mengandung sel-sel imun yang relatif matur, sehingga reaksi

penolakan imunologis lebih rendah. Dengan demikian, darah tali pusat bisa

ditransplantasikan ke pasien lain (tipe allogenik) tanpa harus mendapatkan kecocokan HLA

100%. Dilaporkan cukup 60% sesuai sudah mampu mencegah reaksi penolakan.

Dalam perkembangannya, tentu bukan hanya penyakit darah yang diharapkan bisa diatasi

dengan terapi sel stem. Di dalam sumsum tulang, terdapat juga sel-sel non hematopoietik

(disebut mesenchymal stem cell) yang menjadi bakal dari tulang, tulang rawan, jaringan

lemak dan jaringan ikat.

Begitu juga dalam darah tali pusat, terdapat EPC (endothelial progenitor cell) yang

menjadi bakal dari sel-sel dinding pembuluh darah. Dengan demikian, kelainan-kelainan

vaskuler diharapkan bisa diatasi dengan transplantasi sel-sel EPC tersebut.

Sementara itu, di bidang lain ada perkembangan cell-transplantation. Dari suatu organ

yang rusak, diambil bagian yang masih sehat. Dari sampel tersebut, dipilah-pilah sampai

ditemukan sel-sel spesifik untuk masing-masing komponen (misalnya sel otot, sel

kapsul/dinding organ, sel stroma). Selanjutnya sel bakal spesifik tersebut dibiakkan dalam

suatu “matriks” khusus. Setelah berkembang kemudian di”cangkok”kan ke organ yang

mengalami kerusakan. “matriks” tersebut akan diserap dan digantikan oleh perkembangan

jaringan yang asli.

Pada perkembangannya kemudian diusahakan teknik tissue-engineering. Pada teknik ini,

sel spesifik tersebut benar-benar ditumbuhkan menjadi “bakal organ” di laboratorium. Untuk

itu digunakan “biomatriks” yang diusahakan benar-benar menyerupai organ yang akan

ditransplantasikan. Satu contoh adalah yang dilakukan di South Carolina dengan transplantasi

kandung kemih hasil biakan di “laboratorium”. Masalahnya, mendapatkan sel-sel sehat untuk

dibiakkan dari organ yang mengalami kerusakan, sering tidak memberi hasil yang cukup.

Untuk itu diperlukan dari sumber lain. Bergabunglah teknik tissue engineering dengan

adanya sel stem yang berpotensi menjadi berbagai organ spesifik. Harapannya, untuk suatu

kondisi organ yang sakit, akan bisa dilakukan pembiakan di laboratorium untuk kemudian

ditransplantasikan. Meskipun dengan tingkat penolakan yang ringan, tetap saja sel stem dari

darah tali pusat berpotensi ditolak saat ditransplantasikan. Agar tingkat penolakan benar-

benar minimal, maka dilakukan teknik kloning dikombinasikan dengan teknik tissue

http://gitabiology.blogspot.com Halaman 6Gita Nurul Puspita, M. Pd.2007

Page 7: Keajaiban sebuah sel induk (Miracle of Stem Cell)

engineering.

4. H9

Produk ICM yang dipropagasikan dengan serum, dan koloni dengan morfologi yang tak

terdiferensiasi dengan tepat lalu dipilih dan dikembangkan. Setelah derivasi awal dalam

serum, garis sel ES manusia dapat dipelihara dan dipropagasikan pada feeder layers dalam

medium yang hanya mengandung serum atau medium pengganti serum dan basic fibroblast

factor (bFGF) (Odorico, Kaufman, dan Thomson, 2001: 196). Garis sel ini seharusnya

bermanfaat dalam biologi perkembangan manusia, pengkajian obat-obatan, dan obat

transplantasi dan obat transplantasi (Thomson et al., 1998: 1145).

Awalnya, ES manusia dan garis sel germ embrionik tidak menurunkan klonal dan begitu

pluripoten yang hanya dapat didemonstrasikan bagi populasi sel. Contohnya, kemungkinan

keberadaan bahwa di dalam koloni ada subpopulasi sel yang siap komit bagi lineages yang

berbeda dan tidak ada sel individual mampu berdiferensiasi ke dalam derivat-derivat dari

ketiga lapisan germ embrionik. Lalu, klonal menurunkan garis sel ES manusia, yaitu H9

(Odorico, Kaufman, dan Thomson, 2001: 196).

Gambar 2.3. Sebuah Embryoid Body (EB) H9 tunggal dalam kultur suspensi selama 8 hari memperlihatkan bahwa kompleks Embryoid Bodies (EBs) dapat dibentuk pada saat ini (fase

kontras, 100x) (Odorico, Kaufman, dan Thomson, 2001: 196).

Schulnider et al. (2000:11307) dalam risetnya menemukan bahwa diferensiasi sel ES

manusia menjadi EBs atau teratomas terjadi secara spontan dan tak terkontrol; ekperimenter

tidak dapat menentukan tipe sel mana akan terbentuk secara in vitro atau in vivo.

http://gitabiology.blogspot.com Halaman 7Gita Nurul Puspita, M. Pd.2007

Page 8: Keajaiban sebuah sel induk (Miracle of Stem Cell)

Gambar 2.4. Derivat-derivat jaringan dari tiga lapisan germ embrionik yang terdiferensiasi dari sel-sel ES manusia secara in vivo. Sel ES manusia diinjeksikan ke dalam immunocompromised mice membentuk benign teratomas. Hadir di dalam teratomas derivat ektoderm, seperti A) epitelium neural (100x), dari mesoderm contohnya B) tulang (100x), C) kartilago (40x), D) otot lurik (200x), dan E) glomeruli fetal dan tubulus renal (100x; insert, 200x), dan dari endoderm, seperti F) usus (40x). Untuk beberapa tingkat jaringan mikro-arsitektural yang berhubungan dengan organ kompleks dapat diproduksi dalam teratomas sel ES manusia, garis sel H1, H7C, H9, H13, dan H14, yang dihasilkan di atas teratomas, memperlihatkan suatu range diferensiasi serupa. Seluruh fotomikrograf merupakan sayatan yang diwarnai hematoksilin eosin (Odorico, Kaufman, dan Thomson, 2001: 198).5. Perkembangan Penelitian tentang Sel Stem

Pada tikus, penelitian sel stem bermula pada tahun 1981. Sedangkan penelitian untuk

menurunkan sel stem dari embrio manusia berawal tahun 1998. Pada akhirnya, penelitian sel

stem dari embrio manusia memicu banyak pro kontra terkait masalah etika, bahwa

penggunaan sel stem yang berasal dari embrio harus mengorbankan embrio tersebut. Berikut

merupakan perkembangan mengenai sel stem menurut Farmacia (Andra, 2006:-).

1981: Sel stem yang berasal dari embrio pertama kali diisolasi oleh dua kelompok: Gail

Martin di University of California, San Fransisco, dan Martin Evans, University of

Cambridge.

November 1995 : Peneliti di University of Winconsin mengisolasi sel stem embrio

primata pertama, monyet Macaccus rhesus. Hasil penelitian menunjukkan adalah

mungkin untuk menurunkan sel stem embrio dari primata, termasuk manusia.

Januari 1998 : Ilmuwan dan enterpreneur Richard Seed mengumumkan rencana untuk

membuka klinik kloning manusia. Klinik tersebut akan menawarkan pasangan yang tidak

subur untuk mengkloning diri mereka jika tidak ada terapi medik yang dapat dilakukan

untuk mendapatkan anak. Rencana Seed tidak pernah menjadi kenyataan, namun

pengumuman itu memicu debat mengenai kloning manusia.

http://gitabiology.blogspot.com Halaman 8Gita Nurul Puspita, M. Pd.2007

Page 9: Keajaiban sebuah sel induk (Miracle of Stem Cell)

5 November 1998 :  Peneliti di University of Wisconsin dan John Hopkins University

melaporkan sel stem yang diisolasi dari embrio manusia. Sel tersebut memiliki potensi

untuk tumbuh menjadi berbagi tipe sel dalam tubuh dan dapat digunakan untuk

menggantikan sel-sel yang rusak. Namun prosesnya kontroversial : Tim pertama

menurunkan sel stem dari jaringan fetus yang teraborsi, tim yang lain dari embrio yang

dihasilkan di laboratorium yang berasal dari pasangan yang menjalani in vitro

fertilization.

23 Agustus 2000 : The National Institutes of Health mengeluarkan panduan yang

memungkinkan badan federal Amerika membiayai penelitian sel stem embrio. Mantan

Presiden Bill Clinton mendukung panduan ini.

Februari 2001 : Presiden George W. Bush meminta untuk mengkaji ulang panduan NIH

dan menunda dana federal yang digunakan untuk penelitian sel stem.

18 Juli 2001 : Senator Bill Frist dan Senator Orrin Hatch, yang merupakan kelompok anti

aborsi, menyetujui pembatasan dana federal untuk penelitian sel stem.

9 Agustus 2001 : Presiden Bush mengeluarkan keputusan bahwa dana federal hanya dapat

digunakan untuk penelitian sel stem embrio yang telah tersedia, dari sumber yang

tertinggal di klinik fertilisasi.

25 November 2001 : Ilmuwan di Advanced Cell Technology di Massachusetts

mengklaim telah mengkloning embrio manusia. Namun, pembuktiannya kontroversial

dan tidak konklusif

12 Februari 2004 : Ilmuwan Korea Selatan yang diketuai oleh Hwang Woo Suk

mengumumkan kloning embrio pertama di dunia. Tidak seperti klaim kloning

sebelumnya, para ilmuwan ini melaporkan hasil kerja mereka di jurnal yang prestisius,

peer-review, Science. Embrio dikloning bukan untuk tujuan reproduksi tapi sebagai

sumber sel stem. Berita tersebut membuka kembali pertentangan tentang transfer inti sel

somatik. Ilmuwan mengatakan kloning menawarkan cara yang unik untuk meproduksi sel

yang suatu saat bisa digunakan untuk terapi penyakit. Namun pihak yang mengkritik

beragumen bahwa kloning dalam bentuk apapun tidak sesuai dengan nilai moral dan

harus dilarang.

19 Mei 2005 : Ilmuwan yang sama dari Korea Selatan ini, yang melaporkan telah

mengkloning embrio manusia tahun 2004, mengumumkan bahwa mereka telah membuat

proses yang menggunakan sel telur manusia yang jauh lebih sedikit untuk memproduksi

sel stem embrio – sebuah lompatan produksi massal yang dipublikasikan di Science.

http://gitabiology.blogspot.com Halaman 9Gita Nurul Puspita, M. Pd.2007

Page 10: Keajaiban sebuah sel induk (Miracle of Stem Cell)

19 September 2005 : Ilmuwan di California melaporkan bahwa menyuntikkan sel stem

saraf dapat memperbaiki spinal cord tikus. Terapi sedikitnya membantu tikus lumpuh

untuk dapat berjalan kembali.

11 November 2005 : Peneliti University of Pittsburgh Gerald Schatten memperingatkan

editor Science bahwa terdapat kemungkinan kesalahan dalam paper ilmuwan Korea

Selatan bulan Februari 2004. Dalam paper tersebut, ilmuwan Korea mengklaim mereka

telah membuat sel stem line dari kloning embrio manusia. Schatten mengatakan bahwa

beberapa donor sel telur dalam penelitian itu telah dibayar.

15 Desember 2005 : Ilmuwan Korea Selatan, mengakui adanya kesalahan yang serius

dalam papernya di tahun 2005 dan meminta Science untuk menarik kembali jurnal

tersebut.

29 Desember 2005 : Investigasi Seoul National University menyimpulkan data penelitian

tim Hwang yang dipublikasikan Science adalah palsu.

12 Januari 2006 : Jurnal Science secara formal menarik dua artikel Hwang.

7 Juni 2006 : Harvard mengumumkan program multimillion-dollar untuk membuat

kloning embrio manusia sebagai sumber menjanjikan sel stem.

18 Juli 2006 : Presiden Bush melarang aliran dana federal untuk membiayai penelitian sel

stem embrio.  

http://gitabiology.blogspot.com Halaman 10Gita Nurul Puspita, M. Pd.2007

Page 11: Keajaiban sebuah sel induk (Miracle of Stem Cell)

DAFTAR PUSTAKA

Andra. (2006). Stem sel, Keajaiban Sebatang Sel Induk. Dalam Gerai [Online], Vol. 6 .(4), -. Tersedia: http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=358 [4 Juli 2007]

Ardyanto, Tonang Dwi. (2006). Sekilas tentang terapi dengan Stem Cell . [Online]. Tersedia: http://tonangardyanto.blogspot.com/2006/04/sekilas-tentang-terapi-dengan-stem.html [4 Juli 2007]

Budiman, Nurudin. (2003). Polimer Biodegradabl. [Online]. Tersedia: polimer biodegradable http://www.chem-is-try.org/?sect=artikel&ext=20 [4 Juli 2007]

Instron. (2007). Tensile Testing. [Online]. Tersedia: http://www.instron.com/wa/applications/test_types/tension/default.aspx

Instron. (2007).Compression Test. [Online]. Tersedia: http://www.instron.com/wa/applications/test_types/compression.aspx

Kaudman, Dan S, et al. (2001). Hematopoietic Colony-forming Cells Derived from Human Embrionic Stem Cells. Dalam PNAS [Online], Vol. 98 (19), 10716-10721. Tersedia: www.pnas.org/cgi/doi/10.1073/pnas.191362598 [29 Mei 2007]

Levenverg, Shulamit, et al. (2002). Endothelial Cells Derived from Human Embryonic Stem Cells. Dalam PNAS [Online], Vol 99 (7), 4391-4396. Tersedia: www.pnas.org/cgi/doi/10.1073/pnas.032074999 [29 Mei 2007]

Odorico, Jon S., Kaufman, Dan S., Thomson, James A. (2001). Multilineage Differentiation from Human Embryonic Stem Cell Lines. Dalam Stem Cells [Online], Vol. 19 (3), 193-202. Tersedia: http://stemcells.alphamedpress.org/cgi/content/abstract/19/3/193?ijkey=e8c1ffe0bc304a15e43add0c8ac362b46fff7cd0&keytype2=tf_ipsecsha [28 Mei 2007]

Rachmawaty, Evi. (2006). Terapi Sel Induk, Dibayangi Masalah. [Online]. Tersedia: www.koranindonesia.com/berita/isi-lengkap/TERAPI_ SEL _INDUK_DIBAYANGI_MASALAH_.php [4 Juli 2007]

Schuldiner, Maya, et al. (2000). Effect of Eight Growth Factors on The Differentiation of Cells Derived from Human Embryonic Stem Cells. Dalam PNAS [Online], Vol. 97 (21), 11307-11312. Tersedia: www.pnas.org/cgi/content/full/97/21/11307 [29 Mei 2007]

Shamblott, Michael J., et al. (2001). Human Embryonic Germ Cell Derivatives Express A Broad Range of Developmentally Distinct Markers and Proliferate Extensively In Vitro. Dalam PNAS [Online], Vol. 98 (1), 113-118. Tersedia: www.pnas.org/cgi/content/abstract/98/1/113?

http://gitabiology.blogspot.com Halaman 11Gita Nurul Puspita, M. Pd.2007

Page 12: Keajaiban sebuah sel induk (Miracle of Stem Cell)

ijkey=d1633b6766100b5009e9c631e0a5da98f20fc460&keytype2=tf_ipsecsha [29 Mei 2007]

Thomson, James A., et al. (1998). Embryonic Stem Cell Lines Derived from Human Blastocysts. Dalam Science [Online], Vol. 282 (5391), 1145-1147. Tersedia: www.sciencemag.org/cgi/content/abstract/282/5391/1145?ijkey=ed84ca705c0ac728803f12f579a2ac8b1874e258&keytype2=tf_ipsecsha [29 Mei 2007]

http://gitabiology.blogspot.com Halaman 12Gita Nurul Puspita, M. Pd.2007