View
130
Download
23
Category
Preview:
DESCRIPTION
Kajian Lingkungan Perumahan Pesisir Lengkap
Citation preview
Perumahan Pesisir 1
LAPORAN PENULISAN BUKU AJAR
MATAKULIAH:
PERUMAHAN PESISIR (236 D51 03)
NURMAIDA AMRI, ST., MT
Dr. Ir. IDAWARNI, MT.
PRODI ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014
Perumahan Pesisir 2
Perumahan Pesisir 3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang maha Esa, atas limpahan rahmat
dan hidayatNya sehingga buku ajar Perumahan Pesisir (236 D51 03) ini dapat kami selesaikan.
Pembuatan buku ajar Perumahan Pesisir (236 D51 03) ini merupakan hasil dari rangkuman
beberapa referensi buku-buku perumahan dan permukiman pesisir serta bahan ajar dari mata
kuliah tersebut. Buku ajar Perumahan Pesisir (236 D51 03) ini berisi tentang materi
pembelajaran dari minggu pertama sampai dengan minggu ke enam belas, yakni membahas
tentang definisi perumahan pesisir, sarana dan prasarana perumahan pesisir, persyaratan teknis
bangunan di wilayah pesisir, kajian sosekbud permukiman pesisir dan system struktur dan
utilitas perumahan pesisir.
Semoga segala kekurangan yang ada pada buku ajar ini dapat bermanfaat dan dimanfaatkan
secara khusus oleh mahasiswa Prodi Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin dalam mengambil mata kuliah pilihan dalam perkuliahan.
Makassar, November 2014
Tim Penyusun
Perumahan Pesisir 4
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Profil Lulusan Program Studi Arsitektur 1
B. Format Rencana Pembelajaran 2
C. Kompetensi Lulusan Program Studi Arsitektur 3
D. Garis Besar Rencana Pembelajaran (GBRP) 4
E. Bentuk Tugas 8
F. Organisasi Materi 10
BAB II. PEMBELAJARAN
A. Kontrak Pembelajaran 11
B. Manfaat Matakuliah 11
C. Deskripsi Matakuliah 12
D. Tujuan Pembelajaran 12
E. Materi Matakuliah Perumahan Pesisir 12
Materi 1. Teori-Teori, Konsep-konsep & Standar-Standar 13
Materi 2. Definisi Perumahan Pesisir 15
Materi 3. Perumahan Pesisir Di Wilayah Pesisir Sungai, Laut & Danau 32
Materi 4. Sarana & Prasarana Perumahan Pesisir 53
Materi 5. Persyaratan Teknis Banguan Di Wilayah Pesisir 93
Perumahan Pesisir 5
Materi 6. Kajian Lingkungan Alam Pesisir 97
Materi 7. Kajian Sosial Budaya & Ekonomi Masyarakat Di Perumahan
Pesisir Perdesaan & Perkotaan 117
Materi 8. UTS (Ujian Tengah Semester) 126
Materi 9. Sistem Struktur Perumahan Pesisir 127
Materi 10-16. Rancangan Tugas Perumahan Pesisir 140
BAB IV. PENUTUP
A. Penutup 142
B. Daftar Pustaka 142
C. Senarai Kata (Glosarium) 146
Perumahan Pesisir 6
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Matriks Hubungan Antara Rumusan Kompetensi 3
Tabel 2. Garis Besar Rencana Pembelajaran (GBRP) 5
Tabel 3. Klasifikasi Jalan di Lingkungan Perumahan 66
Tabel 4. Standar Pelayanan Minimal untuk Permukiman (Air Limbah) 81
Tabel 5. Standar Pelayanan Minimal untuk Permukiman (Persampahan) 85
Tabel 6. Standar Pelayanan Minimal untuk Permukiman (RTH) 111
Perumahan Pesisir 7
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Skema Organisasi Materi Permukiman Pesisir 10
Gambar 2. Illustrasi permukiman 15
Gambar 3. Illustrasi perumahan 16
Gambar 4. Pemukiman Mengelilingi Fasilitas Tertentu 22
Gambar 5. Permukiman Memanjang Mengikuti Jalur Jalan Raya 23
Gambar 6. Permukiman Memanjang Mengikuti Garis Pantai 23
Gambar 7. Permukiman Terpusat 24
Gambar 8. Bentuk Perumahan di Wilayah Pesisir Pedesaan 24
Gambar 9. Rumah semi permament, 25
Gambar 10. Rumah dengan konstruksi permanen 25
Gambar 11. Rumah berbentuk non panggung dengan konstruksi permanen 26
Gambar 12. Bentuk Perumahan Resettlement Untia di Kota Makassar 27
Gambar 13. Perumahan Susun Kalangan Nelayan di Kota Makassar 28
Gambar 14. Pola Perumahan Kawasan Pantai Marina Kota Semarang 28
Gambar 15. Bentuk Kawasan Pengembangan Pantai Marina Semarang 29
Gambar 16. Bentuk Rumah Mewah di Pantai Indah Kapok Jakarta 30
Gambar 17. Apartemen Gold Coast di Pantai Indah Kapok Jakarta 30
Gambar 18. Perumahan di Daerah Pantai 33
Gambar 19. Rumah-Rumah Nelayan Terletak Tidak Teratur 33
Gambar 20. Rumah-Rumah Nelayan Dibangun di Atas Lahan Tuan Tanah 33
Gambar 21. Perumahan nelayan di Desa Bangkalan Madura 34
Gambar 22. Perumahan yang dibangun di atas badan air
34
Gambar 23. Perumahan yang dibangun di atas badan air sungai Tallo 34
Gambar 24. Perumahan yang dibangun di atas badan air danau Tempe 35
Gambar 25. Pola Perumahan Nelayan Tradisional di Area Pantai 35
Gambar 26. Pola perumahan resettlement Untia di Kota Makassar 36
Gambar 27. Pola perumahan disepanjang aliran sungai dan berada
Perumahan Pesisir 8
pada dua sisi sungai 37
Gambar 28. Perumahan yang hanya berada ada satu sisi sungai 37
Gambar 29. Pola perumahan di area danau 37
Gambar 30. Karakter Permukiman Dilihat Dari Organisasi Ruang Permukiman 39
Gambar 31. Wilayah Perencanaan tata Ruang Prov/Kab/Kota 40
Gambar 32. Bantaran Sungai, Garis Sempadan, Daerah Penguasaan Sungai 43
Gambar 33. Pola Cluster pada Pemukiman Nelayan di Indonesia 44
Gambar 34. Perumahan Pola Mengelompok di Area Pesisir Pantai dan Danau 44
Gambar 35. Arah Pengembangan Perumahan Pola Mengelompok
di Area Pesisir Pantai dan Danau 45
Gambar 36. Perumahan Pola Mengelompok di Area DAS 45
Gambar 37. Arah Pengembangan Perumahan Pola Mengelompok di DAS 46
Gambar 38. Perumahan Pola Mengelompok di Area Muara Sungai 46
Gambar 39. Arah Pengembangan Perumahan Pola Mengelompok
di Area Muara Sungai 47
Gambar 40. Pola menyebar pada Pemukiman Nelayan 47
Gambar 41. Perumahan Pola Menyebar di Area Pesisir Pantai, Sungai dan Danau 48
Gambar 42. Arah Pengembangan Perumahan Pola Menyebar di
Area Pesisir Pantai, Sungai dan Danau 48
Gambar 43. Pola linierr pada Pemukiman Nelayan 49
Gambar 44. Perumahan Pola Memanjang di Area Pesisir Pantai 49
Gambar 45. Arah Pengembangan Perumahan Pola Menyebar
di Area Pesisir Pantai 50
Gambar 46. Perumahan Pola Memanjang di Area DAS 50
Gambar 47. Arah Pengembangan Perumahan Pola Menyebar di Area DAS 51
Gambar 48. TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Konvensional 55
Gambar 49. TPI Tanjung Adikarto dari Arah Depan 56
Gambar 50. Gambar TPI Modern dan Terpadu 56
Gambar 51. Pompa bensin apung yang diperuntukkan bagi nelayan 57
Gambar 52. Cool storage. Tempat penyimpanan dan pengawetan ikan 57
Gambar 53. Tambatan Perahu 68
Perumahan Pesisir 9
Gambar 54. Tempat parkir perahu di tepi sungai 59
Gambar 55. Tempat parkir perahu di pantai 59
Gambar 56. Tempat Pembuatan Kapal di Pantai 60
Gambar 57. Tempat Penjemuran Ikan Asin di area TPI 61
Gambar 58. Tempat jemuran ikan asin di halaman rumah 61
Gambar 59. Jalan utama perumahan dari material aspal 62
Gambar 60. Jalan utama perumahan nelayan dari material pengerasan 63
Gambar 61. Gang-gang dalam perumahan dengan material dari tanah 63
Gambar 62. Gang-gang dalam perumahan dengan material dari tanah 64
Gambar 63. Jalan yang juga berfungsi sebagai jembatan 64
Gambar 64. Jalan di lingkungan perumahan nelayan 65
Gambar 65. Grey water yang langsung jatuh ke bawah kolong rumah 68
Gambar 66. Grey water dari area service yang dialirkan ke saluran
riol perumahan 69
Gambar 67. Grey water yang mengalir menuju riol perumahan terdekat 69
Gambar 68. Jaringan drainase lingkungan perumahan nelayan yang menuju
ke pantai 70
Gambar 69. Drainase System Polder 72
Gambar 70. Pengembangan Teknologi Bangunan Air Pengendalian
Banjir Perkotaan 72
Gambar 71. Pengembangan Teknologi Bangunan Air Pengendalian
Banjir Perkotaan Belanda 73
Gambar 72. System Drainase Pengendali banjir di pantai Indah kapok 73
Gambar 73. Konsep Drainase Area Service Rumah Panggung 74
Gambar 74. Praktek Kebiasaan BAB di Daerah Spesifik 75
Gambar 75. WC Gantung dapat ditemukan di sekitar pantai,
tepi sungai atau danau 75
Gambar 76. WC Apung. 76
Gambar 77. MCK Bantuan Pemerintah 76
Gambar 78. Sanitasi Dengan Media Disinfektan dan Karbon 77
Gambar 79. Bak Septik Apung 78
Perumahan Pesisir 10
Gambar 80. Bak Septik Biofill System 78
Gambar 81. MCK Bio Gas 79
Gambar 82. Sistem Sanitasi Konvensional Kawasan Pasang Surut 80
Gambar 83. Sistem Jaringan Pembuangan Sampah 83
Gambar 84. Alat angutan sampah skala perumahan 83
Gambar 85. Jenis Truk Pengangkut Multi-loader, Arm-roll dan Roll-on 84
Gambar 86. Pengolahan Sampah Dengan Cara Kompos 84
Gambar 87. Jaringan air bersih dari PAM disalurkan melalui
pipa-pipa di bawah jembatan menuju ke rumah-rumah 86
Gambar 88. Sumber air bersih dari PAM yang ditampung pada
bak-bak penampungan (ember) 87
Gambar 89. Penampungan air bersih untuk kelompok masyarakat 87
Gambar 90. Sumber air bersih dari sumur dalam (deep well) 88
Gambar 91. Bangunan Pemecah Ombak Jenis Krip 90
Gambar 92. Bangunan Tanggul Pantai 90
Gambar 93. Bangunan Pemecah Ombak Jenis Revetment 91
Gambar 94. Bangunan Pemecah Ombak yang Putus-Putus 91
Gambar 95. Pemancingan dan rekreasi pantai 98
Gambar 96. Petualangan alam pantai dan pelabuhan rakyat 99
Gambar 97. Skema Factor Pemicu dan Dampak
Dari Kerusakan Lingkungan Alam Pesisir 101
Gambar 98. Peningkatan air pasang 102
Gambar 99. Masalah abrasi pantai 102
Gambar 100. Penimbunan sampah di area pantai 103
Gambar 101. Masalah sampah rumah tangga dan drainase lingkungan 103
Gambar 102. Masalah Banjir 104
Gambar 103. Penimbunan sedimen di muara sungai 104
Gambar 104. Perencanaan Penataan pola lansekap berdasar zonasi
105
Gambar 105. Daerah-daerah dibagi atas beberapa zona 106
Perumahan Pesisir 11
Gambar 106. Model Bukit Penyelamatan (Escape Hill) Alami. 106
Gambar 107. Ketinggian Bukit Penyelamatan (Escape Hill) Alami 107
Gambar 108. Morfologi Kawasan Minapolitan Pulau Baai Kota Bengkulu 107
Gambar 109. Mengatasi Bencana Tsunami pada Rumah
di Segmen Perairan 107
Gambar 110. Ruang Terbuka Hijau Lindung di Pantai 109
Gambar 111. Ruang Terbuka Hijau Lindung di Sungai 109
Gambar 112. Ruang terbuka binaan di bantaran sungai/kanal 110
Gambar 113. Ruang terbuka binaan di bantaran sungai/kanal
dalam Kawasan Perumahan 111
Gambar 114. Contoh Penanaman Vegetasi pada RTH Sempadan Pantai 113
Gambar 115. Contoh Penanaman Pada RTH Sumber Air Baku dan Mata Air 113
Gambar 116. Masyarakat nelayan di daerah Tolo Jeneponto
bergotong royong mendirikan panggung untuk lomba
membaca Alquran di bulan puasa 119
Gambar 117. Masyarakat nelayan bergoting royong mengangkut jala
dari perahu ke rumah 120
Gambar 118. Bergotong royong mendorong perahu dari sungai ke pantai 120
Gambar 119. Bergotong Royong Memindah Rumah di atas air 121
Gambar 120. Ibu-ibu keluarga nelayan di Aeng Batu bergotong royong 121
Gambar 121. Aktivitas Musyawarah Masyarakat di Perumahan Nelayan 122
Gambar 122. Aktivitas IbadahMasyarakat di Perumahan Nelayan 122
Gambar 123. Wanita nelayan menjadi buruh jemur ikan 123
Gambar 124. Wanita nelayan menjadi penjaja ikan 124
Gambar 125. Wanita nelayan menjadi buruh ikat rumput laut 124
Gambar 126. Wanita nelayan menjadi buruh pembuat atau
perbaikan jala/jarring 124
Gambar 127. Jenis Rumah Tinggal Daerah Spesifik 127
Gambar 128. Tampak Depan Rumah Nelayan 128
Gambar 129. Tampak Samping Rumah Nelayan 128
Perumahan Pesisir 12
Gambar 130. Bentuk struktur dan konstruksi rumah panggung yang
didirikan di daratan 129
Gambar 131. Rumah Terapung 130
Gambar 132. Rumah Apung Produktif 130
Gambar 133. Struktur dan detail tiang bawah dengan alas kaki tipe telapak 131
Gambar 134. Struktur dan Konstruksi Rumah Apung di Danau Tempe 132
Gambar 135. Landasan Rumah Apung dari material PlatForm 132
Gambar 136. Rumah Apung Struktur Rakit 133
Gambar 137. Struktur rumah panggung didirikan di atas beton-beton bulat 133
Gambar 138. Struktur rumah panggung didirikan di atas rangka beton. 134
Gambar 139. Rumah panggung yang didirikan di atas badan air 134
Gambar 140. Floting house yang terdapat di Sanfranscisco
(mission creek park) menggunakan mega float. 135
Gambar 141. Bentuk dan Jenis Komponen Struktur terapung
dengan Konstruksi Mega -Float 136
Gambar 142. Jenis-Jenis Sistem Penambatan Rumah Apung 138
Perumahan Pesisir 13
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam perkuliahan, mahasiswa arsitektur telah dibekali dengan berbagai macam ilmu
pengetahuan. Namun pada umumnya mahasiswa diharapkan dengan berbagai kesulitan dalam
mengkoordinasikan sarana ilmu pengetahuan tersebut ke dalam satu system yang sederhana.
Maka dari itu banyak mahasiswa yang tidak memiliki pedoman yang jelas tentang keberadaan
perumahan dan permukiman pesisir baik itu dari segi persyaratan, kondisi sosekbud, bentuk-
bentuk perumahan dan permukiman pesisir. Buku ajar ini adalah salah satu pengantar dalam
membantu para mahasiswa di Prodi Arsitektur yang memerlukan penjelasan dalam perumahan
dan permukiman pesisir .
Sistem pedoman dalam perumahan/permukiman pesisir memerlukan susunan ataupun
tata cara untuk mengetahui dan memahami tentang perumahan/permukiman pesisir secara
mendalam dari segi bentuk, persyaratan perumahan, sarana dan prasarana perumahan pesisir
serta kondisi sosekbud perrumahan/permukiman pesisir. Dengan pemahaman tentang
perumahan/permukiman pesisir dapat mempermudah bagi mahasiswa untuk mendalami
permasalahan/problem yang terjadi di perumahan dan permukiman pesisir.
Mata kuliah Perumahan Pesisir merupakan salah satu mata kuliah pilihan dari Labo
Perumahan dan Lingkungan Permukiman di Prodi Arsitektur Jurusan Arsitektur di Fakultas
Teknik Universitas Hasanuddin, sehingga untuk mempermudah mahasiswa maka dianggap perlu
adanya pemahaman matakuliah Permukiman Pesisir yang di upload di jaringan LMS Universitas
Hasanuddin dapat mempermudah mahasiswa dalam merencanakan penyusunan tugas akhir
khusunya yang masuk dalam program penyelesaian tugas akhir di kelas riset dan disain.
A. PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR
Profil Lulusan:
1. Secara umum keluaran program studi Arsitektur diharapkan menjadi tenaga-tenaga
profesional dibidang Arsitektur yang ahli dalam bidangnya masing-masing serta dapat
bersaing di tingkat lokal, nasional dan internasional.
Perumahan Pesisir 14
2. Secara khusus keluaran program studi Arsitektur mampu merencana dan merancang
bangunan sesuai dengan standar penggambaran.
3. Dalam mendesain bangunan juga diharapkan mampu dan memahami karakter dari mendesain
komponen-komponen, jenis dan bentuk, prinsip-prinsip, syarat-syarat, fungsi, struktur dan
konstruksi bangunan serta dapat menghitung dan menganalisis perhitungan mekanika
bangunan.
4. Lulusan Arsitektur juga dapat menjadi enterpreneur yang kreatif, dapat mengembangkan
usaha serta mampu bekerjasama dan berkoordinasi dengan tim yang ada di lapangan.
5. Lulusan Arsitektur diharapkan dapat menjadi leader dalam hal kepemimpinan, memiliki
inisiatif untuk menyelesaikan permasalahan di lokasi.
6. Lulusan Arsitektur diharapkan mampu berkomunikasi dengan benar secara nasional maupun
internasional.
B. FORMAT RENCANA PEMBELAJARAN
MATA KULIAH : Permukiman Pesisir
SKS : 3 (Tiga) SKS
SEMESTER : Empat / Genap
Deskripsi Singkat
Mata Kuliah : Merupakan salah satu mata kuliah pilihan dari Labo Perumahan
dan Lingkungan Permukiman yang membahas tentang teori-
teori, konsep-konsep, norma-norma, aturan dan permasalahn
yang ada di sekitar perumahan di kawasan pesisir, selain itu juga
dapat menerapkan hal-hal tersebut dalam membuat rumusan
konsep yang baru sesuai dengan kondisi social, budaya,
ekonomi, lingkungan alam sekitar serta aturan-aturan peruangan
yang berlaku.
KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN DICAPAI OLEH PESERTA DIDIK:
1. Memberikan kemampuan dalam menjelaskan factor-faktor fisik dan non fisik perihal
perumahan di kawasan pesisir, baik di perkotaan maupun perdesaan.
Perumahan Pesisir 15
2. Memberikan kemampuan menganalisa problem-problem yang terjadi pada perumahan di
kawasan pesisir perkotaan dan perdesaan.
3. Memberikan kemampuan untuk menemukan solusi atas permasalahn yang dihadapi pada
perumahan di kawasan pesisir perkotaan dan perdesaan.
4. Memberikan kemampuan dalam mengaplikasikan teori-teori dan konsep serta kaidah-
kaidah/norma-norma dalam membuat rumusan perumahan di kawasan pesisir perkotaan dan
perdesaan.
C. KOMPETENSI LULUSAN PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
Tabel 1. Matriks Hubungan Antara Rumusan Kompetensi Dengan Elemen Kompetensi
Sesuai SK Mendiknas No. 045/U/2002
KELOMPO
K
KOMPETE
NS
RUMUSAN KOMPETENSI
ELEMEN
KOMPETENSI
a b c d e
UTAMA
U
1
Mampu berolah daya pikir dan berolahrasa
secara kreatif, imajinatif, & inovatif yang
berbasis pelestarian lingkungan
U
2
Mampu mengidentifikasi, menganalisis, dan
menyintesis issu-issu & masalah-masalah
arsitektural, serta mengeksplorasi alternatif-
alternatif solusi dalam bentuk konsep-konsep
yang dapat dikembangkan lebih lanjut dalam
perancangan arsitektur dan pelaksanaan
konstruksi
U
3
Mampu menerapkan norma-norma ilmiah/sains,
teknologi, & estetika arsitektural dalam konteks
kehidupan sosial, ekonomi, & budaya
masyarakat
U
4
Menguasai ragam teori & pendekatan disain
arsitektural era klasik, modern, pasca-modern,
maupun mutakhir
U
5
Mampu menerapkan metode & proses
perancangan arsitektur, mencakup penelusuran
masalah, perumusan konsep, pembuatan pra-
rancangan skematik dwimatra/2D & trimatra/3D
U Menguasai metode dan manajemen proyek yang
Perumahan Pesisir 16
6 dapat diaplikasikan dalam pelaksanaan
konstruksi bangunan
PENUNJAN
G
P1 Menjunjung tinggi nilai agama, moral, etika &
tanggungjawab profesional
P2 Menguasai wawasan lingkungan kepulauan
beriklim tropis lembab
P3
Menguasai wawasan filosofis kearifan lokal
dalam perspektif global dan dalam konteks
kekinian
P4
Menguasai ketrampilan teknik komunikasi grafis
arsitektural menggunakan berbagai media
presentasi (freehand-style dan/atau
computerised-style) secara dwimatra/2D,
trimatra/3D, maupun animasi audiovisual
P5
Mampu menerapkan kebijakan tata ruang serta
berbagai peraturan bangunan dan lingkungan
dalam konteks perencanaan kota
L1
Mampu bekerja mandiri maupun kelompok
dalam koordinasi kemitraan secara multi-disiplin
LAINNYA
L2
Memiliki daya saing dan kepercayaan diri dalam
komunitas profesional lingkup nasional maupun
internasional
L3
Memiliki sikap responsif & partisipatif terhadap
dinamika perkembangan ilmu/sains, teknologi,
dan seni yang mutakhir
ELEMEN KOMPETENSI:
a. Landasan kepribadian b. Penguasaan ilmu dan keterampilan c. Kemampuan berkarya d. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan
keterampilan yang dikuasai
e. Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya
D. GARIS BESAR RENCANA PEMBELAJARAN (GBRP)
GARIS BESAR RENCANA PEMBELAJARAN (GBRP)
Nama / Kode Mata Kuliah : Permukiman Pesisir
Semester/ SKS : Semester IV (Genap)/ 3 SKS
Perumahan Pesisir 17
KOMPETENSI SASARAN:
Kompetensi Utama
1. Mampu berolah daya pikir dan berolah rasa secara kreatif, imajinatif dan inovatif yang
berbasis pelestarian lingkungan.
2. Menguasai beragam teori, konsep dan kaidah-kaidah/norma-norma dalam disain perumahan
di kawasan pesisir dan mampu menerapkan teori-teori, kaidah-kaidah atau norma-norma
ilmiah/sains, teknologi dan estetika arsitektural dalam konteks kehidupan sosial, ekonomi
dan budaya masyarakat.pesisir.
3. Mampu menerapkan metode dan proses dalam menemukan solusi masalah perumahan di
kawasan pesisr perdesaan dan perkotaan, mencakup penelusuran masalah hingga perumusan
Kompetensi Pendukung
1. Menguasai wawasan pengetahuan lingkungan pesisir.
2. Menguasai wawasan filosofi kearifan local dalam prespektif global dan dalam konteks
kekinian
3. Mampu menerapkan tata ruang serta berbagai peraturan bangunan perumahan dan
permukiman serta lingkungan dalam konteks perencanaan perumahan di kawasan pesisir.
4. Menguasai utilitas dan lingkungan di kawasan pesisir.
Kompetensi Lainnya
1. Mampu bekerja mandiri maupun kelompok dalam koordinasi kemitraan secara multi-
disiplin.
2. Memiliki nilai kompetitif dan rasa percaya diri pada kemampuan yang dimiliki dalam
komunitas professional dalam lingkup nasional dan internasional.
SASARAN BELAJAR:
1. Mahasiswa dapat berpikir kritis dalam menyikapi issu, fenomena, perkembangan dan
permasalahan yang berkaitan dengan perumahan di kawasan pesisir.
2. Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan, keahlian dan berperan serta dalam menyikapi
masalah-masalah terkait dengan perumahan di kawasan pesisir.
3. Mahasiswa mampu merumuskan suatu konsep dan mampu mengaplikasinya dalam bentuk
fisik.
Perumahan Pesisir 18
Tabel 2. GARIS BESAR RENCANA PEMBELAJARAN (GBRP)
Mingg
u
Sasaran
Pembelajaran
(Kompetensi)
Materi
Pembelajaran
Strategi
Pembelajara
n
Kriteria Penilaian
(Indikator)
Bobo
t
Nilai
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1
Mampu
mengemukakan
materi dan
dapat
membentuk tim
kerja dalam
perkuliahan
Kontrak perkuliahan
Menjelaskan hak-hak dan
kewajiban
mahasiswa .
Menjelaskan secara umum
dan ringkas
tentang materi
perumahan
pesisir
Ceramah
interaktif
Kesesuaian pustaka (critical
review/kognitif)
Kontribusi keaktifan dlm
diskusi kelas
(softskills/physiko
motorik)
Kedisiplinan (apektif)
5
2 - 5
Mampu
mengetahui &
memahami
teori-teori ,
konsep-konsep
serta standar-
standar tentang
perumahan di
wilayah pesisir
Teori-teori, konsep-
konsep dan
standar-
standar
- Definisi perumahan
di wilayah
pesisir.
- Bentuk-bentuk
perumahan
di wilayah
pesisir
perdesaan
&
perkotaan
- Perumahan pesisir di
wilayah
sungai, laut
& danau
Ceramah interaktif
Kajian pustaka
Pemahaman materi (critical
thinking/kognitif)
Kesesuaian pustaka (critical
review/kognitif)
Ketelitian dan kebenaran
perhitungan stndar
permukiman
Kedisiplinan (apektif)
10
Perumahan Pesisir 19
- Sarana & prasarana
penunjang
perumahan
pesisir
- Persyaratan teknis
bangunan di
wilayah
pesisir
6 8
Mampu
mengetahui &
memahami
teori-teori,
konsep-konsep
serta standar-
standar tentang
lingkungan
alam pesisir dan
kondisi
sosekbud
masyarakat
pesisir
Kajian lingkungan
alam pesisir
Kajian social budaya dan
ekonomi
masyarakat di
perumahan
pesisir
perdesaan dan
perkotaan.
Ceramah interaktif
Kajian pustaka
Pemahaman materi (critical
thinking/kognitif)
Kesesuaian pustaka (critical
review/kognitif)
Kedisiplinan mhs (apektif)
10
9
Mampu
mengetahui &
memahami
teori-teori,
konsep-konsep
serta standar-
standar tentang
struktur &
utilitas
perumahan di
wilayah pesisir
perkotaan dan
perdesaan
Sistem struktur
dan utilitas
perumahan
pesisir
Ceramah interaktif
Kajian pustaka
Pemahaman materi (critical
thinking/kognitif)
Kesesuaian pustaka (critical
review/kognitif)
Kedisiplinan mhs (apektif)
10
10
Mampu
memahami &
meyimak
Kegiatan lapangan
dengan
melihat,
mencatat,
Survey kelompok
Diskusi
Pemahaman materi (critical
thinking/kognitif)
Estetika (kebenaran, kelengkapan,laporan)
10
Perumahan Pesisir 20
11
permasalahn
perumahan
berlantai
banyak.
mengerti &
memahami
permasalahn
di perumahan
pesisir
Pembuatan laporan
eksisting
condition
lapangan
(perumahan
pesisir)
kelompok
(small
group)
Self Directed
Learning
Kontribusi keaktifan dlm diskusi
kelompok
(softskills/physikom
otorik)
Kedisiplinan mhs (apektif)
12
Mampu
mempresentasik
an
permasalahan-
permasalahn
yang ada di
permukiman
pesisir
Presentasi
kondisi
lapangan dan
permasalahan
perumahan
pesisir
Presentasi & diskusi
kelompok(
small
group)
Self Directed
Learning
Pemahaman materi (critical
thinking/kognitif)
Estetika (kebenaran, kelengkapan laporan)
Kontribusi keaktifan dlm diskusi
kelompok
(softskills/physikom
otorik)
Kedisiplinan mhs (apektif)
10
13 - 14
Mampu
menganalisis
problem solving
perumahan di
kawasan pesisir
Pembuatan
kelanjutan
laporan tentang
penyelesaian
problem dengan
berpedoman
pada teori-teori,
konsep-konsep
dan standar
yang ada
Diskusi kelompok(
small
group)
Self Directed
Learning
Pemahaman materi (critical
thinking/kognitif)
Estetika (kebenaran, kelengkapan, laporan)
Kontribusi keaktifan dlm diskusi
kelompok
(softskills/physikom
otorik)
Kedisiplinan mhs (apektif)
10
15
Pemahaman materi (critical
10
Perumahan Pesisir 21
Mampu
mempresentasik
an solusi
permasalahan-
permasalahn
yang ada di
perumahan
pesisir di
perkotaan dan
perdesaan
Presentasi hasil
problem solving
terhadap
permasalahn
perumahan
pesisir
Presentasi & diskusi
kelompok(
small
group)
Self Directed
Learning
thinking/kognitif)
Estetika (kebenaran, kelengkapan,laporan)
Kontribusi keaktifan dlm diskusi
kelompok
(softskills/physikom
otorik)
Kedisiplinan mhs (apektif)
16
Final Test
Mendiskipsikan
secara ringkas
problem di
perumahan
pesisir dan
solusi
permasalahanny
a
Self Directed
Learning
Kedisiplinan mhs (apektif)
25
E. BENTUK TUGAS
Mata Kuliah : Permukiman Pesisir / 236 D51 03
SKS : 3 (tiga) sks
Semester : 4 (Empat)/Genap
1. Tujuan Tugas : Mampu menjelaskan, memahami, teori-teori, konsep-konsep dan
menganalisa serta memberikan solusi terhadap perumahan di
wilayah pesisir perdesaan dan perkotaan
2. Uraian Tugas :
a. Obyek garapan : Sistem perumahan dan permukiman di wilayah pesisir sungai, laut
dan danau.
b. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasannya;
- memahami pengertian perumahan pesisir sungai, laut dan danau
Perumahan Pesisir 22
- memahami bentuk-bentuk perumahan pesisir perdesaan dan perkotaan
- mengetahui kebutuhan sarana dan prasarana penunjang perumahan pesisir
- mengetahui teknis bangunan di wilayah pesisir
- mampu mengkaji system sosekbud di perumahan pesisir perdesaan dan perkotaan.
- mengkaji sistem struktur dan utilitas perumahan pesisir.
c. Metodologi/cara pengerjaan, acuan yang digunakan;
- mengkaji permasalahan di perumahan pesisir perdesaan dan perkotaan.
- membuat laporan eksisting condition di perumahan pesisir
- mempresentasikan hasil survey di perumahan pesisir
d. Kriteria luaran tugas yang dihasilkan/dikerjakan
- mampu memahami definisi perumahan pesisir
- mampu memahami bentuk-bentuk perumahan pesisir perdesaan dan perkotaan.
- mampu mengetahui sarana dan prasarana penunjang perumahan pesisir
- mengetahui persyaratan teknis bangunan di wilayah pesisir
- mampu mengkaji sosekbud masyarakat di perumahan pesisir
- mampu menerapkan system struktur dan utilitas perumahan pesisir.
3. KRITERIA PENILAIAN ;
Pemahaman materi (critical thinking/kognitif)
Estetika (kebenaran, kelengkapan, laporan)
Kontribusi keaktifan dlm diskusi kelompok (softskills/physikomotorik)
Kedisiplinan mahasiswa (apektif)
Perumahan Pesisir 23
F. ORGANISASI MATERI
Gambar 1. Skema Organisasi Materi Permukiman Pesisir
Permukiman
Kota Desa Wilayah Pesisir
Bentuk
Perumahan
Sungai Laut Danau
Infrastruktur :
Sarana
Prasarana
Bangunan :
Struktur
Utilitas
Sosekbud :
Lingkungan
Sosial Budaya
Ekonomi
Standar Perumahan/Permukiman Pesisir di
Perkotaan & Perdesaan
Perumahan Pesisir 24
BAB II
PEMBELAJARAN
A. KOTRAK PEBELAJARAN
Nama Mata Kuliah : Perumahan Pesisir
Kode MK : 236 D51 03
Pembelajar : Nurmaida Amri, ST., MT & Dr. Ir. Idawarni, MT
Semester : IV (Empat)/Genap
B. MANFAAT MATA KULIAH
Pembelajaran Perumahan Pesisir merupakan salah satu mata kuliah pilihan pada Prodi
Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, dimana mahasiswa dapat
mengambil mata kuliah ini pada semester 4 (empat)/genap. Mata kuliah Perumahan Pesisir
memiliki materi tentang bentuk-bentuk perumaha pesisir, kawasan Pesisir, pola dan tata letak
lingkungan perumahan pesisir, infrastruktur penunjang perumahan peisisr, dan social budaya
masyarakat peisisr. Mata kuliah Perumahan Pesisir ini dimaksudkan untuk memperoleh
pemahaman yang komprehensif tentang sistimatis kawasan pesisir dan pola lingkungan
perumahan pesisir serta kajian social budaya perumahan pesisir. Di samping itu mata kuliah ini
akan menjadi salah satu pedoman dalam mata kuliah selanjutnya yang ada di Labo Perumahan
dan Lingkungan Permukiman.
Perumahan Pesisir 25
C. DESKRIPSI MATAKULIAH
Merupakan salah satu mata kuliah pilihan dari Labo Perumahan dan Lingkungan
Permukiman yang membahas tentang teori-teori, konsep-konsep, norma-norma, aturan dan
permasalahn yang ada di sekitar perumahan di kawasan pesisir, selain itu juga dapat menerapkan
hal-hal tersebut dalam membuat rumusan konsep yang baru sesuai dengan kondisi social,
budaya, ekonomi, lingkungan alam sekitar serta aturan-aturan peruangan yang berlaku.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan dari pembelajaran Perumahan Pesisir, adalah :
1. Diharapkan mahasiswa mampu memahami definisi perumahan pesisir.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan karakteristik wilayah pesisir .
3. Mahasiswa mampu mengetahui bentuk-bentuk perumahan pesisir.
4. Mahasiswa mampu mengetahui system infrastruktur wilayah perumahan pesisir.
5. Mahasiswa mengenal dan mengetahui social budaya masyarakat pesisir.
6. Mahasiswa mampu menetapkan bentuk system struktur prumahan pesisir.
E. MATERI MATAKULIAH PERUMAHAN PESISIR
1. Teori-teori, konsep-konsep dan standar-standar perumahan pesisir.
2. Definisi perumahan di wilayah pesisir dan bentuk-bentuk perumahan di wilayah pesisir
perdesaan dan perkotaan
3. Perumahan peisir di wilayah pesisir sungai, laut dan danau
4. Sarana dan prasarana perumahan pesisir
5. Persyaratan teknis bangunan di wilayah pesisir
Perumahan Pesisir 26
6. Kajian lingkungan alam pesisir
7. Kajian social budaya dan ekonomi masyarakat di perumahan pesisir perdesaan dan perkotaan
Perumahan Pesisir 27
MATERI 1
TEORI-TEORI,KONSEP-KONSEP & STANDAR
A. Teori Permukiman
Permukiman sebagai produk tata ruang mengandung arti tidak sekedar fisik saja tetapi
juga menyangkut hal-hal kehidupan. Permukiman pada dasarnya merupakan suatu bagian
wilayah tempat dimana penduduk/pemukim tinggal, berkiprah dalam kegiatan kerja dan kegiatan
usaha, berhubungan dengan sesama pemukim sebagai suatu masyarakat serta memenuhi
berbagai kegiatan kehidupan.
Menurut Doxiadis (1974), permukiman merupakan totalitas lingkungan yang terbentuk
oleh 5 (lima) unsur utama yaitu :
1. Alam (nature), lingkungan biotik maupun abiotik. Permukiman akan sangat ditentukan oleh
adanya alam baik sebagai lingkungan hidup maupun sebagai sumber daya seperti unsur fisik
dasar.
2. Manusia (antropos), Permukiman dipengaruhi oleh dinamika dan kinerja manusia.
3. Masyarakat (society), hakekatnya dibentuk karena adanya manusia sebagai kelompok
masyarakat. Aspek-aspek dalam masyarakat yang mempengaruhi permukiman antara lain :
kepadatan dan komposisi penduduk, stratifikasi sosial, struktur budaya, perkembangan
ekonomi, tingkat pendidikan, kesejahteraan, kesehatan dan hukum.
4. Ruang kehidupan (shell), ruang kehidupan menyangkut berbagai unsur dimana manusia baik
sebagai individu maupun sebagai kelompok masyarakat melaksanakan kiprah kehidupannya.
5. Jaringan (network), yang menunjang kehidupan (jaringan jalan, jaringan air bersih, jaringan
drainase, telekomunikasi, listrik dan sebagainya).
Menurut KuswartojoTjuk dan Suparti AS (1997), konsep permukiman adalah bagian dari
lingkungan hidup diluar kawasan lindung, dapat merupakan kawasan perkotaan dan perdesaan,
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
Perumahan Pesisir 28
perikehidupan dan penghidupan.Sedangkan perumahan adalah kelompok rumah, yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian plus prasarana dan sarana lingkungan.
Sarana lingkungan permukiman adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya (UU No.1 Tahun
2011 tentang Perumahan dan permukiman), sedangkan prasarana meliputi jaringan transportasi
seperti jalan raya, jalan kereta api, sungai yang dimanfaatkan sebagai sarana angkutan, dan
jaringan utilitas seperti : air bersih, air kotor, pengaturan air hujan, jaringan telepon, jaringan
gas, jaringan listrik dan sistem pengelolaan sampah.
B. Simpulan
Permukiman pada dasarnya merupakan suatu bagian wilayah tempat dimana
penduduk/pemukim tinggal, berkiprah dalam kegiatan kerja dan kegiatan usaha, berhubungan
dengan sesama pemukim sebagai suatu masyarakat serta memenuhi berbagai kegiatan
kehidupan. Secara totalitas permukiman ada 5 (lima) unsure yang sangat berpengaruh dalam
permukiman yaitu: alam, manusia, masyarakat, ruang kehidupan dan jaringan bersosialisasi.
Dalam bermukim juga diperhatikan system sarana lingkungan yang sangat berpengaruh dalam
kehidupan bermasyarakat.
Perumahan Pesisir 29
MATERI 2
DEFINISI PERUMAHAN PESISIR
A. Definisi Perumahan di Wilayah Pesisir
Pengertian dasar permukiman dalam Undang-Undang No.1 tahun 2011 adalah bagian dari
lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuanperumahan yang mempunyai prasarana,
sarana, utilitas umum, serta mempunyaipenunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan atau
kawasan perdesaan. Permukiman merupakan satuan ruang yang dibentuk oleh 5 elemen: nature,
shells, network, dan melibatkan adanya jalinan ekonomi, sosial, politik dan budaya yang terkait
dengan perikehidupan dan penghidupan (man and society) di dalamnya.
Menurut Koestoer (1995) batasan permukiman adalah terkait erat dengan
konseplingkungan hidup dan penataan ruang.Permukiman adalah area tanah yangdigunakan
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempatkegiatan yang mendukung
peri kehidupan dan merupakan bagian dari lingkunganhidup di luar kawasaan lindung baik yang
berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan.Parwata (2004) menyatakan bahwa permukiman
adalah suatu tempatbermukim manusia yang telah disiapkan secara matang dan menunjukkan
suatutujuan yang jelas, sehingga memberikan kenyamanan kepada penghuninya.
Gambar 2.Illustrasi Permukiman (sumber Google.com)
Perumahan Pesisir 30
Permukiman, dan secara khusus disebut sebagai bangunan rumah (Hudson, 1974;
Hammond, 1979 dalam Ritohardoyo, 2000: 1). Dua aspek penting dari pernyataan tersebut
mempunyai makna: (1) permukiman mempunyai kedudukan penting dalam memenuhi salah
satu kebutuhan dasar manusia, disamping kebutuhan pangan, pakaian/sandang, dan kebutuhan
dasar lainnya; serta (2) dalam pemenuhan kebutuhan permukiman
Secara tersirat mengandung banyak permasalahan yang terkait dengan keragaman wilayah
maupun keragaman dinamika penghuninya.Permukiman adalah perumahan dengan segala isi dan
kegiatan yang ada didalamnya.Perumahan merupakan wadah fisik, sedang permukiman
merupakan paduan antara wadah dengan isinya, yaitu manusia yang hidup bermasyarakat dengan
unsur budaya dan lingkungannya.
Perumahan merupakan kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan infrastruktur dan sarana lingkungan.
Perumahan merupakan satuan ruang yang dibentuk oleh 3 elemen: lingkungan hidup/ alam
(nature), kelompok rumah (shells), dan prasarana, sarana dan utilitas lingkungan (network).
Gambar 3.Illustrasi perumahan (sumber : google.com)
Perumahan Pesisir 31
Dalam Pedoman RP4D, istilah Perumahan dan Permukiman dipergunakan dalam satu kesatuan
pengertian yang tidak terpisahkan.
1. Kawasan Pesisir
Penjelasan umum mengenai kawasan pesisir yang meliputi definisi dan karakteristik
wilayah merupakan hal yang sangat penting, hal ini bertujuan agar pemahaman mengenai
wilayah pesisir dapat dimengerti dan merupakan awal pemahaman dari studi ini. Pengertian
tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi suatu pembicaraan, terutama penjelasan tentang
ruang lingkup wilayah pesisir yang secara batasan wilayah masih belum jelas.Berikut ini adalah
definisi dari beberapa sumber mengenai wilayah pesisir.
Kay dan Alder (1999) The band of dry land adjancent ocean space (water dan
submerged land) in wich terrestrial processes and land uses directly affect oceanic processes
and uses, and vice versa. Diartikan bahwa wilayah pesisir adalah wilayah yang merupakan
tanda atau batasan wilayah daratan dan wilayah perairan yang mana proses kegiatan atau
aktivitas bumi dan penggunaan lahan masih mempengaruhi proses dan fungsi kelautan.
Pengertian wilayah pesisir menurut kesepakatan terakhir internasional adalah merupakan
wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup daerah yang masih terkena
pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi daerah paparan benua
(continental shelf) (Dahuri, dkk, 2001).
Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan
dan laut ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering, maupun terendam air,
yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air
asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh
proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang
disebabkan karena kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa wilayah pesisir
merupakan wilayah yang unik karena merupakan tempat percampuran antara daratan dan lautan,
hal ini berpengaruh terhadap kondisi fisik dimana pada umumnya daerah yang berada di sekitar
laut memiliki kontur yang relatif datar.
Perumahan Pesisir 32
Adanya kondisi seperti ini sangat mendukung bagi wilayah pesisir dijadikan daerah yang
potensial dalam pengembangan wilayah keseluruhan.Hal ini menunjukan garis batas nyata
wilayah pesisir tidak ada.Batas wilayah pesisir hanyalah garis khayalan yang letaknya ditentukan
oleh kondisi dan situasi setempat.Di daerah pesisir yang landai dengan sungai besar, garis batas
ini dapat berada jauh dari garis pantai.
Sebaliknya di tempat yang berpantai curam dan langsung berbatasan dengan laut dalam,
wilayah pesisirnya akan sempit. Menurut UU No. 27 Tahun 2007 Tentang batasan wilayah
pesisir, kearah daratan mencakup wilayah administrasi daratan dan kearah perairan laut sejauh
12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau kearah perairan
kepulauan.
Ekosistem wilayah pesisir dan lautan dipandang dari dimensi ekologis memiliki 4
fungsi/peran pokok bagi kehidupan umat manusia yaitu (1) sebagai penyedia sumberdaya alam
sebagaimana dinyatakan diatas, (2) penerima limbah,(3) penyedia jasa-jasa pendukung
kehidupan manusia (life support services),(4) penyedia jasa-jasa kenyamanan (amenity services)
(Bengen, 2001).
Karateristik pantai secara geomorfologi menurut Hantoro (2004) adalah Pantai curam
singkapan batuan, pantai landai atau dataran, pantai dataran endapan lumpur, pantai dengan bukit
atau paparan pasir, pantai lurus dan panjang dari pesisir datar, pantai dataran tebing karang,
pantai erosi, Pantai akresi. Karakteristik Ekosistem di perairan laut dangkal pada umumnya
seperti terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove pada dasarnya dilindungi seperti
pada tertera di dalam UU No.32/2009 dan UU No. 5/1990.
2. Karekteristik Masyarakat Nelayan Terkait dengan Hunian
M. Ridwan Alimuddin (2005). Karakter budaya masyarakat bahari adalah bahwa laut
menjadi orientasi utama bagi kelompok masyarakat bahari. Mereka memiliki berbagai budaya
yang berorientasi ke laut, Budiharjo (2006) bahwa nilai sosial yang berlaku dikalangan
masyarakat berpenghasilan rendah adalah keakraban yang besar diantara mereka, sehingga
kedekatan fisik bangunan meninggalkan kesan perasaan bersatu dan jarak bangunan yang terlalu
Perumahan Pesisir 33
dekat menimbulkan kesan yang ramai. Selain itu masih adanya atau tingginya semangat gotong
royong diantara mereka, sistem kekeluarga besar (big family) dan extended family tidak dapat
dihindarinya, akibatnya penghuni berjejal jejal dalam satu rumah serta ikatan kekeluragaan yang
erat membentuk pola tersendiri dalam cara bermukim.Koentjaraningrat (1983) bahwa dalam
struktur keluarga berpengaruh terhadap posisi/kedudukan rumah tinggal dalam satu lingkungan
serta dapat menciptakan suatu ruang bersama untuk kepentingan keluarga.
Karakteristik Permukiman Nelayan Menurut Suprijanto (2000 16),karakteristik ekonomi,
sosiat dan budaya dari kota tepi pantai, tempatberkembangnya permukiman nelayan adalah
Memiliki keunggutan lokasi yangdapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, penduduk
mempunyai kegiatansosial-ekonomi yang berorientasi ke air dan darat, rata-rata penduduk
golonganekonomi lemah, dengan latar belakang pendidikan relatif terbatas Pengetahuanakan
lingkungan sehat cenderung masih kurang, terjadi kebiasaan tidak sadarlingkungan serta
cenderung kurang memperhatikan bahaya dan resiko, terdapatpeninggalan sejarah/budaya seperti
museum bahari, dsb, terdapat masyarakat yangsecara tradisi terbiasa hidup (bahkan tidak dapat
dipisahkan) di atas air, sepertimasyarakat Bajo. Terdapat pula budaya/tradisi pemanfaatan
perairan sebagaisarana transportasi utama, merupakan kawasan terbuka (akses langsung),
sehinggarawan terhadap keamanan, seperti penyelundupan, penyusupan (masalahpertahanan dan
keamanan) dsb. Sedangkan karakteristik perumahan danpermukiman di daerah tepi pantai
(permukiman nelayan) adalah sebagai berikut:Kawasan permukiman di atas air cenderung rapat
(kepadatan bangunan tinggi danjarak antar bangunan rapat) dan kumuh (tidak teratur, kotor, dll).
Dominasikawasan perumahan permukiman nelayan, yang umumnya kumuh dan belumtertata.
Daerah atas air pada umumnya cenderung memiliki pola cluster, yangtidak teratur dan organik.
Pada daerah-daerah yang telah ditata umumnyamenggunakan pola grid atau linear sejajar garis
badan perairan.Orientasibangunan semula umumnya menghadap perairan sesuai orientasi
kegiatanberbasis perairan.Perkembangan selanjutnya orientasi kegiatan ke darat
semakinmeningkat (bahkan lebih dominan), maka orientasi bangunan cenderungmenghadap ke
arah darat dan lebih mempertimbangkan aspek fungsional danaksesibilitas. Secara arsitektural,
bangunan pada permukiman di kota pantaidibedakan atas: Bangunan di atas tanah, bangunan
panggung di darat, bangunan panggung di atas air, bangunan rakit di atas air (pernah ada dan saat
ini sudahjarang dijumpai), arsitektural bangunan dibuat menurut kaidah tradisional
maupunmodern sesuai dengan latar belakang budaya dan suku/etnis masing-masing.
Perumahan Pesisir 34
Tipologi bangunan menggunakan struktur dan konstruksi sederhana, tradisionaldan
konvensional, yang kurang memperhitungkan pengaruh angin, tsunami,gempa, dll.Pada
perkembangannya kampung-kampung nelayan berkembang semakin padat dan tidak tertib
karena pertumbuhan penduduk alami dan urbanisasi. Kriteria fisik lingkungan kawasan
permukiman nelayan sebagai berikut: (Depertemen Pekerjaan Umum)
a. Tidak berada pada daerah rawan bencana
b. Tidak berada pada wilayah sempadan pantai dan sungai
c. Kelerengan : 0 25 %
d. Orientasi horizontal garis pantai : > 600
e. Kemiringan dasar pantai : terjal sedang
f. Kemiringan dataran pantai : bergelombang berbukit
g. Tekstur dasar perairan pantai : kerikil pasir
h. Kekuatan tanah daratan pantai : tinggi
i. Tinggi ombak signifikan : kecil
j. Fluktuasi pasang surut dan arus laut : kecil
k. Tidak berada pada kawasan lindung
l. Tidak terletak pada kawasan budidaya penyangga, seperti kawasan mangrove.
Kawasan perumahan nelayan ini dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang memadai
untuk kelangsungan hidup dan penghidupan para keluarga nelayan.Kawasan permukiman
nelayan merupakan merupakan bagian dari sistem permukiman perkotaan atau perdesaan yang
mempunyai akses terhadap kegiatan perkotaan/perdesaan lainnya yang dihubungkan dengan
jaringan transportasi.
Pendapat lain disampaikan oleh Departemen Pekerjaan Umum Bidang Cipta karya
tentang karakteristik permukiman nelayan adalah :
1. Merupakan Permukiman yang terdiri atas satuan-satuan perumahan yang memiliki
berbagai sarana dan prasarana yang mendukung kehidupan dan penghidupan
penghuninya.
2. Berdekatan atau berbatasan langsung dengan perairan, dan memiliki akses yang
tinggi terhadap kawasan perairan.
Perumahan Pesisir 35
3. 60% dari jumlah penduduk merupakan nelayan, dan pekerjaan lainnya yang terkait
dengan pengolahan dan penjualan ikan.
4. Memiliki berbagai sarana yang mendukung kehidupan dan penghidupan
penduduknya sebagai nelayan, khususnya dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan
eksplorasi ikan dan pengolahan ikan.
Kawasan permukiman nelayan tersusun atas satuan-satuan lingkungan perumahan yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan yang sesuai dengan besaran satuan
lingkungan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.Kawasan perumahan nelayan haruslah
mempunyai ataupun memenuhi prinsip-prinsip layak huni yaitu memenuhi persyaratan teknis,
persyaratan administrasi, maupun persyaratan lingkungan.Dari berbagai parameter tentang
permukiman dan karakteristik nelayan dapat dirumuskan bahwa permukiman nelayan merupakan
suatu lingkungan masyarakat dengan sarana dan prasarana yang mendukung, dimana masyarakat
tersebut mempunyai keterikatan dengan sumber mata pencaharian mereka sebagai nelayan.
B. Bentuk Permukiman di Indonesia
Wilayah Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau yang besar kecilnya bervariasi.Di antara
pulau-pulau tersebut ada yang berpenghuni dan ada yang tidak berpenghuni.Pada pulau-pulau
yang berpenghuni penduduknya tersebar tidak merata. Sebagian besar penduduk Indonesia
tinggal di Pulau Jawa (64%), sedangkan sisanya terdapat di pulau-pulau lain. Padahal Pulau Jawa
hanya merupakan sebagian kecil (6,6%) dari seluruh luas wilayah daratan Indonesia. Secara
geografis, terkonsentrasinya penduduk Indonesia di Pulau Jawa disebabkan suburnya tanah di
Pulau Jawa karena di Pulau Jawa terdapat banyak gunung api.
- Abu vulkanik yang berasal dari gunung api dapat menyuburkan tanah sehingga sangat
cocok untuk lahan pertanian. Secara historis Pulau Jawa sering menjadi pusat
pemerintahan kerajaan-kerajaan di Indonesia yang menimbulkan daya tarik penduduk
untuk bertempat tinggal. Secara ekonomis, Pulau Jawa merupakan pusat perdagangan dan
industri dengan segala fasilitas yang menarik. Pada bidang pendidikan, terdapat sekolah
dan lembaga pendidikan yang memiliki sarana dan prasarana lebih lengkap. Berbagai
faktor tersebut menyebabkan pemusatan penduduk di Pulau Jawa.
Perumahan Pesisir 36
- Dalam mencari dan memilih tempat tinggal manusia pasti akan memilih lokasi dan
kondisi lingkungan yang baik dan dianggapnya sesuai. Permukiman penduduk sangat
tergantung pada keadaan alamnya sehingga persebarannya di permukaan bumi berbeda-
beda.
Dilihat dari bentuknya, pola atau peta persebaran permukiman menurut Bintarto dapat
dibedakan sebagai berikut.
a. Bentuk Pemukiman Mengelilingi Fasilitas Tertentu
Bentuk pemukiman ini berada di dataran, mengolah dan memiliki fasilitas umum berupa mata
air, waduk, danau, dan lain-lain.
Gambar 4. Pemukiman Mengelilingi Fasilitas Tertentu
b. Bentuk Permukiman Memanjang Mengikuti Alur Sungai
Bentuk permukiman ini umumnya terdapat di daerah/plain yang susunan desanya mengikuti
jalur-jalur arah sungai
c. Bentuk Permukiman Memanjang Mengikuti Jalur Jalan Raya
Penyebaran permukimannya di kanan kiri jalur jalan raya.Pada masa kini manusia lebih senang
memilih pola mengikuti jalan raya.
Perumahan Pesisir 37
Gambar 5.Permukiman Memanjang Mengikuti Jalur Jalan Raya
d. Bentuk Permukiman Memanjang Mengikuti Garis Pantai
- Permukiman ini umumnya berada di pesisir laut. Penduduk di daerah ini sebagian besar
bermata pencaharian di sektor perikanan.
- Gambar 6.Permukiman Memanjang Mengikuti Garis Pantai
e. Bentuk Permukiman Terpusat
Bentuk permukiman yang memusat umumnya terdapat di desa, yaitu pada wilayah
pegunungan dan dihuni oleh penduduk yang berasal dari satu keturunan yang sama. Biasanya
Perumahan Pesisir 38
semua warga masyarakat di daerah itu adalah keluarga atau kerabat.Dusun-dusun yang
terdapat di desa yang bentuknya terpusat biasanya sedikit, yaitu sekitar 40 rumah.
Gambar 7.Permukiman Terpusat
(sumber :geografi kelas xi pola permukiman penduduk versi materi oleh dibyo s dan
ruswanto. Google.com)
B. Bentuk-Bentuk Perumahan di Wilayah Pesisir Pedesaan dan Perkotaan di Indonesia
Bentuk perumahan di kawasan pesisir pedesaan dan perkotaan terdapat perbedaan. Di
kawasan pesisir pedesaan, perumahan umumnya bersifat sporadic, dibentuk oleh masyarakat
(housing by people) dan sifatnya freedom to build. Bentuk rumah yang ada bervariasi. Yang
berada di area sekitar pantai (dalam kawasan sempadan pantai) adalah berbentuk panggung
dengan material dari kayu dan bamboo, sedang yang berada di diluar kawasan sempadan pantai
yang diantarai oleh jalan lingkungan adalah berbentuk campuran (rumah panggung dan rumah
batu/permanen). Berikut gambar-gambar perumahan di kawasan pesisir pedesaan
Gambar 8. Bentuk Perumahan di Wilayah Pesisir Pedesaan ( desa Nelayan Jeneponto)
Perumahan Pesisir 39
Di setiap daerah terdapat perbedaan, beberapa daerah di pulau sumatera, jawa, bali, dan
nusa tenggara umumnya rumah-rumah di pesisir pedesaan berbentuk rumah non panggung, ada
yang menggunakan struktur yang permanen, non permanen atau darurat, dan campuran antara
kedua bentuk struktur tersebut.
Gambar 9. Rumah semi permament, pada bagian bawah menggunakan konstruksi batu bata dan
bagian atas dengan material kayu.
Gambar 10. Rumah dengan konstruksi permanen, namun menggunakan
bentuk rumah panggung
Perumahan Pesisir 40
Gambar 11.Rumah berbentuk non panggung dengan konstruksi permanen
(Bentuk Rumah-Rumah di Wilayah Pesisir Pedesaan)
Sementara itu, permukiman di wilayah pesisir perkotaan telah mengalami perubahan
bentuk. Rumah-rumah yang ada saat ini, ada yang dibangun oleh masyarakat secara mandiri ada
pula yang dibangun oleh pemerintah dalam jumlah yang banyak (mass housing).
Rumah-rumah yang dibangun oleh masyarakat di kawasan pesisir perkotaan
konstruksinya ada yang massif (rumah batu) adapula yang darurat (rumah panggung). Bagi
masyarakat yang membangun dengan konstruksi massif umumnya dibangun diatas lahan milik
pribadi dan memiliki fungsi ganda, selain sebagai hunian juga sebagai toko.Sedang yang masih
berbentuk rumah darurat umumnya dibangun diatas lahan-lahan yang bukan untuk peruntukan
hunian seperti sempadan pantai, sempadan sungai, dan sempadan danau.
Sedang rumah-rumah yang dibangun oleh pemerintah di kawasan pesisir ada yang berupa
resettlement yang berbentuk rumah susun (rasuna/perumahan verrtical) dan adapula yang
berbentuk panggung (perumahan horizontal).Rumah-rumah bagi kalangan ekonomi rendah yang
dibangun oleh pemerintah umumnya adalah pemindahan atau resettlement. Lain halnya dengan
rumah yang dibangun oleh pengemban (REI) di kawasan pesisir adalah merupakan rumah-rumah
Perumahan Pesisir 41
kelas menengah ke atas baik yang sifatnya horizontal maupun vertical (apartemen dan
kondominium). Pengadaan atau pembangunan rumah tersebut bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat kelas menengah ke atas terhadap perumahan yang berkualitas dari segi
view, penghawaan, pencahayaan, aksesibility.Berikut ini gambaran rumah-rumah yang
dibangun di wilayah pesisir perkotaan.
Gambar 12. Bentuk Perumahan Resettlement Untia di Kota Makassar
Kedua gambar di atas adalah perumahan resettlement bagi kalangan nelayan di kota Makassar.
Pola perumahan teratur dengan rumah yang berbentuk panggung. Berikut ini rumah bentuk
perumahan nelayan yang juga di buat oleh pemerintah namun dibuat dalam bentuk yang
bersusun.
Perumahan Pesisir 42
Gambar 13. Perumahan Susun Kalangan Nelayan di Kota Makassar (sumber: google.com)
Berikut gambar yang memperlihatkan perumahan yang dibuat oleh pihak swasta bagi kalngan
masyarakat menengah di kota Semarang yang letaknya berbatasan langsung dengan laut.
Gambar 14. Pola Perumahan Kawasan Pantai Marina Kota Semarang
(sumber: google.com)
Perumahan Pesisir 43
Perumahan ini diperuntukkan bagi kalangan menengah ke atas, menggunakankonsep
mixed used, yaitu penggabungan beberapa fungsi,.diantaranya perdagangan/ komersial, rekreasi,
hunian, dan perkantoran.Pada bagian depan kawasan perumahan tersebut terdapat bangunan
pemecah ombah yaitu Krif, selanjutnya terdapat area komersil, perkantoran dan rekreatif.
Bangunan untuk fungsi hunian diletakkan pada bagian belakang, namun view kea rah laut masih
dapat diperoleh dari sisi kanan dan kiri perumahan. Perumahan yang terketak di area pesisir
perkotaan yang dibangun oleh swasta bagi kalangan menengah ke atas.Pola yang dipertlihatkan
teratur dengan bentuk-bentuk bangunan yang indah dan berukuran besar dengan rata-rata luas
kavling 200 m2.
Gambar 15. Bentuk Kawasan Pengembangan Pantai Marina Semarang
(sumber : google.com)
Berikut gambar-gambar yang memperlihatkan rumah yang dibangun di kawasan pesisir oleh
pengemban swasta.
Perumahan Pesisir 44
Gambar 16. Bentuk Rumah Mewah di Pantai Indah Kapok Jakarta (sumber : google .com)
Gambar 17. Apartemen Gold Coast di Pantai Indah Kapok Jakarta
(Bentuk Rumah-Rumah di Wilayah Pesisir Perkotaan)
(sumber: google.com)
Perumahan Pesisir 45
C. Simpulan
Permukiman merupakan satuan ruang yang dibentuk oleh 5 elemen: nature, shells,
network, dan melibatkan adanya jalinan ekonomi, sosial, politik dan budaya yang terkait dengan
perikehidupan dan penghidupan (man and society) di dalamnya. Perumahan merupakan satuan
ruang yang dibentuk oleh 3 elemen: lingkungan hidup/ alam (nature), kelompok rumah (shells),
dan prasarana, sarana dan utilitas lingkungan (network).
Bentuk-bentuk permukiman yaitu terpusat, memanjang mengikuti jalur sungai, danau dan
pantai. Bentuk perumahan di kawasan pesisir pedesaan dan perkotaan terdapat perbedaan. Di
kawasan pesisir pedesaan, perumahan umumnya bersifat sporadic, dibentuk oleh masyarakat
(housing by people) dan sifatnya freedom to build. Bentuk rumah yang ada bervariasi. Yang
berada di area sekitar pantai (dalam kawasan sempadan pantai) adalah berbentuk panggung
dengan material dari kayu dan bamboo, sedang yang berada di diluar kawasan sempadan pantai
yang diantarai oleh jalan lingkungan adalah berbentuk campuran (rumah panggung dan rumah
batu/permanen).
Wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan dan laut ke arah darat wilayah
pesisir meliputi bagian daratan, baik kering, maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh
sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Masyarakat yang
bermukim di wilayah pesisir dominan memiliki mata pencaharian sebagai nelayan sehingga
wilayah tersebut dapat pula dikatakan sebagai kawasan permukiman nelayan.
Perumahan Pesisir 46
MATERI 3
PERUMAHAN PESISIR DI WILAYAH PESISIR SUNGAI, LAUT
DAN DANAU
A. Bentuk-Bentuk Perumahan di Wilayah Pesisir Pantai, Sungai dan Danau
Bentuk perumahan di kawasan peisisr pedesaan dan perkotaan terdapat perbedaan. Di
kawasan pesisir, perumahan umumnya bersifat sporadic, dibentuk oleh masyarakat (housing by
people) dan sifatnya freedom to build. Bentuk rumah yang ada bervariasi.Yang berada di area
sekitar pantai (dalam kawasan sempadan pantai) adalah berbentuk panggung dengan material
dari kayu dan bamboo. Dan yang berada di diluar kawasan sempadan pantai yang diantarai oleh
jalan lingkungan adalah berbentuk campuran.
Permukiman di kawasan pesisir ada dua macam yaitu, yang berada di area daratan dan di
segmen perairan (di atas air). Permukiman yang berada di segmen perairan adalah permukiman
yang didirikan di atas badan air.
Rumah-rumah yang dibangun di area darat dalam kawasan pesisir ada dua bentuk, yaitu
- Bentuk tradisional atau panggung dengan material dari kayu dan bamboo. Rumah-rumah
jenis ini umumnya didirikan di atas lahan yang seharusnya adalah area sempadan pantai
atau pada lahan yang menjadi milik tuan tanah dan mereka hanya menumpang di atasnya.
- Bentuk rumah modern atau non panggung dengan material dari batu bata. Bentuk rumah
yang demikian umumnya didirikan di seberang jalan lingkungan atau jalan desa dan
bukan merupakan area sempadan pantai.
Berikut beberapa contoh dari perumahan tersebut :
Perumahan Pesisir 47
Gambar 18. Perumahan di Daerah Pantai (dibangun di atas daratan) Kab. Jeneponto
Gambar 19. Rumah-Rumah Nelayan Terletak Tidak Teratur di Kab. Bulukumba
Gambar 20. Rumah-Rumah Nelayan Dibangun di Atas Lahan Tuan Tanah
di Pajukukang Kab. Bantaeng
Perumahan Pesisir 48
Gambar 21. Perumahan nelayan di Desa Bangkalan Madura, konstruksi bukan rumah panggung
( Bentuk Perumahan dan Rumah di Kawasan Pesisir Pantai dan di Segmen
Daratan)
Gambar 22. Perumahan yang dibangun di atas badan air di kawasan Pontap (Palopo)
(Bentuk Perumahan di Kawasan Pesisir Pantai dan berada di Segmen Perairan)
Perumahan Pesisir 49
Gambar 23. Perumahan yang dibangun di atas badan air sungai Tallo (Bentuk Perumahan di
Kawasan Pesisir Sungai dan Berada di Segmen Daratan)
Gambar 24. Perumahan yang dibangun di atas badan air danau Tempe Wajo/ Bentuk Perumahan
di Kawasan Pesisir Danau dan berada di Segmen Perairan (sumber Google)
Jenis perumahan yang dibangun di atas segmen air ada yang mengapung dan dapat
berpindah adapula yang tetap dengan tiang-tiang yang tertanam di dalam pasir/tanah. Rumah
apung yang dibangun di atas di atas danau memiliki polayang menyebar tidak teratur, sedang
perumahan apung yang dibangun diatas sungai memiliki pola memanjang mengikuti garis
sungai dan tidak teratur.
Perumahan Pesisir 50
Gambar 25. Pola Perumahan Nelayan Tradisional di Area Pantai
Gambar 26. Pola perumahan resettlement Untia di Kota Makassar (sumber google.com)
Pola perumahan yang dibentuk oleh pemerintah lebih teratur dibanding pola tradisional
yang dibentuk oleh masyarakat.
Perumahan Pesisir 51
Baik pola tradisional maupun yang teratur Umumnya rumah-rumah menghadap ke jalan
desa atau gang-gang sempit, apabila terdapat rumah yang menghadap ke laut, maka bagian depan
rumah tersebut umumnya ditutup dengan terpal untuk mencegah rembesan air hujan dan angin
menerpa badan rumah.
Daerah pantai pada umumnya merupakan pemukiman penduduk yang bermata
pencaharian nelayan. Pada daerah ini pemukiman terbentuk memanjang mengikuti garis
pantai.Hal itu untuk memudahkan penduduk dalam melakukan kegiatan ekonomi yaitu mencari
ikan ke laut.
Berikut ini pola perumahan yang didirikan disekitar sungai dan danau.
Gambar 27. Pola perumahan disepanjang aliran sungai dan berada pada dua sisi sungai
Gambar 28. Perumahan yang hanya berada ada satu sisi sungai
Perumahan Pesisir 52
Sisi yang lainnya dibatasi oleh jalan inspeksi yang menghalangi perkembangan
permukiman. semua rumah-rumah menghadap ke jalan dan membelakangi air.
Gambar 29. Pola perumahan di area danau ( Pola Perumahan di Area Pesisir Pantai, Sungai dan
Danau)
Perumahan yang berada di danau terdiri atas dua macam, yaitu permukiman mengapung
dan yang tetap. Untuk permukiman mengapung, apabila air pasang maka rumah-rumah akan
berkumpul dipinggir-pinggir danau, dan sebaliknya apabila air surut maka permukiman akan
mendekati bagian tengah danau, seperti yang terjadi di perumahan nelayan danau tempe (Naidah
2011). Untuk permukiman yang menetap, maka rumah-rumah akan tersebar tidak merata.
B. Bentuk Permukiman Nelayan Berbasis Pekerjaan
Pekerjaan merupakan faktor yang sangat penting bagi seseorang untuk dapat menopang
kelangsungan hidup pribadi dan keluarga. Bagi nelayan di permukiman tradisional, ada
beberapa point penting yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih lokasi
bermukim :
- Kesesuaian lokasi permukiman dengan pekerjaan utama. Lokasi permukiman memiliki
karakter khusus, seperti berbatasan langsung dengan pantai.
- Jarak dari permukiman ke tempat kerja. Permukiman memiliki jarak yang dekat dari
lokasi penangkapan ikan, demikian pula jarak lokasi penangkapan ikan ke fasilitas
ekonomi seperti TPI dan pasar (yang berada diluar lingkungan permukiman).
- Tersedia fasilitas ekonomi dalam permukiman (TPI, dermaga) yang dapat memperlancar
pekerjaan nelayan.
Perumahan Pesisir 53
Konsep lokasi permukiman tradisional nelayan yang berbasis pekerjaan sesuai dengan
konsep yang diutarakan oleh Mulyadi (2007), bahwa nelayan menempatkan lokasi pemukiman
di pinggiran pantai sebuah lingkungan yang dekat dengan lokasi pekerjaan. Demikian pula
pemilihan lokasi permukiman dengan jarak ke tempat kerja dan fasilitas ekonomi, sesuai dengan
konsep yang diutarakan Budihardjo (1985) dan Depkimpraswil (2001), bahwa jarak dari lokasi
pekerjaan ke lokasi permukiman adalah penting. Sedang ketersediaan sarana ekonomi penunjang
pekerjaan nelayan dalam permukiman tradisional didukung oleh pernyataan Junaidi (2009),
bahwa masyarakat nelayan memerlukan sarana penunjang perikanan seperti TPI untuk
memasarkan hasil tangkapannya.
Selain lokasi, jarak, dan fasilitas penunjang pekerjaan nelayan, hal yang juga patut
dipertimbangkan adalah orientasi permukiman. Orientasi permukiman tradisional nelayan suku
Makassar adalah terhubung langsung dengan jalan dan unsur air. Orientasi yang demikian sesuai
dengan teori Rapoport (1977), bahwa terdapat tiga macam orientasi permukiman yaitu : (1)
permukiman mengelilingi central space, (2) orientasi permukiman menyusuri jalan/along the
streets. Terdapat dua macam organisasi dalam orientasi permukiman menyusuri jalan, yaitu
rumah berada disepanjang jalan dan berseberangan dengan rumah lain atau rumah berada
disepanjang jalan dan berseberangan dengan unsur air (waterfront), (3) orientasi ke arah dalam
(inside-out). Orientasi ini memiliki domain privat-publik.Berikut gambar yang memperlihatkan
orientasi perumahan.
(1) Dwelling surrounding the centralspace.
(2) Street related housing(kiri)
danwaterfront housing
(kanan).
(3) Orientasikearahdalam(i
nside-out).
Gambar 30. Karakter Permukiman Dilihat Dari Organisasi Ruang Permukiman
(sumber :Rapoport,1977).
Perumahan Pesisir 54
Bentuk orientasi permukiman yang dijelaskan di atas bila dikaitkan dengan pekerjaan
nelayan maka ada dua yang dapat digunakan, yaitu tipe ke dua dan ke tiga.
Orientasiwaterfront, yaitu orientasi permukiman yang terhubung langsung dengan jalan dan
unsur air akan sangat mendukung pekerjaan nelayan. Orientasi inside-out, yaitu orientasi ke
dalam dan keluar, orientasi iniakan sangatpendukungpekerjaanpengolah ikan dan rumput
laut karenacentral spaceyang menjadi orientasi kedalam dapat menjadi ruang pengolahan
ikan dan rumput laut. Selain sesuai dengan pekerjaan, orientasi tersebut juga sesuai dengan
falsafah permukiman yang menggunakan pola persegi empat yang memiliki pusat dan
pinggir, atau pola memanjang pantai menghadap jalan dan membelakangi laut.
C. Bentuk Perencanaan Tata Ruang Pesisir
Perencanaan dan perancangan tata ruang pesisir tidak dapat dilakukan secara partial,
namun holistic, baik kawasan yang berada di dalam air, kawasan peralihan, maupun kawasan
daratan yang masih merupakan area pesisir. Berikut bentuk-bentuk perencanaan tata ruang
kawasan peisir
Gambar 31. Wilayah Perencanaan tata Ruang Prov/Kab/Kota
(sumber :KKP dalam Google.com)
Perumahan Pesisir 55
Tata ruang kawasan pesisir memperlihatkan bahwa coastal area dimulai dari kawasan
daratan hingga ke laut.Wilayah perencanaan tata ruang daratan dimulai dari air pasang tertinggi
hingga ke darat.
Dalam menghadapi perubahan yang luar biasa dalam bentuk dari peningkatan resiko
terdapa banjir dan erosi area coastal (pantai) akibat perubahan iklim. Maka solusi baru yang
juga akan dikembangkan dalam mengatasi dampak lingkungan dengan perbaikan landscape
pantai atau area coastal maka sangat penting untuk mempertimbangkan hal tersebut
Sementara itu berdasarkan menurut aturan-aturan yang ada di Indonesia, terdapat garis-
garis sempadan pantai, sungai, dan danau yang merupakan area-area yang tidak dapat terbangun.
Berdasarkan kepres no 32 tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung telah ditetapkan
bahwa: kriteria sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional
dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 m dari titik pasang tertinggi kearah darat
(pasal 14) dan Perlindungan terhadap sempadan pantai dilakukan untuk melindungi wilayah
pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai (pasal 13).
Untuk kawasan sungai dan danau berdasarkan peraturan pemerintah republic Indonesia
nomor 38 tahun 2011 tentang sungai adalah sbb:
Pasal 9.
Garis sempadan pada sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan sebagaimana yang
dimaaksud dalam pasal 8 ayat (2) huruf a ditentukan :
a. Paling sedkit berjarak 10 m (sepuluh meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman kurang atau sama dengan 3 m (tiga meter)
b. Paling sedikit berjarak 15 m (lima belas meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai,
dalam hal kedalaman sungai lebih dari 3 m (tiga meter)
c. Paling sedikit berjarak 30 m (tiga puluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20 m (dua puluh meter)
Perumahan Pesisir 56
Pasal 10.
Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 8
pasal (2) huruf (b) terdiri atas :
a. Sungai besar dengan luas DAS lebih besar dari 500 Km2 (lima ratus kilometer persegi)
dan
b. Sungai kecil dengan luas DAS kurang dari atau sama dengan 500 km2 (lima ratsu
kilometer persegi)
2. Garis sempadan sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan, sebagaimana
dimaksud pada ayait (1) huruf (a) ditentukan paling sedikit berjarak 100 m (seratus meter)
dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai.
3. Garis sempadan sungai kecil tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf (b) ditentukan paling sedikitnya 50 m dari kiri dan kanan
palung sungai sepanjang alur sungai.
Pasal 11
Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan sebagaimana yang dimaksud
dalam ayat (8) pasal (2) hurugf c ditentukan paling sedikitnya 3 m (tiga meter) dari tepi kaki
luar tanggul sungai sepanjang alur sungai.
Pasal 12
Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan sebagaimana yang dimaksud dalam
padal 8 ayat (2) huruf d ditentukan paling sedikit berjarak 5 m (lima meter) dari tepi luar kaki
tanggul sepanjang alur sungai.
Pasal 13
Penentuan garis sempadan yang terpengaruh pasang surut air laut sebagaimana dimaksud dalam
pasal 8 ayat (2) huruf e, dilakukan dengan cara yang sama dengan penentuan garis sempadan
sesuai pasal 9, pasal 10, pasal 11, dan pasal 12 yang diukur dari tepi muka air pasang rata-rata
Perumahan Pesisir 57
Pasal 14.
Garis sempadan danau paparan banjir sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) hurif f
ditentukan mengelilingi danau paparan banjir paling sedikit berjarak 50 m (lima puluh meter)
dari tepi muka air tertinggi yang pernah terjadi
Pasal 15
Garis sempadan mata air sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) huruf g ditentukan
mengelilingi mata air paling sedikit berjarak 200 m (dua ratis meter) dari pusat mata air
Gambar berikut memperlihatkan batas-batas daerah penguasaan air sungai dan pengendalian
banjir dengan menggunakan tanggul.
Gambar 32. Bantaran Sungai, Garis Sempadan, Daerah Penguasaan Sungai
Perumahan Pesisir 58
D. Pola dan tata letak Lingkungan Perumahan nelayan desa dan Arahan
Pengembangannya
Pola dan tata letak suatu pemukiman nelayan terbentuk dari 2 hal yang sangat
mempengaruhi yaitu faktor manusia dan faktor alam. Faktor manusia mempengaruhi penataan
berkaitan erat dengan kebudayaan dan aktifitas sosial para penduduk, sedangkan faktor alam
yang sudah ada menjadi dasar penataan pemukiman yang sebisa mungkin memanfaatkan semua
potensi alam yang tersedia. Berikut pola dan tata letak pemukiman nelayan yang ada di
Indonesia berdasarkan DPU Cipta Karya:Pola-pola berikut ini memperlihatkan pola perumahan
nelayan yang berada di area darat (bukan dalam segmen perairan air).
a. Pola mengelompok
Tipe Cluster (Mengelompok)Pada tipe ini, rumah-rumah nelayan mengelilingi pusat kegiatan
nelayan seperti TPI (Tempat Pelelangan Ikan). Berikut ilustrasi pola cluster:
Gambar 33. Pola Cluster pada Pemukiman Nelayan di Indonesia
(Sumber: Setioko, 2011)
Dapat dilihat bahwa pola cluster ini mengelompokkan pemukiman nelayan pada satu zona.
Hal ini bisa menjadi pembeda zona antara pemukiman nelayan dan non nelayan sehingga
meminimalisir terjadinya gangguan aktifitas oleh penduduk yang berprofesi nelayan dan
bukan nelayan.
Pola perumahan mengelopmpok banyak terdapat Di pantai atau danau
Perumahan Pesisir 59
Gambar 34.. Perumahan Pola Mengelompok di Area Pesisir Pantai dan Danau
- Perumahan ecnderung mengelompok di pusat-pusat kegiatan yang cenderung
menimbulkan terjadinya daerah kumuh/ slum jika tidak diarahkan.
- Kadang-kadang pemukiman yang tumbuh secara tidak terencana tersebut,
menyebabkan keseimbangan alam terganggu dan terancam kritis
Arah Pengembangan:
Perumahan Pesisir 60
Gambar 35.. Arah Pengembangan Perumahan Pola Mengelompok di Area Pesisir Pantai
dan Danau
- Usahakan ada jarak antara perumahan dengan tepi pantai, ditanami dengan pohon
agar kelestarian alam pantai dapat tetap terjaga dari sampah, lumpur dan erosi.
- Perkembangan permukiman nelayan diarahkan, dengan demikian pelayanan fasilitas
umum dapat merata.
Sedang untuk daerah aliran sungai (DAS) adalah sebagai berikut :
Gambar 36. Perumahan Pola Mengelompok di Area DAS
Perumahan Pesisir 61
Lokasi perumahan mengelompok dibagian kelokan aliran sungai yang sewaktu-waktu
dapat terancam kritis
Arah pengembangan
Gambar 37. Arah Pengembangan Perumahan Pola Mengelompok di DAS
Menghindari pembangunan dipinggir sungai untyk menghindari longsor/erosi
terutama di daerah DAS
Disepanjang pinggir sungai sebaiknya diberi pohon pelindung untuk menjaga
kelestaraian sungai.
Kegiatan MCK yang terdapat di daerah pinggiran sungai sebaiknya dilokalisir dana
diletakkan di darat untuk menghindari tercemanya air sungai
Pola mengelompok yang terdapat di daerah muara adalah sebagai berikut :
Perumahan Pesisir 62
Gambar 38. Perumahan Pola Mengelompok di Area Muara Sungai
Lokasi perumahan mengelompok di daerah muara sungai sampai kepinggir laut
Biasanya kegiatan MCK terdapat disepanjang sungai
Arah pengembangan
Gambar 39. Arah Pengembangan Perumahan Pola Mengelompok
di Area Muara Sungai
- Pengembangan perumahan diarahkana menuju kearah darat dengan menghindari
perkembangan kea rah pinggir sungai/pantai
- Disepanjang pantai/sungai sebaiknya diberi pohon pelindung, untuk menjaga
kelestarian pantai/sungai
- Kegiatan MCK ditarik ke darat agar sungai tidak tercemaar.
Perumahan Pesisir 63
b. Pola Menyebar
Tipe menyebar merupakan tipe pemukiman nelayan yang tidak beraturan dan tidak
terkontrol, hal ini biasa disebabkan tidak adanya perancangan pemukiman nelayan sehingga
penataan pemukimannya tidak merata. Berikut ilustrasi pemukiman nelayan tipe menyebar:
Gambar 40. Pola menyebar pada Pemukiman Nelayan (Sumber: Setioko, 2011)
Pola ini dapat terjadi di pantai, sungai dan danau
Gambar 41. Perumahan Pola Menyebar di Area Pesisir Pantai, Sungai dan Danau
- Lokasi perumahan menyebar dan jauh dari tempat fasilitas umum sehingga
pelayanannya tidak merata
Arahan Pengembangan
Perumahan Pesisir 64
Gambar 42. Arah Pengembangan Perumahan Pola Menyebar di Area Pesisir Pantai,
Sungai dan Danau
- Pengembangan perumahan diarahkan agar mengelompok, sehingga pelayanan
fasilitas umum prasarana lingkungan mudah dan lebih murah
- Sebaiknya ada jarak antara pantai ke perumahan dan pengembangan perumahan di
arahkan menuju darat
c. Pola Memanjang
Pola linier merupakan pola pemukiman nelayan dimana rumah-rumah nelayan berada di
tepi-tepi jalan utama pada pemukiman tersebut, sehingga pola ini mengikuti garis jalan.
Berikut ilustrasi pola linier (menerus):
Gambar 43. Pola linierr pada Pemukiman Nelayan (Sumber: Setioko, 2011)
Pola pemukiman linier seperti ini memiliki akses yang baik di setiap rumah nelayannya,
karena mengikuti jalan lingkungan setempat, sehingga juga mempermudah kegiatan
nelayan.
Perumahan Pesisir 65
Pola memanjang banyak terjadi di pantai
Gambar 44. Perumahan Pola Memanjang di Area Pesisir Pantai
- Lokasi perumahan memanjang biasanya menyebabkan kelestarian lingkungan alam
sebagai pendukung / pelindung pantai lebih banyak terancam
- Penyediaan kelengkapan fasilitas umum kurang ekonomis dan jangkauan pelayanan
umum tidak merata
Arah Pengembangan
Gambar 45. Arah Pengembangan Perumahan Pola Menyebar di Area Pesisir Pantai
Perumahan Pesisir 66
- Pengembangan lokasi perumahan diarahkan mengelompok sehingga pelayanan
fasilitas umum dan prasarana lingkungan mudah dan murah
- Pengembangan perumahan yang memanjang di pantai dihindari untuk menjaga
kelestarian pantai, sebaiknya ada jarak dari perumahan ke pantai.
Pola memanjang di sungai, danau, dan di daerah aliran singai (DAS)
Lokasi perumahan memanjang sepanjang sungai yang kegiatannya cenderung merusak.
Gambar 46. Perumahan Pola Memanjang di Area DAS
Arah pengembangannya
Gambar 47. Arah Pengembangan Perumahan Pola Menyebar di Area DAS
- Pengembangan perumahan di arahkan kearah daratan
Perumahan Pesisir 67
- Pinggir sungai dilestarikan agar tidak longsor atau terjadi pendangkalan dengan
memberi jarak dari sungai ke bangunan paling tepi (1/2 lebar sungai + 5 m, diukur
dari tepi sungai yang terkena air) dan diberi penghijauan sebagai barrier
- Kegiatan MCK dipindah ke darat untuk menghindari pencemaran langsung
- Untuk daerah aliran sungai (DAS) pada daerah kritis dihindari adanya bangunan
perumahan.
Gambaran tentang pengembangan arah permukiman seperti yang diuraikan di atas sesuai
dengan arahan yang terdapat Pedoman Teknik Pelaksanaan P3D Nelayan (1989), yaitu
menganjurkan perkembangan perumahan di tepi pantai di arahkan menuju ke darat dan ke
pelayanan fasilitas umum.
E. Simpulan
Bentuk perumahan di kawasan peisisr pedesaan dan perkotaan terdapat perbedaan. Di
kawasan pesisir, perumahan umumnya bersifat sporadic, dibentuk oleh masyarakat (housing by
people) dan sifatnya freedom to build. Bentuk rumah yang ada bervariasi.Yang berada di area
sekitar pantai (dalam kawasan sempadan pantai) adalah berbentuk panggung dengan material
dari kayu dan bamboo.
Pola perumahan yang didirikan disekitar sungai dan danau, yaitu: pola perumahan
disepanjang aliran sungai dan berada pada dua sisi sungai, perumahan yang hanya berada ada
satu sisi sungai, perumahan yang berada di danau terdiri atas dua macam, yaitu permukiman
mengapung dan yang tetap. Untuk permukiman mengapung
Recommended