K35 & K36 - Sistem Saraf Otonom BSHB12

Preview:

DESCRIPTION

nice

Citation preview

Sistem Saraf Otonom

Tujuan Pembelajaran

1. Menjelaskan fungsi umum sistem saraf simpatis.

2. Menjelaskan fungsi umum sistem saraf parasimpatis.

3. Membedakan jenis-jenis reseptor adrenergik dan menjelaskan peran fisiologis dan klinisnya.

4. Menjelaskan kategorisasi reseptor kolinergik dan efek yang dihasilkan oleh stimulasi reseptor.

Kontrol Saraf pada efektor Involunter

• Autonomic nervous system (ANS):– Inervasi organ yang biasanya berkerja

tidak dibawah kontrol volunter.– Efektornya antara lain otot jantung, otot

polos dan kelenjar.• Efektornya merupakan bagian dari organ visera

dan pembuluh darah.

Neuron Otonom

• Badan sel Neuron pertama di substansia grisea otak dan medula spinalis. – neuron Preganglion.

• Sinaps dengan neuron kedua didalam ganglion otonom.– neuron Postganglion.

• Ganglion otonom mempunyai akson guna membentuk sinaps dengan jaringan target. Figure 9-1

Neuron Otonom (Lanjut)

Neuron Presinaptik bermielin, neuron postsinaptik tidak bermielin.

• Saraf otonom melepaskan NT yang akan menstimulasi ataupun menghambat kerja organ.

• Efektor Involunter yang agak independen dari persarafannya:– Otot palos yang mempertahankan tonus istirahat

dalam kondisi tidak adanya stimulasi saraf.– Otot polos dan jantung dapat kontraksi ritmik

dalam kondisi tidak adanya rangsangan saraf.

Pembagian ANS

Figure 9-6

• Keduanya memiliki neuron preganglionik yang berasal dari SSP.

• Keduanya memiliki neuron postganglionik yang berasal di luar SSP dalam ganglia.

Divisi Simpatis (lanljut)

• divergen:– Serat Preganglionik

bercabang untuk sinaps dengan neuron postganglionik.

• Konvergen:– Neuron postganglionik

menerima input sinaptik dari sejumlah serat preganglionik.

• Aktivasi masal:– Divergen dan konvergen

menyebabkan SNS akan diaktifkan sebagai 1 unit.

Figure 9-3

Kelenjar Adrenal

• Medulla Adrenal mengeluarkan epinefrin (Epi) dan norepinefrin (NE) jika dirangsang oleh sistem saraf simpatik.

• Modifikasi ganglion simpatik:– Sel yang berasal dari jaringan embrio yang sama neuron

simpatik postganglionik.

• Sistem Sympathoadrenal:– Dirangsang oleh aktivasi masal dari sistem saraf simpatik.– Diinervasi oleh serabut simpatis preganglionik.

Divisi Parasimpatis

• Sebagian besar serat parasimpatis tidak melakukan perjalanan dalam saraf spinal.

– Tidak inervasi pembuluh darah, kelenjar keringat, dan otot pili arrector.

• Vagus (X):– Inervatsi jantung, paru-

paru, esofagus, lambung, pankreas, hati, usus halus dan usus besar proksimal.

• Serat preganglionik dari tingkat sakral inervasi usus besar distal , rektum, saluran kencing dan sistem reproduksi.

Figure 9-6

Efek Simpatis

• Fight or flight response.• Pelepasan norepinefrin (NT) dari serat

postganglionik dan epinefrin (NT) dari medula adrenal.

• Aktivasi Masal untuk mempersiapkan kegiatan intens.– Denyut jantung (HR) meningkat.– Bronchiolus melebar.– [glukosa] Darah meningkat.

Efek Parasimpatis

• Rest and Digest• Biasanya tidak diaktifkan secara keseluruhan.

– Stimulasi saraf parasimpatis terpisah.

• Mengeluarkan AcH sebagai NT.• efek relaks:

– Mengurangi HR.– Dilatasi pembuluh darah viseral.– Meningkatkan aktivitas pencernaan.

Transmisi Sinaptik Adrenergik dan Cholinergik

• ACh merupakan NT untuk semua serat preganglionik dari sistem saraf baik simpatis dan parasimpatis.

• Transmisi pada sinapsis disebut kolinergik:

– AcH dirilis oleh serat parasimpatis postganglionik pada sinapsis dengan efektor.

• Akson dari neuron postganglionik memiliki banyak vesikel yang berisi NT.

Figure 9-7

Transmisi Sinaptik Adrenergik dan Cholinergik (Lanjut)

• Transmisi pada sinaps disebut adrenergik:– NT yang dirilis oleh

sebagian besar serabut postganglionik saraf simpatik adalah NE.

– Epi, yang dirilis oleh medula adrenal disintesis dari prekursor yang sama seperti NE.

• Secara kolektif disebut katekolamin.

Figure 9-8

Respon Terhadap Stimulasi Adrenergik

• Memiliki kedua efek rangsang dan penghambatan.

• Semua aksi melalui protein-G.• Respon reseptor Alpha

adrenergik karena [Ca2 +].• Respon Beta adrenergik karena

cAMP. konstriksi otot polos

visceral. kontraksi otot polos. meningkatkan HR dan

kekuatan kontraksi. relaksasi otot polos

bronchial. 3: adipose tissue (brown fat),

lipolisis, termogenesis

Figure 9-10

Respon Terhadap Stimulasi Cholinergik

• Semua motor neuron somatik, semua neuron parasimpatis preganglionik dan sebagian postganglionik adalah kolinergik.– Rilis AcH sebagai NT.– Motor neuron somatik dan semua neuron otonom

preganglionik adalah eksitatorik.– Akson postganglionik, mungkin eksitatorik atau ihhibitorik.

• Reseptor muskarinik:– AcH terikat reseptor.– Membutuhkan mediasi protein-G.

• Reseptor Nikotinik (ligand-gated Channel):– ACh terikat reseptor nikotinik.– Membuka saluran Na+ / K+.– Selalu eksitatorik.

Respon Terhadap Stimulasi Cholinergik (Lanjut)

Figure 9-1

NT Otonom Lainnya

• Akson otonom postganglionik nonadrenergik dan noncholinergik tertentu, menimbulkan efeknya melalui NT lainnya.– ATP.– VIP.– NO.

Organ dengan inervasi ganda

• Sebagian besar organ visceral menerima inervasi ganda (simpatis dan parasimpatis).

• Efek Antagonis:– Serat simpatis dan parasimpatis inervasi sel yang sama.

• Aksinya saling berlawanan– Heart rate.

• Complementer:– Stimulasi simpatis dan parasimpatis menghasilkan efek yang

sama.• Sekresi kelenjar Saliva.

• kooperatif:– Stimulasi simpatis dan parasimpatis menghasilkan efek yang

berbeda yang bekerja sama untuk menghasilkan efek yang diinginkan.

• Berkemih.

Organ tanpa Inervasi ganda

• Regulasi dicapai dengan meningkatkan atau menurunkan firing rate.

• Medula adrenal, otot erektor pili, kelenjar keringat, dan kebanyakan pembuluh darah menerima persarafan hanya simpatik.– Nonshivering thermogenesis

Kontrol ANS oleh Higher Centers

• Input sensorik ditransmisikan ke pusat-pusat otak yang mengintegrasikan informasi.

• Dapat memodifikasi/mempengaruhi aktivitas neuron otonom preganglionik.

• Medulla:– Kebanyakan secara langsung mengontrol aktivitas sistem

otonom.– Lokasi pusat kontrol kardiovaskuler, paru, saluran kencing,

sistem reproduksi dan pencernaan.

• Hipotalamus:– Mengatur medula.

• Cortex Cerebral dan sistem limbik:– Bertanggung jawab untuk respon viseral yang merupakan ciri

khas keadaan emosional.

Contoh klinisPenyakit Parkinson

• Barata (pria berusia 64 tahun) menemui dokternya karena nyeri di leher, tungkai dan punggung. Barata menyatakan bahwa dia mengalami kesulitan memulai dan berhenti ketika ia bergerak dan tulisan tangannya semakin jelek. Dokter melihat adanya ekspresi wajah yang hilang, dan bicarannya lambat. Dokter memintanya pemeriksaan MRI dan EEG untuk menyingkirkan tumor atau stroke. Enam bulan berikutnya, ia mulai mengalami tremor istirahat dan kelemahan pada lengan dan kaki. Dokter mendiagnosis penyakit Parkinson pada kunjungan berikutnya.

• Penyebab utama kecacatan neurologis di atas usia 60 tahun.

• Gangguan degeneratif ganglia basal yang melibatkan jalur nigrostriatial dopaminergik.

• Insiden: 30-300/100,000– Gender: lebih tinggi pada pria

• Usia onset: 58-62 tahun• Terjadi pada semua ras

Contoh klinisPenyakit Parkinson

Contoh klinisPenyakit Parkinson

• Etiology: Belum diketahui– Genetik: Autosomal dominant – Viral– Toksik

• Patofisiologi:– Degenerasi neuron penghasil dopamin di substantia

nigra dan ganglia ANS– Hilangnya neuron katekolamin karena gliosis.– Hilangnya reseptor dopamin.– Lewy bodies +.

Contoh klinisPenyakit Parkinson

• Manifesta Klinis:– Hilangnya ekspresi wajah– Postur membungkuk– Gerakan lambat (akinesia)– Kekakuan (kekakuan otot)– Tremor istirahat – hipotensi ortostatik– Diaforesis– Retensi lambung– depresi

Recommended