View
226
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DALAM ...................................................................... i
HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ........................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................. iii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI ..................................... iv
HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ........................................ v
HALAMAN KATA PENGANTAR................................................................... vi
HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................................. ix
ABSTRAK .......................................................................................................... xii
ABSTRACT ......................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
1.3. Ruang Lingkup Masalah ................................................................... 5
1.4. Orisinalitas Penelitian ......................................................................... 6
1.5. Tujuan Penelitian ............................................................................... 8
1.5.1 Tujuan umum ............................................................................... 9
1.5.2 Tujuan khusus ............................................................................. 9
1.6. Manfaat Penelitian .............................................................................. 9
1.6.1 Manfaat teoritis ........................................................................... 9
1.6.2 Manfaat praktis .......................................................................... 9
1.7. Landasan Teoritis................................................................................ 10
1.8. Hipotesis ……………………………………………………………… 16
ix
1.9. Metode Penelitian ............................................................................... 19
1.9.1 Jenis penelitian ............................................................................ 19
1.9.2 Jenis pendekatan ......................................................................... 19
1.9.3 Sifat penelitian …….…………………………………………… 19
1.9.4 Sumber data ................................................................................. 20
1.9.5 Teknik pengumpulan data hukum ............................................... 20
1.9.6 Teknik penentuan sampel penelitian …………………………… 21
1.9.7 Teknik analisis ............................................................................ 21
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN
TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN
2.1. Pengertian Penanggulangan Tindak Pidana
2.1.1 Pengertian penanggulangan.......................................................... 22
2.1.2 Pengertian tindak pidana .............................................................. 25
2.1.3 Unsur-unsur tindak pidana ........................................................... 28
2.1.4 Jenis-jenis tindak pidana............................................................... 31
2.2. Pengertian Pencurian Dengan Kekerasan
2.2.1 Pengertian pencurian .................................................................... 33
2.2.2 Pengertian pencurian dengan kekerasan....................................... 34
2.2.3 Unsur-unsur pencurian ................................................................. 36
BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN
TERJADINYA TINDAK PIDANA PENCURIAN
DENGAN KEKERASAN
x
3.1. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana
Pencurian Dengan Kekerasan ............................................ 41
3.2 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana
Pencurian Dengan Kekerasan Di Wilayah Hukum
Polres Badung....................................................................... 47
BAB IV UPAYA PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA
PENCURIAN DENGAN KEKERASAN
4.1. Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Dengan
Kekerasan ............................................................................. 51
4.2. Kendala Dan Hambatan Penanggulangan Tindak
Pidana Pencurian Dengan Kekerasan ............................... 56
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan........................................................................... 57
5.2. Saran ..................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR INFORMAN
xi
ABSTRAKJudul penelitian ini yakni penanggulangan tindak pidana pencurian
dengan kekerasan di Wilayah Hukum Polres Badung. Kejahatan atau Tindakpidana merupakan persoalan yang dialami manusia dari waktu ke waktu,mengapa tindak pidana dapat terjadi dan bagaimana pemberantasnyamerupakan persoalan yang tiada hentinya diperdebatkan. Kejahatan dalamkehidupan masyarakat merupakan gejala sosial yang akan selalu dihadapi olehsetiap manusia, masyarakat, dan bahkan negara. Berdasarkan uraian tersebutmaka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut : yaitu, bertujuanuntuk mengetahui faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya tindakpidana pencurian dengan kekerasan di wilayah hukum Polres Badung danupaya penanggulangan tindak pidana pencurian dengan kekerasan di wilayahhukum Polres Badung.
Penelitian ini dapat dikualifikasikan kedalam jenis penelitian yuridisempiris. Penelitian hukum empiris mengandung pengertian bahwa hukumdikonsepkan sebagai suatu gejala empiris yang dapat diamati dalam kehidupannyata. Metode-metode pendekatan yang digunakan dalam menganalisispenelitian ini ialah menggunakan pendekatan Kasus, pendekatan Perundang-undangan, dan pendekatan fakta.
Pencurian dengan kekerasan merupakan tindak pidana terhadap hartabenda. Kekerasan yang dilakukan dalam pencurian tersebut mempunyai tujuanuntuk menyiapkan atau mempermudah pencurian atau jika tertangkap tanganada kesempatan bagi pelaku untuk melarikan diri agar barang yang dicuritersebut tetap berada di tangan pelaku. Adapun faktor-faktor yangmempengaruhi terjadinya tindak pidana pencuriang dengan kekerasan di PolresBadung, yaitu: Faktor ekonomi, Faktor Lingkungan yang buruk, FaktorUrbanisasi, Faktor pendidikan, Faktor minuman beralkohol. Upayapenanggulangan kejahatan pencurian dengan kekerasan oleh Polres Badungyakni dengan melakukan: upaya penanggulangan preventif, dilakukan denganmeningkatkan keamanan di Wilayah Hukum Polres Badung, melakukanpenyuluhan, menambah lampu penerangan, melakukan razia miras. Upayapenggulangan represif merupakan penanggulangan yang terjadi setelahterjadinya suatu tindak pidana, upaya penanggulangan represif yang di lakukanoleh Polres Badung dalam mengatasi dan menaggulangi tindak pidanapencurian dengan kekerasan adalah Kepolisian Polres Badung harus teliti dancermat dalam mencari bukti-bukti seperti visum maupun keterangan saksiataupun alat yang dipergunakan untuk memudahkan pelaku melakukan aksinya.
Kata kunci : Penanggulangan, Tindak Pidana, Pencurian, Kekerasan.
xii
ABSTRACT
The title of this research is the prevention of criminal acts of theft withviolence in the Badung Polres Jurisdiction. Crime or criminal acts is thequestion that plagued mankind from time to time, why crime can occur and howpemberantasnya is the incessant question moot. Crime in public life is asymptom of social that will always faced by every man, society, and evencountries. Based on the description then it can be formulated as the followingresearch issues: namely, aims to find out what factors led to the criminaloffence of theft with violence in Badung Polres jurisdiction and efforts tocombat the crime of theft with violence in Badung Polres jurisdiction.
This research can be qualified into a kind of empirical juridicalresearch. Empirical law studies contain the notion that law is conceptualizedas an empirical phenomenon that can be observed in real life. The method ofapproach used in analyzing this research is using Case approach, Legislationapproach, and fact approach.
Theft by violence is a crime against property. Violence committed inthe theft has the purpose of preparing or facilitating theft or if caught red-handed there is an opportunity for the perpetrator to escape to keep the stolenitem in the hands of the perpetrator. The factors that influence the occurrenceof criminal acts pencuriang with violence in Badung Police, namely: Economicfactors, Environmental factors are bad, Urbanization Factors, Factorseducation, Factors alcoholic beverages. The effort to overcome crime of theftby violence by Badung Police is by doing: preventive prevention effort, done byimproving security in Badung Police Station, doing counseling, adding lightinglamp in dark place, doing drinking raid. Repressive repressive effort is acountermeasure that occurred after the occurrence of a criminal act, therepressive measures undertaken by Badung Police in overcoming and fightcriminal theft with violence is the Police Badung Police must be careful andmeticulous in searching for evidence such as visum or testimony of witnesses orA tool used to facilitate the perpetrator perform the action.
Keywords : Countermeasures, Crime, Theft, Violence.
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat),
tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat).1 Negara Republik Indonesia
yang berlandaskan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (selanjutnya disebut
UUD NRI Tahun 1945), mengatur setiap tingkah laku warga negaranya agar tidak
terlepas dari segala peraturan - peraturan yang bersumber dari hukum. Negara hukum
menghendaki agar hukum senantiasa harus ditegakkan, dihormati dan ditaati oleh
siapapun juga tanpa ada pengecualian. Hal ini bertujuan untuk menciptakan
keamanan, ketertiban, kesejahteraan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
R. Abdoel Djamal mengemukakan bahwa:
Hukum tidak otonomi atau tidak mandiri, berarti hukum itu tidak terlepas daripengaruh timbal balik dari keseluruhan aspek yang ada didalam masyarakat.Sebagai patokan, hukum dapat menciptakan ketertiban dan kedamaian dalamkehidupan bermasyarakat. Tetapi kenyataannya masih banyak masyarakatmelanggar hukum.2
Kejahatan atau Tindak pidana merupakan persoalan yang dialami manusia
dari waktu ke waktu, mengapa tindak pidana dapat terjadi dan bagaimana
pemberantasnya merupakan persoalan yang tiada hentinya diperdebatkan. Tindak
pidana merupakan problema manusia, yang mana terjadi pada seorang yang tidak
1 C.S.T Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka,Jakarta, h. 346.
2 R.Abdoel Djamali 2005, Pengantar ilmu Hukum Indonesia, PT. Raja Grapindo Persada,Jakarta, h. 26.
1
2
menggunakan akal serta ditambah dengan dorongan hawa nafsu dalam berbuat,
sehingga terjadilah kejahatan yang melampaui batas dalam hal ini contohnya adalah
pencurian dengan kekerasan.
Perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau dapat disebut sebagai
penyelewengan terhadap norma yang telah disepakati ternyata menyebabkan
terganggunya ketertiban dan ketentraman kehidupan manusia. Penyelewengan yang
demikian, biasanya oleh masyarakat dicap sebagai suatu pelanggaran bahkan
kejahatan. Kejahatan dalam kehidupan masyarakat merupakan gejala sosial yang
akan selalu dihadapi oleh setiap manusia, masyarakat, dan bahkan negara.3 Pergaulan
masyarakat setiap hari terjadi hubungan antara anggota-anggota masyarakat yang
satu dengan yang lainnya. Pergaulan tersebut menimbulkan berbagai peristiwa atau
kejadian yang dapat menggerakkan peristiwa hukum.4
Dikatakan ini merupakan salah satu bentuk dari perilaku yang menyimpang
yang selalu ada dan melekat pada kehidupan masyarakat, karena kejahatan
merupakan suatu produk yang dihasilkan oleh masyarakat. Bahkan menurut Bonger
perilaku seperti ini bukan hanya sebagai penyimpangan tetapi sudah menjadi
penyakit masyarakat, yaitu selain bersifat sebagai perbuatan melanggar hukum,
penyakit masyarakat juga merupakan masalah sosial.5
3 Bambang Waloyu, 2008, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, h. 1.4 Chainur Arasjid, 2000, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Renika Cipta, Jakarta, h. 133.5 Yesmil Anwar, 2009, Saat Menuai Kejahatan, Reflika Aditama, Bandung, h. 15.
3
Hukum pidana Indonesia telah mengatur sanksi terhadap pelaku tindak pidana
pencurian dengan kekerasan, dimuat dalam Pasal 365 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana.
Pasal 365 KUHP, menyatakan sanksi bagi pelaku tindak pidana pencurian
dengan kekerasan sebagai berikut:
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian yangdidahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan,terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atsu mempermudahpencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan dirisendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri.
(2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:Ke-1. jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau
pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum, atau dalam keretaapi atau trem yang sedang berjalan;
Ke-2. jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;Ke-3. jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat
atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatanpalsu.
Ke-4. jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.(3) Jika perbuatan mengakibatkan kematian maka diancam dengan pidana penjara
paling lama lima belas tuhun.(4) Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan lukaberat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu,disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam no. 1 dan 3.
Hukum pidana positif mengatur akibat hukum tindak pidana pencurian
dengan kekerasan dalam bentuk hukuman pokok diancam dengan pidana penjara
maksimal seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun dan
dapat juga dijatuhkan pidana mati.
Berdasarkan Data Polda Bali pada tahun 2016, kasus pencurian dengan
kekerasan yang terjadi sebanyak 26 kasus, kejahatan pencurian dengan kekerasan
4
yang terjadi di daerah Klungkung 1 kasus, Gianyar 6 kasus, Karangasem 1 kasus,
Jembrana 1 Kasus, Badung 15 kasus, dan Denpasar 2 kasus. Kasus pencurian dengan
kekerasan paling banyak terjadi di wilayah hukum Polres Badung memang tergolong
tinggi. Kasus yang ditangani mencapai 15 kasus. Dikarenakan banyaknya kasus di
Polres Badung dan Badung merupakan central daerah pariwisata, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian di wilayah hukum Polres Badung.
Berdasarkan pemaparan Data Polda Bali tersebut, maka penyusun
menganggap permasalahan ini penting untuk ditinjau secara mendalam dan
menyajikannya dalam bentuk sebuah karya tulis berupa penelitian. Dikarenakan
banyaknya kasus di Polres Badung dan Badung merupakan daerah pariwisata yang
sentral, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di wilayah hukum Polres
Badung.
Seperti pada contoh kasus yang terjadi di Kabupaten Badung yakni Heidi
Murphy ditemukan tewas terbunuh pada 10 Februari 2008 dengan 37 tusukan di
tempat tinggalnya, Villa Mekarsari, Desa Canggu, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten
Badung. Heidi dikenal sebagai pengusaha garmen yang ramah pada tetangga.
Pembunuh wanita Australia di bali dibekuk tegal. Pembunuhnya, Rozi (23) dan
Nuryanto (37), ditangkap di Tegal, Jawa tengah. Penangkapan terhadap pria asal
Banyuwangi itu berlangsung Kamis 21 Februari 2008. Kedua tersangka dikenakan
pasal 365 KUHP tentang pencurian dengan kekerasan dijerat hukuman penjara
5
maksimal 15 tahun penjara. Ditangan tersangka ditemukan juga HP dan Laptop
korban.6
Oleh karena itu dengan bertitik tolak dari latar belakang yang telah
diuraikan tersebut maka penulis kemudian mengangkat permasalahan tersebut
dalam skripsi yang berjudul “PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA
PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DI WILAYAH HUKUM KABUPATEN
BADUNG”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya tindak pidana pencurian
dengan kekerasan di wilayah hukum Polres Badung ?
2. Bagaimana upaya penanggulangan tindak pidana pencurian dengan kekerasan di
wilayah hukum Polres Badung ?
1.3. Ruang Lingkup Masalah
Menghindari isi serta uraian agar tidak menyimpang dari pokok
permasalahan, maka perlu diberikan batasan-batasan mengenai ruang lingkup
6 News Okezon, 2008, Pembunuh Bule Aussie Tertangkap di Tegal, available at URL :
http://news.okezone.com/read/2008/02/22/1/85838/pembunuh-bule-aussie-tertangkap-di-tegal.
6
masalah yang akan dibahas. Adapun ruang lingkupnya tentang penanggulangan
tindak pidana pencurian dengan kekerasan di wilayah hukum Polres Badung.
1.4. Orisinalitas Penulisan
Penelitian tentang Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian dengan
Kekerasan di Wilayah Hukum Polres Badung, belum dipublikasikan sebelumnya atau
belum ada judul penelitian yang mendekati dengan penelitian ini.
Tabel perbandingan!
Nomor Judul Penulis Rumusan Masalah
1. Upaya Polri
Terhadap
Penanggulangan
Tindak Pidana
Pencurian Sepeda
Motor dengan
Kekerasan ( Studi
Pada Kepolisian
Sektor Pakuan
Ratu)
Riezky Ariewan
Rinaldi
1. Apakah yang
menjadi faktor
penyebab terjadinya
tindak pidana
pencurian sepeda
motor dengan
kekerasan
khususnya di
wilayah kecamatan
Pakuan Ratu
kabupaten Way
7
Kanan ?
2. Bagaimanakah
upaya polri dalam
menanggulangi
tindak pidana
pencurian sepeda
motor dengan
kekerasan
khususnya di
wilayah kecamatan
Pakuan Ratu
kabupaten Way
Kanan ?
2. TINJAUAN
KRIMINOLOGIS
TERHADAP
TINDAK PIDANA
PENCURIAN
KENDARAAN
BERMOTOR
RODA DUA
Hendriawan 1. Bagaimana
analisa
kriminologis
terhadap pelajar
yang melakukan
tindak pidana
pencurian
kendaraan
8
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan ini sebagai berikut :
DENGAN
KEKERASAN
YANG
DILAKUKAN
OLEH PELAJAR
(STUDI KASUS
POLSEK
DELITUA)
bermotor roda
dua dengan
kekerasan ?
2. Bagaimana
upaya aparat
penegak hukum
Polsek Deli Tua
dalam
menanggulangi
tindak pidana
pencurian
kenderaan
bermotor roda
dua dengan
kekerasan yang
dilakukan
pelajar ?
9
1.5.1. Tujuan umum
1. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui tentang
penanggulangan tindak pidana pencurian dengan kekerasan di wilayah
hukum Polres Badung.
1.5.2. Tujuan khusus
1. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
apakah yang menyebabkan terjadinya kejahatan pencurian dengan
kekerasan di wilayah hukum Polres Badung.
2. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui tentang
penanggulangan tindak pidana pencurian dengan kekerasan di wilayah
hukum Polres Badung.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang didapat dari penulisan skripsi ini adalah :
1.6.1. Manfaat teoritis
1. Memberikan suatu pandangan bahwa perlunya mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya kejahatan pencurian dengan kekerasan.
2. Untuk mengetahui upaya penanggulangan kejahatan pencurian dengan
kekerasan di wilayah hukum Kabupaten Badung.
1.6.2. Manfaat praktis
Penelitiaan ini bermanfaat bagi pihak-pihak dan isntansi-instansi terkait dalam
penegakan hukum di masyarakat. Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian
ini adalah :
10
1. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat menjadi perbandingan
ilmu secara teori dengan ilmu yang berlaku di masyarakat.
2. Bagi aparat penegak hukum, dalam hal ini kepolisian dan pengadilan
dapat memberi pertimbangan terkait penyelesaian kasus pencurian
dengan kekerasan.
1.7. Landasan Teori
Asas dan ketentuan hukum yang digunakan dalam mengkaji permasalahan ini
antara lain :
1. Teori Kriminologi
Kriminologi adalah keseluruhan pengetahuan yang membahas kejahatan
sebagai suatu gejala sosial. Nama kriminologi yang dikemukakan oleh P. Topinard
seorang ahli antropologi Perancis, yang secara harfiah menjelaskan kriminologi
berasal dari kata “crimen” yang berarti kejahatan atau jahat dan “logos” yang berari
ilmu pengetahuan, maka kriminologi berarti ilmu tentang kejahatan atau penjahat.7
Kriminologi mengenal banyak teori-teori tentang kejahatan, akan tetapi dalam
penulisan ini, akan memfokuskan pada beberapa teori yang dapat dibagi ke dalam
tiga perspektif, yaitu : teori kejahatan dari perspektif biologis dan psikologis, teori
kejahatan dari perspektif sosiologis dan teori kejahatan dari perspektif lainnya.
1. Teori kejahatan dari perspektif biologis dan psikologis, teori ini
menitikberatkan pada perbedaan-perbedaan kondisi fisik dan mental individu.
Dengan mempertimbangkan suatu variasi kemungkinan, yaitu cacat
7 Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2006, Kriminologi , Pt Grafindo, Jakarta, h. 10.
11
kesadaran, ketidakmatangan emosi, perkembangan moral lemah, pengaruh
hormon, ketidak normalan kromosom, kerusakan otak dan lain sebagainya
yang mempengaruhi tingkah laku kriminal.
2. Teori kejahatann dari perspektif biologis, teori ini mencari alasan perbedaan
dalam rangka kejahatan di dalam suatu lingkungan sosial. Teori ini dapat
dikelompokkan menjadi tiga kategori umum, yaitu strain, cultural deviance
(penyimpangan budaya) dan social control (kontrol sosial). Berdasarkan satu
asumsi bahwa motivasi kejahatan merupakan bagian dari umat manusia.
3. Teori kejahatan dari perspektif lainnya, teori ini merupaka suatu alternatif
penjelasan terhadap kejahatan yang sangat berbeda dengan dua perspektif
sebelumnya yang dianggap sebagai traditional explanations. Para kriminologi
menjelaskan kejahatan dengan berusaha menunjukkan bahwa oraang menjadi
kriminal bukan karena cacat atau kekurangan internal tetapi lebih karena apa
yang dilakukan oleh orang-orang yang berada dalam kekuasaan, khususnya
mereka yang berada dalam sistem peradilan pidana.8
Mengenai kejahatan, terdapat teori-teori kriminologi yang menjelaskan
tentang terjadinya suatu kejahatan, khususnya mengenai tindak pidana pencurian
dengan kekerasan, salah satu dari teori tersebut dapat dimasukkan ke dalam suatu
permasalahan yang penulis buat, yaitu :
8 Ibid, h. 12.
12
1. Teori Biososiologi
Tokoh dari aliran ini adalah A. D. Prins, Van Humel, D. Simons dan lain-lain.
Aliran biososiologi ini sebenarnya merupakan perpaduan dari aliran
antropologi dan aliran sosiologis, oleh karena ajarannya didasarkan bahwa
tiap-tiap kejahatan itu timbul karena faktor individu, seperti keadaan psikis
dan fisik dari si penjahat dan juga karena faktor lingkungan.
2. Teori NKK
Teori NKK ini merupakan teori terbaru yang mencoba menjelaskan sebab
terjadinya kejahatan didalam masyarakat. Teori ini sering dipergunakan oleh
aparat kepolisian didalam menanggulanngi kejahatan di masyarakat.
N+K1+K2Keterangan :N = NiatK1 = KesempatanK2 = Kejahatan
Menurut teori ini, sebab terjadinya kejahatan adalah karena adanya niat dan
kesempatan yang dipadukan. Meskipun ada niat tetapi tidak ada kesempatan,
mustahil akan terjadi kejahatan, begitu pula sebaliknya meskipun ada kesempatan
tetapi tidak ada niat maka tidak mungkin pula akan terjadi kejahatan.9
Berdasarkan kedua teori tersebut tindak pidana pencurian dengan kekerasan
yang terjadi berdasarkan permasalahan disini dikarenakan adanya suatu kesempatan
dan adanya niat sehingga timbulnya keinginan untuk melakukan tindak pidana
pencurian dengan kekerasan.
9 Noach, Simanjuntak. B, dan Pasaribu I. L, 1984, Kriminologi, Tarsito, Bandung, h. 15.
13
2. Pasal 365 KUHP
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian yangdidahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan,terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudahpencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikandiri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yangdicuri.
(2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:
1.jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah ataupekarangan tertutup yang ada rumahnya, di berjalan;
2.jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;
3.jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjatatau dengan memakai anak kunci palsu, periniah palsu atau pakaian jabatanpalsu.
4.jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.
(3) Jika perbuatan mengakibatkan kematian maka diancam dengan pidana penjarapaling lama lima belas tuhun.
(4) Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selamawaktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkanluka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih denganbersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam no. 1 dan3.
Dalam pasal ini mengandung unsur-unsur perbuatan dari pencurian dengan
kekerasan, dan dapat digunakan untuk menerapkan sanksi bagi pelaku kasus
pencurian dengan kekerasan.
3. Preventif dan Represif
Upaya pertama yang harus dilakukan dalam penanggulangan kejahatan adalah
melalui cara preventif atau sebelum kejahatan terjadi.
Tindakan pencegahan lebih baik dari pada tindakan represif. Usaha
pencegahan lebih ekonomis bila dibandingkan dengan usaha represif dan rehabilitasi.
14
Usaha pencegahan juga dapat dilakukan secara perorangan dan tidak selalu
memerlukan keahlian seperti pada usaha represif dan rehabilitasi. Misalnya menjaga
diri jangan sampai menjadi korban kriminalitas, tidak lalai mengunci rumah atau
kendaraan, memasang lampu di tempat-tempat gelap. Usaha pencegahan dapat pula
mempererat persatuan, kerukunan dan meningkatkan rasa tanggung jawab kepada
sesama anggota masyarakat.
Strategi pencegahan kejaahatan haruslah lebih bersifat teoritis praktis, maka
beberapa ahli memutuskan untuk membagi pencegahan kejahatan ke dalam tiga
pendekatan, yaitu :
1. Pencegahan kejahatan melalui pendekatan sosial biasanya disebut sebagai
social crime prevention, segala kegiatannya bertujuan untuk menumpas
akar penyebab kejahatan dan kesempatan untuk individu melakukan
pelanggaran. Yang menjadi sasarannya adalah baik populasi umum
masyarakat maupun kelompok-kelompok yang secara khusus mempunyai
resiko tinggi untuk melakukan pelanggaran.
2. Pencegahan kejahatan melalui pendekatan situasional biasanya disebut
sebagai situasional crime prevention, perhatian utamanya adalah
mengurangi kesempatan seseorang atau kelompok untuk melakukan
pelanggaran.
3. Pencegahan kejahatan melalui pendekatan kemasyarakatan atau sering juga
disebut sebagai community based crime prevention, sebagai langkah
ditunjukan untuk memperbaiki kapasitas masyarakat untuk mengurangi
15
kejahatan dengan jalan meningkatkan kapasitas mereka untuk
menggunakan kontrol sosial informan.10
Menurut Beccaria, represif bertujuan untuk mencegah seseorang melakukan
kejahatan dan bukan merupakan pembalasan dendam dari masyarakat.11 Bukan
dengan kekerasan, akan tetapi dengan kepastian dan kecepatan dalam penjatuhan
hukumanlah yang dapat menjamin hasil yang baik.12 Penjatuhan hukuman harus pasti
dan cepat dan hukuman harus ditetukan secara tegas sesuai dengan kerusakan atau
kerugian yang terjadi dalam masyarakat akibat kejahatan tersebut.13
1.8. Hipotesis
Pembahasan dari rumusan masalah :
1. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya tindak pidana pencurian
dengan kekerasan di wilayah hukum Polres Badung ?
Kaitannya dengan faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana
pencurian dengan kekerasan meliputi :
1. Faktor Ekonomi
2. Faktor lingkungan yang buruk
3. Faktor Urbanisasi
4. Faktor Pendidikan
10 Moh Kemal Dermawan, 1994, Strategi Pencegahan Kejahatan, Citra Aditya Bakti,Bandung, h.17.
11 Barnes, harry Elmer & Teeters, Negley K, 1971, New Horizons in Criminologyditerjemahkan oleh Romli Atmasasmita, Penerbit Alumni, Bandung, h.5.
12 Ibid.13 Ibid.
16
5. Faktor Minuman Beralkohol
2. Bagaimana upaya penanggulangan tindak pidana pencurian dengan kekerasan di
wilayah hukum Polres Badung ?
Upaya penanggulangan tindak pidana pencurian dengan kekerasan ini dibagi
menjadi 2 :
1. Upaya penanggulangan secara preventif
2. Upaya penanggulangan secara represif
1. Upaya penanggulangan secara preventif yang dilakukan oleh Polres Badung
dilakukan dengan cara :
a. Pihak Kepolisian Polres Badung melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah
baik ke SD, SMP maupun ke SMA mengenai tindak pidana pencurian
dengan kekerasan.
b. Pihak Kepolisian Polres Badung melakukan sosialisasi terhadap warga-
warga khususnya di wilayah Polres Badung agar lebih waspada terhadap
segala jenis tindak kejahatan yang terjadi di wilayah Polres Badung
khususnya mengenai tindak pidana pencurian dengan kekerasan.
c. Melakukan razia Minuman keras, di karenakan di wilayah Polres Badung
pelaku kejahatan baik kejahatan pencurian dengan kekerasan maupun
tindak pidana lainnya lebih sering di karenakan pelaku mabuk atau
meminum minuman keras sebelum melakukan aksinya.
d. Meningkatkan keamanan di wilayah Kepolisian Polres Badung agar dapat
meminimalisir terjadinya suatu kejahatan.
17
2. Upaya penggulangan represif merupakan penanggulangan yang terjadi setelah
terjadinya suatu tindak pidana, jadi adapun upaya penanggulangan represif yang di
lakukan oleh Polres Badung dalam mengatasi dan menaggulangi tindak pidana
pencurian dengan kekerasan adalah Kepolisian sebagai penyidik dan sekaligus
pelindung, pengayom dan pelayanan masyarakat, Polres Badung harus teliti dan
cermat dalam mencari bukti-bukti seperti visum maupun keterangan saksi, agar
pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan tidak lepas begitu saja dari tindak
pidana yang disangkakan. Penanggulangan secara represif Polres Badung adalah
dengan menindak pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan agar di berikan
sanksi yang seberat-beratnya sehingga dapat memberikan efek jera pada pelaku
tindak pidana sehingga pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan ini tidak
berani mengulangi suatu tindakan pidana tersebut bila pelaku tindak pidana tersebut
telah keluar dari lembaga pemasyarakatan.
3. Langkah penanggulangan yang dapat menjadi acuan bagi masyarakat beserta
pemerintah dan para penegak hukum dalam menanggulangi tindak pidana pencurian
dengan kekerasan adalah sebagai berikut :
a. Dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam pengungkapan kasus
kejahatan khususnya kasus pencurian dengan kekerasan, apabila tindak pidana
pencurian dengan kekerasan terjadi di lingkungan sekitar, maka pihak
masyarakat yang mengetahui adanya tindak pidana pencurian dengan
kekerasan segera mengadukan hal tersebut ke aparat keamanan setempat.
18
b. Kepolisian sebagai penyidik dan sekaligus pelindung, pengayom dan
pelayanan masyarakat, oleh sebab itu, kinerja, profesinalisme maupun
mentalitas dari pihak kepolisian sangat diharapkan dalam hal ini dalam
mengungkap kejahatan khususnya kasus-kasus pencurian dengan kekerasan.
c. Penuntut umum adalah jaksa yang diberikan wewenang oleh undang-undang
untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim sesuai
dengan Pasal 13 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Kejaksaan merupakan suatu institusi yang diberikan wewenang untuk
melakukan penuntutan terhadap pelaku, yang dimana jaksa diharapkan untuk
dapat mencermati, menelaah dan memperhatikan unsur-unsur pasal yang
disangkakan dalam mendakwa dan menuntut para pelaku pencurian dengan
kekerasan agar dijerat dengan pasal yang sesuai dengan perbuatan pelaku.
d. Pihak kehakiman harus bekerja efisen dalam menjatuhkan hukuman yang
benar-benar setimpal dengan perbuatan pelaku. Ini bukan sekedar suatu
kesempatan balas dendam, melainkan agar pelaku jera dan supaya para calon
pelaku yang berikutnya berpikir seribu kali jika hendak berniat melakukan
tindak pidana pencurian dengan kekerasan, dan supaya korban dan keluarga
serta masyarakat merasa lebih tenang dan terlindungi serta demi kepercayaan
masyarakat terhadap hukum di Indonesia ini tetap dapat dipertahankan.
19
1.9. Metode Penelitian
1.9.1. Jenis penelitian
Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis empiris, dimana
hukum dikonsepkan sebagai suatu gejala yang langsung diamati dalam kehidupan
nyata. Penelitian ini direalisasikan terhadap efektivitas hukum atau peraturan yang
sedang berlaku ataupun penelitian terhadap identifikasi hukum. Penelitian ini tidak
hanya sebatas mempelajari pasal-pasal perundangan dan pendapat para ahli untuk
kemudian diuraikan, tetapi juga menggunakan bahan-bahan yang sifatnya normatif
tersebut dalam rangka mengolah dan menganalisis data-data dari lapangan yang
disajikan sebagai pembahasan.
1.9.2. Jenis pendekatan
Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kasus
dan pendekatan fakta. Pendekatan kasus dilakukan dengan cara meneliti kasus-kasus
yang telah terjadi di wilayah hukum Polres Badung. Sedangkan pendekatan fakta
digunakan dengan mengadakan penelitian terhadap data dan wawancara langsung
terhadap pihak-pihak terkait.
1.9.3. Sifat penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian ini bertujuan menggambarkan
secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Penelitian ini
20
menggambarkan tentang penanggulangan tindak pidana pencurian dengan kekerasan
di wilayah hukum Polres Badung.
1.9.4. Sumber data
Berdasarkan atas penggunaan Bahan Hukum Primer dan Bahan Hukum
Sekunder dalam penelitian hukum empiris. Masing-masing dapat diuraikan sebagai
berikut :
Jenis-jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Sumber data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui suatu
penelitian lapangan dengan cara wawancara kepada pihak-pihak terkait
dalam hal ini Polres Badung maupun Pengadilan Negeri Badung.
2. Sumber data sekunder merupakan data-data yang diperoleh melalui studi
kepustakaan yaitu penelaahan terhadap Peraturan Perundang-Undangan
terkait, serta buku-buku litratur sebagai bahan bacaan.
1.9.5. Teknik pengumpulan data hukum
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data tertentu sesuai dengan
fakta yang berkaitan dengan permasalahan dalam skripsi ini. Teknik yang digunakan
antara lain
1. Penelitian lapangan (field research), penelitian ini dilakukan dengan
cara terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh data primer.
2. Penelitian pustaka (library research), penelitian ini dilakukan dengan
cara mengumpulkan data sekunder yang diperoleh dari bahan hukum.
21
1.9.6. Teknik penentuan sampel penelitian
Teknik penentuan sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
teknik non-probability sampling. Teknik ini digunakan agar diperoleh subyek-subyek
yang ditunjuk sesuai dengan tujuan penelitian, dimana semua populasi mempunya
kemungkinan dan kesempatan yang sama untuk ditetapkan menjadi sampel. Teknik
pengumpulan sampel dengan teknik non-probabilitas yang digunakan menekankan
pada bentuk Purposive Sampling yaitu penarikan sampel dilakukan berdasarkan
tujuan tertentu, yaitu sampel dipilih atau ditentukan sendiri oleh si peneliti, yang
mana penunjukan dan pemilihan sampel didasarkan pertimbangan bahwa sampel
telah memenuhi kreteria dan sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri
utama dari populasinya.
Sampel yang dipergunakan peneliti dalam penelitian skripsi ini diambil dari
Polres Badung.
1.9.7. Teknik analisis
Setelah data-data primer dan sekunder dikumpulkan, kemudian data akan
diolah dan dianalisis untuk menghasilkan kesimpulan. Analisis yang digunakan
adalah analisis data yang berupaya memberikan gambaran secara jelas dan konkret
terhadap masalah penelitian yang dibahas secara kualitatif dan disajikan secara
deskriptif.
Recommended