View
11
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan Sastra
Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
743
ANALISIS SINONIM DAN ANTONIM
KATA القراءة, تلاوة, ترتيلا DALAM AL QUR’AN
Mirsa Nur Aini, Mutiara Fahrunnisa, dan Ridha Amalinda Lazuardi
Universitas Negeri Malang
ridhaamalinda@gmail.com
ABSTRAK : Pada hakikatnya, setiap kata dalam alqur’an memiliki
persamaan kata (sinonim). Akan tetapi, tidak semua kata tersebut memiliki
makna yang sama persis. Pasti terdapat perbedaan meskipun hampir sama
maknanya. Seperti pembahasan kami, yaitu tentang analisis kata ,القراءة, تلاوة
dalam alqur’an. Selain memiliki persamaan kata, namun ketiga kata ترتيلا
tersebut memiliki perbedaan makna sesuai dengan konteksnya.
KATA KUNCI : persamaan, perbedaanالقراءة, تلاوة, ترتيلا, konteks.
Ilmu dilalah ( علم الدلالة dalam bahasa Arab) atau yang biasa disebut
semantik (dalam bahasa Indonesia) merupakan salah satu bidang kajian lingusitik
yang mempelajari uraian makna kata. Dalam mempelajari makna kata, tentunya
akan didapati relasi atau hubungan makna antar sejumlah kata. Hubungan tersebut
dapat berupa hubungan sinonim, antonim, hipernim, dan sebagainya.
Al Qur’an sebagai kalam Allah yang mulia dan merupakan mahakarya
agung memiliki banyak keistimewaan, di antaranya dari sisi kebahasaan.
Kekayaan mufrodat yang dimiliki bahasa Arab dirangkai menjadi pedoman hidup
manusia yang penuh makna. Di dalam Al Quran pula ada berbagai kata memiliki
relasi makna yang bermacam-macam.
Relasi makna yang ada di dalam Al Quran adalah sinonimi dan antonimi.
Kata yang memiliki sinonimi dan antonimi ini tersebar di berbagai surat dan ayat
dalam Al Quran. Dalam makalah ini penulis menganalisis sinonimi dan antonimi
kata ،القراءة، تلاوةdan ترتيلا dalam Al- Quran. Ketiga kata tersebut memiliki makna
yang hampir sama di dalam alqu'an. Akan tetapi, ada beberapa perbedaan makna
konteks dari ketiga kata tersebut.
ISSN: 2598-0637 Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan
Sastra Arab
744 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
BENTUK KATA (SHIGOT)
NO KATA SURAT SHIGOT
ت 1رأ An-nahl 16:98 Fi’il madhi ق
ت 2رأ Al-isra’ 17:45 Fi’il madhi ق
وته 3
Al-baqoroh 2:121 Isim mashdar تلا
4
رتيلا Al-furqon 25:32 Hal ت
5
رتيلا Al-muzammil 73:4 Hal ت
AYAT AL-QURAN DAN PENAFSIRANNYA
Ayat Al-Quran dan terjemahan
a. Surat Al-Nahl 16:98
جيم ان الريط
ـه من الش
بالل
استعذ
قرآن ف
ال
ترأا ق
إذ ف
Artinya : Apabila kamu membaca Al-Quran,hendaklah kamu meminta
perindungankepada Allah dari syaitan yang terkutuk (tafsir ibnu katsir jilid
5:104)”
b. Surat Al-Isra’ 17:45
اوإذ
ترأستورا ق خرة حجابا م
منون بال
يؤ
ذين لا
نا بينك وبين ال
قرآن جعل
ال
“Artinya : Dan apabila kamu membaca Al-Quran niscaya kami adakan
antara kamu orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat,suatu
dinding yang tertutup . (tafsir ibnu katsir jilid 5 : 171)”
c. Surat Al-Baqoroh 2:121
ئك هم ـولأفر به ف
منون به ومن يك
ئك يؤ
ـولوته أ
ه حق تل
ونكتاب يتل
يناهم ال
ذين آت
ال
اسرون خ ال
Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan Sastra
Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
745
Artinya : Orang-orang yang telah kami beri al Kitab kepadanya, mereka
membacanya dengan bacaanyang sebenarnya,mereka itu beriman kepadanya,dan
barang siapa yang ingkar kepadanya maka mereka itulah orang-orang yang rugi.
(tafsir ibnu katsir 1:241)
d. Surat Al-Furqon ayat 25:32
ادك ؤت به ف ب
لك لنث
ذ ك واحدة
ةقرآن جمل
يه ال
ل عل ز
ن
ولا
روا ل
فذين ك
ال ال
وق
ناه ل ورت
رتيل
ت
Artinya : Berkatalah orang-orang kafir:”mengapa Al-Quran itu tidak
diturunkan kepadanya sekali turun saja?” demikianlah supaya kamu perkuat
hatimu dengannya dan kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).
(tafsir ibnu katsir 6:110)
e. Surat Al-Muzammil 73:4
قرآن ل ال
يه ورت
و زد عل
أ
رتيل
ت
Artinya : Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Quran dengan
perlahan-lahan . (tafsir ibnu katsir 8:319)
Penafsiran
a. Surat An-Nahl 16:98
Ini merupakan perintah dari Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya melalui lisan Nabi-
Nya, Muhammad, yaitu jika mereka akan membaca al-Qur’an, maka hendaklah mereka meminta
perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. Perintah ini bersifat anjuran, bukan
kewajiban. Kesepakatan mengenai hal itu diceritakan oleh Abu Ja’far bin Jarir dan imam-imam
lainnya. Hadits yang berkenaan dengan permohonan perlindungan ini telah kami kemukakan
sebelumnya pada pembahasan pertama. Segala puji dan sanjungan hanya milik Allah. (Tafsir Ibnu
Katsir 104)
b. Surat Al-Isra’ 17:45
Jika kamu, hai Muhammad, membacakan al-Qur’an kepada orang-orang
musyrik itu, maka Kami adakan antara dirimu dan mereka itu hijab yang
menghalangi. Qatadah dan Ibnu Zaid mengemukakan, yaitu penutup dalam hati
mereka. Sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala ini: “Mereka berkata: ‘Hati
kami berada dalani tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya
ISSN: 2598-0637 Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan
Sastra Arab
746 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
dan di telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu terdapat dinding.”
(QS. Fushshilat: 5).Yakni, dinding pemisah yang menghalangi dirinya sampai
kepada kami, apa pun yang kamu katakan.
Firman-Nya: hijaaban mastuuran (“Suatu dinding yang tertutup.”) Dengan
arti; yang menutupi, karena menghalangi. Ada juga yang mengartikan, yakni
tertutup dari pandangan, sehingga tidak dapat melihat apa pun. Dengan demikian,
hal itu berpengertian terdapat dinding pemisah antara mereka dengan petunjuk.
Dan yang cenderung kepada pentarjihan pendapat tersebut adalah Ibnu Jarir.
(Tafsir Ibnu Katsir 171-172)
c. Surat Al-Baqoroh 2:121
Dan firman Allah: alladziina aatainaaHumul kitaaba yatluu naHuu haqqa
tilaawatiHi (“Orang-orang yang telah Kami beri al-Kitab kepadanya, mereka
membacanya dengan bacaan yang sebenarnya.”) Dari Qatadah bahwa Sa’id
meriwayatkan: “Mereka itu adalah para sahabat Rasulullah.”
Abul `Aliyah mengatakan, Ibnu Mas’ud mengemukakan: “Demi Dzat
yang jiwaku berada ditangan-Nya, sesungguhnya yang dimaksud dengan
membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, adalah menghalalkan apa yang
dihalalkan-Nya dan mengharamkan apa yang diharamkan-Nya serta membacanya
sesuai dengan apa yang diturunkan Allah Ta’ala, tidak mengubah kalimat dari
tempatnya, dan tidak menafsirkan satu kata pun dengan penafsiran yang tidak
seharusnya.”
Al-Hasan al-Bashri mengatakan: “Mereka mengamalkan ayat-ayat
muhkam di dalam al-Qur’an dan beriman dengan ayat-ayat mutasyabihat yang ada
di dalamnya, serta menyerahkan hal-hal yang sulit difahami kepada yang
mengetahuinya.”Mengenai firman-Nya: yatluunaHuu haqqa tilaawatiHi (“Mereka
membacanya dengan bacaan yang sebenarnya.”) Ibnu Abi Hatim meriwayatkan
dari Ibnu Abbas, ia mengatakan: “[Maksud ayat ini adalah] mereka mengikutinya
dengan sebenar-benarnya.” Setelah itu Ibnu Abbas membaca ayat: wal qamara
idzaa talaaHaa (“Dan bulan apabila mengiringinya”) (asy-Syams: 2) ia
mengatakan: kata “talaaHaa” pada ayat ini maksudnya) yaitu mengikutinya.
Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan Sastra
Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
747
Firman-Nya: ulaa-ika yu’minuuna biHi (“Mereka itu beriman kepadanya”)
merupakan khabar (penjelasan) dari firman-Nya, alladziina aatainaaHumul
kitaaba yatluu naHuu haqqa tilaawatiHi (“Orang-orang yang telah Kami beri al-
Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya.”)
Artinya, “Barangsiapa di antara Ahlul Kitab yang menegakkan kitab Allah yang
diturunkan kepada para nabi terdahulu dengan sebenar-benarnya, maka ia akan
beriman kepada apa yang engkau bawa, hai Muhammad.
Sebagaimana firman Allah yang artinya: “Dan sekiranya mereka sungguh-
sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil, dan (al-Qur’an), yang diturunkan
kepada mereka dari Rabb mereka, niscaya mereka akan mendapat makanan dari
atas mereka dan dari bawah kaki mereka.” (QS. Al-Maa-idah: 66)
Artinya jika kalian benar-benar menegakkan (mengamalkan) Taurat, Injil,
dan al-Qur’an, beriman kepadanya dengan sebenar-benarnya, serta membenarkan
kandungannya yang memuat berita-berita mengenai pengutusan Nabi
Muhammad, sifat-sifatnya, perintah untuk mengikutinya, dan membantu serta
mendukungnya, niscaya hal itu akan membantu kalian kepada kebenaran dan
menjadikan kalian mengikuti kebaikan di dunia dan di akhirat, sebagaimana
firman Allah yang artinya: “[Yaitu] Orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi
yang ummi yang [namanya] mereka dapatkan tertulis di dalam Taurat dan Injil
yang ada di sisi mereka.” (QS. Al-A’raaf: 157)
Dan dalam hadits shahih Muslim disebutkan, Rasulullah bersabda: “Demi
Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini, baik
Yahudi maupun Nasrani yang mendengar tentang aku, lalu ia tidak beriman
kepadaku, melainkan ia akan masuk neraka. (Tafsir Ibnu Katsir 243-244)
d. Surat Al-Furqon ayat 25:32
Allah swt berfirman mengabarkan tentang pembangkangan dan Kerancuan
orang orang kafir, serta komentar mereka yang tidak berharga, di mana mereka
berkata, { واحدة
ةقرءان جمل
يه ال
ل عل ز
نولا
mengapa al-Qur-an itu tidak’‘ {ل
diturunkan kepadanya sekali turun saja? " Yaitu, mengapakah tidak diturunkan
kitab yang diwahyukan kepadanya dengan sekaligus dengan secara keseluruhan,
ISSN: 2598-0637 Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan
Sastra Arab
748 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
sebagaimana kitab-kitab sebelumnya diturunkan sekaligus seperti Taurat, Injil,
Zabur dan kitab-kitab yang lainnya. Lalu Allah Ta'ala menjawab mereka dalam
masalah itu dengan menurunkannya berangsur-angsur selama 23 tahun sesuai
dengan kejadian dan peristiwa serta hukum-hukum yang dibutuhkan agar
memantapkan hati-hati orang beriman dengannya, seperti firman-Nya, الآية
ناه }رقا ف
رءان
-Dan al Qur'an itu telah kami turunkan dengan berangsur’‘ {وق
angsur, "dan ayat seterusnya. (QS. Al-Israa': 106). Untuk itu dia berfirman,{ ث بلنث
رتيلا
ناه ت
ل ادك ورت
ؤ demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan’‘{به ف
kami memohon membacakannya secara tartil.’’
e. Surat Al-Muzammil 73:4
Bacalah Al-Qur'an dengan tartil (perlahan-lahan) karena sesungguhnya
bacaan seperti ini membantu untuk memahami dan merenungkan makna yang
dibaca, dan memang demikianlah bacaan yang dilakukan oleh Nabi Saw.
Sehingga Siti Aisyah r.a. mengatakan bahwa Nabi Saw. bila membaca Al-Qur'an
yaitu perlahan-lahan sehingga bacaan beliau terasa paling Iama dibandingkan
dengan orang Lain.
Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan melalui sahabat Anas r.a., bahwa
ia pernah ditanya tentang bacaan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. Maka ia
menjawab, bahwa bacaan Al-Qur'an yang dilakukan oleh beliau panjang. Bila
beliau membaca: Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. (Al-Fatihah: 1) Maka beliau memanjangkan bismillah, dan
memanjangkan Ar-Rahman dan juga memanjangkan bacaan Ar-Rahim.
Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Ummu
Salamah r.a., bahwa ia pernah ditanya tentang qiraat Rasulullah Saw. Maka
Ummu Salamah menjawab bahwa beliau membaca Al-Qur'an ayat demi ayat yang
setiap ayatnya berhenti:
حال حيم الرهحمنالره
حيمبسمالله حمنالره الرهين
عال
ال
رب مدلله
ين مالكيومالد
Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan Sastra
Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
749
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Segalapuji bagi Allah Tuhan semesta alam, Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan. (Al-Fatihah: 1-4)
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dan Imam Abu Daud serta
Imam Turmuzi.
،عنعبد ،عنعاصم،عنزر
يان
حمن،عنسف اعبدالره
نث حمد:حده
مامأ
الال
ق
الله ىهصل
بي هالن عن عمرو، بن
،اللهوارق
رأاق رآن:
قال لصاحب ال
"يق ال:
ق م
هوسل يه
عل
ها".رؤ
قآخرآيةت
دكعن
تزلمن إنه
يا،ف
ن لفيالد
رتتتنماك
لك
ورت
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur
Rahman, dari Sufyan, dari Asim, dari Zar, dari Abdullah ibnu Amr, dari Nabi
Saw. yang telah bersabda: Dikatakan kepada pembaca Al-Qur’an, "Bacalah
dengan suara indah dan perlahan-lahan sebagaimana engkan membacanya
dengan tartil sewaktu di dunia, karena sesungguhnya kedudukanmu berada di
akhir ayat yang kamu baca!"
Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai meriwayatkannya
melalui hadis Sufyan As-Sauri dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi
mengatakan bahwa hadis ini kalau tidak hasan, sahih.
Dalam pembahasan yang terdahulu pada permulaan tafsir telah disebutkan
hadis-hadis yang menunjukkan anjuran membaca Al-Qur'an dengan bacaan tartil
dan suara yang indah, seperti hadis berikut:
م"صواتك
بأ
رآن
قنواال
ي "ز
Hiasilah Al-Qur’an dengan suara kalian!
امنل
هيسمن
رآن""ل
قبال نه
غ ميت
Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak melagukan bacaan Al-
Qur’an.
Dan Rasulullah Saw. pernah bersabda setelah mendengar suara Abu Musa
Al-Asy'ari membaca Al-Qur'an:
وتيهذامزمارمنمزاميرآلداود"دأ
ق "ل
Sesungguhnya orang ini telah dianugerahi suara yang indah seperti suara
seruling keluarga Daud.
ISSN: 2598-0637 Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan
Sastra Arab
750 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Maka Abu Musa menjawab, "Seandainya aku mengetahui bahwa engkau
mendengarkan bacaanku, tentulah aku akan melagukannya dengan lagu yang
terindah untukmu."
Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, bahwa ia telah mengatakan, "Janganlah
kamu membacanya dengan bacaan seperti menabur pasir, jangan pula
membacanya dengan bacaan tergesa-gesa seperti membaca puisi (syair).
Berhentilah pada hal-hal yang mengagumkan, dan gerakkanlah hati untuk
meresapinya, dan janganlah tujuan seseorang dari kamu hanyalah akhir surat
saja." Diriwayatkan oleh Al-Bagawi.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Adam, telah
menceritakan kepada kami Syu'bah, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu
Murrah; ia pernah mendengar Abu Wa-il mengatakan, bahwa seseorang datang
kepada Ibnu Mas'ud, lalu berkata, "Tadi malam aku telah membaca surat Al-
Mufassal (surat-surat yang pendek) dalam satu rakaat." Maka Ibnu Mas'ud
menjawab, "Berarti bacaanmu seperti bacaan terhadap syair (tergesa-gesa).
Sesungguhnya aku telah mengetahui surat-surat yang bacaannya digandengkan
oleh Rasulullah Saw. di antara surat-surat Al-Mufassal itu." Lalu Ibnu Mas'ud
menyebutkan dua puluh surat dari surat Al-Mufassal, dua surat tiap rakaatnya.
(Tafsir Ibnu Katsir 320-321)
Persamaan dan Perbedaan
a. Persamaan
Menurut KBBI Persamaan atau sinonim adalah bentuk bahasa yang
maknanya mirip atau sama dengan bentuk bahasa lain. Dalam bahasa arab
sinonim berpadanan dengan mutaradif. Syahin (dalam Ainin dan Asrosi,2011)
selain menggunakan istilah mutaradif juga menggunakan istilah musytarak
maknawi.
Dalam ketiga kata pada ayat Al-Quran tersebut yakni يقرأ dan تلاوة dan
termasuk dalam sinonim atau mutaradif, Sederhananya karena ketiga kata ترتيلا
tersebut dapat diperjemahkan dengan "membaca", sebagaimana yang biasa
digunakan dalam bahasa Arab. meskipun maksud makna membaca dalam ketiga
Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan Sastra
Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
751
kata tersebut berbeda akan tetapi ketiganya masih dikatakan bersinonim karena
masih bisa digunakan dalam kalimat yang sama tanpa mengubah makna.
b. Perbedaan
Menurut KBBI Beda adalah sesuatu yang menjadikan berlainan (tidak
sama) antara benda yang satu dan benda yang lain; ketidaksamaan. Jadi meskipun
diantara ketiga kata itu memiliki persamaan pasti juga memiliki perbedaan.
Perbedaannya terletak pada pendalaman makna.
Secara umum, menerjemahkan ketiganya sebagai "membaca" adalah
benar, namun tidak lengkap. Dalam penggunaan bahasa Arab maupun al-Qur'an
sendiri, ketiganya terkadang bisa saling menggantikan. Namun, dengan meneliti
kamus-kamus dan kitab-kitab tafsir, tampak jelas kosakata bahasa Indonesia tidak
mampu menangkap secara sempurna makna aslinya.
Qiroah kata ini mencirikan sebuah aktifitas intelektual yang terus menerus,
mendalam, intensif. Meskipun tetap bermakna membaca atau melafalkan huruf-
huruf sehingga tercipta suatu makna, namun titik tekannya bukan pada pembacaan
bersuara. Fokus qira'ah adalah meraih makna atau pengertian dari apa yang
dibaca tersebut. Jika dikaitkan dengan al-Qur'an, yang mana nama kitab suci ini
sendiri juga berasal dari kata qira'ah, maka membaca disini harus
disertai tadabbur, tafakkur, dan tadzakkur. Tidak disebut qira'ah jika hanya
menekankan pelafalan lisan dan mengeraskan suara. Qira'ah adalah aktifitas yang
sistematis, terstruktur, disengaja, sadar dan memiliki tujuan jelas. Dalam hal ini,
adalah demi memperoleh hidayah Allah.
Tilawah pada dasarnya berarti "bergerak maju", mengikuti urutan, pergi
mengejar, mengambil sebagai pembimbing, pemimpin, model, menerima
wewenang, mendukung penyebabnya, bertindak, mempraktekkan jalan hidup,
memahami, mengikuti latihan berpikir – atau mengikuti membaca, memahami
dan mengikuti (petunjuk) al-Qur’an – adalah tugas mereka yang mengaku
beriman pada kitab suci ini.
Dengan demikian, tilawah merupakan upaya intensif untuk mengikatkan
diri kepada firman-firman Allah satu demi satu, selangkah demi selangkah, hingga
ISSN: 2598-0637 Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan
Sastra Arab
752 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
mencapai taraf tertentu yang dipersyaratkan untuk siap memasuki tingkatan
selanjutnya.
Tartil dianjurkan untuk proses tadabbur atau tujuan lainnya. Mereka juga
mengatakan bahwa tartil dianjurkan terutama bagi orang-orang non-Arab ('ajam),
yang tidak memahami maknanya, karena hal lebih mendekatkan kepada sikap
pengagungan serta penghormatan terhadap al-Qur'an, serta lebih kuat
pengaruhnya ke hati.
Oleh karenanya, dalam al-Muzzammil, tartil adalah membaca al-Qur'an
secara bersuara, perlahan dan dengan menerapkan hukum-hukum bacaan recara
tepat. Secara khusus, aktifitas ini dilakukan dalam shalat dan di malam hari,
yakni qiyamul-lail. Dari sini, diharapkan lahir kesan ke dalam jiwa, sebagaimana
dijelaskan dalam rangkaian ayat-ayat al-Muzzammil itu sendiri.
KESIMPULAN
Sederhananya, kita tetap bisa menerjemahkan ketiga kosakata diatas dengan
"membaca", sebagaimana yang biasa digunakan dalam bahasa Arab. Akan tetapi,
dalam praktek tarbiyah, harus ada penekanan dan fokus yang jelas. Tujuannya,
agar kita tidak terjebak pada salah satu aspek membaca dan merasa cukup.
Kesulitan dalam berinteraksi dengan al-Qur'an berawal dari tidak
lengkapnya thariqah. Boleh jadi, sebagian orang telah berulang-ulang
menyelesaikan tartil, namun ia melupakan qira'ah dan tilawah. Atau hanya
mengintensifkan qira'ah, tanpa disertai tilawah dan tartil. Pun, bisa jadi ada yang
telah menjalankan tilawah, namun tidak ditemukan
aktifitas qira'ah dan tartil dalam kesehariannya.
Masing-masing dari ketiga thariqah membaca diatas memiliki fungsi khas.
Fungsi-fungsi tersebut harus diseimbangkan sedemikian rupa agar atsar ayat-ayat
Allah betul-betul nyata dalam karakter iman kita. Dengan kata lain, dalam
berinteraksi dengan al-Qur’an, kita harus melibatkan tiga hal sekaligus.
Pertama, adanya proses qira’ah, berupa pemahaman mendalam, studi
intensif, analisa, perenungan, dst. Termasuk dalam cakupan ini adalah hafalan
(tahfizh). Aktifitas qira'ah merupakan upaya untuk merawat iman dari sisi
Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan Sastra
Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
753
intelektual, yakni dengan berdasar ilmu yang benar. Hujjatul Islam Abu Hamid al-
Ghazali menulis kitab al-Arba'in fi Ushuliddin, yang dari struktur pembahasannya
terungkap bahwa landasan semua perkara dalam Islam (ushuluddin) adalah ilmu,
dimana secara sepesifik dirinci sebagai prinsip-prinsip akidah Islam.[8]
Kedua, sekaligus ada upaya tilawah, yakni aktifitas riil untuk mengikuti
isinya, mengamalkan, menerapkan, mengikuti tahapan, mematuhi rambu-rambu,
memenuhi haknya sebagai Kitab Suci, menjadikan al-Qur'an sebagai "imam yang
diikuti", dst. Aktifitas ini merupakan usaha merawat iman dengan terus-menerus
menambah ketaatan, menjauhi kemaksiatan, menjaga adab dan akhlaq baik lahir
maupun batin. Iman adalah amal, dan setiap amal pasti memiliki pengaruh kepada
keimanan seseorang. Jika baik, maka baiklah pengaruhnya. Demikian pula
sebaliknya. Ada cukup banyak hadits shahih tentang masalah ini. Dalam
jangakauan yang luas dan rinci, Anda dapat temukan spirit tersebut dalam dua
kitab karya Imam an-Nawawi, yaitu Riyadhus Shalihin dan al-Adzkar an-
Nawawiyyah.
Ketiga, di sepanjang waktu ini, seseorang tidak boleh lepas dari amaliah
lisan, yakni tartil, berupa bacaan-bacaan yang teratur, menerapkan hukum-hukum
tajwid, khusyu’, tidak bosan, tidak pula berlebihan, dst. Aktifitas ini bertujuan
untuk tetap merawat kedekatan serta keakraban spiritual kita dengan Allah. Ada
hadits-hadits yang menyatakan bahwa al-Qur'an adalah tali Allah yang
menghubungkan Dia dengan hamba-Nya. Dengan membaca al-Qur'an, seolah kita
sendiri yang diajak berbicara oleh-Nya. Masalah ini sudah cukup luas dirinci
dalam buku-buku ulumul Qur'an maupun kitab hadits, utamanya bab-bab yang
berkaitan dengan fadha'il al-Qur'an. Imam an-Nawawi punya satu karya yanf
khusus membahas etika berinteraksi dengan al-Qur'an, at-Tibyaan fi
Adabi Hamalati al-Qur'an. Silakan merujuknya kesana.
ISSN: 2598-0637 Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan
Sastra Arab
754 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
DAFTAR RUJUKAN
Ainin, Moh. dan Asrori, Imam. Semantik Bahasa Arab, Malang, CV Bintang
Sejahtera Press, 2011
Departemen Agama RI. 2004. Al Quran dan Terjemahnya Al Jumanatul Ali.
Jakarta: J-Art.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Muhammad bin Abdullah,Tafsir Ibnu Katsir,Bogor : Pustaka Imam asy-
syafi’i,2003
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta
Tiawaldi, Adit dan Muhbib Abdul Wahab. 2017. "Perkembangan Bahasa Arab
Modern dalam Perspektif Sintaksis dan Semantik pada Majalah
Aljazeera". Arabiyat: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban
Vol. IV No. I
http://adabuna.blogspot.co.id/2012/04/membaca-qiraah-tartil-dan-tilawah.html
Diakses pada 28 Maret 2018 pukul 19.05 WIB.
http://www.rul-sq.info/2015/05/dimensi-tartil-qiraah-tilawah-dan.html
Diakses pada 29 Maret 2018 pukul 16.00 WIB.
https://daralkayyis2014.wordpress.com/2014/09/07/beda-qiroah-dan-tilawah/
Diakses pada 29 Maret 2018 pukul 20.00 WIB.
Recommended