12
Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan Sastra Arab ISSN 2598-0637 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang 743 ANALISIS SINONIM DAN ANTONIM KATA وة, ترتي ت القراءة,DALAM AL QUR’AN Mirsa Nur Aini, Mutiara Fahrunnisa, dan Ridha Amalinda Lazuardi Universitas Negeri Malang [email protected] ABSTRAK : Pada hakikatnya, setiap kata dalam alqur’an memiliki persamaan kata (sinonim). Akan tetapi, tidak semua kata tersebut memiliki makna yang sama persis. Pasti terdapat perbedaan meskipun hampir sama maknanya. Seperti pembahasan kami, yaitu tentang analisis kata وة, ت القراءة, ترتيdalam alqur’an. Selain memiliki persamaan kata, namun ketiga kata tersebut memiliki perbedaan makna sesuai dengan konteksnya. KATA KUNCI : persamaan, perbedaan وة, ترتي تالقراءة,, konteks. Ilmu dilalah ( لةم الد علdalam bahasa Arab) atau yang biasa disebut semantik (dalam bahasa Indonesia) merupakan salah satu bidang kajian lingusitik yang mempelajari uraian makna kata. Dalam mempelajari makna kata, tentunya akan didapati relasi atau hubungan makna antar sejumlah kata. Hubungan tersebut dapat berupa hubungan sinonim, antonim, hipernim, dan sebagainya. Al Qur’an sebagai kalam Allah yang mulia dan merupakan mahakarya agung memiliki banyak keistimewaan, di antaranya dari sisi kebahasaan. Kekayaan mufrodat yang dimiliki bahasa Arab dirangkai menjadi pedoman hidup manusia yang penuh makna. Di dalam Al Quran pula ada berbagai kata memiliki relasi makna yang bermacam-macam. Relasi makna yang ada di dalam Al Quran adalah sinonimi dan antonimi. Kata yang memiliki sinonimi dan antonimi ini tersebar di berbagai surat dan ayat dalam Al Quran. Dalam makalah ini penulis menganalisis sinonimi dan antonimi kata وة،القراءة، تdan ترتيdalam Al- Quran. Ketiga kata tersebut memiliki makna yang hampir sama di dalam alqu'an. Akan tetapi, ada beberapa perbedaan makna konteks dari ketiga kata tersebut.

Ilmu dilalah ( ةللادلا ٕلع

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ilmu dilalah ( ةللادلا ٕلع

Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan Sastra

Arab ISSN 2598-0637

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

743

ANALISIS SINONIM DAN ANTONIM

KATA القراءة, تلاوة, ترتيلا DALAM AL QUR’AN

Mirsa Nur Aini, Mutiara Fahrunnisa, dan Ridha Amalinda Lazuardi

Universitas Negeri Malang

[email protected]

ABSTRAK : Pada hakikatnya, setiap kata dalam alqur’an memiliki

persamaan kata (sinonim). Akan tetapi, tidak semua kata tersebut memiliki

makna yang sama persis. Pasti terdapat perbedaan meskipun hampir sama

maknanya. Seperti pembahasan kami, yaitu tentang analisis kata ,القراءة, تلاوة

dalam alqur’an. Selain memiliki persamaan kata, namun ketiga kata ترتيلا

tersebut memiliki perbedaan makna sesuai dengan konteksnya.

KATA KUNCI : persamaan, perbedaanالقراءة, تلاوة, ترتيلا, konteks.

Ilmu dilalah ( علم الدلالة dalam bahasa Arab) atau yang biasa disebut

semantik (dalam bahasa Indonesia) merupakan salah satu bidang kajian lingusitik

yang mempelajari uraian makna kata. Dalam mempelajari makna kata, tentunya

akan didapati relasi atau hubungan makna antar sejumlah kata. Hubungan tersebut

dapat berupa hubungan sinonim, antonim, hipernim, dan sebagainya.

Al Qur’an sebagai kalam Allah yang mulia dan merupakan mahakarya

agung memiliki banyak keistimewaan, di antaranya dari sisi kebahasaan.

Kekayaan mufrodat yang dimiliki bahasa Arab dirangkai menjadi pedoman hidup

manusia yang penuh makna. Di dalam Al Quran pula ada berbagai kata memiliki

relasi makna yang bermacam-macam.

Relasi makna yang ada di dalam Al Quran adalah sinonimi dan antonimi.

Kata yang memiliki sinonimi dan antonimi ini tersebar di berbagai surat dan ayat

dalam Al Quran. Dalam makalah ini penulis menganalisis sinonimi dan antonimi

kata ،القراءة، تلاوةdan ترتيلا dalam Al- Quran. Ketiga kata tersebut memiliki makna

yang hampir sama di dalam alqu'an. Akan tetapi, ada beberapa perbedaan makna

konteks dari ketiga kata tersebut.

Page 2: Ilmu dilalah ( ةللادلا ٕلع

ISSN: 2598-0637 Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan

Sastra Arab

744 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

BENTUK KATA (SHIGOT)

NO KATA SURAT SHIGOT

ت 1رأ An-nahl 16:98 Fi’il madhi ق

ت 2رأ Al-isra’ 17:45 Fi’il madhi ق

وته 3

Al-baqoroh 2:121 Isim mashdar تلا

4

رتيلا Al-furqon 25:32 Hal ت

5

رتيلا Al-muzammil 73:4 Hal ت

AYAT AL-QURAN DAN PENAFSIRANNYA

Ayat Al-Quran dan terjemahan

a. Surat Al-Nahl 16:98

جيم ان الريط

ـه من الش

بالل

استعذ

قرآن ف

ال

ترأا ق

إذ ف

Artinya : Apabila kamu membaca Al-Quran,hendaklah kamu meminta

perindungankepada Allah dari syaitan yang terkutuk (tafsir ibnu katsir jilid

5:104)”

b. Surat Al-Isra’ 17:45

اوإذ

ترأستورا ق خرة حجابا م

منون بال

يؤ

ذين لا

نا بينك وبين ال

قرآن جعل

ال

“Artinya : Dan apabila kamu membaca Al-Quran niscaya kami adakan

antara kamu orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat,suatu

dinding yang tertutup . (tafsir ibnu katsir jilid 5 : 171)”

c. Surat Al-Baqoroh 2:121

ئك هم ـولأفر به ف

منون به ومن يك

ئك يؤ

ـولوته أ

ه حق تل

ونكتاب يتل

يناهم ال

ذين آت

ال

اسرون خ ال

Page 3: Ilmu dilalah ( ةللادلا ٕلع

Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan Sastra

Arab ISSN 2598-0637

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

745

Artinya : Orang-orang yang telah kami beri al Kitab kepadanya, mereka

membacanya dengan bacaanyang sebenarnya,mereka itu beriman kepadanya,dan

barang siapa yang ingkar kepadanya maka mereka itulah orang-orang yang rugi.

(tafsir ibnu katsir 1:241)

d. Surat Al-Furqon ayat 25:32

ادك ؤت به ف ب

لك لنث

ذ ك واحدة

ةقرآن جمل

يه ال

ل عل ز

ن

ولا

روا ل

فذين ك

ال ال

وق

ناه ل ورت

رتيل

ت

Artinya : Berkatalah orang-orang kafir:”mengapa Al-Quran itu tidak

diturunkan kepadanya sekali turun saja?” demikianlah supaya kamu perkuat

hatimu dengannya dan kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).

(tafsir ibnu katsir 6:110)

e. Surat Al-Muzammil 73:4

قرآن ل ال

يه ورت

و زد عل

أ

رتيل

ت

Artinya : Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Quran dengan

perlahan-lahan . (tafsir ibnu katsir 8:319)

Penafsiran

a. Surat An-Nahl 16:98

Ini merupakan perintah dari Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya melalui lisan Nabi-

Nya, Muhammad, yaitu jika mereka akan membaca al-Qur’an, maka hendaklah mereka meminta

perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. Perintah ini bersifat anjuran, bukan

kewajiban. Kesepakatan mengenai hal itu diceritakan oleh Abu Ja’far bin Jarir dan imam-imam

lainnya. Hadits yang berkenaan dengan permohonan perlindungan ini telah kami kemukakan

sebelumnya pada pembahasan pertama. Segala puji dan sanjungan hanya milik Allah. (Tafsir Ibnu

Katsir 104)

b. Surat Al-Isra’ 17:45

Jika kamu, hai Muhammad, membacakan al-Qur’an kepada orang-orang

musyrik itu, maka Kami adakan antara dirimu dan mereka itu hijab yang

menghalangi. Qatadah dan Ibnu Zaid mengemukakan, yaitu penutup dalam hati

mereka. Sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala ini: “Mereka berkata: ‘Hati

kami berada dalani tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya

Page 4: Ilmu dilalah ( ةللادلا ٕلع

ISSN: 2598-0637 Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan

Sastra Arab

746 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

dan di telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu terdapat dinding.”

(QS. Fushshilat: 5).Yakni, dinding pemisah yang menghalangi dirinya sampai

kepada kami, apa pun yang kamu katakan.

Firman-Nya: hijaaban mastuuran (“Suatu dinding yang tertutup.”) Dengan

arti; yang menutupi, karena menghalangi. Ada juga yang mengartikan, yakni

tertutup dari pandangan, sehingga tidak dapat melihat apa pun. Dengan demikian,

hal itu berpengertian terdapat dinding pemisah antara mereka dengan petunjuk.

Dan yang cenderung kepada pentarjihan pendapat tersebut adalah Ibnu Jarir.

(Tafsir Ibnu Katsir 171-172)

c. Surat Al-Baqoroh 2:121

Dan firman Allah: alladziina aatainaaHumul kitaaba yatluu naHuu haqqa

tilaawatiHi (“Orang-orang yang telah Kami beri al-Kitab kepadanya, mereka

membacanya dengan bacaan yang sebenarnya.”) Dari Qatadah bahwa Sa’id

meriwayatkan: “Mereka itu adalah para sahabat Rasulullah.”

Abul `Aliyah mengatakan, Ibnu Mas’ud mengemukakan: “Demi Dzat

yang jiwaku berada ditangan-Nya, sesungguhnya yang dimaksud dengan

membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, adalah menghalalkan apa yang

dihalalkan-Nya dan mengharamkan apa yang diharamkan-Nya serta membacanya

sesuai dengan apa yang diturunkan Allah Ta’ala, tidak mengubah kalimat dari

tempatnya, dan tidak menafsirkan satu kata pun dengan penafsiran yang tidak

seharusnya.”

Al-Hasan al-Bashri mengatakan: “Mereka mengamalkan ayat-ayat

muhkam di dalam al-Qur’an dan beriman dengan ayat-ayat mutasyabihat yang ada

di dalamnya, serta menyerahkan hal-hal yang sulit difahami kepada yang

mengetahuinya.”Mengenai firman-Nya: yatluunaHuu haqqa tilaawatiHi (“Mereka

membacanya dengan bacaan yang sebenarnya.”) Ibnu Abi Hatim meriwayatkan

dari Ibnu Abbas, ia mengatakan: “[Maksud ayat ini adalah] mereka mengikutinya

dengan sebenar-benarnya.” Setelah itu Ibnu Abbas membaca ayat: wal qamara

idzaa talaaHaa (“Dan bulan apabila mengiringinya”) (asy-Syams: 2) ia

mengatakan: kata “talaaHaa” pada ayat ini maksudnya) yaitu mengikutinya.

Page 5: Ilmu dilalah ( ةللادلا ٕلع

Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan Sastra

Arab ISSN 2598-0637

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

747

Firman-Nya: ulaa-ika yu’minuuna biHi (“Mereka itu beriman kepadanya”)

merupakan khabar (penjelasan) dari firman-Nya, alladziina aatainaaHumul

kitaaba yatluu naHuu haqqa tilaawatiHi (“Orang-orang yang telah Kami beri al-

Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya.”)

Artinya, “Barangsiapa di antara Ahlul Kitab yang menegakkan kitab Allah yang

diturunkan kepada para nabi terdahulu dengan sebenar-benarnya, maka ia akan

beriman kepada apa yang engkau bawa, hai Muhammad.

Sebagaimana firman Allah yang artinya: “Dan sekiranya mereka sungguh-

sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil, dan (al-Qur’an), yang diturunkan

kepada mereka dari Rabb mereka, niscaya mereka akan mendapat makanan dari

atas mereka dan dari bawah kaki mereka.” (QS. Al-Maa-idah: 66)

Artinya jika kalian benar-benar menegakkan (mengamalkan) Taurat, Injil,

dan al-Qur’an, beriman kepadanya dengan sebenar-benarnya, serta membenarkan

kandungannya yang memuat berita-berita mengenai pengutusan Nabi

Muhammad, sifat-sifatnya, perintah untuk mengikutinya, dan membantu serta

mendukungnya, niscaya hal itu akan membantu kalian kepada kebenaran dan

menjadikan kalian mengikuti kebaikan di dunia dan di akhirat, sebagaimana

firman Allah yang artinya: “[Yaitu] Orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi

yang ummi yang [namanya] mereka dapatkan tertulis di dalam Taurat dan Injil

yang ada di sisi mereka.” (QS. Al-A’raaf: 157)

Dan dalam hadits shahih Muslim disebutkan, Rasulullah bersabda: “Demi

Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini, baik

Yahudi maupun Nasrani yang mendengar tentang aku, lalu ia tidak beriman

kepadaku, melainkan ia akan masuk neraka. (Tafsir Ibnu Katsir 243-244)

d. Surat Al-Furqon ayat 25:32

Allah swt berfirman mengabarkan tentang pembangkangan dan Kerancuan

orang orang kafir, serta komentar mereka yang tidak berharga, di mana mereka

berkata, { واحدة

ةقرءان جمل

يه ال

ل عل ز

نولا

mengapa al-Qur-an itu tidak’‘ {ل

diturunkan kepadanya sekali turun saja? " Yaitu, mengapakah tidak diturunkan

kitab yang diwahyukan kepadanya dengan sekaligus dengan secara keseluruhan,

Page 6: Ilmu dilalah ( ةللادلا ٕلع

ISSN: 2598-0637 Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan

Sastra Arab

748 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

sebagaimana kitab-kitab sebelumnya diturunkan sekaligus seperti Taurat, Injil,

Zabur dan kitab-kitab yang lainnya. Lalu Allah Ta'ala menjawab mereka dalam

masalah itu dengan menurunkannya berangsur-angsur selama 23 tahun sesuai

dengan kejadian dan peristiwa serta hukum-hukum yang dibutuhkan agar

memantapkan hati-hati orang beriman dengannya, seperti firman-Nya, الآية

ناه }رقا ف

رءان

-Dan al Qur'an itu telah kami turunkan dengan berangsur’‘ {وق

angsur, "dan ayat seterusnya. (QS. Al-Israa': 106). Untuk itu dia berfirman,{ ث بلنث

رتيلا

ناه ت

ل ادك ورت

ؤ demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan’‘{به ف

kami memohon membacakannya secara tartil.’’

e. Surat Al-Muzammil 73:4

Bacalah Al-Qur'an dengan tartil (perlahan-lahan) karena sesungguhnya

bacaan seperti ini membantu untuk memahami dan merenungkan makna yang

dibaca, dan memang demikianlah bacaan yang dilakukan oleh Nabi Saw.

Sehingga Siti Aisyah r.a. mengatakan bahwa Nabi Saw. bila membaca Al-Qur'an

yaitu perlahan-lahan sehingga bacaan beliau terasa paling Iama dibandingkan

dengan orang Lain.

Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan melalui sahabat Anas r.a., bahwa

ia pernah ditanya tentang bacaan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. Maka ia

menjawab, bahwa bacaan Al-Qur'an yang dilakukan oleh beliau panjang. Bila

beliau membaca: Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha

Penyayang. (Al-Fatihah: 1) Maka beliau memanjangkan bismillah, dan

memanjangkan Ar-Rahman dan juga memanjangkan bacaan Ar-Rahim.

Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Ummu

Salamah r.a., bahwa ia pernah ditanya tentang qiraat Rasulullah Saw. Maka

Ummu Salamah menjawab bahwa beliau membaca Al-Qur'an ayat demi ayat yang

setiap ayatnya berhenti:

حال حيم الرهحمنالره

حيمبسمالله حمنالره الرهين

عال

ال

رب مدلله

ين مالكيومالد

Page 7: Ilmu dilalah ( ةللادلا ٕلع

Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan Sastra

Arab ISSN 2598-0637

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

749

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Segalapuji bagi Allah Tuhan semesta alam, Yang Maha Pemurah lagi Maha

Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan. (Al-Fatihah: 1-4)

Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dan Imam Abu Daud serta

Imam Turmuzi.

،عنعبد ،عنعاصم،عنزر

يان

حمن،عنسف اعبدالره

نث حمد:حده

مامأ

الال

ق

الله ىهصل

بي هالن عن عمرو، بن

،اللهوارق

رأاق رآن:

قال لصاحب ال

"يق ال:

ق م

هوسل يه

عل

ها".رؤ

قآخرآيةت

دكعن

تزلمن إنه

يا،ف

ن لفيالد

رتتتنماك

لك

ورت

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur

Rahman, dari Sufyan, dari Asim, dari Zar, dari Abdullah ibnu Amr, dari Nabi

Saw. yang telah bersabda: Dikatakan kepada pembaca Al-Qur’an, "Bacalah

dengan suara indah dan perlahan-lahan sebagaimana engkan membacanya

dengan tartil sewaktu di dunia, karena sesungguhnya kedudukanmu berada di

akhir ayat yang kamu baca!"

Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai meriwayatkannya

melalui hadis Sufyan As-Sauri dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi

mengatakan bahwa hadis ini kalau tidak hasan, sahih.

Dalam pembahasan yang terdahulu pada permulaan tafsir telah disebutkan

hadis-hadis yang menunjukkan anjuran membaca Al-Qur'an dengan bacaan tartil

dan suara yang indah, seperti hadis berikut:

م"صواتك

بأ

رآن

قنواال

ي "ز

Hiasilah Al-Qur’an dengan suara kalian!

امنل

هيسمن

رآن""ل

قبال نه

غ ميت

Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak melagukan bacaan Al-

Qur’an.

Dan Rasulullah Saw. pernah bersabda setelah mendengar suara Abu Musa

Al-Asy'ari membaca Al-Qur'an:

وتيهذامزمارمنمزاميرآلداود"دأ

ق "ل

Sesungguhnya orang ini telah dianugerahi suara yang indah seperti suara

seruling keluarga Daud.

Page 8: Ilmu dilalah ( ةللادلا ٕلع

ISSN: 2598-0637 Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan

Sastra Arab

750 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Maka Abu Musa menjawab, "Seandainya aku mengetahui bahwa engkau

mendengarkan bacaanku, tentulah aku akan melagukannya dengan lagu yang

terindah untukmu."

Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, bahwa ia telah mengatakan, "Janganlah

kamu membacanya dengan bacaan seperti menabur pasir, jangan pula

membacanya dengan bacaan tergesa-gesa seperti membaca puisi (syair).

Berhentilah pada hal-hal yang mengagumkan, dan gerakkanlah hati untuk

meresapinya, dan janganlah tujuan seseorang dari kamu hanyalah akhir surat

saja." Diriwayatkan oleh Al-Bagawi.

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Adam, telah

menceritakan kepada kami Syu'bah, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu

Murrah; ia pernah mendengar Abu Wa-il mengatakan, bahwa seseorang datang

kepada Ibnu Mas'ud, lalu berkata, "Tadi malam aku telah membaca surat Al-

Mufassal (surat-surat yang pendek) dalam satu rakaat." Maka Ibnu Mas'ud

menjawab, "Berarti bacaanmu seperti bacaan terhadap syair (tergesa-gesa).

Sesungguhnya aku telah mengetahui surat-surat yang bacaannya digandengkan

oleh Rasulullah Saw. di antara surat-surat Al-Mufassal itu." Lalu Ibnu Mas'ud

menyebutkan dua puluh surat dari surat Al-Mufassal, dua surat tiap rakaatnya.

(Tafsir Ibnu Katsir 320-321)

Persamaan dan Perbedaan

a. Persamaan

Menurut KBBI Persamaan atau sinonim adalah bentuk bahasa yang

maknanya mirip atau sama dengan bentuk bahasa lain. Dalam bahasa arab

sinonim berpadanan dengan mutaradif. Syahin (dalam Ainin dan Asrosi,2011)

selain menggunakan istilah mutaradif juga menggunakan istilah musytarak

maknawi.

Dalam ketiga kata pada ayat Al-Quran tersebut yakni يقرأ dan تلاوة dan

termasuk dalam sinonim atau mutaradif, Sederhananya karena ketiga kata ترتيلا

tersebut dapat diperjemahkan dengan "membaca", sebagaimana yang biasa

digunakan dalam bahasa Arab. meskipun maksud makna membaca dalam ketiga

Page 9: Ilmu dilalah ( ةللادلا ٕلع

Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan Sastra

Arab ISSN 2598-0637

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

751

kata tersebut berbeda akan tetapi ketiganya masih dikatakan bersinonim karena

masih bisa digunakan dalam kalimat yang sama tanpa mengubah makna.

b. Perbedaan

Menurut KBBI Beda adalah sesuatu yang menjadikan berlainan (tidak

sama) antara benda yang satu dan benda yang lain; ketidaksamaan. Jadi meskipun

diantara ketiga kata itu memiliki persamaan pasti juga memiliki perbedaan.

Perbedaannya terletak pada pendalaman makna.

Secara umum, menerjemahkan ketiganya sebagai "membaca" adalah

benar, namun tidak lengkap. Dalam penggunaan bahasa Arab maupun al-Qur'an

sendiri, ketiganya terkadang bisa saling menggantikan. Namun, dengan meneliti

kamus-kamus dan kitab-kitab tafsir, tampak jelas kosakata bahasa Indonesia tidak

mampu menangkap secara sempurna makna aslinya.

Qiroah kata ini mencirikan sebuah aktifitas intelektual yang terus menerus,

mendalam, intensif. Meskipun tetap bermakna membaca atau melafalkan huruf-

huruf sehingga tercipta suatu makna, namun titik tekannya bukan pada pembacaan

bersuara. Fokus qira'ah adalah meraih makna atau pengertian dari apa yang

dibaca tersebut. Jika dikaitkan dengan al-Qur'an, yang mana nama kitab suci ini

sendiri juga berasal dari kata qira'ah, maka membaca disini harus

disertai tadabbur, tafakkur, dan tadzakkur. Tidak disebut qira'ah jika hanya

menekankan pelafalan lisan dan mengeraskan suara. Qira'ah adalah aktifitas yang

sistematis, terstruktur, disengaja, sadar dan memiliki tujuan jelas. Dalam hal ini,

adalah demi memperoleh hidayah Allah.

Tilawah pada dasarnya berarti "bergerak maju", mengikuti urutan, pergi

mengejar, mengambil sebagai pembimbing, pemimpin, model, menerima

wewenang, mendukung penyebabnya, bertindak, mempraktekkan jalan hidup,

memahami, mengikuti latihan berpikir – atau mengikuti membaca, memahami

dan mengikuti (petunjuk) al-Qur’an – adalah tugas mereka yang mengaku

beriman pada kitab suci ini.

Dengan demikian, tilawah merupakan upaya intensif untuk mengikatkan

diri kepada firman-firman Allah satu demi satu, selangkah demi selangkah, hingga

Page 10: Ilmu dilalah ( ةللادلا ٕلع

ISSN: 2598-0637 Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan

Sastra Arab

752 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

mencapai taraf tertentu yang dipersyaratkan untuk siap memasuki tingkatan

selanjutnya.

Tartil dianjurkan untuk proses tadabbur atau tujuan lainnya. Mereka juga

mengatakan bahwa tartil dianjurkan terutama bagi orang-orang non-Arab ('ajam),

yang tidak memahami maknanya, karena hal lebih mendekatkan kepada sikap

pengagungan serta penghormatan terhadap al-Qur'an, serta lebih kuat

pengaruhnya ke hati.

Oleh karenanya, dalam al-Muzzammil, tartil adalah membaca al-Qur'an

secara bersuara, perlahan dan dengan menerapkan hukum-hukum bacaan recara

tepat. Secara khusus, aktifitas ini dilakukan dalam shalat dan di malam hari,

yakni qiyamul-lail. Dari sini, diharapkan lahir kesan ke dalam jiwa, sebagaimana

dijelaskan dalam rangkaian ayat-ayat al-Muzzammil itu sendiri.

KESIMPULAN

Sederhananya, kita tetap bisa menerjemahkan ketiga kosakata diatas dengan

"membaca", sebagaimana yang biasa digunakan dalam bahasa Arab. Akan tetapi,

dalam praktek tarbiyah, harus ada penekanan dan fokus yang jelas. Tujuannya,

agar kita tidak terjebak pada salah satu aspek membaca dan merasa cukup.

Kesulitan dalam berinteraksi dengan al-Qur'an berawal dari tidak

lengkapnya thariqah. Boleh jadi, sebagian orang telah berulang-ulang

menyelesaikan tartil, namun ia melupakan qira'ah dan tilawah. Atau hanya

mengintensifkan qira'ah, tanpa disertai tilawah dan tartil. Pun, bisa jadi ada yang

telah menjalankan tilawah, namun tidak ditemukan

aktifitas qira'ah dan tartil dalam kesehariannya.

Masing-masing dari ketiga thariqah membaca diatas memiliki fungsi khas.

Fungsi-fungsi tersebut harus diseimbangkan sedemikian rupa agar atsar ayat-ayat

Allah betul-betul nyata dalam karakter iman kita. Dengan kata lain, dalam

berinteraksi dengan al-Qur’an, kita harus melibatkan tiga hal sekaligus.

Pertama, adanya proses qira’ah, berupa pemahaman mendalam, studi

intensif, analisa, perenungan, dst. Termasuk dalam cakupan ini adalah hafalan

(tahfizh). Aktifitas qira'ah merupakan upaya untuk merawat iman dari sisi

Page 11: Ilmu dilalah ( ةللادلا ٕلع

Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan Sastra

Arab ISSN 2598-0637

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

753

intelektual, yakni dengan berdasar ilmu yang benar. Hujjatul Islam Abu Hamid al-

Ghazali menulis kitab al-Arba'in fi Ushuliddin, yang dari struktur pembahasannya

terungkap bahwa landasan semua perkara dalam Islam (ushuluddin) adalah ilmu,

dimana secara sepesifik dirinci sebagai prinsip-prinsip akidah Islam.[8]

Kedua, sekaligus ada upaya tilawah, yakni aktifitas riil untuk mengikuti

isinya, mengamalkan, menerapkan, mengikuti tahapan, mematuhi rambu-rambu,

memenuhi haknya sebagai Kitab Suci, menjadikan al-Qur'an sebagai "imam yang

diikuti", dst. Aktifitas ini merupakan usaha merawat iman dengan terus-menerus

menambah ketaatan, menjauhi kemaksiatan, menjaga adab dan akhlaq baik lahir

maupun batin. Iman adalah amal, dan setiap amal pasti memiliki pengaruh kepada

keimanan seseorang. Jika baik, maka baiklah pengaruhnya. Demikian pula

sebaliknya. Ada cukup banyak hadits shahih tentang masalah ini. Dalam

jangakauan yang luas dan rinci, Anda dapat temukan spirit tersebut dalam dua

kitab karya Imam an-Nawawi, yaitu Riyadhus Shalihin dan al-Adzkar an-

Nawawiyyah.

Ketiga, di sepanjang waktu ini, seseorang tidak boleh lepas dari amaliah

lisan, yakni tartil, berupa bacaan-bacaan yang teratur, menerapkan hukum-hukum

tajwid, khusyu’, tidak bosan, tidak pula berlebihan, dst. Aktifitas ini bertujuan

untuk tetap merawat kedekatan serta keakraban spiritual kita dengan Allah. Ada

hadits-hadits yang menyatakan bahwa al-Qur'an adalah tali Allah yang

menghubungkan Dia dengan hamba-Nya. Dengan membaca al-Qur'an, seolah kita

sendiri yang diajak berbicara oleh-Nya. Masalah ini sudah cukup luas dirinci

dalam buku-buku ulumul Qur'an maupun kitab hadits, utamanya bab-bab yang

berkaitan dengan fadha'il al-Qur'an. Imam an-Nawawi punya satu karya yanf

khusus membahas etika berinteraksi dengan al-Qur'an, at-Tibyaan fi

Adabi Hamalati al-Qur'an. Silakan merujuknya kesana.

Page 12: Ilmu dilalah ( ةللادلا ٕلع

ISSN: 2598-0637 Kendala dan Solusi Kreatif dalam Belajar Bahasa dan

Sastra Arab

754 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

DAFTAR RUJUKAN

Ainin, Moh. dan Asrori, Imam. Semantik Bahasa Arab, Malang, CV Bintang

Sejahtera Press, 2011

Departemen Agama RI. 2004. Al Quran dan Terjemahnya Al Jumanatul Ali.

Jakarta: J-Art.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama

Muhammad bin Abdullah,Tafsir Ibnu Katsir,Bogor : Pustaka Imam asy-

syafi’i,2003

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta

Tiawaldi, Adit dan Muhbib Abdul Wahab. 2017. "Perkembangan Bahasa Arab

Modern dalam Perspektif Sintaksis dan Semantik pada Majalah

Aljazeera". Arabiyat: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban

Vol. IV No. I

http://adabuna.blogspot.co.id/2012/04/membaca-qiraah-tartil-dan-tilawah.html

Diakses pada 28 Maret 2018 pukul 19.05 WIB.

http://www.rul-sq.info/2015/05/dimensi-tartil-qiraah-tilawah-dan.html

Diakses pada 29 Maret 2018 pukul 16.00 WIB.

https://daralkayyis2014.wordpress.com/2014/09/07/beda-qiroah-dan-tilawah/

Diakses pada 29 Maret 2018 pukul 20.00 WIB.