View
233
Download
3
Category
Preview:
Citation preview
HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA TERHADAP
DAYA TARIK VEKTOR MUSCA DOMESTICA (LALAT RUMAH)
DENGAN RISIKO DIARE PADA BADUTA DI KELURAHAN CIPUTAT
TAHUN 2014
SKRIPSI
Disusun Oleh :
Kotrun Nida
1110101000025
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 1435 H/2014 M
i
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, Agustus 2014
KOTRUN NIDA, NIM:1110101000025
HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA TERHADAP
DAYA TARIK VEKTOR MUSCA DOMESTICA (LALAT RUMAH)
DENGAN RISIKO DIARE PADA BADUTA DI KELURAHAN CIPUTAT
TAHUN 2014
(xix + 118 halaman, 17 tabel, 4 gambar, 4 bagan, 4 diagram, 5 lampiran)
ABSTRAK
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diare adalah penyebab
nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Diare masih menempati 10 besar
penyakit terbanyak di Kecamatan Ciputat dari data Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan. Timbunan sampah yang terdapat di Kecamatan Ciputat berada
di urutan ketiga tinggi bila dibandingkan dengan kecamatan lain. Volume sampah
yang dihasilkan dari aktivitas manusia seperti di rumah tangga dapat meningkat
terus sehingga terjadi penumpukan sampah. Penumpukkan sampah perlu diteliti
untuk melihat hubungan daya tarik vektor Musca domestica dengan risiko diare.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross
sectional yang dilakukan sejak bulan Juni tahun 2014 di Kelurahan Ciputat.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik stratified random
sampling dengan jumlah sampel 90 baduta dan menggunakan analisis univariat,
dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 25 baduta (28 %) yang
mengalami risiko diare dan terdapat hubungan antara pengumpulan sampah dengan resiko diare pada baduta (p value 0,035). Variabel lain yang berhubungan
dengan resiko diare adalah hubungan penyimpanan sampah dengan risiko diare
pada baduta (p value 0,010). Sedangkan dalam penelitian ini tidak dapat
dibuktikan hubungan antara jarak tempat sampah dengan risiko diare dan daya
tarik vektor Musca domestica dengan risiko diare. Untuk mengurangi risiko diare
dapat dilakukan dengan membuat dan menjalankan program bank sampah. Hal ini
sebagai upaya mengurangi volume penumpukkan sampah sehingga sampah dapat
di kelola dengan baik dan memberi manfaat bagi masyarakat.
Kata Kunci : Diare, Musca domestica (lalat rumah) dan sampah.
Referensi : 49 (1983-2013)
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH
MAJOR OF ENVIRONMENTAL HEALTH
Under Graduated Thesis, August 2014
Kotrun Nida, NIM 1110101000025
THE RELATIONSHIP HOUSEHOLD WASTE MANAGEMENT OF
VECTOR ATTRACTION MUSCA DOMESTICA (FLY HOUSE) WITH
RISK OF DIARRHEA IN CHILDREN IN WARD CIPUTAT 2014
(xix + 118 pages, 17 tables, 4 pictures, 4 charts, 4 diagrams, 5 attachments)
ABSTRACT
According to data from the World Health Organization (WHO), diarrhea is
the number one cause of infant mortality in the world. Diarrhea still occupies the
top 10 most prevalent diseases in the Ciputat Sub-district based on the data from
Health Office of South Tangerang Municipality. The contained waste in the
Ciputat Sub-district was the third high rank compared with other sub-district. The
volume of waste generated from human activities such as household are
increasing and resulting in the accumulation of garbage. Waste dump needs to be
examined to know the relationship Musca domestica vector fascination with the
risk of diarrhea. This research was a quantitative study using cross-sectional
design. It was conducted in June 2014 in Ciputat Village. The sampling method
was stratified random sampling with a sample size of 90 infants. The data was
analyzed using univariate and bivariate analysis.
The results showed that there were 25 infants (28%) who had the risk of
diarrhea. There was a relationship between garbage collection with the risk of
diarrhea in infants (p value 0.035). Other variable associated with the risk of
diarrhea was garbage storage relationship (p value 0.010). This study could not
prove a relationship between the distance bins and vector Musca domestica
fascination with the risk of diarrhea. The risk of diarrhea can be decreased by
initiate and implement the gabarge bank program. It can reduce and manage the
garbage volume. Also, the garbage bank program can give some benefit for
people.
Keyword : Diarrhea, Musca domestica (fly house) and garbage
Reference : 49 (1983-2013)
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS PERSONAL
Nama
Alamat
TTL
Jenis Kelamin
Agama
No.HP
: Kotrun Nida
: Jl.H. Ipin No.40 RT 006/01 Pondok Labu Jakarta Selatan
: Jakarta, 14 Juli 1992
: Perempuan
: Islam
: 085717073084
: nida.mahuko@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
2010-sekarang
2007-2010
2004-2007
1998-2004
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
: MAN 4 Jakarta
: MTs Miftahul Umam
: MI Miftahul Umam
PENGALAMAN ORGANISASI
2011-2012
2012-2013
2012-2013
2012-2013
2013-2014
Anggota Departemen Humas Dan Media Pengurus Daerah PAMI
Jakarta Raya
Anggota Divisi Pengembangan Masyarakat BEM Kesehatan
Masyarakat UIN Jakarta
Sekretaris Departemen Pengembangan Masyarakat Pengurus Daerah
PAMI Jakarta Raya
Ketua Tari saman FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Anggota Envihsa (Environmental Health Student Association) UIN
Jakarta
PENGALAMAN PRAKTEK KERJA
2012
2012-2013
2013
2014
Tim survey AMDAL proyek SUTT PLN di Bandung bersama PT
Arthayu Rali Perdana
Pengalaman Belajar Lapangan Wilayah Kerja Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) Jurang Mangu, Tangerang Selatan
Orientasi Kerja di HSE PT. Mitra Adi Sesama
Kerja Praktek di bagian QHSE PT Imeco Inter Sarana
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmannirrahiim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan
nikmat-Nya yang tak terbatas kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga Terhadap Daya Tarik Musca Domestica (lalat Rumah) Dengan Risiko
Diare pada Baduta Di Kelurahan Ciputat Tahun 2014”. Shalawat serta salam tak
lupa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW semoga kelak kita
mendapatkan syafa’at nya.
Penelitian ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan jenjang pendidikan
S-1 pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis
menyadari dalam penyusunan skripsi ini bayak kesulitan yang dihadapi, tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Maka dari itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapakan banyak terima
kasih kepada :
1. Kedua orang tua penulis tercinta, papa dan mama yaitu H.Muhammad
Zainal Arifin dan Iklimah yang tak pernah lelah selalu mendoakan penulis
dan memberikan bantuan moril dan materil saat penyusunan skripsi ini.
2. Kakak penulis tersayang, kak Maria Ulfa, S.S dan kak Hunaini, S.E atas
doa, semangat, bimbingan dan perhatian yang telah diberikan selama
vii
penulis menyusun skripsi ini. Dan untuk kedua kakak ipar penulis Kak
Mochammad Taufik, S.Pd, M.Pd dan Kak Ahmad Fadli, S.Kom terima
kasih atas semangat dan bantuannya untuk penulis.
3. Bapak Prof. Dr (hc). Dr. M. K. Tadjudin, Sp. And ; selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Ir. Febrianti, Msi; selaku Ketua Program Studi kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Arif Sumantri, S.KM., M.Kes selaku dosen penasihat akademik
sekaligus penanggung jawab peminatan kesehatan lingkungan terima kasih
bapak atas bimbingan, nasihat, ilmu, motivasi dan saran-saran sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, terima kasih atas ilmu,
kesempatan dan pengalaman yang penuis dapatkan bersama teman-teman
di luar kompetensi akademik melalui kegiatan yang bapak berikan.
6. Ibu Dr. Ela Laelasari, S.KM., M.Kes dan Ibu Narila Mutia Nasir, S.KM.,
M.KM, Ph.D selaku pembimbing I dan pembimbing II terima kasih ibu
atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan dan menyempatkan waktu
di kesibukkannya untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.
7. Pihak Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatann dan Puskesmas Ciputat
yang mengizinkan dan medukung penelitian ini berjalan.
8. Untuk teman-teman seperjuangan keslingers 2010 (dillah, annis, fitri,
rizka, tuti, alya, yuni, reka, ifa, miska, elfira, fuad, ilham, febri, angger dan
viii
akbar) yang sama-sama berjuang dalam menyelesaikan skripsi terima
kasih atas semngat dan keceriaan yang telah diberikan selama di bangku
perkuliahaan.
9. Sahabat-sahabat Kesmas angkatan 2010 FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, tetap semangat dan berjuang di masa depan yang lebih baik !!!
10. Dan seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak bisa penulis sebutkan secara keseluruhan. Thanks for
everythings !!!
Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari
Allah SWT. Amiin Ya Rabbal A’lamiin
Ciputat, Agustus 2014
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ..................................... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK .............................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiv
DAFTAR DIAGRAM ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................ 6
1.3 Pertanyaan Penelitian .......................................................................................... 8
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 8
1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................................... 8
1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................................................... 9
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 10
1.5.1 Bagi Peneliti .............................................................................................. 10
1.5.2 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ............................................ 10
1.5.3 Bagi Masyarakat ....................................................................................... 10
1.6 Ruang Lingkup .................................................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 12
2.1 Diare ........................................................................................................................ 12
2.1.1 Pengertian Diare ............................................................................................... 12
2.1.2 Klasifikasi Diare .............................................................................................. 13
2.1.3 Penyebab Diare ................................................................................................ 14
2.1.4 Gejala dan Tanda Diare .................................................................................... 15
2.1.5 Penularan Diare ................................................................................................ 16
x
2.1.6 Epidemiologi Diare .......................................................................................... 17
2.1.7 Pencegahan Diare ............................................................................................. 18
2.2 Sampah .............................................................................................................. 21
2.2.1 Pengertian Sampah .................................................................................... 21
2.2.2 Sumber-Sumber Sampah ........................................................................... 22
2.2.3 Jenis Sampah ............................................................................................. 24
2.2.4 Sampah Rumah Tangga ............................................................................ 25
2.2.5 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga ........................................................ 28
2.2.5.1 Tahap Pemisahan dan Penyimpanan di Tempat Sumber ...................... 29
2.2.5.2 Tahap Pengangkutan ............................................................................. 30
2.2.5.3 Tahap Pemusnahan ............................................................................... 30
2.2.6 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan... 33
2.2.6.1 Pengaruh Positif .................................................................................... 33
2.2.6.2 Pengaruh Negatif................................................................................... 34
2.3 Lalat .................................................................................................................. 35
2.3.1 Lalat Rumah .............................................................................................. 35
2.3.2 Klasifikasi Lalat Rumah: .......................................................................... 36
2.3.3 Morfologi Lalat Rumah ............................................................................ 36
2.3.4 Siklus Hidup Lalat Rumah ........................................................................ 38
2.3.5 Tempat Perindukan ................................................................................... 39
2.3.6 Pemberantasan Lalat Rumah ..................................................................... 40
2.3.7 Cara Mengukur Kepadatan Lalat dengan Fly Grill ................................... 41
2.3.8 Cara Mengukur Kepadatan Lalat dengan Fly Trap ................................... 43
2.4 Kerangka Teori ................................................................................................. 44
BAB III KERANGKA KONSEP ...................................................................... 46
3.1 Kerangka Konsep .................................................................................................... 46
3.2 Definisi Operasional ............................................................................................... 48
3.2.1 Variabel Dependent dan Independent .............................................................. 48
3.3 Hipotesis ................................................................................................................. 51
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 52
4.1 Desain Penelitian .................................................................................................... 52
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................................. 52
4.2.1 Lokasi Penelitian .............................................................................................. 52
xi
4.2.2 Waktu Penelitian .............................................................................................. 52
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................................. 52
4.3.1 Kriteria Inklusi ................................................................................................. 53
4.3.2 Kriteria Eksklusi .............................................................................................. 53
4.4 Sampel Penelitian ................................................................................................... 53
4.6 Instrumen Penelitian ............................................................................................... 60
4.6.1 Rencana Uji Fungsi Fly Grill ........................................................................... 61
4.6.2 Rencana Uji Fungsi Fly Trap ........................................................................... 62
4.7 Pengolahan Data ............................................................................................... 62
4.8 Analisis Data ........................................................................................................... 63
4.8.1 Analisa Data Univariat ..................................................................................... 63
4.8.2 Analisa Data Bivariat ....................................................................................... 64
BAB V HASIL PENELITIAN .......................................................................... 65
5.1 Analisis Univariat ................................................................................................... 65
5.1.1 Gambaran Risiko Diare Pada Balita ................................................................ 65
5.1.2 Distribusi Faktor Pengelolaan Sampah ............................................................ 66
5.1.3 Distribusi Jarak Tempat Sampah Dengan Pantry Rumah ................................ 67
5.1.4 Distribusi Frekuensi Kunjungan Daya Tarik Vektor Musca domestica (Lalat
Rumah) ...................................................................................................................... 68
5.1.5 Distribusi Frekuensi Populasi Vektor Musca domestica (Lalat Rumah) Di
Pantry ........................................................................................................................ 69
5.1.6 Distribusi Frekuensi Kunjungan Vektor Musca domestica (Lalat Rumah) Di
Tempat Sampah ........................................................................................................ 70
5.2 Analisis Bivariat ...................................................................................................... 71
5.2.1 Hubungan Antara Pengelolaan Sampah dengan Rsiko Diare Pada Baduta ..... 71
5.2.2 Hubungan Antara Jarak Tempat Sampah Terhadap Risiko Diare Pada Baduta
.................................................................................................................................. 73
5.2.3 Hubungan Antara Daya Tarik Vektor Musca Domestica (Lalat Rumah)
Terhadap Risiko Diare Pada Baduta ......................................................................... 74
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................... 76
6.1 Keterbatasan Penelitian ........................................................................................... 76
6.2 Risiko Diare Pada Baduta Di Kelurahan Ciputat .................................................... 76
6.3 Analisis Bivariat ...................................................................................................... 79
6.3.1 Hubungan Pemisahan Sampah Dengan Risiko Diare Pada Baduta ................. 79
xii
6.3.2 Hubungan Penyimpanan Sampah Dengan Risiko Diare Pada Baduta ............. 81
6.3.3 Hubungan Jarak Tempat Sampah Dengan Risiko Diare Pada Baduta ............. 84
6.3.4 Hubungan Daya Tarik Vektor Musca domestica Dengan Risiko Diare Pada
Baduta ....................................................................................................................... 85
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 90
7.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 90
7.2 Saran ....................................................................................................................... 91
7.2.1 Saran Bagi Masyarakat .................................................................................... 91
7.2.2 Saran Bagi Instansi Terkait (Puskesmas Ciputat) ........................................... 92
7.2.3 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ...................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 93
xiii
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
3.1 Variabel Dependent dan Independent 48
4.1 Sampling Frame 59
5.1 Distribusi Pemisahan Sampah Di Kelurahan Ciputat Tahun
2014
66
5.2 Distribusi Penyimpanan Sampah Di Kelurahan Ciputat Tahun
2014
67
5.3 Distribusi Jarak Tempat Sampah Di Pantry Rumah Di
Kelurahan Ciputat Tahun 2014
68
5.4 Distribusi Frekuensi Kunjungan Vektor Musca domestica
(lalat rumah) Di Kelurahan Ciputat Tahun 2014
68
5.5 Distribusi Frekuensi Kunjungan Vektor Musca domestica
(lalat rumah) Di Tempat Sampah Di Kelurahan Ciputat Tahun
2014
70
5.6 Distribusi Baduta Menurut Pemisahan Sampah Dengan Risiko
Diare pada Baduta Di Kelurahan Ciputat Tahun 2014
72
5.7 Distribusi Baduta Menurut Penyimpanan Sampah Dengan
Risiko Diare pada Baduta Di Kelurahan Ciputat Tahun 2014
73
5.8 Distribusi Baduta Menurut Jarak Tempat SampahDengan
Risiko Diare pada Baduta Di Kelurahan Ciputat Tahun 2014
74
5.9 Distribusi Baduta Menurut Daya Tarik Vektor Musca
domestica (lalat rumah) Dengan Risiko Diare pada Baduta Di
Kelurahan Ciputat Tahun 2014
75
xiv
DAFTAR BAGAN
No. Bagan Halaman
2.1 Kerangka Teori 45
3.1 Kerangka Konsep 47
4.1 Langkah Penentuan Sampel 55
4.2 Sampling Frame 56
xv
DAFTAR DIAGRAM
No. Diagram Halaman
5.1 Proporsi Gambaran Frekuensi Risiko Diare Pada Baduta Di
Kelurahan Ciputat tahun 2014
65
5.2 Proporsi Gambaran Frekuensi Populasi Vektor Musca
domestica (lalat rumah) di Pantry
69
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Surat Izin Pelaksanaan Penelitian
Lampiran II Kuesioner Penelitian
Lampiran III
Lampiran IV
Lampiran V
Lembar Observasi
Output Analisis Data
Foto
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan
dan kematian yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang,
dan juga sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan
kematian anak di dunia. Secara umum, diperkirakan lebih dari 10 juta anak
berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahunnya di dunia dimana
sekitar 20% meninggal karena infeksi diare (Magdarina, 2010). Menurut data
World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu
kematian balita di seluruh dunia, sementara menurut United Nation Children
(UNICEF) memperkirakan bahwa setiap 30 detik ada satu anak yang
meninggal dunia karena diare (WHO, 2002).
Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan
bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam
sehari (Depkes, 2005). Penyakit diare pada bayi dan anak dapat menimbulkan
dampak yang negatif, yaitu dapat menghambat proses tumbuh kembang anak
yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak.
Gejala diare biasanya timbul yang di awali dengan gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat, nafsu makan berkurang/tidak ada, dan kemudian timbul
diare, tinjanya cair dan di sertai lendir/lender dan darah. Pada orang yang
terkena diare dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi (ringan, berat, sedang),
2
hipoglikemi, intoleransi sekunder akibat kerusakan villi mukosa usus dan
defisiensi enzim laktosa (Ngastiyah, 2005).
Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita
yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding
anak umur 25-59 bulan (Wulandari, 2010). Distribusi Penyakit Diare
Berdasarkan Orang (umur) Sekitar 80% kematian diare tersebut terjadi pada
anak dibawah usia 2 tahun. Data terakhir menunjukkan bahwa dari sekitar 125
juta anak usia 0- 11 bulan, dan 450 juta anak usia 1-4 tahun yang tinggal di
negara berkembang, total episode diare pada balita sekitar 1,4 milyar kali
pertahun. dari jumlah tersebut total episode diare pada bayi usia di bawah 0-11
bulan sebanyak 475 juta kali dan anak usia 1-4 tahun sekitar 925 juta kali
pertahun (Marto, 2008).
Berdasarkan hasil survey Program Pemberantasan (P2) diare di
Indonesia menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia pada tahun
2000 sebesar 301 per 1000 penduduk dengan episode diare balita adalah 1,0-
1,5 kali per tahun. Tahun 2003 angka kesakitan penyakit ini meningkat
menjadi 374 per 100 penduduk. Hasil survey Departemen Kesehatan (2003),
penyakit diare menjadi penyebab kematian pada balita. Kejadian diare pada
balita secara proporsional lebih banyak di bandingkan kejadian diare pada
seluruh golongan umur yakni sebesar 55 %.
3
Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
(2012) jumlah penderita diare berdasarkan 10 penyakit terbanyak rawat jalan
Puskesmas se-Tangerang Selatan berada di posisi ke-9 dengan jumlah 9071
kasus, dengan Case Fatality Rate sebesar 0,03% dari jumlah 3 kasus
kematian. Hal tersebut menjadikan jumlah kematian bayi akibat penyakit diare
di Kota Tangerang Selatan tahun 2012 menempati urutan kedua tertinggi.
Jumlah penduduk di Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan saat ini
berjumlah 210,295 jiwa. Kecamatan Ciputat berada di posisi ke 3 terbanyak
jumlah penduduk per Kecamatan di Kota Tangerang Selatan. Sedangkan
dalam hal kasus diare di wilayah tersebut berada pada posisi ke-6 jumlah
kasus terbanyak pada tahun 2012 (Dinkes, 2012).
Jumlah penderita diare di Kecamatan Ciputat termasuk cukup tinggi
yakni terdapat 6763 kasus. Berdasarkan Profil Kesehatan Puskesmas Ciputat
(2010) jumlah kasus diare untuk semua umur ditemukan 1413 kasus. Selain
itu, berdasarkan laporan bulanan Puskesmas Ciputat (2012) terhitung dari
bulan Februari sampai Desember menunjukan bahwa kasus diare cukup tinggi
yakni sebesar 1704 kasus baru. Dari hasil data tersebut kasus diare paling
banyak dialami dari golongan umur kurang dari 2 tahun yaitu golongan umur
untuk baduta.
Salah satu risiko diare yakni berasal dari keberadaan sampah. Sampah
merupakan suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh
manusia atau benda-benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu
kegiatan manusia dan dibuang (Notoatmodjo, 2007). Keberadaan sampah
4
dapat juga mengganggu kesehatan masyarakat karena sampah merupakan
salah satu sumber penularan penyakit. Sampah juga menjadi tempat yang ideal
untuk sarang dan tempat berkembangbiaknya vektor penyakit.
Kecamatan Ciputat sebagai salah satu kecamatan yang berkembang
juga tak luput dari permasalahan penanganan sampah. Berdasarkan data dari
Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (2010), timbulan sampah yang
terdapat di Kecamatan Ciputat berada di urutan ketiga tinggi bila
dibandingkan dengan Kecamatan lain yang ada di Kota Tangerang Selatan
yaitu sebesar 603 m3/hari.
Pengelolaan sampah dapat mempengaruhi frekuensi keberadaan lalat
rumah. Ada tiga tahapan dalam pengelolaan sampah, dalam hal ini adalah
sampah padat. Pengelolaan sampah yang baik melalui tiga tahapan, yaitu
pengumpulan dan penyimpanan, pengangkutan dan pemusnahan
(Chandra,2007).
Pada tahap pengumpulan dan penyimpanan dapat disebut dengan
Tempat Pembuangan Sementara (TPS), sedangkan tahap pengangkutan dan
pemusnahan dapat dikatakan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Di tahap
pengumpulan dan penyimpanan terkait dengan risiko diare maka
kemungkinan output secara langsung dari pengelolaan sampah yakni akibat
vektor, salah satunya yaitu dari lalat rumah (Musca domestica).
Volume sampah yang dihasilkan dari aktivitas manusia seperti di
rumah tangga dapat meningkat terus sehingga terjadi penumpukan sampah.
5
Penumpukan sampah dapat memburuk bila pengelolaan di masing-masing
rumah tangga masih kurang efektif, efisien, dan berwawasan lingkungan.
Selain itu bila penumpukkan sampah terus dibiarkan maka akan berpengaruh
kepada daya tarik vektor lalat rumah (Musca domestica) sehingga
kemungkinan penularan penyakit dapat terjadi karena secara mekanis bulu-
bulu badannya, kaki-kaki serta bagian tubuh yang lain dari lalat rumah
merupakan tempat menempelnya mikroorganisme penyakit yang dapat berasal
dari sampah. Bila Musca domestica tersebut hinggap ke makanan manusia,
maka kotoran tersebut akan mencemari makanan yang akan dimakan oleh
manusia sehingga akan timbul gejala sakit pada bagian perut atau mules.
Penyakit-penyakit yang ditularkan oleh lalat adalah diare, disentri, kolera, dan
typhus (Depkes RI, 2001).
Salah satu penyebab diare adalah tercemarnya makanan dan minuman
oleh bakteri yang dibawa oleh lalat rumah (Musca domestica). Lalat ini
dianggap mengganggu karena kesukaannya hinggap di tempat-tempat yang
lembab dan kotor, seperti sampah. Selain hinggap, lalat rumah juga menghisap
bahan-bahan kotor dan memuntahkan kembali dari mulutnya ketika hinggap
di tempat berbeda. Jika makanan yang dihinggapi lalat rumah akan tercemar
oleh mikroorganisme baik bakteri, protozoa, telur/larva cacing atau bahkan
virus yang dibawa dan dikeluarkan dari mulut lalat-lalat dan bila dimakan oleh
manusia, maka dapat menyebabkan penyakit diare (Andriani, 2007).
Pada pola hidup lalat rumah (Musca domestica), tempat yang
disenangi adalah tempat yang basah, benda-benda organik, tinja, kotoran
6
binatang. Selain itu, tempat yang disenangi adalah sampah yang sebagai
tempat untuk bersarang dan berkembang biak (Dwiyatmo, 2007).
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang
hubungan pengelolaan sampah rumah tangga dengan daya tarik vektor Musca
domestica (lalat rumah) terhadap risiko diare pada baduta (bayi dua tahun) di
Kelurahan Ciputat Tahun 2014.
1.2 Perumusan Masalah
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diare adalah penyebab
nomor satu kematian balita di seluruh dunia, hal tersebut juga di perkuat
dengan pernyataan UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan
anak) yang memperkirakan bahwa setiap 30 detik ada satu anak yang
meninggal dunia karena diare. Di negara Indonesia angka kesakitan penyakit
diare meningkat. Hal ini diketahui berdasarkan hasil survey Program
Pemberantasan diare (2000) yang menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di
Indonesia sebesar 301 per 1000 penduduk dengan episode diare balita adalah
1,0- 1,5 kali per tahun. Tahun 2003 angka kesakitan penyakit ini meningkat
menjadi 374 per 1000 penduduk. Hasil survey Departemen Kesehatan (2003),
penyakit diare menjadi penyebab kematian pada balita. Kejadian diare pada
balita secara proporsional lebih banyak di bandingkan kejadian diare pada
seluruh golongan umur yakni sebesar 55 %.
Di Kota Tangerang Selatan jumlah penderita diare berada dalam
urutan ke-9 untuk penyakit terbanyak rawat jalan puskesmas se-Tangerang
Selatan. Pernyataan tersebut di dapatkan berdasarkan data profil Dinas
7
Kesehatan Kota Tangerang Selatan (2012). Untuk wilayah Kelurahan Ciputat
berdasarkan hasil laporan bulanan Puskesmas Ciputat (2012), kasus diare
cukup tinggi yakni sebesar 1704 kasus baru. Dalam kasus baru ini paling
banyak dialami oleh golongan umur baduta yakni umur yang kurang dari 2
tahun.
Salah satu penyebab diare yaitu tercemarnya makanan dan minuman
oleh bakteri yang dibawa oleh lalat rumah (Musca domestica). Lalat ini
dianggap mengganggu karena kesukaannya hinggap di tempat-tempat yang
lembab dan kotor, seperti sampah. Volume sampah yang dihasilkan dari
aktivitas manusia seperti di rumah tangga dapat meningkat terus sehingga
terjadi penumpukan sampah. Penumpukan sampah dapat memburuk bila
pengelolaan di masing-masing rumah tangga masih kurang efektif, efisien, dan
berwawasan lingkungan. Selain itu bila penumpukkan sampah terus dibiarkan
maka akan berpengaruh kepada daya tarik vektor lalat rumah (Musca
domestica) sehingga di asumsikan penularan penyakit yang ditularkan oleh
lalat salah satunya adalah diare (Depkes RI, 2001).
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang
hubungan pengelolaan sampah dengan daya tarik vektor Musca domestica
(lalat rumah) terhadap risiko diare pada baduta (bayi dua tahun) di Kelurahan
Ciputat Tahun 2014.
8
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran risiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat Tahun
2014?
2. Bagaimana gambaran pengelolaan sampah rumah tangga (pemisahan dan
penyimpanan) di Kelurahan Ciputat Tahun 2014?
3. Bagaimana gambaran jarak antara tempat sampah dengan pantry rumah di
Kelurahan Ciputat Tahun 2014?
4. Bagaimana gambaran populasi vektor Musca domestica (lalat rumah) di
pantry rumah tangga di Kelurahan Ciputat Tahun 2014?
5. Bagaimana gambaran frekuensi kunjungan lalat rumah di tempat sampah
di Kelurahan Ciputat Tahun 2014?
6. Adakah hubungan antara pengelolan sampah rumah tangga (pemisahan
dan penyimpanan) dengan risiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat
Tahun 2014?
7. Adakah hubungan antara jarak tempat sampah terhadap risiko diare pada
baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014?
8. Adakah hubungan antara daya tarik vektor Musca domestica (lalat rumah)
terhadap risiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengelolaan sampah rumah tangga
terhadap daya tarik vektor Musca domestica (lalat rumah) dengan risiko
diare pada baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014.
9
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran risiko diare pada baduta di
Kelurahan Ciputat Tahun 2014
2. Untuk mengetahui gambaran pengelolaan sampah rumah tangga
(pemisahan dan penyimpanan) di Kelurahan Ciputat Tahun 2014.
3. Untuk mengetahui gambaran jarak antara tempat sampah dengan
pantry rumah di Kelurahan Ciputat Tahun 2014.
4. Untuk mengetahui gambaran populasi vektor Musca domestica
(lalat rumah) di pantry rumah tangga di Kelurahan Ciputat Tahun
2014.
5. Untuk mengetahui gambaran frekuensi kunjungan lalat rumah di
tempat sampah di Kelurahan Ciputat Tahun 2014.
6. Untuk mengetahui hubungan antara pengelolan sampah rumah
tangga (pemisahan dan penyimpanan) dengan risiko diare pada
baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014.
7. Adakah hubungan antara jarak tempat sampah terhadap risiko
diare pada baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014?
8. Untuk mengetahui hubungan antara daya tarik vektor Musca
domestica (lalat rumah) terhadap risiko diare pada baduta di
Kelurahan Ciputat Tahun 2014.
10
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat pada saat perkuliahan
dan menambah wawasan mengenai hubungan pengelolaan sampah
rumah tangga dengan daya tarik vektor Musca domestica (lalat rumah)
dengan risiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat.
1.5.2 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi
peneliti lain yang ingin melakukan penelitian tentang pengelolaan
sampah rumah tangga dengan daya tarik vektor Musca domestica
(lalat rumah) dengan risiko diare terutama pada baduta.
1.5.3 Bagi Masyarakat
Memberikan masukan kepada masyarakat khususnya yang
mempunyai baduta agar memperhatikan pengelolaan sampah di rumah
agar tidak tercemar oleh vektor penyakit terutama lalat rumah (Musca
domestica) sehingga bayi memiliki resiko yang rendah untuk terkena
diare.
1.6 Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengelolaan
sampah rumah tangga dengan daya tarik vektor Musca domestica (lalat
rumah) dengan risiko diare pada bayi usia 0-24 bulan (baduta) di Kelurahan
Ciputat Kota Tangerang Selatan tahun 2014 dengan sampel penelitian yaitu
bayi usia 0-24 bulan di Kelurahan Ciputat. Peneliti hanya ingin meneliti
11
pengolahan sampah rumah tangga pada tahap pemisahan dan penyimpanan
karena mengingat keterbatasan dari waktu penelitian.
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2014. Metode yang
digunakan ialah pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional yang
dilakukan pada bayi usia 0-24 bulan di Kelurahan Ciputat Kota Tangerang
Selatan. Data yang digunakan yaitu data primer melalui wawancara kepada
responden dengan kuesioner serta pengukuran frekuensi keberadaan lalat
rumah (Musca domestica) dengan menggunakan Fly Grill untuk di tempat
sampah dan pengukuran populasi lalat rumah (Musca domestica) di pantry
dengan meggunakan Fly Trap.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
2.1.1 Pengertian Diare
Berdasarkan Kepmenkes RI No.1216/Menkes/SK/XI/2001
menyebutkan bahwa batasan diare akut secara operasional adalah buang air
besar lembek, cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih
sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari) dan
berlangsung kurang dari 14 hari. (Depkes RI, 2007).
Diare adalah keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali
pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak. Konsistensi proses encer dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja
(Ngastiyah, 2005).
Penyakit diare merupakan penyakit menular berbahaya karena dapat
menyebabkan kematian apabila tidak segera mendapatkan pertolongan.
Kematian terjadi akibat penyakit diare yaitu karena banyaknya cairan dalam
tubuh penderita yang keluar dan tidak segera diganti dengan cairan lain.
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO tahun 2000), Diare
adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Di Indonesia,
diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA). Sementara UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa
untuk urusan anak) memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu anak
13
yang meninggal dunia karena Diare. Di Indonesia, setiap tahun 100.000
balita meninggal karena Diare.
Kematian-kematian karena diare merupakan bagian kematian balita
yang besar dari sebab-sebab kematian di Indonesia, 40% kematian-kematian
dalam dua tahun pertama kehidupan disebabkan karena diare. Penelitian di
Negara berkembang lainnya menunjukkan kematian-kematian dengan diare
mencapai puncaknya sesudah anak mencapai umur lebih dari satu tahun
(30-40 kematian-kematian per seribu penduduk) dan agak menurun sesudah
berumur 2-3 tahun dan menjadi berkurang sesudah 5 tahun.
2.1.2 Klasifikasi Diare
Menurut Depkes RI (2000), jenis diare dibagi menjadi empat yaitu:
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
(umumnya kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah
dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama
kematian bagi penderita diare.
b. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat
disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat,
kemungkinan terjadinya komplikasi pada mukosa.
c. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
secara terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan
berat badan dan gangguan metabolisme.
14
d. Diare dengan masalah lain, yaitu anak yang menderita diare
(diare akut dan diare persisten), mungkin juga disertai dengan
penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit
lainnya.
Menurut Suraatmaja (2007), jenis diare dibagi menjadi dua yaitu:
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi secara mendadak pada bayi
dan anak yang sebelumnya sehat.
b. Diare kronik, yaitu diare yang berlanjut sampai dua minggu
atau lebih dengan kehilangan berat badan atau berat badan
tidak bertambah selama masa diare tersebut.
2.1.3 Penyebab Diare
Menurut Widoyono (2008), penyebab diare dapat dikelompokan
menjadi:
a. Virus: Rotavirus.
b. Bakteri: Escherichia coli, Shigella sp dan Vibrio cholerae.
c. Parasit: Entamoeba histolytica, Giardia lamblia dan
Cryptosporidium.
d. Makanan (makanan yang tercemar oleh pertumbuhan
bakteri/virus, basi, beracun, terlalu banyak lemak, sayuran
mentah dan kurang matang).
15
e. Malabsorpsi: karbohidrat, lemak, dan protein.
f. Alergi: makanan, susu sapi.
g. Imunodefisiensi.
2.1.4 Gejala dan Tanda Diare
Kejadian diare dapat dilihat dari beberapa gejala dan tanda diare, antara
lain (Widoyono, 2011):
1. Gejala umum
a. Berak cair atau lembek dan sering, merupakan gejala khas
diare.
b. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut.
c. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala
diare.
d. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit
menurun, apatis, bahkan gelisah.
2. Gejala spesifik
a. Vibrio cholera, ditandai dengan diare hebat, warna tinja
sepertian cucian beras dan berbau amis.
b. Disenteriform, ditandai dengan tinja yang berlendir dan
berdarah.
16
2.1.5 Penularan Diare
Penyakit diare sebagian besar disebabkan oleh kuman seperti virus dan
bakteri. Penularan penyakit diare karena virus dan bakteri melalui jalur fekal
oral yang terjadi karena :
a. Melalui air yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya,
tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar
pada saat disimpan di rumah. Pencemaran ini terjadi bila tempat
penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar
menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
b. Melalui tinja yang terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi,
mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja
tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian binatang tersebut
hinggap dimakanan, maka makanan itu dapat menularkan diare ke
orang yang memakannya (Widoyono, 2008). Sedangkan menurut
(Depkes RI, 2005) kuman penyebab diare biasanya menyebar
melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang
tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita.
Beberapa perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman
enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, yaitu: tidak
memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan pada
pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan
masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar,
tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar, tidak
17
mencuci tangan sesudah membuang tinja anak, tidak mencuci tangan
sebelum atau sesudah menyuapi anak dan tidak membuang tinja
termasuk tinja bayi dengan benar.
2.1.6 Epidemiologi Diare
Epidemiologi penyakit diare adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2005):
a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare biasanya menyebar
melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman
yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja
penderita. Beberapa perilaku yang dapat menyebabkan
penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya
diare, antara lain tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara
penuh 4/6 bulan pada pertama kehidupan, menggunakan botol
susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar,
menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan
dengan sabun sesudah buang air besar atau sesudah membuang
tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak
membuang tinja dengan benar.
b. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare.
Beberapa faktor pada penjamu yang dapat meningkatkan
beberapa penyakit dan lamanya diare yaitu tidak memberikan
ASI sampai dua tahun, kurang gizi, campak, immunodefisiensi,
dan secara proporsional diare lebih banyak terjadi pada
golongan balita.
18
Faktor lingkungan dan perilaku. Penyakit diare merupakan salah satu
penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana
air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan
perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar
kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu
melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian diare.
2.1.7 Pencegahan Diare
Menurut Kementerian Kesehatan (2011), cara melakukan
pencegahan diare yang benar dan efektif adalah :
a. Perilaku Sehat
Pencegahan pada Bayi
Perilaku yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
diare pada bayi adalah sebagai berikut:
1. Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan
sampai 2 tahun, ASI merupakan makanan yang paling baik
untuk bayi. ASI bersifat steril sehingga menghindarkan
anak dari bahaya dan bakteri lain yang akan menyebabkan
diare. ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik
dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang
dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan
terhadap diare.
19
2. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur,
makanan tambahan yang bergizi dan bersih, dimulai ketika
anak berumur 4-6 bulan.
3. Memberikan imunisasi campak, anak yang sakit campak
sering disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak
juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu berilah
imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan.
Pencegahan pada Anak-Anak dan Orang Dewasa
1. Mencuci tangan, kebiasaan yang berhubungan dengan
kebersihan perorangan yang penting dalam penularan
kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dapat
menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%.
2. Menggunakan jamban, keluarga harus buang air besar di
jamban. Yang harus diperhatikan oleh keluarga yaitu,
keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan
dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga, bersihkan
jamban secara teratur, dan gunakan alas kaki bila akan
buang air besar.
b. Penyehatan Lingkungan
Selain berperilaku yang sehat, kejadian diare juga dapat
dicegah dengan menjaga lingkungan agar selalu bersih dan
sehat, sebagai berikut:
20
a. Penyediaan air bersih, penyediaan air bersih baik secara
kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam
memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk
menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Sumber air
juga harus dijaga dari pencemaran oleh hewan dan
sumber air terletak < 10m dari septic tank. Hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya penyakit yang
dapat ditularkan melalui air antara lain adalah diare,
kolera, disentri, dan lainnya.
b. Sarana pembuangan air limbah, Air limbah baik limbah
pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola dengan
baik agar tidak menjadi sumber penularan penyakit.
Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi
syarat akan menimbulkan bau, mengganggu estetika
dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan
bersarangnya tikus.
c. Pengelolaan sampah, pengelolaan sampah sangat
penting untuk mencegah penularan penyakit yang
penularannya melalui vektor penyakit seperti lalat,
tikus, dan lainnya . Oleh karena itu, tempat sampah
harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap
hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara.
Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan
21
sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan
pemusnahan sampah dengan cara ditimbun atau
dibakar.
2.2 Sampah
2.2.1 Pengertian Sampah
Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk
menyatakan limbah padat. Sedangkan limbah itu sendiri pada dasarnya
berarti suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu hasil aktivitas
manusia, maupun proses-proses alam dan tidak atau belum mempunyai
nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif.
Sampah dikatakan mempunyai nilai negatif karena penanganan untuk
membuang atau membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar,
disamping juga dapat mencemari lingkungan (Najmulmunir, 2000).
Sampah dalam pengertian ilmu kesehatan lingkungan, sebenarnya
hanya sebagian dari benda yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai,
tidak disenangi atau harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak sampai
mengganggu kelangsungan hidup (Azrul, 1983).
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses
alam yang berbentuk padat. Para Ahli Kesehatan Masyarakat Amerika,
membuat batasan, sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan,
tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang berasal dari
kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya.
22
Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil suatu kegiatan
manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna sehingga bukan semua
benda padat yang tidak digunakan dan dibuang disebut sampah. Dengan
demikian sampah mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Adanya sesuatu benda atau benda padat.
b. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan
manusia.
c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi.
Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan
sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik
(UU no. 18 tahun 2008).
2.2.2 Sumber-Sumber Sampah
a. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah
tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik
yang sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus baik kertas, plastik,
daun, dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan,
perabot rumah tangga, daun-daunan dari kebun atau taman. Sampah
yang berasal dari tempat-tempat umum
b. Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-
tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya.
Sampah ini berupa kertas, plastik, botol, daun, dan sebagainya.
23
c. Sampah yang berasal dari perkantoran
Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan,
departemen, perusahaan, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-
kertas, plastik, karbon, klip dan sebagainya. Umumnya sampah ini
bersifat anorganik, dan mudah terbakar (rubbish).
d. Sampah yang berasal dari jalan raya
Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari:
kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban,
onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik, dan
sebagainya.
e. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes)
Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang
berasal dari pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari
proses produksi, misalnya : sampah-sampah pengepakan barang, logam,
plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng, dan sebagainya.
f. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya:
jerami, sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang
patah, dan sebagainya.
g. Sampah yang berasal dari pertambangan
24
Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung
dari jenis usaha pertambangan itu sendiri, maisalnya: batu-batuan,
tanah/cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan sebagainya.
h. Sampah yang berasal dari petenakan dan perikanan
Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa :
kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan bangkai binatang, dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
2.2.3 Jenis Sampah
Sampah padat dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yaitu (Chandra,
2007):
1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah
dibagi menjadi:
a. Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak
dapat membusuk, misalnya logam/besi, pecahan gelas,
plastik, dan sebagainya.
b. Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat
membusuk, misalnya, sisa-sisa makanan, daun-daunan,
buah-buahan, dan sebagainya.
2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar
a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya, kertas, karet, kayu,
plastik, kain bekas, dan sebagainya.
25
b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya kaleng-kaleng
bekas, besi/ logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan
sebagainya.
Menurut Widyadmoko (2002), sampah rumah tangga yaitu sampah
yang berasal dari kegiatan rumah tangga yang dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Sampah basah yang terdiri dari bahan organik yang mudah
membusuk, sebagian besar adalah sisa makanan, potongan hewan,
sayuran, dan lainnya.
2. Sampah kering yaitu sampah yang terdiri dari logam, besi tua,
kaleng bekas, dan sampah non logam seperti kertas, kaca, keramik,
dan sisa kain.
3. Sampah lembut, yaitu seperti debu yang berasal dari penyapuan
lantai rumah, gedung, dan penggergajian kayu.
4. Sampah besar atau sampah yang terdiri dari bangunan rumah
tangga yang besar seperti, meja, kursi, kulkas, radio,dan peralatan
dapur.
2.2.4 Sampah Rumah Tangga
Sampah dari rumah tangga merupakan sampah yang dihasilkan
dari kegiatan atau lingkungan rumah tangga atau sering disebut dengan
istilah sampah domestik. Dari kelompok sumber ini umumnya dihasilkan
sampah berupa sisa makanan, plastik, kertas, karton / dos, kain, kayu,
26
kaca, daun, logam, dan kadang-kadang sampah berukuran besar seperti
dahan pohon. Praktis tidak terdapat sampah yang biasa dijumpai di negara
industri, seperti mebel, TV bekas, kasur dll. Kelompok ini dapat meliputi
rumah tinggal yang ditempati oleh sebuah keluarga, atau sekelompok
rumah yang berada dalam suatu kawasan permukiman, maupun unit rumah
tinggal yang berupa rumah susun. Dari rumah tinggal juga dapat
dihasilkan sampah golongan B3 (bahan berbahaya dan beracun), seperti
misalnya baterei, lampu TL, sisa obat-obatan, oli bekas, dan lain-lain.
Sampah rumah tangga akan ditumpuk di tempat sampah atau
buangan sampah sementara (TPS). Dan kalau terangkut akan habis tidak
menimbulkan masalah, namun pengangkutan hanya dilakukan beberapa
kali dalam seminggu dikarenakan terbatasnya angkutan, sehingga sampah
yang telah tecampur antara organik dan anorganik akan cepat
terdekomposisi, dan menimbulkan bau yang menyengat. Selain
menimbulkan bau, sampah yang terdekomposisi akan mengundang
kedatangan lalat sebagai vector penyakit menular, selain itu lindi yang
berasal dari bahan organik yang terdekomposisi akan masuk ke dalam
tanah dan system saluran air sehingga berpotensi menimbulkan
pencemaran tanah dan air (Wahab, 2011).
Beberapa permasalahan yang berkaitan dengan keberadaan
sampah, di antaranya (Damanhuri, 2010):
27
a. Sampah yang terdiri atas berbagai bahan organik dan anorganik
apabila telah tercampur maka mempengaruhi proses pembusukkan
dan merupakan sarang atau tempat berkumpulnya berbagai
binatang yang dapat menjadi vektor penyakit, seperti lalat, tikus,
kecoa, kucing, anjing liar, dan sebagainya. Juga merupakan sumber
dari berbagai organisme patogen, sehingga akumulasi sampah
merupakan sumber penyakit yang akan membahayakan kesehatan
masyarakat, terutama yang bertempat tinggal dekat dengan lokasi
pembuangan sampah
b. Masalah estetika (keindahan) dan kenyamanan yang merupakan
gangguan bagi pandangan mata. Adanya sampah yang berserakan
dan kotor, atau adanya tumpukan sampah yang terbengkelai adalah
pemandangan yang tidak disukai oleh sebagaian besar masyarakat.
a) Sampah yang berbentuk debu atau bahan membusuk dapat
mencemari udara. Bau yang timbul akibat adanya
dekomposisi materi organik dan debu yang beterbangan
akan mengganggu saluran pernafasan, serta penyakit
lainnya.
b) Timbulan lindi (leachate), sebagai efek dekomposisi
biologis dari sampah memiliki potensi yang besar dalam
mencemari badan air sekelilingnya, terutama air tanah di
bawahnya. Pencemaran air tanah oleh lindi merupakan
28
masalah terberat yang mungkin dihadapi dalam pengelolaan
sampah.
c) Sampah yang kering akan mudah beterbangan dan mudah
terbakar. Misalnya tumpukan sampah kertas kering akan
mudah terbakar hanya karena puntung rokok yang masih
membara. Kondisi seperti ini akan menimbulkan bahaya
kebakaran.
d) Sampah yang dibuang sembarangan dapat menyumbat
saluran-saluran air buangan dan drainase. Kondisi seperti
ini dapat menimbulkan bahaya banjir akibat terhambatnya
pengaliran air buangan dan air hujan.
2.2.5 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Menurut Najmulmunir (2000) pengelolaan sampah adalah
perlakuan atau tindakan yang dilakukan terhadap sampah yang meliputi
pengumpulan, pengangkutan, penyimpangan dan pengolahan serta
pemusnahan. Sedangkan menurut Hadiwiyoto (1983), pengelolaan sampah
adalah perlakuan terhadap sampah guna memperkecil atau menghilangkan
masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan.
Komponen sampah padat mayoritas terdiri dari bahan organik
seperti terjadi pada TPA Bantargebang, proporsi bahan organik untuk
adalah 65 ,05 %. Sedangkan komponen sampah di Amerika mayoritas
bukan bahan organik (Corson, 1990).
29
Sampah harus dikelola dengan baik, pengelolaan sampah dianggap
baik jika sampah tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit
serta tidak menjadi media perantara penyebaran luas suatu penyakit
(Azwar, 1996). Ada tiga tahapan dalam pengelolaan sampah, dalam hal ini
adalah sampah padat. Pengelolaan sampah yang baik melalui tiga tahapan,
yaitu sebagai berikut (Chandra, 2007):
2.2.5.1 Tahap Pemisahan dan Penyimpanan di Tempat
Sumber
Sampah yang berasal dari rumah tangga terdiri atas sampah
organik dan anorganik. Sampah organik dan anorganik yang
dihasilkan sebaiknya dipisahkan dan dikumpulkan pada tempat
sampah yang berbeda (Dwiyatmo, 2007). Adapun tempat sampah
yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut
(Azwar, 1983):
a. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor untuk
mencegah berserakannya sampah.
b. Memiliki tutup, untuk mencegah bau busuk dan
menjadi tempat hinggap lalat serta mudah dibuka tanpa
mengotori tangan.
c. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu
orang.
30
Dari tempat penyimpanan sementara, kemudian sampah
dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam rumah sampah yang
berbentuk bak besar. Pengelolaan rumah sampah dapat diserahkan
pada pemerintah setempat atau masyarakat secara bergotong-
royong.
2.2.5.2 Tahap Pengangkutan
Dari rumah sampah, sampah diangkut ke tempat
pembuangan akhir (TPA) Tahap Pengangkutan atau tempat
pemusnahan sampah dengan diangkut oleh truk pengangkut
sampah yang disediakan oleh Dinas Kebersihan Kota, untuk
selanjutnya dilakukan pemusnahan terhadap sampah tersebut.
2.2.5.3 Tahap Pemusnahan
Sampah yang telah dikumpulkan, selanjutnya perlu dibuang
dan dimusnahkan. Pembuangan atau pemusnahan sampah biasanya
dilakukan di daerah tertentu sehingga tidak menganggu kesehatan
manusia. Lazimnya syarat yang harus dipenuhi dalam membangun
tempat pembuangan sampah akhir, yaitu (Azwar, 1983):
a. Tempat tersebut dibangun tidak dekat dengan sumber air
minum atau sumber air lainnya yang dipergunakan oleh
manusia (mencuci, mandi, dan lainnya).
b. Tidak pada tempat yang sering terkena banjir.
c. Di tempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia.
31
Adapun jarak yang sering dipakai sebagai pedoman ialah
sekitar 2 km dari perumahan penduduk, sekitar 15 km dari laut
serta sekitar 200 m dari sumber air. Dalam tahap pembuangan atau
pemusnahan sampah, terdapat beberapa metode yang dapat
digunakan antara lain (Chandra, 2007):
a) Sanitary landfill
Pembuangan sampah dengan cara menimbun dengan tanah
lapis demi lapis, sehingga sampah tidak berada di alam
terbuka, jadi tidak sampai menimbulkan bau serta tidak
menjadi tempat bersarangnya vektor penyakit.
b) Composting
Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses
dekomposisi zat organik oleh kuman-kuman pembusuk,
menjadi pupuk. Kompos dapat dibuat untuk
meminimalisasi efek negatif yang ditimbulkan sampah
dengan membuatnya menjadi lebih bermanfaat secara
ekologis.
c) Hot feeding
Sampah yang dapat digunakan untuk makanan ternak
adalah sampah organik, seperti sisa sayuran, buah-buahan,
dan sisa makanan. Sampah tersebut harus diolah (dimasak
atau direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing
dan trchionosis ke hewan ternak. Metode pemusnahan
32
sampah jenis ini umumnya dilakukan pada lingkup rumah
tangga.
d) Dumping
Cara Pembuangannya dengan diletakkan begitu saja di
tanah. Cara ini banyak dilakukan di negara-negara yang
masih berkembang. Hal ini tentu saja banyak segi
negatifnya.
e) Dumping in Water
Cara pembuangannya sama dengan dumping tetapi
dibuang ke dalam air (sungai atau laut). Hal ini akan
menimbulkan banyak kerugian, misalnya dapat mengotori
permukaan air, memudahkan berjangkitnya penyakit, dan
lain sebagainya.
f) Individual inceneration
Pembakaran sampah yang dilakukan perorangan di rumah
tangga.
g) Recycling
Pengolahan sampah dengan cara ini bertujuan memakai
kembali sampah yang masih bisa dipakai, misalnya
kaleng, kaca, dan sebagainya.
33
2.2.6 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan
Lingkungan
Pengelolaan sampah mempunyai pengaruh terhadap
masyarakat dan lingkungan, yaitu sebagai berikut (Mukono, 2006):
2.2.6.1 Pengaruh Positif
Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh
yang positif, sebagai berikut (Chandra, 2007):
a. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan
semacam rawa-rawa dan dataran rendah.
b. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.
c. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah
menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan
lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah
terhadap ternak.
d. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya
tempat untuk berkembang biak serangga atau binatang
pengerat.
e. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang
erat hubungannya dengan sampah
34
2.2.6.2 Pengaruh Negatif
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan
pengaruh negatif bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi
kehidupan sosial masyarakat, sebagai berikut :
1. Pengaruh terhadap kesehatan
Sampah dapat menjadi tempat tinggal bagi vektor penyakit
seperti lalat yang dapat menyebabkan kejadian diare.
Insidensi penyakit demam berdarah dengue akan meningkat
karena vektor penyakit hidup berkembang biak dalam
sampah kaleng ataupun ban bekas yang berisi air hujan.
2. Pengaruh terhadap lingkungan
a. Estetika lingkungan
b. Penurunan kualitas udara
c. Pembuangan sampah ke badan air akan menyebabkan
pencemaran air
3. Pengaruh terhadap Sosial Masyarakat
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan
sosial budaya masyarakat setempat.
35
b. Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok akan
menurunkan minat dan hasrat orang lain (turis) untuk
berkunjung ke daerah tersebut.
2.3 Lalat
Lalat adalah insekta yang lebih banyak bergerak menggunakan sayap (terbang)
yang berbentuk membran. Hanya sesekali bergerak menggunakan kakinya. Oleh
karenanya daerah jajahan lalat cukup luas. Pada saat ini telah ditemukan tidak kurang dari
60.000-100.000 spesies (Maryantuti, 2007).
Jenis lalat yang banyak merugikan manusia diantaranya adalah lalat rumah
(Musca domestica) dan lalat hijau (Chrysomya megacephala). Lalat ini tersebar secara
cosmopolitan dan memiliki ketergantungan yang tinggi dengan manusia karena zat-zat
makanan yang dibutuhkan lalat seperti glukosa dan sedikit protein bagi pertumbuhannya
sebagian besar ada pada makanan manusia (Sitanggang, 2001).
2.3.1 Lalat Rumah
Lalat rumah termasuk ordo Dipteria dan famili Muscidae.
Penyebarannya sangat luas, yaitu di semua tempat. (Bambang, 1992).
Lalat rumah yang menyebarkan penyakit dengan berjalan di atas kotoran
berisi kuman dan kemudian memindahkan kuman tersebut pada makanan
atau tangan manusia. (Andriani, 2007).
Lalat rumah yang terkenal yaitu Musca domestica vicina. Musca
domestica vicina mempunyai panjang badan 5,0-8,0 mm, berbntuk padat
dan berwarna hitam kelabu. Pada bagian kepala memiliki banyak reseptor
yang berguna sebagai indra perasa yang paling senitif.terhadap bau daging
busuk yang berjarak jauh dan dapat terbang dengan cepat. Musca
36
domestica vicina menyukai tempat yang kumuh dan kotor sehingga
patogen yang berasal dari sana masuk kedalam badan melalui mulut.
Apabila lalat ini mencemari makanan manusia maka kemungkinan
menyebabkan gangguan pencernaan.
2.3.2 Klasifikasi Lalat Rumah:
Kingdom : Animalia
Phylum : arthoropoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Dipteria
Family : Muscidae
Genus : Musca
Spesies :Musca domestica
2.3.3 Morfologi Lalat Rumah
Lalat ini berukuran sedang, panjang 6-8 mm. Berwarna hitam
keabu-abuan dengan empat gari memanjang gelap pada bagian dorsal
toraks dan satu garis hitam medial pada abdomen dorsal. Mata pada betina
memiliki celah yang lebih lebar dari pada lalat jantan. Antenanya terdiri
dari tiga ruas, ruas terakhir paling besar berbentuk silinder dan dilengkapi
dengan arista yang memiliki bulu pada bagian atas dan bawah. Bagian
proboscis lalat disesuaikan dengan fungsinya untuk menyerap dan menjilat
makanan berupa cairan tidak bisa untuk menusuk atau menggigit. Ketika
37
lalat tidak makan, sebagian mulutnya ditarik masuk ke dalam selubung,
tetapi ketika sedang makan akan dijulurkan ke arah bawah. Bagian ujung
proboscis terdiri atas sepasang labella berbentuk oval yang dilengkaoi
dengan saluran halus disebut pseudotrakhea tempat cairan makanan
diserap. Sayapnya memiliki vena 4 yang melengkung tajam ke arah kosta
mendekati vena 3. Ketiga pasang kaki lalat ini ujungnya mempunyai
sepasang kuku dan sepasang bantalan disebut pulvilus yang berisi kelenjar
rambut. Bantalan rambut lengket ini yang membuat lalat dapat menempel
pada permukaan halus dan mengambil kotoran dan patogen ketika
mengunjungi sampah dan tempat kotor lainnya. (Maryantuti, 2007).
Gambar 2.1
Musca Domestica (Lalat Rumah)
Keterangan gambar:
A. Tarsus
B. Antena
C. Torax
D. Mata
E. Sayap
38
2.3.4 Siklus Hidup Lalat Rumah
Gambar 2.2
Siklus Hidup Musca Domestica (lalat rumah)
Dalam kehidupan lalat dikenal ada 4 (empat) tahapan yaitu mulai
dari telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat berkembang biak dengan bertelur,
berwarna putih dengan ukuran lebih kurang 1 mm panjangnya. Setiap kali
bertelur akan menghasilkan 120–130 telur dan menetas dalam waktu 8–16
jam. Pada suhu rendah telur ini tidak akan menetas (dibawah 12 –13 º C).
Telur yang menetas akan menjadi larva berwarna putih kekuningan,
panjang 12-13 mm. Akhir dari phase larva ini berpindah tempat dari yang
banyak makan ke tempat yang dingin guna mengeringkan tubuhnya,
Setelah itu berubah menjadi kepompong yang berwarna coklat tua,
panjangnya sama dengan larva dan tidak bergerak. Phase ini berlangsung
pada musim panas 3-7 hari pada temperatur 30–35 º C, Kemudian akan
keluar lalat muda dan sudah dapat terbang antara 450–900 meter, Siklus
39
hidup dari telur hingga menjadi lalat dewasa 6-20 hari. Lalat dewasa
panjangnya lebih kurang ¼ inci, dan mempunyai 4 garis yang agak gelap
hitam dipunggungnya. Beberapa hari kemudian sudah siap untuk
berproduksi, pada kondisi normal lalat dewasa betina dapat bertelur
sampai 5 (lima) kali. Umur lalat pada umumnya sekitar 2-3 minggu, tetapi
pada kondisi yang lebih sejuk biasa sampai 3 (tiga) bulan. Lalat tidak kuat
terbang menantang arah angin, tetapi sebaliknya lalat akan terbang jauh
mencapai 1 kilometer. (Wijayanti, 2009).
2.3.5 Tempat Perindukan
Tempat yang disenangi adalah tempat yang basah seperti sampah
basah, kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan busuk, kotoran yang
menumpuk secara kumulatif (dikandang).
a. Kotoran Hewan
Tempat perindukan lalat rumah yang paling utama adalah pada
kotoran hewan yang lembab dan masih baru (normal nya lebih
kurang satu minggu).
b. Sampah dan sisa makanan dari hasil olahan
Disamping lalat suka hinggap juga berkembang baik pada sampah,
sisa makanan, buah-buahan yang ada didalam rumah maupun
dipasar.
c. Kotoran Organik
40
Kotoran organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia. Sampah
dan makanan ikan adalah merupakan tempat yang cocok untuk
berkembang biaknya lalat.
d. Air Kotor
Lalat Rumah berkembang biak pada pemukaan air kotor yang
terbuka (Ermawan, 2008).
2.3.6 Pemberantasan Lalat Rumah
Untuk pemberantasan secara langsung melalui fisik dapat
dilakukan dengan: Cara pemberantasan secara fisik adalah cara yang
mudah dan aman tetapi kurang efektif apabila lalat dalam kepadatan yang
tinggi. Cara ini hanya cocok untuk digunakan pada skala kecil seperti di
rumah sakit, kantor, hotel, supermarket dan pertokoan lainnya yang
menjual daging, tempat produksi makanan, sayuran, serta buah-buahan
(Manalu, 2012).
1. Perangkap Lalat (Fly Trap)
Fly trap adalah suatu alat yang dipergunakan untuk menangkap
lalat dalam jumlah yang cukup besar atau padat.
2. Umpan kertas lengket berbentuk lembaran (Sticky tapes)
Di pasaran tersedia alat ini, biasanya di gantung di atap, menarik
lalat karena kandungan gulanya. Lalat hinggap pada alat ini akan
terperangkap oleh lem. Alat ini dapat berfungsi beberapa minggu
bila tidak tertutup sepenuhnya oleh debu atau lalat yang
terperangkap.
41
3. Perangkap dan pembunuh elektronik (light trap with electrocutor)
Lalat yang tertarik pada cahaya akan terbunuh setelah kontak
dengan jeruji yang bermuatan listrik yang menutupi. Sinar bias dan
ultraviolet menarik lalat hijau (blow flies) tetapi tidak terlalu
efektif untuk lalat rumah. Metode ini harus diuji dibawah kondisi
setempat sebelum investasi selanjutnya dibuat. Alat ini kadang
digunakan di dapur rumah sakit dan restoran.
4. Pemasangan kawat kasa pada pintu dan jendela atau ventilasi.
Pemasangan kawat kasa dapat menangkap lalat yang akan masuk
melalui pintu dan jendela. Hal ini mudah dilakukan dan dapat
berguna untuk waktu yang lama.
5. Fly grill
atau sering disebut blok grill oleh sebagian orang, fly grill adalah
suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur kepadatan lalat di
suatu tempat.
2.3.7 Cara Mengukur Kepadatan Lalat dengan Fly Grill
Fly grill atau yang sering disebut blok grill oleh sebagian
orang, adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur
kepadatan lalat di suatu tempat. Alat ini dipergunakan di dunia
kesehatan, khususnya kesehatan lingkungan. Alat ini sering
dipergunakan untuk mengukur kepadatan lalat di tempat umum,
misalnya pasar, tempat sampah umum, warung makan, terminal,
stasiun. Cara membuat fly grill sangat mudah dan tidak diperlukan
42
keahlian khusus untuk membuatnya, bahan untuk membuat fly grill
mudah untuk didapatkan, fly grill kuat dan mudah disimpan,
permukaan fly grill luas sehingga dapak menangkap lalat lebih banyak
dan dapat digunakan untuk jangka panjang. Fly grill diletakkan pada
titik yang akan diukur dan jumlah lalat yang hinggap dihitung selama
30 menit, tiap titik diadakan 10 kali perhitungan, kemudian diambil 5
angka perhitungan tertinggi dan dibuat rata-rata.
Angka ini merupakan indek populasi lalat pada satu titik
perhitungan. Pengukuran terhadap populasi lalat dewasa lebih tepat
dan bisa diandalkan dari pada pengukuran populasi larva lalat.
Sebagai interpretasi hasil pengukuran indek populasi lalat juga
berguna untuk menentukan tindakan pengendalian yang akan
dilakukan. Indek populasi lalat terbagi menjadi :
a. 0-2 ekor : rendah atau tidak menjadi masalah.
b. 3-5 ekor : sedang atau perlu tindakan pengendalian
terhadap tempat perkembangbiakan lalat.
c. 6-20 ekor : tinggi atau populasi cukup padat, perlu
pengamanan terhadap tempat-tempat perindukan lalat dan
bila mungkin direncanakan upaya pengendalian.
d. 21 ekor : sangat tinggi sehingga perlu dilakukan
pengamanan terhadap tempat-tempat perkembangbiakan
lalat dan pengendalian lalat (Wijayanti, 2009).
43
2.3.8 Cara Mengukur Kepadatan Lalat dengan Fly Trap
Fly trap adalah suatu alat yang dipergunakan untuk menangkap
lalat dalam jumlah yang cukup besar besar atau padat. Tempat yang
menarik lalat untuk berkembangbiak dan mencari makan adalah
perangkap yang gelap. Bila lalat mencoba makan dan terbang akan
tertangkap dalam perangkap yang diletakkan di mulut fly trap yang
terbuka itu. Sebuah model perangkap akan terdiri dari kawat kasa
sebagai penutup dan beralaskan kayu untuk menempatkan umpan,
tutup kayu dengan celah kecil dan sangkar di atas penutup. Celah
berdiameter 2 cm antara penutup yang berbentuk kerucut dengan
puncak terbuka. Hal tersebut untuk memberi kelonggaran kepada lalat
untuk bergerak menuju penutup. Perangkap harus ditempatkan diudara
terbuka di bawah sinar cerah matahari, jauh dari keteduhan
pepohonan. Indek populasi lalat terbagi menjadi :
a. 0-2 ekor : rendah atau tidak menjadi masalah.
b. 3-5 ekor : sedang atau perlu tindakan pengendalian
terhadap tempat perkembangbiakan lalat.
c. 6-20 ekor : tinggi atau populasi cukup padat, perlu
pengamanan terhadap tempat-tempat perindukan lalat dan
bila mungkin direncanakan upaya pengendalian.
d. 21 ekor : sangat tinggi sehingga perlu dilakukan
pengamanan terhadap tempat-tempat perkembangbiakan
lalat dan pengendalian lalat.(Wijayanti, 2009).
44
2.4 Kerangka Teori
Pengelolaan sampah sangat penting untuk mencegah penularan penyakit
yang salah satu penularannya melalui vektor Musca domestica (lalat rumah). Bila
lalat menghinggap di makanan manusia maka kotoran yang dibawa dari sampah
yang menempel di bulu atau kakinya dapat mencemari makanan yang akan di
makan manusia slah satunya balita, sehingga akan timbul penyakit diare. Berikut
kerangka teori penelitian ini :
45
Bagan 2.1
Kerangka teori
Sumber : Modifikasi dari Wijayanti dan Depkes RI Tahun 2009
Keterangan :
: Tidak di bahas lebih lanjut dalam penelitian ini
: Di bahas lebih lanjut dalam penelitian ini
Pengelolaan
sampah
Penyimpanan
Pemisahan
Pembuangan
TPS (Tempat Pembuangan
Sementara)
TPSK
(Tempat Pembuangan
Sampah Kolektif)
Timbunan sampah
Bau/Pembusukan
- Pendidikan
- Pengetahuan
- Sosial
Ekonomi
Daya tarik vektor Musca
domestica (lalat rumah)
Makanan Sumber air
Perilaku ibu :
- Mencuci tangan
- Menutup
makanan
- Merebus air Diare
Tinja
Karakteristik Balita :
- Umur
- Pemberian ASI
Eksklusif
- Status gizi
- Daya tahan tubuh
- Penyakit lain
Jarak
46
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teoritis di atas, untuk penelitian ini dibuat kerangka
konsep penelitian yang dibatasi hanya pada beberapa faktor seperti tampak pada
gambar 3.1 dibawah ini. Beberapa variabel tidak diteliti yaitu tahap pembuangan,
karena peneliti memfokuskan kepada pengelolaan sampah rumah tangga bukan di
TPSK (Tempat Pembuangan Sementara Kolektif). Selain itu pada karakterisitik
balita dan karakteristik ibu tidak di teliti karena dalam penelitian ini lebih di
tekankan kepada variabel pengelolaan sampah dan vektor Musca domestica.
Variabel merebus air tidak diteliti karena secara garis besar warga melakukan
perebusan air, sehingga diperkirakan data akan menjadi homogen.
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi variabel bebas adalah
variabel pengelolaan sampah (yang meliputi variabel: pemisahan dan
penyimpanan); variabel jarak tempat sampah; variabel daya tarik vektor Musca
domestica (lalat rumah) (yang meliputi: populasi vektor lalat rumah di pantry dan
frekuensi kunjungan lalat di tempat sampah).
Adapun sebagai variabel terikat adalah risiko diare. Kerangka konsep
hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor Musca
domestica dengan risiko diare pada baduta dapat dilihat pada bagan berikut :
47
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Pengelolaan sampah :
- Pemisahan
- Penyimpanan
Jarak Tempat Sampah
- Jarak tempat sampah
dengan pantry
Daya tarik vektor Musca
domestica (lalat rumah) :
- Populasi vektor Musca
domestica di pantry
- Frekuensi vektor Musca
domestica kunjungan di
tempat sampah
Diare Pada
Baduta (Bayi
Dua Tahun)
48
3.2 Definisi Operasional
3.2.1 Variabel Dependent dan Independent
Tabel 3.1
Variabel Dependent dan Independent
No Variabel Definisi
Operasional
Cara
Ukur
Alat
Ukur
Skala
Ukur
Hasil Ukur
1. Diare Buang air besar
lembek, cair
bahkan dapat
berupa air saja
yang
frekuensinya
lebih sering dari
biasanya
(biasanya 3 kali
atau lebih dalam
sehari) dan
berlangsung
kurang dari 14
hari.
Interview Kuesioner Nominal 1 =Risiko Diare,
jika balita
mengalami buag
air besar dengan
frekuensi >3 kali
atau lebih dalam
sehari dengan
kondisi tinja cair
pada perode 2
minggu yang lalu
sampai saat
dilakukan
wawancara
2 = Tidak risiko
diare jika balita
tidak mengalami
buag air besar
dengan frekuensi
>3 kali atau lebih
dalam sehari
dengan kondisi
tinja cair pada
perode 2 minggu
yang lalu sampai
saat dilakukan
wawancara
49
Variabel Independent
No Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat
Ukur
Skala
Ukur
Hasil Ukur
Faktor
Pengelolaan
Sampah
1. Pemisahan
Sampah
Pemisahan
sampah adalah
pemisahan
sampah organik
dan anorganik
yang dilakukan
oleh keluarga di
Kelurahan
Ciputat
Interview
mengisi
kuesioner
dan
observasi
Kuesioner
Dan
lembar
observasi
Ordinal 1= Tidak, jika
tidak
melakukan
pemisahan
sampah organik
dan anorganik
2 =Ya, jika
melakukan
pemisahan
sampah organik
dan anorganik.
2. Penyimpanan
Sampah
Penyimpanan
sampah yaitu
adanya tempat
penyimpanan
sampah di
rumah tangga
yang memenuhi
syarat seperti
pondasi kuat,
memiliki tutup
dan kedap air.
Observasi Lembar
observasi
Ordinal 1 = tidak kuat
(wadah yang
terbuat dari
plastik), tidak
tertutup dan
tidak kedap air.
2 = kuat
(wadah yang
terbuat dari
semen, dan
kayu),
memiliki tutup
dan kedap air
50
No. Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat
Ukur
Skala
Ukur
Hasil Ukur
Jarak
Tempat
Sampah
1. Jarak tempat
sampah
dengan
pantry
Seberapa jauh
tempat sampah
diletakkan
dengan pantry
atau tempat
akhir
meletakkan
makanan
Observasi Lembar
observasi
Ordinal 1 = < 1 meter
2 = > 1 meter
(Junias, 2008).
Daya tarik
vektor
Musca
domestica
(lalat
rumah)
1. Populasi
vektor
Musca
domestica di
pantry
Ada atau
tidaknya vektor
Musca
domestica (lalat
rumah) di
lokasi setelah
dilakukan
pengukuran.
Pengukuran
dilakukan di
dalam rumah
(pantry)
Pengukuran
frekuensi
kunjungan
lalat dan
observasi
Fly Trap Ordinal 1 = tinggi, jika
angka
frekuensi
kunjungan lalat
≥ 6 ekor
2= rendah, jika
frekuensi
kunjungan lalat
0-5 ekor.
(Depkes, 2005)
51
No. Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat
Ukur
Skala
Ukur
Hasil Ukur
2. Frekuensi
kunjungan
lalat
Frekuensi
kunjungan lalat
adalah jumlah
vektor Musca
domestica (lalat
rumah) di
lokasi setelah
dilakukan
pengukuran.
Pengukuran
dilakukan di
luar rumah
(tempat
sampah)
Pengukuran
frekuensi
kunjungan
lalat dan
observasi
Fly grill
dan Hand
counter
Ordinal 1 = tinggi, jika
angka
frekuensi
kunjungan lalat
≥ 6 ekor
2= rendah, jika
frekuensi
kunjungan lalat
0-5 ekor.
(Depkes, 2005)
3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara pengelolan sampah rumah tangga (pemisahan
dan penyimpaanan) dengan risiko diare pada baduta di Kelurahan
Ciputat Tahun 2014.
2. Ada hubungan antara jarak tempat sampah dengan risiko diare pada
baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014.
3. Ada hubungan antara daya tarik vektor Musca domestica (lalat rumah)
terhadap risiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014.
52
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunankan jenis penelitian kuantitatif dengan desain
studi cross sectional di mana pengukuran variabel independen dan variabel
dependen dilakukan pada waktu yang bersamaan. Penelitian ini adalah sebuah
penelitian observasional studi yang bersifat deskriptif-analitik. Deskriptif yaitu
menggambarkan distribusi frekuensi pengelolaan sampah (pemisahan dan
penyimpanan) dan daya tarik vektor Musca domestica (populasi vektor Musca
domestica dan frekuensi kunjungan vektor Musca domestica) di Kelurahan
Ciputat tahun 2014. Sedangkan analitik yaitu untuk melihat secara analitik
hubungan berbagai variabel dengan risiko diare pada baduta di Kelurahan
Ciputat.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Ciputat wilayah kerja
Puskesmas Ciputat.
4.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan bulan Juni 2014.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah bayi usia 0-24 bulan di Kelurahan
Ciputat Kota Tangerang Selatan tahun 2014. Sampel penelitian ini adalah
bayi usia 0-24 bulan, sedangkan responden adalah ibu dari bayi.
53
4.3.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah responden penelitian ini yaitu ibu dari bayi
berumur 0-24 bulan yang memiliki tempat sampah yang berada di luar
rumah dan memiliki pantry (tempat terakhir menaruh makanan) dan
bersedia untuk di wawancarai.
4.3.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusif adalah responden penelitian yaitu ibu dari bayi
berumur 0-24 bulan yang tidak memiliki tempat sampah atau tempat
sampah berada dalam rumah, tidak memiliki pantry, dan tidak bersedia
untuk di wawancarai.
4.4 Sampel Penelitian
Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus (Dahlan,
M.Sopiyudin, 2010)
[ 1 2 √2PQ 1 √P1Q1 P2Q2
P1 P2]
2
Keterangan:
n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan
P1 : Proporsi kejadian pada salah satu kelompok tertentu
sebesar 0,683 (Variabel mencuci tangan terhadap
kejadian diare pada balita) dari penelitian terdahulu
(Manalu, dkk 2012).
54
P2 : Proporsi kejadian pada salah satu kelompok tertentu
sebesar 0,3846 dari penelitian terdahulu.
Q1 : 1 – P1
Q2 : 1 – P2
P : Rata-rata proporsi ((P1+P2)/2))
Q : 1 – P
Z1- /2 : Derajat kemaknaan, pada dua sisi (two tail) yaitu
sebesar %= 1,96
Z1- : Kekuatan uji 1- , yaitu sebesar 95%= 0, 84
Perhitungan:
[ 1 2 √2PQ 1 √P1Q1 P2Q2
P1 P2]
2
[1 96 √2 0 5 0 5 0 84 √0 683 0 317 0 317 0 683
0 683 0 317]
2
[1 3859 0 5702
0 28]2
[1 9369
0 366]2
[5 3]2
28 09 28
28 = 68,3% x n’
55
n’ = 40,99 41 x 2 = 82
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode stratified random sampling. Berdasarkan perhitungan
sampel secara uji beda dua proporsi maka didapatkan jumlah sampel yang
diambil sebanyak 82 baduta. Untuk mengantisipasi adanya kesalahan dan
kekurangan sampel maka besar sampel ditambah 10% dari minimal sampel,
sehingga besar sampel (n) = 82 + 8,2 = 90 orang.
Adapun langkah-langkah penentuan sampelnya adalah sebagai berikut:
Bagan 4.1
Langkah-langkah Penentuan Sampel
RW 13 RW 4 RW 6 RW 2 RW 1 RW 2
RW 12 RW 10 RW 3 RW 11 RW 5 RW 9
7
sampel
9
sampel 5
sampel
7
sampel
5
sampel
6
sampel
5
sampel
8
sampel
4
sampel
8
sampel
4
sampel
12
sampel
4
sampel
Puskesmas Ciputat
Kelurahan Ciputat
RW 7
6
sampel
RW 14
Posyandu
56
Posyandu di Wilayah Kelurahan Ciputat
Bagan 4.2
Sampling Frame
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, terdapat 15 RW di Kelurahan
Ciputat. Pemilihan RW terpilih berdasarkan jumlah balita dengan kasus diare
terbanyak. Terdapat 2 RW yakni RW 08 dan RW 14 yang tidak masuk dalam
sampel karena masalah perizinan yang tidak di dapatkan, hal ini termasuk dalam
keterbatasan penelitian. Jadi sampel penelitian ini ada 8 posyandu yang masing
4
balita
6
balita
12
balita
5
balita 8
balita 4
balita 8
balita
Nangka
Jambu
Durian
Pisang
Alpukat Anggur Duku
Melon
Jeruk
Aspol
Manggis
Apel
Belimbing
Rw
01 Rw
02 Rw
03 Rw
04
Rw
05 Rw
06
Rw
07
Rw
08 Rw
10
Rw
11
Rw
12
Rw
13 Rw
14 Rw
09 275
balita
202
balita
118
balita
188
balita
234
balita
143
balita
217
balita
105
balita
253
balita
382
balita 145
balita
313
balita
104
balita
9
balita 7
balita 6
balita 7
balita
7
balita
4
balita
Rw
15
Sawo
100
balita
57
masing diketahui jumlah balitanya. Berikut di bawah ini adalah nama posyandu
yang ada di Kelurahan Ciputat beserta jumlah balita di tiap posyandu tersebut :
1. Posyandu Nangka = 275 balita
2. Posyandu Belimbing = 202 balita
3. Posyandu Jambu = 118 balita
4. Posyandu Durian = 188 balita
5. Posyandu Pisang = 234 balita
6. Posyandu Alpukat = 143 balita
7. Posyandu Duku = 217 balita
8. Posyandu Sawo = 100 balita
9. Posyandu Anggur= 105 balita
10. Posyandu Melon = 253 balita
11. Posyandu Jeruk = 382 balita
12. Posyandu Aspol = 145 balita
13. Posyandu Manggis = 313 balita
14. Posyandu Apel = 104 balita
58
Penentuan balita di masing-masing posyandu yang akan dijadikan
sampel dipilih secara proporsional dari balita di masing-masing posyandu,
uraiannya sebagai berikut.
1) Posyandu Nangka = 275/2779 x 90 = 9 balita
2) Posyandu Belimbing = 202/2779 x 90 = 7 balita
3) Posyandu Jambu = 118/2779 x 90 = 4 balita
4) Posyandu Durian = 188/2779 x 90 = 6 balita
5) Posyandu Pisang = 234/2779 x 90 = 8 balita
6) Posyandu Alpukat = 143/2779 x 90 = 5 balita
7) Posyandu Duku = 217/2779 x 90 = 7 balita
8) Posyandu Anggur= 105/2779 x 90 = 4 balita
9) Posyandu Melon = 253/2779 x 90 = 8 balita
10) Posyandu Jeruk = 382/2779 x 90 = 12 balita
11) Posyandu Aspol = 145/2779 x 90 = 5 balita
12) Posyandu Manggis = 313/2779 x 90 = 10 balita
13) Posyandu Apel = 104/2779 x 90 = 4 balita
Setelah diketahui masing-masing sampel di tiap posyandu, maka
penentuan nomor sampel balita dipilih secara random dengan menggunakan
59
rumus randbetween yang ada di microsoft excel. Berikut adalah hasi sampel
terpilih :
Tabel 4.1
Sampling Frame
No. Nama Posyandu Jumlah balita Sampel Terpilih Nomor Sampel
1 Posyandu Jeruk 382 12 307, 102, 113, 242,
212, 19, 138, 80, 45,
142, 319, 373
2 Posyandu Manggis 313 10 52, 82, 126, 132, 183,
195, 209, 221, 242, 300
3 Posyandu Nangka 275 9 19, 134, 137, 162, 189,
228, 48, 64, 139
4 Posyandu Melon 253 8 2, 19, 47, 49, 159, 210,
233, 249
5 Posyandu Pisang 234 8 31, 32, 62, 120, 173,
199, 200, 204
6 Posyandu Duku 217 7 4, 32, 74, 82, 90, 148,
180
7 Posyandu Belimbing 202 7 26, 36, 62, 64, 83, 87,
200
8 Posyandu Durian 188 6 4, 7, 23, 32, 41, 57
9 Posyandu Aspol 145 5 8, 37, 55, 64, 72
10 Posyandu Alpukat 143 5 4, 8, 21, 31, 32
11 Posyandu Jambu 118 4 4, 7, 25, 45, 58, 69
12 Posyandu Anggur 105 4 2, 11, 16, 39
13 Posyandu Apel 104 4 36, 39, 47, 54
60
4.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan melalui data primer dan
data sekunder yang diuraikan sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
responden dengan menggunakan alat ukur kuesioner melalui
wawancara dengan ibu dari bayi, observasi dan uji daya tarik
vektor Musca domestica dengan menggunakan fly grill dan fly
trap. Variabel yang dapat diketahui dari kuesioner ialah variabel
pengelolaan sampah (pemisahan dan penyimpanan). Variabel yang
dapat diketahui dengan melakukan obeservasi adalah variabel
populasi vektor Musca domestica dan variabel frekuensi kunjungan
daya tarik vektor Musca domestica.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari profil Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan Tahun 2012 dan profil Kesehatan Puskesmas
Ciputat tahun 2010 dan laporan bulanan Puskesmas Ciputat tahun
2012.
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dengan pertanyaan
tertutup yang disebarkan ke ibu-ibu yang bayinya menjadi sampel. Kuesioner
terdiri dari beberapa item pertanyaan. Kuesioner dalam penelitian ini mencakup
pertanyaan mengenai variabel pengelolaan sampah (pemisahan dan
61
penyimpanan). Untuk mengetahui risiko diare pada variabel daya tarik vektor
Musca domestica mengetahuinnya dengan menggunakan fly grill dan fly trap.
Berikut adalah gambar fly grill dan fly trap:
Gambar 4.1 Gambar 4.2
Fly Grill Fly Trap
4.6.1 Rencana Uji Fungsi Fly Grill
1. Menentukan lokasi penghitungan kepadatan lalat
2. Mengeluarkan fly grill
3. Meletakkan fly grill rekayasa pada titik sampling yang telah
ditentukan
4. Menghitung kepadatan lalat di titik tersebut dengan durasi setiap
30 detik ada berapa lalat yang menempel. Kemudian tiap titik
diulang 10 kali.
5. Menghitung rata-rata kepadatan lalat setiap titik dari 5
penghitungan tertinggi kemudian dibagi 5.
6. Hasil dari setiap titik kemudian dijumlahkan dan dicari rata-
ratanya
7. Hasil kepadatan lalat tersebut lalu dibandingkan dengan
interpretasi untuk merencanakan tindakan selanjutnya.
62
4.6.2 Rencana Uji Fungsi Fly Trap
1. Menentukan lokasi penghitungan kepadatan lalat
2. Mengeluarkan fly trap
3. Meletakkan fly trap rekayasa pada titik sampling yang telah
ditentukan
4. Menghitung kepadatan lalat di titik tersebut dengan durasi setiap
15 menit ada berapa lalat yang menempel. Kemudian tiap titik
diulang 5 kali.
5. Menghitung rata-rata kepadatan lalat dari 5 penghitungan tertinggi
kemudian dibagi 5.
6. Hasil dari setiap titik kemudian dijumlahkan dan dicari rata-
ratanya
7. Hasil kepadatan lalat tersebut lalu dibandingkan dengan
interpretasi untuk merencanakan tindakan selanjutnya.
4.7 Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
program komputer berupa software. Variabel yang dilakukan dengan
menggunakan komputer yaitu variabel pengelolaan sampah (pemisahan dan
penyimpanan), variabel daya tarik vektor Musca domestica (populasi vektor
lalat dan frekuensi kunjungan lalat. Adapun untuk tahapan-tahapan yang
dilakukan dalam pengolahan data primer dari variabel dependen dan variabel
independen adalah sebagai berikut:
63
1. Editing data, yaitu kuisioner yang telah diisi dilihat kelengkapan
jawabannya, sebelum dilakukan proses pemasukan data ke dalam
komputer.
2. Coding data yaitu membuat klasifikasi data dan memberi kode pada
jawaban dari setiap pertanyaan dalam kuisioner.
3. Editing Data, yaitu dilakukan untuk memeriksa kebenaran dan
kelengkapan data, seperti konsistensi pengisian setiap jawaban kuesioner,
kelengkapan pengisisan dan kesalahan pengisian. Data ini merupakan data
input utama untuk penelitian.
4. Entry data, yaitu dilakukan pemasukan data ke dalam template yang telah
dibuat.
5. Cleaning data, yaitu data yang telah di entry dicek kembali untuk
memastikan bahwa data tersebut bersih dari kesalahan, baik kesalahan
pengkodean maupun kesalahan dalam membaca kode. Dengan demikian
diharapkan data tersebut benarbenar siap untuk dianalisis.
4.8 Analisis Data
Analisa data dalam penelitian ini berupa analisis univariat dan analisis
bivariat.
4.8.1 Analisa Data Univariat
Analisa data univariat pada penelitian ini digunakan untuk
menganalisis variabel dependen yaitu risiko diare pada baduta maupun
variabel independen yaitu gambaran pemisahan sampah, gambaran
penyimpanan sampah, gambaran jarak tempat sampah dengan rumah,
64
gambaran populasi vektor Musca domestica di pantry dan gambaran
frekuensi kunjungan lalat rumah di tempat sampah.
4.8.2 Analisa Data Bivariat
Analisa data bivariat dilakukan untuk melihat apakah ada
hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen yaitu
risiko diare dengan pengelolaan sampah (pemisahan dan penyimpanan),
risiko diare dengan jarak tempat sampah dan risiko diare dengan daya tarik
vektor Musca domestica (populasi vektor Musca domestica dan frekuensi
kunjungan Musca domestica), Pada analisa ini digunakan uji chi square
dengan rumus:
X2 = Σ (O – E)2
E
Keterangan:
X2 = Chi square
O = Nilai observasi
E = Nilai Ekspektasi (Nilai Harapan)
Secara statistik dalam penelitian ini disebut ada hubungan yang
bermakna atau signifikan antara variabel independen dan variabel
dependen yaitu apabila nilai P value ≤ 0,05. Namun apabila nilai P value >
0,05 maka berarti antara variabel dependen dan variabel independen tidak
ada hubungan yang bermakna.
65
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Analisis Univariat
Analisis univariat mendeskripsikan risiko diare pada baduta, pengumpulan
sampah, penyimpanan sampah, jarak tempat sampah dengan pantry rumah,
frekuensi kunjungan daya tarik vektor Musca domestica (lalat rumah), populasi
vektor Musca domestica (lalat rumah) di pantry dan frekuensi kunjungan vektor
Musca domestica (lalat rumah) di tempat sampah.
5.1.1 Gambaran Risiko Diare Pada Balita
Adapun hasil yang dapat diperoleh mengenai risiko diare
pada baduta dapat dilihat ada diagram 5.1 berikut.
Diagram 5.1 Proporsi Gambaran Frekuensi Risiko Diare Pada
Baduta Di Kelurahan Ciputat Tahun 2014
Berdasarkan diagram 5.1 dari hasil analisis gambaran
risiko diare pada baduta, diperoleh bahwa 27,8% baduta berisiko
diare dan 72,2% baduta tidak berisiko diare. Dari diagram tersebut
28%
72%
Distribusi Frekuensi Risiko Diare Pada Baduta Di Kelurahan Ciputat Tahun 2014
Risiko Diare Tidak Risiko Diare
66
terlihat bahwa lebih banyak responden baduta yang tidak berisiko
diare.
5.1.2 Distribusi Faktor Pengelolaan Sampah
Faktor pengelolaan sampah dalam penelitian ini meliputi
pemisahan sampah dan penyimpanan sampah. Di bawah ini akan
dijelaskan distribusi pemisahan sampah yang dilakukan responden
di Kelurahan Ciputat.
a. Distribusi Pemisahan Sampah
Berikut ini adalah gambaran pemisahan sampah yang
dilakukan responden di Kelurahan Ciputat.
Tabel 5.1
Distribusi Pemisahan Sampah Di Kelurahan Ciputat Tahun
2014
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1, diketahui
bahwa sebagian besar responden tidak melakukan pemisahan
sampah yakni pemisahan sampah organik dan anorganik sebanyak
82,2% responden. Sedangkan yang melakukan pemisahan sampah
sebanyak 17,8% responden.
Pemisahan Sampah Frekuensi Persentase (%)
Tidak 74 82,2
Ya 16 17,8
Jumlah 90 100
67
b. Distribusi Penyimpanan Sampah
Berdasarkan hasil penelitian distribusi penyimpanan
sampah pada tempat tinggal responden diperoleh 33,3% memiliki
tempat penyimpanan sampah yang tidak kuat dan 66,7% memiliki
tempat penyimpanan sampah yang kuat. Dari hasil tersebut
menyatakan bahwa lebih banyak responden yang memiliki tempat
penyimpanan sampah yang kuat. Hal ini tersajikan pada tabel
distribusi penyimpanan sampah pada tabel 5.2 di bawah ini:
Tabel 5.2
Distribusi Penyimpanan Sampah Di Kelurahan Ciputat Tahun 2014
5.1.3 Distribusi Jarak Tempat Sampah Dengan Pantry Rumah
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebesar
24,4% tempat tinggal responden memiliki jarak tempat sampah
kurang dari 1 meter dari pantry, sedangkan 75,6% responden
memiliki jarak tempat sampah lebih dari 1 meter dari pantry.
sebesar sebagian besar responden memiliki jarak tempat sampah
lebih dari 1 meter dari pantry. Hal tersebut tersajikan pada tabel
distribusi jarak tempat sampah dengan pantry rumah pada tabel 5.3
dibawah ini:
Penyimpanan Sampah Frekuensi Persentase
Tidak Kuat 30 33,3
Kuat 60 66,7
Jumlah 90 100
68
Tabel 5.3
Distribusi Jarak Tempat Sampah Dengan Pantry
Rumah Di Kelurahan Ciputat Tahun 2014
Jarak Tempat Sampah Dengan Pantry Frekuensi Persentase (%)
Kurang Dari 1 Meter 22 24,4
Lebih Dari 1 Meter 68 75,6
Jumlah 90 100
5.1.4 Distribusi Frekuensi Kunjungan Daya Tarik Vektor
Musca domestica (Lalat Rumah)
Dalam penelitian ini frekuensi kunjungan daya tarik vektor
Musca domestica (Lalat Rumah) di peroleh dengan menggunakan
Fly Griil (untuk di tempat sampah) dan untuk populasi vektor
Musca domestica (Lalat Rumah) di pantry menggunakan Fly Trap .
Hasil dari penelitian dibagi menjadi dua, yaitu tinggi dan rendah.
Adapun distribusi frekuensi kunjungan vektor Musca domestica
dapat dilihat pada tabel 5.4 dibawah ini:
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Kunjungan Daya Tarik Vektor Musca domestica
(Lalat Rumah) Di Kelurahan Ciputat Tahun 2014
B
e
rdasarkan tabel 5.4 dari hasil analisis gambaran kunjungan daya
Kunjungan Daya Tarik Vektor Musca
domestica (Lalat Rumah)
Frekuensi Persentase
(%)
Tinggi 16 17,8
Rendah 74 82,2
Jumlah 90 100
69
tarik vektor Musca domestica (Lalat Rumah), diperoleh sebesar
17,8% rumah responden memiliki kunjungan daya tarik vektor
Musca domestica (Lalat Rumah) yang tinggi dan 82,2% rumah
responden memiliki kunjungan daya tarik vektor Musca domestica
(Lalat Rumah) yang rendah. Dari hasil tersebut terlihat bahwa lebih
banyak responden yang memiliki kunjungan daya tarik vektor
Musca domestica (Lalat Rumah) yang rendah.
5.1.5 Distribusi Frekuensi Populasi Vektor Musca domestica
(Lalat Rumah) Di Pantry
Frekuensi populasi vektor Musca domestica dalam
penelitian ini menggunakan alat Fly Trap. Hasil dari penelitian di
kategorikan menjadi dua yakni rendah dan tinggi. Adapun
distribusi frekuensi populasi vektor Musca domestica (lalat rumah)
di pantry dapat dilihat pada diagram 5.2 dibawah ini.
Diagram 5.2 Proporsi Gambaran Frekuensi Populasi Daya
Tarik Vektor Musca Domestica (lalat rumah) Di Pantry Di
Kelurahan Ciputat Tahun 2014
16%
84%
Frekuensi Populasi Vektor Musca Domestica (Lalat Rumah) Di Pantry
Kelurahan Ciputat Tahun 2014
Tinggi Rendah
70
Berdasarkan diagram 5.2 diketahui bahwa sebagaian besar
responden yakni 84,4% responden memiliki frekuensi populasi
vektor Musca domestica (Lalat Rumah) di pantry yang rendah.
Sedangkan 15,6% responden memiliki populasi vektor Musca
domestica (Lalat Rumah) di pantry yang tinggi.
5.1.6 Distribusi Frekuensi Kunjungan Vektor Musca domestica
(Lalat Rumah) Di Tempat Sampah
Dalam penelitian ini frekuensi kunjungan vektor Musca
domestica menggunakan alat Fly Griil.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 74,4% rumah
responden memiliki frekuensi kunjungan vektor Musca domestica
di tempat sampah yang rendah. Sedangkan 25,6% rumah
responden memiliki frekuensi kunjungan vektor Musca domestica
(Lalat Rumah) di tempat sampah yang tinggi. Hal ini tersajikan
pada tabel distribusi frekuensi kunjungan vektor Musca domestica
(Lalat Rumah) di tempat sampah pada tabel 5.5 dibawah ini:
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Kunjungan Vektor Musca domestica
(Lalat Rumah) Di Tempat Sampah Kelurahan Ciputat Tahun 2014
Kunjungan Vektor Musca
domestica (Lalat Rumah) Di
Tempat Sampah
Frekuensi Persentase
(%)
Tinggi 23 25,6
Rendah 67 74,4
Jumlah 90 100
71
5.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis lanjutan dari analisis univariat yang
bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependent. Uji yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara pengelolaan
sampah (pemisahan dan penyimpanan) dengan risiko diare pada baduta, hubungan
jarak tempat sampah dengan risiko diare pada baduta dan hubungan antara daya
tarik vektor Musca domestica (lalat rumah) terhadap risiko diare pada baduta
menggunkana uji Chi Square yang hasilnya kan dijelaskan di bawah ini.
5.2.1 Hubungan Antara Pengelolaan Sampah dengan Rsiko Diare
Pada Baduta
Uji Chi Square digunakan untuk variabel pemisahan sampah dan
penyimpanan sampah. Hasil penelitian mengenai hubungan pengelolaan
sampah (pemisahan dan penyimpanan) dengan risiko diare pada baduta
sebagai berikut.
a) Hubungan Pemisahan Sampah Dengan Risiko Diare Pada Baduta
Hasil penelitian mengenai hubungan antara pemisahan
sampah dengan risiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat
Tahun 2014 sebagai berikut.
72
Tabel 5.6
Distribusi Baduta Menurut Hubungan Pemisahan Sampah
Dengan Risiko Diare Pada Baduta Di Kelurahan Ciputat tahun
2014
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa sebesar 32,9%
responden yang tidak melakukan pemisahan sampah dan berisiko
diare sedangkan responden yang memisahkan sampah hanya 6,2%
yang berisiko diare. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai
P value sebesar 0,035, yang artinya pada 5% ada hubungan yang
signifikan antara pemisahan sampah dengan risiko diare pada
baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa responden yang tidak melakukan pemisahan
sampah, maka badutanya akan memiliki peluang 5,189 kali
berisiko diare.
b) Hubungan Penyimpanan Sampah Dengan Risiko Diare Pada
Baduta
Hasil penelitian mengenai hubungan penyimpanan sampah
dengan risiko diare pada baduta sebagai berikut.
Pemisahan
sampah
Risiko Diare
Risiko
Diare
Tidak
Risiko
Diare
Total PR P
Value
N % N % N % 5,189 0,035
Tidak 24 32,9 50 67,6 74 100
Ya 1 6,2 15 93,8 16 100
Total 25 27,8 65 72,2 90 100
73
Tabel 5.7
Distribusi Baduta Menurut Hubungan Penyimpanan Sampah
Dengan Risiko Diare Pada Baduta Di Kelurahan Ciputat
Tahun 2014
Penyimpanan
sampah
Risiko Diare
Risiko
Diare
Tidak
Risiko
Diare
Total PR P
Value
N % N % N % 2,545 0,010
Tidak Kuat 14 46,7 16 53,3 30 100
Kuat 11 18,3 49 81,7 60 100
Total 25 27,8 65 72,2 90 100
Dari tabel 5.7 diketahui bahwa responden yang memiliki
tempat penyimpanan yang tidak kuat lebih banyak berisiko diare
pada baduta (46,7%) dibandingkan dengan responden yang
memiliki tempat penyimpanan sampah yang kuat (18,3%).
Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara penyimpanan sampah dengan risiko diare
pada baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014, karena nilai P value
0,010 pada 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden
yang tidak menggunakan tempat penyimpanan sampah yang kuat
2,545 kali lebih berisiko diare pada baduta.
5.2.2 Hubungan Antara Jarak Tempat Sampah Terhadap Risiko
Diare Pada Baduta
Hasil penelitian mengenai hubungan antara jarak tempat sampah
dengan risiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014 sebagai
berikut.
74
Tabel 5.8
Distribusi Baduta Menurut Hubungan Antara Jarak Tempat Sampah
Terhadap Risiko Diare Pada Baduta Di Kelurahan Ciputat Tahun
2014.
Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa sebesar 31,8% responden
yang memilki jarak tempat sampah dengan pantry kurang dari 1 meter dan
berisiko diare sedangkan responden yang memiliki jarak antara tempat
samah dengan pantry lebih dari 1 meter hanya 26,5% yang berisiko diare.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai P value sebesar 0,831, yang
artinya pada 5% tidak ada hubungan yang signifikan antara jarak tempat
sampah dengan risiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014.
5.2.3 Hubungan Antara Daya Tarik Vektor Musca Domestica (Lalat
Rumah) Terhadap Risiko Diare Pada Baduta
Hasil pengujian statistik antara variabel daya tarik vektor Musca
domestica dengan risiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat tahun
2014 sebagai berikut.
Jarak Tempat
Sampah
Risiko Diare
Risiko
Diare
Tidak
Risiko
Diare
Total PR P
Value
N % N % N % 1,202 0,831
Kurang dari 1
meter
7 31,8 15 68,2 22 100
Lebih dari 1
meter
18 26,5 50 73,5 68 100
Total 25 27,8 65 72,2 90 100
75
Tabel 5.9
Distribusi Baduta Menurut Hubungan Antara Daya Tarik
Vektor Musca Domestica (Lalat Rumah Terhadap Risiko Diare Pada
Baduta Di Kelurahan Ciputat Tahun 2014.
Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa sebesar 37,5% responden
yang memiliki daya tarik vektor Musca domestica tinggi dan berisko diare
pada badutanya sedangkan untuk responden yang memiliki daya tarik
vektor Musca domestica yang rendah dan berisiko diare pada baduta yaitu
sebesar 25,7%.
Berdasarkan hasil uji statstik didapatkan nilai P value sebesar
0,365 yang artinya pada 5% tidak ada hubungan yang signifikan antara
daya tarik vektor musca domestica (lalat rumah) terhadap risiko diare pada
baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014.
Vektor
Musca
domestica
Risiko Diare
Risiko
Diare
Tidak
Risiko
Diare
Total PR P
Value
N % N % N % 1,461 0,365
Tinggi 6 37,5 10 62,5 16 100
Rendah 19 25,7 55 74,3 74 100
Total 25 27,8 65 72,2 90 100
76
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan
penelitian diantaranya yaitu :
1. Penentuan variabel dependen yaitu risiko diare tidak dilakukan dengan
tenaga medis sehingga hanya didasarkan dari informasi dari responden
melalui wawancara dengan kuesioner yang berisi pertanyaan dari definisi
penyakit diare. Walaupun begitu, kuesioner ini telah digunakan pada
penelitian sebelumnya yang telah diuji secara statistik.
2. Pada variabel frekuensi daya tarik kunjungan vektor Musca domestica,
kemungkinan kesalahan pengukuran sehingga bias informasi dapat terjadi.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena terdapat vektor Musca domestica
yang keluar dari perangkap dan tidak terhitung dalam pengukuran.
3. Beberapa jawaban pertanyaan kuesioner yaitu pertanyaan mengenai gejala
diare sangat tergantung kemampuan daya ingat responden sehingga
adanya kemungkinan bias informasi. Akan tetapi jangka waktu yang di
pertanyakan dalam kuesioner hanya jangka waktu dua minggu terakhir.
6.2 Risiko Diare Pada Baduta Di Kelurahan Ciputat
Dari hasil penelitian yang terdapat pada diagram 5.1 diketahui bahwa
sebagian besar baduta di Kelurahan Ciputat tidak berisiko diare (72,2%). Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Irnawati (2012) yang
menemukan kejadian diare pada 60 balita dalam kurun waktu 3 bulan terakhir
77
yang tidak mengalami diare 38 orang (63,3%) dan mengalami diare 22 orang
(36,7%).
Risiko diare dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
kuesioner yang berisi pertanyaan yang berhubungan dengan definisi penyakit
diare. Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak. Konsistensi proses encer dapat berwarna
hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah,
2005). Berdasarkan Kepmenkes RI No.1216/Menkes/SK/XI/2001
menyebutkan bahwa batasan diare akut secara operasional adalah buang air
besar lembek, cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih
sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung
kurang dari 14 hari.
Lebih lanjut, Andriani (2007), menjelaskan salah satu penyebab diare
adalah tercemarnya makanan dan minuman oleh bakteri yang dibawa oleh
lalat rumah (Musca domestica). Lalat ini dianggap mengganggu karena
kesukaannya hinggap di tempat-tempat yang lembab dan kotor, seperti
sampah. Jika makanan yang dihinggapi lalat rumah akan tercemar oleh
mikroorganisme baik bakteri, protozoa, telur/larva cacing atau bahkan virus
yang dibawa dan dikeluarkan dari mulut lalat-lalat dan bila dimakan oleh
manusia, maka dapat menyebabkan penyakit diare.
Risiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat hanya 27,8% hal ini
kemungkinan disebabkan populasi dan frekuensi kunjungan vektor Musca
78
domestica (lalat rumah) cenderung rendah. Sebagian responden mengurangi
risiko diare dengan menurunkan frekuensi daya tarik vektor Musca domestica
(lalat rumah) dengan cara menutup makanan agar tidak terkontaminasi dengan
menggunakan tudung saji ataupun diletakkan dalam etalase.
Pencegahan risiko diare dari vektor Musca domestica dapat dilakukan
dengan beberapa cara, salah satunya seperti perilaku ibu menutup makanan.
Hal lain yang dapat dilakukan yaitu dengan cara jendela dan tempat-tempat
terbuka dipasang kawat kasa, pintu masuk dilengkapi dengan gorden anti lalat
atau dengan cara menghilangkan tempat perindukkannya. Dalam penelitian ini
tempat perindukkan Musca domestica adalah tempat sampah. Tempat sampah
yang baik yakni berkaitan dengan cara pengelolaan sampahnya. Pengelolaan
sampah yang tidak benar mempengaruhi frekuensi keberadaan lalat rumah
sehingga kemungkinan dapat meningkatkan risiko diare. Ada tiga tahapan
pengelolaan sampah rumah, yakni pemisahan, penyimpanan dan pemusnahan.
Namun dalam penelitian ini yang lebih di perdalam hanyalah tahap pemisahan
dan penyimpanan.
Cara lain untuk menurunkan risiko diare dapat di kurangi dengan
melakukan pemisahan antara sampah organik dan anorganik serta mempunyai
tempat penyimpanan sampah yang kuat dan tertutup. Selain itu dapat
dilakukan tindakan pencegahan terhadap vektor Musca domestica (lalat
rumah) dengan menggunakan Fly Trap yaitu alat perangkap penangkap lalat
yang mudah di buat dan harga terjangkau. Atau jika memiliki budget lebih,
dapat menggunakan Fly Catcher System yaitu alat penangkap lalat dengan
79
menggunakan cahaya sinar lampu UV (Ultra Violet) untuk menjebak lalat
yang hinggap di lampu tersebut.
6.3 Analisis Bivariat
6.3.1 Hubungan Pemisahan Sampah Dengan Risiko Diare Pada
Baduta
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih banyak
responden yang tidak melakukan pemisahan antara sampah organik dan
anorganik. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 5.1 yang menunjukkan
bahwa sebesar 82,2% responden tidak melakukan tahap pemisahan
sampah yaitu pemisahan sampah organik dan anorganik. Sedangkan
17,8% responden melakukan pemisahan sampah organik dan anorganik.
Berdasarkan hasil analisis dari tabel 5.6 menunjukkan bahwa
responden yang tidak melakukan pemisahan sampah lebih banyak berisiko
diare (32,9%) dibandingkan dengan responden yang melakukan pemisahan
sampah yaitu sebesar 6,2% beresiko daiare. Hasil uji chi squre
menunjukkan nilai P value sebesar 0,035 (p ≤ 0,05) yang artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara pemisahan sampah dengan risiko diare
pada baduta. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Aprina (2013) di Medan yang menyatakan bahwa ada hubugan antara
pemisahan sampah dengan kejadian diare pada balita dengan nilai P value
0,023.
Menurut Suprapto (2005), lalat biasa hidup di tempat-tempat yang
kotor dan tertarik akan bau yang busuk. Benda-benda yang bau busuk juga
80
merupakan makanan lalat. Sampah terutama sampah basah, cepat berbau
busuk, sehingga merupakan tempat berkembang biak dan tempat makanan
lalat.
Dalam penelitian ini ada hubungan antara pemisahan sampah
dengan risiko diare pada baduta. Dari hasil studi ditemukan ada beberapa
diantara responden yang membuang sampah basah seperti sampah-sampah
potongan-potongan ikan atau ayam ke tempat sampah yang terpisah.
Namun kebiasaan responden lebih banyak membuang sampah organik dan
anorganik pada tempat pembuangan yang sama. Hal ini kemungkinan
yang menyebabkan ada hubungan antara pemisahan sampah dengan risiko
diare pada baduta.
Lalat menyukai tempat yang lembab dan berbau busuk seperti
tempat penyimpanan sampah. Bau busuk yang berada di tempat sampah
kemungkinan disebabkan karena sampah organik yaitu seperti potongan
ikan atau ayam dan sampah anorganik dikumpul dalam tempat
pembuangan yang sama. Untuk mengurangi risiko diare dapat dilakukan
dengan menurunkan frekuensi daya tarik vektor Musca domestica di
tempat sampah dengan cara pemisahan sampah organik dan anorganik.
Hal ini dikarenakan sampah organik lebih cepat mengalami kebusukkan
sehingga membuat daya tarik vektor Musca domestica menjadi tinggi.
Selain itu, tempat sampah harus kuat yakni terbuat dari semen, memiliki
penutup dan di bersihkan dari sisa bahan cair minimal seminggu dua kali.
81
6.3.2 Hubungan Penyimpanan Sampah Dengan Risiko Diare Pada Baduta
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa
46,7% responden yang tidak memiliki tempat penyimpanan sampah yang
tidak kuat atau buruk dapat berisiko diare pada badutanya. Hasil
penelitian ini dengan menggunakan uji chi squre diperoleh nilai P value
0,010 (p ≤ 0,05) yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara
tempat penyimpanan sampah dengan risiko diare pada baduta.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Junias dan Balelay (2008) di Kupang dengan hasil penelitian ada
hubungan antara kondisi tempat penyimpanan sampah dengan kejadian
diare. Dalam penelitiannya, faktor musim kemarau menjadi salah satu
pendukung karena tekanan udara yang tidak menentu dengan angin
kencang membuat sampah-sampah yang sudah dikumpulkan kembali
beterbangan. Bahkan sebagaian berserakan karena dikoyak-koyak oleh
binatang peliharaan seperti anjing. Hal inilah yang menjadi pemicu
terjadinya kejadian diare pada responden.
Lebih lanjut, penelitian lain yang dilakukan oleh Budiman, (2011)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kondisi tempat
penyimpanan sampah dengan kejadian diare pada balita dengan nilai P
value 0,001. Menurut Apriadji (1992), tempat penyimpanan sampah yang
baik adalah yang mudah dibersihkan, kuat dan awet, tertutup dan
ditempatkan jauh dari rumah. Karena kondisi tempat penyimpanan sampah
yang buruk akan mendukung penyebaran penyakit lewat vektor penyakit.
82
Kondisi tempat penyimpanan sampah dengan keadaan terbuka sangat
mendukung akan terjadinya penyebaran virus atau bakteri yang
mengakibatkan diare pada anak balita. Tempat penyimpanan sampah yang
dalam keadaan terbuka banyak dihinggapi lalat yang berterbangan bebas
masuk ke rumah untuk menghinggapi makanan yang ada di rumah.
Pada umumnya kondisi tempat penyimpanan sampah di rumah
penduduk di Kelurahan Ciputat cukup baik yakni kuat dan tetutup. Namun
tidak sedikit pula yang memiliki tempat penyimpanan sampah yang tidak
kuat dan tidak tertutup, hal ini dapat menyebabkan banyak lalat yang akan
hinggap di tempat penyimpanan sampah tersebut. Menurut Dwiyatmo
(2007) bahwa pemberian tutup bertujuan agar sampah tidak menjadi
sarang lalat.
Pada beberapa tempat penyimpanan sampah terdapat sisa bahan
cair, hal ini mungkin menjadi faktor yang dapat mengundang datangnya
vektor seperti lalat. Dari hasil penelitian di lihat pada diagram 5.2
menunjukkan bahwa populasi vektor Musca domestica di pantry dengan
frekuensi tinggi terdapat 15,6% sedangkan untuk frekuensi rendah terdapat
84,4%. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan kunjungan Musca domestica
yang ada di tempat penyimpanan sampah. Berdasarkan tabel 5.5 terlihat
bahwa frekuensi kunjungan Musca domestica yang tinggi sebesar 25,6%
dan frekuensi kunjungan rendah 74,4%.
83
Lalat dapat menjadi vektor dalam penyebaran penyakit diantaranya
adalah diare. Hal ini kemungkinan besar lalat dapat berkembang biak dan
menyebarkan kuman-kuman yang terdapat dalam sampah tersebut kepada
manusia melalui makanan dan media penularan lainnya. Ditegaskan oleh
Junias (2008) lalat adalah salah satu makhluk yang berperan dalam
penyebaran kejadian diare, bertindak sebagai agen atau vektor mekanis
yang hanya bertindak sebagai alat pemindah pasif.
Pada pola hidup Musca domestica (lalat rumah) tempat uyang
disenangi yaitu tempat yang lembab dan kotor seperti sampah yang
sebagai tempat ntuk bersarang dan berkembang biak. menyukai tempat
yang lembab seperti tempat penyimpanan sampah. Dalam hasil penelitian
diketahui bahwa ada hubungan antara penyimpanan sampah dengan risiko
diare pada balita. Hal ini kemungkinan terjadi karena penumpukkan
sampah yang dibiarkan maka akan berpengaruh kepada daya tarik vektor
Musca domestica (lalat rumah) sehingga memungkinkan mencemari
makanan yang akan di makan baduta dan risiko diare menjadi tinggi.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko diare yakni
tidak membiarkan penumpukkan sampah terjadi dengan cara pembuangan
sampah secara teratur minimal seminggu dua kali. Hal ini juga dapat
mencegah agar tempat penyimpanan sampah tidak terdapat sisa bahan cair
yang dapat membuat mengundang daya tarik vektor Musca domestica.
(lalat rumah). Atau dapat membuat program bank sampah dimana tujuan
dari program ini mengurangi volume penumpukkan sampah sehingga
84
sampah dapat dikelola dengan baik dan memberi manfaat bagi masyarakat
selain itu dengan hal ini dapat menurunkan frekuensi kunjungan vektor
Musca domestica..
6.3.3 Hubungan Jarak Tempat Sampah Dengan Risiko Diare Pada
Baduta
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih banyak
responden yang memiliki jarak tempat sampah kurang dari 1 meter dari
pantry. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 5.3 yang menunjukkan bahwa
sebesar 75,6% responden memiliki jarak tempat sampah lebih dari 1 meter
dan 24,4% responden memiiki jarak tempat sampah dengan pantry lebih
dari 1 meter.
Berdasarkan hasil analisis dari tabel 5.8 menunjukkan bahwa
responden yang meiliki jarak kurang dari 1 meter lebih banyak berisiko
diare (31,8%) dibandingkan dengan responden yang mempunyai jarak
tempat sampah lebih dari 1 meter yaitu sebesar 26,5% beresiko diare.
Hasil uji chi squre menunjukkan nilai P value sebesar 0,831 (p ≥ 0,05)
yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara jarak tempat
sampah dengan risiko diare pada baduta. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Junias (2008) di Kupang yang menyatakan
bahwa tidak ada hubugan antara letak TPSS dengan kejadian diare dengan
nilai P value 0,92.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa kondisi jarak tempat sampah
di Kelurahan Ciputat cenderung lebih banyak pada jarak lebih dari 1
85
meter. Hal ini dapat menurunkan risiko diare seperti Menurut Apriadji
(1994) mengemukakan bahwa sebaiknya letak tempat sampah di
tempatkan di luar rumah atau jauh dari rumah dengan tujuan agar
kebersihan rumah terjaga dan mudah diangkut oleh petugas sampah/truk
sampah. Diharapkan dengan hal tersebut dapat mengurangi risiko
pencemaran dan penyebaran vektor penyakit akibat sampah-sampah yang
ada. Selain itu, jika jarak tempat sampah dekat dengan Sarana Air Bersih
(SAB) turut mendukung pencemaran lingkungan terutama pencemaran air
permukaan. Apabila air pada SAB di gunakan oleh keluarga maka bukan
tidak mungkin akan terserang diare (Soemirat, 2005).
Oleh karena itu sebaiknya tempat sampah diletakkan di luar rumah
dengan menggunakan tempat penyimpanan yang kuat dan tertutup
sehingga mengurangi aroma dari tempat dan karenanya menurunkan
frekuensi kunjungan vektor Musca domestica. Selain itu, letak tempat
sampah juga jauh dari Sarana Air bersih (SAB) agar tidak terjadi
pencemaran air permukaan.
6.3.4 Hubungan Daya Tarik Vektor Musca domestica Dengan Risiko
Diare Pada Baduta
Berdasarkan hasil analisis yang terdapat di tabel 5.10
memperlihatkan bahwa hasil pengukuran daya tarik vektor Musca
domestica di rumah responden terdapat 6 baduta (37,5%) berisiko diare
dengan kondisi daya tarik vektor Musca domestica tinggi sedangkan untuk
86
kondisi daya tarik vektor Musca domestica yang rendah terdapat 19 baduta
(25,7%) berisiko diare.
Hasil uji chi square meunjukkan nilai P value sebesar 0,365 (p ≥
0,05), hal ini menjelaskan tidak ada hubungan yang signifakan antara daya
tarik vektor Musca domestica dengan risiko diare pada baduta. Penelitian
ini sejalan dengan Dharma (2012) yang menyatakan bahwa dari hasil uji
statistik chi square diperoleh nilai p>0,05, artinya tidak ada hubungan
yang signifikan antara kepadatan lalat dengan kejadian diare pada anak.
Hal ini mungkin disebabkan karena kepadatan lalat yang diukur di pantry
(dapur) tidak memiliki hubungan signifikan dengan kejadian diare karena
kemungkinan lalat tidak mencemari makanan yang sudah tertutup dengan
baik, sehingga kemungkinan menderita diare kecil.
Berbeda halnya dengan penelitian Wijayanti (2009) di Bantar
Gebang. Dalam penelitian ini diperoleh informasi bahwa proporsi angka
kepadatan lalat yang tinggi lebih banyak menimbulkan balita sakit diare
dibandingkan angka kepadatan lalat rendah. Secara bivariat ditemukan
hasilnya bahwa ada hubungan yang signifikan antara angka kepadatan lalat
dengan kejadian diare pada balita. Menurut Manalu (2012) lalat
merupakan salah satu insekta (serangga) yang berperan dalam masalah
kesehatan masyarakat yaitu sebagai vektor penularan penyakit saluran
pencernaan yang dapat memindahkan kuman/patogen penyakit dari
tempat-tempat yang lembab dan kotor, misalnya sampah dan tinja,
87
kemudian hinggap pada makanan dan minuman manusia yang akhirnya
akan dapat menyebabkan penyakit diare.
Pemerintah melalui Ditjen P2PL (2007) menyarankan masyarakat
untuk mengurangi atau menghilangkan tempat perindukan lalat, dapat
dilakukan upaya perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan rumah atau
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan akan lingkungan
yang bersih, penataan hunian rumah yang sehat.
Dalam penelitian ini, tidak ada hubungan antara daya tarik vektor
Musca domestica dengan risiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat.
Hal ini kemungkinan terjadi akibat populasi vektor Musca domestica (lalat
rumah) di pantry cenderung rendah sehingga vektor Musca domestica
(lalat rumah) tidak mencemari makanan yang berada di pantry.
Diare bisa terjadi karena infeksi yang berasal dari makanan yang
terkontaminasi oleh lalat atau dapat pula terjadi akibat faktor higienitas ibu
yang tidak terjaga, seperti perilaku mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan atau perilaku mencuci tangan setelah BAB.
Upaya pencegahan untuk mengurangi risiko diare pada baduta
antara lain dapat dilakukan dengan cara menggunakan tudung saji agar
makanan tidak terkontaminasi oleh lalat, lalu meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat dalam hal mengasuh baduta. Terutama perilaku mencuci
tangan sebelum atau sesuadah makan, mencuci tangan sebelum dan
sesudah BAB, mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan untuk
88
baduta dan sebelum menyuapi baduta. Hal ini sejalan dengan hasil Studi
oleh Marlini (2004) tentang manfaat membasuh tangan dengan sabun
sesudah buang air besar, sebelum makan dan sebelum menyiapkan
makanan, perilaku tersebut merupakan cara yang efektif untuk
menurunkan insiden penyakit diare.
Cuci tangan yang benar adalah pakai sabun dengan air bersih yang
mengalir melalui kran, pancuran, gayung pembilas yang dilakukan setelah
BAB, sebelum makan dan sebelum menyiapkan makanan.
(Muhadjir,2005). WHO sebagai badan kesehatan dunia telah
merekomendasikan tentang pentingnya bercuci tangan WHO pada tahun
2005 mengeluarkan pesan kesehatan untuk mencuci tangan dengan 7
langkah. Dan dalam pelaksanaannya di bidang kesehatan ada yang
mengembangkan menjadi 10 langkah namun intinya adalah pada tahapan
proses yang di lakukan. Sedangkan bagi kalangan medis mencuci tangan
harus lebih disiplin dan mengikuti standar yang berlaku di tiap – tiap
rumah sakit sesuai kebijakan prosedur yang berlaku.Untuk melakukan
tindakan medis operatif wajib mencuci tangan sampai ke siku (WHO,
2005).
Berikut ini adalah langkah mencuci tangan sesuai anjuran WHO
2005 yakni 7 lagkah yang di kembangkan menjadi 10 langkah :
1. Basuh tangan dengan air mengalir
2. Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan
89
3. Gosok punggung tangan dan sela – sela jari tangan kiri dan
tangan kanan, begitu pula sebaliknya.
4. Gosok kedua telapak dan sela – sela jari tangan
5. Jari – jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.
6. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.
7. Gosokkan dengan memutar ujung jari – jari tangan kanan di
telapak tangan kiri dan sebaliknya
8. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan
kanan dan lakukan sebaliknya.
9. Bilas kedua tangan dengan air.
10. Keringkan dengan lap tangan atau tissue
90
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada baduta di
Kelurahan Ciputat, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Gambaran baduta yang berisiko diare sebesar 27,8% dan baduta yang
tidak berisiko diare sebesar 72,2%.
2. Gambaran pengelolaan sampah meliputi :
2.1 Gambaran pemisahan sampah yaitu 82,2% responden tidak
melakukan pemisahan sampah dan 17,8% responden melakukan
pemisahan sampah.
2.2 Gambaran penyimpanan sampah yaitu 33,3% responden memiliki
tempat penyimpanan sampah tidak kuat dan 66,7% responden
memiliki tempat penyimpanan sampah yang kuat.
3. Gambaran jarak tempat sampah dengan pantry rumah responden yaitu
24,4% kurang dari 1 meter dan 75,6% lebih dari 1 meter.
4. Gambaran frekuensi kunjungan vektor Musca domestica (lalat rumah)
meliputi:
4.1 Populasi vektor Musca domestica (lalat rumah) di pantry yaitu 15,6%
tinggi kunjungan vektor Musca domestica (lalat rumah) di pantry
dan 84,4% rendah.
91
4.2 Frekuensi kunjungan vektor Musca domestica (lalat rumah) di tempat
sampah antara lain 25,6% tinggi kunjungan vektor Musca domestica
(lalat rumah) di tempat sampah dan 74,4% rendah.
5. Terdapat hubungan antara pemisahan sampah dengan risiko diare pada
baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014 dengan P value sebesar 0,035.
6. Terdapat hubungan antara penyimpanan sampah dengan risiko diare pada
baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014 dengan P value sebesar 0,010 .
7. Tidak terdapat hubungan antara jarak tempat sampah dengan risiko diare
pada baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014 dengan P value sebesar
0,831.
8. Tidak terdapat hubungan antara daya tarik vektor Musca domestica (lalat
rumah) terhadap rsiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat Tahun
2014 dengan P value sebesar 0,365.
7.2 Saran
7.2.1 Saran Bagi Masyarakat
1. Membuat dan menjalankan program bank sampah sebagai upaya
dalam mengurangi volume penumpukkan sampah sehingga sampah
dapat di kelola dengan baik dan memberi manfaat bagi masyarakat.
2. Memisahkan sampah organik dan anorganik serta menggunakan
tempat penyimpanan sampah yang kuat yaitu terbuat dari semen
sehingga kokoh dan memiliki tutup.
92
3. Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang telah tersedia misalnya
Puskesmas apabila baduta mengalami gejala diare sehingga
penyakitnya tidak bertambah parah.
7.2.2 Saran Bagi Instansi Terkait (Puskesmas Ciputat)
Dalam upaya pencegahan diare pada baduta, maka perlu peningkatan
kegiatan promosi kesehatan bagi masyarakat terkait diare mengenai
tanda dan gejalanya serta mencegah penyakit diare dengan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) khususnya mengenai perilku mencuci
tangan, pemberian ASI eksklusif pada baduta, dan perilaku menutup
makanan/minuman untuk menghindari kontaminasi.
7.2.3 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya
1. Hendaknya bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk membuat
penelitian lebih lanjut dalam bentuk lebih kompleks dan rinci tentang
risiko diare pada baduta serta dengan jumlah sampel yang lebih
banyak lagi.
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan bantuan tenaga medis
untuk menentukan penyakit diare pada baduta.
93
DAFTAR PUSTAKA
Andriani. 2007. Pemberantasan Serangga dan Penyebab Penyakit Tanaman Liar
dan Penggunaan Pestisida. Proyek Pembangunan Pendidikan Sanitasi
Pusat. Pusdiknas Depkes RI.
Apriadji, WH. 1992. Memproses Sampah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Aprina, Marina. 2013. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali Dan
Pengelolaan Sampah Di Rumah Tangga Dengan Kejadian Diare Pada
Keluarga Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2013. Skripsi:
Universitas Sumatera Utara
Azwar, Azrul. 1983. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara
Sumber Widya.
Bambang I. C. 1992. The Physiologis of Domestic Animal. A Division of Cornell.
University Press, Ithaca New York
Budiman, Juju Juhaeriah, Asep D. Abdila dan Besti Yuliana. 2011. Hubungan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di
kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara. Jurnal ISSN: 2089-3582.
Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta
Corson, Walter H (Editor). 1990. The Global Ecology Handbook, What You Can
Do about the Environmental Crisis. Boston: Beacon Press.
Dahlan, M. Sopiyudin. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel.
Jakarta: Salemba Medika.
Damanhuri, Enri. 2010. Pengelolaan Sampah. Bandung: Diktat Kuliah Teknik
Lingkungan-3104.
Depkes, RI. 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta:
Depkes RI.
94
Depkes RI. 2001. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No: 1215/Menkes/SK/XI/2001. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Direktorat Jendral PPM dan PL. 14 Januari 2014
http://www.depkes.go.id
Depkes. 2003. Data Surveilans 200-2003. Jakarta : Ditjen & PL.
Depkes, RI. 2005. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen PPM
dan PL
Depkes RI, 2007. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Edisi Ketiga. Ditjen
PPM & PL. Jakarta
Destri, Magdarina. 2010. Morbiditas dan Mortalitas Diare Pada Balita di
Indonesia Tahun 2000-2007.
Dharma, Surya, Fiesta Octorina, Irnawati Marsaulina. 2012. Hubungan Kondisi
Lingkungan Perumahan Dengan Kejadian Diare Di Desa Sialang Buah
Kecamatan Teluk Mengkudu kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012.
Skripsi: Universitas Sumatera Utara.
Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman. 2010. Profil Dinas Kebersihan
Pertamanan dan Pemaaman Kota Tangerang Selatan. Tangerang Selatan
Dinkes. 2012. Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Tangerang
Selatan
Dunia Pengetahuan Ensiklopedis. 2014. Di akses dari http://id.swewe.net/. Pada
Tanggal 7 Sepetember 2014.
Dwiyatmo, K. 2007. Pencemaran Lingkungan dan Penanganannya. Yogyakarta:
Citra Aji Pratama.
Hadiwiyoto, Soewedo. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta:
Yayasan Indayu.
Hastono, Sutarito Priyo. 2007. Analisis Data Kesehatan. FKM UI.
95
Junias, M & Balelay, E. 2008. Hubungan Antara Pembuangan Sampah Dengan
Kejadian Dare Pada Penduduk Di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa
Lima Kota Kupang. Jurnal MKM Desember 2008, Vol.3, No.2. PDII LIPI.
Kadim M, Soenarto Y, Hegar B, Firmansyah A. 2011. Epidemiology OF
Rotavirus Diarrhea In Children Under Five: A Hospital Based
Surverillance In Jakarta. Paediatr Indones.
Marto S., Subijanto., Reza Gunadi R., Alpha Farda Aniyah. 2008. Diare. Dalam
buku Pedoman Diagnosis dan Terapi BAG/SMF Ilmu Kesehatan Anak. Jilid
1, Edisi III. RSUD Dokter Soetomo. Surabaya; hal : 2-14.
Maryantuti. 2007. Bakteri Patogen yang Disebabkan oleh Lalat Rumah (Musca
domestica, L) di rumah Sakit Kota Pekan Baru. Skripsi Program Studi
Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Riau, Pekan Baru. Diakses dari http ://one. Indoskripsi.com. Pada Tanggal
30 Desember 2013.
Mukono. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Airlangga
University Press.
Najmulmunir, Nandang. 2000. Model Pendugaan Umur Pemanfaatan Tempat
Pembuangan Akhir Sampah Bantargebang Kota Bekasi.
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Perinasia. 2004. Manajemen Laktasi: Menuju Persalinan Aman Dan Bayi Lahir
Sehat. Jakarta: Poerwanti
Puskesmas, Ciputat. 2010. Laporan Bulanan 1. Ciputat
Puskesmas, Ciputat. 2012. Laporan Bulanan 1. Ciputat
Sediaoetama, Achmad Djaeni. 1985. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.
96
Sitanggang, Totianto. 2001. Skripsi: Studi Potensi Lalat Sebagai Vektor Mekanik
Cacing Parasit Melalui Pemeriksaan Eksternal. Fakultas Kedokteran Hewan.
Institut Pertanian Bogor. 42 Halaman (Dipublikasikan).
Soemirat, Juli, 2005, Epidemiologi Lingkungan, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta
Suprapto, 2005. Dampak Masalah Terhadap Kesehatan Masyarakat. Jurnal
Mutiara Kesehatan Indonesia, vol.1 no.2. Universitas Sumatera Utara.
Suraatmaja, S. 2007. Kapita Selekta Gastroentrologi. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Undang-Undang Nomer 18 Tahun 2008.
Wahab, Abdul. 2011. Pengelolaan dan rekayasa biosistem untuk efisiensi
bioindustri. Dari http://rekayasahayati.blogspot.com/2011/12/perlu-
rekayasa-untuk-mengatasi-masalah.html. Di akses pada Tanggal 27 Agustus
2014
WHO (Unicef). 2002. Pelaksanaan Diare dan Peggunaan Rehidrasi Oral.
Jakarta: EGC.
Wijayanti, Putri Dianing. 2009. Hubungan Tingkat Kepadatan Lalat Dengan
Kejadian Diare ada Balita Yang Bermukim Di Sekitar Tenpat Pembuangan
Akhir Sampah Bantar Gebang Kota Bekasi. Skripsi: Universitas Indonesia.
Widowati T, Mulyani SN, Nirwati H, Soenarto Y. 2012. Diare Rotavirus Pada
Anak Usia Balita. Sari Pediatri
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Surabaya: Erlangga.
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga.
Widyadmoko, H & Moerdjoko, S. 2002. Menghndari Mengeloh dan
Menyngkirkan Sampah. Jakarta: Abd Tandur.
Wulandari Atik Sri. 2010. Hubungan Kasus Diare Dengan Faktot Sosial Ekonomi
Dan Perilaku. Fakultas Kedokteran. Wijaya Kusuma.
Yeri, Kurniawan, dkk. 2008. Laporan Penelitian: Faktor-faktor Sanitasi Yang
Berpengaruh Terhadap Timbulnya Penyakit Diare Di Desa Klopo Sepuluh
Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoardjo. Fakultas Kedokteran. Wijaya
Kusuma. 79 Halaman (Dipublikasikan)
97
Lampiran 1
98
Lampiran 2
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN
DAYA TARIK VEKTOR MUSCA DOMESTICA (LALAT RUMAH)
TERHADAP RISIKO DIARE PADA BADUTA DI KELURAHAN
CIPUTAT TAHUN 2014
Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dengan hormat, saya Kotrun Nida mahasiswi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Kesehatan
Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan bermaksud mengadakan penelitian
mengenai Hubungan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dengan Daya Tarik
Vektor Musca domestica (Lalat Rumah) Terhadap Risiko Diare Pada Baduta Di
Kelurahan Ciputat Tahun 2014.
Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan beberapa item pertanyaan,
saya mohon kesediaan saudara untuk menjawab pertanyaan yang ada dengan
lengkap dan jelas. Jawaban saudara akan dirahasiakan. Peneliti sangat menghargai
hak-hak responden dengan menjamin kerahasiaan identitas dan informasi yang
diberikan.
Atas kesedian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
Wassalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, Juni 2014
Responden,
(..........................)
Peneliti,
Kotrun Nida
99
No. Responden
Petunjuk Pengisian:
a. Isilah terlebih dahulu biodata anda pada tempat yang telah disediakan!
b. Bacalah dengan seksama setiap pertanyaan, sebelum anda menjawabnya!
c. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap benar!
Kode Pertanyaan Jawaban Diisi oleh
peneliti
A. Data Responden
A1 Nama
A2 RT/RW
A3 Umur
A4 No. Telepon/Hp
B. Karakteristik Baduta
B1 Nama Baduta
B2 Jenis Kelamin 1. Laki-laki
2. Perempuan
B3 Umur Balita (..............) Bulan
C. Pemisahan Sampah
C1 Apakah ibu memisahkan antara
sampah organik (sampah yang dapat
membusuk, misalnya, sisa-sisa
makanan, daun-daunan, buah-buahan)
dengan sampah anorganik (sampah
yang tidak dapat membusuk, misalnya
logam/besi, pecahan gelas, plastik dan
sebagainya)?
1. Ya
2. Tidak
[ ]
C2 Bagaimana cara ibu melakukan
pemusnahan sampah ?
1. Diangkut oleh
petugas
2. Dibakar
3. Dibuang
sembarangan
[ ]
C3 Jika sampah diangkut oleh petugas, 1. < 2 kali
2. > 2 kali
[ ]
100
berapa kali dalam sebulan diangkut
oleh petugas kebersihan?
C4 Jika sampah dibakar, berapa kali?
1. Setiap hari
2. Sekali dalam
seminggu
3. Jika sudah
menumpuk
[ ]
C5 Apakah pembakaran sampah
dilakukan disekitar rumah?
1. Ya
2. Tidak
[ ]
C6 Jika sampah tidak diangkut dan
dibakar, sampah dibuang ke mana?
1. Halaman rumah
2. Dibuang ke
sungai
[ ]
C7 Apakah pemusnahan sampah
dilakukan di sekitar rumah?
1. Ya
2. Tidak
[ ]
D. Gejala Diare
E1 Apakah anak ibu sedang mengalami
sakit berak-berak?
1. Ya
2. Tidak (bila tidak
langsung ke
kode E4)
[ ]
E2 Bila ya, berapa kali sehari?
1. Lebih dari 3 kali
2. 3 kali
3. Kurang dari 3
kali
[ ]
E3 Bagaimana bentuk kotoran anak ibu?
1. Lembek dan cair
2. Seperti
biasa/padat
[ ]
101
E4 Apakah 2 minggu terakhir anak ibu
mengalami berak-berak?
1. Ya
2. Tidak (bila tidak
langsung ke
kode F1)
[ ]
E5 Bila ya, berapa kali sehari?
1. Lebih dari 3 kali
2. 3 kali
3. Kurang dari 3
kali
[ ]
E6 Bagaimana bentuk kotoran anak ibu?
1. Lembek dan cair
2. Seperti
biasa/padat
[ ]
H. Hasil pengukuran lalat
Lokasi Hasil pengamatan
Rata-rata
hasil
pengukuran
Di luar rumah
(tempat
sampah)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Di dalam
rumah (pantry)
102
Lampiran 3
LEMBAR OBSERVASI
HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN
DAYA TARIK VEKTOR MUSCA DOMESTICA (LALAT RUMAH)
TERHADAP RISIKO DIARE PADA BADUTA DI KELURAHAN
CIPUTAT TAHUN 2014
I. Komponen Ya Tidak Frekuensi Keterangan
a. Kuat
b. Memiliki tutup
c. Kedap air
II. Kebersihan
tempat
penyimpanan
sampah
a. Membersihkan
tempat sampah
b. Waktu
membersihkan
tempat
penyimpanan
sampah
*setiap
hari/sekali
dalam
seminggu/dua
kali dalam
seminggu
c. Terdapat sisa
bahan cair yang
bersal dari sampah
d. Jarak tempat
sampah
Ya = Lebih
dari 1 meter
Tidak =
Kurang dari
1 meter
103
Lampiran 4
A. HASIL ANALISIS SPSS UNIVARIAT
1. Risiko Diare
Diare
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid risiko diare 25 27.8 27.8 27.8
tidak risiko diare 65 72.2 72.2 100.0
Total 90 100.0 100.0
2. Faktor Pengelolaan Sampah
a. Pemisahan Sampah
pisah_smpah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 74 82.2 82.2 82.2
ya 16 17.8 17.8 100.0
Total 90 100.0 100.0
b. Penyimpanan Sampah
simpan_smpah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak kuat 30 33.3 33.3 33.3
kuat 60 66.7 66.7 100.0
Total 90 100.0 100.0
3. Jarak Tempat Sampah Dengan Pantry
Jarak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <1 meter 22 24.4 24.4 24.4
>1 meter 68 75.6 75.6 100.0
Total 90 100.0 100.0
104
4. Daya Tarik Vektor Musca domestica (lalat rumah)
a. Kunjungan Vektor Musca domestica (lalat rumah)
frekuensi kunjungan lalat pantry dan sampah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tinggi 16 17.8 17.8 17.8
rendah 74 82.2 82.2 100.0
Total 90 100.0 100.0
b. Populasi Vektor Musca domestica (lalat rumah) di Pantry
rata_LatPan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tinggi 14 15.6 15.6 15.6
rendah 76 84.4 84.4 100.0
Total 90 100.0 100.0
c. Kunjungan Vektor Musca domestica (lalat rumah) di Tempat Sampah
rata_LatSam
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tinggi 23 25.6 25.6 25.6
rendah 67 74.4 74.4 100.0
Total 90 100.0 100.0
105
B. OUTPUT SPSS BIVARIAT
1. Pengelolaan Sampah Dengan Risiko Diare Pada Baduta
a. Pemisahan Sampah Dengan Risiko Diare Pada Baduta
pisah_smpah * diare Crosstabulation
diare
Total risiko diare tidak risiko diare
pisah_smpah tidak Count 24 50 74
% within pisah_smpah 32.4% 67.6% 100.0%
Ya Count 1 15 16
% within pisah_smpah 6.2% 93.8% 100.0%
Total Count 25 65 90
% within pisah_smpah 27.8% 72.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 4.495a 1 .034
Continuity Correctionb 3.285 1 .070
Likelihood Ratio 5.618 1 .018
Fisher's Exact Test .035 .027
Linear-by-Linear Association 4.445 1 .035
N of Valid Casesb 90
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,44.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kumpul_smpah
(tidak / ya) 7.200 .898 57.744
For cohort diare = risiko diare 5.189 .756 35.609
For cohort diare = tidak risiko
diare .721 .589 .882
N of Valid Cases 90
106
b. Penyimpanan Sampah Dengan Risiko Diare Pada Baduta
simpan_smpah * diare Crosstabulation
diare
Total risiko diare tidak risiko diare
simpan_smpah tidak kuat Count 14 16 30
% within simpan_smpah 46.7% 53.3% 100.0%
Kuat Count 11 49 60
% within simpan_smpah 18.3% 81.7% 100.0%
Total Count 25 65 90
% within simpan_smpah 27.8% 72.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 8.003a 1 .005
Continuity Correctionb 6.653 1 .010
Likelihood Ratio 7.727 1 .005
Fisher's Exact Test .006 .006
Linear-by-Linear Association 7.914 1 .005
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,33.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for simpan_smpah
(tidak kuat / kuat) 3.898 1.477 10.288
For cohort diare = risiko diare 2.545 1.320 4.910
For cohort diare = tidak risiko
diare .653 .458 .932
N of Valid Cases 90
107
2. Jarak Tempat Sampah Dengan Risiko Diare Pada Baduta
jarak * diare Crosstabulation
diare
Total risiko diare tidak risiko diare
Jarak <1 meter Count 7 15 22
Expected Count 6.1 15.9 22.0
% within jarak 31.8% 68.2% 100.0%
>1 meter Count 18 50 68
Expected Count 18.9 49.1 68.0
% within jarak 26.5% 73.5% 100.0%
Total Count 25 65 90
Expected Count 25.0 65.0 90.0
% within jarak 27.8% 72.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .237a 1 .626
Continuity Correctionb .045 1 .831
Likelihood Ratio .233 1 .630
Fisher's Exact Test .785 .408
Linear-by-Linear Association .234 1 .628
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,11.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for jarak (<1 meter /
>1 meter) 1.296 .455 3.691
For cohort diare = risiko diare 1.202 .580 2.491
For cohort diare = tidak risiko
diare .927 .674 1.276
N of Valid Cases 90
108
3. Daya Tarik Vektor Musca domestica (lalat rumah) Dengan Risiko Diare
Pada Baduta
frekuensi kunjungan lalat pantry dan sampah * diare Crosstabulation
Diare
Total risiko diare tidak risiko diare
frekuensi kunjungan lalat pantry
dan sampah
Tinggi Count 6 10 16
% within frekuensi kunjungan
lalat pantry dan sampah 37.5% 62.5% 100.0%
rendah Count 19 55 74
% within frekuensi kunjungan
lalat pantry dan sampah 25.7% 74.3% 100.0%
Total Count 25 65 90
% within frekuensi kunjungan
lalat pantry dan sampah 27.8% 72.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .917a 1 .338
Continuity Correctionb .422 1 .516
Likelihood Ratio .875 1 .349
Fisher's Exact Test .365 .253
Linear-by-Linear Association .907 1 .341
N of Valid Casesb 90
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,44.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for frekuensi
kunjungan lalat pantry dan
sampah (tinggi / rendah)
1.737 .556 5.423
For cohort diare = risiko diare 1.461 .696 3.067
For cohort diare = tidak risiko
diare .841 .562 1.258
N of Valid Cases 90
109
Lampiran 5
DOKUMENTASI PENELITIAN
Foto 1. Kondisi Tempat Penyimpanan Sampah
Foto 2. Pengukuran Daya Tarik Vektor Musca domestica (lalat rumah) di
Tempat Penyimpanan Sampah Dengan Fly Grill
Foto 4. Pengukuran Daya Tarik Vektor Musca domestica (lalat rumah) di
Tempat Pantry Dengan Fly Trap
110
Recommended