View
242
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
glory
Citation preview
PENDAHULUAN
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan
diseluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang termasuk
Indonesia. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan angka kematian
karena ISPA khususnya pneumonia atau bronkopneumonia,1
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa
lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate yang
disebabkan oleh bakteri,virus,jamur dan benda asing. Infeksi saluran napas bawah
masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan,baik dinegara yang
sedang berkembang maupun yang sudah maju. Insiden penyakit ini pada Negara
berkembang hamper 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko
kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13%
dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.2
Menurut hasil penelitian Johnson, dkk di Afrika Barat, dari 323 kasus
pneumonia pada balita ditemukan 127 (39,3%) bronkopneumonia, 39 (12,1%) lobar
pneumonia, dan 23 (7,1%) bronkopneumonia dan lobar pneumonia.3 Data WHO
tahun 2005 menyatakan bahwa proporsi kematian balita karena saluran pernapasan di
dunia ialah sebesar 19-26%. Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir
30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, di
negara berkembang infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah
utama dalam bidang kesehatan.4 Pada tahun 2006, Indonesia menduduki peringkat ke-
1
6 didunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai
enam juta jiwa.5 Menurut Riskesdes 2007 penyakit ini merupakan penyebab kematian
kedua setelah diare, dan selalu berada pada daftar 10 penyakit terbesar setiap
tahunnya difasilitas kesehatan. Tingkat kematian bronkopneumonia sangat tinggi dan
diperkirakan sekitar 4 juta anak meninggal di seluruh dunia setiap tahunnya akibat
bronkopneumonia.6
Faktor-faktor yang berperan pada kejadian Bronkopneumonia yaitu umur,
status gizi, status imunisasi, faktor polusi udara dalam ruangan atau rumah.7-8
Penyakit Bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan
penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan
terjadinya bronkopneumonia meningkatkan daya tahan tubuh serta vaksinasi.1,9
Prognosis bronkopneumonia baik dengan pemberian antibiotika yang tepat dan
adekuat. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat
menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.10
2
LAPORAN KASUS
Identitas penderita
AS, seorang anak perempuan, umur 5 bulan, dengan alamat Tompaso baru, suku
minahasa, bangsa Indonesia, agama islam.
Identitas Orang Tua
Nama ibu : NY DP
Umur : 26 tahun
Pekerjaan/pendidikan : IRT/SMP
Perkawinan : I
Alamat : Tompaso baru
Nama ayah : TN AS
Umur : 40 tahun
Pekerjaan/pendidikan : Buruh/SMA
Perkawinan : I
Alamat : Tompaso baru
Masuk rumah sakit : 28 Juli 2014
3
ALLOANAMNESIS (Ibu Penderita)
Keluhan utama:
Sesak napas sejak ± 2 hari SMRS.
Keluhan tambahan:
Demam sejak ± 1 minggu SMRS, batuk sejak ± 2 minggu SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Penderita datang rujukan dari RSU “Cantia” Tompaso baru dengan diagnosis
bacterial infection. Pasien datang dengan keluhan sesak sejak ± 2 hari SMRS, hilang
timbul dengan sendirinya. Riwayat tersedak sebelum timbul sesak napas tidak ada.
Keluhan ini baru pertama kali dialami. Kebiruan pada bibir dan ujung-ujung jari
disangkal ibu penderita. Pasien demam sumer-sumer naik turun sejak 1 minggu
SMRS. Menggigil (-), kejang (-). Batuk sejak ± 2 minggu SMRS. Batuk disertai
lendir berwarna putih bening dan tidak ada darah,tidak disertai keringat malam.
Selama sakit tidak ada perdarahan pada gusi atau mimisan. Riwayat kontak dengan
orang dewasa di sekitar pasien yang batuk lama disangkal. Muntah disangkal. BAB
dan BAK dalam batas normal. pasien sudah dirawat di RSU “Cantia” 1 hari SMRS.
Di sana pasien mendapat terapi oral : Amoxan sirup, Sanmol sirup dan puyer. Hasil
lab : Leukosit : 42.550/mm3, trombosit : 495.000/ mm3, Hb : 13,4 g/DL, Ht : 32,88%.
4
Riwayat penyakit dahulu:
Morbili : –
Varisela : –
Pertusis : –
Diare : +
Cacingan : –
Batuk/Pilek : +
Riwayat Penyakit Keluarga:
Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga.
Riwayat Antenatal dan Kelahiran:
Pemeriksaan kehamilan tidak teratur di Puskesmas. Suntikan TT tidak ada, selama
kehamilan ibu dalam keadaan sehat.
Riwayat kepandaian/ kemajuan bayi:
Pertama kali membalik : 3 bulan
Pertama kali tengkurap : 4 bulan
Pertama kali duduk : -
Pertama kali merangkak : -
Pertama kali berdiri : -
Peratama kali berjalan : -
Pertama kali tertawa : -
5
Pertama kali berceloteh : -
Pertama kali memanggil mama : -
Pertama kali memanggil papa : -
Anamnesis makanan terperinci sejak bayi sampai sekarang:
ASI : -
PASI : 0-sekarang
Bubur : -
Bubur saring : -
Bubur halus : -
Bubur lembek : -
Imunisasi
BCG : 1 kali
Polio : 2 kali
DPT : 2 kali
Campak : -
Hepatitis : 1 kali
6
Ikhtisar Keluarga:
Penderita
Keadaan sosial, Ekonomi, Kebiasaan dan Lingkungan:
Penderita tinggal di rumah semi permanen, beratap seng, dinding papan, lantai papan
dengan jumlah kamar 3 buah, dihuni oleh 3 orang, 2 orang dewasa dan 1orang anak.
Sumber air minum dari sumur. Sumber penerangan listrik PLN. WC dan kamar
mandi berada di luar rumah, penanganan sampah dengan cara di buang.
PEMERIKSAAN FISIK
Berat Badan : 5,6 kg
Tinggi badan : 57 cm
Keadaan umum : tampak sakit
Gizi : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital: Tensi : -
Nadi : 150x/m
7
Respirasi : 80x/m
Suhu Badan : 37,9 0 C
Kulit
Warna : sawo matang
Efloresensi : normal
Pigmentasi : tidak ada
Jaringan Parut : tidak ada
Lapisan Lemak : cukup
Turgor kulit : kembali cepat
Tonus : eutoni
Edema : tidak ada
Kepala
Bentuk : mesosefal
Ubun-ubun besar : datar
Rambut : warna hitam, tidak mudah dicabut
Mata : exopthalmus/Enopthalmus: tidak ada
Tekanan bola mata : normal pada perabaan
Konjungtiva : anemis tidak ada
Sklera : ikterik tidak ada
Refleks kornea : ada
Pupil : bulat isokor refleks cahaya +/+, diameter
8
3mm/3mm
Lensa : jernih
Fundus dan Visus : tidak dievaluasi
Gerakan : normal
Telinga:
Sekret : tidak ada
Hidung
Pernapasan cuping hidung : ada
Sekret : tidak ada
Mulut
Bibir : sianosis tidak ada
Lidah : beslag tidak ada
Gigi : karies tidak ada
Selaput mulut : basah
Gusi : perdarahan tidak ada, hipertrofi tidak ada
Bau pernapasan : foetor tidak ada
Tenggorokan
Tonsil : T1-T1, hiperemis tidak ada
Faring : tidak hiperemis
9
Leher
Trakea : letak ditengah
Kelenjar : tidak ada pembesaran KGB
Kaku kuduk : tidak ada
Thoraks
Bentuk : normal
Rachitis rosary : tidak ada
Ruang interkostal : normal
Precordial Bulging : tidak ada
Xiphosternum : tidak ada
Harrison Groove : tidak ada
Pernafasan Paradoksal : tidak ada
Retraksi : ada, subcosta, intercosta, xyphoid
Paru-paru
Inspeksi : simetris kiri sama dengan kanan
Palpasi : stem fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor kiri sama dengan kanan
Auskultasi :suara pernapasan bronkovesikuler kasar,
rhonki +/+, wheezing -/-
10
Jantung
Frekuensi : 140x/menit
Iktus kordis : tidak tampak
Batas kiri : linea mid klavikula sinistra
Batas kanan : linea parasternal dekstra
Batas atas : ICS II-III
Bunyi Jantung : M1>M2, A1>A2, P1<P2
Bising jantung : tidak ada
Abdomen
Inspeksi :datar
Palpasi : lemas
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus normal
Genitalia : perempuan normal
Kelenjar
Pembesaran : tidak ada
Tulang-belulang
Deformitas : tidak ada
Otot-otot
Atrofi/hipertrofi : tidak ada
11
Ekstremitas
Akral : hangat , CRT ≤2’’
Sianosis : ada
Refleks-refleks
Refleks fisiologis normal, refleks patologis ada(babinsky).
RESUME
Seorang anak perempuan, umur 5 bulan, berat badan 5,6 kg, tinggi badan 57cm,
masuk rumah sakit pada tanggal 28 Juli 2014 di Ruang Perawatan Intensif dengan
keluhan utama sesak sejak ± 2 hari sebelum masuk rumah sakit dan demam ± 1
minggu serta batuk ± 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, kemudian pindah
ruangan di Irina E atas tanggal 30 Juli 2014.
Keadaan umum : tampak sakit
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital : Tekanan darah : -
Nadi : 160x/menit
Respirasi : 86x/menit
Suhu badan : 37,9 0C
Kepala : konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada,
pernapasan cuping hidung ada.
Thoraks : simetris, retraksi ada, subcosta, intercosta, xyphoid
cor : bising tidak ada
12
pulmo: sp.Bronkovesikuler, rhonki +/+, wheezing -/-
Abdomen : datar, lemas bising usus ada normal.
hepar dan lien tidak teraba
Extremitas : akral hangat, CRT ≤ 2’’, sianosis ada
Kelenjar Getah bening : tidak ada pembesaran
Diagnosis : Bronkopneumonia berat
Penatalaksanaan:
O2 1-2 l/m via nasal kanul
IVFD KAEN 4A (HS) 25 cc/jam= 25 gtt/m microdrips
Inj Cefotaxime 3x350 mg IV (1)
Inj Gentamisin 1x40 mg IV (1)
Paracetamol 3x 0,6 ml / NGT
Nebulisasi Nacl 0,9% 3 cc/8 jam
Oral aff
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
30 Juli 2014
Leukosit : 3600 mm3
Eritrosit : 71,19x 106/mm3
Hemoglobin : 10,9 g/dl
Hematokrit : 30%
13
Trombosit : 330 x 103/mm3
Creatinin darah : 0,5mg/dl
Ureum darah : 9 mg/dl
SGOT : 65 u/l
SGPT : 22 u/l
Natrium darah : 134 meq/L
Kalium darah : 4,1 meq/L
Chlorida darah : 99 meq/L
Foto Thorax : kesan bronkopneumonia
FOLLOW UP RPI
28 Juli 2014
Keluhan : sesak ada, batuk ada, demam ada
Keadaan Umum : tampak sakit
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital : Nadi : 160x/m
Respirasi : 86x/m
Suhu Badan : 37,7 0C
Kepala : Konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada,
pernapasan cuping hidung tidak ada.Oedema Palpebra tidak
ada
Thoraks : simetris, retraksi ada, SC, IC,xyphoid
14
cor : bising tidak ada
pulmo: sp. Bronkovesikuler kasar, rhonki +/+, wheezing -/-,
Abdomen : datar, lemas bising usus ada normal.
Hepar dan lien tidak teraba
Extremitas : akral hangat, CRT ≤2’’
Kelenjar Getah bening : tidak ada pembesaran
Diagnosis : Bronkopneumonia berat
Penatalaksanaan:
O2 1-2 l/m via nasal kanul
IVFD KAEN 4A (HS) 25 cc/jam= 25 gtt/m microdrips
Inj Cefotaxime 3x350 mg IV (1)
Inj Gentamisin 1x40 mg IV (1)
Paracetamol 3x 0,6 ml / NGT
Nebulisasi Nacl 0,9% 3 cc/8 jam
29 Jul i 2014
Keluhan : sesak ada, batuk ada berkurang, demam tidak ada
Keadaan Umum : tampak sakit
Kesadaran : kompos mentis
Tanda Vital : Nadi : 120x/m
Respirasi : 40x/m
Suhu Badan : 36,20C
15
Kepala : Pupil bulat isokor ϕ 3mm- 3 mm, RC (+/+), RF (+/+), RP
(-/-), Spatis tidak ada, klonus tidak ada.
CV : bising tidak ada, akral hangat, CRT ≤ 2”, sianosis tidak ada
RT : Simetris, retraksi ada, SC, IC, minimal
Cor : bising tidak ada
Pulmo : sp. Bronkovesikuler kasar, rhonki +/+ berkurang,
wheezing -/-
GIT : datar, lemas bising usus ada normal.
hgepar dan lien tidak teraba
Hemato : konj.an , sclera ikterus (-) akral
Diagnosis : Bronkopneumonia berat
Penatalaksanaan:
O2 1-2 l/m via nasal kanul
IVFD KAEN 4A (HS) 25 cc/jam= 25 gtt/m microdrips
Inj Cefotaxime 3x350 mg IV (1)
Inj Gentamisin 1x40 mg IV (1)
Paracetamol 3x 0,6 ml / NGT
Nebulisasi Nacl 0,9% 3 cc/8 jam
30 Juli 2014
Keluhan : Demam (-), Batuk (-), Sesak (+) berkurang,
16
Keadaan Umum : tampak sakit
Kesadaran : kompos mentis
Tanda Vital : Nadi : 128x/m
Respirasi : 36x/m
Suhu Badan : 36,50C
Kepala :konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada,
pernapasan cuping hidung tidak ada.Oedema Palpebra tidak
ada
Thoraks : simetris, retraksi ada, SC, IC,xyphoid
cor : bising tidak ada
pulmo: sp. Bronkovesikuler, rhonki +/+, wheezing -/-,
Abdomen : datar, lemas bising usus ada normal.
Hepar dan lien tidak teraba
Extremitas : akral hangat, CRT ≤2’’
Kelenjar Getah bening : tidak ada pembesaran
Diagnosis : Bronkopneumonia berat
Penatalaksanaan:
O2 1-2 l/m via nasal kanul
IVFD KAEN 4A (HS) 25 cc/jam= 25 gtt/m microdrips
Inj Cefotaxime 3x350 mg IV (1)
Inj Gentamisin 1x40 mg IV (1)
Paracetamol 3x 0,6 ml / NGT
17
Nebulisasi Nacl 0,9% 3 cc/8 jam
FOLLOW UP RUANGAN
31 Juli 2014
Keluhan : demam tidak ada, sesak tidak ada, batuk ada,
Keadaan Umum : tampak sakit
Kesadaran : kompos mentis
Tanda Vital : Nadi : 108x/m
Respirasi : 36x/m
Suhu Badan : 36,7 0C
Kepala : konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada,
pernapasan cuping hidung tidak ada.
Thoraks : simetris, retraksi tidak ada,
cor : bising tidak ada
pulmo: sp. Bronkovesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-,
Abdomen : datar, lemas bising usus ada normal.
Hepar dan lien tidak teraba
Extremitas : akral hangat, CRT ≤ 2’’
Kelenjar Getah bening : tidak ada pembesaran
Diagnosis : Bronkopneumonia
Penatalaksanaan:
O2 1-2 l/m via nasal kanul
18
IVFD KAEN 1 B 23-24 cc/jam= 23-24 gtt/m microdrips
Inj ampicilin 4x150 mg IV (5)
Inj cloramphenicol 4 x 150 mg IV (5)
Paracetamol 3 x ½ Cth (k/p)
1 September 2014
Keluhan : sesak tidak ada, batuk tidak ada,demam tidak ada.
Keadaan Umum : tampak sakit
Kesadaran : kompos mentis
Tanda Vital : Nadi : 135x/m
Respirasi : 36x/m
Suhu Badan : 36,60
Kepala : konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada,
pernapasan cuping hidung tidak ada.
Thoraks : simetris, retraksi tidak ada, cor pulmo: dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas bising usus (+) normal.
Hepar dan lien tidak teraba
Extremitas : akral hangat, CRT ≤2’’
Kelenjar Getah bening: tidak ada pembesaran
Diagnosis : Bronkopneumonia
Penatalaksanaan:
Paracetamol 3x0,6 cth (k/p)
Cefixime 2x30 mg (pulv)
19
Susu On Demand
PEMBAHASAN
Penderita ini, didiagnosis dengan Bronkopneumonia didasarkan pada anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis ditemukan penderita
20
berusia 5 bulan, hal ini sesuai dengan kepustakaan dimana bronkopneumonia lebih
sering dijumpai pada bayi dan anak kecil. Insidens pada anak < 5 tahun di negara
berkembang adalah 10-20 kasus/100 anak/tahun.5,10
Dari anamnesis penderita mengalami batuk beberapa hari sebelum mengalami
sesak napas. Hal ini sesuai dengan kepustakaan dimana bronkopneumonia biasanya
didahului dengan infeksi saluran pernapasan akut bagian atas selama beberapa hari.
Batuk yang awalnya kering, kemudian menjadi produktif.5,11 Penderita juga
dikeluhkan demam 7 hari SMRS, panas pada perabaan, hilang timbul tidak disertai
kejang dan menggigil,. Berdasarkan kepustakaan, pada bronkopneumonia sering
diikuti dengan adanya gejala demam yang tinggi dan mungkin disertai menggigil.11
namun pada kasus ini penderita tidak mengalami menggigil.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan demam, pernapasan cuping hidung,
dispnea, takipnea, retraksi otot-otot pernapasan dan suara pernapasan ronkhi basah
halus. Hal ini sesuai dengan kepustakaan, pada pemeriksaan fisik akan didapatkan
demam, pada setiap nafas terdapat retraksi otot pernapasan, takipnea yaitu pernapasan
lebih dari 50x/menit. Pada auskultasi dapat terdengar ronkhi halus.12 Palpasi: Stem
fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit, perkusi : sonor memendek sampai beda
auskultasi : Suara pernafasan mengeras atau crackles (vesikuler mengeras) disertai
dengan ronki basah halus sampai sedang.13 Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan
fisik tergantung pada luasnya daerah yang terkena. Pada perkusi toraks sering tidak
dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah
halus sampai sedang. Bila luas daerah bronkopneumonia menjadi satu (konfluens)
mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada
21
auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi.
Tanpa pengobatan biasanya proses penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu.7
Pemeriksaan penunjang yang didapatkan pada kasus yaitu leukosit 6800 yang
artinya tidak ada peningkatan, serta foto thorax yang menunjukkan adanya infiltrat
difus. Pada kepustakaan untuk mendukung diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang yaitu darah perifer lengkap, C-reaktif Protein (CRP), uji serologis,
pemeriksaan mikrobiologis dan pemeriksaan rontgen thoraks. Pada pemeriksaan
laboratorium tidak terdapat peningkatan jumlah leukosit. Hitung leukosit dapat
membantu membedakan pneumonia viral dan bakterial. Infeksi virus leukosit normal
atau meningkat sedikit, jika disebabkan oleh bakteri leukosit meningkat 15000-
40.000/mm2. Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.5,13 Kadang–kadang
terdapat anemia ringan dan LED yang meningkat. CRP adalah suatu protein fase akut
yang disisntesis oleh hepatosit. Sebagai respon infeksi atau inflamasi jaringan,
produksi CRP secara cepat distimulasi oleh sitokin, terutama IL-6, IL-1 da TNF.
Meskipun fungsi pastinya belum diketahui, CRP sangat mungkin berperan dalam
opsonisasi mikroorganisme atau sel rusak, secara klinis CRP digunakan sebagai alat
diagnostik untuk membedakan antara faktor infeksi dan noninfeksi, infeki virus dan
bakteri, atau infeksi superfisial atau profunda. Untuk pemeriksaan mikrobiologik,
spesimen dapat diambil dari usap tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus,
darah, punksi pleura atau aspirasi paru.
Usia penderita merupakan peranan penting pada perbedaan dan kekhasan
pneumonia anak terutama dalam spektrum etiologi, gambaran klinis dan strategi
pengobatan. Etiologi pada neonatus dan bayi kecil meliputi Streptococcus grup B dan
22
bakteri gram negatif seperti E. colli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada
Kepustakaan lain menyebutkan Streptococcus pneumoniae merupakan patogen
tersering penyebab pneumonia pada anak kurang dari 5 tahun di seluruh dunia.15
WHO membagi bronkopneumonia dalam beberapa klasifikasi yang dapat di
lihat pada (tabel 2). 3,16
Tabel 2. Bronkopneumonia berdasarkan WHO 3,16
Bronkopneumonia Sangat
Berat
Bila Terjadi Sianosis Sentral
Anak Tidak Sanggup Minum
Anak Harus Dirawat Dirumah Sakit Dan Diberi Antibiotika
Bronkopneumonia Berat Bila Dijumpai Adanya Retraksi
23
Tanpa Sianosis
Masih Sanggup Minum
Anak Harus Dirawat Dirumah Sakit Dan Diberi Antibiotika
Bronkopneumonia
Tidak Ada Retraksi Tetapi Dijumpao Pernafasan Yang Cepat
> 60 X/Menit Pada Anak Usia < 2 Bulan
>50x/Menit Pada Anak Usia 2 Bulan-1 Tahun
>40x/Menit Pada Anak Usia 1-5 Tahun
Bukan Bronkopneumonia
Hanya Batuk Tanpa Adanya Tanda Dan Gejala Seperti
Diatas,
Tidak Perlu Dirawat Dan Tidak Perlu Diberi Antibiotika
Bronkopneumonia dibagi menjadi dalam 4 kategori yaitu bronkopneumonia sangat
berat, bronkopneumonia berat, bronkopneumonia dan bukan bronkopneumonia. Pada
kasus ini termasuk didalam bronkopneumonia berat. Pada kasus ini, penatalaksanaan
yang diberikan yaitu oksigen 1-2 l/m selama 4 hari, IVFD KAEN 4B untuk
memenuhi kebutuhan cairan, Injeksi Cefotaxime 3x350 mg IV dan injeksi
Gentamisin 1x40 mg IV selama 6 hari, paracetamol 3x1/2 Cth juga diberikan karena
penderita mengalami demam. Sesuai dengan kepustakaan penatalaksanaan
bronkopneumonia terdiri dari tatalaksana umum, dan khusus. Tatalaksana umum
yaitu Oksigen 1-2 liter sampai sesak hilang. Nebulisasi dengan B2 agonis dan/atau
NaCl dapat diberikan untuk memperbaiki mucocilliary clearance. Tatalaksana Khusus
berupa pemberian obat batuk, antibiotik dan obat panas diberikan hanya pada
penderita suhu tinggi. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab
24
dan manifestasi klinis. Antibiotik yang merupakan drug of choice untuk kuman yang
dicurigai.16,17 Bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotika awal (24-72
jam pertama) menurut kelompok usia.4, Rekomendasi UKK respirologi penanganan
bronkopneumonia dapat dilihat pada (tabel 3).5
Tabel 3. Rekomendasi UKK Respirologi6
Neonatus- 2 bulan Ampisilin dan Gentamisin
>2 bulan Lini I: Ampisilin, bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan
dapat ditambahkan Kloramfenikol
25
Lini II: Seftriakson
Kriteria Rawat inap
Bayi
Saturasi Oksigen <92%, sianosis
Frekuensi napas >60 kali/menit
Distress Pernapasan, apnea intermitten atau grunting
Tidak mau minum/menetek
Keluarga tidak bisa merawat dirumah
Anak:
Saturasi Oksigen <92%, sianosis
Frekuensi napas>50 kali/menit
Distress Pernapasan, apnea intermitten atau grunting
terdapat Tanda dehidrasi
Keluarga tidak bisa merawat dirumah
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat yang dimulai secara dini
pada perjalanan penyakit tersebut maka mortalitas selama masa bayi dan masa kanak-
kanak dapat diturunkan sampai kurang 1% sesuai dengan kenyataan ini morbiditas
yang berlangsung lama juga rendah. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein
dan yang datang terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.10
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan
penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan
terjadinya bronkopneumonia ini. Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara
memberikan ASI pada bayi sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada
balita.18 Menjaga higens dapat mengurangi terjadinya ISPA. Penelitian menunjukkan
26
cuci tangan menggunakan sabun dan air dapat mengurangi insidens dari ISPA sampai
50 persen.20Ibu sebaiknya memperhatikan tanda-tanda seperti bernapas menjadi sulit,
pernapasan menjadi cepat, anak tidak dapat minum, kondisi anak memburuk, jika
terdapat tanda-tanda seperti itu segera membawa anak ke petugas kesehatan.18
Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam
rongga thoraks (seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau penyebaran
bakterimia dan hematologi. Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis adalah
komplikasi yang jarang dari penyebaran infeksi hematologi.14 Pada pasien ini tidak
terdapat komplikasi.
Prognosis pada kasus ini baik karena penegakkan diagnosis mulai dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dan foto thorax telah
dilakukan dengan cepat dan tepat. Demikian juga dengan penatalaksanaan terapi yang
diberikan sudah sesuai dengan ketentuan. Pasien sudah tidak mengalami keluhan
sesak, demam serta batuk.
27
Recommended