View
271
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
LAPORAN TUTORIAL
GINGIVAL ENLARGEMENT
Oleh :
KELOMPOK TUTORIAL IV
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2014
KELOMPOK TUTORIAL IV:
Ketua : Aulia nurmadiyanti (111610101024)
Scriber Papan : Ayu Leila Wijaya (111610101031)
Scriber Meja : Lulu Rosima Putri (111610101041)
Anggota :
1. Roza Nafilah (111610101030)
2. Hayyu Rizky N.R (111610101034)
3. Alindia destasari (111610101044)
4. Lia Martina (111610101046)
5. Mohammad haris (111610101055)
6. M Nizar Dwi P (111610101090)
7. Erfin Ramadana (111610101093)
8. I putu erlangga (111610101097)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas rahmat, taufik serta
hidayahnya sehingga penyusunan laporan tutorial ” pembesaran gingival” dapat
terselesaikan dengan baik. Laporan tutorial ini merupakan tugas yang diberikan pada
Blok Kuratif dan Rehabilitatif I sebagai syarat untuk memenuhi tugas dari dosen yang
bersangkutan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drg.Amiyatun Naini, M.kes selaku tutor atas masukan dan bimbingan yang telah
diberikan pada penulis selama ini.
2. Para dosen pemateri Blok Blok Kuratif dan Rehabilitatif IV yang telah
memberikan ilmu.
3. Teman-teman kelompok tutorial IV dan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan tutorial ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan
dalam penyusunan yang akan datang. Harapan penulis semoga laporan ini bermanfaat
bagi pembaca.
Jember, April 2014
Penulis
PENDAHULUAN
Penyakit atau kelainan pada jaringan penyangga yang paling banyak terjadi
adalah kelainan gusi, karena merupakan bagian dari jaringan penyangga yang terletak
dipermukaan. Salah satu kelainan itu adalah pembesaran gusi yang dapat terjadi karena
peradangan, tanpa peradangan, kombinasi keduanya, pengaruh sistemik, dan neoplastik.
Pada keadaan yang normal, jaringan gusi mengisi ruang di antara tiap gigi. Dimulai pada
titik kontak antara dua gigi, kemudian mengelilingi leher gigi dan dilanjutkan ke arah
bawah dan samping.
Pembesaran gusi adalah suatu keadaan di mana terjadi penambahan ukuran dari
gusi. Dalam keadaan ini, jaringan gusi menggelembung secara berlebihan di antara gigi
dan atau pada daerah leher gigi. Penambahan ukuran ini dapat terjadi secara hipertrofi,
hiperplasia ataupun kombinasi antara keduanya. Hipertrofi (Inflammatory Gingival
Enlargement) adalah penambahan ukuran pada sel-sel yang mengakibatkan penambahan
ukuran pada suatu organ, sedangkan hiperplasia (Fibrotic Gingival Enlargement) adalah
penambahan jumlah selnya. Hipertrofi dan hiperplasia gingiva dapat ditemukan lebih
sering pada anak-anak, remaja dan dewasa muda. Pada anak-anak keduanya dapat timbul
pada saat tumbuhnya gigi susu atau gigi tetap.
Perawatan periodontal menjadi salah satu solusi untuk problemestetik yang
banyak dikeluhkan oleh masyarakat, dan ternyata penampakan klinis gingiva sangat
menunjang penampilan estetik seseorang. Problem estetik gingiva yang biasa dikeluhkan
pasien antara lain pembesaran gingiva, kontur gingiva yang tidak bagus, papila yang
hilang, dan terbukanya permukaan akar. (Reddy, 2003). Pembesaran gingiva dapat
dikoreksi dengan gingivektomi, yaitu eksisi jaringan gingiva yang berlebih untuk
menciptakan margin gingiva yang baru. Gingivektomi dilakukan apabila gingivitis tidak
berhasil dirawat dengan perawatan biasa dan prosedur oral hygiene, atau pada kasus
hiperplasi gingiva (Harty dan Ogston, 1995).
Penggunaan alat ortodontik cekat dapat menimbulkan beberapa masalah,
khususnya masalah kesehatan rongga mulut. Alat ini dicekatkan pada gigi-gigi sehingga
lebih sulit dibersihkan daripada alat lepasan, dan kesehatan rongga mulut tentu
lebih sulit dipertahankan selama perawatan dengan alat ini (Foster,1993).
Identifikasi masalah
1. Apa hubungan antara terapi orthodontic dan kelainan jaringan periodontal?
2. Apa rencana perawatan yang sesuai dengan scenario?
3. Bagaimana respon jaringanperiodontal?
Macam-macam restorasi rigid
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembesaran Gingiva
Gingiva merupakan salah satu jaringan periodontal yang terlihat dari luar. Gingiva
sehat mempunyai ciri berwarna coral pink, tekstur stipling, berbentuk tajam seperti
kerah baju dan konsistensi kenyal (Newman dkk, 1996).
Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang paling luas
penyebarannya pada manusia (Manson dan Eley, 1993). Salah satu penyakit
periodontal yang sering dijumpai adalah pembesaran gingiva. Pembesaran gingiva
ditandai dengan penambahan ukuran gingival dan dapat menimbulkan efek negatif
berupa gangguan fungsi.
Pembesaran gingiva merupakan keadaan dimana terjadi pertumbuhan yang
berlebih dari jaringan gingiva, pada beberapa kasus dapat juga disebut hiperplasi
gingiva. Pembesaran ini sering dijumpai pada penyakit gingiva. Pembesaran gingiva
dapat menimbulkan ketidaknyamanan, terutama jika sudah mempengaruhi fungsi
bicara dan mastikasi, dapat menimbulkan halitosis, dan mengganggu estetik.
Pembesaran gingival menurut Carranza (2006) pembesaran gingiva dapat
diklasifikasikan berdasarkan faktor etiologinya:
1. Pembesaran gingiva karena inflamasi ( akut dan kronis)
2. Pembesaran gingiva hiperplastik non inflamasi (gingival hiperplasi)
3. Pembesaran gingiva hiperplastik idiopatik
4. Pembesaran gingiva kombinasi
5. Pembesaran gingiva kondisional
6. Pembesaran gingiva neoplastik
7. Pembesaran gingiva yang bersifat developmental
Pembesaran gingiva merupakan suatu manifestasi umum penyakit gingiva
(penyakit periodontal). Penyakit yang menyebabkan kondisi gingiva enlargement dapat
bersifat inflamasi atau non inflamasi dan kombinasi keduanya. Tanda klinis pembesaran
gingiva karena proses inflamasi, secara umum menampakkan adanya
perubahan pada kontur gingiva menjadi membengkak di daerah interdental dan margin
gingiva, sehingga tampak membulat tumpul dengan warna memerah. Tekstur
gingiva menjadi halus dan licin mengkilat dengan konsistensi lunak, edema, fibrotik,
biasanya disertai tendensi perdarahan, terbentuknya poket bisa juga tampak adanya
eksudat inflamasi. Pada kondisi akut dan akut eksaserbasi biasanya terdapat rasa sakit,
sedangkan pada kondisi kronis tidak tampak (Newman dkk, 1996).
Dua gejala paling awal dalam inflamasi gingival, yang mendahului
gingivitis, adalah peningkatan produksi cairan ginggiva dan perdarahan dari sulkus
ginggiva. Perdarahan ginggiva memiliki banyak variasi dalam tingkat keparahannya
dan durasi. Perdarahan dalam pemeriksaan mudah dideteksi secara klinis dan oleh
karena itu memiliki arti yang sangat besar dalam diagnosis awal dan pencegahan
gingivitis yang lebih parah. Hal ini ditunjukkan pada perdarahan dalam pemeriksaan
terlihat lebih awal daripada perubahan warna atau tanda visual lainnya dalam
inflamasi, lebih jauh lagi, fungsi dari perdarahan dibandingkan perubahan warna untuk
mendiagnosis inflamasi ginggiva awal lebih menguntungkan karena perdarahan
merupakan tanda yang lebih objektif, diperlukan estimasi dengan kesubjektifan sekecil
mungkin dari pemeriksa. Pengukuran melalui pemeriksaan kedalaman poket terbatas
nilainya untuk menaksir luas dan tingkat keparahan gingivitis (Newman dkk, 1996).
Pada dasarnya, perdarahan pada pemeriksaan mengindikasikan adanya lesi
inflamatori pada epitel dan jaringan ikat yang memperlihatkan perbedaan histology
yang spesifik dibandingkan dengan gingiva sehat. Faktor-faktor yang menyebabkan
enlargement gingiva diklasifikasikan menjadi dua
1. Faktor lokal (ekstrinsik) antara lain faktor iritasi dan faktor fungsional
(maloklusi, malposisi gigi, mouth breathing, dll)
2. Faktor sistemik (intrinsik) antara lain: endokrin obat-obatan, psikologis,
penyakit metabolic (Carranza, 2006)
B. Gingivektomi
Gingivektomi adalah prosedur bedah periodontal yang bertujuan menghilangkan
poket gingiva pada penyakit radang periodontal untuk menciptakan suatu gingiva
normal baik fungsi, kesehatan, dan estetika. Sedangkan menurut Harty dan
Ogston (1995) gingivektomi adalah eksisi jaringan gingiva yang berlebih untuk
menciptakan gingiva margin yang baru. Gingivektomi dilakukan apabila gingivitis tidak
berhasil dirawat dengan perawatan biasa dan prosedur oral hygiene, atau pada kasus
hiperplasi gingiva.
Gingivektomi dapat dilakukan dengan scalpel, elektrode, laser, maupun kimia
namun metode yang paling dianjurkan adalah operasi dengan scalpel (Carranza, 2006).
Manson and Eley (1993) menyatakan bahwa indikasi gingivektomi adalah:
1. Adanya poket supraboni dengan kedalaman lebih dari 4 mm,
2. Adanya pembengkakan gingiva yang
3. Adanya kerusakan furkasi (tanpa disertai cacat tulang)
4. Abses gingiva yaitu abses yang terdapat di dalam jaringan lunak.
5. Flap perikoronal.
Sedangkan kontraindikasi gingivektomi menurut Fedi, dkk (2004) adalah:
1. Apabila kedalaman dasar poket berada pada atau lebih ke apikal dari
pertautan mukogingiva.
2. Apabila dinding jaringan lunak poket terbentuk oleh mukosaa alveolar.
3. Apabila frenulum atau perlekatan otot terletak di daerah yang akan dibedah.
4. Apabila ada indikasi perawatan cacat infraboni.
5. Apabila gingivektomi tidak menghasilkan estetik yang baik.
6. Apabila gingiva cekat atau berkeratin tidak cukup tersedia (sehingga jika
gingivektomi dilakukan, tepi gingiva terbentuk dari mukosa alveolar).
Prinsip dan teknik gingivektomi yaitu setelah ditandai dengan poket marker,
jaringan gingiva kemundian dieksisi dengan sudut 45o kemudian gingiva dibentuk
sesuai kontur gingiva normal. Gingivektomi selalu diikuti dengan gingivoplasti untuk
mendapatkan kontur dan bentuk ketajaman tepi gingiva yang normal baik anatomis
maupun fisiologis. Menurut Fedi, dkk (2004) teknik gingivektomi adalah:
1. Melakukan anestesi lokal yang memadai dengan teknik blok atau infiltrasi.
Anestesi lokal
2. Mengukur kedalaman poket di daerah operasi menggunakan probe
terkalibrasi. Kedalaman ini ditandai dengan menusuk dinding luar jaringan
gingiva dengan poket marker untuk membuat titik-titik perdarahan. Apabila
keseluruhan daerah operasi telah diukur dan ditandai dengan lengkap, titik-
titik perdarahan tersebut akan membentuk ragangan (outline) insisi yang harus
dilakukan.
menandai dasar poket dengan pocket marker
3. Insisi dibevel pada sudut kurang lebih 45 derajat terhadap akar gigi dan
berakhir pada ujung atau lebih ke bawah dari ujung apikal perlekatan epitel.
Apabila gingiva cukup tebal, bevel sebaiknya diperpanjang untuk
menghilangkan bahu atau plato. Kadang-kadang, akses sangat terbatas atau
sulit dicapai sehingga bevel yang cukup tidak dapat dibuat pada insisi awal.
Pada keadaan ini, bevel dapat diperbaiki nantinya, menggunakan pisau
bermata lebar untuk mengerok atau bur intan kasar.
4. Jaringan gingiva yang telah dieksisi dibuang.
(a) Pengambilan jaringan (b) Jaringan yang telah dieksisi
5. Membersihkan deposit yang menempel pada permukaan akar dengan skaling
dan root planing. Pada tahap ini, pembuangan dinding jaringan lunak poket
periodontal membuat permukaan akar lebih mudah dicapai dan memperluas
lapang pandang operator dibandingkan pada tahap-tahap lain. Pembersihan
permukaan akar pada tahap ini menentukan keberhasilan seluruh prosedur
bedah.
Skaling dan root planing
6. Menyempurnakan kontur gingiva seperti yang diinginkan dengan bur intan
atau pisau bermata lebar untuk mengerok jaringan.
7. Membilas daerah bedah dengan air steril atau larutan saline steril untuk
membersihkan pertikel-partikel yang tersisa.
10
8. Menekan daerah luka dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan air steril
atau larutan saline steril selama 2-3 menit, untuk menghentikan perdarahan.
9. Memasang dresing periodontal, mula-mula yang berukuran kecil, bersudut di
daerah interproksimal, menggunakan instrumen plastik. Selanjutnya, pasang
gulungan-gulungan yang lebih panjang di bagian fasial, lingual, dan palatal
serta hubungkan dengan dresing yang telah terpasang di daerah
interproksimal. Seluruh daerah luka ditutup dengan dresing tanpa
mengganggu oklusi atau daerah perlekatan otot. Kesalahan yang sering terjadi
adalah dressing yang dipasang terlalu lebar sehingga terasa mengganggu.
Pemasangan periodontal dressing
10. Mengganti dresing dan membuang debris pada daerah luka setiap minggu
sampai jaringan sembuh sempurna dan dengan mudah dibersihkan oleh
pasien. Epitel akan menutupi luka dengan kecepatan 0,5 mm per hari setelah
hilangnya aktivitas mitosis awal dari epitel, 24 jam setelah operasi.
11. Penyembuhan luka Setelah dressing terakhir dilepas, poles gigi dan
instruksikan pasien untuk melakukan pengendalian plak dengan baik.
Dressing dilepas dan gigi dipoles
11
Setelah seluruh prosedur gingivektomi dilaksanakan, pasien perlu diberi
informasi yang lengkap tentang cara-cara perawatan pascaoperasi, yaitu:
1. Menghindari makan atau minum selama satu jam.
2. Dilarang minum minuman panas atau alkohol selama 24 jam. Dilarang
berkumur-kumur satu hari setelah operasi.
3. Dilarang makan makanan yang keras, kasar atau lengket dan mengunyah
makanan dengan sisi yang tidak dioperasi.
4. Minum analgesik bila merasa sakit setelah efek anestesi hilang. Aspirin
merupakan kontraindikasi selama 24 jam.
5. Menggunakan larutan kumur saline hangat setelah satu hari. Menggunakan
larutan kumur klorheksidin di pagi hari dan malam hari bila tidak dapat
mengontrol plak secara mekanis. Larutan ini dapat langsung digunakan pada hari
pertama setelah operasi asal tidak dikumurkan terlalu kuat di dalam mulut.
Menghindari teh, kopi, dan rokok bila menggunakan larutan kumur klorheksidin
untuk mengurangi stain.
6. Apabila terjadi perdarahan, dresing ditekan selama 15 menit dengan
menggunakan sapu tangan bersih yang sudah dipanaskan; dilarang berkumur.
7. Sikat bagian mulut yang tidak dioperasi saja.
Pembedahan menyebabkan terputusnya kontinuitas sel-sel dan jaringan tubuh.
Penyembuhan adalah fase respons inflamasi yang menyebabkan terbentuknya
hubungan anatomi dan fisiologis yang baru di antara elemen-elemen tubuh yang
rusak. Secara umum, penyembuhan meliputi pembentukan bekuan darah,
pembentukan jaringan granulasi, epitelisasi, pembentukan kolagen, regenerasi dan
maturasi (Fedi dkk, 2004). Sel akan menutupi luka dalam waktu 7-14 hari dan
terkeratinisasi setelah 2-3 minggu. Pembentukan perlekatan epitel yang baru
berlangsung selama 4 minggu. Kebersihan mulut yang baik sangat diperlukan selama
periode pemulihan ini (Manson dan Eley, 2003)
12
C. Alat ortodontik
Alat ortodontik adalah alat yang digunakan untuk mengaplikasikan daya
pada gigi dan struktur pendukungnya sehingga dapat mengubah hubungan antar
gigi dan struktur tulang pendukungnya (Harty dan Ogston, 1995).
Alat ortodontk dapat dibedakan menjadi 2, yaitu alat ortodontik lepasan
dan alat ortodontik cekat. Penggunaan alat ortodontik cekat dapat menimbulkan
beberapa masalah, khususnya masalah kesehatan rongga mulut. Alat ini
dicekatkan pada gigi-gigi sehingga lebih sulit dibersihkan daripada alat lepasan,
dan kesehatan rongga mulut tentu lebih sulit dipertahankan selama perawatan
dengan alat ini. Selain itu, alat ortodontik cekat juga bisa menghasilkan gerakan
gigi yang merugikan. Karena alat ini dicekatkan pada gigi-gigi, tekanan yang
terlalu besar tidak akan menyebabkan pesawat terungkit tetapi justru dapat
merusak struktur pendukung gigi (Foster, 1993).
13
PEMBAHASAN
3.1 Rencana Perawatan
1. Initial therapy yaitu DHE, scaling dan polishing. Bertujuan untuk meredakan
gingivitis yang terjadi, terutama yang disebabkan karena faktor lokal yaitu
deposit keras maupun lunak yang melekat pada permukaan gigi.
2. Corrective therapy, pada tahap ini dilakukan gingivektomi diikuti dengan
gingivoplasti yang bertujuan untuk menghilangkan poket gingiva,
mengembalikan fungsi anatomis dan fisiologis gingiva.
3. Maintenance phase, pada fase ini dilakukan kontrol untuk memeriksa
perubahan kondisi gingiva pasca bedah gingivektomi.
3.2 Tahapam gingivektomi
1. Area operasi diolesi dengan larutan iod kemudian dilakukan anestesi lokal
dengan teknik infiltrasi pada area tersebut (gambar 1)
2. Kedalaman poket ditandai menggunakan poket marker (gambar 2)
3. Membuat eksisi (insisi miring ke luar) awal sedikit lebih ke apikal dari titik-
titik tersebut dengan pisau bermata lebar (pisau Kirkland). Insisi dibevel pada
sudut kurang lebih 45o terhadap akar gigi dan berakhir pada ujung atau lebih
ke bawah dari ujung apikal perlekatan epitel (dasar poket) (gambar 3).
4. Mengeksisi jaringan di daerah interproksimal menggunakan pisau bermata
kecil (pisau Orban). Sudut mata pisau tersebut kira-kira sama dengan sudut
mata pisau Kirkland ketika melakukan insisi awal. Kemudian jaringan
gingiva yang telah dieksisi dibuang.
17
5. Deposit yang menempel pada permukaan akar dibersihkan dengan
skaling dan root planing (Gambar 4).
6. Daerah operasi diirigasi dengan larutan irigasi steril untuk membersihkan
partikel- partikel yang tersisa kemudian daerah operasi dikeringkan.
Menekan daerah luka dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan air steril
untuk menghentikan perdarahan (Gambar 5).
7. Luka ditutup dengan periodontal pack agar penyembuhan jaringan gingiva
optimal (Gambar 5).
8. Pemberian resep
R/ Amoxilin mg 500 kapl.
No. XII S.3.d.d kapl. I
R/ Danalgin mg 500 kapl.
No. V S.p.r.n. kapl. I
9. Pasien diintruksikan untuk tetap menjaga kebersihan mulutnya dengan
tetap menyikat gigi tetapi dengan hati-hati.
10. Kontrol 1 minggu setelah operasi untuk melepas periodontal pack dan
melihat proses perkembangan penyembuhan lukanya (Gambar 6).
Gambar 1. Area operasi diolesi
dengan larutan iod dan dilakukan
anestesi
Gambar 2. Kedalaman poket
ditandai menggunakan poket mark
18
Gambar 3. Membuat eksisi
Gambar 4. Deposit yang menempel
pada permukaan akar dibersihkan
dengan kuret
Gambar 5. Menekan daerah luka
dengan kain kasa yang telah dibasahi
dengan air steril untuk menghentikan
perdara
19
Respon jaringan
Respon jaringan terhadap bakteri, rangsangan kimia serta fisik dapat diperberat olh
keadaan sistemik. Untuk metabolisme jaringan dibutuhkan material-material seperti
hormon, vitamin, nutrisi dan oksigen. Bila keseimbangan material ini terganggu
dapat mengakibatkan gangguan lokal yang berat. Gangguan keseimbangan tersebut
dapat berupa kurangnya materi yang dibutuhkan oleh sel- sel untuk penyembuhan,
sehingga iritasi lokal yang seharusnya dapat ditahan atau hanya menyebabkan inflamasi
ringansaja, dengan adanya gangguan keseimbangan tersebut maka dapat memperberat
atau menyebabkan kerusakan jaringan periodontal.Pembekakan kemungkinan karena
pengaruh hormonal pada usia remaja. Penyakit periodontal dipengaruhi oleh
hormon steroid. Peningkatan hormon estrogen dan progesteron selama masa remaja
dapat memperhebat inflamasi margin gingiva bila ada faktor lokal penyebab penyakit
periodontal (Newman, 2002).
Beberapa saat setelah operasi terlihat warna kemerahan pada margin gingiva yang
dieksisi. Daerah tersebut kemudian ditutup dengan periodontal pack atau dressing
dengan tujuan : melindungi luka dari iritasi, menjaga agar daerah luka tetap dalam
kondisi bersih, mengontrol perdarahan, dan mengontrol produksi jaringan granulasi yang
berlebihan. Periodontal pack dapat mempercepat proses penyembuhan dan
memberikan kenyamanan pasca operasi pada pasien (Fedi, 2004)
Pasien diberi resep obat Amoxicillin dan Danalgin. Amoxicillin merupakan
antibiotik yang diperlukan untuk mencegah terjadinya infeksi dan kontaminasi bakteri
setelah operasi. Amoxicillin diminum 3 kali sehari sampai habis. Sedangkan
danalgin merupakan analgetik untuk mengurangi rasa sakit pasien pasca operasi,
diberikan analgetik danalgin karena paisien memiliki sakit maag. Obat ini diminum
hanya pada saat pasien merasa sakit. Obat kumur berguna untuk mengontrol plak
sehingga akan menjaga daerah operasi tetap bersih untuk membantu proses
penyembuhan (Manson dan Eley, 2003).
Enam hari pasca operasi, periodontal pack sebelah labial dibuka.
Periodontal pack sebelah palatal sudah terlepas lebih dulu. Gingiva tampak masih
berwarna kemerah-merahan dan sudah menunjukkan mulainya proses reepitelisasi.
Menurut Fedi (2004) proses penyembuhan meliputi pembentukan bekuan darah,
pembentukan jaringan granulasi, epitelisasi, pembentukan kolagen, regenerasi dan
maturasi. Sel akan menutupi luka dalam waktu 7-14 hari dan terkeratinisasi setelah
20
2-3 minggu. Pembentukan perlekatan epitel yang baru berlangsung selama 4 minggu.
(Manson dan Eley, 2003). Untuk tetap menjaga kebersihan daerah operasi dan
mengoptimalkan proses penyembuhan, pasien kembali dipasang periodontal pack dan
akan dibuka seminggu kemudian.
21
KESIMPULAN
1. Pembesaran gingiva pada kasus ini merupakan inflamasi kronis yang
disebabkan oleh hormonal.
2. Pembesaran gingiva dapat dikoreksi dengan memperbaiki kondisi
kebersihan mulut, eliminasi faktor predisposisi lokal (deposit dan
kalkulus), dan gingivektomi untuk rekonturing gingiva.
3. Hasil operasi memuaskan pasien, sesuai dengan rencana perawatan dan
prognosis yang telah direncanakan, terlihat bahwa bentuk dan warna
gingiva sesuai dengan bentuk dan warna gingiva yang normal.
22
DAFTAR PUSTAKA
.
Carranza, F.A., dan Takei, H.H., 2006, Gingival Surgical Techniques, dalam
M.. Newman, H.H. Takei, P.R. Klokkevold dan F.A. Carranza (eds):
Carranza’s Clinicall Periodontology, 9th ed., W.B. Saunders Co., St
Louis
Fedi, P.F., Vernino, A.R., dan Gray, J.L., 2004, Silabus Periodonti, EGC,
Jakarta
Foster, T.D., 1993, Buku Ajar Ortodonsi, EGC, Jakarta
Harty, F.J., Ogston, R., 1995, Kamus Kedokteran Gigi (terj.), Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, h.139, 219
Manson, J.D. dan Eley, B.M., 1993, Buku Ajar Periodonti, ed 2, Hipocrates,
Jakarta.
Newman, M.G., Takei, H.H., Carranza, F.A, 1996, Carranza’s Clinical
Periodontology, 9th ed., Saunders Comp., Phildelphia.
Newman,M.G, Takei HH, Carranza FA. Carranza s Clinical periodontology.9
8 th ed.Philadelphia.W.B Saunders Co; 2002: 312-44
Reddy, M.S., 2003, Achieving Gingival Esthetics, J Am Dent Assoc,134 (3) :
295 – 304.
Wolf, H.F., Rateitschak, K.H. dan Hassell, T.M., 2005, Color Atlas of Dental
Medicine: Periodontology, Thieme Stutgart, New York
Recommended