View
72
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
Rujukan pembuatan makalah
Citation preview
A. Aset
1. Pengertian Aset
Menurut Wikipedia, aset adalah sumber daya ekonomi yang diharapkan dapat
memberikan manfaat usaha di kemudian hari. Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, aset didefinisikan sebagai sesuatu yang memiliki nilai tukar, atau
bisa juga diartikan sebagai modal atau kekayaan.
Lalu menurut PSAK 19, aset didefinisikan sebagai sumber daya yang:
a. Dikendalikan oleh entitas sebagai akibat peristiwa masa lalu; dan
b. Manfaat ekonomis di masa depan dari aset tersebut diharapkan dapat diperoleh
oleh entitas.
FASB Statement of Concepts No. 6 mendefinisikan aset sebagai nilai manfaat
masa depan yang mungkin didapatkan atau dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai
akibat dari transaksi atau peritiwa masa lalu. Sebuah aset memiliki 3 karakteristik
utama, yaitu: (1) berupa manfaat dikemudian hari yang mungkin didapatkan, meliputi
kapasitas yang mengkontribusikan pemasukan kas dikemudian hari baik secara
langsung maupun tidak langsung; (2) perusahaan tertentu dapat meraih manfaat dan
membatasi pihak lain untuk mengaksesnya; dan (3) transaksi atau peristiwa
sebelumnya menimbulkan hak bagi perusahaan untuk memiliki dan mengendalikan
manfaat yang timbul (Richard G. Schroeder; Myrtle W. Clark; dan Jack M. Cathey,
2011).
Atau sebagai referensi lain, Accounting Principles Board (APB) dalam
Statement No. 4 menyatakan aset sebagai sumber daya ekonomi dari perusahaan yang
diakui dan diukur berdasarkan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (GAAP),
termasuk biaya-biaya tertentu yang ditangguhkan yang bukan termasuk sumber daya.1
Jadi berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aset
adalah sumber daya perusahaan yang bersifat ekonomis, manfaatnya dapat dirasakan
dikemudian hari oleh sebab dari transaksi yang kita/entitas lakukan hari ini. Entitas
tertentu yang secara hukum sah memiliki aset ini berhak membatasi pihak lain untuk
menggunakan/mengaksesnya, serta berhak mengendalikan penggunaan atas aset
tersebut guna memaksimalkan manfaat dikemudian hari yang diharapkan.
1 Richard G. Schroeder; Myrtle W. Clark; dan Jack M. Cathey, Financial Accounting Theory and Analysis: Text and Cases 10th edition, United States of America: John Wiley and Sons, 2011, hal. 214.1 | A s s e t s a n d l i a b i l i t i e s
2. Pengakuan Aset
Mendefinisikan aset hanyalah tahap awal dalam mengidentifikasi aset di dunia
sebenarnya, dan pada akhirnya mencatatnya di pembukuan. Namun, yang menjadi
permasalahan adalah tidak semua aset bisa dicatat ketika diakui sebagai aset (Vernom
Kam, 1990). Misalkan adalah sumber daya manusia atau pegawai, mereka diakui
sebagai aset yang bisa diharapkan manfaatnya dikemudian hari, namun pegawai tidak
dicatat dalam pembukuan. Maka yang perlu dilakukan sebagai akuntan dan akademisi
adalah membangun kriteria pengakuan aset.
Ada beberapa referensi yang menjelaskan tentang pengakuan aset. Salah
satunya adalah definisi dari Vernom Kam (1990:108) dalam bukunya Accounting
Theory, menurutnya saat pengakuan aset adalah ketika dijumpai empat kriteria
sebagaimana berikut, yaitu:
a. Dapat diandalkan berdasarkan hukum, mengindikasikan bahwa aktivitas atau
peristiwa ekonomi hari ini menimbulkan hak milik yang sah berdasarkan hukum
kepada perusahaan atas aset yang dibeli atau aset yang timbul karena adanya
penjualan. Misal, mobil yang dibeli oleh perusahaan atau piutang yang timbul
karena perusahaan melakukan penjualan.
b. Menggunakan prinsip konservatif, yang mana prinsip ini menyatakan bahwa aset
yang diakui tidak menentukan bahwa aset itu juga akan dicatat saat itu juga
sampai aset itu terwujud/sampai proyek yang dikerjakan selesai.
c. Mengandung unsur ekonomis dalam transaksi, artinya aktivitas ekonomi diakui
sebagai aset jika mengandung unsur ekonomis bagi perusahaan, yang mana
ekonomis ini mengarah pada dua makna, yakni bernilai langka dan memiliki nilai
manfaat bagi perusahaan dikemudian hari.
d. Bisa diukur nilainya, artinya suatu aset yang dimiliki perusahaan –meskipun tidak
dapat dicatat dipembukuan, dapat diukur nilainya baik dalam satuan mata uang
ataupun manfaat yang bisa didapatkan darinya. Misalnya adalah sumber daya
manusia/pegawai.
IAI dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007:15) dan Wiley-VCH dalam
International Financial Accounting Standards (IFRS) (2011:31), menyatakan hal
yang berbeda lagi dalam hal pengakuan aset. Dalam buku IAI dan IFRS menyatakan
bahwa pengakuan aset terjadi ketika memenuhi 2 kriteria, yaitu:
2 | A s s e t s a n d l i a b i l i t i e s
a. Aset diakui dalam neraca saldo ketika nilai manfaat yang diharapkan dapat
mengalir ke perusahaan di kemudian hari dan aset memiliki biaya/nilai yang dapat
diukur secara handal; dan
b. Aset diakui dalam neraca saldo ketika beban-beban sudah dikeluarkan yang mana
membuat aset tidak akan mengalirkan manfaat lagi kepada perusahaan ketika
sudah melewati masa manfaatnya.
Sedangkan Roman L. Weil, Katherine Schipper dan Jennifer Francis dalam
bukunya Financial Accounting: An Introduction to Concepts, Methods and Uses
(2014), mengatakan pengakuan aset setidaknya memuat 3 kriteria, yaitu:
a. Perusahaan memiliki dan mengendalikan hak pakai atas aset;
b. Hak tersebut muncul karena sebab pertukaran atau transaksi di masa lalu; dan
c. Manfaatnya bisa diukur dengan atribut pengukuran yang relevan dan bisa dihitung
secara handal.
Jadi, berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengakuan aset memiliki beberapa kriteria yang secara garis besar adalah
sebagai berikut:
a. Aset diakui karena adanya pertukaran atau transaksi di masa lalu;
b. Aset didapatkan dengan mengeluarkan biaya tertentu, termasuk didalamnya biaya
untuk mendapatkan dan biaya untuk memelihara aset tersebut;
c. Pengakuan aset menyebabkan kita/entitas sah secara hukum untuk memiliki,
mengendalikan aset dan membatasi pihak lain untuk menggunakannya; dan
d. Nilai aset dapat diukur dengan atribut pengukuran yang relevan dan dapat
dihitung secara handal.
3. Pengukuran dalam Aset
Salah satu kriteria pengakuan aset adalah keterukuran (measureability)
manfaat ekonomi yang akan datang. Yang dimaksud pengukuran di sini adalah
penentuan jumlah moneter dimana elemen-elemen dalam laporan keuangan harus
diakui dan dicatat (IAS 16).
a. Pengukuran Aktiva Berwujud3 | A s s e t s a n d l i a b i l i t i e s
1) Pengukuran awal aset
Menurut PSAK 16 mengenai Aktiva Tetap & Aktiva Lain-Lain,
sebuah aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset tetap
pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan adalah
jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang
diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi
sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk
dipergunakan. Biaya perolehan aset tetap terdiri dari:
a) Harga perolehan (purchase price)
Harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang
tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan
lain.
b) Biaya-biaya diatribusikan langsung (directly attributable cost)
Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk
membawa aset ke lokasi dan kondisi diinginkan agar aset siap digunakan
sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen. Contoh biaya yang
dapat diatribusikan secara langsung adalah:
Biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dari pembangunan
atau akuisisi fix asset;
Biaya penyiapan lahan untuk pabrik;
Biaya handling dan penyerahan awal; dan
Biaya perakitan dan instalasi.
c) Biaya pembongkaran dan pemindahan aset (dismantling cost)
Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan
restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul:
Ketika aset tersebut diperoleh, atau
Karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu
untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan.
2) Pengukuran setelah pengakuan awal
Entitas memilih model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan
akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap
dalam kelompok yang sama.
a) Model Biaya (cost model)
4 | A s s e t s a n d l i a b i l i t i e s
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap disajikan berdasarkan nilai
perolehan aktiva tersebut dikurangi akumulasi penyusutan.
b) Model Revaluasi (revaluation model)
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat
diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar
pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus
dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan
jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan
dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.
3) Penentuan Nilai Wajar
Nilai wajar tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian
yang dilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi profesional berdasarkan
bukti pasar. Nilai wajar pabrik dan peralatan biasanya mengunakan nilai pasar
yang ditentukan penilai. Jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar
penentuan nilai wajar karena sifat aset tetap yang khusus dan jarang diperjual-
belikan, kecuali sebagai bagian dari bisnis yang berkelanjutan, maka entitas
mungkin perlu mengestimasi nilai wajar menggunakan pendekatan
penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan (depreciated
replacement cost approach).
Perbedaan pengukuran antara FASB dan IFRS adalah FASB mengukur aset
berdasarkan historical cost yang kita akui sesuai saat transaksi pemilikan aset tersebut,
sementara IFRS, selain historical cost, juga memakai nilai sekarang ( tidak harus nilai
wajar ). Jadi, ada penilaian kembali dan memperhatikan kemungkinan adanya gain
dan loses.
b. Pengukuran Aktiva Tidak Berwujud
Aset tak berwujud merupakan aset non moneter yang teridentifikasi tanpa
wujud fisik. Entitas sering kali mengeluarkan sumber daya maupun menciptakan
liabilitas dalam perolehan, pengembangan, pemeliharaan dan peningkatan sumber
daya tak berwujud. Unsur-unsur yang memenuhi definisi aset tak berwujud yaitu
keteridentifikasian, pengendalian atas sumber daya, dan adanya manfaat ekonomi
masa depan. Aset tak berwujud diakui jika dan hanya jika:
5 | A s s e t s a n d l i a b i l i t i e s
Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan
dari aset tersebut.
Biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal.
Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat masa depan, entitas
menggunakan asumsi rasional dan dapat dipertanggungjawabkan yang merupakan
estimasi terbaik manajemen atas kondisi ekonomi yang berlaku sepanjang umur
manfaat aset tersebut. Asumsi-asumsi tersebut antara lain:
1) Perolehan terpisah
Aset tak berwujud pada awalnya diakui sebesar biaya perolehan. Biaya
perolehan aset tak berwujud terdiri dari :
Harga beli, termasuk bea masuk dan pajak pembelian yang tidak dapat
direstitusi, setelah dikurangi diskon dan rabat.
Semua biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam
mempersiapkan aset tersebut sehingga siap untuk digunakan.
2) Perolehan sebagai Bagian dari Kombinasi Bisnis
Sesuai dengan PSAK 22 (revisi 2010): Kombinasi Bisnis, jika aset
tidak berwujud diperoleh dalam kombinasi bisnis, maka biaya perolehan aset
tak berwujud adalah nilai wajar aset pada tanggal akuisisi.
3) Mengukur nilai wajar aset tak berwujud yang diperoleh dalam kombinasi
bisnis
Jika aset tak berwujud berasal bukan dari kombinasi bisnis melainkan
dari hak kontraktual atau hak legal lainnya, maka tersedia informasi memadai
untuk mengukur aset tersebut secara wajar. Kuotasi harga pasar di pasar aktif
memberikan estimasi nilai wajar yang paling andal untuk aset tak berwujud.
Harga pasar yang tepat biasanya adalah harga penawaran saat ini. Jika tidak
tersedia, maka harga terkini dari transaksi serupa dapat menjadi dasar untuk
mengestimasi nilai wajar aset sepanjang tidak terdapat perubahan keadaan
ekonomi yang signifikan antara tanggal transaksi dan tanggal ketika nilai
wajar aset diestimasi.
4) Dan lain sebagainya.
4. Tantangan Bagi Penyusun Standar
6 | A s s e t s a n d l i a b i l i t i e s
Pembuatan kerangka konseptual mempengaruhi penyusunan standar untuk
mengingat model pengukurannya. Pengkritik mengklaim standar IASB yang
memperkenalkan penggunaan pengukuran nilai wajar, meskipun Cairns bersikukuh
menolak klaim tersebut. Cairns mengatakan bahwa IFRS yang memperkenalkan
pengukuran Nilai wajar pada beberapa tanggal neraca dan beberapa aset dan liabilitas
keuangan. Cairns mengingatkan ada kesalahpahaman tentang penggunaan nilai wajar
pada IFRS.
Pengukuran selanjutnya dengan nilai wajar sangat jarang ini merupakan
perintah dalam beberapa aset keuangan dalam IAS 39 dan untuk aset dan liabilitas
yang tidak lagi digunakan dalam IAS 19. Dalam beberapa standar, pengukuran
dengan nilai wajar bukan merupakan perintah tetapi cukup dijadikan pilihan. Cairns
berpendapat bahwa tersebar luasnya penggunaan pengukuran dengan nilai wajar
dalam IFRS banyak persepsinya dalam kenyataan. Tapi dukungan untuk IASB dan
FASB untuk mengutamakan menggunakan pengukuran dengan Nilai wajar,
contohnya untuk semua instrumen keuangan.
B. Konsep Teoritis dari Akuntansi
1. Teori Kepemilikan (proprietary theory)
Dalam teori ini menyebutkan bahwa entitas adalah “agen, perwakilan, arau
pengaturan di mana wirausahawan individual atau pemegang saham beroperasi.”
Sudut pandang dari kelompok pemilik sebagai pusat kepentingan dicerminkan dalam
cara-cara di mana cararan akuntansi disimpan dan laporan keuangan disusun. Tujuan
utama dari teori kepemilikan adalah penentuan dan analisis dari kakayaan bersih (net
worth) pemilik. Oleh karena itu persamaan akuntansi adalah:
Aktiva – Kewajiban = Ekuitas Pemilik
Dengan kata lain, pemilik mempunyai aktiva dan kewajiban. Jika kewajiban
dapat dianggap aktiva negative, teori kepemilikan dapat dikatakan sebagai “berpusat
pada” aktiva dan, sebagai akibatnya berorientasi pada neraca. Aktiva dinilai dan
neraca disusun untuk mengukur perubahan dalam kepentingan atau kekayaan si
pemilik. Pendapatan dan beban, masing-masing dianggap sebagai kenaikan atau
penurunan dalam kepemilikan yang tidak berasal dari investasi atau penarikan modal
7 | A s s e t s a n d l i a b i l i t i e s
oleh pemilik. Dengan demikian, laba bersih atas utang dan pajak penghasilan
perusahaan adalah beban; dividen adalah penarikan modal.
Meskipun teori kepemilikan pada umumnya dipandanh sesuai terutama untuk
korporasi yang kepemilikannya bersifat tertutup seperti perusahaan perseorangan dan
firma, pengaruh dari teori kepemilikan dapat ditemukan dalam beberapa teknik dan
terminology akuntansi yang digunakan oleh korporasi yang kepemilikannya bersifat
terbuka. Misalnya saja, konsep laba perusahaa, yang diperoleh setelah
memperlakukan bunga pajak penghasilan sebagai beban, mewakili “laba bersih bagi
pemegang saham” dan bukannya sebagai laba bersih untuk seluruh penyedia modal.
Secara serupa, istilah-istilah seperti “laba per saham” dan “dividen per saham”
memiliki penekanan pada kepemilikan. Metode ekuitas akuntansi untuk investasi pada
anak perusahaan yang tidak dikonsolidasikan merekomendasikan bahwa bagian
perusahaan tersebut atas laba bersih anak perusahaan yang tidak dikonsolidasikan
dimasukkan dalam laba bersih. Dengan demikian, praktik juga menggunakan konsep
kepemilikan.
Teori kepemilikan dapat memiliki paling tidak dua bentuk yang berbeda dalam
hal siapa yang dimasukkan dalam kelompok pemilik. Dalam bentuk pertama, hanya
pemegang saham biasa yang menjadi bagian dari kelompok pemilik sementara
pemegang saham preferen dikeluarkan. Dengan demikian, dividen saham preferen
dikurangkan ketika menghitung laba pemilik. Bentuk sempit dari teori kepemilikan
ini identic dengan konsep ekuitas sisa yang diajukan oleh Staubus. Konsisten dengan
bentuk teori kepemilikan ini, laba bersih dikurangkan lebih lanjut dengan dividen
saham preferen untuk memperoleh laba bersih bagi ekuitas residual atas perhitungan
laba per saham akan didasarkan. Dalam bentuk kedua dari teori kepemilikan, baik
saham biasa maupun saham preferen dimasukkan dalam ekuitas pemilik. Pandangan
lebih luas dari teori ini memfokuskan perhatian pada bagian ekuitas pemegang saham
di neraca dan jumlah yang akan dikreditkan kepada semua pemegang saham di
laporan laba rugi.
2. Teori Entitas
Teori entitas (entity theory) memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah
dan berbeda dari mereka yang menyediakan modal bagi entitas tersebut.
Sederhananya, unit bisnis, dan bukannya pemiik yang menjadi pusat kepentingan
akuntansi. Unit bisnis memiliki sumber daya perusahaan dan bertanggung jawab baik 8 | A s s e t s a n d l i a b i l i t i e s
atas klaim pemilik maupun klaim kreditor. Oleh karena itu, persamaan akuntansinya
adalah:
Aktiva = Ekuitas
Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemegang Saham
Aktiva adalah hak yang menjadi milik enitas tersebut; ekuitas mencerminkan
sumber daya dari aktiva dan terdiri atas kewajiban dan ekuitas pemegang saham. baik
kreditor maupun pemegang saham adalah pemilik ekuitas, meskipun mereka memiliki
hak yang berbeda dalam hal laba, pengendalian risiko dan likuidasi. Dengan
demikian, laba yang diperoleh adalah milik dari entitas tersebut sampai laba tersebut
didistribusikan sebagai deviden kepada pemegang saham. Karena unit bisnis tersebut
dianggap bertanggung jawab untuk memenuhi klaim dari pemegang ekuitas, maka
teori entitas dikatakan sebagai “berpusat pada laba” dan konsekuensinya berrientasi
pada laporan laba rugi. Akuntabilitas kepada pemegang ekuitas dicapai dengan cara
mengukur kinerja operasi dan keuangan dari perusahaan tersebut. Oleh karena itu,
laba adalah peningkatan dalam ekuitas pemegang saham setelah klaim dari pemilik
ekuitas lainnya (misalnya, bunga atas pinjaman jangka panjang dan pajak
penghasilan) dipenuhi. Peningkatan dalam ekuitas pemegag saham dianggap laba bagi
pemegang saham hanya jika dividen diumumkan. Berdasarkan hal itu, laba tersebut
mencerminkan “ekuitas kepada pemilik korporasi itu sendiri.” Perhatikan bahwa
ketaatan penuh terhadap teori entitas mengharuskan agar pajak penghasilan dan bunga
atas pinjaman dianggap sebagai distribusi laba dan bukannya sebagai beban. Namun,
keyakinan umum dan interpretasi dari teori entitas adalah bahwa bunga dan pajak
penghasilan adalah beban.
Teori entitas paling sesuai bagi bentuk perusahaan dari usaha bisnis, yang
terpisah dan berbeda dari pemiliknya. Dampak dari teori entitas dapat ditemukan
dalam beberapa teknik akuntansi dan terminology yang digunakan dalam praktik.
Pertama, teori entitas lebih memiih penggunaan penilaian persediaan dengan LIFO
dan bukannya dengan FIFO, karena penilaian LIFO menghasilkan penentuan laba
yang lebih baik, akibat penerapannyadalam teori kepemilikan. Kedua, definisi umum
dari pendapatan sebagai produk dari perusahaan dan beban sebagai barang dan jasa
yang dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan ini adalah konsisten dengan
pandangan teori entitas dengan indeks kinerja dan akuntabilitas terhadap pemegang
9 | A s s e t s a n d l i a b i l i t i e s
ekuitas. Ketiga, penyusunan laporan konsolidasi dan pengakuan atas kelas
kepemilikan minoritas sebagai tambahan pemegang ekuitas adalah juga konsisten
dengan teori entitas. Terakhir, baik teori entitas dengan penekanannya ada penentuan
laba yang sesuai bagi pemegang saham maupun teori kepemilikan dengan
penekanannya pada penilaian aktiva yang tepat, dapat dipandang sebagai memihak
penggunaan nilai sekarang atau dasar penilaian selain biaya historis.
3. Teori dana
Dalam teori dana (fund theory), dasar akuntansi bukanlah pemilik maupun
entitas, melainkan sekelompok aktiva dan kewajiban serta pembatasan terkait yang
disebut dana, yang mengatur penggunaan aktiva tersebut. Dengan demikian, teori
dana memandang unit bisnis sebagai unit yang terdiri atas sumber daya (dana)
ekonomi dan kewajiban serta pembatasan yang terkait dengan penggunaan sumber
daya ini. Persamaan akuntansinya adalah:
Aktiva = Pembatasan Aktiva
Unit akuntansi didefinisikan sebagai aktiva dan penggunaan untuk mana
aktiva tersebut dikomitmenkan. Kewajiban mewakili serangkaian pembatasan hokum
maupun ekonomi terhadap penggunaan aktiva tersebut. Oleh karena itu, teori dana
adalah “berpusat pada aktiva” dalam hal bahwa fokus utamanya adalah pada
administrasi dan penggunaan yang sesuai atas aktiva. Bukannya neraca atau laporan
keuangan, melainkan laporan sumber dan penggunaan danalah yang merupakan
tujuan utama dari pelaporan keuangan. Laporan ini mencerminkan pelaksanaan
operasi perusahaan dalam hal sember dan penggunaan dana.
Teori dana terutama berguna bagi pemerintah dan organisasi nirlaba. Rumah
sakit, universitas, kota dan unit pemerintahan, contohnya, terlibat dalam operasi
multisi yang mengharuskan adanya dana yang terpisah. Setiap dana yang berimbang
menghasilkan laporan yang terpisah melalui sistem akuntansi yang terpisah dan
sekelompok akun yang sesuai. Suatu dana dapat didefinisikan sebagai:
… entitas fiskal dan akuntansi yang independen dengan sekelompok akun “yang berimbang” (self-balancing), yang mencatat kas dan atau sumber daya lain bersama-sama dengan seluruh kewajiban, cadangan, dan ekuitas terkait yang dipisahkan dengan tujuan untuk melaksanakan aktivitas tertentu atau
10 | A s s e t s a n d l i a b i l i t i e s
mencapai tujuan tertentu sesuai dengan regulasi, restriksi, atau pembatasan khusus.
Jumlah dana yang digunakan oleh institusi nirlaba mana pun bergantung pada jumlah
dan jenis aktivitas atas mana restriksi hukum diberlakukan mengenai penggunaan
aktiva yang dipercayakan kepada organisasi tersebut.2
C. Liabilitas
1. Pengertian liabilitas
FASB mendefinisikan kewajiban dalam kerangka konseptualnya sebagai
berikut (SFAC No. 6, prg. 35):
“Liabilities are probable future sacrifices of economic benefits arising from present obligations of a particular entity to transfer assets or provide services to other entities in the future as a result of past transactions or events.”
Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomi masa datang yang cukup
pasti timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer asset
atau menyediakan/menyerahkan jasa kepada kesatuan lain di masa datang sebagai
akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Dengan makna yang sama, International Accounting Standards Committee
(IASC) mendefinisikan kewajiban sebagai berikut:
“A liability is a present obligation of the enterprise arising from past events, the settlement of which is excepted to result in an outflow from the enterprise resource embodying economic benefit.”
Dalam Statement of Accounting Concepts No. 4, Australian Accounting
Standards Board (AASB) mendefinisikan kewajiban sebagai berikut (prg. 12) :
Liabilities are the future sacrifices of services potential or future economic benefits that the entity is presently obliged to make to other entities as a result of past transaction or other past events.
Definisi-definisi diatas memisahkan antara makna atau pengertian dan
pengukuran serta pengakuan sehingga definisi tersebut lebih bersifat semantik
daripada struktural. Definisi IASC dan AASB menanggalkan kata probable karena
dianggap bahwa tiap kriteria pengakuan bukan sifat dari pengakuan.
2 Ahmed Riahi-Belkaoui, Accounting Theory, 5th edition, Jakarta: Salemba Empat, 2006, hal. 274-276.11 | A s s e t s a n d l i a b i l i t i e s
Definisi-definisi kewajiban diatas sangat menekankan konsep kesatuan usaha
dengan dinyatakan secara eksplisit ungkapan kesatuan usaha (entitas/entity atau
perusahaan/enterprise) di dalamnya untuk menunjukkan pihak yang mempunyai
keharusan untuk melakukan pengorbanan ekonomi. Selain definisi Accounting
Principles Board (APB), definisi kewajiban selalu memuat pula ungkapan manfaat
ekonomi, sumber ekonomi, atau potensi jasa. Ini berarti bahwa pengertian kewajiban
tidak dapat dipisahkan dengan pengertian asset. Asset dapat menimbulkan kewajiban
dan sebaliknya timbulnya kewajiban dapat dibarengi dengan pengakuan asset.
Dengan berbagai variasi diatas, secara umum dapat dikatakan bahwa
kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama yaitu:
a. Pengorbanan manfaat ekonomi masa datang
b. Keharusan sekarang untuk mentransfer asset
c. Timbul akibat transaksi masa lalu
Pengorbanan Manfaat Ekonomi
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu objek harus memuat suatu tugas
atau tanggung jawab kepada pihak lain yang mengharuskan suatu kesatuan usaha
untuk melunasi, menunaikan, atau melaksanakannya dengan cara mengorbankan
manfaat ekonomi yang cukup pasti di masa datang. Pengorbanan manfaat ekonomi
diwujudkan dalam bentuk transfer atau penggunaan asset kesatuan usaha. Cukup pasti
di masa datang mengandung makna bahwa jumlah rupiah pengorbanan dapat
ditentukan dengan layak. Demikian juga, saat pengorbanan manfaat ekonomi dapat
ditentukan atas dasar kejadian tertentu atau atas permintaan pihak.
Transfer manfaat ekonomi kepada pemilik (pemegang saham) tidak termasuk
dalam pengertian pengorbanan sumber ekonomi masa datang yang membentuk
kewajiban karena untuk menjadi kewajiban pengorbanan tersebut harus bersifat
memaksa dan bukan atas dasar kebijakan atau keleluasaan manajemen untuk
memutuskan baik dalam hal jumlah rupiah maupun dalam saat transfer. Secara umum,
keharusan mengorbankan sumber ekonomi masa datang tidak dapat menjadi
kewajiban kalau keharusan tersebut bersifat terbuka atau tidak pasti. Kesatuan usaha
tidak mempunyai keharusan untuk mentransfer asset ke pemilik kecuali dalam hal
kesatuan usaha dilikuidasi. Walaupun secara konseptual (dari sudut konsep dasar
kesatuan usaha) ekuitas juga merupakan kewajiban bagi perusahaan, pengorbanan
12 | A s s e t s a n d l i a b i l i t i e s
sumber ekonominya tidak cukup pasti baik dalam jumlah maupun saat sehingga
kewajiban harus dibedakan dan dilaporkan secara terpisah dengan ekuitas.
Pengorbanan ekonomi harus dikaitkan dengan pihak lain, berarti bahwa
kewajiban hanya dapat terjadi antar kesatuan usaha atau paling tidak melibatkan
kesatuan usaha yang lain. Kewajiban tidak timbul dari kejadian internal misalnya
adanya keharusan membentuk dana asuransi sendiri guna mengantisipasi pengorbanan
sumber ekonomi untuk mengganti fasilitas fisik yang sewaktu-waktu rusak atau
menutup rugi akibat musibah.
Keharusan Sekarang
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, sutau pengorbanan ekonomi masa
datang harus timbul akibat sekarang. Pengertian “sekarang” (present) dalam hal ini
mengacu pada dua hal yaitu waktu dan adanya. Waktu yang dimaksud adalah tanggal
pelaporan (neraca), artinya pada tanggal neraca kalau perlu atau kalau dipaksakan
(secara yuridis, etis, atau rasional) pengorbanan sumber ekonomi harus dipenuhi
karena keharusan untuk itu telah ada. Tentu saja jumlah rupiah pengorbanan yang
dipaksakan pada tanggal neraca tidak akan sebesar jumlah rupiah yang akan dibayar
dimasa datang (setelah tanggal neraca). Perbedaan ini terjadi akibat sifat yang melekat
pada kewajiban yaitu bunga yang bermakna sebagai nilai waktu uang atau harga
penundaan.
Menurut Kam (1990. Hlm. 111-112), pendefinisian kewajiban sebagai
pengorbanan sumber ekonomi masa datang tidak menunjuk pada sesuatu yang belum
terjadi. Dengan kata lain, pengorbanan tersebut tidak nyata pada saat sekarang. Objek
yang nyata sebenarnya adalah keharusan yang sekarang ada. Jadi, keharusan
sekarang seharusnya menjadi fokus atau kata kunci definisi. Lebih dari itu,
pengorbanan sumber ekonomi masa datang sebenarnya sama maknanya dengan
transfer asset atau penyerahan jasa di masa datang sehingga definisi FASB berlebihan.
Oleh karena itu, Kam mengusulkan pemfrasaan kembali definisi kewajiban sebagai
berikut :
Liabilities are obligations of a particular entity which necessitate the entity to transfer assets or render services to other entities in the future, and are the results of past transactions or events.
Keharusan mengorbankan sumber ekonomi dapat timbul akibat perjanjian
(kontrak) antara dua kesatuan usaha, pengenaan/pemaksaan pada entitas oleh 13 | A s s e t s a n d l i a b i l i t i e s
pemerintah atau pengadilan, atau kondisi lingkungan bisnis (sosial, politik, dan
ekonomi). Pengertian kewajiban mencakupi keharusan kontraktual (contractual atau
legally enforceable obligations), keharusan konstruktif atau bentukkan (constructive
obligations), dan keharusan demi keadilan (contingent obligations). Walaupun secara
definisional keharusan-keharusan tersebut menimbulkan kewajiban, tidak semua
kewajiban harus diakui dalam akuntansi.
Keharusan kontraktual adalah keharusan yang timbul akibat perjanjian atau
peraturan hukum yang di dalamnya kewajiban bagi suatu kesatuan usaha dinyatakan
secara eksplisit atau implisit dan mengikat. Kewajiban ini muncul karena aspek
hukum sebagai lingkungan eksternal yang tidak dapat dihindari dan yang dapat
memaksa secara hukum untuk memenuhinya. Penghindaran kewajiban dari keharusan
kontraktual menimbulkan sanksi atau hukuman. Pihak yang harus dilunasi pada
umumnya sudah jelas dan bukti tentang adanya keharusan ini biasanya didukung oleh
dokumen tertulis sehingga keterverifikasiannya tinggi. Utang pajak, utang bunga,
utang usaha, utang wesel, dan utang obligasi merupakan kewajiban yang berkaitan
dengan keharusan kontraktual.
Keharusan konsruktif adalah keharusan yang timbul akibat kebijakan kesatuan
usaha dalam rangka menjalankan dan memajukan usahanya untuk memenuhi praktik
usaha yang baik atau etika bisnis dan bukan untuk memenuhi kewajiban yuridis.
Kebijakan tersebut menimbulkan kewajiban karena kesatuan usaha sengaja memberi,
mengonstruksi, atau membentuk hak bagi pihak lain (misalnya, pelanggan, pemasok,
pegawai, atau perusahaan lain) tanpa harus melalui perjanjian tertulis yang disepakati
kedua belah pihak. Contoh kewajiban yang masuk dalam kategori ini antara lain
adalah kebersediaan perusahaan untuk untuk membayar atau membeli kembali botol
gelas minuman dengan harga yang ditentukan (misalnya botol Coca-cola), servis
gratis yang dijanjikan oleh dealer sepeda motor, pengembalian uang untuk barang
yang ternyata cacat atau rusak, pengantian harga film oleh toko cuci-cetak bila film
hilang atau rusak, dan tunjangan hari raya untuk karyawan.
Keharusan demi keadilan adalah keharusan yang ada sekarang yang
menimbulkan kewajiban bagi perusahaan semata-mata karena panggilan etis atau
moral daripada karena peraturan hukum atau praktik bisnis yang sehat. Keharusan ini
muncul dari tugas kepada pihak lain untuk melaksanakan sesuatu yang dipandang
wajar, adil, dan benar menurut hati nurani dan rasa keadilan. Tidak ada sanksi hukum
14 | A s s e t s a n d l i a b i l i t i e s
untuk tidak memenuhi keharusan ini tetapi kewajiban ini mengikat lantaran sanksi
sosial atau moral. Kewajiban ini memberi donasi untuk badan amal tiap akhir tahun
dan kewajiban memberi hadiah kepada penduduk yang tinggal di sekitar pabrik
karena ketidaknyamanan yang ditimbulkannya merupakan contoh kewajiban yang
dilandasi oleh keharusan demi keadilan ini. Keharusan konstruktif dan demi keadilan
merupakan keharusan karena kehendak sendiri atau pertimbangan internal walaupun
bentuk konsekuensi keuangannya sama seperti keharusan kontraktual.
Keharusan bergantung atau bersyarat adalah keharusan yang pemenuhannya
(jumlah rupiahnya atau jadi tidaknya dipenuhi) tidak pasti karena bergantung pada
kejadian masa datang atau terpenuhinya syarat-syarat tertentu di masa datang.
Kebergantungan adalah suatu kondisi, situasi, atau serangkaian keadaan yang
melibatkan ketidakpastian yang menyangkut laba atau rugi yang mungkin terjadi.
Kemunculan yang harus dikonfirmasi dengan kejadian atau syarat masa datang untuk
kedua kebergantungan tersebut adalah :
a. Yang berkaitan dengan kebergantungan laba: perusahaan mungkin memperoleh
asset atau tidak tergantung pada kejadian masa datang.
b. Yang berkaitan dengan kebergantungan rugi: hilangnya atau turunnya nilai suatu
asset atau tidak atau timbulnya suatu kewajiban atau tidak.
Keharusan bergantung merupakan salah satu bentuk kebergantungan yang
berkaitan dengan rugi, selanjutnya FASB menjelaskan bahwa bila terdapat
kebergantungan rugi, kemungkinan atau kebolehjadian bahwa suatu atau beberapa
kejadian masa datang akan akan memastikan kemunculan di atas dapat berkisar dari
cukup pasti sampai jauh dari pasti dengan agak pasti diantara keduanya didefinisikan
sebagai berikut:
a. Cukup pasti: Suatu atau beberapa kejadian masa datang boleh jadi terjadi.
b. Agak pasti: Kemungkinan bahwa suatu atau beberapa kejadian masa datang
terjadilah adalah lebih dari jauh dari pasti tetapi kurang dadi cukup pasti.
c. Jauh dari pasti: Kemungkinan bahwa suatu atau beberapa kejadian masa datang
terjadi adalah kecil atau tipis.
Keharusan sekarang merupakan karakteristik dari kewajiban. Keempat
keharusan diatas merupakan keharusan sekarang yang memenuhi kritaria kewajiban.
15 | A s s e t s a n d l i a b i l i t i e s
Untuk keharusan kontraktual, konstruktif, dan demi keadilan pengorbanan sumber
ekonomi masa datang pada umumnya dianggap cukup pasti karena kesepakatan telah
dicapai atau kebijakan telah diputuskan sehingga sudah cukup jelas jumlah dan waktu
pengorbanannya. Untuk keharusan bergantung, pengorbanan sumber ekonomi masa
datang belum pasti baik jumlah rupiah maupun keterjadiannya. Oleh karena itu, tidak
semua kewajiban yang timbul akibat keharusan sekarang tersebut dapat diakui sebagai
kewajiban.
Akibat transaksi atau kejadian masa lalu
Transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi
tetapi bukan kriteria untuk pengakuan. Jadi, adanya pengorbanan manfaat ekonomi
masa datang tidak cukup untuk mengakui suatu objek ke dalam kewajiban kesatuan
usaha untuk dilaporkan melalui laporan keuangan.
Transaksi masa lalu di sini adalah transaksi yang menimbulkan keharusan
sekarang telah terjadi. Sebagai contoh, karena perusahaan mendapat pinjaman bank
(dengan kontrak), keharusan sekarang berupa keharusan kontraktual timbul pada akhir
periode akuntansi. Dalam hal ini penandatanganan kontrak merupakan peristiwa yang
yang telah terjadi dan menimbulkan keharusan. Akan tetapi tidak semua
penandatanganan kontrak dengan sendirinya menimbulkan keharusan. Sebelum salah
satu pihak melaksanakan apa yang diperjanjikan, kontrak akan bersifat eksekutori.
Tuntutan ganti rugi resmi dari pihak lain atas tuduhan pelanggaran hak paten
yang diajukan ke pengadilan dalam suatu tahun menimbulkan keharusan sekarang
bagi perusahaan di akhir tahun meskipun pengorbanan suatu ekonomi yang masa
datangnya masih bergantung pada keputusan pegadilan. Tuntutan yang diajukan
merupakan peristiwa yang telah terjadi yang menimbulkan keharusan sekarang
sehingga keharusan tersebut memenuhi kriteria kewajiban meskipun sifatnya
bergantung. Jadi untuk memenuhi kewajiban, keharusan sekarang didahului atas
transaksi atau kejadian masa lalu.
Kebanyakan kewajiban terjadi karena adanya transaksi pertukaran antara
kesatuan usaha dan kesatuan usaha lainnya. Anggaran pembelian suatu mesin yang
telah disetujui, disertai jadwal pembelian dan pembayaran mempunyai implikasi
pengorbanan sumber ekonomi di masa depan. Akan tetapi, anggaran tidak
menimbulkan keharusan sekarang atau kewajiban meskipun persetujuan anggaran
16 | A s s e t s a n d l i a b i l i t i e s
dapat dipandang sebagai kejadian masa lalu. Alasannya adalah belum terjadi transaksi
atau kejadian yang memberi kesatuan usaha penguasaan atau pengendalian terhadap
manfaat ekonomi masa datang atau yang mengharuskan kesatuan usaha mentranser
asset atau menyediakan jasa kepada kesatuan usaha lain.
2. Pengukuran liabilitas
a. Pengukuran awal liabilitas keuangan
Pada saat pengakuan awal liabilitas keuangan, entitas mengukur pada nilai
wajarnya. Apabila liabilitas keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laba
rugi, nilai wajar tersebut ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara
langsung dengan penerbitan liabilitas keuangan tersebut.
b. Pengukuran liabilitas keuangan setelah pengakuan awal
Setelah pengakuan awal, entitas mengukur seluruh liabilitas keuangan
pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga
efektif, kecuali untuk:
1) Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.
Liabilitas tersebut, termasuk derivatif yang diakui sebagai liabilitas,
diukur pada nilai wajarnya, kecuali untuk derivatif liabilitas yang terkait
dengan dan diselesaikan melalui penyerahan instrumen ekuitas yang tidak
memiliki kuotasi harga di pasar aktif seperti di atas dan nilai wajarnya tidak
dapat diukur secara andal, diukut pada biaya perolehan.
2) Liabilitas keuangan yang timbul ketika sebuah transfer aset keuangan tidak
memenuhi syarat penghentian pengakuan atau transfer yang dicatat
menggunakan pendekatan keterlibatan berkelanjutan.
3) Kontrak jaminan keuangan seperti yang didefinisikan pada paragraf 08.
Setelah pengakuan awal, penerbit kontrak tersebut harus mengukur pada mana
yang lebih tinggi antara:
a) Jumlah yang ditentukan sesuai dengan PSAK 57 (revisi 2009): Provisi,
Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi; dan
b) Jumlah pada saat pengakuan awal dikurangi, apabila sesuai, amortisasi
kumulatif yang diakui sesuai PSAK 23 (revisi 2010): Pendapatan.
4) Komitmen untuk menyediakan pinjaman di bawah suku bunga pasar. Setelah
pengakuan awal, penerbit komitmen tersebut harus (kecuali paragraf 47(a)
berlaku) mengukur pada mana yang lebih tinggi antara:17 | A s s e t s a n d l i a b i l i t i e s
a) Jumlah yang ditentukan sesuai dengan PSAK 57 (revisi 2009): Provisi,
Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi; dan
b) Jumlah pada saat pengakuan awal dikurangi, apabila sesuai, amortisasi
kumulatif yang diakui sesuai PSAK 23.
Liabilitas keuangan yang ditetapkan sebagai item yang dilindung nilai
menggunakan pengukuran berdasarkan ketentuan akuntansi lindung nilai dalam
PSAK 55 paragraf 97-111.
c. Pertimbangan dalam pengukuran nilai wajar
Bukti terbaik dari nilai wajar adalah harga kuotasi di pasar yang aktif.
Apabila pasar untuk suatu instrumen keuangan tidak aktif, entitas menetapkan
nilai wajar dengan menggunakan teknik penilaian. Tujuan penggunaan teknik
penilaian adalah untuk menetapkan berapa sesungguhnya harga transaksi pada
tanggal pengukuran dalam suatu pertukaran yang wajar yang dimotivasi oleh
pertimbangan-pertimbangan bisnis yang normal. Teknik penilaian meliputi
penggunaan transaksi-transaksi pasar wajar yang terkini antara pihak-pihak yang
mengerti, berkeinginan, jika tersedia, referensi atas nilai wajar terkini dari
instrumen lain yang secara substansial sama, analisis arus kas yang didiskonto dan
model penetapan harga opsi (option pricing model). Apabila terdapat teknik
penilaian yang biasa digunakan pelaku pasar untuk menilai harga instrumen dan
bahwa teknik tersebut telah teruji untuk memberikan estimasi yang andal atas
harga yang diperoleh pada transaksi pasar yang aktual, entitas menggunakan
teknik tersebut. Teknik penilaian yang dipilih memaksimalkan penggunaan input
pasar, dan meminimalkan penggunaan input yang bersifat spesifikd ari entitas.
Teknik tersebut menyatukan semua faktor yang akan dipertimbangkan pelaku
pasar dalam menetapkan suatu harga dan konsisten dengan metodologi ekonomi
yang diterima untuk menilai harga instrumen keuangan. Secara periodik, entitas
menyesuaikan teknik penilaian dan menguji validitasnya menggunakan harga-
harga dari transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi atas instrumen yang sama
(yaitu tanpa modifikasi atau pengemasan ulang) atau berdasarkan data pasar yang
tersedia yang dapat diobservasi.
Nilai wajar liabilitas keuangan dengan fitur dapat ditarik kembali sewaktu-
waktu (misalnya tabungan) adalah minimal sama dengan jumlah yang terutang
18 | A s s e t s a n d l i a b i l i t i e s
pada saat penarikan, didiskontokan dari tanggal pertama jumlah tersebut dapat
diminta untuk dibayar
d. Reklasifikasi
Menurut PSAK 55 paragraf 51, entitas tidak diperkenankan
mereklasifikasi setiap instrumen keuangan ke dalam kategori nilai wajar melalui
laba rugi setelah pengakuan awal.
e. Keuntungan dan kerugian
Dalam mencatat keuntungan dan kerugian yang timbul dari sistem
pencatatan dengan nilai wajar, terdapat beberapa kategori aktivitas yang
mempengaruhi pencatatan tersebut, yaitu:
1) Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar liabilitas
keuangan yang bukan merupakan bagian dari hubungan lindung nilai diakui
sebagai keuntungan atau kerugian atas liabilitas keuangan yang
diklasifikasikan sebagai instrumen yang diukur pada nilai wajar melalui laba
rugi diakui pada laba rugi
2) Untuk liabilitas keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi,
keuntungan atau kerugian diakui pada laporan laba rugi ketika liabilitas
tersebut dihentikan pengakuannya atau mengalami penurunan nilai dan
melalui proses amortisasi.
3. Tantangan bagi pembuat standar
Dengan adanya sifat-sifat dan risiko inheren dalam pengakuan, pengukuran,
dan pencatatan kewajiban keuangan dalam entitas, maka timbul tantangan-tantangan
bagi pihak-pihak pembuat standar dalam menciptakan standar akuntansi yang dapat
meminimalkan celah yang dapat dimanfaatkan entitas dalam menghindari kewajiban
terhadap stakeholder. Tantangan-tantangan tersebut antara lain:
a.
19 | A s s e t s a n d l i a b i l i t i e s
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Kam, Vernom. 1990. Accounting Theory 2nd editon. Canada: John Wiley and Sons.
20 | A s s e t s a n d l i a b i l i t i e s
Schroeder, Richard G., Myrtle W. Clark, dan Jack M. Cathey. 2011. Financial Accounting
Theory and Analysis: Text and Cases 10th edition. United States of America: John
Wiley and Sons.
Weil, Roman L., Katherine Schipper dan Jennifer Francis. 2014. Financial Accounting: An
Introduction to Concepts, Methods and Uses. United States of America: South-Western
Cengage Learning.
Wiley-VCH. 2011. International Financial Reporting Standards (IFRS) 2011. Weinheim,
Jerman: John Wiley and Sons.
Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Definisi Aset, diakses melalui: http://kbbi.web.id/aset,
pada 17 April 2014.
Wikipedia dalam Definisi Aset, diakses melalui: http://id.wikipedia.org/wiki/Aset, pada 17
April 2014.
Ahmed Riahi-Belkaoui. 2006. Accounting Theory, 5th edition. Jakarta: Salemba Empat.
21 | A s s e t s a n d l i a b i l i t i e s
Recommended