View
231
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
DIVERSITAS FITOPLANKTON DI DANAU TASIKARDI
TERKAIT DENGAN KANDUNGAN KARBONDIOKSIDA DAN
NITROGEN
SKRIPSI
ROBIATUL ADAWIYAH
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011/1432
DIVERSITAS FITOPLANKTON DI DANAU TASIKARDI
TERKAIT DENGAN KANDUNGAN KARBONDIOKSIDA DAN
NITROGEN
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
ROBIATUL ADAWIYAH
105095003143
ROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M / 1432 H
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Juni 2011
Robiatul Adawiyah
105095003143
ABSTRAK
Robiatul Adawiyah. Diversitas Fitoplankton di Danau Tasikardi Terkait dengan
Kandungan Karbondioksida dan Nitrogen. Skripsi. Program Studi Biologi,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta. 2011.
Kegiatan antropogenik yang berlangsung di sekitar danau dapat menimbulkan
pencemaran dan mempengaruhi kandungan senyawa-senyawa yang terkandung di
perairan danau, di antaranya karbon dioksida dan nitrogen. Penelitian dilakukan
untuk mengetahui kaitan keanekaragaman fitoplankton dengan kandungan karbon
dioksida dan nitrogen di perairan danau Tasikardi, Serang, Banten. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2009. Fitoplankton yang
ditemukan sebanyak 16 jenis dengan jumlah sebanyak 728 individu. Jenis yang
paling banyak ditemukan adalah Euglena sp dan yang paling sedikit adalah
Navicula sp. Kelimpahan fitoplankton tertinggi terdapat pada titik sampel 2 yaitu
215 ind/cm2 dan terendah di titik sampel 1 yaitu 135 ind/cm
2. Nilai rata-rata
keanekaragaman fitoplankton adalah 1,1944 dengan nilai tertinggi terdapat pada
titik sampel 1 yaitu 1,5612 dan yang terendah terdapat pada titik sampel 2 yaitu
0,5452. Indeks keseragaman fitoplankton tertinggi terdapat di titik sampel 1 yaitu
0,4472 dan yang terendah terdapat di titik sampel 2 yaitu 0,2792. Indeks
dominansi yang tertinggi terdapat pada titik sampel 2 yaitu 0,7082, sedangkan
yang terendah terdapat pada titik sampel 1 yaitu 0,311. Kandungan karbon
dioksida dan nitrit di tiap titik sampling sama yaitu 22 ppm dan 0,02 ppm.
Kandungan nitrat yang tertinggi terdapat pada titik sampel 4 yaitu 0,78 ppm dan
terendah berada di titik sampel 1 yaitu 0,34 ppm, sedangkan kandungan ammonia
tertinggi terdapat pada titik sampel 1 yaitu 0,83 ppm dan terendah berada di titik
sampel 4 yaitu 0,02 ppm. Analisis korelasi sederhana menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan antara keanekaragaman fitoplankton dengan kandungan
karbondioksida yang ditandai dengan nilai r = 0, sedangkan terhadap kandungan
nitrogen terdapat hubungan yang kurang signifikan dengan nilai r = 0,1095
Kata kunci: diversitas, fitoplankton, danau Tasikardi, karbondioksida, nitrogen
ABSTRACT
Robiatul Adawiyah. Diversity of Phytoplankton in Tasikardi Lake Associated
with Carbondioxide and Nitrogen Concentration. Thesis. Department of Biology,
Faculty Science and Technology, State Islamic University Syarif Hidayatullah,
Jakarta. 2011.
Anthropogenic activities that took place around the lake could cause pollution and
affect the concentration of compounds contained in the water of lake, such as
carbondioxide and nitrogen. The porpose of study was determining the diversity
of phytoplankton associated with carbon dioxide and nitrogen in the water of
Tasikardi Lake, Serang, Banten, from June to August 2009. It was found 16
species with a total 728 individu of phytoplankton. The highest spesies was
Euglena, and the lowest was Navicula. The highest abundance of phytoplankton
present was in the sample point 2, namely 215 ind/cm2 and lowest at the sample
point 1 which was 135 ind/cm2. The average value of phytoplankton diversity was
1.1944 with the highest values was at the sample point 1 (1.5612) and the lowest
are at the sample point 2 (0.5452). The highest diversity index of phytoplankton
was at the sample point 1 (0.4472) and the lowest available at the sample point 2
(0.2792). The highest dominance index found on sample point 2 (0.7082), while
the lowest are at the sample point 1 (0.311).The concentration of carbon dioxide
and nitrite in all sample point was 22 ppm and 0.02 ppm. The highest nitrate
concentration found on the sample point 4 was 0.78 ppm and the lowest was in
sample point 1 which was 0.34 ppm. The highest ammonia concentration
contained at the sample point 1 was 0.38 ppm and the lowest was in sample point
4 which was 0.02 ppm. Simple correlation analysis showed that there was no
relationship between the diversity of phytoplankton in the carbon dioxide
concentration are marked with r = 0, whereas on the nitrogen concentration there
is a less significant relationship with r = 0.1095.
Key words: diversity, phytoplankton, Tasikardi Lake, carbondioxide, nitrogen
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah, Rabb sekalian alam yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya kepada Penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat serta salam Penulis curahkan kehadirat Nabi besar Muhammad
SAW.
Skripsi ini berjudul “Diversitas Fitoplankton di Danau Tasikardi
Terkait dengan Kandungan Karbondioksida dan Nitrogen” disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Biologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini Penulis persembahkan untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta
yang tak pernah lelah memberikan motivasi serta materi, semoga ini dapat
menjadi penyempurna kebahagiaan di hati. Adik-adik ku tercinta yang selalu
memberi dukungan. Terima kasih untuk segala doa yang tak pernah henti
dipanjatkan hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
Terwujudnya tulisan dalam bentuk skripsi ini, tentunya tidak lepas dari
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Rasa terima kasih Penulis ucapkan
kepada :
1. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis, selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi beserta staff akademik.
2. Dr. Lily Surayya EP, M. Env. Stud selaku dosen pembimbing 1 sekaligus
ketua program studi Biologi yang telah meluangkan waktunya memberikan
bimbingan hingga selesainya skripsi ini.
3. Dasumiati, M.Si selaku dosen pembimbing 2 yang telah memberikan
bimbingan dan juga motivasi selama pembuatan hingga selesainya skripsi
ini.
4. Dini Fardila, M.Si dan Etyn Yunita, M.Si selaku penguji pada seminar
hasil. Kepada Narti Fitriana, M.Si dan drh. Bhintarti SH, M. Biomed
selaku penguji pada ujian munaqosah.
5. Staff laboran biologi mba Ida, mba Puji dan Kak Bahri
6. Saudara-saudara ku tercinta Amin, Desi, Iwi, Evi, dan Ima yang selalu
memberi dukungan dan tak pernah lelah dan bosan memberikan motivasi.
7. Teman-teman BIOMA (Biologi 2005) terima kasih atas persahabatan dan
kebersamaan yang begitu indah serta teman-temanku lainnya yang
mungkin tak tersebutkan namanya namun kan kuingat selamanya lewat
untaian doa.
Dalam penulisan skripsi ini, Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan
dan kesalahan serta sempurnanya skripsi ini. Hal ini karena keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki. Walaupun demikian Penulis berharap
hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dalam bidang Biologi. Amien.
Jakarta, Juni 2011
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...........................................................................................................i
ABSTRACT .........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR .........................................................................................iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................v
DAFTAR TABEL ...............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... .viii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................2
1.3. Hipotesis .......................................................................................3
1.4. Tujuan Penelitian ..........................................................................3
1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................3
1.6 Kerangka Berfikir .........................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Profil Danau Tasikardi..................................................................5
2.2 Danau ............................................................................................6
2.3 Pencemaran Air ............................................................................8
2.4. Fitoplankton ..................................................................................9
2.5. Faktor Fisik yang Mempengaruhi Keberadaan Fitoplankton .......11
2.5.1. Suhu .......................................................................................................11
2.5. 2. Kecerahan .............................................................................................11
........................................................................................................
........................................................................................................2.5
.3. Derajat Keasaman (pH) .............................................................12
........................................................................................................
2.5.4. Oksigen Terlarut (DO)..........................................................13
2.6. Unsur Karbon ................................................................................13
2.7. Unsur Nitrogen ..............................................................................16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat........................................................................20
3.2. Alat dan Bahan .............................................................................20
3.3. Metode Penelitian ..........................................................................20
3.4. Cara Kerja ......................................................................................21
3.4.1. Penentuan Titik dan Pengambilan Sampel ...........................21
3.4.2. Pengukuran Parameter Fisik dan Kimia Lingkungan ...........22
3.4.3. Pengamatan dan Identifikasi Fitoplankton ...........................22
3.5. Analisis Data .................................................................................23
3.5.1. Analisis Data Fitoplankton ...................................................23
3.5.2. Analisis Data Karbondioksida dan Nitrogen ........................26
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Diversitas Fitoplankton di Danau Tasikardi ................................ 27
4.2. Kandungan Karbondioksida dan Nitrogen (Nitrat, Nitrit dan
Ammonia) di Danau Tasikardi ................................................... 34
4.3. Parameter Fisik dan Kimia Danau Tasikardi ................................ 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan .................................................................................... 41
5.2. Saran .............................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... ..43
LAMPIRAN ...................................................................................................... ..46
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kriteria Kualitas Air Berdasarkan Indeks Keanekaragaman
Shannon-Wiener ...................................................................................24
Tabel 2. Jenis dan Jumlah Fitoplankton yang ditemukan di danau Tasikardi .....27
Tabel 3. Kadar Karbondioksida dan Nitrogen (Nitrat, Nitrit dan Ammonia)
di Danau Tasikardi ................................................................................35
Tabel 4. Data Parameter Fisik dan Kimia di Danau Tasikardi ............................38
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Danau Tasikardi ..................................................................................5
Gambar 2. Siklus Karbon ......................................................................................14
Gambar 3. Siklus Nitrogen ....................................................................................17
Gambar 4. Jumlah Fitoplankton Rata-Rata selama Penelitian ..............................28
Gambar 5. Nilai Rata-Rata Keanekaragaman Fitoplankton di Danau Tasikardi ..31
Gambar 6. Nilai Rata-Rata Keseragaman Fitoplankton di Danau Tasikardi ........32
Gambar 7. Nilai Rata-Rata Dominansi Fitoplankton di Danau Tasikardi ............33
Gambar 8. Grafik Korelasi antara Kelimpahan Fitoplankton
dan Kandungan Nitrit .........................................................................................36
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lokasi Titik Sampling ................................................................... 46
Lampiran 2. Alat-alat yang Digunakan Selama Penelitian ................................ 48
Lampiran 3. Klasifikasi Fitoplankton yang Ditemukan di Lokasi Penelitian ... 50
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Danau sebagai salah satu habitat air tawar memiliki fungsi yang sangat
penting diantaranya sebagai pencegah kekeringan dan banjir, perikanan,
pariwisata serta penyedia air bersih. Melihat pada fungsi dan peranan danau bagi
manusia, maka danau juga tidak terlepas dari pencemaran akibat ulah manusia itu
sendiri. Kegiatan masyarakat di sekitar danau, seperti keramba jaring apung dan
pariwisata dapat mempengaruhi kualitas air karena dapat menghasilkan berbagai
macam limbah domestik baik organik maupun anorganik.
Limbah domestik dapat mempengaruhi kandungan karbondioksida dan
nitrogen di danau. Karbondioksida dan nitrogen merupakan sumber nutrisi utama
bagi pertumbuhan fitoplankton. Karbondioksida dibutuhkan untuk fotosintesis,
sedangkan nitrogen berperan penting bagi pertumbuhan fitoplakton dan
pembentukan protein (Effendi, 2003).
Dalam pertumbuhannya setiap jenis fitoplankton mempunyai respon yang
berbeda terhadap perbandingan nutrien yang terlarut dalam badan air. Oleh karena
itu perbandingan nutrien, khususnya nitrogen sangat menentukan dominasi suatu
jenis fitoplankton di perairan (Soetrisno, 2002). Pemanfaatan karbondioksida
berkaitan langsung dengan proses fotosintesis (Romimohtarto, 2004). Besarnya
kandungan karbondioksida di perairan akan menyebabkan proses metabolisme
atau fotosintesis fitoplankton tidak sempurna, hal ini akan menyebabkan naiknya
karbondioksida pada malam hari dan akan diikuti oleh naiknya pH perairan. Nilai
pH akan sangat berpengaruh dalam proses kehidupan fitoplankton (Malin, 1977
dalam Rusdiana, 2001).
Danau Tasikardi adalah salah satu danau buatan yang ada di Provinsi
Banten. Danau Tasikardi dibangun sebagai penampung air dari Sungai Cibanten
untuk mengairi daerah persawahan. Selain itu Danau Tasikardi juga dimanfaatkan
untuk memenuhi pasokan air bagi masyarakat di sekitar danau tersebut.
Danau Tasikardi termasuk ke dalam salah satu Situs Banten Lama dan
menjadi tempat tujuan wisata sejarah yang menarik. Banyaknya pengunjung dapat
menghasilkan berbagai jenis limbah yang dikhawatirkan dapat mengakibatkan
pencemaran di Danau Tasikardi. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui kandungan karbondioksida serta nitrogen di perairan Danau Tasikardi
serta diversitas fitoplanktonnya.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini meliputi:
1. Bagaimana diversitas fitoplankton di Danau Tasikardi?
2. Bagaimanakah kandungan karbondioksida dan nitrogen di Danau
Tasikardi?
3. Apakah terdapat hubungan antara diversitas fitoplankton dengan
kandungan karbondioksida dan nitrogen di Danau Tasikardi?
1.3. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Diversitas fitoplankton di Danau Tasikardi tinggi.
2. Kandungan karbondioksida dan nitrogen di Danau Tasikardi adalah tinggi.
3. Terdapat hubungan antara diversitas fitoplankton dengan kandungan
karbondioksida dan nitrogen.
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk:
1. Mengetahui diversitas fitoplankton di Danau Tasikardi.
2. Mengetahui kandungan karbondioksida dan nitrogen di Danau Tasikardi.
3. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara diversitas fitoplankton dengan
kandungan karbondioksida dan nitrogen.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan informasi awal kondisi kualitas perairan
di Danau Tasikardi yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah setempat
untuk menjadi acuan dalam menerapkan peraturan agar kualitas perairan Danau
Tasikardi lebih terjaga dan dimanfaatkan dengan baik.
1.6. Kerangka Berfikir
Perubahan fungsi danau
menjadi tempat wisata
Kandungan
karbondioksida
dan nitrogen
Mempengaruhi kualitas air
danau
Mempengaruhi
pertumbuhan fitoplankton
Danau Tasikardi
Terjadi pencemaran air
Organik Anorganik
Perairan tawar
Identifikasi fitoplankton pada
kondisi karbondioksida dan
nitrogen yang ditemukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Profil Danau Tasikardi
Danau Tasikardi terletak di Desa Margasana, kecamatan Kramatwatu,
Kabupaten Serang, Provinsi Banten ini berada sekitar 6 kilometer di sebelah barat
Kota Serang. Danau ini dibuat pada masa pemerintahan Panembahan Maulana
Yusuf (1570-1580 M) yang merupakan sultan kedua di Kesultanan Banten. Kata
Tasikardi sendiri merupakan gabungan dua suku kata dari bahasa sunda, yaitu
tasik dan ardi yang berarti danau buatan. Danau Tasikardi memiliki luas mencapai
5 hektar (Gambar 1) (Pagarah, 2009)
Gambar 1. Danau Tasikardi (sumber: Pagarah, 2009)
Pada masa kesultanan danau yang juga dikenal dengan sebutan Situ Kardi
ini memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai penampung air dari Sungai Cibanten
yang digunakan untuk mengairi areal persawahan dan juga dimanfaatkan untuk
memenuhi pasokan air bagi keluarga keraton dan masyarakat sekitarnya. Dewasa
ini seiring dengan berkembangnya zaman, Danau Tasikardi sudah menjadi tempat
tujuan wisata sejarah yang mengasyikkan bersama dengan Masjid Agung Banten,
Keraton Surosowon, Keraton Kaibon, Pasar Lama Serang, Benteng Speelwijk dan
vihara Avalokitesvara yang masuk ke dalam situs Banten Lama (Pagarah, 2009)
2.2. Danau
Danau adalah wilayah yang digenangi badan air sepanjang tahun serta
terbentuk secara alami. Pembentukan danau terjadi karena gerakan kulit bumi
sehingga bentuk dan luasnya sangat bervariasi (Tancung, 2007). Danau dicirikan
dengan arus yang sangat lambat (0,001 – 0,01 m/detik) atau tidak ada arus sama
sekali. Oleh karena itu, waktu tinggal air dapat berlangsung lama. Arus air danau
dapat bergerak ke berbagai arah. Perairan danau biasanya memiliki stratifikasi
kualitas air secara vertikal. Stratifikasi ini tergantung pada kedalaman dan musim
(Effendi, 2003).
Stratifikasi vertikal kolom air (thermal stratification) pada perairan
tergenang dibagi menjadi tiga, yaitu (Effendi, 2003):
a. Epilimnion, yaitu lapisan bagian atas perairan. Lapisan ini merupakan
bagian yang hangat, dengan suhu relatif konstan atau perubahan suhu
secara vertikal sangat kecil. Seluruh massa air pada bagian ini tercampur
dengan baik karena adanya angin dan gelombang.
b. Metalimnion atau termoklin, yaitu lapisan di bawah lapisan epilimnion.
Pada lapisan ini, perubahan suhu dan panas secara vertikal relatif besar.
Setiap penambahan kedalaman 1 m terjadi penurunan suhu air sekurang-
kurangnya 1o C.
c. Hipolimnion, yaitu lapisan di bawah lapisan metalimnion. Lapisan ini
merupakan lapisan yang lebih dingin, ditandai oleh perbedaan suhu secara
vertikal yang relatif kecil. Massa air pada lapisan ini bersifat stagnan, tidak
mengalami percampuran dan memiliki densitas yang lebih besar. Di
wilayah tropis, perbedaan suhu air permukaan dengan suhu air bagian
dasar hanya sekitar 2o - 3
o C.
Pada thermal stratification terjadi pencampuran massa air secara
menyeluruh, yakni percampuran yang terjadi dari permukaan hingga dasar
perairan. Perubahan stratifikasi pada thermal stratification lebih banyak
disebabkan oleh perubahan suhu, yang selanjutnya menyebabkan perubahan panas
dan berat jenis (Effendi, 2003).
Berdasarkan tingkat kesuburannya, danau dapat diklasifikasi menjadi 3
sebagai berikut (Effendi, 2003):
a. Oligotrofik (miskin unsur hara dan produktivitas rendah), yaitu perairan
dengan produktivitas primer dan biomassa yang rendah. Perairan ini
memiliki kadar unsur hara nitrogen dan fosfor rendah, namun cenderung
jenuh dengan oksigen.
b. Mesotrofik (unsur hara dan produktivitas sedang), yaitu perairan dengan
produktivitas primer dan biomassa sedang. Perairan ini merupakan
peralihan antara oligotrofik dan eutrofik.
c. Eutrofik (kaya unsur hara dan produktivitas tinggi), yaitu perairan dengan
kadar unsur hara dan tingkat produktivitas primer tinggi. Perairan ini
memiliki tingkat kecerahan yang rendah.
Danau memiliki fungsi ekonomi yang sangat tinggi salah satunya adalah
perikanan, baik budidaya maupun perikanan tangkap. Danau juga berfungsi
sebagai pencegah kekeringan dan banjir, sebagai penyedia air bersih, irigasi
maupun industry (Wulandari, 2006).
Fungsi lain dari danau dilihat dari segi ekosistem, danau merupakan
tempat hidup berbagai organisme, termasuk yang bersifat endemik mulai dari ikan
sampai burung air. Danau pun dapat berfungsi sebagai objek wisata. Masyarakat
dapat menikmati aktivitas di danau seperti memancing, berperahu atau sekedar
menikmati keindahan alam. Pemanfaatan danau sebagai objek wisata mampu
memicu ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar danau. Hal ini harus disertai
dengan pengelolaan yang baik dan terkendali (Wulandari, 2006).
2.3. Pencemaran Air
Air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia di bumi ini. Saat ini,
masalah utama yang dihadapi manusia sehubungan dengan sumber daya air
meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus
meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun.
Kegiatan industri, domestik dan kegiatan lain dapat berdampak negatif terhadap
sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini
dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi semua makhluk hidup
yang bergantung pada sumber daya air (Effendi, 2003).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 tahun 1990 tentang
Pengendalian Pencemaran Air mendefinisikan pencemaran air sebagai masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air
oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air menurun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan tidak lagi berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Indikator
atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau
tanda yang dapat diamati melalui (Wardhana, 1995):
1. adanya perubahan suhu air;
2. adanya perubahan pH;
3. adanya perubahan warna, bau dan rasa;
4. adanya mikroorganisme.
Pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar (polutan)
yang dapat berupa gas, bahan-bahan terlarut dan partikulat (Effendi, 2003).
Pencemar memasuki badan air dengan berbagai cara, misalnya melalui atmosfer,
tanah, limpasan (run off) pertanian, limbah domestik dan perkotaan, pembuangan
limbah industri dan lain-lain.
2.4. Fitoplankton
Fitoplankton didefinisikan sebagai organisme mikroskopik yang hidup
melayang dan mengapung di dalam air, tidak memiliki kemampuan untuk
bergerak karena keberadaannya sangat dipengaruhi oleh gerakan air dan memiliki
kemampuan berfotosintesis (Davis, 1995). Berdasarkan kemampuannya,
fitoplankton dinyatakan sebagai dasar dari jaring-jaring makanan di dalam
ekosistem perairan.
Fitoplankton terdiri dari divisi Chrysophyta (diatom), Chlorophyta dan
Cyanophyta. Biasanya Chlorophyta dan Cyanophyta mudah ditemukan pada
komunitas plankton perairan tawar sedangkan Chrysophyta dapat ditemukan
diperairan tawar dan asin. Komunitas fitoplankton umumnya didominasi oleh
jenis fitoplankton yang berukuran lebih kecil dari 10 mm (Soetrisno, 2002).
Fitoplankton bersifat autotrof yaitu dapat menghasilkan sendiri
makanannya. Selain itu fitoplankton juga mengandung klorofil yang mempunyai
kemampuan berfotosintesis dengan menggunakan energi matahari untuk
mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik. Bahan organik inilah yang
menjadi makanannya dan sebagai sumber energi yang menghidupkan seluruh
fungsi ekosistem di perairan (Nontji, 2006).
Kemampuan fitoplankton yang dapat berfotosintesis dan menghasilkan
senyawa organik membuat fitoplankton disebut sebagai produsen primer.
Fitoplankton sebagai produsen primer di perairan merupakan sumber kehidupan
bagi seluruh organisme hewani lainnya. Disamping penghasil oksigen, baik
langsung maupun tidak langsung ia merupakan makanan bagi konsumer primer
yaitu zooplankton (Prabandani, 2002).
Fitoplankton dapat dijadikan indikator biologi yang dapat menentukan
kualitas perairan baik melalui pendekatan keragaman spesies maupun spesies
indikator. Fitoplankton sebagai indikator biologis bukan saja menentukan tingkat
kesuburan perairan, tetapi juga fase pencemaran yang terjadi dalam perairan
(Basmi, 1998).
2.5. Faktor Fisik yang Mempengaruhi Keberadaan Fitoplankton
2.5.1. Suhu
Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi
badan air. Suhu juga sangat berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem
perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu, misalnya alga dari
divisi Chlorophyta dan diatom akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu
berturut-turut 30o
- 35o C dan 20
o - 30
o C. Divisi Cyanophyta lebih dapat
bertoleransi terhadap kisaran suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan
Chlorophyta dan diatom (Effendi, 2003).
Suhu berhubungan erat dengan persediaan makanan. Di dalam air yang
memiliki suhu tinggi, kebutuhan akan bahan makanan relatif lebih banyak
dibandingkan dengan air yang bersuhu rendah. Suhu air juga mempengaruhi
pertukaran zat dari makhluk hidup (Odum, 1993).
2.5.2. Kecerahan
Kecerahan sangat penting pada perairan karena erat kaitannya dengan
proses fotosintesis (Parsons dan Takahashi, 1977). Kecerahan dipengaruhi oleh
intensitas sinar matahari, kekeruhan, dan warna air. Peningkatan kecerahan akan
meningkatkan laju fotosintesis fitoplankton di dalam air (Nybakken, 1992).
Kecerahan ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk.
Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan,
dan padatan tersuspensi serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran
(Effendi, 2003).
2.5.3. Derajat Keasaman (pH)
Air dapat bersifat asam atau basa tergantung pada besar kecilnya pH air
atau besarnya konsentrasi ion hidrogen di dalam air. Perairan dengan tingkat
kesuburan yang tinggi dan tergolong produktif memiliki kisaran pH antara 6-9
karena dapat mendorong proses pembongkaran bahan organik yang ada dalam
perairan menjadi mineral-mineral yang dapat diasimilasikan oleh fitoplankton
(Odum, 1993).
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai
nilai pH sekitar 7-8,5 (Effendi, 2003). Pada umumnya alga biru lebih menyukai
pH netral sampai basa dan respon pertumbuhan negatif terhadap asam (pH<6).
Pada kisaran pH 4,5-8,5 dapat mendukung keanekaragaman jenis Chrysophyta
sedangkan diatom pada kisaran pH yang netral (Weitzel, 1979).
Aktivitas biologis seperti fotosintesis dan respirasi organisme serta
keberadaan ion-ion dalam perairan dapat mempengaruhi nilai pH. Perubahan pH
akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas organisme serta secara
tidak langsung mempengaruhi keberadaan unsur hara yang ada di perairan.
2.5.4 Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut (DO) selalu merupakan hal paling utama yang harus
diukur dalam menetukan sifat biologis sungai atau danau (Saeni, 1989). Oksigen
terlarut juga dapat digunakan sebagai petunjuk kualitas air (Odum, 1993). Kadar
oksigen yang terlarut di perairan bervariasi tergantung pada suhu, salinitas dan
tekanan atmosfer. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian dan
musiman tergantung pada pencampuran, dan pergerakan massa air, aktivitas
fotosintesis, respirasi dan limbah yang masuk ke dalam air (Effendi, 2003).
Menurut Saeni (1989), faktor-faktor yang dapat mengurangi besarnya
jumlah oksigen terlarut dalam perairan antara lain respirasi hewan dan tumbuhan
air, proses penguraian bahan organik, suhu air yang relatif tinggi, reduksi oleh
gas-gas melalui pembentukan gelembung-gelembung gas yang keluar dari air dan
aliran air tanah ke dalam danau. Makhluk yang tinggal di dalam air baik hewan
maupun tumbuhan bergantung kepada oksigen terlarut ini untuk mempertahankan
hidupnya. Kandungan oksigen terlarut di perairan tawar berkisar antara 8 mg/liter
pada suhu 25o C. Kadar oksigen terlarut di perairan alami biasanya kurang dari 10
mg/liter (Effendi, 2003).
2.6. Unsur Karbon
Atmosfer bumi mengandung karbondioksida dengan persentase yang
relatif kecil, yakni sekitar 0,033% (Cole, 1988 dalam Effendi, 2003). Akan tetapi,
dari tahun ke tahun kadar karbondioksida memperlihatkan kecenderungan
peningkatan sebagai hasil dari penggundulan hutan dan pembakaran bahan bakar
fosil, misalnya minyak bumi dan batu bara. Sekitar setengah dari karbondioksida
yang merupakan hasil pembakaran ini berada di atmosfer dan setengahnya lagi
tersimpan di perairan dan digunakan dalam proses fotosintesis oleh diatom dan
alga laut lain. Hasil fotosintesis di bumi 88% merupakan sumbangan dari alga di
perairan (Effendi, 2003).
Karbon yang terdapat di atmosfer dan perairan diubah menjadi karbon
organik melalui proses fotosintesis, kemudian masuk kembali ke atmosfer melalui
proses respirasi dan dekomposisi yang merupakan proses biologis makhluk hidup
(Gambar 2). Karbon ini dapat berubah menjadi bahan organik yang berupa bahan
bakar fosil atau menjadi bahan anorganik, misalnya batuan karbonat melalui
proses kimia yang berlangsung sangat lama.
Gambar 2. Siklus Karbon (sumber: www.wikipedia.com)
Meskipun persentase karbondioksida di atmosfer relatif kecil, akan tetapi
keberadaan karbondioksida di perairan relatif banyak, karena karbondioksida
memiliki sifat kelarutan yang tinggi (Jeffries dan Mills, 1996 dalam Effendi
2003). Karbondioksida yang terdapat di perairan berasal dari berbagai sumber,
yaitu sebagai berikut (Effendi, 2003):
1. Difusi dari atmosfer
Karbondioksida yang terdapat di atmosfer mengalami difusi secara
langsung ke dalam air.
2. Air hujan
Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi secara teoritis memiliki
kandungan karbondioksida sebesar 0,55 - 0,60 mg/liter berasal dari karbon
dioksida yang terdapat di atmosfer.
3. Air yang melewati tanah organik
Tanah organik yang mengalami dekomposisi mengandung relatif banyak
karbondioksida sebagai hasil proses dekomposisi. Karbondioksida hasil
dekomposisi ini akan larut ke dalam air.
4. Respirasi tumbuhan, hewan dan bakteri aerob maupun anaerob
Respirasi tumbuhan dan hewan mengeluarkan karbondioksida.
Dekomposisi bahan organik pada kondisi aerob menghasilkan karbon
dioksida sebagai salah satu produk akhir. Demikian juga dekomposisi
anaerob karbohidrat pada bagian dasar perairan akan menghasilkan
karbondioksida sebagai produk akhir.
Perairan tawar alami yang memiliki pH 7-8 biasanya mengandung ion
bikarbonat < 500 mg/liter dan hampir tidak pernah kurang dari 25 mg/liter. Ion ini
mendominasi sekitar 60% - 90% bentuk karbon anorganik total di perairan
(McNeely et al., 1979).
Kadar karbondioksida di perairan dapat mengalami pengurangan bahkan
hilang akibat proses fotosintesis, evaporasi, dan agitasi air. Perairan yang
diperuntukkan bagi kepentingan perikanan sebaiknya mengandung kadar
karbondioksida bebas < 5 mg/liter. Kadar karbon dioksida bebas sebesar 10
mg/liter masih dapat ditolerir oleh organisme akuatik, asal disertai dengan kadar
oksigen yang cukup. Sebagian besar organisme akuatik masih dapat bertahan
hidup hingga kadar karbondioksida bebas mencapai 60 mg/liter (Boyd, 1988
dalam Effendi, 2003).
2.7. Unsur Nitrogen
Nitrogen merupakan salah satu unsur penting bagi pertumbuhan
fitoplankton dan berperan dalam pembentukan protein. Nitrogen tidak dapat
dimanfaatkan secara langsung oleh makhluk hidup. Nitrogen harus mengalami
fiksasi terlebih dahulu menjadi NH3, NH4 dan NO3. Meskipun demikian, bakteri
Azetobacter dan Clostridium serta beberapa jenis alga hijau-biru (Cyanophyta)
seperti Anabaena dapat memanfaatkan gas N2 secara langsung dari udara sebagai
sumber nitrogen (Tancung, 2007).
Di perairan nitrogen berada dalam bentuk organik dan anorganik. Nitrogen
organik berupa protein, asam amino, dan urea, sedangkan nitrogen anorganik
terdiri dari ammonia (NH3), ammonium (NH4), nitrit (NO2), nitrat (NO3) dan
molekul nitrogen (N2) dalam bentuk gas (Sastrawijaya, 1991). Bentuk-bentuk
nitrogen tersebut mengalami transformasi sebagai bagian dari siklus nitrogen.
Sumber nitrogen yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik
adalah nitrat, ammonium dan gas nitrogen (Muhazir, 2004).
.
Gambar 3. Siklus Nitrogen (sumber: www.wikipedia.com)
Ammonia di dalam perairan berasal dari ekskresi hewan akuatik sebagai
hasil dari proses metabolisme dan proses ekskretori dari ginjal dan jaringan
insang. Kotoran padat dan sisa pakan dari hewan akuatik adalah bahan organik
dengan kandungan protein tinggi yang diuraikan menjadi polipeptida, asam-asam
amino dan akhirnya ammonia sebagai produk akhir yang terakumulasi di dalam
air (Tancung, 2007).
Ammonia jarang ditemukan pada perairan yang mendapat pasokan
oksigen. Sebaliknya, pada wilayah anoksik (tanpa oksigen) yang biasanya terdapat
di dasar perairan kadar ammonia relatif tinggi. Kadar ammonia pada perairan
alami biasanya kurang dari 0,1 mg/liter (McNeely et al., 1979). Kadar ammonia
bebas yang tidak terionisasi (NH3) pada perairan tawar sebaiknya tidak lebih dari
0,02 mg/liter. Jika kadar ammonia bebas lebih dari 0,02 mg/liter, perairan bersifat
toksik bagi beberapa jenis ikan (Sawyer dan McCarty, 1978). Kadar ammonia
yang tinggi dapat dijadikan sebagai indikasi adanya pencemaran bahan organik
yang berasal dari limbah domestik, industri dan limpasan (run-off) pupuk
pertanian (Effendi, 2003).
Nitrit di perairan biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit
daripada nitrat, karena nitrit bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Nitrit
merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat (nitrifikasi) dan antara
nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi) (Effendi, 2003).
Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Kadar
nitrit pada perairan relatif kecil karena segera dioksidasi menjadi nitrat. Perairan
alami mengandung nitrit sekitar 0,001 mg/liter dan tidak melebihi 0,06 mg/liter
(Canadian Council of Resource and Environment Ministers, 1987 dalam Effendi,
2003). Kadar nitrit di perairan jarang melebihi 1 mg.liter (Sawyer and McCarty,
1978). Kadar nitrit yang lebih dari 0,05 mg/liter dapat bersifat toksik bagi
organisme perairan yang sangat sensitif (Moore, 1991).
Nitrat adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan
nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen sangat mudah
larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi
sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses
oksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam
siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob (Effendi, 2003).
Nitrat dan ammonium adalah sumber utama nitrogen di perairan. Namun,
ammonium lebih disukai oleh tumbuhan. Kadar nitrat di perairan yang tidak
tercemar biasanya lebih tinggi daripada kadar ammonium. Kadar nitrat-nitrogen
pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/liter. Kadar nitrat lebih
dari 5 mg/liter menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal
dari aktivitas manusia dan tinja hewan. Kadar nitrat-nitrogen yang lebih dari 0,2
mg/liter dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi perairan, yang selanjutnya
menstimulir pertumbuhan alga dan tumbuhan air secara pesat (blooming)
(Effendi, 2003).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2009.
Pengambilan sampel dilakukan di danau Tasikardi, Serang. Analisis air dan
identifikasi fitoplankton selanjutnya dilakukan di Laboratorium Ekologi, Pusat
Laboratorium Terpadu, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah plankton net no. 25,
mikroskop cahaya, sedwig rafter, pipet, gelas ukur 10 ml, Water Quality Checker,
meteran, secchi disk, thermometer air raksa, pH universal, ember, counter, kertas
label, botol sampel dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sampel fitoplankton yang diambil dari air danau Tasikardi, formalin 4%,
tisu gulung dan minyak imersi.
3.3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan
cara survey.
3.4. Cara Kerja
3.4.1. Penentuan Titik dan Pengambilan Sampel
Titik pengambilan sampel berjumlah empat titik yang diambil secara
random sampling. Kondisi serta gambaran lokasi sampling terdapat pada
Lampiran 1.
Titik sampling 1 merupakan daerah masuknya air ke danau atau inlet. Pada
daerah ini terdapat tanaman air dan sampah serasah daun. Titik sampling 2
merupakan bagian tengah danau. Pada daerah ini terdapat bangunan yang di
dalamnya terdapat pemandian bagi keluarga kesultanan Banten. Titik sampling 3
merupakan daerah keluarnya air dari danau. Pada daerah ini merupakan dermaga
perahu yang diperuntukan bagi para pengunjung. Titik sampling 4 merupakan
daerah peruntukan keramba. Pada titik ini terdapat keramba-keramba yang di
kelola oleh masyarakat setempat.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini berupa sampel air untuk analisis
air dan sampel air untuk identifikasi fitoplankton. Adapun prosedur pengambilan
sampel air yang dilakukan di setiap lokasi adalah:
a. Sampel air untuk analisis air
Air diambil menggunakan botol sampel sebanyak 500 ml dengan cara
memasukkan botol sampel ke dalam danau sampai botol terisi penuh dan
tidak ada gelembung air yang keluar. Kemudian botol ditutup dengan
botol sampel masih berada di dalam danau.
b. Sampel air untuk identifikasi fitoplankton
Sampel air diambil pada lapisan permukaan air dengan kedalaman 30 cm
menggunakan ember bervolume 5 liter sebanyak 6 kali sehingga didapat
volume air 30 liter. Sampel air yang didapat dipekatkan menjadi 30 ml
dengan cara menuangkan sampel air tersebut ke dalam plankton net yang
di ujungnya terdapat botol penadah dengan volume 60 ml. Sampel air
tersebut diberi formalin 4% sebanyak 3 ml yang bertujuan untuk
mengawetkan fitoplankton. Setiap botol sampel diberi label dan
dimasukkan ke dalam kotak tertutup dan dibawa ke Pusat Laboratorium
Terpadu Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
3.4.2. Pengukuran Parameter Fisik dan Kimia Lingkungan
Pengambilan data fisik lingkungan meliputi pengukuran kecerahan,
konduktivitas dan suhu air. Parameter kimia lingkungan melalui pengukuran pH,
kadar oksigen (DO), kandungan karbon dioksida, nitrat, nitrit dan ammonia.
Pengukuran faktor fisik dan kimia (pH dan DO) tersebut dilakukan langsung di
lokasi sampling, sedangkan pengukuran kandungan karbondioksida, nitrat, nitrit
dan ammonia dilakukan di laboratorium.
3.4.4. Pengamatan dan Identifikasi Fitoplankton
Sampel air untuk identifikasi fitoplankton ditempatkan pada botol sampel
volume 30 ml dan diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya. Langkah-
langkah penelitian sampel tersebut sebagai berikut:
1. Sampel digoyang-goyangkan untuk menjaga homogenitas fitoplankton.
2. Sampel air diteteskan sebanyak 1 ml ke dalam sedwig rafter, lalu ditutup
menggunakan gelas penutup.
3. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100X. Fitoplankton yang
ditemukan dihitung menggunakan counter dan didokumentasikan untuk
keperluan identifikasi.
4. Fitoplankton yang didapat diidentifikasi berdasarkan Sachlan (1982).
Penentuan kelimpahan sel dilakukan dengan menggunakan metode APHA
dengan persamaan sebagai berikut (Astuti, 2009)
N = n x (a/b) x (c/d) x (1/e)
Keterangan:
N = Kelimpahan fitoplankton (ind/L)
n = Jumlah fitoplankton yang tercacah pada saat pengamatan
a = Jumlah petak counting cell (1000 petak)
b = Jumlah total petak counting cell yang diamati (1000 petak)
c = Volume sampel tersaring (ml)
d = Volume counting cell (1 ml)
e = Volume sampel yang disaring (L)
3.5. Analisis Data
3.5.1. Analisis Data Fitoplankton
a. Indeks keanekaragaman (H’)
Untuk mengetahui keanekaragaman fitoplankton yang ada di dalam suatu
komunitas digunakan persamaan indeks Shannon-Wiener sebagai berikut
(Odum,1993):
Keterangan:
H’: indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
Pi : kelimpahan relatif (ni/N)
N : jumlah total individu
ni : jumlah individu semua jenis ke-i
Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener ini dapat dikategorikan seperti
tersaji pada Tabel 1 sebagai berikut (Nugroho, 2006):
Tabel 1. Beberapa Kriteria Kualitas Air Berdasarkan Indeks
Keanekaragaman Shannon-Wiener
No Indeks
Keanekaragaman Kualitas Perairan
I
> 3
1 – 3
< 1
Air bersih
Setengah tercemar
Tercemar berat
II
3,0 – 4,0
2,0 – 3,0
1,0 – 2,0
Tercemar sangat ringan
Tercemar ringan
Setengah tercemar
III
2,0
2,0 – 1,0
1,5 – 1,0
<1,0
Tidak tercemar
Tercemar ringan
Tercemar sedang
Tercemar berat
Menurut Odum (1993), kriteria kualitas air berdasarkan indeks
keanekaragaman Shannon-Wiener yaitu, bila H’<1 menunjukkan bahwa
komunitas biota di dalam perairan tidak stabil atau kualitas air tercemar. Nilai
1<H’<3 menunjukkan bahwa stabilitas komunitas biota sedang atau kualitas air
tercemar sedang dan nilai H’>3 menunjukkan bahwa stabilitas komunitas dalam
kondisi prima (stabil) atau kualitas air bersih.
b. Indeks Keseragaman (E’)
Indeks keseragaman digunakan untuk menunjukkan sebaran fitoplankton
dalam suatu komunitas. Indeks keseragaman dihitung menggunakan formula dari
Shannon-Wiener (Odum, 1993), sebagai berikut:
E =
Keterangan:
E : Indeks keseragaman
H’ : Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
Hmaks : ln S (indeks keanekaragaman maksimum)
S : Jumlah genus yang ditemukan
Nilai indeks keanekaragaman berkisar antara 0-1. Semakin kecil nilai E
menunjukkan semakin kecil pula keseragaman populasi fitoplankton, artinya
penyebaran jumlah individu tiap genus tidak sama dan ada kecenderungan bahwa
suatu genus mendominasi populasi tersebut. Sebaliknya semakin besar nilai E,
maka populasi menunjukkan keseragaman, yaitu bahwa jumlah individu setiap
genus dapat dikatakan sama atau tidak jauh berbeda (Odum, 1993).
c. Indeks Dominansi (C)
Untuk melihat dominansi jenis tertentu pada suatu populasi digunakan
indeks dominansi Simpson (Odum, 1993), sebagai berikut:
C =
Keterangan:
C : Indeks dominansi Simpson
ni : Jumlah individu jenis ke-i
N : Jumlah total individu
S : Jumlah genus
Nilai C berkisar antara 0-1. Apabila nilai C mendekati 0 berarti hampir
tidak ada individu yang mendominasi dan biasanya diikuti dengan nilai E yang
besar (mendekati 1), sedangkan apabila nilai C mendekati 1 berarti terjadi
dominansi jenis tertentu dan dicirikan dengan nilai E yang lebih kecil atau
mendekati 0 (Odum, 1993).
3.5.2. Analisis Data Karbondioksida dan Nitrogen
Data karbondioksida dan nitrogen yang didapat kemudian dianalisis
menggunakan korelasi sederhana untuk mengetahui hubungan karbondioksida dan
nitrogen dengan diversitas fitoplankton. Pada perhitungan ini yang menjadi
variable X adalah nilai kandungan karbondioksida dan nitrogen, sedangkan yang
menjadi variable Y adalah kelimpahan fitoplankton.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Diversitas Fitoplankton di Danau Tasikardi
Hasil pengamatan fitoplankton dari empat titik sampel di Danau Tasikardi
ditemukan 16 jenis fitoplankton dengan jumlah total 728 individu. Genus yang
paling banyak ditemukan adalah Euglena. Hal ini dapat dilihat dari jumlah total
fitoplankton yang ditemukan di Danau Tasikardi yaitu mencapai 53,43% (gambar
4).
Tabel 2. Genus dan Jumlah Fitoplankton yang ditemukan di Danau Tasikardi
No Genus Jumlah Jumlah
total %
TS 1 TS 2 TS 3 TS 4
1 Crucygenia 1 0 0 0 1 0,137363
2 Merismopedia 14 9 4 1 28 3,846154
3 Sp 1 9 0 8 5 22 3,021978
4 Euglena 22 179 89 99 389 53,43407
5 Volvox 68 27 55 55 205 28,15934
6 Microspora 0 0 3 2 5 0,686813
7 Mesotaenium 0 0 11 14 25 3,434066
8 Anacystis 0 0 1 2 3 0,412088
9 Cladophora 7 0 0 0 7 0,961538
10 Actinoptychus 3 0 0 0 3 0,412088
11 Stephanodiscus 2 0 3 1 6 0,824176
12 Chlamidomonas 4 0 3 4 11 1,510989
13 Nostoc 4 0 1 2 7 0,961538
14 Navicula 0 0 1 0 1 0,137363
15 Spirogyra 1 0 0 0 1 0,137363
16 Microcystis 0 0 7 7 14 1,923077
Jumlah 135 215 186 192 728 100
Keterangan :
Titik sampling 1 = inlet
Titik sampling 2 = bagian tengah
Titik sampling 3 = outlet
Titik sampling 4 = peruntukan keramba
Jumlah Euglena yang melimpah dibanding genus yang lain disebabkan
karena kandungan oksigen di Danau Tasikardi tergolong rendah yaitu 3,935 ppm.
Kondisi perairan yang memiliki kandungan oksigen terlarut rendah didominasi
oleh fitoplankton dari kelas Euglenophyceae (Wijaya, 2009). Euglena memiliki
kemampuan adaptasi yang cukup tinggi. Euglena mampu melindungi dirinya dari
zat-zat beracun yang berada di perairan sehingga Euglena mampu hidup pada
perairan yang mengalami pencemaran dan dapat dijadikan sebagai indikator bagi
perairan yang tercemar (Sachlan, 1982).
Gambar. 4 Jumlah Fitoplankton Rata-rata Selama Penelitian
Genus yang paling sedikit ditemukan selama penelitian adalah Navicula.
Hal ini disebabkan karena faktor fisik dan kimia di Danau Tasikardi tidak
mendukung untuk pertumbuhan Navicula. Indeks keanekaragaman rata-rata di
Danau Tasikardi adalah 1,1944. Berdasarkan indeks keanekaragaman Shannon-
Wienner (Odum, 1993), kualitas air di Danau Tasikardi termasuk kriteria tercemar
sedang. Menurut Wijaya (2009), Navicula tergolong salah satu fitoplankton yang
hidup di air bersih.
Jumlah individu fitoplankton yang tidak merata disebabkan terjadinya
persaingan terhadap kebutuhan hidup fitoplankton di suatu perairan. Jenis
fitoplankton yang jarang ditemukan dapat diakibatkan oleh proses suksesi dan
toleransi masing-masing jenis terhadap perubahan lingkungan, sehingga
mengakibatkan perbedaan struktur komunitas fitoplankton pada setiap waktu.
Menurut Nontji (1984), komponen komunitas fitoplankton di suatu perairan
senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu hingga akan menimbulkan
proses suksesi. Jenis tertentu pada suatu saat akan muncul, kadang-kadang
mengalami ledakan populasi dan pada saat lain akan berkurang atau menghilang
sama sekali dan tempatnya digantikan oleh jenis lain.
Kelimpahan fitoplankton pada setiap titik sampel bervariasi. Kelimpahan
fitoplankton tertinggi terdapat pada titik sampel 2 yaitu 215 ind/cm2 dan terendah
terdapat pada titik sampel 1 yaitu 135 ind/cm2. Tingginya kelimpahan
fitoplankton di titik sampel 2 didukung oleh kandungan nitrat yang tinggi yaitu
0,61 ppm dibandingkan kandungan nitrat di titik sampel 1 yaitu 0,34 ppm.
Menurut Nugroho (2006), konsentrasi nitrat yang layak bagi pertumbuhan
fitoplankton adalah 0,3 – 13 mg/l. Nitrat adalah bentuk utama dari nitrogen di
perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan fitoplankton
(Wijaya, 2009).
Kelimpahan fitoplankton yang rendah di perairan Danau Tasikardi
membuat kandungan oksigen terlarut rendah tetapi kandungan karbondioksida
meningkat. Hal ini terjadi karena kandungan oksigen terlarut di perairan sangat
dipengaruhi oleh aktifitas fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton dan
tanaman air. Kandungan oksigen terlarut yang dihasilkan melalui aktifitas
fotosintesis fitoplankton dipengaruhi oleh cahaya (Goldman dan Horne, 1983).
Kandungan karbondioksida di perairan digunakan oleh fitoplankton untuk proses
fotosintesis. Kelimpahan fitoplankton yang tinggi membuat kandungan
karbondioksida di perairan menjadi rendah karena digunakan dalam proses
fotosintesis dan menghasilkan oksigen yang lebih banyak jika dibandingkan
dengan kelimpahan fitoplankton yang lebih rendah.
Kelimpahan fitoplankton yang rendah juga disebabkan oleh kandungan
nitrat di perairan Danau Tasikardi rendah. Nitrat adalah bentuk utama nitrogen di
perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan fitoplankton.
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap komunitas fitoplankton di perairan
danau Tasikardi diperoleh nilai rata-rata keanekaragaman fitoplankton sebesar
1,1944. Menurut Odum (1993), nilai indeks diversity (H’) dikatakan rendah bila
H’< 1, sedang bila 1< H’< 3 dan tinggi bila H’> 3, sehingga makin tinggi nilai H’
berarti makin banyak organisme yang dapat hidup di perairan tersebut. Ini berarti
bahwa keanekaragaman fitoplankton di Danau Tasikardi termasuk sedang.
Nilai indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada titik sampel 1 yaitu
1,5612, sedangkan yang terendah terdapat pada titik sampel 2 yaitu 0,5452. Pada
titik sampel 1 kecerahannya lebih tinggi dibanding titik sampel yang lain. Hal ini
yang menyebabkan keanekaragaman fitoplankton di titik sampel 1 lebih tinggi.
Selain itu kandungan nitrat di titik sampel 1 sudah mencapai nilai optimum bagi
pertumbuhan fitoplankton.
Gambar 5. Nilai Rata-rata Keanekaragaman Fitoplankton di Danau Tasikardi
Indeks rata-rata keseragaman di perairan Danau Tasikardi bervariasi antara
0,2792 – 0,4472 tertinggi terdapat pada titik sampel 1, sedangkan yang terendah
terdapat pada titik sampel 2. Nilai ini cenderung mendekati nilai nol (0) yang
berarti keseragaman fitoplankton antara spesies rendah dengan kata lain
kelimpahan individu yang dimiliki masing- masing spesies sangat jauh berbeda.
Hal ini disebabkan karena adanya dominansi jenis fitoplankton relatif tinggi.
Indeks keseragaman menggambarkan tingkat keseimbangan komposisi jenis
fitoplankton. Kelimpahan genus yang tidak merata menyebabkan keseragaman
menjadi rendah.
Kaswadji (1976) dalam Sinaga (2003) menyatakan bahwa suatu kondisi
yang seimbang adalah apabila nilai indeks keanekaragaman (H’) meningkat dan
nilai indeks keseragaman (E) berbanding lurus dengan H’, atau dengan kata lain,
apabila suatu komunitas mempunyai genus atau spesies yang beranekaragam
(indeks keanekaragamannya tinggi), maka jumlah individu dari masing-masing
genus atau spesies itu akan seragam. Jika indeks keanekaragamannya rendah
maka jumlah individu dari masing-masing genus atau spesies akan bervariasi.
Diduga ketersediaan nutrien dan pemanfaatan nutrien oleh fitoplankton tidak
merata, sehingga indeks kenaekaragaman (H’) dan indeks keseragaman (E)
bervariasi.
Gambar 6. Nilai Rata-rata Keseragaman Fitoplankton di Danau Tasikardi
Nilai rata-rata indeks dominansi (D) yang tertinggi terdapat pada titik
sampel 2 yaitu 0,7082, sedangkan yang terendah terdapat pada titik sampel 1
yaitu 0,311. Indeks dominansi fitoplankton yang ditemukan secara keseluruhan
begitu bervariasi di keempat titik sampel, nilai ini pada beberapa titik sampel
tergolong rendah sedangkan di titik sampel yang lain tergolong tinggi berdasarkan
ketentuan Simpson (Odum, 1993), C<0,4 : dominansi rendah; 0,4<C<0,6:
dominansi sedang; dan C>0,6: dominansi tinggi.
Gambar 7. Nilai Rata-rata Dominansi Fitoplankton di Danau Tasikardi
Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa komunitas fitoplankton pada
perairan di Danau Tasikardi terdapat beberapa genus yang mendominasi. Hal ini
disebabkan oleh komunitas dalam keadaan labil dan terjadi tekanan ekologis
(stress) (Nugroho, 2006). Genus yang banyak di temukan atau yang paling
mendominasi adalah Euglena. Hal ini disebabkan karena kandungan oksigen di
Danau Tasikardi tergolong rendah yaitu 3,935. Kondisi perairan yang memiliki
kandungan oksigen terlarut rendah didominasi oleh fitoplankton dari kelas
Euglenophyceae (Wijaya, 2009). Euglena memiliki kemampuan adaptasi yang
cukup tinggi. Euglena mampu melindungi dirinya dari zat-zat beracun yang
berada di perairan sehingga Euglena mampu hidup pada perairan yang mengalami
pencemaran dan dapat dijadikan sebagai indikator bagi perairan yang tercemar
(Sachlan, 1982).
4.2. Kandungan Karbondioksida dan Nitrogen (Nitrat, Nitrit dan Amonia) di
Danau Tasikardi
Nilai rata-rata kandungan karbondioksida di Danau Tasikardi adalah 22
ppm. Menurut Kembarawati (2003), berdasarkan PP RI No. 82 tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, standar baku
karbondioksida yang memenuhi syarat adalah 12 ppm. Ini berarti kandungan
karbondioksida di Danau Tasikardi termasuk tinggi. Karbondioksida yang
terdapat di dalam air merupakan hasil proses difusi karbondioksida dari udara,
hasil proses respirasi organisme akuatik dan jumlahnya relatif cukup banyak
dibandingkan di atmosfer, karena karbondioksida memiliki sifat kelarutan yang
tinggi (Jeffries dan Mills, 1996).
Karbondioksida yang terkandung di Danau Tasikardi sudah melebihi baku
mutu kualitas air, tetapi kondisi ini tidak mempengaruhi keanekaragaman
fitoplankton. Hal ini sesuai dengan hasil uji statistik yang menggunakan korelasi
sederhana dengan nilai r = 0, yang berarti tidak ada hubungan antara
keanekaragaman fitoplankton dengan kandungan karbondioksida di danau
Tasikardi.
Tingginya kandungan karbondioksida dapat berasal dari proses
dekomposisi bahan organik. Pada tepi Danau Tasikardi banyak terdapat serasah-
serasah daun yang berasal dari pohon-pohon di sekitar danau. Selain itu pada titik
sampel 1 yaitu daerah inlet terdapat tanaman air. Bahan organik yang berasal dari
tanaman air dan serasah daun tanaman darat diketahui akan menghasilkan jumlah
karbondioksida yang cukup tinggi.
Nilai rata-rata kandungan nitrat di Danau Tasikardi adalah 0,5452 ppm,
dengan nilai tertinggi terdapat pada titik sampel 4 yaitu 0,78 dan yang terendah
terdapat pada titik sampel 1 yaitu 0,34. Nilai kandungan nitrat ini sudah termasuk
nilai optimum bagi pertumbuhan fitoplankton dan tingkat kesuburan perairannya
dikategorikan sedang. Menurut Nugroho (2006), konsentrasi nitrat yang layak
bagi pertumbuhan fitoplankton adalah 0,3 – 13 mg/l dan tingkat kesuburan
perairan dikatakan sedang berada pada nilai 0,227 – 1,129 mg/l.
Tabel 3. Kadar Karbondioksida dan Nitrogen (Nitrat,Nitrit dan Amonia) di
Danau Tasikardi
Parameter Titik sampling Nilai Rata-rata Baku
mutu*
Karbondioksida
(ppm)
1 22
22 12 2 22
3 22
4 22
Nitrat (ppm)
1 0,34
0,5425 0,3-13 2 0,61
3 0,44
4 0,78
Nitrit (ppm)
1 0,02
0,02 0,001 2 0,02
3 0,02
4 0,02
Amonia (ppm)
1 0,83
0,47 0,4 2 0,21
3 0,82
4 0,02
Ket: Baku mutu berdasarkan PP RI No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Kembarawati, 2003)
Keterangan :
Titik sampling 1 = inlet
Titik sampling 2 = bagian tengah
Titik sampling 3 = outlet
Titik sampling 4 = peruntukan keramba
Nitrat merupakan sumber nitrogen yang baik bagi pertumbuhan
fitoplankton. Nitrat dengan kadar tinggi dapat merangsang pertumbuhan
fitoplankton yang akan menyebabkan blooming algae.
Kandungan nitrat di Danau Tasikardi cukup untuk pertumbuhan
fitoplankton. Namun pertumbuhan fitoplankton yang baik tidak hanya
dipengaruhi oleh kandungan nitrat tetapi harus didukung pula oleh faktor fisik
lingkungan di perairan yang baik. Berdasarkan grafik regresi (Gambar 8) terlihat
bahwa ada hubungan yang kurang signifikan antara kandungan nitrat dengan
kelimpahan fitoplankton dengan nilai r = 0,1095. Menurut Putri (2007), koefisien
korelasi selalu berada pada -1 < r < +1. Nitrat merupakan nutrien utama bagi
pertumbuhan fitoplankton.
Gambar 8. Grafik Regresi antara Kelimpahan Fitoplankton dan Konsentrasi Nitrat
Hasil pengukuran kandungan nitrit di perairan Danau Tasikardi di setiap
titik sampling sama yaitu 0,02 ppm. Secara umum nilai nitrit di perairan Danau
Tasikardi masih di bawah ambang batas baku mutu air berdasarkan PP RI No. 82
tahun 2001 mengenai Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
yang mensyaratkan kandungan nitrit < 0,06 mg/l.
Kadar nitrit pada perairan relatif kecil karena segera dioksidasi menjadi
nitrat dan sifatnya yang tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Kandungan nitrit
di perairan Danau Tasikardi diduga berasal dari masukan limbah pertanian dan
limbah domestik dari wisatawan yang berkunjung ke danau tersebut.
Kandungan rata-rata ammonia di Danau Tasikardi adalah 0,47 ppm
dengan kandungan tertinggi terdapat pada titik sampel 1 yaitu 0,83 ppm dan
kandungan terendah terdapat pada titik sampel 4 yaitu 0,02 ppm (Tabel 3).
Kandungan ammonia pada titik sampel 1 sudah melebihi baku mutu yang aman
bagi kehidupan biota air, yaitu 0,4 ppm (Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air). Pada titik
sampel 1 ini merupakan inlet atau pintu masuk limbah-limbah dari luar ke danau.
Daerah sekitar Danau Tasikardi adalah areal persawahan, kemungkinan limbah
yang masuk ke danau mengandung sisa-sisa pupuk yang digunakan oleh petani
yang mengandung unsur nitrogen sehingga kandungan ammonia di titik sampel 1
lebih tinggi dan melebihi baku mutu yang telah ditentukan. Kandungan ammonia
yang tinggi ini dapat juga berasal dari hasil dekomposisi senyawa organik serasah-
serasah daun dari tumbuhan yang berada di sekitar danau.
4.3. Parameter Fisik dan Kimia Danau Tasikardi
Keberadaan fitoplankton sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik
dan kimia perairan tersebut. Parameter fisik dan kimia ini dapat menjadi ciri
kondisi wilayah peraiaran Danau Tasikardi.
Kecerahan rata-rata di perairan Danau Tasikardi adalah 9,75 cm. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kecerahan di Danau Tasikardi sangat rendah. Tingkat
kecerahan yang rendah dapat disebabkan oleh jumlah dan jenis unsur atau bahan
yang terlarut dalam perairan baik yang berbentuk mineral (tanah liat, lumpur)
maupun yang berbentuk senyawa organik seperti plankton dan detritus (Nugroho,
2006).
Tabel 4. Data Parameter Fisik dan Kimia di Danau Tasikardi
Parameter Titik sampling Nilai Rata-rata
Kecerahan (cm)
1 17,00
9,75 2 7,00
3 9,00
4 6,00
Konduktivitas(S/cm)
1 0,31
0,44 2 0,14
3 0,16
4 1,15
Suhu (0C)
1 33,40
32,35 2 33,00
3 31,00
4 32,00
pH
1 7,30
7,59 2 7,74
3 7,60
4 7,75
DO (ppm)
1 4,87
3,93 2 3,81
3 3,10
4 3,96
Keterangan :
Titik sampling 1 = inlet
Titik sampling 2 = bagian tengah
Titik sampling 3 = outlet
Titik sampling 4 = peruntukan keramba
Kecerahan air di bawah 100 cm tergolong tingkat kecerahan rendah
(Akrimi dan Gatot, 2002). Tingkat kecerahan yang sangat rendah dapat
menghambat proses pertumbuhan dari fitoplankton yang berkaitan dengan laju
fotosintesis. Menurut Nugroho (2006) laju fotosintesis akan tinggi bila tingkat
intensitas cahaya tinggi dan menurun bila intensitas cahaya menurun.
Nilai kecerahan di keempat titik sampel sangat berbeda. Perbedaan ini
dapat disebabkan oleh adanya perbedaan zat terlarut. Penetrasi cahaya di dalam
air dipengaruhi oleh zat terlarut yang dapat menghambat proses fotosintesis
(Sastrawijaya, 1991).
Derajat keasaman (pH) merupakan variabel penting dalam pengukuran
kualitas air karena berpengaruh terhadap proses biologis dan kimia perairan
(Welch, 1952 dalam Putra, 2007). Nilai pH rata-rata di perairan Danau Tasikardi
berada pada kisaran 7 yang berarti perairan di Danau Tasikardi memiliki nilai pH
netral. Nilai ini masih berada dalam kisaran normal untuk pertumbuhan
fitoplankton. Menurut Effendi (2003), sebagian besar biota akuatik sensitif
terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5.
Sumber oksigen terlarut dalam air berasal dari difusi oksigen yang terdapat
di atmosfer, arus atau aliran air melalui air hujan serta aktivitas fotosintesis oleh
tumbuhan air dan fitoplankton (Novonty dan Olem, 1994). Kandungan oksigen
terlarut rata-rata di Danau Tasikardi adalah 3,93 ppm berkisar antara 3,1 – 4,87
ppm, dengan nilai tertinggi terdapat pada titik sampel 1 sebesar 4,87 ppm dan
terendah pada titik sampel 3 sebesar 3,1 ppm.
Rendahnya kandungan oksigen di Danau Tasikardi disebabkan banyak
bahan pencemar yang masuk ke perairan. Namun beberapa biota air masih dapat
hidup di perairan yang tercemar. Kandungan oksigen yang rendah juga
disebabkan oleh kecerahan di Danau Tasikardi tergolong rendah, karena
kecerahan yang rendah proses fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton tidak
optimal sehingga kandungan oksigen terlarut pun rendah.
Nilai rata-rata konduktivitas air pada Danau Tasikardi adalah 0,44 S/cm.
nilai konduktivitas ini relatif rendah. Rendahnya nilai konduktivitas pada air
danau adalah karena air danau bersifat tawar, sehingga interaksi antara muatan-
muatan listrik pada ion-ion garam dengan molekul-molekul air relatif rendah.
Suhu rata-rata pada perairan Danau Tasikardi adalah 32,35o C. nilai ini di
atas nilai optimum bagi pertumbuhan fitoplankton. Pada umumnya suhu optimal
pada perkembangan fitoplankton adalah antara 29o C – 30
o C tetapi pada
umumnya jenis fitoplankton dapat berkembang dengan baik pada suhu 25o C atau
lebih (Nugroho, 2006). Suhu juga dapat mempengaruhi daya larut gas-gas yang
diperlukan untuk fotosintesis seperti karbondioksida dan oksigen. Gas-gas ini
mudah terlarut pada suhu rendah dibandingkan pada suhu tinggi, sehingga
kecepatan fotosintesis ditingkatkan oleh suhu rendah (Nugroho, 2006).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Kelimpahan fitoplankton di Danau Tasikardi berkisar antara 135-215
ind/cm2. Fitoplankton yang ditemukan sebanyak 16 jenis dengan jumlah
total 728 individu. Jenis yang paling banyak ditemukan adalah Euglena
dan yang paling sedikit adalah Navicula. Keanekaragaman fitoplankton di
danau Tasikardi sedang dengan nilai rata-rata indeks keanekaragaman
Shannon-Wiener (H’) 1,1944, indeks keseragaman berkisar anatara 0,2792
– 0,4472 dan indeks dominansi berkisar antara 0,311 – 0,7082.
2. Kandungan rata-rata karbondioksida di danau Tasikardi tinggi yaitu 22
ppm. Kandungan rata-rata nitrat, nitrit dan ammonia berturut-turut yaitu
0,5425 ppm, 0,02 ppm dan 0,47 ppm. Untuk kandungan nitrat yang
tertinggi terdapat di titik sampel 4 yaitu 0,78 ppm sedangkan yang
terendah berada di titik sampel 1 yaitu 0,34 ppm. Kandungan nitrit sama
pada semua titik sampel yaitu 0,02 ppm dan untuk kandungan ammonia
tertinggi terdapat pada titik sampel 1 yaitu 0,83 ppm sedangkan yang
terendah terdapat pada titik sampel 4 yaitu 0,02 ppm.
3. Tidak terdapat hubungan antara diversitas fitoplankton dengan kandungan
karbondioksida di Danau Tasikardi, ditandai dengan nilai r = 0, sedangkan
terdapat hubungan yang kurang signifikan antara diversitas fitoplankton
dengan kandungan nitrogen di danau Tasikardi ditandai dengan nilai r =
0.1095.
5.2. Saran
Perlu dilakukan kembali penelitian berkelanjutan secara spasial dan temporal
sehingga kondisi kualitas perairan di danau Tasikardi dapat terpantau dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Akrimi dan S. Gatot. 2002. Teknik Pengamatan Kualitas Air dan Plankton di
Reservat Danau Arang-Arang Jambi. Buletin Teknik Pertanian. Vol 7, no
2. Hal 54-57.
Astirin, O. P., D. S. Ahmad dan H. Martini. 2001. Keragaman Plankton sebagai
Bioindikator Kualitas Sungai di Kota Surakarta. Jurnal Biodiversitas.
Vol.3. No. 2. Hal 236-241.
Astuti, L. P. dan S. Hendra. 2009. Kelimpahan dan Komposisi Fitoplankton di
Danau Sentani, Papua. Jurnal Limnotek. Vol. XVI, No. 2, Hal 88-98.
Basmi, J. 1988. Perkembangan Komunitas Fitoplankton sebagai Indikator
Perubahan Tingkat Kesuburan Kualitas Perairan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor: Bogor
Davis, C. C. 1995. The Marine and Fresh Water Plankton. Associated Professor
of Biology Westrn Reserve University: Michigan State University Press.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius: Yogyakarta.
Elfinurfajri, F. 2009. Struktur Komunitas Fitoplankton serta Keterkaitannya
dengan Kualitas Perairan di Lingkungan Tambak Udang Intensif. Skripsi.
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Fachrul, M. F. 2006. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara: Jakarta
__________, H. E. Setijati dan W. Monika. 2008. Komposisi dan Model
Kemelimpahan Fitoplankton di Perairan Sungai Ciliwung Jakarta. Jurnal
Biodiversitas. Vol 9, no 4. Hal 296-300
Goldman, C. R. dan A. J. Horne. 1983. Limnology. McGraw Hill International
Book Company: New York.
Hadi, A. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta.
Kembarawati dan Lilia. 2003. Kondisi Awal Kualitas Perairan di Saluran Primer
Induk (SPI) Eks-PLG 1 Juta Hektar dan di Wilayah Dusun Muara Puning
Kalimantan Tengah. Laporan Penelitian. UNPAR.
Kristanto, P. 2004. Ekologi Industri. Universitas Kristen PETRA Syrabaya.
ANDI: Yogyakarta.
Mason, C. F. 1981. Biology Fresh Water Polution. 2nd
edition. Longman
Scientific and Technical: New York.
McNeely, R. N., V. P. Nelmanis, dan L. Dwyer. 1979. Water Quality Source
Book, A Guide to Water Quality Parameter. Inland Waters Directorate,
Water Quality Branch: Canada
Moore, J. W. 1991. Inorganic Contaminants of Surface Water. Springer-Verlag:
New York.
Muhazir, M. I. 2004. Struktur Komunitas Fitoplankton dan Kaitannya dengan
Unsur Hara N dan P di Muara Sungai Cimandiri, Pelabuhan Ratu, JAwa
Barat. Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Nemerow, N. L. 1991. Stream, Lake, Estuary and Ocean Pollution. Second
edition. Van Nostrand Reinhold: New York.
Nontji, A. 2006. Plankton. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: Jakarta.
Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Penerbit Universitas Trisakti:
Jakarta.
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Terjemahan dari
Marine Biology: An Ecology Approach. Alih Bahasa: M. Eidman,
Koesoebiono, D. G. Bengen & M. Hutomo. Gramedia: Jakarta.
Odum, E. P. 1993. Fundamental of Ecology. Philadelphia London Toronto. W. B:
Souders Company.
Pagarah, Y. 2009. Danau Tasikardi. www.wisatamelayu.com. Diakses pada 6
Desember 2009, pukul 17.42 WIB.
Parson, T dan M. Takashi. 1984. Biological Oceanographic Processes. Third
edition. Pergamon Press: New York.
Prabandani, D. 2002. Struktur Komunitas Fitoplankton di Teluk Semangka,
Lampung Pada Bulan Juli, Oktober dan Desember 2001.Skripsi. Program
Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor: Bogor
Putri, L. S. E. 2007. Biostatistik. Program Studi Biologi. Fakultas Sains dan
Teknologi. Universitas Islam Syarif Hidayatullah: Jakarta
Reynold, C. S. 1984. The Ecology of Freshwater Phytoplankton. Cambridge
University Press: New York.
Romimohtarto, K dan S. Juwana. 2001. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang
Biota Laut. Penerbit Djambatan: Jakarta.
Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas
Diponegoro: Semarang.
Saeni, M. S. 1989. Kimia Lingkungan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat
IPB: Bogor.
Sastrawijaya, T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta: Jakarta
Sawyer, C.N and McCarty, P.L. 1978. Chemistry for Environmental Engineering.
Third edition. McGraw-Hill Book Company: Tokyo
Soetrisno, H. 2002. Struktur Komunitas Fitoplankton dan Kaitannya dengan
Unsur Hara N dan P di Muara Sungai Cimandiri, Pelabuhan Ratu, Jawa
Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor: Bogor..
Tancung, A. B dan M. Ghufran. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya
Perairan. Rineka Cipta: Jakarta.
Wardhana, W. A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta: Jakarta.
Weitzel, R. L. 1979. Methods and Measuremants of Perifiton Communities: A
Review American Society for Testing and Materials: Philadelphia.
Whitton, B. A. 1975. River Ecology. Blackwell Scientific Publications. Oxford:
London.
Wijaya, H.B. 2009. Komunitas Perifiton dan Fitoplankton serta Parameter Fisik-
Kimia Perairan sebagai Penentu Kualitas Air di Bagian Hulu Sungai
Cisadane, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor:
Bogor..
Wulandari, D. 2009. Keterkaitan Antara Kelimpahan Fitoplankton dengan
Parameter Fisika Kimia di Estuari Sungai Brantas (Porong), Jawa Timur.
Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Lampiran 1. Lokasi Titik Sampling
Gambar 8. Titik Sampling 1 (inlet)
Gambar 9. Titik Sampling 2 (tengah)
Gambar 10. Titik Sampling 3 (outlet)
Gambar 11. Titik Sampling 4 (Peruntukan)
Lampiran 2. Alat-Alat yang digunakan Selama Penelitian
Secchi disk Water Quality checker
Meteran Kertas Lakmus
Plankton net no.25 Botol film
Sedwig rafter Pipet tetes
Mikroskop Olympus
Lampiran 3. Klasifikasi Fitoplankton yang Ditemukan di Lokasi Penelitian
1. Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Chlorococcales
Famili : Scenedesmus
Genus : Crucygenia
2. Divisi : Cyanobacteria
Kelas : Cyanophyceae
Ordo : Chroococcales
Famili : -
Genus : Merismopedia
3. Divisi : Euglenophyta
Kelas : Euglenophyceae
Ordo : Euglenales
Famili : Euglenaceae
Genus : Euglena
4. Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Microsporales
Famili : Microsporaceae
Genus : Microspora
5. Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Cladophorales
Famili : Cladophoraceae
Genus : Cladophora
6. Divisi : Bacillariophyta
Kelas : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Famili : Naviculaceae
Genus : Navicula
7. Divisi : Chlorophyta
Kelas : Phytomastigophorea
Ordo : Volvocales
Famili : Volvocaceae
Genus : Volvox
8. Divisi : Charophyta
Kelas : Charophyceae
Ordo : Zygnematales
Famili : Zygnemataceae
Genus : Spirogyra
9. Divisi : Charophyta
Kelas : Charophyceae
Ordo : Zygnematales
Famili : Zygnemataceae
Genus : Mesotaenium
10. Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Volvocales
Famili : Chlamydomonadaceae
Genus : Chlamydomonas
11. Divisi : Bacillariophyta
Kelas : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales
Famili : Thalassiosiraceae
Genus : Stephanodiscus
12. Divisi : Bacillariophyta
Kelas : Coscinodiscophyceae
Ordo : Coscinodiscales
Famili : Heliopeltaceae
Genus : Actinoptychus
13. Divisi : Cyanobacteria
Kelas : Cyanophyceae
Ordo : Chroococcales
Famili : Microcystaceae
Genus : Anacystis
14. Divisi : Cyanobacteria
Kelas : Cyanophyceae
Ordo : Chroococcales
Famili : Microcystaceae
Genus : Microcystis
15. Divisi : Cyanobacteria
Kelas : Cyanophyceae
Ordo : Nostocales
Famili : Nostocaceae
Genus : Nostoc
Recommended