View
9
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Dinamika Kerjasama Kota Bandung-Braunschweig
dalam Kerangka Sister City
SKRIPSI
Disusun sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada
Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin
Oleh:
Mufidah Fahri
E131 13 508
DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
i
ABSTRAK
Mufidah Fahri, E13113508. “Dinamika Kerjasama Kota Bandung-
Braunschweig dalam Kerangka Sister City” dibawah bimbingan H. Darwis,
selaku pembimbing I dan Aswin Baharuddin, selaku pembimbing II, pada
departemen Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Hasanuddin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Transformasi Kerjasama Sister City
Kota Bandung dan Kota Braunschweig, Kontribusi Kerjasama Sister City yang
dijalankan oleh kedua kota terhadap kota Bandung serta Hambatan dan Peluang
Kerjasama Sister City Kota Bandung dan Kota Braunschweig.
Metode penelitian dalam penyusunan skripsi ini menggunakan tipe penelitian
deskriptif-analitik yang menggambarkan fakta-fakta mengenai kerjasama kota
Bandung-Braunschweig dalam kerangka Sister City. Teknik pengumpulan data
yang digunakan penulis adalah telaah pustaka yang bersumber dari buku, jurnal,
dokumen, artikel, serta dari berbagai media elektronik maupun non elektronik,
dan juga metode wawancara yang dilakukan kepada Bagian Kerjasama Daerah
Sekretariat Daerah Kota Bandung dan Komunitas Deutschclub Kota Bandung.
Dalam penelitian ini, seluruh data dianalisa secara kualitatif dan untuk
pembahasan masalah, penulis menggunakan teknik penulisan deduktif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembaharuan Piagam Persahabatan
menjadi Memorandum of Understanding sebagai bentuk penegasan bidang
kerjasama yang disetujui untuk dijalankan dengan melihat potensi yang dimiliki
oleh kedua kota dalam kerangka Sister City. Setelah adanya Memorandum of
Understanding kerjasama Sister City kedua kota dapat dikatakan meredup atau
vakum sehingga dibuatlah Minutes of Meeting sebagai penegasan kembali
persahabatan erat antara kota Bandung dan kota Braunschweig. Kerjasama yang
menjadi Sister City pertama di Bandung dan tertua di Indonesia ini tentunya
diharapkan dapat memberikan kontribusi dan mengembangkan potensi kedua
kota. Akan tetapi, terdapat beberapa hambatan dalam berlangsungnya kerjasama
Sister City ini. Namun di sisi lain, memiliki peluang untuk tetap menjalankan
kerjasama.
Kata Kunci : Sister City, Pemerintah Daerah, Kota Bandung, Kota Braunschweig, Piagam Persahabatan, Memorandum of Understanding
ii
ABSTRACT
Mufidah Fahri, E13113508. “Dynamics of Bandung-Braunschweig City in
Sister City Framework”. Under the supervision of H. Darwis as Supervisor I,
and Aswin Baharuddin as Supervisor II, in Department of International
Relations, Faculty of Social and Political Science, Hasanuddin University.
This research aims to analyse the transformation of Sister City cooperation of
Bandung-Braunschweig city, the contributions to the city of Bandung,
Opportunities and barrier of Bandung-Braunschweig city in Sister City
Framework.
The research method that used is a descriptive analytical, this method aimed to
describe the facts about the cooperation bandung-braunschweig City within the
framework of sister city. Data collection techniques used by the author is the
study of literature research based on various sourced from electronic or non-
electronic books, journals, documents, articles, as well as interview methods
conducted to the Partnership of Regional Secretariat of Bandung City and
Deutschclub Community of Bandung City. In this research, all data were
analyzed qualitatively and for the discussion of topic, the author uses deductive
writing techniques.
This research includes that the renewal of the Friendship Charter became a
Memorandum of Understanding as a form of affirmation of agreed areas toward
cooperation by looking at the potential possessed by both cities within the
framework of Sister City. After the Memorandum of Understanding of Sister
City's cooperation, the two cities can be said to be dimmed or vacuum so that the
Minutes of Meeting was made as a reaffirmation of the close friendship between
the city of Bandung and the city of Braunschweig. As the cooperation that became
the first Sister City in Bandung and the oldest in Indonesia, this sister city
coperation is certainly expected to contribute and develop the potential of both
cities. However, there are some obstacles in the ongoing cooperation of Sister
City. But on the other hand, have the opportunity to keep running cooperation.
Keywords: Sister City, Local Government, Bandung City, Braunschweig City,
Friendship Charter, Memorandum of Understanding
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT. atas rahmat dan karunia-Nya dan shalawat untuk Rasulullah SAW.
sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Dinamika Kerjasama Kota
Bandung-Braunschweig dalam Kerangka Sister City” ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena segala
keterbatasan yang dimiliki oleh penulis.
Dalam penyusunan skripsi ini tentunya diikuti oleh dukungan dan doa dari
berbagai pihak disekitar penulis. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis
ucapkan kepada :
1. Keluarga yang selalu mendampingi penulis yakni Papa tersayang Fahri
Sabir yang tidak pernah lelah memberikan dukungan kepada penulis juga
menjadi salah satu tempat berkeluh kesah dan berbagi cerita tentang apa
saja dan Mama tercinta Nismah Jalil yang selalu menjadi pengingat untuk
penulis menyelesaikan kuliah, kesuksesan yang telah dilewati oleh penulis
tentunya merupakan doa dari mama yang dikabulkan oleh Allah SWT.
Tidak lupa pula teruntuk saudaraku, Kakak Lia yang menjadi kakak satu-
satunya didunia dan selalu menjadi panutan untuk tangguh menjalani
hidup; Ica semoga segera dapat gelar dokternya; Saskia yang selalu setia
berada didekat penulis saat senang apalagi saat badan terasa pegal-pegal;
Eril, adik yang sesekali bertanya tentang perkuliahan penulis; Iyan, adik
paling kecil; Kakek Alm. Abd. Jalil Said, kakek yang sangat penulis
sayangi dan yakin bahwa doa kakek selalui menyertai penulis; Kakek
iv
Alm. Sabir Laidjo yang telah menyempatkan dirinya mendoakan penulis
meskipun saat itu sedang berada di rumah sakit; Nenek Suaebah, Nenek
Aspiah, Tante Ani, Tante Ira, Om Emal, dan Tante Ida yang
memberikan semangat dan doanya untuk penulis dalam menyelesaikan
skripsi.
2. Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu,
M.A., beserta jajarannya.
3. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin,
Prof. Dr. Andi Alimuddin Unde, M.Si., beserta jajarannya.
4. Ketua Departemen Ilmu Hubungan Internasional FISIP UNHAS yang juga
merupakan Pembimbing I, Bapak H. Darwis, MA, Ph.D., atas dukungan
dan kebaikan hatinya selama ini.
5. Bapak Aswin Baharuddin, S.IP, MA., selaku Pembimbing II yang
dengan sabar telah membimbing dan memberikan masukan yang berguna
bagi penulis selama proses penyusunan skripsi.
6. Seluruh dosen pengajar Departemen Ilmu Hubungan Internasional FISIP
UNHAS yakni, Pak Patrice, Pak Nasir, Pak Agus, Pak Bur, Pak Ishaq,
Pak Gego, Pak Adi, Pak Munjin, Pak Aspi, Pak Imran, Ibu Puspa,
Ibu Seni, Ibu Isdah, dan Kak Jannah terima kasih penulis ucapkan atas
segala ilmu dan motivasi yang telah diberikan.
7. Ibu Tia dan Kak Rahmah atas segala bantuan dan kebaikan hatinya
dalam hal pengurusan administrasi perkuliahan, seminar proposal hingga
ujian skripsi; Kak Ija staf kemahasiswaan FISIP UNHAS yang selalu
memberikan motivasi dan bantuannya kepada penulis dalam mengurus
v
keperluan administrasi dan juga seluruh staf bagian akademik FISIP
UNHAS yang telah memberikan bantuannya dalam mengurus berkas
ujian.
8. Ibu Leonny Petrogeny, Staf Sub. Bagian Kerjasama Luar Negeri Kota
Bandung yang telah dengan ramahnya memberikan bantuan untuk
mendapat data terkait penelitian penulis; Kang Teguh Sarwono, salah
satu anggota komunitas Deutchsclub Bandung yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan data melalui wawancara; Kak Leila Pratiwi
yang telah berbagi ilmu nya tentang topik skripsi Sister City Bandung-
Braunschweig.
9. Sahabat penulis yang bersama melewati hari-hari di masa perkuliahan.
Ivonne Kurnia T, sahabat yang sangat penulis sayangi, selalu punya
waktu menelfon ataupun mengangkat telfon untuk membahas hal yang
sangat penting hingga hal yang super duper penting, wanita karir yang
memiliki segudang rencana dan selalu mengajak untuk produktif yang
sekarang sudah dapat kerjaan , jangan lupa nanti kalo sudah sukses, beli
Apartement. Terima kasih untuk selalu memberikan nasihat dan tanggapan
positif atas segala hal yang penulis lakukan. I’m lucky to met such a kind
hearted person like you. Hildayani Rusdy, sahabat yang juga sangat
penulis sayangi, teman yang selalu membukakan pintu rumahnya ketika
larut malam dan tak tahu arah pulang, teman posko KKN yang menjadi
salah satu alasan untuk selalu bahagia menjalani hari-hari. Terima kasih
untuk kepeduliaannya, kasih sayangnya, dan semangat yang selalu
diberikan. Riska Budiati, ini juga sahabat yang sangat penulis sayangi
vi
yang mau ala-ala introvert padahal sebenarnya extrovert. Terima kasih
ikka untuk selalu setia menemani. Semangat ikka!
10. SEATTLE 2013. Teman angkatan penulis yang selalu bersama menjalani
kehidupan mahasiswa dan senantiasa memberikan keceriaan dikehidupan
penulis. Thorgib, Ketua Angkatan yang bijaksana dalam menyatukan
teman-temannya; Fajar, teman alias pembimbing bayangan yang sangat
tidak saya sangka menemani hari-hariku menyelesaikan skripsi di tempat
andalan “new buana”, setia menjawab setiap pertanyaan yang berulang
kali saya tanyakan, terima kasih untuk kesabarannya dan selalu ada
menjadi teman penulis juga untuk semangat yang diberikan ketika penulis
merasa tak sanggup lagi. Semoga selalu bahagia dan motornya sehat wal
afiat selalu; Tenri, sahabat sejak maba yang selalu memberikan motivasi,
menanyakan kapan saya ujian dan telah memberi lembaran kehidupan
yang menyenangkan untuk penulis; Puput, ini juga sahabat sejak maba
yang sibuk menjadi tentor dan berbagai urusan luar kampusnya, dulu saya
prediksi akan jadi ibu rumah tangga seutuhnya tapi sekarang sepertinya
akan jadi wanita karir, terima kasih untuk kebahagiaan yang selalu
diberikan; Budi, teman yang selalu siap sedia untuk ditanya kapan saja
dimana saja. Makasih budi; Zia, teman yang selalu berusaha bikin tenang
kalau lagi panik. Makasih zia selalu punya waktu balas chat ku yang
berputar-putar; Kak Kiki, yang menemani ke bandung dan selama di
bandung penelitian. Makasih teh!; Husnul, ini dia teman kerja skripsi dari
kosan ke new buana terus ke tempat lainnya demi S.IP, dari pagi sampai
malam, makasih sudah jadi teman kerja skripsi yang seru, pemberani, kuat,
vii
dan hebat (angkat galon); Chandra, Arfan, Dhyla, Ziza, Rani, Pupe,
Eda, Lena, teman teatrikal golden moment yang super seru; Echa, mana
oleh-oleh ku dari padang!; Aufar, sukses untuk segala bentuk usahanya;
Aldy, jadi angelica atau audrey atau andrew atau albert ini?; Affan, jangan
suka tarik ulur apalagi urusan hati dan segera proposal, ujian meja, terus
wisuda; Wiwin, ketua departemen danus yang sangat sabar membantu
dalam organisasi dan membagi ilmunya tentang segala hal. Thanks a lot,
win!; Enggra, teman se-departemen di danus yang sangat peduli dan
tempat berbagi kepusingan; Tari, madam yang kalo diam jahat tapi
penyanyang; Avy, ibu persit manis jelita; Ina, smart, beautiful and gaul;
Fira, segera ujian jo, semangat!; Dipo, teman proposal dan akhirnya
wisuda bareng; Sandi, teman proposal dan juga ujian skripsi; Tira, ini
juga teman proposal, semangat tira segera ujian skripsi!; Rian, semoga
ilmu nya selalu berkah, tetaplah berbagi!; Iccang, Bob, Eka, Ayyub
senang sekali ke danau tanralili bersama kalian dan empat teman lainnya.
That’s unforgettable moments; Anni, teman TK ketemu lagi di kampus;
Ilham, sangat banyak membantu penulis dan menjadi teman baikku.
Sukses karirnya, mau jadi penyanyi solo atau ikut boyband juga boleh;
Ardi, teman yang selalu siap sedia ditanya untuk urusan tugas di kelas;
Asrin, tetaplah menjadi orang sabar; Akbar, wikipedia berjalan; Jeni dan
Yanti, dua sahabat yang baik hati; Mardi, Goodluck untuk kita. Aamiin!,
yang penting usaha dan doa; Patrick, membaca saja suaranya bagus
apalagi menyanyi; Beatrix, dimanakah dirimu?; dan seluruh anggota
Seattle 2013 yang tak disebutkan namanya akan tetapi terima kasih untuk
viii
kalian semua atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan sejak
maba hingga saat ini.
11. HIMAHI FISIP UNHAS yang menjadi ruang belajar dan berkembang
bagi penulis. Rumah yang menjadi tempat bertemu dengan banyak teman,
berdiskusi, bersosialisasi, berkegiatan, dan berbahagia.
12. Kakak-kakak di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional yang telah menjadi
teman bagi penulis, Kak Michael, Kak Ridho, Kak Sam, Kak Haydar,
Kak Viko, Kak Noufal Renwarin, Kak Aji, Kak Toso, Kak Dina, Kak
Agor, Kak Aumi, Kak Amel, Kak Dian, Kak Mufidathul, Kak Sani,
Kak Ama, Kak Sirton, Kak Gufron, Kak Akmal, Kak Rial teman ujian
skripsi, Kak Ino, Kak Amma, Kak Tika, Kak Yuli, Kak Nita, Kak Ai,
Kak Dewe, Kak Bayu, Kak Irene, Kak Tami, Kak Fifi, dan Kak Nizar
yang telah menjadi kakak yang baik, selalu berbagi ilmu, dan kebahagiaan;
Adik- adik di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Aulia, Devina,
Rahmi, Wira, Zulmi, Tirza dan Suci teman se-departemen danus, Fiqri,
Wais, Iyam, Chaca, Azrul, Firdha, Rizka, Amel, Hari, Zul, Khiyar,
dan semua adik-adik yang tak tersebutkan namanya, terima kasih kepada
kalian. Semangat untuk setiap kegiatan himpunan dan perkuliahan nya!.
13. Teman- teman KKN Gel. 93 Desa Bonto Loe, Kec. Bissappu, Kab.
Bantaeng yang mana Kak Habibie sebagai kordes teladan, Kak Andy
menjadi kakak yang selalu bawa ke kota jalan-jalan, Kak Urya penyabar,
Mey model cantik teman bercerita, Inta ibu dokter, Randa wanita kuat
dan tahan banting, Diny gadis bontoloe andalan krucil-krucil. Makasih
untuk moment nya selama masa kkn!.
ix
14. Sahabat sejak SMP, Lisa, Alfy, Qiah, dan Kiki yang selalu menjadi
supporter dalam menyelesaikan skripsi. Makasih untuk dukungan, doa dan
pengertiannya.
15. Untuk semua pihak yang tak tersebutkan satu persatu ataupun tak
dijelaskan oleh penulis. Kalian semua telah memberikan kesan untuk
penulis yang tidak dapat dituangkan dalam kata-kata. Sekali lagi, terima
kasih untuk segala bentuk dukungan, doa, dan kebahagian yang telah
diberikan kepada penulis. Semoga Allah SWT. membalas kebaikan kalian
semua. Aamin yaa rabbal ‘alamin.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi siapa
saja yang membacanya.
Makassar, 11 Maret 2018
Mufidah Fahri
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PENERIMAAN TIM EVALUASI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR GRAFIK ....................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
BAB I.PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .......................................................... 4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian........................................................ 5
D. Kerangka Konseptual .......................................................................... 6
E. Metode Penelitian ................................................................................ 11
1. Tipe Penelitian .............................................................................. 11
2. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 12
3. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 12
4. Teknik Analisis Data .................................................................... 12
5. Metode Penulisan ......................................................................... 13
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 14
A. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 14
B. Kerjasama Internasional ..................................................................... 15
C. Paradiplomasi ...................................................................................... 17
BAB III.GAMBARAN UMUM KERJASAMA SISTER CITY KOTA
BANDUNG-BRAUNSCHWEIG .................................................................. 32
A. Sejarah Kerjasama Sister City Kota Bandung-Braunschweig ........... 32
1. Potensi Kota Bandung dan Kota Braunschweig............................. 32
2. Sejarah Kerjasama Sister City Kota Bandung-Braunschweig ........ 52
B. Bentuk-Bentuk Kerjasama Kota Bandung-Braunschweig ................ 62
BAB IV.DINAMIKA KERJASAMA KOTA BANDUNG-BRAUNSCHWEIG
DALAM KERANGKA SISTER CITY ......................................................... 66
A. Transformasi Kerjasama Sister City Kota Bandung-Braunschweig .. 66
B. Kontribusi Kerjasama Sister City Kota Bandung-Braunschweig
terhadap kota Bandung ....................................................................... 72
a) Pendidikan dan Budaya................................................................. 73
b) Ekonomi ....................................................................................... 75
xi
C. Hambatan dan Peluang Kerjasama Sister City Kota Bandung-
Braunschweig ....................................................................................... 77
1. Hambatan Kerjasama Sister City Kota Bandung-Braunschweig ...... 77
2. Peluang Kerjasama Sister City Kota Bandung-Braunschweig .......... 83
a) Pendidikan dan Budaya ....................................................... 84
b) Ekonomi .............................................................................. 85
BAB V.KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 88
A. Kesimpulan ........................................................................................ 88
B. Saran .................................................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 92
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1 .........................................................................................................37
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 ...........................................................................................................45
Tabel 2.2 ...........................................................................................................51
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.......................................................................................................48
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 .......................................................................................................98
Lampiran 2 .......................................................................................................99
Lampiran 3 ........................................................................................................101
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan Internasional mulai mengalami transformasi terkait dengan
aktor yang terlibat yang disebabkan oleh fenomena globalisasi. Jika kita melihat
ke dalam unit analisis negara, bukan lagi hanya pemerintah pusat yang memiliki
wewenang dalam menjalin hubungan kerjasama internasional. Hal ini bertujuan
untuk mencapai kepentingan nasional secara khusus sesuai dengan pemenuhan
kebutuhan masyarakat per-wilayah di suatu negara yang tidak dapat dipenuhi
secara mandiri. Maka dari itu, terdapat penyerahan sebagian wewenang
pemerintah pusat dalam menjalin kerjasama internasional kepada pemerintah
daerah.
Namun dalam pelaksanaannya, pemerintah daerah harus tetap melaporkan
inisiasi bentuk kerjasama internasional yang akan dilakukan kepada pemerintah
pusat agar koordinasi antar lembaga dalam pemeritahan di suatu negara tetap
sejalan dengan kepentingan nasional yang diperjuangkan. Kerjasama yang ingin
dilakukan oleh pemerintah daerah diberitahukan kepada Departemen Luar Negeri,
Departemen Dalam Negeri dan Instansi terkait untuk mendapatkan pertimbangan
(Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2012, hal. 21-22).
Pola interaksi hubungan internasional dalam era globalisasi yang berupaya
menjadikan dunia lebih terintergrasi antara satu dengan yang lainnya menjadi
awal mula munculnya pemerintahan daerah sebagai pelaksana interaksi
internasional. Kehadiran pemerintah daerah merupakan salah satu aktor baru
2
dalam arena internasional di tengah globalisasi saat ini. Ditandai dengan
banyaknya perjanjian-perjanjian internasional yang dilakukan antar pemerintah-
pemerintah daerah/lokal diberbagai negara didunia dimana satu sama lain saling
berhubungan (Sembada, 2016, hal. 2).
Berawal dari hal tersebut, maka muncul istilah Sister City sebagai bentuk
interaksi internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah diberbagai belahan
dunia yang terus meningkat diberbagai kota ataupun provinsi diberbagai negara.
Definisi Sister City menurut Villiers dalam jurnal Sister-City Relationships As A
Form Of Inter-Organizational Cooperation: Exploratory Case Studies In The
Portuguese Context :
Twinning is stimulated by the force of globalization and
decentralization, and aims to increase learning, competitiveness,
sharing of objectives and activating partners to fulfill a long-term
strategic goal. These sister-city relationships imply a commitment of
resources and joint decision-making, aim to create advantages for
the parties involved, and can connect more than two partners,
leading to the formation of network organizations (Franco &
Marmelo, 2014, hal. 79)
Kebijakan otonomi daerah di Indonesia memberikan keleluasaan kepada
pemerintah daerah untuk melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, baik
sesama pemerintah maupun swasta, didalam dan luar negeri yang diharapkan
dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan sinergi dalam membangun daerah.
Kebijakan tersebutlah yang menjadikan pemerintah daerah diharapkan dapat
melaksanakan pembangunan di daerahnya melalui upaya kerjasama Sister City.
Sister City merupakan konsep dimana dua daerah atau kota yang secara
geografis, administratif, dan politik berbeda, berpasangan untuk menjalin
hubungan sosial antar masyarakat dan budaya. Hal tersebut menjadi peluang emas
3
di era otonomi daerah guna memajukan pembangunan di daerah. Kegiatan Sister
City juga bertujuan untuk menjalin kontak sosial antar masyarakat dan hubungan
budaya (Prameswara, 2014).
Salah satu bentuk kerjasama Sister City yang terdapat di Indonesia
bermula pada hubungan baik antara Pemerintah Kota Braunschweig di Jerman
dengan Pemerintah Kota Bandung di Indonesia yang telah terjalin sejak lama.
Secara resmi, hubungan baik tersebut ditandai dengan penandatanganan Piagam
Ikatan Persaudaraan Bandung dan Braunschweig pada 18 Mei 1960 dihadapan
Dewan Perwakilan Rakyat Kota Braunschweig antara Ny. Martha Fuchs selaku
Oberbürger Meister dan Hans Günther Weber selaku Oberstadt Direktor bersama
pihak Pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh Duta Besar Republik
Indonesia untuk Jerman Dr. Zairin Zain. Walikota Bandung sendiri, R. Prinata
kusumah baru kemudian menandatangani piagam tersebut pada 2 juni 1960 di
Kota Bandung (Bagian Kerjasama Daerah Sekretariat Daerah Kota Bandung,
2016, hal. 18-19). Hubungan baik inilah kemudian yang dilanjutkan dalam
kerjasama Sister City kedua kota antar negara.
Peranan pemerintah daerah dalam kerjasama Sister City sendiri, baru
diatur kemudian melalui Surat Edaran Menteri Dalam Negeri pada tahun 1993
no.193/1652/PUOD (Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, 1993).
Berdasarkan aturan tersebut, Hubungan baik antara Pemerintah Kota Bandung dan
Pemerintah Kota Braunschweig sebelum tahun 1993 merupakan dasar bagi
aktivitas ekstra-yurisdiksi yang dilakukan langsung oleh unit pemerintahan
Indonesia kemudian hari. Latar sejarah itulah yang menjadikan kerjasama Sister
4
City pemerintah kota Bandung dan pemerintah kota Braunschweig memiliki
keunikan dan kekuatannya sendiri.
Pelaksanaan kerjasama Sister City kota Bandung dan kota Braunschweig
merupakan salah satu bentuk kerjasama Sister City tertua di Indonesia. Dengan
pertimbangan, kerjasama ini harus memiliki landasan hukum yang kuat sehingga
diakui oleh dunia internasional. Maka hubungan kerjasama yang telah
berlangsung cukup lama ini terus dikembangkan dan pada tanggal 19 juni tahun
2000 piagam persahabatan diperbaharui dengan Memorandum Of Understanding
(MoU) yang ditandatangani oleh Walikota Bandung saat itu, A. A .Tarmana dan
Walikota Braunschweig Mr. Werner Steffens di Kota Braunschweig (Sub Bagian
Kerjasama Luar Negeri Sekretariat Daerah Kota Bandung, 2015).
Kerjasama yang dilakukan oleh kedua kota berlandaskan pada potensi
yang dimiliki dalam bidang Pendidikan dan Budaya. Kemudian dalam
meningkatkan potensi yang dimiliki oleh kedua kota, pemerintah kota berinisiatif
untuk menjalin kerjasama yang pada awalnya tercantum dalam bentuk piagam
persahabatan yang berorientasi pada upaya menumbuh kembangkan hubungan
persahabatan kemudian digeser ke arah bentuk kerjasama yang konkret dan saling
menguntungkan melalui model kerangka Sister City.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Hubungan yang dilakukan oleh kota Bandung dan kota Braunschweig
telah berlangsung sejak penandatangan piagam persahabatan yang kemudian
diperbaharui menjadi Memorandum of Understanding (MoU). Dalam penelitian
ini penulis akan membatasi penelitian pada kerjasama yang dilakukan oleh kedua
5
kota setelah terdapat pembaharuan Memorandum of Understanding (MoU) pada
tahun 2000 sebagai landasan dalam melakukan kerjasama melalui kerangka Sister
City.
Bidang kerjasama tersebut kemudian diselenggarakan melalui berbagai
bentuk program dan kegiatan yang tentunya mengarah kepada keuntungan bagi
kedua belah pihak. Maka dari itu berdasarkan paparan latar belakang masalah
tersebut di atas, rumusan masalah penelitian ditujukan pada :
1. Bagaimana Transformasi Kerjasama Sister City Kota Bandung-
Braunschweig?
2. Bagaimana Kontribusi Kerjasama Sister City Kota Bandung-
Braunschweig terhadap Kota Bandung ?
3. Bagaimana Hambatan dan Peluang Kerjasama Sister City Kota Bandung-
Braunschweig?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui transfomasi Kerjasama Sister City Kota Bandung-
Braunschweig.
2. Untuk mengetahui kontribusi Kerjasama Sister City Kota Bandung-
Braunschweig terhadap Kota Bandung.
3. Untuk mengetahui hambatan Kerjasama Sister City Kota Bandung-
Braunschweig
6
Adapun kegunaan yang diharapkan oleh penulis dari hasil penelitian ini
terdiri atas :
1. Diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi pengembangan disiplin
ilmu hubungan internasional di masa datang, khusunya dalam lingkup
kajian kerjasama Sister City Bandung – Braunschweig.
2. Diharapkan mampu memberikan informasi dan menjadi bahan kajian, baik
bagi para akademisi maupun peneliti bidang ilmu hubungan internasional.
3. Diharapkan mampu menjadi masukan bagi segala pihak dan para
pengambil kebijakan.
D. Kerangka Konseptual
Dalam menjalankan hubungan internasional dilakukan interaksi oleh aktor
internasional berupa kerjasama, persaingan, pertentangan, ataupun pertikaian yang
dapat menghasilkan perjanjian internasional ataupun hubungan diplomatik.
Kerjasama yang dilakukan oleh aktor internasional dapat melibatkan aktor negara
ataupun non-negara. Hal yang dilakukan terkait kerjasama internasional mengacu
pada politik luar negeri untuk pencapaian kepentingan.
Kerjasama Internasional merupakan alat internasional yang berfungsi
untuk memberikan fasilitas-fasilitas dan untuk melayani kegiatan-kegiatan yang
hampir tidak ada batasnya. Hal tersebut terdapat dalam suatu kerjasama
internasional, misalnya dalam kerjasama internasional tentang ilmu pengetahuan,
kekuasaan perusahaan internasional, kerjasama dalam pengumpulan dan
penyebaran berita dunia, dalam komunikasi internasional antar gereja, profesi,
serikat-serikat kerja dan badan-badan pemerintah dalam mengejar lain-lain
7
kegiatan yang terorganisir. Apabila suatu negara memutuskan untuk melakukan
kerjasama dengan negara lain disebabkan oleh adanya motivasi-motivasi tertentu
(Winamo, 2011, hal. 78), diantaranya :
1. Motivasi untuk memperkuat kepentingan nasional, dimana kerjasama
di pandang oleh suatu negara merupakan suatu alat untuk memperkuat
kepentingan nasionalnya.
2. Motivasi untuk memelihara perdamaian, suatu kerjasama diharapkan
dapat memberikan jalan untuk menghindari konflik dan menghalangi
terjadinya perang diantara negara-negara yang bertikai.
3. Motivasi untuk mendorong kemakmuran ekonomi, dimana sebuah
kerjasama diharapkan mampu mendorong tingkat kemakmuran
ekonomi yang menjadi keinginan setiap negara.
4. Motivasi untuk menangani eksternalitas, kerjasama yang diharapkan
mampu menghilangkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh
aktivitas manusia, seperti menipisnya sumber daya alam serta
terorisme.
Perkembangan globalisasi membawa dampak pada perkembangan
konstelasi Hubungan Internasional yang menjadikannya tidak hanya terbatas pada
permasalahan ataupun pencapaian perdamaian negara tetapi lebih dari pada itu
yakni dapat menyangkut isu-isu kemanusiaan, kesetaraan gender, perkembangan
ekonomi politik internasional, kejahatan transnasional, dan hal lainnya. Begitu
pula dengan aktor hubungan internasional yang mengalami transformasi saat ini
terbukti dengan tidak hanya negara yang menjadi aktor dalam menjalankan
8
hubungan internasional. Aktor sub-nasional negara seperti Individu ataupun
pemerintah turut serta dalam melaksanakan interaksi antar negara.
Aktor yang menjalankan hubungan internasional dapat mempengaruhi
kebijakan dalam dan luar negeri melalui diplomasi. Menurut Sir Ernest dalam
buku yang berjudul Guide to Diplomatic Practice, definisi Diplomasi sebagai
berikut:
Diplomasi adalah penggunaan dari kecerdasan dan kebijaksanaan
untuk melakukan hubungan resmi antar pemerintah negara – negara
merdeka, kadang – kadang juga dilakukan dalam hubungannya
dengan negara – negara pengikutnya, atau lebih singkatnya lagi,
pelaksanaan urusan tersebut dilakukan antara negara dengan cara
damai (Ernest, 2011, hal. 1).
Adapun Aspek dalam pelaksanaan diplomasi kini tidak hanya mengenai
perdamaian dan resolusi konflik tetapi juga mencakup aspek lain seperti
kesehatan, pendidikan, kebudayaan, olahraga, dan hal lainnya. Selain perubahan
terhadap aspek, perubahan selanjutnya juga terjadi pada aktor yang melaksanakan
diplomasi. Sejak tahun 1960an, konsep diplomasi menjadi lebih luas dengan tidak
lagi merujuk pada aktivitas hubungan internasional yang dilakukan oleh negara
melalui perwakilan diplomat resminya saja (Poros Ilmu, 2015). Misalnya, dalam
kebijakan pemerintah Indonesia yang tercantum pada UU Pasal 37 tahun 1999
disebutkan bahwa pelaku hubungan internasional meliputi pemerintah di tingkat
pusat dan daerah atau lembaga-lembaganya, lembaga negara, badan usaha,
organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau
warga negara. Oleh karena itu, tujuan diplomasi berkembang sesuai dengan
kepentingannya. Pemerintah kota misalnya, memanfaatkan paradiplomasi sebagai
sarana untuk melakukan hubungan kerjasama dengan pemerintah kota di negara
9
lain untuk mencapai tujuan sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan oleh
pemerintah kedua kota tersebut.
Adanya rasa cinta pada daerah didukung perkembangan globalisasi yang
menyediakan kesempatan dalam menunjukkan identitas daerah serta
mempromosikan kepentingan daerah menjadi salah satu faktor terciptanya
paradiplomasi. Dalam sebuah jurnal yang membahas mengenai paradiplomasi,
Neves mengungkapkan bahwa globalisasi mendorong pergeseran dari makro-
regionalisme menjadi bentuk mikro-regionalisme atau yang disebut sebagai
paradiplomasi (Neves, 2010, hal. 11). Istilah Paradiplomasi pertama kali
diluncurkan dalam perdebatan akademik oleh ilmuwan asal Basque, Panayotis
Soldatos tahun 1980-an sebagai penggabungan istilah ‘paralel diplomasi’ menjadi
‘paradiplomasi’, yang mengacu pada makna ‘the foreign policy of non-central
governments’, menurut Aldecoa, Keating dan Boyer. Istilah lain yang pernah
dilontarkan oleh Ivo Duchacek pada tahun 1990 untuk konsep ini adalah ‘micro-
diplomacy’ (Mukti, 2013, hal. 2).
Sedangkan menurut Barros, definisi dari Paradiplomasi adalah:
Alat penting untuk menegaskan kembali gagasan sebuah proyek
nasional yang mencari pembangunan yang lebih besar dan otonomi
lebih besar bagi sub-unit nya. Dalam konteks ini, pentingnya
kerangka kelembagaan dan hukum yang ada pada Pemerintah yang
menjadi aktor sub-nasional untuk membangun daerahnya tanpa
berpangku tangan terhadap kewenangan Pemerintah Pusat, akan
tetapi sesuai dengan aturan dan hukum nasional yang berlaku,
sehingga menciptakan sinergi antara Pemerintahan Pusat dengan
Pemerintah Daerah (Barros, 2010, hal. 47).
Penyelenggaraan Pemerintah yang dilakukan oleh aktor Sub-Nasional
seperti Pemerintah Daerah/Kota mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menjalankan hubungan luar negeri, terutama dalam bentuk-bentuk kerjasama
10
internasional, pembangunan daerah merupakan hal yang terpenting dari adanya
penyelenggaraan Pemerintah Daerah, untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat,
meningkatkan pola pelayanan birokrasi, dan meningkatkan kualitas kehidupan
dan kerukunan antar masyarakat.
Dalam buku yang berjudul Paradiplomacy ‘Kerjasama Luar Negeri oleh
Pemda di Indonesia, kajian mengenai Paradiplomasi dapat ditinjau melalui 4
aspek yaitu aspek teoritis Ilmu Hubungan Internasional yang menjelaskan bahwa
paradiplomasi mengacu pada perilaku dan kapasitas melakukan hubungan luar
negeri dengan pihak asing yang dilakukan oleh aktor sub-negara dalam mencapai
kepentingan yang spesifik, aspek yuridis (hukum nasional dan hukum perjanjian
internasional) yang menjadi sumber kewenangan yang diperoleh pemerintah
daerah selaku daerah otonom dalam bertindak selaku aktor dalam hubungan
kerjasama luar negeri dan pengaturan lanjutan yang bersifat lebih teknis oleh
Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Dalam Negeri, aspek diplomasi yang
menunjukkan bahwa paradiplomasi dimulai dari segi multitrack diplomasi yang
melibatkan seluruh lapisan masyarakat dengan maksud untuk memastikan
kebutuhan dalam sebuah mediasi atau negosiasi dan memfasilitasi agar terjalinnya
komunikasi di semua lapisan masyarakat yang terlibat dan meliputi 9 track yaitu
pemerintah, non-government, bisnis, warga negara, pendidikan, kalangan aktifis
(advokasi), agama, pemberian sumber daya, dan media massa yang
menjadikannya disebut sebagai diplomasi total , dan yang terakhir yaitu aspek
praktis pembuatan kerjasama internasional yang memuat teknis pelaksanaan,
tahap-tahap persiapan, pedoman pelaksanaan dari Kementerian Luar Negeri dan
Kementerian Dalam Negeri, dinamika negosiasi serta penanganan kerjasama
11
pemerintah daerah dengan pihak asing beserta kendala yang biasanya timbul
dalam hubungan antar bangsa (Mukti, 2013). Hal inilah yang menjadikan poin
eksklusif bagi paradiplomasi sebagai bagian dari diplomasi.
Berdasarkan pada bentuk kerjasama yang dilakukan oleh aktor terlibat
dalam buku Paradiplomacy in Action : The Foreign Relations of Subnational
Governments, Duchacek menyebutkan paradiplomasi dalam tiga tipe yaitu
transborder paradiplomacy, transregional paradiplomacy, global paradiplomacy
(Aguirre, 1999, hal. 189-190). Dalam hal ini, kerjasama yang dilakukan oleh
Bandung-Braunschweig termasuk dalam tipe global paradiplomacy yang berarti
pemerintah sub nasional melakukan hubungan diplomasi dengan negara yang
berbeda, dari kawasan yang berbeda, dari berbagai belahan dunia.
Sementara itu, Soldatos (1990), secara fungsional atau berdasarkan
cakupan isu dalam paradiplomasi, membagi dua tipe paradiplomasi yaitu global
paradiplomacy dan regional paradiplomacy (Aguirre, 1999, hal. 192). Dari kedua
tipe tersebut, kerjasama Bandung-Braunschweig dalam penelitian ini termasuk ke
dalam tipe regional paradiplomacy atau lebih tepatnya micro-regional
paradiplomacy karena menyangkut isu politik tingkat rendah dan wilayahnya
tidak berbatasan secara langsung.
Beberapa bentuk kegiatan paradiplomasi yang dilakukan oleh pemerintah
kota yaitu pembentukan Sister City, Foreign Direct Investment, pembentukan
proyek bersama serta pengiriman delegasi. Dalam penelitian ini, penulis
menjadikan bentuk kerjasama Sister City sebagai fokus penelitian.
12
E. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan oleh penulis adalah tipe deskriptif-analitik
yaitu penelitian yang menggunakan pola penggambaran keadaan fakta empiris
disertai argumen yang relevan. Kemudian dari hasil uraian tersebut dilanjutkan
dengan analisis yang akan berujung pada kesimpulan yang sifatnya analitik. Tipe
penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai kasus atau
fenomena yang terjadi, dimana hal tersebut relevan dengan masalah penelitian.
Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan fakta-fakta mengenai
kerjasama kota Bandung-Braunschweig dalam kerangka Sister City.
2. Jenis dan Sumber Data
Penulis dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang
diperoleh melalui wawancara langsung dan studi literatur, seperti buku, jurnal,
artikel, majalah, dan situs-situs pendukung.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menelaah sejumlah literatur yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti berupa buku, jurnal, artikel, dokumen dari berbagai
media baik elektronik maupun non elektronik. Adapun bahan-bahan tersebut
diperoleh melalui :
a. Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin;
b. Perpustakaan HIMAHI FISIP UNHAS;
c. CSIS ( Centre Strategic and International Studies );
d. Bagian Kerjasama Daerah Sekretariat Daerah Kota Bandung;
13
e. Komunitas Deutschclub Bandung.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif, yaitu
menganalisis permasalahan yang diteliti melalui penggambaran yang berdasar
kepada fakta-fakta yang ada kemudian menghubungkan fakta tersebut dengan
fakta lainnya sehingga menghasilkan sebuah argument yang tepat.
5. Metode Penulisan
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pola deduktif yakni dengan
menggambarkan permasalahan yang diteliti secara umum, kemudian menarik
kesimpulan secara khusus dalam menganilisis data.
32
BAB III
GAMBARAN UMUM KERJASAMA SISTER CITY KOTA BANDUNG-
BRAUNSCHWEIG
A. Sejarah Kerjasama Sister City Kota Bandung-Braunschweig
1. Potensi Kota Bandung dan Kota Braunschweig
Berdirinya kota Bandung diprakarsai oleh Bupati Bandung yakni R. A.
Wiranatakusumah II yang dianggap sebagai pendiri kota Bandung. Diresmikan
sebagai ibukota baru Kabupaten Bandung dengan surat keputusan tanggal 25
September 1810 tentang pembangunan sarana dan prasarana. Kota itu dibangun
dengan tenggang waktu yang sangat jauh setelah kabupaten Bandung berdiri pada
pertengahan abad ke-17 Masehi (Diskominfo Kota Bandung, 2016). Semenjak
berdirinya sebagai kota, Bandung terus melakukan pembangunan dan
pembenahan sehingga saat ini dikatakan sebagai salah satu kota metropolitan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Bandung pada tahun 2016
bahwa Bandung memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.490.622 menjadikannya
kota terbesar ketiga negara Indonesia sekaligus menjadi Ibu Kota dari Jawa Barat
(Badan Pusat Statistik Kota Bandung, 2017). Bandung sering disebut sebagai
“Paris Van Java” yang berdasar pada kota yang lebih ke arah eropa dengan pesona
masa kolonial. Bandung juga disebut sebagai “Kota Kembang” karena banyaknya
taman berbunga menghiasi kota. Bandung yang terletak dalam cekungan
pegunungan Parahyangan di ketinggian 2.300 kaki diatas permukaan laut
memiliki populasi sebanyak 2.861.779 pada tahun 2016. Dengan lebih dari 25
sekolah tinggi dan pertumbuhan industri tekstil, Bandung sangat cocok dengan
33
kondisi perkuliahan dan daerah bisnis yang kuat (Bagian Kerjasama Daerah
Sekretariat Daerah Kota Bandung, 2016, hal. 59).
Penduduk kota Bandung didominasi oleh etnis Sunda dan etnis Jawa.
Banyaknya kultur yang dimiliki oleh Bandung dipengaruhi oleh Hindu dan Budha
melalui tarian, kostum, seni, dan kerajinan. Kota Bandung merupakan pusat
Budaya Sunda sejak tahun 1920. Budaya Sunda merupakan budaya yang
berpengaruh bagi perkembangan budaya Indonesia. Kata ‘sunda’ berasal dari kata
‘su’ yang berarti baik, arti keseluruhan Sunda adalah segala sesuatu yang
mengandung unsur kebaikan. Etos atau watak budaya yang dimiliki Sunda
mengenai jalan menuju keutamaan hidup yaitu waras, baik, sehat, dan cerdas.
Sunda juga memiliki khas seni yang sudah mendunia seperti Wayang Golek, Tari
Jaipong, dan alat musik Angklung (Ekadjati, 1995, hal. 23).
Budaya Seni khas Sunda sering dipertontonkan dalam kegiatan formal
maupun non-formal seperti wayang golek yang merupakan pementasan sandiwara
boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan dengan diiringi musik degung
lengkap dengan sindennya oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara yang
disebut sebagai Dalang. Cerita dari wayang golek ini banyak diilhami oleh budaya
Hindu dari India seperti Ramayana atau perang Baratayudha. Sama halnya dengan
Wayang Golek, Pementasan Tari Jaipong juga diiringi dengan musik dan sinden.
Selanjutnya, alat musik Angklung yang menjadi alat musik tradisional Jawa Barat
yang kini telah mendunia. Angklung adalah alat musik yang terbuat dari bambu
dan dimainkan dengan cara di getarkan. Efek suara yang dihasilkan berasal dari
benturan tabung-tabung bambu sehingga menghasilkan instrumen yang indah.
Instrumen suara yang dihasilkan oleh Angklung ini kemudian digolongkan ke
34
dalam jenis “idiofon” atau alat musik yang sumber bunyinya berasal dari bahan
dasarnya. Sejak November 2010, UNESCO (The United Nations Educational,
Scientific and Cultural Organization) menetapkan alat musik Angklung sebagai
salah satu warisan kebudayaan dunia dengan kategori “Masterpiece of Oral and
Intangible Heritage of Humanity” (Batara, 2012). Tidak hanya angklung yang
menjadi alat musik khas sunda, melainkan terdapat pula rampak kendang, suling,
kecapi, goong, dan calung yang tidak kalah menariknya ketika dimainkan dalam
berbagai kegiatan formal ataupun non-formal.
Kultur yang ada di kota Bandung masih dapat tetap terjaga meskipun
banyak pendatang yang berasal dari berbagai suku dan budaya yang berbeda.
Bahkan dengan adanya kemajuan teknologi dan globalisasi tidak menjadikan gaya
hidup di kota tersebut terbawa oleh arus globalisasi dengan tetap menjaga kultur
yang ada di Bandung seperti menggunakan pakaian adat ketika beraktifitas yang
terlihat pada anak sekolah ataupun para pekerja kantoran yang menggunakan
pakaian adat di hari tertentu. Kehidupan modern di kota Bandung tidak
melunturkan karakteristik yang terbentuk karena keindahan, budaya, dan
kekayaan sejarah kota tersebut.
Selain keindahan kota nya yang menarik perhatian masyarakat lokal
ataupun mancanegara, Bandung menjadi kota pilihan untuk melanjutkan sekolah
perguruan tinggi karena di kota ini terdapat lima perguruan tinggi negeri yakni
Universitas Padjadjaran, Institut Teknologi Bandung, Universitas Pendidikan
Indonesia Bandung, IAIN Sunan Gunung Djati, dan STIA-LAN. Terdapat pula
sekitar 40 perguruan tinggi swasta dari berbagai strata, mulai dari program
diploma 3 sampai program S3. Hal tersebut menjadikan Kota Bandung merasa sah
35
untuk menganggap dirinya sebagai pusat kegiatan pendidikan tinggi (Kompas,
2003, hal. 239).
Institut Teknologi Bandung menjadi perguruan tinggi pertama di Indonesia
yang didirikan di Kota Bandung pada tahun 1920. Pendiri perguruan tinggi yang
disebut Technische Hoogeschool te Bandoeng ini adalah pemerintah kolonial
Belanda. Perguruan tinggi teknik pada mulanya diusulkan untuk didirikan di
Batavia. Namun, karena suatu dan lain hal akhirnya didirikan di Bandung.
Pendirian perguruan tinggi ini karena didesak oleh kebutuhan tersedianya tenaga
ahli yang berpendidikan tinggi (Nasution, 2011, hal. 142).
Pengembangan sarana dan prasarana dalam bidang pendidikan terus
dilakukan oleh pemerintah kota bandung demi mencapai visi “Terwujudnya
Pelayanan Pendidikan yang Bermutu, Berkeadilan dan Berwawasan Lingkungan.”
dan misi pendidikan di Kota Bandung (Dinas Pendidikan Kota Bandung, 2017),
yaitu:
1. Menyelenggarakan pelayanan pendidikan yang merata dan berkeadilan;
2. Mewujudkan pendidikan yang unggul dan bermutu;
3. Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan yang berwawasan
lingkungan;
4. Meningkatkan profesionalisme dan mutu tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan;
5. Mengembangkan pendidikan karakter menuju good governance melalui
manajemen pendidikan yang akuntabel dan transparan;
6. Penyelenggaraan pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan lapangan
kerja.
36
Salah satu bentuk pencapaian visi dan misi yang dilakukan oleh
pemerintah yaitu dengan mewujudkan Kartu Bandung Juara yang ditujukan untuk
peserta didik warga kota Bandung yang masuk ke dalam kategori Peserta Didik
Rawan Melanjutkan Pendidikan (RMP) pada setiap satuan pendidikan baik negeri
maupun swasta, pada jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK. Kartu
Bandung Juara sebagai tanda bahwa peserta didik yang bersangkutan berhak
mendapatkan bantuan biaya personal pendidikan untuk pembelian kebutuhan
sekolah (Dinas Pendidikan Kota Bandung, 2017).
Kota Bandung juga dapat dikatakan sebagai pusat aktivitas perekonomian
Jawa Barat berdasarkan sudut pandang bahwa perkembangan dan pembangunan
suatu kota saling berkaitan dengan jumlah, struktur dan dinamika penduduknya,
tingkat sosial ekonomi serta luas wilayahnya. Kebutuhan akan fasilitas sarana dan
prasarana di suatu kota harus mampu memadai jumlah penduduknya. Watak dan
kualitas kehidupan penduduk dapat dibentuk oleh tingkat sosial ekonomi sehingga
wilayah dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah akan cenderung
menimbulkan kekumuhan, sebaliknya tingkat sosial ekonomi yang baik akan
cenderung lebih teratur. Tingkat mobilitas dan interaksi antar penduduk berkaitan
dengan aspek luas wilayahnya.
Laju pertumbuhan ekonomi kota Bandung menjadi yang lebih tinggi di
Provinsi Jawa Barat dan bahkan juga tergolong diatas rata-rata pertumbuhan
ekonomi nasional. Masyarakat kota bandung dikenal memiliki kreativitas yang
tinggi dalam hal menciptakan sesuatu yang unik seperti dalam merancang busana
hingga mengembangkan ide penjualan makanan. Maka dari itu, Bandung dikenal
dengan Industri kreatif yang terus berkembang pesat hingga saat ini. Industri
37
kreatif memiliki ruang lingkup yang sangat luas dan juga melibatkan seluruh
kalangan dari usia tua hingga anak muda yang memiliki peran aktif dalam
mengembangkan industri kreatif.
Grafik 2.1
Sumber : City profile, Bandung city, Indonesia
Sektor kegiatan komersial1 yang paling sering terlihat adalah pada sektor
bisnis pakaian yang tidak hanya menarik masyarakat lokal tetapi juga masyarakat
yang berasal dari daerah lain. Masyarakat kota Bandung merancang produk
mode/fashion sendiri dengan terus mengembangkan ide kreatif mereka dalam
mengikuti gaya busana terbaru dan juga menggunakan tekstil dari pabrik lokal di
Bandung Selatan (Tarigan, Sagala, Samsura, Fiisabiilillah, Simarmata, &
Nababan, 2016, hal. 103).
Mudahnya akses mobilisasi menuju kota Bandung berkontribusi dalam
meningkatkan perekonomian kota Bandung karena semakin memudahkan
berlangsungnya kegiatan perekonomian menjadikannya sebagai pusat
1 sektor yang berhubungan dengan niaga atau perdagangan.
0
2
4
6
8
10
2008 2009 2010 2011 2012
Pertumbuhan ekonomi Kota Bandung, Nasional, dan Jawa Barat dalam persen
Kota Bandung
Nasional
Jawa Barat
38
perekonomian Jawa Barat. Perkembangan perekonomian di kota Bandung turut
menjadi magnet penarik bagi kota-kota disekitarnya. Bandung menjadi tujuan
wisata ataupun tujuan untuk berbelanja bagi masyarakat daerah disekitarnya
karena terbuka nya akses yang mudah untuk mencapai kota Bandung. Hal ini
tentu memberi dampak pada besarnya permintaan barang konsumsi dan jasa yang
dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan ekonomi kota Bandung
(Simamora, 2016).
Beberapa uraian diatas menjadi potensi bagi kota Bandung untuk terus
berkembang. Keunggulan yang dimiliki secara komparatif maupun kompetitif
serta posisi kota yang strategis sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat menjadikan
kota Bandung sebagai pusat perekonomian. Tersedianya transportasi darat dan
udara memberikan kemudahan akses untuk berkunjung ke kota Bandung baik
secara domestik maupun internasional. Selain itu, kota Bandung sangat terkenal
sebagai kota pariwisata, kota mode, serta penghasilan berbagai kerajinan tangan
yang sudah mendunia. Faktor-faktor tersebut memberikan nilai tambah dan daya
tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara dan nusantara untuk mengunjungi
kota Bandung (Bagian Kerjasama Daerah Sekretariat Daerah Kota Bandung,
2016, hal. 13).
Dengan potensi yang dimiliki oleh kota Bandung, pemerintah
meningkatkannya melalui pengembangan jaringan kerjasama dalam negeri
maupun luar negeri dengan tata cara kerjasama yang sesuai arahan kebijakan dan
ketentuan peraturan perundangan. Bentuk kerjasama dalam negeri yang dilakukan
oleh kota Bandung (Bagian Kerjasama Kota Bandung, 2017) adalah sebagai
berikut :
39
a. Kerjasama Antar Daerah dilakukan sebagai upaya dua atau lebih daerah
dalam konteks pengembangan wilayah atau program kewilayahan.
Kerjasama ini bertujuan untuk mencapai sinergi antar wilayah melalui
perencanaan pembangunan daerah dan implementasi pengembangan
wilayah yang sinergis dan selaras. Kerjasama ini terbagi atas dua bentuk,
yaitu :
a) Kerjasama Wajib merupakan kerjasama antar-daerah yang
berbatasan untuk penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
memiliki eksternalitas lintas daerah dan penyediaan layanan
publik yang lebih efisien jika dikelola bersama;
b) Kerjasama Sukarela dilaksanakan oleh daerah yang berbatasan
atau tidak berbatasan untuk penyelenggaraan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah namun dipandang lebih efektif
dan efisien jika dilaksanakan dengan bekerja sama. Contoh bentuk
kegiatan ini adalah Little Bandung dan Hibah Aplikasi Smart
City).
b. Kerjasama Kementerian/LPNK (Lembaga Pemerintah Non-Kementerian)
yang memiliki tugas untuk membantu presiden dalam melaksanakan tugas
pemerintahan tertentu. Dulu namanya adalah Lembaga Pemerintah Non-
Departemen saat ini menjadi Lembaga Pemerintah Non-Kementerian
berada di bawah presiden dan bertanggung jawab langsung kepada
presiden melalui menteri atau pejabat setingkat menteri terkait. LPNK
diatur dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia, yaitu Keputusan
Presiden RepublikIndonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang kedudukan,
40
tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi,dan tata kerja Lembaga
Pemerintah Non-Kementrian.
c. Kerjasama dengan Perguruan Tinggi merupakan koordinasi yang sangat
penting dan merupakan suatu kemutlakan. Kekurangan dan keunggulan
yang dimiliki masing-masing lembaga mengharuskan adanya koordinasi
tersebut. Dalam setiap konteks pemerintah daerah selalu berada digaris
terdepan, hal ini disebabkan karena perguruan tinggi adalah lembaga yang
secara administrastif dan akademik berada dibawah tanggungjawab
pemerintah daerah. Perguruan tinggi dan sektor swasta membantu
pemerintah daerah sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya serta
melaksanakan kontribusi berdasarkan rancangan pengembangan yang
telah dibuat pada awal setiap tahun.
d. Kerjasama dengan pihak ketiga yang terdiri dari tiga bentuk kerjasama,
yaitu :
a) Kerjasama pemanfaatan barang milik daerah;
b) Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha (KPDBU)
dalam penyediaan infrastruktur seperti penjajakan light rail
transport, penjajakan penerangan jalan umum, penjajakan duccting
cable;
c) Kerjasama lainnya yang tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Smart City merupakan sebuah konsep kota cerdas yang dapat membantu
masyarakat mengelola sumber daya yang ada dengan efisien dan
memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat atau lembaga dalam
41
melakukan kegiatannya ataupun mengantisipasi kejadian yang tak terduga
sebelumnya. Menurut data bahwa 70% permasalahan di Kota Bandung
telah terselesaikan dengan konsep smart city melalui ragam pemanfaatan
teknologi informatika atau aplikasi yang berorientasi pada pelayanan
masyarakat. Aplikasi layanan aduan masyarakat (Lapor!) dan aplikasi
pelayanan masyarakat berbasis online serta e-budgeting lainnya menjadi
satu dari sekitar 300 perangkat lunak yang telah dibuat Pemerintah Daerah
Kota Bandung untuk mendukung menyelesaikan permasalahan baik di
lingkungan masyarakat maupun di internal birokrasi. Pada dasarnya, tiap
perubahan bisa dilakukan selama ada kemauan (political will) dari tiap
pemimpin daerahnya. Bahwa dalam kurun waktu dua tahun terakhir,
Pemkot Bandung telah mengeluarkan dana sekitar Rp. 40 miliar untuk
membuat 300 lebih aplikasi.
Kota Bandung juga menjalin kerjasama dengan pihak luar negeri dalam
melakukan kolaborasi yang bertujuan untuk kemajuan bersama dan menciptakan
pemerataan pembangunan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bentuk
kerjasama luar negeri yang dilakukan oleh kota Bandung (Bagian Kerjasama Kota
Bandung, 2017) adalah sebagai berikut :
a. Kerjasama Teknik Antar Negara/Pemerintah Daerah adalah istilah umum
yang mencakup seluruh kegiatan yang memberi kontribusi terhadap
pembangunan, terutama melalui penugasan tenaga ahli, bantuan peralatan,
sarana pendidikan dan pelatihan, yang tujuan utamanya adalah untuk
meningkatkan tingkat pengetahuan, keterampilan dan tingkat kemampuan
produksi masyarakat kota di negara berkembang.
42
b. Kerjasama Swasta Asing adalah Kerjasama yang dilakukan Pemerintah
Daerah dengan Badan Swasta Asing (BSA) yang merupakan perikatan
formal untuk bersama-sama mengelola suatu kegiatan tertentu
dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat berdasarkan prinsip saling menguntungkan.
c. Kerjasama Sister City merupakan persetujuan kerjasama antara dua kota,
daerah setingkat provinsi, negara bagian atau prefektur yang memiliki satu
atau lebih kemiripan karakteristik dimana dua daerah tersebut terdapat
pada dua negara yang berbeda. Kemiripan tersebut misalnya ada pada
kemiripan budaya, latar belakang sejarah atau jika dilihat dari segi
geografis kedua daerah sama-sama daerah pantai atau daerah kepulauan.
Hubungan kerjasama yang terjalin antara Kota Bandung dengan kota –
kota tersebut tentunya dimaksudkan untuk meningkatkan pembangunan
ekonomi maupun pembangunan di bidang-bidang lainnya. Oleh
karenanya, hubungan kerjasama harus dilengkapi dengan program
kegiatan yang tetap dan terencana, baik mengenai bidang – bidang yang
akan dikerjasamakan, tujuan yang ingin dicapai, konstruksi biaya masing-
masing pihak, maupun mengenai lamanya waktu yang diperlukan bagi
program kegiatan yang dikerjasamakan. Bidang yang dikerjasamakan
yakni meliputi :
a) Ekonomi, Perdagangan, Investasi, Industri, dan Pariwisata;
b) Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Administrasi;
c) Pendidikan, Kebudayaan, Kesejahteraan Sosial, Pemuda dan
Olahraga;
43
d) Bidang-bidang lain yang kemudian akan disetujui oleh kedua belah
pihak.
Beberapa kota menjadi mitra kota Bandung dalam menjalankan Sister City
untuk menggerakkan potensi domestik yang diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tidak hanya kota dengan negara
yang berbeda akan tetapi juga menjalin kerjasama dengan kota yang
terdapat di dalam negeri. Berikut tabel daftar mitra kerjasama Sister City
Kota Bandung, yaitu :
Kota/Negara Tahun Keunggulan
Braunschweig/Jerman 1960
Kota terbesar ke-dua di Niedersachsen dan
merupakan pusat penelitian dan
pengembangan ilmiah.
Fort Worth/Amerika
Serikat
1990
Rumah bagi kompetisi piano internasional
Van Cliburn dan beberapa museum kelas
dunia yang dirancang oleh arsitek
kontemporer yang dikenal secara
internasional.
Suwon/Korea Selatan 1997
Suwon tumbuh dari pemukiman kecil
hingga menjadi pusat industru. Kantor
pusat Samsung Electronics R&D berlokasi
di Suwon.
Liuzhou/RRC 2006
Kota terbesar ke-dua di Guangxi dan
merupakan pusat industri di kawasan ini.
Yingkou/RRC 2006 Kota pelabuhan yang merupakan muara
44
Sungai Liao di provinsi Liaoning tingkat
prefektur Republik Rakyat Cina.
Surabaya/Indonesia 2007
Sebagai kota metropolitan, surabaya
menjadi pusat kegiatan ekonomi, keuangan,
dan bisnis di daerah Jawa Timur dan
sekitarnya. Surabaya adalah pusat
perdagangan yang mengalami
perkembangan pesat. Industri-industri
utamanya antara lain galangan kapal, alat-
alat berat, pengolahan makanan dan
agrikultur, elektronik, perabotan rumah
tangga, serta kerajinan tangan.
Batam/Indonesia 2007
Kota ini memiliki letak yang stategis dan
selain berada di jalur pelayaran
internasional, kota ini memiliki jarak yang
berbatasan langsung dengan Singapura dan
Malaysia.
Shenzen/RRC 2012
Pusat keuangan utama di Cina Selatan, dan
juga rumah bagi Bursa Efek Shenzhen serta
pusat dari berbagai perusahaan
multinasional.
Hamamatsu/Jepang 2014(LoI)
Terkenal sebagai Kota Industri. Terutama
untuk alat musik dan sepeda motor.
Petaling 2015 Biasa disebut “PJ” oleh penduduk setempat
45
Jaya/Malaysia
yang menjadi kota besar di Malaysia.
Awalnya dikembangkan sebagai kota satelit
untuk kuala lumpur.
Seoul/Korea Selatan 2016
Ibu kota serta kota metropolitan terbesar
dari Republik Korea atau lebih dikenal
sebagai Korea Selatan.
Kawasaki/Jepang 2016
Kota terpadat ke-sembilan di Jepang dan
merupakan kota satelit bagi Tokyo.
Namur/Belgia 2017
Pusat komersial dan industri yang penting
seperti menghasilkan mesin, barang kulit,
logam dan porselen.
Cotabato/Filipina 2017
Cotabato dianggap sebagai kantung
makanan pulau Mindanao. Kota ini adalah
produsen utama sereal, buah-buahan tropis,
sayuran, tebu, kelapa, kopi, ikan air tawar,
dan ternak.
Cuenca/Equador 2017(LoI)
Kota ini memiliki pegaruh Eropa paling
besar di negara Equador karena arsitektur
kolonial Spanyol dari abad ke-16 dan ke-17
yang menyerupai kota dan arsitektur di
seluruh Spanyol.
Tabel 2.1
Sumber : Website resmi Bagian Kerjasama Kota Bandung, Sister City
46
Kota Braunschweig yang menjadi mitra kota kerjasama Sister City
Bandung terletak dibagian Barat Laut Jerman pertama kali disebutkan dalam
dokumen pada tahun 1031 sebagai “Bruno’s Wiek”. Menurut legenda yang
menyebutkan terdapat saudara laki-laki bernama Bruno dan Dankward, keduanya
adalah keturunan bangsawan di salah satu negara bagian Jerman yaitu Saxony.
Mereka membangun “Villa Brunsweik” di sebuah lokasi bekas desa Saxon. Bruno
mendirikan “Weik” yang merupakan tempat peristirahatan bagi pedagang keliling
di tepi Sungai Oker (Urio, 2005).
Pada abad ke-12, Kota Braunschweig mengalami perkembangan di bawah
kepemimpinan Henry yang merupakan bangsawan Dinasti Guelph dan di tempat
inilah Dinasti Guelph memulai kebangkitannya untuk berkuasa. Henry
menjadikan Braunschweig sebagai pusat politik, ekonomi dan budaya yang sangat
berpengaruh. Dia juga menjadikan kota tersebut sebagai tempat tinggal untuk
bangsawan. Bangsawan Guelph melanjutkan hidup mereka di kota Braunschweig
hingga abad ke-20. Braunschweig kemudian dikenal dengan sebutan “Henry the
Lion” karena pada kota ini terdapat patung singa yang dibentuk pada masa
pemerintahan Henry. Hingga saat ini, Jerman menyebut kota Braunschweig
sebagai “The City of Lion” atau “Henry the Lion” karena kepemimpinan Henry
memberi pengaruh kuat terhadap perkembangan kota Braunschweig mencapai
kesejahteraan dan menjadi kota yang menyimpan sejarah tersendiri bagi Jerman
(Stadt Braunschweig, 2017).
Terletak di bagian Barat Laut Jerman lebih tepatnya di Negara
Niedersachsen atau biasa juga disebut Niedersachsen yang merupakan Negara
bagian Jerman merupakan salah satu dari tiga kota besar di Jerman bersama
47
Hannover dan Berlin serta memiliki jumlah penduduk 251.364 Jiwa (City
Population, 2015). Dengan luas area sebesar 192 km2, Kota ini terletak di ujung
utara pegunungan Harz di penghujung sungai Oker yang airnya membentang ke
kota Bremen dan juga terhubung ke Laut Utara melalui sungai Aller dan Weser
menjadikannya beruntung karena terletak di persimpangan rute perdagangan.
Terdapat jembatan yang melintasi sungai Oker untuk menuju ke beberapa tempat
seperti pasar tradisional, gereja, dan bangunan-bangunan kota tua (Omaha Sister
Cities Association, 2017). Lokasi kota Braunschweig dikelilingi oleh perbukitan
dan iklim cuaca yang dingin layaknya kota Bandung.
Pesona yang unik disajikan oleh Braunschweig dengan pemandangan
indah terdapat banyak bangunan bersejarah yang megah menjadi daya tarik kota
dengan akulturasi budaya tradisional dan modern seperti Kastil Dankwarderode
dan Katedral St. Blasii yang terletak di jantung kota Braunschweig, terdapat juga
rekonstruksi Residential Palace Guelph Emperors, Rizzi’s House yang merupakan
sebuah bangunan dengan pahatan yang indah. Di kota tersebut juga masih terdapat
bangunan Istana Burgplats yang dikelilingi oleh the Dom (katedral), istana the
Burg Dankwarderode, dan museum negara yang disebut the Landesmuseum.
Bangunan tersebut menghiasi kota dan menjadi saksi sejarah Braunschweig.
Sejarah dan kebudayaan yang terdapat di Braunschweig memiliki kaitan yang
erat. Kota ini memiliki tradisi seperti pertunjukan dan penampilan teater yang luar
biasa, pameran seni modern, dan acara olahraga berskala besar (Stadt
Braunschweig, 2017).
48
Gambar 2.1
Peta Negara Bagian Niedersachsen
Sumber : Google Maps
Kota Braunschweig terkenal sebagai pusat ilmu pengetahuan dan
penelitian di Eropa. Kota tersebut adalah wilayah penelitian dan pengembangan
paling aktif di Eropa dengan lebih dari 27.000 orang dipekerjakan dalam
penelitian dan pengembangan, dan menginvestasikan 7,1% Produk Domestik
Bruto nya dalam penelitian dan pengembangan. Pada tahun 2007, The German
Science Foundation menobatkan kota Braunschweig sebagai “Kota Pendidikan
Jerman” (Eurostat European Commission, 2009, hal. 33). Selain itu dalam
Eurostat Yearbook 2013, kota Braunschweig juga menjadi salah satu dari dua
wilayah sebagai kota penelitian terbesar di Eropa dengan intensitas Research and
Development (R&D) tertinggi diantara seluruh anggota EU-27. Hal itu
dilandaskan pada potensinya menjadi pusat penelitian dan pengembangan
(Eurostat European Commission, 2013, hal. 188).
49
Dinobatkan sebagai kota pendidikan, Braunschweig merupakan lokasi
universitas teknologi tertua di Jerman yang didirikan pada tahun 1745 bernama
The Technical University. Selain itu, Institut pendidikan terbaik juga berlokasi di
Braunschweig yang bernama Martino-Katharineum merupakan sekolah yang
dibentuk pada tahun 1415 melahirkan ilmuwan terkenal seperti Carl Friedrich
Gauss, Hoffman von Fallersleben, Richard Dedekind, dan Louis Spohr. Satu-
satunya Universitas seni di Niedersachsen juga berlokasi di Braunschweig yang
dibentuk pada tahun 1963 bernama Hochschule für Bildende Künste
Braunschweig. Kota Braunschweig menjadi rumah bagi tiga universitas ternama
dan sejumah institusi besar negara serta tempat penelitian sehingga dapat
dikatakan sebagai kota yang unggul dalam bidang pendidikan (Braunschweig
Stadtmarketing GmbH, 2009, hal. 11).
Keunggulan dalam aspek pendidikan tidak menjadikan Braunschweig
untuk tidak turut mengedepankan bidang Industri kota nya. Letak Braunschweig
tepat dipersimpangan sejumlah rute utama antara Denmark-Italia, Eropa Selatan
dan Polandia, Eropa Timur- Negara Benelux serta memiliki jalur transportasi
nasional dan internasional yang memudahkan mobilisasi untuk menjangkau
tempat ini menjadi penunjang dan alasan perusahaan ternama seperti Volkswagen
yang merupakan perusahaan besar mobil Eropa menjadikan kota tersebut sebagai
kantor Volkswagen Financial Service. Meski begitu, Volkswagen menempatkan
kantor pusat di kota dekat Braunschweig yaitu Kota Wolfsburg yang merupakan
produk dari kota kecil itu (Volkswagen, 2017).
Beberapa pusat pabrik dan industri otomotif terdapat di kota
Braunschweig. Sebelumnya, Kota Braunschweig di dominasi oleh Industri Kereta
50
Api dan Industri Gula pada abad ke 19 dan abad ke 20. Braunschweig juga
menjadi rumah bagi dua perusahaan piano tingkat dunia yang dibentuk pada abad
ke-19 yaitu Schimmel dan Grotian Steinweg. Pada tahun 2015, The German
Weekly Business News Magazine Wirtschaftswoche menobatkan kota
Braunschweig sebagai kota dengan perekonomian yang dinamis di Jerman
(Wirtschaftswoche, 2015).
Untuk kerjasama antar negara, memperkenalkan budaya, serta sebagai
jalan utama bagi pemahaman budaya, Braunschweig menjadikan kerjasama kota
sebagai salah satu jalan mencapai hal tersebut. Dalam menjalin kerjasama kota
kembar yang lebih dikenal dengan istilah Sister City di Indonesia, Braunschweig
menggunakan istilah “Twin City”. Penggunaan istilah Twin City memang lebih
sering digunakan di Benua Eropa. Sementara untuk penggunaan istilah Sister City
lebih sering digunakan oleh Amerika Serikat. Selama lebih dari 40 tahun, Kota
Braunschweig menjalin kerjasama Sister City dengan beberapa kota yang
memiliki karakteristik yang sama dengannya bertujuan untuk memperkuat
kerjasama internasional dan mempromosikan berbagai pengalaman budaya.
Berikut adalah tabel daftar mitra kerjasmaa Sister City Braunschweig (Stadt
Braunschweig, 2017) :
Kota/Negara Tahun Kegiatan
Bandung/Indonesia 1960 Pertukaran pelajar dan seni.,
pemuda, olahraga, dan budaya.
Nimes/Perancis 1962
Pertukaran antara pelajar
sekolah, olahraga, dan
pemuda. Intensif dalam
melakukan kontak budaya
51
seperti teater, seni atau musik.
Bath/Britania Raya 1971 Teater dan musik dari Inggris.
Sousse/Tunisia 1980 Olahraga, Pemuda, dan
Budaya.
Kiryat Tivon/Israel 1985 Pertukaran pemuda dan
kunjungan oleh Braunschweig.
Magdeburg/Jerman 1987
Delegasi pemerintah hanya
melakukan kunjugan sebelum
perbatasan dibuka pada tahun
1989. Saat ini, dilakukan
pertukaran pemuda, budaya,
dan olahraga.
Kasan/Rusia 1988
Pertukaran pelajar dan
melakukan program budaya
melalui pameran, teater, menari
dan musik.
Omaha/Amerika Serikat 1992
Sejak 1985 telah melakukan
pertukaran pemuda. Kemudian
terus melanjutkan kerjasama
universitas teknik.
Zhuhai/China 2011
Kerjasama di bidang bisnis,
ilmu pengetahuan dan
teknologi, pendidikan, budaya
dan olahraga.
Tabel 2.2
Sumber : Website resmi Braunschweig Die Lowenstadt, Twin Cities
52
2. Sejarah Kerjasama Sister City Kota Bandung-Braunschweig
Sistem tatanan dunia internasional kini dihadapkan pada perkembangan
globalisasi khususnya bagi negara dengan sistem perekonomian berkembang. Hal
ini cenderung menciptakan hubungan kerjasama untuk mengembangkan potensi
yang dimilikinya. Suatu daerah atau kota telah dapat secara mandiri memperluas
perannya dan partisipasi dalam menjalin hubungan internasional untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Meskipun idealnya hubungan
diplomatik dengan luar negeri merupakan wewenang pemerintah pusat, namun
seiring berjalannya waktu terjadi penyerahan wewenang pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk dapat mengelola sumber daya yang dimilikinya
(Thontowi, 2009, hal. 150).
Di Indonesia, ruang dan kewenangan kepada aktor sub-nasional terwujud
melalui produk hukum seperti Undang-Undang No.37 Tahun 1999 tentang
Hubungan Luar Negeri yang terdapat dalam Pasal 1 Ayat 1 yang berbunyi :
Hubungan Luar Negeri adalah setiap kegiatan yang menyangkut
aspek regional dan internasional yang dilakukan oleh pemerintah di
tingkat pusat dan daerah, atau lembaga-lembaganya, lembaga
negara, badan usaha, organisasi politik, organisasi masyarakat,
lembaga swadaya masyarakat, atau warga negara Indonesia.
Selain itu, hubungan yang dijalin bersama pihak luar negeri juga
berlandaskan pada Undang-Undang No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian
Internasional yang didalamnya juga membahas peluang pemerintah daerah yang
telah diberikan kesempatan yang besar dalam menjalankan hubungan kerjasama
luar negeri. Sehubung dengan hal tersebut, Kota Bandung melakukan kerjasama
Sister City yang tercantumkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri
(PERMENDAGRI) Nomor 1 tahun 1992 bahwa kerjasama Sister City adalah
53
hubungan kerjasama kota bersaudara yang dilaksanakan antara Pemerintah Kota,
Pemerintah Kabupaten, dan Pemerintah Kota Administratif dengan Pemerintah
Kota setingkat di luar negeri.
Hubungan kerjasama yang dijalankan meliputi program kegiatan yang
tetap dan terencana, baik mengenai bidang-bidang yang akan dikerjasamakan,
tujuan yang ingin dicapai, konstruksi biaya masing-masing pihak, maupun
mengenai lamanya waktu yang diperlukan bagi program kegiatan yang
dikerjasamakan. Kemudian dalam perkembangannya terdapat persyaratan yang
harus dipenuhi seperti yang tercantum pada PERMENDAGRI No. 3 Tahun 2008,
yaitu persamaan kedudukan, memberikan manfaat dan saling menguntungkan,
tidak mengganggu stabilitas politik dan keamanan perekonomian, menghormati
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), mempertahankan
keberlanjutan lingkungan, mendukung keutamaan gender dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Program Sister City yang dijalankan oleh
pemerintah kota Bandung dijadikan sebagai jembatan bagi potensi masyarakat
kota Bandung dan kegiatan pemerintah kota untuk berkembang dalam masyarakat
dunia (Bagian Kerjasama Daerah Sekretariat Daerah Kota Bandung, 2016, hal. 8).
Dalam menjalankan kerjasama Sister City dengan pemerintah kota di luar
negeri, Kota Bandung berlandaskan pada dasar hukum yang berlaku di Indonesia
(Bagian Kerjasama Daerah Sekretariat Daerah Kota Bandung, 2016, hal. 10),
yaitu :
1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
perubahan-perubahannya;
54
2. Permendagri No. 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kerjasama
Pemerintah Daerah dengan Pihak Luar Negeri;
3. Undang-undang No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri;
4. Undang-undang No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional;
5. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;
6. Permendagri No.74 Tahun 2012 tentang Pedoman Kerjasama Pemerintah
Daerah dengan Badan Swasta Asing;
7. Permenlu No. 9 Tahun 2006 tentang Tata Cara Hubungan Kerjasama
dengan Pihak Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah;
8. Permendagri No. 69 Tahun 2007 tentang Kerjasama Pembangunan
Perkotaan;
9. Permendagri No. 11 Tahun 2011 tentang Pedoman Perjalanan Dinas ke
Luar Negeri bagi Pejabat/Pegawai di Lingkungan Kementerian Dalam
Negeri, Pemerintah Daerah, dan Pimpinan serta Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah;
10. Peraturan Daerah Kota Bandung No. 12 Tahun 2010 Tentang Kerjasama.
Selain hal tersebut, kerjasama yang terjalin mengacu kepada Visi kota
Bandung sebagai kota jasa yang “BERMARTABAT” (Bersih, Makmur, Taat, dan
Bersahabat) yang memberikan peluang kepada aparat pemerintah terbawah untuk
melakukan kreasi dan inovasi menurut ketentuan yang berlaku. Membangun opini
masyarakat bahwa pembangunan di daerah bukan hanya tanggung jawab
pemerintah daerah tetapi seluruh komponen masyarakat. Untuk meningkatkan
kerjasama antar daerah, lembaga-lembaga pemerintah dengan pihak swasta
55
sebagai salah satu stakeholder pembangunan di daerah membentuk kerjasama
yang ideal dan berkelanjutan sesuai dengan potensi yang ada di kota Bandung.
Hubungan Sister City yang dijalin oleh kota Bandung sudah berlangsung
sejak tahun 1960 bersama dengan kota Braunschweig, Jerman. Kerjasama ini
sekaligus menjadi Sister City tertua di Indonesia. Hubungan ini bermula pada saat
Prof. Dr. George Eckert yang ketika itu menjabat sebagai Direktur Internasionales
Schulbuchinstitute (Institut Buku Sekolah Internasional) dan juga menjadi staff
dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
(UNESCO) di Braunschweig mengadakan hubungan antara Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung yang pada saat itu bernama Perguruan
Tinggi Pendidikan Guru dengan Perguruan Tinggi Keguruan (Padagogishe
Hoschule) Brauschweig sekitar tahun 1950.
Kerjasama tersebut memperoleh bantuan 1000 buah buku pelajaran bahasa
Jerman dan buku tersebut menjadi modal pertama perpustakaan Jurusan Bahasa
Jerman di UPI. Hubungan baik tersebut kemudian dikembangkan oleh para
akademisi dari kedua negara. Pada bulan Mei 1957, para ahli sejarah Indonesia
dan Jerman mengadakan konferensi di Braunschweig dengan bantuan dari
UNESCO komisi Jerman.
Selanjutnya, Pada tanggal 24 Juni 1959 Pemerintah Indonesia yang
diwakili oleh Majoenani dari Atase Kebudayaan Republik Indonesia di Bonn
mengemukakan hasrat untuk mengadakan Hubungan Persahabatan kota Bandung
dan kota Braunschweig. Guna merealisasikan hubungan persahabatan tersebut,
pada bulan September 1959 diadakan pertemuan secara khusus antara Duta Besar
RI, Dr. Zairin Zain dengan Prof. Dr. George Eckert dalam seminar tentang sejarah
56
kebudayaan Indonesia untuk merealisasikan hubungan persahabatan kedua kota
tersebut. Kemudian secara resmi hal ini disampaikan oleh Atase Kebudayaan RI,
Rochmat Hardjono kepada Oberstadtdirektor (Direktur Kota), Hans Günther
Weber di Balaikota Braunschweig. Selanjutnya, pada tanggal 18 Mei 1960 Dewan
Perwakilan Rakyat kota Braunschweig menyetujui usul tersebut secara bulat.
Hubungan baik tersebut ditandai dengan penandatanganan Piagam Ikatan
Persaudaraan Bandung dan Braunschweig pada 24 Mei 1960 dihadapan Dewan
Perwakilan Rakyat Kota Braunschweig antara Ny. Martha Fuchs selaku
Oberbürger Meister (Walikota) dan Hans Günther Weber selaku
Oberstadtdirektor (Direktur Kota) bersama pihak Pemerintah Republik Indonesia
yang diwakili oleh Duta Besar RI untuk Jerman Dr. Zairin Zain di Museum Kota
Braunschweig. Namun, secara resmi kota Bandung dan kota Braunschweig telah
menjadi mitra kerjasama selama kurun waktu 57 tahun sejak disempurnakannya
piagam persahabatan kedua kota pada 2 Juni 1960 yang ditandatangani oleh R.
Priatnakusumah yang merupakan Walikota Bandung pada masa itu dan Prof. Dr.
Eckert utusan kota Braunschweig. Hal ini juga menjadi kesepakatan pertama
antara kota di Jerman dan sebuah kota di Asia Tenggara (Sinaga, 2010, hal. 37).
Dengan pertimbangan bahwa kerjasama ini harus memiliki landasan
hukum yang kuat sehingga diakui oleh dunia internasional, maka hubungan
kerjasama yang telah berjalan selama 40 tahun dengan Piagam Persahabatan
diperbaharui dengan Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani
oleh Walikota Bandung pada saat itu yang bernama AA Tarmana dan Walikota
Braunschweig bernama Warner Steffens pada tanggal 19 Juni 2000 di kota
57
Braunschweig, Jerman (Bagian Kerjasama Daerah Sekretariat Daerah Kota
Bandung, 2016, hal. 18-19).
Berlangsungnya kerjasama antara kedua kota tersebut sebelumnya melalui
tahapan pelaksanaan kerjasama Sister City (Bagian Kerjasama Kota Bandung,
2017), yaitu:
1) Penjajakan
Dilakukan dengan saling tukar menukar potensi yang dimiliki daerah
antara kedua pihak. Pertukaran ini dapat memanfaatkan kantor perwakilan
negara asing di Indonesia atau kantor perwakilan Republik Indonesia di
Luar Negeri.
2) Penandatanganan LoI (Letter of Intent)
Apabila keinginan untuk bekerjasama mendapat sambutan positif dari
masing – masing pihak, maka antara kedua belah dapat menandatangani
LoI.
3) Penyusunan Rencana Kerjasama
Setelah ditandatanganinya LoI, pemerintah kota segera menyusun Rencana
Kerjasama atau Term of Reference dan Plan of Action yang
menggambarkan maksud dan tujuan kerjasama serta manfaat yang
diperoleh.
4) Persetujuan DPRD
Rencana Kerjasama, Plan of Action dan LoI yang sudah ditandatangani
kedua pihak kemudian diajukan kepada DPRD Kota untuk mendapatkan
persetujuan.
58
5) Permintaan Fasilitasi Pemerintah
Setelah adanya persetujuan DPRD Kota, Pemerintah Kota mengajukan
surat kepada Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia untuk memohon
fasilitasi kerjasama. Surat Permohonan ini dijadikan syarat untuk
menentukan pembahasan Draft MoU dengan melibatkan Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia, Sekretariat Negara Republik Indonesia,
Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia dan
Kementerian/Lembaga terkait lainnya.
6) Penyusunan Draft MoU (Memorandum of Understanding)
MoU yang digunakan untuk kerjasama Sister City ini tergolong sebagai
dokumen perjanjian internasional, sehingga penyusunannya dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional Kementerian Luar
Negeri (Kemenlu) sebagai ahli hukum internasional. Draft yang sudah
disusun oleh kemenlu akhirnya dibahas dalam forum inter-kem (antar
kementerian). Kemudian hasil rapat draft MoU yang telah dibahas
disampaikan oleh Kementrian Dalam Negeri kepada Kementrian Luar
Negri untuk agar diteruskan ke kantor perwakilan RI di luar negri untuk
dibicarakan lebih lanjut dengan calon Sister City untuk seterusnya
mendapat tanggapan.
7) Penandatanganan MoU (Memorandum of Understanding)
Draft MoU yang telah mendapatkan persetujuan mitra kerjasama luar
negeri oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia kemudian
disampaikan kepada Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia dan
Pemerintah Kota yang bersangkutan untuk proses usulan Surat Kuasa
59
(Full Power). Pemerintah kota selanjutnya mengajukan permohonan
penerbitan Surat Kuasa kepada Menteri Luar Negeri melalui Menteri
Dalam Negeri dengan melampirkan draft MoU yang telah diparaf.
Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri atas nama Menteri Dalam
Negeri mengirim surat rekomendasi kepada Menteri Luar Negeri untuk
penerbitan Surat Kuasa penandatanganan MoU kepada pejabat yang
namanya tertera dalam Surat Kuasa sesuai tanggal yang telah ditetapkan.
Setelah Surat Kuasa terbit pejabat Pemerintah Kota/Walikota yang atas
namanya diterbitkan Surat Kuasa dapat melakukan penandatanganan
MoU dengan pejabat Pemerintah Kota mitra kerjasama di luar negeri.
Penandatangan dapat dilakukan di dalam atau di luar negeri. Naskah
MoU yang sudah ditandatangani dikirim kepada Kementerian Luar
Negeri untuk disimpan sebagai Dokumen Negara. Kementerian Luar
Negeri menerbitkan salinan resmi yang sah sebagai pegangan Pemerintah
Kota dan Kementerian Dalam Negeri
8) Pelaksanaan Kerjasama
Setelah MoU ditandatangani, maka dokumen kerjasama tersebut mengikat
kedua belah pihak dan program – program yang disepakati dapat mulai
dilaksanakan. Pemerintah Kota membentuk tim kerja sebagai pelaksana
harian dari hasil kegiatan yang disepakati. Pemerintah kota dapat
mengalokasikan dana yang mungkin timbul dalam kerjasama tersebut
melalui APBD dan sumber – sumber lain yang sah.
60
9) Evaluasi Pelaksanaan Kerjasama
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian/lembaga lain terkait akan
melakukan Monitoring dan Evaluasi secara berkala untuk mengetahui
capaian dan hasil kerjasama sesuai Instrumen Monitoring dan Evaluasi
yang disusun oleh Kementerian Dalam Negeri.
10) Pelaporan Pelaksanaan Kerjasama
Pemerintah kota menyampaikan laporan kepada Kementerian Dalam
Negeri tentang pelaksanaan program kerjasama tersebut sesuai format
yang terdapat pada Instrumen Monitoring dan Evaluasi. Hasil eval
Recommended