View
3
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iii I. PENDAHULUAN 1 II. PENJELASAN ISI RISALAH 2 Ill. RISALAH BENIH TANAMAN HUTAN 5
100 Angsana (Pterocarpus indicus Willd) 7 101 Beringin (Ficus benyamina L.) 10 102 Bisbul (Diospyros blancoi A. DC) 14 103 Burahol (Stelechocarpus burahol Blume) 16 104 Cemara Laut (Cassuarina equisetifolia L.) 19 105 Cempaka (Michelia champaca L.) 23 106 Cempedak (Artocarpus integer) 26 107 Damar (Agathis loranthifolia Salisb) 29 108 Gandaria (Bouea macrophylla Griffith) 32 109 Gowok (Syzygium polycephala Miq.) 34 110 Jamuju (Podocarpus nerifolius) 36 111 Jati (Tectona grandis Linn.f.) 39 112 Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl.) 42 113 Kecapi (Sandoricum koetjape (Burm.f) Merr.) 45 114 Kemiri (Aleurites moluccana (L) Willd) 49 115 Kenari (Canarium indicum L) 52 116 Kepuh (Sterculia foetida Linn.) 55 117 Kesemek (Diospyros kaki L.f) 59 118 Kihiang (Albiziia procera Benth) 62 119 Mahoni (Swietenia macrophylla King) 64 120 Menteng (Baccaurea racemosa Reinw) 68 121 Mindi (Melia azadarach) 70 122 Pasang (Lithocarpus spp) 74 123 Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) 77 124 Pulai (Alstonia scholaris (L) R Br) 81 125 Rasamala (Altingia excelsa) 85 126 Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) 87 127 Sentul (Sandoricum nervosum Blume) 90 128 Sungkai (Peronema canescens Jack) 94 129 Tisuk (Hibiscus macrophyllus Roxb.) 97
IV. GLOSARI 100
BAB I. PENDAHULUAN
Eksistensi Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor (dahulu Balai Teknologi Perbenihan)
akan menjadi nyata apabila mampu menghasilkan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
yang memberi kontribusi bagi upaya pemecahan masalah-masalah yang dihadapi di dalam
pembangunan kehutanan. Buku Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia ini merupakan salah satu
paket informasi IPTEK yang dikemas dan disajikan dalam bentuk praktis dan cukup lengkap, mudah
dimengerti dan bersifat informatif dalam implementasinya.
Sampai Desember 2002, telah diterbitkan Buku Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia
sebanyak 4 jilid yang memuat risalah dari 99 jenis. Dalam jilid I telah disajikan risalah mengenai 23
jenis, jilid II sebanyak 26 jenis, jilid III sebanyak 25 jenis, jilid IV sebanyak 25 jenis sedangkan dalam
jilid V ini disajikan risalah 30 jenis.
Sangat disadari bahwa sudah banyak publikasi yang diterbitkan di bidang teknologi
perbenihan tanaman hutan (terutama publikasi ilmiah, semi ilmiah), namun ketersediaan paket
informasi yang praktis dan komprehensif seperti ini masih sangat terbatas. Sampai dengan
penerbitan buku jilid IV terlihat kecenderungan akan besarnya animo dari para pengguna (users),
baik oleh instansi pemerintah, ilmuwan/pemerhati, maupun swasta/stakeholders. Oleh sebab itu
penerbitan Buku Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia akan diteruskan secara berkesinambungan
(jilid perjilid).
Sama dengan jilid I sampai dengan jilid IV, penyusunan jilid V ini menggunakan metode
kompilasi data hasil-hasil penelitian, baik yang dilaksanakan sendiri oleh Balai Penelitian Teknologi
Perbenihan Bogor (laboratorium, lapangan, studi-literatur dan data sekunder) maupun hasil
penelitian orang/instansi yang terkait yang kemudian dilakukan pengkajian secara komprehensif.
Apabila dikelompokkan, jenis-jenis yang dimuat dalam jilid V ini terdiri dari jenis-jenis
Andalan Setempat/Andalan yang Unggul Khusus Jawa Barat.
BAB II. PENJELASAN ISI RISALAH
Nama Perdagangan
Nama perdagangan merupakan nama kayu yang lazim dikenal dalam perdagangan.
Penggunaan nama perdagangan seringkali merupakan nama sekelompok jenis tanaman yang
memiliki ciri sifat dan kegunaan kayu yang hampir sama. Sebagai contoh "meranti merah"
merupakan nama perdagangan dari genus Shorea dan "keruing" untuk kelompok jenis dalam genus
Dipterocarpus.
Nama Ilmiah/Botanis
Nama ilmiah/botanis adalah nama yang diberikan pada satu jenis tanaman yang dilihat dari
ciri-ciri yang dimiliki dan disesuaikan dengan nomenklaturnya yang terdiri dari genus dan penunjuk
spesies (yang menjadi ciri dari suatu spesies) dan diikuti oleh nama penemunya, sebagai contoh
Pometia pinnata Forest.
Sinonim
Merupakan beberapa nama ilmiah/botanis yang diberikan untuk satu spesies oleh
penemunya masing-masing karena kecenderungan kemiripan ciri-ciri yang dimilikinya. Sebagai
contoh asam jawa memiliki nama botanis Tamarindus indica L., Syn T occidentalis Gaertn; T. Hook; T.
umbrosa Salish.
Sebaran Tumbuh
Sebaran tumbuh merupakan sebaran alami dan daerah dimana terdapat sumber benihnya.
Penulisan sebaran tumbuh dilakukan dalam satuan provinsi atau satuan regional, kecuali jika
diketahui secara pasti lokasi keberadaannya.
Musim Buah
Umumnya, musim buah tanaman hutan bervariasi dan dapat dijadikan 2 kelompok besar
yaitu yang berbuah pada musim kemarau (Juni-Agustus) dan disebut dengan kelompok benih
ortodoks seperti Calamus manan Miq (rotan manau). Sedangkan yang berbuah pada musim hujan
biasanya disebut dengan buah rekalsitran yaitu berbuah pada bulan November-Februari, contohnya
Pometia pinnata Forest, (matoa), Styrax benzoin Draynd (kemenyan).
Pengumpulan Benih
Pengumpulan benih mencantumkan bagaimana mengetahui kemasakan buah yang biasanya
ditandai dengan adanya perubahan warna kulit, cara pemanenan buah maupun ciri-ciri buah sudah
dapat dipanen. Sebagai keterangan tambahan dicantumkan mengenai bentuk dan ukuran buah.
serta jumlah benih rata-rata dalam satuan berat kilo.
Ekstraksi Benih
Ekstraksi benih didefinisikan sebagai kegiatan mengelurkan dan membersihkan benih dari
bagian-bagian lain buah, seperti tangkai, kulit dan daging buah. Dikenal dua macam ekstraksi. benih
yaitu ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah berbetuk polong (Adenanthera microsperma)
dan jenis-jenis yang memiliki daging buah yang kering (Casuarina equisetifolia). Sedangkan ekstraksi
basah dilakukan terhadap jenis-jenis yang memiliki daging buah yang basah seperti Pometia pinnata
(Matoa), Nephelium longan (Lengkeng). Pada jenis Dipterocarpaceae dan jenis lainnya yang
bersayap, ekstraksi dilakukan dengan cara membuang sayapnya.
Penyimpanan Benih
Kemampuan benih untuk disimpan bervariasi. Ada 2 kelompok besar sifat benih dalam penyimpanan
: (1) benih ortodoks, dimana kelompok ini benihnya dapat disimpan lama pada kadar air rendah (4 -
8%) dengan temperatur rendah (4 - 18° C) clan RH 40 - 50 %; (2) Benih rekalsitran, dimana benih
dalam kelompok ini tidak dapat disimpan lama (1 - 4 minggu) pada kadar air 20 - 50% dan kondisi
temperatur dan kelembaban yang sedang (18 - 20° C; RH 50 - 60%).
Perkecambahan Benih
Uji perkecambahan benih dapat dilakukan di dalam laboratorium dengan menggunakan metode uji
UDK (Uji Di atas Kertas), UAK (Uji Antar Kertas) dan UKDdp (Uji Kertas Digulung didirikan dalam
Plastik). Uji perkecambahan benih di rumah kaca umumnya menggunakan media tanah halus, pasir
halus, serbuk gergaji dan media lainnya, dapat juga campuran atau tidak dicampur. Media sebelum
digunakan harus disterilkan dahulu dengan cara pemanasan dalam oven bertemperatur 103 ± 2°C
untuk media kertas dan dilakukan penggorengan untuk media lainnya.
Pencegahan Hama dan Penyakit
Perlakuan pencegahan terhadap serangan hama dan penyakit benih dapat dilakukan sebelum benih
disimpan, selama penyimpanan, uji perkecambahan dan persemaian. Pencegahan hama penyakit
dimaksudkan agar kecambah yang tumbuh serta bibitnya di persemaian dapat tumbuh sempurna,
sehingga penanaman dapat berjalan dengan baik.
Persemaian
Kondisi kecambah ketika siap untuk dibesarkan dalam persemaian merupakan awal dari kegiatan
persemaian. Persiapan bibit sebelum ditanam meliputi kondisi persemaian seperti naungan, media
bibit, pemupukan dan pemeliharaan lainnya. Pemupukan bibit di persemaian yang intensif dan baik
akan berpengaruh terhadap kesiapan dalam penanaman di lapangan.
Glosari
Glosari berisi istilah-istilah dalam bahasa ilmiah yang dicarikan arti atau persamaan kata serta
definisi/batasannya agar mudah dimengerti. Hal ini dimaksudkan untuk menyamakan persepsi
dalam implementasinya.
BAB III. RISALAH BENIH TANAMAN HUTAN
100. ANGSANA (Pterocarpus indicus Willd)
Oleh :
Kurniawati P. Putri dan Eliya Suita
Nama Perdagangan : Angsana/Sonokembang
Nama Botanis : Pterocarpus indicus Willd
Nama Famili : Pterocarpus walichii Wight & Am. Pterocarpus
zollingeri Mig. Pterocarpus papuanus F. V.
Mueller
Famili : Papilionaceae
Sebaran Tumbuh : Sebaran alami di Indonesia berada di seluruh Jawa dan
Sulawesi, Maluku, Bali NTB dan NTT dan Irian Jaya. Tumbuh pada ketinggian 600 m dpl. Tumbuh
pada berbagai jenis tanah kecuali pada tanah liat yang berat, kadang-kadang tumbuh pada tanah
agak berpasir dan tergenang air seperti pada tanah gambut. Dapat tumbuh sampai ketinggian 800 m
dpi dengan tipe curah hujan A- D 4-6.
Musim Buah : Musim buah umumnya bulan Maret - April
Pengumpulan Benih : Buah diunduh dari pohon, tidak dianjurkan pemungutan buah yang
telah jatuh karena seringkali telah terserang hama (ulat). Buah (polong) yang masak berwarna coklat
atau minimal sayapnya telah berwarna coklat. Buah berukuran 4 - 6 cm, dalam satu buah terdapat 1-
3 biji yang berbentuk pipih berukuran 0,5 - 1 cm.
Ekstraksi Benih : Buah hasil pengunduhan diekstraksi dengan cara memotong buah
dan mengeluarkan biji/benihnya. Jumlah benih 21.736 - 19.762 butir per kg. Benih yang baik ditandai
dengan warnanya yang coklat kemerah-merahan 2).
Penyimpanan Benih : Benih dikeringanginkan pada suhu kamar atau di tempat yang teduh
(hingga kadar air mencapai 4 - 7%). Benih yang akan disimpan kemudian dimasukkan ke dalam
Perkecambahan : Pembiakan dengan biji masih menghadapi kendala berupa
rendahnya viabilitas biji. Setelah 16 - 87 hari, daya berkecambahnya hanya sekitar 8%. Untuk spesies
lain dalam famili Ficus, perlakuan pendahuluan dengan perendahan air panas 60OC selama 10 menit
dapat meningkatkan perkecambahan benih 5).
Pembiakan Vegetatif : Pembiakan vegetatif dengan stek merupakan cara termudah untuk
pengadaan bibit beringin. Bahan pembuatan stek sebaiknya diambil dari pohon yang keadaannya
tidak berbunga atau berbuah dan tidak bertunas baru. Setengah daunnya bahan stek dihilangkan2).
Untuk stek pucuk diameter bahan stek yang paling baik adalah 1 - 2,5 mm dengan panjang ± 15 cm
(tiga ruas). Bahan stek yang paling baik diambil dari pohon induk yang telah berumur 10 - 15 tahun.
Bahan stek juga dapat menggunakan bagian tengah cabang. Bahan stek tersebut harus segera
ditanam pada media setelah dipotong dari pohon induknya. Penyimpanan bahan stek lebih dari 1
hari akan mematikan stek tersebut1).
Persemaian : Cara pembibitan beringin dapat dilakukan dengan pembiakan
generatif (biji) dan pembiakan vegetatif (bahan vegetatif). Pengadaan bibit secara generatif masih
menghadapi kendala berupa persentase kecambah yang sangat rendah dan musim buah yang tidak
menentu. Secara alami pembiakan generatif dilakukan oleh satwa pemakan buah beringin. Biji yang
dikeluarkan melalui kotorannya atau pemuntahan kembali biji yang sudah ditelan (regurgitasi).
Sedangkan persemaian dengan pembiakan vegetatif dapat dilakukan dengan menggunakan media
campuran tanah + pasir dan kompos (3 : 1 : 1). Bahan stek ditanam langsung pada polybag
berukuran 15 x 20 cm yang telah diisi media di atas. Stek yang telah ditanam diberi sungkup plastik
untuk menjaga agar tetap lembab. Di samping itu stek juga dinaungi paranet intensitas 50%.
Pembukaan sungkup dilakukan setelah stek tumbuh, yaitu pada minggu keempat setelah
penanaman. Penyiraman dilakukan sehari sekali dengan menggunakan sprayer yang halus. Persen
hidup stek pucuk dan batang dapat mencapai 77,33% 1). Pada umur 6 bulan stek sudah mencapai 20
- 30 cm dengan diameter 5 - 8 cm. Kondisi tersebut cukup memadai bagi stek tersebut untuk
dipindahkan ke lapangan.
Pencegahan Hama dan : Hama yang sering menyerang semai beringin adalah sejenis tungau
yang menyebabkan permukaan daun keriting, melipat-lipat, berwarna pucat dan timbul bercak-
bercak.
Daun tersebut biasanya dipakai untuk bertelur dan berkembangbiak jenis tungau tersebut. Serangan
itu bila dibiarkan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena akan mengganggu fungsi
daun sebagai penyelenggara proses fotosintesis. Serangan hama tersebut dapat ditanggulangi
dengan penyemprotan insektisida. Penyemprotan insektisida (misal : Regent 50 SC dosis 4- 8 ml/I
air) atau larutan deterjen pada permukaan daun.
DAFTAR PUSTAKA
1) Effendi, M dan M. Sinaga. 1997. Pengaruh Ukuran Diameter Stek dan Lama Penyimpanan
Terhadap Pertumbuhan Stek Cabang Beringin (Ficus benyamina L.) di Persemaian dan di
Lapangan. Buletin Penelitian Kehutanan. Balai Penelitian Kehutanan Kupang. Kupang.
processor (alat pengupas kopi) atau dengan cara menggosok-gosok biji dengan tangan menggunakan
pasir atau abu gosok.
Perkecambahan dan Persemaian : Sebelum benih disemai terlebih dulu dilakukan
skarifikasi. Benih burahol ditabur pada bak semai dengan media semai terdiri dari campuran tanah,
pasir dan kompos. Burahol sangat lambat berkecambah dan memerlukan waktu beberapa bulan
sampai benih mulai berkecambah. Pada saat semai berdaun 3-5 helai baru dilakukan penyapihan.
Bibit yang sudah mencapai tinggi 0,5 - 1 m dapat dipindahkan ke lapangan.
Hama dan Penyakit : Pohon burahol sangat disukai kelelawar dan binatang pengerat.
DAFTAR PUSTAKA
1) Coronel, E.E. 1997. Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA. Sumber Daya Nabati Asia
Tenggara 2. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
2) Dewi, A.R. 1996. Kumpulan Tanaman Langka. Pusat Dokumentasi dan Informasi Manggala
Wana Bakti. Jakarta.
3) Dian, L., Sudarmono., Sutrisno., Handayani, T. 2000. Tanaman Buah Kebun Raya Bogor.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Seri Koleksi Kebun Raya. Vol I No 4.
4) Heyne, K. 1997. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.
5) Van Stenis. C.G.G.J. 1997. Flora. Untuk Sekolah Dasar di Indonesia. Pradnya Paramita.
Jakarta.
Pencegahan Hama : Sebelum disimpan benih perlu disemprot dengan pestisida untuk
menahan serangan semut. Bentuk semai sangat rentan terhadap serangan semut, jangkrik dan hama
insek lainnya, juga mudah terserang akar busuk5).
Persemaian : Kecambah dengan tinggi 5 - 10 cm dari baik kecambah dipindahkan
ke wadah pembibitan (polybag atau pottray), kemudian setelah tumbuh hingga mencapai tinggi 30 -
50 cm atau setelah berumur 12 - 16 bulan, bibit siap ditanam di lapangan. Pada awal penanaman,
bibit perlu penyiraman yang intensif. Di daerah kering, pengairan diperlukan sedikitnya hingga pada
3 tahun pertama penanaman. Pembersihan gulma perlu dilakukan terutama pada bulan-bulan
pertama penanaman karena anakan C. equisetifolia kurang mampu berkompetisi dengan gulma
terutama rumput yang rapat 5).Penambahan inokulasi penambat Nitrogen yakni jamur Frankis
sangat efektif pada saat pembibitan untuk menghasilkan bibit yang lebih bermutu. Sebanyak 2 g
bubuk Frankia per anakan dicampurkan dengan media semai atau dilarutkan dalam air kemudian
disiramkan pada media tepat pada bagian bawah anakan atau disuntikan pada media dekat
perakaran9).
Vegetatif : Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan metode cangkok
(40% berakar) atau dengan stek batang tunas. Stek ditanam dalam pot berisi media tanah berpasir
kemudian ditutup dengan kantong plastik hingga terlihat berakar dan bertunas6).
DAFTAR PUSTAKA
1) Boland, D.J, M.I.H brooker, G.M Chippendale.; N. Hall, B.P. M Hyland; R.D Johnston; D.A
Kleinig and J.D Turner. 1987. Forest Trees of Australia. NELSON CSIRO.
2) Forestry/Fuelwood Research and Development (F/FRED) Project. 1992. Growing
Multipurpose Trees on Small Farms. Modul 2. Nurseries and Propagation. Bangkok, Thailand.
Winrock International. 193 + ix pp.
3) Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.
4) International Institute of Rural Reconstruction (IIRR). 1992. Seeds and Plant Propagation.
Agroforetsry Technology Information Kit (ATIK). Dept. of Environmental and natural
Resources. The Philippines.
5) National Academy of Sciences (NAS). 1980. Firewood Crops Shrub and Tree Species for
Energy Production. Washington, D.C.
6) Pryor, L.D. 1991, Vegetative Propagation of Cassuarina and Acacia; Potential for Success In
Trees for the Tropics Growing Australia Multipurpose Trees and Shrubs in DW. Conntries
Roland, DJ (ed) ACIAR pp 154 157.
7) Reddel P. P.A. Resbrook and Pa Ryan, 1991, Managing Bitrogen Fixation in Cassuarina
species to increase Productivity in Trees for The Tropics Growing Australia Multipurpose
Trees and Shrubs in DW. Countries Roland, D, (Ed) ACIAR pp 209-214.
8) Stanley, T.D and E.M Ross. 1983. Flora of South-eastern Queensland Vol.1. Queensland
Department of Primary Industries. Miscellaneous Publication.
9) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America USDA. Forest Service 563 P.
penggunaan pestisida kimia, yang mengandung potensi yang membahayakan lingkungan hidup,
dapat dihindari.
Persemaian : Untuk pembuatan bibit, benih dapat langsung ditanam dalam
polybag (berisi tanah + kompos = 1:1) yang ditempatkan di bawah naungan. Bibit dipelihara (dengan
penyiraman yang teratur) selama 3-4 bulan, setelah itu siap untuk ditanam di lapangan. Selama
dalam masa pemeliharaan, bibit dapat dipupuk dengan larutan NPK dengan dosis sekitar 5 gram/10
liter air.
DAFTAR PUSTAKA
1) Burkill, J.H., W. Birtwistle, F.W. Foxworthy, J.B. Scrivenor and J.G. Watson (1935) : A
Dictionary of The Economyc Products of The Malay Peninsula. Government of The Straits
Settlements and Federated Malay State by the Crown Agents for The Colonies, London H
1465
2) Heyne, K(1987) : Tumbuhan Berguna Indonesia. Cetakan 1, Badan Litbang Kehutanan,
Jakarta. H. 761.
3) Lembaga Biologi Nasional LIPI ( 198 ): Kayu Indonesia. Proyek Sumber Daya Ekonomi, LBN-
LIPI, Bogor. H 24.
4) Van Steenis, C.G.G.J., D. den Hoed, S. Bloembergen dan P.J. Eyma (1978) : Flora untuk anak
sekolah. Cetakan II. P.T. Pradnya Paramita, Jakarta. H.200.
106. CEMPEDAK (Artocarpus integer)
Oleh:
Eliya Suita dan Aam Aminah
Nama Perdagangan : Cempedak
Nama Botanis : Artocarpus integer
Nama Famili : Moraceae
Sebaran Tumbuh : Tersebar di hutan-hutan sekunder, dan dataran rendah sampai
ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut, tumbuh baik pada daerah-daerah yang mempunyai
curah hujan cukup tinggi, pada keadaan air tanah yang baik.Berasal dari Malaysia, tersebar di
Myanmar, Thailand, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya.2)
Musim Buah : Berbunga pada bulan Juli - Agustus dan berbuah pada bulan
September - Desember2).
Pengumpulan Benih : Buah yang telah masak berwarna hijau kekuningan dengan
memberikan suara pekak kalau dipukul dan berbau menyengat.
Ekstraksi Benih : Ekstraksi dilakukan dengan membelah buah dan mengambil daging
yang menyelimuti benihnya. Bila akan ditanam, agar cepat berkecambah, selaput tipis yang
berlendirpada biji dibuang dan dicuci dengan air bersih kemudian dikeringkan.
Penyimpanan Benih : Benih cempedak tidak tahan disimpan lama (rekalsitran) oleh karena
itu benih yang telah diekstraksi disarankan untuk segera ditanam. Jika diperlukan, untuk
penyimpanan jangka pendek, benih dapat disimpan asalkan benih jangan sampai mengering. Dapat
disimpan pada suhu 20°C (ruang ber AC) di dalam kantong plastik kedap.
Perkecambahan : Benih yang telah diproses segera ditanam di bak/bedeng tabur.
Benih ditanam mendatar atau berbaring dan lembaganya menghadap ke bawah. Penyiraman
dilakukan setiap hari. Pada umumnya biji yang segar mudah berkecambah. Untuk memacu
perkecambahan, benih dapat ditutup dengan jerami.
Perbanyakan : Pembiakan cempedak dapat dilakukan dengan stek, cangkok atau
kultur jaringan, namun relatif masih sulit dilaksanakan.
107. DAMAR (Agathis loranthifolia Salisb)
Oleh :
Nurhasybi
Nama Perdagangan : Damar
Nama Botanis : Agathis loranthifolia Salibs.
Sinonim : Agathis dammara L.C. Richard
Famili : Araucariaceae
SebaranTumbuh : Sebaran alami di Indonesia berada di Sulawesi, Irian Jaya dan
Kalimantan2). Sumber benih di Sukabumi (Jawa Barat), Baturaden (Jawa Tengah), Banyuwangi Barat
dan Probolinggo (Jawa Timur). Jenis ini tumbuh pada ketinggian 100 - 1600 m dpl. Dengan curah
hujan 2400-4800 mm/tahun. Tumbuh pada tanah berdrainase baik dan toleran terhadap tanah
padat dan asam 5).
Musim Buah : Berbuah sepanjang tahun, terutama pada bulan Agustus dan
Oktober
Pengumpulan Benih : Masak fisiologis benih dicirikan dengan warna kulit kerucut hijau tua
dan/atau pada bagian ujung kerucut berwarna kecoklatan, dengan fisik berwarna coklat. Bentuk
buah hampir bulatdengan diameter 20 - 26 cm. Dalam satu cone/buah berisi 9.096 benih. Jumlah
benih per kg kurang lebih 4.950 butir3).
Esktraksi Benih : Ekstraksi benih dilakukan dengan cara memasukan kerucut masak
dalam karung plastik. Dibiarkan dalam jangka waktu 1- 2 hari hingga semua kerucut pecah. Untuk
memisahkan benih dengan bagian lain, dilakukan pemisahan dengan cara ditampi atau dengan
tumbler yang memiliki ukuran saringan yang sesuai untuk benih Agathis loranthofalia.
Penyimpanan Benih : Benih disimpan pada kadar air 30 % (kadar air setelah benih segar
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada suhu kamar selama 24 jam) dicampur dengan
fungisida berupa mancozeb + karbendazim (Delsene MX-200) dengan dosis 4,01 - 4,05 g/kg benih,
dalam wadah simpan kantong plastik. Dengan cara ini benih mampu disimpan selama 9 bulan
dengan berkecambah di atas 70% di ruang kamar (temp. 28-33OC, RH 60-70%) atau temperatur 18-
20OC, RH 50-60%)1).
108. GANDARIA (Bouea macrophylla Griffith)
Oleh:
Nurmawati Siregar
Nama Perdagangan : Gandaria
Nama Botanis : Bouea macrophylla Griffith
Sinonim : Bouea gandaria Blume
Famili : Anacardiaceae
Sebaran Tumbuh : Sebaran alami terdapat di Semenanjung Malaysia, Sumatera Utara
dan Jawa Barat serta sudah dibudidayakan terutama di Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan dan
Ambon. Secara alami gandaria dapat tumbuh sampai ketinggian 300 m dpl sedang tanaman
budidaya sampai ketinggian 850 m dpl pada tanah yang ringan dan subur.
Musim Buah : Di Indonesia musim berbunga pada bulan Juli-November dan buah
masak pada bulan Maret sampai Juni.
Pengumpulan Benih : Buah masak dicirikan dengan warna kulitnya yang berwarna
kekuningan sampai jingga, aroma seperti terpentin. Buahnya termasuk buah buni, berbentuk agak
bulat dengan ukuran 2,5-5 cm. Jumlah buah per kilogram sekitar 30-50 buah. Setiap buah
mengandung 1 :butir biji, berbentuk agak lonjong dengan ukuran 1 cm x 2 cm, berwarna ungu.
Pohon dewasa dapat menghasilkan 200 kg buah.
Ektraksi Benih : Buah diperam selama 3-4 hari agar daging buah menjadi lunak.
Daging buah dibuang dengan pisau kemudian dilakukan ekstraksi terhadap biji karena masih banyak
sisa-sisa daging buah yang melekat pada biji. Ekstraksi biji dapat dilakukan dengan cara skarifikasi.
Penyimpanan Benih : Benih gandaria termasuk jenis rekalsitran dengan kadar air benih
51,8 % sehingga tidak dapat disimpan lama.
Perkecambahan dan Persemaian : Benih gandaria ditabur pada bak semai dengan
media semai terdiri dari campuran tanah, pasir dan kompos. Benih gandaria mulai berkecambah 3-4
minggu setelah penaburan, akan tetapi dapat juga diperbanyak dengan cara cangkok dan okulasi.
diperlukan. Perbanyakan biasanya dengan biji langsung, kecambah muncul setelah 7-8 hari
penaburan. (Syamsuwida, dkk, 2004)4).
Vegetatif : Perbanyakan bisa dengan cara okulasi, cangkok atau sambung (Dodd
et al,1989)1).
Pencegahan Hama dan Penyakit : Pencegahan terhadap benih apabila terserang penyakit
(jamur) adalah dengan memberikan fungisida seperti Dithane M-45 (2 gram/liter air) (Syamsuwida,
2002) 3).
Persemaian : Media semai yang dipergunakan adalah campuran pasir + tanah
dengan perbandingan 1: 1. Ukuran polybag 20 x 15 cm. Pemupukan dilakukan setelah bibit berumur
1 bulan dengan pupuk NPK cair (5 gram/liter). Bibit siap tanam pada umur 3 bulan. Dalam
persemaian diperlukan shadding net dengan naungan 40 %. (Wodsworth, 1997) 5).
DAFTAR PUSTAKA
1) Dodd, M.C. Staden, J Van and Smith, M.T. 1989 Seed Germination in Podocarpus latus: An
Ultrastructural an Biochemistry study. Annals of Botany By: 569 - 579.
2) Floyd, AG 1989 Rainforest Trees of Mainland South Eastern Australia Forest Commision of
NSW.
3) Syamsuwida, D. 2002, Stek Pengeringan dan Penyimpanan terhadap perkecambahan Benih
Podocarpus elatas dan Azadirachta indica. Bul. Teknologi Perbenihan. Vol 9 No. 1 Buletin
Litbang Kehutanan Balai Litbang Teknologi Perbenihan Bogor.
4) Syamsuwida, D. A. Aminah, M. Sanusi dan A.P. Hidayat Penyimpanan benih rekalsitran
dalam bentuk semai, lap Hasil Penelitian No. 417. Balai Litbang Teknologi Perbenihan. Badan
Litbang Kehutanan Bogor.
5) Wadsworth, 1997. Forest Production for Tropical American Agriculture Handbook 710. USDA
Forest Service. Rio Piedras.
112. KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl.)
Oleh :
Nurhasybi
Nama Perdagangan : Kayu Afrika
Nama Botanis : Maesopsis eminii Engl.
Famili : Rhamnaceae
Sebaran Tumbuh : Jenis tumbuh tersebar secara alami di daerah tropika Afrika Timur.
Tanaman di Indonesia diintroduksikan pertama kali di Jawa Barat.
Jenis ini tumbuh baik pada ketinggian 100 - 1500 m dpl dengan curah hujan 1400 - 3600 mm/tahun,
Tumbuh baik pada solum tanah yang dalam, subur dan bebas genangan air, toleran terhadap tanah
tidak subur, tanah berpasir, dan keasaman.
Musim Buah : Terdapat dua periode musim berbunga jenis ini di Malaysia yaitu
bulan Februari-Mei dan Agustus-September. Sedangkan musim buah masak di Jawa Barat terjadi
pada bulan Juli- Agustus. Buah masak dicirikan oleh warna kulit buah ungu kehitaman.
Pengumpulan Benih : Buah masak dikumpulkan dengan caradipanjat di atas pohon atau
memungut dalam suatu kantong dan diberi label yang bertuliskana lokasi dan tanggal pengunduhan.
Ekstraksi Benih : Benih dikeluarkan dari benih masak dengan cara merendam buah
dalam air selama 1 hari dan membersihkan daging buahnya dengan food processor atau manual.
Sisa daging buah yang menempel pada kulit benih harus dibersihkan dengan sikat atau pasir untuk
mencegah serangan jamur.
Penyimpanan Benih : Benih dapat disimpan pada ruang temperatur rendah (4-8°C)
dengan wadah simpan agak kedap.
Perkecambahan Benih : Sebelum benih ditabur, dilakukan perlakuan pendahuluan dengan
merendam benih dalam H2SO4 (20 N) selama 20 menit untuk meningkatkan daya berkecambahnya.
Benih dikecambahkan dengan menggunakan media campuran pasir dan tanah (1 : 1) yang telah
disterilisasi.
113. KECAPI (Sandoricum koetjape (Burm.f) Merr.)
Oleh:
Hero Dien P. Kartiko dan Enok R. Kartiana
Nama Perdagangan : Kecapi 1,2)
Nama Botanis : Sandoricum koetjape (Burm.f) Merr.) 1,2)
Famili : Meliaceae.
Sebaran Tumbuh : Merupakan jenis asli Indo-China dan Malaysia Barat, dan telah
berkembang menjadi ras lahan serta dibudidayakan di wilayah tropika Asia, khususnya di Indonesia,
Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Jenis ini telah diintroduksi pula ke negara-negara tropika
lainnya. Dapat tumbuh pada ketinggian 0-1000 m di atas permukaan laut, serta dapat bertahan
hidup pada daerah dengan musim kering yang panjang. Tumbuh sangat baik pada tanah lempung
berliat atau lempung berpasir yang gembur dan banyak mengandung humus2).
Musim Buah : Mei-Juni (Jasinga, Kabupaten Bogor). Tanaman dapat berbunga pada
umur 5-7 tahun. Penyerbukan dilakukan oleh serangga, dan perkembangan buah (sejak dari
munculnya bunga) membutuhkan waktu selama 5 bulan2).
Pengumpulan Buah : Pengumpulan buah agar dilakukan pada pohon induk yang memiliki
sifat-sifat yang sesuai dengan tujuan produksi tanaman. Bila tujuan penanaman diarahkan untuk
produksi kayu, benih agar dikumpulkan dari pohon induk yang berbatang lurus, besar, percabangan
ringan, serta bebas cabangnya mencapai ketinggian yang memadai3,4,5,6). Tetapi bila diarahkan
untuk produksi buah, benih selayaknya dikumpulkan dari pohon induk yang memiliki buah yang
manis dan berukuran besar2). Setelah dikumpulkan, buah ditempatkan dalam wadah berpori-pori
(seperti kantong kain atau keranjang bambu) untuk memberi peluang bagi terjadinya pertukaran
udara dengan lingkungan sekitarnya. Selanjutnya, benih sesegera mungkin dikeluarkan dari buah,
dibersihkan daging buahnya, serta disemaikan.
Ekstraksi Benih : Ekstraksi dilakukan dengan membelah kulit luar buah dengan pisau
atau golok. Daging buah yang masih melekat dibersihkan dengan menggosok-gosokan benih pada
pasir. Setelah itu, benih dibilas dengan air mengalir sampai bersih, kemudian sesegera mungkin
disemaikan.
Penyimpanan Benih : Benih memiliki sifat rekalsitran dengan nilai kadar air benih segar
(setelah ekstraksi) sekitar 55%. Oleh karena itu, bila buah tidak dapat segera diekstraksi dan
Pencegahan Hama : Pencegahan terhadap benih apabila terserang penyakit (jamur)
adalah dengan memberikan fungisida seperti Dithane M-45 (2 gram/liter air).
Persemaian : Media semai yang dipergunakan adalah campuran pasir + tanah (1 :
1). Ukuran polybag 10 x 15 cm. Pemupukan dilakukan setelah bibit berumur 2 minggu dengan pupuk
NPK cair (5 gram/liter). Pemupukan dilakukan setiap 2 minggu sekali sampai bibit siap tanam pada
umur 3 bulan atau setelah bibit mencapai tinggi 0,5 cm. Dalam persemaian diperlukan shadding net
dengan nauangan 40 %.
DAFTAR PUSTAKA
1) Anonimous, 1989. Diklat Perbenihan. Kerjasama Pusat Pembinaan Pendidikan dan
Latihan Kehutanan dan Asosiasi Pengusahaan Hutan Indonesia. Bogor.
2) Harington, J.F. 1972. Seed Storage and Longevity. P. 145-246. In TT. Kozlowski (ed)
Seed Biology. Vol III. Academic Press. New York.
3) Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Jakarta.
4) ISTA, 1976. International Rules For Seed Testing. Zurich, Zwitzerland.
5) PIKA, 1979. Mengenal Sifat-sifat Kayu Indonesia dan Penggunaannya. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
6) Sadjad, S. 1975. Dasar-dasar Teknologi Benih Capita Selecta.Departemen Agronomi
IPB.
7) Yuniarti, N dkk. 2002. Teknik Penanganan Benih Orthodoks Jenis Ayu. LHP Balai
Litbang Teknologi Perbenihan, Departemen Kehutanan. Bogor.
utuh dan tidak rusak (benih berwatak semi ortodoks). Kadar air benih yang aman untuk
penyimpanan berkisar antara 8-10 %, kondisi tersebut dapat diperoleh dengan cara diangin-
anginkan selama 2- 3 hari pada ruang kamar (t: 25OC, RH : 70 - 90 %) kemudian benih dikemas
dalam wadah kedap udara dan disimpan dalam ruang kamar atau ruang dingin (AC, DCS).
Perkecambahan : Benih kepuh diduga memiliki dormansi kulit, sehingga untuk
mengecambahkannya memerlukan perlakuan pendahuluan. Perlakuan pendahuluan yang dapat
diterapkan untuk pematahan dormansinya adalah dengan stratifikasi (pemberian panas selama 60
detik kemudian direndam dalam air dingin selama 12 - 24 jam), tetapi teknik pematahan dormansi
yang tepat untuk jenis ini belum ada yang menelitinya. Benih yang sudah mendapat perlakuan
pendahuluan dapat langsung dikecambahkan pada media tabur berupa campuran tanah : pasir (1 :
1) dengan cara menanam ¾ bagian benih dalam media tabur tersebut.
Perbanyakan : Salah satu teknik pembiakan vegetatif kepuh adalah dengan cara
stek, baik stek pucuk maupun stek batang. Bahan stek terbaik adalah bahan stek pucuk, karena
mempunyai kemampuan pertumbuhan yang lebih baik dibanding dari batang, media perakaran
terbaik untuk pertumbuhan stek adalah media serabut kelapa, sedangkan penggunaan zat pengatur
tumbuh (Rootone - F) sebanyak 150 mg/stek adalah yang paling efektif untuk meningkatkan
keberhasilan pertumbuhan stek 4).
Pencegahan Hamadan Penyakit : -
Persemaian : Penyapihan dilakukan pada saat kecambah sudah mempunyai 2
daun atau tinggi kecambah mencapai 5 cm. Jenis media tanam yang dapat digunakan berupa
campuran pasir: tanah : kompos (2 : 7 : 1), sedangkan wadah yang digunakan disesuaikan dengan
pertumbuhan semainya, untuk kepuh dapat menggunakan kantung plastik (polybag)berukuran 10 x
15 cm. Pemberian pupuk NPK (5 gram/1 liter air) dilakukan setelah bibit berumur 3 minggu, setiap 2
minggu sebanyak dua kali (sampai bibit berumur 7 minggu). Bibit kepuh siap ditanam di lapangan
pada umur 3 bulan atau tinggi bibit sudah mencapai 25 - 30 cm.
DAFTAR PUSTAKA
1) Bonner F. T., J. A: Vozzo, W. W. Elam and S. B. Land Jr. 1994. Tree Seed Technology
Training Course: Instructor's Manual. United States Departemen of Agriculture,
Forest Service, Southern Forest Experiment Station. New Orleans.
2) Datta, M. K. 1966. Some Phytogeographical and Economic Aspects of Genus
Sterculia. The Indian Forester Vol. 92 No. 8.
3) Heyne. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid Ill. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta.
4) Prihatin, D. S. H. 2000. Pertumbuhan Stek Pucuk dan Stek Batang Kepuh (Sterculia
Foetida Linn.) pada Berbagai Media dan Dosis Zat Pengatur Tumbuh Rootone F.
Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Skripsi.
5) Tantra, I. G M. 1976. A Revision of The Genus Sterculia L. in Malesia (Sterculiaceae).
Lembaga Penelitian Hutan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Departemen Pertanian. Jakarta.
Hama dan Penyakit : Penyakit penggulung daun, penyakit merah jambu (Corticium
sarmonicolor) dan berbagai apid menyerang pada musim kemarau.
DAFTAR PUSTAKA
1) Anonimous. 2000. Tanpa bedak tetap cantik. Majalah Trubus No 414. Mei
2004/XXXV.
2) Coronel, E.E. 1997. Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA. Sumber Daya Nabati
Asia Tenggara 2. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
3) Dewi, A.R. 1996. Kumpulan Tanaman Langka. Pusat Dokumentasi dan Informasi
Manggala Wana Bakti. Jakarta.
4) Dian, L., Sudarmono., Sutrisno., Handayani, T. 2000. Tanaman Buah Kebun Raya
Bogor. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Seri Koleksi Kebun Raya. Vol I No 4.
5) Heyne, K. 1997. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutananan. Departemen Kehutanan. Jakarta.
6) Sunarjono, H. 1999. Kesemek memang harus berbedak. Majalah Trubus No 361.
Desember 1999/XXX.
7) Van Stenis. C.G.G.J. 1997. Flora. Untuk Sekolah Dasar di Indonesia. Pradnya
Paramita. Jakarta.
118. KIHIANG (Albiziia procera Benth)
Oleh
Dida Syamsuwida
Nama Perdagangan : Kihiang weru
Nama Botanis : Albizzia procera Benth
Famili : Mimosaceae
SebaranTumbuh : Berasal dari Australia dan Oceania menyebar ke Papua Nugini, Asia
Tenggara, Asia Selatan.2)
Musim Buah : Berbuah sekali dalam setahun yaitu bulan Agustus s/d Oktober.4)
Pengumpulan Benih : Buah/polong yang masak berwarna coklat tua. Pengumpulan
dilakukan dengan cara memanjat atau menggunakan tangga kemudian dahan yang berbuah
dipotong menggunakan galah berkait atau golok.4)
Ekstraksi Benih : Buah/polong diekstraksi dengan cara menjemurnya di bawah
matahari selama 2-3 hari. Setelah merekah, polong dimasukan ke dalam karung kemudian karung
dipukul-pukul dengan menggunakan sebatang kayu supaya benihnya lepas/keluar. Benih
dibersihkan/ dipisahkan dari cangkong polong/ranting.4)
Penyimpanan Benih : Benih dimasukkan dalam kaleng atau kantong plastik rapat
kemudian disimpan pada suhu rendah (ruang AC atau refrigerator) dapat bertahan hingga beberapa
tahun.3)
Perkecambahan Benih : Perlakuan pendahuluan untuk mempercepat perkecambahan adalah
dengan cara mencelupkan benih dalam air mendidih selama 2 menit kemudian angkat dan rendam
dalam air dingin selama satu malam. Berkecambah dalam 5-10 hari. 3) & 4)
Pembiakan Vegetatif : Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan metode stek
batang, cabutan atau stek tunas akar.1)
Persemaian : Penyapihan dari bak kecambah ke wadah sapih dilakukan ketika semai
berumur 2 minggu dan semai siap ditanam di lapangan setelah 3 bulan penyapihan. Media semai
119. MAHONI (Swietenia macrophylla King)
Oleh:
Nurhasyb
Nama Perdagangan : Mahoni
Nama Botanis : Swietenia macrophylla King
Famili : Meliaceae
Sebaran Tumbuh : Daerah sebarannya di seluruh Pulau Jawa. Sumber benih di
KPH Kebon Harjo (Jawa Tengah), KPH Banten, Cianjur, Sumedang, Ciamis dan Tasikmalaya (Jawa
Barat). Pada ketinggian 50 - 1400 m dpl dengan curah hujan 1920 - 4800 mm/tahun. Tumbuh pada
tanah berdrainase baik. Toleran terhadap tanah liat dan basa6).
Musim Buah : Musim buah umumnya pada bulan Juni - Juli walaupun ada tegakan
yang masih berbuah pada bulan Agustus.
Pengumpulan Benih : Benih diunduh pada saat buah benar-benar masak, yang dicirikan
dengan warna buah coklat tua keabu-abuan disertai dengan adanya bintik-bintik putih pada hampir
separuh bagian kulit buah dan buahnya mudah dipecah, benih yang terdapat di dalamnya sudah
berwarna coklat tua, ukuran buah 9,5 cm - 15,5 cm, jumlah benih per buah berkisar 29 hingga 58.
Dalam satu kg. Berisi 2300 - 2400 benih kering tanpa sayap, sedangkan yang bersayap dalam 1 kg
berisi 2000 butir.
Ekstraksi Benih : Ekstraksi benih dilakukan dengan memecah buah kemudian benih
dikeluarkan. Benih dibersihkan dengan memotong sayap bagian atas (diusahakan tidak sampai
merusak struktur bagian dalam benih).
Penyimpanan Benih : Benih mahoni termasuk jenis semi ortodok, tahan terhadap kadar
air rendah. Sebelum penyimpanan kadar air benih diturunkan sampai 3 - 5 % dengan cara benih
dijemur selama 1 - 2 hari. Kemudian diangin-anginkan selama 1 hari. Tidak disarankan pengeringan
dengan menggunakan oven. Dikemas dengan cara: Benih dimasukkan ke dalam wadah kantong
plastik tebal 0,4 mm, dipadatkan dan diikat, kemudian dimasukkan ke dalam wadah kaleng. Benih
dapat disimpan dalam ruang ber AC, cold storage, dan fry cold strorage. Dengan cara ini benih dapat
dipertahankan daya kecambahnya (sekitar 80 %) sampai 1 tahun.
120. MENTENG (Baccaurea racemosa Reinw)
Oleh:
Nurmawati Siregar
Nama Perdagangan : Menteng
Nama Botanis : Baccaurea racemosa Reinw
Sinonim : Baccaurea wallichii Hook
Famili : Euphorbiaceae
SebaranTumbuh : Sebaran alami terdapat dari Pasifik sampai India, Srilanka, Cina
Selatan, Asia Tenggara dan Kepulauan Solomon. Dibudidayakan di Jawa, Sumatera, Bali dan
Semenanjung Malaysia. Tanaman ini dapat tumbuh sampai ketinggian 1.000 m dpi pada hampir
semua tipe dan jenis tanah.
Musim Buah : Di Jawa tanaman menteng berbunga pada bulan Agustus-September
dan buah masak pada bulan Januari - Maret.
Pengumpulan Benih : Buah masak dicirikan dengan warna kulitnya yang berwarna hijau
kekuningan atau kemerah-merahan Buahnya termasuk buah indechissent (Buah berdaging tidak
merekah), berbentuk bulat dengan ukuran diameter 2 - 2,5cm dan daging buah bewarna putih
kemerahan. Setiap buah mengandung 1-3 butir biji, berbentuk jorong dengan ukuran panjang sekitar
1-2 cm. Setiap kilogram mengandung 100-120 butir buah dan setip kilogram mengandung 300-600
butir biji.
Ekstraksi Benih : Buah diperam terlebih dulu agar supaya daging buah menjadi lunak.
Daging buah dibuang dengan pisau kemudian dilakukan ektraksi terhadap biji, karena masih banyak
sisa-sisa daging buah yang melekat pada biji. Ekstraksi biji dapat dilakukan dengan menggunakan
food processor (alat pengupas kopi) atau dengan cara menggosok-gosok biji dengan tangan
menggunakan pasir atau abu gosok.
Penyimpanan benih : Benih menteng termasuk jenis rekalsitran kadar air pada saat
dipanen sekitar 57,32 % sehingga tidak dapat disimpan lama.
121. MINDI (Melia azedarach)
Oleh :
Danu
Nama Perdagangan : Mindi
Nama Botanis : Melia azedarach
Nama Famili : Meliaceae
Sebaran Tumbuh : Sebaran alaminya di P. Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur dan Nusa
Tenggara Barat. Dewasa ini populasi pohon mindi banyak ditemui di dataran tinggi di Bogor,
Sukabumi, Cianjur dan Bandung (Jawa Barat) dan Bondowoso (Jawa Timur). Tumbuh pada ketinggian
700 - 1400 m dpl dengan curah hujan di bawah 900 mm/tahun. Tumbuh pada tanah drainase baik,
subur berpasir. Tahan terhadap suhu dingin.
Musim Buah : Musim buah bulan Desember - Januari, walaupun kadang-kadang
ada yang berbuah pada bulan Juni.
Pengumpulan Benih : Buah masak dicirikan dengan kulit buah berwarna kuning. Hindari
penggunaan buah jatuhan. Buah mindi merupakan buah batu (drupe) yang terdiri dari 2 - 3 butir
benih. Buah : berukuran 1-1,5 cm. Jumlah buah kering 1.286 butir/kg atau
± 56.894 butir biji/kg.
Ekstraksi Benih : Ekstraksi buah dapat menggunakan food processor (alat pengupas
kopi). Ekstraksi dilakukan sebersih mungkin, jangan ada sisa kulit dan daging buah yang menempel.
Atau buah digosok-gosok dengan tangan menggunakan pasir. Usahakan ekstraksi buah dilakukan
segera setelah pemanenan.
Penyimpanan Benih : Kadar air benih diturunkan dengan cara diangin-anginkan di ruang
AC (suhu :18 -20°C) dalam wadah datar dan terbuka selama 3 hari (kadar air benih menjadi 15%).
Bila kadar air benih diturunkan lagi menjadi kurang dari 10%, benih mindi akan mati. Dari hasil
penelitian di BPTP dengan menggunakan wadah simpan plastik dalam kaleng di dalam ruangan ber-
AC, viabilitasnya dapat dipertahankan sampai 6 bulan (terhitung sejak pemanenan). Benih ini
memiliki sifat semi rekalsitran, sehingga diduga dengan penggunaan wadah yang agak porus (kain
blacu) akan memperpanjang periode simpan benih.
122. PASANG (Lithocarpus spp)
Oleh :
Kurniawati Purwaka Putri
Nama Perdagangan : Pasang
Nama Botanis : Lithocarpus spp.
Famili : Fagaceae
Sebaran Tumbuh : Penyebaran tanaman pasang di Indonesia ditemukan di Jawa,
Kalimantan Timur dan hampir di seluruh wilayah Sumatera, Tumbuh pada ketinggian 500 - 1800 m
dpl, bahkan di beberapa tempat dijumpai sampai ketinggian 2700 m dpl. Jenis ini biasanya tumbuh
pada tanah kering dan di daerah pinggir sungai yang kadang-kadang tergenang air. Pohon yang
tumbuh di rawa akan membentuk akar lutut yang keluar dari batangnya. Daunnya sangat bervariasi
mengikuti ketinggian tempat tumbuhnya.
Musim Buah : Pohon pasang berbunga dan berbuah setiap tahun musim masak
terjadi pada bulan Agustus, November (Jawa) dan Maret (Sumatera).
Pengumpulan Buah : Buah dikumpulkan dengan cara memanjat dan memetiknya dari
pohon. Benih yang masak dicirikan oleh kulit buah yang berwarna coklat tua. Buah pasang berbentuk
seperti buah salak yaitu berbentuk bulat pendek berujung runcing dan bagian dasarnya membulat,
hanya kulit buah pasang relatif lebih halus clan lebih kecil. Jumlah benih per kg sekitar 232 butir atau
2.650 butir per kaleng minyak tanah.1,2,3,)
Ekstraksi Benih : Ekstraksi benih dilakukan secara manual yaitu mengeluarkan benih
dari buah dengan menggunakan tangan.
Penyimpanan Benih : Penyimpanan dengan menggunakan wadah simpan yang kedap
udara dan ditempatkan dalam kamar ber AC sampai 3 minggu viabilitas benihnya dapat
dipertahankan dengan daya berkecambah 50 %1,3)
Perkecambahan Benih : Media yang digunakan adalah campuran tanah dan pasir dengan
perbandingan 1 : 1. Daya berkecambah benih yang segar rata-rata mencapai 80% 1,3)
dan serentak, tetapi setelah umur tertentu akan muncul tunas baru yang dominan sebagai bakal
batang utama. Tunas yang tumbuh sebelumnya akan menua, dan sebaiknya pada saat itu dilakukan
singling.
Persemaian : Penyemaian dilakukan setelah kecambah umur 14 - 21 hari. Semai
harus bebas dari matahari terik dan terpaan hujan dengan menggunakan shadding net berukuran 50
- 70%.
Penyimpanan Benih : Benih pulai berwatak semi ortodok, yaitu benih memiliki potensial
kandungan lipid yang tinggi, kulit benih yang relatif tipis sehingga cepat hilang viabilitasnya bila
disimpan pada suhu kamar, sedangkan pada temperatur rendah relatif labih tahan. Kadar air aman
untuk penyimpanan berkisar antara 7,5 - 9,0%, diperoleh dengan cara diangin-anginkan selama 2 - 3
hari pada ruang kamar (t= ± 25°C, RH= 70 - 90%) kemudian benih dikemas dalam kantong plastik
kedap (ukuran 4 mil atau lebih 1 mil = 1/1000 inch), kemudian disimpan dalam ruang dingin (DCS
dan refrigerator/lemari es). Selama 6 bulan masih memiliki daya berkecambah 82,00%7).
Perkecambahan : Metode uji perkecambahan di laboratorium menggunakan
uji di atas kertas (UDK), pada media kertas merang atau towel. Di rumah kaca, menggunakan pasir
halus atau campurannya dengan tanah (1:1)6). Dalam proses perkecambahannya dibutuhkan
temperatur yang relatif tinggi (rata-rata 35°C). Oleh karena itu pengujian dapat dilaksanakan di
rumah kaca, yaitu pada bak kecambah yang ditutupi platik transparan atau germinator yang
dilengkapi dengan pengatur temperatur.
DAFTAR PUSTAKA
1) Bonner, F.T., J.A. Vozzo, W.W. Elam, S.B. Land, Jr. 1994. Tree Seed Technology Training Course.
Instructors Manual. United States Department of Agriculture. Forest Service. Southern Forest
Experiment Station, New Orleans, Lousiana.
2) Martawijaya, A. lding K. Kosasih K. Soewanda A.P. 1981. Atlas Kayu Indonesia. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hasil Hutan, Direktorat Jenderal Kehutanan.
3) Pebrijanti, D.E. Syafii Manan dan M. Zanzibar, 1999. Pengaruh Dosis Rootne F. Jenis Media dan
Posisi Bahan Stek terhadap Pertumbuhan Stek Batang Pulai Gading (Alstonia shoolaris R.Br). Skripsi.
Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
4) Tantra, IGM, 1981. Flora Pohon Indonesia. Balai Penelitian Hutan Bogor.
5) Whitemore, T.C. 1972. Tree Flora of Malaya A. Manual For Forester. Forest Reseacrh Institute-
Longman Malasyia. Kepong.
6) Zanzibar, M. 1996. Penentuan Tingkat Masak Fisiologis, Media dan Metode Uji Perkecambahan
Benih Pulai (Alstonia sp.) Balai Teknologi Perbenihan, Badan Litbang Kehutanan. LUC. Bogor.
DAFTAR PUSTAKA
1) Adiwijaya, S.1976. Petunjuk Praktis Pembuatan Persemaian Rasamala. Berita Wanajaya.
Majalah Kehutanan Jawa Barat. Tahun ke VI Januari 1976.
2) Muliawati, E.S.;lriantono, D.1991. Pemilihan Kadar Air Awal, Ruang Simpan dan Wadah Simpan
untuk Penyimpanan Benih Rasamala (Altingia excelsa Noronhae). Laporan Uji Coba No. 95.
Departemen Kehutanan. Badan Litbang Kehutanan. Balai Teknologi Perbenihan.
3) Prosea 1994. Pepohonan Sumber Penghasil Kayu Ekonomi Utama, Ed. Sutarno, H. Rifai, M.
Nasution, R.E. Seri Pengembangan Prosea 5(1)1. Prosea Indonesia-Yayasan Prosea p.61.
4) Purwati, E. 1991. Penentuan Karakteristik Masak Fisiologis Benih Rasamala (Altingia excelsa
Noronhae) Berdasarkan Warna Buah. Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB.
Pencegahan Hama : Benih yang baru diekstraksi terinfeksi oleh cendawan terbawa benih
umurnya bersifat fotogenik dalam jangka panjang. Cendawan tersebut adalah Cladosporium sp,
Plasma sp, Culvularia sp dan Fusarium sp. Oleh karena itu sebelum disimpan terlebih dahulu
diberikan benomil 5% dari berat benih, diaduk hingga rata5). Waktu disimpan untuk mencegah
perkembangan jamur, sebelumnya benih dicampur dengan fungisida dalam bentuk tepung. Misal:
Dithane M45, Benlate.
Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah + pasir + kompos
(7:2:1) dan setiap 1 m media diberi pupuk TSP 1 sendok makan. Ukuran Polybag 10,2 x 15,2 cm.
Dalam penyemaian diperlukan naungan 50% cahaya. Bibit siap tanam setelah berumur 3 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
1) BPTH Bandung. 2000. Rekapitulasi Hasil Pengujian Benih. Bandung (Tidak diterbitkan).
2) Nurhasybi dan Kartiana, E.R. 1990. Uji Cepat Viabilitas Benih Akor (Acacia auriculiformis A.
Cunn) dan Jeunjing (Paraserianthes falcataria) dengan Tetrazolium. LUC No.77. Balai
Teknologi Perbenihan. Bogor.
3) Wadsworth, F. H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture Handbook 710.
USDA Forest Service. Rio Piedras.
4) Wibowo, C. 1990. Penentuan Lama Pengeringan Awal dan Kondisi Simpan untuk
Penyimpanan Benih Jeunjing (Paraserianthes falcataria Fosberg). LUC No. 71. Balai Teknologi
Perbenihan. Bogor.
5) Zanzibar, M.,M. Widodo, dan S. Wiyono. 1996. Identifikasi dan Metode Penanggulangan
Infeksi Mikroba pada Benih Sengon (Paraserianthes falcataria Fosberg). Balai Teknologi
Perbenihan. Bogor.
127. SENTUL (Sandoricum nervosum Blume)
Oleh:
Hero Dien P. Kartiko dan Enok R. Kartiana
Nama Perdagangan : Sentul1,2)
Nama Botanis : Sandoricum nervosum Blume.1,2) Sentul diduga merupakan varietas
dari kecapi (Sandoricum koetjape) 1,2, dengan perbedaan antara lain terdapat pada: ukuran buah
(sentul: besar; kecapi: kecil), rasa daging buah (sentul: masam; kecapi: agak manis), dan warna
kotiledon (sentul: putih; kecapi: kemerahan).
Famili : Meliaceae
Sebaran Tumbuh : Merupakan jenis asli Indo-China dan Malaysia Barat, dan telah
berkembang menjadi ras lahan serta dibudidayakan di wilayah tropika Asia, khususnya di Indonesia,
Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Jenis ini telah diintroduksi pula ke negara-negara tropika
lainnya. Dapat tumbuh pada ketinggian 0 - 1000 m di atas permukaan laut, serta dapat bertahan
hidup pada daerah dengan musim kering yang panjang. Tumbuh sangat baik pada tanah lempung
berliat atau lempung berpasir yang gembur dan banyak mengandung humus2).
Musim Buah : Mei-Juni (Jasinga, Kabupaten Bogor). Tanaman dapat berbunga pada
umur 5-7 tahun. Penyerbukan dilakukan oleh serangga, dan perkembangan buah (sejak dari
munculnya bunga) membutuhkan waktu selama 5 bulan2).
Pengumpulan Buah : Pengumpulan benih agar dilakukan pada pohon induk yang memiliki
sifat-sifat yang sesuai dengan tujuan produksi tanaman. Bila tujuan penanaman diarahkan untuk
produksi kayu, benih agar dikumpulkan dari pohon induk yang berbatang lurus, besar, percabangan
ringan, serta bebas cabangnya mencapai ketinggian yang memadai3,4,5,6). Tetapi bila diarahkan
untuk produksi buah, benih selayaknya dikumpulkan dari pohon induk yang memiliki buah yang
manis dan berukuran besar2). Setelah dikumpulkan, buah ditempatkan dalam wadah berpori-pori
(seperti kantong kain atau keranjang bambu) untuk memberi peluang bagi terjadinya pertukaran
udara dengan lingkungan sekitarnya. Selanjutnya, benih sesegera mungkin di keluarkan dari buah,
dibersihkan daging buahnya, serta disemaikan.
5) Iriantono, D. 1998. Pengaruh Kelas dan Tapak Pohon Induk terhadap Tinggi dan Produksi
Kerucut Keturunannya untuk Black Spruce [Picea mariana (Mill.) B.S.P] di Maine USA. Buletin
Teknologi Perbenihan 5(1): 39-51.
6) Kartiko, H.D.P. 1999. Peran Sumber Benih terhadap Keberhasilan Tanaman. Duta Rimba
234lXXIVIDesemberl1999: 9-10.
stek sungkai sebaiknya berdiameter 1,5 cm sampai dengan 2,0 cm dan ukuran panjang stek 10 cm
sampai dengan 12 cm2).
Pencegahan Hama : Penyemprotan fungisida dan insektisida yang teratur dapat
menghindari kemungkinan timbulnya jamur ataupun serangan hama di persemaian3).
Persemaian : Bahan media yang digunakan dapat berupa gambut ataupun
campuran tanah, pasir dan kompos dengan komposisi 7:2:1. Untuk stek letak mata tunas harus di
atas permukaan bahan media dan menghadap ke atas3).
DAFTAR PUSTAKA
1) Danu. 1993. Pengaruh Bahan Stek dan Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pertumbuhan Stek
Batang Sungkai (Peronema canescens Jack). LUC 141. Departemen Kehutanan. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
2) _____. 1993. Pengaruh Tempat Tumbuh dan Perlakuan Zat Pengatur Tumbuh (IBA terhadap
Pertumbuhan Stek Batang Sungkai (Peronema canescens Jack). LUC 155. Departemen
Kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Balai Teknologi
Perbenihan.Bogor.
3) Direktorat Hutan Tanaman Industri. 1990. Teknik Pembuatan Tanaman Peronema canescens
(Sungkai). Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. Departemen
Kehutanan.Jakarta.
4) Kuswara, T., Sumiasri, N. dan Setyowati N. 1998. Kemampuan Tumbuh Stek Mar Sungkai
(Peronema cenescens Jack) dari Berbagai Ukuran Diameter Akar.
129. TISUK (Hibiscus macrophyllus Roxb.)
Oleh :
Hero Dien Pancang Kartik
Nama Perdagangan : Tisuk
Nama Botani : Hibiscus macrophyllus Roxb.
Famili : Malvaceae
Sebaran Tumbuh : Jawa Barat dan Jawa Tengah pada ketinggian di bawah 800 m dpl.
Musim Buah : September - Oktober (Subang, Banten)
Pengumpulan Benih : Pengumpulan benih agar dilakukan dari pohon induk yang
berbatang lurus dan besar, serta secara umum menunjukkan keadaan yang sehat. Pohon induk
terpilih dipanjat, kemudian buah atau kapsul yang telah berwarna coklat tua dipanen dan
dikumpulkan. Penting dicatat bahwa ketika kemasakan mencapai puncaknya, buah atau kapsul dari
jenis tisuk yang merekah sehingga biji yang terkandung di dalamnya keluar dan beterbangan dengan
bantuan bulu-bulu yang terdapat pada kulit luar benih. Oleh karena itu, pengumpulan benih agar
dilakukan sesaat sebelum perekahan kapsul terjadi. Kapsul yang telah terkumpul ditempatkan dalam
kantong kain, setelah sampai di tempat pengolahan, harus segera dikeluarkan dari wadah dan
dijemur. Bila terlambat dikeluarkan, kapsul dan benihnya dapat terserang oleh cendawan.
Ekstraksi Benih : Pengeluaran (ekstraksi) benih dan kapsul dilakukan dengan cara
penjemuran. Guna memudahkan pengumpulan benih yang terlepas dari kapsul, kapsul agar
diletakan di atas alas, berupa tampah atau alas lain seperti terpal. Untuk mempercepat pengeluaran
benih, pada saat penjemuran buah agar dipukul-pukulkan ke lantai jemur. Biji yang telah keluar,
selanjutnya dijemur kembali selama 1-3 hari.
BAB IV
GLOSARI
Benih Bernas :Benih yang perkembangan embrionya sempurna
Daerah Mikropilar : Tempat embrio berada
Desidius : Menggugurkan daun pada musim kemarau
Eksokarp : Lapisan terluar dari dinding ovari pada buah angiosperm yang berkembang menjadi kulit buah
Endokarp : Lapisan terluar dari dinding ovari pada buah angiosperm yang berkembang menjadi kulit benih
Epigeal : Bagian tanaman yang berada di bagian atas tanah
Hilum : Hilus, cekungan pada
Induksi : Proses untuk merangsang pembentukan kalus dalam kegiatan kultur jaringan
Kalus : Kumpulan sel yang terbentuk akibat luka dan dapat berubah menjadi organ akar atau tunas
Peat Moss : Media yang digunakan untuk perkecambahan, persemaian atau sebagai media simpan benih yang terbuat dari bahan gambut
Rekalsitran lntermediet : Watak/sifat benih dimana daya berkecambahnya dapat bertahan lebih dari 2 minggu
Woody Plant Medium : Media tanam secara in vitro (kultur jaringan) dimana komposisi nutrisinya dapat dikondisikan/diatur.
PENUTUP
Hasil dan Kajian Komprehensif Jenis Benih Tanaman Hutan ini akan diterbitkan sebagai buku Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid V yang menyajikan risalah sebanyak 30 jenis dimana terdiri dari jenis tanaman andalan Jawa Barat.
Untuk itu, kami harapkan adanya kritik dan saran dalam rangka memperbaiki isi buku Atlas Benih V. Semoga buku yang akan diterbitkan ini dapat bermanfaat bagi pengguna maupun bagi pengetahuan di bidang lain yang terkait.
Recommended