View
227
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
HUBUNGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DENGAN SIKAP BIRRUL WALIDAIN
SISWA MTs RADEN UMAR SAID DESA COLO, KECAMATAN DAWE
KABUPATEN KUDUS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I
dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh : ZULI ZUTIONO
NIM. 3102181
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
WALISONGO SEMARANG 2008
ABSTRAK
ZULI ZUTIONO, NIM 3102181. Hubungan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Aqidah Akhlak dengan Sikap Birrul Walidain Siswa MTs Raden Umar Said Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Skripsi. Semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2007.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap secara empiris hubungan prestasi mata pelajaran Aqidah Akhlak dengan sikap birrul walidain Siswa MTs Raden Umar Said Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus.
Penelitian ini menggunakan metode korelasi sejajar, yaitu suatu pendekatan untuk meneliti korelasi / hubungan antara dua fenomena. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah metode tes dan angket. Analisis data untuk uji hipotesis digunakan rumus Korelasi Product Moment.
Hasil penelitian ini, yaitu : (1) hasil tes belajar aqidah akhlak diperoleh skor sebesar 459,02 atau nilai prosentase 61,20% pada kategori Cukup Baik. Hal ini berdasarkan penelitian bahwa prestasi belajar aqidah akhlak di MTs Raden Umar Said Kudus pada kategori sangat baik 2,67%, kategori baik 48%, kategori cukup baik 44%, kategori kurang baik 5,33% dan kategori tidak baik 0%, (2) hasil angket variabel sikap birrul walidain diperoleh skor sebesar 6576 atau nilai prosentase 87,68% pada kategori sangat baik, artinya sikap birrul walidain siswa MTs Raden Umar Said Kudus saat ini sudah sangat baik. Hal ini berdasarkan deskripsi data angket, bahwa sikap birrul walidain siswa MTs Raden Umar Said Kudus yang sangat baik ada 85,32% dan siswa yang memiliki sikap birrul walidain baik ada 14,67%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap birrul walidain siswa sangat memuaskan karena siswa sekolah ini memiliki sikap birrul walidain yang baik, (3) Uji hipotesis menggunakan rumus Product Moment yang dikemukakan Pearson. Melalui perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut dapat diperoleh hasil rXY = 0,237. Hasil perhitungan rXY yang diperoleh diinterpretasikan dengan r tabel Product Moment. Pada r tabel, nilai N = 75 pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,227. Karena r hitung (0,237) lebih besar dari r tabel berarti hubungan antara prestasi belajar aqidah akhlak dengan sikap birrul walidain siswa MTs Raden Umar Said Kudus adalah signifikan.
Kesimpulannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu ada hubungan yang positif dan signifikan antara prestasi belajar aqidah akhlak dengan sikap birrul walidain siswa MTs Raden Umar Said Kudus.
Saran yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu : (1) bagi guru aqidah akhlak perlu meningkatkan prestasi belajar siswa karena masih terdapat 29 siswa (38,67%) yang mendapatkan hasil tes di bawah 6,0, (2) bagi orang tua perlu meningkatkan komunikasi dengan anak-anak dan memperbaiki pola asuhnya agar menjadi lebih baik sehingga sikap birrul walidain siswa dapat dipertahankan dan bermanfaat bagi perkembangan kepribadian siswa, (3) bagi siswa perlu meningkatkan prestasi belajarnya dan menjaga hubungan baik dengan kedua orang tua masing-masing agar mendapat ridho Allah SWT.
DR. Hj. Sukasih, M.Pd Jl. Palebon Raya, Palebon Pedurungan Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp. : 4 (empat) eks Hal : Naskah Skripsi An. Zuli Zutiono
Assalamu’alaikum Wr.Wb Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi Saudara : Nama : Zuli Zutiono Nomor Induk : 3102181 Judul : Hubungan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Aqidah Akhlak dengan Sikap Birrul Walidain Siswa MTs Raden Umar Said Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat segera dimunaqasyahkan. Demikian harap menjadikan maklum. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, Januari 2008
Pembimbing
DR.Hj. Sukasih, M.Pd NIP. 150277396
PENGESAHAN PENGUJI
Tanggal Tanda Tangan
Drs. H. Soediyono, M.Pd Ketua Mustofa, M.Ag Sekretaris Drs. Karnadi Hasan, M.Pd Penguji I Fakhrur Rozi, M.Ag Penuji II
MOTTO
* 4© |Ós%uρ y7 •/ u‘ ω r& (# ÿρ߉ç7 ÷ès? Hω Î) çν$−ƒ Î) È⎦ ø⎪t$ Î!≡uθø9 $$Î/uρ $·Ζ≈|¡ ômÎ) 4 $̈ΒÎ) £⎯tóè= ö7 tƒ x8 y‰Ψ Ïã uy9 Å6ø9$#
!$ yϑèδ߉ tn r& ÷ρr& $yϑèδŸξÏ. Ÿξsù ≅à)s? !$yϑçλ°; 7e∃ é& Ÿωuρ $yϑèδö pκ ÷] s? ≅è% uρ $yϑßγ ©9 Zωöθ s% $Vϑƒ Ì Ÿ2 ∩⊄⊂∪
ôÙÏ÷z $# uρ $yϑßγ s9 yy$ uΖ y_ ÉeΑ—%!$# z⎯ÏΒ Ïπ yϑôm §9 $# ≅è%uρ Éb>§‘ $yϑßγ ÷Η xq ö‘ $# $ yϑx. ’ÎΤ$u‹ −/u‘ # ZÉó|¹ ∩⊄⊆∪
23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
24. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah “Wahai Tuhanku kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil.1
PERSEMBAHAN
Dengan rendah hati
1 Al-Qur’an Al Kariim Digital,Surat Al-Isra’ : 23 – 24
Karya ini didedikasikan untuk
Ayah dan Ibu tercinta
Jazakumullah Khoiron katsiro atas semua yang telah dicurahkan
untukku
Juga untuk adik-adikku tersayang
dan para sahabat yang telah menemaniku dalam suka dan duka
Semoga Allah melipatgandakan kebaikan kalian
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji
syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah karena dapat menyelesaikan skripsi ini,
setelah melewati waktu yang panjang dengan mengalami berbagai macam
kesulitan dan hambatan. Shalawat dan salam semoga telimpah bagi Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat serta pengikutnya hingga
akhir zaman.
Skripsi ini berjudul “Hubungan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Aqidah
Akhlak dengan Sikap Birrul Walidain Siswa MTs Raden Umar Said Desa Colo,
Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus” merupakan penelitin ilmiah yang diajukan
sebagai slah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Agama di Fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
Dalam penyususunan skripsi ini penulis memperoleh bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, baik yang bersifat moral maupun material. Untuk
itu penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih atas bimbingan,
bantuan serta petunjuk-petunjuk yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi
ini kepada :
1. Prof. Dr. H. Abdul Jamil, M.A, Rektor IAIN Walisongo Semarang.
2. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Pd, Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.
3. Ahmad Muthohar, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
4. DR. Hj. Sukasih, M.Pd, Dosen Pembimbing 1 di dalam penyusunan skripsi
ini, yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan
memberikan petunjuk-petunjuk yang sangat berguna dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Machsun, S.Ag, Kepala MTs Raden Umar Said Desa Colo, Kecamatan Dawe,
Kabupaten Kudus yang telah memberikan izin dan kemudahan dalam
penelitian ini.
6. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu.
7. Semoga Allah berkenan membalas budi baik semua dengan pahala yang
berlipat ganda.
8. Dengan segala kerendaha hati, penulis menyadari meskipun skripsi ini telah
disusun dengan kesungguhan, namun masih banyak kekurangannya karena
keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi kemajan penulis di
masa mendatang.
9. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya
bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.
Semarang, Februari 2008
ZULI ZUTIONO
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
ABSTRAK PENELITIAN ............................................................................... ii
PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBINNG ................................................ iv
PENGESAHAN ................................................................................................. v
MOTTO ............................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 3
C. Pembatasan Masalah ............................................................... 3
D. Perumusan Masalah ................................................................ 4
E. Manfaat Penelitian .................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ............ 6
A. Deskripsi Teori ....................................................................... 6
1. Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq ......................................... 6
2. Birrul Walidain .................................................................. 18
B. Kajian Penelitian yang Relevan ............................................... 31
C. Pengajuan Hipotesis ................................................................. 31
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 32
A. Tujuan Penelitian .................................................................... 32
B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................. 32
C. Variabel Penelitian ................................................................... 32
D. Metode Penelitian .................................................................... 33
E. Populasi dan Sampel ................................................................ 34
F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 35
G. Teknik Analisis Data .............................................................. 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 40
A. Keadaan Umum MTs Raden Umar Said Kudus ..................... 40
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian .............................................. 42
C. Pengujian Hipotesis ................................................................. 47
D. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 52
E. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 54
BAB IV SIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP ....................................... 55
A. Simpulan ................................................................................. 55
B. Saran ....................................................................................... 55
C. Penutup ................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 57
LAMPIRAN ....................................................................................................... 59
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Siswa di MTs Raden Umar Said Kudus dalam satu minggu mendapatkan
pelajaran Agama Islam selama sepuluh jam pelajaran. Jumlah jam pelajaran siswa MTs
Raden Umar Said Kudus lebih banyak daripada yang didapatkan siswa SMP. Aqidah
Akhlak adalah salah satu mata pelajaran keagamaan yang diberikan kepada siswa MTs
Raden Umar Said Kudus untuk membentuk pemahaman keagamaan siswa dalam hal
aqidah dan akhlak yang sesuai dengan syari’at islam. Dengan adanya submata pelajaran
Akhlak diharapkan para siswa dapat membedakan baik dan buruk, mengerti dan
memahami apa yang seharusnya dilakukan, memahami jalan yang benar untuk
melakukan amalan, baik berupa perkataan, perbuatan atau kombinasi keduanya dari segi
lahir dan batin.
Berdasarkan tinjauan psikologis, siswa SMP/MTs termasuk dalam masa remaja.
Ada seperangkat hal yang diharapkan dimiliki oleh remaja dalam mempersiapkan diri
memasuki alam kehidupan masa dewasa, agar remaja yang bersangkutan memiliki
kebutuhan pribadi dalam arti yang seluas-luasnya. Dari segi individu, apa yang
diharapkan dimilikinya itu dikaitkan dengan perkembangan pikir, sikap dan perasaan,
kemauan dan perlakuan nyata. Dari segi lingkungan, ada semacam tuntutan dari faktor-
faktor sosial, religius, serta nilai-nilai dan norma yang di dalamnya. Tuntutan itu
dikenakan bagi individu sebagai bagian dari lingkungan itu juga1 . Dengan demikian,
remaja memiliki potensi berbagai masalah dalam masa perkembangannya. Untuk itu,
remaja yang perlu mempersiapkan diri memasuki kehidupan masa dewasa, agar remaja
yang dapat menyesuaikan diri dari segi individu maupun sosial.
Remaja memang banyak yang belum bisa melepaskan diri dari ketergantungan
terhadap orang tua. Tetapi juga tidak layak seorang remaja selalu bergantung dan tidak
menangani sendiri pekerjaan rumah dan sekolahnya. Adalah tidak wajar jika remaja tidak
dapat atau tidak mau bergaul dengan teman-teman sebayanya, demikian pula dengan
1 Mohammad Ali dan Mohammadi Asrori, Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 9
2
pelaksanaan kewajiban hidup bersama dalam masyarakat, atau kehidupan beragama.
Ringkasnya, remaja diharapkan dan dituntut untuk bersikap, berpikir dan berlaku yang
sesuai atau cocok dengan tuntutan lingkungannya, serta eksistensinya sebagai remaja.
Tugas perkembangan yang cukup sulit adalah yang berhubungan dengan orang
tua di rumah2. Berkaitan dengan kualitas interaksi remaja dengan orang tua, terdapat
beberapa persepsi remaja antara lain mengenai toleransi orang tua terhadap perbedaan
pendapat. Pada masalah ini banyak munculnya perilaku yang mengarah pada
pertentangan antara remaja dengan orang tua. Sebagai seorang anak seringkali remaja
lalai untuk senantiasa menjaga sikap birrul walidain, yaitu sikap untuk senantiasa berbuat
baik dan ihsan yang sesuai dengan syariat islam.
Saat ini, perilaku siswa MTs Raden Umar Said Kudus pada umumnya dalam
kondisi baik. Tidak terdapat kenakalan remaja yang berat sehingga mengganggu jalannya
proses pembelajaran. Namun kondisi ini sangat labil, karena MTs raden Umar Said
Kudus ini berada di lingkungan yang padat dengan tingkat interaksi yang tinggi.
Akibatnya beberapa siswa terpengaruh untuk melakukan adu mulut dengan siswa sekolah
lain. Faktor eksternal atau lingkungan sangat berperan dalam pergaulan antar siswa dan
selanjutnya akan mempengaruhi tingkat kenakalan siswa. Disinyalir pula adanya siswa
yang kurang baik dalam bergaul dengan orang tuanya.
Siswa kelas VIII MTs Raden Umar Said Kudus sebagian besar adalah anak dari
keluarga kelas sosial ekonomi menengah ke bawah. Dengan latar belakang yang berbeda,
anak-anak tersebut memiliki interaksi sosial yang berbeda pula. Ada asumsi bahwa anak-
anak MTs memiliki perilaku sosial yang khas, yang berbeda dengan anak-anak SMP,
yaitu perilaku yang santun dan religius karena bersekolah di lingkungan yang
mengutamakan pendidikan agama Islam. Pada saat siswa mulai masuk kelas VII, siswa
memasuki lingkungan baru yang memerlukan penyesuaian diri yang berbeda dengan
waktu masih di MI. Pada saat siswa naik kelas VIII, mereka telah mengalami
penyesuaian yang cukup matang dan mengembangkan perilaku sosial yang semakin
beragam baik terhadap teman, orang tua, guru dan masyarakat. Maka, penelitian ini
dilakukan di kelas VIII. Adapun kelas IX merupakan kelas akhir MTs sehingga mereka
tidak diperkenankan untuk penelitian.
2 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1977), hlm. 5
3
Diharapkan adanya mata pelajaran Aqidah Akhlak, siswa memiliki kesadaran
dalam berakhlak, misalnya kepada orang tua. Berdasarkan pengamatan sementara di MTs
Raden Umar Said Kudus dan wawancara dengan guru, masih terdapat beberapa masalah
pada pembelajaran Aqidah Akhlak maupun sikap birrul walidain oleh siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan survey sementara, fenomena yang ada, di MTs Raden Umar Said
Kudus dalam masalah prestasi mata pelajaran Aqidah Akhlak dan sikap birrul walidain
adalah :
1. Terdapat anak-anak yang kurang dalam prestasi pelajaran Aqidah Akhlak.
2. Belum adanya analisis hasil belajar prestasi mata pelajaran Aidah Akhlak untuk
mengetahui pokok bahasan yang sulit bagi siswa.
3. Belum adanya pengajaran remedial dari ulangan umum prestasi mata pelajaran
Aqidah Akhlak bagi siswa yang nilainya kurang ( di bawah 6,0 ) dan belum adanya
pengayaan bagi siswa yang mendapat nilai bagus karena padatnya beban kurikulum
diniyah di MTs Raden Umar Said Kudus.
4. Adanya siswa yang memiliki kasus di sekolah yang membawa nama orang tua
sehingga cenderung menjadi sikap durhaka kepada orang tua.
5. Berdasarkan data kasus di Bimbingan dan Konseling terdapat siswa yang memiliki
hubungan kurang harmonis dengan orang tua di rumah sehingga berpengaruh
terhadap belajar di sekolah.
C. Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan waktu dan biaya, maka penelitian ini dibatasi pada permasalahan
prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak dan sikap birrul walidain siswa MTs
Raden Umar Said Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Prestasi belajar dapat
diartikan sebagai hasil yang telah dicapai melalui proses perubahan perilaku yang dapat
dinyatakan dalam bentuk penguasaan penggunaan dalam penilaian tentang pengetahuan,
sikap dan nilai serta ketrampilan3 . Prestasi belajar Aqidah Akhlak merupakan hasil yang
telah dicapai siswa setelah melakukan perbuatan belajar Aqidah Akhlak.
3 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,( Jakarta: Bumi Aksara, 1995 ), hlm.153
4
Adapun sikap birrul walidain artinya sikap siswa dalam berbuat baik kepada orang
tua. Ayah dan Ibu memiliki hak dari segala manusia lainnya untuk dicintai, ditaati dan
dihormati karena keduanya memelihara, mengasuh dan mendidik. Mencintai anak dengan
tulus ikhlas agar anak menjadi seorang yang baik, berguna dalam masyarakat, berbahagia
dunia akhirat4.
D. Perumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah dalam penelitian ini, masalah dirumuskan sebagai
berikut : Apakah ada hubungan prestasi mata pelajaran Aqidah Akhlak dengan sikap
birrul walidain Siswa MTs Raden Umar Said Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten
Kudus ?
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Untuk menambah referensi bahan pustaka tentang Pendidikan Agama Islam,
khususnya tentang hubungan prestasi mata pelajaran Aqidah Akhlak dengan sikap
birrul walidain.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru, sebagai masukan dalam melaksanakan pembelajaran Aqidah Akhlak
dan dalam memberikan bimbingan bagi siswa dalam bersikap baik kepada kedua
orang tua.
b. Bagi orang tua siswa, sebagai bahan masukan agar mereka memantau hasil belajar
anak dan membimbing anak dalam berakhlak karimah.
c. Bagi siswa, dengan bimbingan orang tua dan guru mereka dapat mengembangkan
sikap birrul walidain sesuai syariat islam.
d. Bagi peneliti, hasil penelitian ini merupakan penerapan ilmu yang didapatkan
selama mengikuti pendidikan di IAIN Walisongo Semarang.
4 Barmawie Umary, Materia Akhlak, (Sala: Ramadhani, 1984),hlm.71
5
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGUJIAN
A. Deskripsi Teori
1. Prestasi Belajar Aqidah Akhlak
a. Pengertian Prestasi Belajar Aqidah Akhlak
Prestasi belajar5 adalah hasil yang dicapai, dilakukan, dikerjakan siswa
dalam serangkaian kegiatan jiwa raga (psikofisik) untuk menuju perkembangan
pribadi-pribadi yang utuh. Sedangkan serakaian hasil kegiatan belajar yang
dicapainya dengan sungguh-sungguh akan melebihi prestasi belajar orang lain.
Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai melalui
proses perubahan perilaku yang dapat dinyatakan dalam bentuk penguasaan
penggunaan dalam penilaian tentang pengetahuan, sikap dan nilai serta
ketrampilan. Juga dapat diartikan sebagai penguasaan pengetahuan dan
ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, latihannya yang
ditunjukkan dengan nilai tes. Dengan penilaian itu dapat diperoleh gambaran
nyata tentang keberhasilan belajar dalam bentuk penentuan-penentuan indek
prestasi6. Mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan salah satu penjabaran
kurikulum untuk Madrasah Tsanawiyah dengan tujuan utam meningkatkan
pengetahuan agama dan perilaku ( akhlak ) siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Mata pelajaran ini pada dasarnya merupakan gabungan dua sub mata pelajaran
Aqidah dan sub mata pelajaran Akhlak. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah hasil
yang diperoleh secara maksimal dari usaha belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak
yang didapatkan siswa yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kalimat.
b. Indikator Prestasi Belajar Aqidah Akhlak
Prestasi belajar Aqidah Akhlak meliputi prestasi yang berkenaan dengan
kognitif, afektif dan psikomotorik. Indikator prestasi belajar dapat dilihat dari
5 Winkel,Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT.Gramedia,1987), hlm.15 6 Oemar Hamalik,Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm.153
6
beberapa aspek perilaku belajar itu sendiri. Prinsip-prinsip indikator prestasi
belajar adalah7:
“pengungkapan hasil belajar secara ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu khususnya ranah rasa murid sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu bersifat intangible ( tidak dapat diraba ). Oleh sebab itu, yang dapat dilakukan guru hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa baik yang merupakan dimensi cipta rasa maupun dimensi karsa”.
Hakikat prestasi belajar adalah hasil belajar siswa yang meliputi ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik. Ukuran dan data hasil belajar siswa dapat
diketahui dari indikator-indikator prestasi belajar, yaitu : (1) prestasi berkenaan
dengan ranah cipta ( kognitif ), meliputi : (a) pengamatan, (b) ingatan, (c)
pemahaman, (d) penerapan, (e) analisis, (f) sintesis ; (2) prestasi yang berkenaan
dengan rasa ( afektif ), meliputi : (a) penerimaan, (b) sambutan, (c) apresiasi, (d)
internalisasi, (e) karakterisasi ; (3) prestasi yang berkenaan dengan ranah karsa
(psikomotorik), meliputi : (a) ketrampilan bergerak dan bertindak, (b) kecakapan
ekspresi verbal dan non verbal. Pada kenyataannya yang menjadi tolak ukur
adalah prestasi yang berkenaan dengan ranah cipta kognitif. Prestasi belajar jenis
ini masih menjadi obsesi bagi kebanyakan orang tua dalam memacu belajar anak-
anaknya. Banyak orang tua berusaha keras agar anak-anaknya memiliki
pengetahuan yang luas yang dapat diukur dari kognitif ini. Orang tua akan bangga
manakala anak-anak mereka memiliki ingatan yang tajam, pemahaman yang
mendalam, mampu melakukan analisis dan sintesis atas berbagai masalah yang
diamati. Tindakan tersebut akan mengakibatkan ketimpangan dalam kecerdasan
anak terutama dalam ranah rasa (afektif). Anak akan miskin dalam apresiasi dan
internalisasi nilai-nilai luhur yang berlaku di masyarakat. Dalam bahasa yang
lebih modern, anak memiliki kecerdasan emosi yang rendah. Adapun ranah
7 Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1997), hlm. 152
7
psikomotorik biasanya ditonjolkan pada mata pelajaran olahraga, meskipun
sebenarnya bukan semata-mata olahraga. Namun hanya sedikit orang tua yang
memiliki kebanggaan prestasi olahraga anak dibandingkan prestasi kognitif.
Berdasarkan kenyataan tersebut, prestasi belajar adalah nilai yang diperoleh dari
ulangan harian, tes formatif dan tes sumatif.
Prestasu belajar pada dasarnya tidak hanya sekedar nilai berupa angka
yang diperoleh siswa pada waktu ulangan harian, tes formatif dan tes sumatif.
Prestasi belajar berkaitan dengan perilaku belajar. Engkoswara dalam Rusyan
Tabrani8 menyebutkan prestasi belajar berkaitan perilaku belajar sebagai berikut :
1) Perilaku kognitif, yaitu perilaku yang menyangkut masalah pengetahuan,
informasi dan masalah kecakapan intelektual. Pengelompokkan secara
kognitif ini melalui enam tingkat kegiatan secara intelektual : (a) pengetahuan
siap yang dapat segera muncul bila diperlukan, (b) komprehensif dalam
penafsiran informasi, (c) mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh, (d)
menganalisis dalam arti menguraikan pengetahuan yang diperoleh ke dalam
berbagai bagian, (e) mengadakan sintesis antara berbagai pengetahuan untuk
menghasilkan suatu konsepsi atau pengetahuan baru, (f) mengadakan evaluasi
terhadap pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan berbagai kriteria.
2) Perilaku afektif yang berupa sikap, nilai-nilai dan apersepsi. Perilaku afektif
ini terdiri atas lima tingkat : (a) penerimaan, yaitu tingkat penarikan perhatian,
(b) respon, yaitu keinginan untuk mereaksi, (c) penilaian untuk posisi tertentu,
(d) mengorganisasi dengan mengambil penyesuaian dari berbagai alternatif
yang ada, (e) mengemukakan suatu pandangan atau pengambilan keputusan
sebagai integrasi daro suatu kepercayaan, ide dan sikap seseorang.
3) Perilaku psikomotor, terutama kelincahan tangan dan koordinasinya, terdiri
empat tingkatan : (a) gerakan anggota badan seperti gerakan bahu dan kaki,
(b) gerakan yang benar-benar terkoordinasi secara rapi, misalnya antara gerak
tangan dengan jari-jari tangan dan mata atau tangan dan telinga, (c)
komunikasi tanpa verbal, misalnya berupa ekspresi muka, cetusan hati atau
gerakan-gerakan badan yang penuh arti, (d) perilaku berbahasa dalam arti
8 Rusyan Tabrani,Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,(Bandung: CV Remaja Karya,1989), hlm.10
8
peningkatan perilaku secara halus, misalnya perilaku lemah lembut atau irama
perbuatan yang sangat terkoordinasi dengan baik dan halus.
Berdasarkan pendapat di atas, maka indikator prestasi belajar meliputi perilaku
kognitif, efektif dan psikomotorik.
c. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan salah satu penjabaran
kurikulum untuk Madrasah Tsanawiyah dengan tujuan utama meningkatkan
pengetahuan agama dan perilaku (akhlak) siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Mata pelajaran ini pada dasarnya merupakan gabungan dua sub mata pelajaran
Aqidah dan sub mata pelajaran Akhlak.
Aqidah menurut bahasa berasal dari kata (al aqdu) artinya ikatan, (at-
tautsiqu) yang artinya kepercayaan atau keyakinan yang kuat, (al ihkamu) artinya
mengokohkan atau menetapkan dan (ar rabthu biquwwah) artinya ikatan yang
kuat9 . Aqidah inilah yang disebut faith dalam pengertian bahasa Inggris, yang
dijelaskan sebagai berikut10 :
“Faith, an attitude of the entire self, including both will and intellect, directed toward a person, an idea or----as in the case of religious faith---a divine being. Modern theologians agree in emphasizing this total existential character of faith, those distinguishing it from the popular conception of faith that identifies it with belief as opposed to knowledge. Faith indeed includes belief but goes far beyond it and in the history of theology the distinction has more often been drawn between faith and works than between faith and knowledge”.
“Aqidah atau iman, suatu sikap keseluruhan diri termasuk kedua-duanya dan akal, mengarahkan kea rah seseoarang, suatu gagasan. Ahli ilmu agama modern setuju menekankan karakter iman eksistensial total ini dengan begitu akan menjadi pembeda dari konsepsi iman yang popular yang mengidentifikasikan dengan kepercayaan sebagai kebalikan dari pengetahuan. Iman tentu saja meliputi kepercayaan tetapi jauh di luar itu dan di dalam sejarah ilmu agam perbedaan lebih sering digambarkan sebagai keyakinan dan amal perbuatan dan tidak sekedar iman dan pengetahuan”.
9 Yazid bin Abdul Qadir Jawas,Pokok-pokok Aqidah Ahlus-sunnah wal Jama’ah,(Bogor: Pustaka Attaqwa, 1422 H),hlm.13 10 Microsoft ® Encarta ® Reference Library 2005.© 1993-2004 Microsoft Corp.All rights reserved.
9
Berdasarkan keterangan dari Yazid dapat disimpulkan bahwa pelajaran
Aqidah adalah mata pelajaran yang membahas masalah keyakinan dalam agama
Islam. Encarta menekankan aqidah sebagai kesatuan dari keyakinan dan amal
perbuatan.
Ilmu Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk,
terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. Ilmu
akhlak menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan, menunjukkan jalan untuk melakukan perbuatan dan menyatakan tujuan
di dalam perbuatan11. Akhlak berarti moral. Dalam kamus digital dijelaskan12 :
1) Involving right and wrong : relating to issues of right and wrong and to how
individuals should behave.
2) Derived from personal conscience : based on what somebody’s conscience
suggest is right or wrong, rather than on what the law says should be done.
3) In terms of natural justice : regarded in terms of what is known to be right
or just, as opposed to what is officially or outwardly declared to be right or
just.
4) Encouraging goodness and respectability : giving guidance on how to
behave decently and honorably.
5) Good by accepted standards : good or right, when judged by the standards
of the average person or society at large.
1) Menyatakan hal yang benar dan salah : berkenaan dengan isu hak/kebenaran
dan salah sebagaimana individu seharusnya bertindak.
2) Yang diperoleh dari suara hati pribadi : yang didasarkan pada apa suara hati
seseorang menyarankan benar atau salah, dibanding/bukannya pada hokum
apa yang harus dilaksanakan.
3) Dalam kaitan dengan keadilan alami : yang dihormati dalam kaitan dengan
apa yang dikenal sebagai kebenaran atau adil, sebagai lawan apa yang secara
11 Barmawie Umary,Materia Akhlak,(Sala: Ramadhani,1984),hlm.1 12 Microsoft ® Encarta ®,op.cit
10
resmi atau pada lahirnya diumumkan untuk menjadi benar atau adil dalam
masalah moral.
4) Memberi harapan kepada kebaikan dan kehormatan : memberi bimbingan
bagaiman cara bertindak dengan sebaiknya dan dengan hormat.
5) Baik menurut standar yang diterima : benar atau baik, ketika yang dihakimi
oleh standar orang kebanyakan atau masyarakat.
6) Membedakan hal benar dengan salah : mampu menciri benar dari salah dan
untuk membuat keputusan mendasarkan pada pengetahuan itu.
Akhlak secara bahasa artinya : muruah (kepribadian), adapt (kebiasaan), sajjiyyah
(kepribadian), thob’u (tabiat/watak)13.
Secara istilah artinya : keadaan pada jiwa yang sifatnya tetap yang mana dia
menjadi sumber adanya perbuatan-perbuatan yang baik ataupun yang buruk tanpa
perlu berpikir dan mempertimbangkan14.
Ibnu Hajar Asqolani berkata :”Akhlak adalah sifat-sifat manusia yang mana dia
mempergauli orang lain dengannya. Dan dia (akhlak) itu ada yang terpuji dan ada
yang tercela”15
Kholid Al-Hazimi berkata :”Akhlak adalah seluruh apa yang manusia disifati
dengannya. Baik berupa sifat-sifat terpuji ataupun sifat-sifat tercela. Dan akhlak
itu mencerminkan bentuk batin orang itu sebagaimana bentuk lahirnya”16
Akhlak adalah sub mata pelajaran yang membahas perilaku menusia yang
menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan
atau perbuatan manusia lahir dan batin. Dalam pendidikan nasional, sub mata
pelajaran Akhlak disebut budi pekerti yang diintegrasikan dalam berbagai mata
pelajaran seperti Bahasa Indonesia, Pengetahuan Sosial dan lain-lain. Pendidikan 13 Ibrahim Musthofa,Al-Mu’jam al wasith,(Istambul, Al-Maktab al islamiyyah,1425 H),hlm.252 14 Ibid.hlm.252 15 Kholid Hamid al-Hazimi,Musawaul Akhlak wa Atsaruha ‘alal Ummah,(Riyadl:Wazarotusy Syu’unil Islamiyyah wal Auqof wad Dakwah wal Irsyad,1425 H),hlm.12 16 Ibid.hlm.12
11
Budi Pekerti secara umum adalah pendidikan tingkah laku, perangai, akhlak,
watak17. Menurut Edi Sedyawati dalam Suparno18 pendidikan budi pekerti sering
diartikan sebagai pendidikan moralitas yang mengandung pengertian antara lain
adapt istiadat, sopan santun dan perilaku. Sebagai perilaku, budi pekerti meliputi
pula sikap yang dicerminkan oleh perilaku itu. Jadi, budi pekerti dapat berarti
macam-macam tergantung situasinya. Budi pekerti dapat juga dianggap sebagai
sikap dan perilaku yang membantu orang dapat hidup baik. Hidup baik tentunya
hidup baik bersama orang lain. Budi pekerti juga diartikan sebagai alat batin
untuk menimbang perbuatan baik dan buruk. Sebagai alat batin, budi pekerti
dianggap sebagai suatu yang ada dalam diri seseorang yang terdalam seperti suara
hati. Budi sering diartikan sebagai nalar, pikiran atau akal. Inilah yang
membedakan manusia dengan hewan. Budi inilah yang mempersatukan kita
semua sebagai manusia, entah mereka itu dari suku, golongan, kelompok atau
umur apapun. Sejauh mereka adalah manusia, mereka mempunyai kesamaan
“budi”. Dengan nalar itulah, orang berpekerti adalah orang yang bertindak baik.
Maka, pelajaran budi pekerti menjadi pelajaran tentang etika hidup bersama
(bertindak baik) yang berdasarkan nalar. Ada unsur kesadaran dan ada unsur
melaksanakan kesadaran tersebut.
Pendidikan budi pekerti merupakan pendidikan nilai moralitas manusia
yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata19. Di sini ada unsur proses
pembentukan nilai tersebut dan sikap yang didasari pada pengetahuan mengapa
nilai itu dilakukan. Dan semua nilai moralitas yang disadari dan dilakukan itu
semua bertujuan untuk membantu manusia menjadi manusia yang lebih utuh.
Nilai itu adalah nilai yang membantu orang dapat lebih baik hidup bersama
dengan orang lain dan dunianya untuk menuju kesempurnaan seperti diinginkan
oleh Yang Illahi. Nilai itu menyangkut berbagai bidang kehidupan, seperti
hubungan dengan sesame (orang lain, keluarga), diri sendiri, hidup bernegara,
alam dunia dan Tuhan. Dengan demikian menjadi jelas bahwa budi pekerti
diperlukan bahkan diharuskan ada dalam kerangka tujuan hidup manusia. Dalam
17 Tim PKBBI,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Blai Pustaka,1990),hlm.131 18 Suparno,Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah,Suatu Tinjauan Umum,(Yogyakarta: Kanisius,2002),hlm.27 19 Ibid,hlm.27
12
penanaman nilai moralitas tersebut unsur kognitif (pikiran, pengetahuan,
kesadaran) dan unsur afektif (perasaan) perlu mendapatkan tempat.
Dengan demikian ditemui adanya budi pekerti luhur, perangai buruk,
akhlak yang jelek maupun akhlak yang baik. Namun pada dasarnya, budi pekerti
bernilai positif. Sebagaimana dijelaskan oleh Arymurthy20 bahwa budi pekerti
merupakan kesadaran tertinggi diri manusia. Pendidikan budi pekerti
mendekatkan diri manusia pada nilai-nilai kesucian, kebenaran dan keluhuran
yang bersumber pada tuntunan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan pendidikan budi
pekerti manusia dapat mewaspadai dan menolak daya pengaruh nafsu buruk yang
menyelinap dalam hati dan mengotori dirinya. Budi pekerti merupakan ketinggian
hidup dalam diri manusia yang bebas dari bercak noda keduniaan.
Sepadan dengan pendidikan budi pekerti adalah pendidikan etika atau
moral. Budi pekerti atau moral dari kata latin mores, yang berarti tatacara,
kebiasaan dan adapt. Perilaku moral atau budi pekerti berarti perilaku yang sesuai
dengan kode moral kelompok sosial. Perilaku moral atau budi pekerti
dikendalikan konsep-konsep moral---peraturan perilaku yang telah menjadi
kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan pola perilaku yang
diharapkan dari seluruh anggota kelompok21.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembentukan
budi pekerti adalah pembentukan perkembangan perilaku sosial yang sesuai
dengan tuntutan masyarakat.
d. Penanaman Pendidikan Budi Pekerti dan Akhlak
Penanaman akhlak dan nilai budi pekerti sama dengan penanaman nilai
moralitas manusiawi. Lickona22 menekankan pentingnya diperhatikan tiga unsur
dalam menanamkan nilai moral atau akhlak. Ketiga unsur itu saling berkaitan.
Ketiga unsur itu perlu diperhatikan supaya nilai yang ditanamkan tidak tinggal
sebagai pengetahuan saja tetapi sungguh menjadi tindakan seseorang. Termasuk
dalam unsur pengertian moral adalah kesadaran moral, pengertian akan nilai,
20 Arymurthy.1998.”Budi Pekerti” Ensiklopedi Nasional Indonesia,(Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka,1998),hlm.504 21 Elizabeth B.Hurlock,Psikologi Perkembangan,(Jakarta: Erlangga,2000),hlm.74 22 Suparno,op.cit,hlm.35
13
kemampuan untuk mengambil gagasan orang lain, rasionalitas moral (alasan
mengapa harus melakukan hal itu), pengambilan keputusan berdasarkan nilai
moral dan pengertian mendalam tentang dirinya sendiri. Segi pengertian ini cukup
jelas dapat dikembangkan dalam pendalaman bersama di kelas maupun dengan
masukan orang lain. Inilah segi rasionalitas atau segi kognitif dari nilai moral.
Dalam pendidikan budi pekerti yang ingin kita tawarkan kepada siswa, segi
kognitif ini perlu ditekankan. Dengan segi ini, siswa dibantu untuk mengerti apa
isi nilai yang digeluti dan mengapa nilai itu harus dilakukan dalam hidup mereka.
Dengan demikian siswa sungguh mengerti apa yang akan dilakukan dan sadar
akan apa yang dilakukan.
Unsur perasaan moral meliputi suara hati (kesadaran akan yang baik dan
tidak), harga diri seseorang, sikap empati terhadap orang lain, perasaan mencintai
kebaikan, control diri dan rendah hati. Perasaan moral ini sangat mempengaruhi
seseorang untuk mudah atau sulit bertindak baik atau jahat, maka perlu
mendapatkan perhatian. Dalam pendidikan nilai, segi perasaan moral ini perlu
mendapatkan tempatnya. Dalam pendidikan budi pekerti, unsur perasaan ini juga
sangat penting. Siswa dibantu untuk menyenangi ataupun mengiyakan nilai yang
mau dilakukannya. Siswa dibantu untuk menjadi lebih tertarik akan nilai tersebut.
Siswa dibantu untuk dapat merasakan bahwa nilai itu sungguh baik dan perlu
dilakukan.
Yang termasuk unsur tindakan moral adalah kompetensi (punya
kemampuan untuk mengaplikasikan keputusan dan perasaan moral ke tindakan
konkret), kemauan dan kebiasaan. Tanpa kemauan yang kuat, meski orang sudah
tahu tentang tindakan baik yang harus dilakukan, ia tidak akan melakukannya.
Dalam pendidikan budi pekertipun, kemampuan untuk melaksanakan nilai dalam
tindakan nyata, kemauan dan kebiasaan melakukan nilai tersebut harus
dimunculkan dan ditingkatkan. Siswa perlu dibantu untuk dapat melakukan nilai
budi pekerti yang telah disadari dalam wujud tindakan nyata. Siswa perlu dibantu
untuk mempunyai kemauan melakukan nilai tersebut. Pendidik perlu membantu
agar siswa punya keinginan untuk mewujudkan nilai itu dalam tindakan sehari-
hari.
14
Ali Fais23 mengintegrasikan pendidikan budi pekerti atau akhlak ke dalam
berbagai mata pelajaran karena penanaman nilai budi pekerti sama dengan
penanaman nilai moralitas. Untuk itu, penanaman budi pekerti dimulai dari diri
sendiri. Apabila perbuatan itu merugikan orang lain jangan diulangi. Apabila
perbuatan itu bermanfaat bagi orang lain dilakukan lagi dan berulang kali.
Apabila perbuatan kita menyakiti orang lain segera meminta maaf. Apabila
disakiti orang lain hendaklah memaafkan. Seseorang yang berbudi pekerti luhur
dan berakhlak mulia terlihat dari perilakunya, yaitu : tidak menyakiti orang lain,
tidak bermusuhan, mempunyai banyak teman, perbuatannya terpuji, bukan
pemalas, pekerja keras, rajin belajar, jujur, adil dan bijaksana.
e. Materi Pelajaran Aqidah Akhlak
Materi pelajaran Aqidah Akhlak di kelas VIII Madrasah Tsanawiyah
sesuai kurikulum 2004, terdiri atas 10 pokok bahasan24.
1) Sub mata pelajaran Aqidah
a) Sifat-sifat Allah, yang meliputi sifat-sifat wajib Allah dan sifat-sifat
mustahil Allah.
b) Sifat jaiz Allah, yang meliputi pengertian sifat-sifat jaiz Allah, dalil aqli
maupun dalil naqli tentang sifat jaiz Allah dan ciri-ciri serta contoh
perilaku orang yang beriman kepada sifat jaiz Allah.
c) Mukjizat Allah, meliputi pengertian mukjizat, karamah, maunah dan irhas.
d) Sifat-sifat Rasul, meliputi sifat-sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Rasul ;
hikmah beriman kepada Rasulullah SAW dan ciri-ciri sikap dan perilaku
orang beriman kepada Rasulullah SAW.
e) Ulul Azmi, meliputi pengertian dan sifat-sifat Nabi ulul azmi.
2) Sub mata pelajaran Akhlak
a) Akhlak terpuji, meliputi pengertian akhlak terpuji, ciri-ciri dan contoh
akhlak terpuji.
b) Akhlak tercela, meliputi pengertian akhlak tercela, ciri-ciri dan contoh
akhlak tercela.
23 Ali Fais,Integrasi Budi Pekerti ke Dalam PPKn,(Klaten: Intan Pariwara, 2002),hlm.2 24 Tim Arrahma,Aqidah Akhlak, (Semarang: Aneka Ilmu,2006),hlm.vii-viii
15
c) Perilaku Sahabat, meliputi ketekunan dan keteguhan aqidah sahabat rasul,
meneladani sikap dan perilaku sahabat rasul dalam kehidupan sehari-hari.
d) Akhlak Nabi Muhammad SAW, meliputi ciri-ciri akhlak Nabi Muhammad
SAW dan meneladani akhlak beliau.
e) Meneladani sahabat, yaitu menunjukkan sifat dan perilaku baik dari
kehidupan Abu Bakar Sidiq, Zaid bin Tsabit, Abu Dzar al Gifari dan
meneladani sifat mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Edi Sedyawati dalam Suparno25 sebagai pendidikan perilaku,
budi pekerti meliputi pula sikap yang dicerminkan oleh perilaku itu. Pendidikan
sikap dan perilaku itu mengandung lima jangkauan sebagai berikut : (a) sikap dan
perilaku dalam hubungan dengan Tuhan; (b) sikap dan perilaku dalam hubungan
dengan diri sendiri; (c) sikap dan perilaku dalam hubungan dengan keluarga; (d)
sikap dan perilaku dalam hubungan dengan masyarakat dan bangsa; (e) sikap
danperilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar. Sikap dan perilaku itu jelas
sikap dan perilaku yang membantu orang untuk dapat berelasi dan hidup baik
bersama Tuhan, diri sendiri, keluarga, masyarakat dan alam sekitar. Karena
bentuknya sebagai sikap dan perilaku pun dapat bermacam-macam dan juga
dipengaruhi oleh budaya orang itu.
Phenix26 secara ringkas merangkumkan lima poko bidang pendidikan
moral yang dapat didalami siswa, yaitu : (1) nilai moral di sekitar hak-hak asasi
manusia; (2) moral kehidupan keluarga dan seksual; (3) moral hubungan antara
golongan, suku, agama, kelompok; (4) nilai moral yang menyangkut kehidupan
ekonomi; (5) nilai moral yang menyangkut kehidupan politik terutama mengenai
penggunaan kekuasaan. Nilai yang akan ditawarkan kepada anak didik yang lebih
mengembangkan praktek hidup bersama sebagai satu bangsa masih perlu dibahas
lebih mendalam oleh mereka yang terkait.
Suparno27 menyebutkan pendidikan budi pekerti meliputi : (1) nilai
regiusitas, (2) nilai sosialitas, (3) nilai gender, (4) nilai keadilan, (5) nilai
25 Suparno,op.cit,hlm.27 26 Ibid,hlm.29 27 Ibid,hlm.23
16
demokrasi, (6) nilai kejujuran, (7) nilai kemandirian, (8) nilai daya juang, (9) nilai
tanggung jawab, (10) nilai penghargaan terhadap lingkungan alam.
Pendidikan budi pekerti atau akhlak yang baik dalam pergaulan dan
kehidupan sehari-hari anak-anak, dijelaskan oleh Sumantri28 yaitu : (a) cara
menyapa dan berbicara dengan orang lain, (b) cara berterima kasih, (c) cara
meminta ijin, (d) cara meminta pertolongan kepada orang lain, (e) tata cara
bertamu, (f) cara berpakaian, (g) tata cara makan.
Tujuan pendidikan budi pekerti atau akhlak, yaitu : (1) menghargai dan
menyayangi sesamanya melalui tingkah laku sehari-hari, (2) mengenal arti
kebersamaan dan persatuan melalui tingkah laku sehari-hari. Macam-macam budi
pekerti yang diajarkan pada pembelajaran tersebut ialah : (1) menyayangi dan
menghormati orang tua, (2) hidup rukun, (3) kerjasama, (4) tolong menolong dan
(5) kebersamaan dan persatuan29.
Pendidikan budi pekerti menurut Ali Fais30, meliputi : (1) ketertiban, (2)
keberanian, (3) keadilan, (4) belas kasih, (5) kesetiaan, (6) kepatuhan, (7) hormat
menghormati.
Dapat disimpulkan bahwa materi pendidikan budi pekerti yang perlu
diajarkan pada anak, yaitu : (1) menyayangi dan menghormati orang tua, (2)
hidup rukun, (3) kerjasama, (4) tolong menolong dan (5) kebersamaan dan
persatuan.
2. Birrul Walidain
a. Pengertian Birrul Walidain
Sudah seharusnya orang tua mendapat perlakuan yangbaiak dari anaknya.
Islam memandang birrul walidain lebih utama (didahulukan) daripada hijrah dan
jihad. Birrul walidain artinya berbuat baik kepada orang tua, yaitu ayah dan ibu.
Ayah dan ibu memiliki hak dari segala manusia lainnya untuk dicintai, ditaati dan
dihormati karena keduanya memelihara, mengasuh dan mendidik, mencintai anak
dengan tulus ikhlas agar anak menjadi seorang yang baik, berguna dalam
28 Poppy Sumantri,Pendidikan Moral Pancasila (Keluarga dan Temanku),(Klaten: Intan Pariwara,1987),hlm.5 29 Ibid,hlm.3 30 Ali Fais,op.cit,hlm.4
17
masyarakat, berbahagia dunia akhirat. Karena itu, wajib bagi anak untuk berbuat
baik (birr), mencintai dan menghormati keduanya, tidak membuat marah mereka
dan mendo’akan keduanya31.
Kata birr secara bahasa artinya : khoir (kebaikan)
‘Berbuat baik kepada kedua orang tuanya’, maknanya adalah melapangkan
kebaikan kepada mereka berdua serta selalu menyambung (sulaturrahmi) dengan
mereka berdua32.
Abdurrohman As-Sa’di berkata, “(Wa bil walidaini ihsana), maknanya berbuat
baiklah kepada mereka berdua dengan segala bentuk kebaikan. Baik berupa
perkataan maupun perbuatan”33.
Imam At-Thobari berkata, “(barron bi walidaihi) artinya bersungguh-sungguh
dalam mentaati dan mencintai mereka berdua (kedua orang tua). Tidak durhaka
kepada mereka berdua.”34
Allah memerintahkan kepada menusia untuk berbuat ihsan kepada kedua orang
tua.
* 4© |Ós%uρ y7 •/u‘ ω r& (#ÿρ ߉ç7÷ès? Hω Î) çν$ −ƒ Î) È⎦ø⎪ t$ Î!≡uθ ø9$$ Î/uρ $·Ζ≈ |¡ôm Î) 4 $ ¨Β Î) £⎯tóè= ö7tƒ x8y‰Ψ Ïã uy9 Å6ø9 $# !$ yϑèδ߉tn r& ÷ρ r&
$ yϑèδŸξÏ. Ÿξsù ≅à)s? !$ yϑçλ°; 7e∃ é& Ÿω uρ $ yϑèδöpκ ÷] s? ≅è% uρ $ yϑßγ ©9 Zωöθ s% $ Vϑƒ ÌŸ2 ∩⊄⊂∪ ôÙÏ÷z $#uρ $ yϑßγ s9 yy$ uΖ y_
ÉeΑ—%! $# z⎯ÏΒ Ïπ yϑôm §9 $# ≅è%uρ Éb> §‘ $ yϑßγ ÷Η xqö‘ $# $ yϑx. ’ÎΤ$ u‹−/u‘ #ZÉó |¹ ∩⊄⊆∪
31 Barmawie Umary,op.cit,hlm.71 32 Ibrahim Musthofa,op.cit,hlm.48 33 Abdurrohman Nashir As-Sa’di,Taisirul karimur Rohman fi Tafsiri Kalamil Manan, (Madinah: Markaz Haiatisy Syuhada’,1425),hlm.456 34 Tafsir At-Thobari Digital,Surat Maryam: 14
18
23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-
baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.35
24. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan
dan ucapkanlah “Wahai Tuhanku kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil.36
Abu Bakar Al-Anshori berkata, bahwa kalimat wa qadho dalam ayat
tersebut tidak berarti mengharuskan, tapi ia dimaksudkan sebagai perintah dan
kewajiban. Dari segi bahasa lafadh Al-Qadha berarti memutuskan sesuatu dengan
sungguh-sungguh. Firman Allah yang berarti “dan kepada kedua orang tua
hendaknya (kamu) berbuat baik” adalah berbuat kebaikan dan menghormat.” Ibnu
Abbas berkata “janganlah kamu mengibaskan pakaianmu agar mereka tidak
terkena debu olehnya.” Firman Allah yang berarti “Janganlah kamu berkata
kepada keduanya ‘ah atau uf’, mengandung lima pengertian : (1) kuku yang kotor,
demikian pendapat Al Kahlil, (2) kotoran telinga, sesuai pendapat Al Ashmu’I,
(3) guntingan kuku, sesuai pendapat Tsa’lab, (4) meremehkan, berasal dari kata
(ufafun), menurut orang arab berarti sedikit, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Al
Anshori, (5) lafadh uf berarti juga apa yang kamu ambil dari bumi, baik berupa
tongkat atau bamboo, sesuai pendapat Ibnu Faris. Tapi yang sesuai dengan
pengertian ayat di atas adalah pengertian yang keempat. Maksudnya jangan
berkata kepada mereka dengan perkataan yang meremehkan.37
Kemudian Syekh Abu Al Faraj berkata bahwa aku membaca ayat tersebut
di muka guruku Abu Manshur Al Lughawi. Beliau berkata bahwa ari kalimat uf
adalah bau busuk. Arti asalnya adalah hendaklah kamu meniup sesuatu yang jatuh
35 Mengucapkan kata “ah” kepada orang tua tidak dibolehkan agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu. 36 Al-Qur’an Al Kariim Digital,Surat Al-Isra:23-24 37 Imam Ibnul Jauzi,Birrul Walidain (Berbakti Kepada Orang Tua Dikala Hidup dan Sesudah Mati),(Surabaya:Pustaka Progresif,1996),hlm.31-32
19
ke bajumu dari abu dan debu. Kemudian lafadh tersebut digunakan untuk orang
yang menganggap sedikit (meremehkan) jasa kedua orang tuanya.38
Kalima $ yϑèδ ö pκ÷] s? ωuρ artinya “janganlah membentak mereka”, yakni jangan
berkata dengan kata ‘bosan’ sambil berteriak di muka keduanya. Atha’ bin Abu
Rabbah berkata “janganlah mengibaskan tanganmu di muka keduanya”.39
Kalimat Z $Vϑƒ Ì Ÿ2 ωöθ s% $yϑßγ ©9 ≅è%uρ artinya berkatalah kepada mereka dengan perkataan
yang mulia (sopan), yakni perkataan yang lembut. Said bin Al Musayyab berkata :
seperti perkataan sang budak yang berdosa kepada majikannya yang keras.
Berdasarkan keterangan di atas, sikap birrul walidain merupakan
konsekuensi seorang anak terhadap kebaikan dan belas kasih sayang orang tua
kepadanya, sejak ia dalam kandungan hingga besar, yakni saat dimana seorang
anak menyadari dan merasakan kebaikan-kebaikan yang dicurahkan oleh orang
tua kepadanya. Perintah Allah untuk bersikap baik kepada orang tua antara lain
alam ayat berikut :
* ö≅è% (#öθ s9$yès? ã≅ø?r& $ tΒ tΠ§ym öΝà6š/u‘ öΝà6øŠn= tæ ( ω r& (#θ ä.Îô³è@ ⎯ϵ Î/ $ \↔ ø‹x© ( È⎦ ø⎪ t$ Î!≡uθ ø9$$ Î/uρ $ YΖ≈ |¡ôm Î) ( Ÿω uρ
(#þθ è= çFø)s? Νà2 y‰≈ s9÷ρ r& ï∅ÏiΒ 9,≈ n=øΒ Î) ( ß⎯ós ¯Ρ öΝà6è%ã— ötΡ öΝèδ$ −ƒ Î)uρ ( Ÿω uρ (#θç/tø)s? |·Ïm≡uθ xø9 $# $ tΒ tyγ sß $ yγ ÷Ψ ÏΒ
$ tΒ uρ š∅sÜt/ ( Ÿω uρ (#θ è=çGø) s? š[ø¨Ζ9$# © ÉL ©9$# tΠ§ym ª!$# ω Î) Èd,ys ø9 $$ Î/ 4 ö/ä3Ï9≡sŒ Νä38 ¢¹ uρ ⎯ϵ Î/ ÷/ä3ª= yès9 tβθ è= É)÷ès?
∩⊇∈⊇∪
151. Katakanlah : “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh
Tuhanmu, yaitu janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia,
berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak dan janganlah kamu
membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi
38 Ibid,hlm.32 39 Ibid,hlm.33
20
rizki kepadamu dan kepada mereka dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak diantaranya maupun yang
tersembunyi dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.”40
Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu
memahami(nya).41
b. Indikator Birrul Walidain
Berbakti kepada kedua orang tua adalah dengan cara mentaati apa yang
orang tua perintahkan selama hal itu tidak dilarang oleh agama. Apa yang orang
tua perintahkan harus didahulukan daripada melakukan perkara-perkara yang
sunnat. Demikian pula menghindari segala yang dilarang orang tua,
membelanjakan harta untuk orang tua dan memenuhi segala yang dibutuhkan.
Bersungguh-sungguh dalam berbakti dan melayani orang tua, tata krama serta
menghormati orang tua.42
Anak tidak diperkenankan meninggikan suaranya, memejamkan
pandangan dan memanggil orang lain dengan namanya. Anak harus berjalan di
belakang orang tua dan sabar terhadap apa yang tidak disukai yang keluar dari
perkataan orang tua.43
Indikator sikap birrul walidain dijelaskan oleh ulama44 sebagai berikut :
(1) Berbicara kepada kedua orang tua dengan sopan santun, tidak mengucapkan
‘ah’ kepada mereka, tidak menghardik mereka dan berkata dengan ucapan yang
baik, (2) Mentaati kedua orang tua selama tidak dalam maksiat, karena tidak ada
ketaatan kepada makhluk yang bermaksiat kepada Allah, (3) Berlemah lembut
kepada kedua orang tua, tidak bermuka masam di depannya dan tidak memelototi
mereka dengan marah, (4) Menjaga nama baik, kehormatan dan harta benda
kedua orang tua, (5) Tidak mengambil sesuatu apapun tanpa seizing keduanya, (6)
Melakukan hal-hal yang meringankan keduanya meskipun tanpa perintah seperti 40 Maksudnya yang dibenarkan oleh syara’ seperti qishash membunuh orang murtad,rajam dan sebagainya 41 Al-Qur’an Al Kariim Digital,Surat Al An’am:151 42 Imam Ibnul Jauzi,op.cit.hlm.53 43 Ibid.hlm.53 44 Muhammad Jamil Zainu,Petunjuk Jalan Islam,(Jakarta:Al-Kautsar,2000),hlm.100-101
21
berkhidmat, membelikan beberapa keperluan dan bersungguh-sungguh alam
mencari ilmu, (7) Musyawarahkan segala pekerjaan dengan orang tua dan
meminta ma’af kepada mereka jika terpaksa berselisih pendapat dengan orang
tua, (8) Segera memenuhi panggilan orang tua dengan wajah yang tersenyum, (9)
Menghormati kawan dan sanak kerabat orang tua ketika mereka masih hidup dan
sesudah mati, (10) Tidak membantah dan tiak menyalahkan orang tua tetapi
berusaha menjelaskan yang benar dengan sopan, (11) Tidak membantah perintah
orang tua, tidak mengeraskan suara atas orang tua, tidak mendengarkan
pembicaraan orang tua dan tidak mengganggu saudara untuk menghormati orang
tua, (12) Ketika orang tua masuk, anak bangun dan mencium mereka, (13)
Membantu ibu di rumah dan tidak terlambat membantu ayah alam pekerjaan, (14)
Tidak pergi sebelum orang tua memberi izin meski untuk urusan penting, jika
terpaksa harus pergi maka meminta ma’af kepada keduanya dan jangan sampai
memutuskan komunikasi dengan orang tua, (15) Tidak masuk ke tempat orang tua
kecuali setelah mendapat izin terutama pada waktu tidur dan istirahat, (16) Tidak
makan sebelum orang tua dan menghormati mereka dalam makanan dan
minuman, (17) Tidak berbohong dengan orang tua dan tidak mencela jika orang
tua berbuat tidak menarik, (18) Tidak duduk di tempat yang lebih tinggi dari
mereka dan tidak meluruskan kedua kaki dengan congkak di depan mereka, (19)
Tidak congkak terhadap nasib ayah meski anak seorang pegawai besar, tidak
mengingkari kebaikan orang tua atau menyakiti orang tua meski dengan satu kata,
(20) Tidak kikir untuk menginfaqkan harta kepada orang tua jika sampai orang
tua mengadu kepada anak karena ini merupakan kehinaan, (21) Banyak
berkunjung kepada orang tua dan memberi hadiah, berterima kasih atas
pendidikan dan jerih payah orang tua, (22) Orang tua yang paling berhak
mendapat penghormatan adalah ibu kemudian ayah, (23) Berusaha tidak
menyakiti kedua orang tua dan tidak menjadikan orang tua marah, (24) Jika
meminta sesuatu dari orang tua dengan berlemah lembut, berterima kasih atas
pemberian orang tua dan tidak banyak meminta agar tidak mengganggu, (25)
Mendo’akan kedua orang tua.
22
Berdasarkan pendapat di atas, indikator birrul walidain meliputi perilaku
terhadap orang tua baik perkataan maupun perbuatan.
c. Keutamaan Birrul Walidain
1) Birrul walidain lebih utama daripada hijrah dan jihad.
Sudah seharusnya orang tua mendapat perlakuan yang baik dari anaknya.
Islam memandang birrul walidain lebih utama (didahulukan) daripada hijrah
dan jihad. Dalilnya berdasarkan hadist :
Artinya :45
Seorang lelaki dating kepada Nabi SAW dan meminta izin untuk berjihad.
Rasulullah SAW berkata kepadanya : Apakah kedua orang tuamu masih hidup
? Dia menjawab : Ya. Rasulullah bersabda : berjihadlah kepada keduanya
(berbakti kepada mereka).
Pada hadist riwayat Abu Daud dinyatakan :
Artinya :46
Seorang lelaki datang kepada Nabi SAW untuk berbai’at kepadanya, lalu
berkata : Aku datang untuk berbai’at kepadamu untuk berhijrah dan aku
tinggalkan kedua oaring tuaku menangis. Rasulullah SAW bersabda :
Kembalilah kepada mereka dan buatlah mereka tertawa kepada mereka
sebagaimana kamu telah membuat mereka menangis.
Artinya :47
Seorang laki-laki dari Yaman hijrah kepada Rasulullah SAW lalu beliau
berkata kepadanya : Apakah kedua orang tuamu berada di Yaman ? Dia
menjawab : Tidak. Rasul SAW bersabda : Kembalilah kepada kedua orang
tuamu dan mintalah izin kepada mereka. Bila mereka melakukannya
45 HR Bukhari dalam kitab Shahihnya,Kitab Al-Jihad,bab:Berjihad dengan seizing kedua orang tua,No.Hadist 3004.Muslim,Kitab Al-Birri,hadist no.5.Nasa’I dalam Kitab Al-Jihad,bab:Boleh tidak ikut berperang bila mempunyai orang tua yang masih hidup (untuk berkhidmat kepada mereka),(6/10).Imam Ahmad dalam kitab Musnadnya (6/165),Ibnu Hiban dalam kitab Shahihnya (1/325). 46 HR Abu Daud dalam kitab Sunannya,bab:Seorang lelaki berjihad,sedangkan kedua orang tuanya melarangnya,hadist No.2357.Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya,Kitabal Birri was As Shilah,bab:Menggembirakan kedua orang tua (1/324,325). 47 HR Abu Daud dalam kitab Sunan,Kitabal Jihad,No.hadist 2539.Ibnu Hibban dalam kitab Shahih,Kitabal Birri,bab:Berbakti kepada orang tua lebih baik daripada jihad (1/325-326).
23
(memberi izin kepadamu), kemarilah, jika tidak, maka berbaktilah kepada
mereka.
Faidah hadist di atas menunjukkan keutamaan berbakti kepada kedua
orang tua, mengagungkan hak mereka serta mendapat pahala di sisi Allah
karenanya. Rasulullah SAW bersabda : Berjihadlah kepada kedua orang tuamu
(berbakti kepada mereka), yakni berjihad melawan nafsu, melawan setan untuk
mendapatkan kerelaan mereka dan mendahulukan kepentingan orang tua daripada
kepentingan sendiri selama tidak bertentangan dengan apa yang digariskan Allah.
Ada yang berpendapat : bersungguh-sungguh dalam melayani mereka.
Kebanyakan ulama berpendapat : diharamkan berjihad bila kedua orang tua atau
salah satunya melarangnya (dengan syarat keduanya muslim). Sebab berbakti
kepada orang tua adalah fardhu’ain, sedangkan berjihad adalah fardhu kifayah.48
2) Birrul walidain termasuk amal yang paling disenangi oleh Allah
Abu Amr As-Syaibani, Syaikh Ibnu Al-Jawi berkata :
Artinya :49
Orang yang mempunyai rumah --- menunjuk ke rumah Abdullah --- berkata
kepadaku : Aku bertanya kepada Rasulullah SAW : Amal perbuatan apakah
yang paling dicintai Allah ? Rasulullah SAW menjawab : Shalat pada
waktunya. Aku berkata : Kemudian apa ? Rasul menjawab : Berbakti kepada
kedua orang tua. Aku berkata (lagi) : Kemudian apa lagi ? Rasul menjawab :
Jihad di jalan Allah.
Berdasarkan hadist di atas, dapat disimpulkan bahwa birrul walidain
merupakan amalan yang paling disenangi oleh Allah setelah shalat tepat pada
waktunya, karena shalat adalah hak Allah, lalu berbakti kepada orang tua.
3) Birrul Walidain memperpanjang umur.
48 Imam Ibnul Jauzi,op.cit.hlm.42. 49 HR Tirmidzi dalam kitab Shahihnya,Kitabal Birri wa As Shilah,bab:keterangan tentang berbakti kepada orang tua (8/94-95).Al Hakim dalam kitab Al Mustadrak (1/188) beliau berkata:Hadist tersebut adalah shahih sesuai dengan perawi-perawi Bukhari dan Muslim.Namun keduanya tidak meriwayatkannya.Kalimat hadist ini dinyatakan shahih oleh kedua perawi yang terpercaya,yaitu Bandar bin Bassar dan Al Hasan bin Mukrim.Hadist tersebut banyak syahidnya.
24
Salah satu buah dari keutamaan berbakti kepada orang tua adalah dapat
menambah umur. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah SAW.
Artinya : 50
Barang siapa berbakti kepada kedua orang tuanya, maka berbahagialah dia
dan Allah menambah umurnya.
Artinya :51
Wahai Ibnu Adam ! Berbaktilah kepada kedua orang tuamu dan sambunglah
sanak saudaramu, niscaya Allah akan mempermudah (urusanmu) dan
memanjangkan umurmu. Taatlah kepada Tuhanmu jika kamu orang yang
berakal dan janganlah berbuat maksiat kepada-Nya. (Jika berbuat maksiat),
maka kamu tergolong orang-orang yang bodoh.
Artinya :52
Barang siapa yang ingin umurnya dipanjangkan oleh Allah dan rizkinya
ditambah, maka hendaklah berbakti kepada kedua orang tuanya serta
menyambung silaturahmi.
Berdasarkan hadist di atas, dapat disimpulkan bahwa birrul walidain
merupakan sebab bertambahnya rezeki dan umur seseorang. Bertambahnya umur
dan rezeki yang telah ditetapkan Allah karena ada sebab amalan birrul walidain.
d. Birrul Walidain Setelah Orang Tua Wafat
Banyak cara bagi seorang anak untuk berbakti kepada kedua orang tuanya.
Anak tidak terbatas selama orang tua masih hidup, melainkan sampai mereka
meninggal dunia. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah SAW :
50 HR Al Hakim dalam kitab Al Mustadrak (4/154).Beliau berkata:hadist tersebut sanadnya shahih,namun Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya.Thabrani dan Abu Ya’la meriwayatkannya dalam kitab Al Majma’ (8/137).Pada sanadnya terdapat Zaban bin Faiqah dan ia dinyatakan terpercaya oleh Abu Khatim. 51 HR.Abu Ya’la dalam kitab Majma’az Zawaid (8/151).Dalam sanad Abu Ya’la terdapat Shalih Al Mirri yang dinyatakan lemah. 52 Hadist tersebut diriwayatkan oleh Ahmad dalam kitab Musnadnya (3/202). Al Haitam menyebutnya dalam kitab Majma’Az Zawaid (8/136).Beliau berkata:Ia terdapat dalam Shahih Bukhari dengan tanpa menyebutkan kalimat’berbakti kepada orang tua’.Ia juga diriwayatkan oleh Ahmad.
25
Artinya :53
Bila seorang meninggal dunia, maka amal perbuatannya terputus kecuali
dalam tiga hal : shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang
mendoakannya.
Suatu ketika seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW :
Artinya :54
Wahai Rasulullah ! Adakah sesuatu (bagiku) untuk berbakti kepada kedua
oran tuaku setelah mereka meninggal dunia ? Rasul menjawab : Ya, empat
perkara, (1) berdo’a untuk mereka, memintakan ampun mereka, (2)
melaksanakan wasiat mereka, (3) menghormati teman-teman mereka dan (4)
menyambung silaturahmi yang tidak ada hubungan denganmu kecuali dengan
mereka.
Derajat orang tua pada hari kiamat akan terangkat di sisi Allah disebabkan
do’a seorang anak yang memintakan ampun atas dosa-dosanya. Hadist berikut ini
meriwayatkan hal tersebut.
Artinya :55
Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung akan mengangkat
derajat hamba-Nya yang shalih di surga, merekapun berkata : ‘Wahai Rabbi,
dari manakah semua ini ? Allah berfirman : dari anakmu yang memintakan
ampun untukmu.
Artinya :56
Ketika bepergian Ibnu Umar bertemu dengan seorang Arab Badui yang
menjadi teman Umar (ayahnya). Lalu Arab Badui itu berkata : Bukankah
kamu anaknya si Fulan ? Ibnu Umar menjawab : Ya. Ibnu Umar
53 HR Muslim dalam kitab Shahih,Kitab Al Washiyah.Al Bukhari dalam Kitab Al Adabal Mufrad,bab:Berbakti kepada orang tua setelah meninggal dunia,hadist No.38 54 HR Bukhari dalam kitab Adabal Mufrad,bab:Berbakti kepada kedua orang tua setelah meninal dunia,hadist No.35.Ibnu Hibban dalam kitab Shahih,kitab Al Birri wal Ihsan,hadist No.419.Al Hakim dalam kitab Al Mustadrak (4/19),(4/154).Ia berkata:hadist tersebut shahih sanadnya,namun Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya.Imam Ad Dzahabi sependapat dengannya. 55 HR Ahmad dalam kitab Musnadnya (2/509).Thabrani dalam kitab Al Ausath (10/210).Al Haitami berkata:perawi-perawinya adalah perawi Shahih Bukharo kecuali Ashim bin Bahdah.Namun dia juga tergolong perawi yang terpercaya. 56 HR Muslim dalam kitab Shahih,kitab Al Birri wa Shilah,hadist No.13.Thabrani dalam kitab Al Ausath.
26
memerintahkan kepada sahabatnya agar orang Arab Badui ini diberi keledai
untuk mengganti ontanya. Ia mencopot surban dari kepalanya, lalu diberikan
kepada Badui itu. Sebagian orang yang hadir berkata : Sesungguhnya dia
cukup diberi dua dirham. Ibnu Umar berkata : Nabi SAW bersabda :
Peliharalah teman kesayangan ayahmu dan jangan memutuskannya, sehingga
Allah memadamkan cahayamu.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa berbakti kepada
orang tua dapat dilakukan meskipun kedua orang tua telah meninggal dunia,
misalnya dengan cara : (1) berdo’a untuk mereka, memintakan ampun mereka, (2)
melaksanakan wasiat mereka, (3) menghormati teman-teman mereka dan (4)
menyambung silaturahmi yang tidak ada hubungan denganmu kecuali dengan
mereka.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian terdahulu telah dilakukan yang berkaitan dengan pengaruh variabel
aqidah akhlak dan birrul walidain, antara lain sebagai berikut :
1. Agustina Kristiani (2005)
Agustina Kristiani (2005) meneliti tentang “Pengaruh Komunikasi dalam Keluarga
terhadap Pembentukkan Budi Pekerti Siswa TK Mineta Semarang Tahun Ajaran 2004
– 2005”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi dalam keluarga khususnya
dengan orang tua mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap akhlak atau budi
pekerti.
2. Warsih Tuning Tyas (2004)
Warsih Tuning Tyas (2004) meneliti tentang “Hubungan Antara Komunikasi dalam
Keluarga dengan Perkembangan Sosial Siswa Kelas II SMK dr. Cipto Semarang”.
Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa komunikasi dalam keluarga
mempunyai hubungan positif signifikan dengan perkembangan sosial siswa.
27
C. Rumusan Hipotesis
Menurut Arikunto57 hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang
terkumpul. Adapun menurut Sutrisno Hadi58, hipotesis adalah pernyataan yang masih
lemah kebenaran dan masih perlu dibuktikan kenyataan. Berdasarkan pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara yang akan dibuktikan
kebenarannya dalam penelitian ilmiah.
Hipotesis kerja dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif pembelajaran
Aqidah Akhlak dengan sikap birrul walidain oleh siswa MTs Raden Umar Said Kudus.
57 Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian,(Jakarta:Rineka Cipta,1996).hlm.68 58 Sutrisno Hadi,2001,Metode Research I,(Yogyakarta:Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada,2001).hlm.257
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap secara empiris hubungan
prestasi mata pelajaran Aqidah Akhlak dengan sikap birrul walidain Siswa MTs Raden
Umar Said Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas VIII MTs Raden Umar Said Desa Colo,
Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus dan waktu pelaksanaan pada tanggal 25 April
sampai dengan tanggal 25 Mei 2007.
C. Variabel Penelitian
Dalampenelitian ini, terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, disebut juga variabel
penyebab. Sedangkan variabel terikat adalah variabel akibat atau variabel tak bebas,
variabel tergantung. Yang menjadi variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah prestasi
belajar Aqidah Akhlak dan sebagai variabel terikat (Y) adalah sikap birrul walidain.
1. Prestasi belajar Aqidah Akhlak.
Prestasi belajar Aqidah Akhlak merupakan hasil tes ulangan harian yang telah dicapai
siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Indikator prestasi belajar Aqidah Akhlak
dalam penelitian ini dibatasi pada pokok bahasan yang sesuai dengan akhlak dan
menggunakan indikator sebagai berikut :
a. Akhlak terpuji
b. Akhlak tercela
c. Aqidah
d. Akhlak Nabi Muhammad SAW
29
2. Sikap birrul walidain
Sikap birrul walidain artinya berbuat baik kepada orang tua, yaitu ayah dan ibu.
Indikator sikap birrul walidain dalam penelitian ini adalah :
a. Bicara sopan
b. Tidak menghardik
c. Taat dalam ma’ruf
d. Menjaga nama baik dan kehormatan
e. Lemah lembut dalam berbicara
f. Meminta maaf jika bersalah
g. Tidak mengambil sesuatu tanpa izin orang tua
h. Meringankan beban orang tua
i. Bermusyawarah dengan orang tua
j. Memenuhi panggilan
k. Menghormati kawan dan kerabat orang tua
l. Tidak membantah
m. Membantu pekerjaan orang tua di rumah
n. Meminta izin jika akan pergi
o. Tidak membohongi
p. Tidak mencela
q. Tidak congkak kepada orang tua
r. Tidak kikir kepada orang tua
s. Tidak menyakiti hati orang tua
t. Mendo’akan orang tua
D. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode korelasi sejajar, yaitu suatu pendekatan untuk
meneliti korelasi atau hubungan antara dua fenomena. Maksud penulisan deskriptif
adalah untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat
mengenai fakta-faktanya, sifat-sifatnya serta hubungan antara fenomena-fenomena yang
diselidiki59. Metode korelasi maksudnya adalah penelitian empiris untuk mengetahui
59 Suharsimi Arikunto,op.cit.hlm.28
30
hubungan dua variabel atau lebih secara sistematis ini tanpa melakukan perlakuan-
perlakuan maupun manipulasi terhadap variabel penelitian berdasarkan pengukuran
terhadap gejala yang terjadi pada diri responden60 . Berdasarkan penjelasan Arikunto dan
Moh Nazir, metode korelasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
hubungan antara variabel prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak dengan sikap
birrul walidain.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek dari penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti
semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan
penelitian populasi61. Berdasarkan penjelasan Arikunto, populasi merupakan sumber
subyek penelitian. Dalam penelitian ini sebagai populasi adalah seluruh kelas VIII
MTs Raden Umar Said Kudus berjumlah 75 orang.
Tabel 1
Populasi Penelitian
Siswa MTs Raden Umar Said Kudus Jumlah Populasi
1. Siswa kelas VIII A
2. Siswa Kelas VIII B
37
38
Jumlah 75
Sumber : MTs Raden Umar Said Kudus Tahun 2007
2. Sampel
Jika hanya meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut
penelitian sampel. Sampel adalah bagian individu dari populasi yang diteliti.
Dinamakan penelitian sampel apabila dimaksudkan untuk menggeneralisasikan hasil
penelitian sampel62. Menurut Sudjana63 sampel adalah sebagian yang diambil dari
60 Moh Nazir,Metode Penelitian.(Jakarta:Ghalia Indonesia,1999).hlm.86 61 Arikunto,loc.cit.hlm.115 62 Ibid.hlm.117 63 Sudjana,Metode Statistika,(Bandung:Tarsito,1996),hlm.6
31
populasi. Dapat disimpulkan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang
mewakili populasi untuk mengambil kesimpulan dalam penelitian.
Untuk menentukan ukuran sampel dalam penelitian ini adalah 100% dari populasi
berdasarkan pendapat Arikunto64, yaitu apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Maka
penelitian ini adalah 75 oran siswa, yang berarti penelitian ini tidak menggunakan
sampel melainkan meneliti seluruh populasi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam
penelitian ini adalah metode tes dan angket.
1. Tes
Metode tes dalam penelitian ini digunakan sebagai sarana pengambilan data prestasi
belajar Aqidah Akhlak. Dalam penelitian ini, tes diarahkan pada sub mata pelajaran
Akhlak yang telah diberikan selama di kelas VIII, baik semester I dan semester II.
Tabel 2
Kisi-kisi Instrumen Tes Aqidah Akhlak
No Variabel Indikator No.Soal Positif No.Soal Negatif
1. Aqidah Akhlak 1. Akhlak terpuji
2. Akhlak tercela
3. Aqidah
4. Akhlak Nabi
Muhammad SAW
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,
11,12,27,28,29,30
19,20
21,22,23,24,25,26
13,14,15,16,17,18
Pedoman menskor tes Aqidah Akhlak, yaitu :
a. Jika benar skor 1
b. Jika salah skor 0
64 Suharsimi Arikunto,op.cit.hlm.120
32
2. Angket
Angket adalah suatu pernyataan yang digunakan untuk mengumpulkan data pokok
guna mengungkap suatu hal yang diberikan kepada subyek dan berdasarkan
jawabannya penulis menarik kesimpulan mengenai subyek yang diteliti65. Arikunto66,
menjelaskan bahwa angket atau kuesioner dipakai untuk menyebut metode maupun
instrumen. Angket adalah sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
diketahui. Dari pendapat Nazir dan Arikunto dapat disimpulkan bahwa angket adalah
metode dan instrumen penelitian yang berisi sejumlah pertanyaan untuk
mengumpulkan informasi atau data penelitian dari responden.
Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkap data tentang sikap
birrul walidain siswa. Angket diberikan kepada masing-masing siswa dalam bentuk
pilihan ganda.
65 Sumadi Suryabrata,Metodologi Penelitian,(Jakarta:Rajawali,1999),hlm.15 66 Suharsimi Arikunto,loc.cit,hlm.128.4
33
Tabel 3
Kisi-kisi Instrumen Angket Sikap Birrul Walidain
No Variabel Indikator No.Item (+) No.Item (-)
1. Sikap Birrul
Walidain
1. Bicara sopan
2. Tidak menghardik
3. Taat dalam ma’ruf
4. Menjaga nama baik dan kehormatan
5. Lemah lembut dalam berbicara
6. Meminta maaf jika bersalah
7. Tidak mengambil sesuatu tanpa izin orang
tua
8. Meringankan beban orang tua
9. Bermusyawarah dengan orang tua
10. Memenuhi panggilan
11. Menghormati kawan dan kerabat orang tua
12. Tidak membantah
13. Membantu pekerjaan orang tua di rumah
14. Meminta izin jika akan pergi
15. Tidak membohongi
16. Tidak mencela
17. Tidak congkak kepada orang tua
18. Tidak kikir kepada orang tua
19. Tidak menyakiti hati orang tua
20. Mendo’akan orang tua
1
3
4
5
6
8
9
10
11
13
14
20
2
7
12
15
16
17
18
19
34
Adapun teknik skoring adalah sebagai berikut :
Tabel 4
Kategori Jawaban dan Pemberian Skor Angket
Pilihan Kategori Jawaban Skor
A
B
C
D
E
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Kurang Setuju
Tidak Setuju
5
4
3
2
1
3. Teknik Observasi
Metode observasi merupakan metode pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan terhadap obyek penelitian. Dalam menggunakan metode observasi cara
yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blanko pengamatan
sebagai instrumen67. Teknik ini digunakan untuk mengamati perilaku belajar Aqidah
Akhlak siswa dan keadaan MTs Raden Umar Said Desa Colo, Kecamatan Dawe,
Kabupaten Kudus.
4. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu pengumpulan data dimana peneliti meyelidiki benda-
benda tertulis, seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen
rapat, catatan harian dan sebagainya68. Metode dokumentasi dalam penelitian ini
digunakan sebagai sarana pengumpulan data siswa berupa daftar nama anak yang
menjadi subyek penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini untuk uji hipotesis digunakan rumus Korelasi Product
Moment. Tujuan digunakannya teknik ini adalah diharapkan akan diperoleh hasil korelasi
yang murni. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
67 Ibid,hlm.232 68 Ibid,hlm.135
35
rXY = N∑XY – (∑X) (∑Y)
√ {N∑X2 – (∑X)2} {N∑Y2 – (∑Y)2}
Keterangan :
r XY : Koefisien korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat
XY : Jumlah perkalian antara variabel bebas dengan variabel terikat
X : Prestasi mata pelajaran Aqidah Akhlak
Y : Sikap birrul walidain
N : Jumlah subyek
Untuk menguji hipotesis penelitian ini dilakukan perhitungan dengan rumus
tersebut dan hasilnya dikonsultasikan dengan indeks korelasi pada tabel harga kritik r
Product Moment. Taraf signifikansi yang dipakai adalah 95% dengan N sebanyak 75
orang, yaitu = 0,227. Perhitungan uji hipotesis menggunakan program Statistical Product
and Service Solution (SPSS) versi XII.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum MTs Raden Umar Said Kudus
1. Sejarah Singkat
Berawal dari keprihatinan Bapak Muhtadi, Bapak Abdullah dan Bapak Masudi ketika
sedang mengamati di Desa Colo belum ada sekolah MTs untuk menampung lulusan
MI Toriqotus Sa’diyah. Kemudian mereka bermusyawarah dengan kepala desa dan
tokoh masyarakat guna mencari jalan keluar.
Pada tahun 1983 mereka sepakat untuk membangun Madrasah Tsanawiyah di atas
tanah wakaf seluas 1174 m2. Para tokoh masyarakat memberi nama madrasah
tsanawiyah dengan nama Raden Umar Said, nama itu diambil dari tokoh Sunan Muria
yang kebetulan dimakamkan di desa itu.
Modal awal dari pendirian MTs Raden Umar Said adalah dari sumbangan warga
sekitar dan bantuan dari pemerintah. Modal tersebut dipergunakan untuk membangun
gedung dan membeli peralatan dan sarana pembelajaran.
2. Letak Geografis
MTs raden Umar Said Kudus terletak di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten
Kudus. Sedangkan batas-batasnya adalah sebagai berikut :
• Sebelah Utara : Balai desa Colo
• Sebelah Timur : Rumah penduduk
• Sebelah Selatan : Rumah penduduk
• Sebelah Barat : MI Toriqotus Sa’diyah
3. Keadaan Guru dan Siswa
Keadaan guru dan siswa MTs Raden Umar Said Kudus dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut :
37
Tabel 5
Keadaan Guru
NO NAMA GENDER JABATAN PENDIDIKAN MASA KERJA (TH)
1 Maksun,S.Ag L Kepala MTs S1 6
2 H.K. Muhtadi,A.Ma L Wali Kelas D2 24
3 Abdullah L Guru SLTA 24
4 M.Sugiharto L Guru S1 24
5 Suprijono,A.Ma L Guru D2 24
6 Parmin L - SLTA 12
7 Ya’kub,S.Ag L - S1 24
8 Maskuri,A.Ma L Wk.Kesiswaan D2 19
9 Murtaji,S.Pd L Guru S1 19
10 Muchtar K L - SLTA 24
11 H.Noor Khodrin,Drs L Wk.Keuangan S1 16
12 Noor Muhammad L Guru SLTA 16
13 Nasikun,S.Ag L Wali Kelas S1 13
14 Muliyono L Guru SLTA 19
15 Rofiah P Guru SLTA 20
16 Sunarto L Wk.Sarpras SLTA 11
17 Zaenal Arifin,S.Ag L Wali Kelas S1 9
18 Emi Tri Hidayati,S.Pd P Guru S1 18
19 M Imron,S.Ag L Wali Kelas S1 6
20 M Budianto,S.Pd I L Wk.Kurikulum S1 5
21 Sunarmiati P Wali Kelas / TU SLTA 16
22 Yuliana K,S.Pd I P Wali Kelas S1 3
23 Eko Purwani P Ka.TU SLTA 12
38
Tabel 6
Keadaan Siswa
NO KELAS JUMLAH SISWA
1 Kelas VII 88
2 Kelas VIII 75
3 Kleas IX 71
Jumlah 234
4. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses pembelajaran,
seperti gedung, ruang kelas, meja kursi serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun
yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang tidak secara
langsung menunjang jalannya proses pendidikan / pengajaran, seperti halaman,
kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung
untuk pembelajaran, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.
Bahwasanya keadaan sarana dan prasarana di MTs Raden Umar Said Kudus dalam
kondisi baik sebagai pendukung pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari
berbagai fasilitas yang dimiliki.
39
Tabel 7
Keadaan Sarana dan Prasarana MTs Raden Umar Said Kudus
NO NAMA SARANA PRASARANA JUMLAH
A SARANA
1 Buku modul 800
2 Al-Qur’an 78
3 Almari 12
4 Papan tulis 7
5 Jam dinding 10
6 Mesin ketik 2
7 Komputer 2
8 Tape 6
9 Radio 2
B PRASARANA
1 Gedung belajar 1
2 Ruang belajar 7
3 Ruang kantor 1
4 Ruang administrasi 1
5 Masjid 1
6 MCK 2
7 Ruang perpustakaan 1
8 Gudang 1
9 Lapangan 1
40
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Analisis Deskriptif Prestasi Belajar Aqidah Akhlak
Prestasi belajar Aqidah Akhlak siswa MTs Raden Umar Said Kudus dalam penelitian
ini diukur dengan tes yang dilakukan terhadap 75 siswa. Hasil tes Aqidah Akhlak
siswa MTs Raden Umar Said Kudus selengkapnya tercantum pada tabel di bawah ini
Tabel 8
Data Skor Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Siswa MTs Raden Umar Said Kudus No.
Resp. Skor No. Resp. Skor No.Resp.
Skor
1 4,67 26 3,67 51 5,67
2 6,00 27 4,33 52 5,33
3 5,33 28 5,33 53 6,00
4 6,00 29 6,67 54 7,67
5 6,67 30 5,33 55 5,33
6 5,00 31 6,67 56 7,00
7 6,67 32 4,00 57 3,33
8 6,67 33 6,33 58 6,67
9 6,67 34 5,33 59 7,00
10 8,00 35 6,67 60 5,33
11 5,67 36 5,00 61 6,67
12 7,33 37 5,67 62 5,00
13 6,00 38 7,33 63 6,00
14 5,67 39 6,00 64 7,33
15 6,00 40 6,33 65 4,67
16 6,67 41 6,67 66 5,33
17 5,00 42 4,00 67 8,00
18 6,67 43 6,33 68 8,67
19 6,67 44 5,33 69 5,33
20 5,00 45 6,67 70 8,67
21 7,33 46 7,33 71 5,33
22 6,33 47 6,67 72 6,67
23 6,33 48 7,67 73 6,67
24 6,00 49 7,33 74 7,00
25 5,00 50 5,67 75 6,67
41
Data tersebut jika dideskripsikan adalah : jumlah skor prestasi belajar Aqidah Akhlak
siswa MTs Raden Umar Said Kudus (dengan jumlah data 75 buah) adalah 459,02 dan
rata-rata skornya adalah 6,1203. Selanjutnya data tersebut dapat diklasifikasikan
dalam lima kelompok sehingga sperti terlihat pada tabel dan grafik di bawah ini.
Tabel 9
Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Aqidah Akhlak
Siswa MTs Raden Umar Said Kudus
Interval Frekuensi Prosentase Kategori
0 – 2,0 0 0 Tidak baik
2,1 – 4,0 4 5,33 Kurang baik
4,1 – 6,0 33 44,00 Cukup baik
6,1 – 8,0 36 48,00 Baik
8,1 – 10,0 2 2,67 Sangat baik
Jumlah 75 100
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa skor prestasi belajar Aqidah
Akhlak siswa MTs Raden Umar Said Kudus sebagian besar pada kategori baik
(48%), kemudian kategori cukup baik (44%), kategori kurang baik (5,33%) dan
sangat baik (2,67%). Data distribusi di atas dapat divisualisasikan dalam grafik
sebagai berikut.
Grafik 1
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Frekuensi
Interval
Hasil Skor Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Siswa MTs Raden Umar Said Kudus
Series1
Series1 0 4 33 36 2
0 - 2,0
2,1 - 4,0
4,1 - 6,0
6,1 - 8,0
8,1 - 10,0
42
2. Analisis Deskriptif Skor Angket Sikap Birrul Walidain
Skor angket sikap birrul walidain siswa MTs Raden Umar Said Kudus dalam
penelitian ini diukur dengan angket yang dilakukan terhadap 75 siswa. Hasil skor
angket sikap birrul walidain siswa MTs Raden Umar Said Kudus selengkapnya
tercantum pada tabel di bawah ini. Data tersebut jika dideskripsikan adalah : jumlah
skor sikap birrul walidain siswa MTs Raden Umar Said Kudus (dengan jumlah data
75 buah) adalah 6585 dan rata-rata skornya adalah 87,80.
Tabel 10
Data Skor Angket Sikap Birrul Walidain
Siswa MTs Raden Umar Said Kudus
No.Resp. Skor No.Resp. Skor No.Resp. Skor1 81 26 94 51 892 90 27 93 52 913 88 28 91 53 844 83 29 85 54 845 86 30 96 55 866 89 31 83 56 917 97 32 93 57 728 95 33 93 58 869 90 34 84 59 8410 91 35 82 60 8811 88 36 77 61 9512 92 37 92 62 9313 79 38 91 63 9314 77 39 87 64 8915 70 40 92 65 8016 92 41 89 66 8017 78 42 91 67 9018 87 43 91 68 8719 80 44 87 69 8720 93 45 87 70 9421 90 46 87 71 7022 91 47 89 72 8623 87 48 97 73 8624 94 49 85 74 9225 90 50 79 75 86
Data tersebut dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok sehingga seperti terlihat
pada tabel dan grafik di bawah ini.
43
Tabel 11
Distribusi Frekuensi Skor Angket Sikap Birrul Walidain
Siswa MTs Raden Umar Said Kudus
Interval Frekuensi Prosentase Kategori0 - 20 0 0.00% Tidak baik21 - 40 0 0.00% Kurang baik41 - 60 0 0.00% Cukup baik61 - 80 11 14,67% Baik81 - 100 64 85,33% Sangat baikJumlah 75 100.00%
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa skor angket sikap birrul walidain
siswa MTs Raden Umar Said Kudus sebagian besar pada kategori sangat baik
(85,33%), kemudian kategori baik (14,67%). Data distribusi di atas dapat
divisualisasikan dalam grafik sebagai berikut.
Grafik 2
010203040506070
Frekuensi
1
Interval
Hasil Skor Angket Sikap Birrul Walidain Siswa MTs Raden
Umar Said Kudus
0 - 2021 - 4041 - 6061 - 8081 - 100
C. Pengujian Hipotesis
1. Analisis Faktor Tes Prestasi Belajar Aqidah Akhlak
Pada variabel prestasi belajar Aqidah Akhlak, seluruh item tes diperoleh hasil sebesar
jumlah skor 1377 dengan prosentase 61,20% yang apabila diinterpresentasikan, maka
nilai tersebut masuk dalam kategori cukup baik, artinya prestasi belajar Aqidah
Akhlak siswa MTs Raden Umar Said Kudus pada kategori cukup baik dengan nilai
rata-rata 6,12. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
44
Tabel 12
Analisis Hasil Tes Prestasi Belajar Aqidah Akhlak
Jumlah SkorSkor Maksimal
1 50 75 66,67 Baik2 19 75 25,33 Kurang baik3 65 75 86,67 Sangat baik4 43 75 57,33 Cukup baik5 10 75 13,33 Tidak baik6 66 75 88,00 Sangat baik7 45 75 60,00 Cukup baik8 6 75 8,00 Baik9 33 75 44,00 Cukup baik10 70 75 93,33 Sangat baik11 58 75 77,33 Baik12 69 75 92,00 Sangat baik13 75 75 100,00 Sangat baik14 71 75 94,67 Sangat baik15 39 75 52,00 Cukup baik16 68 75 90,67 Sangat baik17 43 75 57,33 Cukup baik18 25 75 33,33 Kurang baik19 53 75 70,67 Baik20 23 75 30,67 Kurang baik21 32 75 42,67 Cukup baik22 21 75 28,00 Kurang baik23 52 75 69,33 Baik24 49 75 65,33 Baik25 58 75 77,33 Baik26 66 75 88,00 Sangat baik27 56 75 74,67 Baik28 35 75 46,67 Cukup baik29 8 75 10,67 Tidak baik
No.Tes % Kriteria
Pada variabel sikap birrul walidain, seluruh item angket diperoleh hasil sebesar 6576
atau nilai prosentase 87,68% yan apabila diinterpretasikan, maka nilai tersebut masuk
dalam kategori sangat baik, artinya sikap birrul walidain siswa MTs Raden Umar
Said Kudus pada kategori sangat baik dengan skor rata-rata 87,68. Analisis item
angket sikap birrul walidain siswa MTs Raden Umar Said Kudus selengkapnya
diuraikan di bawah ini.
45
Tabel 13
Analisis Hasil Angket Sikap Birrul Walidain
Jumlah SkorSkor Maksimal
1 358 375 95,47 Sangat baik2 305 375 81,33 Sangat baik3 306 375 81,60 Sangat baik4 351 375 93,60 Sangat baik5 336 375 89,60 Sangat baik6 338 375 90,13 Sangat baik7 315 375 84,00 Sangat baik8 328 375 87,47 Sangat baik9 297 375 79,20 Baik10 309 375 82,40 Sangat baik11 327 375 87,20 Sangat baik12 328 375 87,47 Sangat baik13 335 375 89,33 Sangat baik14 327 375 87,20 Sangat baik15 327 375 87,20 Sangat baik16 318 375 84,80 Sangat baik17 313 375 83,47 Sangat baik18 348 375 92,80 Sangat baik19 349 375 93,07 Sangat baik20 361 375 96,27 Sangat baik
No.Angket % Kriteria
2. Analisis Korelasional
Untuk mengetahui apakah ada hubungan prestasi belajar Aqidah Akhlak dengan sikap
birrul walidain, digunakan rumus Product Moment yang dikemukakan Pearson
melalui proses perhitungan dengan menggunakan program SPSS dan Excel XP.
Analisis korelasional dilakukan melalui perhitungan dengan menggunakan rumus
tersebut dapat diperoleh hasil sebagai berikut.
46
rXY = N∑XY – (∑X) (∑Y)
√ {N∑X2 – (∑X)2} {N∑Y2 – (∑Y)2}
Diketahui :
N = 75
∑X = 459,0
∑Y = 6576
∑X2 = 2896,33
∑Y2 = 579446
∑XY 40363,667
rXY = 75. 40363,667 – 459,0.6576
√ {75.2896,33 – (459,0)2} {75.579446 – (6576)2}
rXY = 8891
√ {6544} {214674}
rXY = 8891
37481,01728
rXY = 0,237213412 dibulatkan 0,237
Perhitungan tersebut sesuai dengan hasil perhitungan menggunakan program SPSS
12. Correlations
Prestasi Sikap BirrulAqidah Akhlak Walidain
Prestasi Aqidah Akhlak Pearson Correlation 1 ,237 (*)Sig.(2-tailed) ,041N 75 75
Sikap Birrul Walidain Pearson Correlation ,237 (*) 1Sig.(2-tailed) ,041N 75 75
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed)
Hasil perhitungan rXY yang diperoleh diinterpretasikan dengan r tabel Product
Moment. Pada r tabel, nilai N = 75 pada taraf signifikansi 95% sebesar 0,227. Karena
r hitung (0,237) lebih besar dari r tabel berarti hubungan antara prestasi belajar
Aqidah Akhlak dengan sikap birrul walidain adalah signifikan.
Uji signifikansi berdasarkan perbandingan probabilitas r hitung dengan probabilitas
0,05, jika probabilitas r hitung ≥ 0,05, maka Ho diterima ; jika probabilitas r hitung ≤
47
0,05, maka Ho ditolak. Probabilitas hitung adalah 0,041 yang lebih kecil dari 0,05.
Kesimpulannya adalah Ho ditolak dan Ho diterima, yaitu hubungan antara prestasi
belajar Aqidah Akhlak dengan sikap birrul walidain adalah signifikan.
Grafik 3
Penolakan Ho r hitung terhadap r tabel
Ho ditolak
Ho ditolak Ho diterima
-0,227 +0,227 0,237
Berdasarkan hasil perhitungan rXY yang diperoleh, r hitung (0,237) lebih besar dari r
tabel (0,227) dan α r hitung (0,041) ≤ 0,05 α 0,05. Berarti hubungan antara prestasi
belajar Aqidah Akhlak dengan sikap birrul walidain siswa MTs Raden Umar Said
Kudus adalah signifikan. Artinya, semakin tinggi prestasi belajar Aqidah Akhlak,
sikap birrul walidain siswa akan semakin baik.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Prestasi belajar aqidah akhlak
Secara keseluruhan variabel prestasi belajar aqidah akhlak diperoleh skor sebesar
459,02 atau nilai prosentase 61,20% yang apabila diinterpretasikan pada kategori
Cukup Baik. Hal ini berdasarkan penelitian bahwa prestasi belajar aqidah akhlak di
MTs Raden Umar Said Kudus pada kategori sangat baik 2,67%, kategori baik 48%,
kategori cukup baik 44%, kategori kurang baik 5,33% dan kategori tidak baik 0%.
Berarti sebagian besar prestasi belajar aqidah akhlak siswa MTs Raden Umar Said
Kudus adalah baik (48%) Prestasi belajar aqidah akhlak ini berdasarkan indikator (a)
akhlak terpuji, (b) akhlak tercela, (c) akhlak Nabi Muhammad SAW. Dengan prestasi
48
belajar aqidah akhlak ini siswa memiliki pemahaman yang baik terhadap sikap birrul
walidain.
2. Sikap birrul walidain
Secara keseluruhan variabel sikap birrul walidain diperoleh skor sebesar 6576 atau
nilai prosentase 87,68% yang apabila diinterpretasikan pada kategori sangat baik,
artinya sikap birrul walidain siswa MTs Raden Umar Said Kudus saat ini sudah
sangat baik. Hal ini berdasarkan deskripsi data angket sikap birrul walidain, bahwa
sikap birrul walidain siswa MTs Raden Umar Said Kudus yang sangat baik ada
85,32% dan siswa yang memiliki sikap birrul walidain baik ada 14,67%. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sikap birrul walidain siswa sangat memuaskan karena
siswa sekolah ini memiliki sikap birul walidain yan baik.
3. Hubungan prestasi belajar aqidah akhlak dengan sikap birrul walidain
Adapun berdasarkan analisis hasil penelitian menunjukkan hubungan yang positif dan
signifikan prestasi belajar aqidah akhlak dengan sikap birrul walidain siswa kelas
VIII MTs Raden Umar Said Kudus karena hasil perhitungan rXY yang diperoleh, r
hitung (0,237) lebih besar dari r tabel (0,227).
Hal ini sesuai dengan tujuan utama mata pelajaran aqidah akhlak sebagai salah satu
penjabaran kurikulum Madrasah Tsanawiyah yaitu meningkatkan pengetahuan agama
dan perilaku (akhlak) siswa dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam sikap birrul
walidain, yaitu berbuat baik kepada orang tua yaitu ayah dan ibu.
Dengan sikap birrul walidain, siswa akan memiliki perilaku yang luhur, antara lain :
(1) Berbicara kepada kedua orang tua dengan sopan santun tidak mengucapkan “ah”
kepada mereka, tidak menghardik mereka dan berkata dengan ucapan yang baik, (2)
Mentaati kedua orang tua selama tidak dalam maksiat, karena tiadak ada ketaatan
kepada makhluk yang bermaksiat kepada Allah, (3) Berlemah lembut kepada kedua
orang tua, tidak bermuka masam di depannya dan tidak memelototi mereka dengan
marah, (4) Menjaga nama baik, kehormatan dan harta benda kedua orang tua, (5)
Tidak mengambil sesuatu apapun tanpa seizing keduanya, (6) Melakukan hal-hal
yang meringankan keduanya meskipun tanpa perintah seperti berkhidmat,
membelikan beberapa keperluan dan bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, (7)
Musyawarahkan segala pekerjaan dengan orang tua dan meminta maaf kepada
49
mereka jika terpaksa berselisih pendapat dengan orang tua, (8) Segera memenuhi
panggilan orang tua dengan wajah yang tersenyum, (9) Menghormati kawan dan
sanak kerabat orang tua ketika mereka masih hidup dan sesudah mati, (10) Tidak
membantah dan tidak menyalahkan orang tua tapi berusaha menjelaskan yang benar
dengan sopan,(11) Tidak membantah perintah orang tua, tidak mengeraskan suara
atas orang tua,tidak mendengarkan pembicaraan orang tua dan tidak mengganggu
saudara untuk menghormati orang tua, (12) Ketika orang tua masuk, anak bangun dan
mencium mereka, (13) Membantu ibu di rumah dan tidak terlambat membantu ayah
dalam pekerjaan, (14) Tidak pergi sebelum oran tua memberi izin meski untuk urusan
penting, jika terpaksa harus pergi maka meminta maaf kepada keduanya dan jangan
sampai memutuskan komunikasi dengan orang tua, (15) Tidak masuk ke tempat
orang tua kecuali setelah mendapat izin terutama pada waktu tidur dan istirahat, (16)
Tidak makan sebelum orang tua dan menghormati mereka dalam makanan dan
minuman, (17) Tidak berbohong dengan orang tua dan tidak mencela jika oran tua
berbuat tidak menarik, (18) Tidak duduk di tempat yang lebih tinggi dari mereka dan
tidak meluruskan kedua kaki dengan congkak di depan mereka, (19) Tidak congkak
terhadap nasib ayah meski anak seorang pegawai besar, tidak mengingkari kebaikan
orang tua atau menyakiti orang tua meski dengan satu kata, (20) Tidak kikir untuk
menginfaqkan harta kepada orang tua jika sampai orang tua mengadu kepada anak
karena ini merupakan kehinaan, (21) Banyak berkunjung kepada orang tua dan
memberi hadiah, berterima kasih atas pendidikan dan jerih payah orang tua, (22)
Orang tua yang paling berhak mendapat penghormatan adalah ibu kemudian ayah,
(23) Berusaha tidak menyakiti kedua orang tua dan tidak menjadikan orang tua
marah, (24) Jika meminta sesuatu dari orang tua dengan berlemah lembut, berterima
kasih atas pemberian orang tua dan tidak banyak meminta agar tidak mengganggu,
(25) Mendo’akan kedua orang tua.
Berdasarkan gambaran di atas, prestasi belajar aqidah akhlak yang cukup baik sebesar
61,2% berkorelasi signifikan dengan sikap birrul walidain siswa yang sangat baik
87,68%. Karena prestasi belajar aqidah akhlak telah cukup baik, sikap birrul walidain
siswa pada kondisi sangat baik pula.
50
E. Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII MTs Raden Umar Said Kudus saja
sehingga adanya homogenitas sampel tidak terhindarkan. Homogenitas sampel akan
mempunyai pengaruh terhadap respon yang diberikan oleh responden kepada
pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner.
2. Penelitian ini dilakukan secara cross sectional yaitu pengukuran variabel bebas dan
terikat dilakukan secara bersama pada saat penelitian dilakukan. Hal tersebut tidak
dapat menjelaskan hubungan sebab akibat tetapi hanya sebatas keterkaitannya saja.
51
BAB V
SIMPULAN, SARAN – SARAN DAN PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uji hipotesis menggunakan rumus Product Moment yang
dikemukakan Pearson. Melalui perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut dapat
diperoleh hasil rXY = 0,237. Hasil perhitungan rXY yang diperoleh diinterpretasikan dengan
r tabel Product Moment. Pada r tabel, nilai N = 75 pada taraf signifikansi 5% sebesar
0,227. Karena r hitung (0,237) lebih besar dari r tabel berarti hubungan antara prestasi
belajar aqidah akhlak dengan sikap birrul walidain siswa MTs Raden Umar Said Kudus
adalah signifikan.
Uji signifikansi berdasarkan perbandingan probabilitas r hitung dengan
probabilitas 0,05, jika probabilitas r hitung ≥ 0,05, maka Ho diterima ; jika probabilitas r
hitung ≤ 0,05, maka Ho ditolak. Probabilitas hitung adalah 0,041 yang lebih kecil dari
0,05. Kesimpulannya adalah Ho ditolak dan Ho diterima, yaitu hubungan antara prestasi
belajar Aqidah Akhlak dengan sikap birrul walidain adalah signifikan.
B. Saran – saran
Berdasarkan kesimpulan yang ada, maka dalam penelitian ini diajukan beberapa
saran sebagai bahan pertimbangan.
1. Bagi guru aqidah akhlak perlu meningkatkan prestasi belajar siswa karena masih
terdapat 29 siswa (38,67%) yang mendapatkan hasil tes di bawah 6,0. Jumlah ini
cukup besar sehingga guru perlu memberikan bimbingan kepada siswa yang
mengalami kesulitan belajar aqidah akhlak.
2. Bagi orang tua perlu meningkatkan komunikasi dengan anak-anak dan memperbaiki
pola asuhnya agar menjadi lebih baik sehingga sikap birrul walidain siswa dapat
dipertahankan dan bermanfaat bagi perkembangan kepribadian siswa.
3. Bagi siswa perlu meningkatkan prestasi belajarnya dan menjaga hubungan baik
dengan kedua orang tua masing-masing agar mendapat ridho Allah SWT.
52
C. Penutup
Puji syukur alhamdulillah, hanya Allah SWT yang berhak memperoleh pujian
atas limpahan nikmat, hidayah, taufik dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Terima kasih banyak penulis sampaikan kepada
seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu dengan tulus ikhlas dalam menyusun
skripsi ini. Semoga Allah SWT memberi imbalan yang berlipat ganda dan menjadi amal
shalih di sisi Allah.
Penulis telah berusaha dengan semaksimal mungkin, namun skripsi yang penulis
susun masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Oleh karenanya, kritik dan saran
yang konstruktif sangat penulis harapkan dari siapa saja demi terwujudnya kebaikan
skripsi ini.
Semoga atas izin Allah, penyusunan skripsi ini membawa manfaat yang
berlimpah bagi penulis pada khususnya dan semua pembaca pada umumnya. Amin.
53
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdurrohman Nashir As-Sa’di, Taisirul Karimur Rohman fi Tafsiri Kalamil Manan, (
Madinah : Markaz Haiatisy Syuhada’, 1425)
Ali Fais,Integrasi Budi Pekerti ke Dalam PPKn,Kelas I SD, (Klaten : Intan Pariwara, 2002)
Arymurthy,1998,”Budi Pekerti” Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta : PT. Cipta Adi
Pustaka, 1998)
Barmawie Umary, Materia Akhlak, (Sala : Ramadhani, 1984)
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Erlangga, 2000)
Ibrahim Musthofa, Al-Mu’jam al-wasith, (Istambul, Al-Maktab al-Islamiyah, 1425 H)
Imam Ibnul Jauzi, Birrul Walidain (Berbakti Kepada Orang Tua dikala Hidup dan Sesudah
Mati), (Surabaya : Pustaka Proresif, 1996)
Kholid Hamid al-Hazimi,Masawaul Akhlaq wa Atsaruha ‘alal Ummah, (Riyadh :
Wazarotusy Syu’unil Islamiyah wal Auqof wad Dakwah wal Irsyad, 1425 H)
Microsoft ® Encarta ® Reference Library 2005.© 1993-2004 Microsoft Corporation. All
rights reserved
Moh Nazir,Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1999)
Mohammad Ali dan Mohammadi Asrori,Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik,
(Jakarta : Bumi Aksara, 2004)
Muhammad Jamil Zainu,Petunjuk Jalan Islam, (Jakarta : Al Kautsar,2000)
Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung : PT. Remaja
Rosda Karya, 1997)
Oemar Hamalik,Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995)
Poppy Sumantri,Pendidikan Moral Pancasila (Keluarga dan Temanku),(Klaten : Intan
Pariwara, 1987)
Rusyan Tabrani,Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : CV.Remaja
Karya, 1989)
Sarlito Wirawan Sarwono,Psikologi Remaja, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 1997)
Sudjana,Metode Statistika, (Bandung : Tarsito, 1996)
Sugiyono,Statistika untuk Penelitian, (Bandung : CV. Alfa Beta,1999)
Sumadi Suryabrata,Metodologi Penelitian, (Jakarta : Rajawali, 1999)
54
Suparno,Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah, Suatu Tinjauan Umum, (Yogyakarta : Kanisius,
2002)
Sutrisno Hadi, 2001,Metode Research I, (Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada, 2001)
Tim PKBBI,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990)
Tafsir at-Thobari Digital
Winkel,Psikologi Pengajaran, (Jakarta : PT. Gramedia, 1987)
Yazid bin Abdul Qadir Jawas,Pokok-pokok Aqidah Ahlus-sunnah wal Jama’ah, (Bogor :
Pustaka Attaqwa, 1422 H)
Recommended