View
1.252
Download
6
Category
Preview:
Citation preview
2
Daftar Isi :
Pengantar Redaksi 3
Dimensi Mutu 4
Payung Hukum apa
yang kita butuhkan ...
12
Penyakit Potensi PHEIC 21
Aplikasi Portable solusi
computer ….(bag II)
32
Champaca 33
Kenali kanker Serviks 34
Pengaruh Narkotika
dan Obat-obatan ...
37
Penggunaan Kom-
puter dalam bekerja
43
Fitofarmaka 47
BULETIN
INFO KESEHATAN PELABUHAN
Diterbitkan oleh :
KANTOR KESEHATAN
PELABUHAN KELAS I
TANJUNG PRIOK
DITJEN PP & PL DEPARTEMEN
KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
PELINDUNG / PENASEHAT
Kepala Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok
Raissekki, SKM.MM.
DEWAN REDAKSI :
Ketua,
RBA. Widjonarko, SKM.M.Kes.
ANGGOTA REDAKTUR :
Rosyid Ridlo Prayogo, SE.MKM.,
Ikron, SKM.MKM.,
Agus Syah FH.SKM.,
Sugeng Retyono, SKM.
EDITOR :
Nana Mulyana, SKM.,
Lussi Soraya.,
Dewi Dyah Palupi, SKM.
SEKRETARIAT :
Evi Maria
Bagi pembaca yang memiliki tulisan dan ingin ditampilkan di buletin ini, Kirimkan artikel Anda ke redaksi Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok
SURAT : Jln . Raya Pelabuhan No. 17 , Tanjung Priok - Jakarata utara ( kode Pos 13140)
E-MAIL : kkptanjungpriok@gmail.com
Kompetensi teknis dalam dimensi mutu pada Kantor K e s e h a t a n P e l a b u h a n , berkaitan dengan
bag a im ana ket e p at an , konsistensi dan kepatuhan s e o r a n g p e t u g a s melaksanakan prosedur tetap yang ad a . K uran gnya kompetensi teknis seorang petugas akan menyebabkan penyimpangan kecil terhadap p r o t a p s a m p a i p a d a kesa lahan besa r yang mengurangi efektifitas dalam k e t e l i t i a n p e m e r i k s a a n dokumen dan menimbulkan dampak penyimpangan hukum yang berat. Oleh karena itu, penyelenggaraan u p a y a k e s e h a t a n d i pelabuhan harus dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang profesional dan terlatih sesuai persyaratan yang ditentukan.
DIMENSI MUTU
PAYUNG HUKUM APA YANG KITA BUTUHKAN SAAT INI ??
S ebagian besar pasti mengatakan : “Undang –
Undang Karantina Kesehatan”. Apabila anda juga mengatakan demikian, pertanyaan yang seharusnya muncul dalam benak anda, yakni : “Seberapa besar efektifitas dan efisiensi pengupayaan memunculkan undang – undang tersebut” ?
Payung Undang – Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 sudah ada dan jelas, antara lain tentang pemberantasan penyakit, baik penyakit menular
maupun penyakit tidak menular, pengamanan makanan, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, penyembuhan penyakit, pengamanan alat kesehatan, pengamanan zat adiktif, dan kesehatan matra.
Sedangkan bila muncul Undang – Undang Karantina Kesehatan, dimanakah tempat penyakit tidak menular, pengamanan makanan, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, penyembuhan penyakit, pengamanan dan lainnya ?
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
3
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan ini merupakan
buletin Volum III nomor 2 yang diterbitkan oleh Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok. Buletin ini
merupakan wahana informasi bagi insan pelabuhan
dalam mengembangkan potensi diri guna mendukung
pelaksanaan program kesehatan, khususnya bagi para
pegawai Kantor Kesehatan Pelabuhan di seluruh
Indonesia.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan berisi informasi
hasil pelaksanaan program, kajian – kajian,
pengembangan teknologi, peningkatan sumber daya
manusia melalui pelatihan, naskah – naskah ilmiah dan
karya – karya seni serta peristiwa – peristiwa terkini lainya,
bahkan informasi kesehatan tradisional.
Kantor Kesehatan Pelabuhan di seluruh Nusantara
ini merupakan salah satu unit pelaksana teknis
Departemen Kesehatan RI yang mempunyai tugas
melaksanakan pencegahan masuk & keluarnya penyakit,
penyakit potensial wabah, pengamanan terhadap
penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali,
survailans epidemiologi, kekarantinaan,pengawasan
OMKABA, pelayanan kesehatan, pengendalian dampak
kesehatan lingkungan,bioterorism, unsur biologi, kimia dan
pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara. Oleh karena
itu unit pelaksana teknis ini (KKP) harus saling memberikan
informasi tentang seluruh faktor resiko di wilayah kerjanya
masing – masing dengan menggunakan seluruh media
informasi yang telah tersedia, termasuk menggunakan
buletin ini sebagai wahana penyampaian informasi.
Redaksi menerima sumbangan artikel, laporan,
reportase, saduran, karikatur, sajak – sajak ataupun karya
sastra lain dan foto – foto yang berkaitan dengan program
kesehatan pelabuhan. Redaksi memberikan kesempatan
ini pada para kolega KKP, institusi kesehatan unit pusat
dan daerah serta seluruh pembaca di seluruh Indonesia
untuk berpartisipasi dalam penulisan Buletin Info
Kesehatan Pelabuhan.
Dewan redaksi mengajak para pembaca buletin ini
untuk melaju dengan kecepatan optimal dalam
meningkatkan jejaring informasi guna mencapai kinerja
yang kita inginkan.
Selamat bekerja dan sukses selalu
Pengantar Redaksi
INFO KESEHATAN PELABUHAN
MENUJU GREEN LIVE ???
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk manusia
dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lain (UU 23 /1997). Kerusakan
lingkungan, khususnya lingkungan
Pelabuhan dapat terjadi karena aktifitas
manusia dan alam. Dampak negatif
aktifitas pembangunan diberbagai sektor
adalah dihasilkannya limbah yang
semakin banyak yang menimbulkan
pencemaran yang merusak fungsi
lingkungan hidup. Pencemaran di wilayah
pelabuhan, dapat menimpa laut sekitar
pantai dan daratan oleh adanya aktifitas
manusia.
Sumber pencemaran daratan
pelabuhan, antara lain berasal dari limbah
industri, buangan sampah dari transportasi
darat, dll, sedangkan sumber dari
pencemaran laut sekitar pantai antara
lain berasal dari tumpahan minyak, sisa
damparan amunisi perang, buangan dan
proses di kapal, buangan industri ke laut,
proses pengeboran minyak di laut, emisi
transportasi laut, dll. Pencemaran dari
tumpahan minyak di laut merupakan
sumber pencemaran laut yang selalu
menjadi fokus perhatian dari masyarakat
luas, karena akibatnya akan sangat cepat
dirasakan oleh masyarakat sekitar pantai
dan sangat signifikan merusak makhluk
hidup di sekitar pantai tersebut.
Oleh karena itu, pelaksanaan
pembangunan berbagai sektor di wilayah
pelabuhan harus berwawasan lingkungan,
terutama oleh munculnya krisis
pemanasan global yang menimpa dunia.
Kantor Kesehatan Pelabuhan
menyelenggarakan fungsi dalam
pengawasan kualitas lingkungan fisik
udara, air (termasuk air laut sekitar pantai
atau kolam pelabuhan) dan tanah
sebagai bahan masukan dalam
kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan,
pemulihan, pengawasan, dan
pengendalian lingkungan hidup di wilayah
Pelabuhan.
Selanjutnya, perlukah kita
berteriak meminta “action” kepada para
ahli dibidang kesehatan lingkungan
dalam mengantisipasi dampak issue krisis
pemanasan global yang semakin
memanas ???
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
4
DIMENSI MUTU
Oleh : RAISSEKKI, SKM, MM
M utu suatu pelayanan dapat menggunakan konsep yang
multi dimensi, antara lain kompetensi teknis, akses terhadap
pelayanan, efektifitas, efisiensi, hubungan antar manusia,
berkesinambungan, keamanan, kenyamanan, dll. Konsep mutu ini
merupakan kerangka pikir yang bermanfaat bagi petugas, khususnya petugas kesehatan
pelabuhan untuk menganalisa masalah dan untuk mengetahui sampai seberapa jauh
petugas tersebut telah memenuhi standar sesuai yang ditetapkan.
Mutu merupakan perpaduan antara sifat – sifat dan karakteristik yang menentukan
sampai seberapa jauh keluaran dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
Oleh karena itu, mutu dapat didifinisikan sebagai kondisi dinamis yang berhubungan
dengan jasa, produk, petugas, proses dan lingkungan yang memenuhi harapan.
Dengan demikian maka Kantor Kesehatan Pelabuhan harus mampu melaksanakan
upaya daya saing yang optimal melalui perbaikan secara terus menerus atas jasa, produk,
petugas, proses dan lingkungannya. Manfaat perbaikan tersebut, antara lain :
meningkatkan kepuasan pelanggan, meningkatkan daya saing, menurunkan waktu
pelayanan, dan menurunkan biaya, dll.
Kompetensi teknis dalam dimensi mutu pada Kantor Kesehatan Pelabuhan,
berkaitan dengan bagaimana ketepatan, konsistensi dan kepatuhan seorang petugas
melaksanakan prosedur tetap yang ada. Kurangnya kompetensi teknis seorang petugas
akan menyebabkan penyimpangan kecil terhadap protap sampai pada kesalahan besar
yang mengurangi efektifitas dalam ketelitian pemeriksaan dokumen dan menimbulkan
dampak penyimpangan hukum yang berat.
Oleh karena itu, penyelenggaraan upaya kesehatan di pelabuhan harus
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang profesional dan terlatih sesuai persyaratan yang
telah ditentukan. Tenaga yang profesional tersebut adalah tenaga yang telah memiliki
pendidikan formal dan telah memperoleh pelatihan teknis fungsional di dalam negeri
ataupun luar negeri, untuk menjamin kemampuan dan kepercayaan internasional. Secara
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
5
otomatis petugas kesehatan di pelabuhan
harus diberikan tunjangan atas risiko kerja
yang harus dijalankan sesuai tugas yang
diberikan. Tunjangan risiko kerja ini
merupakan imbalan atas risiko kerja
ataupun kompensasi apabila sewaktu –
waktu dapat menimpa petugas tersebut.
Kenapa demikian ??? Karena . . . . .
petugas kesehatan pelabuhan dalam
melaksanakan tugasnya, banyak
mengandung r i s iko ker ja yang
berhubungan dengan :
Pekerjaan yang dilakukan pada
lokasi yang jauh, dan dengan
menggunakan alat angkut
Dilakukan dalam waktu 24 jam
Peralatan yang dioperasikan
memerlukan perhatian penuh dan
khusus
Kadang menggunakan pestisida
yang sangat mematikan
dll
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
P eningkatan kesehatan di wilayah
pelabuhan merupakan upaya
prioritas dalam menyambut era globalisasi
pasar bebas, yang mana wilayah ini
merupakan obyek bisnis segala bidang
ekonomi. Dalam menyambut era
globalisasi pasar bebas, beberapa tahun
terakhir ini pertumbuhan telah terjadi pada
pelabuhan di seluruh Indonesia, termasuk
pelabuhan Tanjung Priok yang memiliki arus
lalu lintas tertinggi di Indonesia. Secara
otomatis, jenis dan pola penyakit di wilayah
pelabuhan ini dapat berubah dan dapat
menjadi pencetus adanya kedaruratan
kesehatan masyarakat yang meresahkan
dunia.
Kantor Kesehatan Pelabuhan
merupakan unit pelaksana teknis
Departemen Kesehatan RI yang
d iharapkan mampu mencegah,
mel indungi dan menanggulangi
penyebaran penyakit antar negara dan
antar pelabuhan dalam wilayah Nusantara
ini, tanpa adanya pembatasan yang tidak
perlu terhadap penyelenggaraan
perjalanan dan perdagangan
Oleh karena itu, dibutuhkan
sumberdaya tenaga yang memadai
secara kualitas maupun kuantitas dan
menyeluruh meliputi berbagai multidisiplin
i l mu sesu a i keb utuha n da la m
penyelenggaraan fungsi KKP sesuai
klasifikasi kelasnya. Pengadaan tenaga
sering menjadi bahan pembicaraan sehari
– hari di KKP sebagai unit pelaksana teknis,
proses pengadaan dan penggajiannyapun
PENGADAAN TENAGA KESEHATAN PADA UPT
6
bervariasi, terutama pengadaan tenaga di
luar jalur PNS melalui perjanjian kerja
sehingga diperoleh tenaga sesuai
kebutuhan KKP.
Dibawah ini disajikan titik – titik
penting yang perlu diperhatikan oleh
teman – teman KKP dalam pengadaan
tenaga dengan perjanjian kerja sesuai
Permenkes nomor : 1199 tahun 2004
sehingga status tenaga tersebut fleksibel
walaupun kedudukannya bukan sebagai
Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak
Tetap.
Beberapa hal yang perlu menjadi
perhatian :
1. Perjanjian kerja adalah suatu
perjanjian kerja antara tenaga
kesehatan dengan pimpinan sarana
kesehatan secara tertulis, dalam
waktu tertentu yang memuat syarat-
syarat kerja, hak, dan kewajiban
para pihak.
Perjanjian Kerja Perorangan
a d a l a h p e r j a n j i a n k e r j a
perorangan, merupakan perjanjian
kerja yang dilakukan antara
pemberi kerja dengan seorang
tenaga kesehatan
Perjanjian Kerja Bersama adalah
per jan j ian ker ja bersama
merupakan perjanjian kerja yang
dilakukan antara pemberi kerja
dengan beberapa tenaga
kesehatan sebagai suatu Tim Kerja
yang bergerak di bidang
kesehatan untuk angka waktu
tertentu
2. Jenis pekerjaan
Paket pelayanan adalah
Perjanjian kerja yang bertujuan
untuk menyelesaikan sejumlah
beban kerja tertentu, misalnya
pelayanan imunisasi pada
daerah tertentu
Prestasi adalah Perjanjian kerja
yang didasarkan pada prestasi
(target) yang dicapai apabila
prestasi melampaui target
pelayanan maka tenaga
kesehatan yang bersangkutan
dapat memperoleh insentif
sesuai yang diperjanjikan
3. Syarat perjanjian kerja
kesepakatan kedua belah pihak
Kemampuan atau kecakapan
melakukan perbuatan hukum
Adanya peker jaan yang
diperjanjikan; dan
Pekerjaan yang diperjanjikan
tidak bertentangan dengan
ketertiban umum kesusilaan, dan
peratu ran perundang –
undangan yang berlaku.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
7
4. Langkah – langkahnya :
Melakukan pendataan tenaga
yang dimiliki
Melakukan analisis kebutuhan
tenaga
Menetapkan jenis pekerjaan
(spesifikasi)
Menetapkan kebutuhan tenaga
berdasarkan jenis dan kualifikasi
yang disusun berdasarkan skala
prioritas.
Melaksanakan penyebar luasan
informasi
M e l a k u k a n p e n j a r i n g a n
peminatan sesuai dengan
ketentuan persyaratan yang
diberlakukan antara lain seleksi
administrasi, seleksi tertulis,
wawancara dan psikotest
Membuat pengumuman hasil
seleksi.
Membuat surat Perjanjian kerja .
5. Hak pemberi kerja
P e m b e r i k e r j a b e r h a k
memperoleh jasa dari tenaga
kesehatan
Berhak melakukan pemutusan
hubungan kerja apabila tenaga
kesehatan tidak memenuhi
kewajibannya
Berhak melakukan pemutusan
hubungan kerja apabila tenaga
kesehatan tidak memenuhi
kewajibannya.
6. Hak tenaga kesehatan sebagai
penerima kerja
Memperoleh penghasilan / upah
M e m p e r o l e h p e n g a k u a n
pengalaman kerja sesuai dengan
masa kerja;
Memperoleh tunjangan transport,
premi asuransi jiwa dan jaminan
pemeliharaan kesehatan sesuai
peraturan yang berlaku di sarana
kesehatan tersebut
Memperoleh kesejahteraan/
insentif yang ditetapkan oleh
pimpinan misalnya jasa medik,
lembur dan lain-lain
Memperoleh cuti yang ditetapkan
oleh pimpinan :
cuti tahunan lamanya 12 hari
kerja bagi tenaga kesehatan
dengan perjanjian kerja lebih
dari satu tahun
cuti hamil lamanya satu bulan
sebelum melahirkan dan satu
setenga bu lan setelah
melahirkan bagi karyawati
cuti sakit lamanya berdasarkan
8
atas surat keterangan dokter
selama menjalankan cuti hak-
hak atas pengahasilan / upah
tetap dibayar sebagaimana
mestinya.
Menjalankan praktik di luar jam
kerja sesuai dengan peraturan
perundang – undangan yang
berlaku
Berhak melakukan pemutusan
hubungan kerja apabila pemberi
kerja tidak memenuhi
kewajibannya
7. Kewajiban pemberi kerja
Membayarkan penghasilan/
upah dan kesejahteraan / insentif
tenaga kesehatan sesuai yang
diperjanjikan
Mentaati perjanjian kerja yang
telah disepakati dan semua
peraturan perundang-undangan
yang berlaku
Melaksanakan ketentuan waktu
kerja/lembur sesuai peraturan
perundangan yang berlaku
Memenuhi dan menghormati hak
-hak tenaga kesehatan
8. Kewajiban tenaga kesehatan
sebagai penerima kerja
Untuk tenaga kesehatan
tertentu wajib memiliki surat ijin
praktik sementara / surat ijin
praktik/surat ijin kerja
Mmentaati perjanjian kerja yang
telah disepakati dan semua
peraturan perundang –
undangan yang berlaku
Melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya
9. Pelanggaran disiplin, dikenakan
sanksi, berupa :
Teguran lisan
Teguran tertulis
Pemutusan hubungan kerja sebe-
lum berakhirnya batas waktu per-
janjian kerja.
10. Gaji pokok
Gaji pokok ditentukan berdasar-
kan tingkat pendidikan, sebagai
berikut :
Contoh perhitungan gaji tenaga dengan
No Tk Pendidikan Gaji pokok
1 SMU 1,4 UMR
2 D2 1,5 UMR
3 D3 1,6 UMR
4 S1 1,7 UMR
5 Dr / drg / Apoteker 1,8 UMR
6 S2 1,9 UMR
7 Spesialis 2 UMR
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
9
perjanjian di DKI Jakarta (2004) :
PERAWAT
Seorang perawat, pendidikan setingkat
SMU UMR DKI = Rp. 426.250,-
1. Gaji pokok perawat : 1,4 x Rp.
426.250 = Rp. 596. 750,-
2. Tunjangan jabatan : 0,2 x Rp. 596.750
= Rp. 119. 350,-(+) fungsional
3. PENGHASILAN : Rp. 716. 100,-
DOKTER
1. Gaji Pokok : 1,8 x Rp. 426.250 =
Rp. 767.250,-
2. Tunjngan jabatan dokter : 0,2 x
Rp. 767.250 = Rp. 153.450,-(+)
fungsional
3. PENGHASILAN : Rp. 920. 700,-
11. Kerja lembur : Ketentuan lembur
dalam pasal 78 ayat(1), Undang –
Undang Nomor 13 Tahun 2003
12. Struktur gaji tenaga kesehatan per-
janian kerja, pada prinsipnya terdiri
dari :
a. Gaji Pokok;
b. Tunjangan dapat terdiri atas :
Tunjangan jabatan
Tunjangan pengabdian
Tunjangan kesejahteraan
Kerja lembur
Insentif
Iuran premi asuransi kesehatan
Pada dasarnya, para pengelola
pengadaan tenaga pada unit pelaksana
teknis, khususnya pada Kantor Kesehatan
Pelabuhan harus mengacu pada
Permenkes nomor : 1199 tahun 2004 dan
undang – undang nomor : 13 tahun 2003.
(RBAW)
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
M edia dalam proses pembelajaran
merupakan seperangkat benda
atau alat yang berfungsi dan digunakan
sebagai ” Pembantu” fasilitator atau
pelatih untuk komunikasi dan interaksi
dalam suatu proses pembelajaran dengan
tujuan untuk mempermudah dan
mempercepat proses penyampaian materi
pembelajaran kepada peserta latih.
Media merupakan alat Bantu dalam proses
pembelajaran di dalam kelas ataupun di
luar kelas dalam bentuk non fisik (software)
yang mengandung „pesan‟ didalamnya (isi
materi pembelajaran).
Pemilihan dan penggunaan media dalam
proses pembelajaran harus disesuaikan
MEDIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN
10
dengan :
1. Pendekatan pelatihan yang
digunakan.
2. Tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
3. Kebutuhan proses pembelajaran
dan kemampuan peserta latih.
4. Kemampuan yang ada pada fasili-
tator / pelatih dalam menggunakan
media pembelajran.
5. Alokasi waktu dan lokasi pelatihan.
Beberapa contoh media pembelajaran
yang digunakan sesuai dengan pendeka-
tan pelatihan tatap muka / dalam kelas
(off the job training), antara lain sebagai
berikut :
OHT
Software
Buku referensi
Modul
Panduan pelatihan (petunjuk
diskusi/kasus)
Film
dll
Sedangkan alat bantu dalam
pembelajaran merupakan seperangkat
benda atau alat dalam bentuk fisik
(hardware) yang dapat dilihat, didengar
dan diraba oleh panca indera, yang
digunakan oleh fasilitator/pelatih dalam
menyampaikan materi pembelajaran.
Dalam memilih alat bantu dalam
suatu proses pembelajaran, harus
disesuaikan dengan :
Disesuaikan dengan pendekatan
pelatihan.
Disesuaikan dengan tujuan pembe-
lajaran.
Disesuaikan dengan media pembe-
lajaran yang digunakan.
Menghasilkan efek pembelajaran
yang lebih baik.
Prinsip efektif dan efisien.
Disesuaikan dengan kemampuan
dari fasilitator/pelatih.
Beberapa alat bantu dalam proses
pembelajaran suatu pelatihan tatap
muka / dalam kelas (off the job training),
antara lain sebagai berikut :
Spidol
Transparan
LCD
OHP
White board
Komputer
Film Chart
Dll
11
Proses pengiriman dan penerimaan dalam
proses pembelajaran suatu pelatihan dari
fasi l i tator kepada peserta latih,
digambarkan sebagai berikut :
Para pejabat Kantor Kesehatan
Pelabuhan sebagai tim instalasi
“Pelatihan” harus betul – betul
memahami tentang prinsip –
prinsip kediklatan, dengan
harapan proses pembelajaran
pelatihan dapat sesuai
d e n g a n h a r a p a n ,
terutama pada Kantor
Kesehatan Pelabuhan
Kelas I yang akan
semakin banyak
jumlahnya.
Marilah
k i t a
perhatikan
k e r u c u t
pengalaman Edgar Dale disamping ini
secara cermat, dengan harapan agar
pemi l ihan media dalam proses
pembelajaran suatu pelatihan yang
diselenggarakan oleh instansi kita
memperoleh hasil yang optimal.
Perolehan Hasil Belajar
1. Indra pandang = 75 %
2. Indera dengar = 13 %
3. Indera lainnya = 12 %
PENGIRIM
Pikiran
Perasaan
Perhatian
minat
PENERIMA
Peralatan
P e s a n /Informasi
merangsang
Proses belajar
terjadi
12
S ebagian besar pasti mengatakan :
“Undang – Undang Karantina
Kesehatan”. Apabila anda juga
mengatakan demikian, pertanyaan yang
seharusnya muncul dalam benak anda,
yakni : “Seberapa besar efektifitas dan
efisiensi pengupayaan memunculkan
undang – undang tersebut” ?
Marilah kita simak bersama – sama :
Proses awal sejak penyusunan naskah
akademis rancangan suatu undang –
undang sampai pada diberlakukannya
undang undang tersebut memerlukan
waktu yang relatif lama. Kita tengok
tentang waktu yang dibutuhkan dalam
memunculkan Undang – Undang
Kesehatan nomor 23 tahun 1992,
Undang – Undang nomor 4 tahun 1984
tentang wabah penyakit menular dan
beberapa undang – undang bidang
kesehatan lainnya. Kenyataan
menunjukkan bahwa awal penyusunan
naskah akademik rancangan undang
– undang sampai diundangkannya
undang – undang tersebut,
membutuhkan waktu tidak kurang dari
10 tahun.
Siapa yang memperlambat??
Mari kita sama – sama bertanya pada
rumput yang bergoyang
Dana yang dibutuhkan, amat sangat
banyak bahkan mencapai bilangan
milyard, yakni dana yang dibutuhkan
mulai dari awal penyusunan naskah
akademik rancangan undang –
undang sampai diundangkannya
undang – undang tersebut. Marilah kita
hitung memakai “cost benefit”, bila kita
dibandingkan dengan dana yang
dibutuhkan untuk merevisi undang –
undang yang sudah ada atau
dibandingkan dengan dana yang
dibutuhkan untuk mengupayakan
Peraturan Pemerintah tentang
karantina kesehatan yang dipayungi
oleh undang – undang yang sudah
ada. Hal ini bukanlah rahasia umum,
kenyataan menunjukkan bahwa awal
penyusunan naskah akademik
rancangan undang – undang sampai
diundangkannya undang – undang
tersebut, membutuhkan dana
bermilyard - milyard.
Mengapa demikian mahal??
Mari kita sama – sama bertanya pada
rumput yang bergoyang
Seberapa besar efektifitas ataupun
seberapa besar daya ungkit
PAYUNG HUKUM APA YANG KITA BUTUHKAN
SAAT INI ??
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
13
peningkatan capaian program
kesehatan atas munculnya Undang –
Undang Karantina Kesehatan ??
Marilah kita sama – sama menghitung
“cost efektif” upaya tersebut secara
arif.
Seberapa banyak menyita pikiran
“man power” dalam
penyelenggaraan undang – undang
tersebut? Padahal disatu sisi uraian
tugas rutin sesuai tugas pokoknya
tetap menanti dan tidak mungkin
ditinggalkan.
Seberapa banyak frekuensi
pertemuan dan seberapa banyak
methode pertemuan yang harus
diterapkan ??
Seberapa banyak institusi lintas
program dan lintas sektor yang harus
dilibatkan ??
Dll, banyak sekali yang harus
dipertimbangkan dan bukan sekedar
merencanakan program
pengupayaan peraturan
perundangan tetapi setiap program
harus dikaji dan terjamin mutunya
dalam berbagai dimensi.
Urutan prioritas program kesehatan
haruslah terukur secara jelas bahkan bila
perlu ditiap jenjang struktur organisasi
diselenggarakan diskusi tentang program –
program unggulan atau program program
prioritas demi terjaminnya mutu program
yang akan dilaksanakan.
Bisik – bisik, dukung – mendukung,
kasak – kusuk terdengar “ Wah dana BLN
ataupun PLN, ada siap pakai banyak sekali,
sisa kita buat proposal atau kerangka
acuan, rugi kalau kita tidak
memanfaatkannya, kalau kita bergerak
lambat akan dipakai untuk kegiatan
program lain, jangan sok idealis karena gaji
kita hanya cukup untuk transport ke kantor,
dll, dll, dll”. Akhirnya muncul kegiatan
program – program yang tidak jelas ujung
dan pangkalnya. Pada era ini, kalimat –
kalimat sumbang dan egoistis seperti hal
itu, seharusnya sudah tidak perlu terdengar
lagi. Marilah kita lihat kenyataan, masih
banyak masyarakat kita hidup segan,
matipun tak mau.
Payung Undang-Undang Kesehatan
nomor 23 tahun 1992 sudah ada dan jelas,
antara lain tentang pemberantasan
penyakit, baik penyakit menular maupun
penyakit tidak menular, pengamanan
makanan, kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja, penyembuhan penyakit,
pengamanan alat kesehatan,
pengamanan zat adiktif, dan kesehatan
matra. Sedangkan bila muncul Undang –
Undang Karantina Kesehatan, dimanakah
tempat penyakit tidak menular,
pengamanan makanan,kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja,
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
14
penyembuhan penyakit, pengamanan alat
kesehatan, pengamanan zat adiktif, dan
kesehatan matra??
Padahal tugas pokok dan fungsi Kantor
Kesehatan Pelabuhan meliputi hal tersebut
diatas. Lebih jelasnya bahwa tugas pokok
dan fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan
bukan hanya penyelenggaraan karantina
kesehatan.
Marilah kita simak secara bersama –
sama tentang kemungkinan atau pilihan
Undang – Undang Kesehatan nomor 23
tahun 1992 sebagai payung pengupayaan
Peraturan Pemerintah tentang Karantina
Kesehatan atau sebagai payung
penjabaran upaya tersebut diatas yang
dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah.
Pemberantasan penyakit
Penyakit menular dan penyakit tidak
menular serta karantina kesehatan dapat
dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah dengan merujuk beberapa
pasal dalam Undang – Undang nomor 23
tahun 1992 tentang Kesehatan dan lebih
lanjut lagi dapat dijabarkan dalam
peraturan Menteri. Karantina kesehatan ini
juga bisa dijabarkan dala peraturan
perundang – undangan dibawahnya
melalui peraturan Menteri Kesehatan
tentang Karantina Rumah, Karantina
Wilayah, Karantina Lintas Batas (Border
Area) di Pelabuhan, Bandara dan Pos
Lintas Batas Darat. Lebih rinci lagi sampai
diuraikan menurut lokasi dan fungsi di lini I
atau di lini II atau di lini III pada saat
penanganan episenter. Beberapa pasal
dalam Undang – Undang nomor 23 tahun
1992 tentang Kesehatan tersebut, antara
lain :
Bagian Kedelapan
Pemberantasan Penyakit
Pasal 28
(1) Pemberantasan penyakit
diselenggarakan untuk menurunkan
angka kesakitan dan atau angka
kematian.
(2) Pemberantasan penyakit dilaksanakan
terhadap penyakit menular dan
penyakit tidak menular.
(3) Pemberantasan penyakit menular atau
penyakit yang dapat menimbulkan
angka kesakitan dan atau angka
kematian yang tinggi dilaksanakan
sedini mungkin.
Pasal 29
Pemberantasan penyakit tidak menular
dilaksanakan untuk mencegah dan
mengurangi penyakit dengan perbaikan
dan perubahan perilaku masyarakat dan
dengan cara lain.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
15
Pasal 30
Pemberantasan penyakit menular
dilaksanakan dengan upaya penyuluhan,
penyelidikan, pengebalan, menghilangkan
sumber dan perantara penyakit, tindakan
karantina, dan upaya lain yang diperlukan.
Pasal 31
Pemberantasan penyakit menular yang
dapat menimbulkan wabah dan penyakit
karantina dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan undang-undang yang berlaku.
Pengamanan makanan dan minuman
Pengamanan makanan dan minuman
merupakan tugas pokok dan fungsi Kantor
Kesehatan Pelabuhan sesuai Peraturan
Menteri Kesehatan nomor : 356 tahun 2008.
Pengamanan makanan dan minuman
dapat dijabarkan lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah dengan merujuk
beberapa pasal dalam Undang – Undang
nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
dan lebih lanjut lagi dapat dijabarkan
dalam peraturan Menteri. Beberapa pasal
dalam Undang – Undang nomor 23 tahun
1992 tentang Kesehatan tersebut, antara
lain :
Bagian Keempat
Pengamanan Makanan dan Minuman
Pasal 21
(1) Pengamanan makanan dan minuman
diselenggarakan untuk melindungi
masyarakat dari makanan dan
minuman yang tidak memenuhi
ketentuan mengenai standar dan atau
persyaratan kesehatan.
(2) Setiap makanan dan minuman yang
dikemas wajib diberi tanda atau label
yang berisi:
a. bahan yang dipakai;
b. komposisi setiap bahan;
c. tanggal, bulan, dan tahun
kadaluwarsa;
d. ketentuan lainnya.
(3) Makanan dan minuman yang tidak
memenuhi ketentuan standar dan atau
persyaratan kesehatan dan atau
membahayakan kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilarang untuk diedarkan, ditarik dari
peredaran, dan disita untuk
dimusnahkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(4) Ketentuan mengenai pengamanan
makanan dan minuman sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), ayal (2), dan
ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
Kesehatan lingkungan
Upaya kesehatan lingkungan merupakan
tugas pokok dan fungsi Kantor Kesehatan
Pelabuhan sesuai Peraturan Menteri
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
16
Kesehatan nomor : 356 tahun 2008. Upaya
kesehatan lingkungan dapat dijabarkan
lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah
dengan merujuk beberapa pasal dalam
Undang – Undang nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan dan lebih lanjut lagi
dapat dijabarkan dalam peraturan
Menteri. Beberapa pasal dalam Undang –
Undang nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan tersebut, antara lain :
Bagian Kelima
Kesehatan Lingkungan
Pasal 22
(1) Kesehatan lingkungan diselenggarakan
untuk mewujudkan kualitas lingkungan
yang sehat.
(2) Kesehatan lingkungan dilaksanakan
terhadap tempat umum, lingkungan
pemukiman, lingkungan kerja, angkutan
umum, dan lingkungan lainnya.
(3) Kesehatan lingkungan meliputi
penyehatan air dan udara,
pengamanan limbah padat, limbah
cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan,
pengendalian vektor penyakit, dan
penyehatan atau pengamanan
lainnya.
(4) Setiap tempat atau sarana pelayanan
umum wajib memelihara dan
meningkatkan lingkungan yang sehat
sesuai dengan standar dan
persyaratan.
(5) Ketentuan mengenai penyelenggaraan
kesehatan lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat
(3), dan ayat (4) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Kesehatan kerja
Upaya kesehatan kerja merupakan tugas
pokok dan fungsi Kantor Kesehatan
Pelabuhan sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan nomor : 356 tahun 2008. Upaya
kesehatan kerja dapat dijabarkan lebih
lanjut dalam Peraturan Pemerintah dengan
merujuk beberapa pasal dalam Undang –
Undang nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan dan lebih lanjut lagi dapat
dijabarkan dalam peraturan Menteri.
Beberapa pasal dalam Undang – Undang
nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
tersebut, antara lain :
Bagian Keenam
Kesehatan Kerja
Pasal 23
(1) Kesehatan kerja diselenggarakan untuk
mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal.
(2) Kesehatan kerja meliputi pelayanan
kesehatan kerja, pencegahan penyakit
akibat kerja, dan syarat kesehatan
kerja.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
17
(3) Setiap tempat kerja wajib
menyelenggarakan kesehatan kerja.
(4) Ketentuan mengenai kesehatan kerja
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dan ayat (3) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Pelayanan kesehatan dan kesehatan
matra
Upaya pelayanan kesehatan dan
kesehatan matra merupakan tugas pokok
dan fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan
sesuai Peraturan Menteri Kesehatan
nomor : 356 tahun 2008. Upaya pelayanan
kesehatan dan kesehatan matra dapat
dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah dengan merujuk beberapa
pasal dalam Undang – Undang nomor 23
tahun 1992 tentang Kesehatan dan lebih
lanjut lagi dapat dijabarkan dalam
peraturan Menteri. Beberapa pasal dalam
Undang – Undang nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan tersebut, antara lain :
Bagian Kesembilan
Penyembuhan Penyakit dan Pemulihan
Kesehatan
Pasal 32
(1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan diselenggarakan untuk
mengembalikan status kesehatan
akibat penyakit, mengembalikan fungsi
badan akibat cacat atau
menghilangkan cacat.
(2) Penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan dilakukan dengan
pengobatan dan atau perawatan.
(3) Pengobatan dan atau perawatan
dapat dilakukan berdasarkan ilmu
kedokteran dan ilmu keperawatan atau
cara lain yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(4) Pelaksanaan pengobatan dan atau
perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran atau ilmu keperawatan
hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu.
(5) Pemerintah melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan
pengobatan dan atau perawatan
berdasarkan cara lain yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Pasal 33
(1) Dalam penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan dapat dilakukan
transplantasi organ dan atau jaringan
tubuh, transfuse darah, implan obat
dan atau alat kesehatan, serta bedah
plastik dan rekonstruksi.
(2) Transplantasi organ dan atau jaringan
tubuh serta transfusi darah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan hanya untuk tujuan kemanu-
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
18
siaan dan dilarang untuk tujuan komer-
sial.
Pasal 34
(1) Transplantasi organ dan atau jaringan
tubuh hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu
dan dilakukan di sarana kesehatan ter-
tentu.
(2) Pengambilan organ dan atau jaringan
tubuh dari seorang donor harus mem-
perhatikan kesehatan donor yang ber-
sangkutan dan ada persetujuan donor
dan ahli waris atau keluarganya.
(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata
cara penyelenggaraan transplantasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2) ditetapkan dengan Pera-
turan Pemerintah.
Pasal 35
(1) Transfusi darah hanya dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang mem-
puyai keahlian dan kewenangan untuk
itu.
(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata
cara transfusi darah sebagaimana di-
maksud dalam ayat (1) ditetapkan de
ngan Peraturan Pemerintah.
Pasal 36
(1) Implan obat dan atau alat kesehatan
ke dalam tubuh manusia hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu dan dilakukan di sarana kese-
hatan tertentu.
(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata
cara penyelenggaraan implan sebagai-
mana dimaksud dalam ayat (1) ditetap-
kan dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 37
(1) Bedah plastik dan rekonstruksi hanya
dapat dilakukan oleh tenaga kese-
hatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu dan dilakukan di
sarana kesehatan tertentu.
(2) Bedah plastik dan rekonstruksi tidak bo-
leh bertentangan dengan norma yang
berlaku dalam masyarakat.
(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata
cara bedah plastik dan rekonstruksi se-
bagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2) ditetapkan dengan Pera-
turan Pemerintah.
Bagian Keenam Belas
Kesehatan Matra
Pasal 48
(1) Kesehatan matra sebagai bentuk
khusus upaya kesehatan diselenggara-
kan untuk mewujudkan derajat kese-
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
19
hatan yang optimal dalam lingkungan
matra yang serba berubah.
(2) Kesehatan matra meliputi kesehatan
lapangan, kesehatan kelautan dan
bawah air, serta kesehatan kedirganta-
raan.
(3) Ketentuan mengenai kesehatan Matra
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2) ditetapkan dengan Pera-
turan Pemerintah.
Pengawasan OMKABA
Pelaksanaan pemberian sertifikat
kesehatan obat, makanan, kosmetika, alat
kesehatan dan bahan adiktif (OMKABA)
ekspor dan mengawasi pesyaratan
dokumen kesehatan OMKABA impor
merupakan tugas pokok dan fungsi Kantor
Kesehatan Pelabuhan sesuai Peraturan
Menteri Kesehatan nomor : 356 tahun 2008.
Pelaksanaan pemberian sertifikat
kesehatan obat, makanan, kosmetika, alat
kesehatan dan bahan adiktif (OMKABA)
ekspor dan mengawasi pesyaratan
dokumen kesehatan OMKABA impor dapat
dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah dengan merujuk beberapa
pasal dalam Undang – Undang nomor 23
tahun 1992 tentang Kesehatan dan lebih
lanjut lagi dapat dijabarkan dalam
peraturan Menteri. Beberapa pasal dalam
Undang – Undang nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan tersebut, antara lain :
Bagian Kesebelas
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Ke-
sehatan
Pasal 39
Pengamanan sediaan farmasi dan alat ke-
sehatan diselenggarakan untuk melindungi
masyarakat dari bahaya yang disebabkan
oleh penggunaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang tidak memenuhi per-
syaratan mutu dan atau keamanan dan
atau kemanfaatan.
Pasal 40
(1) Sediaan farmasi yang berupa obat dan
bahan obat harus memenuhi syarat far-
makope Indonesia dan atau buku stan-
dar lainnya.
(2) Sediaan farmasi yang berupa obat tra-
disional dan kosmetika serta alat kese-
hatan harus memenuhi standar dan
atau persyaratan yang ditentukan.
Pasal 41
(1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan
hanya dapat diedarkan setelah men-
dapat izin edar.
(2) Penandaan dan informasi sediaan
farmasi dan alat kesehatan harus me-
menuhi persyaratan objektivitas dan
kelengkapan serta tidak menyesatkan.
(3) Pemerintah berwenang mencabut izin
edar dan memerintahkan penarikan
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
20
dari peredaran sediaan farmasi dan
alat kesehatan yang telah memperoleh
izin edar, yang kemudian terbukti tidak
memenuhi persyaratan mutu dan atau
keamanan dan atau kemanfaatan, da-
pat disita dan dimusnahkan sesuai de
ngan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pasal 42
Pekerjaan kefarmasian harus dilakukan
dalam rangka menjaga mutu sediaan
farmasi yang beredar.
Pasal 43
Ketentuan tentang pengamanan sediaan
farmasi dan alat kesehatan ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedua Belas
Pengamanan Zat Adiktif
Pasal 44
(1) Pengamanan penggunaan bahan
yang mengandung zat adiktif
diarahkan agar tidak mengganggu dan
membahayakan kesehatan perora
ngan, keluarga, masyarakat, dan ling-
kungannya.
(2) Produksi, peredaran, dan penggunaan
bahan yang mengandung zat adiktif
harus memenuhi standar dan atau per-
syaratan yang ditentukan.
(3) Ketentuan mengenai pengamanan ba-
han yang mengandung zat adiktif seba-
gaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
Setelah kita secara bersama – sama
menyimak uraian sepintas tentang hal
tersebut diatas, masih perlukah kita
mengupayakan Undang – Undang tentang
Karantina Kesehatan ??
Marilah kita jawab secara bersama – sama
dalam suatu lagu koor “jangan kita
bertanya pada rumput yang
bergoyang” (RBAW)
Pojok Web
Untuk mengikuti perkembangan teknologi
informasi yang semakin maju sebagai
fungsi terdepan dalam penangganan pen-
yakit menular pada setiap POS informasi di
Kantor Kesehatan Pelabuhan se Indonesia.
Maka diperlukan informasi yang jelas dan
transparan yang bisa diketahui oleh
Jadi Kapan http://karkes.pppl.depkes.go.id …… Go Public ?
Masyarakat luas untuk melakukan fartisipasi
aktif yang dinamis. Kenapa hal tersebut
penting karena program yang selalu diden-
gungkan adalah swakarya aktif dan peduli-
dari masyarakat sebagai ujung tombak infor-
masi. Maka diperlukan akses melalui jaringan
internet yang aman dan terbuka. ***
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
21
I. CACAR (SMALLPOX, VARIOLA)
1. Defenisi : Suatu penyakit virus sis-
temik dengan gejala khas adanya
erupsi kulit.
2. Gejala Klinis
Demam, tidak nafsu makan,
sakit kepala, badan lemah, sa-
kit perut dan muntah.
Sesudah 2-4 hari demam turun
timbul ruam yang berkembang
menjadi makula, papula, vesi-
kula, pustule dan menjadi
krusta. Lesi pertama timbul
pada muka kemudian ke
badan.
3. Penyebaran Penyakit
Awalnya penyakit ini tersebar di
seluruh dunia.
Penyakit ini terakhir ditemukan
di Somalia pada tahun 1977.
4. Penyebab
Virus Variola
5. Reservoir
Manusia.
Saat ini virus variola tersimpan
di dalam lemari pendingin di
Atlanta dan Rusia.
7. Cara Penularan
Droplet dan aerosol, pada
umumnya terjadi pada saat
muncul wabah.
8. Masa Inkubasi
Masa Inkubasi 7-19 hari, rata-
rata 10-14 hari sejak infeksi dan
2-4 hari lebih setelah timbul
ruam
9. Masa Penularan
Masa penularan dimulai dari
waktu berkembangnya lesi
awal sampai menghilangnya
semua scab (koreng), kurang
lebih 3 minggu.
10. Pencegahan
Vaksinasi
11. Pengobatan
Pengobatan spesifik tidak ada.
II. POLIOMYELITIS AKUT
1. Definisi : Suatu infeksi virus yang da-
pat menyebabkan kelumpuhan.
2. Gejala Klinis
Gejala minor : Demam, sakit
kepala, mual, muntah. Gejala
mayor : Nyeri otot berat, kaku
kuduk dan punggung dan flac-
cid paralysis yang asimetris.
3. Penyabaran Penyakit
Polio masih merupakan pe
nyakit yang menyerang bayi
WARTA BIDANG UKP 12 PENYAKIT POTENSI PHEIC
Oleh : dr. I Nyoman Putra
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
22
dan anak-anak, 70-80 % di-
bawah 3 tahun dan 80-90 % di-
bawah usia 5 tahun.
Akhir tahun 2002 tercatat 6 ne-
gara endemis polio yaitu : Af-
ganistan, Mesir, India, Nigeria,
Pakistan dan Somalia.
Virus polio liar import yang me
nyebabkan kelumpuhan dite-
mukan terjadi di : Aljazair, Bul-
garia, Burkina Faso, Georgia,
Gana, Iran, Libanon, Togo dan
Zambia.
Tahun 2005 virus polio liar impor
dari Nigeria menyerang Ya-
man, Saudi Arabia dan Indone-
sia (Cidahu, Sukabumi).
4. Penyebab
Poliovirus tipe 1, 2 dan 3.
5. Reservoir
Manusia, sumber penularan bi-
asanya penderita tanpa ge-
jala.
6. Cara Penularan
Dari manusia ke manusia me-
lalui oro-fekal dan droplet dari
sekret tenggorokan.
7. Masa Inkubasi
Masa Inkubasi umumnya 7-14
hari, dengan rentang waktu 3-
35 hari.
8. Masa Penularan
Tidak diketahui dengan pasti,
Penularan dimungkinkan terjadi
sepanjang virus masih dikeluar-
kan melalui tinja.
Virus dapat ditemukan dalam
tinja selama 3-6 minggu atau
lebih.
9. Pencegahan
Vaksinasi.
10. Pengobatan
Pengobatan spesifik tidak ada.
Pengobatan bersifat simpto-
matis dan suporti
III. INFLUENZA
1. Definisi
Merupakan suatu penyakit
i n f e k s i a k u t s a l u r a n
pernafasan.
2. Gejala klini
Demam,sakit kepala, sakit
otot, batuk, pilek, kadang-
kadang sakit menelan dan
suara serak.
Pada pemeriksaan fisis tidak
ditemukan tanda-tanda khas
kecuali hiperemia ringan
sampai sampai berat pada
selaput lendir tenggorokan.
3. Penyebaran Penyakit
Serangan penyakit ini tercatat
paling tinggi pada musim
dingin di negara beriklim
dingin dan pada waktu
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
23
musim hujan di negara tropik.
Sudah diketahui bahwa dunia
dilanda pandemi oleh
influenza 2-3 tahun sekali.
Jumlah kematian bisa
mencapai ribuan orang.
4. Reservoir
Manusia sendiri.
Babi, kuda, dan unggas
memegang peranan penting
sebagai penyebab terjadinya
strain virus influenza yang
baru.
5. Diagnosis
Diagnosis pasti penyakit
influenza dapat diperoleh
melalui isolasi virus maupun
pemeriksaan serologis.
6. Penatalaksanaan
Diobati secara simptomatik
7. Pencegahan
Higienik perorangan
Bila memungkinkan hindari
berada di daerah padat dan
ramai.
Hindari kontak dengan orang
yang menderita infeksi saluran
pernafasan (panas,batuk,
pilek).
Vaksinasi.
IV. SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME
(SARS)
1. Definisi : SARS atau Severe Acute
Respiratory Syndrome adalah pen-
yakit menular dengan gejala in-
feksi saluran pernafasan berat
yang disertai dengan gejala salu-
ran pencernaan .
2. Gejala Klinis
Lemas, nyeri otot, demam, dan
dengan cepat diikuti gejala
pernapasan berupa batuk,
sesak nafas, diare.
Gejala ini bertambah berat be-
berapa hari kemudian dengan
disertai viraemia, 10 hari
setelah timbulnya penyakit.
3. Penyebaran Penyakit
KLB SARS yang cukup besar
terjadi antara bulan November
2002 sampai dengan bulan Juli
2003 di Kanada, Cina,
Hongkong, Taiwan, Singapura
dan Vietnam.
Pada tanggal 5 Juli 2003, WHO
melaporkan bahwa tidak dite-
mukan lag i pe nu la ran
dari orang ke orang diseluruh
wilayah KLB SARS.
4. Penyebab : Coronavirus.
5. Reservoir
Sampai saat ini reservoir virus
SARS belum diketahui dengan
jelas, menurut penelitian di
Guangdong, China, coronavi-
rus yang sama ditemukan
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
24
pada spesies binatang tertentu
yang dijual di pasar.
6. Cara Penularan : SARS ditularkan
melalui kontak dekat dengan
penderita.
7. Masa Inkubasi : Masa Inkubasi
umumnya 1-10 hari.
8. Masa Penularan : Diduga berlang-
sung kurang dari 21 hari
9. Pencegahan
Identifikasi segera terhadap
semua penderita suspect dan
probable sesuai definisi kasus
menurut WHO.
Tindakan Isolasi terhadap ka-
sus probable.
Petugas medis dan lainnya ha-
rus mengetahui cara peng-
gunaan PPE atau APD, yaitu :
Face mask, sarung tangan,
kaca mata/google, jas sekali
pakai, apron, alas kaki yang
dapat di dekontaminasi.
10. Pengobatan
Pengobatan : Simptomatik
dan Suportif.
Pengobatan spesifik tidak ada.
V. KOLERA
1. Definisi : Merupakan penyakit
infeksi yang disebabkan oleh
bakteri vibrio cholerae dengan
manifestasi diare disertai muntah
yang akut dan hebat akibat
enterotoksin yang dihasilkan oleh
bakteri tersebut.
2. Gejala Klinis
Gejala bervariasi dar i
asimptomatik sampai gejala
klinis berupa dehidrasi berat.
3. Tanda Klinis:
Diare yang banyak tinja
didahului oleh rasa mulas dan
mual.
Tinja dalam waktu cepat
bermasalah menjadi cairan
putih keruh seperti air cucian
beras, tidak berbau keruh.
Cairan yang menyerupai air
cucian beras bila diendapkan
a k a n m e n g e l u a r k a n
gumpalan-gumpalan putih.
Muntah timbul setelah diare.
Kejang otot menyusul.
Gejala dan tanda kolera
terjadi akibat kehilangan
cairan dan elektrolit serta
asidosis.
4. Penyebaran Penyakit
Penyakit ini diketahui sejak
tahun 1917 menyebar lintas
negara dan lintas benua.
Pada akhir tahun 1992
ledakan kasus kolera dimulai
dari India da Bangladesh
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
25
yang disebabkan oleh
serogroup V Cholerae yang
s e b e l u m n y a b e l u m
teridentifikasi yaitu serogroup
0139 atau bengal.
5. Cara Penularan
Pada daerah endemik Air
terutama berperan dalam
penularan Kolera.
Pada Epidemi yang rentan
penularan juga terjadi
m a k a n a n y a n g
terkontaminasi oleh tinja atau
air yang mengandung virus
kolera.
6. Masa inkubasi
Masa Inkubasi 16-72 jam.
7. Masa Penularan
Selama hasil pemeriksaan
tinja masih positif, masih
menular sampai beberapa
hari sesudah sembuh.
P a d a c a r r i e r d a p a t
m e n u l a r k a n h i n g g a
beberapa bulan.
8. Penatalaksanaan
Dasar penatalaksanaan kole-
ra adalah terapi simptomatik
dan kausal secara simultan.
Tatalaksana mencakup
penggantian kehilangan
cairan tubuh dan terapi anti
mikroba.
9. Antimikroba pada Kolera
Tetrasiklin 500mg peroral 4x
sehari.
Doksisiklin
Siproproxasin, Eritromisin, dll.
VI. PES PARU
1. Defenisi : Merupakan penyakit
zoonosis yang melibatkan
binatang mengerat dan pinjal
yang hidup padanya, yang
menyebarkan infeksi bakteri
kepada berbagai binatang dan
manusia.
2. G a m b a r a n k l i n i s :
Demam,menggigil, lemas, batuk,
nyeri dada, sesak, batuk darah,
hipotensi dan syok.
3. Penyebab
Yersinia pestis, basil gram
n e g a t i f , f a m i l y
Enterobacteriaceae.
4. Penyebaran Penyakit
Binatang pengerat liar
penyebab pes berada di
Afrika Tengah, Afrika Timur,
Afrika Selatan, Amerika Utara,
Amerika Barat dan Asia.
Pes endemis di Afrika, bekas
negara Uni Soviet, Amerika
dan Asia.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
26
Tahun 2003, 9 negara
melaporkan 2118 kasus Pes
dengan 182 kematian.
98,7 % kasus dan 98,9 %
kematian dilaporkan dari
Afrika.
5. Cara Penularan
Sumber paparan yang paling
sering menghasilkan penyakit
pada manusia di seluruh
dunia adalah gigitan pinjal
yang te lah te r in feks i
Xenopsylla cheopsis ( kutu
tikus ).
Pada Pes Paru ditularkan
melalui Aerosol dan Droplet
infection.
6. Masa Inkubasi : Masa inkubasi 1-
7 hari.
7. Pencegahan
Pemberantasan tikus pada
kapal , dermaga atau
gudang.
Mengurangi kemungkinan
orang terkena gigitan pinjal,
mencegah kontak langsung
dengan jaringan yang
terinfeksi atau dengan
eksudat penderita, atau
terpajan dengan penderita
Pes Paru.
8. Pengobatan
O b a t p i l i h a n a d a l a h
Streptomycin.
O b a t a l t e r n a t i f j i k a
streptomiycin tidak tersedia
dapat diberikan Gentamycin,
Tetrasiklin, Fluoroquinolon
dan Kloramfenikol.
VII. PENYAKIT YELLOW FEVER
1. Definisi : Demam Kuning merupakan
penyakit menular akut yang dise-
babkan oleh virus Yellow Fever.
2. Gejala Klinis ;Demam, sakit kepala,
sakit punggung, nyeri otot, mual,
muntah, perdarahan, badan men-
jadi kuning, gangguan fungsi hati,
ginjal, jantung, otak, pencernaan,
gangguan kesadaran. Angka ke-
matian sampai 80 %.
3. Penyebaran Penyakit
Penyakit Yellow Fever mempu
nyai sejarah yang menyeramkan.
Pada tahun 1940 ribuan orang
meninggal di Sudan karena Yel-
low Fever. Tahun 1960-1962, 30
ribuan orang meninggal di Ethio-
pia, dan penyakit ini terus men-
yebar ke berbagai negara
seperti : Sinegal, Bolivia, Equador,
Brazil, Columbia, Peru, Ghana
dan lain lain.
Angka kematian sampai 80 %.
4. Penyebab
Virus Yellow fever. Termasuk ge-
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
27
nus Flavivirus.
5. Cara Penularan
Vektor utama dari penyakit Ye
llow Fever adalah nyamuk Aedes
aegypty, Aedes africanus, dan
lain lain yang merupakan vektor
dari penyakit demam berdarah.
7. Masa Inkubasi : 3 sampai 6 hari
8. Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan yang
spesifik.
Terapi ditujukan langsung untuk
me n g or e ks i ca i ra n d a n
mempertahankan stabil itas
hemodinamik.
9. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan
dengan pengontrolan vektor dan
mencegah gigitan nyamuk.
Vaksinasi dengan virus yang dile-
mahkan sangat efektif untuk
mencegah terkena penyakit De-
mam Kuning.
Setiap orang dianjurkan untuk
divaksinasi Yellow Fever sebelum
berkunjung ke daerah endemis
dan vaksinasi ulang dianjurkan
setiap 10 tahun.
VIII. PENYAKIT VIRUS EBOLA MARBURG
(Demam Berdarah Afrika)
1. Definisi : Suatu penyakit yang dise-
babkan oleh virus dengan gejala
akut yang parah.
2. Gejala Klinis
Demam mendadak, kele-
mahan, nyeri otot, sakit kepala ,
radang tenggorokan, muntah,
diare dan ruam makulopapuler.
Manifestasi perdarahan, kerusa-
kan hati, gagal ginjal, kerusakan
otak berat disertai kegagalan
fungsi multiorgan
3. Penyebaran Penyakit
Sebagian besar kasus terdapat
di afrika
Tahun 1967 pernah ditemukan di
Jerman dan Yugoslavia, setelah
itu tidak pernah ditemukan lagi
di Eropa.
Akhir Tahun 2003 terjadi KLB di
Republik Kongo dengan angka
kematian yang tinggi.
4. Penyebab
Virus Marburg dan Ebola.
5. Cara Penularan
Penularan terjadi melalui kontak
langsung dengan darah, sekret
dan semen yang terinfeksi.
6. Masa Inkubasi
Masa Inkubasi untuk virus Mar-
burg 3-9 hari dan virus Ebola 2-21
hari.
7. Masa Penularan
Masa penularan terjadi selama
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
28
darah dan cairan tubuh me
ngandung virus ( kurang lebih 67
hari).
8. Pencegahan : Belum ada vaksin
untuk Ebola dan Marburg.
9. Pengobatan : Belum ada pengo-
batan spesifik untuk Ebola dan
Marburg.
IX. DEMAM LASSA
1. Defenisi : Suatu penyakit demam
akut yang disebabkan oleh virus
Lassa.
2. Gejala Klinis
Demam akut, lemas, sakit
kepala, sakit tenggorokan, ba-
tuk, mual, muntah, diare, nyeri
otot, sakit dada dan perut.
Inflamasi dan eksudasi pada
tenggorokan dan konjungtiva.
Pada kasus berat terjadi syok,
efusi pleura, perdarahan, ke-
jang, ensefalopati, dan oe-
dema pada muka dan leher.
3. Penyebaran Penyakit
Endemis di daerah Sierra Leone,
Liberia, Guinea dan Nigeria.
Juga dilaporkan dari Republik
Afrika Tengah, Kongo , Mali dan
Senegal.
4. Penyebab : Virus Lassa
5. Reservoir : Binatang pengerat liar di
Afrika Barat, sejenis tikus multi-
mamat kompleks spesies dari mas-
tomys.
6. Cara Penularan
Melalui udara atau kontak
langsung dengan ekskreta dari
binatang pengerat yang terin-
feksi pada permukaan lantai
dan tempat tidur atau mence-
mari makanan dan air.
Kontak langsung dengan darah
melalui jarum yang tercemar
atau kontak dengan sekret
tenggorokan atau urine
pasien.
Melalui hubungan seksual.
7. Masa Inkubasi : Masa Inkubasi 6-
21 hari.
8. Masa Penularan
Masa penularan dari orang ke
orang terjadi selama fase de-
mam akut pada saat virus ada
di tenggorokan.
Melalui urin pasien 3-9 minggu
dari masa sakit.
9. Pencegahan : Pemberantasan res-
ervoir.
10. Pengobatan
Ribavarin (Virazole) diberikan
intravena awalnya 30 mg/kgBB,
kemudian 15 mg/kgBB setiap 6
jam selama 4 hari, 8 mg/kgBB
setiap 8 jam dalam 6 hari beri-
kutnya sebagai tambahan.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
29
X. WEST NILE FEVER
1. Definisi Adalah penyakit yang
disebabkan kelompok virus yang
menyebabkan demam mirip
demam dengue dan berlang-
sung selama satu minggu atau
kurang.
2. Gejala Klinis
Demam , yang berlangsung
selama satu minggu atau
kurang, sakit kepala, lesu,
nyeri sendi, nyeri otot, mual,
muntah.
Pada umumnya terdapat ge-
jala konjungtivitis dan fotofo-
bia (takut terhadap ca-
haya).
Bisa juga terjadi ruam.
3. Penyebaran Penyakit
Virus West Nile menyebabkan
KLB di Mesir, Israel, India, Per-
ancis, Rumania, Republik
Ceko dan tersebar di Afrika,
daerah Mediteran Udara dan
Asia Barat.
4. Penyebab : Virus West Nile masuk
dalam kelompok flavivirus.
5. Reservoir : Burung adalah sum-
ber dari infeksi nyamuk untuk
virus West Nile.
6. Cara Penularan
Melalui gigitan nyamuk in-
fektif (Culex univittatus di Af-
rika Selatan, C.modestus di
Perancis dan C.pipiens di Is-
rael).
7. Masa Inkubasi : Masa Inkubasi 3
– 12 hari.
8. Masa Penularan
Tidak langsung ditularkan dari
orang ke orang.
Nyamuk yang terinfeksi mung-
kin menularkan virus sepan-
jang hidupnya.
7. Pencegahan : Memusnahkan
sarang nyamuk
8. Penatalaksanaan : Tidak ada
pengobatan spesifik
9. Pencegahan
Musnahkan tempat perkem-
bangbiakan nyamuk.
Gunakan obat gosok anti
nyamuk yang telah direko-
mendasikan.
Lakukan survey serologis ter-
hadap burung.
XI. DEMAM BERDARAH DENGUE (DHF)
1. Definisi : Merupakan penyakit vi-
rus dengan demam akut yang
disebabkan oleh virus Dengue.
2. Gejala Klinis
Demam akut 2-7 hari ,sakit
kepala berat, nyeri otot, sakit
di sekitar mata, tidak nafsu
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
30
makan, gangguan saluran
pencernaan dan timbul ruam
pada kulit.
Dapat timbul perdarahan
bawah kulit, gusi, hidung, dan
saluran pencernaan, dan
akhirnya terjadi syok.
3. Penyebaran Penyakit
Endemis di daerah Asia Teng-
gara, Cina Selatan, India, Sri-
la n ka , Pa k i s ta n ,Af r i ka ,
Amerika Selatan, Mexico,
Karibia, dan Amerika Tengah
Endemis rendah di Papua
New Guinea, Bangladesh, Ne-
pal, Taiwan, dan sebagian
besar negara Pasifik
4. Penyebab ; Virus Dengue Se-
rotipe 1,2,3,4
5. Reservoir : Nyamuk Aedes Ae-
gypti dan Manusia secara tidak
langsung.
6. Cara Penularan : Melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti.
7. Masa Inkubasi : Masa Inkubasi 3-
14 hari.
8. Masa Penularan
Manusia menjadi infektif bagi
nyamuk beberapa saat se-
belum panas sampai saat de-
mam berakhir.
Nyamuk menjadi infektif 8-12
hari sesudah menghisap da-
rah penderita dan tetap in-
fektif selama hidupnya.
9. Pencegahan
Pemberantasan sarang nya-
muk dengan cara 3M:
Menguras tempat penam-
pungan air
Menutup tempat penam-
pungan air
Mengubur barang-barang
bekas.
Mencegah gigitan nya-
muk .
10. Penatalaksanaan
Belum ada pengobatan yang
spesifik, pengobatan bersifat
simptomatis dan suportif.
XII. MENINGITIS MENINGOKOKAL
1. Definisi : penyakit akut yang dise-
babkan oleh infeksi bakteri den-
gan gejala khas yang timbul
mendadak berupa demam , sa-
kit kepala hebat, mual, muntah,
kaku kuduk. Dahulu, Angka ke-
matian lebih dari 50 % , tetapi
sekarang dengan diagnosis dini,
terapi modern dan kemajuan pe-
meriksaaan penunjang, angka
kematian sedikit menurun , tetapi
tetap tinggi yaitu 8-15% .
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
31
2. Gejala Klinis
Demam , sakit kepala berat,
mual, muntah, kaku kuduk,
ser ing terdapat ruam
petekiae dengan makula ber-
warna pink, dan sangat
jarang berupa vesikel.
Sering terjadi delirium dan
koma.
3. Penyebaran Penyakit
Infeksi meningokokus tinggi
pada musim dingin dan semi
di daerah Eropa dan Amerika
Utara. Musim kering di daerah
Sub Sahara.
Infeksi tertinggi pada bayi
dan dewasa muda.
Infeksi meningokokus mening-
kat pada sosio ekonomi ren-
dah, kepadatan penduduk
yang tinggi, perokok dan
ISPA.
Dahulu, Angka kematian lebih
dari 50 % , tetapi sekarang
dengan diagnosis dini, terapi
modern dan kemajuan pe-
meriksaaan penunjang,
angka kematian sedikit menu-
run , tetapi tetap tinggi yaitu 8
-15% .
4. Penyebab : Bakteri Neisseria
meningitidis , jenis meningokokus.
5. Reservoir : Pada tubuh manusia .
6. Cara Penularan
Melalui kontak langsung ter-
masuk droplet pernafasan
dari hidung dan tenggoro-
kan orang yang terinfeksi.
7. Masa Inkubasi
Masa Inkubasi biasanya ber-
variasi antara 2 – 10 hari, ter
sering adalah 3-4 hari..
8. Masa Penularan
Selama bakteri masih berada
pada hidung dan mulut.
Bakteri biasanya hilang dari
mulut dan hidung dalam 24
jam setelah pengobatan de
ngan anti mikroba.
9. Pencegahan
Edukasi pada masyarakat
diperlukan untuk mengurangi
kontak langsung dan pa-
janan infeksi droplet.
Mengurangi kepadatan
tempat kerja dan tempat
tinggal seperti barak, sekolah,
kampus dan kapal.
Vaksinasi.
10. Penatalaksanaan
Antibiotik (Penicilin/ Cloram-
fenikol,/ Cefalosporin/ Cipro-
floxacin)/. *****
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
32
Menginstals aplikasi cara portableapps
Untuk menyimpan sebuah aplikasi portable
dalam USB flash disk pada dasarnya dapat
langsung dilakukan dengan mengekstrak
paket aplikasi yang diterima atau
didownload. Setelah itu kita dapat men-
jalankan file eksekusinya. Semakin bertam-
bahnya portable application yang diguna-
kan menuntut adanya cara bagaimana
menjalankan aplikasi-aplikasi tersebut se-
cara mudah. Untuk itu kita dapat meng-
gunakan program peluncur aplikasi
(application launcher) sebagai program
pembuka yang menyimpan shortcut-
shortcut ke aplikasi. PStart adalah salah
satu contoh yang pernah saya coba. Jika
ada yang mempunyai kebebasan untuk
membuat shortcut ke file aplikasinya, yang
lain menuntut adanya struktur tertentu di-
rektori dan file aplikasinya, misalnya saja
application launcher untuk PortableApps ,
yang hadir bersamaan dengan paket ap-
likasinya maupun dapat didownload se-
cara tersendiri. Meskipun begitu, Portab-
leApps masih memberi kebebasan untuk
menambah aplikasi portable lain selain
yang tersedia di websitenya, berbeda de
ngan yang diterapkan pada U3.
cara menginstall nya pun mudah sekali,
anda hanya membutuhkan mendownload
aplikasi portable ini dari website JohnHaller
di http://portable.com karena dialah yang
membuat aplikasi portable.
Saat pertama diciptakan tahun 1998
oleh IBM yang bekerja sama dengan M-
System, portable drive memang khusus
digunakan sebagai pengganti floppy disk
untuk menyimpan file-file data saja. Namun
dengan semakin berkembangnya zaman,
semakin berkembang pula kebutuhan para
pengguna komputer untuk mendapatkan
sesuatu yang praktis untuk menunjang
mereka dalam bekerja. Berdasarkan hal
tersebut banyak software house di seluruh
dunia dan para programer tunggal men-
ciptakan aplikasi-aplikasi yang dikhususkan
untuk digunakan dalam portable drive
tersebut.
Saat ini banyak sekali aplikasi untuk port-
able drive yang tersebar di Internet, mulai
dari aplikasi yang berbayar, shareware
(time limited), freeware, sampai open
source. Jika memiliki koneksi Internet yang
cukup cepat, Anda pasti bisa mendapat-
kan aplikasi-aplikasi tersebut dengan mu-
dah. Namun, bagimana bagi yang tidak
mempunyai koneksi Internet atau mempun-
yai koneksi tetapi hanya sebatas dial-up
Disambung ke halaman………. 46
APLIKASI PORTABLE SOLUSI KOMPUTER BERJALAN
(Bagian II)
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
33
Ch ampaca sering disebut
bunga cempaka, sejenis
tanaman perdu dengan
tinggi sekitar 3 – 6 meter, memiliki daun
yang hijau mengkilap serta bunga yang
berbau wangi dan berwarna oranye,
kuning atau putih krem, sedangkan minyak
bunga ini digunakan sebagai bahan
parfum.
Cempaka,
seuntai kata nan
cantik menawan,
sesuai dengan
indahnya bunga
cempaka sehingga
tidaklah heran
apabila seuntai kata
cempaka ini dipakai
sebagai nama
seorang buah hati
(putri), termasuk
nama putri Penulis. Oleh kecantikan nama
dan harumnya bunga tersebut, sebagian
orang menanam bunga ini sebagai
tanaman hias di depan rumah. Bagi para
muda – mudi yang sedang dilanda cinta,
seringkali kata cempaka dipakai untuk
mengungkapkan rasa cinta yang sedang
tumbuh di dada (”cintaku padamu bak
bunga cempaka yang sedang mekar di
halaman rumahku”).
Disamping kecantikannya, tanaman
bunga cempaka juga mempunyai khasiat
sebagai obat tradisionil untuk beberapa
penyakit. Beberapa khasiat istimewa
tanaman cempaka :
Daun tanaman cempaka kuning,
caranya : ambil 7
helai daun,
dibersihkan, direbus
dengan 3 gelas air
hingga mendidih
sampai airnya kira –
kira sisa 1 gelas,
kemudian didinginkan
sampai suam – suam
kuku, diminum untuk
ibu – ibu habis
bersalin.
Bunga tanaman
cempaka kuning,
caranya : ambil 3 tangkai bunga,
dibersihkan, direbus dengan 3 gelas
air hingga mendidih sampai airnya
kira – kira sisa 1 gelas, kemudian
didinginkan sampai suam – suam kuku,
diminum untuk kencing tidak lancar.
Akar tanaman cempaka kuning,
caranya : ambil 3 utas akar,
HEALTH ROOM CHAMPACA
Oleh : Ny. Bertha M. Pasolang, S. Sos
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
34
dibersihkan, direbus dengan 3 gelas
air hingga mendidih sampai airnya
kira – kira sisa 1 gelas, kemudian
didinginkan sampai suam – suam kuku,
diminum untuk demam.
Daun tanaman cempaka putih,
caranya : ambil 7 helai daun,
dibersihkan, ”diulek” (dihaluskan),
dipakai ”bobok” untuk (penempel)
pada bisul. Sedangkan untuk obat
radang tenggorokan caranya : ambil
5 tangkai bunga, dibersihkan, direbus
dengan 3 gelas air hingga mendidih
sampai airnya kira – kira sisa 1 gelas,
kemudian didinginkan sampai suam –
suam kuku, diminum.
Bunga tanaman cempaka putih,
caranya : ambil 3 tangkai bunga,
dibersihkan, ”diulek” (dihaluskan),
dipakai ”bobok” untuk (penempel)
pada luka, sedangkan untuk obat
radang tenggorokan seperti pada
demam diatas. ****
P ernah dengarkah anda tentang
kanker serviks? Atau pernah baca kah
anda tentang kanker serviks? Jika melihat
perkembangan penyakit ini, maka saya
sarankan anda untuk mulai mengenal dan
Menurut statistik setiap 2 menit, ada satu
wanita meninggal karena kanker serviks di
seluruh dunia. Di Asia Pasifik setiap 4 menit,
ada satu wanita meninggal karena kanker
serviks dan sekitar 80% kematian terjadi di
negara berkembang. Kanker serviks adalah
kanker pembunuh nomor satu bagi
perempuan di Indonesia. Setiap satu jam,
rata-rata satu perempuan meninggal
akibat kanker ini. Rendahnya pengetahuan
perempuan terhadap kanker ini
merupakan pemicu tingginya angka
kejadian kanker serviks di Indonesia
Kanker serviks adalah kanker di leher
rahim yang disebabkan oleh infeksi Human
Papiloma Virus (HPV), virus HPV yang
bersifat onkogenik (berpotensi jd
penyebab kanker) merupakan penyebab
utama dari sekitar 80 % kasus kanker serviks.
Beberapa faktor penyebab infeksi HPV
adalah berhubungan seks di usia muda,
berganti-ganti pasangan, dan kebiasaan
merokok. Semua perempuan tanpa
memandang usia dan latar belakang
berisiko terkena kanker ini.
Data hispatologik tahun 2001
menunjukkan, kasus baru kanker serviks di
Indonesia berjumlah 2.429, dan merupakan
p e r i n g k a t s a t u d a r i
keseluruhan kasus kanker.
K E N A L I K A N K E R S E R V I K S
O l e h : Oleh : Dewi Palupi,SKM
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
35
Kanker leher rahim sendiri sebenarnya
terdiri dari beberapa jenis menurut asal
selnya. Yang paling sering adalah
squamous cell carcinoma, yaitu tumor
ganas dari sel epitel yang melapisi leher
rahim, seperti yang saya sebutkan
sebelumnya. Jenis lain misalnya
adenocarcinoma, yaitu tumor ganas dari
sel yang melapisi kelenjar dalam leher
rahim.
Setelah menjadi kanker pun, terdapat
beberapa stadium yang menentukan
terapi dan prognosisnya. Prognosis
merupakan perkiraan hasil terapi, berupa:
sembuh kembali normal, sembuh dengan
cacat, atau kematian. Pada stadium awal,
yaitu stadium IA sampai IIA dimana kanker
belum “merambah” struktur di sekitar rahim
yang disebut parametrium, tentu
prognosisnya lebih baik karena kanker
masih bisa diangkat dengan operasi,
dilengkapi terapi radiasi internal atau
eksternal tergantung stadiumnya.
Sedangkan pada kanker dengan stadium
lebih dari itu (IIB ke atas) memiliki tingkat
prognosis yang lebih buruk, pasien akan
diterapi dengan radiasi dan kemoterapi
untuk memperkecil dan mengurangi
penyebaran sel-sel kanker. Kemungkinan
terburuk jika kanker telah menyebar
(matastasis) jauh pada stadium IVB, yaitu
ke paru-paru, hati, atau organ lain, dokter
hanya akan berusaha mengurangi rasa
sakit pasien dengan terapi radiasi maupun
kemoterapi. Pada stadium ini, pasien tidak
dapat disembuhkan.
Biasanya, wanita yang datang ke
dokter akan mengeluhkan adanya contact
bleeding (perdarahan setelah senggama),
perdarahan dari vagina secara spontan,
atau tercium bau tidak enak pada lendir
vagina (seperti keputihan, namun baunya
tidak enak dan warnanya keruh). Gejala ini
diikuti dengan adanya nyeri, pembesaran,
penyumbatan saluran kencing (bisa
menjadi sering kencing, tidak bisa kencing,
atau kencing darah), menuju saluran
pencernaan (diare, perdarahan anus),
anemia, nafsu makan menurun dan terjadi
pula penurunan berat badan yang sangat
cepat. Dari sekian gejala, yang hampir
pasti ditemukan adalah perdarahan
setelah senggama.
Pencegahan
Ada beberapa cara untuk melakukan
pencegahan untuk penyakit ini, yaitu
“Pada wanita, lakukan pemeriksaan
skrining secara teratur” seperti Pap’s Smear,
tes Schiller, dan Inspeksi Intra Vaginal (IVA).
Pap‟s Smear adalah cara yang paling ideal
dan akurat. Cara ini membutuhkan ahli
patologi anatomi untuk membaca
perubahan sifat sel. Hal ini adalah
hambatan bagi penduduk Indonesia
karena minimnya tenaga ahli di daerah,
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
36
bahkan ahli patologi anatomi tersebut
relatif bisa ditemukan hanya di rumah sakit
pendidikan. Namun bukan berarti wanita di
daerah yang tidak ada pelayanan Pap‟s
Smear tidak bisa melakukan skrining.
Karena dua cara yang lain sangat mudah
dan cukup dokter umum yang
melakukannya.
Pap smear dianggap perlu karena data
dunia menunjukkan 50% penderita kanker
leher rahim yang mengalami kematian
adalah mereka yang tidak melakukannya.
Angka ini mencapai 100% di Indonesia.
Artinya, kematian karena kanker leher
rahim disebabkan keterlambatan diagnosis
dimana kanker diketahui ketika berada
pada stadium lanjut.
Pap smear lebih baik dilakukan pada :
Wanita telah aktif secara seksual
(atau usia 18 tahun). Di Indonesia
dilakukan setelah aktif secara
seksual
Dilakukan sekali setiap tahun,
selama dua tahun
Wanita dengan satu pasangan
seksual, tanpa riwayat abnormal
pada Pap‟s Smear sebelumnya,
dilanjutkan dengan interval sekali
setiap tiga tahun
Pemeriksaan Pap smear dapat
dilakukan di laboratorium kesehatan.
Hasil Pap‟s Smear dibagi enam klas,
yaitu
Klas 0 : tidak dapat dinilai. Harus
diulang pengambilan sampel baru
Klas 1 : normal
Klas 2 : proses radang dengan atau
tanpa displasi (perubahan sifat sel)
ringan. Dilakukan pemeriksaan ulang
3-6 bulan
Klas 3 : Displasi sedang atau berat.
Dilakukan pemeriksaan ulang, jika
hasilnya sama, dilakukan biopsi
(yaitu mengambil sedikit jaringan
untuk diperiksa
Klas 4 : Karsinoma in situ. Dilakukan
pemeriksaan ulang, jika hasilnya
sama, dilakukan biopsi kerucut
Klas 5 : Karsinoma invasif. Diperiksa
lebih jauh untuk menentukan
stadiumnya
Pencegahan lainnya adalah dengan
vaksinasi HPV. Saat ini sudah ada vaksin
pencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18 yang
menjadi penyebab 70
persen kasus kanker serviks di Asia. Vaksin
direkomendasikan sejak wanita berumur 9
tahun sampai 26 tahun, namun bisa saja
diberikan pada umur di atas 26 tahun
namun efek proteksi yang dihasilkan tidak
sebaik bila diberikan pada umur < 26
tahun. Lha kenapa kok anak kecil
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
37
dilibatkan dalam urusan vaksinasi ini ???
Kan belum mengerti “apa apa”. Nah itu
kalo di sini, kalo di sono kan anak kecil
udah ngerti “apa apa” jadi sedini mungkin
dilakukan proteksi. Selain itu juga ada
transmisi HPV yang tidak melalui hubungan
seksual jadi tetap lebih baik diberikan sejak
dini.
Untuk laki-laki dapat melakukan
pemeriksaan teratur terhadap penyakit
infeksi di organ genital (organ kelamin)
dengan memeriksakan kandungan
spermanya, apakah banyak protamin dan
histon serta ” penggunaan kondom bisa
mencegah penularan infeksi saluran
genital ke pasangan ”.
Sekali lagi ” mencegah lebih baik daripada
mengobati”. Tidak ada kata sulit jika
dibandingkan dengan keganasan
penyakitnya. Meskipun terlihat rumit,
bagaimanapun juga pencegahan jauh
lebih baik dan lebih mudah daripada
pengobatan. Jangan relakan senjata kita
menjadi bumerang. Postingan selanjutnya
akan mengajak Anda mengenal
bagaimana cara melakukan skrining
secara teratur. *** (Upi/Berbagai sumber)
Pendahuluan
Jumlah pengguna narkoba setiap ta-
hun semakin meningkat dan sudah pasti
didukung dengan peredarannya yang se-
makin meluas. Narkoba di Indonesia
datang dari jalur distribusi yang dikenal se-
bagai segitiga emas (golden triangle) yang
terletak diantara Thailand, Myanmar, Laos,
dan Cina. Kondisi ini merupakan tugas kita
bersama untuk ikut memeranginya.
Sebagian besar masyarakat belum me-
mahami benar SANGAT pentingnya perang
terhadap narkoba tersebut, salah satunya
karena tingkat pengetahuan masyarakat
yang masih sangat terbatas baik tentang
jenis narkoba? bahaya narkoba saat
digunakan? Bahaya sesudah berhenti
menggunakan? dan sebagainya. Berikut
pengenalan singkat untuk membantu me
nyebarluaskan pentingnya perang terha-
dap narkoba.
Pengertian
Narkoba adalah singkatan dari
narkotika, dan obat-obatan yang berba-
haya. Selain itu ada kata-kata lain yang
mempunyai makna yang sama, yaitu:
NAZA (Narkotika dan Zat Adiktif) dan
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat
PENGARUH NARKOTIKA & OBAT-OBATAN BERBAHAYA
Oleh : L u s i S o r a y a
Tentang jenis narkoba? bahaya narkoba saat digunakan? Bahaya sesudah berhenti menggunakan? dan sebagainya.
Berikut pengenalan singkat untuk membantu menyebarluaskan pentingnya perang terhadap narkoba.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
38
Adiktif). Istilah NAPZA lebih tepat karena
didalam singkatan tersebut terdapat psi-
kotropika obat yang biasanya digunakan
untuk gangguan kesehatan jiwa namun
obat ini termasuk obat yang sering disalah
gunakan dan dapat menimbulkan adiksi.
Narkoba pada awalnya adalah sejenis
obat-obatan tertentu yang digunakan oleh
kalangan kedokteran untuk terapi penyakit
misalnya untuk menghilangkan rasa nyeri.
Namun pada perkembangannya obat-
obatan itu disalahgunakan (abuse) se-
hingga menimbulkan ketergantungan
(adiksi).
Narkoba dikelompokkan dalam be-
berapa jenis. Dua kelompok narkoba yang
biasa digunakan adalah : Opiat dan Non
Opiat.
Menggunakan narkoba dapat menim-
bulkan adiksi dan akhirnya ketergantungan
obat. Sebenarnya penggunaan narkoba
dapat kita cegah. Ada banyak alasan
mengapa orang menggunakan narkoba.
Pada awalnya ada yang hanya
mencoba-coba atau sekedar ingin tahu.
Setelah mencoba menggunakan
seseorang mengalami ketergantungan
dengan narkoba, maka akan muncul
berbagai masalah dan persoalan.
Persoalan yang dapat muncul antara lain:
Kepribadian adiksi, terinfeksi berbagai
penyakit (HIV/AIDS, Hepatitis B, C), sakaw,
pengobatan yang mahal, overdosis (OD),
dll. Selain itu seorang pengguna narkoba
akan banyak mengalami kesulitan pada
masa depan serta dalam kehidupan
sosialnya. Ada banyak alasan orang
menggunakan narkoba, antara lain :
1. Rasa ingin tahu
2. Ajakan teman
3. Pelarian masalah
4. Ketidak harmonisan dalam keluarga
5. Kuatnya jaringan pemasaran
narkoba.
Dari berbagai alasan tersebut kepri-
badian, merupakan hal yang penting.
Oleh karena itu badan kesehatan sedunia
WHO menganjurkan pelatihan Life Skill
(keterampilan hidup) untuk dilatih pada se-
seorang agar terampil mengambil kepu-
tusan yang menguntungkan kesehatannya
serta terampil menolak ajakan teman yang
merugikan kesehatan.
Bahaya Akibat Penggunaan Narkoba
1. Alkohol (Minuman Keras / Miras)
a. Perubahan perilaku : misalnya perke-
lahian dan tindak kekerasan lainnya,
ketidak mampuan menilai realitas,
gangguan dalam fungsi sosial dan
pekerjaan.
b. Gejala fisiologi :
Bicara cadel
Gangguan koordinasi
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
39
Cara berjalan yang tidak man-
tap
Mata jereng (nistakmus)
Muka merah
c. Gangguan Psikologi
Perubahan alam perasaan
Mudah marah dan tersinggung
Banyak bicara (melantur)
Hendaya atau gangguan per-
hatian/konsentrasi. Hendaya ini
besar pengaruhnya bagi terja
inya kecelakaan lalu lintas.
d. Gejala putus alkohol (bila konsumsi
dihentikan) :
Kelompok Obat Nama Obat
Central Nervous System Depre-
sent (CNS)
Alkohol; Chloral hydrate; Barbitu-
rates;Benzodiasepines (Ativan, Dalmane, Valium,
Librium, Xanax, Serax, Halcion, etc); Hypnotis seda-
tive (Parest, Quaalude, Doriden).
Narkotik Opium, Codein, Heroin, Morphine, Demerol,
Pethidine, Dilaudid, Methadone, Percocet, Perco-
dan, Darvon, Tussionex, Fentanyl, Lomotil, Numor-
phan, Agonist-antagonist (TalwinStadol, Burprenex,
Temgesic, Nubain).
Stimulan Amphetamin, caffeine, cocaine, nicotine, Preludine,
Ritalin, piil diet, khat.
Hallusinasi Amphetamine variants (2,5 DMA, PMA, STP, MOA,
DOM, MMDA, TMA, DOB); LSD macaline, peyote,
phencyclidine dan analognya, psilocybin, psicocyn,
DMT dan DET
Canabis Marijuana, Hashish, THC
Hisap Nitous oxide, berbagai jenis cat dan thineer untuk
cat dan lem
Anti Depresi Amitriptyle (Elavil, Endep, Amitril, Amitrip) dan obat-
obatan lain yang sejenis.
Monoamine oxidane inhibitor Isocarboxazid (Marplan), phenenelzine (Nardil),
tranylycpromine (Parnate).
Tetracyclic antideoresants Maprotiline
Miscellaneous antidepressants Trazodone (Desyrel), fluoxetine (Prozac).
Jenis Narkoba
Berikut ini kelompok (obat) narkoba berdasarkan cara kerja.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
40
Gemetaran kasar pada tangan,
lidah dan kelopak mata
Mual dan muntah
Kelemahan
Jatung berdebar-debar, tekanan
darah meninggi dan keringatan
berlebihan
Kecemasan (gelisah, tidak
tenang, rasa ketakutan)
Perubahan alam perasaan
Tekanan darah menurun karena
perubahan posisi tubuh
(Hipotensi ortostatik).
Halusinasi pendengaran
2. Ganja
a. Jantung berdebar-debar
b. Gejala psikologi
Euforia, rasa gembira tanpa
sebab (aneh)
Halusinali dan delus (waham,
yaitu keyakinan yang tidak
rasional).
Perasaan waktu berlalu
dengan lambat (misalnya 10
menit dirasakan 1 jam).
c. Gejala fisik
Mata merah
Nafsu makan bertambah
Mulut kering
d. Perilaku maladaptif : ketakukan,
kecurigaan (paranoid), gang-
guan menilai realitas, gangguan
dalam fungsi sosial dan peker-
jaan.
3. Opiat (Heroin/”Putaw”)\
a. Pupil mata mengecil atau mele-
bar
b. Euforia, rasa gembira tanpa se-
bab (aneh) atau sebaliknya dis-
foria
c. Apatis
d. Lemah tiada tenaga/lesu
(retardasi psikomotor)
e. Mengantuk/tidur
f. Bicara cadel
g. Gangguan pemutusan per-
hatian /konsentrasi
h. Daya ingat menurun
i. Tingkah laku maladaptif : ketaku-
tan, kecurigaan gangguan
menilai realitas, gangguan
dalam fungsi sosial dan peker-
jaan.
j. Gejala putus opiat/zat (sakoi)
yaitu bila konsumsi opiat
dihentikan :
Air mata berlebihan
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
41
(lakriminasi)
Cairan hidung berlebih-
lebihan (rhinorea)
Pupil mata melebar (dilatasi
pupil)
Keringat berlebihan
Mual, muntah, diare
Bulu rambut / kuduk berdiri
(bergidik, piloereksi)
Mulut menguap (yawning)
Tekanan darah naik
Jantung berdebar-debar
Demam
Sukar tidur (insomnia)
k. Nyeri otot (kejang) dan nyeri tu-
lang – belulang
l. Nyeri kepala
m. Nyeri/ngilu sendi-sendi
n. Mudah marah, emosional dan
agresif
4. Amphetamine (“Shabu-shabu”.
“Ekstasi”)
a. Gejala psikologi
Agitasi psikomotor (hiperaktif,
tidak dapat diam, “triping”)
Rasa gembira (elation)
Rasa harga diri meningkat
(granddiosity)
Banyak bicara
Kewaspadaan meningkat
Halusinasi penglihatan
b. Gejala fisik
Jantung berdebar-debar
Pupil mata melebar
Tekanan darah naik
Keringat berlebihan atau rasa
kedinginan
Mual atau muntah
c. Tingkah laku maladaptif : perke-
lahian, gangguan daya nilai re-
alitas, gangguan dalam fungsi
sosial dan pekerjaan.
d. Gangguan waham (delusi) am-
phetamine :
Waham kejaran (Ketakutan
yang tidak rasional/paranoid)
Kecurigaan terhadap lingku
ngan sekitar yang menyang-
kut dirinya sendiri (ideas of re
ference)
Agresifitas dan sikap bermusu-
han
Kecemasan dan kegelisahan
Agitasi psikomotor
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
42
e. Gejala putus zat amphetamine
yaitu bila konsumsi dihentikan:
Alam perasaan depresi
(murung, sedih, tidak dapat
merasa senang, keinginan
bunuh diri)
Rasa lelah, lesu, tidak ber-
daya, kehilangan semangat
Gangguan tidur
Gangguan mimpi bertambah
5. Kokain
a. Agitasi psikomotor : perilaku
gelisah, tidak dapat diam serta
agitasi
b. Rasa gembira (elation)
c. Rasa harga diri meningkat
(granddiosity)
d. Banyak bicara
e. Kewaspadaan meningkat
(Kecurigaan, prasangka buruk,
paranoid)
f. Jantung berdebar-debar
g. Pupil mata melebar
h. Tekanan darah naik
i. Berkeringat berlebihan atau
merasa kedinginan
j. Mual dan mutah
k. Perilaku maladaptif : perkelahian,
gangguan daya nilai realitas,
gangguan dalam fungsi sosial
dan pekerjaan
l. Gejala putus zat kokain yaitu
apabila konsumsi dihentikan :
Alam perasaan depresi
(murung, sedih, tidak dapat
merasa senang, keinginan
bunuh diri)
Rasa lelah, lesu, tidak
berdaya, kehilangan
semangat
Gangguan tidur
Gangguan mimpi bertambah
Dampak Negatif
Rusaknya hubungan keluarga
Penurunan daya fikir
Perubahan perilaku menjadi anti so-
cial
Gangguan kesehatan
Mempertinggi kecelakaan lalu lintas
Mempertinggi kriminalitas
Mempertinggi angka kematian.****
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
Alamat Web Depatemen Kesehatan dan Domainya :
Departemen Kesehatan RI ( http://www.depkes.go.id/)
Badan LitBangkes (http://www.litbang.depkes.go.id/)
Ditjen PP&PL Depkes RI (http://www.pppl.depkes.go.id/)
Biro Kepegawaian Depkes RI (http://www.ropeg-depkes.or.id/)
Desentralisasi Kesehatan Depkes RI
(http:www.desentralisasi.depkes.go.id)
Direktorat Bina Kesehatan Kerja
(http://www.binakesehatankerja.depkes.go.id)
43
D iera yang serba canggih
seperti sekarang ini pemakaian
komputer sudah sangat jauh
berbeda dengan jaman dahulu, baik dari
tingkat kepemilikan, keahlian maupun ke-
butuhan. Seperti layaknya jamur dimusim
penghujan, hampir setiap orang mempu
nyai komputer dan mampu mengoperasi-
kannya, bahkan keahlian menggunakan
computer tidak hanya terbatas pada usia
remaja hingga kerja sekarang anak – anak
5 tahunpun sudah bisa mengoperasi-
kannya.
Dengan menggunakan komputer tingkat
efisiensi, kemudahan, kecepatan , Validitas
suatu pekerjaan semakin meningkat se-
hingga orang – orang semakin berlomba
untuk memanfaatkannya. Penggunaan
komputer sehari – hari tidak melulu untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan, tapi juga
digunakan untuk main game, entertain-
ment, atau sekedar chating dengan teman
jauh.
Berdasarkan survey di Amerika baru – baru
ini diperoleh faakta bahwa rata – rata
waktu kerja digunakan sekitar 5,8 jam per-
hari digunakan untuk bekerja dengan kom-
puter. Disatu sisi interaksi dengan meng-
gunakan komputer membawa dampak
yang menggembirakan akan tetapi jika
kita mengetahui akibat yang ditimbulkan
dari pemakaian komputer yang berkepan-
jangan mungkin kita harus lebih berhati –
hati.
Interaksi dengan komputer dalam jangka
waktu yang cukup lama dapat menyebab-
kan gangguan kesehatan yang disebab-
kan karena kesalahan yang sama dan
berulang saat menggunakan komputer.
Gangguan kesehatan itu dapat berupa
gannguan saraf, gangguan penglihatan,
cidera otot dan pergelangan.
Untuk itu jika anda termasuk orang yang
menggunakan komputer sebagai intrumen
atau media untuk mencapai tujauan,
maka tidak ada salahnya jika anda sejenak
berpaling untuk menyadari hal –hal yang
mungkin muncul dan mengganggu aktivi-
tas serta produktivitas anda.
Dalam ilmu kesehatan kerja kita mengenal
apa yang disebut ergonomic. Dari hasil
penelitian membuktikan penerapan ergo-
nomic yang tepat ditempat kerja akan
meningkatkan produktivitas kerja hingga 25
%, termasuk pekerjaan yang memanfaat-
kan komputer.
Ergonomi yang baik dan tepat sangatlah
penting untuk diterapkan ketika meng-
gunakan komputer untuk menghindari keti-
dak nyamanan dalam bekerja dan
PENGGUNAAN KOMPUTER DALAM BEKERJA
DILIHAT DARI SISI ERGONOMI KESEHATAN
Oleh : Ani Budi Lestari
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
44
meminimalisir dampak kesehatan yang
mungkin muncul dikemudian hari.
Berikut akan kita bahas mengenai be-
berapa gangguan kesehatan akibat peng-
gunaan komputer dan bagaimana ber-
komputer secara ergonomis.
Gangguan kesehatan :
Secara garis besar gangguan kesehatan
yang mungkin muncul dari pemakaian
komputer yang kurang tepat adalah :
Gangguan pada mata dan kepala
atau sering disebut vision syndrome,
dapat berupa nyeri atau sakit
kepala, mata kering dan iritasi, mata
lelah bahkan yang lebih parah focus
mata lemah, penglihatan kabur
hingga disorientasi warna.
Gangguan pada lengan dan tan-
gan dapat berupa nyeri pada per-
gelangan tangan, nyeri siku hingga
terjadinya carpal tunnel syndrome
yaitu terjepitnya syaraf dibagian per-
gelangan yang menyebabkan nyeri
di sekujur tangan, pada stadium lan-
jut gangguan seperti ini tindakan op-
erasi wajib untuk dilakukan.
Gangguan pada leher, pundak dan
punggung.
Bekerja dengan komputer secara ergono-
mis
Bekerja dengan computer secara ergono-
mis tidak sekaligus menghilangkan efek dari
pemakaian komputer yang salah hanya
saja dapat meminimalkan dampak kese-
hatan yang mungkin dapat ditimbulkan
dari kegiatan tersebut. Adapun langkah –
langkah yang dapat dilakukan adalah se-
bagai berikut :
Penempatan perangkat
Pastikan cukup tempat dimeja untuk
menata posisi yang paling nyaman untuk
CPU, keybord , mouse, printer, penyangga
buku.
Atur meja, dengan mempertimbangkan
perangkat yang paling sering digunakan
seperti mouse, keybord di tempat yang mu-
dah dijangkau
Atur pencahayaan diruang kerja, cahaya
yang terlalu kuat menyebabkan tampilan
monitor tidak tajam akan tetapi cahaya
yang kurang juga dapat menyebabkan
gangguan pada mata.
Jangan memasang lampu yang sinarnya
langsung menyorot pada monitor karena
dapat menimbulkan pantulan pada layar
computer.
Jika pada ruangan tersebut terdapat can-
dela usahakan computer diletakan sejajar
den candela
Berkas, buku atau apasaja yang dibu-
tuhkan saat bekerja dengan computer se-
baiknya diletakan didekat monitor.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
45
Monitor
Posisikan monitor sedemikian rupa sehingga
dapat meminimalisir pantulan sinar baik
dari lampu, candela atau sumber cahaya
lainnya, jika hal tersebut tidak memung-
kinkan anda dapat memasang filter moni-
tor.
Atur monitor sehingga mata sama ting-
ginya dengan tepi atas layar atau sekitar 5
-6 cm dibawah bagian atas casing moni-
tor.
Atur jarak monitor dengan posisi anda 50 –
60 cm agar mata tidak tegang dan cepat
lelah.
Posisi monitor tepat didepan jangan sam-
pai kepala kita menoleh untuk melihat
monitor.
Sedikit tengadahkan monitor sehingga
bagian atas monitor agak kebelakang
Atur cahaya monitor jangan terlalu terang
atau redup
Bersihkan layar monitor secara periodic,
karena layar yang kotor dapat menimbul-
kan gangguan pada penglihatan
Keybord
Letakan keybord sedemikian rupa se-
hingga sehingga lengan dalam posisi relaks
dan nyaman dan lengan bagian depan
dalam posisi horizontal.
Pundak dalam posisi relaks, tidak tegang
dan terangkat keatas.
Pergelangan tangan lurus.
Ketika mengetik tangan harus ikut bergeser
kekiri dan kanan sehingga jari kita tidak ter-
paksa meraih bagian – bagian yang sulit
terjangkau.
Jangan memukul tombol, tekan tombol se-
cara halus dan lembut sehingga jari tetap
relaks.
Manfaatkan fitur shortcut dan macro untuk
melakukan pekerjaan dengan computer.
Mouse
Tempatkan mouse sejajar dan dekat den-
gan keybord, hal ini untuk mengurangi
peregangan tangan keposisi yang ber-
beda saat bekerja.
Pegang mouse secara ringan dan klik den-
gan tegas, gerakan mouse dengan tangan
tidak hanya dengan pergelangan tangan
Jangan tumpukan pergelangan tangan
dan tangan baagian depan di meja saat
menggerakan mouse.
Untuk jenis rolling – ball mouse bersihkan
mouse secara periodic.
Pertimbangkan untuk menggunakan scroll
– point mouse, gunanya untuk mempermu-
dah gerakan scrolling di layar.
Gunakan optical mouse untuk memperoleh
gerakan crusor yang lebi presisi untuk me
ngurangi ketegangan di otot lengan dan
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
46
bahu.
Kursi
Kursi yang kita duduki saat bekerja dengan
menggunakan komputer mempunyai
peran yang cukup besar dalam menentu-
kan tingkat kenyamanan dalam bekerja,
untuk itu perlu ada pengaturan sedemikian
rupa sehingga tidak mengganggu aktivi-
tas , produktivitas dan kesehatan kita.
Adapun langkah – langkah yang bisa
diperhatikan dalam pengaturan kursi
adalah sebagai berikut :
Usahakan paha dalam posisi horizontal dan
punggung bagian bawah atau pinggang
terdukung.
Bila kursi kurang dapat diatur anda dapat
memberi tambahan bantal pada bagian
bawah punggung
Telapak kaki harus dapat menumpu secara
rata di lantai. ****
saja? Jangan khawatir, sekarang telah
banyak majalah dan Koran telah men-
yediakan software gratis dalam bundelan
CD dan DVD , hal ini penting untuk bisa
digunakan dalam memaksimalkan fungsi
kerja dari portable drive yang Anda miliki.
Spesifikasi yang Diperlukan dan Cara Peng-
g u n a a n n y a
Sangat umum sebenarnya spesifikasi yang
diperlukan oleh portable drive ini supaya
bisa berjalan dengan sempurna. Pertama
tentunya Anda membutuhkan PC ( per-
sonal computer ) atau laptop/ notebook
yang sudah memiliki port USB didalamnya,
karena memang port utama yang diguna-
kan oleh portable drive adalah USB port.
kedua adalah aplikasi yang tinggal di-
jalankan saja. Lebih praktis dan efisien.
Gunakanlah aplikasi portable dan gunakan
di mana saja dan kapan saja Anda me-
merlukannya. Selamat Mencoba. ( mgc ) Terusan dari halaman ………..32
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
47
D itengah berkembangnya obat-obat
konvensional (obat-obat dari bahan
kimia) dan penemuan obat-obat baru di
dunia kedokteran, Obat tradisional atau
dikenal dengan istilah “jamu” masih men-
dapat tempat tersendiri di hati masyarakat
karena konsep back to nature yang di-
tawarkan memberikan kesan aman dikon-
sumsi seluruh keluarga dibandingkan den-
gan obat-obat konvensional. Di dalam
masyarakat kita, minum obat tradisional
sudah jadi kebiasaan dan khasiatnya di-
yakini ampuh sejak zaman nenek moyang.
Apalagi jika obat-obatan itu didukung
pengemasan yang baik, mudah didapat,
dan harganya murah.
Obat herbal ini dibuat dari tanaman
yang diyakini sebagai tanaman obat.
Sayangnya, kegunaan beraneka jenis
tanaman itu baru sebatas indikasi khasiat.
Tidak ada acuan baku tentang peman-
faatan potensinya. Kondisi ini berbeda de
ngan penggunaan ramu-ramuan pada
pengobatan tradisional Cina misalnya,
yang memiliki panduan pemanfaatan
hingga ribuan resep, bahkan dibukukan
(Intisari,Februari 2004). Pemanfaatannya
juga masih minim jika dibandingkan de
ngan pengobatan dengan filosofi ay-
urveda dari India atau pemanfaatan ta
naman obat di Eropa.
Dengan perkembangan ilmu penge-
tahuan dan teknologi, banyak ilmuwan
yang telah meneliti tanaman obat yang
akhirnya dijadikan sebagai fitofarmaka. Isti-
lah fitofarmaka sendiri mungkin tergolong
baru di telinga awam. Beberapa kamus ke-
dokteran menerangkan, fitofarmaka berarti
bahan yang disarikan dari tanaman dan
digunakan dalam pengobatan. Asal ka-
tanya dari bahasa Yunani, phyto
(tanaman) dan pharmakon (obat). Jadi,
Apa perbedaan fitofarmaka, obat herbal
dan jamu? Bagaimana kita mengetahui
apakah obat tersebut tergolong sebagai
fitofarmaka, obat herbal atau jamu?
JAMU adalah ramuan yang dibuat
dari bahan-bahan alam, digunakan secara
turun temurun, dipercaya berkhasiat ber-
dasarkan data empiris (pengalaman nenek
moyang), dan belum ada penelitian ilmiah
untuk mendapatkan bukti klinik mengenai
khasiat tersebut. Bahan-bahan jamu
umumnya berasal dari semua bagian tana-
man, bukan hasil ekstraksi/isolasi mengenai
bahan aktifnya saja. Bahkan kemungkinan
bahan aktif belum diketahui secara pasti
karena belum ada penelitian.
Beberapa tahun terakhir ini Badan
FITOFARMAKA
By : Aah Nurliah
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
48
Pengawas Obat dan Makanan (Badan
POM) menemukan banyak produsen jamu
yang melakukan pelanggaran dengan
mencampurkan obat-obat kimia pada
sediaan jamu dimana hal ini sangat mem-
bahayakan kesehatan masyarakat, jenis
dan nama-nama jamu itupun sudah diu-
mumkan kepada masyarakat luas baik le-
wat media cetak ataupun media elektronik
agar masyarakat tidak mengonsumsinya
lagi.
Seperti halnya pada obat konvensional,
obat herbalpun mempunyai logo yang me-
rupakan tanda sertifikat dari Badan POM.
Setingkat di atas jamu adalah OBAT
HERBAL TERSTANDAR (OHT), yaitu bahan-
bahan jamu yang telah diuji secara ilmiah
(penelitian praklinik dengan hewan uji)
mengenai efek dan manfaat, memenuhi
kriteria aman (lulus uji toksisitas), klaim kha-
siat dibuktikan secara ilmiah, telah dilaku-
kan standarisasi terhadap bahan baku
yang dipergunakan dalam produk jadi,
memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
Logo obat herbal terstandar :
Kategori tertinggi adalah FITOFARMAKA
dengan persyaratan aman, klaim khasiat
berdasarkan uji klinik (diterapkan pada
manusia yang biasanya dilakukan di be-
berapa rumah sakit atau tempat pelaya-
nan kesehatan lainnya), telah dilakukan
standarisasi terhadap bahan baku yang
dipergunakan, dan memenuhi persyaratan
mutu yang berlaku
Untuk memajukan obat herbal Indo-
nesia sungguh merupakan tantangan be-
sar. Masalahnya, pengolahan sebuah
tanaman hingga diakui menjadi obat yang
memenuhi syarat, butuh dukungan
teknologi yang tak pernah putus. Mulai dari
pengadaan bahan baku (ekstrak), proses
pembuatan sediaan, penyajian serta ke-
masannya. Masing-masing punya aturan
main tersendiri yang ketat untuk menghasil-
kan obat yang bermutu baik. Karena meru-
pakan obat asli alam, proses pembuatan
obat sudah dimulai sejak penyiapan ex-
strak (bahan baku) dari tanaman asalnya.
Atau tepatnya sejak tanaman dibudidaya-
kan di lahan. Sifat, kultur tanah, dan agrokli-
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
Logo jamu
Logo obat
herbal
Logo
fitofarmakamu JAHE MENIRAN
LOGO TANAMAN OBAT DI INDONESIA
49
matologinya harus benar-benar menun-
jang. Ditambah lagi penggunaan teknologi
yang tepat saat pembukaan dan pengola-
han lahan, pembibitan, penanaman, pe-
meliharaan, hingga pemanenan.
Dalam budidaya sebuah tanaman obat,
keberhasilan bukan hanya ditentukan dari
hasilnya yang berlimpah atau terlihat ijo
royo-royo. Tak kalah penting adalah kand-
ungan senyawa metabolit sekunder yang
menjadi bahan aktif dalam sediaan obat
alami. Misalnya, dalam budidaya jahe
(Zingiber officinale), bukan hanya soal
ukuran jahenya saja, tapi kandungan min-
yak atsiri sebagai metabolit sekunder harus
juga diperhitungkan.
Agar dihasilkan bahan baku obat
yang baik, masa panen menjadi masa
"kritis" yang menentukan kualitasnya. Waktu
pemanenan, teknik, dan pengolahan
awalnya sangat menentukan kualitas sim-
plisianya (bahan mentah sebelum menjadi
ekstrak). Ini termasuk masalah pembersihan
tanaman, pengemasannya dalam wadah,
hingga penyimpanannya. Semua harus di-
lakukan secermat mungkin.
Penanganan yang tidak tepat terha-
dap bahan baku obat dapat menyebab-
kan dekompartementasi enzim-enzim
dalam organ subseluler tanaman. Akibat-
nya, terjadi reaksi ensimatis atau peruba-
han sifat fisika-kimia kandungan seny-
awanya. Misalnya, terjadi artefact - pe-
ruraian kimiawi dan reaksi ensimatis meny-
impang dari kondisi alamiahnya. Kandun-
gan senyawa aktif bahan yang ingin dijadi-
kan obat akhirnya bisa berubah atau ber-
beda. Alhasil, setelah menjadi obat, kha-
siatnya bisa saja meleset.
Jadi, produksi fitofarmaka harus
mengikuti kaidah Good Agricultural Prac-
tice (GAP) . Artinya, cara-cara produksi mu-
lai dari penanaman, pemeliharaan panen
tanaman, proses setelah panen, semuanya
harus mengikuti standar internasional. Cara
pembuatan produk obat herbal tradisional
ini pun harus mengikuti kaidah Good Manu-
facturing Practice (GMP) atau Cara Pem-
buatan Obat yang Baik (CPOB) .
Sebagai contoh , adalah produk ke-
luaran salah satu industri farmasi yang telah
menerima sertifikat fitofarmaka dari BPOM
untuk produk imunomodulator yaitu
STIMUNO. Produk ini merupakan jenis fitofar-
maka imunomodulator berbahan ekstrak
Phyllanhus niruri atau meniran. Imunomodu-
lator diperlukan ketika seseorang sedang
dalam kondisi kelelahan, kurang istirahat,
stres, bepergian jauh, kontak dengan
penderita atau berada di tempat yang se-
dang terserang wabah.
Jika ada beberapa ekstraksi Phyllan-
thus yang ditanam di tempat berbedadan
proses penanamannya juga berbeda, be-
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
50
lum tentu kliam imunomodulator-nya sama.
Itulah sebabnya, fitofarmaka harus bersum-
ber pada tanaman yang proses penana-
mannya baik , ditanam di tempat yang su-
dah terstandarisasi dan diproses secara
GAP dan GMP, sehingga hasilnya pun baik
bagi pengobatan penyakit.
Saat ini di Indonesia telah memiliki 17 pro-
duk obat herbal terstandar dan lima pro-
duk yang menyandang "gelar" fitofarmaka,
yaitu Stimuno (peningkat sistem imun), No-
diar (antidiare), Rheumaneer (pengurang
nyeri), Tensigard Agromed (hipertensi), dan
X-Gra (peningkat gairah seksual lelaki)..
Sedangkan, 17 jenis obat tanaman yang
masuk kategori obat terstandar, yaitu
diabmeneer, diapet, kiranti (obat datang
bulan), fitogaster, fitolac, lelap dan lain
sebagainya.
Salah satu kendala dalam pengembangan
fitofarmaka adalah masalah dana. Mak-
lum, uji klinis tidaklah murah. Biayanya bisa
sampai ratusan juta untuk satu kali pengu-
jian. Konon, untuk serangkaian uji pada
meniran saja, produsen obat itu harus
mengeluarkan dana sampai Rp 5 miliar.
Menyadari kenyataan itu, Badan POM
mengaku tidak tinggal diam. Mereka juga
menguji klinis sembilan tanaman obat ung-
gulan "Dengan penelitian itu, pihak kami
mendorong pelaku usaha obat tradisional
untuk melakukan penelitian lebih lanjut ter-
hadap produknya, baik jamu atau herbal
terstandar," terang dr. Niniek Soedijani, Di-
rektur Penilaian Obat Tradisional, Badan
POM.
“Badan Pengawas Obat dan
Makanan sudah melansir sejak 2003 sekitar
9 tanaman obat siap menjadi fitofarmaka,
dan pada 2005 sedikitnya 18 jenis tanaman
obat unggulan yang siap menjadi fitofar-
maka dan OHT,” ujar Dr. Rifatul Widjhati
MSc. Apt, Direktur Pusat Teknologi Farmasi
dan Medika BPPT.
Sembilan jenis tanaman obat yang
siap menjadi fitofarmaka, yaitu cabe jawa
sebagai androgenik, temulawak untuk anti
hiperlipidemia, daun jambu biji, sebagai
obat anti demam berdarah, buah meng-
kudu dan daun salam sebagai anti diabet,
jati belanda untuk anti hiperlidemia, jahe
merah sebagai anti neoplasma, serta rim-
pang kunyit untuk anti hiperlidemia.
Sementara 18 belas jenis tanaman
obat unggulan lainnya yang siap menjadi
fitofarmaka dan OHT yaitu brotowali
(antimalaria antidiabetic), kuwalot
(antimalaria), akar kucing (anti asam urat),
sambiloto (antimalaria), johar
(perlindungan hati), biji papaya
(kesuburan), daging biji bagore
(antimalaria), daun paliasa (perlindungan
hati), makuto dewo (perlindungan hati),
daun kepel (asam urat), akar senggugu
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
51
(sesak napas), seledri (batu ginjal), Gan-
darusa (KB lelaki), daun johar (anti malaria),
mengkudu (dermatitis), mengkudu rimpang
jahe (anti TBC), umbi lapis kucai (anti hiper-
tensi), jati belanda & jambu biji
(pelangsing). “Untuk OHT dan fitofarmaka,
bahan bakunya atau ekstrak tanaman
obatnya harus sudah distandarisasi isi
kandungan senyawanya,” ujarnya.
Pemerintah sedang mengusahakan
agar fitofarmaka bisa diresepkan dokter.
Sehingga saat ini sedang berlangsung
sosialisasi pada dokter-dokter dan
masyarakat tentang fitofarmaka. Yang
perlu diketahui masyarakat adalah jika pro-
duk herbal sudah terstandarisasi dan kea-
manan serta mutunya terjamin dan sudah
diuji klini maka obat herbal ini disebut fito-
farmaka.
Berkat fitofarmaka, tanaman obat asli Indo-
nesia boleh berbangga diri. Ada kesem-
patan baginya untuk naik kelas dan sejajar
dengan obat konvensional yang telah
lama merajai dunia pengobatan.
Minum obat herbal, siapa takut...... !
Disarikan dari berbagai sumber. ****
U ntuk mengakses kegiatan yang dila-
kukan oleh Kantor Kesehatan Pelabu-
han Kelas I Tanjung Priok dan berita/artikel
pada bulletin Info Kesehatan Pelabuhan
yang pada edisi sebelumnya. Dikarenakan
masih banyak yang belum menerima me-
dia cetak yang dikirim, maka solusinya
adalah memuat artikel pilihan sejak tahun
2006 dan ditulis secara bertahap. Media
elektronik yang kami gunakan adalah
berupa BLOG gratisan yang disediakan
oleh http://wordpress.com/ dan http://
www.google.com/ dengan alamatnya
http://kkptanjungpriok.wordpress.com dan
http://kkptanjungpriok.blogspot.com.Jika
ada tanggapan dan saran silahkan me
nghubungi kami lewat e-mail ke kkptan-
jungpriok@gmail.com.
Hal ini kami lakukan untuk berperan-
serta dalam mengenalkan pemanfaatan
teknologi informasi di lingkungan instansi
pemerintahan khususnya sebagai pengem-
bangan media informasi dan komunikasi
sesama instansi kesehatan. Salam…….
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
BULETIN ELEKTRONIK INFO
KESEHATAN PELABUHAN DI INTERNET
TIP TRIK BROWSING AMAN DI INTERNET
Pada masa dewasa ini untuk mencari
informasi begitu mudah dan bebas
dengan syarat memiliki PC, Laptop/note
book yang dilengkapi modem / jaringan
maka dengan alat pencari misalnya
Mozilla Firefox , Opera dan Safari, maka
apapun yang Anda cari baik photo,
dokumen, gambar atau sesuai keperluan
Anda saat ini “tinggal klik satu kali “
informasi sudah di hadapan dektop
komputer Anda. Tapi sudahkah aman
untuk komputer Anda?. Bagi pemula
jangan lupa pasanglah Antivirus yang
dipercaya baik lokal maupun luar ,Anti
spyware, malware, toolkit dan rookit. Baik
yang bayar atau gratisan dan lakukanlah
update secara rutin. Selamat berinternet.**
52
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008
Recommended