View
33
Download
3
Category
Preview:
DESCRIPTION
psikiatri
Citation preview
الرحيم الرحمن الله بسم
STATUS PSIKIATRI
I. RIWAYAT PSIKIATRIK :
J. Identitas Pasien
Nama : Ahmad Farid Umar
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat tanggal lahir : Palembang,11 Desember 1986
Usia : 22 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Palembang
Pendidikan : SMA
Status : Belum menikah
Pekerjaan : -
Tanggal masuk RS : 11 Juni 2008 jam 23.00 WIB,
dijemput oleh pihak RSIJ Klender
Riwayat Perawatan :
a. Rawat jalan : -
b. Rawat inap : -
Hobby : Berenang
2. Keluhan / Alasan Terapi
Berdasarkan :
Autoanamnesis : Pada tanggal 16 juni 2008.
Alloanamnesis : Oleh kakak dan ayah pasien, pada tanggal 16 juni 2008
Jam 12.00 WIB dan 16.00 WIB.
A. Keluhan Utama
(Alloanamnesis dari ayah pasien)
Beberapa jam SMRS pasien marah-marah, mengamuk,
memukul ibunya dan memecahkan kaca.
B. Keluhan Tambahan
Pasien di Asrama mengamuk/gelisah, emosi labil, sakit
sekitar 1 tahun, berobat keduren sawit dan bogor.
3. Identifikasi Pasien
Seorang laki-laki, postur tubuh astenikus, dengan tinggi badan sedang.
Saat wawancara pasien memakai piama sambil mendengarkan Mp3,
pasien tampak tenang dan kontak mata cukup baik, menjawab pertanyaan
seadanya.
4. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke RSIJ Klender di jemput oleh petugas RSIJ Klender
atas permintaan keluarganya. Beberapa jam sebelum masuk rumah sakit
pasien marah marah karena bertengkar dengan mantan pacarnya yang saat itu
datang kekampus karena disuruh oleh ibunya untuk menemui pasien. saat
pasien bertengkar dengan mantan pacarnya, sang ibu mencoba menengahinya
tetapi pasien menyangka ibunya lebih membela mantan pacarnya, sehingga
pasien merasa diperlakukan tidak adil, akibatnya pasien, mengamuk, memukul
wajah ibunya dengan tangan kanan yang mengakibatkan luka robek pada
pelipis ibu dan saat ini ibu pasien sedang dirawat di Rumah Sakit Pertamina.
Selain itu pasien juga mengucapkan kata kata kotor (seperti anjing, babi,
kontol, ngentot). Setelah memukul ibunya pasien melampiaskan kekesalannya
dengan cara memukul kaca sampai tangannya terluka dan berdarah, kemudian
pasien juga membenturkan sikunya ke tembok.
Pasien mengaku memukul ibunya selain karena kesal akibat terlalu
membela mantan pacarnya, dia juga kesal karena terlalu banyak aturan dan
keinginan dari ibu yang harus dipatuhi oleh anak anaknya sehingga pasien
merasa terkekang. Pasien mengatakan pada kakaknya menyesal telah
memukul ibunya, tetapi belum berkeinginan meminta maaf kepada Ibunya.
5. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Sejak kecil ± berumur 3 tahun, pasien kurang mendapatkan kasih
sayang dari kedua orang tuanya, karena waktu itu ibu pasien sedang
melanjutkan kuliah ke Autralia untuk mengambil gelar MSc, dan ayah sibuk
bekerja di PT. Way Hitam dan Kendon permai dalam bidang produksi
keramik di Palembang. Karena kesibukan kedua orang tuanya, pasien di asuh
oleh neneknya.
Sejak umur pasien ± 4 tahun, hubungan kedua orang tuanya sudah
tidak harmonis lagi sehingga kedua orang tua pasien memutuskan untuk
berpisah sementara dan pasien ikut ibunya ke Jakarta.
Pada tahun 1999 (usia pasien ± 13th) kedua orang tua pasien resmi bercerai,
kemudian pada tahun 2000, ibu pasien kembali menikah lagi.
Setelah pasien mengetahui orang tuanya bercerai, pasien mulai
menunjukkan sikap tidak seperti biasanya, seperti menarik diri dari pergaulan
dan sering menyendiri dikamar sambil merokok.
Menurut penuturan ayah pasien, waktu duduk dibangku SMP, pasien
pernah mengikuti kegiatan keagamaan (N-II) selama satu hari satu malam,
dimana sepulang dari kegiatan itu pasian terlihat makin kacau, berbicara
ngelatur dan mulai ikut pergaulan yang tidak baik serta sering keluar malam.
Selain itu pasien juga mengaku mengkonsumsi obat obatan seperti heroin,
putau dan sabu sabu yang didapat dari bandarnya langsung, tanpa
sepengetahuan keluarga pasien.
Menginjak bangku SMU pasien mulai mengenal berpacaran tetapi
tidak mendapat izin dari ibunya, karena berpacarnya dengan seorang janda
yang menurut ibunya tidak sebanding dengan usia pasien, sehingga ibu pasien
memutuskan untuk memisahkan hubungan mereka.
Sejak saat itu pasien kembali menunjukan sikap yang aneh, selalu
menyendiri, malas beraktifitas (seperti mandi, makan dll) dan bila ditanya
tentang perilakunya pasien hanya diam dan kadang marah-marah. Pasien
menuturkan, alasan pasien marah-marah adalah selain karena hubungannya
dipisahkan oleh ibunya, ia juga tidak ingin dirinya dianggap sebagai anak
kecil yang selalu diatur.
Tamat SMU perilaku pasien makin sulit diatur, ibu pasien memutuskan
untuk memasukkan pasien ke pesantren Darut tauhid di bandung selama ± 1
bulan. Setelah pulang dari pesantren pasien sedikit mulai ada perbaikan.
Kemudian pasien masuk kuliah di Universitas negeri Jakarta Jurusan
Sastra Arab karena keinginannya sendiri, tetapi pasien hanya bertahan 2
semester karena merasa pelajarannya terlalu sulit, dan berencana untuk
pindah jurusan di bidang kesenian tapi sang ibu menentang dan memaksa
pasien untuk masuk kuliah ke Akedemi Keperawatan di PHI yang dikelola
ibunya dengan maksud agar pasien dapat meneruskan kedudukan ibu sebagai
Kepala Yayasan Akedemi Keperawatan PHI.
Pada awal perkuliahan pasien tampak menikmatinya tetapi pada
tingkat ketiga pasien mulai malas kuliah. Dari pengakuannya, pasien melihat
mantan pacarnya berpacaran dengan sahabat dekatnya, kemudian pasien
merasa terpukul dan sakit hati ditambah perlakuan sang ibu yang terlalu
mengatur dan memaksakan kehendak.
Ibu pasien mengira perubahan perilaku anaknya seperti malas kuliah
akibat dipisahkan dengan sang pacar, akhirnya karena keluarga dan juga
ibunya tidak dapat mengatasi perilaku anaknya kemudian keluarga terutama
sang ibu pasien memutuskan untuk mengundang mantan pacarnya untuk
bertemu pasien, dengan harapan pasien dapat berubah menjadi lebih baik bila
bertemu lagi dengan mantan pacarnya (keluarga tidak mengetahui kalau
pasien telah membenci mantan pacarnya). Kemudian pasien bertemu dan
bertengkar dengan mantan pacarnya.
6. Riwayat Pribadi Sebelum Sakit
A. Masa Prenatal
Menurut ayah pasien, pasien anak yang diharapkan, selama
kehamilan ibu pasien sehat, ia tidak pernah mengalami sakit atau
hal-hal yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin. Pasien
lahir cukup bulan, spontan melalui proses normal, ditolong oleh
bidan, BB : 3250 kg, TB : 50. Pasien adalah anak yang
dikehendaki oleh kedua orang tuanya.
B. Masa Kanak-Kanak Dini (0-3 tahun)
Pasien diasuh oleh orang tua kandungnya dan diberi ASI
selama ± 2 tahun dan tumbuh normal seperti anak seusianya.
Menurut kakaknya pasien manja terutama pada ibunya, karena
pasien anak bungsu di keluarganya.
C. Masa Kanak-Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Secara fisik pasien tumbuh normal seperti anak-anak
seusianya tetapi menurut ayahnya pasein adalah anak yang
pendiam dan pemalu dan ia kurang suka bermain keluar rumah.
Kurang lebih saat pasien berumur 3 tahun, pasien diasuh oleh
neneknya karena kesibukan orang tuanya.
D. Masa Pubertas dan Masa Remaja
Pasien termasuk orang yang kurang suka bergaul, tidak
mempunyai banyak teman, hubungan dengan keluarga tidak terlalu
dekat, karena kesibukan anggota keluarga masing-masing. Pasien
hanya dekat dengan kakak yang kedua, tetapi pasien tidak pernah
terbuka tentang masalah pribadinya kepada siapapun. Saat SMP
pasien mulai mencoba untuk merokok dan mengkonsumsi obat
obatan separti heroin, putau dan sabu-sabu. Pasien mulai
berpacaran ketika duduk dibangku SMA, tetapi hanya beberapa
bulan.
Hubungan sosial
Pasien termasuk orang yang kurang suka bergaul, tidak
mempunyai banyak teman baik dirumah maupun di sekolah,
hubungan dengan keluarga tidak terlalu dekat, karena kesibukan
anggota keluarga masing-masing.
Riwayat sekolah
Pasien sekolah TK sampai kelas 4 SD di Palembang, kemudian
pindah ke Jakarta dengan Ibunya dan melanjutkan sekolah di SDN
Duren Rawa sari. Setelah itu melanjutkan ke SMP Muhammadyah
sampai lulus, lalu melanjutkan sekolah ke SMA Sunan giri di
Rawamangun dan melanjutkan kuliah ke Univeritas Negri Jakarta
jurusan sastra Arab selama dua semester. Setelah itu pasien
berhenti dan melanjutkan ke Akademi Keperawatan PHI. Selama
sekolah prestasinya biasa – biasa saja, ia tidak pernah tinggal kelas.
Dalam mengikuti pelajaran disekolah ia lebih suka pelajaran
kesenian dan olah raga karena menurutnya lebih mudah untuk
diikuti. Pada pelajaran olah raga pasien sangat suka mengikuti
semua kegiatan, seperti berenang.
Perkembangan motor dan kognitif
Sejak bayi hingga balita perkembangan pasien sama seperti
anak-anak seusianya. Pasien mulai belajar dari tingkat TK hingga
kuliah. Selama di sekolah pasien sering mengikuti kegiatan olah
raga, seperti berenang.
Masalah emosi dan fisik
Kurang lebih 7 tahun yang lalu saat pasien berusia 15 tahun
dan duduk dibangku SMP, pasien mulai mengenal rokok saat itu ia
mendapatkan rokok dari kakaknya. Dalam 1 hari pasien dapat
menghabiskan ± setengah bungkus rokok. Pasien juga pernah
mencoba memakai heroin, putaw dan sabu-sabu yang diperoleh
dari bandarnya langsung. Setelah itu tidak pernah mengkonsumsi
obat-obatan terlarang lagi, tetapi merokok terus hingga saat ini.
Menurut ayah dan kakak pasien, pasien memiliki sifat pendiam,
dan tertutup dari saudara-saudaranya. Selain itu, ia juga tidak suka
dengan keributan, tidak suka diatur-atur dan diusik kehidupan
pribadinya.
E. Masa Psikosexual
Menurut pasien, pasien mulai menyukai lawan jenis sejak SMA
dan berpacaran. Pasien tidak pernah diajarkan pendidikan seks karena
kesibukan orang tuanya sehingga ia mendapat keterangan tentang seks
dari sekolahya.
Pasien juga mulai mengenal film porno ketika duduk di bangku
SMA. Film itu diperoleh dari salah satu temannya. Setelah menyaksikan
film tersebut pernah terlintas dalam pikirannya untuk melakukan adegan
tersebut, tetapi belum pernah dilakukannya. Jika sedang menyendiri
terkadang pasien berfantasi dan melakukan onani.
F. Masa dewasa
G. Riwayat pekerjaan
Pasien belum bekerja
H. Aktivitas sosial
Pasien tidak memiliki teman dekat, sering menyendiri dan kurang
bergaul dengan teman temannya, tidak pernah mengikuti kegiatan
extrakurikuler di kampus maupun di rumah .
I. Sexualitas pada masa dewasa
Pasien belum menikah, Selama berpacaran pasien mengaku tidak
pernah melakukan hubungan intim.
J. Masalah sexual
Pasien belum menikah
7. Riwayat Keluarga
: laki-laki
: perempuan
: pederita gangguan jiwa
Keterangan :
Pasien anak ketiga dari tiga saudara dari ayah dan ibu kandung,
ibu pasien setelah bercerai pada tahun 1999 dan satu tahun
kemudian menikah lagi tapi tidak memiliki anak.
Ibu pasien adalah pemilik dan juga sebagai pengurus yayasan PHI.
Ayah kandung bekerja di PT. way hitam dan kedom permai
Ayah tiri bekerja sebagai pengacara
Kakak pertama pasien bekerja di Australia sebagai kontraktor
pengeboman tambang, telah berkeluarga, memiliki dua anak dan
menetap disana.
Kakak kedua pasien saat ini bekerja di PHI di bagian adrimistrasi,
sudah berkeluarga dan memiliki dua anak.
Pasien adalah mahasiwa semester VI (tingkat III) di Akedemi
Keperawatan PHI.
Pasien tinggal di Asrama PHI bersama teman-temannya.
Menurutnya hubungan dengan anggota keluarga selama ini tidak
begitu harmonis. Kegiatan keagamaan pasien dan keluarganya
jarang melakukan solat lima waktu dan mengaji. Menurut ayah
pasien di dalam keluarga ada yang mengalami gangguan jiwa
seperti ini yaitu saudara laki-laki dari ayah pasien.
8. Keadaan Sosial Sekarang
Pasien tinggal di asrama PHI daerah Duren Sawit. Sumber penghasilan
dikeluarga diperoleh dari ayah tiri pasien yang berprofesi sebagai
pengacara, dari ibu yang berprofesi sebagai ketua yayasan PHI serta ayah
kandung pasien yang bekerja di PT.Way Hitam. Dari penghasilan tersebut
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan dapat menyekolahkan
ketiga anaknya.
9. Mimpi, Khayalan dan Sistem Penilaian (Value System)
Mimpi : Tidak ada
Khayalan : Memiliki keluarga yang utuh dan bahagia
Sistem penilaian : Masih bisa membedakan baik dan buruk.
II. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
Penampilan
Seorang laki-laki, postur tubuh astenikus, dengan tinggi badan
sedang, berkulit putih, rambut hitam dan lurus, pasien tampak sehat,
wajah tampak lebih muda dari usianya. Saat wawancara pasien
memakai piama sambil mendengarkan Mp3, pasien tampak tenang
dan kontak mata cukup baik, menjawab pertanyaan seadanya. Kuku
tangan dan kaki pendek, tampak bekas luka di jari tengah tangan
kanan, karena memecahkan kaca.
Aktivitas dan Prilaku Motorik
Selama wawancara pasien cukup tenang, kurang kooperatif, dan
menjawab pertanyaan sesuai yang ditanyakan saja.
Pembicaraan
Volume suara cukup, intonasi dan artikulasi jelas, berbicara lancar
(tidak gagap), kecepatan bicara sedang, dan menjawab pertanyaan
dengan kurang spontan, tapi kadang diam dulu baru menjawab.
Sikap Terhadap Pemeriksa
kooperatif, sopan, kontak mata baik, perhatian cukup. Ketika
menjawab pertanyaan pasien sesekali terdiam (termenung) dan
jawaban pasien kadang-kadang berubah.
B. Keadaan afektif (mood), Ekspresi Afektif (hidup emosi).
Mood : Normotim
Afek : tumpul atau datar
Keserasian : ekspresi emosi dan isi pikiran serasi.
C. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
5. Arus Pikir :
D. Produktifitas : Berbicara hanya bila ditanya saja
E. Kontinuitas : Relevan dan teratur.
3. Hendaya Bahasa : Selama wawancara pasien tampak
koheren, tidak ada word salad
maupun neologisme.
F. Isi Pikir
G. Preokupasi : keinginan pasien untuk pulang
H. Gangguan Isi Pikir
- Waham : Tidak ada
thought echo : tidak ada
thought insertion or withdrawal :tidak ada
thought broadcasting : tidak ada
- Ideas of reference : Tidak ada
- Pemikiran Abstrak : Tidak ada
3. Fantasi : tidak ada
I. Fungsi Kognitif dan Pengindraan
J. Kesadaran : Compos mentis
K. Orientasi
L. Waktu : Baik
M. Tempat : Baik
N. Orang : Baik
O. Konsentrasi : Baik
Pasien disuruh mengulang angka 12 34 78 56
11 77 56 00
10 15 13 20
P. Daya Ingat :
Jangka panjang : Baik (mampu mengingat
nama sekolah, alamat dll)
Jangka pendek : Baik (mampu mengingat
menu makanan tadi pagi)
Segera : Baik (mampu mengingat nama
dokter muda) .
Q. intelegensia dan pengetahuan umum:
Intelegensia : Baik (pasien mampu menghitung angka
yang disebutkah oleh pewawancara dengan 10x15 = 150
1000-700=300
7+6 = 13
Pengetahuan Umum :
Baik(dapat mengurutkan nama presiden Indonesia dari awal
sampai terahir ).
Pemikiran abstrak : Baik
Dapat mengartikan panjang tangan artinya pencuri
Dapat mengartikan berakit rakit dahulu berenang renang
kemudian adalah bersakit sakit dahulu bersenang senang
kemudian.
R. Daya Nilai
S. Pemikiran Uji Sosial: Baik
Dijalan ketemu teh botol dan pada saat itu sangat haus tapi
tidak tau siapa yang punya teh botol tersebut yang
dilakukan pasien adalah meminta izin kepada orang yang
terdekat dari teh botol
T. Uji Daya Nilai : Baik
Pasien akan mengembalikan dompet bila tidak sengaja
menemukannya dijalan.
U. RTA : Baik
pasien didalam ruangan yang terbakar apa yang pasien
lakukan = pasien menjawab akan menyelamatkan diri dan
barang barang berharga seperti dompet dan Hp.
V. Tilikan : Derajat V
- Tilikan intelektual yaitu : pengakuan bahwa pasien
menderita suatu gangguan pada pasien sendiri serta
perasaan-perasaan yang tidak digunakan untuk menghadapi
keadaan pada masa yang akan datang.
W. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat di percaya.
Hubungan antar anak dan orang tua : Tidak ada
komunikasi/keterbukaan antara anak dengan keluarga .
III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
STATUS FISIK
1. Status Internis.
- Keadaan umum : Baik
- Tanda vital : Compos Mentis
- Nadi : 80 x /menit
- Suhu : febris
- Tekanan darah : 10/70 mmHg
- Pernafasan : 20 x /menit
- Abdomen : Dalam batas normal
- Urogenital : Dalam batas normal
- Ekstremitas : Dalam batas normal
2. Status Neurologis
- Gangguan Rangsang Meningeal : Tidak ada
- Mata
Gerakan : Dalam batas normal
Persepsi : Baik
Bentuk Pupil : Dalam batas normal
Rangsang Cahaya : Dalam batas normal
1. Motorik
2. Tonus : Baik
3. Turgor : Baik
4. Kekuatan : Baik
5. Koordinator : Baik
6. Refleksi : Baik
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA.
a) Kesadaran neurologist : Compos mentis
b) RTA : Baik
c) Afek : Tumpul
d) Mood : Normotim
a) Gangguan persepsi :
Tidak ada
e) Data nilai realitas : Baik
f) Tilikan : Derajat V
g) Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya
V. EVALUASI MULTIAKSIAL.
Axis I :F31.1 Gangguan Afektif bipolar, episode kini manik
tanpa gejala psikotik, dengan remisi
Axis II : F60.1 Gangguan Keperibadian skizoid
Axis III : Tidak ada
Axis IV :
Masalah psikososial yaitu tingkat kemampuan sosialisasi yang
rendah serta menarik diri.
Bermasalah dengan lingkungan keluarga yang tidak harmonis
Putus dengan pacar .
Pendidikan yang tidak sesuai dengan keinginan pasien.
Axis V :
GAF 70-61 Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik
VI. DAFTAR PROBLEM
a. Problem organobiologik : Tidak ada
b. Problem psikologik & perilaku :
c. Problem keluarga, lingkungan dan sosial budaya.
- Problem keluarga, lingkungan dan budaya
Sejak usia 3 tahun Pasien diasuh oleh neneknya, karena kesibukan
orang tua masing-masing, ibu pasien melanjutkan pendidikannya
ke Australia sedangkan ayah pasien sibuk bekerja. Pasien usia 13
tahun orang tua pasien resmi bercerai, pasien ikut ibunya kejakarta.
Sejak ibu pulang dari autralia dan telah menikah lagi selama ± 7
tahun, Pasien menjadi pendiam dan tertutup, pasien lebih suka
menyendiri dikamar, pasien juga pernah mencoba zat psikoadiktif
dan merokok sejak usia 15 th hingga sekarang.
Keluarga pasien tidak mengetahui banyak prilaku pasien karena
ibu pasien sibuk dengan yayasan yang sedang dikelolahnya, kakak
pertama pasien tinggal dan bekerja di Australia, telah menikah dan
mempunyai 2 orang anak. Kakak yang ke-2 bekerja diyayasan
yang dikelolah ibunya, telah menikah dan mempunyai 2 orang
anak dan hanya sesekali berinteraksi dengan pasien. Sedangkan
ayah tirinya bekerja sebagai pengacara dan jarang bertemu dengan
pasien, jika bertemu tidak pernah sama sekali berbicara. sehingga
ketika kuliah pasien lebih memilih tinggal diasrama. Sejak pasien
tinggal dijakarta, pasien tidak pernah bertemu dengan ayah
kandungnya hanya kontak dengan telefon.
VII. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
Hal yang memberatkan :
Kurangnya kegiatan rohani
Onset pada masa kanak dan remaja.
Kurangnya perhatian dan kasih sayang antar keluarga.
Kesibukan masing-masing individu
Hal yang memperingan :
Kepatuhan pasien minum obat
Dukungan dari keluarga dari segi pandangan dan motivasi
untuk sembuh sangat baik
VIII. DISKUSI / PEMBAHASAN
F31.1 Gangguan Afektf Bipolar, Episode Kini Mania Tanpa Gejala
Psikotik, dengan remisi.
Pedoman Diagnostik
a. episode yang sekarang harus memenuhi krikteria untuk
mania tanpa gejala psikotik (F30.1); dan
b. sekurang-kurangnya harus ada satu apisode afektif lain
(hipomania, manik, depresif, atau campuran) dimasa
lampau.
F30.1 Mania tanpa gejala psikotik
Suasana perasaan ( mood ) meninggi sepadan dengan
keadaan individu, dan dapat bervariasi antara keriangan
(seolah olah bebas dari masalah apa pun) sampai keadaan
eksitasi sampai keadaan yang tidak terkendali.
Elasi (suasana perasaan yang meningkat) disertai dengan
energi yang meningkat, sehingga terjadi aktifitas yang
berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara dan
berkurangnya kebutuhan tidur.
Pengendalian yang normal dalam kelakuan sosial terlepas,
perhatian yang terpusat tak dapat dipertahankan, dan
seringkali perhatian itu sangat mudah dialihkan.
Harga diri yang membubung, dan pemikiran yang serba
hebat yang terlalu optimistik dinyatakan dengan bebas.
Mungkin terjadi gangguan persepsi, seperti apreasisasi
warna terutama yang menyala atau amat cerah ( dan
biasanya indah) keasikan ( mengikat perhatian ) pada
rincian sehalus jalusnya mengenai permukaan dan
permukaan barang, dan hiperakusis subjektif, individu itu
mungkin dengan berbagai rencana yang tidak praktis dan
boros, membelanjakan uang secara serampangan, atau
menjadi agresif , bersifat cinta kasih dan berkelakuan
dalam setuasi yang tidak tepat.
Suasana perasaan atau mood yang tampil pada episode
manik yang lebih banyak, mudah tersingung dan curiga dari
pada relasi, serangan pertama paling banyak muncul pada
usia antara 15 dan 30 tahun, namun dapat terjadi pada usia
antara masa kanak sampai dasawarsa ketujuh atau
kedelapan.
Pedoman Diagnostik
Episode seharusnya berlangsung sekurang kurangnya satu
minggu dan cukup berat, sehingga mengacaukan seluruh
atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial.
Peribahan perasaan suasana ( Mood) seharusnya disertai
dengan enersi yang meninggi dan beberapa gejala yang
disebut yang diatas ( khususnya percepatan berb.kebutuhan
tidur yang kurang.grandiositas dan terlalu optomistis).
F31. Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan ini bersifat oleh episode berulang ( yaitu
sekurang kurangnya dua) yang menunjukan suasana
perasaan ( mood) pasien dan tingkat aktivitas jelas
terganggu dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari
peninggian perasaan ( mood)serta peningkatan enersi dan
aktivitas ( mania atau hipomania ) dan pada waktu lain
berupa penurunan suasana perasaan ( mood) serta
pengurangan enersi dan aktivitas (depresi ) yang khas ialah
biasanya ada penyembuhan sempurna antara episode dan
insidensi pada kedua jenis kelamin kurang lebih sama
dibanding dari gangguan suasana perasaan ( mood )
lainnya. Dalam perbandingan , jarang ditemukan pasien
yang hanya menderita episode mania yang berulang –
ulang. Dan karena pasien tersebut menyerupai ( dalam
riwayat keluarga, kepribadian pramorbid,usia onsed dan
prognosis jangka panjang) pasien yang mempunyai juga
episode depresi, sesekali maka pasien itu
digolongkangangguan bipolar.
Episode manik mulai dengan tiba tiba dan berlangsung
antara 2 minggu sampai 4 – 5 bulan ( rata rata sekitar 4
bulan ) depresi cendrung lebih lam ( rata rata sekitar 6
bulan.meskipun jarang melebihi setahun kecuali pada
orang lanjut usia. Kedua macam peristiwa ini menyusul
peristiwa hidup yang penuh stres dan gangguan mental
lainya. episode pertama dapat timbul pada usia masih
kanak kanak sampai tua.freukensi episode dan pola remisi
serta kekambuhan masing masing amat bervariasi,
meskipun remisi cendrung makin lama makin pendek
sedangkan depresinya menjadi lebih sering dan lebih lama
berlangsung setelah usia pertengahan.
F32.0 Episode Depresi Ringan
Pedoman Diagnostik
Kehilangan minat dan kesenangan, dan mudah menjadi
lelah (gejala depresi khas)
Lamanya episode berlangsung sekurang-kurangnya
sekitar 2 minggu.
Biasanya individu resah tentang gejalanya dan agak
sukar untuk meneruskan pekerjaan biasa dan kegiatan
sosial, namun mungkin ia tidak berhenti sama sekali
IX. RENCANA TERAPI
1. Farmakoterapi
Anti Mania : - Golongan Buthyrophenon, seperti Haloperidol
Anti depresan : - Golongan anti depresan trisiklik generasi ke dua
Anti anxietas : - Golongan benzodiazepin
7. Jenis perawatan
Pasien dirawat inap hingga pasien tenang , seperti menstabilkan medikasi,
mengamankan pasien dari perilaku sangat kacau dan ketidak mampuan
memenuhi kebutuhan dasar
8. Frekewensi lamanya jangka waktu terapi
Efek onset primer, (efek klinis) : 7-10 hari (1-2minggu)
9. Terapi individu, kelompok dan keluarga
Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien dalam menghadapi
masalah serta memberikan dorongan agar pasien lebih terbuka bila
mempunyai masalah
Diharapkan keluarga dapat memdantu dan mendukung kesembuhan
pasien, dengan cara pendekatan secara psikodinamik, pendekatan
kognitif, pendekatan interpersonal
Mengisi waktu luang dengan pekerjaan yang tidak memberatkan
pasien. Agama.
Bimbingan agar pasien selalu menjalankan ibadah sesuai ajaran
Recommended