View
234
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
1/29
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apendiks disebut juga umbai cacing. Fungsi organ ini tidak diketahui,
namun sering menimbulkan masalah kesehatan. Angka kejadian apendisitis
akut di negara maju lebih tinggi daripada negara berkembang, dimana terjadi
penurunan insidens secara bermakna seiring dengan meningkatnya konsumsi
makanan berserat.1
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi dari apendiks.
2
Apendisitis jarang terjadi pada bayi, insidens tertinggi terjadi pada kelompok
usia 20-30 tahun, dimana pada kelompok usia ini insidens pada laki-laki lebih
tinggi. elebihnya insidens pada laki-laki dan perempuan umumnya
sebanding.1,3
Apendisitis merupakan hasil obstruksi lumen yang diikuti dengan
infeksi. !0" kasus disebabkan oleh hiperplasia limfatik, 3#" disebabkan
karena fekalit $massa fekal padat%, &" oleh benda asing dan 1" oleh
penyempitan dan tumor dinding apendiks. 'iperplasia limfatik merupakan
penyebab obstruksi paling sering pada anak-anak, sedangkan pada orang
lanjut usia fekalit merupakan penyebab obstruksi paling sering.3,&
Apendisitis mempunyai kecenderungan menjadi progresif dan
mengalami perforasi. (erforasi adalah komplikasi pada apendisitis akut yang
paling sering ditemukan. )anyak faktor yang mempengaruhi kompleksitas
gejala apendisitis akut, yaitu lokasi apendiks, keadaan kesehatan pasien, serta
keadaan patologi apendiks pada *aktu pemeriksaan. (erforasi juga
diakibatkan karena pasien terlambat memeriksakan diri dan keterlambatan
dokter atau ahli bedah untuk mengambil tindakan lebih lanjut.2,#
+nsidens perforasi terjadi 20" pada 2& jam pertama gejala, namun
meningkat menjadi 0" setelah 2& jam. /leh karena itu butuh pertimbangan
segera dalam membuat diagnosis yang tepat dan melakukan tindakan bedah
dalam 2& jam setelah onset gejala untuk menurunkan insidens perforasi.3,&
)erangkat dari pemikiran-pemikiran diatas, peneliti tertarik
melakukan penelitian untuk melihat secara terperinci hubungan lama *aktu
Universitas Tarumanagara 1
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
2/29
tunda operasi terhadap terjadinya insidens perforasi pada pasien apendisitis
akut.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. (ernyataan masalah
urangnya data hubungan lama *aktu tunda operasi terhadap insidens
perforasi pada pasien apendisitis akut.
1.2.2. (ertanyaan masalah
a% )erapa proporsi pasien dengan lama *aktu tunda operasi 3! jam
b% )erapa proporsi pasien dengan lama *aktu tunda operasi 3! jam dan
mengalami perforasi
c% )agaimanakah hubungan lama *aktu tunda operasi terhadap terjadinya
insidens perforasi pada pasien apendisitis akut
1.3 Hi!tesis Penelitian
erdapat hubungan yang bermakna antara lama *aktu tunda operasi terhadap
terjadinya insidens perforasi pada pasien apendisitis akut.
1." Tu#uan Penelitian
1.&.1 ujuan umum
4engetahui dengan rinci hubungan lama *aktu tunda operasi terhadap
insidens perforasi pada pasien apendisitis akut.
1.&.2 ujuan khusus
a% 5iketahui proporsi pasien dengan lama *aktu tunda operasi 3! jam
b% 5iketahui proporsi pasien dengan lama *aktu tunda operasi 3! jam dan
mengalami perforasi.
c% 5iketahui hubungan lama *aktu tunda operasi terhadap terjadinya
insidens perforasi pada pasien apendisitis akut.
Universitas Tarumanagara 2
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
3/29
1.$ Man%aat Penelitian
a% 4enurunkan lama *aktu tunda operasi.
b% 4enjadi bahan e6aluasi dan acuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
c% 4enambah pengetahuan dan *a*asan bagi peneliti.
BAB 2
T&N'AUAN PU(TA)A
Universitas Tarumanagara 3
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
4/29
2.1. Aen*iks
2.1.1. 5efinisi
Apendiks adalah di6ertikulum sekum yang menyerupai cacing.!
Apendiks merupakan suatu e6aginasi dari sekum yang ditandai dengan
sebuah lumen kecil, sempit dan tidak teratur. truktur tersebut disebabkan
oleh folikel limfoid yang banyak pada apendiks.
Apendiks disebut juga umbai cacing, merupakan organ berbentuk
tabung dan berpangkal di sekum.1
2.1.2. Anatomi, histologi dan embriologi apendiks
aluran pencernaan $traktus digesti6us% pada dasarnya adalah suatu
saluran $tabung% dengan panjang sekitar 30 kaki $7 m% yang berjalan
melalui bagian tengah tubuh dari mulut sampai ke anus $sembilan meter
adalah panjang saluran pencernaan pada mayat8 panjangnya pada manusia
hidup sekitar separuhnya karena kontraksi terus menerus dinding otot
saluran%. aluran pencernaan mencakup organ-organ berikut9 mulut8
faring8 esofagus8 lambung8 usus halus8 $terdiri dari duodenum, jejunum,dan ileum%8 usus besar $terdiri dari sekum, apendiks, kolon dan rektum%8
dan anus.:
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung dan berpangkal di
sekum. ;umennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian
distal.1 (ada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan
menyempit pada ujungnya.1,# (anjang apendiks pada orang de*asa kira-
kira 10 cm.1,3,#,7
(ersarafan parasimpatis berasal dari cabang
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
5/29
;umen apendiks dilapisi oleh epitel toraks. erdapat dua lapis otot
yang melapisi dinding apendiks. ;apisan dalam $sirkularis% merupakan
penerusan otot sekum yang sama. ;apisan luar $longitudinalis% dari
penyatuan tiga taenia sekum.#
Apendiks merupakan perpanjangan dari sekum, muncul dari bagian
inferiornya.3 Apendiks terlihat pertama kali pada minggu kedelapan
perkembangan embrio sebagai tonjolan dari ujung sekum. elama
perkembangan antenatal dan postnatal, perkembangan dari sekum
melampaui apendiks, sehingga apendiks berpindah ke arah medial pada
6al6ula ileosekalis.10
>aringan limfoid pertama kali muncul pada sekitar 2 minggu
setelah lahir. >umlahnya meningkat selama pubertas dan menetap saat
de*asa dan kemudian berkurang mengikuti umur. etelah umur !0 tahun,
tidak ada jaringan limfoid lagi di apendiks dan terjadi penghancuran lumen
apendiks komplit.10
2.1.3. Fisiologi apendiks
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. ;endir itu secara
normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum.
'ambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada
patogenesis apendisitis.1
+mmunoglobulin sekretorik yang dihasilkan oleh ?A; $Gut
Associated Lymphoid Tissue% yang terdapat di sepanjang saluran cerna
termasuk apendiks adalah +gA. +munoglobulin itu sangat efektif sebagai
pelindung terhadap infeksi.
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
6/29
2.2.1. 5efinisi
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi dari apendiks.2
Apendisitis merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering.
2,7
Apendisitis akut merupakan pembedahan yang paling sering dilakukan.&
2.2.2. @tiologi
/bstruksi lumen merupakan penyebab utama apendisitis.2,7-11
/bstruksi ini kemudian diikuti oleh infeksi bakteri.1,7 (enyebab dari
obstruksi antara lain oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit atau massa
fekal padat, benda asing, parasit, striktur pada fibrosis akibat radang
sebelumnya dan tumor pada dinding apendiks.1-3,7-11
/bstruksi akibat hiperplasia folikel limfoid lebih sering pada anak-
anak dan merupakan !0" dari seluruh kasus, sedangkan obstruksi akibat
fekalit lebih sering pada orang de*asa. Fekalit merupakan 3#" dari
seluruh kasus, diikuti &" dari benda asing dan 1" karena striktur dan
tumor pada dinding apendiks.3
(enelitian epidemiologi menunjukan peran kebiasaan makanan
rendah serat dan konstipasi terhadap timbulnya apendisitis.1 Fekalit sering
terjadi pada masyarakat dengan konsumsi diet yang rendah serat.7
onstipasi akan meningkatkan tekanan intrasekal, yang berakibat
timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan
kuman flora kolon biasa. emuanya akan mempermudah terjadinya
apendisits akut.1 (enyebab lainnya adalah erosi mukosa apendiks karena
parasit, seperti E. histolytica,1 serta sayuran dan biji-biji buah.10
2.2.3. (atofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen
apendiks oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur pada
fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma.2
Universitas Tarumanagara !
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
7/29
Apendisitis pada dasarnya adalah suatu proses obstruksi
$hiperplasia kelenjar limfoid, fekalit, benda asing, striktur, tumor% yang
kemudian disusul dengan proses infeksi.12
'iperplasia folikel limfoid diduga merupakan respon dari infeksi
akut saluran pernafasan, campak, mononukleosis atau penyakit lain yang
menyebabkan reaksi jaringan limfoid. Folikel limfoid apendiks juga
berespon terhadap infeksi di usus.3
Fekalit diduga terbentuk bila ada serabut sayuran terperangkap
masuk kedalam apendiks sehingga keluar mukus berlebihan yang
mengandung banyak kalsium sehingga mengeras dan menimbulkan
obstruksi.3,12
/bstruksi lumen yang tertutup disebabkan oleh hambatan pada
bagian proksimal. elanjutnya, terjadi peningkatan sekresi normal dari
mukosa apendiks yang terdistensi secara terus menerus karena multiplikasi
cepat dari bakteri. /bstruksi ini menyebabkan mukus yang diproduksi
mukosa terbendung. emakin lama, mukus tersebut semakin banyak,
namun elastisitas dinding apendiks terbatas sehingga meningkatkan
tekanan intralumen. apasitas lumen apendiks normal hanya sekitar 0,1
ml.10
ekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks
mengalami hipoksia, hambatan aliran limfe, ulserasi mukosa, dan in6asi
bakteri. +nfeksi memperberat pembengkakan apendiks $edema%. rombosis
pada pembuluh darah intramural $dinding apendiks% menyebabkan
iskemik. (ada saat ini, terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh
nyeri epigastrium.
2
)ila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat.
'al tersebut menyebabkan obstruksi 6ena, edema bertambah dan bakteri
akan menembus dinding. (eradangan yang meluas dan mengenai
peritoneum setempat menimbulkan nyeri didaerah kanan ba*ah. eadaan
ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.2
)ila kemudian arteri terganggu akan terjadi infark dinding
apendiks yang diikuti dengan gangren. tadium ini disebut dengan
Universitas Tarumanagara
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
8/29
apendisitis gangrenosa. )ila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan
terjadi apendisitis perforata.2
)ila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa
lokal yang disebut infiltrat apendikularis. (eradangan apendiks tersebut
dapat menjadi abses atau menghilang.2
+nfiltrat apendikularis merupakan tahap patologi apendisitis yang
dimulai pada mukosa dan melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks
dalam *aktu 2&-&: jam pertama. +ni merupakan usaha pertahanan tubuh
yang membatasi proses radang melalui penutupan apendiks dengan
omentum, usus halus, atau adneksa. Akibatnya, terbentuk massa
periapendikular. 5i dalamnya, dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses
yang dapat mengalami perforasi. >ika tidak terbentuk abses, apendisitis
akan sembuh dan massa periapendikular akan menjadi tenang dan
selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.1
(ada anak-anak, perforasi mudah terjadi karena omentum lebih
pendek, apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis dan daya
tahan tubuh yang masih kurang. (ada orang tua, perforasi mudah terjadi
karena telah ada gangguan pembuluh darah.2
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna,
tetapi membentuk jaringan parut dan menyebabkan perlengketan dengan
jaringan sekitar. (erlengketan ini menimbulkan keluhan berulang di kanan
ba*ah abdomen. (ada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan
dinyatakan mengalami eksaserbasi akut.1
2.2.&. ?ejala klinis
eluhan apendisitis akut bermula dari nyeri di daerah epigastrium
atau periumbilikus yang berhubungan dengan muntah.2,3
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
9/29
setempat. asa sakit saat berjalan atau batuk diakibatkan perangsangan
peritoneum.1-3
erdapat juga keluhan anoreksia, malaise, demam yang tidak
terlalu tinggi, konstipasi, kadang-kadang diare, mual dan muntah.2
adang
tidak ada nyeri epigastrium tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita
merasa memerlukan obat pencahar. indakan itu mempermudah terjadinya
perforasi.
)ila letak apendiks retrosekal di luar rongga perut, karena letaknya
terlindung sekum, maka tanda nyeri perut kanan ba*ah tidak begitu jelas
dan tidak ada rangsangan peritoneal. asa nyeri lebih ke arah perut sisi
kanan atau nyeri timbul pada saat berjalan karena kontraksi otot psoas
mayor yang menegang dari dorsal.1
Apendiks yang terletak di rongga pel6is, bila meradang dapat
menimbulkan gejala dan tanda rangsangan sigmoid atau rektum sehingga
peristaltik meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan
berulang-ulang. >ika apendiks menempel pada kandung kemih, dapat
terjadi peningkatan frekuensi berkemih, karena rangsangan dindingnya.1
2.2.#. 5iagnosis
5iagnosis berdasarkan gejala klinis, yaitu rasa sakit di daerah
epigastrium atau periumbilikus yang kemudian beralih ke kuadran kanan
ba*ah, menetap dan secara progresif bertambah hebat terutama ketika
pasien bergerak, anoreksia, mual, muntah, disertai demam yang tidak
tinggi dan konstipasi. )ayi yang mengalami apendisitis tampak gelisah,
mengantuk dan anoreksia. 4ereka yang sudah lanjut usia gejalanya tidak
senyata mereka yang lebih muda.
&
(ada pemeriksaan fisik, tanda-tanda yang paling penting adalah
nyeri tekan di daerah kuadran kanan ba*ah.
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
10/29
(ada pemeriksaan laboratorium, hitung leukosit menunjukan
leukositosis ringan dengan pergeseran ke kiri.1,&-#,7-10 (ada urinalisis tampak
sejumlah kecil eritrosit atau leukosit.&
B scan telah terbukti memiliki akurasi 7" dalam mendiagnosis
apendisitis. euntungan lainnya adalah kemampuan untuk menge6aluasi
seluruh perut dan menemukan abses dan flegmon, kurangnya
ketergantungan pada keterampilan operator, dan keahlian dokter dalam
membaca B scan. erugian meliputi paparan radiasi, kebutuhan akan
kontras oral dan intra6ena dan kerugian yang terkait, serta kebutuhan
pasien untuk diam, yang sering sulit untuk anak-anak kecil. B scan
paling disukai, dengan #1-#:" pasien dengan apendisitis didugamenjalani B scan.
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
11/29
(erforasi pada apendisitis akut merupakan komplikasi serius yang
dapat mengakibatkan mortalitas.3 (rognosis baik bila dilakukan diagnosis
dini sebelum ruptur. Emumnya mortalitas berhubungan dengan sepsis,
emboli paru, ataupun aspirasi.10
)anyak faktor yang mempengaruhi kompleksitas gejala apendisitis
akut, yaitu usia, lokasi apendiks, keadaan kesehatan pasien, serta keadaan
patologi apendiks pada *aktu pemeriksaan. (erforasi juga diakibatkan
karena pasien terlambat memeriksakan diri dan keterlambatan dokter atau
ahli bedah untuk mengambil tindakan lebih lanjut.&-#
2.3. Per%!rasi
2.3.1. Faktor resiko komplikasi
A. Esia
Esia pasien apendisitis akut dapat mempengaruhi anamnesis. )ayi
dan anak kecil dihambat oleh ketidakmampuannya mengungkapkan
keluhannya. (asien senilis dibatasi dalam cara yang sama, tetapi bahkan
pasien tua yang a*as *aspada secara mental sering tidak mengalamigejala yang khas.#
(ada anak-anak, perforasi mudah terjadi karena omentum lebih
pendek, apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih kecil dan daya
tahan tubuh masih kurang.2,#
(ada orang tua, perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan
pembuluh darah.2 ?ejala klasik seperti nyeri, anoreksia dan mual terjadi
pada orang tua namun lebih tersamar dibandingkan pada remaja de*asa.
;ebih dari 30" pasien lanjut usia sudah mengalami ruptur apendiks pada
saat di operasi.3,#
). ;okasi apendiks
;okasi peradangan apendiks yang berbeda bertanggung ja*ab bagi
sejumlah 6ariasi dalam kompleksitas gejala. Apendisitis retrosekal, yang
khas menyebabkan nyeri di pinggang dengan komponen abdomen
minimum atau tidak ada. Apendiks panjang yang meradang dan terbentang
Universitas Tarumanagara 11
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
12/29
ke dalam pel6is, bisa meniru patologi ginekologi atau traktus urinarius
karena gejalanya terutama dalam lokasi pel6is.#
)ila letak apendiks retrosekal di luar rongga perut, karena letaknya
terlindung sekum maka tanda nyeri perut kanan ba*ah tidak begitu jelas
dan tidak ada rangsangan peritoneal. asa nyeri lebih ke arah perut sisi
kanan atau nyeri timbul pada saat berjalan, karena kontraksi otot psoas
mayor yang menegang dari dorsal.1
Apendiks yang terletak di rongga pel6is, bila meradang, dapat
menimbulkan gejala dan tanda rangsangan sigmoid atau rektum sehingga
peristaltik meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan
berulang-ulang. >ika apendiks menempel pada kandung kemih, dapat
terjadi peningkatan frekuensi berkemih, karena rangsangan dindingnya.1
B. (atologi apendiks pada *aktu pemeriksaan
)erdasarkan keadaan se*aktu operasi dan gambaran histologiknya,
apendisitis akut dibagi menjadi simpel, gangrenosa dan perforasi. (ada
bentuk simpel ditemukan apendiks yang masih utuh tapi meradang.
Adanya nekrosis fokal atau luas merupakan ciri khas untuk bentuk
gangranosa dimana sering pula ditemukan perforasi mikroskopik.
Apendisitis perforata ditandai dengan apendiks yang pecah atau bahkan
hancur.7
Angka kematian 0-0,3" pada apendisitis sederhana dan 2" atau
lebih pada pada kasus yang sudah mengalami perforasi.&
5. eadaan kesehatan pasien
Apendisitis pada saat kehamilan memberikan tantangan diagnostik,
khususnya selama trimester terakhir. Eterus yang membesar akan
menggeser apendiks keluar dari lokasi normalnya, biasanya ke arah
kuadran kanan atas. Akibatnya nyeri tekan terlokalisir ditemukan di lateral
pinggang kanan di atas umbilikus. ?ambaran klasik anoreksia demam,
nyeri dan leukositosis biasanya ada dalam ketiga trimester.#
(ada kehamilan, keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut,
mual dan muntah. ang perlu diperhatikan ialah, pada kehamilan trimester
pertama sering juga terjadi mual dan muntah.1
Universitas Tarumanagara 12
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
13/29
eterlambatan dalam operasi memba*a akibat serius bagi ibu dan
fetus, khususnya selama stadium lanjut kehamilan, dimana perforasi dan
peritonitis meningkatkan mortalitas ibu dan fetus. 5alam ketiga trimester
kehamilan, apendektomi harus dilakukan bila dicurigai adanya
apendisitis.#
@. eterlambatan memeriksakan diri
(ada beberapa keadaan, apendisitis agak sulit di diagnosis
sehingga tidak ditangani pada *aktunya dan terjadi komplikasi. ?ejala
apendisitis akut pada anak tidak spesifik. ?ejala a*alnya sering hanya
re*el dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa melukiskan rasa
nyerinya dalam beberapa jam kemudian akan timbul muntah-muntah dan
anak akan menjadi lemah dan letargik. arena gejala yang tidak khas tadi,
sering apendisitis diketahui setelah terjadi perforasi. (ada bayi, :0-70"
apendisitis baru diketahui setelah terjadi perforasi.1
ingginya mortalitas dikarenakan karena keterlambatan pasien
untuk mencari pertolongan medis dan keterlambatan untuk membuang
apendiks.3
F. ;ama *aktu tunda operasi $ Delay time%
(ada beberapa keadaan, apendisitis sulit di diagnosis sehingga
tidak ditangani pada *aktunya dan terjadi komplikasi. eterlambatan
penanganan merupakan alasan penting terjadinya perforasi. Apendektomi
harus dilakukan dalam beberapa jam setelah diagnosis ditegakkan.1
Faktor keterlambatan bisa berasal dari penderita, orang tua atau
pihak dokter. /bser6asi yang berlarut-larut di rumah sakit dan
pemeriksaan laboratorium lengkap berulang-ulang, tidak akan
menggantikan peran anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik yang teliti
dan segera operasi pada kasus yang diduga apendisitis.7
(engenalan dini apendisitis akut pada pasien tua kadang-kadang
sulit dilakukan karena gejalanya sering ringan serta tanda fisik tidak ada
atau minimal, demam dan leukositosis. ak adanya gambaran ini dalam
stadium dini akan menyesatkan dan menyebabkan keterlambatan yang
Universitas Tarumanagara 13
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
14/29
Perf orasi
LamaWaktuTundaOperas
i
UsiaLokasiApendiks
Keadaan
KesehatanPasien
Patologi
Apendiks
Terlambat
MemeriksakanDiri
tidak semestinya dalam memberikan terapi yang tepat.# 5engan kata lain,
hal ini akan menambah *aktu tunda operasi.
?angren dan perforasi biasanya terjadi sesudah 2&-3! jam.&
(erforasi jarang ditemukan pada 12 jam pertama sejak a*al sakit, tetapi
insidens meningkat tajam sesudah 2& jam sakit.7
+nsidens perforasi terjadi 20" pada 2& jam pertama gejala, namun
meningkat menjadi 0" setelah 2& jam. /leh karena itu butuh
pertimbangan segera dalam membuat diagnosis yang tepat dan melakukan
tindakan bedah dalam 2& jam setelah onset gejala untuk menurunkan
insidens perforasi 3-&
2.". )erangka Te!ri
2.$. )erangka )!nse
Universitas Tarumanagara 1&
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
15/29
BAB 3
MET+D+L+,& PENEL&TAN
3.1 Desain Penelitian
(enelitian ini menggunakan desain analitik kohort retrospektif.
3.2 Temat *an -aktu
(enelitian dilakukan pada bulan >anuari 201& sampai Februari 201# di
umah akit umber Garas >akarta.
3.3 P!ulasi *an (amel
(opulasi target 9 eluruh pasien penderita apendisitis akut.
(opulasi terjangkau 9 (asien apendisitis akut yang dira*at di umber
Garas periode >anuari 201& sampai Februari 201#.
Universitas Tarumanagara 1#
Variabel Tergantung
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
16/29
ampel 9 (asien apendisitis akut yang dira*at di umber
Garas periode >anuari 201& sampai Februari 201# dan
memenuhi kriteria inklusi.
3." Perkiraan Besar (amel
eknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan cara
consecutive non random sampling.
umus besar sampel yang digunakan adalah 9
n1=n2=
(Zα √ 2 PQ+Zβ √ ( P1Q1+ P2Q2 ))
( P1− P2)2
2
eterangan 9
(1 H0,# 8 (2 H0,2
( H0,3# 8 I H0,!# 8 I1 H0,# 8 I2 H0,:
Effect Sie 30" H0,3
!o"er $1-J% :0"
KL H1,7! 8 L H#" H0,0#
KJ H0,:& 8 J H 1 - !o"er H0,2
n1=n
2=(Zα √ 2 PQ+Zβ √ ( P1Q1+ P2Q2 ))
( P1− P2)2
2
n1=n2=(1,96√ 2·0,35 ·0,65+0,84√ (0,5·0,5+0,2 ·0,8 ) )
(0,5−0,2 )
2
2
Universitas Tarumanagara 1!
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
17/29
n1=n2=(1,96√ 0,455+0,84√ 0,41)
(0,5−0,2 )2
2
n1=n
2=
(1,96·0,67+0,84 ·0,64 )
(0,5−0,2)2
2
n1=n
2=
(1,8508 )
(0,3 )2
2
n1=n2=3,42
0,09
n1=n
2=38
n=2· n1=2 · n
2
n=76
>adi, besar sampel minimal dengan effect sie 30" adalah ! sampel.
3.$ )riteria &nklusi *an Eksklusi
riteria inklusi 9 (asien apendisitis akut yang mendapatkan tindakan
bedah apendektomi.
riteria eksklusi 9 (asien apendisitis akut yang dalam kondisi hamil.
3. /ara )er#a Penelitian
1% 4enemukan rekam medik pasien apendisitis akut yang memenuhi kriteria
inklusi sebagai sampel.
2% 4elihat lama *aktu tunda antara onset gejala dan tindakan apendektomi
pada sampel melalui rekam medik.
3% 4elihat apakah terjadi perforasi pada sampel melalui rekam medik.
&% 4engumpulkan dan mengolah data.
Universitas Tarumanagara 1
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
18/29
3.0 ariael Penelitian
erdapat dua jenis 6ariabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu
6ariabel bebas dan 6ariabel tergantung. Mariabel bebas dalam penelitian iniadalah lama *aktu tunda operasi serta insidens perforasi sebagai 6ariabel
tergantung.
3. &nstrumen Penelitian
+nstrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medik.
3.4 De%inisi +erasi!nal
1. ;ama Gaktu tunda
• 5efinisi 9 +nter6al antara onset gejala sampai dengan melakukan
tindakan apendektomi.
• Bara ukur 9 5engan melihat pada rekam medik.
• Alat ukur 9 5ata sekunder $rekam medik%.
• 'asil ukur 9 3! jam atau 3! jam.
• kala ukur 9 5ata numerik yang diubah menjadi data kategorik.
2. (erforasi• 5efinisi 9 uatu komplikasi apendisitis dimana terbentuk lubang
pada apendiks.
• Bara ukur 9 5engan melihat pada rekam medik.
• Alat ukur 9 5ata sekunder $rekam medik%.
• 'asil ukur 9 erjadi perforasi atau tidak terjadi perforasi.
• kala ukur 9 5ata kategorik.
3.15 Pengumulan Data
eknik pengumpulan data yang digunakan adalah consecutive non
random sampling.
3.11 Analisis Data
3.11.1 Analisis asosiasi statistik
Universitas Tarumanagara 1:
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
19/29
Analisis asosiasi statistik yang digunakan adalah uji statistik
pearson chi s#uare, dengan 6ariabel bebas bersifat kategorik dan 6ariabel
tergantung bersifat kategorik.
+nterpretasi 9
Asosiasi statistik dikatakan bermakna apabila p$value 0,0# dan dikatakan
tidak bermakna apabila p$value 0,0#.
3.11.2 Analisis Asosiasi @pidemiologi
Analisis asosiasi epidemiologi didapatkan dengan menghitung
%elative %is& $% dikarenakan desain penelitian yang digunakan adalah
analitik kohort retrospektif.
umus untuk menghitung %elative %is& 9
RR= Lama waktutunda≥ 36Jam danTerjadi Perforasi
Lamawaktutundaika H1, berarti resiko kelompok yang terpajan dengan yang tidak
terpajan adalah sama besarnya untuk terkena perforasi.
• >ika 1, berarti resiko kelompok yang terpajan lebih besar unuk
terkena perforasi dibanding dengan yang tidak terpajan.
• >ika 1, berarti resiko kelompok yang terpajan lebih kecil unuk
terkena perforasi dibanding dengan yang tidak terpajan.
Universitas Tarumanagara 17
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
20/29
(ada hasil penelitian juga dilakukan pengelompokan insidens perforasi
berdasarkan inter6al ! jam untuk melihat secara terperinci hubungan *aktu tunda
operasi terhadap insidens perforasi dan mengetahui pada inter6al berapakah paling
banyak terjadi perforasi.
3.12 Alur Penelitian
Universitas Tarumanagara 20
Tidak Terjadi Perforasi
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
21/29
BAB "
HA(&L PENEL&T&AN
1 )arakteristik (amel
(enelitian dilakukan di umber Garas dengan total sampel :2
$sampel minimal !%, terdiri dari pasien apendisitis akut yang dira*at di
umber Garas selama periode >anuari 201& sampai Februari 201#. ebanyak
3! $&3,7"% sampel adalah laki-laki dan &! $#!,1"% sampel adalah
perempuan. ategori umur terbanyak adalah 21-30 tahun dengan jumlah
sampel 30 $3!,!"% dan 11-20 tahun dengan jumlah sampel 17 $23,2"%. Esia
termuda adalah # tahun dan usia tertua adalah 2 tahun dengan nilai median
usia adalah 2 tahun.
Tael ".1 Distriusi Umur *an 'enis )elamin
ariael'umlah 678 Median (Min ;
Max)n 92
Umur - 2 $# 8 2%
)ateg!ri Umur
0-10 th 3 $3,"% -
11-20 th 17 $23,2"% -
21-30 th 30 $3!,!"% -
31-&0 th 11 $13,&"% -&1-#0 th 13 $1#,7"% -
#1-!0 th # $!,1"% -
!1-0 th 0 $0"% -
1-:0 th 1 $1,2"% -
'enis )elamin
;aki-laki 3! $&3,7"% -
(erempuan &! $#!,1"% -
Universitas Tarumanagara 21
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
22/29
)erdasarkan hasil pengolahan data, didapatkan bah*a onset gejala
apendisitis pada :2 sampel adalah9 3: $&!,3"% sampel mengalami onset gejala
N2& jam sebelum masuk rumah sakit, $:,#"% sampel mengalami onset gejala
2#-&: jam sebelum masuk rumah sakit, 12 $1&,!"% sampel mengalami onset
gejala &7-2 jam sebelum masuk rumah sakit dan 2# $30,#"% sampel
mengalami onset gejala 2 jam sebelum masuk rumah sakit. >ika dihitung
inter6al antara *aktu masuk dan tindakan bedah apendektomi, didapatkan
inter6al terpendek adalah 3,# jam dan inter6al terpanjang 12# jam dengan nilai
median inter6al adalah 22 jam.
>ika dihitung berdasarkan jarak antara onset gejala dengan tindakan
bedah apendektomi, *aktu tunda operasi !7 $:&,1"% sampel adalah 3! jam
dan hanya 13 $1#,7"% sampel yang memiliki *aktu tunda 3! jam. (enudaan
minimum 2#,# jam dan penundaan maksimum 2#2,# jam dengan nilai median
penundaan adalah !,2# jam. etelah dilakukan tindakan bedah apendektomi,
sebanyak 27 $3#,&"% sampel mengalami komplikasi berupa perforasi dan
sisanya #3 $!&,!"% sampel tidak mengalami perforasi.
Tael ".2 Distriusi +nset: Penun*aan *an )!mlikasi
ariael'umlah 678 Median (Min ;
Max)n 92
+nset
N 2& >am 3: $&!,3"% -
2#-&: >am $:,#"% -
&7-2 >am 12 $1&,!"% -
2 >am 2# $30,#"% -
&nterval Masuk ; Be*ah - 22 $3,# 8 12#%
Penun*aan - !,2# $2#,# 8 2#2,#%
)ateg!ri Penun*aan
3! >am !7 $:&,1"% -
3! >am 13 $1#,7"% -
)!mlikasi
a 27 $3#,&"% -
idak #3 $!&,!"% -
)erdasarkan hasil pengelompokan komplikasi perforasi untuk setiap
penundaan ! jam, didapatkan komplikasi paling banyak terjadi pada
Universitas Tarumanagara 22
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
23/29
penundaan *aktu operasi &3-&: jam dengan jumlah kejadian komplikasi &
kasus.
Tael ".3 Distriusi )!mlikasi Untuk (etia Penamahan -aktu
Tun*a 'am
Penun*aan Angka )!mlikasi
3-&2 >am 0
&3-&: >am &
&7-#& >am 3
##-!0 >am 1
!-2 >am 0
3-: >am 3
3#-70 >am 2
71-7! >am 1
7-102 >am 2
103-10: >am 1
107-11& >am 1
11#-120 >am 0121-12! >am 0
12-132 >am 1
1-1#0 >am 0
1#1-1#! >am 1
1!3-1!: >am 0
1#-1:0 >am 0
1:1-1:! >am 1
1:-172 >am 0
173-17: >am 0177-20& >am 0
20#-210 >am 0
211-21! >am 1
21-222 >am 1
227-23& >am 1
2#3-2#: >am 1
otal 27
Universitas Tarumanagara 23
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
24/29
".2 Analisa Data
)erdasarkan uji pearson chi s#uare, tidak didapatkan hubungan yang
bermakna secara statistik $ p$value 0,0#% antara lama *aktu tunda operasi
terhadap komplikasi perforasi pada pasien apendisitis akut di umber
Garas periode >anuari 201& sampai dengan Februari 201#, dan juga tidak
didapatkan kemaknaan secara epidemiologi.
Tael "." Huungan -aktu Tun*a +erasi Terha*a &nsi*ens
Per%!rasi Aen*isitis Akut
Parameter)!mlikasi
Ti*ak
)!mlikasi RR&) 4$7 P
N 7 N 7 Min Ma<
Penun*aan
3! >am 2# 3!,2" && !3,#" 1,2
:
0,&7
2
2,:2
00,0!
3! >am & 30,:" 7 !7,2"
(eneliti juga melakukan uji statistik untuk faktor-faktor lain yang
berperan terhadap insidens komplikasi. Faktor-faktor tersebut diantaranya
jenis kelamin dan umur. Eji statistik pearson chi s#uare mendapatkan p$
value H0,00& untuk faktor jenis kelamin terhadap insidens komplikasi dan p$
value H0,70! untuk faktor umur terhadap insidens komplikasi.
Universitas Tarumanagara 2&
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
25/29
Tael ".$ Huungan =akt!r>=akt!r Lain Terha*a &nsi*ens Per%!rasi
Aen*isitis Akut
Parameter)!mlikasi Ti*ak
)!mlikasi RR &) 4$7 P
N 7 N 7 Min Ma<
'enis
)elamin
;aki-laki 17 #2,:" 1 &,2" &,02
&1,27& &,##! 0,00&
(erempuan 10 21," 3! :,3"
Umur
0-10 th 2 !!," 1 33,3"
- - - 0,70!
11-20 th ! 31,!" 13 !:,&"
21-30 th 11 3!," 17 !3,3"31-&0 th & 3!,&" !3,!"
&1-#0 th & 30,:" 7 !7,2"
#1-!0 th 2 &0" 3 !0"
!1-0 th 0 0" 0 0"
1-:0 th 0 0" 1 100"
Universitas Tarumanagara 2#
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
26/29
BAB $
PEMBAHA(AN
2.1 Temuan Penelitian
Alasan peneliti untuk menggunakan cut$off point 3! jam adalah
karena pada saat pengumpulan data, tidak ada sampel yang memiliki lama
*aktu tunda operasi 2& jam, sehingga data tidak dapat di uji secara statistik.
'al ini dikarenakan sebagian besar pasien datang ke umber Garas
dengan inter6al onset-masuk 2& jam dan dalam prosedur operasi, pasien
juga melakukan puasa O2& jam terlebih dahulu sebelum melakukan
apendektomi.
)erdasarkan hasil analisis untuk mencari hubungan *aktu tunda
operasi terhadap insidens perforasi pada pasien apendisitis akut di umber
Garas periode >anuari 201& P Februari 201#, tidak didapatkan kemaknaan
secara statistik $ p$value 0,0#% antara lama *aktu tunda operasi terhadap
komplikasi perforasi. 'al ini disebabkan oleh kurang meratanya sampel untuk
tiap kategori penundaan, dimana peneliti hanya mendapatkan 13 $1#,7"%
sampel yang memenuhi kriteria penundaan 3! jam dan !7 $:&,1"% sampel
adalah pasien dengan penundaan 3! jam.
etelah dilakukan uji asosiasi epidemiologi didapatkan H1,2:,
namun setelah menghitung inter6al kepercayaan, didapatkan selisih 1 pada
inter6al kepercayaan 7#". 'al ini membuktikan bah*a penelitian ini tidak
bermakna secara epidemiologi.
emaknaan secara statistik juga tidak didapatkan $ p$value H0,##2%
untuk setiap penambahan *aktu tunda sebanyak ! jam terhadap komplikasi
perforasi. (eneliti menemukan bah*a komplikasi meningkat pada penundaan
2#-30 jam dan &3-&: jam, tetapi angka kejadian komplikasi tidak meningkat
secara signifikan pada jam-jam selanjutnya dan hanya berupa peningkatan
angka komplikasi secara sporadik. 'al ini dikarenakan kurang meratanya
sampel untuk tiap kategori penundaan, dimana angka komplikasi terbanyak
didapatkan pada kategori penundaan 2#-30 jam sebanyak & sampel $13,:"%
Universitas Tarumanagara 2!
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
27/29
dan pada kategori penundaan &3-&: jam sebanyak & sampel $13,:"%.
(eningkatan angka komplikasi secara sporadik ditemukan pada penundaan
&7-#& jam, 3-: jam, :#-70 jam dan 7-102 jam, selebihnya tidak
didapatkan peningkatan kejadian secara signifikan.
(enelitian serupa yang dilakukan oleh 5itillo 4F dkk, menunjukan
hasil yang bertentangan, dimana pasien dengan inter6al onset-gejala diatas 2
jam memiliki resiko 13 kali lebih besar untuk mengalami komplikasi lebih
lanjut.1#
(eneliti juga melakukan uji pearson chi s#uare untuk faktor
predisposisi yang meliputi jenis kelamin dan umur terhadap resiko
komplikasi perforasi dan didapatkan hubungan yang bermakna $ p$value
0,0#% secara statistik antara jenis kelamin dengan komplikasi perforasi. Eji
statistik tidak menemukan hubungan antara umur terhadap komplikasi
perforasi $ p$value 0,0#%. )erdasarkan hasil analisis peneliti menyimpulkan
bah*a jenis kelamin berpengaruh secara signifikan terhadap insidens
perforasi, sedangkan umur tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
insidens perforasi.
(ada saat proses pengumpulan data retrospektif, peneliti juga
menemukan bah*a beberapa pasien mengkonsumsi obat tertentu, seperti
antasida dan analgesik. indakan tersebut dilakukan berkenaan dengan gejala
a*al apendisitis akut, yaitu nyeri epigastrium yang menyerupai dispepsia.
emuan lainnya adalah beberapa pasien memiliki lama *aktu tunda onset-
bedah melebihi 1!: jam atau setara dengan hari, namun pada saat dilakukan
tindakan apendektomi tidak didapatkan adanya perforasi apendiks.
)erdasarkan hasil temuan diatas, peneliti menyimpulkan bah*aterdapat faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap terjadinya komplikasi.
Faktor-faktor tersebut meliputi, gejala klinis yang tidak khas pada pasien
tertentu, keadaan kesehatan pasien, komsumsi obat tertentu yang
menyamarkan sakit dan 6ariasi indi6idual yang mempengaruhi perjalanan
klinis penyakit. Faktor-faktor tersebut dapat menjadi faktor perancu yang
mempengaruhi hasil penelitian.
Universitas Tarumanagara 2
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
28/29
Arnbjornsson @, dalam penelitiannya menemukan beberapa faktor
yang mempengaruhi perforasi pada apendisitis akut. Faktor-faktor tersebut
meliputi faktor pasien, lama inter6al onset-masuk, usia, jenis kelamin,
ri*ayat nyeri abdomen kanan ba*ah yang tidak di operasi dan ri*ayat
penyakit kronik. Faktor-faktor ini tidak bermakna secara statistik, namun
dapat dijadikan acuan pendekatan secara indi6idu pada pasien-pasien
apendisitis akut. 1!
$.2 )eteratasan Penelitian
a% )ias eleksi
)ias seleksi dapat dihindari karena pengambilan data dilakukan dengan
teknik consecutive non random sampling .
b% )ias +nformasi
5alam penelitian ini, kemungkinan bias recall dapat dihindari karena
sumber data sampel diambil dari rekam medik, sehingga peneliti tidak
bertemu langsung dengan sampel. emungkinan bias intervie"er dapat
dihindari karena peneliti mengambil data dari rekam medik.
c% )ias (erancu
5alam penelitian ini, bias perancu tidak dapat dihindari. Faktor-faktor
yang dapat menjadi bias perancu adalah gejala klinis yang tidak khas
pada pasien tertentu, keadaan kesehatan pasien, komsumsi obat tertentu
yang menyamarkan sakit dan 6ariasi indi6idual yang mempengaruhi
perjalanan klinis penyakit.
Universitas Tarumanagara 2:
8/17/2019 Bab i,II,III,IV,V,Vi
29/29
BAB
)E(&MPULAN DAN (ARAN
3.1 )esimulan
)erdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bah*a 9
1. >umlah pasien apendisitis akut di umber Garas (eriode >anuari 201&
P Februari 201# yang memiliki *aktu tunda antara onset gejala dengan
tindakan bedah apendektomi 3! jam adalah !7 $:&,1"% orang.
2. >umlah sampel yang memiliki *aktu tunda antara onset gejala dengan
tindakan bedah apendektomi 3! jam dan mengalami komplikasi perforasi
adalah 2# $3!,2"% orang.
3. idak terdapat hubungan yang bermakna $ p$value 0,0#% secara statistik
antara lama *aktu tunda operasi terhadap insidens perforasi pada pasien
apendisitis akut di umber Garas periode >anuari 201& P Februari 201#
dan tidak didapatkan kemaknaan secara epidemiologi.
.2 (aran
epada (eneliti elanjutnya
(eneliti selanjutnya diharapkan untuk mencari hubungan lebih lanjut
tentang lama *aktu tunda operasi terhadap insidens perforasi, dengan sampel
yang lebih banyak dan beragam.
Recommended