View
228
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
48
BAB III
GERAKAN PRAMUKA PANDEGA
Gerakan pramuka adalah suatu bentuk organisasi yang berbadan
hukum didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan dan ditetapkan dengan
keputusan presiden Republik Indonesia No. 238/1961 tanggal 20 Mei 1961
sebagai kelanjutan dan pembaharuan gerakan kepanduan nasional Indonesia1.
1. Pengertian
Kepramukaan merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka
yang berusia antara 7-25 tahun dan berkedudukan sebagai peserta didik yaitu
sebagai pramuka Siaga, pramuka Penggalang, pramuka Penegak dan pramuka
Pandega2.
Istilah pramuka merupakan sebutan dari berbagai kegiatan yang berada
di lingkup kepramukaan. Sedangkan kepramukaan menurut Boden Powell,
yaitu, bukanlah suatu ilmu yang harus dipelajari dengan tekun bukan pula
merupakan ajaran-ajaran dan naskah-naskah dari suatu buku. Bukan !.
Kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka,
tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama mengadakan
pengembaraan bagaikan kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagiaan,
ketrampilan dan kesediaan untuk memberi pertolongan bagi yang
membutuhkannya3.
Jadi, istilah Gerakan Pramuka adalah nama organisasi yang merupakan
wadah proses pendidikan ketrampilan yang dilaksanakan di Indonesia.
Sebelum tahun 1961 di Indonesia pernah berdiri berbagai macam organisasi
kepramukaan seperti; Pandu Rakyat Indonesia, Kepanduan Bangsa Indonesia,
1 H.A. Riva’i Harahap, Gerakan Pramuka, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Gerakan Pramuka, Kwartir Nasional, Jakarta, 1999, hlm. 5 2 Tijan dan Hamonangan Sigalingging, Kepramukaan, CV. IKIP Semarang Press,
Semarang, 1998, hlm. 11 3 Andri Bob Sunardi, BOYMAN (Ragam Latihan Pramuka), Bandung, 2001, hlm. 2-3
49
Hizbul Waton dan lain-lain yang sekarang hanya ada satu, yaitu Gerakan
Pramuka.4
Berdasarkan ketentuan usia keanggotaan Gerakan Pramuka
diklasifikasi ke dalam empat golongan. Pertama; anak-anak yang berusia 7-10
tahun dinamakan golongan pramuka Siaga. Kedua; pemuda remaja yang
berusia 11-15 tahun dinamakan golongan pramuka penggalang. Ketiga;
pemuda yang berusia 16-20 tahun dinamakan golongan pramuka Penegak dan
Keempat; adalah pemuda dewasa yang berusia 21-25 tahun dinamakan
golongan pramuka Pandega5. Untuk keempat golongan kenggotaan tersebut
masing-masing hampir sama cara pencapaiannya, yaitu dengan menyelesaikan
syarat-syarat kecakapan umum (SKU)
Di sekolah-sekolah dapat didirikan gugus depan-gugus depan yang
anggotanya terdiri dari murid-murid sekolah tersebut. Di tingkat sekolah dasar
(SD) sesuai dengan usia anak-anak didik maka dapat dibentuk beberapa
perindukan Siaga dan pasukan penggalang. Di sekolah lanjutan tingkat
pertama (SLTP) dapat dibentuk beberapa pasukan Penggalang dan di sekolah
lanjutan tingkat atas (SLTA) hanya mempunyai ambalan serta di perguruan
tinggi hanya mempunyai Racana Pandega6. Akan tetapi secara rinci masing-
masing golongan keanggotaan Gerakan Pramuka (Siaga, Penggalang, Penegak
dan Pandega, yang selanjutnya disingkat S.G.T.D) adalah sebagai berikut:
1. Golongan Pramuka Siaga
Ketentuan untuk golongan Siaga terdiri dari empat barung, setiap
barung beranggotakan 5-10 orang Siaga dan dipimpin oleh seorang
pemimpin Barung yang dipilih secara demokratis oleh anggotanya. Para
pemimpin Barung memilih salah seorang pemimpin Barung untuk
melaksanakan tugas sebagai pemimpin Barung utama yang selanjutnya
disebut Sulung.
2. Golongan Pramuka Penggalang
4 Tijan dan Hamonangan Sigalingging, Op. Cit. hlm. 11 5 M. Djahuri, dkk., Pembinaan Latihan Penggalang, CV. Sahabat, Klaten, 1995, hlm. 1 6 Ibid, hlm. 4
50
Ketentuan untuk golongan Penggalang terdiri dari empat regu, setiap
regu beranggotakan 5-10 orang Penggalang dan dipimpin oleh seorang
pemimpin regu yang dipilih secara demokratis oleh anggotanya. Para
pemimpin regu memilih salah seorang pemimpin regu untuk
melaksanakan tugas sebagai pemimpin regu utama yang selanjutnya
disebut Pratama7.
3. Golongan pramuka penegak
Organisasi untuk golongan Penegak disebut dengan Ambalan.
Ambalan adalah satuan organisasi Penegak yang terdiri dari warga atau
anggota Gerakan Pramuka Penegak, calon Penegak dan tamu Penegak.
Ambalan Penegak terdiri dari maksimal 40 orang anggota dan apabila
diperlukan dapat dibagi-bagi dalam satuan kecil yang disebut dengan
Sangga, masing-masing Sangga terdiri dari 5-10 orang Penegak. Sangga
tersebut dapat bersifat sementara dan dapat pula bersifat tetap, dan apabila
diperlukan untuk melaksanakan tugas, pekerjaan atau maksud tertentu
dapat membentuk Sangga Kerja.
Pembentukan Sangga Kerja dapat dilakukan oleh para pramuka
Penegak sendiri. Sangga Kerja tersebut dipimpin secara bergilir oleh para
pemimpin Sangga yang dipilih dari dan oleh para anggota Sangga itu
sendiri, jika dipandang perlu pemimpin Sangga menunjuk wakil pemimpin
Sangga. Hal ini dimaksudkan agar proses pembentukan jiwa
kepemimpinan dapat berjalan secara alami sehingga nantinya mereka
mampu memimpin dan dipimpin8. Organisasi Ambalan Penegak dibina
oleh pembina penegak dan seorang pembantu pembina penegak atas usul
dewan Ambalan Penegak. Dewan Ambalan Penegak disingkat menjadi
“Dewan Ambalan” yang dipimpin oleh seorang ketua yang disebut dengan
Pradana9. Sedangkan untuk mendapatkan pemimpin Ambalan, para
pemimpin Sangga bermusyawarah untuk memilih salah seorang pemimpin
7 Ibid., hlm. 2 8 R. Hardo Supriyadi, Sahabat Membina Penegak, Khusus untuk keperluan sendiri, KML.
2003, hlm. 2 9 M. Djahuri, dkk., Op.Cit., hlm. 2
51
Sangga utama yang selanjutnya disebut Pradana yang secara otomatis ia
juga tetap merangkap sebagai pimpinan Sangga.
Di samping itu untuk menggerakkan organisasi Ambalan harus
dibentuk dewan Ambalan dan dewan kehormatan Ambalan. Dewan
Ambalan terdiri dari seorang ketua (Pradana, seorang sekretaris (kerani),
seorang bendahara (juru uang), dan seorang pemangku adat (juru adat).
Sedangkan dewan kehormatan Ambalan diketuai oleh pradana dan
susunan keanggotaannya sama dengan dewan Ambalan serta ditambah
seorang pembina penegak sebagai penasehat10.
4. Golongan Pramuka Pandega
Organisasi Gerakan Pramuka untuk golongan Pandega disebut Racana
yang anggotanya secara kelembagaan adalah mahasiswa di perguruan
tinggi. Pembinaan dan pengembangan gugus depan yang ada di perguruan
tinggi merupakan realisasi dari tujuan pendidikan nasional yang
menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang diharapkan dapat
membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas
pembangunan bangsa. Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan
ilmiah yang mempunyai potensi dan menguntungkan dalam pembinaan
dan pengembangan pramuka, hal ini karena banyaknya mahasiswa yang
pernah menjadi anggota pramuka dan adanya minat bagi mahasiswa pada
kegiatan kepramukaan. Kecuali itu, di perguruan tinggi banyak terdapat
unit kegiatan mahasiswa yang menampung minat, bakat dan penalaran
para mahasiswa sehingga kegiatan kepramukaan di perguruan tinggi
memperoleh wadahnya sebagai suatu unit kegiatan mahasiswa11.
Pramuka Pandega yang selanjutnya disebut dengan Racana, dibina
oleh seorang pembina pandega dan seorang pembantu pembina Pandega
yang sedikitnya berusia 30 tahun. Pembina dan pembantu pembina putra
harus dijabat oleh seorang pria, pembina dan pembantu pembina puteri
harus dijabat oleh seorang wanita. Untuk mengembangkan jiwa
10 R. Hardo Supriyadi, Op.Cit. hlm 2-3 11 Tijan dan Hamonangan Sigalingging, Op.Cit. hlm. 1-2
52
kepemimpinan di Racana, maka dibentuk dewan Racana yang dipimpin
oleh seorang ketua, seorang wakil ketua, seorang sekretaris, seorang
bendahara dan seorang anggota dengan masa bhakti satu tahun. Dalam
satu masa bhakti dewan Racana mengadakan musyawarah sedikitnya satu
kali dalam enam bulan untuk melaporan kegiatan yang lalu dan
menjabarkan rencana kerjanya untuk waktu berikutnya. Juga dalam rangka
untuk membina kepemimpinan dan rasa tanggungjawab para pramuka
Pandega, maka dibentuklah dewan kehormatan Pandega yang terdiri dari
anggota Racana yang sudah dilantik dengan pembina Racana sebagai
konsultan12.
2. Sejarah Singkat Gerakan Pramuka
Sejarah kepanduan tidak dapat dipisahkan dengan terbitnya buku
Scouting For Boys, karena buku inilah yang pertama kali menyebabkan anak-
anak dan remaja beramai-ramai bergabung dalam kegiatan di alam terbuka
yang dinamakan Gerakan Kepanduan. Buku tersebut ditulis oleh Lord Boden
Powell pada tahun 1908 dan pertama kali diedarkan pada tanggal 15 Januari
1908.
Buku Scouting For Boys begitu menarik perhatian dunia, yang
menarik dari buku ini, selain isinya karena Lord Boden Powell melengkapi
buku tersebut dengan gambar-gambar yang dibuatnya sendiri. Selain
mendirikan kepanduan putera, Lord Boden Powell juga mendirikan
kepanduan puteri dengan dibantu oleh adik perempuannya yang bernama
Agnes Boden Powell yang kemudian diteruskan oleh Lady Boden Powell.
Untuk meningkatkan kualitas para anggota Gerakan Pramuka , Boden
Powell menulis buku yang berjudul Rofering to Succes (mengembara menuju
keberhasilan) pada tahun 1992. Buku ini berkisah tentang petualangan seorang
pemuda yang sedang berperahu menuju sebuah pantai (pantai bahagia) dengan
berlayar melewati rintangan-rintangan yang berbentuk karang tajam (karang-
12 Sudarmo Darjosudiro, Tuntunan Membina Pandega Lengkap, Darma Pustaka, Solo,
1991, hlm. 41-42
53
karang kehidupan) yang berbahaya dan selalu menghalangi laju perahu
pemuda tersebut. Karang-karang kehidupan itu adalah karang wanita, karang
perjudian, karang minuman keras, karang mementingkan diri (egois) dan
karang mengorbankan orang lain serta karang tidak ber-Tuhan (ateis)13.
Sedangkan menurut M. Amin Abbas, dkk., menceritakan bahwa pada
tahun 1908 mayor Jendral Boden Powell dari Inggris melancarkan suatu
gagasan tentang pendidikan di luar sekolah untuk anak-anak Inggris dengan
tujuan supaya mereka menjadi manusia Inggris, warga Inggris dan anggota
masyarakat Inggris yang baik sesuai dengan keadaan dan kebutuhan kerajaan
Inggris Raya pada waktu itu. Gagasan Boden Powell itu cemerlang dan sangat
menarik sehingga dilaksanakan juga di negara lain, di antaranya di negara
Nederland oleh orang Belanda, gagasan itu kemudian dibawa dan
dilaksanakan juga di jajahannya, dan orang-orang Belanda mendirikannya di
Indonesia suatu organisasi yang bernama NIPV (Nederland Inidisce
Padvenders Vereeniging) atau Persatuan Pandu-pandu Hindia Belanda.
Pemimpin-pemimpin dalam gerakan nasional mengambil alih gagasan
Boden Powell dan dibentuklah organisasi kepanduan yang bertujuan untuk
masyarakat Indonesia yang baik, yaitu menjadi kader pergerakan nasional.
Sumpah pemuda yang dicetuskan dalam konggres pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928 benar-benar menjiwai gerakan kepanduan nasional Indonesia itu
untuk lebih maju. Adanya larangan pemerintah Hindia Belanda pada
organisasi kepanduan di luar NIPV untuk menggunakan istilah padvenders,
maka K.H. Agus Salim menggunakan nama pandu dan kepanduan untuk
menggantikan istilah asing Padvinder dan Padvindery.
Sesudah proklamasi kemerdekaan Indonesia di waktu berkobarnya
perang kemerdekaan, dibentuklah organisasi kepanduan yang berbentuk
kesatuan yaitu, pandu rakyat Indonesia pada tanggal 28 Desember 1945 di
Solo, ini sebagai organisasi kepanduan yang ada di wilayah negara Republik
Indonesia. Gerakan kepanduan Indonesia hendak digunakan oleh pihak
Komunis sebagai alasan untuk memaksa gerakan kepanduan di Indonesia agar
13 Andri Bob Sunardi, Op. Cit. Hlm 23-35
54
menjadi gerakan pioner muda seperti yang ada di negara Komunis. Akan
tetapi, kekuatan pancasila di dalam PERKINDO (Persatuan Kepanduan
Indonesia) menentangnya dan dengan bantuan perdana manteri Juanda, maka
perjuangan mereka menghasilkan keputusan Republik Indonesia No. 238
tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka yang tepatnya pada tanggal 20 Mei
1961 dan ditandatangani oleh Ir. Juanda sebagai pejabat Presiden Republik
Indonesia karena waktu itu Presiden Soekarno sedang berkunjung ke negeri
Jepang.
Gerakan Pramuka adalah suatu perkumpulan yang berstatus non
govermental (bukan badan pemerintah) dan berbentuk kesatuan. Gerakan ini
dilaksanakan menurut jalan aturan demokrasi dengan kepengurusannya
(Kwartir Nasional, Daerah, Cabang dan Ranting) yang dipilih dalam
musyawarah. Dalam keputusan presiden No. 238 tahun 1961 Gerakan
Pramuka ditetapkan oleh pemerintah sebagai satau-satunya badan di wilayah
negara Republik Indonesia dan diperbolehkan menyelanggarakan pendidikan
kepramukaan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia.. Dalam rangka usaha
peningkatan kecakapan, ketrampilan dan bhakti masyarakat, Gerakan Pramuka
mengadakan kerja sama dengan banyak instansi, misalnya; dengan Palang
Merah Indonesia (PMI), Bank Indonesia (BI), Departemen Pekerjaan Umum
(DPU), Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS, yang dulu
Departemen P dan K), Departemen Agama (DEPAG) dan lain sebagainya14
yang dapat mendukung perkembangan Gerakan Pramuka.
3. Jenjang Pendidikan Kepemimpinan Dalam Gerakan Pramuka Pandega
Berpijak pada lampiran Surat Keputusan Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka (SK. KWARNAS GP) nomor 022 tahun 1991, disebutkan bahwa
maksud dibentuknya dewan kerja pramuka Penegak dan Pandega adalah untuk
memberikan kesempatan kepada pramuka Penegak dan Pandega untuk
menambah pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman dalam mengelola
14 M. Amin Abbas, dkk., Pedoman Lengkap Gerakan Pramuka, Cet. IV, Beringin Jaya,
Semarang, 1994, hlm. 25-35
55
organisasi, pengembangan bakat kepemimpinan dalam rangka usaha
pengembangan pribadi dan pengabdiannya kepada Gerakan Pramuka,
masyarakat, bangsa dan agama. Sedangkan tujuannya adalah sebagai wadah
untuk pembinaan dan pengembangan kepemimpinan/kemampuan pramuka
Penegak dan Pandega dalam ikut serta mengelola Gerakan Pramuka sehingga
menjadi kader pemimpin dan pembangunan untuk masa depan15.
Dalam rangka usaha mencetak anggota Gerakan Pramuka sebagai
kader pemimpin sebagaimana amanat lampiran SK KWARNAS tersebut,
maka selanjutnya perlu diketahui bahwa tugas pokok Gerakan Pramuka adalah
menyelenggarakan pendidikan kepramukaan bagi anak-anak dan pemuda
Indonesia menuju ke tujuan Gerakan Pramuka yang sebenarnya, sehingga
dapat membentuk kader pembangunan yang berjiwa pancasila dan sanggup
serta mampu menyelenggarakan pembangunan masyarakat Bangsa dan
Negara16.
Demi terwujudnya maksud dan tujuan tersebut, sebagai usaha yang
dilaksanakan untuk mencetak kader pemimpin yang benar-benar diharapkan,
maka Gerakan Pramuka Pandega yang berpangkalan di perguruan tinggi, yang
selanjutnya disebut Racana Pandega, maka anggota Gerakan Pramuka
Pandega harus menempuh jenjang pendidikan kepemimpinan atau kegiatan
pengkaderan yang ada, di antaranya adalah:
1. Masa Orientasi
Jenjang ini dilaksanakan sebagai langkah awal bagi calon anggota
untuk mengenal lebih jauh tentang kepramukaan yang ada di lembga
pendidikan perguruan tinggi. Misalnya; masa Orientasi Pendidikan
Kepramukaan (OPK), masa Penerimaan Tamu Racana (PTR) dan lain
sebagainya yang disesuaikan dengan lembaga pendidikan formal yang
menjadi induk organisasi serta berdasarkan adat kepramukaan tersebut.
Masa orientasi ini dilaksanakan mengingat karena calon anggota Gerakan
15 Lampiran Surat Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka no. 022 tahun 1991
tentang, Petunjuk Penyelenggaraan Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pandega, BAB II, perihal maksud dan tujuan, hlm. 2
16 Tijan dan Hamonangan Sigalingging, Op.Cit. hlm. 13-14
56
Pramuka Pandega tidak semuanya merupakan anggota Gerakan Pramuka
aktif sejak golongan dibawahnya (golongan pramuka Siaga, Penggalang,
Penegak dan Pandega). Sehingga untuk menyamakan persepsi bagi calon
anggota baru, maka dilaksanakan kegiatan yang selanjutnya dinamakan
masa orientasi (pengenalan)17.
Karena calon anggota masih dalam fase orientasi atau pengenalan,
maka materi yang diberikan adalah materi yang sifatnya pengenalan
terhadap Gerakan Pramuka dan beberapa materi yang mutlak diperlukan
bagi seorang anggota Gerakan Pramuka. Di antaranya adalah;
Pengetahuan Dasar Kepramukaan, Keracanaan, Angggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka (AD /ART), Prinsip-Prinsip
Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan (PDK/MK), Postur
Pramuka Perguruan Tinggi, Administrasi Kesekretariatan dan materi
lainnya yang dianggap perlu sebagai pengenalan bagi calon anggota
baru18.
2. Masa Penerimaan Anggota Baru
Setelah dinilai cukup masa orientasi, selanjutnya mereka harus
mengikuti masa pembekalan materi yang materi tersebut akan digunakan
selama mengikuti masa penerimaan anggota baru yang merupakan masa
penentuan untuk menerima dan melantik mereka sebagai anggota tetap
Gerakan Pramuka Pandega yang selanjutnya dibuktikan dengan
pemakaian atribut Gerakan Pramuka Pandega dan berhak membuat kartu
tanda anggota.
Sesuatu yang tidak boleh ditinggalkan bagi calon anggota baru adalah
kemampuan dan kesanggupan untuk menyelesaikan prasyarat keanggotaan
yang disebut Syarat-Syarat Kecakapan Umum (SKU). Hal ini mengingat
karena SKU adalah syarat wajib yang harus dipenuhi oleh seorang calon
anggota Gerakan Pramuka untuk memperoleh Tanda Kecakapan Umum
17 Wawancara dengan Heri Sunarso, Ketua Umum UKM I Racana Walisongo IAIN
Walisongo Gudep Kota Semarang 07.119, masa bhakti 2003, Jum'at, 3 Oktober 2003. di Kantor Dewan Racana
18 Ibid.
57
(TKU). SKU merupakan salah satu penerapan sistem tanda kecakapan
yang sesuai dengan Prinsip-Prinsip Dasar Kepramukaan Dan Metode
Kepramukaan (PDK-MK) yang tertera dalam Anggaran Dasar Dan
Anggaran Rumah Tanga Gerakan Pramuka (AD/ART GP)19. Selain itu,
SKU merupakan alat pendidikan, rangsangan dan dorongan bagi para
calon anggota untuk memperoleh beberapa kecakapan yang berguna bagi
dirinya, untuk berusaha mencapai kemajuan dan memiliki persyaratan
sebagai anggota Gerakan Pramuka20.
Kemudian calon anggota juga harus mempunyai kecakapan-kecakapan
lain supaya eksistensinya dapat dipertahankan. Misalnya; materi Peraturan
Baris Ber-baris (PBB), materi ini diberikan dengan harapan untuk
mewujudkan anggota Gerakan Pramuka yang disiplin, mempunyai rasa
persatuan, rasa tanggungjawab dan kepatuhan dalam melaksanakan
perintah dengan cepat dan tepat21. Peraturan Baris Ber-baris (PBB)
merupakan bentuk kedisiplinan yang merupakan latihan-latihan gerak
dasar yang diwujudkan dalam rangka menanamkan bagi para anggota
Gerakan Pramuka supaya disiplin pribadi maupun kelompok, rasa
tanggungjawab, persatuan dan kesatuan, kekompakan dan rasa
kebersamaan serta penampilan pribadi yang bagus baik secara perorangan
ataupun kelompok22.
Selain materi yang berusaha membentuk kecakapan tersebut, dalam
rangka masa penerimaan anggota baru, mereka juga menerima materi
pendukung lainnya yang antara lain; Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (PPPK-teori dan praktik), Mountenering (teori dan praktik),
tata upacara militer, tata upacara sipil, dan tata upacara pramuka (TUM-
TUS-TUP- teori dan praktik), bhakti masyarakat dan materi-materi lain
19 Tijan dan Hamonangan Sigalingging, Op.Cit. hlm. 90 20 Ibid, hlm. 91 21 Sudarmo Darjosudiro, Tuntunan Membina Penegak Lengkap, Darma Pustaka, Solo,
1987, hlm. 110 22 Andri Bob Sunardi, Op. Cit. hlm. 97
58
yang mendukung serta dilengkapi dengan nyanyian gembira dan
permainan yang mengandung nilai-nilai pendidikan23.
3. Masa Kegiatan Pengkaderan
a. Gladian Pimpinan Pandega (GPP)
Kegiatan ini dilaksanakan khususkan bagi anggota Gerakan
Pramuka Pandega yang secara kelembagaan berada di perguruan
tinggi. Dalam rangka membekali anggota Gerakan Pramuka Pandega
sebagai calon pemimpin, maka sejenis kegiatan Gladian Pimpinan
Pandega (GPP) sangat perlu untuk dilaksanakan. Mengingat bahwa
setiap anggota Gerakan Pramuka Pandega yang secara individu adalah
sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki fitrah sebagai
makhluk yang dapat diatur dan dapat mengatur. Dalam setiap sistem
sosial, manusia selalu berada dalam dua kemungkinan posisi, pertama
sebagai manusia pengatur (pemimpin/pengelola) dan yang kedua
sebagai manusia yang selalu siap diatur (dipimpin/dikelola). Untuk
dapat menjadi pemimpin, manusia memerlukan beberapa persyaratan
kemampuan, sifat maupun perilaku tertentu. Bahkan untuk menjadi
orang yang diaturpun manusia perlu memiliki pengetahuan dan sikap
yang baik24.
Dalam rangka pembekalan dan pembinaan anggota Gerakan
Pramuka sebagai calon pemimpin, maka dalam mengikuti kegiatan
GPP ini mereka menerima materi antara lain; Manajemen Dakwah,
materi ini penting untuk disampaikan mengingat seorang pemimpin
pada suatu waktu harus mampu berperan sebagai seorang juru da’i
yang benar-benar harus mampu membawahi dan mengkondisikan serta
mempengaruhi anggota kelompok yang dipimpinnya. Materi lain
misalnya; Manajemen dan Kepemimpinan, Keprotokoleran, Organisasi
dan Permasalahannya, Human Relation, Kesekretariatan dan
Administrasi Gugus Depan, Pola dan Mekanisme Pengembangan
23 Wawancara, Op.Cit. Heri Sunarso 24 Buku Panduan Gladian Pimpinan Pandega, Racana Kusuma Dilaga dan Woro
Srikandi, STAIN Salatiga, 2003, hlm. 9
59
Pramuka Pandega dan lain sebagainya yang berkenaan dengan ilmu
kepemimpinan demi membantu pelaksanaan tugas dan tanggungjawab
sebagai seorang pemimpin25.
Kecuali materi-materi sebagai mana tersebut, kegiatan sejenis GPP
ini juga dilengkapi dengan dinamika kelompok yang selanjutnya
dipadukan dalam bentuk diskusi panel dengan seluruh peserta untuk
membekali para calon pemimpin dalam hal berdebat, beretorika,
berargumentasi secara rasional sehingga mereka belajar bagaimana
menerima dan menghargai pendapat orang lain yang berbeda-beda.
Dalam hal ini juga mereka belajar bagaimana prosedur musyawarah
yang baik dengan cara menentukan perangkat-perangkat yang
diperlukan supaya tercipta keputusan mufakat yang dapat diterima oleh
semua fihak26.
b. Kursus Mahir Dasar (KMD)
Anggota gerakan pramuka pandega kecuali disiapkan sebagai
calon pemimpin, secara spesifik mereka juga disiapkan sebagai calon
pembina yang mahir dan profesional dalam rangka mengembangkan
dan meningkatkan kualitas Gerakan Pramuka yang ada. Sehingga
mereka juga mengikuti kegiatan yang disebut kursus secara bertahap,
dengan harapan mereka mendapatkan bekal pembinaan melalui
pendidikan Gerakan Pramuka secara teori maupun praktik. Materi
yang disampaikan dalam Kursus Mahir Dasar (KMD) merupakan
materi yang berhubungan langsung dengan peserta didik ketika mereka
harus mengajar di pangkalan atau gugus depan. Sehingga setelah
pelaksanaan Kursus Mahir Dasar mereka telah mendapat bekal
beberapa materi untuk membina peserta didik secara mahir dan
profesional.
Dalam rangka membekali peserta KMD sebagi calon pembina
mahir dan profesional sekaligus sebagai calon pemimpin supaya
25 Wawancara dengan Nur Anis, Ketua Umum Racana Sultan Agung Universitas Islam Sultan Agung, masa bhakti 2003, Sabtu, 4 Oktober 2003, di sanggar Racana Sultan Agung
26 Ibid
60
mampu mewujudkan tujuan dan harapannya, maka mereka mendapat
bekal materi sebagai berikut;
1. Pengertian, sifat dan fungsi kepramukaan
2. Sejarah singkat Gerakan Pramuka
3. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka
4. Tujuan dan tugas pokok Gerakan Pramuka
5. Lambang dan tanda pengenal Gerakan Pramuka
6. Struktur organisasi Gerakan Pramuka
7. Majlis pembimbing Gerakan Pramuka
8. Majlis pembimbing Gugus Depan
9. Dewan satuan Gerakan Pramuka
10. Prinsip-prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan
11. Motto kepramukaan dan kode kehormatan
12. Perkemahan sebagai alat pendidikan
13. Upacara sebagai alat pendidikan
14. Api unggun sebagai alat pendidikan
15. Cara membina peserta didik
16. Kiasan dasar
17. Pengelola satuan
18. Organisasi gugus depan
19. Administrasi gugus depan
20. Forum peserta didik
21. Kode etik pembina pramuka
22. Peraturan tentang bendera kebangsaan
23. Sistem among
24. Laporan kegiatan
25. SKU/TKU dan SKK/TKK
26. Kegiatan lapangan golongan Siaga
27. Upacara pasukan Penggalang
28. Permainan besar pasukan Penggalang
29. Kewiraswastaan
61
30. Lagu-lagu 27 kepramukaan yang positif sebagai pendukung
sekaligus hiburan bagi mereka yang lemah, letih dan lesu selama
kegiatan berlangsung. Sedangkan pelaksanaannya menggunakan
sistem ceramah, diskusi, role playing dan demonstrasi untuk materi
yang sifatnya praktik.
c. Kursus Mahir Lanjutan (KML)
Setelah mengikuti masa pendidikan dalam bentuk Kursus Mahir
Dasar, selanjutnya mereka harus mengikuti Kursus Mahir Lanjutan
(KML) yang kapasitas waktu tatap mukanya lebih banyak dibanding
dengan KMD yaitu lebih banyak 9 jam tatap muka dari 100 jam tatap
muka dengan materi yang lebih spesifik ke golongan-golongan yang
yang telah ditentukan oleh pelatih.
Dalam pelaksanannya, anggota pramuka yang menjadi peserta
mereka harus di klasifikasi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan
pilihannya, yakni peserta khusus untuk calon pembina pramuka Siaga,
peserta khusus untuk calon pembina pramuka Penggalang, peserta
khusus untuk calon pembina pramuka Penegak dan peserta khusus
untuk calon pembina pramuka Pandega, sehingga mereka terfokus
pada materi yang harus dipelajari selama kursus dilaksanakan.
Setelah pelaksanaan KML, terhitung masa pengembangan selama 3
bulan untuk mengembangkan dan mempraktikkan teori-teori yang
telah dipelajari selama mengikuti KML. Dan setelah menyusun
laporan masa pengembangan selama tiga bulan, yang bersangkutan
berhak untuk dilantik dan dikukuhkan oleh Kwartir yang mengadakan
kegiatan tersebut sebagai pembina pramuka mahir sesuai dengan
golongan yang dipilih saat kursus dilaksanakan. Pelaksanaan
pengukuhan peserta kursus (berlaku hanya untuk Kursus Mahir
27 Buku Panduan Kursus Mahir Dasar ke 7, Racana Kusuma Dilaga dan Woro Srikandi,
STAIN Salatiga, 2002, hlm. 115
62
Lanjutan) dibuktikan dengan penyematan selendang dan pita mahir
sesuai dengan golongannya masing-masing28.
Sebagaimaa pelaksanaan KMD, KML juga merupakan kegiatan
yang memproses para calon pembina pramuka yang mahir dan
profesional sekaligus sebagai calon pemimpin. Akan tetapi,
perbedaannya adalah kalau KML seluruh kader diklasifikasi menjadi 4
golongan, yakni sebagai calon pembina pramuka dan calon pemimpin
yang mahir dan profesional khusus golongan Siaga, sebagai calon
pembina pramuka dan calon pemimpin yang mahir dan profesional
khusus golongan Penggalang, sebagai calon pembina pramuka dan
calon pemimpin yang mahir dan profesional khusus golongan
Penegak, sebagai calon pembina pramuka dan calon pemimpin yang
mahir dan profesional khusus golongan Pandega dan materinya juga
dibagi dalam dua klasifikasi, yakni umum dan khusus, sedangkan
peserta Kursus Mahir Dasar tidak. Materi yang sifatnya umum, harus
diikuti oleh seluruh kader tanpa memperhitungkan golongan yang
dipilihnya, materi-materi tersebut antara lain:
1. Orientasi Kursus
2. Dinamika kelompok
3. Pengembangan sasaran kursus
4. Kepramukaan merupakan pendidikan progresif sepanjang hayat
5. Kepramukaan abad XXI
6. Prinsip dasar kepramukaan sebagai norma hidup anggota Gerakan
Pramuka
7. Penghayatan metode kepramukaan sebagai suatu sistem
8. Cara berkemah yang baik
9. Cara menanamkan disiplin pada peserta didik
10. Cara menyusun program kegiatan peserta didik
11. Alam terbuka merupakan faktor penting dalam kepramukaan
28 Wawancara dengan Kakak Ruspandi, WAKABID TEKPRAM KWARCAB XI.33
KOTA SEMARANG, Selasa, 2 September 2003, Buper “LEMDIKADA” Gunungpati, Semarang
63
12. Ketrampilan kepramukaan
13. Menciptakan kegiatan kreatif-rekreatif
14. Ketrampilan PPPK
15. Kehidupan beragama dalam berkemah
16. Bhakti masyarakat
17. Pertemuan sebagai alat pendidikan
18. Upacara sebagai alat pendidikan29.
Sedangkan materi yang sifatnya khusus hanya diikuti oleh peserta
sesuai dengan pilihan yang telah mereka tentukan, yakni;
1. Materi khusus untuk golongan Siaga
a. Administrasi perindukan Siaga, meliputi; manfaat administrasi
perindukan Siaga, macam-macam perindukan Siaga dan kolom
tanda usaha
b. Organisasi dalam perindukan Siaga, meliputi; pimpinan
perindukan Siaga, dewan perindukan Siaga, tingkat kecakapan,
hubungan pembina dengan peserta didik, tugas pembina satuan,
Dwi Satya dan Dwi Darma, menanamkan pengertian Dwi
Satya dan Dwi Darma serta pencapaian Dwi Satya dan Dwi
Darma
c. Praktik berbagaimacam upacara Siaga, meliputi; upacara
pembukaan latihan, upacara penutupan latihan, upacara
pelantikan, upacara kenaikan tingkat, upacara pengukuhan
TKK dan upacara pindah golongan
d. Macam-macam pertemuan Siaga, meliputi; PERSARI,
pariwisata, perkemahan Siaga dan pesta Siaga
e. Praktik lapangan kegiatan Siaga, meliputi; darma wisata,
perkemahan Siaga, pesta Siaga, bentuk darma wisata dan
perkemahan, syarat-syarat darma wisata dan perkemahan, pesta
29 Kwartir Daerah Jawatengah, Buku Bahan Serahan KML Golongan Siaga, Penggalang,
Penegak dan Pandega, 2001
64
Siaga, tujuan pesta Siaga, sifat Pesta Siaga, pelaksanaan pesta
Siaga dan pengorganisasian pesta Siaga.
f. Macam-macam permainan Siaga, meliputi; permainan untuk
melatih ketajaman panca indera, ketangkasan dan ketrampilan,
disiplin, kecerdasan, kejujuran, keberanian, kesederhanaan,
meningkatkan pengetahuan dan untuk melatih etika30.
2. Materi khusus untuk golongan Penggalang
a. Makna pelantikan bagi Penggalang, adalah dalam rangka
memberikan pengakuan dan pengesahan terhadap anggota
pramuka atas prestasi yang dicapainya dengan tujuan agar para
anggota pramuka yang dilantik mendapat kesan yang
mendalam dan membuka hatinya untuk dapat menerima
pengaruh pembinaannya sebagai upaya membentuk manusia
yang berkepribadian, berbudi pekerti luhur, bertaqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, peduli pada tanah air, masyarakat,
bangsa dan alam sekitar serta peduli terhadap diri sendiri
dengan berpedoman pada satya dan darma pramuka.
b. Administrasi pasukan penggalang, meliputi; pengertian, fungsi,
pembuatan program kerja pasukan, macam-macam administrasi
pasukan penggalang
c. Pembentukan program kerja penggalang. Mengingat karena
pendidikan dalam kepramukaan dimaksudkan dan diartikan
secara luas dengan proses pembinaan sepanjang hayat yang
berkesinambungan dengan tujuan agar kegiatan dapat
dilakukan secara teratur, tertib, berdaya guna, tepat guna,
memudahkan pengawasan dan penilaian pelaksanaan kegiatan,
memudahkan evaluasi dan penyusunan laporan
pertanggungjawaban
30 Kwartir Daerah Jawatengah, Buku Bahan Serahan KML Golongan Siaga, 2001, hlm.
67-84
65
d. Organisasi dalam pasukan penggalang, meliputi; pengertian
pasukan Penggalang, tujuan dan manfaat organisasi pasukan
Penggalang dan pengelolaan pasukan Penggalang
e. Macam-macam pertemuan. Materi ini dilaksanakan dengan
tujuan mengembangkan rasa persaudaraan, kekeluargaan
persatuan dan perdamaian di antara para pramuka Penggalang
pada khususnya dan para pramuka pada umumnya. Sedangkan
pertemuannya diklasifikasikan dalam dua jenis. Pertama;
pertemuan biasa. Pertemuan ini dapat berbentuk latihan
bersama antar pasukan penggalang, api unggun, perkemahan
besar (Jambore Nasional, Jambore Daerah, Jambore Cabang
dan Jambore Ranting), gladian pimpinan regu (DIANPINRU),
lomba tingkat satu sampai lima (LT. I-V), demonstrasi
kecakapan dan ketrampilan Penggalang, perkemahan bhakti
Penggalang, karya wisata, pesta air (berenang dan mendayung),
permainan besar (wide games), PHBI serta PHBN. Kedua;
pertemuan khusus yang dilaksanakan oleh dewan Penggalang
dan dewan kehormatan Penggalang
f. Metode pengembangan jiwa Penggalang. Meliputi; pertama
metode paksaan. Metode ini didasarkan atas kewenangan
pembina karena anggota pramuka Penggalang diharuskan
mengikuti kemauan dan rencana yang dibuat oleh pembina
dengan peserta didik sebagai subjek. Kedua; metode bujukan.
Metode ini didasarkan atas dasar bujukan pembina kepada
peserta didik melalui demonstrasi atau contoh agar mereka
melakukan suatu sesuai dengan kehendak pembina. Ketiga;
metode mendorong. Metode ini didasarkan atas dorongan
pembina terhadap peserta didik agar dengan sendirinya mau
melakukan sesuatu. Dari ketiga metode tersebut masing-masing
dapat digunakan secara sendiri ataupun bersama-sama asal
sesuai dengan situasi dan kondisi.
66
g. Praktik lapangan berbagai jenis kegiatan dan pertemuan
Penggalang. Praktik latihan mingguan pada pasukan
Penggalang dapat dilaksanakan dengan memperhitungkan
unsur-unsur materi latihan, waktu, tempat, peralatan, metode,
petugas dan program latihan. Sedangkan jenis pertemuannya
adalah pertemuan pramuka yang berbentuk perkemahan antara
pramuka Penggalang dari berbagai satuan pramuka yang
merupakan kegiatan rekreatif, riang gembira, penuh rasa
persaudaraan, berisi kegiatan menarik dan kreatif serta bhakti
masyarakat dan keagamaan. Misalnya; Jambore Nasional,
Jambore Daerah, Jambore Cabang, Jambore Ranting,
perkemahan bersama Penggalang dan perkemahan bhakti
Penggalang.
h. Praktik berbagai macam metode latihan Penggalang. Meliputi;
metode cerita, metode pemecahan masalah, metode diskusi,
metode peragaan, metode kerja kelompok, metode lomba,
metode pangkalan, metode bermain perang (role playing), dan
metode tak terduga.
i. Praktik api unggun. Pelaksanaan api unggun ini harus
memperhatikan hal-hal yang berhubungan langsung dengan
pelaksanaannya baik untuk pelaksanaan di dalam ruangan,
maupun yang di luar ruangan31.
3. Materi khusus untuk golongan Penegak
a. Metode pengembangan jiwa Penegak. Meliputi; diskusi, belajar
sambil mengajar, bekerja sambil belajar, ceramah, demonstrasi,
bermain peranan, pengumpulan gagasan, kerja kelompok,
pemecahan masalah, karya wisata dan observasi.
b. Penegak sebagai instruktur muda. Sasaran pembinaan pramuka
Penegak adalah membentuk pramuka Penegak sebagai
31 Kwartir Daerah Jawatengah, Buku Bahan Serahan KML Golongan Penggalang, 2001, hlm. 67-112
67
instruktur muda yang berbakat, yang kelak dapat dipersiapkan
menjadi pembantu pembina, pembina, pelatih, bahkan
pemimpin Gerakan Pramuka pada khususnya atau pemimpin
bagsa dan agama pada umumnya yang memiliki kepribadian,
jiwa kepemimpinan, taqwa, simpatik, bijaksana dan jujur,
ikhlas dalam membimbing, sabar dan tegas, rajin dan rapi,
ramah dan kompak.
c. Dewan kerja Kwartir. Keberadaan dewan kerja Kwartir juga
termasuk sasaran pembinaan pramuka Penegak mulai dari
tingkat nasional sampai ranting dengan tujuan mengembangkan
jiwa kepemimpinan dan rasa tanggungjawab para pramuka
Penegak serta memberi kesempatan untuk belajar berorganisasi
dengan praktik secara praktis dan sebagai kaderisasi Gerakan
Pramuka.
d. Jenis-jenis pertemuan Penegak. Pertama; pertemuan biasa,
meliputi; pertemuan mingguan atau bulanan baik di ruangan
maupun di alam terbuka dengan tujuan untuk melatih
ketrampilan yang diperlukan atau membicarakan rencana
kegiatan yang akan datang. Kedua; pertemuan khusus,
meliputi; HUT satuan atau gugus depan, kegiatan bhakti
masyarakat, kegiatan keagamaan, pengembaraan, lintas alam,
gladi tangguh, halang rintang, perkemahan wirakarya, raimuna,
LPK, seminar dan pesta karya.
e. Permainan besar dan pertemuan Penegak. Ini merupakan
kegiatan pembinaan yang berisi pembinaan jasmani dan
rohani, ketrampilan intelegensi dan lain-lain. Pertemuan
Penegak dapat berupa; pertama, gladi tangguh dengan materi
antara lain latihan mengatasi berbagai kesulitan lahir dan batin
dengan mengutamakan latihan bidang kecerdasan, keuletan,
kesabaran dan ketabahan. Kedua; halang rintang dengan materi
antara lain latihan ketrampilan dan ketangkasan jasmani
68
dengan melintasi rintangan baik rintangan asli maupun buatan.
Ketiga; pengembaraan dengan materi antara lain; berjalan dua
hari berturut-turut dalam rangka melaksanakan tugas dari
pembina dengan berjalan kaki, naik sepeda atau berperahu.
f. Renungan jiwa Penegak. Materi ini merupakan suatu uraian
candra jiwa yang sangat berguna bagi Penegak yang dibacakan
pada saat upacara penutupan latihan, pertemuan khusus atau
acara tertentu yang dilaksanakan pada malam hari. Renungan
jiwa merupakan suatu naskah yang mengupas satu atau
keseluruhan darma bhakti atau kegiatan lain, naskah tersebut
berupa nilai-nilai moral dan spiritual yang berbentuk prosa atau
puisi yang isinya mengingatkan, memotivasi, meneropong,
meluruskan jalan dan sentuhan jiwa tiap-tiap Penegak32.
4. Materi khusus untuk golongan Pandega
a. Makna pelantikan Pandega, adalah untuk membangkitkan rasa
harga diri dan rasa percaya diri pada kemampuan pribadi
dengan tujuan untuk memantapkan sikap mental positif yang
mengarah pada terbentuknya kepribadian yang luhur sehingga
menjadi anggota masyarakat yang berguna.
b. Administrasi Racana Pandega. Meliputi; pengertian
administrasi Racana Pandega, macam-macam, manfaat dan
cara membuat administrasi Racana Pandega.
c. Gugus depan perguruan tinggi. Meliputi; pramuka perguruan
tinggi, organisasi, tata cara dan analisa.
d. Musyawarah Pandega. Meliputi; pengertian, maksud, tujuan
dan tata cara musyawarah Pandega, tugas masing-masing
komisi dan tim formatur musyawarah Pandega.
e. Manajemen konflik. Merupakan kemampuan dalam
mengahadapi dan mengelola suatu konflik secara berdaya guna
32 Kwartir Daerah Jawatengah, Buku Bahan Serahan KML Golongan Penegak, 2001, hlm. 67-86
69
sehingga dapat memberi dukungan yang positif bagi
organiasasi untuk mencapai tujuan secara optimal. Dengan
sasaran kajiannya; sebab-sebab terjadi konflik, gaya
manajemen konflik dan cara mengelola konflik.
f. Manajemen stres dalam Gerakan Pramuka. Kajiannya meliputi;
hakekat manajemen stres, konsep dasar stres, stres dari sudut
pandang manajemen, faktor munculnya stres, cara memandang
stres dan upaya menjaga tingkat stres yang rendah.
g. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Dengan
kajiannya meliputi; pengertian dan cara pemecahan masalah,
kegunaan pemecahan masalah, macam-macam masalah,
pengaruh dinamika, langkah pengambilan keputusan dan teknik
pengambilan keputusan.
h. Praktik pertemuan Pandega dengan tujuan sebagai wahana
aplikasi teknologi tepat guna, batasan-batasan teknologi tepat
guna, manfaat teknologi tepat guna dan macam-macam
teknologi tepat guna33.
d. Kursus Pembina Dasar (KPD)
Dengan dilantiknya sebagai pembina mahir, maka secara
otomatis mereka benar-benar secara legitimasi telah menjadi pembina
yang berhak membina di pangkalan yang membutuhkannya. Dalam
rangka untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan kepramukaan
serta untuk lebih mendalami tugas sebagai pembian mahir, maka
selanjutnya berhak mengikuti kursus yang dinamakan kursus pembina
dasar (KPD).
Kegiatan kursus ini hanya diikuti oleh anggota pramuka yang
telah dinyatakan lulus KML dan benar-banar telah dikukuhkan sebagai
pembina pramuka mahir dan profesional.
33 Kwartir Daerah Jawatengah, Buku Bahan Serahan KML Golongan Pandega, 2001, hlm. 67-106
70
e. Kursus Pembina Lanjutan (KPL)
Selesai jenjang kursus pembina dasar, maka setelah melalui masa
pengembangan selama enam bulan yang bersangkutan berhak untuk
mengikuti kursus pembina lanjutan. Dengan berakhirnya kursus pembina
lanjutan dan setelah menyelesaikan masa pengembangan selama enam
bulan, selanjutnya akan dikukuhkan sebagai pelatih yang pada saat tertentu
berhak untuk menjadi tutor atau pelatih pada kegiatan-kegiatan kursus
bagi para calaon pembina mahir dan profesional baik di tingkat dasar
maupun tingkat lanjutan34.
34 Wawancara, Op. Cit. Ruspandi.
71
Recommended