View
213
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
33
Febrian Tri Anggawati, 2013 Penerapan Model Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Jaringan
Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Definisi Operasional
Dalam rangka menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah
yang digunakan dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelasan tentang
beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini agar lebih efektif dan
operasional. Istilah-istilah tersebut antara lain:
1. Model inquiry yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang
dikembangkan oleh Eggen dan Kauchak (2010). Tahapan model inquiry
adalah menyajikan pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis, merancang
percobaan, melakukan percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data, dan
membuat kesimpulan. Siswa dibagi kelompok menjadi 5 kelompok dan
setiap kelompok beranggotakan 5 orang siswa melalui metode praktikum.
Setiap kelompok diberikan Lembar Kerja Diskusi (LKD) inquiry untuk
membuat rancangan percobaan yang berbeda pada setiap kelompok. Siswa
diberi kebebasan untuk mengajukan rumusan permasalahan dari fenomena,
siswa mengajukan hipotesis dan melakukan observasi oleh siswa sendiri.
Keterlaksanaan model pada kegiatan praktikum ini diamati berdasarkan
lembar observasi yang terdiri dari sepuluh indikator yang mengacu
padatahapan model inquiry. Teknik pengolahan lembar observasi dengan
melakukan perhitungan persentase keterlaksanaan kegiatan pembelajaran
kemudian dikategorikan.
34
Febrian Tri Anggawati, 2013 Penerapan Model Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Jaringan
Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Kemampuan berpikir kritis yang dimaksud adalah gambaran menyeluruh
berdasarkan 5 indikator kemampuan berpikir kritis siswa untuk menjawab
soal yang disajikan dalam bentuk pilihan ganda beralasan yang
dikembangkan oleh penulis dan telah diuji coba validitasnya. Indikatornya
meliputi:memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification),
membangun keterampilan dasar (basic support), membuat inferensi
(inference), memberikan penjelasan lebih lanjut (advance clarification), dan
mengatur strategi dan taktik (strategy and tactics) (Ennis, 1985). Peningkatan
kemampuan berpikir kritis siswa ini dilihat dari nilai gain yang diperoleh
siswa setelah menjawab soal-soal tes tersebut pada tes awal (pretest) dan tes
akhir (posttest).
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu
untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada.
Penelitian didesain untuk dilakukan kepada siswa kelas XI IPA dengan
menggunakan satu kelas yang terdiri dari 25 siswa. Data yang diambil berupa
data gambaran kemampuan berpikir kritis siswa pada kegiatan pembelajaran
inquiry materi jaringan tumbuhan. Pengambilan data dilakukan sebelum, selama,
dan setelah proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan instrument
berupa angket, soal pretest dan posttest, lembar observasi dan wawancara guru.
Teknik observasi digunakan oleh peneliti dalam mengamati jalannya proses
35
Febrian Tri Anggawati, 2013 Penerapan Model Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Jaringan
Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kegiatan selama pembelajaran seperti keterlaksanaan model dalam kegiatan
praktikum yang dilakukan oleh siswa dalam melatih kemampuan berpikir kritis
siswa.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Laboratorium
Percontohan UPI Bandung kelas XI tahun ajaran 2012/2013.
2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposif. Dalam penelitian ini sampel
yang diambil sebanyak satu kelas, di mana kelas yang dijadikan sebagai
penelitian merupakan kelas yang memiliki hasil belajar yang baik
dibandingkan kelas yang lainnya karena dalam model inquiry diperlukan
kemampuan kognitif yang tinggi.
D. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Laboratorium Percontohan UPI, Jalan
Senjayaguru kampus UPI Bandung. Sekolah ini dijadikan sebagai tempat
penelitian karena sekolah tersebut sering dijadikan tempat penelitian dan
mengamati karakteristik siswa pada kelas yang dijadikan sampel memiliki ciri-
ciri yang sesuai dengan tujuan penelitian.
36
Febrian Tri Anggawati, 2013 Penerapan Model Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Jaringan
Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
E. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian yang akan digunakan meliputi:
1. Tes tertulis untuk kemampuan berpikir kritis
Tes yang digunakan untuk menelusuri kemampuan berpikir kritis siswa
berupa tes tertulis berupa soal-soal pilihan ganda beralasan yang terdiri dari
lima indikator berpikir kritis pada materi struktur jaringan tumbuhan
sebanyak 15 soal seperti pada Lampiran B.2. Tes tersebut merupakan
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes diberikan dua kali yaitu tes
awal (pretest) dan tes akhir (posttest), dengan asumsi bahwa melalui
pemberian alat yang sama, dapat diketahui perubahan nilai siswa setelah
diberi perlakuan. Tes awal diberikan 30 menit sebelum pembelajaran,
berfungsi untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa sebelum
dilakukan model inquiry. Tes akhir diberikan setelah pembelajaran
berlangsung selama 25 menit pada pertemuan terakhir, berfungsi untuk
mengetahui apakah terdapat perubahan kemampuan berpikir kritis siswa
melalui model inquiry. Sebelum digunakan, soal yangakan dipakai sebagai
instrumen penelitian perlu dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen
pembimbing dan dosen ahli untuk diuji validitas dan realibitas soal-soal tes
uraian tersebut. Konsultasi ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian soal
37
Febrian Tri Anggawati, 2013 Penerapan Model Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Jaringan
Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dengan kemampuan indikator berpikir kritis (Lampiran B.3) yang ingin
dilihat, serta mengkoreksi materi dalam konsep yang telah dipilih.
2. Lembar observasi
Lembar observasi keterlaksanaan model inquiry ini terdiri dari sepuluh
indikator yang mengacu pada tahapan model inquiry dapat dilihat pada
Lampiran B.4. Lembar observasi ini akan diisi oleh beberapa observer, setiap
kelompok diamati oleh seorang observer. Setiap observer bertanggung jawab
terhadap siswa dalam kelompok tersebut. Data ini digunakan untuk
menjaring keterlaksanaan model inquiry siswa selama proses pembelajaran,
seperti mengajukan rumusan masalah, membuat hipotesis, membuat
rancangan percobaan, mengumpulkan data, menganalisis, membuat
kesimpulan dan melakukan diskusi serta memberikan gagasan dalam
kelompok.
3. Angket
Angket ini dijadikan sebagai data tambahan untuk mengetahui respon siswa
terhadap penerapan pembelajaran menggunakan model inquiry. Aspek yang
diukur antara lain pengalaman siswa dalam penerapan model inquiry,
mengkaitkan konsep pada lingkungan sekitar, pengembangan kemampuan
berpikir kritis, merasa antusias dalam proses pembelajaran, dan kesulitan
dalam proses pembelajaran. Angket siswa diberikan pada siswa setelah
model inquiry diterapkan dalam kelas. Siswa diharapkan menjawab sepuluh
38
Febrian Tri Anggawati, 2013 Penerapan Model Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Jaringan
Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
soal pilihan ganda di mana setiap soal terdiri dari tiga opsi berbeda
disesuaikan dengan pertanyaan seperti pada Lampiran B.5.
4. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap guru mengenai pendapat penerapan model
inquiry dan kendala–kendala yang ditemukan oleh guru dalam penerapannya
setelah rangkaian model inquiry ini dilaksanakan. Wawancara ini
memngungkap empat aspek, yaitu model pembelajaran yang sering
digunakan dalam pembelajaran biologi, keterbatasan dalam model
pembelajaran inquiry, tanggapan guru mengenai kemampuan berpikir kritis
pada siswa, dan kesulitan guru dalam menilai kemampuan berpikir kritis
pada siswa (Lampiran B.6).
F. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan ini meliputi:
a. Menyusun proposal dengan bimbingan dari dosen pembimbing dan
seminar proposal.
b. Membuat rencana pembelajaran yang dibagi ke dalam dua kali pertemuan
pembiasaan model dan dua kali pertemuan penerapan model inquiry
disertai lembar kerja siswa dan lembar kerja diskusi (lampiran A.1).
c. Membuat instrumen penelitian sebagai alat untuk mengumpulkan data.
Instrumen terdiri atas soal kemampuan berpikir kritis dalam bentuk
pilihan ganda beralasan dengan 4 opsi, lembar observasi keterlaksanaan
39
Febrian Tri Anggawati, 2013 Penerapan Model Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Jaringan
Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
model, rubrik penilaian kemampuan berpikir kritis, angket tertutup dan
pedoman wawancara guru.
d. Melakukan ujicoba instrumen penelitian setelah sebelumnya dilakukan
judgement ujicoba instrumen pada dosen ahli untuk dipilih butir
instrumen yang layak digunakan pada penelitian dengan
mempertimbangkan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya
pembeda.
e. Merevisi instrumen dengan mempertimbangkan tata bahasa, kedalaman
materi, bentuk pertanyaan dan kesesuaian soal dengan indikator penilaian
kemampuan berpikir kritisdengan arahan dan bimbingan dari dosen.
f. Mengurus perizinan pengambilan data.
2. Tahap pelaksanaan, meliputi:
a. Menentukan kelas yang akan dijadikan subjek penelitian.
b. Memberikan pretest berupa tes kemampuan berpikir kritis 30 menit
sebelum kegiatan pembelajaran dengan model inquiry dilaksanakan pada
pertemuan pertama. Data pretest dijaring dengan menggunakan 15 soal
pilihan ganda beralasan dengan empat opsi.
c. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model inquiry dalam
bentuk kegiatan praktikum dilaksanakan dalam dua kali pertemuan,
masing-masing pertemuan berlangsung selama 90 menit. Model yang
digunakan dijelaskan pada bab IV.
40
Febrian Tri Anggawati, 2013 Penerapan Model Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Jaringan
Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
d. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung di kelas, dilakukan observasi
keterlaksanaan model inquiry.
e. Memberikan posttest yang meliputi tes untuk menjaring kemampuan
berpikir kritis siswa. Sama halnya dengan pretest, pada saat postest juga
diberikan sebanyak 15 soal pilihan ganda beralasan dengan lima indikator
antara lain memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan
dasar, membuat inferensi, memberikan penjelasan lebih lanjut, mengatur
strategi dan taktik setelah pembelajaran menggunakan model inquiry
selama 25 menit pada pertemuan terakhir.
3. Tahap analisis data
a. Melakukan pengolahan data hasil pretest dan posttest secara manual atau
menggunakan perhitungan uji gain, menghitung persentase pada lembar
observasi dan angket siswa.
b. Menganalisis hasil pengolahan data penerapan model inquiry untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
c. Penarikan kesimpulan hasil penelitian dan penyusunan rekomendasi
untuk pelaksanaan penelitian selanjutnya.
41
Febrian Tri Anggawati, 2013 Penerapan Model Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Jaringan
Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
G. Alur Penelitian
Merumuskan masalah
Pengumpulan data dan kajian
pustaka
Menyusun proposal penelitian, seminar proposal dan revisi
proposal
Menyusun instrumen penelitian dan RPP pembelajaran
Melakukan judgement instrumen
penelitian
Revisi instrumen
Pretest
Kelas Penelitian
Pembiasaan dan
pembelajaran dengan
model inquiry
Posttest dan pemberian angket pada kelas penelitian
Pengumpulan data
Pengolahan data dan analisis data
Hasil dan kesimpulan
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian
42
Febrian Tri Anggawati, 2013 Penerapan Model Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Jaringan
Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
H. Analisis Uji Coba Instrumen
Sebelum melakukan pengambilan data dengan menggunakan instrumen
yang telah dibuat, terlebih dahulu dilakukan judgement oleh dosen ahli kemudian
dilakukan uji coba instrumen. Uji coba dilakukan pada kelas yang sudah
mendapatkan materi yang akan diteliti. Uji coba dilakukan untuk melihat
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda instrumen yang
digunakan. Untuk melihat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya
pembeda setiap butir soal yang diujicobakan digunakan software ANATES
Uraian versi 4,0 dengan hasil, sebagai berikut:
Tabel 3.1 Hasil Analisis Uji Coba Soal Pilihan Ganda Beralasan
Kemampuan Berpikir Kritis
No
Daya
pembeda
(%)
Tingkat
kesukaran Validitas
Signifikasi
Korelasi Keterangan
1 20.83 Sedang 0.298 - Direvisi
2 66.67 Sedang 0.701 Sangat
Signifikasi
Diterima
3 70.83 Sedang 0.617 Sangat
Signifikasi
Diterima
4 0.00 Sukar -0.006 - Ditolak
5 29.17 Sangat
sukar
0.584 Sangat
signifikasi
Direvisi
6 54.17 Sedang 0.630 Sangat
signifikasi
Diterima
7 37.50 Sedang 0.603 Sangat
signifikasi
Diterima
8 25.00 Sedang 0.388 - Diterima
9 25.00 Sedang 0.313 - Diterima
10 8.33 Sukar 0.241 - Ditolak
11 20.83 Sedang 0.277 - Diterima
12 37.50 Sukar 0.619 Sangat
signifikasi
Diterima
43
Febrian Tri Anggawati, 2013 Penerapan Model Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Jaringan
Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No
Daya
pembeda
(%)
Tingkat
kesukaran Validitas
Signifikasi
Korelasi Keterangan
13 37.50 Sukar 0.620 Sangat
signifikasi
Diterima
14 12.50 Sangat
sukar
0.358 - Direvisi
15 20.83 Sukar 0.434 Signifikasi Diterima
16 16.67 Sukar 0.381 - Direvisi
17 16.67 Sukar 0.274 - Direvisi
18 8.33 Sangat
sukar
0.280 - Ditolak
19 4.17 Sangat
sukar
0.033 - Ditolak
20 -4.17 Sangat
sukar
-0.026 - Ditolak
Keterangan :
Rata-Rata : 15,87
Simpangan Baku : 6,04
Korelasi XY : 0,54
Reliabilitas : 0,70
I. Teknik Pengumpulan dan Pengelolahan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa terhadap materi pada
konsep struktur jaringan tumbuhan dilakukan dengan tes pilihan ganda
beralasan sebanyak 15 butir soal yang sudah diuji.
b. Untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran inquiry digunakan
lembar observasi yang diisi oleh observer sesuai dengan kriteria/ indikator
yang telah ditetapkan. Pembelajaran dilakukan selama empat kali di mana
dua kali pembiasaan model pembelajaran inquiry dan dua kali
44
Febrian Tri Anggawati, 2013 Penerapan Model Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Jaringan
Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pembelajaran menggunakan model inquiry. Selama dua kali pertemuan itu
pula dilakukan observasi keterlaksanaan model inquiry pada saat
pembelajaran berlangsung.
c. Untuk mengetahui respon dan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran
dengan menggunakan pembelajaran model inquiry digunakan angket
tertutup. Setiap pertanyaan dalam angket memiliki tiga pilihan opsi yang
berbeda.
2. Pengolahan Data
Adapun pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:
a. Analisis Data
Untuk menganalisis data yang diperoleh dari penelitian dilakukan
perhitungan. Data utama berupa tes kemampuan berpikir kritis (pretest
dan posttest), data keterlaksanaan model inquiry, lembar observasi, serta
angket yang dihitung secara kuantitatif.
1) Menghitung Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dari Hasil
Pretest, Posttest dan Selisih (Gain).
Menentukan indeks gain < g >, dengan rumus:
Meltzer & Hake (Andrian, 2006: 35)
Keterangan:
T1 : Nilai Pretest
T2 : Nilai Postest
T3 : Skor Maksimum
45
Febrian Tri Anggawati, 2013 Penerapan Model Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Jaringan
Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Setelah mendapatkan indeks gain, maka data tersebut ditafsirkan
kedalam kriteria efektivitas pembelajaran menurut Meltzer dan Hake
(Andrian, 2006: 35).
Data diurutkan untuk mengetahui nilai tengah dari kelompok data
(median) dan gejala yang paling sering muncul (modus) dari hasil
pretest dan posttest.
2) Lembar Observasi untuk Menilai Keterlaksanaan Model
Pembelajaran Inquiry
Perhitungan data lembar observasi dilakukan dengan memberi
tanda (√) dan menjumlahkan banyaknya kemunculan tanda (√) pada
setiap indikator yang muncul. Data tersebut dapat dihitung dengan
rumus (Subekti dan Firman, 1986).
Keterangan:
X = Persentase munculnya aspek kemampuan berkomunikasisecara
lisan siswa selama pembelajaran
r = Jumlah indikator/tahap model inquiry
R = Jumlah total indikator/tahap model inquiry yang diharapkan
muncul
g> 0.7 : tinggi
0.3 < g > 0.7 : sedang
g< 0.3 : rendah
46
Febrian Tri Anggawati, 2013 Penerapan Model Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Jaringan
Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Setelah mengetahui persentase dari suatu data, kemudian hasilnya
ditafsirkan menurut modifikasi Soemantri (1989) dalam bentuk
kalimat, yaitu:
0% = tidak pernah
1%-30% = sangat jarang
31%-49% = jarang
50% = cukup
51%-80% = sering
81%-99% = sangat sering
100% = selalu
3) Analisis Angket Siswa
a. Melakukan tabulasi jawaban angket dari seluruh siswa
b. Menghitung presentase jawaban siswa untuk masing-masing
kriteria yang ditanyakan dengan perhitungan sebagai berikut:
c. Melakukan interpretasi jawaban angket dengan cara membuat
kategori untuk setiap kriteria berdasarkan tabel aturan
Koentjaraningrat (1990).
Tabel 3.2 Interpretasi Jawaban Angket
Presentase Kategori
0 % Tidak ada
1 – 25 % Sebagian kecil
26 – 49 % Hampir setengahnya
50 % Separuhnya
51 – 75 % Sebagian besar
76 – 99 % Hampir setengahnya
100 % Seluruhnya
Recommended