View
220
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Dengue Haemorrhagic Fever adalah penyakit yang terdapat pada
anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang
biasanya memburuk setelah dua hari pertama (Mansjoer, 2005).
Dengue Haemorrhagic Fever adalah penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh Arbovirus (Arthropodbron virus) dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes yaitu Aedes Albopictus dan Aedes Aegypti yang
ditandai oleh demam tanpa sebab yang jelas dan disertai gejala lain seperti
lemah, nafsu makan berkurang, muntah serta nyeri sendi pada anggota
tubuh (Ngastiyah, 1995).
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang terdapat
pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi
yang disertai leucopenia, dengan atau tanpa ruam (rash) dan
limfadenopati, trombositopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan
(petekie) spontan (Sjaefullah, 2000). Dari beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa Dengue Haemorrhagic Fever adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot, dan atau nyeri sendi yang disertai penurunan dari sel darah
putih, adanya bercak kemerahan di kulit, pembesaran kelenjar getah
bening, penurunan jumlah trombosit dan kondisi terberat adalah
7
perdarahan dari hampir seluruh jaringan tubuh. Biasanya demam berdarah
cepat menyebardalam suatu wilayah tertentu dan menjadi efidemik.
B. Anatomi dan Fisiologi
Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh
darah dan saluran limfe. Jantung merupakan organ pemompa yang besar
yang memlihara peredaran melalui seluruh tubuh. Arteri membawa darah
dari jantung, Vena membawa darah ke jantung, Kapiler menggabungkan
arteri dan vena.
1. Jantung
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan
dengan basisnya diatas dan puncaknya dibawah. Apex-nya (puncak)
miring ke sebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300 gram (Pearce,
2002).
Jantung merupakan organ pemompa yang besar yang memelihara
peredaran darah melalui seluruh tubuh. Letak jantung di dalam rongga
dada sebelah depan, sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada,
diatas diafragma dan pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara kosta
V dan VI dua jari dibawah papila mamae. Ukurannya lebih kurang
genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram
(Syaifuddin, 2006).
Jantung terdapat tiga lapisan yaitu Endokardium, Miokardium dan
Perikardium. Endokardium merupakan lapisan terdalam di jantung
8
yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir yang melapisi
permukaan rongga jantung. Miokardium merupakan lapisan inti dari
jantung yang terdiri dari otot-otot jantung sedangkan Perikardium
merupakan lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput
pembungkus, terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral
yang bertemu di pangkal jantung membentuk kantung jantung. Jantung
terdiri dari 4 ruang yaitu :
a. Atrium kanan berada disebelah kanan jantung dan terbuka pada
bagian kirinya kedalam segitiga ventrikel kanan.
b. Atrium kiri berbentuk persegi tidak beraturan denganvena
pulmunalis masuk ke dalam setiap sudutnya.
c. Ventrikel kanan berada pada bagian depan jantung dan
memompakan darah ke atas masuk ke arteri pulmunalis.
d. Dinding ventrikel kiri jauh lebih tebal dibandingkan dinding
ventrikel kanan, namun strukturnya sama. Dinding yang tebal
diperlukan untuk memompa darah agar darah mengandung
oksigen.
Selain itu di dalam jantung terdapat katup-katup jantung yang
sangat penting artinya dalam system peredaran dan pergerakan jantung
manusia, katup tersebut adalah katup bikuspidalis dan katup
trikuspidalis. Katup bikuspidalis adalah katup yang menjaga aliran
darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri. Katup trikuspidalis adalah
katup katup yang terdapat antara atrium kanan dengan ventrikel kanan.
9
Gambar 2.1
Anatomi Fisiologi Jantung
2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu : Arteri, Kapiler dan Vena
(Syaifuddin, 2006).
a. Arteri (Pembuluh nadi)
Merupakan pembuluh darah yang membawa darah segar berisi
oksigen keluar dari jantung
b. Kapiler
Merupakan pembuluh darah yang sangat kecil tempat arteri
berakhir.Makin kecil arteriol makin menghilang ketiga lapis
dindingnya sehingga ketika sampai pada kapiler yang sehalus
rambut, dinding itu tinggal satu lapis saja yaitu lapisan
endothelium. Kapiler melaksanakan fungsi yang samgat penting
10
sebagai distributor zat-zat penting ke jaringan yang
memnungkinkan berbagai proses dalam tubuh berjalan.
c. Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung. Beberapa vena
penting yaitu
1) Vena Cava Superior adalah vena balik yang memasuki atrium
kanan, membawa darah kotor dari daerah kepala, thorak dan
ekstremitas atas.
2) Vena Cava Inferior merupakan vena yang mengembalikan
darah kotor ke jantung dari semua organ tubuh bagian bawah.
3) Vena jugularis adalah vena yang mengembalikan darah kotor
dari otak ke jantung.
4) Vena pulmonalis adalah vena yang mengembalikan darah kotor
ke jantung dari paru-paru.
3. Darah
Menurut Syaifuddin (2006) Darah adalah suatu jaringan tubuh
yang terdapat di dalam pembuluh darah yang warnanya merah. Darah
adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian, bagian cairan disebut
plasma dan bagian padat disebut sel darah (Pearce, 2002).Darah
memiliki berbagai fungsi yaitu :
a) Sebagai alat pengangkut yaitu, mengambil oksigen dari paru-paru
untuk diedarkan ke seluruh tubuh, mengangkat karbondioksida dari
jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru, mengangkut zat-zat
11
makanan dan diedarkan ke seluruh tubuh, mengangkut zat-zat yang
tidak berguna untuk dikeluarkan melalui ginjal.
b) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun
dalam tubuh.
c) Menyebarkan panas ke seluruh tubuh.
Darah terdiri atas dua bagian yaitu sel-sel darah dan plasma
darah. Sel-sel darah terdiri atas Eritrosit (sel darah merah), Leukosit
(sel darah putih) dan Trombosit (sel pembeku darah).
1) Sel darah merah
Sel darah merah berbentuk seperti cakram/bikonkaf dan
tidak memiliki inti. Ukuran diameternya kira-kira 7,7 unit (0,007
mm), tidak dapat bergerak. Jumlahnya kira-kira 5 juta dalam 1
mm3 (4½ juta). Berwarna kuning kemerah-merahan, karena
didalamnya mengandung zat yang disebut Hemoglobin.
Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen dari paru-paru
untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat
karbondioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
Sel darah merah dibuat di dalam tubuh di dalam sumsum
tulang merah, limpa dan hatiyang kemudian akan beredar di dalam
tubuh selama 14-15 hari dan setelah itu akan mati. Jumalah normal
Hb pada orang dewasa kira-kira 11,5-15 gram dalam 100cc darah.
Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 mg%.
12
Apabila jumlah Sel darah merah dan Hemoglobin
berkurang maka keadaan ini disebut anemia. Yang biasanya
disebabkan oleh perdarahan yang hebat.
2) Sel darah putih
Bentuk dan sifat leukosit berlainan dengan eritrosit apabila
dilihat di bawah mikroskop maka akan terliht bentk yang dapat
berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaran kaki palsu
(pseudopodia), mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga
dapat dibedakan menurut inti selnya, memiliki warna bening (tidak
berwarna), banyaknya dalam 1 mm3 darah kira-kira 6000-9000.
Fungsi sel darah putih sebagai pembunuh dan pemakan
bibit penyakit atau bakteri yang masuk ke dalam jaringan tubuh.
Sel ini dibuat di dalam limpa dan kelenjar limfe.
Leukosit terdiri dari 2 macam yaitu Agranulosit dan
Granulosit. Agranulosit adalah sel leukosit yang tidak mempunyai
granula di dalamnya, yang terdiri dari :
a) Limfosit yang dihasilakn dari jaringan system retikuloendotel
dan kelenjar limfe, bentuknya ada yang besar dan ada yang
kecil, di dalam sitoplasmanya tidak terdapat granula dan
intinya besar, banyaknya 20%-25% dan fungsinya membunuh
dan memakan bakteri yang masuk ke dalam jaringan tubuh.
b) Monosit dibuat di sumsum merah, lebih besar dari limfosit.
Fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 34%. Bila dilihat
13
dibawah mikroskop terlihat bahwa protoplasmanya lebar,
warna biru sedikit abu-abu mempunyai bintik-bintik sedikit
kemerahan. Inti selnya bulat atau panjang dan memiliki warna
lembayung muda.
Sedangkan granulosit disebut juga leukosit granular yang
terdiri dari :
a) Neutrofil atau polimorfonuklear luekosit, mempunya inti sel
yang kadang kadang seperti terpisah pisah, protoplasmanya
banyak bintik bintik halus atau granula, banyaknya 60%-70%.
b) Eusinofil, ukuran dan bentuknya hamper sama dngan neutrofil
tetapi granula dalam sitoplasmanya lebih besar
c) Basofil, sel ini kecil dari eusinofil tetapi mempunyai inti yang
bentuknya teratur, di dalam protoplasmanya terdapat granula
granula besar. Banyaknya setengah bagian di sumsum merah.
3) Trombosit (sel pembeku)
Cairan ini berwarna putih, normalnya pada orang dewasa
200.000-300.000/ mm3, bentuk dan ukurannya bermacam-macam
ada yang bulat dan ada yang lonjong. Fungsinya memegang
peranan penting dala proses pembekuan darah. Jika banyaknya
kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak bisa lekas
membeku sehingga timbul perdarahan yang teru menerus.
Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut
membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah yaitu Ca2+ dan
14
fibrinogen. Kalau kita terluka maka darah akan keluar, trombosit
pecah dan mengeluarkan zat yang disebut trombokinase. Zat ini
akan bertemu dengan protombin dengan pertolongan Ca2+ akan
terjadi trombin. trombin.
4) Plasma darah
Bagian cairan darah yang membentuk sekitar 5% dari berat
badan, merupakan media sirkulasi elemen-elemen darah yang
membentuk sel darah merah, sel darah putih, dan sel pembeku
darah, selain itu juga sebagai media tranportasi bahan organik dan
bahan anorganik dari suatu organ atau jaringan. Hampir 90% dari
plasma darah terdiri dari air. Di dalam plasma darah terdapat zat-
zat diantaranya :
a) Fibrinogen yang berguan dalam peristiwa pembekuan darah.
b) Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium) yang
berguna dalam metabolism dan juga mengadakan osmotik.
c) Protein darah (albumin, globulin) meningkatkan viskositas
darah dan juga menimbulan tekanan osmotic untuk memelihara
keseimbangan cairan dalam tubuh.
d) Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral dn
vitamin).
e) Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
f) Antibodi/antitoksin
15
Proses pembentukan sel darah (hemotopoesis) terdapat di tiga
tempat, yaitu: sumsum tulang, hepar dan limpa.
1) Sumsum Tulang
Sumsum tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah
Tulang Vertebrae, Sternum (tulang dada), Costa (tulang iga).
2) Limpa
Limpa juga berfungsi menghancurkan sel darah merah yang
rusak. Volume darah pada tubuh yang sehat / organ dewasa
terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5
liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap organ tidak sama
tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau
pembuluh darah.
C. Etiologi
Dengue Haemoragic Fever ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti cirri cirri nyamuk tersebut adalah berwarna hitam dan terdapat
loreng loreng putih pada seluruh tubuhnya, nyamuk tersebut berkembang
biar di tempat tempat penampungan air bersih seperti bak mandi, WC, pot
tanaman yang bergenang air.
Nyamuk Aedes Aegypti tidak dapat berkembang biak di dalam air
yang kotor seperti genangan air yang bercampur tanah, got dan selokan.
Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari.
16
Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter, maksimal
100 meter namun secara pasif misalnya karena angin atau terbawa
kendaraan dapat berpindah lebih jauh. Di Indonesia nyamuk ini tersebar
luas baik di rumah-rumah maupun di tempat-tempat umum. Nyamuk ini
dapat hidup dan berkembangbiak sampai ketinggian daerah ± 1.000 meter
dari permukaan laut (Hadinegoro, 1999).
Gambar 2.2
Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti
Nyamuk aedes aegypti lebih suka berkelana mencari mangsanya di
siang hari dibanding nyamuk lain yang cenderung menyerang manusia
pada malam hari. Setelah menggigit tubuh manusia dengan cepat perutnya
menjadi buncit dipenuhi kira-kira dua hingga empat miligram darah atau
sekitar 1.5 kali berat badannya.
17
Gambar 2.3
Siklus hidup nyamuk Aedes Aegypti
Apabila nyamuk betina menggigit atau menghisap darah orang yang
mengalami infeksi dengue, virus akan masuk ke dalam tubuh nyamuk.
Diperlukan waktu sembilan hari oleh virus dengue untuk hidup dan
membiak di dalam air liur nyamuk. Apabila nyamuk yang terjangkit
menggigit manusia, ia akan memasukkan virus dengue yang berada di
dalam air liurnya ke dalam sistem aliran darah manusia. Setelah empat
hingga enam hari atau yang disebut sebagai periode inkubasi, penderita
akan mulai mendapat demam yang tinggi.
Hal ini menyebabkan virus yang terdapat di dalam Belalai nyamuk
tersebut akan masuk ke dalam peredaran darah orang kedua tanpa
memerlukan masa inkubasi. Seekor nyamuk yang sudah terjangkit akan
membawa virus itu di dalam badannya sampai berakhir kehidupannya
18
D. Patofisiologi
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa
penyebab yang jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah,
nyeri otot, pegal di seluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan sakit perut,
bintik-bintik merah pada kulit. Kelainan juga dapat terjadi pada sistem
retikulo endotel atau seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening,
hati dan limpa. Pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta
aktivitas dari sistem kalikrein menyebabkan peningkatan permeabilitas
dinding kapiler/vaskuler sehingga cairan dari intravaskuler keluar ke
ekstravaskuler atau terjadinya perembesaran plasma akibat pembesaran
plasama terjadi pengurangan volume plasma yang menyebabkan
hipovolemia, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu sistem reikulo endotel bisa
terganggu sehingga menyebabkan reaksi antigen anti bodi yang akhirnya
bisa menyebabkan anaphylaxia.
Plasma merembas sejak permulaan demam dan mencapai
puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume
plasma dapat berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik
yang terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi
maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.
Terjadinya renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7.
19
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan
menyebabkan depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi
trombositopenia, yang berlanjut akan menyebabkan perdarahan karena
gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan akhirnya sampai pada
perdarahan.
Reaksi perdarahan pada pasien DHF diakibatkan adanya gangguan
pada hemostasis yang mencakup perubahan vaskuler, trombositopenia
(trombosit < 100.000/mm3), menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, IX, X dan
fibrinogen). Perdarahan yang terjadi seperti petekie, ekimosis, purpura,
epistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat pada traktus
gastrointestinal Pembekuan yang meluas pada intravaskuler (DIC) juga
bisa menyebabkan terjadi saat renjatan ( Price dan Wilson, 1999).
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF
dengan masa inkubasi antara 3-15 hari.Penderita biasanya mengalami
demam akut (suhu meningkat tiba tiba), sering disertai menggigil. Gejala
lain yang timbul dan sangat menonjol adalah terjadinya perdarahan pada
saat demam (Effendy, 1995). Perdarahan yang terjadi dapat berupa :
1. Perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis, hematom)
2. Perdarahan lain seperti epistaksis, hematemesis, hematuri dan melena.
20
Selain demam dan perdarahan yang merupakan cirri khas DHF,
gambaran klinis lain yang tidak khas dan sering dijumpai pada penderita
DHF adalah :
1. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu
menelan.
2. Keluhan pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, tidak nafsu
makan (anoreksia), diare, konstipasi.
3. Keluhan system tubuh yang lain seperti sakir kepala, nyeri pada otot,
tulang dan sendi, nyeri abdomen, nyeri uluhati, pegal pegal diseluruh
tubuh, kemerahan pada kulit.
4. Tanda kebocoran plasma seperti efuis pleura, asites, hipoproteinemia,
atau hiponatremia.
F. Klasifikasi Dengue Haemoragic Fever
Dengue Haemoragic Fever diklasifikasikan menjadi 4 derajat
berdasarkan beratnya penyakit secara klinis menurut Ginanjar (2008) :
1. Derajat I, jika panas badan selam 5-7 hari, gejala umum tidak khas.
2. Derjat II, seperti derajat I disertai perdarahan spotan pada kulitberupa
ptekiae dan ekimosis, mimisan (epistaksis), muntah darah
(hematemesis), buang air besar berdarah berwarba merah kehitaman
(melena), perdarahan gusi, telinga.
3. Derajat III, ada tanda tanda kegagalan sirkulasi darah, seperti denyut
nadi teraba lemah dan cepat (>120x/menit). DHF derajat III
21
merupakan peringatan awal yang mengarah pada terjadinya renjatan
(syok).
4. Derajat IV, denyut nadi tidak teraba, tekanan darah tidk terukur,
denyut jantung >140x/menit, ujung-ujung jari kaki dan tangan terasa
dingin, tubuh berkeringat, klit membiru. DHF derajat ini merupakan
manifestasi syok yang sering kali berakhir dengan kematian.
Selain klasifikasi tersebut pada pasien DHF juga dikenal adanya
istilah Dengue Syok Syndrome (DSS). Dengue Syok Sindrome terjadi jika
seluruh kriteria diatas untuk DBD disertai dengan kegagalan sirkulasi
dengan manifestasi nadi yang cepat dan halus, tekanan nadi turun (20≤
mmHg), hipotensi dibandingkan standart sesuai umur, kulit dingin dan
lembab serta gelisah. Penderita seringkali mengeluhkan nyeri didaerah
perut sesaat sebelum renjatan timbul. Nyeri tersebut seringkali
mendahului perdarahan gastrointestinal.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever menurut Ngastiyah (2005)
adalah :
1. Perawatan pasien DHF derajat I
Pada pasien derajat I ini keadaan umumnya seperti pada pasien
influenza biasa dengan gejala demam, lesu, sakit kepala, dan
sebagainya, tetapi terdapat juga gejala perdarahan atas hasil uji
tourniquet positif (cara uji tourniquet ialah pasang manset tensimeter
22
pada lengan atas dan pompa sampai air raksa mencapai pertengahan
tekanan sistolik dan diastolik, biarkan selama 5 menit. Bila setelah
manset dibuka terdapat lebih dari 20 petekia pada daerah lengan bawah
dengan diameter 2,8 cm dinyatakan positif). Pasien perlu istirahat
mutlak, observasi tanda vital setiap 3 jam (terutama tekanan darah dan
nadi), periksa Ht, Hb, dan trombosit secara periodik (4 jam sekali).
Berikan minum 1 ½ - 2 liter dalam 24 jam. Air minum boleh teh
manis, sirup, susu, dan lebih baik oralit jika anak mau.
Obat-obatan harus diberikan tepat pada waktunya disamping
kompres dingin jika pasien demam. Urine perlu ditampung selama 24
jam dan diukur; tetapi tidak usah menunggu 24 jam jika urine
dianggap kurang beritahukan dokter. Catatlah hasil pemeriksaan Ht,
Hb dan trombosit secara teratur dan adakan penilaian apakah terjadi
kenaikan yang melebihi normal / tidak. Jika tekanan darah pada suatu
waktu menurun, ulangi ukur lagi 5 menit kemudian dan jika ternyata
memang turun dan mencurigakan segera hubungi dokter. Bila perlu
persiapkan alat-alat untuk infus. Bila pasien tidak mau minum
sebanyak yang telah ditentukan walaupun sudah dibujuk tidak
dibenarkan memasang sonde karena dapat menimbulkan perdarahan.
Pasien biasanya dipasang infus. Bila tidak terjadi sesuatu setelah
dirawat 2-3 hari, dan pasien dalam keadaan membaik dengan ditandai
adanya nafsu makan yang baik, pasien dipulangkan.
23
2. Perawatan pasien DHF derajat II
Umumnya pasien dengan DHF derajat II, ketika datang dirawat
sudah dalam keadaan lemah, malas minum (gejala klinis derajat I
ditambah adanya perdarahan spontan) dan tidak jarang setelah dalam
perawatan baru beberapa saat pasien jatuh kedalam keadaan renjatan.
Oleh karena itu, lebih baik jika pasien segera dipasang infus sebab jika
sudah terjadi renjatan vena-vena sudah menjadi kolaps sehingga susah
untuk memasang infus. Pengawasan tanda vital, pemeriksaan
hematokrit dan hemoglobin serta trombosit seperti derajat I, dan harus
diperhatikan gejala-gejala renjatan seperti nadi menjadi kecil dan
cepat, tekanan darah menurun, anuria atau anak mengeluh sakit perut
sekali dan lain sebagainya.
Apabila pasien derajat II ini setelah dirawat selama 2 hari
keadaan membaik yang ditandai dengan tekanan darah yang normal,
nadi, suhu dan pernafasan juga baik, infus satu dibuka, yang lainnya
dipertahankan sampai 24 jam lagi sambil terus diobservasi. Jika
keadaan umumnya tetap baik, tanda vital serta Ht dan Hb sudah
normal dan stabil infus dibuka. Biasanya pasien sudah mau makan dan
diperbolehkan pulang dengan pesan untuk datang kontrol setelah 1
minggu kemudian.
3. Perawatan DHF derajat III (DSS)
Pasien Dengue Syok Sindrome masalah utamanya adalah
akibat kebocoran plasma yang pada pasien DSS ini mencapai
24
puncaknya dengan ditemuinya tubuh pasien sembab, aliran darah
sangat lambat karena menjadi kental sehingga mempengaruhi curah
jantung dan menyebabkan gangguan saraf pusat. Terjadi gangguan
pada sistim pernafasan berupa asidosis metabolik dan agak dispnea
karena adanya cairan didalam rongga pleura. Pertolongan yang utama
adalah mengganti plasma yang keluar dengan memberikan cairan dan
elektrolit (biasanya diberikan Ringer Laktat) dan cara memberikan
diguyur ialah dengan kecepatan tetesan 20 ml/kg BB/jam. Karena
darah kehilangan plasma maka alirannya menjadi sangat lambat (darah
menjadi kental) (Ngastiyah, 2005).
Akibat terjadinya kebocoran plasma pada paru terjadi
pengumpulan cairan didalam rongga pleura dan menyebabkan pasien
agak dispnea; untuk meringankan pasien dibaringkan semi fowler dan
diberikan Oksigen.pengawasan tanda vital dilakukan setiap 15 menit
terutama tekanan darah dan nadi juga pernafasan dan catat dalam
catatan perawatan / catatan khusus. Untuk memantau keadaan ginjal
pasien perlu dipasang kateter urine dan ditampung ke dalam kantong
yang steril, karena diperlukan evaluasi setiap jam atau lebih sering
dengan melihat keadaan pasien (renjatan sering didahului adanya
anuria).
Pemeriksaan hematokrit, hemoglobin dan trombosit tetap
dilakukan secara periodik dan semua tindakan serta hasil pemeriksaan
dicatat dalam catatan khusus serta dinilai / dibandingkan. Jika renjatan
25
dapat diatasi, nadi sudah jelas teraba dan amplitude nadi cukup besar,
tekanan darah sistolik 80 mmHg/lebih, kecepatan tetesan dikurangi
menjadi 10 ml/kg BB perjam. Karena dalam masa penyembuhan ini
cairan yang ada di ruang ekstravaskular diserap kembali ke dalam
ruang vaskuler maka pemberian cairan harus diperhatikan karena jika
kelebihan dapat menyebabkan sesak nafas dan memperberat kerja
jantung. Penilaian tanda vital dan infus masih diteruskan sampai 24-48
jam setelah syok teratasi, pemeriksaan hematokrit, hemoglobin dan
trombosit masih perlu dilakukan. Bila hasil telah stabil serta diberi
makan dan minum biasa. Bila pasien telah mau makan (nafsu
makannya sudah kembali) merupakan pertanda keadaan bahaya telah
lewat.
H. Komplikasi
Komplikasi DHF menurut Smeltzer dan Bare (2002) adalah perdarahan,
kegagalan sirkulasi, Hepatomegali, dan Efusi pleura.
1. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler,
penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dan
koagulopati, trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup
trombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif,
26
petechi, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis
dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi
Dengue Syok Sindrom biasanya terjadi sesudah hari ke 2–7,
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan
peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang
mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod,
miokardium volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi
disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.
DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan
perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu
dan terjadi iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif
dan irreversibel, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan
meninggal dalam 12-24 jam.
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan
dengan nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan
sel sel kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih
besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus
antibodi.
27
4. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang
mengakibatkan ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat
dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi
pleura akan terjadi dispnea, sesak napas.
I. Pengkajian Fokus
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien DHF menurut Mansyoer (2000)
adalah :
1. Identitas
a. Umur (DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun).
b. Jenis kelamin secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada
penderita DHF. Tetapi kematian lebih sering ditemukan pada
perempuan daripada laki-laki.
c. Tempat tinggal: penyakit ini semula hanya ditemukan di beberapa
kota besar saja, kemudian menyebar kehampir seluruh kota besar
di Indonesia, bahkan sampai di pedesaan dengan jumlah penduduk
yang padat dan dalam waktu relatif singkat.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang menonjol saat pasin dating pertam kali di Rumah
Sakit adalah panas tinggi dan pasien merasa lemas.
28
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai
menggigil dan saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas
terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, kondisi semakin lemah. Kadang-
kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah,
anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan
persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta
adanya manifestasi perdarahan pada kulit, melena atau hematemasis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF biasanya mengalami
serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain.
5. Kondisi lingkungan
Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan
yang kurang bersih (seperti banyak air yang mengenang dan gantungan
baju yang di kamar).
6. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme
Nutrisi dan metabolisme: nafsu makan berkurang, dan nafsu makan
menurun.
b. Eliminasi BAB
Eliminasi BAB: pasien kadang mengalami diare disebabkan karena
infeksi virus dengue yang dapat mengakibatkan stress, karena
faktor tersebut dapat memicu meningkatnya asam lambung.
29
Konstipasi dapat terjadi ketika tidak ada makanan yang dapat
dicerna oleh lambung.
c. Eliminasi BAK
Eliminasi BAK: hipertermi dapat menyebabkan keringat yang
keluar banyak sehingga dapat menyebabkan output berlebih,
banyak atau sedikitnya jumlah air kencing dapat dipengaruhi oleh
intake yang adekuat.
d. Tidur dan istirahat
Tidur dan istirahat: pasien DHF sering mengalami kurang tidur
karena mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga
kualitas dan kuantitas tidur maupun istirahatnya kurang.
e. Kebersihan
Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang
nyamuk aedes aegypti
7. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik
adalah :
a. Kesadaran : Composmentis
b. Tanda vital : Tekanan darah turun, Nadi meningkat, Suhu
meningkat.
30
c. Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam
(flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan
(epistaksis) pada grade II,III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa
mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan.
Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi
perdarahan telingga (grade II, III, IV ).
d. Dada
Bentuk simetris dan kadang kadang sesak. Pada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan
(efusi pleura), rales, ronchi, yang biasanya terdapat pada grade III
dan IV.
e. Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.
Ekstremitas : akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta
tulang.
f. Ekstrimitas
Sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi tulang,
kukusianosis atau tidak.
g. Sistem integumen
Adanya peteki pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul
keringat dingin dan lembab.
31
h. Pemeriksaan Penunjang
Data fokus pemeriksaan penunjang yang bisa dijumpai pada pasien
DHF adalah :
1) Uji rumple leed / tourniquet positif
2) Darah, akan ditemukan adanya trombositopenia,
hemokonsentrasi, masa perdarahan memanjang, hiponatremia,
hipoproteinemia.
3) Air seni, mungkin ditemukan albuminuria ringan
4) Serologi dikenal beberapa jenis serologi yang biasa dipakai
untuk menentukan adanya infeksi virus dengue antara lain : uji
IgG Elisa dan uji IgM Elisa
5) Isolasi virus
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body
technique test secara langsung / tidak langsung menggunakan
conjugate (pengaturan atau penggabungan)
6) Identifikasi virus
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body
tehnique test secara langsung atau tidak langsung dengan
menggunakan conjugate
J. Pathways Keperawatan
Depresi sumsum
tulang
Output berlebih
Gigitan nyamuk Aedes Aegepti
Sumber : Noer (1999); Doenges (2000)
Peningkatan
enzim-enzim
hepar SGOT
SGPT
Permeabilitas vaskuler ↑
Kebocoran
plasma
Infeksi Virus Dengue
Terjadinya viremia
Stimulasi RES
Hepatomegali
Hepar mendesak
rongga abdomen
Nafsu makan ↓
Intake tidak adekuat
Resiko perubahan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Mual, muntah
Resiko Defisit volume
cairan dan elektrolit
Krisis situasi Cemas
Demam akut
Keringat ↑
Hipertermi
Fungsi trombosit
menurun, faktor
koagulasi menurun,
Hematokrit ↑
viskositas
darah ↑
Aliran darah
lambat
Suplai O2 ke
jaringan ↓
Gangguan
Perfusi jaringan
Trombosytopenia
Resiko injuri
perdarahan
Nyeri otot, tulang dan sendi
Ganggua
n rasa
nyaman
nyeri
Stress
↑ asam
lambung
32
33
K. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat dirumuskan pada pasien DHF secara teori adalah :
1. Hipertermi berhubungan dengan viremia sekunder terhadap infeksi
dengue ditandai dengan: peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari
jangkauan normal, kulit kemerahan, hangat waktu disentuh,
peningkatan tingkat pernafasan, takikardi
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan
intraseluler ke ekstraseluler (kebocoran plasma dari endotel), out put
berlebih karena muntah dan hipertermi.
3. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan penurunan
trombosit
4. Resiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen
dalam jaringan menurun
5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, anoreksia ditandai dengan: konjungtiva dan membran mukosa
pucat, menolak untuk makan, penurunan berat badan, turgor kulit
buruk.
6. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses patologis
ditandai dengan: nyeri, perilaku yang bersifat hati hati atau
melindungi, wajah menunjukkan nyeri, gelisah.
7. Cemas berhubungan dengan krisis situasi proses penyakit dan
hospitalisasi
34
L. Fokus Intervensi
Fokus Intervensi yang dapat dirumuskan untuk keperawatan pasien DHF.
1. Hipertemi berhubungan dengan viremia sekunder terhadap infeksi
dengue
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan temperatur
suhu dalam batas normal (36°-37° C).
Kriteria Hasil :
a. Klien tidak menunjukkan kenaikan suhu tubuh.
b. Suhu tubuh dalam batas normal ( 36°-37° C)
Rencana tindakan:
a. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum pasien.
b. Kaji saat timbulnya demam
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien
c. Tingkatkan intake cairan.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan
penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi asupan
cairan
d. Catat asupan dan keluaran
Rasional : Untuk mengetahui ketidakseimbangancairan tubuh
e. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program
dokter
35
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien
dengan suhu tinggi.
f. Kolaborasi pemberian obat antipiretik
Rasional : dapat mengurangi rasa nyeri
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan
intraseluler ke ekstraseluler (kebocoran plasma dari endotel), output
berlebih karena muntah dan hipertermi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan defisit volume
cairan dapat terpenuhi
Kriteria Hasil :
a. Tanda-tanda vital stabil Tekanan darah 120/70 – 130/90 mmhg,
Nadi 80 x/menit, Suhu 36 – 37 derajad celcius, CRT kurang dari 3
detik, akral hangat, urine output 30-50cc/jam, membran mukosa
lembab, turgor kulit baik.
b. Volume cairan cukup input dan output seimbang.
Rencana tindakan:
a. Mengobservasi adanya tanda-tanda syok.
Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk
menangani syok yang dialami pasien.
b. Observasi tanda dan gejala dehidrasi atau hipovolemik (riwayat
muntah diare, kehausan turgor jelek).
Rasional : Untuk mengetahui penyebab devisit volume
cairan, jika haluaran urine < 25 ml/jam, maka pasien mengalami
36
syok
c. Monitor keadaan umum pasien (lemah pucat, tachicardi) serta
tanda-tanda vital.
Rasional : Menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui
dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnya
d. Monitor perubahan haluaran urine dan monitor asupan haluaran
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan dan
tingkatan dehidrasi.
e. Memberikan cairan intravaskuler sesuai program dokter.
Rasional : Pemberian cairan Intravena sangat penting bagi
pasien yang mengalami defisit volume cairan dengan keadaan
umum yang buruk karena cairan langsung masuk kedalam
pembuluh darah.
f. Menganjurkan pasien untuk banyak minum
Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah
volume cairan tubuh.
3. Resiko injuri perdarahan berhubungan dengan penurunan trombosit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan terhadap pasien
perdarahan tidak terjadi
Kriteria Hasil : Menunjukkan perbaikan keadaan umum dan tanda
vital yang baik
Rencana tindakan :
a. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda
37
klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya
kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat
menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.
b. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest )
Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan.
c. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan
jika ada tanda perdarahan seperti : hematemesis, melena,
epistaksis.
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu
untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan.
d. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak,
pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap
selesai ambil darah.
Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
e. Kolaborasi, monitor trombosit setiap hari
Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat
diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan
perdarahan yang dialami pasien.
4. Resiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya
suplai oksigen dalam jaringan menurun.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan suplai oksigen
38
ke jaringan adekuat.
Kriteria Hasil : Menunjukkan peningkatan perfusi secara
individual misalnya tidak ada sianosis dan kulit hangat, kesadaran
komposmentis, nyeri dada tidak ada, keluhan pusing tidak ada,
disorientasi tidak ada bisu, Nadi 60-80x/menit, output urine 30-
50cc/jam, CRT kurang dari 3 detik.
Rencana tindakan:
a. Observasi perubahan status mental
Rasional : Gelisah bingung disorientasi dapat menunjukkan
gangguan aliran darah serta hipoksia.
b. Observasi warna dan suhu kulit atau membrane mukosa.
Rasional : Kulit pucat atau sianosis, kuku membran bibir atau
lidah dingin menunjukkan vasokonstriksi perifer (syok) atau
gangguan aliran darah perifer.
c. Auskultasi frekuensi dan irama jantung cacat adanya bunyi
jantung ekstra.
Rasional : Tachicardia sebagai akibat hipoksemia kompensasi
upaya peningkatan aliran darah dan perfusi jaringan, gangguan
irama berhubungan dengan hipoksemia, ketidakseimbangan
elektrolit. Adanya bunyi jantung tambahan terlihat sebagai
peningkatan kerja jantung.
d. Ukur haluaran urine dan catat berat jenis urine
Rasional : Syok lanjut atau penurunan curah jantung
39
menimbulkan penurunan perfusi ginjal dimanifestasi oleh
penurunan haluaran urine dengan berat jenis normal atau
meningkat
e. Berikan cairan intra vena atau peroral sesuai indikasi.
Rasional : Peningkatan cairan diperlukan untuk menurunkan
hiperviskositas darah (Potensial pembentukan trombosit) atau
mendukung volume sirlukasi atau perfusi jaringan.
5. Resiko nutrisi kurang dari, kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake tidak adekuat ditandai denngan mual, muntah , anoreksia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan
nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil : Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai
dengan porsi yang dibutuhkan atau diberikan, tidak muntah, Hb 10-
14 g/dl, berat badan tidak turun.
Rencana tindakan:
a. Kaji keluhan mual dan muntah yang dialami oleh pasien
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
Rasional : Untuk menghindari mual dan muntah
c. Menjelaskan manfaat nutrisi bagi pasien terutama saat pasien
sakit.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi
sehingga motivasi pasien untuk makan meningkat.
40
d. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur dan
dihidangkan saat masih hangat.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan
meningkatkan asupan makanan.
e. Catat jumlah dan porsi makanan yang dihabiskan
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien.
f. Ukur berat badan pasien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien
g. Kolaborasi pemberian asupan makanan dengan tim gizi
Rasional : Untuk pemberian nutrisi yang maksimal
6. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses patologis
(viremia)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang
atau hilang
Kriteria Hasil : Rasa nyaman pasien terpenuhi dan nyeri berkurang
atau hilang
Rencana tindakan:
a. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan skala nyeri (0 -
10), tetapkan tipe nyeri yang dialami pasien, respon pasien
terhadap nyeri
Rasional : Untuk mengetahui berat nyeri yang dialami pasien
41
b. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap
nyeri
Rasional : Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka
perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai dengan masalah
klien.
c. Berikan posisi yang nyata dan, usahakan situasi ruang yang
terang
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri .
d. Berikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien
dari rasa nyeri
Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain, pasien dapat
sedikit melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.
e. Berikan kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi dengan
teman-teman atau orang terdekat.
Rasional : Tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat
atau teman membuat pasien bahagia dan dapat mengalihkan,
perhatiannya terhadap nyeri.
f. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik
Rasional : Obat analgetik dapat menekan atau mengurangi
nyeri pasien.
42
7. Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang penyakit, krisis
situasi proses penyakit dan hospitalisa
Tujuan : cemas dapat teratasi
Kriteria hasil : cemas berkurang, tidak gelisah, pasien kooperatif, tidur
6-8 jam, Nadi : 60-80x/menit, RR : 16-20x/menit
Rencana tindakan :
a. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
Rasional : memudahkan intervensi.
b. Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi
ansietas di masa lalu.
Rasional : mempertahankan mekanisme koping adaftif,
meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas
c. Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan.
Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk
mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.
d. Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada
saat ini, harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang di
jalani.
Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang
dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.
43
e. Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas
sehari-hari meskipun dalam keadaan cemas.
Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa
dirinya mampu mengatasi masalahnya dan memberi keyakinan
pada diri sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang lain
atas kemampuannya.
f. Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
Rasional : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.
g. Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.
Rasional : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan
Recommended