View
216
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
8
BAB II
TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II.1 Tinjauan Umum
II.1.1 Rumah Susun
1. Pengertian Rumah Susun
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) :
Rumah susun gedung atau bangunan bertingkat terbagi atas beberapa
tempat tinggal (masing-masing untuk satu keluarga); flat; --
Rusun adalah kepanjangan dari rumah susun. Kerap dikonotasikan sebagai
apartemen versi sederhana , walupun sebenarnya apartemen bertingkat sendiri
bisa dikategorikan sebagai rumah susun. Rusun menjadi jawaban atas
terbatasnya lahan untuk pemukiman di daerah perkotaan. Karena mahalnya
harga tanah di kota besar maka masyarakat terpaksa membeli rumah di luar kota.
(wikipedia.com)
Rusunami merupakan akronim dari Rumah Susun Sederhana Milik.
Rumah Susun atau Rusun merupakan kategori resmi pemerintah Indonesia
untuk tipe hunian bertingkat seperti apartemen, kondominium, flat, dan lain-lain.
Namun pada perkembangannya kata ini digunakan secara umum untuk
menggambarkan hunian bertingkat kelas bawah. Penambahan kata Sederhana
setelah rusun bisa berakibat negatif, karena pada pikiran masyarakat awam
9
rusun yang ada sudah sangat sederhana. Kenyataannya rusunami yang
digalakkan pemerintah dengan sebutan proyek 1000 Menara merupakan rusuna
bertingkat tinggi yaitu rusun dengan jumlah lantai lebih dari 8 yang secara fisik
luar hampir mirip dengan rusun apartemen yang dikenal masyarakat luas. Kata
Milik berarti seseorang pengguna tangan pertama harus membeli dari
pengembangnya. Sedangkan Rusunawa atau Rumah Susun Sederhana Sewa
berarti pengguna harus menyewa dari pengembangnya.
Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat, yang dibangun dalam
satu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara
fungsional dan dalam arah horisontal maupun vertikal sebagai satuan-satuan
yang dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat
hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama/benda bersama dan tanah
bersama. (UU RI No.16 Tahun 1985, tentang Rumah Susun).
Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam
suatu lingkungan yang terbagi dalam bagan-bagian yang distrukturkan secara
fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan
yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama
untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian-bersama, benda-bersama,
dan tanah-bersama. (Tata Cara Perencanaan Rumah Susun Modular, Dep. Pekerjaan
Umum, 1991 )
10
2. Tujuan dan Keuntungan Rumah Susun
Perencanaan bangunan ke arah vertikal di tengah kota, berupa rumah susun
atau apartemen ini mempunyai tujuan dan keuntungan antara lain :
a. penataan kembali perumahan dan lingkungannya (memperindah kota),
b. mencegah atau paling tidak mengurangi banjir,
c. memberi ruang udara yang lebih segar, melalui penanaman pohon serta
memungkinkan cahaya masuk ke dalam ruang (ruang lebih sehat)
d. menekan/mengurangi harga jual tiap unit rumah, sebab harga tanah di
pusat/tengah kota amat mahal.
3. Persyaratan Rumah Susun
(Tata Cara Perencanaan Rumah Susun Modular, Dep. Pekerjaan Umum, 1991)
Perencanaan Rumah Susun
Perencanaan rumah susun hunian harus mempunyai persyaratan sebagai
berikut :
1) rumah susun direncanakan sebaik mungkin, sehingga diharapkan adanya
interaksi sosial bagi penghuninya.
2) perencanaan tersebut harus disertai dengan suatu pola pengelolaan yang
baik dan efisien guna tetap terpeliharanya fisik bangunan dan keamanan
menghuni.
11
Faktor-faktor Perencanaan
Faktor-faktor perencanaan yang harus diperhatikan adalah :
1) kenyamanan,
2) kesehatan,
3) ekonomis, efisien;
4) keamanan;
5) disesuaikan dengan perencanaan menyeluruh dari Perencanaan
Lingkungan Rumah Susun.
4. Ketentuan-ketentuan
(Tata Cara Perencanaan Rumah Susun Modular, Dep. Pekerjaan Umum, 1991)
Ketentuan Teknis Perencanaan
1) Kategori Bangunan
Rumah susun hunian termasuk Bangunan Rumah Tinggal Luar Biasa
(Kls.II).
2) Peruntukan Rumah Susun Hunian
Rumah susun hunian diperuntukkan bagi Satuan Rumah Susun dengan
luasan minimum 12 m2.
3) Jumlah Satuan Rumah Susun Hunian
Perencanaan Rumah susun hunian disesuaikan dengan ketentuan bahwa
hingga panjang bangunan 30 meter diharuskan menggunakan dilatasi
pada sambungan antar bangunannya.
12
Gambar 1. Dilatasi
4) Jumlah Lantai
Jumlah lantai menentukan alat transportasi vertikal sebagai berikut :
• hingga 5 (lima) lantai mempergunakan tangga;
• lebih dari lima lantai menggunakan lift.
Gambar 2. Bangunan 5lantai Gambar 3. Bangunan lebih dari 5 lantai
5) Bentuk Bangunan
Dari segi fungsi dan bangunan didasarkan pada :
• pengelompokan Satuan Rumah Susun;
• penyediaan akses menuju masing-masing Satuan Rumah Susun;
> 30 meter
dilatasi
< 5 lantai
menggunakan tangga
> 5 lantai
menggunakan tangga + lift
13
Gambar 4. Contoh-contoh bentuk massa
6) Tampak Bangunan
Tampak bangunan harus memperlihatkan ketentuan sebagai berikut :
• keserasian, keharmonisan antara fungsi dan estetika harus
merupakan pertimbangan perencanaan yang mendasar;
• penampilan bangunan dipertimbangkan untuk dapat menarik
minat calon penghuni dan dapat menaikkan status sosialnya.
Penggunaan Modular
1) Penerapan Koordinasi Modular
Penerapan koordinasi modular harus memenuhi ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
a) Bahwa pengelompokan Modul Satuan Rumah Susun dapat
menggunaka beberapa cara dalam penentuan ukurannya;
KORIDOR LUAR
KORIDOR DALAM
MENARA
BANYAK MENARA
DENGAN BANYAK AKSES DI LUAR
DENGAN BANYAK AKSES DI DALAM MASSA LOKASI
LIFT
14
b) bahan modul fungsi dipertimbangkan pada:
a. bahan struktur ;
b. dinding pengisi / partisi;
c. lantai pengisi.
Gambar 5. Penerapan koordinasi modular
2) Ukuran Sambungan dan Penampang
Ukuran sambungan antar komponen dan ukuran penampang komponen
dan elemen baik structural maupun non structural tidak harus modular.
3) Penyela
Dalam beberapa hal diperbolehkan adanya penyela dari suatu jaringan
modular. Ukuran penyela ini tidak harus modular.
Gambar 6. Penyela
UKURAN MODUL
UKURAN
MODUL
GARIS MODULAR
PENYELA/SAMBUNGAN
PENYELA
15
4) Ukuran Arah Vertikal dan Ukuran Arah Horizontal
Ukuran arah wertikan dan ukuran horizontal harus berdasarkan
multimodul.
5) Ukuran-ukuran Berguna
Ukuran-ukuran berguna dari setiap pokok komponen bangunan non
struktural dan elemen bangunan non struktural harus memungkinkan
penggantian (substitusi) komponen atau elemen bangunan dengan jenis
lain.
6) Jarak
Jarak antar elemen banunan struktural atau komponen bangunan
struktural harus modular disesuaikan dengan ketentuan yang tercantum
dalam SNI-1963-1990-F tentang Tata Cara Dasar Koordinasi Modular
Untuk Perencanaan Teknis Bangunan dan Gedung.
7) Tinggi Tingkat
Ukuran tinggi tingkat minimum 2,60 m.
Gambar 7. Tinggi tingkat
n x 1 m ZONE ATAP
TINGGI TINGKAT
TINGGI TINGKAT
min. 2,6 m
16
8) Perubahan Tinggi Tingkat
Tinggi perubahan tingkat (muka lantai atau atap) harus berkisar antara
30 cm – 120 cm dengan kelipatan 30 cm.
Gambar 8. Perubahan tinggi tingkat
9) Transportasi
Transportasi rumah susun adalah sebagai berikut :
a) Koridor dapat ditempatkan pada posisi :
a. tengah massa bangunan;
b. pinggir massa bangunan;
c. dengan dimensi lebar minimum 5 x 3 m
Gambar 9. Sistem Transportasi
30 cm – 120 cm
30 cm – 120 cm
ZONA LANTAI
Satuan Rumah Susun
Satuan Rumah Susun
Akses berupa CORE / INTI
Akses berupa GALERI
Akses berupa KORIDOR
17
b) pada bangunan kurang dari atau sama dengan lima lantai
dipersyaratkan menggunakan tangga dengan ketentuan :
a. lebar tangga minimum mampu menampung dua orang
berjalan secara bersama;
b. jumlah anak tangga disesuaikan dengan ketinggian lantai
bangunan yang modular, namun anak tangga itu sendiri
tidak harus modular;
c. Kemiringan tangga dengan batas optimum kenyamanan
350;
d. tinggi railing antara 80 cm – 100 cm
Gambar 10. Tangga
c) dimensi lift minimum mampu menampung 1 buah kereta dorong
dengan maksud pada keadaan darurat. Jumlah lift disesuaikan
dengan jumlah Satuan Rumah Susun pada Massa (Bangunan)
Rumah Susun tersebut.
railing 80 cm – 100 cm
max. 350
18
3) Instalasi
Instalasi harus mengacu pada ketentuan-ketentuan yang berlaku
5. Cara Pengerjaan
(Tata Cara Perencanaan Rumah Susun Modular, Dep. Pekerjaan Umum, 1991)
1. Kumpulkan Data Lapangan yang terdiri atas :
a. lingkungan lahan
b. peruntukan Rumah Susun
c. kebutuhan Satuan Rumah Susun
d. kondisi existing lahan
2. Tentukan luasan dasar Satuan Rumah Susun yang dikaitkan dengan
koordinasi modular.
3. Tentukan denah tata ruang tiap satuam rumah susun
4. Rencanakan pola dasar bentuk massa (bangunan) yang direncanakan
5. Rencanakan sistem transportasi baik horizontal maupun vertikal
6. Rencanakan utilitas massa bangunan seperti :
a. sistem listrik dan peralatannya;
b. sistem air bersih dan peralatannya;
c. sistem air kotor dan peralatannya;
d. sistem penangkal petir dan peralatannya;
e. sistem sampah dan peralatannya;
f. sistem pemadam kebakaran dan peralatannya;
g. sistem-sistem lain yang diperlukan sesuai dengan perencanaan,
seperti detektor.
19
II.1.2 Pasar
1. Pengertian Pasar
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) :
Pasar tempat orang berjual beli; kekuatan penawaran dan permintaan,
tempat penjual yg ingin menukar barang atau jasa dng uang, dan pembeli yg
ingin menukar uang dng barang atau jasa; -- modern pasar swalayan; --
Pasar dalam arti sempit adalah tempat dimana permintaan dan penawaran
bertemu, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar tradisional. Sedangkan
dalam arti luas adalah proses transaksi antara permintaan dan penawaran, dalam
hal ini lebih condong ke arah pasar modern. Permintaan dan Penawaran dapat
berupa Barang atau Jasa. (wikipedia.com)
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya
ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai,
los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.
Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan
berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik,
jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang
lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya
terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai
pasar. Beberapa pasar tradisional yang "legendaris" antara lain adalah pasar
20
Beringharjo di Jogja, pasar Klewer di Solo, pasar Johar di Semarang. Pasar
tradisional di seluruh Indonesia terus mencoba bertahan menghadapi serangan
dari pasar modern. (wikipedia.com)
Pasar adalah salah satu komponen utama pembentukan komunitas
masyarakat baik di desa maupun di kota sebagai lembaga distribusi berbagai
macam kebutuhan manusia seperti bahan makanan, sumber energi, dan
sumberdaya lainnya. Pasar berperan pula sebagai penghubung antara desa dan
kota. Perkembangan penduduk dan kebudayaan selalu diikuti oleh
perkembangan pasar sebagai salah satu pendukung penting bagi kehidupan
manusia seharihari terutama di kawasan perkotaan.
2. Nilai Strategis Pasar Tradisional (Sumber: Strategi Pengembangan Pasar Modern
dan Tradisional Kadin Indonesia oleh : Prof. Mudradjad Kuncoro, Ph.D, M.Soc. Sc.)
Pedagang ritel tradisional = 10 jt (Sensus Ekonomi BPS th2006)
Pasar tradisional paling sering dikunjungi pembeli
- India 11 kali/bulan
- Srilangka 11 kali/bulan
- Philipina 14 kali/bulan
- Indonesia 25 kali/bulan
- Vietnam 29 kali/bulan
Kemudahan akses bagi pemasok kecil termasuk petani
21
Keunggulan pasar basah tradisional: tawar menawar, barangnya segar
dan dekat dengan rumah.
3. Jenis-jenis Pasar
(wikipedia.com)
Pasar dapat dikategorikan dalam beberapa hal. Yaitu menurut jenisnya, jenis
barang yang dijual, lokasi pasar, hari, luas jangkauan dan wujud.
Pasar Menurut Jenisnya :
• Pasar Konsumsi
Pasar Konsumsi menjual barang-barang untuk keperluan konsumsi.
Misalnya menjual beras, sandal, lukisan, dan lainnya. Contohnya adalah
Pasar Mergan di Malang, Pasar Kramat Jati, dan sebagainya.
• Pasar Faktor Produksi
Pasar Faktor Produksi menjual barang-barang untuk keperluan produksi.
Misalnya menjual mesin-mesin untuk memproduksi, lahan untuk pabrik, dan
lainnya.
Pasar Menurut Jenis Barang yang Dijual :
Pasar menurut jenis barang yang dijual dapat dibagi menjadi pasar ikan,
pasar buah, pasar tekstil, dan lainnya.
22
Pasar Menurut Luas Jangkauan :
• Pasar Daerah
Pasar Daerah membeli dan menjual produk dalam satu daerah
produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar daerah melayani permintaan
dan penawaran dalam satu daerah.
• Pasar Lokal
Pasar Lokal membeli dan menjual produk dalam satu kota tempat
produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar lokal melayani permintaan
dan penawaran dalam satu kota.
• Pasar Nasional
Pasar Nasional membeli dan menjual produk dalam satu negara
tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar nasional melayani
permintaan dan penjualan dari dalam negeri.
• Pasar Internasional
Pasar Internasional membeli dan menjual produk dari beberapa
negara. Bisa juga dikatakan luas jangkauannya di seluruh dunia.
23
Pasar Menurut Wujud :
• Pasar Konkret
Pasar Konkret adalah pasar yang lokasinya dapat dilihat dengan
kasat mata. Misalnya ada los-los, toko-toko, dll. Di pasar konkret, produk
yang dijual dan dibeli juga dapat dilihat dengan kasat mata. Konsumen dan
produsen juga dapat dengan mudah dibedakan.
• Pasar Abstrak
Pasar Abstrak adalah pasar yang lokasinya tidak dapat dilihat dengan
kasat mata.konsumen dan produsen tidak bertemu secara langsung.Biasanya
dapat melalui internet, pemesanan telepon, dll. Barang yang diperjual
belikan tidak dapat dilihat dengan kasat mata, tapi pada umumnya melalui
brosur, rekomendasi, dll. Kita juga tidak dapat melihat konsumen dan
produsen bersamaan, atau bisa dikatakan sulit membedakan produsen dan
konsumen sekaligus.
4. Sistem Kepemilikan dan Pengolahan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah baik secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama sesuai dengan bidang tugas masing-masing melakukan
pembinaan dan pengawasan Pasar dan Toko Modern. Pemberdayaan yang
dilakukan antara lain :
• Mengupayakan sumber-sumber alternatif pendanaan untuk pemberdayaan;
24
• Meningkatkan kompetensi pedagang dan pengelola;
• Memprioritaskan kesempatan memperoleh tempat usaha bagi pedagang
Pasar Tradisional yang telah ada sebelum dilakukan renovasi atau relokasi;
• Mengevaluasi pengelolaan.
II.2 Tinjauan Khusus
II.2.1 Latar Belakang Tapak
Lokasi pasar boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan. Tapak yang
dipilih adalah tapak yang berada di lokasi Pasar Tomang Barat yang terletak di
depan jalan raya yaitu Jalan Tanjung Duren Raya. Tapak ini dipilih berdasarkan
letaknya yang cukup strategis untuk sebuah pasar karena berada di kawasan
untuk fasilitas umum dan akses yang mudah karena berada di jalan raya. Luasan
tapak yang besar dan berbentuk hampir persegi juga akan memudahkan dalam
perancangan.
II.2.2 Data Tapak
A. Luas dan Lokasi Tapak
Gambar 11. Lokasi tapak
TAPAK U
25
Bentuk dari tapak persegi panjang dengan luasan sebesar + 8900 m2.
Lokasi tapak berada di Jl. Tanjung Duren Raya, Jakarta Barat.
B. Batas-batas
Gambar 12. Batas-batas tapak
Utara (Ruko, pemukiman warga, Jalan Tanjung Duren Barat 6)
Foto 1. Batas utara Foto 2. Batas selatan
Selatan (ruko, pemukiman warga, Jalan Tanjung Duren Barat 5)
TAPAK
U
Mesjid Sekolah
Kantor lurah + puskesmas
Ruko
Ruko
pemukiman
pemukiman
pemukiman
Ruko
Ruko
26
Barat (Kantor kelurahan Tanjung Duren dan mesjid)
Foto 3. Batas barat (kantor lurah) Foto 4. Batas barat (masjid)
Timur (pemukiman warga)
Foto 5. Batas timur
C. Rencana Batas Wilayah Kota DKI Jakarta
KDB = 60 %
KLB = 4
GSB Utara = 10 m
GSB Selatan = 7 m
GSB Barat = 7 m
Tinggi bangunan = 10 - 12 lantai
27
II.2.3 Kondisi Tapak dan Lingkungan
• Tapak berbentuk persegi panjang
• Tapak tidak berkontur
• Masih banyak pohon-pohon rindang di sekitarnya
• Tapak menghadap ke arah barat (jalan raya)
• Terdapat beberapa fasilitas penunjang di sekitar tapak (masjid,
puskesmas, sekolah, kantor kelurahan, dan sebagainya.)
II.3 Tinjauan Topik
II.3.1 Tinjauan Terhadap Topik dan Tema
Topik : Arsitektur Hemat Energi
Tema : Penerapan konsep hemat energi pada bangunan pasar dan rumah
susun.
II.3.2 Pengertian Arsitektur Hemat Energi
Penghematan energi atau konservasi energi adalah tindakan
mengurangi jumlah penggunaan energi. Penghematan energi dapat dicapai
dengan penggunaan energi secara efisien dimana manfaat yang sama diperoleh
dengan menggunakan energi lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi
konsumsi dan kegiatan yang menggunakan energi. Penghematan energi dapat
menyebabkan berkurangnya biaya, serta meningkatnya nilai lingkungan,
keamanan negara, keamanan pribadi, serta kenyamanan. Organisasi-organisasi
28
serta perseorangan dapat menghemat biaya dengan melakukan penghematan
energi, sedangkan pengguna komersial dan industri dapat meningkatkan
efisiensi dan keuntungan dengan melakukan penghemaan energi.
Penghematan energi adalah unsur yang penting dari sebuah
kebijakan energi. Penghematan energi menurunkan konsumsi energi dan
permintaan energi per kapita, sehingga dapat menutup meningkatnya kebutuhan
energi akibat pertumbuhan populasi. Hal ini mengurangi naiknya biaya energi,
dan dapat mengurangi kebutuhan pembangkit energi atau impor energi.
Berkurangnya permintaan energi dapat memberikan fleksibilitas dalam memilih
metode produksi energi.
Selain itu, dengan mengurangi emisi, penghematan energi
merupakan bagian penting dari mencegah atau mengurangi perubahan iklim.
Penghematan energi juga memudahkan digantinya sumber-sumber tak dapat
diperbaharui dengan sumber-sumber yang dapat diperbaharui. Penghematan
energi sering merupakan cara paling ekonomis dalam menghadapi kekurangan
energi, dan merupakan cara yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan
meningkatkan produksi energi. (Sumber : Wikipedia Bahasa Indonesia)
Hemat energi dalam arsitektur adalah meninimalkan penggunaan
energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan, maupun
produktivitas penghuninya. (dikutip oleh Tri Endangsih , ST. dari Gelar seminar
bangunan hemat energi, teknologi pengolahan limbah pada gedung, 1997, hal 17)
29
Arsitektur hemat energi adalah arsitektur yang berlandaskan pada
pemikiran “meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah
fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuninya“ dengan
memanfaatkan sains dan teknologi mutakhir secara aktif. Mengoptimasikan
sistim tata udara-tata cahaya, integrasi antara sistim tata udara buatan-alamiah,
sistim tata cahaya buatan-alamiah serta sinergi antara metode pasif dan aktif
dengan material dan instrumen hemat energi. (dikutip oleh Ir. Jimmy Priatman
dalam ”ENERGY-EFFICIENT ARCHITECTURE” Paradigma dan Manifestasi Arsitektur
Hijau)
Efisiensi energi bukanlah criteria baru dalam desain arsitektur
(Watson, 1979). Bahkan sejak umat manusia belum sadar berarsitekpun mereka
sudah ‘memikirkan’ energi. Iklim adalah satu factor yang memaksa manusia
berpkir tentang energi.
Peran energi dalam arsitektur sangat luas. Pada proyek komersial,
kebutuhan energi perlu dihitung rinci, atau paling tidak dipikirkan, antara lain
untuk :
• Survey
• Proses perancangan
• Pembukaan dan penyiapan lahan
• Tranportasi material bangunan
• Konstruksi (pembangunan)
• Operasional
30
o Penerangan (ruang dalam dan ruang luar)
o Ventilasi (sistem penyejukan udara, fan)
o Penyediaan air (minum, sanitasi, mandi, penyiraman)
o Transportasi (lift untuk transportasi local, kendaraan untuk
mencapai lokasi bangunan)
o Penyimpanan (ruang pendingin)
• Perawatan berkala
o Pembersihan
o Penggantian elemen bangunan
o Pengecatan
• Renovasi besar (penyesuaian bangunan untuk fungsi baru, facelift)
• Penghancuran (bangunan tidak layak dipertahankan, lahan akan
dipakai untuk fungsi baru)
• Pengangkutan runtuhan bangunan ke lahan lain
Bangunan tinggi akan memerlukan banyak energi untuk transport
vertikal dan menaikkan air. Bangunan berlantai banyak dengan massa gemuk
dan berdenah rumit akan meyebabkan begian tengah membutuhkan penerangan
buatan walau di luar sinar matahari berlimpah. Massa gemuk juga menyebabkan
penghawaan buatan untuk bagian tengah bangunan tidak terhindarkan.
31
II.3.3 S istem Bangunan Hemat Energi
Terdapat beberapa tingkat sistim operasional yang digunakan dalam
bangunan dengan kategori berikut (menurut Worthington, J, 1997
yang dikutip dari Yeang, Ken, 1999) :
• Sistim Pasif ( passive mode )
Tingkat konsumsi energi paling rendah, tanpa ataupun minimal
penggunaan peralatan ME (mekanikal elektrikal) dari sumber daya yang
tidak dapat diperbarui (non renewable resources)
• Sistim Hybrid ( mixed mode)
Sebagian tergantung dari energi (energy dependent) atau sebagian
dibantu dengan penggunaan ME.
• Sistim Aktif (active mode/ full mode)
Seluruhnya menggunakan peralatan ME yang bersumber dari energi
yang tidak dapat diperbarui (energy dependent)
• Sistim Produktif (productive mode)
Sistim yang dapat mengadakan/ membangkitkan energinya sendiri (on-
site energy) dari sumber daya yang dapat diperbarui (renewable
resources) misalnya pada sistim sel surya (fotovoltaik) maupun kolektor
surya (termosiphoning).
Perancangan bangunan hemat energi dapat dilakukan dengan dua
cara: secara pasif dan aktif. Perancangan pasif merupakan cara penghematan
energi melalui pemanfaatan energi matahari secara pasif, yaitu tanpa
32
mengonversikan energi matahari menjadi energi listrik. Rancangan pasif lebih
mengandalkan kemampuan arsitek bagaimana rancangan bangunan dengan
sendirinya mampu “mengantisipasi” permasalahan iklim luar.
Perancangan pasif di wilayah tropis basah seperti Indonesia
umumnya dilakukan untuk mengupayakan bagaimana pemanasan bangunan
karena radiasi matahari dapat dicegah, tanpa harus mengorbankan kebutuhan
penerangan alami. Sinar matahari yang terdiri atas cahaya dan panas hanya akan
dimanfaatkan komponen cahayanya dan menepis panasnya.
Strategi perancangan bangunan secara pasif di Indonesia bisa
dijumpai terutama pada bangunan lama karya Silaban: Masjid Istiqal dan Bank
Indonesia; karya Sujudi: Kedutaan Prancis di Jakarta dan Gedung Departemen
Pendidikan Nasional Pusat; serta sebagian besar bangunan kolonial karya
arsitek-arsitek Belanda. Meskipun demikian, beberapa bangunan modern di
Jakarta juga tampak diselesaikan dengan konsep perancangan pasif, seperti
halnya Gedung S Widjojo dan Wisma Dharmala Sakti, keduanya terletak di
Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta.
Dalam rancangan aktif, energi matahari dikonversi menjadi energi
listrik sel solar, kemudian energi listrik inilah yang digunakan memenuhi
kebutuhan bangunan. Dalam perancangan secara aktif, secara simultan arsitek
juga harus menerapkan strategi perancangan secara pasif. Tanpa penerapan
33
strategi perancangan pasif, penggunaan energi dalam bangunan akan tetap tinggi
apabila tingkat kenyamanan termal dan visual harus dicapai.
Strategi perancangan aktif dalam bangunan dengan sel solar belum
dijumpai di Indonesia saat ini. Penggunaan sel solar masih terbatas pada
kebutuhan terbatas bagi penerangan di desa-desa terpencil Indonesia.
Pemanfaatan energi alternatif
Untuk menghemat pemakaian listrik, kita dapat menggunakan lampu
hemat energi, mempertahankan suhu AC di 25º C, membuka tirai jendela bila
memungkinkan agar terang, dan matikan peralatan elektronik jika tidak
diperlukan (bukan posisi stand-by).
Penghuni diajak memanfaatkan energi alternatif dalam memenuhi
kebutuhan listrik yang murah dan praktis, serta ditunjang pengembangan
teknologi energi tenaga surya, angin, atau biogas untuk bangunan rumah/
gedung.
Penggunaan material lokal justru akan lebih menghemat biaya (biaya
produksi, angkutan). Kreativitas desain sangat dibutuhkan untuk menghasilkan
bangunan berbahan lokal menjadi lebih menarik, keunikan khas lokal, dan
mudah diganti dan diperoleh dari tempat sekitar. Perpaduan material batu kali
atau batu bata untuk fondasi dan dinding, dinding dari kayu atau gedeg modern
(bambu), atap genteng, dan lantai teraso tidak kalah bagus dengan bangunan
berdinding beton dan kaca, rangka dan atap baja, serta lantai keramik, marmer,
34
atau granit. Motif dan ornamen lokal pada dekoratif bangunan juga memberikan
nilai tambah tersendiri.
Pemanfaatan material bekas atau sisa untuk bahan renovasi bangunan
juga dapat menghasilkan bangunan yang indah dan fungsional. Kusen, daun
pintu atau jendela, kaca, teraso, hingga tangga dan pagar besi bekas masih bisa
dirapikan, diberi sentuhan baru, dan dipakai ulang yang dapat memberikan
suasana baru pada bangunan. Lebih murah dan tetap kuat.
Skala bangunan dan proporsi ruang terbuka harus memerhatikan
koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien dasar hijau (KDH) yang berkisar
40-70 persen ruang terbangun berbanding 30-60 persen untuk ruang hijau untuk
bernapas dan menyerap air. Keseluruhan atau sebagian atap bangunan
dikembalikan sebagai ruang hijau pengganti lahan yang dipakai massa bangunan
di bagian bawahnya. Atap-atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap
(roof garden) dan dinding dijalari tanaman rambat (green wall) agar suhu udara
di luar dan dalam turun, pencemaran berkurang, dan ruang hijau bertambah.
II.3.4 Faktor-faktor dalam perancangan hemat energi
KENYAMANAN YANG HEMAT ENERGI
(Sumber : “Penerapan Hemat Energi pada Kenyamanan Bangunan”, Tri
Endangsih , ST.)
Rancangan kenyamanan yang hemat energi dapat dipengaruhi oleh :
35
• Pemilihan bahan bangunan
Untuk kenyamanan bangunan gedung sebaiknya dipilih bahan yang
mempunyai sifat fisik memantulkan panas, tidak menyerap atau bahkan
angka absorbsi dan angka transmisi kalornya rendah. Ketebalan bahan atau
bahan tipis akan relatif lebih panas dari bahan yang lebih tebal. Penggunaan
bahan bangunan sebagai dinding luar bangunan dengan pilihan bahan
dengan ketebalan tertentu sangat berpengaruh terhadap panas yang
ditransimisikan kedalam ruang dalam bangunan. Penggunaan kaca yang
menghadap sumber kebisingan selain baik untuk penerangan dalam ruang,
tingkat kebisingan yang diterima tetap dapat diperkecil. Hal ini disebabkan
kaca bersifat mamantulkan bunyi, apalagi kaca dengan ketebalan lebih dari
5mm. Untuk membatasi perolehan kalor akibat radiasi matahari tersebut
maka ditentukan kreteria perancangan yang dinyatakan dalam angka alih
termal menyeluruh (Overall Thermal Transfer Value - OTTV) untuk
selubung bangunan. Ketentuan ini berlaku untuk bangunan yang
dikondisikan dengan maksud untuk memperoleh kalor ekternal yang rendah
sehingga menurunkan beban pengkondisian. Secara prinsip, ruang bangunan
yang berdinding kaca akan lebih panas karena kaca mempunyai sifat
meneruskan keluar energi panas yang telah masuk kedalam ruang sehingga
panas terpantul ke dalam ruang. Untuk meminimalkan pemakaian energi
perlu diatur masuknya radiasi matahari dalam ruang. Pemilihan jenis “heat
reflecting glass atau heat absorbing glass “ merupakan salah satu upaya.
36
Gambar 13. Pengaruh radiasi matahari terhadap bahan bangunan
(Sumber: Puslitbangkim, 2005)
• Hemat energi pada iklim tropis
Dalam konteks iklim tropis seperti di Indonesia (panas, lembap), maka
konsep rancangan bangunan dan lingkungan perlu diarahkan lebih rinci dengan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
• Lokasi daerah
o Ketinggian: Tinggi-rendah lokasi akan mempengaruhi arus
angin dan suhu. Udara di lokasi tinggi akan lebih sejuk
daripada di dataran rendah atau di pantai.
o Lingkungan: Lingkungan dapat mengandung potensi energi
seperti aliran sungai, limbah pertanian, dll yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi terbaharui. Lingkungan
mungkin juga telah menyediakan bahan-bahan bangunan
gratis seperti kayu, bamboo, batu, tanah liat dan batu
kapur.selain itu kepedatanlingkungan juga perlu diperhatikan.
37
Lingkungan kota padat dengan bangunan-bangunan tinggi
akan memberikan pembayangan terhadap matahari, namun
juga sekaligus menghalangi aliran angin yang menyebabkan
panas tidak mungkin pergi.
• Lahan
o Topografi
o Dimensi: lahan yang luas memberikan keleluasan untuk
menempatkan bangunan di tengah, sehingga semua sisi
memperoleh akses langsung ke luar untuk memperoleh udara
dan cahaya.
o Ketinggian air tanah: Jika menggunakan air tanah, semakin
dalam sumber air, semakin besar pompa yang akan
diperlukan, dan semakin banyak energi yang diperlukan.
• Massa
o Jumlah dan bentuk: Untuk iklim tropis lembab, massa satu
ruang (berdenah sederhana) tersebar akan lebih tepat untuk
penghawaan alami daripada massa besar tunggal.
o Orientasi: Orientasi ke Selatan atau Utara(sumbu panjang
sejajar Barat-Timur) mengurangi luas dinding yang terpapar
oleh panasnya matahari pagi dan sore.
38
o Ketinggian: Semakin tinggi bangunan, semakin besar energi
untuk transportasi vertikal, menaikkan air, dan sistem
ventilasinya.
• Organisasi ruang
o Pengelompokan: Ruang perlu dikelompokkan sesuai dengan
kedekatan aktivitas dan potensi untuk menjadi penghalang
panas bagi ruang yang memerlukan kenyamanan.
• Elemen bangunan
o Atap: Sebenarnya untuk iklim tropis, atao yang baik adalah
gabungan antara seng mengkilat dan isolator di bawahnya.
Seng mengkilat akan memantulkan sebagian besar panas
matahari. Sedang yang diserap akan menjadikan seng pnas,
namun ditahan oleh isolator, sehingga panas dari seng tidak
masuk ke ruang di bawahnya. Segera setelah matahari
terbenam, seng akan mendingin. Tritisan lebar perlu untuk
menahan sinar langsung matahari masuk ke dalam ruang, dan
sekaligus melindungi dinding.
o Dinding: Dinding ringa dan memiliki banyak bukaan. Bukaan
ini akan membantu kelancaran sirkulasi udara.
o Lantai: pemilihan pelapis lantai yang tepat juga akan
membantu mengurangi panas dalm ruangan yang diserap oleh
39
pelapis, sehingga suhu ruangan tidak terlalu panas dan tidak
memerlukan penyejuk ruangan atau AC.
• Penerangan
o Penerangan alami: Penerangan alami sangat nerlimpah pada
siang hari. Gunakan cahaya dari bola langit, bukan sinar
langsung matahari. Sinar langsung akan membawa serta
panas.
o Penerangan buatan: gunakanlah lampu hemat energi. Lampu
penerangan umum tidak perlu terlalu terang. Pakailah standar
penerangan yang wajar.
• Penghawaan
o Penghawaan alami: Gunakan penghawaan alami sebanyak-
banyaknya jika kualitas udara dari luar baik (tidak berdebu,
berbau), sejuk, dan lingkungan tidak bising. Hindari
gangguan privasi visual dari luar.
o Penghawaan buatan
Hindari pemasangan thermostat AC pada suhu terlalu
rendah (240-260C)
Jika ruangan tetap terjaga bersih dari sumber polusi,
ventilasi dapat dikurangi sehingga jumlah udara dari
luar yang harus disejukkan AC berkurang.
40
Minimalkan panas matahari yang masuk melalui kaca
jendela dengan kaca penahan surya, memasang tirai di
sebelah luar, atau tritisan yang cukup lebar.
Minimalkan rambatan panas matahari dari atap,
gunakanlah langit-langit.
Karena perbedaan suhu dalam danluar ruangan hanya
sekitar 5 – 150 C, maksimalkan sifat-sifat bahan yang
ada misalnya dengan memakai dinding batu alam
sebagai bahan isolator yang tidak mahal.
• Struktur
o Gunakan struktur ringan
o Usahakan memakai bahan-bahan lokal
o Bahan-bahan tertentu seperti aluminium, sangat boros energi
listrik pada saat pembuatannya, tetapi cukup rendah biaya
perawatannya.
• Utilitas
o Penyediaan air: pada area umum sebaiknya memakai keran
yang dapat secara otomatis menutup sendiri. Serta pikirkan
untuk menapung air hujan.
o Tranportasi vertikal: desainlah tangga sedemikian rupa
sehingga untuk jarak dekat peghuni mebih tertarik untuk
memakai tangga daripada lift.
41
II.4 Studi Banding
II.4.1 Studi Lapangan
Rumah Susun Benhil
Foto 6. Tampak Rumah Susun Benhil dari dalam kawasan
Rumah Susun Benhil dibangun pada tahun 1996 dan terletak di kawasan
Benhil, Jakarta Pusat. Bangunan rumah susun terdiri dari 3 tower yaitu tower A, B, dan
C yang menyatu dengan tower B.
Gambar 14. Blok plan Rumah Susun Benhil
C
B
A IN
utara
42
Foto 7. Koridor rumah susun dan tampak luar rumah susun
Lokasi : Benhil, Jakarta Pusat
Luas Tanah : + 5000 m2
Luas Bangunan : Blok A = 918 m2 30 unit tipe 21 x 9 lt
Blok B = 918 m2 30 unit tipe 21 x 9 lt 614 unit
Blok C = 306 m2 12 unit tipe 21 x 9 lt
Fungsi rumah susun : Lantai dasar seluruhnya diperuntukkan sebagai kios.
Lantai 1 – 8 untuk hunian
Foto 8. Contoh unit Rusun Benhil t ipe 21 (3 m x 7 m)
43
Fasilitas penunjang lingkungan : - Sarana olahraga (basket, futsal, badminton)
- Masjid
- Parkir 200 mobil & 250 motor
- Air bersih dari PAM DKI Jakarta, ditampung
dalam bak penampungan di dalam tanah, yang
kemudian di pompa ke tangki-tangki di atas
bangunan; masing-masing unit hunian
dilengkapi dengan meter air
- Listrik rata-rata 1300 W / unit
- Instalasi gas dengan kompor dan meteran gas
- Penampungan sampah 1 tandon di tiap tower
seluas 6 x 7 m
- Taman
- Lift 4 buah di tower A dan B, 2 buah di tower C
Foto 9. Fasilitas-fasilitas Rumah Susun Benhil (parkir motor, tandon sampah, lap. badminton)
44
PASAR MODERN BSD
Foto 10. Pintu masuk Pasar Modern BSD
- Luas lahan pasar : ± 2,5 – 3 Ha
- Luas bangunan pasar : 64 x 143 m →1,3 Ha
- Terdiri dari : - 100 Ruko → 4 x 10 m, 4.5 x 10 m
→ 5 x 10 m, 5.5 x 10 m
- 120 Kios → 3 x 3 m, 3 x 4 m, 3 x 5 m
- 316 Lapak → 2 x 2 m
- Fasilitas : - Tempat pengulitan ayam hidup
- Toilet umum
- Mesjid
- Tempat Pembuangan Sampah
45
- Pada malam hari fungsi dari lapangan parkir berubah menjadi tempat makan
tenda.
- Penyusunan lapak-lapak yang ada di pasar modern disesuaikan dengan jenis
dagangan. Pemisahan lapak basah dan kering dalam area yang berbeda
membuat sistem kebersihan pasar terjaga.
Foto 11. Lapak Pasar Modern BSD
46
II.4.2 Studi Literatur
1. Pasar
PASAR BERINGHARJO, YOGYAKARTA
Foto 12. Tampak depan Pasar Beringharjo
Pasar Beringharjo menjadi sebuah bagian dari Malioboro yang sayang untuk
dilewatkan. Bagaimana tidak, pasar ini telah menjadi pusat kegiatan ekonomi selama
ratusan tahun dan keberadaannya mempunyai makna filosofis. Pasar yang telah
berkali-kali dipugar ini melambangkan satu tahapan kehidupan manusia yang masih
berkutat dengan pemenuhan kebutuhan ekonominya. Selain itu, Beringharjo juga
merupakan salah satu pilar 'Catur Tunggal' (terdiri dari Kraton, Alun-Alun Utara,
Kraton, dan Pasar Beringharjo) yang melambangkan fungsi ekonomi.
47
Foto 13. Jenis-jenis barang dagangan di Pasar Beringharjo
Luas Tanah : 2,5 hektar
Lokasi : Jl. Pabringan no. 1, DIY (ujung selatan kawasan malioboro)
Barang yang dijual : bahan makanan, batik, barang-barang antik, bunga, sepatu-
sendal, pakaian dan aksesoris, dan lain-lain. Total pedagang
+700 pedagang.
Fasilitas : - Parkir yang luas
- Sarana bongkar muat
- Sarana pengamanan
- Tempat penitipan barang
- Tempat penitipan anak
- Arena bermain anak
- Pusat pelayanan lesehatan
- Koperasi pasar
- ATM
- Restoran
48
- Musholla
- Toilet
Ciri – ciri : Memiliki ciri khas pada interior bangunan yang merupakan
gabungan dari arsitektur kolonial dan trdisional Jawa. Karena itu
meskipun berstatus pasar trdisional, Bringharjo dapat dikatakan
cukup modern.
Foto 14. Jenis-jenis barang dagangan di Pasar Beringharjo (bag. 2)
Secara umum pasar ini terdiri dari 2 bangunan yang terpisah di bagian barat dan
timur. Bangunan utama di sebelah barat terdiri dari 2 lantai di mana terdapat pintu
utama yang menghadap ke Jalan Malioboro yang merupakan bangunan dengan ciri
khas kolonial bertuliskan Pasar Beringharjo dengan aksara latin dan Jawa. Serta
bangunan di sebelah timur terdiri dari 3 lantai.
Recommended