Upload
ngonhu
View
246
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEPEMILIKAN
KONDOMINIUM
PULLMAN BALI LEGIAN NIRWANA HOTEL DAN RESORTS
OLEH WARGA NEGARA ASING
TESIS
Disusun oleh:
MARIA CHRISTIAWATI, S.H.
0906582772
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK
JANUARI 2013
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati saya sungguh mengucap syukur kepada Tuhan Yang
Maha Kasih untuk penyertaan dan kekuatan yang baru setiap hari, karena hanya atas
anugerah dan berkat-Nya, maka saya pada akhirnya dapat mengakhiri masa perkuliahan serta
menyelesaikan Tesis ini. Penulisan Tesis ini dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi salah
satu syarat untuk meraih gelar Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas
Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan Tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan Tesis ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu ENNY KOESWARNI, S.H., M.Kn. selaku pembimbing yang telah berkenan
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan
tesis serta selalu memberikan dukungan dan semangat untuk maju dan terus berkarya;
2. Bapak Dr. Drs. WIDODO SURYANDONO, S.H., M.H. selaku Ketua Sub Program
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan selaku penguji,
atas dukungannya sehingga saya kembali bersemangat untuk terus melanjutkan masa
perkuliahan sampai dengan penulisan tesis ini selesai;
3. Bapak Dr.F.X.ARSIN LUKMAN, S.H., selaku penguji, atas saran dan
masukkannya terhadap penulisan tesis ini;
4. Seluruh Dosen pengajar program notariat, Para Karyawan, Staf Perpustakaan, Staf
Laboratorium Komputer, Staf Sekretariat Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, atas
kerjasama dan segala dukungan selama masa perkuliahan sampai dengan tesis ini
selesai dibuat;
5. Bapak Robi Indrawan Corporate Finance Division Head PT Bakrie Nirwana Semesta,
Bapak Christofer Uktolseja Corporate Legal Manager Bakrie Brothers serta Ibu
Rabiul Yulia Corporate Legal Manager PT Bakrie Nirwana Semesta, selaku nara
sumber dan para pihak yang telah sangat membantu dalam penyajian data yang
akurat. Dukungan serta kerjasama yang sangat baik selama dalam proses pembuatan
tesis ini semoga dapat bermanfaat bagi banyak pihak untuk kemajuan dunia hukum di
Indonesia.
6. Mayor Laut (S) BENNI PILIPS HUTASOIT suamiku tercinta yang konsisten dalam
memotivasi dan memberikan dukungan selama masa perkuliahan berlangsung sampai
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
dengan tesis ini selesai dikerjakan serta kedua anak laki-lakiku tersayang
JONATHAN YOAS TUMANGKAS HUTASOIT dan YOSAFAT BELTSAZAR
TUMANGKAS HUTASOIT yang setia mendukung dalam doa dan memberikan
semangat serta sukacita di saat kondisi dan keadaan kurang nyaman.
7. Sahabat-sahabatku mahasiswa Program Magister Kenotariatan Angkatan 2009
Wahyu Amanati (Yudith), Lina Harahap, Nasrokah Ernawati,Nanoyarosityana, Inka
Kirana, David Korompis, teman-teman angkatan 2010 Yudhistira, Novita Siagian,
Febrian, serta teman-teman angkatan 2011 khususnya kelompok matakuliah TPA 2,
M.Yosefina Neng, Kurniawati Sagoto, Intan Dahlia;
8. Semua Pihak yang telah sangat membantu sehingga tesis ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
Akhir kata, kiranya kasih, sukacita dan damai sejahtera dari TuhanYang Maha Kuasa
melimpahi secara jasmani maupun rohani kepada semua pihak yang sejak awal telah
bekerjasama dengan penulis serta mendukung dan membantu proses pembuatan tesis hingga
tesis ini selesai dikerjakan. Semoga Tesis ini membawa perubahan baru yang positif dalam
bidang hukum di Indonesia.
Depok, 21 Januari 2013 Maria Christiawati, S.H.
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
ABSTRAK Nama : Maria Christiawati Program Studi : Magister Kenotariatan. Judul : Tinjauan Yuridis terhadap Kepemilikan Kondominium Pullman Bali Legian Nirwana Hotel dan Resort oleh Warga Negara Asing Kepemilikan bangunan gedung bertingkat dalam bentuk apartemen/kondominium oleh warga negara asing di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya seiring dengan masuknya investasi asing untuk meningkatkan perekonomian negara. Ketentuan hukum yang mengatur tentang hunian untuk warga negara asing yang berkedudukan di Indonesia dalam bentuk rumah tinggal ataupun satuan rumah susun di atas tanah Hak Pakai dalam perkembangannya di dunia properti mengalami beberapa pergeseran. Bangunan gedung bertingkat dalam bentuk apartemen/kondominium didirikan oleh para pengembang di atas tanah dengan status Hak Guna Bangunan. Undang-Undang Rumah Susun hadir untuk memperkenalkan lembaga baru yaitu Hak Milik atas Satuan Rumah Susun. Hadirnya tesis ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk memahami konsep kepemilikan rumah susun dalam bentuk apartemen/kondominium oleh warga negara asing di atas sebidang tanah berdasarkan ketentuan hukum pertanahan di Indonesia. Dalam tesis ini tidak hanya pengertian teoretis yang disajikan, tetapi disampaikan juga kasus yang terjadi dalam praktek di masyarakat khususnya pada sektor properti dengan analisa solusi dari penulis. Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis telah berupaya secara maksimal untuk menyajikan semua fakta, data serta analisa dalam penjabaran tesis ini, sehingga diharapkan setelah membaca tesis ini, pembaca akan mengerti bagaimana aturan hukum yang tepat bagi warga negara asing jika hendak memiliki rumah susun di Indonesia dalam bentuk apartemen/kondominium. Kata kunci: Kondominium, Kepemilikan dan Warga Negara Asing
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
ABSTRACT Name : Maria Christiawati Study Program : Master of Notary. Title : Legal Analysis of Pullman Bali Legian Nirwana Hotel and Resort by
Foreigner Ownership-rise buildings in the form of apartments / condominiums by foreigners in Indonesia has increased each year in line with the influx of foreign investment to boost the country's economy. Legal provisions governing occupancy for foreigners domiciled in Indonesia in the form of houses or apartment units on the ground Right to Use in its development in the real estate experience some shifts. Storey buildings in the form of an apartment / condominium established by the developers on the ground with the status Broking. Flats Act exists to introduce new institutions, namely the Unit Ownership Flats. The presence of this thesis is expected to help the reader to understand the concept of ownership flats in the form of apartments / condominiums by foreigners in the land under the provisions of the land law in Indonesia. In this thesis not only presented a theoretical sense, but also presented examples of cases that have occurred in practice in the community, especially in the property sector with the analytical solution of the author.With all its limitations, the authors have attempted to present to the maximum all the facts, data and analysis in the elaboration of this thesis, so hopefully after readingthis thesis, readers will understand how ownership flats in the form of apartment / condo by citizens on a piece of land Keywords: Ownership, Condominium, Foreigner
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................................. iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................................... v ABSTRAK ................................................................................................................... vi ABSTRACT .................................................................................................................vii DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
I.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1 I.2. Pokok Permasalahan ......................................................................................... 4 I.3. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4 I.4. Metode Penelitian............................................................................................. 5 I.5. Definisi Operasional......................................................................................... 9 I.6. Sistematika Penulisan ……………………………………………………..… 11
II. TINJAUAN PUSTAKA …………………........................................................... 19 II.1. Teori Umum Rumah Susun ............................................................................. 19 II.2. Pullman Bali Legian Nirwana Hotel dan Resort ............................................. 19 II.2.1 Tanah untuk pembangunan Pullman Bali ............................................ 28 II.2.2 Tata Cara Memperoleh Tanah untuk pembangunan Pullman Bali ...... 34 II.2.3. Alat Bukti ............................................................................................ 39 II.2.4. Prosedur Investasi di Pullman Bali ..................................................... 41 II.2.5 Perjanjian Jasa Investasi ..................................................................... 42 II.2.6 PPJB .................................................................................................... 60 II.2.7. Cara Penjualan Pullman Bali .............................................................. 64 II.3. POSISI KASUS ............................................................................................. 64 II.4. ANALISA HUKUM ..................................................................................... 65 II.4.1. Cara Pemilikan Kondotel Pullman Bali oleh WNA ........................... 65 II.4.2. Cara Menyelesaikan Kepemilikan Hak Atas Tanah bersamanya........ 69
III. PENUTUP ………………………………………………………….…….….... 72
III.1. Kesimpulan …………………………………………………….…….…..… 72 IV.2. Saran ………………………………………………………….……….….... 73
DAFTAR REFERENSI …………………………………………….…..…....……. 74 LAMPIRAN
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanah dalam arti hukum memiliki peranan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia karena dapat menentukan keberadaan dan kelangsungan
hubungan dan perbuatan hukum, baik dari segi individu maupun dampak bagi
orang lain. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.
Manusia hidup dalam melakukan aktivitas diatas tanah sehingga setiap
saat manusia selalu berhubungan dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua
kegiatan hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu
memerlukan tanah.
Tanah memiliki peran yang sangat penting artinya dalam kehidupan
Bangsa Indonesia ataupun dalam pelaksanaan pembangunan nasional yang
diselenggarakan sebagai upaya berkelanjutan untuk mewujudkan masyarakat yang
adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Untuk mencegah masalah di bidang pertanahan diperlukan pengaturan,
penguasaan dan penggunaan tanah atau dengan kata lain disebut dengan hukum
tanah. Dalam pelaksanaan ketentuan tersebut maka diundangkanlah Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
(UUPA).
Dengan diundangkannya UUPA, berarti sejak saat itu Indonesia telah
memiliki Hukum Agraria Nasional. Didalam konsiderans Undang-undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria, menegaskan peranan kunci
tanah, bahwa bumi, air dan ruang angkasa mempunyai fungsi yang amat penting
untuk membangun masyarakat yang adil dan makmur.
Dalam konteks ini, penguasaan dan penghakkan atas tanah terutama tertuju
pada perwujudan keadilan dan kemakmuran dalam pembangunan masyarakat. Tanah
mempunyai peranan yang besar dalam dinamika pembangunan, maka didalam
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat 3 disebutkan : “Bahwa bumi dan air dan
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.1
Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang menjadi
landasan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) memberikan kemungkinan
bagi negara untuk memberikan hak atas tanah kepada perorangan dan badan
hukum sesuai dengan keperluannya.
2
Dari berbagai pulau yang terdapat di Indonesia, Pulau Bali merupakan
salah satu bagian dari kekayaan alam Indonesia yang sangat diminati oleh warga
Penataan penggunaan tanah pada saat ini telah mengalami perubahan,
terutama dalam hal pemilikan dan penguasaan tanah. Arus globalisasi yang
dimulai sejak awal tahun 1990 berdampak pada masuknya investor asing
diberbagai bidang kehidupan termasuk dalam bidang properti.
Pemikiran tentang perlu adanya pengaturan tentang pengawasan terhadap
pemilikan dan penguasaan tanah dilandasi pada besarnya minat warga negara
asing untuk dapat membeli hunian di Indonesia baik berupa apartemen maupun
rumah tinggal.
Tingginya minat warga negara asing untuk dapat memiliki hunian di
Indonesia disebabkan karena kondisi alam indonesia yang tropis terdiri dari
musim kemarau dan musim penghujan menjadi daya tarik tersendiri bagi warga
negara asing yang menginginkan sinar matahari lebih dari 6 bulan lamanya
dengan suhu rata-rata 30 derajat celcius.
Warga negara asing ini di negara mereka rata-rata tinggal di dalam
kondisi alam dengan sinar matahari yang sedikit dikarenakan musim panas hanya
berlangsung kurang lebih selama 3-4 bulan dengan suhu udara maksimum adalah
26 derajat celcius. Biaya hidup yang rendah di Indonesia dibandingkan dengan
negara asal para warga negara asing merupakan salah satu pertimbangan mereka
sebelum memutuskan untuk membeli hunian baik rumah ataupun apartemen di
samping alam dan kebudayaan yang beraneka ragam.
1 Panangian Simanungkalit, Tanya Jawab Pakar Property,cet.1,Penerbit PT Gramedia 2006 2Prof.Dr.Maria S.W Sumardjono,SH,MCL,MPA. Tanah dalam perspektif hak ekonomi,
sosial dan budaya, cet.2, Penerbit PT.Kompas Media Nusantara 2008
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
negara asing. Keeksotikan Pulau Dewata ini menjadi daya tarik tersendiri, bagi
warga negara asing maupun warga negara Indonesia sendiri.
Keindahan pulau, tebing, ngarai, lembah juga pantai-pantai di pulau Bali
menjadi salah satu nilai jual bagi para pengembang atau developer properti di
Indonesia untuk membangun kawasan hunian, apartemen, kondotel, maupun pusat
perbelanjaan.
Tahun 2000 merupakan titik balik bagi sektor properti untuk bangkit
setelah mengalami krisis sejak tahun 1997. Pertumbuhan ekonomi di sektor
properti pada tahun 2000 diproyeksikan sebesar 3 persen, tahun 2001 antara 4-5
persen. Diperkirakan pertumbuhan sektor properti sepanjang tahun 2001 dapat
mencapai angka 30%.
Periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2008, pertumbuhan bidang
properti di Indonesia berkembang sangat pesat. Tumbuh dan kembangnya bisnis
properti selama kurun waktu tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 berkaitan
dengan masa pada tahun-tahun sebelumnya.
Ekspansi bisnis setelah melewati tahun 2000 nilai kapitalisasinya
menembus angka sekitar 318 triliun rupiah, angka ini meningkat 3 kali lipat dari
periode sebelum tahun 1990 sampai dengan tahun1998 yang berkisar sekitar 120
triliun rupiah.
Angka kapitalisasi bisnis properti sebesar 318 triliun rupiah ini di
dominasi oleh 3 subsektor properti yaitu perumahan 88 triliun, pusat perbelanjaan
82,48 triliun dan apartemen 52,43 triliun3
3 Panangian Simanungkalit, op.cit, halaman 121
. Peningkatan kapitalisasi disebabkan
beberapa faktor diantaranya adalah pembangunan proyek properti yang
didominasi proyek komersial bernilai tinggi yang dibangun di tengah kota seperti
shooping mall, apartemen, town house, perkantoran,trade center dan rumah toko
(ruko).
Faktor lainnya yang meningkatkan kapitalisasi di sektor properti adalah
dikarenakan pembangunan proyek setelah tahun 1998 terfokus pada pembangunan
trade centre, perkantoran, apartemen, town house dan ruko yang dijual putus lewat
kepemilikan strata title.
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Pembangunan proyek properti bernilai tinggi menyebar di seluruh wilayah
Indonesia termasuk di Pulau Bali seiring dengan penerapan dan implementasi
otonomi daerah merupakan faktor ketiga dalam peningkatan kapitalisasi dalam
bidang properti di Indonesia, selain juga karena tingkat kenaikan potensi anggaran
dana yang cukup besar dalam mendukung proyek-proyek pembangunan properti
seperti diuraikan sebelumnya.
Dampak dari pembangunan proyek-proyek besar yang bernilai triliunan
rupiah ini tentunya mendorong investor asing untuk menanamkan modalnya.4
Pembangunan kondotel ini bertujuan untuk memberikan peluang investasi
di bidang perhotelan baik bagi investor lokal maupun asing. Sebuah penawaran
investasi yang menarik dengan tingkat pengembalian investasi sebesar 18%
selama 3 tahun pertama dan meningkat sekitar 20% dari tingkat hunian hotel pada
tahun keempat dan seterusnya
Para konglomerat Indonesia di bidang properti juga ikut ambil bagian dalam
pembangunan proyek-proyek megapolitan di berbagai daerah di Indonesia yang
tentunya mendorong laju pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih baik.
Adapun konglomerat besar yang turut ambil bagian dalam pembangunan
di sektor properti antara lain adalah Agung Podomoro, Ciputra, serta Bakrie
melalui PT Bakrie Land Development tbk. Bakrie Land melalui anak
perusahaannya PT Bakrie Nirwana Semesta, mendirikan Pullman Bali Legian
Nirwana Hotel and Resorts dengan konsep kondotel hotel bintang lima dikelola
dibawah Grup Accor dengan pengelolaan manajemen hotel internasional.
Kondotel mewah ini terletak di sepanjang pantai Kuta.
5
Kondotel Pullman Bali juga menawarkan konsep resort hotel bintang lima
dengan pemandangan langsung ke Pantai Kuta. Pullman Bali Legian Nirwana
Hotel dan Resorts yang dibangun di atas lahan seluas 2,4 hektar yang terdiri dari 5
wing atau tower yang terintegrasi dengan tower lainnya. Hotel tersebut
mempunyai kapasitas 360 unit kamar. Terdapat 5 tower dengan total 360 unit
kamar di Pullman Bali Legian Nirwana Hotel dan Resorts sampai saat ini telah
.
4 Panagian Simanungkalit. Jejak dan pemikiran panangian simanungkalit, cet.1, 2009,halaman186-189 5 Pernyataan Direktur Bakrie Nirwana Semesta
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
terjual lebih dari 95 %. Kondotel ini juga dilengkapi dengan seluruh fasilitas hotel
bintang lima.
Pullman Bali Legian Nirwana Hotel dan Resort ini berdiri diatas tanah
Hak Guna Bangunan.6
Dokumen berharga lainnya yang juga menjadi bukti kepemilikan kondotel
Pullman Bali bagi Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara Asing tersebut
Total nilai investasi yang dikeluarkan pihak Bakrie Land
untuk tanah dan bangunan mencapai 300 miliar rupiah. Kondotel Pullman Bali
secara resmi dibuka pada tanggal 17 Februari 2011 pembukaan Pullman Bali
Legian Nirwana Hotel dan Resorts ini turut menandai resminya pengoperasian
manajemen hotel oleh Accor International.
Bakrie Land sebelum melakukan pembangunan proyek Pullman Bali
Legian Nirwana Hotel dan Resorts telah terlebih dahulu mendaftarkan tanah
seluas 2,4 hektar itu menjadi berstatus hak guna bangunan. Pengajuan hak guna
bangunan ini dilakukan oleh anak perusahaan Bakrie Land yang kerkedudukan di
Bali yaitu PT Samudra Asia Nasional.
Kondotel mewah Pullman Bali ini ditawarkan dengan harga terendah
senilai 1,9 (satu koma sembilan) miliar rupiah belum termasuk pajak. Para calon
investor atau para calon pembeli yang berminat dan tertarik untuk berinvestasi
dengan membeli kondotel ini, tidak hanya warga negara Indonesia. Kondotel
mewah dengan dilengkapi berbagai fasilitas ini juga sangat diminati oleh warga
negara asing.
Berdasarkan data yang didapat dari corporate legal manager PT Bakrie
Nirwana Semesta, terdapat beberapa warga negara asing yang membeli satuan
unit kondotel mewah di Pullman Bali Legian Nirwana Hotel dan Resorts ini.
Dokumen yang dipegang oleh warga negara asing sebagai tanda bukti
kepemilikan adalah perjanjian sewa menyewa yang dapat dikonversi (convertible
lease), yakni perjanjian sewa menyewa dengan jangka waktu yang relatif lama /
jangka panjang (long term lease), bisa untuk jangka waktu 30 tahun, diperpanjang
30 tahun dan 30 tahun lagi, dengan kemungkinan bahwa perjanjian sewa
menyewa (lease) tersebut dapat diubah menjadi kepemilikan yang sah bila di
kemudian hari terdapat peraturan perundang-undangan yang mengijinkan.
6 Sertipikat Hak Guna Bangunan nomor 3 tahun 2004
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
adalah perjanjian jasa investasi yang berisi tentang syarat dan aturan yang berlaku
selama berinvestasi di kondotel Pullman Bali Legian Nirwana Hotel dan Resort,
jangka waktu investasi, hak dan kewajiban selaku investor, serta pembagian laba
dan keuntungan.
Maka dapat disimpulkan bahwa ada 2 macam dokumen yang wajib
dimiliki oleh setiap pembeli satuan unit kondotel Pullman Bali Legian Nirwana
Hotel dan Resorts ini yaitu perjanjian jasa investasi dan perjanjian sewa menyewa
yang dapat dikonversi (convertible lease).
Ada perbedaan terhadap dokumen kepemilikan yang dipegang oleh warga
negara Indonesia dan warga negara asing. Perbedaannya adalah khusus untuk
warga negara asing kedua dokumen tersebut dibuat di hadapan pejabat umum
yang telah ditunjuk oleh negara yaitu Notaris. Sedangkan untuk warga negara
Indonesia, kedua dokumen tersebut dibuat di bawah tangan yang bermeterai
cukup, dimana isi yang tercantum di perjanjian yang dibuat mengikat calon
investor/pembeli dengan pihak Bakrie Land selaku pengembang/developer.
Hal lain yang kita dapat amati adalah bahwa berdasarkan alat bukti
kepemilikan yang dipegang oleh para investor baik lokal maupun asing telah
dicatat bahwa apabila pembayaran kondotel Pullman Bali telah lunas dibayar
maka investor dapat melakukan peralihan hak atas kondotel yang telah dibelinya
tersebut. Dengan kata lain setelah harga kondotel lunas dibayar maka secara
otomatis perjanjian sewa menyewa yang dapat dikonversi (covertible lease) atas
bangunan kondotel di atas tanah HGB itu dapat dirubah melalui pembuatan akta
jual beli.
Khusus untuk warga negara asing meskipun aturan perundang-undangan
menyebutkan bahwa warga negara asing hanya dapat membeli apartemen di atas
tanah hak pakai, namun berdasarkan uraian di atas maka selaku calon pembeli
Pullman Bali ini apabila dilihat dari isi perjanjian sewa menyewa yang dapat
dikonversi (convertible lease), maka kita beranggapan bahwa di dalam perjanjian
tersebut telah diperjanjikan bahwa warga negara asing dapat memiliki bangunan
tersebut di masa yang akan datang, apabila terjadi perubahan dalam peraturan
perundang-undangan mengenai hak atas tanah di Indonesia, mengingat alas hak
atas tanah untuk mendirikan kondotel tersebut adalah hak guna bangunan. Artinya
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
perjanjian sewa menyewa yang dapat dikonversi (convertible lease) antara warga
negara asing dengan Bakrie Land di masa yang akan datang dapat berubah
menjadi perjanjian pemindahan hak secara jual beli dalam bentuk akta otentik
sesuai dengan persyaratan yang tercantum di dalam ketentuan hukum yang
berlaku di Indonesia.
Hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang untuk memakai tanah
yang diberikan kepada orang atau badan hukum. Pada dasarnya tujuan pemakaian
tanah secara umum adalah untuk memenuhi 2 (dua) jenis kebutuhan yaitu yang
pertama untuk diusahakan, misalnya untuk usaha pertanian, perkebunan,
perikanan (tambak) atau peternakan. Yang kedua adalah untuk tempat
membangun sesuatu, misalnya untuk mendirikan bangunan, perumahan, rumah
susun, gedung bangunan bertingkat, hotel, proyek pariwisata, pabrik, pelabuhan
dan lain-lain.
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) menetapkan 4 jenis hak atas
tanah untuk keperluan pribadi dan kegiatan usaha. Untuk keperluan pribadi
perorangan warga negara indonesia adalah hak milik. Berdasarkan bunyi Pasal 20
UUPA yang menyatakan bahwa Hak milik adalah hak turun-menurun, terkuat dan
terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan
dalam pasal 6 UUPA, dimana Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak
lain.7
Dasar hukum UUPA lainnya seperti tercantum di dalam Pasal 21
menegaskan bahwa hanya warga-negara Indonesia dapat mempunyai hak milik
atau badan hukum yang memenuhi persyaratan sebagaimana telah ditetapkan oleh
pemerintah. Pada ayat ketiga, Pasal 21 tersebut memberikan penjelasan lain
mengenai seorang warga negara asing yang mendapatkan warisan berupa
sebidang tanah hak milik, maka kepada orang asing tersebut berlaku ketentuan
bahwa orang asing yang sesudah berlakunya Undang-undang ini memperoleh hak
milik karena pewarisan tanpa wasiat atau percampuran harta karena perkawinan,
demikian pula warga-negara Indonesia yang mempunyai hak milik dan setelah
berlakunya Undang-undang ini kehilangan kewarga-negaraannya wajib
7 Prof.Dr.Maria S.W Sumardjono,SH,MCL,MPA. Tanah dalam perspektif hak ekonomi,sosial,budaya, op.cit halaman 97
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
melepaskan hak itu didalam jangka waktu satu tahun sejak diperolehnya hak
tersebut atau hilangnya kewarga-negaraan itu. Jika sesudah jangka waktu tersebut
lampau hak milik itu dilepaskan, maka hak tersebut hapus karena hukum dan
tanahnya jatuh pada Negara, dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak lain yang
membebaninya tetap berlangsung. Pasal 21 ayat 4 mengatur mengenai apabila ada
seorang warga negara Indonesia yang juga mempunyai kewarganegaraan asing
selain WNI maka ia tidak dapat mempunyai tanah dengan hak milik. Dalam hal
terjadinya hak milik sebagai diatur di dalam peraturan pemerintah beserta tatacara
dan prosedur mengenai terjadinya hak milik yang dimuat dalam pasal 22 UUPA
ayat (1) dan ayat (2). Pengaturan mengenai peralihan hak milik, hapusnya hak
milik serta pembebanan hak-hak lainnya dan pendaftaran tanah mengenai tanah
hak milik ini dicatat dalam Pasal 23 UUPA.
Dalam hal peruntukkan tanah untuk perkebunan maka yang digunakan
adalah Hak Guna Usaha. Definisi hak guna usaha sebagaimana dimuat dalam
Pasal 28 yang berbunyi Hak guna-usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah
yang dikuasai langsung oleh Negara, guna perusahaan pertanian, perikanan atau
peternakan. Ketentuan mengenai luas tanah yang dapat diajukan permohonan
HGU dapat diberikan atas tanah yang luasnya paling sedikit 5 hektar, dengan
ketentuan bahwa jika luasnya 25 hektar atau lebih harus memakai investasi modal
yang layak dan tehnik perusahaan yang baik, sesuai dengan perkembangan
zaman8
8Indonesia, Undang-Undang Pokok Agraria pasal 23 ayat 2
. Hak guna-usaha juga dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
Jangka waktu untuk hak guna usaha adalah diberikan untuk waktu paling lama 25
tahun. Sedangkan untuk perusahaan yang memerlukan waktu yang lebih lama
dapat diberikan hak guna-usaha untuk waktu paling lama 35 tahun. Ketentuan lain
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai hak guna usaha
adalah atas permintaan pemegang hak dan mengingat keadaan perusahaannya
maka jangka waktu hak guna usaha untuk waktu 25 tahun dan 35 tahun
berdasarkan pasal 29 ayat 3 UUPA masih dapat diperpanjang dengan waktu yang
paling lama 25 tahun. Adapun subjek hukum yang dapat mempunyai hak guna
usaha berdasarkan pasal 30 UUPA ialah warga-negara Indonesia dan badan
hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Ketentuan lain mengenai hak guna usaha sebagaimana dimuat dalam Pasal 30
ayat 3 UUPA yaitu terhadap orang atau badan hukum yang mempunyai hak guna-
usaha dan tidak lagi memenuhi syarat-syarat sebagai yang tersebut dalam
peraturan perundangan ini dalam jangka waktu satu tahun wajib melepaskan atau
mengalihkan hak itu kepada pihak lain yang memenuhi syarat.Ketentuan ini
berlaku juga terhadap pihak yang memperoleh hak guna-usaha, jika ia tidak
memenuhi syarat tersebut. Jika hak guna usaha,yang bersangkutan tidak
dilepaskan atau dialihkan dalam jangka waktu tersebut maka hak itu hapus karena
hukum, dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak lain akan diindahkan, menurut
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Hak atas tanah lain yang dapat digunakan untuk keperluan usaha adalah
Hak Guna Bangunan. Definisi tentang hak guna bangunan sebagaimana dimuat
dalam pasal 35 UUPA berbunyi sebagai berikut “Hak guna-bangunan adalah hak
untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan
miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun. Atas permintaan
pemegang hak dan dengan mengingat keperluan serta keadaan bangunan-
bangunannya, jangka waktu tersebut dalam ayat (1) dapat diperpanjang dengan
waktu paling lama 20 tahun.
Hak guna-bangunan dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Yang
dapat mempunyai hak guna-bangunan ialah warga-negara Indonesia dan badan
hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
Orang atau badan hukum yang mempunyai hak guna-bangunan dan tidak lagi
memenuhi syarat-syarat yang tersebut dalam ayat (1) pasal ini dalam jangka
waktu 1 tahun wajib melepaskan atau mengalihkan hak itu kepada pihak lain yang
memenuhi syarat. Ketentuan ini berlaku juga terhadap pihak yang memperoleh
hak guna bangunan, jika ia tidak memenuhi syarat-syarat tersebut. Jika hak guna
bangunan yang bersangkutan tidak dilepaskan atau dialihkan dalam jangka waktu
tersebut, maka hak itu hapus karena hukum, dengan ketentuan, bahwa hak-hak
pihak lain akan diindahkan, menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.9
9 Prof.Dr.Maria S.W Sumardjono, SH, MCL,MPA, Tanah dalam perspektif hak ekonomi,sosial,dan budaya, op.cit halaman 99
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Hak atas tanah lainnya yang juga dapat digunakan untuk keperluan usaha
selain HGU dan HGB adalah Hak Pakai. Yang dimaksud dengan hak pakai
berdasarkan pasal 41 UUPA ialah hak untuk menggunakan dan/atau memungut
hasildari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik oranglain,
yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan
pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam
perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau
perjanjian pengolahan tanah,segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa
dan ketentuan ketentuan Undang-undang ini.
Hak pakai dapat diberikan selama jangka waktu yang tertentu atau selama
tanahnya dipergunakan untuk keperluan yang tertentu dengan cuma-cuma, dengan
pembayaran atau pemberian jasa berupa apapun. Pemberian hak pakai tidak boleh
disertai syarat-syarat yang mengandung unsur-unsur pemerasan. Yang dapat
mempunyai hak pakai ialah warga-negara Indonesia, orang asing yang
berkedudukan di Indonesia, badan hukum yang didirikan menurut hukum
Indonesia dan berkedudukan di Indonesia, badan hukum asing yang mempunyai
perwakilan di Indonesia10
Sumber hukum lain yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1996
tentang pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian oleh orang asing yang
berkedudukan di Indonesia dalam pasal 2 ayat 2 menyatakan “ Rumah tempat
tinggal atau hunian yang dapat dimiliki oleh orang asing sebagaimana dimaksud
.
Peraturan pertanahan di Indonesia yang diatur di dalam Undang-Undang
Pokok Agraria (UUPA) tentang warga negara asing, masih tetap sama dimana
kepada warga negara asing tidak dapat diberikan hak milik dan hak guna
bangunan.
Subjek Hak Guna Bangunan berdasarkan pasal 19 Peraturan Pemerintah
No 40 tahun 1996 tentang HGU,HGB dan Hak Pakai menyebutkan bahwa yang
dapat menjadi pemegang hak guna bangunan adalah warga negara indonesia dan
badan hukum yang didirikan menurut hukum indonesia dan berkedudukan di
indonesia.
10 Sunaryo Basuki, SH, Diktat Matakuliah Agraria, Edisi Revisi, September 2009, halaman 3-4
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
dalam pasal 1 adalah satuan rumah susun yang dibangun diatas bidang tanah hak
pakai atas tanah negara” telah jelas menerangkan bahwa hak atas tanah beserta
bangunan yang dapat dipunyai warga negara asing adalah Hak Pakai atas tanah
beserta bangunan.
Hak Pakai atas tanah beserta bangunan tersebut dapat terjadi diatas tanah
negara, diatas tanah hak milik, dan di atas tanah hak pengelolaan. Bangunan yang
berdiri di atas Hak Pakai itu dapat digunakan untuk hunian maupun bukan hunian,
sedangkan menurut strukturnya dapat berbentuk rumah yang berdiri sendiri
maupun rumah susun atau bangunan bertingkat.11
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1996 terdapat pembatasan
mengenai jumlah atau unit rumah tempat tinggal yang dapat dipunyai warga
negara asing. Disebutkan bahwa warga negara asing hanya boleh memiliki satu
rumah tempat tinggal, dapat berupa rumah yang berdiri sendiri atau rumah susun
yang dibangun diatas hak pakai
Di Indonesia, bangunan yang dapat dipunyai warga negara asing dan
badan hukum asing adalah bangunan untuk rumah tempat tinggal atau hunian,
baik yang berdiri sendiri maupun berupa rumah susun, yang tidak termasuk dalam
klasifikasi sederhana atau sangat sederhana. Ataupun rumah yang
pembangunannya dibiayai oleh pemerintah dan rumah yang pembangunannya
mendapat subsidi pemerintah.
12
Pemilikan satuan rumah susun meliputi hak atas tanah bersama
. 13. Satuan
rumah susun hanya dapat dimiliki oleh perseorangan dan badan hukum yang
memenuhi syarat, karena hukum tanah nasional Indonesia menganut prinsip status
subjek mempengaruhi status hak atas tanah yang dimiliki14
11 Sunaryo Basuki,SH, Diktat Matakuliah Agraria, Edisi Revisi September 2009, halaman 5-6 12 Prof.Maria SW Sumardjono,SH,MCL,MPA, Alternatif Kebijakan pengaturan hak atas
tanah beserta bangunan bagi warga negara asing dan badan hukum asing, penerbit buku kompas, April 2007
13 Sunaryo Basuki SH, diktat matakuliah agraria, opcit, halaman 7 14 Imam Kuswahyono SH, Mhum, Hukum rumah susun suatu bekal pengantar
pemahaman, penerbit bayumedia publishing, edisi pertama,cetakan pertama, Agustus 2004
. Jual beli rumah susun
dikatakan sah, apabila pada saat dilakukan perbuatan hukum itu sudah ada
sertipikat hak milik atas satuan rumah susun.
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Kebijakan terhadap orang-orang asing dilandasi dengan pertimbangan
selain demi kepentingan nasional dan melindungi kepemilikan bangsa Indonesia
juga untuk menyatakan bahwa keberadaan warga negara asing tersebut di
Indonesia hanya bersifat sementara15
Berikut ini adalah beberapa alternatif bagi warga negara asing untuk dapat
menguasai satuan rumah susun sebagai berikut
.
16
1.
:
Konsep perjanjian sewa menyewa jangka panjang (long term lease)
yang dipraktekkan oleh beberapa pemilik rumah susun dan pada
dasarnya konsep ini juga tidak mengalihkan kepemilikan UU No
4/1992 tentang perumahan dan pemukiman (UU perumahan) telah
mengatur ketentuan mengenai sewa menyewa.
Sewa menyewa
2.
Konsep dasar dari transaksi ini adalah sepenuhnya berpedoman
kepada perjanjian sewa menyewa biasa namun ada beberapa kondisi
khusus antara lain, yang pertama adalah harga sewa diperhitungkan
sebagai cicilan harga pembelian apabila konversi sewa menjadi konsep
pemilikan dimungkinkan di kemudian hari. Yang kedua penyewa
diberikan hak penuh untuk menghuni apartemen termasuk
kepengurusan penghunian dan yang ketiga ialah mengalihkan hak
sewa/sub lease kepada pihak ketiga
Sewa menyewa yang dapat dikonversi (convertible lease)
Namun hal yang harus diperhatikan bahwa konsep perjanjian sewa
menyewa yang dapat dikonversi (convertible lease) tersebut
sebagaimana perjanjian sewa menyewa jangka panjang lainnya (long
term lease) secara hukum juga tidak memindahkan kepemilikan
apartemen atau rumah susun. Artinya adalah objek hak atas tanah dan
bangunan gedung bertingkat yang berdiri di atasnya, tetap berada di
tangan yang menyewakan17
15 Prof Ny.Arie Hutagalung, SH, MLI, condominium dan permasalahannya, badan penerbit FH UI, 2003
16 Ibid 9 17 Prof Arie S.Hutagalung,S.H.,MLI, Condominium dan permasalahannya, cet.3,Jakarta,
Badan penerbit FHUI 2003
.
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Dengan perkataan lain bahwa isi perjanjian yang dibuat antara
pengembang atau developer dengan pihak penyewa diperjanjikan
dalam pasal-pasal tertentu kemungkinan untuk mengkonversi
perjanjian sewa menyewa menjadi pemindahan hak atas objek yang
diperjanjikan dengan cara jual beli. Dengan kata lain, kepada penyewa
diberikan hak untuk dapat menjadi pemilik dari objek yang
sebelumnya disewa dengan cara jual beli18
3.
.
Perjanjian sewa menyewa yang dapat dikonversi menjelaskan
bahwa ada hak-hak istimewa dan khusus yang diberikan kepada
penyewa secara kontraktual tanpa harus mengesampingkan ketentuan
pasal 26 ayat 2 UUPA. Hubungan di dalam perjanjian sewa menyewa
yang dapat dikonversi tersebut adalah sewa menyewa murni dengan
memuat suatu ketentuan khusus secara kontraktual dan karenanya
tidak dapat dikategorikan sebagai pemindahan hak milik secara
langsung. Penguasaan hak milik atas rumah susun tersebut tidak
menyalahi ketentuan pasal 26 ayat 2 UUPA karena pemiliknya tetap.
Berbicara mengenai konsep trustee/nominee dalam konteks hukum
indonesia bukanlah konsep trustee menurut konsep hukum anglo
saxon. Konsep trustee ini mekanismenya diatur bahwa pemilik satuan
rumah susun (di luar tanah hak pakai) adalah tetap warga negara
Indonesia atau badan hukum Indonesia.
Nominee/Trustee
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa warga negara asing
yang terikat dalam perjanjian sewa menyewa yang dapat dikonversi (convertible
lease) dengan developer yaitu PT Samudra Asia Nasional, sebagaimana
dinyatakan dalam salah satu isi pasalnya bahwa investor telah diperjanjikan oleh
developer / pihak pengembang, pada masa yang akan datang dapat memiliki
kondotel Pullman Bali dan untuk selanjutnya secara otomatis akan dapat
18 Prof. Dr.Maria S.W sumardjono, SH, MCL,MPA, op.cit halaman 102
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
menguasai tanah dimana bangunan tersebut melekat yakni sebidang tanah hak
guna bangunan selaku pemilik19
Dengan demikian berarti bahwa dalam praktik secara tidak langsung telah
berjadi penguasaan tanah oleh warga negara asing. Tampaknya peraturan
pemerintah Nomor 41 Tahun 1996 tidak dilaksanakan oleh pihak-pihak terkait
yang berkepentingan karena berbagai alasan
.
20
Praktik sewa menyewa yang dilakukan oleh warga negara asing terhadap
kondotel Pullman Bali apabila dilihat secara sekilas, perjanjian tersebut seakan-
akan tidak menyalahi peraturan perundang-undangan yang berlaku karena tidak
dalam bentuk pemindahan hak secara langsung. Namun apabila isi perjanjian
diperiksa dengan seksama maka semua perjanjian tersebut secara tidak langsung
dimaksudkan untuk memindahkan tanah hak guna bangunan kepada warga negara
asing pada masa yang akan datang
.
21
Walaupun para pihak sepakat mengenai isi perjanjian itu, namun apabila
dilihat isi perjanjian sewa menyewa tersebut maka sifatnya adalah bertentangan
dengan undang-undang yang berlaku dalam hal ini Undang – Undang Pokok
Agraria dan Peraturan Pelaksanaannya.
.
Tampaknya pihak-pihak yang berkepentingan dalam perjanjian sewa
menyewa yang dapat dikonversi tersebut diatas tidak mempermasalahkan
kebenaran materiil, bagi mereka pertimbangan praktis lebih penting dibandingkan
dengan pertimbangan yuridis.
22
Boedi Harsono berpendapat bahwa penjualan strata title bertentangan
dengan undang-undang rumah susun karena penjualan setiap satuan hanya boleh
dilakukan apabila seluruh unit selesai dibangun, memperoleh ijin layak huni dan
bersertifikat, akan tetapi menteri perumahan rakyat menyatakan sebaliknya bahwa
perbuatan hukum demikian tidak bertentangan dengan undang-undang rumah
susun.
19 Prof.Dr.Maria S.W Sumardjono, S.H.,MCL.MPA, Alternatif kebijakan pengaturan hak atas tanah beserta bangunan bagi warga negara asing dan badan hukum asing,cet.2.Jakarta, Penerbit PT Kompas Media Nusantara 2008
20 Ibid 14 21 Maria SW Sumardjono, Alternatif Kebijakan Pengaturan Hak Atas Tanah Beserta
Bangunan bagi warga negara asing dan badan hukum asing, Cetakan Pertama, April 2007, Halaman 14
22 Ibid 6, halaman 17
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Pendapat Boedi Harsono tersebut menurut Maria SW Sardjono dapat
diterima karena menurut konsepsi UUPA yang berdasar pada konsep hukum adat
yaitu tunai.Penjualan demikian baru dapat dilaksanakan pada saat pembangunan
keseluruhan selesai, mempunyai izin layak huni dan sertipikat sudah keluar.
Sedangkan apabila pembangunan rumah susun masih dalam proses atau
rencana dilakukan pengikatan jual beli tidak bertentangan dengan undang-undang
rumah susun dikarenakan bahwa ikatan jual beli tidak termasuk dalam ruang
lingkup hukum tanah nasional melainkan tunduk pada hukum perjanjian.23
Penulis berharap agar para ahli di bidang rumah susun dan pertanahan
dapat menciptakan suatu ketentuan hukum baru yang dapat dilaksanakan dan
dipatuhi dalam praktek di dalam masyarakat khususnya yang berkaitan dengan
rumah susun serta hal-hal lain yang berhubungan dengan tata guna tanah serta
Alasan penulis memilih Pullman Bali Nirwana Hotel dan Resorts sebagai
bahan penulisan tesis ini adalah dikarenakan selama ini banyak pakar pertanahan
yang mengangkat permasalahan mengenai kepemilikan warga negara asing atas
rumah susun di kota-kota besar khususnya dalam bentuk apartemen atau kondotel.
Dimana para ahli pertanahan dan rumah susun dalam beberapa seminar,
artikel serta pembahasan di beberapa literatur tentang rumah susun menyarankan
untuk diadakan revisi atau penyempurnaan atas peraturan perundang-undangan
serta peraturan pemerintah lainnya mengenai subjek hukum hak atas tanah
khususnya dalam hal ini adalah bagi kepemilikan apartemen atau kondominium
oleh warga negara asing di atas tanah hak guna bangunan sebagai alas hak yang
selama ini selalu digunakan developer atau pengembang untuk mendirikan
bangunan gedung bertingkat berupa apartemen atau kondominium.
Dalam beberapa kajian atau pandangan para ahli yang dilakukan adalah
sebatas memberikan pandangan serta adanya contoh kasus yang terjadi sebelum
tahun 2010. Tulisan ini dibuat untuk menyatakan bahwa ternyata benar masih
terdapat ketidaksesuaian antara peraturan hukum yang berlaku dengan praktek
pelaksanaan di bidang rumah susun mengenai kepemilikan hak atas tanah oleh
warga negara asing.
23 Dr.(HC) A.Ridwan Halim, S.H.,STh, Sendi-sendi hukum hak milik, kondominium,rumah susun dan sari-sari hukum benda,penerbit Angky Pelita Studyways 2000
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
penguasaan hak atas tanah untuk menghindari terjadinya ketidaksesuaian yang
berlangsung terus menerus di dalam praktek antara peraturan hukum yang dibuat
dengan keadaan masyarakat yang sebenarnya.
Dengan lahirnya suatu ketentuan hukum baru diharapkan dapat
meniadakan praktek dilapangan yang tidak sesuai selama ini dan menyimpang
dari apa yang telah tercantum di dalam peraturan perundangan yang berlaku,
untuk selanjutnya dapat menciptakan kepastian hukum dan kepastian hak bagi
semua pihak termasuk warga negara asing dengan tetap menjunjung tinggi nilai-
nilai nasionalisme dan cinta tanah air sebagaimana dijunjung tinggi oleh para
pendahulu dan mencetus Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA).24
1. Bagaimanakah cara kepemilikan apartemen di Pullman Bali Legian Nirwana
Hotel dan Resorts oleh warga negara asing?
1.2. Pokok Permasalahan
Sesuai dengan uraian latar belakang masalah, maka yang menjadi pokok
permasalahan adalah
2. Bagaimanakah cara menyelesaikan kepemilikan hak atas tanah bersamanya
jika pemilik adalah warga negara asing?
1.3. Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui cara kepemilikan unit satuan
hotel oleh warga negara asing dan cara menyelesaikan kepemilikan hak atas tanah
bersamanya. Adapun tujuan yang bersifat khusus yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimanakah cara kepemilikan apartemen di Pullman
Bali Legian Nirwana Hotel and Resort oleh warga negara asing?
2. Untuk mengetahui bagaimanakah cara menyelesaikan kepemilikan hak atas
tanah bersamanya jika pemilik adalah warga negara asing?
24 Prof.Dr.Maria S.W. Sumardjono, S.H.,MCL.MPA, Tanah dalam perspektif hak ekonomi sosial dan budaya, PT Kompas Media Nusantara 2008
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
1.4. Metodologi Penelitian
Dalam menyusun penelitian ilmiah ini, sangat diperlukan data yang
menunjang sehingga penulisan dapat dilakukan secara sistematis, metodologis,
dan konsisten. Penulisan ini menggunakan metode lapangan yang bersifat
normatif untuk mendapatkan gambaran menyeluruh terhadap permasalahan yang
diteliti. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode yuridis
normatif. Dilihat dari sudut sifatnya penelitian ini merupakan penelitian yang
bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara tepat
sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu atau menentukan
frekuensi atau gejala. Sedangkan dari sudut bentuknya termasuk dalam penelitian
evaluatif yang dikombinasikan deskriptif. Evaluatif adalah penilaian yang
diberikan oleh peneliti atas penelitian yang telah dilaksanakan. Data yang
diperoleh adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh
melalui wawancara dengan narasumber. Data sekunder yang dilihat dari kekuatan
mengikatnya berasal dari sumber hukum primer adalah Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 1996, Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996, serta
beberapa peraturan lainnya yang terkait. Sedangkan sumber hukum sekunder
didapat melalui buku-buku, artikel, dan tesis. Untuk sumber hukum terrtier
digunakan sebagai referensi bagi penelitian berupa abstrak dan buku pegangan.
Untuk mendapatkan data yang akurat dan lengkap maka data dikumpulkan
melalui studi dokumen.
1.5. Sistematika Penulisan
Bab pendahuluan ini akan diakhiri dengan menguraikan secara singkat
masalah-masalah yang akan dibahas dalam bab-bab pada penelitian ini. Penulisan
ini terbagi dalam tiga bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I mengenai pendahuluan. Bab pendahuluan ini terdiri dari latar
belakang masalah, pokok permasalahan, yang selanjutnya diikuti dengan tujuan
penelitian, baik secara umum ataupun khusus, kemudian diikuti dengan metode
penulisan, serta terakhir adalah sistematika penulisan.
Bab II mengenai tinjauan pustaka. Bab ini menguraikan dan membahas
mengenai pengertian rumah susun, bagian bersama, benda bersama dan tanah
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
bersama serta hal-hal yang berkaitan dengan rumah susun dan permasalahannya
menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 , hak atas tanah yang dapat
digunakan untuk pembangunan rumah susun berdasarkan Undang-Undang Pokok
Agraria(UUPA), tatacara memperoleh tanah sebelum dimulainya pembangunan
proyek rumah susun Pullman Bali Legian Nirwana Hotel dan Resorts berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang HGU, HGB, dan Hak Pakai
serta kepastian hukum dalam hubungan antara subyek hak atas tanah, letak, luas
dan batas tanahnya. Definisi perjanjian,jenis-jenis perjanjian,syarat sahnya suatu
perjanjian juga asas-asas yang berlaku dalam perjanjian,menurut ketentuan Kitab
Undang-Undang Hukum (KUH)Perdata ,Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1996
tentang pemilikan rumah tinggal bagi warga negara asing yang tinggal di
Indonesia dan syarat-syarat kepemilikan apartemen oleh warga negara asing,
akibat hukum dari kepemilikan apartemen oleh warga negara asing, hal-hal yang
menyangkut proses perpanjangan hak atas tanah dimana diatasnya terdapat
apartemen yang dimiliki oleh warga negara asing serta hal-hal lain yang
membahas akibat hukum dari kepemilikan apartemen oleh warga negara asing.
Bab III merupakan penutup. Bab penutup ini terdiri dari kesimpulan dan
saran atas penulisan yang dilakukan.
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
BAB 2
ANALISIS HUKUM KEPEMILIKAN RUMAH SUSUN
OLEH WARGA NEGARA ASING
2.1. Teori Umum Rumah Susun
Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang rumah
susun (UURS) menjelaskan bahwa definisi rumah susun adalah bangunan gedung
bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-
bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun
vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan
digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan
bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama25
Dari definisi yang tertuang di dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 16
Tahun 1985(UURS) maupun penjelasan undang-undang tersebut bahwa yang
dimaksudkan dengan rumah susun merupakan suatu pengertian hukum bagi suatu
bangunan gedung bertingkat yang senantiasa mengandung sistem pemilikan
perseorangan dan hak bersama yang penggunaannya untuk kebutuhan hunian atau
bukan hunian secara sendiri maupun tepadu
.
26
Satuan rumah susun pada dasarnya merupakan dimensi dan volume ruang
tertentu yang mempunyai batas-batas yang jelas yaitu pada alasnya, sisi-sisinya
dan pada atasnya. Batas-batas atas dan alasnya tentunya berupa lantai dan atap
.
Secara spesifik, dilihat dari pemilikan perorangan disebut sebagai satuan
rumah susun dapat diartikan bagian dari rumah susun yang tujuan utama
peruntukannya digunakan secara terpisah sebagai tempat hunian yang mempunyai
sarana penghubung keluar oleh karena dapat dimanfaatkan secara terpisah maka
bagian rumah susun yang akan menjadi sarusun harus mempunyai sarana ke jalan,
sehingga pemiliknya dapat secara leluasa mempergunakannya secara pribadi
tanpa mengganggu orang lain.
25 Sunaryo Basuki, Diktat Mata Kuliah Hukum Agraria, edisi revisi,Jakarta 2009, op.cit, halaman 10 26 Imam Kuswahyono,SH, Hukum Rumah Susun,cet.1,RajaGrafindo, Jakarta 2009
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
bangunan yang bersangkutan. Sedangkan batas sisinya tidak harus merupakan
dinding atau tembok tertutup27
Menurut pendapat A. Ridwan Halim, S.H. hukum rumah susun merupakan
salah satu bagian dari hukum kondominium. Hukum rumah susun merupakan
yang paling maju dan paling cepat berkembang terutama di negara-negara yang
penduduknya terbilang padat bila ditilik dari luas wilayah daratannya seperti
halnya negara kita Indonesia. Berdasarkan keadaan ini dapat disimpulkan bahwa
pengaturan tentang rumah susun ini secara khusus perlu undang-undang
tersendiri
.
28
Rumah susun pada hakikatnya merupakan suatu gedung/bangunan yang
merupakan kesatuan dari rumah-rumah yang dibangun secara bersusun dalam
fungsinya sebagai pemenuh keperluan warga masyarakat akan tempat tinggal
yang layak. Sedangkan keadaan eksistensi yang umum dan ideal dari suatu rumah
susun ialah bahwa antara tiap-tiap satuan rumah susunannya atau tiap-tiap unit
bagiannya antara satu sama lain pasti bereksistensi atau dibangun secara
berpasangan dan berkembaran, artinya tiap unit bagian atau satuan itu pasti
memiliki pasangan yakni unit bagian atau satuan rumah susun lainnya yang
keadaannya persis sama dengan unit bagian atau satuan rumah susun yang
bersangkutan sehingga antara kedua unit bagian yang berpasangan itu terdapat
unsur kekembaran atau ketepatsamaan, terutama dalam hal dimensi atau ukuran,
bahan pembuatannya, letak pintu, lubang angin pengatur sirkulasi udara, jendela,
sampai pada letak kedenahan serambi dan kamar. Demikian keadaan eksistensi
rumah susun secara praktis, dalam arti yang umumnya kita jumpai dalam praktek
pendiriannya dimana-mana
.
29
Sejalan dengan perubahan dan perkembangan keadaan, maka rumah susun
juga mengalami perubahan pengertian seperti terjadi dalam praktik adalah suatu
pemilikan bangunan yang terdiri atas bagian-bagian yang masing-masing
merupakan satu kesatuan yang dapat digunakan dan dihuni secara terpisah serta
dimiliki secara individual berikut bagian-bagian lain dari bangunan itu dan tanah
.
27 Ibid 26, Halaman 56 28 Imam Kuswahyono,SH, Hukum Rumah Susun, op.cit.halaman 61 29 A. Ridwan Halim, S.H.,Hukum kondominium dalam tanya jawab, penerbit Ghalia
Indonesia, Jakarta 1988, halaman 63-65
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
yang merupakan tempat berdirinya bangunan (gedung) itu yang karena fungsinya
digunakan bersama dimiliki secara bersama-sama oleh pemilik bagian yang
dimiliki secara individual tersebut30
Pengaturan awal rumah susun tercantum dalam The Conveyancing (Strata
title) Act 1961 yang diganti kemudian dengan The Strata Titles Act 1973. Negara
Belanda yang dalam beberapa dasa warsa hukumnya diacu oleh Hukum Indonesia
juga telah ditiru perihal rumah susun itu di dalam Tiende Titel A Burgerlijk
Wetboek pada bagian yang dinamakan Appartementscrechten
.
31
1.
.
Di negara Republik Indonesia meningkatnya kebutuhan akan perumahan
telah diantisipasi oleh Menteri Dalam Negeri yang pada waktu itu ditugasi untuk
mengatur masalah pertanahan. Oleh karenanya, dikeluarkanlah peraturan
perundang-undangan yang membuka kemungkinan bagi seseorang untuk
memiliki sebidang tanah bersama-sama orang lain dengan penunjukan secara
khusus.
Pada bagian bangunan gedung yang dimiliki secara individual oleh
pemegang sertipikatnya. Peraturan yang dimaksud dalam hal ini adalah sebagai
berikut:
Peraturan ini berisi tentang pendaftaran hak atas tanah kepunyaan
bersama dan pemilikan bagian-bagian bangunan yang di atasnya serta
penerbitan sertipikatnya.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1975
2.
Peraturan menteri ini mengatur tentang penyelenggaraan tata usaha
pendaftaran tanah mengenai hak atas tanah yang dipunyai bersama
dan pemilikan bagian-bagian bangunan yang ada di atasnya.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1977
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 10 Tahun 1983
Peraturan tentang tata cara permohonan dan pemberian ijin
penerbitan sertipikat hak atas tanah kepunyaan bersama yang disertai
dengan pemilikan secara terpisah bagian-bagian pada bangunan
bertingkat.
30 Imam Kuswahyono, SH, Mhum, Hukum Rumah Susun, op.cit.halaman 6 31 Dr (HC) A. Ridwan Halim, S.H.,Sth. Sendi-sendi Hukum Hak Milik, Kondominium,
Rumah Susun dan Sari-Sari Hukum Benda, Angky Pelita Studyways
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Di dalam penjelasan peraturan menteri dalam negeri nomor 14 tahun 1975
Prof, Boedi Harsono menjelaskan bahwa yang dimaksud peraturan ini adalah
peraturan ini bukan menciptakan hukum materiil saja, melainkan hanya
menyempurnakan dan melengkapi ketentuan mengenai penyelenggaraan
pendaftaran tanah yang diatur dalam peraturan pemerintah nomor 10 tahun 1961
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dewasa ini32
Konsep dasar sistem rumah susun sebagaimana dinyatakan oleh Soedikno
Mertokoesono, menjelaskan yang dimaksud dengan sistem disini adalah suatu
structured whole yang berarti hukum ini merupakan suatu tatanan, merupakan
suatu kesatuan yang utuh yang terdiri dari bagian-bagian atau unsur yang saling
berkaitan erat satu sama lain, di dalam mana setiap masalah atau persoalan
menemukan jawaban atau penyelesaiannya. Jawaban itu terdapat di dalam sistem
itu sendiri
.
Dari penjelasan tersebut maka dapat diambil suatu konklusi bahwa objek
utama yang diatur pendaftarannya adalah tanahnya. Surat tanda bukti hak yang
diterbitkan berupa sertipikat hak atas tanah yang dimiliki bersama, dengan
penunjukkan secara khusus kepada bagian bangunan gedung yang dimiliki secara
individual oleh pemegang sertipikat.
33
Sedangkan, konsep yang dimaksud adalah abstraksi mengenai suatu
fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik
kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu. Rumah susun misalnya
adalah konsep yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari kelompok manusia
yang menghuni satu bangunan secara bersama, namun memiliki hak untuk
menempati bagian bangunan secara mandiri
.
34
Suatu sistem bangunan gedung bertingkat yang bagian atau ruangannya
dapat dipergunakan secara individual, yang kepemilikan gedungnya sama dengan
pemegang hak atas tanahnya sudah lama dikenal, khususnya di Indonesia. Sistem
.
32 Prof.Dr.Maria S.W. Sumardjono, S.H., MCL.MPA, Alternatif Kebijakan Pengaturan Hak Atas Tanah Beserta Bangunan bagi warga negara asing dan badan hukum asing,cet.2 Jakarta, Penerbt PT Kompas Media Nusantara 2008
33 Ibid 28 34 A.Ridwan Halim, S.H., Hukum Kondominium dalam tanya jawab,Jakarta, Penerbit Ghalia Indonesia
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
yang dimaksud adalah sistem hubungan hukum sewa menyewa yang tidak
memberikan hak kebendaan atas objek perjanjian.
Dengan demikian pemakaian atau pemanfaatannya bagi penyewa sangat
terbatas. Kemudian terjadi pengembangan akan kebutuhan bagi pihak pemakai
atau pengguna gedung untuk dapat sekaligus menjadikannya sebagai suatu bagian
dari kekayaan, khususnya sebagai jaminan untuk memperoleh kredit pendanaan
usahanya.
Pada saat belum diberlakukannya undang-undang rumah susun, belum dapat
menampung kecenderungan kebutuhan sistem pemilikan satuan gedung bertingkat
yang dapat dimanfaatkan secara individual. Dengan diundangkannya Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang rumah susun, muncul lembaga hak
kebendaan baru yakni Hak Milik atas Satuan rumah susun (HMSRS)35
Yang kedua ialah pemilikan bersama yang bebas yakni antara para pemilik
tidak ada hubungan hukum terlebih dahulu selain hak bersama menjadi pemilik
untuk dipergunakan bersama. Dasar pengaturannya adalah UU No 16/1985
tentang rumah susun juncto PP 4/1988
.
Dilihat dari sistem pemilikan atas suatu gedung bertingkat dapat dibagi
menjadi dua. Yang pertama adalah pemilikan tunggal (single ownership)
sedangkan yang kedua adalah pemilikan bersama (multi ownership). Pemilikan
tunggal yang dimaksud adalah dilihat dari pemilikan tanah tempat gedung
bertingkat itu berdiri, sehingga pemegang sertipikat adalah juga pemilik gedung.
Sedangkan sistem pemilikan bersama ternyata terbagi menjadi dua, dengan
melihat ada atau tidaknya ikatan hukum yang lebih dulu ada di antara pemilik
gedung bertingkat itu. Secara lebih terperinci maka dapat dijelaskan bahwa untuk
pemilikan bersama yang terikat, dasar utamanya adanya ikatan hukum lebih
dahulu antara pemilik. Dasar pengaturannya terdapat di dalam peraturan menteri
dalam negeri nomor 14 tahun 1975.
36
Sistem pemilikan bersama yang bebas inilah yang dikenal sebagai
kondominium. Jadi pada intinya adalah pengaturan pemilikan bersama atas
.
35 Imam Kuswahyono S.H., M.Hum, Hukum Rumah Susun ,op.cit, halaman 34 36 Imam Kuswahyono, SH,M.Hum,log.cit
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
sebidang tanah dengan bangunan fisik di atasnya, sehingga pemecahan
persoalannya mesti dikaitkan dengan hukum yang mengatur tanah37
Karena kepemilikan rumah susun meliputi juga hak atas tanah bersama
maka satuan rumah susun hanya dapat dimiliki oleh perorangan dan badan hukum
yang memenuhi syarat sebagai pemegang hak atas tanah bersama, sebagaimana
ditegaskan dalam pasal 8 UURS
.
38
Atas dasar konsepsi yang terkandung di dalam Pasal 1 UU 16/1985
tentang rumah susun dapat disimpulkan sebagai berikut
.
39
1. Hak milik satuan rumah susun sebagai suatu hak yang bersifat
perseorangan dan terpisah.
:
2. Hak milik satuan rumah susun mencakup pula hak atas bagian
bersama, benda bersama yang kesemuanya merupakan satu kesatuan
yang yang tak terpisahkan dengan satuan yang bersangkutan.
2.2 Pullman Bali Legian Nirwana Hotel dan Resort
Pullman Bali Legian Nirwana Hotel dan Resort adalah sebuah hunian yang
berkonsep kondominium Hotel yang eksklusif dan profesional. Merupakan
gabungan dua kata yang terdiri dari kondominium (apartemen) dan hotel. Jadi
yang dimaksud kondotel adalah sebuah bangunan apartemen yang dikelola
dengan manajemen hotel.
Di Negara Indonesia, konsep kondominium dituangkan dalam Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun. Kondominium menunjuk
pada suatu bentuk pemilikan yang melibatkan lebih dari seorang pemilik
bangunan.40
37 Prof.NY.Arie S.Hutagalung,S.H.,MLI, Condominium dan permasalahannya 38 Arie S.Hutagalung, S.H,MLI, Serba aneka masalah tanah dalam kegiatan ekonomi
(suatu kumpulan karangan), Badan Penerbit FHUI 1999 39 Ibid 34 40 Dr HC A. Ridwan Halim, S.H., Sth, Sendi-sendi Hukum Hak Milik
Sebelum istilah kondominium ini banyak digunakan di masa kini,
berdasarkan sejarahnya pada waktu lampau, kondominium dikenal dengan
berbagai istilah seperti “co-proprietors ownership , co-ownership atau joint-
ownership, tergantung pada negara asalnya.
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Penggunaan istilan condominium dalam bahasa latin diawali dengan
pencantumannya pada peraturan perundang-undangan di Italia pada tahun 1930-
an. Secara harfiah “condominium” berarti pemilikan bersama. Dominium berarti
to have control (over a certain property) dengan cara “con” atau jointly with one
or more other persons.
Di negara-negara Spanyol, Italia, Jerman, Belgia dan Perancis telah lama
dikenal hak-hak dan kewajiban dalam bentuk pemilikan kondominium tersebut.
Demikian juga di Amerika Latin, terutama di Brasil dan Chile, pengaturan tentang
hal tersebut sudah dikenal pada sekitar tahun 1930an dan di seluruh Amerika
Latin sekitar akhir tahun 1940an dan 1950an.41
Dari pengertian kondominium tersebut, disamping dikenal adanya milik
bersama, juga dikenal bagian-bagian bangunan yang merupakan satu kesatuan
yang dapat dihuni atau digunakan secara terpisah yang disebut apartemen. Istilah
“Strata Title” sebenarnya tidak dikenal dalam hukum di Indonesia.
Sebagaimana diketahui, dalam peraturan perundang-undangan di negara-
negara tersebut jarang digunakan istilah “condominium” tetapi dikenal dengan
nama-nama seperti “horizontal property”, “platform property” dan yang paling
terbaru adalah istilah “strata title” yang secara spesifik merujuk pada pembagian
secara horisontal suatu stratum.
42
Untuk dapat dikategorikan sebagai rumah susun, suatu bangunan harus
terdiri dari bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama. Konsep hukum
kepemilikan model Strata Title berasal dari hukum Belanda yang menganut sistem
Di Indonesia yang ada adalah lembaga rumah susun, yang merupakan
istilah resmi yang diperkenalkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang
Rumah Susun. Sebagian orang menyebut apartemen, tetapi sebenarnya pengertian
apartemen lebih sesuai untuk rumah susun yang disewakan, sedangkan untuk
rumah susun yang dapat dimiliki disebut dengan kondominium, namun istilah
apartemen lebih populer.
41 Arie S.Hutagalung,S.H.,MLI, Serba aneka masalah tanah dalam kegiatan ekonomi 42 Sunaryo Basuki,Diktat Matakuliah Hukum Agraria,Jakarta,September 2009
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
hukum Eropa Kontinental. Istilah Strata Title pertama kali diperkenalkan di
Austalia melalui Strata Titles Act tahun 1967.43
Dalam Code Napoleon di Perancis, dikenal juga prinsip pemisahan
horizontal. Namun, legislasi dalam arti modern terhadap pemilikan secara
kondominium atas apartemen baru ada di negeri itu setelah keluarnya undang-
undang yang diamendemen pada1939 dan 1943. Legislasi di Perancis tersebut
mengatur, antara lain : hak penghuni atas common area, organisasi penghuni dan
pengangkatan seorang wakil penghuni.
Konsep hukum Strata Title dikenal di Negara-negara yang menganut
sistem hukum Anglo Saxon (Inggris beserta negara-negara jajahannya dan
Amerika) dan berakar pada jenis tenancy in common. Konsep Strata Title
memisahkan hak terhadap beberapa strata (tingkatan), yakin terhadap hak atas
permukaan tanah, atas bumi di bawah tanah, dan udara di atasnya (Munir Fuady,
Hukum Bisnis Buku ke-II, 1994).
Konsep pemilikan kondominium sudah dikenal sejak zaman romawi kuno.
Walaupun ini masih diperdebatkan mengingat hukum Romawi klasik menganut
asas perlekatan (superficies solo credit), yang pasti, ada bukti kuat bahwa genesis
dari kondominnium telah ada di Eropa sejak abad pertengahan dan berkembang
kembali setelah perang dunia II dan berkembang pesat di Puerto Rico (Amerika
Latin) kemudian berkembang juga di Amerika setelah adanya Housing Act 1961
diilhami dengan popularitas apartemen/kondominium.
44
Undang-undang rumah susun memperkenalkan suatu lembaga kepemilikan
baru sebagai suatu hak kebendaan yaitu hak milik atas satuan rumah susun
Di Indonesia, Undang-undang tentang rumah susun baru ada setelah di
undangkannya UU No. 16/1985 dan diperkuat dengan PP No. 4/1988. Ketentuan
tersebut dinyatakan berlaku juga bagi Apartemen yang bukan rumah susun
misalnya perkantoran.
45
43 Prof.Dr.Maria S.W.Sumardjono, S.H.,MCL.MPA, Alternatif Kebijakan pengaturan hak atas tanah beserta bangunan, cet.2 Jakarta, PT Kompas Media Nusantara 2008
44 Ibid 39 45 Prof Ny.Arie Hutagalung, SH, MLI, condominium dan permasalahannya,badan penerbit FH UI, 2003
.
Menurut Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Rumah Susun, yang disebut rumah
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan,
yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam
arah horizontal maupun vertical dan merupakan satuan-satuan yang masing-
masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat
hunian, yang dilengkapi dengan bagian-bersama, benda-bersama dan tanah
bersama. 46
1. Hak pemilikan perserorangan atas satuan-satuan rumah susun yang
digunakan secara terpisah.
Sedangkan hak milik atas satuan rumah susun atau apartemen (HMSRS)
menurut pasal 8 UU Rusun meliputi:
2. Hak bersama atas bagian-bagian dari bangunan rumah susun; bagian
bersama adalah bagian rumah susun yang dimiliki secara terpisah
untuk pemakaian bersama dalam kesatuan fungsi dengan satuan rumah
susun. Misalnya pondasi, lantai, dinding, atap, lift, talang air, tangga,
saluran air, jaringan listrik, ruangan untuk umum.
3. Hak bersama atas benda-benda (benda bersama), benda bersama
adalah benda yang bukan merupakan bagian rumah susun, tetapi
dimiliki bersama secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama.
Misalnya tanaman, bangunan pertamanan, tempat parkir, tempat
ibadah, tempat bermain.
4. Hak bersama atas tanah, tanah bersama adalah sebidang tanah yang
digunakan atas dasar hak bersama secara tidak terpisah yang diatasnya
berdiri rumah susun dan ditetapkan batasnya dalam persyaratan izin
bangunan.47
Pasal 18 ayat 1 Undang-Undang No 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun
mensyaratkan bahwa satuan rumah susun baru dapat diperjualbelikan kalau sudah
memperoleh ijin layak huni dari pemerindah daerah dan sertipikat satuan-satuan
rumah susun tersebut telah selesai.
48
46 Sunaryo Basuki, S.H., Diktat Mata Kuliah Agraria, September 2009 47 Ibid 42
48 Arie S.Hutagalung, Serba Aneka Masalah Tanah Dalam Kegiatan Ekonomi (Suatu kumpulan karangan), Badan Penerbit FHUI 1999
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Pada prakteknya telah berkembang kebiasaan penjualan dan pemilikan
satuan rumah susun yang dilakukan oleh pengembang pada saat rumah susun
belum selesai dibangun dan ada juga pengembang yang telah melakukan
pemasaran rumah susun pada saat masih direncanakan dan pematangan tanah.49
Dengan dikeluarkannya keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat
tersebut maka dimungkinkan pemasaran atau penjualan satuan-satuan rumah
susun sebelum rumah susun yang bersangkutan selesai pembangunannya dengan
melakukan perjanjian pengikatan jual beli antara pengembang dan calon
pembeli
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan dalam praktek,
pemerintah melalui menteri negara perumahan rakyat mengeluarkan Surat
Keputusan Nomor 11/KPTS/1994 tanggal 17 Nopember 1994 tentang pedoman
perikatan jual beli satuan rumah susun yang bertujuan mengamankan kepentingan
penyelenggara pembangunan perumahan dan pemukiman serta para calon pembeli
rumah susun dari kemungkinan terjadinya ingkar janji atau wanprestasi dari para
pihak yang terkait.
50
Untuk keperluan bisnis (kegiatan usaha). Hak atas tanah yang dapat
digunakan untuk pengembangan properti yang terdiri atas tanah dan bangunan
adalah Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai. Persyaratan yang harus dimiliki hak
atas tanah untuk keperluan bisnis adalah pertama mempunyai tanda bukti hak,
sertipikat tanah wajib didaftarkan. Kedua jangka waktunya relatif lama (dapat
diperpanjang jangka waktunya dan diperbaharui hak yang bersangkutan). Ketiga
turun temurun, dapat beralih kepada ahli warisnya, apabila pemegang hak
meninggal dunia. Selanjutnya dapat dijadikan jaminan pelunasan utang (kredit)
.
2.2.1 Tanah untuk Pembangunan Pullman Bali
Terkait dengan perolehan tanah seluas 2,4 hektar untuk pembangunan
Pullman Bali, perlu dijelaskan terlebih dahulu mengenai hak-hak atas tanah apa
yang dapat menjadi landasan hukum penguasaan dan penggunaan tanah baik
untuk keperluan pribadi maupun bisnis.
49 D.Soetrisno, S.H.,Tatacara Perolehan Tanah Untuk Industri,cet.1 Jakarta, Penerbit PT Rineka Cipta 2004 50 Ibid 45, halaman 63
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
dengan dibebani hak tanggungan dan dapat diperjualbelikan kepada yang
memenuhi syarat. Adapun ketentuan lainnya adalah bahwa bangunan yang
didirikan diatas tanah hak guna bangunan dapat disewakan kepada pihak lain.51
Dalam menguasai dan menggunakan tanah yang diperlukan untuk
keperluan bisnis maupun pembangunan perlu diperhatikan pula ketentuan yang
mengatur persyaratan subyek hukum untuk setiap jenis hak atas tanah
sebagaimana diatur UUPA pasal 21 yang menyatakan bahwa hanya warga-negara
Indonesia dapat mempunyai hak milik atau oleh Pemerintah ditetapkan badan-
badan hukum yang dapat mempunyai hak milik beserta persyaratannya. Bahwa
apabila ternyata terdapat warga negara asing yang sesudah berlakunya UUPA
memperoleh hak milik karena pewarisan tanpa wasiat atau percampuran harta
karena perkawinan, maka wajib melepaskan haknya dalam jangka waktu satu
tahun. Jika sesudah jangka waktu tersebut lampau hak milik itu dilepaskan, maka
hak tersebut hapus karena hukum dan tanahnya jatuh pada Negara.
52
Orang atau badan hukum yang mempunyai hak guna-usaha dan tidak lagi
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum di dalam ketentuan perundangan
maka dalam jangka waktu satu tahun wajib melepaskan atau mengalihkan hak itu
kepada pihak lain yang memenuhi syarat. Ketentuan ini berlaku juga terhadap
pihak yang memperoleh hak guna usaha, jika ia tidak memenuhi syarat tersebut.
Jika hak guna usaha, yang bersangkutan tidak dilepaskan atau dialihkan dalam
jangka waktu tersebut maka hak itu hapus karena hukum, dengan ketentuan
bahwa hak-hak pihak lain akan diindahkan, menurut ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 30 UUPA mengatur mengenai subjek hukum hak guna usaha
sebagaimana isi dari pasal 30 tersebut yang menyatakan bahwa yang dapat
mempunyai hak guna-usaha ialah warga-negara Indonesia atau badan hukum
yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. Apabila
53
Pengaturan tentang hak guna bangunan berdasarkan Pasal 36 UUPA
mengatur bahwa yang dapat mempunyai hak guna-bangunan ialah warga-negara
51 Prof.Dr.Maria S.W.Sumardjono,S.H.,MCL,MPA, Alternatif Kebijakan Pengaturan Hak Atas Tanah Beserta Bangunan bagi warga negara asing dan badan hukum asing
52 Ibid 47 53 Indonesia, Undang-Undang Pokok Agraria
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Indonesia dan badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia. Pasal ini menyatakan bahwa apabila orang atau badan
hukum yang mempunyai hak guna-bangunan dan tidak lagi memenuhi syarat-
undang-undang maka dalam jangka waktu 1 tahun wajib melepaskan atau
mengalihkan hak itu kepada pihak lain yang memenuhi syarat. Ketentuan ini
berlaku juga terhadap pihak yang memperoleh hak guna-bangunan, jika ia tidak
memenuhi syarat-syarat tersebut. Jika hak guna bangunan yang bersangkutan
tidak dilepaskan atau dialihkan dalam jangka waktu tersebut, maka hak itu hapus
karena hukum, dengan ketentuan, bahwa hak-hak pihak lain akan diindahkan,
menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 42 UUPA mengatur dan menjelaskan lebih terperinci mengenai Hak
Pakai. Subjek hak pakai berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku adalah
warga-negara Indonesia. Orang asing dapat menjadi subjek hak pakai. Terhadap
badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia berkedudukan di
Indonesia dan badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia juga
termasuk ke dalam subjek hak pakai.54
Apabila kewajiban yang ditetapkan tidak dilaksanakan dalam jangka
waktu tertentu, haknya hapus (dibatalkan) dan tanahnya menjadi tanah negara,
sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan UUPA pasal 36 ayat 2 untuk hak guna
bangunan.
Status hukum pemegang haknya sangat menentukan kelangsungan
penguasaan tanah hak yang bersangkutan. Jika subyek hukum tidak memenuhi
syarat akan mempengaruhi kelangsungan penguasaan tanah haknya, dengan
disertai sanksi dan kewajiban.
55
Landasan hukum tentang kewenangan menggunakan tanah ditetapkan
dalam Pasal 4 ayat 4 UUPA yang memuat bahwa hak-hak atas tanah dimaksud
dalam ayat 1 pasal ini memberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang
bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada diatasnya
sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan
54 Prof.Dr.Maria S.W.Sumardjono,S.H.,MCL,MPA, Tanah Dalam Perspektif Hak Ekonomi Sosial dan Budaya,Penerbit PT Kompas Media Nusantara
55 Ibid 50
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut undang-undang ini dan
peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi.56
Peraturan perundang-undangan menyatakan bahwa hak guna bangunan
dapat diberikan atas tanah negara atau tanah hak milik kepunyaan pihak lain
sebagaimana dinyatakan dalam pasal 37 UUPA mengenai terjadinya hak guna
bangunan. Hak guna bangunan dapat terjadi pada tanah yang dikuasai langsung
oleh Negara karena penetapan Pemerintah. Terjadinya hak guna bangunan juga
dapat berproses pada asal tanah dengan sertipikat hak milik. Mengenai tanah hak
milik karena perjanjian yang berbentuk otentik antara pemilik tanah yang
bersangkutan dengan pihak yang akan memperoleh hak guna bangunan itu, yang
bermaksud menimbulkan hak tersebut.
Hal ini berarti bahwa pemegang hak boleh menggunakan tanah untuk
kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah yang
bersangkutan yaitu sesuai dengan tujuan penggunaaan tanahnya. Dalam hal ini
untuk Pullman Bali bertujuan untuk digunakan sebagai kawasan hotel dan resorts.
57
UUPA telah memerintahkan pengaturan lebih lanjut mengenai HGU,
HGB, HP dan Hak Sewa untuk bangunan diatur dengan peraturan perundang-
undangan. Dalam hal ini pengaturan HGU,HGB dan HP sudah diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang hak guna usaha, hak guna
bangunan dan hak pakai dan hak sewa.
58
Terhadap tanah tempat berdirinya kondotel Pullman Bali berdasarkan
keterangan yang di dapat penulis dari nara sumber pihak Bakrie Land, dapat
dijelaskan disini bahwa asal tanah Hak Guna Bangunan seluas 2,4 hektar tersebut
sebelumnya adalah tanah hak milik perorangan atas nama beberapa individu,
yang untuk selanjutnya dibeli oleh pihak Bakrie Land melalui PT Samudra Asia
Nasional dengan harga yang sangat layak dan pantas dari pemilik asal. Untuk
kemudian diproses menjadi tanah berstatus Hak Guna Bangunan sesuai dengan
peruntukkan proyek pembangunan kondotel Pullman Bali. Adapun proses
terjadinya hak guna bangunan pada tanah tempat berdirinya kondotel tersebut
56 D,Soetrisno, S.H., Tatacara perolehan tanah untuk industri,cet.1 Jakarta, Penerbit PT Rineka Cipta 2004 57 Ibid 52 58 A.Ridwan Halim S.H.,Hukum Kondominium dalam tanya jawab
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
dilakukan berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku yaitu berdasarkan pasal
22,23,24 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun1996 tentang Hak Guna Usaha,
Hak Guna Bangunan, Hak Pakai dan Hak Sewa.
Secara garis besar Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tersebut
mengatur mengenai hal-hal sebagai berikut59
a. Subyek Hak
:
b. Obyek Hak
c. Terjadinya Hak
d. Jangka waktu hak
e. Kewajiban dan hak pemegang hak atas tanah
f. Pembebanan hak
g. Peralihan hak
h. Hapusnya hak
Dalam perkembangannya sebelum terbitnya Keppres 34/2003 tentang
kebijakan pertanahan nasional telah dilakukan upaya penyempurnaan PP 40/1996
tersebut. Pada intinya telah dilakukan perubahan berupa penegasan hal-hal baru
antara lain penegasan tentang pengertian Hak Atas Tanah, tanah negara, tanah
ulayat. Juga mengenai Jaminan perpanjangan hak dan pembaharuan hak untuk
badan hukum maupun perorangan. Hal lain yang juga ditegaskan adalah mengenai
jaminan perpanjangan dan pembaruan hak untuk usaha pertanian dengan jenis
tanaman dan lokasi tertentu serta perlindungan hak-hak bekas pemegang hak.
Baik itu perlindungan aparat pelaksana terkait kebenaran materiil. Dan yang
terakhir adalah penegasan kembali bahwa HGU, HGB dan Hak Pakai dapat juga
terjadi atas tanah ulayat60
Menguasai dan menggunakan tanah bagian hak pengelolaan sesuai dengan
ketentuan pasal 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri No 1 Tahun 1997 sebelum
.
Peraturan Pemerintah No 40 Tahun 1996 menegaskan kembali bahwa hak
guna bangunan dapat diberikan diatas tanah negara maupun atas (bagian-bagian)
tanah hak pengelolaan berdasarkan keputusan pemberian hak oleh menteri atau
pejabat yang ditunjuk (Pasal 22 PP 40/1996).
59 D.Soetrisno, S.H., Tata cara perolehan tanah untuk industri, 60 Ibid 55, halaman 144-145
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
dilaksanakan pemberian hak guna bangunan, calon pemegang hak yang
bersangkutan wajib menandatangani perjanjian penyerahan penggunaan tanah
(P3T) dengan pemegang hak pengelolaan.61
Pemberian hak guna bangunan atas tanah negara atau atas bagian tanah
hak pengelolaan setelah ditandatangani P3T dilaksanakan oleh pejabat yang
berwenang berdasarkan peraturan PMNA/KA BPN No 3 Tahun 1999 melalui
surat keputusan pemberian hak dan wajib didaftarkan di kantor pertanahan.
Hak guna bangunan sebagai hak yang baru dapat pula diberikan atas tanah
hak milik berdasarkan perjanjian pemberian hak oleh pemilik tanah yang
dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta tanah. Terjadinya
hak guna bangunan karena pemberian hak oleh negara atau pemegang hak
pengelolaan atau pemegang hak milik diatur dalam pasal 22,23,24 Peraturan
Pemerintah Nomor 40 Tahun1996.
62
Tatacaranya diatur di dalam PMNA/KA-BPN no 9 tahun 1999. Pemberian
hak guna bangunan atas tanah hak milik dibuktikan dengan akta pemberian hak
baru yang dibuat oleh pejabat pembuat akta tanah yang berwenang berdasarkan
pasal 44 PP No 24/1997. Pemberian hak guna bangunan tersebut mengikat pihak
ketiga sejak didaftarkan di kantor pertanahan
63
Dengan demikian bidang tanah hak yang digunakan oleh pemegang hak
yang bersangkutan pada hakekatnya merupakan bagian dari tanah kepunyaan
.
Dalam rangka penggunaan tanahnya maka setiap pemegang hak, dalam hal
ini Bakrie Land melalui anak perusahaannya PT Samudra Asia Nasional, tidak
hanya memperhatikan kepentingan pribadinya (korporasi) akan tetapi juga wajib
memperhatikan kepentingan bersama yaitu masyarakat sekitar di wilayah
pembangunan proyek Pullman Bali.
Kepentingan bersama terhadap masyarakat di sekitar Pullman Bali Legian
Nirwana Hotel dan Resort tersebut berpedoman pada Rencana Tata Ruang Tanah
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat atau rencana umum tata ruang
kota (RUTRK) jika letak tanah di dalam kota.
61 D.Soetrisno S.H., Tata cara perolehan tanah untuk industri 62 Ibid 57
63 Sunaryo Basuki, Diktat matakuliah hukum agraria pokok-pokok hukum tanah nasional, bagian pertama, edisi revisi september 2009
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
bersama sejalan dengan pasal 6 UUPA yang mencantunkan bahwa semua hak atas
tanah mempunyai fungsi sosial. Hal ini berarti bahwa Bakrie Land selaku
pemegang hak berkewajiban untuk mempergunakan tanah tersebut sesuai dengan
fungsi tanahnya atau sesuai dengan tujuan pemberian haknya.
PT Samudra Asia Nasional selaku anak perusahaan Bakrie Land
Development tbk berdiri pada 11 Agustus 2003, dan memperoleh tanah seluas 2,4
hektar pada tahun 2004. Nomor NIB 22.03.04.15.00169, asal hak penggabungan
bidang, dasar pendaftaran tanah permohonan penggabungan bidang diajukan pada
tanggal 26 November 2004, dengan nomor pendaftaran tanah 19109/2004.surat
ukur tanggal 29 November 2004 no: 132/legian/2004, luas: 23,575 m2. sertipikat
Hak Guna Bangunan nomor AX 169754 diterbitkan pada tanggal 30 November
2004 yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Badung. Berdasarkan
surat ukur nomor 132/Legian/2004 yang diterbitkan pada tanggal 29 November
2004.64
1. Status tanah yang tersedia
2.2.2 Tatacara memperoleh tanah untuk pembangunan Pullman Bali
Berdasarkan ketentuan perundangan hal-hal yang harus diperhatikan
untuk memperoleh tanah adalah :
2. Status subyek (pihak) yang membutuhkan tanah
3. Proyek yang dilakukan (keperluan peruntukkannya)
4. Rencana Tata Ruang Wilayah
Selain ke 4 hal diatas, tatacara memperoleh tanah juga harus
memperhatikan status tanah dan cara perolehannya. Status tanah negara maka
tatacara perolehannya harus melalui permohonan hak kepada Kepala Badan
Pertanahan Nasional melalui kantor pertanahan setempat.65
64 Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor 3 tahun 2004. 65 D.Soetrisno, S.H., Tatacara perolehan tanah untuk industri
Adapun hak yang dimohon harus memperhatikan proyeknya misalnya
suatu Perseroan Terbatas berencana untuk membangun kawasan hotel dan resorts
maka berdasarkan ketentuan perundangan yang berlaku hak yang akan
dimohonkan adalah hak guna bangunan (HGB).
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Sedangkan untuk keperluan Perseroan Terbatas lainnya untuk keperluan
perkebunan sawit maka yang dimohonkan adalah hak guna usaha (HGU). Selain
memperhatikan status tanah, sangatlah perlu untuk mencermati status tanah hak.
Status tanah hak dapat melalui cara sebagai berikut:
1. Perjanjian dengan pemilik tanah.
Tidak berakibat hapusnya hak atau berpindahnya hak, tetapi hak
tersebut dibebani dengan hak lain berdasarkan perjanjian dengan
pemilik tanah. Misalnya Hak Sewa. Atau pemberian hak guna
bangunan/hak pakai di atas tanah hak milik, yang dilakukan dengan
pemberian hak dan selanjutnya didaftar di kantor pertanahan agar
mengikat pihak ketiga.
2. Pemindahan Hak (Jual Beli).
Cara ini ditempuh karena pihak yang membutuhkan tanah
memenuhi syarat sebagai subyek hak atas tanah yang tersedia dan
proyeknya telah sesuai dengan status tanah yang tersedia. Misalnya
suatu Perseroan Terbatas memerlukan sebidang tanah untuk
perkantoran dan telah tersedia bidang tanah yang diminati dengan
status hak atas tanah HGB maka perseroan terbatas tersebut dapat
langsung melakukan proses jual beli di hadapan pejabat pembuat akta
tanah.
3. Pembebasan hak diikuti dengan permohonan hak baru
Cara ini ditempuh karena pihak yang membutuhkan tanah tidak
memenuhi syarat sebagai subyek hak atas tanah yang tersedia.
Misalnya suatu Perseroan Terbatas atau Pemerintah membutuhkan
tanah untuk membangun kantor sementara tanah yang diminati
berstatus tanah hak milik. Maka dilakukan pembebasan hak hak oleh
PT/Instansi Pemerintah yang bersangkutan atau pelepasan hak oleh
pemegang hak milik tersebut. Pembebasan tersebut harus dilakukan
melalui musyawarah dengan pemilik tanah untuk mencapai
kesepakatan mengenai besarnya ganti rugi dan penyerahan tanahnya.
Dengan dilakukannya pembebasan hak maka hak atas tanahnya hapus
dan tanahnya menjadi tanah negara dan selanjutnya agar tanahnya
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
dapat dikuasai secara legal maka pihak yang membutuhkan tanah
(PT/Instansi pemerintah tersebut) harus mengajukan permohonan hak
baru kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional. Hak baru yang
dimohonkan adalah hak guna bangunan jika yang membutuhkan tanah
tersebut adalah Perseroan Terbatas untuk membangun kantor atau hak
pakai apabila yang membutuhkan tanah tersebut adalah instansi
pemerintah untuk keperluan sendiri.
4. Pencabutan hak diikuti dengan permohonan hak baru
Cara ini ditempuh jika musyawarah dengan pemilik tanah tidak
tercapai kata mufakat sedangkan tanahnya dibutuhkan untk kepentingan
umum dan proyeknya tidak dapat dipindahkan ke tempat lain atau tidak
dapat menggunakan tanah di tempat lain.
Maka hak atas tanahnya dapat dicabut oleh negara dengan
keputusan Presiden. Dasar hukum pencabutan hak atas tanah adalah
Pasal 18 UUPA dan UU Nomor 20 Tahun 1961 tentang pencabutan hak
atas tanah dan benda-benda yang ada diatasnya. Kemudian diatur
dalam Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 jo Peraturan Presiden
Nomor 65 Tahun 200666
1.
.
Tatacara memperoleh hak atas tanah di atas tanah negara diatur sebagai
berikut:
1. Peraturan Menteri Nasional Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang tatacara pemberian dan
pembatalan hak atas tanah negara dan hak pengelolaan.
Dasar Hukum
2. Peraturan Menteri Nasional Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 1999 tentang pelimpahan kewenangan
pemberian dan pembatalan keputusan pemberian hak atas tanah
negara.
a. Permohonan Haknya
Pihak yang menguasai tanah negara dapat mengajukan
permohonan hak kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional
66 Alwesius, SH,Mkn Notaris-PPAT, Hukum Agraria untuk peserta kelompok belajar INP, Jakarta 2007
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
atau pejabat yang ditunjuknya melalui kantor pertanahan
setempat sesuai ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku.
b. Pemberian Hak Baru / Penerbitan Surat Keputusan Pemberian
Hak (SKPH)
Jika permohonan haknya disetujui maka pemberian hak
baru yangbersangkutan dilakukan dengan diterbitkan SKPH
oleh pejabat yang berwenang menerbitkan SKPH sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 3 Tahun 1999. Pejabat
yang berwenang menerbitkan SKPH sesuai peraturan menteri
adalah Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya
untuk bangunan hak milik dengan luas sampai dengan
2000m2. Hak guna bangunan/hak pakai dengan luas sampai
dengan 2000m2.Untuk pertanian hak milik dan hak pakai
dengan luas sampai dengan 2 Hektar. Sedangkan tugas seorang
kepala kantor Wilayah Badan Pertanahan Propinsi untuk
bangunan hak milik dengan luas lebih besar dari 2000m2
sampai dengan 5000m2. Hak guna bangunan/hak pakai dengan
luas lebih besar dari 2000m2 sampai dengan 15 hektar
(150.000m2). Untuk pertanian hak milik dan hak pakai dengan
luas sampai dengan 2 hektar. Hak guna usaha dengan luas
sampai dengan 200 hektar. Sementara itu tugas seorang Kepala
Badan Pertanahan adalah pemberian hak secara umum dan
yang tidak dapat dilimpahkan kepada Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kotamadya dan Kepala Kantor
Wilayah Propinsi. KewenanganKepala Kantor Pertanahan
lainnya antara lain memberikan hak milik dalam rangka
transmigrasi, registribusi tanah, konsolidasi tanah dan
pendaftaran tanah secara massal (sistematik dan sporadik).
Memberikan keputusan mengenai semua perubahan hak atas
tanah, kecuali perubahan hak guna usaha.Memberikan semua
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
hak guna bangunan dan hak pakai di atas tanah hak
pengelolaan.
c. Pendaftaran hak dan terjadinya/lahirnya hak atas tanah yang
dimohon
Setelah diterimanya SKPH, penerima hak wajib membayar
uang pemasukan dan selanjutnya mendaftarkan haknya di
kantor pertanahan kabupaten/kota setempat. Hak atas tanah
yang dimohon lahir/terjadi sejak saat didaftar dalam buku
tanah oleh pejabat kantor pertanahan. Hak atas tanah lahir
pada saat selesai dibuatnya buku tanah berdasarkan ketentuan
pasal 7, pasal 23 PP Nomor 40 Tahun 1996.
d. Penerbitan Surat Tanda Bukti Haknya
Sebagai tanda bukti haknya maka kantor pertanahan akan
menerbitkan sertipikat hak atas tanah atas nama pemohon,
yang terdiri atas salinan buku tanah dan surat ukur, selanjutnya
akan diberikan kepada pemohon/kuasanya.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat ditarik
kesimpulan tentang permohonan hak atau pemberian hak baru
adalah sebagai berikut Jika pihak yang membutuhkan tanah
hendak memperoleh tanah dengan suatu hak atas tanah yang
sesuai dengan peruntukkannya maka jika tanahnya tanah
negara (atau tanah yang diperoleh melalui pembebasan hak)
maka harus dilakukan permohonan hak baru (sebelum
dilakukan permohonan maka harus dilaksanakan pelunasan
bea perolehan hak/BPHTB) kepada Kepala BPN.Selanjutnya
jika permohonan hak tersebut dikabulkan maka dilakukan
pemberian hak baru oleh pejabat yang berwenang dengan
menerbitkan Surat Keputusan Pemberian Hak (SKPH).
Kemudian diikuti pendaftaran hak yang bersangkutan di kantor
pertanahan setempat. Setelah membayar uang pemasukan dan
hak tersebut lahir pada saat dicatat dalam buku tanah hak yang
bersangkutan atau dengan kata lain setelah selesai dibuatnya
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
buku tanah hak atas tanah yang bersangkutan oleh pejabat
kantor pertanahan yang bersangkutan.
2.2.3 Alat Bukti
Landasan hukum tentang alat bukti secara umum tentang kepemilikan hak
atas tanah tercantum dalam pasal 60 ayat 1 Peraturan Menteri Negara
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional (PMNA/KaBPN Nomor 3 Tahun
1997) yaitu alat bukti tertulis mengenai kepemilikan tanah berupa alat bukti untuk
pendaftaran hak baru dan pendaftaran hak-hak lama sebagaimana dimaksud
masing-masing dalam Pasal 23 dan Pasal 24 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 1997.
Alat bukti secara umumnya berdasarkan pasal 60 ayat 2 PMNA/KaBPN
3/97 antara lain adalah:
a. grosse akta hak eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overschrijvings
Ordonnantie (S.1834-27), yang telah dibubuhi catatan, bahwa hak eigendom
yang bersangkutan dikonversi menjadi hak milik, atau
b. grosse akta hak eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overschrijvings
Ordonnantie (S.1834-27) sejak berlakunya UUPA sampai tanggal pendaftaran
tanah dilaksanakan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 di
daerah yang bersangkutan; atau
c. surat tanda bukti hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Swapraja
yang ber-sangkutan, atau
d. sertipikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Menteri Agraria
Nomor 9 Tahun 1959, atau
e. surat keputusan pemberian hak milik dari Pejabat yang berwenang, baik
sebelum ataupun sejak berlakunya UUPA, yang tidak disertai kewajiban
untuk mendaftarkan hak yang diberikan, tetapi telah dipenuhi semua
kewajiban yang disebut di dalamnya, atau
f. petuk Pajak Bumi/Landrente, girik, pipil, kekitir dan Verponding Indonesia
sebelumberlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961, atau
g. akta pemindahan hak yang dibuat dibawah tangan yang dibubuhi tanda
kesaksian oleh Kepala Adat/Kepala Desa/Kelurahan yang dibuat sebelum
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
berlakunya Peraturan Pemerintah ini dengan disertai alas hak yang dialihkan,
atau
h. akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT, yang tanahnya
belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan, atau
i. akta ikrar wakaf/surat ikrar wakaf yang dibuat sebelum atau sejak mulai
dilaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 dengan disertai
alas hak yang diwakafkan, atau
j. risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang berwenang, yang
tanahnya belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan, atau
k. surat penunjukan atau pembelian kaveling tanah pengganti tanah yang
diambil oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah, atau
l. surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor Pelayanan
Pajak Bumi dan Bangunan dengan disertai alas hak yang dialihkan, atau
m. lain-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal II, VI dan VII Ketentuan-ketentuan
Konversi UUPA.
Alat bukti kepemilikan atas satuan rumah susun berdasarkan Undang-
Undang nomor 16 tahun 1985 tentang rumah susun tercantum dalam pasal 9 yang
memuat bahwa sebagai tanda bukti hak milik atas satuan rumah susun maka
diterbitkan sertipikat hak milik atas satuan rumah susun. Adapun sertipikat hak
milik atas satuan rumah susun tersebut terdiri atas Salinan Buku Tanah dan Surat
Ukur atas Hak Tanah Bersama menurut ketentuan Peraturan Pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960
dengan disertai lampiran gambar denah tingkat rumah susun yang bersangkutan,
yang menunjukkan satuan rumah susun yang dimiliki. Selain gambar denah juga
terdapat lampiran pertelaan mengenai besarnya bagian hak atas bagian-bersama,
benda-bersama dan tanah-bersama yang bersangkutan dimana seluruhnya
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Sementara dasar hukum yang lain mencatat bahwa alat bukti kepemilikan
atas satuan rumah susun juga terdapat dalam peraturan perundang-undangan.
Peraturan perundang-undangan yang dimaksud disini adalah Peraturan Menteri
Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 pasal
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
104 yang menyatakan bahwa untuk pendaftaran peralihan hak atas tanah atau Hak
Milik atas Satuan Rumah Susun karena pemindahan hak yang dibuktikan dengan
akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) tidak diperlukan syarat berupa
dokumen lain dari pada yang disebut dalam Pasal 103 ayat (1) atau ayat (2),
kecuali apabila hal tersebut dipersyaratkan oleh suatu Peraturan Pemerintah atau
peraturan yang lebih tinggi.
2.2.4. Prosedur investasi di Pullman Bali
Penawaran investasi yang diajukan oleh kondotel Pullman Bali Nirwana
adalah67
67 Diunduh pada tanggal 25 november 2012 pukul 00.22 dari
setiap unit kondotel dapat berubah menjadi berstatus hak milik
selamanya. Setiap investor mendapatkan tambahan dari investasi di kondominium
ini dengan diperbolehkan untuk bebas tinggal selama 21 hari setiap tahunnya.
Hal lain yang di tawarkan adalah selaku investor maka calon pembeli tidak
perlu untuk mengeluarkan biaya setiap bulannya selama berinvestasi di kondotel
Pullman Bali ini. Keunggulan lainnya adalah karena Pullman Bali kondotel ini
dikelola oleh Accor Group Hotel yang telah terbukti dari segi profesionalisme,
maka dapat dipastikan bahwa pengelolaan kondotel ini akan menghasilkan banyak
keuntungan yang dapat dinikmati oleh calon pembeli yang tertarik untuk
berinvestasi.
Adapun penawaran cara pembayaran mengangsur tanpa bunga juga
memudahkan calon pembeli untuk melakukan transaksi dalam berinvestasi juga
menarik para calon pembeli atau investor untuk segera memiliki kondotel Pullman
Bali.
Setiap investor yang berminat untuk membeli Pullman Bali Legian
Nirwana Hotel dan Resort akan mendapatkan dokumen berupa perjanjian jasa
investasi dan perjanjian sewa menyewa yang dapat dikonversi (convertible lease)
untuk warga negara asing, sementara untuk investor lokal adalah perjanjian jasa
investasi dan perjanjian pengikatan jual beli (PPJB).
www.rumahcitra.com, edisi pameran di jakarta untuk properti Jepang oleh Sumitomo Realty and development
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
2.2.5 Perjanjian Jasa Investasi
Terdapat tiga kata dalam kalimat perjanjian jasa investasi. Kata perjanjian,
kata jasa dan kata investasi. Pengertian perjanjian sebagaimana yang diatur oleh
Kitab Undang-Undang Hukum (KUH) Perdata dalam pasal 1313 menyebutkan
bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya. Adapun di dalam
suatu perjanjian harus memuat beberapa unsur68
1. Ada pihak-pihak.
. Unsur-unsur yang dimaksud
adalah :
Pihak-pihak yang ada disini paling sedikit harus ada dua orang.
Para pihak bertindak sebagai subyek perjanjian tersebut. Subyek mana
bisa terdiri dari manusia atau badan hukum. Dalam hal para pihak
terdiri dari manusia, maka orang tersebut harus telah dewasa dan cakap
untuk melakukan hubungan hukum.
2. Ada persetujuan antara para pihak
Para pihak sebelum membuat suatu perjanjian atau dalam membuat
suatu perjanjian haruslah diberi kebebasan untuk mengadakan
bargaining atau tawar menawar di antara keduanya, hal ini biasa
disebut dengan asas konsensualitas dalam suatu perjanjian, Konsensus
mana harus tanpa disertai dengan paksaan.
3. Ada tujuan yang akan dicapai
Satu perjanjian haruslah mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu
yang ingin dicapai atau dengan saran perjanjian tersebut suatu tujuan
ingin mereka capai, baik yang dilakukan sendiri maupun oleh pihak
lain, yang dalam hal ini mereka selaku subyek hukum. Dalam
mencapai suatu tujuan, para pihak terikat dengan adanya ketentuan
bahwa tujuan tersebut tidak oleh bertentangan dengan undang-undang,
kesusilaan dan ketertiban umum.
4. Ada prestasi yang harus dilaksanakan
Para pihak dalam suatu perjanjian mempunyai hak dan kewajiban
tertentu, yang satu dengan yang lainnya saling berlawanan.Apabila
68 Abdul Kadir Muhammad, SH, Hukum Perikatan
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
pihak yang satu berkewajiban untuk memenuhi suatu prestasi, maka
bagi pihak lain hal tersebut adalah merupakan hak dan begitu juga
sebaliknya.
5. Ada bentuk tertentu
Suatu perjanjian dapat dibuat secara lisan maupun tertulis, dalam hal
suatu perjanjian yang dibuat secara tertulis dan dibuat dalam suatu akta
maka akta itu dapat dibuat otentik maupun di bawah tangan. Akta yang
otentik adalah akta perjanjian yang dibuat oleh para pihak di hadapan
seorang pejabat umum yang diberi wewenang untuk itu.
6. Ada syarat-syarat tertentu
Dalam suatu perjanjian tentang isinya, harus ada syarat-syarat tertentu,
karena dalam suatu perjanjian menurut ketentuan pasal 1338 KUH
Perdata ayat satunya menentukan bahwa suatu perjanjian atau
persetujuan yang sah adalah mengikat sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya. Dan agar suatu perjanjian dapat dikatakn
sebagai suatu perjanjian yang sah, adalah bilamana perjanjian tersebut
telah memenuhi syarat-syarat tertentu.
Syarat sahnya suatu perjanjian berdasarkan pasal 1320 Kitab UH Perdata
syarat sahnya suatu perjanjian diperlukam 4 syarat antara lain sepakat mereka
yang mengikatkan diri, kecakapan untuk membuat suatu perjanjian, suatu hal
tertentu dan suatu sebab yang halal.
Selain syarat sahnya suatu perjanjian, penting untuk diketahui tentang
asas-asas perjanjian yaitu :
1. Asas kebebasan berkontrak
Asas yang utama di dalam suatu perjanjian adalah asas yang
terbuka atau open system, maksudnya bahwa setiap orang boleh
mengadakan perjanjian apa saja dan dengan siapa saja. Ketentuan
tentang asas ini disebutkan di dalam pasal 1338 KUH Perdata, yang
menyatakan bahwa semua perjanjian yang sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya. Sebagai lawan dari asas ini
adalah closed system, maksudnya adalah di dalam hukum benda,
aturan yang dianut adalah terbatas dan peraturan yang mengenai hak-
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
hak atas benda itu bersifat memaksa. Walaupun demikian kebebasan
berkontrak tersebut ada batasnya yaitu tidak dilarang oleh undang-
undang, tidak bertentangan dengan kesusilaan dan tidak bertentangan
dengan ketertiban umum69
2. Asas konsesual atau asas kekuasaan bersepakat
Asas yang perlu diperhatikan dalam suatu perjanjian adalah asas
konsesual atau contract vrijheid, ketentuan ini disebutkan pada pasal
1458 KUH Perdata. Maksud dari asas ini adalah bahwa perjanjian itu
ada, sejak tercapainya kata sepakat, antara pihak yang mengadakan
perjanjian. Maka perjanjian tersebut telah dinyatakan sah jika dalam
perjanjian tersebut selain telah memenuhi 3 syarat, tetapi yang paling
utama dan pertama adalah telah terpenuhi kata sepakat dari mereka
yang membuatnya. Namun di dalam asas konsensualitas ini ada juga
pengecualiannya yaitu dengan ketentuan yang harus memenuhi
formalitas-formalitas tertentu yang ditetapkan oleh undang-undang
dalam berbagai macam perjanjian.
3. Asas kelengkapan atau Optimal system
Maksud dari asas ini adalah apabila para pihak yang mengadakan
perjanjian, berkeinginan lain, mereka dapat menyingkirkan pasal-pasal
yang ada dalam undang-undang. Akan tetapi jika tidak secara tegas
ditentukan dalam suatu perjanjian, maka ketentuan pada undang-
undanglah yang dinyatakan berlaku. Contoh mengenai ketentuan asas
ini adalah terdapat pada ketentuan pasal 1477 KUH Perdata yang
menentukan bahwa “Penyerahan harus terjadi di tempat di mana
barang yang terjual berada pada waktu penjualan, jika tentang itu tidak
diadakan perjanjian lain.” Artinya apabila dalam suatu perjanjian yang
dibuat oleh para pihak tidak menentukan secara tegas dan tidak
menentukan lain, maka penyerahan barang yang terjual tersebut adalah
di tempat di mana barang tersebut dijual.
Asas kebebasan berkontrak yang menjadi asas utama dalam suatu perjanjian,
pada mulanya timbul dan berkembang di negeri Perancis dan mencapai
69 Ibid 9, halaman 84
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
puncaknya setelah adanya Revolusi Perancis. Sesuai dengan perjalanan
sejarahnya, dalam pembentukan KUH Perdata yang dipakai sebagai dasar hukum
dalam membuat suatu perjanjian baik kodifikasi maupun konkordasinya.
Kitab Undang-Undang Hukum (KUH) Perdata tersebut berasal dari negeri
Perancis yaitu Code Penal Perancis ke Burgelijk Wetboek Belanda pada tahun
1838. Begitu pula sejarah terbentuknya KUH Perdata di Indonesia, juga berlaku
karena konkordansi dari Burgerlijk Wetboek Belanda ke negeri jajahannya, yaitu
Indonesia.
Asas tersebut sangat berpengaruh dalam suatu perjanjian karena saat
konkordansi maupun kodifikasi baik di negeri Perancis maupun Belanda, saat itu
pandangan individual juga sangat berpengaruh, kebebasan individu baik dalam hal
orang maupun keluarga, hak milik dan perikatan sangatlah dominan.
Kebebasan berkontrak, berpangkal pada kesamaan kedudukan para pihak,
pandangan terhadap hak milik sebagai hak yang paling sempurna serta adanya
prinsip bahwa setiap orang harus memikul sendiri setiap kerugian yang
ditimbulkan akibat perbuatan suatu perjanjian, serta setiap orang harus dipandang
sama dan diperlukan sebagai orang bebas dan dengan kedudukan maupun hak
yang sama70
1. Phillip Kotler memberikan definisi jasa adalah setiap tindakan atau unjuk
kerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain yang secara
prinsip intangibel dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan
apapun. Produksinya bisa terkait dan bisa juga tidak terikat pada suatu
produk fisik.
.
Definisi JASA berdasarkan pendapat para ahli bermacam-macam antara
lain :
2. Adrian Payne menurutnya jasa adalah aktivitas ekonomi yang mempunyai
sejumlah elemen (nilai atau rnanfaat) intangibel yang berkaitan
dengannya, yang melibatkan sejumlah interaksi dengan konsumen atau
dengan barang-barang milik, tetapi tidak menghasilkan transfer
kepemilikan. Perubahan daiam kondisi bisa saja muncul dan produksi
70 Djumadi, SH,M.hum, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja,penerbit PT Rajagrafindo persada, Jakarta 2006, halaman 25-26
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
suatu jasa bisa memiliki atau bisa juga tidak mempunyai kaitan dengan
produk fisik.
3. Christian Gronross memberikan pendapat yang lain. Menurutnya jasa
adalah proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible yang
biasanya(namun tidak harus selalu) terjadi pada interaksi antara pelanggan
dan karyawan jasa dan atau sumber daya fisik atau barang dan atau sistem
penyedia jasa, yang disediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan.
Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan kerapkali terjadi dalam jasa,
sekalipun pihak-pihak yang terlibat mungkin tidak menyadarinya. Selain itu,
dimungkinkan ada situasi di mana pelanggan sebagai individu tidak berinteraksi
langsung dengan perusahaan jasa71
1. Penarikan sumber dana yang digunakan untuk pembelian barang
modal, dan
.
Istilah investasi pada awal mula sejarahnya berasal dari kata dalam Bahasa
Latin yaitu investire (memakai). Sementara investasi dalam Bahasa Inggris
disebut dengan investment. Mengenai konsep investasi itu sendiri diantara para
ahli terdapat beberapa definisi teoritis dan cara pandang yang berbeda.
Fritzgeral mengartikan investasi adalah aktivitas yang berkaitan dengan usaha
penarikan sumber-sumber (dana) yang dipakai untuk mengadakan barang modal
pada saat sekarang, dan dengan barang modal akan dihasilkan aliran produk baru
di masa yang akan datang”. Dalam definisi ini investasi dikonstruksikan sebagai
sebuah kegiatan untuk:
2. Barang modal itu akan dihasilkan produk baru.
Definisi lain tentang investasi dikemukakan Kamaruddin Ahmad. Ia
mengartikan investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk
memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut.
Dalam definisi ini, investasi difokuskan pada penempatan uang atau dana.
Tujuannya untuk memperoleh keuntungan.
Dalam Ensiklopedia Indonesia, investasi diartikan sebagai penanaman uang
atau modal dalam proses produksi (dengan pembelian gedung-gedung,
permesinan, bahan cadangan, penyelenggaraan uang kas serta perkembangannya).
71 www.wikipedia indonesia.com, diunduh pada tanggal 30 November 2012, pukul 11.58
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Dengan demikian cadangan modal barang diperbesar sejauh tidak ada modal
barang yang harus diganti.
Hakikat investasi dalam definisi ini adalah penanaman modal untuk proses
produksi. Ini berarti bahwa investasi yang ditanamkan hanya untuk proses
produksi semata-mata, padahal dalam kegiatan investasi tidak hanya ditujukan
untuk kegiatan produksi semata-mata, tetapi juga kegiatan untuk membangun
berbagai sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan investasi.
Arti investasi yang dikemukakan oleh para ahli sebelumnya menurut
Salim dan Budi Sutrisno perlu disempurnakan disesuaikan dengan kondisi terbaru
yang terjadi di dalam masyarakat. Salim dan Budi Sutrisno berpendapat bahwa
investasi adalah penanaman modal yang dilakukan oleh investor, baik investor
asing maupun domestik dalam berbagai bidang usaha yang terbuka untuk
investasi, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Investasi dibagi dua
macam yaitu investasi asing dan domestik.
Investasi asing merupakan investasi yang bersumber dari pembiayaan luar
negeri, sementara investasi domestik merupakan investasi yang bersumber dari
pembiayaan dalam negeri. Investasi itu digunakan untuk pengembangan usaha
yang terbuka untuk investasi dan bertujuan memperoleh keuntungan72
1. Periode Kolonialisme Kuno
.
Sejarah perkembangan investasi di dunia terdapat 3 periode investasi
yaitu:
Dimulai pada abad ke-17 dan abad ke-18. Periode ini ditandai dengan
pendirian perusahaan-perusahaan oleh Spanyol, Belanda dan Inggris yang
medirikan tambang-tambang dan perkebunan di beberapa negara jajahan
di Asia dengan cara merampas dan mengeksploitasi sumber-sumber alam
dan kekayaan penduduk jajahan.
2. Periode Imperialisme Baru
Dimulai pada abad ke-19. Negara-negara di Afrika, Asia Tenggara
dan beberapa negara lainnya “terbelenggu” dalam sistem penjajahan.
Investasi negara-negara eropa di beberapa fasilitas perkebunan, jalan-jalan,
72 Salim HS, SH,MS dan Budi Sutrisno SH,M.Hum, Hukum Investasi di Indonesia, penerbit PT Rajagrafindo Persada, Jakarta 2008.
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
dan pusat-pusat kota pada waktu itu telah menciptakan suatu infrastruktur
yang penting bagi negra jajahan tersebut.
3. Periode nvestasi tahun 1960-an
Periode investasi dimulai pada saat hampir semua negara kelas tiga
sebagai negara-negara yang baru berkembang, memperkenalkan strategi
subsitusi import sebagai cara yang dianggap tercepat untuk menuju
industrialisasi.
Melalui penerapan halangan dan/atau rintangan perdagangan (trade
barries) yang ketat dan kebijaksanaan pajak, negara-negara tersebut
“memaksa” perusahaan-perusahaan multnasional Amerika Serikat dan
negaranegara maju lainnya untuk mendirikan cabang-cabang manufaktur
di negara-negara berkembang tersebut, disamping mendirikan cabang-
cabang perusahaan di beberapa negara industri baru untuk memproduksi
komponen-komponen dan dalam rangka pemenuhan ekspor ke negara-
negara maju.
Hal tersebut kemudian membuat arus investasi dari negara-negara
maju ke negara-negara berkembang terus melaju dan meningkat.
Di negara Indonesia sendiri perkembangan arus investasi terbagi menjadi
beberapa periode. Ada 3 periode perkembangan investasi di Indonesia, yaitu pada
masa awal kemerdekaan (1945-1965), masa orde baru dan masa reformasi.73
73 Salim SH, Hukum Investasi, op.cit halaman 67
Pada
masa awal kemerdekaan atau masa orde lama arus investasi ke Indonesia menjadi
tidak ada karena semua perusahaan telah dinasionalisasikan untuk kepentingan
nasional.
Momentum awal mengalirnya investasi ke Indonesia dimulai pada masa
orde baru. Masa ini ditandai dengan telah diundangkannya Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1967 tentang penanaman modal asing dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri.
Keberadaan kedua unang-undang ini memberikan kesempatan kepada
pemodal asing dan domestik untuk menanamkan investasinya ke Indonesia. Pada
masa orde arus investasi meningkat. Pada masa orde reformasi, arus investasi
menurun.
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Hal ini terbukti dengan jumlah investasi yang masuk sangat sedikit. Tahun
1997 menjadi awal bagi pertumbuhan negatif investasi asing.Faktor penyebab
utama rendahnya investasi yang masuk ke Indonesia adalah adanya anggapan dari
para investor bahwa Indonesia merupakan negara yang belum aman dalam
menanamkan investasinya karena belum stabilnya kondisi bangsa Indonesia.
Jenis Investasi dapat digolongkan berdasarkan aset, pengaruh, ekonomi
dan cara penanamannya. Adapun jenis-jenis investasi dimaksud antara lain :
1. Investasi berdasarkan asetnya.(Kamaruddin Ahmad, 1996)
Investasi berdasarkan asetnya merupakan penggolongan investasi dari
aspek modal atau kekayaannya. Investasi berdasarkan asetnya dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu real asset dan financial asset. Real asset merupakan
investasi yang berwujud seperti gedung-gedung, kendaraan dan
sebagainya, sedangkan financial asset merupakan dokumen (surat-surat)
klaim tidak langsung pemegangnya terhadap aktivitas riil pihak yang
menerbitkan sekuritas tersebut.
Perbedaan lainnya terletak pada likuiditas. Pengertian likuiditas di sini
adalah mudahnya mengkonversi sebagai suatu aset menjadi yang dan
biaya transaksi cukup rendah. Real aset secara umum kurang likuid
daripada financial aset (aset keuangan). Hal ini disebabkan oleh sifat
heterogennya dan khusus kegunaannya.
2. Investasi berdasarkan pengaruhnya (Ensiklopedia Indonesia, 1470)
Investasi menurut pengaruhnya merupakan investasi yang didasarkan
pada faktor-faktor yang mempengaruhi atau tidak berpengaruh dari
kegiatan investasi. Investasi berdasarkan pengaruhnya dibagi menjadi 2
macam yaitu Investasi Autonomus (berdiri sendiri) dan Investasi Induced
(mempengaruhi-menyebabkan).74
Investasi autonomus merupakan investasi yang tidak dipengaruhi
tingkat pendapatan bersifat spekulatif. Misalnya pembelian surat-surat
berharga. Investasi inducees merupakan investasi yang dipengaruhi
kenaikan permintaaan akan barang dan jasa serta tingkat pendapatan.
Misalnya penghasilan transitori yaitu penghasilan yang didapat selain dari
74 Salim,SH, Hukum Investasi, op.cit, halaman 87
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
bekerja seperti bunga dan sebagainya. Teori ini dikembangkan oleh Milton
Friedman.
3. Investasi berdasarkan sumber pembiayaannya
Investasi berdasarkan sumber-sumber pembiayaannya merupakan
investasi yang didasarkan pada asal usul investasi itu diperoleh. Investasi
ini dibagi menjadi 2 macam yaitu investasi yang bersumber dari modal
asing (PMA) dan investasi yang bersumber dari modal dalam negeri
(PMDN).
Investasi yang bersumber dari modal asing (PMA) merupakan
investasi yang bersumber dari pembiayaan luar negeri. Sementara itu,
investasi yang bersumber dari modal dalam negeri (PMDN) merupakan
investasi yang bersumber dari pembiayaan dalam negeri.
4. Investasi berdasarkan bentuknya (Pandji Anoraga, 1995)
Investasi berdasarkan bentuknya merupakan investasi yang didasarkan
pada cara menanamkan investasinya. Investasi cara ini terbagi menjadi 2
bagian antara lain investasi portofolio dan investasi langsung. Investasi
portofolio ini dilakukan melalui pasar modal dengan instrumen surat
berharga seperti saham dan obligasi. Investasi langsung merupakan bentuk
investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisisi
perusahaan75
1.
.
2.2.6 Perjanjian Sewa Menyewa
Perjanjian sewa-menyewa diatur di dalam babVII Buku III Kitab Undang-
Undang Hukum (KUH) Perdata yang berjudul “Tentang Sewa-Menyewa” yang
meliputi pasal 1548 sampai dengan pasal 1600 Kitab Undang-Undang Hukum
(KUH) Perdata.
Definisi perjanjian sewa-menyewa menurut Pasal 1548 KUH Perdata
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan perjanjian sewa-menyewa
adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya
untuk memberikan kepada pihak yang lainya kenikmatan dari suatu
Definisi
75 Ibid 74, halaman 33-38
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
barang, selama waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga, yang
oleh pihak tersebut belakangan telah disanggupi pembayaranya.
Sewa-menyewa dalam bahasa Belanda disebut dengan huurenverhuur
dan dalam bahasa Inggris disebut dengan rent atau hire . Sewa-menyewa
merupakan salah satu perjanjian timbal balik.Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia sewa berarti pemakaian sesuatu dengan membayar uang
sewa dan menyewa berarti memakai dengan membayar uang sewa.76
1. Ada dua pihak yang saling mengikatkan diri
Menurut Yahya Harahap perjanjian sewa-menyewa adalah suatu
persetujuan antara pihak yang menyewakan dengan pihak penyewa. Pihak
yang menyewakan menyerahkan barang yang hendak disewa kepada pihak
penyewa untuk dinikmati sepenuhnya.
Menurut Wiryono Projodikoro sewa-menyewa barang adalah suatu
penyerahan barang oleh pemilik kepada orang lain itu untuk memulai dan
memungut hasil dari barang itu dan dengan syarat pembayaran uang sewa
oleh pemakai kepada pemilik.
Dari beberapa pendapat dan ketentuan undang-undang yang berlaku
maka pengertian perjanjian sewa-menyewa tersebut di atas dapat
disimpulkan dengan perkataan lain yakni terdapat ciri-ciri dari perjanjian
sewa-menyewa:
Pihak yang pertama adalah pihak yang menyewakan. Artinya pihak
pertama adalah pihak yang mempunyai barang. Pihak yang kedua
adalah pihak penyewa, yaitu pihak yang membutuhkan kenikmatan
atas suatu barang.
Para pihak dalam perjanjian sewa-menyewa dapat bertindak untuk
diri sendiri, kepentingan pihak lain, atau kepentingan badan hukum
tertentu.
2. Ada unsur pokok
Yang dimaksud dengan unsur pokok disini yaitu barang, harga,
dan jangka waktu sewa. Barang adalah harta kekayaan yang berupa
76 Samuel MP Hutabarat, SH,MH, Penawaran dan Penerimaan dalam Hukum Perjanjian, Penerbit PT Gramedia, 2010
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
benda material, baik bergerak maupun tidak bergerak. Harga adalah
biaya sewa yang berupa sebagai imbalan atas pemakaian benda sewa.
Dalam perjanjian sewa-menyewa pembayaran sewa tidak harus
berupa uang tetapi dapat juga mengunakan barang ataupun jasa (pasal
1548 KUH Perdata). Hak untuk menikmati barang yang diserahkan
kepada penyewanya terbatas pada jangka waktu yang ditentukan
kedalam perjanjian.
3. Ada kenikmatan yang diserahkan
Kenikmatan dalam hal ini adalah penyewa dapat menggunakan
barang yang disewa serta menikmati hasil dari barang tersebut. Bagi
pihak yang menyewakan akan memperoleh kontra prestasi berupa
uang, barang, atau jasa menurut apa yang diperjanjikan sebelumnya.
Perjanjian sewa-menyewa merupakan perjanjian konsensuil yang
berarti perjanjian tersebut sah dan mengikat apabila sudah tercapai kata
sepakat diantara para pihak tentang unsur pokok perjanjian sewa-
menyewa yaitu barang dan harga.77
2.
Di dalam KUH Perdata tidak dijelaskan secara tegas tentang
bentuk perjanjian sewa-menyewa sehingga perjanjian sewa-menyewa
dapat dibuat secara lisan maupun tertulis.
Bentuk perjanjian sewa-menyewa dalam praktek khususnya sewa-
menyewa bangunan dibuat dalam bentuk tertulis. Para pihak yang
menentukan subtansi atau isi perjanjian sewa-menyewa biasanya yang
paling dominan adalah pihak yang menyewakan dikarenakan posisi
penyewa berada dipihak yang lemah.
1. Pihak yang menyewakan
Subyek dan Obyek Perjanjian Sewa menyewa
Terdiri dari orang atau badan hukum yang menyewakan barang
atau benda kepada pihak lainya untuk dinikmati kegunaan benda
tersebut kepada penyewa. Pihak yang menyewakan barang atau benda
77 Samuel MP Hutabarat, SH,MH, Penawaran dan Penerimaan dalam Hukum Perjanjian, op.cit, halaman 35
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
tidak harus pemilik benda sendiri tetapi semua orang yang atas dasar
hak penguasaan untuk memindahkan pemakaian barang ke tangan
orang lain. Hal tersebut dikarenakan didalam sewa-menyewa yang
diserahkan kepada pihak penyewa bukanlah hak milik atas suatu
barang melainkan hanya pemakaian atau pemungutan atas hasil dari
barang yang disewakan
2. Pihak Penyewa
Pihak penyewa adalah orang atau badan hukum yang menyewa
barang atau benda dari pihak yang menyewakan. Obyek barang yang
dapat disewakan menurut Hofmann dan De Burger, yang dapat di sewa
adalah barang bertubuh saja.
Pendapat lain dari Asser dan Van Brekel serta Vollmar
menyatakan bahwa mereka berpendapat tidak hanya barang-barang
yang bertubuh saja yang dapat menjadi obyek sewa melainkan hak-hak
juga dapat disewa. Pendapat mereka berdua diperkuat oleh putusan
Hoge Raad tanggal 8 Desember 1922.
Tujuan dari diadakanya perjanjian sewa-menyewa adalah untuk
memberikan hak pemakaian kepada pihak penyewa sehingga benda
yang bukan bersetatus hak milik dapat disewakan oleh pihak yang
mempunyai hak atas benda tersebut.78
Pendapat tersebut bertentangan dengan pendapat dari Subekti
yang berpendapat bahwa dalam perjanjian sewa-menyewa tidaklah
Jadi benda yang dapat disewakan oleh pihak yang menyewakan
dapat berupa hak milik, hak guna usaha, hak pakai, hak mengunakan
hasil, hak pakai, hak sewa (hak sewa kedua) dan hak guna bangunan.
Perjanjian sewa-menyewa menurut Van Brekel, bahwa harga
sewa dapat berwujud barang-barang lain selain uang, namun barag-
barang tersebut harus merupakan barang-barang bertubuh, karena sifat
dari perjanjian sewa-menyewa akan hilang jika harga sewa dibayar
dengan suatu jasa.
78 Hartono Soerjopratikno,SH,Aneka perjanjian jual beli, cet.2 Yogyakarta, Penerbit PT Mustika Wikasa 1994
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
menjadi keberatan apabila harga sewa tersebut berupa uang, barang
ataupun jasa.
Jadi obyek dari perjanjian sewa-menyewa adalah segala jenis
benda, baik benda bergerak maupun benda tidak bergerak, benda
berwujud maupun benda tidak berwujud.
3.
1. Menyerahkan barang yang disewakan kepada penyewa.
Hak dan Kewajiban Para pihak
Perjanjian sewa-menyewa merupakan perjanjian timbal balik sehingga
ada hak dan kewajiban yang membebani para pihak yang melakukan
perjanjian.
Kewajiban pihak yang menyewakan dapat ditemukan di dalam pasal
1550 KUH Perdata. Kewajiban pihak yang menyewakan tersebut antara
lain adalah sebagai berikut :
2. Memelihara barang yang disewakan sedemikian rupa sehingga
barang tersebut dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksudkan.
3. Memberikan si penyewa kenikmatan yang tertera dari pada barang
yang disewakan selama berlangsungnya sewa-menyewa.
Pada intinya kewajiban pihak yang menyewakan adalah menyerahkan
barang yang disewa untuk dinikmati kegunaan barang tersebut bukan hak
milik. Tentang pemeliharaan barang yang disewakan pihak yang
menyewakan barang diwajibkan untuk melakukan perbaikan-perbaikan
yang diperlukan atas barang yang disewakan.
Ketentuan tersebut diatur di dalam Pasal 1551 ayat (2) KUH Perdata
yang mencatat bahwa dia harus selama waktu sewa menyuruh melakukan
pembetulan-pembetulan pada barang yang disewakan, yang perlu
dilakukan kecuali pembetulan-pembetulan yang menjadi wajibnya si
penyewa.79
Pasal 1552 KUH Perdata mengatur tentang cacat dari barang yang
disewakan. Pihak yang menyewakan diwajibkan untuk menanggung
79 J.Satrio,SH,Hukum Perikatan, perikatan yang lahir dari perjanjian,cet.2 Porwokerto,Penerbit PT Citra Aditya Bhakti, 2011
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
semua cacat dari barang yang dapat merintangi pemakaian barang yang
disewakan walaupun sewaktu perjanjian dibuat pihak-pihak tidak
mengetahui cacat tersebut. Jika cacat tersebut mengakibatkan kerugian
bagi pihak penyewa maka pihak yang menyewakan diwajibkan untuk
menganti kerugian
Pihak yang menyewakan diwajibkan untuk menjamin tentang
gangguan atau rintangan yang mengganggu penyewa menikmati obyek
sewa yang disebabkan suatu tuntutan hukum yang bersangkutan dengan
hak milik atas barangnya.
Hal tersebut sesuai dengan ketentuan pasal 1556 dan 1557 KUH
Perdata. Jika terjadi yang demikian, maka penyewa berhak menuntut suatu
pengurangan harga sewa menurut imbangan, asalkan gangguan dan
rintangan tersebut telah di beritahukan kepada pemilik.
Akan tetapi pihak yang menyewakan tidak diwajibkan untuk
menjamin si penyewa terhadap rintangan-rintangan dalam menggunakan
barang sewa yang dilakukan oleh pihak ketiga dengan peristiwa yang tidak
berkaitan dengan tuntutan atas hak milik atas barang sewa. Pihak yang
menyewakan disamping dibebani dengan kewajiban juga menerima hak.
Hak-hak yang diperoleh pihak yang menyewakan dapat disimpulkan
dari ketentuan pasal 1548 KUH Perdata yaitu menerima uang sewa sesuai
dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian, menegur
penyewa apabila penyewa tidak menjalankan kewajibannya dengan baik.80
a. Memakai barang yang disewa sebagai penyewa yang baik dan
bertanggungjawab, sesuai dengan tujuan yang diberikan pada
barang itu menurut perjanjian sewanya, atau jika tidak ada
perjanjian mengenai itu, menurut tujuan yang dipersangkakan
berhubungan dengan keadaan
Pasal 1560, 1564, dan 1583 KUH Perdata menentukan bahwa pihak
penyewa memiliki kewajiban-kewajiban sebagai berikut:
b. Membayar harga sewa pada waktu-waktu yang telah ditentukan.
80 J.Satrio, SH, Hukum Perikatan, op.cit halaman 57-58
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
c. Menanggung segala kerusakan yang terjadi selama sewa-
menyewa, kecuali jika penyewa dapat membuktikan bahwa
kerusakan tersebut terjadi bukan karena kesalahan si penyewa.
d. Mengadakan perbaikan-perbaikan kecil dan sehari-hari sesuai
dengan isi perjanjian sewa-menyewa dan adat kebiasaan setempat.
Pihak penyewa memiliki hak sebagai berikut:
a. Menerima barang yang disewa
b. Memperoleh kenikmatan yang tertera atas barang yang disewanya
selama waktu sewa
c. Menuntut pembetulan-pembetulan atas barag yang disewa, apabila
pembetulan-pembetulan tersebut merupakan kewajiban pihak yang
menyewakan.
4.
Risiko adalah kewajiban untuk memikul kerugian yang disebabkan
oleh suatu peristiwa yang terjadi diluar kesalahan salah satu pihak, yang
menimpa barang yang menjadi obyek dari suatu perjanjian. Risiko
merupakan suatu akibat dari suatu keadaan yang memaksa (Overmacht)
sedangkan ganti rugi merupakan akibat dari wanprestasi.
Risiko dalam Perjanjian Sewa-Menyewa
81
1. Musnah secara total (seluruhnya)
Pembebanan risiko terhadap obyek sewa didasarkan terjadinya suatu
peristiwa diluar dari kesalahan para pihak yang menyebabkan musnahnya
barang / obyek sewa. Musnahnya barang yang menjadi obyek perjanjian
sewa-menyewa dapat dibagi menjadi dua macam
Jika barang yang menjadi obyek perjanjian sewa-menyewa
musnah yang diakibatkan oleh peristiwa di luar kesalahan para pihak
maka perjanjian tersebut gugur demi hukum.
Pengertian musnah disini berarti barang yang menjadi obyek
perjanjian sewa-menyewa tidak lagi bisa digunakan sebagai mana
81 Kartini Muljadi,Perikatan pada umumnya, cet.1 Jakarta, Penerbit RajaGrafindoPersada 2003
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
mestinya, meskipun terdaat sisa atau bagian kecil dari barang tersebut
masih ada.
Ketentuan tersebut diatur di dalam pasal 1553 KUH Perdata yang
menyatakan jika musnahnya barang terjadi selama sewa-menyewa
berangsung yang diakibatkan oleh suatu keadaan yang diakibatkan
oleh suatu keadaan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan pada
salah satu pihak maka perjanjian sewa-menyewa dengan sendirinya
batal.
2. Musnah sebagian
Barang yang menjadi obyek perjanjian sewa-menyewa disebut
musnah sebagian apabila barang tersebut masih dapat di gunakan dan
dinikmati kegunaanya walaupun bagian dari barang tersebut telah
musnah.
Jika obyek perjanjian sewa-menyewa musnah sebagian maka
penyewa mempunyai pilihan:
a. Meneruskan perjanjian sewa-menyewa dengan meminta
pengurangan harga sewa
b. Meminta pembatalan perjanjian sewa-menyewa.
5.
Mengenai hal ini diatur di dalam pasal 1559 ayat (1) KUH Perdata
yang menyatakan bahwa penyewa, jika kepadanya tidak telah
diperizinkan, tidak diperbolehkan mengulang sewakan barang, yang
disewanya, ataupun melepas sewanya kepada orang lain, atas ancaman
pembatalan perjanjian sewa dan pengantian biaya, rugi, dan bunga,
sedangkan pihak yang menyewakan, setelah pembatalan itu, tidak
diwajibkan mentaati perjanjian ulang sewa.
Mengulang sewakan dan melepas sewa kepada pihak ke tiga
Pihak penyewa dilarang untuk mengulang sewakan obyek sewa
kepada pihak ketiga tanpa sepengetahuan dan persetujuan dari pemilik
obyek sewa.
82
82 Kartini Muljadi, Perikatan Pada Umumnya, op.cit, halaman 77
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Dari ketentuan yang berlaku dari pasal 1559 ayat (1) KUH Perdata
tersebut dapat diketahui bahwa:
1. Mengulang sewakan kepada pihak ketiga hanya dapat dilakukan oleh
seorang penyewa apabila diperbolehkan di dalam perjanjian sewa
menyewa atau disetujui oleh para pihak.
2. Jika pihak penyewa mengulang sewakan obyek sewa dalam massa
sewa maka pihak yang menyewakan obyek sewa dapat melakukan
pembatalan perjanjian sewa-menyewa dan menuntut ganti rugi.
3. Akibat pembatalan perjanjian sewa-menyewa tersebut maka perjanjian
sewa-menyewa yang dilakukan oleh pihak penyewa dengan pihak
ketiga juga batal demi hukum.
Pasal 1559 ayat (1) KUH Perdata tersebut dapat diketahui tentang istilah
mengulang sewakan dan melepas sewa. Pada prinsipnya kedua perbuatan
tersebut dilarang dilakukan bagi pihak penyewa. Meskipun demikian
perbuatan-perbuatan tersebut boleh dilakukan oleh penyewa jika sebelumnya
telah diperjanjikan sebelumnya83
1. Mengulang sewakan yaitu penyewa bertindak sendiri sebagai pihak
yang menyewakan obyek sewa dalam suatu perjanjian sewa-menyewa
yang diadakan olehnya dengan pihak ketiga.
. Berikut ini perbedaan kedua perbuatan
tersebut:
2. Melepaskan sewa adalah pihak penyewa mengundurkan diri sebagai
pihak yang menyewa dan menyuruh pihak ketiga untuk mengantikan
kedudukannya sebagai penyewa sehingga pihak ketiga tersebut
berhadapan sendiri dengan pihak yang menyewakan obyek sewa.
6.Berakhirnya Perjanjian Sewa Menyewa
Perjanjian berakhir secara umum diatur di dalam undang-undang.
Penentuan berakhirnya perjanjian sewa-menyewa terkait dengan bentuk
perjanjian. Ketentuan hukum perjanjian sewa-menyewa di dalam KUH
.
83 Ibid 82, halaman 78
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Perdata membedakan antara perjanjian sewa-menyewa yang dibuat secara
lisan dan tertulis.
Berikut ini cara-cara berakhirnya perjanjian sewa-menyewa:
1. Berakhir sesuai dengan batas waktu tertentu yang sudah ditentukan
a. Perjanjian sewa-menyewa tertulis
Diatur didalam pasal 1570 KUH Perdata yang berbunyi jika sewa
dibuat dengan tulisan, maka sewa tersebut berakhir demi hukum,
apabila waktu yang ditentukan telah lampau tanpa diperlukanya suatu
pemberitahuan untuk itu.
b. Perjanjian sewa-menyewa lisan
Diatur dalam pasal 1571 KUH Perdata yang menyatakan jika sewa
tidak dibuat dengan tulisan, maka sewa tersebut tidak berakhir pada
waktu yang tidak ditentukan, melainkan jika pihak lain menyatakan
bahwa ia hendak menghentikan sewanya, dengan mengindahkan
tenggang waktu yang diharuskan menurut kebiasaan setempat.
2. Batas akhir sewa-menyewa tidak ditentukan waktunya.
Penghentian atau berakhirnya waktu sewa dalam perjanjian sewa-
menyewa seperti ini didasarkan pada pedoman bahwa berakhirnya sewa-
menyewa pada saat yang dianggap pantas oleh para pihak.
Undang-undang tidak mengatur berakhirnya perjanjian sewa-
menyewa tanpa batas waktu, sehingga penghentiannya diserahkan pada
kesepakatan kedua belah pihak.84
3. Berakhirnya sewa-menyewa dengan ketentuan khusus
a. Permohonan / pernyataan dari salah satu pihak
Penghentian perjanjian sewa-menyewa hanya dapat dilakukan atas
persetujuan dua belah pihak yaitu pihak yang menyewakan dengan
pihak penyewa. Penghentian karena kehendak para pihak ini bisa
dilakukan tanpa putusan dari pengadilan.
Di atur di dalam pasal 1579 KUH Perdata yang menyatakan bahwa
pemilik barang tidak dapat menghentikan sewa dengan mengatakan
84 Hartono, Aneka perjanjian, op.cit halaman 66
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
bahwa ia akan mengunakan sendiri barangnya, kecuali apabila waktu
membentuk perjanjian sewa-menyewa ini diperbolehkan.
b. Putusan Pengadilan
Penghentian hubungan sewa-menyewa yang dikehendaki oleh
salah satu pihak saja, hanya dapat dilakukan dengan putusan
pengadilan seperti yang diatur di dalam pasal 10 ayat (3) PP No. 49
Tahun 1963 jo PP No. 55 Tahun 1981.
c. Benda obyek sewa-menyewa musnah
Pasal 1553 KUH Perdata mengatur apabila benda sewaan musnah
sama sekali bukan karena kesalahan salah satu pihak, maka perjanjian
sewa-menyewa gugur demi hukum. Dengan demikian perjanjian
berakhir bukan karena kehendak para pihak melainkan karena
keadaan memaksa (Overmacht).
2.2.6. Perjanjian Pengikatan Jual Beli
Perjanjian sebagai sumber perikatan. Pasal 1313 KUH Perdata memuat
definisi tentang perjanjian, akan tetapi tidak memberikan keterangan mengenai
definisi perikatan. Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan tiap-tiap perikatan
dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-undang. Artinya bahwa
undang-undang dan perjanjian adalah sumber p vvvvverikatan.
Perjanjian menimbulkan dan berisi ketentuan-ketentuan hak dan kewajiban
antara dua pihak atau dengan kata lain Perjanjian berisi Perikatan85
1. Satu perjanjian menimbulkan banyak perikatan.
.Perikatan
sebagai isi suatu perjanjian dapat memberikan gambaran :
2. Perikatan tersebut merupakan isi dari perjanjian
3. Perikatan tersebut memberikan ciri yang membedakan satu perjanjian
dengan perjanjian yang lain.
Suatu perikatan sekurangnya mengandung 4 unsur antara lain yang pertama
adalah bahwa perikatan adalah suatu hubungan hukum, dimana hubungan hukum
tersebut melibatkan dua atau lebih orang (pihak). Yang ketiga hubungan hukum
tersebut adalah hubungan hukum dalam hukum kekayaan, dan unsur terakhir
85 J.Satrio,SH, Hukum perikatan, perikatan yang lahir dari perjanjian-buku I,cetakan pertama, penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung 2001
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
adalah hubungan hukum tersebut melahirkan kewajiban pada salah satu pihak
dalam perikatan.
Para Pihak dalam perikatan terdiri atas pihak yang mempunyai kewajiban
pada satu sisi biasanya disebut debitur dan pihak lain adalah pihak yang berhak
atas pemenuhan kewajiban tersebut atau disebut kreditur.
Pasal 1234 KUH Perdata menyatakan bahwa tiap-tiap perikatan adalah untuk
memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak melakukan sesuatu.
Dalam suatu perjanjian, baik yang melahirkan perikatan untuk memberikan
sesuatu, perikatan untuk berbuat sesuatu atau perikatan untuk tidak berbuat
sesuatu, senantiasa haruslah ditentukan terlebih dahulu kebendaan yang akan
menjadi obyek dalam perikatan yang lahir di antara para pihak yang membuat
perjanjian tersebut. Pasal 1334 KUH Perdata “kebendaan yang baru akan ada di
kemudian hari dapat menjadi pokok suatu perjanjian”.
Perjanjian Jual Beli adalah suatu perjanjian pada mana satu pihak
mengikatkan diri untuk menyerahkan suatu barang atau benda dan pihak lain
mengikatkan diri untuk membayar harga yang disetujui bersama berdasarkan
Pasal 1457 KUH Perdata.
Jadi untuk adanya perjanjian jual beli disyaratkan 4 hal pertama persetujuan
dari mereka yang mengikatkan diri, selanjutnya kecakapan untuk mengadakan
perikatan. Yang ketiga adalah pokok yang tertentu serta syarat terakhir di dalam
perjanjian jual beli adalah sebab yang diperkenankan. Akan tetapi untuk
perjanjian jual beli maka pembuat undang-undang memandang perlu memberikan
peraturan-peraturan khusus.
Metode pembayaran dalam transaksi jual beli86
1. Metode pembayaran tunai seketika
ada beberapa jenis dengan
penjelasan sebagai berikut:
Metode pembayaran tunai seketika ini merupakan bentuk yang sangat
klasik dimana dalam hal ini harga barang diserahkan semuanya, sekaligus
pada saat diserahkannya barang objek jual beli kepada pembeli.
2. Metode pembayaran dengan cicilan/kredit
86 DR Munir Fuady, SH,MH,LLM, Pengantar hukum bisnis menata bisnis modern di era global, penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung 2005
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Metode pembayaran dengan cicilan ini dimaksudkan bahwa
pembayaran yang dilakukan dalam beberapa termin,sementara penyerahan
barang kepada pembeli dilakukan sekaligus di muka, meskipun pada saat
itu pembayaran belum semuanya dilunasi.
Dalam hal ini menurut hukum, jual beli dan peralihan hak sudah
sempurna terjadi, sementara cicilan yang belum dibayar menjadi hutang
piutang belaka.
3. Metode pembayaran dengan memakai kartu kredit
Prosesnya cukup singkat karena pihak pembeli cukup menandatangani
suatu resi dan memberikan kartu kredit kepada pihak penjual. Obyek jual
beli baru diserahkan setelah proses konfirmasi dengan pihak penerbit kartu
kredit selesai dilakukan.
4. Metode pembayaran dengan memakai kartu debit
Metode pembayaran dengan kartu debit lebih praktis namun demikian
pihak pembeli dan penjual harus memiliki rekening yang sama di satu
bank.
5. Metode pembayaran dengan memakai cek
Pihak pembeli memberikan sebuah cek yang dikeluarkan oleh suatu
bank, pihak penjual baru akan menyerahkan obyek jual beli setelah cek
dapat dicairkan dalam bentuk uang tunai atau tersimpan langsung di dalam
rekening.
6. Metode pembayaran terlebih dahulu
Metode ini sangat jarang terjadi di dalam praktik, karena obyek jual
beli baru diserahkan kepada pembeli setelah penjual menerima seluruh
dana terlebih dahulu.
7. Metode pembayaran secara open account
8. Metode pembayaran atas dasar konsinyasi
9. Metode pembayaran secara documentary collection
10. Metode pembayaran secara documentary credit.
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Berdasarkan ketentuan perundang-undangan maka dapat dijelaskan bahwa isi
pokok suatu Pengikatan Perjanjian Jual Beli (PPJB) pada Satuan Rumah Susun
adalah sebagai berikut :87
1. Satuan rumah susun yang masih dalam tahap proses pembangunan dapat
dipasarkan melalui sistem pemesanan dengan cara jual beli satuan rumah
susun.
2. Pada hari pemesanan calon pembeli yang berminat untuk memesan dapat
menerima dan menandatangani surat pemesanan yang disediakan oleh
pengembang yang berisi sekurang-kurangnya hal-hal berikut:
a. Nama, nomor bangunan dan satuan rumah susun yang dipesan.
b. Nomor lantai dan tipe satuan rumah susun
c. Luas satuan rumah susun
d. Harga jual satuan rumah susun
e. Ketentuan pembayaran dimuka
f. Spesifikasi bangunan
g. Tanggal selesainya pembangunan rumah susun
h. Ketentuan mengenai persyaratan dan persetujuan menerima
persyaratan dan ketentuan yang ditetapkan serta menandatangani
dokumen-dokumen yang dipersiapkan oleh pengembang.
3. Surat pemesanan dilampiri dengan gambar yang menunjukkan letak pasti
satuan rumah susun yang dipesan disertai ketentuan tentang tahapan
pembayaran.
4. Perjanjian Pengikatan Jual Beli antara lain memuat hal-hal sebagai
berikut:
a. Objek yang diperjualbelikan, yaitu hak milik atas satuan rumah susun
yang meliputi bagian bersama, tanah bersama, dan benda bersama
berikut fasilitasnya sesuai dengan nilai perbandingan proporsionalnya.
b. Pengelolaan dan pemeliharaan bagian bersama, benda bersama dan
tanah bersama merupakan kewajiban seluruh penghuni, sehingga calon
pembeli harus bersedia menjadi anggota perhimpunan penghuni.
87 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, op.cit halaman 43
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
2.2.7. Cara penjualan Pullman Bali
Kondotel Pullman Bali melakukan promosi sebagai bagian dari strategi
pemasaran melalui 2 cara antara lain online and offline. Cara online adalah
melakukan promosi melalui media elektronik / internet melalui website mereka.
Promosi dengan cara offline dilakukan dengan mengadakan pameran di berbagai
kota besar di Indonesia bahkan juga di beberapa negara tetangga di asia.
Promosi melalui iklan di berbagai media cetak nasional serta majalah-
majalah bisnis ternama dilakukan secara bersamaan dengan tampilan eksklusif
agar calon investor tertarik untuk dapat membeli kondotel tersebut. Berdasarkan
data yang dicatat dari narasumber pihak Bakrie Land melalui General Manager
Marketing Pullman Bali unit kondotel telah terjual sebanyak 95% sebelum
dilakukan serah terima pada tanggal 17 Februari 2011.
2.3 POSISI KASUS
Adalah Tuan Jason warga negara Singapura dan dua orang
temannya Tuan Liem warga negara Singapura dan Tuan Lam warga
negara Malaysia. Setelah beberapa kali melakukan kunjungan bisnis
maupun liburan di pulau Bali, ketiga orang ini tertarik untuk berinvestasi
di Indonesia. Mereka bertiga sepakat untuk membeli satu unit kondotel di
Pullman Bali Legian Nirwana Hotel dan Resort pada tanggal 5 Mei 2010
dengan luas 145meter persegi seharga Rp.2,500,000,000,- (dua koma lima
miliar rupiah).
Pada pertengahan bulan Mei 2010 dilakukan transaksi pemesanan
satu unit kondotel sebesar Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) melalui
transfer rekening bank atas nama Tuan Jason kepada PT Bakrie Nirwana
Semesta.
Formulir pemesanan kondotel ditandatangani oleh ketiganya yaitu
Tuan Jason, Tuan Liem dan Tuam Lam. Disepakati cara pembayaran
untuk pembelian satu unit kondotel Pullman Bali adalah tunai bertahap
melalui transfer rekening bank atas nama Tuan Jason.
Pembayaran secara tunai bertahap ini akan berakhir pada bulan
Juni 2011. Pada tanggal 6 Juni 2010, dilakukan perjanjian sewa menyewa
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
yang dapat dikonversi di hadapan Notaris di kota Denpasar,Bali, setelah
dilakukan pembayaran tunai bertahap yang bertama sebesar
Rp.555.000.000,- (Lima ratus lima puluh lima juta rupiah).
Para penghadap yang hadir di hadapan Notaris adalah Tuan Jason,
Tuan Liem dan Tuan Lam selaku pembeli kondotel Pullman Bali. Pihak
PT Samudra Asia Nasional dalam hal ini diwakili oleh Tuan Bambang
Direktur Utama berdasarkan surat kuasa di bawah tangan dari Direksi PT
Samudra Asia Nasional.
2.4 ANALISA HUKUM
2.4.1. Cara Pemilikan Kondotel Pullman Bali Legian Nirwana Hotel
dan Resort oleh Warga Negara Asing
Undang-Undang Pokok Agraria membedakan hak atas tanah yang
dapat dipunyai oleh orang perorangan dan badan hukum berdasarkan
status subjek (pemegang) hak atas tanah.
Prinsip yang dianut Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)
adalah bahwa status subjek (seseorang atau badan hukum) akan
mempengaruhi status hak atas tanah yang dimilikinya. Di dalam
pelaksanaannya, prinsip UUPA ini dikenal dengan asas nasionalitas88
Warga Negara Asing(WNA) dan Badan Hukum Asing(BHA) yang
dalam keseharian seluruh aktifitasnya dilakukan di Indonesia, dimana
.
Berdasarkan prinsip nasionalitas tersebut, maka hak milik atas
tanah termasuk hak milik atas satuan rumah susun (HMSRS) hanya dapat
dimiliki oleh WNI asli maupun keturunan dan badan–badan hukum
tertentu sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
1963.
Demikian pula dengan hak guna bangunan tempat berdirinya
rumah susun (sebagai tanah bersama seperti halnya hak milik tadi) juga
hanya dapat dimiliki oleh WNI asli atau keturunan atau badan hukum yang
didirikan menurut hukum dan berkedudukan di Indonesia.
88 Imam Kuswahyono, S.H., M.Hum., Hukum Rumah Susun Suatu Bekal Pengantar Pemahaman, hal 92
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
mereka juga menetap dan tinggal/berkedudukan di Indonesia, maka
berdasarkan pasal 42 Undang-Undang Pokok Agraria diperbolehkan untuk
memiliki tanah dan bangunan diatas tanah dengan status hak pakai.
Hak milik atas Satuan Rumah Susun (HMSRS) sebagaimana
tercantum dalam undang-undang rumah susun terdiri dari Hak Milik
(perorangan) atas satuan rumah susun dan Hak Bersama. Akan halnya Hak
Bersama tersebut terdiri atas tanah bersama, benda bersama, dan bagian
bersama89
Hal ini disebabkan karena dalam konsep pemilikan rumah susun
terdapat pemilikan secara individual dan terpisah yakni terhadap HMSRS
itu, namun sekaligus juga mengandung pemilikan bersama secara
proporsional dan tidak terpisahkan terhadap tanah bersama, benda
bersama, dan bagian bersama
.
Berkenaan dengan pemilikan Hak Milik atas Satuan Rumah Susun
(HMSRS) oleh WNA, Pasal 8 UU No 16/1985 tentang Rumah Susun juga
menegakkan prinsip yang sama, yakni bahwa pemilikan HMSRS itu harus
berada diatas Hak Pakai atas Tanah Negara.
90
Pada hakekatnya Hak Pakai dapat terjadi diatas Tanah Negara
(HPTN), tanah HPL (Hak Pengelolaan) dan tanah HM (Hak Milik).
Berdasarkan pasal 41 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996,
disebutkan bahwa Hak Pakai diatas tanah negara diberikan dalam jangka
waktu 25 tahun, dapat diperpanjang 20 tahun dan diperbaharui untuk
jangka waktu 25 tahun.
.
Kategori warga negara asing selaku subjek hak pakai sebagaimana
tersebut diatas, dapat dilihat kualifikasinya di dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 1996. Ketentuan lain yang dimuat di dalam PP tersebut
adalah WNA yang berkedudukan di Indonesia diperkenankan memiliki
satu rumah tempat tinggal, dapat berupa rumah yang berdiri sendiri atau
satuan rumah susun yang dibangun di atas tanah Hak Pakai.
89 Arie Hutagalung, SH, MLI, Serba aneka masalah tanah dalam kegiatan ekonomi (suatu kumpulan karanagan), badan penerbit FH UI, tahun 1999 90 Dr.Maria S.W Sumardjono, S.H.,MCL.,MPA, Alternatif kebijakan pengaturan hak atas
tanah beserta bangunan bagi warga negara asing dan badan hukum asing, hal 7
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Sementara jangka waktu status tanah hak pakai diatas tanah hak
pengelolaan dapat diperpanjang dan diperbaharui atas usul pemegang hak
pengelolaan. Sedangkan untuk jangka waktu Tanah Pakai diatas tanah HM
adalah sesuai kesepakatan dalam perjanjian, tetapi tidak boleh lebih lama
dari 25 tahun. Jangka waktu hak pakai diatas tanah hak milik tidak dapat
diperpanjang tetapi dapat diperbaharui untuk jangka waktu 20 tahun,
dengan catatan bahwa WNA yang menandatangani perjanjian masih
berkedudukan di Indonesia.
Pemilikan rumah dengan cara perolehan hak atas tanah untuk
WNA dapat dilakukan dengan membeli atau membangun rumah di atas
tanah HPTN atau tanah HP diatas tanah HM, membeli satuan rumah susun
yang dibangun diatas HPTN, membeli dan membangun rumah diatas Hak
Pakai atau Hak Sewa untuk bangunan atas dasar perjanjian tertulis dari
pemilik tanah yang bersangkutan91
Jadi barang diserahkan tidak untuk dimiliki tetapi hanya untuk
dipakai dan dinikmati kegunaannya. Dengan demikian penyerahan tadi
hanya bersifat menyerahkan kekuasaan atas barang yang disewa tersebut
.
Pasal 1548 KUH Perdata menyatakan bahwa sewa menyewa ialah
suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikat dirinya untuk
memberikan kepada pihak yang lain kenikmatan dari sesuatu barang,
selama suatu waktu tertentu dengan pembayaran sesuatu harga yang oleh
pihak terakhir disanggupi pembayarannya.
Arti dari pasal 1548 KUH Perdata tersebut ialah bahwa sewa
menyewa sudah sah dan mengikat pada saat tercapainya sepakat mengenai
unsur pokok yaitu barang dan jasa. Kewajiban pihak yang satu
menyerahkan barangnya untuk dinikmati oleh pihak yang lain, sedangkan
kewajiban pihak yang terakhir adalah membayar sewa.
92
KUH Perdata dengan tegas menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan perjanjian sewa menyewa adalah penyerahan barang hanya untuk
.
91 Hartono, Aneka Perjanjian,op.cit, halaman 71
92 Ibid 91, halaman 90
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
dipakai dan dinikmati kegunaannya oleh pihak lain dimana barang tersebut
tidak dapat dimiliki oleh pihak penyewa.
Perjanjian sewa menyewa yang dapat dikonversi ( convertible
lease) dan perjanjian jasa investasi yang dibuat oleh Pihak Bakrie Land
dan disepakati oleh investor selaku pembeli tunduk kepada isi dari
perjanjian tersebut berdasarkan KUH Perdata.
Investor yang berkewarganegaraan asing hanya dapat menikmati
dan memanfaatkan tanah beserta bangunan kondotel Pullman Bali yang
berdiri diatasnya berdasarkan jangka waktu yang cukup lama sebagaimana
dicantumkan di dalam perjanjian sewa menyewa yang dapat dikonversi
dan telah ditandatanganinya.
Warga negara asing selaku investor tidak dapat melakukan
pemindahan hak atas tanah beserta bangunan kondotel yang dibelinya
dengan cara jual beli setelah masa sewa menyewa berakhir, dikarenakan
alas hak dari bangunan gedung bertingkat tersebut adalah Hak Guna
Bangunan (HGB). UUPA secara tegas menyatakan dalam pasal 26 bahwa
subjek HGB adalah WNI asli dan keturunan.
Pemindahan hak melalui jual beli, baru dapat dilakukan oleh
investor yang berkewarganegaaraan asing, apabila lahir undang-undang
yang baru dan menyatakan bahwa subjek HGB selain WNI asli dan
keturunan juga termasuk warga negara asing.93
93 Samuel MP Hutabarat, SH,MH, Penawaran dan Penerimaan dalam Hukum Perjanjian, op.cit, halaman 33
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka cara pemilikan kondotel
Pullman Bali Legian Nirwana Hotel dan Resort oleh warga negara asing
tidak dapat dilakukan dengan proses pemindahan hak melalui jual beli,
karena alas hak atas tanah kondotel adalah HGB, dan warga negara asing
bukanlah subjek HGB.
WNA selaku investor yang telah membeli hanya dapat menikmati
dan menerima manfaat dari kondotel berdasarkan jangka waktu sewa yang
cukup lama dengan harapan dapat membeli apabila aturan hukum tentang
subjek HGB mengalami perubahan.
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Penguasaan hak atas tanah selama belum terbit ketentuan hukum
baru tetap berada di bawah penguasaan Bakrie Land selaku Badan Hukum
Indonesia.
2.4.2. Cara menyelesaikan Kepemilikan Hak Atas Tanah
bersamanya jika pemilik adalah Warga Negara Asing.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang rumah susun
(UURS) memperkenalkan suatu lembaga pemilikan baru sebagai suatu hak
kebendaan yaitu Hak Milik atas Satuan Rumah Susun (HMSRS) yang
terdiri dari hak perorangan atas unit satuan rumah susun dan hak bersama
atas tanah, benda dan bagian bersama yang kesemuanya merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan sebagaimana dinyatakan dalam pasal 9
UURS94
94 Arie S.Hutagalung, SH, MLI, Condominium dan permasalahannya, halaman 10
.
Berdasarkan ketentuan HMSRS yang menyatakan bahwa
pemilikan perseorangan dan pemilikan bersama adalah merupakan satu
kesatuan yang utuh dan tak terpisahkan, maka satuan rumah susun hanya
dapat dimiliki oleh perorangan dan badan hukum yang memenuhi syarat
sebagai pemegang hak atas tanah bersama yang bersangkutan sebagaimana
tercantum dalam Pasal 8 UURS. Syarat-syarat pemegang hak atas tanah
secara jelas dan tegas dijabarkan dalam pasal 21,pasal 36, dan pasal 42
UUPA.
Sertipikat HMSRS terdiri dari salinan buku tanah, surat ukur tanah
bersama, gambah denah tingkat rumah susun yang dimaksud untuk
menunjukkan satuan rumah susun yang dimiliki oleh pembeli. Di dalam
sertipikat HMSRS juga terdapat pertelaan mengenai besarnya bagian hak
atas bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.
Hubungan antara satuan-satuan rumah susun dengan benda
bersama, bagian bersama, dan tanah bersama, dapat dilihat pada nilai
perbandingan proporsional. Angka inilah yang menunjukkan berapa besar
hak dan kewajiban dari seorang pemegang HMSRS terhadap hak-hak
bersamanya.
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Pengaturan mengenai Hak Pakai dalam PP No 40/1996 menjadi
dasar kepemilikan rumah bagi orang asing di Indonesia sebagaimana
diatur dalam PP No 41/1996. Peraturan Pemerintah ini memberikan
jaminan kepemilikan rumah bagi orang asing yang berkedudukan di
Indonesia.
Rumah tempat tinggal atau tempat hunian yang dapat dimiliki oleh
orang asing menurut pasal 2 PP No 41/1996 adalah rumah yang berdiri
sendiri dan dibangun di atas tanah hak pakai atas tanah negara, atau
didirikan di atas tanah yang dikuasai berdasarkan perjanjian dengan
pemegang hak atas tanah.
PP tersebut juga mencantumkan hunian lain dalam bentuk satuan
rumah susun. Dalam hal rumah hunian atau tempat tinggal yang akan
dipunyai oleh orang asing berbentuk satuan rumah susun, maka WNA
tersebut harus membeli HMSRS yang dibangun di atas Tanah Hak Pakai
atas Tanah Negara95
95 Ibid 94, halaman 111
.
Cara menyelesaikan Kepemilikan Hak Atas Tanah bersamanya jika
pemilik adalah Warga Negara Asing berdasarkan ketentuan hukum yang
berlaku dan mengatur tentang pertanahan, maka tentang pembagian
pemilikan hak bersama secara proporsional atas hak HGB bersama, bagian
bersama, benda bersama dan tanah bersama untuk WNA tersebut hanya
dapat memanfaatkan dan tidak dapat dimiliki karena WNA bukan subjek
hukum atas tanah yang berstatus HGB.
Akan tetapi jika ada perubahan peraturan perundang-undangan
yang memperbolehkan seorang WNA memiliki status tanah dimana
Pullman didirikan maka dapat dilakukan jual beli setelah perjanjian sewa
atau sewa beli habis jangka waktunya, dilanjutkan dengan penyelesaian
pembagian pemilikan hak bersama secara proporsional.
Cara lain yang mungkin dilakukan agar pembagian pemilikan hak
bersama secara proporional dapat dilakukan terhadap WNA adalah apabila
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
terdapat perubahan kebijakan dari developer untuk merubah status tanah
bersama dari HGB menjadi Hak Pakai.
Dengan perubahan status tanah HGB menjadi tanah Hak Pakai
maka WNA selaku pembeli pada saat masa sewa berakhir sebagaimana
tercantum dalam jangka waktu perjanjian sewa beli, WNA tersebut
mempunyai hak opsi untuk dapat membeli tanah tersebut.
Maka dengan demikian WNA tersebut berhak untuk memiliki
kondotel/apartemen secara individual ditambah seper 0,6% dari tanah
bersama, bagian bersama, dan benda bersama.
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Kepemilikan di Kondominium Pullman Bali Legian Nirwana Hotel dan
Resort oleh para investor/ para pembeli yang berkewarganegaraan asing
berdasarkan ketentuan hukum sebagaimana tercantum di dalam Undang-
Undang Pokok Agraria (UUPA) dan Undang-Undang Rumah Susun
(UURS), hanya diperbolehkan untuk dapat menggunakan kondotel
tersebut dalam jangka waktu yangg cukup lama sebagaimana ternyata
dalam perjanjian sewa atau sewa beli yang telah disepakati oleh pihak
Bakrie Land dan investor/pembeli. Dalam pokok perjanjian sewa beli
diperjanjikan apabila ada perubahan peraturan perundangan tentang
kepemilikan kondominium oleh WNA maka kondotel Pullman tersebut
dapat beralih hak kepemilikannya pada WNA selaku investor/pembeli
dengan cara melakukan pemindahan hak dengan jual beli.
2. Cara menyelesaikan Kepemilikan Hak Atas Tanah bersama di Pullman
Bali Legian Nirwana dan Resort terhadap para pemilik yang
berkewarganegaraan asing berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku
tidak dapat dilakukan. Pembagian pemilikan hak bersama secara
proporsional atas hak HGB bersama, bagian bersama dan benda bersama,
bagi para investor/ para pembeli yang berkewarganegaraan asing hanya
diperbolehkan untuk dapat menikmati, menggunakan dan memanfaatkan
saja, tetapi tidak dapat memiliki. WNA tidak dapat memiliki dikarenakan
WNA bukan subjek hukum atas tanah yang berstatus HGB. Akan tetapi
jika ada perubahan perundang-undangan yang memperbolehkan seorang
WNA memiliki status tanah dimana pullman didirikan atau adanya
perubahan kebijakan dari developer merubah status tanah bersama dari
HGB menjadi Hak Pakai maka WNA tersebut berdasarkanperjanjian sewa
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
beli pada akhir masa sewa mempunyai hak opsi untuk dapat membeli,
dengan demikian WNA tersebut memiliki sebuah kondotel secara
individual ditambah 0,6% dari tanah bersama, bagian bersama, dan benda
bersama
SARAN
1. Pengembang disarankan melakukan sosialisasi hukum secara benar
terhadap WNA yang berminat untuk membeli kondominium dengan
menjelaskan bahwa WNA tidak dapat memiliki kondominium di atas
tanah HGB. WNA hanya dapat menyewa diatas tanah HGB, sehingga
perjanjian sewa menyewa yang dapat dikonversi tidak perlu dibuat.
2. Pengembang PT Bakrie Land Tbk diharapkan dapat membangun satu
tower kondominium di atas tanah dengan status Hak Pakai yang khusus
dipasarkan kepada WNA sehingga WNA setelah jangka waktu sewa habis
dapat melakukan pemindahan hak dengan cara jual beli. Dengan demikian
maka pembagian hak secara proporsional atas tanah bersama, benda
bersama dan bagian bersama dapat dilakukan berdasarkan ketentuan
undang-undang.
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Alif, M.Rizal, Analisis Kepemilikan Hak Atas Satuan Rumah Susun di Dalam Kerangka Hukum Benda, Nuansa Aulia, Bandung 2009
Sumardjono,Maria SW,Prof,Dr,SH,MCL,MPA, Alternatif kebijakan Pengaturan hak atas tanah beserta bangunan bagi warga negara Asing dan badan hukum asing, penerbit buku kompas, Jakarta April 2007.
Sumardjono,Maria S.W.,Prof,Dr,SH,MCL,MPA, Tanah dalam perspektif Hak ekonomi sosial dan budaya, penerbit buku kompas, Jakarta, Januari 2008.
Soerjopratiknjo, Hartono, SH, Aneka perjanjian jual beli, penerbit PT Mustika Wikasa, edisi revisi, cetakan ke 2, Yogyakarta 1994
Simanungkalit, Panangian, 23 tahun (1986-2009) Jejak dan pemikiran Yang konsisten perjuangkan pembangunan politik perumahan Indonesia, penerbit Gibon books, cetakan pertama, Jakarta Oktober 2008
J.Satrio, SH, Hukum perikatan, perikatan yang lahir dari perjanjian (Buku1),penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung 2001
Harsono, Boedi,Prof, Hukum Agraria Indonesia, Himpunan peraturan- Peraturan hukum tanah, penerbit djambatan, edisi 2008
Kartini Muljadi-Gunawan Widjaja, Seri Hukum Perikatan-Perikatan pada umumnya, penerbit PT Raja Grafindo Persada, cetakan pertama, Jakarta April 2003
Salim HS, SH, MS-Budi Sutrisno, SH, M.Hum, Hukum Investasi di Indonesia,penerbit PT Raja Grafindo Persada,edisi pertama, Jakarta 2008
Djumadi, SH, M.Hum, Hukum perburuhan, perjanjian kerja, penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta 2006.
Dr.Fuady, Munir, SH, MH, LLM, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, edisi revisi, penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung 2005.
Bosu, Benny, SH, CN, Perkembangan Terbaru Sertipikat, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta 2003.
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Halim, A.Ridwan, Hukum Kondominium dalam Tanya Jawab, Ghalia Indonesia,Jakarta, 1988.
Hutagalung, Arie S, Condominium dan Permasalahannya, edisi kedua, Badan Penerbit FHUI, Depok, 2002.
Kallo, Erwin, Aplikasi Hukum Dalam Bisnis Properti di Indonesia Disertai Studi Kasus Aktual, Penerbit Ombak, Yogyakarta 2003
Kallo, Erwin, Panduan Hukum untuk Pemilik/Penghuni Rumah Susun,
cetakan pertama, Minerva Athena Pressindo, Jakarta 2009.
Kuswahyono, Imam, Hukum Rumah Susun Suatu Bekal Pengantar Pemahaman, cetakan pertama, Bayumedia, Malang 2004.
Manan, Abdul, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, edisi ke-3, Kencana Prenada Jakarta, 2009.
Muljadi, Kartini, Hak-hak atas tanah, edisi pertama, Prenada Media, Jakarta,2004.
Pujiwati, Yani, Aspek Hukum Pemilikan Rumah Oleh Orang Asing di Indonesia, Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, 2001.
Sitorus, Oloan, dkk, Condominium dan Permasalahannya, cetakan pertama,Penerbit Mitra Kebijakan Tanah, Yogyakarta, 1998.
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia, UU No 5 Tahun 1960 Tentang peraturan dasar pokok agraria
Undang-Undang Republik Indonesia, Penjelasan atas UU No 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun.
Peraturan Pemerintah, PP No 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tinggal atau Hak Hunian bagi Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
C. MAKALAH
Perbandingan Hukum Perolehan Hak Atas Tanah untuk orang asing di Indonesia khususnya di Pulau Batam dengan Warga Negara Asing di Negara Malaysia, Universitas Diponegoro, Semarang 2009
Tinjauan Umum tentang Kepemilikan Satuan Rumah Susun oleh Warga Negara Asing di Indonesia, Universitas Indonesia, Depok 2008
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013
Tinjauan yuridis..., Maria Christiawati, FH UI, 2013