View
216
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
6
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Modal Kerja
II.1.1 Pengertian Modal Kerja
Dalam aktivitas sebuah perusahaan tidak dipungkiri bahwa dibutuhkan dana
untuk menjalankan operasinya, mulai dari membeli bahan baku dari pemasok,
membayar gaji karyawan, rekening listrik, biaya transportasi dan sebagainya. Dana yang
dialokasikan tersebut diharapkan akan diterima kembali dalam waktu yang singkat
sehingga dapat digunakan kembali untuk kegiatan operasi selanjutnya. Oleh karena itu
dalam satu periode akuntansi dana ini diharapkan dapat berputar secepat mungkin agar
aktivitas perusahaan dapat terus berlangsung.
Dana yang digunakan tersebut adalah dana lancar atau lebih dikenal dengan
istilah modal kerja. Pengertian modal kerja dapat dilihat dari beberapa penjelasan di
bawah ini:
Menurut Kasmir (2008), modal kerja adalah investasi yang ditanamkan
perusahaan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek seperti kas, bank, surat
berharga, piutang, persediaan, atau aktiva lancar lainnya.
Menurut Syamsuddin (2009), modal kerja bersih perusahaan seringkali
didefinisikan sebagai selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Selama aktiva
lancar melebihi jumlah hutang lancar, maka berarti perusahaan memiliki modal kerja
bersih tertentu, yang jumlahnya sangat ditentukan oleh jenis usaha dari masing-masing
perusahaan.
7
Menurut Raharjaputra (2009), modal kerja adalah investasi yang dilakukan
perusahaan dalam jangka pendek atau disebut sebagai asset lancar (current asset), yang
dimana modal kerja ini disebut sebagai gross working capital, atau modal kerja kotor,
sedangkan net working capital atau modal kerja bersih dihasilkan dari selisih antara aset
lancar dengan utang lancar.
II.1.2 Konsep Modal Kerja
Berdasarkan Bambang Riyanto dalam Ambarwati (2010) ada tiga konsep modal
kerja, yaitu:
1. Modal Kerja kuantitatif
Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan elemen aktiva lancar, sehingga
disebut modal kerja bruto karena tidak memperhatikan utang jangka pendeknya. Contoh:
Kas, efek, piutang, persediaan.
2. Konsep kualitatif
Modal kerja dalam konsep ini adalah semua elemen aktiva lancar dikurangi seluruh
hutang jangka pendek yang harus dibayar perusahaan.
3. Konsep fungsional
Modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan perusahaan dalam
mencapai laba. Misalnya: kas, piutang dagang, persediaan barang dagangan, penyusutan
mesin, penyusutan bangunan dan gedung, sedangkan efek baru menjadi modal kerja jika
sudah terjual.
8
II.1.3 Jenis-jenis dan Unsur Modal Kerja
II.1.3.1 Jenis-jenis Modal Kerja
Menurut Munawir, S. (2007) modal kerja terdiri atas dua pokok, yaitu:
1. Bagian yang tetap atau bagian yang permanen yaitu jumlah minimum
yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa
kesulitan keuangan.
2. Jumlah modal kerja yang variabel yang jumlahnya tergantung pada
aktivitas musiman dan kebutuhan-kebutuhan diluar aktivitas yang biasa.
Jenis-jenis modal kerja menurut Taylor (dalam Harjito (2011))
menggolongkannya dalam:
1. Modal kerja permanen
Modal kerja permanen adalah modal kerja yang tetap harus ada dalam
perusahaan untuk menjalankan kegiatan usaha, atau dengan kata lain
modal kerja yang diperlukan secara terus menerus untuk kelancaran
usaha.
a) Modal kerja primer, yaitu modal kerja minimum yang harus ada untuk
menjamin kontinuitas kegiatan usaha.
b) Modal kerja normal, yaitu modal kerja yang dibutuhkan untuk
melakukan luas produksi yang normal.
2. Modal Kerja Variabel
Modal kerja variable adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-
ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dikelompokkan
menjadi:
9
a) Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
karena fluktuasi musim.
b) Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya disebabkan
karena fluktuasi konjungtur.
c) Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.
Rp
MK Darurat
MK Siklis
MK Musiman
Modal Kerja Normal
Modal Kerja Primer
0 waktu Gambar II.1 Jenis-jenis Modal Kerja
Sumber: Agus Harjito (2011)
II.1.3.2 Unsur-unsur Modal Kerja
Unsur-unsur modal kerja terdiri atas:
1. Aktiva lancar
Menurut Munawir, S. (2007) aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva
tetap lainnya yang diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi
uang tunai, dijual atau dikonsumsi dalam periode berikutnya paling
lama satu tahun dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal.
10
Menurut Subramanyam dan Wild (2010), aktiva lancar adalah kas dan
aset lain yang secara wajar dapat direalisasi sebagai kas atau dijual atau
digunakan selama satu tahun (atau dalam siklus operasi normal
perusahaan jika lebih dari satu tahun). Komponen aktiva lancar antara
lain sebagai berikut:
a) Kas
Kas adalah uang tunai yang dapat digunakan kapan saja oleh
perusahaan karena tingkat likuiditasnya yang paling tinggi. Untuk
menjalankan kegiatan sehari-hari perusahaan kas adalah komponen
modal kerja yang paling sering digunakan.
b) Investasi jangka pendek
Investasi jangka pendek adalah investasi yang sifatnya hanya
sementara dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang
sementara belum dibutuhkan dalam operasi. Investasi jangka pendek
bersifat marketable, artinya dapat segera dijual dengan harga yang pasti.
c) Piutang
Piutang adalah tagihan pada pihak lain yang timbul dari aktivitas
penjualan kredit. Piutang harus disajikan secara informative dan dicatat
dalam neraca sebesar nilai realisasinya, yaitu nilai nominal piutang
dikurangi cadangan kerugian piutang.
d) Persediaan
Persediaan adalah barang-barang yang diperdagangkan yang sampai
tanggal neraca masih terdapat di gudang atau belum laku dijual. Untuk
11
perusahaan manufaktur maka persediaan meliputi persediaan bahan
mentah, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.
e) Biaya yang dibayar di muka
Biaya yang dibayar dimuka adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa
dari pihak lain namun pengeluaran tersebut hasilnya baru bisa dinikmati
pada periode berikutnya.
2. Kewajiban lancar
Subramanyam dan Wild (2010) mengemukakan bahwa kewajiban
lancar merupakan kewajiban yang diharapkan akan dilunasi dalam
waktu yang relatif pendek, biasanya satu tahun. Komponen hutang
lancar antara lain sebagai berikut:
a) Hutang dagang
Hutang dagang adalah hutang yang timbul dari pembelian barang
dagang yang dilakukan secara kredit.
b) Komponen hutang lainnya termasuk hutang wesel, hutang pajak, biaya
yang masih harus dibayar, dan lainnya.
II.1.4 Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
II.1.4.1 Sumber Modal Kerja
Modal kerja perusahaan dapat berasal dari internal dan eksternal yang
mengakibatkan kenaikan modal kerja. Untuk perusahaan yang baru berdiri modal
kerja belum menjadi masalah yang sulit karena kebutuhan modal kerja umumnya
dipenuhi oleh modal pribadi. Masalah yang timbul adalah setelah perusahaan
12
menjadi besar maka kebutuhan modal kerja juga ikut membesar. Pada saat itulah
modal kerja tidak cukup jika hanya berasal dari modal pribadi.
Menurut Munawir, S. (2007) pada umumnya sumber modal kerja suatu
perusahaan dapat berasal dari:
1. Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah net income yang nampak
dalam laporan perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan
amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal
dari hasil operasi perusahaan. Jadi jumlah modal kerja yang berasal dari
hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan
perhitungan rugi laba perusahaan tersebut.
2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka
pendek). Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek
adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan
akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya
penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam
unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi
uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini
merupakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja, sebaliknya
apabila dalam penjualan tersebut terjadi kerugian maka akan
menyebabkan berkurangnya modal kerja.
3. Penjualan aktiva tidak lancar
Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan
aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya
yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini
13
menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja
sebesar hasil penjualan tersebut.
4. Penjualan saham atau obligasi
Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan
dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para
pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, disamping itu
perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk utang janga
panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya.
II.1.4.2 Penggunaan Modal Kerja
Penggunaan modal kerja menyebabkan perubahan pada bentuk maupun
penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, namun
penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti oleh berubahnya atau penurunan
jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan.
Penggunaan-penggunaan modal kerja yang mengakibatkan turunnya
modal kerja menurut Sawir, A. (2005) terdiri dari:
1. Berkurangnya modal sendiri karena kerugian, maupun pengambilan
pribadi oleh pemilik perusahaan.
2. Pembayaran utang-utang jangka panjang
3. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap.
II.1.5 Kebijakan Modal Kerja
Kebijakan modal kerja adalah strategi yang dilakukan oleh perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan modal kerja dengan berbagai alternatif sumber dana. Menurut
14
Sawir, A. (2005) kebijakan modal kerja pada dasarnya terdapat tiga pilihan bagi
manajemen untuk menentukan besarnya proporsi aktiva lancar yang dibiayai oleh
sumber jangka pendek serta yang dibiayai dari jangka panjang, yaitu sebagai berikut:
1. Kebijakan modal kerja konservatif
Dalam kebijakan ini, perusahaan memodali sebagian aktiva lancarnya yang
berfluktuasi dengan modal kerja permanen. Pada musim sedang sepi ketika
piutang dan persediaan sedang rendah, perusahaan memperbesar saldo surat-
surat berharga. Dengan bergeraknya waktu menuju puncak musim ramai
penjualan, perusahaan mulai menjual persediaan surat-surat berharga untuk
permodalan persediaan dan piutang, dan bila kurang perusahaan mencari
pinjaman jangka pendek. Sedangkan aktiva lancar permanen tetap dimodali
dengan modal kerja permanen.
Permodalan jangka pendek Rp Fluktuasi aktiva lancar Surat berharga Sumber dana jangka panjang
Modal kerja permanen
Aktiva tetap
Waktu Gambar II.2 Kebijakan Modal Kerja Konservatif
Sumber: Agnes Sawir (2005)
15
2. Kebijakan modal kerja moderat atau hedging
Dalam kebijakan ini, perusahaan mencoba menyelaraskan struktur maturitas
aktiva dan utang-utang yang dimiliki. Kebutuhan akan aktiva lancar yang bersifat
sementara dimodali dari sumber dana jangka pendek sedangkan aktiva lancar
permanen dan aktiva tetap dimodali dengan sumber dana jangka panjang.
Rp Fluktuasi aktiva lancar Sumber dana jangka pendek
Modal kerja permanen Sumber dana jangka panjang
Aktiva tetap
Waktu
Gambar II.3 Kebijakan Modal Kerja Moderat
Sumber: Agnes Sawir (2005)
3. Kebijakan modal kerja agresif
Dalam kebijakan ini, semua aktiva lancar dipenuhi dengan modal jangka pendek,
tetapi sebagian dari aktiva lancar permanen dimodali dengan kredit jangka
pendek. Kebijakan ini digunakan oleh perusahaan yang berani menanggung
resiko tinggi.
16
Rp Fluktuasi aktiva lancar Sumber dana jangka pendek
Modal kerja permanen Sumber dana jangka panjang
Aktiva tetap
Waktu Gambar II.4 Kebijakan Modal Kerja Agresif
Sumber: Agnes Sawir (2005)
Berdasarkan jurnal bisnis dan manajemen Musdholifah dan Eko Triambodo
(2009) menyatakan bahwa terdapat perbedaan profitabilitas antara perusahaan yang
menerapkan kebijakan modal kerja agresif, moderat, dan konservatif. Perusahaan
dengan kebijakan modal kerja agresif memiliki profitabilitas yang lebih tinggi dari
perusahaan yang menerapkan kebijakan pembelanjaan modal kerja moderat dan
konservatif.
II.1.6 Kebutuhan Modal Kerja & Penentuan Kebutuhan Modal Kerja
II.1.6.1 Kebutuhan Modal Kerja
Menurut Kasmir (2008), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kebutuhan modal kerja, yaitu:
1. Jenis perusahaan
Ada 2 jenis perusahaan, yaitu perusahaan yang bergerak dalam bidang
jasa dan nonjasa (industri). Kebutuhan modal dalam perusahaan
17
industri lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan jasa. Pada
perusahaan industri, investasi pada kas, piutang, dan persediaan relatif
lebih besar dibandingkan dengan perusahaan jasa.
2. Syarat kredit
Syarat kredit atau penjualan yang pembayarannya dilakukan secara
angsuran juga mempengaruhi modal kerja. Untuk meningkatkan
penjualan bisa dilakukan dengan melakukan penjualan secara kredit
karena memberikan kelonggaran pada konsumen untuk membeli barang.
3. Waktu produksi
Semakin lama waktu yang digunakan untuk memproduksi suatu barang,
maka semakin besar modal kerja yang dibutuhkan. Sebaliknya, makin
pendek waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi modal kerja, maka
semakin kecil modal kerja yang dibutuhkan.
4. Tingkat perputaran persediaan
Semakin rendah tingkat perputaran persediaan, kebutuhan modal kerja
semakin tinggi, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, dibutuhkan
perputaran persediaan yang cukup tinggi agar resiko kerugian dapat
diperkecil.
II.1.6.2 Penentuan Kebutuhan Modal Kerja
Penentuan Modal kerja sangat penting karena berpengaruh langsung
terhadap kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. Jika terdapat kelebihan
modal kerja maka aka nada dana yang mengganggur dan menjadi tidak efektif.
Jika kekurangan modal kerja maka kegiatan operasional perusahaan dapat
18
terganggu. Berdasarkan tesis S1 oleh Chandra, M (2010) terdapat beberapa
metode untuk menentukan kebutuhan modal kerja, yaitu:
1. Metode Keterikatan Dana
Ada dua faktor yang mempengaruhi besarnya kebutuhan modal kerja,
yaitu:
• Periode terikat modal kerja
Periode terikat modal kerja adalah jangka waktu yang
diperlukan sejak kas ditanamkan pada elemen modal kerja
hingga menjadi kas kembali. Semakin lama periode keterikatan
modal kerja maka semakin besar kebutuhan modal kerja yang
diperlukan perusahaan. Periode terikatnya modal kerja dapat
dihitung menggunakan rumus:
• Kebutuhan kas rata-rata per hari
Kebutuhan kas rata-rata per hari adalah pengeluaran rata-rata
yang terjadi setiap hari untuk keperluan operasi perusahaan
yang pembayarannya dilakukan secara tunai. Pengeluaran kas
per hari dapat dihitung menggunakan rumus:
2. Metode Perputaran Modal Kerja
19
Metode ini menentukan besarnya kebutuhan modal kerja dengan
menghitung perputaran elemen-elemen pembentuk modal kerja seperti
kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan.
II.1.7 Rasio-rasio Modal Kerja
Rasio modal kerja merupakan rasio yang berhubungan dengan modal
kerja dan digunakan untuk mengukur efektivitas penggunaan modal kerja perusahaan.
Menurut Kasmir (2008), jenis-jenis rasio keuangan adalah:
1. Rasio likuiditas
Adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban
jangka pendek.
a) Rasio lancar (Current Ratio)
Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
membajar kewajiban jangka pendek menggunakan aktiva lancar.
b) Rasio cepat (Acid Test Ratio)
Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar
tanpa memperhitungkan nilai persediaan.
Atau
20
c) Rasio kas (cash ratio)
Adalah rasio yang mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk
membayar hutang.
2. Rasio aktivitas
Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam
menggunakan aktiva yang dimilikinya.
a) Rasio perputaran piutang (Account Receivable Turn Over)
Adalah rasio yang mengukur seberapa lama periode yang diperlukan untuk
menagih piutang dalam suatu periode. Semakin tinggi rasio perputaran
piutang berarti semakin cepat piutang dagang dapat ditagih.
b) Rasio rata-rata penagihan piutang (Days of Receivable)
Adalah rasio uang menunjukan lama rata-rata untuk penagihan piutang
yang disajikan dalam jumlah hari.
atau
c) Rasio perputaran persediaan (Inventory Turn Over)
Adalah rasio uang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang
ditanamkan dalam persediaan berputar dalam suatu periode.
21
d) Rata-rata perputaran persediaan (Days of Inventory)
Adalah periode rata – rata barang persediaan berada di gudang.
atau
e) Rasio perputaran modal kerja (Working Capital Turn Over)
Adalah rasio uang digunakan untuk mengukur seberapa besar efektivitas
modal kerja perusahaan selama suatu periode.
Tingkat perputaran modal kerja dibagi atas 2 jenis, yaitu:
• Perputaran modal kerja bersih (Net Working Capital Turn Over)
• Perputaran modal kerja kotor (Gross Working Capital Turn Over)
f) Rasio perputaran aktiva tetap (Fixed Asset Turn Over)
Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat perputaran dana yang
ditanamkan dalam aktiva tetap dalam suatu periode.
22
g) Rasio perputaran total aktiva (Total Asset Turn Over)
Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran seluruh aktiva yang
dimiliki perusahaan dan mengukur jumlah yang diperoleh dari aktiva.
Berdasarkan jurnal bisnis dan manajemen Musdholifah dan Eko Triambodo
(2009) menyatakan bahwa total asset turn over dimaksudkan untuk
mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat pada kecepatan perputaran
aktiva dalam suatu periode tertentu.
3. Rasio solvabilitas
Adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka panjangnya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio yang
termasuk di dalamnya adalah rasio hutang (Debt to Total Asset).
4. Rasio Profitabilitas
Adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatan
laba melalui kemampuannya dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan,
kas, modal, jumlah karyawan, dan sebagainya.
a) Margin laba bersih (Net Profit Margin)
Adalah presentase yang menunjukan seberapa besar pendapatan bersih yang
diperoleh dari setiap penjualan.
23
b) Tingkat pengembalian atas total aktiva (Return on Asset/ROA)
Adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan dari setiap rupiah aktiva yang digunakan.
c) Tingkat pengembalian atas ekuitas (Return on Equity/ROE)
Adalah rasio yang mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan
laba bagi para pemegang saham.
II.2 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan catatan penting yang dimiliki perusahaan untuk
mengetahui jumlah pengeluaran dan masukan yang diterima selama suatu periode
tertentu. Dengan melakukan analisis pada laporan keuangan maka pihak manajemen
akan mengetahui kondisi perusahaan serta kemajuan yang telah dicapai.
II.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Para ekonom memiliki pendapat masing-masing mengenai apa yang dimaksud
dengan laporan keuangan. Menurut Niswonger, Warren (2005) laporan keuangan adalah
laporan akuntansi yang menghasilkan informasi. IAI (2009) menyatakan laporan
keuangan berisikan: neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan,
catatan, dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan. Menurut Rodoni, Ali (2010) laporan keuangan adalah sebuah laporan
yang diterbitkan oleh perusahaan untuk para pemegang saham yang memuat dasar dan
24
juga analisis manajemen atas operasi tahun lalu dan pendapat mengenai prospek
perusahaan dimasa mendatang.
Laporan keuangan sendiri merupakan tujuan akhir dari seluruh proses akuntansi.
Laporan keuangan harus menggambarkan dengan jelas mengenai kondisi suatu
perusahaan dalam suatu periode akuntansi.
II.2.2 Tujuan Laporan Keuangan
IAI (2009) menyatakan tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi
yang menyangkut kondisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakan dalam pengambilan
keputusan ekonomi.
II.2.3 Jenis-jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan pokok perusahaan umumnya terdiri atas laporan laba rugi,
laporan perubahan modal, neraca, dan laporan arus kas.
Laporan laba rugi adalah laporan yang menilai keberhasilan operasional
perusahaan selama suatu periode. Kegunaan laporan laba rugi adalah mengevaluasi
kinerja masa lalu perusahaan, memberikan dasar untuk memprediksi kinerja masa depan,
membantu menilai risiko yang mungkin terjadi. Keterbatasan laporan laba rugi adalah
tidak dapat dilaporkannya pos-pos yang tidak dapat diukur secara akurat disebabkan
oleh pengaruh metode akuntansi yang dipergunakan. Unsur yang terdapat dalam laporan
laba rugi adalah pendapatan dan beban.
Laporan perubahan modal adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi
mengenai perubahan modal yang terjadi dalam suatu perusahaan pada suatu periode
25
akuntansi. Unsur yang terdapat dalam laporan perubahan modal adalah modal awal, laba
atau rugi bersih, penarikan pemilik, dan modal akhir.
Neraca adalah laporan keuangan perusahaan yang menunjukan aktiva, kewajiban,
dan ekuitas pemegang saham. Keterbatasan neraca adalah banyaknya aktiva dan
kewajiban yang dicatat pada biaya historis, pertimbangan dan estimasi harus digunakan
untuk menentukan berbagai mancam pos, dan banyak pos yang perlu diabaikan dalam
pencatatannya sehingga tidak dapat dilakukan secara objektif.
Laporan arus kas adalah laporan yang menyediakan informasi yang relevan
mengenai penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan pada suatu periode.
II.3 Produktivitas Perusahaan
II.3.1 Pengertian Produktivitas Perusahaan
Berdasarkan Soetisna, H. R. (2002), produktivitas dapat digambarkan dalam dua
pengertian yaitu secara teknis dan finansial. Pengertian produktivitas secara finansial
adalah hubungan atas output dan input yang telah digunakan untuk menghasilkan output
tersebut. Produktivitas berkaitan dengan pembuatan output secara spesifik menunjuk
pada hubungan antara output (hasil produksi) dan input (bahan baku) yang digunakan
untuk produksi.
Pengertian produktivitas berbeda dengan produksi, namun produksi merupakan
salah satu komponen dari usaha produktivitas. Produksi adalah suatu kegiatan yang
berhubungan dengan hasil keluaran yang dinyatakan dalam volume produksi, sedangkan
produktivitas berhubungan dengan efisiensi penggunaan sumber daya. Dari definisi
tersebut ditunjukkan bahwa jumlah, tipe, dan tingkat sumber daya yang dibutuhkan juga
menunjukkan efisiensi dalam menggunakan sumber daya tersebut.
26
II.3.2 Unsur-unsur Produktivitas
Berdasarkan Theresia, L (2004), unsur-unsur yang terdapat dalam produktivitas
adalah:
1. Efisiensi
Efisiensi adalah ukuran untuk membandingkan penggunaan masukan (input)
yang direncanakan dengan penggunaan masukan yang sebenarnya terjadi.
Produktivitas sebagai rasio output/input merupakan ukuran efisiensi pemakaian
sumber daya.
2. Efektivitas
Efektivitas adalah ukuran yang memberi gambaran sejauh mana target yang
dapat dicapai baik secara kuantitas maupun waktu. Semakin besar persentase
target yang tercapai maka semakin tinggi efektivitasnya.
3. Kualitas
Kualitas adalah ukuran yang menyatakan seberapa jauh pemenuhan persyaratan,
spesifikasi, dan harapan konsumen. Meskipun kualitas sulit diukur secara
matematis menggunakan rasio, namun kualitas input dan kualitas proses akan
meningkatkan kualitas output.
II.3.3 Pengukuran Produktivitas
Menurut Mulyadi (2008) pengukuran produktivitas dapat dibedakan menjadi dua
jenis:
1. Pengukuran Produktivitas Parsial
Pengukuran produktivitas parsial adalah pengukuran untuk satu masukan pada
suatu saat. Produktivitas parsial dapat dihitung dengan ukuran produktivitas
27
operasional dengan membagi jumlah produk yang dihasilkan dengan jumlah jam
tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut.
2. Pengukuran Produktivitas Total
Pengukuran produktivitas total adalah pengukuran untuk seluruh masukan pada
suatu saat. Pengukuran ini dapat dilakukan dalam kondisi tanpa pertukaran atau
dengan mempertimbangkan pertukaran.
II.3.4 Peningkatan Produktivitas
Berdasarkan Prawironegoro, Purwanti (2009) ada beberapa cara yang lazim
digunakan untuk meningkatkan produktivitas:
1) Manajemen harus mampu membuat program kerja yang sesuai dengan
kemampuan sumber daya manusia yang dimilikinya dan yang sesuai dengan
perubahan kondisi eksternal dan internal sehingga outputnya dapat dinikmati
pelanggan serta bergaya demokratis.
2) Sumber daya manusia harus dimotivasi agar bersedia bekerja efektif dan efisien.
3) Metode kerja harus cocok dengan kondisi peralatan dan sumber daya manusia
yang tersedia.
4) Peralatan kerja harus cocok dengan jenis dan kualitas barang atau jasa yang
diproduksi.
5) Material atau sasaran kerja yang diolah harus cocok dengan jenis dan kualitas
barang atau jasa yang diproduksi.
28
II.4 Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)
Siklus konversi kas adalah titik dimana usaha yang dilakukan oleh perusahaan
berubah menjadi uang tunai yang dinyatakan dalam jumlah hari. Cara menghitung
konversi kas berdasarkan Keown, Martin (2010):
1. Periode konversi persediaan, adalah jangka waktu yang diperlukan untuk
mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi dan kemudian menjualnya.
2. Periode konversi piutang, adalah jangka waktu yang diperlukan untuk
mengkonversikan piutang perusahaan menjadi kas, yaitu jangka waktu sejak
penjualan hingga realisasi penagihan.
3. Periode penagguhan hutang usaha, adalah jangka waktu rata-rata sejak
pembelian bahan baku atau pengkaryaan pekerja hingga terlaksananya
pembayarannya.
4. Siklus konversi kas yang menggabungkan ketiga periode sebelumnya adalah
jangka waktu sejak dilakukannya pengeluaran tunai untuk sumber daya produksi
sehingga terealisasinya penagihan atas penjualan produk.
Konsep siklus konversi kas dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
(1) (2) (3) (4) Periode Periode Periode Konversi + Konversi - Penangguhan = Siklus konversi Persediaan Piutang Utang Kas
Recommended