View
225
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
23
BAB II
Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an
A. Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Para ahli kurikulum terdapat perbedaan dalam memberikan definisi
mengenai kurikulum. Perbedaan tersebut disebabkan adanya sudut
pandang yang berlainan yang mendasari pemikiran mereka, sekalipun
masing-masing definisi mengandung kebenaran.1
Istilah Kurikulum muncul pertama kalinya dalam kamus Webster
tahun 1856. Kurikulum (curriculum) berasal dari kata curir (pelari) dan
curere (tempat berpacu). Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak
yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish
untuk memperoleh medali/penghargaan. Kemudian, pengertian tersebut
diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran
(subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir
program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah. 2
Menurut Sholeh Hidayat kurikulum diartikan dalam dua macam,
yaitu:
a. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari murid di
sekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.
1 Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2013), hlm. 19. 2 Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),
hlm. 2.
24
b. Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga
pendidikan atau departemen.
Dalam pandangan klasik, kurikulum dipandang sebagai rencana
pelajaran di suatu sekolah atau madrasah. Pelajaran-pelajaran dan materi
apa yang harus ditempuh di sekolah atau madrasah, itulah kurikulum.3
Menurut Nasution sebagaimana di kutip oleh Armani Arief, secara
tradisional kata kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan
di sekolah, atau kurikulum adalah rencana pengajaran saja.4
Selain definisi kurikulum di atas, S. Nasution yang dikutip oleh
Armai Arief memberikan penafsiran lain tentang kurikulum, yaitu:
Pertama, kurikulum sebagai produk (sebagai hasil pengembangan
kurikulum), kedua, kurikulum sebagai program (alat yang dilakukan
sekolah untuk mencapai tujuan), ketiga kurikulum sebagai hal-hal yang
diharapkan akan di pelajari oleh siswa (sikap, keterampilan tertentu), dan
keempat, kurikulum dipandang sebagai pengalaman siswa.
Pengertian yang lama tentang kurikulum lebih menekankan pada
isi pelajaran, dalam arti sejumlah mata pelajaran/kuliah di sekolah/
perguruan tinggi, yang juga keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh
suatu lembaga pendidikan.5
Pengertian kurikulum seperti diuraikan tersebut termasuk
pengertian kurikulum menurut pandangan lama, sempit atau tradisional.
3 Sholeh Hidayat, op. cit., hlm. 20.
4 S. Nasution, Asas-asas Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 6.
5 Nik Haryati, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT.
Alfabeta, 2011), hlm. 3.
25
Sedangkan menurut pandangan modern, kurikulum adalah semua yang
secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah. Di dalam
pendidikan, kegiatan yang dilakukan siswa dapat memberikan pengalaman
belajar, seperti berkebun, olah raga, pramuka, dan pergaulan, selain
mempelajari bidang studi. Semuanya itu merupakan pengalaman belajar
yang bermanfaat. Pandangan modern berpendapat bahwa semua
pengalaman belajar itulah kurikulum.6
2. Komponen-Komponen Kurikulum
Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-
komponen tertentu. Komponen-komponen kurikulum yang utama adalah
tujuan, isi/materi, proses penyampaian dan media, serta evaluasi.7Ada
beberapa pendapat tentang jumlah komponen kurikulum. Dalam hal ini
penulis akan membahas 4 komponen yang utama, yaitu:
a. Komponen Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang
diharapkan. Dalam menentukan dan merumuskan tujuan kurikulum ada
sejumlah sumber yang dapat digunakan, yakni :
1) Falsafah bangsa
Falsafah bangsa Indonesia adalah Pancasila. Oleh karena itu,
rumusan tujuan kurikulum harus mencerminkan dan
mengupayakan adanya nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.
6 Nik Haryati, cp. cit.,hlm. 3.
7 Tim Pengembangan MKDP, op. cit., hlm. 3.
26
2) Strategi pembangunan
Pendidikan selalu dipandang sebagai human invesment, yakni
sumber daya manusia yang akan menentukan keberhasilan
pembangunan. Pembangunan pada hakikatnya adalah
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh
masyarakat untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang
merata material dan spiritual.
3) Hakikat anak didik
Tujuan pendidikan dan tujuan kurikulum pada dasarnya untuk anak
didik. Oleh karena itu, memperhatikan kepentingan anak didik
dalam merumuskan dan menetapkan tujun pendidikan sangat
diperlukan.
4) Ilmu pengetahuan dan teknologi
Ilmu pengetahuan dan tegnologi menentukan kehidupan manusia
yang serba modern ini dengan ilmu dan tegnologi memudahkan
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.8
Kurikulum hakikatnya merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, maka tujuan kurikulum sebenarnya adalah tujuan dari
setiap program pendidikan yang akan ditanamkan pada diri anak didik.9
Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat
8 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah (Bandung: PT.
Sinar Baru Al Gensindo, 2007), hlm 21. 9 Nur Hadi, dkk., Pembelajaran Kontekstual dalam Penerapaan KBK (Malang: UM,
2004), hlm. 113.
27
umum sampai tujuan. Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi
empat yaitu:
1) Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
Tujuan Pendidikan Nasional adalah tujuan yang bersifat paling
umum dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh
setiap usaha pendidikan. Secara jelas tujuan Pendidikan Nasional yang
bersumber dari sistem nilai pancasila dirumuskan dalam undang-
undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, bahwa Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik. Agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta beranggung jawab.
2) Tujuan Institusional (TI)
Tujuan Institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap
lembaga pendidikan. Dengan kata lain, tujuan ini dapat didefinisikan
sebagai kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka
menempuh atau dapat menyelesaikan program di suatu lembaga
pendidikan tertentu.
3) Tujuan Kurikuler (TK)
Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap
bidang studi atau mata pelajaran. Tujuan kurikuler tergambarkan pada
28
standar isi setiap mata pelajaran atau bidang studi yang harus dikuasai
siswa pada setiap satuan pendidikan.
4) Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP)
Dalam klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan instruksional atau yang
sekarang lebih populer dengan tujuan pembelajaran, merupakan tujuan
yang paling khusus. 10
Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan-tujuan
khusus lebih diutamakan, karena lebih jelas dan mudah pencapaiannya.
Mengajar dalam kelas lebih menekankan tujuan khusus, sebab hal itu
akan dapat memberikan gambaran yang lebih konkret, dan menekankan
pada perilaku siswa.11
Menurut Bloom, dalam bukunya Taxonomy of Education
Objectives, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan,
dapat di golongkan ke dalam tiga klasifikasi atau tiga domain (bidang),
yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif terdiri
dari enam tingkatan, yaitu: Pengetahuan, Pemahaman, Penerapan,
Analisis, Sintesis, dan Evaluasi. Menurut Krathwohl dan kawan-kawan
dalam bukunya Taxonomy of Education Objectives: domain afektif
mempunyai lima tingkatan yaitu: Penerimaan, Merespons, Menghargai,
Mengorganisasi, dan Karakterisasi nilai. Domain Psikomotor adalah
tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan atau skill
seseorang. Ada tujuh tingkatan yang termasuk kedalam domain ini
10
Tim Pengembang MKDP, op. cit.,hlm. 47. 11
Nana Syaodih Sukmadinato, Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1999), hlm. 29.
29
yaitu: Persepsi, Kesiapan, Meniru, Membiasakan, Menyesuaikan, dan
Menciptakan.12
Para pakar pendidikan Islam telah sepakat bahwa tujuan dari
pendidikan bukanlah untuk mengisi otak anak didik dengan segala
macam ilmu yang belum pernah mereka ketahui, akan tetapi:
1) Mendidik akhlak dan jiwa mereka,
2) Menanamkan rasa keutamaan (fadhilah),
3) Membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi,
4) Mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci
seluruhnya dengan penuh keikhlasan dan kejujuran.13
b. Komponen Isi/Materi Pelajaran
Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan
pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum
menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan
atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata
pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik
materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai
tujuan yang ditentukan.14
Dalam menentukan isi kurikulum baik yang berkenaan dengan
pengetahuan ilmiah maupun pengalaman belajar disesuaikan dengan
tingkat dan jenjang pendidikan, perkembangan yang terjadi dalam
12
Tim pengembangan MKDP, op. cit.,hlm. 60. 13
Muhammad „Athiyyah Al-Abrasyi, prinsip-prinsip Dasar Pendidikan Islam (Bandung:
Pustaka Setia, 2003), hlm. 13. 14
Tim pengembangan MKDP, Op. cit.,hlm. 53
30
masyarakat menyangkut tuntutan dan kebutuhan masyarakat,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sudah barang tentu
tidak lepas dari kondisi anak didik dalam pengertian pertumbuhan dan
perkembangannya pada setiap jenjang dan tingkat pendidikan.15
Ada beberapa kriteria yang bisa digunakan dalam merancang isi
kurikulum, yaitu:
1) Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan
siswa, artinya sejalan dengan tahap perkembangan anak.
2) Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial, artinya sesuai
dengan tuntutan hidup nyata dalam masyarakat.
3) Isi kurikulum dapat mencapai tujuan yang komprehensif, artinya
mengandung aspek intelektual, moral, sosial, dan skills secara
integral.
4) Isi kurikulum harus berisikan bahan pelajaran yang jelas, teori,
prinsip, bukan hanya sekadar informasi yang teorinya masih samar-
samar.
5) Isi kurikulum harus dapat menunjang tercapainya tujuan
pendidikan. Ini dikarenakan isi kurikulum berupa program
pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru dalam
menghantarkan anak didik mencapai tujuan pendidikan. 16
15
Nana Sudjana, op. cit.,hlm. 29. 16
Ali mudhofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Agama
Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 10.
31
c. Komponen Metode/Strategi
Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang
sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum.
Bagaimanapun bagus dan idealnya tujuan yang harus dicapai tanpa
strategi yang tepat untuk mencapainya, maka tujuan itu tidak mungkin
dapat dicapai. Strategi meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan
yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu.17
Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mengajar.
1) Reception/Exposition Learning-Discoveery Learning.
Reception dan exposition sesungguhnya mempunyai makna
yang sama, hanya berbeda dalam pelakunya. Reception learning
dilihat dari sisi siswa sedangkan exposition dilihat dari sisi guru.
Dalam exposition atau reception learning keseluruhan bahan ajar
disampaikan kepada siswa dalam bentuk akhir atau bentuk jadi,
baik secara lisan maupun secara tertulis. Dalam discovery learning
bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk
melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi,
memandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mengorganisasikan bahan serta membuat
kesimpulan-kesimpulan.
17
Tim pengembangan MKDP, op. cit.,hlm. 53.
32
2) Rote Learning-Meaningful Learning.
Dalam rote learning bahan ajar disampaikan kepada siswa
tanpa memperhatikan arti atau maknanya bagi siswa. Siswa
menguasai bahan ajar dengan menghafalkanya. Dalam meaningful
learning penyampaian bahan mengutamakan maknanya bagi siswa.
3) Group Learning-Individual Learning.
Pelaksanaan discovery learning menuntut aktivitas belajar
yang bersifat individual atau dalam kelompok-kelompok kecil.
Discovery learning dalam bentuk kelas pelaksanaanya agak sukar
dan mempunyai beberapa masalah, yakni karena kemampuan dan
kecepatan belajar siswa tidak sama, maka kegiatan discovery hanya
akan dilakukan oleh siswa-siswa yang pandai dan cepat, siswa-
siswa yang kurang dan lambat, akan mengikuti saja, dan
kemungkinan untuk bekerja sama, dalam kelas besar tidak mungkin
semua anak dapat bekerja sama.18
Rowntree mengelompokkan media mengajar menjadi lima macam
dan disebut Modes, yaitu :
1) Interaksi insani.
Media ini merupakan komunikasi langsung antara dua
orang atau lebih. Kehadiran guru mempengaruhi perilaku siswa
atau siswa-siswanya. Intensitas interaksi insani dalam berbagai
metode mengajar tidak selalu sama.
18
Nana Syaodih Sukmadinata, op. cit., hlm. 110.
33
2) Realia
Realita merupakan bentuk perangsang nyata seperti orang-
orang, binatang, benda-benda, peristiwa, dan sebagainya yang
diamati siswa. Dalam interaksi insani siswa berkomunikasi dengan
orang-orang, sedangkan dalam realita orang-orang tersebut hanya
menjadi objek pengamat, objek studi siswa.
3) Pictorial
Media ini menunjukkan penyajian berbagai bentuk variasi
gambar dan diagram nyata ataupun simbol-simbol yang bergerak
atau tidak.
4) Simbol tertulis
Simbol tertulis merupakan media penyajian informasi yang
paling umum, tetapi tetap efektif.
5) Rekaman suara
Berbagai bentuk informasi dapat disampaikan kepada anak
dalam bentuk rekaman suara. Rekaman suara dapat disajikan secara
tersendiri atau digabung dengan medipictorial. Penggunaan
rekaman suara tanpa gambar dalam pengajaran bahasa cukup
efektif.19
Gagne mengemukakan lima macam perangsang belajar disertai
alat-alat untuk menyajikanya, yaitu:
19
Nana Syaodih Sukmadinata, op. cit.,hlm. 111.
34
Perangsang Alat
1. Kata-kata tertulis
Buku, pengajaran berprogram,
bagan,proyektor slide, poster,
checklist.
2. Kata-kata lisan Guru, tape recording
3. Gambar dan kata-kata lisan Slide-tapes, slide bersuara,
ceramah, dan poster.
4. Gambar bergerak, kata-kata
dan suara lain
Proyektor film bergerak, televisi,
demonstrasi.
5. Konsep-konsep teoretis
melalui gambar
Film bergerak, permainan
boneka/wayang.20
d. Komponen Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen untuk melihat evektifitas
pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi
untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai
atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam
perbaikan strategi yang ditetapkkan.21
Evaluasi dapat dibagi menjadi dua macam :
1) Evaluasi hasil belajar mengajar
Dalam evaluasi ini disusun butir-butir soal untuk mengukur
pencapaian tiap tujuan khusus minimal disusun satu butir soal.
2) Evaluasi pelaksanaan mengajar
Komponen yang dievaluasi dalam pengajaran bukan hanya hasil
belajar mengajar tetapi keseluruhan pelaksanaan pengajaran, yang
20
Ibid., hlm. 110. 21
Tim Pengembangan MKDP, op. cit., hlm. 56.
35
meliputi evaluasi komponen tujuan mengajar, bahan pengajaran,
strategi dan media pengajaran, serta komponen evaluasi mengajar
sendiri. 22
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Kurikulum
sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat sentral
dalam seluruh kegiatan pendidikan, menentukan proses pelaksanaan dan
hasil pendidikan. Komponen kurikulum pembelajaran merupakan sistem
yang saling berhubungan dengan komponen satu dengan yang lain, yaitu:
komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapaian tujuan,
dan komponen evaluasi. Manakala salah satu komponen yang membentuk
sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen lainya,
maka sistem kurikulum juga akan terganggu.
3. Jenis-Jenis Kurikulum
Dalam menyusun kurikulum, sangatlah tergantung pada asas
organisasi, yaitu bentuk penyajian bahan pelajaran atau organisasi
kurikulum. Berikut ini adalah tiga pola organisasi atau jenis-jenis
kurikulum:
a. Separated Subject Curriculum
Kurikulum ini dipahami sebagai kurikulum mata pelajaran yang
terpisah satu sama lainya. Kurikulum mata pelajaran terpisah berarti
22
Ali mudhofir, Op. cit., , hlm. 12.
36
kurikulumnya dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah pisah, yang
kurang mempunyai keterkaitan dengan pelajaran lainya. 23
Kurikulum jenis ini memiliki keunggulan sebagai berikut:
1) Bahan pelajaran dapat disajikan secara logis, sistematis dan
berkesinambungan.
2) Organisasi kurikulum bentuk ini sangat sederhana, mudah
direncanakan, mudah dilaksanakan dan mudah pula jika diadakan
perubahan jika diperlukan.
3) Kurikulum ini mudah dinilai untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan untuk dilakukan perubahan seperlunya.
4) Memudahkan guru sebagai pelaksana kurikulum karena disamping
bahan pelajaran memang mudah disusun secara terurai dan
sistematis.
Disamping ada keunggulan-keunggulan kurikulum bentuk ini, ada
pula kelemahan-kelemahanya antara lain:
1) Kurikulum bentuk ini memberikan pelajaran secara terpisah, satu
dengan yang lainya.
2) Kurikulum bentuk ini kurang memperhatikan masalah-masalah
yang dihadapi anak secara faktual dalam kehidupan mereka sahari-
hari.
3) Cenderung statis dan ketinggalan zaman.
23
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Jogjakarta: Ar Ruzz Media,
2013), hlm. 164.
37
4) Tujuan kurikulum bentuk ini sangat terbatas karena hanya
menekankan faktor-faktor yang lain seperti perkembangan
emosional dan sosial.24
b. Correlated Curriculum
Kurikulum ini merupakan modifikasi kurikulum yang terpisah-
pisah. Agar pengetahuan anak tidak lepas-lepas maka diusahakan
hubungan antara dua mata pelajaran atau lebih yang dapat dipandang
sebagai kelompok yang pada hakikatnya mempunyai hubungan yang
erat.25
Kurikulum ini memiliki keunggulan antara lain:
1) Adanya korelasi antara berbagai mata pelajaran dapat menopang
kebulatan pengalaman dan pengeahuan peserta didik berhubung
mereka menerimanya tidak secara terpisah-pisah.
2) Adanya korelasi antara berbagai mata pelajaran memungkinkan
peserta didik untuk menerapkan pengetahuan dan pengalamanya
secara fungsional.
Disamping ada keunggulan-keunggulan kurikulum bentuk ini, ada
pula kelemahan-kelemahanya antara lain:
1) Kurikulum bentuk ini pada hakekatnya msih bersifat subject
centered dan belum memilih bahan yang langsung dengan minat
24
Khaeruddin dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Semarang: Pilar Media, 2008)
, hlm. 42. 25
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT: Citra Aditya Bakti, 1993), hlm.
111.
38
dan kebutuhan peserta didik serta maslah-masalah kehidupan
sehari-hari.
2) Penggabungan beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan
dengan lingkup yang lebih luas tidak memberikan pengetahuan
yang sistematis dan mendalam. 26
c. Integrated Curriculum
Usaha mengintegrasikan bahan pelajaran dari berbagai mata
pelajaran menghasilkan kurikulum yang integrated atau terpadu.
Integrasi ini tercapai dengan memusatkan pelajaran pada masalah
tertentu yang memerlukan pemecahanya dengan bahan dari segala
macam disiplin atau mata pelajaran yang diperlukan.27
Kurikulum ini memiliki keunggulan antara lain:
1) Segala hal yang dipelajari dalam kurikulum ini bertalian erat satu
dengan yang lain.
2) Kurikulum ini sesuai dengan teori baru tentang belajar yang
mendasarkan berbagai kegiatan pada pengalaman, kesanggupan,
kematangan, dan minat peserta didik.
3) Dengan kurikulum ini lebih dimungkinkan adanya hubungan yang
erat antara madrasah dan masyarakat, karena masyarakat dapat
dijadikan laboratorium tempat peserta didik melakukan praktek.
Disamping ada keunggulan-keunggulan kurikulum bentuk ini, ada
pula kelemahan-kelemahanya antara lain:
26
Khoeruddin, op. cit.,hlm. 32. 27
S. Naasution, op. cit.,hlm. 112.
39
1) Kurikulum ini tidak mempunyai organisasi yang logis dan
sistematis, karena bahan pelajaran tidak ditentukan lebih dulu oleh
guru atau lembaga melainkan harus dirancang bersama-sama
dengan murid.
2) Para guru tidak dipersiapkan untuk menjalankan kurikulum bentuk
unit, maka jika mereka disuruh melaksanakan kurikulum ini
kiranya sangat memberatkan.
3) Pelaksanaan kurikulum bentuk ini juga sangat repot. Hal ini
disebabkan karena masih kurangnya berbagai peralatan dan sarana
serta prasarana yang dibutuhkan agar berbeda dengan sekolah-
sekolah biasa.
4) Dengan kurikulum bentuk unit ini tidak dapat dimungkinkan
adanya ujian umum karena permasalahan yang dihadapi di tiap
madrasah tidak sama dan selalu berubah tiap tahun. 28
4. Fungsi Kurikulum
Dalam proses belajar mengajar kedudukan kurikulum sangat
penting, Fungsi kurikulum secara singkat diuraikan sebagai berikut.
a. Fungsi Kurikulum dalam Rangka Mencapai Tujuan Pendidikan
Kurikulum suatu sekolah pada dasarnya merupakan suatu alat
atau usaha untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan
oleh sekolah tertentu yang dianggap cukup tepat dan penting untuk
dicapai maka salah satu tindakan yang harus diambil adalah meninjau
28
Khaeruddin, op. cit.,hlm. 33.
40
kembali tujuan yang selama ini dipacangkan oleh sekolah tersebut.
Jika tujuan yang diinginkan tidak tercapai maka harus ditinjau
kembali alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, antara
lain meninjau kurikulumnya.29
Sebelum menyusun isi kurikulum, tujuan-tujuan pendidikan
tersebut harus dirumuskan terlebih dahulu mengingat :
a) Tujuan berfungsi menentukan arah dan corak kegiatan
pendidikan,
b) Tujuan akan menjadi indikator dari keberhasilan pelaksanaan
pendidikan, dan
c) Tujuan menjadi pegangan dari setiap usaha dan tindakan dari
para pelaksana pendidikan.30
b. Fungsi Kurikulum bagi Siswa
Kurikulum sebagai organisasi belajar disusun dan disiapkan
untuk siswa sebagai salah satu konsumsi pendidikan mereka. Dengan
kurikulum diharapkan siswa mendapat sejumlah pengalaman baru
yang kelak di kemudian hari dapat dikembangkan seirama dengan
perkembangan mereka guna melengkapi bekal hidup mereka.31
c. Fungsi Kurikulum bagi Guru
Guru sebagai pekerja profesional dituntut untuk mampu
merancang, melaksanakan dan mengevaluasi hasil usahanya sendiri
29
Esti Ismawati, Telaah Kurikulum dan Pengembangan Bahan Ajar (Jogjakarta: PT.
Ombak, 2012), hlm. 5. 30
Ali Mudhofir, op. cit., hlm. 4. 31
Esti Ismawati, op. cit.,hlm. 6.
41
dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, maka kurikulum sangat
bermanfaat bagi guru, karena akan membantu mereka dalam
merancang dan mengorganisasi kompetensi apa yang akan dilatihnya.
Fungsi kurikulum sangat bermanfaat bagi guru:
1) Sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasikan
pengalaman belajar peserta didik.
2) Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap
perkembangan siswa dalam rangka menyerap sejumlah
pengalaman yang diberikan dan sebagai pedoman dalam
mengatur kegiatan pendidikan dan pengajaran. 32
d. Fungsi Kurikulum bagi Kepala Sekolah dan Pembina Sekolah
Kepala sekolah sebagai administrator dan supervisor juga
mempunyai tanggung jawab dalam kurikulum, oleh karena itu fungsi
kurikulum bagi keduanya adalah :
1) Sebagai pedoman dalam supervisi, yakni memperbaiki situasi
belajar.
2) Sebagai pedoman dalam supervisi, yakni menciptakan dan
menunjang situasi belajar agar lebih baik.
3) Sebagai pedoman dalam memberikan bantuan kepada guru untuk
memperbaiki kinerja yang terkait dengan proses pembelajaran.
4) Sebagai pedoman untuk pengembangan kurikulum.
32
Ibid., hlm. 7.
42
5) Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar
mengajar.
e. Fungsi Kurikulum bagi Orang Tua Murid
Bagi orang tua murid kurikulum berfungsi agar mereka turut
serta membantu usaha sekolah dalam putra-putrinya. Bantuan orang
tua dalam memajukan pendidikan dapat melalui konsultasi langsung
dengan guru atau sekolah tentang masalah yang menyangkut putra-
putrinya. Dengan mengetahui pengalaman belajar apa yang diperlukan
putra-putrinya sehingga orang tua dapat berpartisipasi untuk
membimbingnya.33
f. Fungsi Kurikulum bagi Masyarakat dan Pemakai Lulusan
Dengan mengetahui kurikulum sekolah masyarakat pemakai
lulusan dapat melakukan sekurang-kurangnya dua hal:
1) Ikut memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan
program pendidikan yang membutuhkan kerjasama dengan pihak
orangtua atau masyarakat.
2) Ikut memberikan kritik atau saran yang membangun dalam
rangka penyempurnaan program pendidikan di sekolah agar
lebih serasi dengan kebutuhan masyarakat dan lapangan kerja.34
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum
memberikan pengaruh besar terhadap keberhasilan pendidikan yang
berkualitas, tanpa adanya kurikulum yang jelas maka tujuan pendidikan
33
Ibid., hlm.7. 34
Ibid., hlm.7.
43
yang akan dicapai akan menjadi buyar, tujuan pendidikan yang
dihasilkanpun tidak akan sesuai dengan target yang ingin diraih.
5. Pengembangan Kurikulum
Ada beberapa prinsip dasar dan pendekatan yang digunakan dalam
mengembanngkan kurikulum di sekolah, yaitu:
a. Sistematik dan sistemik yaitu kurikulum yang dikembangkan secara
menyeluruh sebagai suatu sistem yang saling berkaitan dengan sistem
lainya dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.
b. Kemitraan, yaitu proses pengembangan kurikulum yang melibatkan
berbagai unsur dan keahlian yang saling berkaitan dan mengatur unsur
dan keahlian tersebut agar dapat bekerja sama dan berkontribusi
secara proaktif dalam pencapaian tujuan penyusunan kurikulum.
c. Pengembangan, yaitu menempatkan kurikulum sebagai instrumen
bagi perubahan mendasar dalam mewujudkan tujuan pembangunan
nasional dan berorientasi pada produk yang mampu meningkatkan
keunggulan.
d. Relevansi, yaitu perubahan kurikulum yang disesuaikan dengan
kebutuhan pembangunan dan potensi daerah serta kebutuhan siswa.35
35
Nik haryati, op. cit., hlm. 76.
44
B. Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an
1. Pengertian Menghafal Al-Qur’an
Tahfidz berasal dari lafadz hafadha, yahfadhu, hifdhan yang
berarti “memelihara, menjaga dan menghafalkan”. Arti menghafal dalam
kenyataanya yaitu membaca berulang-ulang sehingga hafal dari satu ayat
ke ayat berikutnya, dari satu surat ke surat berikutnya dan begitu
seterusnya.36
Menghafal merupakan aktivitas seseorang untuk menyimpan
informasi di dalam memori. Aktivitas dalam menghafal membutuhkan
beberapa peran indera manusia, seperti penglihatan, pendengaran serta
pengucapan. Seseorang dapat menghafal apabila ada sejumlah materi yang
terekam melalui aktivitas membaca atau mendengarkan. Sedangkan lisan
mempunyai peran untuk mengetahui keberhasilan terhadap penguasan
kemampuan menghafal yang dapat dilakukan dengan pengucapan materi
yang telah dihafal.
Setelah mengetahui pengertian menghafal, peneliti akan
menjelaskan pengertian Al-Qur‟an. Secara etimologi Al-Qur‟an berasal
dari kata “qara‟a” yang berarti membaca. Sedang Al-Qur‟an sendiri adalah
bentuk masdar yang berarti bacaan. Qara’a juga berarti mengumpulkan
atau menghimpun. Sesuai namanya, Al-Qur‟an juga berarti himpunan
huruf-huruf dan kata-kata dalam satu ucapan yang rapi. Secara istilah Al-
Qur‟an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
36
Zaki Zamzami dan M. Syukron Maksum, Menghafal Al-Qur’an itu Gampang
(Yogyakarta: Mutiara Media, 2009), hlm. 20.
45
melalui perantara malaikat Jibril, dan dinukilkan kepada kita dengan jalan
tawatur yang membacanya dinilai sebagai ibadah. Diawali dengan surat
Al-Fatihah dan diakhiri surat An-Naas.37
Berdasarkan uraian diatas tentang pengertian menghafal dan
pengertian Al-Qur‟an, peneliti dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud
menghafal Al-Qur‟an adalah usaha seseorang untuk memasukkan bacaan
Al-Qur‟an ke dalam pikiran, sehingga dapat mengucapkan kembali tanpa
melihat pada mushaf Al-Qur‟an. Usaha dalam menghafal Al-Qur‟an
dilakukan dengan membaca mendengarkan ayat-ayat Al-Qur‟an yang akan
dihafalkan. Kegiatan membaca ataupun mendengarkan tersebut dilakukan
secara berulang-ulang, karena semakin sering membaca ataupun
mendengarkan semakin mudah pula untuk menghafalkanya.
2. Faidah Menghafal Al-Qur’an
Banyak keistimewaan yang Allah SWT. Berikan kepada para
penghafal Al-Qur‟an baik di dunia maupun di akhirat. Tentunya hal ini
atas jerih payah mereka dalam menghafal kalam illahi. Di antara faidah
menghafal Al-Qur‟an yaitu:
a. Al-Qur‟an pemberi syafa‟at pada hari kiamat
b. Menjadi tenang dan mendapat rahmat dari Allah
Ketenangan dan rahmat akan meliputi para penghafal (belajar) Al-
Quran dan Allah menyebut mereka di hadapan makhluk-makhluk
yang berada di sisi-Nya.38
37
Syeikh Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, Studi Al-Qur’an Al-Karim,
terjemhan oleh muhaimin (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm.40.
46
c. Prioritas menjadi imam
Dalam sholat yang diprioritaskan untuk menjadi imam adalah mereka
yang hafal Al-Qur‟an. Ini merupakan sebuah penghormatan kepada
mereka yang telah mengemban misi agung dalam menghafal kalam
Illahi. 39
d. Mendapat derajat yang tinggi di hadapan Allah SWT
e. Manusia yang paling tinggi tingkatanya disurga40
Menurut sobari sutarib dalam bukunya yang berjudul ” Menghafal
Al-Qur‟an dengan Cepat dan Ceria” Aktivitas menghafal sangat penting bagi
otak. Otak yang dilatih dan dirangsang dengan baik, akan semakin besar
dan cepat menangkap informasi yang masuk. Para peneliti otak
mengibaratkan otak bagaikan otot. Jika dilatih setiap hari dan terus
menerus maka otot akan semakin kuat dan besar. Seperti juga otot, otak
harus diberi latihan dan nutrisi yang baik supaya daya serapnya tumbuh
pesat. Menghafal sesuatu adalah bentuk latihan terbaik bagi otak dan daya
ingat. Orang yang sering menghafal akan memiliki kemampuan yang lebih
cepat dalam menyerap materi, dibandingkan orang yang jarang menghafal.
Dari studi lapangan diketahui bahwa anak-anak yang menghafal
Al-Qur‟an dengan baik ternyata nilai akademiknya diatas rata-rata. Ini
38
Zaki Zamzami dan M. Syukran Maksum, op. cit.,hlm. 25. 39
Ibid., hlm. 25. 40
Muhammad Habibilah Muhammad Asy-Syinqithi, Kiat Mudah Menghafal Qur’an
(Solo: Gazzamdia, 2011), hlm. 22.
47
membuktikan bahwa menghafal Al-Qur‟an mampu meningkatkan kerja
otak dan kemampuan daya ingat.41
Hikmah membaca, mendengarkan dan mempelajari Al-Qur‟an
terus diteliti dan dipelajari. Manusia masih akan terus menerus
menemukan fakta-fakta positif berkenaan dengan Al-Qur‟an, misalnya
penelitian yang dilakukan oleh seorang musisi profesional yang bernama
Dorothy Retallack, tahun 1970 di Temple Buell College Colorado
melakukan eksperimen pada tanamanya untuk membuktikan bahwa musik
klasik memberikan energi pada otak dan membuatnya lebih santai.
Hasilnya tanaman labu yang distelkan musik klasik tumbuh dengan baik
ke arah radio dan batang-batangnya mulai melingkari radio. Sedangkan
pohon labu yang distelkan musik rock tumbuh menjauhi radio, seolah-olah
dia berusaha menjauhi sumber gangguan.42
Dengan mengetahui keutamaan-keutamaan menghafal Al-Qur‟an,
dapat memberi semangat para penghafal Al-Qur‟an untuk terus
menghafal ayat-ayat Allah.
3. Metode-metode dalam menghafal Al-Qur’an
Metode menghafal Al-Qur‟an adalah suatu cara yang digunakan
untuk menghafal Al-Qur‟an agar hafalan dapat berhasil sesuai dengan
yang diharapkan. Dalam menghafal Al-Qur‟an setiap orang menggunakan
metode atau cara yang berbeda-beda. Peneliti telah melakukan telaah
terhadap buku-buku yang berkaitan dengan metode menghafal Al-Qur‟an
41
Sobari Sutarip, Menghafal Al-Qur’an dengan Cepat dan Ceria (Jakarta: Iqra Kreativ,
2009), hlm. 24. 42
Ibid., hlm. 26.
48
yang dikemukakan oleh para hafidz yang sukses dalam menghafal Al-
Qur‟an.
Berikut beberapa metode yang dapat digunakan oleh guru maupun
orang tua dalam membimbing anak - anak untuk menghafal Al-Qur‟an.
Metode-metode tersebut adalah sebagai berikut:
a. Metode Penggunaan Alat perekam
Metode ini cukup tepat dan telah teruji. Syaikh Al-Hafidz Sayyid Al-
Farh pengajar sekolah tahfidz Al-Qur‟an di Madinah Al-Munawaroh
yang hafal qiro‟atus Sab‟ah Melalui metode ini pula, beliau
memotivasi anaknya agar menghafal Al-Qur‟an hingga anaknya
mampu menghafal Al-Qur‟an pada usia 9 tahun.
Manfaat dari metode ini adalah ketika menyimaknya, anak-anak dapat
mendengar suara mereka. Mereka pun mengikuti dari awal dan
mencoba untuk mengucapkan suara yang mereka dengar. Mereka pun
membaca dengan bacaan yang benar dan mampu menghafal dengan
cepat.
b. Metode Penulisan
Kemampuan menghafal antara anak yang satu dan yang lain berbeda-
beda. Sebagian dari mereka bisa menghafal melalui penglihatan.
Walaupun hanya satu kali membaca, ia akan hafal pokok-pokok
pikiran dan semua yang tertulis dalam buku.
49
c. Metode Papan Tulis Rumah
Metode ini ditujukan bagi siapa saja yang ingin memotivasi anak-
anaknya untuk menghafal Al-Qur‟an. Insya Allah metode ini baik dan
bermanfaat, demikian juga bagi ibu yang resah karena anak-anaknya
enggan menghafal Al-Qur‟an. Metode ini telah dicoba oleh banyak
orang, bukan hanya dalam hal hafalan tetapi juga dapat memperbaiki
tulisan mereka.
d. Metode Motivasi Dengan Hadiah
Para pakar ilmu pendidikan dan psikologi telah bersepakat dan
meyakini bahwa rangsangan motivasi dapat menggerakkan emosi, dan
meningkatkan produktivitas pada diri manusia.
e. Metode Video
Tidak diragukan lagi bahwa video dapat dijadikan sebagai fasilitas
belajar yang baik, apabila kita dapat menggunakanya secara baik dan
mengetahui cara mengoperasikanya demi kepentingan ilmu
pengetahuan.43
Selain metode menghafal di atas, peneliti juga memaparkan
macam-macam metode menghafal dari pendekatan yang dilakukan oleh
para penghafal, metode yang dikenal ada tiga macam, yaitu (1) metode
seluruhnya, (2) metode bagian dan (3) metode campuran. Adapun
penjelasan masing-masing metode sebagai berikut:
43
Abdus Salam Al-Adandany, Yahya Al-Ghautsani dan Nabil Al- Awadhhy, Agar Anak
Anda Hafal Al-Qur’an (Sukoharjo: Fawaid, 2010), hlm. 63.
50
a. Metode seluruhnya, yaitu membaca satu halaman dari baris pertama
sampai baris terakhir secara berulang-ulang. Hal ini berarti
pengulangan materi hafalan dilakukan secara keseluruhan yaitu
setelah selesai membaca satu halaman penuh. Pengulangan pada
metode ini dilakukan berkali-kali dengan maksud agar ayat yang
sudah dibaca dapat memberikan bekas didalam lisan. Karena semakin
sering membaca, semakin ringan pula lisan untuk mengucapkan ayat-
ayat Al-Qur‟an.
b. Metode bagian, yaitu menghafal ayat demi ayat, atau kalimat demi
kalimat yang dirangkaikan sampai satu halaman. Dalam metode ini,
setiap ayat dibaca berulang-ulang sampai terrekam di dalam memori.
Cara tersebut dilakukan untuk menghafal dari ayat pertama sampai
pada ayat terakhir pada materi yang sedang dihafal. Setelah semua
ayat terrekam di dalam memori, maka ayat pertama dihafalkan yang
kemudian dirangkaikan dengan ayat-ayat berikutnya sehingga
mencapai satu halaman.
c. Metode campuran, yaitu kombinasi antara metode seluruhnya dengan
metode bagian. Pada awalnya kegiatan menghafal dilakukan dengan
membaca satu halaman secara berulang-ulang dan pada bagian
tertentu dihafal secara tersendiri. Setelah semua ayat dapat terrekam di
51
dalam memori, kegiatan membaca diulang kembali secara keseluruhan
dari awal sampai akhir hingga hafal dengan sendirinya. 44
Adapun metode menghafal Al-Qur‟an yang sering digunakan oleh
guru ngaji adalah adalah metode Jibril. Pada dasarnya, istilah metode Jibril
dilatarbelakangi perintah Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk
mengikuti bacaan Al-Qur‟an yang telah dibacakan oleh Malaikat Jibril,
sebagai penyampai wahyu. Tehnik dari metode Jibril adalah talqin-taqlid
(menirukan), yaitu siswa menirukan bacaan gurunya. Metode Jibril sangat
cocok diterapkan untuk usia anak-anak.45
Dari beberapa penjelasan mengenai metode menghafal Al-Qur‟an
yang telah dipaparkan diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam
menghafal Al-Qur‟an terdapat sejumlah cara atau metode yang dapat
dipilih. Masing-masing metode mempunyai fungsi yang sama, yaitu
memberikan bantuan kepada para penghafal Al-Qur‟an untuk mengurangi
kesulitanya dalam usaha menghafal Al-Qur‟an. Namun, dari beberapa
macam metode yang digunakan tidak ada satupun metode yang terlepas
dari pembacaan secara berulang-ulang sampai dapat mengucapkanya
sendiri tanpa melihat mushaf Al-Qur‟an sedikitpun.
44
Sa‟dullah, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Gema Insani , 2008), hlm.
52-55. 45
Muhaimin Zen dan Akhmad Mustafid, Bunga rampai Mutiara Al-Qur’an: pembinaan
Qori’ Qori’ah dan Hafidz Hafidhah (Jakarta:Pimpinan Pusat Jam‟iyah Qurra‟ wal Huffadz, 2006),
hlm. 3.
52
4. Faktor - faktor Keberhasilan Menghafal Al-Qur’an
a. Persiapan Sebelum Menghafal
Sebelum menghafalkan Al-Qur‟an, seseorang harus
mempersiapkan persiapan-persiapan, dengan tujuan agar supaya proses
menghafal Al-Qur‟an berjalan dengan baik dan selesai sesuai dengan
harapan. Persiapan-persiapan tersebut di antaranya:
1) Niat
Niat yang kuat menjadi syarat utama dalam menghafal Al-
Qur‟an. Niat yang tulus dan lkhlas karena Allah SWT, untuk meraih
ridha-Nya. Niat bisa tumbuh dengan mengetahui keutamaan-
keutamaan menghafal Al-Qur‟an.
2) Restu dari Orangtua
Syarat selanjutmya yang harus dilakukan oleh calon
penghafal Al-Qur‟an adalah meminta restu kepada orang tuanya.
Niatan seseorang anak yang telah memutuskan untuk menghafal Al-
Qur‟an tentu membahagiakan hati orang tua. Dengan begitu mereka
akan selalu berdoa agar anaknya selalu diberi kemudahan dalam
menghafalkan kalam Illahi.
3) Kemahiran Membaca Al-Qur‟an
Kecakapan dalam qira‟ah akan sangat membantu dalam
menghafal Al-Qur‟an. Karena jika kemahiran belum didapat,
penghafal akan disibukkan oleh pembenaran bacaan yang lebih
53
sering salah dibandingkan dengan mereka yang sudah mahir dalam
membaca. Keadaan ini akan menghambat kegiatan menghafal.
4) Guru yang Profesional
Dalam menghafal Al-Qur‟an, peran guru yang ahli dalam
bidang hifdhul Qur‟an adalah urgen. Peranya adalah untuk memberi
contoh bacaan yang benar, bacaan yang harus diikuti oleh murid.
Dalam belajar Al-Qur‟an tidak bisa serta-merta dengan otodidak,
walaupun dengan tingkat kecerdasan yang tinggi,
Guru yang lebih diutamakan adalah yang telah memperoleh
sanad. Dengan alasan, pertama sanad adalah bukti bahwa bacaan
yang dibaca oleh sang guru adalah bacaan yang mutawatir dan
muttashil hingga ke baginda nabi Muhammad saw, yang telah diakui
oleh ulama. Kedua, guru yang telah memiliki sanad lebih bisa diakui
keahliannya dalam dunia belajar dan menghafal Al-Qur‟an maupun
dalam pengamalannya. 46
b. Hal-hal Penting Ketika Menghafal Al-Qur’an
Telah di uraikan di muka tentang hal-hal yang harus dipersiapkan
sebelum menghafalkan Al-Qur‟an. Adapun selama proses menghafal
perlu diketahui kiat-kiat khusus berikut ini :
1) Giat dan Rajin
Giat dan rajin adalah kunci utama bagi para huffadhul Qur‟an
meraih kesuksesan dalam menghafal. Giat dalam artian rajin untuk
46
Zaki zamani dan M. Syukron Maksum, Op. Cit., hlm. 31 – 44.
54
menambah hafalan Al-Qur‟an maupun untuk muraja’ah. Berusaha
sekuat tenaga dan mencurahkan segenap kemampuan yang
dipunyainya untuk menghafal Al-Qur‟an.
2) Sabar dan Istiqomah
Sebuah kewajiban mutlak bagi para penghafal Al-Qur‟an
untuk bersabar dan istiqomah. Bersabar untuk dua hal. Pertama
bersabar untuk menghafal. Artinya tidak terburu-buru untuk
menambah hafalan dalam waktu singkat. Kedua bersabar jika
sesuatu ketika mengalami kesulitan dalam menghafal.
Sabar erat kaitannya dengan istiqomah. Istiqomah juga tidak
kalah pentingnya. Istiqomah adalah pemeliharaan semangat tersebut
agar selalu menyala.
3) Keseimbangan Antara Ulang dan Tambah
Menambah hafalan adalah penting, tetapi mengulang
(muroja’ah) hafalan juga tidak kalah pentingnya. Karena tanpa
mengulang hafalan yang sudah didapat, usaha kita dalam menghafal
ayat-ayat sebelumnya akan sia-sia.
4) Menggunakan Satu Macam Mushaf
Maksud dari menggunakan satu mushaf adalah tidak
berganti-ganti model mushaf. Ada dua syarat di dalamnya. Pertama,
memakai Al-Qur‟an yang sering disebut dengan “Al-Qur‟an Pojok”.
Yang di maksud Al-Qur‟an pojok adalah mushaf yang tata letaknya
sama dengan mushaf usmani, yang biasa digunakan untuk
55
menghafal. Kedua, memakai Al-Qur‟an dengan satu penerbit. Hal ini
dimaksudkan agar tidak membingungkan penghafal dalam me-
murojaah hafalanya.
5) Mencari Tempat dan Waktu yang Tepat
Hendaknya tempat yang digunakan untuk menghafal adalah
tempat yang bersih dan suci, agar penghafal tidak terganggu dalam
menjalani rutinitas menghafalnya.
6) Membuat Target dan Melaksanakanya
Dalam memacu semangat menghafal, hendaknya seorang
penghafal Al-Qur‟an membuat target-target hafalan yang harus
diraihnya dalam suatu kurun waktu. Setelah membuat target, maka
dia harus melatih dirinya untuk melaksanakan atau berusaha sekuat
tenaga untuk mencapainya.47
c. Memelihara Hafalan Al-Qur’an
Ada hal-hal yang harus dilakukan oleh penghafal Al-Qur‟an pasca
menghafal. Di antara hal-hal yang perlu dilakukan dalam rangka
menjaga hafalan adalah sebagai berikut:
1) Menggunakan Hafalan Al-Qur‟an sebagai Zikir
Setelah menyelesaikan hafalan sempurna 30 juz, maka
menjadi kewajiban bagi seorang hamilil Qur‟an untuk menjaga
hafalan tersebut dan terlebih lagi untuk mengamalkan isi
kandunganya. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk menjaga
47
Haya Ar-Rasyid dan Sholih bin Fauzan Al-Fauzan, keajaiban Belajar Al- Qur’an
(Solo: Al-Qawam, 2007), hlm. 98.
56
hafalan Al-Qur‟an adalah dengan murojaah sebagai zikir setelah
shalat ferdhu.
2) Muroja’ah Hafalan dalam Shalat
Selain me-murojaah seperti yang biasa dilakukan, penghafal
Al-Qur‟an dianjurkan untuk mengulang hafalan dengan
membacanya pada waktu melaksanakan shalat, baik shalat ferdhu
maupun shalat sunnah.48
48
Zaki zamani dan M. Syukron Maksum, op. cit., hlm. 31 – 44.
Recommended