34
23 BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an A. Kurikulum 1. Pengertian Kurikulum Para ahli kurikulum terdapat perbedaan dalam memberikan definisi mengenai kurikulum. Perbedaan tersebut disebabkan adanya sudut pandang yang berlainan yang mendasari pemikiran mereka, sekalipun masing-masing definisi mengandung kebenaran. 1 Istilah Kurikulum muncul pertama kalinya dalam kamus Webster tahun 1856. Kurikulum (curriculum) berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat berpacu). Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali/penghargaan. Kemudian, pengertian tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah. 2 Menurut Sholeh Hidayat kurikulum diartikan dalam dua macam, yaitu: a. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari murid di sekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu. 1 Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 19. 2 Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 2.

BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

  • Upload
    lamdat

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

23

BAB II

Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an

A. Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Para ahli kurikulum terdapat perbedaan dalam memberikan definisi

mengenai kurikulum. Perbedaan tersebut disebabkan adanya sudut

pandang yang berlainan yang mendasari pemikiran mereka, sekalipun

masing-masing definisi mengandung kebenaran.1

Istilah Kurikulum muncul pertama kalinya dalam kamus Webster

tahun 1856. Kurikulum (curriculum) berasal dari kata curir (pelari) dan

curere (tempat berpacu). Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak

yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish

untuk memperoleh medali/penghargaan. Kemudian, pengertian tersebut

diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran

(subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir

program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah. 2

Menurut Sholeh Hidayat kurikulum diartikan dalam dua macam,

yaitu:

a. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari murid di

sekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.

1 Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2013), hlm. 19. 2 Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),

hlm. 2.

Page 2: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

24

b. Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga

pendidikan atau departemen.

Dalam pandangan klasik, kurikulum dipandang sebagai rencana

pelajaran di suatu sekolah atau madrasah. Pelajaran-pelajaran dan materi

apa yang harus ditempuh di sekolah atau madrasah, itulah kurikulum.3

Menurut Nasution sebagaimana di kutip oleh Armani Arief, secara

tradisional kata kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan

di sekolah, atau kurikulum adalah rencana pengajaran saja.4

Selain definisi kurikulum di atas, S. Nasution yang dikutip oleh

Armai Arief memberikan penafsiran lain tentang kurikulum, yaitu:

Pertama, kurikulum sebagai produk (sebagai hasil pengembangan

kurikulum), kedua, kurikulum sebagai program (alat yang dilakukan

sekolah untuk mencapai tujuan), ketiga kurikulum sebagai hal-hal yang

diharapkan akan di pelajari oleh siswa (sikap, keterampilan tertentu), dan

keempat, kurikulum dipandang sebagai pengalaman siswa.

Pengertian yang lama tentang kurikulum lebih menekankan pada

isi pelajaran, dalam arti sejumlah mata pelajaran/kuliah di sekolah/

perguruan tinggi, yang juga keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh

suatu lembaga pendidikan.5

Pengertian kurikulum seperti diuraikan tersebut termasuk

pengertian kurikulum menurut pandangan lama, sempit atau tradisional.

3 Sholeh Hidayat, op. cit., hlm. 20.

4 S. Nasution, Asas-asas Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 6.

5 Nik Haryati, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT.

Alfabeta, 2011), hlm. 3.

Page 3: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

25

Sedangkan menurut pandangan modern, kurikulum adalah semua yang

secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah. Di dalam

pendidikan, kegiatan yang dilakukan siswa dapat memberikan pengalaman

belajar, seperti berkebun, olah raga, pramuka, dan pergaulan, selain

mempelajari bidang studi. Semuanya itu merupakan pengalaman belajar

yang bermanfaat. Pandangan modern berpendapat bahwa semua

pengalaman belajar itulah kurikulum.6

2. Komponen-Komponen Kurikulum

Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-

komponen tertentu. Komponen-komponen kurikulum yang utama adalah

tujuan, isi/materi, proses penyampaian dan media, serta evaluasi.7Ada

beberapa pendapat tentang jumlah komponen kurikulum. Dalam hal ini

penulis akan membahas 4 komponen yang utama, yaitu:

a. Komponen Tujuan

Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang

diharapkan. Dalam menentukan dan merumuskan tujuan kurikulum ada

sejumlah sumber yang dapat digunakan, yakni :

1) Falsafah bangsa

Falsafah bangsa Indonesia adalah Pancasila. Oleh karena itu,

rumusan tujuan kurikulum harus mencerminkan dan

mengupayakan adanya nilai-nilai yang terkandung dalam

Pancasila.

6 Nik Haryati, cp. cit.,hlm. 3.

7 Tim Pengembangan MKDP, op. cit., hlm. 3.

Page 4: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

26

2) Strategi pembangunan

Pendidikan selalu dipandang sebagai human invesment, yakni

sumber daya manusia yang akan menentukan keberhasilan

pembangunan. Pembangunan pada hakikatnya adalah

pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh

masyarakat untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang

merata material dan spiritual.

3) Hakikat anak didik

Tujuan pendidikan dan tujuan kurikulum pada dasarnya untuk anak

didik. Oleh karena itu, memperhatikan kepentingan anak didik

dalam merumuskan dan menetapkan tujun pendidikan sangat

diperlukan.

4) Ilmu pengetahuan dan teknologi

Ilmu pengetahuan dan tegnologi menentukan kehidupan manusia

yang serba modern ini dengan ilmu dan tegnologi memudahkan

manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.8

Kurikulum hakikatnya merupakan alat untuk mencapai tujuan

pendidikan, maka tujuan kurikulum sebenarnya adalah tujuan dari

setiap program pendidikan yang akan ditanamkan pada diri anak didik.9

Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat

8 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah (Bandung: PT.

Sinar Baru Al Gensindo, 2007), hlm 21. 9 Nur Hadi, dkk., Pembelajaran Kontekstual dalam Penerapaan KBK (Malang: UM,

2004), hlm. 113.

Page 5: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

27

umum sampai tujuan. Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi

empat yaitu:

1) Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)

Tujuan Pendidikan Nasional adalah tujuan yang bersifat paling

umum dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh

setiap usaha pendidikan. Secara jelas tujuan Pendidikan Nasional yang

bersumber dari sistem nilai pancasila dirumuskan dalam undang-

undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, bahwa Pendidikan Nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik. Agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta beranggung jawab.

2) Tujuan Institusional (TI)

Tujuan Institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap

lembaga pendidikan. Dengan kata lain, tujuan ini dapat didefinisikan

sebagai kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka

menempuh atau dapat menyelesaikan program di suatu lembaga

pendidikan tertentu.

3) Tujuan Kurikuler (TK)

Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap

bidang studi atau mata pelajaran. Tujuan kurikuler tergambarkan pada

Page 6: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

28

standar isi setiap mata pelajaran atau bidang studi yang harus dikuasai

siswa pada setiap satuan pendidikan.

4) Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP)

Dalam klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan instruksional atau yang

sekarang lebih populer dengan tujuan pembelajaran, merupakan tujuan

yang paling khusus. 10

Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan-tujuan

khusus lebih diutamakan, karena lebih jelas dan mudah pencapaiannya.

Mengajar dalam kelas lebih menekankan tujuan khusus, sebab hal itu

akan dapat memberikan gambaran yang lebih konkret, dan menekankan

pada perilaku siswa.11

Menurut Bloom, dalam bukunya Taxonomy of Education

Objectives, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan,

dapat di golongkan ke dalam tiga klasifikasi atau tiga domain (bidang),

yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif terdiri

dari enam tingkatan, yaitu: Pengetahuan, Pemahaman, Penerapan,

Analisis, Sintesis, dan Evaluasi. Menurut Krathwohl dan kawan-kawan

dalam bukunya Taxonomy of Education Objectives: domain afektif

mempunyai lima tingkatan yaitu: Penerimaan, Merespons, Menghargai,

Mengorganisasi, dan Karakterisasi nilai. Domain Psikomotor adalah

tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan atau skill

seseorang. Ada tujuh tingkatan yang termasuk kedalam domain ini

10

Tim Pengembang MKDP, op. cit.,hlm. 47. 11

Nana Syaodih Sukmadinato, Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1999), hlm. 29.

Page 7: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

29

yaitu: Persepsi, Kesiapan, Meniru, Membiasakan, Menyesuaikan, dan

Menciptakan.12

Para pakar pendidikan Islam telah sepakat bahwa tujuan dari

pendidikan bukanlah untuk mengisi otak anak didik dengan segala

macam ilmu yang belum pernah mereka ketahui, akan tetapi:

1) Mendidik akhlak dan jiwa mereka,

2) Menanamkan rasa keutamaan (fadhilah),

3) Membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi,

4) Mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci

seluruhnya dengan penuh keikhlasan dan kejujuran.13

b. Komponen Isi/Materi Pelajaran

Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan

pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum

menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan

atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata

pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik

materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai

tujuan yang ditentukan.14

Dalam menentukan isi kurikulum baik yang berkenaan dengan

pengetahuan ilmiah maupun pengalaman belajar disesuaikan dengan

tingkat dan jenjang pendidikan, perkembangan yang terjadi dalam

12

Tim pengembangan MKDP, op. cit.,hlm. 60. 13

Muhammad „Athiyyah Al-Abrasyi, prinsip-prinsip Dasar Pendidikan Islam (Bandung:

Pustaka Setia, 2003), hlm. 13. 14

Tim pengembangan MKDP, Op. cit.,hlm. 53

Page 8: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

30

masyarakat menyangkut tuntutan dan kebutuhan masyarakat,

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sudah barang tentu

tidak lepas dari kondisi anak didik dalam pengertian pertumbuhan dan

perkembangannya pada setiap jenjang dan tingkat pendidikan.15

Ada beberapa kriteria yang bisa digunakan dalam merancang isi

kurikulum, yaitu:

1) Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan

siswa, artinya sejalan dengan tahap perkembangan anak.

2) Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial, artinya sesuai

dengan tuntutan hidup nyata dalam masyarakat.

3) Isi kurikulum dapat mencapai tujuan yang komprehensif, artinya

mengandung aspek intelektual, moral, sosial, dan skills secara

integral.

4) Isi kurikulum harus berisikan bahan pelajaran yang jelas, teori,

prinsip, bukan hanya sekadar informasi yang teorinya masih samar-

samar.

5) Isi kurikulum harus dapat menunjang tercapainya tujuan

pendidikan. Ini dikarenakan isi kurikulum berupa program

pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru dalam

menghantarkan anak didik mencapai tujuan pendidikan. 16

15

Nana Sudjana, op. cit.,hlm. 29. 16

Ali mudhofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Agama

Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 10.

Page 9: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

31

c. Komponen Metode/Strategi

Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang

sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum.

Bagaimanapun bagus dan idealnya tujuan yang harus dicapai tanpa

strategi yang tepat untuk mencapainya, maka tujuan itu tidak mungkin

dapat dicapai. Strategi meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan

yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu.17

Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mengajar.

1) Reception/Exposition Learning-Discoveery Learning.

Reception dan exposition sesungguhnya mempunyai makna

yang sama, hanya berbeda dalam pelakunya. Reception learning

dilihat dari sisi siswa sedangkan exposition dilihat dari sisi guru.

Dalam exposition atau reception learning keseluruhan bahan ajar

disampaikan kepada siswa dalam bentuk akhir atau bentuk jadi,

baik secara lisan maupun secara tertulis. Dalam discovery learning

bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk

melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi,

memandingkan, mengkategorikan, menganalisis,

mengintegrasikan, mengorganisasikan bahan serta membuat

kesimpulan-kesimpulan.

17

Tim pengembangan MKDP, op. cit.,hlm. 53.

Page 10: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

32

2) Rote Learning-Meaningful Learning.

Dalam rote learning bahan ajar disampaikan kepada siswa

tanpa memperhatikan arti atau maknanya bagi siswa. Siswa

menguasai bahan ajar dengan menghafalkanya. Dalam meaningful

learning penyampaian bahan mengutamakan maknanya bagi siswa.

3) Group Learning-Individual Learning.

Pelaksanaan discovery learning menuntut aktivitas belajar

yang bersifat individual atau dalam kelompok-kelompok kecil.

Discovery learning dalam bentuk kelas pelaksanaanya agak sukar

dan mempunyai beberapa masalah, yakni karena kemampuan dan

kecepatan belajar siswa tidak sama, maka kegiatan discovery hanya

akan dilakukan oleh siswa-siswa yang pandai dan cepat, siswa-

siswa yang kurang dan lambat, akan mengikuti saja, dan

kemungkinan untuk bekerja sama, dalam kelas besar tidak mungkin

semua anak dapat bekerja sama.18

Rowntree mengelompokkan media mengajar menjadi lima macam

dan disebut Modes, yaitu :

1) Interaksi insani.

Media ini merupakan komunikasi langsung antara dua

orang atau lebih. Kehadiran guru mempengaruhi perilaku siswa

atau siswa-siswanya. Intensitas interaksi insani dalam berbagai

metode mengajar tidak selalu sama.

18

Nana Syaodih Sukmadinata, op. cit., hlm. 110.

Page 11: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

33

2) Realia

Realita merupakan bentuk perangsang nyata seperti orang-

orang, binatang, benda-benda, peristiwa, dan sebagainya yang

diamati siswa. Dalam interaksi insani siswa berkomunikasi dengan

orang-orang, sedangkan dalam realita orang-orang tersebut hanya

menjadi objek pengamat, objek studi siswa.

3) Pictorial

Media ini menunjukkan penyajian berbagai bentuk variasi

gambar dan diagram nyata ataupun simbol-simbol yang bergerak

atau tidak.

4) Simbol tertulis

Simbol tertulis merupakan media penyajian informasi yang

paling umum, tetapi tetap efektif.

5) Rekaman suara

Berbagai bentuk informasi dapat disampaikan kepada anak

dalam bentuk rekaman suara. Rekaman suara dapat disajikan secara

tersendiri atau digabung dengan medipictorial. Penggunaan

rekaman suara tanpa gambar dalam pengajaran bahasa cukup

efektif.19

Gagne mengemukakan lima macam perangsang belajar disertai

alat-alat untuk menyajikanya, yaitu:

19

Nana Syaodih Sukmadinata, op. cit.,hlm. 111.

Page 12: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

34

Perangsang Alat

1. Kata-kata tertulis

Buku, pengajaran berprogram,

bagan,proyektor slide, poster,

checklist.

2. Kata-kata lisan Guru, tape recording

3. Gambar dan kata-kata lisan Slide-tapes, slide bersuara,

ceramah, dan poster.

4. Gambar bergerak, kata-kata

dan suara lain

Proyektor film bergerak, televisi,

demonstrasi.

5. Konsep-konsep teoretis

melalui gambar

Film bergerak, permainan

boneka/wayang.20

d. Komponen Evaluasi

Evaluasi merupakan komponen untuk melihat evektifitas

pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi

untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai

atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam

perbaikan strategi yang ditetapkkan.21

Evaluasi dapat dibagi menjadi dua macam :

1) Evaluasi hasil belajar mengajar

Dalam evaluasi ini disusun butir-butir soal untuk mengukur

pencapaian tiap tujuan khusus minimal disusun satu butir soal.

2) Evaluasi pelaksanaan mengajar

Komponen yang dievaluasi dalam pengajaran bukan hanya hasil

belajar mengajar tetapi keseluruhan pelaksanaan pengajaran, yang

20

Ibid., hlm. 110. 21

Tim Pengembangan MKDP, op. cit., hlm. 56.

Page 13: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

35

meliputi evaluasi komponen tujuan mengajar, bahan pengajaran,

strategi dan media pengajaran, serta komponen evaluasi mengajar

sendiri. 22

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Kurikulum

sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat sentral

dalam seluruh kegiatan pendidikan, menentukan proses pelaksanaan dan

hasil pendidikan. Komponen kurikulum pembelajaran merupakan sistem

yang saling berhubungan dengan komponen satu dengan yang lain, yaitu:

komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapaian tujuan,

dan komponen evaluasi. Manakala salah satu komponen yang membentuk

sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen lainya,

maka sistem kurikulum juga akan terganggu.

3. Jenis-Jenis Kurikulum

Dalam menyusun kurikulum, sangatlah tergantung pada asas

organisasi, yaitu bentuk penyajian bahan pelajaran atau organisasi

kurikulum. Berikut ini adalah tiga pola organisasi atau jenis-jenis

kurikulum:

a. Separated Subject Curriculum

Kurikulum ini dipahami sebagai kurikulum mata pelajaran yang

terpisah satu sama lainya. Kurikulum mata pelajaran terpisah berarti

22

Ali mudhofir, Op. cit., , hlm. 12.

Page 14: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

36

kurikulumnya dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah pisah, yang

kurang mempunyai keterkaitan dengan pelajaran lainya. 23

Kurikulum jenis ini memiliki keunggulan sebagai berikut:

1) Bahan pelajaran dapat disajikan secara logis, sistematis dan

berkesinambungan.

2) Organisasi kurikulum bentuk ini sangat sederhana, mudah

direncanakan, mudah dilaksanakan dan mudah pula jika diadakan

perubahan jika diperlukan.

3) Kurikulum ini mudah dinilai untuk mendapatkan data-data yang

diperlukan untuk dilakukan perubahan seperlunya.

4) Memudahkan guru sebagai pelaksana kurikulum karena disamping

bahan pelajaran memang mudah disusun secara terurai dan

sistematis.

Disamping ada keunggulan-keunggulan kurikulum bentuk ini, ada

pula kelemahan-kelemahanya antara lain:

1) Kurikulum bentuk ini memberikan pelajaran secara terpisah, satu

dengan yang lainya.

2) Kurikulum bentuk ini kurang memperhatikan masalah-masalah

yang dihadapi anak secara faktual dalam kehidupan mereka sahari-

hari.

3) Cenderung statis dan ketinggalan zaman.

23

Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Jogjakarta: Ar Ruzz Media,

2013), hlm. 164.

Page 15: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

37

4) Tujuan kurikulum bentuk ini sangat terbatas karena hanya

menekankan faktor-faktor yang lain seperti perkembangan

emosional dan sosial.24

b. Correlated Curriculum

Kurikulum ini merupakan modifikasi kurikulum yang terpisah-

pisah. Agar pengetahuan anak tidak lepas-lepas maka diusahakan

hubungan antara dua mata pelajaran atau lebih yang dapat dipandang

sebagai kelompok yang pada hakikatnya mempunyai hubungan yang

erat.25

Kurikulum ini memiliki keunggulan antara lain:

1) Adanya korelasi antara berbagai mata pelajaran dapat menopang

kebulatan pengalaman dan pengeahuan peserta didik berhubung

mereka menerimanya tidak secara terpisah-pisah.

2) Adanya korelasi antara berbagai mata pelajaran memungkinkan

peserta didik untuk menerapkan pengetahuan dan pengalamanya

secara fungsional.

Disamping ada keunggulan-keunggulan kurikulum bentuk ini, ada

pula kelemahan-kelemahanya antara lain:

1) Kurikulum bentuk ini pada hakekatnya msih bersifat subject

centered dan belum memilih bahan yang langsung dengan minat

24

Khaeruddin dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Semarang: Pilar Media, 2008)

, hlm. 42. 25

S. Nasution, Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT: Citra Aditya Bakti, 1993), hlm.

111.

Page 16: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

38

dan kebutuhan peserta didik serta maslah-masalah kehidupan

sehari-hari.

2) Penggabungan beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan

dengan lingkup yang lebih luas tidak memberikan pengetahuan

yang sistematis dan mendalam. 26

c. Integrated Curriculum

Usaha mengintegrasikan bahan pelajaran dari berbagai mata

pelajaran menghasilkan kurikulum yang integrated atau terpadu.

Integrasi ini tercapai dengan memusatkan pelajaran pada masalah

tertentu yang memerlukan pemecahanya dengan bahan dari segala

macam disiplin atau mata pelajaran yang diperlukan.27

Kurikulum ini memiliki keunggulan antara lain:

1) Segala hal yang dipelajari dalam kurikulum ini bertalian erat satu

dengan yang lain.

2) Kurikulum ini sesuai dengan teori baru tentang belajar yang

mendasarkan berbagai kegiatan pada pengalaman, kesanggupan,

kematangan, dan minat peserta didik.

3) Dengan kurikulum ini lebih dimungkinkan adanya hubungan yang

erat antara madrasah dan masyarakat, karena masyarakat dapat

dijadikan laboratorium tempat peserta didik melakukan praktek.

Disamping ada keunggulan-keunggulan kurikulum bentuk ini, ada

pula kelemahan-kelemahanya antara lain:

26

Khoeruddin, op. cit.,hlm. 32. 27

S. Naasution, op. cit.,hlm. 112.

Page 17: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

39

1) Kurikulum ini tidak mempunyai organisasi yang logis dan

sistematis, karena bahan pelajaran tidak ditentukan lebih dulu oleh

guru atau lembaga melainkan harus dirancang bersama-sama

dengan murid.

2) Para guru tidak dipersiapkan untuk menjalankan kurikulum bentuk

unit, maka jika mereka disuruh melaksanakan kurikulum ini

kiranya sangat memberatkan.

3) Pelaksanaan kurikulum bentuk ini juga sangat repot. Hal ini

disebabkan karena masih kurangnya berbagai peralatan dan sarana

serta prasarana yang dibutuhkan agar berbeda dengan sekolah-

sekolah biasa.

4) Dengan kurikulum bentuk unit ini tidak dapat dimungkinkan

adanya ujian umum karena permasalahan yang dihadapi di tiap

madrasah tidak sama dan selalu berubah tiap tahun. 28

4. Fungsi Kurikulum

Dalam proses belajar mengajar kedudukan kurikulum sangat

penting, Fungsi kurikulum secara singkat diuraikan sebagai berikut.

a. Fungsi Kurikulum dalam Rangka Mencapai Tujuan Pendidikan

Kurikulum suatu sekolah pada dasarnya merupakan suatu alat

atau usaha untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan

oleh sekolah tertentu yang dianggap cukup tepat dan penting untuk

dicapai maka salah satu tindakan yang harus diambil adalah meninjau

28

Khaeruddin, op. cit.,hlm. 33.

Page 18: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

40

kembali tujuan yang selama ini dipacangkan oleh sekolah tersebut.

Jika tujuan yang diinginkan tidak tercapai maka harus ditinjau

kembali alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, antara

lain meninjau kurikulumnya.29

Sebelum menyusun isi kurikulum, tujuan-tujuan pendidikan

tersebut harus dirumuskan terlebih dahulu mengingat :

a) Tujuan berfungsi menentukan arah dan corak kegiatan

pendidikan,

b) Tujuan akan menjadi indikator dari keberhasilan pelaksanaan

pendidikan, dan

c) Tujuan menjadi pegangan dari setiap usaha dan tindakan dari

para pelaksana pendidikan.30

b. Fungsi Kurikulum bagi Siswa

Kurikulum sebagai organisasi belajar disusun dan disiapkan

untuk siswa sebagai salah satu konsumsi pendidikan mereka. Dengan

kurikulum diharapkan siswa mendapat sejumlah pengalaman baru

yang kelak di kemudian hari dapat dikembangkan seirama dengan

perkembangan mereka guna melengkapi bekal hidup mereka.31

c. Fungsi Kurikulum bagi Guru

Guru sebagai pekerja profesional dituntut untuk mampu

merancang, melaksanakan dan mengevaluasi hasil usahanya sendiri

29

Esti Ismawati, Telaah Kurikulum dan Pengembangan Bahan Ajar (Jogjakarta: PT.

Ombak, 2012), hlm. 5. 30

Ali Mudhofir, op. cit., hlm. 4. 31

Esti Ismawati, op. cit.,hlm. 6.

Page 19: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

41

dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, maka kurikulum sangat

bermanfaat bagi guru, karena akan membantu mereka dalam

merancang dan mengorganisasi kompetensi apa yang akan dilatihnya.

Fungsi kurikulum sangat bermanfaat bagi guru:

1) Sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasikan

pengalaman belajar peserta didik.

2) Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap

perkembangan siswa dalam rangka menyerap sejumlah

pengalaman yang diberikan dan sebagai pedoman dalam

mengatur kegiatan pendidikan dan pengajaran. 32

d. Fungsi Kurikulum bagi Kepala Sekolah dan Pembina Sekolah

Kepala sekolah sebagai administrator dan supervisor juga

mempunyai tanggung jawab dalam kurikulum, oleh karena itu fungsi

kurikulum bagi keduanya adalah :

1) Sebagai pedoman dalam supervisi, yakni memperbaiki situasi

belajar.

2) Sebagai pedoman dalam supervisi, yakni menciptakan dan

menunjang situasi belajar agar lebih baik.

3) Sebagai pedoman dalam memberikan bantuan kepada guru untuk

memperbaiki kinerja yang terkait dengan proses pembelajaran.

4) Sebagai pedoman untuk pengembangan kurikulum.

32

Ibid., hlm. 7.

Page 20: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

42

5) Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar

mengajar.

e. Fungsi Kurikulum bagi Orang Tua Murid

Bagi orang tua murid kurikulum berfungsi agar mereka turut

serta membantu usaha sekolah dalam putra-putrinya. Bantuan orang

tua dalam memajukan pendidikan dapat melalui konsultasi langsung

dengan guru atau sekolah tentang masalah yang menyangkut putra-

putrinya. Dengan mengetahui pengalaman belajar apa yang diperlukan

putra-putrinya sehingga orang tua dapat berpartisipasi untuk

membimbingnya.33

f. Fungsi Kurikulum bagi Masyarakat dan Pemakai Lulusan

Dengan mengetahui kurikulum sekolah masyarakat pemakai

lulusan dapat melakukan sekurang-kurangnya dua hal:

1) Ikut memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan

program pendidikan yang membutuhkan kerjasama dengan pihak

orangtua atau masyarakat.

2) Ikut memberikan kritik atau saran yang membangun dalam

rangka penyempurnaan program pendidikan di sekolah agar

lebih serasi dengan kebutuhan masyarakat dan lapangan kerja.34

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum

memberikan pengaruh besar terhadap keberhasilan pendidikan yang

berkualitas, tanpa adanya kurikulum yang jelas maka tujuan pendidikan

33

Ibid., hlm.7. 34

Ibid., hlm.7.

Page 21: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

43

yang akan dicapai akan menjadi buyar, tujuan pendidikan yang

dihasilkanpun tidak akan sesuai dengan target yang ingin diraih.

5. Pengembangan Kurikulum

Ada beberapa prinsip dasar dan pendekatan yang digunakan dalam

mengembanngkan kurikulum di sekolah, yaitu:

a. Sistematik dan sistemik yaitu kurikulum yang dikembangkan secara

menyeluruh sebagai suatu sistem yang saling berkaitan dengan sistem

lainya dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.

b. Kemitraan, yaitu proses pengembangan kurikulum yang melibatkan

berbagai unsur dan keahlian yang saling berkaitan dan mengatur unsur

dan keahlian tersebut agar dapat bekerja sama dan berkontribusi

secara proaktif dalam pencapaian tujuan penyusunan kurikulum.

c. Pengembangan, yaitu menempatkan kurikulum sebagai instrumen

bagi perubahan mendasar dalam mewujudkan tujuan pembangunan

nasional dan berorientasi pada produk yang mampu meningkatkan

keunggulan.

d. Relevansi, yaitu perubahan kurikulum yang disesuaikan dengan

kebutuhan pembangunan dan potensi daerah serta kebutuhan siswa.35

35

Nik haryati, op. cit., hlm. 76.

Page 22: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

44

B. Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an

1. Pengertian Menghafal Al-Qur’an

Tahfidz berasal dari lafadz hafadha, yahfadhu, hifdhan yang

berarti “memelihara, menjaga dan menghafalkan”. Arti menghafal dalam

kenyataanya yaitu membaca berulang-ulang sehingga hafal dari satu ayat

ke ayat berikutnya, dari satu surat ke surat berikutnya dan begitu

seterusnya.36

Menghafal merupakan aktivitas seseorang untuk menyimpan

informasi di dalam memori. Aktivitas dalam menghafal membutuhkan

beberapa peran indera manusia, seperti penglihatan, pendengaran serta

pengucapan. Seseorang dapat menghafal apabila ada sejumlah materi yang

terekam melalui aktivitas membaca atau mendengarkan. Sedangkan lisan

mempunyai peran untuk mengetahui keberhasilan terhadap penguasan

kemampuan menghafal yang dapat dilakukan dengan pengucapan materi

yang telah dihafal.

Setelah mengetahui pengertian menghafal, peneliti akan

menjelaskan pengertian Al-Qur‟an. Secara etimologi Al-Qur‟an berasal

dari kata “qara‟a” yang berarti membaca. Sedang Al-Qur‟an sendiri adalah

bentuk masdar yang berarti bacaan. Qara’a juga berarti mengumpulkan

atau menghimpun. Sesuai namanya, Al-Qur‟an juga berarti himpunan

huruf-huruf dan kata-kata dalam satu ucapan yang rapi. Secara istilah Al-

Qur‟an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

36

Zaki Zamzami dan M. Syukron Maksum, Menghafal Al-Qur’an itu Gampang

(Yogyakarta: Mutiara Media, 2009), hlm. 20.

Page 23: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

45

melalui perantara malaikat Jibril, dan dinukilkan kepada kita dengan jalan

tawatur yang membacanya dinilai sebagai ibadah. Diawali dengan surat

Al-Fatihah dan diakhiri surat An-Naas.37

Berdasarkan uraian diatas tentang pengertian menghafal dan

pengertian Al-Qur‟an, peneliti dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud

menghafal Al-Qur‟an adalah usaha seseorang untuk memasukkan bacaan

Al-Qur‟an ke dalam pikiran, sehingga dapat mengucapkan kembali tanpa

melihat pada mushaf Al-Qur‟an. Usaha dalam menghafal Al-Qur‟an

dilakukan dengan membaca mendengarkan ayat-ayat Al-Qur‟an yang akan

dihafalkan. Kegiatan membaca ataupun mendengarkan tersebut dilakukan

secara berulang-ulang, karena semakin sering membaca ataupun

mendengarkan semakin mudah pula untuk menghafalkanya.

2. Faidah Menghafal Al-Qur’an

Banyak keistimewaan yang Allah SWT. Berikan kepada para

penghafal Al-Qur‟an baik di dunia maupun di akhirat. Tentunya hal ini

atas jerih payah mereka dalam menghafal kalam illahi. Di antara faidah

menghafal Al-Qur‟an yaitu:

a. Al-Qur‟an pemberi syafa‟at pada hari kiamat

b. Menjadi tenang dan mendapat rahmat dari Allah

Ketenangan dan rahmat akan meliputi para penghafal (belajar) Al-

Quran dan Allah menyebut mereka di hadapan makhluk-makhluk

yang berada di sisi-Nya.38

37

Syeikh Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, Studi Al-Qur’an Al-Karim,

terjemhan oleh muhaimin (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm.40.

Page 24: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

46

c. Prioritas menjadi imam

Dalam sholat yang diprioritaskan untuk menjadi imam adalah mereka

yang hafal Al-Qur‟an. Ini merupakan sebuah penghormatan kepada

mereka yang telah mengemban misi agung dalam menghafal kalam

Illahi. 39

d. Mendapat derajat yang tinggi di hadapan Allah SWT

e. Manusia yang paling tinggi tingkatanya disurga40

Menurut sobari sutarib dalam bukunya yang berjudul ” Menghafal

Al-Qur‟an dengan Cepat dan Ceria” Aktivitas menghafal sangat penting bagi

otak. Otak yang dilatih dan dirangsang dengan baik, akan semakin besar

dan cepat menangkap informasi yang masuk. Para peneliti otak

mengibaratkan otak bagaikan otot. Jika dilatih setiap hari dan terus

menerus maka otot akan semakin kuat dan besar. Seperti juga otot, otak

harus diberi latihan dan nutrisi yang baik supaya daya serapnya tumbuh

pesat. Menghafal sesuatu adalah bentuk latihan terbaik bagi otak dan daya

ingat. Orang yang sering menghafal akan memiliki kemampuan yang lebih

cepat dalam menyerap materi, dibandingkan orang yang jarang menghafal.

Dari studi lapangan diketahui bahwa anak-anak yang menghafal

Al-Qur‟an dengan baik ternyata nilai akademiknya diatas rata-rata. Ini

38

Zaki Zamzami dan M. Syukran Maksum, op. cit.,hlm. 25. 39

Ibid., hlm. 25. 40

Muhammad Habibilah Muhammad Asy-Syinqithi, Kiat Mudah Menghafal Qur’an

(Solo: Gazzamdia, 2011), hlm. 22.

Page 25: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

47

membuktikan bahwa menghafal Al-Qur‟an mampu meningkatkan kerja

otak dan kemampuan daya ingat.41

Hikmah membaca, mendengarkan dan mempelajari Al-Qur‟an

terus diteliti dan dipelajari. Manusia masih akan terus menerus

menemukan fakta-fakta positif berkenaan dengan Al-Qur‟an, misalnya

penelitian yang dilakukan oleh seorang musisi profesional yang bernama

Dorothy Retallack, tahun 1970 di Temple Buell College Colorado

melakukan eksperimen pada tanamanya untuk membuktikan bahwa musik

klasik memberikan energi pada otak dan membuatnya lebih santai.

Hasilnya tanaman labu yang distelkan musik klasik tumbuh dengan baik

ke arah radio dan batang-batangnya mulai melingkari radio. Sedangkan

pohon labu yang distelkan musik rock tumbuh menjauhi radio, seolah-olah

dia berusaha menjauhi sumber gangguan.42

Dengan mengetahui keutamaan-keutamaan menghafal Al-Qur‟an,

dapat memberi semangat para penghafal Al-Qur‟an untuk terus

menghafal ayat-ayat Allah.

3. Metode-metode dalam menghafal Al-Qur’an

Metode menghafal Al-Qur‟an adalah suatu cara yang digunakan

untuk menghafal Al-Qur‟an agar hafalan dapat berhasil sesuai dengan

yang diharapkan. Dalam menghafal Al-Qur‟an setiap orang menggunakan

metode atau cara yang berbeda-beda. Peneliti telah melakukan telaah

terhadap buku-buku yang berkaitan dengan metode menghafal Al-Qur‟an

41

Sobari Sutarip, Menghafal Al-Qur’an dengan Cepat dan Ceria (Jakarta: Iqra Kreativ,

2009), hlm. 24. 42

Ibid., hlm. 26.

Page 26: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

48

yang dikemukakan oleh para hafidz yang sukses dalam menghafal Al-

Qur‟an.

Berikut beberapa metode yang dapat digunakan oleh guru maupun

orang tua dalam membimbing anak - anak untuk menghafal Al-Qur‟an.

Metode-metode tersebut adalah sebagai berikut:

a. Metode Penggunaan Alat perekam

Metode ini cukup tepat dan telah teruji. Syaikh Al-Hafidz Sayyid Al-

Farh pengajar sekolah tahfidz Al-Qur‟an di Madinah Al-Munawaroh

yang hafal qiro‟atus Sab‟ah Melalui metode ini pula, beliau

memotivasi anaknya agar menghafal Al-Qur‟an hingga anaknya

mampu menghafal Al-Qur‟an pada usia 9 tahun.

Manfaat dari metode ini adalah ketika menyimaknya, anak-anak dapat

mendengar suara mereka. Mereka pun mengikuti dari awal dan

mencoba untuk mengucapkan suara yang mereka dengar. Mereka pun

membaca dengan bacaan yang benar dan mampu menghafal dengan

cepat.

b. Metode Penulisan

Kemampuan menghafal antara anak yang satu dan yang lain berbeda-

beda. Sebagian dari mereka bisa menghafal melalui penglihatan.

Walaupun hanya satu kali membaca, ia akan hafal pokok-pokok

pikiran dan semua yang tertulis dalam buku.

Page 27: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

49

c. Metode Papan Tulis Rumah

Metode ini ditujukan bagi siapa saja yang ingin memotivasi anak-

anaknya untuk menghafal Al-Qur‟an. Insya Allah metode ini baik dan

bermanfaat, demikian juga bagi ibu yang resah karena anak-anaknya

enggan menghafal Al-Qur‟an. Metode ini telah dicoba oleh banyak

orang, bukan hanya dalam hal hafalan tetapi juga dapat memperbaiki

tulisan mereka.

d. Metode Motivasi Dengan Hadiah

Para pakar ilmu pendidikan dan psikologi telah bersepakat dan

meyakini bahwa rangsangan motivasi dapat menggerakkan emosi, dan

meningkatkan produktivitas pada diri manusia.

e. Metode Video

Tidak diragukan lagi bahwa video dapat dijadikan sebagai fasilitas

belajar yang baik, apabila kita dapat menggunakanya secara baik dan

mengetahui cara mengoperasikanya demi kepentingan ilmu

pengetahuan.43

Selain metode menghafal di atas, peneliti juga memaparkan

macam-macam metode menghafal dari pendekatan yang dilakukan oleh

para penghafal, metode yang dikenal ada tiga macam, yaitu (1) metode

seluruhnya, (2) metode bagian dan (3) metode campuran. Adapun

penjelasan masing-masing metode sebagai berikut:

43

Abdus Salam Al-Adandany, Yahya Al-Ghautsani dan Nabil Al- Awadhhy, Agar Anak

Anda Hafal Al-Qur’an (Sukoharjo: Fawaid, 2010), hlm. 63.

Page 28: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

50

a. Metode seluruhnya, yaitu membaca satu halaman dari baris pertama

sampai baris terakhir secara berulang-ulang. Hal ini berarti

pengulangan materi hafalan dilakukan secara keseluruhan yaitu

setelah selesai membaca satu halaman penuh. Pengulangan pada

metode ini dilakukan berkali-kali dengan maksud agar ayat yang

sudah dibaca dapat memberikan bekas didalam lisan. Karena semakin

sering membaca, semakin ringan pula lisan untuk mengucapkan ayat-

ayat Al-Qur‟an.

b. Metode bagian, yaitu menghafal ayat demi ayat, atau kalimat demi

kalimat yang dirangkaikan sampai satu halaman. Dalam metode ini,

setiap ayat dibaca berulang-ulang sampai terrekam di dalam memori.

Cara tersebut dilakukan untuk menghafal dari ayat pertama sampai

pada ayat terakhir pada materi yang sedang dihafal. Setelah semua

ayat terrekam di dalam memori, maka ayat pertama dihafalkan yang

kemudian dirangkaikan dengan ayat-ayat berikutnya sehingga

mencapai satu halaman.

c. Metode campuran, yaitu kombinasi antara metode seluruhnya dengan

metode bagian. Pada awalnya kegiatan menghafal dilakukan dengan

membaca satu halaman secara berulang-ulang dan pada bagian

tertentu dihafal secara tersendiri. Setelah semua ayat dapat terrekam di

Page 29: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

51

dalam memori, kegiatan membaca diulang kembali secara keseluruhan

dari awal sampai akhir hingga hafal dengan sendirinya. 44

Adapun metode menghafal Al-Qur‟an yang sering digunakan oleh

guru ngaji adalah adalah metode Jibril. Pada dasarnya, istilah metode Jibril

dilatarbelakangi perintah Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk

mengikuti bacaan Al-Qur‟an yang telah dibacakan oleh Malaikat Jibril,

sebagai penyampai wahyu. Tehnik dari metode Jibril adalah talqin-taqlid

(menirukan), yaitu siswa menirukan bacaan gurunya. Metode Jibril sangat

cocok diterapkan untuk usia anak-anak.45

Dari beberapa penjelasan mengenai metode menghafal Al-Qur‟an

yang telah dipaparkan diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam

menghafal Al-Qur‟an terdapat sejumlah cara atau metode yang dapat

dipilih. Masing-masing metode mempunyai fungsi yang sama, yaitu

memberikan bantuan kepada para penghafal Al-Qur‟an untuk mengurangi

kesulitanya dalam usaha menghafal Al-Qur‟an. Namun, dari beberapa

macam metode yang digunakan tidak ada satupun metode yang terlepas

dari pembacaan secara berulang-ulang sampai dapat mengucapkanya

sendiri tanpa melihat mushaf Al-Qur‟an sedikitpun.

44

Sa‟dullah, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Gema Insani , 2008), hlm.

52-55. 45

Muhaimin Zen dan Akhmad Mustafid, Bunga rampai Mutiara Al-Qur’an: pembinaan

Qori’ Qori’ah dan Hafidz Hafidhah (Jakarta:Pimpinan Pusat Jam‟iyah Qurra‟ wal Huffadz, 2006),

hlm. 3.

Page 30: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

52

4. Faktor - faktor Keberhasilan Menghafal Al-Qur’an

a. Persiapan Sebelum Menghafal

Sebelum menghafalkan Al-Qur‟an, seseorang harus

mempersiapkan persiapan-persiapan, dengan tujuan agar supaya proses

menghafal Al-Qur‟an berjalan dengan baik dan selesai sesuai dengan

harapan. Persiapan-persiapan tersebut di antaranya:

1) Niat

Niat yang kuat menjadi syarat utama dalam menghafal Al-

Qur‟an. Niat yang tulus dan lkhlas karena Allah SWT, untuk meraih

ridha-Nya. Niat bisa tumbuh dengan mengetahui keutamaan-

keutamaan menghafal Al-Qur‟an.

2) Restu dari Orangtua

Syarat selanjutmya yang harus dilakukan oleh calon

penghafal Al-Qur‟an adalah meminta restu kepada orang tuanya.

Niatan seseorang anak yang telah memutuskan untuk menghafal Al-

Qur‟an tentu membahagiakan hati orang tua. Dengan begitu mereka

akan selalu berdoa agar anaknya selalu diberi kemudahan dalam

menghafalkan kalam Illahi.

3) Kemahiran Membaca Al-Qur‟an

Kecakapan dalam qira‟ah akan sangat membantu dalam

menghafal Al-Qur‟an. Karena jika kemahiran belum didapat,

penghafal akan disibukkan oleh pembenaran bacaan yang lebih

Page 31: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

53

sering salah dibandingkan dengan mereka yang sudah mahir dalam

membaca. Keadaan ini akan menghambat kegiatan menghafal.

4) Guru yang Profesional

Dalam menghafal Al-Qur‟an, peran guru yang ahli dalam

bidang hifdhul Qur‟an adalah urgen. Peranya adalah untuk memberi

contoh bacaan yang benar, bacaan yang harus diikuti oleh murid.

Dalam belajar Al-Qur‟an tidak bisa serta-merta dengan otodidak,

walaupun dengan tingkat kecerdasan yang tinggi,

Guru yang lebih diutamakan adalah yang telah memperoleh

sanad. Dengan alasan, pertama sanad adalah bukti bahwa bacaan

yang dibaca oleh sang guru adalah bacaan yang mutawatir dan

muttashil hingga ke baginda nabi Muhammad saw, yang telah diakui

oleh ulama. Kedua, guru yang telah memiliki sanad lebih bisa diakui

keahliannya dalam dunia belajar dan menghafal Al-Qur‟an maupun

dalam pengamalannya. 46

b. Hal-hal Penting Ketika Menghafal Al-Qur’an

Telah di uraikan di muka tentang hal-hal yang harus dipersiapkan

sebelum menghafalkan Al-Qur‟an. Adapun selama proses menghafal

perlu diketahui kiat-kiat khusus berikut ini :

1) Giat dan Rajin

Giat dan rajin adalah kunci utama bagi para huffadhul Qur‟an

meraih kesuksesan dalam menghafal. Giat dalam artian rajin untuk

46

Zaki zamani dan M. Syukron Maksum, Op. Cit., hlm. 31 – 44.

Page 32: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

54

menambah hafalan Al-Qur‟an maupun untuk muraja’ah. Berusaha

sekuat tenaga dan mencurahkan segenap kemampuan yang

dipunyainya untuk menghafal Al-Qur‟an.

2) Sabar dan Istiqomah

Sebuah kewajiban mutlak bagi para penghafal Al-Qur‟an

untuk bersabar dan istiqomah. Bersabar untuk dua hal. Pertama

bersabar untuk menghafal. Artinya tidak terburu-buru untuk

menambah hafalan dalam waktu singkat. Kedua bersabar jika

sesuatu ketika mengalami kesulitan dalam menghafal.

Sabar erat kaitannya dengan istiqomah. Istiqomah juga tidak

kalah pentingnya. Istiqomah adalah pemeliharaan semangat tersebut

agar selalu menyala.

3) Keseimbangan Antara Ulang dan Tambah

Menambah hafalan adalah penting, tetapi mengulang

(muroja’ah) hafalan juga tidak kalah pentingnya. Karena tanpa

mengulang hafalan yang sudah didapat, usaha kita dalam menghafal

ayat-ayat sebelumnya akan sia-sia.

4) Menggunakan Satu Macam Mushaf

Maksud dari menggunakan satu mushaf adalah tidak

berganti-ganti model mushaf. Ada dua syarat di dalamnya. Pertama,

memakai Al-Qur‟an yang sering disebut dengan “Al-Qur‟an Pojok”.

Yang di maksud Al-Qur‟an pojok adalah mushaf yang tata letaknya

sama dengan mushaf usmani, yang biasa digunakan untuk

Page 33: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

55

menghafal. Kedua, memakai Al-Qur‟an dengan satu penerbit. Hal ini

dimaksudkan agar tidak membingungkan penghafal dalam me-

murojaah hafalanya.

5) Mencari Tempat dan Waktu yang Tepat

Hendaknya tempat yang digunakan untuk menghafal adalah

tempat yang bersih dan suci, agar penghafal tidak terganggu dalam

menjalani rutinitas menghafalnya.

6) Membuat Target dan Melaksanakanya

Dalam memacu semangat menghafal, hendaknya seorang

penghafal Al-Qur‟an membuat target-target hafalan yang harus

diraihnya dalam suatu kurun waktu. Setelah membuat target, maka

dia harus melatih dirinya untuk melaksanakan atau berusaha sekuat

tenaga untuk mencapainya.47

c. Memelihara Hafalan Al-Qur’an

Ada hal-hal yang harus dilakukan oleh penghafal Al-Qur‟an pasca

menghafal. Di antara hal-hal yang perlu dilakukan dalam rangka

menjaga hafalan adalah sebagai berikut:

1) Menggunakan Hafalan Al-Qur‟an sebagai Zikir

Setelah menyelesaikan hafalan sempurna 30 juz, maka

menjadi kewajiban bagi seorang hamilil Qur‟an untuk menjaga

hafalan tersebut dan terlebih lagi untuk mengamalkan isi

kandunganya. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk menjaga

47

Haya Ar-Rasyid dan Sholih bin Fauzan Al-Fauzan, keajaiban Belajar Al- Qur’an

(Solo: Al-Qawam, 2007), hlm. 98.

Page 34: BAB II Kurikulum Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’anrepository.iainpekalongan.ac.id/152/7/11.BAB 2.pdf · Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tujuan ... Persepsi, Kesiapan,

56

hafalan Al-Qur‟an adalah dengan murojaah sebagai zikir setelah

shalat ferdhu.

2) Muroja’ah Hafalan dalam Shalat

Selain me-murojaah seperti yang biasa dilakukan, penghafal

Al-Qur‟an dianjurkan untuk mengulang hafalan dengan

membacanya pada waktu melaksanakan shalat, baik shalat ferdhu

maupun shalat sunnah.48

48

Zaki zamani dan M. Syukron Maksum, op. cit., hlm. 31 – 44.