View
229
Download
4
Category
Preview:
Citation preview
1 Prarancangan Pabrik N-Butil Oleat dari Asam Oleat dan N-Butanol Kapasitas 20.000 Ton/Tahun
Bab I PENDAHULUAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disertai dengan kemajuan
sektor industri telah menuntut semua negara ke arah industrialisasi. Indonesia
sebagai negara berkembang yang saat ini sedang giat melaksanakan perkembangan
di berbagai bidang. Diantaranya adalah pembangunan di bidang industri, yang salah
satunya industri kimia. Pembangunan Indonesia bertumpu pada sektor migas, yang
menjadi andalan perolehan devisa. Mengingat bahwa migas merupakan sumber
daya yang tidak dapat diperbaharui serta memerlukan waktu yang sangat lama
untuk memulihkan kembali, sehingga persediaannya makin menipis, maka
pemerintah menerapkan kebijakan untuk lepas ketergantungan dari sektor migas.
Hal ini tentu saja memberi dampak positif untuk mendorong berdirinya pabrik
kimia yang berorientasi untuk mengolah bahan baku menjadi bahan perantara
maupun bahan jadi.
Salah satu komoditas yang menunjang hal di atas adalah plastik, karena
memiliki peranan yang penting bagi masyarakat. Salah satu bahan yang mempunyai
peranan penting dalam industri plastik adalah n-butil oleat. Kebutuhan n-n-butil
oleat saat ini masih diimpor dari negara lain.
N-butil oleat banyak digunakan untuk industri plastik, yaitu sebagai
plasticizers. Plasticizers adalah bahan yang berfungsi untuk menaikkan
2 Prarancangan Pabrik N-Butil Oleat dari Asam Oleat dan N-Butanol Kapasitas 20.000 Ton/Tahun
Bab I PENDAHULUAN
kemampuan kerja dan fleksibilitas plastik. Penambahan plasticizicers dapat
menurunkan viskositas leburan dan modulus elastisitas plastik. Manfaat lain dari n-
butil oleat adalah sebagai polyester. N-butil oleat semakin dibutuhkan saat ini
seiring bertambahnya pabrik plastik di Indonesia.
Bahan dasar n-butil oleat adalah butanol dan asam oleat. Reaksi yang terjadi
adalah reaksi esterifikasi yang sudah kerap digunakan dalam proses pembuatan
bahan-bahan kimia. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka diharapkan pabrik ini
nantinya akan mempunyai prospek yang cerah di masa depan. Pemilihan untuk
mendirikan pabrik ini karena alasan sebagai berikut:
1. Penghematan beban impor plasticizers untuk industri plastik di Indonesia.
2. Mendorong berdirinya pabrik lain, yang mengolah bahan dasar dari tanaman
yang banyak terdapat di Indonesia menjadi asam oleat, sehingga
meringankan beban impor bahan baku.
1.2 Penentuan Kapasitas Perancangan
Dalam menentukan kapasitas pabrik n-butil oleat yang direncanakan,
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
1.2.1 Prediksi Kebutuhan N-butil Oleat di Indonesia
Permintaan n-butil oleat di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir relatif
tidak konstan (cenderung meningkat) tergantung pada kebutuhan pabrik di
Indonesia. Kebutuhan tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
3 Prarancangan Pabrik N-Butil Oleat dari Asam Oleat dan N-Butanol Kapasitas 20.000 Ton/Tahun
Bab I PENDAHULUAN
Tabel 1.1 Data Impor n-Butil Oleat dari Tahun 2003-2013
No. Tahun Kapasitas (Ton)
1. 2003 213,197
2. 2004 243,324
3. 2005 362,169
4. 2006 332,425
5. 2007 741,603
6. 2008 422,141
7. 2009 853,786
8. 2010 512,746
9. 2011 1.256,971
10. 2012 1.352,193
11. 2013 1.870,044
(bps.go.id)
Dari data impor n-butil oleat (tabel 1.1), kemudian dilakukan regresi linear
untuk mendapatkan tren kenaikan impor n-butil oleat di Indonesia. Regresi linear
untuk data impor ditunjukkan pada gambar 1.1 di bawah ini.
4 Prarancangan Pabrik N-Butil Oleat dari Asam Oleat dan N-Butanol Kapasitas 20.000 Ton/Tahun
Bab I PENDAHULUAN
Gambar 1.1 Grafik Impor n-Butil Oleat di Indonesia
Berdasarkan data statistik dan grafik kebutuhan impor n-butil oleat di
Indonesia dari tahun ke tahun cenderung mengalami kenaikan sesuai dengan
persamaan garis lurus y = 144,34 x – 289.084, dimana y adalah kebutuhan impor
n-butil oleat pada tahun tertentu dalam ton, sedangkan x adalah tahun permintaan.
Pabrik akan dibangun pada tahun 2020. Maka dari itu, perlu
memperhatikan kebutuhan n-butil oleat pada tahun tersebut. Kebutuhan n-butil
oleat di Indonesia pada tahun 2020 menurut persamaan regresi linear grafik di atas
adalah sebesar 144,34 (2020) – 289.084 = 2482,8 ton/tahun.
Setiap tahunnya, antara tahun 2003 sampai tahun 2013 kebutuhan impor n-
butil oleat mengalami peningkatan. Hal ini dapat digunakan sebagai representasi
bahwa kebutuhan n-butil oleat dari tahun ke tahun semakin meningkat dan
diprediksi kebutuhan n-butil oleat di tahun-tahun yang akan datang masih terus
meningkat. Ditinjau dari makin bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan
y = 144.34x - 289084
R² = 0.7854
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014
Keb
utu
han
(to
n)
Tahun
5 Prarancangan Pabrik N-Butil Oleat dari Asam Oleat dan N-Butanol Kapasitas 20.000 Ton/Tahun
Bab I PENDAHULUAN
dunia maka perlu untuk menambah jumlah produksi n-butil oleat untuk memenuhi
kebutuhan pasar dunia yang semakin meningkat.
1.2.2 Kebutuhan N-Butil Oleat di Luar Negeri
Kelebihan produksi yang ada dapat diekspor ke negara lain yang masih
banyak membutuhkan untuk mencukupi kebutuhan dalam negerinya. Negara-
negara tersebut di antaranya.
Tabel 1.2 Kebutuhan Impor N-Butil Oleat pada Berbagai Negara
No. Negara
Kebutuhan (Ton)
2009 2010 2011 2012 2013
1. Amerika 889 1.247 1.037 820 914
2. Australia 149 57 294 437 318
3. Belanda 1.514 1.902 5.643 47.759 14.613
4. Cina 1.422 1.843 1.821 1.263 1.024
5. Jerman 9.129 13.472 17.725 12.326 7.081
6. India 1.479 782 548 1.142 1.614
7. Korea 1.176 1.262 1.210 768 826
8. Malaysia 328 245 846 670 496
9. Singapura 330 352 588 422 276
10. Thailand 31 58 93 153 311
Jumlah 16.447 21.220 29.805 65.760 27.473
(www.data.un.org)
6 Prarancangan Pabrik N-Butil Oleat dari Asam Oleat dan N-Butanol Kapasitas 20.000 Ton/Tahun
Bab I PENDAHULUAN
1.2.3 Ketersediaan Bahan Baku dan Katalis
Bahan baku yang dapat digunakan untuk produksi n-butil oleat adalah n-
butanol (C4H9OH), asam oleat (C17H33COOH), dan Katalis (Asam Sulfat,
(H2SO4)). Kebutuhan kedua bahan baku tersebut dapat diperoleh dari produsen-
produsen dalam dan luar negeri.
Tabel 1.3 Sumber Bahan Baku Utama
No Bahan Baku Produsen
Kapasitas
(ton/tahun)
Negara Sumber
1.
C17H33COOH
99% berat
Jinan ZZ
International
Trade Co.,
Ltd
36.000 Cina indonesian.alibaba.com
2.
C4H9OH
99,5% berat
PT. Petro
Oxo
Nusantara
30.000 Indonesia www.tubanpetro.com
3.
H2SO4
98% berat
PT.
Indonesian
Acid
Industry
82.500 Indonesia www.indoacid.com
1.2.4 Kapasitas Produksi Pabrik N-Butil Oleat
Kapasitas pabrik yang akan didirikan harus berada di atas kapasitas minimal
atau sama dengan kapasitas pabrik yang sedang berjalan.
7 Prarancangan Pabrik N-Butil Oleat dari Asam Oleat dan N-Butanol Kapasitas 20.000 Ton/Tahun
Bab I PENDAHULUAN
Tabel 1.4 Pabrik n-Butil Oleat di Dunia
No. Pabrik Lokasi
Kapasitas
(ton/tahun)
1. Anar Soap & Chemical Co. Cina 10.000
2. Lambent Technologies Corp USA 10.000
3. Megachem Singapura 7.000
4. Mohini Organics Pvt., Ltd. India 9.000
5. Shanghai Terppon Chemical Co., Ltd Cina 6.000
6. Simagchem Corp. Cina 10.000
7. Victorian Chemicals Australia 9.000
8. Zengzhou Yi Bang Industry Co., Ltd Cina 7.200
(www.alibaba.com)
Dengan memperhatikan serta mempertimbangkan kebutuhan di Indonesia
dan kemungkinan ekspor ke negara lain, maka pabrik n-butil oleat yang akan
dibangun direncanakan berkapasitas 20.000 ton/tahun dengan alasan sebagai
berikut :
1. Dapat memenuhi kebutuhan dapat memenuhi kebutuhan n-butil oleat dalam
negeri dan mengurangi ketergantungan impor dari luar negeri.
2. Dapat memacu perkembangan industri dengan bahan baku n-butil oleat di
Indonesia.
3. Dapat memberikan keuntungan secara ekonomis karena kapasitas produksi
masih berada dalam batas kapasitas yang menguntungkan.
8 Prarancangan Pabrik N-Butil Oleat dari Asam Oleat dan N-Butanol Kapasitas 20.000 Ton/Tahun
Bab I PENDAHULUAN
Produk yang dihasilkan akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan dalam
negeri dan luar negeri, termasuk ke pasar Asia, Eropa, Amerika dan Australia yang
masih melakukan impor n-butil oleat.
1.3 Penentuan Lokasi Pabrik
Penentuan lokasi pabrik yang tepat, ekonomis, dan menguntungkan
dipengaruhi berbagai faktor. Banyak pertimbangan yang menjadi dasar dalam
menentukan lokasi pabrik, antara lain : letak pabrik dekat dengan sumber bahan
baku, pasar penunjang, transportasi, tenaga kerja, kondisi sosial politik, dan
kemungkinan perluasan area pabrik di masa yang akan datang. Lokasi pabrik yang
dipilih adalah kawasan industri Gresik, Jawa Timur. Gresik selama ini dikenal
sebagai daerah industri yang memiliki berbagai hal yang menunjang
keberlangsungan produksi suatu pabrik. Peta lokasi pabrik dapat dilihat pada
gambar 1.2.
Gambar 1.2 Peta Lokasi Pabrik N-Butil Oleat di Gresik, Jawa Timur
Lokasi Pabrik BO
9 Prarancangan Pabrik N-Butil Oleat dari Asam Oleat dan N-Butanol Kapasitas 20.000 Ton/Tahun
Bab I PENDAHULUAN
Pemilihan ini dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan secara teknik
dan ekonomis berdasarkan pertimbangan :
1.3.1 Faktor Utama
Faktor ini mempengaruhi secara langsung tujuan utama pabrik yang
meliputi produksi dan distribusi produksi. Faktor utama ini meliputi :
a. Bahan Baku
Kemudahan bahan baku menjadi faktor utama dalam pendirian suatu pabrik.
Bahan baku pabrik n-butil oleat adalah asam oleat dan n-butanol. N-butanol
diperoleh dari PT Petro Oxo Nusantara, Gresik, Jawa Timur sebanyak 4.447,95
ton/tahun, yang secara geografis dekat dari lokasi pabrik. Untuk asam oleat diimpor
dari Jinan ZZ International Trade Co., Ltd., Cina sebanyak 17.366,11 ton/tahun,
sedangkan asam sulfat diperoleh dari PT. Indonesian Acid Industry sebanyak 85,16
ton/tahun.
b. Letak dan Sarana Transportasi
Lokasi pabrik yang dirancang akan didirikan dekat dengan sarana transportasi
laut menjadi hal yang penting. Pelabuhan yang terintegrasi dengan kawasan
industri, Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) oleh PT. PELINDO III
yang berlokasi di Gresik dan juga wilayahnya tidak jauh dari pelabuhan Tanjung
Perak Surabaya sehingga mempermudah dalam pemasokan bahan baku dan
pemasaran produk baik untuk dalam negeri maupun luar negeri dalam aktivitas
ekspor. Transportasi lewat darat juga dapat dilakukan dengan mudah.
Telekomunikasi di Gresik cukup baik dan berjalan dengan lancar.
10 Prarancangan Pabrik N-Butil Oleat dari Asam Oleat dan N-Butanol Kapasitas 20.000 Ton/Tahun
Bab I PENDAHULUAN
c. Pemasaran
Pemasaran produk sebagian besar untuk mencukupi kebutuhan impor dalam
negeri dengan prioritas utama pemasaran n-butil oleat antara lain industri karet,
PVC, CPO, kosmetik, cat, dll.
d. Tenaga Kerja
Kebutuhan tenaga kerja diperoleh dari masyarakat sekitar. Ini bertujuan untuk
memberdayakan masyarakat setempat dan mengurangi jumlah pengangguran.
Sedangkan untuk tenaga ahli bisa diperoleh dengan mengadakan seleksi
penerimaan, yang menjaring calon ahli dari seluruh Indonesia.
Daerah industri Gresik merupakan daerah dengan jumlah penduduk yang cukup
tinggi selain itu dekat dengan daerah Surabaya dan Jawa Tengah sehingga
kebutuhan tenaga kerja, baik tenaga kerja kasar maupun ahli dapat dengan mudah
terpenuhi.
e. Utilitas
Utilitas yang dibutuhkan adalah tenaga listrik, air dan bahan bakar. Kebutuhan
listrik dapat dipenuhi dari PLN dan generator pembangkit tenaga listrik yang
dibangun sendiri sebagai cadangan. Kebutuhan air dapat diperoleh dari air Laut
Jawa. Kebutuhan bahan bakar dapat diperoleh dari Kaltim Prima Coal (KPC)
sebagai pemasok bahan bakar batubara.
1.3.2 Faktor Penunjang
a. Tanah dan Iklim
Penentuan suatu kawasan industri terkait dengan masalah tanah, yaitu tidak
rawan terhadap bahaya tanah longsor, gempa maupun banjir, jadi pemilihan lokasi
11 Prarancangan Pabrik N-Butil Oleat dari Asam Oleat dan N-Butanol Kapasitas 20.000 Ton/Tahun
Bab I PENDAHULUAN
pendirian pabrik di kawasan Gresik tepat, walaupun masih diperlukan kajian lebih
lanjut tentang masalah tanah sebelum pabrik didirikan.
Kawasan Gresik, Jawa Timur memiliki iklim tropis, karena berada di dekat
pantai utara Pulau Jawa. Gresik terhindar dari iklim yang berubah-ubah dan tidak
stabil, sehingga kegiatan operasional pabrik diharapkan dapat berjalan lancar.
Karena berada di kawasan Industri, maka kajian mengenai kondisi tanah dan iklim
dapat dipertimbangkan sejak penentuan suatu wilayah sebagai kawasan industri.
b. Perluasan Area Pabrik
Gresik merupakan daerah pengembangan industri yang relatif luas sehingga
masih memungkinkan untuk memperluas areal pabrik jika diinginkan.
c. Harga Tanah
Harga tanah merupakan faktor yang membatasi kemampuan penyediaan awal.
Bila harga tanah tinggi, maka diperlukan efisiensi yang tinggi terhadap pemakaian
ruangan. Pemakaian tempat harus disesuaikan dengan areal yang tersedia. Bila
perlu ruangan harus dibuat bertingkat, sehingga dapat menghemat tempat.
d. Kualitas, Kuantitas, dan Letak Bangunan
Kualitas, kuantitas dan letak bangunan harus memenuhi standar sebagai
bangunan pabrik baik dalam arti kekuatan bangunan fisik maupun
perlengkapannya, misalnya ventilasi, insulasi dan instalasi. Keteraturan
penempatan bangunan akan membantu kemudahan kerja dan perawatan.
e. Keamanan
Faktor yang paling penting adalah faktor keamanan. Meskipun telah dilengkapi
dengan alat-alat pengaman, seperti hydrant, reservoir air yang mencukupi, penahan
12 Prarancangan Pabrik N-Butil Oleat dari Asam Oleat dan N-Butanol Kapasitas 20.000 Ton/Tahun
Bab I PENDAHULUAN
ledakan dan juga asuransi pabrik. Faktor-faktor pencegah harus tetap disediakan
misalnya tangki bahan baku, produk dan bahan bakar harus ditempatkan di areal
khusus dengan jarak antar ruang yang cukup untuk tempat-tempat yang rawan akan
bahaya ledakan dan kebakaran.
f. Fasilitas Jalan
Jalan raya untuk pengangkutan bahan baku, produk dan bahan-bahan lainnya
sangat diperlukan. Penempatan jalan tidak boleh mengangggu proses atau
kelancaran dari tempat yang dilalui.
1.4 Tinjauan Pustaka
1.4.1 Proses Pembuatan N-Butil Oleat
N-butil oleat merupakan ester dari asam organik yang tidak larut dalam air,
sehingga berwarna dan sedikit berbau. Reaksi esterifikasi antara alkohol dan asam
dibedakan menjadi dua macam:
1. Esterifikasi fase cair
a. Dengan katalisator H2SO4
b. Dengan katalisator HCl
2. Esterifikasi fase uap
(Mc Ketta, 1977)
1. Esterifikasi Fase Cair
a. Esterifikasi fase cair dengan katalisator H2SO4
Katalisator H2SO4 lebih disukai pemakaiannya dalam industri, meskipun
adanya kemungkinan reaksi polimerisasi pada kondisi yang tidak sesuai.
13 Prarancangan Pabrik N-Butil Oleat dari Asam Oleat dan N-Butanol Kapasitas 20.000 Ton/Tahun
Bab I PENDAHULUAN
Katalisator H2SO4 merupakan salah satu katalisator yang banyak digunakan
karena pertimbangan sebagai berikut: biaya yang relatif murah, mempunyai
keaktifan tinggi dan mudah didapat kembali setelah reaksi.
b. Esterifikasi fase cair dengan katalisator HCl
Katalisator HCl secara luas banyak digunakan dalam industri. Katalisator
HCl mempunyai sifat korosif yang tinggi, sehingga dibutuhkan alat-alat proses
yang relatif mahal. Secara ekonomis, penggunaan katalisator HCl dalam
industri kurang menguntungkan, di samping itu penggunaan katalisator HCl
akan menyebabkan reaksi samping alkil klorida.
2. Esterifikasi Fase Uap
Reaksi esterifikasi fase uap merupakan salah satu alternatif yang menjadi
perhatian, karena terjadinya tumbukan antara zat pereaksi pada fase uap jauh lebih
besar dibanding pada fase cair. Mengingat reaksi dijalankan pada fase uap maka
diperlukan perancangan reaktor yang rumit dan membutuhkan teknologi yang
tinggi dalam penanganannya. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas,
maka penerapannya dalam industri tidak pernah dilaksanakan.
Dalam perancangan pabrik n-butil oleat dari asam oleat dan butanol, dipilih
reaksi esterifikasi fase cair dengan katalisator H2SO4. Reaktor yang digunakan
adalah reaktor alir tangki berpengaduk.
Reaksi pembentukan n-butil oleat dari butanol dan asam oleat, adalah reaksi
dapat balik, oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang besar diusahakan
kesetimbangan tidak cepat tercapai atau reaksi bergeser ke kanan. Usaha-usaha
yang dapat dilakukan untuk memperbesar hasil:
14 Prarancangan Pabrik N-Butil Oleat dari Asam Oleat dan N-Butanol Kapasitas 20.000 Ton/Tahun
Bab I PENDAHULUAN
1. Mengeluarkan salah satu atau kedua hasil yang terbentuk.
2. Salah satu reaktan dibuat berlebih, sehingga akan memperbesar kecepatan
reaksi rata-rata. Pada reaksi dapat balik perbandingan pereaksi yang lebih besar
daripada kebutuhan stoikiometri akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke
kanan, akibatnya kecepatan reaksi rata-rata akan bertambah besar dan produk
yang didapatkan juga besar. Pada pembuatan n-butil oleat, perbandingan asam
oleat terhadap n-butanol yang diperkenankan antara 1:1 sampai 1:10.
Variabel-variabel yang berpengaruh pada pembuatan n-butil oleat:
1. Temperatur reaksi
Reaksi antara n-butanol dan asam oleat merupakan reaksi dapat balik orde 2
dalam kisaran suhu 100-150 °C. Pada suhu 80 °C, kecepatan reaksi lebih lambat
daripada yang diharapkan, sedangkan pada suhu 90-100 °C, terjadi kenaikan
konstanta kecepatan reaksi yang sangat cepat, sehingga reaksi tidak terkendali dan
pada suhu 150 °C, terjadi reaksi samping dan reaksi balik yang tidak diharapkan.
Oleh karena itu suhu reaksi yang diperkenankan untuk pembuatan n-butil oleat
antara 100-150 °C (Othmer and Rao, 1950).
2. Perbandingan pereaksi
Perbandingan molar butanol terhadap molar asam oleat berpengaruh pada
konversi. Harga konversi akan turun seiring dengan naiknya perbandingan molar
butanol terhadap asam oleat. Untuk itu dicari harga perbandingan pereaksi yang
memberikan konversi optimum. Menurut Rao dan Othmer, 1950, Konversi 80%
diperoleh pada perbandingan molar butanol terhadap asam oleat sebesar 5:1.
15 Prarancangan Pabrik N-Butil Oleat dari Asam Oleat dan N-Butanol Kapasitas 20.000 Ton/Tahun
Bab I PENDAHULUAN
3. Jumlah katalisator H2SO4
Jika reaksi butanol dan asam oleat tanpa menggunakan katalisator H2SO4, hasil
yang diperoleh hanya 22,86%, jumlah butanol dan asam oleat akan meningkatkan
hasil yang diperoleh. Jumlah H2SO4 di atas 1,2% akan menyebabkan reaksi
samping dan reaksi balik.
1.4.2 Alasan Pemilihan Proses
Dilihat dari macam-macam proses yang ada serta membandingkan
kelebihan dan kekurangannya, maka pada prarancangan pabrik n-butil oleat dipilih
proses esterifikasi fase cair dengan katalisator asam sulfat karena:
1. Dengan proses esterifikasi fase cair perancangan reaktor akan lebih murah dan
sederhana bila dibandingkan menggunakan proses esterifikasi fase uap.
2. Katalisator H2SO4 mudah didapatkan di pasaran dengan harga yang relatif
murah bila dibandingkan dengan HCl. Selain itu bila kita menggunakan HCl akan
menimbulkan korosi pada alat-alat proses karena sifat HCl yang korosif. Dari segi
ekonomis penggunaan HCl sebagai katalisator kurang menguntungkan karena
dalam proses pemilihan peralatan yang tahan korosi yang membutuhkan dana yang
besar.
1.4.3 Kegunaan Produk
N-butil oleat banyak digunakan sebagai:
1. Pelarut (solvent) untuk industri cat dan kosmetik.
2. Plasticizers dalam industri plastik atau PVC.
3. Pelumas, water-resistant agent, coating compotitions, waterproofing
compounds.
16 Prarancangan Pabrik N-Butil Oleat dari Asam Oleat dan N-Butanol Kapasitas 20.000 Ton/Tahun
Bab I PENDAHULUAN
1.5. Sifat Fisis dan Kimia
1.5.1 Bahan Baku
1. N-Butanol
a. Sifat fisika (Perry, 2008) :
Rumus molekul : C4H9OH
Fase : Cair
Berat Molekul : 74,122 g/gmol
Spesific Gravity : 0,810 (pada T = 20 oC, Tair = 4 oC)
Titik didih : 117 oC
Titik beku : -89 oC
Warna : Tidak berwarna
Tidak bersifat korosif
Keasaman : 0,02 max (mg KOH/kg)
Kelarutan
- Air : 9 ml/100 ml air (T = 45 oC)
- Alkohol : Tak terhingga
- Eter : Tak terhingga
b. Sifat kimia (Perry, 2008) :
Reaksi Dehidrasi asam pekat menghasilkan butena dan air
H2SO4, 110°C
C4H9OH C4H8 + H2O
Reaksi dengan Hidrogen halida
C4H9OH + HI C4H9OI + H2
17 Prarancangan Pabrik N-Butil Oleat dari Asam Oleat dan N-Butanol Kapasitas 20.000 Ton/Tahun
Bab I PENDAHULUAN
Reaksi dengan logam alkali misalnya NaOH membentuk alkoksida
C4H9OH + NaOH C4H9ONa + H2O
Reaksi esterifikasi dengan asam oleat membentuk N-Butil oleat
C4H9OH + C17H33COOH C22H42O2 + H2O
Reaksi oksidasi membentuk gas karbondioksida dan air
C4H9OH + O2 CO2 + H2O
2. Asam Oleat
a. Sifat Fisika (Perry, 2008) :
Rumus molekul : C17H33COOH
Berat molekul : 282,46 (kg/mol)
Titik didih : 285 oC
Titik lebur : 14 oC
Indeks bias : 1,4565
Spesifik gravity : 0,854 (pada T = 78 oC, Tair = 4 oC)
Densitas : 0,8910 gr/ml
Beraroma khas
Larut dalam pelarut organik seperti alkohol
Bersifat hidrolisis
Bersifat korosif
Asam lemak bebas 2,4-2,5 %
18 Prarancangan Pabrik N-Butil Oleat dari Asam Oleat dan N-Butanol Kapasitas 20.000 Ton/Tahun
Bab I PENDAHULUAN
1.5.2 Produk
N-butil Oleat
Sifat fisis (www.scienceLab.com) :
Fase : cair
Warna : Bening kekuningan
Rumus molekul : C22H42O2
Berat molekul : 338,57 g/mol
Titik didih : 228 oC
Titik lebur : -26,4 oC
Densitas : 0,88 g/ml
Tidak bersifat korosif
Larut dalam alkohol, eter, vegetable and mineral oil
Tidak larut dalam air
Recommended