View
15
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB II
DASAR TEORI
1.1 Karakterisitik gas Bumi
Gas bumi adalah jenis hidrokarbon yang terdiri dari gabungan
antara unsur – unsur atom karbon (C) dan atom hidrogen (H), seperti
halnya minyak bumi dari segi kimiawi keduanya memiliki persamaan.
Namun dari segi fisika antara gas alam dengan minyak bumi memiliki
perbedaan sifat fisik. Perbedaan tersebut menyebabkan pola
pengelolaan yang berbeda pula termasuk dalam hal
pemanfaatannya. Karena gas bumi berfase gas, maka gas alam
relative lebih sulit dalam hal transportasi dan penyimpanannya, lain
dengan minyak bumi yang berada dalam bentuk fasa cair.
Akan tetapi gas alam mempunyai karakteristik yang lebih unggul
dibandingkan dengan minyak bumi atupun produk minyak, terutama
sebagai sumber energi yaitu:
1. Gas bumi lebih mudah terbakar dan pembakarannya
sempurna disamping tidak meninggalkan sisa seperti abu, jelaga dan
sebagainya.
2. Dari segi lingkungan lebih aman dan baik. Pada proses
pembakarannya tidak menghasilkan gas beracun seperti NOx dan
SOx, hanya menghasilkan gas CO2 yang disebut sebagai greenhouse
5
6
yang jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan miyak ataupun batu
bara.
Gas bumi adalah senyawa Hidrokarbon yang merupakan
campuran dari unsur Metana (CH3), Etana (C2H6), Propana (C3H8),
Butana(C4H10), Pentana dan unsure yang lebih berat (C2+) serta
bahan-bahan ikutan non Hidrokarbon yang tidak dikehendaki
“Impurities”.
Dari segi asalnya gas didapatkan (sumbernya) gas alam dapat
dikasifikasikan dalam dua jenis, yaitu:
Associated Gas adalah gas yang dihasilkan sebagai produk
sampingan dari suatu sumur minyak.
Non Associated gas adalah gas yang berasal darisuatu
sumur yang khusus menghasilkan gas dimana hidrokarbon cair yang
mungkin juga dihasilkan hanya merupakan produk sampingan.
1.2 Macam-Macam Gas
Secara umum gas alam dapat dibedakan menjadi empat macam
yaitu:
1. Wet gas yaitu gas alam yang banyak mengandung hidrokarbon
berat dan uap air didalam reservoir. Jika gas tersebut berada di
permukaan bumi, maka beberapa hidrokarbon dan uap air akan
membentuk cairan.
7
2. Dry gas yaitu gas alam yang tidak mengandung hidrokarbon berat
dan uap air didalam reservoir. Apabila gas tersebut mencapai
permukaan bumi, maka sedikit yang membentuk cairan.
3. Sweet gas yaitu gas yang relative sedikit mengandung senyawa
belerang (sulfur) terutam hydrogen sulfide.
4. Sour gas yaitu gas yang banyak mengandung senyawa sulfur, gas
ini mempunyai bau yang tajam dan dapat merusak peralatan
operasi karena menyebabkan korosi.
2.3 Pengaruh Temperatur, Tekanan dan Komposisi Terhadap
Keadaan Fasa Gas
Gas alam dapat ditemukan di berbagai kedalaman dan bergai
tekanan dan temperatur. Semakin dalam reservoir tersebut , maka
semakin besar temperatur dan tekanannya. Perbedaan temperatur
dan tekanan antara di permukaan dengan di dalam reservoir serta
terjadinya penurunan tekanan reservoir apabila gas diproduksikan
akan mempengaruhi keadaan fasa dari gasalam tersebut berupa gas
atau cair.
Kelakuan suatu molekul di pengaruhi oleh tiga faktor , yaitu
temperatur, tekanan, dan gaya antar molekul. Dimana tekanan
merefleksikan jumlah molekul yang ada dan penggeraknya,
temperatur merefleksikan energi kinetik dari molekul-molekul,
8
sedangkan gaya antar molekul adalah gaya tarik menarik dan gaya
tolak menolak.
Pertambahan/kenaikan temperatur akan menyebabkan kenaikan
energy kinetik dari molekul. Kenaikan energi dari molekul ini
menyebabkan pergerakan molekul bertambah dan membuat
molekul-molekul tersebut bergerak saling menjauh.
Pertambahan tekanan akan membuat molekul-molekul saling
mendekat dan terdesak.
Gaya antar molekul akan berubah seiring dengan adanya
perubahan jarak antar molekul.
o Dengan demikian tekanan dan gaya tarik-menarik antar
molekul cenderung membatasi/ mengurung molekul-molekul
dan menariknya untuk saling mendekat, sedangkan
temperatur dan gaya tolak-menolak antar molekul cenderung
membuat
o Molekul-molekul bergerak saling menjauh. Dari hal tersebut
kondisi fasa dari gas alam dapat dipelajari. Dalam fasa gas
molekul-molekulnya saling berjauhan, sedangkan apabila
dalam fasa cair molekul-molekulnya saling berdekatan.
2.4 Pengertian LNG (Liquified Natural Gas)
Liquified Natural Gas (LNG) adalah gas yang terdiri dari gas
methan yang dicairkan dengan didinginkan sampai suhu -260oF pada
tekanan atmosfer.
9
LNG tersebut diekstraksi dari gas alam dengan dicairkan
melalui proses pendinginan sampai suhu -260oF (-160oC) pada
tekanan atmosfer. Dengan pendinginan tersebut volume gas alam
akan disusutkan menjadi lebih kurang 600 kali lebih kecil. LNG
berfungsi sebagai bahan bakar gas untuk industri maju seperti di
Jepang, Korea Selatan dan Taiwan.
2.5 Pengolahan Gas Bumi
Proses pengolahan gas bumi untuk LNG dimulai dengan proses
pemurnian, karena gas bumi yang keluar dari sumur dilapangan
masih mengandung bahan-bahan yang tidak dikehendaki “impurities”
dan dapat mengganggu proses pencairannya. Batasan keberadaan
impurities di dalam gas umpan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Batasan Impurities
Parameter Batasan
Air (H2O) < 1ppm v
Karbondioksida (CO2) 50 -100 ppm v
Hidrogen Sulfida (H2S) 4 ppm v (5 mgS/nM3) (Max)
Komponen Sulfur 20 - 30 mg S/nM3
Air Raksa (Hg) <10 mg/nM3
C5+ 5 -10 ppm v
10
Padatan nil
Secara umum proses pemurnian dan pemisahan fraksi berat gas
bumi adalah bertujuan untuk:
a. memenuhi persyaratan spesifikasi produk
b. mencegah kebuntuan peralatan pada temperatur rendah
c. mencegah korosi ataupun erosi peralatan
2.5.1 Tahapan Proses sebelum pencairan Gas Bumi
Ada beberapa tahapan yang harus dilalui sebelum gas
bumi memasuki proses pencairan gas bumi, yaitu:
1. Proses pemisahan cairan hidrokarbon dari aliran gas bumi
sekaligus penyaringan padatan yang ikut terbawa.
2. Proses penyerapan air raksa (Hg), unsur ini perlu dipisahkan
karena air raksa akan bereaksi dengan logam aluminium,
sedangkan peralatan penukar panas utama pada proses
pencairan terbuat dari logam campuran Aluminium
(Alluminium Alloy) yang tahan suhu sangat rendah.
3. Proses penghilangan gas karbondioksida (CO2), H2S
ataupun kemungkinan senyawa sulfur lain yang terbawa.
Unsur-unsur tersebut perlu dihilangkan sampai batas yang
dapat ditoleransi karena gas CO2 dapat menyebabkan
penyumbtan pada pipa/tubing di pendingin utama, karena
11
CO2 ini akan memadat pada suhu yang sangat dingin.
Sedangkan unsur sulfur dapat menyebabkan korosi pada
peralatan yang terbuat dari baja.
4. Proses pengeringan (penghilangan kandungan air), hal ini
dilakukan karena air akan membeku pada temperatur
operasi pendinginan dan akan menyumbat peralatan yang
dilalui gas dingin.
5. Proses pemisahan unsur hidrokarbon berat (C2+), disini
dimaksudkan untuk memisahkan unsur metana dari gas
berat karena kandungan C2, C3, C4 dibatasi guna memenuhi
persyaratan spesifikasi kualitas LNG.
Walaupun jantung dari proses pencairan LNG ini berada
pada seksi ”Cryogenic” (pendinginan yang jauh dibawah titik
beku air) nya, namun proses awal penghilangan impurities
tersebut diatas harus dapat didesain dan dioperasikan secara
seksama karena merupakan proses yang penting untuk
memenuhi persyaratan kualitas produk serta kehandalan kilang.
2.5.2 Proses Pemurnian
Pemurnian gas bumi biasa dilakukan pada suatu peralatan
unit operasi yang biasa dikenal sebagai ”Gas Treating Unit”.
Dalam kasus pemurnian gas alam untuk bahan baku kilang
LNG ini, gas alam akan dimurnikan dari cairan hidrokarbon
berat yang menyertainya, memisahkan kandungan senyawa
12
CO2, H2S, Mercptan dan COS bila ada, yang unsur-unsur ini
biasa disebut sebagai Gas Asam (Acid Gas), serta pengeringan
(pemisahan kandungan air/moisture).
A. Pemisahan cairan hidrokarbon berat
Dalam hal ini kilang menerima dua fase
campuran gas-liquid atau bahkan ditambah dengan
sedikit padatn, maka kilang harus membuat suatu
fasilitas/unit penerimaan gas alam yang biasa terdiri
dari peralatan drum pemisah gas-liquid yang
dilengkapi dengan suatu saringan (filter). Ukuran
peralatan disesuaikan dengan besarnya laju alir gas
alam yang akan diproses.
B. Pemisahan air raksa
Air raksa yang secara populer dapat melarutkan
logam emas, juga dapt melarutkan logam aluminium
atupun alloy-nya pada kondisi tertentu. Peralatan
Cryogenic didalam kilang LNG, yaitu alat penukar
panas utama (Main Cryogenic Heat Exchanger,
MCHE), baik itu dari type ”Sperical Wound” (produksi
APCI) maupun dari type ”plate”, maupun peralatan
pompa produk LNG, semua terbuat dari campuran
aluminium.
13
Bereaksinya air raksa dengan aluminium hanya
terjadi apabila disitu ada air (H2O) dan menghasilkan
suatu senyawa amalgam (Al2O3) dan H2. reaksi ini
menyebabkan korosi pada peralatan tadi sehingga
mengurangi ketebalannya dan dapat terjadi retak
karena tekanan.
Pemisahan air raksa dilakukan dengan
mengalirkan gas alam pada unggun padatran
adsorbent yang biasanya tidak dapat diregenerasi lagi,
misalnya ”Carbon Impregnated Sulfur” produksi Calgon
(USA), ”Carbon Impregnated Alumina” produksi
Procatalyse (Perancis) atau ”Carbon Impregnated
Iodine” produksi CECA (Perancis). Karena tidakdapat
diregenerasi, maka apabila absorbent sudah jenuh
maka harus dibongkar untuk diganti dengan absorbent
yang masih segar. Satu produk absorbent yang dapat
diregenerasi pada tahun 2000 sedang dalam
pengembangan oleh UOP dan sedang dalam
penawaran komersial dengan nama pasaran ”HgSIV”.
C. Pemisahan Gas Asam (acid Gas Removal)
14
Pada industri gas alam terdapat tiga macam
proses untuk pemisahan gas asam ini, yaitu:
- Absorbsi dengan bahan solvent kimia
- Absorbsi dengan bahan solvent fisik
- Absorbsi dengan kombinasi solvent kimia dan
solvent fisik.
D. Absorbsi dengan bahan solvent kimia
Prinsip dasar dari proses ini adalah bahwa
bahan solvent akan bereaksi dengan senyawa asam
dari gas yaitu Co2 dan H2S, misalnya dengan bahan
NaOH. Namun karena NaOH merupakan senyawa basa
kuat maka hasil reaksinya tidak akan mudah
diregenerasi NaOH lagi nsehingga hal ini tidak
ekonomis untuk membuang kandungan CO2 dalam
kuantitas yang besar. Yang secara luas telah
digunakan di dunia karena lebih ekonomis, mudah
diregenerasi kembali adalah larutan dari gugus amine
yaitu Monoethanolamine (MEA), Diethanolamine (DEA),
Methyl-Diethanolamine (MDEA), DiIsopropanolamine
(DIPA), Diglycolamina (DGA). Dan larutan ”Hot
Potasium Carbonat” dalm proses ”Benfield”.
15
D. Absorbsi Dengan Bahan Solvent Fisik
Disini tidak ada reaksi kimia walaupun gas
alam bersinggungan dengan suatu zat pelarut. Dalam
proses ini fungsi larutan hanya sebagai pembawa
(carrier) saja. Kerugian dari proses ini adalah
terbawanya hidrokarbon yang seharusnya tinggal,
sehingga dalam jumlah besar hidrokarbon tersebut
harus dibuatkan fasilitas untuk pengambilan kembali.
E. Absorbsi Dengan Bahan Solvent Kombinasi
Solvent kombinasi adalah kombinasi solvent
kimia dengan solvent fisika. Yang sudah dikenal
adalah proses sulfinol yang dikembangkan oleh
SHELL yang menggunakan larutan sulfolane dan
DIOPA atau MDEA. Keuntungan dari kombinasi ini
adalah efisien-nya Amine pada kandungan gas asam
yang rendah dan efisien-nya sulfolane pada
kandungan gas yang tinggi serta penyerapan COS
dan Mercaptan.
2.5.3 Proses pengeringan
16
Proses pencairan pada suhu yang sangat rendah
memerlukan bahan gas alam yang mempunyai derajat kekeringan
yang tinggi tanpa mengandung komponen H2O yang akan
membeku pada temperatur pencairan tersebut. Hal ini dapat
dicapai dengan mengalirkan gas alam tersebut melewati suatu
absorbent. Apabila dilewatkan pada larutan Glycol, tidak dapat
menjadikan gas mencapai derajat kekeringan yang tinggi (<1 ppm
v). Namun Glycol masih dapat digunakan untuk dipasang di depan
suatu unggun padatan absorbent sehingga mencapai derajat
kekeringan dibawah 1 ppm v setelah melewati unggun padatan
absorbent tersebut.
Prinsip pengeringan dengan menggunakan absorbent padat
adalah lolosnya molekul suatu senyawa melewati lubang porositas
padatan tersebut( ukuran molekul H2O lebih besar dari ukuran
molekul Hidrokarbon).
Produk yang biasa dipakai dalam proses pengeringan adalah
(tahun 2000): - Silicagel ukuran diameter porositas 20 – 21oA
17
- Activated Alumina ukuran diameter porositas
30 – 48oA
- Molecular Sieve ukuran diameter porositas 3 – 10oA
Untuk pengeringan gas alam biasa dipakai Molecular sieve 4ª
2.5.4 Proses Pemisahan Fraksi Berat
Guna mendapatkan kualitas produk seperti yang
dipersyaratkan, terutama kandungan panas (High Heating Value)
yang dipersyaratkan sebesar 1070 – 1170 Btu/Scf maka gas
umpan kedalam menara pendingin utama (Main Cryogenic Heat
Exchanger disingkat MCHE) haruslah mempunyai komposisi fraksi-
fraksi gas yang tepat. Dalam hal ini gas umpan harus mengandung
mayoitas fraksi Metana (C1H4). Untuk keperluan itu harus
disediakan suatu menara fraksinasi yang mampu meneruskan
fraksi Metana dan menahan fraksi Etana dan yang lebih berat
untuk dialirkan ke fasilitas fraksinasi Propana, Butana dan
Kondensat. Menara fraksinasi pemisahan Metana yang dimaksud
adalah yang biasa yang disebut sebagai menara scuber Tower
(ScrubTower), dimana gas Metana diteruskan menuju menara
pendingin utama.
18
Untuk bisa mendapatkan fraksi Metana yang terpisah dari
fraksi yang lebih berat maka gas kering setelah melewati menara
pengering (Drier) dengan kandungan H2O < 1 ppm, harus
didinginkan sampai suhu dimana pada tekanan operasi, fraksi
Etana dan yang lebih berat (fraksi C2+) akan mengembun.
Dalam hal ini aliran gas aalam yang keluar dari menara
absorbsi dengan suhu sekitar 50oC didinginkan lebih dahulu
dengan pendingin Propan sampai mencapai suhu sekitar 21oC
untuk dialirkan masuk ke menara pengering (Drier) Alasan
pendinginan sampai suhu 21oC tersebut, tidak lebih rendah lagi,
adalah untuk mencegah ”Hydrate” yang bisa timbul pada kondisi
tekanan dan jumlah H2O yang dikandung oleh aliran gas alam.
Keluar dari Drier, aliran gas alam didinginkan dengan media
Propana sampai suhu sekitar -7oC sebelum mengalir masuk
menara Scrubtower.
Dalam menara Scrubtower komponen Etana dan yang lebih berat
akan mengembun dan dialirkan keluar menuju menara fraksinasi
produk LPG di tempat lain, sedangkan gas Metana yang tidak
mengembun keluar dari menara Scrubtower lewat puncak menara
mengalir masuk ke dalam MCHE dengan suhu yang sudah
mencapai sekitar -30oC dengan tekanan sekitar 40 Kg/cm2.
2.5.5 Proses Pencairan gas Bumi
19
Sebelum dimafaatkan sebagai bahan bakar atau lain-lain
LNG disimpan dalam suatu tanki timbun pada suhu – 160oC. Untuk
mencapai suhu LNG tersebut maka ada beberapa pilihan proses
untuk pendinginan yang berlanjut dengan pencairan gas alam.
Pada industri umumnya proses pendinginan bisa dilakukan dengan
tiga cara, yaitu pertama menggunakan cara efek ”JOULE
THOMPSON”, yaitu ekspansi secara bebas. Kedua menggunaka
siklus CLAUDE, yaitu ekspansi denga pengenaan kerja terhadap
media yang akan didinginkan. Ketiga meggunakan siklus
kondensasi penguapan. Metoda tersebut dapat digunakan sendiri-
sendiri atau gabungan.
Untuk gas alam terutama dalam kapasitas besar akan lebih
efisien apabila menggunakan silkus kondensasi penguapan. Pada
”Peak Saving Palnt” ada juga yang menggunaka siklus claude
karena kapasitanya relatif kecil.
1. Efek joule thomson
Disini gas alam dilewatkan kedalam suatu kerangan atau
orrifice sehingga terjadi penurunan tekan yang mengakibatkan
turunnya suhu. Untuk mendapatkan efek yag optimal maka tekanan
di hulu harus besar mungkin dan tekanan di hilir (selepas kerangan
atau orifice), serendah mungkin.
2. Siklus Claude
20
Pendingan didapat dari kerja external yang di kenakan
terhadap media yang di dinginkan sehingga di dapat penurunan
enthalphy sewaktui terjadi ekspansi. Alat yang digunakan disebut
sebagai ” Expander ”. Siklus ini pertama kali dikembangkan oleh
george claude pada awal abad 20 untuk mencairkan udara. Dan
metode ini sekarag secara luas digunakan untuk pencairan N2, O2,
H2 dan He. Pendingan maksimum didapat dengan ” ekspansi bolak-
balik”.
3. Siklus kondensasi-Penguapan
Proses pada metode ini telah berkembang dari yang
konvensional sampai dengan yang telah berkembang dan dipakai
secara luas pada kilang-kilang LNG skala besar saat ini.
4. Siklus CASCADE Konvensional
Tediri dari 3 sikllus pendinginan dengan media pendingin
yang berbeda, yaitu: siklus Propane, siklus Ethylene, siklus
Methane. Disini terjadi pendinginan bertigkat sesuai degan jenis
media pendingin dalam siklus tersebut.
Pedinginan tahap pertama oleh media pendingin Propana
yang dikompresi dan dikondensasi kemudian diluapkan oleh gas
alam umpan sehingga tercapai pendiginan sampai suhu -38 0C.
Pendinginan kedua oleh pendigin Ethylene yang dikompresi dan
dikondensasi kemudian diluapkan oleh gas alam umpan sehingga
21
tercapai pendinginan sampai suhu -101 0C. Pendinginan ketiga oleh
pendigin Metana yang dikompresi dan dikondensasi kemudian
diluapkan oleh gas alam umpan sehingga tercapai pendinginan
sampai suhu -160 0C.
5. Siklus CASCADE yang dikembangkan
Disisi masing-masing media pendingin dibagi-bagi dalam 3
tingkat tekanan, Low-Medium dan High pressure sehingga
pendinginan sangat efisien dengan hasil akhir energi yang
dikeluarkan utuk pendinginan ini lebih efisien dari pada Cascade
Konvensional. Jenis siklus ini masih dipakai di kilag LNG Arzer
Algeria dan kilag LNG Kenai Alaska.
6. Siklus Multi Component Refrigerant atau ” Autorefrigeranted
Cascade ”
siklus ini telah diaplikasikan sevcara luas oleh sebagian besar
kilang-kilang LNG di dunia
Siklus ini dikembangkan untuk mencari alternatif penggunaan
jumlah peralatan, baik peralatan penukar panas maupun kompresor
yang minimal. Pengembangan di tujukan untuk memakai hanya
satu kompresor dengan maiksimum 3 penukar panas dan tidak
menggunakan media peendfingin senyawa murni.
22
Pada tahun 1964 Gas de France membuat pilot plant yang
menggunakan media pendingi campuran C5, C4, C3, C2, C1
dan N2 yang kemudian dikenal media pendingin (refrigerant)
Multi Component Refrigerant (”MCR”). MCR dikompres
kemudian didinginkan pada ” after cooler ”. Cairan yang
didapat dari kondensasi diekspensasikan pada JT Valve dan
tidak hanya digunakan untuk pendinginan gas alam umpan,
tetapi juga untuk mendinginkan phase zuap MCR yang tak
terkondensasi. Phase uap MCR kemudian dilewatkan JT
valve sehingga mengalami pendinginan lanjut dan dipakai
untuk ”subcooling” gas alam umpan.
Pada gas alamnya sendiri, setelah mengalami subcooling
tersebut kemudian dilewatkan JT valve untuk mendapat suhu LNG.
Berikut, penjelasannya:
MCR dikompres dengan menggunakan kompresor (C)
sampai tekanan 40 bar, didinginkan dan dikondensasi sebagian
(pertial condensed) di dalam ”after cooler” (R). Cairan uap yang
dihasilkan ditampung dalam drum separator (S).
Cairan MCR kemudian didinginkan lanjut dengan penukar
panas (exchanger) (E1) sampai suhu -60 0C, kemudian
diekspansikan lewat JT valve (V), sehingga tekanan turun menjadi
3 bar. Penguapan yang terjadio (E1) dicampur dengan uap dari
23
penguapan di (E2) sehingga memberikan (E1) pendiginan yang
menyebabkan:
Tambahan pendinginan
Pendinginan mula atas gas alam umpan
Kondensasi parsial lanjut atas phase uap yang tak mencair
Cairan dari drum separator di subcooled sampai suhu -110 0C,
diekspansikan ketekanan yang lebih rendah dan menguap di (E2).
Prinsip operasi diatas diulangi dari tahap ke tahap sampai
suhu oleh gas alam untuk mencair didapat.
Dalam kasus ini siklus dibagi menjadi 3 tahapan dan
tahapan terakhir lewat (E2) dan (E3). Didalam (E2) kondensasi
MCR sudah tuntas. Dalam (E3) kondensasi terakhir di subcooled
dan diuapkan kembali setelah diekspensikan di JT Valve (V3).
Gas alam dimasukkan kedalam (E1) pada tekanan 40 bar.
Pencairan pada (E2) terjadi pada suhu antara -80 0C dan -100 0C.
Ini kemudian di subcooled sampai mencapai suhu yang diperlukan,
yaitu antara -140 0C sampai -160 0C.
Gas alam umpan MCHE adalah campuran hidrokarbon dari
komponen C1, C2, C3 dan sedikit sekali C4. yang dominan adalah
komponen Metana yang secara singkat disebut unsur C1, degan
berat molekul yang paling rendah. Di dalam MCHE, campuran
24
tersebut akan mengembun pada suatu bentangan suhu yang
tergantung pada komposisinya.
Didalam MCHE, untuk mendapatkan beda suhu minimum
antara aliran produk dengan refrigerant, maka komposisi MCR
harus dipilih sesuai dengan keperluan pendinginan dari gas alam
yang mengembun, yaitu jumlah panas yang diperlukan untuk
menguapkan larutan MCR pada setiap kenalkan suhu dalam
bentangan suhu, dibanding dengan banyaknya pendingin yang
diperlukan aliran gas alam pada suhu degan penambahan yang
sama. Bersamaan dengan itu, komposisi MCR harus dikontrol
untuk mendapatkan pendinginan yang diperlukan pada bagian atas
MCHE dimana LNG mengalami ”super cooled”.
Di dalam MCHE, gas alam mengalami pendinginan
bertingkat. Pada bagian bawah MCHE yang dikenal dengan
sebutan ”Warm bundle”, alira gas alam didalam tubing mengalami
pendinginan oleh media MCR di luar tubing sampai mencapai suhu
sekitar -123 0C. Lepas dari wilayah warm bundle aliran gas alam
mendapatkan pendinginan lanju sampai mencapai suhu sekitar 136
0C sebelum melewat kerangan JT (jule thompson) utuk ekspansi
sehingga suhu turun lagi sampai mencapai suhu sekitar -140 0C.
Deegan suhu sekitar -145 0C dan tekanan sekitar 30kg/cm2
aliran LNG masuk kedalam ”flash drum” yang bertekanan sekitar
25
atmosfer sehingga sekali lagi terjadi ekspansi yang menyebabkan
suhu cairan LNG mencapai -157 0C untuk dipompakan kedalam
tangki timbun.
Recommended