View
240
Download
4
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN
ARWANA SUPER RED DI PD DIAN ARDYKA,
PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT
MUZAKIR RAHIM
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN SKRIPSI DAN MENGENAI SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko
Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super Red di PD Dian Ardyka, Pontianak,
Kalimantan Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Muzakir Rahim
NIM H34114033
ABSTRAK
MUZAKIR RAHIM. Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super
red di PD Dian Ardyka, Pontianak, Kalimantan Barat. Dibimbing oleh NETTI
TINAPRILA.
Sektor perikanan memberikan kontribusi yang penting dalam perekonomian
Indonesia, salah satu contohnnya adalah peningkatan volume ekspor ikan hias
perikanan ikan hias dalam peningkatan pertumbuhan nilai produk domestik
bruto Indonesia. Arwana super red adalah salah satu jenis ikan hias yang masuk
ke dalam komoditi ekspor ikan hias Indonesia tersebut. Komoditi arwana super
red mengalami fluktuasi produksi ditiap tahunnya, hal tersebut menunjukan
bahwa terdapat risiko dalam usaha budi daya arwana super red. Risiko budi
daya arwana super red tersebut juga dihadapi oleh kegiatan pembenihan PD
Dian Ardyka yang merupakan salah satu perusahaan ekspor arwana terbesar di
Pontianak. Tujuan penelitian ini adalah mencari strategi penanganan sumber
risiko yang tepat dalam produksi benih arwana di PD Dian Ardyka, dengan cara
mengidentifikasi sumber risiko, menganalisis probabilitas sumber risiko,
menganalisis dampak risiko, menganalisis status risiko, dan pembuatan peta
risiko. Hasil penelitian menjelaskan bahwa perusahaan menghadapi kendala
pada umur benih yang muda, serangan penyakit, benih cacat, dan telur pecah
pada benih. Alternatif strategi yang diusulkan dalam menangani sumber risko
tersebut menggunakan pendekatan strategi preventif dan mitigasi.
Keyword : arwana, sumber risiko, strategi
ABSTRACT
MUZAKIR RAHIM. Risk Analysis of Fish Hatchery Production of Arwana
Super red in PD Dian Andyka, Pontianak, West Kalimantan. Guided by Netti
Tinaprila.
Fishery sector contributes an important contribution in economic condition of
Indonesia, one of which is the increase of ornamental fish export volume in
increasing the growth of gross domestic product in Indonesia. Arwana super red
is one of ornamental fish that is put into the category of export comodity in
Indonesia. Arwana super red comodity experiences fluctuation every year. This
shows that there is a risk in the business of arwana super red. This risk is also
faced by PD Dian Ardyka, one of the biggest arwana super red export companies
in Pontianak. The aim of this research was to find the appropriate strategy to
overcome the risk in seed production of arwana super red in PD Dian Ardyka by
identifying the risk source and making the risk map. The result of this research
indicated that the company faced problems when the age of seed was still young.
Moreover, the company also faced problems like disease attact, deformed seed,
and broken egg on the seed. The alternative strategy proposed in the risk source
handling was by using the approach of preventive strategy and mitigation.
Keywords : arwana, risk source, strategy
ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN
ARWANA SUPER RED DI PD DIAN ARDYKA,
PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT
MUZAKIR RAHIM
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super red di
PD Dian Ardyka, Pontianak, Kalimantan Barat.
Nama : Muzakir Rahim
NIM : H34114033
Disetujui oleh,
Dr. Ir Netti Tinaprilla, MM.
Pembimbing
Diketahui oleh,
Dr.Ir.Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super red di PD Dian Ardyka, Pontianak, Kalimantan Barat.
Nama : Muzakir Rahim NIM : H34114033
Disetujui oleh,
Dr. Ir Ne ti inaprilla, MM.
Pembimbing
Diketahui oleh,
MS
Tanggal Lulus : 1B MAR 2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis penjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 hingga Januari 2014
ini adalah Analisis Risiko Produksi, dengan judul Analisis Risiko Produksi
Pembenihan Ikan Arwana Super red di PD Dian Ardyka, Pontianak, Kalimantan
Barat.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.Ir.Netti Tinaprila, MM
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan arahan.
Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ardyka
Anggriawan B.B.E.ST dari PD Dian Ardyka selaku direktur dan pemilik
perusahaan, yang telah membantu selama proses pengumpulan data. Ungkapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayahanda dan Ibunda, serta seluruh
saudara dan keluarga atas doa, dukungan dan kasih sayangnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko produksi pembenihan
yang dihadapi PD Dian Ardyka. Analisis risiko produksi juga dilakukan dengan
memberikan alternatif strategi penanganan risiko yang sesuai dengan keadaan
perusahaan.
Segala upaya dan kerja keras dengan optimal telah dilakukan dalam
penyusunan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak.
Bogor, Maret 2014
Muzakir Rahim
NIM H34114033
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 7
Manfaat Penelitian 7
Ruang Lingkup Penelitian 7
TINJAUAN PUSTAKA 8
Ikan Arwana Super Red 8
Sumber Sumber Risiko 9
Metode Analisis Risiko 10
Strategi Pengelolaan Risiko 11
KERANGKA PEMIKIRAN 12
Kerangka Pemikiran Teoritis 12
Konsep Risiko dan Ketidakpastian 13
Sumber Sumber Risiko 13
Pengukuran Risiko 14
Pemetaan Risiko 15
Strategi Penanganan Risiko 16
Kerangka Pemikiran Operasional 19
METODE PENELITIAN 21
Lokasi Dan Waktu Penelitian 21
Data dan Sumber Data 21
Metode Pengumpulan Data 21
Metode Analisis Data 22
Analisis Kuantitatif 22
Analisis Manajemen Risiko 26
HASIL DAN PEMBAHASAN 27
Gambaran Umum Perusahaan 27
Lokasi Perusahaan 29
Organisasi dan Ketenagakerjaan 29
Proses Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super Red 30
Pemeliharaan Induk 30
Pemanenan larva/benih 32
Pemeliharaan Benih 32
Analisis Risiko Produksi Pembenihan Arwana Super red 33
Analisis Perbandingan Berpasangan Sumber Risiko 33
Analisis Probabilitas 38
Analisis Dampak Kerugian Sumber Risiko 40
Pemetaaan Risiko 42
Strategi Penanganan Risiko 44
SIMPULAN DAN SARAN 46
Simpulan 46
Saran 47
DAFTAR PUSTAKA 48
LAMPIRAN 50
DAFTAR TABEL
1 Nilai Produk Domestik Bruto nasional pada sektor pertanian,
peternakan, kehutanan, dan perikanan berdasarkan harga berlaku tahun
2010-2012 1
2 Jumlah produksi pada kegiatan budi daya dan penangkapan ikan di
Indonesia tahun 2007-2011 2
3 Pasar ekspor ikan hias Indonesia tahun 2011-2012 3
4 Analisis perbandingan berpasangan sumber risiko 22
5 Ketenagakerjaan PD Dian Ardyka tahun 2014 30
6 Hasil analisis perbandingan berpasangan sumber risiko PD Dian
Ardyka 36
7 Data produksi PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013 38
8 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko PD Dian Ardyka 39
9 Hasil perhitungan dampak risiko (VaR) di PD Dian Ardyka 41
10 Hasil perhitungan status risiko di PD Dian Ardyka 42
DAFTAR GAMBAR
1 Grafik penjualan ekspor benih ikan arwana pada tahun 2001 -2005
(ekor) 4
2 Grafik mortalitas benih arwana di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d
2013 6
3 Peta Risiko 16
4 Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan 17
5 Kerangka Pemikiran Operasional 20
6 Penghindaran Risiko (Strategi Preventif) 26
7 Meminimalisir dampak risiko (Strategi Mitigasi) 27
8 Hasil pemetaan risiko di PD Dian Ardyka 43
9 Pemetaan strategi preventif sumber risiko di PD Dian Ardyka 45
10 Pemetaan strategi mitigasi sumber risiko di PD Dian Ardyka 46
LAMPIRAN
1 Matriks berpasangan sumber risiko tiap responden 51
2 Penjumlahan skor total dari data matriks berpasangan tiap responden 52
3 Contoh data historis perusahaan dan cara pencatatan data 53
4 Data produksi kegiatan pembenihan PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d
2013 54
5 Perhitungan hatching rate pada kegiatan pemijahan induk di PD Dian
Ardyka periode produksi tahun 2013 s.d 2014 55
6 Perhitungan analisis probabilitas kematian benih akibat sumber risiko
umur larva muda di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013 56
7 Perhitungan analisis probabilitas kematian benih akibat sumber risiko
serangan penyakit di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013 57
8 Perhitungan analisis probabilitas kematian benih akibat sumber risiko
cacat/afkir di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013 58
9 Perhitungan analisis probabilitas kematian benih akibat sumber risiko
telur pecah di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013 59
10 Perhitungan VaR dari sumber risiko umur benih yang muda di PD
Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013 60
11 Perhitungan VaR dari sumber risiko serangan penyakit di PD Dian
Ardyka tahun 2012 s.d 2013 61
12 Perhitungan VaR dari sumber risiko cacat/afkir di PD Dian Ardyka
tahun 2012 s.d 2013 62
file:///D:\Zakir\Agribisnis%20IPB\Penelitian\Skripsi%20Zakir.docx%23_Toc383167462file:///D:\Zakir\Agribisnis%20IPB\Penelitian\Skripsi%20Zakir.docx%23_Toc383167463file:///D:\Zakir\Agribisnis%20IPB\Penelitian\Skripsi%20Zakir.docx%23_Toc383167464file:///D:\Zakir\Agribisnis%20IPB\Penelitian\Skripsi%20Zakir.docx%23_Toc383167465file:///D:\Zakir\Agribisnis%20IPB\Penelitian\Skripsi%20Zakir.docx%23_Toc383167466file:///D:\Zakir\Agribisnis%20IPB\Penelitian\Skripsi%20Zakir.docx%23_Toc383167467file:///D:\Zakir\Agribisnis%20IPB\Penelitian\Skripsi%20Zakir.docx%23_Toc383167468file:///D:\Zakir\Agribisnis%20IPB\Penelitian\Skripsi%20Zakir.docx%23_Toc383167469
13 Perhitungan VaR dari sumber risiko telur pecah di PD Dian Ardyka
tahun 2012 s.d 2013 63
14 Foto yang berkaitan dengan penelitian 64
15 Alur produksi benih ikan arwana super red di PD Dian Ardyka 65
file:///D:\Zakir\Agribisnis%20IPB\Penelitian\Skripsi%20Zakir.docx%23_Toc383169897
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor perikanan memberikan kontribusi yang cukup penting dalam
perekonomian Indonesia. Nilai kontribusi sektor perikanan pada Produk
Domestik Bruto (PDB) Indonesia menempati urutan kedua setelah sektor tanaman
bahan makanan diakhir tahun 2012. Nilai kontribusi yang diberikan sektor
perikanan pada PDB Indonesia mencapai angka Rp255.33 triliun, dibandingkan
dengan nilai PDB tanaman bahan makanan yang mencapai angka Rp574.33
triliun, sedangkan sektor lainnya menempati urutan setelah sektor perikanan
dalam nilai PDB Indonesia. Sektor perkebunan menempati urutan ketiga dengan
nilai PDB mencapai Rp159.75 triliun, diikuti sektor peternakan yang menempati
urutan keempat dengan nilai PDB sebesar Rp146.09 triliun dan sektor kehutanan
yang menempati urutan terakhir dengan nilai PDB mencapai Rp54.91 triliun.
Semua penjelasan tersebut didasarkan pada data Tabel 1 PDB Indonesia dari
tahun 2010 hingga akhir tahun 2012.
Tabel 1 Nilai Produk Domestik Bruto nasional pada sektor pertanian, peternakan,
kehutanan, dan perikanan berdasarkan harga berlaku tahun 2010-2012
Lapangan
Usaha
Nilai PDB (dalam Rp Milyar) Rata-rata
perubahan
(%/tahun) 2010 2011 2012
Tanaman
Bahan
Makanan
482 377.10 529 968.00 574 330.00 9.12
Tanaman
Perkebunan 136 048.50 153 709.30 159 753.90 8.45
Peternakan 119 371.70 129 297.70 146 089.70 10.65
Kehutanan 48 289.80 51 781.30 54 906.50 6.64
Perikanan 199 383.40 226 691.00 255 332.30 13.17
Total 985 470.50 1 091 447.30 1 190 412.40 9.91
Sumber : BPS (2013), diolah
Nilai rata-rata pertumbuhan PDB per tahun pada sektor perikanan lebih
tinggi dibandingkan nilai rata-rata pertumbuhan PDB pada sektor pertanian
lainnya, dengan angka rata-rata pertumbuhan mencapai 13.17 persen per
tahunnya. Pertumbuhan nilai PDB tersebut didukung sebagian besar oleh
peningkatan produksi pada dua sektor perikanan ikan konsumsi, yakni sektor
perikanan tangkap dan sektor perikanan budi daya. Pertumbuhan produksi sektor
perikanan tangkap mengalami pertumbuhan produksi rata-rata sebanyak 6.13
persen pertahunnya sedangkan pertumbuhan produksi pada perikanan budi daya
mengalami peningkatan produksi rata-rata sebesar 26.30 persen per tahunnya.
Penjelasan tersebut dapat dilihat pada tabel 2 peningkatan produksi pada kegiatan
sektor perikanan budi daya dan sektor perikanan tangkap di Indonesia dari tahun
2007-2011.
2
Tabel 2 Jumlah produksi pada kegiatan budi daya dan penangkapan ikan di Indonesia
tahun 2007-2011
Jenis Produksi
(Ton) 2007 2008 2009 2010 2011
Kenaikan
rata-rata
(%/)
Budi daya 3 193 565 3 855 200 4 708 563 6 277 924 7 928 963 26.30
Penangkapan 5 044 737 5 003 115 5 107 971 5 834 418 5 714 271 6.13
Total 8 238 302 8 858 315 9 816 534 11 662 342 13 643 234 16.99
Sumber : DKP (2012), diolah
Pertumbuhan nilai PDB Indonesia pada sektor perikanan didukung juga oleh
pertumbuhan produksi pada sektor perikanan ikan hias di Indonesia. Volume
ekspor ikan hias mencapai peningkatan hingga 11.56 persen pada tahun 2007-
2012 (DKP, 2012). Peningkatan tersebut didukung oleh beberapa faktor
pendukung, seperti luasan areal perairan serta iklim di Indonesia. Luasan perairan
Indonesia sebesar 3.257.483 km2, dari luas areal perairan tersebut terdapat
beranekaragam jenis-jenis ikan hias asli Indonesia yang mencapai ratusan species
akibat oleh iklim tropis di Indonesia. Sebagian besar species ikan hias asli
Indonesia banyak diminati oleh para hobiis dalam negeri maupun luar negeri
karena memiliki keunikan warna dan bentuk tubuh yang indah. Beberapa jenis
ikan hias asli Indonesia yang banyak diminati di pasaran nasional maupun
internasional yaitu ikan arwana, ikan botia, ikan Pelangi (dari Sulawesi/Genus
Telmatherina) dan dari Irian (Genus Melanotaenia). Jenis - jenis tersebut
merupakan ikan asli Indonesia dan bersifat endemik (Kottelat, et al.,1993; Allen,
1995).
Salah satu pendukung pertumbuhan produksi ikan hias di Indonesia lainnya
adalah tingkat permintaan pasar yang cukup tinggi terhadap ikan hias Indonesia.
Tingkat permintaan pasar ikan hias Indonesia dapat diukur dari laju pertumbuhan
nilai ekspor total ikan hias di Indonesia. Nilai ekspor total ikan hias yang diterima
Indonesia pada tahun 2012 sebesar 21.02 juta US$, nilai ini mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya yakni sebesar 19.90 juta US$ dengan
persentase peningkatan nilai total ekspor ikan hias mencapai 5.63 persen. Hong
Kong SAR, Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura merupakan negara-negara
yang memberikan nilai kontribusi tinggi pada nilai ekspor total ikan hias
Indonesia tersebut. Nilai kontribusi yang diberikan pada masing-masing negara
tersebut antara lain, Hongkong SAR memberikan kontribusi sebesar 3.73 juta
US$, Amerika serikat sebesar 2.68 juta US$, Jepang sebesar 2.40 juta US$, dan
Singapura sebesar 2.4 juta US$. Peningkatan nilai ekspor ikan hias Indonesia
hampir terjadi pada seluruh negara tujuan ekspor ikan hias Indonesia pada periode
tahun 2011-2012, kecuali negara Malaysia, Kanada, dan China yang mengalami
penurunan nilai terhadap ekspor ikan hias Indonesia. Peningkatan persentase nilai
ekspor terhadap beberapa tujuan ekspor ikan hias tersebut mengindikasikan
terdapat peningkatan permintaan ikan hias asli Indonesia yang menjadikan
peluang bisnis atau memunculkan prospek bagi usaha ikan hias asli Indonesia,
sehingga terjadi pertumbuhan produksi yang cukup pesat pada komoditas ikan
hias di Indonesia. Penjelasan uraian di atas dapat dilihat pada tabel 3 tentang
pasar ekspor ikan hias Indonesia tahun 2011 -2012.
3
Tabel 3 Pasar ekspor ikan hias Indonesia tahun 2011-2012
Negara Nilai Ekspor (US$ Juta) Perubahan tahun
2010-2012 (%) 2010 2011 2012
Hong Kong
SAR
2.62 2.96 3.73 25.88
Amerika Serikat 2.21 2.00 2.68 34.05
Jepang 2.77 2.31 2.40 3.68
Singapura 2.77 2.31 2.40 3.68
Malaysia 1.85 1.52 0.79 -48.08
Kanada 0.60 0.87 0.79 -9.09
China 0.27 1.02 0.71 7.22
Asia lainnya 0.68 0.66 0.71 7.22
Jerman 0.50 0.54 0.64 17.97
Australia 0.50 0.37 0.62 68.77
Negara lainnya 5.42 5.35 5.32 0.54
Total 19.77 19.90 21.02 5.63
Sumber : Kementrian Perdagangan, 2012
Ikan arwana super red adalah salah satu spesies ikan asli Indonesia yang
diminati oleh pasar internasional dan menjadi salah satu komoditi yang
memberikan kontribusi pada nilai ekspor ikan hias di Indonesia pada penjelasan
tabel di atas. Tingginya minat dan nilai ekonomis yang diberikan para hobiis
terhadap jenis ikan arwana super red dilihat pada ciri khas dari ikan tersebut,
seperti sisik di sekujur tubuh bewarna merah dengan dasar kuning emas
berkilauan, sisik metalik berhias cincin berkelir emas, warna sirip dayung dan
ekor bewarna merah cerah. (Flona, 2008).
Ikan arwana super red adalah ikan endemik yang hidup pada tepian sungai
yang ditumbuhi pepohonan seperti pohon engkana, putat, rasau, dan entangis. Di
Kalimantan Barat, ikan arwana super red banyak dijumpai di Kabupaten Kapuas
Hulu Kecamatan Slimbau dan danau Sentarum1. Jenis ikan ini adalah jenis ikan
yang dilindungi undang-undang (berdasarkan SK Menteri Pertanian
No.716/Kpts/Um/10/1980, SK Dirjen PHPA No. 07/Kpts/DJ-VI/1988, Instruksi
Dirjen Perikanan No.IK-250/D.4.2955/83K, SK Menteri Kehutanan
No.516/Kpts/II/ 1995 dan PP No.7 tahun 1999) dan masuk dalam Appendix I
CITIES 2 yang merupakan perjanjian international tentang pengaturan
perdagangan jenis-jenis tumbuhan dan satwa liar serta produk-produknya.
Perjanjian ini didirikan tahun 1973 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1975,
oleh karena itu perdagangan ikan arwana super red tidak boleh berasal dari
penangkapan tetapi harus dari hasil budi daya dan penangkaran.
Pembudidayaan atau penangkaran ikan arwana super red sudah mulai marak
dilakukan di berbagai daerah Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena teknologi
penanganan produksi yang relatif mudah serta kelangsungan hidup yang tinggi
hingga mencapai 90-100 persen (Emillia, 2002), serta memberikan keuntungan
yang cukup tinggi pada pembudidaya ikan hias, karena satu anakan ikan arwana
1 http://aaarwana..blogspot.com/2009/05/arwana-si-ikan-naga.html 2 The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna
http://aaarwana..blogspot.com/2009/05/arwana-si-ikan-naga.html
4
super red dengan ukuran 7 cm dapat dihargai sekitar 3 juta rupiah di pasaran
internasional.
Salah satu provinsi yang menjadi pusat atau sentra produksi dari kegiatan
penangkaran ikan arwana super red tersebut adalah provinsi Kalimantan Barat.
Diakhir tahun 2010, telah tecatat sebanyak 89 perusahaan penangkar yang
diizinkan melakukan aktivitas perdagangan ikan arwana (Departemen Kehutanan,
2011). Jumlah angka perusahaan penangkar ikan tersebut masih lebih banyak dari
jumlah perusahaan penangkar ikan di provinsi lainnya.
Kegiatan penangkaran ikan arwana super red terbagi atas tiga kegiatan
produksi seperti pembenihan, pendederan, dan pembesaran. Perusahaan
penangkaran yang ada di Kalimantan Barat melakukan seluruh rangkaian ketiga
proses produksi tersebut dalam satu areal perusahaan. Kegiatan pembenihan
merupakan kegiatan yang terdiri dari proses pemijahan alami ikan arwana,
pemanenan telur, hingga proses pemeliharaan benih dengan ukuran 7-9 cm.
Dilanjutkan dengan kegiatan pendederan yang memeliharan benih dari ukuran 9
cm sampai dengan 15 cm, dan terakhir melakukan kegiatan pembesaran atau
kegiatan penyediaan induk yang dimulai pada saat ikan berumur kurang lebih 1.5
tahun hingga 15 tahun atau batas umur produktifnya (Rahim, 2011).
Kegiatan pembenihan ikan arwana super red memiliki fluktuasi survival
rate (derajat kelansungan hidup) pada tiap tingkatan ukurannya, benih ukuran 7
cm memiliki kisaran survival rate sebesar 50-60 persen dan ukuran 9 cm memiliki
kisaran survival rate sebesar 35-85 persen, sedangkan kegiatan pembesaran
memiliki kisaran fluktuasi survival rate sebesar 90-95 persen (Apin , 2004;
Machmud & Hartono 2008; PT Arwana Indonesia, 2009). Data fluktuasi survival
rate pada tiap tingkatan ukuran menunjukan bahwa kegiatan pembenihan
merupakan kegiatan yang memiliki risiko tertinggi akbiat terdapat banyaknya
fluktuasi survival rate yang terjadi dibandingkan survival rate yang terjadi dalam
kegiatan pembesaran ikan arwana.
Hasil penjualan dari kegiatan pembenihan ikan arwana super red selalu
mengalami perubahan jumlah penjualan ikan arwana tiap tahunnya. Berikut
adalah gambar 1 dari data jumlah ekspor penjualan benih ikan hias arwana super
red.
Gambar 1 Grafik penjualan ekspor benih ikan arwana pada tahun 2001 -2005 (ekor)
Sumber : Departemen Kehutanan tahun 2009
38296
52968
91666
76919
99381
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
2001 2002 2003 2004 2005
Ju
mla
h E
ksp
or
Tahun
Ekspor Ikan Arwana
5
Data di atas memperlihatkan terjadinya perubahan atau fluktuasi hasil
penjualan benih yang dihasilkan pada kegiatan pembenihan arwana super red
ditiap tahunnya. Pada tahun 2004 total penjualanan benih mencapai 76 919 ekor,
angka tersebut mengalami penurunan sebanyak 14 747 ekor dari tahun
sebelumnya, yang mencapai penjualan sebanyak 91 666 ekor pada tahun 2003.
Berdasarkan data pasar ekspor sebelumnya, secara total pasar ikan hias
mengalami pertumbuhan hingga akhir tahun 2011 (termasuk pasar ikan arwana
super red), sehingga dapat disimpulkan fluktuasi penjualan benih arwana tidak
disebabkan oleh adanya fluktuasi pasar, akan tetapi disebabkan karena adanya
fluktuasi produksi. Fluktuasi produksi tersebut menjadi indikasi terjadinya risiko
produksi pada kegiatan pembenihan. Risiko produksi ditimbulkan oleh
penanganan produksi yang menggunakan teknologi sederhana dalam kegiatannya.
Hal ini dikarenakan belum ada teknologi atau penelitian yang melakukan uji coba
kawin suntik dalam mempercepat proses perkawinan pada ikan arwana, sehingga
hasil produksi bergantung pada kondisi kondisi air sungai atau habitat
pembenihan ikan arwana tersebut. Pengontrolan kualitas air menjadi faktor
penting dalam kegiatan usaha pembenihan ikan arwana, sehingga kualitas air yang
baik menjadi faktor pendukung keberhasilan suatu kegiatan pembenihan ikan
arwana, sebaliknya kualitas air yang buruk dapat menimbulkan kerugian dari
usaha pembenihan ikan arwana.
Pembuangan limbah pabrik kelapa sawit dan industri tambang ke aliran
sungai menyebabkan kualitas air sungai di Kalimantan Barat menurun dalam
periode tahun terakhir. Hal tersebut menimbulkan terjadinya penurunan hasil
produksi yang mengakibatkan kerugian yang cukup besar pada kegiatan
pembenihan ikan arwana super red. Beberapa perusahaan mengalami
kebangkrutan akibat kejadian tersebut, menurut data kementrian kehutanan di
tahun 2011 terdapat jumlah 2 perusahaan penangkar yang mencabut hak ijin
perdagangan ikan arwana akibat usaha yang dijalankan tidak berjalan dengan
baik, sehingga jumlah perusahaan penangkar yang ada pada tahun 2009 berjumlah
87 perusahaan penangkar (Departemen Kehutanan, 2011).
Selain faktor kualitas air, faktor lainnya yang dapat menimbulkan fluktuasi
produksi tersebut adalah pemberian pakan yang tidak memperhatikan nutrisi bagi
induk dan benih, serangan hama dan penyakit, serta kualitas benih yang
dihasilkan, karena benih yang berkualitas buruk/afkir tidak akan dijual kepada
pasar ikan hias yang ada (Rahim, 2011).
Oleh sebab itu analisis risiko produksi pada kegiatan pembenihan perlu
dikaji lebih dalam, agar risiko risiko yang ada dikegiatan pembenihan tersebut
dapat diidentifikasi dalam upaya meminimalisir risiko untuk mencapai
keuntungan yang maksimum pada usaha kegiatan bisnis di pembenihan ikan
arwana.
Rumusan Masalah
PD. Dian Ardyka merupakan salah satu perusahaan penangkar atau
pembenihan ikan arwana super red di Kalimantan Barat yang cukup besar yang
berlokasi di jalan Transkalimantan gang Kemuning, Kecamatan Sui.Ambawang,
Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Perusahaan tersebut merupakan salah
6
satu perusahaan tebesar dari 6 perusahaan eksportir ikan arwana di Kalimantan
Barat, dan atas dasar inilah peneliti memilih perusahaan sebagai rujukan tempat
penelitian dari kajian yang diteliti.
Perusahaan mengalami fluktuasi hasil produksi yang disebabkan oleh
kematian benih pada kegiatan pembenihan di usaha penangkarannya. Tingkat
kematian (mortalitas) benih di perusahaan juga mengalami fluktuasi akibat
sumber risiko yang dihadapinya seperti umur larva yang muda, serangan penyakit,
dan lainnya. Fluktuasi mortalitas benih didapat dari data produksi perusahaan
selama 24 bulan di tahun 2012 dan 2013 (Lampiran 1), seperti yang tertera pada
Gambar 2
Gambar 2 Grafik mortalitas benih arwana di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013
Fluktuasi mortalitas benih tersebut menjadi indikasi terjadinya risiko
produksi pada perusahaan, sehingga perusahaan menanggapi risiko tersebut
dengan menciptakan teknologi yang baru untuk meminimalisir risiko produksi
pada usahanya, salah satu contohnya yaitu teknologi water vortex, teknologi
tersebut dapat digunakan sebagai simulator benih yang ada di dalam rahang induk
jantan pada saat benih dierami (Rahim, 2011), namun teknologi water vortex
belum juga mampu mengatasi permasalahan terhadap kerugian yang ditimbulkan
dari risiko produksi yang ada.
Pada awal tahun 2013 perusahaan menghadapi permasalahan dalam
menghadapi ketidaktentuan hasil produksi yang didapat akibat penurunan jumlah
input berupa larva ikan arwana super red. Penurunan tersebut disebabkan oleh
beberapa kejadian merugikan, seperti panen larva yang selalu berumur muda serta
serangan penyakit. Kejadian merugikan tersebut mendorong perusahaan untuk
mencari alternatif strategi penanganan risiko produksi dalam menghadapi sumber
risiko tersebut. Hal tersebut menjadi daya tarik untuk dikaji dan diteliti lebih
dalam mengenai strategi atau upaya yang perlu dilakukan perusahaan dalam
mengendalikan sumber-sumber risiko serta meminimalisir dampak kerugian yang
ditimbulkan.
13,99
24,18
40,66
48,37
33,24
24,52
23,57
30,23
29,17
37,18
22,22
13,96
18,24
3,435,56
15,61
6,22
13,64
13,3614,36
2,46
12,86
1,56
13,43
0
10
20
30
40
50
60
Mortalitas Benih Arwana Super Red di PD Dian Ardyka
Tahun 2012 - 2013
Mortalitas Benih (%)
Tahun 2012
Mortalitas Benih (%)
Tahun 2013
7
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu :
1. Sumber risiko apa yang terjadi di kegiatan produksi pembenihan ikan arwana super red di PD. Dian Ardyka?
2. Berapa besar probabilitas dan dampak kerugian yang ditimbulkan dari sumber-sumber risiko tersebut ?
3. Bagaimana strategi atau upaya yang dilakukan PD Dian Ardyka dalam mengatasi risiko produksi ikan arwana di perusahaannya?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian
ini adalah :
1. Mengidentifikasi sumber risiko produksi pembenihan ikan arwana super red yang dihadapi oleh PD Dian Ardyka.
2. Menganalisis probabilitas dan dampak kerugian yang ditimbulkan dari sumber - sumber risiko yang dihadapi PD Dian Ardyka.
3. Menganalisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko pembenihan ikan arwana super red di PD Dian Ardyka.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai masukan bagi tempat usaha budi daya untuk menjadi bahan pertimbangan dalam meminimalisasi risiko yang dihadapi.
2. Sebagai masukan bagi pembaca untuk memperluas wawasan. 3. Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian-penelitian
selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
PD Dian Ardyka memiliki usaha di bidang usaha ikan arwana super red,
golden arwana, banjar red, dan hijau arwana. Komoditas yang dikaji pada
penelitian ini adalah ikan arwana super red. Penelitian ini mengkaji risiko
produksi ikan arwana super red, khusus pada kegiatan produksi ikan yang hanya
mencakup pada tahap pembenihan.
Perhitungan analisis risiko produksi pembenihan yang diteliti hanya
meliputi bagian proses produksi yang dimulai dari pemanenan telur/benih hingga
ke proses pemeliharaan benih. Pemberian ruang lingkup penelitian dilakukan
karena keterbatasan alat serta waktu penelitian.
8
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian mengenai aktifitas kegiatan budi daya pembenihan ikan arwana
super red sudah banyak dilakukan di Indonesia, penelitian tersebut menjelaskan
karakteristik serta cara membudi dayakan ikan arwana super red, hal ini
berbanding terbalik dengan penelitian tentang risiko produksi ikan arwana super
red, sehingga penelitian risiko produksi pada ikan arwana super red jarang
ditemukan.
Kesulitan dalam mencari penelitian-penelitian yang berkaitan tentang risiko
produksi ikan arwana menyebabkan kurangnya literatur pendukung yang relevan
dalam melancarkan kegiatan penelitian risiko produksi pembenihan ikan arwana
ini. Penyebab sulitnya literatur didapat dikarenakan kebanyakan para civitas
akademik masih jarang sekali yang mencoba menganalisis risiko produksi pada
kegiatan budi daya arwana, khususnya arwana super red.
Peneliti hanya bisa merujuk pada penelitian-penelitian risiko produksi
komoditas jenis ikan hias lainnya seperti Analisis Risiko Produksi Ikan Hias pada
PT Taufan Fish Farm di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat oleh
Fransmudiyanto Silaban tahun 2011. Penelitian risiko produksi lainnya diambil
dari komoditas non ikan hias, yakni komoditas ikan konsumsi, seperti Analisis
Risiko Produksi Pembesaran Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Di CV.
Jumbo Bintang Lestari Gunungsindur Kabupaten Bogor oleh Titisari Dewiaji
tahun 2011; Manajemen Risiko Operasional Pada Pemasaran Benih Ikan Patin
PT.Mitra Mina Nusantara di Kabupaten Bogor, Jawa Barat oleh Azizah
Purwitasari tahun 2011; serta skripsi yang berjudul Manajemen Risiko Dalam
Usaha Pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), Studi Kasus di
PT.Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten ditulis oleh Ana
Lestari tahun 2009.
Ikan Arwana Super Red
Ikan arwana super red merupakan ikan yang hidup di sungai dengan dasar
berbatu-batu, danau, rawa dan perairan umum pada kondisi arus sedang atau
lambat, dan juga mampu hidup di perairan yang sedikit asam (pH 4-6). Arwana
mempunyai kebiasaan menjaga anaknya dalam mulut (mouth breeder) dalam fase
pengembangbiakkan. Fekunditas telur dari arwana berkisar antara 20-60 butir,
banyaknya telur pada arwana berkaitan dengan bobot serta umur pada indukan.
Pengeraman telur dalam mengasuh anakan arwana berlangsung antara 1-2 bulan.
Anakan arwana mempunyai kuning telur yang akan diserap sebagai makanan
dalam waktu 1 bulan sampai ukuran 6-7 cm, setelah itu dilepas induknya karena
dianggap sudah dapat mencari mangsa sendiri. Arwana dewasa dikenal hidup
menyendiri dan agresif menyerang untuk berkelahi. Arwana aktif berenang di
permukaan air pada malam hari untuk mencari mangsa, sedangkan pada siang hari
cenderung tinggal di dasar perairan. Makanan arwana dapat berupa serangga, ikan
kecil, udang-udangan (crustacea), dan tanaman air. Penyebaran arwana super
red, endemik hanya ada di Kalimantan Barat, terdapat di Kapuas Hulu (Sungai
9
Tawang, Sungai Puyam, Sungai Seriang), dan danau-danau di Kalimantan Barat
(Danau Aji, Danau Saih, Danau Maid, Danau Siluk).
Ikan arwana adalah ikan yang dilindungi undang-undang (berdasarkan SK
Menteri Pertanian No.716/Kpts/Um/10/1980, SK Dirjen PHPA No. 07/Kpts/DJ-
VI/1988, Instruksi Dirjen Perikanan No.IK-250/D.4.2955/83K, SK Menteri
Kehutanan No.516/Kpts/II/ 1995 dan PP No.7 tahun 1999), khusus di Kalimantan
Barat telah dikeluarkan pengumuman Gubernur mengenai perlindungan arwana.
Masuk dalam Red Data Book IUCN tahun 1969 dan tanggal 1 Juli 1975 masuk
daftar Appendix I CITES. Status appendix I CITES pada arwana, menyebabkan
perdagangan arwana ke luar negeri harus memenuhi aturan serta standar
international, sehingga aktivitas penangkaran, perijinan hingga prosedur ekspor
harus memenuhi aturan-aturan yang berlaku.
Perdagangan ke luar negeri pada jenis ikan arwana dapat dilakukan oleh
badan usaha yang telah memiliki izin sebagai pengedar ikan arwana ke luar
negeri, serta melakukan pembuatan berita acara dalam perdagangan yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam-
Departemen Kehutanan, disertai serfifikasi dokumen dari CITIES.
Kegiatan pembenihan pada umumnya, meliputi kegiatan pemeliharaan
induk dan kegiatan pemeliharaan benih. Kegiatan pemeliharaan induk pada
umumnya dilakukan dalam kolam kayu dengan dasar pasir, padat penebaran
induk berkisar 12 m2/ekor dengan bobot tubuh 5 8 kg/ekor. Pemberian pakan
dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dengan feeding rate (FR) sebesar 0.4
persen dari biomassa. Pakan yang diberikan berjenis pakan alami berupa udang,
sotong, jangkrik, kecoa, dll. Pemijahan induk dilakukan secara alami dengan sex
ratio (1 ekor jantan : 1 ekor betina). Monitoring perkawinan induk perlu
dilakukkan untuk mengamati tingkah laku ikan arwana yang melakukan
perkawinan dimalam hari. Panen telur dilakukan setelah 7 hari dari
didapatkannya induk ikan yang melakukan perkawinan hasil monitoring malam
tersebut.
Satu dapat induk betina menghasilkan telur sebanyak 20-70 butir telur,
dengan diameter telur sebesar 1.9 cm dan berat telur sebesar 1 gram, besarnya
jumlah telur serta diam bergantung pada umur indukan, induk yang berumur lebih
tua biasanya memiliki diam telur yang lebih besar dari induk muda dan jumlah
telur yang lebih sedikit dibandingkan induk muda. Penetasan telur/hatching rate
(HR) pada arwana pada umumnya sebesar 100 persen dan tingkat kelangsungan
hidup/survival rate (SR) dari larva ke benih sebesar 78 persen.
Pemanenan dilakukan setelah benih mencapai ukuran 7 10 cm,
pemanenan dilakukan dengan cara memuasakan benih satu hari sebelum
pengiriman, pengiriman dapat dilakukan pada wadah packing berupa kantong
plastik, dengan memasukan chip serta sertifikat ke dalam box pengiriman (Rahim,
2011).
Sumber Sumber Risiko
Sumber risiko produksi merupakan sumber atau penyebab munculnya risiko
produksi yang ada dalam kegiatan budi daya. Ketiga dari empat sumber
penelitian risiko produksi terdahulu, menjelaskan bahwa sumber risiko produksi
10
yang banyak ditemui dalam bidang perikanan adalah kondisi perubahan cuaca
atau iklim yang tidak menentu, serangan penyakit dan hama, kualitas pasokan
benih ikan yang kurang baik, serta kualitas sumber daya manusia atau tenaga
kerja yang buruk (Silaban, 2011; Dewiaji, 2011; dan Lestari, 2009). Salah satu
sumber acuan lainnya menjelaskan, bahwa sumber risiko yang ditemui dalam
kegiatan usaha budi daya adalah risiko alam, risiko sumber daya manusia, risiko
teknologi, dan risiko proses (Purwitasari, 2011).
Melihat rujukan penelitian terdahulu tersebut, peneliti berpendapat bahwa
masih ada sumber risiko lainnya yang terdapat dalam kegiatan budi daya
perikanan selain perubahan cuaca, kualitas air, serangan penyakit, kualitas SDM,
dan kualitas benih, sumber risiko lainnya tersebut dapat berupa kualitas pakan
serta kualitas indukan. Peneliti berpendapat bahwa pakan yang baik akan
memberikan nutrisi yang sehat pada ikan, sehingga metabolisme dan produksi
pada ikan dapat berjalan dengan baik, hal tersebut menciptakan bobot dan jumlah
telur yang maksimal. Kualitas induk perlu dijadikan sumber risiko karena kualitas
merupakan kunci dari keberhasilan dalam menciptakan kualitas benih ikan yang
baik, sehingga kualitas induk menjadi risiko sendiri dalam kegiatan budi daya
perikanan.
Semua sumber risiko tersebut dapat terjadi dalam kegiatan penelitian risiko
produksi pembenihan ini, namun tidak menutup kemungkinan bahwa sumber
risiko yang terjadi terdapat sumber risiko yang baru dan belum dijelaskan pada
penjelasan sebelumnya. Penentuan prioritas sumber risiko yang dilakukan pada
penelitian ini menggunakan analisis perbandingan berpasangan (pairwise
comparison) yang diadopsi dari manajemen strategi, analisis ini dilakukan untuk
membandingan salah satu sumber risiko dengan sumber yang lainnya, hal ini
dilakukan karena peneliti menyadari bahwa kemungkinan data historis yang
didapat belum mampu menjelaskan semua peristiwa risiko/sumber risiko secara
keseluruhan yang terjadi di perusahaan, sehingga dengan dilakukannya uji analisis
perbandingan tersebut dapat mengatasi permasalahan kurang akuratnya data
histosris yang didapat.
Metode Analisis Risiko
Peneliti terdahulu melakukan analisis risiko objek yang ditelitinya melalui
berbagai pendekatan, salah satu pendekatan analisis risiko produksi tersebut dapat
menggunakan analisis ukuran risiko seperti mencari nilai expected return, variasi
atau ragam (variance), standar deviasi atau simpangan baku (standard deviation),
dan koefisien variasi (coefficient variance). Salah satu penelitian terdahulu
melakukan pendekatan ukuran risiko tersebut dengan menambahkan kajian
dampak sumber risiko produksi terhadap pendapatan dengan mengggunakan
metode Value at Risk/ VaR (Silaban, 2011). Di dalam penelitiannya,
penggunanaan ukuran expected return, variance, standard deviation, dan
coefficient variance dipakai untuk membandingkan risiko yang terjadi pada
beberapa komoditas ikan hias yang dibudi dayakan di PT.Taufan Fish Farm,
sehingga didapat nilai-nilai pembanding sebagai tolak ukur penilaian risiko dari
masing-masing komoditas.
11
Sedangkan (Dewiaji, 2011; Purwitasari, 2011; dan Lestari, 2009) melakukan
analisis risiko produksi dengan cara menilai probabilitas terhadap sumber-sumber
risiko produksi yang ada di dalam objek penelitian yang ditelitinya, serta
mengukur besarnya dampak yang ditimbulkan dari masing-masing sumber risiko.
Analisis tersebut dilakukan dengan cara metode pengukuran probababilitas
dengan menggunakan metode Z-Score dan pengukuran besarnya dampak sumber
risiko dengan menggunakan metode Value at Risk (VaR). Setelah dilakukannya
analisis probabilitas dan dampak risiko dari sumber risiko, hasil dari analisis
probabilitas dan dampak risiko dipakai untuk memetakan risiko sehingga didapat
alternatif penanganan terhadap sumber-sumber risiko yang dihadapi oleh kegiatan
budi daya objek penelitian. Metode penelitian analisis probabilitas dan dampak
risiko sangat tepat dilakukan pada penelitian-penelitian tersebut, karena penelitan-
penelitian tersebut hanya mengkaji satu komoditas yang ada di salah satu
perusahaan, sehingga mendalami pengetahuan tentang sumber-sumber risiko yang
terjadi beserta dampak yang ditimbulkan dari sumber risiko tersebut.
Berdasarkan dua pendekatan analisis risiko tersebut, peneliti mencoba
menggunakan analisis probabilitas serta mengukur dampak risiko yang
ditimbulkan pada usaha pembenihan ikan arwana yang merujuk pada penelitian
terdahulu (Dewiaji, 2011; Purwitasari, 2011; dan Lestari, 2009), hal ini
dikarenakan peneliti ingin mengkaji sumber risiko yang terjadi di kegiatan
pembenihan ikan arwana tentunya dengan menambahkan uji coba analisis
perbandingan pada sumber-sumber risiko yang terjadi.
Strategi Pengelolaan Risiko
Strategi pengelolaan risiko sangat perlu dilakukan agar dapat meminimalisir
dampak dari risiko yang ditimbulkan. Beberapa penelitian terdahulu banyak yang
menggunakan pemetaan risiko sebagai cara untuk mengetahui alternatif pilihan
strategi yang dijalankan oleh perusahaan yang diteliti. Pemetaan risiko dapat
dibuat jika sebelumnya telah mengukur probabilitas risiko dan dampak dari risiko
yang ditimbulkan dari kegiatan penelitian (Dewiaji, 2011; Purwitasari, 2011; dan
Lestari, 2009), sedangkan acuan penelitian lainnya (Silaban, 2011) menjelaskan
strategi pengelolaan risiko hanya didapat dari analisis deskriptif yakni melalui
wawancara dan observasi lapangan, sehingga pada kegiatan penelitiannya tidak
terdapat pemetaan risiko yang dapat merumuskan alternatif strategi dengan tepat
bagi perusahaan yang ditelitinya. Berikut hasil dari perumusan alternatif strategi
bagi perusahaan pada masing-masing kegiatan penelitian :
Menurut (Silaban, 2011) strategi yang dilakukan oleh PT. Taufan Fish
Farm dalam meminimalisir risiko produksi pembenihan ikan hias di perusahaan
tersebut dengan cara diversifikasi komoditas yang diproduksi. Fungsi
diversifikasi dilakukan untuk menutupi kegagalan pada salah satu kegiatan
pembenihan satu jenis ikan hias dengan keuntungan komoditas ikan lainnya.
Menurut (Dewiaji, 2011) strategi yang perlu dilakukan dalam kegiatan
produksi lele di CV Jumbo Bintang Lestari adalah dengan menggunakan strategi
preventif dan mitigasi yang diambil dari hasil pemetaan risiko produksi. Strategi
preventif yang dilakukan berupa produksi benih ikan lele dumbo, pengawasan
produksi benih ikan bagi petani mitra, optimalisasi produksi benih,persiapan
12
kolam, pemberian probiotik, pemberian vitamin, penanganan benih tebar,
peningkatan keamanan lokasi budi daya. Sedangkan strategi mitigasi yang
dilakukan adalah menjalin kemitraan dengan pembudi daya benih ikan lele
dumbo, sistem kontrak dengan petani pembenihan, melakukan pengukuran sampel
ikan secara berkala, diversifikasi geografis, dan kerjasama dengan supplier pakan.
Menurut (Purwitasari, 2011) alternatif penanganan risiko operasional yang
terjadi pada PT MMN dilakukan dalam dua strategi penanganan, yaitu preventif
dan mitigasi. Strategi preventif dilakukan untuk memperkecil kemungkinan
terjadinya risiko. Risiko alam, dan proses yang berada pada kuadran I dan II
ditangani dengan membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur serta
mengembangkan sumber daya manusia. Berdasarkan risiko per kejadian, bencana
alam, kelalaian, dan pemilihan kendaraan yang salah berada pada kuadran I
ditangani dengan memperbaiki sistem dan prosedur. Strategi mitigasi yang dapat
dilakukan untuk mengurangi dampak risiko proses adalah dengan melakukan
diversifikasi. Berdasarkan risiko per kejadian, risiko yang berada pada kuadran II
dan IV adalah kecelakaan dan penanganan tidak dilakukan dengan baik.
Penanganan tidak dilakukan dengan baik dapat ditangani dengan diversifikasi.
Cara mitigasi yang dilakukan untuk mengurangi dampak terjadinya risiko
kecelakaan adalah dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Strategi
lain yang digunakan sebagai alternatif strategi yang dilakukan adalah monitor,
prevent at source, low control dan detect and monitor.
Menurut (Lestari, 2009) kuadran yang dapat ditangani dengan strategi
preventif adalah risiko yang terdapat pada kuadran I dan kuadran III, yaitu dengan
melakukan persiapan bak pemeliharaan, pemeliharaan induk, pemeliharaan larva,
pengelolaan kualitas air, pengelolaan pakan, pemanenan, dan pengepakan benur,
serta pelatihan sumber daya manusia dengan melakukan kontrak pembelian yang
dilakukan oleh pihak perusahaan bersama pihak pemasok pakan. Strategi mitigasi
risiko dilakukan oleh PT.Suri Tani Pemuka untuk menangani risiko pada kuadran
II melalui kegiatan pengendalian penyakit dan kegiatan pengadaan serta perlakuan
induk yang tepat dengan karakteristik induk udang vannamei yang baik.
Dari penjelasan strategi pada masing-masing acuan penelitian, penulis
mencoba untuk merumuskan penelitiannya yang merujuk pada pemetaan risiko
terlebih dahulu (Dewiaji, 2009; Purwitasari, 2011; dan Lestari 2009) agar
alternatif strategi yang didapat lebih akurat dan tepat, dikarenakan penetuan
penanganan strategi menggunakan pemetaan risiko.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Dalam kerangka pemikiran teoritis ini, dijelaskan beberapa teori yang
berkaitan erat dengan topik penelitian yang membahas risiko. Terdapat beberapa
bahasan teori mengenai risiko yang akan diulas dalam kerangka teori ini, seperti
konsep risiko dan ketidakpastian, sumber-sumber risiko, pengukuran risiko, serta
manajemen pengukuran risiko.
13
Konsep Risiko dan Ketidakpastian
Di dalam sebuah kegiatan bisnis, pasti didapatkan beberapa masalah yang
muncul yang mengakibatkan kerugian yang berdampak negatif pada
kelangsungan usaha bisnis, sehingga masalah tersebut perlu ditangani pelaku
kegiatan bisnis untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkannya. Masalah-
masalah yang muncul dalam kegiatan bisnis tersebut seringkali disebut sebagai
risiko atau ketidakpastian oleh para pelaku bisnis, sehingga risiko dan
ketidakpastian sangat erat kaitannya, namun keduanya memiliki makna yang
berbeda.
Risiko (Risk) diartikan sebagai peluang suatu kejadian yang dapat
menimbulkan kerugian pada kegiatan usaha tertentu (Robinson & Barry, 1987;
Harwood et al, 1999; & Kountur, 2006), dimana peluang kejadian tersebut dapat
diukur kuantitasnya (Robinson & Barry, 1987; Djohanputro, 2008) dikarenakan
tersedianya informasi apa yang terjadi (Hardaker, 1997; Kountur 2008) atau
terdapat beberapa hasil/outcome dari data historis kegiatan terdahulu.
Sedangkan Ketidakpastian sendiri diartikan sebagai peluang suatu kejadian
yang dapat menimbulkan kerugian pada kegiatan usaha tertentu (Robinson &
Barry, 1987; Harwood et al, 1999; Kountur, 2006), dimana peluang kejadian
tersebut tidak dapat diukur kuantitasnya (Robinson & Barry, 1987; Djohanputro,
2008) dikarenakan tidak tersedianya informasi apa yang terjadi (Hardeker,1997;
Kountur, 2008) atau tidak terdapat hasil/outcome dari data historis kegiatan
terdahulu.
Berdasarkan pengertian risiko dan ketidakpastian di atas, maka letak
perbedaan antara risiko dan ketidakpastian terdapat pada bisa atau tidaknya
dilakukan pengukuran kuantitatif terhadap peluang kejadian yang dapat
menimbulkan kerugian pada kegiatan usaha bisnis, serta ada tidaknya data historis
kegiatan terdahulu berupa hasil/outcome yang menunjang dalam kegiatan
pengukuran tersebut.
Di dalam penelitian ini, konsep risiko dijadikan sebagai acuan dalam
penelitian, adanya peluang kejadian yang merugikan yang dapat diukur
kuantitasnya berdasarkan data historis kegiatan terdahulu merupakan hal mutlak
yang harus ada dalam kegiatan penelitian ini.
Sumber Sumber Risiko
Risiko yang terjadi di dalam kegiatan suatu usaha beranekaragam jenisnya
dan di tiap jenis risiko tersebut terdapat beberapa sumber atau penyebab yang
menimbulkan munculnya jenis-jenis risiko tersebut. Jenis-jenis risiko yang sering
dihadapi petani atau pelaku bisnis meliputi risiko produksi, risiko kelembagaan,
risiko pasar atau harga, risiko kebijakan, dan risiko finansial (Harwood et al,
1999).
Risiko produksi berkaitan erat dengan peluang kejadian yang merugikan
yang ada pada kegiatan produksi atau operasional suatu usaha. Sumber risiko
atau penyebab munculnya risiko produksi yaitu gagal panen, rendahnya
produktivitas, kerusakan barang (mutu tidak sesuai) yang ditimbulkan oleh
serangan hama penyakit, perbedaan iklim, kesalahan sumberdaya manusia dan
lain sebagainya.
14
Risiko kelembagaan berkaitan erat dengan aturan atau organisasi yang ada
di sekitar usaha dan keberlangsungan kegiatan usaha. Sumber risiko yang
menimbulkan risiko kelembagaan yaitu aturan tertentu yang membuat anggota
suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil
produksinya.
Risiko pasar merupakan peluang kejadian yang dapat menimbulkan
kerugian pada aspek pasar dan harga. Risiko pasar dibagi menjadi dua kategori
baik risiko pasar output maupun risiko pasar input. Sumber risiko atau penyebab
yang dapat menimbulkan risiko pasar output diantaranya yaitu tidak terjualnya
barang akibat ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga
output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan dan lain sebagainya, sedangkan
sumber risiko yang menimbulkan risiko pasar input adalah terjadinya kenaikan
harga input akibat inflasi menyebabkan sulitnya mencari sumber bahan baku yang
terjangkau.
Risiko kebijakan berkaitan erat dengan kebijakan pemerintah setempat
terhadap usaha yang dilakukan. Sumber risiko yang menyebabkan munculnya
risiko kebijakan antara lain adanya suatu kebijakan tertentu yang dapat
menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya kebijakan tarif ekspor.
Sedangkan risiko finansial merupakan risiko yang berkaitan erat dengan
masalah keuangan yang ada pada usaha atau kegiatan bisnis yang sedang
dijalankan. Sumber risiko yang menimbulkan risiko finansial meliputi adanya
piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha menjadi
terhambat, putarna barang rendah, laba menurun karena terjadinya krisis ekonomi
dan lain-lain.
Berdasarkan penjelasan jenis risiko beserta sumber-sumber risiko yang
dapat menimbulkan risiko pada kegiatan usaha, maka penelitian ini memfokuskan
atau memusatkan ruang lingkupnya terhadap penelitian risiko produksi, sehingga
sumber-sumber risiko yang dapat menyebabkan gagalnya panen seperti rendahnya
produktivitas, kerusakan barang (mutu tidak sesuai) yang ditimbulkan oleh
serangan hama penyakit, perbedaan iklim, kesalahan sumberdaya manusia dan
lain sebagainya, menjadi acuan dasar dalam kegiatan penelitian ini.
Pengukuran Risiko
Pengukuran risiko perlu dilakukan dalam rangka meminimalisir kerugian
yang didapat, dengan cara mendata serta mengurutkan sumber-sumber risiko yang
terjadi sehingga terbentuk tingkat prioritas yang akan digunakan dalam pemilihan
alternatif atau solusi dalam menghadapi beberapa sumber risiko tersebut.
Pengukuran risiko yang menggunakan cara pengukuran kemungkinan terjadinya
risiko bisa disebut dengan analisis probabilitas. Analisis probabilitas meliputi
pengukuran kejadian yang merugikan dengan pengukuran dampak kerugian yang
ditimbulkan dari kejadian merugikan tersebut. Analisis probbilitas, meliputi
kegiatan pengukuran rata-rata kejadian berisiko, pengukuran nilai standar deviasi
dari kejadian berisiko, penghitungan Z-score dan terakhir pengukuran dampak
risiko dengan menggunakan metode Value at risk (VaR). Pengukuran dampak
risiko ini hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Hasil
analisis probabilitas akan menunjukan tingkat kemungkinan terjadinya suatu
15
sumber risiko beserta tingkat kerugian yang ditimbulkan dari sumber risiko
tersebut (Kountour, 2008).
Pengukuran risiko dapat juga diukur pada pengukuran penyimpangan
(deviation) terhadap return dari suatu aset. Menurut Elton dan Gruber (1995)
terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian (variance), standar
deviasi (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Ketiga
ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu
ukuran yang lainnya. Seperti standard deviation yang merupakan akar kuadrat
dari variance sedangkan coefficient variation merupakan rasio dari standard
deviation dengan nilai expected return dari suatu kegiatan usaha. Return yang
diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Hasil keputusan yang
tepat dalam menganalisis risiko suatu kegiatan usaha harus menggunakan
perbandingan dengan satuan yang sama. Ukuran risiko yang dapat
membandingkan dengan satuan yang sama adalah coefficient variation.
Coefficient variation merupakan ukuran yang tepat bagi pengambil keputusan
dalam menilai suatu kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang
dihadapi untuk setiap return yang diperoleh dari kegiatan usaha tersebut. Dengan
ukuran coefficient variation, penilaian risiko terhadap kegiatan usaha sudah
dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu besarnya risiko untuk setiap return,
return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga.
Pemetaan Risiko
Menurut Djohanputro (2008), risiko selalu terkait dengan dua dimensi,
pemetaan yang paling tepat juga menggunakan dua dimensi yang sama. Kedua
dimensi yang dimaksud adalah probabilitas terjadinya risiko dan dampaknya bila
risiko tersebut terjadi.
Probabilitas yang merupakan dimensi pertama menyatakan tingkat
kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi tingkat kemungkinan risiko
terjadi, semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin rendah
kemungkikan risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk
memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya probabilitas
dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Dimensi kedua yaitu dampak, merupakan tingkat kegawatan atau biaya
yang terjadi jika risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan.
Semakin tinggi dampak suatu risiko, maka semakin perlu mendapat perhatian
khusus. Sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko maka
semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya
untuk menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya dimensi dampak dibagi
menjadi tiga tingkat yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Matriks antara kedua dimensi menghasilkan empat kuadran utama.
Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian antara ambang
batas (garis) normal sampai daerah tinggi, dengan dampak yang rendah. Risiko
yang secara rutin terjadi ini tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan
target perusahaan, tetapi akan terasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan
muncul sebagai kenyataan, namun pada umumnya perusahaan mampu dengan
cepat mengatasi dampak yang muncul.
16
Kuadran II merupakan area dengan tingkat probabilitas tinggi dan tingkat
dampak tinggi. Pada kuadran II merupakan kategori risiko yang masuk ke dalam
prioritas utama. Bila risiko-risiko pada kuadran II terjadi akan menyebabkan
terancamnya pencapaian tujuan perusahaan.
Kuadran III merupakan risiko dengan tingkat probabilitas kejadian yang
rendah dan mengandung dampak yang rendah pula. Risiko-risiko yang muncul
pada kuadran III cenderung diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu
mengalokasikan sumber dayanya untuk menangani risiko tersebut. Walaupun
demikian, manajemen tetap perlu untuk memonitor risiko yang masuk dalam
kuadran III karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk
dalam kuadran III dapat pindah ke kuadran lain bila ada perubahan ekternal
maupun internal yang signifikan.
Kuadran IV merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian yang
rendah, namun dengan dampak yang tinggi. Artinya, risiko-risiko dalam kuadran
IV cukup jarang terjadi tetapi apabila sampai terjadi maka akan mengakibatkan
tidak tercapainya tujuan dan target perusahaan.
Strategi Penanganan Risiko
Strategi pengelolaan risiko merupakan langkah-langkah yang dapat
ditempuh perusahaan untuk menangani terjadinya risiko. Fungsi-fungsi
manajemen sangat berperan dalam perumusan strategi pengelolaan risiko
sehingga penentuan strategi dapat dikonsep dalam manajemen risiko.
Alternatif penanganan risiko pada produk pertanian ada berbagai cara yakni
dengan diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak
pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi. Salah satu penanganan risiko yang
digunakan pada penelitian ini adalah diversifikasi.
Diversifikasi adalah suatu cara pengurangan risiko dengan cara menyebar
investasi ke beberapa jenis usaha yang dapat meminimalkan risiko kehilangan
semua aset perusahaan bila suatu investasi pada salah satu jenis usaha memburuk,
dalam melakukan perencanaan beberapa jenis investasi tersebut perusahaan
Kuadran I Kuadran II
Kuadran III Kuadran IV
Dampak
(Rp)
Probabilitas (Rp)
Tinggi
Rendah
Tinggi
Garis
normal
Rendah Garis
normal
Gambar 3 Peta Risiko
Sumber : (Kountur, 2008)
17
Gambar 4 Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan
Sumber : Kountur 2006
penting untuk mempertimbangkan hubungan dan pengaruh investasi tersebut
terhadap tingkat risiko yang akan dihadapai oleh perusahaan, serta pemilihan jenis
investasi tersebut harus didasari pada pengurangan tingkat risiko yang terbaik
dalam menghasilkan tingkat pendapatan yang diinginkan (Barron, 1993).
Sedangkan kelebihan dari diversifikasi sendiri adalah mengurangi risiko,
meminimalkan tenaga kerja, mengurangi penggunaan peralatan dan
meminimalkan biaya, serta keterbatasan yang dimiliki diversifikasi adalah
membutuhkan perlengkapan khusus, membutuhkan keahlian manajerial yang
lebih luas dan teknologi menjadi rumit (Hardwood et al, 1999).
Menurut Kountur (2008), manajemen risiko perusahaan adalah cara
bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih
risiko-risiko tertentu saja. Manajemen risiko merupakan cara atau langkah yang
dapat dilakukan pengambil keputusan untuk menghadapi risiko dengan cara
meminimalkan kerugian yang terjadi. Tujuan manajemen risiko adalah untuk
mengelola risiko dengan membuat pelaku usaha sadar akan risiko, sehingga laju
organisasi bisa dikendalikan. Strategi pengelolaan risiko merupakan suatu proses
yang berulang pada setiap periode produksi Gambar 4
Keterangan : garis proses
garis hasil (ouput)
Pengidentifikasian risiko merupakan proses penganalisaan untuk
menemukan secara sistematis dan secara berkesinambungan risiko (kerugian yang
potensial) yang menantang perusahaan. Dalam manajemen risiko, pengambil
keputusan perlu mengidentifikasi berbagai jenis risiko yang dihadapi perusahaan,
maka selanjutnya risiko tersebut kemudian diukur. Perlunya diukur adalah untuk
menentukan relatif pentingnya dan untuk memperoleh informasi yang akan
menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok
untuk menanganinya. Menurut Kountur (2008) ada dua strategi penanganan
risiko yaitu :
EVALUASI
IDENTIFIKASI
RISIKO
PENGUKURAN
RISIKO
PENANGANAN
RISIKO
Daftar Risiko
Expected Return
Usulan (Strategi
pengelolaan Risiko)
PROSES OUTPUT
18
1. Preventif Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini
dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat
dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :
a. Membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur
b. Mengembangkan sumberdaya manusia, dan
c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik
2. Mitigasi Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksud untuk
memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi
dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat
besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi
adalah:
a. Diversifikasi Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau harta di beberapa
tempat sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan
menghabiskan semua asset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan
salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam
mengurangi dampak risiko
b. Penggabungan Penggabungan atau yang lebih dikenal dengan istilah merger
menekankan pola penanganan risiko pada kegiatan penggabungan
dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan
yang melakukan merger atau dengan melakukan akuisisi.
c. Pengalihan Risiko Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko
dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Cara ini
bermaksud jika terjadi kerugian pada perusahaan maka yang
menanggung kerugian tersebut adalah pihak lain. Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk mengalihkan dampak risiko ke pihak lain,
diantaranya melalui asuransi, leasing, outsourching, dan hedging.
Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan cara mengasuransikan asset
perusahaan yang dampak risikonya besar, sehingga jika terjadi
kerugian maka pihak asuransi yang akan menanggung kerugian yang
dialami perusahaan sesuai dengan kontrak perjanjian yang telah
disepakati oleh pihak perusahaan dan pihak asuransi. Leasing adalah
cara dimana asset digunakan tetapi kepemilikannya adalah pihak lain.
Jika terjadi sesuatu pada asset tersebut maka pemiliknya yang akan
menanggung kerugian atas asset tersebut.
Outsourcing merupakan cara dimana pekerjaan diberikan kepada
pihak lain untuk mengerjakannya sehingga jika terjadi kerugian maka
perusahaan tidak menanggung kerugian melainkan pihak yang
melakukan pekerjaan tersebutlah yang menanggung kerugiannya.
Hedging merupakan cara pengalihan risiko dengan mengurangi
dampak risiko melalui transaksi penjualan atau pembelian. Beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk melakukan hedging adalah melalui
forward contract, future contract, option, dan swap.
19
Kerangka Pemikiran Operasional
PD. Dian Ardyka memiliki lahan seluas 8 Ha untuk memproduksi berbagai
jenis ikan arwana diantaranya ikan arwana super red dan golden arwana yang
dibudi dayakan di dalam media kolam dan akuarium, dengan komoditas utamanya
yakni ikan arwana super red. Dalam menjalankan kegiatan pembenihan ikan
arwana super red, PD Dian Ardyka menghadapi kendala yakni adanya
fluktuasi/perubahan hasil produksi yang menurun akibat dari perubahan kualitas
air secara mendadak, yang ditimbulkan oleh kondisi cuaca tidak menentu serta
buangan limbah pabrik dari kegiatan perkebunan kelapa sawit. Fluktuasi jumlah
benih di perusahaan juga disebabkan karena terdapat serangan penyakit serta
panen larva yang berumur muda. Perusahaan kesulitan dalam menangani
perubahan hasil produksi yang tidak menentu tersebut, sehingga diperlukan solusi
atau penanganan yang tepat terhadap beberapa kejadian yang merugikan tersebut
dengan menetapkan beberapa alternatif strategi yang harus dijalankan perusahaan.
Untuk menemukan solusi tersebut, penelitian ini perlu dilakukan dengan
mengkaji analisis risiko produksi pembenihan yang dilakukan oleh PD Dian
Ardyka, dengan dimulai melakukan proses pengidentifikasian faktor-faktor
penyebab risiko produksi yang terjadi, kemudian dilanjutkan melakukan analisis
probabilitas dari hasli identifikasi sumber-sumber risiko produksi, dan mengukur
dampak kerugian yang dihasilkan dari sumber risiko produksi tersebut, hasil dari
data probabilitas risiko dan dampak risiko akan digabungkan untuk membentuk
pemetaan risiko yang akan berfungsi untuk panduan atau arahan dalam
menentukan strategi penanganan risiko yang harus dilakukan perusahaan dalam
mengatasi risiko yang terjadi. Untuk lebih jelas pada alur pemikiran operasional
dapat dilihat pada Gambar 5
20
Kegiatan Pembenihan Ikan
Arwana Super red di
PD.Dian Ardyka
Penurunan Kualitas air
Serangan penyakit
Kualitas pakan buruk
Kondisi cuaca yang tidak stabil
Sumber daya manusia yang
kurang
Cacat/afkir
Umur larva muda
Kualitas induk buruk
Telur pecah
Pemetaan Risiko
Strategi Penanganan Risiko
Sumber Sumber
Risiko
Analisis perbandingan
berpasangan sumber-
sumber risiko
(pairwise comparison)
Risiko Produksi
Analisis
Probabilitas
(Z-score)
Fluktuasi Hasil
Produksi
Analisis
Dampak
Risiko
(Metode
Value at
risk/VaR)
Alur hubungan antar variabel
Alur penggunaan alat penelitian
Alat penelitian yang digunakan
Keterangan
Peluang Harga
Gambar 5 Kerangka Pemikiran Operasional
21
METODE PENELITIAN
Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PD Dian Ardyka yang berlokasi di jalan
Transkalimantan gang kemuning, Kecamatan Sui Ambawang, Kabupaten Kubu
Raya, Pontianak, Kalimantan Barat. Pemilihan lokasi didasarkan atas posisi
perusahaan yang merupakan salah satu perusahaan ekspor benih ikan arwana
super red terbesar di Kaliamantan Barat. Selain posisi perusahaan, pemilihan
lokasi di PD Dian Ardyka dilakukan untuk melanjutkan kegiatan penelitian
terdahulu, karena sebelumnya peneliti melakukan tugas akhir untuk
menyelesaikan studi diploma di perusahaan tersebut. Pengumpulan data dari
perusahaan PD Dian Ardyka dilakukan dari bulan Desember tahun 2013 sampai
Januari 2014.
Data dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari kegiatan pengamatan langsung serta wawancara dengan
pihak perusahaan meliputi keadaan umum perusahaan, manajemen risiko yang
diterapkan perusahaan, kegiatan pembenihan ikan arwana super red itu sendiri
(yang mencakup luas lahan, jumlah produksi, beserta data lainnya). Salah satu
data sekunder yang digunakan atau diambil pada kegiatan penelitian ini adalah
data historis produksi yang berjalan di perusahaan tersebut dari tahun awal tahun
2012 hingga akhir tahun 2013, sedangkan data sekunder lainnya dapat diperoleh
dari buku, artikel, jurnal, skripsi serta data-data instansi terkait yang mendukung
kegiatan penelitian ini, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen
Pertanian, Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, internet dan literatur yang
relevan.
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung ke
lapangan, wawancara dan diskusi dengan pemilik perusahaan dan bawahannya
seperti teknisi dan sekretaris perusahaan (dalam kelengkapan data). Teknik
observasi dilakukan untuk melakukan pengamatan pada kegiatan usaha
pembenihan ikan arwana super red yang dilakukan oleh perusahaan PD Dian
Ardyka meliputi proses pembenihan dan strategi penanganan risiko. Teknik
wawancara dan diskusi dilakukan untuk mengindentifikasi sumber-sumber risiko
yang ada dalam usaha pembenihan ikan hias serta strategi penanganan risiko yang
selama ini dilakukan oleh pihak perusahaan.
Metode pemilihan responden yang digunakan pada kegiatan penelitian ini
adalah metode purposive. Responden dipilih oleh peneliti dengan syarat
merupakan pihak yang berhubungan dan mengetahui jelas produksi dan risiko
yang sering dihadapi perusahaan, sehingga responden tertuju pada bagian
produksi serta pemilik perusahaan di PD Dian Ardyka.
22
Metode Analisis Data
Data dan informasi yang diperoleh dari lokasi penelitian serta data
pendukung lainnya akan diolah secara kuantitatif dan dianalisis secara kualitatif.
Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis risiko produksi terhadap hasil
produksi perusahaan yang berfluktuatif (dilihat dari hasil panen) yang dihadapi
oleh PD Dian Ardyka. Sedangkan untuk analisis kualitatif digunakan untuk
mengetahui keadaan atau gambaran mengenai keadaan umum perusahaan dan
manajemen risiko yang diterapkan perusahaan secara pendekatan deskriptif.
Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif terdiri dari analisis risiko yang meliputi analisis
Pengukuran risiko, probabilitas risiko, dan dampak risiko pada kegiatan
pembenihan ikan arwana super red di perusahaan.
1. Analisis Perbandingan Berpasangan Sumber-Sumber Risiko Analisis perbandingan berpasangan dilakukan untuk mengukur tingkat
prioritas yang terjadi antar sumber risiko. Hal ini dilakukan apabila data
historis yang didapat belum mencakup semua atau menginterpretasikan
semua sumber risiko yang terjadi di perusahaan. Analisis perbandingan
dilakukan dengan melakukan pembobotan atau penilaian skor pada tiap-tiap
sel yang membandingkan risiko yang satu dengan risiko yang lainnya, uji
ini dapat dilakukan seperti tabel dibawah :
Tabel 4 Analisis perbandingan berpasangan sumber risiko
Sumber
Risiko A B ... n Total Skor
Total
Bobot
A 1 Xij Xij/X
B 1 Xij Xij/X
... 1 ... ...
n 1 n n
Total Xt 1
Tabel di atas memperlihatkan perbandingan antara kolom-kolom sumber
risiko yang dilakukan dengan mengisi skor salah satu kolom sumber risiko
dengan sumber risiko yang lainnya, namun tidak dapat dilakukan penilaian
skor dalam perbandingan kolom sumber risiko yang sama, karena memiliki
pengaruh yang sama (hal ini dapat dilihat pada kolom tabel yang di bold
warna abu-abu). Papan kolom skor disi berdasarkan wawancara beberapa
pihak-pihak yang berkepentingan di perusahaan, seperti : direktur, teknisi
hatchery, dan agen perantara penjualan.
Nilai skor dibuat range sebanyak 10 angka, yang dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1 = Peluang terjadinya kedua sumber risiko sama besar. 2 = Peluang sumber risiko sedikit lebih besar (1-25 persen lebih
besar) dari sumber risiko yang dibandingkan
3 = Peluang sumber risiko lebih besar (26-50 persen lebih besar) dari sumber risiko yang dibandingkan
23
4 = Peluang sumber risiko sangat besar (51-75 persen lebih besar) dari sumber risiko yang dibandingkan
5 = Peluang sumber risiko mutlak besarnya (76- 100 persen lebih besar) dari sumber risiko yang dibandingkan
= Peluang sumber risiko sedikit lebih kecil (1-25 persen lebih
kecil) dari sumber risiko yang dibandingkan 1/3 = Peluang sumber risiko lebih kecil (26-50 persen lebih kecil) dari
sumber risiko yang dibandingkan
= Peluang sumber risiko sangat kecil (51-75 persen lebih kecil)
dari sumber risiko yang dibandingkan 1/5 = Peluang sumber risiko mutlak kecilnya (76-100 persen lebih
kecil) dari sumber risiko yang dibandingkan
Penilaian skor yang dilakukan tiap responden dibantu oleh peneliti dengan
memberikan asumsi contoh kasus kematian pada benih ikan arwana
sebanyak 100 ekor yang disebabkan oleh dua sumber risiko yang
dibandingkan. Responden diberi pilihan untuk memilh sumber risiko
berdasarkan kriteria penilaian skor.
Berikutnya nilai skor yang telah diisi tiap responden kemudian ditotalkan
dan diambil bagi dengan jumlah responden (lihat Lampiran 2), sehingga
didapat matriks sumber risiko berpasangan total (dapat dilihat pada tabel 6
bab pembahasan). Nilai kolom matriks berpasangan total dijumlahkan
secara horizontal sehingga didapat nilai Xij dari tiap baris sumber risiko dan
didapat jumlah total skor dari semua baris tabel pada nilai Xt. Selanjutnya
penilaian bobot dilakukan untuk melihat persentase dari tiap-tiap sumber
risiko yang didapat dari masing-masing barisnya dengan rumus
membagikan nilai skor pada tiap baris (Xij) dengan total skor secara
keseluruhan (Xt) sehingga didapat nilai (Xij/Xt). Jika ditotal secara
keseluruhan nilai (Xij/Xt) maka total nilai pembobotan akan bernilai 1, yang
menunjukan peluang dari terjadinya suatu kejadian dari sumber-sumber
risiko yang telah dimasukkan dalam tabel. Hasil penilaian skor pada tabel
di atas adalah penentuan sumber risiko yang dihitung peluang serta dampak
kerugian untuk mendapatkan strategi alternatif penanganan risiko lebih
lanjut, penentuan sumber risiko tersebut didapat dengan cara mengambil
sumber risiko yang memiliki nilai peluang bobot skor melebihi rata- rata
total nilai bobot/nilai hasil pembagian 100 persen dengan jumlah sumber
risiko yang terjadi (Xij/X > n), hal ini dilakukan untuk menilai keakuratan
pemilihan sumber risiko yang akan diteliti, serta keterbatasan dana
perusahaan dalam mengatasi sumber risiko yang terjadi.
2. Analisis Probabilitas Risiko Penilaian risiko pada yang dilakukan pada penelitian ini didasarkan pada
pengukuran probabilitas. Beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk
mengukur probabilitas diantaranya adalah dengan menghitung rata-rata
kejadian berisiko, menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko,
dan menghitung Z-score. Hal ini dapat dijelaskan dengan lebih rinci
sebagai berikut :
24
a. Menghitung rata-rata mortalitas Rumus yang digunakan untuk mengitung rata-rata adalah :
Dimana : X = Rata-rata mortalitas benih ikan arwana super red
xi = Data mortalitas benih ikan arwana super red per bulan selama tahun 2012 hingga 2013
n = Jumlah data mortalitas benih arwana selama tahun 2012 hingga
2013
Perhitungan mortalitas benih ikan arwana di PD Dian Ardyka digunakan
dalam penelitian ini dikarenakan jumlah input larva yang masuk dalam
kegiatan produksi perusahaan berbeda tiap bulannya (lihat Lampiran 3).
Perhitungan mortalitas benih tiap bulan dilakukan dengan cara
menggabungkan data kematian benih yang terjadi oleh input-input larva
yang masuk dalam kurun satu bulan sekali, perhitungan tersebut
dilakukan karena input-input larva perusahaan masuk ke dalam kegiatan
produksi tidak beraturan, sehingga perlu dibatasi perhitungan mortalitas
sesuai siklus produksi perusahaan yakni satu bulan siklus produksi.
b. Menghitung nilai standar deviasi Rumus yang digunakan untuk nilai standar deviasi adalah :
Dimana :
s = Standar deviasi dari rata-rata mortalitas
xi = Jumlah mortalitas benih per bulan dari kejadian berisiko
x = Rata-rata mortalitas benih dari kejadian berisiko
n = Jumlah data
Standar deviasi didapat dari hasil perhitungan rata-rata mortalitas
benih yang terjadi tiap bulan di perusahaan yang diakibatkan dari
sumber risiko tertentu. Hasil perhitungan standar deviasi digunakan
kembali dalam perhitungan z-score.
c. Menghitung nilai standar (z-score) risiko Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai standar adalah :
Dimana :
z = Nilai Z-score dari kejadian berisiko
y = Batas normal mortalitas benih yang dianggap masih
menguntungkan dan ditentukan perusahaan
25
x = Rata-rata mortalitas benih ditiap sumber risiko
s = Standar deviasi tiap sumber risiko
Perhitungan z-score didapat setelah mendapatkan hasil perhitungan
rata-rata mortalitas benih sumber risiko tertentu dengan standar deviasi
sumber risiko tertentu. Perhitungan z-score dibantu dengan penentuan
batas normal mortalitas benih untuk sumber risiko tertentu yang
ditentukan oleh perusahaan. Penentuan batas normal mortalitas akan
tertera dalam hasil perhitungan di Lampiran.
d. Menghitung probababilitas terjadinya risiko Setelah nilai Z-score didapat dari hasil perhitungan di atas, maka akan
dilanjutkan pada pencarian probabilitas terjadinya risiko produksi
dengan menggunakan tabel distribusi Z (Normal) sehingga dapat
diketahui tingkat persentase kemungkinan terjadinya kejadian atau
keadaan pada produksi yang mendatangkan kerugian.
3. Pengukuran Dampak Risiko Pengukuran dampak risiko pada kegiatan penelitian ini menggunakan
metode pengukuran VaR (Value at risk) yang menunjukan besarnya potensi
kerugian dari suatu kejadian yang bisa terjadi pada suatu periode tertentu ke
depan dengan tingkat toleransi error sebesar 5 persen, tentunya pengukuran
dengan metode tersebut didukung dengan data historis yang ada pada
perusahaan PD Dian Ardyka. VaR dihitung dengan rumus berikut :
Dimana :
VaR = Value at risk dari risiko produksi di PD Dian Ardyka selama
tahun 2012 hingga tahun 2013
x = Rata-rata kerugian pada sumber risiko tertentu
z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5%
s = Standar deviasi
n = Banyaknya data
Berbeda dengan perhitungan probabilitas, perhitungan VaR menggunakan
data jumlah kematian benih bukan mortalitas, hal ini dilakukan untuk
mengetahui besaran dampak kerugian yang ditimbulkan dari sumber risiko
tertentu. Perhitungan VaR dalam data historis perusahaan didukung oleh
data harga penjualan benih ikan arwana super red yang terjadi pada periode
tahun 2012 s.d 2013. Data jumlah kematian benih untuk sumber risiko
tertentu tiap bulannya akan dikalikan pada data harga penjualan benih di
periode tersebut, sehingga akan didapat data kerugian yang ditimbulkan dari
sumber risiko tertentu tiap bulannya, yang kemudian hasil tersebut akan
digunakan untuk menentukan rata-rata kerugian serta standar deviasi
kerugian dari sumber risiko tertentu.
26
Analisis Manajemen Risiko
Analisis manajemen risiko produksi yang diterapkan berdasarkan penilaian
pengambilan keputusan di perusahaan secara subjektif, hal tersebut dilakukan
untuk melihat kefektifan manajemen risiko dalam meminimalkan risiko produksi.
Pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi penyebab-penyebab
adanya risiko produksi, kemudian melakukan pengukuran risiko, menangani
risiko dan mengevaluasi risiko serta melihat sejauh mana fungsi manajemen risiko
yang diterapkan pada usaha pembenihan ikan arwana super red di PD Dian
Ardyka.
Sebelum penanganan risiko dilakukan, perlu adanya pengidentifikasian status
risiko untuk menentukan proritas dalam penanganan risiko. Status risiko didapat
dari hasil pengkalian probabilitas sumber risiko dengan dampak. Status risiko
tersebut akan digunakan sebagai dasar pembuatan peta risiko, yang akan berguna
dalam pemilihan alternatif strategi dari penanganan risiko dapat dilihat pada
Gambar 6 dan Gambar 7
Setelah risiko dipetakan hal selanjutnya adalah penanganan atau manajemen
risiko pada kegiatan usaha. Umumnya strategi penanganan risiko yang dilakukan
oleh perusahaan dalam menjalankan usaha ada dua, yakni : strategi penghindaran
risiko (preventif) atau strategi mitigasi (meminimalkan terjadinya risiko).
a. Strategi Preventif Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam
probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko yang tinggi. Penentuan
tinggi atau rendahnya probabilitas didasarkan atas batas normal atau garis
tengah yang membatasi, batas normal probabilitas risiko yang ditolerir
perusahaan tersebut ditentukan oleh direktur perusahaan. Penanganan
risiko pada strategi preventif akan menggeser risiko yang berada pada
kuadran I ke kuadran III dan menggeser risiko pada kuadran II ke kuadran
IV. Penanganan risiko ini dapat dilihat pada Gambar 6 :
Kuadran I Kuadran II
Kuadran III Kuadran IV
Dampak
(Rp)
Probabilitas (%)
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Gambar 6 Penghindaran Risiko (Strategi Preventif)
27
b. Strategi Mitigasi Strategi mitigasi dilakukan untuk meminimalisir dampak risiko yang
ditimbulkan pada suatu kejadian, dengan berusaha mengubah risiko yang
berdampak tinggi menjadi berdampak kecil. Penentuan tinggi atau
rendahnya dampak kerugian didasarkan atas batas normal atau garis
tengah yang membatasi, batas normal dampak risiko yang ditolerir
perusahaan ditentukan oleh direktur perusahaan. Strategi ini menggeser
risiko yang berada pada kuadran II ke kuadran I dan menggeser kuadran
IV ke kuadran III. Berikut gambar strategi mitigasi risiko :
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
Perusahaan PD Dian Ardyka merupakan salah satu perusahaan penangkaran
ikan arwana super red yang cukup besar serta terkenal di pasaran ekpor yang
berada daerah Kalimantan Barat. Perusahaan mulai berdiri dari tahun 1999 oleh
bapak Hermanto Halim dengan luas areal peusahaan sebesar 5000 m2. Lahan
tersebut merupakan lahan yang berbentuk rawa sehingga di awal berdirinya,
perusahaan belum bisa melakukan aktivitas produksinya selama kurun waktu 3
tahun atau lebih tepatnya hingga tahun 2002, karena perusahaan melakukan
konstruksi lahan untuk dijadikan lahan yang siap pakai.
Di awal kegiatan produksi, perusahaan hanya melakukan kegiatan budi daya
ikan banjar red arwana, arwana hijau, serta golden arwana. Perusahaan belum
bisa melakukan kegiatan produksi ikan arwana super red dikarenakan kurangnya
dana investasi dalam melakukan aktivitas budi daya ikan arwana super red.
Seiring berjalan kegiatan perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan
mendapatkan peningkatan penerimaan yang cukup besar. Peningkatan
penerimaan yang diterima perusahaan, menyebabkan adanya perluasan lahan serta
Kuadran I Kuadran II
Kuadran III Kuadran IV
Dampak
(Rp)
Probabilitas (%)
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Gambar 7 Meminimalisir dampak risiko (Strategi Mitigasi)
28
penambahan komoditas ikan arwana super red, yang menjadi andalan ekspor ikan
hias di perusahaan tersebut.
Penambahan komoditas ikan arwana super red di perusahaan dimulai pada
awal tahun 2004, dengan melakukan perluasan areal perusahaan serta
menyediakan kolam indukan ikan arwana super red. Perluasan areal dilakukan
dengan cara bertahap pada tiap tahunnnya, hingga akhir tahun 2009 luas areal
perusahaan sebesar 8 hektar dengan jumlah kolam indukan arwana mencapai 40
kolam yang masing-masing kolam memiliki dimensi luas sebesar 50 x 12 m2.
Perusahaan mengalami perubahan penerimaan yang begitu besar di akhir
tahun 2004, hal tersebut diakibatkan nilai rupiah terhadap pembelian ikan arwana
banjar red, hijau arwana, serta golden arwana mengalami penurunan. Penurunan
nilai harga pada komoditas-komoditas tersebut diakibatkan mulai banyaknya
produksi terhadap komoditas karena komoditas-komoditas tersebut tergolong
mudah dibudi dayakannya.
Permasalahan perubahan penerimaan perusahaan ditanggapi dengan
melakukan strategi perubahan komoditas utama, dengan menjadikan ikan arwana
super red sebagai komoditas utama dari perusahaan tersebut, sehingga di awal
tahun 2005 kolam - kolam indukan yang telah tersedia diprioritaskan terlebih
dahulu untuk komoditas ikan arwana super red. Prioritas atau strategi tersebut
membuahkan hasil bagi perusahaan, ikan hias arwana super red memberikan hasil
penerimaan perusahaan yang cukup besar serta dari hasil tersebut perusahaan
mampu memperluas areal perusahaan hingga akhir tahun 2009.
Keberhasilan strategi yang dijalankan perusahaan telah menjadikan
perusahaan sebagai perusahaan baru yang menempati peringkat 6 besar dalam
Recommended