View
10
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JERUK DI DESA
BATANGMATA SAPO KECAMATAN BONTOMATENE
KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
ANDI ANGGUN HIDAYAT
105961123516
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JERUK DI DESA
BATANGMATA SAPO KECAMATAN BONTOMATENE
KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
ANDI ANGGUN HIDAYAT
105961123516
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
iii
iv
v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Pendapatan
Usahatani Jeruk di Desa Batangmata Sapo Kecamatan Bontomatene Kabupaten
Kepulauan Selayar adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Makassar, 22 Agustus 2020
Andi Anggun Hidayat
105961123516
vi
ABSTRAK
ANDI ANGGUN HIDAYAT. 105961123516. Analisis Pendapatan Usahatani Jeruk
di Desa Batangmata Sapo Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar.
Dibimbing oleh AMRUDDIN dan NADIR.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan dan kelayakan
usahatani jeruk di Desa Batangmata Sapo Kecamatan Bontomatene Kabupaten
Kepulauan Selayar.
Pengambilan populasi dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja atau
purposive yaitu di Desa Batangmata Sapo. Sementara untuk penentuan sampel
dilakukan dengan metode Simple Random Sampling atau teknik penentuan sampel
secara acak sederhana dengan populasi 298 orang, sampel yang diambil sebanyak
15% dari jumlah populasi yakni 45 orang petani jeruk. Analisis data yang digunakan
Analisis R/C ratio, B/C ratio dan Break Event Point (BEP).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata petani jeruk di
Desa Batangmata Sapo Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar
sebesar Rp.12.669.907,9 pertahun. Dari hasil uji kelayakan usahatani jeruk di Desa
Batangmata Sapo menunjukkan bahwa nilai R/C ratio sebesar 4,02, B/C ratio sebesar
4,85, BEP Produksi sebesar 29,87 kg dan BEP Harga sebesar Rp. 957,24 sehingga
usahatani jeruk di Desa Batangmata Sapo Kecamatan Bontomatene Kabupaten
Kepulauan Selayar layak untuk di usahakan karena dapat memberikan keuntungan
kepada petani jeruk.
Kata kunci: Jeruk, Pendapatan, Kelayakan
vii
ABSTRACT
ANDI ANGGUN HIDAYAT. 105961123516. Analysis of Citrus Farming Income in
Batangmata Sapo Village, Bontomatene District, Selayar Islands Regency. Guided by
AMRUDDIN and NADIR.
This study aims to find out the income and feasibility of citrus farming in
Batangmata Sapo Village, Bontomatene District, Selayar Islands Regency.
Population retrieval in this study was done intentionally or purposively,
namely in Batangmata Sapo Village. While for the determination of samples is done
by Simple Random Sampling method or simple random sample determination
technique with a population of 298 people, the sample taken as much as 15% of the
population of 45 citrus farmers. Data analysis used R/C ratio, B/C ratio and Break
Event Point (BEP).
The results showed that the average income of citrus farmers in Batangmata
Sapo Village, Bontomatene District, Selayar Islands, amounted to Rp.12,669,907.9
per year. From the results of the feasibility test of citrus farming in Batangmata Sapo
Village shows that the value of R/C ratio of 4.02, B/C ratio of 4.85, Production BEP
of 29.87 kg and BEP Price of Rp. 957.24 so that citrus farming in Batangmata Sapo
Village Bontomatene District Selayar Islands is worth trying because it can provide
benefits to citrus farmers.
Keywords: Orange, Income, Feasibility
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak
lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarganya, sahabat dan
para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Pendapatan Usahatani Jeruk di Desa Batangmata Sapo Kecamatan
Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar”.
Skripsi ini merupakan tugas yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Amruddin, S.Pt., M.Pd., M.Si., selaku pembimbing utama dan Nadir, S.P., M.Si
selaku pembimbing pendamping yang senantiasa meluangkan waktunya
membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat selesai.
2. Bapak Dr. H. Burhanuddin S.Pi, M.P., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
ix
4. Kedua orangtua Ayahanda Masrum dan ibunda Andi Nur Hidayat, Adik-adikku
tercinta Andi Firahayu Angraeni, Andi Ikram Maulana dan segenap keluarga
yang senatiasa memberikan bantuan, baik moril maupun materil sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
5. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.
6. Kepada pihak pemerintah Desa Batangmata Sapo Kecamatan Bontomatene
Kabupaten Kepulauan Selayar beserta jajarannya yang telah mengizinkan penulis
untuk melakukan penelitian di Daerah tersebut.
7. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir
yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.
Akhir kata penulis ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan
dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang mrmbutuhkan. Semoga
kristal-kristal Allah senantiasa tercurah kepadanya. Amin.
Makassar, 22 Agustus 2020
Andi Anggun Hidayat
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ x
I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4
1.4 Kegunaan Penelitian ......................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 6
2.1 Usahatani Jeruk ................................................................................................ 6
2.2 Pendapatan ....................................................................................................... 8
2.3 Kelayakan Usahatani ...................................................................................... 12
2.4 Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................................. 13
2.5 Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 16
III. METODE PENELITIAN .................................................................................... 19
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................... 19
3.2 Teknik Penentuan Informan ........................................................................... 19
3.3 Jenis dan Sumber Data ................................................................................... 20
3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 20
3.5 Teknik Analisis Data ...................................................................................... 21
xi
3.6 Defenisi Operasional ...................................................................................... 24
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ............................................ 25
4.1 Keadaan Geografis ......................................................................................... 25
4.2 Keadaan Demografis ...................................................................................... 26
4.3 Sejarah UsahaTani ......................................................................................... 31
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 33
5.1 Identitas Responden ....................................................................................... 33
5.2 Analisis Pendapatan Usahatani ...................................................................... 38
5.3 Analisis Kelayakan......................................................................................... 42
VI. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................ 44
6.1 Kesimpulan .................................................................................................... 44
6.2 Saran ............................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Penelitian Terdahulu .......................................................................................... 15
2. Jumlah Penduduk Desa Batangamata Sapo ....................................................... 28
3. Usia Penduduk Desa Batangmata Sapo ............................................................. 29
4. Mata Pencaharian Pokok Desa Batangmata Sapo ............................................. 29
5. Tingkat Pendidikan Desa Batangmata Sapo ...................................................... 31
6. Pengalaman Usahatani Desa Batangmata Sapo................................................ 32
7. Tingkat Umur Responden .................................................................................. 33
8. Tingkat Pendidikan Responden ......................................................................... 34
9. Pengalaman Usahatani ....................................................................................... 35
10. Luas Lahan Responden ...................................................................................... 36
11. Jumlah Tanggungan Keluarga ........................................................................... 37
12. Biaya Variabel ................................................................................................... 39
13. Biaya Tetap ........................................................................................................ 40
14. Pendapatan Rata-rata Petani .............................................................................. 41
15. Hasil Kelayakan R/C Racio ............................................................................... 43
16. Hasil kelayakan B/C Racio ................................................................................ 44
17. Hasil Break Event Point .................................................................................... 44
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Kerangka Pikir Analisis Pendapatan Usahatani Jeruk ........................................ 19
2. Pola Usahatani Jeruk .......................................................................................... 39
3. Wawancara Dengan Salah Satu Responden ........................................................ 56
4. Foto Bersama Dengan Kepala Desa Batangmata Sapo....................................... 56
5. Salah Satu Lahan Petani Jeruk Di Desa Batangmata Sapo ................................. 57
6. Wawancara Dengan Pedagang Jeruk .................................................................. 57
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Kuesioner Penelitian ........................................................................................... 54
2. Identitas Responden ............................................................................................ 55
3. Dokumentasi Penelitian Usahatani Jeruk ............................................................ 56
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman jeruk merupakan tanaman tahunan yang berasal dari daratan
Australia Utara, New Celedonia dan India (Ashari, 1995). Sejak ratusan tahun yang
lalu tanaman jeruk sudah banyak dikembangkan di Indonesia baik secara alami atau
dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang
Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika (Haryono, 1999).
Tumbuhan ini merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik didaerah tropis dan
subtropis. Jeruk manis dapat beradaptasi dengan baik didaerah tropis pada ketinggian
900-1200 meter diatas permukaan air laut dan udara lembab, serta mempunyai
persyaratan air tertentu (Rismunandar, 1986). Tanaman jeruk manis dapat mencapai
ketinggian 3-5 m.
Jeruk di Indonesia menduduki peringkat kedua tertinggi setelah pisang dengan
angka 1,8 juta ton, (BPS, 2011). Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk,
pemenuhan kebutuhan jeruk juga Indonesia merupakan salah satu negara berkembang
dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas
penduduknya. Jeruk merupakan salah satu tanaman buah yang penting dan
dibudidayakan secara luas di Indonesia.
Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya
dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa mengakibatkan
berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk memperoleh hasil
2
selanjutnya. Usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal yan ditujukan
kepada produksi di sektor pertanian (Salikin, 2003). Usahatani dilaksanakan agar
petani memperoleh keuntungan secara terus menerus dan bersifat komersial (Dewi,
2012). Kegiatan usahatani biasanya berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
apa, kapan, dimana dan berapa besar usahatani itu dijalankan.
Konsep dasar biasa disebut sebagai Tri Tunggal usahatani. Tri Tunggal
usahatani adalah suatu konsep yang di dalamnya terdapat tiga fondasi atau modal
dasar dari kegiatan usahatani. Tiga model dasar tersebut adalah petani, lahan dan
tanaman atau ternak. Petani memiliki suatu kedudukan yang memegang kendali
dalam menggerakkan kegiatan uahatani (Soeharjo dan Patong, 1999). Petani adalah
orang yang menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian sebagai mata
pencaharian utamanya.
Secara garis besar terdapat tiga jenis petani, yaitu petani milik lahan, petani
pemilik sekaligus juga menggarap lahan, dan buruh tani. Lahan diperlukan sebagai
tempat untuk menjalankan usahatani. Sebagian besar petani di Indonesia selain
bercocok tanam mereka juga memiliki ternak atau ikan yang dipelihara dalam
menunjang kegiatan usahataninya (Tambunan, 2003).
Petani sebagai pelaksana mengharapkan produksi skala besar sehingga
menghasilkan pendapatan yang besar, petani menggunakan modal, tenaga kerja dan
peralatan produksi sebagai umpan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Pertanian
dikatakan efektif hanya jika pertanian dapat memenuhi kewajiban untuk membayar
3
bunga atas peralatan yang digunakan upah tenaga luar serta sarana produksi lainnya
(Suratiyah 2015).
Batangmata Sapo merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan
Bontomatene, Kabupaten Kepulauan Selayar. Batangmata Sapo memiliki kondisi
geografis yang berada di daerah dataran tinggi atau pegunungan yang menyimpan
potensi alam yang subur seperti daerah perkebunan kelapa, mangga, jeruk dan mente.
Masyarakat Batangmata Sapo merupakan penduduk asli Selayar yang hidup rukun
berdampingan. Dengan kondisi geografis yang baik membuat masyarakat Batangmata
Sapo memanfaatkan lahan perkebunannya dengan menanam berbagai jenis tanaman
yang memiliki daya jual untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.
Pada dasarnya petani jeruk Selayar sudah berusaha semaksimal mungkin untuk
menggabungkan sumber dayanya untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Usahatani jeruk memiliki potensi besar untuk pengembangan dan peluang pasar serta
didukung oleh kondisi iklim dan tanah yang mendukung pertumbuhan dan produksi.
Terdapat sekitar 6.750 ha lahan potensial untuk pengembangan jeruk di Kabupaten
Kepulauan Selayar.
Jeruk Selayar merupakan salah satu komoditas holtikultura unggulan. Tanaman
ini sudah lama diusahakan oleh petani dengan keuntungan usahatani yang cukup
tinggi. Jeruk keprok Selayar merupakan komoditas primadona bagi petani setempat.
Pertanaman jeruk tersebar di daratan Pulau Selayar terutama di Kecamatan
Bontoharu, Bontomatene, dan Bontosikuyu. Oleh karena itu, pemerintah daerah
4
setempat menetapkan jeruk sebagai salah satu komoditas unggulan dan berkembang
dalam skala agribisnis.
Potensi pengembangan jeruk di Selayar sangat menjanjikan. Karena tanaman
jeruk terbilang gampang dalam perawatan dan juga cenderung cepat berbuah.
Produksi jeruk di Selayar layak dikembangkan karena Selayar juga dikenal penghasil
jeruk. Pengelolaan usahatani jeruk di Selayar bertujuan untuk meningkatkan produksi
dan pendapatan petani. Karena dengan meningkatnya produksi yang dihasilkan maka
keuntungan atau pendapatan petani akan lebih maksimal. Sehingga jika petani tidak
mendapatkan keuntungan yang cukup, petani akan menentukan pilihan lain serta
kemungkinan petani akan berpindah kejenis tanaman yang dapat memberikan taraf
hidup yang lebih tinggi.
Pendapatan petani sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dari usaha yang
dilakukan. Analisis pendapatan dibutuhkan untuk menggambarkan keadaan sekarang
suatu kegiatan usahatani dan menggambarkan keadaan masa yang akan datang dari
perencanaan atau tindakan. Sehingga diharapkan pula mendapatkan keuntungan yang
tinggi dari usahatani yang diusahakan. Pendapatan yang tinggi selalu diharapkan oleh
petani dalam penghasilan produksi pertaniannya. Untuk mendapatkan pendapatan
yang lebih maksimum petani harus mampu menyediakan input usahatani secara
efisien.
Produksi dan harga jual jeruk berpengaruh terhadap pemasaran yang berperan
penting untuk mendukung pengembangan agribisnis jeruk. Dengan adanya pasar
yang jelas petani tidak akan kesulitan menjual hasil panennya dan semakin
5
bersemangat dalam usahatani jeruk. Tetapi pemasaran juga berpengaruh negatif
terhadap harga jual karena petani memanen secara bersamaan sehingga harga buah
jeruk menjadi jatuh, dikarenakan buah jeruk yang merupakan tanaman musiman dan
juga pengaruh musim panen buah lain yang mengakibatkan harga buah jeruk menjadi
tidak stabil. Sehingga petani tidak mendapatkan keuntungan yang maksimal.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah yang dapat dikemukakan
yaitu:
1. Bagaimana pendapatan usahatani jeruk di desa Batangmata Sapo Kecamatan
Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar?
2. Bagaimana kelayakan usahatani jeruk di desa Batangmata Sapo Kecamatan
Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pendapatan usahatani jeruk di desa Batangmata
Sapo Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar
2. Untuk mengetahui kelayakan usahatani jeruk di desa Batangmata Sapo
Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
6
1. Penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan
wawasan berfikir kritis guna melatih kemampuan, memahami dan
menganalisis sosial ekonomi petani.
2. Penelitian ini berguna sebagai bahan dokumentasi dan penambah wawasan
sehingga dapat mengembangkan pengetahuan dengan wawasan lebih luas baik
secara teoritis maupun praktis.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usahatani Jeruk
Usahatani adalah suatu organisasi produksi dimana petani sebagai pelaksana
mengorganisasikan alam, tenaga kerja dan modal ditunjukan pada produksi di sektor
pertanian, baik berdasarkan pada pencarian laba atau tidak. Keadaan alam serta iklim
juga mempunyai pengaruh pada proses produksi. Untuk mencapai hasil produksi
diperlukan pengaturan yang cukup intensif dalam penggunaan biaya, modal dan
faktor-faktor dalam usahatani.
Petani subsistem adalah petani yang bercocok tanam hanya untuk memenuhi
kebutuhan dirinya dan keluarganya. Misalnya petani padi atau umbi-umbian yang
hasil tanamannya hanya cukup untuk dimakan dirinya dan keluarganya. Petani semi
komersial adalah petani yang menanam untuk keperluan dirinya dan keluarganya tapi
dapat menyisihkan sebagian hasil tanamannya untuk dapat dijual atau menyisihkan
sebagian dari lahannya untuk ditanami tanaman lain yang kemudian di jual. Petani
komersial adalah petani yang bercocok tanam dengan tujuan menjual hasil
tanamannya di pasar untuk mendapatkan keuntungan, petani komersial termasuk
petani dengan metode intensif yang memanfaatkan lahan semaksimal mungkin.
Secara umum, buah jeruk terdiri dari bagian daging buah dan kulit. Bagian
daging buah yang dapat dimakan disebut dengan endocarp. Endokarp terdiri atas
segmen-segmen yang disebut carple atau locule. Di dalam segmen-segmen tersebut
8
terdapat kantung-kantung sari buah yang berdinding tipis. Endokarp dikelilingi oleh
bagian jeruk yang dinamakan kulit. Kulit buah jeruk terdiri dari flavedo dan albedo.
Flavedo merupakan bagian kulit luar yang terletak di bagian bawah lapisan epidermis
dan mengandung kromoplas dan kantung minyak, sedangkan kulit bagian dalam yang
disebut dengan core atau central plasenta yang berbatasan dengan biji yang terdapat
di dalam segmen (Ting dan Attaway, 1971).
Jeruk dapat tumbuh di dataran tinggi, kulit buah tipis, kasar dan mudah
terkelupas, warna daging buah orange. Luas daun lebih sempit daripada daun jeruk
manis. Ketinggian tanah yang di butuhkan jeruk jenis ini adalah sekitar 1.200-900
mdpl. Jeruk-jeruk ini memiliki nilai ekonomis tinggi (Soelarso,1996).
Pada umumnya tanaman jeruk koprok tidak memiliki duri. Batangnya bulat
atau setengah bulat. Daunnya berbentuk bulat telur memanjang, elips atau lanset.
Permukaan di atas daun berwarna hijau tua mengkilat dan permukaan daun berwarna
hijau muda. Panjang daun 4-8 cm dan lebarnya 1,5-4 cm. Tangkai daun bersayap
sangat sempit sampai dikatakan tidak bersayap (johani,2008).
Komponen utama dari total padatan terlarut sari buah jeruk adalah gula yang
mencapai 75-85%. Jenis gula yang terpenting adalah 2 monosakarida, yaitu D-
glukosa dan D-fruktosa, serta disakarida sukrosa dengan perbandingan jumlah D-
glukosa : D-fruktosa : sukrosa yaitu 1:1:2. Setiap 100 ml sari buah jeruk siam
mengandung 1.02-1.24 g glukosa, 17.49-1.58 g fruktosa, 2.19-4.90 g sukrosa dengan
total gula berkisar antara 4.93-7.57 gram. Kandungan gula meningkat dengan
9
semakin matangnya buah dan sebanding dengan berkurangnya cadangan pati (Ting
dan Attaway, 1971).
Buah jeruk dipanen pada saat masak optimal, biasanya berumur antara 28-36
minggu, tergantung jenis dan varietasnya. Cara panen buah jeruk yaitu dengan cara
dipetik dengan menggunakan gunting pangkas. Usia produktif tanaman jeruk sekitar
7 tahun, sehingga saat tanaman sudah melewati usia tersebut produksi buah akan
mulai berkurang dan rasa manis akan berkurang. Tanaman yang sudah melewati usia
produktif masih bias berproduksi tetapi jumlahnya akan mengalami penurunan, untuk
mengatasinya maka petani bias melakukan tanam sulam secara bertahap.
2.2 Profitabilitas (Pendapatan)
Profitabilitas adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya roduksi
yang digunakan selama proses produksi (biaya pembeliaan benih, pupuk, obat-obatan
dan tenaga kerja) (Soekartawi, (1995) dalam Syafruwardi et al (2012). Pendapatan
didalam usahatani dapat dibagi menjadi dua, yaitu pendapatan kotor dan pendapatan
bersih. Pendapatan kotor adalah pendapatan yang belum dikurangi dengan biaya
produksi atau yang biasa disebut dengan penerimaaan. Pendapatan bersih aadalah
pendapatan yang sudah dikurangi oleh biaya produksi (Tumoka, 2013).
Menurut Soekartawi (2002), pendapatan usahatani merupakan selisih antara
penerimaan dan biaya semua produksi pengeluaran cash dan non cash untuk proses
produksi, sedangkan penerimaan usahatani merupakan nilai jasa/jual produksi terkait
10
dgn nilai transfer/pemasaran dan biaya usahatani merupakan semua pengeluaran yang
dipergunakan dalam proses produksi.
Secara umum pendapatan usahatani terdiri dari dua faktor utama yaitu
pendapatan dan pengeluaran (biaya) selama jangka waktu tertentu. Pendapatan
usahatani yaitu selisih antara penerimaan yang diperoleh atau diterima dengan biaya
yang dikeluarkan selama berusahatani (Dalas, 2004). Dari segi ekonomi, keberhasilan
usahatani dapat dinilai dari pendapatan yang diperoleh dari usahatani tersebut. Petani
yang rasional selalu berusaha untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar dari
setiap usahanya.
Menurut Tuwo (2011), suatu usahatani dikatakan berhasil apabila keadaan
pendapatannya memenuhi syarat, terutama usahatani harus menghasilkan pendapatan
yang cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi, cukup untuk
membayar bunga atas modal yang diinvestasikan, cukup untuk membayar upah
tenaga kerja atau bentuk upah lainnya, ada tabungan untuk investasi pengembangan
usahatani, serta ada dana yang cukup untuk membayar pendidikan keluarga dan
melaksanakan ibadah serta membayar pajak pembangunan.
Dalam pendapatan pertanian terdapat dua unsur yang digunakan yaitu unsur
permintaan dan pengeluaran pertanian. Penerimaan merupakan hasil penggandaan
jumlah produk total dengan harga jual, sedangkan biaya digunakan sebagai nilai
penggunaan sarana produksi dan hal lain yang terjadi dalam proses produksi.
Produksi berkaitan dengan penerimaan dan biaya produksi,penerimaan tersebut
11
diterima petani karena masih harus dikurangi biaya produksi yaitu total biaya yang
digunakan dalam proses produksi (Suratiyah 2015).
Pendapatan bersih petani dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
Pendapatan = TR – TC
TR = Py . Y
TC = VC + FC
Keterangan :
TR = Total Penerimaan
TC = Total Biaya
Py = Harga per satuan hasil produksi
Y = Jumlah Produksi
VC = Biaya variabel
FC = Biaya tetap
2.2.1 Penerimaan
Menurut Tuwo (2011), penerimaan usahatani yaitu penerimaan dari berbagai
sumber usahatani meliputi hasil penjualan tanaman, ternak, ikan atau produk yang
dijual, produk yang dikonsumsi pengusaha dan keluarga selama melakukan kegiatan,
dan kenaikan nilai inventaris, maka penerimaan usahatani mempunyai beberapa
bentuk penerimaan dari sumber penerimaan usahatani itu sendiri. Penerimaan
usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Dalam
menghitung penerimaan usahatani, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu
12
lebih teliti dalam menghitung produksi pertanian, penerimaan dan bila peneliti
usahatani menggunakan responden, maka dibutuhkan teknik wawancara yang baik
terhadap petani (Soekartawi, 2002).
Bentuk pendapatan dapat menentukan tingkat perkembangan ekonomi
usahatani dalam spesialisasi dan pembagian kerja. Total pendapatan tunai atau
besarnya proporsi yang diperoleh dari semua penerimaan termasuk jenis dapat
digunakan untuk membandingkan keberhasilan petani satu sama lain. Oleh karena itu,
jika kita mencoba menerapkan perbandingan, itu menjadi tidak efektif dan tidak
sepenuhnya benar. Dalam masyarakat yang demikian, penerimaan tunai hanya
merupakan sebagian kecil saja, sedangkan yang terbesar berupa penerimaan dalam
bentuk natura yang dikonsumsi keluarga (Dalas, 2004).
2.2.2 Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang harganya masuk akal atau biaya yang relatif
tetap jumlahnya dan terus direalisasikan meskipun produksi diperoleh lebih banyak
atau lebih sedikit. Jadi, besarnya biaya tetap tidak tergantung dari besar kecilnya
produksi yang dihasilkan. Semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya
satuan dan sebaliknya jika volume kegiatan semakin rendah maka biaya satuan akan
semakin tinggi. Contoh biaya tetap antara lain : sewa tanah, pajak, dan alat pertanian.
13
2.2.3 Biaya Variabel
Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang mempengaruhi
produksi yang diperoleh. Semakin besar jumlah aktivitas maka semakin besar total
biaya variabel dan sebaliknya semakin rendah aktivitas, maka semakin rendah total
biaya variabel. Biaya satuan pada biaya variabel bersifat konstan karena tidak
terpengaruh oleh perubahan total aktivitas. Misalnya biaya untuk sarana produksi.
2.3 Kelayakan Usahatani
Analisis finansial adalah analisis kelayakan yang melihat dari sudut pandang
pengusaha sebagai pemilik. Analisis finansial diperhatikan dari segi cash flow yaitu
perbandingan antara hasil penerimaan atau penjualan kotor (gross sales) dengan
jumlah biaya-biaya (total cost) yang dinyatakan dalam nilai sekarang untuk
mengetahui kriteria kelayakan atau keuntungan suatu proyek (Soekarwati, 1995).
Analisis kelayakan usaha berfungsi untuk menentukan suatu usaha layak
dijalankan atau tidak. Hal tersebut penting dilakukan agar suatu usaha yang sedang
dirintis atau dikembangkan terhindar dari kerugian. Kesalahan dalam merencanakan
suatu usaha akan berakibat pembengkakan investasi. Hal ini juga dapat terjadi apabila
pemilik usaha ingin mengembangkan usahanya yang telah berjalan tanpa perhitungan
yang matang. Oleh karena itu analisis kelayakan usaha menjadi penting sekali untuk
diperhatikan (Karim,2012).
14
Informasi mengenai kelayakan dan permasalahan usahatani jeruk di
Kabupaten Kepulauan Selayar masih terbatas, sedangkan hasil dan analisis kelayakan
finansial akan menunjukkan apakah usahatani layak atau belum berkembang atau
dikembangkan. Informasi ini berguna bagi petani dan investor yang tertarik untuk
mengembangkan atau berinvestasi usahatani jeruk keprok. Investasi dalam
pengembangan pertanian ini diharapkan dapat meningkatkan volume produksi jeruk
keprok Selayar dan pada akhirnya meningkatkan keuntungan atau pendapatan petani
atau investor itu sendiri.
Menurut (Suwarsono, 1994) kelayakan merupakan salah satu masalah yang
perlu dilakukan dalam usaha yang merencanakan penanaman modal dalam jangka
panjang. Untuk melihat kelayakan usahatani digunakan pendekatan analisis
keseimbangan antara penerimaan dan biaya atau TR/TC yang dikemukakan Rahadi,
(1995) dengan rumus sebagai berikut:
TR/TC = Penerimaan / Biaya
Dari analisis tersebut dapat dilihat berapa rupiah penerimaan yang akan
diperoleh petani dari setiap rupiah yang dikeluarkan petani dalam usahatani tersebut
sehingga dapat dilihat kelayakan sebagai berikut :
TR/TC ›1, Maka usaha tersebut menguntungkan karena menunjukkan
penerimaan yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
TR/TC =1, Maka usaha tersebut hanya cukup untuk menutup biaya atau tidak
untung tidak rugi.
15
TR/TC ‹1, Maka usaha tersebut tidak menguntungkan sebaiknya usaha tersebut
tidak dilaksanakan.
2.4 Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Hasil Penelitian Terdahulu
Nama Judul Hasil Penelitian
Maramba (2011) Analisis Pendapatan
Usahatani Jeruk
Manis pada Petani
Peserta Sekolah
Lapang Good
Agriculture Practise
di Kecamatan Dau
kabupaten Malang.
diperoleh bahwa besarnya produksi
dan pendapatan petani yang mengikuti
anjuran Sekolah Lapang Good
Agriculture Practice (SL-GAP) lebih
tinggi dibandingkan sebelum
mengikuti Sekolah Lapang Good
Agriculture Practice (SL-GAP). Rata-
rata produksi sebelum adanya SL-
GAP sebesar 2.966 Kg dengan harga
jual Rp. 3.500/Kg dan sesudah adanya
SL-GAP sebesar 3.080 Kg dengan
harga jual Rp. 4.000/Kg. Rata-rata
pendapatan sesudah SL-GAP sebesar
Rp. 5.342.498 lebih tinggi daripada
sebelum adanya SL-GAP sebesar Rp.
3.103.843. Nilai R/C ratio sebelum
16
adanya SL-GAP sebesar 1,42 dan
sesudah adanya SL-GAP sebesar 1,76
maka dapat dinyatakan bahwa
usahatani jeruk manis tersebut sudah
efisien. Perbedaannya dari penelitian
ini terletak pada objek penelitian
berupa komoditas tembakau di daerah
Jombang.
Wanda (2015) Analisis Pendapatan
Usahatani Jeruk
Siam (Studi Kasus
Di Desa Padang
Pangrapat
Kecamatan Tanah
Grogot Kabupaten
Paser)
Penelitian ini dilakukan mengenai,
dengan menggunakan jumlah
produksi, biaya produksi, penerimaan,
harga dan pendapatan sebagai variable
dalam penelitian serta menggunakan
R/C rasio sebagai alat analisis data
mengungkapkan bahwa nilai R/C ratio
usahatani jeruk siam sebesar 3,35 dan
dapat dikatakan bahwa usahatani jeruk
siam di Desa Padang Prapat
Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten
Paser layak untuk dijalankan.
Faisal Properda Analisis Pendapatan Penelitian ini dilakukan dalam
17
(2015) Usahatani Jeruk
Siam Studi Kasus Di
Desa padang
Pangrapat
Kecamatan Tanah
Grogot Kabupaten
Paser.
penelitiannya berjudul Bertujuan
untuk mengetahui pendapatan
usahatani dan tingkat nilai efisiensi
usahatani. Alat analisis yang dapat
digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis pendapatan dan efisiensi
usahatani RC ratio. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa hasil dari
pendapatan keseluruhan pada
usahatani jeruk siam sebesar Rp
831.846.166,67 tahun dengan rata-rata
Rp 41.592.308,33 anggota kelompok
tani tahun dan nilai RC ratio sebesar
3,55 layak
2.5 Kerangka Pemikiran
Usahatani merupakan kegiatan produksi dilapangan yang pada akhirnya akan
dinilai dari penerimaan yang diperoleh dari usahatani yang dijalankan dan biaya
produksi usahatani, karena dalam kegiatan tersebut seorang petani berperan sebagai
pekerja dan sebagai penanam modal pada usahatani maka pendapatan itu dapat
digambarkan sebagai balas jasa dari kerja sama faktor produksi.
18
Usahatani jeruk ini merupakan usaha penghasilan para petani dengan
memanfaatkan pekarangan atau perkebunan yang ada. Dengan pengembangan
usahatani jeruk diharapkan dapat lebih meningkatkan pendapatan pada petani.
Pendapatan usahatani jeruk terdiri dari penerimaan dan pengeluaran selama jangka
waktu tertentu penerimaan hasil kali jumlah input yang dihasilkan dengan output.
Seorang petani akan berfikir untuk mengalokasikan input atau faktor produksi yang
bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang cukup.
Dalam penelitian ini biaya produksi yang dikeluarkan meliputi biaya tetap dan
biaya variabel Biaya tetap berupa penyusutan peralatan, sedangkan biaya variabel
berupa biaya benih dan tenaga kerja. Sedangkan pendapatan yang digunakan adalah
total nilai hasil usahatani jeruk yang diterima petani dapat dikalikan dengan jumlah
produksi dengan harga jual produk / kilogram (kg) yang terjadi selama penelitian.
Pendapatan merupakan selisih upah petani dan biaya produksi pertanian untuk
kegiatan pertanian selama musim panen.. Kelayakan usahatani berfungsi untuk
menentukan suatu usahatani layak dijalankan atau tidak. Hal tersebut penting
dilakukan agar suatu usaha yang sedang dirintis atau dikembangkan terhindar dari
kerugian. Kesalahan dalam merencanakan suatu usaha akan berakibat pembengkakan
investasi. Hal ini juga dapat terjadi apabila pemilik usaha ingin mengembangkan
usahanya yang telah berjalan tanpa perhitungan yang matang. Berikut kerangka Pikir
penelitian.
19
Gambar 1 : Kerangka Pikir Analisis Pendapatan Usahatani Jeruk di Desa Batangmata
Sapo Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar
Usahatani Jeruk
Biaya Produksi Penerimaan
Biaya
Tetap
(TFC)
Harga Produksi
(Output)
Biaya
Variabel
(TVC)
Pendapatan
Kelayakan
R/C Ratio
B/C Ratio
BEP Produksi
BEP Harga
20
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun lokasi dan waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai
dengan bulan Agustus di Desa Batangmata Sapo Kecamatan Bontomatene
Kabupaten Kepulauan Selayar.
3.2 Teknik Penentuan Sampel
Populasi adalah Jumlah keseluruhan dari individu-individu yang
karakteristinya hendak diteliti. Dan individu tersebut dinamakan unit analisis, dan
dapat juga disebut orang-orang, institusi-institusi, benda-benda, dst. (Djawranto,
1994:420). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah petani jeruk
yang ada di desa Batangmata Sapo Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan
Selayar dengan jumlah populasi 298 orang. Teknik penentuan sampel dilakukan
dengan metode Simple Random Sampling, teknik penentuan sampel secara acak
sederhana. Sampel yang akan diambil pada penelitian ini sebanyak 15% dari jumlah
populasi, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 45 orang yang
melakukan usahatani jeruk. Menurut Arikunto (2008), mengatakan bahwa dalam
pengambilan sampel apabila sampel kurang dari 100 maka diambil semua. Jika
jumlah populasinya besar dapat diambil 10%, 15% sampai 20%.
21
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diambil dari wawancara langsung dengan petani yang
diperoleh dari sejumlah data produksi pada tahun 2016 lalu, sedangkan data sekunder
diambil dari sumber yang memiliki keterkaitan dengan permasalahan penelitian
seperti dinas pertanian, jurnal dan skripsi serta literatur lain yang relevan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data meliputi 3 tahap yaitu:
1. Obrservasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya
mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat
digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi).
Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang
tidak terlalu besar.
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti
terhadap narasumber atau sumber data.
22
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk menyediakan
gambar-gambar yang terjadi pada lokasi penelitian dengan menggunakan bukti
yang akurat dari pencatatan sumber-sumber.
3.5 Teknik Analisi Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik.
Untuk tujuan utama, analisis yang digunakan adalah menganalisis pendapatan jeruk.
Dimana struktur biaya yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
pengelompokan biaya dalam biaya tetap dan biaya tidak tetap.
3.5.1 Analisis Pendapatan
Untuk menghitung pendapatan usahatani jeruk digunakan rumus :
Pd = TR – TC
Keterangan :
Pd = Pendapatan Usahatani
TR = Total Penerimaan
TC = Total Pengeluaran
3.5.2 Analisis Revenue Cost Ratio (R/C)
Revenue/Cost Ratio merupakan perbandingan antar total penerimaan
perbandingan antara penerimaan dan biaya di mana penerimaan dengan total biaya
dengan rumus (Soekartawi, 2006) sebagai berikut:
Pd = TR – TC
23
Keterangan:
R/C Ratio = Perbandingan antara Penerimaan dan Biaya
TR = Total Penerimaan/Total Revenue (Rp)
TC = Biaya Total/Total Cost (Rp)
Keputusan:
Jika R/C > 1, maka usaha yang di jalankan mengalami keuntungan atau layak
untuk dikembangkan. Jika R/C Ratio > 1, maka usaha tersebut mengalami kerugian
atau tidak layak untuk tdak dikembangkan. Selanjutnya R/C Ratio = 1, maka usaha
berada pada titik impas.
3.5.3 Analisis Benevit Cost Ratio (B/C)
B/C ratio merupakan rasio perbandingan pendapatan terhadap biaya yang
digunakan untuk merealisasikan perencanaan pendirian dan mengoperasikan suatu
usaha untuk melihat manfaat yang diperoleh dari proyek dengan biaya satu rupiah.
Jika nilai B/C ratio lebih besar dari satu, usaha menguntungkan dan layak
untuk dikerjakan dan jika kurang dari satu perusahaan tidak menguntungkan dan
sebaiknya tidak dilanjutkan (Yacob 2003)
Rumus matematis untuk mencari B/C ratio yaitu:
Revenue Cost Ratio (R/C)=𝑻𝑹
𝑻𝑪
B/C ratio = 𝐓𝐈
𝐓𝐂
24
Dimana :
B/C = Benefit/Cost Ratio
TI = Total Pendapatan (Rp)
TC = Total Biaya (Rp)
Kriteria :
B/C > 1, usahatani layak diusahakan
B/C < 1, usahatani tidak layak diusahakan
B/C = 1, usahatani dikatakan impas
3.5.4 Analisis Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BEP) merupakan suatu perhitungan batas kuantitas produksi
yang mengalami keuntungan dan kerugian pada usaha perkebunan yang dilakukan
oleh petani. Analisis Break Even Point (BEP) adalah suatu cara yang digunakan oleh
seorang pengambil keputusan proyek finansial untuk mengetahui kondisi batas pada
kuantitas produksi atau penjualan berapa biaya usahatani tersebut mengalami
keuntungan atau kerugian (Pasaribu, 2012).
Menurut Wicaksono (2007), menyebutkan bahwa Break Even Point (BEP)
merupakan keadaan yang menggambarkan suatu perusahaan yang tidak memperoleh
laba tetapi juga tidak menderita kerugian.
Rumus matematis untuk mencari Break Even Point (BEP) yaitu:
BEP Produksi (Kg) =
𝑻𝑭𝑪
𝑷−(𝑻𝑽𝑪)
𝒀
25
Dimana:
TC = Total Biaya
TFC = Total Biaya Tetap
P = Harga Jual Per Unit
TVC = Biaya Variabel per unit
TR = Total Penerimaan
Y = Produksi
3.6 Defenisi Operasional
1. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani jeruk dan total
biaya usahatani jeruk yang diukur dalam satuan rupiah (Rp/musim tanam).
2. Penerimaan usahatani adalah produksi jeruk yang dihasilkan selama satu kali
musim tanam dikali dengan harga yang diperoleh petani. Penerimaan usahatani
dihitung dengan satuan rupiah (Rp/musim tanam).
3. Produksi jeruk adalah besarnya jumlah produksi tanaman jeruk yang dihasilkan
oleh petani yang datanya diambil satu tahun terakhir 2016 dan dihitung dalam
satuan ton per hektar per musim tanam (ton/ha/musim tanam).
4. Harga jeruk merupakan sejumlah uang yang diterima petani dari penjualan jeruk.
5. Biaya total adalah jumlah biaya variabel dan biaya tetap per usahatani jeruk dan
dihitung dalam satuan rupiah (Rp).
BEP Harga (Rp) = 𝑻𝑪
𝑷
26
6. Biaya variabel adalah biaya yang dipakai dalam satu kali proses produksi selama
satu tahun. Biaya variabel dihitung dengan satuan rupiah (Rp).
7. Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu kali proses
produksi selama satu tahun dan dihitung dalam satuan rupiah (Rp).
27
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Keadaan Geografis
Penelitian ini dilakukan di Desa Batangmata Sapo Kecamatan Bontomatene
Kabupaten Kepulauan Selayar. Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan salah satu
provinsi di Sulawesi Selatan terletak di ujung selatan pulau Sulawesi yang
memanjang dari utara ke selatan. Berbeda dengan kabupaten lain di Sulawesi
Selatan Kabupaten Kepulauan Selayar memiliki ciri khas dimana satu-satunya
kabupaten yang seluruh wilayahnya terpisah dari daratan Sulawesi serta terdiri dari
gugusan beberapa pulau.
Batangmata Sapo merupakan salah satu desa di Kecamatan Bontomatene,
yang terletak di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Atau
lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Sebelah Utara Berbatasan dengan Bontona Saluk
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Onto
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Balang Butung
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Tamalanrea
4.2 Keadaan Demografis
Penduduk di Desa Batangmata Sapo Kecamatan Bontomatene Kabupaten
Kepulauan Selayar pada tahun 2017 berjumlah 983 jiwa yang tersebar di Desa
28
tersebut, jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada
jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki, sebesar 474 berjenis kelamin laki-
laki dan 509 berjenis kelamin perempuan.
A. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan data tahun 2018 jumlah penduduk Desa Batangmata Sapo
tercatat 308 (KK). Adapun banyaknya penduduk yang berjumlah 983 terdiri dari laki-
laki sebanyak 474 jiwa dan perempuan sebanyak 508 jiwa yang kesemuanya terbagi
dalam usia yang berbeda-beda, mulai dari penduduk yang berusia antara 1-20 tahun
sampai pada penduduk yang berusia 70 tahun keatas.
Komposisi penduduk Desa Batangmata Sapo berdasarkan kelompok umur
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Batangmata Sapo
Keterangan Orang
Jumlah Penduduk Laki-laki 474 Orang
Jumlah Penduduk Perempuan 508 Orang
Jumlah Total 983 Orang
Jumlah Kepala Keluarga 308 KK
Kepadatan Penduduk - Per km
Sumber : Kantor Desa Batangmata Sapo, 2019
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang berjenis
kelamin laki-laki lebih sedikit daripada jumlah penduduk yang berjenis kelamin
perempuan. Dengan perbandingan 474 jiwa yang berjenis kelamin laki-laki dan 508
jiwa yang berjenis kelamin perempuan.
29
B. Usia
Tabel 3. Usia Penduduk Desa Batangmata Sapo
Usia Penduduk
0-20 Tahun 281 Orang
21-40 Tahun 147 Orang
41-60 Tahun 270 Orang
61-71 Tahun 109 Orang
Sumber : Kantor Desa Batangmata Sapo, 2019
Berdasarkan Tabel di atas dilihat bahwa jumlah penduduk usia 61-71 tahun
menempati posisi terendah dengan jumlah 109 Jiwa dan jumlah penduduk usia 0-20
tahun menempati posisi tertinggi dengan jumlah Jiwa 281.
C. Mata Pencaharian Pokok
Mata pencaharian penduduk Batangmata Sapo yang berada di Desa
Batangmata Sapo sebagian besar adalah petani. Adapun jenis dan jumlah mata
pencaharian masyarakat yang ada di Desa Batangmata Sapo selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Batangmata Sapo
Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan
Petani 186 Orang 16 Orang
Buruh Tani - Orang - Orang
Buruh Migran Perempuan - Orang - Orang
Buruh Migran Laki-laki - Orang - Orang
Pegawai Negeri Sipil 35 Orang 43 Orang
Pengrajin Industri Rumah Tangga 8 Orang - Orang
Pedagang Keliling - Orang - Orang
Ibu rumah tangga - Orang 695 Orang
Sumber : Kantor Desa Batangmata Sapo, 2019
30
Data pada Tabel di atas menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk
Desa Batangmata Sapo terbesar yaitu sebagai ibu rumah tangga berjumlah 695 jiwa,
kemudian disusul oleh sektor pertanian yaitu 202 jiwa. Hal ini didukung oleh potensi
Desa Batangmata Sapo yang berada pada wilayah perkebunan, kemudian terdapat
pada bidang pegawai negeri sipil berjumlah 78 jiwa kemudian yang terendah terdapat
pada bidang mata pencaharian Pengrajin Industri Rumah Tangga berjumlah 8 jiwa.
Beberapa jenis mata pencaharian lain yang dikembangkan oleh masyarakat di Desa
Batangmata Sapo tersebut yaitu sebagai buruh tani, buruh migran laki-laki, buruh
migran perempuan dan pedagang keliling.
D. Pendidikan
Penduduk merupakan salah satu variabel yang sangat menentukan kemajuan
suatu wilayah. Semakin banyak penduduk yang berpendidikan tinggi disuatu wilayah
maka semakin tinggi pula tingkat kemajuan atau pengetahuan teknologi suatu wilayah
tersebut dan sebaliknya semakin banyak penduduk yang berpendidikan rendah maka
tingkat kemajuan wilayah tersebut semakin lambat. Untuk mengetahui secara jelas
keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan. Dapat dilihat pada tabel berikut:
31
Tabel 5. Tingkat pendidikan penduduk Desa Batangmata Sapo
TINGKAT PENDIDIKAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK - -
Usia 3-6 tahun yang sedang TK/Play group 16 Orang 14 Orang
Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah - -
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 91 Orang 104 Orang
Usia 18-56 tahun yang tidak pernah sekolah - -
Usia 18-56 tahun pernah SD tetapi tidak
tamat 60 Orang 75 Orang
Tamat SD/sederajat 67 Orang 45 Orang
Jumlah usia 12-56 tahun tidak tamat SLTP 8 Orang 9 Orang
Jumlah usia 18-56 tahun tidak tamat SLTA 10 Orang 12 Orang
Tamat SMP/sederajat 39 Orang 66 Orang
Tamat SMA/sederajat 79 Orang 81 Orang
Tamat D-1/sederajat - -
Tamat D-2/sederajat - -
Tamat D-3/sederajat 3 Orang 4 Orang
Tamat S-1/sederajat 43 Orang 63 Orang
Tamat S-2/sederajat - -
Tamat S-3/sederajat - -
Tamat SLB A - -
Tamat SLB B - -
Tamat SLB C - -
Jumlah Total 416 473
Sumber : Kantor Desa Batangmata Sapo, 2019
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk di
desa Batangmata Sapo yang sarjana berjumlah 106 orang, Diploma 3 berjumlah 7
orang, SMA berjumlah 160 orang, SMP berjumlah 105 orang, SD berjumlah 112
orang. Jadi dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk desa Batangmata Sapo
umumnya Berpendidikan tinggi sehingga dapat dipastikan tingkat pengetahuan di
suatu wilayah tersebut cukup baik.
32
4.3 Sejarah Berdirinya Usahatani
Pengalaman berusahatani juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi efektifitas kegiatan produksi pertanian. Pengalaman jangka panjang
memungkinkan petani menjadi lebih terampil dalam produksi pertanian daripada
petani yang tidak berpengalaman. Namun, tidak sepenuhnya benar bahwa petani yang
berpengalaman akan lebih diuntungkan daripada petani yang tidak berpengalaman
karena terdapat faktor lain dalam kegiatan produksi pertanian.
Pengalaman bertani yang dimaksud adalah kemampuan petani dalam
membudidayakan tanaman baik dari teknik bercocok tanam dengan menggunakan
pupuk yang tepat maupun kemampuan mengatasi kendala dalam proses produksi.
Untuk mengetahui karakteristik responden menurut pengalaman usahatani jeruk di
Desa Batangmata Sapo Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar dapat
dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 6. Pengalaman Usahatani Penduduk Desa Batangmata Sapo
No Pengalaman Usahatani Jumlah Responden
(Tahun) (Orang)
1 18-Oct 10
2 20-25 14
3 25-30 11
4 30-40 10
Jumlah 45
Sumber : Kantor Desa Batangmata Sapo, 2019
33
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Identitas Responden
Identitas responden petani dalam melakukan usahatani jeruk, meliputi tingkat
umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, luas lahan dan jumlah
tanggungan keluarga yang dipaparkan sebagai berikut:
5.1.1. Tingkat Umur
Tingkat umur petani terbagi dalam dua kelompok atau bervariasi, yaitu
kelompok umur tidak produktif dan kelompok umur produktif. Kelompok umur
produktif adalah kelompok umur 0-14 tahun dan umur lebih dari 65 tahun serta
kelompok umur produktif adalah umur antara 15-64 tahun. Berdasarkan hasil
penelitian jumlah petani responden berdasarkan kelompok umur terlihat pada tabel 5
berikut:
Tabel 7. Tingkat Umur Responden di Desa Batangmata Sapo Kecamatan
Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar
No Klasifikasi Umur (tahun) Jumlah (responden) Persentase (%)
1 30 – 39 4 9
2 40 – 45 8 17,7
3 46 – 51 15 33.3
4 > 52 18 40
Jumlah 45 100,00
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020
Tabel 7. Dapat dilihat bahwa jumlah responden yang paling sedikit berada
pada kelompok umur 30-39 tahun dengan jumlah 4 responden atau 9% dan yang
paling banyak berada pada kelompok umur > 52 dengan jumlah 18 responden atau
sebesar 40%, hal ini menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini memiliki
34
tingkat usia yang berbeda-beda, meskipun demikian tingkat umur petani berada pada
umur produktif. Dengan tingkat usia yang produktif petani dapat memberikan
kontribusi tenaga kerja yang lebih besar kepada petani, diharapkan akan
meningkatkan produksi dan otomatis menambah pendapatan.
5.1.2. Tingkat Pendidikan Responden
Pendidikan memegang peranan penting dalam pengembangan usahatani jeruk
karena selain keterampilan dan kemampuan pada petani itu sendiri, pendidikan dasar
terutama baca, tulis dan hitung sangat mempengaruhi keputusan yang diambil
responden dalam menjalankan usahatani dan juga pemasaran dan juga dapat
meminimalkan resiko tindak kecurangan yang mengakibatkan kerugian yang terjadi
pada petani. Jumlah persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat
dilihat pada Tabel 8.
Table 8. Tingkat pendidikan responden di Desa Batangmata Sapo Kecamatan
Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar.
No Tingkat Pendidikan Jumlah (responden) Persentase (%)
1 Tidak ada 3 6,67
2 SD 26 57,78
3 SMP 12 26,67
4 SMA 4 8,88
Jumlah 45 100,00
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020
Tabel 8. Menunjukkan bahwa responden yang tidak mempunyai pendidikan
adalah yang terendah dengan jumlah 3 responden atau 6,67% dan tingkat pendidikan
terbanyak adalah pendidikan SD dengan jumlah 26 responden atau 57,78%. Hal ini
35
menunjukkan bahwa pendidikan responden dianggap cukup untuk menerima dan
menyerap setiap informasi baik dalam pengembangan usahatninya sendiri serta
memiliki kemampuan baca, tulis dan hitung, meskipun ada yang tidak mengikuti
jenjang pendidikan tapi memiliki kemampuan berdasarkan pengalaman dan juga
biasanya dibantu oleh keluarga. Menurut Nurhayati, Sahara dan Ranti (2009), bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan cepat tanggap terhadap
teknologi dan kemampuan seseorang.
5.1.3. Pengalaman Usahatani
Pengalaman dapat dilihat dari seorang petani menekuni suatu usahatani.
Semakin lama petani menekuni usahanya maka semakin besar pengalaman yang
dimiliki oleh petani sendiri. Dengan pengalaman yang cukup besar akan berkembang
suatu keterampilan dan keahlian dalam menentukan cara yang lebih tepat secara
efektif dan efisien. Pengalaman usahatani responden di Desa Batangmata Sapo
Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar sebagai berikut :
Tabel 9. Pengalaman Usahatani Responden di Desa Batangmata Sapo Kecamatan
Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar.
No Pengalaman
Usahatani (tahun) Jumlah (responden) Persentase (%)
1 2 – 11 10 22,22
2 12 – 21 14 31,11
3 22 – 31 11 24,44
4 > 32 10 22,22
Jumlah 45 100,00
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020
36
Berdasarkan Tabel 9. Terlihat bahwa sebagian besar responden yang bekerja
di bidang pertanian dengan pengalaman kerja yang lebih lama yaitu 12-21 tahun yaitu
sebanyak 14 responden atau sebesar 31,11%, sedangkan hanya 10 responden atau
sebesar 22,22% yang telah menjalankan usahatani jeruk selama 2-11 tahun. Lamanya
menjalankan usahatani jeruk menunjukkan bahwa usahatani tetap berjalan dan
bertahan. Meskipun pendidikan mereka rendah, pengalaman bertani mereka akan
membawa kesuksesan karena semakin tinggi tingkat usahataninya, mereka semakin
terbiasa mengambil risiko dan tahu bagaimana cara menyelesaikan masalah jika
mereka mendapatkan kesulitan dalam usahataninya.
5.1.4. Luas Lahan
Lahan merupakan salah satu factor produksi yang penting dalam usahatani.
Luas lahan tanam berpengaruh pada jumlah produksi jeruk yang akan dihasilkan serta
pendapatan yang akan diperoleh petani. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data
jumlah petani responden berdasarkan luas lahan tanaman usahatani jeruk seperti
terlihat pada tabel 10.
Tabel 10. Luas Lahan Responden di Desa Batangmata Sapo Kecamatan Bontomatene
Kabupaten Kepulauan Selayar.
No Luas Lahan (ha) Jumlah (responden) Persentase (%)
1 0,68 – 0,90 8 17,78
2 0,91 – 0,98 12 26,67
3 1,13 – 1,30 15 33,33
4 > 1,31 10 22,22
Jumlah 45 100,00
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020
37
Pada Tabel 10. Dapat dilihat bahwa sebagian besar petani memiliki luas lahan
tanaman jeruk antara 1,13 – 1,30 hektar yaitu sebanyak 15 responden atau sebesar
33,33% dan jumlah responden yang paling sedikit yaitu sebanyak 8 orang dengan luas
lahan 0,68 – 0,90 hektar atau 17,78%. Dalam hal ini petani yang memiliki luas lahan
jeruk lebih dari 1 hektar pada umumnya memiliki lahan di beberapa tempat yang
berbeda-beda sehingga akan berdampak pada semakin besarnya biaya yang akan
dikeluarkan. Luas lahan juga mempengaruhi produksi jeruk, semakin luas lahan maka
akan semakin besar pula produksi jeruk yang dihasilkan.
5.1.5. Jumlah Tanggungan Keluarga
Tanggungan adalah orang atau orang-orang yang masih berhubungan
keluarga serta hidupnya pun ditanggung oleh kepala rumah tangga. Jumlah
tanggungan adalah banyaknya jumlah jiwa atau anggota rumah tangga yang masih
menempati atau menghuni satu rumah dengan kepala rumah tangga dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data jumlah petani
responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga seperti terlihat pada tabel berikut:
Table 11. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Desa Batangmata Sapo
Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar.
No Tanggungan Keluarga Jumlah (responden) Persentase (%)
1 0 – 3 25 55,56
2 4 – 6 10 22,22
3 6 – 8 8 17,78
4 > 9 2 4,44
Jumlah 45 100,00
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020
38
Tabel 11. Dapat dilihat bahwa jumlah responden yang paling sedikit pada
jumlah tanggungan keluarga > 9 orang dengan jumlah 2 responden atau 4,44% dan
yang paling banyak berada pada kelompok 0 – 3 dengan jumlah 25 responden atau
55,56%, hal ini menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini memiliki
tanggungan keluarga yang berbeda-beda.
Menurut Yasin dan Ahmad (2008) ukuran ketergantungan keluarga tidak serta
merta meningkatkan produksi tetapi tidak mempengaruhi dan memotivasi petani
untuk meningkatkan produktivitasnya dalam bekerja dengan anggota keluarga.
Hernanto dan Noprizal (2000) berpendapat bahwa anggota keluarga bukan
merupakan tanggungan yang ketergantungan namun sebagai tenaga kerja yang dapat
dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan usahatni.
5.2 Analisis Pendapatan Usahatani
Analisis pendapatan usahatani jeruk bersumber dari 45 responden pada tahun
2020 dengan jumlah luas lahan rata-rata 1,13–1,30 haktar per responden, pelaksanaan
usaha memerlukan biaya dalam proses produksi begitu juga usahatani jeruk. Biaya
tersebut terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Berikut pemaparan tentang biaya,
biaya variable, biaya tetap dan total pendapatan :
5.2.1 Biaya Usahatani Jeruk
Biaya adalah suatu pengorbanan yang harus dilakukan untuk melaksanakan
suatu proses produksi yang dinyatakan dengan satuan uang sesuai harga pasar yang
39
berlaku, baik yang sudah terjadi ataupun yang akan terjadi. Namun, beberapa lainnya
juga mengatakan bahwa biaya adalah sebuah bentuk pengeluaran yang dilakukan oleh
suatu pihak, baik itu individu maupun petani dalam usahatani untuk mendapatkan
manfaat lebih dari tindakan tersebut. Biaya produksi usahatani terbagi 2 yaitu biaya
tetap dan biaya variabel atau tidak tetap. Adapun pola biaya usahatani jeruk
berdasarkan “Analisis Pendapatan usahatani Jeruk di Desa Batangmata Sapo
Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar” sebagai berikut:
Gambar 2. Pola Usahatani Jeruk Berdasarkan Analisis Pendapatan usahatani Jeruk di
Desa Batangmata Sapo Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan
Selayar
Pada Gambar 2. di atas tahun 2009 mulai dari proses pengolahan lahan, bibit
dan proses penanaman yang merupakan biaya investasi selama 10 tahun sesuai
dengan umur tanaman jeruk.sementara itu pada tahun 2019 tepatnya bulan Agustus
dilakukan penyiangan dengan cara membersihakan tanaman-tanaman liar atau biasa
disebut dengan gulma yang tumbuh disekitar tanaman jeruk, setelah itu dilakukan
2009 2019 2020
Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
Pengolahan Penyiangan Pestisida Penyiangan Panen
Lahan
Bibit Pemupukan Pemupukan
Penanaman
40
pemupukan. Pada tahun 2020 tepatnya bulan Maret dilakukan penyiangan dan
pemupukan kembali, dimana penyiangan dan pemupukan dilakukan 2 kali dalam
setahun kemudian pada bulan Juli dilakukan panenan jeruk.
5.2.2 Biaya Variabel
Biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya tergantung dari volume
usahatani atau sifatnya berubah sesuai dengan besarnya produksi. Biaya variabel
adalah biaya yang mewakili jumlah biaya-biaya untuk faktor-faktor produksi variabel.
Biaya ini dapat berbentuk tunai, barang atau jasa dan kerja sesungguhnya tidak
dibayarkan. Yang termasuk kedalam biaya variabel yaitu benih, pemberian obat-
obatan dan biaya tenaga kerja. Adapun rata-rata biaya variabel usahatani jeruk dapat
dilihat pada Tabel 12 berikut:
Tabel 12. Biaya Variabel Usahatani Jeruk
No Rincian Biaya Harga
1 Bibit Rp. 107.544,89
3 Obat Tanaman Rp. 172.533,33
4 Tenaga kerja pengolah lahan Rp. 733.333,33
5 Pupuk Rp. 840.022,22
Jumlah Rp. 1.853.433,77
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020
Berdasarkan Tabel diatas menjelaskan bahwa biaya variabel usahatani jeruk
terdiri dari biaya bibit dengan rata-rata Rp. 107.544,89 dimana biaya bibit tersebut
merupakan biaya investasi selama 10 tahun sesuai dengan rata-rata umur tanaman
jeruk yaitu 10 tahun dengan tingkat suku bunga 12% untuk mendapatkan biaya bibit
yang digunakan setiap tahun, pupuk sebesar Rp. 840.022,22 dimana pupuk yang
41
digunakan petani jeruk yaitu pupuk urea dan pupuk kompos. Biaya obat tanaman
sebesar Rp. 172.533,33 dan biaya tenaga kerja usahatani jeruk Rp. 733.333,33. Jadi
total biaya variable yang digunakan untuk usahatani jeruk yaitu sebesar Rp.
1.853.433,77 per musim panen.
5.2.3 Biaya Tetap
Penggunaan alat pertanian yang digunakan dalam proses produksi jeruk
dimaksudkan untuk mempercepat petani dalam melakukan proses usahataninya. Alat
pertanian yang digunakan oleh para petani jeruk adalah cangkul, bajak, parang, sabit
dan sprayer.
Biaya peralatan usahatani tergantung dari biaya peralatan yang digunakan
setiap tahun. Biaya penyusutan adalah selisih antara harga beli dan harga jual saat
dibagi dengan lama penggunaan alat tersebut. Adapun biaya tetap yang digunakan
dalam kegiatan produksi jeruk dapat dilihat pada Tabel 13 berikut :
Tabel 13. Biaya Tetap Usahatani Jeruk
No Jenis Alat Jumlah Harga Penyusutan Lama Pemakaian
1 Cangkul 2 Rp. 179.888,89 Rp.16.675,30 8 Tahun
2 Bajak 2 Rp. 181.111,11 Rp. 17.775,31 7 Tahun
3 Parang 2 Rp. 184.444,44 Rp. 16.187,65 7 Tahun
4 Sabit 2 Rp. 87.777,78 Rp. 7.483,86 6 Tahun
5 Sprayer 1 Rp. 135.111,11 Rp.12.110,58 6 Tahun
Jumlah Rp. 768.333,33 Rp. 70.232,7
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020
Berdasarkan Tabel di atas menjelaskan bahwa terdapat 5 jenis alat yang
digunakan oleh petani sampel dalam melakukan usahataninya sehingga lebih
42
memudahkan petani jeruk dalam melakukan pekerjaannya. Total pengeluaran biaya
tetap yaitu Rp. 768.333,33. Tingginya rendahnya biaya alat tersebut disebabkan oleh
penggunaan dan keawetan alat pertanian yang digunakan petani sampel.
5.2.4. Total Pendapatan
Mengetahui jumlah pendapatan yang diperoleh petani dari petani jeruk yang
dikelola perlu dilakukan analisis pendapatan. Analisis pendapatan dihitung
berdasarkan jumlah keuntungan dikurangi semua biaya.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka besarnya pendapatan yang diperoleh
petani dalam satu kali panen di Desa Batangmata Sapo Kecamatan Bontomatene
Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dilihat pada Tabel 14 berikut:
Tabel 14. Pendapatan Rata-rata Petani Desa Batangmata Sapo
Uraian Rata-rata
Produksi Jeruk (kg) 6.116,67
Harga Jual 2.5
Jumlah Penerimaan Rp. 15.291.675
Biaya Produksi
Biaya Tetap(Rp) 768.333,33
Biaya Variabel(Rp) 1.853.433,77
Jumlah Biaya Rp. 2.621.767,1
Pendapatan(Rp)(1+2) Rp. 12.669.907,9
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020
Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penerimaan petani
jeruk adalah sebesar Rp. 15.291.675, sedangkan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
proses usahataninya adalah sebesar Rp. 2.621.767,1. Jadi jumlah pendapatan rata-rata
yang diperoleh petani jeruk untuk satu kali panen adalah sebesar Rp. 12.669.907,9.
43
5.2.5. Penerimaan
Pendapatan menurut Suratiyah (2015) merupakan perkalian antara harga
produksi dan harga jual, besarnya penerimaan yang diterima petani untuk setiap
rupiah yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi pertanian dipengaruhi oleh volume
produksi dan harga unit produksi yang diproduksi. Semakin tinggi jumlah produksi
dan harga satuan produksi yang dihasilkan maka penerimaan usahatani menjadi
semakin besar sebaliknya, semakin rendah jumlah produksi dan harga satuan produksi
yang dihasilkan maka penerimaan usahatani juga akan semakin kecil.
Berdasarkan hasil penelitian lapangan, rata-rata hasil produksi jeruk adalah
6.11667 kg dengan rata-rata harga Rp 2.500. Berdasarkan produksi dan harga jual
satuan produksi didapat hasil rata-rata penerimaan usahatani jeruk pertahun adalah
sebesar Rp. 15.291.675. Besar kecilnya penerimaan petani di Daerah penelitian
bervariasi tergantung dengan banyaknya produksi jeruk yang dihasilkan serta harga
jual yang berlaku saat itu.
5.3 Analisis Kelayakan R/C Ratio
Analisis R/C Ratio adalah singkatan dari return Cosl Ratio. Atau dikenal
sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya atau pengeluaran. Analisis R/C
atau ratio dalam penelitian yang digunakan untuk mengetahui apakah usahatani jeruk
yang dikembangkan oleh petani di Desa Batangmata Sapo Kecamatan Bontomtene
Kabupaten Kepulauan Selayar menguntungkan atau layak di usahakan atau tidak.
44
Secara umum R/C ratio adalah suatu hasil yang merupakan perbandingan antara total
penerimaan dengan total biaya.
Untuk mengetahui lebih jelasnya tentang analisis kelayakan R/C Ratio
usahatani jeruk di Desa Batangmata Sapo Kecamatan Bontomatene Kabupaten
Kepulauan selayar dapat dilihat pada Tabel 15 berikut:
Tabel 15. Hasil Analisis Kelayakan R/C Ratio Usahatani Jeruk Di Desa Batangmata
Sapo Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar
No Uraian Jumlah Rata-rata
1. R/C Ratio 4,02
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020
Berdasarkan Tabel 15. Menunjukkan bahwa hasil analisis kelayakan R/C
Ratio sebesar 4,02, hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa usahatani jeruk di Desa
Batangmata Sapo Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan selayar layak
untuk di usahakan.
5.3.1 Analisis Kelayakan B/C Ratio
B/C Ratio merupakan rasio perbandingan antara keuntungan dengan biaya-
biaya yang digunakan dalam merealisasikan perencanaan pendirian dan
mengoperasikan suatu usaha untuk melihat manfaat yang didapat oleh proyek dengan
satu rupiah pengeluaran.
Untuk mengetahui lebih jelasnya tentang analisis kelayakan B/C Ratio
Usahatani Jeruk di Desa Batangmata Sapo Kecamatan Bontomatene Kabupaten
Kepulauan Selayar dapat dilihat pada Tabel 12 berikut:
45
Tabel 16. Hasil Analisis kelayakan B/C Ratio Usahatani Jeruk di Desa Batangmata
Sapo Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar
No Uraian Jumlah rata-rata
1 B/C Ratio 4,85
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020
Berdasarkan Tabel 16. Menunjukkan bahwa hasil analisis kelayakan B/C
Ratio sebesar 4,85, hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Usahatani Jeruk di Desa
Batangmata Sapo Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar layak
untuk dikembangkan atau dikerjakan. Jika nilai B/C ratio lebih besar dari 1 usaha
tersebut menguntungkan atau layak untuk dijalankan, sebaliknya jika lebih kecil dari
1 maka usaha tersebut tidak menguntungkan dan sebaiknya tidak baik untuk
dilanjutkan (Yacob, 2003).
5.3.2 Analisis Break Event Point (BEP)
Analisis Break Event Point (BEP) adalah satu cara untuk mengetahui dan
menentukan harga produksi terendah petani agar tidak mengalami rugi dan tidak
untung. Break Event Point (BEP) atau titik impas adalah total penerimaan (Total
Revenue) pada kondisi sama dengan total biaya (Total Cost) pada kondisi tersebut
dikatakan usahatani mengalami impas.
Tabel 17. Hasil Analisis BEP Usahatani Jeruk di Desa Batangmata Sapo Kecamatan
Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar 2020
No Uraian Nilai BEP
1. BEP Produksi (Kg) 29,87
2. BEP Harga (Rp) 957,24
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020
46
Berdasarkan Tabel 17 diperoleh nilai Break Event Point (BEP) produksi pada
usahatani Jeruk di Desa Batangmata Sapo Kecamatan Bontomatene Kabupaten
Kepulauan Selayar yaitu sebesar 29,87 kg, jadi petani usahatani jeruk harus menjual
jeruk sebesar 29,87kg dalam satu kali panen agar memperoleh titik impas sehingga
petani tidak mengalami kerugian. Sedangkan hasil Break Event Point (BEP) harga
yaitu sebesar Rp 957,24dalam satu kali panen, jadi petani jeruk harus menjual
dengan harga Rp 957,24 agar memperoleh titik impas sehingga petani tidak rugi
maupun untung, dengan hasil analisis Break Event Point (BEP) tersebut maka petani
jeruk di Desa Batangmata Sapo Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan
Selayar sudah memperoleh keuntungan dengan melampui nilai BEP nya.
5.4 Analisis Pendapatan Usahatani Jeruk
Dalam kehidupan sehari-hari, mereka mungkin menghadapi keputusan yang
akan mereka buat. Begitu pula dengan pengalaman petani menentukan pilihan dalam
menggunakan sumber daya alam untuk mendulang nilai ekonomis dalam penunjang
hidup. Hal yang sama berlaku untuk petani di wilayah Batangmata Sapo dalam
menentukan opsi konservasi sumber daya alam yang ada. Selain itu tentunya ada
dampaknya mengelola usahatani dengan mengolah sumber daya pertanian menurut
orang yang diwawancarai. “Karena produksi jeruk lebih banyak keuntungannya
dibandingkan dengan kelapa, dikarenakan struktur tanah Batangmata Sapo yang
memang bebatuan sehingga cocok ditanami jeruk daripada kelapa. Jeruk bisa berbuah
tergantung dari pemeliharaanya. Petani suka menanam jeruk karena sekali panen bisa
47
menghasilkan puluhan juta dibandingkan dengan kelapa. Disisi lain kelapa juga ada
upah petik lima ribu per pohon dikali banyak, kalau jeruk itu buahnya bisa kita petik
sendiri tanpa memakai upah petik”.
Berdasarkan survey di atas, diketahui bahwa masyarakat di kawasan
Batangmata Sapo khususnya para petani terpacu untuk menanam jeruk karena lebih
produktif dibandingkan budidaya kelapa bagi petani. memindahkan sebagian tanah
mereka untuk menanam jeruk. Jenis buah ini dapat berbuah atau berproduksi banyak
tergantung bagaimana cara petani memelihara tanaman tersebut. Selain itu juga
karena struktur tanah Batangmata Sapo berupa bebatuan yang ideal yang mampu
mengondisikan jeruk dalam keadaan stress sehingga meningkatkan hasil produksi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan petani jeruk
yaitu sebesar Rp. 12.669.907,9. Potensi pengembangan jeruk di Selayar sangat
menjanjikan. Karena tanaman jeruk terbilang gampang dalam perawatan dan juga
cenderung cepat berbuah. Produksi jeruk di Selayar layak dikembangkan karena
Selayar juga dikenal penghasil jeruk. Pengelolaan usahatani jeruk di selayar bertujuan
untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Karena dengan meningkatnya
produksi yang dihasilkan maka keuntungan atau pendapatan petani akan lebih
maksimal. Sehingga jika petani tidak mendapatkan Dengan pendapatan yang
menggiurkan, petani akan mengidentifikasi opsi lain dan bahkan kemungkinan petani
akan beralih ke jenis tanaman yang dapat memberikan taraf hidup lebih tinggi.
48
Analisis R/C rasio yang diperoleh adalah 4,02, artinya nilai rasionya 4,02 atau
lebih besar dari 1 yang berarti setiap rupiah yang dikeluarkan petani jeruk dapat
menghasilkan pendapatan sebesar 4,02 rupiah. Kecamatan Bontomatene, Kabupaten
Kepulauan Selayar memang menguntungkan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai lebih
dari satu hasil Analisis R/C lebih besar dari satu.
49
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kesimpulan mengenai Analisis Pendapatan
Usahatani di Desa Batangmata Sapo Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan
Selayar memperoleh kesimpulan :
Usahatani Jeruk di Desa Batangmata Sapo Kecamatan Bontomatene
Kabupaten Kepulauan Selayar dapat meningkatkan pendapatan petani secara nyata.
Adapun jumlah pendapatan petani jeruk adalah sebesar Rp. 12.669.907,9 pertahun.
Dari hasil analisis kelayakan usahatani jeruk menunjukkan bahwa nilai R/C
ratio sebesar 4,02, B/C Ratio sebesar 4,85, BEP Produksi sebesar 29,87 kg, dan BEP
Harga sebesar Rp 957,24, sehingga Usahatani Jeruk di Desa Batangmata Sapo
Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar Layak untuk dijalankan
karena memberikan keuntungan kepada petani jeruk.
6.2 Saran
Setelah dikemukakan beberapa kesimpulan tentang hasil analisis, maka
selanjutnya dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik diperlukan peran serta semua pihak
baik dari pemerintah maupun dari instansi di bidang pertanian untuk
membantu petani dalam memberikan edukasi tentang usahatani jeruk yang
baik seperti cara penggunaan pestisida dan pupuk.
50
2. Diharapkan petani berpartisipasi aktif dalam penyuluhan yang dilakukan oleh
dinas pertanian setempat agar pengetahuan tentang usahatani jeruk dapat
ditingkatkan sehingga petani dapat meningkatkan produksi dari segi kualitas
dan kuantitas.
51
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
Ashari, 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Buku. Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta. 141-161 p.
Dewi, N. 2012. Untung Segunung Bertanam. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Dalas, 2004. Analisis Pendapatan Usahatani Jeruk di Kecamatan Saliabu Kabupaten
Talaud. Skripsi, Universitas Sam Ratulangi Manado.
Djarwanto, PS. (1994 : 420), Penentuan Sampel Pengertian Populasi. Cetakan I,
Yogyakarta.
Johani, E.2008. Tanaman Pekarangan Pilihan. Bandung: Salamadani.
Nadir dan Mutmainnah. 2018. Analisis Usahatani Perikanan Nelayan Patoranni.
Jurnal Penelitian SNP2M 978-602-60766-4-9.
Nadir dan Mutmainnah. 2018. Analisis Usahatani Perikanan Nelayan Patoranni. CV
Inti Mediatama, Makassar.
Rismunandar. 1986. Mengenal Tanaman Buah-buahan. Penerbit Sinar Baru.
Bandung
Soeharjo dan Patong, D. 1999. Sendi-Sendi Proyek Ilmu Usahatani. Departemen
Ilmu-Ilmu Sosial. Institute Pertanian Bogor.
Soekartawi, 2002. Analisis Pendapatan Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia
(UI- Press), Jakarta
Suratiyah, Ken. 2015. Ilmu Usahatani. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta
Timur.
Soerjono Soekanto, 2009 : 208. Ukuran Tau Kriteria. Anggota Masyarakat. Jakarta
Soelarso, R.B. 1996. Budidaya Jeruk bebas Penyakit. Kanisius, Yogyakarta.
Ting, dan Attaway. 1971. Core atau Central Plasenta. Biji dalam Segmen
52
Tulus Tambunan, 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia, Beberapa Isu
Penting. Ghalia Indonesia Jakarta.
53
L
A
M
P
I
R
A
N
54
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Kecamatan Bontomatene Kabupaten
Kepulauan Selayar
55
Lampiran 2. Identitas Responden Usahatani Jeruk di Desa Batangamata Sapo
Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar No Nama Alamat Usia Pendidikan terakhir
1 Densi Desa Batangmata Sapo 65 SD
2 Tari Desa Batangmata Sapo 60 SD
3 Malik Desa Batangmata Sapo 50 SMP
4 Keba Desa Batangmata Sapo 60 SD
5 Bala Lolo Desa Batangmata Sapo 55 SMA
6 Dg. Manombong Desa Batangmata Sapo 50 SD
7 Maridaeng Desa Batangmata Sapo 30 SD
8 Malling Desa Batangmata Sapo 40 SMP
9 Haeruddin Desa Batangmata Sapo 40 SD
10 Dg. Maturung Desa Batangmata Sapo 50 SD
11 Arman Desa Batangmata Sapo 38 SD
12 Dg. Mattajang Desa Batangmata Sapo 46 SD
13 Rahman Desa Batangmata Sapo 55 SD
14 Muh. Amin Desa Batangmata Sapo 43 SMP
15 Muh. Jaya Desa Batangmata Sapo 56 SD
16 Abdullah Desa Batangmata Sapo 50 SMA
17 St. Fatima Desa Batangmata Sapo 44 SD
18 Raba Desa Batangmata Sapo 53 SD
19 Laudding Desa Batangmata Sapo 65 SD
20 Dg. Maratang Desa Batangmata Sapo 54 SD
21 Makmur Desa Batangmata Sapo 49 SMP
22 Bora’ Desa Batangmata Sapo 53 SMP
23 Ahmad Desa Batangmata Sapo 42 SMA
24 Muh. Bora Desa Batangmata Sapo 40 SMP
25 Rasyid Desa Batangmata Sapo 61 SD
26 Pattalasang Desa Batangmata Sapo 53 SD
27 Siga’ Desa Batangmata Sapo 49 SD
28 Roha Desa Batangmata Sapo 38 SMP
29 Nujeng Desa Batangmata Sapo 41 SMP
30 Dg. Sibeta Desa Batangmata Sapo 52 SD
31 Patta Sabang Desa Batangmata Sapo 69 SD
32 Anwar Desa Batangmata Sapo 53 SD
33 Muh. Amir Desa Batangmata Sapo 56 SMP
34 Demmatanang Desa Batangmata Sapo 47 Tidak Sekolah
35 Bau Ratang Desa Batangmata Sapo 63 SD
36 Andi Rospu Desa Batangmata Sapo 38 SD
37 Sulemang Desa Batangmata Sapo 47 SMP
38 Jalang Desa Batangmata Sapo 50 SD
39 Demmanappu Desa Batangmata Sapo 66 Tidak Sekolah
40 Arifin Desa Batangmata Sapo 54 SD
41 Muh. Amin Desa Batangmata Sapo 47 SMP
42 Datu’ Desa Batangmata Sapo 45 SMP
43 Juma’ Desa Batangmata Sapo 50 SMA
44 Basri Desa Batangmata Sapo 46 SD
45 Jaharuddin Desa Batangmata Sapo 49 Tidak Sekolah
56
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian Usahatani Jeruk di Desa Batangamata
Sapo Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar
Gambar 2. Wawancara Dengan Salah Satu Responden
Gambar 3. Foto Bersama Kepala Desa Batangmata Sapo
57
Gambar 4. Salah Satu Lahan Petani Jeruk di Desa Batangmata Sapo
Gambar 5. Wawancara Dengan Pedagang Jeruk
58
59
60
61
RIWAYAT HIDUP
Andi Anggun Hidayat lahir di Ujung Pandang, pada tanggal 15
februari 1999. Penulis merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara dari Ayahanda Masrum dan Ibunda Andi Nur
Hidayat. Pada tahun 2005 penulis memasuki sekolah dasar di
SDN BENTENG 3 dan lulus pada tahun 2010, kemudian
melanjutkan sekolah menengah pertama di SMPN 2 BENTENG dan lulus pada tahun
2013. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan sekolah menengah atas di SMKN 1
BENTENG dan lulus pada tahun 2016. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi
masuk Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah magang di Balai Penelitian
Tanaman Pangan Hortikultura dan Serelia Maros.
Tugas akhir dalam pendidikan tinggi di Selesaikan dengan menulis skripsi
dengan judul “Analisis Pendapatan Usahatani Jeruk di Desa Batangmata Sapo
Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar”.
Recommended