View
9
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
125
Jurnal Informasi Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik
Vol 14 No. 2 Juli 2019 : 125-146 ISSN : 2685-6441 (Online)
Doi : http://dx.doi.org/10.25105/jipak.v14i2.5195 ISSN : 1907-7769 (Print)
ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP
DETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT
1Yudha Adnovaldi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Trisakti 2Wibowo
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Trisakti
yudha.adnovaldi@gmail.com
Abstract The study aims to obtain empirical evidence regarding financial statement fraud based
on the theory of fraud diamond. In this study, the independent variable is financial stability,
external pressure, financial target, nature of industry, ineffective monitoring, rationalization,
and capability variable. The study uses earnings management to investigate the potential of
financial statement fraud. Earnings management is measured by F-Score indicator. Sample
are 32 manufacturing companies which are listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) in
2015-2017. The result shows that only external pressure variable which is proxied by leverage
ratio and nature of the industry variable which is proxied by obsolete inventory account that
has significantly influences to detect the potential of financial statement fraud. Meanwhile
financial stability which is proxied by changes in total assets ratio, financial targets which is
proxied by ROA ratio, ineffective monitoring which is proxied by number of independent
commissioners ratio, rationalization variable which is proxied by change in auditor, and
capability variable which is proxied by change in directors do not affect to detect the potential
of financial statement fraud.
Key Words: F-Score Model; Fraud Diamond; and Fraudulent Financial Statement
JEL Classification : M41, M42
Submission date : August 7, 2019 Accepted date : August 12, 2019
J I P A K 2 0 1 9 | 126
1. PENDAHULUAN
Perusahaan menyajikan laporan keuangan yang baik dan benar dengan tujuan
untuk menarik perhatian investor baru agar dapat menanamkan modalnya dan
merupakan upaya perusahaan untuk mempertahankan eksistensinya dalam persaingan
pasar. Pentingnya informasi yang disajikan oleh perusahaan dalam laporan keuangan
dapat memotivasi manajemen perusahaan untuk terus meningkatkan kinerja, agar
informasi yang ditampilkan dapat memuaskan para pengguna laporan keuangan. Pada
kenyataannya laporan keuangan dapat menjadi celah bagi manajemen perusahaan untuk
melakukan kecurangan ketika manajemen tidak mampu mencapai tujuan yang
ditargetkan serta adanya motivasi dan tekanan perusahaan tetap eksis di persaingan
pasar.
Praktik kecurangan atau yang lebih sering dikenal dengan fraud tentu tidak asing
lagi dalam praktik kejahatan di perusahaan. Menurut Association of Certified Fraud
Examiners (ACFE) mengutip dari Black’s Law Dictionary tahun 2004 dalam
Kusumanigrum (2016), kecurangan adalah segala upaya untuk mengelabui atau
memperdaya pihak lain dengan cara penyembunyian fakta material yang dapat
menyebabkan kerugian kepada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh manfaat
pribadi. Dalam prakteknya, kecurangan pada laporan keuangan terdiri dari manipulasi
catatan keuangan, kesengajaan untuk menghilangkan kejadian, transaksi, akun atau
informasi signifikan lain atau kesalahan penerapan prinsip akuntansi, kebijakan atau
prosedur yang digunakan untuk mengukur, mencatat, melaporkan dan mengungkapkan
transaksi.
Penelitian yang dilakukan oleh Association of Certified Fraud Examiners dalam
Report to the Nations on Occupational Fraud and Abuse tahun 2014 menemukan
sekitar 77% kecurangan dilakukan oleh individu melalui departemen seperti akuntansi,
operasi, keuangan, layanan konsumen, penjualan, dan pembelian. Selain itu, menurut
Ernst & Young tahun 2003 dalam Brennan dan McGrath (2007) juga menemukan
bahwa lebih dari setengah pelaku kecurangan adalah eksekutif atau manajemen tingkat
atas. Association of Certified Fraud Examiners membuat sebuah konsep kecurangan
dalam bentuk pohon yang dikenal dengan fraud tree. Dalam fraud tree ini terdapat tiga
cabang utama jenis kecurangan, yaitu corruption (korupsi), asset missapropriation
(penyalahgunaan aset), dan fraudulent financial statement (kecurangan laporan
keuangan).
Banyak kasus kecurangan yang terjadi seperti kasus perusahaan Phar Mor di
Amerika Serikat, kasus yang melegenda dikalangan auditor keuangan. Berdasarkan
sumber dari laman Kompasania (2017), kasus ini dilakukan oleh eksekutif Phar Mor
yang sengaja melalukan kecurangan dengan membuat dua laporan keuangan yakni,
laporan inventory dan laporan bulanan keuangan (monthly financial report). Dalam
melakukan kecurangannya, top manajemen dari Phar Mor berkerja sama dengan kantor
akuntan publik Cooper & Lybrant dengan memberi mereka insentif, dan kasus ini
membuktikan bahwa adanya satu dari tiga unsur fraud triangle, yaitu incentive.
J I P A K 2 0 1 9 | 127
Secara umum, kecurangan (fraud) akan selalu terjadi ketika tidak adanya
pencegahan dan pendeteksian sebelumnya. Menurut teori yang dikemukakan oleh
Cressey tahun 1953 dalam Skousen et al. (2009) terdapat tiga kondisi berupa kerangka
untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan kecurangan yaitu
pressure (tekanan), opportunity (kesempatan), dan rationalization (rasionalisasi) yang
disebut sebagai fraud triangle. Lalu diuraikan dalam SAS No. 99 dalam Anshori
(2016), fraud triangle dibagi lagi dalam beberapa kondisi yang menyebabkan
terjadinya kecurangan. Faktor pressure dibagi menjadi financial stability, external
pressure, personal financial needs, dan financial target. Dan faktor opportunity dibagi
juga menjadi nature of industry, ineffective monitoring, dan organizational structure.
Pengembangan model fraud terus dilakukan oleh para peneliti untuk dapat
memahami dan mencegah fraud secara lebih efektif. Salah satunya adalah Wolfe dan
Hermanson (2004) yang memperkenalkan unsur keempat dari faktor kecurangan yaitu
capability (kapabilitas). Wolfe dan Hermanson meyakini bahwa “many frauds would
not have occurred without the right person with rigth capabilities implementing the
details of the fraud” sehingga terbentuklah ‘The New Fraud Diamond’. Wolfe dan
Hermanson membagi capability kedalam enam kategori, yaitu personal position and
function, intellegence and creativity, strong ego and great confidence, coercion, deceit,
dan stress.
Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan
mencegah kemungkinan terjadinya kecurangan pada laporan keuangan serta
mengindikasikan adanya fraud yang akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan
dengan mengacu pada faktor risiko kecurangan laporan keuangan dalam SAS No. 99
yang diadopsi dari fraud triangle milik Cressey tahun 1953 dalam Skousen et al.
(2009), serta menambah satu faktor tambahan dalam fraud diamond yang
dikembangkan oleh Wolfe dan Hermanson (2004).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tujuh variabel yang ada di dalam
keempat elemen fraud diamond sebagai variabel independen, yaitu variabel financial
stability, external pressure, dan financial target yang merupakan komponen dari
elemen pressure; variabel nature of industry dan ineffective monitoring dari elemen
opportunity; variabel rationalization; dan variabel capability sedangkan variabel
dependen dalam penelitian ini adalah kecurangan laporan keuangan (fraudulent
financial statement) dengan menggunakan F-Score model sebagai alat ukur salah saji
material dalam laporan keuangan. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia selama periode 2015-2017.
J I P A K 2 0 1 9 | 128
2. TINJAUAN PUSTAKA
Tijauan Teori
Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan adalah suatu konsep dimana menggambarkan hubungan
kontraktual antara pihak principals dengan pihak agent yang memiliki beberapa
kepentingan dalam kegiatan operasional perusahaan. Pada dasarnya, kepentingan antara
principals dengan agent cenderung sering berbenturan dan menimbulkan permasalahan
tersendiri dalam suatu perusahaan. Principal atau pemegang saham berkeinginan agar
perolehan hasil investasi mereka semakin tinggi dan terjamin aman, sedangkan
manajemen perusahaan selaku agent memiliki kepentingan untuk mendapatkan
kompensasi yang besar atas hasil kerjanya. Perbedaan tujuan itulah yang menyebabkan
terjadinya conflict of interest diantara pihak agent dan principal.
Selain itu, para agent yang memiliki informasi tentang operasi dan kinerja
perusahaan lebih banyak dibandingkan dengan para principal, sedangkan bagi pemilik
modal (principal) dalam hal ini akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan
yang dilakukan oleh manajemen (agent) karena hanya memiliki sedikit informasi yang
ada. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan adanya ketidakseimbangan informasi
(asymetric information) karena manajemen perusahaan mengetahui lebih banyak
informasi mengenai internal dan kelangsungan perusahaan dan tidak memberikan
keseluruhan informasi yang sebenarnya kepada para pemegang saham. Dari conflict of
interest dan asymetric information inilah yang menjadi pemicu terjadinya tindakan
kecurangan pada laporan keuangan.
Kecurangan (Fraud)
Fraud merupakan hal yang bersifat umum dan memiliki banyak makna, yang
terjadi karena kecerdikan manusia dan ditujukan kepada suatu pihak untuk memperoleh
keuntungan lebih dengan penyajian yang salah. Association of Certified Fraud
Examiners (ACFE) dalam Priantara (2013) mengambarkan occupational fraud dalam
bentuk pohon atau yang disebut dengan fraud tree. Occupational fraud tree ini
mempunyai tiga cabang utama, yakni corruption, asset misappropriation, dan financial
statement fraud.
Fraud Triangle
Fraud triangle theory merupakan suatu gagasan yang meneliti tentang penyebab
terjadinya kecurangan. Teori ini pertama kali diciptakan oleh Cressey tahun 1953
dalam Skousen et al. (2009) yang dinamakan fraud triangle atau segitiga kecurangan.
Adapun tiga elemen yang menjadi penyebab terjadinya kecurangan (fraud) yaitu:
1. Tekanan (Pressure)
Dalam Tuanakotta (2014), Cressey berpendapat bahwa hal yang menyebabkan
pelaku melakukan penggelapan uang perusahaan berawal dari suatu tekanan yang
akhirnya mendorong pelaku untuk melakukan kecurangan. Berdasarkan SAS No.
J I P A K 2 0 1 9 | 129
99 dalam Reskino dan Anshori (2016) terdapat kondisi yang menyebabkan terjadi
pressure dalam kecurangan laporan keuangan yaitu financial stability, external
pressure, personal financial needs, dan financial target.
2. Kesempatan (Opportunity)
Opportunity menurut Arens et al. (2014) adalah situasi yang membuka kesempatan
bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan kecurangan. Menurut SAS No. 99
dalam Anshori (2016) menjabarkan terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan
adanya peluang yang timbul sehingga terjadinya kecurangan laporan keuangan,
yaitu nature of industry, ineffective monitoring, dan organizational structure.
3. Rasionalisasi (Rationalization)
Menurut Arens et al. (2014) ada sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis
yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang
tidak jujur, atau mereka berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang
membuat mereka merasionalisasi tindakan yang tidak jujur. Ada beberapa kondisi
yang mengakibatkan seseorang melakukan kecurangan, yaitu pergantian auditor
(auditor change) dan opini audit (auditor’s opinion).
Fraud Diamond
Fraud diamond dikemukakan pertama kali oleh Wolfe dan Hermanson (2004)
sebagai bentuk penyempurnaan dari teori fraud triangle oleh Cressey tahun 1953.
Wolfe dan Hermanson (2004) menambahkan satu elemen yang signifikan untuk
mempengaruhi seseorang untuk melakukan kecurangan, yakni kemampuan (capability)
sehingga menjadi empat elemen yang dikenal dengan fraud diamond. Adapun sifat-
sifat terkait elemen kemampuan (capability) dalam tindakan pelaku kecurangan, yaitu
position/function, intelligence and creativity, convidene/ego, dan coercion skill.
F-Score Model
Sukrisnadi (2010) mendefinisikan F-Score model adalah suatu ukuran komposit
yang diklaim dapat digunakan sebagai alat untuk mendeteksi salah saji material dalam
laporan keuangan. F-Score model merupakan penjumlahan dari dua variabel yaitu
kualitas akrual (accrual quality) dan kinerja keuangan (financial performance).
Komponen variabel pada F-Score ini dapat dilihat secara langsung di laporan
keuangan, yaitu accrual quality yang diproksikan dengan RSST, financial performance
yang diproksikan dengan perubahan pada akun piutang, perubahan pada akun
persediaan, perubahan pada akun penjualan tunai, perubahan pada EBIT.
Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudulent Financial Statment)
Menurut Arens et al. (2014) kecurangan laporan keuangan adalah salah saji atau
pengabaian jumlah atau pengungkapan yang disengaja dengan tujuan menipu para
pemakai laporan keuangan, sedangkan menurut Tjahjono (2013), kecurangan laporan
keuangan didefinisikan sebagai kesalahan yang dilakukan dengan sengaja,
penghilangan fakta sesungguhnya yang material, atau akuntansi dapat mempengaruhi
J I P A K 2 0 1 9 | 130
keputusan menjadi menyesatkan akibat kesalahan merepresentasikan penyajian laporan
keuangan.
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Financial Stability terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement
Financial stability adalah keadaan dimana keuangan perusahaan berada dalam
kondisi stabil, oleh karena itu ketika keuangan perusahaan berada dalam kondisi
terancam maka manajer melakukan berbagai cara untuk membuat financial stability
terlihat baik kembali agar bisa mempertahankan investor yang potensial. Penelitian
yang dilakukan oleh Skousen et al. (2009) menjelaskan bahwa variabel financial
stability yang diproksikan dengan perubahan total aset (ACHANGE) berpengaruh
signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.
Ha1: Financial stability berpengaruh terhadap deteksi fraudulent financial
statement
Pengaruh External Pressure terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement
Skousen (2009) mengatakan sumber tekanan eksternal salah satunya adalah
dengan kemampuan perusahaan dalam membayar utang atau memenuhi persyaratan
utang. Menurut Kasmir (2013), ketika perusahaan memiliki utang yang besar maka
berpotensi munculnya kecurangan dalam pelaporan dikarenakan perusahaan perlu
memiliki laba yang tinggi guna meyakinkan kreditor bahwa mereka mampu membayar
utangnya. Penelitian yang dilakukan oleh Sihombing (2014) menyatakan bahwa
external pressure memiliki pengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan.
Ha2: External pressure berpengaruh terhadap deteksi fraudulent financial
statement
Pengaruh Financial Target terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement
Return on asset (ROA) adalah rasio profitabilitas yang dipakai sebagai
pengukuran efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuangan dengan pengukuran
sesuai dengan aset yang dimilikinya (Skousen et al, 2009). ROA yang rendah
memotivasi manajemen perusahaan untuk melakukan tindakan kecurangan terhadap
laba perusahaan agar kinerja perusahaan terlihat baik di mata investor. Penelitian yang
dilakukan oleh Kusumaningrum (2016) yang mengatakan bahwa variabel financial
target yang diproksikan dengan ROA berpengaruh negatif dalam mendeteksi
kecurangan laporan keuangan.
Ha3: Financial target berpengaruh terhadap deteksi fraudulent financial statement
Pengaruh Nature of Industry terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement
Nature of Industry memberikan kesempatan untuk terlibat dalam kecurangan
laporan keuangan, salah satunya yaitu aset. Aset yang paling sering untuk direkayasa
oleh pelaku kecurangan diantaranya adalah persediaan dan piutang. Penelitian juga
dilakukan oleh Pardosi (2015) yang menunjukkan bahwa variabel nature of industry
J I P A K 2 0 1 9 | 131
yang diproksikan dengan inventory berpengaruh positif signifikan terhadap kecurangan
laporan keuangan. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Sihombing (2014)
menghasilkan bahwa variabel ini yang diproksikan dengan perubahan piutang
(receivable) berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
Ha4: Nature of industry berpengaruh terhadap deteksi fraudulent financial
statement
Pengaruh Ineffective Monitoring terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement
Salah satu penyebab terjadinya kecurangan adalah karena kurangnya pengawasan
yang dilakukan sehingga memberikan peluang kepada manajemen untuk melakukan
tindak kecurangan. Adanya komisaris independen yang berasal dari luar perusahaan
akan meningkatkan pengawasan kepada manajemen untuk mengurangi tindakan
kecurangan laporan keuangan. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sihombing (2014) menghasilkan bahwa variabel infeffective monitoring yang
diproksikan dengan rasio jumlah komisaris independen (BDOUT) berpengaruh
terhadap kecurangan laporan keuangan.
Ha5: Ineffective monitoring berpengaruh terhadap deteksi fraudulent financial
statement
Pengaruh Rationalization terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement
Salah satu faktor yang menyebabkan adanya rasionalisasi adalah seringnya terjadi
perubahan auditor. Indikasi kecurangan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan
biasanya terlihat oleh auditor, oleh sebab itu manajemen lebih sering melakukan
pergantian auditor agar kecurangan yang dilakukan manajemen dapat berkurang dari
auditor yang lama. Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati & Marsono (2014)
yang menunjukkan bahwa variabel rationalization yang diproksikan dengan auditor
changes berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.
Ha6: Rationalization berpengaruh terhadap deteksi fraudulent financial statement
Pengaruh Capability terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement
Perubahan direksi adalah penyerahan wewenang dari direksi lama kepada direksi
baru dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja manajemen sebelumnya. Perubahan
direksi juga dapat menimbulkan stress period sehingga berdampak pada semakin
terbukanya peluang untuk melakukan fraud. Penelitian yang dilakukan oleh Sihombing
dan Rahardjo (2014) membuktikan bahwa variabel capability yang diproksikan dengan
pergantian direksi (director changes) berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan
laporan keuangan.
Ha7: Capability berpengaruh terhadap deteksi fraudulent financial statement
J I P A K 2 0 1 9 | 132
3. METODOLOGI
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
penelitian deskriptif . Data dan unit analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah annual report & financial report dari perusahaan manufaktur. Penentuan sampel
menggunakan metode purposive sampling dengan sampel yang digunakan adalah
perusahaan manufaktur pada populasi perusahaan go public yang terdaftar dan aktif di
Bursa Efek Indonesia selama tahun 2015-2017. Data yang tersedia kemudian diolah
dan diuji dengan pengujian hipotesis menggunakan analisis teknik regresi linear
berganda.
Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah fraudulent financial
statement. Penelitian ini mendeteksi kecurangan laporan keuangan dengan
menggunakan fraud score model sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Dechow et al.
tahun 2007 dalam Sukrisnadi (2010). F-Score model dapat digambarkan dalam
persamaan berikut:
(Sumber: Skousen et al. dalam Sukrisnadi, 2010)
Sukrisnadi (2010) menyebutkan bahwa kualitas akrual diukur melalui RSST
akrual dengan menghitung perubahan aset lancar, dikurangi perubahan dalam
kewajiban lancar dan penyusutan, juga memperhitungkan perubahan long-term
operating assets dan long-term operating liabilities. Berikut ini model perhitungan
accrual quality yang dihitung dengan menggunakan proksi RSST accrual:
(Sumber: Sukrisnadi, 2010)
Keterangan:
1.
WC : Working Capital
CA : Current Assets
CL : Current Liabilities
2.
NCO : Non Current Operating Accrual
TL : Total Liabilities
3.
FIN : Financial Accrual
TI : Total Investment
J I P A K 2 0 1 9 | 133
4.
ATS : Average Total Assets
Financial performance diukur dengan menggunakan proksi perubahan pada akun
piutang, perubahan pada akun persediaan, perubahan pada akun penjualan tunai, dan
perubahan pada EBIT seperti persamaan berikut:
Financial Performance = Change in Receivable + Change in Inventories
+ Change in Cash + Change in Earnings (Sumber: Sukrisnadi, 2010)
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
Variabel Bebas (Independent Variable)
Financial Stability
Financial stability merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan
perusahaan dalam kondisi stabil. Rasio perubahan total aset dijadikan proksi pada
variabel stabilitas keuangan (financial stability). Dalam penelitian ini, stabilitas
keuangan diproksikan dengan rasio perubahan total aset (ACHANGE), yang dihitung
dengan rumus:
(Sumber: Skousen et al., 2009)
External Pressure
External Pressure merupakan tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk
memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga. External pressure pada
penelitian ini diproksikan dengan rasio leverage (LEV). Rasio leverage dapat dihitung
dengan rumus Debt to Assets Ratio yaitu:
(Sumber: Skousen et al., 2009)
J I P A K 2 0 1 9 | 134
Financial Targets
Financial target merupakan risiko adanya tekanan berlebihan pada manajemen
untuk mencapai target keuangan yang dipatok oleh direksi atau manajemen, termasuk
tujuan-tujuan penerimaan insentif dari penjualan maupun keuntungan. Financial target
diproksikan dengan ROA. ROA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
(Sumber: Skousen et al., 2009)
Nature of Industry
Nature of Industry merupakan keadaan ideal suatu perusahaan dalam industri.
Pada laporan keuangan terdapat akun-akun tertentu yang besarnya saldo ditentukan
oleh perusahaan berdasarkan suatu estimasi, misalnya akun piutang tak tertagih dan
akun persediaan usang. Oleh karena itu, nature of industry diproksikan dengan NI dan
NR yang dirumuskan sebagai berikut:
(Sumber: Pardosi, 2015)
(Sumber: Sihombing, 2014)
Keterangan :
1. NI : Nature of Industry Inventory
2. NR : Nature of Industry Receivable
Ineffective Monitoring
Ineffective monitoring merupakan keadaan dimana perusahaan tidak memiliki
unit pengawas yang efektif dalam memantau kinerja manajemen perusahaan. Dalam
penelitian ini ineffective monitoring diproksikan dengan BDOUT yang dirumuskan
sebagai berikut:
(Sumber: Sihombing, 2014)
Rationalization
Menurut Skousen et al. (2009) rasionalisasi adalah faktor yang sulit untuk diukur.
Hal ini dikarenakan rasionalisasi merupakan pembenaran terhadap tindakan yang
dilakukan. Indikasi kecurangan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan biasanya
terlihat oleh auditor, oleh sebab itu manajemen lebih sering melakukan pergantian
auditor agar kecurangan yang dilakukan manajemen dapat berkurang dari auditor yang
lama. Pengukuran rasionalisasi pada penelitian ini menggunakan skala dummy untuk
menilai pergantian auditor (AUDCHG). Kode 1 (satu) diberikan pada perusahaan yang
melakukan pergantian auditor selama periode 2015 sampai dengan 2017, sedangkan
kode 0 (nol) diberikan pada perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor
selama periode tersebut (Kusumaningrum, 2016).
J I P A K 2 0 1 9 | 135
Capability
Capability yang dimiliki seseorang dalam perusahaan akan mempengaruhi
kemungkinan orang tersebut melakukan fraud. Menurut Wolfe dan Hermanson dalam
Sihombing (2014) mengemukakan bahwa perubahan direksi akan dapat menyebabkan
stress period yang berdampak pada semakin terbukanya peluang untuk melakukan
fraud. Oleh karena itu penelitian ini memproksikan capability dengan pergantian
direksi perusahaan (DIRCHG) yang diukur dengan skala dummy dengan memberi kode
1 (satu) jika terjadi perubahan direksi perusahaan selama periode 2015 sampai dengan
2017, sedangkan jika tidak terjadi perubahan direksi, maka diberikan kode 0 (nol)
(Sihombing, 2014).
Teknik Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode analisis data
kuantitatif dengan menggunakan teknik regresi linear berganda (multiple regression linear)
dalam mengolah dan menguji data yang telah tersedia serta menggunakan SPSS sebagai
alat pengujian. Dalam uji hipotesis ini akan menguji hipotesis dari kerangka teoritis
penelitian. Pengujian Ha1, Ha2, Ha3, Ha4, Ha5, Ha6, dan Ha7 menggunakan analisis regresi
linear berganda. Hubungan antara kecurangan laporan keuangan dan proksi dari fraud
diamond dengan model regresi linear berganda adalah:
0 + 1 ACHANGE + 2 LEV + 3 ROA + 4 NR + 5 NI + 6 BDOUT
+ 7 AUDCHG+ 8 DIRCHG + e
Keterangan:
F-Score = Kecurangan laporan keuangan
0 = Koefisien regresi konstan
1,2,3,4,5,6,7,8 = Koefisien regresi masing-masing proksi
ACHANGE = Rasio perubahan total aset
LEV = Rasio total kewajiban per total aset
ROA = Rasio pengembalian aset
NI = Rasio perubahan persediaan
NR = Rasio perubahan piutang
BDOUT = Rasio dewan komisaris independen
AUDCHG = Rasio pergantian auditor
DIRCHG = Rasio pergantian direksi
e = error
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada
tahun 2015-2017 sebagai sampel. Berdasarkan pemilihan yang dilakukan terdapat 32
perusahaan yang memenuhi kriteria. Periode pengamatan dalam penelitian adalah 3
J I P A K 2 0 1 9 | 136
(tiga) tahun, sehingga jumlah keseluruhan sampel dalam penelitian adalah 96 sampel.
Pada penelitian ini terdapat data oulier sebanyak 1 (satu) sampel, sehingga jumlah
sampel keseluruhan menjadi 95 data sampel.
Statistik Deskriptif
Dalam penelitian ini analisis deskriptif ditunjukan untuk memberikan gambaran
dari variabel dependen berupa kecurangan laporan keuangan yang diukur dengan
mengunakan F-Score, serta variabel independen yaitu financial stability yang diukur
dengan ACHANGE, external pressure yang diukur dengan LEV, financial target yang
diukur dengan ROA, nature of industry yang diukur dengan NI dan NR, serta
ineffective monitoring yang diukur dengan BDOUT. Hasil dari analisis statistik
deskriptif dari masing-masing variabel disajikan melalui tabel di bawah ini:
Tabel 1
Hasil Analisis Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
F-Score 95 -0.762 5.333 0.29951 0.659750
ACHANGE 95 -0.109 0.933 0.11639 0.168468
LEV 95 0.091 0.820 0.42451 0.179311
ROA 95 0.000 0.527 0.09664 0.104206
NR 95 -0.275 3.959 0.03714 0.410866
NI 95 -0.452 5.076 0.05450 0.527204
BDOUT 95 0.000 0.800 0.40048 0.117798
Valid N (listwise) 95
Sumber: Data diolah SPSS 19, 2018
Distribusi Frekuensi
Dalam penelitian ini tabel distribusi frekuensi ditujukan untuk memberikan
gambaran atau deskripsi data dari variabel independen berupa rationalization yang
diukur dengan pergantian auditor dan capability yang diukur dengan pergantian direksi.
Hasil dari distribusi frekunsi masing-masing variabel disajikan melalui tabel di bawah :
Tabel 2
Tabel Distribusi Frekuensi Pergantian Auditor
AUDCHG
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Tidak memiliki perubahan 78 82.1 82.1 82.1
Memiliki perubahan 17 17.9 17.9 100.0
Total 95 100.0 100.0
Sumber: Data diolah SPSS 19, 2018
J I P A K 2 0 1 9 | 137
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi yang disajikan pada tabel 2 di atas, variabel
rationalization yang diproksikan dengan pergantian auditor (AUDCHG) memiliki
frekuensi pergantian auditor sebanyak 17 sampel atau sebesar 17,9%, sedangkan yang
tidak melakukan pergantian auditor sebanyak 78 sampel atau sebesar 82,1% dari total
95 sampel yang ada di dalam penelitian ini.
Tabel 3
Tabel Distribusi Frekuensi Pergantian Direksi
DIRCHG
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak memiliki Perubahan 45 47.4 47.4 47.4
memiliki Perubahan 50 52.6 52.6 100.0
Total 95 100.0 100.0
Sumber: Data diolah SPSS 19, 2018
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi yang disajikan pada tabel 3 di atas, variabel
capability yang diproksikan dengan pergantian direksi (DIRCHG) memiliki frekuensi
pergantian sebanyak 50 sampel atau sebesar 52,6%, sedangkan yang tidak melakukan
pergantian direksi sebanyak 45 sampel atau sebesar 47,4% dari total 95 sampel yang
ada di dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi yang disajikan pada tabel 3 di atas, variabel
capability yang diproksikan dengan pergantian direksi (DIRCHG) memiliki frekuensi
pergantian sebanyak 50 sampel atau sebesar 52,6%, sedangkan yang tidak melakukan
pergantian direksi sebanyak 45 sampel atau sebesar 47,4% dari total 95 sampel yang ada
di dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan
pergantian direksi lebih banyak dari yang tidak melakukan. Semakin tinggi frekuensi
pergantian direksi maka semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya stress period yang
berdampak pada semakin terbukanya peluang untuk melakukan fraud.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik harus dilakukan sebagai uji kualitas data pada pengujian model
regresi linear. Uji kualitas digunakan untuk mengetahui apakah hasil analisis regresi
linear berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini terbebas dari
penyimpangan asumsi. Dalam uji asumsi klasik terdapat beberapa uji yaitu uji
normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.
J I P A K 2 0 1 9 | 138
Uji Normalitas
Gambar 1
Grafik Normal Probability Plot
Sumber: Data diolah SPSS 19
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan analisis grafik normal
probability plot di atas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar disekitar garis
diagonal dan penyebaran mengikuti garis diagonal. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa data yang menjadi sampel penelitian ini berasal dari populasi yang memiliki
distribusi normal.
Tabel 4
Hasil Uji Statistik Non-Parametric Kolmogorov-Smirnov (K-S)
Unstandardized Residual
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.323
Sumber: Data diolah SPSS 19, 2018
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolomogrov-Smirnov
Test dapat diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,323 > 0.05 maka data
berdistribusi normal dan H0 diterima, dengan demikian asumsi normalitas terpenuhi
sehingga pengujian dapat dilanjutkan.
Uji Multikolinearitas
Pada penelitian ini menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) untuk
mengetahui ada/tidaknya multikolonieritas. Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) Berikut
hasil uji multikolinearitas:
J I P A K 2 0 1 9 | 139
Tabel 5
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel VIF Keputusan Kesimpulan
ACHANGE 1.241 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas
LEV 1.207 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas
ROA 1.421 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas
NR 37.844 Ho ditolak Terdapat Multikolinearitas
NI 37.729 Ho ditolak Terdapat Multikolinearitas
BDOUT 1.607 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas
AUDCHG 1.095 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas
DIRCHG 1.137 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas
Sumber: Data diolah SPSS 19, 2018
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas di atas menunjukkan bahwa terdapat
penyakit multikolinearitas pada dua variabel independen yaitu variabel NI dan variabel
NR yang memiliki nilai VIF di atas 10. Hal ini terjadi karena variabel NI dan variabel
NR mempunyai korelasi yang kuat sehingga dilakukan langkah penyembuhan dengan
mengeluarkan salah satu variabel independen yang miliki nilai VIF tertinggi yaitu
variabel NR dengan nilai VIF sebesar 37,844. Berikut hasil uji multikolinearitas
setelah dilakukan penyembuhan:
Tabel 6
Hasil Uji Multikolinearitas Setelah dilakukan Penyembuhan
Variabel VIF Keputusan Kesimpulan
ACHANGE 1.177 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas
LEV 1.202 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas
ROA 1.408 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas
NI 1.047 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas
BDOUT 1.526 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas
AUDCHG 1.095 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas
DIRCHG 1.115 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas
Sumber: Data diolah SPSS 19, 2018
Berdasarkan hasil pengolahan di atas, disimpulkan seluruh variabel independen
yang digunakan dalam persamaan sudah terbebas dari penyakit multikolineritas karena
memiliki nilai VIF di bawah 10.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai Durbin-Watson (DW). Hasil uji
autokorelasi menurut tabel Durbin-Watson dengan jumlah sampel sebesar 95 dan
jumlah variabel independen sebesar 7, didapatkan besarnya nilai batas bawah dL
sebesar 1,5117 dan nilai batas atas dU sebesar 1,8266. model yang diajukan dalam
penelitian ini memiliki nilai DW- stat sebesar 1,850, berarti berada pada Area tidak
ada autokorelasi, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model dalam penelitian ini
terbebas dari penyakit autokorelasi.
J I P A K 2 0 1 9 | 140
Uji Heteroskedastisitas
Statistik yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya
heteroskedastisitas adalah uji Glejser. Berikut hasil uji heteroskedastisitas:
Tabel 7
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Sig. Keputusan Kesimpulan
ACHANGE 0.050 Ho diterima Tidak terdapat Heteroskedastisitas
LEV 0.771 Ho diterima Tidak terdapat Heteroskedastisitas
ROA 0.457 Ho diterima Tidak terdapat Heteroskedastisitas
NI 0.601 Ho diterima Tidak terdapat Heteroskedastisitas
BDOUT 0.807 Ho diterima Tidak terdapat Heteroskedastisitas
AUDCHG 0.970 Ho diterima Tidak terdapat Heteroskedastisitas
DIRCHG 0.684 Ho diterima Tidak terdapat Heteroskedastisitas
Sumber: Data diolah SPSS 19, 2018
Berdasarkan hasil pengolahan uji heteroskedastisitas di atas, dapat disimpulkan
bahwa pada penelitian ini terbebas dari permasalahan heteroskedastisitas karena nilai
signifikansi pada ketujuh variabel melebihi 0,05.
Hasil Uji Hipotesis
Penelitian ini sudah lulus uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, multikolonieritas,
autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Selanjutnya diketahui hasil uji koefisien
determinasi menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,743 artinya perilaku atau variasi
dari variabel independen mampu menjelaskan perilaku atau variasi dari variabel
dependen sebesar 74.3% dan sisanya sebesar 25.7 % adalah perilaku atau variasi dari
variabel independen lain yang mempengaruhi variabel dependen tetapi tidak digunakan
dalam model penelitian ini. Untuk pengujian uji F pada penelitian ini, dimana hasil
yang diperoleh menunjukkan nilai sig 0,000 < 0.05 hal ini menunjukkan bahwa terbukti
terdapat variabel independen yang memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.
Untuk selanjutnya data dari perusahaan diolah dan digunakan untuk menjawab
hipotesis penelitian. Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda dengan fraudulent
financial statement yang dipoksikan fraud score model sebagai variabel dependen dan
elemen dari fraud diamond sebagai variabel independen diperoleh hasil sebagaimana
disajikan pada tabel berikut ini:
J I P A K 2 0 1 9 | 141
Tabel 8
Tabel Hasil Uji Hipotesis
Variabel B Sig. Hipotesis Keputusan Kesimpulan
(Constant) 1.174 0.000 - - -
ACHANGE -0.364 0.100 H1 H0 diterima Tidak ada pengaruh
LEV -1.527 0.000 H2 H0 ditolak Ada pengaruh
ROA 0.049 0.902 H3 H0 diterima Tidak ada pengaruh
NI 0.849 0.000 H4 H0 ditolak Ada pengaruh
BDOUT -0.585 0.109 H5 H0 diterima Tidak ada pengaruh
AUDCHG 0.059 0.531 H6 H0 diterima Tidak ada pengaruh
DIRCHG -0.021 0.778 H7 H0 diterima Tidak ada pengaruh
Sumber: Data diolah SPSS 19, 2018
Pengaruh Financial Stability terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement
Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan nilai signifikansi
ACHANGE sebesar 0,100. Hal ini menunjukkan taraf signifikansinya lebih besar
daripada nilai alpha 0,05 (5%) yang berarti H1 ditolak (H0 diterima) dan dapat
disimpulkan bahwa variabel financial stability yang diproksikan ACHANGE tidak
berpengaruh dalam mendeteksi fraudulent financial statement.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pardosi
(2015) dan Manurung dan Hardika (2015) yang menyatakan bahwa rasio perubahan
aset tidak memiliki pengaruh terhadap risiko terjadinya kecurangan laporan keuangan.
Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan rasio perubahan total aset tidak menjadikan
tekanan bagi manajemen untuk melakukan kecurangan pada perusahaan yang
kemudian dapat mengganggu stabilitas keuangan bagi perusahaan sektor manufaktur.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Sihombing dan
Rahardjo (2014) dan Skousen et al. (2009) yang mengemukakan bahwa rasio
perubahan total aset berpengaruh positif signifikan terhadap risiko fraudulent financial
statement.
Pengaruh External Pressure terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement
Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan nilai signifikansi LEV
sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan taraf signifikansinya lebih kecil daripada nilai
alpha 0,05 (5%) yang berarti H2 diterima (H0 ditolak) dan dapat disimpulkan bahwa
variabel external pressure yang diproksikan LEV berpengaruh dalam mendeteksi
fraudulent financial statement.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sihombing dan Rahardjo (2014) yang menyatakan bahwa rasio leverage memiliki
pengaruh negatif terhadap risiko terjadinya kecurangan laporan keuangan dimana
dinyatakan bahwa semakin besar LEV perusahaan maka semakin kecil kemungkinan
terjadinya kecurangan laporan keuangan. Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Manurung dan Hardika (2015), Pardosi (2015) serta Rachmawati dan
J I P A K 2 0 1 9 | 142
Marsono (2014) yang mengungkapkan bahwa rasio leverage tidak berpengaruh
terhadap potensi kecurangan laporan keuangan.
Pengaruh Financial Target terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement
Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan nilai signifikansi ROA
sebesar 0,902. Hal ini menunjukkan taraf signifikansinya lebih besar daripada nilai
alpha 0,05 (5%) yang berarti H3 ditolak (H0 diterima) dan dapat disimpulkan bahwa
variabel financial target yang diproksikan ROA tidak berpengaruh dalam mendeteksi
fraudulent financial statement.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rachmawati dan Marsono (2014) serta Sihombing dan Rahadjo (2014) yang
menjelaskan bahwa ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko kecurangan
pelaporan keuangan. Menurut Sihombing dan Rahardjo (2014) ROA yang tinggi pada
tahun sebelumnya akan memicu perusahaan untuk meningkatkan profitabilitasnya di
masa yang akan datang dan manajemen tidak akan merasa tertekan ketika target
profitabilitas perusahaan meningkat.
Pengaruh Nature of Industry terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement
Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan nilai signifikansi NI sebesar
0,000. Hal ini menunjukkan taraf signifikansinya lebih kecil daripada nilai alpha 0,05
(5%) yang berarti H4 dierima (H0 ditolak) dan dapat disimpulkan bahwa variabel nature
of industry yang diproksikan NR berpengaruh dalam mendeteksi fraudulent financial
statement.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pardosi
(2015) yang menyatakan bahwa rasio perubahan persediaan berpengaruh positif dalam
mendeteksi risiko kecurangan laporan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi nilai rasio perubahan total persediaan di suatu perusahaan, semakin tinggi juga
potensi kecurangan laporan keuangan yang terjadi.
Pengaruh Ineffective Monitoring terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement
Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan nilai signifikansi BDOUT
sebesar 0,109. Hal ini menunjukkan taraf signifikansinya lebih besar daripada nilai
alpha 0,05 (5%) yang berarti H5 ditolak (H0 diterima) dan dapat disimpulkan bahwa
variabel ineffective monitoring yang diproksikan BDOUT tidak berpengaruh dalam
mendeteksi fraudulent financial statement.
Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Manurung dan Hardika
(2015), serta Sihombing dan Rahardjo (2014) yang menyimpulkan bahwa BDOUT
tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap potensi kecurangan laporan
keuangan. Secara umum jumlah atau banyaknya dewan komisaris independen dalam
suatu perusahaan bukan merupakan suatu faktor yang signifikan dalam peningkatan
pengawasan operasional perusahaan.
J I P A K 2 0 1 9 | 143
Pengaruh Rationalization terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement
Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan nilai signifikansi AUDCHG
sebesar 0,531. Hal ini menunjukkan taraf signifikansinya lebih besar daripada nilai
alpha 0,05 (5%) yang berarti H6 ditolak (H0 diterima) dan dapat disimpulkan bahwa
variabel rationalization yang diproksikan AUDCHG tidak berpengaruh dalam
mendeteksi fraudulent financial statement.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Kusumaningrum
(2016), Pardosi (2015), serta Sihombing, Samuel dan Rahardjo (2014) yang
menyatakan bahwa pergantian auditor tidak mempengaruhi dalam mendeteksi
kecurangan laporan keuangan. Pergantian auditor telah diatur oleh pemerintah
Indonesia dalam Surat Keputusan Kementerian Keuangan No.423/KMK.06/2008) yang
mengharuskan mengganti KAP yang telah mendapat penugasan audit selama lima
tahun berturut-turut, sehingga kemungkinan pergantian auditor yang terjadi pada
periode penelitian merupakan pelaksanaan dari peraturan tersebut.
Pengaruh Capability terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement
Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan nilai signifikansi DIRCHG
sebesar 0,778. Hal ini menunjukkan taraf signifikansinya lebih besar daripada nilai
alpha 0,05 (5%) yang berarti H7 ditolak (H0 diterima) dan dapat disimpulkan bahwa
variabel capability yang diproksikan DIRCHG tidak berpengaruh dalam mendeteksi
fraudulent financial statement.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kusumaningrum (2016) dan Pardosi (2015) yang menyebutkan bahwa pergantian
direksi memiliki pengaruh positif dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan.
Penelitian tersebut menjelaskan bahwa posisi direksi dapat menjadi penentu terjadinya
kecurangan dengan memanfaatkan posisinya yang dapat memengaruhi orang.
5. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil data penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa hanya variabel external pressure yang diproksikan dengan rasio
leverage dan variabel nature of industry yang diproksikan dengan akun persediaan
usang yang terbukti berpengaruh signifikan dalam mendeteksi potensi kecurangan
laporan keuangan sedangkan variabel financial stability yang diproksikan dengan rasio
perubahan total aset, financial target yang diproksikan dengan rasio perbandingan
jumlah laba terhadap total aktiva, ineffective monitoring yang diproksikan dengan rasio
jumlah komisarin independen, rationalization yang diproksikan dengan pergantian
auditor, dan capability yang diproksikan dengan perubahan direksi tidak berpengaruh
dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan.
J I P A K 2 0 1 9 | 144
Implikasi
OJK (Otoritas jasa Keuangan) dan pemerintah diharapkan untuk lebih
memperketat pengawasan akan kecurangan terhadap laporan keuangan di perusahaan.
Selain itu, bagi perusahaan terutama perusahaan manufaktur dalam membuat suatu
kebijakan terkait dengan struktural organisasi perusahaan, pergantian direksi,
pergantian auditor, dan jumlah dewan komisaris independen. Harus tetap disadari
bahwa kecurangan dapat saja terjadi karena ada peluang dan kapabilitas untuk
melakukan kecurangan bagi pihak eksekutif tertinggi dalam perusahaan. Bagi investor
dapat memperhatikan laporan keuangan secara seksama, melihat track record
perusahaan dalam beberapa tahun terakhir dan senantiasa melakukan pengawasan
terhadap perusahaan terutama untuk kondisi laba yang diperoleh sebelum melakukan
investasi. Sebaiknya manajemen perusahaan tidak memanipulasi data laporan keuangan
untuk mendapatkan keuntungan yang besar, karena hal itu dapat mengurangi
kepercayaan masyarakat tentang laporan keuangan dan dapat menyesatkan investor
dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi dan memberikan pinjaman.
Saran
Berdasarkan keterbatasan yang dimiliki dalam penelitian ini, maka saran untuk
penelitian selanjutnya adalah :
a. Memperluas sampel penelitian seperti perusahaan pada sektor perbankan,
properti, dan konstruksi sehingga tidak hanya terbatas pada satu sektor industri
saja.
b. Menambah periode laporan keuangan yang diteliti setidaknya 5 tahun kebelakang
sehingga lebih banyak sampel yang didapatkan, dan hasilnya dapat
mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
c. Menambahkan variabel yang digunakan dalam mendeteksi laporan keuangan,
menambahkan proksi penjelas variabel, dan menggunakan indikator baru lainnya
yang dianggap layak untuk digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A; Randal J. Elder, dan Mark S Beasley. 2014. Auditing dan Jasa
Assurance: Pendekatan Terintegrasi (Edisi Kelimabelas). Jakarta: Erlangga.
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE). 2014. Report to Nation. USA:
ACFE. Diakses dari http://www.acfe.com/rttn/docs/2014-report-to-nations.pdf
pada tanggal 15 Oktober 2018.
Brennan, N. M., & McGrath, M. (2012). Financial Statement Fraud: Some Lessons
From Us And European Case Studies. Mathematics Education and Language,
17(2), 101–133. https://doi.org/10.1007/978-94-010-0726-9_6
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia. (2015). Standar
Akuntansi Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia.
Kasmir. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
J I P A K 2 0 1 9 | 145
Kompasiana. 2017. Kasus Kecurangan Audit Phar Mor Inc.
Diakses dari https://www.kompasiana.com/nlk/58b92ca23493737310b31e88/
kasus-kecurangan-audit-phar-mor-inc?page=all pada tanggal 20 Oktober 2018.
Kusumaningrum, A. W., & Murtanto. (2016). ANALISIS PENGARUH FRAUD
DIAMOND DALAM MENDETEKSI KECURANGAN LAPORAN
KEUANGAN. Seminar Nasional Dan Call Paper Fakultas Ekonomi UNIBA
Surakarta, (September), 125–138.
Manurung, D. T. H., & Hardika, A. L. (2015). Analysis of factors that influence
financial statement fraud in the perspective fraud diamond: Empirical study on
banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange year 2012 to 2014.
International Conference on Accounting Studies (ICAS), (August). Retrieved
from www.icas.my
Pardosi, Rica Widia. 2015. Analisis Fraud Diamond dalam Mendeteksi Kecurangan
Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia dengan
Menggunakan Fraud Score Model. Skripsi. Lampung: Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung.
Priantara. 2013. Fraud Auditing and Investigation. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Rachmawati, K. K., & Marsono. (2014). Pengaruh Faktor-Faktor dalam Perspektif
Fraud Triangle Terhadap Fraudulent Financial Reporting (Studi Kasus pada
Perusahaan Berdasarkan Sanksi dari Bapepam Periode 2008-2012). Diponegoro
Journal of Accounting, 3(2), 11
Reskino, R., & Anshori, M. F. (2016). Model Pendeteksian Kecurangan Laporan
Keuangan dengan Analisis Fraud Triangle. Jurnal Akuntansi Multiparadigma,
(August 2016). https://doi.org/10.18202/jamal.2016.08.7020
Sihombing, Kennedy Samuel dan Shiddiq Nur Rahardjo.2014.Analisis Fraud Diamond
dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud(Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Pada Tahun 2010-2012). Jurnal Akuntansi
Vol.3 No.2 Tahun 2012, Hal 1-12. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro, Semarang.
Skousen, C. J., Smith, K. R., & Wright, C. J. (2009). Detecting and predicting financial
statement fraud: The effectiveness of the fraud triangle and SAS No. 99. In
International Journal of Quality & Reliability Management (Vol. 32).
https://doi.org/10.1108/S1569-3732(2011)0000014001
Sukrisnadi, D. 2010. Pemakaian Ukuran F-Score dalam Kasus-Kasus Salah Saji
Laporan Keuangan di Pasar Modal Indonesia. Tesis, Universitas Indonesia.
Surat Keputusan Kementerian Keuangan No.423/KMK.06/2008
Tjahjono, Subagio. 2013. Business Crime and Ethics: Konsep dan Studi Kasus Fraud
di Indonesia dan Global. Yogyakarta: ANDI.
Tuanakotta, T. M. 2014. Akuntansi Forensik & Audit Investigatif. Jakarta: Salemba
Empat.
Wolfe, D. T., & Hermanson, D. R. (2004). The Fraud Diamond : Considering the Four
Elements of Fraud. The CPA Journal, 74(12), 38–42. https://doi.org/DOI:
J I P A K 2 0 1 9 | 146
Recommended