22
125 Jurnal Informasi Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik Vol 14 No. 2 Juli 2019 : 125-146 ISSN : 2685-6441 (Online) Doi : http://dx.doi.org/10.25105/jipak.v14i2.5195 ISSN : 1907-7769 (Print) ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP DETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT 1 Yudha Adnovaldi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Trisakti 2 Wibowo Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Trisakti [email protected] Abstract The study aims to obtain empirical evidence regarding financial statement fraud based on the theory of fraud diamond. In this study, the independent variable is financial stability, external pressure, financial target, nature of industry, ineffective monitoring, rationalization, and capability variable. The study uses earnings management to investigate the potential of financial statement fraud. Earnings management is measured by F-Score indicator. Sample are 32 manufacturing companies which are listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2015-2017. The result shows that only external pressure variable which is proxied by leverage ratio and nature of the industry variable which is proxied by obsolete inventory account that has significantly influences to detect the potential of financial statement fraud. Meanwhile financial stability which is proxied by changes in total assets ratio, financial targets which is proxied by ROA ratio, ineffective monitoring which is proxied by number of independent commissioners ratio, rationalization variable which is proxied by change in auditor, and capability variable which is proxied by change in directors do not affect to detect the potential of financial statement fraud. Key Words: F-Score Model; Fraud Diamond; and Fraudulent Financial Statement JEL Classification : M41, M42 Submission date : August 7, 2019 Accepted date : August 12, 2019

ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP DETEKSI

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP DETEKSI

125

Jurnal Informasi Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik

Vol 14 No. 2 Juli 2019 : 125-146 ISSN : 2685-6441 (Online)

Doi : http://dx.doi.org/10.25105/jipak.v14i2.5195 ISSN : 1907-7769 (Print)

ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP

DETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT

1Yudha Adnovaldi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Trisakti 2Wibowo

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Trisakti

[email protected]

Abstract The study aims to obtain empirical evidence regarding financial statement fraud based

on the theory of fraud diamond. In this study, the independent variable is financial stability,

external pressure, financial target, nature of industry, ineffective monitoring, rationalization,

and capability variable. The study uses earnings management to investigate the potential of

financial statement fraud. Earnings management is measured by F-Score indicator. Sample

are 32 manufacturing companies which are listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) in

2015-2017. The result shows that only external pressure variable which is proxied by leverage

ratio and nature of the industry variable which is proxied by obsolete inventory account that

has significantly influences to detect the potential of financial statement fraud. Meanwhile

financial stability which is proxied by changes in total assets ratio, financial targets which is

proxied by ROA ratio, ineffective monitoring which is proxied by number of independent

commissioners ratio, rationalization variable which is proxied by change in auditor, and

capability variable which is proxied by change in directors do not affect to detect the potential

of financial statement fraud.

Key Words: F-Score Model; Fraud Diamond; and Fraudulent Financial Statement

JEL Classification : M41, M42

Submission date : August 7, 2019 Accepted date : August 12, 2019

Page 2: ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP DETEKSI

J I P A K 2 0 1 9 | 126

1. PENDAHULUAN

Perusahaan menyajikan laporan keuangan yang baik dan benar dengan tujuan

untuk menarik perhatian investor baru agar dapat menanamkan modalnya dan

merupakan upaya perusahaan untuk mempertahankan eksistensinya dalam persaingan

pasar. Pentingnya informasi yang disajikan oleh perusahaan dalam laporan keuangan

dapat memotivasi manajemen perusahaan untuk terus meningkatkan kinerja, agar

informasi yang ditampilkan dapat memuaskan para pengguna laporan keuangan. Pada

kenyataannya laporan keuangan dapat menjadi celah bagi manajemen perusahaan untuk

melakukan kecurangan ketika manajemen tidak mampu mencapai tujuan yang

ditargetkan serta adanya motivasi dan tekanan perusahaan tetap eksis di persaingan

pasar.

Praktik kecurangan atau yang lebih sering dikenal dengan fraud tentu tidak asing

lagi dalam praktik kejahatan di perusahaan. Menurut Association of Certified Fraud

Examiners (ACFE) mengutip dari Black’s Law Dictionary tahun 2004 dalam

Kusumanigrum (2016), kecurangan adalah segala upaya untuk mengelabui atau

memperdaya pihak lain dengan cara penyembunyian fakta material yang dapat

menyebabkan kerugian kepada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh manfaat

pribadi. Dalam prakteknya, kecurangan pada laporan keuangan terdiri dari manipulasi

catatan keuangan, kesengajaan untuk menghilangkan kejadian, transaksi, akun atau

informasi signifikan lain atau kesalahan penerapan prinsip akuntansi, kebijakan atau

prosedur yang digunakan untuk mengukur, mencatat, melaporkan dan mengungkapkan

transaksi.

Penelitian yang dilakukan oleh Association of Certified Fraud Examiners dalam

Report to the Nations on Occupational Fraud and Abuse tahun 2014 menemukan

sekitar 77% kecurangan dilakukan oleh individu melalui departemen seperti akuntansi,

operasi, keuangan, layanan konsumen, penjualan, dan pembelian. Selain itu, menurut

Ernst & Young tahun 2003 dalam Brennan dan McGrath (2007) juga menemukan

bahwa lebih dari setengah pelaku kecurangan adalah eksekutif atau manajemen tingkat

atas. Association of Certified Fraud Examiners membuat sebuah konsep kecurangan

dalam bentuk pohon yang dikenal dengan fraud tree. Dalam fraud tree ini terdapat tiga

cabang utama jenis kecurangan, yaitu corruption (korupsi), asset missapropriation

(penyalahgunaan aset), dan fraudulent financial statement (kecurangan laporan

keuangan).

Banyak kasus kecurangan yang terjadi seperti kasus perusahaan Phar Mor di

Amerika Serikat, kasus yang melegenda dikalangan auditor keuangan. Berdasarkan

sumber dari laman Kompasania (2017), kasus ini dilakukan oleh eksekutif Phar Mor

yang sengaja melalukan kecurangan dengan membuat dua laporan keuangan yakni,

laporan inventory dan laporan bulanan keuangan (monthly financial report). Dalam

melakukan kecurangannya, top manajemen dari Phar Mor berkerja sama dengan kantor

akuntan publik Cooper & Lybrant dengan memberi mereka insentif, dan kasus ini

membuktikan bahwa adanya satu dari tiga unsur fraud triangle, yaitu incentive.

Page 3: ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP DETEKSI

J I P A K 2 0 1 9 | 127

Secara umum, kecurangan (fraud) akan selalu terjadi ketika tidak adanya

pencegahan dan pendeteksian sebelumnya. Menurut teori yang dikemukakan oleh

Cressey tahun 1953 dalam Skousen et al. (2009) terdapat tiga kondisi berupa kerangka

untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan kecurangan yaitu

pressure (tekanan), opportunity (kesempatan), dan rationalization (rasionalisasi) yang

disebut sebagai fraud triangle. Lalu diuraikan dalam SAS No. 99 dalam Anshori

(2016), fraud triangle dibagi lagi dalam beberapa kondisi yang menyebabkan

terjadinya kecurangan. Faktor pressure dibagi menjadi financial stability, external

pressure, personal financial needs, dan financial target. Dan faktor opportunity dibagi

juga menjadi nature of industry, ineffective monitoring, dan organizational structure.

Pengembangan model fraud terus dilakukan oleh para peneliti untuk dapat

memahami dan mencegah fraud secara lebih efektif. Salah satunya adalah Wolfe dan

Hermanson (2004) yang memperkenalkan unsur keempat dari faktor kecurangan yaitu

capability (kapabilitas). Wolfe dan Hermanson meyakini bahwa “many frauds would

not have occurred without the right person with rigth capabilities implementing the

details of the fraud” sehingga terbentuklah ‘The New Fraud Diamond’. Wolfe dan

Hermanson membagi capability kedalam enam kategori, yaitu personal position and

function, intellegence and creativity, strong ego and great confidence, coercion, deceit,

dan stress.

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan

mencegah kemungkinan terjadinya kecurangan pada laporan keuangan serta

mengindikasikan adanya fraud yang akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan

dengan mengacu pada faktor risiko kecurangan laporan keuangan dalam SAS No. 99

yang diadopsi dari fraud triangle milik Cressey tahun 1953 dalam Skousen et al.

(2009), serta menambah satu faktor tambahan dalam fraud diamond yang

dikembangkan oleh Wolfe dan Hermanson (2004).

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tujuh variabel yang ada di dalam

keempat elemen fraud diamond sebagai variabel independen, yaitu variabel financial

stability, external pressure, dan financial target yang merupakan komponen dari

elemen pressure; variabel nature of industry dan ineffective monitoring dari elemen

opportunity; variabel rationalization; dan variabel capability sedangkan variabel

dependen dalam penelitian ini adalah kecurangan laporan keuangan (fraudulent

financial statement) dengan menggunakan F-Score model sebagai alat ukur salah saji

material dalam laporan keuangan. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek

Indonesia selama periode 2015-2017.

Page 4: ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP DETEKSI

J I P A K 2 0 1 9 | 128

2. TINJAUAN PUSTAKA

Tijauan Teori

Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan adalah suatu konsep dimana menggambarkan hubungan

kontraktual antara pihak principals dengan pihak agent yang memiliki beberapa

kepentingan dalam kegiatan operasional perusahaan. Pada dasarnya, kepentingan antara

principals dengan agent cenderung sering berbenturan dan menimbulkan permasalahan

tersendiri dalam suatu perusahaan. Principal atau pemegang saham berkeinginan agar

perolehan hasil investasi mereka semakin tinggi dan terjamin aman, sedangkan

manajemen perusahaan selaku agent memiliki kepentingan untuk mendapatkan

kompensasi yang besar atas hasil kerjanya. Perbedaan tujuan itulah yang menyebabkan

terjadinya conflict of interest diantara pihak agent dan principal.

Selain itu, para agent yang memiliki informasi tentang operasi dan kinerja

perusahaan lebih banyak dibandingkan dengan para principal, sedangkan bagi pemilik

modal (principal) dalam hal ini akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan

yang dilakukan oleh manajemen (agent) karena hanya memiliki sedikit informasi yang

ada. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan adanya ketidakseimbangan informasi

(asymetric information) karena manajemen perusahaan mengetahui lebih banyak

informasi mengenai internal dan kelangsungan perusahaan dan tidak memberikan

keseluruhan informasi yang sebenarnya kepada para pemegang saham. Dari conflict of

interest dan asymetric information inilah yang menjadi pemicu terjadinya tindakan

kecurangan pada laporan keuangan.

Kecurangan (Fraud)

Fraud merupakan hal yang bersifat umum dan memiliki banyak makna, yang

terjadi karena kecerdikan manusia dan ditujukan kepada suatu pihak untuk memperoleh

keuntungan lebih dengan penyajian yang salah. Association of Certified Fraud

Examiners (ACFE) dalam Priantara (2013) mengambarkan occupational fraud dalam

bentuk pohon atau yang disebut dengan fraud tree. Occupational fraud tree ini

mempunyai tiga cabang utama, yakni corruption, asset misappropriation, dan financial

statement fraud.

Fraud Triangle

Fraud triangle theory merupakan suatu gagasan yang meneliti tentang penyebab

terjadinya kecurangan. Teori ini pertama kali diciptakan oleh Cressey tahun 1953

dalam Skousen et al. (2009) yang dinamakan fraud triangle atau segitiga kecurangan.

Adapun tiga elemen yang menjadi penyebab terjadinya kecurangan (fraud) yaitu:

1. Tekanan (Pressure)

Dalam Tuanakotta (2014), Cressey berpendapat bahwa hal yang menyebabkan

pelaku melakukan penggelapan uang perusahaan berawal dari suatu tekanan yang

akhirnya mendorong pelaku untuk melakukan kecurangan. Berdasarkan SAS No.

Page 5: ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP DETEKSI

J I P A K 2 0 1 9 | 129

99 dalam Reskino dan Anshori (2016) terdapat kondisi yang menyebabkan terjadi

pressure dalam kecurangan laporan keuangan yaitu financial stability, external

pressure, personal financial needs, dan financial target.

2. Kesempatan (Opportunity)

Opportunity menurut Arens et al. (2014) adalah situasi yang membuka kesempatan

bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan kecurangan. Menurut SAS No. 99

dalam Anshori (2016) menjabarkan terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan

adanya peluang yang timbul sehingga terjadinya kecurangan laporan keuangan,

yaitu nature of industry, ineffective monitoring, dan organizational structure.

3. Rasionalisasi (Rationalization)

Menurut Arens et al. (2014) ada sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis

yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang

tidak jujur, atau mereka berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang

membuat mereka merasionalisasi tindakan yang tidak jujur. Ada beberapa kondisi

yang mengakibatkan seseorang melakukan kecurangan, yaitu pergantian auditor

(auditor change) dan opini audit (auditor’s opinion).

Fraud Diamond

Fraud diamond dikemukakan pertama kali oleh Wolfe dan Hermanson (2004)

sebagai bentuk penyempurnaan dari teori fraud triangle oleh Cressey tahun 1953.

Wolfe dan Hermanson (2004) menambahkan satu elemen yang signifikan untuk

mempengaruhi seseorang untuk melakukan kecurangan, yakni kemampuan (capability)

sehingga menjadi empat elemen yang dikenal dengan fraud diamond. Adapun sifat-

sifat terkait elemen kemampuan (capability) dalam tindakan pelaku kecurangan, yaitu

position/function, intelligence and creativity, convidene/ego, dan coercion skill.

F-Score Model

Sukrisnadi (2010) mendefinisikan F-Score model adalah suatu ukuran komposit

yang diklaim dapat digunakan sebagai alat untuk mendeteksi salah saji material dalam

laporan keuangan. F-Score model merupakan penjumlahan dari dua variabel yaitu

kualitas akrual (accrual quality) dan kinerja keuangan (financial performance).

Komponen variabel pada F-Score ini dapat dilihat secara langsung di laporan

keuangan, yaitu accrual quality yang diproksikan dengan RSST, financial performance

yang diproksikan dengan perubahan pada akun piutang, perubahan pada akun

persediaan, perubahan pada akun penjualan tunai, perubahan pada EBIT.

Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudulent Financial Statment)

Menurut Arens et al. (2014) kecurangan laporan keuangan adalah salah saji atau

pengabaian jumlah atau pengungkapan yang disengaja dengan tujuan menipu para

pemakai laporan keuangan, sedangkan menurut Tjahjono (2013), kecurangan laporan

keuangan didefinisikan sebagai kesalahan yang dilakukan dengan sengaja,

penghilangan fakta sesungguhnya yang material, atau akuntansi dapat mempengaruhi

Page 6: ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP DETEKSI

J I P A K 2 0 1 9 | 130

keputusan menjadi menyesatkan akibat kesalahan merepresentasikan penyajian laporan

keuangan.

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Financial Stability terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement

Financial stability adalah keadaan dimana keuangan perusahaan berada dalam

kondisi stabil, oleh karena itu ketika keuangan perusahaan berada dalam kondisi

terancam maka manajer melakukan berbagai cara untuk membuat financial stability

terlihat baik kembali agar bisa mempertahankan investor yang potensial. Penelitian

yang dilakukan oleh Skousen et al. (2009) menjelaskan bahwa variabel financial

stability yang diproksikan dengan perubahan total aset (ACHANGE) berpengaruh

signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.

Ha1: Financial stability berpengaruh terhadap deteksi fraudulent financial

statement

Pengaruh External Pressure terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement

Skousen (2009) mengatakan sumber tekanan eksternal salah satunya adalah

dengan kemampuan perusahaan dalam membayar utang atau memenuhi persyaratan

utang. Menurut Kasmir (2013), ketika perusahaan memiliki utang yang besar maka

berpotensi munculnya kecurangan dalam pelaporan dikarenakan perusahaan perlu

memiliki laba yang tinggi guna meyakinkan kreditor bahwa mereka mampu membayar

utangnya. Penelitian yang dilakukan oleh Sihombing (2014) menyatakan bahwa

external pressure memiliki pengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan.

Ha2: External pressure berpengaruh terhadap deteksi fraudulent financial

statement

Pengaruh Financial Target terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement

Return on asset (ROA) adalah rasio profitabilitas yang dipakai sebagai

pengukuran efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuangan dengan pengukuran

sesuai dengan aset yang dimilikinya (Skousen et al, 2009). ROA yang rendah

memotivasi manajemen perusahaan untuk melakukan tindakan kecurangan terhadap

laba perusahaan agar kinerja perusahaan terlihat baik di mata investor. Penelitian yang

dilakukan oleh Kusumaningrum (2016) yang mengatakan bahwa variabel financial

target yang diproksikan dengan ROA berpengaruh negatif dalam mendeteksi

kecurangan laporan keuangan.

Ha3: Financial target berpengaruh terhadap deteksi fraudulent financial statement

Pengaruh Nature of Industry terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement

Nature of Industry memberikan kesempatan untuk terlibat dalam kecurangan

laporan keuangan, salah satunya yaitu aset. Aset yang paling sering untuk direkayasa

oleh pelaku kecurangan diantaranya adalah persediaan dan piutang. Penelitian juga

dilakukan oleh Pardosi (2015) yang menunjukkan bahwa variabel nature of industry

Page 7: ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP DETEKSI

J I P A K 2 0 1 9 | 131

yang diproksikan dengan inventory berpengaruh positif signifikan terhadap kecurangan

laporan keuangan. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Sihombing (2014)

menghasilkan bahwa variabel ini yang diproksikan dengan perubahan piutang

(receivable) berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

Ha4: Nature of industry berpengaruh terhadap deteksi fraudulent financial

statement

Pengaruh Ineffective Monitoring terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement

Salah satu penyebab terjadinya kecurangan adalah karena kurangnya pengawasan

yang dilakukan sehingga memberikan peluang kepada manajemen untuk melakukan

tindak kecurangan. Adanya komisaris independen yang berasal dari luar perusahaan

akan meningkatkan pengawasan kepada manajemen untuk mengurangi tindakan

kecurangan laporan keuangan. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sihombing (2014) menghasilkan bahwa variabel infeffective monitoring yang

diproksikan dengan rasio jumlah komisaris independen (BDOUT) berpengaruh

terhadap kecurangan laporan keuangan.

Ha5: Ineffective monitoring berpengaruh terhadap deteksi fraudulent financial

statement

Pengaruh Rationalization terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement

Salah satu faktor yang menyebabkan adanya rasionalisasi adalah seringnya terjadi

perubahan auditor. Indikasi kecurangan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan

biasanya terlihat oleh auditor, oleh sebab itu manajemen lebih sering melakukan

pergantian auditor agar kecurangan yang dilakukan manajemen dapat berkurang dari

auditor yang lama. Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati & Marsono (2014)

yang menunjukkan bahwa variabel rationalization yang diproksikan dengan auditor

changes berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.

Ha6: Rationalization berpengaruh terhadap deteksi fraudulent financial statement

Pengaruh Capability terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement

Perubahan direksi adalah penyerahan wewenang dari direksi lama kepada direksi

baru dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja manajemen sebelumnya. Perubahan

direksi juga dapat menimbulkan stress period sehingga berdampak pada semakin

terbukanya peluang untuk melakukan fraud. Penelitian yang dilakukan oleh Sihombing

dan Rahardjo (2014) membuktikan bahwa variabel capability yang diproksikan dengan

pergantian direksi (director changes) berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan

laporan keuangan.

Ha7: Capability berpengaruh terhadap deteksi fraudulent financial statement

Page 8: ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP DETEKSI

J I P A K 2 0 1 9 | 132

3. METODOLOGI

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

penelitian deskriptif . Data dan unit analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah annual report & financial report dari perusahaan manufaktur. Penentuan sampel

menggunakan metode purposive sampling dengan sampel yang digunakan adalah

perusahaan manufaktur pada populasi perusahaan go public yang terdaftar dan aktif di

Bursa Efek Indonesia selama tahun 2015-2017. Data yang tersedia kemudian diolah

dan diuji dengan pengujian hipotesis menggunakan analisis teknik regresi linear

berganda.

Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah fraudulent financial

statement. Penelitian ini mendeteksi kecurangan laporan keuangan dengan

menggunakan fraud score model sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Dechow et al.

tahun 2007 dalam Sukrisnadi (2010). F-Score model dapat digambarkan dalam

persamaan berikut:

(Sumber: Skousen et al. dalam Sukrisnadi, 2010)

Sukrisnadi (2010) menyebutkan bahwa kualitas akrual diukur melalui RSST

akrual dengan menghitung perubahan aset lancar, dikurangi perubahan dalam

kewajiban lancar dan penyusutan, juga memperhitungkan perubahan long-term

operating assets dan long-term operating liabilities. Berikut ini model perhitungan

accrual quality yang dihitung dengan menggunakan proksi RSST accrual:

(Sumber: Sukrisnadi, 2010)

Keterangan:

1.

WC : Working Capital

CA : Current Assets

CL : Current Liabilities

2.

NCO : Non Current Operating Accrual

TL : Total Liabilities

3.

FIN : Financial Accrual

TI : Total Investment

Page 9: ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP DETEKSI

J I P A K 2 0 1 9 | 133

4.

ATS : Average Total Assets

Financial performance diukur dengan menggunakan proksi perubahan pada akun

piutang, perubahan pada akun persediaan, perubahan pada akun penjualan tunai, dan

perubahan pada EBIT seperti persamaan berikut:

Financial Performance = Change in Receivable + Change in Inventories

+ Change in Cash + Change in Earnings (Sumber: Sukrisnadi, 2010)

Keterangan :

1.

2.

3.

4.

Variabel Bebas (Independent Variable)

Financial Stability

Financial stability merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan

perusahaan dalam kondisi stabil. Rasio perubahan total aset dijadikan proksi pada

variabel stabilitas keuangan (financial stability). Dalam penelitian ini, stabilitas

keuangan diproksikan dengan rasio perubahan total aset (ACHANGE), yang dihitung

dengan rumus:

(Sumber: Skousen et al., 2009)

External Pressure

External Pressure merupakan tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk

memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga. External pressure pada

penelitian ini diproksikan dengan rasio leverage (LEV). Rasio leverage dapat dihitung

dengan rumus Debt to Assets Ratio yaitu:

(Sumber: Skousen et al., 2009)

Page 10: ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP DETEKSI

J I P A K 2 0 1 9 | 134

Financial Targets

Financial target merupakan risiko adanya tekanan berlebihan pada manajemen

untuk mencapai target keuangan yang dipatok oleh direksi atau manajemen, termasuk

tujuan-tujuan penerimaan insentif dari penjualan maupun keuntungan. Financial target

diproksikan dengan ROA. ROA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(Sumber: Skousen et al., 2009)

Nature of Industry

Nature of Industry merupakan keadaan ideal suatu perusahaan dalam industri.

Pada laporan keuangan terdapat akun-akun tertentu yang besarnya saldo ditentukan

oleh perusahaan berdasarkan suatu estimasi, misalnya akun piutang tak tertagih dan

akun persediaan usang. Oleh karena itu, nature of industry diproksikan dengan NI dan

NR yang dirumuskan sebagai berikut:

(Sumber: Pardosi, 2015)

(Sumber: Sihombing, 2014)

Keterangan :

1. NI : Nature of Industry Inventory

2. NR : Nature of Industry Receivable

Ineffective Monitoring

Ineffective monitoring merupakan keadaan dimana perusahaan tidak memiliki

unit pengawas yang efektif dalam memantau kinerja manajemen perusahaan. Dalam

penelitian ini ineffective monitoring diproksikan dengan BDOUT yang dirumuskan

sebagai berikut:

(Sumber: Sihombing, 2014)

Rationalization

Menurut Skousen et al. (2009) rasionalisasi adalah faktor yang sulit untuk diukur.

Hal ini dikarenakan rasionalisasi merupakan pembenaran terhadap tindakan yang

dilakukan. Indikasi kecurangan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan biasanya

terlihat oleh auditor, oleh sebab itu manajemen lebih sering melakukan pergantian

auditor agar kecurangan yang dilakukan manajemen dapat berkurang dari auditor yang

lama. Pengukuran rasionalisasi pada penelitian ini menggunakan skala dummy untuk

menilai pergantian auditor (AUDCHG). Kode 1 (satu) diberikan pada perusahaan yang

melakukan pergantian auditor selama periode 2015 sampai dengan 2017, sedangkan

kode 0 (nol) diberikan pada perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor

selama periode tersebut (Kusumaningrum, 2016).

Page 11: ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP DETEKSI

J I P A K 2 0 1 9 | 135

Capability

Capability yang dimiliki seseorang dalam perusahaan akan mempengaruhi

kemungkinan orang tersebut melakukan fraud. Menurut Wolfe dan Hermanson dalam

Sihombing (2014) mengemukakan bahwa perubahan direksi akan dapat menyebabkan

stress period yang berdampak pada semakin terbukanya peluang untuk melakukan

fraud. Oleh karena itu penelitian ini memproksikan capability dengan pergantian

direksi perusahaan (DIRCHG) yang diukur dengan skala dummy dengan memberi kode

1 (satu) jika terjadi perubahan direksi perusahaan selama periode 2015 sampai dengan

2017, sedangkan jika tidak terjadi perubahan direksi, maka diberikan kode 0 (nol)

(Sihombing, 2014).

Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode analisis data

kuantitatif dengan menggunakan teknik regresi linear berganda (multiple regression linear)

dalam mengolah dan menguji data yang telah tersedia serta menggunakan SPSS sebagai

alat pengujian. Dalam uji hipotesis ini akan menguji hipotesis dari kerangka teoritis

penelitian. Pengujian Ha1, Ha2, Ha3, Ha4, Ha5, Ha6, dan Ha7 menggunakan analisis regresi

linear berganda. Hubungan antara kecurangan laporan keuangan dan proksi dari fraud

diamond dengan model regresi linear berganda adalah:

0 + 1 ACHANGE + 2 LEV + 3 ROA + 4 NR + 5 NI + 6 BDOUT

+ 7 AUDCHG+ 8 DIRCHG + e

Keterangan:

F-Score = Kecurangan laporan keuangan

0 = Koefisien regresi konstan

1,2,3,4,5,6,7,8 = Koefisien regresi masing-masing proksi

ACHANGE = Rasio perubahan total aset

LEV = Rasio total kewajiban per total aset

ROA = Rasio pengembalian aset

NI = Rasio perubahan persediaan

NR = Rasio perubahan piutang

BDOUT = Rasio dewan komisaris independen

AUDCHG = Rasio pergantian auditor

DIRCHG = Rasio pergantian direksi

e = error

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada

tahun 2015-2017 sebagai sampel. Berdasarkan pemilihan yang dilakukan terdapat 32

perusahaan yang memenuhi kriteria. Periode pengamatan dalam penelitian adalah 3

Page 12: ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP DETEKSI

J I P A K 2 0 1 9 | 136

(tiga) tahun, sehingga jumlah keseluruhan sampel dalam penelitian adalah 96 sampel.

Pada penelitian ini terdapat data oulier sebanyak 1 (satu) sampel, sehingga jumlah

sampel keseluruhan menjadi 95 data sampel.

Statistik Deskriptif

Dalam penelitian ini analisis deskriptif ditunjukan untuk memberikan gambaran

dari variabel dependen berupa kecurangan laporan keuangan yang diukur dengan

mengunakan F-Score, serta variabel independen yaitu financial stability yang diukur

dengan ACHANGE, external pressure yang diukur dengan LEV, financial target yang

diukur dengan ROA, nature of industry yang diukur dengan NI dan NR, serta

ineffective monitoring yang diukur dengan BDOUT. Hasil dari analisis statistik

deskriptif dari masing-masing variabel disajikan melalui tabel di bawah ini:

Tabel 1

Hasil Analisis Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

F-Score 95 -0.762 5.333 0.29951 0.659750

ACHANGE 95 -0.109 0.933 0.11639 0.168468

LEV 95 0.091 0.820 0.42451 0.179311

ROA 95 0.000 0.527 0.09664 0.104206

NR 95 -0.275 3.959 0.03714 0.410866

NI 95 -0.452 5.076 0.05450 0.527204

BDOUT 95 0.000 0.800 0.40048 0.117798

Valid N (listwise) 95

Sumber: Data diolah SPSS 19, 2018

Distribusi Frekuensi

Dalam penelitian ini tabel distribusi frekuensi ditujukan untuk memberikan

gambaran atau deskripsi data dari variabel independen berupa rationalization yang

diukur dengan pergantian auditor dan capability yang diukur dengan pergantian direksi.

Hasil dari distribusi frekunsi masing-masing variabel disajikan melalui tabel di bawah :

Tabel 2

Tabel Distribusi Frekuensi Pergantian Auditor

AUDCHG

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak memiliki perubahan 78 82.1 82.1 82.1

Memiliki perubahan 17 17.9 17.9 100.0

Total 95 100.0 100.0

Sumber: Data diolah SPSS 19, 2018

Page 13: ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP DETEKSI

J I P A K 2 0 1 9 | 137

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi yang disajikan pada tabel 2 di atas, variabel

rationalization yang diproksikan dengan pergantian auditor (AUDCHG) memiliki

frekuensi pergantian auditor sebanyak 17 sampel atau sebesar 17,9%, sedangkan yang

tidak melakukan pergantian auditor sebanyak 78 sampel atau sebesar 82,1% dari total

95 sampel yang ada di dalam penelitian ini.

Tabel 3

Tabel Distribusi Frekuensi Pergantian Direksi

DIRCHG

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak memiliki Perubahan 45 47.4 47.4 47.4

memiliki Perubahan 50 52.6 52.6 100.0

Total 95 100.0 100.0

Sumber: Data diolah SPSS 19, 2018

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi yang disajikan pada tabel 3 di atas, variabel

capability yang diproksikan dengan pergantian direksi (DIRCHG) memiliki frekuensi

pergantian sebanyak 50 sampel atau sebesar 52,6%, sedangkan yang tidak melakukan

pergantian direksi sebanyak 45 sampel atau sebesar 47,4% dari total 95 sampel yang

ada di dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi yang disajikan pada tabel 3 di atas, variabel

capability yang diproksikan dengan pergantian direksi (DIRCHG) memiliki frekuensi

pergantian sebanyak 50 sampel atau sebesar 52,6%, sedangkan yang tidak melakukan

pergantian direksi sebanyak 45 sampel atau sebesar 47,4% dari total 95 sampel yang ada

di dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan

pergantian direksi lebih banyak dari yang tidak melakukan. Semakin tinggi frekuensi

pergantian direksi maka semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya stress period yang

berdampak pada semakin terbukanya peluang untuk melakukan fraud.

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik harus dilakukan sebagai uji kualitas data pada pengujian model

regresi linear. Uji kualitas digunakan untuk mengetahui apakah hasil analisis regresi

linear berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini terbebas dari

penyimpangan asumsi. Dalam uji asumsi klasik terdapat beberapa uji yaitu uji

normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.

Page 14: ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP DETEKSI

J I P A K 2 0 1 9 | 138

Uji Normalitas

Gambar 1

Grafik Normal Probability Plot

Sumber: Data diolah SPSS 19

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan analisis grafik normal

probability plot di atas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar disekitar garis

diagonal dan penyebaran mengikuti garis diagonal. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa data yang menjadi sampel penelitian ini berasal dari populasi yang memiliki

distribusi normal.

Tabel 4

Hasil Uji Statistik Non-Parametric Kolmogorov-Smirnov (K-S)

Unstandardized Residual

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.323

Sumber: Data diolah SPSS 19, 2018

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolomogrov-Smirnov

Test dapat diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,323 > 0.05 maka data

berdistribusi normal dan H0 diterima, dengan demikian asumsi normalitas terpenuhi

sehingga pengujian dapat dilanjutkan.

Uji Multikolinearitas

Pada penelitian ini menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) untuk

mengetahui ada/tidaknya multikolonieritas. Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) Berikut

hasil uji multikolinearitas:

Page 15: ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP DETEKSI

J I P A K 2 0 1 9 | 139

Tabel 5

Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel VIF Keputusan Kesimpulan

ACHANGE 1.241 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas

LEV 1.207 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas

ROA 1.421 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas

NR 37.844 Ho ditolak Terdapat Multikolinearitas

NI 37.729 Ho ditolak Terdapat Multikolinearitas

BDOUT 1.607 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas

AUDCHG 1.095 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas

DIRCHG 1.137 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas

Sumber: Data diolah SPSS 19, 2018

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas di atas menunjukkan bahwa terdapat

penyakit multikolinearitas pada dua variabel independen yaitu variabel NI dan variabel

NR yang memiliki nilai VIF di atas 10. Hal ini terjadi karena variabel NI dan variabel

NR mempunyai korelasi yang kuat sehingga dilakukan langkah penyembuhan dengan

mengeluarkan salah satu variabel independen yang miliki nilai VIF tertinggi yaitu

variabel NR dengan nilai VIF sebesar 37,844. Berikut hasil uji multikolinearitas

setelah dilakukan penyembuhan:

Tabel 6

Hasil Uji Multikolinearitas Setelah dilakukan Penyembuhan

Variabel VIF Keputusan Kesimpulan

ACHANGE 1.177 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas

LEV 1.202 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas

ROA 1.408 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas

NI 1.047 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas

BDOUT 1.526 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas

AUDCHG 1.095 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas

DIRCHG 1.115 Ho diterima Tidak terdapat Multikolinearitas

Sumber: Data diolah SPSS 19, 2018

Berdasarkan hasil pengolahan di atas, disimpulkan seluruh variabel independen

yang digunakan dalam persamaan sudah terbebas dari penyakit multikolineritas karena

memiliki nilai VIF di bawah 10.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai Durbin-Watson (DW). Hasil uji

autokorelasi menurut tabel Durbin-Watson dengan jumlah sampel sebesar 95 dan

jumlah variabel independen sebesar 7, didapatkan besarnya nilai batas bawah dL

sebesar 1,5117 dan nilai batas atas dU sebesar 1,8266. model yang diajukan dalam

penelitian ini memiliki nilai DW- stat sebesar 1,850, berarti berada pada Area tidak

ada autokorelasi, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model dalam penelitian ini

terbebas dari penyakit autokorelasi.

Page 16: ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP DETEKSI

J I P A K 2 0 1 9 | 140

Uji Heteroskedastisitas

Statistik yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya

heteroskedastisitas adalah uji Glejser. Berikut hasil uji heteroskedastisitas:

Tabel 7

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel Sig. Keputusan Kesimpulan

ACHANGE 0.050 Ho diterima Tidak terdapat Heteroskedastisitas

LEV 0.771 Ho diterima Tidak terdapat Heteroskedastisitas

ROA 0.457 Ho diterima Tidak terdapat Heteroskedastisitas

NI 0.601 Ho diterima Tidak terdapat Heteroskedastisitas

BDOUT 0.807 Ho diterima Tidak terdapat Heteroskedastisitas

AUDCHG 0.970 Ho diterima Tidak terdapat Heteroskedastisitas

DIRCHG 0.684 Ho diterima Tidak terdapat Heteroskedastisitas

Sumber: Data diolah SPSS 19, 2018

Berdasarkan hasil pengolahan uji heteroskedastisitas di atas, dapat disimpulkan

bahwa pada penelitian ini terbebas dari permasalahan heteroskedastisitas karena nilai

signifikansi pada ketujuh variabel melebihi 0,05.

Hasil Uji Hipotesis

Penelitian ini sudah lulus uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, multikolonieritas,

autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Selanjutnya diketahui hasil uji koefisien

determinasi menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,743 artinya perilaku atau variasi

dari variabel independen mampu menjelaskan perilaku atau variasi dari variabel

dependen sebesar 74.3% dan sisanya sebesar 25.7 % adalah perilaku atau variasi dari

variabel independen lain yang mempengaruhi variabel dependen tetapi tidak digunakan

dalam model penelitian ini. Untuk pengujian uji F pada penelitian ini, dimana hasil

yang diperoleh menunjukkan nilai sig 0,000 < 0.05 hal ini menunjukkan bahwa terbukti

terdapat variabel independen yang memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.

Untuk selanjutnya data dari perusahaan diolah dan digunakan untuk menjawab

hipotesis penelitian. Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda dengan fraudulent

financial statement yang dipoksikan fraud score model sebagai variabel dependen dan

elemen dari fraud diamond sebagai variabel independen diperoleh hasil sebagaimana

disajikan pada tabel berikut ini:

Page 17: ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP DETEKSI

J I P A K 2 0 1 9 | 141

Tabel 8

Tabel Hasil Uji Hipotesis

Variabel B Sig. Hipotesis Keputusan Kesimpulan

(Constant) 1.174 0.000 - - -

ACHANGE -0.364 0.100 H1 H0 diterima Tidak ada pengaruh

LEV -1.527 0.000 H2 H0 ditolak Ada pengaruh

ROA 0.049 0.902 H3 H0 diterima Tidak ada pengaruh

NI 0.849 0.000 H4 H0 ditolak Ada pengaruh

BDOUT -0.585 0.109 H5 H0 diterima Tidak ada pengaruh

AUDCHG 0.059 0.531 H6 H0 diterima Tidak ada pengaruh

DIRCHG -0.021 0.778 H7 H0 diterima Tidak ada pengaruh

Sumber: Data diolah SPSS 19, 2018

Pengaruh Financial Stability terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement

Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan nilai signifikansi

ACHANGE sebesar 0,100. Hal ini menunjukkan taraf signifikansinya lebih besar

daripada nilai alpha 0,05 (5%) yang berarti H1 ditolak (H0 diterima) dan dapat

disimpulkan bahwa variabel financial stability yang diproksikan ACHANGE tidak

berpengaruh dalam mendeteksi fraudulent financial statement.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pardosi

(2015) dan Manurung dan Hardika (2015) yang menyatakan bahwa rasio perubahan

aset tidak memiliki pengaruh terhadap risiko terjadinya kecurangan laporan keuangan.

Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan rasio perubahan total aset tidak menjadikan

tekanan bagi manajemen untuk melakukan kecurangan pada perusahaan yang

kemudian dapat mengganggu stabilitas keuangan bagi perusahaan sektor manufaktur.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Sihombing dan

Rahardjo (2014) dan Skousen et al. (2009) yang mengemukakan bahwa rasio

perubahan total aset berpengaruh positif signifikan terhadap risiko fraudulent financial

statement.

Pengaruh External Pressure terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement

Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan nilai signifikansi LEV

sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan taraf signifikansinya lebih kecil daripada nilai

alpha 0,05 (5%) yang berarti H2 diterima (H0 ditolak) dan dapat disimpulkan bahwa

variabel external pressure yang diproksikan LEV berpengaruh dalam mendeteksi

fraudulent financial statement.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Sihombing dan Rahardjo (2014) yang menyatakan bahwa rasio leverage memiliki

pengaruh negatif terhadap risiko terjadinya kecurangan laporan keuangan dimana

dinyatakan bahwa semakin besar LEV perusahaan maka semakin kecil kemungkinan

terjadinya kecurangan laporan keuangan. Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Manurung dan Hardika (2015), Pardosi (2015) serta Rachmawati dan

Page 18: ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP DETEKSI

J I P A K 2 0 1 9 | 142

Marsono (2014) yang mengungkapkan bahwa rasio leverage tidak berpengaruh

terhadap potensi kecurangan laporan keuangan.

Pengaruh Financial Target terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement

Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan nilai signifikansi ROA

sebesar 0,902. Hal ini menunjukkan taraf signifikansinya lebih besar daripada nilai

alpha 0,05 (5%) yang berarti H3 ditolak (H0 diterima) dan dapat disimpulkan bahwa

variabel financial target yang diproksikan ROA tidak berpengaruh dalam mendeteksi

fraudulent financial statement.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Rachmawati dan Marsono (2014) serta Sihombing dan Rahadjo (2014) yang

menjelaskan bahwa ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko kecurangan

pelaporan keuangan. Menurut Sihombing dan Rahardjo (2014) ROA yang tinggi pada

tahun sebelumnya akan memicu perusahaan untuk meningkatkan profitabilitasnya di

masa yang akan datang dan manajemen tidak akan merasa tertekan ketika target

profitabilitas perusahaan meningkat.

Pengaruh Nature of Industry terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement

Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan nilai signifikansi NI sebesar

0,000. Hal ini menunjukkan taraf signifikansinya lebih kecil daripada nilai alpha 0,05

(5%) yang berarti H4 dierima (H0 ditolak) dan dapat disimpulkan bahwa variabel nature

of industry yang diproksikan NR berpengaruh dalam mendeteksi fraudulent financial

statement.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pardosi

(2015) yang menyatakan bahwa rasio perubahan persediaan berpengaruh positif dalam

mendeteksi risiko kecurangan laporan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

tinggi nilai rasio perubahan total persediaan di suatu perusahaan, semakin tinggi juga

potensi kecurangan laporan keuangan yang terjadi.

Pengaruh Ineffective Monitoring terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement

Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan nilai signifikansi BDOUT

sebesar 0,109. Hal ini menunjukkan taraf signifikansinya lebih besar daripada nilai

alpha 0,05 (5%) yang berarti H5 ditolak (H0 diterima) dan dapat disimpulkan bahwa

variabel ineffective monitoring yang diproksikan BDOUT tidak berpengaruh dalam

mendeteksi fraudulent financial statement.

Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Manurung dan Hardika

(2015), serta Sihombing dan Rahardjo (2014) yang menyimpulkan bahwa BDOUT

tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap potensi kecurangan laporan

keuangan. Secara umum jumlah atau banyaknya dewan komisaris independen dalam

suatu perusahaan bukan merupakan suatu faktor yang signifikan dalam peningkatan

pengawasan operasional perusahaan.

Page 19: ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP DETEKSI

J I P A K 2 0 1 9 | 143

Pengaruh Rationalization terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement

Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan nilai signifikansi AUDCHG

sebesar 0,531. Hal ini menunjukkan taraf signifikansinya lebih besar daripada nilai

alpha 0,05 (5%) yang berarti H6 ditolak (H0 diterima) dan dapat disimpulkan bahwa

variabel rationalization yang diproksikan AUDCHG tidak berpengaruh dalam

mendeteksi fraudulent financial statement.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Kusumaningrum

(2016), Pardosi (2015), serta Sihombing, Samuel dan Rahardjo (2014) yang

menyatakan bahwa pergantian auditor tidak mempengaruhi dalam mendeteksi

kecurangan laporan keuangan. Pergantian auditor telah diatur oleh pemerintah

Indonesia dalam Surat Keputusan Kementerian Keuangan No.423/KMK.06/2008) yang

mengharuskan mengganti KAP yang telah mendapat penugasan audit selama lima

tahun berturut-turut, sehingga kemungkinan pergantian auditor yang terjadi pada

periode penelitian merupakan pelaksanaan dari peraturan tersebut.

Pengaruh Capability terhadap Deteksi Fraudulent Financial Statement

Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan nilai signifikansi DIRCHG

sebesar 0,778. Hal ini menunjukkan taraf signifikansinya lebih besar daripada nilai

alpha 0,05 (5%) yang berarti H7 ditolak (H0 diterima) dan dapat disimpulkan bahwa

variabel capability yang diproksikan DIRCHG tidak berpengaruh dalam mendeteksi

fraudulent financial statement.

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh

Kusumaningrum (2016) dan Pardosi (2015) yang menyebutkan bahwa pergantian

direksi memiliki pengaruh positif dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan.

Penelitian tersebut menjelaskan bahwa posisi direksi dapat menjadi penentu terjadinya

kecurangan dengan memanfaatkan posisinya yang dapat memengaruhi orang.

5. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil data penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa hanya variabel external pressure yang diproksikan dengan rasio

leverage dan variabel nature of industry yang diproksikan dengan akun persediaan

usang yang terbukti berpengaruh signifikan dalam mendeteksi potensi kecurangan

laporan keuangan sedangkan variabel financial stability yang diproksikan dengan rasio

perubahan total aset, financial target yang diproksikan dengan rasio perbandingan

jumlah laba terhadap total aktiva, ineffective monitoring yang diproksikan dengan rasio

jumlah komisarin independen, rationalization yang diproksikan dengan pergantian

auditor, dan capability yang diproksikan dengan perubahan direksi tidak berpengaruh

dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan.

Page 20: ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP DETEKSI

J I P A K 2 0 1 9 | 144

Implikasi

OJK (Otoritas jasa Keuangan) dan pemerintah diharapkan untuk lebih

memperketat pengawasan akan kecurangan terhadap laporan keuangan di perusahaan.

Selain itu, bagi perusahaan terutama perusahaan manufaktur dalam membuat suatu

kebijakan terkait dengan struktural organisasi perusahaan, pergantian direksi,

pergantian auditor, dan jumlah dewan komisaris independen. Harus tetap disadari

bahwa kecurangan dapat saja terjadi karena ada peluang dan kapabilitas untuk

melakukan kecurangan bagi pihak eksekutif tertinggi dalam perusahaan. Bagi investor

dapat memperhatikan laporan keuangan secara seksama, melihat track record

perusahaan dalam beberapa tahun terakhir dan senantiasa melakukan pengawasan

terhadap perusahaan terutama untuk kondisi laba yang diperoleh sebelum melakukan

investasi. Sebaiknya manajemen perusahaan tidak memanipulasi data laporan keuangan

untuk mendapatkan keuntungan yang besar, karena hal itu dapat mengurangi

kepercayaan masyarakat tentang laporan keuangan dan dapat menyesatkan investor

dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi dan memberikan pinjaman.

Saran

Berdasarkan keterbatasan yang dimiliki dalam penelitian ini, maka saran untuk

penelitian selanjutnya adalah :

a. Memperluas sampel penelitian seperti perusahaan pada sektor perbankan,

properti, dan konstruksi sehingga tidak hanya terbatas pada satu sektor industri

saja.

b. Menambah periode laporan keuangan yang diteliti setidaknya 5 tahun kebelakang

sehingga lebih banyak sampel yang didapatkan, dan hasilnya dapat

mencerminkan kondisi yang sebenarnya.

c. Menambahkan variabel yang digunakan dalam mendeteksi laporan keuangan,

menambahkan proksi penjelas variabel, dan menggunakan indikator baru lainnya

yang dianggap layak untuk digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A; Randal J. Elder, dan Mark S Beasley. 2014. Auditing dan Jasa

Assurance: Pendekatan Terintegrasi (Edisi Kelimabelas). Jakarta: Erlangga.

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE). 2014. Report to Nation. USA:

ACFE. Diakses dari http://www.acfe.com/rttn/docs/2014-report-to-nations.pdf

pada tanggal 15 Oktober 2018.

Brennan, N. M., & McGrath, M. (2012). Financial Statement Fraud: Some Lessons

From Us And European Case Studies. Mathematics Education and Language,

17(2), 101–133. https://doi.org/10.1007/978-94-010-0726-9_6

Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia. (2015). Standar

Akuntansi Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia.

Kasmir. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Page 21: ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP DETEKSI

J I P A K 2 0 1 9 | 145

Kompasiana. 2017. Kasus Kecurangan Audit Phar Mor Inc.

Diakses dari https://www.kompasiana.com/nlk/58b92ca23493737310b31e88/

kasus-kecurangan-audit-phar-mor-inc?page=all pada tanggal 20 Oktober 2018.

Kusumaningrum, A. W., & Murtanto. (2016). ANALISIS PENGARUH FRAUD

DIAMOND DALAM MENDETEKSI KECURANGAN LAPORAN

KEUANGAN. Seminar Nasional Dan Call Paper Fakultas Ekonomi UNIBA

Surakarta, (September), 125–138.

Manurung, D. T. H., & Hardika, A. L. (2015). Analysis of factors that influence

financial statement fraud in the perspective fraud diamond: Empirical study on

banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange year 2012 to 2014.

International Conference on Accounting Studies (ICAS), (August). Retrieved

from www.icas.my

Pardosi, Rica Widia. 2015. Analisis Fraud Diamond dalam Mendeteksi Kecurangan

Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia dengan

Menggunakan Fraud Score Model. Skripsi. Lampung: Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Lampung.

Priantara. 2013. Fraud Auditing and Investigation. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Rachmawati, K. K., & Marsono. (2014). Pengaruh Faktor-Faktor dalam Perspektif

Fraud Triangle Terhadap Fraudulent Financial Reporting (Studi Kasus pada

Perusahaan Berdasarkan Sanksi dari Bapepam Periode 2008-2012). Diponegoro

Journal of Accounting, 3(2), 11

Reskino, R., & Anshori, M. F. (2016). Model Pendeteksian Kecurangan Laporan

Keuangan dengan Analisis Fraud Triangle. Jurnal Akuntansi Multiparadigma,

(August 2016). https://doi.org/10.18202/jamal.2016.08.7020

Sihombing, Kennedy Samuel dan Shiddiq Nur Rahardjo.2014.Analisis Fraud Diamond

dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud(Studi Empiris Pada Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Pada Tahun 2010-2012). Jurnal Akuntansi

Vol.3 No.2 Tahun 2012, Hal 1-12. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas

Diponegoro, Semarang.

Skousen, C. J., Smith, K. R., & Wright, C. J. (2009). Detecting and predicting financial

statement fraud: The effectiveness of the fraud triangle and SAS No. 99. In

International Journal of Quality & Reliability Management (Vol. 32).

https://doi.org/10.1108/S1569-3732(2011)0000014001

Sukrisnadi, D. 2010. Pemakaian Ukuran F-Score dalam Kasus-Kasus Salah Saji

Laporan Keuangan di Pasar Modal Indonesia. Tesis, Universitas Indonesia.

Surat Keputusan Kementerian Keuangan No.423/KMK.06/2008

Tjahjono, Subagio. 2013. Business Crime and Ethics: Konsep dan Studi Kasus Fraud

di Indonesia dan Global. Yogyakarta: ANDI.

Tuanakotta, T. M. 2014. Akuntansi Forensik & Audit Investigatif. Jakarta: Salemba

Empat.

Wolfe, D. T., & Hermanson, D. R. (2004). The Fraud Diamond : Considering the Four

Elements of Fraud. The CPA Journal, 74(12), 38–42. https://doi.org/DOI:

Page 22: ANALISIS DETERMINAN FRAUD DIAMOND TERHADAP DETEKSI

J I P A K 2 0 1 9 | 146