View
89
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
KAMPUNG KERAJAAN SEBAGAI ELEMEN REVITALISASI
KAWASAN PUSAT KOTA KALABAHI
Amos Setiadi1
ABSTRAK
Kata Kunci: Revitaliasi, Kawasan
PENDAHULUAN
Dalam pembangunan kota, suatu rencana tata ruang (spatial planning) berperan sebagai salah satu
perangkat pengelolaan pembangunan kota (urban management) yang memuat arahan pengembangan
dan pemanfaatan fungsi kota. Upaya pengelolaan pembangunan perkotaan tidak terpisahkan dari ruang
(lahan) yang harus dimanfaatkan. Lahan merupakan sumber daya utama kota yang sangat krusial,
disamping semakin terbatas, sifatnya juga tidak memungkinkan untuk diperluas. Satu-satunya jalan
keluar adalah mencari upaya yang paling sesuai untuk meningkatkan kemampuan daya tampung lahan
yang ada agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar lagi bagi kelangsungan hidup kota yang
lebih baik. Maka lahirlah upaya untuk “mendaur-ulang” lahan kota dengan tujuan untuk memberikan
vitalitas baru, meningkatkan vitalitas yang ada atau bahkan menghidupkan kembali vitalitas kota
(revitalisasi) yang pada awal mulanya pernah ada, namun telah memudar.
Pembangunan di Kabupaten Alor khususnya kota Kalabahi tergolong cepat. Salah satu parameter
yang bisa langsung dilihat adalah peningkatan pembangunan fisik baik yang berfungsi sebagai
permukiman maupun fungsi-fungsi lain. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan Kabupaten Alor yang
mengakibatkan kawasan kotanya menampung berbagai kegiatan yang tidak dapat ditampung
seluruhnya. Pada saat ini kecenderungan pembangunan fisik (kantor pemerintahan, perdagangan,
permukiman, stadion) mengarah ke luar kota, mendekati bandara di bagian timur kota Kalabahi di satu
sisi, disisi lain mulai terasa menurunnya aktivitas di pusat kota lama. Pertumbuhan pusat kegiatan baru
di luar kota (kota baru) serta menurunnya aktivitas di kota Kalabahi memerlukan telaah sebagai
masukan bagi perencanaan penataan kawasan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Elemen fisik kota apa yang terdapat di kawasan pusat kota Kalabahi, yang dapat mendorong aktivitas
di kota Kalabahi.
1 Staff Pengajar di Program Studi Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Perkembangan dan pertumbuhan kota perlu diarahkan untuk menciptakan keserasian dan
keseimbangan fungsi kota dengan mengatur intensitas penggunaan lahan, agar kota dapat
tumbuh dan berkembang secara lebih terarah dan menciptakan suatu hubungan serasi antara
manusia dan lingkungan, tercermin pada pola intensitas penggunaan ruang kota dan bagian
wilayah kota. Bentuk kota tidak terlepas dari kondisi struktur fisik yang telah ada, yang
mencakup struktur tata ruang dan bentuk bangunan. Penelitian tentang Revitalisasi Kawasan
dimaksudkan untuk menemukan konsep penataan dan revitalisasi dari potensi-potensi yang
dimiliki kawasan perencanaan, baik dari aspek sosiokultural, sosioekonomi, fisik dan
lingkungan, untuk melindungi dan melestarikan kawasan, khususnya kawasan yang pada masa
lalu memiliki aktivitas hidup namun pada saat sekarang menurun. Penelitian ini menggunakan
pendekatan studi bentuk dan struktur kota serta kajian sejarah perkembangan kota Kalabahi,
disimpulkan ; kampung kerajaan (yang mencakup alun-alun dan pasar lama di kota Kalabahi)
merupakan pembentuk struktur kota Kalabahi, dapat dihidupkan kembali sebagai pusat
kegiatan kota Kalabahi.
METODOLOGI
Kawasan pusat kota Kalabahi di tinjau dari segi keruangan khususnya dengan pendekatan bentuk
dan struktur kawasan. Melalui pembacaan sejarah kota Kalabahi dan kondisi serta permasalahan yang
ada pada kawasan pada masa sekarang, selanjutnya dengan cara deduktif dilakukan analisis dan
penarikan kesimpulan untuk mengungkap apa elemen fisik kota yang perlu diperhatikan dalam
revitalisasi kawasan pusat kota Kalabahi.
REVITALISASI
Revitalisasi kawasan adalah rangkaian upaya untuk menata kawasan yang tidak teratur,
meningkatkan kawasan yang memiliki potensi dan nilai strategis dan mengembalikan vitalitas kawasan
yang telah atau mengalami penurunan, agar kawasan-kawasan tersebut bisa mendapatkan nilai tambah
yang optimal terhadap produktifitas ekonomi, sosial dan budaya kawasan perkotaan.
Revitalisasi kawasan dilakukan melalui pengembangan kawasan-kawasan tertentu yang layak untuk
direvitalisasi baik dari segi setting kawasan sehingga kawasan perkotaan akan lebih terintegrasi dalam
satu kesatuan yang utuh dengan sistem kota, terberdayakan pertumbuhan ruang ekonominya,
meningkatkan prasarana sarana dan kenyamanan lingkungan kota, yang pada akhirnya berdampak pada
peningkatan kualitas hidup masyarakat.
TINJAUAN DAN DAN PEMBAHASAN
Kabupaten Alor adalah salah satu dari 16 Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kabupaten ini merupakan wilayah kepulauan dengan 15 pulau yaitu 9 pulau yang telah dihuni dan 6
pulau lainnya belum atau tidak berpenghuni. Luas wilayah daratan 2.864,64 km², luas wilayah perairan
10.773,62 km² dan panjang garis pantai 287,1 km. Secara geografis daerah ini terletak di bagian utara
dan paling timur dari wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Secara administrasi wilayah Kabupaten
Alor berbatasan dengan: Sebelah utara adalah Laut Flores, Sebelah Selatan adalah Selat Ombay,
Sebelah timur adalah Selat Wetar dan perairan Republik Timor Leste, dan Sebelah barat adalah Selat
Alor (Kabupaten Lembata). Hingga akhir tahun 2005 telah terjadi pemekaran kecamatan dari 9 menjadi
17 (tujuhbelas) kecamatan.
Gambar 1. Wilayah Kabupaten Alor (Sumber: dokumentasi penulis)
Pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun di Kabupaten Alor tergolong rendah yaitu 0,88 persen.
Mayoritas penduduk Kabupaten Alor bermatapencaharian sebagai petani. Dari distribusi tenaga kerja
terhadap lapangan kerja utama yang ada di Kabupaten Alor, sektor pertanian adalah yang paling tinggi
menyerap tenaga kerja dengan persentase 88,78 persen. Sedangkan sektor lainnya berturut-turut adalah
jasa 10,07 persen; perdagangan 3,58 persen; industri pengolahan 1,41 persen; angkutan 0,89 persen;
pertambangan dan penggalian 0,17 persen; dan jasa lainnya 1,09 persen.
Bentuk dan Struktur Kota Kalabahi
Kawasan dapat dilihat sebagai suatu bentuk interaksi morphologis ruang terbangun dan ruang
terbuka, sebagai jalinan morphologis ruang terbangun dan ruang terbuka. Analisis yang menekankan
pada pola jalinan ruang terbangun dan ruang terbuka, serta mencoba memformulasikan tema
morphologis yang mendasari jalinan tersebut dapat mengungkap elemen primer kawasan dan tema-
tema yang ada di dalamnya.
Melalui analisis bentuk dan struktur kota Kalabahi, dapat diidentifikasi struktur kota dibentuk oleh
hubungan antar aktivitas perdagangan dan jasa, budaya, rekreasi dan permukiman. Derajat pembangkit
kegiatan pada kawasan kota Kalabahi terbentuk dari elemen ”sumbu” yang menghubungkan antara
alun-alun hingga pelabuhan sebagai berikut: Bagian Pertama, terletak di pusat kawasan (kawasan
bersejarah yang merupakan bekas kraton dan alun-alun); Bagian Kedua, merupakan titik pertemuan
antara area perkantoran, pendidikan dan religius; Bagian Ketiga terletak pada simpul pasar lama dan
pantai reklamasi. Ketiga bagian kawasan kota (lama) Kalabahi secara struktur dihubungkan oleh
”sumbu” kawasan. Berdasarkan bagian-bagian pembangkit kegiatan pada kawasan tersebut, maka
pada saat ini, pengembangan nilai dilakukan dengan mempertimbangkan tujuan menghidupkan
kembali nilai yang dikandung oleh pusat kota Kalabahi ke dalam tema kawasan.
Melalui telaah bentuk dan struktur kota Kalabahi dapat diidentifikasi keberadaan situs kraton, alun-
alun dan pasar lama, serta pelabuhan sebagai elemen primer (primary elements) di pusat kota karena
unsur-unsur kota tersebut ada sejak kota Kalabahi terbentuk, yaitu sebagai kota yang bercikal bakal
dari kraton/kerajaan (beserta alun-alun dan pasar lama) dan pelabuhan (transportasi laut/bahari).
Kemampuan suatu unsur kebudayaan untuk tetap bertahan dalam sudut pandang antropologi
diungkap oleh Linton. Linton, yang membedakan unsur-unsur kebudayaan yang mudah berubah dan
yang sukar berubah bila dihadapkan pada pengaruh asing. Unsur-unsur tersebut dikelompokkan dalam
dua bagian, yaitu bagian inti dari suatu kebudayaan (covert culture) dan bagian perwujudan lahirnya
(overt culture) (Linton, 1936). Bagian inti dari suatu kebudayaan, antara lain; a) sistem nilai-nilai
budaya, b) keyakinan-keyakinan keagamaan yang dianggap keramat, c) tradisi yang dipelajari dalam
proses sosialisasi individu, d) beberapa tradisi yang mempunyai fungsi luas dalam masyarakat. Unsur-
unsur kebudayaan yang lambat berubahnya dan sulit diganti dengan unsur-unsur asing adalah bagian
covert culture. Sedangkan unsur-unsur yang mudah berubah dan terpengaruh oleh unsur-unsur
kebudayaan asing adalah bagian dari overt culture. Teori tersebut membantu dalam menjelaskan
keberadaan oponim kampung kerajaan di kawasan Pusat Kota Kalabahi sebagai elemen primer.
Keberadaanya sebagai elemen primer kawasan kota terkait dengan bentuk dan struktur kawasan
pusat kota Kalabahi di masa lampau hingga saat ini. Kraton sebagai elemen primer kawasan dalam hal
ini merupakan elemen patologis karena pada saat ini keberadaan kraton tetap ada namun tidak lagi
berperan mendorong pertumbuhan kawasan sekitarnya. Pelabuhan sebagai elemen primer pada saat ini
masih berfungsi dengan kegiatan transportasi laut dan menjadi salah satu gerbang kabupaten Alor
selain bandara. Unsur-unsur kawasan tersebut perlu dipertimbangkan sebagai bagian nilai kesejarahan
kawasan kota Kalabahi.
Persoalan keruangan di pusat kota Kalabahi yaitu minimnya lahan datar/rata yang dapat dijadikan
sebagai ruang publik. Reklamasi Pantai yang telah dilakukan merupakan upaya untuk memperoleh
lahan datar namun tidak ditujukan sebagai ruang publik (milik pelabuhan). Fenomena menarik yaitu
meningkatnya aktivitas perdagangan khususnya sektor informal di ruang reklamasi. Tumbuhnya
pedagang kakilima yang menyediakan makanan khas hasil laut merupakan pergeseran aktivitas
kegiatan pedagang kakilima yang semula menempati ruang trotoar dan jalan di sekitar alun-alun.
Gambar 2. Struktur Ruang Kawasan Pusat Kota (lama) Kalabahi
(Sumber: dokumentasi penulis)
Arah kebijaksanaan pembangunan Kota Kalabahi saat ini ditekankan pada upaya-upaya
pengendalian perkembangan kegiatan kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan permukiman dan
perdagangan. Peningkatan kebutuhan ruang publik kota direkomendasikan untuk diwadahi sesuai
dengan pembagian zona yang telah ditentukan yaitu bagian kota. Dalam konteks regional, pusat kota
Kalabahi merupakan kawasan yang masuk dalam katagori strategis karena terletak pada jalur utama
sirkulasi kota dan memiliki daya tarik pariwisata melalui potensi wisata bahari (selam).
Peran dan fungsi kawasan kota Kalabahi pada masa lalu menjadi pertimbangan perencanaan fungsi
dan peran kawasan tsb di masa mendatang untuk menghidupkan kembali pusat kota, sebagai berikut :
1. Fungsi Kawasan :
kawasan yang memiliki elemen cagar budaya (heritage) dengan fokus pada objek toponim
”kampung kerajaan”.
kawasan dengan peningkatan pemanfaatan untuk menampung kebutuhan ruang dengan fungsi
komersial (perdagangan dan jasa), fungsi-fungsi pendukung kawasan dan permukiman
campuran
2. Peran Kawasan, dapat dirumuskan sebagai berikut :
kawasan yang merupakan bagian pusat kota dengan katagori kawasan permukiman campuran,
pelayanan, budaya, dan perdagangan regional
Sebagai upaya untuk menghidupkan kembali aktivitas sesuai dengan tingkat kebutuhan dan pelayanan
dari aktivitas masyarakat, perlu mempertimbangkan :
Pada saat ini, kawasan
ini merupakan kawasan
dengan karakteristik
yang khusus sebagai
kota lama
Keberadaan
(bekas) kerajaan
pada kawasan ini
merupakan elemen
primer struktur
kawasan
Struktur kawasan selanjutnya
di perkuat oleh kegiatan
perdagangan, yang didukung
oleh keberadaan pelabuhan
sebagai fasilitas transoptrasi
utama pada masa lalu.
Pengembangan permukiman campuran (pola ekstensifikasi maupun densifikasi) di wilayah
kantong-kantong permukiman yang ada dengan memperhatikan dan menjaga segi kontekstual
bangunan objek cagar budaya di sekitarnya
Penataan Bangunan dan Lingkungan dalam konteks kawasan cagar budaya
Guna Lahan Kawasan Pusat Kota Kalabahi
Guna lahan di kawasan pusat kota Kalabahi sebagian besar digunakan untuk permukiman dan
sisanya untuk penggunaan fungsi-fungsi lainnya seperti perdagangan, perkantoran, jalan dan jalur
hijau, lapangan terbuka, dan peribadatan. Pola perkembangan Pusat Kota Kalabahi diidentifikasikan
sebagai pola intensif (pemadatan) dan pola ekstensif (perluasan) dengan pola campuran antara Linier
(mengikuti jalur sirkulasi utama), Grid (terbentuk oleh formasi jalan) dan Kipas (fan shape
development, terbentuk oleh kondisi topografis perbuktian dan dilatari laut/pantai). Perubahan pola
intensif terjadi pada bagian kota khususnya di kawasan yang dianggap sebagai Central Bussiness
District (CBD) seperti di segmen jalan sekitar pelabuhan hingga pantai reklamasi. Sedangkan pola
ekstensif terjadi di bagian pantai dengan elemen utama pantai reklamasi.
Mengacu pada Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah Kabupaten Alor Tahun 2005-
2009, Pemerintah Kabupaten Alor merumuskan strategi pembangunan daerah yang disebut “Gerakan
Kembali ke Desa Pertanian dan Kelautan” (GERBADESTAN). Melalui GERBADESTAN
diharapkan bahwa meningkatnya pertumbuhan ekonomi, meningkatnya partisipasi masyarakat,
meningkatnya aksesibilitas masyarakat dan berkembangnya relasi sosial dan budaya yang produktif
dan harmonis merupakan akumulasi kinerja pembangunan dari pelbagai tujuan dan sasaran
pembangunan sebagaimana telah dikemukakan di atas. Kinerja pembangunan tersebut bertumpu pada 4
(empat) pilar pemberdayaan yang menjadi agenda pembangunan daerah kabupaten Alor tahun 2005-
2009. Keempat kinerja pembangunan yang direncanakan diperoleh dari strategi GERBADESTAN
sebagaimana dikemukakan di atas adalah prasyarat yang harus diciptakan untuk mewujudkan apa yang
menjadi Visi dan Misi Pembangunan Daerah Kabupaten Alor.
Intensitas pemanfaatan ruang kawasan Pusat Kota (lama) Kalabahi perlu mempertimbangkan :
a. Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan.
Macam pemanfaatan ruang kawasan ada yang membutuhkan ruang yang cukup luas, menengah
dan sempit. Demikian juga dengan tingkat aksesibilitas yang dapat dibedakan menjadi tinggi,
sedang dan rendah.
b. Potensi dan Kendala
Potensi dan keterbatasan yang ada mengarahkan pada pengaturan intensitas pemanfaatan ruang
atas kepadatan bangunan dan tinggi bangunannya, sehingga diperoleh potensi pengembangannya
baik dalam hal peningkatan kegiatan ataupun dalam hal ketersediaan lahan / ruang datar dan
ruang terbuka.
c. Nilai Ekonomis Lahan.
Tata nilai ekonomis ruang kawasan dipengaruhi oleh tata letaknya. Nilai ekonomis tertinggi
terdapat pada lahan di pusat kawasan Pusat Kota (lama) Kalabahi, semakin keluar menjauhi
pusat Kota Lama Kalabahi akan semakin berkurang nilainya. Arahan perumusan rencana
kepadatan yang tinggi terletak pada daerah pusat-pusat aktivitas dan semakin berkurang / rendah
di daerah pinggiran Kota (lama) Kalabahi.
d. Sebaran Objek Cagar Budaya
Kawasan Kota (lama) Kalabahi merupakan kawasan permukiman, perdagangan, dan budaya,
dengan berbagai fungsi dan peruntukan bangunan baik di masa lalu maupun pada masa kini.
Disamping objek secara fisik juga terdapat objek non fisik (seni-tradisi) dan toponim (kampung
Kerajaan).
e. Aspek Arsitektural
Pada kawasan Pusat Kota (lama) Kalabahi terdapat beberapa bangunan lama dengan berbagai
langgam dan fungsi. Berdasarkan fungsi dan peran bangunan pada hakekatnya dapat
dikelompokkan menjadi kompleks kampung kerajaan, rumah rakyat dan fasilitas umum.
Sedangkan dari sisi langgam arsitektur dapat dibedakan menjadi bangunan tradisional dan
modern.
Tata Bangunan pada Kawasan Pusat Kota Kalabahi
Penataan kawasan pusat kota Kalabahi, dalam rangka menghidupkan kembali aktivitas kawasan
mempertimbangkan antara lain :
1. Elemen yang terdapat pada kawasan didorong untuk semakin potensial dalam
menghidupkan kawasan tersebut.
2. Meningkatkan fungsi kawasan yang saat kini mulai menurun vitalitasnya dan yang belum
berkembang sebagai kawasan tumbuh di area pantai reklamasi dan kawasan Budaya (taman
kota Kalabahi).
3. Optimalisasi fungsi kawasan kota dengan menyiapkan dan mengatur pemanfaatan ruang,
baik ruang publik maupun privat. Meningkatkan identitas dan citra kawasan melalui
penataan bangunan dan lingkungan, sehingga tercipta suatu kawasan dengan penekanan
pada pelayanan kepariwisataan, permukiman campuran dan perdagangan skala regional.
Pengembangan tata bangunan pada kawasan pusat kota Kalabahi mempertimbangkan:
Upaya mengembalikan vitalitas pusat kota Kalabahi
Upaya penyebaran tingkat konsentrasi aktivitas di perkotaan dan sebagai pusat pertumbuhan sesuai
dengan tingkat kebutuhan.
Mendukung konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).
Pengembangan permukiman campuran di wilayah kantong-kantong permukiman yang ada dengan
memperhatikan kondisi sosial
Penataan Bangunan yang meliputi aspek fisik dan non fisik sesuai dengan peruntukan dan
pemanfaatan ruang yang telah ditentukan.
Tata bangunan pada kawasan kota Kalabahi mempertimbangkan persoalan yang diperkirakan akan
timbul di masa mendatang. Hal ini dilakukan dengan cara mempertimbangkan potensi-potensi yang
dimiliki baik fisik, ekonomi maupun sosial-budaya.
Kecenderungan perkembangan pemanfaatan ruang yang terjadi menunjukkan perkembangan yang
stagnan dan cenderung menurun kualitasnya dan sporadis. Keadaan tersebut lambat laun berakibat
pada berkurangnya kualitas ruang, dan bahkan tidak efektif dan efisien. Oleh sebab itu pengendalian
tata bangunan di kawasan pusat kota Kalabahi dapat menjaga agar pemanfaatan ruang kawasan dapat
berlangsung secara optimal dalam suatu tatanan yang berkesinambungan.
Fungsi dan Peran Kawasan
Dalam konteks regional, kawasan pusat kota Kalabhi merupakan kawasan yang masuk dalam
katagori menurun vitalitasnya. Dalam posisinya yang berada di jalur yang sangat strategis sebagai
pusat kota, terhubung antara pelabuhan laut dan rencana pusat pemerintahan (lokasi baru) serta
bandara, maka fungsi dan peran kawasan di masa mendatang adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Kawasan :
kawasan dengan peningkatan pemanfaatan untuk menampung kebutuhan ruang untuk fungsi
perdagangan dan jasa, fungsi-fungsi pendukung kawasan dan permukiman campuran
sebagai kawasan budaya dengan fokus pada objek fisik dan non fisik
2. Peran Kawasan :
pengembangan pusat kota (lama) Kalabahi dengan kategori kawasan budaya dan penekanan
pada fungsi pelayanan budaya, dan perdagangan regional
peran kawasan dalam tiga kategori karakter penting, yaitu:
- kawasan civic centre, yaitu zona perkantoran, militer, pendidikan dan peribadatan, dibagian
utara inti Kota Lama Kalabahi, pada sepanjang jalan Dr. Sutomo dan jalan A. Yani, dari
kompleks GMIT hingga lapangan OR
- kawasan culture centre – public amenitiy, pada bagian tengah Kota Lama Kalabahi yaitu
open space (lapangan OR) dan taman kota serta toponim kampung kerajaan.
- kawasan business centre, yaitu zona perdagangan dan jasa, berupa pertokoan, pergudangan,
pasar, hotel, restaurant dan sektor informal (PKL) dsb., yang berada pada zona sepanjang
koridor jalan RE. Martadinata (Gambar 3 s/d gambar 9).
Gambar 3. Segmen kawasan Alun-alun (Sumber: dokumentasi penulis)
Gambar 4. Segmen kawasan Jalan Dr. Sutomo dan Jalan A. Yani (Sumber: dokumentasi penulis)
Gambar 5 & 6. Segmen Jalan A.Yani, D.Sartika dan RA.Kartini (Sumber: dokumentasi penulis)
Gambar 7 & 8. Segmen Jalan Pelabuhan (Sumber: dokumentasi penulis)
Gambar 9. Segmen Jalan Pelabuhan (Sumber: dokumentasi penulis)
Menghidupkan kembali aktivitas dan bangunan pada kawasan pusat kota Kalabahi perlu
mempertimbangkan aspek konservasi. Aspek konservasi tersebut tidak terbatas pada penyelesaian
persoalan fisik saja, melainkan merupakan penggabungan antara fisik dan non fisik yang meliputi seni,
tradisi dan budaya yang berkembang pada masyarakat. Aspek ini diharapkan dapat dipakai sebagai
pendorong hidupnya aktivitas di sekitar kawasan meskipun dengan skala kegiatan yang lebih kecil.
Pada akhirnya, diharapkan akan tercipta suatu kondisi kawasan inti, pusat kota Kalabahi sebagai
pusatnya dan kawasan penyangga dengan kegiatan-kegiatan pendukungnya menyatu membentuk
karakteristik ruang yang terpadu.
Struktur ruang kota Kalabahi dijaga oleh pembagian antara kawasan inti dan kawasan penyangga,
penyebaran dan karakteristik objek fisik bangunan cara budaya (heritage), penyebaran dan karakteristik
dari potensi objek non fisik, toponim dan penggal-penggal ruas jalan yang membentuk struktur
kawasan.
Kawasan Toponim kampung kerajaan dibatasi oleh Jalan RE Martadinata pada sisi selatan dan Jalan
Dr. Sutomo, merupakan poros utama pembentuk karakteristik kawasan. Jalan Dr.Sutomo diwarnai
dengan bangunan-bangunan berlanggam modern pada bagian utara, pada sisi timur merupakan ruang
terbuka dan bank. Pada sisi selatan terdapat sebaran bangunan modern tidak bertingkat yang
merupakan fungsi tempat ibadah dan penginapan.
Kawasan pusat kota Kalabahi di bagian selatan memiliki potensi aktivitas komersial/perdagangan,
menjadi bagian yang diharapkan dapat memperkuat dan menghidupkan kawasan kota Kalabahi. Lahan
pantai reklamasi yang berkembang menjadi pusat jajan (pedagang kakilima) dipertahankan (melalui
penataan) sebagai magnet-magnet ikutan (supporting activity) yang dapat memperkuat revitalisasi
kawasan, serta sebagai penggerak dari tumbuh dan berkembangnya tata ruang pada setiap bagian Pusat
Kota (lama) Kalabahi.
Karakteristik objek Bangunan Cagar Budaya (BCB) yang ada di kawasan Pusat Kota (lama)
Kalabahi dapat di kelompokkan berdasarkan :
a. Typologi bangunan seperti bangunan bangunan rumah tinggal baik yang bercorak lama
(tradisional maupun baru/modern, bangunan Kolonial dan bangunan fasilitas umum
b. Lokasi dan letak bangunan cagar budaya
c. Lokasi dan letak toponim kampung kerajaan
Kawasan inti pusat kota Kalabahi terbentuk oleh keberadaan bekas kraton dan alun-alun serta
permukiman disekitarnya (kampung kerajaan), Pasar lama, dan Pelabuhan. Kegiatan-kegiatan yang
berlangsung pada area ini merupakan kegiatan yang terkait dengan kebudayaan dan dalam konteks
upaya-upaya pemberdayaan objek bangunan cagar budaya (BCB) dan kegiatan perdagangan serta jasa.
Upaya-upaya untuk mengembangkan citra kejayaan kawasan pada masa lalu dengan cara menjadikan
kampung kerajaan (heritage) sebagai pusat toponim.
Kawasan pusat kota Kalabahi dapat dikembangkan sebagai pusat kegiatan yang berhubungan
dengan kebudayaan, sedangkan kawasan penyangga (supporting area) nantinya diharapkan dapat
menjadi berkembang sejalan dengan kawasan inti dan sesuai dengan karakteristik dari masing-masing
objek cagar budaya baik fisik maupun non fisik.
Dalam upaya pengembangan dan pemberdayaan bangunan cagar budaya, tentunya tidak bisa
dilepaskan dari perkembangan pemanfaatan ruang yang telah dan sedang terjadi pada saat kini dan
Rencana Tata Ruang Kota Alor. Dalam kondisi saat ini yang terlihat menurun, jalan keluar yang dapat
dilakukan adalah bagaimana mengupayakan agar tercipta suatu kompromi yang tidak saling
merugikan, melainkan bersifat saling melengkapi antara satu kepentingan konservasi (heritage) dengan
kepentingan komersial dan pengembangan yang lain (pariwisata). Tujuannya tidak lain adalah
terciptanya suatu kawasan kota yang hidup, menampung aktivitas dan kebutuhan ruang perkotaan
untuk waktu yang akan dating sesuai dengan kebutuhan.
Prinsip konservasi pada suatu kawasan lama tidak berarti bahwa kawasan (dan bangunan di
dalamnya) sekedar dikembalikan ke bentuk dan fungsi aslinya semata-mata. Suatu kawasan lama bila
hanya sekedar dilestarikan tanpa “suntikan” fungsi-fungsi baru yang tanggap terhadap tuntutan
kebutuhan masa kini, justru yang akan terjadi adalah proses penghancuran secara perlahan-lahan. Bisa
saja di dalam kawasan lama tersebut bangunan-bangunan yang ada beralih fungsi ataupun dirombak
dan dimodifikasi susunan tata ruangnya dengan tujuan agar bisa menghasilkan keuntungan finansial
untuk merawat vitalitas kawasan itu sendiri. Dengan kata lain, kepentingan budaya perlu dipadukan
dengan kepentiungan ekonomi.
Dengan mempertimbangkan karakteristik kawasan sebagai salah satu kawasan yang telah ditetapkan
sebagai kawasan bersejarah (cagar budaya) dengan potensi dari berbagai ragam objek cagar budaya
baik fisik maupun non fisik yang tersebar pada kawasan kota Kalabahi, serta kecenderungan
pemanfaatan ruang kawasan, maka ditetapkan beberapa prioritas fungsi sebagai berikut :
Fungsi Cagar Budaya, diarahkan pada kampung Kerajaan. Kegiatan-kegiatan yang akan
dikembangkan pada area tersebut harus terkait dan mempunyai tingkat hubungan dengan
pengembangan kebudayaan yang telah berkembang di lingkungan pusat kota Kalabahi.
Pada area tersebut juga terdapat beberapa peninggalan Toponim yang sangat kental dengan
nuansa historis pada masa lalu yang terkait dengan eksistensi keberadaan kota Kalabahi
sebagai kawasan inti. Bangunan-bangunan bekas kraton, alun-alun dan toponim diarahkan
sebagai daya tarik pengembangan aktivitas dalam upaya pengembangan tata ruang kawasan.
Fungsi Perdagangan, diarahkan pada sepanjang Jalan RE Martadinata, Jalan Tenggiri,
Jalan Cakalang, Jalan Mujahir. Bangunan-bangunan di bagian sisi jalan tersebut, meskipun
tidak memiliki karakteristik khas langgam arsitektur, diharapkan dapat memperkuat citra
kawasan dengan berbagai ragam fungsi bangunan baik fungsi permukiman maupun fungsi-
fungsi komersial, perdagangan, dan jasa.
Fungsi Permukiman Campuran, dipertahankan pada kawasan disekitar pantai reklamasi.
Kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan pada bagian ini dapat dikembangkan
sebagai penunjang pariwisata pantai dan dapat membentuk suatu sentra perdagangan khas
hasil tangkapan laut.
Fungsi Peribadatan, Pendidikan, dan Perkantoran, dipertahankan pada bagian utara
pusat kota Kalabahi.
KESIMPULAN
Struktur ruang kawasan pusat kota Kalabahi terbentuk dari adanya kawasan inti sebagai pusat
kawasan pusat kota Kalabahi. Kawasan inti merupakan bagian kawasan yang memiliki eleven-elemen
primer kawasan, yang keberadaannya merupakan cikal-bakal terbentuknya kawasan pusat kota
Kalabahi. Penentuan kawasan inti diungkap melalui sejarah kota Kalabahi, yang dimulai dengan
keberadaan suku-suku dan dipimpin oleh raja sehingga saat ini dapat dijumpai situs kampung kerajaan,
yang terdiri atas bekas kraton, alun-alun dan pasar lama serta permukiman penduduk.
Berkembangnya permukiman diperkuat oleh keberadaan pelabuhan sebagai elemen pendorong
perkembangan kawasan pada masa berikutnya, demikian pula pada segi perekonomian. Dengan
demikian, kampung kerajaan, bekas kraton, pasar lama dan pelabuhan merupakan elemen primer
kawasan pusat kota Kalabahi. Struktur kawasan juga dapat diidentifikasi melalui keberadaan jalan yang
dari segi pola dan dimensinya cukup kuat sebagai elemen pembatas dan pembentuk ruang kawasan,
meliputi jalan RA Kartini, jalan Dewi Sartika, jalan Dr. Sutomo, Jalan Ahmad Yani, dan jalan RE
Martadinata.
Pada area sekitar elemen primer kawasan, merupakan daerah penyangga yang terdiri atas
fungsi. Untuk menghubungkan antara masing-masing area diperlukan suatu perencanaan pergerakan
berbagai aktivitas dan infrastruktur pendukungnya.
Fleksibilitas fungsi ruang pada kawasan pusat kota Kalabahi ditujukan khususnya pada
penggunaan ruang pada saat ini, namun dengan menyelaraskan sesuai dengan ketentuan/rencana yang
sudah ada dengan tetap berorientasi pada tujuan menghidupkan kembali (revitalisasi) aktivitas kawasan
melalui elemen primer kota, kampung kerajaan.
DAFTAR PUSTAKA
Rossi, Aldo (1982) The Architecture of te City, The MIT Press, Cambrigde
Bacon, Edmund N (1976) Design of Cities, Thames and Hudson, London
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata
Perdesaan, 2004, Pedoman Teknis Penataan dan Revitalisasi Kawasan
Linton, Ralph., 1936, The Study of Man; An Introduction, New York: Appleton Century Crofts, Inc
Pemerintah Kabupaten Alor, Rencana Strategis Pembangunan Daerah 2005-2009
Trancik, Roger (1986) Finding Lost Space, Van Nostrand Reinhold, New York, USA
Recommended