View
227
Download
0
Category
Tags:
Preview:
DESCRIPTION
tutorial pleno
Citation preview
1
Block 4.3 ElectivesModule: Clinical Forensic
Tutorial Pleno 1Scenario 1
2012 RegulerTutorial 19
2
Group Members:Florensa T. Ndruru
Seftiandar Mega R
Limyanti Dwi Vicarina
Tania Purbonegoro
Ditha Marissya Daud
Nurulita Ainun Alma
Nadya Meidina Nastiti
Laily Anna D.A.S
Yoseph S. Wicaksono
3
Scenario: Dangdut PartyThe night before a wedding party, traditionally, in a village, the young
guys have gathering and party. One of the guys came late to the party and brought a gallon of water and they started to drink until late night and join dangdut dance. Without a real reason, some of them fight with the guy from next village and the victim was hit and stabbed.
On examination, the victim has hematoma on the frontal head, face and thorax. There was a stab wound the abdomen, penetrated into gaster. The victim received a quick and good medical treatment of the injuries.
Unfortunately, on the following morning, all of the drinker complained eye disturbance, nausea, and vomit. Two person were unconcious. They were brought to the nearest Puskesmas.
The Police need the doctor’s help to investigate the case, such as provide the V et R and indentify the cause of poisoning among drinkers.
4
VISUM ET REPERTUM
5
Visum et Repertum
Merupakan keterangan atau laporan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun mati ataupun bagian/di duga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuan dan di bawah sumpah untuk kepentingan peradilan
6
Dasar Hukum VeR Pasal 120 KUHAPDalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus
PS 133 KUHAP(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat
7
Jenis VeRVeR Pasien Hidup/Klinis• Pemeriksaan dimulai dari administratif, anamnesis, pemeriksaan fisik dan
penunjang, informed consent. • Contoh: VeR perlukaan, keracunan atau pun kejahatan seksual
VeR Jenazah• Salah satu isinya menjelaskan sebab kematian
VeR Psikiatrikum• Berisi laporan mengenai hasil pemeriksaan: anamnesis, status internistik,
status neurologik, status psikiatrik, pemeriksaan tambahan dan diagnosis (ada tidaknya gg jiwa terperiksa)
8
Syarat Administratif Surat Permintaan Visum dari penyidik (sekurang-kurangnya
pembantu letnan dua), Informed Consent dari korban/ keluarga bermaterai
surat tanda serah terima barang bukti berita acara pemeriksaan perkara atas TKP berita acara peyegelan barang bukti
9
Ketentuan Penulisan VeR
Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa Bernomor dan bertanggal Mencantumka nama “Pro justitia” di bagian atas (kiri atau tengah) Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar Tidak menggunakan singkatan terutama pada waktu mendeskripsikan
temuan pemeriksaan Tidak menggunakan istilah asing atau istilah kedokteran Berstempel instansi pemeriksa tersebut Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan Hanya diberikan kepada penyidik peminta Visum et Repertum (instansi)
10
Struktur VeRPembukaan •Kop surat, nomor VeR, tanggal dan pro justitia
Penda-huluan •Menjelaskan mengenai siapa yang meminta VeR, identitas korban, identitas dokter, waktu pemeriksaan (objektif administratif)
Pemberitahuan •Laporan dokter mengenai hasil pemeriksaan (objektif medis)
Kesim-pulan •Kesimpulan dari hasil pemeriksaan, bersifat subjektif medis, dibuat berdasarkan temuan pemeriksaan namun dapat mempertimbangkan hasil pemeriksaan TKP. Berisi identitas korban, jenis luka, jenis kekerasan, kualifikasi luka
Penu-tup •VeR dibuat dengan benar dengan mengingat sumpah jabatan, tanda tangan, cap
11
Identifikasi dan Deskripsi Luka
Jumlah luka
Lokasi luka (region anatomi dan koordinat)
Bentuk luka (bentuk, garis batas teratur atau tidak)
Ukuran luka (panjang, lebar, dalam, diameter)
Sifat luka (tepi luka rata/tidak, ada/tidak jembatan jaringan)
Dasar luka bersih/kotor/teratur/tdk
Sekitar luka (lecet, memar)
Warna luka (merah baru, merah hijau 5 hari, merah hitam 10 hari)
12
Kesimpulan Kesimpulan tidak boleh menyatakan kejadian atau tindakan karena
tidak melihat langsung, intinya memberi kesimpulan hasil bukti medis.
Kesimpulan VeR Jenazah: sebab, mekanisme, cara kematian
VeR kekerasan seksual: ada tanda persetubuhan
VeR Psikiatrikum: diagnosis ada/tdk gangguan jiwa, untuk menentukan apakah dapat diadili/tdk
13
Lampiran VeR
1. Fotografi forensik,
2. Identitas dan kelainan pada gambar,
3. Penjelasan istilah kedokteran yang digunakan,
4. Hasil lab forensik
14
Pemeriksaan Kasus Kekerasan
15
Pemeriksaan Anamnesis (auto/alloanamnesis) Pemeriksaan fisik dilakukan menyeluruh Untuk mencari bukti tindak kekerasan, mencari sampel dan mengidentifikasi
pelaku kekerasan. Pemeriksaan penunjang, tergantung kasus Tindakan jika diperlukan, misal: kasus keracunan methanol diberikan antidote
ethanol, kasus kekerasan seksual perlu kontrasepsi darurat (5 hari post: IUD, kalo baru berikan progesteron dosis tinggi) dan pencegahan penularan STD.
Kasus kekerasan belum lapor polisi, apa yang harus dilakukan?- VeR belum bisa dibuat, periksa catat di MR. VeR salinan dari MR- Kasus emergency harus ditangani dulu
- Jika korban datang dengankeluarga, edukasikan ke keluarga untuk laporkan ke polisi
16
Anamnesis Dapatkan informed consent korban
Tujuan kedatangan
Kronologi kejadian :
o Sebelum (tempat, bersama siapa, jam brp, pelaku siapa, ada brp, ciri2 bgmn),
o Kejadian (apa yang dilakukan pelaku pada korban)
o Setelah kejadian apa yang sudah dilakukan (mandi, membuang barang buksti, dsb),
Konfirmasi apa yang dilakukan ketika menemui pengantar,
screening tanda depresi, kecemasan, dll; jika pasien belum siap, jangan dipaksa untuk dilakukan anamnesis
17
Kasus Anak Anamnesis ke anak dan pengantar dilakukan secara terpisah
Tanyakan:
o Perubahan perilaku setelah trauma (ngompol, agresif)
o Riwayat trauma, penyakit
o Adakah fakor sosial ekonomi
o Waktu lokasi kejadian
o Adakah kegiatan seksual, bagian yang mengalami kekerasan
o Adanya nyeri, perdarahan, keluar cairan vagina
o Adakah nyeri, kesulitan mengendalikan air kecil dan besar
o Yang dilakukan setelah kejadian
Untuk remaja, kemungkinan hub seksual 2 minggu sebelumnya
Lakukan pemeriksaan status mental
18
Perlukaan
19
Jenis-Jenis Luka Luka mekanik terdiri dari (1) Luka Tumpul: a. Luka lecet: luka lecet geser / abrasi dan luka lecet tekan b. Laserasi : robekan kulit, mukosa, atau otot karena benda tumpul, tepi tidak rapi, ada jembatan jaringan c. Hematom/kontusio: ruptur BV/organ, kulit intak (2) Luka tajam: a. Luka Iris/insisi: panjang luka > dalam luka b. Luka Tusuk: dalam luka > panjang luka c. Luka Bacok: dalam dan panjang luka besar Luka thermal: panas dan dingin Luka Kimia: asam dan basa Luka lainnya: luka tembak, luka elektrik
20
Jenis-Jenis Luka
21
Derajat Perlukaan1. Luka ringan=derajat 1=golongan c :
tidak timbulkan penyakit dan tidak menghalangi AKS
2. Luka sedang= derajat 2= golongan b :
menimbulkan penyakit, menghalangi AKS sementara waktu
3. Luka berat = derajat 3 = golongan a : ada 6:
Tidak sembuh/ kematian
Halangi AKS selamanya
Cacat besar
Terganggu AKS >4minggu
Gugur/mati janin dlm kandungan
Hilangnya salah satu panca indera korban
22
Toksikologi
23
Toxicology Screening
How the Test is Performed
• Paling sering dilakukan menggunakan sampel darah atau urin atau dapat pula dilakukan langsung sesaat setelah seseorang mengonsumsi suatu medikasi, dengan cara gastric lavage atau dimuntahkan.
How to Prepare for The Test
• Karena pada kasus di skenario melibatkan aparat hukum (suspek drug use or abuse), special consent yang perlu kita perhatikan ialah proses handling dan labeling spesimen.
• Blood test: pricking test biasa seperti kita ingin mengambil darah pada umumnya.• Urine test: pasien diminta berkemih secara normal.
24
-cek pH asam/basa-teknik tersering: immunoassay (drugs, memakai
antidrug antibody), contoh: ELISA, RIA, dsb.-KLT (kromatografi lapis tipis), dengan fluorescene atau
UV, lebih mudah dan murah tetapi lebih tidak sensitif daripada immunoassay
Analisis Toksikologi
Analisis
Uji Penapisan (Screening)
Uji Pemastian (Determination)
Sampel berupa spesimen biologis, perlu memperhatikan:(1) Jenis dan sifat biologis (2) Sifat fisikokimia (3) Tujuan analisis
Siapkan sampel
-Contoh teknik: GCMS, LCMS, dll.-Menjawab: (1) senyawa yang terlibat, (2) dosis, (3) efek,
(4) kapan tubuh terpaparIntepretasi,
Buat Laporan
25
Contoh Zat dan Waktu Masih Dapat Dideteksi
Alcohol: 3-10 jam
Amphetamines: 24-48 jam
Barbiturat: up to 6 weeks
Cocaine: 2-4 hari, up to 10-22 hari jika penggunaan berat
Codeine: 1-2 hari
Heroin: 1-2 hari
Methadone: 2-3 hari
26
Contoh Zat dan Waktu Masih Dapat Dideteksi
Morfin: 1-2 hari
Phenicylidine (PCP): 1-8 hari
Propoxyphene: 6-48 jam
Tetrahydrocannabinol (THC): 6-11 minggu jika penggunaan berat
27
Methanol Intoxication
Intoksikasi methanol dapat menyebabkan asidosis metabolik, neurologic sequelae bahkan kematian.Menurut study yang dilakukan Jaff et al., intoksikasi methanol dapat memberikan beberapa perubahan pada tampakan EKG, dengan sinus takikardi dan non-spesific T-wave.Komplikasi: Vision loss (serum methanol levels > 20 mg/dL berkorelasi dengan ocular injury) dan movement disorder (Parkinsonian motor impairment)Parkinsonian terjadi akibat adanya akumulasi asam format terakumulasi di putamen. Asam format akan mengganggu dopaminergic pathway dan meningkatkan aktivitas enzimatik dopa-β-hydroxylase.
28
Metabolisme Metanol
29
Ethanol IntoxicationKadar (mg/100ml) Gejala
30-50 gangguan mengendarai
50-100 progressive loss inhibition, gg sensoris
100-150 bicara kacau, tidak bisa pertahankan posisi tubuh, nausea
150-200 nausea, unsteadiness
200-300 stupor, vomit, coma
300-350 aspirasi vomiting, stupor/koma
>350 paralisis pusat nafas, sebabkan kematian
30
Gejala Intoksikasi EtanolMuncul ketika kadar darah 50-100mg/dl, kecuali hipoglikemia (<50mg/dl)
Akut: depresi CNS, depresi nafas, diuresis, hipotermia, hipoglikemia, kehilangan kontrol motoris, kulit kemerahan, vasodilatasi ringan, penurunan BP, tachycardia, kehilangan kontrol perilaku, depresi myocardial
Kronis: cronic pancreatitis, HT, cardiomyopathy, gangguan hepar dan hematologi, abnormalitas elektrolit.
Hangover : 4-6 jam setelah minum, hilang 48-72 jam, gejala: sakit kepala, capai, sakit perut, mudah marah, sensitive cahaya
Jackpot: muntah karena tingginya asam lambung, muntah sebagai respon tubuh untuk memuntahkan alcohol, tetapi jg sebabkan iritasi lambung.
31
Untuk kasus intoksikasi alkohol, perlu tanyakan tempat belinya dimana bisa jadi kasus hukum
Antidotum: -basa IV (untuk asidosis metabolik), -asam folat
32
Identifikasi Pelaku
33
Cara Identifikasi DNA paternal dan maternal, yang dipakai STR (13 lokus),
(+) akurat dan sama di seluruh dunia, perlu basis data DNA (sudah ada di INA), identifikasi DNA mitokondrial
Prosedur: kumpulkan sampel, amplifikasi (PCR), elektroforesis, genotyping (pembacaan pengulangan basa)
Sidik jari (dari barang bukti tertinggal)
Karakter luka pada korban mengarahkan karakteristik pelaku (kidal/tidak, tinggi badan pelaku)
Odontology forensic (adanya bekas gigitan)
golongan darah (misal kasus perkelahian)
Bukti penyidikan TKP: CCTV
34
Domestic Violence, Child Abuse,
Kecelakaan Kerja
35
Domestic Violence Menurut UU 23 th 2004 merupakan tindakan dalam rumah tangga, oleh suami, istri, atau anak yang berdampak buruk pada keutuhan fisik, psikis, dan keharmonisan dalam keluarga.
Ada 7 macam:
1. Physical abuse: paksaan terhadap korban dan menyebabkan luka fisik mayor atau minor
2. Emotional abuse: hancurkan harga diri/nilai diri, e.g. dihina, dikritik sulit dicari bukti, biasanya disertai abuse jenis lain
3. Sexual abuse: pemaksaan individu utk lakukan aktivitas/eksploitasi seksual, e.g. perlihatkan film/gambar porno, memaksa utk ikut buat gambar/film porno
4. Stalking: tindakan mengganggu/mengancam oleh seseorang dengan memonitor secara intens aktivitas korban sehingga korban ketakutan, sering pada pasangan yang berpisah tapi satu pihak belum rela dengan perpisahan (bentuk macam-macam)
5. Financial abuse: bentuk KDRT paling samar, contoh suami halangi istri kerja atau sekolah, supaya istri dependen pada suami dan dapat melakukan abuse lain
6. Psychological abuse: tindakan yang mengancam/mengintimidasi korban, e.g. larang bicara dg orang lain, larang istri keluar rumah dengan ancaman kekerasan
7. Spiritual abuse: larangan/halangi orang utk jalankan keyakinan, bisa juga mencemooh, memaksa anak untuk mengikuti agama tertentu.
36
Child Abuse Faktor risiko pada anak: Disabilitas/ gangguan perilaku/ gangguan
perkembangan
Faktor orang tua: riwayat gangguan mental, penyalahgunaan narkotika, orang tua tunggal, usia remaja, riwayat mendapat abuse, kehamilan tdk diinginkan, pendidikan rendah, kemiskinan
Cara penanganan: sama, setelah pemeriksaan bisa dipulangkan/dirujuk (RS atau rumah perlindungan/shelter), di RS bisa ke IGD jika kritis, dan ke pusat krisis terpadu jika non kritis
Tenaga medis menemukan indikasi child abuse harus langsung dilaporakan ke pihak berwajib. Tetep perlu ada edukasi ke orang tua.
37
Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja: Kejadian tidak diinginkan yang terjadi dan menyebabkan kerugian pada manusia dan harta benda, serta kekacauan struktur yang telah disusun.
Terdapat tiga jenis tingkatan berdasar efek:
1. Accident: tidak diinginkan timbulkan kerugian manusia atau harta benda
2. Incident: tidak diinginkan, tanpa kerugian
3. Near miss: hampir mejadi incident/accident
38
Peran Dokter dalam Kasus Forensik Klinis
39
Peran DokterMemberi pelayanan kesehatan,
Memberi bantuan kepada penegak hukum, yaitu dalam hal bukti medis untuk peegakan keadilan, misalnya:
o mengetahui sebab, cara, mekanisme kematian seseorang
o menjelaskan peristiwa aborsi, kekerasan, dsb pada kasus forensik klinik,
identifikasi pelaku atau korban
Menjadi saksi ahli (pasal 133 KUHP), jika tidak datang bisa terjerat pasal 224
Pembuat VeR: dalam UU disebutkan dokter, ahli forensik, keterangan lain; jadi dokter umum bisa membuat tetapi konsultasi dengan ahli forensik
40
Dokter sebagai saksi medis
Terdapat dua macam saksi medis, yaitu:
o saksi fakta (oleh dokter yang merawat, memberi informasi mengenai pemeriksaan dan perawatan),
o saksi mata (bersifat independen, bukan dokter yang merawat, memberi pendapat berdasar fakta berdasar pengalaman dan keahlian yang relevan)
Recommended